Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis Dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah Sebagai Bentuk Protes Kebudayaan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis Dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah Sebagai Bentuk Protes Kebudayaan Batik Indonesia karya K.P.A. Hardjonagoro kajian tentang makna filosofis dan simbolis batik motif kembang bangah sebagai bentuk protes kebudayaan Skripsi Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Mancapai Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Oleh : Fauzun Nurish Sholihah C.0901019 JURUSAN KRIYA SENI/ TEKSTIL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2006 BATIK INDONESIA KARYA K.P.A. HARDJONAGORO Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan Disusun oleh FAUZUN NURISH SHOLIHAH C0901019 Telah disetujui oleh pembimbing Pembimbing Dra. Theresia Widiastuti, M.Sn. NIP. 131 570 308 Mengetahui Ketua Jurusan Kriya Seni/ Tekstil Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum. NIP. 130 935 350 b BATIK INDONESIA KARYA K.P.A. HARDJONAGORO Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan Disusun oleh FAUZUN NURISH SHOLIHAH C0901019 Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Skripsi Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Pada Tanggal Juli 2006 Jabatan Nama Tanda Tangan Ketua Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum. ……………... NIP. 130 935 350 Sekretaris Dra. Tiwi Bina Affanti ……………... NIP. 131 570 165 Penguji I Dra. Theresia Widiastuti, M. Sn. ……………... NIP. 131 570 308 Penguji II Dra. Ning Hadiati ……………… NIP. 131 754 512 Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Prof. Dr. Maryono Dwiraharjo, S. U. NIP. 130 675 167 c PERNYATAAN Nama : Fauzun Nurish Sholihah NIM : C0901019 Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi berjudul Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan adalah betul-betul karya sendiri, bukan plagiat, dan tidak dibuatkan oleh orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang diperoleh dari skripsi tersebut. Surakarta, Juli 2006 Yang Membuat Pernyataan, Fauzun Nurish Sholihah d MOTTO 1. “Tidakkah engkau lihat bahwa malam itu bila telah sempurna kegelapannya, pasti akan datanglah pagi hari dengan cahayanya”. Allah berfirman: “ Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. 2. It is not the hours put in, but it is what we put in the hours. Tidaklah penting berapa jam Anda bekerja, tetapi yang penting adalah apa yang Anda kerjakan pada jam-jam itu ? Al idarah faiqatus sur’ah kaifa tuhakqiqu qashbas sabaq laka wa limunadzdzamatik. (Jhon Jhones, 1993) 3. Tempat yang paling dibanggakan di dunia adalah yang mempunyai penerangan dan sebaik-baik teman duduk sepanjang masa adalah buku. e PERSEMBAHAN Kupersembahkan kepada: 1. Bapak, Ibu dan keluarga tercinta. 2. Rekan mahasiswa angkatan 2001 3. Almamater UNS f KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan karunian-Nya sehingga penulisan skripsi dengan judul: Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro Kajian Tentang Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Berkat bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan lancar. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Maryono Dwiraharjo, S. U., selaku Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di Fakultas Sastra dan Seni Rupa hingga selesai. 