De Graaf – Kerajaan Islam Di Jawa

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

De Graaf – Kerajaan Islam Di Jawa Sekedear Berbagi Ilmu & Buku Attention!!! Please respect the author’s copyright and purchase a legal copy of this book AnesUlarNaga. BlogSpot. COM KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI JAWA DR. H.J. DE GRAAF dan DR. TH.G. TH. PIGEAUD Daftar Isi Pengantar Penerbit Sepatah Sambutan Kata Pengantar Pendahuluan Bab I Permulaan Penyebaran Agama Islam di Jawa Bab II Lahirnya dan Jayanya Kerajaan Demak pada Dasawarsa-Dasawarsa Terakhir Abad ke-15 dan Paruh Pertama Abad ke-16 Bab III Mundur dan Runtuhnya Kesultanan Demak pada Pertengahan Abad ke-16 Bab IV Sejarah Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pesisir Utara Jawa Tengah pada Abad ke-16: Pathi dan Juwana Bab V Sejarah Kerajaan-Kerajaan yang Lebih Kecil di Daerah-Daerah Pantai Utara Jawa Tengah pada Abad ke-16: Kudus Bab VI Sejarah Kerajaan-Kerajaan Kecil di Pantai Utara Jawa Tengah pada Abad ke-16: Japara Kalinyamat Bab VII Riwayat Kerajaan-Kerajaan di Jawa Barat pada Abad ke-16: Cirebon Bab VIII Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Jawa Barat pada Abad ke-16:Banten Bab IX Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai Utara di Sebelah Timur Demak pada Abad ke-16: Jipang-Panolan Bab X Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai Utara Jawa Timur pada Abad ke-16: Tuban Bab XI Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai Utara Jawa Timur pads Abad ke-16: Gresik-Giri Bab XII Sejarah Kerajaan-Kerajaan di Daerah-Daerah Pantai Utara JawaTimur pada Abad ke-16: Surabaya Bab XIII Sejarah Madura Barat pada Abad ke-16: Madura Barat Bab XIV Sejarah Madura pada Abad ke-16: Madura Timur, Sumenepdan Pamekasan Bab XV Sejarah Ujung Timur Pulau Jawa pada Abad ke-16: Bagian Barat dari Ujung Timur Jawa, Pasuruan Bab XVI Sejarah Ujung Timur Pulau Jawa pada Abad ke-16,: Dari Probolinggo Sampai Panarukan Bab XVII Sejarah Ujung Timur Pulau Jawa pada Abad ke-16: Bagian Timur Ujung Timur: Blambangan Bab XVIII Sejarah Kerajaan Palembang pada Abad ke-16 Bab XIX Sejarah Kerajaan-Kerajaan Jawa Tengah Pedalaman, Pengging dan Pajang pada Abad ke-16 Bab XX Sejarah Kerajaan Mataram pada Abad ke-16 Bab XXI Sebab-Sebab Kekalahan Kerajaan-Kerajaan Jawa Timur dan Pesisir dalam Perang Melawan Mataram pada Abad ke-16 dan ke-17 Daftar Singkatan Daftar Kepustakaan Indeks Pengantar Penerbit Karya Dr. H.J. de Graaf dan Dr. Th.G.Th. Pigeaud, De Eerste Moslimse Vorstendommen, yang sekarang diterbitkan sebagai buku kedua Seri Terjemahan Javanologi, mempunyai kedudukan dan arti tersendiri di dalam riwayat perkembangan penulisan sejarah Jawa-lama. Buku mi secara khusus menyoroti abad ke-15 dan ke-16 yang merupakan permulaan periode Islam di Jawa, sebuah episode sejarah yang sebelumnya banyak dilalaikan, bahkan hingga sekarang masih kurang sekali dijamah para sejarawan. Berbeda dengan penulis-penulis Barat terdahulu yang terutama mendasarkan uraiannya pada bahan-bahan keterangan asing, kedua sarjana kawakan Belanda ini memelopori penggunaan sumber-sumber pribumi. Dengan demikian, lebih dari sekadar mengisi kekosongan dalam penulisan sejarah Jawa, cakupan pembahasan dalam buku ini pun lebih menyeluruh. Jika gambaran sejarah Jawa oleh penulis-penulis asing sebelumnya lebih banyak berkisar di sekitar silsilah raja dan soal-soal keagamaan, maka dalam buku ini aspek-aspek sosial-ekonomis juga ditonjolkan. Tidak kurang pentingnya, kalau bukan yang terpenting dalam kaitan dengan studi Javanologi, ialah bahwa buku ini memberikan perspektif baru mengenai dinamika masyarakat Jawa dan kebudayaannya - paling tidak di dalam kurun zaman yang dibicarakan. Selain mengoreksi anggapan seolah-olah keruntuhan dinasti Majapahit berlangsung mendadak yang pada gilirannya diartikan sebagai