KIPRAH DAKWAH GURU SYUKUR DALAM KOMUNITAS MELAYU JAMBI (Studi Analisis Isi pada Teks Ajaran Dakwah Peninggalan Guru Syukur)

Disertasi Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat guna memproleh gelar Doktor dalam Program Studi Peradaban Islam Konsentrasi Islam Melayu Nusantara

Oleh: ZULQARNIN NIM.120301012

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2019 ii iii iv v vi vii viii ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB KE LATIN

Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan disertasi ini mengacu Surat Keputusan Bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543 b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal Huruf Sebutan Huruf Latin Keterangan Arab Huruf Alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا Baˊ B Be ة taˊ T Te ث (saˊ ṡ Es (dengan titik di atas ث Jim J Je ج (ha h Ha (dengan titik di bawah ح Kha Kh Ka dan Ha خ Dal D De د (Zal Ż Zet (dengan titik di atas ذ raˊ R Er ر Zai Z Zet ز Sin S Es ش Syin Sy Es dan Ye ش (Shad s Es (dengan titik di bawah ص (Dhad d De (dengan titik di bawah ض (taˊ t Te (dengan titik di bawah ط (Zaˊ ẓ Zet (dengan titik di bawah ظ ain „ Koma terbalik di atasˊ ع Gain G Ge غ Faˊ F Ef ف Qaf Q Qi ق Kaf K Ka ك Lam L El ل Mim M Em و Nun N En ٌ Wawu W We و haˊ H Ha ِ Hamẓah ‟ Apostrop ء

x yaˊ Y Ye ي

B. Konsonan Rangkap karena Syaddah ditulis rangkap Ditulis muta„aqqidĩn يدقــعتيٍ Ditulis „iddah ةدـع

C. Taˊ marbutah marbutah 1. Bila dimatikan ditulis h Ditulis Hibbah تبه Ditulis Jiẓyah تيسج

(ketentuan ini tidak diperlakukan terhadap kata-kata Arab yang sudah terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shalat, ẓakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya. Bila diikuti dengan kata sandang ʺalʺ al serʺalʺ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. ‟Ditulis Karãmah al-auliyã ءبينوألا تيارك

2. Bila taˊ marbutah hidup atau dengan harkat, fathah, kasrah, dan dammah ditulis t. Ditulis Zakãtul fitri رطفنا ةبكز

D. Vokal Pendek ____-____ Kasrah ditulis i ______Fathah ditulis a ____’____ Dammah ditulis u

E. Vokal Panjang fathah + alif Ditulis ã ditulis jãhiliyya تيههبج fathah + ya‟ mati ditulis ã ditulis yas„ã ىعسي kasrah + ya‟ mati ditulis ĩ ditulis karĩm ىيرك dammah + wawu mati ditulis ũ

xi ditulis furũd ضورف

F. Vokal Rangkap Fathah + ya‟ mati Ditulis ai ditulis bainakum ُىكيب Fathah + wawu mati ditulis au ditulis qaulun لوق

G. Vokal Pendek yang Berurutan dalam satu Kata Dipisahkan dengan Apostrof. Ditulis a‟ antum َىتأأ ditulis u„idat ثدـعأ ditulis la‟ in syakartum ئن ىتركشٍ

H. Kata Sandang Alif + Lam 1. Bila diikuti Huruf Qamariyah Ditulis al-Qur‟ ãn أرقناٌ Ditulis al-Qiyãs شبيقنا

2. Bila diikuti Huruf Syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf syamsiyah yang mengikutinya, serta menghilangkan huruf l (el)- nya. ‟Ditulis as-Samã ًءبسنا Ditulis asy-Syams ًصشنا

3. Penulisan Kata-kata dalam Rangkaian Kalimat Ditulis ẓ awĩ al-furũd ضورفنا يوذ Ditulis ahl as-sunnah ُتسنا مـهأ

xii ABSTRAK

Disertasi ini dilatar belakangi oleh ditemukannya fenomena peradaban Islam Melayu Nusantara masa lalu di kawasan komunitas Melayu Jambi, yang berbentuk teks syair dakwah dari Guru Syukur (G.Syukur), hampir 300 bait. Teks ini berasal dari rekaman masyarakat atas penyampaian dakwah G.Syukur pada ẓaman enam puluhan, yang ditemukan di desa Ladang Panjang Kabupaten Sarolangun Jambi. Teks ini merupakan wujud peradaban sebagai bukti eksistensi peradaban Melayu dalam bentuk peradaban Religi, di samping juga merupakan fenomena kebudayaan Melayu Nusantara, karena sifat teksnya yang berbentuk syair, yang merupakan salah satu dari bentuk sastra Melayu Nusantara. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan Keunikan Model Dakwah G.Syukur yang terwujud dalam teks syair tersebut. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini meliputi; 1) Apa saja Jenis Pesan/Ajaran Dakwah yang disampaikan G.Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang; 2).Apa saja Jenis Imbawan Pesan (motivasi pesan) dakwah G.Syukur dalam Teks tersebut; 3)Apa Saja Jenis Syair, Pola Persajakan dan bagaimana Pembentukan Persajakan SyairG.Syukur dalam Teks tersebut, dan bagaimana isinya;4)Bagaimana Efektivitas Dakwah G.Syukur? Penelitian ini dilakukan terhadap Teks Syair Dakwah G.Syukur Naskah Ladang Panjang di Propinsi Jambi, dengan menggunakan teknik Analisis Isi. Penelitian ini menemukan bahwa ada empat macam tema pesan dakwah G.Syukur, yaitu: pesan dakwah keaqidahan, pesan dakwah kesyari‟ atan(ibadah dan hukum-hukum), pesan dakwah bertema dengan akhlak, pesan dakwah dengan tema gabungan.Imbauan pesan yang digunakan G.Syukur terdiri dari Imbawan Rasional, Imbauan Emosional, Imbauan Takut, Imbawan Ganjaran, Imbauan Motivasional. Temuan lainnya adalah bahwa bentuk “syair” (puisi) yang digunakan G.Syukur dalam dakwahnya berupa syair yang berisi 4 baris sebait, dan lebih dominan syair 2 baris sebait. Adapun pola persajakan yang digunakan G.Syukur pada bait-bait syairnya yang terdiri dari 4 baris, semuanya berpola: (aaaa)/(bbbb), yang disebut rima sama, yakni mengandung kesamaan bunyi akhir pada semua barisnya. Sedangkan pada bait-bait syairnya yang terdiri dari2 barisberpola (aa)/(bb). Pembentukan Persajakan Syair Guru Syukur terdiri dari: a. pemilihan kata (diksi) yang sama/mempunyai kemiripan bunyi akhir, b.

xiii pengulangan suku kata yang sama, c. pengubahan struktur kalimat, d. campur kode bahasa lain, e. penambahan kata io. Penemuan selanjutnya bahwa dakwah bermedia syair yang dijalani G.Syukur pada pertengahan abad 19, ditinjau dari sudut Psikologi Dakwah dapat dikatakan efektif, terbukti dengan terdapatnya lima ciri dakwah yang efektif pada pesan dan aktivitas dakwah G.Syukur, yaitu:1)Dakwah G.Syukur dapat memberikan pengertian pada masyarakat (mad‟ u) dari apa yang didakwahkannya; 2)dapat membuat masyarakat (mad‟ u) merasa terhibur oleh dakwah yang mereka terima; 3)berhasil meningkatkan hubungan baik antara da‟ i dan masyarakatnya; 4)dapat merubah sikap masyarakat(mad‟ u);5)berhasil memancing respon masyarakat berupa tindakan.

xiv ABSTRACTION

This disertasion is motivated by the discovery of the phenomemenon of Islamic civiliẓation in the past in the Jambi Malay community area, in the form of preaching poetry text, from Syukur‟ s teacher (Guru Syukur or G.Syukur), nearly 300 verses . This text was comes from a community record of the da‟ wah of Guru Syukur in sixties era, which was found in Ladang Panjang village, Sarolangun districts, Jambi Province. This text is a form of civiliẓation as evidence of Malay civiliẓation in the form of religious civiliẓation, in addition it is also as a phenomemenon of Malay Archipelago culture, because of the nature of the text in the form of poetry, which is one of Malay Archipelago literature. This resesrch was aimed for to find the uniqueness of da‟ wah model of G.Syukur which is manifested in the text of that poem. Issues discussed in this study include:1)what are the types of massages/teachings of preaching delivered by G.Syukur in the text of the Ladang Panjang edited text; 2) what are the types of massages appeal/motivasional massages of G.Syukur in the text; 3)what are the types, the patterns of taxation and how is formation of G.Syukur poetry in the text, and how is its contains; 4) how the effectiveness of G. Syukur‟ s dakwah? This research was conducted on the text of the poem da‟ wah G.Syukur at Ladang Panjang manuscripts in Jambi Province, using content analisys techniques. This research fond that there are four kinds of G. Syukur Preaching massages, namely: preaching massage of , preaching massage of shari‟ a (worship and laws), preaching massage of moral, preaching massage of combined. The massage appeal that usesd by G.Syukur consists of: rational appeal, emotional appeal, appeals to be afraid, rewad appeal, appeal, motivational appeal. Appeal that is more dominant than the types of appeal is rational appeal and Motivasional appeal. Other finding are that the form of poetry used by G.Syukur in da‟ wah is the form of 4 parallel lines and the more dominant 2 verse parallel lines. As for the fattern of poetry pattern used by G.Syukur for its verses lines in the form of 4 lines, all of them are patterned (aaaa)/(bbbb), which is called the same rhyme, i.e. it contains the same final sound on all lines. Whereas the verses in the form of 2 lines are all patterned (aa)/(bb).G. Syukur‟ s poetic form of taxation consist of: a.chice of words (diction) are the same/have the final resemblance, b.repetition of the same word, c.changing sentence structure, d.mix

xv other language codes, e.the addition of the word io.Then in terms of content, G.Syukur‟ poetry is not dominated by stories, but contains religious advice (da‟ wah) and religious knowledge. Further finding that da‟ wah with poetry media that played by G.Syukur in the mid-19th century, in terms of the psychology of da‟ wah, can be said to be effective, as avidenced by the existence of five characteristics of effective da‟‟ wah in the message of G.Syukur s da‟‟ wah and the activities of his da wah, namely: 1) the delivery of da‟‟ wah by G.Syukur can give community (mad u) an anderstanding of what they have preached; 2) can make people (mad‟ u) feel comforted by the da‟ wah receive; 3) can improve good relations between the preacher and his community; 4) can change people‟ s attitude; 5) can provoke community response in the form of action.

xvi أبستراك

ُ ً ّ ُ ديسرجسي ِاي دىحربينا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗا يڠيـ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔى د ٘جِم ٘فا فرادبا اسال ٍال ٘ي ّساحرا ٍسا ال ٘ى دي ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗماسا ٘ميحاس ٍال ٘ي َجبي، ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ ْبرب ٘حك شاعيرد ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ داري ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر ) ريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ ر(،ريفَٕفير 300 باإيث . جينس ِاي براسو داري رماٍِ ٍشارمة ُ ُ ًاّ ُ ْ اجس فپاٍفايا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر فدا ٍزا اا ٘ف ريفَٕ ٘،ى ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠدي ٘حما دي ديسا ىدا عفجا عم ب ٘ ِفاجي سا ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗرى ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ٘ ڠ َجبي. جينس ِاي ٍ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ِفام ُ ُ ُ ُ ّ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُ٘اساٗجد فردبا سب اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬاي ْامسسحسي فردبا ٍال ٘ي ٌدى ْب ٘حك فردبا رييي اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬي، َديسفي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ ٘جاّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬا ٍ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ِفام ٘فا م ب ٘ديأ ٍال ٘ي ّساحرا ّمرا ّ صيفث جينسپا يع ْبرب ٘حك شاعير، ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ٍ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗڠر ِفام سٔي سا ٘ج ْب ٘حك ساسحرا ٍال ٘ي ّساحرا. ْ ُ ُ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗ ُ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗ ُ فيحيا ِاي بر ٘ج ٘جا ا ٘ح ك ٘ ما مأ ينا ٘ ديو د ٘ع،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠج ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ٘جد ٌدى جينس شاعير جرس ب ٘ت. سأٍ ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔىي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠديبٕاس ْ ُ ُ ُ ُ ْ ٌدى فيحيا ِاي ٍيي ف ٘جي: .1 افا سجا ْجيس فسا/اجرا د ٘عٓريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ي ڠ َديسفاينا ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر ٌدى جينس ٘سحيعا ع ّسنٓا ىدا عفجا ع ُ ُ ُ ُ ُ ِأي؛ .2 افا سجا ْجيس اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗا فسا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ ٌردى جينس جرس ب ٘ت؛ .3 افا سجا ْجيس شاعيردا ٘فال فرسجاما دا ب اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬَْايا َفْب ٘ح ُما ُفرسجاما شاعير ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر ٌدى جينس جرس ب ٘ت ُدا ب اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬَْايا إيسيپا ؛.4 ب اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬَْايا افينحيفيحاسـ د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر؟ ْ ُ ُ ْ فيحيا ِاي دى ن ٘ما ج ريفَٕردف جينس شاعيرد ٘ع،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر ّسنٓا ىدا عفجا عدي ف ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ْفيسي َجبي، د عساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗاٍ يڠاّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ اڬ ٘ ْجنيل ّأاىيسيس إيسي. ْ ُ ُ ً ُ ُ ُ ُ فيحيا ِ اي٘ ما ب ٘ا ادا اٍفات ً چا َجيا فسا د ٘ع،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر، ٘حياإي: فسا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ معق ريفَٕد، فسا د ٘عٓدريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬ يراد مشريعحا)عب ٓٓ دا ح ٘ن- ح ٘ن(، ُفسا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ أخالق ُدا ُفسا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ د ع َجيا ا ڬ بريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ٘ ڠ.اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗا ُفساي ر٘نش.ڬ ِماّ٘ڬيدڠ اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍدي اڬ ٘ ريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر جرديري داري: ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗاٍبا راس ي ٘اه، اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗا إ ي ٘س ي ٘اه، اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗا جا ٘مت ، اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساّٗاڬ ُدا ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗاٍبا ٘ جيفاس ي ٘اه. اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠى ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔ ب ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗدْيُا أدا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔى اٍب ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗا راس ي ٘اه ُدا ا٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساُٗاٍبا ٘ جيفاس ي ٘اه. ٘جُا ِالئيپا أدا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔى ب ٘ا ْب ٘حك "شاعير" ) ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗ ٘فيسي( ي ع ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗ اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍدي اڬ ِام ريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ ٌردى شاعيرپا ياإي ٘حب ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗرفا شاعير ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠبرإيسي 4 باريس سيبائيث، ُدا ى ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔ ب ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗدْيُا شاعير برإيسي 2 باريس سيبائيث. ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗ ادا ٘ ٘فال ِفرسجام ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ اّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍدي اڬ ِام ريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر فدا بائيث ـ بائيثـ شاعيرپا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠجرديري داري 4 باريس، ٘ساپ بر ٘فال ّ ُ )أأأأ((/ب ب ب ب(، ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠديس ب ٘ت َريا َسا، يأي ٍ ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗا يڠ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗد ع َمساأ ٘ بپي أخير ُ فدا ٘سا باريسپا. سدا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗا يڠنا فدا بائيث ـ بائيث شاعيرپا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠجرديري داري2 باريس، بر ٘فال )أأ((/ب ب(. َفْب ٘ح ُما ُفرسجنا شاعير ڬ ٘ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ش ن ٘ر جرديري َداري:أ.فيُا ماجا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠَسا/ٍَفپائ َم ُيرفا ب ٘پي ْ أخير، ب.ف ر٘نش.ڬ ِ٘ماّ٘ڬيدڠى ر٘نش.ڬ ُاِماّ٘ڬيدڠ ماجا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ َسا، ت. َچف ٘ردي ٘م بسا ِالٔي، خ.فر٘نش.ڬ ِ٘ماّ٘ڬيدڠ بُا سحرم ٘حر َماىات، ج. َف بُا ماجا إ ٘ي

xvii ٘فُا ْسي ٘جتپا ب ٘ا د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيراد ٓ ٍبرديا شاعير ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ ّدجالي ريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر فدا فرج ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠ ابد ك 19، ْديحي ٘ج داري ٘س ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗدت فسي ن ٘ىاّرمارحّاسّ٘يلاٍُأيد٘بماٍْْ٘فِمافٗرٍ ٘اڬي د ٘عريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيراد ٓ دافث ِدينحام افينحيف، جر ب ٘محي د ع جردفحپا َىيا چيري د ٘عٓريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ي ڠافينحيف فدا ُفسا ُدا ُ امحيفيحاسـ د ٘ع،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓريفَٕ .ش ،)ر٘نش.ڬ ن ٘ر، يٕا ٘ج: )1 د ٘ع،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓريفَٕ ،)ر٘نش.ڬ.ش ن ٘ر دافث ٍَ ِبرين ف ر٘نش.ڬ ِماّ٘ڬيدڠرجيا فدا ٍشارمات ٍ)د ٘ع( داري افا ي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠديد ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗا ريفَٕ ٘يڠْنپا؛ )2 دفث ٍَب ٘ات ٍشارمات ٍ)د ٘ع( ٍرسا ج ريفَٕرب ٘ر ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗا ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔى د ٘عٓريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ي ٍڠرك َجريا؛ )3برحصيو ٍْ ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جدٔىٗا يڠ ِ ناجنريفَٕ ٘بريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ٘ ڠ بإيل ّ ُ احرا داع دا ٍشارماجپ؛ )4 دافث ٍ ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗر ساحيَّ٘مُاساٗاميد٘ىلااسٍارحّاسّ٘يلاًٍلاساُابدارفاٍْْ٘فِمَ٘جد ٔ بسيناف ٍشارمات ٍ)د ٘ع(؛)5 برحصيو ٍَْچي ريفَٕ،)ر٘نش.ڬ(ر٘نشٗر٘ڬيرادٓ٘عدريعاشك٘حْبرب ڠريس ٘ ٍفشارمات ب ٘يلاٍساحيَّ٘م ُاساٗرفا ْجي ِدام.

xviii KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat beserta Salam senantiasa tercurah untuk Rasulullah SAW. Disertasi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi Program Doktor (S3) di Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang. Disertasi ini merupakan sebuah hasil penelitian tentang Kiprah Dakwah Guru Syukur dalam Komunitas Melayu Jambi(StudiAnalisi IsipadaTeksAjaranDakwah Peninggalan Guru Syukur)”. Penyelesaian disertasi ini tentunya banyak melibatkan berbagai pihak yang telah sangat berjasa membantu penulis. Untuk itu dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tinggi penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Rektor dan para Wakil Rektor Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang. Direktur, Wakil Direktur Pascasarjana, Ketua Program Studi Peradaban Islam Program Doktor Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang telah banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian studi ini. 2. Prof. Dr. Ris‟ an Rusli, MA selaku Promotor dan Dr. Hamidah, MA selaku Co.Promotor yang telah memberikan bimbingan dalam penulisan dan penyelesaian disertasi ini. 3. Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Dekan Fak. Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang telah memberikan iẓin dan Pemerintah Propinsi Jambi membantu penyelesaian penelitian ini, para dosen yang telah mencurahkan ilmunya, ketua jurusan, kepala pustaka para staf TU yang telah ikut serta melancarkan proses studi, para teman-teman mahasiswa Program Doktor angkatan kedua Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang yang telah memberikan motivasi untuk penyelesaian studi ini. 4. Khusus untuk keluarga tercinta Istriku Zainani, S.Sy, Ayahanda (alm) dan Ibunda tercinta, serta anak-anakku Zhahiratul Hasanah, Ahmad Mushlihuddin, Muhammad Fajrul Hadi (alm) dan Khairun Naẓhifah yang selalu memberi motivasi, do‟ a dan merelakan

xix berkurangnya waktu kebersamaan dengan mereka demi untuk penyelesaian studi ini. Atas kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan ini, penulis mengharapkan kritik dan saran guna penyempurnaan hasil penelitian. Akhirnya, hanya kepada Allah penulis haturkan do‟ a semoga bantuan, bimbingan, dan dukungan yang diberikan dapat menjadi amal ibadah. Amin Ya Robbal „Alamin.

