Pembuatan Perahu Pinisi Di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pembuatan Perahu Pinisi Di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017 JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Pembuatan Perahu Pinisi di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017 Alya Salsa Ramadhani, Ahmadin ,Bustan Mahasiswa Angkatan 2014, Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa di Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi,perkembangan pembuatan perahu pinisi di Desa Ara dan dampak keberadaan pembuatan perahu pinisi bagi masyarakat Desa Ara. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, historiografi atau hasil penulisan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi bermula dari cerita mitos terdamparnya perahu yang ditumpangi oleh Sawerigading pecah dan terdampar di Ara sebagian di Lemo-lemo, layar dan tali temali terdampar di Bira. Diluar dari cerita tersebut keadaan geografis Desa Ara yang berada di pinggir pantai dan tidak memungkinkan tanahnya digunakan untuk pertanian sehingga mendorong masyarakatnya untuk menekuni pekerjaan membuat perahu . Dari hasil membuat perahu itu dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Ara. Dalam perkembangannya, pasca tahun 1970-an perahu pinisi mengalami perkembangan, dari segi alat-alat teknologi dalam pembuatannya ataupun pengoprasiannya juga dari segi fungsi perahu pinisi. Bagi masyarakat Desa Ara, pembuatan perahu pinisi merupakan sebuah anugrah bagi mereka karena telah memberi dampak bagi kehidupannya, baik dampak dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara( H. Sakka, H. Safruddin, Abbas, Habiruddin, Arief Saenong dan beberapa pekerja perahu lainnya) dan mengumpulkan sumber arsip ( dokumen dari kantor desa dan BPS Kabupaten Bulukumba) serta literatur-literatur yang berhubungan. Kata Kunci : Pembuatan Perahu,Pinisi, Ara Abstract The purpose of the research is to find out why in the Ara village was the located of the pinisi boat construction, the development of the pinisi boat construction in the Ara village and the effect of the pinisi boat construction for people in the ara village. This research is a historical study that use the methods of heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. The result of this study indicated that the Ara village was the located of a pinisi boat construction starting from a mythical story as the stranded boat was boarded by the sawerigading, cracked and stranded in Ara some at lemo-lemo, the screen and cordage stranded at Bira. Out of the story the geographic conditions of Ara village on the shore and did not allow land to be used for agriculture to encouraging people to get into make a boat. In the development, post 1970's later years saw growth of the pinisi boats, both in terms of technology tools in their construction and in terms of the function of the pinisi boat. For the people of the Ara village, the pinisi boat construction was a blessing to them for having had an impact on his life, both economic, social, cultural and Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 1-11 | 1 JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar educational implications. Data collection methods are conducted the way field research has interviews ( H. Sakka, H. Safruddin, Abbas, Habiruddin, Arief Saenong and a few other boat workers) and collected archive resources (documents from village office and BPS Bulukumba regency) and literature related. Keyword : Boat Construction, Pinisi, Ara A. Pendahuluan seperti Bugis Street dan Bugis Juntion. Indonesia adalah sebuah negara (Bandung, 2007) maritim dengan jumlah pulaunya tercatat Pinisi adalah lambang keperkasaan sebanyak 17.508 buah dengan luas perairan suku Bugis Makassar dan