<<

CANDI SEBAGAI TEMPAT KEGIATAN KAUM RSI SUKUH TEMPLE AS A PLACE OF ACTIVITIES FOR THE RSI

Heri Purwanto Mahasiswa Jurusan Arkeologi Universitas Udayana [email protected]

ABSTRACT A lot of studies about temple Sukuh has been conducted before, but not to the extent in which it existed as the place for kaum Rsi. Sukuh Temple is a holy place located at the slope of Lawu Mountain, away from the cities. This definitely is an absolute requirement for a holy place for kaum Rsi. Many old heritages at Candi Sukuh complex support the argument that this temple was built by the Rsis or hermits. Based on that explanation, the research questions of this study are about what factors that indicate Sukuh Temple as the place for the Rsis, and in what kind of Karsyan. The methodology used in this study was conducted in two steps; that is data collection and analysis. The data collection was including observation and literature review. The data analysis was using qualitative analysis with symbol theory. The result of this study showed that based from the old heritages it was indicated that the Karsyan of Mandala Kedewaguruan. The life of the Rsi at Sukuh Temple was related to and drinks. They utilized the surrounding area for farming. The harvests are eggplants, coconuts, paddies, and vegetables. In addition, in religious context, the Rsi also did some teaching and learning activities.

Keyword : Temple Sukuh, Karsyan, Rsi, Activities.

ABSTRAK Kajian tentang Candi Sukuh cukup banyak dilakukan, namun hingga saat ini belum menyentuh pada eksistensinya sebagai tempat kegiatan kaum Rsi. Candi Sukuh merupakan bangunan suci yang terletak di lereng Gunung Lawu jauh dari keramaian. Hal ini sudah pasti memenuhi syarat mutlak bagi bangunan suci untuk kaum Rsi. Berbagai peninggalan masa lalu di kompleks Candi Sukuh menguatkan dugaan bahwa candi ini dibangun oleh para Rsi atau pertapa. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah unsur-unsur apa saja yang mengindikasikan bahwa Candi Sukuh sebagai tempat para Rsi dan termasuk karsyan berbentuk apa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini melalui dua tahap yaitu metode pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data meliputi observasi dan kajian pustaka. Analisis yang digunakan ialah kualitatif dengan menggunakan teori simbol. Hasil dari penelitian ini bahwa dari berbagai macam benda-benda peninggalan masa lalu di objek penelitian menunjukkan karsyan berbentuk mandala kedewaguruan. Kehidupan kaum Rsi di Candi Sukuh berkenaan dengan makanan dan minuman. Mereka senantiasa memanfaatkan lahan lingkungan sekitar sebagai tempat bercocok tanam. Hasil panennya berupa terong, kelapa, padi, dan sayuran-sayuran. Selain, aktivitas dalam bidang keagamaan, kaum Rsi juga melakukan kegiataan belajar-mengajar.

Kata Kunci : Candi Sukuh, Karsyan, Kaum Rsi, Kegiatan.

Tanggal masuk : 31 Maret 2017 Tanggal diterima : 3 April 2017

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 69 (Heri Purwanto) PENDAHULUAN tentunya tidak perlu dibangun rumah-rumah/pondokan dalam Kajian tentang Candi Sukuh jumlah banyak bagi para Rsi dan sudah cukup banyak dilakukan, kaum pertapa, karena penghuninya namun hingga sekarang belum jauh lebih sedikit jika dibandingkan menyentuh pada eksistensinya dengan karsyan berbentuk mandala sebagai tempat kegiatan kaum Rsi. (Munandar, 1990: 340). Lingkungan Kaum Rsi atau sering juga disebut karsyan ini terdapat suatu prasistha sebagai pertapa secara jelas sabha,yaitu kumpulan arca batu pertama disebutkan dalam dalam ukuran kecil yang dianggap prasasti Pucangan (1041 M) yang suci yang diletakkan di suatu tempat menguraikan terbuka (batur atau punden tanpa mengundurkan diri dari atap) (Munandar, 1990: 341; pemerintahan dan didampingi oleh Munandar 1992/1993: 13). Sudah pengiringnya bernama Narotama barang tentu kaum Rsi mengadakan mengunjungi para pertapa yang upacara keagamaan ditempat ini. berpakaian kulit kayu Karsyan berbentuk mandala, (walkaladhara). Kaum Rsi hidup sering juga disebut dengan mengundurkan diri jauh dari kedewaguruan. Oleh karena karsyan keramaian (Santiko, 2005b: 128). jenis ini terdapat pemimpin Mencari tempat-tempat yang sunyi keagamaan tertinggi yang disebut untuk mendekatkan diri kepada dewaguru. Karsyan yang berbentuk Yang Maha Pencipta. Kaum Rsi mandala adalah kompleks menjalankan salah satu jenjang perumahan pertapa yang dibangun hidup dalam Agama Hindu, yaitu di tempat-tempat yang jauh dari wanaprastha dan sanyasin. keramaian dan biasanya berupa wanaprastha adalah jenjang hidup pendukuhan di tengah hutan dalam memohon jalan kalepasan (wanasrama). Pola perumahan bagi dengan cara mengundurkan diri ke para pertapa tersebut mengikuti tempat-tempat sunyi atau ke hutan. aturan tersendiri seperti yang sanyasin atau bhiksuka jenjang diuraikan dalam kitab Arjunawijaya hidup yang telah mencapai dan Sutasoma (Munandar, 1990: kesempurnaan diri, walaupun masih 340). Karsyan ini dilengkapi dengan hidup (Munandar, 2014: 201-202). lingga pranala. Hal ini memberikan Kaum Rsi ini menempati petunjuk mengenai pemujaan sebuah tempat suci yang dinamakan terhadap Siwa sekaligus ditempat ini karsyan. Penjelasan mengenai diajarkan keagamaan Hindu-Siwa. karsyan banyak dijumpai dalam Dalam Nagarakrtagama beberapa karya sastra antara lain diberitakan terdapat beberapa Nagarakrtagama dan Arjunawijaya. karsyan antara lain Sumpud, Rupit, Karsyan dibagi menjadi dua jenis Pilan, Pucangan, Jagaddita, Butun, yaitu karsyan berbentuk patapan dan Pawitra. Mengenai Pawitra, dan karsyan berbentuk mandala. Agus Aris Munandar dalam bukunya Karsyan berbentuk patapan adalah yang berjudul Arkeologi Pawitra tempat seseorang hidup (2016) telah banyak memberikan mengasingkan diri jauh dari gambaran tentang kehidupan kaum keramaian untuk bertapa dalam Rsi yang tinggal di Pawitra. Pawitra jangka waktu tertentu hingga merupakan salah satu gunung suci memperoleh apa yang di Jawa Timur, yang sekarang diinginkannya. Karsyan berbentuk ini dikenal dengan Gunung

