4707452Dc69b1206a72aedbde9

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

4707452Dc69b1206a72aedbde9 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM ILMU PENGETAHUAN UNDANG-UNDANG CAGAR BUDAYA PROGRAM STUDI ARKEOLOGI Ida Bagus Sapta Jaya Program Studi Arkeologi FSB Universitas Udayana Abstract: Benefits of application of science law on cultural heritage Archaeological Studies Program is very positive for the development of the discipline of archeology. Archaeological Studies Program that utilizes the archaeological heritage as an object of study of science, the students are required to understand the rules of Archaelogy law governing the utilization of cultural heritage and its preservation in the future with the aim to promote the role of the Heritage Act in to society. Case of damage to objects of cultural heritage caused by human actions such astheft, forgery, auctions, and the destruction of cultural heritage objects is done by knowing the legal sanctions that can be accepted by both material and criminal perpetrators of the ancient relic scan be preserved. Keyword: Application of Science, Utilization and Preservation 1.Pendahuluan Pengembangan atau pemekaran ilmu pengetahuan dalam bentuk ilmu terapan (applied Scince) sangat diperlukan, terutama di dalam menunjang program pemerintah untuk mensukseskan pembangunan. Kompleksnya pembangunan yang sedang digalakan memerlukan partisipatif aktif seluruh disiplin ilmu. Agar ilmu pengetahuan dapat berdaya dan berhasil guna dalam pembangunan maka seyogianya, penerapan ilmu tersebut disesuaikan atau diselaraskan dengan kebutuhan pembangunan (Rata, 1985 : 1). Konsep pengembangan ilmu tersebut di atas sangatlah positif mengingat pengembangan ilmu bermanfaat bagi disiplin ilmu di masing-masing program studi. Misalnya, pada Program Studi Arkeologi dibutuhkan pengembangan ilmu yang berbasis kurikulum kompetensi, yaitu dengan menerapkan kurikulum pemahaman mahasiswa terhadap Undang-Undang Republik Indonesia No 5 Tahun 1992 Tentang Benda Cagar Budaya. Undang-Undang ini selanjutnya mengalami revisi pada tahun 1997, dan pada 2010 direvisi menjadi Undang-Undang Cagar Budaya. Pemahaman ini dirasakan sangat dibutuhkan bagi mahasiswa Program Studi Arkeologi mengingat materi yang terdapat dalam Undang-Undang Cagar Budaya berisikan aturan-aturan yang tegas dan positif untuk melestarikan peninggalan benda cagar budaya di seluruh Indonesia. Jurusan Arkeologi di berbagai Universitas dapat mengembangkan ilmu terapan mata kuliah Undang-Undang Cagar Budaya yang dilatarbelakangi oleh manfaat yang positif yang dapat diperoleh oleh mahasiswa. Mahasiswa Program Studi Arkeologi yang mempelajari benda cagar budaya sebagai materi utama dalam materi perkuliahannya nantinya dapat mengambil manfaat ilmunya dalam memahami aturan-aturan yang mengatur cagar budaya tersebut tetap lestari sepanjang jaman. 2 Pelestarian ini bisa terwujud jika semua komponen menyadari betapa pentingnya nilai benda cagar budaya bagi bangsa Indonesia, dikarenakan merupakan warisan budaya masa lalu yang harus tetap dijaga, dilestarikan, dimanfaatkan dan dipelajari sepanjang jaman. Dalam Kaitannya dengan kebudayaan manfaat peninggalan arkeologi secara garis besarnya adalah : 1. merupakan bukti-bukti sejarah dan budaya. 2. sumber-sumber sejarah dan budaya. 3. obyek ilmu pengetahuan. 4. cermin sejarah dan budaya. 5. media untuk pembinaan dan pengembangan nilai-nilai budaya. 