Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep Tahun 2017-2021

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 0

3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang

3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu.

Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut: 1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih 2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh 3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi 5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air 6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian

Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut: 1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0% 2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 % 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 %

Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain: 1. Pemenuhan program lanjutan a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa) b. Melanjutkan program-program yang telah disepakati dalam rangka fungsionalisasi dan memenuhi komitmen program MP3EI 2. Mendukung perwujudan Kawasan Strategis Nasional yang telah ditetapkan oleh Ditjen Tata Ruang 3. Mendorong penanganan Kabupaten/Kota Kawasan Strategis Nasional (KSN)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 1

a. Mendorong pembangunan Bidang Cipta Karya yang terpadu dalam suatu kawasan/KSK (Kawasan Strategis Kabupaten/Kota) dengan berpedoman pada RTRW yang sudah ditetapkan b. Menyelesaikan penanganan KSK yang telah dilakukan pada tahun 2014 c. Melanjutkan penanganan pada lokasi KSK lainnya 4. Mendukung Kabupaten/Kota pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya a. Mendukung Kabupaten/Kota responsive dan/atau dalam kondisi “kritis” pemenuhan SPM b. Pemenuhan SPM Bidang Cipta Karya pada tahun 2013 (dan perkiraan capaian tahun 2014) digunakan sebagai acuan Baseline kebutuhan program pada tahun 2015 5. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya harus selaras dengan isu-isu strategis Bidang Cipta Karya baik secara nasional maupun kewilayahan (provinsi, pulau maupun koridor pembangunan) 6. Penanganan isu strategis tersebut selanjutnya dituangkan dalam format-format Konreg yang telah ditetapkan 7. Penyusunan Usulan Program tahun 2015 harus dilihat sebagai bagian dari upaya penyusunan program tahun 2015-2019 atau RPJMN tahap ketiga 8. Penyusunan Usulan Program Bidang Cipta Karya tahun 2015 mengacu pada Baseline Pendanaan sesuai perkiraan maju RKP 2014 namun tidak kaku terutama untuk usulan penanganan pada KSN (kelebihan usulan pendanaan pagu baseline dapat dituangkan sebagai inisiatif baru maupun stok program)

Berdasarkan Renstra Ditjen Cipta Karya tahun 2015-2019, Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan untuk mempercepat pemerataan pembangunan antar wilayah. Oleh karena itu, diperlukan arah pengembangan wilayah yang dapat mendorong transformasi dan akselerasi pembangunan wilayah KTI, yaitu , , Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, dengan tetap menjaga momentum pertumbuhan di Wilayah Jawa- dan Sumatera. Kebijakan Utama

Arah kebijakan tersebut meliputi 6 aspek, yaitu; 1. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Strategis adalah percepatan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi wilayah, terutama di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur. Hal ini dicapai

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 2

melalui strategi pengembangan potensi ekonomi wilayah; percepatan pembangunan konektivitas; peningkatan kemampuan SDM dan IPTEK; regulasi dan kebijakan; serta peningkatan iklim investasi dan iklim usaha. 2. Arah kebijakan pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan. Pengembangan Kawasan Perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera berdasarkan karakter fisik, potensi ekonomi dan budaya lokal; melalui strategi perwujudan Sistem Perkotaan Nasional (SPN); percepatan pemenuhan Standar Pelayanan Perkotaan (SPP) untuk mewujudkan kota aman, nyaman, dan layak huni; perwujudan Kota Hijau yang berketahanan iklim dan bencana; pengembangan kota cerdas yang berdaya saing dan berbasis teknologi dan budaya lokal; dan peningkatan kapasitas tata kelola pembangunan perkotaan. Sedangkan arah kebijakan pengembangan perdesaan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, melalui; (1) pemenuhan Standar Pelayanan Minimum Desa, termasuk permukiman transmigrasi, sesuai dengan kondisi geografisnya; (2) penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (3) pembangunan SDM, peningkatan keberdayaan, dan pembentukan modal sosial budaya masyarakat desa termasuk permukiman transmigrasi; (4) pengawalan implementasi UU Desa secara sistematis, konsisten, dan berkelanjutan melalui koordinasi, fasilitasi, supervisi, dan pendampingan; (5) pengembangan kapasitas dan pendampingan aparatur pemerintah desa dan kelembagaan pemerintahan desa secara berkelanjutan; (6) pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup berkelanjutan, serta penataan ruang kawasan perdesaan termasuk di kawasan transmigrasi; dan (7) pengembangan ekonomi kawasan perdesaan termasuk kawasan transmigrasi untuk mendorong keterkaitan desa-kota. 3. Arah kebijakan peningkatan keterkaitan Perkotaan dan Perdesaan adalah peningkatan keterkaitan desa-kota yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara perkotaan dan perdesaan dengan menghubungkan keterkaitan fungsional antara pasar dan kawasan produksi, melalui strategi (1) perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil, antara kota kecil dan desa, serta antar pulau; (2) perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan,

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 3

minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi; dan (3) peningkatan kapasitas tata kelola, kelembagaan, masyarakat dalam peningkatan keterkaitan Kota-Desa. 4. Arah kebijakan pengembangan Daerah Tertinggal dan Kawasan Perbatasan. Pengembangan daerah tertinggal difokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar dan kebutuhan pelayanan dasar publik, serta pengembangan perekonomian masyarakat yang didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan infrastruktur penunjang konektivitas antara daerah tertinggal dan kawasan strategis, melalui strategi (1) mengembangkan perekonomian masyarakat di daerah tertinggal; (2) meningkatkan aksesibilitas yang menghubungkan daerah tertinggal dengan pusat pertumbuhan; (3) meningkatkan kualitas SDM, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), dan kapasitas tata kelola pemerintahan daerah; (4) mempercepat pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM); (5) memberikan tunjangan khusus kepada tenaga penyuluh; (6) penguatan regulasi dan pemberian insentif kepada pihak swasta; (7) melakukan pembinaan terhadap daerah tertinggal; (8) mendukung pengembangan kawasan perdesaan dan transmigrasi; dan (9) mempercepat pembangunan Provinsi Papua dan Papua Barat. Adapun arah kebijakan pengembangan kawasan perbatasan ditujukan dalam upaya mewujudkan kawasan perbatasan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman. Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan dilakukan melalui pendekatan keamanan (security approach), dan pendekatan peningkatan kesejahteraan masyarakat (prosperity approach). Hal tersebut akan dicapai melalui strategi (1) pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi; (2) sumber daya manusia (SDM) dan pemanfaatan (IPTEK); (3) pembangunan konektivitas simpul transportasi utama; (4) transformasi kelembagaan lintas batas negara; (5) peningkatan kualitas dan kuantitas, serta standarisasi sarana prasarana; (6) penegasan batas wilayah negara di darat dan laut; dan (7) peningkatan kerjasama perdagangan. 5. Arah kebijakan penanggulangan bencana adalah mengurangi risiko bencana dan meningkatkan ketangguhan menghadapi bencana, akan dicapai melalui strategi; internalisasi pengurangan risiko bencana; penurunan tingkat kerentanan terhadap bencana; dan peningkatan kapasitas penyelenggaraan penanggulangan bencana. 6. Arah kebijakan pengembangan tata ruang wilayah nasional adalah pengembangan struktur tata ruang dan pengembangan pola ruang,

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 4

7. Arah kebijakan dan strategi tata kelola Pemerintahan dan Otonomi Daerah meliputi peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah; peningkatan kapasitas aparatur pemerintah daerah; peningkatan kapasitas keuangan daerah; dan pelaksanaan Otonomi Khusus/Daerah Istimewa.

3.1.2 Arahan Penataan Ruang

3.1.2.1. Arahan RTRWN

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) disusun melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) yang dijadikan sebagai pedoman untuk : a. Penyusunan rencana pembangunan jangka panjang nasional, b. Penyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional, c. Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional, d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor, e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi, f. Penataan ruang kawasan strategis nasional, dan f. Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

Arahan yang harus diperhatikan dari RTRWN untuk ditindaklanjuti ke dalam RPIJM kabupaten/kota adalah sebagai berikut: a. Penetapan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kriteria: 1. kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama kegiatan ekspor-impor atau pintu gerbang menuju kawasan internasional, 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi, dan/atau 3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul utama transportasi skala nasional atau melayani beberapa provinsi. b. Penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Kriteria: 1. Kawasan Perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN, 2. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten, dan/atau

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 5

3. Kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai simpul transportasi yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten. c. Penetapan Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) Kriteria: 1. Pusat perkotaan yang berpotensi sebagai pos pemeriksaan lintas batas dengan negara tetangga, 2. Pusat perkotaan yang berfungsi sebagai pintu gerbang internasional yang menghubungkan dengan negara tetangga, 3. Pusat perkotaan yang merupakan simpul utama transportasi yang menghubungkan wilayah sekitarnya, dan/atau 4. Pusat perkotaan yang merupakan pusat pertumbuhan ekonomi yang dapat mendorong perkembangan kawasan di sekitarnya. d. Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: 1. Pertahanan dan keamanan, a) diperuntukkan bagi kepentingan pemeliharaan keamanan dan pertahanan negara berdasarkan geostrategi nasional, b) diperuntukkan bagi basis militer, daerah latihan militer, daerah pembuangan amunisi dan peralatan pertahanan lainnya, gudang amunisi, daerah uji coba sistem persenjataan, dan/atau kawasan industri sistem pertahanan, atau c) merupakan wilayah kedaulatan Negara termasuk pulau-pulau kecil terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga dan/atau laut lepas. 2. Pertumbuhan ekonomi, a) memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh, b) memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional, c) memiliki potensi ekspor, d) didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi, e) memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi, f) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional, g) berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional, atau h) ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 6

3. Sosial dan budaya a) merupakan tempat pelestarian dan pengembangan adat istiadat atau budaya nasional, b) merupakan prioritas peningkatan kualitas social dan budaya serta jati diri bangsa, c) merupakan aset nasional atau internasional yang harus dilindungi dan dilestarikan, d) merupakan tempat perlindungan peninggalan budaya nasional, e) memberikan perlindungan terhadap keanekaragaman budaya, atau f) memiliki potensi kerawanan terhadap konflik sosial skala nasional. 4. Pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi a) diperuntukkan bagi kepentingan pengembangan ilmu b) pengetahuan dan teknologi berdasarkan lokasi sumber daya alam strategis nasional, pengembangan antariksa, serta tenaga atom dan nuklir c) memiliki sumber daya alam strategis nasional d) berfungsi sebagai pusat pengendalian dan pengembangan antariksa e) berfungsi sebagai pusat pengendalian tenaga atom dan nuklir, atau f) berfungsi sebagai lokasi penggunaan teknologi tinggi strategis. 5. Fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. a) merupakan tempat perlindungan keanekaragaman hayati, b) merupakan aset nasional berupa kawasan lindung yang c) ditetapkan bagi perlindungan ekosistem, flora dan/atau fauna yang hampir punah atau diperkirakan akan punah yang harus dilindungi dan/atau dilestarikan, d) memberikan perlindungan keseimbangan tata guna air yang setiap tahun berpeluang menimbulkan kerugian negara, e) memberikan perlindungan terhadap keseimbangan iklim makro f) menuntut prioritas tinggi peningkatan kualitas lingkungan hidup g) rawan bencana alam nasional h) sangat menentukan dalam perubahan rona alam dan mempunyai dampak luas terhadap kelangsungan kehidupan.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 7

Tabel 3. 1 Penetapan Lokasi Pusat Kegiatan Nasional (PKN dan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN No Pkn Pkw 1 Kawasan Perkotaan Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, (Gerbangkertosusila)Malang Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, Pacitan

Tabel 3. 2 Penetapan Kawasan Strategis Nasional (KSN) Berdasarkan PP Nomor 26 Tahun 2008 Tentang RTRWN Sudut Kawasan Strategis Nasional Kota/Kabupaten Kepentingan Kawasan Perkotaan Gresik – Bangkalan – Ekonomi Kab. Gresik, Kab. Bangkalan, Mojokerto – Surabaya – Sidoarjo – Kota Mojokerto, Kota Surabaya, Lamongan (Gerbangkertosusila) Kab. Sidoarjo,Kab. Lamongan

3.1.2.2. Arahan RTRW Provinsi A. Arahan Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang wilayah provinsi meliputi: a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung.

Kebijakan pengembangan kawasan lindung meliputi pemantapan, pelestarian, dan perlindungan kawasan lindung untuk mencapai perlindungan lingkungan sumber daya alam/buatan dan ekosistemnya, meminimalkan risiko dan mengurangi kerentanan bencana, mengurangi efekpemanasan global yang berprinsip partispasi, menghargai kearifan lokal, serta menunjang pariwisata, penelitian, dan edukasi pada: • Kawasan hutan lindung Strategi :  pengembangan sistem tata batas (deliniasi) persebaran hutan lindung di seluruh wilayah Jawa Timur sehingga jelas batasan antara kawasan hutan lindung dan sekitarnya untuk meminimalkan potensi perusakan oleh masyarakat;  penetapan luas kawasan hutan minimal 30% dari luas daratan dalam setiap DAS dan/atau pulau;  pengembangan upaya untuk mempertahankan dan menambah luasan hutan, terutama hutan dengan fungsi lindung;  pemantapan fungsi lindung dengan prinsip pengelolaan berkelanjutan; dan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 8

 pengendalian perubahan fungsi kawasan hutan lindung. • Kawasan perlindungan setempat Strategi :  penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan perlindungan setempat;  pengamanan kawasan perlindungan setempat dengan prinsip konservasi;  pengendalian kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan; dan  peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindungnya. • Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya Strategi :  penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;  pemantapan perlindungan kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya;  mempertahankan dan peningkatan kelestarian keanekaragaman hayati yang masih berkembang beserta ekosistemnya;  peningkatan nilai ekonomis kawasan dengan tetap mempertahankan fungsi lindung kawasan; dan  peningkatan keterpaduan pembangunan kawasan konservasi dengan pembangunan wilayah, terutama peningkatan kesejahteraan dan kepedulian masyarakat disekitar kawasan konservasi. • Kawasan rawan bencana alam Strategi :  penetapan kawasan rawan bencana alam;  pengidentifikasian tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam; dan  pengembangan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam. • Kawasan lindung geologi Strategi :  menetapkan kawasan lindung geologi;  mengembangkan pengelolaan kawasan cagar alam geologi;  mengidentifikasi tingkat risiko wilayah pada kawasan rawan bencana alam geologi; dan  mengembangkan manajemen pengelolaan pada kawasan rawan bencana alam geologi.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 9

• Kawasan lindung lainnya. Strategi :  memantapkan perlindungan terumbu karang;  melarang pemakaian alat atau bahan berbahaya untuk mencari ikan;  merehabilitasi terumbu karang yang telah rusak; dan  mengembangkan terumbu karang pada kawasan-kawasan yang potensial. b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budi daya.

Kebijakan pengembangan kawasan budi daya dilakukan melalui upayapengembangan kawasan budidaya sesuai dengan karakter dan daya dukung yang dimiliki, terutama untuk mendukung pemantapan sistem metropolitan dan sistem agropolitan dalam rangka peningkatan pertumbuhan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat, meliputi: • Kawasan peruntukan hutan produksi Strategi :  mengembangkan kawasan hutan produksi dengan pemanfaatan secara lestari dan partisipatif;  membatasi alih fungsi hutan produksi untuk kegiatan di luar kehutanan; dan  mengawasi pemanfaatan hutan produksi. • Kawasan hutan rakyat.

Strategi pengembangan kawasan hutan rakyat dilakukan dengan membangun dan mengembangkan kegiatan hutan rakyat secara partisipatif. • Kawasan peruntukan pertanian Strategi :  pemertahanan luasan sawah beririgasi termasuk lahan pertanian pangan berkelanjutan dengan mengendalikan secara ketat alih fungsi sawah dan lahan produktif;  peningkatan upaya pengelolaan untuk mengoptimalkan hasil produksipertanian;  pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil produksi pertanian melalui pengembangan agropolitan;  peningkatan pemasaran yang terintegrasi dengan kawasan agropolitan;  peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan untuk pengembangan pertanian;  pengembangan kemitraan antarpemangku kepentingan; dan  pengembangan sarana dan prasarana pendukung kawasan agropolitan.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 10

• Kawasan peruntukan perkebunan Strategi :  mengembangkan komoditas unggulan perkebunan di wilayah potensial dan prospektif; dan  mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perkebunan melalui pengembangan agropolitan. • Kawasan peruntukan peternakan Strategi :  mengembangkan komoditas unggulan peternakan besar, kecil, serta unggas di wilayah potensial dan prospektif; dan  mengoptimalkan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil peternakan melalui pengembangan agropolitan. • Kawasan peruntukan perikanan Strategi :  meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi perikanan;  membentuk sentra pengolahan hasil perikanan untuk mendukung pengoptimalan pengolahan dan peningkatan nilai tambah hasil perikanan melalui pengembangan minapolitan;  menata wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sesuai dengan daya dukung yang dimiliki untuk menjamin keberlangsungan ekosistem pada wilayah tersebut;  pemantapan kawasan tambak garam;  pemertahanan luasan dan sebaran kawasan tambak garam; dan  pengoptimalan produksi garam dan peluang pengembangan serta kerja sama produksi garam dengan investor. • Kawasan peruntukan pertambangan Strategi :  pengidentifikasian potensi kandungan bahan tambang;  peningkatan eksplorasi dan eksploitasi potensi minyak dan gas bumi dengan berwawasan lingkungan; dan  pengembangan kawasan pertambanganberdasarkan potensi bahan galian, kondisi geologi, dan geohidrologidengan prinsip kelestarian lingkungan. • Kawasan peruntukan industri Strategi :  pengembangan kawasan peruntukan industri yang memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan wilayah, pemerataan, dan keberlanjutan;  pengidentifikasian potensi pengembangan industri;

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 11

 pengembangan industri melalui penyediaan ruang dan didukung pengembangan infrastruktur wilayah;  pengembangan industri berteknologi tinggi dan ramah lingkungan di kawasan perkotaan;  pengembangan industri kecil, menengah, dan rumah tangga;  pengembangan perindustrian berdasarkan prinsip keterkaitan antara kegiatan hulu-hilir, klaster, dan sentra;dan  pengembangan sarana dan prasarana pendukung industri. • Kawasan peruntukan pariwisata Strategi :  pengidentifikasian potensi daya tarik wisata alam, budaya, dan hasil buatan manusia;  penetapan potensi daya tarik wisata unggulan;  pembentukan jalur pengembangan wisata yang terintegrasidengan pengembangan infrastruktur wilayah;  pengembangan kegiatan penunjang wisata;  pelestarian tradisi atau kearifan masyarakat lokal; dan  peningkatan pembinaan, penyuluhan, dan pelatihan kepada masyarakat dan/atau perajin lokal untuk pengembangan pariwisata. • Kawasan peruntukan permukiman Strategi :  pengembangan kawasan permukiman perkotaan, terutama pengembangan permukiman yang efisiendan terintegrasi dengan sistem transportasi;  pengembangan kawasan permukiman yang mendukung pengembangan agropolitan di kawasan perdesaan;  pengembangan penyediaan perumahan dengan pola hunian berimbang;  pengembangan penyediaan perumahan untuk semua lapisan masyarakat; dan  pengembangan kawasan perumahan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan dengan dukungan sarana dan prasarana permukiman yang memadai. • Kawasan andalan Strategi :  mengakomodasi penetapan kawasan andalan di wilayah ProvinsiJawa Timur sebagai bagian dari pengembangan kawasan andalan nasional; dan  mendukung pengembangan kawasan andalan agar terintegrasi dan operasional.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 12

• Peruntukan kawasan budi daya lainnya. Strategi :  penetapan dan/atau penegasan batas lapangan kawasan pertahanan dan keamanan;  penetapan jarak bebas aman kawasan pertahanan dan keamanan dengan guna lahan lainnya, terutama permukiman;  pengendalian pemanfaatan lahan di sekitar kawasan pertahanan dan keamanan secara ketat;  mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan;  mengembangkan kegiatan budi daya secara selektif di dalam dan di sekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan negara;  mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun di sekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan kawasan budidaya tidak terbangun; dan  turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan negara. c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil.

Kebijakan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi: • Peningkatan konservasi ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil yang menjadi fungsi perlindungan, baik perlindungan bagi kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, maupun cagar alam. Strategi :  penetapan zonasi pemanfaatan ruang kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil melalui penetapan batas-batas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir;  pempertahanan dan penjagaan kelestarian ekosistem kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan  pembatasan kegiatan yang mengakibatkan terganggunya ekosistem di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. • Pengoptimalan pengembangan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil. Strategi :

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 13

 pengoptimalan pemanfaatan kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai kawasan permukiman, pelabuhan, dan industri;  peningkatan kegiatan kepariwisataan dan penelitian di kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil; dan  peningkatan operasionalisasi perwujudan pengembangan kawasan andalan laut melalui pengembangan produk unggulan sektor kelautan dan perikanan.

B. Arahan Pengembangan Struktur Ruang

Sistem perkotaan Provinsi Jawa Timur, meliputi: 1. PKN : Kawasan Perkotaan Gresik–Bangkalan–Mojokerto–Surabaya–Sidoarjo– Lamongan (Gerbangkertosusila) dan Malang; 2. PKW : Probolinggo, Tuban, Kediri, Madiun, Banyuwangi, Jember, Blitar, Pamekasan, Bojonegoro, dan Pacitan; 3. PKWP : Pasuruan dan Batu; 4. PKL : Jombang, Ponorogo, Ngawi, Nganjuk, Tulungagung, Lumajang, Sumenep, Magetan, Situbondo, Trenggalek, Bondowoso, Sampang, Kepanjen, Mejayan, Kraksaan, Kanigoro, dan Bangil; dan 5. Kawasan perkotaan di wilayah kabupaten yang memiliki potensi sebagai pusat kegiatan bagi beberapa kecamatan dapat diusulkan sebagai PKLP oleh kabupaten masing-masing kepada Pemerintah Daerah Provinsi.

Wilayah Pengembangan di Provinsi Jawa Timur terdiri atas 8 (delapan). Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur beserta arahan pengembangannya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 3 Wilayah Pengembangan (WP) Provinsi Jawa Timur

Wilayah No. Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Pengembangan 1 Gerbangkertas Kota Surabaya, Kabupaten Kota Pertanian tanaman pangan, usila Plus Tuban, Kabupaten Surabaya perkebunan, hortikultura, Lamongan, Kabupaten kehutanan, perikanan, peternakan, Bojonegoro, Kabupaten pertambangan, perdagangan, jasa, Gresik, Kabupaten Sidoarjo, pendidikan, kesehatan, pariwisata, Kabupaten Mojokerto, Kota transportasi, dan industri Mojokerto, Kabupaten Jombang, Kabupaten Pasuruan, Kota Pasuruan, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 14

Wilayah No. Kabupaten/Kota Pusat Fungsi Pengembangan 2 Malang Raya Kota Malang, Kota Batu, dan Kota Pertanian tanaman pangan, Kabupaten Malang Malang perkebunan, hortikultura, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan, pariwisata, dan industri 3 Madiun dan Kota Madiun, Kabupaten Kota Pertanian tanaman pangan, Sekitarnya Madiun, Kabupaten Madiun perkebunan, hortikultura, Ponorogo, Kabupaten kehutanan, peternakan, Magetan, Kabupaten Pacitan, pertambangan, pariwisata, dan Kabupaten Ngawi pendidikan, kesehatan, dan industri 4 Kediri dan Kota Kediri, Kabupaten Kediri, Kota Kediri Pertanian tanaman pangan, Sekitarnya Kabupaten Nganjuk, hortikultura, perkebunan, Kabupaten Trenggalek, dan kehutanan, peternakan, Kabupaten Tulungagung pertambangan, pendidikan, kesehatan, pariwisata, perikanan, dan industri 5 Probolinggo– Kota Probolinggo, Kabupaten Kota Pertanian tanaman pangan, Lumajang Probolinggo, dan Kabupaten Probolingg hortikultura, perkebunan, Lumajang o kehutanan, peternakan, perikanan, pertambangan, pariwisata, pendidikan, dan kesehatan 6 Blitar Kota Blitar dan Kabupaten Kota Blitar Pertanian tanaman pangan, Blitar hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan dan pariwisata 7 Jember dan Kabupaten Jember, Perkotaan Pertanian tanaman pangan, Sekitarnya Kabupaten Bondowoso dan Jember hortikultura, perkebunan, Kabupaten Situbondo peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata 8 Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi Perkotaan Pertanian tanaman pangan, Banyuwan hortikultura, perkebunan, gi peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, pendidikan, kesehatan, dan pariwisata

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 15

2031

- Sumber : Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 TAHUN 2012Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Tahun 2011 Tahun Provinsi Wilayah Ruang Tata Rencana 2012Tentang TAHUN 5 Nomor Timur Jawa Provinsi Daerah Peraturan : Sumber

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 16

Strategi Operasionalisasi Rencana Pola Ruang dan Struktur Ruang Bidang Cipta Karya

a. Sistem jaringan sumber daya air meliputi: 1. jaringan sumber daya air untuk mendukung air baku pertanian; 2. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air baku industri dan kebutuhan lain yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan; 3. jaringan sumber daya air untuk kebutuhan air minum; dan 4. pengelolaan sumber daya air untuk pengendalian daya rusak air di wilayah provinsi serta mendukung pengelolaan sumber daya air lintas provinsi. b. Rencana pengembangan jaringan irigasi dalam rangka mendukung air baku pertanian dilaksanakan dengan memperhatikan rencana pengembangan air baku pada wilayah sungai yang bersangkutan, yaitu: 1. Wilayah Sungai Bengawan Solo meliputi:  Waduk Kedung Bendo di Kabupaten Pacitan;  Telaga Ngebel Dam, Waduk Bendo, Waduk Slahung, dan Bendungan Badegan di Kabupaten Ponorogo;  Bendung Gerak Bojonegoro, Waduk Nglambangan, Waduk Kedung Tete, Waduk Pejok, Waduk Kerjo, Waduk Gonseng, Waduk Mundu, Waduk Belung, dan Bendungan Belah di Kabupaten Bojonegoro;  Bendung Gerak Karangnongko, Waduk Kedung Bendo, Waduk Sonde, Waduk Pakulon, Waduk Alastuwo, dan Bendungan Genen di Kabupaten Ngawi;  Waduk Kresek dan Waduk Tugu di Kabupaten Madiun;  Waduk Tawun dan Waduk Ngampon di Kabupaten Tuban;  Bendung Gerak Sembayat, Waduk Gondang, dan Waduk Cawak di Kabupaten Lamongan; dan  Waduk Gonggang di Kabupaten Magetan; 2. Wilayah Sungai Brantas meliputi:  Bendungan Genteng I, Bendungan Lesti III, Bendungan Kepanjen, Bendungan Lumbangsari, Bendungan Kesamben, Bendungan Kunto II, dan Karangkates III, IV di Kabupaten Malang;  Bendungan Tugu di Kabupaten Trenggalek;  Bendungan Beng dan Bendungan Kedungwarok di Kabupaten Jombang;

