Diksi Dan Citraan Dalam Kumpulan Puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita Karya Sapardi Djoko Damono Dan Implementasinya Dalam Pembelajaran Sastra Di Sma
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: LUTVIANA NOVITA SARI A310120011 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019 i ii iii DIKSI DAN CITRAAN DALAM KUMPULAN PUISI SUTRADARA ITU MENGHAPUS DIALOG KITA KARYA SAPARDI DJOKO DAMONO DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar sosiohistoris dari Sapardi Djoko Damono, menjelaskan penggunaan diksi, penggunaan citraan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dan implementasi hasil penelitian pada pembelajaran sastra di SMA. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Sumber data yang diperoleh dari kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pustaka, teknik simak dan catat. Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan pembacaan semiotik, yakni pembacaan heuristik dan hermeneutik. Hasil dari penelitian ini: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono lahir di Surakarta, 20 maret 1940. 2) Diksi yang ditemukan meliputi pemanfaatan kosakata bahasa daerah, pemanfaatan kosakata bahasa asing, dan pemanfaatan sinonim. Sedangkan terkait citraan yang digunakan penyair dalam puisinya antara lain penglihatan, pendengaran, gerakan, yang didominasi oleh citraan penglihatan. 3) Berdasarkan hasil penelitian diksi dan citraan dalam kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono dapat diimplementasikan dalam pembelajaran sastra Indonesia, yakni pada Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya. Kata kunci : diksi, citraan, kumpulan puisi Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono, pembelajaran sastra di SMA. Abstract This study aims to describe the sociohistorical background of Sapardi Djoko Damono, explaining the use of diction, the use of images in a collection of Director's poems that erase Our Dialogue by Sapardi Djoko Damono and the implementation of research results in literary learning in high school. This study used descriptive qualitative method. Data sources obtained from a collection of Director's poems That Erase Our Dialogue. Data collection techniques using library techniques, refer to the technique and note. Data analysis techniques in this study were conducted by reading semiotics, namely heuristic and hermeneutic readings. Results of this study: 1) Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono was born in Surakarta, 20 March 1940. 2) Found diction includes the use of local language vocabulary, the use of foreign language vocabulary, and the use of synonyms. While related images used by poets in his poetry include vision, hearing, movement, which is dominated by visual images. 3) Based on the research results of diction and images in a collection of Director's poems That Erase Our Dialogue by Sapardi Djoko Damono can be implemented in Indonesian literary learning, namely in Basic Competence 3.17 analyzing the building elements of poetry and Basic Competence 4.17 writing poetry by paying attention to the building elements. Keywords: diction, images, a collection of Director's poems Erasing Our Dialogue by Sapardi Djoko Damono, studying literature in high school. 1 1. PENDAHULUAN Bahasa dan sastra memiliki hubungan yang erat. Kekuatan sastra berada pada kekuatan dan cara pengarang menggunakan bahasa. Melalui bahasa, seorang pengarang akan mampu merangkai kata yang mengandung gagasan-gagasan untuk disampaikan kepada pembaca. Adapun bahasa dalam sastra memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan bahasa sehari-hari sehingga mampu menarik minat dan ketertarikan orang lain untuk menikmati sastra. Karya sastra merupakan karya imajinatif bermediumkan bahasa, dalam hal ini bahasa tersebut dinamakan bahasa sastra. Al-Ma’ruf (2009:3) mengemukakan bahasa sastra sebagai media ekspresi sastrawan dipergunakan untuk memperoleh nilai seni karya sastra, dalam hal ini berhubungan dengan style ‘gaya bahasa’ sebagai sarana sastra. Salah satu jenis karya sastra yang banyak dinikmati oleh masyarakat yaitu puisi. Puisi merupakan bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata indah dan kaya makna (Kosasih, 2012:97). Puisi merupakan sebuah struktur yang kompleks, sehingga untuk memahaminya perlu dianalisis untuk dapat diketahui bagian-bagian serta jalinannya secara nyata. Meskipun demikian, orang tidak akan dapat memahami puisi secara sepenuhnya tanpa mengetahui dan menyadari bahwa puisi itu karya estetis yang bermakna, yang mempunyai arti, bukan hanya sesuatu yang kosong tanpa makna. Oleh karena itu, sebelum pengkajian aspek-aspek yang