6. media untuk pendidikan budaya sepanjang masa. 7. media untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional (Uka Tjandrasasmita, 1982 : 1-5; Rata, 1993 : 65). Sebagaimana diketahui bahwa warisan budaya khususnya tinggalan arkeologi merupakan sumber daya budaya yang memiliki berbagi nilai dan makna antara lain, nilai, dan makna informasi/ilmu pengetahuan, ekonomi, estetika dan asosiasi/simbolik (Cleere 1984; Lipe 1984; McManamon 2000; et all Ardika 2004 : 50). Selanjutnya dalam pengelolaan sumberdaya arkeologi terdapat tiga kepentingan pokok, antara lain kepentingan akademik, ekonomik, dan ideologik. Kepentingan akademik, berkaitan dengan usaha penelitian ilmiah secara terus menerus, kepentingan ekonomik berhubungan dengan pariwisata dan kepentingan ideologi berkaitan dengan jatidiri bangsa (Cleere, 1989 : 5-10 ; Kusumohartono, 1993 : 47 ; et all Edi Triharyantoro, 2002 : 237). Di dalam Undang-Undang Benda Cagar Budaya dijelaskan mengenai pemanfaatan benda cagar budaya. Penjelasan mengenai Pemanfaatan diuraikan pada pembahasan di bawah ini. (1) Benda cagar budaya tertentu dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pariwisata, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan. (Undang-Undang RI, no. 5 Tahun 1992 : 13, BAB VI, Pasal 19, butir 1). Pentingnya perananan dan manfaat peninggalan arkeologi seperti yang dijabarkan di atas menyebabkan diperlukannya studi ilmu yang membahas secara khusus pemanfaatan dan pelestarian dari peninggalan arkelogi tersebut. Studi ilmu itu adalah mengembangkan kurikulum mata kuliah pemahaman terhadap Undang-Undang Cagar Budaya bagi mahasiswa Program Studi Arkeologi Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana. Latar belakang pengembangan ilmu Pemahaman Undang-Undang Benda Cagar Budaya dikembangkan mengingat nilai-nilai universal yang tertuang dalam memanfaatkan peninggalan arkeologi dan usaha pelestarian dan penelitian yang terus-menerus. Oleh sebab itu, peninggalan arkeologi harus dijaga, dan dilestarikan dengan mengedepankan pemahaman Undang- Undang Cagar Budaya dikarenakan berisikan aturan yang tegas dalam memanfaatkan dan melestarikan peninggalan benda cagar budaya. Kenyataan di lapangan kini peninggalan arkeologi banyak mengalami tantangan dari kepunahan dan kerusakan. Misalnya terjadinya kasus pencurian, pemalsuan, dan pelelangan benda cagar budaya. Kerusakan dan kepunahan benda cagar budaya jika tidak diantisipasi pelestariannya sedini mungkin mengakibatkan kerusakan dan kepunahan sehingga mengakibatkan sulitnya pihak purbakala dan sejarah untuk merekontruksi sejarah kebudayaan masa lalu peninggalan benda cagar budaya tersebut. 3 Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya merupakan warisan budaya yang tidak ternilai harganya sehingga kita patut untuk melestarikannya. Maka dalam tulisan ini akan diuraikan terlebih dahulu manfaat mata kuliah Undang-Undang Benda Cagar Budaya bagi disiplin Ilmu Arkeologi, Studi kasus pencurian, pemalsuan dan pelelangan benda cagar budaya dan Penjabaran Pasal-Pasal dalam Undang- Undang Benda Cagar Budaya sebagai cerminan pemahaman secara umum sebelum diwujudkan sebagai disiplin ilmu di Program Studi Arkeologi. 2.Pembahasan 2.1. Manfaat Pengembangan Ilmu Undang-Undang Cagar Budaya pada Jurusan Arkeologi Manfaat penerapan ilmu Undang-Undang Cagar Budaya pada Program Studi Arkeologi adalah sangat positif, mengingat besarnya manfaat ilmu Arkeologi seperti yang dijelaskan pada pembahasan di atas merupakan langkah yang tepat apabila penerapan ilmu pemahaman terhadap benda cagar budaya dan pengaturannya yang dituangkan di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya, dikembangkan sebagai kurikulum mata kuliah di Program Studi Arkeologi di Indonesia pada umumnya dan di Bali pada khususnya. Manfaat pengembangan ilmu ini, antara lain memberikan wawasan yang luas mengenai pemanfaatan dan pelestarian benda cagar budaya. Pemahaman yang didapat nantinya oleh mahasiswa jika kurikulum pemahaman terhadap benda cagar budaya dapat terwujud, maka mahasiswa dapat