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 17

 Bendungan Ketandan, Bendungan Semantok, dan Bendungan Kuncir di Kabupaten Nganjuk;  Bendungan Babadan di Kabupaten Kediri; dan  Bendungan Wonorejo di Kabupaten Tulungagung; 3. Wilayah Sungai Welang Rejoso meliputi:  Bendung Licin di Kabupaten Pasuruan; dan  Waduk Suko, Waduk Kuripan, dan Embung Boto di Kabupaten Probolinggo; 4. Wilayah Sungai Pekalen Sampean meliputi:  Waduk Taman, Embung Pace, Embung Gubri, Embung Klabang, Waduk Tegalampel, Waduk Karanganyar, Waduk Sukokerto, Waduk Botolinggo, Embung Blimbing, dan Embung Krasak di Kabupaten Bondowoso; dan  Embung Banyuputih, Embung Tunjang, Embung Wringinanom, dan Embung Nogosromo di Kabupaten Situbondo; 5. Wilayah Sungai Baru Bajulmati meliputi Embung Singolatri, Waduk Kedawang, Waduk Bajulmati, Embung Bomo, dan Embung Sumber Mangaran di Kabupaten Banyuwangi; 6. Wilayah Sungai Bondoyudo Bedadung, yaitu Waduk Antrogan di Kabupaten Jember; 7. Wilayah Sungai Kepulauan Madura meliputi:  Waduk Nipah di Kabupaten Sampang;  Waduk Blega di Kabupaten Bangkalan;  Waduk Samiran di Kabupaten Pamekasan; dan  Waduk Tambak Agung di Kabupaten Sumenep. c. Selain rencana pengembangan jaringan irigasi, juga terdapat rencana pengembangan sistem irigasi teknis yang meliputi: 1. DAS Kondang Merak di Kabupaten Malang; 2. DAS Ringin Bandulan di Kabupaten Blitar dan Kabupaten Tulungagung; dan 3. DAS Tengah di Kabupaten Situbondo. d. Rencana pengembangan jaringan air baku untuk air minum regional meliputi : 1. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Pantura; 2. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Lintas Tengah; 3. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Malang Raya; dan 4. Sistem Penyediaan Air Minum Regional Umbulan.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 18

e. Selain rencana pengembangan air baku,, terdapat rencana pengembangan WS, yaitu: 1. WS Strategis Nasional yaitu WS Brantas; 2. WS Lintas Provinsi yaitu WS Bengawan Solo; dan 3. WS Lintas Kabupaten/Kota dalam provinsi yang meliputi:  WS Welang–Rejoso;  WS Pekalen–Sampean;  WS Baru–Bajulmati;  WS Bondoyudo–Bedadung; dan  WS Kepulauan Madura. f. Sistem Sistem Prasarana Pengelolaan Lingkungan : 1. Rencana pengembangan sistem prasarana pengelolaan lingkungan berupa:  Kawasan pengelolaan sampah dan limbah terpadu yang disebut sebagai Kawasan Daur Ulang Ramah Lingkungan; dan  Sistem drainase perkotaan. 2. Rencana pengembangan TPA regional meliputi:  Kabupaten Gresik yang melayani Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Gresik;  Malang Raya yang melayani Kota Malang, Kota Batu, dan Kabupaten Malang;  Mojokerto yang melayani Kota Mojokerto dan Kabupaten Mojokerto;  Madiun yang melayani Kota Madiun dan Kabupaten Madiun;  Kediri yang melayani Kota Kediri dan Kabupaten Kediri;  Blitar yang melayani Kota Blitar dan Kabupaten Blitar;  Pasuruan yang melayani Kota Pasuruan dan Kabupaten Pasuruan; dan  Probolinggo yang melayani Kota Probolinggo dan Kabupaten Probolinggo.

Arahan Pemanfaatan Ruang Kawasan Perkotaan GKS

Arahan pemanfaatan ruang Kawasan Perkotaan GKS merupakan acuan dalam mewujudkanstruktur ruang dan pola ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan GKS, yang terdiri dari (i) indikasi program utama, (ii) sumber pendanaan, (iii) instansi pelaksana, dan (iv) waktu pelaksanaan. Program utama terdiri dari (i) program utama perwujudan struktur ruang dan (ii) program utama perwujudan pola ruang.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 19

Sumber pendanaan program utama perwujudan struktur ruang dan pola ruang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) provinsi dan/atau kabupaten/kota, dan/atau sumber lain yang dapat dinyatakan sah menurut peraturan perundangan yang berlaku.

Instansi pelaksana terdiri atas Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan/atau masyarakat yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi badan pelaksana kerja sama pembangunan.  Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang GKS Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama (tahun 2013-2017) dan tahap kedua (tahun 2018-2022) diprioritaskan pada:  pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;  pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;  pengembangan dan peningkatan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 20

penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;  pengembangan, peningkatan dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;  pengembangan dan peningkatan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;  pengembangan dan peningkatan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;  pengembangan dan peningkatan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan  pengembangan dan peningkatan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana. Indikasi program utama perwujudan struktur ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga (tahun 2023-2027) dan tahap kedua (tahun 2028-2032) diprioritaskan pada:  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan inti sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat pemerintahan kota dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan regional, pusat pelayanan kesehatan skala internasional, nasional, dan regional, pusat kegiatan industri kreatif, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan fungsi kawasan perkotaan di sekitarnya sebagai pusat pemerintahan kabupaten, kota, dan/atau kecamatan, pusat perdagangan dan jasa skala internasional, nasional, regional, dan lokal, pusat pelayanan pendidikan tinggi, pusat pelayanan olahraga skala internasional, nasional, dan lokal, pusat pelayanan kesehatan skala nasional, regional, dan lokal, pusat kegiatan industri manufaktur, pusat kegiatan industri hilir pengolahan hasil sektor unggulan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 21

perkebunan, perikanan, dan kehutanan, pusat kegiatan pertanian, pusat kegiatan pertahanan dan keamanan negara, pusat kegiatan pariwisata, serta pusat kegiatan pertemuan, pameran, dan sosial budaya;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan kualitas sistem jaringan transportasi yang meliputi sistem jaringan jalan, sistem jaringan transportasi sungai dan penyeberangan, sistem jaringan perkeretaapian, sistem jaringan transportasi laut, dan sistem jaringan transportasi udara;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan energi yang meliputi jaringan pipa minyak dan gas bumi, pembangkit tenaga listrik, dan jaringan transmisi tenaga listrik;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan telekomunikasi yang meliputi jaringan teresterial dan jaringan satelit;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan sumber daya air yang meliputi sungai, waduk, CAT, sistem pengendalian banjir, sistem jaringan irigasi, dan sistem pengamanan pantai;  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan sistem jaringan prasarana perkotaan yang meliputi SPAM, sistem jaringan drainase, sistem jaringan air limbah, dan sistem pengelolaan persampahan; dan  pengembangan, peningkatan, dan pemantapan lokasi dan jalur evakuasi untuk kawasan rawan bencana.  Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap pertama dan tahap kedua diprioritaskan pada:  rehabilitasi dan revitalisasi fungsi lindung pada kawasan lindung, meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;  revitalisasi dan pengembangan fungsi kawasan peruntukan permukiman;  revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;  perlindungan dan pengembangan kawasan peruntukan pertanian;  revitalisasi dan pengembangan kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional;  pemantapan kawasan pertahanan dan keamanan negara;

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 22

 pengembangan kawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial-budaya;  pengembangan kawasan peruntukan perikanan;  revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan industri;  revitalisasi dan pengembangan kawasan peruntukan pariwisata; dan  pemantapan kawasan hutan produksi. Indikasi program utama perwujudan pola ruang Kawasan Perkotaan GKS pada tahap ketiga dan tahap keempat diprioritaskan pada:  rehabilitasi, revitalisasi, pengembangan, dan peningkatanfungsi lindung pada kawasan lindung meliputi meliputi hutan lindung, resapan air, pantai, sungai, waduk, mata air, RTH Kota, suaka alam dan pelestarian alam, cagar budaya dan ilmu pengetahuan, pantai berhutan bakau, rawan bencana alam, dan kawasan lindung geologi;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan permukiman;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan perdagangan dan jasa;  perlindungan dan peningkatan kawasan peruntukan pertanian;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan berfungsi transportasi skala pelayanan internasional;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsikawasan pendidikan dan riset, kawasan pelayanan kesehatan, dan kawasan pelayanan sosial-budaya;  pemantapan kawasan peruntukan pertahanan dan kemanan negara;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan perikanan;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan industri;  pemeliharaan, rehabilitasi, pengembangan, peningkatan, dan pemantap-an kembali fungsi kawasan peruntukan pariwisata; dan  pemeliharaan, rehabilitasi, dan pemantapan kembali kawasan peruntuk-an hutan produksi.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 23

3.1.2.3. Arahan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumenep

Berdasarkan amanat Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, kabupaten/kota wajib menyusun Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Peraturan Daerah Kabupaten/kota. Dalam penyusunan RPIJM Bidang Cipta Karya, beberapa yang perlu diperhatikan dari RTRW Kabupaten Sumenep adalah sebagai berikut: a. Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) yang didasari sudut kepentingan:  Pertahanan keamanan  Ekonomi  Lingkungan hidup  Sosial budaya  Pendayagunaan sumberdaya alam atau teknologi tinggi b. Arahan pengembangan pola ruang dan struktur ruang yang mencakup: 1. Arahan pengembangan pola ruang:  Arahan pengembangan kawasan lindung dan budidaya  Arahan pengembangan pola ruang terkait bidang Cipta Karya seperti pengembangan RTH. 2. Arahan pengembangan struktur ruang terkait keciptakaryaan seperti pengembangan prasarana sarana air minum, air limbah, persampahan, drainase, RTH, Rusunawa, maupun Agropolitan. c. Ketentuan zonasi bagi pembangunan prasarana sarana bidang Cipta Karya yang harus diperhatikan mencakup ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung, kawasan budidaya, sistem perkotaan, dan jaringan prasarana. d. Indikasi program sebagai operasionalisasi rencana pola ruang dan struktur ruang khususnya untuk bidang Cipta Karya.

Kawasan Strategis Kabupaten/Kota (KSK) diperlukan sebagai dasar pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya. Pada pembangunan infrastruktur skala kawasan, pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya diarahkan pada lokasi KSK, dan diharapkan keterpaduan pembangunan dapat terwujud.

Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. 4 Arahan RTRW Kabupaten Sumenep Untuk Bidang Cipta karya

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG Rencana Ruang Terbuka Hijau (RTH) Rencana pengembangan jaringan air bersih di Sesuai kondisi geografisnya, Rencana Tata Ruang Kabupaten Sumenep antara lain :

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 24

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG Wilayah Kabupaten Sumenep direncanakan dengan a. Peningkatan dan pengelolaan sumber-sumber memperhatikan ruang terbuka hijau, perencanaan air yang ada. ruang terbuka hijau ini didukung oleh aneka ragam b. Perbaikan dan pengantian pipa-pipa air yang tumbuhan yang tumbuh subur serta udara yang sejuk sudah rusak/ tidak layak. Usaha ini berguna sepanjang tahun. Salah satu ciri khas penataan ruang untuk mengantisipasi kebocoran air. Kabupaten Sumenep adalah keberadaan ruang c. Peningkatan pelayanan yaitu dengan terbuka/taman kota. Ruang terbuka/taman kota yang penambahan jaringan, khususnya untuk representatif terdapat di pusat pusat kota yang konsumsi rumah tangga, fasilitas umum, sosial tersebar di Kabupaten Sumenep, seperti Alun-alun dan industri. Kota Sumenep, dan berbagai ruang terbuka yang d. Untuk wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh tersedia hampir diseluruh kantor kecamatan di pelayanan air bersih PDAM dilakukan dengan Kabupaten Sumenep. Disamping sebagai ruang meningkatkan pelayanan dan menambah terbuka untuk mendukung keberadaan bangunan jaringan air bersih melalui jaringan air bersih pemerintahan, ruang terbuka tersebut diperuntukkan berbasis masyarakat. bagi kepentingan masyarakat. Alun-alun Kota e. Perlu adanya pengamanan dan pengendalian Sumenep yang merupakan kawasan pusat pada daerah resapan air di sekitar sumber air pemerintahan, hingga saat ini tetap dipertahankan baku (mata air) yang dapat menjamin sebagai kawasan yang dilestarikan karena dapat penyediaan air bersih baik untuk daerah menjadi salah satu ikon Kabupaten Sumenep. pedesaan maupun daerah perkotaan. Adapun lokasi RTH diantaranya yaitu : f. Pengamanan terhadap kawasan hutan lindung a. taman Perkotaan Sumenep; khususnya daerah yang berfungsi sebagai b. alun-alun Perkotaan Sumenep; kawasan lindung bawahannya, yang c. makam raja-raja Asta Tinggi dan Pemakaman memungkinkan terpeliharanya keseimbangan Asta Katandur terletak di Perkotaan Sumenep; fungsi hidroorologis. d. lapangan Perkotaan Sumenep; g. Pengembangan sistim penyediaan air bersih e. Perkotaan Arjasa; untuk kota-kota yang mendapat prioritas f. Perkotaan Lenteng; tinggi (Pusat Kota Sumenep dan Ibu Kota g. Perkotaan Pasongsongan; Kecamatan lainnya). h. Perkotaan Dungkek; h. Mengoptimalkan sumber air baku yang berasal i. Perkotaan Dasuk; dari sungai yang melintasi wilayah Kabupaten j. Perkotaan Bluto; Sumenep yang mempunyai debit air yang k. Perkotaan Gayam; melimpah dan tidak pernah kering. l. Perkotaan Masalembu; i. Sehubungan dengan kebutuhan air baku m. Perkotaan Gapura; tersebut maka diupayakan untuk tetap n. Perkotaan Saronggi; menjaga kadar air baku sungai dengan jalan o. Perkotaan Talango; program kali bersih dan pengendalian kegiatan p. Perkotaan Batuan; industri yang membuang limbahnya ke badan q. Perkotaan Kalianget; sungai. r. Perkotaan Ganding; s. Perkotaan Guluk-guluk; t. Perkotaan Ambunten; u. Perkotaan Rubaru; v. Perkotaan Batang-batang; w. Perkotaan Batuputih; x. Perkotaan Manding; y. Kecamatan Giligenting; z. Perkotaan Pragaan; aa. Perkotaan Sapeken; bb. Perkotaan Kangayan; cc. Perkotaan Nonggunong; dan dd. Perkotaan Ra’as. Rencana Kawasan Peruntukan Permukiman Rencana yang dilakukan untuk menangani Secara umum kawasan permukiman di Kabupaten persampahan di Kabupaten Sumenep adalah : Sumenep berdasarkan penyediaan wilayah a. Pengembangan Tempat Pemrosesan Akhir permukimannya dapat dibedakan menjadi : (TPA) dengan sistem sanitary landfill terletak 1. Permukiman perdesaan, meliputi : di Desa Torbang Kecamatan Batuan.  Permukiman pusat perdesaan. b. Mengalokasikan tempat pembuangan akhir  Permukiman desa. dengan batas tertentu dari permukiman untuk

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 25

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG  Permukiman pada pusat perdusunan. menghindari pencemaran lingkungan dengan 2. Permukiman perkotaan, meliputi : pengolahan yang dilakukan dengan cara fisika,  Permukiman perkotaan PKL; kimia, biologi serta dengan mengembangkan  Permukiman perkotaan kecil PKLp; teknologi. Pemilihan lokasi dalam mengolah  Permukiman perkotaan PPK. limbah tersebut harus memenuhi ketentuan daya dukung lingkungan. Peruntukan Permukiman Perkotaan c. Pengembangan konsep 4R (reuse, reduce, Permukiman perkotaan besar didukung oleh kota inti recycle dan replace) untuk mengurangi volume dan perumahan baru skala besar. Di Kabupaten sampah pada masing-masing TPS. Sumenep, wilayah yang telah mapan adalah pusat d. Sosialisasi dan pelatihan penanganan sampah kota sekaligus sebagai kota inti maupun sebagai dengan konsep 4 R (reuse, reduse recycle dan pusat pelayanan (PKL). Sedangkan perumahan baru replace) kepada masyarakat terutama dikembangkan di sekitar pusat kota, seperti masyarakat perdesaan yang tidak terlayani Kecamatan Kalianget, Kecamatan Gapura dan petugas kebersihan sehingga sampah / limbah Kecamatan Batuan. Perumahan baru ini dilengkapi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dan dengan berbagai fasilitas sosial dan fasilitas umum bernilai ekonomis. kota, serta peluang kerja. Antara kota inti dengan perumahan baru memiliki hubungan atau aksesibilitas yang tinggi, setidaknya oleh sistem komuting. Permukiman perkotaan menengah, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai pusat pelayanan PKLp dan PPK. Pengembangan permukiman tersebut dapat dikembangkan di Perkotaan Lenteng, Perkotaan Pasongsongan, Perkotaan Dungkek, Perkotaan Dasuk, Perkotaan Bluto, Perkotaan Arjasa, Perkotaan Gayam dan Perkotaan Masalembu. Dengan berkembangnya kawasan permukiman tersebut akan membentuk pusat pertumbuhan skala wilayah/regional. Berkembangnya area terbangun tersebut akan berdampak terhadap skala pelayanan di tingkat kabupaten bahkan akan dapat menghubungkan atau berinteraksi dengan besar dan perkotaan kecil lainnya.

Permukiman perkotaan kecil, merupakan permukiman di perkotaan yang memiliki fungsi sebagai : 1. Pusat pelayanan perkotaan kecamatan. 2. Pusat pertumbuhan skala kecamatan. 3. Permukiman pada kawasan khusus, 4. Sebagai tempat peristirahatan pada kawasan pariwisata 5. Kawasan permukiman yang timbul akibat perkembangan infrastruktur 6. Permukiman yang timbul akibat kegiatan sentra ekonomi dan pariwisata Untuk pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Sumenep arahan kebijaksanaan yang ditetapkan mengacu pada : 1. Memperhitungkan kecenderungan perkembangan pembangunan permukiman baru. 2. Memperhitungkan daya tampung perkembangan penduduk dan fasilitas/prasarana yang dibutuhkan. 3. Penggunaan lahan eksistingnya. Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 26

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG pengembangan kawasan permukiman perkotaan di Kabupaten Sumenep lebih diarahkan pada penggunaan lahan non produktif dengan kebijaksanaan penataan ruang secara rinci meliputi : A. Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan penambahan luas kawasan permukiman perkotaan di lahan yang tingkat produktivitasnya rendah, yaitu lahan pertanian kering (tegalan, tambak, lokasi bekas pertambangan dan lain- lain). Tindakan preventif terhadap dampak bencana yang terjadi di kawasan rawan bencana alam, untuk pengembangan permukiman, maka di ambil tindakan : 1. Pembuatan tanggul disepanjang permukiman daerah pesisir untuk menghalangi air laut pasang sehingga tidak merusak permukiman yang ada. 2. Mencegah timbulnya permukiman baru di sekitar kawasan pesisir khusunya di sempadan pantai. B. Penyediaan ruang terbuka hijau di kawasan permukiman dengan memperhatikan proporsi ketersediaan ruang terbuka hijau dan infrastruktur penunjang permukiman terhadap luas total sebesar 30%. Peruntukan Permukiman Perdesaan

Berdasarkan acuan-acuan tersebut di atas, kebijaksanaan penataan ruang untuk kawasan permukiman pedesaan meliputi : A. Program perbaikan kawasan permukiman dengan pemenuhan persyaratan kualitas fisik rumah. B. Penataan kawasan pedesaan dengan mempertimbangkan keseimbangan fungsi antara pengembangan permukiman dengan pengembangan fungsi lainnya. C. Penyediaan sarana dan prasarana permukiman, seperti air bersih, drainase, persampahan, listrik, bangunan pendidikan, pasar, dll. D. Pemenuhan kebutuhan perumahan dengan memperhatikan daya dukung lingkungan. E. permukiman lahan perdesaan berdasarkan deliniasi rencana kawasan perdesaan meliputi Kecamatan seluruh Kecamatan di Kabupaten Sumenep kecuali Kecamatan Sumenep. F. Mempertahankan pola Tanean Lanjheng sebagai local knowledge pada pengembangan permukiman perdesaan. Rencana Sistem pengelolaan limbah meliputi : a. Pemanfaatan sumber energi alternatif pada industri kecil dan rumah tangga berupa pengelolaan hasil limbah biogas; b. Pengembangan prasarana pengolahan limbah industri, limbah medis, limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) secara mandiri pada

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 27

ARAHAN POLA RUANG ARAHAN STRUKTUR RUANG fasilitas tertentu maupun secara terpadu; c. Pengembangan instalasi pengelolaan limbah B3 di kawasan peruntukan industri; d. Pemenuhan fasilitas septic tank pada masing- masing Kepala Keluarga (KK) pada wilayah perkotaan dan perdesaan; e. Pengembangan jamban komunal pada kawasan permukiman padat masyarakat berpenghasilan rendah dan area fasilitas umum; f. Pengoperasian kembali Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) terletak di Desa Lalangon Kecamatan Manding; dan g. Pengembangan instalasi pengolah limbah domestik dan limbah tinja dengan sistem perpipaan pada kawasan perkotaan. Sistem jaringan drainase meliputi : a. Pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan sungai; b. Normalisasi jaringan drainase yang ada; c. Mengembangkan sumur resapan pada tiap bangunan; d. Peningkatan sarana dan prasarana penunjang drainase; e. Pembangunan saluran drainase memperhatikan kontur dan daerah tangkapan air; f. Pembuatan saluran drainase tersendiri pada setiap kawasan fungsional; dan mengoptimalkan daya serap air ke dalam tanah.

Tabel 3. 5 Identifikasi kawasan Strategis kabupaten (KSK) Sumenep Berdasarkan RTRW

KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN KABUPATEN Kawasan Minapolitan Kawasan Strategis Ekonomi Kecamatan Arjasa, Pasongsongan, dan Bluto; Kawasan Agropolitan Kawasan strategis Ekonomi Kecamatan Rubaru; Kawasan pelabuhan Kawasan strategis Ekonomi Kecamatan Kalianget, Arjasa, Raas, Pasongsongan dan Sapeken; kawasan Bandara Kawasan strategis Ekonomi Kota Sumenep kawasan Perdagangan Kawasan strategis Ekonomi a. perkotaan Sumenep sebagai PKL wilayah daratan. b. Kecamatan Arjasa sebagai PKLp wilayah kepulauan; Kawasan Wisata Peninggalan sejarah dan religi Kawasan Sumenep Kawasan Strategis Sosio terletak di timur Pendopo Agung Kultural Karaton Sumenep Museum Sumenep Kawasan Strategis Sosio Terletak di depan Kraton sumenep Kultural Masjid Agung Sumenep Kawasan Strategis Sosio Terletak di tengah kota

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 28

KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN KABUPATEN Kultural Wisata Religi Situs Makam Raja- Kawasan Strategis Sosio Desa kebun agung 2,5 Km arah barat raja madura “Asta Tinggi” Kultural laut Kota Sumenep Makam Asta Yusuf Kawasan Strategis Sosio Kecamatan Talango Kultural Wisata Budaya Kawasan Strategis Sosio Kecamatan saronggi, Bluto dan Kultural Kecamatan Masalembu. Pengembangan pengeboran Kawasan Strategis Pulau Pagerungan, Perairan P. minyak bumi Pendayagunaan Sumberdaya Giliketapang, Perairan Masalembu, Alam dan Teknologi Tinggi Blok Kangean dan di perairan Kalianget. Kawasan pantai lombang Kawasan Strategis Desa Lombang Kecamatan Batang- Penyelamatan Lingkungan batang Hidup Pantai Slopeng Kawasan Strategis Kecamatan Dasuk. Penyelamatan Lingkungan Hidup Taman Laut Mamburit Kawasan Strategis Kecamatan Arjasa Penyelamatan Lingkungan Hidup Taman Laut Gili Labak Kawasan Strategis Pulau Gili Labak Penyelamatan Lingkungan Hidup Cagar Alam Kawasan Strategis P. Saobi Penyelamatan Lingkungan Hidup Kawasan Hutan Kawasan Strategis P. Paliat dan Sepanjang Penyelamatan Lingkungan Hidup Taman Laut P. Kemudi Kawasan Strategis Kecamatan Raas Penyelamatan Lingkungan Hidup Taman Laut Saor Kawasan Strategis Pulau Saor Kecamatan Sapeken Penyelamatan Lingkungan Hidup Taman laut Saebus Kawasan Strategis Kecamatan Sapeken Penyelamatan Lingkungan Hidup Kawasan Strategis Penyelamatan Lingkungan Hidup kawasan rawan bencana longsor Kawasan Strategis 1. Kecamatan Talango; Penyelamatan Lingkungan 2. Kecamatan Pasongsongan; Hidup 3. Kecamatan Pragaan; dan 4. Kecamatan Lenteng. kawasan rawan bencana banjir Kawasan Strategis 1. Kecamatan Kalianget; Penyelamatan Lingkungan 2. Kecamatan Lenteng; Hidup 3. Kecamatan Saronggi; 4. Kecamatan Pragaan dan 5. Kecamatan Kota.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 29

KAWASAN STRATEGIS SUDUT KEPENTINGAN LOKASI/BATAS KAWASAN KABUPATEN kawasan rawan bencana angin Kawasan Strategis 1. Kecamatan Kalianget; puyuh Penyelamatan Lingkungan 2. Kecamatan Bluto; Hidup 3. Kecamatan Pragaan; 4. Kecamatan Kota; dan 5. Kecamatan di wilayah kepulauan. kawasan rawan bencana Kawasan Strategis 1. Kecamatan Kalianget; gelombang pasang dan tsunami Penyelamatan Lingkungan 2. Kecamatan Gapura; Hidup 3. Kecamatan Ambunten 4. Kecamatan Dungkek 5. Kecamatan Batang-batang 6. Kecamatan Pasongsongan; dan 7. Kecamatan di wilayah kepulauan.