70 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 Penanggungan (1659 mdpl). Belum mengindikasikan bahwa Candi dapat dipastikan secara tepat sejak Sukuh sebagai tempat para Rsi?. kapan masyarakat sekitar Gunung Kedua, karsyan berbentuk apa Penanggungan memberikan nama, berdasarkan penggolongan dua demikian pada gunung tersebut. karsyan tersebut ?. Ketiga, Kata penanggungan bentukan dari bagaimana kehidupan dan aktivitas pa + tanggung + an, tanggung kaum Rsi, sehingga dapat artinya sesuatu yang memberati melangsungkan hidupnya di (Wojowasito, 1977: 262). Hal ini kawasan Candi Sukuh ?. mungkin saja dapat dihubungkan Diharapkan penelitian ini dengan mitos pemindahan Gunung dapat memberikan pengetahuan Mahameru dari India ke Pulau Jawa, baru mengenai kehidupan kaum Rsi yaitu sebagai pemberat agar tidak di Candi Sukuh pada khususnya, terombang-ambing. Sekaligus dapat menyumbangkan Pawitra tersebut oleh Agus informasi tambahan tentang sejarah Aris Munandar digolongkan sebagai kuna di kawasan Gunung Lawu. karsyan berbentuk patapan. Hal ini Mengingat gunung ini merupakan didasarkan atas tidak adanya salah satu gunung suci di Jawa temuan yang mengindikasikan Tengah. Karya sastra yang sebagai mandala kedewaguruan, menyinggung Gunung Lawu sebagai yang salah satu cirinya terdapat gunung suci adalah Tantu lingga pranala atau lingga . panggelaran. Menceritakan bahwa Lebih lanjut indikasi mengenai Gunung Lawu merupakan salah satu pemukiman dan pedukuhan yang runtuhan dari Gunung Mahameru, banyak tidak ditemukan juga, justru ketika dibawa oleh para Dewa dari banyak ditemukan arca-arca India ke pulau Jawa. Dalam serat berukuran kecil yang disebut dengan Manikmaya dikabarkan bahwa pratisha sabha. Pratistha sabha Gunung Lawu merupakan salah satu merupakan ciri khusus karsyan yang bagian dari 18 gunung suci yang berbentuk patapan. Dalam terletak di Jawa Tengah. Sudah Nagarakrtagama pupuh 78 lebih pasti di sana banyak tinggal sang lanjut disebutkan bahwa mandala Kawi penghasil teks-teks sastra. kedewaguruan yang disebut dengan Lebih lanjut serat Centhini caturbhasm mamandala terdiri atas memberitakan Argotiling di Mula-Sagara, Kukub, Sukayajnya, Gunung Lawu. Argotiling adalah dan Kasturi (Santiko, 2005a: 111). tempat yang angker dan berbahaya, Candi Sukuh merupakan sehingga hanya orang-orang bangunan suci yang terletak di tertentu yang mempunyai lereng Gunung Lawu jauh dari keberanian spiritual tinggi yang keramaian. Hal ini sudah pasti dapat ke sana. memenuhi syarat mutlak bagi Guna menyelesaikan bangunan suci untuk kaum Rsi. permasalahan digunakan teori Berbagai peninggalan masa lalu di simbol sebagai analisis. Kata simbol kompleks Candi Sukuh menguatkan berasal dari kata Yunani yaitu dugaan bahwa candi ini dibangun symbolon yang berarti tanda atau ciri oleh para Rsi atau pertapa. yang memberitahukan sesuatu Berdasarkan penjelasan tersebut, kepada seseorang (Ghost dalam maka permasalahan dalam Titip 2003: 63). Manusia dalam penelitian ini adalah pertama, hidupnya selalu berkaitan dengan unsur-unsur apa saja yang simbol-simbol yang berhubungan

