LAMPIRAN 1 Sinopsis Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono Suti
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
LAMPIRAN 1 Sinopsis Novel Suti Karya Sapardi Djoko Damono Suti adalah seorang perempuan yang dengan enteng tetapi tegar menyaksikan dan menghayati proses perubahan masyarakat pramodern ke modern yang dijalaninya ketika bergerak dari sebuah kampung pinggir kota ke tengah- tengah kota besar. Ia bergaul dengan gerombolan pemuda berandalan maupun keluarga priyayi tanpa merasa kikuk, dan melaksanakan apa pun yang bisa mendewasakan dan mencerdaskan dirinya. Suti terlibat dalam masalah yang sangat rumit dalam keluarga Den Sastro, yang sulit dibayangkan ujung maupun pangkalnya. LAMPIRAN 2 BIOGRAFI PENGARANG Indonesia patut bangga memiliki pujangga yang terkemuka seperti Sapardi Djoko Damono. Sapardi Djoko Damono dikenal dari puisi-puisi ciptaannya yang sederhana namun penuh makna. Tidak hanya puisi, beliau juga membuat karya- karya lain seperti novel salah satunya yang berjudul “Suti” yang diterbitkan pada tahun 2015. Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 Maret 1940 dan berkebangsaan Indonesia. Beliau kerap mendapat panggilan dari singkatan namanya yaitu, SDD. Sapardi Djoko Damono lulusan SMP Negeri 2 Surakarta pada tahun 1955 dan SMA Negeri 2 Surakarta tahun 1958. Pada masa mudanya tersebut beliau sudah mulai menulis beberapa karya yang dikirimkan ke majalah- majalah. SDD kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta jurusan Bahasa Inggris. Tahun 1973, Sapardi Djoko Damono pindah dari Semarang ke Jakarta untuk menjadi direktur pelaksana Yayasan Indonesia yang menerbitkan majalah sastra Horison. Beliau sejak tahun 1974 juga mengajar di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, tetapi kini telah pensiun. Sapardi Djoko Damono juga pernah menjabat sebagai dekan FIB UI periode 1995-1999 dan menjadi guru besar. Banyak penghargaan yang di terima Sapardi Djoko Damono pada 1986 mendapat anugerah SEA Write Award. Tahun 2003 mendapat penghargaan Achmad Bakrie ia seorang pendiri dari Yayasan Lontar. Kemudian Sapardi Djoko Damono menikah dengan Wardiningsih dan dikaruniai seorang putra dan seorang putri. Karya SDD berupa sajak-sajak telah diterjemahkan dalam beberapa bahasa, termasuk bahasa daerah. SDD tidak hanya aktif dalam menulis puisi,ia juga menulis cerita pendek. Selain itu, SDD juga menerjemahkan berbagai karya penulis asing, menulis esai, serta menulis sejumlah kolom/artikel disurat kabar. Beberapa puisinya sangat terkenal dan banyak orang yang mudah mengenalinya, seperti “Aku Ingin”, “Hujan Bulan Juni”,”Pada Suatu Hari Nanti”, “Akulah si Telaga”, dan “Berjalan ke Barat di Waktu Pagi Hari”. Puisi-puisi tersebut populer sebagian besar disebabkan oleh musikalisasi mantan-mantan mahasiswanya di FIB UI, yaitu Ags Arya Dipayana, Umar Muslim, Tatyana Soebianto, Reda Gaudiarno, dan Ari Malibu. Dari musikalisai yang terkenal tersebut, album yang terkenal yang dibawakan oleh Reda dan Tatyana yang tergabung dalam duet “Dua Ibu”. Selain itu ada pula Ananda Sukarlan pada tahun 2007 yang juga melakukan interpretasi atas beberapa karya SDD. Dibawah ini adalah karya-karya Sapardi Djoko Damono berupa kumpulan puisi dan beberapa esai. Sastra • Duka-Mu Abadi (1969) • Lelaki