I. TINJAUAN UMUM 1.1. Pengertian Judul Judul Dari Laporan Tugas Aj

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

I. TINJAUAN UMUM 1.1. Pengertian Judul Judul Dari Laporan Tugas Aj I. TINJAUAN UMUM 1.1. Pengertian Judul Judul dari laporan tugas aj<hir ini adalah Taman Wisata Tirta dan Budaya Pantai Lombang di Kabupaten Sumenep, yang jika diartikan satu persatu adalah sebagai berikut : - Taman : tempat yang menyenangkan ( W.J.S. Poerwadarminta ) - Wisata : berarti darmawisata, pariwisata bepergian bersama-sama untuk memeperluas penge­ tahuan, bersenang-senang, melihat pemandangan yang indah, piknik ( W.J.S. Poerwadarminta ). - Tirta : pemandian/perairan (Kamus Jawa Kuno Indonesia) - Budaya : pikiran, akal budi kebudayaan : hasil kegiatan, dan penciptaan batin (akal budi dan sebagainya) manusia seperti kepercayaan, adat istiadat, dan sebagainya (W.J.S. Poerwadarminta) Dari pengertian tersebut secara umum pengertian "Taman Wisata Tirta dan Budaya Pantai Lombang" di Kabupaten Sumenep" adalah suatu tempat yang menyenangkan untuk dapat menikmati keindahan alam pantai yang sekaligus juga memperluas pengetahuan tentang aktivitas kebudayaan daerah, dimana letaknya berada di kawasan Pantai Lombang Kabupaten Sumenep. 4 1.2. Latar Belakang Perencanaan 1.2.1. Pariwisata di Indonesia Wilayah Indonesia terdiri dari 13.667 pulau yang terbentang dari Sabang sampai Marauke, yang secara geografis terletak pada 6° 8' Garis lintang Utara hingga 11° 15' Garis Lintang Selatan dan 94° 45' hingga 141° 5' Garis Bujur Timur, adalah merupakan wilayah kepulauan tropis yang terbesar di dunia yang mencakup wilayah seluas 4,6 juta km2 dengan luas daratan sebesar 1,9 km2 Indonesia berpenduduk ± 170 juta jiwa yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dengan bahasa dan budaya yang berbeda. Kedudukan geografis, dan keadaan alam yang kaya akan ragam dan corak flora serta fauna, serta sumber budaya manusia dengan budaya yang beraneka ragam merupakan modal dasar dan potensi yang sangat besar bagi pengembangan pariwisata Indonesia. Dengan melihat asset dan potensinya, pemerintah Indonesia mulai menggali dan mengembangkan wilayahnya menjadi suatu kawasan wisata yang sangat luas serta saling terkait satu dengan yang lainnya. Dengan terbatasnya biaya atau dana, prasarana dan sarana pariwisata yang tersedia, tidaklah memungkinkan untuk menjadikan seluruh daerah yang berpotensi wisata menjadi kawasan wisata secara serentak. Oleh sebab itu pemerintah mengambil kebijaksanaan untuk melakukan pengembangan Becara bertahap menurut prioritas yang ditentukan oleh sarana dan prasarana pariwisata yang ada di masing-masing daerah. 5 Berdasarkan hal tesebut pemerintah menetapkan 10 daerah sebagai daerah tujuan wisata yang diprioritaskan, yaitu Bali, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, DI Yogjakarta, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara. 1.2.2. Pariwisata di Jawa Timur Dengan posisinya sebagai pusat daerah pengembangan ekonomi dan perdagangan wilayah Indonesia bagian Timur, Jawa Timur mempunyai prioritas dalam pengembangan pariwisata Indonesia. Internasionalisasi bandar udara Juanda dam pelabuhan laut Tanjung Perak semakin membuka wilayah Jawa Timur terhadap kedatangan wisatawan manca negara seperti halnya Jakarta, Denpasar, dan Medan, dimana hal ini akan member.!