PEMANFAATAN CANDI : UPAYA MENUMBUHKAN KESADARAN SEJARAH SISWA SMAN 1 PURWOSARI MELALUI METODE OUTDOOR LEARNING (UTILIZATION OF GANGSIR MOUNTAIN TEMPLE: EFFORTS TO GROW HISTORY AWARENESS OF SMAN 1 PURWOSARI STUDENTS THROUGH OUTDOOR LEARNING METHOD)

Akhmad Fajar Ma’rufin STMIK Yadika

Shela Dwi Utari Universitas Negeri [email protected]

ABSTRACT Theresearch aims to analyze: (1) the history of Gangsir Mountain Temple, (2) the architectural form of Gangsir Mountain Temple, and (3) efforts to growhistory awareness ofSMAN 1 Purwosari students through outdoor learning method using of cultural preservation of Gangsir Mountain Temple. The method of this research is qualitative. The footage used in this research is purposive sampling with criterion selection. Data collection is done by direct observations, interviews, and recording documents. Data validation is done by triangulation. The used data analysis is an interactive analysis model, namely collection, data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the research concluded that (1) Gangsir Mountain Temple is one of the cultural heritage remains of Medang KamulanKingdom, a continuation of the Ancient . The temple is located in Beji, , (2) the temple architecture can be concluded as a combination of Central and East Javanese styles but the Gangsir Mountain Temple is more inclined to the Ancient Mataram style. Ancient Mataram style can be seen from the reliefs on the temple walls of Gangsir Mountain and supported by the parama writings estimated to be contemporaries of writing in the Sindok Pu period. Based on the analysis determines the function of the temple concluded that Gangsir Mountain Temple functions as a temple, namely the place of worship of Gods, (3) the historical awareness of SMAN 1 Purwosari students begin to grow through the outdoor learning method by utilizing the Gangsir Mountain Temple, the indication which is growing interest in learning history by students, and students are understanding historical significance, especially the history of Gangsir Mountain Temple, appearing the awareness in students themselves to maintain the nation cultural heritage. Keywords: Historical awareness, outdoor learning, Gangsir Mountain Temple

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) sejarah Candi Gunung Gangsir (2) bentuk arsitektur Candi Gunung Gangsir, (3) Upaya menumbuhkan kesadaran sejarah siswa SMAN 1 Purwosari melalui metode outdoor learning dengan pemanfaatan cagar budaya Candi Gunung Gangsir. Metode penelitian ini adalah kualitatif. Cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dengan criterion selection. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung, wawancara dan pencatatan dokumen. Validasi data dilakukan dengantriangulasi.Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yaitu pengumpulan, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Candi Gunung Gangsir merupakan salah satu peninggalan cagar budaya dari Kerajaan Medang Kamulan kelanjutan dari Mataram Kuno. Candi tersebut terletak di Beji, Pasuruan, (2) Arsitektur candi maka dapat disimpulkan merupakan gabungan antara langgam Jawa Tengah dan Jawa Timur namun Candi Gunung Gangsir lebih condong pada gaya Mataram Kuno. Gaya Mataram Kuno dapat dilihat dari relief-relief pada dinding Candi Gunung Gangsir dan didukung adanya tulisan parama yang diperkirakan sezaman dengan tulisan pada masa Pu Sindok. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor-faktor yang menentukan fungsi candi maka dapat disimpulkan bahwa Candi Gunung Gangsir berfungsi sebagai kuil, yaitu tempat pemujaan terhadap dewa, (3) Kesadaran sejarah siswa SMAN 1 Purwosari mulai tumbuh

169 Pangadereng, Volume 4, No.1, Juni 2018 melalui metode outdoor learningdengan pemanfaatan Candi Gunung Gangsir yang indikasinya yaitu tumbuh minat belajar sejarah pada siswa, serta siswa memahami akan arti penting sejarah khususnya sejarah Candi Gunung Gangsir, muncul pada diri siswa rasa kepedulian menjaga peninggalan cagar budaya bangsa. Kata kunci : Kesadaran sejarah, Outdoor learning, Candi Gunung Gangsir

