Tingkat Kunjungan Wisatawan Ke Situs Purbakala Di Jawa Timur: Data Selama 18 Tahun 1988 - 2005

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Tingkat Kunjungan Wisatawan Ke Situs Purbakala Di Jawa Timur: Data Selama 18 Tahun 1988 - 2005 Laporan Hasil Studi Lapangan TINGKAT KUNJUNGAN WISATAWAN KE SITUS PURBAKALA DI JAWA TIMUR: DATA SELAMA 18 TAHUN 1988 - 2005 Disusun oleh David Armstrong NIM 05210543 PROGRAM ACICIS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG DESEMBER 2006 1 Judul Penelitian: Tingkat Kunjungan Wisatawan ke Situs Purbakala di Jawa Timur: Data Selama 18 Tahun 1988 - 2005 Nama Peneliti: David Armstrong (NIM 05210543) Malang, Desember 2006 Mengetahui, Drs Budi Suprapto, Msi H. Moh. Mas’ud Said, PhD Dekan FISIP- UMM Dosen Pembimbing, dan Ketua Program ACICIS FISIP-UMM Phil King, PhD Resident Direktur ACICIS 2 Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana. So teach us to number our days, that we may apply our hearts unto wisdom. Psalms 90:12 3 KATA PENGANTAR Penulis sangat beruntung karena ada kesempatan belajar selama dua semester di Universitas Muhammadiyah Malang pada tahun 2006. Pada semester pertama penulis membuat studi lapangan tentang tingkat kunjungan wisatawan ke Candi Singosari. Di semester pertama, beberapa teman dari peneliti berpengalaman dengan beberapa Dinas di Jawa Timur. Pengalamannya hampir sama, yaitu Dinas punya banyak catatan dan laporan, tetapi hanya di dalam hard copy, dan tidak ada yang sudah di format digital. Catatan dan laporan terletak di dalam lemari, jarang dikirim ke kantor lain, dan sulit ditemukan. Waktu peneliti mencari data untuk studi lapangannya di kantor pusat Dinas Purbakala di Trowulan pada bulan Maret 2006, peneliti mengalami hal yang sama. Ada laporan tahunan untuk semua situs purbakala di Jawa Timur, tetapi ukurannya hard copy juga. Petugas di kantor berkata laporan tahunan ini hanya dikirim ke kantor besar Dinas Purbakala di Jakarta dan juga ke Dinas Pariwisata Jawa Timur di Surabaya. Pada bulan Agustus dan September 2006 peneliti kembali lagi ke kantor Dinas Purbakala di Trowulan dan memfotocopy laporan tahunan tersebut selama 18 tahun dari 1988 sampai 2005. Studi lapangan yang baru ini tentang tingkat kunjungan wisatawan ke semua situs purbakala di Jawa Timur. Pada waktu itu petugas baru mulai mengumpulkan data dan menyiapkan laporan dengan komputer, tetapi laporan yang sudah ditulis belum didigitilisasikan. Komputer di kantor sudah tua dan tidak cocok atau tidak cukup cepat untuk mengakses data. Pendapat peneliti, Indonesia mempunyai banyak kesempatan seperti ini untuk penelitian. Semua Dinas di seluruh Indonesia mempunyai banyak data hard copy yang sangat menarik, yang belum diteliti, dan pada saat ini terletak di lemari menunggu kedatangan tangan peneliti. Ada sebanyak data asli dari laporan tahunan tersebut yang tidak bisa dimasukkan semuanya ke dalam laporan ini. Sesungguhnya, data seperti ini lebih berguna kalau di format digital, lebih mudah menganalisakannya, jadi peneliti membuat CD yang melengkapi laporan ini. Isi CD ini adalah data asli dalam spreadsheet Microsoft Excel, laporan, analisa data, dan lain lain. Mudah-mudahan data ini akan berguna untuk peneliti lain, dan dengan data ini bisa dimengerti dengan lebih jelas siapa yang mengunjungi situs purbakala di Jawa Timur, dan lebih baik mengerti kebudayaan Indonesia. Kalau mau pesan CD hubungi: ACICIS Program ACICIS Division of Arts Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Murdoch University Universitas Muhammadiyah Malang Murdoch Jalan Raya Tlogomas No. 246 Western Australia 6150 Malang 65144 [email protected] Jawa Timur, Indonesia [email protected] David Armstrong Desember 2006, Malang, Jawa Timur 4 UCAPAN TERIMA KASIH Penulis laporan ini berhutang budi kepada beberapa pihak untuk menyelesaikan tugas ini, jadi penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: o Semua pemimpin ACICIS (Australian Consortium for ‘In-Country’ Indonesian Studies), terutama direkturnya Profesor David Hill dari Universitas Murdoch dan juga Profesor David Reeve dari Universitas New South Wales. ACICIS pasti sangat unik dan penting baik dalam dunia akademik maupun dalam hubungan antara Indonesia dan Australia. Lebih dari pada itu adalah fakta bahwa sudah lama ACICIS memproduksikan orang, biasanya pemuda, yang sangat mencintai Indonesia. Pemuda ini menjadi duta besar untuk Indonesia pada saat mereka kembali ke Australia. o Universitas Murdoch atas izinnya memberikan kesempatan belajar lagi di Indonesia. o Pak Phil King, Resident Direktur (RD) ACICIS di Yogyakarta. Sebagai mantan mahasiswa ACICIS dia bersemangat sekali dan pasti dia adalah salah satu RD yang paling baik di sejarah ACICIS. o Universitas Muhammadiyah Malang (UnMuh) dan semua orang di sana yang sangat ramah kepada saya, terutama Dr M. Mas’ud Said, pemimpin program ACICIS; dan juga dosen pembimbing saya yang baik sekali; Dr H.A. Habib; Mbak Lulud Indah Purnani; dan Pak Supriyantana. o Pak Sugiono yang Juru Pelihara di Candi Singosari. o Orang dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Mojokerto (kantor pusat Dinas Purbakala), di Trowulan, Drs Edi Triharyantoro, Pak Ir Heppy Sutafianto, Pak Bambang Sujanto dan Pak Wagiman. o Yenni Sandy yang mengoreksi cetakan percobaan laporan ini. o Pak Bambang AW atas izinnya menggunakan sketsanya yang sangat halus. o Terakhir istri saya dan keluarga saya yang tercinta dan sangat saya rindukan. Mereka sabar sekali dengan keinginan saya belajar lagi di Indonesia. 5 ABSTRAKSI Gambar 1: Seorang Putra Jawa 1 Data yang diteliti di laporan ini adalah data resmi tingkat kunjungan wisatawan dari Dinas Purbakala Jawa Timur. Juru pelihara di semua situs purbakala di Jawa Timur mengirimkan laporan setiap bulan ke Dinas Purbakala tentang jumlah kunjungan wisatawan dari buku tamunya. Dinas Purbakala membuat laporan tahunan dengan data ini. Peneliti memfotocopy data ini, memasukkannya ke dalam komputer, dan menganalisanya menggunakan spreadsheet Microsoft Excel. Data asli ini dipresentasikan untuk pertama kalinya di mana saja di dunia yang dimasukkan dalam bentuk format digital dan dalam bentuk format tahunan juga, di kemas dalam CD yang disertakan bersama laporan ini. Di dalam CD juga ada analisa peneliti, dan laporan berjudul Daftar Barang Inventaris Milik Negara. Kesimpulan Pada tahun 1988 laporan tahunan Dinas Purbakala hanya memiliki 94 situs purbakala, sedangkan laporan tahun 2005 ada 226 situs purbakala. Semua laporan pada periode ini ada 256 situs purbakala. Laporan Daftar Barang Inventaris Milik Negara ada 582 situs. Pada tahun 2005 jumlah pengunjung ke situs purbakala di Jawa Timur adalah 5,187,195 orang. 79.3% pengunjung pergi ke makam, 8.6% ke museum, 7.0% ke candi, 2.9% ke goa, dan 2.2% ke situs lain. Fakta yang menarik sekali adalah 63.1% dari semua pengunjung pergi ke empat makam Wali Songo. Pada bulan Maret 2005 Makam Malik Ibrahim ada 877,132 pengunjung dengan 188,638 pengunjung asing. Dari semua situs yang ada di laporan tahunan dari Dinas Purbakala peneliti memilih sampel 80 situs yang mempunyai data paling lengkap untuk mencari tren selama 18 tahun dari tahun 1988 sampai tahun 2005. Peneliti yakin sekali analisa dengan sampel 80 situs ini adalah representatif, tepat dan relevan. Dengan sampel 80 situs tersebut jumlah kunjungan meningkat 505% dari tahun 1988 sampai tahun 2005. Kebanyakan kenaikan ini adalah kunjungan ke makam dengan jumlah kenaikan 873%. Situs berbeda tidak berubah seperti ini. Kunjungan ke candi menurun 36.8%, dan ke situs lain meningkat 2.3%, sedangkan, dengan hanya sedikit situs di sampel 80 situs ini, kunjungan ke museum meningkat 195%, dan ke goa menurun 36.8%. Kunjungan ke makam ada 46% dari semua kunjungan ke situs purbakala pada tahun 1988, tetapi persentase ini meningkat ke 89% dari semua kunjungan pada tahun 2005. 