Perbandingan Nilai Estetis Puisi “Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERBANDINGAN NILAI ESTETIS PUISI “HUJAN BULAN JUNI” KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN “MALAIKAT JUGA TAHU” KARYA DEWI LESTARI: KAJIAN INTERTEKSTUALITAS DAN SASTRA BANDINGAN THE COMPARISON OF AESTHETIC VALUE IN “HUJAN BULAN JUNI” BY SAPARDI DJOKO DAMONO AND “MALAIKAT JUGA TAHU” BY DEWI LESTARI: STYDY OF INTERTEXTUALITY AND COMPARATIVE LITERATURE Hendrike Priventa a,* Universitas Diponegoro Jalan Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang, Indonesia Pos-el: [email protected] Naskah diterima: 30 September 2020; direvisi: 30 Oktober 2020; disetujui: 12 Desember 2020 Abstract Poetry is a form of literary genre that is full of aesthetic values. The aesthetic value is wrapped in the elements that make up the poetry. The purpose of this article is to compare the aesthetic value of Sapardi Djoko Damono's poem “Hujan Bulan Juni” and “Malaikat Juga Tahu” by Dewi Lestari. The theory used is intertextual and comparative literature. Intertext studies can be used as a medium to find aesthetic values and determine whether literary works are aesthetic or not. In addition, it can show the relationship between poetry and comparative literature shows the characteristics of the two poems. The aesthetic value in the poetry "Rain in June" and "Angels Also Know" are shown in several aspects, namely the elements of sound, diction, and image. The linkage of authorship is also shown through the expansion of the use of elements of the poetry structure. The aesthetic value in both poems influences the process of forming new vehicles such as songs and films which are now more popular with the public. Keywords: poetry, intertextuality, aesthetic value, aesthetic, comparative literature Abstrak Puisi merupakan salah satu bentuk genre sastra yang sarat akan nilai estetis. Nilai estetis terbalut dalam unsur pembentuk puisi tersebut. Tujuan dalam artikel ini untuk membandingkan nilai estetis puisi “Hujan Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono dan “Malaikat Juga Tahu” karya Dewi Lestari. Teori yang digunakan adalah intertekstual dan sastra bandingan. Kajian interteks dapat digunakan sebagai media untuk menemukan nilai estetis serta menentukan apakah karya sastra itu estetis atau tidak. Selain itu dapat memperlihatkan hubungan antarpuisi serta sastra bandingan memperlihatkan ciri khas kedua puisi. Nilai estetis dalam Puisi “Hujan Bulan Juni” dan “Malaikat Juga Tahu” diperlihatkan dalam beberapa aspek yaitu unsur bunyi, diksi, dan citraan. Keterkaitan kepengarangan juga diperlihatkan melalui perluasan penggunaan unsur struktur puisi. Nilai estetis dalam kedua puisi memengaruhi proses pembentukan wahana baru seperti lagu dan film yang kini lebih digemari masyarakat. Kata kunci: puisi, interktekstualitas, nilai estetis, estetika, sastra bandingan PENDAHULUAN pendidikan yang hanya memperkenalkan puisi- Peranan penyair di Indonesia hanya dapat puisi lama dan sulit dipahami. Menurut Dunton dirasakan oleh beberapa orang saja. Hal ini dalam (Pradopo, 2007:6), puisi adalah sebuah disebabkan oleh kurangnya minat masyarakat pemikiran manusia secara konkret dan arstistik terhadap sastra khusunya syair dan puisi. dalam bahasa emosional serta berirama. Hal ini Masyarakat memahami sebuah puisi sebagai lebih dalam disampaikan oleh Coleridge dalam kata-kata yang rumit dan berbelit-belit. Hal ini (Pradopo, 2007:6) bahwa puisi adalah kata-kata juga didukung oleh sekolah sebagai lembaga yang terindah dalam susunan terindah. 174 Hendrike Priventa: Perbandingan Nilai Estetis Puisi “Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono dan “Malaikat Juga Tahu” Karya Dewi Lestari: Kajian Intertekstualitas dan Sastra Bandingan Sapardi Djoko Damono mengungkapkan Begitupun dengan puisi “Hujan Bulan Juni” sajak yang ia tulis berupa urut-urutan waktu, karya Sapardi Djoko Damono yang dikenal urutan imaji. Karyanya diakhir dalam bentuk karena telah difilmkan. kesimpulan yang merupakan suatu keadaan Puisi “Hujan Bulan Juni” banyak dikenal tanpa penyelesaian (Junus, 1981). Menurut oleh masyarakat penyuka sastra dan banyak pula (Santosa, 2013) beliau adalah seorang penyair, diteliti. Ditemukan beberapa penelitian yang budayawan, guru besar ilmu susastra, dan banyak membahas mengenai simbol-simbol pujangga Indonesia abad XX—XXI terkemuka. dalam puisi (Darmadi, 2018). Selain itu juga Beliau dikenal sebagai penyair dengan berbagai ditemukan penelitian mengenai bentuk puisi-puisi yang menggunakan kata-kata transformasi Hujan Bulan Juni dari puisi, novel, sederhana dan bernas sehingga beberapa di bahkan film (Purnomo & Kustoro, 2018). antaranya sangat populer, seperti “Mata Pisau”, Berkaitan dengan studi intertekstualitas dan “Perahu Kertas”, dan “Hujan Bulan Juni”. sastra bandingan, peneliti belum mendapatkan Kaitannya dengan