978-602-262-109-6-1134.Pdf
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
KAPAL PINISI Oleh : Herry Lisbijanto Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, secara elektronis maupun mekanis, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan teknik perekaman lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit. Gamba Sampul adalah hasil modifikasi dari gambar yang diambil dari http://krisanputihku.blogspot.com Ruko Jambusari No. 7A Yogyakarta 55283 Telp. : 0274-889836; 0274-889398 Fax. : 0274-889057 E-mail : [email protected] Lisbijanto, Herry KAPAL PINISI/Herry Lisbijanto - Edisi Pertama – Yogyakarta; Graha Ilmu, 2013 viii + 44 hlm, 1 Jil. : 21 cm. ISBN: 978-602-262-109-6 1. Seni 2. Budaya I. Judul KATA PENGANTAR Kapal Pinisi adalah kapal layar yang bertiang layar dua dengan tiang yang menjulang tinggi. Selain terkenal sebagai pelaut tangguh, masyarakat Bugis juga terkenal sebagai pembuat kapal yang baik. Dari daerah Bugis lahir para pelaut yang tangguh dan para pembuat kapal pinisi yang terkenal sangat kuat dalam mengarungi samudera. Sejarah kapal pinisi ini sangat panjang sehingga kapal jenis ini menjadi sarana transportasi yang andal. Dengan diawaki para pelaut Bugis, perahu ini dapat berlayar hingga ke mancanegara. Pelaut Bugis yang terkenal tangguh mempunyai teknik navigasi dan kemudi kapal pinisi yang baik. Pembuatan kapal pinisi dilakukan di galangan tradisional yang disebut bantilang. Kapal Pinisi dibuat dengan cara tradis- ional menggunakan bahan kayu pilihan dan oleh masyarakat Bugis sendiri. Masyarakat Ara, Tanjung Bira dan Lemo-Lemo merupakan orang yang sangat terampil dalam membuat kapal pinisi. Dengan teknologi yang mereka kuasai, kapal pinisi dibuat dengan bahan kayu welengreng yang terkenal kuat, sehingga kapal ini mampu menyeberangi lautan luas. Pembuat perahu pi- nisi disebut sawi. Dengan keahliannya, para sawi mengerjakan pembuatan kapal dengan telaten. Dibutuhkan waktu beberapa bulan untuk dapat menyelesaikan sebuah kapal pinisi. Mereka bekerja secara berkesinambungan dan terencana. Perahu Pinisi merupakan warisan budaya yang tak ternilai harganya, keterampilan para pembuat perahu dan vi Graha Ilmu pelaut yang tangguh menjadikan bangsa ini berkebudayaan maritim tinggi. Oleh karena itu, seyogyanya perahu ini harus menjadi kebanggaan bangsa Indonesia dan terus dilestarikan dengan baik. DAFTAR ISI Sejarah Asal Mula Kapal Pinisi 1 Keistimewaan Kapal Pinisi 5 Sejarah Perahu di Indonesia 6 Jenis Kapal Pinisi 9 Jenis-jenis Perahu 9 Cara Pembuatan Kapal Pinisi 12 Bahan Baku Pembuatan Perahu Pinisi 13 Bagian-bagian dalam Pembuatan Perahu Pinisi 16 Kapal Layar 18 Orang Bulukumba 19 Daerah-daerah yang Banyak Membuat dan Menggunakan Kapal Pinisi 20 Falsafah Yang Ada Pada Kapal Pinisi 23 Kegunaan Kapal Pinisi 24 Pelabuhan Pelayaran Rakyat 25 Pelabuhan Paotere 27 Pelabuhan Sunda Kelapa 28 Pelabuhan Kalimas, Surabaya 29 Pelaut Bugis 31 Pesan Moral Pelaut Bugis 31 Kapal Pinisi Nusantara 33 Expo di Vancouver, Canada 35 Kapal Layar Terbesar dan Termegah di Dunia 36 Warisan Budaya Nusantara 41 Daftar Pustaka 43 enek Moyangku Seorang Pelaut…. demikianlah sepenggal Nsyair yang ada didalam lagu yang sering dinyanyikan anak- anak disekolahan. Tidak bisa dipungkiri bahwa masyarakat kita merupakan bangsa maritim yang sudah sangat terkenal diseluruh penjuru dunia. Julukan sebagai bangsa