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 71 (Heri Purwanto) dengan kehidupan sehari-hari. METODE Manusia adalah animal symbolicum, artinya bahwa pemikiran dan tingkah Secara umum, metode yang laku simbolis merupakan ciri yang digunakan dalam penelitian ini betul-betul khas manusiawi. Manusia meliputi pengumpulan data dan adalah makhluk budaya dan budaya analisis data. Teknik pengumpulan manusia penuh dengan simbol, data dilakukan melalui pengamatan sehingga dapat dikatakan bahwa langsung ke lapangan. Pengamatan budaya manusia penuh diwarnai diikuti dengan pencatatan dengan simbolisme. Simbolisme lingkungan dan penggambilan merupakan suatu tata pemikiran gambar situs. Kajian pustaka juga atau paham yang menekankan atau dilakukan yang merupakan salah mengikuti pola-pola yang satu cara pengumpulan data dengan mendasarkan diri kepada simbol memahami konsep dan teori yang atau lambang (Endraswara, 2012: relevan dari berbagai sumber 171-172). (Natalia, 2012: 29). Literatur tersebut Sebagai karya seni, arca dan berupa buku, majalah, laporan relief merupakan bentuk ekspresi ilmiah, skripsi, artikel, makalah, simbolis. Suatu simbol, arca serta laporan penelitian maupun bentuk relief adalah bentuk konkret yang publikasi lainnya, sehingga dapat menyangkut pembabaran dari ide menunjang dalam penyelesaian yang lahir karena aktivitas jasmani, tulisan ini. Analisis yang digunakan sebagai lambang kehidupan batiniah ialah kualitatif yaitu menguraikan dari penciptanya. Karya seni ini juga hasil atau data yang diperoleh dalam melambangkan visi yang bentuk perkataan dan pernyataan. dikehendakinya (Bruyne dalam Analisis kualitatif ini tidak Suprapta dkk, 1998: 13). Lebih lanjut memerlukan suatu perhitungan atau menurut Mircea Eliade simbol-simbol dinyatakan dalam bentuk angka- dipergunakan untuk memberi angka. kemungkinan suatu perpanjangan dari penampakan yang Ilahi. Ritual menampakkan tatanan atas simbol- HASIL PENELITIAN simbol yang diobjekkan. Artinya simbol-simbol tersebut Gambaran Umum Candi Sukuh mengungkapkan perilaku, perasaan, Candi Sukuh secara dan membentuk disposisi pribadi administratif terletak di Dusun dari para pemujanya sesuai dengan Sukuh, Desa Sumberejo, modelnya masing-masing (Eliade Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten dalam Suprapta dkk., 1998: 14). Karanganyar, Jawa Tengah, sekitar Dalam penelitian ini teori yang 20 km dari kota Karanganyar. Candi berkenaan dengan tanda atau ciri. ini dibangun di Lereng Barat Gunung Nantinya akan dicari tanda-tanda Lawu, pada ketinggian 1.186 meter di atas permukaan air laut pada atau ciri artefak, arca, dan tinggalan 0 ’ 0 purbakala lainnya yang koordinat 7 37 38’’ LS – 111 7’52’’ mengindikasikan suatu kasyan. BT. Candi Sukuh yang berdiri di atas Dengan begitu permasalahan dalam tanah residual hasil pelapukan yang penelitian ini dapat diungkap dan mempunyai komposisi kandungan dijelaskan secara menyeluruh. humus dan pasir lempungan yang dominan. Terletak di atas batuan dasar satuan breksi andesit piroksen yang mulai rapuh. Kondisi

72 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 kandungan tanah pelapukan inilah dan tangga masuk yang merupakan saat ini dimanfaatkan masyarakat penghubung antar teras. sebagai bahan tambang golongan C berupa pasir dan batu (Soesilo, Candi Sukuh Sebagai Salah Satu 2015: 25). Kondisi geografis Karsyan kawasan ini berbukit-bukit dan Sebagai tempat untuk memiliki kemiringan lereng yang pertapa atau kaum Rsi syarat terjal. Bentang alam bagian utara mutlak yang harus dipenuhi adalah bergelombang berupa lembah dan jauh dari keramaian atau tempat- punggungan bukit, sedangkan tempat yang sunyi. Apabila melihat bagian selatan merupakan hal ini Candi Sukuh sudah pasti punggungan bukit yang terjal serta memenuhi syarat tersebut. Bukti- Dataran bergelombang, dengan bukti lainnya yang mengindikasikan sebagian keurucut terjal yang candi ini sebagai tempat dan merupakan terobosan batuan beku aktivitas kaum Rsi dapat ditelusuri (Soesilo dalam Tim Penyusun, 2013: berdasarkan tinggalan tertulisnya. Di 10). Candi Sukuh pernah ditemukan Lingga yang dipahati aksara Jawa Kuna. Kini Lingga tersebut disimpan di Museum Nasional, . Adapun tulisan tersebut adalah sebagai berikut ;

biseka yang Begawan Candi gangga suding laksana Sukuh purusa sorning rat Wuku tumpek kaliwoning

Katon karungu purusa

Gambar 1. Lokasi Penelitian di Candi Sukuh Terjemahaan dalam Bahasa : (Sumber:http://www.karanganyarkab.go.id /, diolah oleh penulis) Pentahbisan Hyang Ganggasudi di (?) sebagai Candi Sukuh merupakan tanda wiku di dunia pada hari bangunan berteras dengan tiga Sabtu Kliwon, wuku Wayang undakan. Membujur arah barat – (Darmosoetopo, 1975/1976: timur dengan arah hadap ke barat. 82). Teras yang paling tinggi berada di sisi timur dan merupakan teras III Prasasti tersebut yang paling sakral. Dapat dikatakan menceritakan mengenai upacara teras III mempunyai konsentrasi penahbisan Hyang Ganggasudi temuan paling banyak. Masing- menjadi seorang wiku. Upacara masing teras dibatasi dengan tersebut dilaksanakan pada hari susunan batu andesit yang dipasang Sabtu Kliwon, Wuku Wayang. Wiku menempel pada dinding teras. Di adalah bahasa Jawa Kuna yang bagian tengahnya terdapat gapura artinya Rsi. Pada salah satu prasasti lainnya ditulis muni, oleh Musses

