PerangCumbokdanGerakanTentaraPerjuangan Rakyat (TPR) diAceh (Desember 1945 Maret 1946) Abstrak Komunisme pernah menjadi aliran politik yang sangat berpengaruh di . Tiga peristiwa Tulisan ini mendeskripsikan bagaimana Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 kembali mempertajam polarisasi elit yang telah berlangsung lama yaitu antara golongan ulama dan uleebalang. Kelompok ulama terutama yang tergabung dalam PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) mendukung kemerdekaan Republik Indonesia sedangkan uleebalang terutama yang merasa diuntungkan pada masa kolonial Belanda mengharapkan kembalinya kekuasaan Belanda. Kelompok Ulama dan Uleebalang terlibat persaingan untuk mendapatkan senjata dari Jepang yang telah menyerah kepada sekutu. Sekelompok uleebalang di Pidie mendirikan Markas Uleebalang yang sepak terjangnya yang provokatif dianggap anti-Republik.Konflik ulama-uleebalang mencapai klimaksnya pada awal Januari 1946 dengan peristiwa yang di Aceh dikenal sebagai Perang Cumbok. Perang Cumbok berakhir dengan kekalahan di pihak uleebalang. Banyak uleebalang yang terbunuh dalam Perang Cumbok. Tidak berhenti pada pembersihan uleebalang yang terlibat dalam Markas Uleebalang saja, kemudian terjadi pula pembersihan terhadap uleebalang yang tidak terlibat dalam Markas Uleebalang dan bahkan kepada uleebalang yang sebenarnya dikenal pro-Republik oleh organisasi yang dibentuk oleh kelompok pro-ulama PUSA yaitu Tentara Perjuangan Rakyat (TPR

Oleh: Kurniawati (Dosen Jurusan Sejarah UNJ) Menyerahnya Jepang kepada, sekutu menanggapi berita ini dengan telah menimbulkan kegelisahan di beragam. kalangan rakyat Indonesia. Tidak ada Mereka yang mengharap yang tahu pasti apa yang akan terjadi kedatangan kembali Belanda merasa selanjutnya. Suasana itu pun kecewa, sedang mereka yang dirasakan di Aceh. Rakyat Aceh pada berperan. Sikap ini sekali lagi umumnya gembira dengan berita mempertajam polarisasi golongan kekalahan Jepang karena dalam masyarakat Aceh karena menganggap itu sebagai permulaan golongan yang pertama kebanyakan yang baik dan selanjutnya mereka berasal dari golongan uleebalang, akan hidup seperti zaman sebelum sedang yang terakhir kebanyakan perang yang cukup pangan dan berasal dari ulama ditambah sedikit sandang.1 Tersiar kabar ketika itu uleebalang yang memang sejak awal bahwa sejumlah uleebalang telah sudah pro Republik. Keadaan ini tak membentuk Comite van Ontvangst pelak lagi menimbulkan suasana (Panitia Penyambutan) Belanda.2 saling curiga dalam masyarakat Aceh. Pihak uleebalang ini juga telah mulai Pada awal bulan Oktober, Mr. T. M. mengumpulkan nama nama orang Hasan yang baru saja diangkat yang dianggap kolaborator Jepang.3 sebagai gubernur Pada pertengahan September 1945, mengumumkan bahwa Pemerintah berita proklamasi kemerdekaan RI Republik Indonesia mulai resmi tersebar luas di Aceh .4 Rakyat Aceh dijalankan di Pulau Sumatra. Selanjutnya Aceh ditetapkan menjadi 1 T. Alibasyah Talsya, Sedjarah dan Dokumen dokumen suatu keresidenan. Pada tingkat Pemberontakan di Aceh, (:Penerbit Kesuma, tt), h. 4. keresiden, komite itu disebut Pusat 2 Nazaruddin Sjamsuddin, Revolusi di Serambi Mekah:Perjuangan Kemerdekaan dan Pertarungan Politik di Aceh 1945 1949, Komite Nasional yang dipimpin oleh (Jakarta:UI Press, 1998), h. 78. PODA (Pemimpin Oemoem Daerah 3 Insider, Atjeh Sepintas Lalu, (Jakarta: Archapada, 1950), hh. 6 Aceh) yang dijabat 7. 4 S.M. Amin, Kenang kenangan dari Masa Lampau, (Jakarta: Komite Nasional Daerah Aceh Pradnya Paramita, 1978), h. 129. beranggotakan 65 orang yang ditunjuk berdasarkan pencalonan

Jurnal Sejarah Lontar 20 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 partai partai.5 Dari 65 orang tersebut Mayor M.J. Knottenbelt adalah yang merupakan golongan PUSA seorang wakil sekutu yang ditugaskan maupun orang orang yang bersimpati untuk mengawasi pelaksanaan pada PUSA berjumlah 17 orang. kewajiban Jepang dalam Sisanya 41 orang berasal dari pemeliharaan keamanan dan golongan non PUSA dan 5 orang pengamanan persenjataan diangkat menjadi bupati dari 5 pasukannya. Belakangan diketahui kabupaten di Aceh.6 bahwa Knottenbelt adalah seorang Pembentukan Komite Nasional Belanda, bahkan merupakan bagian Daerah Aceh ini disusul dengan dari ADCS (Anglo Dutch Country pengangkatan residen sampai bupati. Section) force 136.9 Terpilih sebagai residen adalah Teuku Masyarakat Aceh terutama dari Nyak Arif, sedangkan uleebalang 7 golongan ulama mencurigai ada lainnya dipilih sebagai bupati. hubungan tak wajar antara Teuku Gubernur kemudian mengangkat Nyak Arif dengan Knottenbelt setelah Teungku M. Daud Beureueh diangkat pertemuannya dengan wakil sekutu sebagai Pimpinan Jawatan Agama ini yang disaksikan oleh perwakilan diKutaraja. Teuku Nyak Arif lebih dari Jepang Masabuchi, Ketua Komite siapa pun di Aceh memiliki hubungan Nasional Daerah Tuanku Mahmud, luas dengan tokoh tokoh nasionalis sejumlah tokoh PUSA, dan orang dari daerah lainnya di Indonesia di kepercayaan Teuku Nyak Arif, Goh samping pengalamannya yang juga Moh Wan.10 Pada pertemuan pertama banyak dalam pemerintahan. yang terjadi pada tanggal 15 Oktober Penunjukan Teuku Nyak Arif sebagal 1945 itu memang tidak ada alasan residen Aceh memang di satu pihak untuk mencurigai Teuku Nyak Arif adalah keputusan yang tepat dan karena ketika itu dengan jelas ia strategis dilihat dari kepentingan menyatakan ketidaksukaannya nasional, mengingat reputasinya kepada Belanda meskipun tetap sebagai nasionalis sudah teruji selama bersedia untuk bekerjasama dengan masa kolonial Belanda dan Jepang. sekutu. 11 Namun beberapa saat Namun di pihak lain, latar belakang kemudian segera tersebar identitas Teuku Nyak Arif yang berasal dari asli Knottenbelt yang berkebangsaan uleebalang tentu tidak dapat dinafikan Belanda sehingga timbul berbagai begitu saja oleh sebagian masyarakat aksi pemuda yang menentang Aceh terutama dari golongan non- kehadiran Knottenbelt dengan cara uleebalang ketika itu. Banyak pihak penempelan plakat dan unjuk rasa.12 terutama pemuda yang berasal dari Situasi yang memanas memaksa golongan ulama sudah lama menaruh Knottenbelt pergi dari Aceh pada curiga terhadap Teuku Nyak Arif. Hal tanggal 10 November 1945, tetapi ini berawal dari sikap Teuku Nyak Arif sebelum itu Knottenbelt mengangkat yang pernah merahasiakan kegiatan- Goh Moh Wan sebagai petugas kegiatan awal Komite Nasional Daerah penghubung sekutu (Allied Liason tanpa mereka ketahui alasannya Officer) untuk Aceh yang kemudian sehingga mereka menghubung- ditindaklanjuti Teuku Nyak Arif hubungkannya dengan Comite van dengan memberikan surat pengakuan Onvangst seperti yang dilakukan pada Goh Moh Wan sebagai uleebalang lain ataupun Intercross (International Red Cross) yang netral.8 9 Ibid,h.89. ADCS adalah sebuah seksi dalam pasukan 136 yang dibentuk di Kolombo pada permulaan 1945, di bawah komando Kecurigaan terhadap Teuku Nyak panglima tertinggi sekutu Asia Tenggara Laksamana Lord Luis Arif ini makin besar dengan Mauntbatten. Seksi ini sebagaimana namanya (Anglo-Dutch) terdiri dari tentara Inggris dan Belanda yang bertugas menyusup kedatangan M.J. Knottenbelt pada ke daerah-daerah musuh mencari informasi dan mengadakan tanggal 5 Oktober 1945 ke Aceh. kontak-kontak dengan penduduk pro-Inggris atau Belanda untuk 5 Ibid, h.35 kepentingan sekutu dengan sasaran Jepang di Malaya maupun 6 M. Nur El lbrahimy, Peranan Tgk. M. Daud Beureueh dalam Sumatra. 10 Pergolakan A ceh, (Jakarta: Media Dakwah, 2001), h. 163. Op., Cit,. hh. 89-90. 11 7 Nazaruddin Sjamsuddin, Op. Cit., h. 85. 9 Ibid, h. 86. M. Nur El Ibrahimy (1996), Op., Cit, h.11 8 Ibid, h 82 12Ibid., h.13