keruntuhan suatu peradaban, De Graaf dan Pigeaud juga mengimbangi kecenderungan penulis-penulis lain yang melebih-lebihkan peranan istana dan melecehkan peristiwa-peristiwa dan perkembangan masyarakat di luarnya. Demikianlah, terjemahan buku ini disajikan sehingga memungkinkan pembaca Indonesia, khususnya mereka yang berminat mempelajari sejarah dan kebudayaan Jawa, untuk bisa pula dengan mudah mengikuti hasil penelitian dan pengkajian Dr. De Graaf dan Dr. Pigeaud. Penerbitan buku ini sekaligus diharapkan untuk berfungsi sebagai cara penerusan tradisi keilmuan yang telah dirintis oleh kedua penulisnya, kepada setiap mahasiswa Indonesia yang berketetapan menekuni sejarah. Jakarta, awal Agustus 1985 Sepatah Kata BUKU yang disajikan sekarang ini merupakan buku kedua dalam Seri Terjemahan Javanologi, usaha bersama antara Perwakilan Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) di Jakarta dan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Javanologi) di Yogyakarta. Buku pertama dalam rangkaian terbitan tersebut mengenai Sastra Jawa Mutakhir sejak tahun 1945. Kemudian menyusul enam buku mengenai Sejarah Jawa antara abad ke-15 dan ke-18. Dalam buku ke-2 ini Dr. H.J. de Graaf dan Dr. Th.G.Th. Pigeaud berusaha menggambarkan sebuah episode sejarah Jawa antara zaman pengaruh Hindu-Budha dan masuknya agama Islam di Indonesia berdasarkan sumber-sumber sejarah Jawa asli, seperti Babad Tanah Djawi, Serat Kandha, Babad Mataram, dan Babad Sangkala. Dengan demikian, para pengarang tersebut telah mengoreksi "wajah" sejarah Jawa olahan para ilmuwan Eropa yang selama ini diwarnai oleh informasi yang bersumber pada data-data asing saja. De Graaf dan Pigeaud berhasil melengkapi historiografi Jawa dengan menggunakan sumber-sumber Jawa sendiri. Hasil usaha kedua sarjana tangguh ini patut dihargai dan dijadikan pedoman dan bekal bagi penelitian Sejarah Jawa selanjutnya. Kepada Perwakilan KITLV dan Penerbit Grafiti Pers kami ucapkan terima kasih atas usahanya menerjemahkan karya ini dan menyuguhkannya dalam bentuk yang menarik. Yogyakarta, April 1985 Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara Dr. Soedarsono Kata Pengantar Tulisan dalam bentuk terjemahan yang disajikan ini adalah hasil kerja sama dua sarjana Belanda kenamaan, Dr. H.J. de Graaf dan Dr. Th. G.Th. Pigeaud, yang keduanya, sampai usia yang telah lanjut (kedua-duanya lahir pada tahun 1899) telah dan masih memberikan perhatian sepenuhnya kepada Indonesia, khususnya Jawa, dalam bidang sejarah bagi Dr. de Graaf dan kesusastraan Jawa bagi Dr. Pigeaud. Lagi pula kedua-duanya mengenal Indonesia dengan baik, karena mereka bertahun-tahun bekerja dan menetap di Indonesia. Dr. Pigeaud lama di Yogyakarta sebagai seorang "taalambtenaar" dan Dr. de Graaf di kota-kota Malang, Probolinggo, Surakarta, dan Jakarta sebagai guru dan kemudian guru besar, Karangan-karangan Dr. de Graaf mencapai lebih dari 100 buah ditambah karangan buku lebih dari dua puluh, yang utama ialah Geschiedenis van Indonesie (s'Gravenhage,1949) dan mengenai pelaku- pelaku utama sejarah kerajaan-kerajaan dari Jawa Tengah, seperti Sultan Agung, Sunan Mangkurat, tentang Kajoran. Jasa utama beliau terletak pada digunakannya sumber dan naskah pribumi Sehingga karangan-karangan beliau terasa lebih menggambarkan pandangan dan perasaan yang "asli" Indonesia, lebih-lebih karena disertai pula dengan ilustrasi-ilustrasi detail yang meng-"hidup"-kan gaya nafasi dan memudahkan pengertian. Karangan-karangan Dr. Pigeaud pun sangat besar artinya bagi perkembangan penelitian ilmiah terhadap masyarakat Jawa terutama bidang kehidupan budayanya. Karya-karya beliau yang perlu dicatat ialah: Javaanse Voiksvertoningen (Jakarta, 1938), kemudian Java in the 14th Century yang terdiri dari lima jilid (Den Haag,1960-1963), dan Literature of Java (tiga jilid, Den Haag, 