1 Angoulvant, G, Les Indes Neerlandaises, vol 3, Le Monde Nouveau, Paris 1926 6 Jumlah kategori pengunjung sangat berbeda juga. Kategori pengunjung umum meningkat 607% dari tahun 1988 sampai tahun 2005, sedangkan kategori pengunjung pelajar meningkat 26%. Kategori pengunjung asing menurun 84% dari tahun 1993 sampai tahun 2004. Pengunjung asing ke situs purbakala di Kabupaten Malang menurun 83%, dan di Kabupaten Mojokerto menurun 63%. Saran Data tingkat kunjungan wisatawan adalah alat yang sangat penting untuk mengukur hasil Dinas Purbakala dalam tugasnya. Data tingkat kunjungan wisatawan juga bisa menolong Dinas Purbakala membuat rencana kerenovasian situs purbakala, budget tahunan, rencana periklanan, dan rencana sumber daya manusia. Sejak Dinas Purbakala memulai laporan tingkat kunjungan wisatawan pada bulan April 1986, hasilnya sangat baik dan sesungguhnya Dinas Purbakala boleh merasa bangga dengan standar laporan tahunan tersebut. Bagaimanapun ada beberapa masalah dengan laporan tersebut yang mudah-mudahan bisa diperbaiki di masa depan. Dalam zaman teknologi informatika ini, paling penting adalah proses mengumpulkan data, dan menyiapkan laporan harus memakai komputer. Dengan komputer data juga bisa dianalisa, dikirim dengan mudah ke orang lain, baik di Indonesia maupun di luar negeri, dan data bisa disimpan dengan aman dan tepat. Penting juga bagi petugas untuk mendapatkan pelajaran komputer. Petugas yang pandai komputer otodidak kurang efisien dan efektif dalam bekerja. Di dalam semua laporan tingkat kunjungan wisatawan ada data bulanan yang kosong. Kemungkinan besar penyebab kekosongan ini dikarenakan juru pelihara di situs purbakala lupa mengirim data ke pada kantor pusat. Mudah-mudahan manajamen Dinas Purbakala bisa mengingatkan dengan tegas para juru pelihara bahwa mengirim data dengan lengkap adalah tugas yang penting untuk mereka. Di semua situs purbakala yang dikunjungi oleh peneliti, tidak ada harga standar untuk tiket masuk ke situs.
Recommended publications
  • The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses
    Arts and Design Studies www.iiste.org ISSN 2224-6061 (Paper) ISSN 2225-059X (Online) Vol.79, 2019 The Influence of Hindu, Buddhist, and Chinese Culture on the Shapes of Gebyog of the Javenese Traditional Houses Joko Budiwiyanto 1 Dharsono 2 Sri Hastanto 2 Titis S. Pitana 3 Abstract Gebyog is a traditional Javanese house wall made of wood with a particular pattern. The shape of Javanese houses and gebyog develop over periods of culture and government until today. The shapes of gebyog are greatly influenced by various culture, such as Hindu, Buddhist, Islamic, and Chinese. The Hindu and Buddhist influences of are evident in the shapes of the ornaments and their meanings. The Chinese influence through Islamic culture developing in the archipelago is strong, mainly in terms of the gebyog patterns, wood construction techniques, ornaments, and coloring techniques. The nuance has been felt in the era of Majapahit, Demak, Mataram and at present. The use of ganja mayangkara in Javanese houses of the Majapahit era, the use of Chinese-style gunungan ornaments at the entrance to the Sunan Giri tomb, the saka guru construction technique of Demak mosque, the Kudusnese and Jeparanese gebyog motifs, and the shape of the gebyog patangaring of the house. Keywords: Hindu-Buddhist influence, Chinese influence, the shape of gebyog , Javanese house. DOI : 10.7176/ADS/79-09 Publication date: December 31st 2019 I. INTRODUCTION Gebyog , according to the Javanese-Indonesian Dictionary, is generally construed as a wooden wall. In the context of this study, gebyog is a wooden wall in a Javanese house with a particular pattern.
