ANALISIS HERMENEUTIKA GAYA KOMUNIKASI DAI DI KOTA MEDAN

Oleh Yan Oriza Yan oriza [email protected]

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Hermeneutika Gaya Komunikasi Dai di Kota Medan”. Penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif. Pendekatan yang digunakan adalah analisis hermeneutika Gadamer. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses komunikasi yang dilakukan dai dalam berceramah dan untuk mengetahui teknik komunikasi yang dilakukan dai dalam menyampaikan pesan ceramah. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Hermeneutika Gadamer, teori Gaya Komunikasi dan teori Retorika Dakwah. Informan dalam penelitian ini sebanyak tiga orang dai. Teknik pengumpulan data dilakukan adalah dengan observasi, wawancara dan studi dokumentasi, dan untuk teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam proses komunikasi ceramah tiap dai memiliki perbedaan, gaya berkomunikasi dai menitik beratkan pada penggunaan gaya bahasa yang disesuaikan tipe pendengarnya, penyampaian cerita atau kisah-kisah, humor, bahasa sehari-hari serta simbol artifak merupakan cara untuk menarik perhatian pendengar agar tertarik dengan isi ceramah. Teknik komunikasi yang dilakukan menggunakan teknik komunikasi persuasif sesuai dengan tujuan dari dakwah itu sendiri.

Kata Kunci: Hermeneutik, Dai, Gaya Komunikasi

494

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 495

PENDAHULUAN sehingga idenya mudah ditangkap dan dapat menyederhanakan masalah yang 1.1 Latar Belakang Masalah rumit dalam , Prof. H Syahrin Dakwah yang biasanya dilakukan Harahap (waspadamedan.com 7 Juli ketika acara sukuran, wiritan atau 2011). Setiap ceramahnya selalu dibanjiri pengajian di masjid dan di rumah, kini banyak jamaah, begitu juga kaset rekaman berkembang ke dunia pertelevisian dengan ceramahnya banyak dikoleksi masyarakt. pendengar yang semakin bertambah. Dai sejuta umat begitulah label yang Berbagai golongan usia banyak yang melekat padanya. menjadi pendengar ceramah di televisi. Dakwahtainment sebagai sebuah istilah Gaya komunikasi ceramah yang lazim digunakan untuk memberi Zainuddin MZ tidak hanya berkesan identitas pada bentuk dakwah ditelevisi, ditelinga jamaah saja. Melainkan juga dimana metode dakwah dikemas dalam memberi inspirasi pada dai-dai muda bentuk hiburan yang diselingi dengan dalam berceramah. acara seperti humor, drama, nyanyian serta yang dikenal dengan Aa Gym merupakan informasi-informasi ringan (Laila, ustad selebriti hadir dengan gaya santun 2013:128). dan simpatik. Dimana sosok Aa Gym Sejalan dengan berkembangnya dirasa mampu untuk memenuhi kebutuhan tren dakwah di televisi kini hadir dai-dai akan ketentraman, ketenangan dan baru dengan berbagai macam variasi gaya. kesejukan dalam masyarakat Dai saat ini tidak lagi identik dengan sepuh pada awal kemunculannya (Riana, (tua), serius dan menegangkan. Para dai 2003:5). Uje dikenal dengan istilah ustad populer yang menghiasi layar kaca gaul, merupakan idola remaja dan menjadi menghadirkan gaya khas yang berbeda- trend setter berpakaian muslim pria. beda. Gaya dai dalam berceramah ini tidak Dalam ceramahnya beliau selalu membaca hanya lahir dari tuntutan untuk tampil di ayat-ayat Al Quran dengan menggunakan televisi namun ada yang memilikinya nada yang merdu. Pemilihan kata dalam sebagai karakter diri yang menarik dan ceramahnya familiar di kalangan pemuda. unik. Gaya yang unik menjadikan para dai M. Nur Maulana biasa dikenal ust maulana terkenal dimedia sosial sehingga mendapat awal terkenal melalui media sosial. Beliau kontrak untuk mengisi acara program di dikenal dengan “Jamaah oh jamaah, televisi. Alhamdu.....lillah” ketika menyapa Fenomena dai populer atau dai jamaahnya dengan gerakan tanganya yang kondang di Indonesia boleh dikatakan khas. Ceramahnya ringan dan humoris, dipelopori oleh Zainuddin MZ. Ia mampu “menghipnotis” jamaah untuk memiliki gaya yang unik pada jamannya, meneteskan air mata ketika berdoa yang dengan suara yang berat dan berirama merupakan salah satu ciri khasnya. Ada dalam penyampaian ceramah. Sesekali ia pro dan ada yang kontra atas melontarkan humor-humor ringan tiap kemunculannya (Zulhidayat, 2014: 28-30) berceramah. Dakwahnya lebih berbobot karena kefasihannya melafaskan nash-nash Islam dan dengan bahasa yang baik 495

