JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 15 No.2, Desember 2018, hlm. 155-180 ISSN (Cetak) : 0216-5937 JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H. Mawardi Ading Kusdiana Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung aguspermana978@ gmail.com, [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui islamisasi di Jawa dan kedua untuk mengetahui peran habaib di Betawi dalam proses islamisasi pada abad ke 70. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meski masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, periodisasi masuknya orang Arab di Nusantara dapat dibagi pada tiga periode. Periode pertama adalah abad 9- 11 M; periode kedua abad 12-15 dan periode ketiga abad 17-19 M. Pada Abad Ke 20 para habaib ini telah tersebar hamper di seluruh pulau Jawa. Penyebarannya meliputi daerah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jakarta ada bebrapa habib yang terkenal seperti Habib Kampung Bandan, Habib Jindan, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Bugur dan Habib Usman Bun Yahya. di Jawa Barat ada Al- Habib Alwi bin Muhammad bin Thohiral-Haddad, Habib Syarief Muhammad al-Aydrus dan Al- Habib-Muhammad-Bin-Syekh-Bin-Yahya. Di Jawa Tengah dimulai dari Al-Habib Husein bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, dan Habib Luthfi. di Jawa Timur pertama Al-Habib Ja’far bin Syekhan Assegaf, Al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih dan Habib Abdul Qadir bin Husein Assegaf Kata Kunci: Jaringan, Habaib, Islamisasi, Dakwah. PENDAHULUAN Walaupun kompromi-kompromi Di antara peristiwa-peristiwa sangat dengan kepercayaan lama masih penting dan menarik dalam sejarah Asia berlangsung selama periode islamisasi, tidak Tenggara adalah gelombang islamisasi yang lebih dari sekitar tiga abad, Islam telah hingga kini masi menyimpan kekaguman, secara drastis menggantikan kebudayaan sekaligus rasa penasaran (curiosity) para Hindu-India yang sudah berakar kuat di sejarawan, terutama para sejarawan Barat. Nusantara. Masih adanya kompromi dengan Hingga kini, kurioritas sejarah ini belum kebudayaan lama ini menimbulkan hilang dari memori kolektif sejarawan. perdebatan di antara para sejarawan. Islamisasi dipandang sebuah sukses besar, Misalnya, apakah masyarakat Asia terutama apabila dilihat dari aspek Tenggara benar-benar melakukan geografis, yaitu jarak yang sangat jauh dari “konversi”, yaitu perpindahan agama pusat Islamnya di Timur Tengah. Jarak yang kepada Islam atau Kristen, yang sebenarnya jauh ini cukup mengherankan apabila dilihat terjadi “adhesi”? Menurut Anthony Reid, dari konteks tradisional saat itu, yang alat ketimbang “konversi” atau hanya transportasi masih sangat sederhana dan “adhesi”(kelekatan) berdasarkan kenyataan tidak ada organisasi kuat yang bahwa yang mereka lakukan hanyalah mengorganisasi penyebaran Islam.1 konfesi (membaca kalimat syahadat) dan 1 Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University 1993), 18. 155 Jurnal al-Tsaqafa Volume 15, No. 02, Desember 2018 tidak sepenuhnya meninggalkan kepada Kristen? Apabila ada konversi kepercayaan dan ritual-ritual animistik dan kepada Kristen, mengapa tidak semasif samanistik sebelumnya. Setelah masyarakat kepada Islam? Pertanyaan mendasar ini Nusantara melakukan “konversi agama”, telah mengundang beragam spekulasi. mereka masih tetap sebagai muslim Schrieke mencoba menjawab pertanyaan ini nominal.2 dengan mengajukkan sebuah teori tentang Terlepas dari persoalan itu, sejak persaingan antara Islam dan Kristen dalam abad ke-15, ketika penyebaran telah memperebutkan pengikutnyadi Nusantara, menyentuh seluruh kepulauan Nusantara, yang Ia sebut sebagai race theory (teori Islam mencul menjadi agama yang paling balapan). Schrieke mengatakan, tidak penting di Asia Tenggara dan mengubur mungkin memahami