- kan dorongan yang berarti pula pad a fJerkembangan pariwisa­ ta Jawa Timur. D a r i ha s i1 pen e1i ti an pa ri w i s a t a ta hun 1991, ting k a t perturnbuhan kunjungan wisatawan yang datang ke Jawa Timur cukup menggembirakan, dimana hal ini melebihi dari apa yang telah ditargetkan (lihat tabel .1.1). ini berarti Jawa Timur masih dapat memgembangkan lagi potensi wilayahnya agar dapat menyerap lebih banyak lagi arus wisatawan yang datang. 1. SLtmber i Rancana 2'ncti.i/i Perigembangan Pariwisata Jawa Ti/nur, Diparda Prop. Dati I Jatim 6 t Tabel 1.1 TARGET DAN REALISASI KUNJUNGAN WISATAWAN KE JATIM TAHUN TARGET KUNJUNGAN WISATAWAN REALISASI KUNJUNGAN WISATAWAN NUBWNTARA MANCANBBARA NUSANTARA MANCANEGARA 1986 60S.000 83.000 870.544 74.195 1987 677. (XX) 93.000 999.279 110.695 1988 7S8.000 104.000 1.271.450 149.126 1989 1.120.000 126.000 1.810.331 193.527 1990 1.254. COO 145.000 1.923.162 229.300 1991 1.404.000 167.500 1.979.162 302.739 Sumbar : Diparda Prop. Dati I Jatim. Untuk itu Jawa Timur menggalakkan dan memprioritaskan pembangunan di tiap-tiap daerah yang mempunyai potensi wisata, baik fisik yang menyangkut sarana dan prasarana maupun non fisik bagi peningkatan pelayanan dam pengem- bangan pariwisata Jawa Timur. Jugat Pemerintah Dati I Jawa Timur berusaha setiap Kabupaten untuk menjadi asset pariwisata Jawa Timur, E<eberapa daerah di Jawa Timur yang di priori taskan dan yang akan dikembangkan sebagai obyek wisata yang potensial, adalah : a. di. bagi an 3a rat. - Telaga Sarangan di Magetan 1. Sunbar : Sub Dis Bina dan Pengendalian Prop. Diparda Prop, Dati I Jatim 7 * - Reog Ponorogo - Gua-gua stalagmit dan stalagtit di Pacitan - Air terjun Sedudo di Nganjuk - Makam Joyoboyo - Dewi Kilisuci di Kediri - Pantai Popoh di Tulung Agung - Dan Iain-lain b. Surabaya dan sekitarnya - Monumen-monumen dan gedung-gedung bersejarah - Tanjung Kodok di Lamongan - Pacet dan Trawas c. Malang dan sekitarnya - Tretes di Pasuruan - Sanggoriti, Selecta, Pantai Sendang Biru, Pantai Ngliyep - Dan Iain-lain d. Madura dan sekitarnya - Pantai Siring Kemuning di Bangkalan - Makam Asta tinggi, Pantai Slopeng, Pantai Lombang dan gugusan Pulau Kangean di Kabupaten Sumenep e. Di bagian Timur - Gunung Bromo di Probolinggo - Pantai Pasir Putih di Situbondo - Pantai Watu Ulo di Jember - Pantai Grajagan, Plengkung, Watu Dodol, Kawah Gu­ nung Ijen, Perkebunan Kali Klatak, di Kabupaten Banyuwangi. 0 1.2.2.1 Wisata Tirta di Jawa Timur Jawa Timur memiliki banyak obyek-obyek wisata Tirta atau Bahari, yang jika dikelola secara profesional dapat menjadi wisata bahari yang dapat menarik wisatawan asing untuk datang berkunjung. Banyak pantai dan pulau-pulau kecil yang memiliki atraksi wisata bahari yang menarik seperti pantai Lombang di Madura yang mempunyai pantai putih bersih, pantai Balekambang dengan peta kecilnya, Pulau Tabuhan dan Menjangan di selat Bali dengan taman lautnya yang indah, Pantai Plengkung dengan ombaknya yang besar cocok untuk aktifitas selancar air, pantai Sukamade dengan cagar alamnya serta masih banyak lagi pantai dan pulau yang berpotensi besar untuk dijadikan daerah wisata bahari. Dalam rangka mendorong pesatnya perkembangan Wisata Tirta atau Bahari, pemerintah telah mengeluarkan Inpres No. 7 Tahun 1987 dan Keputusan Menparpostel No. KM 97/HK/103/NPPT-87 tanggal 23 Desember 1987 yang mengatur tentang ketentuan usaha wisata Tirta untuk lima bidang usaha (Dirjen Pariwisata ; 1987,1) yaitu : - Usaha Marine - Usaha Hotel terapung - Usaha restoran terapung - Usaha wisata selam - Serta usaha lain yang berhubungan dengan rekreasi diperairan laut, pantai, sungai dan waduk. 