Jurnal Sejarah Lontar 21 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 penghubung sekutu. Di sinilah Pada tanggal 12 Oktober 1945, kemudian timbul kecurigaan pemuda Residen Teuku Nyak Arif meresmikan terutama dari golongan ulama Angkatan Pemuda Indonesia menjadi terhadap Teuku Nyak Arif. Goh Moh pasukan resmi negara yang berarti Wan adalah seorang Cina yang ketika API diresmikan menjadi TKR untuk zaman Belanda menjadi sekretaris Aceh. Sebelumnya API adalah Perhimpunan Dagang Cina tetapi pada organisasi paramiliter yang berdiri zaman pendudukan Jepang menjadi sejak 27 Agustus 1945 di bawah penerjemah bagi Kenpetai Jepang pimpinan Sjamaun Gaharu.15 yang tugasnya antara lain mencatat Penunjukan API sebagai pasukan orang-orang yang harus ditangkap resmi negara mengecewakan terutama orang-orang Cina yang golongan ulama karena anggota API notabene adalah bangsanya sendiri.13 kebanyakan berasal dari eks perwira Bagi kelompok ulama, kebijakan giyugun yang notabene kebanyakan Teuku Nyak Arif ini merupakan tanda dari uleebalang.16 Oleh karena itu, tanya besar dan tentu akhirnya para pemuda yang berorientasi pada menimbulkan spekulasi adanya ulama membentuk Ikatan Pemuda hubungan Teuku Nyak Arif dengan Indonesia (IPI) pada tanggal 4 Oktober Belanda karena bagi mereka tidak ada 1945, dan dua hari kemudian diubah alasan bagi Teuku Nyak Arif untuk menjadi Barisan Pemuda Indonesia memilih orang dengan bakat oportunis (BPI) yang kemudian berganti lagi seperti Goh Moh Wan untuk menjadi menjadi Pemuda Republik Indonesia orang kepercayaannya, apalagi (PRI).17 sebagian orang Cina di saat itu Dengan adanya API yang bergabung dengan Poh An Tui, merupakan organisasi militer organisasi yang pro Belanda sehingga Republik yang resmi dan PRI yang tidak mustahil Goh Moh Wan yang diback up ulama PUSA yang populis, kerap bepergian ke Medan masuk pula timbul perebutan pengaruh di antara dalam organisasi ini.14 mereka dan persaingan untuk Sikap Teuku Nyak Arif ini menjadi satu-satunya pasukan militer kemungkinan diambil berdasarkan Republik yang “resmi” di Aceh situasi yang berkembang di Aceh saat sehingga ketika API diubah menjadi itu di mana semangat anti asing Tentara Keamanan Rakyat (TKR) maka terutama Belanda kembali intens. PRI diubah menjadi Pemuda Sosialis Sementara di lain pihak situasi saling Indonesia (Pesindo).18 curiga antara kubu ulama-uleebalang Persaingan antara API(TKR) dan semakin meningkat sehingga Teuku PRI(Pesindo) pertama-tama dapat Nyak Arif ingin mempertahankan dilihat dari struktur organisasi Knottenbelt sebagai pihak ketiga masing-masing. Sengaja atau tidak, untuk menjadi kekuatan PRI (Pesindo) pun menamakan penyeimbang dan memakai Goh Moh perwakilannya di setiap daerah Wan-seorang etnis Cina yang dengan WMD. Namun singkatan itu minoritas yang tidak mempunyai bukanlah Wakil Markas Daerah kepentingan dalam perseteruan seperti yang dimaksud API, melainkan ulama-uleebalang sehingga Wakil Majelis Daerah.19 Dibandingkan diharapkan akan bersikap netral. 15 Ramadhan KH, Hamid Jabbar, Sjamaun Gaharu, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1995), h.162 13 Ibid., h.15 16 Ibid., 14 Ibid, 40 tahun setelah melewati berbagai proses pencaharian 17 Ibid., h.155 pada tahun 1985 M.Nur El Ibrahimy menemukan dokumen 18 Nama Pesindo mengikuti organisasi yang sama yang berdiri di yang berasal dari Public Record Office London berupa Daily Surabaya pada 10 Nopember 1945. Pesindo merupakan fusi dari Situation Report tanggal 12 November 1945 yang antara lain API Jakarta, Gerpri , AMRI Semarang, PRI Surabaya, berisi petisi empat orang penandatangannya yaitu T.Nyak Arif, Angkatan Muda Kereta Api, Angkatan Muda Gas dan Listrik, dan Kho Moh Wan (Go Moh Wan), Habib M.Al Habsyi, dan Angkatan Muda Pos, Telegraf, dan Telepon. Lihat Ben Anderson, Goesmia. Isi petisi ini adalah permintaan kepada sekutu untuk Revoloesi Pemuda: Pendudukan Jepang dan Perlawanan di mempertahankan kehadiran Mayor Knottenbelt di Aceh, Lihat Jawa 1944-1946, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1988), hh. Ibid h.74 281-283 19 Nazaruddin Sjamsuddin, Op., Cit, h.110

Jurnal Sejarah Lontar 22 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 dengan API (TKR), PRI (Pesindo) lebih terdapat persaingan pengaruh antara mengakar ke bawah sehingga lebih PRI dan TKR, tidak terjadi bentrokan mudah meluaskan jaringan lebih- antara keduanya karena menghadapi lebih setelah mereka menguasai koran musuh bersama. Namun hal ini dan radio ex-Jepang.20 Persaingan lain dikacaukan dengan suatu yang lebih sengit terjadi dalam hal perkembangann yang terjadi di Pidie, yang lebih vital yaitu perebutan di mana uleebalang-uleebalangnya senjata Jepang.21 TKR antara lain menunjukkan gerakan yang berbeda berhasil melakukan perampasan di dengan masyarakat Aceh pada Bireun dan Seulimeum setelah umumnya. sebelumnya berhasil mendapat 600 pucuk senjata api yang didapat Teuku Meletusnya Perang Cumbok Nyak Arif seusai bertemu dengan Di Pidie, sebagian besar uleebalang residen Jepang di Aceh Mayor dengan terang terangan Jenderal Shazaburo Lino. 22 menentang kemerdekaan Indonesia. Sedangkan Pesindo berhasil merebut Abdullah Arif seorang wartawan senjata dalam jumlah besar lewat Semangat Merdeka mengatakan suatu serangan ke pusat perbekalan bahwa ketika ia datang ke Lammeulo, uleebalang senjata Jepang di Lhok Nga, daerah Teuku Cumbok daerah tersebut bersikap “ ...ragu ragu dan pesisir di Kutaraja.23 memandang leceh kepada gerakan Sementara itu di tengah pro-kontra untuk membela kemerdekaan tanah dalam masyarakat Aceh mengenai air kita Indonesia....25 kemerdekaan Indonesia, ulama-ulama Lebih lanjut lagi Teuku Daud Cumbok melarang terkemuka di Aceh mengadakan pengibaran bendera merah putih pertemuan pada tanggal 15 Oktober ketika sekelompok orang 1945 di Kutaraja yang berakhir melakukannya di depan kantor gunco dengan dikeluarkannya “Maklumat Lammeulo pada tanggal 12 Oktober Ulama Seluruh Aceh”. Maklumat yang 1945. Pada tanggal 22 Oktober 1945, ditandatangani oleh Teungku M. Daud seluruh uleebalang Pidie kecuali Beureueh dan Teungku H.Ahmad Teuku Bentara Pineung berkumpul Hasballah Indrapuri berisi fatwa bahwa di rumah Keumangan di mempertahankan kemerdekaan Beureunun. 26 Pertemuan itu adalah wajib hukumnya bagi setiap dimaksudkan untuk membahas kaum muslimin, dan gangguan dari situasi Aceh dan bagaimana posisi mana pun datangnya harus dihadapi mereka tentunya di masa dengan perang sabil. Selanjutnya selanjutnya.. Pertemuan ini berakhir dikatakan bahwa mempertahankan dengan keputusan untuk kemerdekaan adalah kelanjutan membangun”Markas Uleebalang”27. perjuangan dari Teungku Cik di Tiro Keputusan untuk mendirikan dan pahlawan-pahlawan lain dan Markas Uleebalang ini merupakan kepada seluruh rakyat diminta tunduk sikap yang reaksioner. Suasana tidak dan patuh kepada segala perintah menentu, harapan yang besar akan pemimpin untuk keselamatan tanah datangnya kembali Belanda, dan tidak air, agama, dan bangsa. 24 kalah pentingnya yaitu semakin Maklumat ulama ini menambah banyaknya rakyat yang bergabung semangat rakyat Aceh untuk dengan organisasi paramiliter pro mengadakan perlawanan terhadap PUSA seperti PRI, Barisan Hisbullah, Jepang dan kemungkinan masuknya maupun Barisan Mujahidin. Hal kembali Belanda. Untuk itu, meskipun terakhir ini tampaknya cukup

