Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi Dan Kontemporer
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Opera Batak Sisingamangaraja XII Episode Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Usungan Tradisi dan Kontemporer jurnal tari, teater, dan wayang 1 volume 3 number 2, Enrico Alamo November 2020 page 59 – 71 Rosta Minawati Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Sulaiman Program Studi Televisi dan Film, Fakultas Seni Rupa dan Desain Sherli Novalinda Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan Program Studi Tari, Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Padang Panjang Abstract Batak Opera of Sisingamangaraja XII the Episode of Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi: Carriying out the Tradition and Contemporary. The purpose of research and creation of Batak opera is to revitalize Batak traditional arts. Sisingamangaraja Opera Batak XII, the episode of Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi, results from the research and creation of the Sisingamangaraja XII Batak opera. The creation of Batak opera uses research methods, namely observation, interviews, literature study, and documentation. The working process begins with reading the script, making blocks according to the script, detailing blocking, playing the role/scenes, music, and tutoring, selecting and doing the artistic and lighting creation. Opera Batak was done in contemporary work, including story elements, jokes (amalopas), and even accompaniment (uning-uning). Sisingamangaraja Opera Batak XII, the episode of Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi tells the story of Ugamo Malim in the Dutch colonial era and the family of King Sisingamangaraja XII. The story’s plot consists of; news of the death of King Sisingamangaraja XII, the captivity of the Sisingamangaraja XII family, Ompu Ni Onggung, and Ompu Portahan Batu, who had a grudge against King Sisingamangaraja XII and followers of Ugamo Malim’s teachings. Tortor dance and Cawan dance were created contemporary. Sisingamangaraja Batak Opera XII, the episode of Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi wants to maintain the existence and preserve the traditional arts of the Batak community. Keywords: Batak opera; Sisingamaraja XII; ugamo malim; tortor Pendahuluan Tilhang Parhasapi.Gultom pada tahun 1920 dengan mendirikan Tilhang kelompok kesenian yang dijuluki Parhasapi.Opera Batak adalah kesenian rakyat dari Kelompok ini merupakan cikal Sumatera Utara yang semula bernama dari keberadaan Opera Batak. Tilhang dan Krismus Purba menyatakan kelompoknya yang hanya beranggotakan bahwa perkembangan kesenian Opera tiga orang sebagai pelopor pertunjukan dirintis pertama kali oleh Tilhang Oberlin opera Batak. Misi utama Tilhang saat itu 1 Alamat korespondensi: Program Studi Teater, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Padang Panjang. Jalan Bahder Johan Padang Panjang, Sumatera Barat 27128. Email: [email protected]; HP.: 082171467067. | 59 Received: 5th February 2018 Last revision: 5th March 2018 Enrico Alamo, dkk., Opera Batak Sisingamangaraja XII adalah ingin melakukan propaganda melalui Batak adalah salah satu kesenian yang kesenian kepada penjajahan (Belanda). Secara eksistensinya sudah semakin hilang. Apabila rinci Krismus Purba (2002: 28) menjelaskan terjadi pementasan, hal itu hanya dilakukan bahwa pada awal abad XX, kondisi kesenian oleh beberapa kelompok saja. Semaraknya hanya dilibatkan dalam upacara serta kondisi pementasan opera Batak di masa lalu, masyarakat yang ditekan oleh penjajah. lebih disebabkan oleh keadaan masyarakat Namun demikian, seorang seniman bernama yang pada saat itu belum terimbas pada Tilhang Oberlin Gultom mencetuskan gagasan kemajuan teknologi informasi. Presiden untuk mendirikan kesenian yang ditampilkan Sukarno mengukuhkan nama Opera Seni di luar upacara. Ragam Indonesia, disingkat menjadi “Opera Uraian tersebut diperkuat oleh Siahan Batak Serindo”. Serindo berarti Seni Ragam (1976/1977: 15) dalam bukunya yang me- Indonesia. Nama tersebut adalah pemberian nyatakan bahwa opera tidaklah berjalan mu- dari Presiden Soekarno. Pada tahun 1956, lus. Berbagai upaya dilakukan penjajah untuk Opera Batak Tilhang Serindo resmi dengan menghalangi pertunjukan opera dengan cara Akte Notaris Renatus Lumban Raja tertanggal melarangnya atau mengizinkan berlangsung- Pematang Siantar, 2 April 1956 No. 1. nya pertunjukan namun dengan persyaratan Sejak itu, kelompok opera Batak yang pajak yang amat tinggi. Akan tetapi, dengan lain pun mulai bermunculan. Nama opera tekad kesenimanan yang tinggi, Tilhang pun bukan lagi nama baru sebagai kelompok tidak berhenti berusaha untuk memperta- kesenian tradisional bagi masyarakat Batak. hankan opera, misalnya dengan menggantiTil- Materi cerita yang ada dalam opera adalah hangnama. Parhasapi Selanjutnya, pada tahun 1928 untuk sesuatu yang sangat