Tua dan Laut (19973; terjemahan karya Ernest Hemingway) • Mata Pisau (1974) • Sepilihan Sajak George Seferis (1975; terjemahan karya George Seferis) • Puisi Klasik Cina (1976; terjemahan) • Lirik Klasik Paris (1977; terjemahan) • Dongeng-dongeng Asia untuk Anak-anak (1982, Pustaka Jaya) • Perahu Kertas (1983) • Sihir Hujan (1986; mendapat penghargaan Puisi Putera II di Malaysia) • Water Color Poems (1986; transleted by J.H McGlynn) • Suddenly The Night: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (1988; translated by J.H. McGlynn) • Afrika yang Resah (1988; terjemahan) • Mendorong Jack Kuntikunti: Sepilihan Sajak dari Australia (1991; antologi sajak Australia, dikerjakan bersama R:F Brissenden dan David Broks) • Hujan Bulan Juni (1994) • Black Magic Rain (translated by Hanry G Aveling) • Arloji (1998) • Ayat-ayat Api (2000) • Pengarang Telah Mati (2001; kumpulan cerpen) • Mata Jendela (2002) • Ada Berita Apa hari ini, Den Sastro? (2002) • Membunuh Orang Gila (2003; kumpulan cerpen) • Nona Koelit Koetjing: Antologi cerita pendek Indonesia Periode Awal (1870an-1910an)” (2005; salah seorang penyusun) • Mantra Orang Jawa (2005; puitisasi mantera tradisional Jawa dalam bahasa Indonesia) • Before Dawn: The Poetry of Sapardi Djoko Damono (2005; translated by J.H. McGlynn) • Kolam (2009; kumpulan puisi) • Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita (2012; kumpulan puisi) • Namaku Sita (2012; kumpulan puisi) • The Birth of I La Galigo (2013; puitisasi epos “I La Galigo” terjemahan Muhammad Salim, kumpulan puisi dwibahasa bersama John Mc Glyan) • Hujan Bulan Juni: Sepilihan Sajak (edisi 1994 yang diperkaya dengan sajak- sajak sejak 1959, 2013; kumpulan puisi) • Trilogi Soekram (2015; novel) • Hujan Bulan Juni (2015; novel) • Melipat Jarak (2015, kumpulan puisi 1998-2015) • Suti (2015, novel) • Pingkan Melipat Jarak (2017; novel) • Yang Fana Adalah Waktu (2018; novel) Musikalisasi Puisi Musikalisasi puisi karya SDD pada tahun 1987 beberapa mahasiswa membantu program pusat bahasa, membuat musikalisasi puisi karya beberapa penyair Indonesia. Pada saat itu terciptalah musikalisasi Aku Ingin oleh Ags Arya Dipayana dan Hujan Bulan Juni oleh Umar Muslim. Kemudian Aku Ingin diaransemen ulang oleh Dwiki Dharmawan dan menjadi bagian dari soundtrack “Cinta dalam Sepotong Roti” pada tahun 1991, yang dibawakan oleh Ratna Octaviani. Beberapa waktu kemudian, lahir album “Hujan Bulan Juni” (1990) yang seluruhnya merupakan musikalisasi dari sajak-sajak Sapardi Djoko Damono. Duet antara Reda Gaudion dan Ari Malibu merupakan bagian dari sejumlah penyanyi yang merupakan mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Kemudian album “Hujan Dalam Komposisi” menyusul yang dirilis pada tahun 1996 dari komunitas yang sama. Banyaknya permintaan akhirnya album “Gadis Kecil” pada tahun 2006 diprakarsai oleh duet Dua Ibu, yaitu Reda Gaudiarno dan Tatyana, kemudian dilanjutkan oleh album “Becoming Dew” (2007) dari duet Reda dan Ari Malibu. Ananda Sukarlan pada Tahun Baru 200 juga mengadakan konser kantata “Ars Amatoria” yang berisi interpretasinya atas puisi-puisi Sapardi Djoko Damono serta karya beberapa penyair lain. Nonsastra • Sastra Lisan Indonesia (1983), ditulis bersama Subagio Sastrowardoyo dan A. Kasim Achmad. Seri Bunga