SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan Antara Hukum Islam, Hukum Positif, Dan Praktek Masyarakat
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif, dan Praktek Masyarakat DR. SORAYA DEVY, M.Ag SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif, dan Praktek Masyarakat Editor: Dr. Khairuddin, M.Ag 2018 i SISTEM PERWALIAN DI ACEH: Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif dan Praktek Masyarakat Penulis: Dr. Soraya Devy, M.Ag ISBN: 978-602-50648-8-3 Editor: Dr. Khairuddin, M.Ag Desain Sampul: Syah Reza Tata Letak: Tim Sahifah Diterbitkan atas Kerjasama: Sahifah Gampong Lam Duro, Tungkop Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh Kode Pos 23373 Telp. 081360104828 Email: [email protected] Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Jl. Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh Cetakan Pertama, Juni 2018 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya, Rahmat- Nya, Rahman dan Rahim-Nya dan memberikan kemudahan, kelapangan, kesungguhan, inspirasi dan motifasi kepada penulis, sehingga penulisan buku dengan judul “SISTEM PERWALIAN DI ACEH: Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif dan Praktek Masyarakat” dapat selesai dikerjakan. Selawat beriring salam disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, semoga kehidupan beliau tetap dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan. Demikian pula salam sejahtera kepada para keluarga dan Sahabat beliau sekalian. Alhamdulillah dengan izin Allah, penulisan buku ini dapat diselesaikan dalam waktu lebih kurang tiga tahun tentu tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik secara moril dan materil. Dalam kesempatan ini tanpa mengurangi penghormatan penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam pengantar yang singkat ini. Karya ini penulis persembahkan seraya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada ayahanda (Alm) H. Syamsuddin dan ibunda tercinta (Almh) Hj. Syamsunnihar, semoga Allah mengampunkan segala dosa-dosa mereka dan melapangkan kubur mereka, Amiin. Dan juga kepada keluarga besar penulis yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memberi semangat untuk keberhasilan penulis. iii Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya buat suami tercinta Drg. H. Ridwan Lidan, Sp. Pros., yang senantiasa memberikan motifasi lahir dan batin bagi penulis, sehingga penulis mempunyai kekuatan untuk menyelesaikan penulisan buku ini. Terkhusus kepada mahkota hati di relung jiwa, putra-putri tercinta Durrah Luthfiah Adani, Dalili Adlina, Dinah Bahirah, Muhammad Sahlan, dan Umar Zukhran yang menjadi daya pendorong dan pemberi semangat dalam beraktifitas ilmiah. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan imbalan yang lebih baik dari apa yang telah dilakukan oleh pihak-pihak yang telah berjasa baik secara langsung atau pun tidak langsung kepada penulis. Amin ya Rabbal ‘alamin. Penulis menyadari bahwa tulisan ini rentan kritikan, dan dengan hati terbuka, kritikan dan sumbang saran yang membangun sangat diharapkan demi peningkatan kualitas ilmu di masa mendatang. Tiada kata yang lebih diharapkan selain apa yang penulis lakukan dalam penulisan buku ini menjadi amal yang bermanfaat bagi diri penulis dan kaum muslimin pada umumnya dan menjadi ladang ibadah dan mendapat ridha dari Allah Swt. Amin. Penulis, Soraya Devy iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Kajian Pustaka 12 C. Kerangka Teori 17 1. Konsep Harta 18 2. Konsep Perwalian 22 3. Teori Sosiologi Hukum 28 4. Teori Realisme Hukum 31 5. Teori Pluralisme Hukum 35 6. Teori Kewenangan 37 D. Metode Penelitan 42 BAB II KONSEP WALI DALAM HUKUM ISLAM 47 A. Pengertian Perwalian 47 1. Fenomena, indikator dan jenis perbuatan yang mengarah kepada terbangunnya konsep perwalian 47 2. Konsep perwalian menurut Imam al-Syāfi‘ī dan Syāfi‘iyyah 56 B. Dasar Hukum Perwalian 67 1. Dalil Alquran 68 2. Dalil Hadits-Hadits 75 3. Fatwa Sahabat 81 4. Ijtihad ulama 82 5. Hukum positif 86 C. Hak dan Kewajiban Perwalian 95 1. Hak-hak wali 95 1. Kewajiban-kewajiban wali 98 2. Pengguguran hak dan hewajiban wali111 3. Pengawasan perwalian 114 v D. Penetapan Perwalian Menurut Mazhab al-Syāfi‘ī 118 1. Waktu penetapan wali 118 2. Pertimbangan penetapan perwalian 123 3. Mekanisme penetapan perwalian 126 4. Berakhirnya penetapan perwalian 129 BAB III PENETAPAN PERWALIAN DI KALANGAN MASYARAKAT ACEH BESAR 139 A. Profil Wilayah Aceh Besar 139 1. Jumlah penduduk, luas dan batas wilayah Aceh Besar 139 2. Sosiologis dan antropologis masyarakat 141 B. Konsep Perwalian dalam Masyarakat 142 1. Perwalian terhadap diri anak 144 2. Perwalian terhadap harta anak 150 C. Hak dan Kewajiban Wali dalam Masyarakat 160 D. Mekanisme Penunjukan Wali dalam Masyarakat 165 