Pergerakan Partai Masyumi Di Indonesia 1945-1960 Jurusan

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pergerakan Partai Masyumi Di Indonesia 1945-1960 Jurusan PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960 Oleh : NOOR ISHAK NIM: 204033203130 JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M/1430 H Pengesahan Panitia Ujian Skripsi berjudul “PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Januari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Jakarta, 26 Juni 2008 Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120 Anggota, Penguji I, Penguji II, Dra. Haniah Hanafi, M. Si Dra. Hermawati, M.A NIP. 150 299 932 NIP. 150 227 408 Pembimbing, Drs. Agus Nugraha, M. Si NIP. 150 262 447 PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “PERGERAKAN PARTAI MASYUMI DI INDONESIA 1945-1960”, telah diujikan dalam sidang munaqosyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 22 Januari 2009. Skripsi ini telah ditetapkan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S. Sos) pada Program Studi Pemikiran Politik Islam. Jakarta, 26 Juni 2008 Sidang Munaqosyah Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Drs. Harun Rasyid, M.A Drs. Rifqi Muchtar, M.A NIP. 150 232 921 NIP. 150 282 120 Anggota, Penguji I, Penguji II, Dra. Haniah Hanafi, M. Si Dra. Hermawati, M.A NIP. 150 299 932 NIP. 150 227 408 Pembimbing, Drs. Agus Nugraha, M. Si NIP. 150 262 447 LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata-1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 22 Januari 2009 Noor Ishak KATA PENGANTAR Limpahan nikmat, barakah dan kasih sayank yang sangat besar telah menggetarkan hati dan menggerakkan lisan penulis untuk senantiasa mengukir rasa syukur ke hadirat Illahi Rabbi –Allah SWT–, atas semua yang telah kita lewati. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarganya, sahabatnya serta para pengikutnya, yang telah memberi banyak pelajaran hidup kepada kita. Jika air mata ini harus tertumpah, jika raga ini harus tersungkur, dan jika jiwa ini harus berhimpun, maka semua itu adalah ungkapan rasa syukur yang paling dalam kepada Sang Pemilik Ilmu Pengetahuan atas terselesaikannya skripsi yang penulis beri judul “ Pergerakan Parati Masyumi 1945-1960.” Sebagai sebuah karya, rasanya skripsi ini akan tidak memiliki makna apa-apa, apabila di dalamnya tidak merajut untaian terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini. Adapun ucapan terimakasih saya haturkan sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Bapak Drs. Harun Rasyid, M.A dan Drs. Rifqi Muchtar, M.A selaku Ketua dan Sekretaris Program Non Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Drs. Agus Nugraha, M.Si selaku Dosen Pembimbing. Terima kasih yang sebesar-besarnya atas semua dedikasi dan perhatian dalam memberikan masukan dan arahan selama penulis menyelesaikan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Haniah Hanafi, M.Si selaku dosen penguji I, terima kasih atas perhatian, masukan, dan kritikan serta arahan yang beliau berikan kepada saya. penulis haturkan banyak-banyak terima kasih. 6. Ibu Dra. Hermawati, M.A, selaku dosen penguji II, saya hanya bisa bersyukur dan berterima kasih kepada beliau, sehingga saya mampu menyelesaikan dan menuangkan revisi tulisan ini. 7. Seluruh dosen dan staff pengajar pada Program Studi Pemikiran Politik Islam ( PPI ) yang telah sangat banyak mentransformasikan ilmu dan intelektualitas selama penulis duduk di bangku perkuliahan. 8. Seluruh jajaran, staff, dan petugas di Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia, Perpustakaan Miriam Budiardjo ( Fakultas FISIP UI ), dan Perpustakaan LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ) yang banyak memberikan kemudahan penulis dalam mengakses seluruh literatur yang tersedia dan juga yang rela “menunggu” penulis hingga larut. 