3.1.3 Arahan Wilayah Pengembangan Strategis

Dalam konteks pengembangan wilayah mengingat sangat luasnya wilayah nasional , maka untuk memudahkan pengelolaannya, pengembangan wilayah dibagi menurut wilayah Pulau/ Kepulauan yang dikelompokkan ke dalam beberapa tipe wilayah pengembangan yang diistilahkan “Wilayah Pengembangan Strategis (WPS)” yang di dalamnya melingkupi kawasan perkotaan, kawasan industri, dan kawasan maritim berdasarkan pada tema atau potensi per pulau, sebagai berikut: 1) Pulau Sumatera. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Sumatera adalah: Pintu Gerbang Perdagangan Internasional; Industri Berbasis Komoditas Kelapa Sawit, Karet, Timah, Bauksit, & Kaolin; Lumbung Energi Nasional, Termasuk Pengembangan Energi Terbarukan Biomassa; Hilirisasi Komoditas Batu Bara; dan Percepatan Pembangunan Ekonomi Berbasis Maritim (Kelautan). 2) Pulau Jawa. Tema besar pengembangan wilayah Pulau Jawa adalah: Sebagai Lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia; Sebagai Pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan). 3) Pulau Papua. Tema besar pada Wilayah Pulau Papua adalah: Percepatan Pengembangan Industri Komoditas Lokal Perkebunan, Peternakan, Kehutanan; Percepatan Pengembangan Ekonomi Kemaritiman; Percepatan Pengembangan Hilirisasi Industri Pertambangan, Migas & Tembaga; Penguatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah dan Masyarakat; Percepatan Pengembangan Pariwisata Budaya dan Alam; Peningkatan Kawasan Konservasi dan Daya Dukung

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 30

Lingkungan; dan Pengembangan Kawasan Ekonomi Inklusif dan Berkelanjutan Berbasis Wilayah Kampung Masyarakat Adat. 4) Pulau Kalimantan. Tema besar pada pengembangan Wilayah Kalimantan adalah: Mempertahankan fungsi Kalimantan sebagai paru-paru dunia; Salah satu lumbung pangan nasional; Pengembangan industri berbasis komoditas kelapa sawit, dan karet; dan Lumbung energi nasional dengan pengembangan hilirisasi komoditas batu bara, bauksit, bijih besi, gas alam cair, pasir zirkon & pasir kuarsa. 5) Pulau Bali dan Nusa Tenggara. Tema Besar pada pengembangan Wilayah Bali adalah: Sebagai lumbung pangan nasional; Sebagai salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik dunia; Sebagai pendorong sektor industri dan jasa nasional; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan). Sedangkan tema besar pada pengembangan Wilayah Nusa Tenggara adalah: Pintu gerbang pariwisata ekologis; Pengembangan industri perikanan, garam, dan rumput laut; Pengembangan industri berbasis peternakan sapi dan perkebunan jagung; dan Pengembangan industri mangan, dan tembaga. 6) Kepulauan Maluku. Tema besar pada pengembangan Wilayah Maluku adalah: Produsen makanan laut dan lumbung ikan nasional; Pengembangan industri berbasis komoditas perikanan; Pengembangan industri pengolahan berbasis nikel, dan tembaga; dan Pariwisata bahari. 7) Pulau Sulawesi. Tema besar pada pengembangan Wilayah Sulawesi adalah: Pengembangan industri berbasis rotan, aspal, nikel, bijih besi & gas bumi; Pintu gerbang perdagangan internasional & kawasan timur; Lumbung pangan nasional dengan pengembangan industri kakao, padi, dan jagung; Pengembangan industri berbasis logistik; dan Percepatan pembangunan ekonomi berbasis maritim (kelautan) melalui pengembangan industri perikanan & pariwisata bahari.

Konsepsi pengembangan WPS diilustrasikan yaitu pembangunan infrastruktur wilayah PUPR pada setiap WPS diarahkan untuk mempercepat pembangunan fisik di pusat pusat pertumbuhan ekonomi kawasan sesuai dengan klusternya, terutama WPS di Luar Jawa (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua) dengan memaksimalkan keuntungan aglomerasi, menggali potensi dan keunggulan daerah dan peningkatan efisiensi dalam penyediaan infrastruktur dalam kawasan, antar kawasan maupun antar WPS. Pendekatan ini pada intinya merupakan integrasi dari pendekatan sektoral, regional dan makro ekonomi. Setiap WPS akan dikembangkan dengan mempertimbangkan potensi dan keunggulannya, melalui pengembangan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 31

pusat-pusat pertumbuhan, industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan atau pariwisata antara lain dengan: 1. Pemenuhan pelayanan dasar bagi seluruh lapisan masyarakat serta mendukung kawasan perbatasan, pulau-pulau terluar, daerah tertinggal dan, daerah-daerah yang kapasitas pemerintahannya belum cukup memadai dalam memberikan pelayanan publik terkait infrastruktur PUPR; 2. Mendorong pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi termasuk ekonomi maritim dan peningkatan pemanfaatan potensi ekonomi dan sumber daya sebagai penggerak utama pertumbuhan (engine of growth) dalam rangka percepatan dan perluasan pengembangan ekonomi di masing-masing pulau dengan memanfaatkan potensi dan keunggulan daerah melalui: a. Pengembangan sentra ekonomi, pembangunan Kawasan Metropolitan baru di luar Pulau Jawa – Bali sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) yang diarahkan menjadi pusat investasi dan penggerak pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya guna mempercepat pemerataan pembangunan di luar Jawa; b. Pengembangan kemaritiman (kelautan) dengan memanfaatkan sumber daya kelautan dan jasa maritim, yaitu peningkatan produksi perikanan, pengembangan energi dan mineral kelautan, pengembangan kawasan wisata bahari, industri maritim dan perkapalan; c. Pengembangan kota otonom di luar Pulau Jawa – Bali khususnya di KTI yang diarahkan sebagai pengendali (buffer) arus urbanisasi ke Pulau Jawa yang diarahkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi bagi wilayah sekitarnya serta menjadi percontohan (best practices) perwujudan kota berkelanjutan; d. Pembangunan kota baru publik yang mandiri dan terpadu di sekitar kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa – Bali yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah serta diarahkan sebagai pengendali (buffer) urbanisasi di kota atau kawasan perkotaan metropolitan di luar Pulau Jawa-Bali; e. Peningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa, dengan memperkuat pusat- pusat pertumbuhan perkotaan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). 3. Mempercepat pembangunan daerah tertinggal dan kawasan perbatasan fokus pada PKSN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan (dengan membangun kota lintas batas yang diharapkan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang cukup signfikan sebagai halaman depan negara yang berdaulat, berdaya saing, dan aman); serta membangun kawasan perkotaan dan perdesaan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 32

dengan mempertimbangkan Rencana Tata Ruang Wilayah melalui pengembangan untuk pengentasan daerah tertinggal. 4. Meningkatkan peran dan fungsi sekaligus perbaikan manajemen pembangunan, pemberian bimbingan teknis dan penerapan SPM di 35 WPS untuk diarahkan sebagai pusat kegiatan berskala global guna meningkatkan daya saing dan kontribusi ekonomi. 5. Penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana dengan meningkatkan kapasitas pengendali daya rusak air serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam rangka mengurangi indeks risiko bencana pada wilayah yang memiliki indeks risiko bencana tinggi untuk mengurangi kerugian ekonomi akibat kejadian bencana di masa mendatang.

Wilayah Pengembangan Strategis (WPS) Di Provinsi Jawa Timur : • WPS 11. Wps Pusat Pertumbuhan Terpadu Semarang – Surabaya • WPS 12. Wps Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang – Prigi – Blitar – Malang  Kawasan Strategis Lingkar Wilis – Prigi • WPS 13. Wps Pusat Pertumbuhan Terpadu Malang – Surabaya – Bangkalan  Kawasan Metropolitan Gerbangkertosusila  Kawasan Strategis Agropolitan Malang-batu  Kawasan Periurban Tumpang Kab. Malang  Kawasan Strategis Bromo-tengger-semeru  Kawasan Pertumbuhan Bangkalan • WPS 14. Wps Pusat Pertumbuhan Sedang Berkembang Surabaya – Pasuruan – Banyuwangi  Kawasan Pertumbuhan Baru Pasuruan  Kawasan Pertumbuhan Baru Baluran Banyuwangi

3.1.4 Arahan Rencana Pembangunan Daerah

Arahan pembangunan daerah sesuai dengan RPJMD Provinsi, RPJMD Kabupaten/Kota, dan Renstra SKPD terkait untuk pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya.

3.1.4.1 Arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) RPJMD Kabupaten Sumenep 2016-2021 merupakan tahap ketiga dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 yaitu mendorong perkembangan usaha kerakyatan yang makin mandiri dan meningkatkan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 33

kesejahteraan rakyat, mengurangi kesenjangan atau disparitas antara wilayah kepulauan dan wilayah daratan yang sudah maju, dan berbagai fasilitas layanan publik yang ada di Kabupaten Sumenep juga diharapkan dapat berjalan dengan baik karena didukung kinerja aparat pemerintahan yang bersih, kreatif, inovatif, disiplin, dan akuntabel. Penentuan visi pembangunan dengan misi dan strategi pencapaiannya amatlah penting, agar proses pembangunan dapat dilaksanakan dengan arah dan kebijakan yang jelas. Oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan dan isu strategis daerah ke depan maka Visi pembangunan Kabupaten Sumenep yang ingin diwujudkan pada periode 2016-2021 adalah

“SUPER MANTAP” Yaitu “Sumenep Makin Sejahtera dengan Pemerintahan Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional” Di dalam visi tersebut terdapat 7 makna kata kunci yaitu : Sumenep Makin Sejahtera, Pemerintahan yang Mandiri, Agamis, Nasionalis, Transparan, Adil dan Profesional. 1 Sumenep Makin Sejahtera di sini memiliki dua makna. Pertama, Sumenep sebagai sebuah wilayah mempunyai potensi sumber daya (resources) alam yang melimpah dan kaya khazanah kebudayaan. Apabila SDA yang melimpah seperti migas, pertanian, kelautan, perkebunan dan sektor industri (home industry lainnya dapat dikelola dengan baik dan dimaksimalkan niscaya akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan (daya beli) masyarakat Sumenep. Kesejahteraan ditandai dengan semakin meningkatnya kualitas hidup yang layak, tercukupinya kebutuhan dasar pokok manusia yang meliputi pangan, papan, sandang, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja, yang didukung oleh infrastruktur sosial budaya ekonomi yang memadai. Bagi masyarakat Kabupaten Sumenep, persoalan kesejahteraan ini sangat penting, karena jumlah penduduk miskin berkurang, tetapi trend terjadinya proses pendalaman dan tekanan kemiskinan cenderung meningkat. Untuk itu, dengan didukung kekayaan sumber daya alam yang terkelola dengan baik, dan ditambah lagi dengan dukungan infrastruktur yang memadai, itu semua niscaya akan dapat dijadikan modal untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan daya saing ekonomi, baik di tingkat regional, nasional maupun di tingkat global seiring diberlakukannya kebijakan perdagangan bebas: MEA dan AFTA. Kedua, Sumenep sebagai sebuah entitas kultural memiliki kekayaan dan keragaman budaya/tradisi yang memiliki muatan nilai-nilai teologis

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 34

(ke-Tuhanan), kemanusiaan dan sejuta makna (meaning) lainnya yang langsung maupun tidak langsung akan berimplikasi positif dalam membangun peradaban manusia Madura khususnya masyarakat Kabupaten Sumenep, seperti nilai toleransi, gotong royong, kuatnya ikatan persaudaraan di tengah hantaman glamourisme dan pengaruh global. Intinya, keragaman budaya Madura dapat dijadikan modal penguatan ikatan dan kohesi sosial masyarakat Madura dalam menghadapi intervensi budaya maupun perkembangan perubahan masyarakat yang makin kontraktual, konsumtif dan permisif. 2 Pemerintahan yang Mandiri adalah konsep yang berangkat dari suatu keyakinan bahwa masyarakat Sumenep yang didukung stakeholders pada dasarnya mempunyai kemampuan dan potensi swakarsa untuk mengatur dan mengurus proses pembangunan Daerah di Kabupaten Sumenep. Kemandirian di sini bukan berarti tidak menjalin kerjasama dengan pihak lain, namun pengertian kemandirian di sini difokuskan kepada proses pembangunan berdasar prakarsa/usul/inovasi Masyarakat Sumenep dan direalisasikan oleh Masyarakat dan Pemerintah Daerah Sumenep sendiri. Mandiri adalah kondisi yang tidak tergantung pada pihak lain, tidak tersubordinasi, dan berkembang atas potensi swakarsa untuk menolong dirinya sendiri (self-help). 3 Agamis di sini dalam pengertian bahwa semua proses dan output pembangunan di Kabupaten Sumenep tidak semata-mata dikembangkan untuk tujuan meraih kesejahteraan ekonomi, namun harus diimbangi dengan pendekatan spiritual (Agama) untuk membentuk masyarakat Sumenep ber-akhlaqul karimah. Dengan kata lain apabila nilai – nilai luhur agama dijadikan modal/spirit dalam berkehidupan masyarakat dan pengelolaan pemerintahan, maka di Kabupaten Sumenep akan tercipta masyarakat yang memiliki nilai moral yang kuat, dan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. 4 Nasionalis adalah kesadaran dan sikap politik yang tidak mengedepankan ego kewilayahan dan jati diri masyarakat yang sempit, melainkan sebuah sikap politik yang menyadari sepenuhnya bahwa masyarakat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Sumenep adalah bagian dari wilayah Provinsi Jawa Timur, dan merupakan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 5 Transparan atau keterbukaan untuk umum sebagai salah satu unsur penting dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih (good governance). Good Governance di

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 35

sini dimaknai sebagai pengejawantahan nilai-nilai luhur dalam mengarahkan warga negara (citizen) kepada masyarakat dan pemerintahan yang berkeadaban melalui wujud pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Upaya pemerintahan yang bersih adalah sikap di mana para pemegang kekuasaan dan masyarakat diatur oleh suatu sistem kehidupan politik dan hukum yang demokratis, transparan, dan akuntabel. Dalam praktiknya pemerintahan yang bersih (clean government) adalah model pemerintahan yang efektif, efisien, jujur, transparan dan bertanggungjawab (accountable), yang selalu mampu memberikan pelayanan prima kepada Masyarakat. Transparansi mutlak diwujudkan sejak proses pembangunan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi dan refleksi, sehingga dengan transparansi tersebut semua proses pembangunan hingga output yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan oleh semua pihak. 6 Adil adalah ikhtiar politik pembangunan di Sumenep untuk meminimalisir ‘ketimpangan’ distribusi pembangunan antara daratan dan Kepulauan. Keadilan di sini tidaklah bersifat kuantitatif fifty-fifty, namun pola distribusi hasil-hasil pembangunan dikembangkan secara proporsional berdasar kebutuhan (need assesment) masyarakat, sehingga dengan pola keseimbangan dan keadilan pembangunan, maka antara masyarakat daratan dan kepulauan akan sama-sama dapat merasakan ‘manis’nya pembangunan untuk kesejahteraan masyarakat Sumenep. 7 Profesional bahwa semua proses dan pelaksanaan pembangunan Sumenep dilakukan secara profesional yang mengarah kepada kemampuan skill dan sesuai dengan keahlian masing-masing pihak. Penegasan ini penting agar pelaksanaan pembangunan lebih terarah, fokus dan tepat sasaran sesuai dengan perencanaan. Profesional di sini tidaklah berarti mendatangkan ‘orang luar’ (baca; asing) sebagai aktor pembangunan, namun dalam proses pelaksanaannya harus dimaksimalkan peran aktif atau partisipasi masyarakat Sumenep sendiri yang memang mempunyai kapasitas dan pengalaman dalam pengelolaan pembangunan secara swakarsa dan swadaya.

Untuk mewujudkan Visi Pembangunan SUPER MANTAP seperti dimaksud di atas telah dirumuskan Misi Prioritas Pembangunan yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan agar tujuan pembangunan dapat tercapai. Secara garis

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 36

besar Misi Prioritas Pembangunan Kabupaten Sumenep Tahun 2016-2021 adalah sebagai berikut: 1 Misi Pertama, Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) Melalui Pendidikan, Kesehatan dan Pengentasan Kemiskinan. Sumber Daya Manusia merupakan subjek utama dalam pembangunan sehingga Sumber Daya Manusia yang cerdas, sehat dan produktif menjadi penentu keberhasilan pembangunan. Dengan SDM yang berkualitas, Kabupaten Sumenep akan melahirkan generasi unggul yang mampu meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran serta mampu bersaing di tingkat regional, nasional bahkan di Internasional. Peningkatan kualitas SDM tersebut dilakukan melalui upaya pemerataan dan perluasan akses pendidikan, peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keberhasilan Pendidikan dapat dilihat dari peningkatan angka Rata- Rata Lama Sekolah, Angka Melek Huruf dan peningkatan angka IPM. Sedangkan peningkatan kualitas kesehatan ditunjukkan dengan peningkatan Angka Harapan Hidup masyarakat dan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Upaya pengentasan kemiskinan juga menjadi langkah strategis dalam rangka meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui pemberdayaan masyarakat. Peningkatan kesejahteraan tersebut dapat dilihat dari peningkatan daya beli masyarakat dan penurunan angka kemiskinan. 2 Misi Kedua, Mempercepat Pembangunan Infrastruktur Wilayah Kepulauan dan Daratan yang Didukung Pengelolaan SDA serta Lingkungan. Ketersediaan dan kemajuan infrastruktur merupakan penunjang utama dalam pembangunan di Kabupaten Sumenep. Adanya peningkatan infrastruktur dapat mendukung kemajuan di bidang lainnya seperti pendidikan, kesehatan, ekonomi dan seluruh aksesibilitas kebutuhan masyarakat. Pemerataan pembangunan di Kabupaten Sumenep yang memiliki wilayah daratan dan kepulauan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan infrastruktur yang memadai sehingga dengan adanya percepatan pembangunan di bidang infrastruktur dapat mengurangi kesenjangan diantara keduanya yang diikuti oleh pemerataan pembangunan di seluruh sektor. Peningkatan infrastruktur tersebut juga harus berwawasan lingkungan dengan didukung oleh pengelolaan Sumber Daya Alam secara tepat.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 37

3 Misi Ketiga, Meningkatkan Kemandirian Perekonomian Pedesaan dan Perkotaan dengan Memperhatikan Potensi Ekonomi Lokal yang Unggul Berdaya Saing Tinggi. Kemandirian ekonomi merupakan kemampuan nyata pemerintah dan masyarakat untuk mengatur dan mengelola sumber daya daerahnya sendiri melalui prakarsa, inovasi, dan aspirasi masyarakat serta direalisasikan sendiri oleh masyarakat Sumenep dalam rangka meningkatkan kemakmuran. Beragamnya potensi ekonomi lokal di Kabupaten Sumenep yang memiliki nilai jual dan berdaya saing tinggi menjadi modal dasar dalam mewujudkan perekonomian Kabupaten Sumenep yang mandiri. Peningkatan kemandirian perekonomian tersebut dapat dilakukan melalui berbagai upaya penguatan ekonomi kerakyatan, peningkatan kapasitas dan perluasan sektor usaha bagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), berbagai pelatihan bagi wirausaha muda, peningkatan daya tarik investasi, dan pemanfaatan teknologi dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil produksi di sektor pertanian, industri dan perdagangan serta optimalisasi pariwisata daerah yang mempunyai potensi untuk dikembangkan, melalui pemberdayaan masyarakat pada wilayah-wilayah dengan potensi yang berbeda, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi lokal yang pada muaranya diharapkan mampu memberi dukungan pada kesejahteraan masyarakat. 4 Misi Keempat, Meningkatkan Kultur dan Tata Kelola Pemerintahan yang Profesional dan Akuntabel. Tata Pemerintahan yang baik (good governance) adalah tata pemerintahan yang bersih, tertib dan akuntabel serta menerapkan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, efektif, efisien, menjunjung tinggi supremasi hukum, demokratisasi, profesionalisme dan membuka partisipasi masyarakat. Pelaksanaan prinsip-prinsip ini ditujukan untuk menjamin kelancaran, keserasian, dan keterpaduan tugas serta fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mewujudkan Pemerintahan yang baik memerlukan proses dan komitmen serta sinergi dari seluruh stakeholder baik dari aparatur pemerintah, sektor swasta dan masyarakat secara proporsional dan bertanggungjawab. Setiap aparatur pemerintah harus dapat melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan kapasitas yang dimiliki disertai kesempatan yang luas untuk meningkatkan kualitas dan kompetensinya. Di samping itu, pemenuhan hak masyarakat terhadap informasi publik menjadi bagian dari upaya transparansi dan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 38

peningkatan pelayanan publik melalui pengembangan sistem informasi dan komunikasi secara terpadu sehingga pelaksanaan roda pemerintahan dapat berjalan secara profesional, bersih dan akuntabel yang didukung kompetensi SDM yang handal. Keberhasilan Pemerintahan yang baik dapat ditunjukkan oleh tidak adanya tindak pidana KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), keberhasilan penegakan hukum dan perundangundangan, ketersediaan informasi publik, peningkatan indeks kepuasan pelayanan masyarakat, dan peningkatan kinerja birokrasi. 5 Misi Kelima, Meningkatkan Tata Kelola Kehidupan Masyarakat Aman dan Kondusif Melalui Partisipasi Masyarakat serta Stakeholder Dalam Proses Pembangunan. Kondisi aman dan tertib merupakan harapan masyarakat Kabupaten Sumenep yang ditandai oleh tidak adanya tindakan kriminalitas, terciptanya kondisi masyarakat yang kondusif dan terlaksananya kebebasan demokrasi yang bertanggung jawab. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan juga dapat menciptakan stabilitas sosial sehingga kelangsungan hidup yang aman dan damai dapat terwujud. Upaya yang dapat dilakukan antara lain, meningkatkan peran serta masyarakat dan seluruh stakeholder melalui pelaksanaan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang), mencukupi ketersediaan petugas perlindungan masyarakat (LinMas), dan menyelesaikan serta mengurangi konflik sosial yang terjadi dalam rangka menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat. 6 Misi Keenam, Meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai keagamaan, budaya serta nasionalisme yang didukung kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat. Kabupaten Sumenep merupakan Kabupaten yang kaya kebudayaan dan nilai-nilai agamis. Hal itulah yang menjadikan Kabupaten Sumenep memiliki banyak adat istiadat dan kearifan lokal. Nilai-nilai kearifan budaya lokal merupakan sebuah potensi pariwisata yang dapat menarik wisatawan baik lokal dan manca negara. Disamping itu, masyarakat Sumenep juga hidup berdampingan dengan latar belakang agama yang berbedabeda. Sikap toleransi antar umat beragama yang senantiasa terjaga dalam kehidupan bermasyarakat harus terus dikembangkan agar semangat persatuan dan kesatuan menjadi pilar penyangga yang kokoh menuju Kabupaten Sumenep yang maju dan sejahtera. Pemuda sebagai generasi penerus bangsa juga memiliki peran dan fungsi strategis dalam akselerasi

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 39

pembangunan dengan berperan aktif sebagai kekuatan moral, kontrol sosial, dan agen perubahan dalam segala aspek pembangunan nasional. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan kualitas pemuda harus terus dilakukan salah satunya melalui pemberdayaan potensi kepeloporan pemuda dan olahraga.

3.2. Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

3.2.1. Rencana Induk Penyediaan Air Minum (RISPAM)

Di Kabupaten Sumenep ada dua Kebijakan mengenai RISPAM, Rispam Kepulauan dan Daratan.

A. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Kepulauan Kabupaten Sumenep

A.1.Rencana sistem pelayanan Sesuai dengan Kebijakan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM untuk memfokuskan pembangunan infrastruktur berbasis penataan ruang di kawasan perbatasan, daerah terisolir, daerah konflik, daerah bencana dan rawan bencana untuk mewujudkan Indonesia yang aman dan damai, maka wilayah kepulauan harus difasilitasi agar keterpencillan bisa terbuka dan potensi wilayah bisa dikembangkan. Sebagaimana diketahui potensi perikanan wilayah Kepulauan Kabupaten Sumenep sangat besar dan ke depan sebagai pelabuhan perikanan sangat menjanjikan. Selain faktor penjagaan lingkungan faktor utilitas pendukung terutama air minum sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan primer dan sekunder penduduk. Dan salah satu fasilitas yang diperlukan untuk menarik investor adalah sarana air minum yang ada.  Skenario Sistem Penyediaan Air Minum Wilayah Kepulauan Mengingat sangat terbatasnya sumber air baku air minum maka skenario pemenuhan akan disusun berdasarkan pemanfatan semua potensi yang ada dengan tahapan-tahapan sebagai berukut:

 Pemenuhan secara Individu dan Kelompok (Tiap Hidrant Umum)  Tetap memanfaatkan sumur dangkal yang ada yang secara tradisional sudah digunakan sampai saat ini. Dan tetap menggunakan jaringan yang dibangun pada program WSLIC dan HIPPAM.  Menambah dengan tangkapan air hujan sebagai tabungan untuk musim kemarau. Tangkapan air ini memanfaatkan Hidrant Umum yang ada bila sistim

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 40

yang dibangun HIPPAM atau WSLIC menggunakan bak-bak penampung, atau bisa dibangun penduduk secara mandiri. Contoh pemanfatan HU yang ada dipadu dengan penampungan air hujan (PAH). seperti gambar sket dibawah ini.

