SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Daftar Isi

Kata Pengantar. [ii]

Maman Lesmana, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan Ilmu Pengetahuan ke dalam Bahasa Arab. [1-10] E. Kosasih, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam: Kajian terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri. [11-26] Ismail Ali, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun di Sarawak: Perspektif Sejarah Maritim. [27-40] Ahmad Kosasih, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional di , 1900 – 1942. [41-60] Ramlee Mustapha, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara: Pembangunan Identiti Negara-Bangsa serta Modal Insan di Malaysia dan Indonesia. [61-74] Daya Negri Wijaya, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan. [75-84] Yuda B. Tangkilisan, Indonesia dan Masalah Perbatasan: Beberapa Masalah dalam Perkembangan Daerah Tapal Batas sebagai Bagian Perekonomian Nasional dari Perspektif Sejarah. [85-96] Info-susurgalur-tainment. [97-102]

Redaksi SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah mengundang para sejarawan, pendidik, dan peminat sejarah di Indonesia dan di Asia Tenggara untuk menyebarkan berbagai hasil penelitian, gagasan dan pemikiran kritis, serta pengalaman menarik di bidang kesejarahan dan pendidikan sejarah, serta disiplin ilmu lain yang masih ada hubung-kaitnya dengan kajian sejarah dan pendidikan sejarah. Redaksi berhak mengedit, menambah, dan mengurangi tulisan yang masuk tanpa mengubah substansi isi dan maknanya.

i SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Kata Pengantar ada benarnya juga jika ada seorang sejarawan yang mengatakan bahwa Berkala ilmiah baru sejarah yang objektif adalah sejarah yang diterbitkan oleh kontemporer. ASPENSI (Asosiasi Jurnal SUSURGALUR juga punya Sarjana Pendidikan visi dan misi yang khas, yakni ingin Sejarah Indonesia) di menjadi media bagi para sejarawan ini bernama dan pendidik sejarah di Asia Tenggara SUSURGALUR. dengan menggunakan bahasa dan Kata ini bisa berarti budaya Melayu sebagai titik tolak melacak asal-usul dalam berwacana. Jika peribahasa garis keturunan “Bahasa Menunjukkan Bangsa” itu individu atau kelompok. Dalam sahih kebenarannya, maka usaha arti yang luas, kata SUSURGALUR untuk mencari, menemukan, dan bisa bermakna membicarakan dan memperkuat jatidiri bangsa-bangsa di mengkaji sesuatu hal berdasarkan Asia Tenggara juga harus dilakukan unsur diakronis, dimana aktivitas dengan menggunakan bahasa yang menjadi lingua franca bagi bangsa- manusia dalam dimensi ruang dan bangsa tersebut. Karena itu, artikel- waktu secara kronologis diwacanakan. artikel dalam jurnal SUSURGALUR Dengan demikian, jurnal SUSURGALUR semuanya ditulis dalam BINA (Bahasa merupakan wahana bagi para Dosen, Indonesia) dan BM (Bahasa Melayu) Guru Sejarah, dan Akademisi yang sebagai bahasa perantara bagi bangsa- meminati sejarah dan pendidikan bangsa di kawasan Asia Tenggara sejak sejarah untuk berwacana – berdasarkan berabad-abad lamanya. hasil penelitian dan pemikiran yang Adalah satu kenyataan, dan bernas – tentang sesuatu isu atau tantangan sekaligus, bahwa pada masalah dengan melacak unsur genesis tahun 2015 nanti ASEAN (Association dan perkembangannya agar relevan of South East Asian Nations) akan dengan konteks kekinian dan kedisinian menjadi kawasan bersatu yang diikat di satu sisi, serta di sisi lain sejalan oleh kepentingan yang sama, baik dengan kecenderungan yang akan karena faktor budaya, bahasa, ras, terjadi di masa depan. dan sosial maupun karena faktor- Tidak mudah memang. Tapi itulah faktor ekonomi, politik, dan pertahanan. tugas sejati dari disiplin ilmu sejarah Memahami sejarah dan perkembangan dan pendidikan sejarah. Kajian yang bangsa-bangsa lain yang berbudaya semata-mata untuk kepentingan masa dan berbahasa Melayu di Asia Tenggara lalu akan menjadikan disiplin ilmu – seperti Indonesia, Malaysia, Brunei ini dicap antikuarian, tidak relevan, Darussalam, Singapura, Thailand serta akan ditinggalkan dan tidak Selatan, Filipina Selatan, dan bahkan diminati oleh banyak orang. Sebaliknya, Timor Leste – adalah sebuah keniscayaan. mengkaji suatu masalah dan isu tanpa Memahami proses genesis dan melacak susurgalur-nya juga akan gagal perkembangan yang unik suatu bangsa menarik pelajaran dari masa lalu yang adalah kunci utama bagi tumbuhnya memiliki pola-pola dan kecenderungan saling menghargai dan mempercayai satu yang relatif ajeg dan seragam. Karena bangsa dengan bangsa lainnya. itu jurnal SUSURGALUR, sekali lagi, Akhirnya, dari meja Redaksi kami ingin menjadi wahana bagi siapa saja ingin mengucapkan selamat membaca yang meminati disiplin ilmu sejarah artikel-artikel yang disajikan dalam dan pendidikan sejarah untuk berbagi jurnal SUSURGALUR edisi perdana perspektif bahwa kajian tentang masa ini. Semoga ada manfaatnya. Terima lalu mesti ada relevansinya dengan kasih dan wassalam. (Sri R. Rosdianti, konteks kini dan nanti. Mungkin M.M.Pd., Sekretaris Redaksi) ii SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan Ilmu Pengetahuan ke dalam Bahasa Arab

Maman Lesmana

Ikhtisar: Tulisan ini bertujuan untuk menelusuri tentang asal mula penerjemahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab, siapa yang pertama kali melakukan aktivitas terjemahan, apa saja yang diterjemahkan, dan bagaimana cara menerjemahkannya. Dimulai dengan memberikan informasi secara detil tentang aktivitas penerjemahan yang dilakukan oleh orang-orang Arab dan model terjemahan dari masing-masing periode, mulai dari zaman pra Islam, Islam, Bani Ummayah, dan Bani Abbasiyyah. Dilanjutkan dengan riwayat hidup Hunayn bin Ishak, orang pertama yang berperan dalam penerjermahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab, karya-karya atau tema-tema, serta apa saja yang pertama kali diterjemahkan. Lalu ditutup dengan keterangan mengenai adanya dua teori tentang aktivitas penerjemahan pada saat itu, yaitu teori yang berpendapat bahwa aktivitas penerjemahan merupakan hasil dari kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh orang-orang Kristen Syria, yang mahir berbahasa Yunani. Teori kedua berpendapat bahwa aktivitas penerjemahan ditujukan kepada para penguasa yang bijaksana dan berpikiran terbuka. Kata kunci: Tokoh Hunayn bin Ishak, sejarah penerjemahan, ilmu pengetahuan, bahasa, dan budaya Arab.

Abstract: This paper aims to trace the origin of translation of knowledge into Arabic, who was first to perform activities of translation, what is translated, and how to translate it. Started by providing detailed information about the activity of translation done by Arabs and translation models from each period, starting from the time of pre-Islamic, Islamic, Bani Ummayads, and Bani Abbasids. Followed by biography of Hunayn ibn Ishak, the first to play a role in translation of science into Arabic, the works or themes, and models that first are translated. And conclude with a description of the existence of two theories of translation activity at the time, that is the first theory which argues that translation is the result of the scientific activities undertaken by the Christians of Syria, whose fluent in Greek. The second theory found that translation activities aimed towards the wise ruler and open-minded. Key word: Figure of Hunayn bin Ishak, history of translation, science, language, and Arabic culture.

Pendahuluan adalah salah satu penerjemah terbaik Di Arab, terjemahan dimulai Syria. Terjemahannya yang terkenal oleh orang-orang Syria pada paruh adalah terjemahan dari buku Aristoteles pertama abad kedua Masehi. Mereka yang berjudul The World (dalam Gutas, menerjemahkan teks-teks yang 1998). ada pada era paganisme. Dalam Selain pada era paganisme, terjemahannya, orang-orang Syria pada zaman Nabi Muhammad SAW dipengaruhi oleh cara penerjemahan (Salallahu ‘Alaihi Wassalam) juga orang-orang Yunani. Terjemahan di sudah ada aktivitas penerjemahan. Syria lebih harfiah dan setia dengan Penyebaran Islam dan komunikasi aslinya. Menurut Addidaoui, Jarjas dengan masyarakat yang berbahasa

Dr. Maman Lesmana adalah Dosen Senior di Jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Alamat e-mail: [email protected]

1 MAMAN LESMANA, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan non-Arab seperti orang Yahudi, Roma, sendiri: apakah terjemahan itu akan dan lainnya mendorong Nabi untuk digunakan untuk mengajarkan prinsip- mencari penerjemah dan mempelajari prinsip Islam atau untuk berdoa bahasa asing. Salah satu penerjemah dan perundang-undangan? Hal ini paling terkenal saat itu adalah Zaid merupakan pilihan sulit yang dihadapi ibn Thabit. Ia memainkan peran yang oleh penerjemah. Secara umum, Al- sangat penting dalam menerjemahkan Qur’an diterjemahkan oleh sebuah surat yang dikirim oleh Nabi kepada komite khusus dengan maksud untuk raja-raja asing dari Persia, Syria, Roma, melindunginya dari pemalsuan (Zakhir, dan Yahudi; serta surat-surat yang 2012). dikirim oleh raja-raja mereka kepada Pada zaman sebelum Islam, Nabi (Zakhir, 2012). aktivitas penerjemahan tampak hanya Aktivitas penerjemahan yang lain menempati skala yang kecil. Sebuah adalah penerjemahan Al-Qur’an. naskah tahun 513 M yang ditulis Menurut Ben Chakroun, para dalam bahasa Yunani, Syria, dan Arab penerjemah Al-Qur’an pada masa- ditemukan dekat Alepo. Naskah itu, masa permulaan difokuskan pada di antaranya, berisi tentang daftar maknanya. Salman al-Farisi, misalnya, nama orang-orang yang terlibat dalam menerjemahkan makna surat Al-Fatihah pendirian gereja tempat naskah itu untuk orang-orang Persia Muslim, yang ditemukan. Aktivitas penerjemahan juga tidak bisa berbicara bahasa Arab. Ben ada pada masa awal Islam, meskipun Chakroun juga menyatakan bahwa hanya ada sedikit catatan. Seperti perpustakaan di Barat masih banyak kita ketahui bahwa Nabi Muhammad yang melestarikan terjemahan dari mengirimkan surat ke berbagai Al-Qur’an, seperti terjemahan dalam penguasa, seperti Raja Muda dari Mesir, bahasa Yunani yang diterjemahkan yang menghimbau mereka untuk masuk oleh Naktis, seorang filsuf pada ke dalam agama Islam. Interaksi antara abad ke-3 SM (Sebelum Masehi), Nabi dan para penguasa non-Arab tentu terjemahan dalam bahasa Persia yang saja tidak bisa tanpa bantuan aktivitas diterjemahkan oleh Sheikh Mohamed penerjemahan (Baker & Saldanha eds., al-Hafid al-Boukhari, dan dalam bahasa 2009:329). Turki oleh Sheikh al-Fadl Ben Mohamed Pada masa Bani Ummayah, aktivitas Idris al-Badlissi (dalam Delisle ed., 1995). penerjemahan sudah mulai dilakukan Meskipun Al-Qur’an sudah banyak secara bersungguh-sungguh. Sumber diterjemahkan ke dalam bahasa yang paling dipercaya dan komprehensif lain, tapi masih ada juga yang masih tentang adanya aktivitas penerjemahan diperdebatan di dunia Arab, contohnya pada masa kerajaan Islam itu adalah Al-Qur’an yang diterjemahkan ke dalam Al-Fihris, yang disusun oleh Ibn Nadim bahasa Turki oleh pemerintah Turki pada tahun 988 M. Dalam Al-Fihris pada masa Mustafa Kamal Ataturk. disebutkan bahwa pangeran Khalid ibn Tujuan dari penerjemahan ini adalah Yazid, putra dari Khalifah kedua Bani untuk mengganti teks Al-Qur’an yang Ummayah, adalah orang pertama yang asli sebagai cara untuk menyebarkan melakukan aktivitas penerjemahan. Ia sekularisme di negara Islam. Hal ini menyuruh orang untuk menerjemahkan menyebabkan gelombang kritik dari teks dari bahasa Yunani dan Koptik ke para intelektual, wartawan, dan mufti di dalam bahasa Arab. Hal ini dilakukan Arab. agar ia dapat memperoleh pengetahuan Selain itu, ada juga konflik lain masih dari hasil terjemahan tersebut, karena di seputar aktivitas penerjemahan Al- ia gagal mendapatkan posisi sebagai Qur’an, yaitu yang berkaitan dengan khalifah (Zakhir, 2012). alasan di balik penerjemahan itu Meskipun aktivitas penerjemahan

2 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 yang dianggap berasal dari Khalid Sejarah terjemahan di Arab juga ibn Yazid masih diperdebatkan dalam ditandai dengan adanya nama Al-Jahiz literatur, tapi ada pendapat umum yang (868-577), yang merupakan salah satu mengatakan bahwa itulah terjemahan pembuat teori terjemahan terbesar. pertama pada masa Bani Ummayah. Teori dan tulisan-tulisannya masih Di samping itu, dalam Al-Fihris juga digunakan sampai sekarang oleh disebutkan bahwa teks pertama yang banyak penerjemah Arab profesional. diterjemahkan ke dalam bahasa Arab Menurut Al-Jahiz, penerjemah adalah teks tentang ilmu kimia, karena harus mengetahui struktur ujaran, Khalid ibn Yazid ingin mengetahui kebiasaan masyarakat, dan cara mereka tentang adanya kemungkinan bahwa memahami satu sama lain. Selain mineral bisa diubah menjadi emas. penekanannya pada pengetahuan Setelah itu, barulah ada terjemahan struktur bahasa dan budaya orang- tentang obat-obatan dan astrologi. orangnya, Al-Jahiz juga membicarakan Selain itu, aktivitas penerjemahan tentang pentingnya revisi setelah juga dilibatkan dalam proses peng- penerjemahan. Singkatnya, Al-Jahiz Arabisasian bidang administrasi yang menempatkan berbagai teori-teori dalam dilakukan oleh Al-Marwan, yaitu dalam dua bukunya, yaitu Al-Hayawan dan hal menerjemahkan dokumen-dokumen Al-Bayan wa at-Tabyiin (dalam Zakhir, resmi. Kemudian, muncul juga 2012). terjemahan lagu-lagu dari Bizantium dan Persia yang dilakukan oleh Said Siapakah Hunayn bin Ishaq? ibn Misjah, musisi Mekah pertama dan Pada masa pemerintahan Al- merupakan salah satu musisi terkenal Mutawakkil (846-861), ada seorang pada masa itu. sarjana obat-obatan yang terkenal Sejumlah teks sastra filsafat dari di ibukota Baghdad, yaitu Abu Zayd Yunani juga diterjemahkan ke dalam Hunayn bin Ishaq al-‘Ibadi, atau bahasa Arab pada akhir zaman Bani lebih dikenal sebagai Hunayn bin Ummayah, di antaranya adalah Ishaq. Reputasinya sangat luar biasa. sebahagian besar dari karya-karya Ahli sejarah obat-obatan Perancis Aristoteles dan Alexander. Terjemahan terkenal, Lucian Leclere, menyebut ini sangat berpengaruh kuat pada bahwa Hunayn bin Ishaq tidak hanya puisi Arab abad ke-9 dan 10 M. Dua seorang sarjana besar dalam bidang penyair Arab terkenal pada masa itu, obat-obatan di Arab pada abad ke-9, yaitu Ab al-Atahiyah dan Al-Mutanabbi, tapi juga mempunyai karakter yang juga memasukkan unsur-unsur sastra sangat ramah. Kehidupannya yang filsafat ke dalam karya-karya mereka patut dicontoh menjadi standar etika (Baker & Saldanha eds., 2009:329). di lingkungan profesinya (dalam Hayes, Aktivitas terjemahan Arab yang lain 1983:192). juga terjadi pada periode Abbasiyah Hunayn bin Ishaq merupakan salah pertama (750-1250), yaitu pada masa satu dari penerjemah terbaik pada masa Khalifah Al-Mansur, yang membangun Islam. Dia mempunyai pengetahuan kota Baghdad; dan pada masa Khalifah yang sempurna dalam bahasa Yunani Al-Makmun, yang membangun Bayt al- dan Arab. Dia belajar bahasa Arab di Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), yang Basrah di bawah bimbingan Al-Khalil merupakan lembaga penerjemahan ibn Ahmad. Abu Ma’shar menyebutkan, terbesar pada waktu itu. Selama dalam Kitab al-Mukhadharat, bahwa periode itu, penerjemah memfokuskan penerjemah terbaik dalam masa Islam terjemahannya pada bidang filsafat ada empat orang, yaitu Hunayn ibn Yunani, ilmu pengetahuan India, dan Ishaq, Ya’qub ibn Ishaq al-Kindi, sastra Persia. Tsabit ibn Qurrah, dan Umar ibn

3 MAMAN LESMANA, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan

Farkhan at-Tabari. Hunayn bin Ishaq Kemampuan Hunayn bin Ishaq meninggal pada masa pemerintahan menerjemahkan teks tentang obat- Khalifah Al-Mutawakkil. Dia adalah obatan dari bahasa Yunani ke dalam ayah dari dua orang anak, yaitu Ishaq bahasa Arab menyebabkan para dan Daud. Ishaq meneruskan jejak koleganya menjadi iri. Mungkin, hal ayahnya menjadi penerjemah dan ahli ini karena dia dibayar begitu mahal matematika, sedangkan Daud menjadi sehingga merusak profesi mereka; dokter (al-Andalusi, 1991:33). atau karena dia mendapatkan posisi Hunayn bin Ishaq dilahiran sebagai kepala ahli obat-obatan, karena di Hira, sebuah kota antara Iran pengaruhnya sebagai penerjemah dan semenanjung Arab, yang dulu melebihi para koleganya (Cooper, merupakan ibukota dari Kerajaan 2011:14). Lakhmid dan pusat kebudayaan Arab Menurut Ibnu al-Ibri, Yuhana bin yang penting, yang tidak jauh dari Massawayh muak dengan pertanyaan kota Muslim Kufah, pada tahun 194 H yang terus-menerus dari Hunayn bin (Hijriah) atau 809/810 M (Masehi), anak Ishaq, yang menanyakan kepadanya, dari seorang ahli obat-obatan. Kerajaan “Apa yang akan dilakukan oleh Lakhmid bersekutu dengan bangsa orang-orang Al-Hira dengan obat- Sassania, Iran, yang melindunginya obatan seperti ini? Pergi ke pasar dan dari gangguan suku-suku Arab. Ayah menukarnya dengan uang?”. Hunayn Hunayn bin Ishaq adalah seorang ahli bin Ishaq meninggalkan Yuhana bin obat-obatan dari keluarga Kristen Massawayh sambil menangis, tapi Nestoria, dengan julukan Al-Ibadi, itu menjadi tantangan bagi dirinya yang merupakan anggota dari salah untuk mempelajari bahasa Yunani di satu suku Arab yang mempertahankan tempat bahasa itu berasal, di mana ia kekristenannya di bawah kekuasaan tinggal selama dua tahun, sampai ia Islam. Jadi, dia bukan anggota dari memperoleh pengetahuan tentang bunyi salah satu keluarga ahli obat-obatan bahasa Yunani dan faham tentang yang terkemuka di Syria. kritik teks seperti telah dikembangkan Ketika muda, Hunayn bin Ishaq di Alexandria. Kemudian ia menetap berkunjung ke Baghdad dan belajar untuk beberapa waktu di Basra dan obat-obatan dengan Yuhanna ibn menghadiri sekolah populer Al-Khalil Masawayh, ahli obat-obatan ternama bin Ahmad al-Farahidi. Di sana ia di istana Abbasiyah. Menurut cerita, menimba ilmu tentang bahasa Arab, Hunayn bin Ishaq terlalu banyak lalu kembali ke Baghdad pada tahun bertanya dan berlaku kurang ajar 826 M. Oleh Gabriel bin Bakhtishu, kepada gurunya, sehingga membuat dokter khalifah Al-Makmun, Hunayn gurunya tidak suka dan akhirnya bin Ishaq dikenalkan kepada Musa bin memecatnya. Hunayn bin Ishaq Shakir dan anak-anaknya, yang dikenal meninggalkan Baghdad selama lebih sebagai ”Anak-anak Musa”, seorang dari dua tahun untuk belajar bahasa donatur pendidikan yang kaya (dalam Yunani di beberapa kota tua Bizantium. Aprim, 2012). Selama mengembara, kemungkinan Bapak Hunayn, yakni Ishaq, adalah ia tinggal di satu kota tua Kerajaan seorang ahli obat-obatan dari suku Bizantium atau berpindah-pindah Arab Kristen Ibadi di Hirah, Irak. Di dari satu kota ke kota lain yang masih sanalah Hunayn bin Ishaq dilahirkan tradisional untuk belajar bahasa Yunani. dan dibesarkan. Ketika bapaknya Kemudian dia berkonsiliasi dengan mengetahui bahwa anaknya mempunyai mantan gurunya yang meminta kepada potensi, lalu ia mengirimnya ke Hunayn bin Ishaq untuk menerjemahkan ibukota Abbasiyah untuk melanjutkan teks tentang obat-obatan. pendidikan dalam seni pengobatan. Di

4 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Baghdad, Hunayn bin Ishaq mendaftar Baghdad dan tentara yang dibentuknya di sekolah pertama khusus obat-obatan dari budak-budak Turki. Tentara ini dalam Islam di bawah bimbingan dokter mendapat posisi yang istimewa, karena terkenal, Yuhana bin Massawayh. itu mereka sering melakukan hal-hal Tetapi, karena ada perbedaan pendapat yang durhaka. Akhirnya, Khalifah Al- antara dia dengan gurunya, maka ia Muktasim dan istananya pindah ke meninggalkan sekolah itu. Samarra, di sebelah utara Baghdad, Keinginan Hunayn bin Ishaq untuk pada tahun 836 M, dan memerintah menjadi orang besar dalam bidang sampai 842 M. Kemudian, beliau pengetahuan dan seni pengobatan kuno digantikan oleh Wathiq pada tahun mendorong dia untuk meningkatkan 842-847 M. Pada masa pemerintahan studi bahasa Yunaninya. Dalam Wathiq yang sangat singkat itu, Bayt waktu yang tidak terlalu lama, ia al-Hikmah tidak mendapat perhatikan dapat menguasai buku-buku tentang darinya, sehingga mengalami pengobatan dalam bahasa Yunani dan kerusakan. menerjemahkan buku-buku tersebut Khalifah berikutnya adalah Al- ke dalam bahasa Arab dan Syria Mutawakkil (847-861). Meskipun dengan dukungan dari ahli obat-obatan pendiriannya keras, fanatik, dan sadis, istana, yaitu Jibra`il bin Bakhtishu Al-Mutawakkil sangat mendukung dan anak laki-laki dari Ibn Musa bin penelitian ilmiah. Pada masa Shakir. Akhirnya, kemampuan Hunayn pemerintahannya, Bayt al-Hikmah bin Ishaq pun diakui. Kira-kira pada dibuka kembali dan Hunayn bin Ishaq tahun 830, ia diangkat oleh Khalifah mencapai puncak kemuliaannya. Al-Makmun untuk menjadi Kepala Ia tidak hanya bertugas sebagai Bayt al-Hikmah, sebuah institusi yang penerjemah tetapi ia juga diangkat oleh didukung oleh pemerintah untuk Khalifah Al-Mutawakkil sebagai dokter menerjemahkan tulisan-tulisan klasik pribadinya (Aprim, 2012). Tapi, Khalifah dan mempromosikan ilmu-ilmu Al-Mutawakkil masih merasa perlu yang bermanfaat. Para khalifah dan untuk menguji integritasnya. dermawan pun turut mendukungnya Suatu hari, secara diam-diam, sampai pada pemerintahan Al- Khalifah Al-Mutawakkil menyuruh Mutawakkil (Hayes,1983:192). Hunayn bin Ishaq untuk membuatkan Dalam kapasitasnya sebagai Kepala racun yang akan digunakan untuk Bayt al-Hikmah, Hunayn bin Ishaq membasmi orang-orang yang menentang harus bertanggung jawab atas semua pemerintahnya. Kalau Hunayn bin pekerjaan terjemahan ilmiah, yang Ishaq mau membuatkannya, ia akan dibantu oleh anaknya, Ishaq bin diberi hadiah oleh Khalifah. Mendengar Hunayn, dan keponakan laki-lakinya, perintah itu, Hunayn bin Ishaq tidak Hubaysh bin al-Hasan, yang telah ia langsung membuatnya, malah ia latih sebelumnya. Kemampuan Hunayn berkata pada Khalifah bahwa ia tidak bin Ishaq sebagai seorang penerjemah mahir membuat racun, ia hanya bisa dapat dibuktikan ketika ia bekerja membuat obat-obatan yang berfaedah. untuk anak-anak Musa bin Syakir, dia Kalau Khalifah menyuruhnya dan para koleganya digaji sekitar 500 membuatkan racun, maka dia harus Dinar per bulan, sementara Al-Makmun belajar terlebih dahulu. Tapi Khalifah membayarnya dengan emas seberat tidak mau, ia menginginkan racun itu buku-buku yang diterjemahkan. dibuat sesegera mungkin. Khalifah Al-Makmun meninggal Khalifah terus mendesak agar pada tahun 833 M dan digantikan Hunayn bin Ishaq mau menuruti oleh Al-Muktasim, yang mengalami perintahnya, tapi ia tidak mau kesulitan dalam mengontrol rakyat melanggar hati nuraninya. Hunayn

5 MAMAN LESMANA, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan bin Ishaq menjelaskan bahwa penggantinya, yakni Al-Musta’in seorang tukang obat disumpah untuk (862-866 M), Al-Mu’tazz (866-869 tidak akan memberikan obat yang M), Al-Muhtadi (869 -870 M), dan Al- membahayakan atau mematikan kepada Mu’tamid (870-892 M). Hunayn bin orang. Kode etik profesi juga meminta Ishaq menerjemahkan karya Galen, agar obat yang dibuat digunakan untuk De Constitutione Artis Medicae sampai membantu pasien, bukan melukainya. pada saat kematiannya, yaitu pada Karena menolak perintah, Hunayn tahun 873 M, menurut Fihrist; atau 877 bin Ishaq diancam akan dimasukkan M menurut Ibnu Abi Usaibi’a (dalam ke dalam penjara, dengan tuduhan Aprim, 2012). menentang Khalifah. Namun Hunayn Dalam sejarah tentang dokter (akhbar bin Ishaq berkata bahwa ia tidak takut al-itaba) disebutkan bahwa setiap mati, karena Tuhan tahu bahwa dia pulang dari perjalanan, Hunayn bin tidak bersalah. Akhirnya, Khalifah Al- Ishaq mandi dengan air yang diisinya Mutwakkil membebaskannya dengan sendiri. Kemudian, ia pakai gaun alasan bahwa Khalifah hanya menguji tidur dan minum secangkir anggur kejujuran dan integritasnya, kemudian dengan sebuah biskuit. Setelah itu, ia Hunayn bin Ishaq dipromosikan dan membakar parfum untuk mengasapi diberikan banyak hadiah oleh Khalifah dirinya, sampai keringatnya keluar. (Hayes,1983:193). Setelah beristirahat, ia makan malam Menurut Hunayn bin Ishaq, ada dua dengan sup anak ayam dan roti. Setelah hal yang menyebabkan dia menolak itu, ia tidur. Ketika bangun dari tidur, permintaan Khalifah Al-Mutawakkil, ia minum empat cangkir anggur. Kalau yaitu agama dan profesinya. Dalam ia menginginkan minuman anggurnya agama, ia diperintahkan untuk berbuat lebih segar, maka ia campur dengan baik, walaupun kepada musuh; dan apel dan quince dari Syria. Itulah dalam profesinya, ia diperintahkan kebiasaan Hunayn bin Ishaq sampai untuk berbuat baik kepada sesama akhir hidupnya pada hari Selasa, 7 dengan memberikan bantuan dan Safar 260 H atau bulan Desember 873 pengobatan. Sebagai dokter, ia juga M (Khallikan, 1996:270-271). disumpah untuk tidak memberikan obat yang mematikan (Aprim, 2012). Karya Terjemahan Hunayn bin Ishaq Setelah bertahun-tahun Hunayn bin Sebagai penerjemah, Hunayn bin Ishaq diberi kepercayaan oleh Khalifah Ishaq dapat dipercaya. Dia pernah Al-Mutawakkil, para pesaingnya berkunjung ke beberapa negara untuk yang iri menuduh bahwa apa yang mengumpulkan naskah-naskah di dilakukan Hunayn bin Ishaq itu salah, bidang yang sama, kemudian dia sehingga sang Khalifah menjadi berbalik banding-bandingkan satu sama yang menetangnya. Buku-buku Hunayn bin lain sampai menemukan naskah yang Ishaq disita dan ia dijebloskan ke dalam aslinya. Ketika menemukan naskah penjara serta diperlakukan secara yang asli, lalu ia terjemahkan naskah kasar. Tapi, akhirnya, Khalifah yakin itu dengan teliti, tapi tidak secara bahwa Hunayn bin Ishaq tidak bersalah harfiah. Metode seperti itulah yang ia (Hayes, 1983:193). rekomendasikan kepada para murid Pada tahun 861 M, Khalifah Al- dan teman-temannya. Ketika masih Mutawakkil dibunuh oleh pengawal aktif, Hunayn bin Ishaq dan sekolahnya Turki atas hasutan anaknya. Namun, menerjemahkan buku-buku acuan Hunayn bin Ishaq masih tetap yang penting dari Yunani dalam bidang mendapat dukungan yang besar dari kehidupan sosial, seperti tulisan-tulisan putra Al-Mutawakkil tersebut, yaitu Aristoteles. Al-Muntasir (861-862 M); kemudian Sebagai penulis dan penerjemah,

6 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Hunayn bin Ishaq banyak menulis ke dalam bahasa Arab. Hal ini biasanya topik tentang obat-obatan. Ibn dilakukan oleh orang-orang Nestorian Nadim, seorang ahli bibliografi yang diusir dari Bizantium pada Muslim, menunjukkan ada 29 abad ke-5 M. Bahasa Syria seringkali judul karya Hunayn bin Ishaq dan dijadikan sebagai bahasa perantaranya menempatkannya ke dalam para (Delisle ed., 1995:113). tokoh terkemuka dalam bidang ilmu Tampaknya, memang agak sukar pengetahuan di Arab. Meskipun menemukan terjemahan bahasa Arab sebahagian besar kontribusi dari publikasi tentang kedokteran serta intelektualnya berdasarkan pada filsafat Yunani yang paling populer pemikiran Yunani, Hunayn bin Ishaq tanpa melewati bahasa Syria. Sebagian juga membuat tambahan, peningkatan, besar karya Yunani pertama-tama dan modifikasi yang berarti dalam teori diterjemahkan kedalam bahasa Syria, tentang pengobatan (Hayes,1983:193). kemudian dari bahasa Syria kedalam Salah satu karya terjemahan bahasa Arab. Dari berbagai karya Hunayn bin Ishaq yang paling penting Hunayn bin Ishaq, ada beberapa yang adalah Risalah. Di dalamnya, ia dibantu oleh kedua asistennya, yaitu mendeskripsikan 129 karya Galen. anaknya dan keponakannya, serta Dari 129 karya Galen itu, Hunayn bin siswa-siswa lain di sekolahnya, seperti Ishaq mengaku telah menerjemahkan ‘Isa bin Yahya bin Ibrahim dan Musa sebanyak 90 buah, di antaranya bin Khalid. Hampir semua ilmuwan berjudul Critical Days, yang ia terkemuka dari generasi penerusnya persembahkan untuk Abu Ghafar adalah murid Hunayn bin Ishaq Muhammad ibn Musa ibn Syakir seperti Staphanos bin Basilos, yang (wafat 873), seorang birokrat kaya yang menerjemahkan Dioscorides ke dalam sangat gemar dengan ilmu pengetahuan bahasa Syria, dan dari versi Syria ini Yunani (Cooper, 2011:14). Selain itu, yang kemudian diterjemahkan ke dalam Hunayn bin Ishaq juga menerjemahkan bahasa Arab oleh Hunayn bin Ishaq karya-karya Hippocrates dan menulis sendiri untuk anak-anak Musa bin buku-buku, seperti Al-Mantiq atau Syakir. Logika, Al-Aghdiyat atau Nutrisi, dan Al- Hunayn bin Ishaq memang sering Adwiyat al-Musahilat atau Obat Pencuci menerjemahkan teks dari bahasa Perut (al-Andalusi, 1991:33). Yunani ke dalam bahasa Syria, Hunayn bin Ishaq dan para barulah kemudian para koleganya korabolatornya dihargai dengan yang merjemahkan dari bahasa Syria sejumlah karya terjemahan, seperti The ke dalam bahasa Arab. Contohnya, Republic karya Plato, Organon karya Hermeneutica, karya Aristoteles, Aristoteles, dan lain-lain. Beberapa di diterjemahkan oleh Hunayn bin Ishaq antaranya diterjemahkan langsung dari dari bahasa Yunani ke bahasa Syria; bahasa Yunani ke bahasa Arab, kalau barulah kemudian diterjemahkan naskah asli Yunaninya ada dan kalau dari bahasa Syria ke dalam bahasa penerjemahnya mempunyai keahlian Arab oleh anaknya, yakni Ishaq bin dalam linguistik Arab, karena hanya Hunayn, yang mempunyai kemampuan ada sedikit penerjemah yang punya lebih baik dalam bahasa Arab dan kemampuan sekaligus dalam bahasa menjadi penerjemah karya-karya besar Yunani dan bahasa Arab, terutama Aristoteles. pada awal-awal tahun pada masa Secara keseluruhan, Hunayn bin itu. Kadang-kadang, karya-karya dari Ishaq menerjemahkan 20 buku Galen Yunani diterjemahkan dua kali, pertama ke dalam bahasa Syria, 2 buku untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani putra Gabriel Bakhtishu, 2 buku untuk dahulu, baru kemudian diterjemahkan Salmawaih bin Bunan, 1 buku untuk

