Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Simetris

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Simetris Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA. PELAKSANAAN Syariat Islam DI ACEH SEBAGAI OTONOMI KHUSUS YANG ASIMETRIS (Sejarah Dan Perjuangan) Dinas Syariat Islam Aceh Tahun 2020 PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM DI ACEH SEBAGAI OTONOMI KHUSUS YANG ASIMETRIS (SEJARAH DAN PERJUANGAN) Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA. Editor : DR. EMK. Alidar, S.Ag., M.Hum Tata Letak Isi : Muhammad Sufri Desain Cover : Syahreza Diterbitkan oleh: Dinas Syariat Islam Aceh Jln T. Nyak Arief No.221, Jeulingke. Banda Aceh Email : [email protected] Telp : (0651) 7551313 Fax : (0651) 7551312, (0651) 7551314 Bekerjasama dengan Percetakan: CV. Rumoh Cetak Jalan Utama Rukoh, Syiahkuala, Banda Aceh Email: [email protected] | Hp: 08116888292 Dinas Syariat Islam Aceh viii + 224 hlm. 14 x 21 cm. ISBN. 978-602-58950-5-0 Pengantar penulis BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Puji dan syukur penulis persembahkan ke hadirat Allah Swt. atas segala karunia dan rahmat yang dilimpahkan- Nya, shalawat dan salam penulis haturkan ke pangkuan Nabi Muhammad Rasul penutup dan penghulu para nabi--yang diutus sebagai rahmat untuk semesta alam, serta kepada semua keluarga dan Sahabat beliau. Dengan izin serta karunia Allah Swt. penulisn buku dengn judul PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM DI ACEH SEBAGAI OTONOMI KHUSUS YANG ASIMETRIS (Sejarah Dan Perjuangan) telah dapat penulis rampungkan dan selesaikan penulisannya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis, dengan caranya masing-masing, sehingga tulisan ini dapat penulis rampungkan. Terutama sekali kepada para mahasiswa, para peneliti dan para peminat yang sering mengajukan pertanyaan yang tajam dan menggelitik, kritik yang pedas, atau pujian berlebihan yang tidak menggembirakan, baik mengenai isi buku yang penulis tulis, atau juga mengenai kebijakan, dan kenyataan nyata pelaksanaan qanun- qanun yang berkaitan dengna syariat Islam selama ini. Kesemua pertanyaan, kritik, saran dan pujian tersebut telah mendorong (bahkan memaksa) penulis untuk berpikir dan merumuskan Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA iii kembali jalan pikiran yang ada secara lebih lugas, tepat dan tajam, bahwa fiqih yang disusun adalah fiqih untuk masa depan, bukan sekedar mengutip atau menyusun ulang redaksi dari buku-buku lama, peninggalan ulama abad pertengahan. Begitu juga kritik dan saran dari semua pihak untuk penyempurnaan tulisan ini di masa depan, sangat penulis harapkan, dinanti dan akan diterima dengan dada lapang. Insya Allah akan penulis pertimbangkan dan akan penulis masukkan dalam revisi dan penyempurnaan yang akan datang, yang dalam niatan penulis tetap akan dilaksanakan. Kepada Dinas Syari`at Islam Aceh yang telah bersedia menerbitkan kitab ini penulis ucapkan terima kasih yang tulus, semoga amal usaha ini memberikan pengaruh yang positif kepada masyarakat. Akhirnya kepada Allah penulis berserah diri, kepada-Nya dimohon ampun penyuci diri, kepada Nya dipersembahkan bakti, dan kepada Nya pula dimohon hidayah penerang hati. Semua yang benar berasal dari Allah sedang yang salah adalah karena kekeliruan dan kesalahan penulis. Wallahu a`lam bi al-shawab wa ilayh al-marji` wa al-ma`ab.[] Banda Aceh, Juni 2020 M. Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA. iv Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Asimetris (Sejarah & Perjuangan) Kata pengantar Kepala Dinas Syariat Islam Aceh Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Puji berserta syukur kita panjatkan kehadhirat Allah SWT dan shalawat beserta salam kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. Masyarakat Aceh telah lama dikenal sebagai masyarakat yang memegang kuat ajaran Islam sebagai pedoman hidup. Dalam berbagai aspek kehidupan, baik sosial, adat, budaya, pendidikan, dan lainnya nilai-nilai Islam telah lama menjadi “living law” dan telah berfungsi sebagai otoritas tertinggi yang mengatur semua sendi kehidupan masyarakat Aceh. Sejarah perjuangan rakyat Aceh baik pra kemerdekaan atau pasca kemerdekaan semua dilakukan berdasarkan satu tujuan yaitu memperjuangkan penerapan Syariat Islam di bumi Aceh secara kaffah. Di sisi lain, sejak belasan tahun lalu, Aceh juga telah memilih untuk menjadikan Syariat Islam bukan hanya sebagai nilai-nilai yang menjiwai kehidupan masyarakatnya pada dimensi mental dan spiritual, namun juga menjadikannya norma-norma hukum positif yang mengatur alur kehidupan masyarakatnya sehari-hari. Dengan demikian, Syariat Islam telah menjelma menjadi ruh dan jasad bagi masyarakat Aceh. Dengan kenyataan ini, tentulah banyak hal lain yang juga seharusnya tumbuh selaras seiring sejalan. Di antaranya, literatur syariat Islam dan penerapannya Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA v di Aceh dari berbagai sudut pandang juga mestinya ikut menjadi perhatian banyak kalangan, terutama kalangan akademisi dan pemangku kebijakan. Dalam konteks inilah kehadiran buku “Pelaksanaan Syari’at Islam di Aceh sebagai otonomi khusus yang asimetris (sejarah dan kewenangan), menurut hemat saya, akan sangat memperkaya khazanah rujukan tentang syariat Islam di Aceh, terutama dari kacamata sejarah dan hukum. Kita harapkan dengan hadirnya buku ini, penerapan Syariat Islam di Aceh akan menjadi lebih terkawal secara akademis dan juga dapat menjelma menjadi sebuah kontribusi produktif terhadap upaya penerapan syariat dan Aceh yang kaffah. Kita doakan pula bahwa buku ini dapat menjadi bahan tambahan untuk kita bermuhasabah (perbaikan diri), baik atas kebijakan-kebijakan yang telah kita ambil, atau yang akan kita buat di kemudian hari. Akhirul kalam, kami mengucapan selamat kepada penulis buku ini dan juga terima kasih yang tak terhingga atas kontribusi positif ini yang tentunya akan menjelma menjadi shadaqah jariah bagi penulis atas baktinya kepada masyarakat muslim Aceh. Akirnya, hanya kepada Allah lah kita memohon ampun dan kepadaNya lah kita mohon perlindungan. Semoga Syariat Islam tetap tegak di Bumi Aceh. Billahi taufiq walhidayah, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Kepala Dinas Syari’at Islam Aceh DR. EMK. ALIDAR, S. Ag., M. Hum vi Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Asimetris (Sejarah & Perjuangan) daftar ISI PENGANTAR PENULIS ~ III KATA PENGANTAR KEPALA DINAS SYARIAT ISLAM ACEH ~ V DAFTAR ISI ~ VII BAB I : PENDAHULUAN ~ 1 BAB II : PERJUANGAN PELAKSANAAN SYARIAT ISLAM PADA MASA PENJAJAHAN ~ 11 A. Kedatangan Penjajah Dan Perlawanan Melalui Perang Terbuka ~ 12 B. Politik ~ 23 C. Kebijakan Pasifikasi dan Perlawanan secara D. Persatuan Ulama Seluruh Aceh ~ 50 BAB III : PERJUANGANKeadaan Peradilan PELAKSANAAN Di Aceh ~ 68 SYARIAT PADA MASA KEMERDEKAAN A. Perjuangan untuk Mendapat Pengakuan ~ ~ 89 B. Perjuangan setelah Pengakuan Politis ~ 142 C. Perjuangan91 untuk Menghadirkan Mahkamah Syar`iyah ~ 188 Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA vii BAB IV : PENUTUP ~ 213 DAFTAR KEPUSTAKAAN ~ 221 viii Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Asimetris (Sejarah & Perjuangan) Bab 1 PENDAHULUAN Prof. Dr. Al Yasa` Abubakar, MA 1 Aceh mendapat otonomi khusus melalui Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, dan setelah itu diganti dan disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh. Undang-undang yang pertama merupakan amanat dan perintah TAP MPR, sedang yang kedua merupakan buah dan kelanjutan dari Kesepakatan Helsinki yang ditandatangai oleh Utusan Pemerintah Indonesia dan Utusan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), pada tanggal 15 Agustus 2005. Tokoh GAM dalam beberapa pernyataan resmi menyatakan bahwa pemberlakuan syariat Islam di Aceh bukanlah tuntutan mereka. Namun mereka juga tidak berkeberatan sekiranya ada komponen dalam masyarakat Aceh yang memperjuangkannya.1 Dengan demikian walaupun dalam Kesepakatan Helsinki tidak ada butir yang secara jelas menyebut pemberlakuan syariat Islam, dalam UU 11/06 ditemukan beberapa pasal yang mengatur pelaksanan syariat Islam, baik sebagai tugas pemerintahan dan juga sebagai hukum positif. Hal ini tentu sebagai kelanjutan dan penyempurnaan atas peraturan mengenai pelaksanaan syariat Islam yang sebelumnya sudah diberikan Pemerintah melalaui UU 44/99 dan UU 11/01. Menurut penulis, adanya ketentuan mengenai pelaksanaan syariat Islam dalam UU 11/06 bukanlah sesuatu yang tiba- tiba apalagi mengada-ada. Upaya masyarakat Aceh dan para pemimpinnya untuk menjalankan syariat Islam sebagai landasan kehidupan (pandangan hidup, way of life), termasuk di dalamnya kegiatan pemerintahan dan sebagai hukum posisitif, di alam Indonesia merdeka, sudah dimulai sejak saat paling awal, ketika mereka mengetahui bahwa Indonesia sudah merdeka dan Aceh menjadi bagian dari negara baru tersebut. Tuntutan ini telah disuarakan para pemimpin bersama rakyat, dengan berbagai 1 Hamid Awaluddin pernah menyatakan keheranan dan keterkejutannya karena salah seorang petinggi GAM dalam pembicaraan dengan beliau, baik formal atau non formal, pernah menyatakan bahwa “Hukum syariat bukanlah aspirasi kami. Ingat ya, Syamsuddin Mahmud dan Gazali meninggalkan ruang pertemuan di masa lalu karena soal ini.” Lihat, Hamid Awaludin, Damai di Aceh, Catatan Perdamaian RI – GAM di Helsinki, Centre for Strategic and Intenational Studies (CSIS), Jakarta, cet. 1, 2008, hlm. 164 dan 151. 2 Pelaksanaan Syariat Islam Di Aceh Sebagai Otonomi Khusus Yang Asimetris (Sejarah & Perjuangan) cara dan saluran, secara terus menerus sejak awal kemerdekaan sampai ke masa sekarang. Rakyat Aceh dan pemimpinnya telah menempuh cara-cara damai, melalui perjuangan politik di parlemen sampai dengan cara kekerasan melalui pemberontakan bersenjata.
Recommended publications
  • Rituals of Islamic Spirituality: a Study of Majlis Dhikr Groups
    Rituals of Islamic Spirituality A STUDY OF MAJLIS DHIKR GROUPS IN EAST JAVA Rituals of Islamic Spirituality A STUDY OF MAJLIS DHIKR GROUPS IN EAST JAVA Arif Zamhari THE AUSTRALIAN NATIONAL UNIVERSITY E P R E S S E P R E S S Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title is also available online at: http://epress.anu.edu.au/islamic_citation.html National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Author: Zamhari, Arif. Title: Rituals of Islamic spirituality: a study of Majlis Dhikr groups in East Java / Arif Zamhari. ISBN: 9781921666247 (pbk) 9781921666254 (pdf) Series: Islam in Southeast Asia. Notes: Includes bibliographical references. Subjects: Islam--Rituals. Islam Doctrines. Islamic sects--Indonesia--Jawa Timur. Sufism--Indonesia--Jawa Timur. Dewey Number: 297.359598 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design and layout by ANU E Press Printed by Griffin Press This edition © 2010 ANU E Press Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses. For this series, this final version of the thesis has been used as the basis for publication, taking into account other changesthat the author may have decided to undertake.