mensosialisasikan pemahaman ilmunya kepada masyarakat mengenai aspek pemanfaatan dan pelestarian warisan budaya masa lalu. Kerjasama mensosialisasikan pemahaman terhadap keberadaan Undang-Undang Benda Cagar Budaya sangat diharapkan, sehingga kerusakan situs dan benda cagar budaya dapat dihindari dengan memahami kaidah aturan yang tegas dan sangsi yang diterima jika merusak benda cagar budaya. Sangsi itu tertuang secara lengkap di dalam pasal-pasal Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya Nomor 5 Tahun 1992. Intinya kerusakan situs dan benda cagar budaya dilatarbelakangi kurang pahamannya sebagian masyarakat akan pentingnya warisan budaya masa lalu. Undang-Undang ini selanjutnya mengalami revisi pada tahun 1997, dan pada tahun 2010 direvisi menjadi Undang-Undang Cagar Budaya. Peninggalan benda cagar budaya yang tersebar di seluruh Indonesia maka diperlukannya upaya perlindungan dan pengamanan. Pengertian pengamanan disini sebenarnya tidak dapat dipisahkan dengan masalah pemeliharaan, perlindungan, pemugaran, pendokumentasian, dan penelitian terhadap benda budaya itu sendiri. Polisy pengamanan harta budaya di Indonesia, menurut ketetapan dalam Monumenten Ordonantie Stb. 238 Tahun 1931, dipegang oleh Direktorat Sejarah dan Purbakala, Ditjen Kebudayaan, Dep. P. Dan K (Arthanegara, 1978/1879 : 12). Monumenten Ordonantie ini selanjutnya berkembang menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Benda Cagar Budaya dengan nomor 5 Tahun 1992, Peran tugas yang cukup besar bagi Direktorat Sejarah dan Purbakala, Ditjen Kebudayaan, Dep. P. Dan K sebagai polisy benda-benda cagar budaya tampaknya perlu mendapat dukungan dan kerjasama yang positif antara semua pihak khususnya yang bergerak dibidang pelestarian dan pemanfaatan benda cagar budaya untuk ikut menjadi polisy secara bersamaan. Sedangkan di Program Studi Arkeologi di masing-masing Fakultas di seluruh Indonesia, dan Bali khususnya juga melaksanakan program-program pelestarian benda cagar budaya. Program tersebut dituangkan dalam materi perkuliahan baik itu di kelas maupun di lapangan agar mahasiswa senantiasa untuk melestarikan peninggalan purbakala. Semua 4 pemikiran yang kompleks tersebut di atas dapat terwujud jika kurikulum
Recommended publications
  • Kawasan Dan Daya Tarik Wisata
    Dinas Pariwisata Provinsi Bali KAWASAN DAN DAYA TARIK WISATA Dinas Pariwisata Provinsi Bali JUMLAH KAWASAN PARIWISATA DAN DAYA TARIK WISATA DI BALI TAHUN 2017 JUMLAH JUMLAH NO KABUPATEN/KOTA KAWASAN DAYA TARIK PARIWISATA WISATA 1 Denpasar 1 10 2 Badung 3 36 3 Gianyar 2 61 4 Bangli - 42 5 Klungkung 1 17 6 Karangasem 3 15 7 Buleleng 3 25 8 Tabanan 1 24 9 Jembrana 2 15 TOTAL 16 245 Dinas Pariwisata Provinsi Bali DATA KAWASAN PARIWISATA DI BALI TAHUN 2017 NAMA NO KABUPATEN/KOTA KAWASAN 1 Denpasar Sanur 2 Badung Nusa Dua,Kuta,Tuban 3 Gianyar Ubud,Lebih 4 Bangli - 5 Klungkung Nusa Penida 6 Karangasem Candi Dasa,Ujung,Tulamben 7 Buleleng Kalibukbuk,Batu Ampar,Air Sanih 8 Tabanan Soka 9 Jembrana Perancak,Candi Kesuma TOTAL 16 Dinas Pariwisata Provinsi Bali DAFTAR KAWASAN PARIWISATA 2017 NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN 1 Nusa Dua Benoa Tanjung Benoa Jimbaran Unggasan Pecatu Kutuh 2 Kuta Kuta Legian Seminyak Kerobokan Kelod Kerobokan Kelod Canggu Tibubeneng Pererenan Munggu Cemagi 3 Tuban Tuban Kedonganan 4 Sanur Sanur Kaja Sanur Kauh Sanur Serangan Kesiman Petilan 5 Ubud Ubud Dinas Pariwisata Provinsi Bali NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN Melinggih Kaja Melinggih Kelod Kedewatan Peliatan Mas Petulu Lod Tunduh Sayan Singakerta Kliki Tegallalang Puhu 6 Lebih Candraasri Ketewel Sukawati Saba Pering Keramas Medahan Lebih Siut (Tulikup) 7 Soka Lalanglinggah antap Brembang Beraban Tegalmengkeb Kalating Tibubiu Dinas Pariwisata Provinsi Bali NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN 8 Kalibukbuk Kalibukbuk Pemaron Tukad Mungga Anturan Kaliasem Temukus