1.2.2.2 Budaya Jawa Tinur Sebagai Obyek Wisata Upacara-upacara religi, tata cara kehidupan kesenian tradisional, peninggalan-peninggalan arsitektur yang bersejarah, bangunan-bangunan yang tradisional, kesemuanya dapat dijadikan obyek wisata yang menarik bagi wisatawan asing maupun domestik. Adapun potensi wisata budaya yang dimiliki oleh Jawa Timur antara lain : - Kesenian tradisional Ponorogo yang terkenal dengan Reog Ponorogo. - Upacara Religi Kasodo dari suku Tengger, upacara labuh laut di Bluto Madura, Upacara Adat Nyadar di Madura, upacara Petik laut dimasyarakat pantai selatan Jawa Timur. - Peninggalan-peninggalan arsitektur bersejarah, candi penataran, bangunan kolonial dan sebagainya. Akan tetapi Jawa Timur masih belum menyadari kemampuannya dibidang wisata budaya, jika dibandingkan dengan Bali yang menawarkan kebudayaan yang sangat beragam yang hampir mencakup seluruh aspek kehidupan seperti upacara religi, seni tari, seni patung dan lukisan, arsitektur tradisional, hasil-hasil kerajinan dan Iain- lain . 1.3. Pariwisata di kabupaten Sunenep, Madura-Jawa Timur Kabupaten Dati II Sumenep administratif terdiri dari 26 kecamatan dan 328 desa, terletak pada 113° 32' 54" hingga 116° 16' 48" Garis Bujur Timur dan 4° 55' hingga 7° 10 24' Garis Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayahnya (lihat gambar 1.2):1 - Sebelah Utara : Laut Jawa - Sebelah Selatan : Selat Madura - Sebelah Timur : Laut Flores - Sebelah Barat : kabupaten Dati II Pemekasan Secara fisik, Kabupaten Dati II Sumenep mempunyai luas daerah 1.980,7 km2 yang terbagi dua bagian, yaitu: - Wilayah daratan seluas 1.158,003 km2 (58,46% luas wila- yah) - Wilayah kepulauan seluas 822,697 km* (41,54% luas wila­ yah) Dengan kondisi iklim : - Temperatur berkisar antara 20,1° - 35,1° C - Kelembaban berkisar antara 37% - 99% - Curah hujan rata-rata 101 mm - Arah angin April - Oktober dari Timur, Nopember - Maret dari arah Barat. 1.3.1. Potensi Pariwisata Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep menpunyai banyak sekali obyek- obyek natural dan kultural yang merupakan potensi sebagai obyek wisata, dimana sebagian besar obyek wisata tersebut masih asli, belum terjamah oleh sarana-sarana penunjang 1. Sumber : Bappeda Kabupaten Dati II Sumenep 11 pariwisata seperti akomodasi, restoran, taman rekreasi,dan sarana-sarana lainnya yang memadai. Adapun obyek-obyek tersebut antara lain adalah (lihat gambar 1.2)s* a. Pantai Slopeng. Merupakan pantai berpasir putih dengan latar belakang bukit-bukit pasir yang tingginya dapat mencapai ±20 m dari permukaan laut ini ditumbuhi oleh pepohonan siwalan. Pantai ini berj'arak ± 20 km dari kota Sumenep. b. Pantai Lombang. Merupakan perpaduan antara pantai berpasir putih dengan hutan cemara udang membentang sepanj'ang 12 km dengan lebar pantai yang memadai dan ombak yang relatif tenang. Pantai ini terletak di Utara ± 30 km dari
Recommended publications
  • Arsitektur-Interior Keraton Sumenep Sebagai Wujud Komunikasi Dan Akulturasi Budaya Madura, Cina Dan Belanda
