RATU ADIL SATRIA PININGIT DAN ZAMAN EDAN (Wacana Futurologi Dalam Serat Kalatidha)

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

RATU ADIL SATRIA PININGIT DAN ZAMAN EDAN (Wacana Futurologi Dalam Serat Kalatidha) Volume 21 Nomor 1 April 2021 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23Page 29-39 RATU ADIL SATRIA PININGIT DAN ZAMAN EDAN (Wacana Futurologi Dalam Serat Kalatidha) A.A. Kade Sri Yudarioleh: | Ni Wayan Karmini [email protected] | [email protected] Pascasarjana Universitas Hindu Indonesia Denpasar Proses Review 10-28 Maret, Dinyatakan Lolos 2 April Abstract The discourse of ‘the Fair Queen of Satria Piningit and Crazy Times’ has never disappeared from the minds and recesses of the Indonesian people. This paper is only aas an expression of concern over the chaotic phenomenon that is happening in this Mother Eart. The goal, is to explicitly interpret the legacy text of the ancestors which is full of symbols so that the wider community can understand why the term ‘Fair Queen of Satria Piningit and Crazy Times’is always being discussed when people are experiencing various problems. This paper is also a reinterpretation of several literature sources, one of which is the ‘Serat Kalatidha’ by Raden Ngabehi Ranggawarsita. Whereas, Serat Kalatidha are Javanese literary literature which contains social criticism, religious values, kapujanggan traditions, prediction of the future/futurology and the emergence of the Fair Queen Satria Piningit. In the end, The ‘Serat’ that hints at a crazy era has become a popular classic among the wider community. When the expected justice has not fulfilled all components, let alone prolonged social inequality, the Ratu Adil discourse continues to be raised. In fact, even that legendary term is only a descriptions of the times felt by the community with the hope of a leader who is just, wise, and more pro-people. Keywords: Fair Queen Satria Piningit, Crazy Times, Futurology, Serat Kalatidha Abstrak Wacana Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan, tidak pernah hilang dari benak dan relung hati masyarakat Indonesia. tulisan ini hanyalah sebagai ungkapan rasa keprihatinan atas fenomena carut marut yang sedang terjadi di bumi pertiwi ini. tujuannya, memaknai secara tersurat naskah warisan para leluhur yang penuh dengan perlambang sehingga masyarakat luas dapat memahami mengapa istilah Ratu Adil Satria Piningit dan Zaman Edan selalu diwacanakan ketika bumi pertiwi sedang mengalami berbagai masalah. tulisan ini juga merupakan reinterpretasi beberapa sumber pustaka salah satunya adalah serat Kalatidha karya Raden Ngabehi Ranggawarsita. Bahwa, serat 29 https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X Kalatidha merupakan kepustakaan sastra Jawa yang berisi kritik social, nilai keagamaan, tradisi kapujanggaan, prediksi masa depan/ futurology dan kemunculan Satria Piningit sang Ratu Adil. Pada akhirnya, ‘Serat’ yang mengisyaratkan zaman edan menjadi pembicaraan klasik populer dikalangan masyarakat luas. Ketika keadilan yang diharapkan belum memenuhi semua komponen, seperti terjadi ketimpangan social yang berkepanjangan maka wacana Ratu Adil terus dielukan. Faktanya, istilah yang melegenda itu pun hanyalah merupakan gambaran kondisi zaman yang dirasakan