    [Show full text]
  • Kawasan Dan Daya Tarik Wisata
    Dinas Pariwisata Provinsi Bali KAWASAN DAN DAYA TARIK WISATA Dinas Pariwisata Provinsi Bali JUMLAH KAWASAN PARIWISATA DAN DAYA TARIK WISATA DI BALI TAHUN 2018 JUMLAH JUMLAH NO KABUPATEN/KOTA KAWASAN DAYA TARIK PARIWISATA WISATA 1 Denpasar 1 10 2 Badung 3 36 3 Gianyar 2 61 4 Bangli - 42 5 Klungkung 1 17 6 Karangasem 3 15 7 Buleleng 3 25 8 Tabanan 1 24 9 Jembrana 2 15 TOTAL 16 245 355 Dinas Pariwisata Provinsi Bali DATA KAWASAN PARIWISATA DI BALI TAHUN 2018 NAMA NO KABUPATEN/KOTA KAWASAN 1 Denpasar Sanur 2 Badung Nusa Dua,Kuta,Tuban 3 Gianyar Ubud,Lebih 4 Bangli - 5 Klungkung Nusa Penida 6 Karangasem Candi Dasa,Ujung,Tulamben 7 Buleleng Kalibukbuk,Batu Ampar,Air Sanih 8 Tabanan Soka 9 Jembrana Perancak,Candi Kesuma TOTAL 16 356 Dinas Pariwisata Provinsi Bali DAFTAR KAWASAN PARIWISATA 2018 NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN 1 Nusa Dua Benoa Tanjung Benoa Jimbaran Unggasan Pecatu Kutuh 2 Kuta Kuta Legian Seminyak Kerobokan Kelod Kerobokan Kelod Canggu Tibubeneng Pererenan Munggu Cemagi 3 Tuban Tuban Kedonganan 4 Sanur Sanur Kaja Sanur Kauh Sanur Serangan Kesiman Petilan 357 Dinas Pariwisata Provinsi Bali NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN 5 Ubud Ubud Melinggih Kaja Melinggih Kelod Kedewatan Peliatan Mas Petulu Lod Tunduh Sayan Singakerta Kliki Tegallalang Puhu 6 Lebih Candraasri Ketewel Sukawati Saba Pering Keramas Medahan Lebih Siut (Tulikup) 7 Soka Lalanglinggah antap Brembang Beraban Tegalmengkeb Kalating Tibubiu 358 Dinas Pariwisata Provinsi Bali NO KAWASAN PARIWISATA DESA/KELURAHAN 8 Kalibukbuk Kalibukbuk Pemaron Tukad Mungga Anturan
    [Show full text]
  • Morphological Typology and Origins of the Hindu-Buddhist Candis Which Were Built from 8Th to 17Th Centuries in the Island of Bali
    計画系 642 号 【カテゴリーⅠ】 日本建築学会計画系論文集 第74巻 第642号,1857-1866,2009年 8 月 J. Archit. Plann., AIJ, Vol. 74 No. 642, 1857-1866, Aug., 2009 MORPHOLOGICAL TYPOLOGY AND ORIGINS OF THE MORPHOLOGICALHINDU-BUDDHIST TYPOLOGY CANDI ANDARCHITECTURE ORIGINS OF THE HINDU-BUDDHIST CANDI ARCHITECTURE IN BALI ISLAND IN BALI ISLAND バリ島におけるヒンドゥー・仏教チャンディ建築の起源と類型に関する形態学的研究 �������������������������������������� *1 *2 *3 I WayanI Wayan KASTAWAN KASTAWAN * ,¹, Yasuyuki Yasuyuki NAGAFUCHINAGAFUCHI * ² and and Kazuyoshi Kazuyoshi FUMOTO FUMOTO * ³ イ �ワヤン ��� カスタワン ��������,永 渕 康���� 之,麓 �� 和 善 This paper attempts to investigate and analyze the morphological typology and origins of the Hindu-Buddhist candis which were built from 8th to 17th centuries in the island of Bali. Mainly, the discussion will be focused on its characteristics analysis and morphology in order to determine the candi typology in its successive historical period, and the origin will be decided by tracing and comparative study to the other candis that are located across over the island and country as well. As a result, 2 groups which consist of 6 types of `Classical Period` and 1 type as a transition type to `Later Balinese Period`. Then, the Balinese candis can also be categorized into the `Main Type Group` which consists of 3 types, such as Stupa, Prasada, Meru and the `Complementary Type Group` can be divided into 4 types, like Petirthan, Gua, ������ and Gapura. Each type might be divided into 1, 2 or 3 sub-types within its architectural variations. Finally, it is not only the similarities of their candi characteristics and typology can be found but also there were some influences on the development of candis in the Bali Island that originally came from Central and East Java.