merupakan 5,8 juta kilometer persegi dan panjang garis warisan budaya bangsa Bahari Nusantara. pantai 81.000 kilometer. Secara historis Warisan budaya dengan ciri khas dua tiang juga tercatat bahwa pelaut Indonesia telah dan tujuh layar tersebut merupakan puncak berlayar hingga ke beberapa bagian luar dari suatu proses pembuatan yang anggun Indonesia. Beberapa kerajaan di Jawa, dan perkasa dalam mengarungi samudera Sumatera, Sulawesi dan Maluku pernah luas. berjaya dibidang kemaritiman. Hal itu Pembuatan perahu pinisi adalah sekaligus menunjukkan betapa pentingnya suatu kearifan lokal yang unik bagi industri maritim Indonesia. Salah satu masyarakat Bugis-Makassar khususnya daerah yang potensial dalam orang Ara. Para arsitek perahu pinisi dari pengembangan kemaritiman adalah dulu merancang konstruksi pinisi dengan Sulawesi Selatan. (Salman, 2006) sangat cermat. Tiap komponen dihitung Dalam berbagai literatur disebutkan jumlah dan ukurannya meski tanpa alat bahwa suku Bugis-Makassar dikenal sebagai ukur standar sesuai kapasitas perahu yang salah satu suku yang gemar melaut. Hal akan dibuat. Selanjutnya dibentuk dan tersebut menjadi warisan dari nenek diberi nama sesuai posisinya dalam moyang dan diwariskan ke generasi konstruksi perahu. Hal inilah yang sangat selanjutnya. Dalam perkembangan menakjubkan orang-orang dari selanjutnya sebagian orang Bugis-Makassar mancanegara yang menyaksikan langsung meninggalkan kampung halamannya pergi proses pembuatan perahu pinisi. (Saenong, merantau ke berbagai wilayah dan negara. Muh. Arief, 2013) Mereka berkreasi menciptakan dan Desa Ara sendiri merupakan salah mengembangkan kebudayaannya. satu daerah yang ada di Kabupaten Perahu pinisi merupakan alat Bulukumba yang memiliki sejarah panjang transportasi yang digunakan orang Bugis- tentang pembuatan perahu pinisi. Sejak Makassar dalam melakukan perantauan. zaman dahulu, Desa Ara merupakan Dengan pinisi mereka menjelajahi daerah pusat aktivitas pembuatan perahu kepulauan nusantara, bahkan sampai ke pinisi namun dengan seiring perkembangan Madagaskar. Di berbagai daerah pesisir waktu dan kebutuhan akan berbagai hal pantai ditemukan perkampungan- pada tahun 1980-an pusat pembuatan perkampungan Bugis. Begitupun di pusat perahu dipindahkan dan berkembang di Kota Singapura terpampang gambar pinisi Tanah Beru. (Munawir, 2014) dan disekitar tempat itu diberi nama Bugis, Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 1-11 | 2 JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Keahlian membuat perahu bagi orang penulis diperoleh dari sejumlah Ara merupakan warisan leluhur mereka perpustakaan, seperti: Perpustakaan dan hasil karyanya kini terkenal sampai ke Sejarah FIS-UNM, Perpustakaan UNM, mancanegara. Pengetahuan membuat Perpustakaan Wilayah Provinsi Sulawesi perahu bagi orang Ara adalah suatu Selatan, Perpustakaan UNHAS, kearifan lokal dan merupakan keterampilan Perpustakaan dan Arsip daerah Kabupaten yang mumpuni. (Saenong, Muh. Arief, Bulukumba, Badan Arsip dan 2013) Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan serta Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Pada umumnya penulisan mengenai Tradisional Makassar Selanjutnya, penulis pembuatan perahu pinisi telah banyak melakukan kritik baik kritik ekstern dan dilakukan, hal ini dilihat dari buku dan kritik intern, interpretasi (penafsiran tulisan karya ilmiah yang kemudian menjadi sumber) dan historiografi (penulisan literatur seperti skripsi karya Jaenuddin sejarah). Metode pengumpulan data dengan judul Sejarah Perahu Layar Motor dilakukan dengan cara melakukan di Kecamatan Bontobahari Kabupaten penelitian lapangan (wawancara, Bulukumba (1970-1995). Dalam pengamatan) dan penelitian pustaka. pembahasan skripsi ini, difokuskan