masyarakat disertai dengan harapan datangnya seorang pemimpin yang adil, bijak dan Katalebih kunci:memihak kepada rakyat. Satria Piningit Ratu Adil, Zaman Edan, Futurologi, Serat Kalatidha I. PENDAHULUAN baik terkucil, berbuat baik manusia malah malu, lebih baik menipu (Pamungkas, 2008:59). Pandangan dunia yang serba magis-mitologis Ramalan Jayabaya tentang zaman edan telah menjadi sendi kepustakaan maupun kebudayaan dikaji oleh para pujangga lain salah satu khususnya Jawa dan Bali. Hal ini senantiasa diantaranya, Raden Ngabehi Ranggawarsita tercermin dalam kesenian dan susastra yang ditulis dalam serat Kalatidha. tradisional. Sehingga, ajaran mistik pun lebih Ranggawarsita adalah seorang yang memiliki menjadi penyubur kepercayaan seperti sikap telepathiekesanggupan jiwa dapat membaca perasaanweruh dan pengkultusan adanya orang-orang suci, manusia sa’durungepikiran orang winarah lain dari jarak jauh yang disebut sakti, dan bahkan tahu hal yang bakal terjadi. Kemampuannya dikatakan; Pada zaman modern dengan kemajuan teknologi (dapat mengetahui sesuatu canggih, tetap saja ada yang percaya terhadap yang terjadi, lama sebelum kejadian menjadi ramalan metafisika maupun perlambang. fakta). Karya yang satu ini sangat tepat dengan Membicarakan mengenai perlambang atau ciri-ciri dan perlambang zaman seperti dalam ramalan, sebenarnya Indonesia tidak bermaksud ramalan Jayabaya diantaranya; terjadi menjadi Negara terkebelakang. kekacauan yang meluas, alam dihantam dengan Dari sudut pandang budaya jauh sebelum kelainan, kehidupan sarat dengan penyimpangan Negara ini terbentuk, para pendahulu telah di segala sektor. Misalnya, sering terjadi gempa meramalkan keadaan zaman yang akan datang. bumi, gunung meletus, banjir, hujan, dan topan, Demikian pula, dalam melihat problematika pantai berubah letak, sawah ladang meranggas bangsa, ramalan Jayabaya selalu dimunculkan akibat teriknya matahari. terjadinya hal yang sebagai wacana akan datangnya Satrio Piningit paling mengerikan pada zaman edan adalahartati sang Ratu Adil yang disertai dengan kemiripan penyimpangannistana dalam kehidupan sangatjutya kondisi dalam kehidupan social masyarakat. kompleks sebagai akibat 3 hal yakni; Bahkan, terjadinya carut-marut, korupsi, kolusi, (uang), (kemelaratan), dan nepotisme, tindak kriminal yang semakin (kriminalitas). mengkhawatirkan serta ketidakadilan dapat Ketiga hal tersebut dimaknai sebagai unsur menyebabkan reaksi berupa harapan datangnya penyebab penyimpangan perilaku dengan seorang pemimpin yang adil dan berpihak perlambangan ‘mata’ kontan hijau sampaihomo kepada rakyat. hominimemerah lopus saat melihat uang, orang-orang Kondisiukuman yang carutratu oramarut adil, sesungguhnyaakeh pangkat menjadi sangat rakus, dengan menjadikan jabat-jabil,telah tersurat kelakuan dalam baitpadha 150 ramalanganjil, sing Jayabaya apik sebagai sikap hidup. Memang padhaberikut: kepencil, “ akarya apik manungsa isin, luwih dalam pembicaraan tentang zaman edan utama ngapusi orientasi lebih banyak merujuk pada serat Kalatidha. Demikian halnya dengan Serat ”. Yang diterjemahkan; hukuman Kalatidha, banyak versi analisanya salah satu raja tidak adil, banyak yang berpangkat, jahat adalah karya Wiwin Widyawati R. dengan dan jahil, tingkah lakunya semua ganjil, yang