2. Dra. Sarah Rum Handayani, M. Hum., selaku Ketua Jurusan Kriya Seni/ Tekstil, yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi. 3. Dra. Theresia Widiastuti, M. Sn., selaku Koordinator Skripsi dan Tugas Akhir, Pembimbing Skripsi, sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak berjasa membimbing, mendampingi, mengarahkan dan mendukung penulis sejak awal hingga selesai masa studi. g 4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Sastra dan Seni Rupa, khususnya Jurusan Kriya Seni/Tekstil yang telah mengajarkan ilmu dan memperluas wawasan yang berguna bagi penulis. 5. Kanjeng Pangeran Arya (K.P.A.) Hardjonagoro beserta keluarga, selaku narasumber utama yang telah berkenan meluangkan waktu dan memberikan banyak informasi yang penulis butuhkan. 6. Bapak dan Ibu orang tua penulis yang senantiasa bersabar dalam mendidik dan mendukung cita-cita buah hatinya. 7. Saudara-saudara penulis; Mbak Zuzun dan Mas Kris, Mbak Kembar, Habib dan Umar, yang telah banyak memberikan perhatian dan bantuan selama penulisan skripsi ini. 8. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Kriya Seni/Tekstil, terutama angkatan 2001, yang sudah menemani selama masa studi. 9. Rekan-rekan SKI FSSR UNS yang penulis cintai, LPR Kriya Mandiri yang senantiasa menyemangati, Remaja Putri dan rekan guru TPA Masjid Al- Muhtadiin yang penulis sayangi. 10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak, mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi mereka yang memerlukan, terutama mahasiswa Seni Rupa Universitas Sebelas Maret. Surakarta, Juli 2006 Penulis h DAFTAR ISI Halaman Judul …………………………………………………………….. i Halaman Persetujuan ……………………………………………………… ii Halaman Pengesahan ……………………………………………………… iii Halaman Pernyataan ………………………………………………………. iv Halaman Motto ……………………………………………………………. v Halaman Persembahan …………………………………………………….. vi Kata Pengantar …………………………………………………………….. vii Daftar Isi …………………………………………………………………… ix Daftar Tabel ……………………………………………………………….. xiii Daftar Singkatan …………………………………………………………... xiv Daftar Lampiran …………………………………………………………… xv Daftar Gambar …………………………………………………………….. xvi Halaman Abstrak ………………………………………………………….. xvii BAB I PENDAHULUAN 1st. Latar Belakang Masalah ……………………………….. 1 2nd. Identifikasi Masalah ……………………………………. 5 3rd. Pembatasan Masalah …………………………………… 6 4th. Perumusan Masalah ……………………………………. 6 5th. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 7 6th. Manfaat Penelitian ……………………………………… 7 7th. Sistematika Penulisan …………………………………... 8 i BAB II LANDASAN TEORI………………………………….. 10 1st. Pengertian Batik ……………………………………….. 10 1. Pengertian Motif Batik …………………………….. 12 One. Motif Baku……………………………………... 12 Two. Anggitan………………………………………... 12 Three. Isen……………………………………………... 12 2. Pengertian Pola Batik ………………………………. 14 3. Pengertian Corak Batik…………………………….. 14 4. Pengertian Imba ……………………………………. 15 2nd. Pengertian Makna ……………………………………… 15 1. Makna Filosofis …………………………………….. 15 2. Makna Simbolis ……………………………………... 16 3rd. Perlambangan…………………………………………... 16 1. Makna Perlambangan pada Motif Batik…………… 17 2. Makna Perlambangan pada Warna Batik ………….. 19 4th. Teknik Pembuatan Batik ………………………………. 20 1. Persiapan …………………………………………… 20 2. Proses Pembatikan………………………………….. 20 5th. Istilah Penamaan Batik ……………………………….... 24 1. Sistem Penamaan pada batik Tradisi dan Modern…. 25 2. Ditinjau Menurut Daerah Asal Pembatikan ………... 26 3. Ditinjau dari Teknik Pembuatan Batik Tradisional… 26 4. Ditinjau dari Teknik Pelekatan Lilin (Malam)……... 33 j 5. Ditinjau dari Zaman atau Kebudayaan yang Mempengaruhi…………………………………….. 36 6th. Sejarah Batik Indonesia, Tokoh dan Karyanya………... 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN………………………… 48 1st. Lokasi Penelitian ………………………………………. 48 2nd. Bentuk dan Strategi Penelitian ………………………… 48 3rd. Sumber Data …………………………………………… 49 1. Informan …………………………………………… 49 2. Tempat atau Lokasi Penelitian …………………….. 