1 Ibid, h.112. 2 Aceh merupakan tempat penyimpanan persenjataan Jepang 25 Abdullah Arif, Di Sekitar Peristiwa Penghianat Tjoembok, terbesar dan terlengkap di Sumatera. Lihat Tgk. A.L Jacobi, Op, (Kutaraja:Semangat Merdeka, 1946), h.5 Cit, h.139. 26 S.M. Amin, op. Cit., h. 13 2. Teuku Bentara Pineung adalah 3 Ibid, 138 ayahanda dari Teuku M. Hasan, gubemur Sumatra pertama. 4 Nazaruddin Sjamsuddin, Op., Cit, h.117 27 Ibid., h.6 5 Ramadhan K.H, Hamid Jabbar, Op., Cit, h.130

Jurnal Sejarah Lontar 23 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 mengganggu uleebalang--uleebalang tentu saja tahu betul bahwa senjata karena kuatnya golongan ulama PUSA mereka ini menjadi sumber perebutan dapat dianggap sebagai ancaman di antara golongan-golongan di Aceh. mengingat hubungan mereka di masa Untuk itulah ketika TKR yang lalu sehingga meskipun kini ulama merupakan tentara resmi Republik dan uleebalang secara formal sama meminta Jepang untuk menyerahkan sama pro Republik (karena senjatanya hanya kepada mereka, uleebalang pun diangkat sebagai Jepang menolak dan menjawab wedana di daerah masing masing oleh bahwa mereka hanya akan residen Aceh), tetapi uleebalang ini menyerahkan persenjataan mereka tetap merasa perlu untuk kepada “rakyat”.31 memobilisasi diri. Tentu saja jawaban Jepang Perkembangan ini mernbuat tersebut adalah sekadar upaya untuk kedua belah pihak berusaha untuk menolak permintaan TKR.Seperti yang menguasai senjata senjata ex Jepang disebut di atas, Jepang memang sebanyak banyaknya dengan cara bermaksud untuk menyerahkan persuasif maupun kekerasan. Sebagai senjata-senjata kepada uleebalang. contoh, Teuku M. Daud Cumbok Pada akhir bulan November, Muramoto dipilih sebagai pimpinan Markas seorang pembesar Jepang di Sigli Uleebalang karena ia berhasil menyerahkan selusin senjata secara menguasai banyak senjata Jepang di rahasia kepada Teuku Cut Hasan daerah kekuasaannya Lammeulo.28 mantan gunco Sigli yang pada saat itu Tanggal 25 Oktober 1945 menjabat sebagai bupati Pidie. 32 Markas Uleebalang melakukan Penyerahan senjata kepada Teuku Cut penangkapan dan penahanan atas Hasan ini bukan karena ia adalah beberapa pemuda PRI (Pesindo) yang bupati Pidie yang mewakili Republik ditugaskan pemerintah daerah untuk tetapi ia sebagai uleebalang yang menjaga kantor pos dan telepon di mendukung gerakan yang Lammeeulo. Lebih jauh lagi pada dilancarkan Markas Uleebalang. Sikap tanggal 8 November 1945, Markas keberpihakan Teuku Cut Hasan Uleebalang melakukan perampasan kepada Markas Uleebalang ini dan penguasaan rumah pertemuan ditunjukkannnya ketika ia selaku pemuda pemuda PRI di Lammeulo. bupati mengabaikan laporan Lammeulo pun dibersihkan dari penduduk di wilayahnya yang menjadi anggota dan pemuka pemuka korban latihan militer Markas organisasi perjuangan kemerdekaan. Uleebalang yang menggunakan Upaya pemerintah daerah untuk peluru tajam. Ia juga menggunakan meredam aksi aksi ini dengan cara rumah pribadinya sebagai markas mengirim utusan ke Markas pasukan uleebalang.33 Uleebalang menemui kegagalan Pada akhir November itu juga bahkan utusan tersebut mendapat setelah merasa siap, pasukan perlakuan tak wajar.29 Lammeulo pun uleebalang yang terdiri dari kira-kira dikuasai sepenuhnya oleh Markas 200 orang di bawah pimpinan Teuku Uleebalang sehingga mereka pun Pakeh Sulaeman secara diam-diam berencana untuk menduduki kota memasuki kota Sigli dan menggeledah Sigli.30 setiap orang yang diduga hendak Melihat keadaan ini, Jepang pun membantu TKR.34 Tindakan ini berusaha mengamankan posisinya menjadikan TKR terpaksa menyingkir dengan cara menciptakan “balance of sehingga Sigli sepenuhnya berada power” di antara golongan-golongan dalam kendali Markas Uleebalang.35 yang saling bersaing di Aceh. Jepang 31 S.M. Amin., Op.Cit., Lihat juga Revolusi Desember ’45 di Atjeh, hh.18-19 32 M.Nur El Ibrahimy (2001), Op.,Cit, h.117.Lihat juga 28 Nazaruddin Sjamsuddin, Op., Cit, h.146 Nazaruddin Sjamsuddin,Op.,Cit, h.147 29 Ibid., h.132 33 Ibid., h.117 30 Revolusi Desember ’45 di Atjeh h.19 34 Loc.Cit., 35 Ibid.,Lihat juga Amin S.M. Op.,Cit., h.134.

