Datar Isi Bab I

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Datar Isi Bab I DATAR ISI BAB I : PENDAHULUAN ……………………………………………………………….. 23 BAB II : LATAR HISTORIS MTA DI . …. .. 24 BAB III : WAHABISME DAN GERAKAN PURIFIKASI DI PEDESAAN JAWA … …. 55 BAB IV : RESPONS ISLAM MAINSTREAM INDONESIA PADA MTA …….. 110 BAB V : KEBANGKITAN ISLAM POLITIK PADA PEMILU 2014 DI INDONESIA .. …160 BAB VI : PENUTUP …. …… 205 BAB I PENDAHULUAN Di awal abad ke-21, pasca runtuhnya Orde Baru, kesempatan politik semakin terbuka yang dimotori oleh gerakan reformasi Indonesia. Hal tersebut juga mendorong gerakan mobilisasi massa secara transparan dalam ruang publik. Hal ini menimbulkan munculnya berbagai macam gerakan sosial secara massif di Indonesia. Perubahan iklim politik pada Orde Reformasi tersebut, berpengaruh juga terhadap perkembangan kehidupan keagamaan masyarakat Islam di Indonesia. Pengaruh ini dapat dilihat dengan semakin menguatnya identitas dan gerakan kelompok keagamaan di luar mainstream kelompok keagamaan. Dalam perkembangan gerakan sosial keagamaan tersebut, terdapat tiga aspek yang menonjol, yaitu pertama, aspek yang didorong oleh orientasi politis, kedua orientasi keagamaan yang kuat, dan ketiga orientasi kebangkitan kultural rakyat Indonesia.1 Adapun dalam pendekatannya, kaum agamawan dan gerakan keagamaan, menurut AS Hikam, menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan “menegara” dan pendekatan “masyarakat”.2 Terdapat beberapa faktor yang secara bersamaan menggerakkan orang untuk membangun sebuah bangsa yang bersatu. Faktor-faktor tersebut tidak terbatas pada adanya kesamaan pengalaman masa lalu seperti ras, bahasa, dan agama. Selain itu, yang penting pula perannya adalah faktor kondisi sosial yang dirasakan bersama, kemudian membentuk ikatan solid dan menyatukan sebuah kelompok masyarakat menjadi suatu kesatuan yang sadar-diri. Di antara kondisi yang dialami bersama itu, pengalaman paling menyakitkan adalah yang paling kuat pengaruhnya. Dalam kasus di Indonesia yang kaitannya dengan gerakan keagamaan misalnya, tidak mengherankan jika pengalaman menyakitkan berupa kemiskinan, ketidakadilan, dan ketakutan akan hilangnya identitas keagamaan, yang disebabkan oleh kebijakan pelaksana negara, menjadi pendorong paling 1 Alwi Shihab, Membendung Arus: Muhammadiyah dan Kristenisasi, Mizan, Bandung, 2002: 94 2 Muhammad AS Hikam, Civil Society dan Demokrasi di Indonesia, LP3ES, Jakarta, 1998: 2 kuat bagi tumbuhnya gerakan-gerakan sosial keagamaan yang membangkitkan kesadaran kebangsaan rakyat Indonesia.3 Selain hal tersebut, faktor pendorong lain tumbuhnya gerakan keagamaan di Indonesia adalah terbukanya kesempatan politik untuk rakyat Indonesia, sehingga mereka dapat melakukan perlawanan dan protes terhadap penyelenggara negara. Aksi kolektif seringkali muncul ketika rakyat menghendaki reformasi besar-besaran yang menimbulkan sistem ekonomi dan politik yang dahulunya tertutup menjadi terbuka lebar. Ini menggambarkan bahwa gerakan sosial terjadi disebabkan oleh perubahan dalam struktur politik, yang dilihat sebagai sebuah kesempatan.4 Dalam konteks semacam ini, agama sebagai sistem makna ataupun tindakan tidak dapat dipahami hanya sebagai suatu fenomena teologi yang sifatnya normatif. Akan tetapi, agama dijadikan separangkat struktur makna khusus yang memiliki kemampuan menjelaskan, merespons dan mengkonstruksi kenyataan sosial di dalam konteks waktu dan tempat yang berbeda.5 Agama dapat pula dilihat sebagai suatu sistem pengetahuan yang mampu menjadi suatu ‘kontra-diskursus’ atau ‘kontra-hegemoni’ terhadap ideologi dan tindakan-tindakan dominan (Kleden, 1985: 215). Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, berbagai gerakan anti kebijakan negara tentang agama telah berlangsung selama beberapa abad yang lalu. Akan tetapi, gerakan- gerakan sosial dapat terorganisasikan dengan baik baru benar-benar berkembang pada dekade pertama abad 20.6 Meskipun amat beragam dilihat dari asal-usul dan tujuan khusus pembentukannya, gerakan-gerakan sosial tersebut hendak mencapai tujuan umum yang sama, yaitu menentang berbagai kebijakan dan sistem penyelenggaraan negara. Beberapa di antara gerakan sosial tersebut tidak bersifat politis, sebagian lagi di antaranya lebih tegas menyatakan sifat politisnya, sedangkan yang lainnya lebih bercorak gerakan keagamaan dan kultural. Dalam hal gerakan keagamaan, dapat dibuktikan bahwa gerakan- gerakan keagamaan pernah ada di Indonesia khususnya di Jawa dalam abad-abad ke-19 dan ke-20. Berbagai macam pergolakan keagamaan pun sering dijumpai berkaitan dengan perubahan sosial dengan hal-hal yang menyertainya, termasuk di dalamnya keresahan sosial, mobilitas, dan pertikaian.7 3 Opcit, Alwi Shihab, 2002: 93 4 Ann Swidler, Cultural Power and Social Movement, dalam Lyn Spillman (ed), Cultural Sociology, Blackwel Publisher, UK, 2002: 312-315 5 Dawam Rahardjo, Gerakan Keagamaan di Indonesia, LSAF dan The Asia Foundation, Jakarta, 1999: 3 6 Untuk keterangan mengenai pertumbuhan oragnisasi-oraganisasi sekuler dan keagamaan pada dekade-dekade pertama abad ke-20, lihat Anthony H. Johns, “Indonesia: Islam and Cultural Pluralism”, dalam John L. Esposito (ed.), Islam in Asia, Religion, Politics and Society (Oxford: Oxford University Press, 1987: 203-213). 7 Sartono Kartodirdjo, Pemberontakan Petani Banten, Yayasan Perhidmatan, 1984: 12. Secara historis agama pada hakikatnya telah memainkan peranan besar dalam menstimulasi aksi-aksi sosial keagamaan untuk melawan sistem kekuasaan, termasuk politik dan ideologi negara yang dominan. Aksi sosial tersebut telah berlangsung sejak zaman kolonial yang hingga saat ini masih terasa dampaknya. Agama telah menjadi kritik sosial dan sekaligus simbol perlawanan rakyat dari segala bentuk penindasan negara. Aksi sosial semacam ini, dapat direfleksikan sebagai model pemberontakan kultural kontemporer yang menentang meningkatnya mekanisme sistem kontrol dan pengawasan oleh Negara terhadap masyarakat.8 Banyak gerakan millenarian di Indonesia bermunculan yang didasarkan pada ajaran-ajaran eskatologis agama, misalnya gerakan keagamaan Imam Mahdiisme atau gerakan keagamaan Ratu Adil, yang bertujuan untuk menegakkan sebuah masyarakat yang ideal, bebas dari ketidak-adilan sosial dan penindasan yang dilakukan negara.9 Pada akhir-akhir dekade ini, kehidupan beragama di Indonesia yang ditandai dengan semakin beragamnya paham keagamaan, sejumlah gerakan keagamaan baru bermunculan di luar tradisi agama yang mainstream, seperti Ahmadiyah, Komunitas Eden, atau juga praktik salat dwibahasa Yusman Roy, dan lain-lain. Munculnya gerakan-gerakan keagamaan baru (new religious movements) tersebut memang memicu pro dan kontra dalam pandangan masyarakat. Di satu sisi, ia dianggap penyimpangan dari arus utama tradisi agama yang telah mapan. Sementara itu di sisi lainnya, ia justru dianggap sebagai respons kekecewaan terhadap agama mainstream yang dianggap tidak lagi berpihak pada kepuasan para pencari kenikmatan spiritualitas (spirituality seekers). Para pencari kenikmatan spiritualitas tersebut beranggapan bahwa agama-agama mainstream telah gagal memberi ruang bagi perkembangan mental spiritualitas sehingga mereka mencari cara lain untuk memuaskan spiritualitas yang diinginkan. Terbukanya iklim kebebasan berekspresi di era Reformasi (pada tahun 1998), mendorong munculnya berbagai gerakan kelompok keagamaan dan spiritualitas, termasuk kelompok Islam yang mengusung paham dan gerakan keagamaan yang berbeda dari arus mainstream. Dalam proses perkembangannya, terdapat beberapa varian gerakan keagamaan mainstream yang muncul dalam bentuk organisasi seperti Front Pembela Islam (FPI), Wahdah Islamiyah (WI), Jaringan Islam Liberal (JIL), dan sebagainya. Kemudian, adapula yang muncul