pada latar belakang lahirnya perahu layar motor C. Tinjauan Penelitian dan manfaatnya terhadap pembangunan di Desa Ara merupakan salah satu desa Kecamatan Bontobahari Kabupaten yang termasuk dalam Kecamatan Bulukumba Bontobahari yang ada di Kabupaten Adapun penelitian lain yang penulis Bulukumba yang berjarak sekitar 9 Km dari jadikan sebagai rujukan skripsi yang ditulis Ibukota Kecamatan Bontobahari, sekitar 34 oleh Kadariah berjudul Pembuatan Perahu Km dari Ibukota Kabupaten Bulukumba Pinisi di Kecamatan Bontobahari dan sekitar 190 Km jarak yang ditempuh Kabupaten Bulukumba Dalam Perspektif dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, Sejarah (1970-2005). Dalam fokus yaitu Makassar. (Ara, 2017) kajiannya membahas mengenai sejarah Kondisi alam Desa Ara dilatari oleh lahirnya perahu pinisi, perkembangan, tanah yang berbukit terdiri dari batu cadas faktor pendukung dan penghambat serta yang gersang dan pesisir pantai yang konstribusi dari pembuatan perahu pinisi di membentang sepanjang wilayahnya . Hanya Kecamatan Bontobahari Kabupaten sedikit wilayahnya yang dapat dijadikan Bulukumba. Dalam pembahasannya lahan pertanian. Itulah sebabnya warga Ara penulis hanya menggambarkan secara utamanya laki-laki kebanyakan memilih umum pembuatan perahu pinisi yang ada profesi diluar pertanian yaitu sebagai tukang di Kecamatan Bontobahari Kabupaten perahu dan berdagang. Bulukumba. Mata pencaharian pokok penduduk Desa Ara ialah Pengusaha/Pedagang B. Metode Penelitian sebanyak 60 % dan buruh industri sebanyak Penelitian ini menggunakan metode 54 %, dan sebagian kecil lainnya bekerja penelitian sejarah yang terdiri dari empat sebagai PNS, petani, pegawai swasta, dan tahap, yaitu heuristik (mencari dan polri. mengumpulkan sumber). Penulis Keberadaan pembuatan perahu pinisi melakukan wawancara terhadap beberapa di Desa Ara tidak
Recommended publications
  • 05.2 Bab 2.Pdf
    :EUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL — BAB II BAB II TINJAUAN MUSEUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL Tinjauan Museum Pengertian Museum Museum berasai dari kata Yunani kuno, Musee, yaitu nama sembilan dewi yang melambangkan cabang kegiatan ilmiah atau kesenian. Sedangkan tempat bersemayamnya para Musee untuk mempelajari ilmu-iimu pengetahuan dan kesenian disebut Museion. a. Menurut I.C.O.M Museum adalah suatu lembaga tetap yang berfungsi menyimpan, melindungi, dan memarkan benda-benda dari suatu peradaban atau kebudayaan atau ilmu pengetahuan untuk keperluan pendidikan, penelitian dan rekreasi. b. Menurut A.C. Parker Museum adalah suatu lembaga yang secara aktif menerangkan dunia manusia dan alam1 c. Menurut SirJohn Forsdyke Museum adalah suatu lembaga yang bertugas memelihara kenyataan, memamerkan kebenaran benda-benda, selama hal itu tergantung dari bukti yang berupa benda- benda.2 d. Menurut Gertrud Rudolf Hidle Museum adalah tempat yang bertugas mengumpulkan barang-barang warisan kebudayaan bagi penyelidikan ilmu pengetahuan dan segala hubungannya harus dipamerkan kepada umum. Museum juga harus bersifat terbuka dan dapat menambah pengetahuan terutama bagi generasi muda.3 'arker, A.C, A Manual For History Museums, New York "orsdvke, Sir John, Journal Royal Society ofArts, "'The Functional of a National Museum", Vol XCVTJ iidle, Rudolf Gertrud, Hilfbuch der Museumsarbeit, Dresden 1953 11 MUSEUM KAPAL DAN PERAHU TRADISIONAL " BAB II 2.1.2 Fungsi, Peran dan Kegiatan Museum Fungsi museum adalah :4 1. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam dan budaya. 2. Dokumentasi dan penelitian ilmiah. 3. Konservasi dan preservasi 4. Penyebaran dan penataan ilmu untuk umum. 5. Visualisasi warisan alam budaya bangsa. 6. Pengenalan budaya antar daerah dan bangsa. 7. Sarana rekreasi.
