Ulama Aceh Dalam Melahirkan Human Resource Di Aceh
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH Tim penulis: Muhammad Thalal, Fauzi Saleh, Jabbar Sabil, Kalam Daud, Samsul Bahri, Ismail Muhammad, Mulyadi Nurdin, Ayyub AR, Fuad Ramly, Firdaus M. Yunus, Ismail, Nab Bahany AS, Anton Widyanto, Hardiansyah, Ikhram M. Amin, Imran Muhammad, Jamaluddin Thayyib, Syamsuar Basyariah, Ruslan Editor: Muliadi Kurdi PERPUSTAKAAN NASIONAL: KATALOG DALAM TERBITAN (KDT) ULAMA ACEH DALAM MELAHIRKAN HUMAN RESOURCE DI ACEH Edisi pertama, Cet. 1 tahun 2010 Yayasan Aceh Mandiri, Banda Aceh, 2010 xvi + 294 hlm, 16 x 24 cm ISBN 978-602-95838-8-5 HAK CIPTA PADA PENULIS Hak cipta dilindungi undang-undang Cetakan pertama, Nopember 2009 Tim penulis: Muhammad Thalal, Fauzi Saleh, Jabbar Sabil, Kalam Daud, Samsul Bahri, Ismail Muhammad, Mulyadi Nurdin, Ayyub AR, Fuad Ramly, Firdaus M. Yunus, Ismail, Nab Bahany As, Anton Widyanto, Hardiansyah, Ikhram M. Amin, Imran Muhammad, Syamsuar Basyariah, Jamaluddin Thayyib, Ruslan Editor: Muliadi Kurdi Disain sampul dan tataletak: Jabbar Sabil Buku ini merupakan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Yayasan Aceh Mandiri 2010 M/1431 H Sambutan Ketua Komisi A DPR Aceh Puji dan syukur kita panjatkan kehadhirat Allah Swt., v yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga kepada kita. Shalawat dan salam semoga tercurahkan ke pangkuan junjungan ‘alam Nabi Besar Muhammad saw., sahabat dan keluarga beliau sekalian. Dalam Alquran surat al-‘Alaq Allah Swt., menjelaskan bahwa Dia mengajarkan manusia dengan qalam. Artinya qalam secara simbolik memilik makna bahwa pentingnya tulisan, uraian dan karangan yang menyingkap hukum dan hikmah. Qalam pernah mengantarkan umat Islam ke alam kemajuan dan keemasan (golden age). Dasar-dasar metolodologi hukum Islam umpamanya dirumuskan Imam asy-Syafi’i dalam tulisannya yang berjudul “al-Risalah”. Demikian halnya Malik Ibn Anas yang merekam semua perbuatan ahlul Madinah dalam kitabnya yang bernama Muwaththa’. Ulama Aceh ternyata juga tidak ketinggalan. Syekh Abdurrauf al-Singkily dengan magnum opusnya, “Turjumanul Mustafid” telah mengajarkan masyarakat Aceh dan Nusantara. Ulama Aceh dalam Melahirkan Human Resource di Aceh Demikian halnya At-Tarusany yang melahirkan sebuah karya besar yang mengupas telah problematika legal dalam pandangan hukum Islam. Kitab ini terasa sangat urgen bagi lembaga penegak hukum saat itu terutama dalam memutuskan perkara di mahkamah. Hingga akhir abad ini, kiprah ulama masih sangat berjaya dalam melahirkan karya. Karya bernuansa sastra juga termasuk tulisan monumental dalam mengisi perjalan sastra di bidang penafsiran Alquran yang semakin langka. Kelangkaan ini terjadi karena minimnya sumberdaya manusia di bidangnya dan factor lain boleh jadi kurangnya kegairahan ilmuwan menghadirkan karya-karya tersebut. Inspirasi di atas kiranya mendorong lahirnya pemikiran dan kontribusi ulama Aceh dalam melahirkan human resource yang handal. Pemikiran yang tetap relevan dalam menggerakkan anak bangsa untuk selalu berkarya. Karena itu, pemikiran tersebut perlu ditulis dan ulas kembali dengan beberapa modifikasi disesuai dengan space dan waktu. Buku ini tentu diharapkan menambah