sebagai gerakan keagamaan non-mainstream, baik dalam bentuk gerakan perkumpulan terbatas maupun komunitas, seperti Al-qiyadah Al-Islamiyah, Quran 8 Zuly Qodir, Gerakan Sosial Islam: Manifesto Kaum Beriman, Pustaka Pelajar, 2009: 245 9 Op cit, Sartono Kartodirdjo: 1984 Suci, dan Satrio Piningit. Ada pula yang muncul dalam bentuk gerakan individual seperti gerakan shalat dwi bahasa, shalat bersiul (Sumardin), dan gerakan Madi. Dimana semua gerakan ini merupakan gejolak keagamaan yang tampak berbeda dengan paham keagamaan mainstream.10 Dalam praktik kehidupan sosial keagamaan di Indonesia, terdapat beberapa organisasi sosial keagamaan yang menjadi pedoman dalam menjalankan aktivitas keagamaan. Dalam hal ini, Nahdhatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah sebagai organisasi kegamaan yang besar peranannya dan memiliki jamaah dengan jumlah besar, serta menjadi ideologi paling berpengaruh bagi masyarakat Muslim di Indonesia hingga saat ini. Selain organisasi tersebut, terdapat pula organisasi yang menghimpun tokoh agama dan ulama yang dinamakan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Organisasi keagamaan yang ketiga ini sifatnya struktural dan di bawah kendali negara. Inilah yang kemudian dijadikan patokan dan sebagai alat legitimasi untuk mengatur kehidupan dan paham keagamaan di Indonesia. Pengaruh ketiga organisasi keagamaan tersebut cukup besar baik sebagai norma dan etika dalam aktivitas keagamaan maupun dalam pengaruhnya terhadap kebijakan negara mengenai agama. Ketiga organisasi tersebut dikategorikan sebagai Islam mainstream khususnya di Indonesia, sementara kelompok yang berbeda secara ideologi dan aktivitas keagamaan dikategorikan sebagai Islam non-mainstream. Islam non- mainstream adalah kelompok Islam, tetapi tidak sesuai praktik keislaman yang populer atau berbeda ideologi dari ketiga organisasi sosial keagamaan; NU dan Muhammadiyah atau di luar ketentuan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Berbicara tentang "gerakan non-mainstream" berarti bertolak
Recommended publications
  • Etos Gerakan Dan Strategi Aksi Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke 48 Di Solo, Jawa Tengah
    Etos Gerakan dan Strategi Aks Muhammadiyah Menyambut Muktamar Ke-48 di Solo, Jawa Tengah ETOS GERAKAN DAN STRATEGI AKSI MUHAMMADIYAH MENYAMBUT MUKTAMAR KE 48 DI SOLO, JAWA TENGAH Nurbani Yusuf Abstrak Semarak Muktamar Muhammadiyah ke-48 yang akan diselenggarakan di Kota Solo seolah menjadi wahana untuk para kader berlomba-lomba memberikan kontribusinya guna kemajuan umat dan bangsa. Tulisan ini merupakan sebuah upaya konkrit yang dilakukan oleh penulis untuk meningkatkan etos gerakan dan strategi aksi Muhammadiyah dalam menghadapi tantangan zaman. Muhammadiyah bukan saja gerakan pemikiran tapi juga sekaligus gerakan amal, yang dikemas dalam satu pergerakan yang dinamis dan utuh dengan tidak meninggalkan watak ke-Islamannya, Carl Whiterington menyebut bahwa sebagai sebuah harakah pemikiran, Muhammadiyah menawarkan gagasan modernisasi, purifikasi dan moderasi yang komplet. Kata Kunci: Etos Gerakan, Strategi Aksi, Muhammadiyah, Muktamar Ke-48 Muhammadiyah Tajdid Al Harakah Muhammadiyah menabalkan dirinya sebagai pergerakan Islam paling menginspirasi selama satu abad terakhir, ‘perkoempoelan’ yang digagas oleh Kyai Ahmad Dahlan ini bahkan telah melampaui pergerakan Islam yang duluan lahir di negeri Timur Tengah, Mesir, Pakistan dan pesisir India dan 30 MAARIF Vol. 14, No. 2 — Desember 2019 Nurbani Yusuf Yaman. Sebut saja Pan Islamisme Syaikh Afghan, gerakan purifikasi Syaikh Abdul Wahab, Ali Jinah, Iqbal atau al Maoudodi di India dan Pakistan, atau gerakan salafi Syaikh Abduh dan muridnya Syaikh Rasyid Ridha di Mesir, atau gerakan-gerakan politik. Ikhwan-nya Syaikh al Banna, HT-nya Syaikh Taqiyuddin an Nabhani, atau gerakan kultural sufiistik semisal Syaikh at Tijani, Syaikh Naqsabandy, hampir semua yang saya sebut tidak pernah menjadi besar di negerinya sendiri bahkan ada yang kemudian diusir karena tidak sejalan, dengan tidak bermaksud saling merendahkan satu sama lainnya semata hanya semacam komparasi dengan berbagai tipologi dan karakter pergerakan.