1967-1970, ditambah 1 Suplemen, th.1980) yang ketiganya merupakan karya besar yang menunjukkan ketekunan kerja dan luasnya pengetahuan yang beliau miliki tentang kebudayaan Jawa. Hasil karya itu pun masih ditambah dengan sebuah kamus Jawa- Belanda (Gropingen, Batavia, 1938) dan karangan-karangan di pelbagai majalah. Yang perlu diketahui juga ialah bahwa selama beliau di Yogyakarta, sebelum Perang Dunia II, sedang menyusun suatu ensiklopedi bahasa Jawa. Sayang, pekerjaan tersebut hingga kini masih belum terselesaikan dan disimpan di Jakarta. Terjemahan ini, yang judul aslinya De eerste Moslimse Vorstendommen op Java (s'Gravenhage,1974), berusaha menyajikan kepada para pembaca Indonesia suatu usaha mengisi kekosongan penulisan tentang sejarah politik di Jawa pada abad ke-15 dan ke-16, suatu episode sejarah yang oleh orang-orang di Jawa Tengah dianggap sebagai suatu transisi dari kekuasaan Kerajaan Majapahit yang "Budha" ke Kerajaan Mataram yang Islam. Di situ diuraikan perkembangan kehidupan politik di pelbagai pusat kekuasaan di wilayah Pulau Jawa bagian utara, mulai Demak ke barat dan ke timur, dari Banten hingga Blambangan di ujung paling timur Jawa. Beberapa kekuasaan setempat di luar Pesisir: Pengging, Pajang, Mataram, juga Palembang mendapat perhatian, tidak ayal lagi karena hubungannya dengan perkembangan agama dan kebudayaan Islam di Jawa. Bab pertama dan terakhir - buku ini terdiri dari 21 bab - merupakan bab-bab yang mencoba mengintegrasikan tulisan ini dalam satu kerangka kaitan yang berarti, yaitu: meluasnya kekuasaan Islam dan usaha dominasi Mataram terhadap daerah-daerah Pesisir. Dimulainya dengan memaparkan sejarah Kerajaan Demak tentu saja mengikuti pendapat umum bahwa sejarah di Jawa pada mula abad ke-15 itu mengalami pemutusan yang tiba-tiba dan final, dan bahwa jatuhnya kekuasaan Majapahit yang sekaligus dianggap eksponen utama kebudayaan Hindu- Budha diikuti dengan timbulnya kekuasaan Demak yang sekaligus dianggap eksponen utama kebudayaan Islam. Para penulis sejak semula telah memperingatkan agar anggapan yang demikian ditinggalkan, karena masih banyak pusat pengislaman lain
Recommended publications
  • Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999
    Tenaga Dalam Volume 2 - August 1999 The Voice of the Indonesian Pencak Silat Governing Board - USA Branch Welcome to the August issue of Tenaga Dalam. A lot has occurred since May issue. Pendekar Sanders had a very successful seminar in Ireland with Guru Liam McDonald on May 15-16, a very large and successful seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s school on June 5-6 and he just returned from a seminar in England. The seminar at Guru Besar Jeff Davidson’s was video taped and the 2 volume set can be purchased through Raja Naga. Tape 1 consists of blakok (crane) training and Tape 2 has about 15 minutes more of blakok training followed by a very intense training session in various animal possessions including the very rare Raja Naga possession. Guru Besar Davidson and his students should be commended on their excellent portrayal of the art. Tape 1 is available to the general public, but due to the intense nature of tape 2 you must be a student. It is with great sadness that I must report that Guru William F. Birge passed away. William was a long time personal student of Pendekar Sanders and he will be missed by all of the people that he came into contact with. 1 Tribute to Guru William F. Birge Your Memory Will Live On In Our Hearts. 2 DJAKARTA aeroplane is a lead-coloured line of sand beaten by EX ‘PEARL OF THE EAST’ waves seeping into a land as flat as Holland. The Dutch settlers who came here in 1618 and founded The following is a passage from the wonderful Batavia must have thought it strangely like their book Magic and Mystics of Java by Nina Epton, homeland.