Palembang, 5 Oktober 2019 Penulis,

Zulqarnin

xx DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...... i HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN...... ii HALAMAN PENGESAHAN REKTOR...... iii HALAMAN PERNYATAAN LULUS UJIAN PROPOSAL...... iv NOTA DINAS...... v HALAMAN PERSETUJUAN DEWAN PENGUJI UJIAN KELAYAKAN...... vi HALAMAN PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TERTUTUP...... vii HALAMAN PENGESAHAN PERSETUJUAN AKHIR...... viii PEDOMAN TRANSLITRASI...... ix ABSTRAK...... x KATA PENGANTAR...... xix DAFTAR ISI...... xxi

BAB I. PENDAHULUAN...... 1 A. Latar Belakang Masalah...... 1 B. Batasan Masalah...... 10 C. Rumusan Masalah...... 11 D. Tujuan Penelitian...... 11 E. Kegunaan Penelitian...... 11 F. Tinjauan Pustaka...... 12 G. Metode Penelitian...... 17 H. Sistematika Penulisan...... 22

BAB II. LANDASAN TEORI...... 25 A. Penegasan Konsep...... 25 B. Kerangka Teoritis...... 28 1. Teori Ilmu Dakwah...... 28 a. Dakwah...... 28 b. Pesan dakwah...... 29 2. Teori Psikologi Komunikasi...... 32 a. Imbauan Pesan...... 32 b. Efektifitas Komunikasi/Dakwah...... 34

xxi 3. Teori Kesusasteraan...... 34 a. Jenis Syair...... 34 b. Pola Persajakan Syair...... 37 c. Pola Pembentukan Persajakan Syair...... 38 d. Tema Syair...... 39 e. Fungsi Syair...... 40

BAB III. GURU SYUKUR DAN AKTIVITAS DAKWAH MASYARAKAT JAMBI...... 43 A. Historis dan Sosiologis Masyarakat Jambi...... 43 B. Masuk dan Berkembangnya Islam di Jambi...... 58 C. Aktivitas Dakwah Islam Para Da‟ i di Jambi...... 72 D. Guru Syukur Sebagai Da‟ I...... 77

BAB IV. NASKAH SYAIR DAKWAH GURU SYUKUR, INTISARI DAN KEASLIANNYA...... 83 A. Salinan Teks Syair Dakwah Guru Syukur...... 83 B. Intisari Teks Syair Dakwah Guru Syukur...... 110 C. Sejarah dan Keaslian Teks...... 112 D. Deskripsi Naskah...... 113

BAB V. PESAN DAKWAH DALAM TEKS SYAIR GURU SYUKUR...... 121 A. Pesan Dakwah dengan Tema Aqidah...... 121 B. Pesan Dakwah dengan Tema Syari‟ ah...... 140 C. Pesan Dakwah dengan Tema Akhlak...... 149 D. Pesan Dakwah dengan Tema Gabungan...... 153

BAB VI. IMBAUAN PESAN DAKWAH DALAM TEKS SYAIR GURU SYUKUR...... 163 A. Imbauan Rasional dan Emosional...... 164 B. Imbauan Takut dan Ganjaran...... 171 C. Imbauan Motivasional...... 173

BAB VII. SASTRA DALAM TEKS SYAIR DAKWAH GURU SYUKUR...... 181 A. Jenis (Bentuk) Syair Guru Syukur...... 181

xxii B. Tema/Isi Syair Guru Syukur...... 194 C. Pola Persajakan dan Pembentukan Persajakan Syair G. Syukur . 200

BAB VIII. ANALISIS EFEKTIFITAS DAKWAH GURU SYUKUR DENGAN MEDIA SYAIR...... 211 A. Efektifitas Syair Guru Syukur Sebagai Media Dakwah Masa Lalu...... 211 B. Efektifitas Syair Guru Syukur Sebagai Media Dakwah Kekinian...... 224

BAB IX. PENUTUP...... 227 A. Kesimpulan...... 227 B. Saran dan Rekomendasi...... 228

DATAR PUSTAKA...... 230 LAMPIRAN 1: Pedoman Wawancara...... 240 LAMPIRAN 2: Daftar Nama Imforman...... 241 LAMPIRAN 3: Dokumen Photo...... 242 RIWAYAT HIDUP PENULIS...... 246

xxiii xxiv BAB I PENDAHULAN

A. Latar Belang Masalah Jambi adalah salah satukawasan yang berkomunitas Melayu1,telah membentuk masyarakat mandiri sejak lama.2Sebagai sebuah masyarakat, komunitas Melayusudah tentu menghasilkan kebudayaan dan peradaban dengan berbagai unsurnya. Salah satu unsur kebudayaan yang berkembang dalam masyarakat Jambi adalah kebudayaan dan peradaban dalam bidang religi. Pada mulanya masyarakat Jambi adalah beragama animisme dan dinamisme. Kemudian berkembang agama Budha, selanjutnya Islam. Setelah tersebarnya dakwah islamiah di daerah ini, mayoritas penduduknya menganut agama Islam. Agama Islam masuk ke Jambi sejak abad ke 11 M,3 dan pernah menjadi agama resmi kerajaan semenjak berdirinya kerajaan Islam Kesultanan Jambi abad ke 15.4

1Suku Melayu bermukim di sebagian besar Malaysia, pesisir timur Sumatera, sekeliling pesisir Kalimantan, Thailand Selatan, serta pulau-pulau kecil yang terbentang sepaniang Selat Malaka dan Selat Karimata. Di Indonesia, jumlah suku Melayu sekitar 15% dari seluruh populasi, yang sebagian besar mendiami propinsi Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, dan Kalimantan Barat (Tersedia: http://id.wikipedia.orq/wiki/Suku Melavu. Akses: 25 Mei 20017), T Usman Sinar, (1994), Jatidiri Melayu, Medan: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu (MABMI), hlm.2 2Setelah kerajaan Koying, Tupo dan Kantoli runtuh, kemudian berdiri Kerajaan Melayu Jambi. Berita tertua mengenai kerajaan ini berasal dari T'ang-hui- yao yang disusun oleh Wang-p'u pada tahun 961 M, di masa pemerintahan dinasti T'ang dan Hsin Tang Shu yang disusun pada awal abad ke-7, M di masa pemerintahan dinasti Sung. Diperkirakan, Kerajaan Melayu Jambi telah berdiri sekitar tahun 644/645 M, lebih awal sekitar 25 tahun dari Sriwijaya yang berdiri tahun 670. Tersedia: http://ms.wikipedia.org/wiki/Kerajaan Melayu Jambi. Akses 25 Mei 2017 3Menjelang akhir masa kejayaan Melayu Budhis yakni masa pemerintahan Tun Telanai (1080-1168 M), bersamaan di Ujung Jabung sedang berkuasa seorang raja daerah (Jenang) bernama Tuan Puteri Selaro Pinang Masak. Pada masa itu pelabuhan Muara Tebo, Muara Tembesi, Jambi dan Muara Kumpeh, serta Labuhan Dagang sedang ramai dikunjungi pedagang manca negera termasuk dari Turki. Seorang penyebar Islam dari Turki bernama Achmad Barus II beserta pengikutnya sampai di Ujung Jabung dan menetap di pulau Berhala. Dalam sejarah Jambi disebutkan bahwa Achmad Barus II menikah dengan Tuan Puteri Selaro Pinang Masak dan melahirkan banyak keturunan yang menjadi raja Jambi. Dan salah seorang keturunannya yangterkenal ialah Orang Kayo Hitam. Kemudian Orang Kayo Hitam ini menjadi raja pula di Jambi.Achmad Barus II dipanggil oleh masyarakat Jambi

1 Perkembangan agama Islam di Jambi pada masa selanjutnya merupakanperan para , Guru-guru, dan para da„i Muslim,5 di samping atas peran kesultahanan Islam Jambi. Berkat keuletan para ulama, guru-guru, para da„i ini walaupun pada pada tahun 1905, pemerintahan kolonial Belanda dapat merobohkan Kesultanan Islam Jambi, dengan strategi westrenisasi dan sabilisasinya, nilai-nilai keislaman tidak terkikis habis dari masyarakat Melayu Jambi. Salah satu yang menarik dari kiprah para da„i adalah salah seorang ulama Jambi terkenal dengan nama Guru Syukur. Nama lengkap H. Syakur. Dalam masyarakat Jambi dikenal dengan nama Guru Syukur. Ayahnya bernama H. Ahmad Thohir dan Ibunya bernama Jariyah.Guru Syukurlahir di Jambi tepatnya di desa Terusan, Kabupaten Batang Hari, Propinsi Jambi.Beliau lahir pada tahun 1899 M dan wafat pada tahun1979.6Beliau adalah seorang da„i dan pendidik agama Islam di Jambi dengan media sya‟ ir.Semasa beliau aktif berdakwah dimasyarakat Jambi sekitar tahun sembilan belas limapuluhan dan enam

dengan sebutan Datuk Paduko Berhalo. la adalah putra Sultan Turki bernama Sultan Saidina Zainal Abidin, dari keturunan ke-7 silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW. Kehadiran dan pernikahan Datuk Paduko Berhalo dengan Tuan Puteri Selaro Pinang Masak sangat berarti bagi sejarah Islam di Jambi karena beberapa hal penting, yaitu:Penyebaran Islam di dalam keraton berlangsung dengan jalan damai.Memudahkan penyebaran Islam ke tengah-tengah masyarakat di pedalaman Jambi.Sebagai titik awal proses pergeseran sistem nilai budaya dari Kebudayaan Melayu Budhis menuju kebudayaan Melayu Islam, Tersedia: http://www.facebook.com/notes/anak-melavu-iambi/kebudayaan-melavu- islam/ 10150969226160105, akses 25 Mei 2015 4Perkembangan Islam di Jambi sangat terbantu seiring dengan proses berdirinya Kesultanan Jambi, yang dimulai sejak di akhir abad ke-15. Walaupun sebenarnya sampai akhir abad ke-16 Kesultanan Jambi masih belum jelas kedudukannya. Eksistensi Kesultanan Jambi mulai efektif pada masa Sultan „Abd al- Qahhar (berkuasa 1615-1643).Ali Muẓakir, (2013), “Kisah Orang Turki Dalam Sejarah Islam di Jambi”, Thaqãfiyyãt, 14, (2), hlm.294 5Setelah menerima Islam mereka juga aktif menjaga, mempertahankan dan menyebarkannya. Keadaan ini diperkokoh oleh ajaran bahwa agama Islam adalah “agama dakwah” dan setiap pemeluknya wajib menyebarkanya sesuai dengan kesanggupanya. Akan tetapi agar pelaksanaan dakwah itu berjaya, maka perlu ada kelompok atau golongan tertentu yang diberi tanggung jawab khusus (ulama, ustaẓ, guru agama), sebagaimana dipahami dari ayat Al-Qur‟ an surat Ali Imranayat 104: ْ ٌُُْ ْ ْ ْ ْ ْ ْ َُ ْ ْدي ةمأ مكنم َُنكتلو َنورمأيوو ْرَيخال ىإل ال نع َنوهنيو فورعمالب لوأو َركنم ُمه َ ِ ْ َ َنوعُِ ََُُِ َُِْ َََِْ َِ ُ َِ َك ِئ ُ ْْمال َنو. 6Fatahuddin, (2005), Metode Dakwah Lewat Syair, Mengungkapkan Syair dakwah Guru Syukur Terusan, Jambi, Jakarta: GP Press, hlm.47 2 puluhan7 inilah Guru Syukurgiat berdakwahmenggubah syair-syair dakwah8yang bermuatan nilai-nilai agama Islam.9 Pengaruh dan peran dakwah Guru syukur masih dirasakan sampai sekarang oleh masyarakat Jambi. Faktor yangmembuat Guru Syukur berpengaruh dakwahnya di samping karena ajaran yang disampaikannya selalu menyentuh problem nyata masyarakat, juga karena media/pendekatan dakwahnya yaitu media budaya seni tutur syair.Keunikannyadari syair dakwah Guru Syukur,pertama ia sangat digemari oleh masyarakat Jambi sehingga selalu menjadi kutipan dalam penyampaian pesankeagamaan atau pesan-pesan budaya pada event- event tertentu.10Keduaia begitu kuat tersimpan pada memori kolektif masyarakat khusus para peserta pengajiannya. Ketiga, dari segi tema/isinya mencakup sebagian besarajaran Islam yang merupakan nilai-nilai mendasar yang dijadikan pegangan oleh setiap muslim. Syair-syair dakwah gubahan Guru Syukur ternyata cukup banyak. Para peserta pengajiannya menjadikannya sebagai hafalan. Pada tahun 2010 telah disalin sekumpulan teks syair Guru Syukur

7Wawancara dengan salah seorang pesertapengajiian Guru syukur, Ibu Hj. Hasnaiyah, 7 Juni 2017 8 Berdasarkan hasil penelusuran sumber pustaka dan melalui broshing internet, tidak ditemukan syair yang serupa dengan syair Guru Syukur ini dari penggubah lain. 9Untuk mengambil data-data dari dokumentasi atau hasil karya yang ditinggalkan harus dipegang prinsip keotentikan tersebut baik dari sisi bahasa, pembuatannya, bentuknya maupun sumbernya.Dari keterangan ini tentunya juga data- data yang akan diambil dari naskah-naskah atau buku-buku yang ditulis oleh sang tokoh harus dipegang prinsip keasliannya (keotentikan) naskah atau buku tersebut meliputi: a. Keaslian teks dari segi bahasanya, artinya kalau naskah atau buku yang dikarang tokoh itu bahasa Inggris maka harus dicari aslinya tidak boleh terjemahan dalam bahasa lain. b. Keaslian pembuatnya, artinya naskah atau buku itu benar-benar asli tulisan atau pemikiran si tokoh. c. Keaslian bentuknya, maksudnya naskah atau buku itu tidak mengalami penambahan atau pengurangan pembahasannya. d. Keaslian dalam sumbernya. Nursapia Harahap, (2014), “Penelitian Kepustakaan”, Jurnal Iqra‟08, (01), Mei 10Syair Guru Syukur selalu dilantunkan, seperti dalam musyawarah, menasihatikedua mempelai, mendongeng, menidurkan anak ....Syair tersebut tampaknya secara pelan dan pasti masuk ke hati parapendengarnya, sehingga di hari tuanya sang anak akan mengingatdan mengamalkan ajarannya.Hilmi, (2005), “Arud H.Syukur”, Kontekstualita, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I 20, (2), Desember, hlm.141

3 menjadi sebuah naskah yang berisi sekitar 300 bait syair berbahasa dan aksara Melayu dialeg Jambi, yang diberi judul Syair Aqidah yang ditulis oleh Ibu siti Anbiya‟ dan Ibu Nur Hasanah dari desa Ladang Panjang Kab. Sarolangun Provinsi Jambi, berasal dari hafalan dari salah seorang peserta pengajian Guru Syukur bernama Hasan Bashri. Berpedoman kepada dua naskah dan dua Teks Elektronik hasil rekaman penulis dari dua peserta pengajian yang masih hidup(Ibu Hasnaiyah dan Ibu Saodah), pada tahun2014, telah dilakukan suntingan kodifikasi oleh Zulqarnin dan Abdul Ghaffar dalam bentuk naskah diplomatik dan telah ditransliterasi ke dalam huruf lain. Contoh cuplikan awal dan akhir Syair Dakwah Guru Syukur yang termuat pada Naskah Ladang Panjang, Suntingan Zulqarnin dan Abdul Ghaffar: Awal naskah Awalu wajibin „ala kullil basyar Ma‟‟ rifatun ilahi ma fakrin nazhar

A‟ ni bihi mimma yajib lillahi Ma yastahilu wa ma yajuzu alaihi

Wa misluhu liruslihi pata‟ lamu „alaihimus shalatu was salamu

Dengan nama Allah aku mula i Yang pengasih yang penyayang atas kami

Hai saudaro pikir-pikir habar kami Mengenal Allah pardhu ain atas kami

Tahu kamu awal wajib mengenal Allah Dak tarimo Islam iman dak kenal Allah

Seperti hadits awaluddin bima‟ rifat Jaẓam bagi sebenar dalil yang mufakat

Keluar dengan kato jaẓam syak ẓhan waham Keluar dengan bagi sebenar duo macam

4 Satu jahil bashit dio tiado tahu Tapi-tapi dio tahu io tak tahu

Duo jahil murakkabun ngaku tahu Awak jahil tidak sadar ngaku tahu11

Akhir Naskah

Fadhilah Sembahyang Berjama‟ah ah

Fadhilah sembahyang jama‟ ah itu limo perkaro Satu tidak keno faqir dalam dunio

Duo diangkat siksa kubur dari dio Diberi kitab di tangan kanan yang ketigo

Empat macam kilat nyambar ke syurgo Limo tidak hisab tiado kena sekso

Laki-laki berjamaah io sembahyang Lebih dari empat puluh tahun sembahyang seorang

Dengan duo puluh tujuh derajat tinggi Lebih dari orang sembahyang seorang diri

Shalat nafil fil buyuti afdhal Illallati jama‟ atan tuhashshal12

Guru Syukur tidak pernah menulis teks syairnya dalam sebuah naskah atau mendektekan syairnya kepada peserta pengajian. Beliau menyampaikan syairnya secara lisan dalam pengajiannya dengan diulang-ulang beberapa kali, karena pada umumnya peserta pengajian saat itu adalah dalam keadaan buta aksara Latin dan Melayu. Oleh

11Zulqarnin dan Abbdul Ghaffar, (2014), “Internalisasi dan Dialog Islam dengan Melayu(Kajian Naskah Syair Guru Syukur dengan Pendekatan Pilologi dan Studi Islam)” Laporan Penelitian, Institut Agama Islam NegeriSulthan Thaha Saifuddin Jambi, hlm.42-43 12Zulqarnin dan Abbdul Ghaffar, (2014), “Internalisasi…, hlm.65 5 peserta pengajian, syair-syair Guru Syukurini dihafal dan diulang-ulang bersama-sama pada saat pengajian dan juga pada saat-saat para peserta pengajian itu duduk bersama di luar pengajian, sehingga sebagian besar peserta dapat menghafalnya secara lengkap. Teks syair aqidah Guru Syukur ini merupakan fenomena peradaban Islam Melayu Nusantara di kawasan komunitas Melayu Jambi masa lalu.13 Teks ini merupakan wujud peradaban sebagai bukti eksistensi peradaban Melayu dalam bentuk peradaban Religi. Di samping itu teks ini juga merupakan fenomena kebudayaan Melayu Nusantara karena sifat teksnya yang berbentuk syair, yang merupakan salah satu bentuk sastra Melayu Nusantara. Jadi ia termasuk dalam suatu unsur kebudayaan berupa Kesenian Melayu. Disisi lain bila teks ini dilihat dari sisi nilai-nilai yang dikandungnya berupa pesan-pesan keagamaan dan motivasi-motivasi (dorongan) beragama, maka teks ini dapat juga merupakan fenomena kebudayaan berunsur religi.14 Dengan demikian teks syair ini dapat dikatakan sebagai fenomena kebudayaan pada wujud sistem sosial dari unsur budaya religi yaitu aktifitas penyiaran agama, alias dakwah.15 Teks syair dakwah Guru Syukur merupakan fenomena peradaban monumental dalam komunitas Melayu Jambi, melihat sampai sekarang para peserta pengajiannya yang masih hidup, masih dapat mengingat bait-bait syair beliau tersebut.16 Penggubahan syair di dunia Melayu Nusantara, memang sudah laẓim, namun di komunitas Melayu Jambi merupakan hal langka. Apalagi Penggunaan syair untuk alat komunikasi nilai agama/budaya hanya yang dilakukan Guru Syukur di komunitas Melayu Jambi. Jadi pengkajian terhadap teks syair

