PERAN ULAMA SELAKU PEWARIS NABI DALAM KONTESTASI PEMILU- PILPRES TAHUN 2019 DI INDONESIA (Sebuah Kajian Living Hadis)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

PERAN ULAMA SELAKU PEWARIS NABI DALAM KONTESTASI PEMILU- PILPRES TAHUN 2019 DI INDONESIA (Sebuah Kajian Living Hadis) DOI: http://10.0.121.251/osf.io/r5chk PERAN ULAMA SELAKU PEWARIS NABI DALAM KONTESTASI PEMILU- PILPRES TAHUN 2019 DI INDONESIA (Sebuah Kajian Living Hadis) Abdul Muiz Amir Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kendari, Indonesia [email protected] ABSTRACT This study aims to find a power relation as a discourse played by the clerics as the Prophet's heir in the contestation of political event in the (the elections) of 2019 in Indonesia. The method used is qualitative based on the critical teory paradigm. Data gathered through literary studies were later analyzed based on Michel Foucault's genealogy-structuralism based on historical archival data. The findings show that, (1) The involvement of scholars in the Pemilu-Pilpres 2019 was triggered by a religious issue that has been through online social media against the anti-Islamic political system, pro communism and liberalism. Consequently create two strongholds from the scholars, namely the pro stronghold of the issue pioneered by the GNPF-Ulama, and the fortress that dismissed the issue as part of the political intrigue pioneered by Ormas NU; (2) genealogically the role of scholars from time to time underwent transformation. At first the Ulama played his role as well as Umara, then shifted also agent of control to bring the dynamization between the issue of religion and state, to transform into motivator and mediator in the face of various issues Practical politic event, especially at Pemilu-Pilpres 2019. Discussion of the role of Ulama in the end resulted in a reduction of the role of Ulama as the heir of the prophet, from the agent Uswatun Hasanah and Rahmatan lil-' ālamīn as a people, now shifted into an agent that can trigger the division of the people. Keywords: The Role of Ulama, Heir of The Prophet, Pemilu-Pilpres 2019. ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk menemukan relasi kuasa sebagai sebuah diskursus yang diperankan oleh ulama selaku pewaris Nabi dalam kontestasi perhelatan politik pada Pemilu- Pilpres 2019 di Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif yang berbasis pada paradigma critical teory. Data dikumpulkan melalui kajian literatur kemudian dianalisis berdasarkan teori genealogi-strukturalisme Michel Foucault yang berbasis pada data arsip historis. Hasil temuan menunjukkan bahwa, (1) keterlibatan Ulama dalam perhelatan Pemilu-Pilpres 2019 dipicu oleh isu agama yang bekembang melaui media sosial online terhadap sistem politik anti Islam, pro komunisme dan liberalisme. Akibatnya meciptakan dua kubu dari kalangan Ulama, yaitu kubu yang pro terhadap isu tersebut yang dipelopori oleh GNPF-Ulama, dan kubu yang menepis isu tersebut sebagai bagian dari intrik politik yang dipelopori oleh Ormas NU; (2) secara genealogi peran Ulama dari masa ke masa mengalami transformasi. Pada awalnya Ulama memainkan perannya sekaligus Umara, lalu kemudian bergeser menajadi agen of control untuk menghadirkan dinamisasi antara persoalan Agama dan Negara, hingga bertransformasi menjadi motivator dan mediator dalam menghadapi berbagai isu perhelatan politik praktis, khusunya pada Pemili-Pilpres 2019. Diskursus peran Ulama pada akhirnya menimbulkan reduksi terhadap peran Ulama sebagai pewaris Nabi, dari sosok agen uswatun hasanah dan rahmatan lil-‘ālamīn selaku pemersatu umat, kini bergeser menjadi agen yang dapat memicu perpecahan umat. Kata Kunci: Peran Ulama, Pewaris Nabi, Pemilu-Pilpres 2019. A. Pendahuluan Perhelatan kontestasi politik melalui Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia pada tahun 2019 didominasi oleh isu agama, sehingga masing-masing kubu Calon