49 3. Dokumentasi ………………………………………. 50 4th. Teknik Pengumpulan Data …………………………….. 50 1. Observasi ………………………………………….. 50 2. Wawancara ………………………………………… 51 3. Dokumentasi ………………………………………. 51 5th. Teknik Sampling ………………………………………. 52 6th. Validitas Data………………………………………….. 52 1. Triangulasi Data……………………………………. 53 2. Triangulasi Metode………………………………… 53 G. Teknik Analisis Data ………………………………….. 53 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN …………………….. 55 1st. Sejarah Singkat Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro………………………………….. 55 2nd. Ciri Khas Batik Indonesia Karya K.P.A. Hardjonagoro.. 56 k 3rd. Latar Belakang Pembuatan Batik Motif Kembang Bangah …………………………………………………. 57 4th. Perwujudan Batik Motif Kembang Bangah ……………. 58 1. Bahan ………………………………………………. 59 2. Teknik ……………………………………………… 59 3. Warna ………………………………………………. 60 4. Ragam Hias ………………………………………… 61 5. Fungsi ………………………………………………. 62 5th. Batik Motif Kembang Bangah Ditinjau dari Proses Desain ………………………………………………….. 62 F. Makna Filosofis dan Simbolis Batik Motif Kembang Bangah sebagai Bentuk Protes Kebudayaan ………….... 64 BAB V PENUTUP………………………………………………. 67 1st. Kesimpulan …………………………………………….. 67 2nd. Saran ……………………………………………………. 68 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN l DAFTAR TABEL Tabel 1 Bentuk Isen-isen yang masih Banyak Dipakai Tabel 2 Batik Ditinjau dari Zaman dan Kebudayaan yang Mempengaruhi m DAFTAR SINGKATAN Alm. = Almarhum/ almarhumah DKI = Daerah Khusus Ibukota DR. = Doktor Dra. = Dokteranda Gbr. = Gambar Ir. = Insinyur KBBI = Kamus Besar Bahasa Indonesia K.P.A. = Kanjeng Pangeran Aryo K.R.T. = Kanjeng Raden Tumenggung m² = meter persegi M.Sn. = Magister Seni R.Ng. = Raden Ngabehi UI = Universitas Indonesia n DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Istilah Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian Lampiran 3 Denah Rumah K.P.A.
Recommended publications
  • Arsitektur-Interior Keraton Sumenep Sebagai Wujud Komunikasi Dan Akulturasi Budaya Madura, Cina Dan Belanda
    ARSITEKTUR-INTERIOR KERATON SUMENEP SEBAGAI WUJUD KOMUNIKASI DAN AKULTURASI BUDAYA MADURA, CINA DAN BELANDA Nunuk Giari Murwandani Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah, Keraton Sumenep merupakan salah satu peninggalan bangunan di Madura. Kraton Sumenep dirancang oleh arsitek Lauw Pia Ngo dari Negeri Cina, dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, dengan demikian maka warisan budaya itu tidak luput dari pengaruh budaya Jawa Hindu, Islam, Cina dan Belanda. Kesemuanya itu tampak pada penampilan dan penyelesaian bangunan- bangunan tersebut. Pendopo Kraton ternyata memiliki bentuk bangunan Jawa. Pendopo dengan atap Limasan Sinom dan bubungannya dihiasi dengan bentuk mencuat seperti kepala naga, merupakan pengaruh Cina. Sedangkan bangunan dalem terdapat bentuk gunung (top level) yang telanjang tanpa teritis dan diselesaikan dengan bentuk mirip cerobong asap di puncaknya, merupakan bukti pengaruh Belanda dan Cina. Pada ragam hiasnya juga nampak beberapa pola Jawa, Islam dan Cina yang dipadu cukup menarik. Bentuk arsitektur Kraton Sumenep, menunjukkan wujud adanya akulturasi antara budaya Madura, Cina dan Belanda. Kata kunci: interior, Kraton Sumenep, akulturasi, budaya Madura ABSTRACT Acculturation is an interactive and continuous process that develops within and through the communication of an immigrant having a foreign social and cultural environment. One form of communication in acculturation can be seen through the remains and artefacts in the form of artworks or architecture in a region.