    ARSITEKTUR-INTERIOR KERATON SUMENEP SEBAGAI WUJUD KOMUNIKASI DAN AKULTURASI BUDAYA MADURA, CINA DAN BELANDA Nunuk Giari Murwandani Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah, Keraton Sumenep merupakan salah satu peninggalan bangunan di Madura. Kraton Sumenep dirancang oleh arsitek Lauw Pia Ngo dari Negeri Cina, dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, dengan demikian maka warisan budaya itu tidak luput dari pengaruh budaya Jawa Hindu, Islam, Cina dan Belanda. Kesemuanya itu tampak pada penampilan dan penyelesaian bangunan- bangunan tersebut. Pendopo Kraton ternyata memiliki bentuk bangunan Jawa. Pendopo dengan atap Limasan Sinom dan bubungannya dihiasi dengan bentuk mencuat seperti kepala naga, merupakan pengaruh Cina. Sedangkan bangunan dalem terdapat bentuk gunung (top level) yang telanjang tanpa teritis dan diselesaikan dengan bentuk mirip cerobong asap di puncaknya, merupakan bukti pengaruh Belanda dan Cina. Pada ragam hiasnya juga nampak beberapa pola Jawa, Islam dan Cina yang dipadu cukup menarik. Bentuk arsitektur Kraton Sumenep, menunjukkan wujud adanya akulturasi antara budaya Madura, Cina dan Belanda. Kata kunci: interior, Kraton Sumenep, akulturasi, budaya Madura ABSTRACT Acculturation is an interactive and continuous process that develops within and through the communication of an immigrant having a foreign social and cultural environment. One form of communication in acculturation can be seen through the remains and artefacts in the form of artworks or architecture in a region.
    [Show full text]
  • BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS in EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks
    Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism, Vol. 9, No. 2, 2020, pp. 227-250 e-ISSN: 2540-8186; p-ISSN: 2302-8017 DOI: 10.21580/tos.v9i2.6826 BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS IN EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks Mashuri Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur East Java Provincial Language Centre [email protected] Abstract: This research discusses the manuscript of Bahrul Lahut with the approach of philology, geneo-archeology of knowledge, and history. The aim was to study the text of Bahrul Lahut, its contents, and trace the Aceh-Makassar-East Java tarekat network based on the distribution of the manuscripts. As the result, (1) there are three existences of Bahrul Lahut in East Java, namely the Traditional Islamic Boarding School (Pondok Pesantren) of Sumber Anyar, Pamekasan, Madura, the EDR’s collection in Sidoarjo, and Jamaah Tarekat Satariyah in Pare Kediri, (2) Text edition is selected from the collection of Pondok Pesantren Sumber Anyar with philology consideration, (3) The Bahrul Lahut manuscript is only available in the manuscript catalog of Dayah Tano Abee, Aceh, and the collection of the family of Yusuf Makassar, (4) The text content of Bahrul Lahut describes and re-reads the conception of the nature of God and the creation of the universe as a manifestation of Nur Muhammad, influenced by wahdat al- wujud and emanation of Ibn Arabi, (5) From the Bahrul Lahut manuscript, a network of tarekat ulama in East Java can be reconstructed, through the paths of Abdurrouf Singkel and Yusuf Makassar. Keywords: Bahrul Lahut, East Java manuscript, reconstruction of the tarekat network A.