PENDAHULUAN 2016:158). Menurut Suyatno Kartodirdjo Bangsa merupakan negara yang (2000: 1-7), kesadaran sejarah pada manusia kaya akan warisan budaya. Warisan budaya sangat penting artinya bagi pembinaan budaya bangsa yang kaya ini tidak lepas dari sejarah bangsa. Kesadaran sejarah dalam konteks ini panjang dengan adanya kerajaan Hindu-Budha bukan hanya sekedar memperluas pengetahuan, yang dahulu tersebar di . Salah satu melainkan harus diarahkan pula kepada kerajaan Hindu yang pernah eksis di Jawa kesadaran penghayatan nilai-nilai budaya yang Timur adalah kerajaan Medang Kamulan. relevan dengan usaha pengembangan Medang Kamulan didirikan oleh kebudayaan itu sendiri. Kesadaran sejarah yang memindahkan pusat kerajaan Mataram ke dalam konteks pembinaan budaya bangsa Jawa Timur tepatnya di daerah Jombang. Hal dalam pembangkitan kesadaran bahwa bangsa ini dilakukan karena Mataram mengalami itu merupakan suatu kesatuan sosial yang berbagai ancaman, salah satunya adalah adanya terwujud melalui suatu proses sejarah, yang letusan gunung berapi yang dapat mengancam akhirnya mempersatukan sejumlah nasion kecil keberlangsungan kerajaan Mataram. Terdapat dalam suatu nasion besar yaitu bangsa. Dapat beberapa peninggalan kerajaan Medang Kamu- diartikan bahwa kesadaran sejarah pada konteks lan ketika masa Raja , salah satunya budaya adalah adanya kesadaran dalam menja- adalah Candi Gunung Gangsir (Keboncandi). ga peninggalan budaya bangsa. Candi ini memiliki ciri khas yang berbeda Hasil dari observasi awal pada kalangan dengan candi lainnya yaitu, arsitektur candi siswa SMA di Kabupaten Pasuruan, khususnya yang merupakan gabungan dari langgam Jawa SMAN 1 Purwosari kesadaran sejarah sangat Tengah dan Jawa Timur dan merupakan salah minim. Hal ini nampak pada pembelajaran satu candi tertua di Jawa Timur. materi kerajaan Hindhu-Budha. Cukup banyak Candi Gunung Gangsir terletak di desa siswa khususnya kelas XI IPS yang tidak Gunung Gangsir, Beji Pasuruan. Tak cukup mengetahui latarbelakang sejarah dan keber- banyak masyarakat Pasuruan yang mengetahui adaan Candi Gunung Gangsir meski terletak di latarbelakang atau asal usul candi Gunung satu wilayah kabupaten mereka tinggali. Gangsir ini. Masyarakat sebagian besar hanya Bahkan sebagian besar siswa tidak pernah sekedar mengetahui jika candi tersebut merupa- sekalipun berkunjung ke candi tersebut. kan candi peninggalan kerajaan Hindhu. Sehingga minim sekali kesadaran sejarah Kurangnya perhatian dari pemerintah daerah tentang pentingnya menjaga peninggalan cagar dan masyarakat setempat untuk menjaga keles- budaya bangsa yang ada pada siswa. tarian dari candi tersebut mengakibatkan Oleh sebab itu perlu menumbuhkan kesa- beberapa arca hilang karena ulah oknum yang daran sejarah khusus di kalangan pelajar, salah tidak bertanggung jawab. Minimnya satunya bisa dilakukan melalui pembelajaran pengetahuan dan kepedulian dan “sense of sejarah melalui metode outdoor learning. belonging” berpengaruh terhadap upaya Melalui metode tersebut diharapkan khususnya pelestarian candi Gunung Gangsir. Dapat ditujukan pada pelajar akan berpengaruh terha- dikatakan semua hal telah diuraikan di atas dap pengetahuan, kepedulian, rasa memiliki merupakan bentuk minimnya kesadaran hingga muncul kesadaran sejarah dalam meles- sejarah. Sebagaimana ungkapan Soejatmoko tarikan cagar budaya Candi Gunung Gangsir bahwa kesadaran sejarah adalah “kegairahan tersebut. Menurut Aman (2009:17) indikator untuk mengerti kembali akan situasi, arus kesadaran sejarah meliputi menghayati makna waktu, mengapa sesuatu hal bisa terjadi di masa dan hakekat sejarah bagi masa kini dan masa lalu atau mengapa itu tidak terjadi (Sulhan, yang akan datang; mengenal diri sendiri dan

170 Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir... Akhmad Fajar Ma‟rufin bangsanya; membudayakan sejarah bagi pembi- sive sampling. Subjek dari penelitian ini adalah naan budaya bangsa; dan menjaga peninggalan guru sejarah dan siswa kelas XI SMAN 1 sejarah bangsa. Sedangkan menurut (Porda, Purwosari, dengan jumlah siswa 35 yang terdiri 2012) kesadaran sejarah juga dapat dilihat dari dari 25 siswa perempuan dan 10 siswa laki-laki. minat belajar siswa, pemahaman sejarah dan Teknik pengambilan sampel menggunakan sikap terhadap perubahan, kontinuitas, perspek- purpossive sampling. Sumber data pada tif waktu dan sikap nasionalisme. penelitian ini diperoleh dari data kualitatif Outdoor learning merupakan sebuah aktivitas siswa dan guru yang berupa foto, dan kegiatan pembelajaran luar kelas yang memili- video. ki makna luas seperti kegiatan rekreasi dan Teknik pengumpulan data menggunakan berpetualang, pendidikan lingkungan, proyek teknik wawancara, aktivitas siswa dan doku- sekolah dasar, maupun ekspedisi. Hal tersebut mentasi ketika outdoor learning berlangsung. sejalan dengan pendapat Indramunawar Validitas data menggunakan triangulasi data (Prihantoro, 2010:87), Outdoor Study adalah sumber triangulasi metode triangulasi peneliti, kegiatan di alam bebas atau kegiatan di luar triangulasi teori. Teknik analisis data menggu- kelas dan mempunyai sifat menyenangkan, nakan analisis interaktif dengan tiga tahapan karena bisa melihat, menikmati, mengagumi yang terjadi berkelindan yaitu reduksi data, dan belajar mengenai ciptaan Tuhan Yang penyajian data, dan penarikan simpulan atau Maha Kuasa yang terbentang di alam, yang verifikasi (Sutopo, 2002: 96). dapat disajikan dalam bentuk permainan, observasi atau pengamatan, simulasi, diskusi, dan petualangan sebagai media penyampaian materi. Berada di luar ruangan akan sangat baik dalam meningkatkan perkembangan fisik, sosial, budaya, kreatifitas dan pribadi peserta didik. Terdapat beberapa penelitian mengenai Gambar 1. Bagan metode outdoor learning dalam ourdoor learning, seperti dari Selvi Ayu pada menumbuhkan kesadaran sejarah 2014 yaitu mengenai penerapan metode outdoor study dengan memanfaatkan PEMBAHASAN lingkungan sebagai sumber belajar, yang Sejarah Candi Gunung Gangsir hasilnya menunjukan peningkatan terhadap Peninggalan purbakala biasanya disebut Aktivitas Pembelajaran dan Hasil Belajar candi. Perkataan candi berhubungan dengan Siswa. Selain itu penelitian dari Sulhan 2016 kata Candika sebagai salah satu nama Dewi mengenai peningkatan kesadaran sejarah siswa (Dewi Maut) dalam agama Siwa melalui pemanfaatan sumber isu kontroversial (Soekmono, 2006). Candi adalah bangunan dan hasilnya penunjukkan pemanfaatan sumber tempat menyimpan abu jenazah seorang raja belajar isu kontroversial telah meningkatkan dan orang-orang terkemuka dan memuliakan kesadaran sejarah siswa dalam kategori baik rohnya yang telah bersatu dengan Dewata Dari fakta di atas penulis ingin memba- penitisnya. Selain itu candi juga merupakan hasnya dalam sebuah karya tulis berjudul tempat penghormatan dan pemujaan Dewata “Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir: Upaya atau dengan perkataan lain tempat memuja Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Siswa nenek moyang SMAN 1 Purwosari Melalui Outdoor Medang Kamulan merupakan kelanjutan Learning“. dari kerajaan Mataram Kuno yang berada di

