PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
IMPLEMENTASI PEDAGOGI IGNASIAN
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN
LKS YANG BERMAKNA DI KELAS XI IIS 1 SMA NEGERI 1 GODEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
MARLINDA DWI RATNANI
NIM : 111314011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
IMPLEMENTASI PEDAGOGI IGNASIAN
DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN
LKS YANG BERMAKNA DI KELAS XI IIS 1 SMA NEGERI 1 GODEAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Sejarah
Oleh:
MARLINDA DWI RATNANI
NIM : 111314011
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Sebagai ucapan terima kasih, skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan perlindungan dan kekuatan
dalam hidupku
2. Kedua orang tua saya, Bapak Stefanus Sudarsono dan Khatarina Eni
Noventari.
3. Kedua nenek tercinta Priyatmo Warsito dan Partini, serta kerabat dan
orang-orang yang ingin melihat saya sukses dikemudian hari.
iv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
MOTTO
Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua (P.Syrus) Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Lessing) Orang-orang hebat dibidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi inspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi (Ernest Newman)
v
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRAK IMPLEMENTASI PEDAGOGI IGNASIAN DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN MENGGUNAKAN LKS YANG BERMAKNA DI KELAS XI IIS 1 SMA NEGERI 1 GODEAN
Oleh: Marlinda Dwi Ratnani Universitas Sanata Dharma 2016
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang: (1) peningkatan Competence siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna; (2) keadaan Conscience siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna; (3) keadaan Compassion siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna; (4)karakter siswa yang dominan berkembang selama pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian terapan dengan model analisis interaktif Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman. Pengumpulan data dengan menggunakan observasi, wawancara, kuesioner, dan test. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Peningkatan Competence siswa dilihat dari rata-rata nilai ulangan harian satu, dua, dan tiga yaitu 93,05; 93,1 dan 96,65. (2) Keadaan Conscience siswa menunjukkan kategori sangat tinggi dilihat dari indikator yang paling menonjol yaitu kemandirian 17% dan kegigihan 14%. (3) Keadaan Compassion siswa menunjukkan kategori sangat tinggidilihat dari indikator yang paling menonjol yaitu peduli 38% dan rela berkorban 26%. (4) Karakter siswa yang dominan berkembang pada siswa yaitu tanggung jawab 18% dan cinta damai 15%.
Kata kunci: 3C (Competence, Consciencedan Compassion), Karakter, LKS Bermakna
viii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
ABSTRACT THE IMPLEMENTATION OF IGNASIAN’S PEDAGOGY ON LEARNING HISTORY THROUGH MEANINGFUL STUDENTS’ WORKSHEET IN XI IIS 1 STATE 1 SENIOR HIGH SCHOOL GODEAN
By: Marlinda Dwi Ratnani Sanata Dharma University 2016
The aims of the research were to describe: (1) the improvement on students’ Competence on learning History based on Ignasian Pedagogy through meaningful students’ worksheet : (2) the condition of students’ Conscience on learning History based on Ignasian Pedagogy through meaningful students worksheet: (3) the condition of students’ Compassion on learning History based on Ignasian Pedagogy through meaningful students’ Worksheets; (4) students’ Character who improve at most during learning history based on Ignasian Pedagogy through meaningful Students’ Worksheet. The research method used was qualitative research using analysis interactive model by Matthew B. Miles and A. Michael Huberman. Data collecting used were observation, interviews, questionnaire, and test. Data analysis used was qualitative. The result of the research showed that (1) Improvement on students’ Competence was very high, based on the improvement of the first, the second, and the last daily test score. The scores were 93,05; 93,1; and 96,65. (2) Improvement on students’ Conscience was very high, based on the prominent indicator; they were (17%) autonomy and (14%) persistency. (3) Improvement on students’ Compassion was very high, based on the prominent indicator; they were (38%) care and (26%) willing sacrifice. (4) Students’ Characters who improve at most were (18%) responsibility and (15%) loving peace. Keywords: 3C (Competence, Conscience and Compassion), Character, Meaningful Students’ Worksheets.
ix
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Implementasi Pedagogi Ignasian dalam Pembelajaran Sejarah melalui
Pemanfaatan LKS Bermakna (untuk Meningkatkan Karakter Belajar Siswa) di
Kelas XI IIS 1 SMA Negeri 1 Godean” ini dapat terselesaikan dengan baik. Bagi
saya selaku penulis dalam menyusun skripsi ini telah memberikan banyak ilmu
serta pengalaman yang sangat bermanfaat dalam penyusunan sebuah karya tulis.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph. D. Selaku Dekan Fakltas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu. Dra. Th. Sumini, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai dosen pembimbing I
yang telah memberikan bimbingan serta masukan kepada penulis.
4. Bapak Drs. A. K. Wiharyanto, M.M selaku dosen pembimbing tugas akhir.
5. Bapak Hendra Kuniawan, M.Pd. selaku dosen pendamping yang telah
memberikan bimbingan serta masukan kepada penulis.
x
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ...... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...... iii
HALAMAN PERSENBAHAN ...... iv
HALAMAN MOTTO ...... v
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ...... vii
ABSTRAK ...... viii
ABSTRACT ...... ix
KATA PENGANTAR ...... x
DAFTAR ISI ...... xii
BAB I. PENDAHULUAN ...... 1
A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 8 C. Tujuan Penelitian ...... 9 D. Manfaat Penelitan...... 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ...... 12 A. Kajian Teori ...... 12 1. Pedagogi Ignasian ...... 12 2. LKS Bermakna ...... 24
xii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
3. Karakter ...... 33 4. Pembelajaran Sejarah ...... 36 B. Kerangka Pikir ...... 40
BAB III. METODE PENELITIAN ...... 42 A. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 42 B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...... 43 C. Sumber Data ...... 45 D. Teknik Pengumpulan Data ...... 46 E. Teknik Cuplikan ...... 49 F. Validitas Data ...... 50 G. Teknik Analisis ...... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN ...... 57 A. Deskripsi Latar Penelitian ...... 57 B. Deskripsi Hasil Penelitian ...... 59 C. Pembahasan ...... 73 D. Kendala ...... 87
BAB V PENUTUP ...... 89 A. Kesimpulan ...... 89 B. Saran ...... 92 DAFTAR PUSTAKA ...... 94
Lampiran ...... 97
Lampiran1: Surat Izin dan Keterangan Melaksanakan Penelitian ...... 98
Lampiran 2: Silabus ...... 100
Lampiran 3: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis PI ...... 118
Lampiran 4: Rangkuman observasi aktifitas guru ...... 147
xiii
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
Lampiran 5: Hasil wawancara guru ...... 150
Lampiran 6: Rangkuman observasi aktivitas siswa ...... 154
Lampiran 7: Hasil wawancara siswa ...... 155
Lampiran 8: Kisi-kisi kuesioner ...... 160
Lampiran 9: Kuesioner ...... 161
A. Kuesioner Compassion ...... 162 B. Kuesioner Conscience ...... 164 C. Kuesioner Karakter ...... 167
Lampiran 10: LKS yang Bermakna ...... 169
Lampiran 11: Foto-foto ...... 198
xiv
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mengajar merupakan suatu aktivitas profesional yang memerlukan
keterampilan tingkat tinggi dan mencakup hal-hal yang berkaitan dengan
pengambilan keputusan-keputusan, termasuk mengajar sejarah. Berbicara soal
sejarah, orang sering berpikir bahwa ini hanyalah menyangkut urusan sekelompok
kecil anggota masyarakat yang disebut sejarawan atau peminat sejarah yang
tertarik pada apa yang terjadi di waktu yang lampau demi masa lampau itu sendiri1.
Sejarah juga sering dianggap urusan guru sejarah saja, yang berminat pada sejarah
karena pekerjaannya sebagai guru. Dengan kenyataan seperti ini, kelihatan ada
yang dilupakan yaitu, bahwa sejarah adalah urusan semua orang. Kita melupakan
bahwa sejarah adalah dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan
salah satu modal utama dalam membangun bangsa masa kini mau pun di masa
yang akan datang.
Ketidaktahuan seperti di atas bahkan sering ditunjukkan oleh kalangan guru
sendiri. Mereka seperti kurang menyadari perannya dalam membina pelajaran
sejarah tersebut. Hal ini tercermin dari kenyataan seringnya pengajaran sejarah di
sekolah mendapat sorotan tajam dari masyarakat, karena ternyata pelajaran sejarah
diselenggarakan dengan cara-cara yang kurang memadai. Sejarah bisa dirumuskan
secara lebih memadai sebagai suatu studi keilmuan tentang segala sesuatu yang
1 I Gde Widja, Dasar-dasar Perkembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989, hlm. 7.
1
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 2
telah dialami manusia di waktu yang lampau dan yang telah meninggalkan jejak-
jejaknya di waktu yang sekarang, kemudian tekanan perhatian diletakkan terutama
pada aspek peristiwanya sendiri dalam hal ini terutama yang bersifat khusus dan
segi-segi urutan perkembangannya yang kemudian disusun dalam suatu cerita
sejarah2. Pembelajaran sejarah, terutama sejarah nasional, adalah salah satu di
antara sejumlah pembelajaran, mulai dari SD (Sekolah Dasar) sampai SMA
(Sekolah Menengah Atas), yang mengandung tugas menanamkan semangat
berbangsa dan bertanah air. Tugas pokok pembelajaran sejarah adalah character
building peserta didik. Pembelajaran sejarah akan membangkitkan kesadaran
empati (emphatic awareness) di kalangan peserta didik, yakni sikap simpati dan
toleransi terhadap orang lain yang disertai dengan kemampuan mental dan sosial
untuk mengembangkan imajinasi serta sikap untuk berkreatifan, berinovasi, serta
berpartisipatisi.
Pada dasarnya belajar sejarah merupakan pelajaran yang sangat berguna bagi
peserta didik, oleh karena pembelajaran sejarah mampu membentuk karakter
peserta didik untuk menjadi seorang patriot bagi bangsanya sendiri. Selain itu,
pembelajaran sejarah juga mampu mengajarkan berbagai sikap cinta tanah air
seperti halnya peserta didik mampu menanamkan sikap kepeduliannya terhadap
jasa para pahlawan yang telah gugur dalam membela tanah air. Dari pembelajaran
sejarah itu peserta didik mampu menumbuhkan semangat jiwa pahlawan dalam
mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semangat bela rasa dapat
2 I Gde Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sajarah dalam Perspektif Pendidikan, Semarang: Satya Wacana, 1989, hlm. 9.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 3
terbentuk dalam diri peserta didik, selain itu peserta didik maupun warga negara
Indonesia memiliki rasa toleransi satu terhadap yang lainnya.
Kemampuan untuk mengidentifikasi diri secara empatik dengan orang lain
itu merupakan kecakapan sosial yang merupakan kemampuan membentuk
kebersamaan dan keterikatan atau solidaritas. Toleransi akan mendidik siswa untuk
memahami nilai-nilai yang tidak dianutnya meskipun bukan berarti tanpa
pengetahuan atau kritik. Toleransi juga dapat mendidik siswa untuk menanamkan
sikap demokratik, berjiwa besar, dalam menghargai dan menghormati pendapat
dan pikiran orang lain, disertai landasan tanggung jawab dan komitmen masyarakat
bangsa untuk mewujudkan cita-cita nasional sebagaimana tertuang pada
Pembukaan UUD 19453.
Dalam rangka peningkatan kualitas pendidikan nasional, pemerintah telah
melakukan berbagai upaya seperti halnya pengembangan dan penyempurnaan
kurikulum, pengembangan materi pembelajaran, perbaikan sistem evaluasi,
pengadaan buku dan alat-alat pelajaran, perbaikan sarana prasarana pendidikan,
peningkatan kompetensi guru serta peningkatan mutu pimpinan sekolah4.
Pendidikan karakter juga dapat ditanamkan dari adanya pembelajaran sejarah.
Akar dari semua tindakan yang jahat dan buruk, tindakan kejahatan, terletak
pada hilangnya karakter. Karakter yang kuat adalah sikap yang memberikan
kemampuan kepada populasi manusia untuk hidup bersama dalam kedamaian serta
membentuk dunia yang dipenuhi dengan kebaikan dan kebijakan, yang bebas dari
kekerasan dan tindakan-tindakan tidak bermoral. Karakter dimaknai sebagai cara
3Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2001, hlm.2. 4Ibid., hlm.4.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 4
dan perilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam
lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara5. Pendidikan karakter dari
pembelajaran sejarah tersebut membuat peserta didik mampu menyadari bahwa
sejarah adalah pelajaran yang sangat berguna, baik untuk masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Pendidikan karakter di sekolah lebih banyak berurusan
dengan penanaman nilai6. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran sejarah
tersebut adalah nilai cinta tanah air, nilai semangat pejuang dimana nilai ini dapat
melatih peserta didik untuk terus semangat dalam mempertahankan negara
Indonesia agar tidak dijajah kembali oleh bangsa lain.
Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral
luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit)
yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Terdapat delapan belas indikator
pendidikan karakter yang sampai saat ini terus dikembangkan pada diri peserta
didik, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Adapun delapan belas
indikator pendidikan karakter tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin,
kerjakeras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggungjawab7. Delapan belas
indikator pendidikan karakter bangsa tersebut terus diterapkan dan ditanamkan
pada diri peserta didik mulai usia dini hingga usia dewasa. Pendidikan karakter
sebagai bagian dari upaya membangun karakter bangsa mendesak untuk
5 Muchlas Samani & Hariyanto, Pendidikan Karakter, Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011, hlm.41. 6 Doni Kusuma, Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, Jakarta: Grasindo, 2007, hlm.212. 7 Ibid., hlm. 215.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 5
diterapkan. Pendidikan karakter menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk
mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan
regional dan global. Pendidikan karakter tersebut sangat penting dipelajari bahkan
penting untuk diterapkan dalam diri peserta didik dengan alasan agar peserta didik
mampu menghargai dan memiliki sikap yang bijak8. Selain itu dengan pendidikan
karakter dapat mengubah cara pandang siswa terhadap masa depan bangsa.
Pada umumnya guru hanya memberikan bekal sejarah berupa materi-materi
belajar, tidak disertai dengan kesimpulan berupa nilai-nilai yang dapat diambil dari
pembelajaran sejarah di masa lampau. Sebagian besar dari guru, peserta didik serta
masyarakat menilai bahwa sejarah hanya mengkaji dan mengulas tentang kejadian
masa lalu saja, namun sejarah juga mengkaji peristiwa-peristiwa yang sedang
terjadi sekarang. Banyak ruang lingkup dalam sejarah, misalnya sejarah politik,
sejarah negara-negara luar negeri, sejarah kebudayaan suatu bangsa, sejarah sosial,
sejarah perkotaan maupun sejarah lokal.
Pentingnya sejarah untuk dipelajari, bukan berarti pembelajaran sejarah tidak
mempunyai kekurangan. Kekurangan tersebut dapat ditemui ketika proses belajar
mengajar sedang terjadi, banyak sekali hambatan yang ditemui ketika belajar di
kelas, hambatan tersebut dapat ditemui guru maupun peserta didik itu sendiri.
Kurangnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran sejarah oleh karena anggapan
peserta didik bahwa pelajaran sejarah adalah sebuah pelajaran yang membosankan,
sebagian besar guru sejarah masih menggunakan model ceramah di depan kelas,
8 Ibid., hlm. 230
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 6
sehingga membuat peserta didik merasa malas untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran tersebut.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
peserta didik SMA Negeri 1 Godean memiliki prestasi yang sangat luar biasa. Hal
itu dapat terlihat pada kegiatan belajar mengajar di kelas, sebagian besar peserta
didik berperan aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, dalam berperilaku, peserta
didik menunjukkan bahwa mereka menjunjung tinggi sikap sopan santun, baik
terhadap guru, karyawan maupun teman-temannya. Dari perilaku tersebut dapat
dikatakan bahwa peserta didik di SMA N 1 Godean memiliki karakter yang baik
namun, perlu pembenahan serta peningkatan karakter dalam diri sebagian peserta
didik SMA Negeri 1 Godean. Sebab ada beberapa peserta didik yang acuh dan
kurang sopan ketika guru sedang menjelaskan materi di depan kelas, peserta didik
tersebut justru tidak menyimak dan berbicara dengan teman sebangkunya. Selain
itu terdapat siswa yang bermain Handphone ketika pembelajaran sedang
berlangsung. Kemudian terdapat beberapa siswa yang kurang peka terhadap teman
kesulitan teman dalam belajar. Dengan contoh siswa tidak bersedia membantu
temannya yang sedang kesulitan dalam memahami materi belajar.
Penelitian ini membahas tentang perkembangan dan perubahan Competence
(pengetahuan, ketrampilan, sikap), Conscience (hatinurani), Compassion (bela
rasa) dan karakter peserta didikkelas XI IIS 1 SMA Negeri 1 Godean dangan
implementasi Pedagogi Ignasian dalam pembelajaran sejarah melalui pemanfaatan
LKS Bermakna. Dengan harapan melalui penerapan pembelajaran berbasis
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 7
Pedagogi Ignasian mampu memberikan perubahan dan peningkatan terhadap nilai
maupun sikap siswa.
Dari kegiatan observasi yang telah dilakukan peneliti di sekolah SMA Negeri
1 Godean, memiliki Visi Unggul Dalam Prestasi, Menguasai IPTEK, Berbudi
Pekerti Luhur dan Berwawasan Global; dan Misi dari SMA Negeri 1 Godean
adalah sebagai berikut,
1. Meningkatkan budaya membaca dan menulis. 2. Meningkatkan prestasi belajar akademik dan non akademik. 3. Mempertahankan/meningkatkan kelulusan peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. 4. Meningkatkan jumlah lulusan yang meneruskan kejenjang perguruan tinggi. 5. Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani dan pemahaman ajaran agama sesuai agama yang dianutnya. 6. Meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan minat dan bakat. 7. Meningkatkan kemampuan penggunaan komputer. 8. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan Mandarin9.
Berdasarkan latar belakang yang telah di sampaikan, peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian kualiatif dengan judul “Implementasi Pedagogi
Ignasian dalam Pembelajaran Sejarah Melalui Pemanfaatan LKS bermakna Kelas
XI IIS 1 SMA Negeri 1 Godean. Desain pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian
adalah penjabaran prinsip-prinsip pembelajaran ke dalam rancangan materi dan
aktivitas yang meningkatkan proses belajar individu menuju keutuhan pribadinya
mengikuti proses pembelajaran berdasarkan Pedagogi Ignasian10.
Dinamika pokok Pedagogi Ignasian ini adalah interaksi terus-menerus tiga
unsur, yaitu pengalaman, refleksi dan aksi, di dalam proses belajar mengajar. Tiga
9 https://www.SMA-Negeri-1-Godean/422721157818075?sk=info&tab=page_info.Di unduh pada 7 Maret 2015. 10 LPM, Model Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian, Yogyakarta: P3MP-LPM, 2012, hlm.47.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 8
unsur itu dilengkapi dengan unsur pelengkap yaitu “konteks” yang menjadi tempat
pengalaman itu berlangsung dan evaluasi setelah sebuah aksi terlaksana. Bergerak
dalam sebuah langkah spiral, semakin lama semakin mendalam untuk tiap-tiap
unsurnya11. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan aspek
Competence (pengetahuan, keterampilan, sikap), Conscience (suara hati),
Compassion (bela rasa), dan karakter siswa kelas XI IIS 1 SMA N 1 Godean.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana peningkatan Competence siswa dalam pembelajaran sejarah
berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna?
2. Bagaimana keadaan Conscience siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis
Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna?
3. Bagaimana keadaan Compassion siswa dalam pembelajaran sejarah berbasis
Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna?
4. Karakter apakah yang paling dominan berkembang selama pembelajaran
sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui LKS bermakna?
11 Tim RedaksiKanisius, Paradigma Pedagogi Reflektif: Alternatif Solusi Menuju Pendidika nKristiani, Yogyakarta: Kanisius,2008,hlm.6.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 9
C. TujuanPenelitian
Dari rumusan masalah tersebut, dapat dideskripsikan beberapa tujuan
penelitian sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan peningkatan Competence (pengetahuan, ketrampilan, sikap)
siswa kelas XI IIS 1 SMA Negeri 1 Godean dengan implementasi
pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian melalui pemanfaatan LKS
Bermakna.
2. Mendeskripsikan keadaan Conscience (hatinurani) siswa kelas XI IIS 1 SMA
Negeri 1 Godean dengan implementasi pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi
Ignasian melalui pemanfaatan LKS Bermakna.
3. Mendeskripsikan keadaan Compassion (bela rasa) siswakelas XI IIS 1 SMA
Negeri 1 Godean dengan implementasi pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi
Ignasian melalui pemanfaatan LKS Bermakna.
4. Mendeskripsikan karakter yang dominan berkembang selama pembelajaran
sejarah pada siswa SMA Negri 1 Godean.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:
1. Bagi Lembaga Sekolah
Sebagai umpan balik dalam meningkatkan aspek Competence (pengetahuan,
keterampilan, sikap), perkembangan Conscience (hatinurani), perkembangan
Compassion (bela rasa), dan perkembangan karakter peserta didik pada mata
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 10
pelajaran sejarah, dan meningkatkan penggunaan media pembelajaran LKS di
sekolah.
2. Bagi Universitas
Sebagai sarana pengenalan visi dan misi Universitas Sanata Dharma melalui
pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian di SMA N 1 Godean maupun sekolah-
sekolah non Kristiani lainnya. Serta sebagai bahan evaluasi untuk mendukung dan
memperbaiki sistem pendidikan.
3. Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif dalam penyampaian materi
pembelajaran sejarah oleh guru agar tidak terkesan kurang menarik bagi peserta
didik. Sehingga peserta didik mampu menjadi aktif dan memahami, bahwa
pelajaran sejarah bisa memberikan banyak makna dan nilai-nilai kehidupan yang
dapat berguna bagi perkembangan bangsa, khususnya bagi generasi muda.
4. Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan menarik minat belajar peserta
didik dalam aspek Competence (pengetahuan, keterampilan, sikap), Conscience
(hati nurani), Compassion (bela rasa), dan karakter pada peserta didik serta untuk
meningkatkan pencapaian tujuan pembelajaran sejarah. Selain itu sebagai alternatif
pembelajaran sejarah yang bermanfaat yang dapat memberikan pengalaman baru
kepada siswa melalui model pembelajaran tersebut.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 11
5. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai bagian dari proses belajar dan
berlatih di bidang penelitian sehingga dapat mengembangkan wawasan peneliti
baik secara teoritis maupun aplikasi dalam praktik. Selain itu juga menjadi ajang
mengembangkan keterampilan dalam penulisan karya ilmiah.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Pedagogi Ignasian
a. Pengertian Pedagogi Ignasian
Pedagogi Ignasian merupakan sebuah paradigma pendidikan yang bersumber
dari kharisma St.Ignasius pendiri Serikat Jesuit12. Tujuan dari Pedagogi Ignasian
yaitu perkembangan pribadi yang utuh yang melakukan perbuatan yang didasari
oleh pemikiran yang menalar, yang kemudian mendorong siswa untuk berdisiplin,
berinisiatif, mengembangkan integritas dan berpikir jernih. Secara praktis
penerapan model pembelajaran dengan pendekatan Pedagogi Ignasian biasanya
dirumuskan dalam sebuah sistem yang memiliki unsur-unsur pokok: konteks
(context),-pengalaman (experince) – refleksi (reflection)- aksi (action)- evaluasi
(evaluation). Berdasarkan siklus ini, seorang pengajar dapat mendampingi para
pelajar untuk memudahkan proses belajar dan perkembangan dengan cara menatap
kebenaran dan menggali arti manusiawinya.
Dalam pendidikan berbasis Pedagogi Ignasian, refleksi mengambil peran
yang penting.Dengan melakukan refleksi, siswa menimbang dan memilih
pengalaman-pengalamanya untuk menemukan dirinya yang otentik. Dengan cara
12 Tim LPMUSD, op.cit, hlm. 6.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 13
ini, ia dapat mengambil keputusan dan bertindak sesuai dengan martabatnya yang
luhur. Adapun prinsip-prinsip Pedagogi Ignasian antara lain13:
1. Guru berperan melayani siswanya, peka terhadap bakat dan kesulitan siswa, terlibat secara pribadi, dan membantu pengembangan kemampuan internal setiap siswanya. 2. Siswa perlu terlibat secara aktif dalam studi, penemuan, dan kreativitas pribadi. 3. Hubungan antara guru dan siswa bersifat pribadi dan berkelanjutan. 4. Silabus dan pengajaran disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. 5. Isi dan bahan ajar (pendidikan) diatur dalam urutan yang bsersifat logis. 6. Pengulangan dan perbaikan (preview dan review) sunguh-sunguh diupayakan demi penguasaan yang lebih baik, asimilasi yang lebih baik, dan pandangan yang lebih mendalam. 7. Keadaan materi lebih disukai dari pada keluasaan cakupan.
Pedagogi Ignasian dapat dilaksanakan dengan tata cara sebagai berikut:
1) Konteks
Konteks pemikiran dalam Pemikiran Pedagogi Ignasian, pada cara
belajar yang dajarkan St. Ignatius yang menerima akan keterbukaan pada
sebuah bimbingan jiwa maka siswa perlu terbuka mengenai nilai-nilai yang
luhur. Seorang pendidik haruslah memulai proses pembelajarannya dari diri
siswa (Student centered learning) dengan memahami sebanyak mungkin
konteks-konteks yang mampu melingkupi siswa sebagai subyek yang akan
ditantang, didorong, dan didukung untuk mencapai perkembangan pribadi
yang utuh14.
Konteks nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari, mencakup pada
keluarga, kelompok sebaya, situasi sosial, lembaga pendidikan, politik,
ekonomi, serta segala yang berhubungan dengan kenyataan-kenyataan
13Ibid.,hlm. 9. 14Ibid, hlm.12.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 14
sehari-hari. Secara keseluruhan konteks ini dapat mempengaruhi siswa
kearah yang lebih baik ataupun lebih buruk, maka penting adanya refleksi
dalam bersikap, berpresepsi dan mengambil keputusan. Penting adanya
pengertian-pengertian yang dibawa seorang siswa ketika memulai proses
belajar, pemahaman yang sebelumnya serta studi yang sebelumnya termasuk
hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Selain hal itu semua, suasana kelembagaan merupakan hasil jaringan
dari berbagai norma, harapan dan relasi yang mampu menciptakan suasana
sekolah, misalnya perhatian terhadap mutu akademik, kebebasan akademik,
dan hubungan interelasi dengan guru-siswa, dengan dilandasi rasa saling
percaya, sehingga berguna dalam pembentukan pribadi seorang siswa dalam
memahami dan mendalami nilai-nilai. Pengenalan terhadap sebuah konteks,
akan membantu guru menentukan bentuk dan cara pemberian pengalaman
melalui pembelajaran sehingga siswa dapat menarik makna dari pengalaman
utuhnya selama belajar bagi hidupnya sendiri dan orang lain.
2) Pengalaman
Pada tahap pengalaman ini, siswa diajak untuk melakukan kegiatan
yang memuat tidak hanya aspek kognitif (pemahaman) atas materi yang
tengah disimak tetapi juga aspek afektif (perasaan/penghayatan) dan aspek
konatif (niat/kehendak) siswa diasah supaya mereka dapat memperoleh
pengetahuan yang semakin utuh. Berdasarkan konteks-konteks yang telah
dikenali pada tahap sebelumnya, guru menciptakan kondisi belajar yang
memungkinkan siswa mengingat pengalamannya yang berkaitan dengan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 15
bidang ilmu yang di bahas, siswa didorong untuk menyaring fakta,
menimbang perasaannya, dan memilah nilai-nilai yang telah mereka kenal
terkait dengan bidang ilmu yang mereka simak.
Pada tahap ini siswa, diajak mencari pemahaman baru dengan
melakukan perbandingan, kontras, evaluasi, analisis dan sintesis atas semua
kegiatan mental serta psikomotorik untuk memahami realitas secara baik.
Pengalaman yang di olah merupakan pegalaman hidup mereka sendiri atau
pengalaman yang diperoleh dari membaca dan mendengarkan.
Melalui pengalaman dalam proses belajar mengajar, siswa mengalami
suatu suatu tantangan terhadap pengetahuan yang sudah dimilikinya dengan
fakta, ide, dan masukan baru baik dari pengajar maupun dari sesame pelajar
lain. Dengan demikian, konteks yang dibawa oleh siswa, sekarang
dihadapkan pada suatu pengalaman baru. Pengalaman baru ini
memungkinkan siswa untuk sepaham dengan konteks sebelumnya yang telah
dimiliki.
3) Refleksi
Dalam Pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian, refleksi menjadi
unsur yang penting. Refleksi berarti mengadakan pertimbangan seksama
dengan mengunakan daya ingat, pemahaman, imajinasi, dan perasaan
menyangkut bidang ilmu, pengalaman, ide, tujuan yang diinginkan atau
reaksi spontan untuk menangkap makna dan nilai hakiki dari apa yang
dipelajari. Melalui refleksi, pengalaman yang diperoleh dalam proses
pembelajaaran diperdalam untuk menangkap makna esensial atau arti penting
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 16
dari pokok materi yang dipelajari dan diharapkan pengalaman mahasiswa
menjadi bermakna sehingga mampu mendorong melakukan aksi (tindakan).
Refleksi harus menjadi proses formatif yang membentuk kesadaran peserta
didik mengenai sikap, kebiasaan, nilai, cara pandang dan cara berpikir
mereka. Kegiatan refleksi mempunyai tujuan yaitu siswa dapat menangkap
arti atau nilai-nilai hakiki dari apa yang telah dipelajari, dapat menemukan
keterkaitan antar pengetahuan dan antara pengetahuan dengan realitasnya,,
siswa dapat memahami implikasi pengetahuan dan seluruh tanggung
jawabnya serta dapat membentuk hati nurani. Refleksi dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
a) Memahami kebenaran dan yang dipelajari secara utuh.
b) Mengenali sumber-sumber perasaan dan reaksi yang dialami dalam
menelah sesuatu.
c) Memperdalam pengalaman tentang implikasi yang telah dimengerti
bagi diri sendiri dan bagi orang lain.
d) Mengusahakan mencapai makna untuk diri sendiri tentang
kejadian-kejadian, ide-ide, kebenaran atau pemutarbalikan
kebenarannya.
e) Memulai dengan memahami siapa dirinya dan bagaimana
seharusnya sikapnya terhadap orang lain.
Dalam proses refleksi, ada hal yang penting dilakukan guru yaitu:
pertama, guru perlu menyampaikan pertanyaan paduan yang tepat dan
menyiapkan kondisi kelas yang memungkinkan terjadinya refleksi yang
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 17
efektif. Kedua, guru menghormati kebebasan individu mahasiswa untuk
berefleksi dan memilih tindakannya. Ketiga, siswa merefleksikan
pengalaman belajarnya dengan bimbingan guru. Keempat, guru dan siswa
bersedia saling berbagi refleksinya dalam rangka memperkaya pemaknaan
belajar. Kelima, siswa dibimbing untuk berani berpikir, bersikap dan
bertekad untuk bertindak menurut panggilan hati nurani.
4) Tindakan
Sikap, nilai, dan cita-cita itu adalah hasil pengolahan siswa dalam
refleksi. Pemaknaan pengalaman yang diperoleh melalui refleksi tersebut
dimaksudkan agar siswa mampu mengambil keputusan dan bertindak dengan
semangat magis (the power to do more/unggul). Tindakan adalah kegiatan
yang mencerminkan pertumbuhan batin berdasarkan pengalaman yang telah
direfleksikan.
Tindakan memiliki dua aspek internal dan eksternal. Aspek internal
merupakan pertumbuhan batin yang terjadi berkat proses refleksi. Aspek
eksternal adalah manifestasi dari pertumbuhan batin itu. Dengan demikian
tindakan selalu mencakup dua tahap, yaitu pilihan-pilihan batin (hasil dari
refleksi pengalaman) dan manifestasi lahiriahnya (perwujudan nyata) yang
dapat dipertanggung jawabkan. Tindakan mencakup dua langkah:
a. Menumbuhkan pilihan-pilihan batin. Tahap ini merupakan
momentum bagi peserta didik untuk memilih kebenaran sebagai
miliknya, sambil tetap membiarkan diri kearah mana ia dipimpin
oleh kebenaran itu. Hal ini terjadi melalui proses
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 18
mempertimbangkan kembali pengalaman-pengalaman yang
diperoleh dalam proses pembelajaran. Disinilah pembelajar
dihadpakan pada makna dan nilai yang menyodorkan pilihan-
pilihan yang harus diambil.
b. Menyatakan pilihan secara lahir. Pada suatu ketika, makna-makna
hidup, sikap, nilai-nilai, yang telah menjadi bagian dari dirinya,
mendorong peserta didik berbuat sesuatu yang konsisten dengan
keyakinan barunya. Kalau maknanya positif, peserta didik akan
meningkatkan keadaan yang menimbulkan pengalaman yang
bermakna positif. Kalau maknanya negatif, peserta didik akan
berusaha memperbaiki, mengubah, mengurangi, atau menghindari
apa yang menimbulkan pengalaman yang negatif itu.
Dalam proses pembelajaran yang dimaksud dengan tindakan adalah
memaknai hasil pembelajaran dengan pikiran dan hati untuk mewujudkan
pengetahuannya dalam praktik kehidupan nyata. Dengan demikian
pembelajaran disini sudah mencapai tahap pengambilan sikap, posisi batin
atau niat untuk berbuat sesuai dengan pengetahaun yang diperolehnya.
Pengetahuan menjadi sesuatu yang tidak hanya teoritis dan mandul,
melainkan terarah ke kehidupan kongkrit.
Dalam pembelajaran, siswa dan guru mengambil peran dalam tahap
tindakan sebagai berikut:
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 19
a) Siswa
Dalam proses pembelajaran, siswa menggunakan pengetahuannya
secara bermakna yaitu dengan melalui, pertama, penentuan prioritas-
prioritas. Kedua, pengambilan keputusan. Ketiga, penemuan eksperimental.
Keempat, pemecahan masalah. Kelima, penelitian. Keenam, pelayanan
berdasarkan kasih.
b) Guru Guru berperan untuk menumbuhkan aksi dengan jalan menantang
imajinasi dan melatih kehendak para mahasiswa untuk memilih serangkaian
tindakan yang paling baik, yaitu tindakan berdasarkan refleksi atas apa yang
sudah dipelajari. Dalam pembelajaran, mengobservasi tindakan sebagai hasil
dari refleksi pengalaman memang merupakan tantangan tersendiri bagi
pendidik. Tindakan dapat saja terwujud segera setelah refleksi tetapi dapat
juga tindakan mewujud jauh hari setelah refleksi, karena keputusan-
keputusan melakukan tindakan sangat tergantung pada situasi yang dihadapi
pelajar.
5) Evaluasi
Secara teoretis evaluasi adalah suatu usaha sistemik dan sistematik
untuk mengumpulkan, menyusun dan menolah data, fakta dan informasi
dengan tujuan menyimpulkan nilai, makna, kegunaan, prestasi dari suatu
program, dan hasil kesimpulan tersebut dapat digunakan dalam rangka
pengambilan keputusan, perencanaan, maupun perbaikan dari suatu
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 20
program15. Tujuan pendidikan Jesuit adalah membentuk manusia yang
berkepribadian utuh, kompeten secara intelektual, bersedia untuk selalu
berkembang, bersikap religius, serta penuh kasih dan tekad untuk berbuat
adil dalam pelayanan yang tulus kepada sesama umat Allah.
Evaluasi dalam pembelajaran adalah aktivitas untuk memonitor
perkembangan akademis peserta didik. Evaluasi merupakan proses sistematis
pengumpulan, pengolahan dan pengambilan keputusan atas data tentang
suatu objek untuk selanjutnya dipertimbangkan pemberian nilai atas objek
tersebut berdasarkan pada suatu kriteria tertentu. Dalam evaluasi
pembelajaran yang menjadi objek penelitian adalah proses dan hasil belajar.
Evaluasi hasil pembelajaran atau evaluasi hasil belajar antara
lainmenggunakan tes untuk melakukan pengukuran hasil belajar sebagai
prestasi belajar, dalam hal ini adalah penguasaan kompetensi oleh setiap
siswa.
Hasil dari proses evaluasi ini merupakan umpan balik bagi siswa
maupun guru. Bagi siswa, hasil evaluasi ini bermanfaat untuk memperbaiki
cara belajarnya, sedangkan bagi guru merupakan masukan untuk
memperbaiki cara dan metode pembelajaran. Dalam Pedagogi Ignasian,
evaluasi tidak hanya dilakukan pada aspek akademis siswa tetapi juga pada
aspek kemanusiaan. Agar desain pembelajaran tidak kehilangan rohnya,
maka perlunya kesesuaian, keserasian, dan keselarasan anatara desain materi,
desain strategi pembelajaran dan desain evaluasi.
15Aman, Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah, Yogyakarta, Ombak, 2011, hlm.77-78.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 21
b. Model dan Desain Pembelajaran Berbasis Pedagogi Ignasian
Kegiatan pembelajaran perlu dirancang agar memberikan dampak
optimal bagi pembelajar. Pelaksanaan pembelajaran berbasis Pedagogi
Ignasian merupakan upaya pertajam model-model pembelajaran yang telah
dikembangkan sebelumnya dengan memasukan unsur-unsur yang terkandung
dalam Pedagogi Ignasian.Pedagogi Ignasian adalah sebuah paradigma.
Model pembelajaran bebasis Pedagogi Ignasian adalah kerangka konseptual
yang digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran dengan fokus pencapaian tujuan pembelajaran yang meliputi
3C (Competence, Conscience dan Compassion). Competence adalah
kemampuan kognitif, conscien adalah kemampuan afektif untuk menentukan
pilihan-pilihan yang dapat dipertangung jawabkan secara moral, sedangkan
compassion adalah kemampuan psikomotorik dan kemampuan untuk
mengembangkan bakat dan kemampuan sepanjang hidup dan disertai
dengam motivasi untuk mengunakannya demi sesama
Desain pembelajaran berbasis Pedagogi Ignasian adalah penjabaran
prinsip-prinsip penjabaran prinsip-prinsip pembelajaran ke dalam rancangan
materi dan aktivitas yang meningkatkan proses belajar individu menuju
keutuhan pribadinya mengikuti siklus Pedagogi Ignasian.
c. Konsep 3C (Competence, Conscience, dan Compassion)
Konsep Competence (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap),
Conscience (hati nurani), dan Compassion (bela rasa) merupakan unsur-
unsur dari Pedagogi Ignasian, dimana ketiganya dianggap sebagai sebuah
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 22
keterpaduan hasil belajar yang serupa dengan keterpaduan ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik16. Untuk itu, akan dibahas lebih lanjut tentang
konsep Competence (pengetahuan, ketrampilan, dan sikap), Conscience (hati
nurani), dan Compassion (bela rasa).
1) Competence
Competence adalah kompetensi/kualitas yang unggul bagi peserta
didik, berkaitan dengan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh
yang disebut juga kemampuan kognitif. Competence pada Pedagogi Ignasian
sangat kental bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik, namun demikian
di sana termuat juga sebagian afektif meskipun terbatas dalam kaitannya
dengan keilmuan17.
Aspek Competence mengacu pada kecerdasan individu, cerdas di sini
bukan hanya pengetahuan, namun juga cerdas dalam mengambil sikap.Jadi
dalam hal ini, Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang
memadukan unsur pengetahuan, ketrampilan dan sikap.18
2) Conscience
Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus
mengasah kepekaan dan ketajaman hati nurani. Maka dari itu, terdapat nilai-
nilai yang ada dalam Conscience, seperti:19 moral, tanggung jawab,
kejujuran, kemandirian, keterbukaan, kebebasan, kedisiplinan, ketekunan,
16 Ibid, hlm.39. 17 Ibid.,hlm. 39. 18 http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/03/3-buku-pendidikan-karakter.pdf., hlm. 17-18. (diunduhtanggal 24 Maret 2013). 19 Tim P3MP-LPM USD, op.cit.,hlm. 42.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 23
kegigihan, ketahanan uji, keberanian mengambil resiko, kemampuan member
makna hidup.
Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan dari aspek Coscience. Hal
ini menjadi pedoman untuk memahami alternatif dan menentukan pilihan
oleh individu, hal yang baik maupun buruk, hal yang benar maupun salah.
3) Compassion
Sama halnya aspek Conscience, aspek Compassion merupakan
kemampuan afektif, yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela
rasa bagi sesama, dalam hal ini menjunjung tinggi sikap peduli terhadap
sesama/bela rasa. Pada aspek Compassion juga terdapat nilai-nilai yang
merupakan kesatuan dari aspek Compassion, dan harus ditanamkan pada
siswa, seperti20; kerja sama, penghargaan pada sesame, kepedulian, kepekaan
terhadap kebutuhan orang lain, keterlibatan dalam kelompok, kemauan untuk
berbagi.
Dalam hubungannya dengan penelitian ini, diharapkan pada
pembelajaran berbasis PI dapat meningkatkan ketiga aspek tersebut melalui
pemanfaatan media LKS yang Bermakna.Tingkat Competence (pengetahuan,
ketrampilan, sikap), Conscience (suara hati), dan Compassion (bela rasa)
merupakan hal yang ukur untuk menentukan keberhasilan penelitian ini.
Perlu diperhatikan pula beberapa faktor yang mempengaruhi
tercapainnya tingkat Competence (pengetahuan, ketrampilan, sikap),
Conscience (suara hati), dan Compassion (bela rasa), antara lain kondisi
20 Idem.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 24
fisiologis dan psikologis. Pada kondisi fisiologis pada umumnya juga perlu
diperhatikan dalam proses pembelajaran jika seseorang belajar dalam keadaan
jasmani yang segar akan berbeda dengan seseorang yang belajar dalam
keadaan sakit.
2. LKS Bermakna
Bahan ajar cetak yang satu ini sudah tidak asing lagi yaitu Lembar
Kerja Siswa (LKS). Guru di sekolah pada umumnya menggunakan lembar
kerja siswa (LKS) sebagai buku acuan siswa, di dalam lembar kerja siswa
tersebut pada umumnya terdapat materi dan soal-soal yang harus dikerjakan
oleh peserta didik itu sendiri. Peneliti akan menggunakan LKS sebagai media
pada saat melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta.
Peneliti berharap agar LKS tersebut dapat bermanfaat sebagai media
sekaligus dapat membantu peserta didik dalam mengikuti pembelajaran
sejarah. Selain itu, LKS juga diharapkan mampu membantu peserta didik
sehingga lebih mengerti dan memahami materi pembelajaran yang sedang
disampaikan oleh guru. Jenis LKS yang akan peneliti pakai sebagai media
pembelajaran yaitu LKS yang Bermakna.
Menurut Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar, lembar kerja
siswa (student work sheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus
dikerjakan oleh siswa. Sedangkan bermakna berasal dari kata makna yang
diambil dari Kamus Besar Bahasa Indonesia yang memiliki arti “setiap
kalimat yang mengandung ataupun memuat arti tertentu”. Bermakna
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 25
merupakan hal yang mengandung makna, mempunyai makna21, berarti.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa LKS yang Bermakna merupakan lembar
kegiatan siswa yang mempunyai banyak arti.
Lembar kerja siswa biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah
untuk menyelesaikan suatu tugas, dan tugas tersebut haruslah jelas
kompetensi dasar yang akan dicapai22. Sementara, menurut pandangan Andi
Prastowo, LKS bukan merupakan singkatan dari Lembar Kegiatan Siswa
akan tetapi Lembar Kerja Siswa, yaitu materi ajar yang sudah dikemas
sedemikian rupa, sehingga peserta didik diharapkan dapat mempelajari
materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, peserta didik akan
mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi.
Selain itu, peserta didik juga dapat menemukan arahan yang terstruktur untuk
mamahami materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut23.
Pentingnya LKS bagi kegiatan pembelajaran tidak lepas dari fungsi,
tujuan, dan manfaat LKS itu sendiri. LKS sebagai bahan ajar mempunyai
empat fungsi yaitu, pertama, LKS sebagai bahan ajar yang bisa
meminimalkan peran pendidik namun lebih mengaktifkan siswa. Kedua,
LKS sebagai bahan ajar yang mempermudah siswa untuk memahami materi
yang diberikan. Ketiga, LKS sebagai bahan ajar yang ringkas dan kaya tugas
untuk berlatih. Keempat, LKS memudahkan pelaksanaan pengajaran kepada
siswa.