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 73 (Heri Purwanto) diartikan sebagai Rsi atau pertapa. Memiliki gaya yang timbul atau Jelas dikatakan bahwa Candi Sukuh kuadrat (Nugraha, 2012: 107). merupakan tempat kegiatan para Begitupun prasasti di Candi Cetho Rsi. Dalam kitab Tantu Panggelaran memperlihatkan corak khusus. menguraikan siddaRsi yaitu Hal yang menarik adalah golongan bhatara, SiddaRsi, hyang, bahwa dari berbagai macam benda- dewata, wiku, dan cakrawati. Bahwa benda peninggalan masa lalu di seorang wiku merupakan salah satu objek penelitian menunjukkan penjejangan dari Rsi (Santiko, karsyan berbentuk mandala 2005b: 127). kedewaguruan. Syarat mutlak dari Indikasi lain yang suatu mandala adalah jauh dari memperkuat dugaan Candi Sukuh keramaian. Selanjutnya ditemukan sebagai tempat kaum Rsi adalah lingga pranala atau lingga yoni baik temuan prasasti-prasasti di sekitar berbentuk relief maupun artefaktual. situs. Prasasti tersebut mempunyai Mengenai bekas-bekas pedukuhan, aksara bercorak khusus, yaitu isinya hingga kini di Sukuh banyak bukan mengenai penetapan sima ditemukan umpak-umpak yang atau keputusan keadilan, melainkan mengindikasikan adanya nama tokoh, nama dewa atau perumahan. Terlihat juga relief-relief sesuatu yang didewakan, nama yang terpahat sangat jelasnya tempat, kalimat-kalimat singkat, dan mengambarkan rumah-rumah atau nasehat-nasehat (Wibisono, 2006: pendukuhan. 143). Temuan prasasti-prasasti pada Selanjutnya Denny Yudho bangunan suci Sukuh menunjukkan Wahyudi dkk. (2014) memberikan corak yang khusus. Hal ini sangat gambaran mengenai berbagai unsur mungkin ditulis oleh kaum Rsi yang lainnya yang dapat dijadikan sebagai hidup di sebuah karsyan. Prasasti penanda dari tempat kaum Rsi yang Candi Sukuh mempunyai pola-pola disebut dengan mandala tertentu. Berbahasa Jawa kedewaguruan. Adapun unsur-unsur Pertengahan dengan aksara Jawa tersebut dijelaskan sebagaimana Kuno bercorak khusus, dipahatkan berikut ini: pada fragmen relief maupun arca.

Tabel 1.Unsur mandala Kedewaguruan di Candi Sukuh Penanda Uraian Artefak Pendukung

Kompleks utama dalam 3 halaman dengan luas berkisar 5.500 m2, kemungkinan besar kompleks ini lebih luas pada masa lampau karena banyak ditemukan kepurbakalaan baik Situs utama menampakkan struktur maupun artefak lepas di level halaman, satu bangunan sekitaranya induk dan temuan-temuan Halaman luas Hal ini mengindikasikan sebagai lepas. kompleks pendidikan (ajar) yang luas

Masih ditemukan pecahan gerabah dan hasil laporan pemugaran terakhir tahun 2014 juga menemukan pecahan Temuan Gerabah gerabah dan Hal ini mengindikasikan adanya Temuan pecahan gerabah

74 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 keramik aktivitas manusia dalam jangka waktu yang panjang (kumonitas)

Ditemukan obelisk sebagai indikasi sebagai panggung, struktur bangunan Temuan relief bernafaskan Temuan Bervariasi keagamaan dalam Temuan relief dewa dan lingga yoni Temuan bangunan, relief dan konteks agama sebagai aspek pemujaan arca bernafaskan keagamaan Hal ini mengindikasikan adanya aktivitas manusia dalam jangka waktu yang panjang (komunitas) Candi Sukuh Terletak di Lereng Gunung Lawu Keletakannya berpola dengan Jauh dari situs-situs lainnya yang Keramaian Hal ini mengindikasikan kesesuaian terletak di Lereng Barat prasyarat sebuah mandala Gunung lawu kedeawaguruan Candi ini diberitakan dalam prasasti Diberitakan dalam dan pernaskahan Prasasti di sekitaran Situs dan Naskah Hal ini mengindikasikan fungsinya Serat Centhini sebegai mandala kedewaguruan dibuktikan oleh data tekstual (diolah dari Wahyudi dkk, 2014)

Berdasarkan penanda perhatian adalah mengenai tersebut memperkuat dugaan bahwa makanan yang dikonsumsi oleh Candi Sukuh merupakan karsyan kaum Rsi dan pertapa. Hidup dengan bentuk mandala dengan komunitas yang cukup Kedewaguruan. Di bagian terdahulu banyak seperti halnya di mandala. telah dijelaskan bawasanya kaum Tentunya konsumsi yang akan Rsi yang tinggal di karsyan jenis ini dimakan, ditanam dengan selain melakukan ritual bertapa atau memanfaatkan bentang lahan pemujaan, mereka juga melakukan sekitar. Dalam kajian ini untuk aktivitas dalam bidang pendidikan mengetahui makanan komunitas di atau belajar-mengajar. Lebih objek penelitian, data yang menjadi jelasnya di uraikan dalam sub bab di pokok adalah relief-relief yang berikut. dipahat disekitar situs ditambah dengan sumber-sumber tertulis. Tidak lupa pula hasil penelitian DISKUSI DAN PEMBAHASAN terdahulu yang membicarakan permasalahan sejenis, dijadikan Kehidupan Kaum Rsi sebagai data pembanding. Mengenai kehidupan para Seorang pertapa akan Rsi yang tinggal di suatu mandala menjalankan tapanya sesuai dengan kedewaguruan sudah pasti mereka caranya masing-masing. Bagi menetap di pedukuhan. Untuk mereka yang mempunyai keseriusan memenuhi kebutuhan hidup semua bertapa tidak pernah makan dan tergantung pada alam sekitar. Hal minum. Seperti halnya dalam pertama yang perlu mendapat kakawin arjunawiwaha menceritakan

