Buku ini bukan sekedar menarasikan sebuah karya ilmiah tentang ilmu hukum, namun buku ini juga mencoba mensmulan pembaca untuk berpikir kris akan relevansi pidana ma yang ada dalam hukum pidana korupsi di Negara tercinta ini. Prof. Dr. Pujiyono, S.H., M.Hum. Guru Besar Hukum Pidana Universitas

Buku ini terbilang cukup padat dan singkat dalam meberikan gambaran awal tentang relevansi pidana ma dalam ndak pidana korupsi di Negara ini. Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugroho, S.H., M.H., M.B.A. KADIVKUM POLRI

Pada pertumbuhannya di masyarakat, hukum sudah seharusnya mampu melihat ke segala arah termasuk dalam hal nilai kemanusiaan, buku ini mencoba memotret persoalan hukum dalam ragam perspekf, sehingga narasi yang ada pun beragam dan cukup kris Lui T. Prayogo, Ph.D. Koordinator Peneli MAKARA

Di tengah-tengah huru hara perang pendapat tentang pidana ma dalam kasus korupsi yang terus menciptakan jurang hermeneuk tak berdasar, buku ini secara sederhana mencoba mencari akar masalah dalam konsep pidana ma pada kasus korupsi di tanah air ini. Bahyar Efendi, S.Pd., S.H., M.M. Koordinator Peneli Himpunan Pemerha Hukum Siber Indonesia Dr. H. Muhammad Syarifuddin, S.H., M.H.

REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA

CV. TIGA ASA MANDIRI DAFTAR ISI

REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA ©2020 oleh Dr. H. Muhammad Syarifuddin, S.H., M.H. Hak cipta dilindung Undang-Undang.

DAFTAR ISI...... iii Penulis: Dr. H. Muhammad Syarifuddin, S.H., M.H. Editor: Jarot jati Bagus Suseno, S.H., M.H. DAFTAR TABEL...... vi Layouter: Umay Humairoh DAFTAR BAGAN...... vii GLOSARIUM...... ix Cetakan I, Desember 2020 ISBN : 978-623-95141-5-0 KATA PENGANTAR REKTOR UNIVERSITAS DIPONOGORO...... xi KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS UNIVERSITAS Diterbitkan oleh DIPONOGORO...... xv PENDAHULUAN...... 1 CV. TIGA ASA MANDIRI BAB 1: PIDANA MATI DAN TINDAK PIDANA KORUPSI Cilodong RT 005 RW 003 Kelurahan Kalibaru Kecamatan Cilodong, DI INDONESIA...... 11 Depok, Jawa Barat. A. Sejarah Pidana Mati Di Indonesia...... 12 B. Pidana Mati Menurut Islam...... 18 C. Tindak Pidana Korupsi dalam Islam...... 24 D. Keadilan Menurut Islam...... 28 E. Nilai Keadilan Pancasila...... 30

iii BAB 2: RELEVANSI PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA BAB 4: REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM KORUPSI...... 73 TINDAK PIDANA KORUPSI...... 183 A. Perkembangan Politik Hukum Pidana Mati A. Penemuan Hukum...... 184 Di Indonesia...... 74 B. Negara Pancasila...... 184 B. Perkembangan Politik Hukum Pemberantasan Korupsi C.Reformasi Pidana Mati dalam Kasus Korupsi yang Di Indonesia...... 117 Berbasis Nilai Kemanusiaan...... 186 C. Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi D. Reformasi Ketentuan Pidana Mati dalam Undang- Di Indonesia...... 121 Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang D. Pidana Mati dalam Politik Hukum Pemberantasan Nomor 20 Tahun 2001...... 194 Korupsi...... 122 PENUTUP...... 221 DAFTAR PUSTAKA...... 222 BAB 3: KELEMAHAN-KELEMAHAN DALAM PELAKSANAAN BIODATA PENULIS...... 238 PIDANA MATI DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA...... 149 A. Penjelasan Terkait Sistem Bekerjanya Hukum...... 150 B. Persoalan Hukum Pidana Mati dalam Politik Hukum Pemberantasan Korupsi...... 151 C. Persoalan dalam Penegakan Hukum pada Kasus Tindak Pidana Korupsi...... 166 D. Kelemahan-Kelemahan Sistem Pidana Mati Di Indonesia...... 173 E. Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Belum Berbasis Keadilan Hukum Progresif...... 175 F. Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Korupsi di Beberapa Negara...... 177

iv v DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN

Tabel 1: Ancaman Pidana Mati dalam Buku II KUHP Di Era Bagan 1: Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Kemerdekaan...... 96 dalam Ragaan Stufenbau Theory...... 67 Tabel 2: Perbandingan Motivasi Penjatuhan Pidana Mati pada Bagan 2: Lingkaran Problematika Penegakan Hukum Pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto...... 113 . Di Indonesia...... 169 Tabel 3: Ketentuan KUHP Pasca Kemerdekaan yang Diancam Bagan 3: Penjelasan Teori David Easton...... 199 Pidana Mati ...... 125 Bagan 4: Ragaan mengenai Kemandirian Kehendak Manusia dalam Tabel 4: Rekonstruksi Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tatanan Hukum...... 203 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 ...... 218 Bagan 5: Spektrum Tegangan Antara Ideal dan Kenyataan pada Bingkai Tatanan Kesusilaan...... 204

vi vii GLOSARIUM

1. Strafbaar Feit : Peristiwa, Pelanggaran dan Perbuatan Tindak Pidana 2. Delict : Perbuatan Pidana 3. Nood Weer ` : Pembelaan darurat 4. Onrechtmatig Daad : Perbuatan Melawan Hukum 5. Schuld : Kesalahan 6. Handeling : Tindakan atau Perbuatan 7. Strafbaarheid Van Den Person : Hal dapat dipidananya orang 8. Criminal Act : Tindak Pidana 9. Criminal Responsibility : Pertanggung Jawaban Pidana 10. Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Legi Poenali : Tidak ada delik, tidak ada pidana tanpa ketentuan pidana yang mendahuluinya viii ix 11. Nullum Crimen Sine KATA PENGANTAR Lege Stricta : Tidak ada delik tanpa REKTOR UNIVERSITAS DIPONOGORO ketentuan yang tegas 12. Nullum Delictum Nulla Poena Sine Praevia Lege : Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan indak pidana korupsi di Indonesia sudah ada sejak kekuatan ketentuan lama, baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan, perundang undangan Tera orde lama, era orde baru dan berlanjut hingga era pidana yang telah ada reformasi. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memberantas 13. Nulla Poena Sine Lege : Tidak ada hukuman kejahatan tindak pidana korupsi, namun hasilnya masih jauh kalau tak ada Undang- dari memuaskan. Sebagai salah satu jenis kejahatan korupsi Undang memiliki karakteristik tersendiri dibandingkan dengan jenis kejahatan yang lain. 14. Nulla Poena Sine Crimine : Tidak ada hukuman, Salah satu karakteristik tindak pidana korupsi adalah bila tak ada kejahatan bahwa korupsi tergolong tindak pidana yang selalu berkorelasi 15. Dolus atau Culpa : Kesengajaan atau dengan uang dan kekuasaan. Pelaku tindak pidana korupsi kealpaan biasanya memiliki kekuasaan baik itu politik, ekonomi, 16. Willens En Wettens : Sengaja berarti birokrasi, hukum maupun kekuasaan yang lain, karena menghendaki memiliki kekuasaan tersebut maka pelaku tindak pidana mengetahui korupsi termasuk orang-orang yang dikenal oleh publik atau 17. Voornemen : Niat Politically Exposed Person (PEP). 18. Poging : Percobaan Tindak pidana korupsi di Indonesia hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab terpuruknya sistem 19. Oogmerk : Maksud atau perekonomian di Indonesia yang terjadi secara sistemik dan kehendak meluas sehingga bukan saja merugikan kondisi keuangan 20. Met Voorbedachte Rade : Dengan rencana lebih negara atau perekonomian negara, tetapi juga telah dahulu melanggar hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara 21. Rechtstaat : Negara Hukum luas.1 Bahkan tindak pidana korupsi di Indonesia adalah suatu 22. The Rule of Law : Sebagai kekuasaan 1 Departemen Hukum dan HAM Republik Indonesia, Penelitian umum yang Hukum Tentang Aspek Hukum Pemberantasan Korupsi di Indonesia, Jakarta, terorganisasi 2008, hlm. 1.

x xi kejahatan yang susah untuk dihilangkan sehingga dapat dikarenakan hukum tidak hanya semata-mata memidanakan dikatakan bahwa kejahatan korupsi ini sudah menjadi budaya perbuatan semata namun juga harus mampu menelaah nilai di negara kita. kemanusiaan juga. Pidana mati bagi koruptor juga rentan akan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara luas ketidak adilan mengingat suatu putusan yang menjatuhkan mendefinisikan tindak pidana korupsi sebagai missus of pidana mati dapat dilakukan dengan salah oleh penegak (public) power for private gain. Menurut Centre for Crime hukum yang berwenang. Namun dapat diketahui bersama Prevention (CICP) tindak pidana korupsi mempunyai dimensi bahwa berbicara kedudukan korupsi sebagai kejahatan luar perbuatan yang luas meliputi hal-hal yaitu tindak pidana biasa juga memberikan konsekuensi dapat dijatuhkannya suap (bribery), penggelapan (emblezzlement), penipuan pidana mati bagi koruptor khususnya dalam keadaan Negara (fraud), pemerasan yang berkaitan dengan jabatan (exortion), sedang mengalami musibah. penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), pemanfaatan Perdebatan akan eksistensi pidana mati dalam tindak kedudukan seseorang dalam aktivitas bisnis untuk pidana korupsi sangatlah sengit, kalangan pembela HAM kepentingan perorangan yang bersifat ilegal (exploiting a akan memandang bahwa pidana mati patut untuk dihapuskan conflict interest), perdagangan informasi oleh orang dalam sementara kalangan lain menganggap bahwa pidana (insider trading), nepotisme, komisi ilegal yang diterima oleh tersebut tetap perlu dipertahankan. Buku ini termasuk salah- pejabat publik (illegal commission) dan kontribusi uang secara satu buku yang akan mengajak pembaca untuk menyelam ilegal untuk partai politik.2 lebih dalam membahas relevansi pidana mati dalam pidana Namun demikian hukuman mati yang dapat merenggut korupsi di Negara Indonesia yang merupakan Negara hukum hak untuk hidup dimana hak dasar teresebut dimana hanya yang berideologi Pancasila. Pada pembahasan awal buku ini Tuhan yang dapat melakukan hal tersebut, dapat terjadi di mencoba menyugukan sejarah perkembangan politik hukum tangan manusia yang masih memiliki kekurangan melalui pidana mati dalam tindak pidana korupsi di Indonesia. pidana mati. Keudian buku ini mencoba menyugukan kembali perspektif Perlu diketahui bersama bahwa koruptor juga pelaksanaan politik hukum pidana mati dalam tindak pidana merupakan manusia yang dijamin oleh Agama dan Negara korupsi, yang pada akhirnya mencoba mengajak nalar untuk hak untuk hidupnya, sehingga sebagai Negara hukum dan mencari politik hukum pidana mati dalam tindak pidana sekaligus Negara Pancasila maka pidana mati sebagaimana korupsi di Indonesia yang ideal. yang diancamkan dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. Hal ini Semarang, 28 November 2020 2 Kristian dan Yopi Gunawan, Tindak Pidana Korupsi (Kajian Terhadap Harmonisasi Antara Hukum Nasional dan The United Nations Convention Againts Corruption (UNCAC)), Refika Aditama, Bandung, 2015, Prof. Dr. Yos Joha Utama, S.H., M.Hum. hlm. 22.

xii xiii KATA PENGANTAR DEKAN FAKULTAS HUKUM REKTOR UNIVERSITAS DIPONOGORO

elaksanaan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Pterkait pidana mati dalam tindak pidana korupsi tidak pernah dilakukan dalan setiap pemutusan perkara korupsi selama ini, hal ini dikarenakan pidana mati tidak sesuai dengan konsep perlindungan HAM di negara Indonesia sehingga Pelaksanaan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 terkait pidana mati dalam tindak pidana korupsi dapat dikatakan tidak efektif, hal ini dikarenakan pidana mati dalam kasus pidana mati tidak pernah dilakukan di negara Indonesia, hal tersebut dikarenakan pidana mati dalam kasus korupsi bertentangan dengan konsep pengharagaan HAM sebagaimana yang dimaksudkan Pancasila. Buku ini mengajak pembaca untuk memahami relevasi pidana mati pada tindak pidana korupsi dalam ragam dimensi, baik dimensi hukum pidana, hukum tata negara, maupun filsafat keadilan hukum dimana pro dan kontra pidana mati dalam tindak pidana korupsi disajikan dengan telaah secara holistik atau lengkap dalam buku ini.

Semarang, 28 November 2020

Prof. Dr. Retno Saraswati, S.H., M.Hum.

xiv xv BUKU INI AKU PERSEMBAHKAN UNTUK ANAK DAN ISTRIKU ORANG TUA DAN MERTUAKU ALMAMATERKU BANGSA DAN NEGARA

xvi PENDAHULUAN

indakan pidana korupsi sangat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara dan menghambat Tpembangunan nasional, sehingga harus diberantas dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Tindak pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Korupsi sudah sangat meluas secara sistemik merasuk ke semua sektor di berbagai tingkatan pusat dan daerah di semua lembaga negara, baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Oleh karena itu, tindak pidana korupsi merupakan suatu golongan kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime), sehingga dalam pemberantasannya pun harus dilakukan dengan langkah-langkah yang luar biasa (extraordinary measure), serta menggunakan instrument-instrument hukum yang luar biasa pula (extraordinary instrument). Di Indonesia, secara kasat mata kasus korupsi merupakan konsumsi publik yang dapat diperoleh melalui berbagai media massa, baik cetak maupun elektronik. Hampir tidak ada hari yang terlewatkan tanpa berita tentang kasus korupsi. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan bahwa tindak pidana korupsi menimbulkan akibat yang luar biasa dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, seperti angka kemiskinan yang tinggi, penggangguran, meningkatnya hutang luar negeri, serta kerusakan alam.

PENDAHULUAN 1 Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia Sebagai upaya penanggulangan tindak pidana korupsi mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan yang termasuk dalam golongan kejahatan yang luar biasa, sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret pembuat undang-undang memformulasikan beberapa hal 2018. Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penting, yang dianggap dapat dipakai sebagai alat untuk penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap menjerat dan mendatangkan efek jera kepada pelaku, yakni bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang. asas pembuktian terbalik dan sanksi yang berat, termasuk Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, yaitu pidana mati. Kebijakan formulasi pasal-pasal yang berkaitan September 2017, persentase kemiskinan tercatat sebesar dengan kedua hal ini tentu didasarkan pada pemikiran dan 10,12 persen atau setara dengan 26,58 juta orang penduduk di latar belakangi oleh keinginan untuk memberantas tindak miskin di Indonesia.1 Walaupun angka tersebut menunjukkan pidana korupsi. Namun, kebijakan formulasi ini tidak diikuti penurunan dari tahun sebelumnya akan tetapi tingkat oleh kebijakan aplikasi. Sebagaimana asas pembuktian kesejahteraan masyarakat dan jumlah penduduk miskin terbalik enggan untuk diterapkan dalam persidangan tindak masih terbilang banyak. pidana korupsi, maka hakim tindak pidana korupsi juga Terlebih lagi mengenai hutang Indonesia saat ini, Bank enggan untuk menerapkan ancaman pidana mati terhadap Indonesia (BI) menyebutkan jumlah utang luar negeri pelaku tindak pidana, meskipun nyata-nyata negara telah Indonesia mencapai 358 miliar dolar AS atau setara Rp5.191 dirugikan milyaran, bahkan trilyunan rupiah dan banyak triliun (kurs 1 dolar AS = Rp14.500) per akhir Juli 2018, naik anggota masyarakat kehilangan kesempatan untuk menikmati 4,8 persen dibanding periode sama 2017. Meskipun naik, kesejahteraan akibat dari tindak pidana tersebut. jika dibandingkan pertumbuhan penarikan Juni 2018, utang Penerapan hukuman mati di Indonesia merupakan warisan asing Indonesia melambat, pada bulan Juni 2018, utang luar dari ketentuan hukum kolonial Belanda, yang sampai saat ini negeri naik 5,5 persen.2 Selain itu, kerusakan hutan yang tidak kunjung dikoreksi secara tuntas. Meskipun di Belanda terjadi adalah seluas 3,8 juta hektar, yakni yang dibabat dan sendiri praktik hukuman mati telah dihapuskan. Dalam titel dieksploitasi secara illegal. Kondisi ini dengan sendirinya II Buku I Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berjudul menempatkan tindak pidana korupsi sebagai kejahatan luar “Hukuman” (straffen), tergambar sistem hukuman pidana biasa (extra ordinary crime) yang harus ditanggulangi dengan yang berlaku di Indonesia. Sistem ini sederhana, hanya cara-cara yang ekstra. disebutkan dalam Pasal 10 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ada 4 (empat) macam hukuman pokok, yaitu : (1) 1 https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/16/130732026/ hukuman mati, (2) hukuman penjara, (3) hukuman kurungan, bps-maret-2018-persentase-kemiskinan-indonesia-terendah-sejak-1999, (4) denda dan terdapat 3 (tiga) macam hukuman tambahan, diakses pada tanggal 2 Januari 2020, pukul 09.54 WIB. 2 https://www.wartaekonomi.co.id/read195477/utang-indonesia- yaitu : (a) pencabutan hak-hak tertentu, (b) perampasan saat-ini-naik-jadi-rp5191-triliun.html, diakses pada tanggal 2 Januari 2020, barang-barang tertentu, dan (c) pengumuman putusan pukul 10.00 WIB.

2 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENDAHULUAN 3 YANG BERKEADILAN PANCASILA hakim. Sifat kesederhanaan ini terletak pada gagasan bahwa Hukuman pidana mati dalam perkara tindak pidana beratnya hukuman pada prinsipnya digantungkan pada sifat korupsi diatur dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang berat atau ringan tindak pidananya.3 Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana mati juga merupakan bentuk pidana yang paling Pidana Korupsi. Dalam pasal tersebut menyatakan bahwa menarik dikaji oleh para ahli karena memiliki nilai kontradiksi : “Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaimana dimaksud atau pertentangan yang tinggi antara yang setuju dengan dalam ayat (1) dilakukan dalam keadaan tertentu pidana mati yang tidak setuju. Pendapat yang setuju mengatakan dapat dijatuhkan”. Mengenai Pasal 2 ayat (2) pada penjelasan bahwa orang yang terhukum tersebut berhak mendapatkan dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang hukuman mati karena beberapa alasan yang menyebabkan dia Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dijelaskan bahwa sebagai seorang yang pantas mendapatkannya. Sedangkan “yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” dalam ketentuan mereka yang tidak setuju terhadap hukuman mati adalah ini dimaksudkan sebagai pemberatan bagi pelaku tindak bertentangan dengan hak asasi manusia yaitu hak untuk pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut dilakukan hidup, yang merupakan hak dasar bagi setiap individu. Dalam pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai dengan sistem di negara lain, satu persatu menghapus pidana mati, undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana maka sebaliknya yang terjadi di Indonesia. alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, Dalam perspektif hukum Islam, pidana mati (uqbah atau pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi dan al i’dam) memangnyata ditemukan dalam 3 (tiga) bentuk moneter”. pemidanaan, yaitu had (hudud), qishashdan ta’zir. Pidana mati Namun setelah adanya perubahan atas undang-undang merupakan hukuman maksimal yang senantiasa eksis dan tersebut yang digantikan oleh Undang-Undang Nomor diakui kelegalannya oleh hukum Islam. Hukum Islam tetap 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang mempertahankan hukuman mati untuk tindak kejahatan Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak tertentu. Esensi penerapan hukuman mati pada hukum Islam Pidana Korupsi, penjelasan Pasal 2 ayat (2) berubah walaupun lebih untuk melindungi kepentingan individu dan masyarakat substansi pasalnya tetap sama. Penjelasan Pasal 2 ayat (2) dari tindak kejahatan yang membahayakan sendi-sendi dasar dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 menjelaskan kemanusiaan. Karenanya tujuan umum adanya hukuman bahwa “yang dimaksud dengan keadaan tertentu” dalam dalam Islam, termasuk hukuman mati, adalah untuk ketentuan ini adalah keadaan yang dapat dijadikan alasan merealisasikan kemaslahatan umat (mashlahah al-naas) dan pemberatan pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi yaitu menegakkan keadilan (daam al-adaalah). apabila tindak pidana tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan akibat kerusuhan 3 Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia,PT. sosial yang meluas, penanggulangan krisis ekonomi dan Refika Aditama, Bandung, 2011, hlm. 174. moneter dan pengulangan tindak pidana korupsi”.

4 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENDAHULUAN 5 YANG BERKEADILAN PANCASILA Salah satu penyebab tidak diterapkannya ancaman pidana menyatakan hukuman mati terhadap kejahatan yang serius mati kepada koruptor karena perumusan ancaman pidana merupakan bentuk pembatasan hak asasi manusia atau dapat mati diikuti dengan syarat dalam“keadaan tertentu” (Pasal disebut sebagai pelanggaran HAM. 2 ayat (2)). Dalam penjelasan pasal ini dirumuskan bahwa, Tindak pidana korupsi masih memiliki kelemahan, antara yang dimaksud dengan keadaan dengan “keadaan tertentu” lain belum ada ketentuan yang mengatur tentang grativikasi dalam ketentuan ini dimaksudkan sebagai pemberatan bagi seksual dan ketentuan pembuktian terbalik yang hampir tidak pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak pidana tersebut pernah digunakan oleh penegak hukum. Selain itu, pidana dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya sesuai mati masih tetap dipertahankan dalam Rancangan Undang- dengan undang-undang yang berlaku, pada waktu terjadi Undang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dengan sifat bencana alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana khusus dan selalu diancamkan secara alternatif. korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan krisis Perdebatan tentang efektivitas pidana mati, khususnya ekonomi dan moneter. bagi tindak pidana korupsi masih tetap terjadi. Perdebatan Berdasarkan pada ketentuan tersebut di atas dapat ini didasarkan pada asumsi apakah penjatuhan pidana mati disimpulkan bahwa yang menyatakan ketentuan korupsi yang efektif dalam menanggulangi kejahatan (korupsi). Terdapat dilakukan pada waktu negara dalam keadaan bahaya, terjadi 2 (dua) kelompok yang secara komprehensif mengajukan bencana alam nasional, pengulangan tindak pidana korupsi, argumentasi mereka, baik yang menentang (abolisionis) atau negara dalam keadaan krisis ekonomi dan moneter, maupun yang mendukung (retensionis) hukuman mati. malah kontradiksi dengan pemberantasan korupsi sebab Kelompok abolisionis mendasarkan argumennya pada tidak jelas parameternya. Pernyataan demikian tentunya beberapa alasan. Pertama, hukuman mati merupakan akan terbantahkan jika diperhadapkan dengan keharusan bentuk hukuman yang merendahkan martabat manusia dan seorang hakim untuk bertindak kreatif sesuai dengan makna bertentangan dengan hak asasi manusia. Atas dasar argumen ketentuan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 48 Tahun inilah kemudian banyak negara menghapuskan hukuman 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, di mana hakim wajib mati dalam sistem peradilan pidananya. Sampai sekarang menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan ini sudah 97 negara menghapuskan hukuman mati. Negara- rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. negara anggota Uni Eropa dilarang menerapkan hukuman Dengan demikian, ketidakjelasan parameter seperti mati berdasarkan Pasal 2 Charter of Fundamental Rightsof the dikemukakan di atas bukanlah merupakan alasan yang European Union tahun 2000. Majelis Umum PBB pada tahun menyebabkan hingga kini belum ada hukuman mati bagi 2007, 2008 dan 2010 mengadopsi resolusi tidak mengikat koruptor di Indonesia. Namun apabila dilihat dari aspek (non-binding resolutions) yang menghimbau moratorium Hak Asasi Manusia, Mahkamah Konstitusi melalui putusan global terhadap hukuman mati. Protokol Opsional II Mahkamah Konstitusi Nomor 3/PUU-V/2007 pada intinya International Covenant on Civil and Political Rights/ICCPR

6 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENDAHULUAN 7 YANG BERKEADILAN PANCASILA akhirnya mewajibkan setiap negara mengambil langkah- Kelompok retensionis juga menolak pendapat kelompok langkah untuk menghapuskan pidana mati. abolisionis yang mengatakan hukuman mati (terhadap Kelompok abolisionis juga menolakalasan kaum koruptor) bertentangan dengan kemanusiaan. Menurut retensionis yang meyakini hukuman mati akan menimbulkan kelompok retensionis, justru korupsi merupakan kejahatan efek jera, dan karenanya akan menurunkan tingkat kejahatan luar biasa yang menistakan perikemanusiaan. Korupsi khususnya korupsi. Belum ada bukti ilmiah konklusif yang merupakan kejahatan kemanusiaan yang melanggar hak membuktikan korelasi negatif antara hukuman mati dan hidup dan hak asasi manusia tidak hanya satu orang, tingkat korupsi. Sebaliknya, berdasarkan Indeks Persepsi namun jutaan manusia. Indonesia adalah salah satu negara Korupsi Transparansi Internasional tahun 2011, justru negara- retensionis yang secara de yure maupun de facto mengakui negara yang tidak menerapkan hukuman mati menempati adanya pidana mati. Kelompok retensionis di Indonesia ranking tertinggi sebagai negara yang relatif bersih dari berpendapat, hukuman mati terhadap koruptor tidak korupsi, yaitu Selandia Baru (ranking 1), Denmark (2) dan melanggar konstitusi sebagaimana telah dinyatakan oleh Swedia (4). Mahkamah Konstitusi. Moderman seorang sarjana yang pro Sementara itu, kelompok retensionis mengajukan pidana mati berpendapat bahwa demi ketertiban umum argumen yang mendukung hukuman mati. Alasan utama pidana mati dapat dan harus diterapkan, namun penerapan adalah hukuman mati memberikan efek cegah terhadap ini hanya sebagai sasaran terakhir dan harus dilihat sebagai pejabat publik yang akan melakukan korupsi. Bila menyadari wewenang darurat yang dalam keadaan luar biasa dapat akan di hukum mati, pejabat demikian setidaknya akan diterapkan. berpikir seribu kali untuk melakukan korupsi. Fakta Kemiskinan yang terjadi di Indonesia adalah salah satu membuktikan, bila dibandingkan dengan negara-negara dampak banyaknya korupsi yang dilakukan oleh pejabat maju yang tidak menerapkan hukuman mati, Arab Saudi yang negara. Kemiskinan merusak hak hidup jutaan manusia memberlakukan hukum Islam dan hukuman mati memiliki Indonesia, maka berdasarkan pertimbangan rasa kemanusiaan tingkat kejahatan yang rendah. Berdasarkan data United dan keadilan yang hidup dalam masyarakat, hukuman mati Nations Office on Drugs and Crime pada tahun 2012, misalnya, bagi pelaku tindak pidana korupsi masih perlu untuk tetap tingkat kejahatan pembunuhan hanya 1,0 per 100.000 orang dirumuskan dalam undang-undang pemberantasan tindak apabila dibandingkan dengan Finlandia 2,2, Belgia1,7 dan pidana korupsi di masa mendatang. Hukuman mati dapat Russia 10,2.4 memberikan peringatan keras pada para pejabat publik untuk tidak melakukan korupsi. Namun, hukuman mati 4 United Nations, World Drug Report,United Nations Office On hendaknya perumusannya harus jelas dan tegas sehingga Drugs And Crime, Vienna, New York, 2012. tidak menimbulkan multitafsir dan keragu-raguan dalam penerapannya untuk dijatuhkan.

8 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENDAHULUAN 9 YANG BERKEADILAN PANCASILA 10 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA Bab 1 PIDANA MATI dan tindak pidana korupsi di indonesia A. Sejarah Pidana Mati Di Indonesia 2. Konsolidasi hukuman mati kedua terjadi pada saat berlakukanya Wetboek van Strafrecht voor In- Di Indonesia, setidaknya terdapat dua belas (12) undang- landers (Indonesiaers) 1 Januari 1873 dan Wetboek undang yang masih mencantumkan hukuman mati van Strafrecht voor Indonesie (WvSI) 1 Januari 1918, sebagai salah satu bentuk pidana. Berbeda dengan meskipun Belanda telah menghapus hukuman mati perkembangan Hukum Pidana di Belanda yang telah di negaranya pada 1870. Hal ini dilatarbelakangi menghapuskan hukuman mati sejak tahun 1870, KUHP alasan rasial bahwa Negara kolonial saat itu berpikir Indonesia masih mempertahankan hukuman mati. Se- orang-orang pribumi jajahan tidak bisa dipercaya, bagai bagian dari pembatasan hak asasi manusia yang suka berbohong, memberikan keterangan palsu di paling hakiki yaitu hak untuk hidup, maka sudah tentu Pengadilan dan bersifat buruk; dasar untuk mencantumkan hukuman mati harus me- 3. Pada masa awal kemerdekaan, hukuman mati tetap miliki akar yang sangat kuat dan didasarkan atas bukti dipertahankan dengan menyesuaikan WvS sebagai dan rasionalisasi yang bisa dipertanggungjawabkan. Maka hukum pidana. Dalam konteks hukum pidana militer, pada titik ini menjadi penting untuk mengetahui Raison hukuman mati dianggap sebagai respon untuk mem- D’être sebab musabab masih dimasukannya sanksi pida- perkuat strategi pertahanan negara dari situasi dan 1 na hukuman mati di pelbagai regulasi di Indonesia. upaya mempertahankan kemerdekaan dalam ku-run Berikut hasil penelurusan Tim ICJR dalam proses pe- waktu 1945- 1949. metaan legislasi yang memuat hukuman mati sebagai 4. Pada masa demokrasi liberal tahun 1951, hukuman ma- hukuman sebagai upaya mencari tahu alasan berlakunya ti dipertahankan untuk menghalau pemberontakan hukuman mati di Indonesia:2 yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia, 1. Konsolidasi hukuman mati pertama terjadi pada akhirnya terbentuklah UU Darurat No. 12 Tahun 1951 masa pemerintahan Daendels (1808) yang mengatur yang mengatur mengenai peraturan hukuman isti- pemberian hukuman mati menjadi kewenangan mewa sementara tentang senjata api, amunisi, dan Gubernur Jenderal Hindia Belanda, hukuman mati bahan peledak; pada saat itu dianggap sebagai strategi untuk mem- 5. Pada masa Demokrasi Terpimpin 1956-1966, Presiden bungkam perlawanan penduduk jajahan dan untuk Soekarno mengeluarkan UU Darurat tentang mempertahankan Jawa dari serangan Inggris; Pengusutan, Penuntutan, dan Peradilan Tindak Pi- 1 Institute For Criminal Justice Reform, Sejarah Pidana Mati Di dana ekonomi (LN 1955 Nr 27). Undang-undang ini Indonesia dari Masa ke Masa, Diakses melalui http://icjr.or.id/hukuman- diperkuat dengan Penetapan Presiden No. 5 tahun mati-di-indonesia-dari-masa-ke-masa/, Pada 12 Januari 2020. 1959 dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- 2 Loc, cit. Undang No. 21 tahun 1959 dengan ancaman maksimal

12 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 13 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia hukuman mati. Keseluruhan Undang-undang ini 7. Pada masa reformasi (1998-sekarang), pencantuman ditujukan untuk merespon kondisi ekonomi In- hukuman mati dalam legislasi diwarnai dengan donesia yang mengalami penurunan secara drastis hadirnya alasan “kedaruratan” mulai dari alasan dikarenakan tingkat inflasi dunia yang sangat tinggi, “darurat bencana” “darurat perlindungan anak” rusaknya pelaksanaan perlengkapan sandang pangan, dan juga skala jumlah korban yang menjadi alasan dan di samping banyaknya kejahatan-kejahatan di penting untuk memberikan respon pemberatan bidang ekonomi yang dilakukan oleh para pejabat hukuman demi kepentingan stabiltas nasional. Ter- negara maupun masyarakat seperti penimbunan dapat beberapa motif yang paling populer dalam barang, pencatutan, dan lain sebagainya. Presiden alasan penggunaan hukuman mati di Indonesia, yakni Soekarno juga mengeluarkan sebuah regulasi yang hukuman mati memiliki tingkat efektivitas yang diharapkannya mampu mengurangi tingkat kejahatan lebih tinggi dari ancaman hukuman lainnya. Selain korupsi dengan mengeluarkan Perpu pengganti memiliki efek yang menakutkan (shock therapy), Undang-Undang tentang Pengusutan, Penuntutan hukuman mati juga dianggap lebih hemat. Hukuman dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi (LN 1960 Nr mati juga digunakan agar tidak ada tindakan main 1972); hakim sendiri (eigenrichting) di masyarakat; 6. Pada masa oder baru (1966-1998), pencantuman 8. Seiring dengan motif ini, klaim teoritis yang dominan hukuman mati digunakan sebagai upaya untuk saat ini adalah pandangan bahwa hukuman mati mencapai stabilitas politik untuk mengamankan akan menimbulkan efek jera (detterent effect) yang agenda pembangunan. Pada masa ini beberapa sangat tinggi sehingga akan menyebabkan orang kejahatan salah satunya kejahatan narkotika di- mengurungkan niatnya untuk melakukan tindak anggap sebagai upaya subversif. Kejatahan korupsi pidana. Dengan demikian, hukuman mati bisa di- pada masa ini pernah didakwa dengan menggunakan adikan sebagai alat yang baik untuk prevensi umum UU No. 11/PNPS/1963 tentang subversi yang maupun prevensi khusus. Di samping itu, masih menyertakan ancaman hukuman mati, walaupun kuatnya fungsi pemidanaan yang menekankan pada pada masa ini kejahatan korupsi sendiri tidak diancam aspek pembalasan (retributif), utamanya masih di- dengan hukuman mati. Beberapa legilslasi yang men- pertahankannya beberapa pendekatan dari teori cantumkan hukuman mati antara lain mengenai Ke- absolut atas pembalasan, teori relatif, dan teori jahatan Penerbangan dan Sarana Penerbangan dan gabungan yang tentunya memberikan kontribusi Tenaga Atom; penting bagi masih diberlakukannya hukuman mati di Indonesia saat ini.

14 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 15 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Dinamika Pertentangan Pemberlakuan Hukuman 3. Walaupun Konvenan Sipil dan Politik yang sudah Mati dalam Proses Pembentukan Legislasi:3 diratifikasi oleh Indonesia melalui UU No 12 tahun 2005 1. Pertentangan pertama terjadi pada sidang kons- memperbolehkan negara-negara mencantumkan tituante yang berlangsung pada 1955-1959. Asmara hukuman mati pada legislasinya, namun hal tersebut Hadi, anggota Konstituante dari Gerakan Pembela dalam Pasal 6 ayat (2) hanya diperbolehkan untuk Pancasila, pada 14 Agustus 1958, Sidang ke II tahun kejahatan yang serius. Konsep the most serious 1958 Rapat ke 27 Konstituante mengusulkan perlunya crimes dalam hukum internasional sangat terbatas dimuat dalam norma UUD mengenai hak hidup dan pada kejahatan dengan karakteristik tindak pidana hak untuk tidak dijatuhi hukuman mati. Asmara Hadi yang dilakukan merupakan perbuatan yang keji dan sempat memprotes atas hasil kerja tim perumus kejam, menggoncangkan hati nurani kemanusiaan yang tidak mencantumkan usulannya terkait dengan (deeply shock the conscience of humanity); dengan rumusan hak hidup dan larangan hukuman mati tujuan untuk menimbulkan kematian atau akibat- dalam Laporan Panitia Perumus tentang HAM/Hak akibat yang sangat serius lainnya (extremely grave dan Kewajiban Warga Negara pada Sidang ke II Rapat consequences); dan dengan cara yang sangat buruk ke 29, 19 Agustus 1958. Sayangnya pandangan ini (crime with extremely heinous methods) dan kejam adalah pandangan minor pada saat itu dan karenanya di luar batas perikemanusiaan serta menimbulkan tidak mendapatkan pembahasan yang serius pada ancaman atau membahayakan keamanan negara. masa tersebut; 4. Namun begitu, dalam proses legislasi perbedatan 2. Dalam proses amandemen UUD 1945 juga ter- pencantuman hukuman mati bukan dalam tataran jadi perdebatan mengenai hukuman mati. penafsiran “the most serious crime”, dalam proses Taufiqurrohman Ruki, Valina Singka Subekti, dan pembentukan legslasi alasan yang digunakan untuk Slamet Efendy Yusuf adalah para anggota Majelis mencantumkan hukuman mati seolah dipermudah Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang mendesak- dengan menyatakan bahwa hukuman mati memang kan hak hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia diperbolehkan untuk dicantumkan, bukan dalam yang tak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan tataran sangat terbatas untuk digunakan; oleh siapapun. Namun begitu dalam sidang tersebut 5. Pada masa reformasi perdebatan hukuman mati pembahasan megenai hak hidup dan hukuman mati sayangnya tidak dapat terlepas dari konsep tidak dielaborasi lebih lanjut. Pembatasan hak hidup penggunaan hukuman mati sebagai bagian dari oleh UUD 1945 seolah hanya terkunci dari ketentuan alat politik. Alasan kedaruratan dan responsivitas Pasal 28J UUD 1945 yaitu tentang Hak Asasi Manusia digunakan sebagai dasar pencantuman hukuman yang dibatasi oleh Hak Asasi orang lain; mati dalam legislasi di Indonesia tanpa penelitian

3 Loc, cit.

16 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 17 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia berbasis bukti dan penghargaan Hak Asasi Manusia tentang kriminalitas (al-jinayah) seperti pencurian (al- yang mempuni hal ini terlihat dalam perdebatan sariqah), minuman keras (al-khamr), perzinaan (al-zina), pembentukan legislasi yang selalu bedalil “efek hukum balas/timbal balik (alqishas), pemberontakan (al- jera” tanpa adanya penelitian yang komprehensif bughat), dan perampokan (qutta’u tariq). Dalam wilayah mengukur efek jera tersebut. lain, pidana mati juga dijatuhkan kepada pelaku perzinaan dalam bentuk dilempar batu hingga mati (al-rajam) untuk B. Pidana Mati Menurut Islam pelaku perzinaan yang sudah menikah. Juga pidana mati dilakukan dalam kasus pemberontakan (al-bug{at) dan Adanya ketentuan hukum tentang jarimah, adalah juga pindah agama (al-riddah) yang dikenal sebagai hukuman untuk menegakkan nilai-nilai luhur yang ada pada masya- (al-had/al-hudud) atas pengingkaran terhadap Islam. rakat. Hal ini dalam Islam merupakan bagian dari syariat. Termasuk dalam kasus meninggalkan ibadah salat, Sayyid Sabiq menyatakan, “semua ajaran dan ketentuan beberapa ulama mempersamakannya dengan murtad hukum yang ada pada syariat Islam adalah untuk menjaga (al-riddah). Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan, agama (hifzh al-din), menjaga jiwa (hifzh al-nafs), menjaga “Orang yang meninggalkan salat adalah kafir, kekafiran akal (hifzh al-aql), menjaga keturunan (hifzh al-nasl), dan yang menyebabkan orang tersebut keluar dari Islam, menjaga harta (hifzhal-mal)”4 Apabila suatu jarimah tidak diancam hukuman mati, jika tidak bertaubat dan tidak dilarang dan dikenakan hukuman, maka nilainilai luhur mengerjakan salat.” Sementara Imam Abu Hanifah, Malik dalam hidup ini tidak akan terjaga. Apabila penistaan dan Syafi’i mengatakan, “Orang yang meninggalkan agama dibiarkan, berarti agama tidak akan terjaga. Apa- adalah fasik dan tidak kafir”, namun, mereka berbeda bila pembunuhan dan penganiayaan tidak dilarang dan pendapat mengenai hukumannya, menurut Imam Malik dihukum, berarti jiwa (nyawa) tidak terjaga. Apabila dan Syafi’i “diancam hukuman mati (al-hadd/al-hudud)”, peredaran minuman keras dan narkoba tidak dilarang, dan menurut Imam Abu Hanifah “diancam hukuman ta’zir, berarti akal tidak terjaga, sebab keduanya sangat me- bukan hukuman mati”.5 Pidana mati merupakan hukuman rusak akal pikiran. Apabila perzinaan dan pelacuran tidak puncak, terutama untuk tindakpidana yang dinyatakan dilarang, berarti akan merusak keturunan. Apabila pen- sangat berbahaya seperti pembunuhan (al-qital) dimana curian, perampokan, penipuan, korupsi dan sejenisnya jika tidak ada pengampunan dari pihak keluarga dengan tidak dilarang dan dikenakan hukuman, berarti tidak membayar denda pengganti (aldiyat), maka pelakunya menjaga harta, baik harta perorangan, kelompok maupun dapat dijatuhi hukuman mati sebagai bentuk hukum harta negara. Dalam kitab-kitab fikih, pembahasan balas/timbal balik (al-qishas). Dalam konsepsi ini, maka tentang pidana mati menjadi bagian dari pembahasan kejahatan dibalas dengan hukuman yang serupa. Dalam 4 Al-Syaikh Sayyid Sabiq Fiqh al-Sunnah, Jilid I,Beirut, Dar al-Fikr, kasus penetapan hukuman mati (al-qishas), ditetapkan 1403 H, hlm. 10. 5 Loc, cit.

18 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 19 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia beberapa syarat antara lain: bahwa yang bersangkutan wakilnya, yakni petugas yang diberi wewenang, karena telah melakukan pembunuhan terhadap yang tak “boleh” hukuman had merupakan hak Tuhan yang dijatuhkan (haq) di bunuh, atau orang yang “boleh” (haq) dibunuh, untuk kepentingan masyarakat. Oleh karena itu harus akan tetapi belum diputuskan oleh hakim. Pelaku bisa diserahkan kepada wakil masyarakat yaitu kepala Negara. dihukum mati dengan ketentuan bahwa pada saat Dari Rasulullah diriwayatkan sebagai berikut: “Empat melakukan kejahatan telah cukup umur (baligh) dan perkara diserahkan kepada penguasa yaitu hukuman berakal (aqil).6 Pidana mati dalam Islam hanya bisa had, harta sedekah, sholat Jum’at dan Fa’i”. Untuk jarimah ditegakkan oleh pemerintahan Islam, dimana konstitusi qisas pelaksanaan hukuman bisa dilaksanakan oleh ahli dan undang-undang yang berlaku adalah hukum Islam. 7 waris sendiri dengan syarat atas persetujuan penguasa. Itu pun harus melalui mekanisme peradilan, bu- Di kalangan fuqaha’, sudah disepakati bahwa wali korban kan semata-mata bersandar pada fatwa seorang bisa melaksanakan qisas dalam pembunuhan dengan ulama. Pidana mati pun hanya berlaku berdasarkan syarat harus dibawah pengawasan penguasa, sebab pe- pertimbanganpertimbangan yang sangat ketat, seperti laksanaanya memerlukan pemeriksaan dengan teliti konteks yang melatarbelakangi terjadinya suatu tindakan dan menjauhi kedzaliman, karena kalau tidak diawasi pidana yang diancam Pidana mati. Hukum Islam (al-fiqh) oleh penguasa dalam pelaksaanaanya, akan terjadi qisas membedakan antara mereka yang sengaja, tidak disengaja, pula, meskipun ia dianggap mengkhianati kekuasaan terpaksa atau bahkan dipaksa untuk melakukan suatu Negara. Melaksanakan qishah merupakan kepentingan tindak pidana yang membawa konsekuensi jatuhnya umum, maka tidak ada salahnya kalau diangkat orang- pidana mati. Dalam kondisi-kondisi demikian, putusan orang yang ahli yang berwenang untuk melaksanakan untuk menjatuhkan pidana mati dapat dipertimbangkan hukuman hudud dan qishah dengan mendapat gaji dari kembali. Dalam hukum Islam kewenangan pelaksanaan pemerintah. Kalau ahli waris tidak pandai menjalankan pidana mati adalah kewenangan Ulil Amri, atas permintaan qishah, maka pelaksanaanya diserahkan pada orang- 8 ahli waris atau keluarga korban (jika hal kasus ini adalah orang ahli tersebut. kasus pembunuhan). Sudah menjadi kesepakatan Adapun cara pelaksanaan hukuman qishah, menurut para fuqaha’, orang yang boleh menjalankan hukuman pendapat yang lebih kuat dari mayoritas ulama seperti jarimah hudud adalah Kepala Negara yakni Imam atau Malikiyah, Syafi’iyah, dan salah satu riwayat Imam Ahmad, hukum asal dalam pelaksanaan qishash adalah 6 Loc, cit. dengan cara yang sama yang telah dilakukan oleh pelaku 7 Febri Handayani, Pidana Mati Ditinjau Dari Perspektif Teori Hukum kriminal tersebut. Konsep ini disebut dengan mutslah Dan Kaitannya Dengan Hukum Islam (Studi Kasus Di Kejaksaan Negeri Pekanbaru Dan Pengadilan Negeri Pekanbaru), Diakses melalui https:// atau mumatsalah. Dengan demikian jika membunuh media.neliti.com/media/publications/56026-ID-pidana-mati-ditinjau- dari-perspektif-teo.pdf, Pada 12 Januari 2020. 8 Loc, cit.