Rampai Sastra ASEAN. • Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan • Dimensi Mistik dalam Islam (1986), terjemahan karya Annemarie Schimmel “Mystical Dimension of Islam”, salah seorang penulis. • Jejak Realisme dalam Sastra Indonesia (2004), salah seorang penulis. • Sosiologi Sastra : Sebuah Pengantar Ringkas (1978). • Politik Ideologi dan Sastra Hibrida (1999). • Pegangan Penelitian Sastra Bandingan (2005). • Babad Tanah Jawi (2005; penyunting bersama Sonya Sondakh, terjemahan bahasa Indonesia dari versi bahasa Jawa karya Yasadipura, Balai Pustaka 1939). • Bilang Begini, Maksudnya Begitu (2014), buku apresiasi puisi. • Alih Wahana (2013) • Kebudayaan (Populer) (di Sekitar) Kita (2011) • Tirani Demokrasi (2014) LAMPIRAN 3 KORPUS DATA TABEL INSTRUMEN PENJARIANGAN DATA NO KODE DATA DATA DESKRIPSI PEMAKNAAN (PNM/hnp/na/72) Hanya beberapa hari Sastro perlop, dan waktu Pak Sastro mengajak Suti nonton Suti merasakan yang sempit itu dimanfaatkannya untuk pergi wayang orang di Gading dengan kehangatan tubuh laki- kesana ke mari, katanya ada urusan kantor. naik becak Sarno suami Suti. laki setengah baya itu Pernah pada suatu hari Pak Sastro Pulang nonton mereka bertiga ketika duduk mengajaknya nonton wayang orang di Gading, mampir makan nasi tumpeng berhimpitan di becak. di rumah seorang Kanjeng, pakai becak Sarno. Mbok Wido yang bukanya jam 10 Dekat kanjengan itu ada sebuah warung nasi malam. Sepanjang jalan Pak tumpeng Mbok Wido yang sangat terkenal, Sastro banyak bercerita tentang yang baru buka jam 10 malam; pulang nonton apa yang dialaminya di Jakarta. mereka bertiga makan di sana. Sepanjang Suti yang duduk di sebelah Pak jalan panjang – Tungkal terletak di bagian Sastro melakukan perbuatan yang utara kota, Kanjengan itu bagian selatan – tidak sesuai dengan hati Sastro ngoceh macem-macem tentang apa nuraninya, dimana dia merasakan yang dialaminya di Jakarta. Sarno hanya kehangatan tubuh laki-laki yang bilang inggih-inggih saja sambil mengayuh bukan suaminya tanpa ada becak, dan Suti merasakan kehangatan tubuh perasaan menyesal dalam dirinya laki-laki setengah baya itu ketika duduk selaku pembantu di rumah Pak berhimpitan di becak. Bau keringatnya sama Sastro. sekali berbeda dengan tubuh Dewo maupun Kunto. 2 (PNM/hnp/na/78) Setelah sepenuhnya sadar, Sastro dipapahnya Suti melakukan perbuatan tidak Suti menciumnya masuk kamar. Suti menciumnya berkali-kali, sesuai hati nurani ketika dia berkali-kali, mengambil mengambil air untuk melap darah yang mencium Pak Sastro berkali-kali. air untuk melap darah berceceran dari mulutnya. Ia tahu, ini bukan Pak Satro dalam keadaan lemas yang berceceran dari kethoprak bukan wayang bukan film. Ini karena dia baru saja di keroyok mulutnya tindakan sewenang-wenang atas seorang oleh tamu yang datang ke ksatria yang mungkin telah berbuat keliru rumahnya. Rumah dalam keadaan dalam hidupnya. Dalam keadaan apa pun Suti sepi istri dan anaknya sedang tidak pernah menangis, tetapi sekali ini ia tidak di rumah hanya Pak Sastro mati-matian berusaha untuk menggagalkan dan Suti di rumah itu. Suti tangisannya agar tidak repot dan menambah menerima kenyataan bahwa kesedihan Sastro. Lelaki itu menatapnya terdapat hal-hal yang tidak dapat dengan pandangan yang aneh, yang sulit dia pahami dalam