9. Sebesar-besarnya kebanggaan ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua, Ayahanda Chalimi (alm) dan Ibunda tercinta Zama’inah, Kakanda Ali Asrori beserta keluarga, Kakanda Zulianti beserta keluarga, Adinda Syamsul Arief beserta keluarga, dan Adinda Siti May Syaroh. Serta seluruh Keluarga Besar: Mbah Ahmad (alm), yang selalu memberi semangat bagi penulis, Paman Hamzah beserta keluarga, Soelaiman, Salamun, Rohimin, dan Soekarwie, beserta keluarga masing-masing. Bibik, Ruhamah, Sri Aini dan Soekandar, Zainal Anwar, Beserta keluarga, Nufus Nitami dan Iray Agusti. Seluruh keluarga besar yang berada di Kudus. Mereka semua tak pernah lelah memotivasi penulis untuk menjadi lebih baik, terima kasih atas bantuan moral dan financial selama penulis menempuh study S1 di Ibu Kota. Dan mereka semua layak mendapat balasan surga dari Allah SWT. Amien 10. Kepada Kakanda yang terhormat Ali Asrori dan seluruh keluarga besar Istri Ali Asrori, terimakasih atas segala curahan perhatian dan dorongannya baik moral maupun spiritual kepada penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan kesabaran dan kemanfaatan dalam setiap jejak langkah yang akan ditempuhnya. 11. Kepada seluruh teman-teman kelas PPI Angkatan 2004 Non-Reguler, Nufus Nitami (Psikologi), Ayu Sartika, Estria (Guru Bahasa Indonesia) Ade Nissa ( Ekonomi ), Sofyan (V.Onk), Tsani ( Kak Asep ), Yusuf Fadli ( Ucup ), Muhsin, Hudori, Zulfikar, Indra, Tya/Maulidia ( Sosiologi Agama ), Isti, Buhari, Tohid, Sa’di, Aziz, Fadil, Galo, Agus ( Awe ), Iin Solihin, Asep Muharuddin, Lia ( SA ), Surono, Saiman, Iray Agusti ( medan ), dr. Ricardo, Mas Harris, dan lain-lain. Keyakinan dan kesungguhan merekalah yang menjadi sumber inspirasi penulis. 12. Teman-teman yang tergabung dalam mengajar di SMA Yayasan Pendidikan Dharma Karya, Ibu Suparmi, Spd selaku Kepala Sekolah SMA, Kepala Bidang Pendidikan, Pengurus OSIS, dan teman-teman lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, semangat perjuangan dan bantuan mereka selalu memberi inspirasi dan semangat bagi penulis. 13. Teman-teman yang tergabung dalam mengajar di SMP N 250 Jakarta, Kepala Sekolah SMPN 250, Pak Tumardi, Pak Tri, Pak Paryono, Bu Kristi, Bu Suyani, dan teman-teman yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas motivasi dan dukungannya. 14. Teman-Teman yang tergabung dalam mengajar di Yayasan Kesejahteraan BKUI Jakarta, Ibu Dra. Tutik selaku ketua Yayasan, Pak Andhi Alfian, Pak Rahmatullah, Ibu Hetty Novianti, beserta teman-teman yang lain tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a restunya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi dan wisuda sarjana. 15. Heningnya suasana malam, dan terangnya gemintang, rembulan, lampu- lampu jalan, hembusan angin, dan balutan semesta malam yang selalu setia menemani penulis selama menjalani perkuliahan di Program Non- Reguler Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Akhirnya kesempurnaan hanyalah milik Allah, dan kita sebagai manusia sangat tidak layak untuk mengakui kesempurnaan itu. Begitu pula skripsi ini, yang tak luput dari kesalahan dan kekurangan. Penulis berharap dari ketidaksempurnaan itu, akan hadir kebaikan untuk semua. Jakarta, Mei 2009 Penulis DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN ......................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii KATA PENGANTAR.................................................................................... iv DAFTAR ISI .................................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.......................................................... 1 B. Sistematika Penelitian............................................................. 13 C. Tujuan Penelitian.................................................................... 13 D. Metodologi Penelitian............................................................. 14 E. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................... 15 BAB II MASYUMI A. ..........................................................................................Aw al Berdirinya Masyumi............................................................ 16 B............................................................................................Asa s Partai Masyumi ................................................................... 23 C............................................................................................Sus unan Organisasi Masyumi ...................................................... 25 D. ..........................................................................................Ke