Jawa Tengah. Pusat kerajaan Mataram Kuno Metode Penelitian dipindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok. Per- Penelitian ini dilaksanakan di kelas XI pindahan tersebut disebabkan karena beberapa SMAN 1 Purwosari, Pasuruan. Penelitian ini alasan kuat yaitu, Pusat kerajaan Mataram menggunakan metode kualitatif dengan purpo- Kuno yang berdekatan dengan gunung Merapi

171 Pangadereng, Volume 4, No.1, Juni 2018 menyebabkan Mataram terancam saat terjadi mereka mengembara dan memakan rumput. letusan gunung Merapi. Serta adanya penye- Tapi suatu hari ketika makanan mereka mulai rangan kerajaan Sriwijaya atas perintah Balapu- menipis, datanglah seorang perempuan yang tradewa yang dendam akan keturunan kerajaan tidak diketahui asalnya. Ia mengajak masyarakat Mataram Kuno. Selain faktor keamanan, per- sekitar untuk berdoa kepada Hyang Widi untuk timbangan geografis juga menjadi alasan mengatasi makanan yang semakin berkurang. pemindahah ibukota yaitu karena kondisi Suatu hari datanglah burung sebangsa Gelatik kerajaan Mataram Kuno yang berbukit-bukit yang membawa biji-bijian yang berupa padi dan yang menyebabkan sektor agraris kurang kulit. Sebelum Candi Gunung Gangsir dibangun, berkembang. Pemilihan wilayah ibukota yang padi dan kulit tersebut ditanam di utara candi. barupun dipertimbangkan dari sisi ekonomis- Kemudian padi tersebut tumbuh dan berisi yang nya. Keadaan wilayah Jawa Timur berbeda disebut padi Sri Kuning. Sedangkan, kulit dengan Jawa Tengah, di Jawa Timur ada dua tumbuh dan berbuah batu permata. Permata itulah sungai besar yang mengalir ke laut, yaitu yang menyebabkan Nyai Srigati kaya raya. Sejak Bengawan Solo dan Sungai Brantas. Bengawan saat itulah ia mendapat panggilan Mbok Rondo Solo dan Sungai Brantas merupakan sungai Dermo, karena memiliki kekayaan yang unik, yang lebar serta dalam dan pada waktu abad ke menarik dan walaupun ia kaya, ia tetap X sungai-sungai itu dengan mudah dilayari oleh membantu warga sekitar. Ketika Nyai Srigati perahu-perahu atau kapal-kapal besar hingga telah menjadi orang kaya, Ia mengalami berbagai sampai wilayah pedalaman sampai , macam kejahatan seperti munculnya pedagang sedangkan perahu-perahu kecil dapat berlayar dan masyarakat sekitar ingin menggelapkan lebih jauh lagi ke wilayah pedalaman sampai di barang-barang milik Nyai Sri Srigati dan permata . Keberadaan sungai-sungai besar yang ke daerah lain. Akan tetapi, Nyai Sri Srigati dapat dilayari oleh perahu-perahu besar sampai mengetahuinya. Seketika perahu yang digunakan jauh di dareah pedalaman, maka wilayah Jawa pedagang dan masyarakat sekitar tenggelam Timur lebih menguntungkan untuk aktivitas hingga terlempar hingga posisinya terbalik. Lalu perdagangan (Soeroto, 1975: 28-29). perahu terbalik tersebut menjadi gunung Perahu Mpu Sindok mendirikan kerajaan yang terletak di lereng gunung Penanggungan. Medang Kamulan di muara sungai Brantas ibu Selain itu juga terdapat kawanan penjahat yang kotanya bernama Watan Mas. Wilayah kekua- bernama Maling Aguna yang ingin memiliki saan Kerajaan Medang Kamulan pada masa kekayaan Nyai Sri Srigati. Akan tetapi, segala pemerintahan Mpu Sindok mencakup daerah usaha yang dilakukan gagal. Kegagalan itu Nganjuk disebelah barat, daerah Pasuruan di menimbulkan nama-nama desa disekitar candi sebelah timur, daerah di sebelah yaitu Gunung Gangsir, Selo Tumpuk, Sumber utara, dan daerah Malang di sebelah selatan. Tumpuk, Selo Kambang, Dermo, Keboncandi, Dalam perkembangan selanjutnya, wilayah Babat, Kedanten, dan masih banyak lagi. Nama kekuasaan Kerajaan Medang Kamulan menca- Gunung Gangsir terjadi ketika Maling Aguna kup hampir seluruh wilayah Jawa Timur. menggali sebuah daerah yang dikelilingi oleh Pada masa pemerintahan Mpu Sindok, beberapa gunung namun, tidak menemukan harta berdiri sebuah candi di Pasuruan dengan nama yang diinginkan. Candi Gunung Gangsir Candi Gunung Gangsir. Lokasi candi berada di merupakan tugu peringatan atau penghormatan Dusun Kebon Candi, Desa Gunung Gangsir, atas keberhasilan Nyai Sri Srigati dalam pertanian Kecamatan Beji, dengan Koordinat 07°35‟- untuk kesejahteraan masyarakat sekitar candi. 12,7”LS, 112°44‟00,2”BT, dan dpl 32 m (Istari, (Jannah, 2017). 2015:131). Candi ini didirikan sebagai penghormatan terhadap Nyai Srigati atau biasa Arsitektur dan Fungsi Candi Gunung disebut Mbok Rondo Dermo yang kaya. Gangsir Hal ini didasarkan pada cerita rakyat Pada hakikatnya candi memiliki fungsi setempat tentang Nyai Srigati. Dahulu sebelum yang tidak lepas dari aspek religi dan masyarakat sekitar mengenal bercocok tanam, merupakan hasil akulturasi budaya prasejarah