20 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 21 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia dengan pedang kama di-qishash dengan pedang, jika sebelum objek meninggal. Adapun penggantungan membunuh dengan batu sampai mati, maka demikianlah membutuhkan waktu hampir 20 menit meregang nyawa qishashnya dengan batu sampai mati,dan seterusnya. sebelum akhirnya secara medis meninggal. Berdasarkan Hanya saja para ulama mengatakan , kecuali jika pelaku pengalaman hukuman mati, terpidana mati dengan membunuh dengan sesuatu yang haram seperti sihir, tembakan, suntikan, gantung, dan kursi listrik, mereka khamar, liwath dan semisalnya, atau jika dengan cara sebelum mati sudah tersiksa luar biasa. Khusus dengan yang sama akan mengakibatkan terlalu lama tersiksa, kursi listrik, terpidana bisa muntah darah, anggota badan, maka qishashnya dengan pedang. Akan tetapi seandainya jari jemari tangan, kaki dan wajah berubah bentuk, bola mustahiq al-qishash memindahnya kehukuman pancung mata sering melotot, dan mereka juga sering buang air dengan pedang, maka dibolehkan dan itu lebih utama besar dan kecil, serta mengeluarkan air liur. Meskipun Sedangkan mazhab Abu Hanifah, mengharuskan qishash menurut Abu Hanifah hukuman pancung bukanlah hanya dengan pedang, tidak dengan membalas seperti ta’abbudi (bentuk cara menghukum yang berbentuk cara pembunuh tersebut membunuh atau lainnya. Cara ibadah sehingga tidak boleh diubah), namun dari pancung ini berlaku secara mutlak, baik pembunuh penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa hukuman tersebut dalam melakukan pembunuhan tersebut dengan pancung dalam qishash terbukti memberi keringanan sengaja atau tidak. Berlaku walaupun pembunuhan dengan siksaan yang akan dialami terpidana mati dibandingkan pemenggalan leher, mencekik, melemaskan dalam air, cara-cara lain dalam eksekusi mati. Hal ini sejalan dengan membakar, atau selainnya. Berkaitan dengan hukuman perintah Nabi Muhammad SAW agar dalam membunuh pancung, penelitian sains terhadap binatang mamalia maupun menyembelih dilaksanakan dengan cara yang yang dipenggal menunjukkan, anjing menjadi tidak sadar baik. Meminimalisir penderitaan terpidana mati adalah 12 detik setelah suplai darah ke otak tersumbat. Telah salah satu cara baik dalam eksekusi. Tujuan dan fungsi dihitung bahwa otak manusia memiliki cukup oksigen hukuman qishash bagi perlindungan warga negara, para untuk metabolisme disimpan untuk bertahan sekitar 7 ahli hukum Islam mengklasifikasikan tujuan-tujuan yang detik setelah pasokan terputus. Namun, otak juga bisa luas dari syariat sebagai berikut:9 memperoleh sebagian energi dari substrat di kulit kepala 1. Menjamin keamanan dari kebutuhan-kebutuhan dan otot-otot wajah dan leher, serta mati akibat anoxia/ hidup, ini adalah tujuan pertama dan utama dari kekurangan oksigen akibat pendarahan hebat. Melalui syariat. Apabila kebutuhan-kebutuhan ini tidak men- penelitian itu disimpulkan bahwa hewan dan manusia jamin, akan terjadi kekacauan dan ketidaktertiban yang dipenggal akan merasakan sakit kira-kira 7-15 detik dimana-mana. sebelum benar-benar meninggal. Sedangkan kematian akibat tembakan membutuhkan waktu10-20 menit 9 Loc, cit.

22 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 23 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia 2. Membuat berbagai kebaikan yaitu menjadi hal- memperoleh keinginannya” Risywah adalah “suatu yang hal yang dapat menghiasi kehidupan sosial dan diberikan kepada seseorang yang mempunyai kekuasaan menjadikan manusia mampu berbuat dan mengatur atau jabatan (apa saja) untuk menyukseskan perkaranya urusan hidup lebih baik. dengan mengalahkan lawanlawanya sesuai dengan apa yang diinginkan, atau supaya didahulukan urusannya C. Tindak Pidana Korupsi dalam Islam atau ditunda karena ada sesuatu kepentingan”. Definisi yang dikemukakan oleh Yusuf Qardhawi ini terlihat jelas Agak sulit sebenarnya mendefinisikan korupsi secara bahwa praktek suap tidak hanya terjadi di pengadilan persis sebagaimana dimaksud dengan istilah korupsi dan kehakiman. Realitasnya praktek suap menjamur yang dikenal saat ini. Hal ini dikarenakan istilah korupsi dalam segala aspek kehidupan masyarakat. Bahkan lebih merupakan istilah modern yang tidak penulis temui komplek dan bervariasi dalam segala bentuk. Setelah padanannya secara utuh dalam fikih atau hukum Islam. dikemukakan berbagai versi definisi suap maka dapat Meskipun demikian dengan melihat pada kenyataan digarisbawahi bahwa terdapat tiga unsur suap, yaitu; 1. bahwa korupsi merupakan praktek kecurangan dalam Penerima suap, yaitu: orang yang menerima sesuatu dari transaksi antar manusia, maka kata ini bisa dilacak dan orang lain baik berupa harta uang maupun jasa supaya ditelusuri dari beberapa kata berikut ini: Risywah atau mereka melaksanakan permintaan penyuap. 2. Pemberi Rasya (Suap). Secara bahasa risywah adalah sesuatu yang suap, yaitu orang yang menyerahkan harta, uang ataupun dapat menghantarkan tujuan dengan segala cara, dengan jasa untuk mencapai tujuannya. 3. Suapan, yaitu harta, prinsip asal tujuan tercapai. Definisi ini diambil dari asal uang atau jasa yang diberikan sebagai sebagai sarana untuk kata risywah atau rasya yang berarti tali timba yang mendapatkan sesuatu yang didambakan, diharapkan, dipergunakan untuk mengambil air di sumur. Sedangkan atau diminta. Menurut hemat penulis, meskipun kata ar-rasyi adalah orang yang memberikan sesuatu (uang risywah (sogok) secara langsung tidak bisa disamakan misalnya) kepada pihak kedua. Ar-raaisy adalah mediator dengan makna korupsi seutuhnya, tapi seluruh praktek dari penyuap dan penerima suap sedangkan al-murtasyi risywah atau suap-menyuap dapat dikategorikan sebagai adalah penerima suap. Secara terminology terdapat be- salah satu bentuk korupsi. Hal ini bisa dipahami dari berapa defenisi suap yang dikemukakan para ulama fiqh definisi korupsi secara harfiah yang berarti, “kebusukan, di antaranya; 1) Risywah adalah “Sesuatu yang diberikan keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, kepada seseorang untuk memutarbalikkan fakta, yakni tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata-kata untuk membatilkan yang haq atau membenarkan atau ucapan yang menghina atau memfitnah”. Begitu yang jelas-jelas batil” 2) Risywah adalah:“sesuatu yang juga dengan arti korupsi yang termuat dalam Kamus diberikan oleh seseorang kepada hakim atau lainnya Umum Bahasa Indonesia berpendapat bahwa; “Korupsi supaya orang itu mendapatkan kepastian hukum atau

24 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 25 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan uang, menjadi salah dan yang salah menjadi bebas sehingga penerimaan uang sogok)” dan pendapat-pendapat lain orang tidak dapat memperoleh hak-haknya sebagaimana yang umumnya memasukkan prilaku suap menyuap dalam mestinya. Dalil al-Qur’an: Surat al- Baqarah ayat 188 :10 makna korupsi, seperti yang disebutkan sebelumnya. Di Dan janganlah sebagian kamu memakan harta samping itu berdasarkan definisi korupsi secara istilah se-bagian yang lain di antara kamu dengan praktek suap menyuap ataupun sogok menyogok juga jalan yang batil dan janganlah kamu membawa”. termasuk pada cakupan korupsi. Sebagaimana definisi urusan harta itu kepada hakim supaya kamu da- korupsi yang dikemukakan oleh W.Sangaji, bahwa korupsi pat memakan sebagian dari pada harta benda adalah: “perbuatan seseorang atau sekelompok orang orang lain dengan jalan dosa, padahal kamu menyuap orang atau kelompok lain untuk mempermudah mengetahui”.(Q.S. al-Baqarah: 188) keinginannya dan mempengaruhi si penerima untuk Ayat di atas menerangkan tentang larangan mengam- memberikan pertimbangan khusus guna mengabulkan bil harta orang lain secara batil, (yaitu memperoleh harta permohonannya” Bahkan di Negara Malaysia sebagaimana dari orang lain dengan cara tidak saling redha, atau salah yang telah disebutkan sebelumnya, tidak dipakai kata satu dari dua pihak merasa terpaksa) dalam bentuk dan korupsi melainkan dipakai istilah resuah yang artinya cara apapun. Suap adalah salah satunya, karena suap sama dengan korupsi. Malaysia memandang penyuapan dapat menyebabkan dapat dipermainkannya suatu hu- sebagai korupsi yang sebenarnya, dengan memberi nama kum. Larangan di atas berarti haram, maka suap itu komisinya “Badan Pencegah Resuah (BPR) Menurut Sya- haram. Juga terdapat hadis Nabi yang berkenaan dengan riat Islam perilaku suap-menyuap adalah sangat tercela, larangan suap-menyuap, yaitu:11 karena Islam sangat memperhatikan keselamatan harta seseorang serta mengantisipasinya supaya tidak 1. Hadis dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah berpindah tangan secara tidak sah, sebagaimana halnya bersabda: kasus suap-menyuap. Perpindahan harta tersebut tidak ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻦﻌﻟ (ىﺬﻴﻣﱰﻟا ﻩاور) ﻢﻜﳊا ﰱ ﻰﺸﺗﺮﳌاو ﻰﺷاﺮﻟا ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ dibenarkan karena penyuap menyerahkan hartanya dengan harapan penerima suap pejabat atau hakim da- pat menuruti kehendak penyuap. Secara tegas Islam Rasulullah Saw melaknat orang” yang menyuap dan mengharamkan umatnya menempuh jalan suap, baik orang yang disuap” (HR Tarmidzi,1256) kepada penyuap, penerima suap, maupun perantaranya. Ini disebabkan karena suap dapat menyebarkan kerusakan 10 Amelia, Korupsi Dalam Tinjauan Hukum Islam, diakses melalui https://media.neliti.com/media/publications/270242-korupsi-dalam- dan kezaliman dalam masyarakat. Dari suaplah muncul tinjauan-hukum-islam-f52ad996.pdf, Pada 12 Januari 2020. permainan hukum pemutarbalikan fakta, yang benar 11 Loc, cit.

26 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 27 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia 2. Hadis dari Tsauban r.a. Rasulullah bersabda: Pada dasrnya Allah SWT disebut sebagai “Yang Maha Adil dan Bijaksana terhadap hamba-Nya, artinya bahwa ﺶﺋاﺮﻟاو ﻰﺸﺗﺮ او ﻰﺷاﺮﻟا ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ لﻮﺳر ﻦﻌﻟ segala perbuatan manusia tidak akan mempengaruhi ﳌ -keadilan Allah SWT, baik dan buruknya perbuatan ma ﺎﻤﻬﻨﻴﺑ ﻰﺸﳝ ىﺬﻟا ﲎﻌﻳ nusia justru akan menerima balannya sendiri-sendiri. Hal (ﻩور ﺪﲪأ) “Rasulullah melaknat penyuap, penerima suap, dan ini dapat terlihat dalam Quran Surat 41 Ayat 46 yang perantara dari keduanya” (HR Ahmad 1997: 21365). menyatakan bahwa “barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka pahalanya untuk dirinya dan ba- Laknat berarti jauh dari rahmat Allah SWT dan itu rang siapa yang mengerjakan perbuatan jahat, maka terjadi hanya pada perbuatan maksiat besar. Kutukan dosanya untuk dirinya sendiri, dan tidak sekali-kali Rabb- dan siksaan itu hanya disebab- kan oleh perbuatan yang mu menganiaya hamba-hamba-Nya”.15 diharam- kan.12 Sementara itu Jumhur Ulama sepakat menyatakan bahwa seluruh sahabat Nabi SAW adalah adil dan tidak D. Keadilan Menurut Islam perlu dibahas keadilan para sahabat Nabi SAW yang dapat dilihat dalam periwayatan Hadist.16 Hal ini dapat Adil atau Ar;al-adl merupakan salah satu sifat yang harus dilihat dalam kisah Umar bin Khattab:17 dimilki setiap insan yang pada dasarnya merupakan jalan dalam mewujudkan kebenaran kepada siapa pun 1. Pada zaman Rasulullah maupun pada zaman Khalifah di dunia, sekalipun juga akan merugikan dirinya sen- Abu Bakar, talak tiga dapat diucapkan sekaligus diri.13 Sementara itu secara etimologi al-adl memiliki sehingga dianggap talak satu, sementara di era Umar arti tidak berat sebelah atau tidak memihak, al-adl juga talak tiga harus diucapakan secara bertahap; memiliki hubungan erat dengan al-musawah. Kemudian 2. Pada zaman Rasulullah pemberian zakat juga di- menurut terminologi keadilan menurut islam ialah berikan kepada Muallaf pada era Umar hal tersebut mempersamakan sesuatu dengan hal yang lainnya baik dihapuskan; dan secara nilai maupun secara ukuran sehingga tidak berat 3. Pada era Umar hukuman portong tangan bagi pencuri sebelah atau berpihak anatara satu dengan yang lainnya. sebagaimana diamanatkan dalam Surat Al-Maidah Selanjutnya adil juga memiliki makna berpihak kepada Ayat 38 tidak dilaksanakan Umar bagi kalangan fakir kebenaran.14 miskin. 15 Tohaputra Ahmad, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, CV. As Syifa, 12 Loc, cit. Semarang, 2000, hlm. 185. 13 Anonim, Ensiklopedia Hukum Islam, Ichtiar Baru Van Hoeve, 16 Ibid, hlm. 1072 Jakarta, 1996, hlm. 50. 17 Mohammad Daud AM., Hukum Islam Pengantar Ilmu Hukum dan 14 Ibid, hlm. 51. Tata Hukum Islam di Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta, 1993, hlm. 157.

28 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 29 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia E. Nilai Keadilan Pancasila bahwa hukum harus bertumpu pada keadilan. Keadaan seperti itu sudah dimulai sejak adanya teori Hukum Alam Menurut Driyakara nilai adalah hakekat suatu hal yang yang disampaikan oleh Socrates. Romli berpandangan membuat hal tersebut layak untuk dikejar. Semtara bahwa hukum harus dijalankan dengan sistem birokrasi Fraenkel menyatakan bahwa nilai merupakan idea yang baik, serta pembentukan hukum itu sendiri harus atau konsep yang bersifat abstrak tentang apa yang sesuai dengan nilai, norma, budaya, karakter, lingkungan dipikirkan dan dianggap penting oleh seseorang, dan serta pandangan hidup masyarakat. Secara tegas Romli biasanya berkaitan dengan estetika, etika pola prilaku menghendaki pengaturan hukum yang disesuaikan dan logika benar atau salah. Selanjutnya Kuntjaraningrat dengan ideologi bangsa Indonesia yang telah diwujud- menyatakan bahwa nilai adalah konsep-konsep yang kan dalam Pancasila. Romli menuntut keselarasan hidup dalam alam pikiran keluarga dan masyarakat antara birokrasi dan masyarakat dalam penerapan hu- tentang sesuatu yang benar dan bernilai dalam hidup. kum yang berlaku, sehingga terlihat jelas bahwa teori John Dewey mengatakan bahwa value is any object of hukum integratif adalah panduan pemikiran teori hukum social interest. Kemudian Endang Sumantri menjelaskan pembangunan dan teori hukum progresif dalam konteks 19 bahwa nilai ialah sesuatu yang berharga, penting, berguna, Indonesia. dan menyenangkan dalam kehidupan manusia yang Dalam konsep keadilan berpandangan bahwa keadilan dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap berdasarkan adalah suatu penerapan/pemberian hak persamaan perkembangan diri dan nurani manusia. Kosasih Jahiri dimuka hukum, dalam artian bahwa semua orang mem- menekankan bahwa nilai merupakan tuntunan mengenai punyai kedudukan yang sama di muka umum, tanpa apa yang baik, benar dan adil. kemudian M. I. Soelaeman, ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Dalam nilai adalah sesuatu yang berkaitan tentang perintah konsep keadilan bahwa pemberian keadilan berdasarkan agama terkait larangan, perintah, dorongan, pencegahan, proporsional, yaitu bukan pemberian keadilan samarata, pujian, kecaman, harapan, penyesalan, ukuran kebaikan akan tetapi berdasarkan proporsional masing-masing dan keburukan, ukuran kebenaran dan kesalahan, patuh orang berbeda, tergantung dalam penerapan yang dan tidak patuh.18 berkaitan dengan keadilan. Berhubungan dengan pandangan berbagai mahzab- Menurut para pengikut teori etis, bahwa hakikat mahzab yang ada, mulai dari mahzab teori hukum alam keadilan itu terletak pada penilaian terhadap suatu sampai dengan mahzab teori hukum pembangunan, pro- perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini ada dua yang gresif dan integratif semuanya menitik beratkan pada terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang 19 Marwan Effendy, Teori Hukum, Materi Perkuliahan Program 18 Sofyan Sauri, Pengertian Nilai, Diakses Melalui file.upi.edu, Pada Doktor (S 3) Dalam Bidang hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga 12 April 2019. Surabanya, 2014.

30 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 31 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia menerima perlakuan. Misalnya antara orang tuan dengan yang berlaku, sehingga terlihat jelas bahwa teori hukum anak, majikan dengan buruh, hakim dan yustisiabel, integratif adalah panduan pemikiran teori hukum pemerintah dan warganya serta buruh. Secara ideal pembangunan dan teori hukum progresif dalam konteks hakikat keadilan itu tidak hanya dilihat dari satu pihak Indonesia.21 saja tetapi harus dilihat dari dua pihak20. Dengan demikian Dalam konsep keadilan berpandangan bahwa keadilan untuk memberikan keadilan tersebut tidak hanya melihat adalah suatu penerapan/pemberian hak persamaan pada pihak yang diperlakukan, akan tetapi juga melihat dimuka hukum, dalam artian bahwa semua orang pada pihak yang memperlakukan, hal ini diperlukan agar mempunyai kedudukan yang sama di muka umum, tanpa keadilan tersebut dapat memenuhi rasa keadilan bagi ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Dalam kedua belah pihak, karena biasanya rasa keadilan tersebut konsep keadilan bahwa pemberian keadilan berdasarkan hanya dilihat terhadap pihak yang menerima perlakuan proporsional, yaitu bukan pemberian keadilan samarata, saja. akan tetapi berdasarkan proporsional masing-masing Berhubungan dengan pandangan berbagai mahzab- orang berbeda, tergantung dalam penerapan yang mahzab yang ada, mulai dari mahzab teori hukum alam berkaitan dengan keadilan. sampai dengan mahzab teori hukum pembangunan, pro- Menurut para pengikut teori etis, bahwa hakikat gresif dan integratif semuanya menitik beratkan pada keadilan itu terletak pada penilaian terhadap suatu bahwa hukum harus bertumpu pada keadilan. Keadaan perlakuan atau tindakan. Dalam hal ini ada dua yang seperti itu sudah dimulai sejak adanya teori Hukum Alam terlibat, yaitu pihak yang memperlakukan dan pihak yang yang disampaikan oleh Socrates. Romli berpandangan menerima perlakuan. Misalnya antara orang tuan dengan bahwa hukum harus dijalankan dengan sistem birokrasi anak, majikan dengan buruh, hakim dan yustisiabel, pe- yang baik, serta pembentukan hukum itu sendiri harus merintah dan warganya serta buruh. Secara ideal hakikat sesuai dengan nilai, norma, budaya, karakter, lingkungan keadilan itu tidak hanya dilihat dari satu pihak saja tetapi serta pandangan hidup masyarakat. Secara tegas Romli harus dilihat dari dua pihak22. Dengan demikian untuk menghendaki pengaturan hukum yang disesuaikan memberikan keadilan tersebut tidak hanya melihat dengan ideologi bangsa Indonesia yang telah diwujudkan pada pihak yang diperlakukan, akan tetapi juga melihat dalam Pancasila. Romli menuntut keselarasan antara pada pihak yang memperlakukan, hal ini diperlukan agar birokrasi dan masyarakat dalam penerapan hukum 21 Marwan Effendy, Teori Hukum, Materi Perkuliahan Program 20 Esmi wirasih, Pranata Hukum sebuah Telaah Sosiologis, Universitas Doktor (S 3) Dalam Bidang hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga Diponegoro, Semarang 2011, hal 22. Surabanya, 2014. 22 Esmi wirasih, Pranata Hukum sebuah Telaah Sosiologis, Universitas Diponegoro, Semarang 2011, hal 22.

32 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 33 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia keadilan tersebut dapat memenuhi rasa keadilan bagi Kemanusiaan yang adil dan beradab bagi bangsa Indo- kedua belah pihak, karena biasanya rasa keadilan tersebut nesia bersumber pada ajaran Tuhan Yang Maha Esa yakni hanya dilihat terhadap pihak yang menerima perlakuan sesuai dengan kodrat manusia sebagai ciptaanNya. Hal ini saja. selaras dengan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Aristoteles menyatakan bahwa keadilan berdasarkan alinea pertama dan Pasal 27, 28, 29, 30 dan 31 Undang- proporsional, semua orang dihadapan hukum mem- Undang Dasar 1945. punyai kedudukan yang sama. Proporsional disini Sedangkan keadilan merupakan sesuatu yang abstrak, adalah memberikan kepada setiap orang atau waarga berada dalam dunia sollen tumbuh secara filsafati dalam negara berdasarkan kemampuan yang dimiliki dan alam hayal manusia, namun tidak bisa diingkari bahwa dilakukan. Aristoteles membedakan keadilan menjadi semua orang mendambakan keadilan.23 Di dalam ilmu 2 (dua), yang pertama adalah keadilan Komutatif atau hukum keadilan itu merupakan ide dan tujuan hukum keadilan Commutatif yaitu keadilan memberikan sama namun secara pasti dan gramatikal keadilan itu tidak rata antara orang yang satu dengan yang lainnya tanpa dapat didefinisikan oleh ilmu hukum, oleh karenanya melihat seberapa besar prestasi yang telah diberikan atau keadilan harus dikaji dari sudut pandang teoritik dan fi- diperbuat. Yang kedua adalah keadilan Distributif atau losofis. keadilan Distributief yaitu keadilan yang diberikan kepada Kemudian pembahasan mengenai dasar negara setiap orang berdasarkan prestasi yang telah diberikan dan blok nasional24 Indonesia telah dimulai pada masa atau diperbuat. Sebagai contoh keadilan distributif yaitu pemberian upah tenagakerja (buruh), yang mana 23 Bahder Johan Nasution, Hukum dan Keadilan, Mandar Maju, Bandung, 2015, hlm. 174. upah tersebut besar kecilnya tergantung seberapa besar 24 Blok nasional merupakan bentuk dari blok historis. Blok historis prestasi yang telah dilakukan. Dengan demikian nilai merupakan konsep yang lahir dari pemikiran Antonio Gramsci mengenai keadilan Distributif pendistribusian keadilan kepada momen politik yang terbentuk dalam proses pembentukan kehendak semua orang sesuai dengan rasa keadilan yang ada di kolektif. menurut Gramsci momen politik dalam proses pembentukan kehendak kolektif dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1) momen politik dalam masyarakat. yang pertama adalah momen yang paling primitif dan sering disebut Kemudian kemanusiaan berasal dari kata manusia, dengan korporatif-ekonomis atau economic-corporative, dimana pada yakni makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang momen ini setiap anggota dari satu katego kelompok menunjukan satu sikap solidaritas kepada anggota kelompok lainnya, sejauh masih dalam memiliki potensi, pikir, rasa, karsa dan cipta. Karena po- kelompok yang memiliki kategori yang sama; 2) momen politik yang tensi ini manusia mempunyai, menempati kedudukan kedua adalah momen yang terbentuk dari gabungan bebagai kelompok dan martabat yang tinggi. Potensi kemanusiaan dimiliki dari berbagai kategorisasi dikarenakan adanya satu kepentingan, momen oleh semua manusia di dunia, tanpa memandang ras, tersebut masih berlandaskan pada persoalan ekonomis; 3) momen politik yang ketiga ini oleh Gramsci disebut sebagai momen politik sepenuhnya. keturunan dan warna kulit, serta bersifat universal. Hal ini dikarenakan setiap momen politik merupakan transendensi politik yang melampaui batas-batas kelas yang smata-mata bersifat ekonomis,

34 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 35 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia kebangkitan pergerakan kebangsaan di Indonesia Pembahasan mengenai dasar negara dan blok nasional yaitu di era 1920-an hingga 29 April 1945. Sedangkan Indonesia dimulai pada masa 1920-an hingga 1930-an. Hal pembahasan mengenai Pancasila sebagai dasar negara tersebut terlihat bahwa pada masa itu berbagai kreativitas dan falsafah dasar pertama kali dimulai pada 1 Juni intelektual dimaksudkan hanya untuk usaha menyatukan 1945 pada sidang BPUPK (Badan Penyelidikan Usaha berbagai ideologi pada berbagai bentuk pergerakan di Persiapan Kemerdekaan)25 yang diselenggarakan dua kali. tanah air dalam kerangka melahirkan blok nasional secara utuh dan menyeluruh demi mencapai kemerdekaan sehingga tercipta suatu bentuk koalisi lebih luas menjangkau kepentingan 26 kelompok lain yang tersubordinasi. Gramsci menggunakan istilah blok Indonesia. Pembentukan blok nasional atau blok historis untuk melukisakan perubahan lintas pergerakan dari yang bersifat historis tersebut dimulai dengan dibuatnya empat prinsip struktur menjadi lebih supra struktur. Lihat: Muhammad Firmansyah, ideologi dalam mencapai tujuan kemerdekaan politik oleh Memahami Blok Historis Antonio Gramsci, https://www.qureta.com/ Perhimpunan Indonesia (PI) di Belanda.27 Adapun isi dari post/memahami-istilah-blok-historis-antonio-gramsci, Diakses pada 18 Februari 2019. Lihat juga: Yudi Latif, op, cit, hlm. 5. yang ilegal akibat adanya pemeberontakan pada 1926/1927. Selanjutnya 25 BPUPK atau Badan Penyelidikan Usaha Persiapan Kemerdekaan golongan dari peranakan terbagi kembali menjadi: 1) peranakan Tionghoa pada awalnya dibentuk pada 1 Maret 1945 oleh Pemerintah Jepang. Pada (4 orang); 2) peranakan arab (1 orang); 3) peranakan Belanda (1 orang). saat pertama kali dibentuk BPUPK dinamai Dokuritsu Junbi Cosakai. Latar Selain hal tersebut, di dalam keangotaan Dokuritsu Junbi Cosakai atau belakang dibentuknya organisasi ini adalah adanya tuntutan bangsa BPUPK terdapat 2 orang wanita yaitu Maria Ulfa Santoso dan R. S. S. Indonesia khususnya kalangan Founding Fathers untuk memerdekakan Soenarjo Mangoenpoespito, hal tersebut merupakan kemajuan di dunia bangsa Indonesia hingga tahn 1944 serta kedudukan Jepang yang di kala itu politik yang dibawa oleh Dokuritsu Junbi Cosakai atau BPUPK pertama kali terdesak akibat kekalahannya atas Amerika pada perang dunia kedua. Sejak di Indonesia bahkan di dunia pada waktu itu (hal ini dapat dibandingkan didirikan BPUPK atau Dokuritsu Junbi Cosakai telah menyelenggarakan dengan keterlibatan wanita dalam dunia politik di Amerika yang baru persidangan dua kali yaitu pada 29 April hingga 1 Juni 1945 dan pada pada terlihat pasca Perang Dunia Kedua). Kehadiran anggota wanita dalam 10 hingga 17 Juli 1945. Pada awalnya BPUPK memiliki 63 anggota yang BPUPK menjadi landasan Yudi Latif mengatakan bahwa istilah Faounding dimana terdiri dari 60 orang anggota ditambah satu orang ketua yaitu Fathers tidaklah sepenuhnya benar. Lihat: Yudi Latif, Negara Paripurna, Radjiman Widijodiningrat dan dua orang wakil ketua yaitu Itibangase Historistas, Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, PT. Gramedia Pustaka Yosio dan R. P. . Dalam perkembangnnya anggota dari BPUPK Utama, Jakarta, 2011, hlm. 9-10. Lihat juga: M. Junaedi Al Anshori, Seri bertambah 6 orang anggota sehingga menjadi 69 anggota yang dimana Sejarah Nasional Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah dalam keanggotaan yang baru telah termasuk didalamnya 7 anggota Sampai Proklamasi Kemerdekaan, PT. Mitra Aksara Panaitan, Jakarta, istimewa dari pemrintah Jepang yang terdiri dari Tokubetu Lin, Tokonomi 2010, hlm. 125. Lihat juga: Fajriudin Muttaqin & Wahyu Iryana, Sejarah Tokuzi, Miyano Syoozoo, Itagaki Masamitu, Matuura Mitokiyo, Tanaka Pergerakan Nasional, Humaniora, Bandung, 2015, hlm. 129-130. Lihat juga: Minoru, Masuda Tyohiko, dan Ide Toitiroe. Jepang membagi keanggotaan http://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah-pembentukan-bpupki, BPUPK ke dalam 6 golongan, yaitu : 1) golongan pergerakan; 2) golongan Sejarah Pembentukan BPUPKI, diakses pada 18 Februari 2018. Islam; 3) golongan birokrat (kepala jawatan); 5) golongan wakil kerajaan 26 Yudi Latif, op, cit, hlm. 5 dan 11. (kooti); 5) golongan pangreh praja; dan 6) golongan peranakan. Sementara 27 Embrium organisai PI adalah Indische Vereeniging atau unsur golongan komunis minim dalam komposisi keanggotaan BPUPK Perhimpunan Hindia yang dibentuk oleh Soetan Casayangan Soripada dikarenakan adanya paham politik non-kooporesi di tubuh golongan dan Raden Mas Noto Soeroto pada 1908. Dalam perkembangannya komunis dan selain itu golongan komunis dinyatakan sebagai golongan Indische Vereeniging belum dapat menciptakan dampak yang besar bagi pergerakkan kemerdekaan di Indonesia, kemudian pada 1913 dan Soewardi Soerjaningrat ()

36 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 37 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia keempat ideologi PI tersebut yaitu 1) Persatuan Nasional; Marxisme. Ketiga paham yang pertama kali ditulis oleh 2) Solidaritas; 3) Non-Kooporasi; dan 4) Kemandirian.28 Soekarno dengan judul “Nasionalisme, Islamisme, dan Keempat ideologi PI atau Perhimpunan Indonesia ini Marxisme”29 dalam majalah Indonesia Moeda tersebut, kemudian menjadi bahan bagi Soekarno di waktu itu merupakan upaya Soekarno untuk menyusun sintesis dalam merancang pemikiran mengenai penggabungan dari ketiga idelogi tersebut demi melahirkan gabungan tiga haluan ideologi yaitu Nasionalisme, Islamisme, dan antar ideologi dalam kerangka bangunan kebangsaan dan kemerdekaan Indonesia.30 bergabung dengan organisasi tersebut, dengan bergabungnya dua anggota baru tersebut Indische Vereeniging mulai membahas konsep 29 Meskipun Soekarno mengakui bahwa ia mensintesiskan ajaran politik guna memerdekakan Indonesia, hal tersebut terbukti dengan marxis sesuai dengan kondisi di Indonesia, namun berkaitan dengan ide lahirnya karya dari Indische Vereeniging berupa buletin yang dinamai Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme bukan merupakan sintesis, namun Hindia Poetra. Namun Indische Vereeniging juga belum dapat menunjukkan menurut Soekarno ketiga ideologi tersebut perlu bersatu di Indonesia pengaruhnya bagi pergerakkan kemerdekaan di masa itu secara besar. untuk menghapus penjajahan yang ada. Pada dasarnya pandangan Selanjutnya Indische Vereeniging berubah nama menjadi Indonesische Soekarno tersebut lahir dari adanya teori bangsa menurut Ernest Renan Vereeniging pada tahun 1922 yang kemudian pada 1925 dikenal dengan dan Otto Bauer. Ernest Renan menyatakan bahwa “segerombolan Perhimpunan Indonesia atau PI. PI dibentuk dikarenakan adanya manusia yang memiliki keinginan untuk bersatu, hidup bersama, itu kesadaran dan kehendak para pelajar Indonesia yang berada di Belanda bangsa.” sementara Otto Bauer menyatakan bahwa “Eine Nation ist untuk menghapuskan penjajahan di negeri Indonesia. PI merupakan eine aus Schicksalgemeinschaft erwachsene Caraktergemeinschaft, yang organisasi yang pertama kali memakai kata Indonesia dalam sejarah arinya bahwa bangsa adalah satu persatuan perangai yang timbul karena pergerakan kemerdekaan Indonesia baik secara geografis maupun juga persamaan nasib. Lihat: Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, Dua Pemikiran secara politis. Corak politis PI yaitu menciptakan sikap persatuan guna Indonesia, Soekarno Dan Hatta, Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan terciptanya perjuangan kemerdekaan di Indonesia. PI atau Perhimpunan Budaya, Volume 2, Nomer 1, Universitas Indonesia, Jakarta, 2000, hlm. Indonesia beranggotakan antara lain: Iwa Koesoemasoemantri, M. Nazir 106. Lihat juga: Ir. Soekarno, Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno, Datuk Pamoentjak, Soekiman Wirjosandjojo, , Achmad Media Pressindo, , 2006, hlm. 164. Lihat juga: Adyaksa Dault, Farhan ar-rosyid, Soekiman Wirjosandjojo, , Soedibjo Menghadang Negara Gagal, Sebuah Ijtihad Politik, Renebook, Jakarta, Wirjowerdojo, Sunario Sastrowardoyo, Sastromoeljono, Abdul 2012, hlm. 103. Madjid, , , Ali Abdurabbih, dan Wreksodiningrat, dan 30 Dalam pemikirannya mengenai upaya kolaboratif ketiga ideologi lain-lain. Lihat: Ayub Ranoh, Tinjauan Teologis-Etis Atas Kepemimpinan tersebut, Soekarno dengan jelas melihat bahwa ketiga ideologi di dunia Kharismatik Soekarno, Kepemimpinan Kharismatis, PT. BPK Gunung yang ada di Indonesia tersebut dapat saling menyatu dengan berbagai Mulia, Jakarta, 2006, Hlm. 11. Lihat Juga: https://id.wikipedia.org/wiki/ keunggulannya guna mewujudkan pergerakan kemerdekaan Indonesia Indische_Vereeniging, Indische Vereeniging, di akses pada 18 Februari 2018. yang berdampak sangat besar, atau oleh Soekarno disebut sebagai 28 Keempat ideologi PI tersebut dalam perkembangannya terbangun “gelombang maha-besar dan maha-kuat serta sebagai ombak taufan yang dari berbagai ideologi organisasi pergerakkan lainnya. Persatuan Nasional tak dapat ditahan terjangannya,” oleh sebab itu menurut Soekarno upaya adalah landasan dari organisasi Indische Partij, Non-Kooporasi merupakan kolaboratif tiga ideologi besar di Indonesia tersebut merupakan tanggung ciri politik kalangan komunis, sedangkan Kemandirian merupakan corak jawab bersama rakyat Indonesia di kala itu guna meraih kemerdekaan. atau tujuan dari politik Sarekat Islam atau SI, dan Solidaritas merupakan Lihat: Yudi Latif, op, cit, hlm. 7. Baca juga: Iwan Siswo, Panca Azimat simpul yang mengaitkan tiga pandangan tersebut. Yudi Latif, op, cit, hlm. Revolusi, Tulisan, Risalah, Pembelaan, & Pidato, 1962-1966, Jilid I, 5-6. Lihat Juga: J. Ingleson, Jalan Ke Pengasingan: Pergerakan Indonesia Kepustakaan Populer Gramedia, Jakarta, 2014, hlm. 4-5. Tahun 1927-1934, LP3ES, Jakarta, 1983, hlm. 6-7.

38 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 39 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Ide Soekarno dalam mengkolaborasi ketiga ideologi Selanjutnya Ketut Rindjin menyatakan bahwa yang tersebut kemudian diteruskannya menjadi ide yang di- dimaksud dengan sosio-nasionalisme adalah “nasionalisme namai dengan sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi yang berkerakyatan, nasionalisme berperikemanusiaan, pada tahun 1930-an.31 Menurut Yudi Latif yang dimaksud yang menolak keborjuisan dan keningratan, serta oleh Soekarno sebagai sosio-nasionalisme adalah:32 antiimperialisme dan antiindividualisme.”35 Lebih lanjut Sebagai semangat kebangsaan yang menjunjung Ketut Rindjin menjelaskan bahwa sosio-demokrasi adalah tinggi perikemanusiaan ke dalam dan ke luar, “demokrasi yang mengabdi pada kepentingan rakyat dan “yang tidak mencari ‘gebyarnya’ atau kilaunya demokrasi yang berkeadilan. Sehingga demokrasi yang negeri ke luar saja, tetapi ia haruslah mencari dicita-citakan dalam hal ini adalah demokrasi politik dan selamatnya semua manusia. demokrasi ekonomi.”36 Sementara itu Yudi Latif memaknai ide sosio- Berdasarkan berbagai penjelasan mengenai sosio- demokrasi Soekarno sebagai “demokrasi yang nasionalisme dan sosio-demokrasi di atas dapat terlihat memperjuangkan keadilan sosial, yang tidak hanya bahwa pemikiran dasar Soekarno dalam merumuskan memedulikan hak-hak sipil dan politik, melainkan juga kedua pandangan tersebut adalah 1) adanya ke- hak ekonomi.”33 Pandangan Yudi Latif tentang sosio- inginannya untuk menghapus segala bentuk borjuisme demokrasi tersebut berlandaskan pada penjelasan dan feodalisme serta penindasan terhadap rakyat di Soekarno yang dikutipnya, adapun penjelasan Soekarno Indonesia; dan 2) mengharapkan adanya negara Indonesia tersebut yaitu “demokrasi sejati jang mencari keberesan yang demokrasi.37 Adapun demokrasi yang dimaksudkan politik dan ekonomi, keberesan negeri dan keberesan 35 Ketut Rindjin, op, cit. rezeki.”34 36 Loc, cit. 37 Pandangan bahwa Soekarno menentang adanya sistem Borjuisme dan Kolonialisme terlihat jelas dalam pernyataan Soekarno di tahun 1933 yang mengatakan bahwa: 31 Ide sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi di buat oleh Soekarno pada 1932 setelah Soekarno bebas dari penjara Suka Miskin di Nusantara ini adalah negeri merdeka, tetapi tidak dengan rakyatnya, Bandung pada masa penjajahan Belanda. Kedua ide tersebut kemudian karena mereka hidup dibawah kekuasaan raja-raja feodal yang menindas. oleh Soekarno ditulis kembali menjadi ide demokrasi politik dan Setelah datang penjajahan, negeri ini menjadi tidak merdeka, dan demokrasi ekonomi di tahun yang sama. Lihat: Ketut Rindjin, Pendidikan rakyatnya tetap tidak merdeka di bawah penindasan dan eksploitas Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, kalangan ningrat feodal ditambah kekuasaan pemerintah kolonial. 2012, hlm. 50. sejalan dengan pemikiran Soekarno, Mohammad Hatta juga menjelaskan 32 Yudi Latif, op, cit. bahwa “berabad-abad kedaulatan tinggal di tangan ningrat. Dan tat kala 33 Loc,cit. roboh kekuasaannya, maka rakyat yang tiada memiliki organisasi dan roh 34 Soekarno dalam Yudi Latif, Negara Paripurna, Historistas, kemerdekaan tinggal terlantar dan jatuh kepada kekuasaan lain. Hilang Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, PT. Gramedia Pustaka Utama, feodalisme timbul kolonialisme.” Jakarta, 2011, hlm. 7

40 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 41 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia oleh Soekarno adalah demokrasi politik dan demokrasi Yudi Latif menyatakan bahwa ide mempersatukan ke- ekonomi atau Politiek-Ekonomische Demokratie bukan ragaman di Indonesia melalui sumpah pemuda yang demokrasi barat.38 mampu menerobos batas-batas sentimen etno religius Pandangan tentang sosio-nasionalisme dan tersebut ditawarkan melalui “konsep fantasi inkorporasi sosio-demokrasi yang mencoba mensintesikan baru berdasarkan konsepsi kewargaan yang menjalin keragaman konsep mengenai Indonesia kemudian solidaritas atas dasar kesamaan tumpah darah, bangsa, dilanjutkan dengan sumpah pemuda. Sumpah dan bahasa persatuan (civic nasionalism).” 40 Pandangan pemuda yang lahir pada 28 Oktober 1928 menjadi Soekarno tentang sosio-nasionalisme dan sosio-de- langkah baru dalam mewujudkan ide sosio- mokrasi yang kemudian direalisasikan dalam sumpah nasionalisme dan ide sosio-demokrasi Soekarno, pemuda tersebut sejalan dengan pandangan dari Yudi langkah baru tersebut yaitu dengan menyatukan Latif yang menyatakan bahwa:41 berbagai keragaman di negeri nusantara menjadi Sebagai negeri lautan yang ditaburi pulau- satu kerangka tanah air dan berbangsa dengan pulau atau archipelago, jenius dari Nusantara juga menjunjung bahasa persatuan.39 juga merefleksikan sifat lautan, sifat lautan Hal tersebut oleh Yudi Latif dilihat sebagai upaya adalah menyerap dan membersihkan, menyerap mempersatukan bangsa sebagaimana yang dicita- tanpa mengotori lingkungannya. Sifat lautan citakan oleh PI (Perhimpunan Indonesia) hingga me- juga dalam keluasannya, mampu menampung lampaui batas-batas sentimen etno religius bangsa segala keragaman jenis dan ukuran. Selain itu atau etno-nationalism. Sejalan dengan idenya tersebut jenius Nusantara juga merefleksikan tanahnya yang subur, terutama akibat debu muntahan Lihat: Bur Rasuanto, op ,cit, hlm. 103. Pandangan mengenai Indonesia deretan pegunungan vulkanik. Tanah yang subur, yang merdeka dan berdaulat juga terlihat jelas dalam tulisan yang berjudul Naar de Republiek Indonesia atau yang dalam bahasa memudahkan segala hal yang ditanam, sejauh Indonesia bermakna Menuju Republik Indonesia. Di Dalam karyanya sesuai dengan sifat tanahnya, untuk tumbuh. tersebut Tan Malaka menyatakan bahwa Bangsa Indonesia memiliki Seturut dengan itu, jenius Nusantara adalah akar demokrasi atau kedaulatan rakyat yang kuat di dalam tradisinya. kesanggupannya untuk menerima dan me- Dan untuk menjalankan paham demokrasi tersebut maka di butuhkan persatuan di antara kalangan yang hidup di Indonesia dengan tidak numbuhkan. Di sisni, apa pun budaya dan ideologi mengutamakan ego ideologi kelompok-kelompok tertentu. Lihat juga: Yudi Latif, op, cit, hlm. 6. Pemikiran Tan Malaka ini kemudian diwujudkan 40 Visi sumpah pemuda dalam perkembangannya telah menjadi secara komperhensif dan jelas dalam paham sosio-nasionalisme dan jalan dalam menciptakan domokrasi yang membuka jalan keadilan bagi sosio-demokrasi. Lihat juga: Yudi Latif, op, cit, hlm. 7. segenap rakyat Indonesia sekalipun bagi kalangan imigran. Hal tersebut 38 M. Bambang Pranowo, Multi Dimensi Ketahanan Nasional, sudah barang tentu sesuai dengan cita-cita Soekarno dalam pemikirannya Pustaka Alvabet, Jakarta, 2010, hlm. 149. di tahun 1930-an. Lihat: Ibid, hlm. 7-8. Lihat juga: Bur Rasuanto, op, cit. 39 Yudi Latif, op, cit, hlm. 7. 41 Yudi Latif, op, cit, hlm. 2-3.