7 MAMAN LESMANA, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan

Gabriel Bakhtishu, dan 1 buku untuk karya-karya Galen, yaitu De bin Massawayh, dan juga merevisi 16 Sectis, Ars Medica, De Pulsibus ad terjemahan yang dibuat oleh Sargis Tirones, Ad Glauconem de Medendi al-Ras’ayni dari Ras al-’Ain di Sungai Methodo, De Ossibus ad Tirones, De Khabur, yang terjemahannya dikenal Musculorum Dissectione, De Nervorum dengan nama Corpus Galena (Aprim, Dissectione, De Venarum Arteriumque 2012). Dissectione, De Elementis Secundum Khalifah Harun al-Rasyid memiliki Hippocratem, De Temperamentis, De dua putra, yang tertua adalah Al- Facultibus Naturalibus, De Causis Amin, sedangkan yang muda adalah et Symptomatibus, De Locis Affectis, Al-Makmun. Khalifah Harun al-Rasyid De Pulsibus, De Typis, De Crisibus, meninggal dunia pada tahun 809 M, De Diebus Decretoriis, dan Methodus hampir bersamaan dengan tahun Medendi. Juga diterjemahkan karya- kelahiran Hunayn bin Ishaq. Ketika karya Hippocrates dan Dioscorides; itu ada konflik senjata antara kedua karya Plato, Republic; karya Aristoteles: putranya, tapi akhirnya Al-Makmun Categories, Physics, dan Magna yang memenangkan konflik senjata Moralia; tujuh buku Anatomy karya tersebut. Al-Makmun diangkat menjadi Galen, yang aslinya dalam bahasa khalifah dan memerintah kerajaan dari Yunani telah hilang, tapi versi bahasa Baghdad. Ia melanjutkan dukungannya Arabnya masih ada; versi bahasa Arab terhadap bidang pendidikan yang dari the Old Testament dari the Greek dimulai oleh ayahnya, yang mendirikan Septuagint, tapi tidak lanjut; beberapa sebuah perpustkaan yang disebut Bayt karya R. Duval dalam bidang ilmu al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan), kimia; sebuah buku dalam bidang ilmu tempat karya-karya filsafat dan ilmiah kimia yang berjudul ‘An al-Asma yang Yunani diterjemahkan. artinya “Tentang Nama”. Buku ini tidak Tapi jangan disangka kalau orang- diperoleh oleh para peneliti, tapi ada orang Arab itu dapat dengan mudah dalam Dictionary of Ibn Bahlool pada menerjemahkan tumpukan teks- abad ke-10 dan Kitab al-Ahjar atau The teks dari Yunani. Sebahagian dari Book of Stones (Aprim, 2012). mereka justru mengalami kesulitan dalam mencari naskah yang akan Dua Teori Kemungkinan tentang diterjemahkan. Dalam rangka untuk Terjemahan dalam Dunia Arab mencari manuskrip karya-karya Rainer Degen dari Marburg, setelah Aristoteles dan lain-lain, Khalifah Al- kembali dari perjalanannya ke Paris Makmun mengirim sebuah tim yang pada tahun 1973 dan Baghdad pada terdiri dari orang-orang yang paling tahun 1974, dalam rangka menghadiri terpelajar ke Bizantium. Diperkirakan festival besar peringatan 1100 tahun bahwa Hunayn bin Ishaq menjadi lebih wafatnya Hunayn bin Ishaq, menulis terampil dalam bahasa Yunani daripada sebuah makalah tentang naskah Syria para ilmuwan lainnya di Baghdad, tertua yang diterjemahkan oleh para karena ia ikut dalam ekspedisi ini. penerjemah besar dari Nestorian dan Hunayn bin Ishaq mencari naskah dokter Hunayn bin Ishaq. Ia menulis tersebut mulai dari Mesopotamia, bahwa tidak ada satu makalah pun Syiria, Palestina, dan Mesir sampai ke tentang karya Hunayn bin Ishaq yang Alexanderia, tapi tidak menemukan berbahasa Syria dibacakan di Paris sesuatu apa pun, kecuali hanya dan Baghdad. Hanya berbagai aspek sebahagian di Damaskus (Connor & kehidupan Hunayn bin Ishaq dan Robertson, 2012). karya-karyanya yang dibacakan oleh Karya-karya yang diterjemahkan para pembicara (dalam Aprim, 2012). oleh Hunayn bin Ishaq adalah Dulu, teks-teks yang diterjemahkan

8 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 ke dalam bahasa Arab berasal dari itu; dan mahir berbahasa Arab, bahasa Sansekerta, Persia, Syria, karena keadaan historisnya. Mereka Yunani, Aramea, dan lain-lain. memutuskan untuk menerjemahkan Topik yang diterjemahkan ke dalam karya-karya tertentu, bukan untuk bahasa Arab adalah topik-topik yang tujuan memperbaiki masyarakat atau menarik dalam berbagai aspek ilmu mempromosikan agama mereka. Teori pengetahuan. Mereka menerjemahkan kedua berpendapat bahwa aktivitas naskah-naskah tentang matematika, penerjemahan tersebut ditujukan astronomi, filsafat, logika, obat- kepada para penguasa yang bijaksana, obatan, kimia, politik, dan lain- berpikiran terbuka, dan untuk lain. Kesusastraan kurang diminati, memahami tentang ketidakmengertian karena sering dimasukkan unsur- mereka terhadap ideologi pencerahan unsur yang berbau agama kuno dan yang dicetuskan oleh orang-orang mitos yang bertentangan dengan Eropa, sehingga dengan adanya semangat Islam dan bangsa Arab terjemahan itu mereka dapat sudah mempunyai tradisi sastra mempelajarinya (Gutas, 1998:2). yang sangat kuat. Pada masa Bani Di lain pihak, Mona Baker, seorang Abbasiyah, aktivitas penerjemahan ilmuwan dari Mesir, membedakan semakin meningkat, terorganisir, dan bahwa ada dua metode terkenal institusional. Penerjemahan disponsori dalam terjemahan Arab. Pertama, dan didukung oleh pemerintah dan ada metode Yohana ibn al-Batriq dan Ibnu lembaga khusus yang memprakarsai Naima al-Himsi, yang didasarkan dan mengatur aktivitas penerjemahan pada terjemahan struktur, yaitu (Baker & Saldanha eds., 2009:329). setiap kata Yunani diterjemahkan Di antara aktivitas penerjemahan secara harfiah ke dalam bahasa Arab. yang paling berpengaruh adalah Kedua, mengacu pada terjemahan aktivitas penerjemahan dari bahasa Hunayn ibnu Ishaq al-Jawahiri yang Yunani ke bahasa Arab, yaitu didasarkan pada terjemahan makna, berlangsung dengan baik selama lebih yaitu menerjemahkan pengertian- dari dua abad, mulai dari pertengahan pengertiannya, tanpa meninggalkan abad ke-8 sampai akhir abad ke-10 makna aslinya (dalam Zakhir, 2012). M. Ini bukanlah waktu yang sebentar. Saat ini, tentu saja banyak Selain itu, aktivitas ini didukung perubahan yang terjadi dalam bidang oleh masyarakat elite pada zaman terjemahan di dunia Arab. Banyaknya Abbasiyah, seperti para khalifah, penelitian dalam domain tersebut putra mahkota, pegawai sipil, pimpinan membantu dalam pengembangan militer, pedagang, bankir, sarjana, dan terjemahan dan lahirnya teori baru. ilmuwan; bukan proyek khusus yang Para penerjemah dapat menggunakan dilakukan pada waktu yang terbatas. komputer, peralatan digital, dan istilah- Kemudian, aktivitas ini didukung oleh istilah yang ada dalam database dalam dana yang besar, baik yang bersumber aktivitas terjemahan mereka. Bahkan, dari masyarakat maupun pribadi. sekarang banyak muncul asosiasi Ada dua teori kemungkinan yang penerjemah seperti Asosiasi Penerjemah bersangkutan tentang aktivitas Arab di Arab Saudi, dan lain-lainnya. penerjemahan pada saat itu. Teori Namun kalau dibandingkan dengan pertama mengatakan bahwa aktivitas para penerjemah dari Barat, jumlah penerjemahan merupakan hasil dari buku yang diterjemahkan oleh para kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh penerjemah Arab masih sedikit. orang-orang Kristen Syria, yang mahir Contohnya, terjemahan yang digunakan berbahasa Yunani, karena mengikuti oleh orang-orang Arab sejak zaman pendidikan khusus tentang bahasa Al-Makmun sampai sekarang tidak

9 MAMAN LESMANA, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan melebihi sepuluh ribu buku, kurang terutama dengan upaya-upaya besar di dari yang diterjemahkan oleh orang- kalangan para akademisi Arab (Zakhir, orang Spanyol dalam satu tahun. 2012).

Kesimpulan Sejarah terjemahan di dunia Arab Bibliografi ditandai dengan banyak perubahan dan kejadian. Sejak awal perkembangannya, al-Andalusi, Said. (1991). Science in the Medieval yang dilakukan oleh orang-orang Syria, World. Texas, USA: The University of Texas terjemahan telah melahirkan banyak Press. Aprim, Fred. (2012). “Hunein Ibn Ishak, 809 – teori yang merupakan dasar dari teori 873 or 877” dalam www.nestorian.org [diakses terjemahan di dunia Arab. Bahkan, di , Indonesia: 11 Januari 2013]. dalam wacana keagamaan, terjemahan Baker, Mona & Gabriela Saldanha [eds]. (2009). Arab mencapai puncaknya. Banyak Routledge Encyclopedia of Translation Studies. penerjemah Arab yang berminat untuk New York: Routledge. Connor, J.J.O & E.F. Robertson. (2012). “Hunayn menerjemahkan Al-Qur’an. Sekarang, ibn Ishaq” dalam www-history.mcs.st- terjemahan di dunia Arab telah andrews.ac.uk [diakses di Jakarta, Indonesia: mengalami kemajuan, terutama dengan 9 Januari 2013]. keterbukaan pada teori dan teoritikus Cooper, Glen M. (2011). Galen, de Diebus Decretoriis: From Greek into Arabic. London, Barat, tetapi masih mengalami UK: Ashgate Publishing Limited. banyak masalah dan kesulitan dalam Delisle, Jean [ed]. (1995). Translators through perkembangannya. History. Netherlands: John Benyamins. Setiap era ditandai dengan Gutas, Dimitri. (1998). Greek Though, Arabic munculnya teori baru dan penelitian di Culture. New York: Routledge. Hayes, John Richard. (1983). The Genius of Arab bidang penerjemahan. Memang benar Civilization. USA: MIT Press. bahwa sejarah terjemahan di Barat Khallikan, Ibn. (1996). Ibn Khallikan’s lebih besar dan kaya bila dibandingkan Biographical Dictionary, Volume 2. New Delhi: dengan yang ada di dunia Arab. Tapi Kitab Bhavan. Zakhir, Marouane. (2012). The History of tak dapat disangkal bahwa sejarah Translation. Morocco: University of Soultan terjemahan di dunia Arab pun dari Moulay Slimane. Tersedia juga dalam: www. tahun ke tahun terus berkembang, translationdirectory.com [diakses di Jakarta, Indonesia: 15 Januari 2013].

10 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam: Kajian terhadap Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri

E. Kosasih

Ikhtisar: Sastra klasik merupakan salah satu sumber kultural yang sangat penting. Di dalamnya terkandung nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Oleh sebab itu, untuk sampai pada pengertian yang sesunggunya, penulis membatasi pada persolan struktur sastra Melayu klasik Islam yang meliputi alur, tokoh, latar dan tema, kategori-kategori moral, dan karakteristik umumnya pada tiga karya sastra yang terpilih, yakni: “Hikayat Raja Khaibar”, “Hikayat Saif Zulyazan”, serta “Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Masri”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif. Penelitian ini juga memusatkan perhatian pada penginferensian suatu teks, maka proses pengumpulan data dilakukan melalui teknik analiss isi. Dengan menggunakan metode tersebut sampailah pada kesimpulan bahwa karya sastra Melayu klasik Islam sarat dengan muatan moral. Nilai-nilai moral tersebut dapat dijumpai dalam alur, penokohan, latar, dan tema ceritanya. Kaidah moral yang dinyatakan di dalamnya merupakan sesuatu yang ideal, yang sangat dipengaruhi oleh sistem normatif yang berlaku dalam masyarakat kala karya tersebut tercipta. Kata kunci: Nilai-nilai moral, sastra klasik, hikayat, Melayu Islam, unsur intrinsik, analisis isi, dan tokoh ideal.

Abstract: Classical literature is one of the most important cultural resources. It contained human values universally. Therefore, to come to terms with the realistic matter, the author restricted the issue of Malay Islamic literature structure which includes the plot, characters, setting and theme, moral categories, and general characteristics of the three selected literary works, namely: the “Tale of Khaibar King”, “Tale of Saif Zulyazan”, and “Tale of Mariam Zanariah and Nurdin Masri”. This study used a descriptive as well as qualitative method. This study also focused on inferensiting a text, then, the process of data collection is done through content analysis techniques. By using these methods came to the conclusion that the classical Malay literature laden the Islamic morals. Moral values can be found in the plot, characterizations, setting, and theme of the story. Moral rules are stated in it is an ideal, which is strongly influenced by normative system which applies in the community when the work is created. Key word: Moral values, classical literature, tales, Islamic Malay, intrinsic element, content analysis, and ideal figure.

Pendahuluan sastra klasik yang amat beragam dan Pada dasarnya, sastra klasik kaya. Wilayah-wilayah kultur dan etnik merupakan karya sastra kultur dan itu masing-masing memiliki sastra etnik (daerah). Bangsa-bangsa di klasik, yang semuanya memiliki sifat- kawasan Asia Tenggara sangatlah sifat yang khas. Karya sastra ini timbul beruntung karena memiliki khasanah dan berkembang pada zaman yang

Dr. H.E. Kosasih adalah Dosen pada Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni UPI (Universitas Pendidikan Indonesia), Jalan Dr. Setiabudhi No.229 Bandung 40154, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: [email protected]

11 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam belum mengenal istilah demokrasi, HAM disiplin ilmu lain (antropologi, sosiologi, (Hak Azasi Manusia), industrialisasi, dan sebagainya). Hasilnya, mereka globalisasi, dan anasir-anasir modern mengakui bahwa karya-karya sastra lainnya. klasik ternyata sarat nilai. Dalam karya- Sastra klasik sebagian besar berakar karya klasik banyak terkandung pesan- dari sikap hidup tradisional yang feodal. pesan moral, didaktis, dan adat-istiadat Adalah wajar apabila kemudian muncul (Djamaris, 1990; Fang, 1991; dan pertanyaan: nilai apa lagi yang masih Danandjaja, 1994). Temuan-temuan dianggap relevan dan bermanfaat dari tersebut tentunya bukan sesuatu penelitian sastra klasik dalam konteks yang final. Yang selama ini dilakukan kehidupan yang serba modern seperti umumnya masih terpisah-pisah, hanya sekarang? berfokus pada karya sastra itu sendiri. Dalam karya-karya klasik memang Jenis sastra Melayu Islam terkandung pemikiran-pemikiran merupakan karya klasik yang belum yang dekaden, penuh takhayul, dan mendapat perhatian sebagaimana menidurkan. Hal itu sulit dipungkiri. mestinya. Padahal karya-karya ini Cerita-cerita masa lampau mengandung lebih dominan dalam khasanah banyak unsur yang tidak relevan perkembangan sastra Nusantara. lagi dengan nafas modernisme dan Penulis menemukan kajian-kajian semangat demokratisasi. Karya dan terhadap masalah ini baru sampai pada kehidupan klasik (tradisional) sulit sajian-sajian makalah. Karena itulah dipisahkan dari unsur feodalisme dan penulis berpendapat bahwa kajian yang mistisisme. Namun demikian, hal lain lebih mendalam terhadap masalah ini yang tidak boleh dilupakan adalah amatlah penting untuk dilakukan. bahwa sastra klasik merupakan catatan Tujuan umum penelitian ini adalah hidup dan kehidupan manusia masa untuk memaparkan kandungan nilai- lampau, sebagai bagian dari karya- nilai moral yang terdapat di dalam karya kemanusiaan. Itu artinya, karya- karya sastra Melayu klasik yang karya sastra klasik pun tidak mungkin tercakup dalam unsur alur, tokoh, lepas dari nilai-nilai kemanusiaan yang latar, dan tema. Penelitian tersebut universal. penting dilakukan dalam rangka Bahwa masa lampau dan masa kini menggali kembali khazanah budaya adalah merupakan sebuah jurang. Melayu klasik. Dekadensi moral yang Antara keduanya memerlukan sebuah terjadi di tengah-tengah masyarakat jembatan. Pertemuan antara keduanya Indonesia pada zaman kekinian sangatlah penting untuk membangun diharapkan dapat tersegarkan kembali satu bentuk konvergensi kultural yang dengan menghidupkan keluhuran berkepribadian, tanpa harus kehilangan budaya masyarakat Melayu melalui identitas dan esensi kebangsaannya. pembelajaran sastra-sastra klasik Penggalian terhadap sastra klasik di sekolah. Temuan-temuan penting diharapkan dapat memperoleh nilai yang diperoleh melalui penelitian pengalaman, perasaan, dan pemikiran ini diharapkan menjadi bagian dari esensial kemasyarakatan. Pemerolehan pembelajaran sastra di sekolah-sekolah akan nilai-nilai tersebut sangat sehingga lebih mengefektifkan di dalam bermanfaat untuk menambah kearifan proses internalisasinya. dan kebijakan hidup, baik di masa sekarang maupun pada masa yang Sastra: Antara Seni dan Kaidah akan datang (Alfian et al., 1992). Kebenaran Penggalian-penggalian terhadap hal- Para sastrawan mencipta dunia hal di atas telah banyak dilakukan, baik mereka dalam aneka keniscayaan. oleh para filolog maupun ahli-ahli dari Karya sastra mencipta dunia

12 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kemungkinan yang di dalamnya dalamnya adalah kebenaran-kebenaran kebenaran itu dapat kembali dikenal moral. Sastra tidak hanya berurusan dan dihargai. Karena dunia sastra, dengan ungkapan verbal, tidak hanya atau pun dunia rekaan itu, dibangun berkutat antara rasa dan imajinasi. atas dasar unsur-unsur dalam dunia Foulcher mengungkapkan bahwa nyata, sehingga dengan demikian kegiatan sastra merupakan tindakan rekaan penyair itu merupakan suatu pengalaman ideologi yang sedikit penerangan terhadap suatu aspek banyak berdampak pada sosial dan dunia seperti nyata dalam konteks budaya. Dalam sastra terkandung kebudayaan yang berlaku dalam suatu kekuatan plus-minus, bergantung masyarakat. Aristoteles mengemukakan pada siapa yang berbicara, bagaimana teori katarsisnya bahwa karya seni bicaranya, kapan, dan di mana (dalam itu menyucikan, memurnikan, dan Heryanto, 1985). Pada wilayah inilah karenanya menumbuhkan dalam diri sastra mulai bersentuhan dengan manusia rasa kasihan, takut, dan yang disebut masyarakat, kebenaran- sebagainya. Dengan demikian, karya kebenaran moral, dan aneka masalah seni (sastra), menurut Aristoteles, tidak lain yang mengitarinya. Lebih-lebih bagi seperti apa yang dikatakan oleh Plato, karya sastra klasik, atau tradisional, mendorong nafsu rendahan; tetapi kelahirannya itu tidak bisa dilepaskan sebaliknya, justru menghilangkan nafsu dari identitas kultural masyarakatnya. dan memberikan aneka pengobatan Sastra itu beredar di masyarakat dan (dalam Sutrisno, 1983). menjadi miliknya selama berpuluh, atau Adalah benar bahwa sastra bahkan beratus-ratus tahun, sehingga merupakan produk budaya dengan ciri melegenda. keindahan yang melekat di dalamnya. A. Teeuw (1984) mengatakan bahwa Oleh karena itu, menurut Ariel Heryanto suatu karya cipta itu adalah sastra, (1985), sastra merupakan bagian dari tidak cukup dilihat dari ia bernilai seni yang keberadaannya tidak lain estetis atau tidak, atau konvensi adalah untuk dinikmati. Menyoroti bahasanya yang unik, melainkan perlu ihwal keindahan dalam sastra bahwa pula dilihat dari fungsi lainnya, seperti yang dimaksudkannya tentu tidak fungsi imajiner dan fungsi sosial- dalam pengertian formal. Berbicara budaya. Meminjam istilah dari Horatius, tentang konsep keindahan itu sendiri, A. Teeuw mengistilahkan fungsi sastra Mangun Wijaya menyatakan bahwa itu sebagai docere-delectare-movere, keindahan yang estetis bukanlah suatu yakni: pemberi ajaran dan kenikmatan, penikmatan yang otonom, yang hanya serta berfungsi sebagai penggerak diserap oleh panca-indra, melainkan kepada kegiatan yang bertanggung pula oleh kemampuan intelektual. jawab (Teeuw, 1984: 510). Sastra Keindahan merupakan aspek dari berbeda dengan bentuk komunikasi kehidupan secara total. Sesuatu itu lainnya. Sastra, sebagaimana yang indah, bukan karena dapat memuaskan dikemukakan oleh Aristoteles, berada di kebutuhan harmoni dari panca-indra antara sentuhan keniscayaan dan dunia atau dari keinginan intelektual saja, nyata. Sebagai produk budaya, sastra tetapi karena dia merupakan kebenaran merupakan perwujudan sekaligus hidup, pulchruum scelendor est veritas sebagai tanggapan atas kenyataan (dalam Heryanto, 1985). sosial dari tempat sastra itu diciptakan Penciptaan sastra tidak berhenti (dalam Teeuw, 1984). pada sekedar penikmatan estetis, Berkenaan dengan sastra Melayu melainkan berujung sampai pada sebagai produk masa lalu, merujuk penggalian-penggalian atas kebenaran- pada asumsi yang dikemukakan kebenaran hidup, termasuk di oleh T. Ibrahim Alfian (1985), bahwa

13 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam kesadaran diri terhadap budaya dan pada bangsa itu bangunan budaya yang sejarah akan mengubah keadaan tumbuh dari dalam bangsa itu sendiri bangsa yang jumud dan terbelakang, (dalam Mihardja ed., 1994). dekadensi moral dan intelektualnya Penulis tidak bermaksud berpihak menjadi keadaan yang dinamik dalam pada salah satu di antaranya. membangun serta mencipta menjadi Memberdayakan nilai-nilai budaya keadaan yang penuh kreativitas, baik yang terkandung dalam sastra Melayu moral, intelektual, maupun sosialnya. Islam pada dasarnya mengadopsi Dengan kata lain, budaya dan sejarah unsur-unsur dari luar juga, walaupun itu bukanlah sesuatu yang tidak memang secara tidak disadari unsur berguna. Sejarah dan budaya masa lalu budaya Islam tersebut sudah dianggap adalah energi yang perlu terus digali sebagai milik asli bangsa Indonesia. untuk menjembatani kehidupan agar Seperti yang dikemukakan pada bagian tidak kehilangan jati diri (Poesponegoro terdahulu bahwa ketika masyarakat & Notosusasto eds., 1994). Melayu telah menerima agama Islam Memang tidak menjamin bahwa sebagai pedoman hidup dunia-akhirat, dengan memberdayakan warisan mereka juga mengganti orientasi masa lalu, kehidupan kekinian akan kegiatan sastranya. Sastra Melayu terdongkrak-melesat. Kemungkinan telah banyak diwarnai oleh agama lain, kehidupan itu akan malah Islam, sehingga juga dipandang sebagai luluh-lantak dalam fatamorgana sastra Islam. Kuatnya nafas Islam ke masa laluannya. Perlu penulis dalam tubuh sastra Melayu mempunyai kemukakan bahwa perdebatan antara sangkut-paut dengan budaya Islam kedua kemungkinan tersebut, yang sendiri. Kebudayaan Islam bisa dalam hal ini diwakili oleh Sutan dikatakan berdasarkan budaya sastra, Takdir Alisyahbana (STA) dan Ki sehingga tidak heranlah ke mana saja Hajar Dewantara (KHD). Perdebatan ia pergi akan membawa khazanah berlangsung pada tahun 1930-an, kesusastraannya (Hasjmy, 1980; dan berkisar pada sikap hidup yang harus Beg, 1981). dianut untuk mencapai kehidupan yang maju, sejahtera lahir-batin, serta Kedudukan Sastra dalam Islam berkeadilan (dalam Badudu, 1981; Sebelum mengulas lebih jauh, Esten, 1984; dan Mihardja ed., 1994). perlu dikemukakan kembali STA berpendapat bahwa untuk masalah kedudukan sastra yang mencapai kemajuan dan kesejahteraan, sesungguhnya dalam Islam. Sebab, maka harus membongkar dan ternyata tidak sedikit pihak-pihak menanggalkan unsur dan bentuk- yang tidak memahami tentang Islam bentuk kebudayaan masa lalu. Bangsa sehingga kehadiran agama ini sering ini perlu menguasai peradaban kali dipandang telah menurunkan mutakhir, yang notabene berasal dari kreativitas berkarya suatu masyarakat Barat. Di pihak lain, KHD berpendapat yang menerima Islam. Apa yang yang sebaliknya. Ia melihat kehidupan diancamkan oleh Allah SWT (Subhanahu sebagai proses budaya. Kehidupan Wa-Ta’ala) melalui firman-Nya dalam suatu bangsa yang tidak didasarkan surat Asy-Syu’ara, ayat 221-227, yang nilai-nilai budaya, yang secara intrinsik jika diterjemahkan kira-kira akan dipunyai bangsa itu, tidak akan berbunyi sebagai berikut: mungkin mencapai kemajuan dan kesejahteraan lahir dan batin. Hal- Ayat 221: “Apakah akan Aku beritakan hal yang datang dari luar hanya dapat kepadamu, kepada siapa syaitan-syaitan itu turun?” diambil secara bermanfaat apabila Ayat 222: “Mereka turun kepada tiap-tiap sudah ada terbentuk dan tertanam pendusta lagi yang banyak dosa”.

14 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Ayat 223: “Mereka menghadapkan Mereka mendapat kemenangan pendengaran (pada syaitan) itu dan Setelah hidup dalam ancaman (Hamidy, kebanyakan mereka adalah orang-orang 1983). pendusta”. Ayat 224: “Dan penyair-penyair itu Dengan sikap yang terbuka dan diikuti oleh orang-orang yang sesat”. Ayat 225: “Tidakkah kamu melihat jujur, puisi di atas juga memandang bahwasanya mereka mengembara di tiap- bahwa penyair sebagaimana halnya tiap lembah?” manusia biasa. Dari kebiasaannya, Ayat 226: “Dan bahwasanya mereka suka mereka ada yang baik ada pula yang mengatakan apa yang mereka sendiri tidak mengerjakannya?” tidak baik; ada yang menjadi petualang, Ayat 227: “Kecuali orang-orang (tentu tetapi ada pula yang menjadi orang yang juga sebagian penyair) yang beriman dan rajin bekerja (beramal saleh); ada yang beramal saleh dan banyak menyebut menjadi pendusta, pengikut syaitan, Allah dan mendapat kemenangan sesudah tetapi ada pula yang menjadi manusia menderita kezaliman. Dan orang-orang yang zalim itu kelak akan mengetahui beriman dan tahu bersyukur kepada ke tempat mana mereka akan kembali” Tuhannya. Jadi, tidaklah dengan ayat di (dalam Arifin, 1971). atas diancam semua penyair, sehingga tidak ada tempat bagi penyair atau Ayat-ayat suci dalam Al-Qur’an sastrawan dalam kebudayaan Islam. di atas, yang sering diperalat untuk Peninggalan masa lalu, seperti karya menjadi bukti betapa Islam memberi sastra Melayu Islam – sebagaimana ancaman yang keras kepada para yang dikemukakan U.U. Hamidy (1983), sastrawan (penyair), semestinya Edwar Djamaris (1990), Liau Yock Fang diperiksa lagi dengan seksama. Jika (1991), J.J. de Hollander (1994), serta kita mau memperhatikan ayat-ayat ahli lain – sarat dengan aktualisasi nilai di atas, jelas sekali ayat-ayat tersebut sebagaimana yang terkandung dalam menunjukkan sasarannya kepada para Al-Qur’an dan Al-Hadist. Karenanya, penyair yang suka mempermainkan kajian terhadapnya tidak akan memadai kata-kata begitu saja, sementara dia jika tidak melibatkan Islam dan tidak mempunyai pendirian sehingga kebudayaannya. Sastra Melayu tidak dia menjadi alat dari syaitan. Oleh mungkin dinilai dengan kaidah-kaidah karena itu, menurut U.U. Hamidy sastra yang berlaku di dunia Barat, (1983), firman Allah SWT itu sebenarnya yang kreativitasnya dipandang kebal lebih tepat dipandang sebagai suatu akan pengendalian moral dan agama pedoman yang mencoba membuat (Hamidy, 1983). Sastra Melayu (Islam) kategori antara penyair yang beriman adalah karya sastra yang menghargai dengan penyair yang tidak beriman. wahyu. Bagi sastra Melayu, kegiatan Dengan demikian, atas ketajaman sastra tak mungkin terwujud tanpa seperti itulah penyair muslim A. Hasjmy sandaran kepada moral Islam, sebab (1980), sebagaimana juga dikutip oleh sastra yang lahir tanpa kaidah moral U.U. Hamidy (1983), telah membuat (aqidah) akan menjadi sastra yang liar terjemahan tafsir akan surat Asy- dan dapat membahayakan akal-budi Syu’ara itu dalam bentuk puisi, sebagai manusia (Hamka, 1963; dan Hamid, berikut: 1984). Berdasarkan identitas karya Para Sastrawan sastra Melayu yang demikian, kajian Pengikut mereka bandit petualang terhadapnya tidak dapat dilakukan Berdiwana dari lembah ke lembah sekedar pembahasan dari berbagai Bicara tanpa kerja ilmu saja. Dia memerlukan suatu cara Kecuali sastrawan beriman tinjauan, yang mana kategori Islam dan Yang beramal bakti kebudayaannya hendaklah merupakan Senantiasa ingat kan Ilahi