Presiden (Capres) menggunakan strategi pendekatan diplomasi kepada Ulama demi meraih dukungan dari masyarakat Muslim. Dukungan Ulama tersebut terakomodasi melalui beberapa Organisasi Masyarakat (Ormas) Islam di Indonesia, di antaranya Nahdlatul Ulama’ (NU), Front Pembela Islam (FPI), Persatuan Alumni (PA) 212, dan lain sebagainya. Strategi tersebut merupakan hal yang lumrah, mengingat penduduk Indonesia mayoritas beragama Islam. Terlebih strategi yang sama telah terbukti dapat memenangkan Anis Baswedan- Sandiaga Uno sebagai pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta pada perhelatan Pemilihan Kepada Daerah (Pilkada) tahun 2017 yang silam.1 Berdasarkan pemaparan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) oleh Denny JA., yang merilis tentang pemetaan dukungan Ormas Islam pada Pilpres 2019 yang menunjukan bahwa, Pasangan Calon (Paslon) Capres Jokowi-Makruf lebih banyak mendapatkan dukungan dari Ormas Islam NU. Sedangkan Paslon Capres Prabowo-Sandiaga lebih banyak mendapatkan dukungan dari Ormas Islam Muhammadiyah, FPI, dan Persatuan Alumni (PA) 212. Bila elektabilitas kedua Paslon di kalkulasi berdasarkan persentase perolehan dukungan melalui Ormas-ormas tersebut, maka Paslon Jokowi-Makruf lebih unggul dengan perolehan sekitar 56,8-63,2%, sedangkan Paslon Prabowo-Sandi hanya mendapatkan perolehan sekitar 36,8-43,2%.2 Polemik keterlibatan Ulama dalam perhelatan politik di Indonesia menuai berbagai tanggapan dari para cendekiawan muslim, di antaranya Kiswanto (2010), mengungkapkan bahwa peran dalam ranah politik praktis dapat berimpikasi pada memudarnya karismatik mereka selaku uswatun hasanah (figur teladan yang baik), sebab kontestasi politik tentu 1Muhamad Mustaqim, “Ulama, Agama, Dan Politik,” Detiknews.Com, last modified 2018, accessed May 18, 2019, https://news.detik.com/kolom/d-4155900/ulama-agama-dan-politik. 2Fauziah Mursid and Andri Saubani, “Peta Dukungan Ormas Islam Di Pilpres 2019 Menurut Survei LSI,” Republika.Co.Id, last modified 2019, accessed May 12, 2019, https://nasional.republika.co.id/berita/nasional/politik/ppbvl9409/peta-dukungan-ormas-islam-di-pilpres- 2019-menurut-survei-lsi. 1 akan mengakibatkan terjadinya konflik politik.3 Selain itu Malik (2014), juga menilai bahwa keterlibatan Ulama dalam ranah politik praktis hanyalah dimanfaatkan sebagai instrumen untuk mendongkrak elektabilitas politik identitas tertentu. Sehinga akan berimplikasi pada nilai-nilai agama yang semakin dangkal dan parsial.4 Belum lagi Keterlibatan Ulama dalam ranah politik praktis akan diperhadapkan pada layak atau tidaknya secara kompetensi keilmuan dan pengalaman praksis seorang Ulama, utamanya ketika mereka memainkan strategi politik yang penuh dengan intrik. Kekhawatiran tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh Ma’arif (2012), bahwa sulit untuk menemukan pribadi Muslim yang kompeten secara psiko-religio-kultural yang dapat bersikap dan berprilaku secara relijius, objektif, dan realistik, utamanya dalam menghadapi kontestasi politik yang sarat kepentingan pragmatis. Kecuali bila mereka memiliki kualitas yang terdidik dan mumpuni.5 Bila merujuk pada sejarah, fenomena keterlibatan Ulama dalam perhelatan politik bukanlah hal yang baru, sebab peristiwa serupa telah terjadi sejak masa awal pemerintahan umat Islam. pada masa Rasulullah misalnya, ditemukan riwayat yang menyebutkan tentang beberapa Sahabat yang melakukan lobi-lobi diplomasi untuk mendapatkan jabatan struktural politik kepada Rasulullah saw. Namun Rasulullah dengan tegas menolak permohonan tersebut. Hal itu dapat dilihat melalui beberapa riwayat hadis, salah satunya hadis yang diriwayatkan oleh Abū Dzar Al-Ghifārī sebagai berikut: َع ْن أَبِي ذَ ٍّ ر، َقا َل: "قُ ْل ُت: يَا َرسُو َل هللاِ، أَ ََل تَ ْستَ ْع ِملُنِي؟ َقا َل: فَ َض َر َب بِيَ ِد ِه َع َلى َم ْن ِكبِي، ثُ َّم َقا َل: »يَا أَبَا ذَ ٍّ ر، إِ َّن َك َض ِعي ٌف، َوإِ َّن َها أَ َما َنةُ، َوإِ َّن َها يَ ْو َم ا ْل ِقيَا َم ِة ِخ ْز ٌي َو َندَا َمةٌ، إِ ََّل َم ْن أَ َخذَ َها بِ َح ِ ق َها، َوأَدَّى الَّ ِذي َع َل ْي ِه فِي َها ".6 (Di riwayatkan dari Abū Dzar Al-Ghifārī berkata: Saya berkata: Wahai Rasulallah tidak Engkau memberikan aku jabatan?, Rasulullah bersabda sembari menepuk pundakku dengan tangannya “Wahai Aba Dzar, engkau adalah seorang yang lemah, sementara jabatan itu adalah amanah. Dan ketika hari kiamat, ia akan menjadi kehinaan dan penyesalan bagimu, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan apa yang semestinya ia tunaikan dalam kepemimpinannya.”). Hadis terebut di atas bukanlah dalil yang menandakan bahwa Ulama tidak dibolehkan terlibat dalam perhelatan politik. Sebab Rasulullah sendiri selain sebagai 3Heri Kiswanto, Gagalnya Peran Politik Kiai Dalam Mengatasi Krisis Multidimenasional (Yogyakarta: LKIS, 1995). 132. 4Abdul Malik and Ariyandi Batubara, “Commodification in Political Activities in Seberang Kota Jambi,” Kontekstualita, 29, no. 2 (2014): 99–114. 5Ahmad Syafii Maarif, Politik Identitas Dan Masa Depan Pluralisme Kita, ed. Husni Mubarok, Digital. (Jakarta: Democracy Project Yayasan Abad Demokrasi, 2012). 9-10. 6Muslim bin Hajjāj Al-Nisāburī, Shahīh Muslim, ed. Muhammad Fuad Abd Al-Baqi (Beirut: Dar Al- Ihyā’ Al-Turats, n.d.). Jilid 3, 1457. 2 pemimpin spritual Agama, Rasulullah juga memerankan perannya sebagai pemimpin Negara. Demikian pula para Sahabatnya (Khulafā’ Al-Rāsyidīn). Bahkan Rasulullah telah suskses menunjukan kepiawaiannya selaku Agamawan sekaligus Negarawan. Oleh karena itu hadis tersebut hanya ingin menegaskan bahwa pra-syarat seorang pemimpin tidak hanya cukup dengan berdasarkan karakteristik kesalehan relijius semata, melainkan seorang pemimpin atau yang terlibat dalam urusan politik haruslah memiliki kompetensi yang mapan dalam hal ilmu manajemen pemerintahan dan ketata negaraan. Terlebih Ulama memiliki beban moral selaku pewaris Nabi yang bertujuan untuk menebar nilai-nilai ajaran Islam yang rahmatan lil-‘ālamīn (kedamaian terhadap semesta alam), sebagaimana yang telah berhasil dicontohkan oleh Rasulullah. Peran Ulama sebagai pewaris
Recommended publications
  • Fiqh Indonesia; Antara Pembaharuan Dan Liberalisme Hukum Islam
    FIQH INDONESIA; ANTARA PEMBAHARUAN DAN LIBERALISME HUKUM ISLAM Syamsul Falah1 Abstract, Fiqh is the discipline that is most affected by the changes in human life that come incessantly. Fiqh is intended to harmonize between the syar'i texts that have completed their revelations and are standardized in the Qur'an and assunaah with humans as objects of jurisprudence that never stop changing. So fiqh is the most extensive space for new ijitihad-ijitihad. Islamic jurisprudence and law will always adjust to socio-cultural conditions, and socio-historical and space that surrounds it, as well as in Indonesia, fiqh is used as a means in determining the direction of religious life of the Islamic community in Indonesia, the basic attitude of this Islamic tradition seems to have become the dominant choice and grip among fiqh experts in Indonesia. The dynamics of Indonesian jurisprudence in the Syafiiyah discourse, this can be understood because the process of Islamization in Indonesia since the 12th and 13th centuries was a time when the development of Islamic law was in a time of crisis by closing the door of ijtihad as its lowest point even in the next period many figures who sued this matter, the experts did not dare to think as freely and creatively as possible so as to bring up a product that is timeless, space and time. Departing from the conceptul, the steps taken for Indonesian fiqh are: First, critical dialectics among Islamic law (particular texts containing practical rules), illat (causal law of wisdom) legal significance) Annadhoriyyah al ammah (azaz -azaz law) maqosidu syariah (the basic purpose of sharia) this analysis is one step that is normative deductive.