    [Show full text]
  • Southeast Asian Studies
    SOUTHEAST ASIAN STUDIES Vol. 2, No. 3 December 2013 CONTENTS Special Focus Reconstructing Intra-Southeast Asian Trade, c.1780–1870: Evidence of Regional Integration under the Regime of Colonial Free Trade Guest Editor: Kaoru SUGIHARA Kaoru SUGIHARA Introduction ............................................................................................(437) Tomotaka KAWAMURA Atsushi KOBAYASHI The Role of Singapore in the Growth of Intra-Southeast Asian Trade, c.1820s–1852 .....................................................................................(443) Ryuto SHIMADA The Long-term Pattern of Maritime Trade in Java from the Late Eighteenth Century to the Mid-Nineteenth Century .......................................................(475) Atsushi OTAA Tropical Products Out, British Cotton In: Trade in the Dutch Outer Islands Ports, 1846–69 ..........................(499) Articles Thanyathip Sripana Tracing Hồ Chí Minh’s Sojourn in Siam ..............................................(527) Sawitree Wisetchat Visualizing the Evolution of the Sukhothai Buddha ............................(559) Research Report Bounthanh KEOBOUALAPHA Farmers’ Perceptions of Imperata cylindrica Infestation Suchint SIMARAKS in a Slash-and-Burn Cultivation Area of Northern Lao PDR ..........(583) Attachai JINTRAWET Thaworn ONPRAPHAI Anan POLTHANEE Book Reviews Robert H. TAYLORR Yoshihiro Nakanishi. Strong Soldiers, Failed Revolution: The State and Military in Burma, 1962–88. Singapore and Kyoto: NUS Press in association with Kyoto University Press, 2013, xxi+358p.
    [Show full text]
  • Universitat Pompeu Fabra Estrategias Filipinas Respecto a China
    ^ ui' °+ «53 T "" Biblioteca Universitat Pompeu Fabra Tesis doctoral Estrategias filipinas respecto a China: Alonso Sánchez y Domingo Salazar en la empresa de China (1581-1593) Barcelona, 1998 Volumen 1 Autor: Manel Ollé Rodríguez Directora: Dolors Folch Fornesa Documento 12 Autor: Alonso Sánchez Lugar y fecha: Manila, 1585 Localización: AGÍ Filipinas 79, ARAH Jesuitas. tomo VII y ANM, Colección Fernández Navarrete, II, fol. 253, dto. 8o.256 2^6 Se reproduce en esta edición el manuscrito localizado en ANM, Colección Fernández Navarrete, II, fol. 253, dto. 8o 238 Relación brebe de la jornada que hizo el P. Alonso Sánchez la segunda vez que fué a la China el año 1584. 257 En el año del582 habiendo yo ido a la China y Macan sobre negocios tocantes a la Gloria de Dios y al servicio de su magestad, por lo que el gobernador D. Gonzalo Ronquillo pretendía y deseaba de reducir aquella ciudad y puerto de portugueses a la obediencia de Su magestad, cuyos eran ya los reynos de Portugal. Pretendían esto el gobernador y obispo y capitanes y las religiones de todas estas yslas, por parecerles que no había otro camino para la entrada de cosa tan dificultosa y deseada como la China, sino era por aquella puerta, principalmente si se hubiese de hacer por vía de guerra, como el gobernador y los seculares pretendían y todos entienden que es el medio por el qual se puede hacer algo con brebedad y efecto. Hízose lo que se deseaba, juntándose con el Capitán Mayor y obispo y electos y las religiones y jurando a su Magestad, por su Rey y Señor natural, de lo qual y de otras cosas importantes dieron al P.