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 497

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 496

. Indonesia termasuk dalam salah ma’ruf nahi mungkar dan keteladanan satu negara yang menjadi pusat perhatian yang baik dalam kehidupan sehari-hari kegiatan dakwah. Dapat kita lihat dengan dengan metode yang sesuai dengan munculnya tokoh-tokoh agama dengan kebutuhan masyarakat agar dapat berbagai macam pemikiran dan gerakan mencapai kebahagiaan di dunia dan dakwahnya. Beberapa tokoh tersebut akhirat. diantaranya: , Hasyim Dai diharapkan mampu menjadikan Asy’ary, Muhammad Natsir, Buya dirinya sebagai teladan bagi masyarakat. dan masih banyak lagi. Mereka tidak Perilaku dan tutur kata yang baik hanya berperan sebagai penyampai pesan berpotensi untuk ditiru dan dicontoh oleh dakwah (dai) di Indonesia saja, pemikiran- masyarakat. Paduan antara pesan yang pemikiran mereka memiliki andil dalam dikemas dengan baik dan perilaku yang dunia Islam. menjadi teladan oleh masyarakat membuat Indonesia sebagai negara peran dai sangat strategis untuk melakukan berpenduduk muslim terbesar di dunia perubahan, meski pada akhirnya memiliki banyak sekali Organisasi Islam, perubahan itu sendiri bergantung pada yang tersebar diseluruh penjuru nusantara. tekad pendengar dakwah. Mulai dari organisasi-organisasi besar Para dai di Indonesia juga telah hingga organisasi-organisasi kecil yang memberikan kontribusi yang besar untuk tumbuh di pusat-pusat kota maupun di mempertahankan eksistensi dan pedesaan. Beragam organisasi tersebut pengembangan Islam di negara ini. Selain mencerminkan beragam pemikiran dakwah itu, posisi dai dalam kehidupan yang ada di Indonesia. Seorang dai perlu bermasyarakat juga cukup penting. untuk mengetahui beragam persoalan yang Beberapa dai dibeberapa tempat di menyangkut beragam pemikiran ini. Indonesia juga berperan sebagai tokoh Pengetahuan terhadap perkembangan kritis masyarakat. Peran dai sebagai pemberi dan intelektualitas jamaah yang pemecahan masalah, pemicu proses, dan mendengar juga menjadi satu perhatian, pendamping masyarakat. Tidak hanya belum lagi sikap-sikap fanatik terhadap dibidang sosial melainkan juga bidang beberapa dai oleh pengikutnya. Perkara ekonomi umat sekitar (Nurrochim, 2004; tersebut harus diketahui dan menjadi Fahrurrozi, 2010). pertimbangan dalam merencanakan Pro dan kontra atas kehadiran para dakwah. dai ini juga tidak lepas dari tanggapan dan Dakwah menurut Darmawan reaksi dari masyarakat luas. Begitu pula (Sukardi, 2014: 140) adalah kegiatan kasus-kasus yang menyangkut dai terjadi. untuk mengkomunikasikan kebenaran Ada dai yang dilaporkan melakukan Ilahiah (agama Islam) yang diyakinikan pemerasan, mematok tarif terlalu tinggi kepada pihak lain. Dengan kata lain saat mengisi ceramah di Hong Kong, dai dakwah adalah suatu kegiatan atau ucapan yang diturunkan dari panggung saat untuk mempengaruhi manusia mengikuti mengisi acara dalam rangka maulid Nabi ajaran Islam. Proses penyampaian ajaran Muhammad SAW. Seorang dai diharapkan Islam kepada khalayak dalam bentuk amar dapat menjadi penyampai jalan yang benar