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 75 (Heri Purwanto) sang yang memantapkan diidentifikasikan sebagai pisang, keteguhan dan tak goyah digoda, mangga, dan nangka dikarenakan telah menghentikan (Darmosoetopo, 1975/1976: 62). pengaruh luar yang datang Rupanya hasil tanaman tersebut menganggu panca indranya. Lain dijadikan bahan makanan dan cerita dengan kisah Bhubuksah- minuman untuk kaum Rsi. Kelapa Gagang Aking. Dua orang pertapa adalah pohon yang mempunyai merupakan kakak adik, bertapa di banyak manfaat dari semua Lereng Gunung Wilis. Bhubuksah bagiannya dapat digunakan baik dari selama tinggal di gunung tersebut akar, batang, daun, maupun selalu makan dan minum buahnya. Sangat mungkin pohon (Munandar, 1990: 355). Ia makan kelapa dibudidaya oleh kaum Rsi, buah-buahan, tanam-tanaman, dan walaupun pohon ini tumbuh subur di bahkan daging yang diperolehnya daerah pesisir, bukan berarti tidak dari binatang-binatang yang dapat tumbuh di daerah dijeratnya. Ia minum tuak yang pengunungan seperti halnya daerah dihasilkan dari nira pohon aren. situs penelitian. Hal ini dikatakan Disebutkan pula bahwa Bhubuksah pula dalam Nagarakrtagama pupuh selama tinggal di hutan tidak pernah 32 tidur. Sementara itu saudara tuanya yaitu Gagang Aking disebutkan “.... handwang karawira hidupnya sangat sederhana, kayumas menur caracaranya berusaha menghentikan hawa saha kayu puring, mwangnya nafsunya dan hanya makan gadhingakuningahandhap-ahwah makanan yang halal. ipadunya namuhara lango’’ .

terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia adalah:

(pohon andong, karawira, kayumas, dan menur ditata rapi serta kayu puring. Disudut kelapa gading yang rendah berbuah menguning membangkitkan keindahan).

Hal tersebut membuktikan memang di tempat asrama yang dikunjungi oleh Rasajanagara, pohon kelapa menjadi salah satu pilihan untuk memperindah kampung mandala. Gambar 2. Arca memikul sayur- Berdasarkan pengamatan sayuran (sumber : penulis 2017) lingkungan sekarang pohon kelapa juga dapat tumbuh di daerah-daerah Pada salah satu relief, situs, akan tetapi kuantitasnya tidak garuda tampak memikul hasil terlalu banyak. Pohon kelapa tanaman yaitu kelapa sejumlah lima dimanfaatkan untuk menunjang biji, terong dua biji, dan sayuran- kehidupan para Rsi terutama sayuan yang terlihat dibungkus, buahnya. Kelapa ketika sudah mungkin saja dibungkus dengan mantang akan menghasilkan air dan daun pisang. Oleh Darmosoetopo

76 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 dapat diminum. Dapat dipastikan air harta sesuai kebiasaannya, lalu para kelapa menjadi salah satu variasi pertapa sungguh amat gembira “ minuman kaum Rsi saat itu. ....nrpati males yatha Kelapanya dapat digunakan sebagai ringartha lewes kasukan” bahan bumbu dapur. (Nagarakrtagama pupuh 33). Lebih Terong merupakan salah lanjut Ajunawijaya menceritakan ada satu sayuran yang dapat tumbuh sepasang pemuda-pemudi yang subur di daerah pengunungan. sedang dilanda asmara dan menyepi Hingga sekarang tanaman ini ke suatu pertapaan. Tentunya menjadi salah satu sayuran yang diterima dengan ramah dan bantuan digemari oleh masyarakat. Terong atau nasehat akan diberikan oleh yang dipahatkan di relief garuda Rsi kepada mereka yang menunjukkan berjenis terong membutuhkannya. panjang. Dengan begitu Tamu-tamu dari kerajaan kemungkinan warna terong adalah atau tamu lainnya mungkin saja juga unggu ketika sudah tua siap panen. menyambangi mandala di Gunung Rupanya berdasarkan kenyataan Lawu. Hal ini diceritakan dalam tersebut kaum Rsi juga Babad Tanah Jawi dan Serat memanfaatkan terong sebagai salah Centhini, walaupun kitab-kitab ini satu bahan makanan. ditulis pada masa kemudian paling Sayuran-sayuran yang tidak memberikan informasi bahwa dipikul di pundak kanan garuda sulit tradisi mengunjungi sebuah untuk diidentifikasi. Bentuknya pertapaan terus dilanjutkan. Babad seperti tanaman sekarang yang Tanah Jawi, memberitakan bahwa namanya bribil dalam Bahasa Jawa. Prabhu Brawijaya V moksa di Bribil mempunyai daun kecil-kecil Gunung Lawu, dengan begitu ketika dapat tumbuh di tempat mana-mana. ia mendaki ke gunung jelas akan Tidak perlu dibudidaya, sayuran ini singgah di karsyan-karsyan Gunung dapat tumbuh sendiri. Bungkusan Lawu. Hingga saat ini masyarakat sayur lainnya tidak dapat dipastikan percaya petilasan yang berada di hasil tanaman apa. Apabila Pringgandani yang terletak di pembungkusnya memang benar Tawangmangu merupakan petilasan daun pisang rupanya pohon pisang Prabu Brawijaya V. juga dibudidaya oleh kaum Rsi saat Lebih lanjut Serat Cethini itu. menjelaskan perjalanan Seh Ketika Amongraga setelah melewati (Rajasanagara) singgah di asrama Kayangan Hyang Girinata di puncak Sagara oleh Sang Maha Rsi pemilik Agratiling dan bersemadi disana. Ia asrama dengan tutur kata yang melanjutkan perjalanannya melewati lemah lembut dan menarik, gunung-gunung seperti Pawenang, menghaturkan berbagai jenis Bayu, Sadewa, Candhirengga, santapan yang tersedia di pertapaan Rimbi, Kalithi, Aji, Bintulu, Sukuh, “.... sang mahaRsi Tambak. Dikatakan disana banyak mapalinggihasabda rsep..’’. Mungkin arca-arca dan bangunannya saja makanan yang disajikan tersusun seperti pura. Ada juga yang dasarnya adalah nasi, sayuran- mirip dengan benteng keraton. sayuran, dan buah-buahan. Pastilah Seh Amongraga juga Sebagaimana yang tertera di mengunjungi mandala Sukuh dan mandala Gunung Lawu. Baginda Planggatan yang terletak di Tambak. Raja membalas dengan memberikan Tentunya oleh para Rsi dan pertapa