    [Show full text]
  • TRADISI PATORANI DI DESA PALALAKKANG KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR ( Studi Unsur-Unsur Budaya Islam )
    TRADISI PATORANI DI DESA PALALAKKANG KECAMATAN GALESONG KABUPATEN TAKALAR ( Studi Unsur-unsur Budaya Islam ) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Humaniora Jurusan Sejarah Kebudayaan Islam pada Fakultas Adab dan Humaniora UIN Alauddin Makassar Oleh RISKAYANTI NIM: 40200114071 FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UIN ALAUDDIN MAKASSAR 2018 Scanned by CamScanner Scanned by CamScanner KATA PENGANTAR ﷲ ا ا Assalamu’ alaikum Wr. Wb. Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain Alhamdulillahi Robbil Alamin serta tidak henti-hentinya penulis memanjatkan puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas berkat Rahmat, Taufiq dan Karunia-Nya yang telah menganugerahkan kehidupan dan kemampuan sehingga skripsi dengan judul Tradisi Patorani di Desa Palalakkang Kecamatan Galesong Kabupaten Takalar (Studi Unsur-unsur Budaya Islam) dapat terselesaikan . Sholawat serta salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga para sahabat karena dengan jasa mereka Islam dapat tersebut ke setiap penjuru dunia, yang pada akhirnya melahirkan berbagai ide atau gagasan demi mengapresiasi setiap pelaksanaan kegiatan beragama dalam Islam sehingga muncullah berbagai lembaga pendidikan Islam yang lahir sebagai bentuk kreatifitas manusia. Dalam mengisi hari-hari kuliah dan penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, motivasi serta bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu patut di ucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan kepada : Rasa syukur dan bangga yang tidak terhingga Kepada kedua orang tua, Ayahanda Sainuddin Dg Raga
    [Show full text]
  • Local Trade Networks in Maluku in the 16Th, 17Th and 18Th Centuries
    CAKALELEVOL. 2, :-f0. 2 (1991), PP. LOCAL TRADE NETWORKS IN MALUKU IN THE 16TH, 17TH, AND 18TH CENTURIES LEONARD Y. ANDAYA U:-fIVERSITY OF From an outsider's viewpoint, the diversity of language and ethnic groups scattered through numerous small and often inaccessible islands in Maluku might appear to be a major deterrent to economic contact between communities. But it was because these groups lived on small islands or in forested larger islands with limited arable land that trade with their neighbors was an economic necessity Distrust of strangers was often overcome through marriage or trade partnerships. However, the most . effective justification for cooperation among groups in Maluku was adherence to common origin myths which established familial links with societies as far west as Butung and as far east as the Papuan islands. I The records of the Dutch East India Company housed in the State Archives in The Hague offer a useful glimpse of the operation of local trading networks in Maluku. Although concerned principally with their own economic activities in the area, the Dutch found it necessary to understand something of the nature of Indigenous exchange relationships. The information, however, never formed the basis for a report, but is scattered in various documents in the form of observations or personal experiences of Dutch officials. From these pieces of information it is possible to reconstruct some of the complexity of the exchange in MaJuku in these centuries and to observe the dynamism of local groups in adapting to new economic developments in the area. In addition to the Malukans, there were two foreign groups who were essential to the successful integration of the local trade networks: the and the Chinese.
    [Show full text]
  • Archipel, 100 | 2020 [En Ligne], Mis En Ligne Le 30 Novembre 2020, Consulté Le 21 Janvier 2021