Jurnal Sejarah Lontar 24 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 Keadaan bulan Desember Pagi hari tanggal 4 Desember ternyata malah semakin genting. 1945, utusan pemerintah menemui Tanggal 1 Desember 1945, tersiar pihak Jepang di Sigli untuk kabar di kalangan uleebalang- menegosiasikan penyerahan senjata uleebalang Sigli bahwa Jepang akan kepada pihak pemerintah Indonesia menyerahkan senjata.Mendengar itu yang diwakili oleh wakil gubernur beberapa uleebalang membuat Sumatra dan wakil residen Aceh. pertahanan dan menjaga ketat setiap Dalam pertemuan ini diikutkan pula masuk menuju Sigli.36 Di lain pihak, wakil-wakil dari pihak-pihak yang ulama PUSA pun segera bereaksi bertikai yaitu dari uleebalang dan dengan menggerakkan massa ke PUSA. Pertemuan tersebut sekitar daerah Sigli dengan bermarkas dimaksudkan untuk mengurangi di Peukan Pidie di rumah Teuku Raja ketegangan antara mereka karena Husin.37 Massa yang jumlahnya ribuan masing-masing pihak akan dan bersenjata ini bergerak ke Sigli mengetahui dengan jelas bahwa sambil menyebut nama nabi dan senjata tersebut akan dikuasai oleh rasul.38 pemerintah. Sementara itu di luar Ketika keadaan semakin tidak tempat pertemuan, massa telah terkendali, datang ke Sigli utusan memasuki kota Sigli yang dikuasai pemerintah daerah dari Kutaraja yaitu oleh uleebalang. Keadaan menjadi Teuku M.Ali Panglima Polim, Abu semakin mencekam dan Bakar dan Teuku Djohan Meuraksa. menegangkan. Pasukan pemerintah Ketika tiba di Peukan Pidie pada (TKR) yang dipimpin oleh Sjamaun tanggal 4 Desember 1945 dini hari, Gaharu mencoba untuk mereka bertemu dengan orang-orang menghentikan gerak maju massa itu PUSA.Kepada mereka, orang-orang dengan memberi tembakan PUSA ini menerangkan bahwa tentara peringatan, tetapi tembakan tersebut Jepang di Sigli ingin menyerahkan justru disalahartikan oleh massa. senjata kepada mereka (PUSA) tetapi Massa anti- uleebalang mengira hal itu dihalang-halangi oleh tembakan berasal dari kelompok uleebalang. Utusan ini pun kemudian Markas Uleebalang yang memberi menanyakan akan diapakan senjata aba-aba untuk menyerang mereka. rampasan Jepang itu nantinya.Mereka Apa yang terjadi selanjutnya menjawab bahwa senjata itu akan sudah dapat ditebak, massa bukannya diserahkan kepada pemerintah. mundur tetapi malah maju dan Selanjutnya utusan-utusan dari semakin marah.Pertempuran yang Kutaraja berangkat ke Sigli menemui berlangsung tiga hari ini pun tidak kelompok uleebalang dan bertanya terhindarkan lagi sehingga hal yang sama dengan pertanyaan menimbulkan korban dari kedua yang diajukan kepada ulama. Ternyata belah pihak.40 Pimpinan TKR, kelompok uleebalang di sana Sjamaun Gaharu dituduh berpihak ke menyatakan hal yang bertolak kubu uleebalang akibat tembakan belakang dengan jawaban kelompok peringatan itu. 41 kesepakatan ulama bahwa mereka akan 40 Insider, Op.,Cit h.149 menyerahkan senjata kepada 41 Sjamaun Gaharu sebelumnya memang sering dianggap berasal dari golongan uleebalang karena meskipun ia keturunan orang pemerintah tetapi dihalangi oleh pihak biasa, orang tuanya bekerja pada uleebalang terkemuka PUSA.39 T.Hasan Gelumpang Payong yang pernah menjabat Gunco Sigli.Uleebalang inilah yang mengirim Sjamaun Gaharu masuk 36 Teuku M.Ali Panglima Polim, Sumbangsih Aceh Bagi Republik, sekolah perwira Giyugun. Sjamaun Gaharu pun pernah (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1996)h.35 memakai inisial “T” yang berarti teuku di depan 37 Ibid., h.35. namanya.Lihat Hasan Saleh, Mengapa Aceh Bergolak, 38 S.M Amin,Op.,Cit., h.134 (Jakarta:Pustaka Utama Grafiti,1992), h.31 39 Teuku M.Ali Panglima Polim, Op., Cit.,h.36

Jurnal Sejarah Lontar 25 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 penyerahan senjata Jepang pun batal BPK dibagi menjadi tiga golongan yaitu oleh peristiwa ini. Barisan Cap Bintang, Barisan Cap Tak lama kemudian datang lagi Sauh, dan Barisan Cap Tumbak. satu detasemen TKR kiriman Residen Barisan Cap Bintang bertugas Teuku Nyak Arif. Namun tampaknya memerangi rakyat yang tidak mau TKR dan terutama Residen Teuku tunduk kepada mereka, Barisan Cap Nyak Arif sudah tidak dipercaya lagi sauh bertugas merampok segala harta oleh sebagian rakyat Aceh terutama benda rakyat yang menjadi anggota dari golongan ulama sehingga barisan perjuangan kemerdekaan pasukan ini justeru dilucuti ketika yang akan dipergunakan untuk biaya baru sampai di Seulimeum, daerah barisan ini, dan Barisan Cap Tumbak yang memisahkan Aceh besar dan yang bertugas untuk menangkap Pidie. 42 Ketidakpercayaan ini orang cerdik-pandai dan menculik disebabkan oleh berpihaknya gadis-gadis kaum pergerakan.46 beberapa orang anggota TKR yang Sementara itu tanggal 9 berasal dari golongan uleebalangi ke Desember 1945, Gubernur Sumatra dalam Markas Uleebalang seperti yang datang ke dilakukan letnan Teuku Abdullah.43 Sigli disertai dua orang asistennya Akhirnya Teuku Nyak Arif mengirim yang salah satunya adalah Xarim M.S pasukan polisi istimewa bersama ex digulis yang merupakan salah satu Teuku Hamid Azwar. Orang yang tokoh komunis di Sumatra. Kepada disebut terakhir ini adalah kepala staf Teuku M.Hasan, tokoh-tokoh PUSA TKR yang juga sepupu Teuku Nyak Arif melaporkan bahwa Teuku M.Daud sendiri.44Di Sigli, Teuku Hamid Azwar adalah orang-orang yang anti- mendesak golongan yang bertikai republik. Gubernur Hasan kemudian untuk segera menarik pasukannya menindaklanjuti laporan-laporan itu masing-masing. Permintaan ini dengan memanggil Teuku M.daud, disetujui oleh ulama dan uleebalang. tetapi uleebalang Cumbok itu malah Mereka mematuhi ini tanpa syarat mengirim adiknya Teuku Mahmud bahkan pihak uleebalang bersedia yang merupakan salah satu pimpinan menyerahkan senjata kepada TKR. BPK. Kepada Teuku Mahmud, Setelah selesainya pertempuran, Gubernur Hasan menanyakan massa yang anti uleebalang kebenaran berita-berita yang meninggalkan kota Sigli dan pulang dilaporkan kepadanya tentang mereka ke kampung masing-masing yang tentu saja dibantah sedangakan uleebalang-uleebalang olehnya.Tampaknya Gubernur Hasan Sigli, Meuredu, dan Lammeulo cukup mempercayai keterangan yang (semuanya termasuk dalam wilayah diberikan oleh Teuku Mahmud ini Pidie) pada tanggal 10 Desember 1945 sehingga tidak berusaha melakukan berkumpul di rumah Teuku Laksmana suatu tindakan apa pun terhadap BPK Umar di Lueng Putu-Pidie untuk dan Markas Uleebalang.47 Namun membicarakan rencana mereka demikian ia menuruti permintaan selanjutnya yang berakhir dengan ulama PUSA untuk memberhentikan disetujuinya pembentukan pasukan bupati Pidie dan residen Aceh dan BPK (Barisan Penjaga Keamanan).45 mengganti bupati Pidie dengan Teuku

42 M.Nur El Ibrahimy (2001), Op.,Cit., h.120 Cik Muhammad Said yang meskipun 43 Nazaruddin Sjamsuddin, Op.,Cit., h.147. 46 44 Tgk.A.K.Jacobi.Op.,Cit., h.87 T.Alibasyah Talsya, Op.,Cit., hh 7-8 Lihat juga transkrip 45 Abdullah Arif, Op.,Cit., h.9 wawancara J.R Chaniago dengan T.M Hasan h.343 47Transkrip wawancara J.R Chaniago dengan Teuku M.Hasan h.351