    [Show full text]
  • Bali to Bali
    STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS Bali – Bali itineraries West bound: Benoa (Bali) - Giligenteng (Madura) – Probolinggo (Java) – Lovina Beach (Bali) – Senggigi beach (Lombok) – Gili Sudak (Lombok, Nusa Tenggara) – Benoa (Bali) East bound: Benoa (Bali) - Gili Kondo (Lombok) – Komodo National Park, Pink beach – Satonda – Gili Meno/Gili Trawangan (Lombok) – Gili Nanggu (Lombok) – Benoa (Bali) We use the best available guides and transportation for all our tours. However since your cruise will take you to many exotic destinations off the usual tourist radar, you must be prepared to encounter minor inconveniences and infrastructure which is not always of the highest standard: restaurant services may be rather basic, toilet facilities can be quite primitive by Western standards and tour guides will not be as sophisticated as those found in the Mediterranean. Nevertheless we are confident that these drawbacks will be far outweighed by the truly unique and unforgettable experiences you will take home with you. All tours are offered with English speaking guides. The length of the tours as well as the time spent on the various sites, is given as an indication only as it may vary depending on the road, weather, sea and traffic conditions and the group’s pace. STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS With the exception of Bali, Indonesia is a country with a very strong muslim tradition ; certain excursions may be modified or even cancelled depending on religious festivals Fitness requirements vary according to your chosen activity. If you would like to participate in hiking, snorkeling and boating, an average to good level of fitness is mandatory. Please note that the activity level of our excursions is given as a guideline, much depends on your own personal fitness.
    [Show full text]
  • Indonesia 12
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p509 p606 Sulawesi Maluku p659 p420 Papua p464 Java p58 Nusa Tenggara p320 Bali p212 David Eimer, Paul Harding, Ashley Harrell, Trent Holden, Mark Johanson, MaSovaida Morgan, Jenny Walker, Ray Bartlett, Loren Bell, Jade Bremner, Stuart Butler, Sofia Levin, Virginia Maxwell PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 58 Malang . 184 Indonesia Map . 8 Jakarta . 62 Around Malang . 189 Purwodadi . 190 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 85 West Java . 86 Gunung Arjuna-Lalijiwo Need to Know . 20 Reserve . 190 Banten . 86 Gunung Penanggungan . 191 First Time Indonesia . 22 Merak . 88 Batu . 191 What’s New . 24 Carita . 88 South-Coast Beaches . 192 Labuan . 89 If You Like . 25 Blitar . 193 Ujung Kulon Month by Month . 27 National Park . 89 Panataran . 193 Pacitan . 194 Itineraries . 30 Bogor . 91 Around Bogor . 95 Watu Karang . 195 Outdoor Adventures . 36 Cimaja . 96 Probolinggo . 195 Travel with Children . 52 Cibodas . 97 Gunung Bromo & Bromo-Tengger-Semeru Regions at a Glance . 55 Gede Pangrango National Park . 197 National Park . 97 Bondowoso . 201 Cianjur . 98 Ijen Plateau . 201 Bandung . 99 VANY BRANDS/SHUTTERSTOCK © BRANDS/SHUTTERSTOCK VANY Kalibaru . 204 North of Bandung . 105 Jember . 205 Ciwidey & Around . 105 Meru Betiri Bandung to National Park . 205 Pangandaran . 107 Alas Purwo Pangandaran . 108 National Park . 206 Around Pangandaran . 113 Banyuwangi . 209 Central Java . 115 Baluran National Park . 210 Wonosobo . 117 Dieng Plateau . 118 BALI . 212 Borobudur . 120 BARONG DANCE (P275), Kuta & Southwest BALI Yogyakarta . 124 Beaches . 222 South Coast . 142 Kuta & Legian . 222 Kaliurang & Kaliadem . 144 Seminyak .
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi setiap negara melakukan pembangunan di segala bidang dalam upaya untuk memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya, hal tersebut tertuang dalam Alenia 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi sebagai berikut “Untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dalam Undang-Undang Dasar Negara tersebut harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Seperti kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diharapkan akan memberi dan menjadikan masyarakat Indonesia adil serta makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Hal tersebut terlihat pada dasawarsa terakhir yang terlihat semakin nyata dalam pembangunan yang berbasis industri serta ekonomi kreatif yang akan menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia. Kesepakatan Indonesia untuk merealisasi gagasan ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organisation (WTO) dan Asia-Pasific Economic Coorporation (APEC), hal 157 tersebut menunjukan keseriusan pemerintah dalam mendukung sistem perekonomian yang terbuka, sehingga secara tidak langsung akan memacu masyarakat untuk lebih kreatif dan mempunyai daya saing yang tinggi di bidang karya cipta.