13Dalam penelitian kuantitatif, fenomena itu harus bermasalah, baru layak dijadikan masalah penelitian, namun dalam penelitian kualitatif gejala social itu cukup terlihat fenomenanya saja sudah memenuhi syarat dijadikan masalah penelitian. Burhan Bungin (2010), Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya,cet.IV, Jakarta: Kencana Kencana Prenada Media Group, hlm.50 14Setiap unsur kebudayaan mempunya tiga wujud, yaitu wujud budaya(nilai- nilai), wujud sistem sosial dan wujud benda budaya(material). Koencaraningrat, (2009),Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi,Cet.IX, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.150 15Koencaraningrat, (2009),Pengantar…,hlm.150 16Peserta pengajian Guru Syukur yang masih hidup hingga sekarang antara lain: Ibu Hasnaiyah, Ibu Saodah, Ibu Hindun, Ibu Syamsiah warga Desa Ladang Panjang. Wawancara dengan Ibu Hasnaiyah, 20 Januari 2018. 6 dakwah Guru Syukur ini bernilai penting bagi pengembangan kebudayaan komunitas Melayu Jambi dalam rangka menghidupkan kembali jiwa kesenian masyarakat Jambi.17 Begitu juga dari perspektif dakwah penggunaan pendekatan syair sampai sekarang menurut salah seorang pemerhati dakwah M. Anis Bachtiar (2013),masih dianggap alternatif yang menjanjikan untuk mengefektifkan pengaruh dakwah.18 Mengingat besarnya potensi nilai-nilai kebudayaan religi dan seni pada teks syair dakwah guru syukur, maka menjadi urgen dan perlu serta penting dilakukan pengkajian dan penelitian yang serius dalam

17Rekomendasi Rumusan Hasil Dialog Budaya Melayu2012 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia di Pekanbaru, Riau, 3 s.d. 5 Desember 2012dengan tema “Revitalisasi kearifan budaya melayu, kini dan masa datang”, al: a. Perlu dilakukan revitalisasi seni dan budaya Melayu agar dapat selaras dengan perkembangan ẓaman. b. Dalam rangka pelestarian dan pewarisan nilai-nilai budaya Melayu perlu diadakan langkah-langkah penyebarluasan, pendampingan, dan pengembangan. Wawan, Dialog Budaya Hasilkan 10 Rumusan, Go Riau.com, [Online]. Tersedia: http://m.goriau.com/berita/..., [5 Desember 2012] 18Untuk menapaki uraian tersebut, diajukan gagasan awal mengenai strategi dakwah, sebagai berikut: a. Peninjauan kembali pendekatan dakwah dengan upaya sentral perencanaan dakwah yang lebih berorientasi pada pemecahan masalah (problem solving oriented) b. Pergeseran medan dakwah (model komunikasi dakwah) konvensional, yaitu tabligh dalam makna sempit menjadi dakwah yang 'multi dialog' (dialog amal, dialog seni, dialog intelektual, dialog budaya) (penebalan huruf pada beberapa kata di akhir kalimat ini dari penulis pent.) c. Perimbangan antara dakwah bersekala massal menjadi dakwah personal atau dakwah kelompok yang lebih dialogis. d. Perlunya perhatian dan pengembangan yang serius lembaga-lembaga dakwah, terutama majlis tabligh, pada fungsi-fungsi perencanaan dan pengelolaan. e. Perlu dilakukan pengkajian yang mendalam mengenai (a) ciri-ciri dan permasalahan yang dihadapi objek dakwah (kondisi obyektif dan subyektif), serta (b) kondisi lingkungan, dalam rangka mengembangkan strategi dakwah yang tepat di masing-masing daerah dan kelompok umat tertentu. Untuk itu maka penelitian obyektif dan lingkungan dakwah merupakan langkah Perlu dikembangkan mekanisme pengorganisasian yang lebih profesional, dengan pemilahan tugas yang jelas antar subyek dakwah (da'i, perencana dan pengelola kegiatan dakwah) f. Perlunya pengembangan nilai-nilai saintifik Islam dan keilmuan yang interdisipliner atau pengembangan pendekatan objektivasi dan subjektivasi. Dengan pendekatan ini berarti dilakukan interpretasi dienul-Islam secara kreatif proporsional, dikaitkan dengan kehidupan manusia, alam dan sejarah. M. Anis Bachtiar, (2013), “Dakwah Kolaboratif”, Jurnal Komunikasi Islam, 03, (01), hlm. 161

7 rangka mengekspose kebudayaan Melayu di tanah Jambi yang belum banyak diketahui komunitas Melayu Nusantara, sebelum habisnya saksi sejarah yang masih tersisa untuk dapat digali informasinya dari peristiwa fenomena kebudayaan Melayu ini, agar tidak terputus mata rantai alih generasi.19 Fenomena kebudayaan teks syair dakwah Guru Syukur naskah Ladang Panjang initelah dilakukan pengkajian awal oleh Zulqarnin dan Abd. Ghaffar tahun 2014, namun baru sebatas transliterasi dari aksara Jawi ke aksara Latin dan reproduksi naskah suntingan dalam bentuk naskah diplomatik dengan metode gabungan (pengkodefikasian) dan disertai kajian analisis isi secara umum. Masih tersisa sejumlah pertanyaan penelitian yang perlu dicari jawabannya lebih lanjut, baik dari perspektif dakwah ataupun dari perspektif budaya (syair). Dari perspektif dakwah fenomena ini menimbulkan banyak pertanyaan, antara lain: pendekatan dan metode apa saja yang Guru Syukur gunakan dalam berdakwahnya? Konsep teori ilmu dakwah apa yang yang ia gunakan? Ajaran Islam yang bagaimana yang didakwahkan oleh Guru Syukur? Imbauan pesan apa saja yang ia gunakan sebagai alat pemberi motivasi mitra dakwah? Termasuk dalam ranah apa, penggunaan syair ini dalam teori keilmuan dakwah? Bagaimana pengaruh pesan dakwah dalam Syair Dakwah Guru Syukur ini terhadap masyarakatJambi? Bagaimana sebenarnya aktivitas dakwah Guru Syukur sehingga ia mampu mentransfer pengetahuan keagamaan dalam bentuk bait-bait syair sekitar 300 bait secara utuh dapat dikuasai mitra dakwahnya. Dari perspektif budaya syair menimbulkan pula banyak pertanyaan: Nilai-nilai religi apa yang ada di dalam syairnya? Dari mana ia dapat keahlian bersyair yang ia gunakan, apa jenis syairnya dan bagaimana coraknya? mengapa ia menggunakannya sebagai alat mendakwahkan nilai-nilai budaya religi? Apa persaman dan perbedaan

19 Seorang penyair terkemuka Sutardji Calẓoum Bachri pernah mengatakan bahwa bangsa yang tidak memelihara dan menghargai khaẓanah intelektual bangsanya, termasuk kesusastraannya, biasanya memiliki ingatan sejarah yang pendek dan mudah diombang-ambingkan kekuatan di luar dirinya. Bangsa yang ingatan sejarahnya pendek juga terseok-seok dan tertatih-tatih dalam melangkah ke depan dan selalu dalam ancaman kehilangan arah. Abdul Hadi W. M, (2013), “Puisi, Kebudayaan dan Spiritualitas”, Makalah Pada Kuliah PPS UIN Raden Fatah, Palembang, hlm.5 8 syair dan dakwah Guru Syukur dengan syair-syair dan dakwah oleh penyair dan da„i Melayu Nusantara.Bagaimana pengaruh budaya sastra Syair dalam Syair Dakwah Guru Syukur ini terhadap masyarakatJambi? 20 Melihat begitu kompleksnya dimensi nilai budaya dan persoalan serta keunikan dari fenomena kebudayaan Melayu ini, khususnya pada teks syair dakwah Guru Syukur khususnya pada Naskah Ladang Panjang Jambi, maka penulis tertarik untuk menjadikannya sebagai objek kajian ilmiah peradaban Islam Melayu dalam bentuk disertasi.

20Membaca puisi banyak sekali manfaatnya. Bukan hanya puisi-puisi klasik tetapi juga puisi modern dan kontemporer. Salah satu manfaatnya ialah melatih intuisi dan imaginasi supaya berkembang. Puisi adalah bentuk pengetahuan keempat yang dapat membawa manusia kepada pemahaman mendalam tentang hidup di samping agama, filsafat, dan ilmu pengetahuan. Jika filsafat melatih kita mengembangkan nalar dan pemikiran spekulatif sistematis, dan ilmu pengetahuan membuat kita mengerti sesuatu melalui bukti-bukti yang dialami dan terpikirkan secara rasional positivistik, puisi menyadarkan kepada kita akan pentingnya intuisi dan imaginasi dalam menanggapi kehidupan. Puisi berbicara dari hati ke hati, mendidik perasaan kita yang sering tidak terkendali. Banyak kegunaan membaca puisi. Tidak jarang membaca pusi memberi kedamaian dan ketenangan ketika hati gundah, melebihi mendengar sebuah lagu yang menghibur. Puisi tertentu menyampaikan kearifan secara halus yang niscaya sangat berguna. Untuk mengetahui arti penting sastra, khususnya puisi (termasuk syair pen.), dalam kehidupan dapat dilihat bagaimana masyarakat sejak dulu hingga sekarang memaknai sastra berdasarkan fungsi dan hakekatnya. Berdasar fungsi dan hakekatnya sebagai seni kata-kata, setidaknya ada empat pandangan tentang sastra/puisi: Pertama, puisi yang baik merupakan media untuk menyampaikan pengajaran atau kritik social. Pengajaran yang dimaksud bisa berupa mengenai agama, pemikiran filsafat, etika, dan kearifan sosial. Kedua, puisi adalah seni bertutur yang tujuannya ialah menghibur seraya mendidik. Ketiga, puisi adalah ekspressi individual penyair. Keempat, puisi adalah renungan penyair atas pengalaman batinnya sendiri. Dengan berbagai fungsi yang disandangnya ini puisi memiliki kekuatan tak terhingga dalam membangun berbagai macam kesadaran kepada pembacanya, baik itu kesadaran religious, kesadaran sosial, kesadaran sejarah,maupun kesadaran diri selaku pribadi di tengah masyarakat yang sedang bergolak dan terus menerus mencari jatidirinya. Puisi juga adalah intipati bahasa. Bahasa-bahasa yang maju dan besar di dunia tercermin dalam perkembangan puisinya dan penyair besar dalam sejarah menjadi penanda dari bentuk bangunan kerohanian dari kebudayaan bangsanya. Hafiẓ di Persia, Shakespeare di Inggeris, Goethe di Jerman, Iqbal di Pakistan, Tagore di India adalah contoh-contoh yang bisa dikemukakan di sini. Karya penyair-penyair ini merupakan puncak dari perkembangan jiwa bangsanya pada suatu ẓaman tatkala kebudayaan, intelektualitas., dan spiritualitas bangsa bersangkutan menemukan bentuknya. Abdul Hadi W. M,(2013), “Puisi,Kebudayaan…, hlm.5

9 Penelitian ini dalam rangka mengembangkan kebudayaan Melayu dalam aspekkesenian sastra dan aspek kereligian khususnya tentang strategi sosialisasi nilaikeagamaan. Bila ingin mengembangkan kebudayaan Melayu khususnya pada aspek kesenian dan lebih khusus aspek penyiaran agama, maka tepatlah dilakukan dengan penggalian khaẓanah peradaban teks syair dakwah yang telah dihasilkan Guru Syukur pada masa lalu yang telah terbukti keefektifannya ini.Pengkajian ini juga bermakna mengangkat ke permukaan kebudayaan bangsa Melayu agar kebudayaan Melayu terhindarkan dari gusuran dan serbuan kebudayaan modern yang sebagiannya bersifat negatif baik dari segi bentuk dan isinya.Penelitian ini juga bermakna menepis anggapan kurangnya apresiasi generasi penerus terhadap kebudayaan dan peradadaban dan ajaran dakwah yang telah dikembangkan oleh tokoh Melayu muslim Jambi masa lalu.

B. Batasan Masalah Teks ini ditinjau dari ilmu kebudayaan, mengandung banyak unsur budaya, yaitu unsur bahasa, unsur religi, unsur kesenian. Namun penulis membatasi kajian dengan melihat dari sudut unsur religi dan kesenian saja. Dilihat dari wujud kebudayaan, teks ini mengandung 3 (tiga) wujud kebudayaan, yaitu: wujud budaya, wujud sistem sosial dan wujud benda budaya. Namun pada kajian ini penulis hanya meninjau satu sudut pandang kebudayaan saja yaitu wujud budaya (gagasan). Wujud budaya disini yakni unsur nilai-nilai religi (ajaran agama) yang terkandung dalam Pesan Dakwahnya serta Imbauan Pesan Dakwahnya yang terdapat dalam Syair Dakwah tersebut dan unsur Karakteristik Kesenian dari Syair Dakwah tersebut. Dari kajian terdahulu, diketahui: Belum terjawab secara tuntas tentang Pesan Dakwahnya, dan Belum ada kajian tentang Imbauan Pesan dakwahnya, dan juga belum ada kajian tentang Pola dan Pembentukan Persajakan dari syair tersebut

Penulis tidak akan mengkaji dari dimensi wujud benda budayanya, yaitu bahan material naskahnya karena dari segi material naskahnya tidak begitu mengandung keunikan dan dan belum terkategori naskah klasik.

10 C. Rumusan Masalah: 1. Apa saja jenis Pesan/ajaran Dakwah yang disampaikan Guru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang? 2. Apa saja jenis Imbauan Pesan(motivasi pesan) dakwah Guru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang? 3. Apa Saja Pola Persajakan danbagaimana Pembentukan Persajakan SyairGuru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang dan bagaimana isi syairnya? 4. Bagaimana efektivitas dakwah bermedia syair pada masa dulu dan era kekinian?

D. Tujuan Penelitian 1. Ingin memahami apa saja jenis Pesan/Ajaran Dakwah yang disampaikan Guru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang. 2. Ingin memahamiapa saja jenis Imbauan Pesan(Motivasi Pesan) dakwah Guru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang. 3. Ingin memahami apa saja Pola Persajakan danbagaimana Pembentukan Persajakan serta isi SyairGuru Syukur dalam Teks Suntingan Naskah Ladang Panjang. 4. Ingin memahami efektivitas dakwah bermedia syair pada masa dulu dan era kekinian.

E. Kegunaan Penelitian 1. Akademik (teoritis) . Dapat memahami Apa saja pesan/ajaran dakwah yang disampaikan Guru Syukur dalam Teks Naskah Ladang Panjang ini. . DapatmemahamiBagaimana motivasi pesan (Imbauan Pesan) dakwah Guru Syukur dalam Teks Naskah Ladang Panjang ini. . Dapat memahami Bagaimana Pola dan Pembentukan Persajakan dan isi SyairGuru Syukur dalam teks naskah Ladang Panjang ini . Dapat memahami efektivitas dakwah bermedia syair pada masa dulu dan era kekinian.

11 2. Masyarakat Melayu (secara praktis), Penelitian ini merupakan upaya: a. Pelestarian dan pempublikasian Kebudayaan dan Peradaban Melayu pada umumnya dan Kebudayaan dan Peradaban Melayu Jambi secara khusus sebagai upaya ikut andil berupa sumbangan sekelumit pemikiran bagi Pemegang Amanah Masyarakat Melayu. Hal ini ditujukan untuk mewujudkan/memantapkan jatidiri bangsa Melayu, dan untuk barangkali menjadi suluh (pedoman) kemana arah pembangunan masyarakat yang akan dituju. b. Memperkaya kebudayaan masyarakat Melayupada umumnya dan Melayu Jambi secara khusus di era moderen ini, dalam hal unsur seni tutur berupa syair, beriringan dengan seni tutur lainnya yang telah membudaya dalam komunitas Melayu, seperti pantun dan seloka. c. Menggalakkan kembali pemanfaatan sarana syair yang ternyata efektif dalam masyarakat Melayu dalam mengkomunikasikan nilai-nilai agama dan budaya bermanfaat lainnya di era sekarang dan akan datang.

F. Tinjauan Pustaka Naskah Syair Guru Syukur telah pernah diteliti oleh Fatahuddin tahun (2005), yang telah diwujudkan dalam bentuk buku dengan judul kajian: Metode Dakwah Lewat Syair, Mengungkapkan Syair dakwah Guru SyukurJambi.21Penelitian ini berupa penelitian naskah Syair Guru Syukur yang ditemukan di desa Batang Asai,bukan pada naskah Syair yang ditemukan di Desa LadangPanjang.Penelitian Fatahuddin ini menggunakan pendekatan Filologi dan Analisis Isi, dengan unit analisisnya terdiri dari dakwah dan syair, dan sosial.22Dalamkajian ini telah dilakkukan analisis dakwah,namun baru mengungkapkan pada aspek tema dakwahnya, baru dilakukan analisis kualitatif sederhana dari isi pesan dakwah Guru Syukur tersebut. Sedangkan syair dianalisis dari segi tema dan isi, bunyi, kata dan bahasa, barisdan bait. Hilmi juga telah melakukan pengkajian terkait Guru syukur dengan judul “Arud H.Syukur”. Tujuan penelitian Hilmi ini adalah

21Fatahuddin, (2005), Metode …, hlm. 28 22Ibid, hlm.33 12 untuk mendeskripsikan syair H. Syukur, mengapa ia memilih syair sebagai metode penyampaian pendidikan Islam di Jambi, tempat beliau mengajarkan agama Islam kepada masyarakat Jambi serta siapa saja peserta didiknya, serta kapan beliau memulai dan mengakhirinya. Penelitian tersebut bersifat deskriptif bertujuan untuk menggambarkan pelaksanaan methode pengajaran pendidikan Islam nonformal yang dilakukan oleh H. Syukur. Jadi pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Ilmu Kependidikan. Temuan penelitian ini adalah: Alasan H. Syukur menerapkan syair sebagai metode mengajar karena syair di kalangan masyarakat Jambi sudah dikenal dengan baik.H. Syukur mengajarkan dan mendakwahkan agama Islam kepada masyarakat pertama kali di sekolah/madrasah Jauharul Falah yangdidirikannya di desa Terusan. Setelah semua sekolah ditutup oleh Jepang. Beliau tetap mengembangkannya dengan cara pergi dari desa satu kedesa lainnya. Tempat mengajarnya disesuaikan dengan dimana orangyang sedang banyak berkumpul maka kesana ia datang sehingga merekayang didatanginya tidak perlu meninggalkan pekerjaan mereka. Tempattersebut bisa di masjid, , pasar, ladang, maupun talang yang diikutioleh segala lapisan masyarakat baik laki-laki maupun wanita, tua muda,dan besar kecil. Pelajaran dimulai bila sudah ada beberapaorang, dan selalubertambah banyak sampai akhirnya pelajaran diakhiri karena datangnyawaktu sholat atau sudah pada waktunya untuk melakukan pekerjaan lain. Media yang digunakan adalah arena tempat berkumpulnya orangbanyak seperti pasar, balai pertemuan, halaman masjid, masjid/surau, danbahkan di ladang.23 Selain dari dua penelitian di atas penelitian lain yang mengkaji syair guru Syukur Jambi, adalah penelitian Zulqarnin dan Abd. Ghaffar dengan judul: “Internalisas dan Dialog Islam Dengan Adat Melayu (Kajian Naskah Syair Guru Syukur Dengan Pendekatan Filologidan Studi Islam)”, tahun 2014 kerjasama dengan Pusat Penelitian IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. Penelitian ini ditujukan pada naskah Syair Aqidah Guru Syukur yang ditemukan di desa Ladang Panjang. Namun penelitian ini baru terbatas pada kajian Filologidan membuat suntingan naskah gabungan,

23Hilmi, (2005), “Arud H. Syukur”, Kontekstualita, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I 20, (2), Desember,hlm. 141 13 transliterasike dalam aksara latin serta analisis isi teks secara umum.24 Belum ada penelitian tentang Syair Dakwah Guru Syukur ini sepanjang penelusuran penulis yang berbentuk disertasi.