    [Show full text]
  • PEMIKIRAN DAN TINDAKAN POLITIK HASAN TIRO Oleh: Abrar Muhammad Yus Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh E-Mail: [email protected]
    PEMIKIRAN DAN TINDAKAN POLITIK HASAN TIRO Oleh: Abrar Muhammad Yus Mahasiswa Program Pascasarjana UIN Ar-Raniry Banda Aceh e-mail: [email protected] Abstrak Pergolakan politik rakyat Aceh pada dasarnya bersifat kesinambungan perjuangan politik bagi rakyat dan bangsa Aceh. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tokoh-tokoh pejuang politik Aceh yang lahir dan dikenal kegigihannya dalam memperjuangkan ide-ide perjuangannya. Untuk melakukan kajian terhadap tokoh-tokoh tersebut, dapat dilihat dari pendekatan ataupun pola serta periode perjuangan politik yang dilakukan oleh para tokoh tersebut. Hasan Tiro sebagai tokoh “pejuang-politik” disamping itu ia juga sebagai “pemikir- pejuang” misalnya, secara umum dapat dilihat dalam tiga periode perjuangannya yaitu: pertama, periode ketika ia masih muda dan sekaligus sebagai penerus perjuangan Tgk. Daud Beureueh, kedua, periode ketika mendeklarasikan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dan ketiga, periode penyesuaian perjuangan politik yang dalam periode ini Hasan Tiro mengalami pergeseran nilai ide-ide perjuangan politiknya, dari semangat nilai-nilai keagamaan berubah kearah yang kecenderungannya bersifat “sekuler”. Hal ini dapat dilihat dari perubahan tujuan perjuangan Hasan Tiro, serta pola perjuangan politiknya yang pada akhirnya harus berakhir di meja perundingan Helsinki. Kata Kunci: pemikiran politik, hasan tiro A. Sketsa Sosial-Politik Hasan Tiro Sejarah mencatat bahwa rakyat Aceh tidak dapat ditaklukkan oleh Belanda dengan cara yang militeristik, karena perang terhadap Belanda dalam pandangan rakyat Aceh merupakan perang suci “jihad fisabilillah,” yang bermakna jika mati akan disebut syahid karena didorong oleh semangat aqidah Islamiyah, yang sudah mengakar sangat kuat dalam pemahaman rakyat Aceh. Oleh karena itu, perang ini telah melibatkan semua lapisan masyarakat tidak terkecuali siapapun bahkan kaum perempuan sekalipun. Para ulama berperan penting dalam mengobarkan semangat jihad dalam perang tersebut.
    [Show full text]
  • Studi Kitab Al-Tabyi>N Al-Rawi> Syarah Arba'i>N Nawawi
    KASYFUL ANWAR DALAM DINAMIKA SYARAH HADIS BANJAR (Studi Kitab al-Tabyi>n al-Rawi> Syarah Arba‘i>n Nawawi> ) Munirah, M. Hum STAI RAKHA Amuntai Abstrak This article talked about Kasyful Anwar’s contribution to sharh hadith studies in South Borneo, especially in the book of al-Tabyi>n al-Rawi> Syarah Arba‘i>n Nawawi>, a sharh hadith book first had written by Banjar scholars. This book had written by Malay language is very influential for historical development of sharh hadith Banjar. Many Banjar scholars after him follow his characteristic of writing sharh hadith, sharh Hadith Arb’ain. In terms of metodology, this book is written accord with the contents in the book of Arba‘i>n Nawawi> with ijmali< method, short expanation. In explaining the meaning of the text hadith, Kasyful Anwar used content analysis method with al-Qur’an and prophet hadith. Kata kunci: Kasyful Anwar, al-Tabyi>n al-Rawi> Syarah Arba‘i>n Nawawi>, syarah hadis Banjar. A. Urgensi Syarh Hadis: Sebuah Pengantar Al-Qur’an dan hadis merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya adalah dua sumber utama ajaran umat Islam yang memuat segala persoalan, khususnya agama. Ketika ada permasalahan yang tidak dijelaskan dalam al-Qur’an, maka rujukan kedua setelahnya adalah hadis. Oleh karena itu, sebagaimana al-Qur’an dipahami dan dijelaskan, hadis pun juga dipahami dan dijelaskan maksudnya agar bisa diamalkan dengan baik. Jika pemahaman terhadap al-Qur’an disebut dengan tafsir, maka pemahaman terhadap hadis disebut dengan syarah. Berbagai usaha telah dilakukan oleh para ulama untuk memahami dan menjelaskan hadis-hadis nabi.