    [Show full text]
  • BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS in EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks
    Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism, Vol. 9, No. 2, 2020, pp. 227-250 e-ISSN: 2540-8186; p-ISSN: 2302-8017 DOI: 10.21580/tos.v9i2.6826 BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS IN EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks Mashuri Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur East Java Provincial Language Centre [email protected] Abstract: This research discusses the manuscript of Bahrul Lahut with the approach of philology, geneo-archeology of knowledge, and history. The aim was to study the text of Bahrul Lahut, its contents, and trace the Aceh-Makassar-East Java tarekat network based on the distribution of the manuscripts. As the result, (1) there are three existences of Bahrul Lahut in East Java, namely the Traditional Islamic Boarding School (Pondok Pesantren) of Sumber Anyar, Pamekasan, Madura, the EDR’s collection in Sidoarjo, and Jamaah Tarekat Satariyah in Pare Kediri, (2) Text edition is selected from the collection of Pondok Pesantren Sumber Anyar with philology consideration, (3) The Bahrul Lahut manuscript is only available in the manuscript catalog of Dayah Tano Abee, Aceh, and the collection of the family of Yusuf Makassar, (4) The text content of Bahrul Lahut describes and re-reads the conception of the nature of God and the creation of the universe as a manifestation of Nur Muhammad, influenced by wahdat al- wujud and emanation of Ibn Arabi, (5) From the Bahrul Lahut manuscript, a network of tarekat ulama in East Java can be reconstructed, through the paths of Abdurrouf Singkel and Yusuf Makassar. Keywords: Bahrul Lahut, East Java manuscript, reconstruction of the tarekat network A.
    [Show full text]
  • Bali to Bali
    STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS Bali – Bali itineraries West bound: Benoa (Bali) - Giligenteng (Madura) – Probolinggo (Java) – Lovina Beach (Bali) – Senggigi beach (Lombok) – Gili Sudak (Lombok, Nusa Tenggara) – Benoa (Bali) East bound: Benoa (Bali) - Gili Kondo (Lombok) – Komodo National Park, Pink beach – Satonda – Gili Meno/Gili Trawangan (Lombok) – Gili Nanggu (Lombok) – Benoa (Bali) We use the best available guides and transportation for all our tours. However since your cruise will take you to many exotic destinations off the usual tourist radar, you must be prepared to encounter minor inconveniences and infrastructure which is not always of the highest standard: restaurant services may be rather basic, toilet facilities can be quite primitive by Western standards and tour guides will not be as sophisticated as those found in the Mediterranean. Nevertheless we are confident that these drawbacks will be far outweighed by the truly unique and unforgettable experiences you will take home with you. All tours are offered with English speaking guides. The length of the tours as well as the time spent on the various sites, is given as an indication only as it may vary depending on the road, weather, sea and traffic conditions and the group’s pace. STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS With the exception of Bali, Indonesia is a country with a very strong muslim tradition ; certain excursions may be modified or even cancelled depending on religious festivals Fitness requirements vary according to your chosen activity. If you would like to participate in hiking, snorkeling and boating, an average to good level of fitness is mandatory. Please note that the activity level of our excursions is given as a guideline, much depends on your own personal fitness.
    [Show full text]
  • Indonesia 12
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Indonesia Sumatra Kalimantan p509 p606 Sulawesi Maluku p659 p420 Papua p464 Java p58 Nusa Tenggara p320 Bali p212 David Eimer, Paul Harding, Ashley Harrell, Trent Holden, Mark Johanson, MaSovaida Morgan, Jenny Walker, Ray Bartlett, Loren Bell, Jade Bremner, Stuart Butler, Sofia Levin, Virginia Maxwell PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Indonesia . 6 JAVA . 58 Malang . 184 Indonesia Map . 8 Jakarta . 62 Around Malang . 189 Purwodadi . 190 Indonesia’s Top 20 . 10 Thousand Islands . 85 West Java . 86 Gunung Arjuna-Lalijiwo Need to Know . 20 Reserve . 190 Banten . 86 Gunung Penanggungan . 191 First Time Indonesia . 22 Merak . 88 Batu . 191 What’s New . 24 Carita . 88 South-Coast Beaches . 192 Labuan . 89 If You Like . 25 Blitar . 193 Ujung Kulon Month by Month . 27 National Park . 89 Panataran . 193 Pacitan . 194 Itineraries . 30 Bogor . 91 Around Bogor . 95 Watu Karang . 195 Outdoor Adventures . 36 Cimaja . 96 Probolinggo . 195 Travel with Children . 52 Cibodas . 97 Gunung Bromo & Bromo-Tengger-Semeru Regions at a Glance . 55 Gede Pangrango National Park . 197 National Park . 97 Bondowoso . 201 Cianjur . 98 Ijen Plateau . 201 Bandung . 99 VANY BRANDS/SHUTTERSTOCK © BRANDS/SHUTTERSTOCK VANY Kalibaru . 204 North of Bandung . 105 Jember . 205 Ciwidey & Around . 105 Meru Betiri Bandung to National Park . 205 Pangandaran . 107 Alas Purwo Pangandaran . 108 National Park . 206 Around Pangandaran . 113 Banyuwangi . 209 Central Java . 115 Baluran National Park . 210 Wonosobo . 117 Dieng Plateau . 118 BALI . 212 Borobudur . 120 BARONG DANCE (P275), Kuta & Southwest BALI Yogyakarta . 124 Beaches . 222 South Coast . 142 Kuta & Legian . 222 Kaliurang & Kaliadem . 144 Seminyak .
