LAMPIRAN 1

Sinopsis Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono

Suti adalah seorang perempuan yang dengan enteng tetapi tegar menyaksikan dan menghayati proses perubahan masyarakat pramodern ke modern yang dijalaninya ketika bergerak dari sebuah kampung pinggir kota ke tengah- tengah kota besar. Ia bergaul dengan gerombolan pemuda berandalan maupun keluarga priyayi tanpa merasa kikuk, dan melaksanakan apa pun yang bisa mendewasakan dan mencerdaskan dirinya. Suti terlibat dalam masalah yang sangat rumit dalam keluarga Den Sastro, yang sulit dibayangkan ujung maupun pangkalnya. LAMPIRAN 2

BIOGRAFI PENGARANG

Indonesia patut bangga memiliki pujangga yang terkemuka seperti Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal dari puisi-puisi ciptaannya yang sederhana namun penuh makna. Tidak hanya puisi, beliau juga membuat karya- karya lain seperti novel salah satunya yang berjudul “Suti” yang diterbitkan pada tahun 2015.

Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di , 20 Maret 1940 dan berkebangsaan . Beliau kerap mendapat panggilan dari singkatan namanya yaitu, SDD. Sapardi Djoko Damono lulusan SMP Negeri 2 Surakarta pada tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958. Pada masa mudanya tersebut beliau sudah mulai menulis beberapa karya yang dikirimkan ke majalah- majalah. SDD kuliah di Universitas Gadjah Mada, jurusan Bahasa Inggris.

Tahun 1973, Sapardi Djoko Damono pindah dari ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Beliau sejak tahun 1974 juga mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tetapi kini telah pensiun. Sapardi Djoko Damono juga pernah menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar.

Banyak penghargaan yang di terima Sapardi Djoko Damono pada 1986 mendapat anugerah SEA Write Award. Tahun 2003 mendapat penghargaan Achmad Bakrie ia seorang pendiri dari Yayasan Lontar. Kemudian Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri.

Karya SDD berupa sajak-sajak telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa daerah. SDD tidak hanya aktif dalam menulis puisi,ia juga menulis cerita pendek. Selain itu, SDD juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel disurat kabar. Beberapa puisinya sangat terkenal dan banyak orang yang mudah mengenalinya, seperti “Aku Ingin”, “Hujan Bulan Juni”,”Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”. Puisi-puisi tersebut populer sebagian besar disebabkan oleh musikalisasi mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiarno, dan Ari Malibu. Dari musikalisai yang terkenal tersebut, album yang terkenal yang dibawakan oleh Reda dan Tatyana yang tergabung dalam duet “Dua Ibu”. Selain itu ada pula Ananda Sukarlan pada tahun 2007 yang juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD.

Dibawah ini adalah karya-karya Sapardi Djoko Damono berupa kumpulan puisi dan beberapa esai.

Sastra

• Duka-Mu Abadi (1969) • Lelaki Tua dan Laut (19973; terjemahan karya ) • Mata Pisau (1974) • Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis) • Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan) • Lirik Klasik Paris (1977; terjemahan) • Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya) • Perahu Kertas (1983) • Sihir Hujan (1986; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia) • Water Color Poems (1986; transleted by J.H McGlynn) • Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn) • Afrika yang Resah (1988; terjemahan) • Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F Brissenden dan David Broks) • Hujan Bulan Juni (1994) • Black Magic Rain (translated by Hanry G Aveling) • Arloji (1998) • Ayat-ayat Api (2000) • Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen) • Mata Jendela (2002) • Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002) • Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen) • Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an-1910an)” (2005; salah seorang penyusun) • Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia) • Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn) • Kolam (2009; kumpulan puisi) • Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi) • Namaku Sita (2012; kumpulan puisi) • The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos “I La Galigo” terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John Mc Glyan) • Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak- sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi) • Trilogi Soekram (2015; novel) • Hujan Bulan Juni (2015; novel) • Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015) • Suti (2015, novel) • Pingkan Melipat Jarak (2017; novel) • Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel)

Musikalisasi Puisi

Musikalisasi puisi karya SDD pada tahun 1987 beberapa mahasiswa membantu program pusat bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia. Pada saat itu terciptalah musikalisasi Aku Ingin oleh Ags Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh Umar Muslim. Kemudian Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari soundtrack “Cinta dalam Sepotong Roti” pada tahun 1991, yang dibawakan oleh Ratna Octaviani.

Beberapa waktu kemudian, lahir album “Hujan Bulan Juni” (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet antara Reda Gaudion dan Ari Malibu merupakan bagian dari sejumlah penyanyi yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian album “Hujan Dalam Komposisi” menyusul yang dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama.

Banyaknya permintaan akhirnya album “Gadis Kecil” pada tahun 2006 diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yaitu Reda Gaudiarno dan Tatyana, kemudian dilanjutkan oleh album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 200 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi Sapardi Djoko Damono serta karya beberapa penyair lain.

Nonsastra

• Sastra Lisan Indonesia (1983), ditulis bersama dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN. • Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan • Dimensi Mistik dalam Islam (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis. • Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia (2004), salah seorang penulis. • Sosiologi Sastra : Sebuah Pengantar Ringkas (1978). • Politik Ideologi dan Sastra Hibrida (1999). • Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (2005). • Babad Tanah Jawi (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939). • Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2014), buku apresiasi puisi. • Alih Wahana (2013) • Kebudayaan (Populer) (di Sekitar) Kita (2011) • Tirani Demokrasi (2014)

LAMPIRAN 3

KORPUS DATA

TABEL INSTRUMEN PENJARIANGAN DATA

NO KODE DATA DATA DESKRIPSI PEMAKNAAN (PNM/hnp/na/72) Hanya beberapa hari Sastro perlop, dan waktu Pak Sastro mengajak Suti nonton Suti merasakan yang sempit itu dimanfaatkannya untuk pergi wayang orang di Gading dengan kehangatan tubuh laki- kesana ke mari, katanya ada urusan kantor. naik becak Sarno suami Suti. laki setengah baya itu Pernah pada suatu hari Pak Sastro Pulang nonton mereka bertiga ketika duduk mengajaknya nonton wayang orang di Gading, mampir makan nasi tumpeng berhimpitan di becak. di rumah seorang Kanjeng, pakai becak Sarno. Mbok Wido yang bukanya jam 10 Dekat kanjengan itu ada sebuah warung nasi malam. Sepanjang jalan Pak tumpeng Mbok Wido yang sangat terkenal, Sastro banyak bercerita tentang yang baru buka jam 10 malam; pulang nonton apa yang dialaminya di Jakarta. mereka bertiga makan di sana. Sepanjang Suti yang duduk di sebelah Pak jalan panjang – Tungkal terletak di bagian Sastro melakukan perbuatan yang utara kota, Kanjengan itu bagian selatan – tidak sesuai dengan hati Sastro ngoceh macem-macem tentang apa nuraninya, dimana dia merasakan yang dialaminya di Jakarta. Sarno hanya kehangatan tubuh laki-laki yang bilang inggih-inggih saja sambil mengayuh bukan suaminya tanpa ada becak, dan Suti merasakan kehangatan tubuh perasaan menyesal dalam dirinya laki-laki setengah baya itu ketika duduk selaku pembantu di rumah Pak berhimpitan di becak. Bau keringatnya sama Sastro. sekali berbeda dengan tubuh Dewo maupun Kunto.

