Kmnts6588-9Dfeadd99efullabstract
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 / 3 Table of Contents No. Title Page 1 KONFLIK INTERNAL DALAM KOMUNITAS BONEK (Studi deskriptif perpecahan 1 - 14 dan perselisihan dalam mendukung team Persebaya yang terjadi di kalangan Bonek di Surabaya) 2 Strategi Pengemis Dalam Hidup Bermasyarakat di Kota Surabaya 1 - 15 3 Korean Idol Rated Fanfiction (Studi Deskriptif tentang Kecenderungan Tindakan 1 - 16 Sosial Remaja Usia Sekolah Menengah Atas Pembaca Korean Idol Rated Fanfiction di Surabaya dalam hal Perilaku Seksualnya) 4 SIMBOL INTERAKSI KAUM LESBI (Studi Deskriptif Mengenai Simbol – Simbol 1 - 16 Interaksi Sebagai Wujud Identitas Diri Pada Kelompok Lesbi di Surabaya) 5 Makna Penggunaan Jilbab di Kalangan Mahasiswi Muslim yang Tidak Berjilbab 1 - 17 (Studi Deskriptif Pada Mahasiswi Fakultas Farmasi di Universitas Airlangga dan Mahasiswi Jurusan Bahasa Inggris di Universitas Muhammadiyah Surabaya) 6 “KONSTRUKSI SOSIAL MAHASISWA TERHADAP GAYA HIDUP 1 - 18 METROSEKSUAL―Studi Pada Mahasiswa Metroseksual di Fakultas Ilmu Sosial Universitas Airlangga 7 Sosialisasi Norma kepada Anak Autis Studi Deskriptif tentang Proses Sosialisasi 1 - 18 Norma oleh Orang Tua kepada Anak Autis dalam Keluarga di Surabaya 8 KONSTRUKSI REALITAS TERHADAP JABATAN PADA ISTRI TNI – AD Studi 1 - 19 di PERSIT TNI – AD Surabaya 9 POLARISASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL PARA KETURUNAN 1 - 19 BANGSAWAN DI SUMENEP 10 BACKPACKING ALA MAHASISWA Studi Deskriptif Tentang Gaya Hidup Pada 1 - 19 Mahasiswa Universitas Airlangga Surabaya 11 TINDAKAN SOSIAL MASYARAKAT YANG TELAH MENUNAIKAN IBADAH HAJI 1 - 20 (Studi Deskriptif Mengenai Tindakan Sosial Masyarakat Yang Telah Menunaikan Ibadah Haji di Kelurahan Wonokusumo) 12 Konstruksi Sosial Keluarga Tanpa Anak (Studi Deskriptif Tentang Makna Keluarga 1 - 20 Tanpa Anak dan Stigma yang Dialami Oleh Pasangan Suami Istri Tanpa Anak di Surabaya) 13 KONSTRUKSI TENTANG JENIS KELAMIN (Studi dikalangan ABG Homoseksual) 1 - 20 14 Pemanfaatan waktu luang pada masyarakat lapisan bawah 1 - 21 15 “DINAMIKA KONFLIK PERGURUAN SILAT SETIA HATI― (Studi Konflik 1 - 22 Simon Fisher Pada Kasus Konflik Perguruan Silat Setia Hati Terate Degan Perguruan Silat Setia Hati Tunas Muda Winongo Di Madiun) 16 “JARINGAN SOSIAL KOMUNITAS RNI DALAM MEMENUHI KEBUTUHAN 1 - 22 DARAH RHESUS NEGATIF― [Studi Deskriptif pada Komunitas Rhesus Negatif Indonesia (RNI) di Surabaya] 17 SOSIALISASI TENTANG PENGETAHUAN KEAGAMAAN OLEH ORANG TUA 1 - 23 BEDA AGAMA KEPADA ANAKNYA ( STUDI DESKRIPTIF DI SURABAYA) DHIVA AIRLANGGA 18 Studi deskriptif konstruksi sosial anak jalanan terhadap kekerasan yang dilakukan 1 - 25 satuan Polisi Pamong Praja di Surabaya 19 HEGEMONISASI TOKOH MASYARAKAT DALAM PEMBEBASAN LAHAN 1 - 29 20 Kohesivitas penduduk asli dan pendatang dalam multikulturalisme 1 - 35 2 / 3 Vol. 3 - No. 1 / 2014-01 TOC : 19, and page : 1 - 19 POLARISASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL PARA KETURUNAN BANGSAWAN DI SUMENEP POLARISASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL PARA KETURUNAN BANGSAWAN DI SUMENEP Author : R.Aj. Mayda Istifarini | [email protected] Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract Sejarahnya pemerintahan di Madura dulu dipimpin oleh seorang Raja dan banyak berdiam kerajaan-kerajaan pada masa itu. Sumenep merupakan kabupaten yang terdapat bangunan keraton yang masih berdirih kokoh dan masih ada para keturunan keraton di Sumenep. Penjelasan ini menyangkut simbol-simbol yang mempengaruhi masih terbentuknya polarisasi. Teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer menjadi kerangka teorits dalam penelitian ini. Dimana melihat interaksi, cara berpikir kaum bangsawan berdasarkan pandangan-pandangan mereka mengenai simbol-simbol yang terkait dengan polarisasi di kalangan keturunan bangsawan. Teori interaksionisme simboik Herbert Blumer berparadigma interpretatif, untuk itu peneliti ini menggunakan interpretatif dengan asumsi bahwa keturunan bangsawan masih terpolarisasi berdasarkan simbol-simbol status bangsawan.Metodelogi yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian diskriptif. Hasilnya ditemukan bahwa semua keturunan bangsawan tidak terpolarisasi berdasarkan kesenjangan ekonomi melainkan sebagian besar keturunan bangsawan terpolarisasi berdasarkan aspek keturunan, simbol status dan sosial.Dimana keturunan bangsawan ini menimbulkan kesadaran diri pada bangsawan dalam memberikan prestise pada setiap tindakan atau perilaku bangsawan, menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya keraton dan menghormati setiap keturunan keraton baik yang muda maupun yang tua. Kata kunci : Polarisasi, Simbol Status, Interaksionisme Simbolik Keyword : polarisasi, simbol, status, Interaksionisme, simbolis, , Daftar Pustaka : 1. Douglas J. Goodman dan George Ritzer, (2004). Teori Sosiologi Modern. Jakarta : KENCANA. Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) 3 / 3 POLARISASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL PARA KETURUNAN BANGSAWAN DI SUMENEP SKRIPSI Disusun oleh : R.Aj. Mayda Istifarini 071014092 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI DEPARTEMEN SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA Semester Gasal Tahun 2013/2014 ABSTRACK The history of government in Madura is lead by a King and there are many Kingdom in the past. Sumenep is a regency that still has strong palace buildings and many generation of palace lives in Sumenep.This explanation includes symbols that influence the forming of polarization. Symbolic interactionism theory of Herbert Blumer is a theoretical framework in this research. When there is interaction, the way of thinking of noble generation is formed based on their point of views about symbols that has relation with polarization in the noble descent community. Symbolic interactionism theory of Herbert Blumer has interpretative paradigm, therefore this research is an interpretative one with assumption that noble descent is still polarized based on noble status symbols. Methodology that being used is qualitative one with descriptive research type. The result is that all noble descents is not polarized based on economy discrepancy, but most noble descent is polarized based on the aspect of descent, social and status symbols. This noble descent creates self awareness on noble descent in giving prestige on every action or behavior of noble descent, preserve and maintain the value of palace culture and respect every palace descents, whether the young or the old one. Keywords: Polarization, Status Symbol, Symbolic Interactionism. ABSTRAK Sejarahnya pemerintahan di Madura dulu dipimpin oleh seorang Raja dan banyak berdiam kerajaan-kerajaan pada masa itu. Sumenep merupakan kabupaten yang terdapat bangunan keraton yang masih berdirih kokoh dan masih ada para keturunan keraton di Sumenep. Penjelasan ini menyangkut simbol-simbol yang mempengaruhi masih terbentuknya polarisasi. Teori interaksionisme simbolik dari Herbert Blumer menjadi kerangka teorits dalam penelitian ini. Dimana melihat interaksi, cara berpikir kaum bangsawan berdasarkan pandangan-pandangan mereka mengenai simbol-simbol yang terkait dengan polarisasi di kalangan keturunan bangsawan. Teori interaksionisme simboik Herbert Blumer berparadigma interpretatif, untuk itu peneliti ini menggunakan interpretatif dengan asumsi bahwa keturunan bangsawan masih terpolarisasi berdasarkan simbol-simbol status bangsawan.Metodelogi yang digunakan adalah kualitatif dengan tipe penelitian diskriptif. Hasilnya ditemukan bahwa semua keturunan bangsawan tidak terpolarisasi berdasarkan kesenjangan ekonomi melainkan sebagian besar keturunan bangsawan terpolarisasi berdasarkan aspek keturunan, simbol status dan sosial.Dimana keturunan bangsawan ini menimbulkan kesadaran diri pada bangsawan dalam memberikan prestise pada setiap tindakan atau perilaku bangsawan, menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya keraton dan menghormati setiap keturunan keraton baik yang muda maupun yang tua. Kata kunci : Polarisasi, Simbol Status, Interaksionisme Simbolik PENDAHULUAN Bangsawan di Indonesia memiliki arti yang sama dengan keturunan raja, dalam masyarakat tradisional raja dan keturunannya menempati lapisan atas. Seperti yang terdapat pada masyarakat tradisional di Jawa, Bugis, Aceh, Bali, Manggarai, dll.Merupakan daerah yang dulunya pernah terdapat pemerintahan yang dipimpin oleh para raja.Masyarakat pada umumnya menyebutkan bangsawan dengan ungkapan “darah biru”. Di Indonesia seseorang masih dapat dikatakan sebagai keturunan raja (keraton) apabila memiliki gelar/status yang diturunkan dari pihak tertentu untuk menunjukkan bahwa orang tersebut sebagai keturunan keraton berdasarkan posisi dalam trahnya. Akan tetapi gelar/status yang dimiliki keturunan bangsawan saat ini tidak menjamin seseorang memperoleh warisan atau materi lainnya. Sejarahnya, gelar bangsawan diberikan kepada masyarakat keraton dan orang-orang diluar keraton yang dianggap berjasa kepada keraton. Pada masyarakat keraton status istimewa yang dapat diturunkan di khususkan keturunan dari lelaki dapat memperoleh gelar yang sama dengan generasi sebelumnya, akan tetapi keturunan perempuan akan diturunkan sesuai tingkatan gelar umum. Seperti contoh jika pihak laki-laki dari keturunan bangsawan menikah dengan perempuan yang juga keturunan bangsawan ataupun bukan keturunan bangsawan, anaknya akan mewarisi gelar kebangsawanannya. Namun, apabila pihak laki-laki bukan dari keturunan bangsawan menikah dengan perempuan keturunan bangsawan, maka anaknya tidak akan mewarisi gelar bangsawan dari ibunya. Oleh karena itu, gelar bangsawan hanya dapat diturunkan oleh pihak lelaki saja.Seorang bangsawan juga dapat kehilangan gelarnya karena beberapa faktor yaitu, kalah perang, berkhianat pada raja serta beberapa faktor