    [Show full text]
  • FROM MODERATISM to FUNDAMENTALISM; Portrait of Shifting the Religious Understanding of Makassar Islamic Students
    FROM MODERATISM TO FUNDAMENTALISM; Portrait of Shifting the Religious Understanding of Makassar Islamic Students Syamsurijal Researcher at Litbang Agama Kemenag Makassar Email: [email protected] Abstract: Students have been asked as intellectuals who have high critical power. Therefore students are not only a driver of a social change, but at the same time are not easily influenced or participate in certain currents of thought and understanding, especially if it is related to religious understanding. Students' critical attitude becomes a kind of filter to sort and filter out various religious ideas and ideas. But the view that sees students, especially Muslim students as a critical group, seems to be faltering lately. Instead of being a critical community group with a variety of new religious understandings, Muslim students actually became the target of the new Islamic doctrine of religious understanding. The doctrine of religious understanding is precisely textualism and fundamentals. This qualitative research shows that several large campuses in Makassar were exposed to the Islamic understanding and changed them from moderate Muslim students to Muslim fundamentalist students. Keywords; Social Change – Critical – Doctrine – Textualism - Fundamentals Introduction The process of globalization does not only obscure the boundaries between countries, but also facilitates the 96 From Moderatism to Fundamentalism movement of ideology and ideology from one country to another. Key Deaux and Shaun Wiley in Gail Moloney (2007), once mentioned the existence of moving people and shifting representations in the context of globalization. Where there is a movement of a group of people from a particular country or place to another place. This process will result in population changes in one place, which in turn shifts people into representing their religious understandings.
    [Show full text]
  • Language, Literature and Society
    LANGUAGE LITERATURE & SOCIETY with an Introductory Note by Sri Mulyani, Ph.D. Editor Harris Hermansyah Setiajid Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma 2016 Language, Li ter atu re & Soci ety Copyright © 2016 Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma Published by Department of English Letters, Faculty of Letters Universitas Sanata Dharma Jl. Affandi, Mrican Yogyakarta 55281. Telp. (0274) 513301, 515253 Ext.1324 Editor Harris Hermansyah Setiajid Cover Design Dina Febriyani First published 2016 212 pages; 165 x 235 mm. ISBN: 978-602-602-951-5 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system, transmitted in any form, or by any means, electronic, mechanical, photocopying, recording, or otherwise, without the prior written permission of the publisher. 2 | Language, Literature, and Society Contents Title Page........................................................................................... 1 Copyright Page ..................................................................................... 2 Contents ............................................................................................ 3 Language, Literature, and Society: An Introductory Note in Honor of Dr. Fr. B. Alip Sri Mulyani ......................................................................................... 5 Phonological Features in Rudyard Kipling‘s ―If‖ Arina Isti‘anah ....................................................................................
