JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 15 No.2, Desember 2018, hlm. 155-180 ISSN (Cetak) : 0216-5937 JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H. Mawardi Ading Kusdiana Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung aguspermana978@ gmail.com, [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui islamisasi di Jawa dan kedua untuk mengetahui peran habaib di Betawi dalam proses islamisasi pada abad ke 70. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meski masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, periodisasi masuknya orang Arab di Nusantara dapat dibagi pada tiga periode. Periode pertama adalah abad 9- 11 M; periode kedua abad 12-15 dan periode ketiga abad 17-19 M. Pada Abad Ke 20 para habaib ini telah tersebar hamper di seluruh pulau Jawa. Penyebarannya meliputi daerah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jakarta ada bebrapa habib yang terkenal seperti Habib Kampung Bandan, Habib Jindan, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Bugur dan Habib Usman Bun Yahya. di Jawa Barat ada Al- Habib Alwi bin Muhammad bin Thohiral-Haddad, Habib Syarief Muhammad al-Aydrus dan Al- Habib-Muhammad-Bin-Syekh-Bin-Yahya. Di Jawa Tengah dimulai dari Al-Habib Husein bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, dan Habib Luthfi. di Jawa Timur pertama Al-Habib Ja’far bin Syekhan Assegaf, Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dan Habib Abdul Qadir bin Husein Assegaf Kata Kunci: Jaringan, Habaib, Islamisasi, Dakwah. PENDAHULUAN Walaupun kompromi-kompromi Di antara peristiwa-peristiwa sangat dengan kepercayaan lama masih penting dan menarik dalam sejarah Asia berlangsung selama periode islamisasi, tidak Tenggara adalah gelombang islamisasi yang lebih dari sekitar tiga abad, Islam telah hingga kini masi menyimpan kekaguman, secara drastis menggantikan kebudayaan sekaligus rasa penasaran (curiosity) para Hindu-India yang sudah berakar kuat di sejarawan, terutama para sejarawan Barat. Nusantara. Masih adanya kompromi dengan Hingga kini, kurioritas sejarah ini belum kebudayaan lama ini menimbulkan hilang dari memori kolektif sejarawan. perdebatan di antara para sejarawan. Islamisasi dipandang sebuah sukses besar, Misalnya, apakah masyarakat Asia terutama apabila dilihat dari aspek Tenggara benar-benar melakukan geografis, yaitu jarak yang sangat jauh dari “konversi”, yaitu perpindahan agama pusat Islamnya di Timur Tengah. Jarak yang kepada Islam atau Kristen, yang sebenarnya jauh ini cukup mengherankan apabila dilihat terjadi “adhesi”? Menurut Anthony Reid, dari konteks tradisional saat itu, yang alat ketimbang “konversi” atau hanya transportasi masih sangat sederhana dan “adhesi”(kelekatan) berdasarkan kenyataan tidak ada organisasi kuat yang bahwa yang mereka lakukan hanyalah mengorganisasi penyebaran Islam.1 konfesi (membaca kalimat syahadat) dan 1 Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University 1993), 18. 155 Jurnal al-Tsaqafa Volume 15, No. 02, Desember 2018 tidak sepenuhnya meninggalkan kepada Kristen? Apabila ada konversi kepercayaan dan ritual-ritual animistik dan kepada Kristen, mengapa tidak semasif samanistik sebelumnya. Setelah masyarakat kepada Islam? Pertanyaan mendasar ini Nusantara melakukan “konversi agama”, telah mengundang beragam spekulasi. mereka masih tetap sebagai muslim Schrieke mencoba menjawab pertanyaan ini nominal.2 dengan mengajukkan sebuah teori tentang Terlepas dari persoalan itu, sejak persaingan antara Islam dan Kristen dalam abad ke-15, ketika penyebaran telah memperebutkan pengikutnyadi Nusantara, menyentuh seluruh kepulauan Nusantara, yang Ia sebut sebagai race theory (teori Islam mencul menjadi agama yang paling balapan). Schrieke mengatakan, tidak penting di Asia Tenggara dan mengubur mungkin memahami konflik, persaingan, puing-puing kebudayaan India ke sudut- dan permusuhan antara orang-orang Islam sudut sejarah. Islam seperti dikatakan Hall, dan bangsa Portugis.4 “memberikan intrupsi tiba-tiba” (conveys of Berdasarkan kajian beberapa ahli sudden break) dalam sejarah Hinduisme. terhadap sumber-sumber yang ada selama “Dewa-dewa lama Hindu-Buddha ini memang membuktikan bahwa ulama asal dilupakan,dan menjadi Jawa mulai berarti Timur Tengah dan Persia terutama yang menjadi Muslim,” kata Robert Jay ketika Ia berasal dari Yaman dan Hadaramaut menggambarkan suksesnya islamisasi di memiliki peran besar dalam penyebaran Jawa. Singkatnya, “interupsi Islam dan Islam di Nusantara. Tidaklah mengherankan penyebarannya,” seperti dicatat Coede̔ s, jika sebagian besar ulama Nusantara telah “memotong hubungan-hubungan memiliki jalur geneologis dengan Arab spritual” antara Hindu Asia Tenggara dan Hadramaut5. Namun demikian, kenyataan Brahma India