978-602-262-109-6-1134.Pdf

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

978-602-262-109-6-1134.Pdf KAPAL PINISI Oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Gamba Sampul adalah hasil modifikasi dari gambar yang diambil dari http://krisanputihku.blogspot.com Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283 Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057 E-mail : [email protected] Lisbijanto, Herry KAPAL PINISI/Herry Lisbijanto - Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013 viii + 44 hlm, 1 Jil. : 21 cm. ISBN: 978-602-262-109-6 1. Seni 2. Budaya I. Judul KATA PENGANTAR Kapal Pinisi adalah kapal layar yang bertiang layar dua dengan tiang yang menjulang tinggi. Selain terkenal sebagai pelaut tangguh, masyarakat Bugis juga terkenal sebagai pembuat kapal yang baik. Dari daerah Bugis lahir para pelaut yang tangguh dan para pembuat kapal pinisi yang terkenal sangat kuat dalam mengarungi samudera. Sejarah kapal pinisi ini sangat panjang sehingga kapal jenis ini menjadi sarana transportasi yang andal. Dengan diawaki para pelaut Bugis, perahu ini dapat berlayar hingga ke mancanegara. Pelaut Bugis yang terkenal tangguh mempunyai teknik navigasi dan kemudi kapal pinisi yang baik. Pembuatan kapal pinisi dilakukan di galangan tradisional yang disebut bantilang. Kapal Pinisi dibuat dengan cara tradis- ional menggunakan bahan kayu pilihan dan oleh masyarakat Bugis sendiri. Masyarakat Ara, Tanjung Bira dan Lemo-Lemo merupakan orang yang sangat terampil dalam membuat kapal pinisi. Dengan teknologi yang mereka kuasai, kapal pinisi dibuat dengan bahan kayu welengreng yang terkenal kuat, sehingga kapal ini mampu menyeberangi lautan luas. Pembuat perahu pi- nisi disebut sawi. Dengan keahliannya, para sawi mengerjakan pembuatan kapal dengan telaten. Dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk dapat menyelesaikan sebuah kapal pinisi. Mereka bekerja secara berkesinambungan dan terencana. Perahu Pinisi merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya, keterampilan para pembuat perahu dan vi Graha Ilmu pelaut yang tangguh menjadikan bangsa ini berkebudayaan maritim tinggi. Oleh karena itu, seyogyanya perahu ini harus menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan terus dilestarikan dengan baik. DAFTAR ISI Sejarah Asal Mula Kapal Pinisi 1 Keistimewaan Kapal Pinisi 5 Sejarah Perahu di Indonesia 6 Jenis Kapal Pinisi 9 Jenis-jenis Perahu 9 Cara Pembuatan Kapal Pinisi 12 Bahan Baku Pembuatan Perahu Pinisi 13 Bagian-bagian dalam Pembuatan Perahu Pinisi 16 Kapal Layar 18 Orang Bulukumba 19 Daerah-daerah yang Banyak Membuat dan Menggunakan Kapal Pinisi 20 Falsafah Yang Ada Pada Kapal Pinisi 23 Kegunaan Kapal Pinisi 24 Pelabuhan Pelayaran Rakyat 25 Pelabuhan Paotere 27 Pelabuhan Sunda Kelapa 28 Pelabuhan Kalimas, Surabaya 29 Pelaut Bugis 31 Pesan Moral Pelaut Bugis 31 Kapal Pinisi Nusantara 33 Expo di Vancouver, Canada 35 Kapal Layar Terbesar dan Termegah di Dunia 36 Warisan Budaya Nusantara 41 Daftar Pustaka 43 enek Moyangku Seorang Pelaut…. demikianlah sepenggal Nsyair yang ada didalam lagu yang sering dinyanyikan anak- anak disekolahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kita merupakan bangsa maritim yang sudah sangat terkenal diseluruh penjuru dunia. Julukan sebagai bangsa pelaut juga patut diberikan kepada masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Masyarakat Bugis sampai saat ini terkenal sebagai pelaut yang tangguh, mereka mengarungi lautan untuk mencari nafkah dengan perahu yang terkenal dikalangan masyarakat maritim, perahu atau kapal tersebut bernama kapal pinisi. Kapal Pinisi adalah kapal layar yang bertiang layar dua dengan tiang yang menjulang tinggi. Dengan teknik pembuatan yang baik sehingga mampu mengarungi lautan yang luas ini. Masyarakat Bugis selain terkenal sebagai pelaut yang tangguh, juga terkenal sebagai pembuat kapal yang baik. Dari daerah Bugis lahir pelaut-pelaut yang sukses dan juga para pembuat kapal pinisi yang terkenal sangat kuat untuk mengarungi samudra. Sebenarnya di daerah Bugis terdapat beberapa jenis kapal, antara lain: pinisi, lambo’ palari, lambo’ calabai, jarangka’ soppe’ pajala’ dan lain sebagainya, namun yang paling terkenal adalah kapal pinisi. SEJARAH ASAL MULA KAPAL PINISI Pada abad 14 sampai 15 Masehi, terdapat kerajaan di Luwu, Sulawesi Selatan. Dimana kerajaan Luwu merupakan kerajaan yang mempunyai wilayah kekuasaan disekitar Sulawesi dan beberapa pulau yang ada disekitarnya. Oleh karena wilayah di kerajaan Luwu merupakan wilayah lautan, maka banyak masyarakat di Kerajaan luwu berprofesi sebagai pelaut. Putra mahkota Kerajaan Luwu yang bernama Sawerigad- ing juga merupakan seorang pelaut yang sering mengembara ke- luar wilayah kerajaan Luwu. Putra Mahkota mengembara dalam 2 Graha Ilmu waktu yang cukup lama, dengan tujuan untuk menimba ilmu dan juga berdagang. Beliau mengembara biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama sampai bertahun-tahun, sehing- ga tidak begitu dekat hubungan dengan saudara-saudaranya. Pada suatu hari sepulang dari pengembaraan, Putra Mahkota Sawerigading berjumpa dengan saudara kembarnya yang sudah lama tidak bertemu yaitu Putri Wanteri Abeng. Melihat kecantikan saudara kembarnya tersebut, Sawerigading tertarik dan jatuh hati kepada Putri Wanteri Abeng. Saweigading tidak menyadari bahwa hal itu tidak diperkenankan dalam hukum adap di kerajaan tersebut. Namun Putra Mahkota tetap aja tidak bisa menghilangkan rasa cintanya kepada saudara kembarnya itu. Sang Putri Wanteri Abeng berusaha menyadarkan saudaranya bahwa hal itu tidak mungkin diteruskan untuk menikah dan hal ini akan dimarahi oleh Sang Raja atau ayahnya apabila mengetahui hubungan mereka. Benar apa yang dikatakan Putri Wanteri Abeng, Sang Ayah mereka sangat marah mengetahui kemauan Sawerigading yang ingin menikahi saudara kembarnya. Sang Raja menghendaki agar hubungan itu dihentikan. Pada saat itu Putri Wanteri Abeng mengajukan usulan kepada Sawerigading agar pergi ke Tanah Tiongkok karena di negara tersebut ada seorang wanita yang mempunyai wajah seperti dirinya. Dengan harapan keinginan Sang Putra Mahkota menikahi dirinya bisa dialihkan kepada seseorang yang mempunyai wajah seperti dirinya. Setelah dipikir beberapa saat, maka sang putra mahkota akhirnya bersedia mengikuti saran saudara kembarnya, walaupun hal ini dilakukan dengan sangat berat hati. Putra Mahkota Sawerigading berfikir bagaimana bisa sampai dinegara Tiongkok yang jaraknya cukup jauh dari Kerajaan Luwu, kendaraan laut yang selama ni dia pakai hanyalah sebuah perahu yang kecil yang tidak mungkin dapat digunakan untuk mengarungi lautan yang luas dalam waktu yang cukup lama. .