42 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 43 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia yang masuk, sejauh dapat dicerna oleh sistem sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi.43 Berdasarkan sosial dan tata nilai setempat, dapat berkembang berbagai penjelasan sebagaimana yang telah dijelaskan secara berkelanjutan. di atas, terlihat bahwa pada masa 1920-an hingga 1930- Berdasarkan pendapat dari Yudi Latif tersebut an belum terdapat pembahasan Pancasila sebagai dasar dapat disimpulkan bahwa sejalan dengan jenius bangsa negara, pembahasan di masa tersebut masih berkutat Indonesia yang berlandaskan pada sifat laut yang serba pada penentuan tentang pembentukan blok nasional menampung dan membersihkan serta sifat tanah yang khususnya dalam bingkai pergerakan dalam mewujudkan serba menumbuhkan tersebut dapat terlihat bahwa kemerdekaan Indonesia. berbagai pertemuan dan perhelatan antar ideologi antara Telah dijelaskan sebelumnya juga bahwa pembahasan generasi dalam skala masa dan ruang, telah mampu mengenai Pancasila baru dibicarakan pada 29 April hingga menyatu dalam kerangka upaya memerdekakan bangsa 1 Juni 1945. Dimana sebelum 1 Juni 1945 pembahasan Indonesia dari penjajahan, sejalan dengan pandangan mengenai Pancasila hanya menghasilkan konsep penulis tersebut Yudi Latif menyatakan:42 Pancasila yang belum tersistematis dengan baik, selain Dalam Proses pertukaran pemikiran, baik secara itu Pancasila masih belum dirumuskan menjadi dasar horizontal antarideologi semasa atau secara falsafah bangsa dan negara (Philosofische grondslag).44 vertikal antargenerasi, setiap tesis tidak hanya 43 Terkait dengan hal tersebut, Yudi Latif mengatakan bahwa apa melahirkan antiteseis, melainkan juga sintesis. yang dilakukan Soekarno adalah bentuk rangsangan anamnesis yang Maka, akan kita dapati, betapapun terjadi memutar kembali ingatannya pada masa lalu negeri ini untuk kemudian menjadi dasar menggali nilai-nilai di masa lalu dan kemudian menyusun benturan antarideologi, karakter keindonesiaan sistem ideologi bangsa Indonesia. Lihat: Ibid, hlm. 4 dan 8. yang serba menyerap dan menumbuhkan itu pada 44 Philosofische grondslagsecara etimologi dan bahkan terminologi akhirnya cenderung mengarahkan keragaman berasal dari bahasa Belanda yang bermakna filsafat dasar. Pancasila tradisi pemikiran itu ke titik sintesis. sebagai Philosofische grondslag atau sebagai dasar falsafah pertama kali dinyatakan oleh Soekarno dalam sidang Dokuritsu Junbi Cosakai Berdasarkan penjelasan Yudi Latif di atas terlihat atau BPUPK yang pertama, yaitu pada 1 Juni 1945 (Dokuritsu Junbi bahwa ide sosio-nasionalisme dan sosio-demokrasi serta Cosakai atau BPUPK dalam perkembangan sejarah melakukan dua kali sumpah pemuda lahir dari berbagai ide yang memiliki persidangan yaitu pada 29 Mei hingga 1 Juni 1945 dan pada 10 hingga 17 Juli 1945). Penjelasan tentang Philosofische grondslag yang ada sejalan berbagai perbedaan sudut pandang termasuk di dalam- dengan pandangan Yudi Latif yang menyatakan bahwa: nya perbedaan ideologi di masa lalu, berbagai perbedaan Berbagai pandangan yang telah ada sejak masa 1920-an telah menjadi dari berbagai pandangan yang hidup di Indonesia masukan bagi Soekarno dalam menciptakan konsep Pancasila, gagasan- tersebut kemudian digali dan digabungkan serta di- gagasan tersebut kemudian menyatu dengan gagasan ideologis serta rumuskan pertama kali oleh Soekarno dalam kerangka refleksei historis Soekarno dan terkristalisasi dengan sempurna dalam kerangka Pancasila sebagai dasar falsafah atau Philosofische grondslag 42 Ibid, hlm. 8. atau weltanschauung, yang secara runtut, solid, dan koheren terlihat di

44 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 45 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Hal tersebut dapat terlihat dalam ide-ide Pancasila di dalam pidato Soekarno pada 1 Juni 1945. masa itu. Ide Pancasila menurut Muhammad Yamin dan Menurut Yudi Latif, dalam menanggapi permintaan dari Radjiman misalnya, menurut Muhammad Yamin berbagai yaitu mengenai penentuan dasar negara Indonesia, banyak dari para prinsip negara yang lahir sebelum pidato Soekarno pada anggota BPUPK yang mencoba merumuskan dasar dari negara Indonesia sebelum pidato Soekarno pada 1 Juni. Yudi Latif kemudian membagi 1 Juni 1945 sama-sama memiliki kedudukan yang penting berbagai anggota BPUPK tersebut dalam berbagai kelompok berdasarkan sebagai fundamen kenegaraan,45 namun tidak semua ide mengenai dasar negara yang diajukan dalam setiap diskusi BPUPK. prinsip menurutnya merupakan dasar negara. Adapun berbagai kelompok tersebut yaitu: anggota dalam kelompok ini yaitu: 1) , 2) Soerio, 3) Kelompok yang menyatakan bahwa nilai ketuhanan sebagai Abdulrachim Pratalykrama, 4) Abdul Kadir, 5) Soepomo, dan 6) Ki Bagoes fundamen kenegaraan yang penting. Adapun anggota-anggota dalam Hadikoesoemo. kelompok ini yaitu: 1) Muhammad Yamin, 2) Wiranatakoesomo, 3) Soerio, 4) Soesanto Tirtoprodjo, 5) Dasaad, Agoes Salim, 6) Abdoelrachim Terlihat jelas bahwa berbagai kelompok yang memiliki ideologi Pratalykrama, 7) Abdul Kadir, 8) K. H. Sanoesi, 8) Ki Bagoes Hadikoesoemo, berbeda dapat menyatu dan mengusung berbagai prinsip dasar negara 9) Soepomo, dan 10) Mohammad Hatta (Pada dasarnya Hatta secara bersama-sama. Lihat: Ibid, hlm. 9 hingga 10. Lihat juga: A. B. menganjurkan pemisahan antara urusan agama dan urusan negara agar Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, Universitas Indonesia, agama tidak menjadi perkakas negara. Namun Hatta tetap memandang Jakarta, 2004, hlm. 96-167. Lihat: Yudi Latif, op, cit, hlm. 9 dan 15, Lihat juga: agama sebagai fundamen penting dalam kehidupan bernegara); Ahmad Mansur Suryanegara, Api Sejarah, Mahakarya Perjuangan Ulama Dan Santri Dalam Menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Jilid Kelompok yang menyatakan bahwa nilai kemanusiaan sangat 2, Tria Pratama, Bandung, 2016, hlm. 127. Lihat juga: Hermawan Prasojo, penting dalam fundamen kenegaraan. Adapun anggota-anggota dalam Pancasila Sebagai Philosofische grondslag, Diakses melalui https://www. kelompok ini yaitu: 1) Radjiman Wediodiningrat, 2) Mohammad Yamin, academia.edu/5585016/Pancasila_Sebagai_Philosophische_Grondslag, 3) Wiranatakoesomo, 4) Woerjaningrat, 5) Soesanto Tirtoprodjo, 6) Pada 19 April 2018. Wongsonagoro, 7) Soepomo, 8) Liem Koen Hian, dan 9) Ki Bagoes Hadi 45 Berbagai ideologi PI hingga berbagai prinsip-prinsip fundamen Koesoemo; kenegaraan yang muncul sebelum pidato Soekarno 1 Juni 1945 Kelompok yang menyatakan bahwa nilai persatuan sangat penting menunjukan bahwa telah terjadi peralihan dari archaic nationalism atau sebagai fundamen kenegaraan. Adapun anggota-anggota dalam kelompok nasionalisme purba menjadi proto-nationalism (Nasionalisme yang masih ini yaitu: 1) Mohammad Yamin, 2) Sosorodiningrat, 3) Wiranatakoesoemo, berbentuk sangat dasar, proto nasionalisme terbentuk dari gabungan 4) Woerjaningrat, 5) Soerio, 6) Soesanto Tirtoprodjo, 7) Abdulrachim unsur-unsur yaitu etnisitas dan tradisi negara, proto nasionalisme Pratalykrama, 8) Soekiman, 9) Abdul Kadir, 10) Soepomo, Dahler, dan Ki terbentuk dari gabungan unsur-unsur etnisitas dan tradisi negara). dalam Bagoes Hadikoesoemo; hal ini Soekarno dan kalangan anggota pendiri bangsa yang tergabung dalam BPUPK termasuk dalam generasi milenarisme, (milenarisme sering Kelompok yang menyatakan bahwa nilai demokrasi permusyawaratan kali juga dieja milenarisme adalah suatu keyakinan oleh suatu kelompok sangat penting dalam fundamen kenegaraan. Adapun anggota-anggota atau gerakan keagamaan, sosial, atau politik yang memiliki keyakinan dalam kelompok ini yaitu: 1) Mohammad Yamin, 2) Woerjaningrat, tentang suatu transformasi besar dalam masyarakat dan setelah itu 3) Sosanto Tirtoprodjo, 4) Abdulrachim Pratalykrama, 5) Ki Bagoes segala sesuatu akan berubah ke arah yang positif atau kadang-kadang Hadikoesoemo, dan 6) Soepomo; dan negatif atau tidak jelas). Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada saat Kelompok yang menyatakan bahwa nialai keadilan atau kesejahteraan itu terlihat juga bahwa bangsa Indonesia belum sepenuhnya memiliki sosial sangat penting sebagai fundamen kenegaraan. Adapun anggota- konsep nasionalisme yang utuh di antara kelompok masyarakat, hal

46 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 47 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Hal tersebut terlihat ketika Yamin mengatakan bahwa Berbagai pandangan dan ide tentang Pancasila prinsip permusyawaratan, perwakilan, dan kebijaksana- yang lahir dalam setiap diskusi yang berlangsung di an merupakan dasar negara atau yang disebutnya sidang BPUPK sebelum 1 Juni 1945 tersebut, selanjutnya sebagai “dasar yang tiga,” selanjutnya prinsip kebangsaan, menjadi salah satu masukan bagi Soekarno untuk mulai kemanusiaan, dan kesejahteraan disebut Yamin sebagai merumuskan Pancasila sebagai Philosofische grondslag “asas,” sementara prinsip kerakhmatan Tuhan di dalam yang utuh. Hal tersebut dimulai dengan keinginan penggolangan Yamin mengalami ketidakjelasan. Soekarno untuk memulai menggali nilai-nilai bangsa Selain ketidakjelasan kategorisasi prinsip ketuhanan, Indonesia di mas lalu hingga dimasanya. Pandangan Muhammad Yamin juga menggabungkan antara dasar ini sejalan dengan pidato Soekarno yang mengatakan negara dan bentuk negara, pembelaan negara, budi- bahwa:47 pekerti negara, daerah negara, penduduk dan putera Saudara-saudara, setelah aku mengucapkan negara, susunan pemerintahan, dan hak tanah. Sementa- doa kepada Tuhan ini, saya merasa mendapat ra itu ide dasar negara menurut Soepomo berbeda dengan petunjuk. Saya merasa mendapat ilham. Ilham Yamin. Soepomo melihat bahwa dasar negara haruslah yang berkata: galilah yang hendak engkau sesuai dengan aliran pemikiran negara integralistik, jawabkan itu dari bumi Indonesia sendiri. Maka hal tersebut juga mencakup dasar kewarganegaraan malam itu aku menggali, menggali di dalam dan dasar sistem pemerintahan. Bila melihat berbagai ingatanku, menggali di dalam ciptaku, menggali penjelasan mengenai dasar negara oleh Yamin dan di dalam khayalku, apa yang terpendam di dalam Soepomo, terlihat jelas bahwa baik Muhammad Yamin bumi Indonesia ini, agar supaya sebagai hasil dari maupun Soepomo melihat dasar negara bukan sebagai penggalian itu dapat dipakainya sebagai dasar dasar falsafah atau Philosofische grondslag. 46 daripada Negara Indonesia Merdeka yang akan tersebut ditunjukan bahwa sebelum pidato Soekarno pada 1 Juni belum datang. terdapat ideologi bangsa yang jelas, ketidakjelasan dasar negara tersebut Keinginan serta upaya Soekarno untuk kemudian dikarenakan belumadanya konsep Pancasila sebagai Philosofische menggali berbagai prinsip dan nilai serta pengalamannya grondslag, pendapat ini sejalan dengan pembagian periodesasi lahirnya Pancasila oleh Yudi Latif. Yudi Latif mengelompokan era 29 April 1945 tentang keadaan bangsa ini, telah membawanya sebagai fase perumusan dasar negara belum fase pengesahan dasar menemukan konsep awal dari dasar negara yang lebih negara Indonesia. Lihat Yudi Latif, op, cit, hlm. 9-12 dan 63, Lihat juga: terperici, sitematis dan jelas. Konsep tersebut pada Mudji Hartono, Nasionalisme Asia Timur: Suatu Perbandingan Jepang, Cina, Dan Korea, https://journal.uny.ac.id/index.php/mozaik/article/ view/4388, Diakses pada 18 Februari 2018, hlm. 3. Lihat juga: Wikipedia, Pengertian Milenarianisme, https://id.wikipedia.org/wiki/Milenarianisme, Diakses pada 18 Februari 2018. 46 Yudi Latif, op, cit, hlm. 11-12. 47 Ibid, hlm. 13.

48 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 49 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia awalnya dinamai dengan “Leitstar.”48 Pandangan tersebut Lebih lanjut keinginan Soekarno dan para pendiri dapat terlihat dalam pidato Soekarno sebagai berikut:49 bangsa untuk melahirkan dasar negara yang dapat Kita dalam mengadakan Negara Indonesia diterima oleh segala kalangan atau sebagai Philosofische Merdeka itu, harus dapat meletakkan negara itu grondslag dapat terlihat jelas dalam pidato Soekarno di atas meja statis yang mampu mempersatukan yanga menyatakan bahwa “kita bersama-sama segenap elemen di dalam bangsa itu, tetapi juga mencari persatuan philosofische grondslag, mencari harus mempunyai tuntunan dinamis ke arah mana satu weltanschauung yang kita semuanya setuju...... ”50 kita gerakkan rakyat, bangsa, dan negara ini. saya Selanjutnya Soekarno lebih menegaskan lagi konsep dasar berikan uraian itu tadi agar saudara-saudara negara tersebut yang kemudian dipandangnya sekaligus mengerti bahwa bagi Republik Indonesia, kita juga sebagai Philosofische grondslag dapat tertuang ke memerlukan atu dasar yang bisa menjadi dasar dalam lima prinsip, yaitu:51 yang statis dan yang bisa menjadi Leitstar dinamis. 1. Kebangsaan Indonesia Leitstar, Bintang Pimpinan. Kalau kita mencari Pada prinsip atau sila pertama ini Soekarno satu dasar yang statis yang dapat mengumpulkan menghendaki adanya suatu negara yang mampu semua, dan jikalau kita mencari suatu Leitstar mengakomodir segala bentuk aspirasi dari segala dinamis yang dapat menjadi arah perjalanan, kita lapisan masyarakat. Hal tersebut terlihat jelas dalam harus menggali sedalam-dalamnya di dalam jiwa pernyataan Soekarno yang menyatakan “ Kita hendak masyarakat kita sendiri. mendirikan negara ‘semua buat semua’.” Dengan kata lain Soekarno menghendaki suatu negara 48 Istilah Leitstar digunakan pertama kali oleh Soekarno untuk menyatakan mengenai ide falsafah dasar yang mampu mengarahkan yang berlandaskan kebangsaan yang tidak bersifat tujuan negara secara jelas dalam kerangka dasar negara bagi seluruh diskriminan terhadap suatu kalangan tertentu. Hal kalangan masyarakat Indonesia atau yang dinamainya dengan meja tersebut tertuang secara jelas pada pernyataan yang statis. Adapun kata leitstar berasal dari bahasa Jerman yang berarti Soekarno yang menyatakan “dasar pertama, yang bintang pemimpin ata dalam bahsa Inggris dinamai dengan the guiding star yang diartikan secara harfiah sebagai bintang penunjuk atau bintang baik dijadikan dasar buat Negara Indonesia, ialah 52 penuntun. Lihat: Ibid, hlm. 14. Lihat juga: Oxford, Definition of guide in dasar kebangsaan.” English, https://en.oxforddictionaries.com/definition/guide, Diakses pada 1 April 2018. Lihat juga: Googlr Translate, Penerjemahan Dari Guiding 50 Ibid, hlm. 15. Star, https://translate.google.co.id/m/translate?hl=id, Diakses pada 1 51 Ibid, hlm. 15-17. April 2018. 52 Ibid, hlm. 15. Dapat disimpulkan bahwa Soekarno melalui 49 Yudi Latif, op, cit, hlm. 14. prinsip pertama ini menginginkan adanya negara demokrasi bukan negara machsstaat (machsstaat adalah negara yang berdasr pada kekuasaan). Lihat: Meila Nurhidayati, Negara Hukum, Konsep Dasar Dan Implementasinya Di Indonesia, meilabalwell.wordpress.com. Diakses pada 18 Februari 2018.

50 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 51 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Selain hal tersebut prinsip atau sila pertama tersebut jelas dalam pernyataan Soekarno yang menyatakan:55 lahir dari adanya pendang Soekarno mengenai Memang prinsip kebangsaan ini ada bahayanya. masyarakat dan negara yang memiliki wilayah ke- Bahayanya ialah mungkin orang meruncingkan daulatan serta memiliki konsep nationale staat yang nasionalisme menjadi chauvisme, sehingga jelas. Pandangan tersebut disampaikan Soekarno berfaham ‘Indonesia uber Alles’. Inilah bahayanya dalam pernyataanya yang menyatakan “hari depan kata Sukarno. Kita bukan saja harus mendirikan bangsa harus berdasar pada Kebangsaan, karena negara Indonesia Merdeka, tetapi kita harus ‘orang dan tempat tidak dapat dipisahkan! Tidak menuju pula kepada kekeluargaan bangsa-bangsa. dapat dipisahkan rakyat dari bumi yang ada di bawah kakinya’.”53 lebih lanjut soekarno jga menyatakan 3. Mufakat atau Demokrasi 54 bahwa: Sila ketiga ini berkaitan erat dengan sila pertama, hal Jangan mengira, bahwa tiap-tiap negara-merdeka tersebut jalan untuk mewujudkan prinsi kebangsaan adalah satu nationale staat!. Kita hanya dua yang senantiasa bertujuan pada pemenuhan kali mengalami nationale staat yaitu di zaman segala kebutuhan masyarakat Indonesia secara Sriwijaya dan di zaman Majapahit.....Karena menyeluruh dan adil dapat terlaksana melalui itu, jikalau tuan-tuan terima baik, marilah kita konsep permusyawaratan perwakilan. Melalui sistem mengambil sebagai dasa Negara yang pertama: permusyawaratan perwakilan yang merupakan Kebangsaan Indonesia. inti sari dari sila mufakat atau demokrasi tersebut segala hal terkait bangsa dan negara yang belum 2. Internasionalisme, atau Perikemanusiaan diatur secara baik dapat dibahas melalui konsep Sila kedua atau prinsip kedua ini sejalan dengan prinsip permusyawaratan perwakilan tersebut.56 Penjelasan atau sila pertama yang menghendaki adanya prinsip tersebut sejalan dengan pernyataan dari Soekarno nationale staat dan kebangsaan. Hubungan antara yang menyatakan bahwa:57 sila pertama dan kedua tersebut terlihat dengan Dasar itu ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, adanya ide Soekarno di sila kedua yang menghendaki dasar pemusyawaratan.... Kita mendirikan negara adanya sistem kebangsaan yang tidak berbentuk “semua buat semua”, satu buat semua, semua kebangsaan chauvinisme, namun bentuk kebangsaan buat satu. Saya yakin bahwa syarat mutlak untuk yang juga menjalin hubungan baik dengan berbagai bangsa-bangsa di dunia. Hal tersebut dapat terlihat 55 Ibid, hlm. 107. 56 Loc, cit. dan Yudi Latif, op, cit, hlm. 16 57 Loc, cit. 53 Cindy Adams dalam Dwi Siswoyo, Pandangan Bung Karno Tentang Pancasila Dan Pendidikan, Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, hlm. 106. 54 Ibid, hlm. 106-107.

52 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 53 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia kuatnya Negara Indonesia ialah permusyawaratan, yang memberi hidup, yakni ”politiek-economische perwakilan..... Apa-apa yang belum memuaskan, democratie” yang mampu mendatangkan ke- kita bicarakan di dalam permusyawaratan. sejahteraan sosial!“ 4. Kesejahteraan Sosial 5. Ketuhanan yang Berkebudayaan Pada sila keempat ini Soekarno menghendaki ada- Pada sila Ketuhanan yang Berkebudayaan, Soekarno nya kesejahteraan bangsa Indonesia yang terbangun menghendaki adanya negara yang berlandaskan dari sistem politik ekonomi demokrasi yang nilai ketuhanan dan agama serta secarabersamaan mengutamakan kesejahteraan sosial dari sekedar juga terdapat bangsa yang memiliki kepercayaan kesejahteraan kelompok atau individu. Hal tersebut dan keyakinan agama berdasarkan keyakinan dan dapat terlihat jelas dalam pidato Soekarno yang kepercayaannya sendiri-sendiri. Sehingga nilai menyatakan:58 ketuhanan yang ada adalah landasan dalam hidup bernegara dan berbangsa yang dilaksanakan melalui ...prinsip kesejahteraan, prinsip tidak akan ada kebudayaan bangsa Indonesia yang berbeda-beda kemiskinan di dalam Indonesia merdeka. Jangan secara merdeka. Hal tersebut terlihat jelas dalam saudara kira, bahwa kalau Badan Perwakilan pidato Soekarno yang menyatakan bahwa:59 Rakyat ada, kita dengan sendirinya sudah men- capai kesejahteraan ini. Negara-negara Eropa dan Prinsip yang kelima hendaknya menyusun Indo- Amerika ada Badan Perwakilan, ada demokrasi nesia Merdeka dengan bertaqwa kepada Tuhan parlementer. Tetapi di Eropa justru kaum kapitalis Yang Maha Esa. Prinsip ketuhanan, bukan saja merajalela. Tidakkah di seluruh benua Barat bangsa Indonesia ber-Tuhan, tetapi masingmasing kaum kapitalis merajalela? Pada hal ada badan orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan Tuhannya perwakilan rakyat. Tak lain tak bukan adalah sendiri .... Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan yang dinamakan demokrasi di Barat itu hanyalah secara kebudayaan, yakni dengan tiada ”egoisme- ”politieke democratie” saja, sema-mata tidak ada agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia ”sociale rechtsvaardigheid”, -- bukan keadilan satu Negara yang ber-Tuhan! Marilah kita sosial. Kalau kita mencari demokrasi hendaknya amalkan, jalankan agama ..., dengan cara yang bukan demokrasi Barat, tetapi per-musyawaratan berkeadaban. Apakah cara yang berkeadaban itu? 58 Dwi Siswoyo, Pandangan Bung Karno Tentang Pancasila Dan Ialah hormat-menghormati satu dengan lain. Pendidikan, Cakrawala Pendidikan, Jurnal Ilmiah Pendidikan, Universitas (Tepuk tangan sebagian hadlirin) ... Marilah kita Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, hlm. 108. Demokrasi barat yang di dalam Indonesia Merdeka yang kita susun ini, dimaksudkan oleh Soekarno bukanlah seluruh model demokrasi yang berkembang di Dunia Barat, melainkan secara spesifik berkonotasi pada 59 Dwi Siswoyo, op, cit, hlm. 108. suatu ideal type dari sistem demokrasi liberal yang berbasis individualisme. Lihat: Yudi Latif, op, cit, hlm. 16.

54 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 55 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia sesuai dengan itu, menyatakan: bahwa prinsip susun sebagai data teks yang tersusun sebagai urutan kelima dari pada negara kita, ialah ketuhanan yang sequential, selain itu urutan sila yang ada menurut berkebudayaan, Ketuhanan yang berbudi pekerti Soekarno bukanlah juga merupakan urutan prioritas. luhur, Ketuhanan yang hormat-menghaormati Sehingga dengan kata lain Soekarno melihat susunan satu sama lain. Hatiku akan berpesta raja, jikalau dari sila pada Pancasila merupakan susunan integral saudara-saudara menyetujui bahwa Negara yang saling mengisi, mengandaikan, serta mengunci Indonesia Merdeka berazaskan Ketuhanan Yang satu dengan yang lainnya.61 Pandangan Soekarno terkait Maha Esa. urutan sila dalam Pancasila tersebut ditunjukan olehnya Kelima prinsip tersebut kemudian oleh Soekarno melalui penawaran konsep Tri Sila milikinya. Seokarno dinamainya dengan Panca Sila. Panca berarti lima dan menyatakan bahwa bila terdapat pihak-pihak yang Sila memiliki arti asas atau dasar. Lebih lanjut Soekarno menginginkan tata urutan lain dari prinsip dasar negara menyampaikan alasannya memilih nama Pancasila, yang ada maka telah dibuat juga olehnya konsep Tri Sila menurut Soekarno bilangan lima telah berakar dengan yang terdiri dari socio-nationalisme, socio-democratie, dan kuat dalam jiwa bangsa Indonesia. Hal tersebut di- ke-Tuhanan.62 Hal tersebut dapat terlihat jelas dalam karenakan angka lima merupakan simbol keramat dalam pidato Soekarno yang menyatakan:63 antropologi masyarakat Indonesia. Sebagai contoh Atau barangkali ada saudara-saudara yang tidak Soekarno menjelaskan bahwa rukun Islam berjumlah suka bilangan lima itu? Saya boleh peras, sehingga lima, jumlah jari pada setiap tangan manusia berjumlah tinggal tiga saja. Sudara-saudara tanya kepada lima, di dalam tubuh manusia terdapat lima indera yang saya, apakah “perasan” yang tiga itu? berpuluh- dinamai dengan panca indera, kemudian Soekarno juga puluh tahun sudah saya pikirkan dia, ialah dasar- menyatakan bahwa tokoh Pandawa dalam cerita Maha dasarnya Indonesia merdeka, weltanschauung Barata juga berjumlah lima, serta terdapat lima larangan kita. Dua dasar yang pertama, kebangsaan dalam kode etika masyarakat Jawa yang dinamai dengan dan internasionalisme, kebangsaan dan peri- mo limo, dan organisasi Taman Siswa serta Chuo Sangi In kemanusiaan, saya peras menjadi satu: itulah memiliki Panca Dharma begitu pun dengan bintang yang yang dahulu saya namakan socio-democratie. merupakan penunjuk arah bagi masyarakat bahari, juga Tinggal lagi ke-Tuhanan yang menghormati satu memiliki lima sudut.60 sama lain. jadi yang asalnya lima itu telah menjadi Lebih lanjut Soekarno dalam perkembangannya tiga: socio-nationalisme, socio-democratie, dan ke- melihat bahwa kelima sila yang tergabung dalam Pan- Tuhanan. casila tersebut bukan merupakan prinsip yang ter- 61 Ibid, hlm. 18. 62 Loc, cit. 60 Yudi Latif, op, cit, hlm. 17. 63 Ibid, hlm. 19.

56 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 57 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Konsep Tri Sila tersebut kemudian diperas kembali 1. Prinsip Ketuhanan oleh Soekarno menjadi nilai dalam bernegara dan Prinsip ketuhanan yang harus berlandaskan berbangsa yang dinamai oleh Soekarno sebagai nilai gotong-royong artinya nilai ke-Tuhanan yang juga gotong-royong. Hal tersebut dapat terlihat jelas dalam berkebudayaan, lapang serta toleran. Sehingga pidato Soekarno yang dengan tegas menyatakan:64 keragaman keyakinan dan kepercayaan akan suatu Kalau Tuan senang dengan simbolik tiga, am- agama dapat berjalan dengan harmonis tanpa saling bilah yang tiga ini. Tetapi tidak semua Tuan- menyerang dan mengucilkan antara satu kalangan Tuan senang kepada Tri Sila ini, dan minta satu, dengan yang lainnya. Prinsip ini sejalan dengan satu dasar saja? Baiklah, saya jadikan satu, saya prinsip kelima dari konsep Pancasila Soekarno yang kumpulkan lagi menjadi satu. Apakah yang dinamai oleh Soekarno sebagai Ketuhanan yang satu itu? Sebagai tadi telah saya katakan: kita Berkebudayaan. mendirikan negara Indonesia, yang kita semua harus mendukungnya. Semua buat semua! Bu- 2. Prinsip Internasionalisme kan Kristen buat Indonesia. Bukan golongan Prinsip Internasionalisme yang berjiwa gotong- Islam buat Indonesia, bukan hadikoesoemo buat royong menurut Yudi Latif yaitu prinsip inter- Indonesia, bukan Van Eck buat Indonesia, bukan nasionalisme yang berperikemanusiaan dan ber- nitisemito yang kaya buat Indonesia, tetapi perikeadilan. Sehingga prinsip internasionalisme Indonesia buat Indonesia – semua buat semua! yang ada akan selalu menjunjunga perdamaian Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan serta penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia. yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu Prinsip ini sesuai dengan sila kedua Pancasila karya perkatakan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan Soekarno yang dinamai oleh Soekarno sebagai Sila “gotong-royong.” Negara Indonesia yang kita Internasionalisme dan Perikemanusiaan. dirikan haruslah negara gotong-royong. Menurut Yudi Latif berdasarkan berbagai pidato Pancasila begitu tinggi dan mutlak nilainya bagi kelestarian bangsa Soekarno terkait Pancasila, nilai gotong-royong meru- dan negara Indonesia karena merupakan wahana dimana berbagai suku, golongan, agama, kelompok budaya, dan ras dapat hidup dan pakan dasar dari semua sila yang ada di Pancasila. bekerjasama dalam usaha untuk membangun kehidupan bersama, tanpa Selanjutnya Yudi Latif mengaitkan nilai gotong-royong adanya alienasi dan identitas mereka sendiri. tersebut dengan nilai-nilai yang terkandung dalam kelima Lihat: Jazumi dalam Anik Kunantiyorini, Pancasila Sebagai Sumber sila yang ada dalam Pancasila. Yaitu sebagai berikut:65 Dari Segala Sumber Hukum, Diakses melalui portalgaruda.org/article. php?...PANCASILA%20SEBAGAI%20SUMBER%..., Pada 18 Februari 2018. 64 Loc, cit. 65 Loc, cit. Pandangan terkait nilai gotong-royong yang terkandung dalam Pancasila tersebut sejalan dengan pendapat dari Magnis-Suseno yang menyatakan:

58 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 59 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia 3. Prinsip Kebangsaan Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa konsep Pancasila Prinsip kebangsaan yang berjiwakan nilai gotong- sebagai Philosofische Grondslag pertama kali digagas royong menurut Yudi Latif adalah kebangsaan oleh Soekarno dalam Sidang BPUPK pada 1 Juni 1945. yang mampu mewujudkan persatuan dari berbagai Pada konsep tersebut Soekarno menghendaki adanya perbedaan di Indonesia atau dengan kata lain suatu negara yang memiliki Nilai Kebangsaan, Nilai mampu mewujudkan Bhineka Tunggal Ika. Pandangan Perikemanusiaan, Nilai Demokrasi, Nilai Kesejahteraan ini sesuai dengan Sila Internasionalisme atau Sosial, dan Nilai Ketuhanan. Berbagai nilai tersebut Perikemanusiaan. oleh Soekarno digabungkan menjadi nilai gotong- 4. Prinsip Demokrasi royong, dengan kata lain Soekarno menghendaki adanya negara gotong-royong yang mampu mengakomodasi Prinsip demokrasi yang berjiwakan gotong- segala kepentingan masyarakat Indonesia baik dalam royong menurut Yudi Latif adalah demokrasi yang konteks perorangan maupun bangsa dan negara. Selain berlandaskan pada musyawarah untuk mufakat. hal tersebut, berdasarkan berbagai penjelasan terkait Bukan demokrasi Barat yang mengutamakan penyusunan Pancasila sebagai Philosofische Grondslag, kepentingan mayoritas atau mayokrasi dan terlihat jelas bahwa Pancasila dapat menjadi satu- kepentingan elite penguasa-pemodal atau minokrasi. satunya Philosofische Grondslag di Indonesia dengan Prinsip ini sesuai dengan sila Mufakat atau Demokrasi alasan bahwa nilai-nilai Pancasila telah lebih dulu hidup dalam konsep Pancasila Soekarno. bersama bangsa Indonesia sejak dahulu bahkan sebelum 5. Prinsip Kesejahteraan dirumuskannya Pancasila sendiri, sehingga dapat disimpulkan juga bahwa Pancasila telah menjadi jati diri, Prinsip kesejahteraan yang berlandaskan nilai gotong- identitas, serta falsafah hidup masyarakat Indonesia.66 royong menurut Yudi Latif yaitu kesejahteraan yang diwujudkan melalui pengembangan partisipasi serta 66 Alasan tersebut oleh Kaelan disebut dengan asal mula yang tidak emansipasi di sektor ekonomi dengan berlandaskan langsung lahirnya Pancasila sekaligus sebagai kausa materialis. Lihat: semangat ekonomi. Sehingga kesejahteraan yang Kaelan, Pendidikan Pancasila, Proses Reformasi, UUD Negara Amandemen 2002, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, dimaksudkan bukan kesejahteraan yang berlandaskan Paradigma Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Paradigma, pada paham individualisme-kapitalisme serta Yogyakarta, 2004, hlm. 88. Pandangan Pancasila sebagai Philosofische etatisme. Prinsip ini sesuai dengan sila Keempat Grondslag tersebut juga didukung oleh Notonagoro yang menyatakan dalam konsep Pancasila Soekarno. bahwa Pancasila merupakan cita hukum (rechtsidee) dan bintang pemandu (guiding star). Lihat: Notonagoro dalam Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekertariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006, hlm. 171.

60 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 61 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Sehingga jelaslah bahwa Pancasila sepatutnya Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan. dijadikan leitstar, Philosofische Grondslag, dan rechtsidee Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 jo. Ketetpan bagi hukum Indonesia. Berkaitan dengan Pancasila MPR Nomer V/MPR/1973 jo. Ketetapan MPR Nomer IX/ sebagai falsafah dasar, Kaelan menyatakan bahwa: 67 MPR/1978 menyatakan bahwa: Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara Pancasila adalah sumber dari segala sumber Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang sumber dari segala sumber hukum dalam negara pada hakikatnya adalah suatu pandangan hidup, Indonesia. Sebagai suatu sumber dari segala kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi sumber hukum secara objektif merpakan suatu suasana kebatinan serta watak dari Bangsa pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, Indonesia. serta cita-cita moral yang luhr yang meliputi Sementara itu Pasal 1 ayat (3) Ketetapan MPR Nomer suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia. III/MPR/2000 menyatakan dengan jelas bahwa “sumber Berdasarkan penjelasan Kaelan tentang Pancasila hukum dasar nasional adalah Indonesia.” Selanjutnya sebagai filsafat dasar sebagaimana telah dijelaskan di pada Pasal 2 Undang-Undang Nomer 10 Tahun 2004 atas, terlihat bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam jo. Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 jo. Undang- Pancasila merupakan cita-cita yang hendak dituju Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan atau oleh Kaelan disebut dengan das sollen dan untuk Peraturan Perundang-Undangan menyatakan bahwa itu Pancasila menjadi landasan bagi hukum untuk “Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum.” menciptakan cita-cita luhur yang ada dalam dunia nyata Selain berbagai ketentuan yang telah disebutkan di atas, atau oleh Kaelan disebut dengan das sein. Sehingga bukti bahwa Pancasila sebagai sumber dari berbagai jelas bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum di Indonesia juga dapat terlihat pada sumber hukum di Indonesia.68 Pandangan Pancasila Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan sebagai sumber dari segala sumber hukum tersebut Republik Indonesia Tahun 1945. Pandangan tersebut sejalan dengan Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 sejalan dengan pandangan dari Kaelan, menurut Kaelan jo. Ketetpan MPR Nomer V/MPR/1973 jo. Ketetapan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan MPR Nomer IX/MPR/1978. Kemudian ditegaskan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan derivasi kembali oleh Ketetapan MPR Nomer III/MPR/2000 atau penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam dan juga ditegaskan oleh Undang-Undang Nomer 10 Pancasila. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 penjelasan Kaelan terkait Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia 67 Kaelan, op, cit, hlm. 77. Tahun 1945. Menurut Kaelan pokok pikiran pertama 68 Loc, cit.

62 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 63 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia dalam penmbukaan Undang-Undang Dasar Negara kemanusiaan yang adil dan beradab.69Berdasarkan dari Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan berbagai penjelasan yang ada dapat terlihat bahwa penjabaran dari sila ketiga Pancasila, pendapat ini terlihat Pancasila merupakan falsafah dasar Bangsa Indonesia dengan pernyataan pada pokok pikiran pertama yang yang menuntun bangsa Indonesia dalam menjalankan menjelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kehidupan berbangsa dan bernegara, oleh karenanya kesatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa Pancasila diwujudkan di dunia nyata melalui sarana dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala hukum yang bersumber pada Pancasila itu sendiri. Hal paham golongan maupun perseorangan. Selanjutnya tersebut ditunjukkan dengan dijabarkannya nilai-nilai pada pokok pikiran kedua dalam Pembukaan Undang- Pancasila dalam pokok pikiran Pembukaan Undang- Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan penjabaran dari sila kelima Tahun 1945 yang kemudian diwujudkan dalam setiap pasal Pancasila, hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan yang ada pada Undang-Undang Dasar Negara Keastuan pokok pikiran dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Nilai-nilai Pancasila yang Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang terjabarkan ke dalam setiap pasal pada Undang-Undang menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam kemudian dijabarkan kembali dalam berbagai peraturan hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan hukum yang berada di bawah Undang-Undang Dasar umum bagi seluruh warga negara, mencerdaskan Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945. Sehingga kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dapat disimpulkan juga bahwa Pancasila merupakan dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan landasan moral etik dalam berbangsa dan bernegara sosial. selanjutnya Pokok pikiran ketiga dari Pembukaan di Indonesia.70Pandangan mengenai Pancasila sebagai Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik falsafah dasar sekaligus sumber dari segala sumber hukum Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara juga dapat terlihat dengan menggunakan teori dari Hans berkedaulatan rakyat. Berdasarkan atas kerakyatan dan Kelsen yang dinamai oleh Kelsen dengan theorie von permusyawaratan/perwakilan. Pada dasarnya merupakan stufenbau der rechtsordnung71 atau sering dikenal dengan penjabaran dari sila keempat Pancasila. Dan pokok pikiran nama stufenbau theory dan juga menggunakan teori dari keempat dari Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Hans Nawiasky yang dinamai olehnya dengan die theorie Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan 69 Ibid, hlm. 78. penjabaran dari sila pertama dan kedua Pancasila. Hal 70 Loc, cit. tersebut dibuktikan dengan pernyataan pada pokok 71 Hans Kelsen, General Theory of Law and State, Russel & pikiran tersebut yang menyatakan bahwa negara ber- Russel,New York 1935, hlm. 35., dalam Maria Farida Indrati S., Ilmu dasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar Perundang-Undangan: Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Buku 1, Kanisius,Yogyakarta, 2007, hlm. 41

64 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 65 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia vom stufenordnung der rechtsnormen.72 Stufenbau theory sebagai falsafah dasar dan sebagai sumber dari segala atau stufen theory atau teori hukum berjenjang Hans sumber hukum Di Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Kelsen menyatakan bahwa norma-norma hukum pada teori dari Kelsen dan berdasakan juga dengan Pasal 2 dan dasarnya berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 suatu hierarki (tata susunan), dalam arti, suatu norma jo. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 dapat disusun yang lebih rendah berlaku, bersumber dan berdasar sebuah piramida hierarki hukum, berikut adalah piramida pada norma yang lebih tinggi lagi hingga pada suatu hierarki hukum yang dimaksud: norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotestis yaitu Norma Dasar atau Grundnorm. Bagan I: Hierarki Peraturan Perundang-Undangan Indonesia Dalam Grundnorm atau norma dasar adalah norma yang tidak Ragaan Stufenbau Theory lagi dibentuk oleh suatu norma, norma dasar merupakan norma yang dibentuk terlebih dahulu oleh masyarakat dan menjadi gantungan bagi norma-norma lain yang ada di bawahnya sehingga norma dasar dikatakan pre- supposed.73 Dalam kaitanya Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau Leitstar di bidang hukum, teori Kelsen memposisikan Pancasila sebagai Grundnorm. Sehingga dapat dikatkan bahwa Pancasila merupakan norma dasar yang menjadi gantungan bagi norama- norma hukum yang ada di bawahnya, hal tersebut sesuai dengan berbagai penjelasan di atas terkait Pancasila 72 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, op, cit, hlm. 170. 73 Teori jenjang hukum milik Hans Kelsen tersebut diilhami dari teori Adolf Merkl. Adolf Merkl menyatakan bahwa suat norma hukum itu selalu mempunyai dua wajah atau das Doppelte Rechtsantlitz. Dalam teorinya tersebut Adolf menjelaskan lebih lanjut bahwa suatu norma hukum ke atas dan ke bawah artinya ke atas bahwa norma hukum tersebut bersumber dan berdasar pada norma hukum yang berada di Stufen theory milik Hans Kelsen tersebut kemudian atasnya, norma hukum ke bawah artinya bahwa norma hukum tersebut dikembangkan oleh muritnya yaitu Hans Nawiasky. Hans menjadi sumber dan dasar bagi peratran hukum yang berada di bawahnya. Nawiasky mengembangkan teori dari Kelsen dengan Sehingga norma hukum tersebut memiliki jangka waktu yang relaif atau konsep baru yang dinamainya dengan die theorie vom rechtskracht. artinya bahwa apaibila norma di atasnya hilang maka norma- 74 norma yang berada di bawah juga ikut hilang. Lihat: Maria Farida Indrati stufenordnung der rechtsnormen. Pada teorinya tersebut, S., op, cit, hlm. 41-42. 74 Ibid, hlm. 44.

66 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 67 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Nawiasky menyatakan bahwa hierarki norma hukum 3. Peraturan Perundang-undangan merupakan formell terbagi menjadi:75 gesetz; 1. Norma fundamental negara atau staatsfun- 4. Secara hierarki mulai dari Peraturan Pemerintah damentalnorm; hingga Peraturan Daerah Provinsi serta Peraturan 2. Aturan dasar negara atau staatsgrundgesetz; Daerah Kabupaten/Kota merupakan verordnung en 3. Undang-undang formil atau formell gesetz; autonome satzung. 4. Peraturan pelaksana dan peraturan otonom atau Kedudukan Pancasila sebagai Philosofische Grondslag verordnung en autonome satzung. atau oleh Nawiasky disebut dengan Staatsfun- damentalnorm sekaligus sebagai rechtsidee atau cita Berkaitan dengan posisi Pancasila sebagai Philo- hukum, menimbulkan konsekuensi bahwa pembuatan sofische Grondslag dan sekaligus sebagai sumber dari segala peraturan hukum hingga pelaksanaannya harus segala sumber hukum, A. Hamid S. Attamimi dengan sesuai dengan segala nilai yang terkandung dalam setiap menggunakan die theorie vom stufenordnung der sila Pancasila sebagaimana telah dijelaskan di atas. rechtsnormen milik Nawiasky menyatakan bahwa struktur hierarki hukum di Indonesia terdiri dari:76 Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada dapat pula disimpulkan bahwa Pancasila juga merupakan 1. Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar sumber dari segala sumber politik hukum di Indonesia. Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 Pernyataan tersebut sesuai dengan pandangan dari sebagai staatsfundamentalnorm; 77 Mahfud M.D. yang menyatakan bahwa:78 2. Batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara Dari berbagai definisi poltik hukum tersebut Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan dapatlah dibuat rumusan sederhana bahwa MPR serta Konvensi Ketatanegaraan merupakan politik hukum itu adalah arahan atau garis staatsgrundgesetz; resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara untuk 75 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, op, cit, hlm. 170. membuat dan melaksanakan hukum dalam 76 Loc, cit. rangka mencapai tujuan bangsa dan negara. 77 Walaupun Nawiasky dengan teorinya tidak secara tegas mengatakan bahwa Pancasila yang merupakan Staatsfundamentalnorm Dapat juga dikatakan bahwa politik hukum berkaitan dengan konstitusi Indonesia, namun hubungan antara Pancasila merupakan upaya menjadikan hukum sebagai dengan konstitusi hingga berbagai aturan yang ada di bawah konstitusi dapat dijelaskan dengan menggunakan teori validitas Kelsen. Berdasarkan 78 Moh. Mahfud M. D., Membangun Politik Hukum, Menegakkan teori Kelsen tersebut dapat dinyatakan bahwa konstitusi Indonesia Konstitusi, Pustaka LP3ES, Jakarta, 2006, hlm. 15-16. merupakan dokumen valid dikarenakan pada Pancasila yang merupakan postulat akhir yang bersifat final. Postulat tersebt kemudian menjadi tempat bergantung bagi setiap norma di bawahnya sehingga membentuk suatu presuposisi yang dinamai oleh Kelsen sebagai trancendental logical pressuposition. Lihat: Ibid, hlm. 172.

68 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 69 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia proses pencapaian tujuan negara pijakan utama unsur bangsa dengan segala ikatan primordialnya politik hukum nasional adalah tujuan negara yang masing-masing. Politik hukum yang berlandaskan nilai kemudian melahirkan sistem hukum nasional Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan yang harus dibangun dengan pilihan isi dan cara- dalam permusyawaratan/perwakilan artinya politik cara tertentu. hukum harus mampu menciptakan kekuasaan negara Berdasarkan penjelasan dari Mahfud M. D. di atas yang berada di bawah kekuasaan rakyat atau dengan kata dapat dinyatakan bahwa politik hukum pada dasarnya lain politik hukum harus mampu menciptakan negara merupakan arah pembangunan hukum yang berpijak yang demokratis dimana kekusaan terbesar berada di pada sistem hukum nasional untuk mencapai tujuan tangan rakyat (demokrasi kerakyatan). Kemudian yang negara atau cita-cita negara dan bangsa.79 Adapun terakhir bahwa politik hukum harus berlandaskan nilai tujuan negara yang berangkat dari cita-cita masyarakat Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia artinya bangsa telah tersimpulkan di dalam kelima sila Pancasila. politik hukum harus mampu menciptakan masyarakat Sehingga dengan kata lain penyelenggaraan politik yang berkeadilan sosial yang mampu menciptakan hukum berlandaskan pada kelima sila Pancasila yaitu keadilan bagi kalangan masyarakat lemah baik di sektor Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan sosial maupun pada sektor ekonomi, sehingga tidak Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin terjadi penindasan antara kalangan masyarakat power full oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ dengan masyarakat marjinal.80 perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Berbagai nilai yang terkandung dalam kelima sila Indonesia. Politik hukum yang berlandaskan pada nilai Pancasila tersebut kemudian terkongkritisasi dalam Ketuhanan Yang Maha Esa artinya politik hukum harus tujuan negara yang tertuang pada Alinea Keempat berlandaskan pada nilai moral Ketuhanan. Politik hukum Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan yang berlandaskan nilai Kemanusian Yang Adil Dan Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun Alinea Keempat Beradab artinya politik hukum yang ada harus mampu Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan menjamin penghargaan dan perlindungan bagi hak-hak Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: asasi manusia secara non-diskriminatif. Politik hukum 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah harus berlandaskan nilai Persatuan Indonesia artinya darah Indonesia; politik hukum harus mampu mempersatukan seluruh 2. Memajukan Kesejahteraan umum; 79 Pada dasarnya hampir tidak ada perbedaan antara cita-cita 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; negara dan tujuan negara, Namun dalam konteks politik hukum Mahfud M. D. membedakan dua hal tersebut, menurut Mahfud M. D. cita-cita 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan merupakan semangat yang bersemayam di dalam hati masyarakat, kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. sedangkan tujuan negara adalah pernyataan konstitutif yang harus dijadikan arah atau orientasi penyelengraan negara. Lihat: Moh. Mahfud 80 Ibid, hlm. 16. M. D., op, cit, hlm. 17.

70 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 1 71 YANG BERKEADILAN PANCASILA Pidana Mati dan Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Sehingga jelas juga bahwa politik hukum haruslah berlandaskan pada keempat prinsip yang terkandung di dalam Alinea Keempat Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945. Berkaitan dengan hal tersebut Mahfud M. D. menyatakan bahwa:81 Dalam konteks politik hukum jelas bahwa hukum adalah “alat” yang berkerja dalam “sistem hukum” tertentu untuk mencapai “tujuan” negara atau “cita-cita” masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu pembahasan mengenai politik hukum nasional harus didahului dengan penegasan tentang tujuan negara. Berdasarkan pendapat dari Mahfud M. D. tersebut jelaslah bahwa Pancasila merupakan landasan serta sumber dari segala sumber bagi politik hukum nasional. Hal tersebut dikarenakan Pancasila dan serta Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 memuat berbagai cita- cita bangsa Indonesia yang merupakan rechtsidee yaitu menciptakan negara yang mampu menciptakan keadilan sosial dengan berlandaskan nilai moral Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan melalui demokrasi gotong- royong bukan melalui demokrasi barat. Hal tersebut termasuk pada politik hukum keamanan nasional.