1. Tentang Syair Yulita Fitriana,“Pola Dan Pembentukan Persajakan Syair Surat Kapal”. Di dalam penelitian Yulita Fitriana ini, masalah yangdiangkat adalah berbagai pola dan cara pembentukan persajakan syair Surat Kapal.Penelitian ini bersifat kualitatif-deskriptif.Simpulan dari penelitian di atas adalah pertama, pola persajakan syair Surat Kapal cenderung bebas. Pola yangditemukan tidak hanya aaaa, seperti pola syair pada umumnya, tetapi juga ada pola abba, abaa, dan abbb. Adapun simpulan kedua, pembentukan persajakan syair Surat Kapal dilakukan melalui beberapa cara:a. penghilangan huruf, b. pengulangan sukukata atau kata yang sama, c. pengubahan struktur kalimat, d. campur kode ke bahasa lain, yaitu dari bahasa Melayu ke bahasa Indonesia,dan e. penambahan nya/nye dan k.25 Khairil Anwar, Syair Kiamat, Telaah Filologis dan Teologis. Tulisan ini merupakan pengkajian manuskrip yang terdapat di Perpustakaan Nasional RI. Dalam peneltian ini, Khairul hanya membahas aspek isi dan filologinya, tidak membahas dari sisi sastranya. Tujuan penelitiannya adalah: 1. Menghasilkan suntingan Syair Kiamat yang berbahasa Melayu hurup latin; 2. Mendeskripsikan dan menganalisis berbagai pokok ajaran akidah yang terdapat pada Syair Kiamat, khusus yang terkait dengan tanda-tanda kiamat besar dan balasan di Padang Mahsyar. Teknikanalisis yang digunakan adalah analisis isi dan perbandingan.26 Penelitian ini terkait dengan penelitian penulis dari segi bentuk teksnya berupa syair, tetapi Khairil Anwar hanya mengkaji dari sisi isinya saja tidak mengkaji pada sisi sastra dari syairnya.

24 Zulqarnain dan Abd. Ghaffar dengan judul: “Internalisasi…, hlm.18 25Yulita Fitriana, (2015), “Pola Dan Pembentukan Persajakan Syair Surat Kapal”,Madah 6, (1), Edisi April 2015, hlm.77-78 26 Khairil Anwar, “Syair Kiamat, Telaah Filologis dan Teologis”, dalam Khairil Anwar, dkk, Naskah Kelasik Keagamaan, Edisi Bahasa Melayu, Jakarata: Litbang Lektur Keagaaman Depetemen Agama RI, 2009, hlm.1-7 14 2. Tentang Dakwah Luki Agung Lesmana PA. Toto Suryana, Edi Suresman, (2015), “Implementasi Dakwah Islam Melalui Seni Musik Islami (Studi Deskriptif Pada Grup Nasyid Edcoustic)”, Penelitian Luki Agung Lesmana PA dkk, ini betujuan untuk mengetahui Bagaimana Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan, Serta Keberhasilan Dakwah Islam Melalui Seni Musik Islami PadaNasyid Edcoustic. Metode Yang Digunakan Adalah Metode Deskriptif dengan Pendekatan Kualitatif.27 Mukodi, “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman”, Artikel ini merupakan hasil penelitian kepustakaan. Penelitian mengungkapkan bahwa nilai pendidikan Islam termuat dalam al-Qur‟ an Surat Lukman 12-19. Setidaknya ada tiga macam nilai yaitu pendidikan aqidah, pendidikan syari„ah, dan pendidikan karakter. Pendidikan aqidah meliputi dua hal: (1) larangan mensekutukan Allah. Lukman Hakim memprioritaskan pendidikan tauhid kepada anak-anak; (2)mempercayai hari akhir. Lukman Hakim mengajarkan kepada anak-anaknya untuk mempercayai balasan atas perbuatan yang dilakukan di dunia. Pendidikan syariah meliputi dua hal, yaitu mendirikan sholat dan amar ma„rūf nahy munkar. Pendidikan karakter meliputi perintah untuk bersyukur kepada Allah atas semua karunia-Nya.28 Penelitian ini ada kaitannya dengan peneltian penulis dari sisi objek formalnya yaitu mengkaji tentang nilai atau ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur‟ an, surat Lukman 12-19, yaitu nilai aqidah, nilai syari„ah dan nilai karakter (akhlak). Bedanya terletak pada objek materilnya yaitu dimana Mukodi mengkaji pada Al-Qur‟ an, sedangkan penulis pada teks syair dakwah Guru Syukur. Lagi pula Mukodi mengkajinya dari pendekatan Pendidikan Islam, sementara penulis dari pendekatan Dakwah.

27Luki Agung Lesmana PA. Toto Suryana, Edi Suresman, (2015) “Implementasi Dakwah Islam Melalui Seni Musik Islami(Studi Deskriptif Pada Grup Nasyid Edcoustic)”,Tarbawy, 2,(1), hlm. 33 28 Mukodi, (2011) “Nilai-Nilai Pendidikan dalam Surat Luqman”, Walisongo, V.19, Nomor 2, November, hlm.423, (0nline). Tersedia: https://www.researchgate.net/ publication/305200314-nilai-nilai pendidikan dalam surat Lukman/link/5784919808 aeca7daac3f3f5/download., akses: 12-11-2017

15 3. Tentang Masyarakat Jambi As'ad Isma, (2005), pernah meneliti dengan judul “Pergeseran Peran Sosial Tuan Gurudalam Masyarakat Jambi Seberang”, memahami fenomena perubahan dan pergeseran peran Tuan Guru di tengah masyarakat Jambi seberang yang sedang berada dalam pusaran modernisasi dan perubahan sosial yang terus berlangsung. Penelitian As'ad Isma ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Faisal (1990), memandang perilaku, yakni apa yang dikatakan dan dilakukan orang sebagai produk penafsiran seseorang menurut dunianya. Tugas peneliti adalah menginterpretasikan hal tersebut.Proses pelaksanaannya menurut Weber dalam Furchan (1992) adalah verstehen, yaitu kemampuan untuk mengeluarkan kembali apayang ada dalam pikiran, perasaan, motif di balik tindakan orang lain.29 Muntholib(2015), pernah meneliti dengan judul,“Kehidupan KeberagamaanMasyarakat Talang di Propinsi Jambi”. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitianMuntholib ini adalah untuk:(1) mengetahui asal-usul masyarakat Talang di Propinsi Jambi. (2)mengetahui bagaimana pola hubungan masyarakat Talang dengndesa asal dan sebaliknya. (3) mengetahui bagaimana masyarakatTalang mewujudkan kehidupan beragamanya baik sesama manusiamaupun hubungan dengan Tuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, menggunakanteknik mengalir. Temuannya: Masyarakat Talang adalah masyarakat desa biasa, bukan Suku Terasing, yang pindah ke hutan membuka lahan untuk berkebunseperti karet dan hidup disana dalam jangka waktu yang lama. Urusan kehidupan keagamaan berskala besar seperti sholat Jum'at, Sholat Hari Raya, Isro' Mi'raj, Maulid Nabi MuhammadSAW, Perkawinan, Kematian, Madrasah, Mesjid; semuanya masih dilakukan di desa asal. Untuk melaksanakan hubunganan antarsesama manusia di Talangdiciptakan lembaga sanjo (saling berkunjung ke rumah tetangga)dan lembaga pelarian (bekerja bersama secara bergilir). Sebaliknya,untuk mewujudkan hubungan mereka dengan Pencipta, warga Talangmelaksanakan upacara ritual keagamaan secara individual sepertimelaksanakan rukun Islam, melakukan ibadah sunnat dan ẓikir,sholawat, istighfar selesai sholat fardhu. Upacara ritual

29As'ad Isma, (2005), “Pergeseran Peran Sosial Tuan Gurudalam Masyarakat Jambi Seberang”, Kontekstualita, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I, 20, (1), hlm.1-5 16 keagamaanmasyarakat Talang yang menyangkut orang banyak dilakukandalam lembaga Yasinan.30 Penelitian As‟ ad dan Munthalib ini tidak berkaitan langsung dengan objek kajian penulis, yaitu tentang dakwah dan syair, namun penelitian ini berkontribusi dalam hal mengmengenal dan memahami keadaan masyarakat Jambi. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan pada disertasi ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan menggunakan metode analisis isi kualitatif, dengan menggunakan pendekatan teori ilmu dakwah dan teori ilmu kesenian pada bidang syair. Unit analisis yang akan digunakan dari pendekatan dakwah adalah pertama: pesan dakwah, kedua: imbauan pesan dakwahnya, ketiga: keefektifan dakwahnya. Sedangkan unit analisis syair, pertama: Pola Persajakan Yang Terdapat pada Syair dan kedua,cara pembentukan persajakan atau rima dalam syair Guru Syukur, Isi syair Guru Syukur.

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini dilihat dari lapangan kajiannya dapat dikatakan berupa penelitian kepustakaan/dokumen. Jadi analisis yang digunakan berupa analisis isi teks.(content analisys)31 Sedangkan dilihat dari segi cara mengukur dan menguji data yang digunakan, penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian kualitatif.32 Dilihat dari sisi tujuannya, penelitian ini dapat dikatakan sebagai penelitian eksploratif, bukan penelitian perivikatif atau uji teori.

30Muntholib(2005), “Kehidupan KeberagamaanMasyarakat Talang di Propinsi Jambi”, Kontikstualita Jurnal Penelitian Sosial KeagamaanI,.20, (1), Juni, hlm.96-108 31 Menurut Berelson dalam Dewi Sadiah, analisis isi adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif serta isi yang nyata. Dewi Sadiah, (2015), Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.4. Analisis Dapat digunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung sisi mana peneliti memanfaatnya. Burhan Bungin (2010), Penelitian Kualitatif…, hlm. 156 32 Menurut Muhammad Hasyim dalam Dewi Sadiah, apabila cara mengukur dan menguji ittu menggunakan struktur bilangan (menggunakan ststistik) berarti menempuh cara kuantitatif. Sebaliknya bila si peneliti tidak mengukur dan tidak mengetes/menguji dengan bilangan, tetapi menggunakan struktur alfabetis, berarti memakai cara kualitatif. Dewi Sadiah, (2015), Metode Penelitian…, hal, 12 17 Dilihat dari segi ranah keilmuan, penelitian ini merupakan jenis penelitian kebudayaan, karena mengkaji tentang sesuatu yang dihasilkan oleh sekelompok masyarakat dan pola aksi yang diterapkan dalam sekelompok masyarakat sehingga dapat disebut sebagai penelitian etnografi.33 Namun juga dapat dikatakan sejenis penelitian tokoh, karena kebudayaan yang dikaji berpusat pada satu tokoh, tetapi bukan studi tokoh murni karena studi tokoh lebih mengarah pada penelitian pemikiran dan gagasan seorang tokoh.34 Adapun dilihat dari sudut kebudayaan itu sendiri, maka titik kajian ini terletak pada dua unsur kebudayaan, yaitu unsur religi, dan unsur kesenian (kesusteraan)

2. Pendekatan Penelitian Teks Aqidah Guru Syukur ini merupakan sebuah fenomena sosial budaya. Adapun muatan sosial budaya dari teks Syair Guru Syukur ini terdiri dari unsur budaya kesenian, unsur budaya religi (Islam), dan unsur budaya aktivitas sosial. Unsur keseniannya berupa syair, unsur nilainya berupa nilai keagamaan, unsur aktivitas sosialnya berupa kegiatan dakwah. Adapun pendekatan yang akan digunakan dalam menganalisis teks tersebut berupa paradigma keilmuan dakwah dan keilmuan kesenian sastra.Sedangkan pendekatan analisisnya menggunakan analisis isi (content analisys).

3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Aktifitas Dakwah Guru Syukur di komunitas Masyarakat Melayu Jambi, yang terjadi pada masa lalu yang

33Bicara etnografi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan definisi kebudayaan, di mana dari proses berbagi (share) di dalamnya terbentuk suatu kelompok orang-orang, lembaga atau masyarakat. Penelitian etnografi tidak bisa dilepaskan dari permasalahan kebudayaan masyarakat di dalam setting tertentu. Etnografi itu sendiri juga menjadi sebuah cara untuk memperbicangkan teori-teori kebudayaan melalui fenomena yang diteliti di lapangan. Etnografi membangun teori kebudayaan – atau penjelasan tentang bagaimana orang berpikir, percaya, dan berperilaku – yang disituasikan dalam ruang dan waktu setempat.Tersedia: http://tugaspenelitiankebudayaan.com/ Akses; 25-5-215 34Tujuan penelitian atau kajian tokoh sesungguhnya untukmencapai sebuah pemahaman yang komprehensif tentangpemikiran, gagasan, konsep dan teori dari seseorang tokoh yangdikaji. Abdul Mustaqim, (2014), “Model Penelitian Tokoh (Dalam Teori Dan Aplikasi)”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟ an Dan Hadis, 15, (2), hlm.265 18 diwakili oleh teks syair gubahan Guru Syukur yang berisi bait-bait syair sekitar 300 bait syair yang terdapat pada naskah Ladang Panjang. Jadi subjek penelitian ini yaitu seluruh bait-bait syair yang terdapat dalam naskah tersebut secara keseluruhan.. Adapun tempat penelitian ini dilakukan di propinsi Jambi yang difokuskan pada daerah tempat kelahiran Guru Haji Syukur yakni desa Terusan Kec. Kabupaten Batang Hari Jambi. Selain tempat kelahiran Guru Haji Syukur difokuskan pula pada tempat-tempat beliau menetap diluar tempat kelahirannya untuk melakukan dakwah, yaitu desa-desa di kabupaten Sarolangun, yaitu desa Ladang Panjang dan desa Lubuk Resam. Objek penelitiannya sebagaimana pada rumusan masalah, yaitu tentang, aspek pesan dakwah, imbauan pesan dakwah, pola persajakan dan pembentukan persajakan syair, serta isi syair Guru Syukur dalam teks syair dakwah naskah Ladang Panjang Provinsi Jambi dan Efektivitas dakwah bermedia syair.35

4. Sumber dan Jenis Data Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber primer dan sekunder. Sumber primernya adalah teks syair dakwah naskah Guru Syukur suntingan Zulqarnain dan Abd Ghaffar. Sedangkan sumber sekundernya adalah berasal dari informasi-informasi yang didapati dari peserta pengajian/mitra dakwah beliau yang masih hidup dan bahan pustaka yang terkait dengan topik kajian ini, antara lain: tulisan Fathuddin, (2005), Metode Dakwah Lewat Syair, Mengungkapkan Syair dakwah Guru Syukur, Jambi, Jakarta: GP Press, tulisan Hilmi, (2005), “Arud H. Syukur”, Kontekstualita, Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol.20 N0.2, Des I2T, Yulita Fitriana, (2015), “Pola Dan Pembentukan Persajakan Syair Surat Kapal”, Madah Volume 6, Nomor 1, Edisi April. Adapun jenis data yang dikumpulkan dan dianalisa dalam kajian ini terdiri dari dua jenis data, yakni data primer dan sekunder. Data

35 Objek penelitian adalah fokuspenelitian, yaitu apa yang menjadi sasaran yang secarakongkrit tergambardalamrumusan masalah penelitian, subjekpenelitian dalah informan yang memehami informasi objekpenelitian sebagaaipelaku maupun orang lain yangmemahamiobjekpenelitian.Subjekpenelitan iklanreksonaseri 2006adalah pembuat iklan.Sedangkan para ahli, peminat iklan dan pemirsa iklan adalah subjeksekunder.Burhan Bungin (2010), Penelitian Kualitatif…, hlm. 76

19 primernya adalah data berkaitan dengan rumusan masalah, yakni pesan dakwah dan imbauan pesan dakwah serta pola pembentukan persajakan syair, isi syair yang terdapat di dalam teks syair dakwah naskah Guru Syukur suntingan Zulqarnain dan Abd Ghaffar tersebut dan data efektifitas dakwah bermedia syair. Sedangkan data sekundernya adalah data pendukung data primer yang berupa data historis, sosiologis dan geografis dalam kajian ini.

5. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Sehubungan dengan penelitian ini berjenis penelitian sosial budaya dengan subjek penelitiannya berupa kajian naskah teks dengan konteks sosialnya, maka teknik pengumpulan datanya berupa teknik: a. Dokumenter Dokumentasi digunakan dengan cara menginventarisir naskah teks syair Guru Syukur dari naskah suntingan Zulqarnain dan Abd Ghaffar dan menduplikasikannya. Langkah berikutnya adalah membaca teks tersebut dari awal sampai akhir berulangkali, kemudian memilih dan memilah (mengkode) data sesuai dengan unit analisis (fokus) yang telah ditentukan. Seterusnya data tersebut dikelompokkan masing- masing dan selanjutnya baru dilakukan pemahaman dan penafsiran, terakhir diambil kesimpulan setiap unitnya. Terakhir baru diambil kesimpulan secara menyeluruh. b. Wawancara Wawancara digunakan untuk menggali informasi tentang aktivitas dakwah Guru Syukur dengan media syair pada komunitas masyarakat Melayu Jambi, khususnya kepada peserta pengajian (mitra dakwah) beliau masih hidup. Juga ditujukan dalam rangka menggali sejarah hidup dan pendidikan beliau dari keluarga dan sahabat beliau. Wawancara ini bertujuan untuk lebih memahami focus kajian pada teks syair dakwah Guru Syukur pada naskah Ladang Panjang. Adapun instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah camera dan panduan wawancara dan alat perekam wawancara (tape recorder) Teknik wawancara digunakan untuk meliput data yang berupa ide, pendapat, saran, sejenisnya tentang pokok masalah yang akan dikaji. Jenis wawancara yang dipilih adalah: wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara dilakukan

20 kepada para peserta pengajiannya36, maupun keturunan Guru Syukur. Semua informasi dicatat dalam catatan wawancara.