konflik, persaingan, puing-puing kebudayaan India ke sudut- dan permusuhan antara orang-orang Islam sudut sejarah. Islam seperti dikatakan Hall, dan bangsa Portugis.4 “memberikan intrupsi tiba-tiba” (conveys of Berdasarkan kajian beberapa ahli sudden break) dalam sejarah Hinduisme. terhadap sumber-sumber yang ada selama “Dewa-dewa lama Hindu-Buddha ini memang membuktikan bahwa ulama asal dilupakan,dan menjadi Jawa mulai berarti Timur Tengah dan Persia terutama yang menjadi Muslim,” kata Robert Jay ketika Ia berasal dari Yaman dan Hadaramaut menggambarkan suksesnya islamisasi di memiliki peran besar dalam penyebaran Jawa. Singkatnya, “interupsi Islam dan Islam di Nusantara. Tidaklah mengherankan penyebarannya,” seperti dicatat Coede̔ s, jika sebagian besar ulama Nusantara telah “memotong hubungan-hubungan memiliki jalur geneologis dengan Arab spritual” antara Hindu Asia Tenggara dan Hadramaut5. Namun demikian, kenyataan Brahma India serta “membumikan lonceng ini tentu saja tidak menutup peluang akan kematian kebudayaan India di Nusantara.3 besarnya peran ulama lokal sendiri dalam Dengan demikian, selain menarik proses transmisi dan penyebaran Islam di melacak proses-proses islamisasi di Nusantara. Mungkin saja hal ini belum Nusantara atau Asia Tenggara sangatlah banyak diungkap karena masih banyaknya penting mengingat bahwa Islam, setelah sumber-sumber lokal otentik yang belum periode atau religius revolution dalam ditemukan terkait peran mereka dalam istilah Reid, telah menjadi kata kunci untuk tranmisi dan penyebaran Islam di Nusantara memahami perubahan-perubahan sosio- tersebut.6 politik di kawasan Asia Tenggara sejak saat itu. Pelackan ini berangkat dari pertanyaan historis, apakah yang menyebabkan METODE penduduk pribumi Asia Tenggara begitu Metode yang digunakan dalam mudah melakukan konversi agama kepada penelitian ini bertumpu pada metode Islam? Kekuatan apakah yang paling besar sejarah. Tahapan kerja dalam penelitian memberikan kontribusi bagi proses sejarah7 dimulai dari penentuan Islamisasi di Nusantara? Mengapa tidak pengumpulan data (heuristik), kritik sumber 2 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial 6 Nur Syam, Islam Pesisir (Yogyakarta: LkiS, 2005), Intelektual Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka 66-67. Setia, 2012), 206. 7Lihat Kuntowijoyo, PengantarIlmuSejarah, 3 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial Intelektual Yogyakarta: Bentang, 1997. Bandingkan dengan Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Helius Sjamsudin, Metodologi Sejarah, Jakarta: 206-207, mengutip Coede̔ s, The Indianized, 253. Departemen P&K, Direktorat Pendidikan Tinggi. 4 Moeflich Hasbulloh, Sejarah Sosial Intelektual 1996, Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu-ilmu Islam di Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 2012), Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta: 207. Gramedia, 1992, dan Louis Gottschalk, Mengerti Sejarah, Jakarta: Universitas Indonesia, 1975. 156 JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 (verifikasi), penafsiran (interpretasi) dan perantara, pedagang kecil, pemilik toko, penulisan (historiografi). Teknik menembus pasar dan menyediaka barang pengumpulan data pada penelitian ini adalah dan jasa yang tidak dilakukan pendatang studi dokumen, observasi dan interview. dari Eropah, juga melakukan kegiatan Observasi digunakan untuk melihat jejak meminjamkan uang.10 historis para habaib dan perannya dalam Para perantau Arab mulai datang proses penyebaran Islam di Betawi. secara massal ke Nusantara pada tahun- Observasi dilaksanakan di pusat-pusat tahun terakhir abad ke-18, tetapi mereka Habaib seperti di kampung Bandan, mulai banyak menetap di pulau Jawa setelah kampung Luar Batang. Melalui observasi, tahun 1820.11 Menurut