ARTIKEL

Judul

CANDI BAKUNGAN DI BARAT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA

Oleh : Ni omang Dina Indrayani, Nim 1214021009

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2016

CANDI BAKUNGAN DI BALI BARAT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Ni Komang Dina Indrayani, Nengah Bawa Atmadja, Luh Putu Sendratari JurusanPendidikanSejarah UniversitasPendidikanGanesha Singaraja, e-mail: [email protected], [email protected], [email protected].

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sejarah didirikan Candi Bakungan di Bali Barat, (2) mendeskripsikan Struktur, Bentuk dan Fungsi Candi Bakungan Bali Barat, (3) mendeskripsikan Unsur-Unsur Yang Terdapat Di Candi Bakungan Yang Dapat Dijadikan Sumber Belajar Sejarah.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian,penelitian ini berlokasi di desa Sumber Klampok Gilimanuk, Jembrana, (2) Teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling (4) Teknik pengumpulan data, melalui data primer dan data sekunder. (5) Teknik validitas atau teknik keabsahan data, dengan triangulasi data dan (6) Teknik analisis data.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Candi Bakungan di Bali Barat merupakan peninggalan dari ekspedisi yang bertujuan untuk menaklukkan Bali yang di pimpin langsung oleh patih Gajah Mada pada tahun 1343 masehi. Hingga kini Candi Bakungan masih berfungsi sebagai tempat suci atau bangunan suci sehingga terjadi kegiatan keagamaan dari masa lalu hingga masa kini. Candi Bakungan adalah sebuah bangunan candi tipe yang dibangun dengan konstruksi susunan batu, sejenis bangunan candi satu bilik,yang kemungkinan besar mengikuti pola bangunan candi masa Majapahit. Unsur-unsur di Candi Bakungan yang dapat di jadikan sumber belajar sejarah yang semuanya itu mengandung unsur historis, unsur seni , unsur budaya dan unsur religius. Candi Bakungan ini memiliki nilai yang strategis bagi perkembangan sejarah bagi Bali pada umumnya dan Bali Barat pada khususnya.

Kata kunci : Candi Bakungan, dan unsur-unsur sebagai sumber belajar sejarah.

ABSTRACT

Theaims of this study are (1) describing the history of establishment of Bakungan temple in West of Bali, (2) describing the structure, shape and function of the Bakungan temple in West of Bali, (3) describing the elements which are existed in Bakungan temple as a History learning resource. This study uses a qualitative method with some stages; (1) Determining the location of research technique, the study is located in Sumber Klampok village, Gilimanuk, Jembrana, (2) Determining the informant technique, the informant determination in this research is purposive sampling (4) The data collection technique, through primary data and secondary data. (5) Validity or authenticity of data technique, with data secondary triangulation (6) The data analysis technique. The results of this study indicate that, Bakungan Temple in West Bali is a relic of Majapahit expedition aiming to conquer Bali lead by the duke of Gajah Mada in 1343 AD. Until now Candi Bakungan still serves as a sanctuary or sacred buildings resulting in the religious activities of the past to the present. Bakungan temple is a temple building types constructed with layered stone, a kind of temple building of the booths, which are likely to follow the pattern of the temple of the Majapahit period. The elements in Bakungan temple that can be a source of learning the history contain elements of historical, artistic elements, elements of cultural and religious elements. Bakungan temple has a strategic value for the development of history for Bali in general and the West in particular. Keywords: Bakungan Temple, and elements as sources of learning history.