Recommended publications
  • Iata City Names - Encode
    IATA CITY NAMES - ENCODE City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code Alpha QL AU ABH Aribinda BF XAR Bakelalan MY BKM Beersheba IL BEV Block Island RI US BID Aalborg DK AAL Alpine TX US ALE Arica CL ARI Baker City OR US BKE Befandriana MG WBD Bloemfontein ZA BFN Aalesund NO AES Alroy Downs NT AU AYD Aripuana MT BR AIR Baker Lake NU CA YBK Beica ET BEI Blonduos IS BLO Aarhus DK AAR Alta NO ALF Arkalyk KZ AYK Bakersfield CA US BFL Beida LY LAQ Bloodvein MB CA YDV Aasiaat GL JEG Alta Floresta MT BR AFL Arkhangelsk RU ARH Bakkafjordur IS BJD Beihai CN BHY Bloomfield Ri QL AU BFC Aba/Hongyuan CN AHJ Altai MN LTI Arlit NE RLT Bakouma CF BMF Beihan YE BHN Bloomington IN US BMG Abadan IR ABD Altamira PA BR ATM Arly BF ARL Baku AZ BAK Beijing CN BJS Bloomington-NIL US BMI Abaiang KI ABF Altay CN AAT Armenia CO AXM Balakovo RU BWO Beira MZ BEW Blubber Bay BC CA XBB Abakan XU ABA Altenburg DE AOC Armidale NS AU ARM Balalae SB BAS Beirut LB BEY Blue Bell PA US BBX Abbotsford BC CA YXX Altenrhein CH ACH Arno MH AMR Balgo Hill WA AU BQW Bejaia DZ BJA Bluefield WV US BLF Abbottabad PK AAW Alto Rio Seng CB AR ARR Aroa PG AOA Bali CM BLC Bekily MG OVA Bluefields NI BEF Abbs YE EAB Alton IL US ALN Arona SB RNA Bali PG BAJ Belaga MY BLG Blumenau SC BR BNU Abeche TD AEH Altoona PA US AOO Arorae KI AIS Balikesir TR BZI Belem PA BR BEL Blythe CA US BLH Abemama KI AEA Altus OK US LTS Arrabury QL AU AAB Balikpapan ID BPN Belfast GB
    [Show full text]
  • Celestial Navigation As a Kind of Local Knowledge of the Makassar Ethnic: an Analysis of Arena Wati’S Selected Works
    The 2013 WEI International Academic Conference Proceedings Istanbul, Turkey Celestial Navigation as a Kind of Local Knowledge of the Makassar Ethnic: An Analysis of Arena Wati’s Selected Works Sohaimi Abdul Aziz 1 and Sairah Abdullah 2 1School of Humanities, Universiti Sains Malaysia, Penang, Malaysia 2St. George's Girls' School, Penang, Malaysia. [email protected] Abstract Southeast Asia was known for its seafarers. Indeed, long before the Portuguese arrived in Asian waters, the seafarers had been sailing over the oceans for thousands of miles without a proper compass or written charts. Arena Wati or Muhammad Dahlan bin Abdul Biang is well-known author in Malaysia. He is one of the national laureates of Malay literature. Before he ventured into the world of creative writings, he was a seafarer since the age of 17. He originates from Makassar, an island of seafarers in Indonesia. His vast experiences as a seafarer, who learned and practiced the celestial navigational skills of the Makassar people, have become the important ingredient of his creative writings. Celestial navigation is a navigation of a naturalist that is based on natural elements such as wind direction, wave patterns, ocean currents, cloud formation and so on. Nevertheless, not much research has been doned on his navigational skills as reflected in his works, especially in the contact of local knowledge. As a result, this paper will venture into the celestial navigation and its relationship with the local knowledge. Selected works of Arena Wati, which consists of a memoir and two novels, will be analyzed using textual analysis. The result of this study reveals that the selected works of Arena Wati shows the importance of celestial navigation as part of the local knowledge.