    [Show full text]
  • Laporan Individu Praktik Pengalaman Lapangan (Ppl) Sma Negeri 1 Seyegan
    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) SMA NEGERI 1 SEYEGAN 10 Agustus s/d 12 September 2015 Disusun Oleh: Wahyu Ratna Putra 12406241032 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia-Nya sehingga kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) yang berjalan dari tanggal 10 Agustus sampai dengan tanggal 12 September 2015 dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat dan salam tidak lupa penulis sampaikan kepada junjungan nabi besar Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam. Penyusunan laporan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) ini dimaksudkan unuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh mata kuliah Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Laporan ini sekaligus sebagai bukti bahwa penulis telah melaksanakan kegiatan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Seyegan. Penulis menyadari banyak hal yang belum dipahami terkait tugas dan tanggung jawab guru, baik sebagai pengajar maupun yang lain di sekolah ini. Penulis memerlukan waktu lama untuk mempelajar hal-hal yang baru tersebut. Namun waktu terus berjalan tidak dapat diputar kembali, kesempatan penulis praktik mengajar di SMA Negeri 1 Seyegan telah habis. Berbekal pengalaman yang penulis peroleh ini, akan terus ditingkatkan sehingga nantinya benar-benar dirasakan ketika terjun sebagai seorang pendidik. Berbagai bimbingan, dorongan, serta semangat telah penulis dapatkan dari segenap pihak.. Pada kesempatan ini, penulis menyampikan terima kasih yang tidak terhingga kepada: 1. Prof. Rochmad Wahab, Ph.D selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada kami untuk melaksanakan PPL tahun 2015. 2. Dr. Aman, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) PPL yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan PPL berlangsung, sekaligus dosen pembimbing mata kuliah pengajaran mikro atas bimbingan dan motivasinya.
    [Show full text]
  • GENERAL TOPIC Document Study of UNNES Legality As Legal Entity State University
    Journal of Indonesian Legal Studies 305 Vol 3 Issue 02, 2018 Volume 3 Issue 02 NOVEMBER 2018 JILS 3 (2) 2018, pp. 305-326 ISSN (Print) 2548-1584 ISSN (Online) 2548-1592 GENERAL TOPIC Document Study of UNNES Legality as Legal Entity State University Ali Masyhar, Muhammad Azil Maskur, Mulyo Widodo Ali Masyhar, Muhammad Azil Maskur, Mulyo Widodo Universitas Negeri Semarang [email protected] TABLE of CONTENTS INTRODUCTION ………………………………………………….….. 306 LITERATURE REVIEW ……………………………………………… 308 RESEARCH METHOD ……………………………………………… 298 RESULT and DISCUSSION ………………………………………...… 310 CONCLUSION and SUGGESTION ………….……………………… 324 REFERENCE ………….……………………………………………….. 324 Copyright © 2018 by Author(s) This work is licensed under a Creative Commons Attribution- ShareAlike 4.0 International License. All writings published in this journal are personal views of the authors and do not represent the views of this journal and the author's affiliated institutions. http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jils Ali Masyhar, et.al. 306 JILS 3 (2) November 2018, 305-326 Article Info Abstract Submitted on August 2018 Unit of Public Service Agency (PSA Work Unit). UNNES Approved on October 2018 continues to improve itself towards better community service, Published on November 2018 which is as a Legal Entity State University. Legal Entity State University will have a highly positive impact, especially the autonomy of academic and non-academic administration and Keywords: management. One of the important efforts in order to achieve Statute, Legal Entity the status of UNNES as a Legal Entity State University, it is State University, necessary to form a legal document that is the basis of an organization in the form of a Statute.