2 (PNM/hnp/na/78) Setelah sepenuhnya sadar, Sastro dipapahnya Suti melakukan perbuatan tidak Suti menciumnya masuk kamar. Suti menciumnya berkali-kali, sesuai hati nurani ketika dia berkali-kali, mengambil mengambil air untuk melap darah yang mencium Pak Sastro berkali-kali. air untuk melap darah berceceran dari mulutnya. Ia tahu, ini bukan Pak Satro dalam keadaan lemas yang berceceran dari kethoprak bukan wayang bukan film. Ini karena dia baru saja di keroyok mulutnya tindakan sewenang-wenang atas seorang oleh tamu yang datang ke ksatria yang mungkin telah berbuat keliru rumahnya. Rumah dalam keadaan dalam hidupnya. Dalam keadaan apa pun Suti sepi istri dan anaknya sedang tidak pernah menangis, tetapi sekali ini ia tidak di rumah hanya Pak Sastro mati-matian berusaha untuk menggagalkan dan Suti di rumah itu. Suti tangisannya agar tidak repot dan menambah menerima kenyataan bahwa kesedihan Sastro. Lelaki itu menatapnya terdapat hal-hal yang tidak dapat dengan pandangan yang aneh, yang sulit dia pahami dalam tindakan yang sekali ditebak maksudnya. Namun, dia lakukan dengan Pak Sastro. perempuan yang kini sudah dewasa itu mulai Data ini merupakan perbuatan menerima kenyataan bahwa memang ternyata yang dilakukan tidak sesuai ada hal-hal yang tidak mungkin bisa dengan hati nurani. dipahami.

3 (PNM/hnp/na/89) Pikiran Suti segera melesat ke kuda pejantan Suti sangat tergila-gila pada Pak Tetapi Bapak bukan yang selalu diundang Pak Mangun untuk Sastro yang menurutnya bukan pejantan, ia memang mematil kuda betinanya. Itu salah satu hanya pejantan tetapi Pak Sastro jantan! Begitu selalu dongeng yang tetap melekat di nuraninya. memang jantan. Perbuatan katanya kepada dirinya Tetapi Bapak bukan pejantan, ia memang demikian tidak sesuai dengan hati sendiri. jantan! Begitu selalu katanya kepada dirinya nurani yang seharusnya Suti sendiri. Ia sekarang merasa tidak beda sebagai istri sah Sarno tidak dengan perempuan lain di desa itu yang mengagungkan majikannya pasrah pada tatapan Sastro. Bedanya jelas: ia sebagai laki-laki yang memang tidak perlu bantuan calo untuk mendapatkan jantan menurutnya. Dengan ayah Kunto,lelaki itu yang jelas-jelas demikian data ini menunjukkan menginginkannya. bagaimana perbuatan Suti yang tidak sesuai dengan hati nuraninya. 4 PMN/hnp/na/92 Juga naluri semacam itu tidak pernah Suti yang statusnya sudah Suti memaksakan diselesaikannya dengan Kunto. Malam itu, menikah keluar nonton film dirinya untuk sehabis nonton film, Kunto mengajaknya ke dengan anak majikannya dan menganggap tindakan sebuah losmen murahan di depan stasiun menerima saja saat Kunto itu sebagai perangai Balapan. Dalam kamar berdua, Kunto tidak mengajaknya menginap di sebuah ksatria pewayangan menunjukkan rasa gemas apa pun losmen murah. Mereka hanya meskipun ia menghadapinya sendirian. Kunto hanya berdua dalam kamar tersebut. sepenuhnya sadar menatapnya dengan cara yang menyebabkan Bahkan Suti dalam pikirannya bahwa yang Suti mendadak merasa kasihan padanya. Kunto adalah ksatria pewayangan. dihadapinya bukan Bahkan ketika ia merebahkan diri di Perbuatan yang dilakukan Suti boneka kulit pangkuannya, lelaki muda itu jelas kelihatan tidak sesuai dengan hati nuraninya kikuk dan hanya mengelus-elus rambutnya. sebab dia tidak merasa menyesal Suti memaksakan dirinya untuk menganggap pergi nonton dengan Kunto dan tindakan itu sebagai perangai ksatria bermalam berdua di sebuah pewayangan meskipun ia sepenuhnya sadar losmen, tanpa perasaan takut atau bahwa yang dihadapinya bukan boneka kulit gelisah karena dia sudah bersuami. 5 (PNM/hnp/na/128) Mendengar penjelasan Pak Sastri dalam Suti ingin berlama-lama di Jakarta Sebelumnya ia situasi demikian itu, Suti merasa lega sekali. bersama Pak Sastro, Suti sebagai mengharapkan bisa Sebelumnya ia mengharapkan bisa berlama- pembantu dari Pak Sastro bukan berlama-lama di Jakarta lama di Jakarta bersama Pak Sastro, tetapi hanya mengabdi tenaganya untuk bersama Pak Sastro, rupanya sudah ada perempuan lain yang beliau tetapi juga memberikan tetapi rupanya sudah merawatnya selama ini, dan yang tentu akan tubuhnya untuk Pak Sastro. Tanpa ada perempuan lain siap terus merawatnya. Ketika itu juga perasaan menyesal sedikitpun yang merawatnya didengarnya usul atau pernyataan dari sebab dia meninggalkan suaminya selama ini, dan yang perempuan itu agar Kunto dan Suti tinggal di desa karena dia harus tentu akan siap terus beberapa hari di rumah kontrakan. mengantarkan Pak Sastro ke merawatnya. Dikatakannya ia harus pulang kekampungnya Jakarta, bahkan dia ingin berlama- di Sawangan menghadiri perkawinan lama di kota tersebut. tetangganya. 6 (PNM/hnp/na/74) Dan pemain kethoprak ini ngajak Suti ikut Suti sebagai tokoh utama tergila- Suti bukan Roro memaikan peran Roro Mendut yang harus gila dengan Prabu Kresno atau Mendut. Ia menuruti perintahnya. Suti bukan Roro Pak Sastro dari awal Suti membayangkan dirinya Mendut. Ia membayangkan dirinya putri melihatnya. Suti sudah bersuami putri wayang kulit wayang kulit yang sejak pertama melihatnya dan Pak Sastro sudah memiliki yang sejak pertama sekilas tergila-gila sama Prabu Kresno – istri yang sekaligus majikan Suti, melihatnya sekilas meskipun sekarang ia tahu itu, bahwa watak namun hal tersebut tidak tergila-gila sama Prabu lelaki itu ternyata mirip pemain kethoprak. mengurangi kekaguman dia Kresno – meskipun terhadap Pak Sastro. Tokoh utama sekarang ia tahu itu, melakukan perbuatan yang tidak bahwa watak lelaki itu sesuai dengan penilaian baik ternyata mirip pemain sebab dia membayangkan dirinya kethoprak. putri wayang kulit yang tergila- gila dengan Prabu Kresno, hal tersebut tidak baik untuk dilakukan Suti sebab dia sudah bersuami dan Suti juga tidak memikirkan perasaan istri Pak Sastro.