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi setiap negara melakukan pembangunan di segala bidang dalam upaya untuk memberi kesejahteraan bagi masyarakatnya, hal tersebut tertuang dalam Alenia 4 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi sebagai berikut “Untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”. Dalam Undang-Undang Dasar Negara tersebut harus mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara, untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Seperti kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi, merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diharapkan akan memberi dan menjadikan masyarakat Indonesia adil serta makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berbunyi, Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun. Hal tersebut terlihat pada dasawarsa terakhir yang terlihat semakin nyata dalam pembangunan yang berbasis industri serta ekonomi kreatif yang akan menghasilkan nilai tambah bagi masyarakat Indonesia. Kesepakatan Indonesia untuk merealisasi gagasan ASEAN Free Trade Area (AFTA) serta keikutsertaan Indonesia sebagai anggota World Trade Organisation (WTO) dan Asia-Pasific Economic Coorporation (APEC), hal 157 tersebut menunjukan keseriusan pemerintah dalam mendukung sistem perekonomian yang terbuka, sehingga secara tidak langsung akan memacu masyarakat untuk lebih kreatif dan mempunyai daya saing yang tinggi di bidang karya cipta.
    [Show full text]
  • Download Download
    TATA KOTA SUMENEP BERBASIS TEOLOGI SEBAGAI KONSTRUKSI SOSIAL DALAM MEWUJUDKAN HARMONI Ach. Taufiqil Aziz Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya [email protected] Abstrak Artikel ini menguraikan tentang Tata Kota Sumenep yang dibangun oleh Penembahan Somala memiliki nilai- nilai teologis yang penting. Letak Kraton, Alun alun, Masjid dan Asta Tinggi merupakan perwujudan secara nyata dari pola relasi Hablum Minal Allah Hablum Minannas, Hablum Minal Alam. Dengan menggunakan teori Konstruksi Sosial Peter L Berger, dapat diketahui bahwa tata kota sumenep merupakan wujud kongkret dari wajah Masyarakat Sumenep. Meski berada di dalam Bagian dari Madura, tetapi Masyarakat Sumenep memiliki perbedaan yang cukup unik dengan kabupaten lainnya. Terutama kultur masyarakatnya yang memiliki harmoni sosial yang cukup tinggi. Sumenep sepi dari konflik sosial. Hal ini dilatari oleh masa lalunya sebagai lintasan berbagai peradaban dunia yang masuk melalui pelabuhan Kalinget. Namun demikian, tata kota sebagai simbol penting tersebut didukung oleh aktor lain yang terlibat dalam membentuk masyarakat Sumenep. Aktor tersebut dapat dilihat dari alam pikir masyarakat yang mengenal ketundukan dalam relasi Bhepa’ Bhebu’ Guruh Ratoh. Hasil kreasi dari tiga ketundukan tersebut melahirkan “tengka”, akhlak dan karakter Sumenep yang khas. Nilai harmoni tersebut dapat dilihat dalam bahasa local yang terejawantah dalam taretan dhibik, settong dhere, rampak naong beringin Korong dan jung ojung lombung. Kata kunci: tata kota, sumenep, teologi, konstruksi sosial. Ach. Taufiqil Aziz, Tata Kota Sumenep | 77 Pendahuluan Secara geografis, Sumenep berada dalam kordinat 7°1′27,3″LU 113°53′24,74″BT. Masih dalam satu kesatuan dengan Pamekasan, Sampang dan Bangkalan. Menjadi salah satu dari empat kabupaten di Pulau Madura. Secara administaratif, berada dalam wilayah Jawa Timur.