6. Teknik Analisa Data37 Teknik yang digunakan dalam analisis data desertasi ini adalah teknik Analisis Isi (content analisys).Teknik Analisis Isi merupakan bagian dari proses Metode Penelitian Analisis Isi dengan langkah- langkah sebagai berikut: 1) Menentukan fenomena komunikasi yang dapat diamat, dalam hal ini adalah teks syair ajaran dakwah Guru Syukur Jambi. 2) Pemilihan objek penelitian yang menjadi sasaran analisys, dalam hal ini teks syair Guru Syukur naskah Ladang Panjang sebagai objek materialnya dan objek formalnya adalah: pesan dakwah, imbauan dakwah, pola persajakan dan pembentukan persajakan syair dan efektifitas dakwah bermedia syair. 3) Proses koding terhadap istilah yang relevan, yang relevan dengan objek formal penelitian. 4) Klasifikasi terhadap koding yang dilakukan. Klasifikasi dimaksudkan untuk membangun kategori dari setiap klasifikasi. Dalam penelitian ini klasifikasi yang digunakan adalah bentuk klasifikasi isi semantic pada jenis Analisis Penunjukan (designation).38 5) Satuan makna dan ketegori dianalisis dan dicari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti dan dan tujuan komunikasi itu.39

36 Peserta pengajian Guru Syukur yang aktif sekitar 30 orang, namun yang masih hidup sekarang tinggal 4 orang. Wawancara dengan salah satu jama‟ ah dakwah Guru Syukur, Ibu Hasnaiyah, 7 Juni 2017 37 Harus dipisahkan antara strategi analisis data dan metode analisa data. Strategi analisis data menunjukkan ke arah pradigma dan teori apa yang dianut peneliti dalam penelitiannya. Sedangkan metode analisa data menunjukkan model metode yang digunakandan bagaimana metode itu digunakan dilapangan, BurhanBungin, (2010), Penelitian Kualitatif…, hlm. 152

38Analisis Penunjukan (designation) menggambarkan prekwensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok atau konsep) dirujuk. BurhanBungin, (2010), Penelitian Kualitatif…, hlm.157 39Ibid, hlm. 155-159 21 7. Teknik Pengecekan Keabsahan Data a. Triangulasi Teknik dilakukan dengan membandingkan data dokumen dengan data hasil wawancara dengan informan.40 b. Meningkatkan Ketekunan Adapun yang membantu dalam meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku maupun hasil penulisan atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan temuan yang diteliti.

H. Sistematika Penulisan Bab pertama, Pendahuluan, berisi bahasan: latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab kedua, Landasan Teori, berisi bahasan: dakwah (pengertian dakwah, pesan dakwah), imbauan pesan, syair (pengertian syair, pola persajakan dan pembentukan persajakan, isi syair), keefektifan dakwah. Bab ketiga, Guru Syukur dan Masyarakat Jambi, berisi pembahasan: historis dan sosiologis masyarakat Jambi, masuk dan berkembangnya Islam di jambi, aktifitas dakwah Islam di Jambi, Guru Syukur sebagai da„i. Bab keempat,Naskah Syair Dakwah Guru Syukur, Intisaridan Keasliannya. berisi bahasan: salinan Teks Syair Dakwah Guru Sukur Naskah Ladang Panjang Suntingan Zulqarnin dan Abd Ghaffar, Intisari Teks, Sejarah dan Keaslian Teks. Bab kelima, Pesan Dakwah dalam Teks Syair Guru Syukur, berisi bahasan: pesan dakwah dengan tema aqidah, pesan dakwah dengan tema syari„ah, pesan dakwah dengan tema akhlak dan pesan dakwah dengan tema gabungan, pesan bertema pengetahuan agama. Bab keenam, Imbauan Pesan Dakwah dalam Teks Syair Guru Syukur, berisi pembahasan: imbauan rasional dan emosional, imbauan takut dan ganjaran, imbauan motivasional. Bab ketujuh, Sastra dalam Teks Syair Dakwah Guru Syukur, berisi bahasan: jenis syair dan tema syair Guru Syukur, pola persajakan dan pembentukan persajakan syair Guru Syukur.

40Ibid, hlm. 254 22 Bab kedelapan, Analisis Efektifitas Dakwha Guru Syukur dengan Media Syair, berisi bahasan: efektifitas syair Guru Syukur sebagai media dakwah pada masa lalu, efektifitas syair Guru Syukur sebagai media dakwah pada masa kekinian. Bab kesembilan, Penutup, berisi bahasan: kesimpulan, saran dan rekomendasi.

23 24 BAB II LANDASAN TEORI

A. Penegasan Konsep Sebelum masuk pembahasan kerangka teoritis, ada baiknya penulis kemukakan dulu penjelasan/penegasan istilah-istilah yang digunakan pada judul di atas. Ada beberapa kata/prase dari judul di atas yang memerlukan penjelasan, yaitu: Kiprah Da‟ wah, Komunitas Melayu Jambi, Studi Analisis Isi, Ajaran Dakwah, Peninggalan, Guru Syukur. Kiprah Dakwah. Kiprah berarti: gerakan cepat dan dinamis tarian Jawa dalam pertunjukan wayang orang dan sebagainya (biasanya ditarikan seorang laki-laki); 2.ki derap kegiatan. berkiprah/ber·kip·rah/ v melakukan kegiatan dengan semangat tinggi; bergerak (di bidang); berusaha giat dalam bidang (politik dan sebagainya): kita sedang ~ untuk melaksanakan pembangunan di segala bidang.41Yang dimaksudkan dengan kiprah disini adalah derap kegiatan/usaha yang giat. Dakwah adalah bentuk isim masdar dalam bahasa Arab, dari akar :yang berarti )ةوعوووووود وعوووووودي ،اعد(,kata da‟‟‟ a, yad u, da watan ajakan/seruan/panggilan.42 Jadi Kiprah Dakwah dimaksudkan disini adalah usaha giat (aktivitas giat) dari pelaku dakwah, dalam mengajak atau menyeru manusia kepada Islam. Kiprah disini dimaknai juga sebagai lawan dari konsep pemikiran dakwah yang bermakna mengarah kepada teori dakwah. Jadi kata Kiprah Dakwah dimaknai usaha giat da„i dalam hal ini da„iyang dimaksudkan adalah Guru Syukur. Dengan kata lain maksudnya adalah usaha giat Guru Syukur dalam berdakwah. Komunitas Melayu Jambi. Komunitas berarti: suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu wilayah yang nyata, dan berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas komunitas.43 Melayu menurut Ichwan Aẓhari sekurang-kurangnya mempunyai tiga varian arti, yaitu: pertama,

41 Ebta Setiawan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, 2012-2019 Versi 2.5 Tersedia: https://google.com/amp/s/kbbi.web , Akses: 4-9-2019 42 Ahmad Warson Munawwir, (1984), Kamus Arab IndonesiaTerlengkap, Yogyakarta: tp, hlm.439 43Koencaraningrat, (2009), Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi, Cet.IX, Jakarta: Rineka Cipta, hlm.119 25 dalam artian antropologis, Melayu merupakan kelompok etnik yang terdapat di pesisir Sumatera, pesisir Kalimantan, serta semenanjung Malaya. Kedua, secara politis, Melayu merupakan komunitas yang tinggal di dalam kerajaan-kerajaan Melayu, umumnya di daerah pesisir dan beragama Islam, berbahasa Melayu dan melaksanakan adat istiadat Melayu dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga, dalam sejarah kebudayaan, Melayu melingkupi sebuah kawasan “dunia Melayu” yangmenggunakan bahasa Melayu dan tulisan/aksara Arab.44 Dalam tulisan ini Melayu yang dimaksudkan adalah kelompok etnik yang terdapat di pesisir Sumatera, pesisir Kalimantan, serta semenanjung Malaya. Melayu dimaknai pula sebagai komunitas yang tinggal di dalam kerajaan-kerajaan Melayu pada masa lalu, umumnya di daerah pesisisir dan beragama Islam, berbahasa Melayu dan melaksanakan adat istiadat Melayu dalam kehidupan sehari-hari. Jambi merupakan salah satu wilayah kepropinsian Indonesia yang terletak di pulau Sumatra bagian Timur. Jadi Komunitas Melayu Jambi pada disertasi ini dimaksudkan adalah orang-orang Melayu yang berada dalam kawasan propinsi Jambi. Studi Analisis Isi. Studi berarti kajian atau tela‟ ah ilmiah,45 penelian ilmiah, kajian, telaahan.46Analisis isi adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan kuantitatif47 atau kualitatif serta isi yang nyata48. Jadi studi Analisis Isi disini maksudnya adalah teknik penelitian untuk melukiskan isi komunikasi kedakwahan secara objektif yang bersifat kualitatif dari teks syair dakwah Guru Syukur.

44Tersedia: http://cintaduha.blogspot.com/2014/03/sistem-budaya-komunitas- melayu-deli.html. Akses: 12-12-2017 45 Alex, (2013), Kamus Saku Bahasa Indonesia, Tt., Tamer Press, hlm. 447Analisis dapat digunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung sisi mana peneliti memanfaatnya. 46 Ebta Setiawan, Kamus Besar …Tersedia: https://google.com/amp/s/kbbi.web , Akses: 4-9-2019 47 Dewi Sadiah, (2015), Metode Penelitian Dakwah Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.4. 48 Analisis dapat digunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung sisi mana peneliti memanfaatnya. Burhan Bungin (2010), Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, cet.IV, Jakarta: Kencana Kencana Prenada Media Group, hlm.50 26 Ajaran Dakwah Peniggalan Guru Syukur. Ajaran berarti: petunjuk yang diberikan agar seseorang mengerti,49 petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut).50 Yang dimaksud ajaran dakwah disini adalah pesn dakwahnya. Peninggalan berarti:1.barang yang ditinggalkan; 2.pusaka/warisa n; 3. Barang sisa dari ẓaman dahulu.51Kata guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.52Guru dalam masyarakat jambi dimaknai suatu gelar/panggilan bagi seseorang yang dianggap memiliki kelebihan ilmu yang banyak dan berkeperibadian menyayomi serta bersedia memberi ilmunya kepada orang lain. Salah satu tokoh yang digelari guru dalam bidang ilmu agama di Jambi tempo dulu adalah H. Syukur, sehingga melekatlah panggilannya Guru Syukur. yang dimaksudkan disini adalah salah seorang da„i pada masa dulu yang berkiprah di bidang dakwah. (dalam tulisan ini akan ditulis dengan sebutan secara simultan Guru Syukur/G. Syukur). Jadi yang dimaksudkan dengan ajaran Guru Syukur disini adalah petujuk- petunjuk(fikrah keagamaan) yang terdapat dalam pesan dakwah Guru Syukur. Jadi maksud dari judul,Kiprah Dakwah Guru Syukur dalam Komunitas Melayu Jambi (Studi Analisis Isi pada Teks Ajaran Dakwah Peninggalan Guru Syukur) tersebut, adalah upaya giat dakwah Guru Syukur dalam Komunitas Melayu Jambi (Sebuah kajian analisis isi pada teks ajaran dakwah warisan masa lalu dari Guru Syukur).

49 Alex, (2013), Kamus…, hlm. 14 50 Ebta Setiawan, Kamus Besar … Tersedia: https://google.com/amp/s/kbbi.web , Akses: 4-9-2019 51 Tersedia: https:google.com/amp/s/typoonline.com/amp/kbbi/peninggalan. Akses:4-9-2019 52 Guru agama adalah guru yang mengajarkan pelajaran agama; guru sekolah adalah guru yang mengajar di sekolah;Ebta Setiawan, Kamus Besar …, Tersedia: https://google.com/amp/s/kbbi.web, Akses: 4-9-2019 27 B. Kerangka Teoritis53 Dalam kajian naskah Syair Dakwah Guru Syukur koleksi Masyarakat desa Ladang Panjang ini, sesuai dengan metode yang digunakan berupa metode analisis isi (content analysis), maka teori yang akan digunakan adalah teori Ilmu Dakwah, teori Psikologi Komunikasi, teori Kesusasteraan 1. Teori Dakwah Dalam Ilmu Dakwah teori yang digunakan adalah: Pengertian Dakwah, dan Pesan Dakwah. a. Dakwah Dakwah menurut bahasa Arab menurut al-Bayanuni (1991)54adalah “meminta atau mengajak”. Dikatakan da‟ a li syai‟artinya “diminta menghadirkannya”, danda‟‟ a ila syai artinya “menganjurkan untuk mencapainya”. Dikatakan da‟ ahu ila al-qital, wa da‟‟ ahu ila as-shalah, wa da ahu ila ad-din, wa ila mazhab, artinya menganjurkan untuk meyakini dan menuntun kepadanya”. Selanjutnya menurutal-Bayanuni(1991), dakwah secara terminologi, adalah,”mengajak dan menganjurkan kepada sesuatu serta menuntun kepadanya”.55 Maka dakwah kepada Islam mengandung arti meminta manusia dan menuntun mereka kepada Islam serta menganjurkan untuk melaksanakannya. Kemudian beliau mengatakan, agar defenisi dakwah Islam meliputi tiga fase dakwah, yakni penyampaian, penataan, dan pelaksanaan sesuai dengan perbuatan nabi secara umum dan nabi Muhammad SAW secara khusus, menurutnya defenisi dakwah secara terminology adalah “penyampaian informasi Islam (tabligh al-Islâm) dan mengajarkannya (ta„lîm al-Islâam) kepada manusia serta merealisasikannya dalam kenyataan hidup” (tatbîq al- Islâm fi wâqi„ al-hayah).56

53Dalam desain penelitian kualitatif masalah teori tidak menjadi persoalan penting yang harus dijelaskan kecuali desain penelitan itu adalah penelitian deskriptif kualitatif.Burhan Bungin, (2010), Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, cet.IV, Jakarta: Kencana Kencana Prenada Media group, hlm.76. Apabila teori tidak tersedia dengan layak, maka pandangan atau pendapat umum serta tokoh tertentu yang dipandang kompetent dapat membantu penulis dalam menganalisa gagasannya dalam tulisan yang ditulis itu. Ibid, hlm.64. 54 Muhammad Abu al-Fatah al-Bayanuni (1991), dalam al-Madhal Ila Ilm al-Dakwah, mengutif dari Al-Mu‟ jam Al-Wasith, Beirut: Muassasah al-Risalah, hlm.4 55 Ibid. 56 Ibid., hlm.40 28 Dalam pengertian khusus/istilah menurut Slamet Muhaimin Abda (1994), dakwah berarti mengajak baik pada diri sendiri atau pada orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul- Nya serta meninggalkan perbuatan yang tercela oleh Allah dan rasul-Nya pula.57 Menurut Endang Saifuddin Anshari (1991), setelah ia memaparkan beberapa pengertian da„wah oleh tokoh-tokoh pemikir da„wah Indonesia, menyimpulkan pengertian da„wah ada dua macam, yaitu: 1) Pengertian da„wah dalam arti terbatas; yaitu menyempaikan Islam kepada manusia secara lisan, maupun secara tulisan ataupun secara lukisan (panggilan, seruan, ajakan kepada manusia pada Islam). 2) Pengertian da„wah dalam arti luas, yaitu: (upaya-upaya) penjabaran, penerjemahan dan pelaksanaan Islam dalam perikehidupan dan penghidupan manusia (termasuk di dalamnya politik, ekonomi, sosial dan sebagainya).58 menyebutkan dalam Saputra (2011)59, bahwa dakwah adalah “seruan panggilan untuk menganut suatu pendirian yang pada dasarnya berkonotasi positif dengan substansi terletak pada aktivitas yang memerintahkan amar ma‟ rūf nahi mungkar.” Jadi dakwah yang dimaksudkan disini ialah aktivitas orang beriman dalam menjalankan ajaran agamanya berupa penyampaian ajakan-pengamalan ajaran-ajaran Islam yang dimulai dengan diri sendiri atau penyampaian pemahaman agama kepada orang lain agar orang tersebut mengerti, meyakini dan menjalankan ajaran-ajaran Islam. b. Pesan Dakwah Salah satu aspek pokok dalam berdakwah yang tidak kalah pentingnya ialah pesan dakwah atau disebut maudhu‟ al-dakwah. Berdasarkan temanya, pesan dakwah tidak berbeda dengan pokok-pokok ajaran Islam. Endang syaifuddin Anshari (1991)60, membagi pokok ajaran Islam sebagai berikut:

57Slamet Muhaimin Abda, (1994)Prinsip-pinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, hlm.29 58Endang Saifuddin Anshari, (1991), Wawasan Islam, Jakarta: Grafindo Persada, hlm.78 59 Wahid Saputra, (2011), Ilmu Dakwah, Jakarta: Raja Garfindo Persada, hlm.2 60 Endang Saifuddin Anshari, (1991), Wawasan Islam, hlm.81 29 1) Aqidah61, yang meliputi iman kepada Allah SWT, iman kepada Malaikat, iman kepada Kitab, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir, iman kepada qadla dan qadar. 2) Syariah62, yang meliputi ibadah dalam arti khas (Thaharah, Sholat, Shaum, Zakat, Hajji), dan muamalah dalam arti luas, yakni: hukum perdata dan hukum publik. 3) Akhlaq63, yang meliputi akhlak kepada Al-khaliq dan makhluq (manusia dan non manusia ). Sebagaimana pendapat Samsul Munir Amin (2013)64 yang menjelaskan bahwa secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yanghendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu: masalah keimanan (aqidah)65, masalah keislaman(syariat)66 dan masalah budi pekerti ( al-karimah).