    [Show full text]
  • Soekarno Dan Kemerdekaan Republik Indonesia
    SOEKARNO DAN PERJUANGAN DALAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN RI (1942-1945) SKRIPSI Robby Chairil 103022027521 FAKULTAS ADAB HUMANIORA JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2010 / 1431 H ABSTRAKSI Robby Chairi Perjuangan Soekarno Dalam Mewujudkan Kemerdekaan RI (1942-1945) Perjuangan Soekarno dimulaii pada saat beliau mendirika Partai Nasional Indoonesia (PNI) tahun 1927, dan dijadikannya sebagai kendaraan poliitiknya. Atas aktivitasnya di PNI yang selalu menujuu kearah kemerdekaan Indonesia, ditambah lagi dengan pemikiran dan sikapnya yang anti Kolonialliisme dan Imperialisme, dan selalu menentang selalu menentang Kapitalisme-Imperialisme. Dengan perjuangan Soekarno bersama teman-temannya pada waktu itu dan bantuan Tentara Jepang, penjajahan Belanda dapat diusir dari Indonesia. Atas bantuan Jepang mengusir Belanda dari Indonesia, maka timbulah penjajah baru di Indonesia yaitu Jepang pada tahun 1942. Kedatangan tentara Jepang ke Indonesia bermula ingin mencari minyak dan karet, dan disambut dengan gembira oleh rakyat Indonesia yang dianggap akan membantu rakyat Indonesia mewuudkan kemakmuran bagi bangsa-bangsa Asia. Bahkan, pada waktu kekuuasaan Jepang di Indonesia, Soekarno dengan tterpaksa turut serta bekerja sama dengan Jepang dan ikut ambil bagian dalam organisassi buatan Jepang yaitu, Jawa Hokokai, Pusat Tenaga Rakyyat (PUTERA), Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), dan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI). Terjalinnya kerjasama dengan Jepang, membawa dampak yang sangat besar baginya yaitu, Soekarno dijulukii sebagai Kolaborator dan penjahat perang, Soekarno memanfaatkan kerjasama itu dengan menciptakan suatu pergerakan menuju Indonesia merdeka. Dengan pemikiran, sikap dan ucapan Sokarno yang selalu menentang Kolonialisme, Kapitaisme, Imperialisme, dan bantuan teman seperjuangan Soekarno pada waktu itu, akhirnya dapat mendeklarasikan teks Proklamasi di rumah Soekarno, di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, pada harri Jumat tanggal 17 Agustus 1945.
    [Show full text]
  • Pendidikan Kader Da'i Ormas Wahdah Islamiyah Melalui Halaqah Tarbiyah
    Vol. 9, No. 2, Oktober 2020, hlm. 283-300 DOI: 10.32832/tadibuna.v9i2.3527 Pendidikan kader da’i ormas Wahdah Islamiyah melalui halaqah tarbiyah Samsuddin1*, Iskandar2 & Mariyanto Nurshamsul3 1Sekolah Tinggi Agama Islam Al-Hidayah (STAIA) Bogor 2Sekolah Tinggi Ilmu Islam dan Bahasa Arab (STIBA) Makassar 3Politeknik Baubau *[email protected] Abstract This study aims to analyze the concept of education for the regeneration of da’i through halaqah tarbiyah in the Wahdah Islamiyah Islamic organization. This research is a qualitative research with a descriptive approach, where the research seeks to analyze the concept and implementation of the education for regeneration of dai through halaqah tarbiyah which is carried out by the Wahdah Islamiyah organization. Findings and conclusions from the research, First, the education of da’i re- generation through halaqah tarbiyah in Wahdah is carried out in a structured manner with a di- rected and gradual curriculum (marhalah) which aims to create an ideal Muslim personality (tawkin syakshiyah al-muslimah al-mutamayyizah) which has the characters of a believer, mushlih, mujahid, muta'awin, and mutqin; Third, the concept of a da’i cadre education curriculum through halaqah tarbiyah in Wahdah Islamiyah originates from the Al-Qur'an and As-Sunnah with an em- phasis on three aspects of education; tsaqafiyah, ruhiyah, and jasadiyah. Fourth, the concept of the education evaluation of the da’i Wahdah Islamiyah regeneration includes evaluation of the objec- tives, input, process, and output as well as educators. Keywords: education; regeneration; tarbiyah Abstrak Penelitian ini bertujuan menganalisis konsep pendidikan kaderisasi da’i melalui halaqah tarbiyah di ormas Islam Wahdah Islamiyah.