    [Show full text]
  • JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H
    Al-Tsaqafa: Jurnal Peradaban Islam Vol. 15 No.2, Desember 2018, hlm. 155-180 ISSN (Cetak) : 0216-5937 JARINGAN HABAIB DI JAWA ABAD 20 Agus Permana, H. Mawardi Ading Kusdiana Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung aguspermana978@ gmail.com, [email protected], [email protected] Abstrak Penelitian ini mempunyai dua tujuan yaitu pertama untuk mengetahui islamisasi di Jawa dan kedua untuk mengetahui peran habaib di Betawi dalam proses islamisasi pada abad ke 70. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian sejarah dengan tahapan kerja pengumpulan data (heuristik), verifikasi (kritik), penafsiran (interpretasi) dan penulisan (historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Meski masih memerlukan pembuktian lebih lanjut, periodisasi masuknya orang Arab di Nusantara dapat dibagi pada tiga periode. Periode pertama adalah abad 9- 11 M; periode kedua abad 12-15 dan periode ketiga abad 17-19 M. Pada Abad Ke 20 para habaib ini telah tersebar hamper di seluruh pulau Jawa. Penyebarannya meliputi daerah Jakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Jakarta ada bebrapa habib yang terkenal seperti Habib Kampung Bandan, Habib Jindan, Habib Ali Kwitang, Habib Ali Bugur dan Habib Usman Bun Yahya. di Jawa Barat ada Al- Habib Alwi bin Muhammad bin Thohiral-Haddad, Habib Syarief Muhammad al-Aydrus dan Al- Habib-Muhammad-Bin-Syekh-Bin-Yahya. Di Jawa Tengah dimulai dari Al-Habib Husein bin Muhammad bin Thohir al-Haddad, dan Habib Luthfi. di Jawa Timur pertama Al-Habib Ja’far bin Syekhan Assegaf, Al-Habib Abdul
    [Show full text]
  • Kontribusi Sayyid Utsman Dalam Kehidupan Keagamaan Masyarakat Islam Batavia (1862-1914)
    KONTRIBUSI SAYYID UTSMAN DALAM KEHIDUPAN KEAGAMAAN MASYARAKAT ISLAM BATAVIA (1862-1914) Tesis Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Magister Humaniora (M. Hum) Disusun oleh: NURHASANAH 2112022100009 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI MAGISTER SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM KONSENTRASI SEJARAH ISLAM NUSANTARA UNIVERSITAS ISLAM NEGERISYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puja dan puji saya haturkan kepada Allah SWT, Tuhan sekalian alam, yang telah memberikan kuasa-Nya untuk menggerakkan jiwa, raga dan pikiran penulis agar senantiasa tidak melalaikan kewajiban agama, maupun kewajiban sosial, serta kewajiban akademik. Shawalat serta salam, saya lantunkan kepada penghulu para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW, seorang yang gigih menyebarkan agama cinta kasih, Islam, hingga sampai ke tanah Nusantara. Tidak terasa, hampir berbilang tahun tugas akhir (tesis) ini selesai dirampungkan. Berbagai macam pengalaman senang dan sedih, mudah dan susah sudah saya alami dalam menyusun tesis ini. Menelisik kebesaran sejarah Jakarta memang amat mengasyikkan, hingga lupa diri, bahwa masa studi ada batasnya. Inilah yang kemudian, “memaksa” saya untuk segera memalingkan diri dari pekerjaan yang lain, mengkhususkan waktu agar kewajiban intelektual ini bisa dipenuhi. Saran serta kritik selalu saya nantikan, untuk menyempurkan kerja saya. Tidak bisa dielakkan, dalam menyusun suatu bacaan yang bermutu akan selalu dihinggapi oleh kesalahan ketikan, analisa serta pengambilan sumber yang kurang tepat. Oleh sebab itu, setiap masukan yang membangun, akan menjadi bahan pertimbangan saya, untuk selalu berhati-hati dalam menyajikan tulisan sejarah yang kronologis, analitis dan representatif. Dalam lembar ini, saya ingin mengucapkan terima kasih beberapa pihak, antara lain: 1. Ucapan terimakasih saya tujukan kepada Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Prof. Dr. Sukron Kamil M.