61 Secara Bahasa berarti: ikatan. Secara istilah berati: keyakinan hidup, iman dalam arti khas.Aqidah adalah akar dan pokok agama Islam.Endang Saifuddin Anshari, (1980), Kuliah Al-Islam, cet.III, Jakarta: Rajawali, hlm.90. 62 Secara Bahasa berarti: jalan. Secara istilah berarti:adakalanya disamakan dengan din al-Islam. Jumhur ulama‟‟ berpendapat, syari ah itu adalah bagian dari din al-Islam di samping akidah. Jadi secara terminologis syari‟ ah ialah suatu system norma ilahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, dan hubungan manusia dengan sesama manusia, serta hubungan manusia dengan alam lainnya. Yang pertama disebut kaidah ubudiah/ibadah dalam arti khas, yang kedua disebut kaidah muamalah dalam arti luas. Ibadah dalam arti khas adalah hubungan langsung anatara hamba dengan Tuhannya, yang cara, acara, tata cara dan upacaranya telah diatur secara rinci dalam Al-qur‟ an dan Sunnah Rasul, meliputi thaharah dan rukun Islam, dan hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Ibadah dalam artian ini merupakan titik pusat dari ibadah dalam arti luas. Ibadah dalam arti luas adalah segala amal perbuatan yang titik-tolaknya ikhlash, titik tujuannya ridha Allah, garis amalnya amal shaleh. Adapun muamalah mempunyai empat pengertian: 1)dalam arti sempit = hukum niaga, 2)dalam arti agak luas=hukum perdata , 3)dalam arti luas = hokum yang terduri dari hukum public dan hukum perdata, 4)dalam arti sangat luas = din al-islam yang meliputi akoidah, ibadah dan muamalah (dalam arti luas) dan akhlak. Endang Saifuddin Anshari, (1980), Kuliah Al-Islam, cet.III, Jakarta: Rajawali, hlm.91-95

63 Dapat diartikan dengan kerangka kesopanan Islam/tuntunan prilaku, yang meliputi: akhlak terhadap Khalik dan akhlak terhadap makhluk (manusia dan bukan manusia). Endang Saifuddin Anshari, (1980), Kuliah Al-Islam,hlm.88 64 Syamsul Munir Amin (2013), Ilmu Dakwah, cet.II, Jakarta: Amẓah, hlm.89 65 Dalam bidang aqidah ini pembahasannya bukan saja tertuju pada masalah-masalah yang wajib diimani, tetapi juga meliputi masalah-masalah yang dilarang sebagai lawannya, misalnya, syirik, ingkar dengan adanya Tuhan dan sebagainya. Syamsul Munir Amin (2013), Ilmu Dakwah, hlm.90 30 Menurut al-Bayanuni (1991)67, Pesan dakwah Islam adalah agama Islam dimana diseru manusia kepadanya. Islam dalam arti umum adalah agama yang dibawa nabi muhammad SAW yang mencakup aspek aqidah, syari„ah dan akhlak. Dari tiga aspek ini terkumpul beberapa prinsip dasar Islam menurut al-Bayanuni secara global pada tiga aspek, yaitu: (1) Dalam aspek hubungan dengan Allah. (2) Dalam aspek hubungan dengan jiwa (diri sendiri).(3) Dalam aspek hubungan dengan orang lain. Prinsip pokok dalam aspek hubungan dengan Allah yang harus dilakukan dalam hal ini: 1) Dakwah kepada iman terhadap Allah dengan enam rukunnya. 2) Dakwah kepada rukun Islam yang lima 3) Dakwah kepada ihsan Dalam aspek dengan diri, prinsip pokok yang harus dilakukan di antaranya adalah: 1) Dakwah untuk memberi jiwa manusia haknya yang sempurna, baik hak moril maupun materil seperti: makan, minum, tidur, pengobatan, berhias dan menyelamatkannya dari siksa Allah SWT di dunia dan akhirat serta hak-hak materi lainnya. Sedangkan di antara hak-hak moril adalah kebebasan, keamanan, keadilan dan hak-hak moril lainnya. 2) Dakwah memperhatikan kewajiban dan menunaikan tugasnya, seperti: mentaati Allah dan Rasul-Nya dalam apa yang diperintahkan serta menjauhi larangan dan keẓaliman dengan segala macamnya. Prinsip pokok dalam aspek dengan orang lain (sesama muslim), prinsip pokok yang harus dilakukan di antaranya adalah: 1) Dakwah kepada berbuat baik terhadap orangtua, silaturrahmi, menolong keluarga dan anak-anak. 2) Dakwah kepada berbuat baik dengan tetangga, kasih sayang terhadap orang lemah, yatim dan fakir miskin 3) Dakwah kepada persaudaraan, tolong menolong, kasih mengasihi antara sesama muslim.

66 Juga meliputi masalah-masalah yang dilarang Allah seperti meminum minuman keras, mencuri, berẓina dan membunuh, serta serta masalah-masalah yang menjadi materi dakwah Islam (nahyi mungkar). Syamsul Munir Amin (2013), Ilmu Dakwah, hlm.90 67Muhammad Abu al-Fatah…, hlm. 230-234 31 4) Dakwah kepada pemberian nasehat serta nahi mungkar. 5) Dakwah kepada musyawarah dan tidak sendiri dalam berpendapat 6) Dakwah kepada keadilan dan persamaan di antara manusia 7) Dakwah kepada mempergauli manusia dengan akhlak yang baik

2. Teori Psikologi Komunikasi Dalam Psikkologi Komunikasi, teori yang digunakan adalah: teori tentang Imbauan Pesan, teori tentang Efektivitas Dakwah a. Imbauan Pesan Menyampaikan pesan dakwah, tidak sama dengan penyampaian materi dalam proses belajar mengajar yang hanya bertujuan agar peserta didik memahami suatu materi. Tetapi penyampaian pesan dakwah lebih bersifat mempengaruhi, agar mitra dakwah bersikap dan bertindak sesuai dengan pesan yang disampaikan sang da„i. Oleh karena itu materi dakwah harus disertai penguat-penguat pesan yang disebut dengan istilah “Imbauan Pesan”). Teori tentang imbauan pesan dakwah belum terumus secara spesifik di kalangan ahli dakwah. Mengingat secara teknis dakwah ada kemirifan dengan komunikasi, maka teori komunikasi dapat juga dipakai dalam analisis penyampaian dakwah. Dalam ilmu komunikasi, lebih khusus Psikologi Komunikasi Pesan, konsep dan teori imbauan pesan telah dikemukakan para ahli komunikasi. Menurut Jalaluddin Rahmat (2011)68, bahwa untuk mempengaruhi orang lain kita harus menyentuh motif yang menggerakan atau mendorong perilaku komunikan. Dengan perkataan lain, kita secara psikologis menghimbau khalayak untuk menerima dan melaksanakan gagasan kita. Imbauan Pesan tersbut terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut: 1) Imbauan rasional, berarti meyakinkan orang lain dengan pendekatan logis. Imbauan rasional biasanya menggunakan silogisme 2) Imbauan emosional, menggunakan bahasa yang menyentuh emosi komunikan yang dipengaruhi oleh pengalaman sebelumnya 3) Imbauan takut, menggunakan pesan yang mencemaskan, mengancam atau meresahkan

68Jalaluddin Rakhmat, (2011), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.294-297 32 4) Imbauan ganjaran, menggunakn rujukan yang menjanjikan komunikan sesuatu yang mereka perlukan atau inginkan 5) Imbauan motivasional, menggunakan imbauan motif yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. 6) Imbauan motivasional, menggunakan imbauan motif(kebutuhan) yang menyentuh kondisi intern dalam diri manusia. Kebutuhan manusia dalam teori Abraham Maslow dalam Faiẓah dan Effendi Lalu Muchsin, (2006)69adalah sebagai berikut:1.Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan manusia untuk mempertahankan hidupnya secara fisik, seperti kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal, tidur, dan sebagainya; 2.Kebutuhan akan rasa aman, yaitu merasa aman dan terlindungi jauh dari segala bahaya; 3.Kebutuhan akan cinta dan rasa memeiliki, seperti berafiliasi dengan orang lain, diterima dan memeliki; 4.Kebutuhan akan penghargaan yang oleh maslow dikategorikan dalam beberapa bagian, yaitu: a.harga diri yang meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetisi, penguasaan, prestasi, ketidak tergantungan dan kebebasan; b.penghargaan dari orang lain yang meliputi prestise, pengakuan, penerimaan, pehatian, kedudukan dan nama baik; 5.Kebutuhan kognitif, seperti kebutuhan mengetahui, memahami, dan menjelajahi; 6.Kebutuhan estetika, seperti kebutuhan keserasian, keteraturan, dan keindahan; 7.Kebutuhan aktualisasi diri, seperti kebutuhan untuk mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya. Jadi menurut Abraham maslow ada tujuh kebutuhan hidup manusia. Menurut Jalaluddin Rahmat (2011)70, sebuah hasil penelitian komunikasi menunjukkan, perubahan sikap lebih cepat terjadi dengan imbauan emosional. Tetapi dalam jangka lama, imbauan rasional akan memberikan pengaruh yang lebih kuat dan lebih stabil. Dengan bahasa sederhana, iman segera meningkat lewat sentuhan hati, tetapi perlahan- lahan iman itu turun lagi. Sebaliknya, lewat sentuhan otak, iman meningkat secara lambat tetapi pasti. Dalam jangka lama, pengaruh pendekatan rasional lebih menetap daripada pendekatan emosional.

69Faiẓah dan Lalu Muchsin Effendi, (2006), Psikologi Dakwah, Jakarta: Prenada Media, hlm. 45 70Jalaluddin Rakhmat, (2011), Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya, hlm.86 33 b. Efektivitas Komunikasi/Dakwah Menurut Stewrd L Tubbs dan Sylvia Moss dalam Jalaluddin Rahmat (2011)71, dari sudut Psikologi Komunikasi, ada lima ciri dakwah yang efektif: 1) Jika dakwah dapat memberikan pengertian pada masyarakat (mad‟ u) tentang apa yang didakwahkan. 2) Jika masyarakat (mad‟ u) merasa terhibur oleh dakwah yang mereka terima. 3) Jika dakwah berhasil meningkatkan hubungan baik antara da„i dan masyarakatnya. 4) Jika dakwah dapat merubah sikap masyarakat(mad‟ u). 5) Jika dakwah berhasil memancing respon masyarakat berupa tindakan. Masalah keefektifan dakwah Guru Syukur ini akan dibahas pada VIII dalam disertasi ini.

3. Teori Kesusasteraan Teori kesusasteraan yang digunakan dalam kajian ini adalah teori tentang Jenis Syair, Pola Persajakan Syair, Pembentukan Persajakan Syair, Tema/isi syair. a. Jenis Syair Menurut Usman Effendi, kata “syair” berasal dari kata “syu‟ ur”(bahasa Arab), yang berarti perasaan.Syair lalu berarti sajak (puisi), Jadi syair adalah kesusasteraan yang berbentuk puisi.72 Kata syair menurut Hamid dalam Maiẓar Karim (2015)73, berasal dari bahasa Arab yang telah diterima dalam bahasa Indonesia. Sebutan yang betul dari perkataan itu dalam bahasa Arab ialah syi‟ ir berarti „puisi‟‟‟ , sajak . Dalam kesusteraan Arab menurut Hamid dalam

71Jalaluddin Rakhmat, (2011), Psikologi Komunikasi…, hlm.13-15. Faiẓah dan Lalu Muchsin Effendi, (2006), Psikologi Dakwah…, hlm.XV 72 Menurut Usman Effendi, kesusasteraan ialah “semua ciptaan manusia dalam bentuk bahasa lisan maupun tulisan yang menimbulkan rasa keindahan (bagus)”. Menurut bentuknya kesusasteraan dapat dibagi dua:a)puisi; b)Prosa. Puisi adalah bentuk kesusateraan yang terikat oleh: (1)banyaknya baris (berbait-bait); (2). Banyaknya suku kata dalam tiap baris; (3).sajak/rima bunyi akhir kata dalam baris. Sedangkan prosa adalah bentuk kesusasteraan yang bebas seperti bentuk puisi. Budi Santoso, (t.t), Sarikata BahasaIndonesia, Solo: Bringin, hlm.88) 73Maiẓar Karim, (2015), Menyelisik Sastra Melayu, Cet.I, Yogyakarta: Histokultura, hlm.36 34 Maiẓar (2015), syi‟ ir ialah bentuk puisi yang telah muncul sejak ẓaman pra-Islam dan berkembang menjadi satu betuk puisi yang populis di kalangan orang Arab sejak ẓaman sebelum dan sesudah kedatangan agama Islam.74 Puisi di Indonesia menurut ẓamannya terbagi dua: Puisi Lama, Puisi Baru.75Puisi Lama dapat dibagi menjadi enam: Mantra, Bidal/Pribahasa, Pantun, Syair, Gurindam, Kalimat Berirama. Jadi dapat dikatakan bahwa, kata Syair mempunyai dua pengertian. Pertama dalam arti luas/asalnya bermakna puisi/sajak, yaitu karangan sastra yang menekankan kesamaan bunyi kata dalam deretan kalimat dan kesamaan jumlah kata/suku kata. Sedangkan dalam artian sempit/khusus/praktis masyarakat menyebutkan bahwa syair adalah salah satu bentuk puisi lama yang terdiri dari 4 baris dalam satu baitnya, yang kesemuanya mengandung isi.76

74Ibid, hlm.37 75Budi Santoso, Sarikata BahasaIndonesia, Solo: Bringin, T.th, hlm.88).Puisi Lama adalah puisi yang terikat pada baris,rima dan irama dan belum mendapatkan pengaruh asing.Puisi baru adalah jenis puisi yang tidak terikat dengan aturan-aturan baku tertentu dalam pembuatan atau pembacaannya. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat belas, tapi pada puisi baru tak ada batasan.Tersedia:https://bfl-definisi.com/2017/12/pengertian-jenis-jenis-puisi-lama- dan.html , akses 12-12-2017 76Adapun Mantera adalah jenis puisi lama yang berisi puji pujian terhadap suatu yang gaib atau dianggap keramat; Bidal adalah jenis puisi lama yang pada umumnya berisi sindiran, peringatan, nasihat, dan sejenisnya. Bidal merupakan jenis peribahasa yang memiliki arti lugas, irama, dan rima;Tamsil adalah Kata kata kiasan yang bersajak,berirama, dalam bahasa banjar yang disusun sedimikaian rupa dalam bentuk baris baris puisi; Pantun adalah jenis puisi lama yang memiliki saja a-b-a-b dimana sebuah pantun dapat terdiri dari 4 baris,8 sampai 10 baris. Dua baris pertama disebut sampiran, 2 baris berikutnya disebut isi untuk pantun yang berisi 4 baris; Karmina merupakan bentuk puisi lama yang serupa dengan Pantun dimana terdiri atas dua baris, baris pertama merupan sampiran dan baris kedua merupakan isinya; Talibun adalah jenis puisi lama yang merupakan bentuk atau variasi lain dari pantun. Jadi Talibun itu adalah Pantun yang jumlah tiap tiap baitnya selalu berjumlah genap,yakni 6, 8, 10 dan seterusnya. Pembagian baitnya sama dengan pantun,yaitu terdiri dari sampiran dan isi; Seloka adalah Pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait kata kata pada bait sebelumnya akan terdapat pada bait yang berikutnya;

Gurindam adalah bentuk puisi lama yang memiliki sajak aa dan tiap baitnya mengandung dua baris. Umumnya gurindam ini berisikan nasihat atau petuah; Naẓam, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua belas baris sebait. Naẓam ini menyerupai nasyid, namun dapat juga didendangkan secara perseorangan atau berkelompok. Naẓam ini berisikan nasihat yang berkaitan dengan ilmu tauhid,fardhu ain,sifat Rasul dan lain- lain; Masnawi adalah salah satu puisi lama yang dipengaruhi 35 Menurut Sedyawati, dalam Yulita Fitriana (2015)77. Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat jumlah barisnya yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair. Berbeda dengan pantun, dimana pada pantun, hanya 2 baris terakhir yang mengandung maksud. Jadi defenisi syair Sedyawati merupakan defenisi syair dalam artian khusus/praktis Menurut Admin, (2013), dalam Yulita Fitriana (2015)78, Secara konvensi, struktur syair terdiri atas empat larik yang berima (bersajak) dengan sebuah huruf hidup atau vokal ditambah huruf mati atau konsonan, atau sebaliknya, konsonan dengan vokal. Dalam pengertian sederhananya, pola syair dikatakan mempunyai rima a-a-a-a. Seperti Sedayawati, Admin juga tampaknya mendefenisikan syair dalam arti khusus/prkatis. Jadi ada syair dalam arti generik/umumnya/luas, ada pula syair dalam arti khusus/sempit/praktis. Syair menurut defenisi khusus/praktis ini termasuk dalam jenis puisi lama.79Selain syair pada umumnya, ada pula syair terdiri dari dua baris yang disebut gurindam. Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. contoh: Pabila banyak mencela orang Itulah tanda dirinya kurang

Dengan ibu hendaknya hormat Supaya badan dapat selamat oleh budaya Arab dimana puisi ini ditujukan untuk memuji kemulian tingkah laku seseorang; Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (samadengan kuatrin). Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih sayang; Gaẓal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanẓa atau oktaaf).Tersedia: https://bfl-definisi.com/2017/12/pengertian-jenis- jenis-puisi-lama-dan.html, akses 12-12-2017 77Yulita Fitriana (2015), “Pola dan Pembentukan Persajakan Syair Surat Kapal”, Madah, 6, (1), Edisi April, hlm.74 78Yulita Fitriana (2015), “Pola Dan Pembentukan …, hlm. 75 79 Puisi menurut ẓamannya terbagi tiga: Puisi Lama, Puisi Baru dan Puisi Modern. Puisi Lama dapat dibagi menjadi enam: Mantra, Bidal/Pribahasa, Pantun, Syair, Gurindam, Kalimat Berirama. Budi Santoso, Sarikata BahasaIndonesia, Solo: Bringin, T.th, hlm.88) 36 Setiap baris syair, menurut Hooykaas, sekurang-kurangnya harus berjumlah delapan suku kata, mendapat empat kali tekanan suara, dan biasanya tidak lebih dari sebelas suku kata. Namun demikian, seperti dijelaskan Hooykaas, aturan yang seperti itu banyak pengecualiannya80 Syair merupakan kuatren-kuatren berirama tunggal yang sederhana. Matra atau irama kuatren-kuatren ini, seperti halnya pada genre foklor Melayu, berdasarkan kepada larik-larik yang relatif bersifat silabel (bisanya satu larik terdiri dari sembilan sampai tiga belas silabel atau suku kata), dan lebih laẓim lagi tersusun dari sepuluh atau sebelas suku kata.81 b. Pola Persajakan Syair Persajakan yang disebut juga dengan rima adalah persamaan bunyi yang terdapat pada larik-larik puisi. Persamaan bunyi ini bisa terjadi di awal, tengah, atau akhir baris. Secara umum, menurut Farich (2011) dalam Yulita Fitriana (2015),orang melihat rima terdapat pada akhir baris setiap bait pada puisi. Dilihat dari akhir baris setiap bait, pola rima terbagi atas beberapa yaitu: 1) rima silang, persamaan bunyi akhir dengan pola [abab]; 2) rima sama, persamaan bunyi akhir dengan pola [aaaa]; 3) rima berpasangan, persamaan bunyi akhir dengan pola [aabb]; 4) rima berpeluk, persamaan bunyi akhir dengan pola [abba]; dan 5) rima patah atau rusak, rima yang polanya selain pola di atas.82Jadi pola rima pada syair terdiri dari5 bentuk, yaitu: 1) Rima silang (abab) 2) Rima sama (aaaa)

80 Yulita Fitriana (2015), “Pola Dan Pembentukan …, hlm.73). 81 Kutipan dari Syair burung Pungguk di bawah ini memberi gambaran tentang bentuk persajakan di dalam syair-syair Melayu:

Dengarkan tuan/mula rencana, 10 (5+5) Disuratkan oleh/ dagang yang hina, 11 (6+5) Karangan janggal/banyak tak kena, 10 (5+5) Daripada paham/belum sempurna. 11 (6+5)

Daripada hati/sangatlah morong, 11 (6+5) Dikarangkan syair/seekor burung, 11 (6+5) Sakitnya kasih/sudah terdorong, 10 (5+5) Gila merawan/segenap lorong. 10 (5+5) Maiẓar Karim, Menyelisik Sastra Melayu, Cet.I, Yogyakarta: Histokultura, 2015, hlm.37 82 Pada Syair dua larik (gurindam), pola-pola ini tidak berlaku, karena polanya hanya satu, yaitu: aa/bb 37 3) Rima berpasangan (aabb) 4) Rima berpeluk (abab) 5) Rima patah/rusak (selain pola di atas) c. Pembentukan Persajakan Syair Pembentukan persajakan syair, Menurut Farich (2011) dalam Yulita Fitriana (2015)83, adalah melalui beberapa cara: a. pemilihan kata/suku kata (diksi) yang berbunyi sama/mempunyai kemiripan bunyi akhir, b. pengulangan suku kata atau kata yang sama, c. pengubahan struktur kalimat, d. campur kode bahasa lain, e. penambahan nya/nye/k. Jadi pola pembentukan persajakan syair terdiri dari ada 5 bentuk juga. Untuk pola a. pemilihan kata (diksi) yang sama/mempunyai kemiripan bunyi akhir. Contohnya: “Pujian syukur kita panjatkan Ke hadirat Allah pencipta alam /Melimpahkan rahmat siang dan malam /Kepada umat penghuni alam.” Di dalam syair ini, selain membentuk persajakan dengan menggunakan kata yang sama, alam yang terdapat pada bait ke-2 dan ke-4, penyair juga menggunakan kata malam pada bait ketiga yang bunyinya mirip. Untuk pola b. pengulangan suku kata atau kata yang sama, contohnya: “Wahai anak sabarlah dulu/Aku berunding ke Pak Itam dulu/Runding yang baik tak perlu ditunggu/Pak Kocik Asim sudah setuju.” Pengulangan dilakukan terhadap kata dulu yang terdapat pada bait pertama dan kedua. Untuk pola c. contoh: Cik Suhat punye anak perawan seorang/Dahulu kocik akhirnye godang/Ibarat bunge di taman lah kombang/Tontu tetarik dihampiri si kumbang.” Pengubahan struktur juga didapati pada syair berikut. Pada baris pertama, kalimat Cik Suhat punye anak perawan seorang, biasanya ditulis dengan Cik Suhat punye seorang anak perawan. Akan tetapi, jika ditulis demikian, persajakan akhir ang tidak didapatkan. Untuk pola d,contoh: “Cik Dewi gusar kusut khawatir/Porot poning lotak berpikir/ Mase pacaran takut berakhir/ Cowok ganting (ganteng?) banyak yang naksir.” Dalam bait syair di atas, persajakan tercipta karena bunyi ir pada kata khawatir, berpikir, berakhir, dan naksir. Keempat kata tersebut merupakan kosakata bahasa Indonesia yang dilafalkan seperti pelafalan bahasa Indonesia. Dengan pelafalan yang demikian, didapatkan persajakan pada akhir setiap baris syair itu.