    [Show full text]
  • Studi Terhadap Anggota Organisasi Massa Wahdah Islamiyah Di Manado)
    PERKAWINAN DI KALANGAN WAHDAH ISLAMIYAH (Studi terhadap Anggota Organisasi Massa Wahdah Islamiyah di Manado) TESIS DISUSUN DAN DIAJUKAN KEPADA FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN DARI SYARAT-SYARAT MEMPEROLEH GELAR MAGISTER HUKUM OLEH: SYAHRUL MUBARAK SUBEITAN, S.H. 17203010021 PEMBIMBING: PROF. DR. H. KAMSI, M.A. MAGISTER HUKUM ISLAM FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2019 ABSTRAK Organisasi massa Wahdah Islamiyah memiliki konsep tersendiri dalam melaksanakan perkawinan, khususnya mengenai pemilihan calon pasangan. Umumnya, seseorang yang akan melaksanakan perkawinan mencari dan memilih pasangannya sendiri, tetapi bagi kader Wahdah Islamiyah, untuk memilih pasangan hidup baiknya melalui petunjuk Murabbi/Pembimbing. Pada tahapan praktiknya, petunjuk Murabbi tersebut selalu mengarah kepada sesama anggota organisasi. Dengan demikian, mayoritas kader Wahdah Islamiyah dikawinkan dengan anggota organisasinya. Jika terdapat kader yang akan menikah dengan seseorang di luar anggota organisasinya, maka calon pasangannya tersebut diharuskan untuk mengikuti program tarbiah. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji motif-motif yang mendasari dan orientasi hukum yang hendak dicapai dalam pelaksanaan perkawinan pada kalangan anggota Wahdah Islamiyah di Manado. Selain itu, penulis juga menganalisis makna perkawinan di kalangan anggota Wahdah Islamiyah di Manado. Penelitian tesis ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan
    [Show full text]
  • Tafsir Dakwah Dalam Kidung Pangiling
    “Volume 14, No.12, Juni 2020” TAFSIR DAKWAH DALAM KIDUNG PANGILING Oleh: Miftakhur Ridlo Institut Agama Islam Uluwiyah Mojokerto, Indonesia [email protected] Abstract: In a broad outline, the interpretation of Da'wah in Kidung Pangiling by Imam Malik includes 4 types. They are about the creed or faith, sharia or worship, morals and culture. The following is a song about faith: “2006 luweh gede tekane bendu Ilang imane syetan ketemu Rusak ikhlase ramene padu Ilmu amale syetan seng digugu”. It has meaning that in 2006 there were greater trials that came, the loss of faith and meeting with shaitan, the loss of sincerity and the fight, the use of demonic science. The next one is a song about sharia: “Syahadat limo sing di ugemi Satriyo piningit yo imam Mahdi Ngetrapno hukum lewat kitab kang suci Sing ora pisah dawuhe nabi”. The meaning of that song is the five creeds is held, Satria Piningit O Imam Mahdi, carrying out the law through the scripture, which will not be separated from the words of the Prophet. Furthermore a song about morals: “Mulo sedulur kudu seng akeh syukure Marang wong kuno tumprap bahasane Anane pepeling sing supoyo ati – ati uripe Cak biso selamet ndunyo akhirate”. It has meaning that you have to be thankful, speak delicately with parents, reminders to be careful, become able to survive the afterlife. The last is a song about culture: “Negoro Ngastino wis kompak banget Nyusun kekuatan supoyo menang lan selamet Negoro Ngamarto supoyo ajur lan memet Ngedu pendowo sampek dadi gemet”. That meaning is Ngastino have jointly arranged forces to win and survive.