lain, perlu lebih dahulu puisi dikaji sebagai sebuah struktur yang bermakna dan bernilai estetis. Hal tersebut diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Ebi (2011) memaparkan pola leksikal dan fungsi stilistika untuk menyampaikan aspek makna dan mencapai kohesi dalam teks pada puisi J.P Clark-Bekederemos. Pradopo (2010:7) mengungkapkan bahwa puisi mengekspresikan pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi panca indra dalam susunan yang berirama. Unsur-unsur pokok yang harus ada dalam puisi berupa emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama,kesan panca indera, susunan kata, kata-kata kiasan, kepadatan, dan perasaan yang bercampur-baur. Unsur-unsur pokok tersebut merupakan sesuatu yang penting, yang direkam dan diekspresikan, dinyatakan dengan menarik serta memberi kesan. Scheiber (2009) memaparkan mengenai penggunaan bahasa figuratif pada hasil karya sekumpulan siswa di Holocaust dengan penggunaan hitungan tematik. 2 Penggunaan bahasa figuratif dan sarana retorika merupakan sarana untuk memperoleh efek keindahaan teks yang bersangkutan (Nurgiyantoro, 2014:210). Bahasa figuratif dalama aplikasinya dapat berwujud gaya bahasa yang sering dikatakan oleh para kritikus sastra sebagai keistimewaan dan kekhususan seorang pengarang, sehingga gaya bahasa merupakan ciri khas pengarang. Penelitian Sheth dan Arun (2007) menunjukkan bahwa keterkaitan figuratif terhadap gejala kebahasaan yang sering muncul dalam suatu ajang dan kompetensi. Waluyo mengungkapkan bahwa bahasa figuratif digunakan oleh sastrawan untuk mengatakan sesuatu dengan cara tidak langsung untuk mengungkapkan makna (Al- Ma’ruf, 2009:59). Al-Ma’ruf (2009:60) mengungkapkan bahwa bahasa figuratif dalam penelitian stilistika karya sastra dapat mencakup majas, idiom, dan peribahasa. Pemilihan tiga bentuk bahas figuratif tersebut didasarkan karena ketiganya merupakan sarana sastrayang dipandang representatif dalammendukung gagasan pengarang. Selain itu, ketiga bentuk bahasa figuratif itu banyak dimanfaatkan oleh para sastrawan dalam karyanya. Bahasa di dalam karya sastra yang dikaji dengan stilistika terdapat dua kemungkinan dalam mendekatinya. Pertama, studi stilistika dilakukan dengan cara menganalisis sistem linguistik karya sastra dan dilanjutkan dengan menginterpretasi ciri-cirinya, dilihat dari tujuan estetis karya sastra sebagai makna yang penuh. Kedua, penelitian stilistika ini dilakukan dengan mempelajari sejumlah ciri khas dengan membedakan sistem bahasa yang satu dengan sistem-sistem lain (Nurgiyantoro, 2014:274). Penelitian Bode (2013) menjelaskan bahwa pemahaman sesorang terhadap penanda yang dihasilkan dari bait indah puisi masih dalam taraf yang kurang. Berbicara tentang stilistika sebagai pendekatannya sebenarnya sangat mendukung, namun dalam penelitian ini kurang bisa membahas secara mendalam mengenai kajian stilistika tersebut. Pembelajaran seni sastra pada tahap ini juga masih taraf pemula, sehingga kurang bisa diterapkan pada pembelajaran di kota ini. Kumpulan puisi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Sutradara Itu Menghapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono. Pemilihan kumpulan puisi tersebut didasarkan pada hasil tinjauan sebelumnya bahwa (1) kumpulan puisi diindikasi menggunakan diksi yang unik dan berbagai citraan, (2) menggunakan bahasa 3 yang sederhana sehingga dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Kumpulan puisi Sutradara Itu Mengahapus Dialog Kita karya Sapardi Djoko Damono termasuk kumpulan puisi terpopuler yang diterbitkan oleh Editum tahun 2012. Kumpulan puisi tersebut terdiri dari 41 buah puisi dengan tebal buku 72 halaman. Berkaitan dengan pembelajaran sastra di SMA, salah satu karya sastra yang diajarkan di SMA adalah puisi. Citraan yang merupakan unsur fisik puisi adalah salah satu materi yang terdapat pada pembelajaran bahasa Indonesia. Pembelajaran citraan merupakan salah satu pembelajaran yang penting untuk dikuasai oleh siswa. Citraan menjadi bagian dari unsur instrinsik suatu karya sastra. Citraan sering pula ditemukan di berbagai soal-soal bahasa Indonesia. Selain itu, citraan juga ditemukan di luar unsur sastra, misalnya pada berita, iklan, dan juga digunakan seseorang untuk mengungkapkan perasaan. Pembelajaran citraan pada Kurikulum 2013 atau lebih dikenal dengan K13 terdapat pada silabus K13 SMA kelas X semester genap dengan Kompetensi Dasar 3.17 menganalisis unsur pembangun puisi dan Kompetensi Dasar 4.17 menulis puisi dengan memerhatikan unsur pembangunnya. Berdasarkan alasan tersebut yang menjadikan ketertarikan utama untuk melakukan penelitian yang berjudul “Diksi dan Citraan dalam Kumpulan