    [Show full text]
  • Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir
    PEMANFAATAN CANDI GUNUNG GANGSIR: UPAYA MENUMBUHKAN KESADARAN SEJARAH SISWA SMAN 1 PURWOSARI MELALUI METODE OUTDOOR LEARNING (UTILIZATION OF GANGSIR MOUNTAIN TEMPLE: EFFORTS TO GROW HISTORY AWARENESS OF SMAN 1 PURWOSARI STUDENTS THROUGH OUTDOOR LEARNING METHOD) Akhmad Fajar Ma’rufin STMIK Yadika Bangil Shela Dwi Utari Universitas Negeri Malang [email protected] ABSTRACT Theresearch aims to analyze: (1) the history of Gangsir Mountain Temple, (2) the architectural form of Gangsir Mountain Temple, and (3) efforts to growhistory awareness ofSMAN 1 Purwosari students through outdoor learning method using of cultural preservation of Gangsir Mountain Temple. The method of this research is qualitative. The footage used in this research is purposive sampling with criterion selection. Data collection is done by direct observations, interviews, and recording documents. Data validation is done by triangulation. The used data analysis is an interactive analysis model, namely collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the research concluded that (1) Gangsir Mountain Temple is one of the cultural heritage remains of Medang KamulanKingdom, a continuation of the Ancient Mataram. The temple is located in Beji, Pasuruan, (2) the temple architecture can be concluded as a combination of Central and East Javanese styles but the Gangsir Mountain Temple is more inclined to the Ancient Mataram style. Ancient Mataram style can be seen from the reliefs on the temple walls of Gangsir Mountain and supported by the parama
    [Show full text]
  • Bělahan and the Division of Airlangga's Realm
    ROY E. JORDAAN Bělahan and the division of Airlangga’s realm Introduction While investigating the role of the Śailendra dynasty in early eastern Javanese history, I became interested in exploring what relationship King Airlangga had to this famous dynasty. The present excursion to the royal bathing pla- ce at Bělahan is an art-historical supplement to my inquiries, the findings of which have been published elsewhere (Jordaan 2006a). As this is a visit to a little-known archaeological site, I will first provide some background on the historical connection, and the significance of Bělahan for ongoing research on the Śailendras. The central figure in this historical reconstruction is Airlangga (991-circa 1052 CE), the ruler who managed to unite eastern Java after its disintegration into several petty kingdoms following the death of King Dharmawangśa Těguh and the nobility during the destruction of the eastern Javanese capital in 1006 (Krom 1913). From 1021 to 1037, the name of princess Śrī Sanggrāmawijaya Dharmaprasādottunggadewī (henceforth Sanggrāmawijaya) appears in sev- eral of Airlangga’s edicts as the person holding the prominent position of rakryān mahāmantri i hino (‘First Minister’), second only to the king. Based on the findings of the first part of my research, I maintain that Sanggrāmawijaya was the daughter of the similarly named Śailendra king, Śrī Sanggrāma- wijayottunggavarman, who was the ruler of the kingdom of Śrīvijaya at the time. It seems plausible that the Śailendra princess was given in marriage to Airlangga to cement a political entente between the Śailendras and the Javanese. This conclusion supports an early theory of C.C.