7 (PNM/hnp/na/96) Pikirannya malah tertuju kepada Kunto, Kejadian selama Suti hanya Ia ingin sekali Kunto bukan Pak Sastro. Bukan juga Dewo atau Bu berdua di rumah menjaga Pak berada diantara mereka Sastro. Ia ingin sekali Kunto berada diantara Sastro selama istri dan anaknya saat itu dan mereka saat itu dan menolongnya keluar kota. Suti telah melakukan menolongnya menjelaskan apa yang harus dilakukannya tugasnya sebagai pembantu tetapi menjelaskan apa yang dalam keadaan semacam itu itu. Ia ingin dia juga melakukan perbuatan harus dilakukannya Kunto memeluknya sambil mengatakan, Sut, tidak sesuai dengan penilaian dalam keadaan lepaskan semua dari pikiranmu garis warna- baik, sebab telah terjadi sesuatu semacam itu itu. Ia warni yang silang-menyilang dibenakmu itu. terhadap Suti dan Pak Sastro. ingin Kunto Perselingkuhan mulai terjadi memeluknya sambil antara Suti dan Pak Sastro, mengatakan, Sut, perbuatan ini jelas tidak baik, Suti lepaskan semua dari juga masih mengharapkan pikiranmu garis kehadiran Kunto anak dari warna-warni yang majikannya agar bisa silang-menyilang memeluknya dan bisa dibenakmu itu. menenangkannya.

8 (PNM/hnp/na/148) Suti makin merapatkan tubuhnya ke Kunto Situasi saat perjalanan pulang dari Suti makin merapatkan sehingga orangtua yang duduk dibangku Jakarta ke Solo, Suti dan Kunto tubuhnya ke Kunto depannya pura-pura memejamkan mata. naik kereta api berdua. Kondisi sehingga orangtua Perempuan muda itu tiba-tiba saja teringat dimana Suti merapatkan tubuhnya yang duduk dibangku pada Sastro, Sedang apa Bapak sekarang ke Kunto layaknya sepasang depannya pura-pura dengan Enih, ya? Ia berusaha keras kekasih adalah perbuatan yang memejamkan mata. memejamkan matanya, tetapi pikirjannya tidak sesuai dengan penilaian baik Perempuan muda itu malah menjadi tidak jelas arahnya. Kata-kata dimana dia melupakan statusnya tiba-tiba saja teringat Kunto yang baru saja saja itu menghidupkan sebagai istri Sarno dan seolah dia pada Sastro, Sedang lagi impian untuk hidup bersamaya, yang sedang menjalin kasih dengan apa Bapak sekarang selama ini di Jakarta terasa semakin samar. laki-laki lain. Suti juga dengan Enih, ya? memikirkan apa yang sedang Pak Sastro lakukan dengan Enih pembantu Pak Sastro di Jakarta sebab mereka sangat dekat, Suti sama sekali tidak memikirkan suaminya, hal ini sudah tidak sesuai dengan penilaian baik.

9 (PNM/hns/na/76) Setiap kali sendirian bersama ayah Kunto Kebiasaan Suti saat di rumah Di sebelah selatan dirumah, suti berusaha mati-matian untuk majikannya hanya berdua dengan makam ada sebuah mengusir bayangan-bayangan yang terus Pak Sastro dia sering mengusir masjid, tetapi memburunya sejak kecil ketika ia suka pikiran yang mengarah pada seingatnya tidak menonton upacara patilan kuda Kang pernyataan bahwa Pak Sastro pernah ada ceramah di Mangun. Pak Sastro bukan pejantan, dia benar-benar jantan. Suti rumah ibadah itu yang benar-benar priayi jantan! Begitu selalu mengatakan demikian karena Pak menyinggung masalah katanya kepada dirinya sendiri sambil Sastro telah menunjukkan tersebut. Jauh dari mengusap peluh. Tidak pernah kejantanannya pada Suti. bayangan orang desa dimasalahkannya apakah tidak adanya orang Hubungan antara majikan dan barangkali, atau malah rumah yang lain merupakan dosa yang pasti pembantu tersebut seolah-olah sebaliknya, begitu akan menyeretnya ke neraka atau justru hanyalah aib kecil yang mereka dekat dan sudah berkah yang sudah sepantasnya disyukuri. berdua perbuat. Masjid dekat menjadi bagian tak Semakin menjadi dewasa, semakin sulit kediaman Pak Sastro pun tidak terpisahkan sehingga tampaknya ia menjawab pertanyaan semacam pernah menyiarkan ceramah tidak ada perlunya itu. Di sebelah selatan makam ada sebuah tentang perbuatan tidak terpuji dimasalahkan. masjid, tetapi seingatnya tidak pernah ada tersebut. ceramah di rumah ibadah itu yang menyinggung masalah tersebut. Jauh dari bayangan orang desa barangkali, atau malah sebaliknya, begitu dekat dan sudah menjadi bagian tak terpisahkan sehingga tidak ada perlunya dimasalahkan.

10 (PNM/hns/na/100) “Bu Sastro tidak menjelaskan mengapa ia Kepercayaan akan hal mistik Siapa tahu Mbah tidak bisa mengantar suaminya. Dewo sangat kuat di lingkungan tempat Parmin bisa menolong mungkin tahu alasannya, tetapi Suti hanya tinggal Suti. Hal tersebut menghubungi Mas bisa menebak-nebak saja – Yang pasti melanggar larangan Tuhan dalam Kunto, demikian keliru, katanya kepada diri sendiri. Yang agama islam. Selaku umat pikiran Suti. diinginkannya hanya satu, yakni kehadiran beragama islam dilarang Kunto. Tetapi itu tidak mungkin, sebab mempercayai hal-hal mistik keluarga Sastro tidak bisa dengan cepat seperti mempercayai kuburan. Bu menghubunginya. Siapa tahu Mbah Parmin Sastro sangat meyakini akan bisa menolong menghubungi Mas Kunto, keajaiban dari kuburan Mbah demikian pikiran Suti. Perempuan muda Parmin yang sangat diagung- pengagum John Wayne itu tidak percaya agungkan oleh beberapa orang. pada kekuatan gaib semacam itu, tetapi Suti selaku pembantu Bu Sastro bahkan Bu Sastro pernah didengarnya juga menyakini bahwa Mbah menyebut-nyebut nama Mbah Parmin Parmin dapat mengabulkan ketika ada masalah genting tempo hari. keinginanya. Keadaan yang Masalah apa, ia lupa. Dan banyaknya demikian menyimpang sebab Suti peziarah bahkan dari kota lain yang datang meminta keinginannya dikabulkan kemakam untuk meminta berkah kepada kepada makam Mbah Parmin veteran perang itu menggoyahkan bukan berdoa dan meminta kepandaiannya dalam mata pelajaran kepada Tuhan. menghitung”.