PENDAHULUAN tentang Candi Bakungan di Bali Baratsebagai Sumber Belajar Kalau mendengar istilah Sejarah di SMA, dengan harapan candi kesan atau asosiasi pasti ke agar generasi muda memahami apa Jawa karena di Jawa banyak yang dimaksud dengan Candi terdapat peninggalan-peninggalan mengingat masih banyak generasi candi, seperti Candi , muda yang belum mengetahui Candi Borobudur, Candi Jago dan tentang peninggalan-peninggalan lain sebagainya. Namun berdasarkan dan bukti-bukti bersejarah seperti study pengamatan kanca ternyata candi. Dengan adanya sumber candi tidak hanya ada di Jawa saja, belajar ini, maka generasi penerus tetapi di Bali juga banyak terdapat akan mengetahu tentang pengertian, candi. Salah satunya di Bali Barat bentuk, struktur dan fungsi dari terdapat candi, yaitu candi candi.Namun pembelajaran akan Bakungan. Candi Bakungan terletak lebih efektif bila candi yang di Pura Bakungan yang berada di diperkenalkan lebih dekat daerahnya pinggir jalan raya jurusan Gilimanuk- dengan siswa. Mengacu pada Singaraja, secara administrasi kompetensi dasar kuriulum 2013 termasuk wilayah Dusun mata pelajaran sejarah di kelas X Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, semester I di SMA. Yaitu, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali. “Menganalisis karakteristik Candi Bakungan merupakan satu- kehidupan masyarakat, pemerintah satunya bangunan kuna di wilayah dan kebudayaan pada masa Bali Barat yang memiliki langgam kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Majapahit yang berasal dari sekitar Indonesia dan menunjukkan contoh abad XV Masehi.Candi Bakungan bukti-bukti yang masih berlaku pada memiliki latar kepercayaan Siwa- kehidupan masyarakat Indonesia Budha.Status kepemilikan dan pada masa kini”.Dengan materi pengelolaan Pura Candi Bakungan “Bukti-bukti kehidupan pengaruh saat ini oleh keluarga keturunan Hindu-Buddha yang masih ada pada Sentana Dinasti Arya Mekel saat ini”. Meskipun disana terdapat Cengkong yang menurut sejarah buku, tetapi buku tersebut belum babad merupakan keturunan dari lengkap dan masih perlu Patih Nambi.Candi Bakungan dikembangkan.Sehubungan dengan merupakan satu-satunya candi yang hal tersebut maka penulis sangat ada di Bali Barat dan terletak tertarik untuk mengadakan penelitian dipinggir atau pesisir pantai, lain terhadap Candi Bakungan dengan halnya candi pada umumnya yang judul penelitian “Candi Bakungan di terletak didataran tinggi atau Bali Barat dan Potensinya Sebagai pegunungan.Candi di Bali ini masih Sumber Belajar Sejarah di SMA”. digunakan sebagai tempat suci umat Hindu lain halnya dengan candi yang Berdasarkan latar belakang diatas. ada di Jawa, dimana candi yang ada Maka akan dikaji beberapa di Jawa dianggap sudah mati dalam permasalahan dalam penelitian ini artian sudah mati ini tidak lagi adalah sebagai berikut: 1) Mengapa digunakan sebagai tempat suci bagi Candi Bakungan didirikan di Daerah umat Hindu melainkan candi di Jawa Bali Barat? 2) Bagaimanakah, ini digunakan sebagai tempat Struktur, Bentuk dan Fungsi Candi pariwisata oleh masyarakat Bakungan di Bali Barat? 3) Unsur- setempat.Candi Bakungan ini juga unsur Apakah yang Terdapat di memiliki ikatan yang erat dengan Candi Bakungan yang Dapat Pura Pulaki sebagai tempat Dijadikan Sumber Belajar Sejarah? pemujaan agama Hindu sekte Tujuan dari penelitian ini yaitu : 1) Waisnawa.Pada tahun 1343 kerajaan Untuk Mengetahui Sejarah didirikan Majapahit melakukan penyerangan Candi Bakungan di Daerah Bali ke Bali.Peneliti ingin mengkaji Barat. 2) Untuk Mengetahui Struktur, Bentuk dan Fungsi Candi Bakungan karenanya pemaparan dalam hal Bali Barat. 