khazanah keilmuan bagi masyarakat untuk bercermin pada pemikiran ulama terdahulu khususnya ulama Aceh. Hal tersebut dimaksudkan agar sejarah dan kegemilangan ulama Aceh masa lalu tidak sekedar euphoria belaka, tetapi memberikan pembelajaran yang lebih mendalam bagi generasi yang akan datang, baik dari corak pemikirannya, substansi dan arah serta logika yang dipakainya. Kiranya ulama sangat bijak dalam memberikan arahan dan pendapat serta buah pikiran yang kemudian dituangkan dalam karya-karya besarnya. Konsideran-konsideran dalam melahirkan fatwa dan pemikiran juga menjadi barometer bagi setiap individu umat di masa sekarang dan akan datang dalam menyampaikan sesuatu kepada masyarakat. Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada para editor, kontributor tulisan, dan semua pihak yang ikut serta dalam melahirkan karya ini. Semoga Allah Swt., akan memberkati kita sehingga apapun yang telah kita hasilkan hari ini selalu berada di bawah ‘inayah dan ridha-Nya. Banda Aceh, 9 Nopember 2010 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT ACEH KETUA KOMISI A Dto TEUNGKU H. ADNAN BEURANSYAH vi Pengantar Editor “Tinta ulama tidak kalah dibandingkan dengan darah syuhada” karena ulama selalu mengajarkan, mencurahkan dan vii mencerahkan kehidupan anak manusia. Ulama dianggap pelita yang menerangi kegelapan umat, obor yang menggairahkan suasana alam ini. Lebih penting lagi, tinta ulama tidak pernah kering dan selalu menggoreskan hati sanubari manusia untuk bangkit menuju kehidupan yang lebih baik. Dalam konteks sejarah, Aceh melahirkan banyak ulama dengan variasi karya dan kontribusinya dalam berbidang keilmuan. Lembaga pendidikan agama tempo dulu (baca: dayah) lebih concern pada pembelajaran ilmu agama yang menjadi embrio kelahiran alim ulama. Memang, Aceh memiliki sejarah panjang dalam melahirkan para ulama dengan segala kontribusi pemikiran untuk kemajuan. Kontribusi ulama di Aceh dimulai sejak pertama kali Islam menjadi agama resmi di Kerajaan Aceh Darussalam. Dalam bidang politik, ulama menjadi mitra raja dalam pengambilan kebijakan. Titah raja dijadikan sebagai adat yang dilandasi pada syariat. Dengan kata lain, tidak boleh ada adat yang berlainan dengan syariat. Ulama Aceh dalam Melahirkan Human Resource di Aceh Pemikiran dan kontribusi ulama pada masa ini menjadi pilar kejayaan dalam hidup berpolitik. Ulama juga ikut memberikan kontribusi luar biasa ketika penjajah hendak mengeksploitasi negeri ini. Perannya bukan hanya pada tataran sumbangan pemikiran, tetapi juga ikut berjuang di medan perang. Dalam catatan sejarah, banyak ulama Aceh yang syahid dalam perang melawan Belanda. Dalam bidang sosial budaya, ulama di Aceh telah meletakkan dasar- dasar kehidupan bagi umat Islam khususnya di Aceh dalam berinteraksi baik intern maupun antarumat beragama. Dalam bidang ekonomi, ulama telah melahirkan konsep muamalah yang sesuai dengan kemaslahatan manusia dengan prinsip: la dharar wa la dhirar (tidak membahaya dan dibahayakan). Dalam bidang pendidikan, ulama telah merintis lembaga pendidikan untuk mendidikan kader di seluruh penjuru Aceh bahkan di nusantara dan kawasan internasional. Pemikiran dan langkah mereka tersebut menjadi core bergerak bagi generasi