83 Yulita Fitriana (2015), “Pola dan Pembentukan …, hlm.73 38 Untuk pola e, contoh: “Junaidi Expan sebagai wakilnye/Alpendri menjabat sebagai wakilnye/Mukhlis Indrawan sebagai asistennye/Walaupun sibuk dengan ceramah maulidnye.” Pada syair ini, persajakan dibuat dengan mengulang kata wakilnye pada baris pertama dan kedua. Pada baris ketiga dan keempat, persajakan dibuat dengan pengulangan suku kata nye yang merupakan kata ganti kepunyaan/milik.84 d. Tema/Isi Syair Syair biasanya bertemakan/berisi kisah-kisah. Sehingga ada ahli yang menurut Sedyawati mensifati syair sebagai puisi kisahan (narrative poetry).85Kareana syair merupakan puisi yang dapat dijadikan alat menyampaikan cerita, maka orang melayu banyak menyukai jenis puisi ini, sebagaimana dikatakan Siti Hawa dalam Fadlin: dengan wujudnya berbagai-bagai jenis syair dalam kesusastraan Melayu, ternyata bahwa puisi jenis ini amat disukai oleh masyarakat Melayu ẓaman silam. Syair menyediakan satu lagi cara untuk menyampaikan cerita selain bentuk prosa. Walaupun pantun berkait berdaya menyampaikan sesuatu kisah yang panjang, menuruti penceritaannya dapat memberikan tekanan kepada pembaca atau pendengar karena struktur pantun berkait yang terpaksa mengulang sebut maksud dalam rangkap awal sebelum mengungkapkan informasi dalam rangkap yang berikutnya. Oleh itu, pantun berkait tidak digunakan secara meluas untuk menyampaikan cerita yang panjang-panjang seperti yang dapat dilakukan oleh syair.86

Sebenarnya syair menurut isi dibagi menjadi lima golongan, sebagai berikut : 1. Syair Panji. Syair Panji menceritakan tentang keaadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berasal dari istana. Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan. 2. Syair Romantis.

84Yulita Fitriana (2015), “Pola dan Pembentukan …, hlm.77-80 85 Sedyawati, Edi, dkk. (ed.). (2004), Sastra Melayu Lintas Daerah. Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional, hlm.214 86 Fadlin, “Syair Dalam Kebudayaan Melayu: Kajian Struktur Musikal”, hlm.2-3, Akses2-6-2017

39 Syair Romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat, maupun cerita rakyat. Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya, Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya. 3. Syair Kiasan Syair Kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan "seperti pungguk merindukan bulan". 4. Syair Sejarah. Syair Sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh syair sejarah adalah Syair Perang Mangkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orangorang Makassar dengan Belanda. 5. Syair Agama. Syair Agama merupakan syair terpenting. Syair agama dibagi menjadi empat yaitu: (a) syair sufi, (b) syair tentang ajaran Islam, (c) syair riwayat cerita nabi, dan (d) syair nasihat.87 e. Fungsi Syair 1) Syair Sebagai Media Dakwah Samsul Munir Amin (2009)88, bahwa berbagai kesenian, sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan dakwah Islam. Musik kasidah, musik dangdut, sandiwara, wayang kulit, teater, sastra melalui puisi, novel, bahkan film, sinetron (keagamaan) adalah seni yang bisa digunakan sebagai media dakwah. 2) Syair Sebagai Media Sosial Samsul Munir Amin (2009), mengatakan, seni (berarti termasuk syair) ini lebih bersifat merakyat, dan kondisional. Apa yang ada di masyarakat pada waktu itu dapat diangkat kepermukaan bersama pesandakwah Islamiyyaħ.89 Begitu juga Syukir, mengatakan beberapa grup kesenian maupun kebudayaan di akhir-akhir ini nampak sekali

87 Tuti Andriani, (2015), “Revitalisasi Naskah Syair: Sebuah Solusi” dalam “Pengembangan Kreativitas Mahasiswa Untuk Mencintai Budaya Lokal”, Bahasa & Sastra, 15, (1), April 2015, hlm.5 88 Syamsul Munir Amin (2013), Ilmu Dakwah…, hlm. 250 89 Ibid. 40 perananya dalam usaha penyebaran Islam. Seperti grup qasidah, dangdut, band, wayang kulit dan sebagainya.90 Hasan Isa, (1981) dalam Ab. Aẓiẓ, (2004)91, mengatakan Syair memberi kesan yang besar pada jiwa manusia, disebabkan susunan ayat dan penggunaan kalimah yang berbeda dan berlainan dengan amalan biasa. Dengan bahasa yang cantik, pesan yang disampaikan sangat mendalam untuk membangkitkan hati pendengar kepadanya. Disebabkan peranan syair yang besar pada jiwa manusia, Islam menggunakannya sebagai uslub dalam dakwah, terutamanya pada peringkat awal Islam dahulu.

90AsmuniSyukir, (1983), Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas, hlm.163-164 91MohdZein Ab. Aẓiẓ (2004), Metodologi Dakwah, Cet.II, Kuala Lumpur: Universitas Melaya, hlm.166 41 359 Wawancara dengan Tokoh Masyarakat, Bapak H. Hilmi dan H.Abdul Manan, 14 Juni 2019 226 BAB IX PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Setelah mengkaji teks syair dakwah G.Syukur ditemui ada empat macam tema pesan dakwah Guru Syukur, yaitu: pesan dakwah keaqidahan, pesan dakwah kesyari‟ atan(ibadah dan hukum- hukum), pesan dakwah berkaitan dengan akhlak(prilaku), pesan dakwah dengan tema Gabungan. Di samping menggunakan tiga tema Pesan dakwah yang sudah disebut oleh para ahli dakwah, pada syair Guru Syukur ditemukan satu tema dakwah selainnya, yaitu pesan dakwah dengan tema gabungan.Caranya dengan mengaitkan/mengikat berbagai pesan dalam satu tema praktis, seperti yang dilakukan Guru Syukur dengan tema Lima Hal Yang Perlu Disegera, Tiga PrilakuTercela. 2. Imbauanpesan yang digunakan Guru Syukur terdiri dari Imbauan Rasional, Imbauan Emosional, Imbauan Takut, Imbauan Ganjaran, Imbauan Motivasional. Imbauan yang lebih dominandari macam- macam imbauan tersebut adalah Imbauan Motivasional dan Imbauan Rasional. Imbauan Rasional digunakan Guru Syukur pada saat mendakwahkan pesan aqidah, terutama berkaitan dengan akidah tentang wujud Allah. Sedangkan Imbauan Motivasional digunakan Guru Syukur ketika mendakwahkan pesan dakwah dengan tema ibadah, syari„ah dan akhlak. 3. Corak “syair” (puisi) yang digunakan Guru Syukur dalam dakwahnya yaitu syair yang berbentuk 4 baris sebait (syair asli) dan lebih dominan 2 baris sebait (gurindam). Dilihat dari isinya, syair G.Syukur tidak didominasi cerita, tetapi berupa nasehat agama (dakwah) dan pengetahuan agama. Sedangkan pola persajakan yang digunakan Guru Syukur pada dari bait-bait syair G.Syukur yang terdiri dari 4 baris ini, maka dapat dilakatakan semuanya berpola: [aaaa]/[bbbb], yang disebut rima sama, yakni mengandung kesamaan bunyi akhir pada 4 barisnya, dan berpola [aa]/[bb], pada bait-bait syair Guru Syukur yang terdiri dari 2 baris. Sedangkan pola pembentukan persajakannya terdapat beberapa pola, yaitu:1).pemilihan kata/suku kata (diksi) yang berbunyi sama/mempunyai kemiripan bunyi akhir, b).pengulangan suku kata

227 atau kata yang sama, c).pengubahan struktur kalimat, d).campur kode bahasa lain, e). penambahan io. Yang lebih dominan adalah penggunaan pola pemilihan kata/suku kata (diksi) yang berbunyi sama/mempunyai kemiripan bunyi akhir dan penggunaan pola pengulangan suku kata atau kata yang sama. 4. Dakwah bermedia syair Guru Syukur pada pertengahan abad 19, adalah dakwah yang efektif ditinjau dari sudut Psikologi Dakwah, terbukti dengan terdapatnya lima ciri dakwah yang efektif pada pesan dan aktivitas dakwah Guru Syukur, yaitu:1). Dakwah Guru Syukur dapat memberikan pengertian pada masyarakat (mad‟ u) tentang apa yang didakwahkan; 2).dapat membuat masyarakat (mad‟ u) merasa terhibur oleh dakwah yang mereka terima; 3).berhasil meningkatkan hubungan baik antara da„i dan masyarakatnya; 4).dapat merubah sikap masyarakat(mad‟ u);5).berhasil memancing respon masyarakat berupa tindakan. Dakwah bermedia syair di era kekinian dapat juga dipandang efektif, mengingat syair merupakan bagian dari seni sastra yang mempunyai pengaruh pada kemudahan dipahami dan diingatinya pesan dakwah serta membawa pengaruh kesenangan kepada mad‟ u karena unsur keindahannya.

B. Saran dan Rekomendasi Kepada masyarakat etnis Melayu khususnya dan seluruh insan akademis kiranya agar tidak jemu mengkaji khaẓanah-khaẓanah Kebudayaan dan Perdaban Melayu, karena di dalamnya banyak terdapat pengetahuan dan nilai-nilai berharga dan bermanfaat untuk kemajuan kehidupan dunia dan agama. Marilah kita (masyarakat etnis Melayu Jambi khususnya dan Melayu umumnya) menggalakkan kembali penggunaan seni sastra syair dalam masyarakat kita baik dalam ektivitas dakwah atau ktivitas sosial budaya lainnya, karena seni tutur syair ini merupakan salah satu unsur Peradaban Bangsa Melayu yang sudah dipraktekkan sejak lama dan terbukti menambah nilai efektivitas komunikasi dan dakwah serta cita rasa seni berkomunikasi. Kepada para peneliti peradaban Islam Melayu, Peneliti Dakwah, Pemikiran Islam hendaknya mengkaji lebih dalam lagi dari sisi

228 Dakwah, Pemikiran Islam dan Nilai Sastra dari syair Dakwah Guru Syukur ini, dengan pendekatan komparatif dan pendekatan lainnya.

229 DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur‟ an al-Karim, Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara/ Penafsir al-Qur‟ an, Jakarta: Surprise

Buku Abda Slamet Muhaimin, (1994)Prinsip-pinsip Metodologi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas Abdullah Taufik, (1987), Sejarah dan Masyarakat: Lintasan Historis Islam di Indonesia, Jakarta: Pustaka Firdaus Achyar Eldin, (2003 ), Dakwah Stratejik, Jakarta: Pustaka Tarbiyatuna Ahmad Muhammad, ( 2009), Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia Alex, (2013), Kamus Saku Bahasa Indonesia, Ttp., Tamer Press Andaya, B. W. (2016). Hidup Bersaudara: Sumatera Tenggara padaAbad XVII dan XVIII. (Terj).Yogyakarta: Ombak. An-Nawawi Asy-Syaikh Muhammad Al-Jawi, (2010) Tijan al-Darary (Ilmu Tauhid), Penerjemah Achmad Sunarto, Surabaya: Mutiara Ilmu Anonim, (1986), Sejarah Pendidikan di Jambi, Jambi: IDKD Provinsi Jambi

Anonim, (1996), Ungkapan Tradisonal Sebagai Sumber Informasi Kebudayaan Daerah Jambi, Jakarta: Dapartemen P&D Anonim, (tt), Majmu‟‟ ah Maulid wa Ad iyah, Semarang: Karya Thoha Putra

Anonim, (tt),Jatidiri Melayu, Medan: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu (MABMI) Anshari Endang Saifuddin, (1991), Wawasan Islam, Jakarta: Grafindo Persada Anwar Khairil dkk, (tt),Naskah Klasik Keagamaan (Edisi bahasa Melayu), Jakarta, Puslitbang Lektur keagamaan Badan Litbang dan Diklat Depag RI Anwar Rosihan,(2009) “Aqidah Akhlak”, Bandung: Pustaka Setia

230 Aripudin Acep, (tt) Pengembangan Metode Dakwah; Respon Da„i Terhadap Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai, Jakarta:Raja Grafindo Persada ArsyadSomad, (2002), Mengenal Adat Jambi Dalam Perspektf Modern, Jambi: Dinas Pendidikan Propinsi Jambi

As-Sanusi, Abu Abdullah Muhammad, (2011), Aqidah Sanusiyah, (Matan Ummu al-Barahin), Singapura: Ttp As-siba‟ i Mustafa Husni, (2002), Khazanah Peradaban Islam, pen. Abdulah Zakiy al-Kaaf, Bandung: Pustaka setia Aẓra Aẓyumardi, (1989), Perspektif Islam diAsia Tenggara, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Baried Siti Barorah Dkk, (1985), Pengantar Teori Filologi, Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Dep.Dik.Bud

Basrowi dan Suwandi, (1998), Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta Bayanuni, al- Muhammad Abu al-Fatah. (1991), Al-Madkhal ila „Ilm al-Da‟ wah, Cet.I, Beirut: Muassasah al-Risalah Beni Ahmad Saebani, (2012), Pengantar Antropologi, Bandung: Pusta Setia Boechrari,Sidi Ibrahim, (1971), Sejarah Masuknya Islam di Indonesia, Jakarta: Pubcita, Bungin Burhan, (2010), Penelitian Kualitatif; Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial lainnya, Jakarta: Kencana Kencana Prenada Media Group, Cet.IV Dudung Abdurrahman, (1985), Metode Penelitian Sejarah, Jakarta: Logos Wacana Ilmu Ebta Setiawan, (2018), Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, versi 2.1 Emẓir, (2010), Metodologi penelitian Kualitatif (Analisa Data), Cet.I, Jakarta, Rajawali Press Faiẓah dan Effendi Lalu Muchsin, (2006), Psikologi Dakwah, Cet.I, Jakarta: Prenada Media Farid Ahmad, (2016), Syarah Aqidah Ahlis Sunnah Wal Jamaah, Solo: Fatiha

231 Fatahuddin, (2005), Metode Dakwah Lewat Syair, Mengungkapkan Syair dakwah Guru Syukur, Jambi, Jakarta: GP Press Fatta Nuramin, (1997), Metode Dakwah Wali Singo, Pekalongan: Bahagia Fudhali, (2009), Kifayat al-„Awam, Terj, Mujiburrahman, Surabaya: Mutiara Ilmu

Gajahnata, K.H.O., (1996), Masuk dan Berkembangnya Islam di Sumatera Selatan, Jakarta: UI Press Hadi Abdul WM, (2016), Hermeneutika Estetika dan Religiusitas, Jakarta: Sadra International Institut Hafidhuddin Didin, (2004), Islam Aplikatif, Jakarta: Gema Insani, Cet.II Hamka, (2009), Sejarah Umat Islam, Singapura: Pustaka Dini.