11 (PNM/tj/ke/na/51) Suti masih makan di dapur, dalam Perbuatan yang melanggar Sudah lama Suti harus benaknya bergantian muncul wajah-wajah hubungan pernikahan. Di dalam menerima kenyataan Pak Sastro, Kunto, dan kini tambah Dewo data ini menceritakan bahwa bahwa lelaki itu sedang main koboi-koboian bersama John tokoh utama tidak pernah sebenarnya ‘pacar’ Wayne – persis seperti dalam film yang memikirkan suaminya, dia lebih ibunya. Beberapa kali pernah ditontonnya dengan Kunto di memikirkan majikannya yaitu Pak dipergokinya mereka gedung bioskop. Tetapi mas Dewo gak suka Sastro, Kunto, dan Dewo yang dia melakukan adegan nonton, pikirnya. Ia merasa ada yang bayangkan menjadi lakon koboi- yang hanya pantas terbakar dalam dririnya. Bukan, bukan koboian di dalam pikirannya. untuk suami istri. Sarno yang menyulut dirinya. Sudah lama Menurut Suti suaminya bukan Kepada Tomblok ia Suti harus menerima kenyataan bahwa tanggung jawabnya lagi bahkan pernah bilang akan lelaki itu sebenarnya ‘pacar’ ibunya. Suti sudah lama mengetahui minta diceraikan saja Beberapa kali dipergokinya mereka hubungan dekat antara suami dan oleh Sarno. melakukan adegan yang hanya pantas untuk ibunya yang tidak wajar tersebut. suami istri. Kepada Tomblok ia pernah Suti juga pernah ingin minta bilang akan minta diceraikan saja oleh diceraikan saja oleh suaminya, Sarno. tetapi keinginan tersebut tidak juga terpenuhi.

12 (PNM/tj/ke/na/58) Perempuan muda itu merasa telah menjadi Perbuatan yang melanggar Sama sekali tidak susah-senang Bu Sastro, tampaknya. Ia hubungan pernikahan. dalam data pernah ia menanyakan pulang ke rumah ibunya kalau pekerjaan di ini menceritakan mengenai kepada mertuanya keluarga Sastro selesai, biasanya habis perbuatan Suti yang tidak pernah tentang Suti. Suti juga makan malam, hanya untuk tidur – hampir ada waktu untuk berdekatan memilih menganggap selalu sendirian. Sarno suka tidur di lincak dengan suaminya, pulang kerja sarno lebih menjadi depan rumah. Di dalam panas, katanya dia selalu tidur sendirian tanpa urusan ibunya. Ibunya bikin alasan. Kalau tidak sedang nukang ia ditemani suami, kondisi tersebut menyukai sikap selalu mengantar Parni ke Klewer untuk terjadi karena Sarno sudah demikian, itu sebabnya makelaran, jenis kerja yang tampaknya juga memiliki kehidupannya sendiri ia menyerahkan saja sesuai dengan lelaki itu. Mangkal di pasar dengan mertuanya. Suti juga anak perempuannya itu ia mudah mendapat penumpang yang sudah menganggap suaminya mengabdi keluarga selesai belanja. Sama sekali tidak pernah ia sudah menjadi urusan ibunya Sastro yang rumahnya menanyakan kepada mertuanya tentang bukan urusan Suti lagi. Suti hanya berjarak tidak Suti. Suti juga memilih menganggap sarno memilih lebih mengurus lebih beberapa ratus lebih menjadi urusan ibunya. Ibunya majikannya daripada mengurus meter saja dari tempat menyukai sikap demikian, itu sebabnya ia suaminya. tinggalnya. menyerahkan saja anak perempuannya mengabdi keluarga Sastro yang rumahnya hanya berjarak tidak lebih beberapa ratus meter saja dari tempat tinggalnya.

13 (PNM/tj/ke/na/67) Bioskop, Tape Ayu, Balekambang, dan Perbuatan yang melanggar Bioskop, Tape Ayu, Sriwedari berkeliaran dalam pikirannya – hubungan pernikahan yang Balekambang, dan Sarno tidak tampak meskipun kadang-kadang dilakukan oleh Suti. Dalam data Sriwedari berkeliaran ia berusaha mencarinya, sekedar ini menceritakan mengenai Suti dalam pikirannya – membayangkan sedang berbuat apa leleki itu yang seolah-olah sudah benar- Sarno tidak tampak dengan ibunya. Laki-laki itu sudah menjadi benar melupakan suaminya, meskipun kadang- benda asing dalam hidupnya. Ketika dipeluk bahkan dalam pikirnya tidak kadang ia berusaha Bu Sastro itulah disadarinya bahwa pernah nampak sosok Sarno mencarinya, sekedar sebenarnya Sarno tidak pernah dikenalnya. terlintas dalam pikirannya. membayangkan sedang Lelaki itu milik ibunya meskipun tak bisa Suaminya sudah menjadi benda berbuat apa leleki itu dijelaskanya, bahkan kepada dirinya sendiri, asing bagi Suti sebab dia jarang dengan ibunya. Laki- mengapa demikian. Yang kadang-kadang bertemu dan bermesraan dengan laki itu sudah menjadi lamat-lamat terbayang olehnya ialah bahwa suaminya. Suti yang bekerja di benda asing dalam desanya adalah dunia yang bertolak belakang rumah Bu Sastro banyak hidupnya. dengan negeri mahaluas milik John Wayne, menghabiskan waktu di rumah sang koboi, yang duduk di atas kuda sehabis majikannya tersebut, sedangkan menuntaskan tugasnya, lalu memacunya di suami Suti banyak menghabiskan jalan berdebu di tanah tandus dan kering. waktu bersama mertua di pasar kerja makelaran, kondisi tersebut yang membuat Suti berbuat semaunya tanpa adanya kontrol dari sang suami.