tafsiran sosiologisRATU ADIL dan SATRIA filosofisnya PININGIT DAN namun, ZAMAN tetap EDAN 30 (Wacana Futurologi Dalam Serat Kalatidha) Vol. 21 Nomor 1 April 2021 A.A. Kade Sri Yudari | Ni Wayan Karmini ISSN: (p) 1693 - 0304 (e) 2620 - 827X https://ejournal.unhi.ac.id/index.php/dharmasmrti/issue/view/23 aji mumpung saja menarik untuk ditafsir kembali. Serat ini menyimpang dari jalan yang benar, selagi masih sesungguhnya merupakan karya Raden Ngabehi hidup nafsunya terus dipuaskan ( ). Ranggawarsita yang paling populair bernada Kadangkala sang pujangga merasa bimbang amarah terpendam terhadap kejadian yang untuk mengutarakan isi hatinya karena dirinya menimpa bumi pertiwi ini. Pada saat masyarakat sendiri tidak luput dari tekanan bathin serta merasa tertindas baik oleh kaum penjajah keprihatinan (Simuh, 1992). terlepas dari maupun penguasa, banyak yang mencari sumber kisah yang mana, dan siapa penyusun pelarian sebagai penghibur diri. Salah satu ramalan-ramalannya, bahwa karakter Ratu Adil pelarian klasik positif adalah berharap yang digambarkan dalam berbagai versi datangnya Ratu Adil sang juru selamat. sesungguhnya memiliki kemiripan ciri-ciri yang Di lingkungan orang Jawa dan juga Bali, cerita tepat jika hal itu dimiliki oleh seorang pemimpin tentang kedatangan Ratu Adil pasti dikaitkan bangsa. Dari sebutannya Ratu Adil, dapat ditafsir dengan ramalan atau jangka Ranggawarsita sebagai seorang pemimpin yang mampu tersebut. Faktanya, anarkismesetelah bangsa multidimensi ini nyaris menempatkan sesuatu pada tempatnya. Ratu hancur akibat penjajahan nafsu yang menjelma Adil yang dimaksud pasti mampu menjadi dalam bentuk , pelindung, dan pengayom dari seluruh rakyat masyarakat mulai bertanya-tanya lagi tentang tanpa membedakan golongan, tanpa Ratu Adil. Rupanya masyarakat sudah mulai keberpihakan kecuali hanya berpihak kepada menyadari bahwa sejak zaman kehidupan era kebenaran hakiki yang bersifat universal rimba raya, kerajaan, penjajahan, kemerdekaan (Kamajaya,1992). Dengan ciri tersebut, sulit dengan segala orde dan rezim nya, rakyat selalu kiranya jika Ratu Adil yang ditunggu-tunggu menjadi objek penipuan orang kuat, apakah berasal dari salah satu kelompok kepentingan penguasa atau kelompoknya. Kesadaran itu apalagi yang dibesarkan oleh kelompoknya muncul karena adanya paradigma politik yang sendiri. Pernyataan tersebut wajar saja, karena masih kental dengan nuansa bisnis kekuasaan seorang pemimpin yang dibesarkan oleh suatu serta bisnis kepentingan, sedangkan rakyat kecil partai misalnya, tidaklah berlebihan jika setelah selalu menjadi alat pijakan dan bulan-bulanan berkuasa pasti memberikan balas budi secara para penguasa (Mulyanto,dkk,1990). berantai kepada anggota partai yang Nama Ranggawarsita telah menyejarah membesarkannya. Hal ini menjadi fakta sehingga dengan ramalan tentang zaman edan yang tidak menutup kemungkinan terjadinya kolusi, sebenarnya merupakan siklus sejarah karena manipulasi, korupsi, dan nepotisme. selalu berulang setiapKrtayuga periode tertentu. Setiap Wiwinsatria Widyawati piningit R. (2012) menyebutkan, babakan sejarah adaKalatidha yang namanya zaman ramalan Ranggawarsita tentang Ratu Adil itu keemasan atau
Recommended publications
  • A Short History of Indonesia: the Unlikely Nation?