    [Show full text]
  • Interseksi Budaya Dan Peradaban Negara-Negara Di Samudra Hindia: Perspektif Indonesia
    INTERSEKSI BUDAYA DAN PERADABAN NEGARA-NEGARA DI SAMUDRA HINDIA: PERSPEKTIF INDONESIA Dedi Supriadi Adhuri, Amorisa Wiratri, dan Angga Bagus Bismoko Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Diterima: 6-11-2015 Direvisi: 18-11-2015 Disetujui: 25-11-2015 ABSTRAK Tulisan ini membahas interseksi budaya, termasuk peradaban bangsa-bangsa yang terhubung dengan Samudra Hindia dari perspektif Indonesia. Paparan berfokus pada tiga isu, yakni (1) sejarah pelayaran yang dilihat sebagai proses interaksi yang melibatkan socio-cultural exchange di antara pihak yang terlibat; (2) produk dari interaksi yang difasilitasi oleh aktivitas pelayaran; dan 3) diaspora berbagai bangsa di negara-negara dalam lingkup Samudra Hindia. Makalah ini menunjukkan bahwa berbagai suku bangsa di Indonesia sudah ribuan tahun terlibat aktif sebagai host, yakni pihak yang dikunjungi. Juga sebagai tamu (visitor) dari dan ke berbagai negara di tepi Samudra Hindia, baik ke arah timur (India, Afrika, dan Arab) maupun utara (negara-negara ASEAN) dan selatan (Benua Australia). Sebagai hasil dari proses interaksi yang lama dan intensif itu, terjadilah saling adopsi—dengan kontekstualisasi— elemen-elemen kebudayaan, termasuk peradaban di antara bangsa-bangsa itu. Bahasa, agama, struktur sosial, monumen-monumen kuno, seperti candi dan masjid adalah produk dari pertukaran dan adopsi itu. Diaspora berbagai suku bangsa Indonesia di negara-negara tepian Samudra Hindia, juga sebaliknya, diaspora bangsa-bangsa lain di Indonesia, adalah wujud lain dari silang budaya ini. Berbeda dengan saling adopsi elemen-elemen budaya yang terjadi pada masa lalu, diaspora berlangsung sampai sekarang. Hal itu ditunjukkan oleh interaksi antara kelompok- kelompok diaspora itu, baik dengan bangsa-bangsa yang menjadi host-nya, maupun dengan bangsa-bangsa mereka sendiri di tanah asalnya.
    [Show full text]
  • Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Semester I
    Sejarah Untuk SMA/MA Kelas XI Semester I Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial Oleh: 1. Melkisedek Bagas F. 2. Muhamad Muchlis 3. Vicky Nurul Islamiyah Disclaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Kurikulum 2013. Dengan berbagai alasan, materi dalam powerpoint ini disajikan secara ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja. Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya sesuai kebutuhan. Harapan kami, dengan powerpoint ini Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif. Bab 1 Bab 2 Bab 3 Bab 4 Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Hindu-Buddha dan Islam A. Kerajaan-Kerajaan B. Pengaruh Hindu- Maritim Indonesia Buddha di pada Masa Hindu– Indonesia Buddha C. Kerajaan- D. Pengaruh Kerajaan Kerajaan- Maritim pada Kerajaan Maritim Masa Islam pada Masa Islam Daftar Isi A. Kerajaan-Kerajaan Maritim Indonesia pada Masa Hindu-Buddha Kutai Sriwijaya Tarumanegara Kediri Singasari Mataram Kuno Majapahit Back Kerajaan Kutai (Abad IV) 7 buah Yupa menjadi bukti keberadaan Kerajaan Kutai Kudungga Raja Pertama Aswawarman Wangsakerta Mulawarman Puncak Kejayaan Up Kerajaan Tarumanegara (Abad IV) Ciaruteun Kebon Kopi Prasasti Jambu Tugu Sumber Pasir Awi Muara Cianten Lebak Berita Cina Fa Hien Berdasarkan Prasasti Ciaruteun, Purnawarman membawa Tarumanegara ke puncak kejayaan. Up Kerajaan Sriwijaya (Abad VII) Kedukan Bukit Talang Tuo Prasasti Telaga Batu Kota Kapur Sumber Ligor Karang Berahi Pada masa kejayaannya, Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang memiliki pengaruh luas. Sriwijaya juga menjadi pusat perkembangan agama Buddha di wilayah Asia Tenggara. Up Kerajaan Mataram Kuno (Abad VIII) Apa yang muncul di benak Anda setelah memperhatikan ketiga gambar candi tersebut? Mataram Kuno Dinasti Dinasti Sanjaya Syailendra Rakai Pikatan Sekira abad X terjadi bencana gunung meletus di Mataram Kuno.