15 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam bagian-bagian yang dipakai sebagai alat dan berasal dari masayarakt Melayu timbangan terhadap semua kajian itu. Islam; (2) Berbentuk prosa atau liris; Oleh karenanya, dalam kepentingan dan (3) Naskah-naskahnya telah di- serupa itulah, kita memandang perlu Indonesiakan. kehadiran para intelektual yang memiliki kadar yang cukup memadai Hasil dan Pembahasan Penelitian: dalam masalah Islam dan budayanya Struktur Karya Sastra Melayu untuk mengadakan kajian terhadap Klasik Islam. Menyoal tentang struktur sastra Melayu tersebut sebagai satu sastra berarti membicarakan wujud ranting kajian sastra Islam. fisik (unsur intrinsik) sastra itu, antara lain di dalamnya meliputi unsur alur, Metode Penelitian penokohan, latar, dan tema (Ikram, Penelitian ini menggunakan metode 1997). Pada bagian ini, pembahasan deskriptif-kualitatif, dengan masalah akan berfokus pada keempat unsur yang dipecahkan melalui penggambaran tersebut. Tujuannya adalah untuk objek faktual secara naturalistik. menggambarkan keberadaan ciri-ciri Pengumpulan dan pengolahan data khas yang mendandani wujud fisik dilakukan sesuai dengan fakta yang sastra Melayu klasik Islam itu sendiri. tampak dengan memperhatikan aspek- Yang menjadi sumber utama kajian aspek kesejarahan, dan tanpa usaha- adalah Hikayat Raja Khaibar, Hikayat usaha eksperimentasi. Penelitian Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam ini memusatkan perhatian pada Zanariah dan Nurdin Masri (Djamaris, penginferensian suatu teks (dokumen), 1980; Jusuf, 1991; dan Umberan et al., maka proses pengumpulan datanya 1994). dilakukan melalui teknik analiss isi Alur: Adanya Campur Tangan atau content analysis (Krippendorff, Eksternal. Masing-masing alur yang 1991). mendandani ketiga hikayat di atas Secara singkat dirumuskan bahwa dapat diskemakan sebagai berikut: penelitian ini dilakukan berdasarkan Pertama, Hikayat Raja Khaibar. langkah-langkah sebagai berikut: Alur ceritanya adalah: (1) Orang Islam (1) Pembentukan data yang meliputi diganggu oleh orang-orang Khaibar; (2) proses unitisasi dan pencatatan dari Nabi Muhammad sebagai pemimpin tiga karya sastra Melayu kasik Islam, Islam meminta petunjuk pada Allah; yaitu: Hikayat Raja Khaibar, Hikayat (3) Muhammad dan pasukannya Saif Zulyazan, dan Hikayat Mariam melakukan penyerangan terhadap Zanariah dan Nurdin Masri; (2) Reduksi kerajaan Khaibar; (4) Raja Khaibar data sesuai dengan tujuan penelitian; tewas; (5) Rakyat Negeri Khaibar (3) Penarikan inferensi; dan (4) masuk Islam; dan (6) Nabi Muhammad Pembahasan-pembahasan. beserta pasukannya pulang dengan Analisis isi, sebagai teknik utama kemenangan (Djamaris, 1980). di dalam pengumpulan data di dalam Kedua, Hikayat Saif Zulyazan. Alur penelitian ini, berguna untuk menjawab ceritanya adalah: (1) Saiful Yazan, atau persoalan-persoalan dari tujuan Wahsya al-Falah, dibuang oleh ibu penelitian yang pertama sampai dengan kandungnya; (2) Saiful Yazan dipelihara tujuan penelitian (Baried, 1985; dan oleh keluarga Raja Malikul Afrah; (3) Krippendorff, 1991). Sebagaimana Saiful Yazan jatuh hati kepada Siti yang telah dikemukakan di atas bahwa Syahmah, putri Raja Malikul Afrah; sumber data penelitian ini berupa (4) Saiful Yazan menikah dengan Siti naskah atau dokumen tertulis dengan Syahmah; (5) Saiful Yazan berjumpa kriteria pemilihannya sebagai berikut: dengan ibu kandungnya; (5) Ibu (1) Karya tersebut benar-benar dikenal kandungnya dibunuh oleh kawan Saiful

16 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Yazan dalam suatu peperangan; dan bisa diperoleh dengan begitu saja; (6) Saiful Yazan menggantikan ibunya, (3) Proses pencapaian kebahagiaan menjadi penguasa kerajaan Ahmarah tidak akan terlepas dari gangguan dan (Jusuf, 1991). cobaan; (4) Untuk mengatasi segala Ketiga, Hikayat Mariam Zanariah dan gangguan dan cobaan itu diperlukan Nurdin Masri. Alur ceritanya adalah: perjuangan, baik itu berupa kerja keras, (1) Nurdin melakukan pelanggaran keberanian, kesungguhan, maupun agama; (2) Nurdin mengembara kesabaran; serta (5) Keberhasilan dalam untuk menghindari hukuman atas perjuangan tidak terlepas dari adanya perbuatannya; (3) Mariam dirampok; campur tangan dan kehendak Allah, (4) Mariam mengalami kesengsaraan; karena itu manusia harus berdoa dan (5) Nurdin dan Mariam bertemu berpasrah diri kepada-Nya (Djamaris, dalam pengembaraan dan hidup 1980; Jusuf, 1991; dan Umberan et al., berkeluarga; (6) Rumah tangga Nurdin- 1994). Mariam mengalami gangguan; (7) Ketiga hikayat di atas tergolong Nurdin-Mariam berjuang mengatasi ke dalam karya klasik Islam. gangguan; (8) Persoalan rumah tangga Dalam klasifikasi J.J. de Hollander Nurdin-Mariam mereda; serta (9) (1994:274), Hikayat Raja Khaibar Nurdin membawa Mariam kepada dapat dikelompokkan ke dalam legenda orang tuanya, keduanya menemukan yang bernafaskan Islam. Sedangkan kebahagiaan (Umberan et al., 1994). R. Roolvink, mengklasifikasikannya Tokoh-tokoh utama pada ketiga ke dalam cerita Nabi Muhammad hikayat tersebut digambarkan sebagai atau cerita sahabat Nabi (dalam Fang, orang-orang yang beriman dan 1991:205). Sementara itu, Hikayat bertakwa. Keluh-kesah yang mereka Saif Zulyazan pun termasuk ke dalam alami dinyatakan lewat pengaduan legenda bernafaskan Islam, menurut kepada Tuhan. Hal ini tidak terkecuali klasifikasi J.J. de Hollander (1994). pula pada tokoh yang bukan beragama Sedangkan menurut klasifikasi R. Islam. Mariam, misalnya, sebagai tokoh Roolvink, hikayat ini termasuk ke dalam yang beragama Kristen dalam Hikayat hikayat pahlawan-pahlawan Islam Mariam Zanariah dan Nurdin Masri (dalam Fang, 1991). juga digambarkan sebagai tokoh yang Kategori yang sama terdapat pula bertakwa. Dalam menghadapi berbagai dalam Hikayat Mariam Zanariah dan konflik, ia tidak lepas dari doa kepada- Nurdin Masri, yang dalam klasifikasi Nya. Tokoh Nurdin dalam hikayat ini J.J. de Hollander (1994), hikayat ini menghadapi persoalan-persoalan yang tergolong ke dalam legenda-legenda pelik, yang mengancam keselamatan Islam. Sedangkan dalam klasifikasi R. jiwanya. Tokoh ini seharusnya sudah Roolvink, hikayat ini tidak termasuk tewas ketika menghadapi ancaman ke kelompok yang mana pun (dalam itu, tetapi kemudian ia terbebas dan Fang, 1991). Namun, apabila mengikuti selamat. Pertolongan datang secara sistem klasifikasi dari Edwar Djamaris tiba-tiba, setelah ia menyatakan (1990:109), cerita dalam Hikayat kepasrahan dan memanjatkan doa Mariam Zanariah dan Nurdin Masri kepada-Nya (Djamaris et al., 1985; dan tersebut diklasifikasikan ke dalam cerita Umberan et al., 1994). Islam fiktif. Oleh sebab itu, terdapat lima pesan Dalam Hikayat Raja Khaibar, moral yang terkandung dalam alur dan istilah-istilah seperti Wahyu dan cara penyelesaian konflik pada ketiga Malaikat Jibril disebutkan secara jelas hikayat di atas, yaitu: (1) Kemenangan (Djamaris, 1980). Sebelum mengadakan dan kebahagiaan akan berpihak pada penyerbuan terhadap Negeri Khaibar, yang benar; (2) Kebahagiaan itu tidak misalnya, Nabi Muhammad menunggu

17 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam turunnya Wahyu, meminta petunjuk Hikayat ini banyak mengambil kepada Allah. Kemudian Allah memberi sumber nilai dari tradisi ke-Islaman. petunjuk melalui Malaikat Jibril. Nabi Secara langsung, pengarangnya Muhammad sendiri menyatakan bahwa menyebut-nyebut nama Islam bagi penyerbuan ke Negeri Khaibar tidak agama yang dianut oleh tokoh- untuk balas dendam dan bukan pula tokohnya. Walaupun kejadian dari untuk memperoleh kekuasaan, tetapi hikayat ini mengambil latar dari zaman untuk menegakkan agama Allah, Nabi Ibrahim, pengarang tidak bisa untuk menyebarkan agama Islam. menyembunyikan ajaran-ajaran ke- Setelah takluk dan masyarakatnya Islaman, sebagaimana yang berlaku menyuarakan Islam, oleh Nabi pada zaman kerasulan Muhammad. Muhammad dan para sahabatnya Hal itu antara lain tampak pada cara negeri itu diperbaiki kembali dan mereka bersyahadat, cara mereka diserahkan kepada bangsa Khaibar melakukan shalat, atau pun kalimat- sendiri. Setiap melakukan pertempuran, kalimat doa yang mereka ucapkan, Nabi Muhammad beserta para sahabat yang semuanya sama dengan cara yang mengawalinya dengan shalat dan doa berlaku pada umat Nabi Muhammad (Djamaris, 1980). sekarang (Jusuf, 1991). Dari nama-nama tokoh dan waktu Berbeda dengan dua hikayat berlangsungnya cerita, ketiga hikayat sebelumnya, Hikayat Mariam Zanariah tersebut memang memiliki perbedaan. dan Nurdin Masri merupakan hikayat Hikayat Raja Khaibar, tokohnya yang murni fiktif, diperkirakan adalah Nabi Muhammad dan Saidina kejadiannya setelah agama Islam lahir. Ali. Waktu berlangsungnya ketika Bila dilihat dari nama tokoh, tempat Nabi Muhammad memerintah Negeri kejadian, dan kebiasaan yang mereka Madinah (Djamaris, 1980). Peristiwa lakukan, memang banyak diwarnai peperangan antara Nabi Muhammad oleh pengaruh-pengaruh ke-Islaman. dengan Raja Khaibar diabadikan dalam Pengarangnya sendiri sering menyebut Al-Qur’an, antara lain, seperti dalam istilah, seperti Hadist dan Rabbul Izati. surat Al-Fath ayat 18 (Arifin, 1971). Oleh karena itu, walaupun hikayat ini Oleh karena itu, Hikayat Raja Khaibar merupakan hikayat fiktif yang romantis memiliki latar belakang yang jelas, di (keseharian), pengarangnya berusaha samping tokoh-tokohnya yang pernah untuk memasukkan nilai-nilai Islam menjadi pelaku sejarah. Terlepas dari tersebut ke dalamnya (Umberan et al., banyaknya mitos dan kisah-kisah 1994). fiktif, hikayat ini memiliki rujukan dan Dijadikannya nilai-nilai ke-Islaman sumber yang tegas, yakni dari kisah sebagai pembentuk alur terciptanya hidup Nabi Muhammad SAW (Salallahu ketiga hikayat tersebut sudah jelas, ‘Alaihi Wassalam) dan para sahabatnya. tetapi tidak berarti bahwa karya- Latar belakang sejarah terdapat karya tersebut betul-betul merupakan pula dalam Hikayat Saif Zulyazan. pengejawantahan dari nilai-nilai Islam Peperangan antara Raja Saif Ra’ad (Al-Qur’an dan Al-Hadist). Tidak sedikit dengan Raja Habsyi (Abessinia) pula perilaku para tokohnya yang adalah kejadian yang benar-benar bertentangan dengan Islam. Hal ini terjadi (Jusuf, 1991). Namun cerita termasuk di dalamnya adalah perilaku- kelanjutannya, yakni petualangan perilaku para tokoh utama (protagonis) Saiful Yazan dalam mencari syarat sebagai tokoh ideal (Winstedt, 1969; pernikahannya dengan Siti Syahmah Baried, 1986; dan Teeuw, 1992). dan kisah lainnya, semata merupakan Gambaran Moralitas para Tokoh. cerita fiktif (Djamaris, 1990; dan Fang, Karakteristik tokoh memiliki kedudukan 1991). yang sangat penting dalam hikayat.

18 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Sebab itu, pengarang memerlukan melalui tindakan pelaku lain; (4) melalui banyak lahan untuk menggambarkan percakapan dialog dan monolog; serta sosok para tokohnya. Penggambaran (5) melalui penyajian tingkah-laku tokoh tersebut umumnya dilakukan melalui (Baried et al., 1982; Esten, 1984; dan penuturan langsung. Para tokoh Teeuw, 1992). Sedangkan karakteristik diperkenalkan terlebih dahulu, baru yang digambarkannya bisa aspek fisikal, kemudian dia bergerak sesuai dengan sosial, psikologis, dan aspek moral karakter yang telah diperkenalkan lainnya. oleh pengarang (Abu Bakar, 1984; dan Penggambaran tokoh secara fisikal Kurtines & Gerwitz, 1992). merupakan cara karakterisasi yang Untuk mengetahui karakter paling sederhana (Firth et al., 1960). tokoh Nurdin Masri dalam Hikayat Dalam hikayat, penggambaran ini Mariam Zanariah dan Nurdin Masri, berkorelasi dengan karakter tokoh pada misalnya, dengan mudah para aspek lainnya. Tokoh yang memiliki fisik pembaca dapat memperolehnya di yang rupawan akan memiliki karakter awal cerita. Dituturkan langsung oleh sosial dan moral yang baik pula; dan pengarangnya bahwa Nurdin Masri sebaliknya, tokoh yang fisiknya cacat adalah lelaki yang rupawan, memiliki atau buruk maka tokoh itu dapat keimanan yang teguh, dan berbakti dipastikan akan memiliki karakter pada orang tua (Umberan et al., 1994). moral yang buruk pula (Robson, 1969; Demikian pula dengan karakter tokoh Brakel, 1975; dan Djahiri, 1992). Nabi Muhammad, dalam Hikayat Rumus pertentangan baik-buruk Raja Khaibar, terdapat satu halaman berlaku juga pada ketiga hikayat khusus yang menceritakan sosok di atas. Pola-pola pertentangan itu Nabi Muhammad, baik secara fisik, meliputi aspek-aspek sebagi berikut: relasi sosial, maupun kerohaniannya Pertama, Arif versus Licik = Arif. (Djamaris, 1980). Kearifan merupakan keutamaan dari Yang agak berbeda adalah cara jiwa berpikir dan mengetahui. Kearifan, penggambaran tokoh dalam Hikayat antara lain, meliputi elemen kejernihan Saif Zulyazan. Pada hikayat ini memang dalam berpikir serta ketajaman dan tidak dijumpai penggambaran para kekuatan otak (Miskawaih, 1994:45- tokoh secara khusus, sebagaimana 46). Dalam Hikayat Raja Khaibar, yang dapat dijumpai dalam Hikayat Nabi Muhammad merupakan contoh Raja Khaibar atau pun Hikayat ketauladanan yang arif dan bijaksana. Mariam Zanariah dan Nurdin Masri. Rencana penyerangannya ke Negeri Penggambaran tokoh Saiful Yazan Khaibar adalah hasil pertimbangan tersebar dalam banyak peristiwa. secara masak. Ia memusyawarahkan Namun demikian, hal ini pun masih dengan para sahabat, ia pun sangat mudah diketahui oleh para memohon petunjuk kepada Tuhan. pembacanya. Pengarang lebih Penyerangannya itu tidak disertai menggambarkan tokoh-tokohnya nafsu dan amarah. Ia kabarkan dengan secara langsung, kalau tidak kedatangannya itu kepada Raja menitipkannya pada penuturan tokoh Khaibar. Ia memberikan ajakan dan lain (Jusuf, 1991). peringatan untuk berdamai. Pemahaman karakter tokoh Nabi Muhammad mengajak Raja seutuhnya tetap saja memerlukan Khaibar untuk masuk Islam secara pengamatan menyeluruh pada setiap baik-baik. Raja Khaibar menolak dan bagian cerita. Terdapat lima cara bahkan berusaha untuk menangkap penyajian karakteristik tokoh, yakni: (1) utusan Nabi. Raja Khaibar menghadapi melalui penamaan; (2) melalui pemerian pasukan Nabi Muhammad dengan dan pernyataan oleh pelaku lain; (3) marah dan angkuh. Raja Khaibar

19 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam akhirnya kalah. Kearifan Nabi pas-pasan, tetapi dengan keuletan dan Muhammad, sikap kehati-hatian, dan ketegarannya, Nurdin Masri dalam tindakannya yang penuh perhitungan Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin berhasil mengalahkan Raja Khaibar Masri, dapat bersatu lagi dengan yang penuh dengan nafsu, kelicikan, istrinya, Mariam (Umberan et al., 1994). dan keangkuhan (Djamaris, 1980). Keempat, Adil versus Zalim = Adil. Kedua, Sederhana versus Serakah = Bersikap adil tercakup di dalamnya Sederhana. Kesederhanaan, antara lain, semangat persahabatan, bekerja sama, meliputi sikap sabar dan dermawan jiwa sosial, dan ketakwaan kepada (Miskawaih, 1994:47). Sikap ini dimiliki Allah (Miskawaih, 1994:50). Ketakwaan oleh tokoh Nabi Muhammad dalam yang ditunjukkan oleh tokoh Nabi Hikayat Raja Khaibar dan tokoh Saiful Muhammad beserta para sahabatnya Yazan dalam Hikayat Saif Zulyazan. dapat mengalahkan kezaliman Raja Kedermawanan ditunjukkan oleh Nabi Khaibar. Di situ pertolongan Allah Muhammad. Ia membagi-bagikan harta datang kepada para hamba-Nya yang rampasan perang, tidak terkecuali pada beriman dan bertakwa (Djamaris, rakyat Negeri Khaibar yang semula 1980). Tokoh Saiful Yazan juga tidak memusuhinya. Mereka terpesona melupakan Tuhan. Pertolongan Allah oleh kesederhanaan (kezuhudan) Nabi selalu muncul ketika ia menghadapi Muhammad. Akhirnya, berbondong- masalah berat. Pertolongan-pertolongan bondong mereka menyatakan masuk itu didapatkan ketika ia menghadapi Islam (Djamaris, 1980). musuh-musuhnya. Ia dapatkan Saiful Yazan, dalam Hikayat pertolongan itu, perantaraannya lewat Saif Zulyazan, sangat sabar ketika manusia dan golongan jin. Dalam menghadapi tuntutan-tuntutan hidupnya, ternyata ia tidak lepas Wazir Sakardiwan. Atas nama Raja dari persahabatan dan banyaknya Malikul Afrah, ia meminta Saiful pertolongan yang ia berikan kepada Yazan untuk memenuhi syarat- tokoh lain (Jusuf, 1991). syarat pernikahannya, yang ternyata Unsur Latar: Tempat dan Waktu. sangatlah berat. Berkat kesabaran dan Karya sastra Islam klasik sangat kesungguhannya, Saiful Yazan dapat terikat pada waktu dan tempat. memperoleh persyaratan-persyaratan Nama-nama tempat yang digunakan itu. Ia berhasil menikah dengan Siti mudah dikenal. Tempat-tempat itu Syahmah, perempuan yang dicintainya dapat dijumpai dalam geografi yang (Jusuf, 1991). sesungguhnya (Winstedt, 1969; dan Ketiga, Berani versus Pengecut Mulyadi, 1994). Hikayat Raja Khaibar, = Berani. Keberanian meliputi misalnya, merupakan hikayat yang keuletan, ketegaran, dan keperkasaan paling realis dibandingkan dengan dua (Miskawaih, 1994:48) dalam hikayat lainnya. Baik tempat, waktu, menghadapi perjuangan hidup. maupun pelakunya dapat dibuktikan Digambarkan tentang Saidina Ali dalam kebenarannya (Djamaris, 1980). Hikayat Raja Khaibar bahwa dengan Pengarangnya dalam hal ini berusaha segala keberanian yang dimilikinya, untuk memberi kesan ”benar-benar ia mampu mengalahkan musuh- terjadi”. Pada Hikayat Saif Zulyazan, musuhnya (Djamaris, 1980). Demikian pengarang menjadikan peperangan halnya dengan tokoh Saiful Yazan antara Raja Hymarite dan Raja dalam Hikayat Saif Zulyazan, berkat Abessinia, yang terjadi dalam sejarah, keuletan dan ketegarannya maka sebagai latar belakang penyusunan apa yang dicarinya dapat diperoleh karya tersebut. Dengan demikian, dengan memuaskan (Jusuf, 1991). kejadian-kejadian berikutnya yang Sekalipun kemampuan bela diri yang diciptakan pengarang sedikit-banyak

20 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 akan mengajak para pembaca untuk 1953; Bryson et al., 1980; dan menghayati cerita tersebut sebagai Koentjaraningrat, 1980). sesuatu yang benar-benar terjadi. Terdapat tiga latar waktu pada Sungai Nil, Negeri Habsyi, Medinah, ketiga hikayat di atas, yakni zaman dan Yatsrib adalah nama-nama tempat sebelum Nabi Muhammad lahir, zaman yang digunakan dalam hikayat ini, yang Nabi Muhammad itu sendiri, dan kesemuanya dikenal dalam sejarah dan zaman setelah Nabi Muhammad wafat. dapat dijumpai dalam kenyataan yang Zaman sebelum Nabi Muhammad lahir sesungguhnya (Jusuf, 1991). merupakan latar bagi Hikayat Saif Tidak terkecuali pula dengan Hikayat Zulyazan. Digambarkan bahwa tokoh- Mariam Zanariah dan Nurdin Masri. tokoh dalam hikayat ini merupakan Walaupun hikayat ini adalah fiktif, umatnya Nabi Ibrahim. Mereka pengarang berusaha untuk membentuk mengucapkan syahadat sebagaimana kesan objektif. Kisah cinta antara umat Islam sekarang, hanya berbeda Mariam, seorang anak Raja Pranja, dalam menyebut nama rasulnya. dengan Nurdin, putra saudagar kaya “Asyhadu an la ilaha ila Allah, wa dari Mesir, tidak dikenal dalam legenda asyhadu anna Ibrahim khalilullah”, maupun sejarah. Namun demikian, demikian ikrar seorang tokoh ketika ia para pembacan tidak akan asing lagi memeluk agama Islam (Jusuf, 1991). dengan nama-nama tempat seperti Unsur waktu sangat berpengaruh Mesir dan Iskandariah yang digunakan pada perilaku para tokoh. Keyakinan dalam hikayat ini. Hubungan antara terhadap kekuatan-kekuatan gaib suasana tempat yang sesungguhnya dan makhluk jin sangat kuat. Benda dengan yang tergambar dalam hikmah (ajimat) dianggap syarat mutlak cerita dicoba untuk direlevansikan. untuk kejayaan hidup seseorang. Bisa Kota Iskandariah, oleh pengarang, menikahnya Saiful Yazan dengan Siti digambarkan sebagai kota pelabuhan Syahmah, syaratnya tidak lain adalah dan kota dagang, sebagaimana yang benda hikmah yang disebut Surat al- ada dalam kenyataan (pada waktu itu). Nil. Saiful Yazan keliling negeri untuk Demikian pula dengan negeri Mesir, mendapatkan benda hikmah itu. digambarkan sebagai negeri orang- Dalam hikayat ini diceritakan pula orang Islam yang kaya (Umberan et al., tentang bagaimana tokoh Saiful Yazan 1994). bersahabat dengan para jin, tentang Dijadikannya kawasan Arab sebagai kisah anak jin mencintai manusia, latar cerita berpengaruh pada karakter tentang bidadari, dan sejenisnya (Jusuf, moral para tokoh (Koentjaraningrat, 1991). 1980:246). Perbudakan, barbarisme, Waktu berlangsungnya kejadian dan mistisisme merupakan beberapa dalam Hikayat Raja Khaibar sangat perilaku moral bangsa Arab pada mudah ditentukan, yakni pada zaman waktu itu yang dijumpai dalam ketiga Nabi Muhammad mengemban tugas hikayat (Djamaris, 1980; Jusuf, kerasulannya. Adanya tokoh Nabi 1991; dan Umberan et al., 1994). Muhammad, Saidina Ali, dan Perang Namun demikian, tidak berarti apa Khaibar merupakan bukti-bukti yang yang digambarkan atas perilaku para sulit untuk dibantah lagi bahwa hikayat tokoh itu murni merupakan kultur ini berlatar belakang kehidupan Nabi Arab. Dimungkinkan pula bahwa Muhammad. Aspek religiusitasnya dalam perilaku tokoh-tokoh itu sudah sangat tinggi. Hal ini terlihat dari ada adaptasi dan penyesuaian oleh perilaku para tokoh dalam menjalankan para penerjemah Melayu. Kultur praktek keagamaan. Shalat, zikir, dan Melayu tidak tertutup kemungkinan doa merupakan kegiatan-kegiatan mewarnai perilaku para tokoh (Fisher, sahabat Nabi yang banyak digambarkan

21 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam dalam hikayat ini (Djamaris, 1980). keberhasilan atas sesuatu yang mereka Latar waktu yang digunakan dalam inginkan (Umberan et al., 1994). Hikayat Mariam Zanariah dan Nurdin Bentuk Tema. Tema adalah pokok Masri lebih maju dibandingkan dengan pembicaraan, perilaku, atau gerakan dua hikayat sebelumnya. Tidak yang mendasar. Yang berkenaan ditemukan petunjuk pasti tentang dengan pokok tersebut adalah cerita waktu berlangsungnya cerita itu. yang bersangkutan sebagai ilustrasinya Namun bila dilihat dari perilaku dan (Ali, 1989). Tomashevsky menyatakan ucapan para tokohnya, jelas bahwa bahwa tema yang merupakan dasar dan latar kejadian ini jauh setelah Nabi mempersatukan dalam struktur fiksi Muhammad meninggal. Di dalamnya adalah pikiran umum (dalam Ali, 1989). ditemukan istilah Hadist, sabda-sabda Dalam ketiga hikayat terdapat Nabi Muhammad yang fungsinya pokok perbincangan yang mendasari sebagai sumber hukum, di samping peristiwa-peristiwa yang terjadi dan Al-Qur’an (Ali, 1983; Arkoun, 1996; mempersatukan peristiwa-peristiwa dan Asad, 1996). Dari perilaku para itu dalam susunan keseluruhan. Tema tokohnya telah dijumpai juga unsur- dapat dibedakan atas tema utama unsur peradaban Barat, seperti dan tema sampingan. Tema utama dikenalnya istilah Brendi dan Air mendasari dan menjalin dalam alur, Belanda (Umberan et al., 1994). sedangkan tema sampingan menjadi Jarak waktu berlangsungnya kisah tema sesuatu bagian dan tidak terjalin tersebut sangat jauh. Namun demikian, dalam keseluruhan alur. Sebab itu, ada satu persamaan umum bahwa dalam sebuah hikayat sangat mungkin peristiwa-peristiwa yang terjadi di bila dijumpai beberapa tema, yang hikayat-hikayat itu berlangsung ketika dimaksudkan adalah tema utama dan para tokohnya telah mengenal Islam. tema-tema sampingan (Badudu, 1981; Shalat (sembahyang), zikir, dan tawakal Esten, 1984; dan Teeuw, 1984). (kepasrahan secara total kepada Allah) Tema utama Hikayat Raja Khaibar merupakan pola hidup yang sama-sama adalah peperangan antara pasukan telah mereka kenal. Para tokohnya Islam dengan kaum kafirin pimpinan memiliki keseimbangan antara unsur Raja Khaibar. Di samping itu dijumpai jasmaniah dan rohaniah, antara pula tema tentang pengejaran Harun semangat keduniaan dan keakhiratan. oleh Saidina Ali, ikan pari mencintai Saiful Yazan, misalnya, ketika untuk anak raja, kejahatan ilmu sihir, dan dapat lolos dari penjara mengalami beberapa tema kecil lainnya (Djamaris, usaha buntu, ia lantas berdoa dan 1980). Hal yang tidak jauh beda menyerahkan diri sepenuhnya terdapat pula dalam Hikayat Saif kepada Allah (Jusuf, 1991). Sebelum Zulyazan dan Hikayat Mariam Zanariah mengalami perang, tidak henti- dan Nurdin Masri. Hikayat-hikayat hentinya Nabi Muhammad beserta tersebut dibentuk oleh satu tema utama para sahabat menunaikan shalat, dan beberapa tema sampingan (Jusuf, baik yang wajib maupun yang sunat. 1991; dan Umberan et al., 1994). Mereka pun selalu berzikir dan Tema dapat dibagi menjadi tema berdoa (Djamaris, 1980). Pengaduan kekuatan alam, tema jasmaniah, tema dan kepasrahan juga disampaikan egois, tema sosial, dan tema kekuatan Mariam dan Nurdin tatkala keduanya langit (Badudu, 1981; Esten, 1984; dan mengalami ketakberdayaan dalam Teeuw, 1984). Dalam hikayat Melayu usaha meloloskan diri dari ancaman Islam terdapat tema-tema sebagai dan maut. Zikir dan ikhtiar merupakan berikut: perilaku yang digambarkan oleh para Pertama, Tema Sosial. Tema ini tokoh utama (ideal) dalam rangka dijumpai pada ketiga hikayat. Hanya

22 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 saja, tema ini lebih berperan sebagai sepenggal kecil dari keseluruhan tema sampingan. Tema-tema sosial yang kisah tentang ambisi jasmaniah tokoh ada, terutama tentang keadilan dan lain dalam memperoleh kesenangan tolong-menolong. Tema keadilan dapat hidup. Padahal, dengan tolong- dirumuskan sebagai berikut: sikap adil menolong (dan saling membuka diri) berarti memberikan sesuatu kepada akan memudahkan manusia dalam pihak-pihak yang berhak menerimanya mengatasi berbagai masalah secara secara proporsional. Keadilan lebih baik dan bijaksana (Umberan et merupakan kebutuhan setiap manusia, al., 1994). karena itu barang siapa yang mampu Kedua, Tema Ketuhanan. Jenis tema bersikap adil maka manusia lain akan ini disebut sebagai tema kekuatan langit berbondong-bondong datang kepada dan tema spiritual (Badudu, 1981; orang itu untuk turut menikmati Esten, 1984; dan Teeuw, 1984). Tema keadilannya. Tema keadilan dapat ini merupakan dasar terbentuknya dijumpai dalam Hikayat Raja Khaibar. Hikayat Raja Khaibar. Walaupun Di dalamnya diceritakan tentang sikap banyak bercerita tentang peperangan, adil Rasulullah dalam membagikan spirit ketuhanan sesungguhnya harta peninggalan Raja Khaibar, antara merupakan dasar bergulirnya cerita ahli warisnya, rakyat negeri Khaibar, dalam hikayat ini. Nabi Muhammad dengan para sahabat Rasulullah mendatangi Negeri Khaibar tidak untuk sendiri. Dengan sikap keadilannya itu, acara balas dendam dan memperoleh maka orang-orang yang semula kafir kekuasaan. Nabi Muhammad beserta kemudian menyatakan kekaguman para sahabat menuju Negeri Khaibar kepada ketinggian akhlak Rasulullah, untuk menyampaikan kebenaran dan tanpa diminta mereka menyatakan agama Islam. Raja Khaibar menolak diri masuk Islam (Djamaris, 1980). mentah-mentah. Ia malah melontarkan Persahabatan yang tulus antara penghinaan (Djamaris, 1980). Saiful Yazan dengan tokoh Saadun Tema ketuhanan dijumpai pula Zanji merupakan salah satu bentuk dalam dua hikayat lainnya. Para tokoh tema sosial dalam Hikayat Saiful Yazan. dalam kedua hikayat itu memandang Dalam hikayat ini digambarkan tentang adanya Yang Maha Mutlak, yang sikap saling tolong-menolong dan sikap menentukan hidup dan kehidupan. saling memperhatikan antara kedua Zikir dan doa merupakan bentuk- tokoh. Tema-tema sosial dalam hikayat bentuk aktualisasi keyakinan mereka. ini memang lebih kaya. Kisah saling Khususnya dalam Hikayat Saif menolong itu tidak hanya antara tokoh Zulyazan, tersimpul satu prinsip bahwa Saiful Yazan dengan Saadun Zanji, ketuhanan adalah sebuah tanggung sikap-sikap semacam itu juga terjalin jawab rohaniah manusia. Tokoh Saiful antara beberapa tokoh lainnya (Jusuf, Yazan berprinsip bahwa memilih 1991). sesuatu adalah hak pribadi. Namun Tema sosial yang cukup menonjol dalam pemilihan itu tidak boleh lepas juga dijumpai dalam Hikayat Mariam dari tanggung jawab terhadap Allah dan Zanariah dan Nurdin Masri. Nurdin masyarakat (Jusuf, 1991). Masri terlunta-lunta begitu ia Ketiga, Tema Jasmaniah. Tema meninggalkan negerinya. Ia tidak jasmaniah berupa percintaan terdapat tahu ke mana ia harus menuju. dalam Hikayat Mariam Zanariah Untunglah dalam kebingungannya dan Nurdin Masri. Tema ini dapat itu, tokoh Mansur dengan tangan dirumuskan sebagai berikut: cinta itu terbuka mengajak Nurdin untuk tumbuh dengan tidak memandang tinggal bersama. Sayangnya, kisah perbedaan-perbedaan. Cinta yang tulus sosial yang mengharukan itu hanya tidak akan lepas dari rintangan dan