perkembangan puisi di penelitian sebelumnya yang berkaitan. Analisis Indonesia, Dewi “Dee” Lestari disebut-sebut interteks dan bandingan pada dua puisi akan sebagai salah satu penulis populer yang mengahasilkan hubungan dan ciri khas setiap karyanya banyak dikenali oleh masyarakat. puisi (Yulianto, 2018). Sebagai pengarang, Dee mendekatkan karyanya Hal yang menggelitik penulis adalah dengan pengalaman hidup sehari-hari. kaitan kedua karya tersebut. Sebagai dua puisi Rectoverso yang merupakan bentuk sastra yang populer, bagaimana aspek estetis termuat hibrida dengan menggabungkan prosa, puisi, di dalamnya. Nilai estetis dalam sebuah puisi lagu, dan film menjadi karya fenomenal. Di dapat terlihat dengan mencari hubungan dan ciri samping itu, kemunculan kembali sajak “Hujan khasnya (Ratna, 2015). Bulan Juni” karya Sapardi Djoko Damono Perbedaan usia pengarang yang sangat dalam bentuk novel, lagu, dan film menjadi jauh juga menarik peneliti untuk “buah bibir” masyarakat bahkan remaja. memperbandingkannya. Oleh karena itu, tujuan Kedua pengarang, baik Sapardi Djoko utama dalam penelitian ini adalah Damono atau Dewi Lestari memberikan memperlihatkan hubungan dan perbandingan kesegaran pada perkembangan sastra Indonesia nilai estetis dari puisi. Untuk mencapai tujuan dengan konsep alih wahananya. Salah satu puisi tersebut maka pendekatan yang digunakan dari karya Dewi Lestari adalah “Malaikat Juga adalah kajian intertekstualitas dan sastra Tahu”. Puisi ini dikenal oleh masyarakat karena bandingan. dialihwahanakan menjadi lagu. 175 Multilingual, Vol. 19, No. 2, Desember 2020 LANDASAN TEORI mengenai permasalahan manusia di ranah Puisi sebagai karya seni itu puitis. Kata postmodern. puitis sudah mengandung nilai keindahan yang Karya sastra merupakan salah satu jenis khusus untuk puisi. Puitis mempunyai makna karya seni dengan medium bahasa. Melalui seperti membangkitkan perasaan, menarik bahasa, aspek keindahan akan mendominasi. perhatian, menimbulkan tanggapan, dan Estetika berfungsi sebagai tolok ukur dari menimbulkan keharuan. Struktur dalam puisi keindahan dan mutu suatu karya sastra (Ratna, antara lain unsur bunyi, diksi, dan citraan 2015:6). Oleh karena itu, dalam menemukan (Pradopo, 2007:13). Puisi merupakan salah satu aspek estetis dalam puisi, maka harus dilakukan genre dari karya sastra. Estetika dan sastra penelitian terhadap struktur puisi. Artikel ini merupakan dua hal yang saling berkaitan satu akan membahas aspek estetis dalam puisi sama lain. menyangkut unsur bunyi, diksi, dan citraan atau Bunyi dalam puisi digunakan sebagai imaji. orkestrasi untuk menimbulkan bunyi musik. Kajian interteksual merupakan salah satu Bunyi konsonan dan vokal disusun begitu rupa cara pendekatan dalam penelitian sastra yang sehingga menimbulkan bunyi yang merdu dan menekankan hubungan teks sastra dengan teks- berirama. Dari bunyi tersebut mengalir teks sastra lain (Hartoko, 1986:67). Tujuan dari perasaan, imaji dalam pikiran atau pengalaman pendekatan ini adalah untuk menemukan jiwa pembacanya. Citra atau imaji dalam puisi hubungan yang bermakna di antara dua teks atau merupakan gambaran atau suasana yang lebih. Menurut Ratna dalam Teori, Metode, dan membuat puisi lebih hidup melalui Teknik: Penelitian Sastra , jaringan hubungan penginderaan (Pradopo, 2007:79). Bunyi antara satu teks dengan dengan teks lain digunakan dalam puisi sebagai aspek estetis merupkan tenunan, anyaman, penggabungan, untuk mendapatkan keindahan dan tenaga susunan, dan jalinan. ekspresif (Junus, 1981:24). Julia Kristeva dalam (Ratna, 2015:132). Pada umumnya puisi modern lebih berargumen bahwa setiap teks sastra di baca dan menonjolkan masalah-masalah manusia harus di baca dengan latar belakang teks-teks individual sebagai pusat perhatian. Media yang lain, tidak ada sebuah teks pun yang sungguh- digunakan adalah internet sehingga muncul sungguh mandiri. Setiap teks terwujud sebagai puisi-puisi cyber (Suryaman, 2012: 24-27). Hal mosaik kutipan-kutipan, setiap teks merupakan ini dapat dilihat dari beberapa puisi dalam media peresapan dan transformasi teks lainnya. sosial seperti twitter dan facebook . Pokok Menurut Ratna, aspek keindahan yang diproses bahasan yang diusung oleh puisi-puisi tersebut melalui interteks adalah kegiatan produktivitas 176 Hendrike Priventa: Perbandingan Nilai Estetis Puisi “Hujan Bulan Juni” Karya Sapardi Djoko Damono dan “Malaikat Juga Tahu” Karya Dewi Lestari: Kajian Intertekstualitas dan Sastra Bandingan makna. Dengan kata lain nilai estetis suatu METODE PENELITIAN karya sastra dapat digali dengan Langkah kerja yang digunakan dalam penelitian membandingakannya dengan karya lainnya. yaitu: (1) menganalisis struktur puisi yaitu Hipogram merupakan istilah yang bunyi, pilihan diksi dan citraan, (2) menganalisis diperkenalkan oleh Riffatere yaitu struktur makna dan aspek estetis dari setiap puisi, (3) prateks