pelaut juga patut diberikan kepada masyarakat Bugis di Sulawesi Selatan. Masyarakat Bugis sampai saat ini terkenal sebagai pelaut yang tangguh, mereka mengarungi lautan untuk mencari nafkah dengan perahu yang terkenal dikalangan masyarakat maritim, perahu atau kapal tersebut bernama kapal pinisi. Kapal Pinisi adalah kapal layar yang bertiang layar dua dengan tiang yang menjulang tinggi. Dengan teknik pembuatan yang baik sehingga mampu mengarungi lautan yang luas ini. Masyarakat Bugis selain terkenal sebagai pelaut yang tangguh, juga terkenal sebagai pembuat kapal yang baik. Dari daerah Bugis lahir pelaut-pelaut yang sukses dan juga para pembuat kapal pinisi yang terkenal sangat kuat untuk mengarungi samudra. Sebenarnya di daerah Bugis terdapat beberapa jenis kapal, antara lain: pinisi, lambo’ palari, lambo’ calabai, jarangka’ soppe’ pajala’ dan lain sebagainya, namun yang paling terkenal adalah kapal pinisi. SEJARAH ASAL MULA KAPAL PINISI Pada abad 14 sampai 15 Masehi, terdapat kerajaan di Luwu, Sulawesi Selatan. Dimana kerajaan Luwu merupakan kerajaan yang mempunyai wilayah kekuasaan disekitar Sulawesi dan beberapa pulau yang ada disekitarnya. Oleh karena wilayah di kerajaan Luwu merupakan wilayah lautan, maka banyak masyarakat di Kerajaan luwu berprofesi sebagai pelaut. Putra mahkota Kerajaan Luwu yang bernama Sawerigad- ing juga merupakan seorang pelaut yang sering mengembara ke- luar wilayah kerajaan Luwu. Putra Mahkota mengembara dalam 2 Graha Ilmu waktu yang cukup lama, dengan tujuan untuk menimba ilmu dan juga berdagang. Beliau mengembara biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama sampai bertahun-tahun, sehing- ga tidak begitu dekat hubungan dengan saudara-saudaranya. Pada suatu hari sepulang dari pengembaraan, Putra Mahkota Sawerigading berjumpa dengan saudara kembarnya yang sudah lama tidak bertemu yaitu Putri Wanteri Abeng. Melihat kecantikan saudara kembarnya tersebut, Sawerigading tertarik dan jatuh hati kepada Putri Wanteri Abeng. Saweigading tidak menyadari bahwa hal itu tidak diperkenankan dalam hukum adap di kerajaan tersebut. Namun Putra Mahkota tetap aja tidak bisa menghilangkan rasa cintanya kepada saudara kembarnya itu. Sang Putri Wanteri Abeng berusaha menyadarkan saudaranya bahwa hal itu tidak mungkin diteruskan untuk menikah dan hal ini akan dimarahi oleh Sang Raja atau ayahnya apabila mengetahui hubungan mereka. Benar apa yang dikatakan Putri Wanteri Abeng, Sang Ayah mereka sangat marah mengetahui kemauan Sawerigading yang ingin menikahi saudara kembarnya. Sang Raja menghendaki agar hubungan itu dihentikan. Pada saat itu Putri Wanteri Abeng mengajukan usulan kepada Sawerigading agar pergi ke Tanah Tiongkok karena di negara tersebut ada seorang wanita yang mempunyai wajah seperti dirinya. Dengan harapan keinginan Sang Putra Mahkota menikahi dirinya bisa dialihkan kepada seseorang yang mempunyai wajah seperti dirinya. Setelah dipikir beberapa saat, maka sang putra mahkota akhirnya bersedia mengikuti saran saudara kembarnya, walaupun hal ini dilakukan dengan sangat berat hati. Putra Mahkota Sawerigading berfikir bagaimana bisa sampai dinegara Tiongkok yang jaraknya cukup jauh dari Kerajaan Luwu, kendaraan laut yang selama ni dia pakai hanyalah sebuah perahu yang kecil yang tidak mungkin dapat digunakan untuk mengarungi lautan yang luas dalam waktu yang cukup lama. .