    [Show full text]
  • Perancangan Katalog Museum Keraton Sumenep Dengan Konsep
    JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 9, No. 1 (2020), 2337-3520 (2301-928X Print) F26 Perancangan Katalog Museum Keraton Sumenep dengan Konsep Budaya Lahir Melalui Sejarah Yusticia Elrachmaditha Sukarto dan Denny Indrayana Setyadi Departemen Desain Produk Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) e-mail: [email protected] Abstrak—Keraton Sumenep adalah salah satu cagar budaya yang memiliki nilai sejarah yang mendasari terbentuknya identitas budaya Sumenep. Nilai sejarah dan budaya Keraton Sumenep lebih banyak disebarkan melalui mulut ke mulut yang berdampak kepunahan sehingga perlu dilestarikan secara tertulis agar informasi dapat dijaga dan diteruskan oleh generasi berikutnya. Tujuan perancangan katalog ini merepresentasikan identitas budaya Sumenep sebagai daerah Keraton sebagai bentuk pelestarian sejarah dan budaya. Metode yang digunakann dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif melalui depth interview pada pakar sejarah Sumenep, pihak museum, dan Disbudparpora Sumenep. Depth interview juga dilakukan dengan ahli editorial dan fotografi dari Akronim Studio. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi berkala Gambar 1. Gambar Pendopo Agung Keraton Sumenep. dan studi eksperimenntal dengan mengunjungi Keraton Sumenep untuk mendapatkan data visual dan berdiskusi dalam menyusun data konten bersama pakar sejarah. Sebagai data sekunder, dilakukan pula kajian pustaka terhadap buku yang berkaitan dengan sejarah budaya Keraton Sumenep. Konsep yang ditawarkan peneliti dalam menyusun katalog adalah “Budaya Lahir Melalui Sejarah”, berarti budaya yang ada saat ini adalah cerminan sejarah masa lampau. Hasil perancangan ini adalah buku katalog berisi 124 benda museum dengan susunan foto, ukuran, bahan, dan penejelasan tentang benda museum. Dalam katalog berisi 7 bangunan inti museum yang dijelaskan dengan pembabakan. Pembabakan dibagi menjadi 8 yaitu sejarah Keraton Sumenep, Labang Mesem, Halaman Keraton, Pendopo Agung, Mandiyoso & R.Tamu, Keraton, Kantor Koeninglijk, dan Keraton R.A.T Tirtonegoro.
    [Show full text]
  • Arahan Kebijakan Dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya
    Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya Rencana Program Investasi Jangka Menengah Bidang Cipta Karya Kabupaten Sumenep Tahun 2017-2021 Arahan Kebijakan dan Rencana Strategis Infrastruktur Bidang Cipta Karya |3- 0 3.1. Arahan Kebijakan Pembangunan Bidang Cipta Karya dan Arahan Penataan Ruang 3.1.1 Arahan Pembangunan Bidang Cipta Karya Berdasarkan Perpres 2 Tahun 2015, Tema besar RPJMN 3 adalah daya saing (competitiveness), dengan demikian selayaknya ketersediaan layanan infrastruktur, khususnya infrastruktur dasar (jalan, air, dan listrik) sudah terpenuhi terlebih dahulu. Arahan RPJPN untuk RPJMN bidang infrastruktur adalah sebagai berikut: 1. Terpenuhinya penyediaan air minum untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat _ 100 % akses kepada sumber-sumber air bersih 2. Pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung, didukung oleh system pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan, efisien, dan akuntabel _ kota tanpa permukiman kumuh 3. Ketersediaan infrastruktur yang sesuai dengan rencana tata ruang 4. Berkembangnya jaringan infrastruktur transportasi 5. Konservasi suber daya air yang mampu menjaga keberlanjutan fungsi sumber daya air dan pengembangan sumber daya air 6. Pengembangan infrastruktur perdesaan, terutama untuk mendukung pembangunan pertanian Sasaran umum RPJMN tahun 2015-2019 adalah pemenuhan ketersediaan infrastruktur dasar dan standar layanan minimum, sehingga indicator pencapaiannya adalah sebagai berikut: 1. Berkurangnya proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan permukiman tidak layak menjadi 0% 2. Meningkatnya akses penduduk terhadap air minum layak menjadi 100 % 3. Meningkatnya akses penduduk terhadap sanitasi layak menjadi 100 % Arahan penajaman program Bidang Cipta Karya Tahun 2015 antara lain: 1. Pemenuhan program lanjutan a. Melanjutkan upaya pemenuhan sasaran RPJMN/Renstra 2009-2014 (terutama terkait pemenuhan sasaran pembangunan rusunawa) b.