3) Untuk Mengetahui sejarah merupakan penyampaian Unsur-Unsur Yang Terdapat Di peran tentang apa-apa yang pernah Candi Bakungan Yang Dapat terjadi pada masa lampau.Kalau Dijadikan Sumber Belajar Sejarah di mendengar kata Gilimanuk seakan- SMA. akan pikiran kita terarah pada suatu tempat yang menghubungkan dua METODE buah Pulau yaitu Pulau Jawa dan Penelitian ini menggunakan Pulau Bali. rancangan deskriptif kualitatif yaitu menghasilkan data deskriptif berupa Menurut cerita-cerita rakyat kata-kata tertulis atau lisan dari bahwa sekitar Warsa 1920 Gilimanuk orang-orang dan perilaku yang yang dikenal sekarang masih diamati.Agar lebih mudah dalam hamparan hutan belantara yang mengkaji permasalahan yang diteliti, hanya dihuni oleh berbagai jenis penelitian ini menggunakan Marga Satwa saja diantaranya paling beberapa metode yang banyak adalah aneka jenis burung meliputi:(1)LokasiPenelitian tepatnya seperti Jalak Putih, Perkutut dan lain- terletak di kawasan Desa Sumber lainnya. Orang dari Jawa yang ada Klampok Gilimanuk, pada saat itu mereka sebut tempat (2)TeknikPenentuanInforman,penent itu dengan nama Tanjung Selat, uan informan dalam penelitian ini sebaliknya orang Bali yang dating ke dipilih secara porposive sampling(3) tempat itu mereka sebut dengan MetodePengumpulanData, Data nama Ujung. Demikian mereka sebut dalam penyusunan proses penelitian tempat itu dengan nama yang ini diperoleh melalui data skunder berbeda-beda sesuai dengan dan data primer(4) Teknik pandangan masing-masing. Dalam ValiditasData, pengecekan data keadaan wilayah seperti itu tidak digunakan untuk memperoleh seorang pun berkeinginan untuk keyakinan terhadap kebenaran data menetap pada waktu itu di Gilimanuk penelitian kualitatif yang dilakukan disebabkan oleh tempat atau wilayah dengan Triangulasi ini terpencil dan banyak binatang Datadan(5)Teknik AnalisisData, buas. Pada analisisdatadalampenelitian kualitatifdatayangdiperolehbisameng Menurut cerita dari orang-orang tua gunakanberbagaikegiatan,yakniredu yang dapat dipercaya, bahwa pada ksi data,display, menafsirkan suatu ada Perahu dari Madura yang danmenarikkesimpulan. Penentuan melintasi Selat Bali dihantam angin informan dalam penelitian ini dipilih rebut dan gelombang besar secara porposive sampling atau sehingga mengalami kerusakan sampel bertujuan.Informan pada perahunya dan terdampar merupakan penduduk asli desa pada suatu Teluk dan berhasil Gilimanuk.Prosedur pengambilan menyelamatkan diri. Teluk itu sampel secara purposive kemudian sekarang disebut dengan Teluk dikembangkan melalui teknik Gilimanuk.Orang-orang perahu snowball. Data dalam penyusunan tersebut sempat berlindung ditempat proses penelitian ini diperoleh itu.Dalam keadaan yang sangat melalui data skunder dan data melelahkan setelah berjuang primer. Data skunder diperoleh dari ditengah hantaman mara bahaya, buku-buku, arsip/dokumen, sumber- orang-orang tersebut menenangkan sumber.Data primer diperoleh fikiran sambil menatap keindahan melalui observasi wilayah dan diisi alamnya.Mereka santai menikmati wawancara. aneka jenis burung yang secara HASIL DAN PEMBAHASAN kebetulan diantara burung yang 1.1 Sejarah desa Gilimanuk melintas terlihat burung yang Berbicara masalah sejarah menjadi kegemarannya, burung itu adalah suatu pemikiran yang adalah burung perkutut.Pada Teluk mengacu pada masa lampau, oleh Gilimanuk terdapat pulau-pulau kecil (berupa karang) menambah ditumbuhi hutan bakau.Pura ini juga indahnya panorama di waktu pagi dikelilingi oleh laut yaitu di sebelah maupun sore hari. Pulau kecil itu timur dan selatan pantai Gilimanuk. disebut dengan nama ”Gili”, sedangkan burungnya mereka sebut Pendirian Candi Bakungan dengan nama “Manuk” (dalam yang berada di Bali Barat bermula bahasa Madura “Gili” yang artinya dari adanya pelabuhan kecil yang “Pulau” dan Manuk yang artinya strategis dan merupakan teluk. Teluk “Burung”) berkat lindungan Tuhan ini bernama teluk Gili, pada zaman Yang Maha Esa setelah keadaan awal transportasi laut untuk menuju laut normal, perahu yang mengalami pulau Bali, teluk ini sangat berfungsi kerusakan diperbaiki sehingga karena gelombang yang relatif mereka kembali ke Madura dalam rendah di bandingkan dengan lokasi keadaan selamat dan berhasil lain. Pemilihan lokasi ini di anggap menangkap serta membawa burung sangat baik pada masa itu, karena perkutut. Lewat informasi antar alat transportasi masa itu masih orang-orang perahu atau nelayan itu sangat sederhana jadi teluk Gili ini tersebarlah informasi Gili yang merupakan tempat yang bagus untuk banyak Manuknya.Maka dari itu di jadikan pelabuhan.Namun pada Gilimanuk banyak dikenal masa kini alat transportasi dilaut dikalangan masyarakat Jawa dan sudah sangat berkembang sehingga Madura.Melalui proses penyebutan pelabuhan Gilimanuk yang kini tempat itu disebut Gilimanuk seperti dijadikan pelabuhan Jawa-Bali sudah yang kita