statistik tahun 1858 peneliti dapat menarik inferensi tercatat jumlah penduduk keturunan Arab (kesimpulan) ihwal makna dan sudut yang menetap di Indonesia sebanyak 1.662 pandang dari peristiwa atau proses yang atau sekitar 30% dari jumlah masyarakat diamati. Arab yang merantau pada tahun itu. Para perantau Arab sudah bermukim di kota-kota Maritim Indonesia sejak tahun- C. Sejarah Masuknya Habaib tahun permulaan abad 19. Umumnya di Nusantara mereka adalah para pedagang. Biasanya Di Indonesia orang Arab dikaitkan para pedagang Muslim menghabiskan dengan penyebaran Islam, seperti yang waktu berbulan-bulan untuk menjual barang dikatakan Hamka (1961) bahwa orang Arab dagangannya sampai habis agar bisa adalah pelopor Islam, mereka telah datang membeli barang dagangan setempat dan ke negeri-negeri Melayu pada abad ke VII membawanya kembali ke negerinya M, atau tahun pertama Islam. Dengan masing-masing. Selain itu juga pelayaran demikian, sejarah masuknya Islam ke yang mereka lakukan untuk kembali ke Indonesia terutama sejarah negeri asal tergantung pada musim. Jarak perkembangannya tidak terlepas dari sejarah antara Indonesia dan Jazirah Arab memakan masuknya perantau Arab di Indonesia. Data waktu yang lama dan amat ditentukan oleh ini sekaligus memperkuat dugaan bahwa cuaca. Mereka merantau ke Indonesia tanpa Islam masuk ke Indonesia ini bukanlah membawa istri-istrinya dan seluruhnya diorganisir oleh suatu Negara atau badan terdiri dari laki-laki, tua-muda dan anak- yang resmi dari suatu Negara. Masuknya anak. Biasanya mereka menetap Islam secara sukarela dibawa oleh berkelompok di perkampungan di dekat padagang-pedagang yang mula-mula datang pelabuhan kota. Kemudian hubungan antar membeli rempah-rempah yang diperlukan kelompok pedagang muslim dengan dan akan dijual.8 Penghidupan mereka masyarakat pribumi terwujudlah secara sebagai pedagang yang membawa barang- bertahap. Kondisi yang sedemikian barang dari Arab dan pulangnya membawa menyebabkan
Recommended publications
  • An Evaluation of Ahmad Dahlan Impacting to the Leadership in Indonesia
    Journal Didaskalia E-ISSN: 2621-8054 P-ISSN: 2622-1667 AN EVALUATION OF AHMAD DAHLAN IMPACTING TO THE LEADERSHIP IN INDONESIA Anton Sebastian 1) Stanley 2) 1) Abdi Gusti Theological Seminary - Nganjuk E-mail: [email protected] 2) Abdi Gusti Theological Seminary - Nganjuk E-mail: [email protected] Abstract Ahmad Dahlan is the fourth child. Born in 1868 to a traditional Muslim family domiciled in Kauman, a religious village in Yogyakarta. The village is located just beside the Sultan Palace of Yogyakarta, and is a well-known village inhabited by Muslims. When he was a child, his name was Muhammad Darwisy. Upon returning from Mecca, he changed his name to Ahmad Dahlan. His father Kiai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman, was the official Kotib of the Great Mosque of the Sultanate of Yogyakarta. His mother named Siti Aminah was the daughter of Religious Judge Kiai Haji Ibrahim. According to the biographers of Ahmad Dahlan, one of Dahlan's ancestors was the first and most famous guardian of Wali Songo, Maulana Malik Ibrahim. Even the Dutch report said he was Arabic. This report may be true because based on this genealogical background, which was strengthened by his interest in reform ideas, Ahmad Dahlan - before establishing his own organization - joined Jamiat Kheir and later sent his son to study at the school the organization had founded. This paper aims to see to what extent the approach strategy and values used by Ahmad Dahlan to advance Islamic teachings? What is the Government's attitude towards what Ahmad Dahlan has done? Then, how is the author's critical evaluation of Ahmad Dahlan's approach to strategy to education in Indonesia? Application: challenge Indonesian national educators.