21 Mochtar Buchori, Refleksi Tentang Pendidikan Bermakna Menuju Indonesia Baru, Jakarta,Yayasan Bhumiksara.2002,hlm. 65. 22 Andi Prastowo, Paduan Membuat Bahan Ajar Inovatif: Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan, Yogyakarta, IKAPI, 2012, hlm. 203. 23 Ibid., hlm. 204.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 26
Kemudian ada empat poin penting yang menjadi tujuan penyusunan
LKS, yaitu: pertama, menyajikan bahan ajar yang memudahkan siswa untuk
berinteraksi dengan materi yang diberikan. Kedua, menyajikan tugas-tugas
yang meningkatkan penugasan siswa terhadap materi yang diberikan. Ketiga,
melatih kemandirian belajar siswa. Keempat, memudahkan pendidik dalam
memberikan tugas kepada siswa24.
Kemudian, LKS memiliki banyak manfaat bagi pembelajaran, di
antaranya melalui LKS kita mendapat kesempatan untuk memancing siswa
secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Salah satu metode yang bisa
diterapkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan LKS
adalah metode “SQ3R” atau Survey, Question, Read, and Review,
(menyurvei, membuat, pernyataan, membaca, meringkas, dan mengulang).”
Adapun penjelasan masing-masing tahap itu adalah sebagai berikut:
1. Tahap survey, pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk membaca secara pintas keseluruhan materi, termasuk membaca ringkasan materi jika ringkasan diberikan. 2. Tahap question pada kegiatan ini, peserta didk diminta untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang harus mereka jawab sendiri pada saat membaca meteri yang diberikan. 3. Tahap read, pada kegiatan ini, peserta didik dirangsang untuk memperhatikan pengorganisasian materi dan membubuhkan tanda tangan khusus pada materi yang diberikan. Contohnya, peserta didik diminta untuk membubuhkan tanda kurung pada ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah kita siapkan pada question. 4. Tahap recite, pada kegiatan ini, peserta didik diminta untuk menguji diri mereka sendiri pada saat membaca, kemudian diminta utnuk meringkas materi menggunakan kalimat mereka sendiri. 5. Tahap review, pada kegiatan ini, peserta didik diminta sesegera mungkin untuk melihat kembali materi yang sudah selesai dipelajari sesaat setelah selesai memperlajari materi tersebut25.
24 Ibid., hlm. 206. 25 Ibid., hlm. 206-207.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 27
Penggunaan LKS dapat melatih siswa belajar mandiri dan
memudahkan siswa untuk memahami materi karena siswa belajar sesuai
dengan kemampuannya dan dapat mengulang materi sampai siswa yang
bersangkutan dapat memahami materi tersebut dengan baik. Selain itu,
penggunaan LKS dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam kegiatan
pembelajaran sejarah.
LKS yang disusun sedemikian rupa dengan tujuan untuk memudahkan
proses pembelajaran mempunyai macam-macam bentuk. Beberapa bentuk
LKS yang dapat membantu proses pembelajaran yaitu:
a. LKS yang Penemuan ( Membantu Siswa Menemukan Suatu Konsep)
Sesuai prinsip konstruktivisme, seseorang akan belajar jika ia aktif
mengkonstruksi pengetahuan dalam otaknya. Salah satu cara
mengimplementasikannya di kelas adalah dengan mengemas materi
pembelajaran dalam bentuk LKS, yang memiliki ciri-ciri
mengetengahkan terlebih dahulu suatu fenomena yang bersifat konkret,
sederhana dan berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari.
Berdasarkan hasil pengamatan mereka, selanjutnya peserta didik kita
ajak untuk mengkonstruksi pengetahuan yang mereka dapat tersebut.
LKS jenis ini memuat apa yang dilakukan peserta didik, meliputi
melakukan, mengamati, dan menganalisis. Oleh karena itu, kita perlu
merumuskan langkah-langkah yang harus dilakukan peserta didik
kemudian kita minta peserta didik untuk mengamati fenomena yang
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 28
mereka amati dengan konsep yang akan mereka bangun dalam benak
mereka.
b. LKS yang Aplikatif-Integratif (Membantu Siswa Menerapkan dan
Mengitegrasikan Berbagai Konsep yang Telah Ditemukan)
Peserta didik berlatih untuk menerapkan konsep yang telah
dipelajari tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya LKS yang
membantu peserta didik menerapkan konsep demokrasi dalam
kehidupan sehari-hari. Caranya dnegan memberikan tugas kepada
merekan untuk melakukan diskusi, kemudian meminta mereka untuk
berlatih memberikan kebebasan berpendapat yang bertanggung jawab.
Dengan peserta didik dilatih utnuk belajar menghormati pendapat orang
lain dan berpendapat secara bertanggung jawab maka hal ini telah
memberikan sebuah jalan bagi terimplemintasikannya nilai-nilai
demokrasi dalam diri peserta didik.
c. LKS yang Penuntun (Berfungsi sebagai Penuntun Belajar)
LKS penuntun berisi pertanyaan atau isian yang jawabannya ada di
dalam buku. Siswa akan dapat mengerjakan LKS tersebut jika meraka
membaca buku sehingga fungsi utama LKS ini adalah membantu siswa
menghafal dan memahami materi pembelajaran yang terdapat di dalam
buku.
d. LKS yang Penguatan (Berfungsi sebagai Penguatan)
LKS LKS bentuk ini diberikan setelah siswa selesai mempelajari topik
tertentu. Materi pembelajaran yang dikemas di dalam LKS ini
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 29
mengarah pada pendalaman dan penerapan materi pembelajaran yang
terdapat di dalam buku pelajaran. Selain itu sebagai pembelajaran
pokok, LKS ini cocok untuk pengayaan.
e. LKS yang Pratikum (Berfungsi sebagai Petunjuk Pratikum)
Alih-alih memisahkan petunjuk praktikum ke dalam buku tersendiri,
kita dapat menggabungkan petunjuk praktikum ke dalam kuumpulan
LKS. Dengan demikian dalam LKS bentuk ini, petunjuk praktikum
merupakan salah satu isi (content) dari LKS.26
Peranan LKS sebagai media pembelajaran selain memiliki
kelebihan juga memiliki kelemahan dalam praktek pembelajaran. Kelebihan
dan kelemahan LKS yaitu:
a. Kelebihan LKS sebagai media pembelajaran
1) Dari aspek penggunaan, LKS merupakan media yang paling
mudah, dapat dipelajari di mana saja dan kapan saja tanpa harus
menggunakan alat khusus.
2) Dari aspek pengajaran, LKS dibandingkan dengan media
pembelajaran jenis lain bisa sikatakan lebih unggul. Karena
merupakan media yang canggih dalam mengembangkan
kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan mampu
menggali prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan
argumentasi yang realistis.
26 Andi Prastowo, op.cit, hlm. 209.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 30
3) Dari aspek kualitas penyampaian pesan pembelajaran, LKS mampu
memaparkan kata-kata, angka-angka, notasi musik, gambar dua
dimensi, serta diagram dengan proses yang cepat.
4) Dari aspek ekonomi, LKS lebih murah dibandingkan dengan media
pembelajaran yang lain27.
b. Kelemahan media LKS sebagai media pembelajaran
1) Tidak mampu mempresentasikan gerakan, pemaparan materi
bersifat inear.
2) Sulit memberikan bimbingan kepada pembaca yang mengalami
kesulitan memahami bagian-bagian tertentu.
3) Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang
membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
4) Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang
menuntut siswanya untuk menghafalkan data, fakta dan angka.
Tuntutan ini akan membatasi penggunaan hanya untuk alat
menghafal.
Dengan adanya kelebihan dan kelemahan LKS tersebut maka dalam
penyusunan LKS diharuskan inovatif dan kreatif. Karena, LKS yang inovatif
dan kreatif akan menciptakan proses pembelajaran yang lebih
menyenangkan. Dalam penyusunan LKS kita harus memahami langkah-
langkah penyusunannya yaitu sebagai berikut:
27 Durri Andriani, Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar dalam Pengembangan Bahan Ajar, Jakarta, Universitas Terbuka, 2003, hlm. 93-94.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 31
1. Menyusun Peta Kebutuhan LKS
Peta sangat diperlukan untuk mengetahui materi apa saja yang harus
ditulis dalam LKS. Peta ini juga bisa digunakan untuk melihat
sekuensi atau urutan materi dalam LKS. Sekuensi LKS ini sangat
dibutuhkan dalam menentukan prioritas penulisan materi.
2. Menentukan Judul LKS
Perlu kita ketahui bahwa judul LKS ditentukan atas dasar tema
sentral dan pokok bahasannya diperoleh dari hasil pemetaan
kompetensi dasar, materi pokok.
3. Penulisan LKS
Dalam penulisan LKS ada beberapa hal yang perlu dilaksanakan
yaitu seebagai berikut: ertama, merumuskan indikator atau
pengalaman belajar antarmata pelajaran dari tema sentral yang telah
disepakati. Kedua, menentukan alat penilaian. Penilaian dilakukan
terhadap proses kerja dan hasil kerja siswa. Alat penilaian yang
digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan Penilaian
Acuan Patokan (PAP) karena pendekatan pembelajaran yang
digunakan adalah kompetensi. Ketiga, menyusun materi. Dalam
penyusunan materi ada beberapa poin yang harus diperhatikan yaitu:
materi LKS sangat tergantungpada kompetensi dasar yang akan
dicapainya. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku,
majalah, internet dan jurnal hasil penelitian. Kita dapat
menunjukkan referensi yang digunakan dalam LKS agar siswa bisa
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 32
membacanya lebiah jauh materi tersebut. Kemudian yang terakhir
yaitu tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi
pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat
melakukannya. Keempat, perhatikan struktur LKS.Ini merupakan
langkah terakhir dalam penyusunan LKS, yaitu menyusun materi
berdasarkan stuktur LKS.28
Untuk membuat sebuah LKS yang bermakna, maka ada satu poin
penting yang harus diperhatikan, yaitu menjadikannya sebagai bahan ajar
menarik bagi siswa. Untuk mengembangkan LKS yang “kaya manfaat”,
perlu memperhatikan dua hal penting yaitu desain pengembangan dan
langkah-langkah pengembangannya, antara lain sebagai berikut:
a. Menentukan Desain Pengembangan LKS
LKS didesain untuk digunakan siswa secara mandiri.Artinya, guru
hanya berperan sebagai fasilitator, siswalah yang berperan secara
aktif dalam mempelajari materi yang terdapat dalam LKS. Batasan
umum yang dapat dijadikan pedoman pada saat menentukan desain
LKS, yaitu: ukuran, kepadatan halaman, penomoran halaman, dan
kejelasan.
b. Langkah-langkah Pengembangan LKS
Untuk mengembangkan LKS yang baik, ada empat langkah yang
perlu ditempuh, yaitu: pertama, penentuan tujuan pembelajaran.
28 Andi Prastowo, Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teoritis dan Praktik, Jakarta, Prenadamedia Group, 2014, hlm. 275.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 33
Dalam langkah ini, kita harus menentukan desain menurut tujuan
pembelajaran. Kedua, pengumpulan materi. Pada langkah
pengumpulan materi ini hal terpenting yang perlu dilakukan adalah
menentukan materi dan tugas yang akan dimasukkan dalam LKS.
Ketiga, menyusun elemen atau unsur-unsur LKS. Pada bagian inilah,
kita mengitergrasikan desain dengan tugas. Keempat, pemeriksaan
dan penyempurnaan. Setelah melakukan tiga tahap sebelumnya hal
selanjutnya yang harus dilakukan yaitu melaksanakan pengecekan
kembali terhadap LKS yang sudah dikembangkan29.
3. Karakter
Pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam
berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengalaman dalam bentuk perilaku
yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam
interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama, dan lingkungannya. Nilai-
nilai luhur tersebut antara lain: kejujuran, kemandirian, sopan santun, kemuliaan
sosial, kecerdasan berpikir termasuk kepenasaran akan intelektual, dan berpikir
logis. Oleh karena itu, penanaman pendidikan karakter tidak bisa hanya sekedar
mentransfer ilmu pengetahuan atau melatih suatu keterampilan tertentu.
Penanaman pendidikan karakter perlu proses, contoh teladan, dan pembiasaan atau
pembudayaan dalam lingkungan peserta didik dalam lingkungan sekolah, keluarga,
lingkungan masyarakat, maupun lingkungan (exposure) media massa30.
29 Ibid, hlm. 277. 30 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm. 17.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 34
Menurut Dony Kusuma, pendidikan karakter merupakan dinamika
pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk
mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil
dalam diri individu. Dinamika ini menbuat pertumbuhan individu menjadi semakin
utuh31. Dengan demikian, pendidikan karakter adalah segala upaya yang dilakukan
guru, yang mampu memenagruhi karakter perserta didik. Guru membantu
membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana
perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru
bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.
Sikap hormat dan tanggung jawab dan seluruh nilai lain yang berasal dari
keduanya memberi kandungan moral pada sekolah yang dapat dan harus diajarkan
dalam sebuah lingkungan demokratis. Sekolah membutuhkan lebih dari sekedar
daftar mengenai nilai-nilai yang harus diajarkan. Sekolah membutuhkan konsep
karakter serta komitmen untuk mengembangkannya dalam diri setiap siswa32.
Karakter yang baik adalah sesuatu yang kita inginkan bagi anak-anak kita. Filosof
Yunani Aristoteles mendefinisikan karakter yang baik sebagai hidup tingkah laku
yang benar tingkah laku benar dalam hal berhubungan dengan orang lain dan
berhubungan dengan diri sendiri. Aristoteles mengingatkan kita tentang sesuatu
yang di zaman modern ini cenderung kita lupakan yaitu hidup dengan budi pekerti
yang berarti menjalani kehidupan dengan berbudi baik untuk diri sendiri (misalnya
kontrol diri dan tidak berlebih-lebihan) maupun untuk orang lain (seperti
kedermawanan dan rasa simpati), dan kedua macam budi pekerti ini saling
31 Ibid, hlm. 19. 32 Thomas Lickona, Pendidikan Karakter: Panduan Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik, Bndung: Nusamedia, 2013, hlm.70.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 35
berhubungan. Kita harus bisa mengontrol diri hasrat kita, nafsu kita agar bisa
melakukan hal yang benar pada orang lain.
Karakter menurut pengamatan filosof kontemporer Michael Novak, adalah
perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama,
kisah-kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu, sejak zaman
dahulu hingga sekarang. Tak seorang pun, menurut Novak, yang memiliki semua
jenis budi pekerti, semua orang pasti punya kekurangan. Orang-orang dengan
karakter yang mengagumkan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya33.
Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling
berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang
baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan
kebaikan, kibiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya
penting untuk menjalankan hidup yang bermoral; ketiganya adalah faktor
pembentuk kematangan moral.
Dengan seringnya tawuran antar pelajar dan menurunnya karakter
berkebangsaan pada generasi maka dicetuskan pendidikan karakter bangsa sebagai
wujud pendidikan karakter kebangsaan kepada peserta didik. Pendidikan karakter
bangsa Indonesia. Dalam pelaksanaannya pendidikan karakter bangsa Indonesia
tidak berdiri sendiri tetapi berintegrasi dengan pelajan-pelajaran yang ada dengan
memasukkan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa Indonesia.
Pendidikan karakter bangsa bisa dilakukan dengan pembiasaan nilai moral
luhur kepada peserta didik dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit)
33 Ibid.,hlm.72
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 36
yang sesuai dengan karakter kebangsaan. Terdapat delapan belas indikator
pendidikan karakter yang sampai saat ini terus dikembangkan pada diri peserta
didik, baik di sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Adapun delapanbelas
indikator pendidikan karakter tersebut yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta
tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komuniktif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. Delapan belas
indikator pendidikan karakter bangsa tersebut terus diterapkan dan ditanamkan
pada diri peserta didik mulai usia dini hingga usia dewasa. Pendidikan karakter
sebagia bagian dari upaya membangun karakter bangsa mendesak untuk
diterapkan. Pendidikan karakter menjadi vital dan tidak ada pilihan lagi untuk
mewujudkan Indonesia baru, yaitu Indonesia yang dapat menghadapi tantangan
regional dan global34.
4. Pembelajaran Sejarah
Pembelajaran merupakan proses yang tidak bisa dianggap remeh dalam
proses kemajuan suatu bangsa. Dalam pembelajaran sejarah, peran penting
pembelajaran terlihat jelas bukan hanya sebagai proses transfer ide, akan tetapi
juga proses pendewasaan peserta didik untuk memahami identitas, jati diri dan
kepribadian bangsa melalui pemahaman terhadap peristiwa sejarah35. Sebagai
pendidik haruslah adaptif terhadap perkembangan peserta didik dan perkembangan
zaman. Meskipun sejarah bercerita tentang peristiwa pada masa lalu, bukan berarti
34 Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011, hlm.20. 35 Heri Susanto, Seputar Pembelajaran Sejarah: Isu, Gagasan dan Strategi Pembelajaran, Yogyakarta, Aswaja Pressindo, 2014, hlm.56.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 37
sejarah tidak bisa diajarkan secara kontekstual. Selain itu, dalam pembelajaran
sejarah sangat penting untuk menyampaikan fakta, akan tetapi yang juga tidak
kalah penting adalah bagaimana mengupas fakta-fakta tersebut dalam intisari nilai
yang terdapat di dalamnya sehingga si pembelajar akan menjadi lebih mawas diri
sebagai akibat dari pemahaman nilai.
Sejarah berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang mengandung arti pohon.
Dalam bahasa Yunani Kuno sendiri sejarah yaitu “historia” (dibaca “istoria”)
yang berarti “belajar dengan cara bertanya-tanya”. Pengertian sejarah itu sendiri
merupakan suatu kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa itu terjadi sekali
tidak dapat diulang atau terulang lagi. Menurut Kuntowijoyo, sejarah dimaksudkan
sebagai rekontruksi masa lalu dan yang direkontruksi sejarah adalah apa saja yang
sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan, dan dialami manusia.
Dari pengertian sejarah tersebut, dapat kita ketahui bahwa pelajaran sejarah
merupakan pelajaran yang bermanfaat bagi para generasi muda. Pelajaran sejarah
bertujuan menciptakan wawasan historis atau perspektif sejarah. Disamping itu,
pelajaran sejarah juga mempunyai fungsi sosio-kultural, membangkitkan kesadaran
historis. Hal ini dapat membangkitkan inspirasi dan aspirasi kepada generasi muda
bagi pengabdian kepada negara dengan penuh dedikasi dan kesediaan berkorban.
Dengan mempelajari sejarah dengan benar maka akan bermanfaat untuk kehidupan
yang akan datang.
Setiap disiplin ilmu memilki karateristiknya masing-masing, begitu juga
denga sejarah. Dalam pembelajaran sejarah juga memiliki karateristik yang
berbeda. Karateristiknya sebagai berikut:
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 38
1) Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang kesinambungan dan perubahan. 2) Pembelajaran sejarah mengajarkan tentang jiwa zaman. 3) Pembelajaran sejarah bersifat kronologis. 4) Pembelajaran sejarah pada hakekatnya adalah mengajarkan tentang bagaimana perilaku. 5) Kulminasi dari pembelajaran sejarah adalah memberikan pemahaman akan hukum-hukum sejarah36. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan individu untuk memenuhi
kebutuhannya. Peserta didik yang belajar akan menghasilkan perubahan-
perubahan dalam dirinya, baik itu kognitif, afektif, dan psikomotor37. Menurut
Winkel, Belajar adalah semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung
dalam interaksi aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengelolaan pemahaman38.
Menurut Ernest R. Hilgard dalam belajar merupakan proses perbuatan
yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang
keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Chaplin
membatasi belajar dalam dua macam rumusan, yang pertama belajar adalah
perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman. Sedangkan rumusan yang kedua, belajar adalah proses memperoleh
tanggapan-tanggapan sebagai akibat adanya latihan khusus.
Berbeda dengan Skinner dan Chaplin, Hintzman dalam bukunya The
Psykhology of Learning and Memory berpendapat bahwa “Learning is a change in
organism due to experience which can affect the organism’s behavior” (Belajar
adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan,
36 Ibid, hlm.59. 37 E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK, Bandung: PT Remaja RosdaKarya, 2006,hlm. 189. 38 http://belajarpsikologi.com/pengertian-belajar-menurut-ahli/.diakses pada 26 Februari 2015
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 39
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme
tertentu). Sedangkan pendidikan dalam perspektif nasional, seperti yang ditegaskan
oleh Ki Hajar Dewantara, dimaksudkan terutama sebagai “Pendidikan yang
beralaskan garis hidup dari bangsnya dan ditujukan untuk keperluan prikehidupan
yang dapat mengaangkat derajat negara dan rakyatnya, agar dapat bekerja
bersama-sama dengan lain-lain bangsa untuk kemuliaan segenap manusia diseluruh
dunia39.
Pembelajaran atau pengajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.
Dalam pengertian ini secara implisit dalam pembelajaran terdapat kegiatan
memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil
pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode
ini didaskan pada kondisi pembelajaran yang ada. Dalam hal ini istilah
pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai
upaya untuk membelajarkan siswa.
Sedangkan pengertian sejarah menurut Huizingaadalah
pertanggungjawaban masa silam40. Dalam pertanggungjawaban tersebut
manusialah yang menentukan arti masa silam itu. Artinya masa silam bukanlah
masa silam sebagai tabula rasa. Melainkan masa silam yang lembaran-
lembarannya telah ditulisi oleh manusia dengan tindakan-tindakannya. Tindakan-
tindakan itulah yang dinamakan sejarah-sebagai-peristiwa. Dalam proses
pertanggungjawaban masa silam yang adalah sejarah-sebagai-peristiwa itu, maka
39 I.Gde Widja, Pengantar Ilmu Sejarah: Sejarah dalam Perspektif Pendidikan, Semarang: Satya Wacana, 1988, hlm. 53. 40 Kartodirdjo, Sartono, Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia, 1982, hlm. 34
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 40
manusia berhak dan wajib memberikan arti sehingga sejarah-sebagai-peristiwa
tersebut menjadi sejarah-sebagai-kisah, sejarah-sebagai-tulisan, yang mempunyai
pokok kaidah sejarah sebagai ilmu41.