    [Show full text]
  • Kritik Terhadap Tarekat
    KRITIK TERHADAP TAREKAT Kajian terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya Siti Suniah, S.S.I., MA.Hum KRITIK TERHADAP TAREKAT:Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya PerpustakaanNasional: KatalogDalamTerbitan (KDT) ISBN :978-602-71900-2-3 16,5 x 23,5 cm xi, 149hlm cetakan Ke-1, Maret 2015 CintaBuku Media, Maret 2015 Penulis SitiSuniah, S.S.I., MA.Hum Editor Fair RohmatuSholeh, S.Pi Desain Cover Sri Asmita, MA.Hk Penerbit CintaBuku Media Jl. Musyawarah, KomplekPratama A1 No.8 Kp. Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan Hotline CBMedia 0858-1413-1928 Email: [email protected] © HakPengarangdanPenerbitdilindungioleh UU ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memperoleh gelar magister dalam ilmu pengkajian Islam konsentrasi Pemikiran Islam pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga dicurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW, juga untuk keluarga, sahabat, dan umat yang setia menjalankan sunnah Rasul-Nya. Selama perjalanan menulis tesis ini, penulis telah didukung oleh berbagai pihak terutama yang telah membantu penulis baik dari segi materi maupun nonmateri. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta pembantu rektor dan staffnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan program S1 dan S2 di kampus UIN Syarif Hidayatullah. 2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Suwito, MA., selaku ketua Program Doktor, dan Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku ketua Program Magister, yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi kepada penulis, segala bentuk kritik dan perbaikan tentunya beliau hanya berharap agar tesis ini berguna dan bermanfaat untuk umat.
    [Show full text]
  • Pemikiran Imkān Al-Rukyah Ahmad Marzuqi Al-Batāwi Dalam Kitab Faḍlu Al-Raḥman
    PEMIKIRAN IMKĀN AL-RUKYAH AHMAD MARZUQI AL-BATĀWI DALAM KITAB FAḌLU AL-RAḤMAN TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Magister dalam Ilmu Falak Oleh: AHMAD AINUL YAQIN NIM: 1702048009 PROGRAM MAGISTER ILMU FALAK FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN WALISONGO SEMARANG 2019 ii PERNYATAAN KEASLIAN TESIS Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap : Ahmad Ainul Yaqin NIM : 1702048009 Judul Penelitian : Pemikiran Imkān al-Rukyah Ahmad Marzuqi al-Batāwi dalam Kitab Faḍlu al-Raḥman Program Studi : S2 Ilmu Falak menyatakan bahwa tesis yang berjudul: PEMIKIRAN IMKĀN AL-RUKYAH AHMAD MARZUQI AL-BATĀWI DALAM KITAB FAḌLU AL-RAḤMAN secara keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya. Semarang, 15 Juli 2019 iii iv v vi NOTA DINAS Semarang, 09 Juli 2019 Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap tesis yang ditulis oleh: Nama : Ahmad Ainul Yaqin NIM : 1702048009 Program Studi : S2 Ilmu Falak Judul : Pemikiran Imkān al-Rukyah Ahmad Marzuqi al- Batāwi dalam Kitab Faḍlu al-Raḥman Kami memandang bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Ujian Tesis. Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Pembimbing, Dr. H. Akhmad Arif Junaidi, M.Ag. NIP: 19701208 199603 1 002 vii viii NOTA DINAS Semarang, 12 Juli 2019 Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo di Semarang Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi terhadap tesis yang ditulis oleh: Nama : Ahmad Ainul Yaqin NIM : 1702048009 Program Studi : S2 Ilmu Falak Judul : Pemikiran Imkān al-Rukyah Ahmad Marzuqi al- Batāwi dalam Kitab Faḍlu al-Raḥman Kami memandang bahwa tesis tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Ujian Tesis.