    [Show full text]
  • Download Download
    TATA KOTA SUMENEP BERBASIS TEOLOGI SEBAGAI KONSTRUKSI SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN HARMONI Ach. Taufiqil Aziz Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya [email protected] Abstrak Artikel ini menguraikan tentang Tata Kota Sumenep yang dibangun oleh Penembahan Somala memiliki nilai- nilai teologis yang penting. Letak Kraton, Alun alun, Masjid dan Asta Tinggi merupakan perwujudan secara nyata dari pola relasi Hablum Minal Allah Hablum Minannas, Hablum Minal Alam. Dengan menggunakan teori Konstruksi Sosial Peter L Berger, dapat diketahui bahwa tata kota sumenep merupakan wujud kongkret dari wajah Masyarakat Sumenep. Meski berada di dalam Bagian dari Madura, tetapi Masyarakat Sumenep memiliki perbedaan yang cukup unik dengan kabupaten lainnya. Terutama kultur masyarakatnya yang memiliki harmoni sosial yang cukup tinggi. Sumenep sepi dari konflik sosial. Hal ini dilatari oleh masa lalunya sebagai lintasan berbagai peradaban dunia yang masuk melalui pelabuhan Kalinget. Namun demikian, tata kota sebagai simbol penting tersebut didukung oleh aktor lain yang terlibat dalam membentuk masyarakat Sumenep. Aktor tersebut dapat dilihat dari alam pikir masyarakat yang mengenal ketundukan dalam relasi Bhepa’ Bhebu’ Guruh Ratoh. Hasil kreasi dari tiga ketundukan tersebut melahirkan “tengka”, akhlak dan karakter Sumenep yang khas. Nilai harmoni tersebut dapat dilihat dalam bahasa local yang terejawantah dalam taretan dhibik, settong dhere, rampak naong beringin Korong dan jung ojung lombung. Kata kunci: tata kota, sumenep, teologi, konstruksi sosial. Ach. Taufiqil Aziz, Tata Kota Sumenep | 77 Pendahuluan Secara geografis, Sumenep berada dalam kordinat 7°1′27,3″LU 113°53′24,74″BT. Masih dalam satu kesatuan dengan Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Menjadi salah satu dari empat kabupaten di Pulau Madura. Secara administaratif, berada dalam wilayah Jawa Timur.
    [Show full text]
  • Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis Dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah Sebagai Bentuk Protes Kebudayaan
    Batik Indonesia karya K.P.A. Hardjonagoro kajian tentang makna filosofis dan simbolis batik motif kembang bangah sebagai bentuk protes kebudayaan Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mancapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Oleh : Fauzun Nurish Sholihah C.0901019 JURUSAN KRIYA SENI/ TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2006 BATIK INDONESIA KARYA K.P.A. HARDJONAGORO Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan Disusun oleh FAUZUN NURISH SHOLIHAH C0901019 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn. NIP. 131 570 308 Mengetahui Ketua Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum. NIP. 130 935 350 b BATIK INDONESIA KARYA K.P.A. HARDJONAGORO Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan Disusun oleh FAUZUN NURISH SHOLIHAH C0901019 Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal Juli 2006 Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum. ……………... NIP. 130 935 350 Sekretaris Dra. Tiwi Bina Affanti ……………... NIP. 131 570 165 Penguji I Dra. Theresia Widiastuti, M. Sn. ……………... NIP. 131 570 308 Penguji II Dra. Ning Hadiati ……………… NIP. 131 754 512 Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Prof. Dr. Maryono Dwiraharjo, S. U. NIP. 130 675 167 c PERNYATAAN Nama : Fauzun Nurish Sholihah NIM : C0901019 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain.