Jurnal Sejarah Lontar 26 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 seorang uleebalang tetapi dianggap menyerang Metareum yang berjarak lebih nasionalis. Residen Teuku Nyak 7 km dani Lammeulo yang Arif sendiri sebelum diberhentikan menimbulkan kerusakan dan sudah mengajukan cuti dengan alasan keruglan bagi penduduk setempat.50 kesehatan yang disetujui oleh Penduduk pun kemudian Gubernur Hasan yang menunjuk mengadukan perbuatan uleebalang Bupati Aceh Timur Teuku Cik ini kepada Bupati Pidie Teuku Cik M.Daudsyah sebagai akting Muhammad Said tetapi kemudian residen.Namun begitu Teuku Nyak Arif setelah bertemu dengan Teuku Daud tetap menjabat sebagai pengawas atau Cumbok, ia hanya menyarankan agar pembina TKR. 48 rakyat Metareum untuk tidak Eskalasi ketegangan antara mengambil tindakan apa pun karena ulama PUSA dan uleebalang terutama uleebalang Cumbok tidak sengaja di Sigli seperti yang telah disebutkan, menyerang Metareum dan serangan turut disebabkan oleh Jepang yang yang dilakukan uleebalang tersebut “memainkan” politik perimbangan hanyalah latihan belaka.51 Tentu saja antara kedua belah pihak yaitu dengan rakyat Pidie yang menjadi korban dan menyokong pihak yang kurang kuat seterunya golongan ulama pun (uleebalang). Patut diperhitungkan kehilangan kesabaran apalagi melihat juga pengaruh komunis yang sikap pemerintah daerah yang tampak dimainkan oleh Nathar Zainuddin dan tidak responsif sehingga pada tanggal kemudian Xarim M.S yang aktif 22 Desember 1945, di Garot Pidie membuat intrik-intrik kepada berdiri Markas Besar Rakyat Umum.52 kelompok ulama dan uleebalang untuk Terpilih sebagai ketua MBRU memperebutkan senjata Jepang adalah Hasan Ali ketua Pesindo cabang sehingga mungkin sekali dua tokoh ini Sigli sedangkan anggota anggotanya memberikan informasi-informasi yang adalah ulama ulama dan pemuda saling bertentangan kepada dua belah pemuda dari seluruh Pidie. Duduk pihak.Xarim M.S misalnya memperalat sebagai panglima perang adalah Djohan Ahmad, wartawan majalah Teungku Umar Tiro yang merupakan terbitan Medan Seruan Kita sebagai cucu pahlawan Teungku Cik di Tiro, agitator.49 Xarim M.S. pun melaporkan sedangkan terpilih sebagai penasihat kepada Gubernur Hasan bahwa Teuku adalah T.M Amin (bendahara PUSA) M. Daud telah menolak mengucapkan dan Teungku H. Mustafa.53 Selain di kata “merdeka” dan malah menyebut Garot, MBRU juga didirikan didaerah kata “merdiki”. Mungkin saja ini cuma daerah Pidie lain seperti di Metareum, upaya Xarim M.S untuk memprovokasi le Leubeu,dan Gigieng. MBRU gubernur karena sebagai orang yang memang disiapkan untuk melakukan berhaluan dan aktIf dalam kegiatan serangan balasan terhadap Markas komunis, tentunya ia tidak suka Uleebalang sehingga ketika dirasa dengan golongan uleebalang yang telah siap yaitu pada dini hari 25 merupakan “the upper class” dan Desember 1945, dilancarkanlah suatu golongan feodal dalam masyarakat serangan mendadak ke kubu Markas Aceh. Uleebalang.54 Tindakan destruktif uleebalang ini 50 Abdullah Arif, Op. Cit, h. 14 terus berlangsung dan semakin 51 Ibid., h. 15 meningkat selama bulan Desember 52 Revolusi Desember ’45 di Atjeh, h. 26. Lihat juga itu. Tanggal 16 Desember, BPK Ibid, h. 17 53 Abdullab Arif, Loc. Cit., 48 Nazaruddin Sjamsuddin, Op.Cit., hh.150-153 54 Ibid., 49 Ibid., h.158

Jurnal Sejarah Lontar 27 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 Pihak uleebalang agaknya cukup dan Desember 1945 sehingga tak terkejut dengan serangan mendadak heran ketika rakyat Sigli mendengar ini, tetapi hal tersebut justeru berita akan mendaratnya pasukan membuat Markas Uleebalang makin Belanda di Sigli tanggal 25 Desember meningkatkan serangannya. Pada 1945, langsung berjaga-jaga di sekitar tanggal 30 Desember mereka pantai di Sigli untuk menghadang. mengadakan serangan balasan dengan Di Kutaraja, perlu waktu dan menggunakan meriam dan senapan upaya keras dari Teungku M. Daud mesin dan biasa di Kampung Langga Beureueh untuk meyakinkan peserta suatu mukim di Pidie yang dilanjutkan sidang Komite Nasional Daerah dengan penyerangan ke Metareum tentang parahnya situasi Pidie, Pidie pada keesokan harinya sehingga sehingga baru pada awal Januari semua rumah di daerah itu dilaporkan 1946, Komite Nasional Daerah Aceh menjadi abu. Pembakaran memutuskan untuk mengirim sebuah pembakaran yang ditakukan Markas panitia ad hoc ke Pidie. Panitia ad hoc Uleebalang berdasarkan petunjuk terdiri dari M. Daud Beureueh (PUSA), uleebalang uleebalang setempat T.M. Amin (PUSA), Ismail Jacob (PNI/ seperti yang dilakukan uleebalang PUSA), H. Hasan Krueng Kalee (ulama Metareum yang menunjuki rumah non PUSA), dan Teuku Ali Lamlagang rumah anggota Pesindo dan TKR (Pejabat pemerintah/uleebalang).57 kepada pasukan Markas Uleebalang Pada bulan Januari, semua pihak (BPK) yang kemudian telah menyadari gentingnya keadaan membakarinya.55 di Pidie sehingga Markas Umum Sementara kekacauan kekacauan Perjuangan dan Pertahanan Rakjat semakin meningkat di Pidie, tidak (MUPPR) yang baru saja dibentuk tampak juga suatu upaya yang berarti sebulan sebelum itu langsung yang dilakukan pemerintah daerah membahas tentang situasi Pidie dalam yang karena berada di luar daerah sidang pertamanya.58 Dalam rapat itu Pidie, mungkin menganggap berita itu akhirnya diputuskan bahwa kaum cuma dibesar besarkan saja oleh pihak uleebalang yang terlibat dalam BPK ulama. Pada saat itu pemerintah adalah penghianat tanah air. memilih untuk lebih Keputusan im kemudian diperkuat mengkonsentrasikan diri pada lagi dengan keputusan rapat tanggal kemungkinan serangan Belanda dari 8 Januari 1946 yang dengan suara Sabang dan juga Jepang. Belanda tiba bulat mengeluarkan keputusan untuk di Sabang sejak Agustus 1945 untuk memberikan ultimatum yang berisi memulangkan para buruh yang telah perintah kepada golongan yang diangkut ke pulau itu oleh pihak berpusat di Lammeulo Pidie Jepang.56 Tersiar pula kabar bahwa (uleebalang) untuk menyerah dan pada bulan Oktober pasukan sekutu menghentikan perlawanannya mulai termasuk dari Belanda telah sampai hari Kamis 10 Januari 1946, pukul di Sumatra sedangkan pada tanggal 24 12 siang.59 Desember, 2 batalyon pasukan Jepang Sementara itu, sehubungan yang telah menyerah pada sekutu dengan instruksi Teungku M. Daud telah diperintahkan sekutu untuk Beureueh untuk memperkuat barisan kembali ke Aceh. Berita akan di Pidie maka barisan barisan kembalinya Belanda ke Aceh sangat santer di Aceh pada bulan November 57 Ibid., h. 166 58 MUPPR dibentuk pada bulan Desember 1945 di Kutaraja dengan maksud untuk mengkoordinasikan semua kegiatan militer di 55 Revolusi Desember ’45, h. 26. Lihat juga Ibid, hh. 16-17. Aceh,Lihat ibid., hh 167-168. 56 M.C Riclefs.Sejarah Indonesia Modern. hh. 324-330. 59T.M Ali Panglima Polim, Op., Cit., h.43.