Recommended publications
  • Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Cabang Padang Pariaman (1968-1971)
    Analisis Sejarah Vol.9 No. 2, 2020 Labor Sejarah Unand Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) Cabang Padang Pariaman (1968-1971) Irmun Guru SMP Negeri 5 Payakumbuh, Sumatera Barat Abstrak Partai Islam memainkan peranan penting dalam proses pendewasaan masa awal Orde Baru, ia mempunyai peranan yang lebih kompleks, meskipun sering terpinggirkan oleh kebijakan politik pemerintah. Partai Muslimin Indonesia (Parmusi) sebagai salah satu kekuatan politik pada masa itu, turut serta membangun sistem demokrasi di negeri ini, meskipun dalam perjalanan sejarahnya sering dikooptasi pemerintah. Parmusi Cabang Padang Pariaman adalah partai yang juga ikut turut serta dalam membangun sistem demokrasi di daerah Padang Pariaman dan akhirnya nafas partai ini berakhir setelah adanya fusi partai dibawah kendali pemerintahan Orde Baru. A. PENDAHULUAN Sejak awal kelahirannya Orde Baru ditandai dengan produktivitas yang meningkat, swasembada beras tahun 1984, perkembangan ekonomi nasional rata- rata 7% setahun dari 1960-1980 an.1 Hal yang lebih mengagumkan lagi adalah kemampuan pemerintah di bawah arsitek ekonomi Widjojo Nitisastro mampu mengatasi krisis ekonomi di awal 1960-an. Terlepas dari prestasi ekonomi yang dicapai pemerintah Orde Baru, juga diikuti pengendalian pemerintah terhadap kehidupan sosial politik. Penegasan mengenai stabilitas politik ini menurut Eep Saefulloh Fatah dimulai dengan penghancuran musuh negara yang secara historis bisa menjadi potensi memusuhi dan merongrong kewibawaan Orde Baru.2 Kelompok ini terdiri dari kekuatan loyalis Soekarno, kekuatan Komunis, Kelompok PSI, dan kelompok Masyumi. Pada awal kelahiran Orde Baru, eks pendukung Masyumi yang berjasa dalam menumbangkan Orde Lama, berharap dapat merehabilitasi Masyumi yang diberangus oleh Soekarno pada masa Demokrasi Terpimpin.3 Namun usulan dan harapan itu ditolak mentah-mentah oleh Soeharto, berdasarkan suratnya kepada Prawoto Mangkusasmito tanggal 6 Januari 1967.
    [Show full text]
  • Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945
    Another Look at the Jakarta Charter Controversy of 1945 R. E. Elson* On the morning of August 18, 1945, three days after the Japanese surrender and just a day after Indonesia's proclamation of independence, Mohammad Hatta, soon to be elected as vice-president of the infant republic, prevailed upon delegates at the first meeting of the Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI, Committee for the Preparation of Indonesian Independence) to adjust key aspects of the republic's draft constitution, notably its preamble. The changes enjoined by Hatta on members of the Preparation Committee, charged with finalizing and promulgating the constitution, were made quickly and with little dispute. Their effect, however, particularly the removal of seven words stipulating that all Muslims should observe Islamic law, was significantly to reduce the proposed formal role of Islam in Indonesian political and social life. Episodically thereafter, the actions of the PPKI that day came to be castigated by some Muslims as catastrophic for Islam in Indonesia—indeed, as an act of treason* 1—and efforts were put in train to restore the seven words to the constitution.2 In retracing the history of the drafting of the Jakarta Charter in June 1945, * This research was supported under the Australian Research Council's Discovery Projects funding scheme. I am grateful for the helpful comments on and assistance with an earlier draft of this article that I received from John Butcher, Ananda B. Kusuma, Gerry van Klinken, Tomoko Aoyama, Akh Muzakki, and especially an anonymous reviewer. 1 Anonymous, "Naskah Proklamasi 17 Agustus 1945: Pengkhianatan Pertama terhadap Piagam Jakarta?," Suara Hidayatullah 13,5 (2000): 13-14.