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 77 (Heri Purwanto) yang tinggal di mandala Sukuh dan mereka memakai pakaian kulit kayu Planggatan dijamu dan diberi (walkaladhara) (Santiko, 2005b: makanan seperti uraian dalam kitab 128). Hal ini memang dikaitkan Nagarakrtagama. Jamuan tersebut dengan tujuan mereka sebagai mungkin saja makanan yang kaum pertapa dan Rsi yang tersedia disana (air kelapa, sayur berusaha menutup diri dari ikatan terong, dan lainnya). duniawi. Dalam kitab Arjunawiwaha Salah satu pohon yang justru disebutkan pendeta tidak dipahat pada relief-relief Candi memakai kain sehelaipun. Terlihat Sukuh, oleh Darmosoetopo saat Dewa akan menemui (1975/1976: 62) diidentifikasikan Sang Arjuna. Ia menyamar sebagai sebagai pohon Nangka dan pahatan seorang Rsi tua, badannya bongkok, di punggung garuda (mangga dan pikun, dan telajang. Pada pupuh XV nangka). Pohon ini sampai sekarang dikatakan Brahmana yang tinggal di juga dapat tumbuh subur di daerah pertirtaan, mungkin pula sang situs. Oleh sebab itu, sangat pertapa yang telah melepaskan mungkin Nangka dan Mangga juga segala ikatan. Bahagia berselimut menjadi asupan gizi untuk para Rsi kulit rusa, ikut menyusup hutan yang hidup di mandala Sukuh. bersama kijang (Wiryamantana, Mengenai pengolahan bahan 1990: 133-149). Agaknya cara makanan, kemungkinan dimasak berpakaian para pertapa berbeda- dengan menggunakan api. Hal ini beda sesuai caranya masing- dibuktikan dengan temuan gerabah masing. di situs penelitian. Berdasarkan bukti relief yang Selain itu pohon yang yang menggambarkan para pertapa dan terpahat pada salah satu relief kaum agamawan yang hidup jauh Sudhamala adalah pinang. Pohon ini dari keramaian tersebut dapatlah ditanam terutama untuk ditafsirkan bahwa pakaian kulit kayu dimanfaatkan bijinya. Biji pinang (walkaladhara) yang menurut dikenal untuk campuran orang sumber tertulis dipakai oleh pertapa makan sirih, selain gambir dan hanya sebatas pada bagian penutup kapur. Agaknya pinang menjadi kemaluan saja. Pakaian lainnya tanda bahwa kaum Rsi tidak hanya menutup tubuh bagian atas. makan dan minum tapi juga nginang. kepala atau kain panjang tentunya Dipercaya dengan nginang dapat terbuat dari kain biasa (Munandar, membuat gigi awet dan tidak mudah 1990: 364). Memang kaum Rsi tidak keropos. Hingga saat ini budaya harus sepenuhnya bersandar pada nginang masih dijumpai pada kitab-kitab yang menganjurkan masyarakat sekarang. Pinang juga berpakaian kulit kayu. Mungkin saja mempunyai khasiat mengobati menyesuaikan situasi dan kondisi berbagai penyakit seperi cacingan, yang terdapat di lingkungan sebuah diare, disentri, dan kudisan. Dapat pertapaan. dikatakan komunitas Rsi saat itu Relief tokoh Pendeta memanfaatkan lingkungan dengan Tambapetra digambarkan memakai baik. lipatan-lipatan (wiru) kain panjang Mengenai pakaian yang hingga menutup mata kaki. Kain dikenakan oleh kaum Rsi seperti tersebut terdapat sedikit hiasan yang diuraikan pada prasasti garis-garis. Rambutnya dipakai kain Pucangan dan naskah dengan lipatan-lipatan meninggi. Ini Sumanasantaka, disebutkan bahwa merupakan salah satu gaya khas