496

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 498

bagi umat dengan menyampaikan bisa lepas kemudian tanpa membekas dan kebenaran sesuai koridor dakwah. tiada menyerap dalam hati. Arus informasi, teknologi dan ilmu Gaya-gaya yang ditampilkan oleh pengetahuan yang semakin maju, para dai merupakan salah satu bentuk membawa tantangan dakwah Islam keterampilan komunikasi yang dimiliki semakin kompleks. Jalan dakwah akan para dai dalam kapasitasnya sebagai semakin sulit dan berliku. Menjadi penceramah. Gaya komunikasi dai ketika tantangan bagi para dai untuk berpikir dan ceramah merupakan salah satu strategi bertindak lebih arif dan bijaksana dalam dalam menyampaikan dakwah. Untuk menyampaikan pesan agama kepada umat menyampaikan dakwah ini dai tidak hanya manusia. Dai harus mengembangkan dituntut pada penguasan materi saja potensi yang ada pada dirinya seoptimal melainkan penguasaan terhadap cara mungkin agar mampu menghadapi penyampaian materi dakwah tersebut. perkembangan zaman. Penyampaian pesan Penjelasan diatas menjadikan dorongan agama harus menyesuaikan dengan bagi peneliti untuk meneliti mengenai perubahan atau perkembangan zaman. dakwah khususnya mengenai gaya Materi yang disampaikan harus menarik komunikasi dai dalam proses komunikasi dan komunikatif serta menyentuh dakwah. permasalahan umat dengan memperhatikan kesesuaian materi dan 1.2. Fokus Masalah metode dakwah terhadap objek dakwah Fokus masalah dalam penelitian ini sehingga tidak membosankan bagi adalah: pendengar. 1. Bagaimana proses komunikasi Dakwah akan terlaksana dengan yang dilakukan dai ketika sempurna bila didahului dengan persiapan berceramah? sarana dan prasarana yang dibutuhkan 2. Bagaimana teknik komunikasi untuk menjaga hasil dakwah. Dakwah yang dilakukan dai ketika tidak dapat dilaksanakan tanpa berceramah? perencanaan, sebab yang diseru adalah manusia yang memiliki pikiran dan 1.3. Tujuan Penelitian pendirian. Tujuan dalam penelitian ini adalah Salah satu metode dakwah yang : dilakukan dai adalah dakwah secara lisan 1. Untuk mengetahui proses yang langsung bersentuhan dengan jamaah komunikasi dai ketika yang bersifat ceramah monolog dan menyampaikan ceramah. dialog. Dengan mendengarkan ceramah 2. Untuk mengetahui teknik seseorang bisa saja menjadi lebih komunikasi yang digunakan dai semangat dan memahami isi ceramah, ketika berceramah. akan tetapi makna atau isi ceramah dengan berjalannya waktu akan kehilangan esensinya. Ceramah lisan dari seorang dai bisa saja memikat jutaan pendengar tapi

497

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 499

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hermeneutika Paradigma dalam penelitian ini Hermeneutika diartikan sebagai adalah paradigma interpretif. Beberapa upaya rasional menafsirkan realitas hasil penelitian yang telah dilakukan oleh (ontologis) yang mengungkapkan hakikat peneliti terdahulu. Penelitian pertama atau substansi yang sesungguhnya dari berjudul “Analisa Deskriptif Gaya segala sesuatu yang ada (being) yang Komunikasi Ustad Soleh Mahmoed (Ustad dalam bahasa teknis-ilmiah disebut Solmed) Dalam Berdakwah”, Universitas sebagai “true conditions” (Putra, 2012: Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 76). (2013) dan penelitian kedua skripsi dengan judul “Analisis Deskriptif Gaya 2.2. Gaya Komunikasi Komunikasi Madjid” oleh Imelda Dwi Gaya komunikasi menurut Putri Sari, Universitas Islam Negeri Syarif Saphiere, Mikk, & Devries (2005:5) Hidayatullah Jakarta (2010). Kedua didefinisikan sebagai cara seseorang penelitian dengan metode kualitatif berkomunikasi, sebuah pola perilaku deskriptif ini menggambarkan bagaimana verbal dan non verbal saat kita gaya komunikasi yang dilakukan ketika memberikan dan menerima pesan dalam menyampaikan ceramah dan pidato, sebuah situasi tertentu. Setiap dai bagaimana pandangan kolega terhadap menggunakan dan memiliki gaya gaya komunikasi dan mendeskripsikan komunikasi yang berbeda-beda sesuai gaya komunikasi. dengan persepsi dirinya dan nilai-nilai Hasil penelitian menyatakan bahwa yang dianutnya dalam suatu konteks pemilihan kata yang diungkapkan, simbol tertentu pula. Gaya komunikasi yang yang diberikan dan intonasi pembicaraan digunakan tergantung pada kepribadian tidak semata-mata sebagai ekspresi pribadi dan kebudayaan. melainkan digunakan secara sengaja Kata-kata yang diucapkan selalu dengan maksud tertentu bertujuan untuk mempunyai makna. Nada suara dan bahasa mengarahkan cara berfikir khalayak. Ustad tubuh yang menyertai setiap kata yang Solmed termasuk kedalam bentuk gaya diucapkan mempunyai makna. Demikian komunikasi konteks rendah. Sedikit halnya dengan kata-kata yang ditulis juga berbeda dengan Nurcholis Madjid yang memiliki makna, sebagai ganti nada suara mengkombinasikan gaya komunikasi dan bahasa tubuh digunakan tanda baca konteks tinggi dan gaya komunikasi untuk memberikan makna tertentu. Gaya konteks rendah, namun kecendrungan komunikasi juga dapat digunakan sebagai masuk kedalam gaya komunikasi konteks upaya untuk merefleksikan identitas rendah. Gambaran mengenai pemakaian pribadin dalam berkomunikasi yang dapat kata-kata, penggunaan simbol, intonasi mempengaruhi persepsi orang lain suara serta gaya komunikasi konteks terhadap identitas ini. Gaya komunikasi tinggi konteks rendah ini pula menjadi bersifat personal dan melekat pada salah satu pertimbangan peneliti dalam kepribadian seseorang. Kesesuaian dari penelitian. satu gaya komunikasi yang digunakan, bergantung pada maksud dari pengirim