    [Show full text]
  • Elections in Indonesia
    Not logged in Talk Contributions Create account Log in Article Talk Read Edit View history Search Wikipedia Elections in Indonesia From Wikipedia, the free encyclopedia Main page Elections in Indonesia have taken place since 1955 to elect a legislature. At a national level, Indonesian people did not elect a head Indonesia Contents of state – the president – until 2004. Since then, the president is elected for a five-year term, as are the 560-member People's Featured content Representative Council (Dewan Perwakilan Rakyat, DPR) and the 128-seat Regional Representative Council (Dewan Perwakilan Current events Daerah).[1] Random article Donate to Wikipedia Members of the People's Representative Council are elected by proportional representation from multi-candidate constituencies. Wikipedia store Currently, there are 77 constituencies in Indonesia and each returns 3-10 Members of Parliament based on population. Under Indonesia's multi-party system, no one party has yet been able to secure an outright victory; parties have needed to work together in Interaction coalition governments. Members of the Regional Representative Council are elected by single non-transferable vote. There, This article is part of a series on the Help Indonesia's 34 provinces treated as constituencies and, regardless of the size and population, every provinces return 4 senators. politics and government of About Wikipedia Indonesia Community portal Starting from the 2015 unified local elections, Indonesia started to elect governors and mayors simultaneously on the same date. Pancasila (national philosophy) Recent changes The voting age in Indonesia is 17 but anyone who has an ID card (Indonesian: Kartu Tanda Penduduk (KTP)) can vote, since persons Contact page Constitution under 17 who are or were married can get a KTP.
    [Show full text]
  • Uva-DARE (Digital Academic Repository)
    UvA-DARE (Digital Academic Repository) Behind the Banner of Unity: Nationalism and anticolonialism among Indonesian students in Europe, 1917-1931 Stutje, K. Publication date 2016 Document Version Final published version Link to publication Citation for published version (APA): Stutje, K. (2016). Behind the Banner of Unity: Nationalism and anticolonialism among Indonesian students in Europe, 1917-1931. General rights It is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), other than for strictly personal, individual use, unless the work is under an open content license (like Creative Commons). Disclaimer/Complaints regulations If you believe that digital publication of certain material infringes any of your rights or (privacy) interests, please let the Library know, stating your reasons. In case of a legitimate complaint, the Library will make the material inaccessible and/or remove it from the website. Please Ask the Library: https://uba.uva.nl/en/contact, or a letter to: Library of the University of Amsterdam, Secretariat, Singel 425, 1012 WP Amsterdam, The Netherlands. You will be contacted as soon as possible. UvA-DARE is a service provided by the library of the University of Amsterdam (https://dare.uva.nl) Download date:28 Sep 2021 Index Abdulmadjid Djojoadhiningrat, 89-90, 126-127, Bui Quang-Chiêu, 95, 97-99, 106. 168-169, 171-173, 187, 193, 195, 214, 216, 219-221, 223-224, 228. Cairo, 4, 11, 75, 121, 149, 248. Abendanon, J.H., 8, 36, 63. Casajangan Soripada, Maharadja Soetan, 36, 50. Académie du Droit International, 83-84, 103, 180.
    [Show full text]
  • Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Ips Sejarahsiswa Kelas Viiie Smp Negeri 1 Kertek Denganmenggunakan Model Pembelajaranexamples Non Examplestahun Ajaran 2012/2013
    UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS SEJARAHSISWA KELAS VIIIE SMP NEGERI 1 KERTEK DENGANMENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARANEXAMPLES NON EXAMPLESTAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah Oleh Nugroho Setya W 3101406047 JURUSAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2013 i Senin 29 Juli 2013 ii iii PERNYATAAN Saya menyatakan bahwa yang saya tulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat di dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Semarang, 29 Juli 2013 Nugroho Setya Wardhana NIM3101406047 iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto Keberhasilan akan terasa lebih indah ketika harus melewati lorong perjuangan. Hidup adalah sebuah resiko, resiko gagal jika mencoba dan resiko tertinggal jika tidak berani mengambil tindakan. Orang yang pintar tidak harus menjadi orang yang selalu juara dikelas, memiliki penghargaan banyak melainkan orang yang tetap semangat dan pantang menyerah dalam mengahadapi kehidupan. Persembahan: Dengan mengucapkan Alhamdulillah atas RahmatMU ya Allah, karya ini telah seslesai dan kupersembahkan kepada : 1. Ayah, Ibu dan Kakakku. 2. Guruku. 3. Almamaterku. 4. Anik Septiani. 5. Teman-temanku. v PRAKATA Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehinnga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi ini berjudul “Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar IPS Sejarah Siswa Kelas VIII E SMP Negeri 1 Kertek Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Examples Non Examples Tahun Ajaran 2012/2013”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Sejarah pada Fakultas Ilmu Sosial Universitas NegeriSemarang. Dengan rasa rendah hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang setulus-tulusnya kepada: 1.