14 (PNM/tj/ke/na/87) Apa aku ini memang goblok? Tanya Suti Perbuatan Suti yang melanggar Apa aku ini memang kepada dirinya sendiri. Kalau dipikir bahwa ia hubungan pernikahan dimana dia goblok? Tanya Suti Diam-diam mencintai Kunto, orang boleh mencintai laki-laki lain yang kepada dirinya sendiri. bilang bahwa ia golok. Pepatah kadul bukan suaminya. Data ini Kalau dipikir bahwa ia menjelaskan hal itu sebagai pungguk menceritakan Suti dalam posisi Diam-diam mencintai merindukan bulan. Tetapi kalau dalam sulit dimana dia diam-diam Kunto, orang boleh kenyataannya Kunto mungkin diam-diam mencintai Kunto anak majikannya bilang bahwa ia golok. mencintainya juga, tidaklah sepenuhnya benar sedangkan statusnya masih Pepatah kadul bahwa ia goblok. Mungkin goblok dan goblok sebagai istri Sarno. Suti tidak menjelaskan hal itu adalah dua hal berbeda, tetapi Suti tidak hanya diam-diam mencintai sebagai pungguk pernah sekilas pun memikirkannya. Dan Kunto tetapi dia juga melakukan merindukan bulan. ketika kemudian dia menyadari kenyataan perselingkuhan dengan ayah Tetapi kalau dalam bahwa Pak Sastro ternyata juga diam-diam Kunto yaitu Pak Sastro perbuatan kenyataannya Kunto ingin mendapatkannya, dan berhasil – terbukti itu mereka lakukan ketika Pak mungkin diam-diam dari apa yang terjadi malamnya sehabis Prabu Sastro waktu itu tiba-tiba diserang mencintainya juga, Kresno kena pukul rame-rame hari itu – maka oleh orang yang tidak dikenal dan tidaklah sepenuhnya lema ‘goblok’ mungkin harus dihapsukan dari kejadian saat itu membuat mereka benar bahwa ia goblok. kamus Tomblok. Pikirannya yang melayang- berdua melakukan perbuatan layang mendadak terhenti ketika Tomblok layaknya suami istri, perbuatan melanjutkan kabar burung gagak. tersebut jelas melanggar hubungan pernikahan sebab Suti masih istri sah Sarno namun dia berani melakukan perbuatan tersebut.

15 (PNM/tj/ke/na/58) Perempuan muda itu merasa telah menjadi Suti yang bekerja menjadi Perempuan muda itu susah senang Bu Sastro, tampaknya. Ia pembantu di rumah Bu Sastro dia merasa telah menjadi pulang kerumah ibunya kalau pekerjaan merasa mendapatkan kasih sayang susah senang Bu selesai, biasanya habis makan malam, hanya dan perhatian dari majikannya Sastro, tampaknya. Ia untuk tidur – hampir selalu sendirian. Sarno tersebut. Perhatian yang Bu Sastro pulang kerumah ibunya suka tidur di lincak depan rumah. Di dalam berikan kepada Suti melebihi kalau pekerjaan panas, katanya bikin alasan. Kalau tidak perhatian yang didapatkan dari selesai, biasanya habis sedang nukang ia selalu mengantar Parni ke ibu kandungnya. Suti merasa makan malam, hanya Klewer untuk makelaran, jenis pekerjaan nyaman berada di rumah Bu untuk tidur – hampir yang tampaknya juga sesuai dengan lelaki itu. Sastro, kondisi ini menyebabkan selalu sendirian. Sarno Mangkal di pasar itu ia mudah mendapat Suti kurang perhatian pada ibu suka tidur di lincak penumpang yang selesai belanja. Sama sekali dan suaminya, bahkan bagi Suti depan rumah. Di dalam tidak pernah ia menanyakan kepada suaminya sudah menjadi tanggung panas, katanya bikin mertuanya Suti. jawab ibunya bukan tanggung alasan. Kalau tidak jawab Suti lagi. Hal demikian sedang nukang ia melanggar tata norma garis selalu mengantar Parni keturunan dalam keluarga karena ke Klewer untuk Suti sudah nyaman dengan makelaran, jenis keluarga Bu Sastro bahkan sudah pekerjaan yang menganggap keluarga majikannya tampaknya juga sesuai tersebut keluarga barunya. dengan lelaki itu.

16 (PNM/tj/ke/na/59) Demikianlah, Suti merasa telah pindah Kehidupan yang dijalani Suti Demikianlah, Suti rumah - mungkin ‘pindah keluarga’ istilah dalam keluarga Sastro sudah merasa telah pindah yang lebih tepat. Sebulan sekali Bu Sastro seperti pindah keluarga, sebab rumah - mungkin mengajaknya kepertokoan di Coyudan untuk Suti banyak menghabiskan waktu ‘pindah keluarga’ beli ini-itu, mampir ke Toko Abon bersama dengan keluarga istilah yang lebih tepat. tampaknya suatu keharusan. Yang majikannya. Bukan hanya sering Sebulan sekali Bu mengantarkan selalu Sarno, kalau dia lagi menghabiskan waktu bersama, Sastro mengajaknya tidak nukang. Suti selalu mendapat bagian Suti juga mendapatkan kasih kepertokoan di abon kalau makan, tetapi lauk yang sayang dan perhatian dari Coyudan untuk beli didoyaninya terutama dendeng. Sesekali majikannya. Bu Sastro sangat ini-itu, mampir ke kalau masuk Toko Obral, sebuah toko serba menyayangi Suti sebab semua Toko Abon tampaknya ada, Bu Sastro membelikannya kutang atau anak Bu Sastro laki-laki dan suatu keharusan. Yang bahkan celana dalam. Dan kadang-kadang sering sibuk dengan dunianya mengantarkan selalu juga rok. Ia suka berpikir barang-barang masing-masing, ketika Suti hadir Sarno, kalau dia lagi semacam itulah yang menjadikan perempuan Bu Sastro sangat bahagia karena tidak nukang. Suti kota tampak cantik. Sejak ikut keluarga dia bisa merasakan mempunyai selalu mendapat bagian Sastro tidak pernah lagi ia mecuci anak perempuan. Kondisi tersebut abon kalau makan, pakaiannya di sungai. Sabun sunlight dan air menyebabkan Suti tidak lagi tetapi lauk yang sumur cocok untuk pakaiannya – dan Bu memperhatikan keluarganya didoyaninya terutama Sastro sama sekali tidak keberatan kalau ia sendiri, hal tersebut melanggar dendeng. Sesekali mencuci bajunya bersama-sama dengan tata norma garis keturunan kalau masuk Toko pakaian keluarga itu. dimana seorang anak seharusnya Obral, sebuah toko mengurus ibu kandungnya dan serba ada, Bu Sastro mengurus suaminya. membelikannya kutang atau bahkan celana dalam. Dan kadang- kadang juga rok.

17 (PNM/tj/ke/di/84) “Kau memang sama sekali tidak tahu, Sut? Hubungan yang terjalin antara “Suamimu juga Gak Jangan-jangan hanya pura-pura.” Suti dan suaminya tidak berjalan pernah omong apa- “Mbok jangan bilang gitu. Aku ke sana ke lancar, terbukti bahwa mereka apa?” mari bersama mereka, tetapi sama sekali berdua tidak saling bicara bahkan “Sarno? Ya, ampun. tidak pernah mendengar bahwa ada sesuatu suami Suti lebih nyaman bicara Dia, sih, bisu sama dengan keluarga itu. Bener, Mbok.” dengan mertuanya daripada sekalikalau sama aku. “Suamimu juga Gak pernah omong apa-apa?” istrinya. Kondisi yang terjadi Sama ibu iya mungkin “Sarno? Ya, ampun. Dia, sih, bisu sama antara mereka berdua disebabkan bicara, tapi ibu tak sekalikalau sama aku. Sama ibu iya mungkin tidak adanya waktu yang terjalin pernah ngomong bicara, tapi ibu tak pernah ngomong tentang dengan baik antara keluarga tentang itu.” itu.” tersebut. Suti sibuk bekerja di keluarga Pak Sastro sedangkan Sarno bekerja dengan mertuanya tidak heran apabila Sarno merasa lebih nyaman dengan mertuanya tersebut dibandingkan dengan istrinya.