81 Ibid, hlm. 17.

72 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA Bab 2 RELEVANSI PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI A. Perkembangan Politik Hukum hukum termasuk kajian hukum yang terkait dengan ilmu pengetahuan hukum positif. Lemaire berpandangan Pidana Mati Di Indonesia bahwa politik hukum merupakan bagian dari kebijakan legislatif. Politik hukum mengkaji mengenai bagaimana Sebelum membahas perihal sejarah politik hukum pidana penetapan hukum yang seharusnya atau diharapkan mati di Indonesia perlu kiranya dipahami terlabih dahulu (ius constituendum) yang berarti bahwa dalam mengkaji pengertian dari politik huku dan politik hukum pidana. hukum positif tidak berhenti pada kajian hukum yang Hingga kini belum terdapat satu kesatuan pandangan berlaku akan.5 mengenai pengertian politik hukum, akan tetapi seluruh ahli hukum sependapat bahwa tiada satu negara pun di Berbeda dengan Bellefroid dan Lemaire, L.J. Van dunia yang tidak memiliki politik hukum. Huntington Apeldoorn tidak menggunakan istilah politik hukum berpendapat bahwa politik hukum (kebijakan hukum) akan tetapi menggunakan istilah politik perundang- adalah usaha penyelenggara negara dalam invention undangan yang dalam pandangannya merupakan upaya law dan discovery law untuk mewujudkan ketertiban, untuk menetapkan tujuan dan isi peraturan perundang- keamanan, dan kesejahteraan rakyatnya.1 Sementara undangan. Sudarto mendefinisikan politik hukum sebagai itu, Bellefroid2 mengutarakan pendapatnya mengenai kebijakan negara melalui badan-badan negara yang rechtspolitiek yang kemudian oleh Abdul Latif dan Hasbi berwenang untuk menetapkan peraturan-peraturan yang Ali diterjemahkan sebagai politik hukum. Politik hukum dikehendaki yang diperkirakan akan digunakan untuk menurut Bellefroid sebagai bagian dari ilmu hukum yang mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat meneliti perubahan hukum yang berlaku yang harus dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.6 Sudarto dilakukan untuk memenuhi tuntutan baru kehidupan juga mendefinisikan politik hukum sebagai “usaha untuk masyarakat.3 Lemaire4, mengungkapkan bahwa politik mewujudkan peraturan yang baik sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu.” Politik hukum menyangkut 1 Huntington Cairns, The Theory of Legal Science, The University ius constituendum yakni hukum yang dicita-citakan pada of North Carolina Press, Chapel Hill, 1941, hlm. 58-66, sebagaimana masa yang akan datang.7 dikutip dalam H.R. Abdussalam, Politik Hukum, PTIK Press, Jakarta, 2011, hlm. 16. 5 WLG Lemaire, Het Recht in Indonesie, NV Uitgeveri W. Van 2 JHP Bellefroid merupakan seorang guru besar ilmu hukum di Hoeve s’Gravenhage, Bandung, 1955, hlm. 2-34 sebagaimana dikutip Belanda. dalam Abdul Latif dan Hasbi Ali, Op.Cit., hlm. 6-7. 3 JHP Bellefroid, Inleiding tot de Rechtswetenschap ini Nederlands, 6 Soedarto, “Perkembangan Ilmu Hukum dan Politik Hukum”, Dekker & Vegt, Nijmegen Utrecht, 1952, hlm. 18 sebagaimana dikutip dalam Hukum dan Keadilan, No. 5 Tahun ke VII, Januari – Februari 1979, dalam Abdul Latif dan Hasbi Ali, Politik Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm 15-16, dan Soedarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat: 2010, hlm. 6. Kajian Terhadap Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 20, 4 WLG Lemaire merupakan seorang guru besar Universiteit van sebagaimana dikutip dalam Mohammad Mahfud MD, Op. Cit., hlm. 14. Indonesia. 7 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1981, hlm. 159.

74 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 75 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Lebih lanjut, Sunaryati Hartono, meskipun tidak oleh pemerintah Indonesia, yang dalam secara tersurat merumuskan pengertian politik hukum, implementasinya meliputi11: akan tetapi dapat dipahami bahwa politik hukum • Pembangunan hukum yang berintikan merupakan sarana yang digunakan pemerintah untuk pembuatan dan pembaruan terhadap bahan- menciptakan sistem hukum nasional yang dikehendaki bahan hukum yang dianggap asing atau tidak oleh bangsa Indonesia. Menurutnya, politik hukum sesuai dengan kebutuhan penciptaan hukum tidak dapat dilepaskan dari realita sosial dan tradisional yang diperlukan, dan bangsa Indonesia, serta tidak dapat dilepaskan pula dari • Pelaksanaan ketentuan hukum yang telah realita dan politik hukum internasional.8 Dari beberapa ada, termasuk penegasan fungsi lembaga dan pendapat ahli hukum di muka maka dapat dipahami pembinaan para anggota penegak hukum. bahwa rumusan pengertian politik hukum tersebut lebih condong kepada aspek ius constituendum atau mengenai Selain itu Mahfud MD juga mendefinisikan politik hukum yang dicita-citakan dan seharusnya diberlakukan hukum sebagai “arahan atau garis resmi yang dijadikan di masa mendatang. dasar pijak dan cara untuk membuat dan melaksanakan Adapun Teuku Mohammad Radhie memberikan de- hukum dalam rangka mencapai tujuan bangsa dan 12 finisi politik hukum sebagai “suatu pernyataan kehendak negara.” Baik berdasarkan pendapat Teuku Mohammad penguasa negara mengenai hukum yang berlaku di Radhie maupun Mahfud MD maka dapat dipahami wilayahnya dan mengenai arah perkembangan hukum bahwa politik hukum tidak hanya mencakup aspek ius yang dibangun.”9 Mahfud MD, mendefinisikan politik constituendum akan tetapi juga aspek ius constitutum atau hukum sebagai:10 hukum yang secara aktual berlaku pada wilayah negara tertentu. Adapun dalam penelitian ini dasar pijakan Kebijaksanaan hukum (legal policy) yang yang diambil dalam memahami politik hukum adalah hendak atau telah dilaksanakan secara nasional mencakup politik hukum dalam aspek ius constitutum maupun aspek ius constituendum, sehingga politik hukum 8 Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, Penerbit Alumni, Bandung, 1991, hlm. 1, lihat juga: Mohammad 11 Definisi tersebut dilengkapi Mahfud MD dengan Mengutip Mahfud MD, Op.Cit., hlm. 15, dan H.R. Abdussalam, Op.Cit., hlm. 16. pendapat Abdul Hakim Garuda Nusantara, “Politik Hukum nasional”, 9 Teuku Mohammad Radhie, “Pembaharuan dan Politik Hukum Makalah disampaikan pada Karya Latihan Bantuan Hukum, yang dalam rangka Pembangunan Nasional”, dalam Majalah Prisma No. 6 diselenggarakan oleh Yayasan YLBHI dan LBH Surabaya, September Tahun II, Desember 1973, hlm. 3, sebagaimana dikutip dalam Mohammad 1995. Mahfud MD, Op.Cit., hlm. 13. 12 Mohammad Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, 10 Mohammad Mahfud M.D., “Perkembangan Politik Hukum: Menegakkan Konstitusi, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta, 2006, hlm. 15. Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik terhadap Produk Hukum di Indonesia”, Disertasi pada Pasca Sarjana Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, 1993, hlm. 74.

76 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 77 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi dapat dimaknai sebagai pedoman penuntun pembuatan tindakan-tindakan diskriminasi rasial maupun dan pembangunan hukum sekaligus juga digunakan diskriminasi lainnya. Berbagai macam hal tersebut sebagai sarana menilai dan mengkritisi apakah suatu dapat terlihat dalam perkembangan sejarah pidana hukum yang secara aktual telah berlaku sesuai atau tidak mati di Indonesia dari masa ke masa sebagai berikut: dengan pedoman penuntun yang dicita-citakan bagi • Masa V.O.C terwujudnya tujuan negara.13 Kemudian menurut Sudarto politik kriminal itu dapat Kedatangan Perusahaan Dagang Hindia Timur diberi arti sempit, lebih luas, dan paling luas. dalam arti atau VOC menandai kehadiran kekuatan Eropa sempit, politik kriminal digambarkan sebagai keseluruhan di Indonesia. Secara berturut-turut para pen- asas dan metode yang menjadi dasar dari reaksi terhadap guasa Eropa silih berganti menduduki wilayah pelanggaran hukum yang berupa pidana, dalam arti Nusantara. Secara pembabakan sejarah, pen- yang lebih luas, ia merupakan keseluruhan fungsi dari guasaan kekuatan kolonial Eropa di Nusantara aparatur penegak hukum, termasuk di dalamnya cara terdiri dari 4 babak yaitu masa: (1) Vereenigde kerja dari pengadilan dan polisi, dalam arti yang paling Oost-Indische Compagnie (VOC); (2) Pemerin- luas, ia merupakan keseluruhan kebijakan yang dilakukan tahan Belanda sebelum 1811; (3) Pemerintahan melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi, Inggris (1811-1816); dan (4) Pemerintahan Belan- 15 yang bertujuan untuk menegakkan norma-norma sentral da setelah 1816. dari masyarakat. 14 Guna memahami lebih lanjut terkait Penguasaan kekuatan kolonial ini me- perkembangan politik hukum pidana mati, maka akan wariskan sistem hukum mereka dalam sistem dijelaskan perihal sejarah perkembangan politik hukum hukum Indonesia, di antaranya terkait dengan pidana mati di bawah ini: sistem hukum pidana Belanda. Sistem hukum 1. Era Kolonialisme Belanda pidana ini memperkenalkan hukuman mati yang diawali dengan penerapan beberapa peraturan Pada perkembangannya sanksi pidana mati lahir VOC dalam bentuk hukum plakat yang berlaku pertama kali dalam hukum pidana yang dibuat oleh sangat terbatas di beberapa wilayah yang pemerintahan Belanda dengan berbagai macam dikuasai oleh VOC. Hukuman mati dalam motifasi di negara ini, baik motifasi mengekang tingginya pemberontakan maupun dalam hal 15 T. Johnson dan Franklin E. Zimring (ed), The Next Frontier National Development, Political Change, and the Death Penalty in Asia, 13 Ibid., hlm. 16. Oxford University Press, New York, Inc., 2009, Hlm. xi. 14 www.bphn.go.id/data/documents/pphn_bid_hkm_pidana_ dan_sistem_pemindanaan.pdf, Hukum Pidana dan Sistem Pemidanaan, Diakses pada 12 Januari 2020.

78 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 79 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi masa-masa tersebut juga berlaku dalam wilayah dalam lesung (sroh). Sementara di daerah hukum lokal, baik tertulis maupun tidak yang pedalaman Toraja, para pelaku inses biasanya digunakan secara terbatas.16 dihukum mati dengan cara dicekik atau Sebagai catatan, sebelum kedatangan dimasukkan ke dalam keranjang rotan yang VOC di Indonesia, telah terdapat sejumlah diberati batu dan selanjutnya dilempar ke dalam kerajaankerajaan kecil di Indonesia yang laut. Demikian pula hukuman mati berlaku memberlakukan hukuman mati. Kerajaan- di wilayah Minangkabau dan di Kepulauan kerajaan tersebut yang membentuk hukumnya Timor.20 masing-masing yang berbeda dengan kerajaan Memasuki masa kolonial, praktik lainnya.17 Sejumlah kejahatan yang dapat pengunaan hukuman mati semakin jamak dihukum dengan hukuman mati pada masa diberlakukan. VOC membentuk aturan organik itu di antaranya pembunuhan, menghalangi yang diumumkan dalam plakat-plakat (plakaten) terbunuhnya orang yang bersalah kepada raja, untuk melaksanakan segala instruksi terkait pernikahan semarga, dan lain sebagainya.18 dengan kebijakan VOC di wilayah. Awalnya Sebagai contoh di Sulawesi Selatan, ketika Aru berlaku di wilayah Betawi dan kemudian setelah Palaka berkuasa, penjahat yang membahayakan wilayah yang dikuasai oleh VOC diperluas, kekuasaannya, seperti yang bernama La Sunni, maka plakat-plakat tersebut berlaku juga di oleh Aru Palaka dihukum mati dengan cara daerah-daerah lain di Indonesia. Pada Tahun dipancung dan kepalanya diletakan di atas 1642, plakat-plakat tersebut dikumpulkan baki sebagai bukti bahwa hukuman mati telah dalam suatu himpunan yang disebut dengan dilaksanakan.19 Statuta Betawi.21 Di Aceh, Sultan yang berkuasa dapat Pada masa kolonial ini, para ‘penjahat’ menjatuhkan 5 (lima) macam hukuman isti- dengan berbagai tindak kejahatan dihukum mewa, di antaranya mencakup hukuman mati, 20 Loc,cit. yang dilakukan dengan cara dibunuh dengan 21 Dalam pelaksanaan semua instruksi yang terkait dengan lembing atau menumbuk kepala terhukum kebijakan VOC di wilayah mereka, maka oleh VOC dibuat aturan organik yang diumumkan dalam plakat-plakat (plakaten) yang pada 16 Supomo dan Djokosutono, Sejarah politik Hukum Adat, Pradnja permulaannya berlaku di wilayah Betawi. Kemudian setelah daerah yang Paramitha, Jakarta, 1982, hlm. 3. dikuasai oleh VOC diperluas maka plakat-plakat tersebut berlaku juga di 17 Loc, cit. daerah-daerah lain di Indonesia. Pada tahun 1642, plakat-plakat tersebut 18 Andi Hamzah dan Sumagelipu, Pidana Mati di Masa Lalu, Kini, dikumpulkan dalam suatu himpunan yang disebut dengan Statuta Betawi dan Masa Depan, Ghalia, Jakarta, 1984, hlm. 59. yang disahkan tahun 1650. Pada 1715, Statuta ini diperbarui lagi menjadi 19 Leonard Y. Andaya, The Heritage of Arung Palaka, Martinus Statuta Betawi Baru. Lihat: Supomo dan Djokosutono, Sejarah politik Nijhoff, The Hague, 1981, hlm. 243. Hukum Adat, Pradnja Paramitha, Jakarta, 1982, hlm. 3.

80 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 81 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi berat, termasuk dengan hukuman mati. dituduh mencekik majikannya pada malam Terdapat beberapa peristiwa hukuman mati hari.24 Kasus-kasus lainnya adalah seorang yang dilakukan pada masa kependudukan Mestizo, putra dari seorang ibu pribumi dan VOC di Indonesia.22 Pelaksanaan hukuman ayah berkulit putih, digantung hanya karena mati dilakukan di tiang gantungan, dengan mencuri, delapan pelaut dicap dengan lambang pedang atau guillotine primitif, dilaksanakan VOC yang panas dan membara, karena di depan serambi Balai Kota pada hari-hari desersi dan pencurian,25 dan dua tentara tertentu setiap bulan. Hans Bonke, sejarawan Belanda digantung karena selama dua malam dan arkeolog Belanda, berdasarkan data yang meninggalkan pos mereka. diperoleh dari awal abad ke-18 menggambarkan Kejahatan perzinahan dan perbuatan serong kerapnya pelaksanakan hukuman mati di juga mendapat hukuman berat. Seorang wanita tiang gantungan di wilayah Batavia. Data itu Belanda, istri seorang guru, dikalungi besi dan menjelaskan perbandingan antara hukuman kemudian ditahan dalam penjara wanita selama mati di Amsterdam dan Batavia (saat ini Jakarta), 12 tahun karena beberapa kali melakukan di mana Amsterdam yang jumlah penduduknya perselingkuhan.26 Gubernur Jenderal JP Coen 210.000 orang, rata-rata terjadi lima hukuman juga pernah memancung seorang calon perwira mati per tahun, sedangkan di Batavia yang muda VOC bernama Pieter Contenhoef di alun- waktu itu cuma dihuni oleh 130.000 orang, alun Balai Kota (Stadhuis), kini Museum Sejarah pelaksanaan hukuman mati bisa dua kali lebih Jakarta, karena pemuda berusia 17 tahun itu besar daripada jumlah orang yang dihukum tertangkap basah saat ‘bermesraan’ dengan mati di Amsterdam per tahun.23 Sara, gadis berusia 13 tahun yang dititipkan di Catatan lainnya, seorang Jerman yang rumah Coen. Sementara Sara, didera dengan bekerja dalam dinas VOC, dalam buku badan setengah telanjang di pintu masuk Balai hariannya memaparkan bahwa pada 19 Juli Kota.27 1676, empat orang dipancung di Balai Kota Leonard Blusse dalam buku Persekutuan dengan dakwaan membunuh. Dalam waktu Aneh mencatat banyaknya kasus zina yang yang hampir bersamaan, enam budak belian dilakukan perempuan ketika suaminya masih dipatahkan tubuhnya dengan roda karena hidup dan ketika meninggal. Ada empat kasus

22 Alwi Shahab, Hukuman Gantung di Alun-Alun-2, , diakses pada 12 Januar 2020. 26 Loc, cit. 23 Loc, cit. 27 Loc, cit.

82 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 83 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi dengan hukuman dibenamkan dalam tong (Indonesia) terjadi ketika pada 1808 atas per- berisi air, tiga kasus lainnya diikat pada tiang intah Daendles. Konsolidasi ini melahirkan se- gantungan dan satu demi satu dicekik sampai buah peraturan mengenai hukum dan peradilan mati. Kemudian, wajah mereka dicap serta disita (Raad van Indie),31 yang mana salah satu kebi- semua harta miliknya.28 Korban eksekusi lainnya jakannya mengatur mengenai pemberian hu- adalah Oey Tambahsia, yang dijuluki playboy kuman pidana mati yang menjadi kewenan- Betawi, tewas di tiang gantungan. Dia tidak gan Gubernur Jenderal. Menurut ketentuan ini pernah puas terhadap wanita, selalu mengejar dinyatakannya bahwa sebelum hukuman mati wanita dan tidak peduli anak dan istri orang, dapat dilakukan, maka perlu diperoleh fiat ex- termasuk melakukan pembunuhan terhadap ecutie dari Gubernur Jenderal,32 sejumlah wanita dan pesaing bisnisnya. Dia Kecuali hukuman mati yang dijatuhkan akhirnya dihukum mati dengan digantung oleh penguasa militer karena kondisi 29 dalam usia 31 tahun. Eksekusi lainnya berupa pemberontakan. Menurut Plakat tertanggal hukuman gantung terhadap seorang perampok 22 April 1808, pengadilan diperkenankan bernama Tjoe Boen Tjeng terjadi di alun-alun menjatuhkan hukuman dengan cara: (1) dibakar Balai Kota pada 1896, dia memberlakukan hidup terikat pada sebuah tial (paal); (2) korbannya seorang wanita Tionghoa secara dimatikan dengan mengunakan keris (kerissen) kejam. Ketika hukuman gantung berlangsung di dan seterusnya.33 Plakat (batu tulis) tertanggal Balai Kota Jakarta Utara, pelaku pidana mati di 22 April 1808 ini berisikan bahwa hukuman mati tiang gantungan dengan pedang atau semacam pada masa itu dilaksanakan dengan metode 30 guilotine primitif. yang cukup sadis, antara lain dibakar hidup- • Masa Daendles hidup, ditusuk dengan keris, dicap dengan bara api, dipukul hingga tewas, dan kerja paksa.34 Meskipun sudah banyak diterapkan, konsolida- Pada masa Daendels motif melakukan si yang pertama atas penggunaan jenis huku- konsolidasi hukum pidana dan menerapkan man ini secara menyeluruh di Hindia Belanda kebijakan hukuman mati ini karena sekadar 28 Loc, cit. 29 Alwi Shahab, Betawi: Queen of East, Republika, Jakarta, 2002, 31 Supriyadi W. Eddyono, dkk., Jalan Tengah yang Meragukan, hlm. 84 Institute for Criminal Justice Reform (ICJR) dan Aliansi Nasional Reformasi 30 Alwi Shahab, Berakhirnya Kisah Pembunuh Sadis di Tiang KUHP, Jakarta, 2015, hlm. 6 Gantungan Belanda, Opini, 29 Desember 2016, , 34 Ibid, hlm. 6. diakses 7 September 2017.

84 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 85 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi menyesuaikan hukuman dalam hukum sadis sebagaimana yang tertera dalam plakat pidana tertulis dengan sistem hukum lokal.35 tersebut, namun dengan cara digantung.38 Se- Menurutnya, banyak hukum lokal yang masih belumnya, eksekusi dilakukan dengan cara menerapkan hukuman mati dan hukuman yang berbeda-beda seperti yang diberlakukan badan (hukuman kejam). Namun Daendels pada masa Deandles. mungkin juga tidak mengetahui alternatif Sebagaimana disebutkan di bagian lain selain menggunakan kebijakan tersebut sebelumnya, terjadi pembedaan tentang 36 di Indonesia. Selain ia tidak memiliki pemberlakuan hukuman mati dalam hukum pengalaman sedikitpun mengenai urusan di pidana di Belanda dan di Hindia Belanda. tanah jajahan, kemungkinan lainnya mengapa Hukuman mati telah dihapuskan di Belanda Daendeles bertindak ganas dengan melakukan pada tahun 1870, atau tiga tahun sebelum konsolidasi menerapkan hukuman mati (dan terbentuknya WvS. Pemerintah Kolonial hukuman kejam lainnya) karena tugasnya Belanda mempertahankan hukuman mati untuk mempertahankan Pulau Jawa dari sebagai hukum darurat dan penerapannya serangan angkatan perang Inggris. Oleh sebab hanya dibatasi pada kejahatan-kejahatan itu, Deandels sangat takut akan kemungkinan yang dianggap terberat oleh Pemerintahan 37 timbulnya pemberontakan rakyat jajahan. Kolonial, yakni kejahatan berat terhadap • Pasca Pemerintahan Daendles keamanan negara, pembunuhan, pencurian dan pemerasan dengan pemberatan, perampokan, Sistem penghukuman seperti yang tertera di pembajakan pantai pesisir dan sungai.39 dalam plakat masih berlangsung hingga tahun 1848 dengan keluarnya hukum pidana yang ter- • Masa Penjajahan Jepang kenal dengan nama Intermaire Strafbepelingen Meskipun pada tahun 1942 Indonesia sempat LNHB 1848. Pasal 1 dari peraturan tersebut dikuasai oleh Jepang, namun pada hakikatnya menyatakan tetap meneruskan keadaan hu- hukum pidana yang berlaku di wilayah Indone- kuman seperti yang sudah ada sebelum tahun sia tidak mengalami perubahan yang signifikan. 1848, dengan perkecualian adanya beberapa Pemerintahan Tentara Jepang (Dai Nippon) perubahan dalam sistem hukuman. Hukuman mati tidak lagi dilaksanakan dengan cara yang 38 Scepper, Het Nederlands Indisch Strafstelsel, hlm. 51. 39 Loc, cit. 35 Ibid, hlm. 10. 36 Loc, cit. 37 Loc, cit.

86 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 87 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi memberlakukan kembali peraturan masa ko- pidana Belanda yang didasarkan pada Pasal 131 lonial Belanda dahulu dengan dasar beberapa jo. Pasal 163 Indische Staatregeling. Dengan peraturan. WvSI tersebut kemudian terus ber- demikian, hukum pidana yang diberlakukan laku sampai dengan masa penjajahan Jepang.40 bagi semua golongan penduduk adalah sama, Pada masa ini dikeluarkan Osamu Gunrei sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 131 No.1 Tahun 1942 dan UU Nomor Istimewa Indische Staatregeling dan golongangolongan Tahun 1942, yang juga termasuk di dalamnya penduduk yang ada dalam Pasal 163 Indische Osamu Seirei No. 25 Tahun 1944 tentang Gunsei Staatregeling. Namun, terdapat peraturan lain Keizirei (Undang-Undang Kriminil Pemerintah yang penting untuk diperhatikan, yaitu Gunsei Balatentara). Peraturan tersebut memuat Keizirei yang merupakan peraturan hukum aturan umum dan khusus dan berlaku bagi setiap pidana yang berlaku sejak 1 Juni 1944 meskipun orang yang melakukan tindak pidana di dalam pada saat itu WvSI masih berlaku. Ketika maupun di luar daerah hukum Gunsei Keizirei. Gunsei Keizirei ini diberlakukan, beberapa Pasal 3 Osamu Seirei menyatakan semua badan/ pelanggaran ang telah diatur penghukumannya lembaga pemerintah dan kekuasaannya, hukum dalam WvSI menjadi dihukum berdasarkan serta undang-undang dari pemerintah yang ketentuan dalam Gunsei Keizirei, misalnya dulu tetap diakui sah untuk sementara waktu, tindakan menghancurkan atau menggangu asal tidak bertentangan dengan pemerintahan instalasi listrik atau media komunikasi. militer Jepang. Artinya, hanya pasal-pasal yang Pelanggaran tersebut telah diatur hukumnya menyangkut pemerintah Belanda, seperti dalam WvSI, namun karena Gunsei Keizirei penyebutan raja/ratu yang tidak berlaku lagi. telah diberlakukan, maka yang digunakan 42 Hal ini dilakukan untuk mencegah kekosongan adalah Gunsei Keizirei. hukum dalam sistem hukum di Indonesia pada Terkait dengan hukuman mati, pada 2 masa itu.41 Maret 1942, Letnan Jenderal Hitoshi Imamura, Dengan dasar tersebut, maka dapat Pemimpin Angkatan Darat Ke-16, mengeluarkan diketahui bahwa hukum yang mengatur Peraturan Darurat Militer (Martial Law) melalui pemerintahan dan lain-lain, termasuk hukum surat keputusan khusus. Peraturan darurat pidananya, masih tetap menggunakan hukum militer tersebut memuat hukuman mati dan hukuman berat lainnya yang akan dijatuhkan 40 Eddyono, Op, cit, hlm. 4. pada mereka yang:43 41 Han Bin Siong, An Outline of The Recent History of Indonesian Criminal Law, Martinus Nijhoff/Brill, Gravenharge, 1961, hlm. 5. 42 Ibid, hlm. 6. 43 Ibid, hlm. 3.

88 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 89 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi ►► Menentang Angkatan Darat Jepang, galami pergantian bentuk negara dari negara termasuk mata-mata untuk musuh; kesatuan ke negara serikat dengan pember- ►► Menghancurkan tambang minyak, lakuan 2 (dua) konstitusi yakni UUD 1945 dan perkebunan dan sumber lainnya; UUD Republik Indonesia Serikat. Sepanjang Agustus 1945 hingga Desember 1949 merupa- ►► Menghancurkan sarana komunikasi kan periode Revolusi Indonesia yang ditandai termasuk jalan raya, kereta api, telepon dan oleh pembentukan sebuah pemerintah Re- telegraf, komunikasi pos; publik di Jakarta, yang sejak semula pemerin- ►► Meracuni dengan maksud untuk tah tersebut hanya mampu melakukan kontrol menghancurkan tentara Jepang; administrasi yang lemah atas daerah dan otori- tasnya semata-mata bertumpu pada kenyataan ►► Menyulitkan kehidupan masyarakat; bahwa, yang oleh kebanyakan orang Indonesia, ►► Menghancurkan harta benda, uang dan dianggap sebagai puncak yang logis dari per- barang; juangan kemerdekaan Indonesia.44 ►► Menguntungkan diri sendiri dengan cara Proklamasi memunculkan revolusi sosial yang tidak benar (improper profiteering); di berbagai daerah yang sering kali ditandai ►► Melakukan tindakan yang bertentangan dengan aksi-aksi kekerasan rakyat terhadap dengan tujuan tentara Jepang; elit-elit tradisional, orang Belanda dan Cina. Saat dikuasai Jepang yang kuat dan sentralistis, ►► Mengabaikan perintah pemimpin, dll. Republik Indonesia yang baru lahir belum • Masa Kemerdekaan mampu melakukan konsolidasi, dan negara tidak Sketsa pembentukan legislasi hukuman mati memiliki struktur pemerintahan di bawahnya. pada periode pasca Proklamasi Kemerdekaan Pemerintahan Soekarno menjalankan 1945 merupakan masa-masa di mana Republik pemerintahan dibantu oleh Komite Nasional Indonesia sedang berupaya untuk menyusun Indonesia Pusat (berdasarkan Maklumat Wakil bangunan dasar dan pembentukan negara Presiden No. X tanggal 16 Oktober 945 diberikan dengan berbagai diskursus, dinamika politik kekuasaan legislatif dan ikut menetapkan internal/dalam negerinya, maupun dinamika 44 Robert Bridson Cribb, Gejolak Revolusi di Jakarta 1945 -1949 eksternalnya terkait dengan kedaulatan negara Pergulatan Antara Otonomi dan Hegemoni, Grafiti, Jakarta, 1990, hlm. 203- 204. setelah Perang Dunia Kedua berakhir. Periode ini juga mencatat bagaimana Indonesia men-

90 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 91 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Garis-Garis Besar Haluan Negara sebelum UUD Sementara tersebut kemudian terbentuknya Majelis Permusyawaratan Rakyat dikenal dengan Undang-Undang Dasar dan Dewan Perwakilan Rakyat) dan yang Republik Indonesia Serikat (UUD RIS), yang kemudian tiap daerah membentuk Komite merupakan hasil dari pembahasan dalam Komisi Nasional Indonesia.45 untuk Urusan Politik dan Konstitusional yang Komite Nasional Indonesia di setiap merupakan salah satu dari lima komisi yang daerah inilah yang menjadi badan penghubung ibentuk oleh Komisi Pusat KMB. Penyerahan antara Pemerintah Republik dengan kekuatan- kedaulatan Republik Indonesia Serikat arus kekuatan rakyat di setiap tingkatan. Kekuasaan didasarkan oleh Konstitusi Sementara, untuk dan otoritas Republik di Jakarta dan daerah- itu konstitusi ini harus selesai sebelum KMB daerah lain di Indonesia hampir pada saat itu berakhir. Sebelumnya, melalui Konferensi juga mendapat tantangan dari pihak Belanda.46 Antar Indonesia di Yogyakarta dan Jakarta Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dibuka tanggal 22 Juli-2 Agustus 1949, Republik pada 23 Agustus 1949 merupakan puncak Indonesia dan Pertemuan Musyawarah Federal penyelesaian politik antara Republik Indonesia telah mencapai kata sepakat mengenai asas- dan Belanda. Salah satu kesepakatan dalam asas dasar dan pokok-pokok utama konstitusi konferensi tersebut adalah terbentuknya untuk RIS, sehingga selama KMB konstitusi Konstitusi Republik Indonesia Serikat yang tersebut dalam waktu tidak terlalu lama dapat sifatnya sementara. Konstitusi ini akan disusun. Tanggal 29 Oktober 1949 Konstitusi menetapkan bahwa segala undang-undang selesai dan diparaf oleh para pemimpin yang telah ada, jika tidak bertentangan dengan delegasi yang selanjutnya pada 31 Oktober peraturan-peraturan dari UUD Sementara 1949 ini disampaikan pada Komisi Pusat KMB.48 1950 atau dengan persetujuan-persetujuan Pada tanggal 14 Desember 1949 UUD RIS yang tercapai dalam KMB akan tetap berlaku ditandatangani oleh kuasa-kuasa dari negara- sampai digantinya undang-undang yang yang negara bagian yang dilaksanakan di Jakarta. dikeluarkan oleh badan-badan yang berhak Dalam konstitusi ini, hak-hak dasar untuk itu berdasarkan peraturan-peraturan dan kebebasan-kebebasan dasar manusia yang akan ditetapkan pula dalam UUD telah dimuat secara lebih lengkap daripada Sementara 1950.47 UUD 1945, yang jika ditelusuri merupakan 45 Wilson, Warisan Sejarah Bernama Hukuman Mati, dalam Politik pengaruh dari Deklarasi Hak Asasi Manusia Hukuman Mati di Indonesia, Marjin Kiri dan P2D, Jakarta, 2016, hlm. 35-37. Endang, Jakarta, 1956, hlm. 56-57. 46 Anton Lucas, One Soul One Struggle, Peristiwa Tiga Daerah, 48 Ida Anak Agung Gede Agung, Renville, Sinar Harapan, Jakarta, Resist Book, Yogyakarta, 2004, hlm. 124. 1983, hlm. 295-296. 47 Notosoetardjo, Dokumen Konerensi Meja Bundar, Penerbit

92 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 93 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Universal 1948 (UDHR) yang masuk ke dalam Hukum Pidana Hindia Belanda yang berlaku di pembahasan pembentuk konsitusi RIS. Indonesia diberlakukan di Indonesia. Ketentuan Mengenai hak hidup sebagaimana dirumuskan ini memuat aturan pada pasal peralihan dalam Pasal 3 Deklarasi yang berbunyi “Setiap yang menyatakan bahwa semua peraturan orang berhak atas kehidupan, kebebasan, dan hukum pidana yang bertentangan dengan keselamatan sebagai individu”, UUD RIS tidak kedudukan Republik Indonesia tidak berlaku, mencantumkannya. Penekanan di awal pasal mengubah nama Wetboek van Straftrect voor UUD RIS mengenai hak dasar dan kebebasan Nederlandsch-Indie menjadi Wetboek van manusia adalah mengenai pengakuan manusia Starfrecht (WvS) atau KUHP, serta mengubah pribadi di hadapan undang-undang/hukum, beberapa kata dan menghapus beberapa sebagaimana dimuat dalam Pasal 6 Deklarasi pasal dalam WvS. UU No. 1 Tahun 1946 ini HAM Universal.49 mengakhiri peraturan hukum pidana pada Secara filosofis hak atas hidup tidak menjadi masa pendudukan Jepang yang dimulai pada 8 faktor elementer dalam pembentukan konsitusi Maret 1942. Undang-undang ini mulanya hanya RIS. Atas kondisi tersebut, dalam pembentukan berlaku di Jawa dan Madura, melalui Peraturan legislasi di tingkat undang-undang tentunya Pemerintah No. 8 Tahun 1946 tertanggal 8 dapat dipahami bahwa norma-norma ancaman Agustus 1946 KUHP mulai diberlakukan untuk pidana mati masih terdapat dalam hukum positif daerah Provinsi Sumatera.51 KUHP Indonesia Indonesia pada periode ini. Dalam situasi politik pasca kemerdekaan ini masih mencantumkan nasional yang tidak stabil pasca pernyataan hukuman mati sebagaimana diatur dalam kemerdekaan Indonesia idak terdapat produk dalam WvSI yakni kejahatan berat terhadap legislasi yang memiliki muatan norma ancaman keamanan negara, pembunuhan, pencurian dan hukuman mati kecuali dua undang-undang pemerasan dengan pemberatan, perampokan, yang secara substansi merupakan sepenuhnya serta pembajakan. sebagaimana tertera dalam 52 produk di masa pemerintahan Hindia Belanda Tabel berikut ini: yakni KUHP dan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Militer (KUHPM).50 51 Loc, cit Melalui UU No. 1 Tahun 1946 tentang 52 Wilson, Warisan Sejarah Bernama Hukuman Mati, dalam Politik Peraturan Hukum Pidana yang diterbitkan Hukuman Mati di Indonesia, Marjin Kiri dan P2D, Jakarta, 2016, hlm. 35-37. pada tanggal 26 Februari 1946, Undang-Undang 49 Loc, cit. 50 Loc, cit.

94 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 95 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Tabel I: Ancaman Pidana Mati Dalam Buku II KUHP Di Era Kemerdekaan 3. Pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun dijatuhkan jika si pembuat: BUKU II KUHP (1) Memberitahukan atau menyerahkan TENTANG KEJAHATAN kepada musuh, menghancurkan atau Makar dengan maksud untuk membunuh, atau merusakkan sesuatu tempat atau merampas kemerdekaan, atau meniadakan pos yang diperkuat atau diduduki, kemampuan Presiden atau Wakil Presiden me- suatu alat perhubungan, gudang Pasal 104 Pasal 124 merintah, diancam dengan pidana mati atau persediaan perang, atau kas perang ayat (3) pidana penjara seumur hidup atau pidana pen- ataupun Angkatan Laut, Angkatan jara sementara paling lama dua puluh tahun. angka Darat atau bagian daripadanya, ke-1 dan merintangi, menghalang-halangi atau menggagalkan suatu untuk 1. Barang siapa mengadakan hubungan ke-2 dengan negara asing dengan maksud menggenangi air atau karya menggerakkan-nya untuk melakukan tentara lainya yang direncanakan perbuatan permusuhan atau perang atau diselenggarakan untuk terhadap negara, memperkuat niat mereka, menangkis atau menyerang; menjanjikan bantuan atau membantu (2) Menyebabkan atau memperlancar timbulnya huru-hara, pembe- Pasal 111 mempersiapkan mereka untuk melakukan perbuatan permufakatan atua perang rontakan atau desersi di-ka- ayat (1) terhadap negara, diancam dengan pidana langan Angkatan Perang. dan (2) penjara paling lama lima belas tahun. (3) Jika makar terhadap nyawa dilakukan 2. Jika perbuatan permusuhan dilakukan dengan rencana terlebih dahulu meng- atau terjadi perang, diancam dengan Pasal 104 akibatkan kematian, diancam dengan pidana mati atau pidana penjara ayat (3) pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara sementara paling lama dua puluh tahun. sementara paling lama dua puluh tahun.

96 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 97 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Barang siapa dengan sengaja dan dengan Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya rencana terlebih dahulu merampas nyawa Pasal 479 seseorang atau hancurnya pesawat udara orang lain, diancam karena pembunuhan Pasal 340 huruf k itu, dipidana dengan pidana mati atau dengan rencana, dengan pidana mati atau ayat (2) pidana penjara seumur hidup atau pidana pidana penjara seumur hidup atau selama penjara selama-lamanya dua puluh tahun. waktu ertentu, paling lama dua puluh tahun. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya Diancam dengan pidana mati atau pidana Pasal 479 seseorang atau hancurnya pesawat udara penjara seumur hidup atau selama waktu huruf o itu, dipidana dengan pidana mati atau Pasal 365 tertentu paling lama dua puluh tahun, jika ayat (2) pidana penjara seumur hidup atau pidana perbuatan mengakibatkan luka berat atau penjara selamalamanya dua puluh tahun. ayat (4) kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah Pada saat membentuk undang-undang satu hal yang diterangkan dalam nomor 1 dan 3. dinyatakan dalam penjelasan bahwa alasan (1) Barang siapa dengan maksud untuk itu terletak pada keadaan yang khusus dari menguntungkan diri sendiri atau Indonesia sebagai jajahan Belanda. Menurut orang lain secara melawan hukum, Roeslan Saleh, alasan dipertahankannya pidana memaksa seorang dengan kekerasan mati adalah karena bahaya akan terganggunya atau ancaman kekerasan untuk ketertiban hukum di Indonesia lebih besar dan Pasal 368 memberikan barang sesuatu, yang lebih mengancam dibandingkan dengan di seluruhnya atau sebagian adalah ayat (1) Belanda. Penduduk Indonesia yang beraneka kepunyaan orang itu atau orang lain, ragam berpotensi menimbulkan bentrokan, dan (2) atau supaya membuat hutang maupun sedangkan pemerintah dan kepolisian menghapuskan piutang, diancam Indonesia kurang memadai. Berdasarkan karena pemerasan, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun. keadaan itulah maka dipandang bahwa pidana (2) Ketentuan pasal 365 ayat kedua, ketiga, mati tidak dapat dilenyapkan sebagai senjata 53 dan keempat berlaku bagi kejahatan ini. paling unggul dari Pemerintahan. Sejalan

53 Roeslan Saleh, Masalah Pidana Mati, Aksara Baru, Cetakan Kedua, Jakarta, 1978, hlm. 22.

98 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 99 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi dengan pendapat tersebut, Adami Chazawi voor Indonesie (WvSI) dalam KUHP. Pada memberikan pandangan bahwa terdapat dua 1958, KUHP ini dinyatakan berlaku di seluruh alasan pemerintah mempertahankan pidana wilayah Indonesia mulai 2 September 1958 mati, yaitu:54 dengan diterbitkannya UU No. 73 Tahun 1958 tentang Menyatakan Berlakunya ►► kemungkinan perbuatan yang mengancam Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 Republik kepentingan hukum di sini jauh lebih Indonesia tentang Peraturan Hukum Pidana besar daripada di Belanda, mengingat untuk Seluruh Wilayah Republik Indonesia negeri ini wilayahnya sangat luas dengan dan Mengubah Undang-Undang Hukum penduduk yang terdiri dari berbagai suku Pidana. dan golongan dengan adat dan tradisi yang berbeda. Keadaan tersebut sangat potensial • Masa Orde Baru menimbulkan perselisihan, bentrokan yang Pada masa Orde Baru, pemerintahan Presiden tajam, dan kekacauan besar di kalangan Soeharto menekankan stabilitas nasional masyarakat. sebagai komponen utama dalam program ►► alat perlangkapan keamanan yang imiliki politiknya. Untuk mencapai stabilitas nasional pemerintah Hindia Belanda masih sangat tersebut, maka dikembangkan konsensus kurang atau tidak sesempurna dan utama yaitu kebulatan tekad pemerintah dan selengkap di negeri Belanda. Padahal, masyarakat untuk melaksanakan Pancasila sebagaimana yang diuraikan dalam bagian dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. sebelumnya, pemberlakukan hukuman mati Konsensus utama ini bisa disahkan melalui di Hindia Belanda (Indonesia) sebagaimana Ketetapan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 Tahun diatur dalam Wetboek van Strafrecht voor 1966 tentang Memorandum DPR-GR Mengenai Indonesie (WvSI) penerapannya tidak Sumber Tertib Hukum Republik Indonesia dan terlepas dari motif kolonial Belanda yaitu Tata Urutan Peraturan Perundangan Republik untuk mempertahankan dan mengamankan Indonesia. Masa Reformasi. Stabilitas nasional daerah jajahannya. Tidak ada cukup alasan dan pernyataan untuk melaksanakan Pancasila yang memadai atas masih dipertahankan dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen hukuman mati di Wetboek van Strafrecht merupakan bagian utama dari politik hukum yang dijalankan pada masa pemerintahan 54 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 (Stelsel Presiden Soeharto tersebut. Sebagai langkah Tindak Pidana, Teori-teori Pemidanaan, & Batas Berlakunya Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 30. pertama untuk melaksanakan politik hukum

100 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 101 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi yang ditujukan untuk menciptakan stabilitas sebut lalu dituangkan dalam suatu peraturan nasional tersebut, pemerintahan Presiden perundang-undangan untuk tujuan dan alasan Soeharto juga telah mengubah berbagai tertentu dan menerjemahkannya ke dalam peraturan yang dirasakan tidak sesuai dengan suatu rumusan hukum.57 Bahwa politik hukum semangat Ketetapan MPRS Nomor XX/ pidana adalah bagian dari politik hukum, MPRS/1966 Tahun 1966 dengan mengeluarkan sehingga politik hukum pidana mengandung UU No 5 Tahun 1969 tentang Pernyataan arti keseluruhan kebijakan yang diambil melalui berbagai Penetapan Presiden dan Peraturan perundang-undangan dan badan-badan Presiden sebagai Undang-Undang. Melalui resmi, yang bertujuan untuk menegakkan undang-undang ini, berbagai peraturan yang norma-norma dari masyarakat. Karena itu, dikeluarkan pada masa Pemerintahan Presiden melaksanakan politik hukum pidana berarti Soekarno lalu diperbaiki dan tetap berlaku mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil sebagai bagian dari hukum positif di Indonesia.55 perundang-undangan pidana yang paling baik Secara umum, merujuk pada berbagai dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya produk hukum yang dibentuk pada masa Orde guna. Perkembangan politik hukum khususnya Baru, karakter produk hukum pidana yang politik hukum pidana yang dikeluarkan pada dihasilkan tidak terlepas dari sifat dan karakter masa tertentu sangat bergantung pada karakter otoritarian dari kekuasaan pemerintahan dan konfigurasi politik yang terjadi pada masa 58 yang dijalankan oleh pemerintahan Presiden tersebut. Termasuk dalah hal pidana mati Soeharto. Oleh karenanya, politik hukum yang yang pada masa Orba hanya difokuskan pada dilakukan adalah model pembentukan regulasi tindak pidana narkotika, sementara berkaitan yang keras, di antaranya melalui pembentukan dengan tindak pidana korupsi tidak diancamkan hukum pidana dan penerapan hukuman mati. dengan pidana mati. Politik hukum dalam konteks ini dipahami • Masa Pasca Reformasi sebagai pernyataan kehendak penguasa negara Memasuki masa reformasi sejak tahun 1998, mengenai hukum yang berlaku di wilayahnya Indonesia dihadapkan pada era transisional dan mengenai arah kemana hukum hendak dari rezim Orde Baru yang otoriter dan represif dikembangkan.56 Pernyataan kehendak ter- 55 Wilson, Warisan Sejarah Bernama Hukuman Mati, dalam Politik 57 Hikmahanto Juwana, Politik Hukum Undang-Undang Bidang Hukuman Mati di Indonesia, Marjin Kiri dan P2D, Jakarta, 2016, hlm. 35-37. Ekonomi di Indonesia, Jurnal Hukum Vol. I No. 01, 2005, hlm. 24. 56 Teuku Mohamad Radie, Pembaruan dan Politik Hukum dalam 58 Martijn Burger, The Forgotten Gold? The Importance of the Rangka Pembangunan Nasonal, Prisma No. 6 Tahun ke II, Desember 1973, Dutch opium trade in the Seventeenth Century, , diakses pada 28 September 2017.