    [Show full text]
  • Bali, Lombok & Nusa Tenggara 17
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Bali, Lombok & Nusa Tenggara North Bali p253 Central Gili Islands Mountains p312 West Bali p237 p274 Ubud East Bali Region p203 Lombok p160 p283 Kuta & Southwest South Bali & Nusa Tenggara Beaches the Islands p334 p64 p115 Virginia Maxwell, Mark Johanson, Sofia Levin, MaSovaida Morgan PLAN YOUR TRIP ON THE ROAD Welcome to Bali, Lombok KUTA & Batubulan . 202 & Nusa Tenggara . 4 SOUTHWEST Abiansemal . 202 Bali, Lombok & BEACHES . 64 Nusa Tenggara Map . 6 Kuta & Legian . 66 Bali, Lombok & Nusa EAST BALI . 203 Seminyak . 81 Tenggara’s Top 18 . 8 Gianyar . 206 Kerobokan . 92 Need to Know . 18 Klungkung Umalas . 98 First Time Bali, Lombok (Semarapura) . 206 & Nusa Tenggara . 20 Canggu . 98 Bangli . 208 Echo Beach . 104 What’s New . 22 Sideman . 209 Pererenan Beach . 106 If You Like… . 23 Gunung Agung . 211 Month by Month . 25 Coast Road to Kusamba . 213 SOUTH BALI & Itineraries . 28 Kusamba . 215 THE ISLANDS . 115 Activities . 36 Padangbai . 216 Travel with Children . 50 Denpasar . 117 Manggis . 219 Eat & Drink Like a Local . 53 Sanur . 124 Candidasa . 220 Regions at a Glance . 60 Bukit Peninsula . 132 Amlapura . 224 Jimbaran . 132 Tirta Gangga . 225 Central Bukit . 135 NORMAN ONG/SHUTTERSTOCK © NORMAN ONG/SHUTTERSTOCK Amed & the Balangan Beach . 136 Far East Coast . 227 Bingin . 137 Tulamben . 234 Padang Padang . 139 Northeast Coast . 236 Ulu Watu . 141 Ungasan . 143 CENTRAL Nusa Dua . 144 MOUNTAINS . 237 Tanjung Benoa . 147 Gunung Batur Area . 239 Nusa Lembongan & Islands . 149 Gunung Batur . 239 Nusa Lembongan . 150 Around Gunung Batur Crater . 240 Nusa Ceningan . 156 PURA TANAH LOT P277 Danau Batur .
    [Show full text]
  • Bali & Lombok 16
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd 406 Behind the Scenes SEND US YOUR FEEDBACK We love to hear from travellers – your comments keep us on our toes and help make our books better. Our well-travelled team reads every word on what you loved or loathed about this book. Although we cannot reply individually to your submissions, we always guarantee that your feed- back goes straight to the appropriate authors, in time for the next edition. Each person who sends us information is thanked in the next edition – the most useful submissions are rewarded with a selection of digital PDF chapters. Visit lonelyplanet.com/contact to submit your updates and suggestions or to ask for help. Our award-winning website also features inspirational travel stories, news and discussions. Note: We may edit, reproduce and incorporate your comments in Lonely Planet products such as guidebooks, websites and digital products, so let us know if you don’t want your comments reproduced or your name acknowledged. For a copy of our privacy policy visit lonelyplanet.com/ privacy. many more including Samuel L Bronkowitz. Huge OUR READERS thanks to Amy, the rest of the family and Charlie, who Many thanks to the travellers who used the last never once ate my shoes. Love to Alexis Ver Berk- edition and wrote to us with helpful hints, useful moes, we’ll always have Bali (Lada Warung or not). advice and interesting anecdotes: Ana Tiganescu, Ed Cox, George Nelis, Germma Marjaya, Johannes Feddersen, Kate Larson, Kirsty ACKNOWLEDGEMENTS Spence, Krissi Hall, Kristian Folkman, Marek Porzycki, Climate map data adapted from Peel MC, Finlayson Marina Abate, Maxime Smits, Meaghan Philpott, Mim BL & McMahon TA (2007) ‘Updated World Map of the Nelson-Gillett, Peter Neundorfer, Rudi Peeters, Sarah Köppen-Geiger Climate Classification’, Hydrology and Westelinck, Todd Robins, Valeria Parrini, Vincent Earth System Sciences, 11, 163344.