    [Show full text]
  • PENDIDIKAN HUMANISTIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR'an Ahmad Zain Sarnoto1, Mohammad Muhtadi2 Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta In
    |Muhammad Muhtadi PENDIDIKAN HUMANISTIK DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN Ahmad Zain Sarnoto1, Mohammad Muhtadi2 Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta Institut PTIQ Jakarta [email protected] | [email protected] Abstract The concept of humanistic education in the Qur'an contains elements including: a) Human education physically and biologically; b) inner human education and psychology; c) social human education and d) spiritual education. Concepts in the perspective of al-Qur'an which become the foundation for a humanist education, including: the nature of human form, the potential of humanity, and the purpose of human creation. The humanization applied in the Qur'an does not leave the role of man on earth as its function and role as "imarah al-ardl," and as a servant who is obliged to serve the khalik as his function and role as "ibad." As for education with a paradigm the humanists contained in the Qurʻan are: First, putting back all educational activities (talab al- ilm) under the framework of religious work which aims to seek the pleasure of Allah. Second, there is a comparison between religious knowledge and general knowledge. Third, freedom in developing science. Fourth, reviewing grounded science so that it can be implemented in daily life and start trying to implement an integrative educational strategy. The activities of human life are based on the spiritual dimension so that they do not harm others. This thought emphasizes the development of human potential in order to be able to portray themselves as „abd Allah and the khalifah of Allah. This education is intended to help students actualize their potential to become independent and creative people who are aware of God's presence in themselves.
    [Show full text]
  • National Heroes in Indonesian History Text Book
    Paramita:Paramita: Historical Historical Studies Studies Journal, Journal, 29(2) 29(2) 2019: 2019 119 -129 ISSN: 0854-0039, E-ISSN: 2407-5825 DOI: http://dx.doi.org/10.15294/paramita.v29i2.16217 NATIONAL HEROES IN INDONESIAN HISTORY TEXT BOOK Suwito Eko Pramono, Tsabit Azinar Ahmad, Putri Agus Wijayati Department of History, Faculty of Social Sciences, Universitas Negeri Semarang ABSTRACT ABSTRAK History education has an essential role in Pendidikan sejarah memiliki peran penting building the character of society. One of the dalam membangun karakter masyarakat. Sa- advantages of learning history in terms of val- lah satu keuntungan dari belajar sejarah dalam ue inculcation is the existence of a hero who is hal penanaman nilai adalah keberadaan pahla- made a role model. Historical figures become wan yang dijadikan panutan. Tokoh sejarah best practices in the internalization of values. menjadi praktik terbaik dalam internalisasi However, the study of heroism and efforts to nilai. Namun, studi tentang kepahlawanan instill it in history learning has not been done dan upaya menanamkannya dalam pembelaja- much. Therefore, researchers are interested in ran sejarah belum banyak dilakukan. Oleh reviewing the values of bravery and internali- karena itu, peneliti tertarik untuk meninjau zation in education. Through textbook studies nilai-nilai keberanian dan internalisasi dalam and curriculum analysis, researchers can col- pendidikan. Melalui studi buku teks dan ana- lect data about national heroes in the context lisis kurikulum, peneliti dapat mengumpulkan of learning. The results showed that not all data tentang pahlawan nasional dalam national heroes were included in textbooks. konteks pembelajaran. Hasil penelitian Besides, not all the heroes mentioned in the menunjukkan bahwa tidak semua pahlawan book are specifically reviewed.