Jurnal Sejarah Lontar 28 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 bersenjata dan rakyat pro ulama dari dari Aceh Utara, sedangkan dari arah Bireun (daerah yang terletak antara Titeu menyerang barisan dari Tangse dan Sigli) siap dan Peudaya.63 uleebalang uleebalang berangkat ke Pidie untuk menghadapi ini agaknya menyangka bahwa pasukan Cumbok. Maka terjadilah mereka lebih unggul dari seterunya iring iringan besar yang terdiri dari karena memiliki senjata Yang lebih barisan bersenjata dan rakyat yang banyak sehingga mereka tidak jumlahnya mencapai 1000 orang mengindahkan ultimatum yang dengan senjata yang jumlahnya diberikan kepada mereka. Namun kurang lebih 100 pucuk termasuk bagaimana pun jumlah pasukan lebih beberapa senapan mesin ringan dan menentukan di sini sehingga dengan satu senapan mesin berat dari cepat pasukan uleebalang menjadi Samalanga Aceh Utara. 60 Sebelum terdesak, apalagi pasukan ulama berangkat MBRU mengeluarkan dilengkapi juga dengan sebuah maklumat yang berisi larangan untuk meriam howitzer (meriam gunung) membakar rumah, mengambil harta, Yang berhasil didatangkan dari memukul musuh yang sudah ditawan, Kutaraja.64 Bagi kedua belah pihak dan himbauan untuk memperlakukan keadaannya ketika itu adalah “to be tawanan dengan baik.61 or not to be” sehingga maklumat Yang Pada tanggal 6 Januari 1946, dikeluarkan MBRU pun tidak dapat iring iringan massa tersebut diharapkan akan dipatuhi di lapangan berangkat dari Bireun menuju Sigli karena demikian banyak orang yang dengan melewati Meureudu, Lueng terlibat dengan tentunya didorong Putu, Teupin Raya, hingga akhimya oleh motivasi yang berbeda beda, mencapai Beureunun pada tanggal 11 misalnya untuk balas dendam. Januari yang berarti tinggal selangkah Sebagai contoh, seorang Jawa lagi bagi mereka untuk memasuki bernama Ahmad yang tidak benteng pertahanan Markas mempunyai hubungan sama sekali Uleebalang di Lammeulo. Di dengan uleebalang atau pun pihak sepanjang perjalanan iring iringan ini lawannya turut pula menjadi korban melakkukan serangan terhadap dalam peristiwa itu karena golongan uleebalang setempat yang kernungkinan ada yang menaruh telah membuat pertahanan kecuali di dendam kepadanya sehubungan Meureudu karena sudah diserang pekerjaannya sebagai pegawai kereta sebelumnya dan Teupin Raya yang api yang sering menghalangi dapat dimasuki tanpa perlawanan penyelundupan.65 uleebalangnya.62 Setelah terjadi pertempuran Pada tanggal 12 Januari 1946, yang sengit selama dua hari, benteng belum ada juga tanda tanda kubu uleebalang di Cumbok pun uleebalang dari Lammeulo untuk dapat dikalahkan, sehingga pada menyerah. Maka digempurlah kota itu tanggal 13 Januari 1946 pasukan dari berbagai jurusan. Dari arah ulama dapat memasuki kota Metareum menyerang barisan dari Lammeulo. Digambarkan bahwa Seulimeum Aceh Besar Yang Markas Ueebalang yang membawa meriam, dari arah berkedudukan di rumah Teuku M. Beureneun menyerang pasukan TKR Daud Cumbok sudah dalam keadaan bersama polisi istimewa dan rakyat hancur berantakan dan empu rumah

60 M. Nur El Ibrahimy (200 1), Op. Cit, h. 128. 61 Abdullah Arif, Op. Cit., h. 20. 63 Abdullah Arif, Op. Cit., h. 22 62 M. Nur El Ibrahimy, Loc. Cit, 64 M. Nur El Ibrahimy, Loc. Cit., 65 Wawancara dengan M. Nur El lbrahimy, Jakarta 3 April 2002.

Jurnal Sejarah Lontar 29 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 itu sendiri sudah melarikan diri. Pada Pidie dan sernua perubahan yang tanggal 16 Januari 1946, Teuku Daud mengikutinya belumlah cukup sampai Cumbok dan pengawalnya ditangkap, seluruh orang yang dianggap sebagai di Gunung Seulawah Agam. Setelah “sisa sisa uleebalang” hilang dari penangkapan ini Markas Besar Rakyat seluruh Aceh.70 Untuk itu, pada awal Umum mengeluarkan maklumat yang Februari 1946, Amir Husin Al Mujahid menyatakan pertempuran telah membentuk Tentara Perjuangan selesai.66 Maklumat ini kemudian Rakyat (TPR) di Idi Aceh Timur.71 diikuti pula dengan sebuah Maklumat Sosok Amir Husin Al Mujahid ini Penjelasan pada tanggal 17 Januari menarik untuk dicermati. Al Mujahid 1946 yang antara lain berisi bahwa tadinya adalah seorang santri muda pertempuran yang terjadl di Sigli yang mengawali karimya sebagai ketua Lammeulo Meureudu dari tanggal 22 Pemuda PUSA setelah menjadi satu Desember 1945 sampal 13 Januari satunya orang yang mencalonkan diri 1946 adalah peperangan dan sebagai ketuanya dan menambah pertempuran antara pihak rakyat kata”Al Mujahid” yang artinya pejuang umum dari Negara Republik pada namanya sendiri yang Indonesia dengan pihak penghianat merupakan suatu hal yang tak lazim negara.57 Dengan dikeluarkannya dilakukan orang pada masa itu.72 Maklumat dan Maklumat Penjelasan TPR meskipun dipimpin. oleh ini, makin kuatlah legitimasi ulama anggota PUSA tetapi longgar dalam sebagai pihak pemenang. Sebaliknya perekrutan anggotanya maupun bagi pihak yang kalah, hukuman pun anggarannya karena memang untuk telah menanti sesuai dengan besar mencapai tujuannya “menumpas sisa kecilnya keterlibatan mereka dalam sisa uleebalang”, TPR mernbutuhkan Markas Uleebalang. Menurut dukungan pasukan yang besar. Untuk perkiraan kasar dalam sebuah itu TPR menerima siapa saja yang penelitian, jumlah uleebalang yang ingin bergabung dengan mereka terbunuh dalam Perang Cumbok ini tanpa memeriksa terlebih dahulu. adalah 98 orang.68 latar belakang dan motivasi mereka untuk bergabung dengan TPR. Gerakan TPR TPR mengawali gerakannya dari Perang Cumbok yang telah Aceh Timur pada tanggal 22 Februari menyebabkan tersingkirnya golongan 1946, dengan menyingkirkan Asisten uleebalang dari kekuasaan, ternyata Residen (Bupati) Aceh Timur Teuku hanya merupakan prolog dari Raja Pidie, Wedana Langsa Teuku All serangkaian peristiwa yang akan Basyah, dan Teuku M. Arifin dari mengikutinya. Setelah Perang Kuala Simpang. Sebagai pengganti Cumbok, sebagian dari unsur radikal pejabat pejabat ini T?R menempatkan dalam tubuh ulama PUSA seperti Amir Abdullah Hussain sebagai wedana Husin Al Mujahid, merasa kecewa Langsa dan ironisnya seorang karena ternyata masih banyak uleebalang lain yaitu Teuku Ali bangsawan yang menjadi bupati atau sebagai Bupati Aceh Timur. wedana di luar Pidie.69 Golongan radikal ini menganggap bahwa Melihat tujuan didirikannya TPR penghancuran golongan uleebalang di yang ingin menumpas sisa sisa uleebalang, timbul pertanyaan, 66 S. M. Arnin, Op. Cit, hh. 138 139 67 Ibid., h. 13 9 mengapa setelah menyingkirkan 68 M.Isa Sulaiman. Sejarah Aceh:Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1998), hh.140-141 70 Ibid, 69 Nazaruddin Sjamsuddin, Pemberontakan Kaum Republik, 71 Ibid., (Jakarta. Grafiti Press, 1990), h. 27. 72 Nazaruddin Sjainsuddin (1998), Op. Cit.,h. 36

