4707452Dc69b1206a72aedbde9
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
1 PENGEMBANGAN KURIKULUM ILMU PENGETAHUAN UNDANG-UNDANG CAGAR BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI Ida Bagus Sapta Jaya Program Studi Arkeologi FSB Universitas Udayana Abstract: Benefits of application of science law on cultural heritage Archaeological Studies Program is very positive for the development of the discipline of archeology. Archaeological Studies Program that utilizes the archaeological heritage as an object of study of science, the students are required to understand the rules of Archaelogy law governing the utilization of cultural heritage and its preservation in the future with the aim to promote the role of the Heritage Act in to society. Case of damage to objects of cultural heritage caused by human actions such astheft, forgery, auctions, and the destruction of cultural heritage objects is done by knowing the legal sanctions that can be accepted by both material and criminal perpetrators of the ancient relic scan be preserved. Keyword: Application of Science, Utilization and Preservation 1.Pendahuluan Pengembangan atau pemekaran ilmu pengetahuan dalam bentuk ilmu terapan (applied Scince) sangat diperlukan, terutama di dalam menunjang program pemerintah untuk mensukseskan pembangunan. Kompleksnya pembangunan yang sedang digalakan memerlukan partisipatif aktif seluruh disiplin ilmu. Agar ilmu pengetahuan dapat berdaya dan berhasil guna dalam pembangunan maka seyogianya, penerapan ilmu tersebut disesuaikan atau diselaraskan dengan kebutuhan pembangunan (Rata, 1985 : 1). Konsep pengembangan ilmu tersebut di atas sangatlah positif mengingat pengembangan ilmu bermanfaat bagi disiplin ilmu di masing-masing program studi. Misalnya, pada Program Studi Arkeologi dibutuhkan pengembangan ilmu yang berbasis kurikulum kompetensi, yaitu dengan menerapkan kurikulum pemahaman mahasiswa terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Undang-Undang ini selanjutnya mengalami revisi pada tahun 1997, dan pada 2010 direvisi menjadi Undang-Undang Cagar Budaya. Pemahaman ini dirasakan sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Program Studi Arkeologi mengingat materi yang terdapat dalam Undang-Undang Cagar Budaya berisikan aturan-aturan yang tegas dan positif untuk melestarikan peninggalan benda cagar budaya di seluruh Indonesia. Jurusan Arkeologi di berbagai Universitas dapat mengembangkan ilmu terapan mata kuliah Undang-Undang Cagar Budaya yang dilatarbelakangi oleh manfaat yang positif yang dapat diperoleh oleh mahasiswa. Mahasiswa Program Studi Arkeologi yang mempelajari benda cagar budaya sebagai materi utama dalam materi perkuliahannya nantinya dapat mengambil manfaat ilmunya dalam memahami aturan-aturan yang mengatur cagar budaya tersebut tetap lestari sepanjang jaman. 2 Pelestarian ini bisa terwujud jika semua komponen menyadari betapa pentingnya nilai benda cagar budaya bagi bangsa Indonesia, dikarenakan merupakan warisan budaya masa lalu yang harus tetap dijaga, dilestarikan, dimanfaatkan dan dipelajari sepanjang jaman. Dalam Kaitannya dengan kebudayaan manfaat peninggalan arkeologi secara garis besarnya adalah : 1. merupakan bukti-bukti sejarah dan budaya. 2. sumber-sumber sejarah dan budaya. 3. obyek ilmu pengetahuan. 4. cermin sejarah dan budaya. 5. media untuk pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya. 6. media untuk pendidikan budaya sepanjang masa. 7. media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional (Uka Tjandrasasmita, 1982 : 1-5; Rata, 1993 : 65). Sebagaimana diketahui bahwa warisan budaya khususnya tinggalan arkeologi merupakan sumber daya budaya yang memiliki berbagi nilai dan makna antara lain, nilai, dan makna informasi/ilmu pengetahuan, ekonomi, estetika dan asosiasi/simbolik (Cleere 1984; Lipe 1984; McManamon 2000; et all Ardika 2004 : 50). Selanjutnya dalam pengelolaan sumberdaya arkeologi terdapat tiga kepentingan pokok, antara lain kepentingan akademik, ekonomik, dan ideologik. Kepentingan akademik, berkaitan dengan usaha penelitian ilmiah secara terus menerus, kepentingan ekonomik berhubungan dengan pariwisata dan kepentingan ideologi berkaitan dengan jatidiri bangsa (Cleere, 1989 : 5-10 ; Kusumohartono, 1993 : 47 ; et all Edi Triharyantoro, 2002 : 237). Di dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya dijelaskan mengenai pemanfaatan benda cagar budaya. Penjelasan mengenai Pemanfaatan diuraikan pada pembahasan di bawah ini. (1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. (Undang-Undang RI, no. 5 Tahun 1992 : 13, BAB VI, Pasal 19, butir 1). Pentingnya perananan dan manfaat peninggalan arkeologi seperti yang dijabarkan di atas menyebabkan diperlukannya studi ilmu yang membahas secara khusus pemanfaatan