    [Show full text]
  • TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DAN REVOLUSI DI ACEH (1945-1950) Bambang Satriya, Suwirta, Ayi Budi Santosa Universitas Pendidikan Indonesia
    FACTUM: JURNAL SEJARAH DAN PENDIDIKAN SEJARAH, VOL. 7 NO. 1, 2018 ISSN: 2302-9889, E.ISSN: 2615-515X TEUNGKU MUHAMMAD DAUD BEUREUEH DAN REVOLUSI DI ACEH (1945-1950) Bambang Satriya, Suwirta, Ayi Budi Santosa Universitas Pendidikan Indonesia ABSTRACT ABSTRAK This research was distributed by attractions of Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ketertarikan authors to Teungku Muhammad Daud Beureueh penulis kepada sosok Teungku Muhammad the leader with big influence when the revolution Daud Beureueh yang memiliki pengaruh besar happened in Aceh. The main issues studied in this ketika berlangsungnya masa revolusi di Aceh. research is “How was Teungku Muhammad Daud Permasalahan utama yang dibahas adalah adalah Beureueh’s role in defending the independence of “Bagaimana peran Teungku Muhammad Daud Indonesian Republic in Aceh 1945-1950?”. This Beureueh dalam mempertahankan kemerdekaan study uses historical method which includes four Republik Indonesia di Aceh tahun 1945-1950?”. steps: 1) Heuristics, 2) Criticism, 3) Interpretation, Penelitian ini menggunakan metode historis 4) Historiography. Based on the result, the political dengan empat tahapan, yaitu: 1) Heuristik, 2) and socio-economic conditions in Aceh after the Kritik, 3) Interpretasi, dan 4) Historiografi. independence of Indonesian Republic was unstable. Adapun hasil penelitian yang diperoleh bahwa The role of Teungku Muhammad Daud Beureueh kondisi politik dan sosial ekonomi di Aceh pasca in Peristiwa Cumbok gave the awareness to local kemerdekaan tidak stabil. Kemudian, Teungku government to give more attention in this horizontal Muhammad Daud Beureueh berperan penting conflict and he instructing to mobilize the troops dalam Peristiwa Cumbok dengan memberikan to attack the uleebalang clan in Pidie. He also penyadaran terhadap pemerintah daerah agar stopped the Tentara Perjuangan Rakyat (TPR) memerhatikan konflik horizontal yang sedang movement who headed by Husin Al Mujahid.
    [Show full text]
  • Religious Freedom Implications of Sharia Implementation in Aceh, Indonesia Asma T
    University of St. Thomas Law Journal Volume 7 Article 8 Issue 3 Spring 2010 2010 Religious Freedom Implications of Sharia Implementation in Aceh, Indonesia Asma T. Uddin Bluebook Citation Asma T. Uddin, Religious Freedom Implications of Sharia Implementation in Aceh, Indonesia, 7 U. St. Thomas L.J. 603 (2010). This Article is brought to you for free and open access by UST Research Online and the University of St. Thomas Law Journal. For more information, please contact [email protected]. ARTICLE RELIGIOUS FREEDOM IMPLICATIONS OF SHARIA IMPLEMENTATION IN ACEH, INDONESIA ASMA T. UDDIN* INTRODUCTION On Monday, September 14, 2009, the provincial legislature in Aceh, Indonesia passed Sharia regulations imposing stringent criminal punish- ments for various sexual offenses, such as adultery and fornication.1 Sharia, literally meaning “way to a watering place,” is a set of divine principles that regulate a Muslim’s relationship with God and man by providing social, moral, religious, and legal guidance. It is implemented through fiqh, or Is- lamic jurisprudence, which is the science of interpreting religious texts in order to deduce legal rulings. The Acehnese Sharia regulations are the latest manifestations of a process of formal implementation of Sharia that began in 2002 in Aceh.2 Given the gravity of the associated punishments, the reg- ulations have caught national and international attention, with human rights activists across the world decrying the severity of the corporal punishments imposed by the regulations. Much less frequently scrutinized are the regula- tions’ implications for other human rights—such as religious freedom. This paper analyzes these regulations’ religious freedom implications for both Muslims and non-Muslims.
    [Show full text]
  • Scraps of Hope in Banda Aceh
    Marjaana Jauhola Marjaana craps of Hope in Banda Aceh examines the rebuilding of the city Marjaana Jauhola of Banda Aceh in Indonesia in the aftermath of the celebrated SHelsinki-based peace mediation process, thirty years of armed conflict, and the tsunami. Offering a critical contribution to the study of post-conflict politics, the book includes 14 documentary videos Scraps of Hope reflecting individuals’ experiences on rebuilding the city and following the everyday lives of people in Banda Aceh. Scraps of Hope in Banda Aceh Banda in Hope of Scraps in Banda Aceh Marjaana Jauhola mirrors the peace-making process from the perspective of the ‘outcast’ and invisible, challenging the selective narrative and ideals of the peace as a success story. Jauhola provides Gendered Urban Politics alternative ways to reflect the peace dialogue using ethnographic and in the Aceh Peace Process film documentarist storytelling. Scraps of Hope in Banda Aceh tells a story of layered exiles and displacement, revealing hidden narratives of violence and grief while exposing struggles over gendered expectations of being good and respectable women and men. It brings to light the multiple ways of arranging lives and forming caring relationships outside the normative notions of nuclear family and home, and offers insights into the relations of power and violence that are embedded in the peace. Marjaana Jauhola is senior lecturer and head of discipline of Global Development Studies at the University of Helsinki. Her research focuses on co-creative research methodologies, urban and visual ethnography with an eye on feminisms, as well as global politics of conflict and disaster recovery in South and Southeast Asia.