    [Show full text]
  • No. Asal Sekolah Kota/ Kab. Propinsi 1 SMP AL BANNA DENPASAR
    DATA ASAL SEKOLAH SISWA SMA PESANTREN UNGGUL AL BAYAN No. Asal Sekolah Kota/ Kab. Propinsi 1 SMP AL BANNA DENPASAR Denpasar Bali 2 SMP Harapan Mulia Denpasar Denpasar Bali 3 SMP Muhammadiyah 1 Denpasar Denpasar Bali 4 SMP TAMAN RAMA denpasar Denpasar Bali 5 SMP Tawakkal denpasar Denpasar Bali 6 SMPN 7 Denpasar Denpasar Bali 7 SMPI Al Azhar 27 Cilegon cilegon Banten 8 SMPIT RAUDHATUL JANNAH CILEGON cilegon Banten 9 SMPN 1 Cilegon cilegon Banten 10 SMP Ibad Ar Rahman Islamic Boarding School pandeglang pandeglang Banten 11 SMP Al Azhar 11 Serang Serang Banten 12 SMP NURUL FIKRI BOARDING SCHOOL SERANG serang Banten 13 SMPI Al Azhar 11 Serang Serang Banten 14 SMPIT AL MASYKAR BINA INSANI, serang Serang Banten 15 SMPIT Al-Izzah Serang Serang Banten 16 SMPIT Istana Mulia Anyer Banten Serang Banten 17 SMPN 1 Serang Serang Banten 18 MTs Soebono Mantofani Tangerang Banten 19 SMP Citra Islami Tangerang Tangerang Banten 20 SMP DAAR EL QOLAM Balaraja Tanggerang Tangerang Banten 21 SMP Gunung Jati Kota Tangerang Tangerang Banten 22 SMP Permata Insani islamic School Tangerang Banten 23 SMP Plus Islamic Village Tangerang Banten 24 SMP Pramitha Karawaci Tangerang Banten 25 SMPI Al Azhar Syifa Budi Talaga Bestari Tangerang Banten 26 SMPIT AL FITYAN Tanggerang Tangerang Banten 27 SMPIT PONDOK PESANTREN DARUL HASAN tanggerang Tangerang Banten 28 SMPN 1 Ciledug Tangerang Banten 29 SMPN 1 Tangerang Tangerang Banten 30 SMPN 19 Tangerang Tangerang Banten 31 SMPN 4 TANGERANG Tangerang Banten 32 SMPN 6 Tangerang Tangerang Banten 33 SMPN 9 Tangerang Tangerang Banten 34 SMP Darul Quran Internasional Tangerang Banten 35 Mts.
    [Show full text]
  • Orang-Orang Arab-Indonesia Dalam Arus Pergerakan Nasional Dan Kemerdekaan – Hidayatullah.Com
    11/6/2020 Orang-orang Arab-Indonesia dalam Arus Pergerakan Nasional dan Kemerdekaan – Hidayatullah.com (https://bit.ly/ZakatBMHHidcom) (https://sejutaquran.com/) (/) (https://roumahwakaf.com/campaign/berwakafatasnamaorangtua/) TOPIK PILIHAN # MUNAS V HIDAYATULLAH (/TAG/MUNAS-V-HIDAYATULLAH) # UU CIPTAKER (/TAG/UU-CIPTAKER) # OMNIBUS LAW (/TAG/OMNIBUS-LAW) # PENCAPLOKAN TEPI BARAT (/TAG/PENCAPLOKAN-TEPI-BARAT) (https://donasi.hidayatullah.com) SEJARAH (/KAJIAN/SEJARAH) Orang-orang Arab-Indonesia dalam Arus Pergerakan Nasional dan Kemerdekaan Selasa, 18 Agustus 2020 - 05:08 WIB (http://myedisi.com/hidayatullah) Pan-Islamisme dan juga ide pembaruan Islam, sebagaimana di negeri-negeri Muslim lainnya, kemudian menjadi pendahulu dari munculnya gerakan nasionalisme (https://wa.me/628122000463? text=Bismillah,%20Saya%20ingin%20pesan%20Buku%20Ema (https://hidayatullahstore.com/) pertemuan Jamiat Kheir yang dihadiri tokoh SI. Gambar koleksi pribadi Abdul Mutalib Shahab. Keterangan foto menyebutkan bahwa yg diberi tanda silang adalah Ali Shahab, salah satu pendiri Jamiat Kheir, dan yang disebelah kirinya adalah Tjokroaminoto. Tapi Saya pribadi menduga itu bukan Tjokroaminoto, tapi Hasan Djajadiningrat, tokoh Sarekat Islam lainnya (Koleksi pribadi Abdul Mutalib Shahab) Terkait Kisah para ‘Pelajar Jawa’ di Istanbul (/kajian/sejarah/read/2020/10/30/194736/kisah-para- pelajar-jawa-di-istanbul.html) (https://bit.ly/dompetdakwahmedia) https://www.hidayatullah.com/kajian/sejarah/read/2020/08/18/190544/orang-orang-arab-indonesia-dalam-arus-pergerakan-nasional-dan-kemerdekaan…
    [Show full text]
  • DE-ISLAMIZATION in JAVA DURING the DUTCH COLONIAL PERIOD from 1800 to 1942 by FEBRI PRIYOYUDANTO a Dissertation Submitted In