    [Show full text]
  • Modul Workshop Pendaftaran Cagar Budaya
    Modul Workshop Pendaftaran Cagar Budaya DIREKTORAT PELESTARIAN CAGAR BUDAYA DAN PERMUSEUMAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2019 PENGANTAR Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya, terutama pada Bab VI Bagian Kesatu pasal 28, 29, dan pasal 30 mengamanatkan perlunya dilakukan pendaftaran sebagai bagian dari proses penyusunan Register Nasional. Penyusunan Register Nasional merupakan upaya penting untuk mengetahui jumlah kekayaan Cagar budaya secara nasional. Sehubungan dengan hal tersebut dilakukan pendaftaran sebagai langkah awal dalam pencatatan objek yang akan diusulkan sebagai Cagar Budaya kepada Pemerintah Kabupaten/Kota atau perwakilan Pemerintah Republik Indonesia di luar negeri. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kegiatan pendaftaran menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/kota. Lebih lanjut agar pelaksanaan pendaftaran dapat berjalan secara terpadu antara Pemerintah Pusat dan Daerah maka perlu disusun sistem dan jejaring pendaftaran Cagar Budaya yang tepat dan berkesinambungan. Guna mempersiapkan sistem dan jejaring tersebut, perlu dipersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan pendaftaran Cagar Budaya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sebagai tahap awal dalam mempersiapkan tenaga pendaftar, dibutuhkan SDM yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai tentang Cagar Budaya. Menindaklanjuti hal tersebut, dirasakan perlu tenaga pelatih pendaftaran Cagar Budaya, khususnya di tingkat provinsi. Pencapaian kemampuan tenaga pendaftar Cagar Budaya memerlukan bahan ajar berupa modul bagi tenaga pelatih pendaftaran dan tenaga pendaftar Cagar Budaya. Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan peserta pelatihan petugas pendaftar mampu: 1. Memahami pengertian, pendeskripsian, hingga kesejarahan Cagar Budaya. 2. Memahami proses dan prosedur pendaftaran Cagar Budaya pada laman Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya. 3. Mampu mengimplementasikan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendaftaran Cagar Budaya. 4.
    [Show full text]
  • ARTIKEL Judul CANDI BAKUNGAN DI BALI BARAT DAN POTENSINYA
    ARTIKEL Judul CANDI BAKUNGAN DI BALI BARAT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Oleh : Ni omang Dina Indrayani, Nim 1214021009 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016 CANDI BAKUNGAN DI BALI BARAT DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR SEJARAH DI SMA Ni Komang Dina Indrayani, Nengah Bawa Atmadja, Luh Putu Sendratari JurusanPendidikanSejarah UniversitasPendidikanGanesha Singaraja, Indonesia e-mail: [email protected], [email protected], [email protected]. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mendeskripsikan sejarah didirikan Candi Bakungan di Bali Barat, (2) mendeskripsikan Struktur, Bentuk dan Fungsi Candi Bakungan Bali Barat, (3) mendeskripsikan Unsur-Unsur Yang Terdapat Di Candi Bakungan Yang Dapat Dijadikan Sumber Belajar Sejarah.Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) Teknik penentuan lokasi penelitian,penelitian ini berlokasi di desa Sumber Klampok Gilimanuk, Jembrana, (2) Teknik penentuan informan, penentuan informan dalam penelitian ini yaitu purposive sampling (4) Teknik pengumpulan data, melalui data primer dan data sekunder. (5) Teknik validitas atau teknik keabsahan data, dengan triangulasi data dan (6) Teknik analisis data.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, Candi Bakungan di Bali Barat merupakan peninggalan dari ekspedisi Majapahit yang bertujuan untuk menaklukkan Bali yang di pimpin langsung oleh patih Gajah Mada pada tahun 1343 masehi. Hingga kini Candi Bakungan masih berfungsi sebagai tempat suci atau bangunan suci sehingga terjadi kegiatan keagamaan dari masa lalu hingga masa kini. Candi Bakungan adalah sebuah bangunan candi tipe yang dibangun dengan konstruksi susunan batu, sejenis bangunan candi satu bilik,yang kemungkinan besar mengikuti pola bangunan candi masa Majapahit. Unsur-unsur di Candi Bakungan yang dapat di jadikan sumber belajar sejarah yang semuanya itu mengandung unsur historis, unsur seni , unsur budaya dan unsur religius.