    History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page i A SHORT HISTORY OF INDONESIA History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page ii Short History of Asia Series Series Editor: Milton Osborne Milton Osborne has had an association with the Asian region for over 40 years as an academic, public servant and independent writer. He is the author of eight books on Asian topics, including Southeast Asia: An Introductory History, first published in 1979 and now in its eighth edition, and, most recently, The Mekong: Turbulent Past, Uncertain Future, published in 2000. History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page iii A SHORT HISTORY OF INDONESIA THE UNLIKELY NATION? Colin Brown History Indonesia PAGES 13/2/03 8:28 AM Page iv First published in 2003 Copyright © Colin Brown 2003 All rights reserved. No part of this book may be reproduced or transmitted in any form or by any means, electronic or mechanical, including photocopying, recording or by any information storage and retrieval system, without prior permission in writing from the publisher. The Australian Copyright Act 1968 (the Act) allows a maximum of one chapter or 10 per cent of this book, whichever is the greater, to be photocopied by any educational institution for its educational purposes provided that the educational institution (or body that administers it) has given a remuneration notice to Copyright Agency Limited (CAL) under the Act. Allen & Unwin 83 Alexander Street Crows Nest NSW 2065 Australia Phone: (61 2) 8425 0100 Fax: (61 2) 9906 2218 Email: [email protected] Web: www.allenandunwin.com National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry: Brown, Colin, A short history of Indonesia : the unlikely nation? Bibliography.
    [Show full text]
  • Religion, Imperialism, and Resistance in Nineteenth Century's
    Religion, Imperialism, and Resistance in Nineteenth Century’s 11 Jurnal Kajian Wilayah, Vol. 1, No. 1, 2010, Hal. 119-140 © 2010 PSDR LIPI ISSN 021-4534-555 Religion, Imperialism, and Resistance in Nineteenth Century’s Netherlands Indies and Spanish Philippines Muhamad Ali2 Abstrak Artikel ini menjelaskan bagaimana agama berfungsi sebagai pembenar imperialisme dan antiimperialisme, dengan mengkaji kekuatan imperialis Belanda di Hindia Belanda dan imperialis Spanyol di Filipina pada abad XIX. Pemerintah Kolonial Belanda tidaklah seberhasil pemerintah kolonial Spanyol dalam menjadikan jajahan mereka menjadi bangsa seperti mereka, meskipun agama digunakan sebagai alat dominasi. Bagi Spanyol, agama Katolik menjadi bagian peradaban mereka, dan menjadi bagian penting proyek kolonialisme mereka, sedangkan bagi pemerintah kolonial Belanda, agama Kristen tidak menjadi bagian penting kolonialisme mereka (kenyataan sejarah yang menolak anggapan umum di Indonesia bahwa kolonialisme Belanda dan kristenisasi sangat berhubungan). Misionaris Spanyol di Filipina menguasai daerah koloni melalui metode-metode keagamaan dan kebudayaan, sedangkan pemerintah kolonial Belanda, dan misionaris dari Belanda, harus berurusan dengan masyarakat yang sudah memeluk Islam di daerah-daerah Indonesia. Pemerintah Belanda mengizinkan kristenisasi dalam beberapa kasus asalkan tidak mengganggu umat Islam dan tidak mengganggu kepentingan ekonomi mereka.Akibatnya, mayoritas Filipina menjadi Katolik, sedangkan mayoritas Hindia Belanda tidak menjadi Protestan. Di sisi lain, agama
    [Show full text]
  • Language, Literature and Society
    LANGUAGE LITERATURE & SOCIETY with an Introductory Note by Sri Mulyani, Ph.D. Editor Harris Hermansyah Setiajid Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma 2016 Language, Li ter atu re & Soci ety Copyright © 2016 Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma Published by Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma Jl. Affandi, Mrican Yogyakarta 55281. Telp. (0274) 513301, 515253 Ext.1324 Editor Harris Hermansyah Setiajid Cover Design Dina Febriyani First published 2016 212 pages; 165 x 235 mm. ISBN: 978-602-602-951-5 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, transmitted in any form, or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording, or otherwise, without the prior written permission of the publisher. 2 | Language, Literature, and Society Contents Title Page........................................................................................... 1 Copyright Page ..................................................................................... 2 Contents ............................................................................................ 3 Language, Literature, and Society: An Introductory Note in Honor of Dr. Fr. B. Alip Sri Mulyani ......................................................................................... 5 Phonological Features in Rudyard Kipling‘s ―If‖ Arina Isti‘anah ....................................................................................