499

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 501

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 500

dan harapan dari penerima. Saphiere (aggresive style). Liliweri (2011:311) (2005) menyatakan gaya komunikasi tidak esensi gaya komunikasi ada empat yang dapat berlaku pada seluruh manusia secara utama, yaitu: emotive style traits, director sama, tetapi lebih mencerminkan karakter style traits, reflective style traits, pribadi dan budaya (Chitrawanty, 2014:1). supportive style traits. Gaya komunikasi dipengaruh Sedangkan Edward T. Hall situasi yang dihadapi. Setiap orang akan (Mulyana, 2006: 147) membagi gaya menggunakan gaya komunikasi yang komunikasi berdasarkan dua konteks, yaitu berbeda-beda ketika mereka sedang komunikasi konteks tinggi dan komunikasi gembira, sedih, marah, tertarik, atau bosan. konteks rendah. Begitu juga dengan seseorang yang berbicara dengan sahabat baiknya, orang 2.4. Komunikasi dan Dakwah yang baru dikenal dan dengan anak-anak Dakwah merupakan kegiatan akan berbicara dengan gaya yang berbeda. komunikasi, dimana dai Gaya komunikasi adalah sesuatu yang mengkomunikasikan pesan kepada jamaah dinamis. baik secara perorangan maupun kelompok Liliweri (2011:309) menyatakan (Ilaihi, 2010:24). Dakwah berasal bahasa terdapat beberapa konsep yang Arab, berasal dari kata da’wah, yang menerangkan pengertian gaya komunikasi bersumber pada kata da’a, yad’u, oleh beberapa ahli, yaitu : da’watan yang bermakna, (1) memanggil, 1). Gaya komunikasi didefinisikan (2) menyeru, (3) menegaskan, (4) sebagai proses kognitif perbuatan atau perkataan untuk menarik 2). Dipandang sebagai meta-messages kepada sesuatu, dan (5) memohon dan 3). Dipandang sebagai campuran unsur- meminta (Sukayat, 2009:1). Sebagai suatu unsur komunikasi lisan dan ilustratif proses komunikasi dakwah tidak hanya merupakan suatu usaha untuk McCallister (Liliweri, 2011:310) menyampaikan saja tetapi juga merupakan mengelompokan gaya komunikasi usaha untuk mengubah cara berpikir dan meliputi tiga katagori, yaitu: Noble style, cara hidup manusia. Mendorong reflective style, socrtic style. Comstock (memotivasi) manusia untuk melakukan dan Higgins (Liliweri, 2011: 310), kebaikan dan mengikuti petunjuk serta menelaah gaya komunikasi yang memerintah mereka berbuat ma’ruf dan dikemukakan oleh klasifikasi Norton ke mencegah dari perbuatan mungkar agar dalam empat katagori yang meliputi: gaya mereka memperoleh kebaikan didunia dan kooperatif (cooperative style), gaya akhirat (ilaihi, 2010:16). prihatin (apprehensive style), gaya sosial Komunikasi dakwah (social style), gaya kompetitif (competitive menyampaikan pesan-pesan keagamaan style). Heffner (Liliweri, 2011; 310-311), dalam berbagai tatanan agar jamaahnya mengklasifikasikan ulang gaya komunikasi terpanggil dan merasakan pentingnya nilai dari McCallister (1992) kedalam tiga gaya, Islam dalam kehidupan. Di antara tatanan yakni: gaya pasif (passive style), gaya komunikasi dakwah adalah interpersonal, tegas (assertive style), gaya agresif publik, dan bermedia. Pada tataran