kenal sekarang secara bisa digunakan karena alat Etimologi (sejarah ssal-usul kata transportasi sudah didesain Gilimanuk berarti sebuah pulau kecil sedemikian rupa menghadapi yang terdapat banyak burung- gelombang.Berdasarkan hasil burungnya). wawancara dengan Jro Mangku 1.2 Latar Belakang Pemilihan Gede di Candi Bakungan, dahulu di Lokasi Candi Bakungan lokasi Candi Bakungan ini hanya Candi biasanya di bangun terdapat Lingga Siwa-Buddha untuk pada tempat atau lokasi tertentu. pemujaan atau persembahyangan Candi dibangun sebagai tempat sederhana untuk mereka yang pemujaan atau peristirahatan raja- selamat selama penyeberangan dari raja pada zaman dahulu. Selain itu Jawa-ke Bali. adapun latar belakang pendirian candi secara geografis dan historis: Candi bakungan ini erat kaitannya dengan masuknya Mpu 1.2.1 Geografis Kuturan ke Bali pada abad ke-9.Hal ini di buktikan dengan adanya Lingga Candi Bakungan terletak di Siwa-Buddha yang di temukan di dalam area Pura Bakungan yang lokasi Candi Bakungan ini. berada di pinggir barat jalan raya jurusan Gilimanuk-Singaraja dengan 1.2.2 Historis jarak kurang lebih 3 Km arah tenggara dari pelabuhan Pendirian Candi Bakungan Gilimanuk.Secara administrasi berkaitan dengan sejarah termasuk wilayah Dusun penaklukan Bali oleh Majapahit.Hal Penginuman, Kelurahan Gilimanuk, ini terungkap dari buku Babad Dinasti Kecamatan Melaya, Kabupaten Candi Bakungan (Ki Ageng Malelo Jembrana. Secara astronomi terletak Cengkrong). Dikenalnya nama Candi pada koordinat 114º 26´ 27´´ BT dan Bakungan berasal dari penaklukan 8º 11´ 12´´ LS dengan ketinggian 5 Bali oleh Kerajaan Majapahit pada meter di atas permukaan air laut. tahun 1343 Masehi yang langsung Lokasi pura ini sangat dekat dengan dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada garis pantai Gilimanuk, kurang lebih beserta sejumlah arya yang berasal pada jarak 50 meter di utara pura dari Majapahit, salah satunya terdapat areal rawa-rawa yang bernama Arya Mekel Cengkrong. Dengan keberhasilan Arya Mekel hati I Gusti Ngurah Gde Pecangakan Cengkrong menundukan pasukan mempunyai prasangka buruk Bali Kuna di wilayah Jembrana, terhadap undangan adiknya dan maka atas jasanya beliau ditambah pula dengan mimpi buruk ditempatkan sebagai penguasa dari istri beliau.Padahal negeri wilayah Jembrana, menggantikan Bakungan adalah negeri leluhurnya pemimpin setempat setelah kalahnya yang patut dihormati. Oleh karena Kerajaan Bedahulu oleh Majapahit. beliau masih mengingat dari Selama pemerintahan Arya Mekel dharmanya sebagai kakak dan Cengkrong di Jembrana, segenap keturunan Bakungan, maka dengan kehidupan sosial budaya dapat penuh prasangka beliau menghadiri diterapkan dengan mengikuti tradisi undangan suci tersebut.Lain halnya Majapahit. Arya Mekel Cengkrong dengan I Gusti Ngurah Bakungan, menurunkan tiga orang anak yaitu : I beliau dengan setulus hati Gusti Ngurah Gede Pecangakan, I mengundang kakaknya agar Gusti Ngurah Bakungan, dan I Gusti menghadiri upacara karena masih Ngurah Pancoran. I Gusti Ngurah merasa satu darah keturunan Dalem Gede Pecangakan membuat Puri di Dasar Bakungan (Ki Ageng Melolo Pecangakan Jembrana (wilayah Cengkrong). timur), sedangkan I Gusti Ngurah Bakungan membuat Puri di Pada sebuah pertemuan di bakungan (wilayah Jembrana bagian Puri Pecangakan yang membahas Barat), dan I Gusti Ngurah Pancoran hal undangan tersebut, I Gusti menjabat sebagai Manca Agung di Ngurah Gde Pecangakan berpesan Puri Pecangakan.Kedua kerajaan kepada adiknya I Gusti Ageng Melolo yaitu negeri Pecangakan dan Bang beserta beserta segenap Bakungan aman, sentosa, dan keluarga puri dan pembesar istana. makmur.Kedua kakak beradik Berikut pesan beliau :“apabila memerintah kerajaan dengan arif dan kudaku kembali ke puri berlumuran bijaksana. Adanya kedua kerajaan ini darah, berarti aku telah mati terbukti dengan ditemukannya bukti- terbunuh oleh adiku di Bakungan”. bukti sejarah yang tersebar di sekitar Para istri dan keluarga puri supaya Candi Bakungan dan di sekitar melaksanakan dharma satria (bunuh Pecangakan (kantor Bupati diri), segenap harta berana agar Jembrana sekarang). ditanam dalam tanah dan adiku Melolo Bang harus menuntut balas Berdasarkan sumber dan menghancurkan puri Bakungan tersebut mengindikasikan