    [Show full text]
  • The Archaeology of Sulawesi Current Research on the Pleistocene to the Historic Period
    terra australis 48 Terra Australis reports the results of archaeological and related research within the south and east of Asia, though mainly Australia, New Guinea and Island Melanesia — lands that remained terra australis incognita to generations of prehistorians. Its subject is the settlement of the diverse environments in this isolated quarter of the globe by peoples who have maintained their discrete and traditional ways of life into the recent recorded or remembered past and at times into the observable present. List of volumes in Terra Australis Volume 1: Burrill Lake and Currarong: Coastal Sites in Southern Volume 28: New Directions in Archaeological Science. New South Wales. R.J. Lampert (1971) A. Fairbairn, S. O’Connor and B. Marwick (2008) Volume 2: Ol Tumbuna: Archaeological Excavations in the Eastern Volume 29: Islands of Inquiry: Colonisation, Seafaring and the Central Highlands, Papua New Guinea. J.P. White (1972) Archaeology of Maritime Landscapes. G. Clark, F. Leach Volume 3: New Guinea Stone Age Trade: The Geography and and S. O’Connor (2008) Ecology of Traffic in the Interior. I. Hughes (1977) Volume 30: Archaeological Science Under a Microscope: Studies in Volume 4: Recent Prehistory in Southeast Papua. B. Egloff (1979) Residue and Ancient DNA Analysis in Honour of Thomas H. Loy. M. Haslam, G. Robertson, A. Crowther, S. Nugent Volume 5: The Great Kartan Mystery. R. Lampert (1981) and L. Kirkwood (2009) Volume 6: Early Man in North Queensland: Art and Archaeology Volume 31: The Early Prehistory of Fiji. G. Clark and in the Laura Area. A. Rosenfeld, D. Horton and J. Winter A.
    [Show full text]
  • Multilingual Facilitation
    Multilingual Facilitation Honoring the career of Jack Rueter Mika Hämäläinen, Niko Partanen and Khalid Alnajjar (eds.) Multilingual Facilitation This book has been authored for Jack Rueter in honor of his 60th birthday. Mika Hämäläinen, Niko Partanen and Khalid Alnajjar (eds.) All papers accepted to appear in this book have undergone a rigorous peer review to ensure high scientific quality. The call for papers has been open to anyone interested. We have accepted submissions in any language that Jack Rueter speaks. Hämäläinen, M., Partanen N., & Alnajjar K. (eds.) (2021) Multilingual Facilitation. University of Helsinki Library. ISBN (print) 979-871-33-6227-0 (Independently published) ISBN (electronic) 978-951-51-5025-7 (University of Helsinki Library) DOI: https://doi.org/10.31885/9789515150257 The contents of this book have been published under the CC BY 4.0 license1. 1 https://creativecommons.org/licenses/by/4.0/ Tabula Gratulatoria Jack Rueter has been in an important figure in our academic lives and we would like to congratulate him on his 60th birthday. Mika Hämäläinen, University of Helsinki Niko Partanen, University of Helsinki Khalid Alnajjar, University of Helsinki Alexandra Kellner, Valtioneuvoston kanslia Anssi Yli-Jyrä, University of Helsinki Cornelius Hasselblatt Elena Skribnik, LMU München Eric & Joel Rueter Heidi Jauhiainen, University of Helsinki Helene Sterr Henry Ivan Rueter Irma Reijonen, Kansalliskirjasto Janne Saarikivi, Helsingin yliopisto Jeremy Bradley, University of Vienna Jörg Tiedemann, University of Helsinki Joshua Wilbur, Tartu Ülikool Juha Kuokkala, Helsingin yliopisto Jukka Mettovaara, Oulun yliopisto Jussi-Pekka Hakkarainen, Kansalliskirjasto Jussi Ylikoski, University of Oulu Kaisla Kaheinen, Helsingin yliopisto Karina Lukin, University of Helsinki Larry Rueter LI Līvõd institūt Lotta Jalava, Kotimaisten kielten keskus Mans Hulden, University of Colorado Marcus & Jackie James Mari Siiroinen, Helsingin yliopisto Marja Lappalainen, M.
    [Show full text]
  • Universitas Indonesia Kajian Perahu Tradisional
    UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) SKRIPSI ELYMART JASTRO 0705030139 PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA DEPOK JULI 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 UNIVERSITAS INDONESIA KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora ELYMART JASTRO 0705030139 PROGRAM STUDI ARKEOLOGI FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA DEPOK JULI 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertanda tangan di bawah ini dengan sebenarnya menyatakan bahwa skripsi ini saya susun tanpa tindakan plagiarisme sesuai dengan peraturan yang berlaku di Universitas Indonesia. Jika kemudian hari ternyata saya melakukan tindakan plagiarisme, saya akan bertanggung jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas Indonesia kepada saya. Depok, Juli 2010 Elymart Jastro Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Elymart Jastro NPM : 0705030139 Tanda tangan: Tanggal : Juli 2010 Kajian perahu..., Elymart Jastro, FIB UI, 2010 iii HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama : Elymart Jastro NPM : 0705030139 Program Studi : Arkeologi Judul : KAJIAN PERAHU TRADISIONAL NUSANTARA DI MUSEUM BAHARI, JAKARTA UTARA (Proses Produksi Pesan Tentang Teknologi Perahu) ini telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora pada Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia DEWAN PENGUJI Pembimbing : Dr. Kresno Yulianto ( ) Penguji : Dr.