B. Kerangka Pikir
Pendekatan ataupun paradigma pembelajaran Pedagogi Ignasian merupakan
pengembangan karakter siswa yang dilakukan dengan mengintegrasi 3 pendekatan
dalam model yaitu pengembangan karakter melalui kegiatan kurikuler yaitu
pembelajaran, melalui kegiatan kokurikuler, dan melalui kegiatan ekstra kurikuler.
Pedagogi Ignasian mengusahakan pendampingan untuk menghasilkan siswa yang
memiliki karakter utuh dan tajam dalam kompetensi (Competence), suara hati
(Conscience), dan hasrat bela rasa (Compassion) mempergunakan pendekatan
Pedagogi Ignasian.
Ketika Paradigma digunakan, mampu memberikan pengaruh pada
pembelajaran sejarah yang diterapkan oleh guru dengan menggunakan metode
yang jauh berbeda dengan media konvensional yang banyak digunakan oleh guru
sejarah pada umumnya, maka peneliti memilih menggunakan media pembelajaran
dengan pemanfaatan LKS yang memiliki makna sehingga paradigma Pedagogi
pun dapat digunakan, dan diterapkan kepada siswa bukan hanya mengerti namun
juga mampu mengambil nilai-nilai yang berhubungan dengan Pedagogi Ignasian.
Dengan hal tersebut diharapkan mampu menunjukkan bahwa penggunaan media
pembelajaran LKS yang bermakna sesuai dengan paradigma Pedagogi Ignasian
41 Ibid., hlm. 35
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 41
yaitu Competence, Consience, Compassion. Pedagogi Ignasian diterapkan dalam
pembelajaran sejarah yang di dalamnya meliputi guru dan siswa, pembelajaran
sejarah tersebut menggunakan media LKS yang Bermakna dengan tujuan untuk
meningkatkan aspek Competence, Consciene dan Compassion siswa. Hasil dari
peningkatan aspek Competence, Consciene dan Compassion tersebut merupakan
bentuk perubahan yang terjadi dari penerapan Pedagogi Ignasian dalam proses
pembelajaran melalui LKS yang Bermakna. Dari hasil penilaian dengan
menggunakan LKS yang Bermakna, maka guru mampu melihat dan menilai
perubahan nilai siswa dari aspek Competence, Consciene dan Compassion siswa.
Oleh karena siswa dapat menerapkan nilai-nilai dari setiap indikator yang diamati.
Seperti terlihat dalam gambar sebagai berikut:
PEDAGOGI IGNASIAN
PEMBELAJARAN MEDIA GURU SEJARAH PEMBELAJARAN (LKS
BERMAKNA)
3C (Competence, Conscience, Compassion)
Gambar 1. Kerangka Pikir
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Godean yang terletak di Jl.
Sidokarto No. 5 Sidokarto, Godean, Sleman, Yogyakarta.Kondisi yang dimiliki
sekolah SMA Negeri 1 Godean berada di dekat jalan utama Yogya-Godean terletak
100 meter dari jalan utama menjadikan sekolah ini cukup ramai dengan lalu-lintas
yang terjadi di pagi dan sore hari, sebab jalan Godean merupakan jalan utama
untuk mencapai Yogyakarta dari wilayah Barat.
SMA Negeri 1 Godean berada di wilayah yang sangat strategis. Oleh
karena SMA Negeri 1 Godean mudah untuk dicari dan letaknya dekat dengan jalan
raya utama. Sekolah tersebut juga mempunyai lahan yang sangat luas, yang di
dalamnya terdapat sebuah Musola yang digunakan untuk tempat beribadah siswa
beserta seluruh warga sekolah. SMA Negeri 1 Godean merupakan sekolah yang
ramah lingkungan. Hal itu dapat dilihat ketika peneliti hendak pergi ke sekolah
untuk melakukan penelitian. Sekolah lengkap dengan berbagai macam fasilitas di
dalamnya. Terdapat lapangan basket yang digunakan untuk olah raga siswa, dan
mempunyai area parkiran yang luas.
2. Waktu Penelitian
Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini, dilaksanakan pada bulan April-
Januari 2016. Pengaturan waktu mengacu pada kalender akademik sekolah.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 43
Berikut ini merupakan pemaparan pelaksanaan penelitian di sekolah.
Tabel 1. Jadwal Peneitian
Bulan
Kegiatan Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Jan 1 Observasi 2 Persiapan 3 Pengambilan data I 4 Pengambilan data II 5 Pengolahan data 6 Penyusunan laporan
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Penelitian Kualitatif (Qualitative research) adalah sutu penelitian yang
bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun
kelompok42. Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh David Williams menulis
bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar ilmiah,
dengan menggunakan metode ilmiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang
tertarik secara alamiah43. Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya
dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara
42 Nana Syahodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007, hlm. 60 43 Moleong, Lexy J, Metodelogi Peneliyian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2006, hlm. 5
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 44
terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku
individu atau sekelompok orang44.
2. Strategi Penelitian (studi kasus)
Strategi analisis kualitatif, umumnya tidak digunakan sebagai alat mencari
data dalam arti frekuensi akan tetapi digunakan untuk menganalisis proses sosial
yang berlangsung dan makna dari fakta-fakta yang tampak dipermukaan itu.
Dengan demikian, maka analisis kualitatif digunakan untuk memahami sebuah
proses dan fakta bukan sekedarmenjelaskanfaktatersebut45. Dalam penelitian
kualitatif, tidak sekedar mendeskripsikan sebuah fenomena, sehingga fenomena itu
“tak berangka”, namun yang terpenting adalah menjelaskan makna,
mendeskripsikan makna fenomena yang muncul, yaitu makna dibalik makna46.
Penelitian ini menggunakan studi kasus.Studi kasus adalah suatu kajian yang rinci
tentang satu latar, atau subjek tunggal, atau satu tempat penyimpanan dokumen,
atau suatu peristiwa tertentu47. Penelitian ini menggunakan studi kasus karena studi
kasus memberikan deskripsi yang padat penting bagi penelitian naturalistik. Studi
kasus adalah grounded ini memberikan perspektif ekperiensial. Studi kasus bersifat
holistik, sebab peneliti menyajikan sebuah gambar yang dapat dipercaya bagi para
partisipan sebenarnya. Studi kasus dapat mengkomunikasikan lebih dari yang dapat
dikatakan didalam bahasa yang proposional dengan pemanfaatan LKS Bermakna.
44 Ibid., hlm. 5 45 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 144. 46 Ibid., hlm.150 47 Rulam Ahmadi, Metode Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Katalog dalam Terbitan, 2014, hlm. 69
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 45
C. Sumber Data
1. Informan
Informan adalah orang-dalam latar penelitian48. Informan adalah orang
yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Jadi, ia harus mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian.
Pemanfaatan informan bagi peneliti ialah agar dalam waktu relatif singkat banyak
informasi yang terjaring. Proses pengambilan informasi berupa data tidak dapat
terlepas terhadap sumber data, maka sumber yang peneliti gunakan dalam
memperoleh sumber data yang lengkap, sesuai dan tepat adalah Guru Sejarah dan
Siswa Kelas XI IIS 1.
2. Tempat dan Peristiwa
Tempat yang digunakan peneliti merupakan sekolah formal yang memiliki
tingkat menengah atas, maka peniliti menggunakan SMA Negeri 1 Godean,
Sleman, Yogyakarta. Peristiwa yang digunakan peneliti merupakan proses
pembelajaran terhadap siswa yang diberikan guru terhadap siswa mengenai
pembelajaran sejarah dengan materi yang membahas mengenai Peristiwa
Proklamasi. Selain itu informasi berupa data juga dapat diperoleh peneliti dengan
cara melakukan pengamatan atau observasi di dalam kelas pada saat pembelajaran
sejarah sedang berlangsung.
48 Moleong, Lexy J, op.cit.,hlm. 132
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 46
3. Dokumen
Dokumen merupakan salah satu sumber yang dapat berupa data siswa yang
tertulis ataupun film49 yang dapat menjadi sumber data yang mampu dimanfaatkan
untuk menguji, menafsirkan, atau bahkan meramalkan. Dokumen merupakan
rekaman kejadian masa lalu yang ditulis maupun dicetak mereka dapat berupa
catatan anekdot, surat, buku harian, dan dokumen-dokumen.
Dokumen dapatlah memberikan bentuk interaktif seorang peniliti dengan
informannya yang dapat berbentuk tulisan ataupun rekaman yang dapat diuji
kebenarannya. Maka berdasar penjelasan mengenai dokumen, peneliti memiliki
dokumen yang berkaitan dengan pembahasan ataupun tujuan dari penelitian
dengan bentuk hasil ulangan harian 1,2,3, dan metode yang digunakan dalam
penelitian ini berupa LKS yang bermakna yang telah diisi oleh para siswa.
D. Teknik Pengumpulan Data
1. Wawancara
Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada
hampir semua penelitian kualitatif. Menurut Moleong, wawancara adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan yang dilakukan oleh dua pihak,
yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut50. Dalam
penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama.
Sebagaian besar data diperoleh melalui wawancara. Untuk itu, penugasan teknik
49 Basrowi, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, hlm.159 50 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial, Jakarta: Salemba Humanika, 2012, hlm. 118
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 47
wawancara sangat mutlak diperlukan. Dengan definisi wawancara di atas, peneliti
menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur dengan artian bahwa wawancara
tidak terstruktur tersebut merupakan bentuk wawancara yang sangat fleksibel.
Wawancara ini menggunakan pertanyaan fleksibel yang dimaksud yaitu pertanyaan
yang diajukan oleh pewawancara dan jawaban yang diperoleh dari subjek sangat
fleksibel. Bahkan wawancara ini terkesan seperti perbincangan yang ngalor-
ngidul51.
2. Observasi
Observasi digunakan untuk mendapatkan data siswa yang berkaitan dengan
Competence selama pembelajaran di kelas. Observasi ini dilaksanakan dengan
mengadakan pengamatan langsung terhadap aktivitas siswa, guru selama proses
belajar mengajar52.
Dari pemahaman observasi atau pengamatan di atas, sesungguhnya yang
dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan pengumpulan data
penelitian. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan observasi terstruktur, yaitu
observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati,
kapan dan dimana tempatnya. Jadi observasi terstruktur dilakukan apabila peneliti
telah tau dengan pasti tentang variabel apa yang akan diamati berdasarkan
pedoman53.
51 Ibid.,hlm. 124 52 Burhan Bungin, op.cit, hlm. 115 53 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2014, hlm. 205
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 48
3. Pencatatan Dokumen
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif dengan
melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau
orang lain tentang subjek. Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandang
subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang bersangkutan. Moleong mengemukakan dua bentuk
dokumen yang dapat dijadikan bahan dalam studi dokumentasi, yaitu dokumen
pribadi dan dokumen resmi54. Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan
seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya.
Dokumen pribadi ini digunakan untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi
sosial dan arti berbagai faktor disekitar subjek peneliti55. Sedangkan dokumen
resmi yaitu dokumen yang terbagi atas dokumen internal dan dokumen eksternal.
Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai segala
aktivitas yang berhubungan dengan subjek56.
Dalam penelitian ini, pencatatan dokumen sangatlah penting, sebab dengan
adanya dokumen maka segala sumber data yang telah diperoleh dapat dianalisis
sehingga dapat mengetahui bagaimana hasil dari sebuah penelitian yang telah
dilakukan. Selain itu, pencatatan dokumen juga bisa dilakukan dengan catatan
lapangan dibuat peneliti sewaktu mengadakan pengematan, wawancara, atau
menyaksikan suatu kejadian tertentu. Catatan lapangan ini dibuat dalam bentuk
54 Haris Herdiansyah, Op.cit, hlm 143 55 Moleong, Lexy J, Metodelogi Peneliyian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya, 2006, hlm. 217 56 Haris Herdiansyah, Op.cit, hlm. 146
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 49
kata-kata kunci, singkatan, pokok-pokok utama sumber data57. Dalam penelitian
ini, pencatatan dokumen meliputi hasil pengamatan atau observasi, hasil
wawancara dan hasil nilai ulangan harian 1, ulangan harian 2 dan hasil dari
jawaban-jawaban siswa dalam melengkapi LKS bermakna. Hasil dari jawaban
siswa dalam melengkapi LKS tersebut merupakan hasil dari refleksi, aksi maupun
uraian-uraian dalam soal. Hasil dari refleksi dan aksi tersebut sangat diharapkan
agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya dalam materi belajar
Peristiwa Proklamasi.
E. Teknik Cuplikan
Dalam penelitian kualitatif, teknik cuplikan disebut juga teknik sampling.
Dalam penelitian kualitatif sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual.
Maksud sampling dalam hal ini ialah untuk menjaring sebanyak mungkin
informasi dari pelbagai macam sumber dan bangunannya (constructions)58. Selain
itu, maksud kedua dari sampling ialah menggali informasi yang akan menjadi dasar
dari rancangan dan teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif
tidak ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).
Purposive sampling memiliki kata kunci: kelompok yang dipertimbangkan
secara cermat (intuisi) dan kelompok terbaik (yang dinilai akan memberikan
informasi yang cukup), untuk dipilih menjadi responden penelitian. Dari 20 murid
di kelas XI IIS 1 yang menjadi sampling adalah 2 orang yaitu murid yang
mendapatkan nilai yang tertinggi dan nilai yang terendah serta guru sejarah.
57 Moleong, Lexy J, Op.cit.,hlm. 224 58 Ibid.,hlm. 144
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 50
F. Validitas Data
1. Triangulasi
a. Triangulasi data
Trianggulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber59. Triangulasi data
dimaksudkan agar dalam pengumpulan data peneliti menggunakan multi sumber
data. Misalnya data tentang keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
mengajar pelajaran sejarah dikelas, dapat dilakukan dengan menggunakan sumber
data informan (guru, siswa sendiri), peristiwa dalam proses pembelajaran sejarah di
kelas, dan dokumen (presensi). Triangulasi dalam penelitian dilakukan terhadap
prestasi, keaktifan, karakter dan motivasi siswa. Data yang telah dianalisis oleh
peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan.
b. Triangulasi Metode
Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan
metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode
wawancara sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sama
dengan informasi yang didapat dengan melalui kuesioner60. Apabila berbeda maka
peneliti harus dapat menjelaskan perbedaan itu, tujuannya adalah untuk mencari
kesamaan data dengan metode yang berbeda.
59 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: IKAPI, hlm. 127 60 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, Jakarta: Prenada, 2007, hlm. 257
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 51
c. Triangulasi Peneliti
Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dan kemampuan
merekam data oleh peneliti di lapangan61. Triangulasi peneliti dimaksudkan dengan
adanya beberapa peneliti yang melakukan penelitian yang sama dengan pendekatan
yang sama akan menghasilkan hasil yang sama pula atau hampir sama.
Pemanfaatan peneliti lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam
pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti membandingkan dengan hasil penelitian
yang telah dilakukan oleh peneliti lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Andreas Gilang Tito Abiyasa tentang “Implementasi Pembelajaran Sejarah
Berbasis Paradigma Pedagogi Reflektif Melalui Pemanfaatan Multimedia Untuk
Meningkatkan Competence, Conscience, dan Compassion Siswa Kelas XI IPA 1
SMA Pangudi Luhur St. Louis IX Sedayu”.Pada siklus 1 mengalami peningkatan
yaitu siswa yang mencapai KKM menjadi 21 siswa (70%) dan 9 siswa (30%) tidak
mencapai KKM, dengan rata-rata nilai kelas 79,97. Nilai tertinggi yang diperoleh
pada siklus 1 mengalami penurunan menjadi 89,28 dan nilai terendah yaitu 54,64
Peningkatan juga terjadi pada siklus 2 yaitu sebanyak 27 siswa (90%)
mencapai KKM dan 3 siswa (10%) masih belum bisa mencapai KKM, dengan
rata-rata nilai kelas 83,35. Nilai tertinggi yang diperoleh pada siklus 2 yaitu 92,6
dan nilai terendah yaitu 71,25.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Siswoyo, S. F Purbajati Dani,
dengan judul “Tinjauan Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif Pada
Pembelajaran Peluang Di Kelas XI IPA SMA Kanisius Tirtomoyo”.
61 Ibid., hlm. 257
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 52
d. Triangulasi Teoretis
Triangulasi teoretis memiliki makna bahwa dalam membahas satu
permasalahan yang sedang dikaji, peneliti tidak menggunakan satu prespektif teori.
Dalam aplikasinya, Moleong menyatakan bahwa peneliti dapat membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa yang
dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi,
membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan
apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa,
orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada dan orang
pemerintahan dan membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan. Sedangkan Patton berpendapat lain yaitu bahwa hal itu dapat
dilaksanakan dan hal itu dinamakannya penjelasan banding (rival explanation).
Triangulasi teori yang dibahas dalam penelitian ini berupa teori tentang Paradigma
Pedagogi Ignasian, LKS Bermakna, konsep 3C (Competence, Conscience,
Compassion), pembelajaran sejarah dan motivasi belajar62.
2. Perpanjangan Pengamatan
Perpanjangan pengamatan atau sering juga disebut sebagai perpanjangan
keikutsertaan mengharuskan peneliti lebih lama di lapangan dan bertemu serta
berkomunikasi dengan lebih banyak orang63. Ini dilakukan bukan saja untuk
meningkatkan keakraban, juga untuk meningkatkan kualitas kepercayaan. Jika
62 Ibid., hlm. 257 63 Nusa Putra, Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi, Jakarta: Permata Puri Media, 2011, hlm. 168
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 53
orang-orang yang diteliti semakin akrab dan percaya pada peneliti, maka apapun
yang hendak digali lebih dalam akan didapatkan oleh peneliti.
Perpanjangan keikutsertaan, sebagaimana teknik pemeriksaan keabsahan data
yang lain, dilaksanakan jika data yang terkumpul sudah sangat banyak, telah
dianalisis, dan ada temuan yang dapat dikategorikan64. Dengan kata lain, fokusnya
sudah ditemukan, dapat dijelaskan dengan uraian yang rinci. Peneliti kembali ke
lapangan setelah melakukan analisis data dan telah merumuskan sejumlah
kategori65. Peneliti menambah waktu berada di lapangan untuk mengecek apakah
kategori yang telah dirumuskan sesuai dengan data lapangan, sesuai dengan
perspektif para partisipan. Jadi, peneliti mencoba membersihkan kemungkinan bias
pribadinya.
3. Meningkatkan Ketekunan
Upaya peneliti untuk memperdalam dan memperinci temuan setelah data
dianalisis66. Peneliti harus melakukan pengecekan ulang apakah temuan
sementaranya sesuai dan menggambarkan konteks penelitian yang spesifik.
Apakah temuannya sudah mendeskripsikan secara lengkap konteks penelitian dan
perspektif para partisipan. Ini adalah kesempatan menggali lebih dalam,
mendeskripsikan lebih rinci. Dengan demikian temuannya sungguh-sungguh dapat
menggali fenomena, dan menjelaskan apa makna di balik fenomena yang diteliti.
Ketekunan pengamatan juga merupakan teknik yang mengharuskan peneliti
64 Ibid., hlm. 169 65 Nusa Putra, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2012, hlm. 103 66 Ibid.,hlm. 103
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 54
mencaritemukan kedalaman67. Prinsip sempit dan dalam harus diterapkan di sini.
Peneliti diharuskan untuk lebih fokus, melakukan pengamatan lebih rinci, terus-
menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan yang mendalam
terhadap gejala atau fenomena yang sangat menarik dan menonjol.
4. Menggunakan Bahan Referensi
Menggunakan bahan referensi mengacu ke ketersediaan pendukung untuk
membuktikan data yang telah dikumpulkan peneliti menggunakan perekam suara,
perekam gambar, kamera foto68. Alat pendukung atau alat bantu ini penting artinya
untuk pengecekan anggota, membantu peneliti membuat laporan yang lengkap, dan
bukti kepada pihak lain bahwa penelitian memang telah dilakukan, khususnya
proses pembelajaran sejarah di kelas XI IIS 1. Kesemuanya tersebut merupakan
bukti-bukti fisik yang bisa dilihat oleh siapa pun.
G. Teknik Analisis
1. Analisis Interaktif
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti harus sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai69. Milles dan Hubermen, mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh. Ukuran kejenuhan data
ditandai dengan tidak diperolehnya lagi data atau informasi baru.
67 Nusa Putra, op.cit, hlm. 173 68 Ibid.,hlm. 201 69 Sugiyono, op.cit.,hlm. 91
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 55
Aktivitas dalam analisis meliputi reduksi data (data reduction), penyajian
data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion
drawing/verification). Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang
muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Alur penting yang kedua dari
kegiatan analisis adalah penyajian data. Dalam pelaksanaan penelitian, bahwa
penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif
yang valid. Penyajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah grafik. Kegiatan
analisis ketiga yaitu menarik kesimpulan dan verivikasi. Penarikan kesimpulan
hanya sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh. Reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verivikasi sebagai sesuatu yang jalin
menjalin pada saat sebelum, selama, dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk
sejajar untuk membangun wawasan umum yang disebut analisis70.
Dalam penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah model
analisis interaktif. Model analisis interaktif ini dilakukan dengan tiga langkah
analisis data kualitatif, reduksi data, penyajian data dan verifikasi.
70 Miles, B Matthew & Hubermen, Michael, Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta, Universitas Indonesia, 1992, hlm.18-19.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 56
Gambar 2. Komponen-komponen Analisis Data: Model Alir (Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, 2007:18)
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 57
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Latar Penelitian
1. Sekilas Sejarah dan perkembangan SMA
Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Godean ini berdiri pada tahun 1986
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0887/0/1986
Tanggal 22 Desember 1986. Pada awal berdirinya, sekolah ini diselenggarakan
pada siang-sore hari di SMA Negeri 2 Yogyakarta, dan yang menjalankan tugas
sebagai kepala sekolah adalah Drs. Soedaryo, kepala SMA Negeri 2 Yogyakarta
pada waktu itu71.