dulu beserta isinya. Rupa-rupanya pesan pernah berkembang kerajaan di Bali raja tersebut didengar oleh pejabat Barat yang dipimpin oleh keturunan yang ingin mengghancurkan kedua Ida Bhatara Dalem Dasar kerajaan tersebut, dan diam-diam Bakungan.Dalam menjalankan masuk ke dalam rombongan istana pemerintahan kedua negeri ini yang akan berangkat ke negeri sangat maju dan berkembang begitu Bakungan. Sehari perjalanan, pesat.Dalam kemajuan pemerintahan sampailah iring-iringan tersebut di ini rupanya dari pihak Kerajaan kerajaan Bakungan dan disambut Bakungan maupun Pecangakan ada dengan upacara kebesaran oleh yang tidak suka, maka dibuatkanlah adiknya mengingat keduanya jarang fitnah bahwasannya raja Bakungan bertemu. Kesempatan ini digunakan berkeinginan memiliki kuda putih dengan baik oleh pihak yang tidak milik raja Pecangakan.Beberapa senang dengan negeri Pecangakan tahun kemudian pada bulan yang dan Bakungan bersatu.Dengan diam- baik untuk melakukan Yadnya yaitu diam kuda milik I Gusti Ngurah Gde dewa yadnya di negeri Bakungan, I Pecangakan sengaja di tempatkan Gusti Ngurah Bakungan dekat dengan penyembelihan mengundang kakaknya I Gusti binatang korban. Ngurah Pecangakan untuk hadir dalam upacara tersebut.Tetapi dalam Pada saat fajar para jagal yang satu melewati pegunungan dan mengadakan penyembelihan yang satu lewat pantai. Setibanya binatang korban. Karena takut pasukan I Gusti Ageng Melolo Bang disembelih, kuda putih milik raja di Bakungan, langsung melakukan Pecangakan menjadi liar, binal dan penyerangan terhadap desa-desa di melompat kesana-kesini serta wilayah kekuasaan kerajaan berguling-guling sampai ke tempat Bakungan. orang yang menyembelih hewan dan seluruh tubuhnya berisi darah hewan Pertama dihancurkan adalah yang disembelih dan akhirnya tali istana kepatihan, pasukan kepatihan pengikatnya lepas. Kuda putih tidak bisa membendung serangan tersebut kemudian lari menghilang dari pasukan Pecangakan, dan kea rah Puri Pecangakan dan tidak akhirnya mundur kemudian seorangpun bisa menghalangi kuda bergabung dengan pasukan kerajaan tersebut.Kejadian lepasnya kuda di Bakungan. Pada saat itu patih tersebut dilaporkan kepada raja Jayakusuma beserta istrinya berada Pecangakan dan Bakungan, di kerajaan Bakungan dalam rangka alangkah terkejutnya raja upacara yadnya.Beliau sangat Pecangakan dan beliau kemjudian terkejut mendapat laporan dari menguraikan pesannya pada warga pengawalnya, bahwasanya panji- puri dan adiknya. Beliau menyadari panji pecangakan menyerang negeri apa yang akan terjadi apabila sang Bakungan.Kemudian beliau kuda sampai ke Puri Pecangakan. memerintahkan seluruh pasukan Maka atas perintah raja Bakungan, agar berada di dalam benteng istana dikumpulkanlah sebagaian pasukan untuk melindungi kerabat istana. untuk diajak mengejar sang kuda yang berlari ke arah timur. Sang Kerajaan Bakungan yang kuda lari melintasi Kelatakan, dikelilingi oleh parit yang lebarnya 10 Melaya, Peguyuban, dan menuju meter dan dijaga oleh buaya sebagai Puri Pecangakan. Rombongan I pertahanan tidak bisa membendung Gusti Ngurah Gde Pecangakan daan pasukan Pecangakan karenan I I gusti Ngurah Bakungan tidak ikut Gusti Ageng Melolo Bang ikut menyusul kuda tersebut. Sampailah membuat pertahanan tersebut, tanpa sang kuda di Negeri Pecangakan kesulitan beliau masuk ke istana dengan penuh berlumuran darah, kerajaan. Dalam hati kecilnya dan teerkejutlah seisi puri beserta sebenarnya beliau tidak mau seluruh rakyat. Dengan penuh duka menghancurkan negeri leluhurnya di cita mengingat pesan dari raja, maka mana beliau dibesarkan, tapi karena tanpa piker panjang seluruh keluarga tugas sebagai kesatrya yang siap raja melaksanakan dharma satya menerima perintah dari kakaknya, (bunuh diri) sebagaimana apa yang maka beliau tetap menghancurkan telah dipesankan oleh raja, dan harta negeri Bakungan. benda kerajaan dibuang ke dalam sumur. Puri Bakung diserbu dari tiga penjuru mata angin, yaitu barat, Mengingat pesan kakaknya I timur, dan selaatan.Pasukan Gusti Ageng Melolo Bang beserta Bakungan yang gigih melakukan patihnya Ki Tegal Badeng perlawanan akhirnya menyerah mempersiapkan penyerangan ke karena sebagian pasukan Bakungan Negeri Bakungan.Pasukan ikut serta dengan raja mengejar kuda dipusatkan