    [Show full text]
  • Sejarah Kerajaan Kediri, Singasari, Majapahit Dan Buleleng
    PEMBAHASAN SEJARAH KERAJAAN KEDIRI, MAJAPAHIT, SINGASARI DAN BULELENG A. KERAJAAN KEDIRI Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut sebagai lalu linntas transportasi terfavorite di zaman terebut. a. Berdirinya Kerajaan Kediri Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa ( bentuk bangunan kerajaan kediri) Syiwa Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan.
    [Show full text]
  • Download This PDF File
    Volume 1 issue 2, Juli 2019 ISSN: 2654-6388 This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License. PENGARUH AIRLANGGA TERHADAP KEMAJUAN KERAJAAN MEDANG KAMULAN Muhammad Fikri1, Syarifuddin 1 College student, History of Education. E-mail: [email protected] ARTICLE INFO ABSTRACT Keywords: The writing is titled "Effect of Airlangga on the Progress of the Airlangga, Kingdom of Medang Kamulan Kingdom". This writing uses various Medang Kamulan, Policy sources ranging from books to journals. This writing dissects Airlangga's policy as king of the progress of Medang Kamulan How to cite: as its main focus. Airlangga is inseparable from the progress of Muhammad Fikri (2019). Pengaruh Airlangga the Medang Kamulan Kingdom. As a cultural heritage that has terhadap Kemajuan an influence on the Hindu Medang Kamulan Kingdom. Kerajaan Medang Kamulan. Jambura, Keywords: Airlangga, Kingdom of Medang Kamulan, Policy History and Culture Journal, 1(2), 119-125 DOI: Copyright © 2019. JHCJ. All rights reserved. 1. Pendahuluan Sekitar abad ke-10, ibukota Kerajaan Mataram Kuno dari Jawa Tengah bertolak menuju Jawa Timur dengan hal-hal yang menyertai pemindahan sangat perhitungkan. Pandangan dahulunya mengemukakan bahwa akibat musibah semburan Gunung Merapi dan sawah tidak terurus karena para kaum pria digunakan tenaganya untuk memahat candi. Pandangan sekarang mengemukakan bahwa dua faktor penyebabnya, yaitu satu, faktor topografis Bumi Mataram terisolasi maka Jawa Timur lebih terbuka dengan kegiatan jual beli di berbagai bangsa. Bengawan Solo dan Sungai Brantas sebagai jalur keluar masuk perdagangan pribumi dengan pesisir laut serta tanahnya subur daripada Jawa Tengah setelah digunakan. Dua, pemecahan masalah pemerintahan, karena Dinasti Syailendra melarikan diri ke Sumatera setelah Jawa Tengah terampas oleh Dinasti Sanjaya , dengan berdiam tempat di Sumatera kemudian Sriwijaya dapat memegang kepemimpinannya.