172 Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir... Akhmad Fajar Ma‟rufin dengan Hindu-Budha. Hal ini dapat dilihat dari ragam hias non-cerita yaitu ragam hias fungsi candi yang digunakan sebagai tempat geometris, ragam hias flora, ragam hias fauna, suci untuk meletakkan abu jenazah raja atau dan ragam hias kombinasi. Ragam hias bangsawan. Selain itu bentuk candi menyerupai geometris memiliki bentuk-bentuk yang berupa bentuk punden berundak yang pada masanya garis, titik, bidang yang abstrak. Ragam hias ini merupakan bangunan suci. Punden berundak sudah dikenal pada masa prasejarah yang dan candi memiliki kesamaan yaitu berorientasi dibuktikan melalui lukisan-lukisan pada pada gunung karena dianggap tempat tinggal gua.Kemudian ragam hias flora yaitu gambaran Tuhan. Candi dianggap sebagai replika dari tentang tumbuhan yang memiliki makna Gunung Mahameru di India yang merupakan tertentu seperti kesucian. Ragam hias ini masuk gunung suci dan dianggap sebagai pusat dunia seiring dengan munculnya kebudayaan India di (Istari, 2015). Hal ini dibuktikan dengan candi Indonesia. Terdapat pula ragam hias fauna yang sebagai tempat upacara keagamaan. Keperca- menggambarkan sebuah kisah tentang fabel, yaan masyarakat prasejarah dan Hindu bahwa perlambangan, atau hiasan. Fauna yang terdapat candi atau punden berundak merupakan tempat padacandi umunya digambarkan secara tinggal Tuhan dan Ia akan datang ketika naturalis atau berbentuk imajinasi. Selain itu upacara tersebut dilaksanakan (Campbell, terdapat ragam hias kombinasi yang merupakan 2002). Selain kesaaman fungsi candi dan perpaduan antara ragam hias fauna, flora, dan punden berundak memiliki kesamaan lain yaitu geometris.Pada umumnya terdapat pada dibangun pada teras yang bertingkat yaitu dinding luar candi, contohnya adalah ukiran semakin tinggi maka teras akan semakin kecil. singa dengan ekor sulur atau binatang yang Candi memiliki kosmologi tentang bentuk ditambahi dengan bentuk sayap. kaki, tubuh, dan bagian atap. Pada bagian kaki Pada umumnya disekitar candi terdapat atau Bhurloka merupakan dunia paling bawah sebuah pentirtaan yang dianggap merupakan yang menggambarkan bahwa manusia memiliki sebuah kolam yang berisikan air untuk bersuci. keterikatan dengan nafsu keduniawian. Kemu- Selain itu terdapat pula dua gapura, bentuk dian pada bagian tubuh atau Bhuvarloka meru- gapura pertama terdapat lubang pintu yang pakan dunia pertengahan karena manusia sudah digunakan sebagai tempat keluar masuk. mensucikan dirinya akan tetapi masih terikat Kemudian gapura keduaa berupa berupa candi dengan aspek keduniawian. Bagian atap candi yang dbelah menjadi dua untuk jalan keluar atau svarloka indentik dengan nirwana yaitu masuk, contoh dari candi gapura tersebut dunia sang Dewata, hal ini merupakan tahap adalah Candi Bentar (Campbell, 2002). Namun manusia dimana ia sudah bersifat suci dan tidak pada areal Candi Gunung Gangsir tidak memiliki ikatan dengan keduniawian. terdapat petirtan disekitarnya. Pada bangunan candi terdapat ragam hias Candi Gunung Gangsir mempunyai ke- yang diwujudkan melalui relief-relief yang unikan dibentuk arsitekturnya. Candi ini memi- mengelilingi candi. Terdapat dua jenis ragam liki umur yang tua daripada candi lainnya yang hias relief yaitu relief cerita (naratif) dan relief berada di Jawa Timur. Candi ini juga memiliki non-cerita (Istari, 2015). Ciri dari relief cerita karakteristik bangunan yang berupa perpaduan yaitu relief berupa sebuah narasi tentang kisah antara langgam Jawa Tengah dan Jawa Timur. keagamaan atau kepahlawanan yang mengan- Candi langgam Jawa Tengah memiiki ciri-ciri dung nilai moral dan pendidikan. Pada yaitu: candi berbentuk tambun dengan atap umumnya cerita ini dipahat pada panil di berundak, reliefnya timbul agak tinggi dengan dinding luar candi dan dapat dibaca searah lukisan naturalis berupa tanaman atau hewan, jarum jam (pradaksina) atau berlawanan dengan candi berbentuk stupa, terbuat dari batu arah jarum jam (prasawya) (Istari, 2015:3). andesit, candi induk terlerak di tengah halaman, Kemudian terdapat relief non-cerita yang dan candi menghadap ke arah timur. Contoh dari dipahat pada seluruh bagian dinding candi. candi berlanggam Jawa Tengah antara lain, Pada umumnya memiliki arti simbolis, atau candi , candi , candi . hanya sebagai hiasan saja.Terdapat empat jenis Sedangkan langgam Jawa Timur memiliki

