Patrawidya Vol 15 No 2 Juni 2014
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Terakreditasi No. : 405/AU3/P2MI-LIPI/04/2012 seri penerbitan penelitian sejarah dan budaya Pesisir Selatan Jawa dalam Perspektif Sejarah dan Pengembangan Wilayah Oleh : Susanto Zuhdi Konferensi Wartawan Asia-Afrika di Jakarta Tahun 1963: Suatu Manifestasi Nefos (New Emerging Forces) Oleh : Siska Nurazizah Lestari Perkembangan Wilayah dan Masyarakat Perbatasan Kabupaten Malang-Kediri Berdasar Analisis Arsip Kartografi (1854-2009) Oleh : Reza Hudiyanto Malino Berdarah 1946 Oleh : Ismi Yuliati Sistem Pengetahuan dan Kepercayaan Masyarakat Nelayan di Desa Bojonegara Banten Oleh : Ani Rostiyati Tempat Berziarah Asta Sajjid Yusuf di Pulau Poteran Kabupaten Sumenep Madura Oleh : Isni Herawati Nilai-nilai Budaya Jawa dalam Serat Wedhatama Oleh : Sumarno Ngalap Berkah di Makam Sri Makurung Desa Dukuh, Banyudono, Boyolali Oleh : Noor Sulistyobudi Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Ritual Mendhak di Tlemang, Lamongan Oleh : Agus Indiyanto Resensi Buku : Sisi Lain Pangeran Diponegoro, Menimbang Buku Kuasa Ramalan Oleh : Heri Priyatmoko Yogyakarta No. 2 Hal. 171 - 340 ISSN 1411-5239 Vol. 15 Juni 2014 seri penerbitan penelitian sejarah dan budaya Patrawidya merupakan seri penerbitan hasil penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya (BPNB) Yogyakarta dan peneliti tamu, serta penulis undangan yang meliputi bidang sejarah dan budaya. Patrawidya terbit secara berkala tiga bulan sekali, yaitu pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember. Nama Patrawidya berasal dari dua kata “patra” dan “widya”, yang berasal dari bahasa Sansekerta, yang kemudian menjadi kata serapan dalam bahasa Jawa Kuna. Kata “patra” berasal dari kata “pattra” , dari akar kata pat=melayang, yang kemudian diartikan sayap burug; bulu; daun; bunga; tanaman yang harum semerbak; daun yang digunakan untuk ditulisi; surat; dokumen; logam tipis atau daun emas. Kata “widya” berasal dari kata “vidya” , dari akar kata vid=tahu, yang kemudian diartikan sebagai “ilmu pengetahuan”. Jadi Patrawidya dapat diartikan sebagai “lembaran yang berisi ilmu pengetahuan”, yang dalam hal ini tentang sejarah dan budaya. DEWAN REDAKSI PATRAWIDYA Mitra Bestari : Prof. Dr. Djoko Suryo (Sejarah) Prof. Dr. Su Ritohardoyo, MA (Geografi) Prof. Dr. Suhartono Wiryopranoto (Sejarah) Prof. Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra, M.A. (Antropologi) Penyunting Bahasa Inggris : Drs. Eddy Pursubaryanto, M.Hum Ketua Dewan Redaksi : Dra. Taryati (Geografi) Pemimpin Redaksi Pelaksana : Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum. (Sejarah) Dewan Redaksi : Dra. Sumintarsih, M.Hum. (Antropologi) Dra. Suyami, M.Hum. (Sastra Jawa) Dra. Emiliana Sadilah (Geografi ) Drs. Hisbaron Muryantoro (Sejarah) Drs. Sindu Galba (Antropologi) Yustina Hastrini Nurwanti, S.S. (Sejarah) Dra. Isni Herawati (Antropologi) Pemeriksa Naskah : Dra. Sumintarsih, M.Hum (Antropologi) Dra. Dwi Ratna Nurhajarini, M.Hum. (Sejarah) Ernawati Purwaningsih, M.Sc. (Geografi) Alamat Redaksi: Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta Jalan Brigjen Katamso 139, Dalem Jayadipuran Yogyakarta 55152 Telp. (0274) 373241, 379308 Fax. (0274) 381555 e-mail:[email