Aktivitas pembelajaran dan persekolahan menempati gedung baru di Dusun
Nogosari Sidokarto Godean Sleman setelah bangunan siap digunakan pada
tahun 1987. Pembelajaran di tempat yang baru ini pun berlangsung dengan sangat
sederhana, karena sampai dengan tahun 1988 gedung yang ditempati belum
memiliki aliran listrik. Saluran telepon baru tersambung pada tahun 1989 setelah
memiliki kepala sekolah definitif, Drs. RM Brotohardono, yang semula adalah
guru matematika di SMA Negeri 3 Yogyakarta.
Didukung oleh tenaga pendidik dan kependidikan yang relatif masih muda
ketika itu, SMA Negeri 1 Godean melaksanakan aktivitas
pembelajaran dan persekolahan yang semakin lama semakin berkembang dengan
percepatan yang sangat signifikan. Pada umur sekolah yang belum ada
71 https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_1_Godean#Sejarah, diunduh pada 2 Agustus 2015
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 58
satu dasawarsa, sekolah ini telah menunjukkan prestasi akademik yang
membanggakan, antara lain rata-rata nilai pada Evaluasi Belajar Tahap Akhir
Nasional (EBTANAS) yang relatif tinggi, selalu masuk dalam lima besar sekolah
menengah atas di Kabupaten Sleman. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah
yang para muridnya disiplinterhadap peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah.
2. Visi dan Misi SMA Negeri 1 Godean
Dari kegiatan observasi yang telah dilakukan peneliti di sekolah SMA Negeri
1 Godean, adapun Visi dari sekolah SMA Negeri 1 Godean tersebut adalah,
Unggul Dalam Prestasi, Menguasai IPTEK, Berbudi Pekerti Luhur dan
Berwawasan Global. Sedangkan Misi dari SMA Negeri 1 Godean adalah sebagai
berikut,
a. Meningkatkan budaya membaca dan menulis. b. Meningkatkan prestasi belajar akademik dan non akademik. c. Mempertahankan/meningkatkan kelulusan peserta didik yang mengikuti Ujian Nasional dan Ujian Sekolah. d. Meningkatkan jumlah lulusan yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi. e. Meningkatkan kesehatan jasmani, rohani dan pemahaman ajaran agama sesuai agama yang dianutnya. f. Meningkatkan kepercayaan diri dan mengembangkan minat dan bakat. g. Meningkatkan kemampuan penggunaan komputer. h. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris dan Mandarin72.
Berdasarkan Visi dan Misi dari SMA Negeri 1 Godean, maka penerapan PI
dan LKS Bermakna diharapkan dapat memberikan perubahan dalam aspek
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Perubahan dalam ketiga aspek tersebut
dapat dinilai dari bagaimana siswa itu menjawab dan merefleksikan nilai-nilai yang
terkandung dalam materi yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupannya.
72 https://www.SMA-Negeri-1-Godean/422721157818075?sk=info&tab=page_info. Di unduh pada 7 Maret 2015.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 59
B. Deskripsi Hasil Penelitian
1. Aspek Competence
Pada aspek Competence ini terlihat bagaimana keadaan awal dari proses
pembelajaran berlangsung yaitu yang terdiri dari guru maupun siswa. Keadaan
awal dari aspek Competence terlihat dari pengamatan pertama yang dilakukan oleh
peneliti, yaitu mengamati bagaimana proses pembelajaran sejarah itu berlangsung
di dalam kelas. Peneliti melihat bahwa pembelajaran yang berlangsung sudah
menerapkan PI. Guru sangat mengharapkan dengan menerapkan PI dalam proses
pembelaran dapat mengubah semua nilai dari beberapa indikator yang terdapat
dalam aspek Competence, indikator tersebut yaitu terdiri dari pengetahuan, sikap
dan keterampilan siswa.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa hasil data berupa hasil nilai ulangan
harian 1, nilai ulangan harian 2 dan 3, kuesioner, observasi, LKS, dan hasil
wawancara guru dan siswa. Pada awal peneliti terjun ke lapangan yaitu melakukan
pengamatan baik pengamatan yang meliputi keadaan sekolah, guru maupun siswa.
Hasil pengamatan yang diperoleh peneliti antara lain yaitu sekolah memiliki tata
tertib yang sangat dipatuhi oleh seluruh warga sekolah, baik kepala sekolah, guru,
karyawan maupun siswa sendiri. Tata tertib tersebut berupa peraturan bahwa
seluruh warga sekolah harus datang sebelum waktu menunjukkan pukul 07.00.
Selain itu tata terbit lainnya yaitu berupa guru dan siswa wajib mengenakan baju
seragan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Berdasarkan pengamatan yang
peneliti lakukan di dalam kelas, guru datang tepat waktunya dan selesai sesuai
dengan jadwal mengajar. Siswa juga sangat berperan aktif dalam proses
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 60
pembelajaran yang sedang berlangsung. Keaktifan siswa tersebut dilihat dari
banyaknya siswa yang terlibat dalam kegiatan belajar dengan aktif bertanya apabila
siswa mengalami kesulitan. Jadi dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
sejarah di kelas XI IIS 1 sangat efektif oleh karena guru dan siswa dapat bekerja
sama dengan baik.
Selain itu, guru juga selalu memberikan motivasi kepada siswa berupa
peneguhan mengenai nilai-nilai yang dapat diteladani dari meteri belajar sejarah
yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi. Motivasi lainnya berupa apersepsi dari guru
terhadap siswa yaitu guru selalu memberikan makna dan mengajarkan nilai-nilai
karakter yang dapat siswa terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian,
setelah data observasi telah diperoleh, peneliti melakukan wawancara terhadap
guru dan siswa.
Wawancara kepada guru dilakukan peneliti mengenai bagaimana proses
pembelajaran sejarah yang selama ini diterapkan di sekolah, kemudian metode apa
yang sering diterapkan oleh guru pada saat mengajar dan bagaimana motivasi
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru sejarah
mengatakan bahwa metode yang digunakan pada saat mengajar yaitu bervariasi
sesuai dengan materi belajar. Metode yang bervariasi tersebut seperti metode
diskusi, tanya jawab dan ceramah. Metode yang bervariasi digunakan dengan
tujuan agar siswa tidak mudah jenuh dengan metode pembelajaran yang sama, guru
tersebut juga berpendapat bahwa dengan menggunakan metode yang bervariasi
mampu menumbuhkan semangat baru terhadap siswa.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 61
Hal yang sama juga ditanyakan kepada siswa. Peneliti mengambil dua orang
siswa sebagai narasumber yaitu siswa yang bernama Veronika Yasinta K. dan
Yohanes Arya P.A., dari kedua orang siswa tersebut mempunyai jawaban dan
alasan yang berbeda, namun pada intinya kedua siswa ini sangat setuju dengan
proses pembelajaran dengan menggunakan LKS yang Bermakna. Dengan LKS
yang Bermakna siswa mendapatkan banyak keuntungan, seperti materi yang
disajikan dalam LKS yang Bermakna sudah ringkas dan mudah dipahami, materi
pembelajaran sejarah yang sedang diajarkan yaitu mengenai Peristiwa Proklamasi.
Kedua siswa tersebut berpendapat bahwa LKS yang Bermakna sangat membantu
mereka dalam menghayati dan meneladani jasa para pahlawan pada saat
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. LKS yang Bermakna yang di dalamnya
terdapat aksi dan refleksi yang harus diisi siswa sebagai wujud dari pengalaman
maupun karakter yang sudah tertanam dalam diri siswa yang kemudian dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain data yang diambil dari hasil pengamatan atau observasi dan
wawancara, peneliti juga mendapatkan hasil data dari kuesioner yang diisi oleh
siswa. Di dalam kuesioner tersebut menyangkut bagaimana perubahan Conscience,
Compassions dan karakter siswa. Dalam aspek Competence, peneliti mendapatkan
hasil data berupa nilai ulangan harian 1, nilai ulangan harian 2 dan nilai ulangan
harian 3. Tentu saja dari ketiga hasil nilai ulangan harian tersebut mengalami
peningkatan nilai rata-rata siswa. Selain itu, dalam aspek Competence peneliti juga
mempunyai hasil data dari pengisian LKS yang Bermakna yang sudah diisi oleh
siswa. Terdapat berbagai macam jawaban yang diberikan siswa dalam mengisi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 62
LKS yang Bermakna tersebut. Dalam LKS yang Bermakna juga menilai aspek
karakter yang ada dalam diri siswa. Penilaian tersebut seperti siswa diharapkan
untuk memberikan jawaban yang mencerminkan sikap siswa yang berkarakter
dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam materi mengenai Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia. Di bawah ini merupakan hasil nilai ulangan harian 1,
ulangan harian 2 dan ulangan harian 3 siswa kelas XI IIS 1.
Tabel 2: Hasil nilai ulangan harian siswa kelas XI IIS 1
Keterangan KKM Ulangan Ulangan Ulangan No. Nama 1 2 3 1 Adnan Yumna Hananta 75 93 92 100 2 Agata Dina Paskala 75 89 92 96 3 Annisa Ruri P. 75 98 88 100 4 Benediktus Jagad K. A. 75 89 92 100 5 Bernadus Ardi Prasetya 75 98 98 100 6 Dela Puspitasari 75 95 95 98 7 Fariz Yudhi Haninditya 75 91 100 96 8 Feby Fakhrinnisa 75 98 88 100 9 Fitriani Dian Pertiwi 75 95 85 100 10 Fu’ad Arkan 75 100 90 96 11 Issac Pranadipta Wartadi 75 95 92 96 12 Ketty Nur Utami 75 93 100 98 13 Muhammad Akhid A. 75 84 95 96 14 Risa Prasetyo 75 91 100 98 15 Rosita Nur W. P. 75 100 100 98 16 Tomi Ammar Mubarak 75 87 93 91 17 Veronika Yasintya K. 75 82 87 75 18 Yoga Pratama 75 93 95 95 19 Yohanes Arya P.A. 75 95 92 100 20 Yosephin Luphita T.K 75 95 88 100 Total 1861 1862 1933 Nilai tertinggi 100 100 100 Nilai terendah 82 85 75 Rata-rata Kelas 93,05 93,1 96.65 Persentase 100% 100% 100%
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 63
Diagram Persentase Nilai Ulangan Harian Siswa dapat dilihat di bawah ini:
Nilai Ulangan Harian
34% 33% Ulangan Harian 1 Ulangan Harian 2 Ulangan Harian 3
33%
Gambar 3: Data nilai ulangan harian siswa
Hasil data nilai ulangan harian yang tertera pada diagram di atas merupakan
hasil data dari rata-rata nilai kelas XI IIS 1. Dari data siswa dalam penelitian ini
tampak bahwa ada 20 siswa yang berhasil mencapai KKM. Rata-rata nilai yang
diperoleh siswa adalah 93.05, nilai tertinggi adalah 100, dan nilai terendah adalah
82. Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM sudah memenuhi
target yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa. Maka dapat dikatakan bahwa
hasil belajar sejarah siswa dengan penerapan LKS yang Bermakna sudah
mengalami keberhasilan atau ketuntasan.
Hasil data dari ulangan harian kedua menunjukkan tingkat prestasi belajar
sejarah siswa dengan menggunakan LKS yang Bermakna dengan KKM yang
ditentukan adalah 75. Tampak bahwa ada 20 siswa yang berhasil mencapai KKM.
Rata-rata nilai yang diperoleh siswa adalah 93.1 nilai tertinggi adalah 100 dan
nilai terendah adalah 85. Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM
sudah memenuhi target yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 64
Kemudian rata-rata nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian ketiga
siswa adalah 96.65, nilai tertinggi adalah 100, dan nilai terendah adalah 75.
Jumlah siswa yang hasil belajarnya telah mencapai KKM sudah memenuhi target
yang ditentukan yaitu 100% dari jumlah siswa. Maka dapat dikatakan bahwa hasil
belajar sejarah siswa mengalami peningkatan dilihat dari nilai rata-rata yang
meningkat dari nilai ulangan harian 1, nilai ulangan harian 2 dan nilai ulangan
harian 3. Pada aspek Competence mempunyai kriteria tinggi dengan tingkat
ketuntasan mencapai keseluruhan siswa yang berjumlah 20 dari ulangan harian 1,
ulangan harian 2 dan ulangan harian 3. Hal ini menunjukkan bahwa tingkah
pemahaman materi siswa juga sangat tinggi.
2. Aspek Conscience
Dalam aspek Conscience data yang peneliti peroleh yaitu dari hasil
pengamatan atau observasi di dalam kelas pada saat proses pembelajaran sedang
berlangsung, di luar kelas pada saat siswa sedang bergaul dengan teman sebayanya
maupun hasil dari pengisian keusioner. Aspek Conscience terdiri dari beberapa
indikator, yaitu tanggung jawab, kejujuran, kemandirian, keterbukaan, kebebasan,
keadilan, kegigihan, keberanian mengambil resiko, dan kemampuan memberi
makna hidup. Tidak hanya dalam aspek Competence saja yang diharapkan terjadi
perubahan pada diri siswa, namun pada aspek Conscience ini juga sangat
diharapkan adanya perubahan yang menonjol dari siswa. Untuk mengetahui sejauh
mana sikap siswa dari berbagai macam indikator tersebut, terdapat kuesioner yang
harus diisi siswa.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 65
Dalam pengisian kuesioner di kelas XI IIS 1 aspek Conscience yang paling
berpengaruh dan sangat terlihat yaitu indikator mandiri dan kegigihan.Hal tersebut
terlihat dalam hasil data yang sudah dianalisis oleh peneliti.Indikatormandiri dan
kegigihan juga merupakan karakter yang dimiliki siswa kelas XI IIS 1.
Kemandirian siswa sangat menonjol dalam aspek Conscience disebabkan oleh
karena karakter siswa kelas XI IIS 1 cenderung untuk bersikap mandiri dalam
melalukan berbagai hal misalnya dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru, siswa mengerjakan secara mandiri dan tidak mengandalkan teman untuk
menyontek. Kemandirian tersebut juga diteladani siswa dari materi belajar
mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi.
Kemandirian yang siswa lihat dari pejuang-pejuang tahan air pada saat
memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari tangan penjajah. Sedangkan
indikator kegigihan yang tertanam dalam karakter siswa juga terlihat dari adanya
semangat belajar sejarah dan adanya kesadaran siswa untuk belajar dengan
sungguh-sungguh sebagai generasi muda penerus bangsa yang akan
mempertahankan dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sedangkan siswa
yang memiliki nilai persentase tertinggi dari pengisian kuesioner yaitu siswa yang
bernama Issac Pranadipta Wartadi dengan skor total 147. Hasil ini mencerminkan
bahwa siswa tersebut mempunyai karakter yang baik yang dapat menerapkan sikap
kemandirian dan kegigihan dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya.
Hasil data yang diperoleh dari kuesioner didukung dengan adanya data dari
hasil wawancara terhadap siswa yaitu Yohanes Arya P.A. dan Veronika Yasintya
K.. Kedua siswa tersebut merupakan siswa yang memiliki nilai tertinggi dan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 66
terendah dalam aspek Competence. Hasil wawancara terhadap kedua siswa tersebut
mengenai hal apa yang dapat memotivasi kedua siswa tersebut dan upaya yang
dilakukan siswa dalam menghadapi kendala pada saat proses belajar mengajar
sedang berlangsung. Pendapat mereka dalam menanggapi pertanyaan dalam
wawancara tersebut yaitu mereka mengungkapkan bahwa hal yang dapat
memotivasi mereka untuk semangat belajar sejarah yaitu terdapat pada guru yang
menyenangkan pada saat mengajar, dan menjelaskan materi belajar dengan jelas
dan mudah dimengerti oleh siswa. Guru menggunakan metode yang bervariasi
membuat siswa lebih semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Hal
tersebut diungkapkan oleh kedua siswa pada saat peneliti melakukan wawancara.
Persentase dalam penilaian aspek Conscience adalah sebagai berikut:
Tabel 3: Persentase Aspek Conscience
Persentase Conscience No. Indikator % 1. Berani ambil resiko 10% 2. Keadilan 14% 3. Kebebasan 12% 4. Kebermaknaan 9% 5. Mandiri 17% 6. Kegigihan 14% 7. Kejujuran 10% 8. Tanggung jawab 9% 9. Keterbukaan 5%
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 67
Diagram Persentase Aspek Conscience dapat dilihat di bawah ini:
Conscience
Berani ambil resiko 5% 10% 9% Keadilan Kebebasan 14% 10% Kebermaknaan Mandiri 12% 14% Kegigihan Kejujuran 9% Tanggung jawab 17% Keterbukaan
Gambar 4: Diagram Conscience
Dari gambar diagram Conscience tersebut dapat dilihat bahwa indikator yang
paling menonjol dari siswa kelas XI IIS 1 yaitu indikator kemandirian dengan
angka persentase 17% dan kegigihan dengan angka persentase 14%. Kedua
indikator tersebut mengalami perubahan ketika peneliti melakukan pengamatan
keadaan awal siswa dengan pengamatan pada saat kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung di dalam kelas maupun pada saat guru mengadakan ulangan
harian 1, ulangan harian 2, dan ulangan harian 3.
Kemandirian siswa dapat dilihat dari bagaimana cara siswa dalam mencari
sebuah jawaban serta mencari sebuah solusi dalam setiap persoalan yang terdapat
dalam materi belajar. Sedangkan indikator kegigihan yang peneliti amati yaitu
terlihat pada aksi dan refleksi siswa yang mengemukakan bahwa kegigihan seorang
siswa yang berkarakter dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya
kegigihan pada saat mengikuti kegiatan upacara Bendera yang dilakukan dengan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 68
sungguh-sungguh. Dari data diatas menunjukkan bahwa persentase dari setiap
indikator sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa kelas XI IIS 1.
3. Aspek Compassion
Pada aspek Compassion ini terdiri dari indikator kerjasama, penghargaan
terhadap sesama, kepedulian pada orang lain, kepekaan terhadap orang lain, dan
kerelaan untuk berkorban. Dari aspek Compassion menilai bagaimana sikap siswa
terhadap keadaan disekitarnya. Penilaian ini dengan menggunakan lembar
pengamatan atau observasi. Pengamatan ini dilakukan peneliti pada saat kegiatan
belajar mengajar di kelas sedang berlangsung. Penilaian ini dapat dilihat dengan
cara mengamati bagaimana gerak siswa dalam kegiatan belajar di kelas sesuai
dengan indikator yang telah tersedia.
Berdasarkan indikator tersebut dikaitkan dengan materi yang sedang mereka
pelajari, yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi. Pengamatan peneliti terhadap siswa
meliputi kerjasama siswa pada saat diskusi kelompok mengenai Peristiwa Sekitar
Proklamasi, penghargaan siswa terhadap sesama dalam mengemukakan
pendapatnya di depan kelas, kemudian kepedulian siswa terhadap guru, teman
maupun seluruh warga sekolah, kepekaan siswa terhadap situasi dan kondisi yang
sedang terjadi di lingkungan sekolah dan kerelaan siswa untuk berkorban, misalnya
rela mengorbankan waktunya untuk membantu teman yang sedang kesulitan
mengerjakan tugas. Selain itu, pengamatan dilakukan pada saat siswa mengikuti
ulangan harian. Dari pengamatan tersebut dapat dilihat bagaimana perubahan sikap
siswa dari pengamatan keadaan awal siswa kemudian terjadi perubahan pada diri
siswa.Penilaian lainnya yaitu dengan menggunakan kuesioner. Penilaian tersebut
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 69
sama sekali tidak berpengaruh terhadap nilai siswa. Namun kuesioner tersebut
hanya digunakan untuk mengukur sikap siswa sesuai dengan indikator penilaian.
Siswa yang mempunyai nilai tertinggi dalam pengisian kuesioner yaitu Issac
Pranadipta Wartadi dengan skor total 98.
Pada aspek Compassion, hasil data juga didukung oleh hasil wawancara
mengenai beberapa indikator yang paling menonjol pada aspek Compassion.
Pertanyaan wawancara yang bersangkutan dengan indikator yang paling menonjol
yaitu mengenai nilai-nilai yang diperoleh siswa dari materi belajar Peristiwa
Sekitar Proklamasi, dan mengenai perubahan yang terjadi dalam proses belajar
dengan menggunakan LKS yang Bermakna. Pendapat dari kedua siswa tersebut
yaitu nilai-nilai yang dapat diteladani maupun nilai-nilai yang diperoleh dari materi
belajar Peristiwa Sekitar Proklamasi yaitu nilai kerja sama yang mengajarkan siswa
untuk saling kerja sama terhadap sesama maupun orang lain, nilai pengorbanan
yaitu nilai yang mengajarkan siswa untuk berkorban terhadap sesama yang sedang
membutuhkan pertolongan, nilai pantang menyerah yang mengajarkan siswa untuk
selalu menanamkan rasa semangat sebagai siswa yang berkarakter.Nilai-nilai
tersebut sudah diterakan dalam kehiduan sehari-hari oleh siswa kelas XI IIS 1.
Di bawah ini merupakan hasil persentase siswa pada aspek Compassion.
Tabel 4: Persentase Aspek Compassion
Persentase Compassion No. Indikator % 1. Rela Berkorban 26% 2. Peka 12% 3. Peduli 38% 4. Kerja sama 24%
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 70
Diagram Persentase Aspek Compassion dapat dilihat di bawah ini:
Compassion
24% 26% Rela Berkorban Peka Peduli 12% Kerja sama 38%
Gambar 4: Diagram Compassion
Dari gambar diagram Compassion diatas dapat dilihat bahwa persentase
indikator ang paling menonjol yaitu terlihat pada indikator peduli dengan angka
persentase 38% dan indikator rela berkorban dengan angka persentase
26%.Indikator tersebut juga mengalami perubahan dari siswa yaitu terlihat dari
keadaan siswa pada awal pengamatan kemudian mengalami perubahan ketika
siswa sudah memahami nilai-nilai apa saja yang dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
4. Karakter
Selain aspek Competence, Conscience, dan Compassion, aspek yang diamati
dalam penelitian yaitu karakter siswa. Dari karakter tersebut pengamatan
difokuskan dalam beberapa indikator, yaitu kerja keras, mandiri, demokratis,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, cinta damai, tanggung jawab. Pengukuran
terhadap indikator karakter tersebut dilakukan sama dengan penilaian aspek
Conscience dan Compassion, yaitu dengan menggunakan lembar pengamatan dan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 71
kuesioner. Pengamatan tidak hanya dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar
sedang berlangsung, tetapi juga dilakukan pada saat siswa beraktivitas di luar
kelas. Karakter siswa yang dinilai dapat diamati juga pada saat siswa berbicara
dengan guru maupun dengan temannya. Hal tersebut dapat menunjukkan
bagaimana karakter siswa dalam mengimplementasikan sikap sopan santun dan
tanggung jawab siswa terhadap orang yang lebih tua dari dirinya maupun terhadap
siswa yang sebaya dengannya.