    [Show full text]
  • SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan Antara Hukum Islam, Hukum Positif, Dan Praktek Masyarakat
    SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif, dan Praktek Masyarakat DR. SORAYA DEVY, M.Ag SISTEM PERWALIAN DI ACEH Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif, dan Praktek Masyarakat Editor: Dr. Khairuddin, M.Ag 2018 i SISTEM PERWALIAN DI ACEH: Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif dan Praktek Masyarakat Penulis: Dr. Soraya Devy, M.Ag ISBN: 978-602-50648-8-3 Editor: Dr. Khairuddin, M.Ag Desain Sampul: Syah Reza Tata Letak: Tim Sahifah Diterbitkan atas Kerjasama: Sahifah Gampong Lam Duro, Tungkop Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh Kode Pos 23373 Telp. 081360104828 Email: [email protected] Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Ar-Raniry Jl. Syeikh Abdur Rauf Kopelma Darussalam Banda Aceh Cetakan Pertama, Juni 2018 Hak cipta dilindungi Undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan hidayah-Nya, Rahmat- Nya, Rahman dan Rahim-Nya dan memberikan kemudahan, kelapangan, kesungguhan, inspirasi dan motifasi kepada penulis, sehingga penulisan buku dengan judul “SISTEM PERWALIAN DI ACEH: Pergumulan antara Hukum Islam, Hukum Positif dan Praktek Masyarakat” dapat selesai dikerjakan. Selawat beriring salam disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, semoga kehidupan beliau tetap dijadikan teladan dalam menjalani kehidupan. Demikian pula salam sejahtera kepada para keluarga dan Sahabat beliau sekalian. Alhamdulillah dengan izin Allah, penulisan buku ini dapat diselesaikan dalam waktu lebih kurang tiga tahun tentu tidak terlepas dari bantuan banyak pihak baik secara moril dan materil. Dalam kesempatan ini tanpa mengurangi penghormatan penulis bagi pihak-pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam pengantar yang singkat ini.
    [Show full text]
  • KRITIK TERHADAP TAREKAT Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman Bin Yahya
    KRITIK TERHADAP TAREKAT Kajian Terhadap Pemikiran Sayyid Usman bin Yahya HALAMAN JUDUL TESIS Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Agama dalam Bidang Pemikiran Islam Di Susun Oleh: Siti Suniah (Nim. 12.2.00.1.02.01.0001) SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2015 ii KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah atas segala nikmat dan karunia yang Allah swt limpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memperoleh gelar magister dalam ilmu pengkajian Islam konsentrasi Pemikiran Islam pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Shalawat dan salam semoga dicurahkan untuk baginda Nabi Muhammad SAW, juga untuk keluarga, sahabat, dan umat yang setia menjalankan sunnah Rasul-Nya. Selama perjalanan menulis tesis ini, penulis telah didukung oleh berbagai pihak terutama yang telah membantu penulis baik dari segi materi maupun nonmateri. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta pembantu rektor dan staffnya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti perkuliahan program S1 dan S2 di kampus UIN Syarif Hidayatullah. 2. Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Dr. Suwito, MA., selaku ketua Program Doktor, dan Dr. Yusuf Rahman, MA., selaku ketua Program Magister, yang telah memberikan arahan, saran, dan motivasi kepada penulis, segala bentuk kritik dan perbaikan tentunya beliau hanya berharap agar tesis ini berguna dan bermanfaat untuk umat. 3. Prof. Dr. Yunasril Ali, MA., sebagai pembimbing yang begitu sabar memberikan arahan, koreksi dalam penulisan, meluruskan dan menyempurnakan pemikiran penulis hingga akhir tesis ini. Semoga segala amal kebaikan serta keikhlasannya dalam mendidik, Allah berikan nikmat kepada beliau yang tak terhingga.