173 Pangadereng, Volume 4, No.1, Juni 2018 karakteristik sebagai berikut: candi berbentuk dewa di nirwana. Pada candi Gunung Gangsir ramping dan atapnya bertingkat, reliefnya timbul atap candi terdapat sebuah makam yang hingga sedikit dan hiasannya meneyerupai saat ini belum diketahui siapakah yang dima- kulit, puncak candi berbentuk kubus, terbuat dari kamkan di candi tersebut. Pada bagian ini juga batu bata, candi induk terletak di belakang ditemukan banyak relief yang salah satunya halaman, candi menghadap ke arah barat. Candi adalah relief seorang laki-laki. (www.candi. ini condong ke gaya Mataram kuno yang dapat perpusnas.go.id/temples/deskripsi-jawatimur dilihat dari relief yang terdapat di dinding candiGunung Gangsir.html). didukung dengan tulisan parama yang Candi ini juga merupakan akulturasi diperkirakan sezaman dengan tulisan pada masa antara kebudayaan hindu dengan kebudayaan Mpu Sindok (Putri Atsania, Anggraini, 2016). Indonesia tentang animisme. Hal ini dibuktikan Candi Gunung Gangsir sendiri memiliki dengan tujuan pendirian candi yang digunakan karakteristik: candi berbentuk tambun dan untuk menghormati Nyai Srigati yang dianggap berundak-undak dengan puncak berbentuk kubus, sebagai orang yang berjasa bagi masyarakat reliefnya timbul agak tinggi dan hiasan lukisan sekitar, sedangkan pada kebudayaan hindu naturalis adapula yang menyerupai wayang kulit candi digunakan sebagai tempat pemujaan hal ini terlihat dari dua relief yang meng- terhadap dewa, tempat raja atau kerabatnya dan gambarkan seorang laki-laki dan perempuan yang dimakamkan. Candi ini berfungsi kepalanya menghilang, relief ditempelkan di sebagai tempat ritual keagamaan, tempat relung-relung sekitar candi, candi menghadap ke pemakaman, dan sebagai tempat penyimpanan arah barat, dan candi terbuat dari batu bata. Candi harta. (Atsania, 2016). Hingga kini pada hari ini memiliki bentuk seperti candi pada umumnya. tertentu seperti jum‟at legi kecuali pada bulan Struktur dari candi ini yaitu kaki, tubuh, atap. Ramadhan terdapat selamatan dusun yang Kaki candi merupakan penggambaran dari alam dilakukan di halaman depan candi. Hal ini tidak yang dihuni oleh manusia biasa, kaki candi lepas dari kepercayaan dan fungsi candi pada Gunung Gangsir terdapat tangga menuju pintu masa Hindu yaitu kepercayaan dan fungsi candi yang pada saat ditemukan sudah runtuh. Candi sebagai bentuk persembahan kepada Nyai yang berlanggamkan Jawa Timur pada umumnya Srigati (Campbell, 2002).Upacara ini dimak- memiliki bahan dasar batu bata. Perpindahan atau sudkan agar terlepas dari segala marabahaya peralihan bahan pembangunan candi dari batu dan mendapat rejeki yang berlimpah. andesit ke bata merah adalah karena peralihan Candi ini memiliki relief dan arca yang „konsep keabadian‟. Konsep kepercayaan Jawa terukir di dinding candi. Pada saat ditemukan (Pangudi); membuat memakai batu merah sama candi ini rapuh oleh usia. Walaupun begitu halnya penggambaran sosok manusia berasal dari candi ini memiliki nilai seni dan budaya yang empat unsur yaitu api, angin, air dan tanah. sangat tinggi. Pada masa pendudukan Jepang di Terdapat pula relief-relief berupa hewan Indonesia, mereka mengambil lukisan atau yang dianggap sebagai lambang kemakmuran, relief dan beberapa arca yang diambil lalu di terdapat pula kalpataru dan sulur-sulur. Tubuh jual untuk kepentingan perang Asia Timur candi menggambarkan batas antara alam Raya (Jannah, 2017). Lalu penduduk sekitar manusia dengan alam seseudah kematian. Pada candi melakukan pemugaraan sendiri tanpa bagian ini sering digunakan sebagai penem- mengetahui pengetahuan dasar tentang konsep patan abu jenazah atau ritual keagamaan, di pemugaran candi. Oleh karena itu, banyak Candi Gunung Gangsir tubuh candi terdapat relief yang tempatnya tidak sesuai dengan sebuah ruangan berisi pasir yang dapat relungnya. Begitu pula pada saat pemugaran menampung 50 orang. Pada saat ditemukan candi yang di mulai tahun 2003 dan selesai pintu candi hanya dapat dilewati dengan pada 2013. Pada saat pemugaran tersebut, merangkak. Selain itu terdapat arca pada kanan banyak para penggali yang menemukan emas kiri pintu masuk dan terdapat relief seorang dan pada akhirnya dijual untuk kepentingan perempuan. Sedangkan bagian atas candi atau pribadi. Setelah pemugaran selesai beberapa atap candi merupakan penggambaran alam para tahun berselang banyak arca yang hilang dicuri

174 Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir... Akhmad Fajar Ma‟rufin oleh orang yang tidak bertanggung jawab dirkan peristiwa masa lalu kehadapan siswa (Jannah, 2017). Oleh karena itu, untuk (Kartodirjo, 1993:59). Hal ini memungkinkan mencegah lukisan atau relief dicuri, relief yang siswa untuk mengkaji secara mendalam akan lepas dari relung disimpan dalam sebuah pentingnya peristiwa sejarah dan secara tidak gudang. langsung akan menumbuhkan kesadaran seja- rah siswa. Untuk itu diperlukan strategi guru Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Siswa sejarah dalam melakukan inovasi-inovasi SMAN 1 Purwosari Melalui Outdoor pembelajaran dengan menggunakan metode Learning dengan Pemanfaatan Cagar yang bervariatif dan tentunya sesuai konteks Budaya Candi Gunung Gangsir yang ada Pada hakikatnya pembelajaran sejarah Mengutip pernyataan Durkheim bahwa pada saat ini terutama tingkat SMA kurang pelajaran sejarah adalah pelajaran tentang begitu menarik. Hal ini dikarenakan pendidik pengalaman. Dan karakter nasional melekat hanya memberikan teori tanpa menunjukkan dalam berbagai peristiwa sejarah (1990:202). objek yang terkait. Oleh karenanya hal ini Hal ini menunjukkan akan arti penting dari menyebabkan pembelajaran sejarah terasa pembelajaran sejarah terutama di sekolah dalam membosankan dan monoton. Pembelajaran menghadirkan dan menanamkan karakter bang- dalam kelas akan menjadi sebuah dasar teori sa pada peserta didik. tentang wawasan siswa. Belajar sejarah memiliki fungsi ditaktis, Alternatif metode yang dapat menjadi yaitu akan menjadi sumber inspirasi dan pilihan utntuk menghadirkan sejarah secara aspirasi bagi generasi penerus dengan meng- langsung yaitu pembelajaran luar kelas atau ungkap model-model tokoh sejarah dari outdoor learning. Pembelajaran luar kelas berbagai bidang dan sejarah akan menjadi menekankan pada pembelajaran yang berbasis perbendaharaan suri teladan dan kebijakan pengalaman siswa. Pembelajaran yang didasar- nenek moyang termasuk nilai-nilainya. Dalam kan pada pengalaman akan menyebabkan siswa aspek didaktis, ada beberapa kegunaan pendi- akan lebih cepat memahami materi.Selain itu, dikan sejarah bagi anak yaitu: a) secara unik outdoor learning memiliki keefektifan yang lebih memuaskan rasa ingin tahu dari anak tentang baik daripada pembelajaran dalam kelas jika orang lain, kehidupan tokoh, perbuatan, cita- dimanajemen dengan baik. Hal ini disebabkan cita, yang dapat menumbuhkan kekaguman, metode outdoor learning mempunyai sifat b)lewat pembelajaran sejarah dapat mewariskan kesenangan dan kegembiraan bagi siswa, oleh kebudayaan manusia, penghargaan terhadap karenanya metode ini akan menambah semangat seni, serta cara hidup orang lain, c) melatih dan motivasi siswa dalam belajar. tertib intelektual, yaitu ketelitian dalam Menurut W Gulo (1990:208) menyatakan memahami ekspresi, menimbang bukti, memi- bahwa manfaat lain dari metode outdoor learning sahkan yang penting dari yang tidak penting, antara lain: 1). Siswa dapat lebih termotivasi antara propaganda dan kebenaran, d)melalui karena pembelajaran tidak bersifat monoton, 2) pengajaran sejarah dapat dibandingkan kehi- Siswa dapat menghayati dan memahami seluruh dupan zaman sekarang dengan masa lampau, e) aspek yang terdapat dalam lingkungan tersebut pelajaran sejarah memberi latihan dalam serta menimbulkan rasa ingin melestarikan, 3). memecahkan masalah-masalah atau perten- Pendidik dapat membe rikan pembelajaran secara tangan dunia masa kini (Kartodirjo, 1989:252- langsung dengan objek yang ada, 4). Bahan 254). pembelajaran lebih kaya dan faktual karena Fungsi dan tujuan sejarah akan tercapai kebenarannya akurat, 5). Meningkatkan apabila siswa mampu memahami dan mengha- kemampuan siswa agar tidak berhenti pada yati secara mendalam peristiwa sejarah yang tingkatan verbal saja, 6). Siswa lebih aktif karena ada dan serta mampu mengambil makna dan siswa akan dituntut untuk menerapkan teori yang nilai-nilai dari peristiwa sejarah tersebut, dalam telah diberikan agar diaplikasikan pada objek. proses pembelajaran harus mampu mengha-