Dari hasil analisis data pengamatan terlihat berbagai macam tingkat
perubahan karakter siswa pada saat pertama kali dilakukan pengamatan dan terjadi
perubahan, sebagai contohnya yaitu siswa pada awal pengamatan kurang
menanamkan perilaku sopan santun dan tanggung jawab sebagai seorang siswa.
Siswa lebih cenderung untuk bermain-main ketika kegiatan belajar sedang
berlangsung. Siswa yang terlihat sangat menonjol dalam perubahan sikap serta
memiliki nilai tertinggi dari pengisian kuesioneryaitu Issac Pranadipta Wartadi
yaitu dengan skor total 69. Selain pada aspek Karakter Issac Pranadipta Wartadi
juga memiliki nilai tertinggi dalam aspek Conscience dan Compassion. Hal itu
menunjukkan bahwa pembelajaran sejarah dengan berbasis Pedagogi Ignasian
dapat meningkatkan nilai Competence, Conscience, Compassionserta nilai
Karakter siswa.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 72
Di bawah ini merupakan hasil dari penilaian dengan menggunakan kuesioner.
Tabel 5: Persentase Karakter
Persentase Karakter % No. Indikator % 1. Kerja Keras 14 2. Mandiri 12 3. Demokratis 12 4. Semangat Kebangsaan 15 5. Cinta Tanah Air 14 6. Cinta Damai 15 7. Tanggung Jawab 18
Diagram Persentase Karakter dapat dilihat di bawah ini:
Karakter Kerja Keras
Mandiri
18% 14% Demokratis
12% Semangat Kebangsaan 15% Cinta Tanah Air 12% 14% Cinta Damai 15% Tanggung Jawab
Gambar 5: Diagram Karakter
Dari gambar diagram karakter diatas dapat dilihat bahwa pada aspek
Karakter ini indikator yang paling menonjol dari siswa yaitu terdapat pada
indikator tanggung jawab dengan angka persentase 18% dan cinta damai dengan
angka persentase 15%. Tanggung jawab terlihat pada sikap siswa pada saat guru
meminta siswa untuk mengerjakan LKS Bermakna, dan siswa pun mengerjakan
dengan penuh tanggung jawab dan mengumpulkannya tepat pada waktunya.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 73
Selain itu, dari hasil pengamatan oleh peneliti, cinta damai yang menonjol
dari siswa terlihat pada sikap siswa yang satu sama lain saling menghargai dan
bertindak sopan terhadap guru maupun karyawan lain yang dianggap lebih tua dari
mereka. Dari hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bagaimana karakter
siswa yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan sikap apa saja yang paling
menonjol yang dapat diterapkan siswa ketika sedang berada di lingkungan sekolah.
C. Pembahasan
1. Aspek Competence
Competence adalah kompetensi/kualitas yang unggul bagi peserta didik,
berkaitan dengan kemampuan penguasaan kompetensi secara utuh yang disebut
juga kemampuan kognitif. Competence pada Pedagogi Ignasian sangat kental
bermuatan ranah kognitif dan psikomotorik, namun demikian di sana termuat juga
sebagian afektif meskipun terbatas dalam kaitannya dengan keilmuan73.
Aspek Competence mengacu pada kecerdasan individu, cerdas di sini bukan
hanya pengetahuan, namun juga cerdas dalam mengambil sikap.Jadi dalam hal ini,
Competence dimaknai sebagai kemampuan akademik yang memadukan unsur
pengetahuan, ketrampilan dan sikap74. Seperti pada pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti, terlihat perubahan dari diri siswa dalam kemampuan akademiknya,
yang diukur dari ulangan harian 1, ulangan harian 2 dan ulangan harian 3. Pada
aspek Competence ini terlihat bagaimana persiapan guru pada saat sebelum
73Ibid., hlm. 39. 74 http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/03/3-buku-pendidikan-karakter.pdf., hlm. 17-18. (diunduh tanggal 24 Maret 2013).
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 74
mengajar dan mempersiapkan media maupun produk yang akan dipakai untuk
pembelajaran sejarah di kelas. Dalam hal ini, guru menyiapkan berbagai perangkat
pembelajaran yang akan dipakai sebagai pedoman pembelajaran di kelas.
Perangkat pembelajaran tersebut terdiri dari RPP, media pembelajaran dan LKS
yang Bermakna. Perangkat pembelajaran tersebut digunakan guru sebagai
pedoman dalam mengajar.
Selanjutnya peneliti memilih dan memanfaatkan informan. Dalam hal ini,
informan perlu direkrut seperlunya dan diberi tahu tentang maksud dan tujuan
penelitian. Agar peneliti memperoleh informan yang benar-benar memenuhi
persyaratan75. Peneliti menyiapkan perlengkapan penelitian yang berupa lembar
pengamatan maupun kuesioner.
Tahap pelaksanaan, peneliti sudah menyiapkan berbagai macam
perlengkapan yang digunakan dalam melakukan penelitian. Untuk memasuki
pekerjaan di lapangan, peneliti perlu memahami latar penelitian terlebih dahulu. Di
samping itu, ia perlu mempersiapkan dirinya, baik secara fisik maupun secara
mental76. Dalam pelaksanaan ini, peneliti dengan berbagai instrumen yang sudah
disiapkan hendaknya segera melakukan penelitian dan melakukan tindakan sesuai
dengan yang tertera dalam instrumen penelitian. Pertama-tama, peneliti melakukan
observasi, baik observasi lingkungan sekolah maupun observasi terhadap informan.
Setelah melakukan pengamatan atau observasi yang mendukung dalam penelitian,
peneliti kemudian melakukan wawancara terhadap informan terkait dengan
persoalan yang hendak diteliti. Peneliti juga mencacat hasil data di lapangan agar
75 Ibid., hlm. 133 76 Ibid., hlm. 144
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 75
dapat dianalisis. Sumber informan yang peneliti pakai yaitu guru dan siswa. Subjek
yang peneliti amati yaitu siswa kelas XI IIS 1. Hal yang diamati dalam tahap
pelaksanaan ini yaitu peneliti mengamati bagaimana keadaan atau proses
pembelajaran pada saat berlangsung.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti diperoleh data
Competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa selama proses
pembelajaran sejarah dengan mengimplementasikan Paradigma Pedagogi Ignasian
menggunakan LKS Bermakna, ternyata sangat baik untuk diterapkan. Hal itu
terlihat ketika siswa sedang mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas tampak
sangat aktif bertanya mengenai materi yang sedang dipelajarinya yaitu Peristiwa
Sekitar Prokalamsi. Siswa dengan giat memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan materi di depan kelas. Dengan adanya LKS yang Bermakna, siswa
semakin termotivasi untuk belajar. Dengan adanya implementasi ini terjadi
perubahan atau peningkatan pada aspek Competence (pengetahuan, keterampilan
dan sikap) pada siswa.
Penelitian ini dilakukan dengan 3 kali ulangan, guna mengetahui perubahan
atau peningkatan pada aspek Competence (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
siswa. Dari mulai awal pembelajaran hingga prosesnya terjadi perubahan pada
sebagian besar siswa di kelas XI IIS 1. Pada ulangan pertama nilai rata-rata kelas
yaitu 93,05 dengan siswa yang berjumlah 20 siswa dan semuanya mencapai KKM
yaitu 75. Pada ulangan pertama ini dilakukan untuk mengulas kembali materi yang
telah diberikan oleh guru dan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pemahaman
siswa terhadap materi Sekitar Proklamasi.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 76
Pada ulangan harian kedua, terjadi peningkatan nilairata-rata siswa, yaitu
dengan rata-rata nilai siswa 93,1. Meskipun tidak besar peningkatan dan perubahan
yang terjadi pada nilai siswa, namun tingkat pemahaman siswa mengalami
perubahan.Hal ini terlihat pada siswa yang sudah mulai menunjukkan pemahaman
mengenai materi yang telah dijelaskan oleh guru. Selain itu, siswa juga mulai
mengerti nilai-nilai apa saja yang diambil dari materi yang telah diajarkan yaitu
Peristiwa Sekitar Proklamasi.
Hasil dari aspek Competence selanjutnya yaitu ulangan harian ketiga, terjadi
peningkatan dari ulangan harian pertama dan kedua, yaitu 96,65. Peningkatan ini
disebabkan karena sebagian besar siswa yang sudah memahami dan
mengimplementasikan makna dan nilai-nilai dari pembelajaran sejarah. Serta siswa
lebih memaknai dari setiap materi pembelajaran sejarah, kemudian mereka
terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan serta perubahan yang terjadi
pada aspek Competence pada siswa menunjukkan bahwa siswa mampu mengikuti
dan memahami materi belajar dengan baik dan menghasilkan nilai diatas KKM.
Hasil Competence (pengetahuan, keterampilan dan sikap) siswa yang
diperoleh dari ualangan harian 1, ulangan harian 2 dan ulangan harian 3 selalu
mengalami perubahan dan perkembangan. Hal itu dipengaruhi oleh karena
motivasi siswa yang sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran sejarah. Selain
faktor dari siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, guru juga sangat berperan
dalam memberikan materi belajar yang mudah dipahami serta mudah dimengerti
oleh siswa, sehingga siswa memiliki semangat belajar sejarah. Dari analisi data
yang peneliti lakukan dengan menggunakan penilaian data jenis PAP 1
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 77
menunjukkan siswa yang mendapatkan skor total dari setiap ulangan harian 41
sampai dengan 45 maka siswa tersebut mendapatkan nilai huruf A. Kemudian
apabila jumlah skor total siswa 36 sampai dengan 40, yaitu siswa mendapakan nilai
huruf B. Siswa yang mendapatkan skor total 29 sampai dengan 35 maka siswa
tersebut mendapatkan nilai huruf C. Pada ulangan harian yang pertama, nilai yang
dominan pada siswa kelas XI IIS 1 yaitu nilai A dan nilai B dengan 14 siswa yang
mendapatkan nilai A dan 6 siswa yang mendapatkan nilai B. Skor tertinggi yang
diperoleh siswa yaitu 45 mendapat nilai huruf A. Sedangkan nilai terendah
diperoleh dengan skor total 37 mendapatkan nilai huruf B. Dari pengamatan yang
peneliti lakukan di dalam kelas, siswa mendapatkan nilai tinggi oleh karena tingkat
motivasi belajar siswa yang tinggi dan materi yang diberikan oleh guru mudah
dipahami. Selain itu, LKS Bermakna juga sangat mempengaruhi cara belajar siswa
yaitu memudahkan siswa dalam memahami materi belajar oleh karena materi
pembelajaran disajikan lebih ringkas.
Sedangkan pada nilai ulangan harian 2, 14 siswa mendapatkan nilai A dan 6
siswa mendapatkan nilai B. Pada ulangan harian kedua ini sama seperti pada
ulangan harian pertama. Namun, rata-rata nilai kelas XI IIS 1 mengalami
peningkatan dari hasil rata-rata nilai ulangan harian pertama. Skor tertinggi yang
diperoleh siswa yaitu 40 dengan nilai huruf A. Kemudian skor terendah yang
diperoleh siswa yaitu 34 dengan nilai huruf B.
Pada ulangan harian ketiga menunjukkan bahwa skor yang diperoleh siswa
kelas XI IIS 1 mencapai skor total 43 sampai dengan 45 dengan nilai huruf A. Nilai
huruf A diperoleh semua siswa kelas XI IIS 1, dan dari data tersebut menunjukkan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 78
bahwa tingkat perubahan siswa pada aspek Competence sangat menonjol.
Peningkatan serta perubahan pada aspek Competence ini disebabkan oleh karena
dalam pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian sikap serta minat siswa
dalam belajar sangat diperhatikan oleh guru. Kemudian, dalam pembelajaran yang
berbasis Pedagogi Ignasian, siswa sangat diberikan kekebasan untuk belajar,
kebebasan tersebut misalnya kebebasan dalam mengemukakan pendapat,
kebebasan dalam bertanya serta kebebasan siswa dalam mencari sebuah solusi
dalam setiap permasalahan materi belajar. Sebagai contohnya siswa mampu
membuat makalah dan mempresentasikan sesuai dengan topik dan permasalahan
yang dibahas.
Data pada aspek Competence selain nilai siswa yang dapat dijadikan sumber
data, peneliti juga mempunyai hasil wawancara terhadap guru. Wawancara tersebut
di dalamnya meliputi metode apa yang digunakan guru pada saat mengajar di
kelas, upaya dan kendala yang dihadapi siswa ketika mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Kegiatan wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap guru,
memiliki data berupa hasil wawancara dan data dokumentasi yang dapat dijadikan
sebagai data tambahan. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa upaya guru
dalam mengatasi kendala kegiatan belajar dengan menggunakan metode belajar
yang bervariasi, sehingga siswa tidak mudah cepat bosan ketika mengikuti
pelajaran. Guru juga memotivasi siswa agar lebih giat belajar. Dengan
menggunakan media LKS Bermakna, guru merasa terbantu oleh karena siswa
sangat berperan aktif dalam pembelajaran.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 79
2. Aspek Conscience
Conscience merupakan kemampuan afektif yang secara khusus mengasah
kepekaan dan ketajaman hati nurani.Nilai-nilai tersebut merupakan satu kesatuan
dari aspek Conscience. Hal ini menjadi pedoman untuk memahami alternatif dan
menentukan pilihan oleh individu, hal yang baik maupun buruk, hal yang benar
maupun salah.
Dalam aspek Conscience juga mengalami perubahan.Perubahan terlihat pada
sikap siswa pada saat pertama kali pengamatan dilakukan oleh peneliti. Perubahan
terjadi ketika siswa mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam
materi pembelajaran sejarah. Perubahan pada aspek Conscience terjadi oleh karena
dalam Pedagogi Ignasian lebih menekankan kepada suara hati siswa. Suara hati
siswa tersebut dapat berupa sikap jujur dan sikap kreatif pada siswa. Kejujuran
dalam kegiatan belajar sejarah dapat dilakukan siswa ketika siswa mengerjakan
soal-soal pada LKS yang Bermakna. Sikap kreativitas siswa dapat dilihat pada saat
siswa mengemukakan pendapatnya di depan kelas. Selain itu penerapan nilai-nilai
dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa sangat membantu dan memberikan
pengaruh yang besar terhadap sikap dan karakter siswa. Peneliti mengamati siswa
sesuai dengan kemampuan memahami atau berkaitan dengan hati nurani yang
terdapat dalam Conscience (suara hati) ketika pembelajaran sejarah berlangsung di
kelas XI IIS 1. Indikator yang diamati yaitu tanggung jawab, kedisiplinan,
kejujuran, kemandirian, keterbukaan, kebebasan, keadilan, kegigihan, keberanian
mengambil resiko, kemampuan memberi makna hidup.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 80
Pada saat observasi awal siswa belum menunjukkan adanya sikap siswa yang
terdapat pada indikator Conscience (suara hati). Kemudian pada saat siswa mengisi
LKS Bermakna yang di dalamnya terdapat aksi dan refleksi diri siswa, maka siswa
tersebut kemudian mengimplementasikan sikap apa saja yang menjadi aksi
mengenai materi Peristiwa Sekitar Proklamasi Kemerdekaan. Aksi dan refleksi
yang terdapat dalam LKS Bermakna sangat membantu peneliti dalam mengamati
sikap siswa yang berkaitan dengan indikator penilaian pada aspek Conscience.
Terdapat berbagai macam perubahan yang terjadi pada 20 siswa dari aspek
Conscience yang diamati oleh peneliti. Hasil pengamatan dari aspek Conscience
menunjukkan bahwa siswa lebih mampu memiah nilai-nilai yang baik dan
menerapkan nilai-nilai dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil dari kuesioner, dapat diketahui bahwa keadaan Conscience
(suara hati) siswa memiliki skor berani mengambil resiko 10%, keadilan 14%,
kebebasan 12%, kebermaknaan 9%, kemandirian 17%, kegigihan 14%, kejujuran
10%, tanggung jawab 9%, keterbukaan 5%. Dari aspek Conscience indikator yang
paling menonjol dan paling berpengaruh pada siswa kelas XI IIS 1 yaitu indikator
mandiri. Mandiri tersebut merupakan keadaan dapat berdiri sendiri, tidak
bergantung pada orang lain77. Hal ini dapat dijelaskan bahwa siswa mampu
memahami materi sejarah dengan baik setelah guru menjelaskan materi belajar.
Kemudian, indikator mandiri ini juga menjelaskan bahwa siswa mampu mencari
solusi atas persoalan mengenai materi belajar sejarah yaitu Peristiwa Sekitar
Proklamasi.Sedangkan kegigihan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
77 http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri. Di akses pada 26 September 2015
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 81
merupakan tetap teguh pada pendirian atau pikiran78 yang tercermin pada sikap
siswa secara giat mengikuti upacara Bendera yang rutin dilakukan pada hari Senin.
Hal itu juga mencerminkan bahwa siswa-siswi kelas XI IIS 1 mencerminkan sikap
cinta tanah air.
Kegigihan juga dilakukan siswa pada saat mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas maupun di luar kelas, tercermin dari setiap tindakan siswa yang
dengan gigih mematuhi tata tertib di sekolah. Materi belajar mengenai Peristiwa
Sekitar Proklamasi mengajarkan siswa untuk lebih tekun dalam menerapkan sikap
cinta tanah air, maupun sikap tanggung jawab sebagai siswa yang cinta akan
Indonesia, dan mengajarkan siswa untuk menjadi generasi penerus bangsa yang
mandiri, dan terbuka terhadap budaya dalam negeri maupun luar negeri. Kemudian
siswa mampu bersikap selektif dalam menanggapi budaya luar yang masuk ke
Indonesia.
Pada aspek Conscience peneliti juga melakukan wawancara terhadap siswa.
Siswa yang peneliti wawancarai yaitu siswa yang mempunyai nilai tertinggi dan
terendah. Tujuannya adalah untuk melihat sejauh mana motivasi mereka dalam
mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Namun, nilai yang tertinggi maupun nilai
terendah dari kedua siswa tersebut tidak mempengaruhi sikap dan tindakan mereka
dalam kehidupan sehari-hari. Sikap keduanya tetap mencerminkan siswa yang
berkarakter. Hasil wawancara menunjukkan bahwa kedua siswa ingin guru
menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi, agar siswa lebih
giat mengikuti kegiatan belajar. Selain itu dukungan dan dorongan dari guru yang
78 http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri.Di akses pada 26 September 2015
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 82
membuat siswa semangat belajar. Nilai tambahan ketika siswa rajin
mengumpulkan tugas yang membuat semakin rajin mengerjakan tugas tepat waktu,
sehingga mendapat skor tambahan.
3. Aspek Compassion
Sama halnya aspek Conscience, aspek Compassion merupakan kemampuan
afektif, yang berupa tindakan konkret maupun batin disertai bela rasa bagi sesama,
dalam hal ini menjunjung tinggi sikap peduli terhadap sesama/bela rasa. Pada
aspek Compassion juga terdapat nilai-nilai yang merupakan kesatuan dari aspek
Compassion, dan harus ditanamkan pada siswa
Perubahan atau peningkatan juga berhasil pada aspek Compassion (bela rasa)
siswa. Perubahan dan peningkatan ini mengarah pada sikap bela rasa siswa
terhadap sesama. Dalam Pedagogi Ignasian, aspek Compassion yang berupa sikap
bela rasa terhadap sesama diterapkan oleh siswa ketika siswa mampu memaknai
setiap materi yang sedang dipelajari kemudian siswa tersebut memanfaatkannya
sebagai sikap yang dapat diteladani dan sebagai wujud dari sikap berbela rasa
terhadap sesama.
Seperti aspek Conscience (suara hati), aspek Compassion (bela rasa) juga
sangat berhubungan erat dengan pengembangan karakter dalam diri siswa yaitu
yang berhubungan dengan bela rasa terhadap sesama. Indikator Compassion (bela
rasa) yang diamati adalah kerjasama, penghargaan pada sesama, kepedulian,
kepekaan, rela berkorban. Perubahan pada aspek Compassion (bela rasa) terlihat
pada hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti. Selain itu, perubahan
aspek Compassion (bela rasa) siswa juga dapat dilihat dari hasil yang diperoleh
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 83
pada kuesioner selama pembelajaran sejarah berlangsung. Pada awal penelitian,
peneliti melakukan observasi dengan menggunakan lembar pengamatan untuk
mengetahui skala sikap Compassion siswa kelas XI IIS 1. Melalaui kuesioner
tersebut maka dalam penelitian semakin terlihat adanya perubahan sikap siswa,
yang ditunjukkan pada hasil kuesioner yang telah dianalisis.
Hasil observasi menunjukkan bahwa pada saat berdiskusi dalam kelompok
siswa sudah mempunyai rasa untuk menghargai terhadap temannya, kemudian
kerjasama dalam kelompok. Dari hasil kuesioner dapat diketahui bahwa indikator
Compassion yang paling menonjol yaitu peduli dengan nilai 24,78%. Hal ini
menunjukkan bahwa siswa sudah dapat menerapkan skala sikap yang terdapat
dalam Compassion. Berdasarkan hasil dari kuesioner, dapat diketahui bahwa
keadaan Compassion (bela rasa) siswa memiliki skor yaitu menghargai sesama,rela
berkorban 26%, kepekaan 12%, kepedulian 38%, dan kerjasama 24%. Pada aspek
Compassion indikator yang paling menonjol dari siswa yaitu indikator peduli.