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 100 | 2020 Varia Édition électronique URL : http://journals.openedition.org/archipel/2011 DOI : 10.4000/archipel.2011 ISSN : 2104-3655 Éditeur Association Archipel Édition imprimée Date de publication : 15 décembre 2020 ISBN : 978-2-910513-84-9 ISSN : 0044-8613 Référence électronique Archipel, 100 | 2020 [En ligne], mis en ligne le 30 novembre 2020, consulté le 21 janvier 2021. URL : http://journals.openedition.org/archipel/2011 ; DOI : https://doi.org/10.4000/archipel.2011 Ce document a été généré automatiquement le 21 janvier 2021. Association Archipel 1 SOMMAIRE In Memoriam Alexander Ogloblin (1939-2020) Victor Pogadaev Archipel a 50 ans La fabrique d’Archipel (1971-1982) Pierre Labrousse An Appreciation of Archipel 1971-2020, from a Distant Fan Anthony Reid Echos de la Recherche Colloque « Martial Arts, Religion and Spirituality (MARS) », 15 et 16 juillet 2020, Institut de Recherches Asiatiques (IRASIA, Université d’Aix-Marseille) Jean-Marc de Grave Archéologie et épigraphie à Sumatra Recent Archaeological Surveys in the Northern Half of Sumatra Daniel Perret , Heddy Surachman et Repelita Wahyu Oetomo Inscriptions of Sumatra, IV: An Epitaph from Pananggahan (Barus, North Sumatra) and a Poem from Lubuk Layang (Pasaman, West Sumatra) Arlo Griffiths La mer dans la littérature javanaise The Sea and Seacoast in Old Javanese Court Poetry: Fishermen, Ports, Ships, and Shipwrecks in the Literary Imagination Jiří Jákl Autour de Bali et du grand Est indonésien Śaivistic Sāṁkhya-Yoga:
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia Sejak
    1 BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Pemikiran Bangsa Indonesia sejak dahulu sudah dikenal sebagai bangsa pelaut yang menguasai jalur-jalur perdagangan. Sebagai bangsa pelaut maka pengetahuan kita akan teknologi perkapalan Nusantara pun seharusnya kita ketahui. Catatan-catatan sejarah serta bukti-bukti tentang teknologi perkapalan Nusantara pada masa klasik memang sangatlah minim. Perkapalan Nusantara pada masa klasik, khususnya pada masa kerajaan Hindu-Buddha tidak meninggalkan bukti lukisan-lukisan bentuk kapalnya, berbeda dengan bangsa Eropa seperti Yunani dan Romawi yang bentuk kapal-kapal mereka banyak terdapat didalam lukisan yang menghiasi benda porselen. Penemuan bangkai-bangkai kapal yang berasal dari abad ini pun tidak bisa menggambarkan lebih lanjut bagaimana bentuk aslinya dikarenakan tidak ditemukan secara utuh, hanya sisa-sisanya saja. Sejak kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara pada abad ke 16, bukti-bukti mengenai perkapalan yang dibuat dan digunakan di Nusantara mulai terbuka. Catatan-catatan para pelaut Eropa mengenai pertemuan mereka dengan kapal- kapal Nusantara, serta berbagai lukisan-lukisan kota-kota pelabuhan di Nusantara yang juga dibuat oleh orang-orang Eropa. Sejak abad ke-17, di Eropa berkembang seni lukis naturalistis, yang coba mereproduksi keadaan sesuatu obyek dengan senyata mungkin; gambar dan lukisan yang dihasilkannya membahas juga pemandangan-pemandangan kota, benteng, pelabuhan, bahkan pemandangan alam 2 di Asia, di mana di sana-sini terdapat pula gambar perahu-perahu Nusantara.1 Catatan-catatan Eropa ini pun memuat nama-nama dari kapal-kapal Nusantara ini, yang ternyata sebagian masih ada hingga sekarang. Dengan menggunakan cacatan-catatan serta lukisan-lukisan bangsa Eropa, dan membandingkan bentuk kapalnya dengan bukti-bukti kapal yang masih digunakan hingga sekarang, maka kita pun bisa memunculkan kembali bentuk- bentuk kapal Nusantara yang digunakan pada abad-abad 16 hingga 18.
    [Show full text]
  • Iata City Names - Encode
    IATA CITY NAMES - ENCODE City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code City name State Country Code Alpha QL AU ABH Aribinda BF XAR Bakelalan MY BKM Beersheba IL BEV Block Island RI US BID Aalborg DK AAL Alpine TX US ALE Arica CL ARI Baker City OR US BKE Befandriana MG WBD Bloemfontein ZA BFN Aalesund NO AES Alroy Downs NT AU AYD Aripuana MT BR AIR Baker Lake NU CA YBK Beica ET BEI Blonduos IS BLO Aarhus DK AAR Alta NO ALF Arkalyk KZ AYK Bakersfield CA US BFL Beida LY LAQ Bloodvein MB CA YDV Aasiaat GL JEG Alta Floresta MT BR AFL Arkhangelsk RU ARH Bakkafjordur IS BJD Beihai CN BHY Bloomfield Ri QL AU BFC Aba/Hongyuan CN AHJ Altai MN LTI Arlit NE RLT Bakouma CF BMF Beihan YE BHN Bloomington IN US BMG Abadan IR ABD Altamira PA BR ATM Arly BF ARL Baku AZ BAK Beijing CN BJS Bloomington-NIL US BMI Abaiang KI ABF Altay CN AAT Armenia CO AXM Balakovo RU BWO Beira MZ BEW Blubber Bay BC CA XBB Abakan XU ABA Altenburg DE AOC Armidale NS AU ARM Balalae SB BAS Beirut LB BEY Blue Bell PA US BBX Abbotsford BC CA YXX Altenrhein CH ACH Arno MH AMR Balgo Hill WA AU BQW Bejaia DZ BJA Bluefield WV US BLF Abbottabad PK AAW Alto Rio Seng CB AR ARR Aroa PG AOA Bali CM BLC Bekily MG OVA Bluefields NI BEF Abbs YE EAB Alton IL US ALN Arona SB RNA Bali PG BAJ Belaga MY BLG Blumenau SC BR BNU Abeche TD AEH Altoona PA US AOO Arorae KI AIS Balikesir TR BZI Belem PA BR BEL Blythe CA US BLH Abemama KI AEA Altus OK US LTS Arrabury QL AU AAB Balikpapan ID BPN Belfast GB