23 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam cobaan. Cinta memerlukan ketulusan, untuk menjadi raja-diraja merupakan perjuangan, dan pengorbanan. Dengan biang timbulnya ketegangan dengan kesetiaan, kejujuran, dan kesungguhan, raja-raja lainnya. Demikian halnya maka segala rintangan dan cobaan akan dengan kesengsaraan yang dialami oleh teratasi. Hikayat ini berkisah tentang Saiful Yazan, secara tidak langsung percintaan antara tokoh Mariam dan dilantarankan oleh kecemburuan Wazir Nurdin. Keduanya memiliki latar Sakardiwan. Ia khawatir kedudukannya belakang yang berbeda. Mariam adalah tersisihkan oleh keberadaan Saiful putri seorang raja. Ia berasal dari Negeri Yazan (Jusuf, 1991). Pranja yang Kristen. Sedangkan Nurdin Egoisme tidak selalu bernilai negatif. adalah seorang putra saudagar kaya Sikap ini mempunyai sisi positif. dari Mesir. Keluarganya merupakan Egoisme, sebagai supremasi harga penganut agama Islam yang taat. diri, mendorong manusia untuk selalu Cobaan datang silih berganti. Mariam berbuat kemuliaan dan menghindari diculik dan dibawa ke tempat yang praktek-praktek kotor. Melarikan diri tidak jelas di mana adanya. Nurdin merupakan cara mudah dan murah sangat pedih menghadapi kenyataan yang dapat dilakukan oleh Saiful Yazan itu. Namun ia tidak begitu menyerah. untuk memperoleh kebahagiaan dengan Ia terus-menerus menelusuri keadaan Siti Syahmah, kekasihnya. Tetapi, istrinya. Perjuangannya menemukan ajakan Siti Syahmah itu ia tolak. Ia hasil. Ia menemukan Mariam dan memilih secara syariat, sekalipun cara Mariam pun ternyata masih setia itu baginya sangat beresiko (Jusuf, menantikannya (Umberan et al., 1994). 1991). Tema ini dijumpai pula dalam Hikayat Raja Khaibar dan dalam Kesimpulan Hikayat Saif Zulyazan. Gambaran cinta Karya sastra Melayu klasik Islam yang dimaksudkan dalam Hikayat sarat dengan muatan moral. Hal Raja Khaibar adalah bahwa cinta itu ini didasarkan atas hasil telaahan tumbuh tidak hanya karena keindahan terhadap tiga karya sastra yang terpilih, fisik, tetapi juga dari kemuliaan jiwa. yakni: Hikayat Raja Khaibar, Hikayat Cinta juga merupakan anugrah Allah, Saif Zulyazan, serta Hikayat Mariam maka dalam menyikapinya tidak bisa Zanariah dan Nurdin Masri. Nilai-nilai lepas dari ketentuan-ketentuan-Nya moral tersebut dapat dijumpai dalam (Djamaris, 1980). Dalam Hikayat Saif alur, penokohan, latar, dan tema cerita. Zulyazan dinyatakan bahwa untuk Setiap unsur menyimpan kaidah moral meluluskan cinta bisa saja mengambil yang satu sama lain saling berkaitan jalan pintas, tetapi hal itu merupakan dan saling menjelaskan. Sedemikian tindakan yang tidak bernyali. Cinta sarat pesan moral itu, hikayat-hikayat adalah anugrah Tuhan dan lahir dari tersebut terkesan menggurui. Baik keberadaan manusia sebagai makhluk pola alur maupun karakteristik para bermasyarakat. Dalam menyikapi cinta tokoh berlaku rumus hitam-putih, baik tidak boleh lepas dari tuntutan Tuhan dan buruk. Kebaikan akan mengalami dan tuntutan masyarakat (Jusuf, 1991). happy ending, sedangkan keburukan Keempat, Tema Egois. Tema pasti akan kalah dan hancur. Rumus ini mewarnai aneka konflik yang tersebut tampak pula pada karaktertik muncul dalam Hikayat Raja Khaibar. para tokoh. Tokoh baik akan memiliki Dinyatakan di dalamnya bahwa konflik sifat keparipurnaan. Sebaliknya, tokoh itu tidak lepas dari hasrat manusia jahat akan memiliki karakter yang serba untuk memperoleh kepuasan ego dan buruk, baik itu dalam hal fisik, sosial, kehormatan diri (Djamaris, 1980). atapun moral. Sikap ambisius Raja Tubaa Zulyazan Pola alur benar-menang dan salah-

24 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kalah memang tidak berlaku pada total kepada Allah SWT (Subhanahu setiap konflik atau peristiwa. Suatu Wa-Ta’ala). Ikhtiar dan kesungguhan saat pihak yang benar bisa dikalahkan dalam berjuang merupakan syarat oleh pihak yang salah; atau sebaliknya, lain tercapainya kebahagiaan. Kaidah yang salah akan mengungguli pihak moral yang dinyatakan di dalamnya yang benar. Dalam proses menuju merupakan sesuatu yang ideal, yang kemenangan, pihak yang benar sering sangat dipengaruhi oleh sistem normatif dihadapkan pada aneka kesulitan yang berlaku dalam masyarakat kala dan ancaman. Ada kaidah moral yang karya tersebut tercipta. Kalaupun tersembunyi di balik itu. Pengarang karya-karya itu berasal dari ratusan seolah-olah hendak menyampaikan tahun silam, kaidah moral yang pesan bahwa kebenaran tidak akan disampaikan di dalamnya dipandang lepas dari rongrongan kejahatan, sangat berguna sebagai salah satu bahwa untuk menegakkan kebenaran rujukan bagi kesinambungan kaidah diperlukan perjuangan. Walapun pada moral tersebut pada masa kini. ujungnya pengarang memberikan kebahagiaan kepada yang benar, pihak yang benar itu terlebih dahulu akan Bibliografi dihadapkan pada berbagai ujian dan cobaan. Abu Bakar, Shafie. (1984). “Falsafah Pemikiran Kandungan moral juga kental Melayu Ditinjau dari Perkembangan Bahasa dalam unsur tema. Tema-tema hikayat dan Sastranya” dalam Bahasa dan Sastra Nusantara: Sejarah dan Masa Depannya. berkenaan dengan kerajaan dan konflik : Dewan Bahasa dan Pustaka peperangan. Tema-tema tersebut dan KPM [Kementerian Pelajaran Malaysia]. tidak terlepas dari kehadiran sosok- Alfian, T. Ibrahim. (1985). Persepsi Masyarakat sosok pemberani di dalamnya. Ketiga tentang Kebudayaan. Jakarta: PT Gramedia. hikayat yang menjadi objek penelitian Alfian, T. Ibrahim et al. (1992). Dari Babad dan Hikayat sampai Sejarah Kritis. Yogyakarta: ini berbicara tentang tokoh-tokoh elite, Gadjah Mada University Press. yang di dalamnya tergambar perilaku Ali, Lukman. (1989). “Kebijaksanaan ulet, tegar, dan perkasa. Para tokoh Pengembangan Sastra Indonesia” dalam yang memiliki tiga watak tersebut Budaya Jaya, No.VIII. Ali, Mukti. (1983). “Agama sebagai Sasaran berhak menjadi pemenang. Selain itu, Penelaahan dan Penelitian di Indonesia” kasih sayang, persahabatan, dan takwa dalam Buletin Yaperna, No.12. merupakan bentuk-bentuk kejadian Arifin, Bey. (1971). Rangkaian Tjerita dalam yang kerap dijumpai di dalam ketiga Alquran. Bandung: Penerbit Alma’arif. hikayat itu. Arkoun, Mohammed. (1996). Rethinking Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Terjemahan. Dijumpai tiga latar waktu dari Asad, Muhammad. (1996). Islam di Simpangan ketiga hikayat itu, yakni sebelum Jalan. Bandung: Penerbit Pustaka, Nabi Muhammad lahir, zaman Nabi Terjemahan. Muhammad, dan setelah wafat Nabi Badudu, J.S. (1981). Sari Kesusastraan Indonesia. Bandung: Pustaka Prima. Muhammad. Jauhnya jarak waktu Baried, Siti Baroroh et al. (1982). Panji: Cerita tidak sampai membedakan karakter Pahlawan Nusantara. Jakarta: Pusat moral para tokohnya. Mereka manusia- Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. manusia beragama dan tokoh ideal Baried, Siti Baroroh. (1985). Pengantar Teori adalah tokoh yang bertakwa. Islam Filologi. Jakarta: Depdikbud RI [Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik merupakan rujukan utama yang Indonesia]. digunakan oleh pengarang dalam Baried, Siti Baroroh. (1986). Memahami Hikayat menggambarkan perilaku ideal mereka. dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Depdikbud Kebahagiaan akan diraih bila mereka RI [Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia]. memiliki ketakwaan, yakni menunaikan Beg, M. Abdul Jabbar [ed]. (1981). Seni di dalam shalat, berzikir, berdoa, dan kepasrahan Peradaban Islam. Bandung: Penerbit Pustaka.

25 E. KOSASIH, Nilai-nilai Moral dalam Karya Sastra Melayu Klasik Islam

Brakel, L.F. (1975). The Hikayat Muhammad Hamka. (1963). Dari Perbendaharaan Lama. Hanafiah. The Hague: Martinus Nijhoff. Medan: Penerbit Madju. Bryson, L. et al. (1980) “Islamisation of the Hasjmy, A. (1980). Sastra dan Agama. Aceh: Malays: A Transformation of Culture” dalam Badan Harta Agama. Mohd Taib Osman [ed]. Tamadun Islam di Heryanto, Ariel. (1985). Perdebatan Sastra Malaysia. Kuala Lumpur: Penerbit PSM Kontekstual. Jakarta: Penerbit Rajawali Pers. [Persatuan Sejarah Malaysia]. Ikram, Achadiati. (1997). Filologi Nusantara. Danandjaja, James. (1994). Folklor Indonesia, Jakarta: Pustaka Jaya. Ilmu Gosip, Dongeng, dan Lain-lain. Jakarta: Jusuf, Jumsari. (1991). Hikayat Saif Zulyazan. Pustaka Utama Grafiti. Jakarta: Depdikbud RI [Departemen de Hollander, J.J. (1994). Pedoman Bahasa dan Pendidikan dan Kebudayaan Republik Sastra Melayu. Jakarta: Penerbit ILDEP. Indonesia]. Djahiri, A. Kosasih. (1992). Menelusuri Dunia Koentjaraningrat. (1980). Pengantar Antropologi. Apektif, Nilai-Moral, dan Pendidikan Nilai- Jakarta: Aksara Baru. Moral. Bandung: Laboratorium Pengajaran Krippendorff, Klaus. (1991). Analisis Isi: PMP IKIP (Pendidikan Moral Pancasila, Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan] Penerbit Rajawali Pers, Terjemahan. Bandung. Kurtines, William M. & Jacob L. Gerwitz. Djamaris, Edwar. (1980). Hikayat Raja Khaibar. (1992). Moralitas, Perilaku Moral, dan Jakarta: Depdikbud RI [Departemen Perkembangannya. Jakarta: UI [Universitas Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia] Press, Terjemahan. Indonesia]. Mihardja, Achdiat K. [ed]. (1994). Polemik Djamaris, Edwar et al. (1985). Antologi Sastra Kebudayaan. Jakarta: Penerbit Pustaka Jaya. Indonesia Lama Pengaruh Islam. Jakarta: Miskawaih, Ibn. (1994). Menuju Kesempurnaan Depdikbud RI [Departemen Pendidikan dan Ahlak. Bandung: Penerbit Mizan, Terjemahan. Kebudayaan Republik Indonesia]. Mulyadi, Sri Wulan Rudjiati. (1994). Kodikologi Djamaris, Edwar. (1990). Menggali Khazanah Sastra Melayu Indonesia. Jakarta: FSUI Sastra Melayu Klasik (Sastra Indonesia Lama). [Fakultas Sastra, Universitas Indonesia]. Jakarta: Balai Pustaka. Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Esten, Mursal. (1984). Sastra Indonesia dan Notosusasto [eds]. (1994). Sejarah Nasional Tradisi Sub Kultur. Bandung: Penerbit Indonesia, Jilid 2. Jakarta: Depdikbud RI Angkasa. [Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Fang, Liau Yock. (1991). Sejarah Kesusastraan Republik Indonesia] dan PN Balai Pustaka. Melayu Klasik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Robson, S.O. (1969). Hikayat Andakan Penurat. Firth, R. et al. (1960). Tjiri-tjiri Alam Hidup The Hague: Martinus Nijhoff. Manusia: Suatu Pengantar Antropologi Sutrisno, Sulastin. (1983). Hikayat Hang Tuah: Budaja. Bandung: Penerbit Sumur Bandung, Analisa Struktur dan Fungsi. Yogyakarta: Terdjemahan. Gadjah Mada University Press. Fisher, H. (1953). Pengantar Antropologi Teeuw, A. (1984). Sastra dan Ilmu Sastra: Kebudajaan Indonesia. Djakarta: Penerbit Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Penerbit Pembangunan, Terdjemahan. Pustaka Jaya. Hamid, Ismail. (1984). “Peranan Nabi Muhammad Teeuw, A. (1992). Khazanah Sastra Indonesia. dalam Pembinaan Kesusastraan Nusantara” Jakarta: Balai Pustaka. dalam Bahasa dan Sastra Nusantara: Sejarah Umberan, Musni et al. (1994). Hikayat Mariam dan Masa Depannya. Kuala Lumpur: Dewan Zanariah dan Nurdin Masri. Jakarta: Bahasa dan Pustaka dan KPM [Kementrian Depdikbud RI [Departemen Pendidikan dan Pelajaran Malaysia]. Kebudayaan Republik Indonesia]. Hamidy, U.U. (1983). Agama dan Kehidupan Winstedt, Sir Richard. (1969). A History of dalam Cerita Rakyat. Pekanbaru: Bumi Classical Malay Literature. Kuala Lumpur: Pustaka. Oxford University Press.

26 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun di Sarawak: Perspektif Sejarah Maritim

Ismail Ali

Ikhtisar: Abad ke-18 dan ke-19 telah menyaksikan kemunculan orang-orang Dayak Laut di Sarawak – bersama-sama dengan orang-orang Iranun dan Balangingi yang berasal dari kepulauan Filipina – sebagai “hero” Brunei kerana pernah menjadikan bangsa Eropah sebagai tawanan dan hamba mereka. Penguasaan orang-orang Iranun, Balangingi, dan Dayak Laut yang juga dikenali sebagai ”Raja di Laut” dan “Vikings daripada Laut Timur” di perairan kepulaun Borneo dan Asia Tenggara ini telah menggerunkan dan sekaligus menjadi mimpi ngeri kepada para pelayar dan pedagang Barat yang berlayar ke kawasan perairan kepulauan Borneo dan Asia Tenggara pada waktu itu. Makalah ini bertujuan untuk mengkaji penglibatan dan peranan para pembesar Brunei dan Melayu di Sarawak dalam aktiviti pemburuan hamba dan perlanunan serta membantu rejim Brooke dalam kempen penghapusan lanun (mantan pembesar Brunei, pembesar Melayu Sarawak, dan Dayak Laut) di sekitar perairan Sarawak dan Brunei pada era pemerintahan Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828-1852) dari perspektif ekonomi dan budaya maritim Brunei. Kata kunci: Lanun, Dayak Laut, Iranun, Balangingi, pembesar Brunei dan Melayu, Sarawak, dan penghapusan lanun.

Abstract: The eighteenth and nineteenth centuries witnessed the emergence of the Sea Dayaks in Sarawak – alongside the Iranuns and the Balangingis whose homeland was the Philippine islands – as the heroes of Brunei due to the fact that the Europeans were once captured by the Sea Dayaks and were made as the latter’s slaves. The control that the Iranuns, the Balangingis, and the Sea Dayaks who were also known as the “King of the Seas” and the “Vikings of the Eastern Seas” had over the Borneo island and Southeast Asia was rather intimidating, in fact a nightmare, for travelers and Western traders who sailed to or through the region. This article aims to investigate the involvement of, and the role played by, Brunei’s governing elite and the Malays in Sarawak in slave hunting and piratical activities and the assistance they offered to Brooke regime in piracy eradication campaign (former Brunei’s governors, Malay Sarawak governors, and the Sea Dayaks) at the coastal areas of Sarawak and Brunei during the reign of Sultan Omar Saifuddin II (1828- 1852) from the perspectives of maritime economy and culture of Brunei. Key word: Piracy, Sea Dayaks, Iranun, Balangingi, Bruneis and Malays elite, Sarawak, and piracy eradication.

Pendahuluan menjadi mimpi ngeri kepada para Abad ke-18 dan ke-19 telah pelayar Eropah dan China yang berlayar menyaksikan kemunculan orang-orang ke kawasan perairan Kepulauan Borneo Iranun dan Balangingi yang berasal dan Asia Tenggara pada waktu itu. dari Kepulauan Filipina dan orang- Dalam erti kata lain, hegemoni dan orang Dayak Laut dari Sarawak sebagai pendominasian orang-orang Iranun, hero atau “jaguh” di laut dan sekaligus Balangingi, dan Dayak Laut ke atas

Prof. Madya Dr. Ismail Ali ialah Pensyarah Kanan di Program Sejarah, Sekolah Sains Sosial UMS (Universiti Malaysia Sabah), Jalan Beg Berkunci, Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia. Alamat e-mail: [email protected]

27 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun perairan Kepulauan Borneo dan Asia Melayu yang digunakan oleh penduduk Tenggara pada abad ke-18 dan ke-19 di Tanah Melayu dan Kepulauan Borneo banyak mendatangkan masalah besar pada abad ke-18 sebenarnya diubah- kepada pelayar dan para pedagang. suai daripada bangsa pelakunya sendiri, Menurut Leigh R. Wright: iaitu Iranun, yang memang secara kebetulan didominasikan oleh orang- The practice of piracy in Southeast orang Iranun pada peringkat awal atau Asian in the nineteenth century was to perintis (pioneer) untuk merujuk kepada a very large extent a continuation of a phenomena which was widespread from istilah pirates yang digunakan oleh the ancient beginnings of sea traffic in the Barat (Handbook of British North Borneo, straits and along the coasts of the area [...] 1890). There were, however, several strong and Di kepulauan Indonesia pula, organized Lanun Pirate communities on the northern coasts of Borneo […] Many walaupun aktiviti pemburuan hamba young Muslim Malay seafares from Borneo dan rompakan kapal-kapal dagang were led on marauding expeditions in the dilakukan oleh orang-orang Iranun nineteenth century by Arab sheriffs […] dan Balangingi, namun masyarakat Their allies were Iban of Sarawak on the Indonesia tidak mengistilahkan mereka northeast coast of Borneo […] Balingini from the island of that name east of Jolo sebagai “lanun”, yakni sempena bangsa in the Sulu Archipelago […] (Wright, mereka, tetapi mengistilahkan mereka 1966:3-4). sebagai “bajak laut” yang bermaksud “perompak laut”, yakni berdasarkan Tindakan Iranun, Balangingi, dan kegiatan merompak dan dilakukan di Dayak Laut yang seringkali merompak laut (Lapian, 1990). kapal-kapal dagang Barat dan Penguasaan orang-orang Iranun, menjadikan anak-anak kapal sebagai Balagingi dan Dayak Laut – atau juga komoditi dagangan, iaitu dalam bentuk dikenali sebagai ”Raja di Laut” (King of hamba, telah menyebabkan berlakunya the Seas) – ke atas perairan kepulaun transformasi dalam asal-usul identiti Borneo dan Asia Tenggara ini telah mereka sendiri, iaitu dari sebuah menggerunkan para pelayar terkemuka bangsa bernama Dayak di Sarawak Eropah seperti Alexander Dalrymple yang telah lama wujud sebelum (1808), William Dampier (1960), Thomas kedatangan bangsa Barat lagi kepada Forrest (1961), J. Hunt (1967), dan lain- satu bangsa baru yang dikenali sebagai lain lagi. Lalu, mereka menggelarkan bangsa pirates yang dicipta oleh Barat kawasan perairan di Laut China (Sandin, 1967; dan Ongkili, 1973). Selatan, Laut Sulu, dan Laut Celebes Dalam erti kata lain, pengidentifikasian pada pertengahan abad ke-18 dan ke-19 semula bangsa Dayak Laut menjadi sebagai age of the pirate dan melabelkan satu bangsa yang baru ini secara bulan Ogos-Oktober sebagai “musim perlahan-lahan telah menghakis dan lanun” atau pirates seasons atau pirate menghilangkan identiti asal yang wind. Menurut James Francis Warren: mereka miliki dan mula diterimapakai oleh masyarakat setempat di kepulauan The heartland of piracy in Southeast Nusantara pada abad ke-18. Asia has been considered for centuries Ini terbukti apabila perkataan pirates to be in the waters around the southern Philippines and Borneo, especially the ciptaan Barat ini telah diasimilasikan, Sulu and Celebes seas […] including the diubah-suai, diterjemahkan berasaskan Sultanate of Brunei, engaged in maritime perbuatan, dan dijadikan sebagai riding and warfare before the arrival sebahagian perbendaharaan kata of Europeans in the sixteenth century masyarakat Melayu Nusantara. (Warren, 2002:20). Contohnya, penggunaan istilah “lanun” Berdasarkan kepada catatan-catatan sebagai satu perkataan dalam Bahasa oleh pelayar terkemuka Barat pada

28 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 abad ke-18 dan abad ke-19, seperti Alexander Dalrymple dalam Oriental Repertory (1808), William Dampier dalam A New Voyage Round the World (1960), Thomas Forrest dalam A Voyage to New Guinea and the Moluccas (1961) dan lain-lain lagi, banyak melaporkan kegiatan perlanunan di perairan Asia Tenggara. Owen Rutter, misalnya, dalam bukunya yang berjudul The Pirate Wind (1930) pula telah menggelarkan etnik Iranun dan Balingingi di kepulauan Sulu dan perairan Asia Tenggara sebagai Vikings of the Eastern Seas, yang menyamai kehebatan Peta 1: orang-orang “Viking” Lakaran Peta Kepulauan Borneo yang cukup digeruni (Sumber: Bob Reece, 2002:10) di Eropah. Menurut Owen Rutter lagi:

No merchant ship of the colonial powers and no shore village was immune from dan berdagang, orang-orang Dayak their attack which, in their rampant Laut juga seringkali merompak dan ferocity, made the threat of extreme memusnahkan kapal-kapal dagang violence and anarchy an everyday fact of life for the coastal populations of Southeast dan pengkalan perdagangan milik Asia for long periods of time […] fierce, Eropah di kepulauan Melayu. Pada dangerous and merciless […] European, 8 Disember 1848, misalnya, orang- American, Chinese, and native vessels orang Dayak Laut bersama orang-orang who had been sold into slavery (Rutter, 1930:19). Iranun dan Balingingi telah merompak dan menculik anak kapal Minerva di Pendominasian orang-orang Iranun, pantai barat kepulauan Borneo Utara. Balangingi, dan Dayak Laut di perairan Pada tahun 1810, kapal layar British Asia Tenggara pada abad ke-18 dan ke- bernama Comerse yang mengalami 19 telah mendatangkan masalah besar kerosakan di muara Sungai Sarawak kepada pihak British di Borneo Utara, telah diserang dan ditawan oleh Dayak Sepanyol di Filipina, dan Belanda di Laut serta merampas semua kargo Indonesia (Gomes, 1954; Nigel, 1969; dan senjata, termasuk menjual anak Warren, 1981; dan Reid, 1988). Selain kapalnya ke Brunei sebagai hamba menjalankan aktiviti memburu hamba (Rawlins, 1969:11).

29 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun

Pengertian dan Konsep Perlanunan (Piracy) Dari segi sejarahnya, aktiviti jenayah di perairan Asia Tenggara telah wujud sejak kemunculan kerajaan Funan pada sekitar abad pertama Masehi lagi, iaitu apabila orang-orang Funan telah menyerang kapal-kapal yang melintasi kawasan Illustrasi 1: perairan mereka. Pemandangan Brunei (Borneo Proper) Abad ke-17 Pernah diceritakan (Sumber: D.J.M. Tate, 1988:58) tentang seorang raja perempuan Funan, bernama Liu-ye, The life of a pirate was an exciting one and memimpin satu angkatan pelaut Melayu probably many men prefered it to a life of menyerang kapal-kapal pedagang yang padi-planting or fishing (Rawlins, 1969:38). melintasi kawasan perairan Funan (Braddel, 1980:27). Dalam Bahasa Inggeris, perkataan Sementara itu A.P. Rubin (1974:10) ini dapat disamaertikan dengan pula mendefinisikan piracy sebagai perkataan pirates dan piracy. Menurut perompakan di laut oleh sesebuah Joan Rawlins (1969:38), istilah atau perahu ke atas sebuah perahu yang lain perundangan Barat untuk konsep tanpa kuasa negeri (state authority) dan “perompak” (robber) dan “lanun” untuk kepentingan peribadi. Chancellor (pirates) adalah merupakan dua perkara Kent (House of Commons, England) pula yang berbeza. Perompak (robber) mendefinisikan “lanun” sebagai: “piracy biasanya merujuk kepada individu yang is robbery or a forcible depredation on merampas harta benda atau hak orang the high seas without lawful authority, lain secara paksa di darat; manakala and done animo furandi, and in the lanun (pirate) pula merujuk kepada spirit and intention of universal hostility” individu yang merampas harta benda (dalam Warren, 2002:2). Menurut Joan atau hak orang lain secara paksa di Rawlins pula adalah seperti berikut: laut lepas dan di luar jurisdiksi wilayah sesebuah negara. A pirate is a robber on the high seas, and Dalam erti kata lain, orang-orang there were many of them in the Eastern Barat tidak menyebut individu yang Seas at the beginning of the nineteenth century. [...] Opium, tin, tea, silk, cotton, terlibat dalam aktiviti perompakan gold, crockery and pepper were only a few di laut sebagai “lanun” tetapi of the goods that might fall into the hands menggelarnya sebagai pirate. Istilah of a lucky pirate, but more valued than “lanun” yang diterimapakai dan all of these were the slaves. Sometimes the crews of captured ships were sold as dijadikan perbendaharaan kata oleh slaves, but more often the pirates raided orang-orang Melayu pada hari ini small coastal towns and villages and dikatakan berasal dari perkataan carried off the women and children […]. “Iranun” atau Illanun; dan perkataan “lanun” atau “Illanun” mula digunakan

30 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 secara meluas untuk merujuk pirate pada akhir abad ke-18 (Omar, 1983; dan Halimi, 2000).

Penglibatan Pembesar Brunei dan Melayu Sarawak dalam Aktiviti Perlanunan Pengetahuan dan pemahaman berhubung sejarah ringkas kemunculan dan keagungan Kesultanan Brunei pada abad ke-15 lagi penting untuk dijadikan asas bagi memahami penglibatan golongan aristokrat Brunei dalam aktiviti pemburuan hamba dan rompakan di laut sehingga digelar sebagai pirates oleh kolonial dan para sarjana Barat. Pada abad ke-15 dan ke-16, Brunei telah muncul sebagai salah sebuah kerajaan maritim atau thalassocracy (Bala, Illustrasi 2: 2005) di kepulauan Potret Seorang Dayak Laut Borneo dan setaraf (Sumber: J.F. Warren, 2002:213) dengan Kesultanan Sambas, Pontianak, dan Banjarmasin di (dalam Singh, 1984:18). Sebelum kepulauan Borneo. kedatangan Barat pada awal abad ke- Di bawah pentadbiran Sultan 16, Kerajaan Brunei telah mempunyai Bolkiah, Brunei telah mencapai satu sistem pentadbiran yang teratur zaman kegemilangan dan empayer dan menjadikan Islam sebagai teras Brunei pada waktu itu bukan sahaja pemerintahannya (Halim & Jamillemar, terbentang luas di Borneo Utara tetapi 1958; dan Abdul Latif, 1992). juga meliputi kepulauan Sulu dan Dalam urusan pentadbiran Kerajaan Manila. Ini menyebabkan beberapa Brunei, Sultan Bolkiah telah dibantu orang pengembara Barat seperti Tome oleh majlis pembesar terkanan, atau Pires dan Pigafetta pernah menggelar Wazir, iaitu Pangiran Bendahara, zaman kegemilangan Brunei ini Pangiran Temenggung, Pangiran Di- sebagai the Golden Age of Brunei Gadong, dan Pengiran Pemancha. Di

31 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun bawah Wazir Berempat ini pula terdapat jawatan lain bergelar Ceteria yang terdiri daripada Orang Besar Lapan dan Orang Besar Enam Belas yang menyerupai sistem pentadbiran Kesultanan Melayu Melaka (Osman, Hadi Abdullah & Hakip, 2001:24). Dari segi susunlapis masyarakat Melayu Brunei terdiri daripada Sultan, Raja-raja “Bertaras”, Anak-anak Raja dan Pengiran-pengiran, Ampuan, Awang, Rakyat, Sakai, dan Hamba (Brown, 1970). Untuk memudahkan urusan pentadbiran tanah jajahan dan penduduknya, Kerajaan Brunei telah membahagikan pentadbiran ini kepada tiga jenis pemilikan, iaitu: Sungai Kerajaan (pegangan Sultan), Sungai Kuripan Illustrasi 3: (pegangan Wazir), dan Rekabentuk Bangkong (Perahu Perang Dayak Laut) (Sumber: D.J.M. Tate, 1988:28) Sungai Tulin atau Pusaka yang dimilki oleh Sultan dan para pembesar (Singh, apabila beliau mula mengambilalih 1984; dan Sidhu, 1995). kuasa daripada pemimpin tempatan, Kerajaan Brunei telah melantik para mengeksploitasi penduduk, dan pembesarnya untuk mentadbir tanah mengenakan cukai yang tinggi jajahan bagi pihak Sultan Brunei. kepada penduduk di Sarawak. Dalam Dalam kes di Sarawak, pentadbiran tempoh pemerintahannya, beliau Kerajaan Brunei pada peringkat awal telah menyaksikan beberapa siri telah diterajui oleh seorang bangsawan pemberontakan penduduk Sarawak Brunei bernama Pangeran Indera sehingga memaksa Sultan Brunei Mahkota yang berpusat di Kuching. menghantar Pangeran Raja Muda Di bawah pentadbiran Pangeran Hashim dan beberapa pembesar Brunei Indera Mahkota telah membangkitkan lain untuk menggantikan Pangeran kemarahan penduduk Sarawak Indera Mahkota dan lain-lain pembesar

32 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Melayu Sarawak yang bersengkongkol dengannya (Halim & Jamillemar, 1958). Pada masa yang sama, kekusutan dalam pentadbiran Brunei di Sarawak ini telah dipergunakan oleh Pangiran Indera Mahkota (mantan Gabenor Brunei di Sarawak), Sherif Masahor (mantan Gabenor Brunei di Rejang), Sherif Sahap di Sadung, Sherif Jaffir dan Sherif Mulla (Mular) di Skrang untuk mempengaruhi orang-orang Dayak Laut (Sea Dayaks) menyertai ekspedisi pemburuan hamba dan rompakan kapal- kapal dagang Barat dan telah disambut baik oleh beberapa Illustrasi 4: orang ketua dan Potret James Brooke di Sarawak pemimpin Dayak. (Rajah Brooke) Sebelum kedatangan James Brooke di Sarawak, sebagai pusat perdagangan hamba di Kerajaan Brunei di bawah pemerintahan Asia Tenggara pada abad ke-18 dan Sultan Bolkiah hingga Sultan Omar Ali permulaan pertapakan James Brooke Saifuddin I merupakan salah satu pusat di Sarawak yang sedikit sebanyak telah perdagangan hamba yang terpenting mula membawa kepada kemerosotan di kepulauan Borneo. Para pembesar ekonomi para pembesar Brunei dan Brunei seperti Pangiran Usop dan para Melayu di Sarawak (Nicholl, 1996). pembesar Brunei yang mentadbir tanah Kemerosotan kuasa para pembesar jajahan Brunei di Sarawak seperti Brunei dan Melayu di Sarawak menjadi Sherif Masahor, Sherif Sahap, Sherif lebih ketara lagi apabila James Brooke Mulla, dan lain-lain lagi telah terlibat berjaya mendapatkan Sarawak pada dalam aktiviti pemburuan hamba dan tahun 1841 dan Pulau Labuan pada rompakan kapal-kapal dagang Barat tahun 1846 daripada Kesultanan yang diterajui oleh orang Iranun yang Brunei. Contohnya, tindakan Sultan berpengkalan di Pulau Labuan (Rawlins, Mumin (Brunei) menyerahkan bahagian 1969:63). hilir lembah Rejang kepada James Penglibatan para pembesar Brunei Brooke pada tahun 1853 dan tindakan dalam aktiviti perdagangan hamba ini Charles Brooke mengusir Sherif sebenarnya mempunyai kaitan rapat Masahor dari Sarikei pada tahun 1855 dengan kemunculan Kesultanan Sulu telah menjejaskan kekuasaannya selaku