    [Show full text]
  • Pendekatan Wahdah Islamiyah Dalam Pembinaan Kesadaran Beragama Anggota Muslimah Wahdah Di Kota Sengkang Kabupaten Wajo
    SKRIPSI PENDEKATAN WAHDAH ISLAMIYAH DALAM PEMBINAAN KESADARAN BERAGAMA ANGGOTA MUSLIMAH WAHDAH DI KOTA SENGKANG KABUPATEN WAJO Oleh: SITTI HARMINAWATI R NIM. 15.1100.026 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2020 SKRIPSI PENDEKATAN WAHDAH ISLAMIYAH DALAM PEMBINAAN KESADARAN BERAGAMA ANGGOTA MUSLIMAH WAHDAH DI KOTA SENGKANG KABUPATEN WAJO Oleh: SITTI HARMINAWATI R NIM. 15.1100.026 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Parepare PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2020 ii PENDEKATAN WAHDAH ISLAMIYAH DALAM PEMBINAAN KESADARAN BERAGAMA ANGGOTA MUSLIMAH WAHDAH DI KOTA SENGKANG KABUPATEN WAJO Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk mencapai Gelar Serjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Islam Disusun dan diajuhkan oleh SITTI HARMINAWATI R NIM. 15.1100.026 Kepada PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PAREPARE 2020 iii PERSETUJUAN PEMBIMBING Nama Mahasiswa : Sitti Harminawati R Judul Skripsi : Pendekatan Wahdah Islamiyah dalam Pembinaan Kesadaran Beragama anggota Muslimah Wahdah di Kota Sengkang Kabupaten Wajo NIM : 15.1100.026 Fakultas : Tarbiyah Program Studi : Pendidikan Agama Islam Dasar Penetapan Pembimbing : SK. Dekan Fakultas Tarbiyah No. B. 260/In.39/FT/4/2019 Disetujui Oleh Pembimbing Utama : Dr. H. Anwar Sewang, M.Ag. (...........................)
    [Show full text]
  • Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Bpupk) 29 Mei—17 Juli 1945
    PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI—17 JULI 1945 WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 1 PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI–17 JULI 1945 Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 Program Studi Ilmu Sejarah FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang sungguh hanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ditengah berbagai kendala yang dihadapi. Ucapan terima kasih dan salam takzim penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang telah dengan sabar tetap mendukung putrinya, walaupun putrinya ini sempat melalaikan amanah yang diberikan dalam menyelesaikan masa studinya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang jauh lebih baik. Kepada bapak Abdurrakhman M. Hum selaku pembimbing, yang tetap sabar membimbing penulis dan memberikan semangat di saat penulis mendapatkan kendala dalam penulisan. Kepada Ibu Dwi Mulyatari M. A., sebagai pembaca yang telah memberikan banyak saran untuk penulis, sehingga kekurangan-kekurangan dalam penulisan dapat diperbaiki. Kepada Ibu Siswantari M. Hum selaku koordinator skripsi dan bapak Muhammad Iskandar M. Hum selaku ketua Program Studi Sejarah yang juga telah memberikan banyak saran untuk penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pengajar Program Studi Sejarah, penulis ucapakan terima kasih untuk bimbingan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Kepada Bapak RM. A. B.
    [Show full text]
  • Imagining the Land of the Two Holy Mosques: the Social and Doctrinal Importance of Saudi Arabia in Indonesian Salafi Discourse
    Chris Chaplin Imagining the land of the two holy mosques: The social and doctrinal importance of Saudi Arabia in Indonesian Salafi Discourse Article (Refereeed) Published version Original citation: Chaplin, C (2017). Imagining the land of the two holy mosques: The social and doctrinal importance of Saudi Arabia in Indonesian Salafi Discourse. The Austrian Journal of South-East Asian Studies 7, (2) pp. 217-236. DOI: 10.14764/10.ASEAS-2014.2-6 Reuse of this item is permitted through licensing under the Creative Commons: © 2014 The Authors CC BY-NC-ND 3.0 This version available at: http://eprints.lse.ac.uk/84483/ Available in LSE Research Online: October 2017 LSE has developed LSE Research Online so that users may access research output of the School. Copyright © and Moral Rights for the papers on this site are retained by the individual authors and/or other copyright owners. You may freely distribute the URL (http://eprints.lse.ac.uk) of the LSE Research Online website. Aktuelle Südostasienforschung Current Research on Southeast Asia Imagining the Land of the Two Holy Mosques: The Social and Doctrinal Importance of Saudi Arabia in Indonesian Salafi Discourse Chris Chaplin ► Chaplin, C. (2014). Imagining the Land of the Two Holy Mosques: The social and doctrinal importance of Saudi Arabia in Indonesian Salafi discourse. ASEAS – Austrian Journal of South-East Asian Studies, 7(2), 217-236. The emergence of Salafi Islam within Indonesia has shifted the imaginary boundaries of Islamic identity. Although relatively small in numbers, Salafis propagate a religious dis- course linked to scholars in Saudi Arabia.