    [Show full text]
  • J. Noorduyn Bujangga Maniks Journeys Through Java; Topographical Data from an Old Sundanese Source
    J. Noorduyn Bujangga Maniks journeys through Java; topographical data from an old Sundanese source In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 138 (1982), no: 4, Leiden, 413-442 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com10/04/2021 01:16:49AM via free access J. NOORDUYN BUJANGGA MANIK'S JOURNEYS THROUGH JAVA: TOPOGRAPHICAL DATA FROM AN OLD SUNDANESE SOURCE One of the precious remnants of Old Sundanese literature is the story of Bujangga Manik as it is told in octosyllabic lines — the metrical form of Old Sundanese narrative poetry — in a palm-leaf MS kept in the Bodleian Library in Oxford since 1627 or 1629 (MS Jav. b. 3 (R), cf. Noorduyn 1968:460, Ricklefs/Voorhoeve 1977:181). The hero of the story is a Hindu-Sundanese hermit, who, though a prince (tohaari) at the court of Pakuan (which was located near present-day Bogor in western Java), preferred to live the life of a man of religion. As a hermit he made two journeys from Pakuan to central and eastern Java and back, the second including a visit to Bali, and after his return lived in various places in the Sundanese area until the end of his life. A considerable part of the text is devoted to a detailed description of the first and the last stretch of the first journey, i.e. from Pakuan to Brëbës and from Kalapa (now: Jakarta) to Pakuan (about 125 lines out of the total of 1641 lines of the incomplete MS), and to the whole of the second journey (about 550 lines).
    [Show full text]
  • Land- ​ En Volkenkunde
    Music of the Baduy People of Western Java Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal- , Land- en Volkenkunde Edited by Rosemarijn Hoefte (kitlv, Leiden) Henk Schulte Nordholt (kitlv, Leiden) Editorial Board Michael Laffan (Princeton University) Adrian Vickers (The University of Sydney) Anna Tsing (University of California Santa Cruz) volume 313 The titles published in this series are listed at brill.com/ vki Music of the Baduy People of Western Java Singing is a Medicine By Wim van Zanten LEIDEN | BOSTON This is an open access title distributed under the terms of the CC BY- NC- ND 4.0 license, which permits any non- commercial use, distribution, and reproduction in any medium, provided no alterations are made and the original author(s) and source are credited. Further information and the complete license text can be found at https:// creativecommons.org/ licenses/ by- nc- nd/ 4.0/ The terms of the CC license apply only to the original material. The use of material from other sources (indicated by a reference) such as diagrams, illustrations, photos and text samples may require further permission from the respective copyright holder. Cover illustration: Front: angklung players in Kadujangkung, Kanékés village, 15 October 1992. Back: players of gongs and xylophone in keromong ensemble at circumcision festivities in Cicakal Leuwi Buleud, Kanékés, 5 July 2016. Translations from Indonesian, Sundanese, Dutch, French and German were made by the author, unless stated otherwise. The Library of Congress Cataloging-in-Publication Data is available online at http://catalog.loc.gov LC record available at http://lccn.loc.gov/2020045251 Typeface for the Latin, Greek, and Cyrillic scripts: “Brill”.
    [Show full text]
  • Tafsir Dakwah Dalam Kidung Pangiling
    “Volume 14, No.12, Juni 2020” TAFSIR DAKWAH DALAM KIDUNG PANGILING Oleh: Miftakhur Ridlo Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto, Indonesia [email protected] Abstract: In a broad outline, the interpretation of Da'wah in Kidung Pangiling by Imam Malik includes 4 types. They are about the creed or faith, sharia or worship, morals and culture. The following is a song about faith: “2006 luweh gede tekane bendu Ilang imane syetan ketemu Rusak ikhlase ramene padu Ilmu amale syetan seng digugu”. It has meaning that in 2006 there were greater trials that came, the loss of faith and meeting with shaitan, the loss of sincerity and the fight, the use of demonic science. The next one is a song about sharia: “Syahadat limo sing di ugemi Satriyo piningit yo imam Mahdi Ngetrapno hukum lewat kitab kang suci Sing ora pisah dawuhe nabi”. The meaning of that song is the five creeds is held, Satria Piningit O Imam Mahdi, carrying out the law through the scripture, which will not be separated from the words of the Prophet. Furthermore a song about morals: “Mulo sedulur kudu seng akeh syukure Marang wong kuno tumprap bahasane Anane pepeling sing supoyo ati – ati uripe Cak biso selamet ndunyo akhirate”. It has meaning that you have to be thankful, speak delicately with parents, reminders to be careful, become able to survive the afterlife. The last is a song about culture: “Negoro Ngastino wis kompak banget Nyusun kekuatan supoyo menang lan selamet Negoro Ngamarto supoyo ajur lan memet Ngedu pendowo sampek dadi gemet”. That meaning is Ngastino have jointly arranged forces to win and survive.