Peduli merupakan perihal sangat peduli, sikap memprihatinkan sesuatuyang terjadi
dalam masyarakat79. Indikator peduli ini menunjukkan bahwa tingkat kepedulian
siswa satu terhadap yang lain sangat tinggi.
Bila dikaitkan dengan materi belajar siswa yaitu mengenai Peristiwa Sekitar
Proklamasi, indikator peduli dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang
menerapkan kepedulian terhadap sesama, baik peduli dengan teman yang sedang
kesulitan dalam memahami materi belajar maupun peduli dengan guru yang sedang
membutuhkan bantuan. Sedangkan rela berkorbanberarti bersedia dengan ikhlas
79 http://kbbi.web.id/peduli. Diakses pada 26 September 2015
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 84
memberikan sesuatu (tenaga, harta, atau pemikiran) untuk kepentingan orang lain
atau masyarakat, walaupun dengan berkorban akan menimbulkan cobaan
penderitaan bagi dirinya sendiri80. Sikap itu ditunjukkan dalam tindakan siswa
pada saat siswa berusaha menjadi siswa teladan guna ikut serta mempertahankan
kemerdekaan Indonesia agar tidak dijajah kembali oleh bangsa lain yang ingin
menguasai bangsa Indonesia.
4. Karakter
Karakter merupakan suatu fondasi kehidupan bangsa. Karakter bagi suatu
bangsa memiliki fungsi memberikan arah kemana bangsa harus menuju81.
Pendidikan karakter merupakan proses untuk mengembangkan pada diri setiap
peserta didik kesadaran sebagai warga bangsa yang bermartabat, merdeka dan
berdaulat dan berkemauan untuk menjaga dan mempertahankan kemerdekaan dan
kedaulatan tersebut82. Karakter pada dasarnya diperoleh lewat interaksi dengan
orang tua, guru, teman, dan lingkungan. Karakter diperoleh dari hasil pembelajaran
secara langsung atau pengamatan terhadap orang lain. Pembelajaran secara
langsung dapat berupa ceramah dan diskusi tentang karakter, sedang pengamatan
diperoleh melalui pengalaman sehari-hari yang dilihat di lingungan termasuk
media televisi83. Karakter berkaitan dengan sikap dan nilai. Jadi, karakter
seseorang dibentuk melalui pengalaman sehari-hari, apa yang dilihat dan apa yang
didengar dari seseorang yang menjadi acuan atau idola seseorang.
80 http://www.ngal11.tk/rela-berkorban.xhtml. Diakses pada 26 September 2015 81 Suyanto, Pendidikan Karakter, Yogyakarta: UNY Pres, 2011, hlm.158 82 Ibid.,hlm. 159 83 Ibid.,hlm. 186
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 85
Karakter, menurut pengamatan filosof kontemporer Michael Novak, adalah
perpaduan harmonis seluruh budi pekerti yang terdapat dalam ajaran-ajaran agama,
kisah-kisah sastra, cerita-cerita orang bijak, dan orang-orang berilmu, sejak zaman
dahulu hingga sekarang. Tak seorang pun, menurut Novak, yang memiliki semua
jenis budi pekerti, semua orang pasti punya kekurangan. Orang-orang dengan
karakter yang mengagumkan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainnya84.
Dengan demikian, karakter terbentuk dari tiga macam bagian yang saling
berkaitan: pengetahuan moral, perasaan moral, dan perilaku moral. Karakter yang
baik terdiri atas mengetahui kebaikan, menginginkan kebaikan, dan melakukan
kebaikan, kibiasaan pikiran, kebiasaan hati, kebiasaan perbuatan. Ketiganya
penting untuk menjalankan hidup yang bermoral; ketiganya adalah faktor
pembentuk kematangan moral.
Dari penilaian karakter siswa juga mengalami perubahan. Perubahan yang
terjadi yaitu sikap siswa yang berubah dari awal pengamatan sampai dengan siswa
mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas, maupun pada saat siswa sedang
berada di luar kelas. Peneliti mengamati berbagai macam gerak siswa pada saat di
sekolah. Berbagai macam indikator yang peneliti amati yang berhubungan dengan
karakter siswa terhadap materi belajar yaitu Peristiwa Sekitar Proklamasi. Pada
awal kegiatan pengamatan, peneliti mengamati karakter siswa dengan
menggunakan lembar pengamatan atau observasi. Sebagian besar siswa kelas XI
IIS 1 sudah menunjukkan sikap yang berkarakter.
84 Ibid.,hlm.72
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 86
Terdapat beberapa siswa yang masih belum memahami bagaimana karakter
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Masih terdapat beberapa siswa yang
belum bisa memaknai nilai-nilai sejarah yang sangat penting untuk diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, terdapat beberapa siswa yang menganggap
bahwa belajar sejarah itu sangat membosankan, sehingga mereka tidak menyimak
dan memperhatikan guru pada saat menjelaskan materi belajar sejarah di depan
kelas.
Keberadaan LKS Bermakna sangat membantu siswa dalam memaknai arti
dari belajar sejarah, sehingga siswa mampu menerapkan nilai-nilai kehidupan yang
dapat diambil dari belajar sejarah. Instrumen lainnya yaitu dengan menggunakan
kuesioner. Indikator yang paling menonjol dari penilaian karakter dengan
menggunakan kuesioner yaitu terdapat pada indikator tanggung jawab. Indikator
tanggung jawab tersebut dapat menjelaskan bagaimana karakter siswa mampu
mengimplementasikan sikap tanggung jawab yang sangat tinggi. Tanggung jawab
siswa dapat tercermin dari sikap siswa dalam mengerjakan tugas tepat waktu,
tanggung jawab anak sebagai siswa di sekolah yaitu dengan aktif pada saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dari hasil kuesioner tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
karakter pada siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan LKS
Bermakna. Perubahan karakter pada diri siswa terlihat dari awal hingga akhir
peneliti melakukan pengamatan. Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diketahui
bahwa indikator kerja keras 14%, mandiri 12%, demokratis 12%, semangat
kebangsaan 15%, cinta tanah air 14%, cinta damai 15%, dan tanggung jawab 18%.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 87
Indikator yang paling menonjol dari aspek karakter yaitu tanggung jawab dan cinta
damai. Tanggung jawab tersebut merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan cinta damai merupakan sikap, perkataan, dan
tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya. Cinta damai tersebut sudah tertanam dalam diri siswa, hal itu dapat dilihat
dari pengamatan sehari-hari yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa ketika
sedang berada di lingkungan sekolah.
D. Kendala Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, tentu saja ada beberapa kendala yang
dihadapi oleh peneliti. Kendalanya yaitu pada saat datang ke sekolah dan peneliti
harus menjelaskan prosedur yang harus diterapkan guru pada saat mengajar di
kelas, baik pada saat menjelaskan bagaimana pembelajaran dengan menggunakan
PI dan bagaimana LKS yang Bermakna diterapkan kepada siswa di kelas. Tidak
hanya kesulitan dalam menjelaskan kepada guru saja, melainkan kesulitan juga
peneliti hadapi pada saat peneliti melakukan observasi di kelas, banyak siswa
yang kesulitan dalam memahami maksud dari pembelajaran dengan menggunakan
PI dan LKS yang bermakna.
Selain itu, kendala lainnya yaitu pada saat melakukan wawancara terhadap
siswa, siswa yang peneliti wawancarai merasa belum paham mengenai PI dan
LKS yang Bermakna. Sehingga memerlukan waktu untuk memberikan pengertian
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 88
bahwa wawancara ini bersifat santai namun memerlukan jawaban yang
sesungguhnya dirasakan oleh siswa tersebut. Waktu yang terbatas juga merupakan
kendala bagi peneliti. Peneliti merasa bahwa waktu yang tersedia sangat terbatas,
dikarenakan sekolah sudah mempunyai agenda kegiatan yang harus dijalankan.
Sehingga peneliti tergesa-gesa dalam melakukan penelitian, baik pada saat siswa
mengisi kuesioner, peneliti melakukan observasi maupun wawancara terhadap
guru dan siswa.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 89
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian dengan judul Implementasi Pedagogi Ignasian dalam
Pembelajaran Sejarah dengan menggunakan LKS yang Bermakna di Kelas XI IIS
1 SMA Negeri 1 Godean Yogyakarta, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Peningkatan Competence siswa menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan
belajar sejarah siswa secara keseluruhan sangat tinggi. Segi prestasi siswa dengan
kategori sangat tinggi dibuktikan dengan adanya ulangan harian pertama yang
menunjukkan bahwa keseluruhan siswa mampu mencapai nilai di atas KKM. Nilai
rata-rata ulangan harian pertama yaitu 93,05. KKM yang ditentukan yaitu 75.
Selanjutnya pada ulangan harian yang kedua juga terlihat sangat tinggi dengan
nilai rata-rata ulangan harian kedua yaitu 93,1. Keberhasilan siswa dalam
mengikuti pelajaran sejarah mencapai keseluruhan siswa. Hal itulah yang
menjadikan nilai ulangan harian siswa sangat tinggi. Ulangan harian ketiga
menunjukkan bahwa adanya peningkatan dari nilai rata-rata ulangan harian
pertama dan kedua, yaitu 96,65. Perubahan nilai rata-rata ulangan harian siswa
terlihat cukup berarti, perubahan terjadi pada ulangan harian pertama, kedua dan
ketiga. Siswa kelas XI IIS 1 mempunyai kategori kelas yang berprestasi tinggi.
Dapat disimpulkan bahwa kategori tinggi pada aspek Competence ini disebabkan
oleh karena motivasi belajar siswa yang tinggi dan tingkat pemahaman siswa
mengenai materi juga sangat tinggi. Faktor yang mendukung tingginya nilai rata-
rata siswa lainnya yaitu dengan penerapan Pedagogi Ignasian. Pedagogi Ignasian
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 90
memberikan rasa percaya diri terhadap siswa, sehingga siswa dengan mudah
memahami pembelajaran sejarah.
2. Keadaan Conscience siswa menunjukkan kategori sangat tinggi dari sikap
siswa dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat dilihat dari adanya pengamatan di
sekolah. Pengamatan menunjukkan bahwa perubahan pada sikap siswa
dikarenakan tingkat kesadaran siswa sangat tinggi. Terdapat beberapa indikator
yang diamati, yaitu keberanian siswa dalam mengambil resiko, keadilan yang
dilakukan siswa terhadap sesama, kebebasan siswa dalam mengikuti kegiatan
belajar di kelas, kebermaknaan siswa dalam menghayati arti dari materi belajar
mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi, kemandirian siswa dalam belajar di
sekolah, kegigihan siswa dalam menikuti kegiatan belajar, kejujuran siswa dalam
kehidupan sehari-hari dengan contoh siswa tidak menyontek pada saat mengikuti
ulangan harian, tanggung jawab siswa sebagai peserta didik, dan keterbukaan siswa
sebagai peserta didik. Pengamatan yang dilakukan terhadap siswa menunjukkan
bahwa kemandirian dan kegigihan siswa mencapai angka persentasi sangat tinggi.
Hasil pengamatan tersebut didukung dengan adanya pengisian kuesioner oleh
siswa. Dapat disimpulkan bahwa kemandirian dan kegigihan siswa sangat
menonjol ketika siswa mengukuti kegiatan belajar mengajar di sekolah. Aspek
Conscience juga diukur dari ulangan harian pertama, kedua dan ketiga. Siswa
menunjukkan perubahan dengan melalui penerapan nilai-nilai yang terkandung
dalam materi belajar yaitu mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi. Aspek
Conscience juga mempunyai kategori nilai yang sangat tinggi. Oleh karena siswa
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 91
mampu menerapkan nilai-nilai kehidupan serta mampu menerapkan nilai-nilai dari
setiap indikator yang diamati.
3. Keadaan Compassion menunjukkan kategori sangat tinggi dari sikap siswa
dalam kehidupan sehari-hari. Aspek Compassion mempunyai beberapa indikator
yang diamati dari diri siswa di sekolah. Indikator tersebut meliputi rela berkorban,
peka, peduli, dan kerja sama. Pada aspek Compassion indikator yang paling
menonjol yaitu peduli dan rela berkorban. Hal itu terlihat dari sikap siswa yang
menerapkan sikap peduli sesama dan kerelaan untuk berkorban bagi sesama. Selain
itu, sebagian siswa telah menerapkan sikap dari beberapa indikator yang diamati.
Kepedulian siswa dalam kehidupan di sekolah terlihat ketika siswa saling
membantu pada saat mengalami kesulitan belajar. Sedangkan dari sikap kerelaan
berkorban siswa terlihat dari kesiapan siswa dalam meluangkan waktu untuk
belajar bersama mengenai materi sejarah yang belum dipahami. Aspek
Compassion juga diukur ketika ulangan harian pertama, kedua dan ketiga. Siswa
menunjukkan perubahan dengan melalui penerapan nilai-nilai yang terkandung
dalam materi belajar yaitu mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi.
4. Karakter siswa yang dominan dan menonjol berkembang pada diri siswa
yaitu tanggung jawab dan cinta damai. Hal itu disebabkan oleh karena sikap siswa
menunjukkan adanya tanggung jawab yang besar sebagai siswa di sekolah. Sikap
tanggung jawab dapat diterapkan oleh siswa melalui mematuhi segala tata tertib
yang berlaku di sekolah dan menjadi siswa yang tekun belajar. Sedangkan sikap
cinta damai diterapkan siswa dengan cara siswa tidak terlibat dalam tawuran antar
sekolah. Selain itu diterapkan sikap cinta damai antar sesama dengan tidak
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 92
bermusuhan satu sama lain. Dapat disimpulkan bahwa karakter yang berkembang
pada diri siswa dikategorikan dalam kategori sangat tinggi oleh adanya penerapan
sikap yang diukur melalui pengamatan. Melalui pembelajaran dengan
menggunakan PI siswa termotivasi untuk selalu menerapkan sikap tanggung jawab
dan cinta damai. Selain itu siswa tergugah untuk meneladani jasa pahlawan yang
didapat dari materi belajar sejarah yaitu mengenai Peristiwa Sekitar Proklamasi.
B. Saran
Saran yang diberikan oleh peneliti setelah melakukan penelitian adalah:
1. Saran bagi Sekolah
Implementasi Pedagogi Ignasian dalam pembelajaran sejarah dengan
menggunakan LKS yang bermakna telah menunjukkan adanya perubahan dan
peningkatan dalam aspek Competence, Conscience, Compassion, dan Karakter
pada siswa kelas XI IIS 1 SMA Negeri 1 Godean.Selanjutnya diharapkan agar
sekolah melanjutkan implementasi belajar sejarah dengan menggunakan media
LKS yang Bermakna yang berbasis Pedagogi Ignasian.Sehingga siswa lebih
termotivasi untuk mengikuti pelajarn sejarah di sekolah.
2. Saran bagi Guru
Dalam pembelajaran sejarah guru sebaiknya memberikan penekanan
mengenai nilai-nilai positif yang dapat diteladani dari setiap materi pelajaran yang
diajarkan. Maka siswa akan lebih merasa termotivasi. Selain itu melalui
implementasi pembelajaran sejarah berbasis Pedagogi Ignasian diharapkan guru
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 93
mempu memberikan motivasi yang menguatkan siswa dengan menerapkan aspek
Competence, Conscience, Compassion, dan Karakter
3. Saran bagi Siswa
Dalam proses pembelajaran sejarah, siswa diharapkan tetap
mempertahankan motivasi dan keaktifan belajar. Agar materi yang disampaikan
oleh guru dapat mudah dipahami dan mudah dimengerti oleh siswa. Selain itu,
siswa hendaknya lebih mampu menerapkan nilai-nila kehidupan yang terkandung
dalam setiap materi belajar sejarah agar dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 94
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono. 2013. Cooperative Learning: Teori & Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Anonim. 2001. Strategi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta:Universitas Sanata
Dharma.
Aman. 2011. Model Evaluasi Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Ombak
Andi Prastowo. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik: Tinjauan Teoritis dan
Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group.
Basrowi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta: Rineka Cipta.
Burhan Bungin. 2007. Penelitian Kualitatif.Jakarta: Kencana.
Doni Kusuma. 2007. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman
Globa. Jakarta: Grasindo.
Haris Herdiansyah. 2012. Metode Penelitian Kualitatif: untuk ilmu-ilmu sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Heri Susanto. 2014. Seputar Pembelajaran Sejarah Isu, Gagasan dan Strategi
Pembalajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo
I Gde Widja. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah: Sajarah dalam Perspektif
Pendidikan. Semarang: Satya Wacana.
Kartodirdjo. 1982. Sartono. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi
Indonesia: Suatu Alternatif. Jakarta: Gramedia.
MochtarBuchori. 2002.RefleksiTentangPendidikanBermaknaMenuju Indonesia
Baru. Jakarta, YayasanBhumiksara.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodelogi Peneliyian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 95
Muchlas Samani & Hariyanto. 2011. Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja
Rosdakarya Offset.
Nana Syahodih Sukmadinata. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Nusa Putra. 2011. Penelitian Kualitatif: Proses dan Aplikasi. Jakarta: PT Indeks
______. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Oemar Hamalik. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-Teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Ridwan Abdullah Sani. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Rulam Ahmadi. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: AR-RUZZ
Media
Sardiman A.M. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Saur Tampubolon. 2002. Penelitian Tindakan Kelas: Sebagai Pengembangan
Profesi Pendidik dan Kemuliaan. Jakarta: Erlangga
Suharsimi Arikunto. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suhartono W. Pranoto. 2010. Teori & Metodologi Sejarah. Yogyakarta: GRAHA
ILMU
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional: Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta: ANDI
Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: PT Gramedia.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 96
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas: Untuk Guru. Bandung: Yrama
Widya.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
______. Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Sumber Internet
https://www.SMA-Negeri-1-Godean/422721157818075?sk=info&tab=page_info. (di akses pada 7 Maret 2015) http://himcyoo.files.wordpress.com/2012/03/3-buku-pendidikan-karakter.pdf., hlm. 17-18. (di akses tanggal 24 Maret 2013). https://id.wikipedia.org/wiki/SMA_Negeri_1_Godean#Sejarah, (diunduh pada 2 Agustus 2015) https://www.SMA-Negeri-1-Godean/422721157818075?sk=info&tab=page_info. (di akses pada 7 Maret 2015) http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri. (di akses pada 26 September 2015) http://www.kamusbesar.com/24799/mandiri. (di akses pada 26 September 2015) http://kbbi.web.id/peduli. (diakses pada 26 September 2015) http://www.ngal11.tk/rela-berkorban.xhtml. (diakses pada 26 September 2015)
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI
LAMPIRAN PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 98
Lampiran 1
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 99
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
100
Lampiran 2
Satuan Pendidikan : SMA/MA Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia Kelas : XI Kompetensi Inti :
KI 1 :Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 :Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia KI 3 : Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah KI 4 :Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar 1.1 Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
101
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar terhadap bangsa dan negara Indonesia. 2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
2.2 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang dalam mewujudkan cita-cita mendirikan negara dan bangsa Indonesia dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.3 Meneladani perilaku kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk meraih kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.4 Meneladani perilaku PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
102
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar kerjasama, tanggung jawab, cinta damai para pejuang untuk mempertahankan kemerdekaan dan menunjukkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.5 Berlaku jujur dan bertanggungjawab dalam mengerjakan tugas-tugas dari pembelajaran sejarah
3.1 Menganalisis perubahan, Perkembangan Mengamati: Tugas: 24 jp • Buku Paket dan keberlanjutan dalam Kolonialisme dan • Membaca buku Membuat Sejarah peristiwa sejarah pada Imperialisme Barat teks tentang karya tulis Indonesia masa penjajahan asing • Perubahan, dan pertumbuhan tentang kelas XI. hingga proklamasi keberlanjutan dan pertumbuhan • Buku-buku kemerdekaan Indonesia. dalam peristiwa perkembangan dan lainnya sejarah pada masa kolonialisme perkembangan • Internet ( jika 3.2 Menganalisis proses masuk penjajahan asing dan kolonialisme tersedia) dan perkembangan hingga proklamasi imperialisme dan • Gambar penjajahan bangsa Barat ( kemerdekaan Barat dan imperialisme aktifitas Portugis, Belanda dan Indonesia strategi Barat di imperialisme Inggris ) di Indonesia. • Proses masuk dan perlawanan Indonesia dan perkembangan bangsa kolonialisme 3.3 Menganalisis strategi penjajahan Bangsa Indonesia Observasi: Barat di perlawanan bangsa Barat di Indonesia terhadap Mengamati Indonesia. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
103
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Indonesia terhadap • Strategi penjajahan kegiatan • Gambar- penjajahan bangsa Barat di perlawanan bangsa bangsa Barat di peserta didik gambar Indonesia sebelum dan Indonesia terhadap Indonesia dalam proses bentuk sesudah abad ke-20. penjajahan Bangsa sebelum dan mengumpulka perlawanan Barat di Indonesia sesudah abad n data, analisis bangsa 4.1 Mengolah informasi sebelum dan ke-20. data, dan Indonesia tentang peristiwa sejarah sesudah abad ke- pembuatan terhadap pada masa penjajahan 20. Menanya: laporan penjajahan Bangsa Barat berdasarkan • Menanya untuk tentang bangsa Barat. konsep perubahan dan mendapatkan pertumbuhan • Peta lokasi keberlanjutan, dan klarifikasi dan perlawanan menyajikannya dalam tentang perkembangan bangsa bentuk cerita sejarah. pertumbuhan kolonialisme Indonesia dan dan terhadap 4.2 Mengolah informasi perkembangan imperialisme bangsa Barat. tentang proses masuk dan kolonialisme Barat serta perkembangan penjajahan dan strategi Bangsa Barat di Indonesia imperialisme perlawanan dan menyajikannya dalam Barat serta bangsa bentuk cerita sejarah. strategi Indonesia perlawanan terhadap 4.3 Mengolah informasi bangsa penjajahan tentang strategi perlawanan Indonesia bangsa Barat bangsa Indonesia terhadap terhadap di Indonesia penjajahan Bangsa Barat di penjajahan sebelum dan Indonesia sebelum dan bangsa Barat di sesudah abad sesudah abad ke-20 dan Indonesia ke-20. menyajikannya dalam sebelum dan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
104
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar bentuk cerita sejarah. sesudah abad Portofolio: ke-20. Menilai laporan- Mengeksplorasi: laporan dan • Mengumpulkan karya peserta informasi didik berkaitan terkait dengan materi dengan pertumbuhan pertanyaan dan mengenai perkembangan pertumbuhan kolonialisme dan dan perkembangan imperialisme kolonialisme Barat serta dan strategi imperialisme perlawanan Barat serta bangsa strategi Indonesia perlawanan terhadap bangsa penjajahan Indonesia bangsa Barat terhadap di Indonesia penjajahan sebelum dan bangsa Barat di sesudah abad Indonesia ke-20. sebelum dan sesudah abad Tes tertulis: ke-20, melalui Menilai PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
105
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar bacaan, internet kemampuan dan sumber- peserta didik sumber lain. dalam menganalisis • Mengasosiasi: tentang Menganalisis pertumbuhan informasi dan yang didapat perkembangan dari sumber kolonialisme tertulis dan dan atau internet imperialisme serta sumber Barat serta lainya untuk strategi mendapatkan perlawanan kesimpulan bangsa tentang Indonesia pertumbuhan terhadap dan penjajahan perkembangan bangsa Barat kolonialisme di Indonesia dan sebelum dan imperialisme sesudah abad Barat serta ke-20 strategi perlawanan bangsa Indonesia terhadap PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
106
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.