    [Show full text]
  • A B ©Lonely Planet Publications Pty
    ©Lonely Planet Publications Pty Ltd Bali Aga people 190, 327 Lepang 175 Bali Art Festival of Buleleng 26, 228 Lovina 230 407 Bali Arts Festival 26-7, 118 Mawi 37, 283 Bali belly 394 Mawun 11, 283, 11 Bali Bird Park 168-9 Medewi 35, 247-8 Bali bombings 56, 318 Mushroom Bay 123 Bali Botanical Gardens 216 Nusa Dua 100 Bali Kite Festival 27, 110 Obel Obel 284 Bali Orchid Garden 107 Padangbai 185 Bali Safari & Marine Park 174 Pasir Putih 194-5 Bali Spirit Festival 26, 147 Pererenan 89 Bali starlings 168, 253, 360 Pura Masceti 175 A Bali Treetop Adventure Park 216 Purnama 175 Aas 199, 202-3 balian 152, 328 Saba 175 accommodation 5, 13, 366-8, 5, see Balian Beach 34, 246-7 Sanur 107 also individual locations Balinese language 401 Segar 282 costs 366, 367 Bangli 176-7 Selegimpak 123 internet resources 366, 367 banjar 326 Setangi 270 language 397 Banutan Beach 200-1 Siyut 175 activities 33-42, see also individual banyan trees 169, 184, 362 Tanjung Aan 283 activities Banyumulek 347 Tegal Basar 175 Agung Rai Museum of Art 139, 141 bargaining 371 Tegalwangi 95 AIDS 393 Baris 339-40 Ulu Watu 98 Air Nyet 263 Barong & Rangda 339, 25 beauty salons, see also spas air travel basket-weaving 170, 171, 190, 278 Senggigi 265 airports 261, 379, 380, 382 bathrooms 375 Ubud 142-3 to/from Bali & Lombok 379-81 baths, see also hot springs Bebandem 184 within Bali & Lombok 260-1, 382 Air Sanih 226 bedbugs 395 Airlangga, King 311 Sawan 229 Bedugul 215-16 Amed 198-203, 200 Tejakula 205 Bedulu 164 Amlapura 195-6 Tirta Empul 167 beer 334 animals 360-2, see also individual
    [Show full text]
  • Air Suci Dan Dewa Raja
    1 Air Suci Dan Dewa Raja Oleh :Ida Bagus Sapta Jaya, S.S.M.Si NIP. 197410042002121001 Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana Sebagai Pemakalah yang dipresentasikan dalam Diskusi hasil Penelitian Arkeologi Terpadu Indonesia (PATI) 2 yang diselenggarakan di Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur pada tanggal 16 Maret 2013. Kerjasama Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas Hasanuddin, Universitas Udayana dan didukung sepenuhnya oleh Yayasan Arsari Djojohadikusumo. Makalah dipublikasikan di Jurusan Arkeologi Fakultas Sastra Universitas Udayana, 2013. (hal 1-17). I.Pengantar Perdebatan mengenai sejarah Kerajaan Majapahit dari jaman dahulu hingga sekarang masih menyimpan misteri yang mendalam bagi peneliti-peneliti Kerajaan Majapahit. Peneliti Wibowo, 1983 dalam penelitiannya membahas permasalahan “Nagarakertagama dan Trowulan”, membahas dengan mengkhusus kitab Negarakertagama dan lokasi kedaton kota Majapahit di Trowulan. Kitab yang dikaji untuk mengetahui fisik kota Majapahit adalah kitab Negarakertagama. Menurut Wibowo, ada dua sumber utama untuk mengetahui fisik kota zaman Majapahit. Yang pertama adalah kitab Nagarakertagama (=Nag.) yang digubah oleh Prapanca tahun 1365, khususnya pupuh 8-12 ; yang kedua adalah daerah Trowulan di Kabupaten Mojokerto (Jawa Timur) yang hingga kini diperkirakan menjadi lokasi ibukota Majapahit. Namun sayangnya kita masih belum mampu untuk memadukan kedua sumber itu menjadi satu. Tidak satupun hal yang disebutkan Prapanca dapat secara pasti diidentifikasikan dengan salah satu peninggalan arkeologi yang dijumpai di Trowulan dapat kita carikan padanannya dalam Nag. Pembahasan juga menganalisis tokoh sejarah kuna Prapanca, yang cukup banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk menelusuri sejarah Majapahit. Pernah dilakukan usaha untuk menelusuri uraian Prapanca mengenai ibukota Majapahit dengan cara mengadakan ekskavasi di daerah Trowulan, yitu oleh Ir. H. Maclaine Pont (1924 : 36-75, 157-199 ; 1926 : 100-129).