    DE-ISLAMIZATION IN JAVA DURING THE DUTCH COLONIAL PERIOD FROM 1800 TO 1942 BY FEBRI PRIYOYUDANTO A dissertation submitted in fulfilment of requirement for the degree of Master of Human Sciences in History and Civilization Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences International Islamic University Malaysia DECEMBER 2016 ABSTRACT A very long period of Dutch colonialism in Indonesia still has a very significant impact on Indonesia, including Java as a part of Nusantara. Javanese people as the largest population in Indonesia were greatly affected of a de-Islamization process during the Dutch colonial period. This process not only made Javanese people estranged from Islamic values, but also, the culture of Hindu-Buddhism is still seen as a major variable in Javanese culture. Although, the Dutch colonists persuade systematic de-Islamization efforts, Javanese Muslims provided the resistance in many ways to prevent it. This thesis intends to elaborate and analyze the de-Islamization efforts in Java during the Dutch colonial period. The thesis will focus on the Javanese ethnic group on Java Island, Indonesia. This thesis will be useful in understanding the patterns and strategy for de-Islamization which were created by the Dutch during the colonial period. The method of data collection used in this thesis is documentary research. The information was gathered from books, journals, and websites pertaining to the Dutch colonial history of Java will be utilized. In order to enhance comprehension of this thesis, the author will survey Javanese culture, educational and cultural de-Islamization, Islamic revivalism and resistance political de-Islamization in Java during the Dutch colonial period.
    [Show full text]
  • Ibn Ḥabīb's Kitāb Al-Muḥabbar and Its Place in Early Islamic Historical Writing
    Cleveland State University EngagedScholarship@CSU World Languages, Literatures, and Cultures Department of World Languages, Literatures, Faculty Publications and Cultures 9-2018 Ibn Ḥabīb’s Kitāb al-MuḤabbar and its Place in Early Islamic Historical Writing Abed el-Rahman Tayyara Cleveland State University, [email protected] Follow this and additional works at: https://engagedscholarship.csuohio.edu/clmlang_facpub Part of the Islamic Studies Commons How does access to this work benefit ou?y Let us know! Recommended Citation Tayyara, Abed el-Rahman, "Ibn Ḥabīb’s Kitāb al-MuḤabbar and its Place in Early Islamic Historical Writing" (2018). World Languages, Literatures, and Cultures Faculty Publications. 145. https://engagedscholarship.csuohio.edu/clmlang_facpub/145 This Article is brought to you for free and open access by the Department of World Languages, Literatures, and Cultures at EngagedScholarship@CSU. It has been accepted for inclusion in World Languages, Literatures, and Cultures Faculty Publications by an authorized administrator of EngagedScholarship@CSU. For more information, please contact [email protected]. IBN HABIB’S KITAB AL-MUHABBAR AND ITS PLACE IN EARLY ISLAMIC HISTORICAL WRITING ABED EL-RAHMAN TAYYARA Cleveland State University Biographical evidence about Abu Ja'far Muhammad b. Habib (d. 860) is slim. Almost nothing is known about his father, and even the name ‘Habib’1 is believed to be associated with his mother. Al-Hashimi and al- Baghdadi are two nisbas attached to Ibn Habib, the first of which derives from his mother being a client (mawla) of a Hashimi family, and the second of which implies that Ibn Habib spent a considerable part of his life in Baghdad.