    [Show full text]
  • Ulama Aceh Dalam Melahirkan Human Resource Di Aceh
    ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH Tim penulis: Muhammad Thalal, Fauzi Saleh, Jabbar Sabil, Kalam Daud, Samsul Bahri, Ismail Muhammad, Mulyadi Nurdin, Ayyub AR, Fuad Ramly, Firdaus M. Yunus, Ismail, Nab Bahany AS, Anton Widyanto, Hardiansyah, Ikhram M. Amin, Imran Muhammad, Jamaluddin Thayyib, Syamsuar Basyariah, Ruslan Editor: Muliadi Kurdi PERPUSTAKAAN NASIONAL: KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH Edisi pertama, Cet. 1 tahun 2010 Yayasan Aceh Mandiri, Banda Aceh, 2010 xvi + 294 hlm, 16 x 24 cm ISBN 978-602-95838-8-5 HAK CIPTA PADA PENULIS Hak cipta dilindungi undang-undang Cetakan pertama, Nopember 2009 Tim penulis: Muhammad Thalal, Fauzi Saleh, Jabbar Sabil, Kalam Daud, Samsul Bahri, Ismail Muhammad, Mulyadi Nurdin, Ayyub AR, Fuad Ramly, Firdaus M. Yunus, Ismail, Nab Bahany As, Anton Widyanto, Hardiansyah, Ikhram M. Amin, Imran Muhammad, Syamsuar Basyariah, Jamaluddin Thayyib, Ruslan Editor: Muliadi Kurdi Disain sampul dan tataletak: Jabbar Sabil Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Yayasan Aceh Mandiri 2010 M/1431 H Sambutan Ketua Komisi A DPR Aceh Puji dan syukur kita panjatkan kehadhirat Allah Swt., v yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurahkan ke pangkuan junjungan ‘alam Nabi Besar Muhammad saw., sahabat dan keluarga beliau sekalian. Dalam Alquran surat al-‘Alaq Allah Swt., menjelaskan bahwa Dia mengajarkan manusia dengan qalam. Artinya qalam secara simbolik memilik makna bahwa pentingnya tulisan, uraian dan karangan yang menyingkap hukum dan hikmah. Qalam pernah mengantarkan umat Islam ke alam kemajuan dan keemasan (golden age).
    [Show full text]
  • From Custom to Pancasila and Back to Adat Naples
    1 Secularization of religion in Indonesia: From Custom to Pancasila and back to adat Stephen C. Headley (CNRS) [Version 3 Nov., 2008] Introduction: Why would anyone want to promote or accept a move to normalization of religion? Why are village rituals considered superstition while Islam is not? What is dangerous about such cultic diversity? These are the basic questions which we are asking in this paper. After independence in 1949, the standardization of religion in the Republic of Indonesia was animated by a preoccupation with “unity in diversity”. All citizens were to be monotheists, for monotheism reflected more perfectly the unity of the new republic than did the great variety of cosmologies deployed in the animistic cults. Initially the legal term secularization in European countries (i.e., England and France circa 1600-1800) meant confiscations of church property. Only later in sociology of religion did the word secularization come to designate lesser attendance to church services. It also involved a deep shift in the epistemological framework. It redefined what it meant to be a person (Milbank, 1990). Anthropology in societies where religion and the state are separate is very different than an anthropology where the rulers and the religion agree about man’s destiny. This means that in each distinct cultural secularization will take a different form depending on the anthropology conveyed by its historically dominant religion expression. For example, the French republic has no cosmology referring to heaven and earth; its genealogical amnesia concerning the Christian origins of the Merovingian and Carolingian kingdoms is deliberate for, the universality of the values of the republic were to liberate its citizens from public obedience to Catholicism.