    [Show full text]
  • Perancangan Katalog Museum Keraton Sumenep Dengan Konsep
    JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 9, No. 1 (2020), 2337-3520 (2301-928X Print) F26 Perancangan Katalog Museum Keraton Sumenep dengan Konsep Budaya Lahir Melalui Sejarah Yusticia Elrachmaditha Sukarto dan Denny Indrayana Setyadi Departemen Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: [email protected] Abstrak—Keraton Sumenep adalah salah satu cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang mendasari terbentuknya identitas budaya Sumenep. Nilai sejarah dan budaya Keraton Sumenep lebih banyak disebarkan melalui mulut ke mulut yang berdampak kepunahan sehingga perlu dilestarikan secara tertulis agar informasi dapat dijaga dan diteruskan oleh generasi berikutnya. Tujuan perancangan katalog ini merepresentasikan identitas budaya Sumenep sebagai daerah Keraton sebagai bentuk pelestarian sejarah dan budaya. Metode yang digunakann dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui depth interview pada pakar sejarah Sumenep, pihak museum, dan Disbudparpora Sumenep. Depth interview juga dilakukan dengan ahli editorial dan fotografi dari Akronim Studio. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi berkala Gambar 1. Gambar Pendopo Agung Keraton Sumenep. dan studi eksperimenntal dengan mengunjungi Keraton Sumenep untuk mendapatkan data visual dan berdiskusi dalam menyusun data konten bersama pakar sejarah. Sebagai data sekunder, dilakukan pula kajian pustaka terhadap buku yang berkaitan dengan sejarah budaya Keraton Sumenep. Konsep yang ditawarkan peneliti dalam menyusun katalog adalah “Budaya Lahir Melalui Sejarah”, berarti budaya yang ada saat ini adalah cerminan sejarah masa lampau. Hasil perancangan ini adalah buku katalog berisi 124 benda museum dengan susunan foto, ukuran, bahan, dan penejelasan tentang benda museum. Dalam katalog berisi 7 bangunan inti museum yang dijelaskan dengan pembabakan. Pembabakan dibagi menjadi 8 yaitu sejarah Keraton Sumenep, Labang Mesem, Halaman Keraton, Pendopo Agung, Mandiyoso & R.Tamu, Keraton, Kantor Koeninglijk, dan Keraton R.A.T Tirtonegoro.
    [Show full text]
  • Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
    Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep Tahun 2017-2021 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 0 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut: 1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih 2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh 3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi 5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air 6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut: 1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0% 2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 % 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain: 1. Pemenuhan program lanjutan a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa) b.
    [Show full text]
  • Bab Ii Sumenep Sebagai Setting Tempat Lahir Manuskrip Dan
    BAB II SUMENEP SEBAGAI SETTING TEMPAT LAHIR MANUSKRIP DAN DESKRIPSI MANUSKRIP A. Sumenep Sebagai Wilayah Yang Melahirkan Manuskrip 1. Letak Geografis Pulau Madura terletak di timur laut Pulau Jawa, sebelah selatan dari Katulistiwa diantara 110° dan 140° bujur timur. Pulau itu dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Selat Madura yang menghubungkan laut Jawa dan laut Bali. Pulau Madura memanjang kurang lebih 60 km, dan melebar 40 km, dengan luas 5.304 km2. Pulau Madura terdiri dari 60 Pulau besar dan kecil dan terdapat Kabupaten Bangkalan, sampang, Pamekasan dan Sumenep, serta Pamekasan sebagai pusat kota atau Karisidenan Madura. Untuk mengadakan komunikasi atau hubungan dengan Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, dan sebagainya dengan jalan laut melalui pelabuhan Kemal yang terletak sebelah selatan Bangkalan dan Pelabuhan Kalianget yang terletak sebelah timur Madura (Sumenep). Pada saat penulisan skripsi ini telah diproses jalur penghubung antara Madura dan Jawa yaitu jembatan Suramadu. 14 15 Secara Geograis Kabupaten Daerah tingkat II Sumenep terletak diantara 113o 32’ 54”-116o 16’ 48” Bujur Timur dan diantara 4o 55’ -7o 24’ Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura - Sebelah Barat berbataan dengan Kabupaten Dati II Panekasan Luas wilayah 1.998,54 km2. Kabupaten Sumenep terbagi atas dua bagian yaitu: - Bagian daratan dengan luas 1.147,24 km2 yang terdiri dari 17 kecamatan - Bagian kepulauan dengan luas