33 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun

Gabenor Brunei di kawasan tersebut. Selain Sherif Masahor, Datu Patinggi Abdul Ghapur yang menjadi pembesar Melayu di Kuching juga menerima nasib yang sama apabila dilucutkan jawatannya oleh James Brooke pada tahun 1854 kerana dikatakan telah mengenakan cukai yang tinggi kepada penduduk Illustrasi 5: di Kuching (Tarling, Serangan British di Petempatan Dayak Laut 1971; dan Pollard, di Sungai Padeh, Sarawak (Sumber: Bob Reece, 2002:29) 1997). Sebagai tanda penentangan para pembesar Brunei dan pemburuan kepala manusia sebagai Melayu di Sarawak terhadap kekuasaan sebahagian daripada kebudayaan rejim Brooke, para pembesar ini dengan mereka. bantuan orang-orang Iranun yang Berbeza dengan orang-orang bergelar sherif telah memobilisasikan Iranun dan Balangingi, orang-orang orang Dayak Laut yang menetap di Dayak Laut tidak mengamalkan kawasan lembah sungai dan pedalaman budaya perhambaan di dalam strata di Sarawak untuk menjadi lanun. masyarakatnya. Orang-orang Iban Secara amnya, perkataan Dayak (Sea Dayaks) juga merupakan antara Laut atau Sea Dayaks ini bukanlah suku kaum yang cukup digeruni di merupakan nama asal kepada etnik ini, Sarawak kerana keberanian mereka dan tetapi sebenarnya dicipta oleh Barat, terkenal sebagai pemburu kepala (head iaitu semasa pemerintahan rejim Brooke hunters). Dalam erti kata lain, aktiviti di Sarawak (Richards ed., 1992). maritime raiding di kalangan orang- Di kalangan etnik Sarawak, orang orang Dayak Laut pada abad ke-18 dan Dayak Laut ini lebih dikenali sebagai ke-19 bukanlah merupakan budaya orang Iban. Walaupun dikenali sebagai asal nenek-moyang mereka tetapi “Dayak Laut” namun etnik ini bukanlah dipengaruhi oleh luar (Dickson, 1956; menjadikan maritim sebagai budaya Sandin, 1967; dan Richards ed., 1992). kehidupan mereka sepertimana Sejarah penglibatan orang-orang orang-orang Iranun dan Balangingi di Dayak Laut dalam aktiviti maritime kepulauan Sulu, tetapi lebih bersifat raiding banyak dipengaruhi oleh masyarakat agraria yang mengamalkan mantan pembesar Brunei dan pembesar shifting cultivation dan aktiviti Melayu di Sarawak seperti Sherif Sahap pemburuan. Sebelum kedatangan (Iranun), Pangiran Indera Mahkota agama Kristian, orang-orang Dayak (mantan Gabenor Brunei di Sarawak) di Laut yang tinggal di rumah panjang Patusan, Sherif Jaffir (keturunan Arab) ini tidak mempunyai agama, iaitu di Lingga, dan Sherif Mulla (keturunan mengamalkan kepercayaan animisme Arab) di Undup. Dua orang pemimpin dan diklasifikasikan sebagai pagan of ulung orang Dayak Laut yang bergiat Borneo sahaja dan menjadikan aktviti aktif bersama Sherif Sahap, Pangiran

34 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Indera Mahkota, Sherif Jaffir, dan Sherif Berbeza dengan orang Iranun dan Mulla dalam aktiviti maritime raiding Balangingi, penglibatan orang-orang di perairan Borneo Utara ialah Linggir Dayak Laut di Sarawak bukanlah dan Luang. Antara kawasan petempatan untuk mendapatkan hamba atau hasil utama etnik Dayak Laut di Sarawak, rompakan kapal-kapal dagang, tetapi yang juga dilabelkan sebagai pirate lebih bertujuan untuk mendapatkan river, termasuklah di Sungai Saribas, kepala manusia sahaja untuk Sungai Skrang, Sungai Batang Lupar, memenuhi sebahagian daripada dan Sungai Rajang. tuntutan sosio-kebudayaan mereka Dalam pelayaran James Brooke dari yang telah diamalkan sejak turun- Singapura ke Sarawak (Kuching) pada temurun lagi (Dickson, 1956; Sandin, tahun 1841 dengan kapalnya yang 1967; dan Richards ed., 1992). Dalam bernama Royalist telah terserempak erti kata lain, penglibatan orang- dengan beberapa buah perahu besar orang Dayak Laut dalam ekspedisi milik orang Iranun dan Dayak Laut maritime raiding di Sarawak lebih (Iban) di muara sungai Sarawak menguntungkan para pemimpin mereka (Warren, 2002:44). Sementara itu seperti Sherif Sahap, Pangiran Indera Munsyi Abdullah, sewaktu belayar ke Mahkota, Sherif Jaffir, dan Sherif Mulla. Kelantan, juga pernah bertembung Dengan terbinanya pengkalan dan dengan orang-orang Dayak Laut petempatan Dayak Laut di Sarawak bersama orang Iranun dan Balangingi di seperti Saribas, Krian, Batang Lupar, pantai timur Malaya tahun 1830-an. dan Skrang, serta di kepulauan Keberadaan orang-orang Dayak Sulawesi seperti di Tontoli, Dampelas, Laut yang mendominasi beberapa Tobungku, Tanah Jampea, Lambok, batang sungai utama seperti Sungai dan lain-lain lagi ini, secara tidak Lupar, Sungai Saribas, Sungai Rimbas, langsung, telah memudahkan mereka dan lain-lain lagi di Sarawak telah untuk menjalankan maritime raiding mengancam ketuanan Kesultanan activities di sekitar perairan Brunei. Brunei di Sarawak yang diterajui oleh Dalam erti kata lain, sebelum tahun seorang pembesar Brunei bernama Raja 1840-an aktiviti maritime raiding oleh Muda Hashim, termasuk merompak orang Dayak Laut begitu berleluasa di kapal-kapal dagang British dan perairan kepulauan Borneo dan Asia Belanda. Tenggara amnya. Sepertimana Sherif Usman dan Para pembesar Sarawak seperti Sherif lain-lain pembesar Iranun di Borneo Sahap, Sherif Jaffir, dan Sherif Mulla; Utara, pembesar Sarawak seperti Sherif serta para pembesar Brunei seperti Sahap, Pangiran Indera Mahkota, Pangeran Usop Pangiran (Brunei), Sherif Jaffir, dan Sherif Mulla yang Pangeran Indera Mahkota (mantan mempunyai hubungan dengan para Gabenor Brunei di Sarawak) dan Sherif pemimpin Iranun di Borneo Utara Masahor (mantan Gabenor Brunei juga telah menaja orang-orang Dayak di Rejang), dan lain-lain lagi dengan Laut untuk ikut bersama orang-orang kerjasama pemimpin Iranun di Borneo Iranun menjalankan aktiviti pemburuan Utara pula telah menaja orang Dayak hamba dan rompakan kapal-kapal Laut untuk menjalankan pemburuan dagang Barat. Satu perkara yang hamba dan rompakan kapal-kapal cukup menarik dalam membincangkan dagang Barat di perairan Sarawak. penglibatan awal orang-orang Dayak Untuk tujuan rompakan kapal dagang Laut dalam aktiviti maritime raiding di Barat di laut, orang-orang Dayak Laut kawasan perairan Borneo Utara pada akan menggunakan perahu perang yang abad ke-18 dan ke-19 ini ialah tujuan dikenali sebagai bangkong (Tate, 1988). sebenar mereka.

35 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun

Penglibatan Pembesar Brunei dan Melayu dalam Kempen Penghapusan Lanun di Sarawak Tajaan Rejim Brooke Sepertimana yang telah dijelaskan sebelum ini, aktiviti pemburuan hamba dan tindakan merompak kapal- kapal dagang serta serangan ke atas pusat-pusat perdagangan Barat yang Illustrasi 6: semakin Lakaran Petempatan Dayak Laut di Patusan, Sarawak (Sumber: D.J.M. Tate, 1988:39) berleluasa telah menjejaskan kepentingan para pedagang Barat mendapatkan Sarawak pada tahun dan pihak kolonial telah mengundang 1841 dan Pulau Labuan pada tahun kepada campurtangan kolonial Barat 1846 daripada Kesultanan Brunei untuk menghapuskan kegiatan orang- (Rawlins, 1969; dan Reece, 2002). orang Iranun, Balangingi, dan Dayak Antara tugas utama Brooke sebaik Laut di perairan kepulauan Borneo. sahaja dinobatkan sebagai Rajah of Selain dari itu, pihak kolonial juga Sarawak oleh Kesultanan Brunei ialah telah menjadikan alasan penghapusan menghapuskan sebanyak mungkin amalan perhambaan yang bertentangan Dayak Laut yang dilabelkannya dengan amalan di Barat, rompakan sebagai lanun, perlanunan, dan sistem kapal-kapal dagang Barat, dan perhambaan yang dianggapnya sebagai penglibatan para pembesar sebagai devastating system (Warren, 2002:7) salah satu sebab untuk menjajah di dengan cara menggubal Undang- kepulauan Borneo dan Asia Tenggara Undang dan menubuhkan Court of amnya pada abad ke-19. Justice. Di antara tokoh-tokoh Barat yang Peluang untuk menghapuskan Dayak terkenal dalam sejarah penghapusan Laut oleh James Brooke ini menjadi Dayak Laut di Sarawak termasuklah lebih mudah lagi apabila Sultan Omar James Brooke, Kapten Edward Belcher, Ali Saifuddin II (1828-1852) dari Brunei Kapten Rodney Mundy, Kapten Henry telah minta bantuan James Brooke Keppel, Kapten Farquhar, Leftenan untuk menentang orang-orang Iranun R.N. Wade, dan Sir Thomas Cochrane dan Balangingi di Marudu di bawah di Sarawak. Kempen penghapusan pimpinan Sherif Usman pada tahun Dayak Laut secara besar-besaran di 1830-an. Untuk tujuan tersebut, James Sarawak yang diterajui oleh James Brooke telah berlayar ke Singapura Brooke bermula sebaik sahaja berjaya pada tahun 1843 dengan menggunakan

36 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kapalnya bernama Royalist seberat 142 tan untuk mendapatkan bantuan Kapten Henry Keppel selaku pegawai pemerintah tentera laut British di Singapura. Sebaik sahaja berjaya mendapatkan bantuan Kapten Henry Keppel, maka James Brooke telah mula mengatur langkah bagi merealisasikan kempen penghapusan Dayak Laut di Sarawak dan kepulauan Borneo. Di Sarawak, James Brooke telah memulakan siri kempen anti-lanun (Dayak Laut) dengan Illustrasi 7: Lakaran Strategi Serangan Brooke di Sungai Saribas, menyerang pusat- Sungai Kalaka, dan Sungai Batang Lupar pusat petempatan Sumber: Bob Reece (2002:39) Dayak Laut, termasuk penentangnya dari kalangan orang dari Lingga dan berjaya memusnahkan peribumi Sarawak, Melayu Brunei, dan petempatan Dayak Laut di Saribas. orang Cina. Setelah berjaya di Saribas, James Pada tahun 1843, Kapten Henry Brooke dan Kapten Henry Keppel Keppel selaku komander kapal H.M.S meneruskan kempen kedua mereka Dido telah tiba di Sarawak dan di Sungai Batang Lupar pada bulan menyusur masuk ke Sungai Saribas Ogos 1844 menggunakan kapal H.M.S. dan Sungai Batang Lupar untuk Dido dan kapal perang wap bernama membuat tinjauan awal lokasi Dayak Phlegethon milik East India Company Laut (Keppel, 1847). Beliau telah dengan bantuan Pengiran Bedrudin menulis surat kepada Pangeran Rajah dari Sarawak untuk menghapuskan Muda Hashim, selaku Gabenor Brunei pangkalan Dayak Laut yang dipimpin di Kuching yang berkuasa di kawasan oleh Sherif Sahap, Pangiran Indera di Saribas dan Batang Lupar untuk Mahkota, Sherif Jaffir, dan Sherif membantunya dalam kempen tersebut Mulla. Dalam pelayaran dari Kuching dan telah dipersetujui oleh Pangeran ke Patusan, James Brooke dan Kapten Rajah Muda Hashim. Henry Keppel telah diserang oleh Sebagai permulaannya, James Sherif Sahap tetapi berjaya dikalahkan Brooke dan Kapten Henry Keppel telah (Keppel, 1847; dan Belcher, 2005). memulakan serangan di Rimbas, Paku, Kemudian, James Brooke dan Kapten dan Padeh (yang menjadi petempatan Henry Keppel terus mara ke kubu utama Dayak Laut di Saribas) pada Pangiran Mahkota dan Sherif Mulla bulan Jun 1843 dengan bantuan Dayak di Undup dan berjaya dimusnahkan

37 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun dan Pangeran Indera Mahkota telah itu ketua Dayak Laut bernama Linggir ditawan dan dibawa ke Brunei untuk bersama 3,000 pengikutnya telah dipenjarakan. Setelah itu angkatan melarikan diri ke dalam hutan. James Brooke dan Kapten Henry Keppel Pertempuran pada 31 Julai 1849 ini terus mara ke Skrang yang menjadi juga dikenali sebagai Battle of Beting kubu Dayak Laut dan mendapat Marau, iaitu sempena nama Beting tentangan hebat. Dalam pertempuran Marau di Kuala Sungai Kalaya. Kempen tersebut ketua orang Melayu, iaitu Datu penghapusan Dayak Laut di Sarawak Patinggi Ali dan Leftenan Wade (H.M.S. oleh Rejim Brooke sampai ke puncaknya Dido) telah terbunuh, termasuk 30 apabila pada tahun 1862 anak saudara orang askar Sarawak mati dan 56 orang James Brooke, iaitu Kapten John lain cedera. Kemudian, James Brooke Brooke dan Johnson Brooke atau Tuan dan Kapten Henry Keppel terus mara ke Besar berjaya memusnahkan orang- Lingga memburu Sherif Sahap, Sherif orang Dayak Laut di Mukah (Defoe, Jaffir, dan Sherif Mulla tetapi mereka 1999; dan Reece, 2002). Dalam erti berjaya melarikan diri ke wilayah kata lain, selepas tahun 1862 tiada lagi Belanda di Kalimantan (Mundy, 1848; ancaman Dayak Laut sebagai lanun dan Appell, 1965). utama di Sarawak. Selepas lima tahun berlalu, orang- orang Dayak Laut kembali aktif dengan Kesimpulan menyerang Sadong, Sesang, Sarikei, Hegemoni para pembesar Brunei Paloh, Matu, Bruit, dan Igan pada dan Melayu Sarawak yang berjaya tahun 1849 dan memaksa Sultan memobilisasikan orang-orang Dayak Brunei meminta bantuan James Brooke Laut di Sarawak bersama-sama dengan di Sarawak semula. Untuk tujuan orang-orang Iranun dan Balagingi tersebut, James Brooke telah meminta dari selatan kepulauan Filipina untuk bantuan sekali lagi dari armada laut menjalankan aktiviti perlanunan di British di Singapura. British telah perairan Brunei pada abad ke-18 dan menghantar Kapten Farquhar untuk ke-19 telah banyak mendatangkan memimpin tiga buah armada laut pelbagai masalah kepada para pelayar British, iaitu H.M.S. Albatross, H.M.S. dan pedagang Barat. Tindakan Royalist, dan H.M.S. Nemesis. Pada 24 memburu hamba dan merompak Julai 1849, James Brooke dan Kapten kapal-kapal dagang Barat ini telah Farquhar telah menempatkan H.M.S. menyebabkan Pangeran Indera Mahkota Royalist di muara sungai Batang Lupar, selaku bekas pembesar Brunei dan H.M.S. Nemesis di Sungai Saribas, dan beberapa orang pemimpin Melayu di H.M.S. Albatross di Kuala Sungai Kalaka Sarawak seperti Sherif Sahap, Sherif (Tate, 1988). Jaffir, Sherif Mulla, Datu Patinggi Abdul Dalam misi ini, James Brooke dan Ghapur, dan orang-orang Dayak telah Kapten Farquhar telah dibantu oleh dilabelkan sebagai ”lanun” (pirates) oleh Orang Kaya Lundu dan mempunyai Barat. kekuatan tentera seramai 3,500 orang Apa yang jelas di sini ialah di bawah arahan Kapten Farquhar. penglibatan mantan pembesar Brunei Pada 31 Julai 1849, angkatan Dayak dan Melayu di Sarawak dalam kegiatan Laut dengan kekuatan sebanyak 150 pemburuan hamba mempunyai buah perahu telah menyerang H.M.S. hubung-kait yang rapat dengan Albatross di Kuala Sungai Kalaka. kemunculan Kesultanan Sulu di Borneo Dalam pertempuran tersebut armada Utara. Sementara itu penglibatan British telah berjaya memusnahkan mantan pembesar Brunei dan Melayu 88 buah perahu dan membunuh kira- di Sarawak dalam kegiatan perlanunan kira 300 orang Dayak Laut. Sementara pula mempunyai hubung-kait yang

38 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 rapat dengan kekusutan dalaman Braddel, R. (1980). “A Study of Ancient Times politik Brunei dan perluasan kuasa in the Malay Peninsula and the Straits of Malacca” dalam JMBRAS. James Brooke di Sarawak sendiri (Irwin, Brown, D.E. (1970). Brunei: The Structure and 1955). Sementara itu penglibatan History of a Bornean Malay Sultanate. Brunei: Sultan Omar Ali Saifuddin II (1828- The Star Press. 1852) dan Raja Muda Hashim (Brunei) Dalrymple, Alexander. (1808). Oriental Repertory. dalam kempen penghapusan lanun pula London: t.p. Dampier, William. (1960). A New Voyage Round disebabkan oleh tekanan rejim Brooke the World. London: t.p. yang seringkali menggunakan alasan Defoe, Daniel. (1999). A General History of the ancaman lanun untuk campurtangan di Pyrates. New York: Dover Publications, Inc. Sarawak dan Brunei. Dickson, M.J. (1956). Sarawak and Its People. Kuching: t.p. Sebagai kesimpulannya, aktiviti Forrest, Thomas. (1961). A Voyage to New Guinea perlanunan yang dilakukan oleh orang- and the Moluccas. London: t.p. orang para pembesar Brunei, Melayu, Gomes, Edwin H. (1954). The Sea Dayaks of dan orang-orang Dayak Laut di Sarawak Borneo. London: t.p. yang pada mata kasar Barat sebagai Halim, Yura & Jamillemar. (1958). Sejarah Brunei. Bandar Brunei: Brunei Press. pirates (lanun) wajar diadili semula Halimi, Ahmad Jelani (2000). “Lanun, Pedagang berdasarkan kepada world view, sejarah atau Penguatkuasa: Kes ’Pelanunan’ di peradaban, dan kebudayaan setempat; Wilayah Johor Riau Sebelum Abad ke-19 M” bukannya terus diadili berlandaskan dalam Jurnal Warisan Johor. Handbook of British North Borneo. (1890). perundangan di Barat yang bermotifkan London: t.p. political and economic interest. Dalam Hunt, J. (1967). “Some Particular Relating to erti kata lain, pengadilan moral (moral Sulo in the Archipelago of Felicia” dalam J.H. judjement) terhadap realiti sejarah Moore [ed]. Notices of the Indian Archipelago dan budaya di Nusantara pada abad and Adjecant Countries. London: t.p. Irwin, Graham. (1955). Nineteenth Century ke-18 dan ke-19 harus dijadikan Borneo: A Study in Diplomatic Rivalry. The sebagai kayu ukur untuk menilai Hague: Martinus Nijhoff. sejauhmana penglibatan mereka dalam Keppel, Henry. (1847). The Expedition to Borneo pembinaan sejarah peradaban maritim of H.M.S. Dido for the Suppression of Piracy. London: Chapman & Hall. di kepulauan Borneo, sama ada layak Lapian, A.B. (1990). ”Orang Laut, Bajak Laut dan diklasifisikan sebagai pirates atau layak Raja Laut”. Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. diberi pengiktirafan oleh dunia sebagai Yogyakarta: Program Pascasarjana UGM satu-satunya hero berbangsa Melayu [Universitas Gadjah Mada]. yang pernah menjadikan orang Eropah Mundy, Ridney. (1848). Narrative of Events in Borneo and Celebes Doen to the Occupation sebagai tawanan dan hamba dalam of Labuan from the Journal of James Brooke. sejarah dunia. London: John Murray. Nicholl, Robert. (1996). Raja Bongsu of Sulu: A Brunei Hero in His Times. Selangor: Anaceme Art & Printing Sdn.Bhd. Bibliografi Nigel, Heyward. (1969). Sarawak, Brunei & North Borneo. Singapore: Easten Universities Press Abdul Latif, Muhammad. (1992). “Latar Belakang Ltd. Islam di Brunei” dalam Jurnal Darussalam, Omar, Asmah. (1983). The Malay People and Bil.1. Their Languages. Kuala Lumpur: Dewan Appell, George N. (1965). “Death of Serip Usman Bahasa dan Pustaka. in Rungus Tradition” dalam The Sarawak Ongkili, J.P. (1973). “Pre-Westen Brunei, Museum Jurnal, Vol.XII. Sarawak and Sabah” dalam Nusantara, Bil.3. Bala, Bilcher. (2005). Thalassocracy: A History of Osman, Sabihah, Muhamad Hadi Abdullah & the Medival Sultanate of Brunei Darussalam. Sabullah Hj. Hakip. (2001). Sejarah Brunei Kota Kinabalu: Universiti Malaysia Sabah. Menjelang Kemerdekaan. Kuala Lumpur: Belcher, Edward. (1848). Narrative of the Voyage Dewan Bahasa dan Pustaka. of H.M.S. Samarang During the Years 1843- Pollard, Elizabeth. (1997). Kuching, 1839-1970. 1846. London: Reeve, Benham & Reeve. Terjemahan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

39 ISMAIL ALI, Perburuan Hamba, Perlanunan, dan Kempen Penghapusan Lanun

Rawlins, Joan. (1969). Sarawak, 1839-1968. Singh, Ranjit. (1984). Brunei, 1839-1983: The London: MacMillan, 2nd Edition. Problems of Political Survival. Singapore: Reece, Bob. (2002). The White Rajah’s of Oxford University Press. Sarawak: A Borneo Dynasty. Singapore: Tarling, Nicholas. (1971). Britain, the Brookes and Archipelago Press. Brunei. London: Oxford University Press. Reid, Anthony. (1988). Southeast Asia in the Age Tate, D.J.M. (1988). Rajah Brooke’s Borneo: The of Commerce, 1450-1680. New Haven: Yale Nineteenth Century World of Pirates and Head- University Press. Hunters, Orang Utan and Hornbills, and Others Richards, Anthony [ed]. (1992). The Sea Dayaks Such Rarities Seen Through the Illustrated and Other Races of Sarawak. Kuala Lumpur: London News and Other Contemporary Dewan Bahasa dan Pustaka. Sources. Hong Kong: John Nicholson Ltd. Rubin, A.P. (1974). Piracy, Paramontey and Warren, James Francis. (1981). The Sulu Zone, Protectorates. Kuala Lumpur: Penerbit 1768-1898: The Dynamic of External Trade, Universiti Malaya. Slavery and Ethnicity in the Transformation of Rutter, Owen. (1930). The Pirate Wind: Talse of A Southeast Asian Maritime State. Singapore: the Sea-Rubbers of Malaya. New York: Oxford Singapore University Press. University Press. Warren, James Francis. (2002). Iranun and Sandin, Benedict. (1967). The Sea Dayaks of Balangingi: Globalization, Maritime Raiding Borneo Before White Rajah Rule. London: and the Birth of Ethnicity. Quezon City: New MacMillan. Day Publishers. Sidhu, Jatswan S. (1995). Sejarah Sosioekonomi Wright, Leigh R. (1966). “Piracy and the Powers Brunei, 1906-1959. Kuala Lumpur: Dewan in Nineteenth Century Borneo” dalam Journal Bahasa dan Pustaka. of Asia Studies, Vol.XXV. Kota Kinabalu: Sabah Museum.

40 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional di Indonesia, 1900 – 1942

Ahmad Kosasih

Ikhtisar: Bisa dikatakan bahwa pers membentuk sejarah dan sejarah juga membentuk pers itu sendiri. Pers berperan dalam menyampaikan berbagai informasi tentang peristiwa di sebuah negara-bangsa. Ia sebagai alat komunikasi, penyampai ide, dan buah pikiran seseorang atau kelompok tertentu kepada orang atau kelompok lain. Pers, khususnya surat kabar, merupakan fenomena penting pada masa pergerakan nasional di Indonesia. Pers pergerakan terdiri dari pers Belanda, pers Tionghoa, dan pers Bumiputera. Khusus tentang pers Tionghoa, secara umum dipandang mampu memberi inspirasi bagi perkembangan kesadaran berbangsa di kalangan warga keturunan Tionghoa di Hindia Belanda (Indonesia sekarang). Pers Tionghoa pun berpotensi membangkitkan kesadaran kolektif, yang menjurus kepada upaya membangkitkan kesadaran kaum Tionghoa tentang arti pentingnya “nasionalisme”. Karenanya melalui pers, keterlibatan etnis Tionghoa kedalam dinamika pergerakan nasional Indonesia secara sadar telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang terus bergerak dalam mencari dan menemukan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Kata kunci: Pers, surat kabar, etnik Tionghoa, nasionalisme Indonesia, dan sejarah pergerakan nasional.

Abstract: It can be said that press creates the history and, vice versa, history creates the press. Press has a role in delivering various informations about the events in a nation-state. It is as communication tool, the conveyor of one’s or particular group’s idea or thought to other. Press, especially newspaper, is an important phenomenon in the period of national movement in Indonesia. The press concerned with national movement in that era was that of Dutch, Chinese, and “Bumiputera” (Indonesian people). Specifically for Chinese press, it is generally assumed to be able to give inspiration for the development of national awareness among Chinese descendants in (Indonesia nowadays). The Chinese press is also potential in inspiring collective awareness that leads to the effort of generating Chinese people awareness about the importance meaning of “nationalism”. Therefore, by press, the involvement of Chinese ethnic in Indonesia national movement dynamic has consciously been a part of Indonesia society that continually moves in searching and finding its identity as Indonesia nation. Key word: Press, newspaper, Chinese ethnic, Indonesia nationalism, and the history of national movement.

Pendahuluan sejarah membentuk pers itu sendiri. Pers mempunyai pengaruh besar Pers berperan dalam menyampaikan dalam sejarah pergerakan nasional berbagai informasi tentang peristiwa di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa yang terjadi di sebuah negara-bangsa. pers membentuk sejarah dan sekaligus Ia sebagai alat komunikasi, penyampai

Ahmad Kosasih, M.Pd. adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas IPPS (Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial), Universitas Indraprasta PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Jalan Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Indonesia. Alamat e-mail: [email protected]

41 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional ide, dan buah pikiran seseorang atau 1910) mulai bermunculan. kelompok tertentu kepada orang atau Dalam hal ini, komunitas Tionghoa kelompok lain, baik dalam jumlah yang di Hindia Belanda dianggap paling terbatas maupun dalam jangkauan mampu dalam mengembangkan tidak terbatas. industri persuratkabaran. Ini dengan Karenanya, pers di masa pergerakan alasan bahwa kondisi keuangan nasional Indonesia tidak lepas mereka lebih baik ketimbang kondisi dari kondisi sosial-politik yang yang dihadapi orang-orang pribumi menempatkan pers pada sub-sistem Indonesia. Bahkan, beberapa surat masyarakat kolonial, yang berfungsi kabar terbitan orang China ini oplahnya memberikan penggambaran tentang melampaui oplah surat kabar Belanda. realitas kehidupan masyarakat dari Patut dicatat bahwa dalam struktur berbagai aspek kehidupan. Pers di masyarakat Hindia Belanda terdiri dari sini, dengan demikian, telah membuka orang-orang Belanda, orang-orang Indo, pikiran rakyat dan sekaligus sebagai China, dan Bumiputra (Suryadinata, alat propaganda dalam arus pergerakan 1986). Jadi, wajar jika surat kabar yang (Rahzen, 2007). Semuanya itu secara diterbitkan sesuai dengan pangsa pasar bersamaan mendukung gerakan rakyat dari kelompok ini jauh lebih luas. untuk berpartisipasi dalam pergerakan Dekade 1920-an, kalangan Tionghoa nasional (Surjomihardjo & Suryadinata, peranakan di Indonesia menerbitkan 1980). sejumlah surat kabar lagi, antara lain: Sejarah persuratkabaran di Bing Seng (Jakarta, 1922); Keng Po Hindia Belanda (sekarang Indonesia), (Jakarta, 1923); Sin Jit Po (, berdasarkan penerbitan dan 1924); Soeara Poebliek (Soerabaya, kepemilikannya, dibagi menjadi: (1) 1925); dan Sin Bin (Bandung, 1925). surat kabar Hindia Belanda, yang Pada dekade 1930-an, surat kabar umumnya berbahasa Belanda dan Tionghoa makin bertambah banyak diterbitkan serta dikelola oleh orang- akibat pengaruh perang anti Jepang. orang Belanda; (2) surat kabar Tionghoa Namun, surat kabar Tionghoa yang berbahasa Cina-Mandarin atau peranakan tidak semuanya anti-Jepang, Melayu-Tionghoa, yang dikelola orang- seperti yang ditunjukkan oleh surat orang China, baik peranakan maupun kabar Mata Hari di dan Hong totok; serta (3) surat kabar Bumiputra, Po di Jakarta (Suryadinata, 1986). termasuk surat kabar daerah, yang Berbeda dengan surat kabar Belanda, berbahasa Melayu, Arab, Daerah, kelahiran surat kabar Tionghoa dan belakangan berbahasa Indonesia yang dimotori oleh orang-orang (Soebagio, 1977; dan Taufik, 1977). China itu pada awal penerbitannya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sosial Mengenai Surat Kabar Tionghoa dan ekonomi (Budiharto, 2005). Secara Dengan mengikuti jejak orang-orang sosial, sebagaimana diketahui, bahwa Indo-Eropa, komunitas Tionghoa juga pemerintah Hindia Belanda mengatur menerbitkan beberapa surat kabar, masyarakatnya berdasarkan ras, yang diawali dengan diterbitkannya keturunan, dan status hukum Belanda. surat kabar Li Po di Sukabumi, Orang Eropa atau orang-orang yang Jawa Barat (Jusuf, 2000). Tak lama dipersamakan status hukumnya dengan kemudian, sejumlah surat kabar orang Eropa menduduki posisi sosial lainnya seperti Pewarta Soerabaia istimewa. Sedangkan ras Tionghoa (Surabaya, 1902); Warna Warta (China) pada mulanya dipersamakan (Semarang, 1902); Chabar Perniagaan kedudukannya dengan orang Pribumi (Jakarta, 1903); Djawa Tengah (Indonesia). Hak-hak dari tiap golongan (Semarang, 1909); dan Sin Po (Jakarta, tersebut dibedakan berdasarkan

42 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 ketetapan undang-undang yang dibuat Jit Po (Soebagio, 1981). oleh pemerintah kolonial Belanda Namun, jika dilihat dari dimensi (Suryadinata, 1986). politis yang dipantulkan oleh surat Orang Tionghoa, dengan kabar Tionghoa, setidaknya bisa dibagi demikian, dianggap lebih rendah dalam tiga aliran, yakni: kelompok kedudukannya dari orang Eropa Sin Po, kelompok , dan mendapat perlakukan yang dan kelompok Indonesiers atau orang tidak adil, sehingga menyinggung Indonesia. Kelompok Sin Po menolak perasaan mereka. Kekecewaan orang kewarganegaraan Belanda dan Tionghoa itu diperkuat lagi oleh politik menghendaki tumbuhnya nasionalisme pendidikan kolonial Belanda yang Tiongkok. Sementara kelompok Chung tidak memberikan kesempatan bagi Hwa Hui cenderung pro-Belanda anak-anak Tionghoa untuk masuk tapi masih ingin mempertahankan sekolah Belanda. Hal ini mendorong identitas etnis Chinanya. Sedang golongan Tionghoa berupaya untuk kelompok Indonesiers tetap ingin mendirikan sekolah swasta untuk mempertahankan identitas etnik China, anak-anak mereka. Semangat ini tapi secara politik ingin berasimilasi terutama didorong oleh sebuah dengan masyarakat lokal dan bersedia perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia (THHK) di Batavia (sekarang Jakarta). (Thiam Tjing, 2008). Berdasarkan catatan, pendirian Berangkat dari penggambaran di organisasi ini memang bertujuan untuk atas, fenomena tentang sejarah pers mengenalkan kembali adat-istiadat Tionghoa, dalam konteks dinamika orang-orang Tionghoa sesuai dengan pergerakan nasional di Indonesia, ajaran Khonghucu, serta memperluas menimbulkan pertanyaan lebih pengenalan budaya, huruf, dan bahasa jauh tentang kedekatan hubungan Tionghoa di kalangan anak-anak pers Tionghoa dalam memberikan mereka (PPB, 1952; dan THHK, 1953). sumbangan bagi perkembangan dan Selain pengembangan dalam bidang kebangkitan nasionalisme dan dinamika pendidikan, orang-orang China di pergerakan yang domotori oleh para Hindia Belanda, sejak awal abad ke- jurnalis keturunan Tionghoa. Dalam 20 banyak memberikan perhatian tulisan ini, penulis bermaksud untuk pada perkembangan percetakan surat mengungkap kejelasan peran pers kabar, termasuk upaya mereka dalam Tionghoa itu sendiri di tengah arus mengedepankan semangat jurnalistik pergerakan nasional di Indonesia. di kalangan kaum terdidik China. Dari segi redaksional dan susunan staf Tinjauan Teoritis: Mengenai perusahaan, surat kabar Tionghoa Fungsi dan Kedudukan Pers dalam semula menggunakan tenaga dari Masyarakat orang-orang Indo-Eropa, seperti Menurut UU (Undang-Undang) Nomor yang dilakukan surat kabar Chabar 40 tahun 1999 mengenai “Ketentuan Perniagaan dan Sin Po pada awal tentang Pers”, terutama pada pasal terbitnya. Dalam perkembangannya, 1 huruf a, disebutkan bahwa “pers” surat kabar Tionghoa peranakan itu adalah lembaga sosial dan wahana tumbuh secara mandiri. Bahkan, ada komunikasi massa yang melaksanakan yang memberikan kesempatan kepada kegiatan jurnalistik meliputi mencari, orang-orang bumiputra (pribumi) memperoleh, memiliki, mengolah, dan sebagai jurnalis atau pengelola. Hal menyampaikan informasi, baik dalam itu ditunjukkan oleh pengelola dari bentuk tulisan, suara, gambar, suara surat kabar Keng Po, Siang Po, Sin Po, dan gambar, serta data dan grafik Pewarta Soerabaia, Mata Hari, dan Sin maupun dalam bentuk lainnya dengan