    [Show full text]
  • P E N G U M U M a N
    KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA JALAN MEDAN MERDEKA SELATAN NO. 18 JAKARTA 10110 TROMOL POS : 1344/JKT 10013 TELEPON : (021) 3804242 (9 SALURAN) FAKSIMILE : (021) 3507210 e-mail : [email protected] P E N G U M U M A N NOMOR : 25.Pm/KP.03/SJN.P/2021 TENTANG FINAL HASIL SELEKSI ADMINISTRASI PENGADAAN CALON APARATUR SIPIL NEGARA KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL TAHUN 2021 Sehubungan dengan Pengumuman Nomor: 23.Pm/KP.03/SJN.P/2021 tentang Hasil Seleksi Administrasi Pengadaan Calon Aparatur Sipil Negara (CASN) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tahun 2021 dan hasil Keputusan Rapat Panitia Seleksi Pengadaan CASN Kementerian ESDM Tahun 2021, dengan ini diumumkan daftar nama pelamar yang Lulus Final Seleksi Administrasi sebagaimana terlampir. Bagi pelamar yang melakukan sanggahan, dapat melihat hasil sanggahannya melalui akun SSCASN masing-masing pada laman daftar-sscasn.bkn.go.id/login. Pelamar dengan status Lulus Seleksi Administrasi melakukan registrasi pada laman casn.esdm.go.id mulai tanggal 16 Agustus 2021. Untuk tata cara registrasi akan diinformasikan kemudian pada laman casn.esdm.go.id. Pemberitahuan terkait jadwal dan lokasi pelaksanaan Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) akan diumumkan kemudian. Khusus untuk jabatan Pengamat Gunung Api, titik lokasi SKD disesuaikan dengan titik lokasi yang telah diumumkan sesuai pengumuman Nomor 19.PM/KP.03/SJN.P/2021 tentang Seleksi Pengadaan CASN Kementerian ESDM Tahun 2021. Keputusan Panitia Seleksi bersifat final dan tidak dapat diganggu gugat.
    [Show full text]
  • Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R
    GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA GUBERNUR PERTAMA DI INDONESIA PENGARAH Hilmar Farid (Direktur Jenderal Kebudayaan) Triana Wulandari (Direktur Sejarah) NARASUMBER Suharja, Mohammad Iskandar, Mirwan Andan EDITOR Mukhlis PaEni, Kasijanto Sastrodinomo PEMBACA UTAMA Anhar Gonggong, Susanto Zuhdi, Triana Wulandari PENULIS Andi Lili Evita, Helen, Hendi Johari, I Gusti Agung Ayu Ratih Linda Sunarti, Martin Sitompul, Raisa Kamila, Taufik Ahmad SEKRETARIAT DAN PRODUKSI Tirmizi, Isak Purba, Bariyo, Haryanto Maemunah, Dwi Artiningsih Budi Harjo Sayoga, Esti Warastika, Martina Safitry, Dirga Fawakih TATA LETAK DAN GRAFIS Rawan Kurniawan, M Abduh Husain PENERBIT: Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Tlp/Fax: 021-572504 2017 ISBN: 978-602-1289-72-3 SAMBUTAN Direktur Sejarah Dalam sejarah perjalanan bangsa, Indonesia telah melahirkan banyak tokoh yang kiprah dan pemikirannya tetap hidup, menginspirasi dan relevan hingga kini. Mereka adalah para tokoh yang dengan gigih berjuang menegakkan kedaulatan bangsa. Kisah perjuangan mereka penting untuk dicatat dan diabadikan sebagai bahan inspirasi generasi bangsa kini, dan akan datang, agar generasi bangsa yang tumbuh kelak tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter. Oleh karena itu, dalam upaya mengabadikan nilai-nilai inspiratif para tokoh pahlawan tersebut Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan penulisan sejarah pahlawan nasional. Kisah pahlawan nasional secara umum telah banyak ditulis. Namun penulisan kisah pahlawan nasional kali ini akan menekankan peranan tokoh gubernur pertama Republik Indonesia yang menjabat pasca proklamasi kemerdekaan Indonesia. Para tokoh tersebut adalah Teuku Mohammad Hasan (Sumatra), Soetardjo Kartohadikoesoemo (Jawa Barat), R. Pandji Soeroso (Jawa Tengah), R.
    [Show full text]