    [Show full text]
  • Boats to Burn: Bajo Fishing Activity in the Australian Fishing Zone
    Asia-Pacific Environment Monograph 2 BOATS TO BURN: BAJO FISHING ACTIVITY IN THE AUSTRALIAN FISHING ZONE Asia-Pacific Environment Monograph 2 BOATS TO BURN: BAJO FISHING ACTIVITY IN THE AUSTRALIAN FISHING ZONE Natasha Stacey Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at: http://epress.anu.edu.au/boats_citation.html National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Stacey, Natasha. Boats to burn: Bajo fishing activity in the Australian fishing zone. Bibliography. ISBN 9781920942946 (pbk.) ISBN 9781920942953 (online) 1. Bajau (Southeast Asian people) - Fishing. 2. Territorial waters - Australia. 3. Fishery law and legislation - Australia. 4. Bajau (Southeast Asian people) - Social life and customs. I. Title. (Series: Asia-Pacific environment monograph; 2). 305.8992 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Duncan Beard. Cover photographs: Natasha Stacey. This edition © 2007 ANU E Press Table of Contents Foreword xi Acknowledgments xv Abbreviations xix 1. Contested Rights of Access 1 2. Bajo Settlement History 7 3. The Maritime World of the Bajo 31 4. Bajo Voyages to the Timor Sea 57 5. Australian Maritime Expansion 83 6. Bajo Responses to Australian Policy 117 7. Sailing, Fishing and Trading in 1994 135 8. An Evaluation of Australian Policy 171 Appendix A. Sources on Indonesian Fishing in Australian Waters 195 Appendix B. Memorandum of Understanding Between the Government of Australia and the Government of the Republic of Indonesia Regarding the Operations of Indonesian Traditional Fishermen in Areas of the Australian Exclusive Fishing Zone and Continental Shelf (7 November 1974) 197 Appendix C.
    [Show full text]
  • Macassan History and Heritage Journeys, Encounters and Influences
    Macassan History and Heritage Journeys, Encounters and Influences Edited by Marshall Clark and Sally K. May Macassan History and Heritage Journeys, Encounters and Influences Edited by Marshall Clark and Sally K. May Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at http://epress.anu.edu.au National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Author: Clark, Marshall Alexander, author. Title: Macassan history and heritage : journeys, encounters and influences / Marshall Clark and Sally K. May. ISBN: 9781922144966 (paperback) 9781922144973 (ebook) Notes: Includes bibliographical references. Subjects: Makasar (Indonesian people)--Australia. Northern--History. Fishers--Indonesia--History Aboriginal Australians--Australia, Northern--Foreign influences. Aboriginal Australians--History. Australia--Discovery and exploration. Other Authors/Contributors: May, Sally K., author. Dewey Number: 303.482 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover images: Fishing praus and cured trepang in the Spermonde Archipelago, South Sulawesi. Source: Marshall Clark. Cover design and layout by ANU E Press Printed by Griffin Press This edition © 2013 ANU E Press Contents 1. Understanding the Macassans: A regional approach .........1 Marshall Clark and Sally K. May 2. Studying trepangers. 19 Campbell Macknight 3. Crossing the great divide: Australia and eastern Indonesia ... 41 Anthony Reid 4. Histories with traction: Macassan contact in the framework of Muslim Australian history ....................... 55 Regina Ganter 5. Interpreting the Macassans: Language exchange in historical encounters ..................................