di Cupel, setelah itu baru yang lepas.Maka hancurlah kerajaan berangkat menyerbu Bakungan lewat Bakungan dan seisi puri cerai berai, pesisir. Mungkin sudah kehendak pasukannya ada yang melarikan diri Hyang Dewata Agung (Siwa-Budha) keluar dari istana menuju Den Bukit rombongan yang dipimpin oleh raja dan wilayah Bali lainnya. Putra Pecangakan dan Raja Bakungan sulung raja Bakungan yaitu tidak bisa bertemu dengan pasukan Pangeran Surapati pada saat itu I Gusti Ageng Melolo Bang karena menjabat sebagai panglima perang dapat meloloskan diri lewat pantai untuk menghancurkan kerajaan menuju Pasuruan. Di Pasuruan bakungan. I Gusti Ageng Melolo beliau disambut oleh kerabatnya dan Bang sangat terkejut melihat kedua memaparkan apa yang telah terjadi kakaknya I Gusti Ngurah Gde di Bakungan. Beliau di sana Pecangakan dan I Gusti Ngurah menganut agama Islam yang Bakungan sedang berduka, bernama Untung Surapati. Patih Ki kemudian di sana I Gusti Agen Jayakusuma juga gugur dalam Melolo Bang menceritakan apa yang pertempuran itu, berita tersebut telah terjadi di negeri Bakungan. kemudian didengar oleh istrinya Mendengar hal tersebut I Gusti sehingga istrinya melkukan dharma Ngurah Bakungan menjadi murka satya di samping mayat suaminya dengan kehancuran negeri (pesarean dari Patih Jayakusuma Bakungan beserta isinya dan beliau dan istrinya berada di sebelah barat berkata “wahai kakanda raja, candi Bakungan). walaupun kakanda lebih tua tapi perbuatan kakanda menghancurkan Tempat tersebut dulunya negeri Bakungan adalah perbuatan berbentuk kuburan, sekarang sudah yang salah.Maka dari itu adinda dipugar menjadi sebuah pelinggih menantang perang tanding sebagai yang berisi patung kijang dan se-ekor layaknya dharma satrya sebagai kuda putih, karena tempat ini dulunya keturunan dari Dalem Sakti merupakan tempat mengikat kuda Bakungan”. putih milik raja pecangakan yang kemudian lepas dan membawa Setelah itu dipanggilah petaka.Setelah perang selesai dan adiknya I Gusti Agung Melolo Bang negeri Bakungan hancur, I Gusti unttuk nantinya menyatukan kembali Ageng Melolo Bang bersama Negeri Pecangakan dan Bakungan pengawalnya mencari mayat dalam satu kerajaan baru yang diberi kakaknya yaitu raja Bakungan dan nama “negeri Jembrana” (asal mula Pecangakan tapi tidak ditemukan. dari nama se-ekor kuda putih yang Dalam hatinya beliau berfikir “kenapa bernama Jaranbana Rana) dan rakanda I Gusti Ngurah Gde beliau disuruh menghadap Dalem di Pecangkan dan I Gusti Ngurah Gelgel yaitu Dalem Ketut Ngelusir. Bakungan tidak ada di istana ?”, Setelah selesai memberikan mandat maka dengan penuh tanda Tanya kepada I Gusti Ageng Melolo Bang, beliau memerintahkan pasukannya maka perang tandingpun terjadi untuk kembali ke Pecangakan. Di antara raja Pecangakan dan raja tempat lain tibalah I Gusti Ngurah Bakungan di tepi sebuah muara yaitu Gde Pecangakan dan I Gusti Ngurah pertemuan antara sungai Ijogading Bakungan beserta rombongan di dan sungai Tukadaya.Di sinilah Negeri Pecangakan. Beliau disambut kakak beradik terbut melakukan dengan isak tangis oleh rakyatnya perang tanding sampai titik darah dan menjelaskan tragedi yang penghabisan.Pertempuran terjadi menimpa keluarga kerajaan dengan selama tiga hari dan tidak ada yang datangnya sang kuda putih yang kalah dan menang.Lama-kelamaan berlumuran darah. beliau berdua kelelahan dan sepakat untuk menceburkan diri ke muara Raja pecangakan sangat sungai dalam keadaan terikat menyesal atas kekeliruannnya yang menjadi satu. Sebelum menceburkan diakibatkan oleh sang kuda. Beliau diri ke muara sungai, terlebih dahulu akhirnya melakukan beliau bersembahyang kepada sang persembahyangan terhadap para pencipta Siwa-Budha agar dosa- korban yang telah meninggal.Belum dosanya terampuni. selesai melakukan persembahyangan, beliau Dalam kekusyukannya beliau mendengar sorak-sorai dari pasukan berdua bersemadi dan keluarlah aura Pecangakan yang datang dari kesaktian beliau berdua dan aura Bakungan dalam menjalankan tuga tersebut bergabung menjadi satu menjelma menjadi se-ekor buaya susunan bata, yang berukuran gading.Setelah itu barulah beliau panjang 39cm, lebar 20cm dan tebal berdua menceburkan diri ke muara 7cm. Bangunan candi menghadap ke sungai. Raja Pecangakan menemui selatan. Bangunan