    [Show full text]
  • Perdebatan Tentang Dasar Negara Pada Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (Bpupk) 29 Mei—17 Juli 1945
    PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI—17 JULI 1945 WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 1 PERDEBATAN TENTANG DASAR NEGARA PADA SIDANG BADAN PENYELIDIK USAHA-USAHA PERSIAPAN KEMERDEKAAN (BPUPK) 29 MEI–17 JULI 1945 Skripsi diajukan untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Humaniora Oleh WIDY ROSSANI RAHAYU NPM 0702040354 Program Studi Ilmu Sejarah FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA 2008 Perdebatan dasar..., Widy Rossani Rahayu, FIB UI, 2008 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur tiada terkira penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang sungguh hanya karena rahmat dan kasih sayang-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini ditengah berbagai kendala yang dihadapi. Ucapan terima kasih dan salam takzim penulis haturkan kepada kedua orang tua, yang telah dengan sabar tetap mendukung putrinya, walaupun putrinya ini sempat melalaikan amanah yang diberikan dalam menyelesaikan masa studinya. Semoga Allah membalas dengan balasan yang jauh lebih baik. Kepada bapak Abdurrakhman M. Hum selaku pembimbing, yang tetap sabar membimbing penulis dan memberikan semangat di saat penulis mendapatkan kendala dalam penulisan. Kepada Ibu Dwi Mulyatari M. A., sebagai pembaca yang telah memberikan banyak saran untuk penulis, sehingga kekurangan-kekurangan dalam penulisan dapat diperbaiki. Kepada Ibu Siswantari M. Hum selaku koordinator skripsi dan bapak Muhammad Iskandar M. Hum selaku ketua Program Studi Sejarah yang juga telah memberikan banyak saran untuk penulisan skripsi ini. Kepada seluruh pengajar Program Studi Sejarah, penulis ucapakan terima kasih untuk bimbingan dan ilmu-ilmu yang telah diberikan. Kepada Bapak RM. A. B.
    [Show full text]
  • THE DISPUTES BETWEEN TJIPTO MANGOENKOESOEMO and SOETATMO SOERIOKOESOEMO: SATRIA VS. PANDITA Takashi Shiraishi in 1918 Major Deba
    THE DISPUTES BETWEEN TJIPTO MANGOENKOESOEMO AND SOETATMO SOERIOKOESOEMO: SATRIA VS. PANDITA Takashi Shiraishi In 1918 major debates took place between Tjipto Mangoenkoesoemo, a leading proponent of Indies nationalism, and Soetatmo Soeriokoesoemo, a leader of the Com­ mittee for Javanese Nationalism (Comite voor het Javaansche Nationalisme), first over the question of Indies versus Javanese nationalism, and then over the prob­ lem of Javanese cultural development. The language of the debates was Dutch, not Javanese or Malay (Indonesian), and 1918, when they occurred, was the year the Volksraad (People's Council) was founded. It was apparently with the Coun­ cil's opening in mind that Tjipto and Soetatmo engaged in these debates and the audience to which both of them were appealing was the group in the Budi Utomo which was most enthusiastic about the opening of the Volksraad.1 In an atmo­ sphere where this event was viewed as marking the dawn of a new epoch, a ques­ tion keenly felt among followers of Budi Utomo was the political and cultural rele­ vance of Javanese tradition to "progress." Tjipto and Soetatmo addressed this question in their disputes and vied for ideological hegemony among those Dutch- educated lower-priyayi who made up the group in Budi Utomo that supported the Volksraad. The first debate was in fact published in March 1918, just after Tjip- to's nomination as a member of the Volksraad and two months before its formal opening. The second debate took place at the Congress for Javanese Cultural Development, which was held in Solo in July 1918, in conjunction with the annual meetings of the Budi Utomo, PHGB (Perserikatan Guru Hindia Belanda), and Oud- 'OSVIA'-nen-bond,2 and just after the end of the Volksraad's first session.