18 (PNM/tj/ke/na/67) Bioskop, Tape Ayu, Balekambang, dan Suti sudah nyaman dengan Bioskop, Tape Ayu, Sriwedi berkeliaran dalam pikirannya- Sarno keluarga majikannya bahkan Balekambang, dan tidak tampak meskipun kadang-kadang ia bayang-bayang Sarno tidak Sriwedi berkeliaran berusaha juga mencarinya, sekadar tampak sama sekali dalam dalam pikirannya- membayangkan sedang berbuat apa lelaki itu pikirannya. Suti merasa bahwa Sarno tidak tampak dengan ibunya. Laki-laki itu sudah menjadi Sarno milik ibunya, dia meskipun kadang- benda asing dalam hidupnya. Ketika dipeluk menganggap Sarno sudah menjadi kadang ia berusaha Bu Sastro itulah disadarinya bahwa benda asing baginya. Kondisi juga mencarinya, sebenarnya Sarno tidak pernah dikenalnya. tersebut melanggar kewajiban sekadar Lelaki itu milik ibunya meskipun tak bisa dalam kebutuhan ekonomi, membayangkan sedang dijelaskannya bahkan kepada dirinya sendiri, memenuhi nafkah, dan mengasihi, berbuat apa lelaki itu mengapa demikian. sebab Sarno yang kerjanya dengan ibunya. Laki- serabutan dengan penghasilan laki itu sudah menjadi yang pas-pasan membuat Suti benda asing dalam ingin bekerja untuk meringankan hidupnya. kebutuhan ekonomi mereka, Suti sibuk bekerja di rumah Bu Sastro, Sarno sering mengantarkan mertuanya makelaran sekaligus mencari penumpang yang ingin naik becaknya. Hal tersebut menyebabkan kasih sayang antara suami dan istri tidak terjalin dengan baik, karena Suti merasa di keluarga Bu Sastro dia sudah mendapatkan kasih sayang bahkan cinta yang tidak pernah Suti rasakan dengan Sarno. 19 (PNM/tj/ke/na/68) Suti sama sekali tidak merasa sebagai Suti tidak pernah merasakan figur Suti sama sekali tidak pembantu sejak itu, dan iya sedikit-sedikit seorang laki-laki bahkan saat dia merasa sebagai merasa belajar mengenai manusia yang sudah menikah sekalipun. Sejak pembantu sejak itu, bernama laki-laki, yang berbeda dengan kecil Suti hanya dibesarkan oleh dan iya sedikit-sedikit anak-anak di kampungnya. Sarno tidak ibu kandungnya, dia tidak pernah merasa belajar pernah memberinya perasaan demikian, sejak tau ayah kandungnya, oleh sebab mengenai manusia semula ia yakin bahwa ibunya yang itu dia tidak dapat merasakan yang bernama laki- sebenarnya mengingikna laki-laki itu. Laki- kasih sayang dari seorang laki- laki, yang berbeda laki tu sama sekali tidak pernah memberikan laki. Sarno merupakan suami Suti dengan anak-anak di apa yang diinginkannya tetapi teman-teman yang tidak pernah menunjukkan kampungnya. Sarno berandalnya itu sebenarnya yang kasih sayang kepada istrinya, Suti tidak pernah membentuknya menjadi perempuan dewasa. juga demikian tidak pernah memberinya perasaan Bioskop, kebon tebu, wayang kulit adalah mengasihi suaminya tersebut, Suti demikian, sejak semula medan tempatnya berangsur-angsur menjadi sibuk dengan pekerjaannya. Suti ia yakin bahwa ibunya seorang perempuan – sampai akhirnya ia belajar mengenal laki-laki dari yang sebenarnya menemukan perasaan itu sepenuhnya. teman-teman berandalnya yang mengingikna laki-laki sering mengajaknya menyelinap itu. nonton di bioskop, nonton wayang kulit yang bisa menjadikan Suti menjadi seorang perempuan sepenuhnya.

20 (PNM/tj/ke/na/80) Air mata berhasil ditahannya, juga kata-kata. Sastro hanya Ia hanya menyeka mulut Sastro, Kejadian yang tengah dialami Pak menggeleng ketika membersihkan darah yang masih terpercik di Sastro dimana dia baru saja ditawari makan, tetapi wajah dan kepala lelaki itu, dan menyiapkan dipukuli tamu yang tidak menerima ciuman Suti minum. Lebam-lebam biru tampak di dikenalnya. Suti yang saat itu bertubi-tubi dan segera tubuhnya. Terdengar azan magrib kaitka di menemani Pak Sastro di rumah memejamkan matanya. dengarnya lelaki itu berkata, “Maaf, ya, Sut.” langsung membersihkan luka Pak Kalaupun bisa bapak Hanya itu yang didengarnya. Hanya itu ia Sastro sambil menangis. Di rumah tidur, aku tentu yang tahu harus menafsirkannya sendiri makna tersebut hanya berdua, Bu Sastro tidak dapat tidur, ucapan itu agar setidaknya ada alasan untuk sedang keluar kota, tidak heran katanya dalam hati. Ia menangis. Sastro hanya menggeleng ketika apabila terjadi hal-hal yang senang kalau nanti ditawari makan, tetapi menerima ciuman Suti seharusnya tidak mereka berdua tidak bisa tidur, ia akan bertubi-tubi dan segera memejamkan lakukan. Suti yang tidak tega menjaga pak Sastro matanya. Kalaupun bisa bapak tidur, aku melihat orang yang dikaguminya sebisanya. Ia akan tentu yang tidak dapat tidur, katanya dalam terluka dia berkali-kali mencium meladeni Prabu hati. Ia senang kalau nanti tidak bisa tidur, ia Pak Sastro, dia sama sekali tidak Kresno sepenuhnya, akan menjaga pak Sastro sebisanya. Ia akan ingat kalau sudah memiliki suami. ya, sepenuhnya. meladeni Prabu Kresno sepenuhnya, ya, Kondisi demikian melanggar Barang kali ia hanya sepenuhnya. Barang kali ia hanya akan kewajiban dalam memenuhi akan sebentar pulang sebentar pulang kerumah menemui ibunya, kebutuhan mengasihi. Suti lebih kerumah menemui akan mengatakan bahwa pak sastro sakit dan memilih mengasihi Pak Sastro ibunya, akan perlu ditemani. Itu cukup. daripada mengasihi suaminya. mengatakan bahwa pak sastro sakit dan perlu ditemani. Itu cukup.

