Sejarah Kerajaan Kediri, Singasari, Majapahit Dan Buleleng
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PEMBAHASAN SEJARAH KERAJAAN KEDIRI, MAJAPAHIT, SINGASARI DAN BULELENG A. KERAJAAN KEDIRI Kerajaan Kediri atau Kerajaan Panjalu adalah merupakan sebuah kerajaan besar yang terletak di daerah Jawa Timur yang berdiri pada abad ke-12 yang terdapat di Jawa Timur antara tahun 1042-1222. Kerajaan ini berpusat di kota Daha, yang terletak di sekitar Kota Kediri sekarang. Kerajaan ini merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Pusat kerajaanya terletak di tepi Sungai Brantas yang pada masa itu telah menjadi jalur pelayaran yang ramai. Atau bisa disebut sebagai lalu linntas transportasi terfavorite di zaman terebut. a. Berdirinya Kerajaan Kediri Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007, yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaan Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi tentang kerajaan tersebut. Beberapa arca kuno peninggalan Kerajaan Kediri. Arca yang ditemukan di desa Gayam, Kediri itu tergolong langka karena untuk pertama kalinya ditemukan patung Dewa ( bentuk bangunan kerajaan kediri) Syiwa Catur Muka atau bermuka empat. Pada tahun 1041 atau 963 M Raja Airlangga memerintahkan membagi kerajaan menjadi dua bagian. Pembagian kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang Brahmana yang terkenal akan kesaktiannya yaitu Mpu Bharada. Kedua kerajaan tersebut dikenal dengan Kahuripan menjadi Jenggala (Kahuripan) dan Panjalu (Kediri) yang dibatasi oleh gunung Kawi dan sungai Brantas dikisahkan dalam prasasti Mahaksubya (1289 M), kitab Negarakertagama (1365 M), dan kitab Calon Arang (1540 M). Tujuan pembagian kerajaan menjadi dua agar tidak terjadi pertikaian.Kerajaan Jenggala meliputi daerah Malang dan delta sungai Brantas dengan pelabuhannya Surabaya, Rembang, dan Pasuruhan, ibu kotanya Kahuripan, sedangkan Panjalu kemudian dikenal dengan nama Kediri meliputi Kediri, Madiun, dan ibu kotanya Daha. Berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan masing-masing kerajaan saling merasa berhak atas seluruh tahta Airlangga sehingga terjadilah peperangan. Pada akhir November 1042, Airlangga terpaksa membelah wilayah kerajaannya karena kedua putranya bersaing memperebutkan takhta. Putra yang bernama Sri Samarawijaya mendapatkan kerajaan barat bernama Panjalu yang berpusat di kota baru, yaitu Daha. Sedangkan putra yang bernama Mapanji Garasakan mendapatkan kerajaan timur bernama Janggala yang berpusat di kota lama, yaitu Kahuripan. Panjalu dapat dikuasai Jenggala dan diabadikanlah nama Raja Mapanji Garasakan (1042 – 1052 M) dalam prasasti Malenga. Ia tetap memakai lambang Kerajaan Airlangga, yaitu Garuda Mukha. Pada awalnya perang saudara tersebut, dimenangkan oleh Jenggala tetapi pada perkembangan selanjutnya Panjalu/Kediri yang memenangkan peperangan dan menguasai seluruh tahta Airlangga. Dengan demikian di Jawa Timur berdirilah kerajaan Kediri dimana bukti-bukti yang menjelaskan kerajaan tersebut, selain ditemukannya prasasti-prasasti juga melalui kitab- kitab sastra. Dan yang banyak menjelaskan tentang kerajaan Kediri adalah hasil karya berupa kitab sastra. Hasil karya sastra tersebut adalah kitab Kakawin Bharatayudha yang ditulis Mpu Sedah