Pembuatan Perahu Pinisi Di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Pembuatan Perahu Pinisi di Desa Ara Kabupaten Bulukumba 1970-2017 Alya Salsa Ramadhani, Ahmadin ,Bustan Mahasiswa Angkatan 2014, Alumni Jurusan Pendidikan Sejarah FIS UNM [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengapa di Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi,perkembangan pembuatan perahu pinisi di Desa Ara dan dampak keberadaan pembuatan perahu pinisi bagi masyarakat Desa Ara. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah yang menggunakan metode sejarah melalui tahapan kerja yakni heuristik atau pengumpulan data, kritik sumber, interpretasi, historiografi atau hasil penulisan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Desa Ara menjadi tempat pembuatan perahu pinisi bermula dari cerita mitos terdamparnya perahu yang ditumpangi oleh Sawerigading pecah dan terdampar di Ara sebagian di Lemo-lemo, layar dan tali temali terdampar di Bira. Diluar dari cerita tersebut keadaan geografis Desa Ara yang berada di pinggir pantai dan tidak memungkinkan tanahnya digunakan untuk pertanian sehingga mendorong masyarakatnya untuk menekuni pekerjaan membuat perahu . Dari hasil membuat perahu itu dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Desa Ara. Dalam perkembangannya, pasca tahun 1970-an perahu pinisi mengalami perkembangan, dari segi alat-alat teknologi dalam pembuatannya ataupun pengoprasiannya juga dari segi fungsi perahu pinisi. Bagi masyarakat Desa Ara, pembuatan perahu pinisi merupakan sebuah anugrah bagi mereka karena telah memberi dampak bagi kehidupannya, baik dampak dalam bidang ekonomi, sosial, budaya maupun pendidikan. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian lapangan terdiri dari wawancara( H. Sakka, H. Safruddin, Abbas, Habiruddin, Arief Saenong dan beberapa pekerja perahu lainnya) dan mengumpulkan sumber arsip ( dokumen dari kantor desa dan BPS Kabupaten Bulukumba) serta literatur-literatur yang berhubungan. Kata Kunci : Pembuatan Perahu,Pinisi, Ara Abstract The purpose of the research is to find out why in the Ara village was the located of the pinisi boat construction, the development of the pinisi boat construction in the Ara village and the effect of the pinisi boat construction for people in the ara village. This research is a historical study that use the methods of heuristic, source criticism, interpretation, and historiography. The result of this study indicated that the Ara village was the located of a pinisi boat construction starting from a mythical story as the stranded boat was boarded by the sawerigading, cracked and stranded in Ara some at lemo-lemo, the screen and cordage stranded at Bira. Out of the story the geographic conditions of Ara village on the shore and did not allow land to be used for agriculture to encouraging people to get into make a boat. In the development, post 1970's later years saw growth of the pinisi boats, both in terms of technology tools in their construction and in terms of the function of the pinisi boat. For the people of the Ara village, the pinisi boat construction was a blessing to them for having had an impact on his life, both economic, social, cultural and Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 1-11 | 1 JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar educational implications. Data collection methods are conducted the way field research has interviews ( H. Sakka, H. Safruddin, Abbas, Habiruddin, Arief Saenong and a few other boat workers) and collected archive resources (documents from village office and BPS Bulukumba regency) and literature related. Keyword : Boat Construction, Pinisi, Ara A. Pendahuluan seperti Bugis Street dan Bugis Juntion. Indonesia adalah sebuah negara (Bandung, 2007) maritim dengan jumlah pulaunya tercatat Pinisi adalah lambang keperkasaan sebanyak 17.508 buah dengan luas perairan suku Bugis Makassar dan merupakan 5,8 juta kilometer persegi dan panjang garis warisan budaya bangsa Bahari Nusantara. pantai 81.000 kilometer. Secara historis Warisan budaya dengan ciri khas dua tiang juga tercatat bahwa pelaut Indonesia telah dan tujuh layar tersebut merupakan puncak berlayar hingga ke beberapa bagian luar dari suatu proses pembuatan yang anggun Indonesia. Beberapa kerajaan di Jawa, dan perkasa dalam mengarungi samudera Sumatera, Sulawesi dan Maluku pernah luas. berjaya dibidang kemaritiman. Hal itu Pembuatan perahu pinisi adalah sekaligus menunjukkan betapa pentingnya suatu kearifan lokal yang unik bagi industri maritim Indonesia. Salah satu masyarakat Bugis-Makassar khususnya daerah yang potensial dalam orang Ara. Para arsitek perahu pinisi dari pengembangan kemaritiman adalah dulu merancang konstruksi pinisi dengan Sulawesi Selatan. (Salman, 