    [Show full text]
  • The Contested State of Sufism in Islamic Modernism: the Case of the Muhammadiyah Movement in Twentieth-Century Indonesia
    journal of Sufi studies 3 (�0�4) �83–��9 brill.com/jss The Contested State of Sufism in Islamic Modernism: The Case of the Muhammadiyah Movement in Twentieth-Century Indonesia Herman L. Beck Tilburg University (The Netherlands) Abstract The Muhammadiyah in Indonesia is commonly known not to be very sympathetic towards mysticism in terms of its manifestations in mystical religious fraternities and pantheistic identity mysticism. Although its stance versus these religious phenomena seems to be very clear, many of its members are struggling to determine their attitude towards the issue. The continuing uncertainty about its legitimacy is evident from the questions Muhammadiyah members send to the Suara Muhammadiyah regarding this topic. In this article I focus on the Muhammadiyah’s ‘official’ vision through its first hundred years of existence. My thesis is that its rigidness in rejecting ‘mystical and spiritual’ manifestations is not only caused by its fear of unbelief and heresy, but also closely related to the political and social circumstances in which it is confronted with these ‘mystical and spiritual’ manifestations in the first place. Résumé La Muhammadiyah en Indonésie est bien connue pour ne pas être sympathique vers le mysticisme, soit sous la forme de confréries religieuses-mystiques ou sous la forme de mysticisme panthéiste. Bien que son opposition à ces phénomènes religieux semble être très clair beaucoup de ses membres ont du mal à déterminer leur attitude à l’égard de la question. L’incertitude persistante quant à la légitimité de la mystique est évidente dans les questions des membres de la Muhammadiyah envoyées à la Suara Muhammadiyah concernant le sujet.
    [Show full text]
  • Evolusi Pemikiran Hadji Oemar Said Tjokroaminoto Tahun
    EVOLUSI PEMIKIRAN HADJI OEMAR SAID TJOKROAMINOTO TAHUN 1924-1928: DARI SOSIALISME ISLAM MENUJU ISLAM MAKRIFAT SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana dalam Program Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI) Oleh: Miftakhus Sifa’ Bahrul Ulumiyah NIM: A92216131 JURUSAN SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019 ii PERNYATAAN KEASLIAN iii PERSETUJUAN PEMBIMBING iv PENGESAHAN TIM PENGUJI PERSETUJUAN PUBLIKASI vi ABSTRAK Skripsi ini berjudul “Evolusi Pemikiran Hadji Oemar Said Tjokroaminoto Tahun 1924 – 1928: dari Sosialisme Islam menuju Islam Makrifat” dengan meneliti tiga permasalahan: (1) bagaimana biografi H.O.S Tjokroaminoto; (2) bagaimana sosialisme Islam dan Islam makrifat menurut H.O.S Tjokroaminoto, dan (3) bagaimana perubahan pemikiran H.O.S Tjokroaminoto tahun 1924-1928. Tiga permasalahan tersebut penulis teliti dengan menggunakan dua pendekatan historis-hermeneutik dan historis-sosiologis-psikologis. Pendekatan ini digunakan karena skripsi ini masuk dalam kategori sejarah pemikiran sub tema evolusi pemikiran yang dalam metodologinya meneliti teks dan juga konteks. Pendekatan historis-hermenutik merujuk pada pembahasan teks, sedangkan historis-sosiologis-psikologis merujuk pada konteks. Teori yang digunakan dalam penilitian ini ada empat yang semuanya digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam tiap pembahasan bab. Empat teori tersebut adalah teori Ibnu Khaldun tentang perkembangan akal budi, teori Herbert Spencer tentang evolusi umum, teori arkeologi pengetahuan Michael Foucault, dan teori hermeneutik Hans-George Gadamer. Metode yang penulis gunakan adalah metode sejarah dengan empat tahapan yaitu heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: pertama, H.O.S Tjokroaminoto lahir di Madiun tanggal 16 Agustus 1882 dan meninggal di Yogyakarta pada 17 Desember 1934.
    [Show full text]