dan Mpu Panuluh yang menceritakan tentang kemenangan Kediri/Panjalu atas Jenggala. b. Perkembangan Kerajaan Kediri Pada awal masa perkembangannya Kerajaan Kediri yang beribukota di Daha tidaklah banyak diketahui orang. Prasasti Turun Hyang II (1044) yang diterbitkan oleh Kerajaan Janggala hanya memberitakan adanya perang saudara antara kedua kerajaan sepeninggal Airlangga. Sejarah Kerajaan Panjalu mulai diketahui oleh adanya prasasti Sirah Keting tahun 1104 atas nama Sri Jayawarsa. Raja-raja sebelum Sri Jayawarsa hanya Sri Samarawijaya yang sudah diketahui, sedangkan urutan raja-raja sesudah Sri Jayawarsa sudah dapat diketahui dengan jelas berdasarkan prasasti-prasasti yang ditemukan.Kerajaan Panjalu di bawah pemerintahan Sri Jayabaya berhasil menaklukkan Kerajaan Janggala dengan semboyannya yang terkenal dalam prasasti Ngantang (1135), yaitu Panjalu Jayati, atau Panjalu Menang.Pada masa pemerintahan Sri Jayabayalah akhirnya Kerajaan Kediri baru mengalami masa kejayaannya. Wilayah kerajaan ini mencakup seluruh Jawa dan beberapa pulau di Nusantara, bahkan juga sampai mengalahkan pengaruh Kerajaan Sriwijaya di Sumatra. Hal ini diperkuat kronik Cina berjudul Ling wai tai ta karya Chou Ku-fei tahun 1178, bahwa pada masa itu negeri paling kaya selain Cina secara berurutan adalah Arab, Jawa, dan Sumatra. Pada Saat itu yang berkuasa di Arab adalah Bani Abbasiyah, di Jawa ada Kerajaan Panjalu, sedangkan di Sumatra dikuasai oleh Kerajaan Sriwijaya. Penemuan Situs Tondowongso pada awal tahun 2007 yang diyakini sebagai peninggalan Kerajaa. Kediri diharapkan dapat membantu memberikan lebih banyak informasi mengenai kerajaan tersebut. c. Sumber Sejarah Kediri 1. Prasasti banjaran 1052, tentang kemenangan atas jenggala. 2. Prasasti sirah keting 1140, tentang pemberian hadiah tanah kepada rakyat desa oleh Jayawarsa. 3. Prasasti ngantang 1135, tentang Jayabaya memberikan rakyat nganteng tanah bebas pajak. 4. Kitab Pararaton menceritakan tentang raja raja Singasari. b. Kitab Negarakertagama berisi silsilah raja majapahit yang memiliki hubungan erat dengan raja Singasari. 5. Berita dari Cina menyatakan bahwa Kubilai Khan (kaisar Cina) mengirim pasukannya untuk menyerang Kertanegara, raja Singosari. 6. Candi-candi seperti Kidal, Jago, Singasari, dll d. Raja-Raja yang Pernah Memerintah Kediri 1. Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabhu Jayawarsa merupakan raja pertama yang memerintah kerajaan Kediri dengan prasasti sirah keting yang berangka tahun 1104. Pada masa pemerintahannya, raja jayawarsa memberikan hadiah kepada rakyat desa sebagai tanda penghargaan , karena rakyat desa telah berjasa kepada rakyat. Dari prasati itu diketahui bahwa jayawarsa sangat besar perhatiannya kepada rakyatnya dan berupaya meninggkatkan ksejahteraan rakyatnya. Ia menamakan dirinya sebagai titisan Wisnu. 2. Kameshwara Kameshwara merupakan raja ke-dua kerajaan Kediri yang bergelar Sri Maharajarake Sirikan Shri Kameshwara Sakalabhuwanatushtikarana Sarwwaniwaryyawiryya Parakrama Digjayottunggadewa (1115 – 1130). Lancana kerajaanya adalah tengkorak yang bertaring disebut Candrakapala. Selama masa pemerintahannya Mpu Darmaja telah mengubah kitab samaradana. Dalam kitab ini sang raja di puji–puji sebagai titisan dewa Kama, dan ibukotanya yang keindahannya dikagumi oleh seluruh dunia bernama Dahana. Permaisurinya bernama Shri Kirana, yang berasal dari Janggala. 