2006) sangat cermat. Tiap komponen dihitung Dalam berbagai literatur disebutkan jumlah dan ukurannya meski tanpa alat bahwa suku Bugis-Makassar dikenal sebagai ukur standar sesuai kapasitas perahu yang salah satu suku yang gemar melaut. Hal akan dibuat. Selanjutnya dibentuk dan tersebut menjadi warisan dari nenek diberi nama sesuai posisinya dalam moyang dan diwariskan ke generasi konstruksi perahu. Hal inilah yang sangat selanjutnya. Dalam perkembangan menakjubkan orang-orang dari selanjutnya sebagian orang Bugis-Makassar mancanegara yang menyaksikan langsung meninggalkan kampung halamannya pergi proses pembuatan perahu pinisi. (Saenong, merantau ke berbagai wilayah dan negara. Muh. Arief, 2013) Mereka berkreasi menciptakan dan Desa Ara sendiri merupakan salah mengembangkan kebudayaannya. satu daerah yang ada di Kabupaten Perahu pinisi merupakan alat Bulukumba yang memiliki sejarah panjang transportasi yang digunakan orang Bugis- tentang pembuatan perahu pinisi. Sejak Makassar dalam melakukan perantauan. zaman dahulu, Desa Ara merupakan Dengan pinisi mereka menjelajahi daerah pusat aktivitas pembuatan perahu kepulauan nusantara, bahkan sampai ke pinisi namun dengan seiring perkembangan Madagaskar. Di berbagai daerah pesisir waktu dan kebutuhan akan berbagai hal pantai ditemukan perkampungan- pada tahun 1980-an pusat pembuatan perkampungan Bugis. Begitupun di pusat perahu dipindahkan dan berkembang di Kota Singapura terpampang gambar pinisi Tanah Beru. (Munawir, 2014) dan disekitar tempat itu diberi nama Bugis, Pemikiran Pendidikan dan Penelitian Kesejarahan, Vol 5 No.1 Januari 2018, 1-11 | 2 JURNAL PATTINGALLOANG ©Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar Keahlian membuat perahu bagi orang penulis diperoleh dari sejumlah Ara merupakan warisan leluhur mereka perpustakaan, seperti: Perpustakaan dan hasil karyanya kini terkenal sampai ke Sejarah FIS-UNM, Perpustakaan UNM, mancanegara. Pengetahuan membuat Perpustakaan Wilayah Provinsi Sulawesi perahu bagi orang Ara adalah suatu Selatan, Perpustakaan UNHAS, kearifan lokal dan merupakan keterampilan Perpustakaan dan Arsip daerah Kabupaten yang mumpuni. (Saenong, Muh. Arief, Bulukumba, Badan Arsip dan 2013) Perpustakaan Daerah Sulawesi Selatan serta Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Pada umumnya penulisan mengenai Tradisional Makassar Selanjutnya, penulis pembuatan perahu pinisi telah banyak melakukan kritik baik kritik ekstern dan dilakukan, hal ini dilihat dari buku dan kritik intern, interpretasi (penafsiran tulisan karya ilmiah yang kemudian menjadi sumber) dan historiografi (penulisan literatur seperti skripsi karya Jaenuddin sejarah). Metode pengumpulan data dengan judul Sejarah Perahu Layar Motor dilakukan dengan cara melakukan di Kecamatan Bontobahari Kabupaten penelitian lapangan (wawancara, Bulukumba (1970-1995). Dalam pengamatan) dan penelitian pustaka. pembahasan skripsi ini, difokuskan pada latar belakang lahirnya perahu layar motor C. Tinjauan Penelitian dan manfaatnya terhadap pembangunan di Desa Ara merupakan salah satu desa Kecamatan Bontobahari Kabupaten yang termasuk dalam Kecamatan Bulukumba Bontobahari yang ada di Kabupaten Adapun penelitian lain yang penulis Bulukumba yang berjarak sekitar 9 Km dari jadikan sebagai rujukan skripsi yang ditulis Ibukota Kecamatan Bontobahari, sekitar 34 oleh Kadariah berjudul Pembuatan Perahu Km dari Ibukota Kabupaten Bulukumba Pinisi di Kecamatan Bontobahari dan sekitar 190 Km jarak yang ditempuh Kabupaten Bulukumba Dalam Perspektif dari Ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, Sejarah (1970-2005). Dalam fokus yaitu Makassar. (Ara, 2017) kajiannya membahas mengenai sejarah Kondisi alam Desa Ara dilatari oleh lahirnya perahu pinisi, perkembangan, tanah yang berbukit terdiri dari batu cadas faktor pendukung dan penghambat serta yang gersang dan pesisir pantai yang konstribusi dari pembuatan perahu pinisi di membentang sepanjang wilayahnya . Hanya Kecamatan Bontobahari Kabupaten sedikit wilayahnya yang dapat dijadikan Bulukumba. Dalam pembahasannya lahan pertanian. Itulah sebabnya warga Ara penulis hanya menggambarkan secara utamanya laki-laki kebanyakan memilih umum pembuatan perahu pinisi yang ada profesi diluar pertanian yaitu sebagai tukang di Kecamatan Bontobahari Kabupaten perahu dan berdagang. Bulukumba. Mata pencaharian pokok penduduk Desa Ara ialah Pengusaha/Pedagang B. Metode Penelitian sebanyak 60 % dan buruh industri sebanyak Penelitian ini menggunakan metode 54 %, dan sebagian kecil lainnya bekerja penelitian sejarah yang terdiri dari empat sebagai PNS, petani, pegawai swasta, dan tahap, yaitu heuristik (mencari dan polri. mengumpulkan sumber). Penulis Keberadaan pembuatan perahu pinisi melakukan wawancara terhadap beberapa di Desa Ara tidak