dimulai dengan ajalnya setelah disambar lidahnya lapik atau atap candi yang berukuran oleh buaya dan raja Bakungan 520cm x 520cm dan tinggi 127cm. menemui ajalnya setelah pusarnya Atap candi terdiri dari tiga tingkat disambar oleh buaya itu juga. dengan bentuk limas makin keatas Sampai sekarang dipercaya bahwa makin kecil, pada setiap sudut atap buaya gading tersebut sebagai terlihat adanya simbar tinggi atap penunggu di alam gaib, dan menjadi 217cm. Badan candi berukuran pelinggihian dari ratu Gde 141cm x 141cm dan tinggi 152cm, Pecangakan dan Ratu Gde sisi kiri dan kanan badan candi Bakungan. diduga dahulunya memiliki hiasan berupa jendela semu, namun sayang Secara historis Candi sudah tidak jelas, sedangkan sisi Bakungan di bangun untuk belakang memiliki relief kala. Kaki menghormati Raja Bakungan yang candi berukuran 188cm x 148cm dahulu memimpin Kerajaan dengan tinggi 102cm, pada ke-empat Bakungan yang meliputi daerah bidang sisinya terdapat hiasan relief Gilimanuk.Raja kerajaan Bakungan kala, namun yang masih utuh pada ini memiliki hubungan keluarga sisi selatan (depan) dan sisi timur, dengan Raja dari kerajaan sedangkan pada sisi-sisi lainnya Pecangakan.Kedua raja ini sudah aus dan yang terlihat melakukan pertarungan sebelum sekarang adalah pasangan bata hasil akhirnya bunuh diri karena adanya pemugaran. kesalah pahaman antar saudara. Setelah meninggalnya Raja Secara keseluruhan candi ini Bakungan dan Raja Pecangakan, di memiliki ukuran panjang 188cm, bangunlah Candi Bakungan yang lebar 148cm dan tinggi 589cm. terletak di daerah Gilimanuk dan Dilihat dari bentuk dan umuran bata Pura Pecangakan di kota Negara yang dipergunakan, mengingatkan (tepatnya di belakang kantor bupati kita masa kejayaan kerajaan Jembrana). majapahit di Jawa Timur abad 13-15 masehi, dimana banyak sekali 1.3 Struktur, bentuk dan fungsi bangunan-bangunan yang dibuat candi Bakungan dengan bahan bata, seperti: Candi 1.3.1 Struktur Candi Bakungan Bajang Ratu, Candi Tikus, Kolam Pura Bakungan terdiri dari Segaran dan lainnya. Oleh karena dua halaman yaitu halaman luar itulah bata semacam ini sering (jabaan) dan halaman dalam (jeroan) disebut dengan istilah bata terdapat Candi Bakungan yang Majapahit. Bata dengan ukuran dan merupakan bangunan pokok.Tembok bentuk yang serupa juga terlihat keliling pura terbuat dari susunan pada Gapura Pura Maospahit di batu karang, antara halaman dalam Gerenceng dan Pura Maospahit, dan halaman luar dihubungakan oleh Tatasan kota madya Denpasar, Pura sebuah .Candi Sada di Kapal, Badung, sehingga Bakungan ini terbuat dari bahan bata diduga bangunan-bangunan tersebut dengan bentuk bangunan yang didirikan pada masa majapahit, serupa dengan candi-candi di Jawa. sekitar abad 14 masehi Sehingga bangunan ini terdiri dari (Kempers,1960). bagian-bagian: Lapik atau Atap candi, badan candi,dan kaki candi. Dilihat dari aspek arsitektural serta bahan yang dipergunakan, maka 1.3.2 Bentuk candi Bakungan Candi Bakungan ini dapat dikatagorikan sebagai bangunan Candi Bakungan ini candi dengan konstruksi susunan merupakan bangunan konstruksi batu, yaitu sebuah bangunan yang mempunyai konstrukasi utama enam bulan sekali berdasar sistem dinding penahan beban (bearing pawukon yaitu pada hari Rabu, wall) yang menahan atap atau Wage, wuku Kelawu atau yang lazim kepalanya yang disusun diatas disebut dengan Buda Cemeng pondasi dengan bahan yang sama Kelawu.Pada saat piodalan berbagai yaitu dari bata. Candi Bakungan kelengkapan upacara atau sesajen yang berdiri tegak ditengah-tengah dipersembahkan di pura ini sesuai sebuah kolam, dan dapat dipastikan dengan tingkatan upacara yang candi yang terdiri dari tiga bagian dilaksanakan. yaitu atap candi, badan candi, dan Simpulan dan Saran kaki candi. 