21 (PNM/tj/dp/na/57) Kunto telah membawanya masuk ke alam itu. Suti sedang merasa masuk dalam Keluarganya selalu Pemuda yang di Ngadijayan dulu dengan alam raya bersama Kunto. Suti menyebut teman-teman aman bergaul dengan anak-anak kampung di merasa sangat nyaman dan aman Dewo itu berandal, dan sekitarnya, meskipun selalu merasa agak berada di dekat Kunto. Kunto mereka tidak kikuk kalau berurusan dengan putra-putra adalah anak majikannya yaitu keberatan. Duduk pangeran di sekolahannya yang dikelola anak Pak Sastro dan Bu Sastro, diboncengan sepeda Kraton Kasunanan, merasa masuk ke alam – Kunto adalah anak pertamanya kunto malam-malam, sebenar-benar alam yang masih mentah – dan Dewo anak kedua. Suti sering Suti meresa seperti ketika pindah ke Tungkal. Sepulang dari diajak nonton di bioskop oleh merapat ketungku pasar legi, Kunto tidak pernah lupa Kunto, dia merasa senang hangat. membawa sebungkus tape untuk ibunya yang meskipun dia tidak sepenuhnya biasanya belum tidur. Mungkin Dewo belum paham dengan beberapa film-film pulang, bersama berandal-berandal lain yang ditontonnya. Karena masih menggelandang anjing untuk dijadikan perasaan senang dan nyaman jamu esok paginya. Keluarganya selalu berada di dekat Kunto sampai- menyebut teman-teman Dewo itu berandal, sampai dia dapat merasakan dan mereka tidak keberatan. Duduk kehangatan dari diri Kunto. diboncengan sepeda kunto malam-malam, Kondisi tersebut merupakan Suti meresa seperti merapat ketungku hangat. perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai moral yang Suti lakukan, sebab status Suti masih istri dari Sarno, namun Suti tidak pernah mempermasalahkan itu, dia dengan bebas bisa nonton dengan Kunto dan pulang malam bersama laki-laki lain tanpa memikirkan suaminya.

22 (PNM/tj/dp/na/76) Setiap kali sendirian bersama ayah Kunto Bayang-bayang Pak Sastro tidak Setiap kali sendirian dirumah, suti berusaha mati-matian untuk pernah lepas dari pikirannya. bersama ayah Kunto mengusir bayangan-bayangan yang terus Kegemaran Suti saat dia masih dirumah, suti berusaha memburunya sejak kecil ketika ia suka kecil yaitu menyaksikan patilan mati-matian untuk menonton upacara patilan kuda Kang kuda. Ingatan Suti tentang patilan mengusir bayangan- Mangun. Pak Sastro bukan pejantan, dia kuda tersebut juga selalu bayangan yang terus benar-benar priayi jantan! Begitu selalu mengingatkan bahwa Pak Sastro memburunya sejak katanya kepada dirinya sendiri sambil baginya bukan hanya jantan tetapi kecil ketika ia suka mengusap peluh. Tidak pernah dia benar-benar jantan. Hubungan menonton upacara dimasalahkannya apakah tidak adanya orang yang terjadi antara Pak Sastro patilan kuda Kang rumah yang lain merupakan dosa yang pasti dengan Suti sangat sulit untuk Mangun. Pak Sastro akan menyeretnya ke neraka atau justru dilupakannya. Kondisi demikian bukan pejantan, dia berkah yang sudah sepantasnya disyukuri. termasuk bertingkah laku tidak benar-benar priayi Semakin menjadi dewasa, semakin sulit sesuai dengan nilai moral sebab jantan! Begitu selalu tampaknya ia menjawab pertanyaan ketika Suti masih kecil dia sudah katanya kepada dirinya semacam itu. Di sebelah selatan makam ada paham makna patilan kuda sendiri sambil sebuah masjid, tetapi seingatnya tidak pernah tersebut seperti apa bahkan saat mengusap peluh. Tidak ada ceramah di rumah ibadah itu yang dia dewasa pun ketika melakukan pernah menyinggung masalah tersebut. Jauh dari hubungan dengan Pak Sastro yang dimasalahkannya bayangan orang desa barangkali, atau malah dia selalu ingat patilan kuda yang apakah tidak adanya sebaliknya, begitu dekat dan sudah menjadi dulu sering ditontonnya. Tingkah orang rumah yang lain bagian tak terpisahkan sehingga tidak ada laku Suti tidak sesuai dengan nilai merupakan dosa yang perlunya dimasalahkan. moral, seseorang yang miliki pasti akan menyeretnya moral tidak akan melakukan ke neraka atau justru perbuatan yang melanggar berkah yang sudah hubungan pernikahan, Suti sepantasnya disyukuri. melakukan hubungan dengan Pak Sastro secara sadar dan dia tidak memikirkan dampak yang akan terjadi pada dirinya. 23 (PNM/tj/dp/na/91) Namun, ia merasa ada sesuatu yang sengaja Hubungan yang terjadi antara Suti Suti menerima disembunyikan di balik hubungan yang dan Pak Sastro. Hubungan yang keinginan Pak Sasro dirasanya sulit ditebak itu. Anak muda itu mereka lakukan merupakan begitu saja, tanpa ternyata sama sekali ditebak itu. Anak muda hubungan yang biasanya menimbang-nimbang itu ternyata sama sekali berbeda wataknya dilakukan oleh suami istri. apakah penerimaannya dengan bapaknya, lelaki setengah baya yang Mereka berdua melakukannya itu merupakan dengan sigap memahami apa yang dengan kondisi rumah yang sepi ungkapan rasa kasiah diharapkan oleh perempuan kalau sedang dan mereka hanya berdua. Suti atau lebih karena naluri berdua saja bersama laki-laki – meskipun sama sekali tidak ingat dengan perempuan yang waktu itu tentu masih merasakan kesakitan suaminya, Pak Sastro dan Suti selama ini tidak pernah akibat pukulan gerombolan laki-laki yang menuntaskannya saat itu juga. bisa dituntaskannya datang tanpa diundang. Suti menerima Kondisi demikian merupakan dengn Sarno. keinginan Pak Sasro begitu saja, tanpa tingkah laku yang tidak sesuai menimbang-nimbang apakah penerimaannya dengan nilai moral, dimana Suti itu merupakan ungkapan rasa kasiah atau sudah kehilangan kontrol diri lebih karena naluri perempuan yang selama untuk menahan terjadinya ini tidak pernah bisa dituntaskannya dengn hubungan tersebut, hati nurani Sarno. Suti sudah dibutakan oleh keingannya yang tidak pernah dia tuntaskan dengan suaminya selama ini.