    [Show full text]
  • Participant List
    Participant List 10/20/2019 8:45:44 AM Category First Name Last Name Position Organization Nationality CSO Jillian Abballe UN Advocacy Officer and Anglican Communion United States Head of Office Ramil Abbasov Chariman of the Managing Spektr Socio-Economic Azerbaijan Board Researches and Development Public Union Babak Abbaszadeh President and Chief Toronto Centre for Global Canada Executive Officer Leadership in Financial Supervision Amr Abdallah Director, Gulf Programs Educaiton for Employment - United States EFE HAGAR ABDELRAHM African affairs & SDGs Unit Maat for Peace, Development Egypt AN Manager and Human Rights Abukar Abdi CEO Juba Foundation Kenya Nabil Abdo MENA Senior Policy Oxfam International Lebanon Advisor Mala Abdulaziz Executive director Swift Relief Foundation Nigeria Maryati Abdullah Director/National Publish What You Pay Indonesia Coordinator Indonesia Yussuf Abdullahi Regional Team Lead Pact Kenya Abdulahi Abdulraheem Executive Director Initiative for Sound Education Nigeria Relationship & Health Muttaqa Abdulra'uf Research Fellow International Trade Union Nigeria Confederation (ITUC) Kehinde Abdulsalam Interfaith Minister Strength in Diversity Nigeria Development Centre, Nigeria Kassim Abdulsalam Zonal Coordinator/Field Strength in Diversity Nigeria Executive Development Centre, Nigeria and Farmers Advocacy and Support Initiative in Nig Shahlo Abdunabizoda Director Jahon Tajikistan Shontaye Abegaz Executive Director International Insitute for Human United States Security Subhashini Abeysinghe Research Director Verite
    [Show full text]
  • Fiqh Indonesia; Antara Pembaharuan Dan Liberalisme Hukum Islam
    FIQH INDONESIA; ANTARA PEMBAHARUAN DAN LIBERALISME HUKUM ISLAM Syamsul Falah1 Abstract, Fiqh is the discipline that is most affected by the changes in human life that come incessantly. Fiqh is intended to harmonize between the syar'i texts that have completed their revelations and are standardized in the Qur'an and assunaah with humans as objects of jurisprudence that never stop changing. So fiqh is the most extensive space for new ijitihad-ijitihad. Islamic jurisprudence and law will always adjust to socio-cultural conditions, and socio-historical and space that surrounds it, as well as in Indonesia, fiqh is used as a means in determining the direction of religious life of the Islamic community in Indonesia, the basic attitude of this Islamic tradition seems to have become the dominant choice and grip among fiqh experts in Indonesia. The dynamics of Indonesian jurisprudence in the Syafiiyah discourse, this can be understood because the process of Islamization in Indonesia since the 12th and 13th centuries was a time when the development of Islamic law was in a time of crisis by closing the door of ijtihad as its lowest point even in the next period many figures who sued this matter, the experts did not dare to think as freely and creatively as possible so as to bring up a product that is timeless, space and time. Departing from the conceptul, the steps taken for Indonesian fiqh are: First, critical dialectics among Islamic law (particular texts containing practical rules), illat (causal law of wisdom) legal significance) Annadhoriyyah al ammah (azaz -azaz law) maqosidu syariah (the basic purpose of sharia) this analysis is one step that is normative deductive.
    [Show full text]
  • Kontribusi Sayyid Utsman Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Batavia (1862-1914)
    KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA (1862-1914) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M. Hum) Disusun oleh: NURHASANAH 2112022100009 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM KONSENTRASI SEJARAH ISLAM NUSANTARA UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puja dan puji saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam, yang telah memberikan kuasa-Nya untuk menggerakkan jiwa, raga dan pikiran penulis agar senantiasa tidak melalaikan kewajiban agama, maupun kewajiban sosial, serta kewajiban akademik. Shawalat serta salam, saya lantunkan kepada penghulu para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW, seorang yang gigih menyebarkan agama cinta kasih, Islam, hingga sampai ke tanah Nusantara. Tidak terasa, hampir berbilang tahun tugas akhir (tesis) ini selesai dirampungkan. Berbagai macam pengalaman senang dan sedih, mudah dan susah sudah saya alami dalam menyusun tesis ini. Menelisik kebesaran sejarah Jakarta memang amat mengasyikkan, hingga lupa diri, bahwa masa studi ada batasnya. Inilah yang kemudian, “memaksa” saya untuk segera memalingkan diri dari pekerjaan yang lain, mengkhususkan waktu agar kewajiban intelektual ini bisa dipenuhi. Saran serta kritik selalu saya nantikan, untuk menyempurkan kerja saya. Tidak bisa dielakkan, dalam menyusun suatu bacaan yang bermutu akan selalu dihinggapi oleh kesalahan ketikan, analisa serta pengambilan sumber yang kurang tepat. Oleh sebab itu, setiap masukan yang membangun, akan menjadi bahan pertimbangan saya, untuk selalu berhati-hati dalam menyajikan tulisan sejarah yang kronologis, analitis dan representatif. Dalam lembar ini, saya ingin mengucapkan terima kasih beberapa pihak, antara lain: 1. Ucapan terimakasih saya tujukan kepada Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil M.