Hujan Hujan

Talang Talang

Filter Filter Vol.HU=360 m3 Pompa Pompa (Existing Sistem Tangan Tangan yang ada atau baru)

Bak Penampung Air Hujan dari Talang

Gambar Pemanfaatan HU Yang Dipadu Dengan Penampungan Air Hujan  Pola HU dari sumur-sumur dangkal dengan tambahan PAH ini diterapkapkan khususnya untuk wilayah berbukit yang susah dijangkau perpipaan. Atau jaringan perpipaan belum bisa dilaksanakan. Dan secara bertahab HU dibangun sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Untuk wilayah pantai yang sudah tidak mungkin memperoleh air yang cukup dipergunakan pengolahan air payau denan Peverse Osmossis untuk dusun/perkampungan paling rawan. Untuk pulau dengan jaringan jalan yang memadahi secara bertahap sejalan dengan makin sehatnya PDAM air dalam kemasan bisa dipasok. Penyelenggaraan jaringan perpipaan baik perdesaan maupun perkotaan dengan potensi yang ada. Jaringan perpipaan akan dibangun minimal 4 syarat utama dipenuhi: . Potensi air minimal mencukupi 1 dusun atau sekitar 1 l/det sekitar 500 orang. . Sumber air baku relatif stabil sepanjang musim.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 41

. Ada kekuatan hukum pemanfaatan sumber air baku (tidak berkonflik) . Ada kemampuan penduduk untuk membiayai operasioanal.  Mendirikan HIPPAM/Koperasi sebagai pengelola. Sumber yang berpotensi mampu memenuhi kebutuhan lintas desa perlu dikuasai oleh pemerintah Kabupaten kemudian akan dibangun dan pemanfatannya dengan pengelola utama PDAM untuk pipa transmisi utama sebelum didistribusi ke wilayah pelayanan (desa-desa). PDAM berfungsi sebagai pemasok utama dan pendistribusian bisa ditangani olen non PDAM. Pengolaan di desa-desa bisa dibantu HIPPAM/Koperasi atau oleh PDAM sendiri tergantung kesepakatan. Sumber yang berpotensi besar diantaranya adalah: . Mata air besar seperti di MA Jelgung Desa Pandemaaan Arjasa yang dimanfatakan oleh PDAM (debit diatas 10 l/detik) untuk melayani 6 Desa di Kecamatan Arjasa. . Mata air Jukong-jukong di Kec Desa Jukong-Jukong, Kec Kangayan yang belum dimanfaatkan ada potensi 90 l/detik yang bisa dimanfatkan untuk lebih dari 6 desa. . Potensi Waduk di Pulau Kangayan Selatan melalui sungai-sungai musiman berpotensi untuk air baku air minum desa-desa di bagian selatan. . Sumur-sumur P2AT dibawah 10 l/detik yang masih potensial untuk air baku air minum bisa dimanfaatkan seperti di desa Essang Kecamatan Talango. Ke depan dan secara bertahap perlu dibangun embung atau waduk di pulau- puau Sapudi, P Talango, Raas, Giligenting, Giliraja dan pulau-pulau kecil lainnya. Pemanfaatan Air laut di wilayah dengan kadar garam rendah dimungkinkan, disesuaikan dengan kondisi ekonomi wilayah

A.2.Rencana Pengembangan SPAM Untuk wilayah perdesaan, sebagian besar penduduk memanfaatkan sumur dangkal pribadi atau kelompok yang kemudian didistribusikan ke penduduk melalui Hidrant Umum (HU). Pola ini digunakan oleh WSLIC dan HIPPAM. Prioritas desa-desa yang akan diprogramkan adalah desa-desa sebagai berikut: 1. Desa rawan air termasuk rawan bencana; 2. Desa miskin; 3. Desa nelayan.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 42

LOKASI PROGRAM UNTUK PRIORITAS PERTAMA Prioritas pertama Desa rawan air yang diperoleh dari Laporan Indikasi Potensi Air Bersih Untuk Kawasan Rawan Air Jawa Timur Tahun 2005 yang disampaikan oleh Satuan Kerja Pengembangan Kinerja Air Minum Propinsi Jawa Timur. Desa- desa ini mengalami kekeringan antara 6-8 bulan sehingga perlu prioritas penanganan. Yang termasuk Kategori ini ada 4 desa yaitu:

 Desa Karangnangka, Kecamatan Raas  Desa Alas Malang, Kecamatan Raas  Desa Poteran, Kecamatan Raas  Desa Kombang, Kecamatan Talango Untuk desa miskin kategori merah (kelas terendah) ada 25 lokasi. Lokasi-lokasi ini tersebar di wilayah :

 Kecamatan Giligenting desa Lombang.  Kecamatan Talango : Desa Cabbiya  Kecamatan Raas yaitu desa : Desa Karopoh, Desa Karangnangka, Desa Alasmalang, Desa Tonduk, Desa Jungkat.  Kecamatan Sapeken : Desa Sapeken, Desa Paliat, Desa Sakata, Desa Sabunten.  Kecamatan Arjasa : Desa Gelaman, Desa Kalisangka, Desa Buddi, Desa Pabian.  Kecamatan Kangayan : Desa Kangayan, Desa Daandung, Desa Timur Janjang, Desa Jukong-jukong, Desa Batuputih, Desa Tembayang, Desa Cangkrimaan, Desa Saobi.

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN POLA PELAKSANAAN KEGIATAN Untuk prioritas pertama ini sistem yang akan dikembangkan ada 2 (dua) sistem yang akan diserahkan kepada masyarakat untuk memilih sistem yang digunakan dengan dilakukan proses pemberdayaan terlebih dahulu. Sistem yang akan ditawarkan ada 2 (dua) yaitu :  Sistem penampungan air hujan (PAH) dengan telaga/embung tiap desa /perdusun. Dilengkapi dengan IPA sederhana. Baru kemudian didistribusikan ke Hidrant Umum. Dimana 1 HU dipergunakan untuk 20 KK atau 1 RT. Untuk tahap 1 Sambungan Rumah akan dicoba untuk 20% pelanggan.  Sistem yang kedua adalah menggunakan air tanah dengan dipompa ke pelanggan seperti kondisi sambungan yang dibuatkan WSLIC saat ini, tetapi dengan jaringan perpipaan yang langsung ke rumah.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 43

Diharapkan dengan sudah adanya HU yang ada, nantinya bila terjadi kekeringan yang sudah masuk kategori bencana, HU-HU ini bisa difungsikan untuk menampung air dropping dari Pemerintah.

LOKASI PROGRAM UNTUK PRIORITAS KEDUA Prioritas kedua adalah lokasi dengan tingkat kemiskinan pada kategori kuning. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Lokasi –lokasi yang termasuk dalam katagori ini adalah :  Kecamatan Giligenting : Desa Banbaru, Desa Jate, Desa galis.  Kecamatan Talango : Desa Gapurana, Desa Poteran, Desa Palasa.  Kecamatan Raas: Desa Ketupat.  Kecamatan Sapeken : Desa Tanjungkiaok.  Kecamatan Arjasa : Desa Laok Jangjang.

LOKASI PROGRAM UNTUK PRIORITAS KETIGA Prioritas ketiga adalah lokasi dengan kondisi kemiskinan masyarakat diatas kategori kuning dan merah. Wilayah ini sampai saat ini tidak mengalami kekeringan. Tetapi akan berpotensi kering bila penduduk tidak dibantu mempermudah memperoleh air minum. Tetapi kondisi penduduk masih mampu mengadakan air sendiri karena tingkat ekonominya lebih baik. Lokasi-lokasi yang termasuk dalam kategori ini adalah :  Kecamatan Talango :Desa Talango  Kecamatan Nonggunong : Desa Talaga, Desa Sonok, Desa Sukarame Paseser, Desa Sukarame Timur, Desa Somber, Desa Tanah merah, Desa Nanggunong, Desa Rosong.  Kecamatan Raas : Desa Brakas , Desa Guwa-guwa.  Kecamatan Sapeken : Desa Pagerungan kecil, Desa Sepanjang, Desa Sasiil.  Kecamatan Masalembu : Desa Masalima , Desa Sukajeruk, Desa Karamian, Desa Masakambing.

B. Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Daratan Kabupaten Sumenep

B.1 Rencana sistem pelayanan Salah satu kebijakan yang pertama diambil dalam perencanaan pengembangan air minum di Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan adalah Cakupan Pelayanan. Cakupan pelayanan ini didasarkan pada dimensi keruangan pada masing-

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 44

masing wilayah di Kabupaten Sumenep. Dimensi keruangan yang dimaksud terdiri dari beberapa unsur yang menempati ruang mulai dari permukiman, hutan, sawah, tegalan, jalan dan bangunan-bangunan lainnya. Namun demikian, terkait dengan kebijakan pengembangan, cakupan pelayanan air minum ini diarahkan pada pelayanan permukiman yaitu pada lingkungan rumah beserta fasilitas pendukungnya. I. Kawasan Perkotaan Kawasan perkotaan merupakan kawasan dengan fungsi kegiatan utama sektor non agraris. Pada saat ini dan akan datang, fungsi kawasan perkotaan diarahkan pada pelayanan utama (RTRW Kab. Sumenep) baik dalam sektor perdagangan, sektor perindustrian, permukiman, fasilitas umum dan lain-lain. Dengan demikian kawasan perkotaan lebih diarahkan pelayanan air minum maksimum hingga 42 %. Kawasan perkotaan diarahkan pada penggunaan pelayanan air minum dari PDAM. II. Kawasan Perdesaan Kawasan perdesaan identik dengan sektor kegiatan agraris. Kawasan perdesaan di Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan lebih banyak menggunakan air untuk kepentingan agraris. Berdasarkan potensi sumber-sumber dan jaringan aliran sungai banyak tersebar di kawasan perdesaan. Dengan demikian, cakupan pelayanan untuk kawasan perdesaan selain menggunakan pelayanan PDAM, juga diarahkan pada pelayanan dengan HIPPAM, sumber-sumber air dan lain-lain (sumur bor, artesisi). Cakupan layanan air minum akan di jelaskan dalam tiap kecamatan Kabupaten Sumenep (wilayah daratan) di bawah ini. 1. Kecamatan Kota Sumenep Cakupan layanan air minum Kecamatan Kota Sumenep sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 6 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Kota Sumenep, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) Cakupan Belum PDAM HIPPAM SM Lainnya Terlayani Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Kolor 11218 85754 42877 14292 336528 4764 6453 2 Pabian 6968 53265 26633 8878 209032 2959 4009 3 Marengan Daya 2552 19507 9753 3251 76551 1084 1468 4 Kacongan 1751 13389 6695 2232 52543 744 1008 5 Paberasan 4887 37356 18678 6226 146596 2075 2811 6 Parsanga 6102 46644 23322 7774 183045 2591 3510 7 Bangkal 2785 21291 10645 3548 83552 1183 1602 8 Pangarangan 6110 46711 23356 7785 183312 2595 3515

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 45

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) Cakupan Belum PDAM HIPPAM SM Lainnya Terlayani Rencana Terlayani 9 Kepajin 5084 38868 19434 6478 152531 2159 2925 10 Pajagalan 6113 46731 23365 7788 183388 2596 3517 11 Bangselok 7682 58724 29362 9787 230452 3262 4419 12 Karangduak 5726 43774 21887 7296 171783 2432 3294 13 Pandian 6136 46905 23453 7818 184073 2606 3530 14 Pamolokan 9703 74178 37089 12363 291100 4121 5582 15 Kebunan 3413 26090 13045 4348 102385 1449 1963 16 Kebunagung 2848 21775 10888 3629 85454 1210 1639 JUMLAH 89077 680962 340481 113494 2672325 37831 51246 Sumber : Hasil Rencana Tahun 2008 Tabel 3. 7 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Kota Sumenep, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) Cakupan Belum PDAM HIPPAM SM Lainnya Terlayani Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Kolor 13674 104534 52267 17422 410226 5807 7867 2 Pabian 8494 64930 32465 10822 254808 3607 4886 3 Marengan Daya 3111 23779 11889 3963 93315 1321 1789 4 Kacongan 2135 16321 8161 2720 64050 907 1228 5 Paberasan 5957 45536 22768 7589 178700 2530 3427 6 Parsanga 7438 56858 28429 9476 223131 3159 4279 7 Bangkal 3395 25953 12977 4326 101849 1442 1953 8 Pangarangan 7449 56941 28471 9490 223456 3163 4285 9 Kepajin 6198 47380 23690 7897 185935 2632 3566 10 Pajagalan 7452 56965 28482 9494 223549 3165 4287 11 Bangselok 9364 71584 35792 11931 280920 3977 5387 12 Karangduak 6980 53360 26680 8893 209403 2964 4016 13 Pandian 7479 57177 28589 9530 224383 3177 4303 14 Pamolokan 11828 90423 45211 15070 354849 5023 6805 15 Kebunan 4160 31803 15902 5301 124807 1767 2393 16 Kebunagung 3472 26544 13272 4424 104168 1475 1998 JUMLAH 108585 830089 415044 138348 3257549 46116 62469 Sumber : Hasil Rencana Tahun 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Kota Sumenep sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 48% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 37,00% PDAM atau sebanyak 27.670 jiwa, 12,74% HIPPAM atau sebanyak 13.835 jiwa, dan 4,25% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 4.612 jiwa.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 46

Sedangkan penduduk di Kecamatan Kota Sumenep yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 57,53% atau sebanyak 62.469 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Kota Sumenep Tahun 2028 mendatang.

2. Kecamatan Pragaan Cakupan layanan air minum Kecamatan Pragaan sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 8 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Pragaan, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Jaddung 6089 46547 23273 7758 182665 2586 3503 2 Pragaan Laok 5833 44588 22294 7431 174979 2477 3356 3 Prenduan 16280 124457 62229 20743 488413 6914 9366 KAWASAN PERDESAAN 4 Sentol Laok 1120 3548 1774 591 33596 197 923 5 Larangan Perreng 5543 17562 8781 2927 166305 976 4568 6 Sentol Daya 4137 13106 6553 2184 124110 728 3409 7 Pakamban Daya 3824 12114 6057 2019 114712 673 3151 8 Pakamban Laok 2822 8940 4470 1490 84655 497 2325 9 Kaduara Timur 3597 11394 5697 1899 107902 633 2964 10 Sendang 1106 3504 1752 584 33177 195 911 11 Pragaan Daya 11238 35602 17801 5934 337137 1978 9260 12 Rombasan 1062 3363 1681 560 31846 187 875 13 Aeng Panas 5474 17341 8670 2890 164212 963 4510 14 Karduluk 13590 43055 21527 7176 407714 2392 11199 JUMLAH 81714 385119 192559 64186 2451423 21395 60319 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 9 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Pragaan, Tahun 2028

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Jaddung 7422 56740 28370 9457 222667 3152 4270 2 Pragaan Laok 7110 54353 27176 9059 213299 3020 4090 3 Prenduan 19846 151713 75856 25285 595372 8428 11417 KAWASAN PERDESAAN 4 Sentol Laok 1365 4325 2162 721 40953 240 1125 5 Larangan Perreng 6757 21408 10704 3568 202724 1189 5568 6 Sentol Daya 5043 15976 7988 2663 151290 888 4155 7 Pakamban Daya 4661 14766 7383 2461 139834 820 3841 8 Pakamban Laok 3440 10897 5449 1816 103194 605 2834 9 Kaduara Timur 4384 13890 6945 2315 131532 772 3613 10 Sendang 1348 4271 2135 712 40443 237 1111 11 Pragaan Daya 13699 43398 21699 7233 410968 2411 11288 12 Rombasan 1294 4099 2050 683 38820 228 1066

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 47

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 13 Aeng Panas 6672 21138 10569 3523 200173 1174 5498 14 Karduluk 16567 52483 26242 8747 497002 2916 13651 JUMLAH 99609 469458 234729 78243 2988270 26081 73528 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Pragaan sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 25% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 15,71% PDAM atau sebanyak 15.649 jiwa, 7,68% HIPPAM atau sebanyak 7.824 jiwa, dan 2,62% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 2.608 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Pragaan yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 73,82% atau sebanyak 73.528 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Pragaan Tahun 2028 mendatang.

3. Kecamatan Batu Putih Cakupan layanan air minum Kecamatan Batu Putih sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 10 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batu Putih, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batuputih Laok 6169 47157 23579 7860 185062 2620 3549 KAWASAN PERDESAAN 2 Larangan Barma 3874 12274 6137 2046 116234 682 3193 3 Batuputih Kenek 3783 11985 5993 1998 113495 666 3117 4 Aengmerah 5409 17136 8568 2856 162272 952 4457 5 Tengedan 2098 6645 3323 1108 62930 369 1728 6 Juruan Laok 6214 19687 9844 3281 186432 1094 5121 7 Juruan Daya 4836 15320 7660 2553 145074 851 3985 8 Badur 2071 6561 3281 1094 62131 365 1707 9 Gedang-gedang 3886 12311 6155 2052 116577 684 3202 10 Batuputih daya 5655 17915 8958 2986 169653 995 4660 11 Bantelan 3075 9743 4872 1624 92265 541 2534 12 larangan Kerta 2082 6597 3299 1100 62474 367 1716 13 Bulaan 3777 11965 5982 1994 113305 665 3112 14 Sergang 2514 7963 3982 1327 75410 442 2071 JUMLAH 55444 203261 101630 33877 1663312 11292 44151 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 48

Tabel 3. 11 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batu Putih, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batuputih Laok 7520 57485 28742 9581 225589 3194 4326 KAWASAN PERDESAAN 2 Larangan Barma 4723 14962 7481 2494 141689 831 3892 3 Batuputih Kenek 4612 14610 7305 2435 138350 812 3800 4 Aengmerah 6594 20889 10444 3481 197808 1160 5433 5 Tengedan 2557 8101 4050 1350 76712 450 2107 6 Juruan Laok 7575 23999 11999 4000 227259 1333 6242 7 Juruan Daya 5895 18675 9337 3112 176845 1037 4857 8 Badur 2525 7998 3999 1333 75738 444 2080 9 Gedang-gedang 4737 15006 7503 2501 142106 834 3903 10 Batuputih daya 6894 21839 10919 3640 206806 1213 5680 11 Bantelan 3749 11877 5938 1979 112470 660 3089 12 larangan Kerta 2538 8042 4021 1340 76155 447 2092 13 Bulaan 4604 14585 7293 2431 138118 810 3794 14 Sergang 3064 9707 4854 1618 91924 539 2525 JUMLAH 67586 247774 123887 41296 2027568 13765 53820 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Batu Putih sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 20% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 12,22% PDAM atau sebanyak 8.259 jiwa, 6,11% HIPPAM atau sebanyak 4.130 jiwa, dan 2,04% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 1.377 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Batu Putih yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 79,63% atau sebanyak 53.820 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Batu Putih Tahun 2028 mendatang.

4. Kecamatan Dasuk Cakupan layanan air minum Kecamatan Dasuk sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 12 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Dasuk, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Jelbudan 4096 31315 15658 5219 122893 1740 2357 2 Nyapar 2971 22716 11358 3786 89145 1262 1709 3 Kerta Timur 1843 14087 7044 2348 55283 783 1060

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 49

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERDESAAN 4 Bates 1918 6075 3037 1012 57527 337 1580 5 Bringin 4671 14798 7399 2466 140128 822 3849 6 Batubelah Barat 1933 6123 3062 1021 57984 340 1593 7 Batubelah Timur 1918 6075 3037 1012 57527 337 1580 8 Mantajun 3897 12347 6173 2058 116919 686 3211 9 Dasuk Laok 3135 9932 4966 1655 94053 552 2583 10 Dasuk Timur 919 2913 1456 485 27584 162 758 11 Dasuk Barat 1256 3978 1989 663 37667 221 1035 12 Kecer 2867 9084 4542 1514 86025 505 2363 13 Kerta Barat 1675 5308 2654 885 50260 295 1380 14 Semaan 2350 7445 3722 1241 70502 414 1936 15 Slopeng 2440 7730 3865 1288 73203 429 2011 JUMLAH 37890 159925 79962 26654 1136700 8885 29005 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 13 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Dasuk, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Jelbudan 4994 38173 19087 6362 149805 2121 2873 2 Nyapar 3622 27691 13845 4615 108667 1538 2084 3 Kerta Timur 2246 17172 8586 2862 67389 954 1292 KAWASAN PERDESAAN 4 Bates 2338 7405 3703 1234 70126 411 1926 5 Bringin 5694 18038 9019 3006 170815 1002 4692 6 Batubelah Barat 2356 7464 3732 1244 70682 415 1941 7 Batubelah Timur 2338 7405 3703 1234 70126 411 1926 8 Mantajun 4751 15051 7525 2508 142524 836 3915 9 Dasuk Laok 3822 12107 6054 2018 114650 673 3149 10 Dasuk Timur 1121 3551 1775 592 33625 197 924 11 Dasuk Barat 1531 4849 2424 808 45916 269 1261 12 Kecer 3495 11074 5537 1846 104864 615 2880 13 Kerta Barat 2042 6470 3235 1078 61267 359 1683 14 Semaan 2865 9075 4538 1513 85941 504 2361 15 Slopeng 2974 9423 4712 1571 89234 524 2451 JUMLAH 46188 194948 97474 32491 1385631 10830 35357 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Dasuk sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 50

layanannya hingga 23% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 14,04% PDAM atau sebanyak 6.498 jiwa, 7,03% HIPPAM atau sebanyak 3.249 jiwa, dan 2,34% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 1.083 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Dasuk yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 76,55% atau sebanyak 35.357 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Dasuk Tahun 2028 mendatang.

5. Kecamatan Kalianget Cakupan layanan air minum Kecamatan Kalianget sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 14 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Kalianget, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Kalianget Timur 15776 120599 60299 20100 473270 6700 9076 2 Kalianget Barat 12003 91755 45878 15293 360079 5098 6905 3 Kalimo'ok 4710 36008 18004 6001 141308 2000 2710 KAWASAN PERDESAAN 4 Kertasada 3892 12331 6165 2055 116767 685 3207 5 Marengan Laok 5290 16758 8379 2793 158695 931 4359 6 Karanganyar 3815 12086 6043 2014 114446 671 3143 7 Pinggir Papas 5864 18578 9289 3096 175931 1032 4832 JUMLAH 51350 308115 154057 51352 1540495 17117 34232 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 15 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Kalianget, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Kalianget Timur 19230 147009 73505 24502 576913 8167 11063 2 Kalianget Barat 14631 111849 55925 18642 438935 6214 8417 3 Kalimo'ok 5742 43894 21947 7316 172253 2439 3303 KAWASAN PERDESAAN 4 Kertasada 4745 15031 7515 2505 142338 835 3910 5 Marengan Laok 6448 20428 10214 3405 193448 1135 5313 6 Karanganyar 4650 14732 7366 2455 139509 818 3832 7 Pinggir Papas 7149 22647 11323 3774 214458 1258 5890 JUMLAH 62595 375590 187795 62598 1877855 20866 41729 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Kalianget sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 32% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 51

20% PDAM atau sebanyak 12.520 jiwa, 10% HIPPAM atau sebanyak 6.260 jiwa, dan 3,33% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 2.087 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Kalianget yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 66,66% atau sebanyak 41.729 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Kalianget Tahun 2028 mendatang.

6. Kecamatan Ambunten Cakupan layanan air minum Kecamatan Ambunten sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 16 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Ambunten, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Ambunten Tengah 6687 51123 25561 8520 200623 2840 3847 2 Ambunten Timur 6803 52005 26003 8668 204085 2889 3914 KAWASAN PERDESAAN 3 Ambunten Barat 3679 11656 5828 1943 110375 648 3032 4 Tambaagung Barat 1933 6123 3062 1021 57984 340 1593 5 Tambaagung Tengah 4548 14408 7204 2401 136437 800 3747 6 Tambaagung Ares 3338 10575 5287 1762 100140 587 2751 7 Sogian 3051 9667 4833 1611 91542 537 2514 8 Keles 3103 9832 4916 1639 93102 546 2557 9 Tambaagung Timur 2968 9402 4701 1567 89031 522 2445 10 Bukabu 2413 7646 3823 1274 72404 425 1989 11 Campor Barat 2935 9297 4649 1550 88041 517 2418 12 Campor Timur 1122 3556 1778 593 33672 198 925 13 Beluk Ares 1059 3355 1677 559 31769 186 873 14 Beluk kenek 2301 7288 3644 1215 69018 405 1896 15 Beluk Raja 4264 13508 6754 2251 127915 750 3513 JUMLAH 50205 219439 109719 36573 1506139 12191 38014 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 17 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Ambunten, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Ambunten Tengah 8152 62318 31159 10386 244559 3462 4690 2 Ambunten Timur 8293 63394 31697 10566 248779 3522 4771 KAWASAN PERDESAAN 3 Ambunten Barat 4485 14208 7104 2368 134547 789 3696 4 Tambaagung Barat 2356 7464 3732 1244 70682 415 1941 5 Tambaagung Tengah 5544 17563 8782 2927 166316 976 4568 6 Tambaagung Ares 4069 12891 6445 2148 122071 716 3353 7 Sogian 3720 11784 5892 1964 111589 655 3065 8 Keles 3783 11985 5992 1997 113490 666 3117

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 52

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 9 Tambaagung Timur 3618 11461 5730 1910 108528 637 2981 10 Bukabu 2942 9320 4660 1553 88260 518 2424 11 Campor Barat 3577 11333 5667 1889 107322 630 2948 12 Campor Timur 1368 4334 2167 722 41046 241 1127 13 Beluk Ares 1291 4090 2045 682 38727 227 1064 14 Beluk kenek 2804 8884 4442 1481 84132 494 2311 15 Beluk Raja 5198 16466 8233 2744 155928 915 4283 JUMLAH 61199 267495 133747 44582 1835975 14861 46338 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Ambunten sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 24% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 14,57% PDAM atau sebanyak 8.916 jiwa, 7,28% HIPPAM atau sebanyak 4.486 jiwa, dan 2,43% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 1.486 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Ambunten yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 75,72% atau sebanyak 46.338 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Ambunten Tahun 2028 mendatang.