dekat dengan kehidupan menarik perhatian masyarakat, kesenian masyarakat, yakni sejarah, sosial, kebudayaan, berganti nama menjadi Opera dan politik. Adapun materi ceritanya ada yang Batak. Pertunjukan ini telah dilengkapi de- berupa kisah nyata, legenda, dan ada juga ngan berbagai unsur seni di dalamnya, yakni kiasan atau perumpamaan yang dihadirkan menjadi pertunjukan yang mengandung unsur sekiranya masih relevan dengan problemaparopera musik, lagu, tari, dan cerita. kehidupan masyarakat (Enrico, 2010: 3). Perkembangan opera Batak dari masa Beberapa seniman opera Batak ( ) ke masa mengalami berbagai hambatan, mencoba melakukan upaya revitalisasi opera tidak berjalan lancar, dan sempat menghilang dengan satu pertimbangan bahwa opera turut beberapa tahun dari kancah seni pertunjukan ambil bagian untuk membangun karakter teater rakyat di Indonesia. Krismus Purba manusia serta membentuk kehalusan rasa (2002: 40) juga menyinggung bahwa opera yang berbudi pekerti. Pertengahan tahun Ugamo Malim Horja Bolon Na Parpudi Gambar 1. Penulis bersama Raja Tonggo (Cicit Gambar 2. Proses latihan Sisingamangaraja XII) dan komunitas Parmalim di , di Studio Teater dan GP Hoerijah Adam Medan. (Sumber: Giat Syaililah, 25 Juli dan ISI Padang Panjang. (Sumber: Giat Syaililah, 25 Juli 14 Agustus 2019) dan 14 Agustus 2019) 60 Dance and Theatre Review | volume 3 number 2, November 2020 Parpudi 2002, Asosiasi Tradis Lisan (ATL) merancang tokoh Raja Sisingamangaraja XII tidak satu proyek revitalisasi opera Batak. Proyek hadir di atas panggung. Ia hanya sosok yang ini menghasilkan satu grup percontohan diceritakanUgamo dalam Malim berbagai Horja adegan Bolon Na peristiwa. Parpudi dengan nama grup Opera Silindung. Grup Lakon opera Batak Sisingamangaraja XII inilah kemudian turut membangkitkan opera episode Batak sampai pada tahun 2004 (wawancara lebih banyak menceritakan keberadaan dan Thompson HS, tanggal 20 Oktober 2018). Pada perkembangan Ugamo Malim di zaman tahun 2005 di Pematang Siantar, seniman penjajahan Belanda. Ugamo Malim merupakan opera Batak, Thompson HS yang juga salah ajaran-ajaran tentang kehidupan di masa Raja satu bagian dari proyek revitalisasi opera Sisingamangaraja XII. Malim dan Imam adalah Batak, mendirikan Pusat Latihan Opera ajaran. Raja Sisingamangaraja XII menamakan Batak (PLOt) bersama Lena Simanjuntak, dirinya sebagai Raja Nasiakbagi-PatuanMulajadi Raja Sitor Situmorang, dan Barbara Brouwer. NabolonMalim yang mengajarkan titah menyembah Kehadiran Pusat Latihan Opera Batak (PLOt) dan memuja sang pencipta ( ini tidak membuat opera Batak sekadar ). Kisah Ugamo Malim dalam masa proyek revitalisasi, tetapi menjadi media atau penjajahan ini dirancang dengan berbagai alternatif untuk memperkenalkan opera Batak adegan, antara lain tentang kabar tewasnya pada kalangan yang lebih luas. Raja Sisingamangaraja XII, tentang keluarga Opera Batak bukanlah kesenian yang baku. Sisingamangaraja XII yang ditawan, tentang Pertumbuhannya dari masa ke masa banyak Ompu Ni Onggung dan Ompu Portahan mengalami perubahan (perkembangan). Batu yang memiliki dendam pada Raja Dari segi unsur cerita yangamalopas semula tidak Sisingamangaraja XII, tentang pengikut ajaran menggunakan naskah, kini sudah tergantung Ugamo Malim yang belum menerima kenyatan dengan naskah; lawakan ( ) yang kepergian Raja Sisingamangaraja XII, tentang biasanya bagian terpisah dari cerita, kini peperangan melawan kolonial Belanda, dan merupakanuning-uningan bagian penting dari adegan tentang upacara Ugamo Malim. opera. Demikian halnya pada musik iringan Naskah opera Batak ditulis oleh Tompson ( ), lagu-lagu yang dimainkan Parningotan Hutasuhut yang lebih dikenal banyak menggunakan syair-syair di luar opera dengan nama Thompson HS. Naskah opera itu sendiri. Konsistensi yangulos dijaga adalah tortorini mengalami beberapa penyuntingan yang struktur dan kostum setiap pertunjukan opera dilakukan oleh Sulaiman Juned. Gerakan Batak wajib menggunakan . dalam opera Batak digarap oleh TongtangHal tersebut I Tano dapat Batak ditemui dalam garapanUgamo koreografer Sherli Novalinda. Penggarapan Malimopera BatakHorja BolonSisingamangaraja Na Parpudi. XII, episode tari seecara kontemporer. Gerakan tortor dan episode diterjemahkantortor berdasarkan peristiwa dan Dua garapan ditempatkan sebagai pengisi transisi adegan. opera Batak ini hasil penelitian, penciptaan, Gerak dihadirkan lewat pencariantortor dan penyajian seni hibah skim P3S pendanaan dan proses eksplorasi tubuh berdasarkan tahun 2018 dari DRPM DIKTI. Kedua episode situs-situs kebatakan. Di samping itu, hasil karya tersebut tetap menjaga pakem (tari batak) tetap hadir sebagai pembukauning- opera Batak. Perbedaan duaTongtang garapan I padaTano uningandan penutup cerita opera. Ansamble lain Bataktema cerita yang diusung. Pada opera Batak pada opera ini taganingadalah musik iringan ( Sisingamangaraja XII, episode ) dan ilustrasi. musik yang