    [Show full text]
  • Downloaded from Brill.Com10/01/2021 01:16:39PM Via Free Access | Islam and the Making of the Nation
    5 The ‘War of the Roses’ The Islamic state and the Pancasila Republic (1949-1962) [The government] should not consider [the Darul Islam] an enemy, rather like a father his son. Regardless of how naughty the son, if taught a lesson he should not be beaten to death, rather given a lecture, or dealt just one blow, drenched in affection. It is similar with a domestic rebellious movement.1 Disillusioned by the Republic’s acquiescence to Dutch demands, under pressure by the TNI’s operations in West Java and let down by Masyumi’s inability to make political Islam relevant in parlia- mentary politics, on 7 August 1949 Kartosuwiryo and the dewan imamah had officially proclaimed the establishment of the Negara Islam Indonesia. As shown in the previous chapter, Masyumi’s political leadership and some elements of the TNI reached out to Kartosuwiryo’s NII in the following months to find a political solution to what had become known as the ‘Darul Islam problem’ (soal Darul Islam). This chapter follows the relationship between the Islamic state and the Indone- sian Republic in the aftermath of the surrender of Dutch sovereignty, focusing in particular on how the transformation from the federal RIS to a unitary state affected NII’s attitude and activities. Diplomacy had dictated the rhythm of Indonesian politics for years, with treaties followed by ceasefires followed by their infringe- ment. Some provinces in the archipelago were slowly warming up to the idea of a federal Republic under the patronage of the House of Orange, but the population of West Java – regardless of its alle- giance to the Islamic state – remained unimpressed by the Roem- Van Royen agreement, which, far from confirming the country’s independence, had established the Negara Pasoendan as an instru- ment of The Hague.
    [Show full text]
  • ISLAMIC PARTY and PLURALISM the View and Attitude of Masyumi Towards Pluralism in Politics (1945-1960)
    Al-Jāmi‘ah: Journal of Islamic Studies - ISSN: 0126-012X (p); 2356-0912 (e) Vol. 54, no. 2 (2016), pp. 273-310, doi: 10.14421/ajis.2016.542.273-310 ISLAMIC PARTY AND PLURALISM The View and Attitude of Masyumi towards Pluralism in Politics (1945-1960) Firman Noor Centre for Political Studies, Indonesian Institute of Sciences (LIPI) Jakarta, Indonesia email: [email protected] Abstract This article discusses Masyumi’s response towards pluralism, particularly about the political diversity in the first fifteen years of Indonesia independent era. As the largest Islamic party in Indonesian history, Masyumi was well known by many as the champion of democracy and one of the essential elements in the nationalist movement. However, regarding pluralism, for some, Masyumi positive attitude on this matter has been doubtful, regarding this party as the guru of intolerance for some contemporary Islamic organisations. By exploring the ideals and practical aspects of this party, this article wants to show the nature of Masyumi’s view and attitude in answering political diversity that in the long run indicates the real position of this party in pluralism in politics. The discussion indicates that despite some weaknesses in undergoing the spirit of honouring diversity, in particular when dealing with the communists, Masyumi, in general, had proven its position as one of the essential elements in Indonesian political history that in many ways eager to develop and maintain the spirit of pluralism. [Tulisan ini mendiskusikan perihal respons Masyumi terhadap pluralisme, khususnya terkait dengan politik keragaman dalam rentang limabelas tahun setelah Indonesia merdeka. Sebagai partai Islam terbesar dalam sejarah Indonesia, Masyumi dikenal luas sebagai terdepan dalam praktik Firman Noor demokrasi dan pemain penting dalam gerakan nasionalisme.
    [Show full text]
  • The Negation of Prri in High School History Textbooks
    THE NEGATION OF PRRI IN HIGH SCHOOL HISTORY TEXTBOOKS Sarilan Doctoral Student of History Education, Sebelas Maret University, Surakarta Email: [email protected] ABSTRACT Textbooks are a means of conveying subject matter to students. This study aims to analyze the causes and approach of the settlement carried out by the central government towards the events of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI), which was proclaimed by Colonel Ahmad Husein based in Bukittingi, West Sumatra. The method used is Critical Discourse Analysis (CDA) on textbook material High School History Curriculum 1984, Education Unit Level Curriculum (KTSP) in 2016, and Curriculum in 2013. The results showed that in all three textbooks, events that occurred were categorized as a rebellion against the Jakarta's central government so that its suppression was carried out through military operations. However, the causes were not stated in full as initiated by the regional and central government's disharmony. The injustice of central government in distributing development cake, economic difficulties, complicated licensing, dropping regional employees from the center, demands regional autonomy, regional discontent arose mainly due to the resignation of Hatta as Deputy President, the castration of the power of the West Sumatra armed group by KSAD General Abdul Haris Nasution, and the dominance of the PKI after the 1948 Madiun incident. Keywords: confirmation, PRRI, history textbooks, senior high school INTRODUCTION On 15 February 1958, the establishment of the revolutionary government in Sumatra was announced with its headquarters in Bukittinggi. This government is known by the name of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI).