    [Show full text]
  • The International History of the Yemen Civil War, 1962-1968
    The International History of the Yemen Civil War, 1962-1968 The Harvard community has made this article openly available. Please share how this access benefits you. Your story matters Citation Orkaby, Asher Aviad. 2014. The International History of the Yemen Civil War, 1962-1968. Doctoral dissertation, Harvard University. Citable link http://nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:12269828 Terms of Use This article was downloaded from Harvard University’s DASH repository, and is made available under the terms and conditions applicable to Other Posted Material, as set forth at http:// nrs.harvard.edu/urn-3:HUL.InstRepos:dash.current.terms-of- use#LAA The International History of the Yemen Civil War, 1962-1968 A dissertation presented by Asher Aviad Orkaby to The Committee on Middle Eastern Studies in partial fulfillment of the requirements for the degree of Doctor of Philosophy in the subject of History and Middle Eastern Studies Harvard University Cambridge, Massachusetts April 2014 © 2014 Asher Aviad Orkaby All rights reserved. III Dissertation Advisor: Roger Owen Author: Asher Aviad Orkaby The International History of the Yemen Civil War, 1962-68 Abstract The deposition of Imam Muhammad al-Badr in September 1962 was the culmination of a Yemeni nationalist movement that began in the 1940s with numerous failed attempts to overthrow the traditional religious legal order. Prior to 1962, both the USSR and Egypt had been cultivating alliances with al-Badr in an effort to secure their strategic interests in South Arabia. In the days following the 1962 coup d'état, Abdullah Sallal and his cohort of Yemeni officers established a republic and concealed the fate of al- Badr who had survived an assault on his Sana’a palace and whose supporters had already begun organizing a tribal coalition against the republic.
    [Show full text]
  • Asimilasi Arab Hadrami Dengan Masyarakat Pribumi Di Jamiat Kheir Jakarta
    ASIMILASI ARAB HADRAMI DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI DI JAMIAT KHEIR JAKARTA Asshyfa Noer Rahmadianty [email protected] ABSTRAK Arab Hadrami sudah mengunjungi Batavia atau yang saat ini disebut Jakarta sudah dari abad-abad yang lalu. Datangnya masyarakat Hadrami ke Nusantara dan menetap di Batavia tentu menimbulkan beberapa dampak bagi masyarakat Pribumi khususnya di Batavia. Baik dari segi kebudayaan, dan juga pendidikan. Adanya pengaruh budaya dan juga pendidikan dari masyarakat Hadrami tersebut yang menimbulkan terjadinya Asimilasi antar budaya asli Pribumi dan Arab Hadrami. Asimilasi pada masyarakat Arab Hadrami dan Pribumi tentu muncul dari berbagai bidang. Salah satunya seperti pada tema yang akan penulis bahas kali ini yaitu adanya Asimilasi yang terjadi pada bidang pendidikan di salah satu Yayasan Jamiat Kheir yang ada di Jakarta Pusat. Kata kunci : Arab Hadrami, Asimilasi A. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki suku dan budaya yang tersebar luas. Indonesia pun terkenal dengan kekayaan alam dan juga dengan rempah-rempahnya yang sangat banyak. Disamping penduduk asli Nusantara tersebut ada juga beberapa negara Imigran yang sempat datang ke Nusantara pada masa itu yaitu Cina, Persia dan Arab. Bangsa Arab yang datang ke Nusantara disebut dengan Arab Hadhrami. Masyarakat Arab sampai saat ini masih banyak ditemui dan bahkan populasinya di Nusantara makin tersebar luas. Komunitas Arab Hadhrami meningkat jumlahnya dimulai pada abad ke-19 dan tentu saja awal mula mereka menetap di Nusantara tidak diragukan lagi alasan utamanya adalah, untuk mencari keuntungan ekonomi bagi orang-orang Arab khususnya komunitas Hadrami yang bermigrasi di Nusantara (Jajat Burhanudin, 2007) . Kehadiran komunitas Hadrami tentu saja berpengaruh bagi kehidupan beragama di Nusantara dan jumlahnya pun semakin hari semakin meningkat.