    [Show full text]
  • Arsitektur-Interior Keraton Sumenep Sebagai Wujud Komunikasi Dan Akulturasi Budaya Madura, Cina Dan Belanda
    ARSITEKTUR-INTERIOR KERATON SUMENEP SEBAGAI WUJUD KOMUNIKASI DAN AKULTURASI BUDAYA MADURA, CINA DAN BELANDA Nunuk Giari Murwandani Jurusan Seni Rupa Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Proses akulturasi adalah suatu proses interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Salah satu bentuk adanya komunikasi dalam sebuah akulturasi budaya dapat dilihat pada hasil peninggalan berupa artefak-artefak, baik berupa karya seni rupa maupun arsitektur yang ada di suatu daerah, Keraton Sumenep merupakan salah satu peninggalan bangunan di Madura. Kraton Sumenep dirancang oleh arsitek Lauw Pia Ngo dari Negeri Cina, dibangun pada masa pemerintahan kolonial Belanda, dengan demikian maka warisan budaya itu tidak luput dari pengaruh budaya Jawa Hindu, Islam, Cina dan Belanda. Kesemuanya itu tampak pada penampilan dan penyelesaian bangunan- bangunan tersebut. Pendopo Kraton ternyata memiliki bentuk bangunan Jawa. Pendopo dengan atap Limasan Sinom dan bubungannya dihiasi dengan bentuk mencuat seperti kepala naga, merupakan pengaruh Cina. Sedangkan bangunan dalem terdapat bentuk gunung (top level) yang telanjang tanpa teritis dan diselesaikan dengan bentuk mirip cerobong asap di puncaknya, merupakan bukti pengaruh Belanda dan Cina. Pada ragam hiasnya juga nampak beberapa pola Jawa, Islam dan Cina yang dipadu cukup menarik. Bentuk arsitektur Kraton Sumenep, menunjukkan wujud adanya akulturasi antara budaya Madura, Cina dan Belanda. Kata kunci: interior, Kraton Sumenep, akulturasi, budaya Madura ABSTRACT Acculturation is an interactive and continuous process that develops within and through the communication of an immigrant having a foreign social and cultural environment. One form of communication in acculturation can be seen through the remains and artefacts in the form of artworks or architecture in a region.
    [Show full text]
  • Sustainable Tourism Approach in Trowulan Heritage Destination – Mojokerto, East Java
    Sustainable Tourism Approach in Trowulan Heritage Destination – Mojokerto, East Java 1st Diena Mutiara Lemy1, 2nd Elang Kusumo2 {[email protected], [email protected]} Universitas Pelita Harapan, School of Hospitality and Tourism, UPH Tower D 3rd floor Lippo Village Karawaci Tangerang Indonesia1,2 Abstract. Trowulan as one of cultural heritage tourism sites in Indonesia has a strategic role in building the national identity, considering that Trowulan is the center of Majapahit, a large kingdom around the 13th century whose territory covered the territory of the present Indonesia to the Malay peninsula. The Trowulan site is currently under the management of the East Java Cultural Heritage Preservation Center (BPCB), Directorate General of Culture, Ministry of Education and Culture. The focus of BPCB in managing this site is Rescue, Secure, Maintenance and Development of cultural heritage. Some problems related to the discovery of cultural heritage objects and interest conflicts of local people in earning a living in the land area become critical issues that should be addressed. Based on the description above, this paper reviews the Sustainable Tourism approach to help overcome the problems in Trowulan. Keywords: sustainable tourism, Trowulan, cultural heritage tourism, Majapahit kingdom 1 Introduction Majapahit Kingdom (Majapahit) is one of powerful kingdoms in Indonesia. Founded by Raden Wijaya in 1293 AD, Majapahit reached its peak in 1350 - 1389 under King Hayam Wuruk [1]. The center of Majapahit, based on the results of research and archaeological remains, is the Trowulan site. Trowulan Site is a very important historical area. The Trowulan site is located 70 km southwest of Surabaya in the Trowulan District area (Mojokerto Regency, East Java).