    [Show full text]
  • The JSPS-DGHE International. Symposium on Fisheries Science in Tropical Area
    ~inllso:f' The JSPS-DGHE International.Symposium on Fisheries Science in Tropical Area Repriated from ISBN : 4-925135-10-4 P.To~d.tngs of' The JSPS-DGHE International.Symposium on Fisheries Science in Tropical Area Faculty of Fisheries and Marine Sciences -IPB Bogor-INDONESI~, August 21-25, 2000 Sustainable Fisheries in Asia . in the New Millennium Edited and compiled by Odana Carman. Sulistiono. Ari Purbavanto. Proceedings of the 4'" JSPS International Seminar on Fisheries Science in Tropical Area Sustainable Fisheries in Asia in the New Millennium 21-25 August 2000, at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University, Bogor, Java Island, Indonesia Published by TUF International JSPS Project Volume 10 Oanuary2001) Tokyo University of Fisheries 4-5-7, Konan, Minato-ku, Tokyo 108-8477 JAPAN Edited and compiled by Odang Carman, Sulistiono, Ari Purbayanto, .T. Suzuki, S. Watanabe and T. Arirnoto Bibliography: ISBN 4-925135-10-4 PUBLICATION LIST OF TUF International JSPS Project Volume 1 Fisheries Science in Tropical .\rea with Special Reference to Post-Harvest Subjects in 21" Ce'!tury (Ed. Subiyanto and E. Watanabe), Mar. 1996. Proceedings of the International Seminar in Nov-Dec. 1995 . atSemarang-Indonesia Volume2 Education and Research in Fisheries Science (Ed. F. Takashima and Subiyanto). Mar 1997, Proceedings of the International Workshop in Oct. 1996 atTokyolHakata-] apan Volume3 Aquaculture in Asia (Ed. F. Takashima, T. Arimoto and C. Itosu) , Dec. 1997, Proceedings of the International Seminar in Aug. 1997atTokyo-]apan (ISBN 4-925135-01-5) Volume4 Education and Training Program in Fishing Technology-Past, Present and Future-(Ed. ]. Haluan and K Satoh} , Mar.
    [Show full text]
  • See Record State Budget
    Weather * w. tmtnmt tt. beret* fa cloudtneu today wife Dght .«W» Mtf* Htgfc <*« tad .*"** Twaorrw* fair wBfc * pglt la the 2h, and Wednesday 7 Red Bank Area j fair and cold. See weather, pap ; . ^ MONMOHTH COUNTY'S HOME NEWSPAPER FOR 87 YEARS DIAL 741-0010 IMU«! itiij, Moafer atoatf tnin. Stwnd ciui P°**«* VOL. 87, NO. 153 Fain u Red But «nd u •Muni Muling Otnol. MONDAY, FEBRUARY 1, 1965 7c PER COPY PAGE ONE Hughes Asks $646 Million See Record State Budget By JOHN KOLESAR —$315,000 for 50 added state troopers. million. He proposed $7 million more to handle rising enroll- —$120,000 for an award program to stimuate the horse ments at state colleges and Rutgers University. TRENTON (AP)-Gov. Richard J. Hughes today proposed breeding industry in New Jersey. While Hughes complained of the lack of a broad-based tax, a record high state budget of $646,829,749 balanced without —$200,000 to conduct location studies for industries con- he said his budget "does provide for the taxpayer a dollar'* resorting to new or increased taxes. J sidering expansion into New Jersey. worth of services for every dollar spent." He said it leaves Hughes' budget wai a walloping $63 million higher than New Jersey with the lowest cost of government and lowest num- the one approved by the legislature a year ago, but adroit NO INCOME TAX ber of state employees per person in the nation. bookkeeping and a booming economy spared the Democratic Unlike a year ago, Hughes did hot mention his proposal Booming tax returns were expected to give the state it* governor the distasteful task of recommending a tax increase for a state income tax.- He told a news conference legislators largest surplus in nine years on June 30.