    [Show full text]
  • Perjuangan Hamid Algadri Pada Masa Pergerakan Dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)
    PERJUANGAN HAMID ALGADRI PADA MASA PERGERAKAN DAN PASCA KEMERDEKAAN (1934-1950) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M.Hum) Oleh: Lathifah Maryam NIM: 21140221000001 MAGISTER SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1490 H/2018 M ABSTRAK Lathifah Maryam. Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950) Peranakan Arab merupakan masyarakat yang memiliki darah Arab dan Pribumi Indonesia. Pada masa kolonial Belanda peranakan Arab masuk dalam golongan Timur Asing bersama dengan suku Tionghoa-Indonesia dan India-Indonesia. Menurut Van Den Berg, orang orang Arab di Nusantara tidak memiliki kepedulian terhadap perpolitikan di Nusantara selama kepentingan material dan spiritual mereka tidak menjadi taruhan, orang-orang Arab di Nusantara bersikap netral dan membantu kolonial Belanda. Pada masa pergerakan, ditandai dengan munculnya gagasan mengenai Nasionalisme dan organisasi-organisasi pergerakan untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia, memberikan kesadaran kebangsaan kepada masyarakat Arab dan peranakan untuk sama-sama berjuang melawan kolonial. Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang turut berjuang melawan kolonial Belanda untuk mewujudkan kemerdekaan di Indonesia. Penelitian dengan judul “Perjuangan Hamid Algadri pada Masa Pergerakan dan Pasca Kemerdekaan (1934-1950)” bertujuan untuk, pertama, menganalisis landasan pergerakan kebangsaan Hamid Algadri di Indonesia yang mendorongnya untuk bergerak melawan kolonial. Kedua, adalah menjelaskan tentang Perjuangan Hamid Algadri pada masa pergerakan dan pasca kemerdekaan di Indonesia. Hasil penelitian ini adalah, bahwa Hamid Algadri merupakan peranakan Arab yang memberikan inspirasi dan berhasil menumbuhkan kesadaran kebangsaan dikalangan peranakan Arab untuk menolak penjajahan dan menjunjung tinggi nasionalisme Indonesia baik masa pergerakan maupun pasca kemerdekaan. Kata kunci: Hamid Algadri, perjuangan, pergerakan, pasca kemerdekaan.
    [Show full text]
  • Jurji Habib Hanania
    Jurji Habib Hanania When Jurji Hanania launched his newspaper al-Quds in Jerusalem almost a History of the Earliest hundred years ago (1908), the only medium Press in Palestine, for the spread of information in the country was the printed word, and even that was 1908-1914 limited to books and such occasional publications as pamphlets for tourists Mary Hanania and tracts issued by government offices. For many years preceding, the Ottoman regime had exercised despotic control over its provinces (among them Palestine, the common name used for the Jerusalem governorship under the Ottoman Empire) and imposed strict censorship on anything that appeared in print. That period of repression ended in 1908 when the empire’s constitution was restored and, with it, its subjects’ freedom of expression. Photo of the Nicola Farradj family in Jerusalem at the dawn of the 20th century. Standing on the right is Jurji Hanania next Jurji established his printing business in to his seated wife Aniseh Farradj Hanania Jerusalem’s old city in 1894, for several and their children. Aniseh’s sister, Marie Farradj al Issa, is seated on the opposite side years printing material in a number of of the picture near her husband Jiryis and languages before seeking a permit to publish their children, several of whom would later distinguish themselves in literary careers a newspaper in Arabic. But it was only including newspaper publication. Standing after the Ottoman regime’s constitutional near the center are Aniseh’s brothers Yaqub and Dimitri Farradj. Source: Collection of reform in 1908 that the permit was granted the author.
    [Show full text]