7. Kecamatan Manding Cakupan layanan air minum Kecamatan Manding sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 18 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Manding, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Manding Laok 3684 28165 14082 4694 110527 1565 2120 2 Manding Daya 2193 16763 8382 2794 65784 931 1262 3 Manding Ltimur 3448 26361 13181 4394 103450 1465 1984 KAWASAN PERDESAAN 4 Giring 4485 14207 7103 2368 134535 789 3695 5 Gadding 4443 14074 7037 2346 133280 782 3661 6 Tenonan 3366 10663 5332 1777 100977 592 2774 7 Lanjuk 2848 9024 4512 1504 85454 501 2347 8 Kasengan 3654 11575 5788 1929 109614 643 3011 9 Gunung Kembar 2536 8036 4018 1339 76095 446 2090 10 Jabaan 2566 8128 4064 1355 76970 452 2114 11 Lalangon 2047 6485 3242 1081 61408 360 1687 JUMLAH 35270 153481 76740 25580 1058094 8527 26743 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 53

Tabel 3. 19 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Manding, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Manding Laok 4491 34332 17166 5722 134732 1907 2584 2 Manding Daya 2673 20434 10217 3406 80190 1135 1538 3 Manding Ltimur 4204 32134 16067 5356 126106 1785 2418 KAWASAN PERDESAAN 4 Giring 5467 17318 8659 2886 163998 962 4504 5 Gadding 5416 17157 8578 2859 162467 953 4462 6 Tenonan 4103 12998 6499 2166 123091 722 3381 7 Lanjuk 3472 11000 5500 1833 104168 611 2861 8 Kasengan 4454 14110 7055 2352 133619 784 3670 9 Gunung Kembar 3092 9795 4898 1633 92759 544 2548 10 Jabaan 3128 9908 4954 1651 93826 550 2577 11 Lalangon 2495 7905 3952 1317 74856 439 2056 JUMLAH 42994 187092 93546 31182 1289811 10394 32600 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun Lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Manding sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 24% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 14,51% PDAM atau sebanyak 6.236 jiwa, 7,25% HIPPAM atau sebanyak 3.118 jiwa, dan 2,42% swadaya masyarakat lainnya atau sebanyak 1.039 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Manding yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 75,82% atau sebanyak 32.600 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Manding Tahun 2028 mendatang. Lebih jelasnya disajikan grafik perkembangan cakupan layanan air minum dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2028 di bawah ini.

8. Kecamatan Batang-Batang Cakupan layanan air minum Keamatan Batang-batang sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 20 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batang-Batang, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batang-batang Daya 7661 58569 29284 9761 229843 3254 4408 2 Batang-batang Laok 5834 44598 22299 7433 175017 2478 3356 KAWASAN PERDESAAN 3 Totosan 2903 9197 4598 1533 87090 511 2392 4 Banuaju Barat 3386 10727 5364 1788 101586 596 2790 5 Banuaju Timur 2651 8397 4199 1400 79519 467 2184

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 54

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 6 Pajanangger 3471 10997 5498 1833 104135 611 2860 7 Nyabakan Timur 6930 21953 10977 3659 207890 1220 5710 8 Lombang 979 3102 1551 517 29372 172 807 9 Bilangan 1159 3672 1836 612 34775 204 955 10 Dapenda 5316 16843 8421 2807 159494 936 4381 11 Legung Timur 6589 20872 10436 3479 197655 1160 5429 12 Legung Barat 2539 8044 4022 1341 76171 447 2092 13 Jangkong 1333 4223 2111 704 39988 235 1098 14 Nyabakan Barat 5834 18482 9241 3080 175017 1027 4807 15 Tamedung 6036 19121 9560 3187 181067 1062 4973 16 Kolpo 5322 16859 8429 2810 159646 937 4385 JUMLAH 67942 275654 137827 45942 2038267 15314 52628 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 21 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batang-Batang, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batang-batang Daya 9339 71395 35697 11899 280178 3966 5373 2 Batang-batang Laok 7112 54365 27182 9061 213345 3020 4091 KAWASAN PERDESAAN 3 Totosan 3539 11211 5605 1868 106162 623 2916 4 Banuaju Barat 4128 13077 6538 2179 123833 726 3401 5 Banuaju Timur 3231 10236 5118 1706 96933 569 2662 6 Pajanangger 4231 13405 6702 2234 126940 745 3487 7 Nyabakan Timur 8447 26761 13380 4460 253417 1487 6961 8 Lombang 1193 3781 1890 630 35805 210 983 9 Bilangan 1413 4476 2238 746 42391 249 1164 10 Dapenda 6481 20531 10266 3422 194422 1141 5340 11 Legung Timur 8031 25443 12722 4241 240941 1414 6618 12 Legung Barat 3095 9805 4903 1634 92852 545 2550 13 Jangkong 1625 5147 2574 858 48745 286 1339 14 Nyabakan Barat 7112 22529 11265 3755 213345 1252 5860 15 Tamedung 7357 23308 11654 3885 220720 1295 6062 16 Kolpo 6487 20551 10275 3425 194608 1142 5345 JUMLAH 82821 336021 168011 56004 2484637 18668 64153 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Batang- batang sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 22% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 13,52% PDAM atau sebanyak 11.201 jiwa, 6,76% HIPPAM atau sebanyak 5.600 jiwa, dan 2,25% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.867 jiwa.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 55

Sedangkan penduduk di Kecamatan Batang-batang yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 77,46% atau sebanyak 64.153 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Batang-batang Tahun 2028 mendatang.

9. Kecamatan Ganding Cakupan layanan air minum Kecamatan Ganding sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 22 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Ganding, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Ketawang Parebaan 2452 18741 9370 3123 73545 1041 1410 2 Ketawang Larangan 3328 25440 12720 4240 99836 257 3071 3 Ketawang Daleman 3039 23230 11615 3872 91161 235 2804 4 Ketawang Karay 5844 44675 22338 7446 175322 452 5393 KAWASAN PERDESAAN 5 Rombiya Timur 4019 12732 6366 2122 120572 445 3574 6 Talaga 3481 11029 5514 1838 104440 385 3096 7 Bilapora Barat 1729 5476 2738 913 51858 191 1537 8 Bilapora Timur 1778 5633 2816 939 53342 197 1581 9 Ganding 4375 13861 6931 2310 131263 484 3891 10 Gadu Timur 5660 17931 8966 2989 169805 626 5034 11 Gadu Barat 6504 20603 10302 3434 195106 720 5784 12 Bataal Barat 2349 7441 3720 1240 70464 260 2089 13 Bataal Timur 2039 6461 3230 1077 61180 226 1814 14 Rombiya Barat 1744 5524 2762 921 52315 193 1551 JUMLAH 48340 218779 109389 36463 1450209 5712 42629

Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 23 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Ganding, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Ketawang Parebaan 2988 22845 11422 3807 89651 1269 1719 2 Ketawang Larangan 4057 31011 15506 5169 121700 313 3743 3 Ketawang Daleman 3704 28317 14158 4719 111125 286 3418 4 Ketawang Karay 7124 54459 27230 9077 213716 550 6573 KAWASAN PERDESAAN 5 Rombiya Timur 4899 15521 7760 2587 146976 542 4357 6 Talaga 4244 13444 6722 2241 127311 470 3774 7 Bilapora Barat 2107 6676 3338 1113 63215 233 1874 8 Bilapora Timur 2167 6867 3433 1144 65024 240 1928 9 Ganding 5334 16897 8448 2816 160009 590 4743

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 56

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 10 Gadu Timur 6900 21858 10929 3643 206991 764 6136 11 Gadu Barat 7928 25115 12558 4186 237834 877 7050 12 Bataal Barat 2863 9070 4535 1512 85895 317 2546 13 Bataal Timur 2486 7875 3938 1313 74578 275 2211 14 Rombiya Barat 2126 6734 3367 1122 63772 235 1890 JUMLAH 58927 266690 133345 44448 1767797 6962 51964 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Ganding sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 25% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 15,09% PDAM atau sebanyak 8.890 jiwa, 7,54% HIPPAM atau sebanyak 4.445 jiwa, dan 2,51% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.482 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Ganding yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 74,86% atau sebanyak 44.110 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Ganding Tahun 2028 mendatang.

10. Kecamatan Lenteng Cakupan layanan air minum Kecamatan Lenteng sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 24 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Lenteng, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Lenteng Timur 5195 39712 19856 6619 155842 2206 2989 2 Lembung Timur 1541 11780 5890 1963 46227 654 886 3 Banaserep Timur 2323 17762 8881 2960 69703 987 1337 KAWASAN PERDESAAN 4 Moncek Timur 2601 8240 4120 1373 78035 458 2143 5 Banaserep Barat 1853 5870 2935 978 55587 326 1527 6 Lembung Barat 5012 15878 7939 2646 150363 882 4130 7 Moncek Barat 4543 14392 7196 2399 136285 800 3743 8 Moncek Tengah 5353 16959 8480 2827 160597 942 4411 9 Kambingan Barat 1431 4532 2266 755 42917 252 1179 10 Taroga 1049 3323 1661 554 31465 185 864 11 Poreh 4392 13914 6957 2319 131758 773 3619 12 Cangkreng 3187 10097 5048 1683 95613 561 2626 13 Medelan 3565 11294 5647 1882 106951 627 2938 14 Sendir 1229 3893 1947 649 36868 216 1013

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 57

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 15 Daramista 3386 10727 5364 1788 101586 596 2790 16 Jambu 1732 5488 2744 915 51973 305 1428 17 Ellak Daya 4537 14372 7186 2395 136095 798 3738 18 Ellak Laok 3568 11302 5651 1884 107027 628 2940 19 Bilaporareba 7970 25248 12624 4208 239089 1403 6567 20 Lenteng Barat 12930 40961 20481 6827 387892 2276 10654 JUMLAH 77396 285743 142872 47624 2321872 15875 61521 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 25 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Lenteng, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Lenteng Timur 6332 48408 24204 8068 189970 2689 3643 2 Lembung Timur 1878 14359 7180 2393 56351 798 1081 3 Banaserep Timur 2832 21651 10826 3609 84967 1203 1629 KAWASAN PERDESAAN 4 Moncek Timur 3171 10045 5023 1674 95124 558 2613 5 Banaserep Barat 2259 7155 3578 1193 67760 398 1861 6 Lembung Barat 6110 19356 9678 3226 183291 1075 5034 7 Moncek Barat 5538 17543 8772 2924 166131 975 4563 8 Moncek Tengah 6526 20673 10337 3446 195767 1149 5377 9 Kambingan Barat 1744 5525 2762 921 52316 307 1437 10 Taroga 1279 4050 2025 675 38356 225 1054 11 Poreh 5354 16961 8480 2827 160612 942 4411 12 Cangkreng 3885 12308 6154 2051 116551 684 3201 13 Medelan 4346 13767 6884 2295 130372 765 3581 14 Sendir 1498 4746 2373 791 44942 264 1234 15 Daramista 4128 13077 6538 2179 123833 726 3401 16 Jambu 2112 6690 3345 1115 63354 372 1740 17 Ellak Daya 5530 17519 8759 2920 165899 973 4557 18 Ellak Laok 4349 13777 6889 2296 130465 765 3583 19 Bilaporareba 9715 30777 15388 5129 291448 1710 8005 20 Lenteng Barat 15761 49932 24966 8322 472838 2774 12987 JUMLAH 94345 348320 174160 58053 2830349 19351 74994 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Lenteng sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 20% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 12,31% PDAM atau sebanyak 11.611 jiwa, 6,15% HIPPAM atau sebanyak 5.805 jiwa, dan 2,05% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.935 jiwa.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 58

Sedangkan penduduk di Kecamatan Lenteng yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 79,49% atau sebanyak 74.994 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Lenteng Tahun 2028 mendatang.

11. Kecamatan Bluto Cakupan layanan air minum Kecamatan Bluto sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 26 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Bluto, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Bungbungan 2596 19846 9923 3308 77883 1103 1494 2 Bluto 3125 23889 11944 3981 93748 1327 1798 KAWASAN PERDESAAN 3 Aengdake 4019 12732 6366 2122 120572 707 3312 4 Pakandangan Sangrah 3318 10511 5255 1752 99532 584 2734 5 Pakandangan Tengah 2032 6436 3218 1073 60952 358 1674 6 Pakandangan Barat 4741 15018 7509 2503 142221 834 3906 7 Kapedi 9067 28723 14362 4787 272000 1596 7471 8 Guluk Manjung 2336 7401 3700 1233 70083 411 1925 9 Sera Barat 2510 7951 3976 1325 75296 442 2068 10 Sera Tengah 1149 3640 1820 607 34471 202 947 11 Sera Timur 2127 6738 3369 1123 63805 374 1753 12 Karang Cempaka 2288 7248 3624 1208 68637 403 1885 13 Aengbaja Raja 2364 7489 3745 1248 70920 416 1948 14 Aengbaja Kenek 3911 12391 6195 2065 117338 688 3223 15 Polongan 2359 7473 3737 1246 70768 415 1944 16 Masaran 1711 5420 2710 903 51326 301 1410 17 Gingging 2081 6593 3297 1099 62436 366 1715 18 Gilang 865 2740 1370 457 25948 152 713 19 Errabu 1668 5283 2642 881 50032 294 1374 20 Lobuk 5409 17136 8568 2856 162272 952 4457 JUMLAH 59675 214660 107330 35777 1790237 11926 47749 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 27 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Bluto, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Bungbungan 3165 24192 12096 4032 94939 1344 1821 2 Bluto 3809 29121 14560 4853 114279 1618 2191 KAWASAN PERDESAAN 3 Aengdake 4899 15521 7760 2587 146976 862 4037 4 Pakandangan Sangrah 4044 12812 6406 2135 121328 712 3332 5 Pakandangan Tengah 2477 7846 3923 1308 74300 436 2041 6 Pakandangan Barat 5779 18307 9154 3051 173366 1017 4762 7 Kapedi 11052 35013 17507 5836 331566 1945 9107 8 Guluk Manjung 2848 9021 4511 1504 85431 501 2347

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 59

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 9 Sera Barat 3059 9692 4846 1615 91785 538 2521 10 Sera Tengah 1401 4437 2219 740 42020 247 1154 11 Sera Timur 2593 8213 4107 1369 77778 456 2136 12 Karang Cempaka 2789 8835 4418 1473 83668 491 2298 13 Aengbaja Raja 2882 9129 4565 1522 86451 507 2375 14 Aengbaja Kenek 4768 15104 7552 2517 143034 839 3929 15 Polongan 2876 9110 4555 1518 86266 506 2369 16 Masaran 2086 6607 3303 1101 62566 367 1718 17 Gingging 2537 8037 4019 1340 76109 447 2090 18 Gilang 1054 3340 1670 557 31631 186 869 19 Errabu 2033 6440 3220 1073 60989 358 1675 20 Lobuk 6594 20889 10444 3481 197808 1160 5433 JUMLAH 72743 261669 130835 43612 2182289 14537 58206 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Bluto sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 20% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 11,99% PDAM atau sebanyak 8.722 jiwa, 6% HIPPAM atau sebanyak 4.361 jiwa, dan 2% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.454 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Bluto yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 80,02% atau sebanyak 58.206 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Bluto Tahun 2028 mendatang.

12. Kecamatan Saronggi Cakupan layanan air minum Kecamatan Saronggi sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 28 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Saronggi, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Seronggi 2904 22202 11101 3700 87128 1233 1671 2 Tanah Merah 4033 30831 15415 5138 120990 1713 2320 KAWASAN PERDESAAN 3 Aeng Tongtong 1942 6151 3076 1025 58250 342 1600 4 Juluk 3621 11471 5735 1912 108625 637 2984 5 Langsar 3880 12290 6145 2048 116387 683 3197 6 Pagarbatu 6124 19402 9701 3234 183730 1078 5046 7 Tanjung 4298 13616 6808 2269 128942 756 3542 8 Kebundadap Timur 3806 12057 6029 2010 114180 670 3136 9 Kebundadap Barat 2076 6577 3289 1096 62283 365 1711 10 Saroka 2860 9060 4530 1510 85797 503 2357 11 Nambakor 1764 5589 2794 931 52924 310 1454 12 Muangan 1110 3516 1758 586 33291 195 914

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 60

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 13 Talang 6629 21001 10500 3500 198873 1167 5462 14 Kambingan Timur 1022 3238 1619 540 30666 180 842 JUMLAH 46069 177002 88501 29500 1382066 9833 36235 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 29 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Saronggi, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Seronggi 3540 27064 13532 4511 106209 1504 2037 2 Tanah Merah 4916 37582 18791 6264 147486 2088 2828 KAWASAN PERDESAAN 3 Aeng Tongtong 2367 7498 3749 1250 71007 417 1950 4 Juluk 4414 13983 6991 2330 132413 777 3637 5 Langsar 4729 14982 7491 2497 141875 832 3897 6 Pagarbatu 7466 23651 11825 3942 223966 1314 6152 7 Tanjung 5239 16598 8299 2766 157180 922 4317 8 Kebundadap Timur 4639 14698 7349 2450 139185 817 3823 9 Kebundadap Barat 2531 8017 4009 1336 75923 445 2085 10 Saroka 3486 11044 5522 1841 104586 614 2873 11 Nambakor 2150 6813 3406 1135 64514 378 1772 12 Muangan 1353 4285 2143 714 40582 238 1115 13 Talang 8081 25600 12800 4267 242425 1422 6659 14 Kambingan Timur 1246 3948 1974 658 37382 219 1027 JUMLAH 56158 215764 107882 35961 1684731 11987 44171 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Saronggi sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 20% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 12,81% PDAM atau sebanyak 7.192 jiwa, 6,40% HIPPAM atau sebanyak 3.596 jiwa, dan 2,13% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.199 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Saronggi yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 78,65% atau sebanyak 44.171 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Saronggi Tahun 2028 mendatang.

13. Kecamatan Batuan Cakupan layanan air minum Kecamatan Batuan sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 61

Tabel 3. 30 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batuan, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batuan 5520 42198 21099 7033 165599 2344 3176 2 Torbang 2225 17011 8506 2835 66759 945 1280 3 Glugur 1127 8616 4308 1436 33812 479 648 4 Babbalan 1816 13884 6942 2314 54486 771 1045 5 Patian 1146 8763 4381 1460 34388 487 659 6 Gedungan 1299 9928 4964 1655 38960 552 747 7 Gung-gung 1743 13328 6664 2221 52303 740 1003 JUMLAH 14877 113728 56864 18955 446306 6318 8559 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 31 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Batuan, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Batuan 6729 51439 25720 8573 201864 2858 3871 2 Torbang 2713 20737 10368 3456 81378 1152 1561 3 Glugur 1374 10503 5251 1750 41216 583 790 4 Babbalan 2214 16925 8462 2821 66418 940 1274 5 Patian 1397 10682 5341 1780 41919 593 804 6 Gedungan 1583 12102 6051 2017 47492 672 911 7 Gung-gung 2125 16247 8123 2708 63757 903 1223 JUMLAH 18135 138634 69317 23106 544045 7702 10433 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Batuan sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 41% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 25,48% PDAM atau sebanyak 4.621 jiwa, 12,74% HIPPAM atau sebanyak 2.311 jiwa, dan 4,25% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 770 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Batuan yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 57,53% atau sebanyak 10.433 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Batuan Tahun 2028 mendatang.

14. Kecamatan Rubaru Cakupan layanan air minum Kecamatan Rubaru sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 62

Tabel 3. 32 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Rubaru, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Rubaru 4081 31199 15600 5200 122436 1733 2348 KAWASAN PERDESAAN 2 Mandala 5772 18285 9142 3047 173153 1016 4756 3 Karangnangka 4159 13174 6587 2196 124757 732 3427 4 Pakondang 5844 18514 9257 3086 175322 1029 4816 5 Matanair 5598 17735 8867 2956 167941 985 4613 6 Tambak Sari 2859 9056 4528 1509 85759 503 2356 7 Banasare 3777 11965 5982 1994 113305 665 3112 8 Bunbarat 2638 8357 4179 1393 79138 464 2174 9 Kalebengan 3432 10872 5436 1812 102956 604 2828 10 Basoka 5299 16786 8393 2798 158961 933 4366 11 Duko 3930 12451 6226 2075 117908 692 3239 JUMLAH 47388 168395 84197 28066 1421636 9355 38033 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 33 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Rubaru, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Rubaru 4975 38032 19016 6339 149249 2113 2862 KAWASAN PERDESAAN 2 Mandala 7036 22289 11145 3715 211073 1238 5797 3 Karangnangka 5069 16059 8030 2677 152078 892 4177 4 Pakondang 7124 22568 11284 3761 213716 1254 5870 5 Matanair 6824 21618 10809 3603 204719 1201 5623 6 Tambak Sari 3485 11039 5520 1840 104539 613 2871 7 Banasare 4604 14585 7293 2431 138118 810 3794 8 Bunbarat 3216 10187 5094 1698 96469 566 2650 9 Kalebengan 4183 13253 6627 2209 125503 736 3447 10 Basoka 6459 20462 10231 3410 193773 1137 5322 11 Duko 4791 15178 7589 2530 143730 843 3948 JUMLAH 57766 205272 102636 34212 1732966 11404 46362

Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Rubaru sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 19% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 63

11,85% PDAM atau sebanyak 6.842 jiwa, 5,92% HIPPAM atau sebanyak 3.421 jiwa, dan 1,97% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.140 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Rubaru yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 80,26% atau sebanyak 46.362 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Rubaru Tahun 2028 mendatang.

15. Kecamatan Gapura Cakupan layanan air minum Kecamatan Gapura sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 34 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Gapura, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Panagan 1475 11276 5638 1879 44249 626 849 2 Gapura Barat 4515 34515 17257 5752 135448 1917 2597 3 Gapura Tengah 2477 18935 9467 3156 74306 1052 1425 KAWASAN PERDESAAN 4 Baban 2477 7847 3923 1308 74306 436 2041 5 Batudinding 2140 6778 3389 1130 64186 377 1763 6 Banjar Barat 3069 9723 4862 1621 92074 540 2529 7 Banjar Timur 1542 4886 2443 814 46265 271 1271 8 Palokloan 2729 8646 4323 1441 81878 480 2249 9 Gersik Putih 1436 4548 2274 758 43069 253 1183 10 Poja 1453 4604 2302 767 43602 256 1198 11 Beraji 2119 6714 3357 1119 63577 373 1746 12 Karangbudi 3102 9828 4914 1638 93064 546 2556 13 Mandala 847 2684 1342 447 25416 149 698 14 Gapura Timur 3911 12391 6195 2065 117338 688 3223 15 Andulang 4039 12797 6398 2133 121181 711 3328 16 Longos 6356 20137 10069 3356 190693 1119 5238 17 Grujugan 4452 14102 7051 2350 133546 783 3668 JUMLAH 48140 190410 95205 31735 1444198 10578 37562 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 35 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Gapura, Tahun 2028

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Panagan 1798 13745 6872 2291 53939 764 1034 2 Gapura Barat 5504 42073 21037 7012 165111 2337 3166 3 Gapura Tengah 3019 23081 11541 3847 90579 1282 1737 KAWASAN PERDESAAN 4 Baban 3019 9565 4783 1594 90579 531 2488 5 Batudinding 2608 8262 4131 1377 78242 459 2149

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 64

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 6 Banjar Barat 3741 11852 5926 1975 112238 658 3083 7 Banjar Timur 1880 5956 2978 993 56397 331 1549 8 Palokloan 3327 10540 5270 1757 99808 586 2741 9 Gersik Putih 1750 5544 2772 924 52501 308 1442 10 Poja 1772 5613 2806 935 53151 312 1460 11 Beraji 2583 8184 4092 1364 77500 455 2129 12 Karangbudi 3781 11980 5990 1997 113444 666 3116 13 Mandala 1033 3272 1636 545 30981 182 851 14 Gapura Timur 4768 15104 7552 2517 143034 839 3929 15 Andulang 4924 15599 7800 2600 147718 867 4057 16 Longos 7748 24547 12274 4091 232454 1364 6385 17 Grujugan 5426 17191 8595 2865 162792 955 4471 JUMLAH 58682 232108 116054 38685 1760469 12895 45787 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Gapura sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 20% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 13,18% PDAM atau sebanyak 7.737 jiwa, 6,59% HIPPAM atau sebanyak 3.868 jiwa, dan 2,20% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.289 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Gapura yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 78,03% atau sebanyak 45.787 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Gapura Tahun 2028 mendatang.

16. Kecamatan Pasongsongan Cakupan layanan air minum Kecamatan Pasongsongan sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 36 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Pasongsongan, Tahun 2018

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Pasongsongan 3777 28872 14436 4812 113305 1604 2173 2 Panaongan 2638 20166 10083 3361 79138 1120 1518 KAWASAN PERDESAAN 3 Campaka 4159 31791 15895 5298 124757 1766 2392 4 Rajun 4159 13174 6587 2196 124757 732 3427 5 Lebeng Timur 5844 18514 9257 3086 175322 1029 4816 6 Lebeng Barat 5598 17735 8867 2956 167941 985 4613 7 Soddara 2859 9056 4528 1509 85759 503 2356

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 65

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 8 Montorna 5299 16786 8393 2798 158961 933 4366 9 Prancak 5772 18285 9142 3047 173153 1016 4756 10 Padangdangan 3432 10872 5436 1812 102956 604 2828 JUMLAH 43535 185251 92626 30875 1306048 10292 33243 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 37 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Pasongsongan, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Pasongsongan 4604 35195 17598 5866 138118 1955 2649 2 Panaongan 3216 24582 12291 4097 96469 1366 1850 KAWASAN PERDESAAN 3 Campaka 5069 38753 19376 6459 152078 2153 2916 4 Rajun 5069 16059 8030 2677 152078 892 4177 5 Lebeng Timur 7124 22568 11284 3761 213716 1254 5870 6 Lebeng Barat 6824 21618 10809 3603 204719 1201 5623 7 Soddara 3485 11039 5520 1840 104539 613 2871 8 Montorna 6459 20462 10231 3410 193773 1137 5322 9 Prancak 7036 22289 11145 3715 211073 1238 5797 10 Padangdangan 4183 13253 6627 2209 125503 736 3447 JUMLAH 53069 225820 112910 37637 1592065 12546 40523 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Pasongsongan sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 22% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 14,18% PDAM atau sebanyak 7.527 jiwa, 7,09% HIPPAM atau sebanyak 3.764 jiwa, dan 2,36% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.255 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Pasongsongan yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 76,36% atau sebanyak 40.523 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Pasongsongan Tahun 2028 mendatang.