175 Pangadereng, Volume 4, No.1, Juni 2018

Pada dasarnya dalam pembelajaran nistrasi agar tidak mengalami hambatan saat sejarah dibutuhkan sebuah metode yang tepat outdoor learning sepertimenyiapkan perijinan untuk menumbuhkan kesadaran sejarah siswa. kepada kepala sekolah dan bagi tempat yang Seperti yang diungkapkan Wineburg bahwa akan dikunjungi. Begitu pula surat ijin orang pendidikan sejarah sebagai wahana penum- tua bagi siswa. Hal berikutnya yang menjadi buhan kesadaran sejarah dihadapkan pada prioritas utama panitia mempersiapkan trans- kondisi pembelajaran yang hafalan, siswa portasi menuju objek kunjungan outdoor kurang diajak berinterpretasi dan mengungkap learning. Guru juga membuat teaching guide makna sejarah (Porda, 2012: 208). Oleh sebab yang digunakan selama kegiatan berlangsung itu salah satu alternatif siswa diajak untuk sehingga kegiatan berjalan teratur. Kemudian diperkenalkan lingkungan sejarah terdekat, guru meminta siswa untuk membentuk kelom- seperti peninggalan kerajaan Hindhu-Budha di pok. Dengan siswa terbagi menjadi lima Pasuruan yakni Candi Gunung Gangsirdengan kelompok yang terdiri dari tujuh anggota. harapan menumbuhkan kesadaran sejarah Setiap siswa dalam kelompok memiliki pemba- siswa. gian tugas tersendiri. Dua siswa bertugas Candi Gunung Gangsirdapat digunakan melakukan observasi di lingkungan Candi sebagai media pembelajaran sejarah bagi pel- Gunung Gangsirdan melakukan pencatatan ajar. Candi ini belumada dalam buku-buku teks terhadap temuan-temuan penting. Dua siswa sejarah sebagai peninggalan kerajaan Medang yang lain bertugas mendokumentasikan objek- Kamulan. Oleh karena itu, pemerintah, objek penting di sekitar candi berupa foto masyarakat dan khususnya sekolah perlu maupun video. Sedangkan tiga siswa yang mengenalkan candi tersebut melalui pembela- tersisa melakukan wawancara mendalam jaran sejarah. Pihak sekolah khususnya guru terhadap guide situs. sejarah dalam pembelajaran sejarah dapat Tahap berikutnya yaitu pelaksanaan, siswa menggunakan metode outdoor learning. bersama-sama dengan kelompok yang telah Metode ini menekankan pada proses pembela- terbentuk mengunjungi Candi Gunung Gangsir. jaran dimana siswa dituntut aktif dalam Keseluruhan siswa diarahkan berkum-pul di mengenal lingkungannya. Proses pembelajaran halaman candi dan untuk mendapatkan informasi yang menggunakan metode ini diharapkan mengenai seluk beluk candi dari guide yang dapat menambah pengetahuan siswa dan dapat bertugas. Sesaat setelah menerima penjelasan berinteraksi dengan objek yang dikaji dalam siswa secara mandiri melakukan obser-vasi pembelajaran. Selain itu guru dapat memberi- lapangan, serta menjalankan jobdesk yang kan pengajaran yang efektif karena terdapat diberikan kepada masing-masing anggota ke- objek yang dijadikan contoh. Pembelajaran lompok. Siswa yang bertugas melakukan berbasis outdoor learning juga dapat menghi- wawancara mulai mengajukan pertanyaan yang langkan rasa jenuh dan bosan siswa dalam telah disiapkan sebelumnya kepada guide. Juru proses pembelajaran (Fauzi, 2014:23). kunci/guide menjawab pertanyaan-pertanyaan Prosedur outdoor learning terdapat tiga siswa dengan antusias sembari berjalan tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak mengelilingi areal candi. Nampak siswa menca- lanjut (Husamah, 2013). Pada tahap persiapan tat hal-hal penting dari informasi yang didapatkan pertama menjelaskan tujuan pembelajaran yaitu dengan seksama. Sedangkan siswa yang lain siswa mampu menganalisis peninggalan Tahap terakhir yaitu tindak lanjut. Setiap kerajaan Hindhu Budha di Pasuruan. Guru kelompok setelah melakukan kunjungan di cagar kemudian menentukan objek kunjungan siswa budaya Candi Gunung Gangsir membuat laporan yaitu Candi Gunungganggir sebagai situs pe- observasi serta video dokumenter. Laporan ninggalan KerajaanMedang Kamulan. Dibentuk observasi berupa paper yang dilengkapi dengan pula panitia khusus yang terdiri dari guru mapel hasil dokumentasi. Durasi pengerjaan laporan sejarah SMAN 1 Purwosari untuk memper- kelompok maksimal selama satu minggu. siapkan segala keperluan kegiatan. Pendidik Sedangkan video dokumenter harus diunggah atau panitia mempersiapkan kebutuhan admi- pada channel youtube masing-masing kelas.