    [Show full text]
  • The Practice of Pencak Silat in West Java
    The Politics of Inner Power: The Practice of Pencak Silat in West Java By Ian Douglas Wilson Ph.D. Thesis School of Asian Studies Murdoch University Western Australia 2002 Declaration This is my own account of the research and contains as its main content, work which has not been submitted for a degree at any university Signed, Ian Douglas Wilson Abstract Pencak silat is a form of martial arts indigenous to the Malay derived ethnic groups that populate mainland and island Southeast Asia. Far from being merely a form of self- defense, pencak silat is a pedagogic method that seeks to embody particular cultural and social ideals within the body of the practitioner. The history, culture and practice of pencak in West Java is the subject of this study. As a form of traditional education, a performance art, a component of ritual and community celebrations, a practical form of self-defense, a path to spiritual enlightenment, and more recently as a national and international sport, pencak silat is in many respects unique. It is both an integrative and diverse cultural practice that articulates a holistic perspective on the world centering upon the importance of the body as a psychosomatic whole. Changing socio-cultural conditions in Indonesia have produced new forms of pencak silat. Increasing government intervention in pencak silat throughout the New Order period has led to the development of nationalized versions that seek to inculcate state-approved values within the body of the practitioner. Pencak silat groups have also been mobilized for the purpose of pursuing political aims. Some practitioners have responded by looking inwards, outlining a path to self-realization framed by the powers, flows and desires found within the body itself.
    [Show full text]
  • Datar Isi Bab I
    DATAR ISI BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 23 BAB II : LATAR HISTORIS MTA DI . …. .. 24 BAB III : WAHABISME DAN GERAKAN PURIFIKASI DI PEDESAAN JAWA … …. 55 BAB IV : RESPONS ISLAM MAINSTREAM INDONESIA PADA MTA …….. 110 BAB V : KEBANGKITAN ISLAM POLITIK PADA PEMILU 2014 DI INDONESIA .. …160 BAB VI : PENUTUP …. …… 205 BAB I PENDAHULUAN Di awal abad ke-21, pasca runtuhnya Orde Baru, kesempatan politik semakin terbuka yang dimotori oleh gerakan reformasi Indonesia. Hal tersebut juga mendorong gerakan mobilisasi massa secara transparan dalam ruang publik. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai macam gerakan sosial secara massif di Indonesia. Perubahan iklim politik pada Orde Reformasi tersebut, berpengaruh juga terhadap perkembangan kehidupan keagamaan masyarakat Islam di Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dengan semakin menguatnya identitas dan gerakan kelompok keagamaan di luar mainstream kelompok keagamaan. Dalam perkembangan gerakan sosial keagamaan tersebut, terdapat tiga aspek yang menonjol, yaitu pertama, aspek yang didorong oleh orientasi politis, kedua orientasi keagamaan yang kuat, dan ketiga orientasi kebangkitan kultural rakyat Indonesia.1 Adapun dalam pendekatannya, kaum agamawan dan gerakan keagamaan, menurut AS Hikam, menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan “menegara” dan pendekatan “masyarakat”.2 Terdapat beberapa faktor yang secara bersamaan menggerakkan orang untuk membangun sebuah bangsa yang bersatu. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada adanya kesamaan pengalaman masa lalu seperti ras, bahasa, dan
    [Show full text]
  • Akuntansi Bantengan: Perlawanan Akuntansi Indonesia Melalui Metafora Bantengan Dan Topeng Malang