    [Show full text]
  • No Nama Varietas Jenis Tanaman Nama Pemohon No Terdaftar Tanggal Terdaftar
    DAFTAR PENDAFTARAN VARIETAS HASIL PEMULIAAN TAHUN 2006 - DESEMBER 2020 No Nama Varietas Jenis Tanaman Nama Pemohon No Terdaftar Tanggal terdaftar 1 G 1 Serai Wangi Balitro 001/PVHP/2006 30 Juni 2006 2 G 2 Serai Wangi Balitro 002/PVHP/2006 30 Juni 2006 3 G 3 Serai Wangi Balitro 003/PVHP/2006 30 Juni 2006 4 Galesia 1 Kencur Balitro 004/PVHP/2006 30 Juni 2006 5 Galesia 2 Kencur Balitro 005/PVHP/2006 30 Juni 2006 6 Galesia 3 Kencur Balitro 006/PVHP/2006 30 Juni 2006 7 Sidikalang Nilam Balitro 007/PVHP/2006 02 November 2006 8 Lhokseumawe Nilam Balitro 008/PVHP/2006 02 November 2006 9 Tapak Tuan Nilam Balitro 009/PVHP/2006 02 November 2006 10 Yulikara Mawar Mini Balithi 010/PVHP/2006 27 November 2006 11 Rosanda Mawar Mini Balithi 011/PVHP/2006 27 November 2006 12 Halina 1 Jahe Balitro 01/PVHP/2007 05 Maret 2007 13 Halina 2 Jahe Balitro 02/PVHP/2007 05 Maret 2007 14 Halina 3 Jahe Balitro 03/PVHP/2007 05 Maret 2007 15 Halina 4 Jahe Balitro 04/PVHP/2007 05 Maret 2007 16 Jahira 1 Jahe Balitro 05/PVHP/2007 05 Maret 2007 17 Jahira 2 Jahe Balitro 06/PVHP/2007 05 Maret 2007 18 Ambon Cengkeh Balitro 07/PVHP/2007 05 Maret 2007 19 Siputih Cengkeh Balitro 08/PVHP/2007 05 Maret 2007 20 Zanzibar Cengkeh Balitro 09/PVHP/2007 05 Maret 2007 21 Zanzibar Komposit Cengkeh Balitro 10/PVHP/2007 05 Maret 2007 22 Bima 1 Jagung Balitsereal 11/PVHP/2007 03 April 2007 23 Kelapa Dalam Mapanget (DMT) Kelapa Dalam Balitkabi 12/PVHP/2007 16 April 2007 24 Kelapa Genjah Salak (GSK) Kelapa Genjah Balitkabi 13/PVHP/2007 16 April 2007 25 Srikandi Kuning 1 Jagung Balitsereal 14/PVHP/2007
    [Show full text]
  • Download Article (PDF)
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research, volume 552 Proceedings of the 4th International Conference on Arts and Arts Education (ICAAE 2020) Life Values in Gapura Bajangratu Katrin Nur Nafi’ah Ismoyo1,* Hadjar Pamadhi 2 1 Graduate School of Arts Education, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia 2 Faculty of Languages and Arts, Yogyakarta State University, Yogyakarta 55281, Indonesia *Corresponding author. Email: [email protected] ABSTRACT This study employed the qualitative research method with Hans-George Gadamer’s semiotic approach and analysis based on Jean Baudrillard’s hyperreality. According to Gadamer, truth can be obtained not through methods, but dialectics, where more questions may be proposed, which is referred to as practical philosophy. Meanwhile, Jean Baudrillard argues that “We live in a world where there is more and more information, and less and less meaning …”. This paper discusses the life values of Gapura Bajang Ratu in its essence, as well as life values in the age of hyperreality. Keywords: Gapura Bajangratu, life values, hyperreality, semiotics 1. INTRODUCTION death of Bhre Wengker (end 7th century). There is another opinion regarding the history of the Bajangratu Gapura Bajangratu (Bajangratu Temple) is a Gate which believe it to be one of the gates of the heritage site of the Majapahit Kingdom which is located Majapahit Palace, due to the location of the gate which in Dukuh Kraton, Temon Village, Trowulan District, is not far from the center of the Majapahit Kingdom. Mojokerto Regency, East Java. Gapura Bajangratu or This notion provides historical information that the the Bajangratu Gate is estimated to have been built in Gapura gate is an important entrance to a respectable the 13-14th century.