dan pelestarian dari peninggalan arkelogi tersebut. Studi ilmu itu adalah mengembangkan kurikulum mata kuliah pemahaman terhadap Undang-Undang Cagar Budaya bagi mahasiswa Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Latar belakang pengembangan ilmu Pemahaman Undang-Undang Benda Cagar Budaya dikembangkan mengingat nilai-nilai universal yang tertuang dalam memanfaatkan peninggalan arkeologi dan usaha pelestarian dan penelitian yang terus-menerus. Oleh sebab itu, peninggalan arkeologi harus dijaga, dan dilestarikan dengan mengedepankan pemahaman Undang- Undang Cagar Budaya dikarenakan berisikan aturan yang tegas dalam memanfaatkan dan melestarikan peninggalan benda cagar budaya. Kenyataan di lapangan kini peninggalan arkeologi banyak mengalami tantangan dari kepunahan dan kerusakan. Misalnya terjadinya kasus pencurian, pemalsuan, dan pelelangan benda cagar budaya. Kerusakan dan kepunahan benda cagar budaya jika tidak diantisipasi pelestariannya sedini mungkin mengakibatkan kerusakan dan kepunahan sehingga mengakibatkan sulitnya pihak purbakala dan sejarah untuk merekontruksi sejarah kebudayaan masa lalu peninggalan benda cagar budaya tersebut. 3 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya sehingga kita patut untuk melestarikannya. Maka dalam tulisan ini akan diuraikan terlebih dahulu manfaat mata kuliah Undang-Undang Benda Cagar Budaya bagi disiplin Ilmu Arkeologi, Studi kasus pencurian, pemalsuan dan pelelangan benda cagar budaya dan Penjabaran Pasal-Pasal dalam Undang- Undang Benda Cagar Budaya sebagai cerminan pemahaman secara umum sebelum diwujudkan sebagai disiplin ilmu di Program Studi Arkeologi. 2.Pembahasan 2.1. Manfaat Pengembangan Ilmu Undang-Undang Cagar Budaya pada Jurusan Arkeologi Manfaat penerapan ilmu Undang-Undang Cagar Budaya pada Program Studi Arkeologi adalah sangat positif, mengingat besarnya manfaat ilmu Arkeologi seperti yang dijelaskan pada pembahasan di atas merupakan langkah yang tepat apabila penerapan ilmu pemahaman terhadap benda cagar budaya dan pengaturannya yang dituangkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya, dikembangkan sebagai kurikulum mata kuliah di Program Studi Arkeologi di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. Manfaat pengembangan ilmu ini, antara lain memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan dan pelestarian benda cagar budaya. Pemahaman yang didapat nantinya oleh mahasiswa jika kurikulum pemahaman terhadap benda cagar budaya dapat terwujud, maka mahasiswa dapat mensosialisasikan pemahaman ilmunya kepada masyarakat mengenai aspek pemanfaatan dan pelestarian warisan budaya masa lalu. Kerjasama mensosialisasikan pemahaman terhadap keberadaan Undang-Undang Benda Cagar Budaya sangat diharapkan, sehingga kerusakan situs dan benda cagar budaya dapat dihindari dengan memahami kaidah aturan yang tegas dan sangsi yang diterima jika merusak benda cagar budaya. Sangsi itu tertuang secara lengkap di dalam pasal-pasal Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya Nomor 5 Tahun 1992. Intinya kerusakan situs dan benda cagar budaya dilatarbelakangi kurang pahamannya sebagian masyarakat akan pentingnya warisan budaya masa lalu. Undang-Undang ini selanjutnya mengalami revisi pada tahun 1997, dan pada tahun 2010 direvisi menjadi Undang-Undang Cagar Budaya. Peninggalan benda cagar budaya yang tersebar di seluruh Indonesia maka diperlukannya upaya perlindungan dan pengamanan. Pengertian pengamanan disini sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan masalah pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, pendokumentasian, dan penelitian terhadap benda budaya itu sendiri. Polisy pengamanan harta budaya di Indonesia, menurut ketetapan dalam Monumenten Ordonantie Stb. 238 Tahun 1931, dipegang oleh Direktorat Sejarah dan Purbakala, Ditjen Kebudayaan, Dep. P. Dan K (Arthanegara, 1978/1879 : 12). Monumenten Ordonantie ini selanjutnya berkembang menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya dengan nomor 5 Tahun 1992, Peran tugas yang cukup besar bagi Direktorat Sejarah dan Purbakala, Ditjen Kebudayaan, Dep. P. Dan K sebagai polisy benda-benda cagar budaya tampaknya perlu mendapat dukungan dan kerjasama yang positif antara semua pihak khususnya yang bergerak dibidang pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya untuk ikut menjadi polisy secara bersamaan. Sedangkan di Program Studi Arkeologi di masing-masing Fakultas di seluruh Indonesia, dan Bali khususnya juga melaksanakan program-program pelestarian benda cagar budaya. Program tersebut dituangkan dalam materi perkuliahan baik itu di kelas maupun di lapangan agar mahasiswa senantiasa untuk melestarikan peninggalan purbakala. Semua 4 pemikiran yang kompleks tersebut di atas dapat terwujud jika kurikulum