102 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 103 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi menuju pada era yang lebih demokratis. Peri- Relasi antara kebijakan hukuman mati ode transisional menuju demokrasi ini ditand- dan transisi dapat disorot melalui keharusan ai dengan berbagai agenda pembangunan su- utama transisi yang berpijak pada nila-nilai premasi hukum melalui reformasi hukum dan demokratisasi, negara berdasarkan hukum (rule perlindungan HAM. Oleh karenanya, periode of law), keamanan, dan keadilan transisional. ini sesungguhnya masa dimana pembangunan Hal ini berkaitan dengan erat dengan cara hukum dilakukan sejalan dengan prinsip-prinsip pemerintah baru memahami hukuman pidana. HAM, termasuk melakukan koreksi atas peng- Keruntuhan rezim otoriter merupakan salah hapusan hukuman mati sebagai bentuk korek- satu faktor yang berkontribusi terhadap si dari warisan kebijakan dan perundang-un- menurunnya penggunaan hukuman mati di dangan yang tidak sejalan dengan agenda Asia juga dunia.60 Johnson mengidentifikasi demokrasi, rule of law dan perlindungan HAM beberapa faktor yang menyebabkan penurunan warga negara. tersebut, yang meliputi: (1) kepemimpinan dari Kondisi transisional di Indonesia tidak elit politik; (2) runtuhnya rezim otoritarian; (3) terlepas dari konteks gerakan menuju era meningkatnya pembangunan ekonomi; dan (4) 61 penghapusan hukuman mati (age of abolition) gerakan hak asasi manusia internasional. 62 merupakan salah satu kecenderungan global Keadilan transisional (transitional justice), yang paling signifikan dalam beberapa dekade telah muncul dalam dua dekade terakhir yang terakhir. Dalam era ini institusi yang dulunya dibangun melalui pengalaman beberapa negara, yang tidak bermasalah, yang secara universal terutama di Amerika Latin, Eropa Timur, dianut, kemudian secara cepat beralih dianggap dan Afrika, dalam rangka mengembangkan menjadi pelanggaran HAM yang dilarang norma-norma baru di tingkat internasional, secara universal. Dalam konteks perubahan berdasarkan hak atas kebenaran, keadilan, yang demikian, penghapusan hukuman 60 Madoka Futamura, Death Penalty Policy in Countries in Transition: mati secara de facto dan de jure bertepatan Policy Brief, United Nations University, Tokyo, 2013, hlm. 2. dengan pergeseran global menuju demokrasi, 61 Loc, cit yang bertepatan dengan gelombang ketiga 62 Istilah keadilan transisional untuk pertama kali diciptakan demokratisasi.59 pada awal tahun 1990an. Sejak saat itu istilah ini dipergunakan untuk menjelaskan perluasan mekanisme dan institusi yang terus berkembang, 59 Christopher Hobson, Democratization and the Death Penalty, termasuk pengadilan, komisi kebenaran, proyek peringatan, pemulihan Institute for Sustainability and Peace United Nations University, Tokyo, dan sejenisnya untuk memperbaiki kesalahan masa lalu, membenarkan 2013, hlm. 1. martabat korban dan memberikan keadilan pada masa transisi. Lihat Susanne Buckley-Zistel, et.al., Transitional Justice Theories: An Introduction, dalam Susanne Buckley-Zistel, et.al. (ed.), Transitional Justice Theories, Routledge, New York, 2014, hlm. 136

104 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 105 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi reparasi, dan jaminan ketidakberulangan. terjadi pada demokratisasi, pembangunan Apabila diletakkan dalam konteks kemunculan ekonomi, dan resolusi konflik.64 Oleh karena pertama kali konsep ini yang bertepatan dengan itu, keadilan transisional merupakan tanggapan momentum peletakan fondasi demokrasi terhadap pelanggaran HAM yang sistematis baru setelah kediktatoran di Amerika Latin, atau meluas dalam konteks perubahan suatu maka konsepsi keadilan transisional utamanya rezim.65 berkaitan dengan HAM generasi pertama, yaitu Indonesia sebagai salah satu negara pelanggaran hak-hak sipil dan politik. Secara yang tengah mengalami transisi demokrasi, khusus, berkaitan dengan kejahatan berat termasuk negara yang masih mempertahankan seperti pembunuhan ekstrajudisial yang masif hukuman mati sebagai cara untuk menjalani atau sistematis, penahanan sewenang-wenang, transisi. Momentum transisi keadilan di pemerkosaan, dan penyiksaan. Keadilan Indonesia pasca jatuhnya rezim Pemerintahan transisional saat ini beroperasi dalam banyak Soeharto pada 21 Mei 1998 yang diasumsikan konteks yang sangat beragam dan berbeda sebagai modalitas politik untuk memajukan dengan kasus klasik Amerika Latin dan Eropa dan menegakkan nilai-nilai universal hak Timur. Dengan demikian, banyak negara yang asasi manusia justru dinegasikan dalam menerapkan keadilan transisional tidak hanya mereformasi sistem peradilan pidana. Arah untuk menanggapi peristiwa ketika masyarakat politik hukum pidana justru menunjukkan ada menghadapi pelanggaran HAM lalu, namun deviasi dengan kecenderungan global untuk mereka juga harus berdamai dengan perbedaan menghapus hukuman mati. Kecenderungan etnis, agama, atau bahasa yang mungkin ini tidak terlepas dari paradoks demokrasi merupakan akar dari pelanggaran tersebut.63 pasca kejatuhan rezim otoriter Orde Baru. Pelanggaran HAM yang seringkali sangat Meskipun proses dan institusi demokrasi parah pada masyarakat transisi yang sedang telah menghasilkan pergantian rezim, namun mengalami transformasi politik, sosial, dan hukuman mati tetap menjadi pilihan ekspresi ekonomi yang signifikan. Upaya memperbaiki politik dan instrumentasi kekuasaan setiap rezim praktik HAM di masyarakat transisi harus pemerintahan. Upaya untuk mempertahankan menjadi tujuan utama bagi reformis domestik dan masyarakat internasional. Upaya ini tidak 64 Shale Horowitz dan Albrecht Schnabel (ed.), Human Rights and Societies in Transition: Causes, Consequences, Responses, (Tokyo: hanya karena nilai intrinsik perlindungan HAM, United Nations University Press, 2004), hlm. 3. tetapi juga karena dampak tidak langsung yang 65 Stephen Winter, Transitional Justice in Established Democracies: 63 Op, cit. A Political Theory, Palgrave Macmillan, Hampshire, 2014, hlm. 4.

106 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 107 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi hukuman mati sebagai sanksi pidana untuk ►► Pemisahan secara tegas fungsi dan tindak pidana tertentu memperlihatkan politik wewenang aparatur penegak hukum hak asasi manusia belum berubah dari situasi agar dapat dicapai proporsionalitas, rezim otoriter Orde Baru. Bahkan pasca profesionalitas, dan integritas yang utuh; reformasi, eksekusi terhadap para terpidana ►► Meningkatkan dukungan perangkat, sarana mati justru menunjukkan politik retensionis dan prasarana hukum yang lebih menjamin semakin menguat. Reformasi legislasi yang kelancaran dan kelangsungan berperannya merupakan bagian dari agenda reformasi hukum sebagai pengatur kehidupan tidak menghilangkan hukuman mati dalam nasional; pidana pokok, meskipun di sisi yang lain sistem politik nampak lebih demokratis.Pasca ►► Memantapkan penghormatan dan jatuhnya pemerintahan Presiden Soeharto, penghargaan terhadap hak-hak asasi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) manusia melalui penegakan hukum dan menyelenggarakan Sidang Istimewa pada peningkatan kesadaran hukum bagi seluruh November 1998. Salah satu hasil dari Sidang masyarakat; Istimewa tersebut adalah Ketetapan MPR ►► Membentuk Undang-Undang tentang Nomor V MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Keselamatan dan Keamanan Negara Reformasi Pembangunan dalam Rangka sebagai pengganti Undang-Undang Nomor Penyelamatan dan Normalisasi Kehidupan 11 /PNPS/1963 tentang Pemberantasan Nasional sebagai Haluan Negara. Dalam Tindak Pidana Subversi yang akan dicabut. Ketetapan MPR yang juga dikenal sebagai Dalam hasil Sidang Istimewa MPR tersebut “GBHN Mini,’ ini dimuat beberapa arahan politik salah satu poin yang penting untuk disebutkan pembangunan hukum nasional yang bertujuan terkait dengan pemantapan penghormatan dan untuk tegak dan terlaksananya hukum dengan penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia sasaran terwujudnya ketertiban, ketenangan, melalui penegakan hukum dan peningkatan dan ketentraman masyarakat. Di mana agenda- kesadaran hukum bagi masyarakat. Sejalan agenda pembaruan yang disepakati adalah dengan hal tersebut, produk hukum pertama sebagai berikut:66 mengenai jaminan hak hidup sebagai bagian dari hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun diatur dalam Pasal 4 UU No. 66 Azis Budianto, Pembangunan Politik Hukum Pasca Reformasi di 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang Indonesia, Jurnal Lex Librum Vol. III, 2016, hlm. 437. menyatakan:

108 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 109 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak Kemudian dengan pencantuman hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak hidup dalam UUD 1945, maka hak hidup beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak sebagai hak absolut dan mutlak (non-derogable untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di rights) menjadi hak konstitusional karena hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut statusnya yang lebih tinggi dalam hierarki atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak norma hukum. Implikasi hukum lebih lanjut asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam dari konstitusionalitas hak hidup, maka keadaan apapun dan oleh siapapun. segala kebijakan dan tindakan pemerintahan Selain itu, MPR dalam sidang tahunan harus tunduk kepada ketentuan mengenai MPR pada 2000 telah menetapkan Perubahan hak hidup. Pada saat yang bersamaan, tidak Kedua UUD 1945 yang menetapkan hak boleh ada lagi kebijakan yang tertuang dalam hidup sebagai bagian dari hak konstitusional bentuk undang-undang ataupun peraturan yang dijamin oleh UUD 1945. Rumusan hak perundang-undangan lainnya bertentangan hidup tersebut dituangkan dalam Pasal 28A dengan ketentuan hak hidup sebagai hak UUD 1945 “Setiap orang berhak untuk hidup konstitusional.67 serta berhak mempertahankan hidup dan Penekanan senada juga disampaikan oleh kehidupannya.” Kemudian yang penting untuk R. Herlambang Perdana Wiratraman yang dicatat, hak hidup yang digariskan dalam Pasal menyatakan bahwa adanya jaminan penikmatan 28 A dinyatakan sebagai bagian dari hak mutlak hak-hak asasi manusia yang semakin meluas setiap orang dan termasuk dalam kategori non- melalui pasal-pasal di dalam UUD 1945 derogable rights yaitu hak yang tidak dapat merupakan kemajuan dalam membangun dikurangi dalam kondisi apapun seperti yang fondasi hukum bernegara untuk memperkuat dirumuskan dalam Pasal 28 I ayat (1): kontrak sosial antara penguasa dengan rakyat dalam bingkai konstitusionalisme Indonesia. Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, Oleh karena itu, semangat konstitusionalisme hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak ini harus mengedepankan 2 (dua) arah beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, 67 Jimly Asshiddiqie, Green Constitution: Nuansa Hijau Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Rajawali Pers, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum Jakarta, 2009, hlm. 91. yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun.

110 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 111 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi bangunan politik hukum konstitusinya. reformasi ditujukan terhadap pelakupelaku Pertama, pembatasan kekuasaaan agar tidak kejahatan politik (subversi) seperti tertera pada melakukan tindakan kesewenang-wenangan. Tabel di bawah ini:70 Kedua, jaminan penghormatan, perlindungan 68 Tabel II: Perbandingan Motivasi Penjatuhan Pidana Mati pada dan pemenuhan hak-hak asasi manusia. Pemerintahan Presiden Soekarno dan Soeharto Dengan demikian, seluruh produk hukum pasca pemuatan konstitusionalitas hak hidup sebagai non-derogable rights melalui Pasal Rezim Motivasi 28I, tidak boleh bertentangan dengan norma Pemerintahan konstitusi tersebut. Dengan adanya kedua instrumen yang telah mengatur tentang hak Penerapan hukuman mati dilatarbela- hidup seseorang sebagai hak yang absolut Presiden kangi peristiwa sejarah pemberontakan. dan mutlak. Namun, peraturan perundang- Soekarno Hukuman mati ditujukan kepada para undangan yang memuat pidana mati justru pemberontak RMS, DI/TII, dan PRRI. bertambah banyak pasca jatuhnya pemerintahan Hukuman mati dikenakan kepada Presiden Soeharto. Dalam konteks tersebut, Presiden orang-orang yang dituduh melakukan motivasi setiap rezim pemerintahan untuk Soeharto kejahatan politik, pembunuhan, mencantumkan hukuman mati dalam produk terorisme, dan narkotika. legislasi dan menerapkan norma tersebut dalam penegakan hukum pidana dapat diasumsikan Pada masa pasca reformasi 1998, hukuman berkaitan dengan kepentingan dan tujuan mati tidak lagi ditimpakan kepada orangorang setiap rezim tersebut. Perbedaan motivasi yang dituduh melakukan subversi. Demokrasi yang melatarbelakangi produk legislasi dan menjadikan tuduhan ini sulit diterima penerapan norma hukuman mati dapat terlihat masyarakat. Pada masa reformasi sebagian garis sejarah (historical timelines) berikut ini.69 besar hukuman mati dijatuhkan kepada pelaku Penerapan hukuman mati pada masa sebelum narkotika.71 68 R. Herlambang Perdana Wiratraman, Hak-Hak Konstitusional 70 Loc, cit. Warga Negara Setelah Amandemen UUD 1945: Konsep, Pengaturan dan 71 Loc, cit. Dinamika Implementasi, Jurnal Hukum Panta Rei, Vol. 1, No. 1, Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, 2007. 69 lius Ibrani, Pidana Mati Zainal Abidin: Potret Imajinasi Sang Pengadil dalam Koalisi Hapus Hukuman Mati (Koalisi Hati), Unfair Trial: Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia, Imparsial, Jakarta, 2016, hal 105 – 107.

112 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 113 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi • Masa Saat ini luar pemerintahan ada organisasi Nahdathul Belum genap seratus hari berkuasa, Presiden Ulama (NU), Muhammadiyah dan Partai Joko Widodo menolak grasi 64 terpidana mati Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga ikut 73 kasus narkoba dan memerintahkan Jaksa Agung mendukung langkah presiden Jokowi. untuk segera melaksanakan eksekusi mati. Da- Gufron Mabruri, Wakil Direktur Imparsial , lam acara audiensi dengan civitas akademi Uni- menilai bahwa kebijakan penerapan hukuman versitas Gadja Mada (UGM), Yogyakarta, Pres- mati semakin memburuk di era pemerintahan iden Jokowi menegaskan, kesalahan itu sulit Presiden Joko Widodo. Menurut Gufron, dimaafkan karena mereka pada umumnya ada- berdasarkan catatan Imparsial, jumlah lah para bandar besar yang demi keuntungan eksekusi mati yang dilakukan Presiden Joko pribadi dan kelompoknya telah merusak masa Widodo lebih banyak jika dibandingkan pada depan generasi penerus bangsa.72 Penolakan pemerintahan Presiden Susilo Bambang permohonan grasi itu menurut Presiden Joko Yudhoyono. Gufron menuturkan, tercatat Widodo sangat penting untuk menjadi shock selama 10 tahun pemerintahan SBY, telah terapy bagi para bandar, pengedar maupan terjadi 21 eksekusi mati. Sementara pada 2,5 pengguna. tahun masa pemerintahannya, Presiden Jokowi telah melaksanakan 18 eksekusi mati.74 Dalam memutuskan untuk pelaksanaan Kualitas peradilan dan lembaga penegak eksekusi hukuman mati ini, presiden ternyata hukum di Indonesia yang belum bebas dari banyak mendapatkan dukungan, baik dari korupsi menjadi salah satu masalah yang dalam pemerintahan sendiri maupun dari paling merisaukan dalam menilai kualitas vonis luar pemerintahan. Wakil presiden Jusuf pengadilan atas hukuman mati. Padahal sistem Kalla, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, peradilan dan lembaga penegak hukum yang Menkopolhukam, Jaksa Agung dan Kepolisian relatif bersih sekalipun, tak ada satu sistem mendukung langkah yang diambil oleh Presiden Joko Widodo. Sementara itu, dari 73 Andylala Waluyo, NU dan Muhamadiyah dukung Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkoba, VOA Indonesia, 24 Desember 2014, , diakses pada tanggal 17 Oktober regional.kompas.com/read/2014/12/09/16545091/Jokowi.Tolak. 2019. Permohonan.Grasi.64.Terpidana.Mati.Kasus.Narkoba>, Diakses pada 74 Kristian Erdianto, Penerapan Hukuman Mati Dinilai tanggal 17 Oktober 2020. Memburuk, Kompas, 27 April 2017,, diakses 1 Oktober 2019.

114 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 115 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi peradilan yang dianggap cukup aman dari hukuman mati pada anak-anak. Penjatuhan kesalahan. Kelemahan hukuman mati terutama hukuman mat bertentangan dengan UU No. karena tidak dapat dikoreksi apabila vonis 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana tersebut salah. Hal ini semakin diperburuk Anak. Setelah 5 tahun kasus ini berjalan dan oleh sistem hukum yang secara umum masih sudah berbagai upaya hukum yang dilakukan, korup dan amburadul. Kondisi hukum yang akhirnya di temukan bukti baru (novum).76 demikian, misalnya terlihat dari Indeks Persepsi Negara Hukum Indonesia 2012, bahwa secara keseluruhan Indeks Persepsi Negara Hukum B. Perkembangan Politik Hukum Indonesia tidak menggembirakan dengan skor 4,53 dengan skala 1-10. Masyarakat masih Pemberantasan Korupsi Di memandang potret negara hukum Indonesia Indonesia masih rendah.75 Unfair trial atau peradilan yang sesat juga Sejarah Pemberantasan Korupsi dan pengaturannya menjadi momok yang menakutkan dalam sistem pada dasarnya sudah dimulai sejak tahun 1953 (orde peradilan di Indonesia. Ada beberapa kasus lama) hingga saat ini. Pemberantasan dan pengaturan dimana unfair trial hampir merenggut nyawa pemberantasan korupsi dapat diklasifikasi atau dibagi orang-orang yang tidak bersalah, kasus Yusman dalam beberapa tahap, yaitu:77 Telaumbanua, seorang anak yang divonis mati 76 Adanya bukti baru (novum) yang diajukan KontraS terkait akibat didakwa melakukan pembunuhan dan usia pasti Yusman Telaumbanua yang diperoleh melalui pemeriksaan Zulfiqar Ali yang di vonis mati karena didakwa forensik gigi besar kemungkinan menjadi salah satu bukti kuat yang memiliki 300 gram heroin. Untuk kasus Yusman meloloskan Yusman dari ancaman pidana mati. Dari keterangan ahli yang dihadirkan dalam persidangan Peninjauan Kembali dengan Nomor Telaumbanua, terdakwa yang di vonis mati Perkara 8/PID/B/2013/PN-GST, diketahui bahwa hasil pemeriksaan oleh Pengadilan Negeri Gunung Sitoli, ternyata tulang dan gigi Yusman Telaumbanua yang diuji oleh Tim Kedokteran masih berusia anak pada saat dijatuhi vonis Gigi Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung membuktikan bahwa pidana mati. Para pengak hukum seperti usia Yusman Telaumbanua pada saat dilakukan pemeriksaan forensik pada tahun 2016 berkisar 18-19 tahun, sehingga jika ditarik mundur pada polisi, jaksa dan hakim tidak bisa megetahui peristiwa pidana yang disangkakan pada tahun 2012, maka usia Yusman umur yang pasti pada saat proses hukum ini saat itu antara 15 – 16 tahun. Lihat Kontras, Belajar Dari Kasus Yusman berjalan dan dengan cerobohnya menjatuhkan Telaumbanua: Pemerintah Harus Evaluasi Seluruh Penerapan Hukuman Mati di Indonesia, Siaran Pers, 22 Agustus 2017, , diakses pada 1 Februari geotimes.co.id/meragukan-hukuman-mati/>, diakses 1 Oktober 2019. 2020. 77 https://www.bphn.go.id/data/documents/kpd-2011-7.pdf, Laporan Akhir Tim Kompedium Tata Lembaga Pemberantasan Korupsi, Diakses pada 12 Januari 2020.

116 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 117 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi 1. Pada Orde lama (Masa tahun 1957 – 1960) 2. Pada Masa 1960 – 1971 Korupsi sudah banyak terjadi dalam tubuh pe- Pemberantasan korupsi dilakukan berdasarkan UU merintahan. Nasionalisasi perusahaan asing di- Nomor 24 Prp Tahun 1960 tentang Pengusutan, anggap sebagai titik awal korupsi di Indonesia. Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi Beberapa peraturan yang dijadikan dasar hukum dengan menambah perumusan tindak pidana korupsi pemberantasan korupsi, yaitu :78 yang ada dalam KUHP dan dibentuk Lembaga khusus untuk memberantas korupsi, yaitu:79 • Peraturan Penguasa Militer No. PRT/ PM/06/1957 tentang tata kerja menerobos • Operasi Budhi (Keppres No. 275/1963); kemacetan memberantas korupsi ; • Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi • Peraturan Penguasa Militer No. PRT/ (Kontrar) dengan ketua Presiden Soekarno PM/08/1957 tentang pemilikan harta benda; dibantu Soebandrio dan ; • Peraturan Penguasa Militer No. PRT/ • Tim Pemberantas Korupsi (Keppres No. PM/11/1957 tentang penyitaan harta benda 228/1967); hasil korupsi, pengusutan, penuntutan, dan • Tim Komisi Empat (Keppres No. 12/1970); pemeriksaan perbuatan korupsi ; • Komite Anti Korupsi/KAK (1967) Namun • Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf lembaga pemberantasan korupsi tersebut AD No.PRT/PEPERPU/031/1958; tidak berhasil karena tidak ada perumusan • Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf menyangkut perbuatan yang merugikan AL No. PRT/z.1/I/7/1958. keuangan negara. Pada masa ini pernah dibentuk Panitia Retooling 3. Pada masa Orde Baru (Masa 1971 – 1999) Aparatur Negara (Paran), yang dipimpin oleh A.H. Diundangkan UU No. 3 Tahun 1971 tentang Pem- Nasution dibantu oleh M.Yamin dan Roeslan Abdul Gani. berantasan Tindak Pidana Korupsi dimana perumusan Namun karena kuatnya reaksi dari pejabat korup, Paran tindak pidana korupsi mengacu pada pasal-pasal yang berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya kepada Kabinet ada di KUHP dan perumusannya menggunakan delik Juanda. formal. Sebagai pelaksana Undang-Undang dibentuk 78 Loc, cit. Tim OPSTIB sesuai Inpres No. 9/1977, tetapi kinerja 79 Loc, cit.

118 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 119 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Tim OPSTIB tersebut vakum, dan pada tahun 1999 Undang-Undang KPK tersebut kemudian digantikan dibentuk Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara dengan yang baru yaitu Undang-Undang Nomor 19 Negara/KPKPN dengan Keppres 127/1999.80 Tahun 2019. 4. Pada Masa Reformasi (Masa 1999 – 2002) UU No. 3 Tahun 1971 sudah tidak sesuai lagi C. Penegakan Hukum Tindak Pidana dengan perkembangan kebutuhan hukum maka disahkan UU No. 31 Tahun 1999 dan dilakukan Korupsi Di Indonesia perubahan dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Pada perkembangannya dengan lahirnya Undang- Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagai Undang Nomor 19 Tahun 2019 tentang KPK, mekanisme penyempurnaan kembali perumusan tindak pidana penindakan terhadap koruptor semakin rumit. Hal ini korupsi dalam UU 3/1971 (korupsi aktif dan korupsi akan mengakibatkan lambatnya kinerja KPK di tahun pasif). Penegasan perumusan tindak pidana korupsi 2020. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Kurniawan dengan delik formil dan memperluas pengertian selaku peneliti lembaga Indonesia Corruption Watch pegawai negeri. Disamping itu lahir UndangUndang menyatakan bahwa “operasi tangkap tangan (OTT) No. 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang menjadi andalan KPK akan berkurang tajam karena yang Bersih, Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme. proses untuk mendapatkan izin, berdasarkan aturan Selain penegakan hukum yang dilakukan oleh yang baru, akan sangat lama dan berjenjang”. Kurniawan Polri dan Kejaksaan, maka dengan maksud untuk melanjutkan bahwa:82 mempercepat pemberantasan korupsi dibentuk Tim Dalam periode 2016 hingga 2019, KPK telah Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi/ melakukan 87 OTT dengan tersangka 327 orang. Di TGTPK dengan PP 19/2000. etelah dilakukannya tahun 2020 KPK diprediksi akan hanya fokus di sektor revisi berbagai peraturan perundang-undangan pencegahan. Dan kita sulit berharap tahun 2020 tetapi pemberantasan tindak pidana korupsi yang pemberantasan korupsi akan lebih baik dari tahun-tahun terjadi belum dapat dilaksanakan secara optimal dan sebelumnya. lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum berfungsi secara efektif dan efisien dalam memberantas tindak pidana korupsi, sehingga dibentuklah Komisi Pemberantasan Korupsi 82 www.tribunnews.com/nasional/2019/12/31/tahun-2020- 81 dengan Undang-Undang No. 30 Tahun 2002. koruptor-diperkirakan-mejalela-kpk-tidak-segarang-dulu?page=2, Koruptor Meraja Lela, KPK Tak Segarang Dulu, Diakses pada 12 Januari 80 Loc, cit. 2020. 81 Loc, cit.

120 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 121 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Sejurus dengan hal itu Feri Amsari selaku direktur namun telah sampai pada level pejabat tinggi di VOC. Pusat Studi Konstitusi atau PUSAKO menyampaikan Alwi Shahab menggambarkan Gubernur Jenderal bahwa:83 Van der Parra dikenal sebagai gubernur jenderal Adanya dewan pengawas KPK dan alur yang hidup paling mewah dan senang menunjuk permohonan Dewan Pengawas KPK terkait keluarganya menduduki berbagai jabatan penting di penindakan koruptor, hanya akan membuat VOC.85 mimpi buruk bagi KPK. Hal ini ditambah lagi KPK Upaya untuk memerangi korupsi di Hindia di bawah kendali Presiden saat ini, KPK telah Belanda pada saat itu telah dilakukan. Tercatat Raja melakukan 498 penyelidikan kasus, 539 penyidikan, Louis Bonaparte yang memerintah Belanda pada 433 penuntutan, 286 putusan berkekuatan hukum 1806 – 1810 telah memberikan tugas khusus kepada tetap, 383 eksekusi dan 608 tersangka. Di tahun Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels untuk 2020 ini nampaknya KPK berada di jalur lambat membersihkan pemerintah Hindia Belanda dari dalam upaya pemberantasan korupsi. korupsi yang ditinggalkan oleh VOC.86 Dalam memerangi korupsi, Daendels memilih melakukan reformasi birokrasi, di antaranya D. Pidana Mati dalam Politik Hukum menempuh cara menghapuskan pemerintahan Pantai Timur Laut Jawa, melarang pejabat untuk Pemberantasan Korupsi mengeluarkan uang bekti, dan membangun jalan 1. Periode Penjajahan Belanda raya Trans Jawa.87 Permasalahan korupsi merupakan salah satu masalah 2. Periode Kemerdekaan di Indonesia yang tak kunjung selesai. Dalam Memasuki masa-masa awal periode pasca sejarahnya, Korupsi di Indonesia dapat ditelusuri kemerdekaan, pemberantasan korupsi juga terjadi. sejak masa VOC sampai 31 Desember 1799 saat VOC Saat itu cukup banyak pejabat tinggi yang diseret dinyatakan bangkrut karena tak sanggup membayar ke Pengadilan dengan tuduhan korupsi. Tercatat utang karena para pengurusnya terlibat korupsi.84 misalnya Djody Gondokusumo (Menteri Kehakiman), Pada masa VOC, praktik membayar untuk Iskaq Tjokrohadisurjo (Menteri Perekonomian), dan mendapatkan kedudukan dan menutup biaya di luar 85 Loc, cit. gaji sudah menjadi jamak dilakukan. Tidak hanya 86 Loc, cit. pegawai rendahan VOC yang melakukan korupsi, 87 Peter Carey dan Suhardiyoto Haryadi, Korupsi dalam Silang Sejarah Indonesia, Komunitas Bambu, Jakarta, 2016, hlm. 2. 83 Loc, cit. 84 Alwi Shahab, op, cit.

122 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 123 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Jusuf Wibisono (Menteri Keuangan) adalah sederet Tabel III: Ketentuan KUHP Pasca Kemerdekaan yang Diancam Pidana pejabat pada awal pasca kemerdekaan yang dituduh Mati melakukan korupsi.88 Pada 20 Agustus 1955, Perdana Menteri Pasal Ketentuan telah memprioritaskan Bilamana seorang pejabat karena melakukan pemberantasan korupsi menjadi salah satu program perbuatan pidana melanggar suatu kewajiban kabinetnya untuk memulihkan kewibawaan khusus dari jabatannya, atau pada waktu serta kepercayaan rakyat dan tentara terhadap Pasal 52 melakukan perbuatan pidana memakai ke- pemerintah.89 Ketentuan tentang kejahatan korupsi kuasaan, kesempatan atau sarana yang pada masa sebelum Orde Baru, yang juga berlaku diberikan kepadanya karena jabatannya, pada masa sebelum kemerdekan, merujuk pada pidananya dapat ditambah sepertiga. ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur Diancam dengan pidana penjara paling lama dalam KUHP. Setidaknya terdapat 15 Pasal dalam dua tahun delapan bulan atau pidana denda KUHP yang mengatur tentang tindak pidana korupsi. paling banyak empat ribu lima ratus rupiah: Berikut akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini: 1) barang siapa memberi atau menjanjikan 88 Bonnie Triyana, Korupsi, Historia, 25 Maret 2017, , diakses pada 12 Januari 2020. maksud menggerakkannya untuk berbuat 89 Hendri F. Isnaeni, Keadaan Darurat Korupsi, Historia, 27 atau tidak berbuat sesuatu dalam September 2012, , Pasal 209 jabatannya yang bertentangan dengan diakses pada 12 Januari 2020. kewajibannya; 2) barang siapa memberi sesuatu kepada seorang pejabat karena atau berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya. Pencabutan hak tersebut dalam pasal 35 No. 1- 4 dapat dijatuhkan.

124 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 125 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi (1) Diancam dengan pidana penjara paling (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun: lama tujuh tahun seorang pemborong 1) barang siapa memberi atau men- atau ahli bangunan atau penjual bahan- janjikan sesuatu kepada seorang bahan bangunan, yang pada waktu hakim dengan maksud untuk membuat bangunan atau pada waktu mempengaruhi putusan tentang menyerahkan bahan-bahan bangunan, perkara yang diserahkan kepadanya melakukan sesuatu perhuatan curang untuk diadili; Pasal 387 yang dapat membahayakan amanan 2) barang siapa memberi atau men- orang atau barang, atau keselamatan janjikan sesuatu kepada seorang yang negara dalam keadaan perang. menurut ketentuan undang-undang (2) Diancam dengan pidana yang sama, ditentukan menjadi penasihat atau barang siapa yang bertugas mengawasi adviseur untuk menghadiri sidang Pasal 210 pembangunan atau penyerahan barang- atau pengadilan, dengan maksud barang itu, sengaja membiarkan perbuatan untuk mempengaruhi nasihat atau yang curang itu. pendapat yang akan diherikan berhubung dengan perkara yang di- (1) Barang siapa pada waktu menyerahkan serahkan kepada pengadilan untuk barang keperluan Angkatan Laut atau diadili. Angkatan Darat melakukan perbuatan (2) Jika pemberian atau janji dilakukan curang yang dapat membahayakan dengan maksud supaya dalam perkara kesempatan negara dalam keadaan pidana dijatuhkan pemidanaan, maka perang diancam dengan pidana penjara Pasal 388 yang bersalah diancam dengan pidana paling lama tujuh tahun. penjara paling lama sembilan tahun. (2) Diancam dengan pidana yang sama, (3) Pencabutan hak berdasarkan pasal 35 No. barang siapa yang bertugas mengawasi 1- 4 dapat dijatuhkan. penyerahan barang-barang itu, dengan sengaja membiarkan perbuatan yang curang itu.

126 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 127 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Seorang pejabat atau orang lain yang Seorang pejabat atau orang lain yang diberi ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum tugas menjalankan suatu jabatan umum terus- menerus atau untuk sementara waktu, terus- menerus atau untuk sementara waktu yang dengan sengaja menggelapkan uang yang sengaja menggelapkan, menghancurkan. atau surat berharga yang disimpan karena merusakkan atau membikin tak dapat Pasal 415 jabatannya, atau membiarkan uang atau surat dipakai barang-barang yang diperuntukkan berharga itu iambil atau digelapkan oleh orang guna meyakinkan atau membuktikan di lain, atau menolong sebagai pembantu dalam muka penguasa yang berwenang, akta-akta, Pasal 417 melakukan perbuatan tersebut, diancam surat-surat atau daftar-daftar yang dikuasai dengan pidana penjara paling lama tujuh nya karena jabatannya, atau memhiarkan tahun. orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan atau membikin tak dapat di pakai Seorang pejabat atau orang lain yang diberi barang- barang itu, atau menolong sebagai tugas menjalankan suatu jabatan umum terus- pembantu dalam melakukan perbuatan itu, menerus atau untuk sementara waktu, yang diancam dengan pidana penjara paling lama sengaja membuat secara palsu atau memalsu Pasal 416 lima tahun enam bulan. buku buku-buku daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan administrasi, diancam Seorang pejabat yang menerima hadiah dengan pidana penjara paling lama empat atau janji padahal diketahui atau sepatutnya tahun. harus diduganya., hahwa hadiah atau janji itu diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau Pasal 418 yang menurut pikiran orang yang memberi hadiah atau janji itu ada hubungan dengan jabatannya diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.

128 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 129 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Diancam dengan pidana penjara paling lama (1) Diancam dengan pidana penjara paling lima tahun seorang pejabat: lama sembilan tahun: 1) yang menerima hadiah atau janji padahal 1. Seorang hakim yang menerima hadiah diketahuinya bahwa hadiah atau janji itu atau janji, padahal diketahui bahwa diberikan untuk menggerakkannya supaya hadiah atau janji itu diberikan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu mempengaruhi putusan perkara yang Pasal 419 dalam jabatannya yang bertentangan menjadi tugasnya; dengan kewajibannya; 2. Barang siapa menurut ket.entuan 2) yang menerima hadiah mengetahui bahwa undang-undang ditunjuk menjadi hadiah itu diberikan sebagai akibat atau penasihat untuk menghadiri sidang pengadilan, menerima hadiah atau oleh karena si penerima telah melakukan Pasal 420 atau tidak melakukan sesuatu dalam janji, padahal diketahui bahwa jabatannya yang bertentangan dengan hadiah atau janji itu diberikan untuk kewajibannya. mempengaruhi nasihat tentang perkara yang harus diputus oleh pengadilan itu. (2) Jika hadiah atau janji itu diterima dengan sadar bahwa hadiah atau janji itu diberikan supaya dipidana dalam suatu perkara pidana, maka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

Seorang pejabat dengan maksud meng- untungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya, memaksa seseorang untuk Pasal 423 memberikan sesuatu, untuk membayar atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

130 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 131 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Diancam karena melakukan pemerasan dengan (1) Seorang pejabat yang diberi tugas pidana penjara paling lama tujuh tahun: menjaga orang yang dirampas kemerdekaannya atas perintah penguasa 1) seorang pejabat yang pada waktu umum atau atas putusan atau ketetapan menjalankan tugas, meminta, menerima, pengadilan, dengan sengaja membiarkan atau memotong pembayaran, seolah-olah orang itu melarikan diri atau dengan berhutang kepadanya, kepada pejabat sengaja melepaskannya, atau memberi lainnya atau kepada kas umum, padahal pertolongan pada waktu dilepas atau diketahuinya bahwa tidak demikian Pasal 426 melepaskan diri, diancam dengan pidana adanya; penjara paling lama empat tahun. 2) seorang pejabat yang pada waktu (2) Jika orang itu lari, dilepaskan, atau menjalankan tugas, meminta atau melepaskan diri karena kesalahan (ke- menerima pekerjaan orang atau Pasal 425 alpaan), maka yang bersangkutan diancam penyerahan barang seolah olah dengan pidana kurungan paling lama dua merupakan hutang kepada dirinya, bulan atau pidana denda paling banyak padahal diketahuinya bahwa tidak empat ribu lima ratus rupiah. demikian halnya; 3) seorang pejabat yang pada waktu Seorang pejabat yang dengan langsung menjalankan tugas, seolah olah sesuai maupun tidak langsung sengaja turut dengan aturan- aturan yang bersangkutan serta dalam pemborongan, penyerahan telah menggunakan anah negara yang atau persewaan, yang pada saat di atasnya ada hak-hak pakai Indonesia dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau Pasal 435 denganmerugikan yang berhak padahal sebagian, dia ditugaskan mengurus atau diketahui nya bahwa itu bertentangan mengawasinya, diancam dengan pidana dengan peraturan tersebut. penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak delapan belas ribu rupiah.

132 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 133 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Pada pengaturan tindak pidana korupsi tersebut, Seiring dengan memburuknya situasi politik, tidak ditemukan bentuk pidana mati dan bentuk pada Bulan Maret 1957, Pemerintah mendeklarasikan pidana yang tertinggi hanyalah ancaman pidana “Negara dalam keadaan bahaya” yang memungkinkan penjara. Ancaman pidana tertinggi terdapat dalam militer masuk ke ranah sipil.92 Peraturan anti korupsi Pasal 420 KUHP yang mengancamkan pidana 12 (dua kemudian dikeluarkan oleh Penguasa Perang Militer. belas) tahun penjara karena tindakan penyuapan Pada Tahun 1957, ada tiga peraturan penguasa perang pasif yang dilakukan terhadap Hakim dan Advokat. militer yang dikeluarkan untuk memberantas korupsi Sementara ancaman pidana yang terendah yaitu:93 terdapat dalam pasal 435 KUHP untuk perbuatan • Peraturan Penguasa Militer Nomor: PRT/PM- penyalahgunaan wewenang dan perbuatan curang 06/1957 tertanggal 9 April 1957; lainnya. Sehingga dengan pengaturan di KUHP yang demikian, Pemerintah berpandangan bahwa • Peraturan Penguasa Militer Nomor PRT/PM- diperlukan pengaturan tersendiri mengingat 08/1957 tertanggal 27 Mei 1957; dan korupsi yang sudah sedemikian sistemik sehingga • Peraturan Penguasa Militer Nomor: PRT/PM- memerlukan tindakan keras dan tegas terhadap 011/1957 tertanggal 1 Juli 1957. korupsi. Dalam pandangan pemerintah, korupsi yang telah merajalela akan sangat merugikan rakyat dan Kemudian Pada Tahun 1958, ketiga peraturan negara.90 ini diganti dengan dua peraturan penguasa perang Pasca Pemilu 1955, pemerintah merancang RUU yaitu: yang memungkinkan pembentukan pengadilan yang • Peraturan Penguasa Perang Pusat (Kepala terpisah untuk kasus korupsi yang akan dibentuk Staf Angkatan Darat Selaku Penguasa Perang di Jakarta, Surabaya, Makassar, dan Medan. RUU Pusat Untuk Daerah Angkatan Darat) No.Prt/ ini juga akan menganut prinsip pembalikan beban Peperpu/031/1958 tertanggal 16 April 1958; dan pembuktian, dan penghapusan pembatasan terhadap wewenang Jaksa Agung agar dapat bertindak lebih • Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut leluasa. Namun, upaya pembentukan UU ini tidak (Kepala Staf Angkatan Laut Selaku Penguasa berhasil.91 Perang Pusat Laut) No.Z.1/I/7 tanggal 17 April

90 Hendri F. Isnaeni, Keadaan Darurat Korupsi, Historia, 27 92 David T. Hill, Pers di Masa Orde Baru, Yayasan Pustaka Obor September 2012, , Indonesia, Jakarta, 2011, hlm 27. diakses pada 12 Januari 2020. 93 Rudy Satriyo Mukantardjo, Aspek Hukum Pemberantasan Korupsi, 91 Loc, cit. Badan Pembinaan Hukum Nasional, Jakarta, 2008, hlm. 23.

134 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 135 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi 1958 tentang Pengusutan, Penuntutan, dan 3. Periode Orde Baru Pemeriksaan Perbuatan Korupsi Pidana dan Pada masa awal pemerintahan Orde Baru, Pemerintah Pemilikan Harta Benda. mengeluarkan Keputusan residen No. 228 Tahun 1967 Dalam Peraturan Penguasa Perang Pusat No.Prt/ tentang Pembentukan Tim Pemberantasan Korupsi.96 Peperpu/031/1958 memiliki tujuan untuk lebih Sembilan Tim ini bertugas untuk membantu berfungsinya aturan hukum untuk pemberantasan pemerintah dalam memberantas korupsi dengan korupsi. Peraturan ini disertai dengan kaidah atau cara represif dan preventif. Sejalan dengan itu, norma yang tujuannya untuk menjaring koruptor dari Pemerintah dan DPR kemudian membentuk UU No. jalur pemidanaan dan dari jalur keperdataan, serta 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana dilengkapi dengan upaya disediakannya daftar harta Korupsi. UU ini memperberat ancaman pidana yang kekayaan pejabat sebagai instrumen preventifnya.94 ada dalam Perppu No 24 Tahun 1960 dengan alasan Sebelum berakhirnya masa pemerintahan “kerugian dan bahaya yang ditimbulkan karena Presiden Soekarno, dikeluarkanlah Perppu No. 24 tindak pidana korupsi”.97 Tahun 1960 tentang Pengusutan, Penuntutan dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi. Di dalam UU ini Untuk memperkuat agenda pemberantasan dijelaskan bahwa pemberantasan korupsi sejak 1958 korupsi yang telah digariskan dalam UU No. 3 Tahun adalah tindakan sementara waktu yang diperlukan 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, agar dapat dibongkar perbuatan-perbuatan korupsi. beberapa turunan peraturan terkait dengan UU No Dengan dikeluarkannya Perppu No 24 Tahun 1960 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana pemerintah mengganggap cara-cara luar biasa tidak Korupsi tersebut juga diterbitkan, di antaranya lagi diperlukan.95 Pada masa Perppu No 24 Tahun adalah: 1960, pidana mati belum diperkenalkan. Namun • Keppres No. 52 Tahun 1971 tentang Pelaporan pidana paling tinggi yang dapat dijatuhkan adalah 12 Pajak Para Pejabat dan PNS; tahun penjara untuk perbuatan korupsi dan suap. • GBHN Tahun 1973 tentang Pembinaan Aparatur 94 Denny Indrayana, Jangan Bunuh KPK, Intrans Publishing, Malang, yang Berwibawa dan Bersih dalam Pengelolaan 2016, hlm. 21. Negara; 95 Loc, cit. • GBHN Tahun 1978 tentang Kebijakan dan Langkah-Langkah dalam rangka Penertiban

96 Loc, cit. 97 Loc, cit.

136 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 137 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Aparatur Negara dari Masalah Korupsi, satu tuntutan dan spirasi masyarakat yang sangat Penyalahgunaan Wewenang, Kebocoran dan kuat adalah hukuman mati dijatuhkan kepada para Pemborosan Kekayaan dan Kuangan Negara, koruptor. Masyarakat beranggapan bahwa hukuman PungutanPungutan Liar serta Berbagai Bentuk mati merupakan upaya dalam mencapai tujuan yang Penyelewengan Lainnya yang Menghambat lebih efektif untuk mencegah dan memberantas Pelaksanaan Pembangunan; tindak pidana korupsi. Diakui secara meluas jika • Inpres Nomor 9 Tahun 1977 tentang Operasi tindak pidana korupsi terjadi karena 3 (tiga) hal, yaitu Penertiban; dan adanya tekanan, adanya kesempatan, dan adanya rasionalisasi sehingga perbuatan curang tersebut • Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1980 tentang dapat dianggap wajar. Tindak Pidana Suap. Keinginan dari masyarakat tersebut lalu dijawab 4. Periode Reformasi oleh pemerintah dan DPR dengan mengeluarkan UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pada masa reformasi, tepatnya pada masa Pidana Korupsi. Dalam UU ini dinyatakan dengan pemerintahan Presiden BJ Habibie, agenda tegas bahwa korupsi sangat merugikan keuangan atau pemberantasan korupsi menjadi politik hukum dan erekonomian negara dan menghambat pertumbuhan merupakan bagian penting dalam agenda reformasi. serta kelangsungan pembangunan nasional yang Majelis Permusyawaratan Rakyat mengeluarkan menuntut efisiensi yang tinggi. Berdasarkan UU Ketetapan MPR No XI/MPR/1998 tentang No. 31 Tahun 1999 ini, untuk pertama kalinya, sejak Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas peraturan pemberantasan korupsi dikeluarkan oleh dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Ketetapan pemerintah, pidana mati diancamkan untuk tindak MPR ini secara tegas menyatakan bahwa telah pidana korupsi. Secara khusus, UU ini menentukan terjadi praktikpraktik kolusi yang merusak sendi- ancaman pidana mati dengan tujuan untuk sendi penyelenggaraan negara dan dalam rangka melakukan pencegahan dan pemberantasan korupsi rehabilitasi aspek kehidupan nasonal dibutuhkan secara lebih efektif.98 penyelenggara negara yang dapat dipercaya dan Dipilihnya pidana mati sebagai salah satu sarana mampu membebaskan diri dari praktik korupsi, kebijakan kriminal (kebijakan penanggulangan kolusi, dan nepotisme. kejahatan) khususnya dalam menanggulangi korupsi Pada saat yang bersamaan juga muncul tekanan di Indonesia melalui UU ini dianggap sebagai suatu kuat untuk membuat kembali hukum pemberantasan 98 Barda Nawawi Arief, Kebijakan Reformulasi Ancaman Pidana korupsi dengan ancaman yang lebih berat. Salah Mati Tindak Pidana Korupsi Dalam Peraturan Perundang – Undangan, (Semarang: MMH, Jilid 42, No. 1. Januari 2013), hlm. 24.

138 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 139 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi kewajaran.427 Sebagai catatan, dengan ketentuan Yang dimaksud dengan keadaan tertentu dalam baru ini, UU No 31 Tahun 1999 merupakan UU Anti ketentuan ini dimaksudkan sebagai pemberatan Korupsi yang paling keras dan berat di ASEAN.99 bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak Pidana mati diatur dalam Pasal 2 ayat (2) UU No pidana tersebut dilakukan pada waktu negara 31 tahun 1999 yang menyatakan: dalam keadaan bahaya sesuai dengan undang- undang yang berlaku, pada waktu terjadi bencana (1) Setiap orang yang secara melawan alam nasional, sebagai pengulangan tindak pidana hukum melakukan perbuatan korupsi, atau pada waktu negara dalam keadaan memperkaya diri sendiri atau orang krisis ekonomi dan moneter. lain yang suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau Sebagai perbandingan, pengertian “keadaan perekonomian negara, dipidana tertentu” kemudian diperbarui melalui UU No. 20 dengan pidana penjara seumur hidup Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 Tahun atau pidana penjara paling singkat 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4 (empat) tahun dan paling lama 20 Pengertian “keadaan tertentu” dalam UU tersebut (dua puluh) tahun dan denda paling adalah: sedikit Rp. 200.000.000.00 (dua ratus Yang dimaksud dengan “keadaan tertentu” juta rupiah) dan paling banyak Rp. dalam ketentuan ini adalah keadaan yang dapat 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah). dijadikan alasan pemberatan pidana bagi pelaku (2) Dalam hal tindak pidana korupsi tindak pidana korupsi yaitu apabila tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat tersebut dilakukan terhadap dana-dana yang (1) dilakukan dalam keadaan tertentu diperuntukkan bagi penanggulangan keadaan pidana mati dapat dijatuhkan. bahaya, bencana alam nasional, penanggulangan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No. 31 Tahun akibat kerusuhan sosial yang meluas, 1999 memberikan penekanan bahwa pidana mati penanggulangan krisis ekonomi dan moneter, dapat dijatuhkan jika perbuatan korupsi dilakukan dan pengulangan tindak pidana korupsi. dalam “keadaan tertentu’. Pengertian “keadaan Keadaan tertentu yang terdapat dalam Pasal tertentu adalah: 2 ayat (2) Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 adalah suatu pilihan hukuman yang terdapat pada Pasal 2 ayat (2) tersebut. Hal ini didasari oleh 99 Andi Hamzah, Pemberantasan Korupsi ditinjau dari Hukum Pidana, (Jakarta: Pusat Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti, 2002), keadaan-keadaan yang sedang terjadi pada saat hlm. 69. korupsi itu berlangsung seperti, korupsi dana-

140 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 141 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi dana penanggulangan keadaan bahaya, bencana tertentu saja”. Hanya korupsi yang memenuhi syarat alam nasional, penanggulangan kerusuhan sosial keadaan tertentulah yang bisa dijatuhi hukuman mati, yang melaus, penanggulangan krisis ekonomi dan selain itu perlu juga memperhatikan pertimbangan moneter dan pengulangan tindak pidana korupsi. hakim apakah perlu dijatuhkan hukuman mati atau Keadaan tertentu menjadi alasan pemberat dalam tidak. Jadi peranan hakim juga berpengaruh dalam menjatuhkan hukuman mati bagi para koruptor, bila menjatuhkan hukuman mati yang ada dalam UU salah satu perbuatan dilakukan oleh koruptor. Alasan Tipikor ini. UU No. 31 Tahun 1999 diperbarui dengan keadaan tertentu yang terdapat dalam Pasal 2 ayat UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan UU No. 31 (2) ini juga menjadi perdebatan di lingkungan para Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana penggiatan HAM karena dinilai tidak efektif dalam Korupsi.101 Dalam pembahasan perubahan UU No. mengurangi angka korupsi di Indonesia. Selain itu 31 Tahun 1999, terdapat satu fraksi di DPR yang syarat-syarat yang ada dalam keadaaan tertentu menyinggung masalah pidana mati yaitu fraksi TNI/ ini bisa dinilai tidak efektif karena harus memenuhi Polri. Mereka menyampaikan perubahan terhadap syaratnya, lalu bila ada oknum yang melakukan mega penjelasan Pasal 2 ayat (2) tentang keadaan tertentu, korupsi senilai triliunan rupiah sedangkan uang yang yang semula diartikan sebagai situasi dan kondisi, dikorupsinya itu bukan dari dana-dana yang seperti tempat dan waktu ketika korupsi itu dilakukan yang disebutkan dalam syarat-syarat keadaan menjadi perbuatan korupsi yang dilakukan terhadap tertentu atau pengulangan tindak pidana korupsi, dana-dana yang diperuntukan oleh negara bagi maka pidana mati tidak bisa dijatuhkan kepada penanganan situasi dan kondisi tertentu. Penjelasan ini pelakunya. Seperti yang diungkapkan oleh peneliti menurut Fraksi TNI/Polri adalah suatu langkah maju ICW, Donal Fariz, mengatakan, penerapan hukuman dari pemerintah sehingga ancaman hukuman mati mati tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) UU Tindak bagi pelaku korupsi menjadi luas cakupannya. Selain Pidana Korupsi (Tipikor).100 Sehingga tidak perlu lagi itu Fraksi ini TNI/Polri menambahkan satu unsur lagi ada payung hukum untuk mengatur hal tersebut. dalam Pasal 2 ayat (2) yaitu unsur “Penanggulanggan Namun demikian, untuk menerapkan hukuman mati akibat kerusuhan sosial yang meluas”, dengan alasan bagi koruptor tidak serta merta diterapkan bilamana untuk melindungi dana-dana yang diperuntukan negara tidak dalam bencana atau krisis ekonomi. untuk rehabilitasi akibat dari kerusuhan sosial agar “Pemberlakuan hukuman mati dapat diberlakukan tidak dilakukan penyimpangan, mengingat ancaman manakala negara dalam keadaan darurat bencana atau hukumannya dapat dihukum mati. Adanya ancaman krisis ekonomi. Nah persoalannya, kondisi seperti itu pidana mati dalam UU No. 31 Tahun 1999 dianggap kan tidak bisa dipaksakan. Makanya sifatnya hanya 101 Loc, cit. 100 Loc, cit.