Jurnal Sejarah Lontar 30 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 Asisten Residen Teuku Raja Pidie, sebagai anggota Staf Umum TRI mereka mengangkat uleebalang Komandemen Sumatra (Teuku Nyak lainnya yaitu Teuku Ali sebagai Arif ketika itu berstatus cuti dari asisten residen Aceh Timur? jabatan residen), menginstruksikan Tampaknya “pembasmian sisa sisa penyelesaian secara damai.74 uleebalang”bukanlah satu satunya Dengan demikian tidak ada faktor karena terdapat pula faktor like halangan bagi TPR untuk memasuki and dislike di dalamnya yang Kutaraja.75 Selanjutnya pimpinan TPR menjurus pada penyingkiran tokoh diundang ke Markas Divisi V TRI.76 tokoh yang dianggap kontra ulama Pada tanggal I Maret 1946 terjadi PUSA. Untuk itulah Teuku Ali yang pertemuan antara tokoh tokoh TPR merupakan adik dari Akting Residen dan TRI. Tokoh--tokoh TPR yang hadir Teuku M. Daudsyah yang pro PUSA kebanyakan berasal dari tokoh tokoh diangkat sebagai asisten residen Aceh Pemuda PUSA dan Pesindo, antara Timur karena la dianggap akan lebih lain: Amir Husin Al Mujahid, A. Gani kooperatif terhadap kepentingan Usman, M. Nur El Ibrahimy, Nyak Neh PUSA. Lhok Nga, dan Sjech Marhaban. Divisi Setelah Aceh Timur, pasukan V TRI diwakili oleh Sjamaun Gaharu, TPR terus menuju utara menuju T. Hamid Azwar, dan beberapa staf Lhokseumawe hingga akhirnya lainnya. Ikut pula dalam pertemuan sampai di Seulimeum yang berjarak tersebut Wakil Residen M. Ali hanya kurang lebih 40 km saja dari Panglima Polim yang bertindak pusat ibukota Kutaraja pada tanggal I sebagai wakil pemerintah.77 Dalam Maret 1946. Disepanjang Long March pertemuan itu sekali lagi secara resmi yang berkekuatan kurang lebih 50 dikemukakan keinginan TPR untuk truk ini, TPR menangkapi seluruh mengambil kekuasaan militer dari uleebalang di Idi, dan hampir seluruh TRI. Namun Komandan Divisi V uleebalang di Lhokseumawe, sedang Sjamaun Gaharu meminta waktu di Pidie tidak ada uleebalang yang ditangkap karena hampir seluruhnya 74 Ibid., hh 249-251 terbunuh dalam Perang Cumbok 75 Sebelum sampai di Kutaraja yaitu ketika tiba di Sigli, Husin Al Mujahid dalam sebuah dialog dengan M. Nur El Ibrahimy, Tgk. kecuali Teuku Bentara Pineung Abdul Wahab Seulimeum, dan Ayah Gani (Abdul Gani Usman), Ibrahim dan Teuku Ali Basyah.73 menegaskan bahwa tujuannya ke Kutaraja adalah untuk menurunkan T. Nyak Arif dan Sjamaun Gaharu dari jabatannya Menanggapi gerakan TPR ini karena rasa tak percaya kepada. keduanya. Ketiga orang ini tampaknya pemerintah Kutaraja tidak kemudian menyarankan A] Mujahid untuk terlebih dahulu. memberitahukan maksud dan tujuan TPR kepada teman dapat berbuat banyak. Sebenarnya seperjuangan di Kutaraja dan mengusahakan jalan damai tanpa Komandan TRI Aceh Sjamaun Gaharu pertumpahan darah. Usul tersebut diterima dan sebagai tindak lanjutnya dikirimkanlah satu utusan ke Kutaraja yaitu tiga orang akan menginstruksikan komandan pengusul tadi, untuk menyarnpaikan maksud dan tujuan TPR Seulimeum untuk menahan gerak kepada teman seperjuangan mereka di Kutaraja serta untuk berunding dengan TRI Lihat, M. Nur El Ibrahimy. Op. Cit., hh. maju pasukan TPR ke Kutaraja. Tetapi 142 143. instruksi 1tu tidak dapat dilakukan 76 Ibid., 253, Malam sebelumnya telah terjadi pertemuan di Blang Padang Kutaraja antara utusan TPR (M. Nur El Ibrahimy, Tgk. karena telepon terputus. Selanjutnya Abdul Wahab Seuhmeurn, dan Ayah Gani), utusan TRI Husin diadakan serangkaian pertemuan di Jusuf , serta tokoh tokoh PUSA dari Aceh Besar yaitu Nyak Neh, Ali Hasymi, dan Sjech Marhaban. Hasil pertemuan ialah Residen antara pimpinan pemerintah daerah T. Nyak Arif, Komandan Divisi V Sjamaun Gaharu, dan T. Hamid di Kutaraja yang mayoritas Azwar tidak akan mengambil tindakan perlawanan untuk menghindari pertumpahan darah. Penulis tidak mengetahui merekomendasikan agar gerakan TPR mengapa dari pihak TRI diutus Wakil Komandan Divisi V Husin tersebut ditumpas. Namun Residen Jusuf? Apakah hal ini sepengetahuan atasannya Sjamaun Gaharu? Ada kesan pertemuan ini cuma membawa satu suara yaitu TPR Teuku Nyak Arif dalam kapasitasnya atau PUSA karena Husin Jusuf adalah perwira yang berorientasi ke PUSA. Husin Jusuf dikemudian hari ikut dalarn DI/TII. Lihat 73 Ramadhan KH, Hamid Jabbar, Op.,Cit, h.248 Ibid., 143 dan Nazaruddin Sjamsuddin, Op. Cit, 101 77 Nazaruddin Sjamsuddin (1998), Op. Cit.,h. 187

Jurnal Sejarah Lontar 31 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 untuk membicarakan hal tersebut genetis termasuk dalam golongan dengan Teuku Nyak Arif sebagal Staf uleebalang tetapi ia “dekat ‘ dengan Umum Komandemen Sumatra. 78 pihak ulama termasuk ulama PUSA. Sjamaun Gaharu melaporkan hasil Pada hari itu juga terjadi serah terima pertemuan itu kepada atasannya jabatan. Teuku Nyak Arif membuka Teuku Nyak Arif seraya sendiri tanda pangkat Sjamaun memberitahukannya bahwa Resimen Gaharu dan Teuku Hamid Azwar yang I berada dalam keadaan siap siaga kemudian sesuai dengan permintaan, menunggu perintah,79 suatu sinyal diserahkan kepada Panglima TPR Amir bagi Arif bahwa tentara menginginkan Husin Al Mujahid.82 Setelah penyelesaian dengan cara militer. Amir Husin Al Mujahid Namun Teuku Nyak Arif memilih memberhentikan Sjamaun Gaharu untuk tetap mengikuti kemauan dan Teuku Hamid Azwar, pada tanggal TPR. 80 Teuku Nyak Arif yang 12 Maret 1946, diadakanlah rapat mempunyai reputasi sebagai orang pimpinan TPR yang kemudian yang berani dan terkenal luas sebagai menetapkan nama yang disebut “rencong Aceh” tidak punya pilihan pertama sebagai anggota staf umum lain selain menuruti saja kemauan Al TRI Komandemen Sumatra di Aceh Mujahid dari anggota TPR lainnya. menggantikan Teuku Nyak Arif Teuku Nyak Arif tentu menyadari dengan pangkat jenderal mayor.83 bahwa sejak Perang Cumbok berakhir, Kemudian ditetapkan pula pengganti secara de facto kekuasaan telah Sjamaun Gaharu dan Teuku Hamid berpindah kepada golongan ulama Azwar yang semuanya tercantum sehingga meskipun secara matematis dalam Maklumat TRI No. 4 tanggal 12 kekuatan pasukan pemenintah lebih Maret 1946.84 besar dan lebih terlatih, tidak akan Tidak cukup dengan pengambilalihan menghalangi mereka untuk segera kekuasaan militer, Al Mujahid juga merebut kekuasaan. 81 Selain itu menuntut Teuku Nyak Arif mundur Teuku Nyak Arif yang tengah dari jabatan residen untuk digantikan menderita penyakit diabetes akut ini oleh Akting Residen Teuku Daudsyah, tentu ingin menghindarkan perang begitu juga dengan jabatan Bupati saudara yang lebih besar lagi karena Aceh Besar Teuku Husin Teureumon meski kekuatan TPR tak terlatih dan yang kemudian digantikan oleh tokoh kurang senjata, tidak tertutup muda PUSA Zaini Bakri. Namun kemungkinan TPR akan memobilisasi begitu, Al Mujahid tidak menuntut rakyat sipil yang dengan mudah jabatan wakil residen dari Teuku M. digerakkan atas nama “membersihkan Ali Panglima Polim yang disebabkan sisa sisa uleebalang. Teuku Nyak Arif eratnya tokoh yang disebut terakhir sendiri pada awalnya tampaknya tidak itu dengan PUSA. 85 menduga bahwa kedudukannya juga Dengan keadaan ini tampaknva terancam karena walaupun ia secara menjadi mudah saja bagi TPR dan 79 Rarnadhan K.H, Hamid Jabbar, Op. Cit., h. 255. PUSA untuk mengendalikan keadaan. 80 Berita yang dibawa Sjamaun Gaharu ini sebenamya telah diketahui oleh T. Nyak Arif sehari sebelumnya yaitu 28 Tak lama kemudian, Akting Residen Februari 1946 lewat Wakil Residen T. M. Ali Panglima Polim. Teuku Daudsyah yang pro PUSA, Dalam pertemuan antara keduanya tersebut, T. Nyak Arif mengemukakan kesediaarmya untuk memenuhi tuntutan Al memanggil 24 tokoh sipil dan militer Mujahid. Lihat Nazaruddin Sjamsuddin (1998), Op. Cit.,hh. di antaranya Sjamaun Gaharu, Hamid 186 187. 81 Pasukan Divisi V TRI terdiri dari 2 batalyon, 150 orang polisi 82 Ibid., istimewa, 150 polisi tentara, 200 orang staf resimen, 300 orang 83 pasukan dari batalyon I/resimen I yang semuanya terlatih. TPR Nazaruddin Sjamsuddin (1998), Op. Cit,h. 188 84 terdiri dari 1000 orang sipil dari Idi Aceh Timur dan 1000 orang Rarnadhan K.H, Hamid Jabbar, Op. Cit., h. 258. Pesindo yang tak terlatih.Lihat Ramadhan K. H. Hamid Jabbar, 85 Nazaruddin Sjamsuddin (1998), Op. Cit., h. 189. Ibid., h. 250.