    [Show full text]
  • Bab 2 Tata Pemerintahan Kerajaan Mataram │ 13
    SAMBUTAN Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut baik terbitnya buku Sejarah Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebuah buku yang secara lengkap membahas sejarah tata kelola pemerintahan di DIY yang jejaknya merentang sejak masa Mataram Islam hingga saat ini. Melalui buku ini kita bisa melihat bahwa tata kelola pemerintahan di DIY meskipun selalu berubah mengikuti perkembangan zaman, namun dalam proses perubahannya tidak pernah meninggalkan nilai, norma, dan budaya yang mengakar di Yogyakarta. Penjelasan kronologi sejarah dalam buku ini memberikan kita pemahaman bahwa perubahan tata kelola pemerintahan di DIY dari masa ke masa bukanlah perubahan yang revolusioner namun merupakan suatu perubahan yang lebih bersifat transformatif. Membaca buku ini, kita juga bisa melihat bahwa tata pemerintahan di DIY merupakan perpaduan antara birokrasi modern dan institusi tradisional (Kasultanan dan Kadipaten). Perpaduan tersebut merupakan konsekuensi dari status keistimewaan DIY yang diperoleh sejak lama dan semakin diperkuat dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY. Menelisik akar kesejarahan di DIY dan falsafah yang menyertainya memberikan kita gambaran tentang berbagai macam aspek yang menjadi fondasi tata pemerintahan di DIY. Beberapa aspek dasar tata pemerintahan tersebut antara lain demokrasi, kerakyatan, ke-bhineka-tunggal-ika-an, efektivitas pemerintahan, dan pendayagunaan kearifan lokal. Secara struktur, kelima aspek dasar tersebut dalam perjalanannya senantiasa mengalami perubahan namun dengan tetap mempertahankan prinsip nilai, norma, dan budaya yang ada di DIY. Buku sejarah pemerintahan ini disusun dalam kerangka untuk memahami dinamika perubahan dan keberlanjutan tata pemerintahan DIY dalam lintasan sejarah sampai dengan situasi kontemporer. Maka dengan demikian diharapkan baik aparatur pemerintahan maupun masyarakat luas dapat memahami lebih dalam bagaimana hubungan antara sejarah, keraton, kadipaten, Negara, dan masyarakat di DIY dalam pusaran perubahan tata kelola pemerintahan.
    [Show full text]
  • Education in Ancient Indonesia Culture (700-1700)
    HISTORIA: International Journal of History Education, Vol. XI, No. 1 (June 2010) EDUCATION IN ANCIENT INDONESIA CULTURE (700-1700) Aminuddin Kasidi 1 ABSTRACT Within 1359-1364, Hayam Wuruk did a quest monitoring Majapahit, either to the east side, or the west side. From the many objects he visited, in addition to visiting authorities and local villagers, he also visited religious sacred places. Prapanca, who worked as Dharmadyaksa ring Kasogatan was one of the higher authorities in the kingdom who followed him (Pigeaude, 1963, IV, 150-153). The king’s quest was also followed by many authorities, and they were certainly intellectual prominent figures in their era. The position of saptopapati, for instance, was occupied by those who were entitled to as pangei or sanget. The term was derived from the root words of (V pgat) meaning: putus (Jw) mastery (Van Naerssen, 1933: 239-258). Furthermore, the terms of pgat is also defined by Van Nseassen as notable (Naerssen, 1933: 239-258). Within various epigraphs, authority titled with pamget or samget was under the third position of kingdom higher authority: rakryan katrini, namely rakrayan kartini (three higher authority), rakrayan mamantri I Hino, Rakryan I halu, Rakryan I Siikan. Within Nagarakratagama, pupuh 68, the second syair noted :” … wanten bodda Mahayana pgat/rin tantra yogiswara … was an expert (Jw. Mumpuni) of Buddha mahyana’s lesson on Tantra and Yoga …” (Pigeadu, 1963: 52). The terms refer to educated people who have comprehensive and mastery knowledge, so that they can take a decision based on their expertise independently, either in the field of science or governmental problems.