78 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 seorang pertapa (sorban). Relief pada tinggalan purbakala di Ganesa di bagian pandai besi dan di sekitaran situs. Candi Planggatan digambarkan mirip karakter seorang pertapa, yaitu Kebanyakan yang memakai hiasan kain dikepala ditampilkan adalah simbol-simbol dengan lipatan meninggi. Ganesa di dari penyatuan dan kalepasan. Candi Sukuh leher ke bawah tidak Lingga yoni merupakan aspek memakai kain sehelaipun penyatuan antara Siwa dengan (telanjang). Untuk relief di parwati. Relief dan arca garuda Planggatan, Ganesa memakai kain merupakan perwujudan dari cerita hanya menutupi bagian kemaluan garudeya yang menyimbolkan ditarik kebelakang dan diikat, pembebasan. Cerita Sudamala juga sehingga terdapat sisa kain. mengandung makna pembebasan. Arca-arca yang tersebar di Swargarohanaparwa sangat kental Candi Sukuh umumnya memakai menyiratkan tentang penyatuan. kain yang di wiru menutupi hingga Sangat mungkin ajaran-ajaran suci mata kaki. Kain yang di depan tersebut diberikan oleh seorang badan menguntai seperti huruf U. mahaRsi kepada muridnya. Apabila Untaian huruf U ditindih pada bagian sudah mengetahui segala hal yang tengah dengan kain memanjang ke berkenaan dengan proses kebawah. Kain penindih nampaknya kalepasan diri. Tahap selanjutnya membentuk huruf V kebalik.Pada sudah pasti mempraktikan dengan bagian badan belakang, kain diwiru cara tapa atau dengan cara lainnya. bagian tenggahnya saja. Kain inilah sedikit ulasan mengenai pinggang digulung-gulung melingkar aktivitas Rsi dalam pendidikan. badan, sehingga berbentuk Aktivitas yang erat dengan gelombang-gelombang. Arca lainnya pemenuhan hidup adalah kegiatan memperlihatkan hanya satu bertani dan berkebun. Hasil sayur- gulungan. sayuran dan buah-buahan, agaknya Selanjutnya yang dapat kaum Rsi sendirilah yang dibicarakan mengenai kehidupan menanamnya. Jenis pertanian yang kaum Rsi dimandala adalah aktivitas dilakukan mungkin saja ladang apa saja yang dilakukan. Tentunya kering. Ladang kering ini sebagai kaum agamawan yang memanfaatkan lahan yang hanya menganut salah satu agama tertentu memberikan sedikit air kepada sudah pasti aktivitas yang dilakukan sayur-sayuran. Dalam jangka waktu berkaitan dengan keagamaan. Pada tertentu sayuran dapat tumbuh dan bagian depan telah disinggung siap untuk dipanen. Pertanian jenis bahwa karsyan berbentuk mandala ini masih dilakukan oleh masyarakat kedewaguruan selain sebagai setempat. Lingkungan dan lahan di tempat pertapaan, juga sebagai situs penelitian sangat mendukung tempat pendidikan keagamaan, yaitu dengan pertanian ladang kering. adanya suatu proses belajar Sampai sekarang berbagai jenis mengajar mengenai agama Rsi. sayuran dapat tumbuh dan Materi yang disampaikan sangat berkembang. mungkin berkenaan dengan tujuan Kitab Arjunawijaya Rsi yang hidup jauh dari keramaian memberitakan bahwa dalam suatu yakni ingin mendekatkan diri dengan mandala kebutuhan pangan dapat sang pencipta atau moksa. Ajaran- dipenuhi sendiri dengan menamam ajaran seperti itu dapat ditelusuri padi gaga. Cara menanam padi gaga ini hanya dengan memerlukan

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 79 (Heri Purwanto) sedikit air, pada lahan yang tinggi yang menggambarkan hewan antara dan berbukit-bukit. Selain sayuran lain lembu, burung, anjing dan babi, mungkin saja padi gaga juga bisa saja hal ini memberikan tanda merupakan bahan makanan yang bahwa kaum Rsi juga mempunyai mereka tanam. Di Bawah situs aktivitas berternak. Binatang ternak Candi Sukuh, sekitar 5 km padi ini mungkin dapat juga dijadikan sawah padi air dapat tumbuh subur. sebagai pelengkap upacara atau Melihat kondisi seperti ini, dapat digunakan untuk membantu pada ditafsirkan tanaman padi ditanam di sektor pertanian membajak dan lereng bawah permukiman kaum mengusir hama. Rsi, ketika sudah panen di bawa ke Hal yang menarik lainnya tempat permukiman (sekitar situs). adalah relief pandai besi. Temuan ini Mengenai aktivitas berkebun, agaknya tidak dijumpai di bangunan pohon-pohon yang tertera di relief suci lainnya di Indonesia, selain di barangkali juga ditanam oleh kaum Candi Sukuh. Mungkin saja kaum Rsi. pohon itu seperti manisrejo, Rsi juga melakukan aktivitas ke- Liwung, parijoto, palem jawar, palem pandai-an mengingat salah satu piji, gaharu, cendana, cemara tokoh yang digambarkan di relief gunung, nangka, pisang, kelapa,dan tersebut adalah Ganesa dengan pinang. Kemungkinan besar pohon- hiasan kepala milik pertapa. Hasil pohon tersebut ditanam tidak jauh pandaiannya berupa bermacam- dari permukiman desa, hal itu macam senjata yang terpahat di dibuktikan dengan beberapa relief depan arca . pohon yang ditanam dekat dengan Ulasan tersebut merupakan relief rumah-rumah. Dikatakan gambaran mengenai kehidupan dalam Nagarakrtagama bahwa kaum Rsi yang bermukim di pohon-pohon ditata dengan baik dan mandala kedewaguruan situs rapi. Di sudut ditanam pohon gading penelitian. Apabila di lihat kaum Rsi kuning. Dapat saja disudut rumah juga mempunyai sejumlah aktivitas atau sudut-sudut desa dukuh di dalamnya. Hal ini dikarenakan Rsi mandala. dan pertapa yang tinggal di sebuah Mengenai kebutuhan akan mandala merupakan kumpulan para air mandala Sukuh letaknya dekat Rsi yang jumlahnya cukup banyak. dengan sumber air, baik dari sungai Aktivitas selain pada bidang maupun mata air. Dapat dikatakan keagamaan ternyata berdasarkan kebutuhan akan air tidak kekurangan data yang ada kaum Rsi juga di mandala ini. Lain halnya dengan memiliki kegitaan yang berkaitan karsyan Pawitra yang pada bagian dengan pemenuhan kebutuhan lereng hingga puncak gunung tidak seperti halnya bertani berkebun, ditemukan satupun mata air. berternak, dan belajar-mengajar. Kemungkinan selain menampung air hujan, kaum Rsi yang diam di Pawitra mendapatkan air dari KESIMPULAN pemandian kuna Jalatunda yang terletak di sebelah barat gunung Uraian tersebut menunjukkan tersebut. Mungkin juga didatangkan bahwa Candi Sukuh merupakan dari sebelah utara gunung basis kaum Rsi dengan berbagai (Munandar, 1990: 365-366). aktivitasnya. Suatu pemahaman Berdasarkan pengamatan baru bahwa candi ini pada masanya terhadap beberapa relief dan arca dapat dikatakan sebagai pusat pendidikan keagamaan oleh para