176 Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir... Akhmad Fajar Ma‟rufin

Pada pekan berikutnya masing-masing kelompok budaya setempat khususnya Candi Gunung akan mempresentasikan hasil kerjanya. Sekaligus Gangsir setelah mengikuti outdoor learning. guru juga meminta siswa memberikan kesan- Dari hal tersebut muncul indikator kesadaran kesan selama kegiatan outdoor learning. sejarah pada siswa. Pada saat berjalannya kegiatan, peneliti Outdoor learning yang memanfaatkan berperan sebagai observer. Berdasarkan hasil cagar budaya Candi Gunung Gangsir memun- pengamatan dalam pelaksanaan kegiatan nam- culkan motivasi bagi siswa untuk lebih peduli pak siswa begitu antusias mengikuti outdoor terhadap sejarah dan peninggalan, sebagaimana learning. Seperti ketika siswa menyimak dengan pernyataan (Smith, 1996: 68) cagar budaya se- penuh perhatian penjelasan dari guide. Banyak bagai penumbuh kepedulian masyarakat untuk siswa mengajukan pertanyaan yang menunjukkan mendorong munculnya rasa memiliki masa lalu ketertarikan dan keingintahuan yang besar yang sama diantara anggota komunitas. terhadap situs Candi Gunung Gangsir. Siswa Cagar budaya seperti candi mempunyai jugamengamati dan mendokumentasikan bentuk muatan ideologis yaitu sebagai gerakan untuk struktur candi dan relief-relief yang terukir indah mengukuhkan kebudayaan, sejarah dan iden-titas di dinding candi. Mencatat dan mendeskripsikan (Lewis, 1983:4). Pengenalan Candi Gunggangsir temuan-temuan yang mereka lihat. Sebagian dari ini dapat menimbulkan sebuah motivasi dalam siswa bahkan mempertanyakan mengenai bagian- diri pelajar untuk melestarikan cagar budaya bagian candi yang hilang. Dengan mengamati Candi Gunung Gangsir. Motivasi tersebut dapat lingkungan yang ada, akhir muncul dalam dijabarkan sebagai berikut: 1) motivasi untuk pemikiran sebagian siswa bahwa ada realita- menjaga, mempertahankan dan mewariskan realita yang seharusnya tak terjadi. Cagar budaya warisan budaya yang diwarisinya dari generasi yang semestinya perlu dilindungi banyak sebelumnya; motivasi untuk me-ningkatkan mengalami kerusakan dan pencurian. pengetahuan dan kecintaan generasi penerus Melalui proses outdoor learning indikasi bangsa terhadap nilai-nilai sejarah kepribadian kesadaran sejarah mulai tumbuh dari dalam diri bangsa dari masa ke masa melalui pewarisan siswa. Pertama, yaitu minat belajar sejarah khasanah budaya dan nilai-nilai budaya secara siswa sangat tinggi. Hal tersebut terwujud dari nyata yang dapat dilihat, dikenang dan dihayati; antusiasme siswa ketika mengajukan perta- motivasi untuk menjamin terwujudnya nyaan dalam wawancara terhadap guide serta keragaman atau variasi lingkungan budaya; ketika berlangsung observasi, kesungguhan sis- motivasi ekonomi yang percaya bahwa nilai wa terlihat dengan membuat catatan-catatan budaya local akan mening-kat bila terpelihara kecil dari temuannya di lapangan. Kedua, dengan baik sehingga memiliki nilai komersial adanya pemahaman sejarah dari siswa, seperti untuk meningkatkan kesejahteraan pengam- yang diungkapkan salah satu siswa yang menja- punya; dan motivasi simbolis yang meyakini di narasumber menyebutkan bahwa dengan ke- bahwa budaya lokal adalah manifestasi dari giatan outdoor learning ini, Ia mulai mema- jatidiri suatu kelompok atau masyarakat sehingga hami sejarah Candi Gunung Gangsir, dan baru dapat menumbuhkem-bangkan rasa kebanggaan, pertama berkunjung meskipun rumah harga diri dan percaya diri yang kuat. tempat tinggalnya tidak cukup jauh dari area Peran pelajar dalam pelestarian cagar budaya candi, Candra juga menuturkan bahwa cagar sangat signifikan, sebagai agent of change budaya ini perlu dilestarikan dan perlu pengem- pemuda umumnya memiliki gagasan-gasasan bangan yang lebih dari segi pariwisatanya yang cemerlang ketika mereka diberikan (Candra, 2017). Indikator berikutnya yaitu,rasa tanggungjawab untuk menjaga sesuatu. Sense of memiliki dan menjaga peninggalan sejarah. belonging akan tumbuh menjadi sebuah Berdasarkan pengamatan peneliti, siswa mem- kepedulian yang besar dan upaya menjaga pertanyakan keadaan candi kepada guide, melestarikan cagar budaya setempat dan inilah mengenai penyebab hilangnya dan rusaknya sebagai bentuk kesadaran sejarah. bagian-bagian candi. Muncul kepedulian siswa Kesadaran dalam menjaga peninggalan yang sebelumnya belum ada terhadap cagar sejarah bangsa sejalan dengan kurikulum sejarah