Hasjmy, (1981), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia, Bandung: Al-Maarif. Imarah Muhammad, (2005), Mencari Format Peradaban Islam, Jakarta: Sri Gunting Irwan Abdullah Ed, (2008), Dialektika Teks Suci Agama Struktur Makna Agama dalam Kehidupan Masyarakat), Jogjakarta: Pustaka Pelajar Jamaris Edward, (2002), Filologi dan Cara Kerja Filologi, Jakarta: CV.Monasco Karim Maiẓar, (2015), Menyelisik Sastra Melayu,Cet.I, Yogyakarta: Histokultura, Kartodirdjo Sartono, (1988), Sejarah Indonesia Baru : 1500 – 1900 Dari Emporium Sampai Imperium, Jakarta: Gramedia, Kodir Koko Abdul, (2017), Metodologi Studi Islam,Cet.II, Bandung: Pustaka Setia, Koencaraningrat, (2009), Pengantar Ilmu Antropologi, Edisi Revisi, Cet.IX, Jakarta: Rineka Cipta Lubis Nabilah, (2007), Naskah, Teks dan Metode Penelitian Pilologi, Jakarta: Lektur Keagamaan Badan Litbang dan diklat departemen Agama RI

Mahasnah Muhammad Husain, (2016), Pengantar Studi Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

232 Majid Naẓori,ed,(2009), Agama dan Budaya Lokal, (revitalisasi Adat dan Budaya di Bumi Langkah Serentak limbai Seayun, Jambi: Sulthan Thaha Press Mansur M.D., (1976), Sejarah Minangkabau, Jakarta: tp Maryaeni, (2012), MetodePenelitian Kebudayaan,Cet, III Jakarta: Bumi Aksara Mudra Mahyudin Al, (2008), Redefenisi Melayu, Upaya Menyembatani Perbedaan Konsep Kemalayuan Bangsa Serumpun, Yogyakarta:Adi Cita Karya

Muhammad Al-Ghaẓali, (1986), Aqidah Muslim, Terj.Mahyudddin Syaf, Jakarta: Pedoman Ilmu, Muhtadi Asep Saiful dan Safei Agus Ahmad, (2003), Metode Penelitian Dakwah,Cet.I, Bandung: Pustaka Setia Muhyiddin Asef, dkk, (tt), Metode Pengembangan Dakwah, Cet. L, Bandung: Pustaka Munawwir, Ahmad Warson, (1984), Kamus Arab IndonesiaTerlengkap, Yogyakarta: t.tp Amin Syamsul Munir, (2013), Ilmu Dakwah, Cet.II, Jakarta: Amẓah Amin Syamsul Munir, (2018), Sejarah Peradaban Islam, cet.VII, Jakarta: Amẓah Muẓakkir Ali, (2011), Pemikiran Islam di Jambi, (Memperkuat Kajian Islam Melalui Naskah-Naskah Lokal), Jambi: Sulthan Thaha Press

Nasution Faruq, (1996), Aplikasi Dakwah dalam Studi Kemasyarakatan, Cet.I, Jakarta: Bulan Bintang Rakhmat Jalaluddin, (2011), Psikologi komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya Ratna Nyoman Kutha, (2016), Metodologi Penelitian Kajian Budaya Dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, Cet.II Robson, (1994), Prinsip-prinsip Pilologi Indonesia, Terj. Kentjanawati gunawan, Jakarta: RUL Ruslan Heri, (2010), Khazanah(Menelisik Warisan Peradaban Islam dari Apotek Hingga Komputer Analog, Jakarta: Republika

233 Sabiq Sayid, (2005), Aqidah Islam (Pola Hidup Manusia Beriman), Bandung: Diponogoro, Cet XVI Sadiah Dewi, (2015), Metode Penelitian Dakwah dan Komunikasi, Pendekatan Kualitatifdan Kuantitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya Santoso Budi, (tt), Sarikata BahasaIndonesia, Solo: Bringin Satori Djam‟ an dan Komariah, (2010), Metodologi Penelitian, Bandung: Alfabeta Setiawan Ebta , Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online, versi 2.1, 2018 Sinar Tengku Usman, (19940) Jatidiri Melayu, Medan: Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Seni Budaya Melayu (MABMI) Soekanto, F. Soerjono, (1977), Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: UI,

Spradley James P, (1997), Metode Etnografi, Yogyakarta: Tiara Wacana

Sugeng Pujileksono, (2016), Metode Penelitian Komunikasi Kualitatif, Malang: Intrans Publishing, Cet.II Supriadi Dedi, (2008), Sejarah Peadaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, Cet. X Syukir Asmuni, (1983), Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al Ikhlas Taylor EB, Primitive Culture, Orientanos, New. York, 1924 Thomas W Arnold, (1981), Sejarah Da „wah Islam, Terj. A.Nawawi Rambe, (judul asli: The Preaching of Islam), Cet.II, Jakarta: Wijaya

TjadrasasmitaUka, (2006),Kajian Naskah-Naskah Klasik, Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan Badan Litbang dan diklat departemen Agama RI Tin Yang Ma, H. Ibrahim,(1979), Perkembangan Islam di Tiongkok, Jakarta: Bulan Bintang Umer Chapra M, (2010), Peradaban Muslim: Penyebab Keruntuhan Perlunya Reformasi, Jakarta: Amẓah Usman bin Yahya, , (tt.), Awaluddin Sifat Dua Puluh, Jakarta: S.A, Alaydrus

234 Weber Max, (1966), The City, transleted and edited By Don Mardinal and Getrud Neurith, New York : The free Press Yaqub Ali Mustafa, (1997), Sejarah dan Metode Da „wah Nabi, Jakarta: Pustaka Firdaus Zein Ab. Aẓiẓ Mohd, (2004), Metodologi Dakwah, Cet.II, Kuala Lumpur: Universitas Melaya

Desertasi Dian Mursyidah, (2018), Pergeseran Fungsi Seloko Pada Masyarakat Melayu Jambi (Telaah Historis Sosiologis di Kota Jambi), Desertasi pada UIN Raden Fatah Palembang: tidak diterbitkan Fauẓi Bafadhal, MO, (2008), Sejarah Sosial Pendidikan Islam di Jambi: Studi Terhadap Madrasah Nurul Iman, Desertasi pada UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: tidak diterbitkan Fuad Rahman, (2017), Konstruksi Syarak Dan Adat (Mengungkap Kuasa Simbolik Kelembagaan Adat Melayu Jambi), Desertasi pada UIN Jogjakarta: tidak diterbitkan Muhammad Fadhil, (2009), Pembaharuan Pendidikan Islam Kh. Abdul Qadir Di Madrasah As‟ ad Seberang Kota Jambi (1951-1970), Desertasi pada Sekolah PascasarjanaUniversitas Islam NegeriSyarif HidayatullahJakarta: tidak diterbitkan

Jurnal Abdul Mustaqim, (2014), “Model Penelitian Tokoh (Dalam Teori Dan Aplikasi)”, Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟ an Dan Hadis, 15, (2) Ali Muẓakir, (2013), “Kisah Orang Turki Dalam Sejarah Islam di Jambi”, Thaqãfiyyãt, 14, (2) As‟ ad Isma, (2005), “Pergeseran Peran Sosial Tuan Guru dalam Masyarakat Jambi Seberang”, Kontekstualita, (2005), Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I Vol. 20, (1) Fadlin,(tt), “Syair Dalam Kebudayaan Melayu: Kajian Struktur Musikal”, 2-3, Akses 2-6-2017 Fitriana Yulita (2015), “Pola Dan Pembentukan Persajakan Syair Surat Kapal”, Madah, 6, (1), Edisi April, 75

235 Harahap Nursapia, (2014), “Penelitian Kepustakaan”, Jurnal Iqra‟ , 08, (01)

Hilmi, (2005), “Arud H. Syukur”, Kontekstualita Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I, 20, (0.2), Desember Jang A. Muttalib, “Suatu Tinjauan Mengenai Beberapa Gerakan Sosial di Jambi Pada Perempat Pertama Abad ke 20”, Prisma, Agustus, 32. Luki Agung Lesmana PA. Toto Suryana, Edi Suresman, (2015) “Implementasi Dakwah Islam Melalui Seni Musik Islami (Studi Deskriptif Pada Grup Nasyid Edcoustic)”, Tarbawy, 2, (1) M. Anis Bachtiar, (2013), “Dakwah Kolaboratif”, Jurnal Komunikasi Islam, Volume 03, ( 01), 161

Mukodi, (2011) “Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Surat Luqman”, Walisongo, 19, (2), November, hlm.423, (0nline). Tersedia: https://www.researchgate.net/publication/305200314-nilai-nilai pendidikan dalam surat Lukman/link/5784919808 aeca7daac3f3f5/download., Akses: 12-11-2017 Muntholib (2015), “Kehidupan Keberagamaan Masyarakat Talang di Propinsi Jambi” Kontikstualita Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan I, 20, (1), Juni Syed Hussin, Syed Abdurahman bin, (2005), “Pendekatan Taghrib dan Tarhib dalam Penyampaian Dakwah”, Jurnal Usuluddin, Akses:21, 117-138

Publikasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, “Rekomendasi Rumusan Hasil Dialog Budaya Melayu 2012”, yang diselenggarakan oleh di Pekanbaru, Riau, 3 s.d. 5 Desember 2012 dengan tema “Revitalisasi kearifan budaya melayu, kini dan masa datang” Go Riau.com, [Online]. Tersedia: http://m.goriau.com/berita/..., [5 Desember 2012] Team Survey/Perencanaan Kanwil P&K Propinsi Jambi, Menyeluk Daerah Propinsi Jambi, Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Museum Jambi, 1977/1978 Tim Penulis, (2016), Pedoman Penulisan Disertasi tahun 2016, Program Doktor Pascasarjana UIN Raden Fatah Palembang

236 Zulqarnain dan Abd. Ghaffar, 2014, “Internalisas dan Dialog Islam Dengan Adat Melayu (Kajian Naskah Syair Guru Syukur Dengan Pendekatan Filologi)”, Pusat Penelitian Istitut Agama Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

Manuskrip: -Naskah Syair Melayu Guru Sukur oleh Hj.Nurhasanah (60Th),dari desa Ladang Panjang Sarolangun Jambi -Naskah Syair Melayu Guru Sukur oleh Siti Anbiya(65Th),dari desa Ladang Panjang Sarolangun Jambi

Makalah/Penelitian Abdul Hadi, WM, (2013), “Puisi, Kebudayaan dan Spiritualitas”, Makalah Pada Kuliah PPS UIN Raden Fatah, Palembang. Alamsyah Ratu Perwira Negara, (1981), “Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia”, Pidato Pembukaan Pra Seminar Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi, 5 Maret Anonim, (1980/1981), “Integrasi Hukum Islam dan Hukum Adat : Mengenai Pembagian Harta Waris dan Harta Pusaka Dalam Kehidupan Sosial Masyarkat Jambi”,Laporan Penelitian, Proyek Pembinaan Perguruan Tinggi Agama / IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Bafadhal HMO, (1981),“Pengungkapan Sejarah Islam di Indonesia”, MakalahSeminar Masuk dan berkembangnya Islam di Jambi, 5 Maret Ibrahim Abd. Rauf, (1998), Pembaharuan Pendidikan Islam di Jambi, Penelitian Indiviudal, IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi Jaelani, H.A. Timur, (tt), Pengungkapan Sejarah Islam di Indonesia, Makalah Quẓwain Chatib, M., (1984), “Islam di Jambi dalam Abad ke-17: Suatu Studi Mengenai Masuk dan Perkembangan Islam di Jambi,” Makalah Seminar Islam di Daerah Jambi, MUI Propinsi Jambi

ShriAhimsa-Putra Heddy, (2009), “Peradigma Ilmu Sosial Budaya Sebuah Pandangan”, Makalah disampaikan pada Kuliah Umum”Pradigma Penelitian Ilmu-Ilmu Humaniora”

237 diselenggarakan oleh Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, di Bandung Tim Peneliti IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, (1979), “Laporan Hasil Penelitian Sejarah Perkembangan Pendidikan Islam di Jambi” Usman Meng, (2006),”Napak Tilas Liku-Liku Propinsi Jambi (Kerajaan Melayu Kuno s.d Terbentuknya Propinsi Jambi.” Stensilan

Situs Internet Anonim, Sistem-Budaya-Komunitas-Melayu-Deli. (online). Tersedi: http://cintaduha.com/2014/03/ , Akses 20 Desember 2017

Anonim, “Perkembangan-Islam-di-Kerajaan-kerajaan-Melayu-di- Sumatera-Timur”. (online). Tersedia: http:/www.kerajaan nusantara.com/id/kesultanan-Serdang/article/ 117-. Diakses 12- 10- 2016. Anonim, Analisis-Data-Penelitian, (online). Tersedia: https://wajburni.wordpress.com/category/ , Akses 18-12-2017 Anonim, Gurindam-Pengertian-Ciri-Jenis-Dan-Contohnya. (online). Tersedia: https://dosenbahasa.com/,. Akses: 02-03-2019.

Anonim, Kebudayaan-Melavu-Islam. (online). Tersedia: http://www.facebook.com/notes/anak-melavu- iambi/101509692 26160105 , Akses 18-12-2017 Anonim, Kerajaan Melayu Jambi.(online). Tersdia: http://ms.wikipedia.org/wiki/. Akses 25 Mei 2017 Anonim, Macam-Macam Sastra Melayu Klasik. (online). Tersedia: http://adillah.com/2013/09/Akses 20 Desember 2017 Anonim, Metode-Penelitian-Naskah-Kuno, (online). Tersedia; http://endang17081988.com/2013/03/ , Akses 20-12-2017 Anonim, Pengertian-Jenis-Jenis-Puisi-Lama (online). Tersedia: https://bfl-definisi.com/2017/12/ , Akses 12-12-2017 Anonim, Suku Melavu. (0nline). Tersedia: http://id.wikipedia.orq/wiki, Akses: 25 Mei 20017 Mudji Rahardjo, C ontoh Analisis Data Penelitian Kualitatif (online). Tersedia: http://Tugaspenelitiankebudayaan.Com/, Akses 25 Mei 2015

238 Tersedia: Digilib.ui.ac.id/file?file=digital/125189, Akses 21-12-2017 Tersedia:http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/18107/859c3a0d 52462ea71da40f2b155edfdd , Akses, 22 Desember 2017 Tersedia: http://jambiprov.go.id/v2/profil-sekilas-jambi.html. Akses 21- 9-2019 Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi#Penduduk. Akses 21-9- 2019 Tersedia: https//id.m.wikipedia.org/wiki/. Akses 21-9-2019 Tersedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Jambi#Perekonomian. Akses 21- 9-2019 Tersedia: http://kajanglako.com/id-3245-post-guru-syukur-syair-dan- islam-lokal.html Akses: 2-8-2019

239 Lampiran 1

DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA

1. Kapan G.Syukur berda‟ wah di desa Ladang Panjang? 2. Berapa lama G.Syukur berdakwah di Ladang Panjang? 3. Bagaimana cara G.Syukur datang ke desa Ladang Panjang? 4. Bagaimana cara G.Syukur berdakwah? 5. Bagaimana gerak gerik G.Syukur dalam berdakwah? 6. Apa pengantar pertama G.Syukur berdakwah? 7. Berapa syair G.Syukur sampaikan pada suatu pertemuan? 8. Bagaimana G.Syukur berupaya agar syairnya dikuasai/dihafal oleh jamaah? 9. Setelah G.Syukur menyampaikan syair itu, apakah ada dia jelaskan? 10. Apakah setiap dia mengajar, syairnya diulang dari awal? 11. Bagaimana urutan materi syairnya? 12. Bagaimana upaya peserta pengajian itu menguasai syairnya? 13. Bagaimana perasaan peserta pengajian sewaktu mengikuti pengajian? 14. Berapa banyak peserta yang ikut secara rutin? 15. Berapa banyak peserta keseluruhannya? 16. Hari/malam apa saja G.Syukur mengajar? 17. Jam berapa/dari jam berapa sampai jam berapa? 18. Dimana saja dia mengajar selain di masjid? 19. Apa yang dapat dipahami dari dakwah G.Syukur? 20. Apa pengaruh dakwah G.Syukur dalam sikap dan prilaku beragama? 21. Berapa orang yang hafal seluruh syair G.Syukur dari peserta yang ikut?

240 Lampiran 2

DAFTAR NAMA INFORMAN NO NAMA TEMPAT STATUS DAN USIA TINGGAL 1 Hj.Hasnaiyah Ladang Panjang Anggota Jamaah Dakwah G. Syukur (86 th) 2 Hj.Saodah Ladang Panjang Anggota Jamaah Dakwah G. Syukur (Wafat Th 2019 dalam usia 90 th) 3 Hindun Ladang Panjang Anggota Jamaah Dakwah G. Syukur (87 th) 4 Siti Abiya Ladang Panjaang Penulis dan Pemilik Naskah Syair G. Sukur (65 th) 5 Hj.Nur Hasanah Ladang Panjang Penulis dan Pemilik Naskah Syaier G. Sukur (wafat th 2019 dalam usia 60 th) 6 Drs. H. Husin Syakur Kota Jambi Salah Seorang Anak G. Syukur 7 Dr. H.Hilmi, MPD Kota Jambi Intelektual Muslim (60 th) 8 Dr.H.Abdul Manan Kota jambi Intelektual Muslim (71 th) Syafi‟ I,MA 9 M.Husin Shaleh Ladang Panjang Intelektual Muslim (68 th) 10 Dr. Fuad Rahman, MA Kota Jambi Intelektual Muslim (45th) 11 Dr.H.Abdul Ghaffar, MA Kota Jambi Intelektual Muslim (57th) 12 Fatahuddin, M.Fil.I Kota Jambi Intelektual Muslim (45th)

241 Lampiran 3

PHOTO SEBAGIAN INFORMAN

PHOTO PENULIS BERSAMA BAPAK DR. H.ABDUL MANAN SYAFI‟ah I, MA

PHOTO PENULIS BERSAMA BAPAK DR. H. HILMI, MPD

242 PHOTO PENULIS BERSAMA IBU HINDUN

PHOTO PENULIS BERSAMA IBU HASNAIYAH

PHOTO IBU SAODAH (ALM) DAN IBU HASNAIYAH

243 PHOTO PENULIS BERSAMA BAPAK DRS. H.HUSIN SYAKUR (ANAK GURU SYUKUR)

PHOTO H.GURU SYUKUR (ALM) BERSAMA ISTRINYA (ALMARHUMAH)

244 Lampiran 4

PHOTO PETA NEGERI JAMBI360

PHOTO RUMAH PENINGGALAN GURU SYUKUR DI DESA TERUSAN

360Tersedia: \ https://sumbersejarah1.com/2018/09/peta-jambi.html . akses: 25-9-2019

245 RIWAYAT HIDUP PENULIS

IDENTITAS DIRI Nama : Drs.Zulqarnin, M.Ag Tempat dan Tanggal lahir : Ladang Panjang, 8 September 1964 Alamat Rumah : Jl. Komlek Perum. Guru Pattimura No. 68, RT.12 Kel. Kenali Besar, Kec.Alam BerajoKota Jambi Jenis Kelamin : Laki-laki Status Perkawinan : Kawin Agama : Islam Pekerjaan : PNS Dosen Tetap Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi NIP : 19640908199303 1002 Golongan/Pangkat : IV/a Jabatan Akademik : Lektor Kepala Alamat Kantor : Jl. Jambi-Ma-Bulian, Simpang Sungai Duren Jambi Telp/Hp. : 085267371060 Nama Ayah : Muhammad Shaleh (alm) Nama Ibu : Hasnaiyah Nama Istri : Zainani, S.Sy Anak : 1. Zhahiratul Hasanah, A.Md 2. Ahmad Mushlihuddin 3. Muhammad Fajrul Hadi (alm) 4. Khairun Naẓhifah

246 RIWAYAT PENDIDIKAN 1. SDN 48 Ladang Panjang lulusan 1977 2. Madrasah Ibtidaiyah Ladang Panjang, lulusan 1978 3. MTsN Ladang Panjang dan MtsN Sarolangun lulusan 1982 4. MAN Sarolangun lulusan 1985 5. S1. Fakultas Ushuluddin Jurusan Dakwah IAIN STS Jambi lulusan 1990 6. S2. Jurusan Dakwah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh lulusan 2002

RIWAYAT PEKERJAAN 1. Menjadi Dosen Fakultas Ushuluddin IAIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 1994 2. Menjadi Dosen Fakultas Dakwah UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 2017 3. Sekretaris Prodi Aqidah Filsafat Fak. Ushuluddin 2003-2007 4. Ketua Prodi Aqidah Filsafat Fak. Ushuluddin 2007-2011 5. Ketua Krodi Manajemen Dakwah Fak. Dakwah 2018- Sekarang

KARYA TULIS 1. Sejarah Dakwah pada Masa Khilafah Bani Umayyah (2011) 2. Sejarah Dakwah Islam di Indonesia Masa Penjajahan Belanda (1596-1942) (2010) 3. Tarjih Hadits Dakwah (Kajian Tentang Kelemah Lembutan Sebagai Salah Satu Etika Dakwah) (2008) 4. Efistimologi Ilmu Dakwah (2004)

PENELITIAN: 1. Internalisasi dan Dialog Islam dengan Adat Melayu (Kajian Naskah Syair Guru Syukur dengan Pendekatan Pilologi)”, (2014) 2. Mengefektifkan Penyampaian Pesan Dakwah dengan Teknik Motivasi (Studi Tentang Bentuk Motivasi Pesan Kedakwahan dalam Al-Qur‟ an), (2008) 3. Minat Masyarakat Terhadap Kegiatan Pengajian dan Aspirasi Mereka Tentang Bentuk Pelaksanaannya (Studi Kasus pada Anggota Majlis Ta‟ lim Al-Muawwanah Komplek Bougenvil) (2004)

247 4. PERANAN DAKWAH UMARA‟ (Studi atas Peran „Umar bin „Abd al-„Aẓiẓ [99-101 H] dalam Berdakwah) (2002) 5. Penyebab Kemunduran Ummat Islam dan Upaya Pembangkitannya Kembali Menurut Muhammad „Abduh. (1990)

248