    [Show full text]
  • Bilge Keel Design for the Traditional Fishing Boats of Indonesia's East Java
    International Journal of Naval Architecture and Ocean Engineering 11 (2019) 380e395 Contents lists available at ScienceDirect International Journal of Naval Architecture and Ocean Engineering journal homepage: http://www.journals.elsevier.com/ international-journal-of-naval-architecture-and-ocean-engineering/ Bilge keel design for the traditional fishing boats of Indonesia's East Java * Wendi Liu a, , Yigit Kemal Demirel a, Eko Budi Djatmiko b, Setyo Nugroho b, Tahsin Tezdogan a, Rafet Emek Kurt a, Heri Supomo b, Imam Baihaqi b, Zhiming Yuan a, Atilla Incecik a a Department of Naval Architecture, Ocean and Marine Engineering University of Strathclyde, Glasgow, UK b Department of Naval Architecture and Shipbuilding, Marine Technology Faculty, Sepuluh Nopember Institute of Technology, Surabaya, Indonesia article info abstract Article history: Seakeeping, especially for the roll motions, is of critical importance to the safe operation of fishing boats Received 23 February 2018 in Indonesia. In this study, a traditional East Java Fishing Boat (EJFB) has been analysed in terms of its Received in revised form seakeeping performance. Furthermore, a bilge keel was designed to reduce the roll motions of the EJFB 17 July 2018 using multiple stages approach. After installing the designed bilge keels, it was shown that up to 11.78% Accepted 17 July 2018 and 4.87% reduction in the roll response of irregular seaways and the total resistance under the design Available online 9 August 2018 speed, respectively. It was concluded that the roll-stabilized-EJFB will enhance the well-being of the fisherman and contribute to the boats' safe operation, especially in extreme weather conditions. Keywords: East Java Fishing Boat Moreover, the total resistance reduction of the EJFB due to the installation of the designed bilge keels also fi Bilge keel resulted in increased operational ef ciency and reduced fuel costs and fuel emissions for local Roll motion stakeholders.
    [Show full text]
  • Analisis Investasi Perahu Sandeq Bermaterial Kayu Dengan Wilayah
    SKRIPSI ANALISIS INVESTASI PERAHU SANDEQ BERMATERIAL KAYU DENGAN WILAYAH OPERASIONAL PANGALI-ALI - PAROMPONG Diajukan Kepada Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh : ANDI MAHIRA MH D311 16 506 DEPARTEMEN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2021 iii KATA PENGANTAR Segala puji syukur bagi Allah SWT yang senantiasa memberikan jalan yang terbaik bagi umatnya. Allah SWT mengajarkan kepada manusia apa – apa yang tidak diketahuinya. Shalawat dan salam untuk baginda Rasulullah SAW. Atas Berkat Rahmat Allah SWT sehingga walaupun keterbatasan dan kelemahan yang penulis miliki, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan terima kasih terutama kepada Kedua Orang Tua Tercinta, terutama Ibunda saya, yang selalu senantiasa berjuang, berusaha mendampingi saya, pengertian terhadap saya dan Saudara- Saudari saya yang berjumlah 13 orang atas segala jerih payah, doa dan dukungannya baik moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan studi pada Departemen Teknik Perkapalan FT-UH. Ungkapan terima kasih yang amat tinggi juga penulis sampaikan kepada: 1. Ibu Dr. Andi Sitti Chaerunnisa M, ST, MT selaku dosen pembimbing I, terima kasih banyak atas bimbingan dan arahannya selama ini. 2. Ibu Dr. Ir. Hj. Misliah MS.Tr selaku dosen pembimbing II, terima kasih banyak atas bimbingan dan arahannya selama ini. 3. Bapak Ir. Lukman Bochary, MT, selaku penguji, terima kasih atas arahannya. iv 4. Ibu Wihdat Djafar, ST. MT., MlogsupChMgmt , selaku penguji, terima kasih atas arahannya. 5. Bapak Dr. Eng. Suandar Baso, ST., MT, selaku Ketua Departemen Teknik Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin atas segala ilmu dan bantuannya. 6. Bapak/Ibu dosen dan staff Departemen Teknik Perkapalan Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin atas segala ilmu dan bantuannya.