1.1 Simpulan 1.3.3 Fungsi Candi Berdasarkan hasil analisis data Istilah “Candi” diduga berasal yang telah di kemukakan pada bab dari kata “Candika” yang berarti IV, maka dapat di simpulkan hal-hal nama salah satu sebagai berikut. perwujudan Dewi Durga sebagai 1. Candi Bakungan dewi kematian. Kata “Candi” terletak di Pura mengacu pada berbagai macam Bakungan yang bentuk dan fungsi bangunan, antara berada di pinggir lain tempat beribadah, pusat jalan raya jurusan pengajaran agama, tempat Gilimanuk-Singaraja, menyimpan abu jenazah para raja, secara administrasi tempat pemujaan atau tempat termasuk wilayah bersemayam dewa, petirtaan Dusun Penginuman, (pemandian) dan gapura. Kelurahan Berdasarkan beberapa pandangan Gilimanuk, yang pernah menulis tentang candi Kabupaten terdapat jawaban bahwa candi Jembrana, Provinsi memiliki beberapa fungsi yang Bali. Candi diantaranya berfungsi sebagai Bakungan tempat pemujaan roh nenek moyang merupakan satu- dan pemakaman bagi orang yang di satunya bangunan anggap suci, dalam hal ini adalah kuna di wilayah Bali raja dan fungsi dari candi tidak dapat Barat yang memiliki dilepaskan dari kegiatan keagamaan. langgam Majapahit yang berasal dari Candi Bakungan dapat pula sekitar abad XV dinyatakan sebagai sebuah Masehi.Candi bangunan suci, yang diperuntukan Bakungan memiliki pemujaan seorang raja atau tokoh latar kepercayaan yang dianggap memiliki jasa atau Siwa-Budha. Status kedudukan yang penting pada masa kepemilikan dan itu.Fungsi utama dari Candi pengelolaan Pura Bakungan ini ialah sebagai tempat Candi Bakungan pemujaan untuk roh leluhur yang saat ini oleh keluarga sudah meninggal.Candi Bakungan keturunan Sentana ini diduga sebagai bangunan awal Dinasti Arya Mekel atau bangunan pokok, dan terdapat Cengkong yang pula beberapa bangunan yang menurut sejarah dibuat pada masa kemudian, yang babad merupakan akhirnya sekarang menjadi Pura keturunan dari Patih Bakungan.Dimana Pura Bakungan Nambi. ini merupakan bangunan suci dan 2. Candi Bakungan berfungsi sebagai tempat pemujaan terdiri dari dua atau tempat persembahyangan bagi halaman yaitu umat Hindu pada halaman luar umunya.Pelaksanaan upacara atau (jabaan) dan piodalan di pura ini dilakukan setiap halaman dalam (jeroan). Tembok 1. Kepada seluruh masyarakat keliling pura terbuat yang ada di desa Gilimanuk dari susunan batu agar tetap mempertahankan karang, antara keberadaan Candi Bakungan halaman dalam dan sebagai peninggalan sejarah halaman luar yang sangat penting yang dihubungakan oleh harus di pertahankan dan di sebuah candi lestarikan mengingat sejarah bentar.Candi ekspedisi Majapahit yang Bakungan ini terbuat sampai sekarang masih utuh dari bahan bata dan di jadikan Pura dengan bentuk Bakungan sebagai bahan bangunan yang pelajaran mengenai arti serupa dengan penting karya seni budaya candi-candi di Jawa. yang di ciptakan manusia Sehingga bangunan yang sangat bermanfaat bagi ini terdiri dari bagian- masyarakat. bagian: Lapik candi, 2. Dengan keberadaan Candi kaki candi, badan Bakungan di harapkan umat candi dan atap candi Hindu menyadari pentingnya yang terdiri dari tiga mendekatkan diri kepada Ida tingkatan. Sang Hyang Widhi Wasa 3. Candi Bakungan dengan segala manifestasi- memiliki unsur-unsur Nya guna mempertebal yang dapat dijadikan sradha atau keyakinan serta sumber belajar bakti yang di miliki umat sejarah yaitu:Unsur Hindu desa Gilimanuk serta Seni, Unsur Relief, usaha untuk melestarikan Unsur Budaya dan hubungan manusia dengan Unsur Religius atau tuhan, manusia dengan Agama. Disini Unsur- manusia dan manusia unsur yang dengan lingkungan dalam terkandung dalam konsep Tri Hita Karana. Candi Bakungan 3. Kepada tokoh agama dan dapat kita terapkan masyarakat serta pihak sebagai sumber terkait dengan keberadaan belajar sejarah di Candi Bakungan agar SMA. Unsur-unsur memberikan pencerahan dan yang terdapat di pemahaman terhadap dalam Candi keberadaannya serta fungsi Bakungan ini akan candi yang digunakan memberikan sebagai pendidikan, dalam pengetahuan lebih usaha melestarikan dan terhadap siswa, agar mempertahankan tradisi atau siswa dapat budaya yang ada dan mengetahui Seni, penanaman nilai-nilai Relief, Budaya dan pendidikan bagi masyarakat Agama yang desa Gilimanuk khususnya terdapat di Candi dan agar dapat di wariskan Bakungan sebagai pada generasi muda peninggalan kedepannya. kerajaan Majapahit Daftar Pustaka di Bali Barat. Aris Munandar, 2015. Keistimewaan 1.2 Saran Candi-candi Zaman Berdasarkan simpulan yang telah di Majapahit. Jakarta peroleh, maka dapat di berikan Selatan: Widatama sebagai berikut. Widya Sastra Asmito.1992. Sejarah Kebudayaan Indonesia. Semarang: Semarang Press.

Babad, Dinasti. Candi Bakungan. Ki Ageng Malelo Cengkrong Kab.Jembrana Bali (tidak diterbitkan).