    [Show full text]
  • A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam 1
    BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Sejarah Peradaban Islam 1. Pengertian Sejarah Secara etimologi, kata sejarah dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu yang dapat mengambil alih dari bahasa Arab yaitu kata syajarah. Kata tersebut masuk ke dalam perbendaharaan bahasa Indonesia semenjak abad XIII, dimana kata itu masuk ke dalam bahasa Melayu setelah akulturasi kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Islam. Adapun macam-macam kemungkinan arti kata syajarah, adalah: pohon, keturunan, asal-usul, dan juga diidentikkan dengan silsilah, riwayat, babad, tambo, dan tarikh.1 Akulturasi kedua antara kebudayaan Indonesia dengan kebudayaan Barat terjadi sejak abad ke-XV. Akibatnya, kata sejarah mendapatkan tambahan perbendaharaan kata-kata: geschiedenis, historie (Belanda), history (Inggris), histore (Perancis), dan geschicte (Jerman). Kata history yang lebih populer untuk menyebut sejarah dalam ilmu pengetahuan sebenarnya berasal dari bahasa Yunani (istoria) yang berarti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, khususnya manusia 1Silsilah berasal dari bahasa Arab yang berarti urutan, seri, hubungan, daftar keturunan. Babad berasal dari bahasa Jawa yang berarti riwayat kerajaan, riwayat bangsa, buku tahunan, kronik. Buku tahunan adalah annual, riwayat peristiwa dalam tiap tahun. Kronik adalah kisah (fakta) peristiwa-peristiwa yang disusun menurut urutan waktu, tanpa menjelaskan hubungan antara peristiwa- peristiwa tersebut. Tarikh juga berasal dari bahasa Arab yang berarti buku tahunan, kronik, perhitungan tahun, buku riwayat, tanggal, pencatatan
    [Show full text]
  • Khazanah Intelektual Ulama Betawi Abad Ke-19 Dan Ke-20 M
    Khazanah Intelektual Ulama Betawi Abad ke-19 dan ke-20 M. The Intellectuals Treasures of the Betawi Ulama of 19 th and 20 th Centuries AD Nur Rahmah Puslitbang Lektur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi, Badan litbang dan Diklat Kementerian Agama RI e-mail: [email protected] Received: September; Accepted: Desember; Published: Desember DOI: http://dx.doi.org/10.31291/jlk.v16i2.564 Abstract Jakarta as a metropolitan city and the center of Indonesian government in its history can not be separated from the role of the Betawi scholars (ulama). As well as fighting physically in resistance against colonialism, Betawi scholars are also very productive in writing to intellectual work. However, many of these works have not been well documented. Even though the works are the most authentic proof of the intellectual role of scholars in educating the lives of the people. This research seeks to answer questions about what are the works of Betawi scholars and how they are typologies. From the author's search results, there are 160 the intellectual works of Betawi scholars who lived in the 19th and 20th centuries. The trends of these intellectual works were in the jurisprudence (Fikih). The trend of scholars to choose jurisprudence in writing their writings shows a change in insight and orientation among pesantren or religious education institutions. This change in insight and orientation is based on the awareness of people's needs for practical religious teachings. The works are dominated in the form of khulasah. It shows that some Betawi scholars still believe that the works of scholars in the past as the masterpiece, so the Betawi scholars only able to write summary of those works.The Intelectual works of the Betawi scholars is also written more in Arabic.
    [Show full text]
  • Etika Guru Dalam Perspektif Sayyid Usman (1238-1332 H/1822-1914 M)
    View metadata, citation and similar papers at core.ac.uk brought to you by CORE provided by Rumah Jurnal IAIN Metro (Institut Agama Islam Negeri) Volume 03 Number 2, page 208-228, July – December 2019 Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah ISSN: Print 2579-3233; Online 2580-068X ETIKA GURU DALAM PERSPEKTIF SAYYID USMAN (1238-1332 H/1822-1914 M) Radinal Mukhtar Harahap Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ar-Raudlatul Hasanah Medan E-Mail: [email protected] Tapis : Jurnal Penelitian Ilmiah Website: http://e-journal.metrouniv.ac.id/index.php/tapis/index DOI: https://doi.org/10.32332/tapis.v3i2.1624 This article is distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License Abstract The discussion on teacher ethics has been the subject of discussion among Muslim scholars and scholars and has generated many insights including the views of the great scholars Sayyid Usman. He is a Muslim scholar who has done extensive research in Islamic Education. This paper attempts to address Sayyid Usman's perspective on teacher ethics. It is in his view that, personally, the teacher should be sincere, wara', zuhud, tawadhu', not 'say, no takabur, not riyâ', and not malicious. A teacher must master the material he teaches, know the requirements of knowledge, and even know where to find the knowledge he has, and practice it. So that a teacher can teach the knowledge he has to the learners with the aim of not only being good in the eyes of the religion, but also good in the customs of his country. As a result, efforts to improve the quality of a teacher need to be constantly developed.