3. Jayabaya Jayabaya merupakan raja kediri ketiga yang digelari Sri Maharaja Sri Kroncarryadipa Handabhuwanapalaka Parakramanindita Digjayotunggadewanama Shri Gandra. Raja Kediri paling tersohor adalah Prabu Jayabaya. Dibawah pemerintahannya Kediri berhasil mencapai kejayaan. Keahlian sebagai pemimpin politik yang ulung Jayabaya termasyur dengan ramalan-ramalannya. Ramalan–ramalan itu dikumpulkan dalam satu kitab yang berjudul jongko Joyoboyo. Dukungan spiritual dan material dari Prabu Jayabaya dan hal budaya dan kesusastraan tidak tanggung–tanggung. Sikap merakyat dan visinya yang jauh kedepan telah menjadikan prabu Jayabaya layak untuk dikenang. 4. Prabu Sarwaswera Prabu Sarwaswera dikenal sebagai raja yang taatberagama dan berbudaya. Prabu Sarwaswera memegang teguh prinsip tat wam asi yang artinya Dikaulah itu, dikaulah (semua) itu, semua makhluk adalah engkau. Tujuan hidup manusia menurut prabu Sarwaswera yang terakhir adalah mooksa, yaitu pemanunggalan jiwatma dengan paramatma. Jalan yang benar adalah sesuatu yang menuju kearah kesatuan, segala sesuatu yang menghalangi kesatuan adalah tidak benar. 5. Prabu Kroncharyadipa Namanya yang memiliki arti benteng kebenaran, sang prabu memang senantiasa berbuat adil pada masyarakatnya. Sebagai pemeluk agama yang taat mengendalikan diri dari pemerintahannya dengan prinsip sad kama murka, yaitu enam macam musuh dalam diri manusia. Keenam itu antara lain kroda (marah), moha (kebingungan), kama (hawa nafsu), loba (rakus), mada (mabuk), masarya (iri hati). 6. Srengga Kertajaya Srengga Kertajaya dikenal sebagai seorang prabu yang tak henti-hentinya bekerja keras demi bangsa dan negaranya. Masyarakat yang aman dan tentram sangat diharapkan olehnya. Prinsip kesucian prabu Srengga menurut para dalang wayang dilukiskan oleh prapanca. Kertajaya merupakan raja terakhir pada masa Kerajaan Kediri. Kertajaya adalah raja yang mulia serta sangat peduli dengan rakyatnya. Kertajaya dikenal dengan catur marganya yang memiliki arti empat jalan yaitu darma, arta, kama, moksa. e. Perkembangan Politik Kerajaan Kediri Mapanji Garasakan memerintah Kediri tidaklah lama. Ia kemudian digantikan oleh Raja Mapanji Alanjung (1052 – 1059 M). Mapanji Alanjung kemudian diganti lagi oleh Sri Maharaja Samarotsaha. Pertempuran yang terus menerus antara Jenggala dan Panjalu menyebabkan selama 60 tahun tidak ada berita yang jelas mengenai kedua kerajaan tersebut hingga munculnya nama Raja Bameswara (1116 – 1135 M) dari Kediri. Pada masa itu ibu kota Panjalu telah dipindahkan dari Daha ke Kediri sehingga kerajaan ini lebih dikenal dengan nama Kerajaan Kediri. Raja Bameswara menggunakan lencana kerajaan berupa tengkorak bertaring di atas bulan sabit yang biasa disebut Candrakapala. Setelah Bameswara turun tahta, ia kemudian digantikan oleh Jayabaya yang dalam masa pemerintahannya itu berhasil menaklukkan Jenggala. Pada tahun 1019 M Airlangga diangkat menjadi raja Medang Kamulan. Airlangga berusaha memulihkan kembali kewibawaan Medang Kamulan. Setelah kewibawaan kerajaan berahasil dipulihkan, Airlangga memindahkan pusat pemerintahannya dari Medang Kamulan ke Kahuripan.