Jurnal Sejarah Lontar 32 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 Azwar, Sayid Ali, Sayid Usman, M. kekuasaan Belanda ke Aceh. Syah, Teuku Hamdani, Teungku Hasbi Kedatangan Belanda rupanya As Shiddiqi, Teuku M. Yusuf, dan diharapkan oleh kebanyakan kaum Teuku T. Hanafiah. Teuku Nyak Arif uleebalang yang pernah mengecap sendiri tidak hadir dalam pertemuan keuntungan dari penjajah Belanda. itu karena telah dibawa ke Takengon Namun sebaliknya menimbulkan Aceh Tengah dan ditahan di sana. kegelisahan terutama bagi kalangan Pertemuan itu dihadiri pula oleh ulama (baca:PUSA) yang melihat Teuku M. Amin dan Sayid Umar tokoh kedatangan kembali Belanda sebagai PUSA, sehingga sulit mengabaikan ancaman. keterlibatan PUSA di dalamnya. Ke 24 Di tengah ketidakpastian dan orang ini akhimya dibawa pula ke kegelisahan itulah tersiar kabar telah Takengon bersama sama uleebalang diproklamasikan Negara Republik uleebalang dan orang orang yang Indonesia. Berdirinya negara ini dianggap sisa sisa uleebalang yang seakan menjadi jalan keluar bagi telah ditangkap terlebih dahulu oleh golongan ulama yang segera Amir Husin Al Mujahid yang menyatakan dukungannya sebaliknya jumlahnya tidak kurang dart 100 bagi kebanyakan golongan uleebalang orang, 60 orang di antaranya adalah berdirinya Negara Republik Indonesia uleebalang dan keluarga dekat merupakan sesuatu yang tidak sesuai mereka.86 dengan realitas internasional ketika Setelah mengambil kekuasaan itu. di ibukota Kutaraja, pasukan TPR Pendirian yang bertentangan di membentuk kesatuan ekspedisi dan antara dua elite lokal tersebut mengirimkannya ke Pantai Barat mencapai klimaks dengan meletusnya (Aceh Barat) pada minggu terakhir Perang Cumbok di Pidie (Desember Maret 1946. Di sana uleebalang 1945-Januari 1946). Pihak setempat seperti Teuku R. Iskandar uleebalang Pidie akhirnya kalah dan dan Teuku Hitam Patek diturunkan tersingkir dari kekuasaannya. Tidak dan jabatannya untuk kemudian cukup di Pidie saja, beberapa bulan dibawa ke Kutaraja dan dijatuhi setelah berakhirnya Perang Cumbok, hukuman eksekusi. 87 Tindakan terbentuk Tentara Perjuangan Rakyat serupa terjadi pula di Gayo Aceh (TPR) yang ingin menyingkirkan Tengah sehingga pada akhir Maret uleebalang di seluruh Aceh. 1946, seluruh uleebalang di Aceh Kebanyakan uleebalang di Aceh pun telah diturunkan atau dibunuh mengalami nasib yang sama dengan kecuali beberapa orang uleebalang rekan mereka di Pidie. Golongan yang dianggap kooperatif seperti ulama pun mengambil alih kekuasaan Teuku Cik M. Daudsyah dan Teuku di bawah naungan Republik. M. Ali Panglima Polim ataupun mereka DAFTAR PUSTAKA yang berhasil melarikan diri ke Medan atau Sabang yang berada dalam Arsip/Dokumen kontrol Belanda. ANRI, Koleksi Transkrip Sejarah Kesimpulan Lisan (Has.81.A.V.01-02) Hasan, Teuku Muhammad Kekalahan Jepang menimbulkan oleh J.R Chaniago, 40 kaset suasana ketidakpastian. Terdapat (transkrip), 1981 tanda-tanda akan munculnya kembali Buku-Buku dan Karya Lainnya 86 Ibid., h.190 87 M. Isa Sulaiman. Op. Cit.,h. 154 Amin SM.Kenangan-Kenangan dari Masa Lampau,

Jurnal Sejarah Lontar 33 Vol.5 No.2 Juli - Desember 2008 Jakarta:Pradnya Paramita,1978. Anderson, Ben. Revoloesi Pemoeda:Pendudukan Jepang dan Perlawanan di Jawa 1944-1946, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1988. Arif, Abdullah. Disekitar Peristiwa Penghianat Tjumbok, Kutaraja:Semangat Merdeka, tt ————————————————, Bingkisan Kenang-Kenangan Kongres Besar PUSA dan Pemuda PUSA, Kutaraja:Panitia Raja Kongres Besar PUSA, 1950. El Ibrahimy, M. Nur Haji. Teungku M. Daud Beureueh:Peranannya Dalam Pergolakan Aceh, Jakarta: Media Dakwah, 2001. ————————————————, Mata Rantai yang hilang dari Sejarah Perjuangan Indonesia di Aceh, Jakarta:Grasindo, 1996 Insider.Atjeh Sepintas Lalu, Jakarta:Balai Pustaka,1990. Jacobi, AK. Aceh Dalam Perang Mempertahankan Proklamasi Kemerdekaan 1945-1949: dan Peranan Teuku Hamid Azwar sebagai Pejuang, Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 1998 Jacoeb, Ismail.Bertebarnya Bendera Islam di Tanah Atjeh, Kutaraja:Panitia Kongres PUSA ke-1,tt. Panglima Polem, T.M.Ali. Sumbangsih Aceh Bagi Republik, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1996 Ramadhan KH dan Hamid Jabbar. Sjamaun Gaharu:Cuplikan Perjuangan di daerah Modal, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,1995. Revolusi Desember’45 di Atjeh atau Pembasmian Penghianat Tanah Air, Kutaradja:Pemerintah RI,tt Riclefs, MC. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta:UGM Press,1998 Saleh, Hasan. Mengapa Aceh Bergolak, Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1990 Sjamsuddin, Nazaruddin. Pemberontakan Kaum Republik:Kasus Darul Islam Aceh, Jakarta:Pustaka Utama Grafiti, 1990. —————————————————, Revolusi di Serambi Mekah:Perjuangan Kemerdekaan dan Pertarungan Politik di Aceh 1945-1949, Jakarta:UI Press, 1998. Sulaiman, Isa.Sejarah Aceh:Sebuah Gugatan Terhadap Tradisi, Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 1991. Talsya, Teuku Alibasyah.Sedjarah dan Dokumen-Dokumen Pemberontakan di Atjeh,Jakarta:Penerbit Kesuma, tt

Wawancara M. Nur El Ibrahimy 4 Juni 2001 dan 3 April 2003 di Jakarta