    AKUNTANSI BANTENGAN: PERLAWANAN AKUNTANSI INDONESIA MELALUI METAFORA BANTENGAN DAN TOPENG MALANG Amelia Indah Kusdewanti1)* Achdiar Redy Setiawan2) Ari Kamayanti1) Aji Dedi Mulawarman1) 1)Universitas Brawijaya, Jl. MT. Haryono 165, Malang. 2)Universitas Trunojoyo Madura Surel: [email protected] Abstrak: Akuntansi Bantengan: Perlawanan Akuntansi Indonesia melalui Metafora Kesenian Bantengan dan Topengan Malang. Tujuan studi ini meng- usulkan bahwa melakukan perlawanan pada ‘kuasa’ yang sedang berperang merupakan usaha yang melelahkan. Bentuk perlawanan akan lebih bermakna bagi kepentingan rakyat apabila dilakukan oleh dan bagi rakyat. Pendekatan metafora digunakan untuk menelaah perang kuasa. Studi literatur mendalam serta wawancara dengan komunitas budaya, budayawan serta sejarawan meng- konfirmasi bahwa metafora Bantengan dan Topeng Malang tepat untuk meng- gambarkan kondisi ini. Artikel ini menunjukkan bahwa keberadaan Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia (MAMI) adalah bentuk perlawanan Akun- tansi Bantengan yang menjadi motor penggerak pembangunan ilmu akuntansi menuju akuntansi Indonesia yang merdeka. Abstract: Bantengan Accounting: The Counterforce of Indonesian Account- ing through Bantengan and Topengan Malang Art as Methapor. This study proposes that the counterforce of this war should be done by the people and for them. The methapor is used to examine the war. In-depth study of literature and interviews with cultural communities, as well as cultural historians confirm that Bantengan and Topeng Malang appropriate to describe this condition. This arti- cle shows that the presence of Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia (MAMI) as a form of Bantengan Accounting battle is a driving force toward the free- dom of Indonesian Accounting. Kata kunci: Bantengan, Topeng malang, MAMI, Metafora, Perang kuasa “Titenana yen mbesok wes ana sarpo kantaka Handoko Brang saka wetan dalane, sinuwuk ubrug wahana jati.
    [Show full text]
  • The Once and Future King: Utopianism As Political Practice in Indonesia El Pasado Y Futuro Rey: Utopismo Como Práctica Política En Indonesia
    12 The Once and Future King: Utopianism as Political Practice in Indonesia El pasado y futuro rey: utopismo como práctica política en Indonesia Thomas Anton Reuter Abstract A centuries-old practice persists on the island of Java, Indonesia, whereby utopian prophecies are used not only to critique the socio-political order of the day but also to outline an ideal form of government for the future. The prophecy text is attributed to a 12th century king, Jayabaya. This historical figure is celebrated as a ‘just king’ (ratu adil) and as an incarnation of the Hindu God Vishnu, who is said to manifest periodically in human form to restore the world to order and prosperity. The prophecy predicts the present ‘time of madness’ (jaman edan) will culminate in a major crisis, followed by a restoration of cosmic harmony within a utopian society. Not unlike the work of Thomas More, and the genre of western utopian literature in general, the political concepts outlined in this Indonesian literary tradition have been a perennial source of inspiration for political change. Keywords: imagination, Indonesia, Java, prophecy, time, utopian literature. Resumen Una práctica centenaria persiste en la isla de Java, Indonesia, en la que profecías utópicas son usadas no solo para criticar el orden sociopolítico actual, sino también para trazar una forma ideal de un futuro gobierno. El texto profético es atribuido a Jayabaya, un rey del siglo XII. Esta figura histórica es reconocida como un rey justo (ratu adil) y como una encarnación del dios hindú Vishnu, quien se manifiesta periódicamente en forma humana para restaurar el orden mundial y la prosperidad.