500

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 501

interpersonal, komunikator dakwah (juru 2.4.1. Dai Sebagai Komunikator dakwah) mengajak orang perorang Dai menurut Ilaihi (2010:76) mengamalkan Islam. Pada tataran publik, adalah orang yang melaksanakan dakwah juru dakwah memasyarakatkan nilai Islam baik secara lisan maupun tulisan ataupun di berbagai majelis taklim, dan perbuatan baik secara individu, kelompok masjid. Sedangkan pada tataran media, atau bentuk organisasi atau lembaga. juru dakwah menyebarluaskan ajaran Senada dengan pengertian tersebut, agama dengan menggunakan media. pengertian dai menurut Kamus Besar Komunikasi dakwah berlangsung dengan Bahasa Indonesia (KKBI) adalah orang menggunakan simbol dan lambang- yang kerjanya berdakwah; pendakwah: lambang, karena manusia adalah makhluk melalui kegiatan dakwah, para dai bersimbol (symbolicum animale) menyebarluaskan ajaran agama. (Tasmara, 1987). Abdullah Nasih Ulwan (Ismail & Guna mencapai tujuan dari dakwah Hotman, 2013:75) menyatakan bahwa dai tersebut, maka dakwah harus dilakukan sebagai pembangun dan pengembang dengan strategi yang benar, disalurkan masyarakat Islam harus memerankan melalui media yang tepat, dan sekurang-kurangnya enam tugas atau misi, menggunakan metode yang sesuai. yaitu sebagai tutor, edukator, orator, Dakwah harus tampil secara aktual, faktual mentor, pembuka dialog, budayawan dan dan kontekstural. Dimana aktual berari penulis. dakwah harus mampu memecahkan persoalan kekinian yang sedang menjadi 2.5.2. Objek Dakwah (Mad’u) pembicaraan di masyarakat. Faktual yang Mad’u adalah manusia yang berarti kongkrit dan nyata sesuai dengan menjadi mitra dakwah atau menjadi keadaan sebenarnya. Sedangkan sasaran dakwah atau manusia penerima kontekstual yang berarti relevan dan dakwah baik secara individu, kelompok menyangkut persoalan-persoalan yang baik yang beragama Islam maupun tidak, dihadapi masyarakat. dengan kata lain manusia secara Dakwah dari segi komunikasi keseluruhan. Menurut Ismail (2013:155- adalah merupakan suatu proses 156) mengatakan bahwa kepentingan penyampaian pesan-pesan (message) dakwah itu berpusat pada apa yang berupa ajaran Islam yang disampaikan dibutuhkan oleh masyarakat (mad’u), dan secara persuasive (hikmah) dengan bukanAnalisis kepada Hermeneutika apa yang , dikehendakiYan Oriza, hlm oleh 503 harapan agar komunikan dapat bersikap pelaku dakwah (dai). Klasafikasi objek dan berbuat amal sholeh sesuai dengan dakwah (mad’u) menurut beberapa ahli ajaran Islam (Tasmara, 1997). Secara Ismail (2013:173) membaginya menjadi umum, komunikasi dakwah adalah suatu empat kategori, yaitu: sikap mad’u penyampaian pesan dakwah yang secara terhadap seruan dakwah, antusiasnya sengaja dilakukan oleh komunikator (dai) kepada dakwah, kemampuannya dalam pada komunikan (mad’u) dengan tujuan menangkap pesan dakwah dan kelompok membuat komunikan berperilaku tertentu. mad’u berdasarkan keyakinannya.