    [Show full text]
  • Potency Exploration of Trowulan Cultural Heritage Area As Educational Facility
    Potency Exploration of Trowulan Cultural Heritage Area as Educational Facility Retno Eka Pramitasari, Nur Muflihah Universitas Hasyim Asy’ari, Jombang, Indonesia Keywords: Exploration, Cultural Heritage, Educational Facility. Abstract: Trowulan is a very popular cultural heritage area in Mojokerto city and designated as a National Tourism Strategic Area which is thick with cultural and historical elements. The purpose of this study to explore the tourism and cultural heritage potency in Trowulan area as education facility. The object of this research is the existing cultural heritage in the Trowulan area including Bajang Ratu Gate, Petirtaan Tikus, Brahu Temple and Majapahit Information Center. This study used descriptive research with a qualitative approach and sampling techniques using purposive sampling techniques. The results of this study indicated that the majority of visitors who are student-certified were 52.5%, the response of visitors related to the perception of the attractiveness of the tourist environment was 62.1% very interesting, and the perception of tourist accessibility to visitors responds 76.4% supported this condition. Visitors expressed satisfaction with the facilities and activities in the tourism object. This proved that the Trowulan cultural heritage area can be used for holidays and educational facility. 1 INTRODUCTION the potency as a tourism place, a media of educating both history and culture. Likewise with people in Indonesia is a country that is rich in history and several large cities, there are among them who do not culture in the past, namely the existence of kingdom know the historical sites and religious tourism in spread among others the Majapahit kingdom, Trowulan.
    [Show full text]
  • Christianity in Javanese Culture and Society
    CHAPTER FOURTEEN CHRISTIANITY IN JAVANESE CULTURE AND SOCIETY Java is by far the most populous of the islands of Indonesia. In 2000 out of a total population of nearly 206 million some 121 million lived in the very densely populated island of Java, some 830 per km2 (about 60 in Sumatra, 10 for Central and East Kalimantan, 140 in North Sulawesi and slightly over 4 for Papua).1 Th e numbers for Christians in Java in 2000 were; Statistics for Javanese Christians in 20002 Province Number of Percentage Total population Christians Jakarta 837,682 10.04% 8,361,079 West Java 703,604 1.9% 35,724,092 Banten 213,135 2.63% 8,098,277 Central Java 874,245 2.83% 31,223,259 Yogyakarta 245,062 7.85% 3,121,045 East Java 799,276 2.3% 34,765,998 Total 3,673,004 3.03% 121,293,750 Totalling 3,673,004, the Christians in Java represent a mere 20.5% of the sum of Indonesian Christians, while about 60% of the whole population live in Java. Th is fi gure alone is already a good indication of the minority position of Christianity in this most important island of the archipelago. In 1800 there were virtually no native Christians in Java. Besides the white Christians there was a much larger number of Eurasian baptised, but the real growth of these communities took place during the last two centuries. Still, the vast majority of Javanese are Muslim. Th e capital of Jakarta, a melting pot of the various ethnic identities of the country, showed in 2000 slightly higher than the national overall number of Christians or 8.92%.
    [Show full text]
  • Bab 3 Kepurbakalaan Padang Lawas: Tinjauan Gaya Seni Bangun, Seni Arca Dan Latar Keaagamaan
    BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan sudah dipugar, yaitu Biaro Si Pamutung, Biaro Bahal 1, Biaro Bahal 2, dan Biaro Bahal 3. Sedangkan rekonstruksi bentuk dilakukan terhadap unsur-unsur bangunan biaro-biaro di Padang Lawas yang sudah tidak berada dalam konteksnya lagi, atau masih insitu dan berada dengan konteksnya tetapi dalam keadaan fragmentaris. Rekonstruksi tersebut dilakukan berdasarkan tulisan dan foto (gambar) para peneliti yang sudah melakukan penelitian di situs tersebut pada masa lalu. Tinjauan terhadap gaya seni arca dilakukan terhadap arca-arca logam untuk mengetahui bagaimana gaya seni arca tinggalan di Padang Lawas, apakah mempunyai kesamaan dengan gaya seni arca dari tempat lain baik di Indonesia maupun luar Indonesia. Gaya seni arca juga dapat memberikan gambaran periodisasinya secara relatif. Adapun periodisasi situs secara mutlak didapatkan berdasarkan temuan prasasti-prasasti yang menuliskan pertanggalan. Prasasti- prasasti yang ditemukan di Padang Lawas sebagian besar berisi tentang mantra- mantra dalam melakukan suatu upacara keagamaan, oleh karena itu latar keagamaan situs dapat diketahui berdasarkan isi prasasti. Di samping itu latar keagamaan diketahui juga dengan melalui studi ikonografi terhadap arca dan relief. 3.1 Gaya Seni Bangun (Arsitektur) Menurut Walter Grophius arsitektur adalah suatu ilmu bangunan yang juga mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan biologi, sosial, teknik, dan artistik, oleh karena itu arsitektur dapat didefinisikan sebagai: (1) Seni ilmu bangunan, termasuk perencanaan, perancangan, konstruksi dan penyelesaian ornament; (2) Sifat, karakter atau gaya bangunan; (3) Kegiatan atau proses membangun bangunan; (4) Bangunan-bangunan; (5) Sekelompok bangunan Universitas Indonesia 114 Kepurbakalaan Padang..., Sukawati Susetyo, FIB UI, 2010.