    [Show full text]
  • Kajian Living Qur'an: Studi Kasus Pengobatan Para Ustadz Di Kota P
    Al-Munir. Vol: 2, No: 1 , Juni 2020 : 147-187 e-ISSN 2716-4241 PENGGUNAAN SURAT AL-FATIHAH TERHADAP PENGOBATAN ALTERNATIF (Kajian Living Qur’an: Studi Kasus Pengobatan Para Ustadz di Kota Palu) Muhsin Email: [email protected] Abstract This paper is a research study of authors who want to know the use of Surat Al-Fatihah as a medium for treatment. To study this the writer uses the study of the living Qur'an to see the phenomena that exist especially in the city of Palu. Basically the use of the letter Alfatihah as a means of treatment had occurred at the time of the Prophet, in this case it was once told by Abu Said al-Khudri who told that a Kabilah leader who recovered from a bite of canjengkik because he was treated with an Surah Al-Fatihah. Therefore Alfatihah is also named as al-Syifa which means healer. In this article the author wants to answer two issues, namely the foundation of the clerics in the use of the Surah Al-Fatihah as a means of treatment and community reception of the Alfatihah Letter used by the Ustadz. To answer this the writer will use interview techniques to obtain more objective results. In the study of literature the author has compared with several works, so that there will not be plagiarism among the works that write such thing is the Alfatihah Psikologi Alfatihah sebagai Seolusi Kebahagiaan by Eko Hardi Ansyah, et al. Membaca Alfatihah Reflektif Intiutif Menurunkan Depresi dan Meningkatkan Imunitas, and several other works will be written in the previous studies.
    [Show full text]
  • Islamic Post-Traditionalism in Indonesia
    Index A Abdullahi Ahmed al-Na’im, 104, 138 A. Gaffar Karim, 6, 13n2, 92n182 Abdullahi an-Na’im, 137 A. Qodri Azizy, 85n104 Abdurrahman Mas’ud, 139 A.R. Ibnu Ubaidillah Syathori, 257 Abdurrahman Wahid, 4–5, 67, 70–71, ‘Abd al-‘Azîs Ibn Sa’ûd, 26 96, 102, 121, 171–72, 215, 256–57, Abd al-Karim al-Banjari, 30 284 Abd al-Karim al-Bantani, 30 Abed al-Jabiri, Muhammad, 8, ‘Abd al-Mâlik al-Juwaini, 36 98–100, 107, 114, 125, 141, 151 ‘Abd al-Qâdir Audah, 60 Abshar-Abdalla, Ulil, 117–18, 241–42, Abd al-Rahman al-Sagaf, 54 251, 257–59, 262 Abd al-Rauf al-Sinkili, 18, 29, 48, 65, Abu Abdullah Muhammad bin Yusuf 86n116 al-Sanusi, 42 ‘Abd al-Raziq, Ali, 137 Abu al-A’la al-Maududi, 119 Abd al-Samad Ibn Muhammad Sâlih, Abu Bakar al-Baqillani, 35 44 Abû al-Hasan Ali ibn Isma’îl al- Abd al-Shamad al-Palimbani, 21 Asy’ari, 83n74 ‘Abd al-Wahab Bugis, 50 Abu Hamid al-Ghazâlî, 41, 63, 208 Abd Moqsith Ghazali, 233, 245, Abu Hamid Muhammad al-Ghazâli, 247–50 29 Abd Rauf Singkle, 41 Abu Hanifah, 28, 246 Abdel Wahab el-Affendi, 104 Abu Hasan al-Asy’ari, 23, 29, 69, Abdul Djamil, 85n98 202–3, 208, 210 Abdul Mun’im DZ, 98, 241 Abu Hâsyim, 36 Abdul Rahman Haji Abdullah, 16, 20, Abu Mansur al-Maturidi, 23, 69, 38, 40, 85n106 202–3, 208 Abdul Wahab Hasbullah, 25, 78n41 Abu Musa al-Asy’ari, 33–34 Abdullah Abbas, 257 Abu Qâsim al-Junaid al-Bagdâdi, 23, Abdullah bin Umar al-Hadharami, 54 29 Abdullah Faqih, 257 Abu Qâsim al-Rafi’i, 61 Abdullah Laroui, 137 Abu Syuja’, 246 07 IslamicPostTrad_IND.indd 301 21/8/15 10:27 am 302 Index Aceh, 16, 20–21, 40–42, 46–49 Armstrong,
    [Show full text]