17. Kecamatan Guluk-Guluk Cakupan layanan air minum Kecamatan Guluk-guluk sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 66

Tabel 3. 38 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Guluk-Guluk, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) NO DESA ∑ KK (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Guluk-guluk 19424 148492 74246 24749 582732 8250 11175 2 Ketawang Laok 2569 19642 9821 3274 77084 199 2371 KAWASAN PERDESAAN 3 Pordapor 3413 10812 5406 1802 102385 378 3035 4 Bakeong 6302 19964 9982 3327 189057 697 5605 5 Payudan Dundang 3786 11993 5997 1999 113571 419 3367 6 Pananggungan 1122 3556 1778 593 33672 124 998 7 bragung 11297 35790 17895 5965 338925 1250 10047 8 Tambuko 3131 9920 4960 1653 93939 347 2785 9 Payudan Nangger 2453 7770 3885 1295 73583 271 2181 10 Payudan Daleman 3395 10756 5378 1793 101852 376 3019 11 Payudan Karangsokon 2777 8799 4399 1466 83323 307 2470 12 Batuampar 7093 22471 11236 3745 212798 785 6308 JUMLAH 66764 309966 154983 51661 2002922 13402 53362 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Tabel 3. 39 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Guluk-Guluk, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) NO DESA ∑ KK (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Guluk-guluk 23678 181011 90505 30168 710347 10056 13622 2 Ketawang Laok 3132 23944 11972 3991 93965 242 2890 KAWASAN PERDESAAN 3 Pordapor 4160 13180 6590 2197 124807 460 3700 4 Bakeong 7682 24336 12168 4056 230459 850 6832 5 Payudan Dundang 4615 14620 7310 2437 138442 511 4104 6 Pananggungan 1368 4334 2167 722 41046 151 1217 7 bragung 13772 43628 21814 7271 413148 1524 12248 8 Tambuko 3817 12092 6046 2015 114511 422 3395 9 Payudan Nangger 2990 9472 4736 1579 89698 331 2659 10 Payudan Daleman 4139 13111 6556 2185 124158 458 3681 11 Payudan Karangsokon 3386 10726 5363 1788 101571 375 3011 12 Batuampar 8647 27393 13696 4565 259400 957 7690 JUMLAH 81385 377847 188924 62975 2441550 16338 65047 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Guluk- guluk sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 27% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 67

15,48% PDAM atau sebanyak 12.595 jiwa, 7,74% HIPPAM atau sebanyak 6.297 jiwa, dan 2,58% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 2.099 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Guluk-guluk yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 74,21% atau sebanyak 60.394 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Guluk-guluk Tahun 2028 mendatang.

18. Kecamatan Dungkek Cakupan layanan air minum Kecamatan Dungkek sampai dengan tahun 2028 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. 40 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Dungkek, Tahun 2018 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Dungkek 4671 35707 17854 5951 140128 1984 2687 2 Lapalaok 2673 20437 10219 3406 80204 1135 1538 KAWASAN PERDESAAN 3 Rombean Rana 1839 5826 2913 971 55169 324 1515 4 Rombean Guna 4937 15641 7821 2607 148118 869 4068 5 Bicabi 3874 12274 6137 2046 116234 682 3193 6 Jadung 3892 12331 6165 2055 116767 685 3207 7 Rombean Barat 1901 6023 3011 1004 57033 335 1567 8 Lapadaya 1094 3467 1734 578 32835 193 902 9 Lapataman 2748 8707 4353 1451 82448 484 2265 10 Bungin-bungin 424 1342 671 224 12708 75 349 11 Bunpenang 2051 6497 3248 1083 61522 361 1690 12 Tamansare 2713 8594 4297 1432 81383 477 2235 13 Candi 3138 9940 4970 1657 94129 552 2585 14 Bancamara 6547 20740 10370 3457 196400 1152 5394 15 Banraas 4933 15629 7815 2605 148004 868 4065 JUMLAH 47436 183155 91578 30526 1423081 10175 37261 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Tabel 3. 41 Cakupan Pelayanan Air Minum Kec. Dungkek, Tahun 2028 Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani KAWASAN PERKOTAAN 1 Dungkek 5694 43527 21764 7255 170815 2418 3276 2 Lapalaok 3259 24913 12457 4152 97768 1384 1875 KAWASAN PERDESAAN 3 Rombean Rana 2242 7102 3551 1184 67250 395 1847 4 Rombean Guna 6018 19067 9533 3178 180555 1059 4959 5 Bicabi 4723 14962 7481 2494 141689 831 3892 6 Jadung 4745 15031 7515 2505 142338 835 3910 7 Rombean Barat 2317 7342 3671 1224 69523 408 1910

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 68

Layanan Air minum (Lt/Org/Hr) ∑ Layanan (jiwa) No Desa ∑ Penduduk (Jiwa) SM Cakupan Belum PDAM HIPPAM Terlayani Lainnya Rencana Terlayani 8 Lapadaya 1334 4227 2113 704 40025 235 1099 9 Lapataman 3350 10613 5307 1769 100504 590 2761 10 Bungin-bungin 516 1636 818 273 15491 91 425 11 Bunpenang 2500 7920 3960 1320 74995 440 2060 12 Tamansare 3307 10476 5238 1746 99206 582 2725 13 Candi 3825 12117 6058 2019 114743 673 3152 14 Bancamara 7980 25282 12641 4214 239410 1405 6576 15 Banraas 6014 19052 9526 3175 180416 1058 4955 JUMLAH 57824 223265 111633 37211 1734728 12404 45421 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Cakupan layanan air minum yang dalam hal ini di kelola oleh PDAM, HIPPAM, maupun lembaga yang dikelola oleh swadaya masyarakat di Kecamatan Dungkek sampai dengan tahun 2028 berdasarkan tabel di atas direncakan kenaikan layanannya hingga 22% selama 20 (dua puluh) tahun ke depan, yang terbagi dalam 12,87% PDAM atau sebanyak 7.442 jiwa, 6,44% HIPPAM atau sebanyak 3.721 jiwa, dan 2,15% swadaya masyarakat Lainnya atau sebanyak 1.240 jiwa. Sedangkan penduduk di Kecamatan Dungkek yang belum terlayani dari ketiga layanan air minum di Kabupaten Sumenep sebanyak 78,55% atau sebanyak 45.421 jiwa, dari prakiraan penduduk di Kecamatan Dungkek Tahun 2028 mendatang.

B.2 Rencana Pengembangan SPAM  Rencana Umum Rencana umum penyediaan air minum dengan menggunakan bahan baku dari sumber air, ditentukan dengan menetapkan zona pelayanan. Zona pengembangan ini didasarkan pada potensi sumber-sumber air yang tersebar dalam masing-masing wilayah di Kabupaten Sumenep. Penetapan zona ini ditentukan dengan beberapa kriteria antara lain : . Persebaran sumber-sumber air . Potensi debit sumber air . Persebaran permukiman . Kepadatan penduduk . Karakterisrtik topografi . Kondisi jaringan jalan . Prakiraan kebutuhan air . Karakteristik penggunaan lahan Berdasarkan penetapan zona tersebut, maka pengembangan air minum di Kabupaten Sumenep (wilayah daratan) dapat dijelaskan sebagai berikut.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 69

Tabel 3. 42 Pembagian Zona Pelayanan Air Minum Wilayah Daratan Kabupaten Sumenep Luas Cakupan Pelayanan Zona Kecamatan (Km2) Zona I Kecamatan Sumenep 27,84 Kecamatan Kalianget 30,19 Kecamatan Manding 68,88 Kecamatan Batuan 17,94 Kecamatan Gapura 65,78 Jumlah 210,63 Zona II Kecamatan Batu Putih 112,31 Kecamatan Batang-Batang 80,36 Kecamatan Dungkek 63,35 Jumlah 256,02 Zona III Kecamatan Ambunten 50,54 Kecamatan Rubaru 84,46 Kecamatan Dasuk 64,5 Jumlah 199,5 Zona IV Kecamatan Pasongsongan 119,03 Kecamatan Ganding 53,97 Kecamatan Guluk-Guluk 59,57 Kecamatan Pragaan 57,84 Jumlah 290,41 Zona V Kecamatan Lenteng 71,41 Kecamatan Bluto 51,25 Kecamatan Saronggi 67,71 Jumlah 190,37 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Pembagian zona tersebut didasarkan pada batas administrasi, hal ini digunakan untuk memudahkan dalam pengambilan keputusan di tingkat daerah dan tingkat kecamatan maupun desa. Namun demikian, masih memungkinkan untuk dilakukan pelayanan keluar daerah administrasi, yaitu pada beberapa desa tertentu dalam bagian kecamatan yang berbatasan dengan kecamatan lain. Penerapan ini dapat dilakukan di beberapa lokasi, antara lain yaitu :  Desa Bakeong Kecamatan Guluk-guluk yang secara administrasi berbatasan dengan Desa Sentol Daya Kecamatan Pragaan.  Desa Ginging Kecamatan Bluto yang secara administrasi berbatasan dengan Desa Moncek Timur Kecamatan Lenteng.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 70

 Desa Duko Kecamatan Rubaru yang secara administrasi berbatasan dengan Desa Tambaagung Kecamatan Ambunten.  Desa Nyapar Kecamatan Dasuk yang secara administrasi berbatasan dengan Desa Jabaan Kecamatan Manding.  Rencana Alokasi Bahan Baku Rencana alokasi bahan baku didapatkan dari beberapa sumber mata air, air tanah dan sungai, danau atau telaga. Proses pengelolaan air baku untuk kebutuhan air minum dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 43 Pengelolaan Sumber Air Baku di Kabupaten Sumenep (wilayah daratan) Jenis Sumber Proses Pengolahan 1. Mata Air Pengolahan tidak lengkap, dengan filtrasi, pembubuhan desinfektan. 2. Sumur Dangkal/Dalam Pengolahan tidak lengkap, hanya pengolahan Fe, Mn, dan pembubuhan desinfektan. 3. Sungai Pengolahan lengkap : proses koagulasi, flokulasi, sedimentasi, aerasi, penyaringan, pemberian desinfektan RISPAM Kabupaten Sumenep 2008

Sumber-sumber air baku untuk kebutuhan air minum yang terdapat di Kabupaten Sumenep terdiri dari beberapa sumber mata air, sungai dan air tanah. Dengan adanya keterbatasan persediaan bahan baku air pada beberapa wilayah tertentu, maka rencana alokasi bahan baku ini diarahkan secara spasial berdasarkan keruangannya. Unsur keruangan tersebut digambarkan pada beberapa zona pelayanan yang sudah ditetapkan. Rencana alokasi bahan baku dibeberapa wilayah di Kabupaten Sumenep dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 44 Rencana Alokasi Bahan Baku Air Minum Kapasitas Alokasi Bahan Baku Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Sumber (Nama Sumber) Baku (lt/det) Zona I Kecamatan Sumenep . Kacongan Pengelolaan tidak . Banding lengkap . Kamp. Arab *Pengolahan . Keraton Lengkap . Taman Lake' . Sungai Kebonagung* Kecamatan Kalianget Dari sumenep, manding *Pengolahan Sungai Patihan* Lengkap Kecamatan Manding . Garuk 35,908 Pengelolaan tidak . Kalompang 2,305 lengkap

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 71

Kapasitas Alokasi Bahan Baku Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Sumber (Nama Sumber) Baku (lt/det) . Kolla 0,524 . Karpenang 1,073 . Kolla soka 45,939 . Talaja 13,850 . Senburat 26,220 Kecamatan Batuan . Batuan I 158,881 Pengelolaan . Batuan II 50,250 lengkap . Gelugur 23,681 . Torbang 23,681 Sebagian dari sumenep Kecamatan Gapura . Bungduwa 0,500 Pengelolaan tidak . Songai 1,944 lengkap Jumlah 18 Zona II Kecamatan Batu Putih . Penang cangka 25,881 Pengelolaan tidak . Badur I 76,539 lengkap . Badur II 493,511 . Pajung 26,309 . Ombak 20,333 . Tombet 10,500 . Benosan 9,739 . Keramat 3,200 . Gedang-Gedang 5,237 . Tengedan 1,200 Kecamatan Batang-Batang . Pancor 16,088 Pengelolaan tidak lengkap Kecamatan Dungkek . Diambil dari batu putih Pengolahan tidak . Sumur bor lengkap Jumlah 13 Zona III Kecamatan Ambunten . Air Mata 4,500 Pengelolaan tidak . Mandaraga 9,326 lengkap . Belluk 25,764 *Pengolahan . Kanto 6,160 Lengkap . Kolpoh 1,500 . Komere 2,675 . Sungai Ambunten* Kecamatan Rubaru . Aeng Rancak 1,500 Pengelolaan tidak . Barengan I 2,250 lengkap . Barengan II 3,400 . Kalompang 1,500 . Brumbung 13,911 . Komere 6,123 . Accen 6,429 . Berumbang 1,500 . Blumbang 9,915 . Brakas 18,255 . Bujuran 5,516 . Bungur 4,875 . Geledak 11,000

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 72

Kapasitas Alokasi Bahan Baku Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Sumber (Nama Sumber) Baku (lt/det) . Kene' 1,500 . Kermata 5,466 . Ledduk 2,500 . Meddelan 1,200 . Pancoran 0,500 . Raja 7,662 . Tengah 0,800 . Jerango 4,500 . Gentong 8,872 . Manjalen 3,750 . Blumban 3,500 Kecamatan Dasuk . Cerkah 9,840 Pengelolaan tidak . Daleman 21,835 lengkap . Manggilling 2,000 . Mob-mob 21,178 . Laok 2,226 . Tengah 22,044 . Mesjid 46,716 . Pangelen 11,386 . Kaccing 60,512 Jumlah 39 Zona IV Kecamatan Pasongsongan . Bungsomber Dibendung Pengelolaan tidak . Lebbeng 1,500 lengkap . Accen 83,621 . Bungur 12,500 . Masjid 8,465 . Koto 3,500 . Tongso 4,200 . Bukonan 32,463 Kecamatan Ganding . Duko Pengelolaan tidak . Kemasan 4,356 lengkap . Taman 0,861 * pengolahan . Ngolbek 3,000 Lengkap . Ban 24,525 . Beringin 0,200 . Burnih 1,212 . Gayam 0,200 . Kolla 1,875 . Penang 1,739 . Sokon 0,300 . Mandala Timur 3,830 . Buah 0,750 . Kokap 2,180 . Raja 3,690 . Baris 4,356 . Sungai Mingsal* 1,000 Kecamatan Guluk-Guluk . Aren 36,771 Pengelolaan tidak . Paddang 33,695 lengkap

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 73

Kapasitas Alokasi Bahan Baku Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Sumber (Nama Sumber) Baku (lt/det) . Perengan 51,45 . Talon I 47,470 . Mensoy 195,492 . Parebaan 110,668 . Torona 38,226 . Pajung 195,075 . Beddi 56,478 . Ganja 141,242 . Kapok 35,947 . Pancoran 49,924 . Rombu 108,691 . Reang 67,207 . Olbuk 47,346 . Buko 25,925 . Anyar 16,230 . Bakeong 15,755 . Beringas 1,500 . Beringin 1,056 . Bungor 0,800 . But-but 6,807 . Polauy 4,480 . Rok-Sorok 9,750 . Kates 1,890 . Lompang 6,588 . Polay 10,716 . Talon II 0,800 . Lenta 4,375 . Penang 4,308 . Grinik 10,792 . Tanjung 2,000 . Daleman 8,342 . Dudul 8,820 . Tengah 7,275 . Kasih 2,178 . Kene' 0,800 . Parse 8,050 . Parse Laok 6,850 . Bunkandang 0,275 . Penang 3,180 . Raja 12,425 . Nyeyeh 7,780 . Tongor 11,237 . Accem 3,534 . Gingging 3,016 . Kopek 2,000 . Polok 7,306 . Tambak 24,149 Kecamatan Pragaan . Taman Aeng Panas 5,000 Pengelolaan tidak

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 74

Kapasitas Alokasi Bahan Baku Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Sumber (Nama Sumber) Baku (lt/det) . Pajeringan 30,240 lengkap . Talaga 6,700 . Pengambungan 15,750 . Kaju 1,235 . Jerman 2,498 . Pelan 0,703 Jumlah 56 Zona V Kecamatan Lenteng . Pangsonok Pengelolaan tidak . Kokap 16,827 lengkap . Manwulu 11,250 *Pengolahan . Kobung 3,500 Lengkap . Duwak I 1,000 . Duwak II 1,500 . Gindaga 1,500 . Sungai Mingsal* 9,364 Kecamatan Bluto . Aeng bajaraja 34,602 Pengelolaan tidak . Bumbungan 3,485 lengkap . Errabu 50,703 . Beringin 9,378 . Sawoh 8,500 . Tambak 5,181 . Raja 0,267 . Gentong 1,619 . Taman 0,731 . Aeng Pa'a 9,621 . Aeng Panas 2,500 . Aeng Tancak 3,630 . Taman Sare 0,800 . Pandemman 12,341 Kecamatan Saronggi . Mara'an Pengelolaan tidak . Kermata 94,513 lengkap . Sokon 1.124,165 *Pengolaha . Sungai Mingsal * 67,150 Lengkap Jumlah 24 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Sistem Distribusi

Sistem distribusi penyediaan air minum tidak terlepas dari manajemen distribusi yang digunakan. Sistem distribusi berfungsi sebagai alat untuk menyalurkan air dari reservoir sampai kepada pelanggan. Sistem distribusi ini terdiri dari beberapa komponen, antara lain yaitu reservoir distribusi, menara air, pompa distribusi dan jaringan distribusi. Dalam manajemen distribusi air minum di Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan, harus memperhatikan bebrapa hal, antara lain : 1. Keselamaan;

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 75

2. Keamanan; 3. Kemudahan pemasangan, pemakaian (pengoperasian), pemeliharaan dan perawatan; 4. Keindahan dan; 5. Ekonomis (efektif dan efisien). Dalam manajemen distribusi ini mencakup beberapa aspek, yaitu : 1. Fasilitas sistem distribusi harus menjamin dapat mengalirkan air sesuai dengan kualitas yang disyaratkan (Dep. Kes. RI. – 2002) kepada pelanggan; 2. Sistem distribusi harus dapat memberikan air dengan debit dan tekanan yang cukup kepada pelanggan; 3. Kebocoran harus dapat dikendalikan, karena bukan saja menyebabkan kehilangan air tetapi juga menyebabkan pencemaran; 4. Kualitas air harus diperhatikan agar tidak menyebabkan korosi pada pipa; 5. Kelengkapan sistem distribusi harus diperiksa berkala untuk menghindari kerusakan; 6. Dalam pembangunan, pemeliharaan da perawatan jaringan pipanisasi, harus dikoordinasikan dengan dinas lain yang terkait, seperti Dinas, PU, Dinas Pengairan, PLN, Dinas Perhubungan dan lain-lain.

Secara teknis sistem distribusi penyediaan air minum ini terdiri dari 2 (dua) sistem, yaitu sistem langsung dan tidak langsung. Sedangkan dalam proses pengalirannya terdiri dari sistem gravitasi dan sistem pemompaan dan gabungan antara sistem gravitasi dengan pemompaan. Sistem langsung yaitu dengan langsung menyambungkan beberapa unit sumber air baku langsung kepada pengguna tanpa melalui proses sebelumnya. Sistem tidak langsung yaitu dengan proses pengolahan terlebih dahulu. Keseluruhan sistem tersebut, tergabung dalam pola penyediaan air yang akan direncanakan, yaitu dengan pola indivudu dan dengan pola komunitas. Pelayanan individu terdiri dari pelayanan penggunaan individu dan pelayanan terbatas sedangkan pelayanan komunal dengan menggunakan sistem komplek.

Sistem distribusi air minum (air bersih) di Kabupaten Sumenep khususnya wilayah daratan diarahkan sebagai berikut. . Pola Individu Pola individu dalam distribusi air minum disediakan untuk golongan sosial khusus yaitu untuk rumah tangga. Pola individu ini menggunakan pengaliran secara langsung dan tidak langsung dari beberapa reservoir yang ada dalam lingkungan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 76

permukiman penduduk. Dalam penyediaan individu, dibagi dalam penggunaan invidu dan pelayanan terbatas. Penggunaan dalam pola invidu diarahkan dengan menggunakan pengelolaan secara sederhana atau Sistem Penyediaan Air Bersih/Minum Sederhanan (SIPAS). Sesuai dengan karakteristik sebagian besar wilayah daratan Kabupaten Sumenep (kering, intensitas hujan sedang) SIPAS ini lebih tepat digunakan. Beberapa keuntungan dari SIPAS adalah : a. Memacu percepatan pemenuhan kebutuhan air bersih, khususnya bagi daerah rawan air melalui teknologi tepat guna yaitu di Kecamatan Pasongsongan, Kecamatan Dungkek, Kecamatan Kalianget, sebagian Kecamatan Saronggi, sebagian Kecamatan Gapura, sebagian Kecamatan Batuan, sebagian Kecamatan Lentang, sebagian Kecamatan Batang- batang, sebagian Kecamatan Pragaan. b. Membantu upaya masyarakat mendapat kemudahan air bersih melalui upaya-upaya pemberdayaan masyarakat seperti program WISLIC dan HIPPAM. c. Teknologi yang digunakan ‘tepat guna’ yaitu : - Mudah dalam pelaksanaan - Murah dalam membuat - Murah dalam pengoperasian dan pemeliharaan - Unit pengolahan air tidak menggunakan bahan kimia - Memanfaatkan bahan-bahan bangunan setempat

Gambar Saringan Air Rumah Tangga – Saringan Pasir Lambat

(Sumber : Rencana Tahun 2008; Acuan : Dirjen Cipta Karya, DPU, 1997)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 77

Implementasi pelakasanaan SIPAS dalam lingkungan permukiman di arahkan pada dua alternatif, yaitu (1) satu sumur/sumber untuk satu rumah tangga/KK, (2) satu sumber untuk beberapa rumah tangga/KK. Beberapa lokasi yang dapat diarahkan dengan menggunakan SIPAS adalah sebagai berikut. Tabel 3. 45 Pengelolaan sumur bor dan rumah pompa tahun 2008 - 2018 Kapasitas Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Nama Desa Sumber Baku (lt/det) Zona I Kecamatan Sumenep . Glugur 31.00 SIPAS . Parsanga 30.00 . Pamolokan 15.00 . Paberasan 35.00 Kecamatan Kalianget . Kalianget Barat 15.00 SIPAS Kecamatan Manding . Bulla'an 10.00 SIPAS Kecamatan Batuan . Batuan I 28.00 SIPAS . Torbang 66.00 . Batuan II 20.30 . Batuan III 30.00 Kecamatan Gapura . Talesek 29.00 SIPAS . Sumur Agung 29.00 . Andulang 25.00 . Batu Dinding I 25.00 . Palokloan 70.00 . Batu Dinding II 14.20 . Panagan 60.00 . Mandala 50.00 . Baban 45.00 . Karang Budi 31.30 . Banjar Timur 31.20 Zona II Kecamatan Batu Putih . Sergang 20.00 SIPAS Kecamatan Batang-Batang . Jenangger I 30.00 SIPAS . Jenangger II 44.00 . Nyabakan Timur I 10.00 . Leggung Barat I 8.00 . Leggung Barat II 10.00 . Nyabakan Timur 24.70 . Lombang 25.00 Kecamatan Dungkek . Candi (b) 14.00 SIPAS . Candi II 30.00 . Candi III 30.00 . Candi IV 12.00 . Taman Sare I 8.00 . Taman Sare 25.00 Zona III Kecamatan Ambunten . Barat 18.90 SIPAS . Campor Timur 33.30 . Belluk Ares 33.30 . Belluk Raja 30.00

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 78

Kapasitas Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Nama Desa Sumber Baku (lt/det) . Ambuten Tengah 25.00 Kecamatan Rubaru . - - - Kecamatan Dasuk . Dasuk Barat I 50.00 SIPAS . Slopeng 30.00 . Sema'an 20.00 . Dasuk Barat I 18.90 . Kerta Barat 15.00 . Bates 35.00 . Dasuk Barat 25.00 . Dasuk Timur 19.50 Zona IV Kecamatan Pasongsongan . Padangdangan 30.00 SIPAS . Panaongan I 15.00 . Panaongan II 25.00 . Lebbeng Barat 35.00 Kecamatan Ganding . - - - Kecamatan Guluk-Guluk . - - - Kecamatan Pragaan . Pakamban Laok 60.000 SIPAS . Kaduara Timur 70.000 . Sentol Laok 15.000 . Pragaan Laok I 15.300 . Sendang 22.000 . Sentol Daya 20.000 . Pragaan Laok II 27.000 Zona V Kecamatan Lenteng . Jambu I 28.00 SIPAS . Jambu II 29.00 . Ellak Daya I 38.00 . Daramista 32.00 . Banaressep I 12.00 . Lenteng Timur 10.00 . Daramista II 12.00 . Tarogan 50.00 . Daramista III 40.00 . Ellak Laok 55.00 . Ellak Daya II 49.00 . Jambu I 56.00 . Jambu IV 48.00 . Lembung Timur 30.00 . Poreh 70.00 . Banaressep II 24.70 . Kambingan Barat III 6.20 . Kambingan Timur II 20.94 Kecamatan Bluto . Lobuk 20.00 SIPAS . Pagar Batu 15.00 Kecamatan Saronggi . Talang I 15.00 SIPAS . Kambingan Timur 30.00 . Saronggi I 50.00 . Kambingan Timur II 17.00 . Saronggi II 53.00

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 79

Kapasitas Pengelolaan Bahan Zona Kecamatan Nama Desa Sumber Baku (lt/det) . Kambingan Timur II 45.80 . Kambingan Timur III 49.20 . Talang I 50.10 . Juluk 30.00 . Saroka 40.00 . Talang III 27.90 . Saronggi III 20.30 . Kambingan Timur IV 20.30 . Juluk II 21.70 . Tanah Merah 29.00 . Juluk III 18.00 Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Selain itu, pola induvidu juga diarahkan pada pelayanan secara terbatas, yaitu pada beberapa lingkungan perumahan dan penggunaan untuk industri. Pelayanan terbatas diarahkan pada beberapa industri yang tersebar di Kabupaten Sumenep, yaitu di Kecamatan Kalianget, Kecamatan Kota Sumenep, dan beberapa kecamatan lainnya. Fungsi pembatasan ini adalah untuk menjaga stabilitas dan keadilan dalam pencapaian air minum. . Pola Komunitas Pola komunitas dalam penyediaan air minum biasanya dikelola oleh PDAM, namun juga dapat dikelola oleh HIPPAM. Pola komunitas ini diarahkan pada seluruh wilayah daratan di Kabupaten Sumenep. Sistem penyediaan dalam pola komunitas ini terdiri dari 3 (tiga) sistem, yaitu : (A). Sambungan langsung Sistem sambungan langsung adalah dengan menyambungkan secara langsung pipa utama penyediaan air menuju pelanggan. Sistem ini biasanya diarahkan pada daerah-daerah yang letaknya lebih rendah dari reservor atau penampungan air. Untuk sistem tidak langsung, yaitu dilakukan distribusi berdasarkan skala ukuran pipa yang direncanakan, yaitu pada jaringan distribusi primer, distribusi sekunder dan distribusi tersier. Sistem jaringan perpipaan dengan sistem tidak langsung diarahkan pada keseluruhan kawasan perkotaan di wilayah daratan Kabupaten Sumenep. Jaringan primer diarahkan pada jalan-jalan utama kawasan dan dengan diameter pipa 200 mm. Debit maksimum jaringan pipa primer 62,8 lt/det dan melayani maksimum 3140 konsumen. Jaringan pipa sekunder dengan diameter 100mm dan 75 mm melayani konsumen maksimum 785 pelanggan dan 411,5 pelanggan dengan debit maskimum 15,70 lt/det dan 62,8 lt/det.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 80

Untuk jaringan pipa tersier dengan diameter 50 mm dan 25 mm melayani konsumen maksimum 196,5 dan 49 serta debit maksimum 3,93 lt/det dan 0,98 lt/det.