    [Show full text]
  • BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS in EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks
    Teosofia: Indonesian Journal of Islamic Mysticism, Vol. 9, No. 2, 2020, pp. 227-250 e-ISSN: 2540-8186; p-ISSN: 2302-8017 DOI: 10.21580/tos.v9i2.6826 BAHRUL LAHUT MANUSCRIPTS IN EAST JAVA: Study of Philology and Reconstruction of Tarekat Networks Mashuri Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur East Java Provincial Language Centre [email protected] Abstract: This research discusses the manuscript of Bahrul Lahut with the approach of philology, geneo-archeology of knowledge, and history. The aim was to study the text of Bahrul Lahut, its contents, and trace the Aceh-Makassar-East Java tarekat network based on the distribution of the manuscripts. As the result, (1) there are three existences of Bahrul Lahut in East Java, namely the Traditional Islamic Boarding School (Pondok Pesantren) of Sumber Anyar, Pamekasan, Madura, the EDR’s collection in Sidoarjo, and Jamaah Tarekat Satariyah in Pare Kediri, (2) Text edition is selected from the collection of Pondok Pesantren Sumber Anyar with philology consideration, (3) The Bahrul Lahut manuscript is only available in the manuscript catalog of Dayah Tano Abee, Aceh, and the collection of the family of Yusuf Makassar, (4) The text content of Bahrul Lahut describes and re-reads the conception of the nature of God and the creation of the universe as a manifestation of Nur Muhammad, influenced by wahdat al- wujud and emanation of Ibn Arabi, (5) From the Bahrul Lahut manuscript, a network of tarekat ulama in East Java can be reconstructed, through the paths of Abdurrouf Singkel and Yusuf Makassar. Keywords: Bahrul Lahut, East Java manuscript, reconstruction of the tarekat network A.
    [Show full text]
  • Bali to Bali
    STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS Bali – Bali itineraries West bound: Benoa (Bali) - Giligenteng (Madura) – Probolinggo (Java) – Lovina Beach (Bali) – Senggigi beach (Lombok) – Gili Sudak (Lombok, Nusa Tenggara) – Benoa (Bali) East bound: Benoa (Bali) - Gili Kondo (Lombok) – Komodo National Park, Pink beach – Satonda – Gili Meno/Gili Trawangan (Lombok) – Gili Nanggu (Lombok) – Benoa (Bali) We use the best available guides and transportation for all our tours. However since your cruise will take you to many exotic destinations off the usual tourist radar, you must be prepared to encounter minor inconveniences and infrastructure which is not always of the highest standard: restaurant services may be rather basic, toilet facilities can be quite primitive by Western standards and tour guides will not be as sophisticated as those found in the Mediterranean. Nevertheless we are confident that these drawbacks will be far outweighed by the truly unique and unforgettable experiences you will take home with you. All tours are offered with English speaking guides. The length of the tours as well as the time spent on the various sites, is given as an indication only as it may vary depending on the road, weather, sea and traffic conditions and the group’s pace. STAR CLIPPERS SHORE EXCURSIONS With the exception of Bali, Indonesia is a country with a very strong muslim tradition ; certain excursions may be modified or even cancelled depending on religious festivals Fitness requirements vary according to your chosen activity. If you would like to participate in hiking, snorkeling and boating, an average to good level of fitness is mandatory. Please note that the activity level of our excursions is given as a guideline, much depends on your own personal fitness.
    [Show full text]