    [Show full text]
  • Remarks on the Terminology of Boatbuilding and Seamenship in Some Languages of Southern Sulawesi
    This article was downloaded by:[University of Leiden] On: 6 January 2008 Access Details: [subscription number 769788091] Publisher: Routledge Informa Ltd Registered in England and Wales Registered Number: 1072954 Registered office: Mortimer House, 37-41 Mortimer Street, London W1T 3JH, UK Indonesia and the Malay World Publication details, including instructions for authors and subscription information: http://www.informaworld.com/smpp/title~content=t713426698 Remarks on the terminology of boatbuilding and seamanship in some languages of Southern Sulawesi Horst Liebner Online Publication Date: 01 November 1992 To cite this Article: Liebner, Horst (1992) 'Remarks on the terminology of boatbuilding and seamanship in some languages of Southern Sulawesi', Indonesia and the Malay World, 21:59, 18 - 44 To link to this article: DOI: 10.1080/03062849208729790 URL: http://dx.doi.org/10.1080/03062849208729790 PLEASE SCROLL DOWN FOR ARTICLE Full terms and conditions of use: http://www.informaworld.com/terms-and-conditions-of-access.pdf This article maybe used for research, teaching and private study purposes. Any substantial or systematic reproduction, re-distribution, re-selling, loan or sub-licensing, systematic supply or distribution in any form to anyone is expressly forbidden. The publisher does not give any warranty express or implied or make any representation that the contents will be complete or accurate or up to date. The accuracy of any instructions, formulae and drug doses should be independently verified with primary sources. The publisher shall not be liable for any loss, actions, claims, proceedings, demand or costs or damages whatsoever or howsoever caused arising directly or indirectly in connection with or arising out of the use of this material.
    [Show full text]
  • Sea Gypsies and Pinisi of the Laut Java
    Sea Gypsies and Pinisi of the Laut Java By Geoffrey Walker A modern Day motorized Dhow derivative, sometimes called a Pinisi. There can be nothing more serene than to sight the lazy sails of a Dhow or Pinisi flapping on the horizon, continually seeking the wind, as it slowly forges its way across the Java Sea from Surabaya or Semarang bound for Makassar or Bali. Although now mostly fitted with auxiliary engines these historical sailing craft still use the wind for the bulk of their sea passage. These craft ooze charm and are very practical craft as they encompass a wide spectrum of sailing vessels from coastal fishing boats to ocean going cargo carriers and passenger ferries. They bear a very close resemblance to Arab Dhows that trade around the Middle East, East Coast of Africa and across the Indian Ocean. A sight which I am sure fellow mariners of my vintage well recall. The Pinisi, has its origins in Indonesia. Being mainly built in Makassar located in the Sulawesi Group of Islands in the eastern provinces of Indonesia and is still used widely mostly for inter- island transportation, cargo or fishing purposes within the Indonesian archipelago. The fist Pinisi ships are said to have been derived from the Dutch “Pinas” introduced into Indonesia around the 1600s Originally these would likely have been fitted with lateen or other similar types of sail because the modern schooner rig was not widely used before the 19th century. As with other sailing ship types, many have been fitted with marine motors which has caused a slight change in the appearance of these ships, because up until the 1970s most of these craft were totally reliant on wind power.
    [Show full text]