177 Pangadereng, Volume 4, No.1, Juni 2018 yang diungkap Hamid Hasan yaitu prinsip, DAFTAR PUSTAKA “perenialisme” yang memandang bahwa pendi- dikan sejarah sebagai wahana “transmission of Atsania, Anggraini Putri.2016. Gaya Arsitektur culture”. Pengajaran sejarah hendaklah diajarkan Dan Fungsi Candi Gunungangsir sebagai pengetahuan yang dapat membawa siswa Serta Muatan Pendidikannya. Skripsi. kepada penghargaan yang tinggi terhadap “the Tidak diterbitkan UM glorius past”. Kurikulum sejarah diharapkan dapat mengembangkan kemampuan anak didik Candra, Maulana. 2017. Wawancara “Kesan dan generasi penerus untuk mampu menghargai Mengikuti Outdoor Learning “ diSMAN hasil karya agung bangsa di masa lampau, 1 Purwosari memupuk rasa bangga sebagai bangsa, rasa cinta tanah air, persatuan dan kesatuan nasional Campbell, Mark. 2002. “Ngapain ke Candi?” (Warto, 2017:2) Pengunaan Peninggalan-Peninggalan Purbakala di Jawa Timur.Malang: PENUTUP Universitas Malang. Berdasarkan pembahasan diatas dapat di- simpulkan bahwa dibangunnya Candi Gunung Durkheim, Emile. 1990. Pendidikan Moral: Gangsir tidak lepas dari kisah masyarakat sekitar Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi tentang Nyai Srigati sebagai simbol atas jasanya Pendidikan. : Penerbit Airlangga yang berhasil mengembangkan pertanian di desa Gunung Gangsir. Candi ini menjadi salah satu Fauzi, Ahmad. 2014. Pengaruh Pembelajaran peninggalan kerajaan yang dibangun oleh Mpu Outdoor Terhadap Hasil Belajar Sindok, yaitu Medang kamulan. Terletak di desa Pendidikan Agama Siswa Kelas Gunung Gangsir, Beji Pasuruan. Dan menjadi VIII di SMP Nusantara Plus salah satu candi tertua di Jawa Timur. Arsitektur Selatan. UIN Syarif Hidayatullah, Skripsi candi maka dapat disimpulkan merupakan tidak diterbitkan gabungan antara langgam Jawa Tengah dan Jawa Timur namun Candi Gunung Gangsir lebih Gulo, W. 2002. Strategi Belajar Mengajar. condong pada gaya Mataram Kuno. Gaya Jakarta: Grasindo Mataram Kuno dapat dilihat dari relief-relief pada dinding Candi Gunung Gangsir dan didukung Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas adanya tulisan parama yang diperkirakan (Outdoor Learning).Jakarta: Prestasi sezaman dengan tulisan pada masa Mpu Sindok. Pustaka Raya Publisher Kedua, berdasarkan hasil analisis terhadap faktor- faktor yang menentukan fungsi candi maka dapat Istari, Rita. 2015. Ragam Hias Candi-Candi di disimpulkan bahwa Candi Gunung Gangsir Jawa Motif dan Maknanya. : berfungsi sebagai kuil, yaitu tempat pemujaan Kepel Press. terhadap dewa. Kesadaran sejarah siswa SMAN Jannah, Nur. 2017. Wawancara “Sejarah Candi 1 Purwosari mulai tumbuhdengan melalui metode Gunung Gangsir“ di Desa Gunung outdoor learning dengan memanfaatkan Candi Gangsir Kecamatan Beji Gunung Gangsirsebagai sumber belajar, sehingga siswa dapat mengamati keadaan lingkungan di Kartodirdjo, . 1989. Fungsi Pembelajaran sekitar Candi Gunung Gangsir. Indikasinya yaitu Sejarah dalam PembangunanNasional, minat belajar sejarah yang tinggi, siswa Historika No.1 Th I. : Program memahami akan arti penting belajar sejarah Pascasarjana UNS khususnya sejarah Candi Gunung Gangsir, muncul pada diri siswa rasa memiliki dan Kartodirdjo, Sartono. 1993. Pendekatan Ilmu kepedulian menjaga peninggalan cagar budaya Sosial dalam Metodologi Sejarah. bangsa. Jakarta: Gramedia

178 Pemanfaatan Candi Gunung Gangsir... Akhmad Fajar Ma‟rufin

Kartodirdjo, Suyatno. (2000). “Teori dan Smith, L. 1996. “Significance Concepts in Metodologi Sejarah dalam Australian Management Archaeology” Aplikasinya”,dalam Historika, No.11 dalam L. Smith dan A. Clarke (eds). Issue Tahun XII.Surakarta: Program Pasca in Management Archaeology, Tempus, SarjanaPendidikan Sejarah Universitas vol 5. Negeri Jakarta KPK Universitas SebelasMaret Surakarta. Sulhan. 2016. Peningkatan Kesadaran Sejarah Siswa Melalui Pemanfaatan Sumber Isu Lewis, M. 1983. “Conservation: A Regional Kontroversial Pada Mata Pelajaran IPS Point of View” dalam M. Bourke, M. di SMP Negeri 4 . E-Jurnal Miles dan B. Saini (eds). Protecting the Katalogis, Volume 4 Nomor 9, September Past for the Future. Canberra: 2016 hlm 156-167 Austraalian Government Publishing Service. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif (Dasar Teori dan Pardo, Herry N.K. 2012. Model Pembelajaran Terapannya dalam Penelitian). Sejarah Untuk Meningkatkan Kesadaran Surakarta: UNS Press Sejarah Melalui Pendekatan Inkuiri. Warto. 2017. Menumbuhkan Kesadaran Sejarah Jurnal Paramita Vol. 22, Juli 2012 Hlm Generasi Muda. Makalah disajikan dalam 207-216 seminar “Internalisasi Nilai-Nilai Sejarah sebagai Upaya Meningkatkan Rasa Prihantoro, Iptu. 2010. Metode Pembelajaran Nasionalisme dan Sadar Sejarah kepada Outdoor Study. Jakarta: PT Gramedia. Generasi Muda”, UNY Yogyakarta,20 September. Soekmono. 2006. Pengantar Sejarah Kebudayaan 2. Yogjakarta: Penerbit Kanisius www.candi.perpusnas.go.id/temples/deskripsi- jawatimurcandiGunungGangsir.html Soeroto. 1975. Mataram 1. : (diakses 18 Maret 2017) Sanggabuwana

179