serta “membumikan lonceng ini tentu saja tidak menutup peluang akan kematian kebudayaan India di Nusantara.3 besarnya peran ulama lokal sendiri dalam Dengan demikian, selain menarik proses transmisi dan penyebaran Islam di melacak proses-proses islamisasi di Nusantara. Mungkin saja hal ini belum Nusantara atau Asia Tenggara sangatlah banyak diungkap karena masih banyaknya penting mengingat bahwa Islam, setelah sumber-sumber lokal otentik yang belum periode atau religius revolution dalam ditemukan terkait peran mereka dalam istilah Reid, telah menjadi kata kunci untuk tranmisi dan penyebaran Islam di Nusantara memahami perubahan-perubahan sosio- tersebut.6 politik di kawasan Asia Tenggara sejak saat itu. Pelackan ini berangkat dari pertanyaan historis, apakah yang menyebabkan METODE penduduk pribumi Asia Tenggara begitu Metode yang digunakan dalam mudah melakukan konversi agama kepada penelitian ini bertumpu pada metode Islam? Kekuatan apakah yang paling besar sejarah. Tahapan kerja dalam penelitian memberikan kontribusi bagi proses sejarah7 dimulai dari penentuan Islamisasi di Nusantara? Mengapa tidak pengumpulan data (heuristik), kritik sumber 2 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial 6 Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LkiS, 2005), Intelektual Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka 66-67. Setia, 2012), 206. 7Lihat Kuntowijoyo, PengantarIlmuSejarah, 3 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial Intelektual Yogyakarta: Bentang, 1997. Bandingkan dengan Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, Jakarta: 206-207, mengutip Coede̔ s, The Indianized, 253. Departemen P&K, Direktorat Pendidikan Tinggi. 4 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial Intelektual 1996, Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-ilmu Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: 207. Gramedia, 1992, dan Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia, 1975. 156 JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 (verifikasi), penafsiran (interpretasi) dan perantara, pedagang kecil, pemilik toko, penulisan (historiografi). Teknik menembus pasar dan menyediaka barang pengumpulan data pada penelitian ini adalah dan jasa yang tidak dilakukan pendatang studi dokumen, observasi dan interview. dari Eropah, juga melakukan kegiatan Observasi digunakan untuk melihat jejak meminjamkan uang.10 historis para habaib dan perannya dalam Para perantau Arab mulai datang proses penyebaran Islam di Betawi. secara massal ke Nusantara pada tahun- Observasi dilaksanakan di pusat-pusat tahun terakhir abad ke-18, tetapi mereka Habaib seperti di kampung Bandan, mulai banyak menetap di pulau Jawa setelah kampung Luar Batang. Melalui observasi, tahun 1820.11 Menurut statistik tahun 1858 peneliti dapat menarik inferensi tercatat jumlah penduduk keturunan Arab (kesimpulan) ihwal makna dan sudut yang menetap di Indonesia sebanyak 1.662 pandang dari peristiwa atau proses yang atau sekitar 30% dari jumlah masyarakat diamati. Arab yang merantau pada tahun itu. Para perantau Arab sudah bermukim di kota-kota Maritim Indonesia sejak tahun- C. Sejarah Masuknya Habaib tahun permulaan abad 19. Umumnya di Nusantara mereka adalah para pedagang. Biasanya Di Indonesia orang Arab dikaitkan para pedagang Muslim menghabiskan dengan penyebaran Islam, seperti yang waktu berbulan-bulan untuk menjual barang dikatakan Hamka (1961) bahwa orang Arab dagangannya sampai habis agar bisa adalah pelopor Islam, mereka telah datang membeli barang dagangan setempat dan ke negeri-negeri Melayu pada abad ke VII membawanya kembali ke negerinya M, atau tahun pertama Islam. Dengan masing-masing. Selain itu juga pelayaran demikian, sejarah masuknya Islam ke yang mereka lakukan untuk kembali ke Indonesia terutama sejarah negeri asal tergantung pada musim. Jarak perkembangannya tidak terlepas dari sejarah antara Indonesia dan Jazirah Arab memakan masuknya perantau Arab di Indonesia. Data waktu yang lama dan amat ditentukan oleh ini sekaligus memperkuat dugaan bahwa cuaca. Mereka merantau ke Indonesia tanpa Islam masuk ke Indonesia ini bukanlah membawa istri-istrinya dan seluruhnya diorganisir oleh suatu Negara atau badan terdiri dari laki-laki, tua-muda dan anak- yang resmi dari suatu Negara. Masuknya anak. Biasanya mereka menetap Islam secara sukarela dibawa oleh berkelompok di perkampungan di dekat padagang-pedagang yang mula-mula datang pelabuhan kota. Kemudian hubungan antar membeli rempah-rempah yang diperlukan kelompok pedagang muslim dengan dan akan dijual.8 Penghidupan mereka masyarakat pribumi terwujudlah secara sebagai pedagang yang membawa barang- bertahap. Kondisi yang sedemikian barang dari Arab dan pulangnya membawa menyebabkan