501

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 502

2.5.3. Pesan Dakwah lewat kepandaian berbicara khususnya Pesan dakwah menurut Tasmara didepan umum dalam menyampaikan (1997:43) adalah semua pernyataan yang ajaran Islam. Pengertian ini termasuk juga bersumber dari Al Quran dan Sunnah baik kelancaran berbicara, kemahiran tertulis maupun lisan dengan pesan-pesan menyatakan suatu gagasan, dan (risalah tersebut). Adapun menurut kepandaian mempengaruhi orang banyak. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pesan dakwah memiliki arti perintah, 2.7. Bahasa permintaan, amanah yang harus dikerjakan Bahasa dan dakwah memiliki atau disampaikan kepada orang lain yang kaitan yang erat. Pesan dakwah bisa saja berorientasi kepada pembentukan perilaku tidak tersampaikan dengan baik karena Islam. Secara garis besar, pesan dakwah kegagalan penggunaan bahasa yang tidak terbagi menjadi dua, yaitu pesan utama sesuai dengan kondisi pendengar dalam (Al Quran dan Hadis) dan pesan tambahan penyampaiannya. Kesalahan dalam bahasa atau penunjang (selain Al Quran dan oleh para dai bisa menyebabkan gagalnya Hadis). Menurut Alin Yafie dalam Ilaihi dakwah itu sendiri. Suatu perkataan yang (2010:102) menyatakan bahwa pesan sama belum tentu sesuai untuk semua dakwah itu terbagi menjadi lime pokok, kalangan pendengar dakwah tersebut. yaitu: masalah kehidupan, masalah manusia, masalah harta benda, masalah 2.8. Kerangka Pemikiran ilmu pengetahuan, masalah akidah. Berdasarkan fokus permasalahan dan tujuan dalam penelitian ini terdapat 2.4. Metode Dakwah Bil Lisan dua konsep utama yang harus dijelaskan Metode dakwah bil lisan adalah dalam kerangka pemikiran, yaitu konsep dakwah yang dilakukan secara lisan secara pesan dan gaya komunikasi dai. langsung maupun menggunakan media. Bentuk dakwah bil lisan ini diantaranya dapat diwujudkan dalam bentuk ceramah (monolog), diskusi, khutbah, nasihat dan lain-lain. Ceramah yang dilakukan secara langsung memiliki kelebihan yang dapat menyentuh langsung hati pengendarnya karena sifatnya yang dari hati ke hati.

2.6. Retorika Dakwah Retorika ditinjau dari segi bahasa berasal dari bahasa Yunani yaitu rhetor yang memiliki arti seorang juru pidato, yang mempunyai sinonim orator. Dalam bahasa Arab disebut sebagai fannul khitabah. Retorika dakwah merupakan kegiatan untuk menarik perhatian orang

502

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 503

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran

Proses Komunikasi Yang Dilakukan Dai

Gaya Pesan dan Analisis Teknik Komunikasi Gaya Penyampaian Hermeneutika Yang Dilakukan Dai

Model Komunikasi Yang Dilakukan Dai

503

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 504

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Subjek Penelitian Subjek penelitian menurut Suyanto (2005:1717) menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama proses penelitian. Subjek penelitian ini adalah para dai, para dai yang ada dan melakukan ceramah di kota Medan. Peneliti mengklasifikasikan karakteristik subjek penelitian, diantaranya: 1. Dai yang ceramahnya tersebut telah peneliti amati (observasi) sebelumnya sebagai informan utama. 2. Koordinator bidang dakwah masjid sebagai informan tambahan.

3.2 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis data Metode pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini, yaitu: observasi partisipan, wawancara, studi dokumen. Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis interaktif Miles dan Haberman. Teknik analisis data ini bertujuan untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis data mengenai gaya komunikasi dai yang ditemukan dilapangan. Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