    [Show full text]
  • DIREKTORI KEPARIWISATAAN DENPASAR TAHUN 2018 DINAS PARIWISATA KOTA DENPASAR DENPASAR GOVERNMENT TOURISM OFFICE GRAHA SEWAKA DHARMA Jl
    DINAS PARIWISATA KOTA DENPASAR DENPASAR GOVERNMENT TOURISM OFFICE DIREKTORI KEPARIWISATAAN DENPASAR TAHUN 2018 DINAS PARIWISATA KOTA DENPASAR DENPASAR GOVERNMENT TOURISM OFFICE GRAHA SEWAKA DHARMA Jl. Majapahit No 1 Lumintang Telp. (62-361) 849 5707 Fax. (62-361) 849 5708 E-mail: [email protected] http://pariwisata.denpasarkota.go.id www.balidenpasartourism.com DINAS PARIWISATA KOTA DENPASAR DENPASAR GOVERNMENT TOURISM OFFICE DIREKTORI KEPARIWISATAAN DENPASAR TAHUN 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa / Ida Sang Hyang Widhi Wasa, kami dapat menyajikan “Direktori Kepariwisataan Kota Denpasar 2018”, yang memuat perkembangan kepariwisataan Bali pada umumnya dan Denpasar pada khususnya. Penyajian buku ini bertujuan untuk memberikan informasi kepariwisataan Kota Denpasar guna membantu mereka yang membutuhkan informasi baik untuk kepentingan promosi, akademisi, sektor pariwisata atau usaha, pemerintah dan masyarakat umum. Dalam kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini, kami menyadari bahwa apa yang dihasilkan dan ditampilkan masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu kami sangat perlu mendapatkan kritik dan saran dari semua pihak. Dengan Segala Rasa Hormat Kami Ucapkan Terima Kasih Denpasar, 23 Juli 2018 Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Ir. M.A. Dezire Mulyani, M.Si. DAFTAR ISI Kata Pengantar ........................................................................................................................................................................................
    [Show full text]
  • Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009
    PEMERINTAH PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI BALI TAHUN 2009-2029 DAFTAR ISI BAB I Ketentuan Umum........................................ 10 BAB II Kedudukan, Wilayah Dan Jangka Waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi .......................... 21 BAB III Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Provinsi ................................................... 23 BAB IV Rencana Struktur Ruang Wilayah Provinsi ........... 39 BAB V Rencana Pola Ruang Wilayah Provinsi ................ 83 BAB VI Penetapan Kawasan Strategis Provinsi ............... 136 BAB VII Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Bali .. 145 BAB VIII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang ........... 155 BAB IX Tugas Dan Wewenang ................................... 202 BAB X Peninjauan Kembali Dan Penyempurnaan ........... 204 BAB XI Pengawasan Penataan Ruang .......................... 205 BAB XII Hak, Kewajiban Dan Peran Masyarakat .............. 207 BAB XIII Kelembagaan ............................................ 209 BAB XIV Penyelesaian Sengketa ................................. 210 BAB XV Saksi Administratif ...................................... 210 BAB XVI Ketentuan Penyidikan .................................. 211 BAB XVII Ketentuan Pidana ....................................... 212 BAB XVIII Ketentuan Peralihan .................................... 213 BAB XIX Ketentuan Penutup ...................................... 214 PENJELASAN .............................................................
    [Show full text]
  • Pengaruh Majapahit Pada Bangunan Puri Gede Kaba-Kaba, Tabanan
    PENGARUH MAJAPAHIT PADA BANGUNAN PURI GEDE KABA-KABA, TABANAN Sukawati Susetyo Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, Jalan Raya Condet Pejaten No.4, Jakarta Selatan 12510, Indonesia [email protected] Abstract. Majapahit Influence on the Grand Palace of Kaba-Kaba, Tabanan. Majapahit, as a kingdom, had spread its influence to almost every part of Indonesia such as the western part of Sumatra and the eastern part of the Moluccas, even to our neighbouring countries in Southeast Asia, which were implemented in form of equal partnership (mitra satata). The archaeological remains from the Majapahit period that we can see include sacred and profane buildings, sculptures, reliefs, fragmented and intact potteries and ceramics, and literatures. They bear distinct characteristics, particularly in sacred buildings as well as the styles of reliefs and sculptures. Kaba-Kaba Palace is theremain of Kaba-Kaba Kingdom in Tabanan, Bali, whose king was originated from Majapahit. The aim of this research is to uncover the Majapahit influence on this palace. Furthermore, an attempt was also made to see whether it was built in accordance with Sanga Mandala, a concept used in the building of palaces. The method for this study was carried out by literature study and describing the building elements of the palace that have Majapahit influence, as well as interviewing some sources. The results show that the palace was built based on the sangamandala concept but it has experienced development to accommodate the needs of more recent period. The Majapahit influences on the Kaba-Kaba Palace are seen in the candi bentar (split gate), paduraksa (roofed gate), tantric- style sculptures, the sculptures of tortoise and dragon, and figure with the face of a stranger.
    [Show full text]