    [Show full text]
  • Traditional Shipbuilding Techniques
    Volume 29 SSN: 2092-7959 I ICHIntangible Cultural Heritage Courier Courier of Asia and the Pacific Traditional Shipbuilding Techniques Contents Editorial Remarks ICHIntangible Cultural Heritage Courier Courier of Asia and the Pacific Volume 29 Kwon Huh Director-General of ICHCAP EXECUTIVE PUBLISHER Kwon Huh 4 Expert Remarks The Role of the Media in Raising ver the past few months, ICHCAP has been conducting many EDITORS-IN-CHIEF Awareness about ICH projects to safeguard and raise awareness about ICH in the Seong-Yong Park Asia-Pacific region. First, there was the 2016 Sub-Regional Weonmo Park 7 Understanding ICH Meeting for ICH Safeguarding in Northeast Asia from Raising Awareness about ICH O10 to 12 October 2016, which was held in Ulaanbaatar, Mongolia, to EDITORIAL STAFF explore the role of the media in safeguarding ICH. ICHCAP, the Michael Peterson 8 Field Report UNESCO Beijing Office, and the Mongolian National Commission for Sunyoung You ICH Transmission through Social UNESCO co-organized the meeting to deal with the topic for the first Boyeon Lee Media: The Mevlevi Sema time in the sub-region. It was an opportunity for experts and media professionals from key media outlets in Northeast Asia to discuss DESIGN constructing a media network in the region for safeguarding ICH and Michael Peterson other ways of using the media in safeguarding efforts. The participants recognized the importance of media participation PRINTING and use in ICH safeguarding and proposed holding regular meetings Yemack Korea among broadcast media professionals and actors in the ICH field and constructing interpersonal networks as part of such cooperation.
    [Show full text]
  • The Seafarers and Maritime Entrepreneurs of Madura
    THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross This thesis is presented for the degree of Doctor of Philosophy, at Murdoch University February 2007 I declare that this thesis is my own account of my research and contains as its main content work which has not previously been submitted for a degree at any tertiary educational institution. Kurt Stenross Copyright © 2007 by Kurt Stenross; all rights reserved i THE SEAFARERS AND MARITIME ENTREPRENEURS OF MADURA History, culture, and their role in the Java Sea timber trade Kurt Stenross With photographs and line illustrations by the author ii Abstract The seafaring people of Madura, situated off the northeastern coast of Java, are one of the leading maritime groups in the Indonesian archipelago. They have played a major role in indigenous shipping, and since the second half of the nineteenth century their importance in this field has been second only to that of the Bugis and Makassarese. With their strong maritime orientation and outward economy, the coastal Madurese contrast strongly with the agricultural orientation of their near neighbours, the Javanese and the Balinese. The first part of this thesis presents the Madurese in historical context vis-à-vis the Javanese and the maritime groups of Sulawesi. It then considers the various historical and cultural-ecological factors which predisposed the coastal Madurese toward seafaring as a livelihood, and which enabled them to eclipse their former rivals along the north coast of Java. The main seafaring centres of Madura during the twentieth century are identified, with these being in three distinct locations: the northwest coast, the southwest coast, and the eastern islands of Madura.
    [Show full text]
  • Pembuatan Perahu Pinisi Di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017
    JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Pembuatan Perahu Pinisi di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017 Alya Salsa Ramadhani, Ahmadin ,Bustan Mahasiswa Angkatan 2014, Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa di Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi,perkembangan pembuatan perahu pinisi di Desa Ara dan dampak keberadaan pembuatan perahu pinisi bagi masyarakat Desa Ara. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, historiografi atau hasil penulisan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi bermula dari cerita mitos terdamparnya perahu yang ditumpangi oleh Sawerigading pecah dan terdampar di Ara sebagian di Lemo-lemo, layar dan tali temali terdampar di Bira. Diluar dari cerita tersebut keadaan geografis Desa Ara yang berada di pinggir pantai dan tidak memungkinkan tanahnya digunakan untuk pertanian sehingga mendorong masyarakatnya untuk menekuni pekerjaan membuat perahu . Dari hasil membuat perahu itu dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Ara. Dalam perkembangannya, pasca tahun 1970-an perahu pinisi mengalami perkembangan, dari segi alat-alat teknologi dalam pembuatannya ataupun pengoprasiannya juga dari segi fungsi perahu pinisi. Bagi masyarakat Desa Ara, pembuatan perahu pinisi merupakan sebuah anugrah bagi mereka karena telah memberi dampak bagi kehidupannya, baik dampak dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara( H. Sakka, H. Safruddin, Abbas, Habiruddin, Arief Saenong dan beberapa pekerja perahu lainnya) dan mengumpulkan sumber arsip ( dokumen dari kantor desa dan BPS Kabupaten Bulukumba) serta literatur-literatur yang berhubungan.
    [Show full text]