142 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 143 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi menunjukkan keseriusan pemerintah dan DPR pada Dalam menetapkan suatu kebijakan, bisa saja orang waktu itu untuk memberantas korupsi. Namun, berpendapat pro atau kontra terhadap pidana mati. dalam kenyataannya, sudah sebelas tahun lebih Namun setelah kebijakan diambil/diputuskan dan sejak keluarnya UU tersebut sampai saat ini belum kemudian dirumuskan (diformulasikan) dalam suatu ada seorang koruptor pun yang dijatuhi pidana UU, maka dilihat dari sudut kebijakan hukum pidana mati. Berbeda halnya dengan pelaku tindak pidana (penal policy) dan kebijakan formulasi pidana mati itu narkotika yang sudah banyak (puluhan) dijatuhi tentunya diharapkan dapat diterapkan pada tahap pidana mati.102 aplikasi. Sinintha Yuliansih Sibarani mengemukakan Romli Atmasasmita menyatakan bahwa pidana bahwa sampai saat ini belum ada satupun kasus mati dalam UU Tindak Pidana Korupsi tidaklah tindak pidana korupsi yang dijatuhi hukuman mati efektif, karena sejak UU tersebut diberlakukan, karena adanya pengertian hakim yang berbeda sampai sekarang belum ada satu pun koruptor yang tentang tindak pidana korupsi itu sendiri. Sebagian dihukum mati. Atmasasmita menambahkan bahwa hakim memandang bahwa tindak pidana korupsi semestinya Indonesia berfokus pada pencegahan merupakan kejahatan yang luar biasa (extraordinary dan tidak lagi menggembar gemborkan pidana crime), bersifat sistemik dan endemik dengan dampak mati kepada terdakwa korupsi.103 Atmasasmita yang sangat luas (systematic and widespread), berpendapat sebaiknya Indonesia mulai mencontoh sehingga penanganannya perlu upaya/langkah- Cina yang tidak lagi mengembar-gembor kan langkah luar biasa yang komprehensif (comprehensive hukuman mati pada terdakwa korupsi, tapi sudah extraordinary measures), termasuk pidana mati. mulai untuk melakukan pencegahan, agar korupsi Sebagian lagi memandang hanya merupakan tindak tidak terus berlangsung. Cina sekarang sudah pidana biasa yang upaya penanganannya tidak perlu mulai belajar ke Korea Selatan untuk melakukan memakai pidana mati. Pemikiran ini didasarkan pada pencegahan tindak pidana korupsi. HAM.104 Namun, Atmasasmita menambahkan bahwa Korupsi yang demikian maraknya terjadi pada dipilihnya atau ditetapkannya pidana mati sebagai di Indonesia secara sistematis di semua sektor salah satu saran untuk menanggulangi kejahatan kehidupan masyarakat telah mengancam upaya pada hakikatnya merupakan suatu pilihan kebijakan. pembangunan keberlanjutan dan pencapaian kesejahteraan masyarakat Indonesia. Pada awal 102 Barda Nawawi Arief, Pidana Mati, Perspektif Global, bergulirnya reformasi, salah satu tuntutan dan Pembaharuan Hukum Pidana dan Alternatif Pidana Untuk Koruptor, (Semarang: Pustaka Magister, 2012), hlm. 54. aspirasi masyarakat yang sangat kuat adalah hukuman 103 Romli Atmasasmita, Pemikiran Tentang Pemberantasn Korupsi Di mati dijatuhkan kepada para koruptor. Masyarakat Indonesia, Fajar Interpratama Mandiri, Jakarta, 2016, hlm. 82. 104 Loc, cit.

144 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 145 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi beranggapan bahwa hukuman mati merupakan upaya dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dalam mencapai tujuan yang lebih efektif untuk dijatuhkan”. Adapun dalam penjelasan Pasal tersebut mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi. terkait keadaan tertentu ialah sebagai pemberatan Oleh karena itu, pidana mati terhadap tindak pidana bagi pelaku tindak pidana korupsi apabila tindak korupsi diancamkan dalam Undang-Undang Nomor pidana tersebut dilakukan pada waktu negara dalam 31 tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 keadaan bahaya sesuai dengan undang-undang yang Tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi dianggap berlaku, pada waktu terjadi bencana alam nasional, sebagai upaya yang serius.105 Namun demikian sebagai pengulangan tindak pidana korupsi, atau sanksi pidana mati bertentangan dengan Pancasila pada waktu negara dalam keadaan krisis ekonomi yang mengamanatkan adanya perlindungan dan dan moneter. Wlauapun telah diatur namun ancaman penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia termasuk hukuman mati dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang HAM dari pelaku Tipikor. Sehingga jelaslah bahwa Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 sanksi pidana mati sulit dilaksanakan di Indonesia Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Korupsi hingga dalam Tipikor mengingat ideologi negara Indonesia saat ini belum pernah didakwakan ataupun menjadi adalah Pancasila.106 landasan vonis hakim.107 Hukuman maksimal untuk Pada perkembangannya pidana mati diancamkan pelaku korupsi sampai saat ini baru hukuman seumur dalam Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 hidup yang dijatuhkan kepada Akil Mochtar dan Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun Adrian Waworuntu.108 2001 Tentang Pemberantasan Korupsi, adapun bunyi Hal ini dapat terjadi dikarenakan pidana Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 mati dalam persoalan kasus pidana korupsi telah jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang bertentangan dengan Sila Pertama Pancasila Pemberantasan Korupsi yaitu “dalam hal tindak yang menghendaki adanya penghargaan terhadap pidana korupsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kehidupan manusia yang dimana untuk itu juga sesuai dengan amanat dari Sila Kedua Pancasila dan 105 Risva Fauzi Batubara, Barda Nawawi Arief, dan Eko Soponyono, Sila Kelima Pancasila. Amanat Pancasila tersebut juga Kebijakan Formulasi Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia, (Semarang: Jurnal Law Reform, 2014), hlm. 79, Pada sesuai dengan amanat alinea keempat Pembukaan perkembangannya sejak masa kemerdekaan hingga saat ini pidana mati UUD NRI 1945 serta secara otomatis jga sesuai dengan hanya dijatuhkan dalam kasus-kasus narkotika dan terorisme, sementara untuk kasus korupsi, pidana mati tidak pernah diberikan. Lihat: Yon 107 Gunawan, Wawancara pribadi bersama Kasubdit Tipidkor Atiyono Arba’i, Aku Menolak Hukuman Mati, Telaah Pelaksanaan Pidana Ditreskimsus Polda Jawa Tengah pada 12 Februari 2020. Mati, Kepustaan Populer Gramedia, Jakarta, 2015, hlm. 138-163. 108 https://news.detik.com/berita/d-2859432/hukuman-mati- 106 Marsudi, Wawancara pribadi bersama Penyidik Tindak Pidana koruptor-sudah-diatur-dalam-uu-tipikor-begini-persyaratannya, Diunduh Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah pada 12 pada 12 Februari 2020. Februari 2020.

146 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 2 147 YANG BERKEADILAN PANCASILA Relevansi Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Pasal 28A UUD NRI 1945. Sehingga pelaksanaan pidana mati adalah bentuk penyimpangan dari Pancasila dan UUD NRI 1945. Selain itu pidana mati juga tidak pernah digunakan oleh hakim dalam memutus, hal ini mengingat apabila seseorang telah dijatuhi pidana mati maka nyawanya tidak akan mampu dikembalikan, sementara dalam penegakkan hukum dapat dimungkinkan terjadinya keasalahan penerapan hukum serta juga tidak terlepas dari pengaruh politik kalangan penguasa sebagaimana telah dijelaskan di atas.

148 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA Bab 3 KELEMAHAN- KELEMAHAN DALAM PELAKSANAAN PIDANA MATI DALAM KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI DI INDONESIA A. Penjelasan Terkait Sistem 2. Komponen substantif, yaitu sebagai output dari sistem hukum, berupa peraturan-peraturan, Bekerjanya Hukum keputusan-keputusan yang digunakan baik oleh pihak yang mengatur maupun yang diatur. Teori bekerjanya sistem hukum Chambliss dan Seidman menyatakan bahwa tindakan apa pun yang akan diambil 3. Komponen kultur, yaitu terdiri dari nilai-nilai, sikap- oleh pemegang peran, lembaga-lembaga pelaksana sikap, persepsi, custom, ways of doing, ways of thinking, maupun pembuat undang-undang selalu berada dalam opinion yang mempengaruhi bekerjanya hukum lingkup kompleksitas kekuatan-kekuatan sosial, budaya, oleh Lawrence M. Friedman disebut sebagai kultur ekonomi dan politik dan lain sebagainya. Seluruh hukum. Kultur hukum inilah yang berfungsi sebagai kekuatan-kekuatan sosial selalu ikut bekerja dalam setiap jembatan yang menghubungkan antara peraturan upaya untuk memfungsikan peraturan-peraturan yang hukum dengan tingkah laku hukum seluruh warga berlaku, menerapkan sanksi-sanksinya, dan dalam seluruh masyarakat. aktivitas lembaga-lembaga pelaksanaannya. Akhirnya peran yang dijalankan oleh lembaga dan pranata hukum B. Persoalan Hukum Pidana itu merupakan hasil dari bekerjanya berbagai macam faktor.1 Mati Dalam Politik Hukum Kemudian Lawrence M. Friedman menyatakan Pemberantasan Korupsi bahwa hukum itu terdiri dari komponen struktur, substansi dan kultur.2 Sebelum membahas perihal persoalan politik hukum 1. Komponen struktur yaitu kelembagaan yang di- pidana mati dalam hukum pidana pemberantasan ciptakan oleh sistem hukum itu dengan berbagai korupsi, maka perlu dipahami terlebih dahulu perihal macam fungsi dalam rangka mendukung bekerjanya sistem hierarkis peraturan hukum dalam politik hukum sistem tersebut. Komponen ini dimungkinkan melihat di Indonesia secara umum terlebih dahulu. Stufenbau bagaimana sistem hukum itu memberikan pelayanan theory atau stufen theory atau teori hukum berjenjang terhadap penggarapan bahan-bahan hukum secara Hans Kelsen menyatakan bahwa norma-norma hukum teratur. pada dasarnya berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan), dalam arti, suatu 1 William J. Chambliss dan Robert B. Seidman dalam Esmi norma yang lebih rendah berlaku, bersumber dan Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, Ibid., hlm. 10. 2 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah Sosiologis, berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi hingga pada (Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 2011), hlm. 28. suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotestis yaitu Norma Dasar atau Grundnorm.

150 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 151 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Grundnorm atau norma dasar adalah norma yang tidak konsep baru yang dinamainya dengan die theorie vom lagi dibentuk oleh suatu norma, norma dasar merupakan stufenordnung der rechtsnormen.4 Pada teorinya tersebut, norma yang dibentuk terlebih dahulu oleh masyarakat dan Nawiasky menyatakan bahwa hierarki norma hukum menjadi gantungan bagi norma-norma lain yang ada di terbagi menjadi:5 bawahnya sehingga norma dasar dikatakan presupposed.3 1. Norma fundamental negara atau staatsfun- Dalam kaitanya Pancasila sebagai sumber dari segala damentalnorm; sumber hukum atau Leitstar di bidang hukum, teori 2. Aturan dasar negara atau staatsgrundgesetz; Kelsen memposisikan Pancasila sebagai Grundnorm. 3. Undang-undang formil atau formell gesetz; Sehingga dapat dikatkan bahwa Pancasila merupakan 4. Peraturan pelaksana dan peraturan otonom atau norma dasar yang menjadi gantungan bagi norama- verordnung en autonome satzung. norma hukum yang ada di bawahnya, hal tersebut sesuai Berkaitan dengan posisi Pancasila sebagai dengan berbagai penjelasan di atas terkait Pancasila Philosofische Grondslag dan sekaligus sebagai sumber sebagai falsafah dasar dan sebagai sumber dari segala dari segala sumber hukum, A. Hamid S. Attamimi sumber hukum Di Indonesia. Selanjutnya berdasarkan dengan menggunakan die theorie vom stufenordnung der teori dari Kelsen dan berdasakan juga dengan Pasal 2 dan rechtsnormen milik Nawiasky menyatakan bahwa struktur Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 hierarki hukum di Indonesia terdiri dari:6 jo. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2019 dapat disusun sebuah piramida hierarki hukum. 1. Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 Stufen theory milik Hans Kelsen tersebut kemudian sebagai staatsfundamentalnorm; 7 dikembangkan oleh muritnya yaitu Hans Nawiasky. Hans Nawiasky mengembangkan teori dari Kelsen dengan 2. Batang tubuh Undang-Undang Dasar Negara 4 Ibid, hlm. 44. 3 Teori jenjang hukum milik Hans Kelsen tersebut diilhami dari 5 Jimly Asshiddiqie dan M. Ali Safa’at, op, cit, hlm. 170. teori Adolf Merkl. Adolf Merkl menyatakan bahwa suat norma hukum 6 Loc, cit. itu selalu mempunyai dua wajah atau das Doppelte Rechtsantlitz. Dalam 7 Walaupun Nawiasky dengan teorinya tidak secara tegas teorinya tersebut Adolf menjelaskan lebih lanjut bahwa suatu norma mengatakan bahwa Pancasila yang merupakan Staatsfundamentalnorm hukum ke atas dan ke bawah artinya ke atas bahwa norma hukum berkaitan dengan konstitusi Indonesia, namun hubungan antara Pancasila tersebut bersumber dan berdasar pada norma hukum yang berada di dengan konstitusi hingga berbagai aturan yang ada di bawah konstitusi atasnya, norma hukum ke bawah artinya bahwa norma hukum tersebut dapat dijelaskan dengan menggunakan teori validitas Kelsen. Berdasarkan menjadi sumber dan dasar bagi peratran hukum yang berada di bawahnya. teori Kelsen tersebut dapat dinyatakan bahwa konstitusi Indonesia Sehingga norma hukum tersebut memiliki jangka waktu yang relaif atau merupakan dokumen valid dikarenakan pada Pancasila yang merupakan rechtskracht. artinya bahwa apaibila norma di atasnya hilang maka norma- postulat akhir yang bersifat final. Postulat tersebt kemudian menjadi norma yang berada di bawah juga ikut hilang. Lihat: Maria Farida Indrati tempat bergantung bagi setiap norma di bawahnya sehingga membentuk S., op, cit, hlm. 41-42. suatu presuposisi yang dinamai oleh Kelsen sebagai trancendental logical pressuposition. Lihat: Ibid, hlm. 172.

152 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 153 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945, Ketetapan proses pencapaian tujuan negara.....pijakan MPR serta Konvensi Ketatanegaraan merupakan utama politik hukum nasional adalah tujuan staatsgrundgesetz; negara yang kemudian melahirkan sistem hukum 3. Peraturan Perundang-undangan merupakan formell nasional yang harus dibangun dengan pilihan isi gesetz; dan cara-cara tertentu. 4. Secara hierarki mulai dari Peraturan Pemerintah Berdasarkan penjelasan dari Mahfud M. D. di atas hingga Peraturan Daerah Provinsi serta Peraturan dapat dinyatakan bahwa politik hukum pada dasarnya Daerah Kabupaten/Kota merupakan verordnung en merupakan arah pembangunan hukum yang berpijak autonome satzung. pada sistem hukum nasional untuk mencapai tujuan 9 Kedudukan Pancasila sebagai Philosofische negara atau cita-cita negara dan bangsa. Adapun Grondslag atau oleh Nawiasky disebut dengan tujuan negara yang berangkat dari cita-cita masyarakat Staatsfundamentalnorm sekaligus sebagai rechtsidee atau bangsa telah tersimpulkan di dalam kelima sila Pancasila. cita hukum, menimbulkan konsekuensi bahwa pembuatan Sehingga dengan kata lain penyelenggaraan politik segala peraturan hukum hingga pelaksanaannya harus hukum berlandaskan pada kelima sila Pancasila yaitu sesuai dengan segala nilai yang terkandung dalam setiap Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil Dan sila Pancasila sebagaimana telah dijelaskan di atas. Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada dapat perwakilan, dan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat pula disimpulkan bahwa Pancasila juga merupakan Indonesia. Politik hukum yang berlandaskan pada nilai sumber dari segala sumber politik hukum di Indonesia. Ketuhanan Yang Maha Esa artinya politik hukum harus Pernyataan tersebut sesuai dengan pandangan dari berlandaskan pada nilai moral Ketuhanan. Politik hukum Mahfud M.D. yang menyatakan bahwa:8 yang berlandaskan nilai Kemanusian Yang Adil Dan Dari berbagai definisi poltik hukum tersebut Beradab artinya politik hukum yang ada harus mampu dapatlah dibuat rumusan sederhana bahwa menjamin penghargaan dan perlindungan bagi hak-hak politik hukum itu adalah arahan atau garis asasi manusia secara non-diskriminatif. Politik hukum resmi yang dijadikan dasar pijak dan cara untuk harus berlandaskan nilai Persatuan Indonesia artinya membuat dan melaksanakan hukum dalam politik hukum harus mampu mempersatukan seluruh rangka mencapai tujuan bangsa dan negara. Dapat juga dikatakan bahwa politik hukum 9 Pada dasarnya hampir tidak ada perbedaan antara cita-cita merupakan upaya menjadikan hukum sebagai negara dan tujuan negara, Namun dalam konteks politik hukum Mahfud M. D. membedakan dua hal tersebut, menurut Mahfud M. D. cita-cita merupakan semangat yang bersemayam di dalam hati masyarakat, 8 Moh. Mahfud M. D., Membangun Politik Hukum, Menegakkan sedangkan tujuan negara adalah pernyataan konstitutif yang harus Konstitusi, Pustaka LP3ES, Jakarta, 2006, hlm. 15-16. dijadikan arah atau orientasi penyelengraan negara. Lihat: Moh. Mahfud M. D., op, cit, hlm. 17.

154 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 155 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia unsur bangsa dengan segala ikatan primordialnya Sehingga jelas juga bahwa politik hukum haruslah masing-masing. Politik hukum yang berlandaskan nilai berlandaskan pada keempat prinsip yang terkandung di Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Alinea Keempat Pembuakaan Undang-Undang dalam permusyawaratan/perwakilan artinya politik Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945. hukum harus mampu menciptakan kekuasaan negara Berkaitan dengan hal tersebut Mahfud M. D. menyatakan yang berada di bawah kekuasaan rakyat atau dengan kata bahwa:11 lain politik hukum harus mampu menciptakan negara Dalam konteks politik hukum jelas bahwa hukum yang demokratis dimana kekusaan terbesar berada di adalah “alat” yang berkerja dalam “sistem hukum” tangan rakyat (demokrasi kerakyatan). Kemudian yang tertentu untuk mencapai “tujuan” negara atau terakhir bahwa politik hukum harus berlandaskan nilai “cita-cita” masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia artinya pembahasan mengenai politik hukum nasional politik hukum harus mampu menciptakan masyarakat harus didahului dengan penegasan tentang yang berkeadilan sosial yang mampu menciptakan tujuan negara. keadilan bagi kalangan masyarakat lemah baik di sektor Berdasarkan pendapat dari Mahfud M. D. tersebut sosial maupun pada sektor ekonomi, sehingga tidak jelaslah bahwa Pancasila merupakan landasan serta terjadi penindasan antara kalangan masyarakat power full sumber dari segala sumber bagi politik hukum na- 10 dengan masyarakat marjinal. sional. Hal tersebut dikarenakan Pancasila dan serta Berbagai nilai yang terkandung dalam kelima sila Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Pancasila tersebut kemudian terkongkritisasi dalam Republik Indonesia Tahun 1945 memuat berbagai cita- tujuan negara yang tertuang pada Alinea Keempat cita bangsa Indonesia yang merupakan rechtsidee yaitu Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan menciptakan negara yang mampu menciptakan keadilan Republik Indonesia Tahun 1945. Adapun Alinea Keempat sosial dengan berlandaskan nilai moral Ketuhanan, ke- Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan manusiaan, persatuan melalui demokrasi gotong-royong Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa: bukan melalui demokrasi barat. 1. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah Bila melihat penjelasan di atas terlihat jelas bahwa darah Indonesia; politik hukum pidana pada dasarnya juga bertujuan 2. Memajukan Kesejahteraan umum; mewujudkan cita-cita bangsa dan tujuan negara se- 3. Mencerdaskan kehidupan bangsa; bagaimana yang terumuskan dalam Pancasila dan 4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia, berdasarkan alinea keempat Pembukaan UUD NRI 1945 serta dalam kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. hal pidana mati juga berkaitan dengan Pasal 28A UUD 11 Ibid, hlm. 17. 10 Ibid, hlm. 16.

156 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 157 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia NRI 1945 yang menyatakan bahwa “setiap orang berhak 2. Prinsip Internasionalisme untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan Prinsip Internasionalisme yang berjiwa gotong- kehidupannya”. royong menurut Yudi Latif yaitu prinsip Sementara itu menurut Yudi Latif berdasarkan internasionalisme yang berperikemanusiaan dan berbagai pidato Soekarno terkait Pancasila, nilai berperikeadilan. Sehingga prinsip internasionalisme gotong-royong merupakan dasar dari semua sila yang yang ada akan selalu menjunjunga perdamaian ada di Pancasila. Selanjutnya Yudi Latif mengaitkan serta penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia. nilai gotong-royong tersebut dengan nilai-nilai yang Prinsip ini sesuai dengan sila kedua Pancasila karya terkandung dalam kelima sila yang ada dalam Pancasila. Soekarno yang dinamai oleh Soekarno sebagai Sila 12 Yaitu sebagai berikut: Internasionalisme dan Perikemanusiaan. 1. Prinsip Ketuhanan 3. Prinsip Kebangsaan Prinsip ketuhanan yang harus berlandaskan gotong-royong artinya nilai ke-Tuhanan yang juga Prinsip kebangsaan yang berjiwakan nilai gotong- berkebudayaan, lapang serta toleran. Sehingga royong menurut Yudi Latif adalah kebangsaan keragaman keyakinan dan kepercayaan akan suatu yang mampu mewujudkan persatuan dari berbagai agama dapat berjalan dengan harmonis tanpa saling perbedaan di Indonesia atau dengan kata lain menyerang dan mengucilkan antara satu kalangan mampu mewujudkan Bhineka Tunggal Ika. Pandangan dengan yang lainnya. Prinsip ini sejalan dengan ini sesuai dengan Sila Internasionalisme atau prinsip kelima dari konsep Pancasila Soekarno yang Perikemanusiaan. dinamai oleh Soekarno sebagai Ketuhanan yang 4. Prinsip Demokrasi Berkebudayaan. Prinsip demokrasi yang berjiwakan gotong- 12 Loc, cit. Pandangan terkait nilai gotong-royong yang terkandung dalam Pancasila tersebut sejalan dengan pendapat dari Magnis-Suseno royong menurut Yudi Latif adalah demokrasi yang yang menyatakan: berlandaskan pada musyawarah untuk mufakat. Pancasila begitu tinggi dan mutlak nilainya bagi kelestarian bangsa Bukan demokrasi Barat yang mengutamakan dan negara Indonesia karena merupakan wahana dimana berbagai kepentingan mayoritas atau mayokrasi dan suku, golongan, agama, kelompok budaya, dan ras dapat hidup dan kepentingan elite penguasa-pemodal atau minokrasi. bekerjasama dalam usaha untuk membangun kehidupan bersama, tanpa adanya alienasi dan identitas mereka sendiri. Prinsip ini sesuai dengan sila Mufakat atau Demokrasi dalam konsep Pancasila Soekarno. Lihat: Jazumi dalam Anik Kunantiyorini, Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum, Diakses melalui portalgaruda.org/article. php?...PANCASILA%20SEBAGAI%20SUMBER%..., Pada 18 Februari 2018.

158 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 159 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia 5. Prinsip Kesejahteraan dirumuskannya Pancasila sendiri, sehingga dapat disimpulkan juga bahwa Pancasila telah menjadi jati diri, Prinsip kesejahteraan yang berlandaskan nilai gotong- identitas, serta falsafah hidup masyarakat Indonesia.13 royong menurut Yudi Latif yaitu kesejahteraan yang diwujudkan melalui pengembangan partisipasi serta Sehingga jelaslah bahwa Pancasila sepatutnya emansipasi di sektor ekonomi dengan berlandaskan dijadikan leitstar, Philosofische Grondslag, dan rechtsidee semangat ekonomi. Sehingga kesejahteraan yang bagi hukum Indonesia. Berkaitan dengan Pancasila 14 dimaksudkan bukan kesejahteraan yang berlandaskan sebagai falsafah dasar, Kaelan menyatakan bahwa: pada paham individualisme-kapitalisme serta eta- Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar filsafat negara tisme. Prinsip ini sesuai dengan sila Keempat dalam Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu konsep Pancasila Soekarno. sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Sebagai suatu sumber dari segala Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada di atas sumber hukum secara objektif merpakan suatu dapat terlihat dengan jelas bahwa konsep Pancasila pandangan hidup, kesadaran, cita-cita hukum, sebagai Philosofische Grondslagpertama kali digagas serta cita-cita moral yang luhr yang meliputi oleh Soekarno dalam Sidang BPUPK pada 1 Juni 1945. suasana kejiwaan, serta watak bangsa Indonesia. Pada konsep tersebut Soekarno menghendaki adanya Berdasarkan penjelasan Kaelan tentang Pancasila suatu negara yang memiliki Nilai Kebangsaan, Nilai sebagai filsafat dasar sebagaimana telah dijelaskan di Perikemanusiaan, Nilai Demokrasi, Nilai Kesejahteraan atas, terlihat bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Sosial, dan Nilai Ketuhanan. Berbagai nilai tersebut Pancasila merupakan cita-cita yang hendak dituju oleh Soekarno digabungkan menjadi nilai gotong- atau oleh Kaelan disebut dengan das sollen dan untuk royong, dengan kata lain Soekarno menghendaki adanya itu Pancasila menjadi landasan bagi hukum untuk negara gotong-royong yang mampu mengakomodasi segala kepentingan masyarakat Indonesia baik dalam 13 Alasan tersebut oleh Kaelan disebut dengan asal mula yang tidak konteks perorangan maupun bangsa dan negara. Selain langsung lahirnya Pancasila sekaligus sebagai kausa materialis. Lihat: hal tersebut, berdasarkan berbagai penjelasan terkait Kaelan, Pendidikan Pancasila, Proses Reformasi, UUD Negara Amandemen 2002, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, penyusunan Pancasila sebagai Philosofische Grondslag, Paradigma Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara, Paradigma, terlihat jelas bahwa Pancasila dapat menjadi satu- Yogyakarta, 2004, hlm. 88. Pandangan Pancasila sebagai Philosofische satunya Philosofische Grondslag di Indonesia dengan Grondslag tersebut juga didukung oleh Notonagoro yang menyatakan alasan bahwa nilai-nilai Pancasila telah lebih dulu hidup bahwa Pancasila merupakan cita hukum (rechtsidee) dan bintang pemandu (guiding star). Lihat: Notonagoro dalam Jimly Asshiddiqie dan bersama bangsa Indonesia sejak dahulu bahkan sebelum M. Ali Safa’at, Teori Hans Kelsen Tentang Hukum, Sekertariat Jenderal Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, Jakarta, 2006, hlm. 171. 14 Kaelan, op, cit, hlm. 77.

160 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 161 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia menciptakan cita-cita luhur yang ada dalam dunia nyata Selain berbagai ketentuan yang telah disebutkan di atau oleh Kaelan disebut dengan das sein. Sehingga jelas atas, bukti bahwa Pancasila sebagai sumber dari berbagai bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber sumber hukum di Indonesia juga dapat terlihat pada hukum di Indonesia.15 Pembuakaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Pandangan Pancasila sebagai sumber dari segala Republik Indonesia Tahun 1945. Pandangan tersebut sumber hukum tersebut sejalan dengan Ketetapan sejalan dengan pandangan dari Kaelan, menurut Kaelan MPRS Nomor XX/MPRS/1966 jo. Ketetpan MPR Nomer Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan V/MPR/1973 jo. Ketetapan MPR Nomer IX/MPR/1978. Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan derivasi Kemudian ditegaskan kembali oleh Ketetapan MPR atau penjabaran dari nilai-nilai yang terkandung dalam Nomer III/MPR/2000 dan juga ditegaskan oleh Undang- Pancasila. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan Undang Nomer 10 Tahun 2004 jo. Undang-Undang penjelasan Kaelan terkait Pembukaan Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945. Perundang-Undangan. Ketetapan MPRS Nomor XX/ Menurut Kaelan pokok pikiran pertama dalam MPRS/1966 jo. Ketetpan MPR Nomer V/MPR/1973 penmbukaan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan jo. Ketetapan MPR Nomer IX/MPR/1978 menyatakan Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan penjabaran bahwa: dari sila ketiga Pancasila, pendapat ini terlihat Pancasila adalah sumber dari segala sumber dengan pernyataan pada pokok pikiran pertama yang hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang menjelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara pada hakikatnya adalah suatu pandangan hidup, kesatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa kesadaran dan cita-cita moral yang meliputi dan seluruh tumpah darah Indonesia, mengatasi segala suasana kebatinan serta watak dari Bangsa paham golongan maupun perseorangan. Selanjutnya Indonesia. pada pokok pikiran kedua dalam Pembukaan Undang- Sementara itu Pasal 1 ayat (3) Ketetapan MPR Nomer Undang Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia III/MPR/2000 menyatakan dengan jelas bahwa “sumber Tahun 1945 merupakan penjabaran dari sila kelima hukum dasar nasional adalah Indonesia.” Selanjutnya Pancasila, hal tersebut dapat terlihat dari pernyataan pada Pasal 2 Undang-Undang Nomer 10 Tahun 2004 pokok pikiran dari Pembukaan Undang-Undang Dasar jo. Undang-Undang Nomer 12 Tahun 2011 jo. Undang- Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 yang Undang Nomor 15 Tahun 2019 Tentang Pembentukan menyatakan bahwa negara hendak mewujudkan suatu Peraturan Perundang-Undangan menyatakan bahwa keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam “Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum.” hal ini negara berkewajiban mewujudkan kesejahteraan umum bagi seluruh warga negara, mencerdaskan ke- hidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban 15 Loc, cit.

162 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 163 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik sosial. selanjutnya Pokok pikiran ketiga dari Pembukaan Indonesia Tahun 1945. Sehingga dapat disimpulkan juga Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik bahwa Pancasila merupakan landasan moral etik dalam Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara berbangsa dan bernegara di Indonesia.17 berkedaulatan rakyat. Berdasarkan atas kerakyatan Pelaksanaan Pidana mati dalam kasus korupsi pada dan permusyawaratan/perwakilan. Pada dasarnya me- dasarnya merupakan hukum yang bernafaskan nilai rupakan penjabaran dari sila keempat Pancasila. Dan penjajahan yang dibawa oleh pemerintahan kolonial pokok pikiran keempat dari Pembukaan Undang-Undang Belanda. Sementara Pancasila dan keadrifan lokal masya- Dasar Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945 rakat Indonesia yang berlandaskan nilai kekeluargaan merupakan penjabaran dari sila pertama dan kedua atau gotong royong tidak membenarkan hal tersebut, Pancasila. Hal tersebut dibuktikan dengan pernyataan sehingga pelaksanaan pidana mati dalam kasus korupsi pada pokok pikiran tersebut yang menyatakan bahwa bertentangan dengan Pancasila sebagaimana penjabaran negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dari nilai-nilai Pancasila yang telah dijelaskan oleh Yudi menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.16 Latif di atas. Berdasarkan dari berbagai penjelasan yang ada Sehingga secara otomatis hal tersebut juga ber- dapat terlihat bahwa Pancasila merupakan falsafah dasar tentangan dengan amanat Konstitusi Indonesia dan Bangsa Indonesia yang menuntun bangsa Indonesia sekaligus Pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara, Tentang Hak Asasi Manusia yang menyatakan: oleh karenanya Pancasila diwujudkan di dunia nyata Setiap orang berhak untuk hidup, memper- melalui sarana hukum yang bersumber pada Pancasila itu (1) sendiri. Hal tersebut ditunjukkan dengan dijabarkannya tahankan hidup dan meningkatkan taraf kehi- nilai-nilai Pancasila dalam pokok pikiran Pembukaan dupannya. Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik (2) Setiap orang berhak hidup tenteram, aman, Indonesia Tahun 1945 yang kemudian diwujudkan dalam damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin. setiap pasal yang ada pada Undang-Undang Dasar Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang Negara Keastuan Republik Indonesia Tahun 1945. Nilai- (3) nilai Pancasila yang terjabarkan ke dalam setiap pasal baik dan sehat. pada Undang-Undang Dasar Negara Keastuan Republik Sehingga jelas pula bahwa pelaksanaan pidana Indonesia Tahun 1945 kemudian dijabarkan kembali mati dalam kasus korupsi telah mengakibatkan dishar- dalam berbagai peraturan hukum yang berada di bawah monisasi antara norma fundamental negara atau 17 Loc, cit. 16 Ibid, hlm. 78.

164 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 165 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia staatsfundamentalnorm; aturan dasar negara atau Suatu permasalahan tersendiri dalam peningkatan staatsgrundgesetz; undang-undang formil atau formell pelayanan hukum di Indonesia termasuk SDM yang gesetz; peraturan pelaksana dan peraturan otonom atau berkualitas tidaklah cukup kalau hanya sekedar verordnung en autonome satzung. berpendidikan tinggi akan tetapi, juga harus dibarengi dengan tingkat kepribadian yang berkualitas pula. Hal ini penting karena para penegak hukum adalah sebagai C. Persoalan dalam Penegakan Hukum ujung tombak sekaligus juga sebagai suri teladan dalam pada Kasus Tindak Pidana Korupsi pelaksanaan hukum itu sendiri, namun sangat ironis justru keberadaan para penegak hukum di Indonesia Pada dasarnya permasalahan negara adalah juga per- ini masih perlu kita pertanyakan, betapa banyaknya masalahan penegakan hukum juga, maka kaitannya sejumlah hakim dan atau para penegak hukum lainnya dengan penegakan supremasi hukum adalah per- yang dicurigai dan atau sudah terkena kasus suap dan masalahan negara Indonesia yang paling besar dan atau kasus tercela lainnya.20 mendesak, sehingga sangatlah tepat kalau kritikan kita Bercermin dari kenyataan tersebut, maka bisa kepada permasalahan hukum tersebut juga harus disertai ditarik kedalam suatu sorotan bahwa kultur masyarakat 18 alternatif pemecahannya. Bila membicarakan suprema- Indonesia memanglah bukan masyarakat sadar hukum. si hukum yang mana memposisikan hukum secara tegak Sehingga semakin terbukti, tatkala kita dengan mudah dengan disoko ketiga pilar hukumnya ke dalam bingkai menyaksikan bukan saja para aparat penegak hukum keadilan sosial yang berperikemanusiaan, ternyata sam- yang melakukan penyalahgunaan kekuasaan, tetapi pai pada hari ini adalah tidak lebih hanyalah perbuatan betapa banyak dan seringnya terjadi nuansa kekerasan yang utopis yang selalu diarahkan dalam retorika idelais yang secara langsung dengan mobilitas massa dan bagi setiap aparat dan para tokoh dan pakar hukum atau kekerasan secara komunal telah mengadili dan khususnya di Indonesia. Selain itu, konsep hukum atas menghakimi sendiri para pelaku tindak kriminal teruta- penegakan supremasi hukum yang diolah oleh negara ma yang bersentuhan langsung dengan masyarakat ternyata belumlah tent menjadi suatu yang semurna sehingga pembakaran, pengeroyokan, penjarahan, dalam implikasinya walaupun diakui bahwa secara garis serta pembunuhan yang dilakukan massa adalah sisi besarnya sudah memenuhi kerangka ideal menurut lain cara masyarakat mengimplementasikan arti dari kerangka si pembuatnya (sudah biasa di Indonesia khu- sebuah keadilan atau cara yang tepat dalam mereka susnya membuat hukum selalu mengabaikan karak- berhukum, karena institusi negara tidak lagi dianggap teristik masyarakat yang sesungguhnya sangat penting sebagai tempat dalam memproses dan menemukan dan fungsional).19 20 Loc, cit. 18 Ibid, hlm. 76 – 77. 19 Sabian Ustman, op,cit, hlm. 15.

166 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 167 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Amuk massa menghakimi sendiri tindak kriminal yang ditemuinya/ protes atas hukum negara yang tidak mewakili masyarakat

Masyarakat yang kecewa/tidak puas terhadap penegakan hukum yang tak kunjung tegak

Rapuhnya supremasi hukumw

Hukum yang tidak setimpal terhadap pelaku tindak pidana

Substansi hukum/ ajektif hukum/ perundangan nir sosiologis

Pengadaan aparat penegak hukum dengan jalan KKN

Oknum Aparat Penegak Hukum

Aparat penegak hukum yang korup/ melakukan penyimpangan

Proses pembuatan hukum yang positivistik, penegak hukum yang kaku dan bermental teks

keadilan (negara kita bagaikan mesin pabrik pembuat Bagan II: Lingkaran Problematika Penegakan Hukum di Indonesia peraturan perundang-undangan, tidak membesut kepada kepentingan masyarakat sebagian besar sangat jelata).21 Pada dasarnya penegakan hukum di Indonesia haruslah mencakup tiga aspek penting yang sangat mendasar, yaitu kultur masyarakat tempat di mana nilai-nilai hukum akan ditegakkan, struktur dari penegak hukumnya itu sendiri, kemudian substansi hukum yang akan ditegakan.22 Berdasarkan paparan di atas, maka dapatlah kita temukan fenomena sosial kaitannya dengan problematika penegakan hukum di Indonesia adalah sebagai berikut “terjadinya keterpurukan (kebobrokan) supremasi hukum yang ditandai dengan semakin banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum yang dibarengi pula semakin maraknya penghakiman massa terhadap tindak kriminal di masyarakat, berkorelasikan dengan hukum yang positivistik.23 Problematika penegakan hukum di Indonesia sebenarnya sulit untuk diruntut bagaikan mencari simpul pangkal atau ujung dari suatu lingkaran setan sehingga membuat kejahatan semakin berdaulat (merajalela). Bagaimana lingkaran setan yang membumi di dalam dunia peradilan kita, maka secara sederhana dapat digambarkan pada bagan berikut:24

21 Ibid, hlm. 16. 22 Loc, cit. 23 Ibid, hlm. 15-16. 24 Ibid, hlm. 17-18.

168 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 169 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Berdasarkan penjelasan perihal persoalan penegak- negara sebesar Rp 1,1 miliar mendapat vonis lebih rendah. kan hukum di atas terlihat jelas bahwa dimungkinkan Meski memiliki besaran korupsi yang nyaris sama dengan dalam kasus tindak pidana korupsi seseorang yang terdakwa Delfi, Syarifuddin dijatuhkan pidana penjara tidak bersalah namun tidak cukup memiliki kemampuan hanya dua tahun.27 membela diri di hadapan hukum harus menerima putusan Persoalan kesalahan penerapan hukum dalam kasus hukum yang tidak adil. Persoalan ini dapat terlihat dalam korupsi dapat juga dilihat dalam kasus Irma Gusman. putusan hakim dalam kasus tipikor yang sering tidak Dalam putusan yang dijatuhkan oleh hakim kepada berimbang.25 Hal ini dapat dilihat dalam pandangan Irman Gusman tidaklah tepat, Hakim menjatuhkan Pasal dari Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menilai 12b Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- putusan vonis hakim dalam tindak pidana korupsi yang Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasn tidak konsisten. Sebab, Sejumlah kasus korupsi yang Tindak Pidana Korupsi. Pasal 12b Undang-Undang Nomor jumlah kerugian negaranya hampir setara, tapi lama 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun vonis yang diberikan memiliki perbedaan yang jauh. “Apa 2001 Tentang Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi yang menjadi dasar hakim dalam memutus perkara itu menyatakan bahwa: tidak konsisten,” kata Peneliti ICW Lalola Easter. Lalola (1) Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau menambahkan bahwa:26 penyelenggara negara dianggap pemberian Sebenarnya, perbedaan dalam penjatuhan suap, apabila berhubungan dengan jabatan- pidana atau disparitas pemidanaan merupakan nya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya, dengan ketentuan sebagai hal yang lumrah. Sebab, setiap perkara memiliki berikut: karakteristiknya sendiri. Namun, sejumlah kasus a. yang nilainya Rp 10.000.000,00 dengan kerugian negara yang sama atau aktor (sepuluh juta rupiah) atau lebih, yang terlibat memiliki jabatan yang sama justru pembuktian bahwa gratifikasi tersebut dijatuhkan vonis yang berbeda. bukan merupakan suap dilakukan oleh Lalola juga memberikan salah satu contoh, terdakwa penerima gratifikasi; Delfi Dwian Iskandarsyah yang merugikan negara Rp 1,03 b. yang nilainya kurang dari Rp miliar. Terdakwa dijatuhkan pidana penjara selama lima 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah), pembuktian bahwa gratifikasi tersebut tahun. Sementara, terdakwa Syarifuddin yang merugikan suap dilakukan oleh penuntut umum. 25 Joko Hermawan, Wawancara pribadi dengan Jaksa Tindak (2) Pidana bagi pegawai negeri atau penye- Pidana Korupsi Jawa Tengah pada 14 Februari 2020. lenggara negara sebagaimana dimaksud 26 katadata.co.id/berita/2019/04/29/vonis-hakim-dalam-kasus- korupsi-dinilai-tak-konsisten, Vonis Hakim Dalam Kasus Korupsi Dinilai Tak 27 Loc, cit. Konsisten, Diakses pasa 12 Januari 2020.

170 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 171 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia dalam ayat (1) adalah pidana penjara seumur banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh hidup atau pidana penjara paling singkat 4 juta rupiah) pegawai negeri atau penyelenggara (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) negara yang menerima hadiah atau janji padahal tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu atau kewenangan yang berhubungan dengan miliar rupiah). jabatannya, atau yang menurut pikiran orang Hal ini jelas tidak tepat mengingat bahwa Irman yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada Gusman selaku ketua Dewan Perwakilan Daerah saat hubungan dengan jabatannya. itu tidak memiliki kewenangan dalam pengadaan gula di Sehingga pidana dapat dijatuhkan karena memenuhi Sumatera Barat, Irman hanya menyampaikan aspirasi dari unsur menerima hadiah atas peran Irman yang memiliki pengusaha gula yang mulai mengalami kesulitan akibat hubungan dengan kewenangan pengadaan gula oleh minimnya pasokan gula di Sumatera Barat. Adapun ke- DPR RI dan Bulog. Berdasarkan kasus dari Irman wenagan terkait pengadaan gula berada di tangan DPR Gusman inilah terlihat jelas bahwa dalam penegakan RI dan Bulog. Sehingga jelaslah bahwa unsur menerima hukum pada kasus korupsi masih sering terjadi ketidak hadiah akibat telah melakukan suatu penyalah gunaan konsistenan dan ketidak sesuaian putusan hakim dengan kewenangan tidak dapat diberlakukan bagi Irman, hal pertimbangan hukum yang salah pula. Apabila pidana ini dikarenakan Irman tidak memiliki kewenangan yang mati dijalankan dalam kasus korupsi di Indonesia jelas hal dimaksudkan Pasal 12b Undang-Undang Nomor 31 Tahun ini akan melahirkan polemik baru di Indonesia sebagai 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang negara hukum yang berideologi Pancasila. Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi. Adapun pasal yang sesuai untuk divoniskan kepada Irman ialah Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- D. Kelemahan-Kelemahan Sistem Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasn Tindak Pidana Korupsi yang menyatakan bahwa:28 Pidana Mati Di Indonesia Dipidana dengan pidana penjara paling singkat Pada pelaksanaan pidana mati di Indonesia juga memiliki 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun berbagai macam persoalan yang kemudian menjadi dan atau pidana denda paling sedikit Rp kelemahan dalam sistem pelaksanaan pidana mati di 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling Indonesia. Roeslan Saleh menyatakan bahwa:29

28 Yudi Kristiana dalam Menyibak Kebenaran, Ekasaminai Terhadap 29 Roeslan Salah, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, Putusan Perkara Irman Gusman, Bumi aksara, Jakarta, 2018, hlm. 261-264. 1987, hlm.61. Gerakan yang menentang pidana mati bukanlah sekedar suatu usaha atau perjuangan yang sepintas lalu dan angin-anginan saja.