    [Show full text]
  • Laporan Individu
    LAPORAN INDIVIDU PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Periode 10 Agustus – 12 September 2015 Lokasi : SMA NEGERI 2SLEMAN BRAYUT, PANDOWOHARJO, SLEMAN 55512 Telp (0274) 869774, 869775 DisusunOleh Wahyu Ida Permatasari 12406241030 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKART 2015 i ii KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kegiatan PPL di SMA Negeri 2 Sleman dapat terlaksana dengan baik. Dalam pelaksanaan PPL ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Laporan ini disusun dalam rangka untuk memenuhi tugas mata Pengalaman Praktik Lapangan (PPL) yang merupakan mata kuliah wajib lulus bagi mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta. Kegiatan PPL yang dilaksanakan tanggal 10 Agustus sampai dengan 12 September 2015 yang tujuannya untuk membentuk pribadi calon pendidik bangsa yang memiliki keunggulan dalam kualitas dan berdedikasi tinggi, dengan mengetahui apa saja tugas seorang pendidik, serta di dalam pelaksanaannya memberikan bekal pengalaman yang tidak mungkin didapatkan di dalam perkuliahan. Dengan selesainya laporan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran serta kemudahan dalam melaksanakan kegiatan PPL di SMA N 2 Sleman. 2. Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd sebagai dosen Pembimbing Prodi PendidikanSejarah 3. Drs. Dahari, M.M selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Sleman. 4. DuladiS.Pd, selaku koordinator KKN SMA Negeri 2 Sleman. 5. Ibu Rr. Indah Mustikawati,Msi Akt sebagai Dosen DPL pamong SMA Negeri 2 Sleman. 6. Drs. Susiyanta, selaku Guru Pembimbing di SMA Negeri 2 Sleman. 7. Seluruh Guru, Staff sertakaryawan di SMA Negeri 2 Sleman. 8. Ibunda dan Ayahanda dan segenap keluarga yang selalu bersabar, memberikan dukungan, bantuan dan pengertiannya.
    [Show full text]
  • Plagiat Merupakan Tindakan Tidak Terpuji
    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PENINGKATAN PRESTASI DAN KEPUASAN BELAJAR SEJARAH SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE PICTURE AND PICTURE (Penelitian dilakukan di kelas XI IPS 1 SMA Pangudi Luhur Yoogyakarta) S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah Oleh : Yosefin Fitri Wijayati 081314004 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERSEMBAHAN Kupersembahkan skripsi ini untuk : 1. Papa (alm), Pak’e Ose dan Mama, Mbak Eva, Mas Theo, Mbak Yopi, dan seluruh keluargaku yang tak pernah berhenti memberikan dukungan, doa, dan bantuan lainnya. 2. Yoel Febriantoro yang selalu ada setiap saat untuk mendengar keluh kesahku. 3. Patrick yang selalu menjadi penghiburku di saat jenuh. iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI MOTTO Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya. (Matius 21 : 22) Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi bangkit kembali setiap kali kita jatuh. (Confusius) Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. (Martin Vanbee) Jadilah kamu manusia yang pada kelahiranmu semua orang tertawa bahagia, tetapi hanya kamu sendiri yang menangis; dan pada kematianmu semua orang menangis sedih, tetapi hanya kamu sendiri yang tersenyum. (Mahatma Gandhi) v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Pernyataan Keaslian Karya Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagia karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
    [Show full text]
  • Menelusuri Para Raja Madura Dari Masa Pra-Islam Hingga Masa Kolonial
    MENELUSURI PARA RAJA MADURA DARI MASA PRA-ISLAM HINGGA MASA KOLONIAL Wawan Hernawan Dosen Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Gunung Djati Bandung Jl. A.H. Nasution 105 Cibiru, Bandung 40614, Indonesia. E-mail: [email protected] __________________________ Abstract The Madurese kings, of Western and Eastern part of Madura, have shown their exsistence in the history of archipelagic kings. However, their exsistence are less influenced and less famous compared to the kings of Java, Sunda or Bali origin. The investigation of Madurese kings (of Western and Eastern part of Madura) aims at finding the authenticity of their existences. This study is important to counter global figures idolisations and to shows the local people about their local ideals who have given significant contribution to the foundation of Indonesian history. This study employs historical research method to dig information on the reign of the kingdom. This study shows that: first, one source informed (the validity is unknown) concerning the genealogy of the story related to princes Bendoro Gung and Raden Segoro showed the trace of people coming to Madura from the West side through to the East. Second, in pre-Islamic period, based on several inscription and manuscript (kakawin, serat, kidung, dan babad), showed that there are more information given to the role of Eastern Madurese than that of Western. The role of Western Madurese only available in Islamic period by providing the story of Prince Pratanu’s journey to Mataram and back to West Madura (Bangkalan), then followed by several kings of Western Madura. Meanwhile, Eastern Madura kingdom (Sumenep) have been governed at least by 35 kings since Arya Wiraraja to Bendoro Abdurrahman.
    [Show full text]