80 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 pertapa. Sebuah mandala kedewaguruan memang selain sebagai tempat bertapa juga dijadikan sebuah tempat belajar- mengajar yang dilakukan oleh sang guru (mahaRsi) untuk para muridnya (sisya). Oleh karenanya, tidak jarang relief-relief yang tertera memberikan gambaran mengenai tujuan utama seorang Rsi yaitu kalepasan jiwa. Sudah barang tentu ajaran yang diberikan oleh seorang guru bertemakan kalepasan jiwa. Dapat disimpulkan pula bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, kaum Rsi dan pertapa senantiasa memanfaatkan lingkungan sekitar. Sangat mungkin masa itu sistem pertanian dan perternakan sudah dilakukan oleh para Rsi.

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kepada juru pelihara Candi Sukuh terutama kepada Bapak Gunawan selaku koordinatornya. Selama saya penelitian beliau begitu sabar dan penuh semangat mengantarkan di berbagai situs-situs di sekitar Candi Sukuh. Tidak lupa juga saya kepada Bapak Agung (anggota relawan Candi Cetho), yang telah memberikan informasi mengenai situs-situs di wilayah Lereng Barat Gunung Lawu. Juga semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini baik yang secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 81 (Heri Purwanto)

Darmosoetopo, Riboet. 1975/1976. "Peninggalan Peninggalan Kebubayaan di Lereng Barat Gunung Lawu". Laporan Penelitian. : Universitas Gadjah Mada.

Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Munandar, Agus Aris. 1990. “Kegiatan Keagamaan Di Pawitra: Gunung Suci di Jawa Timur Abad 14—5 M”. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

.1992/1993. Gunung Penanggungan Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi. Laporan Penelitian. : Fakultas Sastra UniveRsitas Indonesia.

.2014. Mitra Satata: Kajian Asia Tenggara Kuna. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

.2016. Arkeologi Pawitra. Jakarta: Wedatama Widya Sastra.

Natalia, Widya Prima. 2012. “Masjid Raya Ganting di Kecamatan Timur, Kota Padang, Sumatera Barat : Kajian Bentuk dan Fungs”. Skripsi. : Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana.

Nugraha, Bachtiar Agung. 2012. “Prasasti-prasasti Candi Sukuh: Suatu Tinjauan Aksara dan Bahasa”. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia, dalam bentuk pdf.

Riana, I Ketut. 2009. Kakawin Desa Warnnana Uthawi Nagarakrtagama: Masa Keemasan . Jakarta: Gramedia.

Santiko, Hariani. 2005a. “Mandala (Kedewaguruan) pada Masyarakat Majaphit, dalam Hari-Hara: Kumpulan Tulisan Tentang Agama Veda dan Hindu di Indonesia Abad IV-XVI Masehi. Depok: Universitas Indonesia, halaman:110-125.

. 2005b. “ Kehidupan Beragama Golongan Rsi di Jawa”, dalam Hari-Hara: Kumpulan Tulisan Tentang Agama Veda dan Hindu di Indonesia Abad IV- XVI Masehi. Depok: Universitas Indonesia, halaman:110-125.

Soesila, Hendi. 2015. “ Stabilitas Struktur Tanah Candi Sukuh: Saat ini dan Mendatang, dalam Berkala Arkeologi Vol. 1 No.1. Yogyakarta: Balai Arkeologi Yogyakarta, halaman: 25-44.

Suprapta, Blasius, M. Dwi Cahyono, Ismaul Lutfi. 1998. Kultus Kesuburan dalam Seni Bangun Keagamaan pada Lereng Barat Gunung Lawu (Abad XIV- XV M): Kajian Makna Relegius dengan Model “Sistem Trikhotomi” Terhadap Tanda Ikonografi dan Relief. : Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Malang.

Tim Penyusun. 2013. Konservasi Candi Induk dan Arca-arca Halaman I Candi SUkuh Kabupaten Karanganyar. Laporan Penelitian. : Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.

82 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84 Titib, I Made, 2003. Teologi dan Simbol-Simbol dalam Agama Hindu. :Paramita.

Wahyudi, Deny Yudo, Slamet Sujud P.J., Agus Aris Munandar, Ninny Soesanti. 2014. ‘’Pusat Pendidikan Keagamaan Masa Majapahit”, dalam jurnal Studi Sosial, Th. 6, No. 2, Halaman. 107-119. Diunduh pada tanggal 12 Januari 2015.

Wibisono, Anton. 2006. Perkembangan Aksara Bercorak Khusus pada Prasasti- prasasti Abad XV Masehi: Sebuah Kajian Paleografi. Skripsi. Jakarta: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UniveRsitas Indonesia, dalam bentuk pdf.

Wiryamartana, Kuntara. 1990. Arjunawiwaha. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Wojowasito, S. 1977. Kamus Kawi-Indonesia. Malang: CV. Pengarang.

Candi Sukuh Sebagai Tempat Kegiatan Kaum Rsi; 83 (Heri Purwanto)

84 Berkala Arkeologi Vol.37 Edisi No.1 Mei 2017: 69-84