E. Pengawasan Perwalian dalam Masyarakat 179 BAB IV PENETAPAN PERWALIAN DI MAHKAMAH SYAR’IYAH 184 A. Mekanisme dan Proses Penetapan Perwalian di Mahkamah Syar’iyah Jantho 184 1. Perwalian diberikan kepada ibu kandung si anak (Penetapan Nomor: 420/Pdt.P/2005/MSY-JTH) 188 2. Perwalian diberikan kepada adik kandung ibu si anak (Penetapan Nomor: 709/Pdt.P/2005/MSY- JTH) 194 3. Perwalian diberikan kepada paman dari pihak ibu si anak (Putusan Nomor: 403/Pdt.P/2005/MSY- JTH) 195 4. Perwalian diberikan kepada abang kandung laki- laki anak yatim (Penetapan Nomor: 029/Pdt.P/2015/Ms-Jth) 196 vi B. Pertimbangan-Pertimbangan Hakim dalam Menyelesaikan Kasus-Kasus Penetapan Wali 198 1. Pertimbangan Hukum dan Amar Putusan Nomor 420/Pdt.P/2005/MSY-JTH 199 2. Pertimbangan dan Amar Putusan Nomor 705/Pdt.P/2005/MSY-JTH 201 3. Pertimbangan dan Amar Putusan Nomor 709/Pdt.P/2005/MSY-JTH 202 4. Pertimbangan dan Amar Putusan Nomor 403/Pdt.P/2005/MSY-JTH 203 C. Dampak Penetapan Pengadilan terhadap Penetapan Wali di Masyarakat Aceh Besar 208 BAB V PENUTUP 229 A. Kesimpulan 229 B. Saran-Saran 231 DAFTAR PUSTAKA 233 RIWAYAT HIDUP PENULIS 239 vii viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata wali memiliki beberapa arti, yaitu orang yang menurut hukum (agama, adat) diserahi kewajiban mengurus anak yatim serta hartanya, sebelum anak itu dewasa, orang yang menjadi penjamin dalam pengurusan dan pengasuhan anak, pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang menjanjikan janji nikah dengan pengantin laki-laki, dan wali juga didefinisikan dengan orang saleh (suci). Sementara perwalian merupakan segala sesuatu yang berhubungan dengan wali, pemeliharaan dan pengawasan anak yatim dan hartanya dan pembimbing.1 Kata perwalian menurut bahasa mengandung makna rasa cinta dan pertolongan.2 Kata wali yang berasal dari Bahasa Arab merupakan bentuk masdar dari kata walá. Wāli menurut ولي, يلي, ) bahasa berasal dari kata kerja walá-yalī-wilāyatan yang tergolong fi‘l al-muta‘adī bi nafsihi (kata kerja (وﻻية transitif) dan muta‘adī ‘alá nafsihi (transitif dengan bantuan kata depan ‘alā) yang mana kata ini berarti menolong. Sementara al-wāli merupakan ism al-fā‘il atau orang yang 1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi ketiga, cet. III, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), hlm. 6690. 2 Wahbah al-Zuhaylī, al-Fiqh Islāmī wa Adillatuh, jld. IX, cet III (Damakus: Dār al-Fikr, 1997), hlm. 6690. 1 melakukan, maka dari itu al-wāli berarti orang yang menolong.3 Para fukaha memahami kata perwalian dengan kemampuan untuk bertindak tanpa bergantung pada izin orang lain. Wahbah al-Zuhaylī menyebutkan substansi perwalian adalah kekuasaan dan kemampuan sehingga al-wāli berarti pemilik kekuasaan.4 Menurut ulama Hanafiyyah, perwalian adalah melaksanakan ucapan atas orang lain baik ia setuju maupun tidak.5 Definisi menurut ulama Hanafiyyah menfokuskan pada wali ijbāriyyah, karena wali ijbāriyyah merupakan wali yang pendelegasiannya langsung ditetapkan oleh syarak. Kata-kata setuju maupun tidak menunjukkan adanya unsur paksaan yang mengharuskan anak-anak yang berada di bawah asuhannya untuk melaksanakan sebagaimana yang diiginkan oleh wali. Konsep definisi perwalian menurut ulama Hanafiyyah tidak cocok untuk wali ikhtiyāriyyah. Konsep wali ikhtiyāriyyah menuntut adanya keridaan dan keikhlasan seseorang menjadi sebagai wali, tidak didasarkan pada paksaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa wali adalah pengganti atau yang menggantikan orang lain dalam melaksanakan hak dan kewajiban. Dalam khazanah fikih Islam, wali terdiri dari dua macam yaitu: wāli ikhtiyāriyyah, pengganti yang dipilih, dan wāli ijbāriyyah, wali yang dipaksa.6 Wāli ikhtiyāriyyah merupakan wakil yang ditunjuk 3 Ibrāhīm Unays et.al., al-Mu‘jam al-Wasīt (Beirut: Dār al-Fikr, 1992), s. v. w-l-y. 4 Al-Zuhaylī, al-Fiqh Islāmī…, jld. IX, hlm. 6690-6691. 5 Al-Zuhaylī, al-Fiqh Islāmī…, jld. X, hlm. 6691. 6 Mustafá Ahmad al-Zarqā, al-Madkhal al-Fiqh al-‘Ām, jld. II (Damaskus: Matba‘ah Turbin, 1968), hlm. 817. 2 oleh orang yang bersangkutan atau orang yang menjadi wakil secara sukarela (voluntare). Sementara wakil yang ditunjuk oleh hukum atau hakim untuk menggantikan orang lain melakukan suatu perbuatan hukum disebut wāli ijbarīyyah. Segala tindakan yang dilakukan oleh wāli ijbāriyyah untuk kepentingan orang yang diwakilinya, tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang ditetapkan hukum syarak, tidak dapat dibatalkan oleh orang yang diwakilinya sampai dewasa dan cakap bertindak. Klasifikasi bentuk perwalian menjadi dua bentuk yakni iktiyāriyyah dan ijbāriyyah tidak dijelaskan dasarnya oleh para ulama dalam merumuskannya. Akan tetapi, jika diperhatikan istilah yang digunakan yaitu ikhtiyāriyyah lebih cenderung