504

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 505

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN wacana agama yang tidak lepas dari konteks sosio budaya yang melingkupinya. 4.1 Gaya Komunikasi Dai 1: Pesan ceramah lebih kepada memberitahu Muhammad Yunus Rangkuti (pengetahuan) dan mengajak untuk Ada banyak macam ajakan atau mengaplikasikan tuntunan beribadah seruan (persuasi) dalam pesan ceramah. bukan suatu reaksi untuk menjawab suatu Dai berusaha untuk meyakinkan khalayak permasalahan yang sedang terjadi. Pesan terhadap keyakinan, perbuatan atau dakwah adalah interpretasi dai terhadap tindakan yang dianggap benar menurut pokok-pokok ajaran agama (Al Quran dan syariat. Dai menyusun suatu pesan Hadis) dalam rangka memecahkan ceramah yang sistematis dan logis agar problematika sosial yang dihadapi tercapainya tujuan ceramah yang masyarakat. disampaikan. Pesan ceramah tidak memiliki daya dorong atau force. Ceramah 4.2. Gaya Komunikasi Dai 2: Abdul masalah tasyabbuh, memaparkan perkara- Wahid Silitonga perkara yang dilarang dalam hal meniru. Gaya ceramah ustad Abdul Wahid Penentuan terhadap tema ditentukan oleh Silitonga memiliki gaya komunikasi pihak panitia dalam hal ini koordinator rekreatif yang menggunakan perkataan bidang dakwah masjid yang mewakili humoris dan melantunkan seni bacaan Al jamaah. Tema yang menjadi prioritas ustad Quran (Noviyanto & Jaswadi, 2014:124). M. Yunus adalah masalah akidah. Gaya ceramah ini digunakan jika karakter Terdapat tiga faktor menyebabkan suatu pendengarnya bersifat umum dan beliau tema diangkat dalam ceramah, yaitu faktor cukup aktif dalam menggunakan bahasa panitia (koordinator bidang dakwah) tubuh. Humor digunakan sebagai selingan selaku pihak ketiga yang menjembatani dan hanya menyegarkan suasana jama’ah antara jamaah dan dai, nilai-nilai yang sehingga dakwah tidak monoton dan tidak dianut dai sendiri dan faktor tematik, jenuh. maksudnya pesan ceramah yang Ustad Abdul Wahid Silitonga disesuaikan dengan tema kegiatan. membuka ceramahnya dengan dua pantun, Ilmu yang akan disampaikan oleh “terasa” agak berbeda dari kebiasaan dai diperoleh dari latar belakang ceramah pada umumnya, sehingga pendidikan, buku, ceramah dan diskusi. menimbulkan kesan atau mempengaruhi Dai tidak hanya mentransferkan atau dalam tataran kognitif. Menggunakan nada menjembatani ajaran yang sudah ada pada bagian tertentu, suara yang keras, kepada jamaah melainkan ada proses dengan kecepatan bicara yang cepat dan interpretasi dalam proses penyampaiannya, aksen bicaranya yang kental nuansa batak. tanpa mengubah inti dari suatu ajaran. Dalam konteks ceramah bagi masyarakat Pesan ceramah yang disampaikan umum dirasa tepat mengena dengan tidak luput dari pengaruh sosial, ekonomi, menggunakan bahasa lokal dan aksen politik dan budaya suatu tempat dan waktu lokal. bertujuan agar lebih dekat dan tertentu. Pesan dakwah adalah identik memperoleh kesamaan dalam memaknai dengan proses produksi dan reproduksi suatu ide dan gagasan.

505

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 507

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 506

2. Gaya Komunikasi Abdul Wahid 5.1. Gaya Komunikasi Dai 3: Abdul Silitonga adalah gaya ceramah Fattah Hafidzhahullah rekreatif, diselingi humor-humor. Komunikasi dakwah ustad Terkesan santai namun makna dari Hafidzhahullah dinilai positif dan inti pesan tidak kabur. Pesan konstruktif. Dilakukan dengan ceramah merupakan pesan-pesan memberikan alasan-alasan secara logis persuasif. Gaya komunikasi, berdasarkan sumber-sumber literatur disesuaikan dengan karakter dari (dalil-dalil) dari Al Quran dan Hadist. pendengar dan setting ceramah. Proses komunikasi yang dilakukan sesuai Gaya berkomunikasinya menitik dengan tipe karakter dari pendengar beratkan pada penggunaan gaya (jamaah) ceramahnya, yang didominasi bahasa yang disesuaikan tipe kalangan muda dan orang-orang dari pendengarnya. golongan pendidikan menengah atas 3. Gaya Komunikasi Abdul Fattah menggunakan bahasa “ilmiah” (kata-kata Hafidzhahullah adalah teknis dalam bahasa Arab), juga penyampaian ceramah secara logis argumentasi yang dapat diterima dengan dan rasional, ada interaksi antar dai nalar jamaah. dan jamaah. Memberikan pesan Metode penyampaian yang ceramah dengan cara-cara yang dilakukan dengan metode monolog dan sesuai dengan situasi dan kondisi dialog (tanya jawab). Ustad saat ceramah dilakukan. Hafidzhahullah juga melontarkan pertanyaan dan sering melakukan kontak mata kepada jamaah. Model komunikasi dakwah yang dilakukannya adalah model komunikasi dakwah berbasis informasi- faktual.

SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat di simpulkan sebagai berikut: 1. Gaya Komunikasi Muhammad Yunus Rangkuti adalah serius dan kaku. Selama pemaparan ceramah ia tidak memberikan selingan humor ataupun hanya sebatas canda. Kata-kata yang digunakan juga banyak menggunakan bahasa Arab sehingga terkesan ceramahnya lebih ke teknis. Gaya komunikasi disesuaikan dengan kondisi dan situasi jamaah.

506

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 507

6.2. Saran Beberapa saran yang peneliti ajukan, yaitu : 1. Peneliti berharap para dai untuk tetap meningkatakan keterampilannya dalam menjalankan aktivitas dakwahnya (berceramah). 2. Diharapkan untuk organisasi yang mewadahi para dai hendaknya lebih aktif memberikan pelatihan-pelatihan. 3. Penelitian sebatas gaya komunikasi dai dalam berceramah yang dilakukan dimasjid maupun lingkungan masjid dalam kegiatan tabligh akbar, kajian rutin dan peringatan hari besar agama Islam melalui analisis hermeneutika Gadamer. 4. Perluasan kajian mengenai gaya komunikasi dai dalam berceramah dalam lingkungan yang memiliki potensi konflik yang cukup besar dirasa cukup menarik dilakukan.

507

Analisis Hermeneutika, Yan Oriza, hlm 508

DAFTAR PUSTAKA dalam Studi Komunikasi. Jurnal Universitas Multimedia Chitrawanty. (2014). Gaya komunikasi Nusantara Volume IV, Nomor 1 Project Officer STIE Mahardika Juni 2012. Surabaya. Jurnal E-Komunikasi, Vol 2, No. 1, Tahun 2014, hal 1-7. Riana, D. (2003). Refleksi Manajemen Qalbu. Bandung: MQ Publishing. Ilaihi, W. (2010). Komunikasi Dakwah. Bandung: Remaja Rosdakarya. Saphiere, D. H., Mikk, B. K. & Devries, B. I. (2005). Communication Ismail, A. I & Hotman, P. (2013). Filsafat Highwire. Leveraging The Power Dakwah: Rekayasa Membangun of Diverse Communication Styles. Agama dan Peradaban Islam. Yarmouth, ME : Intercultural Jakarta: Prenada Media Group. Press, Inc.

Laila, N. F. (2013). Dilema Sukardi. (2014). Dakwah Nil-Lisan Dakwahtainment. Jurnal At- Dengan Teknik Hiburan Di Kota Tabsyir, Volume 1, Nomor 1, Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Islam Januari – Juni 2013. Futura, ISSN-1412-1190 Volume XIV, No. 1, Agustus 2014 Liliweri, A. (2011). Komunikasi serba ada halaman 139-155. serba makna. Jakarta; Kencana Prenada Media Group. Sukayat, T. (2009). Quantum Dakwah. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyana, D. (2006). Komunikasi Efektif. Suatu Pendekatan Lintas Budaya. Suyanto, B. (2005). Metode Penelitian Bandung: Remaja Rosdakarya. Sosial: Bergabai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Prenada Noviyanto, K. & Jaswadi, S. A. (2014). Media. Gaya Retorika Da’i dan Perilaku Memilih Penceramah. Jurnal Tasmara, T. (1997). Komunikasi Dakwah. Komunikasi Islam, ISBN 2088- Jakarta: Gaya Media Pratama. 6314, Volume 04, Nomor 01, Juni 2014, hal. 122-142. Wachid, A. (2006). Hermeneutika Sebagai Sistem Interpretasi Paul Ricoeur Nurrochim, Z. (2004). Peran Da’i Dalam Dalam Memahami Teks-Teks Meningkatkan Ekonomi Umat. Seni. Jurnal Imaji, Vol. 4, No, , Tesis. Program Pasca Sarjana. Agustus 2006: 210 – 221 Konsentrasi Dakwah dan Komunikasi. UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta.

Putra, R, M, S. (2012). Tradisi Hermeneutika dan Penerapannya

508

Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 8, Nomor 4, Desember 2018, hlm 509

Zulhidayat. (2014). Tanggapan Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makasar Terhadap Ceramah Ustad M Nur Maulana di TransTV. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makasar.

Sumber Lain :

waspadamedan.com (7 Juli 2011 05:18) .

http://waspadamedan.com/index.p hp?option=com_content&view=a rticle&id=12813:kh-zainuddin- mz-sosok-dai-mendekati- sempurna&catid=51:medan&Item id=206 (diakses tanggal 15 Oktober 2015 jam 21.35 wib)

509