172 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 173 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Pidana mati merupakan jenis pidana yang yang dikembalikan kembali; terberat menurut hukum positif kita. Bagi 2. Kesesatan hakim, artinya pidana mati bisa menjadi kebanyakan negara soal pidana mati itu tinggal persoalan baru mengingat hakis sebagai seorang mempunyai arti kulturhistoris. Dikatakan de- manusia juga memiliki kesalah dalam memutus, mikian, karena kebanyakan negara-negara tidak ketika suatu putusan pidana mati padahal hal tersebut mencantumkan pidana mati ini lagi di dalam salah maka tidak ada cara lain untuk menyelematkan Kitab Undang-Undang Hukum Pidananya. pelaku yang telah dieksekusi mati, sehingga pelaku Adapun kelemahan-kelemahan dari sistem pidana menjadi korban atas persoalan hukum yang baru; mati yang masih dianut di dalam sistem peradilan pidana 3. Bertentangan dengan perikemanusiaan, moral dan Indonesia ialah:30 etika; 1. Sifatnya mutlak, tidak dapat ditarik kembali, 4. Berhubungan dengan tujuan pemidanaan: Tujuan artinya seseorang yang telah dieksekusi mati perbaikan tidak tercapai dan Pelaksanaannya tidak di padahal dikemudian hari temuan fakta hukum muka umum, sehingga rasa takut (generale preventie) menytakan sebaliknya maka terpidana mati tidak tidak tercapai; dapat dihidupkan kembali, atau ketika hakim salah 5. Adanya rasa belas kasihan kepada si terpidana. dalam memutus maka nyawa terpidana mati yang mengalami kesalahan penerapan hukum tidak dapat E. Pidana Mata dalam Tindak Pidana Beccaria, abad ke-18 telah mencela pidana mati berhubung dengan khusus pidana mati erhadap Jean C’allas di Perancis yang dituduh Korupsi Di Indonesia Belum Berbasis membunuh puteranya dan ia dipidana mati. Kemudian ternyata, bahwa orang yang membunuh puteranya adalah orang lain. Jadi dengan alasan : Keadilan Hukum Progresif “Jangan sampai pengadilan keliru menetapkan pidana, maka ia berusaha untuk memperjuangan dihapuskannya pidana mati dalam hukum pidana”. Persoalan sebagaimana telah dijelaskan dia atas juga Lihat: Rasyid Khairani, Suatu Tinjauan Masalah Pidana Mati dalam bertentangan dengan pemikiran hukum progresif yang Negara Pancasila, Baladika, Jakarta, 1977, hlm. 14. Kemudian J.E. Sahetapy mengatakan : “Orang mulai menyadari akan keburukan daripada pidana menghendaki adanya upaya nyata untuk mengubah se- mati itu. Gerakan menentang pidana mati ini menjalar ke berbagai negara. cara cepat, melakukan pembalikan yang mendasar dalam Pada tahun 1847 di negara bagian Michigan pidana mati dihapuskan. teori dan praksis hukum, serta melakukan berbagai Kemudian di Venezuela pada tahun 1849 dan di ederland pada tahun terobosan. Pembebasan tersebut di dasarkan pada prin- 1870”. Lihat juga: J.E. Saahetapy, Suatu Situasi Khusus Mengenai Ancaman Pidana Mati Terhadap Pembunuhan Berencana, CV Rajawali, 1982, hlm. sip bahwa hukum adalah untuk manusia dan bukan 347. sebaliknya dan hukum itu tidak ada untuk dirinya sendiri, 30 Roeslan Salah, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta, 1987, hlm.61-62.

174 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 175 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia melainkan untuk sesuatu yang lebih luas yaitu untuk F. Pelaksanaan Pidana Mati dalam harga diri manusia, kebahagiaan, kesejahteraan, dan kemuliaan manusia.31 Kasus Korupsi Di Beberapa Negara Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Satjipto Selain Indonesia juga terdapat beberapa negara di Rahardjo tersebut berarti hukum progresif adalah Asia yang mengadopsi sistem pidana mati dalam kasus serangkaian tindakan yang radikal, dengan mengubah pidana korupsi yang terjadi di negaranya. Berikut akan sistem hukum (termasuk merubah peraturan-peraturan dibahas sistem pidana mati dalam kasus korupsi di hukum bila perlu) agar hukum lebih berguna, terutama beberapa negara: dalam mengangkat harga diri serta menjamin kebahagiaan 1. China dan kesejahteraan manusia. Secara lebih sederhana hukum progresif adalah hukum yang melakukan pem- Pada perkembangannya berbagai upaya telah di- bebasan, baik dalam cara berpikir maupun bertindak lakukan pemerintah Negeri Tirai Bambu termasuk dalam hukum, sehingga mampu membiarkan hukum itu menetapkan hukuman mati bagi para koruptor. mengalir saja untuk menuntaskan tugasnya mengabdi Sama dengan Indonesia, China juga menetapkan kepada manusia dan kemanusiaan. Jadi tidak ada re- hukuman mati bagi koruptor yang tertuang dalam kayasan atau keberpihakan dalam menegakkan hukum. Undang-undang Hukum Pidana China. Hal ini Sebab menurutnya, hukum bertujuan untuk menciptakan ditetapkan sejak rezim presiden pertama sekaligus keadilan dan kesejahteraan bagi semua rakyat. pendiri Republik Rakyat China, Mao Tse Tung atau 32 Satjipto Rahardjo mencoba menyoroti kondisi di atas biasa dikenal Mao Zedong. ke dalam situasi ilmu-ilmu sosial, termasuk ilmu hukum, Komitmen China untuk memberantas ko- meski tidak sedramatis dalam ilmu fisika, tetapi pada rupsi terus berlanjut hingga saat ini. Keseriusan dasarnya tejadi perubahan yang fenomenal mengenai memberantas korupsi selalu terbukti mulai dari hukum yang di rumuskannya dengan kalimat dari yang rezim Lui Shaoqi hingga presiden Hu Jintao dan sederhana menjadi rumit dan dari yang terkotak-kotak terus mengalami peningkatan di era kepemimpinan menjadi satu kesatuan. Inilah yang disebutnya sebagai presiden Xi Jinping. Era keemasan China dalam pandangan holistik dalam ilmu (hukum). Pandangan memberantas korupsi adalah pada masa presiden holistik tersebut memberikan kesadaran visioner bahwa Jiang Zemin (1999-2003) karena mendapat dukungan sesuatu dalam tatanan tertentu memiliki bagian yang penuh dari Perdana Menteri China saat itu, Zhu saling berkaitan baik dengan bagian lainnya atau dengan keseluruhannya. 32 mediaindonesia.com/read/detail/277316-yuk-intip-hukuman- untuk-koruptor-di-berbagai-negara-di-dunia, Pelaksanaan Pidana Mati 31 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum; Pencarian, Pembebasan dan dalam Kasus korupsi Di Beberapa Negara, Diakses pada 12 Januari 2020. Pencerahan, : Muhammadiyah Press University, 2004

176 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 177 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia Rongji yang sangat terkenal sebagai penyelamat uang terbukti korupsi dan dihukum mati. Vonis itu marak rakyat. Ucapan Zhu Rongji yang fenomenal adalah diberlakukan semenjak Xi Jinping menjabat sebagai “Beri saya seribu peti mati. Sembilan puluh sembilan presiden ‘Negeri Tirai Bambu’ tersebut.34 akan saya gunakan untuk mengubur para koruptor dan 2. Vietnam satu untuk saya kalau saya melakukan tindak pidana korupsi.”Komitmen Xi Jinping dalam memerangi Kemudian hukuman mati untuk koruptor juga korupsi tidak kalah serius. Sejak pelantikannya pada diterapkan di Vietnam. Hukuman mati kerap di- 14 Maret 2013, dia bersumpah untuk menghukum berikan kepada pejabat negara atau perusahaan para pelaku korupsi tanpa memandang buluh. Tidak milik negara yang terbukti melakukan korupsi. peduli apakah dia seorang pejabat kecil atau petinggi Hukuman tidak berlaku untuk perempuan hamil negara, kader maupun pemimpin partai. Komitmen dan perempuan yang merawat anak di bawah usia ini paling tidak terlihat melalui hukuman mati dan 36 tahun saat vonis diberikan. Biasanya hukuman seumur hidup bagi dua mantan pejabat China, diubah menjadi hukuman seumur hidup dalam yaitu Lui Zhijun dan Zhou Yongkang, yang terbukti beberapa kasus. Pejabat yang pernah dihukum bersalah melakukan tindak pidana korupsi oleh mati atas kasus korupsi adalah mantan Direktur Pengadilan China. Liu merupakan mantan Menteri Utama PetroVietnam, Nguyen Xuan Son. Pengadilan Perkeretapian China dihukum mati karena menerima Vietnam memvonis mati Son karena terbukti suap semasa dia menjabat. Sedangkan Zhou adalah menerima gratifikasi saat menjabat dan diduga keliru seorang mantan pejabat paling berpengaruh di China menetapkan kebijakan mengakibatkan perusahaan harus mendekam seumur hidup di penjara karena negara itu merugi hingga US$69 juta atau Rp993 miliar. kasus korupsi terkait perebutan kekuasaan di Partai Bagaimanapun muncul kritik bahwa pengadilan atas Komunis.33 para pejabat OceanBank sekaligus bermotif politik Tiongkok dikenal sebagai salah satu negara untuk menyingkirkan saingan politik Ketua Partai yang paling keras dalam menindak pelaku korupsi. Komunis Vietnam, Nguyen Phu Trong, karena para Mereka yang terbukti merugikan negara lebih dari terpidana dianggap sebagai orang yang setia dengan 100.000 yuan atau setara Rp215 juta akan dihukum mantan Perdana Menteri Nguyen Tan Dung. Awal mati. Kasus pada 2018, Zhou Zhenhong, 56, mantan bulan ini, juru bicara Kementrian Luar Negeri, Le Chief United Front Work Department (UFWD), Thi Thu Hang, sudah membantah kabar burung itu dijatuhi hukuman mati setelah terbukti mengambil dengan menegaskan kebijakan pemerintah adalah lebih dari 24,6 juta yuan atau Rp43 miliar. Selain itu, ‘menangani kesalahan dan korupsi’.35 mantan Menteri Perkeretaapian Tiongkok Liu Zhijun 34 Loc, cit. 33 Loc, cit. 35 Loc, cit.

178 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 179 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia 3. Korea Utara maraknya korupsi di Uzbekistan .Bukan pelanggaran pidana bagi pejabat non-publik untuk mempengaruhi Korut juga cukup tersembunyi dalam menerapkan diskresi pejabat publik. Sistem peradilan menghadapi eksekusi mati bagi para pelaku korupsi. Kerahasiaan defisit fungsional yang parah karena sumber daya hukuman ini dikabarkan meningkat sejak negara itu yang terbatas dan korupsi. Di Uzbekistan, korupsi berada di bawah pimpinan Kim Jong-un.Kasus yang hadir di hampir setiap tingkat masyarakat, bisnis, paling kontroversial adalah eksekusi mati terhadap dan pemerintah. Itu juga salah satu negara paling paman Kim Jong-un sendiri, Chang Song-thaek, yang korup di dunia, dan di antara faktor-faktor yang diduga melakukan tindakan korupsi dan rencana berkontribusi adalah memiliki ekonomi terbesar kudeta. Tercatat, pada 2015, sekitar 50 pejabat kedua di Asia Tengah , cadangan gas alam yang besar, dieksekusi mati.36 dan posisi geografisnya antara kekuatan saingan yang 4. Uzbekistan disebut Perang Dingin II. Uzbekistan di dalam Indeks Persepsi Korupsi Transparency International 2017 Hukuman mati di Uzbekistan telah dihapuskan sejak berada di peringkat 157 dari 180 negara.37 2008. Penghapusan hukuman mati ini dilakukan oleh Presiden Islam Karimov pada 1 Agustus 2005 dengan 5. Negara Serbia menandatangani sebuah dekrit yang menyatakan Serbia pertama kali menggunakan hukuman mati bahwa hukuman mati harus dihapuskan di Republik pada 1804. Namun pada 26 Februari 2002, Parlemen Uzbekistan pada tanggal 1 Januari 2008, sebagai Serbia mengadopsi amandemen dan mengeluarkan bentuk hukuman pidana dan harus diganti dengan hukuman mati dari KUHP. Terakhir kali Serbia hukuman seumur hidup atau penjara yang lama.” melakukan hukuman mati pada 2001. Serbia terikat Mengapa ada jeda saat penghapusan hukuman mati? oleh konvensi internasional yang melarang hukuman Karena butuh waktu untuk membangun penjara baru, mati. Protokol Opsional Kedua pada Kovenan Inter- yang bisa menampung orang-orang yang dijatuhi nasional tentang Hak Sipil dan Politik (6 September hukuman seumur hidup. Mereka adalah tahanan 2001), Protokol No. 6 dan No. 13 kepada Konvensi yang pernah dijatuhi hukuman mati. Namun dalam Eropa tentang Hak Asasi Manusia (3 Maret 2004). perkmbangannya k orupsi di Uzbekistan adalah ma- Menurut Pasal 24 konstitusi Serbia (2006): “Kehidupan

salah serius. Ada undang-undang yang berlaku untuk manusia tidak dapat diganggu gugat.” Tidak akan mencegah korupsi, tetapi penegakannya sangat le- mah. Tingkat penuntutan yang rendah dari pejabat 37 https://translate.google.com korup adalah faktor lain yang berkontribusi terhadap translate?hl=id&sl=en&tl=id&u=https%3A%2F%2Fen.wikipedia. org%2Fwiki%2FCorruption_in_Uzbekistan, diakses pada 25 Februari 36 Loc, cit. 2020.

180 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 3 181 YANG BERKEADILAN PANCASILA Kelemahan-Kelemahan dalam Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia ada hukuman mati di Republik Serbia. Namun dalam kenyataanya Serbia juga tidak dapat mengendalikan korupsi yang ada di negara nya akibat sistem otoriter pemerintahan yang tidak terkendali.38 6. Negara Bhutan Negara kecil berbentuk kerajaan di Asia Tenggara ini memilih menghapus hukuman mati sejak 20 Maret 2004. Hukuman ini dilarang oleh Konstitusi. Larangan hukuman mati ini berlaku untuk semua orang di dalam kerajaan. Bhutan terakhir kali melakukan eksekusi mati pada 1974. Negara ini punya peraturan yang dijamin oleh undang-undang dasar untuk warga Bhutan, seperti peraturan kepemilikan tanah dan upah yang setara. Pada perkembangannya negara Bhutan memiliki Komisi Anti Korupsi yang dinamai dengan Anti Commision Corruption Bhutan. Dan hal ini membuat Bhutan juga memiliki tingkat korupsi rendah.39

38 https://www.merdeka.com/dunia/4-negara-tanpa-hukuman- mati.html, diakses pada 25 Februari 2020. 39 acch.kpk.go.id, Komisi Anti Korupsi Di Luar Negeri, Diakses pada 25 Februari 2020.

182 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA Bab 4 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI A. Penemuan Hukum berbangsa dan bernegara akan tetap menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang mana hal itu Menurut Sudikno Mertokusumo, penemuan hukum membuat kehidupan berbangsa dan bernegara menjadi merupakan suatu upaya dalam mencari dan menemukan satu keastuan yang tidak terpisahkan, sehingga dalam suatu kaidah atau hukum pada berbagai peristiwa menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara yang terjadi di masyarakat. Sementara itu menurut akan mampu terwujud upaya dalam mempertahankan Meuwissen, penemuan hukum adalah proses atau persatuan bangsa dan kesatuan wilayah NKRI.2 upaya mengkronkretisasikan produk pembentukan Kemudian menurut Philipus M. Hadjon elemen- hukum. Selanjutnya Meuwissen menyatakan bahwa elemen dari negara hukum Pancasila terdiri dari:3 penemuan hukum juga meliputi proses kegiatan pengambilan kebijakan yuridik kongkret yang secara 1. Keserasian hubungan antara rakyat dan negara yang langsung menimbulkan akibat hukum bagi suatu situasi berlandaskan pada kerukunan; di masyarakat. Kemudian Meuwissen menambhakan 2. Hubungan fungsional yang proporsional antara bahwa dalam arti tertentu, penemuan hukum ialah kekuasaan-kekuasaan negara; cerminan dari pembentukan hukum.1 3. Prinsip penyelesaian sengketa secara musyawarah dan peradilan merupakan sarana terakhir; B. Negara Pancasila 4. Keseimbangan antar hak dan kewajiban. Sehingga jelas bahwa negara hukum di Indonesia Menurut Padmo Wahyono negara hukum Pancasila merupakan negara hukum Pancasila yang selain adalah negara hukum yang berakar dari asas kekeluarga- berlandaskan pada hukum juga berlandaskan pada norma an yang dimana kepentingan sosial yang paling tama tertinggi yaitu Pancasila. Termasuk didalamnya hukum namun denga tetap menghargai dan mengakui serta pertanahan nasional yang seharusnya berlandaskan melindungi hak kemanusiaan perorangan. Sejalan Pancasila yang bertujuan tidak lain mewujudkan hal-hal dengan pandangan Wahyono tersebut Muhammad sebagaimana yang dinyatakan dalam Alinea Keempat Tahir Azhary menambahkan kembali asas kerukunan Pembukaan UUD NRI Tahun 1945. dalam pemikiran terkait negara hukum Pancasila yang berakar pada asas kekeluargaan. Sehingga kehidupan

1 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar, 2 Sarja, Negara Hukum Teori Dan Praktek, Thafamedia, Yogyakarta, Cahaya Atama Pusaka, Yogyakarta, 2014, hlm. 48. Lihat juga: Meuwissen, 2016, hlm. 67-68. Tentang Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat 3 Ibid, hlm. 68-69. Hukum, PT. Refika Aditama, Bandung, 2018, hlm. 11

184 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 185 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi C. Reformasi Pidana Mati dalam 1. Agama; 2. Akal; Kasus Korupsi yang Berbasis Nilai 3. Jiwa; Kemanusiaan 4. Harta benda; Pada perkembangannya perihal pidana mati dalam politik 5. Keturunan. hukum pemberantasan korupsi diatur dalam Pasal 2 ayat Sehingga dalam hal ini hukum tidak semata-mata (2) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang- digunakan secara otonom atau represif namun digunakan Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan secara progresif guna menciptakan kebahgiaan manusia Tindak Pidana Korupsi. Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang sebesar-besarnya sebagaimana yang dikasudkan oleh Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 hukum progresif. Maka dari itu dibutuhkan Sumber Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Daya Manusia baik di lini substansi, struktur, maupun Korupsi menyatakan bahwa: kultur yang lebih menjunjung tinggi kemanusiaan bukan 5 (1) Setiap orang yang secara melawan hukum kemapuan profesi semata. melakukan perbuatan memperkaya diri sen- Telah dijelaskan di atas bahwasannya Pancasila diri atau orang lain atau suatu korporasi menghendaki adanya keseimbangan antara dimensi das yang dapat merugikan keuangan negara sein dan das sollen, antara cita hukum dan pelaksanaan atau perekonomian negara, dipidana penjara hukum, antara nilai kehidupan dan kehidupan berhukum dengan penjara seumur hidup atau pidana yang nyata. Hal tersebut juga dikenhendaki di dunia penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda hukum pidana tidak terkecualai dalam hal pelaksanaan paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua pidana mati dalam kasus korupsi. ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. Berkenaan dengan pembangunan politik hukum 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). pidana mengenai sanksi pidana mati dalam kasus korupsi (2) Dalam hal tindak pidana korupsi sebagaima- yang seharusnya berpijak pada nilai-nilai Pancasila, Sri na dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dalam Endah menyarakan bahwa:6 keadaan tertentu, pidana mati dapat di- jatuhkan. Bila melihat tujuan pemidanaan menurut islam dapat 5 Satjipto Rahardjo, Biarkan Hukum Mengalir, Catatan Kritis Tentang diketahui bahwa hukum pidana haruslah sesuai dengan Pergulatan Antara Manusia Dan Hukum, Kompas Media Nusantara, 2008, kelima prinsi maqasid syari’ah. Maqsid al-Syariah yang hlm. 133-145. menyatakan bahwa hukum harus mampu melindungi 6 Sri Endah Wahyuningsih, Prinsip-Prinsip Individualisasi Pidana 4 Dalam Hukum Pidana Islam Dan Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia, lima hal, adapun lima hal tersebut adalah: UNDIP, Semarang, 2013, hlm. 68. 4 Ibid, hlm. 48.

186 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 187 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Sekiranya yang dicita-citakan oleh hukum nasional kurangnya. Namun hukuman tersebut diperlukan adalah sistem hukum Pancasila, maka sepatutnyalah dikaji sebab dapat membawa keuntungan bagi dan dikembangkan hukum pidana yang mengandung nilai- masyarakat. nilai Pancasila artinya hukum pidana yang berorientasi Berdasarkan pandangan dari Ahmad Hanafi terlihat pada nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, hukum pidana jelas bahwa hukum pidana bukanlah satu-satunya sarana yang berorientasi pada nilai Kemanusiaan Yang Adil Dan dalam memberantas suatu kejahatan, hukum pidana Beradab, hukum pidana yang berlandaskan pada nilai hanya menjadi obat terakhir dalam mengatasi kejahatan. Persatuan, dan hukum pidana yang dijiwai oleh nilai Berkaitan dengan hal tersebut Helbert L. Packer Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan menyatakan bahwa hukum pidana disuatu waktu dapat Dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan nilai Keadilan menjadi penjamin namun di waktu lain dapat menjadi Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. pengancam bagi kebebasan manusia. Hukum pidana Sejalan dengan pandangan dari Sri Endah di atas, sebagai penjamin bila digunakan dengan hemat dan Notonagoro menyatakan bahwa:7 cermat serta manusiawi dan akan menjadi pengancam Tolok ukur filsafat praktis hukum nasional bila digunakan semabarangan dan memaksa.9 Pendapat indonesia adalah Pancasila yang merupakan dari Packer tersebut memperlihatkan bahwa hukum abstraksi dari nilai-nilai luhur masyarakat pidana dapat membahagiakan umat manusia namun juga Indonesia yang didalamnya terkandung cita-cita dapat menjadi bahaya bagi manusia bila salah digunakan. bangsa yaitu masyarakat yang adil dan makmur Termasuk dalam hal pelaksanaan pidana mati dalam baik secara materiil maupun spritual, dan kasus korupsi di Indonesia. kehidupan masyarakat Indonesia seutuhnya. Maka dari itu perlu adanya pendekatan kemanusiaan Selanjutnya terkait hukum pidana yang berlandaskan dalam mengembangkan hukum pidana. Berkenaan nilai Pancasila, Ahmad Hanafi menyatakan bahwa:8 dengan pandangan tersebut Barda Nawawi menyatakan 10 .....suatu pidana diancamkan kepada seseorang bahwa: pembuat dengan maksud agar orang banyak tidak Pentingnya pendekatan humanistik dalam peng- berbuat suatu jarimah, sebab larangan ataupun gunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti bahwa sanksi semata-mata tidak akan cukup meskipun pidana yang dikenakan kepada pelanggar harus sesuai dengan itu sendiri bukan suatu kebaikan ataupun bukan nilai-nilai kemnusiaan yang beradab, namun juga harus suatu perusakan bagi si pembuat sekurang- mampu menyadarkan pelanggar akan arti penting dari nilai kemanusiaan dan nilai pergaulan dalam masyarakat. 7 Ibid, hlm. 69. 8 Ibid, hlm. 71. 9 Ibid, hlm. 73. 10 Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hlm. 41.

188 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 189 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Berkaitan dengan pandangan tersebut Nigel Walker kejahatan. Orang ini adalah sama dengan kita menyatakan bahwa dalam menjalankan hukum pidana semua, tidak berbeda sedikitpun kecuali bahwa haruslah memiliki prinsip pembatas yang teridiri dari:11 ia telah melakukan perbuatan yang dilarang 1. Hukum pidana yang kemudian disingkat dengan HP dan dinyatakan bersalah oleh hakim. Sehingga tidak dapat digunakan semata-mata untuk tujuan pembaharuan hukum pidana tidak terlepas dari pembalasan; pembahasan menganai manusia sehingga ia tidak 2. HP tidak dapat digunakan untuk menghukum boleh terpisahkan dengan nilai-nilai kemanusiaan, perbuatan yang tidak merugikan atau membahayakan; ialah nilai kasih sayang 3. HP tidak dapat digunakan untuk mengatasi persoalan Pada perkembangannya berkaitan dengan pem- yang mampu diselesaiakan dengan sarana lain yang bangunan hukum pidana, Barda Nawawi Arief menya- 13 lebih ringan; takan bahwa: 4. HP tidak dapat digunakan jika memuat kerugian yang Pembangunan hukum pidana merupakan upaya lebih besar dari perbuatan yang hendak dipidana; membangkitkan kembali nilai-nilai yang hidup di masyarakat, untuk kemudian dikaji secara 5. Larangan-larangan yang terdapat dalam HP jangan mendalam sebagai bahan penyusunan hukum memuat unsur yang lebih berbahaya dari perbuatan nasional, jelas merupakan kewajiban dunia yang hendak dipidanakan; akademik. Sungguh suatu hal yang sangat ironik 6. HP jangan memuat larangan yang tidak disepkatai apabila kebanyakan lulusan fakultas hukum lebih dan didukung oleh publik; banyak memahami dan menguasai nilai-nilai 7. HP jangan memuat larangan atau ketetapan yang hukum yang hidup dikalangan bangsanya sendiri. tidak dapat dijalankan dengan baik. Terlebih lagi apabila dia merasa asing bahkan Pandangan dari Walker tersebut menunjukan bahwa secara tidak sadar telah memusuhi bahkan hukum pidana tidak dapat semata-mata ditujukan hanya membunuhnya. untuk perbuatan penyiksaan yang melampaui batas Lebih lanjut Barda Nawawi Arief menyatakan:14 terhadap pelakuk kekerasan seksual terhadap anak Bahwa pembaharuan hukum pidana pada sekalipun dilakukan oleh pemerintah. Sejalan dengan hakikatnya merupakan upaya reorientasi dan pandangan tersebut Soedarto menyatakan bahwa:12 13 Barda Nawari Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Bila membicarakan pidana maka harus Pengembangan Hukum Pidana, Universitas Diponegoro, Semarang, 1984, membicarakan tentang orang yang melakukan hlm. 125. 14 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, 11 Sri Endah Wahyuningsih, op, cit, hlm. 72-73. Universitas Diponegoro, Semarang, 2013, hlm. 32. 12 Ibid, hlm. 74.

190 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 191 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi reevaluasi dari nilai-nilai sosio-politik, sosio- dan berkembang di dalam masyarakat, nilai- filosofik, sosio-kultur yang melandasi dan nilai yang hidup di dalam masyarakat itu dapat memberi isi terhadap muatan-muatan normatif bersumber atau digali dari nilai-nilai hukum adat dan substantif hukum pidana yang dicita-citakan. atau nilai-nilai hukum agama. Selanjutnya berkaitan dengan upaya pembaharuan Untuk dapat mewujudkan hal tersebut di atas, hukum pidana yang berlandaskan nilai-nilai luhur Barda Nawawi menyatakan bahwa:16 masyarakat Indonesia, Barda Nawawi Arief menyatakan:15 Pentingnya pendekatan humanistik dalam peng- Sistem hukum nasional di samping hendaknya gunaan sanksi pidana, tidak hanya berarti bahwa dapat menunjang pembangunan nasional dan sanksi yang dikenakan kepada pelanggar harus kebutuhan pergaulan internasional, juga harus sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dan tidak mengabaikan nilai-nilai dan beradab, namun juga harus mampu menyadarkan aspirasi yang hidup dan berkembang di dalam pelanggar akan arti penting dari nilai kemanusiaan masyarakat, nilai-nilai yang hidup di dalam dan nilai pergaulan dalam masyarakat. masyarakat itu dapat bersumber atau digali dari Guna mewujudkan berbagai penjelasan di atas Barda nilai-nilai hukum adat atau nilai-nilai hukum Nawawi Arief menambahkan perlu adanya pemikiran agama. hukum pidana yang berlandaskan ide keseimbangan. Hal inilah yang oleh Barda Nawawi Arief disebut Adapun konsep ide keseimbangan dalam hukum pidana di atas dengan: sebagaimana yang dimaksudkan oleh Barda Nawawi Pembaharuan hukum pidana pada hakikatnya Arief mencakup:17 merupakan upaya reorientasi dan reevaluasi 1. Keseimbangan monodualistik antara kepentingan dari nilai-nilai sosio-politik, sosio-filosofik, sosio- masyarakat atau umum dan kepentingan individu kultur yang melandasi dan memberi isi terhadap atau perorangan. Pada ide keseimbangan ke- muatan-muatan normatif dan substantif hukum pentingan umum atau individu, tercakup juga di- pidana yang dicita-citakan...... Dan, sistem hukum dalamnya perlindungan kepentingan korban dan ide nasional di samping hendaknya dapat menunjang individualisasi pidana; pembangunan nasional dan kebutuhan pergaulan 2. Keseimbangan natara unsur atau faktor objektif atau internasional, juga harus bersumber dan tidak perbuatan lahiriah dan subjektif atau orang atau mengabaikan nilai-nilai dan aspirasi yang hidup batiniah atau sikap batin;

15 Barda Nawawi Arief, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan 16 Barda Nawawi Arif, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Pengembangan Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1998, hlm. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2013, hlm. 41. 117. 17 Ibid, hlm. 39.

192 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 193 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi 3. Keseimbangan antara kriteria formal dan materiel; Sedangkan analisis kebijakan (policy analysis) adalah 4. Keseimbangan antara kepastian hukum, kelenturan kajian terhadap kebijakan publik yang bertujuan untuk atau elastisitas atau fleksibelitas hukum dan keadilan mengintegrasi dan mengontekstualisasikan model dan hukum. riset dari disiplin-disiplin tersebut yang mengandung 19 Berkaitan dengan pemikiran ide keseimbanagan di orientasi problem dan kebijakan. atas maka hukum pidana pada dasarnya memiliki tujuan Di lain pihak, Anderson mengartikan kebijakan melindungi masyarakat sekaligus melindungi dan membia publik sebagai kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh individu.18 lembaga atau pejabat Pemerintah. Dengan pengertian ini, Anderson juga mengingatkan bahwa kebijakan publik adalah unik, karena berkaitan dengan institusi D. Reformasi Ketentuan Pidana Mati Pemerintah, yang oleh Easton dicirikan sebagai “kekuatan dalam Undang-Undang Nomor 31 pemaksa yang sah”. Lebih jauh, Anderson mencatat lima implikasi dari konsepnya mengenai kebijakan publik Tahun 1999 jo. Undang-Undang tersebut. Pertama, kebijakan publik adalah tindakan yang berorientasi tujuan. Kedua, kebijakan publik berisikan Nomor 20 Tahun 2001 rangkaian tindakan yang diambil sepanjang waktu. Ketiga, Kebijakan publik menitikberatkan pada apa yang oleh kebijakan publik merupakan tanggapan dari kebutuhan Dewey katakan sebagai “publik dan problem-problemnya”. akan adanya suatu kebijakan mengenai hal-hal tertentu. Kebijakan publik membahas soal bagaimana isu-isu dan Keempat, kebijakan publik merupakan gambaran dari persoalan-persoalan tersebut disusun (constructed) dan kegiatan pemerntah senyatanya dan bukan sekedar didefinisikan, dan bagaimana kesemuanya itu diletakkan keinginan yang akan dilaksanakan. Kelima, kebijakan dalam agenda kebijakan dan agenda politik. Selain itu, Pemerintah dapat merupakan kegiatan aktif dan pasif mengutip pendapat Heidenheimer, kebijakan publik juga dalam menghadapi suatu masalah.20 merupakan studi tentang “bagaimana, mengapa dan Uraian di atas memberi gambaran atau pandangan apa efek tindakan aktif (action) dan pasif (inaction) dari tentang kebijakan publik, dapat disimpulkan bahwa Pemerintah”. Atau seperti yang dinyatakan oleh Dye, kebijakan publik adalah pola tindakan yang ditetapkan kebijakan publik adalah studi tentang apa yang dilakukan oleh Pemerintah, mengapa Pemerintah mengambil 19 Wayne Parsons, Public Policy, Pengantar Teori dan Praktek Analisis Kebijakan, (dialihbahasakan oleh Tri Wibowo Budi Santoso), (Jakarta: tindakan tersebut dan apa akibat dari tindakan tersebut. Kencana; 2005), hlm. xi-xii.. 20 James A. Anderson, Public Policy Making: An Introduction. 7th 18 Loc, cit. edition, (Boston:Wadsworth, 1994), hlm. 6.

194 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 195 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi oleh Pemerintah dan terwujud dalam bentuk peraturan proses reformulasi lebih berkeadilan karena berlandaskan perundang-undangan dalam rangka penyelenggaraan Pancasila dan UUD NRI 1945. Sehingga pada akhirnya pemerintahan negara.21 outputnya pun akan sesuai dengan landasan dasar Setelah mendapatkan gambaran mengenai siklus tersebut yang tidak lain bertujuan mewujudkan keadilan hidup kebijakan, maka teori kebijakan yang digunakan hukum bagi seluruh golongan masyarakat Indonesia. untuk merekonstruksi kebijakan dalam penyelesaian Selanjutnya David Easton menyatakan bahwa hubungan industrial yang berkeadilan adalah Teori penyusunan suatu kebijakan hukum mealaui beberapa Kebijakan dari Wayne Parsons. Dalam menganalisis tahapan yaitu:23 pro-ses kebijakan sebagai model yang terdiri dari 1. Tahapan yang pertama adalah tahapan makro input (artikulasi kepentingan), fungsi proses (agregasi dimana proses penyusunan hukum berlangsung kepentingan, pembuatan kebijakan, implementasi di masyarakat secara sosiologis, pada tahapan ini kebijakan dan keputusan kebijakan) dan fungsi kebijakan pembuatan hukum bergantung pada ketersediaan (extraction, regulasi dan distribusi). Output kebijakan bahan-bahan hukum di masyarakat. Namun de- dikembalikan ke dalam sistem politik yang berada di mikian tidak semua peristiwa di masyarakat dapat lingkungan domestik dan internasional.22 Berdasarkan dikatakan sebagai bahan hukum persoalan kebijakan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hukum, suatu peristiwa baru dapat dikatakan perlu dilakukan reformulasi terkait pengaturan konspirasi sebagai persoalan kebijakan hukum ketika peristiwa dalam tindak pidana korupsi yang berlandaskan pada tersebut dapat membangkitkan banyak orang untuk Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar NRI melakukan tindakan terhadap peristiwa tersebut, 1945, 28D UUD NRI 1945, Undang-Undang Nomor 31 lebih lanjut agar peristiwa tersebut dapat menjadi Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001, agenda pemerintah untuk kemudian dijadikan dan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999, pijakan kebijakan, maka perlu dilihat beberapa hal yaitu:24 tersebut harus meliputi segala tahap baik tahap input, • Peristiwa; proses reformulasi, hingga output. Sehingga bahan utama sebagai penyusun formulasi baik berupa persepsi, • Pihak yang terkena peristiwa; dukungan, organisasi maupun kebutuhan segala golong- • Keterwakilan pihak yang terkena peristiwa an masyarakat dapat terserap dengan adil, kemudian pada sektor lembaga pembuat kebijakan. pada proses adanya pijakan dasar tersebut akan membuat 23 Esmi Warassih, op, cit, hlm. 36-37 21 Muchlis Hamdi, Kebijakan Publik, Proses, Analisis dan Partisipasi, 24 Loc, cit Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2004), hlm. 37. 22 Wayne Parsons, Op.cit., halaman 25-26.

196 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 197 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Selain terkait ketiga hal tersebut pada aspek kebijakan baru di masyarakat, interaksi antara aspek- yang pertama ini para pihak yang terlibat dalam aspek tersebut oleh David Easton disebut sebagai proses identifikasi dan perumusan persoalan kebijakan juga black box. Berikut adalah skema terkait pandangan black memiliki peran yang tidak kalah pentingnya. box dari Easton tersebut:26 2. Tahapan yang kedua adalah tahapan politis di- Bagan III: Penjelasan Teori David Easton mana pada tahapan ini persoalan kebijakan yang teridentifikasi dalam proses sosiologi yang ada di atas diteruskan dan diidentifikasi lebih lanjut untuk kemudian lebih dipertajam untuk kemudian dikritisi oleh kekuatan-kekuatan yang berada di masyarakat, tahapan kedua ini juga cukup penting, hal ini dikarenakan pada tahapan ini persoalan kebijakan akan diteruskan atau tidak menjadi suatu tahapan penyusunan kebikan hukum secara yuridis ditentukan. Kedua tahapan tersebut dipengaruhi oleh berbagai hal yang dapat menentukan bentuk kebijakan nantinya, adapun aspek-aspek yang mempengaruhi kedua tahapan di atas adalah:25 Berdasarkan teori Easton tersebut reformulasi ke- 1. Para pihak yang terlibat dalam identifikasi dan pe- tentuan terkait penangan kasus permufakatan jahat rumusan persoalan kebijakan di masyarakat baik dalam kasus korupsi haruslah berdasarkan keadilan individu maupun kelompok; dimana penegakan hukum yang ada tidak tebang pilih 2. Lingkungan sosial, ekonomi, politik, budaya, ke- atau berdasarkan kekuasaan dan politik. Kehidupan amanan, geografis, dan sebagainya; masyarakat pada perkembangannya senantiasa mem- 3. Lembaga legislatif, lembaga eksekutif, lembaga butuhkan keadaan tertib dan teratur, keadaan yang tertib yudikatif, partai politik, dan tokoh masyarakat. dan teratur di dalam masyarakat tersebut dapat terwujud Aspek-aspek tersebut kemudian saling berinteraksi bila di suatu masyarakat terdapat satu tatanan. Adapun membentuk input dan kemudian diteruskan dalam tatanan di dalam masyarakat tersebut tidaklah sama, hal proses politik untuk kemudian menjadi output atau tersebut dikarenakan suatu tatanan terdiri dari berbagai

25 Loc, cit 26 Loc, cit

198 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 199 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi norma-norma yang berlain-lainan. Berbagai perbedaan Hal tersebut menunjukan bahwa kaidah ini tersebut dapat teramati pada pertautran antara das memiliki muatan yang bergantung pada dinamika sollen dan das sein atau antara cita hukum dan hukum masyarakat sehingga tingkat keidelan antara das sollen pada pelkasanaannya di masyarakat. Hal tersebut oleh dan das sein sangatlah rendah, hal ini dikarenakan Gustav Radbruch di sebut sebagai “ein immer zunehmende masyarakat sangat dinamis sementara sati cita yang Spannungsgrad zwischen ideal und Wirklichkeit.” Pendapat ideal terkadang bersifat tegas dan kurang fleksibel dari Radbruch tersebut dapat diartikan bahwa setiap atau tidak sejalan dengan perubahan masyarakat perbedaan yang ada dalam tatanan dan norma yang sehingga tingkat keidelan antara das sollen dan das ada dapat dilihat dari adanya muatan yang berbeda sein sangatlah rendah. Pada kaidah ini manusia yang dalam cita hukum dan hukum pada pelkasanaannya di dapat dikatakan sebagai manusia yang ideal adalam masyarakat.27 Selanjutnya Satjipto Rahardjo menyatakan manusia yang senantiasa bertindak sesuai dengan bahwa di dalam suatu tatanan yang dapat dilihat dari norma dan kaidah atau tatatanan yang berlaku di luar pada dasarnya terdapat tatanan yang kompleks masyarakat. Namun demikian norma-norma pada didalamnya, atau dapat dikatakan juga bahwa pada tatanan kebiasaan tidaklah sama dengan norma- suatu tatanan terdapat sub-sub tatanan yang menyusun norma yang ada pada tatanan hukum dan kesusilaan. tatanan tersebut. Adapun sub-sub tatanan yang kompleks 2. Hukum tersebut teridiri dari:28 1. Kebiasaan Selanjutnya tatanan hukum merupakan tatanan atau kaidah yang sangat dekat dengan peristiwa Tatanan kebiasaan atau kaidah kebiasaan dapat pergeseran antara das sollen dan das sein di dalam dikatakan sebagai tatanan atau kaidah yang paling masyarakat. Namun demikian pelepasan antara suatu dekat dengan kehidupan masyarakat. Dapat kaidah dari kaidah kebiasaan yang merupakan kaidah dikatakan juga bahwa tatanan kebiasaan atau dasar, melalui kaidah hukum tidaklah dapat terlepas kaidah kebiasaan berasal dari perebutan yang selalu secara total, hal ini ditunjukan dengan masih adanya dilakukan masyarakat yang melalui saringan berupa hukum kebiasaan dan hukum adat di masyarakat yang keteraturan, keajegan dan kesediaan masyarakat masih berpegang teguh pada kebiasaan masyarakat untuk menerima kebiasaan tersebut sebagai suatu yang merupakan das sollen di masyarakat. Adanya tatanan atau kaidah. pergeseran antara kaidah kebiasaan dengan suatu kaidah lainnya dapat dilihat pada hukum positif 27 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2012, hlm. 13-14. negara yang dibuat oleh suatu institusi yang ditun- 28 Ibid, hlm. 14-18. juk oleh masyarakat dan mamng ditugaskan oleh

200 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 201 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi masyarakat untuk menciptakan suatu kaidah hukum. Bagan IV: Ragaan Mengenai Kemandirian Kehendak Manusia dalam Pada proses tersebut terlihat jelas bahwa norm dan Tatanan Hukum kaidah sengaja dibuat untuk menciptakan suatu ketertiban di masyarakat. Sementara itu ketertiban yang dimaksud juga merupakan sub-kaidah kompleks dalam masyarakat yang ditentukan oleh angota- anggotannya melalui mekanisme kerja tertentu. Anggota-anggota masyarakat tersebut pada dasrya membentuk suatu lembaga resmi yang ditunjuk oleh masyarakat secara keseluruhan guna membentuk suatu norma sebagai landasan dibentuknya suatru Selanjutnya dapat terlihat jelas bahwa hukum kaidah atau tatanan di masyarakat. Sehingga jelas berada di tengah-tengah antara dunia idel dan dunia bahwa baik norma maupun kaidah atau tatanan nyata sehingga tugas hukum tidak lain menurut dibentuk berdasarkan kehendak manusia. Sehingga Stjipto Rahardjo adalah meramu anatar dunia jelas bahwa kehendak manusia merupakan landasan ideal dan dunia nyata. Untuk itulah dibutuhkan dasar dan ciri pada tatanan hukum. Hal ini dikarenakan kemandirian dan keyakinan dari kaidah hukum dengan kehendak manusia yang ada mampu dengan tersendiri yang berangkat dari kehendak manusia mandiri menentukan posisi kaidah hukum secara dan norma yang ada. mandiri tidak tergantung pada kaidah kesusialaan dan kaidah kebiasaan, hal tersebut dikarenakan 3. Kesusilaan kehendak manusia mampu secara independen Lebih lanjut terkait tatanan kesusilaan dapat di- membentuk suatu norma dan kaidah sendiri. Berikut nyatakan bahwa tatanan kesusialaan memiliki akan dijelaskan dengan bagan berkenaan dengan hal kesamaan dengan tatanan kebiasaan yaitu sama- tersebut: sama berasal dari masyarakat hanya saja bila tatanan kebiasaan berasal dari kebiasaan masyarakat, ta- tanan kesusilaan berasala dari nilai idela yang hendak diwujudkan oleh masyarakat. Oleh sebab itu tatanan kesusilaan bertolak ukur pada ide yang dimiliki oleh individu dan masyarakat yang ada. Hal tersebut berimplikasi pada penentuan suatu tingkah laku manusia yang harus berlandaskan pada ide

202 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 203 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi yang meliahat suatu perbuatan pada tataran ideal. Satjipto Raharjo hanya memilih ketiga sub-tatanan di Pada tatanan ini pengambilan keputusan mangenai atas dikarenakan ketiga sub tatanan tersebut memiliki suatu tindakan atau norma dapat atau tidak ketegangan yang sangat besar dalam hubungannya diterima berdasar pada nilai ideal yang kemudian di sebagai sub-tatanan di masyarakat. kongkritisasi oleh institusi masyarakat yang resmi Berdasarkan berbagai penjelasan di atasterlihat yang berlandaskan pada nilai ideal tanpa harus juga bahwa pada dasarnya hukum memiliki tugas meramu antar dunia nyata dan dunia ideal layaknya yang tidak mudah yaitu menggabungkan dua dunia tatanan hukum. Sehingga jelas tujuan dari tatanan ini yang berbeda yaitu dunia ideal dan dunia nyata, oleh adalah membentuk insan kamil atau manusia yang sebab itu masyarakat yang tidak mungkin menunggu ideal. Berikut akan dijelaskan dengan bagan terkait adanya kekosongan hukum, sehingga masyarakatkerap tatanan kesusuilaan dalam bingkai hubungan antara kali menuntut untuk dibuatnya aturan yang mampu das sollen dan das sein: menutupi kekosongan hukum, hal ini jelas berkaitan erat dengan kapastian hukum bukan tatanan yang ideal dan 29 Bagan V: Spektrum Tegangan Antara Ideal dan Kenyataan pada juga bukan berkaiatan dengan kebiasaan masyarakat. Bingkai Tatanan Kesusialaan Berbagai penjelasan terkait kebutuhan masyarakat akan adanya kepastian hukum sebagaiaman telah dijelaskan di atas tidaklah sepenuhnya benar, Satjipto Rahardjo lebih lanjut menyatakan bahwa hukum merupakan karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjuk-petunjuk mengenai tingkah laku manusia. Dengan kata lain bahwa hukum merupakan cerminan kehendak manuisa mengenai bagamaina cara membina manusia serta bagamana cara mengaharahkan manusia dalam kehidupan bermasyarakat tentunya. Oleh sebab itu hukum mengandung rekaman mengenai ide- ide manusia yang selalu berpijak pada nilai keadilan. Lebih lanjut pada perkembangannya hukum berbeda Berdasarkan berbagai penjelasan di atas terlihat dengan kesusialaan sebab hukum mengikatkan diri jelas bahwa pada dasarnya jenis dari sub-sub tatanan pada masyarakat yang merupakan basis sosialnya, yang komplek masih sangat banyak tidak hanya meliputi sehingga hukum senantiasa memperhatikan kebutuhan ketiga sub-sub tatanan yang kompleks di atas. Namun 29 Ibid, hlm. 18.