    [Show full text]
  • Ibm KKN-PPM 1 Universitas Tarumanagara Muhammad Zaman
    WILAYAH MONITORING DAN EVALUASI PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT MONO TAHUN, TAHUN 2016 SKIM Grand WIL TUAN RUMAH REVIEWER PENDAMPING TELP PENDAMPING PERGURUAN TINGGI IbM KKN-PPM Total Universitas 1 Muhammad Zaman Anton 08170711344 Institut Teknologi Indonesia 3 3 Tarumanagara Sekolah Tinggi Teknologi Jakarta 1 1 Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta 1 1 Universitas Al-azhar Indonesia 2 2 Universitas Indonesia 1 1 Universitas Indonusa Esa Unggul 3 3 Universitas Islam 45 1 1 Universitas Jayabaya 1 1 Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya 1 1 Universitas Kristen Krida Wacana 1 1 Universitas Mathla ul Anwar 1 1 Universitas Mercu Buana 1 1 Universitas Muhammadiyah Jakarta 2 2 Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka 1 1 Universitas Nasional 2 2 Universitas Pancasila 1 1 Universitas Sahid 2 2 Universitas Satya Negara Indonesia 1 1 Universitas Serang Raya 1 1 Universitas Sultan Ageng Tirtayasa 1 8 9 Universitas Tarumanagara 2 2 Universitas Terbuka 1 1 Universitas Trisakti 1 1 Universitas Yarsi 2 2 1 Total 33 9 42 Universitas 2 Pembangunan Nasional Ahmad Fahmi Akademi Kesehatan Karya Husada Yogyakarta 1 1 Veteran Yogyakarta Akademi Perawatan Karya Bakti Husada 1 1 Yogyakarta Institut Sains Dan Teknologi Akprind 5 5 Institut Seni Indonesia Yogyakarta 6 6 SKIM Grand WIL TUAN RUMAH REVIEWER PENDAMPING TELP PENDAMPING PERGURUAN TINGGI IbM KKN-PPM Total Sekolah Tinggi Teknologi Nasional 2 2 Universitas Cokroaminoto 1 1 Universitas Muhammadiyah Magelang 5 5 Universitas Pembangunan Nasional Veteran 11 11 Yogyakarta Universitas Teknologi Yogyakarta
    [Show full text]
  • The Once and Future King: Utopianism As Political Practice in Indonesia El Pasado Y Futuro Rey: Utopismo Como Práctica Política En Indonesia
    12 The Once and Future King: Utopianism as Political Practice in Indonesia El pasado y futuro rey: utopismo como práctica política en Indonesia Thomas Anton Reuter Abstract A centuries-old practice persists on the island of Java, Indonesia, whereby utopian prophecies are used not only to critique the socio-political order of the day but also to outline an ideal form of government for the future. The prophecy text is attributed to a 12th century king, Jayabaya. This historical figure is celebrated as a ‘just king’ (ratu adil) and as an incarnation of the Hindu God Vishnu, who is said to manifest periodically in human form to restore the world to order and prosperity. The prophecy predicts the present ‘time of madness’ (jaman edan) will culminate in a major crisis, followed by a restoration of cosmic harmony within a utopian society. Not unlike the work of Thomas More, and the genre of western utopian literature in general, the political concepts outlined in this Indonesian literary tradition have been a perennial source of inspiration for political change. Keywords: imagination, Indonesia, Java, prophecy, time, utopian literature. Resumen Una práctica centenaria persiste en la isla de Java, Indonesia, en la que profecías utópicas son usadas no solo para criticar el orden sociopolítico actual, sino también para trazar una forma ideal de un futuro gobierno. El texto profético es atribuido a Jayabaya, un rey del siglo XII. Esta figura histórica es reconocida como un rey justo (ratu adil) y como una encarnación del dios hindú Vishnu, quien se manifiesta periódicamente en forma humana para restaurar el orden mundial y la prosperidad.
    [Show full text]