24 (PNM/tj/dp/na/51) Suti masih makan di dapur, dalam benaknya Dalam benak Suti hanya ada Suti masih makan di bergantian munul wajah-wajah Pak Sastro, bayang-bayang tiga laki-laki yaitu dapur, dalam benaknya Kunto, dan kini tambah Dewo sedang main Pak Sastro, Kunto, dan Dewo, bergantian munul koboi-koboian bersama John Wayne - persis tidak pernah ada bayang-bayang wajah-wajah Pak seperti dalam film yang pernah di Sarno dalam benaknya. Bagi Suti Sastro, Kunto, dan kini tontonnyadengan kunto digedung bioskop. suaminya tersebut sudah menjadi tambah Dewo sedang Tetapi Mas Dewo gak suka nonton, pikirnya. tanggung jawab ibunya bahkan main koboi-koboian Ia merasa ada yang terbakar dalam dirinya. dia pernah mempunyai keinginan bersama John Wayne - Bukan, bukan Sarno yang menyulut apinya. diceraikan saja. Perbuatan yang persis seperti dalam Sudah lama Suti harus menerima kenyataan Suti lakukan merupakan film yang pernah di bahwa lelaki itu sebenarnya ‘pacar’ ibunya. perbuatan yang tidak sesuai tontonnyadengan kunto Beberapa kali dipergokinya mereka dengan kebajikan, dimana Suti digedung bioskop melakukan adegan yang hanya pantas untuk berani menaruh perasaan pada suami istri. Kepada Tomblok ia pernah majikannya sendiri dengan status bilang akan minta diceraikan saja oleh Sarno. masih istri Sarno, lebih dalam lagi Suti juga berniat ingin diceraikan saja oleh suaminya yang menurutnya sudah tidak punya tanggung jawab lagi mengurus suaminya tersebut. Perselingkuhan yang juga terjadi antara suami dan ibu kandung Suti tidak sepenuhnya salah mereka berdua, sebab Suti juga lebih banyak menghabiskan waktu bersama majikannya, hanya sedikit waktu yang dihabiskan Suti di rumahnya sendiri bahkan perhatian untuk suaminya tidak pernah Suti tunjukkan. 25 (PNM/tj/dp/na/68) Dalam diri Kunto, Suti membayangkan dua Suti harus berpisah dengan Kunto Dalam diri Kunto, Suti dunia itu tidak bisa dipisahkan lagi. Ia yang harus meneruskan studinya membayangkan dua merasa kepergian lelaki muda itu ke Yogya di Yogya. Suti merasa sedih dunia itu tidak bisa menyebabkan masuk sepenuhnya ke dalam karena harus berpisah dengan dipisahkan lagi. Ia dunia Bu Sastro, priayi perkasa yang belum laki-laki yang sering mengajaknya merasa kepergian pernah ditemuinya sepanjang hidupnya nonton di bioskop. Dalam pikiran lelaki muda itu ke selama ini. Ia tahu, sepenuhnya menyadari Suti dia merasa tidak hanya Yogya menyebabkan bahwa kunto tidak hanya menganggapnya dianggap pembantu oleh Kunto masuk sepenuhnya ke sebagai pembantu tetapi adik – bahkan melainkan adik atau bahkan pacar. dalam dunia Bu Sastro, mungkin pacar – seperti yang sangat sering Sebab Suti sering jalan bersama priayi perkasa yang dituduhkan oleh kawan-kawan Kunto. Pernah Kunto layaknya sepasang kekasih. belum pernah juga lelaki muda itu mengajaknya ke Perbuatan tersebut tidak sesuai ditemuinya sepanjang Boyolali, membonceng sepeda – dan belum dengan kebajikan dimana Suti hidupnya selama ini. Ia sampai ke tujuan sudah harus menuntun tidak dapat menempatkan posisi tahu, sepenuhnya sepedanya karena tentu saja tidak kuat lagi sewajarnya dia sebagai pembantu, menyadari bahwa naik ke kaki Gunung Merapi. Suti malah menaruh perasaan kunto tidak hanya pada Kunto, di sisi lain dia juga menganggapnya masih mempunyai suami. sebagai pembantu tetapi adik – bahkan mungkin pacar – seperti yang sangat sering dituduhkan oleh kawan-kawan Kunto.

26 (PNM/tj/dp/74) Dan pemain ketoprak Dan pemain ketoprak ini ngajak Suti ikut Suti tengah menuruti ajakan ini ngajak Suti ikut memainkan peran roro mendut yang harus majikannya yang meminta Suti memainkan peran roro menuruti perintahnya. Suti bukan Roro memerankan peran roro mendut. mendut yang harus mendut. Ia membayangkan dirinya putri Suti sejak pertama kali melihat menuruti perintahnya. wayang kulit yang sejak pertama melihatnya Pak Sastro sudah tergila-gila akan Suti bukan Roro sekilas tergila-gila sama Prabu Kresno – ketampanannya. Perbuatan Suti mendut. Ia meskipun sekarang ia tahu bahwa watak yang demikian merupakan membayangkan dirinya lelaki itu ternyata mirip pemain ketoprak. perbuatan yang tidak sesuai putri wayang kulit Biar sajalah. Sarno tampaknya tahu itu, dan dengan kebajikan, sebab Suti yang sejak pertama kelihatannya malah bersyukur – ‘Den’ Suti tidak pernah memikirkan perasan melihatnya sekilas memang bukan miliknya. Penarik becak itu suaminya dengan apa yang dia tergila-gila sama Prabu lebih tenang main makelaran saja dengan perbuat. Suami Suti juga tidak Kresno – meskipun ibunya. Suti pernah mendengar percakapan pernah menegur perbuatan Suti sekarang ia tahu bahwa suaminya dengan ibunya perkara Sastro, yang tersebut nampak tenang main watak lelaki itu katanya suka main ke Kalisobo – kampung makelaran dengan mertuanya. ternyata mirip pemain agak di sebelah utara Tungkal – entah untuk Suti juga tidak pernah menegur ketoprak. Biar sajalah. apa. Perihal itu pernah didengarnya pada perbuatan suami dan ibunya sebab Sarno tampaknya tahu suatu siang ketika ibunya bilang capek dan Suti juga melakukan kesalahan itu, dan kelihatannya tidak berangkat ke Pasar Klewer untuk yang sama. malah bersyukur – makelaran. ‘Den’ Suti memang bukan miliknya.

LAMPIRAN 4

RIWAYAT HIDUP

Diah Wahyuning Gusti lahir di Lumajang, 14 Juli 1995. Peneliti merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Suwarno dan Ibu Sumiar. Menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 1 Dorogowok lulus pada tahun 2008, kemudian meneruskan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 2 Kunir lulus pada tahun 2011, dan melanjutkan ke sekolah menengah atas di SMA PGRI 1

Lumajang lulus pada 2014. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan di

Universitas Muhammadiyah Malang mengambil program studi S-1 Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia. Peneliti melakukan penelitian dengan judul

“Penyimpangan Nilai Moral Tokoh Utama dalam Novel Suti karya Sapardi Djoko

Damono (Tinjauan Sosiologi Sastra)” yang dibimbing oleh Dr. Joko Widodo,

M.Si. dan Dr. Sugiarti, M.Si.