Mengomunikasi kan: • melaporkan hasil analisis yang telah dilakukan selanjutnya dibuat laporan dalam bentuk tulisan tentang pertumbuhan dan perkembangan kolonialisme dan imperialisme Barat serta strategi perlawanan bangsa Indonesia PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
107
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar terhadap penjajahan bangsa Barat di Indonesia sebelum dan sesudah abad ke-20.
3.4 Menganalisis persamaan Pergerakan Mengamati: Tugas : 24 jp • Buku Paket dan perbedaan pendekatan Nasional Indonesia • Membaca buku peserta didik Sejarah dan strategi pergerakan • Strategi teks tentang memilih Indonesia nasional di Indonesia pada pergerakan strategi salahsatu kelas XI. masa awal kebangkitan nasional di pergerakan, tugas berikut: • Buku-buku nasional, Sumpah Pemuda Indonesia pada tokoh-tokoh • Membuat lainya dan sesudahnya sampai masa awal pergerakan karya tulis • Internet ( jika dengan Proklamasi kebangkitan nasional dan tentang tersedia) Kemerdekaan. nasional, Sumpah dampak “Makna • Gambar Pemuda, dan penjajahan dan Nilai- aktifitas 3.5 Menganalisis peran tokoh- sesudahnya Barat dalam nilai pergerakan tokoh Nasional dan Daerah sampai dengan kehidupan Sumpah nasional dalam perjuangan Proklamasi bangsa Pemuda Indonesia menegakkan negara Kemerdekaan. Indonesia masa dalam • Gambar – Republik Indonesia. • Tokoh-Tokoh kini. Kehidupan gambar tokoh Nasional dan Berbangsa pergerakan 3.6 Menganalisis dampak Daerah dalam Menanya: dan nasional politik, budaya, sosial- Perjuangan • Menanya untuk Bernegara Indonesia ekonomi dan pendidikan Menegakkan mendapatkan ” atau pada masa penjajahan Negara Republik klarifikasi • Menulis PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
108
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Barat dalam kehidupan Indonesia tentang sejarah bangsa Indonesia masa • Dampak politik, strategi perjuangan kini. budaya, sosial- pergerakan, salah satu ekonomi dan tokoh-tokoh tokoh 4.4 Mengolah informasi pendidikan pada pergerakan nasional tentang persamaan dan masa penjajahan nasional dan atau perbedaan pendekatan dan Barat dalam dampak daerah strategi pergerakan kehidupan bangsa penjajahan dalam nasional di Indonesia pada Indonesia masa Barat dalam melawan masa awal kebangkitan kini kehidupan penjajahan nasional, pada masa bangsa Belanda. Sumpah Pemuda, masa Indonesia masa sesudahnya sampai dengan kini. Proklamasi Kemerdekaan Observasi: dan menyajikannya dalam Mengeksplorasi: Mengamati bentuk cerita sejarah. • Mengumpulkan kegiatan informasi peserta didik 4.5 Menulis sejarah tentang terkait dengan dalam proses satu tokoh nasional dan strategi mengumpulka tokoh dari daerahnya yang pergerakan, n data, analisis berjuang melawan tokoh-tokoh data dan penjajahan kolonial Barat pergerakan pembuatan nasional dan laporan 4.6 Menalar dampak politik, dampak tentang budaya, sosial-ekonomi penjajahan strategi dan pendidikan pada masa Barat dalam pergerakan, penjajahan Barat dalam kehidupan tokoh-tokoh kehidupan bangsa bangsa pergerakan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
109
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Indonesia masa kini dan Indonesia masa nasional dan menyajikannya dalam kini melalui dampak bentuk cerita sejarah. bacaan, internet penjajahan dan sumber- Barat dalam sumber lain kehidupan yang terkait. bangsa Indonesia Mengasosiasi: masa kini. • Menganalisis informasi dan Portofolio: data-data yang Menilai didapat baik laporan- dari bacaan laporan dan maupun dari karya peserta sumber-sumber didik terkait untuk dalam materi mendapatkan strategi kesimpulan pergerakan, tentang tokoh-tokoh strategi pergerakan pergerakan, nasional dan tokoh-tokoh dampak pergerakan penjajahan nasional dan Barat dalam dampak kehidupan penjajahan bangsa Barat dalam Indonesia kehidupan masa kini. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
110
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar bangsa Indonesia masa Tes tertulis: kini. Menilai kemampuan Mengomunikasi peserta didik kan: dalam • Melaporkan menganalisis hasil analisis tentang dan kesimpulan strategi yang terkait pergerakan, dengan strategi tokoh-tokoh pergerakan, pergerakan tokoh-tokoh nasional dan pergerakan dampak nasional dan penjajahan dampak Barat dalam penjajahan kehidupan Barat dalam bangsa kehidupan Indonesia bangsa masa kini. Indonesia masa kini, dalam bentuk tulisan.
3.7 Menganalisis peristiwa Proklamasi Mengamati: Tugas : 12 jp • Buku Paket proklamasi kemerdekaan Kemerdekaan • Membaca buku Peserta didik Sejarah dan maknanya bagi Indonesia teks dan memilih salah Indonesia kehidupan sosial, budaya, • Peristiwa melihat satu tugas kelas XI. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
111
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar ekonomi, politik, dan proklamasi gambar-gambar berikut: • Buku-buku pendidikan bangsa kemerdekaan dan atau objek • Membuat lainya. Indonesia. • Pembentukan sejarah terdekat laporan • Internet (jika pemerintahan tentang tertulis tersedia) 3.8 Menganalisis peristiwa pertama Republik peristiwa dalam • Sumber lain pembentukan pemerintahan Indonesia proklamasi bentuk yang tersedia pertama Republik • Tokoh kemerdekaan, cerita • Gambar- Indonesia dan maknanya proklamator pembentukan sejarah dan gambar bagi kehidupan kebangsaan Indonesia pemerintahan kliping peristiwa Indonesia masa kini. pertama dan tentang sekitar tokoh-tokoh proklamasi proklamasi 3.9 Menganalisis peran Bung proklamator kemerdekaa kemerdekaan Karno dan Bung Hatta Indonesia. n RI 17 dan sebagai proklamator serta Agustus pembentukan tokoh-tokoh proklamasi Menanya: 1945. pemerintahan lainnya. • Menanya untuk • Menulis pertama RI mendapatkan sejarah • Gambar- 4.7 Menalar peristiwa klarifikasi perjuangan gambar tokoh- proklamasi kemerdekaan tentang Bung Karno tokoh yang dan maknanya bagi peristiwa dan Bung berperanan kehidupan sosial, budaya, proklamasi Hatta dan penting dalam ekonomi, politik, dan kemerdekaan, atau tokoh- proklamasi pendidikan bangsa pembentukan tokoh kemerdekaan Indonesia dan pemerintahan proklamasi RI menyajikannya dalam pertama dan lain dalam bentuk cerita sejarah. tokoh-tokoh perjuangan proklamator kemerdekaa 4.8 Menalar peristiwa Indonesia. n Indonesia. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
112
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar pembentukan pemerintahan pertama Republik Mengeksplorasik Observasi : Indonesia dan maknanya an: Mengamati bagi kehidupan kebangsaan • Mengumpulka kegiatan Indonesia masa kini dan ninformasi peserta didik menyajikannya dalam terkait dalam proses bentuk cerita sejarah. peristiwa mengumpulka proklamasi n data, analisis 4.9 Menulis sejarah tentang kemerdekaan, data dan perjuangan Bung Karno pembentukan pembuatan dan Bung Hatta serta pemerintahan laporan tokoh-tokoh proklamasi pertama dan tentang lainya. tokoh-tokoh proklamasi proklamator kemerdekaan, Indonesia pembentukan melalui bacaan pemerintahan dan atau pertama internet, serta Republik sumber-sumber Indonesia, lainnya. serta peran tokoh Mengasosiasi: proklamator • Menganalisis dalam informasi dan proklamasi. data-data yang didapat dari Portofolio: bacaan Menilai maupun dari laporan- PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
113
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar sumber- laporan dan sumber terkait karya peserta untuk didik mendapatkan berkaitan kesimpulan dengan materi tentang proklamasi peristiwa kemerdekaan, proklamasi pembentukan kemerdekaan, pemerintahan pembentukan pertama pemerintahan Republik pertama dan Indonesia, tokoh-tokoh serta peran proklamator tokoh Indonesia proklamator melalui dalam bacaan, proklamasi. internet, serta sumber- sumber Tes tertulis: lainnya. Menilai Mengomunikasi kemampuan kan: peserta didik • Melaporkan dalam hasil analisis menganalisis kemudian proklamasi dilaporkan kemerdekaan, dalam bentuk pembentukan PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
114
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar tulisan yang pemerintahan berisikan pertama tentang Republik peristiwa Indonesia, proklamasi serta peran kemerdekaan, tokoh pembentukan proklamator pemerintahan dalam dantokoh- proklamasi. tokoh proklamator Indonesia.
3.10 Menganalisis perubahan Perjuangan Mengamati: Tugas: 10 jp • Buku Paket dan perkembangan politik Mempertahankan • Membaca Membuat Sejarah masa awal kemerdekaan Kemerdekaan dari buku teks dan laporan tertulis Indonesia Ancaman Sekutu melihat dalam bentuk kelas XI. 3.11 Menganalisis perjuangan dan Belanda gambar- cerita sejarah • Buku-buku bangsa Indonesia dalam • Perubahan dan gambar dan tentang lainya. upaya mempertahankan perkembangan atau objek ancaman • Internet (jika kemerdekaan dari politik masa awal sejarah terhadap tersedia) ancaman Sekutu dan kemerdekaan terdekat kemerdekaan • Sumber lain Belanda. • Perjuangan bangsa tentang Indonesia dari yang tersedia Indonesia dalam ancaman pihak Sekutu 4.10 Menalar perubahan dan upaya terhadap dan Belanda perkembangan politik mempertahankan kemerdekaan berdasarkan masa awal proklamasi kemerdekaan dari Indonesia dari buku teks dan menyajikanya dalam ancaman Sekutu, pihak Sekutu pelajaran. PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
115
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar bentuk cerita sejarah. dan Belanda dan Belanda. Observasi: 4.11 Mengolah informasi Menanya: Mengamati tentang perjuangan • Menanya untuk kegiatan bangsa Indonesia dalam mendapatkan peserta didik upaya mempertahankan klarifikasi dalam proses kemerdekaan dari tentang mengumpulka ancaman Sekutu, Belanda peristiwa n data, analisis dan menyajikanya dalam ancaman data dan bentuk cerita sejarah. terhadap pembuatan kemerdekaan laporan Indonesia dari tentang pihak Sekutu ancaman dan Belanda. terhadap kemerdekaan Mengeksplorasi: Indonesia dari • Mengumpulka pihak Sekutu n informasi dan Belanda. terkait dengan ancaman Portofolio: terhadap Menilai kemerdekaan laporan- Indonesia dari laporan dan pihak Sekutu karya peserta dan Belanda didik dalam melalui bacaan materi dan atau ancaman internet, serta terhadap PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
116
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar sumber-sumber kemerdekaan lainnya. Indonesia dari pihak Sekutu Mengasosiasi: dan Belanda. • Menganalisis informasi dan Tes Tertulis: data-data yang Menilai didapat dari kemampuan bacaan maupun peserta didik dari sumber- dalam sumber terkait menganalisis untuk peristiwa mendapatkan ancaman kesimpulan terhadap tentang kemerdekaan peristiwa Indonesia dari ancaman pihak Sekutu terhadap dan Belanda. kemerdekaan Indonesia dari pihak Sekutu dan Belanda.
Mengomunikasi kan: • Melaporkan hasil analisis kemudian PLAGIATPLAGIAT MERUPAKANMERUPAKAN TINDAKANTINDAKAN TIDAKTIDAK TERPUJITERPUJI
117
Kompetensi Dasar Materi Pokok Pembelajaran Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar dilaporkan dalam bentuk tulisan yang berisi tentang peristiwa ancaman terhadap kemerdekaan Indonesia dari pihak Sekutu dan Belanda.
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 118
Lampiran 3
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean
Mata Pelajaran : Sejarah Indonesia (Peminatan)
Kelas/semester : XI IIS 1
Materi Pokok : Proklamasi Kemerdekaan Indoonesia
Pertemuan ke : 1
Alokasi Waktu : 2 x 45’
A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan
pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai
permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, procedural dan metakognitifberdasarkan rasa ingin tahu
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 119
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada
bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara
mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
1. 1.1 Menghayati nilai-nilai persatuan dan keinginan bersatu dalam perjuangan pergerakan nasional menuju kemerdekaan bangsa sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa dan negara Indonesia. 2. 2.1 Mengembangkan nilai dan perilaku mempertahankan harga diri bangsa dengan bercermin pada kegigihan para pejuang dalam melawan penjajah.
3. 3.7 Menganalisis peristiwa 3.7.1 Menjelaskan peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan dan maknanya bagi proklamasi kemerdekaan Indonesia kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan dan maknanya bagi bangsa pendidikan bangsa Indonesia. Indonesia.
4. 4.7 Menalar peristiwa 4.7.1 Menganalisis peristiwa proklamasi kemerdekaan
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 120
dan maknanya bagi kemerdekaan Indonesia kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan pendidikan bangsa Indonesia serta menyajikannya dalam bentuk cerita sejarah.
C. Tujuan Pembelajaran
1. Membaca LKS bermakna dan melihat gambar-gambar tentang aktivitas
peristiwa sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia. Melalui gambar dan
bacaan teks, peserta didik dapat mengidentifikasikan peristiwa-peristiwa
sekitar proklamasi kemerdekaan Indonesia.
2. Menanya melalui kegiatan diskusi siswa mendapatkan klarifikasi tentang
peristiwa kemerdekaan Indonesia.
3. Menyajikan secara tertulis hasil analisis dan kesimpulan peserta didik
dapat mengidentifikasikan peristiwa kemerdekaan Indonesia.
D. Materi Pembelajaran
1. Pengertian kemerdekaan Indonesia
2. Perjuangan terhadap hak menentukan nasibnya sendiri
3. Peristiwa Rengasdengklok
4. Perumusan teks Proklamasi
5. Detik-detik Pembacaan Naskah Proklamasi
6. Makna Proklamasi Kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 121
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan Pembelajaran : Scientific learning
2. Metode Pembelajaran : Tanya jawab, berdiskusi, presentasi
3. Strategi Pembelajaran : PAIKEM (Pembelajaran aktif, inovatif,
kreatif, efektif dan menyenangkan)
F. Sumber Belajar
• Hapsari, Ratna, M. Adil. 2013. Sejarah Indonesia untuk SMK/MAK
Kelas XI. Jakarta: Erlangga
• I Wayan Badrika. Sejarah Kelas XI. Erlangga : Jakarta
G. Media Pembelajaran
1. Bahan: Gambar, video, LKS Bermakna
2. Alat: Power point, LCD dan laptop
H. Kegiatan Pembelajaran :
Alokasi Kegiatan Deskripsi Waktu
1. Kegiatan a. Guru mengucapkan salam 15’
Pendahuluan b. Guru mengecek kehadiran peserta didik
• Konteks
Guru meminta salah satu dari peserta
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 122
didik untuk menceritakan peristiwa
sekitar proklamasi
c. Guru menyampaikan materi belajar
d. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
tentang peristiwa sekitar proklamasi
e. Guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menanyakan atau
menyampaikan hasil pengamatan dari
penjelasan yang disampaikan oleh guru
2. Kegiatan Inti • Pengalaman
¾ Mengamati
Membaca LKS bermakna tentang peristiwa
sekitar proklamasi
¾ Menanya
Menanya dalam kegiatan diskusi untuk
mendapatkan pendalaman peristiwa sekitar 65’ proklamasi
¾ Menalar
Dari hasil pengamatan di lingkungan sekitar
dan diskusi, peserta didik dapat
mendeskripsikan peristiwa sekitar
proklamasi
¾ Mengasosiasi
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 123
Menganalisis hasil informasi yang didapat
dari sumber tertulis dan atau internet untuk
mendapatkan kesimpulan tentang peristiwa
sekitar proklamasi
¾ Mengkomunikasikan
Menyajikan secara tertulis hasil analisis dan
kesimpulan tentang peristiwa sekitar
proklamasi
3. Penutup • Refleksi
¾ Peserta didik menyampaikan nilai-
nilai apa saja yang diperoleh dari
pelajaran hari ini
• Aksi
¾ Siswa menuliskan aksi di dalam LKS
yang Bermakna 10’ • Evaluasi
¾ Guru memberikan soal kepada siswa
untuk mengulas kembali materi yang
diajarkan
f. Penutup
¾ Guru mengucapkan salam kepada
siswa
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 124
I. Penilaian Hasil Belajar
Meliputi sikap, pengetahuan, keterampilan
Sikap Sikap spiritual Sosial Skor No Nama Total Mensyukuri Jujur Kerjasama Harga diri 1 – 4 1 - 4 1 - 4 1 – 4 1. 2. 3. 4. 5.
Keterangan : a. Sikap Spiritual Indikator mensyukuri a. Berdoa sebelum melakukan kegiatan b. Memberi salam c. Saling menghormati d. Memelihara hubungan baik Rubrik pemberian skor 4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut 3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut 2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatan tersebut 1 = jika melakukan salah satu kegiatan tersebut
b. Sikap Sosial Meliputi sikap jujur (tidak bohong, mengembalikan, tidak mencontek, terus terang) Rubrik pemberian skor 4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut 3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut 2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatan tersebut 1 = jika melakukan salah satu kegiatan tersebut
2. Sikap kerja sama Indikator kerja sama (peduli, saling membantu, saling menghargai, ramah) Rubrik pemberian skor 4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut 3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut 2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatan tersebut
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 125
1 = jika melakukan salah satu kegiatan tersebut 3. Harga diri Indikator (tidak suka dominasi asing, menegur dengan sopan bagi yang mengejek, cinta produk sendiri, mejaga karya sekolah) Rubrik pemberian skor 4 = jika peserta didik melakukan 4 kegiatan tersebut 3 = jika peserta didik melakukan 3 kegiatan tersebut 2 = jika peserta didik melakukan 2 kegiatan tersebut 1 = jika melakukan salah satu kegiatan tersebut
c. Penilaian Pengetahuan
No. Butir Instrumen 1 Jelaskan dampak pelaksanaan romusha bagi bangsa Indonesia! 2 Jelaskan dampak dari pemerintahan pendudukan Jepang terhadap rakyat Indonesia! 3 Sebutkan dan jelaskan hasil dari sidang pertama dari BPUPKI!
4 Apa pengaruh berdirinya organisasi pergerakan nasional terhadap perjuangan bangsa Indonesia?
5 Apa makna Proklamasi bagi kehidupan anda?
Keterangan:
skor perolehan x 100 skor total
- Siswa yang memperoleh nilai akhir > dari KKM 75, maka siswa tersebut dinyatakan tuntas dan wajib mengikuti pengayaan. - Siswa yang memperoleh nilai akhir < dari KKM 75, maka siswa tersebut dinyatakan tidak tuntas dan wajib mengikuti remidi.
d. Penilaian Keterampilan
Penilaian untuk kegiatan mengamati film/gambar
Nama Jml No. Siswa Relevansi (1-4) Kelengkapan (1-4) Kebahasaan (1-4) Skor 1 2 3 4 5
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 126
Nilai = Jumlah Skor
3
Keterangan - kegiatan mengamati dalam hal ini dipahami sabagai peseeta didik mengumpulkan informasi dengan memanfaatkan indera yang dinilai adalah berupa informasi dan bukan cara mengamati - relevansi merujuk pada ketepatan fakta yang diamati dengan informasi yang dibutuhkan - kelengkapan banyak komponen yang terliput - kebahasaanmendeskripsikan fakta dalam bahasa tulis yang baik dan benar dan mudah dipahami Skor 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = amat baik
J. Penilaian untuk diskusi kelompok
Mengkomunikasi Mendengar Berargumentasi Berkontribusi No. Nama kan (1-4) kan (1-4) (1-4) (1-4) Jml 1 2 3 4 5
Nilai = Jumlah Skor
3
Keterangan - keterampilan mengkomunikasikan adalah kemampuan mengungkapkan dengan bahasa yang efektif - keterampilan mendengarkan tidak menyela atau memotong saat orang lain berbicara - kemampuan berargumentasi merujuk pada kemampuan memberi alasan pernyataan secara logis - kemampuan berkontribusi dimaksud sebagai kemampuan dalam memberikan gagasan termasuk menghargai perbedaan pendapat
PLAGIATPLAGIAT MERUPAKAN MERUPAKAN TINDAKAN TINDAKAN TIDAK TIDAK TERPUJI TERPUJI 127
Skor 1 = kurang 2 = cukup 3 = baik 4 = amat baik
K. Penialaian Presentasi
No Nama Menjelaskan Memvisualkan Merespon Jml (1-4) (1-4) (1-4) Skor 1. 2. 3. 4. 5.