43 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional menggunakan media cetak, media masa Gubernur Jenderal van Imhoff; elektronik, dan segala jenis sarana yang (2) Pers Tionghoa yang diawali dengan tersedia (Deppen RI, 2000 dan 2003). terbitnya surat kabar Pemberitaan Pers, dalam hal ini, mempunyai dua Betawi tahun 1844; dan (3) Pers pengertian, yaitu: dalam arti luas dan Indonesia dengan bahasa Melayu dalam arti sempit. Jika yang pertama, sebagai bahasa pengantarnya yang dalam arti luas, pers dapat diartikan dipelopori oleh Raden Mas Tirto Adhi semua kegiatan yang mencakup Soerjo dengan menerbitkan surat kabar keseluruhan media komunikasi Medan Prijaji pada bulan Januari 1907 massa, seperti: radio, TV, dan surat (Saputra, 1991; dan Purnama, 2007). kabar yang berfungsi memancarkan Lebih lanjut tentang arti dan peranan dan menyebarkan informasi, berita, pers di masa pergerakan nasional gagasan, dan pikiran, baik gagasan/ Indonesia dapat dipahami lewat pikiran seseorang atau sekelompok pengetahuan tentang kedudukan dan orang kepada khalayak lain. Sedangkan fungsi pers masa itu. Pers secara garis yang terakhir, dalam arti sempit, pers besar mempunyai dua kedudukan lebih digolongkan kepada produk- penting di masyarakat, yaitu: (1) ia produk penerbitan yang melalui proses merupakan media komunikasi yang percetakan seperti koran atau surat tertua di dunia, yang telah membuat kabar, majalah, tabloid, dan sebagainya suatu terobosan revolusi komunikasi, yang juga dikenal dengan media cetak. antara lain mengubah pola komunikasi Sejalan dengan perkembangan ilmu tradisional terutama oral atau lisan pengetahuan dan teknologi, pengertian menjadi tertulis; (2) pers sebagai pers di atas pada kenyataannya institusi sosial menjadi bagian integral berkembang sesuai dengan kemajuan dari sistem lembaga masyarakat. dunia teknologi informasi. Pers dalam Hal ini terlihat pada proses kelahiran bentuk media on-line, misalnya, saat pers, di mana pers lahir untuk ini telah menjadi salah satu primadona memenuhi keperluan masyarakat penyebaran berita dan informasi yang akan informasi mengenai kejadian- dipandang lebih cepat. Lain halnya kejadian atau peristiwa-peristiwa besar bila pengertian pers itu dihubungkan dan kecil yang terjadi di masyarakat. dengan konteks periode pergerakan Juga pers menampilkan diri sebagai nasional di Indonesia, maka pengertian lembaga masyarakat yang membawa pers dalam artian sempitlah yang pesan tertentu. Di sinilah orang melihat lebih mencerminkan keberadaan tentang kehadiran dan manfaat pers teknologi informasi saat itu. Karenanya, itu dari nilai pesan atau informasi pengertian pers pada masa pergerakan yang diberikan, baik berupa berita dan nasional di Indonesia lebih tertuju pada ulasan maupun pandangan-pandangan produk-produk media cetak, yaitu surat (Rahmadi, 1990:12). kabar dan majalah (Rahmadi, 1990:10). Pers tidak hanya membuat terobosan Hal ini pula yang mendorong revolusi komunikasi, tetapi pers juga terbentuknya pola pandang peminat menciptakan suatu sistem komunikasi atau sejarawan Indonesia yang yang terbuka di mana informasi mengidentikan pengertian pers di dapat diperoleh oleh golongan sosial masa pergerakan nasional dengan manapun. Dengan adanya sirkulasi perkembangan surat kabar saat itu. informasi yang terbuka, mau tak Pada masa itu memang dikenal tiga mau, mengurangi keketatan hierarki bentuk pers, yaitu: (1) Pers Hindia komunikasi menurut usia dan Belanda yang dimulai tahun 1744 kedudukan serta posisi monopolistis ketika Erdmans Jorden menerbitkan golongan yang berstatus tinggi, yang surat kabar Bataviasche Novelles pada bila dibandingkan dengan masyarakat

44 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 pribumi pada saat itu umumnya mereka dunia mulai dipentaskan di tanah air, berada pada posisi yang amat lemah, dengan mengambil semangat serta dibandingkan dengan masyarakat inspirasi dari kejadian besar tersebut, Timur Asing (Cina, Arab, dan India), seperti: kemenangan Jepang atas Rusia apalagi dengan golongan masyarakat pada tahun 1905 dan Revolusi Tiongkok kulit putih. Di sinilah terlihat peran pada tahun 1911 yang merupakan dan fungsi pers di dalam masyarakat, tonggak gerakan nasional bagi bangsa- yaitu memperjuangkan kepentingan bangsa di Asia. masyarakat, aspirasi kelompok atau Pers juga berfungsi sebagai alat golongan, dan membantu meniadakan untuk mengintegrasikan masyarakat kondisi yang tidak adil (Soebagio, 1977; yang terdiri dari bermacam suku, adat- Surjomihardjo & Suryadinata, 1980; istiadat, agama, serta kepercayaan. dan Luwarso, 2000). Pers pun menciptakan suatu sirkulasi Pada umumnya, orang melihat sistem komunikasi yang terbuka, dalam arti pers dikaitkan dengan bentuk sistem jalur komunikasi yang sebelumnya sosial dan politik dari suatu masyarakat terbatas pada hubungan tatap muka. atau bangsa. Hubungan pers dengan Dengan pers maka komunikasi mampu masyarakat dan pemerintah merupakan melampaui batas golongan sosial, sub- hubungan dimana interaksi itu tidak kultural, dan kedaerahan sehingga bisa dihilangkan. Jadi, kehadiran pers dapat mengatasi hubungan segmentasi. tidak lepas dari pengaruh pemikiran Selain itu, pada umumnya pers di atau filsafat yang mendasari sistem masa pergerakan nasional Indonesia masyarakat dan pemerintahan. Dengan sudah memakai bahasa Melayu sebagai adanya pers, ia mendorong timbulnya bahasa pengantar seperti: Pemberitaan suatu pemikiran yang lebih kritis dan Betawi, Sinar Djawa, Oetoesan Hindia, menolak sikap skeptis terhadap banyak dan sebagainya, yang meskipun daerah aspek dari kehidupan tradisional serta peredarannya memakai bahasa Melayu mendorong kebebasan berpikir dan sebagai lingua franca tetapi hal ini berekspresi, sehingga menciptakan sangatlah besar pengaruhnya bagi forum yang cukup luas dan bebas perkembangan kesadaran nasional dalam mengajukan pendapat, pikiran, dan sekaligus Indonesianisasi dalam kritik sosial, dan lain sebagainya kehidupan berbahasa dan berbangsa. (Siebert et al., 1986; dan Rahmadi, Pers bagi kaum pergerakan, 1990). khususnya tokoh-tokoh yang banyak Pers juga berpotensi membangkitkan menggunakan surat kabar sebagai kesadaran kolektif, antara lain alat untuk menyuarakan pengalaman, mengenai kepentingan umum seperti pengetahuan maupun gagasan keamanan dan kesejahteraan; dan yang adalah media yang efektif dalam penting, pers juga turut membangkitkan membangun kesadaran baru. Surat kesadaran kaum pribumi tentang arti kabar dijadikan alat perjuangan pentingnya “nasionalisme”. Karena pers yang bersifat terbuka dalam memberi menciptakan suatu sistem komunikasi kebebasan kepada kaum pribumi atau yang terbuka, konsekuensinya pers kelompok masyarakat Hindia lain untuk turut membuka dan memperluas mengakui keberadaannya. Oleh kaum cakrawala dan pandangan masyarakat, pergerakan, pers diupayakan agar khususnya para kaum terpelajar dan tetap terbit guna menjadi forum bagi elite modern yang telah memahami pemimpin pergerakan, anggota, beserta arti penting sebuah media massa. Dari organisasinya agar dapat tumbuh dan surat kabarlah orang dapat mengetahui berkembang bersama-sama menjadi kejadian dan perkembangan dunia, besar dan dewasa dalam semangat serta apa yang terjadi di panggung perjuangan dan penderitaan yang sama

45 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional

(Saputra, 1991:21). tokoh pergerakan pada masa tersebut. Tesis bahwa bangunan kebangsaan Dengan demikian dapat ditegaskan kita didirikan oleh tradisi pers bisa bahwa pers dijadikan salah satu alat dilihat dari fakta sejarah bahwa nyaris propaganda bagi kaum pergerakan, seluruh tokoh kunci pergerakan sehingga tak dapat disangkal lagi di kebangsaan dan nasionalisme di dalam perkembangan sejarah pers Indonesia adalah tokoh pers. Dan banyak dipengaruhi oleh aliran-aliran posisi mereka dalam struktur pers dan faham-faham baru yang menjadi umumnya adalah Pemimpin Redaksi wacana bagi kaum pergerakan. Bahkan (hoofdredakteur), atau paling rendah hampir setiap partai atau organisasi adalah redaktur. politik mempunyai surat kabar sendiri, Haji Oemar Said Tjokroaminoto, seperti: Sarekat Islam mempunyai surat yang kita kenal sebagai salah satu kabar Oetoesan Hindia; organisasi “guru pergerakan nasional”, misalnya, Indische Partij mempunyai surat kabar adalah Pemimpin Redaksi surat kabar Tjahaja Timoer dan Kaoem Moeda; Oetoesan Hindia dan Sinar Djawa. Perhimpunan Indonesia mempunyai Tokoh “tiga serangkai”, yakni Douwes majalah Indonesia Merdeka, dan Dekker, Ki Hadjar Dewantara, dan Dr. sebagainya. Tjipto Mangoenkoesoemo, adalah yang Berdasarkan laporan seorang menukangi surat kabar De Express. penasehat pemerintah kolonial Belanda Semaoen, di usianya yang masih 18 untuk urusan Boemi Poetra, dari 107 tahun, sudah memimpin surat kabar surat kabar dan majalah yang terbit Sinar Djawa yang kemudian berubah sekitar tahun 1920-an, berbagai corak menjadi Sinar Hindia. Maridjan surat kabar dapat digolongkan menjadi: Kartosoewirjo menjadi reporter dan nasionalis, liberal, radikal, dan komunis redaktur iklan di surat kabar Fadjar di satu sisi; kemudian ada juga yang Asia. Sebelum berkonsentrasi mengurus bercorak netral dalam politik dan hirau dasar pendidikan, Ki Hadjar Dewantara dengan urusan perdagangan di sisi lain adalah Pemimpin Redaksi surat kabar (Surjomihardjo & Suryadinata, 1980). Persatoean Hindia dan bahu-membahu Demikianlah bahwa peranan pers bersuara dalam majalah Pemimpin. dalam zaman pergerakan nasional di Adapun Soekarno menjadi Pemimpin Indonesia dapat ditelusuri berdasarkan Redaksi surat kabar Persatoean aspek kedudukan dan fungsi pers itu Indonesia dan Fikiran Ra’jat. Setelah sendiri di masyarakat selama periode pulang dari Belanda dan menjadi perjuangan pergerakan nasional. pemimpin redaksi majalah Indonesia Merdeka dalam organisasi PI Mengenai Pergerakan Nasional dan (Perhimpunan Indonesia), Mohamad Etnis Tionghoa di Indonesia Hatta dan dibantu oleh Sutan Sjahrir Nasionalisme adalah faham menakhodai surat kabar Daulat Ra’jat. kebangsaan yang tumbuh karena Bahkan Amir Sjarifuddin dari Partindo adanya persamaan nasib dan sejarah (Partai Indonesia) menjadi Pemimpin serta kepentingan untuk hidup Redaksi majalah Banteng, serta masih bersama sebagai suatu bangsa banyak lagi tokoh-tokoh yang lainnya yang merdeka (ENI, 1990:31-33). (Soebagio, 1977). Memang, terdapat banyak pengertian Yang paling menarik dari peranan mengenai “nasionalisme”, sebagaimana pers dalam pergerakan nasional dinyatakan oleh Anthony D. Smith di Indonesia adalah bahwa ianya (2003:6-10). Bahkan Lottroph Stoddard merupakan media tempat menyalurkan mengatakan bahwa nasionalisme aspirasi dan tujuan politik dari adalah suatu keadaan jiwa atau adanya organisasi serta cita-cita dari tokoh- rasa kebersamaan golongan sebagai

46 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 bangsa (dalam Nodia, 1998). Hans etnis (Kahin, 1995). Begitu juga halnya Kohn (1976:11) juga menyebutkan dengan agama. Agama bisa dijadikan bahwa nasionalisme sebagai suatu sebagai alat perekat yang menyatukan faham dimana kesetiaan tertinggi berbagai komunitas. Kedua bentuk individu harus diserahkan kepada nasionalisme – antara politik dan agama negara. Kemudian, Soekarno – dalam ini – seringkali berbenturan, karena bahasa yang sederhana – menyatakan keduanya mengklaim sebagai penjamin bahwa nasionalisme sebagai kecintaan keteraturan dalam masyarakat. Kondisi terhadap tanah air dan bangsa. ini juga pernah terjadi dalam sejarah Dengan demikian, melalui pergerakan kebangsaan di Indonesia beberapa pemahaman tersebut (Daeng Materu, 1985). maka nasionalisme diartikan sebagai Penduduk Hindia Belanda (Indonesia suatu sikap politik dan sosial dari sekarang) terdiri atas bermacam-macam kelompok-kelompok suatu bangsa yang suku bangsa, agama, dan ras. Itulah mempunyai kesamaan kebudayaan, yang menandakan adanya heterogenitas bahasa, dan wilayah, serta kesamaan di Indonesia. Di antara suku bangsa dalam cita-cita dan tujuan yang yang ada di Indonesia, salah satunya ditunjukkan dengan adanya kesetiaan adalah etnis Tionghoa. Masyarakat yang mendalam terhadap kelompok Tionghoa sudah ada sejak lama, tidak bangsa itu (Nodia, 1998). diketahui dengan pasti kedatangan Nasionalisme adalah salah satu dari mereka pertama kali. Indikasi kekuatan yang menentukan dalam kedatangan orang-orang Tionghoa ke sejarah modern, terutama bagi bangsa- Nusantara tentunya berkaitan dengan bangsa yang mengalami penjajahan. pertumbuhan jalur perdagangan melalui Nasionalisme, selain dijadikan sebagai laut antara Tiongkok dengan India dan alat pengikat dalam rangka persatuan, Persia. juga seringkali dimaknai oleh bangsa Di dalam konteks ini, Asia Tenggara – yang dijajah untuk melawan penjajah, termasuk Indonesia – memainkan peran atau paling tidak nasionalisme dijadikan yang sangat penting karena letaknya sebagai simbol perjuangan dalam yang sangat strategis dan menjadi titik menghadapi dominasi bangsa penjajah pertemuan perdagangan internasional, (Smith, 2003:143-145). Sebenarnya, ide sehingga wilayah Nusantara menjadi nasionalisme sendiri berasal dari Eropa tempat persinggahan bagi pedagang- Barat pada abad ke-18 dan selama abad pedagang asing, termasuk pedagang ke-19 tersebar ke seluruh Eropa dan Tionghoa. Bahkan banyak diantaranya sebagian wilayah Asia. Pada abad ke- yang kemudian tinggal menetap dan 20, nasionalisme dibumikan di masing- menikah dengan wanita setempat, yang masing wilayah sehingga melahirkan akhirnya pembauran dan asimilasi tak nasionalisme di Eropa dan Asia dalam dapat dihindari lagi. berbagai bentuk. Sumber-sumber dari abad ke-14 Nasionalisme difahami bagaikan dan 15 menyebutkan bahwa ditemukan dua sisi mata uang. Di satu sisi, bukti sejarah yang menyatakan adanya nasionalisme mempunyai aspek politik; perkampungan orang -orang Tionghoa dan di sisi lain, nasionalisme itu Islam di muara sungai Brantas Kiri juga bisa bersifat etnis dan mungkin (kali Porong) yang beraktivitas sebagai juga agama. Dalam kenyataannya, pedagang hasil bumi. Ini berarti bahwa nasionalisme mengandung aspek politik jauh sebelum kedatangan bangsa dan aspek etnis (Kohn, 1976:15). Ide Eropa, orang-orang Tionghoa telah kebangsaan adalah ide politik dan tidak singgah dan menetap di Nusantara. ada nasionalisme tanpa unsur politik, Kota-kota pantai menjadi pilihan meskipun substansinya sama dengan mereka untuk melakukan aktivitas

47 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional berdagang, baik dengan masyarakat yang baru. setempat maupun dengan suku-suku Dari tahun ke tahun, jumlah orang bangsa yang lain. Banyak diantara Tionghoa di Nusantara terus bertambah. mereka yang kemudian menetap dan Tujuan pertama kedatangan mereka menikah dengan wanita setempat, adalah pusat-pusat yang menawarkan bahkan tidak pernah kembali ke berbagai kesempatan pekerjaan. Tiongkok (KJTB, 2006b). Karena itu, hidup secara berkelompok Asal-usul istilah “Tionghoa” tidak dapat mereka hindarkan. Hal ini baru populer pada akhir abad ke- memberi kesan bahwa jumlah mereka 19. Istilah ini mengacu pada istilah jauh lebih besar dari keadaan yang yang digunakan oleh dunia Malayu sebenarnya. Secara kuantitas, mereka untuk merujuk pada Tiongkok dan sesungguhnya adalah minoritas; orang-orang Tionghoa di Malaya dan namun dalam rantai ekonomi, mereka Hindia Belanda (Su Kim, 2008:161- berhasil menduduki posisi dominan 170). Sebelumnya, istilah baku yang pada sektor perdagangan dan industri digunakan adalah “China” atau “Tjina di Hindia Belanda. Dalam waktu dan China” menurut ejaan Indonesia beberapa generasi, mereka berhasil dan Melayu lama. Dalam barang- mengubah nasib dan menaikkan tingkat barang cetakan, istilah “China” sudah kehidupan sosial mereka (Suryadinata, digunakan sejak abad ke-17. Pada 1978). waktu itu, kata “China” tidak dianggap Berdasarkan kebijakan pemerintahan sebagai istilah yang menghina dan tidak Hindia Belanda, orang-orang Tionghoa seorang pun yang mengusulkan agar atau China terbagi ke dalam 2 golongan, istilah itu diganti dengan “Tionghoa” yaitu golongan Tionghoa totok atau (Jusuf, 2000). singkeh dan peranakan (Joe Lan, Di Tiongkok sendiri, popularitas 1961:7; dan Suryadinata, 1978:90). istilah “Tionghoa” (lafal Hokkian, Jumlah golongan peranakan lebih Zhonghua dalam bahasa Mandarin) banyak jika dibandingkan dengan berhubungan dengan bangkitnya golongan totok. Hal itu disebabkan nasionlisme pada akhir abad ke-19. karena mereka sudah empat bahkan Zhonghua digunakan beberapa abad tujuh generasi menetap di Nusantara. sebelumnya sebagai sinonim Zhongguo Akibatnya, golongan peranakan banyak (Tiongkok dalam lafal Hokkian) untuk yang tidak mengenal budaya Tionghoa menyebut darat pusat Tiongkok. Istilah dan menimbulkan jurang pemisah Zhongguo bermakna Negeri Tengah antara golongan totok dengan golongan atau the Middle Kingdom. Nasionalis peranakan. Tionghoa pada zaman modern Hingga pertengahan abad ke-20, etnis mengambil istilah ini untuk menyebut Tionghoa – baik peranakan maupun negara-kebangsaan dan bangsa yang totok – tidak peduli dengan masalah baru (Suryadinata, 2002:100-102). politik dan identitas ke-Tionghoa-an Memasuki abad ke-20, jumlah mereka. Kesibukan mereka, baik di imigran Tionghoa menjadi semakin sektor ekonomi maupun status mereka beragam. Mereka tidak lagi didominasi sebagai warga asing, menyebabkan oleh pedagang kelas menengah atau mereka enggan untuk ikut campur saudagar kaya, namun dari berbagai dalam bidang politik. Menjelang akhir lapisan sosial seperti tukang-tukang, abad ke-20, baru muncul kesadaran pedagang kecil, buruh, dan kuli pasar. untuk meninjau kembali identitas Perubahan ini tentu saja berpengaruh mereka sebagai bangsa Tionghoa. terhadap proses penyesuaian mereka Kesadaran ini mendorong munculnya dalam membentuk sistem dan struktur perkumpulan-perkumpulan Tionghoa, sosial komunitas Tionghoa di tempat baik perkumpulan marga dan suku

48 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 maupun perkumpulan-perkumpulan perkumpulan tersebut, hingga saat ini yang bertujuan untuk menyelesaikan belum diketahui. masalah yang dihadapi oleh etnis Latar belakang berdirinya Tionghoa. Sedangkan perkumpulan perkumpulan Hok Kian Kong Tik Soe yang bersifat politik dan bertujuan adalah disebabkan banyak orang- untuk menyelesaikan persoalan- orang Tionghoa, terutama yang persoalan yang menyangkut posisi merupakan golongan peranakan, mulai masyarakat Tionghoa muncul pada awal meninggalkan tradisi leluhur dan abad ke-20 (Suryadinata, 2002). mulai terpengaruh oleh budaya dan Perkumpulan-perkumpulan Tionghoa kepercayaan yang dianut oleh orang dapat dibedakan ke dalam dua pribumi. Lunturnya budaya Tionghoa di golongan, yaitu: (1) perkumpulan yang lingkungan golongan peranakan, bagi murni bersifat sosial dan tidak turut para pendiri perkumpulan Hok Kian campur dalam bidang politik; serta (2) Kong Tik Soe, menunjukkan lunturnya perkumpulan yang bersifat sosial dan identitas ke-Tionghoa-an golongan bertujuan untuk memperjuangkan peranakan (Devi, 2006). Lunturnya posisi etnis Tionghoa di Hindia Belanda. budaya Tionghoa di kalangan Perkumpulan yang dikategorikan peranakan juga disebabkan oleh golongan kedua tersebut turut campur kebijakan pemerintah Hindia Belanda dalam bidang politik dan selalu yang menekan orang-orang Tionghoa mendapat pengawasan, baik gerakan- yang tidak beragama Kristen. gerakan perkumpulan Tionghoa yang Tekanan terhadap orang-orang mengarah pada nasionlisme di Tiongkok Tionghoa yang tidak beragama Kristen maupun yang mendukung perjuangan adalah berupa pembedaan golongan- Bumi Putera di Indonesia (Suryadinata, golongan rakyat yang ditetapkan dalam 2002). pasal 6-10 dari Algemene Bepalingen Untuk menyebut organisasi atau van Wetgeving pada tahun 1848. perkumpulan orang-orang Tionghoa Peraturan tersebut membedakan rakyat yang mempelopori kesatuan etnis Hindia Belanda ke dalam dua golongan, Tionghoa di Surabaya menjelang yaitu Eropa dan Bumiputera. Untuk akhir abad ke-19, misalnya, sebuah menentukan golongan tersebut, agama perkumpulan Tionghoa peranakan digunakan sebagai ukuran. Mereka dari suku Hok Kian yang diberi yang beragama Kristen dimasukkan nama perkumpulan Hok Kian Kong ke dalam golongan Eropa, termasuk Tik Soe, yang artinya perkumpulan orang Indonesia yang beragama Kristen orang-orang Tionghoa dari Hok Kian. dimasukkan dalam golongan yang Perkumpulan tersebut bertujuan untuk “dipersamakan” dengan orang Eropa; mengembangkan nasionalisme Tiongkok serta semua orang yang tidak beragama dengan cara melestarikan adat-istiadat Kristen “dipersamakan” dengan orang Tionghoa. Perkumpulan tersebut Bumiputera. Hal itu mengakibatkan diresmikan secara sah oleh pemerintah jumlah orang-orang Tionghoa yang Hindia Belanda pada tanggal 9 Januari meninggalkan agama Tionghoa menjadi 1864, berdasarkan akte notaris dengan semakin meningkat demi mendapatkan perantara notaris Meester Thomas status Eropa (Su Kim, 2008). Amre Klinkhamer (THHK, 1953). Pada awalnya, untuk melestarikan Perkumpulan tersebut diketuai oleh budaya Tionghoa ini maka The Boen Hie, yang bergelar Yang Thay perkumpulan Hok Kian Kong Tik Kong; dengan wakil The Boen Keh, Soe membangun rumah ibadah bagi yang bergelar Tik Thay Kong dan Tjoa masyarakat Tionghoa. Rumah ibadah Djien Sing, yang bergelar Tjee Tjhwan yang dinamakan Klenteng Hok An Kiong Kong. Tetapi siapa sebenarnya pendiri tersebut dibangun di Topekong Straat,

49 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional atau sekarang menjadi Jalan Coklat, organisasi ini sebagai simbol kilas pada tahun 1830 dan merupakan balik kejadian di Tiongkok pada akhir klenteng tertua di Surabaya. Selain 1890-an, menyusul kekalahan Cina membangun klenteng, perkumpulan oleh Jepang dalam perang Tiongkok- Hok Kian Kong Tik Soe juga menyusun Jepang pada tahun 1894-1895, yang peraturan-peraturan tentang perilaku nampaknya diikuti dengan cermat oleh sopan-santun untuk orang-orang kaum Tionghoa di Hindia Belanda atau Tionghoa yang tinggal di Surabaya. Indonesia sekarang (Adam, 2003:126). Tujuan lain dari perkumpulan ini Pendirian organisasi THHK ini adalah memberikan bantuan untuk sebenarnya terinspirasi oleh suatu biaya pernikahan, kematian untuk gerakan Khonghucu di Singapura yang umum, memenuhi keperluan ibadah berusaha untuk menyebarkan pengaruh agama, dan perayaan-perayaan agama agama Khonghucu di kalangan (Suryadinata, 2002; dan Su Kim, 2008). perantauan Tionghoa di Singapura. Gerakan dari perkumpulan Hok Orang Tionghoa di Hindia Belanda Kian Kong Tik Soe untuk melestarikan juga kerapkali memandang Singapura adat-istiadat Tionghoa tersebut sebagai jendela ke dunia luar. Ketika mendapat dukungan, baik dari Singapura menjadi basis gerakan golongan peranakan maupun totok, Khonghucu, yang banyak dianjurkan sehingga dalam kurun waktu yang tidak oleh para pejuang nasionalis Tiongkok, lama perkumpulan itu berkembang komunitas Tionghoa peranakan di menjadi perkumpulan terbesar dan Hindia Belanda juga tertarik untuk terkaya di Surabaya. Perkumpulan membesarkannya. Pada 1897, jurnalis tersebut tidak hanya berjasa dalam Lie Kim Hok memperkenalkan ajaran melestarikan adapt-istiadat Tionghoa, Khonghucu di Hindia Belanda melalui namun juga merangsang muncul dan sebuah buku yang diterbitkan di berkembangnya berbagai perkumpulan Batavia, yakni Hikayat Khonghoetjoe Tionghoa di Surabaya. Pada awalnya, (dalam Adam, 2003:127). baik perkumpulan Hok Kian Kong Sejak organisasi THHK itu didirikan, Tik Soe maupun perkumpulan- sambutan orang Tionghoa di Jawa perkumpulan yang lain hanya bersifat luar biasa. Pers, baik yang dikelola sosial dan tidak turut campur dalam orang Tionghoa maupun orang Indo- masalah politik di Hindia Belanda. Belanda, memberi publisitas yang luas Namun, kebijakan politik pemerintah terhadap kehadiran organisasi ini. Hindia Belanda yang bersifat Pada 3 Juni 1900, melalui Ketetapan diskriminatif serta pengaruh situasi di Gubernur Jenderal No.15, pemerintah Tiongkok akhirnya mendorong mereka kolonial Belanda mengakui organisasi untuk meninjau kembali identitas THHK ini secara hukum. Keberhasilan mereka sebagai orang Tionghoa serta organisasi ini, khususnya dalam bidang turut aktif dalam gerakan nasionalisme pendidikan, memberikan dampak baru Tiongkok (Suryadinata, 1986). tentang cara pandang orang-orang Pada 17 Maret 1900, oleh sekolompok Tionghoa peranakan yang mulai terbuka pedagang dan jurnalis Tionghoa di terhadap modernisasi, yang sebagian Batavia (Jakarta sekarang), dalam besar dari mereka berarti menyerap upayanya memperjuangkan hak-hak karakter budaya Barat (PPB, 1952; dan minoritas dalam masyarakat kolonial, THHK, 1953). didirikanlah organisasi Tiong Hoa Hwee Dalam perjalanan waktu, politik Koan (THHK). Pendiri organisasi ini kolonial Belanda untuk menggalang adalah Phoa Keng Hek, Khouw Kim An, golongan peranakan Tionghoa agar Khouw Lam Tjiang, Tan Kim San, Lie berorientasi ke Hindia Belanda semakin Kim Hok, dan Lie Hin Liam. Pendirian terlihat dengan jelas. Sekolah-sekolah

50 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Hollandsch Chineesche School (HCS) mencerca dalam perseteruan pribadi, untuk anak-anak Tionghoa merupakan bahkan sesama anggota komunitas alat pertama pemerintah kolonial Tionghoa sendiri (Adam, 2003:106). Belanda untuk menghapus identitas Lebih lanjut Ahmat Adam (2003) ke-Tionghoa-an golongan peranakan menyimpulkan bahwa masuknya Tionghoa. Maka menjelang tahun 1920, orang Tionghoa peranakan ke bisnis muncul generasi muda peranakan surat kabar membuka sebuah era Tionghoa yang berorientasi pada baru dalam pers berbahasa anak pemerintah Hindia Belanda. negeri. Orang Tionghoa tidak hanya Meskipun sekolah THHK masih melihat surat kabar sebagai bisnis yang tetap ada dan gerakan nasionalisme menguntungkan, mereka juga menjadi Tiongkok yang didukung oleh surat lebih sadar akan peran yang bisa kabar Sin Po tetap menyala, munculnya dimainkan oleh pers dalam membentuk generasi muda yang berorientasi pada opini publik. Ketidakpuasan umum pemerintah Hindia Belanda ini berhasil dari apa yang mereka alami sebagai memecah golongan peranakan ke perlakuan tidak adil oleh pemerintah dalam dua kelompok, yaitu kelompok kolonial Belanda terhadap kalangan pendukung nasionalisme Tiongkok Tionghoa di sektor bisnis dan secara dan kelompok yang berorientasi sosial, misalnya, disuarakan secara pada pemerintah Hindia Belanda kuat di dalam pers yang akhirnya (Suryadinata, 1986). melahirkan sebuah kesadaran baru Tionghoa modern dalam bentuk Pers Tionghoa dalam Konteks gerakan nasionalisme Tionghoa (Adam, Pergerakan Nasional di Indonesia 2003:301-304). Studi tentang sejarah pers Berdasarkan kajian yang dilakukan Tionghoa dalam konteks pergerakan bahwa rintisan telah dibuat oleh surat- nasional Indonesia pada hakekatnya surat kabar berbahasa Melayu yang didasarkan pada hasil-hasil penelitian lebih dahulu terbit, seperti Medan dan penulisan tentang Sejarah Prijaji. Bahasa Melayu sebagai lingua Pers di Indonesia secara umum, franca di kepulauan Nusantara telah sejak kemunculan sampai dengan mendapatkan peran barunya melalui perkembangannya di awal abad 20. tradisi keberaksaraan (literacy) Latin, Studi yang dilakukan oleh Ahmat Adam yaitu huruf Rumi, yang diperkenalkan (2003) memberikan gambaran tentang oleh koran-koran pribumi tersebut. pers Tionghoa sebagai bagian dari Inilah era baru dimana perasaan sistim pers Hindia Belanda (Indonesia kebersamaan sebagai bangsa pribumi sekarang). Menurutnya, partisipasi (natives) diserap melalui pembacaan orang Tionghoa peranakan di dunia pers atas tulisan di halaman kertas lebar dimulai sejak 1869. menggunakan aksara Latin yang Pada awalnya, minat orang Tionghoa disebut surat kabar (Joe Lan, 1961 dan di dunia jurnalistik baru sebatas 1968). menulis surat serta menyumbangkan Surat kabar atau koran itu berita dan artikel kepada editor surat tersebar melintasi batas-batas suku kabar yang dikelola oleh orang Indo- bangsa (etnik) sehingga melahirkan Belanda. Surat kabar tidak hanya kesadaran bersama dan rasa senasib menyediakan orang Tionghoa sebuah di antara pembaca yang berlain-lainan forum untuk membeberkan pandangan suku bangsa itu. Dalam konteks ini mereka dan menguji kebolehan penting sekali untuk mengetahui dan mereka menulis syair dalam ragam memahami bagaimana peranan pers bahasa Melayu rendah. Bagi mereka, dalam menumbuhkan kesadaran surat kabar merupakan media untuk nasional di kalangan penduduk