sekarang dan mendatang dengan memodifikasinya sesuai dengan hajat zaman dan makan (tempat). Pembangunan Aceh ke depan tidak boleh terlepas dari panduan dan siraman para ulama yang terukir dalam catatan emasnya. Catatan itu berserakan dalam lembaran kitab, piagam, nisan, dan seterusnya. kelihaian dan kecerdasan ulama Aceh terlihat dalam mahakarya yang pernah dihasilkannya. Teungku Syiah Kuala, laqab Abdurrauf al-Singkily, telah melahirkan tafsir perdana di bumi Asia Tenggara berbahasa Melayu. Dibandingkan dengan masa sekarang, zamannya Abdurrauf termasuk masa yang serba terbatas baik referensi maupun ketersediaan bahan material untuk penulisan. Demikian pula terlihat bagaimana kegairahan al-Tarusani dalam melahirkan sebuah kitab hukum. Kitab yang dilahirkannya itu merespon persoalan umat masa itu baik terkait dengan hukum pidana atau perdata. Substansi pemikiran hukum itu dielaborasi secara baik dalam mahakaryanya Safinat Al-Hukkam Fi Takhlish Al-Khassam. Kemampuan sastra ulama Aceh juga tidak terkalahkan. Teungku Chik Pante Kulu telah melahirkan sebuah hikayat “prang sabi”. Hikayat Prang Sabi telah menghibur para pejuang untuk terus bergerak maju melawan penjajah. Hikayat laksana obor api yang menghangatkan suasana dan mampu melawan penjajah. viii Pengantar Editor Pemikiran-pemikiran tersebut dituangkan dalam karya mereka yang sebagiannya sudah usang di makan usia, sebagian yang lain hancur karena bencana. Seandainya tidak ada usaha maksimal dari generasi sekarang untuk menyelamatkan “peunulang” tersebut, maka masyarakat Aceh ke depan tak ubah bagaikan anak “mantan” orang kaya. Anak yang tidak bijak, menyia- nyiakan turath (peninggalan) orang tuanya sehingga ia menjadi orang yang tidak ada bekal hidup. Buku ini merupakan di antara salah satu usaha menuju ke arah tersebut dengan maksud merekam kembali pemikiran ulama Aceh dalam lintas sejarah, baik itu terakumulasi dalam tulisan terutama bagi mereka yang telah dipanggil Tuhannya maupun yang masih hidup melalui hasil wawancara dengan mereka. Buku ini laksana setetes air dalam lautan pemikiran ulama yang amat luas. Tentu tidak dapat mengakomodir substansi pemikiran ulama Aceh dalam lintas sejarah secara komperehansif dalam melahirkan human resource di Aceh. Untuk itu, kehadiran karya ini diharapkan ini menjadi “cemeti” bagi generasi Aceh dalam merenungi dan menghikmahi usaha yang pernah dicetus ulama Aceh di masa lalu untuk mengisi pembangunan Aceh. Banda Aceh, September 2010 EDITOR ix Ulama Aceh dalam Melahirkan Human Resource di Aceh x Daftar Isi Sambutan Ketua Komisi A DPRA --- v Pengantar editor --- vii xi Daftar Isi --- xi Glosarium --- xiii Bab Satu Pendahuluan Dasar pemikiran --- 3 Definisi ulama --- 6 Bab Dua Ulama Aceh dalam Melahirkan Human Resource Ulama Aceh dan pengembangan keilmuan --- 11 Ulama Aceh dalam percaturan politik --- 12 Ulama sebagai guru --- 13 Ulama dan perannya di bidang politik ---- 16 Harmonisasi ulama-umara --- 18 Ulama dalam membangun sumber daya manusia --- 20 Ulama Aceh dalam Melahirkan Human Resource di Aceh Karakteristik dan eksistensi umara --- 22 Keselarasan hubungan ulama-umara --- 28 ‘Arif umara dan ‘Izzah ulama dalam kebersamaan --- 29 Dampak keselarasan ulama-umara ---