    [Show full text]
  • Bab Ii Sumenep Sebagai Setting Tempat Lahir Manuskrip Dan
    BAB II SUMENEP SEBAGAI SETTING TEMPAT LAHIR MANUSKRIP DAN DESKRIPSI MANUSKRIP A. Sumenep Sebagai Wilayah Yang Melahirkan Manuskrip 1. Letak Geografis Pulau Madura terletak di timur laut Pulau Jawa, sebelah selatan dari Katulistiwa diantara 110° dan 140° bujur timur. Pulau itu dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Selat Madura yang menghubungkan laut Jawa dan laut Bali. Pulau Madura memanjang kurang lebih 60 km, dan melebar 40 km, dengan luas 5.304 km2. Pulau Madura terdiri dari 60 Pulau besar dan kecil dan terdapat Kabupaten Bangkalan, sampang, Pamekasan dan Sumenep, serta Pamekasan sebagai pusat kota atau Karisidenan Madura. Untuk mengadakan komunikasi atau hubungan dengan Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, dan sebagainya dengan jalan laut melalui pelabuhan Kemal yang terletak sebelah selatan Bangkalan dan Pelabuhan Kalianget yang terletak sebelah timur Madura (Sumenep). Pada saat penulisan skripsi ini telah diproses jalur penghubung antara Madura dan Jawa yaitu jembatan Suramadu. 14 15 Secara Geograis Kabupaten Daerah tingkat II Sumenep terletak diantara 113o 32’ 54”-116o 16’ 48” Bujur Timur dan diantara 4o 55’ -7o 24’ Lintang Selatan dengan batas-batas sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa - Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Flores - Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Madura - Sebelah Barat berbataan dengan Kabupaten Dati II Panekasan Luas wilayah 1.998,54 km2. Kabupaten Sumenep terbagi atas dua bagian yaitu: - Bagian daratan dengan luas 1.147,24 km2 yang terdiri dari 17 kecamatan - Bagian kepulauan dengan luas
    [Show full text]
  • And Kiai Relationship in Sumenep (1750-1950S )
    ISLAMUNA: JURNAL STUDI ISLAM 2021, VOL. 8, NO. 1, 1-21 https://doi.org/ 10.19105/islamuna.v%vi%i.4299 FROM THE PALACE PEND OPO TO THE PESANTREN ROOMS: The Dynamics of Aristocrats and Kiai Relationship in Sumenep (1750-1950s ) Aufannuha Ihsani A Freelance Researcher, An Alumnus of Master Program in History at Gadjah Mada University email: [email protected] ABSTRACT ARTICLE HISTORY This article discusses the dynamics of the relation between the sentana Received 15 February 2021 (aristocrats) and kèaè (ulama) in Sumenep during the colonial period. Accepted 27 June 2021 The topic is chosen because almost all research put the aristocrats and the ulama in Madura as historically opposed parties. T he main question KEYWORDS of the article is that how the relationship started and how far it had Noble; ulama ; pesantren; manifested until the early days of the independence . Collecting data Sumenep from babad , manuscript, official reports from the colonial government and some informants who are t he descendants of the aristocrats, this research applies a social-cultural approach to explain why their close relation with the kèaè have allowed the aristocrats to maintain their dignity in society. The result shows that the close relation between sentana and kèaè originated from the figure of Bindara Saod. Although it had been tenuous because the palace customs have made the aristocrats exclusive, the relationship between sentana and kèaè did not really break. A marriage between the Sultan Abdurrahman’s granddaughter and a kèaè in the mid -19 th century tightened the relationship, descending a generation of ulama with royal blood and manifested in a pesantren (Islamic boarding school) in which the palace customs have been kept alive and survived until pospostcotcoloniallonial era.