51 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional keturunan. Sejarah berkembangnya kabar Tionghoa yang baru. Pada 1 Juli pers di Hindia Belanda dimulai dari 1906, di kota Batavia (Jakarta sekarang) diterbitkannya surat kabar berbahasa beredar mingguan Seng Kie Po, yang Belanda, kemudian masyarakat Indo- disusul dengan mingguan seperti Tiong Belanda, dan Cina juga menerbitkan Hoa Wie Sin Po di Bogor (Adam, 2003). surat kabar yang berbahasa Belanda Bila melihat keadaan yang memacu, dan Cina, juga diterbitkan surat kabar baik pesatnya pertumbuhan surat berbahasa Melayu, bahasa daerah, kabar Tionghoa maupun bermunculan dan terakhir surat kabar berbahasa perusahaan percetakan milik orang Indonesia (Soebagio, 1977; dan Said, Tionghoa, tampaklah bukti yang 1988). Saat itu, orang Indonesia belum meyakinkan bahwa bangkitnya mendapatkan pendidikan dan tingkat kesadaran sosial-ekonomi dalam dua ekonomi yang memadai, sehingga dasawarsa terakhir abad ke-19 sangat mustahil untuk membuat surat kabar membantu perkembangan pers yang yang independen. berorientasi Tionghoa dan menyebabkan Menurut Ahmat Adam (2003), kalangan Tionghoa peranakan banyak kedekatan pers Tionghoa dengan yang menggeluti bidang jurnalistik kebangkitan nasionlisme di kalangan dengan sungguh-sungguh. Tekanan Tionghoa peranakan dimulai sejak ekonomi dan tumbuhnya sentimen anti- berdirinya perkumpulan THHK (Tiong Tionghoa telah menjadi katalisator yang Hoa Hwee Koan). Organisasi ini menyadarkan orang Tionghoa akan menandai bangkitnya nasionalisme peranan dan fungsi penting pers. Tionghoa di Hindia Belanda, di Mengentalnya nasionalisme Tionghoa, mana hal itu pun mempercepat yang ditunjukkan dengan banyaknya perkembangan orgaan atau corong penerbitan surat kabar milik orang bagi organisasi itu yang sangat berbau Tionghoa, tidak berarti menyebabkan Tionghoa dalam watak dan orientasinya. penduduk pribumi merasa terasing Satu hal yang penting dari sejumlah dari angin politik baru yang bertiup di pers Tionghoa yang dimotori oleh Hindia Belanda. Keberhasilan orang organisasi THHK adalah kebanyakan Tionghoa menembus industri pers dari penerbitan mereka menggunakan dipuji oleh orang Indonesia, bukan bahasa Melayu rendah, tapi dengan karena keuntungan ekonomi yang judul beraksara Tionghoa. Untuk bisa mereka peroleh, tatapi pengaruh pertama kalinya, setahun setelah pers itu terhadap komunitas Tionghoa pembentukan THHK, maka diterbitkan khususnya dan penduduk pribumi pada surat kabar Li Po yang dipimpin oleh umumnya. dua orang peranakan, Tan Ging Tiong Sebuah ungkapan yang datang dari dan Ijoe Tjai Siang, serta dicetak di Raden Mas Tirto Adhi Soerjo dalam Sukabumi dengan menggunakan pertemuan saudagar dan pedagang bahasa Melayu rendah. Penerbitan Li Po pribumi yang berasal dari Bandung, ini kemudian diikuti oleh penerbitan- Batavia, Yogyakarta, Solo, dan penerbitan surat kabar lain yang Semarang adalah sebagai berikut: mengusung nasionalisme Tionghoa di Hindia Belanda (Adam, 2003). Karena pengaroehnja soerat2 chabar ini, Munculnya surat kabar dengan maka bangsa Tiong Hoa djadi bangoen dari tidoernja, dan masing2 soedah bergerak nama Tionghoa berlanjut hingga akan membantoe tiap2 tanda kemadjoean periode ketika kebangkitan masyarakat dan ichtiar akan dapat kemadjoean. Inilah pribumi mulai muncul, seperti lahirnya sebab bangoennja beberapa perhimpoenan organisasi-organisasi Sarekat Islam, dan berdirinya beberapa sekolah dan tegoehnya perniagaan yang dilakukan oleh Indische Partij, dan Boedi Oetomo. mereka itoe (dalam Adam, 2003:134). Hampir setiap tahun bisa muncul surat

52 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Pengakuan tokoh lain tentang Seruan Abdul Rivai kepada kaum keberhasilan pers Tionghoa, yang intelektual Indonesia untuk menyamai membawa pengaruh baru terhadap kaum Tionghoa dan Arab segera perkembangan nasionalisme pribumi, diikuti dengan upaya serius dari datang dari tokoh Abdul Rivai, seorang kalangan jurnalis pribumi yang banyak editor surat kabar Bintang Hindia yang mendirikan surat kabar dan organisasi terkenal dengan salah satu tulisannya baru. Pertumbuhan pers milik mengenai “Bangsawan Pikiran”, di bangsa sendiri ini, dengan demikian, mana dalam tulisannya itu Abdul Rivai menunjukkan kebangkitan kaum memberikan penggolongan atas kaum pribumi. intelektual sebagai bangsawan “pikiran” Melihat kenyataan itu maka yang ditujukan kepada kaum terpelajar pemerintah Hindia Belanda tidak tinggal Indonesia dalam posisi yang sangat diam, dengan segala cara ditempuh penting dalam memimpin bangsanya untuk menghambat perkembangan menuju kemajuan. pers nasional, antara lain tidak hanya Dalam salah satu komentarnya dengan mengancam akan menggunakan tentang kegiatan warga Tionghoa Undang-Undang yang terdapat dalam bahwa kemajuan mereka sudah cukup KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum “progresif” dan pencapaian itu harus Pidana) yang berlaku di Hindia Belanda, diikuti oleh kaum cendekia Indonesia, tetapi ditambah dengan Pers Breidel ia lebih lanjut menyatakan sebagai Ordonantie, yaitu kebijakan yang berikut: memberi hak kepada pemerintah kolonial Belanda untuk menghentikan [...] bahwa pikiran dan pendapatan penerbitan yang dianggap bangsa Tjina di Tanah Hindia sekarang berpandangan progresif mendukung telah terbagi doea: Kaoem Koeno dan Kaoem Moeda. Dalam doea tiga gerakan nasionalisme pribumi dan tahoen kemoedian, kita melihat betapa dapat membahayakan kedudukan kedoea kaoem itoe berichtiar hendak pemerintah kolonial Belanda. mengembangkan pikiran dan pandapatan Karenanya, baik pers nasional seseorang (dalam Adam, 2003:178). maupun pers Tionghoa banyak menghadapi kesulitan dan hambatan Dalam sebuah tulisan bersambung untuk berkembang. Serentetan mengenai “kebangkitan” bangsa kasus di Pengadilan Hindia Belanda Tiongkok, Abdul Rivai menekankan sering diajukan sebagai terdakwa bahwa kaum mudalah yang memimpin adalah para wartawan dan surat Tionghoa peranakan. Kekagumannya kabar yang dianggap melanggar pada gerakan modernis bangsa peraturan perundang-undangan yang Tionghoa menyebabkan Abdul Rivai berlaku. Diajukannya para wartawan berulang kali mendesak kawan- Indonesia ke sidang pengadilan kawannya dan pemuda bumiputera di kolonial menjadi fenomena rutin Hindia Belanda (Indonesia sekarang) dalam perkembangan pers pergerakan. untuk menyamai orang-orang Tionghoa Nama-nama seperti H.O.S. (Hadji yang berpikiran modern. Istilah “bangsa Oemar Said) Tjokroaminoto, Dr. Tjipto Hindia” atau “anak Hindia” selanjutnya Mangoenkoesoemo, Douwes Dekker, dipopulerkan oleh surat kabar Bintang Dr. Soetomo, Soekarno, Mohamad Hindia. Sekalipun istilah itu menunjuk Hatta, Hadji Agoes Salim, dan lain- kepada golongan lain di Hindia Belanda, lain merupakan tokoh-tokoh yang seperti Tionghoa dan Arab, namun masuk dalam daftar orang-orang yang dalam konteks ini adalah jelas ditujukan tersangkut dalam kasus pengadilan kepada orang-orang Indonesia (Soebagio, dan dijatuhi hukuman karena tulisan- 1977; dan Said, 1988). tulisan mereka yang dianggap sebagai

53 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional menghina dan dapat membahayakan hari dilakoeken. kedudukan pemerintah kolonial Hoofdredacteur kita lantas menginget itoe bitjara dari toean Wienecke, minta Belanda (Poesponegoro & Notosusanto pada Assistent-Resident boeat, soepaia eds., 1984; dan KJTB, 2005). toean Kwee tidak diborgol. Sebab terlaloe Kasus peradilan hukum, berkaitan repot sama laen² oeroesan (dalam http:// dengan pemberitaan pers, tidak saja tjamboek28.multiply.com/journal/ dialami oleh para jurnalis nasional item/178, 15/12/2012). Indonesia tetapi kasus-kasus itu Lebih lanjut mengenai delik pers pun menimpa jurnalis-jurnalis Kwee Thiam Thing berkaitan dengan berdarah Tionghoa (China) yang komentarnya tentang seseorang gencar menyuarakan kebebasan melakukan piutang karena terdorong dan perjuangan persamaan dalam untuk melakukan pembayaran cicilan masyarakat kolonial. Untuk pinjaman yang memberatkannya. menyebutkan salah satu tokoh Secara lengkap tentang isi delik pers wartawan keturunan China yang cukup diberitakan pada surat kabar Soeara dikenal kegarangannya dalam tulisan- Publiek, tanggal 12 Januari 1926, tulisan di surat kabar adalah Kwee sebagai berikut: Thiam Tjing (lahir 9 Februari 1900 di , Jawa Timur, dan meninggal Tadi pagi, Landraad di kepalai oleh pada 28 Mei 1974 di Jakarta). Mr. Wienecke sebagi Voorzitter, preksa Kwee Thiam Tjing adalah seorang perkaranja toean Kwee Thiam Tjing jang minggoe laloe dimoendoerken lantaran jurnalis Tionghoa. Ia menempuh ia poenja pembela Mr. Jaarsma sakit. pendidikannya di ELS (Europeesch Delict pertama, jang ditoentoet, adalah Lagere School) di kota , Jawa commentaar, jang toean Kwee Thiam Timur, dan kemudian terjun ke dunia Tjing boeboehi atas satoe toelisan dalem jurnalistik. Ia menguasai bahasa Ind. Crnt. W.J.E, tentang toekang mindring, dimoeat dalem Soeara Publiek, Belanda, Jawa, Madura, dan Hokkian. 19 September 1925. Commentaar itoe Bahan-bahan tulisannya mencakup berboenji begini: segala lapisan masyarakat: kawan- “Kita moefakat, djika ada seorang Arab, lawan, lelaki-perempuan, tua-muda, Tionghoa, Blanda, atawa Boemipoetra jang lepas oewang panas, berlakoe begitoe dan lain-lain (KJTB, 2005; dan Lie, koerang adjar boeat, oempama, masoek 2005). dalem kamar tidoer boeat tjari apa² Pada tahun 1926, Kwee Thiam Tjing jang mereka rasa ada berharga boeat di dikenai sembilan delik pers, sehingga djadiken pentjitjilan dari pindjeman. Itoe ia terpaksa mendekam selama sepuluh orang jang sematjem begitoe tidak oesah goenaken banjak omong, hanja lebih bulan di penjara Kalisosok, Surabaya, doeloe kemplang sadja kepalanja, lebih dan penjara Cipinang, Jakarta. Kejadian keras lebih baek. ini dicatat dalam artikel “Tanggal Paling Perkara oetang tinggal oetang, tapi Tjilaka” di Soeara Publiek, Surabaya, djika lantaran satoe pindjeman lantas si pioetang kira bahwa ia djoega boleh pada 5 Januari 1926. Isi beritanya pindjem orang poenja antero milik, ini dapat dikutif sebagai berikut: kira’an moesti lantas dikasih laloe dengan djalan palang pintoe naek di kepala. “Tanggal Paling Tjilaka!!”, 5 Djanoeari Perkara tinggal belakangan” (dalam 1926. Ini hari, satoe redacteur kita, http://tjamboek28.multiply.com/journal/ jaitoe toean Kwee Thiam Tjing, ditangkep item/178, 15/12/2013). atas prentah Voorzitter Landraad kerna persdelict, jang besok bakal dipreksa. Prentah boeat tangkep soedah dikeloearken lebih dari satoe minggoe, Arus Balik dan Kemunduran Pers tapi lantaran toean Kwee baroe semalem Tionghoa di Indonesia kombali dari verlof dan tadi pagi baroe bisa Meminjam istilah Pramoedya Ananta dateng serahken dirinja di Hoofbureau van Toer (1990), dalam bukunya Arus Balik, Politie, maka penangkepan itoe baroe ini

54 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kata “arus balik” terhadap pandangan Keluhan-keluhan di atas diilustrasikan dan orientasi pers Tionghoa terjadi melalui sepucuk surat panjang seorang pada periode ketiga gelombang gerakan Tionghoa dari Kupang dalam Hindia- nasional di Hindia Belanda (Indonesia Nederland edisi 8 dan 12 Januari 1881, sekarang). Separuh, bahkan sepanjang dan kemudian dikutip oleh surat kabar penerbitan pers Tionghoa, sebelumnya Bintang Timoer pada 22 Januari 1881, tidak banyak yang mempunyai yang menunjukkan “ketidakbahagiaan” perhatian pada kemajuan pergerakan orang Tionghoa atas kebijakan kaum Bumiputera (Lie, 2005). pemerintah kolonial Belanda terhadap Pengalaman hidup sebagai kelompok komunitas mereka pada umumnya. yang dipisahkan oleh sekat-sekat Kutipannya adalah sebagai berikut: rasialis yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Belanda, hal itu berdampak Kita orang, bangsa Tjina, jang berdoedoek pada sikap saling mencurigai di antara di antero tana India-Nederland di seboet orang menoempang, sebabnja negri penduduk pribumi dan etnis Tionghoa. Tjina belon talok di bawah prentah Sentimen anti Tionghoa, yang Gouvenement Olanda. Tegal itoe kita orang pertama kali menemukan ekpresinya tiada bole berboeat barang perkara dengen dalam pers pada era 1870-an, terus kesoesahan salakoe anak-anak tanah sendiri, soeaktoe kepala Tjina di India menggema dalam sejumlah koran yang Nederland haroes ia bermoehoen pada lebih populer di Batavia, Semarang, dan Gouvernement kaloe-kaloe ia boleh tinggal Surabaya sampai menjelang akhir abad di sana pada mentjari kehidoepannja ke-19. Namun, sebenarnya kebencian (dalam Adam, 2003:104-106). golongan etnis Tionghoa terhadap sikap kalangan pribumi tersebut tidak sebesar Keluhan-keluhan yang terlontar kekecewaan mereka atas perlakuan di permukaan itu berkaitan dengan pemerintah kolonial Belanda terhadap masalah-masalah pengaturan komunitas Tionghoa di Hindia Blanda penduduk Tionghoa. Hal ini membekas pada umumnya. Khususnya, mereka di kehidupan etnis Tionghoa sampai tidak senang pada peraturan wijken peridoe awal abad ke-20. Ini juga berarti stelsel (sistem zona pemukiman) yang bahwa sejak periode awal penerbitan membatasi domisili mereka pada apa pers Tionghoa, yang dimulai dengan yang disebut Pecinan (ANRI, 1975). dwi-mingguan Matahari sampai dengan Mereka juga mengeluh karena tidak periode kebangkitan, ditandai dengan bisa masuk ke kampung-kampung bangkitnya gerakan Pan-Tionghoa. pribumi di Jawa dan karenanya Ditambah lagi dengan kampanye ruang gerak mereka terhalang oleh dan keluhan yang dirasakan oleh sistem surat pas (passenstelsel), yang orang-orang Tionghoa sepanjang tiga diperkenalkan pemerintah kolonial dasawarsa terakhir abad ke-19, maka Belanda sejak 21 April 1863 (Adam, tak heran bila sejak 1900 menjadi 2003:103). penanda penting bagi kesadaran Pemberlakuan pajak dan nasional Tionghoa di negeri Hindia. penyelesaian perkara kriminal pun Kesadaran akan status mereka dipandang sebagai kebijakan yang sebagai kelompok minoritas dalam tidak adil buat orang-orang Tionghoa. masyarakat kolonial Belanda Kecemburuan terhadap warga pribumi diekspresikan dengan sungguh-sungguh mengemuka dalam peradilan. Mereka sepanjang tahun-tahun awal abad ke-20 tidak senang karena orang pribumi dalam pers Tionghoa peranakan, yang duduk di dewan yang memutuskan menyatakan diri sebagai suara atau masalah hak waris di antara orang- orgaan gerakan Pan-Tionghoa, yakni orang Tionghoa, dan menuntut orang THHK (Tiong Hoa Hwee Koan). Dalam Tionghoa juga bisa duduk di dewan itu. hal ini, kekuatan Sin Po yang didukung

55 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional oleh perkumpulan Tionghoa peranakan dan bisa dimengerti. Jang orang Olanda di seluruh Hindia Belanda memberikan oemoemnja tida bisa setoedjoe dengan itoe pergerakan, ini barang tentoe, sebab pengaruh yang luas kepada rakyat siapa djoega nanti tida ingin keilangan pribumi. Sebagaimana digambarkan djajahannja. Tapi bisa dipertjaja jang dalam salah satu artikel di bawah ini, dalem hati’nja sesoeatoe orang Olanda yang menyatakan sebagai berikut: jang djoedjoer pasti tida bisa tida moesti poedji tindakannja toean Ir. Soekarno (dalam KJTB, 2006a). Pengaroehnja ini bagian dari pers soedah sering diakoei oleh banjak pihak dan baroe ini dalem weekblad Sin Po (30 Sampai pada masanya, rasa tidak November 1935), baroe oentoek pertama suka etnis Tionghoa kepada langkah kali sastrawan Boemipoetra, jakni toean penolakan kaum pergerakan pribumi Armyn Pane, oendjoek bagaimana penting ada’nja bahasa Tionghoa-Melajoe jang ini pun akhirnya berubah menjadi rasa digoenakan oleh pers terseboet dan simpati dan keinginan untuk membantu bagaimana oempama verslag voetbal dalem perjuangan kaum pribumi. Adalah pers Tionghoa-Melajoe enak dibatja sebab surat kabar Sin Tit Po, sebagai wakil idoep bahasa’nja (dalam KTB, 2007). pers Tionghoa peranakan, yang bersedia menerima penuh ideologi nasionalisme Meskipun surat kabar Sin Po Indonesia. Pengelola surat kabar ini, berhaluan nasionalisme Tiongkok yang menjadi corong setengah resmi dan menyuarakan pandangan orang- dari PTI (Partai Tionghoa Indonesia), orang Tionghoa, bukan berarti surat menganggap bahwa Indonesia sebagai kabar ini mengabaikan perjuangan tanah airnya dan bersedia berjuang nasional orang-orang Indonesia. Apalagi untuk kemerdekaan bangsa Indonesia. kelompok Tionghoa yang mengelola Mereka juga merasa bahwa nasibnya surat kabar Sin Po ini juga menolak telah terikat dengan nasib orang kewarganegaraan Belanda. Dengan Indonesia pribumi. Maka, tak aneh jika demikian, mereka tetap menjalin Sin Tit Po ikut menyebarkan ide-ide hubungan dengan tokoh-tokoh nasionalisme Indonesia (Suryadinata, pergerakan nasional di Indonesia. 1986). Dalam beberapa periode, Sin Po banyak Sin Tit Po semula bernama Sin Jit Po memakai wartawan Bumiputera dan dan merupakan surat kabar pengganti banyak pula memuat berita tentang dari surat kabar Sin Po edisi Jawa kelompok pergerakan Indonesia. Timur yang mengalami kegagalan dan Melalui Sin Po juga lagu “Indonesia diambil-alih oleh tuan Lim Bok Sioe dan Raya” gubahan W.R. Supratman – yang ditukar namanya menjadi Sin Jit Po dan menjadi lagu kebangsaan Indonesia – akhirnya menjadi besar dengan nama untuk pertama kalinya dipublikasikan. Sin Tit Po. Surat kabar ini menjadi koran Sementara itu, Ir. Soekarno juga ternama di Jawa Timur pada zaman dikenal dekat dengan beberapa surat pergerakan nasional Indonesia. Adalah kabar Tionghoa, termasuk dengan menarik untuk mengutip perkembangan Sin Po. Keberhasilan Soekarno dalam surat kabar ini pada zaman pergerakan mengangkat popularitas PNI (Partai nasional di Indonesia, sebagai berikut: Nasional Indonesia) mendapat sorotan dari beberapa surat kabar Tionghoa. […] oleh kerna masjarakat Tionghoa di Harian Soeara Publiek tahun 1928, Djawa Wetan merasa perloe mempoenjai misalnya, memberikan seruan penting soerat kabar harian jang sedikit-dikitnya tentang diri Soekarno sebagai berikut: mirip Sin Po di Djakarta, maka sebagian pemimpin Tionghoa di sana (Djawa Timoer) mengandjoerkan pada pemimpin Toean Ir. Soekarno c.s. oendjoek boekan Sin Po di Djakarta agar di Soerabaia, Sin sadja mendjadi poetra Indonesia sedjati, Po mengadakan edisi Djawa Timoer. Hal tapi djoega mendjadi pemimpin dalem ini diloeloeskan, maka pada bulan Djoeli artian toelen dari pergerakan jang moelia

56 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

dari taon 1922, “Sin Po mempoenjai edisi tersebut terjadi dalam konstelasi Djawa Timoer dengan berkedoedoekan hubungan orang-orang Tionghoa di Soerabaia. […] oleh toean Lim Bok Sioe ditoeker namanja menjadi Sin Jit dengan penguasa baru di Asia, yaitu Po, dan berkat djasanya toean Lim Koen Jepang. Pengaruh Jepang di Cina Hian diperkokoh mendjadi Sin Tit Po, dan Utara sudah menimbulkan kebencian hingga dewasa mendjadi koran ternama di yang mendalam pada masyarakat Djawa Timoer (dalam KTB, 2008). Tiongkok (China Selatan). Sejak tahun 1932, Mancuria diduduki oleh tentara Dinamisasi politik di daratan Guan Dong dari Kekaisaran Jepang Tiongkok (China), khususnya dengan dan kemudian didirikan “negara perkembangan perpecahan sikap boneka Manchu” atau Manchuguo. antara Pemerintah Nasionalis Cina Selain Guan Dong, beriktunya wilayah dan Front Persatuan Nasionalis Mongolia berhasil dikuasai oleh yang digalang oleh Partai Komunis Jepang. Sengketa China – Jepang itu Cina, berdampak langsung pada menghasilkan kebencian rakyat China jiwa dan semangat penerbitan pers yang memuncak ketika terjadi peristiwa Tionghoa di Hindia Belanda (Indonesia “penculikan” terhadap Jenderal Jiang sekarang). Perpecahan itu bermula Kai Shek di Xi An yang bertujuan untuk ketika Pemerintah Nasionalis Cina memaksanya menghimpun kekuatan berpihak kepada negara-negara nasional melawan Jepang (Sukisman, Sekutu dalam Perang Dunia II (1939- 1983). 1945). Bantuan perang dari negera- Pada bulan April 1936, pemerintah negara Sekutu, yang diterima oleh Jepang mengajukan tuntutan Pemerintah Nasionalis China, telah kepada pemerintah China agar: (1) menempatkan pasukan Tentara Merah menghentikan permusuhan terhadap dibawah kendali Partai Komunis Cina Jepang dan bersedia bersama- pada kedudukan yang terpinggirkan. sama menentang Komunisme; (2) Hal ini sangat berpengaruh terhadap menempatkan penasehat Jepang jiwa Front Persatuan Nasionalis yang pada segenap cabang pemerintah sesungguhnya segenap Angkatan China; serta (3) mengakui kedudukan Bersenjata China (termasuk Tentara khusus dari Jepang di China Utara. Merah) berada dalam satu komando Tuntutan tersebut tentu saja ditolak (Sukisman, 1983:29). oleh pemerintah China. Bahkan rakyat Gejala keretakan antara Pemerintah China menanggapinya dengan aksi Nasionalis Cina dan Front Persatuan boikot terhadap barag-barang produksi Nasionalis terutama terjadi ketika Jepang sehingga impor dari negara Jenderal Jiang Kai Shek memerintahkan tersebut menurun sampai dengan 30% satuan Tentara ke-4 dari Tentara Merah (Sukisman, 1983:29). untuk berpindah dari kedudukannya Sikap penolakan dan kebencian di daerah Shang Dong dan Kiang Su. terhadap agresi Jepang di China juga Perintah itu tidak dipatuhi, sehingga dilakukan oleh orang-orang Tionghoa Jenderal Jiang Kai Shek mengirim di Hindia Belanda (Indonesia sekarang). pasukan nasionalis untuk menangkap Sampai kedatangan delegasi Jepang panglima dari Tentara ke-4 Tentara pada 12 September 1940, dibawah Merah pada tanggal 17 Januari 1941. pimpinan I. Kobayashi, di Batavia Sejak saat itu, ketegangan dan suasana memberikan kesempatan kepada curiga-mencurigai di antara kedua para pemimpin nasional Indonesia golongan angkatan bersenjata tersebut untuk membicarakan berbagai soal makin menjadi-jadi (Sukisman, 1983; politik dan ekonomi. Tersiar desas- dan Suryadinata, 2002). desus bahwa telah terjadi pertukaran Dampak tidak langsung dari rencana antara delegasi itu dengan perpecahan politik di negeri Tiongkok

57 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional para pemimpin nasional mengenai Jepang. Sebagaimana digambarkan bentuk pemerintahan Hinda Belanda oleh Tjamboek Berdoeri tentang suasana didalam kerangka “susunan baru” pada masa itu, sebagai berikut: Jepang. Kedatangan mereka juga disertai tindakan bantuan konkrit [...] waktoe berdjalan teroes hingga tibalah berupa keuangan kepada pers Indonesia saat’nja Djepang doedoeki ini kepoelaoean, seperti djoega soerat2 kabar Tionghoa- dalam bentuk pemasangan iklan di Melajoe laennja, seperti Thian Sung, Jit surat kabar Indonesia (Poesponegoro & Pao, Tja Pao, Siang Po, Keng Po, Kong Hwa Notosusanto eds., 1984:315). Po [...] Sin Po djoega di-beslag Djepang. Pada masa pendudukan Jepang Seantero redactie’nja soerat-kabar itoe diinternir, tjoema boleh di-bilang sanget (1942-1945), dunia pers di Indonesia beroentoeng toean Kwee Kek Beng jang dikendalikan berdasarkan Undang- ditjari Djepang tida ketangkep (dalam KTB, Undang Penguasa, atau Osamu Seirei, 2009). No.16 tentang pengawasan badan- badan pengumuman dan pemilikan Demikianlah dapat digambarkan pengumuman serta penerangan. Pada bahwa kekuasaan militer Jepang pasal 3 Undang-Undang tersebut akhirnya menutup sebagian besar dinyatakan sebagai berikut: aktivitas pers Tionghoa di Hindia Belanda (Indonesia sekarang). Terlarang menerbitkan barang tjetakan Kenyataan ini mendorong pers Tionghoa yang berhoeboeng dengan pengoemoeman digantikan kedudukan dan peranannya ataoe penerangan, baik beroepa penerbitan setiap hari, setiap minggoe, setiap boelan, oleh pers pemerintah pendudukan maoepoen penerbitan dengan tidak Jepang dan pers bumiputera Indonesia. tertentoe waktoenja, kecoeali oleh badan- Pada zaman Jepang (1942-1945), badan jang soedah mendapat izin (Said, dengan demikian, telah terjadi “arus 1988:48). balik” dalam sejarah pers Tionghoa di Indonesia. Berdasarkan ketentuan penguasa Jepang tersebut, semua surat Kesimpulan kabar Belanda dan Cina dilarang Pers sebagai bagian dari sistem sosial terbit. Panglima militer Jepang masyarakat akhirnya dijadikan sebagai kemudian menerbitkan nama-nama alat perjuangan yang efektif dalam sejumlah surat kabar pribumi sesuai menyebarluaskan kesadaran nasional. keinginannya. Sensor dilakukan atas Berdasarkan fungsi dan kedudukannya, segala cetakan, bahkan berita-berita pers sebagai media informasi, sekaligus dan karangan-karangan juga disaring menjadi perpanjangan tangan kaum dahulu oleh petugas sensor. pergerakan dalam menuangkan Akhirnya, usai sudah sebagian gagasan, ide, serta aspirasi perlawanan besar surat-surat kabar Tionghoa di terhadap kekuasaan kolonial. Pers yang Indonesia, kecuali yang dapat bertahan dimaksud saat itu berbentuk surat dengan diam-diam dan itupun selalu kabar, majalah, atau sekedar pamflet mendapat pengawasan yang ketat yang disebarluaskan di kalangan dari pemerintah pendudukan Jepang. nasionalis. Umumnya, koran-koran besar seperti Arti penting peranan pers di Thian Sung, Sin Po, Sin Jit Pao, Siang masa pergerakan nasional dapat Po, Keng Po, dan Kong Ha Po mengalami difahami lewat pengetahuan tentang nasib yang sama, yakni penerbitannya kedudukan dan fungsi pers selama diberhentikan dan para pemimpin masa pergerakan nasional di Redaksinya ada yang ditangkap oleh Indonesia. Pers pergerakan nasional pihak militer Jepang kalau mereka tidak hanya membuat terobosan tidak mau mengakui propaganda revolusi komunikasi, tetapi pers juga

58 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 menciptakan suatu sistem jalinan Bibliografi komunikasi yang terbuka dimana informasi dapat diperoleh oleh berbagai Adam, Ahmat. (2003). Sejarah Awal Pers dan golongan sosial dalam masyarkat Hindia Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Belanda (Indonesia sekarang). Pers di Jakarta: Penerbit Hasta Mitra, Terjemahan. ANRI [Arsip Nasional Republik Indonesia]. (1975). masa pergerakan ikut memperjuangkan Staatsblad 1886 No.57 dan 1871 No.145. kepentingan masyarakat, menjadi pusat Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia. informasi, dan media aspirasi dalam Budiharto, Sutrisno. (2005). “Menengok mengangkat isu-isu kesejahteraan Kiprah Suku Tionghoa dalam Sejarah Pers di Indonesia” dalam surat kabar Radar pribumi dan kehidupan sosial-politik Solo. Surakarta: 15 Februari. Tersedia juga masyarakat Bumiputera. di: http://budiharto.blog.com [dilayari di Pers pada zaman pergerakan, Jakarta: 13 Juni 2012]. terlebih lagi pers Tionghoa, pada Daeng Materu, Mohamad Sidky. (1985). Sejarah akhirnya dipandang mampu memberi Pergerakan Nasional Bangsa Indonesia. Jakarta: Gunung Agung. inspirasi bagi perkembangan kesadaran Deppen RI [Departemen Penerangan Republik berbangsa di kalangan warga Indonesia]. (2000). Undang-Undang Nomor 40 keturunan China di Hindia Belanda. Tahun 1999 tentang Ketentuan Pers. Jakarta: Penerbitan pers Tionghoa yang mampu Deppen RI. Deppen RI [Departemen Penerangan Republik menjangkau pembacanya secara luas Indonesia]. (2003). Undang-Undang No.23 berdampak pada pengetahuan dunia Tahun 2002 tentang Ketentuan Pers. Jakarta: luar yang diberitakan oleh surat-surat Deppen RI. kabar Tionghoa-Melayu. Bahasa Melayu Devi, Shinta. (2006). “Gerakan Nasionalisme yang digunakan, umumnya pers yang Tiongkok Etnis Tionghoa di Surabaya pada Awal Abad 20” dalam http://www.google. diterbitkan oleh golongan Tiongoa co.id/search?hl=id&q=sejarah+nasionalisme peranakan, mampu menjangkau +tionghoa&btnG=Telusuri&meta [diakses di pembaca di tingkat lokal. Meskipun Jakarta: 26 Mei 2012]. sebagian besar warga pribumi buta ENI (Ensiklopedi Nasional Indonesia). Jakarta: PT Ghalia Indonesia, 1990. huruf, namun di kalangan kaum http://tjamboek28.multiply.com/journal/ terpelajar lokal, kehadiran pers item/178 [diakses di Jakarta, Indonesia: 15 Tionghoa menjadi sangat berarti. Desember 2012]. Pers Tionghoa juga berpotensi Joe Lan, Nio. (1961). Peradaban Tionghoa membangkitkan kesadaran kolektif Selajang Pandang. Djakarta: Penerbit Keng Po. yang menjurus kepada upaya Joe Lan, Nio. (1968). Sastera Indonesia-Tionghoa. membangkitkan kesadaran kaum Djakarta: Gunung Agung. Tionghoa tentang arti pentingnya Jusuf, Tedy. (2000). Sekilas Budaya Tionghoa di “nasionalisme”. Karenanya, pers Indonesia. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. Kahin, George McTurnan. (1995). Nasionalisme Tionghoa menciptakan suatu sistem dan Revolusi di Indonesia. Jakarta: Penerbit komunikasi yang terbuka, khususnya Sinar Harapan, Terjemahan oleh Nin Bakdi bagi para kaum muda dan elite modern Soemanto, cetakan kedua. China yang telah memahami arti KJTB [Kenangan Journalist Tjamboek Berdoeri]. penting sebuah media massa bagi (2005). “Pers Delict Kwee Thiam Tjing” dalam Soeara Publiek, 12 Djanoeari 1926. Diambil keberlangsungan kelompok mereka. Itu 09 Agustus 2008 dari http://tjamboek28. artinya bahwa peranan pers Tionghoa multiply.com/journal/item/181 [diakses di dalam hubungannya dengan dinamika Jakarta, Indonesia: 2 Desember 2012]. pergerakan nasional di Indonesia adalah KJTB [Kenangan Journalist Tjamboek Berdoeri]. (2006a). ”Berachirnja ... di Depan Bangkenja pers yang dapat menyalurkan aspirasi Swara Publiek” dalam http://tjamboek28. dan tujuan perkumpulan-perkumpulan multiply.com/journal/item/179 [diakses di atau partai politik, serta tokoh-tokoh Jakarta, Indonesia: 15 Desember 2012]. pergerakan Tionghoa yang dapat KJTB [Kenangan Journalist Tjamboek Berdoeri]. bekerjasama dengan kaum pergerakan (2006b). ”Berachirnja ... Satoe Peladjaran dalem Pengidoepan” dalam http:// Bumiputera di Indonesia. tjamboek28.multiply.com/journal/item/180