protected] | Website:http://www.bpnb-jogja.info Patrawidya, Vol. 15, No. 2, Juni 2014 PENGANTAR REDAKSI Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas perkenanNya, Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta dapat menerbitkan hasil penelitian yang dikemas dalam Jurnal Patrawidya Seri Sejarah dan Budaya Vol. 15, No.2, Juni 2014. Jurnal Patrawidya edisi ini memuat beberapa artikel dalam bidang sejarah dan budaya, hasil penelitian Balai Pelestarian Nilai Budaya Yogyakarta, peneliti tamu dan peneliti undangan. Jurnal Patrawidya tidak mungkin bisa sampai dihadapan para pembaca tanpa kerja sama dan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan baik ini Dewan Redaksi Patrawidya dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada para Mitra Bestari yang telah meluangkan waktu untuk membaca semua artikel dan memberi pertimbangan terhadap isi artikel. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada editor bahasa Inggris. Susanto Zuhdi mengawali edisi Juni kali ini dengan sebuah artikel berjudul Pesisir Selatan Jawa dalam Perspektif Sejarah dan Pengembangan Wilayah. Pesisir selatan memiliki potensi sejarah dan budaya maritim yang tidak kalah dengan pesisir utara. Namun begitu menurut Zuhdi pembangunan daerah itu masih terabaikan. Untuk mengungkapkan topik kajiannya Zuhdi memakai pendekatan geo-historis dengan menempatkan pelabuhan Cilacap sebagai “prime mover” bagi pengembangan pesisir selatan Jawa Tengah. Siska N. Lestari, berikutnya berbicara tentang Konferensi Wartawan Asia-Afrika. Menurut hasil penelitian, Konferensi Wartawan Asia-Afrika menjadi salah satu konferensi yang mempunyai pengaruh besar baik bagi politik nasional maupun internasional. Konferensi yang mendapat banyak bantuan dan dukungan luas dari berbagai kalangan tersebut merupakan titik pangkal kerjasama wartawan Asia-Afrika yang ingin melepaskan diri dari belenggu imperialisme dan kolonialisme yang pada saat itu sangat kuat menguasai bangsa- bangsa Asia-Afrika. Masih berkaitan dengan perkembangan wilayah sebuah tulisan dari Reza Hudiyanto patut untuk disimak. Menurut Hudiyanto pasca pemberlakuan Undang-undang Desentralisasi, peran pemerintah daerah semakin signifikan. Otonomi dalam bidang keuangan dan penyusunan anggaran telah mendorong masing-masing pemerintah daerah menggenjot pemasukan daerah. Hal itu berdampak pada pemanfaatan secara optimal sumber daya alam di wilayah masing-masing. Dengan demikian menurut Hudiyanto arsip kartografi memegang peranan penting dalam memberikan kepastian hukum sebuah wilayah. Artikel ini bertujuan menunjukkan arti penting arsip kartografi dalam memberikan salah satu solusi dalam konflik wilayah dan merekonstruksi perkembangan wilayah dan masyarakat perbatasan. Ismi Yuliati menyumbang artikel tentang Malino Berdarah 1946. Tulisan ini berangkat dari arti sebuah kemerdekaan bagi sebuah bangsa, yang ternyata memiliki implikasi sejarah tersendiri bagi wilayah-wilayah yang berada di dalamnya. Menurut Yuliati perlawanan rakyat terhadap Belanda tahun 1946 menjadi salah satu tonggak sejarah dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia di tingkat lokal. Siasat perang, tokoh- tokoh serta peran rakyat Malino menjadi fokus kajian Yuliati yang direkonstruksi berdasarkan sumber primer dari pelaku dan juga dari referensi sekunder. Sistem Pengetahuan dan Kepercayaan Masyarakat Nelayan di Desa Bojonegara Banten menjadi fokus tulisan Ani Rostiyati. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nelayan hidupnya selalu berhubungan dengan laut, dan memiliki adat istiadat, norma dan kepercayaan yang tidak sama dengan masyarakat petani atau industrial. Masyarakat nelayan di Bojonegara i Patrawidya, Vol. 15, No. 2, Juni 2014 memiliki pengetahuan tentang tanda-tanda alam, cara menangkap ikan dan teknologi dalam penangkapan ikan. Isni Herawati, menulis tentang Tempat Berziarah Asta Sajjid Yusuf di Pulau Poteran Kabupaten Sumenep Madura. Menurut Herawati para peziarah di makam Sajjid Yusuf mempunyai tujuan yang bermacam-macam sesuai dengan kepentingan masing-masing. Mencari ketenangan batin, mendapatkan kesehatan, kesuksesan, kelancaran dalam usaha, adalah beberapa keinginan para peziarah yang datang ke Asta Sajjid Yusuf, yang intinya adalah 'ngalap berkah' (mengharap barokhah). Nilai-nilai dalam budaya Jawa yang tertuang dalam Serat Wedhatama dikupas oleh Sumarno. Wedhatama karangan Mangkunegara IV berisi tentang ajaran atau piwulang. Menurut Sumarno nilai-nilai yang terkandung dalam Wedhatama adalah menghindarkan diri dari sifat jahat; instropeksi diri; berserah diri; ilmu sejati; mencapai hidup yang sempurna dan juga tentang larangan yang harus dihindari oleh manusia dalam kehidupan di dunia. Masih tentang 'ngalap berkah' Noor Sulistyobudi menemukan tentang tujuan orang datang berziarah ke makam para tokoh yang dianggap memiliki “kekuatan lebih”. Mohon keselamatan, mendapat rizki yang cukup, awet muda, mendapat pekerjaan antara lain tujuan para peziarah datang ke makam seperti tertuang dalam tulisan yang berjudul Ngalap Berkah di Makam Sri Makurung Desa Dukuh, Banyudono, Boyolali. Agus Indiyanto menyumbang sebuah artikel tentang ritual dengan judul Kontinuitas dan Diskontinuitas dalam Ritual Mendhak di Tlemang, Lamongan. Menurut hasil penelitian Agus Indiyanto, ritual bukanlah sekedar peristiwa sosial yang merayakan nilai religius dan kebersamaan, tetapi juga menjadi arena kontestasi bagi aktor-aktor yang terlibat di dalamnya. Ritual Mendhak di Tlemang memperlihatkan tiga pergeseran penting yakni aspek kognitif menyangkut basis pengetahuan yang menggunakan agama (Islam); kemudian aspek evaluatif dan aspek simbolik yang menitikberatkan pada ekspresi-ekspresi perilaku. Edisi kali ini ditutup dengan sebuah resensi buku oleh Heri Priyatmoko dari buku tulisan Peter Carey berjudul Kuasa Ramalan: Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama di Jawa, 1785-1855. Ibarat pepatah 'tiada gading yang tak retak', penerbitan jurnal Patrawidya Seri Sejarah dan Budaya Vol. 15, No.2, Juni 2014 masih ada kekurangannya. Namun begitu kami berharap semoga terbitan ini bermanfaat bagi yang membutuhkan. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Selamat membaca. DEWAN REDAKSI ii Patrawidya, Vol. 15, No. 2, Juni 2014 Vol. 15. No. 2, Juni 2014 ISSN 1411-5239 Seri Sejarah dan Budaya PATRAWIDYA Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya - Pengantar Redaksi - Daftar Isi - Abstrak Susanto Zuhdi - Pesisir Selatan Jawa dalam Perspektif Sejarah dan Pengembangan Wilayah (hlm. 171 - 182) Siska Nurazizah Lestari - Konferensi