    [Show full text]
  • SISTER-FILSAFAH PANTJA SILA L L
    l | l I in r r 11 j I- * . A • s . f I PENERBITAN CHUSUS . L 20 if -I- ,a . L G 1 \ J ' . a i SISTER-FILSAFAH PANTJA SILA l l PENERBIIAN CHUSUS 20 I w up 1 l nIsIl l EMA-HIII SAFAH PANTJA SIL A pidalo merajakun harri luhirnja Pantja Silo (I l)juni 1945) pads tanggal 5 Djuni 1.958 didepan rapat Rakjat diruangan istana Negaru Djakarta Jang dihadiri oléh PJ.M. Presider Répuhlik lndonésia dan para-Menteri sera para-sardjana diutiapkan oléh Prof. Mr H. MUHAMMAD YAMIN Anggnta Divan Nasional. KEMENTERIAN PENERANGAN R.I. 111111111... x l I S I B U K U l I Pembimbing . 5 I. Lahirnja adjaran Pantja Sila . 7 lr. Sed-ikit pendjelasan tentang Silk jang Lima . 10 IH. Pantja Sila'dalam 3 Konstitusi, 1945--1958 . 13 IV. Pantja Si»la adalah suatu sistéma-filsafah 13 a. Hegel . 14 b. Inonu Rusjid . 15 . c. Empu Tantular . o . 16 V. Pantja Sila dasar Démokrasi Terpimpin dan Pembébasan Brian Barat . 18 VI. Empal LIUZUI' Negara Indonesia . 24 VII. Républik Indonesia Negara Indonesia jang Ketiga 25 K€pLlsl£lk82{Il . 31 I.<1/IzpirzuI: I. Proklamasi Kemerdékaan Tndonésiu 33 2. Pembuka Konstitusi 1945 . 33 3. Pembuka Konstitusi 1949 . 34 4. Mukaddimah Konstitusi 1950 . 35 5. Piagam Djakarta 22 Djuni 1945 . 35 6. Jang hadir dalam sidang 1 Djuni 1945 . 37 7. Mars ,,Garuda-Pantja Sila", 1958 . 40 nn- s. 1. p1~, MBIMBING Uraiarz twzlluzg Prmlja Silk svbagai sist(5n1f1-filosofi, seperli Kim salilllcarz dibawah ii, diutjapkan setjara lisfuz. oléh Prof _H. Mu- lzflnzlnfld }*(llllill clalam suatu sidung di1°ualzgarz-b<>sar Istana Negara I)jakarm Raja.
    [Show full text]
  • H. Bachtiar Bureaucracy and Nation Formation in Indonesia In
    H. Bachtiar Bureaucracy and nation formation in Indonesia In: Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 128 (1972), no: 4, Leiden, 430-446 This PDF-file was downloaded from http://www.kitlv-journals.nl Downloaded from Brill.com09/26/2021 09:13:37AM via free access BUREAUCRACY AND NATION FORMATION IN INDONESIA* ^^^tudents of society engaged in the study of the 'new states' in V J Asia and Africa have often observed, not infrequently with a note of dismay, tihe seeming omnipresence of the government bureau- cracy in these newly independent states. In Indonesia, for example, the range of activities of government functionaries, the pegawai negeri in local parlance, seems to be un- limited. There are, first of all and certainly most obvious, the large number of people occupying official positions in the various ministries located in the captital city of Djakarta, ranging in each ministry from the authoritative Secretary General to the nearly powerless floor sweepers. There are the territorial administrative authorities, all under the Minister of Interna! Affairs, from provincial Governors down to the village chiefs who are electecl by their fellow villagers but who after their election receive their official appointments from the Govern- ment through their superiors in the administrative hierarchy. These territorial administrative authorities constitute the civil service who are frequently idenitified as memibers of the government bureaucracy par excellence. There are, furthermore, as in many another country, the members of the judiciary, personnel of the medical service, diplomats and consular officials of the foreign service, taxation officials, technicians engaged in the construction and maintenance of public works, employees of state enterprises, research •scientists, and a great number of instruc- tors, ranging from teachers of Kindergarten schools to university professors at the innumerable institutions of education operated by the Government in the service of the youthful sectors of the population.
    [Show full text]