204 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 205 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi dan kepentingan masyarakat serta senantiasa melayani yakni Keadilan berbasis persamaan, distributif, dan masyarakat. Berkenaan dengan persoalan keadilan, korektif.32 Keadilan berbasis persamaan, didasarkan hukum dalam mewujudkannya tidaklah mudah sehingga atas prinsip bahwa hukum mengikat semua orang, membutuhkan perenungan serta penimbangan yang sehingga keadilan yang hendak dicapai oleh hukum tepat dengan waktu yang tidak dapat ditempuh secara dipahami dalam konteks kesamaan. Kesamaan singkat begitu saja. yang dimaksudkan disini terdiri dari atas kesamaan Berdasarkan berbagai penjelasan yang ada di atas numerik dan kesamaan proporsional. Kesamaan terlihat bahwa masyarakat tidaklah menghendaki adanya numerik berprinsip kesamaan derajat atas setiap hukum yang adil dan mampu melayani kebutuhan dan orang di hadapan hukum, sedangkan kesamaan kepentingannya saja melainkan juga harus mampu me- proporsional adalah memberi kepada setiap orang wujudkan kepastian hukum yang mampu mejamin apa yang sudah menjadi haknya. Keadilan distributif, rasa aman dalam kehidupan masyarakat baik dalam hal ini identik dengan keadilan proporsional, dimana berinteraksi atau saling mewujudkan kebutuhan antar keadilan distributif berpangkal pada pemberian satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat hak sesuai dengan besar kecilnya jasa, sehingga lainnya.30 dalam hal ini keadilan didasarkan pada persamaan, Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat di- melainkan sesuai dengan porsinya masing- simpulkan bahwa dalam mewujudkan suatu tatanan masing (proporsional). Keadilan korektif, pada di dalam masyarakat maka dibutuhkan tiga hal yaitu dasarnya merupakan keadilan yang bertumpu pada keadilan, kesusilaan, dan kepastian hukum. Ketiga hal pembetulan atas suatu kesalahan, misalnya apabila tersebut oleh Gustav Radbruch dinyatakan sebagai nilai- ada kesalahan orang yang menimbulkan kerugian nilai dasar hukum. Adapun ketiga nilai dasar tersebut bagi orang lain, maka orang yang mengakibatkan meliputi: munculnya kerugian, harus memberikan ganti rugi (kompensasi) kepada pihak yang menerima kerugian 1. Nilai keadilan untuk memulihkan keadaannya sebagai akibat dari Sesungguhnya konsep keadilan sangat sulit mencari kesalahan yang dilakukan.33 tolak ukurnya karena adil bagi satu pihak belum tentu dirasakan oleh pihak lainnya. Kata keadilan 32 Aristoteles, (384 SM – 322 SM) adalah seorang filsuf Yunani. berasal dari kata adil, yang berarti dapat diterima Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi, 31 secara obyektif. Lebih lanjut menurut Aristoteles, zoologi, ilmu alam dan karya seni. Bersama dengan Socrates dan Plato, ada beberapa pengertian keadilan, antara lain ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat. Dikutip dari http://id.wikipedia.org/ 30 Ibid, hlm. 19. wiki/Aristoteles/keadilan. diakses 13 Desember 2016, jam 21.00 WIB. hlm. 31 Algra, dkk., Mula Hukum, Jakarta, Binacipta, 1983, hlm. 7. 1. 33 Loc, cit.

206 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 207 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Sementara itu menurut Thomas Aquinas, menurut Socrates sebagaimana dikutip Ahmad Fadlil keadilan dapat dibagi dua, yaitu keadilan yang Sumadi mengatakan bahwa, “hakekat hukum dalam bersifat umum dan keadilan yang bersifat khusus. memberikan suatu keputusan yang berkeadilan Keadilan yang bersifat umum adalah keadilan yang haruslah: tidak berat sebelah, berpegang pada fakta dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan yang benar, dan tidak bertindak sewenang-wenang yang wajib ditaati demi kepentinganumum. Adapun atas kekuasaannya.36 keadilan khusus adalah keadilan yang didasarkan Kemudian menurut Satjipto Rahardjo seba- atas persamaan atau proporsionalitas.34 gaimana dikutip oleh Syafruddin kalo menga- Lebih lanjut Hans Kelsen berpandangan bahwa takan bahwa, “keadilan adalah inti atau hakikat suatu tata sosial adalah tata yang adil. Pandangan ini hukum.”37 Keadilan tidak hanya dapat dirumuskan bermakna bahwa tata tersebut mengatur perbuatan secara matematis bahwa yang dinamakan adil bila manusia dengan tata cara yang dapat memberikan seseorang mendapatkan bagian yang sama dengan kebahagiaan bagi seluruh masyarakat. Keadilan adalah orang lain. Karena keadilan sesungguhnya terdapat kebahagiaan sosial yang tidak bisa ditemukan manusia dibalik sesuatu yang tampak dalam angka tersebut sebagai individu dan berusaha mencarinya dalam (metafisis), terumus secara filosofis oleh penegak masyarakat. Oleh karena itu, kerinduan manusia pada hukum yaitu hakim.38 keadilan pada hakekatnya adalah kerinduan terhadap Kemudian menurut L.J Van Apeldoorn menga- kebahagiaan. Artinya adanya pengakuan masyarakat takan bahwa,”keadilan tidak boleh dipandang sama terhadap keadilan yang dihasilkan, keadilan tersebut arti dengan persamarataan, keadilan bukan berarti hanya dapat diperoleh dari tatanan.35 Selanjutnya bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.” Maksudnya keadilan menuntut tiap-tiap 34 Thomas Aquinas (1225-1274) lahir di Roccasecca dekat Napoli, Italia. Ia adalah seorang filsuf dan teolog dari Italia yang sangat berpengaruh perkara harus ditimbang tersendiri, artinya adil bagi pada abad pertengahan. Karya Thomas Aquinas yang terkenal adalah seseorang belum tentu adil bagi yang lainnya. Tujuan Summa Theologiae (1273), yaitu sebuah buku yang merupakan sintesis hukum adalah mengatur pergaulan hidup secara dari filsafat Aristoteles dan ajaran Gereja Kristen. Dikutip dari http:// id.wikipedia.org/wiki/Thomas/Aquinas/keadilan diakses 13 Desember Kelsen menemukan bahwa dua pereduksi ini telah melemahkan hukum. 2016, diakses 13 Desember 2016, jam 21.30 WIB. hlm. 2. Dikutip dari http://id.wikipedia.org/wiki/hans/kelsen/keadilan diakses 35 Hans Kelsen (1881-1973). Kelsen lahir di Praha, Austria pada 11 13 Desember 2016, diakses 13 Desember 2016, jam 21.45 WIB. hlm. 1. Oktober 1881. Ia adalah seorang ahli hukum dan filsuf Teori Hukum Murni 36 Ahmad Fadlil Sumadi, “Hukum dan Keadilan Sosial” dikutip dari (the Pure Theory of Law). Pada 1906, Kelsen mendapatkan gelar doktornya http://www.suduthukum.com diakses 13 Desember 2016, hlm. 5. pada bidang hukum. Kelsen memulai kariernya sebagai seorang teoritisi 37 Syafruddin Kalo, “Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian hukum. Oleh Kelsen, filosofi hukum yang ada pada waktu itu dikatakan Hukum dan Rasa keadilan Masyarakat” dikutip dari http://www. telah terkontaminasi oleh ideologi politik dan moralitas di satu sisi, academia.edu.com diakses 8 Desember 2016, hlm. 5. dan telah mengalami reduksi karena ilmu pengetahuan di sisi yang lain. 38 Loc, cit.

208 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 209 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi damai jika ia menuju peraturan yang adil, artinya ius, summa iniuria, keadilan yang tertinggi adalah peraturan dimana terdapat keseimbangan antara ketidakadilan yang tertinggi kepentingan-kepentingan yang dilindungi, dan Dalam pengertian lain, menurut Satjipto setiap orang memperoleh sebanyak mungkin yang Rahardjo sebagaimana dikutip oleh Syafruddin menjadi bagiannya.39 Selanjutnya L.J Van Apeldoorn kalo menekankan bahwa, “merumuskan konsep menambahkan bahwa:40 keadilan bagaimana bisa menciptakan keadilan Keadilan tidak boleh dipandang sama arti dengan yang didasarkan pada nilai-nilai keseimbangan atas 41 persamarataan. Keadilan bukan berarti bahwa persamaan hak dan kewajiban.” tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama.... Kemudian menurut Ahmad Ali MD mengatakan Jika hukum semata-mata menghendaki keadilan, bahwa, “keadilan sebuah putusan hukum yang jadi semata-mata mempunyai tujuan memberi dijatuhkan oleh hakim terhadap pencari keadilan tiap-tiap orang apa yang patut diterimanya, maka haruslah diambil berdasatkan kebenaran substantif, ia tak dapat membentuk peraturan-peraturan memberikan sesuatu kepada yang berhak 42 umum....Tertib hukum yang tak mempunyai menerimanya.” peraturan umum, bertulis atau tidak bertulis 2. Nilai kepastian adalah tidak mungkin. Tak adanya peraturan umum, berarti ketidaktentuan yang sungguh- Menurut Syafruddin Kalo mengatakan bahwa, sungguh, mengenai apa yang disebut adil atau “kepastian hukum dapat kita lihat dari dua sudut, tidak adil. Ketidaktentuan itu akan menyebabkan yaitu kepastian dalam hukum itu sendiri dan perselisihan. Jadi hukum harus menentukan kepastian karena hukum.” Lebih lanjut Syafruddin 43 peraturan umum, harus menyamaratakan. Kalo menyatakan bahwa: Keadilan melarang menyamaratakan; keadilan Kepastian dalam hukum dimaksudkan bahwa se- menuntut supaya tiap-tiap perkara harus tiap norma hukum itu harus dapat dirumuskan ditimbang tersendiri....makin banyak hukum dengan kalimat-kalimat di dalamnya tidak memenuhi syarat, peraturan yang tetap, yang mengandung penafsiran yang berbeda-beda. sebanyak mungkin meniadakan ketidakpastian, Akibatnya akan membawa perilaku patuh atau jadi makin tepat dan tajam peraturan hukum itu, tidak patuh terhadap hukum. Dalam praktek makin terdesaklah keadilan. Itulah arti summum 41 Syafruddin Kalo, “Penegakan Hukum yang Menjamin Kepastian 39 L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, terj. Oetarid Sadino, Hukum dan Rasa keadilan Masyarakat” dikutip dari http://www. Jakarta, Pradnya Paramita, 1993, hlm. 11. academia.edu.com diakses 8 Desember 2016, hlm. 5. 40 Ibid, hlm. 11-13 42 Ahmad Ali MD, “Keadilan Hukum Bagi Orang Miskin,” Jurnal Mimbar Hukum dan Keadilan, (Jogjakarta) Edisi 1, 2012, hlm. 132. 43 Syafruddin Kalo, op, cit, hlm. 4.

210 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 211 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi banyak timbul peristiwaperistiwa hukum, di Selanjutnya Badai Husain hasibuan dan Rahmi mana ketika dihadapkan dengan substansi norma Purnama Melati mengatakan bahwa:45 hukum yang mengaturnya, kadangkala tidak Dalam prakteknya di lapangan ternyata dapat jelas atau kurang sempurna sehingga timbul kita lihat banyak sekali masyarakat pencari penafsiran yang berbedabeda yang akibatnya keadilan khususnya ekonomi lemah yang merasa akan membawa kepada ketidakpastian. Kepastian tidak mendapatkan kepastian hukum. Hal ini dalam hukum dimaksudkan bahwa setiap norma disebabkan karena proses peradilan di Indonesia hukum itu harus dapat dirumuskan dengan yang tergolong lama, dan biaya yang cukup kalimat-kalimat di dalamnya tidak mengandung mahal, padahal tujuan dibentuknya pengadilan penafsiran yang berbeda-beda. Akibatnya akan itu salah satunya adalah untuk memperoleh membawa perilaku patuh atau tidak patuh kepastian hukum. terhadap hukum. Dalam praktek banyak timbul peristiwaperistiwa hukum, di mana ketika Oleh karena itu tentang apa arti dari sebuah dihadapkan dengan substansi norma hukum yang kepastian hukum merupakan suatu hal yang sangat mengaturnya, kadangkala tidak jelas atau kurang penting pula bagi masyarakat, Kepastian hukum sempurna sehingga timbul penafsiran yang yang dituangkan dalam putusan hakim merupakan berbedabeda yang akibatnya akan membawa hasil yang didasarkan pada fakta-fakta persidangan kepada ketidakpastian. yang relevan secara yuridis serta dipertimbangkan dengan hati nurani. Hakim selalu dituntut untuk Lebih lanjut Satjipto Rahardjo sebagaimana selalu dapat menafsirkan makna undang-undang dan dikutip oleh Syafruddin Kalo mengatakan bahwa:44 peraturan-peraturan lain yang dijadikan dasar untuk Salah satu aspek dalam kehidupan hukum diterapkan.46 adalah kepastian, artinya, hukum berkehendak Hal tersebut sangat penting, oleh karena untuk menciptakan kepastian dalam hubungan dengan adanya kepastian hukum itu akan sangat antar orang dalam masyarakat. Salah satu yang mempengaruhi wibawa hakim dan elektabilitas berhubungan erat dengan masalah kepastian pengadilan itu sendiri. Karena putusan hakim tersebut adalah masalah dari mana hukum itu yang mengandung unsur kepastian hukum akan berasal. Kepastian mengenai asal atau sumber memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu hukum menjadi penting sejak hukum menjadi pengetahuan di bidang hukum. Hal ini disebabkan lembaga semakin formal 45 Badai Husain Hasibuan dan Rahmi Purnama Melati, “Asas Kepastian Hukum Dalam Peradilan Indonesia” dikutip dari http://www. 44 Ibid, hlm. 4 dan 16. amiyorazakaria.blogspot.com diakses 9 Desember 2016, hlm. 1. 46 Syafruddin Kalo, op, cit, hlm. 4.

212 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 213 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi putusan hakim yang sudah mempunyai kekuatan Pada dasarnya menurut Satjipto Rahardjo hukum tetap, bukan lagi pendapat dari hakim itu diantara ketiga nilai dasar hukum tersebut sering sendiri yang memutuskan perkara, tetapi sudah terjadi ketegangan atau spannungsverhältnis. merupakan pendapat dari institusi pengadilan dan Artinya bahwa ketiga nilai dasar tersebut memiliki menjadi acuan masyarakat dalam pergaulan sehari- muatan tuntutan yang berbeda-beda. Hal tersebut hari.47 dikarenakan dalam setiap proses mewujudkan ketiga nilai dasar tersebut tidaklah terlepas dari kepentingan 3. Nilai kemanfaatan individu ata suatu kelompok di dalam masyarakat Menurut Jeremy Bentham sebagaimana dikutip secara kompleks.50 Persoalan spannungsverhältnis oleh Mohamad Aunurrohim mengatakan, “hu- tersebut mengakibatkan terhambatnya penegakan kum barulah dapat diakui sebagai hukum, jika hukum dalam berbagai dimensinya. ia memberikan kemanfaatan yang sebesar- Pada perkembangannya hukum antar aliran besarnya terhadap sebanyak-banyaknya orang.”48 satu dengan yang lain kerap bahkan sebagian Sebagai contoh misalnya saja putusan hakim akan sebagai berpolemik, bisa positivistik versus non mencerminkan kemanfaatan, manakalah hakim ti- positivistik, maupun dalam bentuk-bentuk lainnya. dak saja menerapkan hukum secara tekstual belaka Hal ini berakar dari hakikat perubahan dengan segala dan hanya mengejar keadilan semata, akan tetapi juga konsekuensinya (sebagai misal kenyataan yang mengarahkan pada kemanfaatan bagi kepentingan sedang hangat terjadi, yaitu hukum progresif versus pihak-pihak yang berperkara dan kepentingan hukum konservatif). Berkaitan dengan penegakan masyarakat pada umumnya. Artinya, hakim dalam hukum, walaupun polemik hukum senyatanya tidak menerapkan hukum, hendaklah mempertimbangkan akan pernah berkahir sepanjang kehidupan manusia hasil akhirnya nanti, apakah putusan hakim tersebut masih ada, namun proses penegakan hukum harus membawa manfaat atau kegunaan bagi semua merupakan tidak kalah pentingnya bersejalan dengan pihak.49 kritik-kritik berhukum khususnya dalam bahasan ini dalam konteks Indonesia. Berbicara penegakan 47 Fence M. Wantu, “Mewujukan Kepastian Hukum, Keadilan dan hukum berarti berbicara juga antara lain tentang Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim di Peradilan Perdata,” Jurnal Dinamika Hukum, (Gorontalo) Vol. 12 Nomor 3, September 2012, Dikutip dari http:// penegak hukum dan masyarakat yang menempati www.academia.edu.com diakses 14 September 2016, jam 20.30 WIB, hlm. pada posisi strategis dalam penegakan supremasi 483. hukum.51 48 Mohamad Aunurrohim, “Keadilan, Kepastian, dan Kemanfaatan Hukum di Indonesia” dikutip dari http://www.academia.edu.com diakses 50 Satjipto Rahardjo, op, cit, hlm. 19-20. 9 Desember 2016, hlm. 7. 51 Sabian Ustman, Penegakan Hukum Responsif, Pustaka Pelajar, 49 Sudikno Mertokususmo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yokyakarta, 2010, hlm. 11-12. Yogyakarta: Liberty, 2005, hlm. 160.

214 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 215 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Proses untuk mencapai rasa keadilan adalah hidup, dan ditambahkan terkait ketentuan pidana merupakan mata rantai yang tidak boleh di lepas kerja sosial. Kerja sosial yang dimaksudkan seperti pisahkan paling tidak sejak pembuatan peraturan menjadi petugas kebersihan di ruang-ruang publik perundangan, terjadinya kasus atau peristiwa umum seingga akan mampu membuat pelaku tindak hukum, sampai diproses verbal di kepolisian serta pidana korupsi menjadi malu. Berikut akan dijelaskan penuntutan jaksa, atau gugatan dalam perkara dengan tabel rekonstruksi di bawah ini: perdata, dan kemudian diakhiri dengan Vonis hakim yang memperoleh kekuatan hukum tetap (inkracht vangeweisde) sehingga kualitas proses itulah sebenarnya sebagai jaminan kualitas titik kulminasi hasil atau manfaat seperangkat peraturan perundang-undangan yang dibuat. Dengan demikian sangat mempeluangkan tegaknya supremasi hukum di negara kita. Harold J. Laksi yang dikutip oleh Sabian52 mengatakan “bahwa warga negara berkewajiban mematuhi hukum tertentu hanya jika hukum itu memuaskan rasa keadilannya.”53 Guna mewujudkan berbagai macam ide di atas maka perlu dilakukan rekonstruksi terkait ketentuan pidana mati di dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Adapun ketentuan sebagai mana tertuang dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 diubah sehingga ketentuan terkait pidana penjara pada Pasal 2 ayat (1) yang semula diancam paling singkat 4 tahun diubah menjadi 1 tahun kemudian adalam Pasal 2 ayat (2) digantikan dengan pidana seumur 52 Sabian Utsman, Anatomi Konflik dan Solidaritas Masyarakat Nelayan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, hlm. 262. 53 Sabian Ustman, op,cit, hlm. 13-14.

216 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 217 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi Tabel IV: Rekonstruksi Pasal 2 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 31 (2) Dalam hal (2) Ketentuan Tahun 1999 Jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tindak pidana ko- sebagaimana di atur rupsi sebagaimana dalam ayat (1) juga dimaksud dalam ditambahkan den- Sebelum Kelemahan Setelah ayat (1) dilakukan gan pidana tamba- Direkonstruksi Direkonstruksi dalam keadaan ter- han berupa pidana tentu, pidana mati kerja sosial yang Pasal 2 Undang-Un- Memuat ketentuan Pasal 2 Undang-Un- dapat dijatuhkan. dilakukan di tempat dang Nomor 31 terkait pidana mati dang Nomor 31 umum. Tahun 1999 jo. Un- yang mana hal terse- Tahun 1999 jo. Un- dang-Undang No- but bertentangan dang-Undang No- (3) Dalam hal mor 20 Tahun 2001: dengan Pancasila mor 20 Tahun 2001: tindak pidana ko- dan juga mengingat rupsi sebagaimana (1) Setiap bahwa dalam pen- (1) Setiap dimaksud dalam orang yang secara egakkan huku serta orang yang secara ayat (1) dilakukan melawan hukum pidana mati sendi- melawan hukum dalam keadaan ter- melakukan perbua- ri dapat dijatuhkan melakukan perbua- tentu, pidana se- tan memperkaya diri secara salah kepa- tan memperkaya diri umur hidup dapat sendiri atau orang da seseorang yang sendiri atau orang dijatuhkan. lain atau suatu kor- sebenarnya tidak lain atau suatu kor- porasi yang dapat melakukan pidana porasi yang dapat merugikan keuan- korupsi. merugikan keuan- gan negara atau per- gan negara atau ekonomian negara, perekonomian neg- dipidana penjara ara, dipidana pen- dengan penjara se- jara dengan penjara umur hidup atau pi- seumur hidup atau dana penjara paling pidana penjara pal- singkat 4 (empat) ing singkat 1 (satu) tahun dan paling tahun dan paling lama 20 (dua puluh) lama 20 (dua puluh) tahun dan denda tahun dan denda paling sedikit Rp. paling sedikit Rp. 200.000.000,00 200.000.000,00 (dua ratus juta (dua ratus juta rupiah) dan pal- rupiah) dan pal- ing banyak Rp. ing banyak Rp. 1.000.000.000,00 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). (satu milyar rupiah).

218 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI BAB 4 219 YANG BERKEADILAN PANCASILA Reformasi Politik Hukum Pidana Mati dalam Tindak Pidana Korupsi 220 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA PENUTUP DAFTAR PUSTAKA dan Sumagelipu, 1984, Pidana Mati di Masa Lalu, Kini, dan Masa Depan, Ghalia, Jakarta. , 2002, Pemberantasan Korupsi ditinjau dari A. Buku Hukum Pidana, Pusat Studi Hukum Pidana Universitas Trisakti, Jakarta. Adami Chazawi, 2002, Pelajaran Hukum Pidana Bagian 1 (Stelsel Tindak Pidana, Teori-teori Anonim, 1996, Ensiklopedia Hukum Islam, Ichtiar Baru Pemidanaan, & Batas Berlakunya Hukum Van Hoeve, Jakarta. Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Anton Lucas, 2004, One Soul One Struggle, Peristiwa , 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Tiga Daerah, Resist Book, Yogyakarta. Grafindo Persada, Jakarta. Bahder Johan Nasution, 2015, Hukum dan Keadilan, Adyaksa Daut, 2012, Menghadang Negara Gagal, Sebuah Mandar Maju, Bandung. Ijtihad Politik, Renebook, Jakarta. Barda Nawawi Arif, 1996, Bunga Rampai Kebijakan Ahmad Zaenal Fanani, 2010, Teori Keadilan dalam Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung. Perspektif Filsafat Hukum dan Islam, , 1984, Beberapa Aspek Kebijakan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta Penegakan dan Pengembangan Hukum Ali Mudhofir, 1996, Kamus Teori dan Aliran Dalam Pidana, Universitas Diponegoro, Semarang. Filsafat dan Teologi, Gajahmada University , 2005, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Press, Yogyakarta. Pidana, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Al-Syaikh Sayyid Sabiq, 1403 H, Fiqh al-Sunnah, Jilid , 2012, Pidana Mati, Perspektif Global, I,Beirut, Dar al-Fikr. Pembaharuan Hukum Pidana dan Alternatif Alwi Shahab, 2002, Betawi: Queen of East, Republika, Pidana Untuk Koruptor, Pustaka Magister, Jakarta. Semarang. Amiruddin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Cholid Narbuko, 2003, Metode Penelitian : Memberikan PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Bekal Teoretis Pada Mahasiswa Tentang Metodologi Penelitian Serta Diharapkan Andi Hamzah, 1984, Korupsi di Indonesia Masalah dan Dapat Melaksanakan Penelitian Dengan Pemecahannya, Gramedia Pustaka Utama, Langkah-Langkah Yang Benar, Bumi Aksara, Jakarta. Jakarta.

222 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 223 YANG BERKEADILAN PANCASILA Christopher Hobson, 2013, Democratization and the Ida Anak Agung Gede Agung, 1983, Renville, Sinar Death Penalty, Institute for Sustainability Harapan, Jakarta. and Peace United Nations University, lius Ibrani, 2016, Pidana Mati Zainal Abidin: Potret Tokyo. Imajinasi Sang Pengadil dalam Koalisi Hapus David T. Hill, 2011, Pers di Masa Orde Baru, Yayasan Hukuman Mati (Koalisi Hati), Unfair Trial: Pustaka Obor Indonesia, Jakarta. Analisis Kasus Terpidana Mati di Indonesia, Denny Indrayana, 2016, Jangan Bunuh KPK, Intrans Imparsial, Jakarta. Publishing, Malang. Iwan Siswo, 2014, Panca Azimat Revolusi, Tulisan, Djisman Samosir, 2010, Fungsi Pidana Penjara Dalam Risalah, Pembelaan, & Pidato, Sukarno 1962- Sistem Pemidanaan di Indonesia, Binda 1966, Jilid I, Kepustakaan Populer Gramedia, Cipta, Bandung. Jakarta. Faisal Salam, 2006, ,Hukum Pidana Militer di Indonesia, J. Ingleson, 1983, Jalan Ke Pengasingan: Pergerakan Mandar Maju, Bandung. Indonesia Tahun 1927-1934, LP3ES, Jakarta. Fajriudin Muttaqin & Wahyu Iryana, 2015, Sejarah J.E. Saahetapy, 1982, Suatu Situasi Khusus Mengenai Pergerakan Nasional, Humaniora, Bandung. Ancaman Pidana Mati Terhadap Pembunuhan Berencana, Rajawali. George Ritzer, 2009, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda, Terjemahan JHP Bellefroid, 1952, Inleiding tot de Rechtswetenschap Alimandan, PT. RajaGrafindo Perkasa, ini Nederlands, Dekker & Vegt, Nijmegen Jakarta. Utrecht. dan Dauglas J. Goodman, 2009, Teori James P. Chaplin, 1997, Kamus Lengkap Psikologi, Raja Sosiologi Modern, PT. RajaGrafindo Perkasa, Grafindo Persada, Jakarta. Jakarta. Jimly Asshiddiqie, 2009, Green Constitution: Nuansa Han Bin Siong, 1961, An Outline of The Recent History of Hijau Undang-Undang Dasar Negara Indonesian Criminal Law, Martinus Nijhoff/ Republik Indonesia Tahun 1945, Rajawali Brill, Gravenharge. Pers, Jakarta. Huntington Cairns, 1941, The Theory of Legal Science, Ketut Rindjin, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk The University of North Carolina Press, Perguruan Tinggi, PT. Gramedia Pustaka Chapel Hill. Utama, Jakarta. Leonard Y. Andaya, 1981, The Heritage of Arung Palaka, Hans Kelsen, 1935, General Theory of Law and State, Martinus Nijhoff, The Hague. Russel & Russel,New York.

224 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 225 YANG BERKEADILAN PANCASILA Lexi J. Moleong, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Notohamidjojo, 1973, Kata Pengantar Rahasia Hukum, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung. BPK Gunung Mulia, Jakarta. M. Junaedi Al Anshori, 2010, Seri Sejarah Nasional Notosoetardjo, 1956, Dokumen Konerensi Meja Indonesia, Sejarah Nasional Indonesia: Masa Bundar, Penerbit Endang, Jakarta. Prasejarah Sampai Proklamasi Kemerdekaan, O. Notohamidjojo, 1970, Makna Negara Hukum, Badan PT. Mitra Aksara Panaitan, Jakarta. Penerbit Kristen, Jakarta. M. Bambang Pranowo, 2010, Multi Dimensi Ketahanan Peter Carey dan Suhardiyoto Haryadi, 2016, Korupsi Nasional, Pustaka Alvabet, Jakarta. dalam Silang Sejarah Indonesia, Komunitas Madoka Futamura, 2013, Death Penalty Policy in Bambu, Jakarta. Countries in Transition: Policy Brief, United Philipus M. Hadjon, 2012, Perlindungan Hukum Bagi Nations University, Tokyo. Rakyat : Sebuah Studi Tentang Prinsip- Mahmutarom, HR., 2016, Rekonstruksi Konsep Keadilan, Prinsipnya, Penanganannya Oleh Pengadilan Studi Perlindungan Korban Tindak Pidana Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Terhadap Nyawa Menurut Hukum Islam, Pembentukan Peradilan Aministrasi Negara, Konstruksi Masyarakat, Dan Instrumen Bina Ilmu, Surabaya. Internasional, UNDIP, Semarang. Rasyid Khairani, 1977, Suatu Tinjauan Masalah Pidana Maria Farida Indrati S., 2007, Ilmu Perundang-Undangan: Mati dalam Negara Pancasila, Baladika, Jenis, Fungsi, dan Materi Muatan, Buku 1, Jakarta. Kanisius,Yogyakarta. Risva Fauzi Batubara, Barda Nawawi Arief, dan Eko Muladi, 2002, Lembaga Pidana Bersyarat, Alumni, Soponyono, 2014, Kebijakan Formulasi Bandung. Pidana Mati Terhadap Pelaku Tindak Pidana Muladi dan Barda Nawawi Arief, 2003, Teori-Teori dan Korupsi Di Indonesia, Jurnal Law Reform, Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung. Semarang. Mohammad Daud AM., 1993, Hukum Islam Pengantar Robert Bridson Cribb, 1990, Gejolak Revolusi di Jakarta Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di 1945 -1949 Pergulatan Antara Otonomi dan Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta. Hegemoni, Grafiti, Jakarta. Moh., Mahfud M. D., 2006, Membangun Politik Hukum, Roeslan Saleh, 1978, Masalah Pidana Mati, Aksara Baru, Menegakkan Konstitusi, Pustaka LP3ES, Cetakan Kedua, Jakarta. Jakarta. , 1987, Stelsel Pidana Indonesia, Aksara Baru, Jakarta.

226 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 227 YANG BERKEADILAN PANCASILA Romli Atmasasmita, Pemikiran Tentang Pemberantasn Sunaryati Hartono, 1991, Politik Hukum Menuju Satu Korupsi Di Indonesia, Fajar Interpratama Sistem Hukum Nasional, Penerbit Alumni, Mandiri, Jakarta, 2016, hlm. 82. Bandung. Ronny Hanitijo Soemitro, 1988, Metode Penelitian Susanne Buckley-Zistel, et.al., 2014, Transitional Justice Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Theories: An Introduction, Routledge, New Jakarta. York. Rudy Satriyo Mukantardjo, 2008, Aspek Hukum T. Johnson dan Franklin E. Zimring (ed), 2009, The Next Pemberantasan Korupsi, Badan Pembinaan Frontier National Development, Political Hukum Nasional, Jakarta. Change, and the Death Penalty in Asia, Satjipto Rahardjo, 2008, Biarkan Hukum Mengalir, Oxford University Press, New York, Inc. Catatan Kritis Tentang Pergulatan Antara Teguh Prasetyo dan Abdul Hakim Barkatullah, 2012, Manusia Dan Hukum, Kompas Media Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum, Pemikiran Nusantara. Menuju Masyarakat yang Berkeadilan dan Shale Horowitz dan Albrecht Schnabel (ed.), 2004, Bermartabat, Rajawali Pers, Jakarta. Human Rights and Societies in Transition: Teguh Prasetyo, 2017, Keadilan Bermartabat Perspektif Causes, Consequences, Responses, United Teori Hukum, Nusa Media, Bandung. Nations University Press, Tokyo. Tohaputra Ahmad, 2000, Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Supomo dan Djokosutono, 1982, Sejarah politik Hukum As Syifa, Semarang. Adat, Pradnja Paramitha, Jakarta. Tri Andrisman, Asas-Asas dan Dasar Aturan Hukum Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Pidana Indonesia, Unila, Bandar Lampung, Universitas Indonesia Press, Jakarta. 2009. Sri Endah Wahyuningsih, 2013, Prinsip-Prinsip United Nations, World Drug Report, 2012, United Individualisasi Pidana Dalam Hukum Pidana Nations Office On Drugs And Crime, Vienna, Islam Dan Pembaharuan Hukum Pidana New York. Indonesia, UNDIP, Semarang. Yudi Latif, 2011, Negara Paripurna, Historistas, Stephen Winter, 2014, Transitional Justice in Established Rasionalitas, Dan Aktualitas Pancasila, Democracies: A Political Theory, Palgrave Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Macmillan, Hampshire. Yudi Kristiana, 2018, Menyibak Kebenaran, Ekasaminai Sudarto, 1981, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni, Terhadap Putusan Perkara Irman Gusman, Bandung. Bumi aksara, Jakarta.

228 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 229 YANG BERKEADILAN PANCASILA Yon Atiyono Arba’i, 2015, Aku Menolak Hukuman Mati, C. Artikel Lainnya Telaah Pelaksanaan Pidana Mati, Kepustaan Populer Gramedia, Jakarta. Jimly Asshiddiqie, Cita Negara Hukum Indonesia W. J. S. 1976, Poerwodarmito, Kamus Umum Bahasa Kontemporer,Papper. Disampaikan dalam Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta. Wisuda Sarjana Hukum Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang, 23 Maret WLG Lemaire, 1955, Het Recht in Indonesie, NV Uitgeveri 2004 dalam Simbur Cahaya No. 25 Tahun IX W. Van Hoeve s’Gravenhage, Bandung. Mei 2004 ISSN No. 14110-0614. Wilson, 2016, Warisan Sejarah Bernama Hukuman Mati, Jarot Jati Bagus Suseno, Memahami Filsafat Keadilan dalam Politik Hukuman Mati di Indonesia, Dalam Poltik Pidana Mati, Sebuah Narasi Marjin Kiri dan P2D, Jakarta. Kontemplasi Tentang Kejahatan Dan Wirjono Prodjodikoro, 2011, Asas-asas Hukum Pidana di Kemanusiaan, Makalah Disampaikan dalam Indonesia,PT. Refika Aditama, Bandung. FGD KEDHEWA terkait RUU P-KS di Wali Amanat Undip pada 12 Februari 2019. Marwan Effendy, Teori Hukum, Materi Perkuliahan Program Doktor (S 3) Dalam Bidang hukum B. Wawancara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabanya, 2014. Gunawan, Wawancara pribadi bersama Kasubdit Tipidkor Ditreskimsus Polda Jawa Tengah Bur Rasuanto, Keadilan Sosial, Dua Pemikiran Indonesia, pada 12 Februari 2020. Soekarno Dan Hatta, Wacana, Jurnal Ilmu Pengetahuan Budaya, Volume 2, Nomer 1, Joko Hermawan, Wawancara pribadi dengan Jaksa Universitas Indonesia, Jakarta, 2000. Tindak Pidana Korupsi Jawa Tengah pada 14 Februari 2020. Definisi tersebut dilengkapi Mahfud MD dengan Mengutip pendapat Abdul Hakim Garuda Marsudi, Wawancara pribadi bersama Penyidik Tindak Nusantara, “Politik Hukum nasional”, Pidana Korupsi Direktorat Reserse Kriminal Makalah disampaikan pada Karya Latihan Khusus Polda Jawa Tengah pada 12 Februari Bantuan Hukum, yang diselenggarakan 2020. oleh Yayasan YLBHI dan LBH Surabaya, September 1995.

230 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 231 YANG BERKEADILAN PANCASILA Hikmahanto Juwana, Politik Hukum Undang-Undang D. Internet Bidang Ekonomi di Indonesia, Jurnal Hukum Vol. I No. 01, 2005 https://ekonomi.kompas.com/read/2018/07/16/130732026/ bps-maret-2018-persentase-kemiskinan-indonesia-terendah- Azis Budianto, Pembangunan Politik Hukum Pasca sejak-1999, diakses pada tanggal 2 Januari 2020, pukul 09.54 Reformasi di Indonesia, Jurnal Lex Librum WIB. Vol. III, 2016. R. Herlambang Perdana Wiratraman, Hak-Hak https://www.wartaekonomi.co.id/read195477/utang- Konstitusional Warga Negara Setelah indonesia-saat-ini-naik-jadi-rp5191-triliun.html, diakses pada Amandemen UUD 1945: Konsep, Pengaturan tanggal 2 Januari 2020 dan Dinamika Implementasi, Jurnal Hukum Panta Rei, Vol. 1, No. 1, Konsorsium https://kbbi.web.id/rekonstruksi, diakses pada tanggal 25 Reformasi Hukum Nasional, 2007. Januari 2020 Soedarto, “Perkembangan Ilmu Hukum dan Politik Hukum”, dalam Hukum dan Keadilan, No. 5 Institute For Criminal Justice Reform, Sejarah Pidana Mati Tahun ke VII, Januari – Februari 1979, hlm Di Indonesia Dari Masa Ke Masa, Diakses melalui http://icjr. 15-16, dan Soedarto, Hukum Pidana dan or.id/hukuman-mati-di-indonesia-dari-masa-ke-masa/, Pada Perkembangan Masyarakat: Kajian Terhadap 12 Januari 2020 Hukum Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1983 Febri Handayani, Pidana Mati Ditinjau Dari Perspektif Teori Teuku Mohammad Radhie, “Pembaharuan dan Politik Hukum Dan Kaitannya Dengan Hukum Islam (Studi Kasus Hukum dalam rangka Pembangunan Di Kejaksaan Negeri Pekanbaru Dan Pengadilan Negeri Nasional”, dalam Majalah Prisma No. 6 Pekanbaru), Diakses melalui https://media.neliti.com/ Tahun II, Desember 1973. media/publications/56026-ID-pidana-mati-ditinjau-dari- Mohammad Mahfud M.D., “Perkembangan Politik perspektif-teo.pdf, Pada 12 Januari 2020. Hukum: Studi tentang Pengaruh Konfigurasi Politik terhadap Produk Hukum Amelia, Korupsi Dalam Tinjauan Hukum Islam, di Indonesia”, Disertasi pada Pasca Sarjana diakses melalui https://media.neliti.com/media/ Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada, publications/270242-korupsi-dalam-tinjauan-hukum-islam- Yogyakarta, 1993. f52ad996.pdf, Pada 12 Januari 2020. Barda Nawawi Arief, Kebijakan Reformulasi Ancaman Pidana Mati Tindak Pidana Korupsi Dalam Peraturan Perundang – Undangan, MMH, Jilid 42, Semarang, No. 1. Januari 2013.

232 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 233 YANG BERKEADILAN PANCASILA Muhammad Firmansyah, Memahami Blok Historis Antonio Alwi Shahab, Berakhirnya Kisah Pembunuh Sadis di Tiang Gramsci, https://www.qureta.com/post/memahami-istilah- Gantungan Belanda, Opini, 29 Desember 2016, , diakses 7 September http://sejarahlengkap.com/organisasi/sejarah- 2017. pembentukan-bpupki, Sejarah Pembentukan BPUPKI, diakses pada 18 Februari 2018. Martijn Burger, The Forgotten Gold? The Importance of the Dutch opium trade in the Seventeenth Century, , diakses Indische Vereeniging, di akses pada 18 Februari 2018. pada 28 September 2017.

Google Translate, Penerjemahan Dari Guiding Star, https:// Gandang Sajarwo, Jokowi Tolak Permohonan translate.google.co.id/m/translate?hl=id, Diakses pada 1 Grasi 64 Terpidana Mati Kasus Narkoba, Kompas, April 2018. 12 September2014,, Diakses pada Implementasinya Di Indonesia, meilabalwell.wordpress.com. tanggal 17 Oktober 2020. Diakses pada 18 Februari 2018. Andylala Waluyo, NU dan Muhamadiyah dukung Jazumi dalam Anik Kunantiyorini, Pancasila Sebagai Sumber Hukuman Mati Bagi Pengedar Narkoba, VOA Indonesia, Dari Segala Sumber Hukum, Diakses melalui portalgaruda. 24 Desember 2014, , diakses pada tanggal 17 Oktober 2019. www.bphn.go.id/data/documents/pphn_bid_hkm_pidana_ dan_sistem_pemindanaan.pdf, Hukum Pidana dan Sistem Kristian Erdianto, Penerapan Hukuman Mati Dinilai Pemidanaan, Diakses pada 12 Januari 2020. Memburuk, Kompas, 27 April 2017,, diakses 1 Oktober alwishahab.wordpress.com/2009/12/02/hukuman-gantung- 2019. dialun-alun-2/>, diakses pada 12 Januar 2020.

234 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 235 YANG BERKEADILAN PANCASILA Arman Dhani, Meragukan Hukuman Mati, Negara, Diakses pada 12 Januari 2020. Geotimes,https://geotimes.co.id/meragukan-hukuman- Oxford, Definition of guide in English, https:// mati/>, diakses 1 Oktober 2019. en.oxforddictionaries.com/definition/guide, Diakses pada 1 April 2018 Kontras, Belajar Dari Kasus Yusman Telaumbanua: Pemerintah Harus Evaluasi Seluruh Penerapan Sofyan Sauri, Pengertian Nilai, Diakses Melalui file.upi.edu, Hukuman Mati di Indonesia, Siaran Pers, 22 Agustus Pada 12 April 2019. 2017, , diakses pada 1 Februari 2020. https://www.bphn.go.id/data/documents/kpd-2011-7.pdf, E. Undang-Undang Laporan Akhir Tim Kompedium Tata Lembaga Pemberantasan Korupsi, Diakses pada 12 Januari 2020. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia www.tribunnews.com/nasional/2019/12/31/tahun-2020- Tahun 1945; koruptor-diperkirakan-mejalela-kpk-tidak-segarang- dulu?page=2, Koruptor Meraja Lela, KPK Tak Segarang Dulu, KUHP; Diakses pada 12 Januari 2020. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999; Bonnie Triyana, Korupsi, Historia, 25 Maret 2017, , diakses pada 12 Januari 2020 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001; Hendri F. Isnaeni, Keadaan Darurat Korupsi, Historia, 27 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 September 2012, , diakses pada 12 Januari 2020. katadata.co.id/berita/2019/04/29/vonis-hakim-dalam- kasus-korupsi-dinilai-tak-konsisten, Vonis Hakim Dalam Kasus Korupsi Dinilai Tak Konsisten, Diakses pasa 12 Januari 2020. mediaindonesia.com/read/detail/277316-yuk-intip- hukuman-untuk-koruptor-di-berbagai-negara-di-dunia, Pelaksanaan Pidana Mati dalam Kasus korupsi Di Beberapa

236 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 237 YANG BERKEADILAN PANCASILA BIODATA PENULIS a. Tinggi(cm) 165 b. Berat_badan(kg) 80

c. Rambut Lurus Keterangan 9 d. Bentuk Muka Oval Badan e. Warna Kulit Sawo Matang

f. Ciri-ciri Khas -

g. Cacat Tubuh -

10 Kegemaran(Hobi) Olah Raga

11 Jabatan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia

TMT 30 April 2020 Masa Jabatan 3 Bulan 13 12 Masa Kerja Hari 1 Nama Dr. H. Muhammad Syarifuddin S.H., M.H.

2 NIP 195410171981031004

3 Pangkat/Gol.Ruang Pembina Utama (IV/e) 4 Tempat/Tanggal Lahir BATURAJA / 17 Okt. 1954 A. PENDIDIKAN 5 Jenis Kelamin Laki-laki

6 Agama Islam STTB/ 7 Status Perkawinan Kawin, Anak(2) Tanda No Tingkat Nama Pendidikan Jurusan Lulusan/ Tempat a. Jalan Jalan Denpasar Raya No. 20 Ijazah / Tahun b. Kelurahan/Desa Kuningan Timur Alamat 1 2 3 4 5 6 8 Rumah c. Kecamatan Setiabudi Universitas Katolik DOKTOR / 2009 Indonesia 1 Parahyangan d. Kabupaten/Kota Jakarta Selatan 2 PASCASARJANA Universitas Djuanda / 2006 Indonesia e. Propinsi DKI Jakarta Universitas Islam Indonesia Hukum STRATA I / 1980 Indonesia 3 Yogyakarta Perdata

4 SLTA SMA Negeri Baturaja / 1974 Indonesia

5 SLTP XAVERIUS / 1971 Indonesia

6 SD XAVERIUS / 1968 Indonesia

238 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 239 YANG BERKEADILAN PANCASILA B. TANDA JASA/PENGHARGAAN Buku ini bukan sekedar menarasikan sebuah karya ilmiah tentang ilmu hukum, namun buku ini juga mencoba Nama Bintang/Satya Lencana Tahun Nama Negara/Instansi yang No menstimulan pembaca untuk berpikir kritis akan relevansi Penghargaan Perolehan Memberi pidana mati yang ada dalam hukum pidana korupsi di 1 2 3 4 Negara Indonesia tercinta ini. SATYALANCANA KARYA SATYA 1 2012 PRESIDEN RI 30 TAHUN Prof. Dr. Pujiyono, SH, MHum SATYALANCANA KARYA SATYA Guru Besar Hukum Pidana Universitas Diponegoro 2 2008 PRESIDEN RI 20 TAHUN Buku ini terbilang cukup padat dan singkat dalam meberikan gambaran awal tentang relevansi pidana mati C. PENGALAMAN KE LUAR NEGERI dalam tindak pidana korupsi di Negara ini. Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugroho, SH, MH, MBA

No Negara Tujuan Kunjungan Lamanya Yang Membiayai KADIVKUM POLRI

1 2 3 4 5 Sister City Bag - Pada pertumbuhannya di masyarakat, hukum sudah 1 Jerman 7 Hari Penyelenggara Brousweigh seharusnya mampu melihat ke segala arah termasuk 2 Belanda Sistem kamar 2 Hari Dinas dalam hal nilai kemanusiaan, buku ini mencoba memotret 3 Belanda Anggaran 2 Hari Dinas persoalan hukum dalam ragam perspektif, sehingga

4 Selandia Baru Pengawasan 2 Hari Dinas narasi yang ada pun beragam dan cukup kritis 5 Afrika Selatan Pengawasan 2 Hari Dinas Lutfi T. Prayogo, PhD Koordinator Peneliti MAKARA

Di tengah-tengah huru hara perang pendapat tentang pidana mati dalam kasus korupsi yang terus menciptakan jurang hermeneutik tak berdasar, buku ini secara sederhana mencoba mencari akar masalah dalam konsep pidana mati pada kasus korupsi di tanah air ini. Bahtiyar Efendi, Spd, SH, MM Koordinator Peneliti Himpunan Pemerhati Hukum Siber Indonesia

240 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENUTUP 241 YANG BERKEADILAN PANCASILA 242 REFORMASI POLITIK HUKUM PIDANA MATI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERKEADILAN PANCASILA