    [Show full text]
  • Percampuran Budaya Pada Arsitektur Masjid Jamik Sumenep
    PERCAMPURAN BUDAYA PADA ARSITEKTUR MASJID JAMIK SUMENEP SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Adab Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S.Hum) Program Studi Sejarah dan Kebudayaan Islam Disusun Oleh: MOH. SHOLEH TAMAM HURI NIM: 09120055 JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: Ayah dan Ibu serta saudari penulis Kawan-kawan seperjuangan di MARAKOM UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta v ABSTRAKSI Masjid merupakan element penting bagi umat Islam, selain sebagai tempat peribadatan masjid juga merupakan pusat peradaban kebudayaan Islam. Dalam buku-buku sejarah dituliskan bahwa Nabi Muhammad mulai membangun peradaban Islam dari masjid, seperti khalaqah, sidang, bahkan sampai rutinitas ritualpun dilakukan di masjid. Masjid yang pertama kali dibangun oleh Nabi ialah Masjid Quba, dengan bentuk dan peralatan yang sederhana sekali. Akan tetapi, kemudian bentuk arsitektur masjid mengalami perkembangan evolutif, pada kurun waktu dan tempat yang berbeda masjid memiliki corak dan keunikan khas tersendiri. Begitu juga masjid-masjid di Indonesia, termasuk Masjid Jamik Sumenep yang menjadi objek penelitian bagi penulis. Bagi penulis, Masjid Jamik Sumenep memiliki keunikan, yaitu adanya akulturasi dari berbagai budaya pada arsitekturnya. Pada arsitekturnya kita dapat melihat unsur budaya Islam, Hindu, Cina, dan Eropa. Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan penelitian pustaka (library research) yang bersifat kualitatif. Guna mempermudah penulis dalam melakukan penelitian, maka dibuatlah rumusan masalah. 1. Bagaimana bentuk arsitektural, tata letak ruangan, dan seni hias pada Masjid Jamik Sumenep. 2. Bagaimana wujud percampuran budaya pada arsitektur Masjid Jamik Sumenep. Untuk mendapatkan analisis yang lebih mendalam penulis menggunakan teori akulturasi dari Redfield, Linton, dan Herskovits.
    [Show full text]
  • 4Effect of Service Quality and Perceived Value Satisfaction and Loyalty Religious Tourists Visit Island Madura, Indonesia
    Effect of Service Quality and Perceived Value Satisfaction and Loyalty Religious Tourists Visit Island Madura, Indonesia 4Effect of Service Quality and Perceived Value Satisfaction and Loyalty Religious Tourists Visit Island Madura, Indonesia Pribanus Wantara1* 1 Trunojoyo University, Madura, Indonesia Abstract This paper wants to examine the relationship of service quality, perceived value, satisfaction and loyalty with religious tourists who visit the island of Madura in 2015. The structural equation modeling results support the hypothesis that service quality affects directly the satisfaction and loyalty, and satisfaction directly affects loyalty, but the results do not support the hypothesis that the perceived value directly affects the satisfaction and perceived value directly affects loyalty. Quality of service only has direct and indirect influence on loyalty through satisfaction. So the stage of tourism development in Madura, quality of service is very important in building loyalty and satisfaction tourists. Keywords: Loyalty, Madura Island, Perceived Value, Satisfaction, Service Quality 1. INTRODUCTION In the period of the last decade in some countries there is a new paradigm, that the religious journey packaged in religious tourism. Religious tourism is done by visiting the holy places and ancient buildings such as mosques, churches, temples, tombs of saints or religious figures, and other sacred places. People come to the holy site not only for worship, pilgrimage, or meditation, but they can learn about the history and archeology also traveling. So that the activity of worship, pilgrimage, learning about the history and archeology in the holy sites, as well as travel can be classified as religious tourism (Center for Research and Promotion of Tourism in 2006, Najib, 2008).
    [Show full text]