    [Show full text]
  • And Kiai Relationship in Sumenep (1750-1950S )
    ISLAMUNA: JURNAL STUDI ISLAM 2021, VOL. 8, NO. 1, 1-21 https://doi.org/ 10.19105/islamuna.v%vi%i.4299 FROM THE PALACE PEND OPO TO THE PESANTREN ROOMS: The Dynamics of Aristocrats and Kiai Relationship in Sumenep (1750-1950s ) Aufannuha Ihsani A Freelance Researcher, An Alumnus of Master Program in History at Gadjah Mada University email: [email protected] ABSTRACT ARTICLE HISTORY This article discusses the dynamics of the relation between the sentana Received 15 February 2021 (aristocrats) and kèaè (ulama) in Sumenep during the colonial period. Accepted 27 June 2021 The topic is chosen because almost all research put the aristocrats and the ulama in Madura as historically opposed parties. T he main question KEYWORDS of the article is that how the relationship started and how far it had Noble; ulama ; pesantren; manifested until the early days of the independence . Collecting data Sumenep from babad , manuscript, official reports from the colonial government and some informants who are t he descendants of the aristocrats, this research applies a social-cultural approach to explain why their close relation with the kèaè have allowed the aristocrats to maintain their dignity in society. The result shows that the close relation between sentana and kèaè originated from the figure of Bindara Saod. Although it had been tenuous because the palace customs have made the aristocrats exclusive, the relationship between sentana and kèaè did not really break. A marriage between the Sultan Abdurrahman’s granddaughter and a kèaè in the mid -19 th century tightened the relationship, descending a generation of ulama with royal blood and manifested in a pesantren (Islamic boarding school) in which the palace customs have been kept alive and survived until pospostcotcoloniallonial era.
    [Show full text]
  • Percampuran Budaya Pada Arsitektur Masjid Jamik Sumenep
    PERCAMPURAN BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Disusun Oleh: MOH. SHOLEH TAMAM HURI NIM: 09120055 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Ayah dan Ibu serta saudari penulis Kawan-kawan seperjuangan di MARAKOM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta v ABSTRAKSI Masjid merupakan element penting bagi umat Islam, selain sebagai tempat peribadatan masjid juga merupakan pusat peradaban kebudayaan Islam. Dalam buku-buku sejarah dituliskan bahwa Nabi Muhammad mulai membangun peradaban Islam dari masjid, seperti khalaqah, sidang, bahkan sampai rutinitas ritualpun dilakukan di masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi ialah Masjid Quba, dengan bentuk dan peralatan yang sederhana sekali. Akan tetapi, kemudian bentuk arsitektur masjid mengalami perkembangan evolutif, pada kurun waktu dan tempat yang berbeda masjid memiliki corak dan keunikan khas tersendiri. Begitu juga masjid-masjid di Indonesia, termasuk Masjid Jamik Sumenep yang menjadi objek penelitian bagi penulis. Bagi penulis, Masjid Jamik Sumenep memiliki keunikan, yaitu adanya akulturasi dari berbagai budaya pada arsitekturnya. Pada arsitekturnya kita dapat melihat unsur budaya Islam, Hindu, Cina, dan Eropa. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Guna mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah rumusan masalah. 1. Bagaimana bentuk arsitektural, tata letak ruangan, dan seni hias pada Masjid Jamik Sumenep. 2. Bagaimana wujud percampuran budaya pada arsitektur Masjid Jamik Sumenep. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam penulis menggunakan teori akulturasi dari Redfield, Linton, dan Herskovits.
    [Show full text]