Tabel 3. 46 Prosentase Pelayanan Jaringan Perpipaan Tahun 2008 dan 2018 Wilayah Daratan kabupaten Sumenep Pelayanan Jaringan Pelayanan HIPPAM SM Lainnya Perpipaan Zona Kecamatan Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun 2008 2018 2008 2018 2008 2018 Zona I Kecamatan Sumenep 5,84% 25,48% 0,04% 12,74% 0,38% 4,25% Kecamatan Kalianget 1,69% 20,00% 0,00% 10,00% 0,00% 3,33% Kecamatan Manding 0,01% 14,51% 0,10% 7,25% 0,00% 2,42% Kecamatan Batuan 0,42% 25,48% 0,00% 12,74% 0,00% 4,25% Kecamatan Gapura 0,00% 13,18% 0,11% 6,59% 0,30% 2,20% Zona II Kecamatan Batu Putih 0,05% 12,22% 0,02% 6,11% 0,00% 2,04% Kecamatan Batang-Batang 0,24% 13,52% 0,00% 6,76% 0,07% 2,25% Kecamatan Dungkek 0,00% 12,87% 0,00% 6,44% 0,00% 2,15% Zona III Kecamatan Ambunten 0,22% 14,57% 0,11% 7,28% 0,08% 2,43% Kecamatan Rubaru 0,00% 11,85% 0,00% 5,92% 0,19% 1,97% Kecamatan Dasuk 0,04% 14,07% 0,31% 7,03% 0,13% 2,34% Zona IV Kecamatan Pasongsongan 0,38% 14,18% 0,00% 7,09% 0,00% 2,36% Kecamatan Ganding 0,00% 15,09% 0,00% 7,54% 0,00% 2,51% Kecamatan Guluk-Guluk 0,00% 15,48% 0,00% 7,74% 0,01% 2,58% Kecamatan Pragaan 0,44% 15,71% 0,78% 7,86% 0,00% 2,62% Zona V Kecamatan Lenteng 0,00% 12,31% 0,00% 6,15% 0,27% 2,05% Kecamatan Bluto 0,00% 11,99% 0,00% 6,00% 0,03% 2,00% Kecamatan Saronggi 0,00% 12,81% 0,26% 6,40% 0,08% 2,13% Sumber : RISPAM Kabupaten Sumenep 2008 Berdasarkan tabel tersebut diatas, dapat diketahui bahwa di masing-masing pembagian zona wilayah daratan Kabupaten Sumenep, khususnya kondisi jaringan perpipaan pada tahun 2008 dan tahun 2018 mengalami perbedaan. Perbedaan mencolok terdapat di beberapa kecamatan, yaitu Kecamatan Gapura, Dungkek, Rubaru, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, Bluto dan Kecamatan Saronggi. Pada tahun 2008 wilayah tersebut tidak dilayani oleh jaringan perpipaan dari PDAM sedangkan kecamatan lainnya sudah terlayani oleh PDAM. Untuk menuju derajat kesehatan masyarakat hingga tahun 2018, masing-masing kecamatan di Kabupaten Sumenep harus terlayani oleh jaringan perpipaan dari PDAM dan minimal pada kawasan perkotaannya.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 81

3.2.2. Strategi Sanitasi Kota (SSK), A. Kerangka kerja pembangunan sanitasi B.1. VISI DAN MISI SANITASI Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten Sumenep adalah profil sanitasi Kabupaten Sumenep ke depan dan langkah-langkah strategis yang diambil seiring target waktu dan capaiannya. Dengan menetapkan Visi dan Misi Sanitasi, Pemerintah Kabupaten Sumenep telah memberikan arah pembangunan dan pengembangan sanitasi minimal untuk jangka waktu lima tahun ke depan. Visi dan Misi serta langkah strategis yang diambil dalam pembangunan sanitasi harus selaras dengan Visi dan Misi Pembangunan Kabupaten Sumenep secara keseluruhan. Tabel 3. 47 Visi Misi Sanitasi Kabupaten Sumenep Visi Misi Visi Sanitasi Misi Sanitasi Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Visi pembangunan 1. Mengembangkan sistem Visi sanitasi Misi Air Limbah Domestik Kabupaten Sumenep ekonomi kerakyatan yang Kabupaten Sumenep 1. Stop BABS di seluruh adalah : makin maju dan mandiri, adalah : wilayah Kabupaten “ SUPER MANTAP ” Peningkatan kualitas pelaku “ Terciptanya layanan Sumenep 2018 “ Sumenep Makin usaha serta pengembangan sanitasi yang optimal 2. Peningkatan penyediaan Sejahtera dengan industri kecil dan untuk mewujudkan layanan sarana dan Pemerintahan yang menengah yang Sumenep yang sehat, prasarana sektor air limbah Bersih, Mandiri, mempertimbangkan bersih dan manusiawi ” domestik dengan Agamis, Nasionalis, kebutuhan lokal dan partisipasi masyarakat dan Transparan, Adil dan mampu bersaing di tingkat swasta Profesional ” regional dan nasional. Misi Persampahan

2. Mengembangkan pola 1. Peningkatan penyediaan pengelolaan SDA dalam sarana dan prasarana rangka mempercepat persampahan yang upaya peningkatan memadai kesejahteraan sosial 2. Menggugah kesadaran masyarakat Kabupaten masyarakat tentang Sumenep secara pengelolaan sampah keseluruhan. secara mandiri di

3. Peningkatan lingkungannya pembangunan di wilayah 3. Meningkatkan tata kelola kepulauan agar manajemen persampahan perkembangannya makin yang efektif dan tepat seimbang dengan kondisi guna wilayah daratan Misi Drainase 4. Menyempurnakan dan 1. Mengurangi wilayah mengembangkan sistem genangan air di wilayah pendidikan dan Kabupaten Sumenep pengembangan SDM yang secara bertahap dengan berorientasi pada keahlian melibatkan seluruh dan keterampilan dengan potensi yang ada dilandasi nilai-nilai agama 2. Peningkatan layanan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 82

Visi Misi Visi Sanitasi Misi Sanitasi Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep Kabupaten Sumenep dan budaya yang mampu penyediaan infrastruktur bersaing ditingkat di bidang drainase regional, nasional dan bahkan dunia Misi Promosi internasional. Higiene dan Sanitasi 5. Mewujudkan ketersediaan 1. Membudaya masyarakat infrastruktur pemenuhan untuk hidup bersih dan kebutuhan dasar sehat secara masyarakat yang merata berkelanjutan dan berkualitas, 2. Pengenalan pendidikan khususnya di bidang PHBS pada usia dini pendidikan, kesehatan, 3. Pemanfaatan media kelautan dan perikanan informasi baik cetak serta permukiman. maupun elektronik yang 6. Meningkatkan efektivitas dikemas dengan dan efisiensi pendekatan budaya dan penyelenggaraan keagamaan pemerintahan yang profesional dan konsistensi dalam penegakan hukum yang menjamin rasa keadilan dan berwibawa.

B.2. TAHAPAN PENGEMBANGAN SANITASI  Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Pengelolaan air limbah di Kabupaten Sumenep masih perlu perhatian serius. Hal ini berkaitan dengan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu yang berpotensi menimbulkan pencemaran di Kabupaten Sumenep adalah limbah domestik rumah tangga. Data BLH menunjukkan masih ada 6.5 % penduduk Kabupaten Sumenep yang BABS terutama di sepanjang aliran sungai / irigasi. Penambahan luas dan jumlah wilayah pemukiman penduduk berakibat pada meningkatnya volume pencemaran khususnya yang berasal dari buangan domestik, air limbah cucian dan kamar mandi (grey water) dan limbah WC (black water). Perlu perencanaan pembangunan sanitasi dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang yang berkelanjutan Pemerintah Kabupaten Sumenep telah melakukan beberapa kebijakan menyangkut pengeloaan air limbah domestik. Peyadaran publik lewat edukasi dan advokasi program-program terkait sanitasi. Bantuan fasilitas berupa stimulan jamban untuk keluarga miskin (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), pembangunan IPAL komunal di lingkungan umum maupun pondok pesantren. Pengelolaan fasilitas yang bersifat komunal akan terus dikembangankan dengan lebih selektif dan mempersiapkan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 83

sistem pengelolaannya. Mempersiapakan dokumen perencanaan serta sarana dan prasarana pendukungnya. Pemerintah Kabupaten Sumenep akan segara merevitalisasi infratruktur dan manajemen pengelolaan IPLT. Kerja sama program dan kegiatan yang berkelanjutan terkait sanitasi antar SKPD akan terus ditingkatkan. Pengembangan sistem off site menjadi target jangka menengah dan jangka panjang, mengingat perlu mempersiapkan peraturan daerah yang mengatur dan mengikat terutama untuk pemgembangan wilayah pemukiman baru yang dikelola oleh pengembang/real estate. Dokumen SSK memuat zona wilayah prioritas pembangunan dan pengembangan serta opsi strategi sistem yang diadopsi. Strategi sistem yang diambil dapat menyesuaikan fakta dan kondisi yang terus berkembang. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah perkotaan atau pedesaan, rencana tata ruang dan tata guna lahan, daerah pusat-pusat perkotaan / Central Business District (CBD), serta skala prioritas berdasarkan resiko kesehatan.

Tabel 3. 48 Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Sumenep Cakupan Target cakupan layanan (%) No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting (%) Pendek menengah panjang A Sistem On site

1 Individual (tangki septik) 34.8 % 40.5 % 46.5 % 55 % 2 Komunal (MCK, MCK++) 14.5 % 15.5 % 17.5 % 20 % 3 Cubluk dan sejenisnya 44.2 % 40.5 % 36.0 % 24% B Sistem Off site

1 Skala Kota 0 % 0 % 0 % 0% 2 Skala Wilayah 0 % 0 % 0 % 1 % C Tidak Terkelola

1 BABS 6.5 % 3.5 % 0 % 0 %

 Tahapan Pengembangan Persampahan Secara kelembagaan pengelolaan persampahan sistem terorganisir di Kabupaten Sumenep dilaksanakan oleh Kantor Kebersihan dan Pertamanan. Sistem pengelolaan persampahan sebagian besar dilakukan oleh masyarakat secara mandiri secara konvensional dengan membakar dan menimbun. Dalam jangka pendek pengelolaan persampahan akan ditingkatkan dengan 1) Memperluas area penyapuan jalan-jalan protokol kota kabupaten dan kota kecamatan. 2) Sosialisasi dan stimulasi kepada

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 84

masyarakat untuk mengolah sampah dengan menerapkan prinsip-prinsip 3R. 3) Dengan adanya pengolahan sampah berbasis rumah tangga / lingkungan maka dapat dibentuk rintisan Bank Sampah yang dikelola oleh komunitas / masyarakat. 4)Penggalian sistem CSR terbtas Dalam jangka menengah pelayanan kebersihan akan ditingkatkan pada kecamatan Kalianget, Pragaan dan Ambunten. Pada tahapan ini mulainya rintisan TPST di tiap SSWP (Sub Satuan Wilayah Pengembangan). TPST akan menampung program dan kegiatan 3R lapis kedua setelah basis rumah tangga maupun komunitas / lingkungan. Peremajaan dan penambahan sarana dan prasarana persampahan yang didukung kemitraan dengan pihak pihak pontesial. Jangka panjang, perencanaan pengadaan TPA untuk wilayah pengembangan seiring jumlah volume sampah yang dihasikan serta optimalisasi jarak tempuh angkutan sampah dengan pemanfaatan teknologi ramah lingkungan. Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan merujuk pada 2 kriteria utama dalam penetapan prioritas pengelolaan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan / klasifikasi wilayah ( komersial / CBD, permukiman, fasilitas umum )dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan zona wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Sumenep terdapat zona yang merupakan hasil.

Tabel 3. 49 Tahapan Pengembangan Persampahan Kabupaten Sumenep Target cakupan layanan (%) Cakupan layanan No Sistem Jangka Jangka Jangka eksisting (%) Pendek menengah panjang A Terorganisir

1 Pemerintah 9 % 12. % 16 % 20 % 2 Swasta 0 % 0.5 % 1 % 2 % 3 Komunitas / Masyarakat 1 % 1.5 % 2 % 3 % B Konvensional

1 Masyarakat ( individu) 85 % 83 % 80 % 75 % C Tidak terkelola

1 Tidak terkelola 5 % 3 % 1 % 0 %

 Tahapan Pengembangan Drainase Penentuan wilayah pengembangan saluran drainase disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat Desa / Kelurahan, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Mengacu pada SPM pengembangan sistem drainase

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 85

disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, permukiman), daerah genangan, curah air hujan, serta tingkat resiko kesehatan.

Tabel 3. 50 Tahapan Pengembangan Drainase Kabupaten Sumenep Cakupan Target cakupan layanan (%) No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting (%) Pendek menengah panjang Penanganan Langsung A (direct) 1 Drainase lingkungan 15 % 20 % 30 % 45 % 2 Normalisasi saluran/sungai 15 % 15 % 18 % 20 % Penanganan Tidak B Langsung (indirect) 1 Pengalihan saluran 0 % 0 % 4 % 8 % 2 Pintu air 2 % 2 % 5 % 8% 3 Kolam retensi 0 % 0% 12 % 12 % 4 Waduk/situ/embung 5 % 5 % 10 % 15 % Penanganan berbasis C Masyarakat 1 Sumur resapan / bio pori 0 % 1 % 2 % 5 %

 Tahapan Pengembangan Air Bersih Wilayah pengembangan sarana air bersih disesuaikan dengan kebutuhan masing- masing wilayah skala desa / kelurahan, kecamatan dan kota/kabupaten, pengembangan tahapan sarana air bersih mengacu pada materplan air bersih / air minum, kepadatan penduduk serta wilayah / daerah sulit air bersih / air minum dengan mengembangkan potensi sumber daya alam dan teknologi. Pembinaan sumber daya manusia / masyarakat pengelola air bersih / air minum melalui organisasi Hippam.

Tabel 3. 51 Tahapan Pengembangan Air Bersih Kabupaten Sumenep Cakupan Target cakupan layanan (%) No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting (%) Pendek menengah panjang A PAM

1 Pemerintah (PDAM) 18 % 20 % 22 % 25 % 2 Swasta 0 % 0 % 0 % 2 % B HIPPAM

1 Sumber mata air (grafitasi) 8 % 12 % 14 % 18 % Sumur Bor (pompa)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 86

Cakupan Target cakupan layanan (%) No Sistem layanan Jangka Jangka Jangka eksisting (%) Pendek menengah panjang C Masyarakat

Individu (Sumur 1 44 % 48 % 54 % 55 % gali,pompa, sumber air, dll) Masyarakat yang belum/sulit mengakses air 2 30 % 20 % 10 % 0 % bersih pegunungan dan kepulauan

B. Tujuan, sasaran dan strategi sanitasi

Strategi layanan sanitasi merupakan konsep dasar untuk mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan sanitasi yang bermuara pada pencapaian Visi dan Misi Sanitasi Kabupaten. Kabupaten Sumenep merumuskan isu strategi layanan sanitasi berdasarkan pada isu-isu utama yang sedang dihadapi saat ini oleh Kabupaten Sumenep. B.1. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN AIR LIMBAH DOMESTIK

Permasalahan air limbah domestik (BABS) di Kabupaten Sumenep masih merupakan masalah utama. Kemiskinan dan sulitnya akses air bersih sebagai alasan masyarakat terbiasa dengan langkah praktis dengan BABS. Perlu kebijakan yang progresif dan tepat dalam menyikapinya. Advokasi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) dengan program stimulan sebagai langkah awal menghilangkan kebiasaan buruk masyarakat terkait sanitasi. Tabel 3. 52 Tujuan, Sasaran & Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Limbah Domestik Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Terciptanya . Mengurangi 10% . Berkurangnya . Meningkatkan program layanan masyarakat masyarakat BABS masyarakat yang MCK komunal untuk wilayah BABS Sumenep tahun 2018 melakukan praktek tinggi yang sehat, BABS tahun 2018 . Program penyuluhan bebas dari . MCK komunal penyakit . Sinergi program dan pendanaan akibat SKPD terkait sanitasi . Melibatkan swasta melalui CSR (air limbah . Pesan sanitasi melalui domestik) media/sarana lainnya . Stop pencemaran . Berpindahnya . Edukasi dan advokasi masyarakat sungai oleh limbah kebiasaan serta program stimulan domestik rumah masyarakat BABS jambanisasi/mck sederhana bagi tangga di sepanjang DAS MBR di sepanjang DAS ke dalam jamban . Program penyuluhan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 87

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran rumah tangga (on . Stimulan jambanisasi site) tahun 2018 . Sinergi program dan pendanaan SKPD terkait . Pesan sanitasi melalui media/sarana lainnya . Standarisasi septic . Tidak ada septic . Sosialisasi sanitasi air limbah tank masyarakat tank masyarakat domestik dan standarisasi teknis yang memenuhi yang tidak septic tank lewat para kader standar keamanan memenuhi standar kesehatan dan tim teknis. dan standar teknis. teknis.dan dikuras . Program penyuluhan lebih dari 5 tahun, . Sinergi program dan pendanaan pada 2018 SKPD terkait . Pesan sanitasi melalui media/sarana lainnya . Tersedianya . Beroperasinya . Revitalisasi IPLT dan perbaikan layanan Instalasi kembali IPLT manajemen tata kelolanya Pengolahan dengan . Penyiapan DED Lumpur Tinja manajemen tata . Penyiapan sarana dan (IPLT) beserta kelola yang lebih prasaranya IPLT sarana baik pada 2015 . Penyediaan anggaran pendukungnya Operasianal dan Pemeliharaan . Penyadaran publik . Berkurangnya . Edukasi masyarakat tentang tentang budaya /kebiasaan sanitasi air limbah domestik pentingnya sanitasi tidak sehat . Program penyuluhan air limbah masyarakat di . Pesan sanitasi melalui domestik bidang air limbah media/sarana lainnya domestik

B.2. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERSAMPAHAN Pengelolaan persampahan di Kabupaten Sumenep masih bersifat konvensional, terurtama pada wilayah pedesaan, sedangan diperkotaan ditangani oleh kantor kebersihan dan pertamanan Kabupaten Sumenep. Jangkauan layanan masih terbatas di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Kota, Kalinget, Batuan. Dari tahun ke tahun volume sampah di Kabupaten Sumenep terus meningkat seiring peningkatan jumlah penduduk. Beberapa permasalahan sektor persampahan yang ada diantaranya masih banyak masyarakat yang buang sampah sembarangan sehingga kontra produktif dengan usaha pemerintah Kabupaten Sumenep untuk mempertahan penghargaan adipura. Pengelolaan persampahan melalui program 3R (reuse,recycle,reduse) dan peningkatan sistem pengelolaan TPA dari control landfill ke sanitary landfill merupakan isu strategis yang akan dikembangan pada masa yanga akan datang. Tujuan,sasaran dan strategi pengembangan persampahan dapat dilihat pada tabel

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 88

Tabel 3. 53Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Persampahan Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Terkelolanya . stop masyarakat . Berkurangnya . Edukasi dan advokasi masyarakat persampaha buang sampah masyarakat yang tentang budaya buang sampah n di sembarangan membuang pada tempatnya. kabupaten sampah tidak pada . Program penyuluhan Sumenep tempatnya (BLH,Dinkes,Kominfo) dengan baik . Penyediaan sarana dan prasarana persampahan di tempat-tempat umum . tempat sampah . TPS mobile (BLH,KKP,CSR) . Penerapan peraturan dan sangsi bagi masyarakat yang buang sampah tidak pada tempatnya (BLH,Pol-PP) . Pengurangan . Tidak ada . Peningkatan Manajemen timbulan sampah timbulan/ pengelolaan persampahan di lingkungan dan penumpukan (KKP) TPS dan sampah di . Sosialisasi program 3R serta pemanfaatan daur lingkungan dan rintisan KSM 3R dan bank sampah ulangnya TPS (BPMP-KB,BLH) . Berkurangnya . Rintisan TPST di masing - masing volume sampah Sub Satuan Wilayah dari hulu Pengembangan (SSWP)(BLH, . Pemanfaatan daur ulang sampah dan pemberdayaan masyarakat . Terwujudnya . Penerapan TPA . Mengubah sistem TPA dari control sistim TPA yang dengan sistem landfill menuju sanitary landfill ramah lingkungan sanitary landfill . Penyediaan pendanaan program TPA sanitary landfill . Penyediaan pendanaan operasional dan pemeliharaan . Peningkatan . Peremajaan dan . Pengadaan sarana dan prasarana kelayakan jumlah peningkatan (truk sampah) dan kondisi layanan angkutan . Peningkatan manajemen angkutan truk sampah operasional dan pemeliharaan sampah . Optimalisasi jarak . Berkurangnya . Pembagian wilayah layanan dan waktu tempuh waktu, jarak persampahan dengan menyiapkan dari TPS / TPST ke tempuh dan biaya TPA baru (Jangka panjang) lokasi TPA operasional angkutan sampah

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 89

B.3. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN DRAINASE Kondisi drainase dan beberapa permasalahan yang ada menjadi isu strategis dalam pengembangan pengelolaan drainase. Kabupaten Sumenep telah memiliki perencanan jaringan drainase yang tertuang dalam dokumen RTRW Kabupaten Sumenep. Isu strategis yang muncul yaitu pengurangan jumlah genangan di wilayah- wilayah strategis dan pemukiman penduduk,

Tabel 3. 54Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Drainase Sasaram Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Penguranga . Mengurangi 30 % . Tidak ada . Perbaikan dan pembuatan saluran n genangan genangan air di genangan air di drainase air di wilayah strategis tempat-tempat . Pengalihan aliran saluran primer wilayah dan pemukiman strategis dan kota Kabupaten penduduk tahun pemukiman Sumenep 2018 penduduk . Mengembalikan . Kembalinya fungsi . Sosialasasi dan edukasi masyarakat fungsi drainase drainase sebagai tentang penertiban saluran pematusan air drainase hujan . Penertiban . Tidak ada . Perda bangunan dan gedung bangunan diatas bangunan dan . Penegakan perda dan sangsinya saluran drainase penutup saluran lingkungan /kota permanen diatas saluran drainase lingkungan maupun kota . Mengatasi rob air . Tidak ada . Pengalihan aliran saluran primer laut pasang di genangan rob kota untuk mengurangi volume dan Kecamatan pasang air laut di debit air ke Kecamatan Kalianget Kalianget Kecamatan (pintu air) Kalianget . Pembangunan kolam retensi, pintu air, beserta sarana pendukungnya di Kecamatan Kota, Desa Fabian . Peningkatan . Kondisi sarana dan . Penyediaan pendanaan pemeliharan prasarana drainase Operasional dan pemeliharaan sarana dan baik dan berumur . Program pemberdayaan prasarana drainase panjang masyarakat untuk drainase lingkngan

B.4. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN PROMOSI HIGIENE DAN SANITASI Pengembangan promosi higiene dan sanitasi dibagi dalam 2 kelompok sasaran yaitu sanitasi rumah tangga dan sanitasi sekolah. Kesadaran masyarakat pada kesehatan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 90

lingkungannya masih rendah. Kampaye program PHBS sebagai ujung tombak perubahan di bidang sanitasi masih perlu digencarkan. Pengembangan promosi ini melibatkan banyak pihak agar program penyadaran publik mengenai sanitasi membuah hasil yang maksimal. Tabel 3. 55Tujuan, Sasaran &Tahapan Pencapaian Pengelolaan Sanitasi Rumah Tangga Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Penyadaran . Menumbukan . Masyarakat . Sosialisasi edukasi budaya cuci publik budaya CTPS di memiliki budaya tangan dengan sabun pentingnya lingkungan cuci tangan sebelum/sesudah aktivitas terkait budaya masyarakat sebelum/sesudah sanitasi PHBS dan melakukan . Program penyuluhan kesehatan aktivitas terkait . Pesan sanitasi melalui sanitasi sanitasi media/sarana lainnya lingkungan . Melibatkan swasta melalui CSR . Penyediaan fasilitas cuci tangan pakai sabun di tempat-tempat umum . Melibatkan swasta melalui CSR . Pengadaran publik . Berkurangnya . Sosialisasi edukasi, advokasi pada tentang dampak masyarakat yang masyarakat BABS negatif kebiasaan melakukan BABS . Program penyuluhan BABS . Pesan sanitasi melalui media/sarana lainnya . Melibatkan swasta melalui CSR . Pengelolaan . Masyarakat . Sosialisasi edukasi budaya 3R di sampah melakukan lingkungan rumah tangga/ Melalui pemilahan sampah masyarakat pembelajaran rumah tangga . Program penyuluhan SKPD praktek 3R untuk . Munculnya KSM terkait warga masyarakat peduli sampah . Pesan sanitasi melalui media . Tersedianya . Melibatkan swasta melalui CSR fasilitas 3R . Penyediaan fasilitas 3R di tempat- (tempat sampah tempat umum (tempat sampah kering,basah,orga organik dan non organik) nik non organik) . Program pengadaan SKPD terkait . Melibatkan swasta melalui CSR . Peran serta masyarakat (pengadaan tempat pemisah sampah secara swadaya) . Peningkatan . Masyarakat ikut . Sosialisasi edukasi masyarakat kesadaran memelihara budaya ikut memiliki fasilitas masyarakat untuk fasilitas umum sanitasi dilingkungannya t memelihara sanitasi . Program penyuluhan fasilitas umum . Pesan sanitasi melalui media sanitasi . Keterlibatan peran serta masyarakat dalam pengambilan keputusan . Penghargaan prestasi lingkungan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 91

Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran sehat sanitasi (stimulan sarana,program . Melibatkan swasta melalui CSR . Program promosi sanitasi SKPD terkait

Tabel 3. 56Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Sanitasi Sekolah Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Peningkatan . Menumbukan . warga sekolah dan . Sosialisasi edukasi budaya cuci kesadaran budaya CTPS di Pesantren tangan dengan sabun perilaku lingkungan memiliki budaya sebelum/sesudah aktivitas terkait hidup bersih sekolah cuci tangan sanitasi dan sehat di sebelum/sesudah . Program penyuluhan lingkungan melakukan . Pesan sanitasi dalam kurikulum sekolah aktivitas terkait sekolah (siswa,guru, sanitasi . Penyediaan fasilitas cuci tangan pegawai, pakai sabun di sekolah dan pesuruh) pesantren (rintisan CTPS di sekolah setingkat sekolah dasar) . Melibatkan swasta melalui CSR . Pembelajaran dan . Sekolah/pesantren . Sosialisasi edukasi budaya 3R di pengenalan telah melakukan lingkungan Sekolah praktek 3R di praktek 3R dalam . Program penyuluhan lingkungan pengelolaan . Pesan sanitasi dalam kurikulum sekolah/pesantren sampah sekolah . Tersedianya . Penyediaan fasilitas 3R sebagai alat fasilitas 3R pembelajaran warga sekolah (tempat sampah . Melibatkan swasta melalui CSR kering,basah,orga nik non organik) . Peningkatan . Terpeliharanya . Perbaikan dan pembangunan fasilitas sanitasi fasilitas sanitasi fasilitas sanitasi di lingkungan sekolah sekolah yang layak sekolah . Penyediaan dana Operasional dan pemeliharaan sarana dan prasarana sanitasi

B.5. TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN AIR BERSIH Pemerintah Kabupaten melalui instansi terkait akan mengoptimalkan program- program pengadaan air bersih terutama di daerah-daerah sulit air di 5 kecamatan daratan dan 3 kecamatan wilayah kepulauan. ini. Ada 3 hal utama yang menjadi

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 92

sasaran pengelolaan air bersih yaitu perluasan jaringan PDAM untuk wilayah kota, pengembangan sistem pengelolaan masyarakat melalui Hippam atau ksm air bersih, penyediaan debit air bersih yang cukup dengan perlindungan sumber-sumber air yang ada. Tabel 3. 57 Tujuan, Sasaran dan Tahapan Pencapaian Pengembangan Air Bersih Sasaran Tujuan Strategi Pernyataan Sasaran Indikator Sasaran . Penyediaan . Ketersediaan debit . Terpeliharanya . Perlindungan atas sumber- sumber layanan air air bersih bagi debit sumber- air yang ada bersih bagi masyarakat sumber air yang . Konservasi sumber air seluruh Kabupaten ada . Perda konservasi lingk. masyarakat Sumenep Kabupaten . Tersedianya . Masyarakat . Road map Master plan air bersih Sumenep layanan air bersih daerah- daerah (RTRW) bagi masyarakat sulit air . Eksplorasi sumber-sumber air daerah sulit air mendapatkan bersih baru : akses air bersih . Sumber mata air baru . Pengeboran air dalam . Filtrasi air laut . Pengolahan air baku . Tersedianya Pendanaan eksplorasi sumber air bersih . APBD kabupaten . APBD propinsi . APBN . Lembaga donor . CSR . Koordinasi dan kerja sama SKPD terkait program kegiatan dan pendanaan untuk air bersih . MBR perkotaan/ . MBR perkotaan / . Perluasan layanan jaringan PDAM pedesaan mampu pedesaan mampu . Subsidi pengaksesan air bersih mengakses mengakses untuk MBR layanan air bersih layanan air bersih . Layanan air bersih untuk MBR di perkotaan / pedesaan secara komunal . KSM air bersih . Hippam . Pemberdayaan . Hippam dan KSM . Pembinaan dan pelatihan KSM air bersih dan air bersih mampu manajemen pengelolaan air bersih Hippam mandiri secara bagi Hippam/KSM air bersih manajemen dan . Pelatihan manajemen pendanaan . Pelatihan teknis . Pelatihan akses pendanaan . Keberpihakan kebijakan pemerintah daerah . Perda/landasan hukum . Bantuan pendanaan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 93

3.2.3. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL)

A. Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

Panjang koridor Trunojoyo – Haperkus + 3 km. Kedudukan koridor sebagai jalur utama, mendorong perkembangan koridor berkembangan lebih pesat dibandingkan dengan koridor lain di kawasan perkotaan Sumenep. Kegiatan – kegiatan eksisting yang ada di sepanjang koridor meliputi :  Pemerintahan dan pelayanan publik umum lainnya.  Perdagangan dan jasa komersial  Fasilitas sosial  Pendidikan  Pergudangan dan  Pertanian yang berada di lahan – lahan kosong yang masih ada. (Tambak garam).

Kegiatan yang berpotensi masih akan terus berkembang pesat adalah kegiatan perdagangan dan jasa komersial. kegiatan pendidikan tinggi yang ada masih akan cenderung berkembang seiring dengan perkembangan penduduk Kabupaten Sumenep. Kegiatan yang cenderung tetap/tidak berubah adalah kegiatan pemerintahan dan pelayanan fasilitas publik lainnya. Kegiatan pertanian akan menurun terus secara signifikan. Pergudangan relatif tidak akan berkembang sepesat kegiatan komersial dan pendidikan.

Perkembangan kegiatan-kegiatan tersebut perlu diarahkan yang diwujudkan dalam penataan fungsi kegiatan secara struktural. Rencana Struktur dan fungsi kegiatan koridor mempertimbangkan kecenderungan perkembangan kegiatan yang ada dan berdasarkan hubungan kedekatan antar kegiatan sehingga dapat memperkecil konflik kepentingan antar kegiatan yang ada.

Rencana penataan fungsi kegiatan juga di bedakan atas fungsi primer dan fungsi sekunder. Fungsi primer merupakan kegiatan dengan skala pelayanan mencakup seluruh Kabupaten Sumenep sedangkan fungsi sekunder merupakan kegiatan dengan skala pelayanan untuk skala lokal kawasan perkotaan atau hingga skala pelayanan Kecamatan Kota Kabupaten Sumenep. Pembedaan atas fungsi primer dan sekunder tersebut juga mempertimbangkan atas kegiatan eksisting yang ada di koridor sebagian berfungsi primer. Kegiatan primer mempunyai intensitas dan skala pemanfaatan ruang yang cenderung lebih besar sedangkan kegiatan sekunder

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 94

sebaliknya, sehinga penataan ruang khususnya penataan dan syarat intensitas bangunan berbeda atas fungsi primer dan fungsi sekunder.

Rencana struktur tata ruang koridor Trunojoyo – Haperkus secara garis besar adalah sebagai berikut : koridor di bagi dalam 4 zona seperti tergambar terdahulu. Inti koridor berada di Zona III. Zona III mendefinisikan sebagai pusat kawasan perkotaan Sumenep. Zona I merupakan Zona yang bisa diarahkan sebagai koridor pinggir inti dari pusat perkotaan sumenep. Zona II merupakan zona antara (intermediate) menuju inti/pusat kawasan/koridor perkotaan Sumenep. Zona IV merupakan zona antara menuju ke kawasan yang berkarakter pinggiran kawasan perkotaan.

Zona I adalah koridor Jalan Trunojoyo ruas tugu Gerbang Perkotaan Sumenep hingga pertigaan Jalan Trunojoyo – Jalan Ariyawiraraja (jalan menuju terminal Ariya wiraraja). Merupakan bagian dari koridor yang diarahkan tetap di lalui oleh angkutan antar kabupaten/kota baik bus/moda angkutan yang lebih kecil, sedangkan koridor lain tidak diarahkan untuk di lalui oleh angkutan regional antar kabupaten/kota. Sebagai ruas yang dilalui oleh angkutan regional, kegiatan yang akan berkembang dimungkinkan berupa kegiatan yang memanfaatkan moda tersebut atau kegiatan yang memerlukan moda angkutan/kendaraan berat. Skala kegiatan yang berkembang dimungkinkan pula untuk kegiatan dengan jangkuan yang lebih besar.

Fungsi kegiatan yang di arahkan adalah untuk pendidikan, perkantoran pemerintah secara terbatas, permukiman dan pergudangan secara terbatas. Pembatasan kegitan dapat dilakukan dengan syarat zoning.

Zona II adalah ruas koridor mulai pertigaan Jalan Trunojoyo – Jalan Ariyawiraraja sampai dengan perempatan Jalan Trunojoyo - Jalan KH. Wachid Hasyim (ke arah barat) dan Jalan Dr. Wahidin (ke arah timur). Zona II sebagai koridor antara menuju inti/pusat kawasan perkotaan dimungkinkan muncul perkembangan perdagangan dalam skala blok. Lahan kosong yang masih tersedia berpotensi diarahkan sebagai sasaran investasi kegiatan perdagangan dengan pola pemanfaatan ruang berupa blok pertokoan/ruko. Kegiatan lain yang tetap bisa berkembang adalah kegiatan jasa komersial. Kegiatan pendidikan eksisiting tetap diijinkan. namun kegiatan pemerintahan tidak diarahkan menempati di Zona II.

Zona III meliputi ruas koridor mulai dari perempatan Jalan Trunojoyo - Jalan KH. Wachid Hasyim (ke arah barat) dan Jalan Dr. Wahidin (ke arah timur) hingga perempatan Jalan Trunijoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma dengan Jalan Diponegoro – Jalan Panglima Sudirman. Merupakan zona yang paling penting eksistensinya di

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 95

Kawasan Perkotaan Sumenep. Kegiatan utama diarahkan sebagai Zona untuk kegiatan pemerintahan dan mendukung eksistensi kawasan bersejarah (urban heritage) Masjid, Alun- alun dan Keraton. Kegiatan DPRD, pemerintahan dan pelayanan publik lain seperti kepolisisan dan lain-lain merupakan kegiatan eksisting yang tetap dipertahankan. Kegiatan perdagangan untuk skala kegiatan regional tidak diarahkan pada zona III. Kegiatan komersial yang dimungkinkan adalah kegiatan jasa perbankan atau perkantoran dan hotel. Zona III diarahkan sebagai zona formal sehingga struktur kegiatan diarahkan pada kegiatan formal. Kegiatan informal diarahkan tidak dijinkan berkembang di Zona III.

Kegiatan pasar dalam jangka panjang diarahkan tidak berada dan berkembang di Koridor khususnya di zona III. Keberadaan pasar berpotensi menyebabkan intensitas volume lalu lintas cenderung tinggi disepanjang waktu. Keberadaan pasa bersama dengan keberadaan kegiatan perdagangan grosir lain yang ada di sekitarnya juga berpotensi menarik perkembangan cenderung linier di sepanjang koridor atau memusat di kawasan perkotaan Sumenep. Sehingga pertimbangan pemindahan pasar terkait pula dengan upaya untuk menempatkan titik kegiatan yang berpotensi mendorong perkembangan baru di bagian wilayah Kecamatan Kota/Kabupaten Sumenep.

Keberadaan kegiatan pasar juga menjadi tidak kontekstual dengan eksistensi kawasan bersejarah yang harus di pertahankan. Keberadan perdagangan dalam bentuk pasar dapat mengalihkan fokus keberadaan bangunan-bangunan bersejarah yang di lindungi peraturan daerah. Kegiatan pasar diarahkan dirubah untuk kegiatan perdagangan yang berpotensi mendorong keberadaan kawasan bersejarah sebagai salah satu obyek wisata di Kabupaten Sumenep khususnya di kawasan perkotaan atau di Kecamatan Kota.

Pola kegiatan formal yang diarahkan di Zona III diarahkan juga mempertegas eksistensi fasilitas WI – FI . keberadaan akses internet secara gratis di Zona III perlu didukung dengan keberadaan ruang – ruang publik untuk mengakses teknologi tersebut. Ruang publik dapat berupa taman atau plaza yang mendukung untuk mengakses teknologi tersebut, bangunan komunal atau tempat formal yang di sediakan untuk mengakses internet secara gratis yang dilengkapi dengan sarana penunjangnya.

Zona IV dimulai perempatan Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma dengan Jalan Diponegoro – Jalan Panglima Sudirman hingga batas Jalan Imam Bonjol.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 96

Diarahkan sebagai koridor untuk menampung perkembangan kegiatan perdagangan. Kegiatan skala regional (primer) masih dijinkan. Namun dalam jangka panjang kegiatan perdagangan primer/grosir diarahkan tidak berada di koridor kawasan perkotaan Sumenep. Pengalihan kegiatan grosir tersebut sangat penting dalam rangka pemerataan perkembangan di Kecamatan Kota khususnya dan Kabupaten Sumenep pada umumnya. Dalam kaitan tersebut maka perdagangan yang berkembang di Zona IV adalah perdagangan yang tidak membutuhkan bongkar muat barang seintensif kegiatan perdagangan grosir.

Kegiatan informal yang ada di Zona IV dan sekitarnya, diarahkan dapat tertata dengan lebih baik. Konsep penanganan pedagang kaki lima tidak semata-mata dengan menggusur. Eksistensi pedagang kali lima dapat diakomodasi dengan pematasan waktu beroperasi dan menata ruang koridor yang feksibel untuk PKL.

Rencana struktur ruang dan kegiatan yang di kembangkan di Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma dapat di lihat dalam Tabel

Tabel 3. 58 Rencana Struktur Tata Ruang

NO. STRUKTUR RUANG STRUKTUR KEGIATAN FUNGSIONAL

1. Zona I . Pengembangan permukiman formal . Kegiatan pendidikan tinggi . Pemerintahan secara terbatas (karena telah ada kawasan perkantoran di Kawasan Perkotaan Sumenep) . Pergudangan secara sangat terbatas. 2. Zona II . Perdagangan dan jasa komersial fungsi sekunder . Pendidikan menengah 3. Zona III . Pemerintahan . pelayanan publik . pendukung keberadaan kawasan bersejarah 4. Zona IV . Perdagangan dan jasa komersial fungsi sekunder . Pendukung Tempat Pemakaman Umum Sumber : Rencana Tata Ruang Kawasan Khusus Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma (Haperkus)

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 97

B. Konsep Komponen Perancangan Kawasan B.1 Mempertegas Penandaan Menuju Obyek-Obyek Penting Yang Dapat Diakses Dari Koridor Trunojoyo - Haperkus

Koridor Trunojoyo – Haperkus merupakan koridor utama dari luar perkotaan Sumenep (kabupaten Sumenep) khususnya dari arah Pamekasan. Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma juga merupakan titik orientasi menuju kawasan penting seperti kawasan pusat pemerintahan, asta tinggi, kraton, pelabuhan dll. Sebagai koridor yang menjadi titik orientasi menuju tempat-obyek – obyek penting tersebut maka koridor Trunojoyo – Haperkus mempunyai peran sebagai koridor yang memampang obyek/potensi di kawasan perkotaan Sumenep dan sekitarnya. Tanda-tanda penunjuk arah menuju obyek penting di kawasan perkotaan dan sekitarnya yang terpampang menjadi sangat penting sebagai penunjuk eksistensi obyek/tempat penting tersebut.

Dengan demikian salah satu konsep pengembangan koridor adalah mempertegas fungsi dan peran koridor sebagai “etalase” bagi obyek-obyek penting yang merupakan potensi wisata dan lainnya serta menjadi penunjuk arah menuju tempat pelayanan umum dan fasilitas perkotaan lain melalui penegasan terhadap penandaan yang mendukung peran yang dimaksud.

B.2 Menentapkan Dua Nodes Sebagai Gerbang Utama Dari Dan Ke Luar Koridor

Eksistensi Jalan Diponegoro dan Jenderal Sudirman serta Jalan Ariyawiraraja sangat penting karena menghubungkan koridor Trunojoyo – Haperkus menuju bagian lain wilayah Kabupaten Sumenep. Persimpangan koridor Trunojoyo – Haperkus dengan jalan – jalan tersebut merupakan titik orientasi (nodes) menuju bagian lain wilayah Kabupaten Sumenep, sehingga persimpangan tersebut berpotensi menjadi gerbang utama (Gate Major). Sebagai titik orientasi maka penataan di persimpangan di pertegas melalui penempatan tanda dan penataan spasial yang menjadi land mark dan mendefinisikan nodes dengan tegas.

Sepanjang koridor di tetapkan 2 titik orientasi (nodes)yang dikonsep sebagai gerbang utama ( Major gates) yaitu di pertigaan Jalan Trunojoyo – Jalan Ariyawiraraja dan perempatan Jalan Trunojoyo – Haperkus dengan Jalan Panglima Sudirman – Diponegoro. Dua perempatan dan satu pertigaan di tetapkan sebagai titik orientasi lainnya. Titik pertigaan Jalan Ariya Wiraraja merupakan titik orientasi menuju ke wilayah kepulauan melalui pelabuhan kali Anget dan juga merupakan titik perpindahan moda dari luar perkotaan menuju

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 98

ke kawasan perkotaan, sehingga penataan lebih monumental dengan tambahan landmark dan penataan spasial penyambut. (lihat gambar ).

Gbr Konsep pengembangan titik orientasi Koridor Jalan Trunojoyo – Jalan Halim Perdana Kusuma

Minor Gates Konsep : Tugu Selamat Datang RTH

Minor Gates Major GatesKonsep : Land Mark Routunda

Kawasan Khusus/ Urban Heritage (Masjid, alun-alun dan sekitarnya)

Konsep : Focal Point Publik Space

Major Jalan KonsepGates : Spatial Ariyawiraraja Penyambut Landmark

B.3 Koridor Dikembangkan Dengan Pedestrian Oriented

Penataan koridor Trunojoyo - Haperkus sebagai koridor utama kawasan perkotaan perlu juga memperhatikan kebutuhan pejalan kaki, terutama pada ruas yang intesitas kegiatan lebih tinggi di bandingkan dengan yang lain. Pedestrian sebagai jalur pejalan kaki di sebagian ruas koridor telah di tata, namun masih perlu di tata agar lebih layak dan menjamin kemudahan, kenyaman pejalan kaki dan sebagai penghubung antar aktivitas ekonomi.

B.4 Desain Perabot Koridor Dengan Langgam Arsitektural Yang Kontekstual Dengan Langgam Gapura Masjid Dan Gerbang Alun-Alun.

Masjid Jami dan alun-alun merupakan peninggalan bersejarah dari keberadaan kerajaan di Sumenep. Masjid, alun-alun dan keraton merupakan satu kesatuan peningalan sejarah yang tidak terpisahkan. Konsep penataan dan langgam arsitektur yang ditinggalkan sangat bernilai sebagai peninggalan bersejarah. Sehingga eksistensinya perlu di jaga diantaranya sebagai rujukan langgam arsitektur dan ornamen di setiap bangunan disepanjang koridor.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 99

B.5 Bangunan Yang Bernilai Sejarah Di Pertahankan Sebagai Urban Heritage Perkotaan Sumenep

Selain masjid dan keraton, beberapa bangunan di sekitarnya bernilai sejarah sehingga perlu di pertahankan. Penerapan aturan intensitas bangunan bagi bangunan yang di tetapkan sebagai bangunan bersejarah berbeda dengan bangunan baru lainnya. Eksitensi bangunan bersejarah baik yang difungsikan sebagai bangunan komersial maupun fasilitas umum perlu di pertahankan.

B.6 Struktur Tata Ruang Koridor Dibagi Dalam 4 Zona

Kecenderungan perkembangan pemanfaatan ruang berbeda setiap bagian/ruas meskipun secara umum trend perkembangan pemanfaatan ruang mengarah pada fungsi komersial. Pemanfaatan ruang yang berbeda tersebut membentuk pola yang dapat dibagi dalam 4 zona. Di setiap zona akan di tentukan fungsi dan pola pemanfaatan ruangnya. Pembagian 4 zona tesebut juga untuk menjaga eksistensi bangunan dan kawasan bersejarah dan dalam mengorganisir potensi permasalahan tata ruang melalui penataan yang terstruktur dengan tegas.

C. Blok-Blok Pengembangan Kawasan dan Program Penanganan

Penataan ruang luar tersbut juga akan di dukung dengan penataan identitas koridor yang meliputi tanda (landmark), Tititk orientasi (Nodes), Jalur koridor (Path ways), kawasan fungsional (district), batas kawasan fungsional (edges). rencana penataan ruang luar koridor secara komprehensif tersebut direncanakan dapat membentuk pola tata lingkungan luar yang berkarakter dan menjadi nilai tambah bagi kesan penataan ruang di Kawasan Perkotaan Sumenep.

C.1 Penataan Tanda (Landmark)

Landmark tambahan direncanakan di tempatkan di pertigaan Jalan Trunojoyo – Jalan Ariyawiraraja dan perempatan Jalan Trunjoyo – Hperkus – Sudirman - Diponegoro. Landmark di koridor jalan merupakan tanda bagi pelaku pejalan dari luar kota khususnya. Land mark menjadi penanda sekaligus menjadi identitas dan menunjukkan jati diri dari kawasan perkotaan Sumenep. Tanda yang yang ada di koridor selama ini berupa tugu selamat datang, routunda berupa jam di perempatan jalan Trunojoyo – Haperlkus – Diponegoro – Sudirman dan tugu adipura di alun-alun. Penanda yang sudah ada di rencanakan

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 100

dipertahankan sedangkan tugu adipura di pindahkan menjadi elemen tanda di pertigaan Jalan Trunojoyo – Jalan Ariyawiraraja. Tugu adipura merupakan identitas yang menunjukkan jati diri bahwa perkotaan Sumenep telah mendapatkan penghargaan adipura. Namun demikian penempatan tugu di tengah alun-alun kurang tepat karena dalam peraturan daerah alun-alun merupakan kawasan persejarah yang dikonservasi. Tugu adpura bagi alun-alun adalah unsur tambahan yang berbeda tema dengan bangunan bersejarah dan berpotensi merubah eksistensi pola tata ruang kawasan bersejarah berupa jalur simetris antar Masjid Jami alun-alun – keraton. Lihat gambar perspektif penataan alun-alun.

Tugu adipura di pertigaan adipura lebih tepat karena dapat terekspose dengan lebih jelas dan menjadi penada dari penghargaan terhadap gerak pembangunan dan penataan ruang di Kabupaten Sumenep. Adipura di pertigaan tersebut menjadi penanda batas kawasan inti perkotaan dari kawasan/koridor yang berkarakter pinggiran perkotaan. Tugu adipura direncanakan di letakkan di tengah dari pertigaan yang berfungsi sekaligus menjadi routunda. Keberadaan tugu adipura di pertigaan merupakan unsur elemen penanda baru. Lihat gambar perspektif penempatan tugu adipura.

C.2 Penataan Jalur (Path Ways)

Koridor Trunojoyo sendiri merupakan jalur (path ways) utama di Kawasan Perkotaan Sumenep. Sehingga penataan koridor direncanakan mampu mendefinisikan peran sebagaijalur utama dan lebih berkarakter dibandingkan jalur yang lain. Secara umum koridor direncanakan dalam dua jalur - dua arah dengan median. Dalam jangka panjang direncanakan terdiri dari 6 lajur. Unsur pendefinisi jalur lain adalah pedestrian dan jalur pohon (planting strips) lampu penerangan jalan dan iklan di median. Kesan simetris di rencanakan muncul di koridor ini. Sehingga penataan elemen kanan dan kiri direncanakan seimbang mempertimbangan median sebagai sumbu utama koridor. Lihat perspektif koridor.

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 101

3.2.5. Matriks Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya

Berdasarkan dokumen rencana yang telah dijabarkan pada pembahasan diatas maka dapat disusun matriks strategi pembangunan pada skala Kabupaten yang meliputi : a. RTRW Kabupaten Sumenep sebagai acuan arahan spasial. b. RI-SPAM sebagai arahan pembangunan air minum. c. SSK sebagai arahan pengembangan sektor sanitasi. d. RP2KP sebagai acuan arahan pengembangan permukiman. e. Rencana lainnya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3. 59 Matriks Identifikasi Rencana Pembangunan Bidang Cipta karya Kabupaten Sumenep

Produk Status Arahan Program/ Lokasi Sektor Rencana (Ada/ pembangunan kegiatan Tidak) RTRW Ada Supervisi PSD Kecamatan Arjasa, Bangkim kawasan Permukiman pasaongso Kecamatan Arjasa, Minapolitan Perdesaan Kws. pasaongsongan, Bluto ngan, Minapolitan Bluto RTRW Ada Pembangunan Kecamatan Arjasa, Bangkim PSD pasaongsongan, Bluto Kawasan Permukiman Kumuh Perdesaan Kaw. Kumuh RTRW Ada Pembangunan Kecamatan Rubaru Bangkim PSD Kawasan Permukiman Agropolitan Perdesaan Kws. Agropolitan RTRW Ada Supervisi PSD Kecamatan Rubaru Bangkim Kawasan Permukiman Agropolitan Perdesaan Kws. Agropolitan RTRW Ada Penyususunan Kecamatan kawasan RTBL kawasan Kalianget,Pasonsongan, Raas, PBL Pelabuhan pelabuhan Sapeken RTRW Ada Penyusunan Kecamatan Arjasa, Kecamatan PBL RTBL Kawasan Sumenep Taman Hutan

Kota dan Kawasan Asta Tinggi RISPAM ADA Penyusunan Kecamatan AM Air minum data base air Kalianget,Pasonsongan, Arjas, bersih/air minum Raas, Sapeken

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 102

Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 103