59 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional

[diakses di Jakarta, Indonesia: 8 Desember Said, Tribuana. (1988). Sejarah Pers Nasional 2012]. dan Pembangunan Pers Pancasila. Jakarta: Kohn, Hans. (1976). Nasionalisme: Arti dan Haji Masagung, edisi kedua, cetakan pertama. Sejarahnya. Jakarta: Penerbit Pembangunan, Saputra, Yahya Andi. (1991). “Pers Pergerakan: Terjemahan. Pers Pembela Rakyat” dalam surat kabar KTB [Kenangan Tjamboek Berdoeri]. (2007). Berita Buana. Jakarta: 9 Februari. “Pengaruhnya Pers Tionghoa” dalam http:// Siebert, P.S. et al. (1986). Empat Teori Pers. tjamboek28.multiply.com/journal/item/199 Jakarta: PT Intermasa, Terjemahan oleh Putu [diakses di Jakarta, Indonesia: 14 Agustus Laxman Sanjaya Pendit. 2012]. Smith, Anthony D. (2003). Nasionalisme: Teori- KTB [Kenangan Tjamboek Berdoeri]. (2008). Ideologi-Sejarah. Jakarta: Penerbit Erlangga, “Riwayat Sin Po dan Perkembangannja” dalam Terjemahan. http://tjamboek28.multiply.com/journal/ Soebagio, I.N. (1977). Sejarah Pers Indonesia. item/199 [diakses di Jakarta, Indonesia: 14 Jakarta: Penerbit Dewan Pers. Agustus 2012]. Soebagio, I.N. (1981). Jagat Wartawan Indonesia. KTB [Kenangan Tjamboek Berdoeri]. (2009). Jakarta: Gunung Agung. “Riwajat Sin Po: Achir dan Maksoed Toelisan” Su Kim, Lee. (2008). “The Peranakan dalam http://tjamboek28.multiply.com/ Baba Nyonya Culture: Resurgence or journal/item/199 [diakses di Jakarta, Disappearance?” dalam Jurnal Sari, No.26. Indonesia: 14 Agustus 2012]. Sukisman, W.D. (1983). Sejarah Cina Lie, Hendy. (2005). “Menengok Kiprah Suku Kontemporer: Dari Revolusi Nasional, Melalui Tionghoa dalam Sejarah Pers di Indonesia” Revolusi Kebudayaan, Sampai Modernisasi dalam http://www.geocities.com/tile32puisi/ Sosialis. Jakarta: PT Pradnya Paramita, artikel.html [diakses di Jakarta, Indonesia: 11 cetakan pertama. Augustus 2012]. Surjomihardjo, Abdurahman & Leo Suryadinata. Luwarso, Lukas. (2000). “Pers Indonesia: (1980). Beberapa Segi Perkembangan Pergulatan untuk Kebebasan” dalam http:// Sejarah Pers Indonesia. Jakarta: Deppen RI www.IndoNews.com/ [diakses di Jakarta: 28 [Departemen Penerangan Republik Indonesia] Agustus 2012]. dan Leknas LIPI [Lembaga Kebudayaan Nodia, Ghia. (1998). “Nasionalisme dan Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan Demokrasi” dalam Larry Diamond & Marc F. Indonesia]. Platner [eds]. Nasionalisme, Konflik Etnik, dan Suryadinata, Leo. (1978). Pribumi : Demokrasi. Bandung: Penerbit ITB [Institut The Chinese Minority and China. Singapore: Teknologi Bandung], Terjemahan. Hainemann Asia. Poesponegoro, Marwati Djoened & Nugroho Suryadinata, Leo. (1986). Politik Tionghoa Notosusanto [eds]. (1984). Sejarah Nasional Peranakan di Jawa, 1917-1942. Jakarta: Indonesia, Jilid V. Jakarta: Departemen Pustaka Sinar Harapan. Pendidikan dan Kebudayaan dan Penerbit Suryadinata, Leo. (2002). Negara dan Etnis Balai Pustaka. Tionghoa: Kasus Indonesia. Jakarta: Pustaka PPB [Panitya Penerbitan Buku]. (1952). Buku LP3ES Indonesia. Peringatan Hari Ulang Tahun ke-40 Tiong Hoa Taufik, I. (1977). Sejarah Perkembangan Pers di Hak Hauw Bandjaran (Tegal). Tegal, Djawa Indonesia. Jakarta: PT Triyinco. Tengah: Panitya THHK. THHK [Tiong Hoa Hwee Koan]. (1953). Buku Purnama, Feri. (2007). “Salam Hormat ‘Bapak Peringatan Hari Ulang Tahun ke-50 T.H.H.K. Pers’ Indonesia” dalam www.jurnalistikuinsgd. Surabaja, 1903- 1953. Surabaja: Penerbit com [diakses di Jakarta: 8 Februari 2011]. THHK. Rahmadi, F. (1990). Perbandingan Sistem Pers. Thiam Tjing, Kwee. (2008). “Tokoh Pers Jakarta: Penerbit Gramedia. Indonesia” dalam http://id.wikipedia.org/ Rahzen, Taufik. (2007), “Seabad Pers wiki/Kwee_Thiam_Tjing [diakses di Jakarta, Kebangsaan, 1907-2007” dalam http:// Indonesia: 11 Augustus 2012]. pencintabuku.multiply.com/journal/item/67/ Toer, Pramoedya Ananta. (1990). Arus Balik. Seabad_Pers_Kebangsaan_1907-2007.htm Jakarta: Penerbit Hasta Mitra. [diakses di Jakarta, Indonesia: 15 Desember 2012].

60 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara: Pembangunan Identiti Negara-Bangsa serta Modal Insan di Malaysia dan Indonesia

Ramlee Mustapha

Ikhtisar: Pendidikan teknikal dan vokasional di Malaysia dan Indonesia mempunyai sejarahnya yang tersendiri. Di Malaysia, pendidikan teknikal dan vokasional sebelum merdeka menonjolkan imej pertanian dan kemahiran teknikal yang bersifat manual untuk melatih pelajar Melayu bagi mengisi jawatan di jabatan-jabatan di bawah negeri- negeri Melayu Bersekutu. Selepas kemerdekaan (1957), pendidikan ini terus berkembang dan beberapa pembaharuan telah dilaksanakan untuk meningkatkan imej pendidikan vokasional. Manakala di Indonesia, perkembangan yang hampir sama berlaku, namun perbezaan yang ketara adalah dari segi pembiayaan pendidikan teknikal dan vokasional di peringkat menengah di mana terdapat banyak SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) Swasta di Indonesia. Terdapat konsep-konsep baru dalam pendidikan teknikal dan vokasional, sama ada di Malaysia mahupun di Indonesia. Implikasi sorotan ini adalah untuk mengenalpasti pembangunan modal insan di negara-negara Nusantara dari perspektif daya saing dan persediaan menghadapi kesan globalisasi. Kata kunci: Pendidikan kejuruan, kualiti modal insan, identiti negara-bangsa, serta negara Malaysia dan Indonesia.

Abstract: The technical and vocational education in Malaysia and Indonesia has its own history. In Malaysia, the technical and vocational education before the independence is projecting the image of agriculture and technical. The education is aims to train the Malay students to fill the vacant positions at any states in Malaysia. After the independence of Malaysia (1957), technical and vocational education continues to grow, and some changes have been implemented to improve the image of the education. While in Indonesia, similar developments occurred, but a significant difference is in terms of financing the technical and vocational education due to there are many private Vocational High Schools (SMK) in Indonesia. Hence, there are new concepts in technical and vocational education whether in Malaysia or in Indonesia. The implication of this article is to identify human capital development in the Malay countries from the perspective of competitiveness and the impact of globalization. Key word: Vocational education, quality of human capital, identity of the nation-state, and nation-states of Malaysia and Indonesia.

Pendahuluan semakin sengit. Tujuan makalah ini Transformasi pendidikan kejuruan adalah untuk meninjau perkembangan (pendidikan teknikal dan vokasional) pendidikan kejuruan di Malaysia dan menjadi agenda penting dalam Indonesia dengan menganalisis sejarah, kalangan negara membangun untuk dasar, dan halatujunya. Pendidikan melahirkan modal insan teknokrat kejuruan di Malaysia dan Indonesia dalam menghadapi saingan global yang mempunyai sejarahnya yang tersendiri.

Prof. Dr. Ramlee Mustapha ialah Pensyarah Kanan di Fakulti Pendidikan Teknikal dan Vokasional UPSI (Universiti Pendidikan Sultan Idris), Tanjong Malim, Perak Darul Ridzuan, Malaysia. Alamat emel: [email protected]

61 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

Di Malaysia, pendidikan kejuruan Sekolah ini ditutup pada permulaan sebelum merdeka menonjolkan imej Perang Dunia Pertama (1914-1918). pertanian dan kemahiran teknikal yang Tetapi sekolah ini dibuka semula bersifat manual untuk melatih pelajar pada tahun 1918 sebagai Sekolah Melayu bagi mengisi jawatan di jabatan- Latihan Teknikal di bawah Jabatan jabatan di bawah negeri-negeri Melayu Kejuruteraan Keretapi. Pengurusan Bersekutu. Selepas kemerdekaan, sekolah ini telah ditukar semula kepada pendidikan kejuruan di Malaysia Jabatan Kerja Awam pada Oktober terus berkembang dan beberapa 1925 dan ditukar lagi di bawah Jabatan pembaharuan telah dilaksanakan Pelajaran pada tahun 1931 (FMS, 1932). untuk meningkatkan imej pendidikan Mulai tahun 1948, pendidikan teknik kejuruan. telah diserapkan ke Sekolah Rendah Manakala di Indonesia, dengan penekanan kepada pertanian perkembangan yang hampir sama setempat dan industri kampung. berlaku namun perbezaan yang ketara Aktiviti berkebun telah menjadi amalan adalah dari segi pembiayaan pendidikan dalam kurikulum Sekolah Rendah dan kejuruan di peringkat menengah di buku teks Peratoran Memasak mula mana terdapat banyak SMK (Sekolah dibekalkan ke Sekolah Rendah (FOM, Menengah Kejuruan) swasta di 1948). Indonesia jika dibandingkan dengan di Sekolah tukang yang pertama telah Malaysia. Terdapat konsep-konsep baru berjaya dibuka pada tahun 1926. dalam pendidikan kejuruan, seperti Setelah sepuluh tahun sekolah ini Time Sector Privatisation dan Kolej beroperasi, seorang pegawai pendidikan Vokasional di Malaysia, serta Link and kanan, iaitu Mr. H.R. Cheeseman, Match serta PSG (Pendidikan Sistem telah membuat kajian tentang sekolah- Ganda) di Indonesia. sekolah di Great Britain dan Netherland Namun, konsep-konsep tersebut East Indies (Indonesia sekarang) belum dapat diterjemahkan dalam pada tahun 1937. Beliau kemudian bentuk yang optima kerana beberapa menyediakan laporan kajiannya kekangan. Implikasi sorotan dan mengemukakan cadangan dalam makalah ini adalah untuk pembangunan pendidikan teknik. mengenalpasti pembangunan modal Antara cadangan yang telah insan di negara-negara Nusantara dari dikemukakan itu ialah: (1) Bilangan perspektif daya saing dan persediaan sekolah tukang hendaklah ditambah menghadapi kesan globalisasi. dan kurikulumnya diperluaskan ke tahap kandungan sekolah tukang Pendidikan Kejuruan Sebelum yang sebenar supaya sekolah tukang Merdeka di Malaysia boleh menjadi sekolah teknikal Pendidikan kejuruan di Malaysia junior; (2) Mengambil perhatian sebelum merdeka (1957) dimulakan terhadap kurikulum sekolah dengan dengan membuka Sekolah Teknik, memasukkan mata pelajaran praktikal Sekolah Tukang (Trade School), seperti bengkel pertukangan untuk Kolej Teknik, dan beberapa institusi lelaki dan sains rumahtangga untuk pendidikan kejuruan lainnya. Sekolah perempuan; (3) Memindahkan pelajar Teknik Treacher adalah sekolah teknik yang tidak berminat dengan subjek pertama yang telah dibuka di Kuala akademik setelah tamat darjah lima ke Lumpur pada tahun 1906 oleh Jabatan sekolah tukang; (4) Latihan pertanian Kerja Awam, negeri-negeri Melayu yang lebih intensif di kalangan Bersekutu. Tujuan sekolah ini adalah guru sekolah yang terpilih; dan (5) untuk melatih pembantu teknik di Menubuhkan sekolah perdagangan Jabatan Kerja Awam dan Keretapi. berpusat di setiap pusat yang besar

62 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 untuk pelajar lelaki dan perempuan Elektrik, Kejuruteran Mekanikal, dan yang lulus Peperiksaan Sijil Sekolah Teknologi Radio. Biasiswa disediakan (FOM, 1948). kepada pelajar cemerlang daripada Sekolah tukang mula berkembang Kolej Teknik yang ingin melanjutkan dan sukatan pelajaran baru dapat pelajaran di peringkat ijazah di United dihasilkan pada tahun 1948. Masalah Kingdom seperti biasiswa Overseas yang dihadapi ialah sekolah tidak Higher Education dan biasiswa Colonial mempunyai bahan dan peralatan yang Development and Walfare (FOM, 1948 lengkap. Peralatan sekolah ditempah dan 1950). daripada United Kingdom dan Jepun, Sekolah Pertanian telah dicadangkan tetapi malangnya peralatan daripada oleh jawatankuasa Pendidikan Teknik Jepun tidak sesuai digunakan di dan Perindustrian pada tahun 1918, sekolah. tetapi hanya dibuka pada tahun Sekolah tukang menawarkan kursus 1931 bertempat di Serdang di bawah selama tiga tahun dalam bidang pengawasan Jabatan Pertanian. Sekolah tertentu mengikut kelayakan minima ini menyediakan dua jenis kursus di seperti Amalan Bengkel Mesin (lulus peringkat diploma dan kursus minor darjah lima), Elektrik (lulus darjah dengan tujuan untuk memberi latihan tujuh), Kejuruteraan Motor (lulus darjah amali dan teori pertanian. lima), Perabot (lulus darjah empat), Kursus di peringkat diploma Penyusunan Bata (lulus darjah empat), dijalankan selama 3 tahun dengan dan Membuat Kabinet (lulus darjah menggunakan bahasa Inggeris sebagai tiga). Pelajar tahun akhir dibenarkan bahasa pengantar. Pelajar yang diberi bekerja selama tiga bulan, tetapi mereka latihan dan lulus kursus di peringkat dikehendaki hadir ke sekolah dua hari diploma akan ditawarkan jawatan seminggu atau kelas petang untuk Pembantu Pertanian. Kursus minor membolehkan mereka menduduki pula dijalankan selama 1 tahun dengan peperiksaan akhir. Sebelum tamat menggunakan bahasa Melayu sebagai berkursus, pelajar akan menduduki bahasa pengantar. Peperiksaan City and Guilds of London Pelajar yang diberi latihan dan lulus atau Peperiksaan Government Electrical kursus minor akan ditawarkan jawatan Wireman Examination (FOM, 1950). Pembantu Pertanian Junior. Lain-lain Pada tahun 1935, di bawah institusi pendidikan kejuruan yang penyusunan desentralisasi, Sekolah dijalankan sebelum merdeka ialah: Teknik Treacher telah dijadikan Institut (1) Sekolah Perhutanan, (2) Institut Persekutuan dan diletakkan di Negeri Latihan, (3) Sekolah Perdagangan, (4) Selangor. Pada tahun 1941, sekolah Sekolah Muzik, dan (5) Sekolah Sains ini telah di naikkan taraf dan bertukar Domestik (FMS, 1932). nama kepada Kolej Teknik. Kerjasama Laporan Barnes pada tahun 1951 pembelajaran berlaku antara Kolej mencadangkan pelaksanaan pendidikan Teknik dan Sekolah Tukang di mana teknik dengan lebih sistematik lagi. latihan amali pelajar Kolej Teknik Laporan tersebut menyatakan, seperti dibuat di Sekolah Tukang, manakala berikut: latihan teori pelajar tersebut dibuat di Kolej Teknik. Entry to the Junior Technical Type School Di Kolej Teknik juga dijalankan Kelas should be normally through a two year post primary course and not after failure Petang Teknik Vokasional Kerajaan in the academic course: though as we untuk memenuhi keperluan pelajar said, nothing should prevent the transfer yang tidak dapat memasuki Kolej Teknik to a vocational course (and the sooner the sepenuh masa. Kursus yang ditawarkan better) of any pupil who is seen to have been unsuitably admitted the academic course. In adalah Bangunan, Kejuruteraan addition, Domestic Science Centres, modal

63 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

homes, traveling and fixed housecraft units, tempatan, manakala Sekolah Teknik craft schools, camp school, elementary trade ditadbir oleh Menteri Pelajaran (FOM, and commerce centres should be brought into being, either as extension to existing 1960). schools or as separate units in favourable Jawatankuasa telah mencadangkan areas (FOM, 1951). supaya guru Sekolah Tukang dan Sekolah Teknik mendapat latihan lebih Dalam Laporan Jawatankuasa tinggi yang setara dengan latihan di Pelajaran Tahun 1956, jawatankuasa Universiti berbanding dengan latihan pelajaran telah mencadangkan supaya yang diterima oleh guru sekolah pelajaran teknikal diatur dan dibahagi menengah akademik dan sekolah kepada tiga peringkat, iaitu: menengah lanjutan. Guru yang akan Pertama, Maktab Teknik. Maktab ini mengajar di Sekolah Tukang hendaklah ditubuhkan supaya pelajar yang telah tamat tiga tahun belajar di sekolah tamat semua pelajaran menengah dapat menengah dan tamat tiga tahun lagi di melanjutkan pelajaran mereka dalam Sekolah Teknik. Latihan guru Sekolah bidang teknikal. Tukang pula dijalankan selama setahun Kedua, Sekolah Teknik. Sekolah di Vocational Teachers’ Training Centre Tukang yang ada pada ketika itu serta diikuti setahun lagi belajar dijadikan Sekolah Teknik di mana sambilan pada masa mereka mengajar pelajar yang telah tamat tiga tahun di Sekolah Tukang (FOM, 1955 dan dalam pelajaran menengah boleh 1960). menyambung pelajaran mereka. Tempoh belajar di sekolah teknik ialah Pendidikan Teknik Selepas Merdeka selama tiga tahun dan pelajarannya (1957) ialah bagi mereka yang hendak berkerja Pendidikan Teknik terus berkembang sebagai juruteknik dengan kerajaan dengan pesat selepas Malaysia atau pihak lain. mencapai kemerdekaan pada tahun Ketiga, Sekolah Tukang. Sekolah 1957. Laporan Rahman Talib (1960) yang dicadangkan oleh jawatankuasa menyatakan bahawa pelajaran teknik ini adalah sekolah bagi murid yang hendaklah dikelola dan dikembangkan telah tamat Sekolah Rendah. Tempoh melalui tiga peringkat, iaitu: Maktab belajar di sekolah ini ialah selama Teknik, Sekolah Teknik, dan Sekolah dua tahun. Pelajaran yang diajar di Tukang, sama seperti yang dicadangkan Sekolah Tukang hendaklah sesuai oleh Jawatankuasa Pelajaran 1956. dengan keadaan dan kehendak ekonomi Maktab Teknik di Kuala Lumpur setempat supaya lepasan sekolah ini dikembangkan pelajarannya kepada mudah untuk mendapatkan pekerjaan kursus peringkat diploma untuk (KPM, 1956). melatih pelatih teknik untuk jawatan Bilangan Sekolah Tukang yang kerajaan dalam bidang Kejuruteraan, dicadangkan ialah 14 buah semuanya Seni Bina, dan Ilmu Ukur serta dan dibina di merata tempat dalam kursus peringkat profesional selama Persekutuan Tanah Melayu, 4 buah lima tahun dalam bidang yang sama. dibina pada tahun 1957, 5 buah Kursus pendahuluan selama tiga tahun dibina pada tahun 1958, dan 5 buah disediakan untuk memudahkan pelajar lagi dibina pada tahun 1959. Dari kawasan kampung memasuki Maktab segi pentadbiran Sekolah Tukang Teknik. Mereka kurang berpeluang dan Sekolah Teknik, jawatankuasa jika pemilihan kemasukan ke Maktab mencadangkan supaya semua sekolah Teknik berdasarkan kepada keputusan dikelolakan oleh jemaah pengelola. peperiksaan Sijil Persekolahan Tetapi Sekolah Tukang hendaklah Cambridge Seberang Laut atau Sijil ditadbir oleh pihak berkuasa pelajaran Pelajaran Persekutuan Tanah Melayu

64 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

(KPM, 1956; dan FOM, 1960). aneka jurusan adalah untuk memberi Jika penuntut memperoleh Sijil pelajar-pelajar peluang sama rata Persekolahan Tinggi semasa latihan, mendapatkan pendidikan, di samping mereka boleh melanjutkan pelajaran memberi peluang bagi mereka untuk ke peringkat ijazah di universiti dalam memilih satu bidang pelajaran pra- bidang kejuruteraan. Sekolah Menengah vokasional mengikut kecenderungan, Teknik wujud dalam dua bentuk, iaitu bakat, dan minat masing-masing. Sekolah Menengah Tukang dan Sekolah Tetapi tujuan ini tidak tercapai Menengah Teknik dan tempoh kursus sepenuhnya kerana terdapat yang dilaksanakan adalah selama tiga kekurangan kemudahan untuk tahun. Sekolah Tukang disediakan di mengajar mata pelajaran tersebut. luar bandar. Sekolah ini juga digelar Pendedahan pelajar-pelajar kepada dengan Sekolah Lanjutan Kampung. bidang kejuruan di peringkat menengah Kursus yang disediakan mengambil rendah amatlah terpisah. Oleh masa selama tiga tahun dalam yang demikian, jawatankuasa telah bidang Ilmu Pertukangan, Pertanian, memperakukan supaya kurikulum mata Perkebunan, Ternakan, dan Rumah pelajaran elektif di peringkat ini diubah Tangga. pada strukturnya. Laporan ini juga mencadangkan Di peringkat pendidikan menengah supaya maktab melatih guru teknik atas (Tingkatan IV dan V), pelajar yang ditubuhkan pada tahun 1962. Semua lulus peperiksaan Sijil Rendah Pelajaran guru mata pelajaran teknik mestilah (SRP) atau Lower Certificate of Education mempunyai pelajaran menengah (LCE) di tingkatan tiga akan dinaikkan penuh selama tiga tahun dan ditambah ke tingkatan empat. Pelajar yang naik setahun lagi untuk kursus latihan guru. ke tingkatan empat ini disalurkan Sementara guru yang mengajar mata kepada tiga jenis sekolah, iaitu Sekolah pelajaran pertanian di Sekolah Lanjutan Menengah Biasa, Sekolah Menengah Kampung mestilah tamat pelajaran Teknik, atau Sekolah Menengah menengah penuh dan mengambil Vokasional. Sekolah Menengah Teknik satu kursus di Maktab Pertanian dan menitikberatkan mata pelajaran teknik. diikuti kursus latihan guru di Maktab Tujuannya ialah untuk menyediakan Latihan Guru Teknik selama setahun. pelajar-pelajar bagi pekerjaan dalam Laporan Jawatankuasa Kabinet bidang teknik atau untuk melanjutkan Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran pelajaran mereka ke IPT (Institusi Tahun 1979 ada menjelaskan tentang Pendidikan Tinggi). Kemasukan ke perkembangan pendidikan teknik di sekolah ini adalah berdasarkan pilihan peringkat pendidikan menengah rendah pelajar-pelajar sendiri tetapi tertakluk dan menengah atas. Sejak tahun 1965, kepada syarat pencapaian SRP atau pendidikan di peringkat menengah LCE yang tertentu. Sekolah Menengah rendah telah berubah kepada corak Vokasional pula menitikberatkan aneka jurusan (KPM, 1979). mata pelajaran vokasional. Matlamat Pendidikan aneka jurusan utamanya ialah untuk melengkapkan berasaskan kepada kurikulum yang pelajar-pelajar dengan asas kemahiran terdiri daripada mata pelajaran teras amali yang dapat membantu mereka untuk semua dan mata pelajaran mendapat pekerjaan di bidang elektif yang dipilih dari mata pelajaran perusahaan (MOE Malaysia, 1978). Seni Perusahaan, Sains Rumahtangga, Pada tahun 1978, bilangan Sekolah Sains Pertanian, dan Perdagangan. Menengah Vokasional ini sebanyak Pelajar-pelajar dibenarkan memilih satu 23 buah di Semenanjung, 3 buah di daripada mata pelajaran elektif yang Sarawak, dan 2 buah di Sabah. Sekolah dinyatakan di atas. Tujuan pendidikan Menengah Vokasional di Sabah dan

65 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

Sarawak berbeza dengan Sekolah melahirkan bangsa Malaysia yang taat Menengah Vokasional di Semenanjung setia dan bersatu padu; (2) melahirkan kerana semua kursus yang dijalankan insan yang beriman, berakhlak di sana memakan masa selama tiga mulia, berilmu, berketerampilan, dan tahun, kecuali kursus perdagangan. sejahtera; (3) menyediakan sumber Sekolah ini menjalankan peperiksaan tenaga manusia untuk keperluan dan sendiri dan kelayakan masuk ialah kemajuan negara; dan (4) memberi lulus dalam peperiksaan SRP atau LCE. peluang pendidikan kepada semua Pelajar yang belajar di Sekolah warganegara Malaysia (KPM, 1999a). Menengah Teknik berakhir dengan Dasar Pendidikan Kejuruan pula peperiksaan SPM (Sijil Pelajaran adalah untuk memperkukuh dan Malaysia) atau MCE (Malaysian memperkemaskan sistem Pendidikan Certificate of Education). Manakala Kejuruan ke arah mewujudkan pelajar Sekolah Menengah Vokasional golongan pelajar yang berorientasikan mengambil peperiksaan SPVM (Sijil pelajaran teknikal bagi memenuhi Pelajaran Vokasional Malaysia). Di keperluan guna tenaga negara. Semenanjung, peperiksaan SPVM Strategi pelaksanaan termasuk: (1) dijalankan dalam bahasa Melayu menambah tempat belajar di institusi dan bahasa Inggeris, tetapi mulai pendidikan teknikal; (2) mempelbagai tahun 1980, SPVM dijalankan dalam kursus-kursus teknikal sesuai dengan bahasa Melayu sahaja. Pelajar Sekolah keperluan negara; (3) mengenalpasti Menengah Vokasional diberi pendidikan aspek yang perlu diselaraskan seperti asas untuk kemahiran dan pendidikan kurikulum kelayakan tenaga pengajar, umum dengan nisbah 7:3, sementara peralatan, dan jangka masa latihan; (4) latihan amali hanya dibuat di sekolah mengkaji sistem sedia ada dari masa ke (KPM, 1979 dan 1981). semasa; (5) memperkukuhkan panduan Jawatankuasa telah memperakukan kerjaya dalam bidang teknologi; dan Sekolah Menengah Vokasional supaya: (6) mewujudkan hubungan kerjasama (1) lebih banyak lagi sekolah vokasional dengan pihak industri. didirikan, memandangkan kemudahan Dalam tahun 1990-an, tempat belajar di Sekolah Menengah Pendidikan Kejuruan menempuh Vokasional amat terhad; (2) kurikulum arus pembangunan yang pesat. pendidikan vokasional dikaji semula Dengan termaktubnya Rang Undang- dan diubahsuai agar ia lebih mirip Undang Pendidikan (1995), dengan kepada penyediaan pelajar-pelajar jelas Pendidikan Kejuruan menjadi memasuki pasaran pekerjaan sebagai bertambah mantap. pekerja separa mahir dalam bidang Kandungan Rang Undang-Undang tertentu; dan (3) latihan amali dibuat di tersebut adalah seperti berikut: kilang-kilang (KPM, 1986). (1) Sistem pendidikan kebangsaan dicorakkan untuk menghasilkan Dasar Pendidikan Kebangsaan dan pendidikan bertaraf dunia dari segi Halatuju Pendidikan Kejuruan di kualiti untuk mencapai aspirasi Malaysia negara; (2) Falsafah pendidikan negara Selaras dengan Falsafah Pendidikan dijadikan landasan kepada dasar Negara, misi Kementerian Pendidikan pendidikan kebangsaan; (3) Tempoh Malaysia adalah untuk membangunkan pendidikan rendah adalah antara sistem pendidikan berkualiti bertaraf 5 hingga 7 tahun; (4) Pendidikan dunia bagi memperkembangkan potensi pra-sekolah sebagai sebahagian individu sepenuhnya dan memenuhi daripada sistem pendidikan negara; aspirasi negara Malaysia. Matlamat (5) Pendidikan teknik dan politeknik Pendidikan Negara adalah untuk: (1) dipertingkatkan; (6) Peruntukan

66 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 disediakan bagi mengawal selia 69 buah Sekolah Menengah Vokasional pendidikan swasta; (7) Maktab (SMV) kepada Sekolah MenengahTeknik pendidikan guru boleh mengendalikan (SMT). program pengajian ijazah, diploma Pada tahun 1996, penubuhan atau sijil, atau bentuk-bentuk beberapa buah SMT dan Politeknik lain pengiktirafan kelayakan yang baru serta memperkenalkan program diberikan oleh mana-mana universiti Time Sector Privatisation (TSP). Walau atau Institusi Pendidikan Tinggi lain bagaimanapun, dasar penukaran status di dalam atau luar negara; serta (8) sekolah vokasional kepada sekolah Membolehkan sekolah vokasional teknik telah mendapat kritikan hebat, diubah kepada sekolah teknik dan terutama dari guru-guru vokasional politeknik boleh menjalankan program yang melihat petukaran dasar ini kerjasama dengan institusi-institusi adalah reverse trend disebabkan pendidikan tinggi, perbadanan, atau permintaan kepada pekerja mahir dan organisasi dalam dan luar negara (KPM, separuh mahir (pekerja kolar biru) 1995 dan 1996). adalah lebih tinggi jika dibandingkan Mata pelajaran kejuruan bukan dengan permintaan kepada pekerja hanya ditawarkan di sekolah-sekolah kolar putih (Abdul Raof, 1996). Oleh kejuruan tetapi telah mula ditawarkan kerana tekanan ini, kabinet telah di sekolah-sekolah menengah meluluskan untuk menawarkan semula akademik. Terdapat 451 kombinasi aliran kemahiran di SMT bagi membuka mata pelajaran yang boleh dipilih lebih banyak peluang pelajar yang oleh pelajar merangkumi 4 kumpulan berpencapaian rendah dan sederhana teras, iaitu: Kemanusiaan, Teknologi mendapat pendidikan serta latihan dan Vokasional, Sains, dan Pengajian teknikal dan vokasional. Islam. Walau bagaimanapun, kombinasi Beberapa dasar dan inisiatif baru tersebut lebih berat kepada kumpulan telah diperkenalkan, terutama pada Kemanusiaan dan Vokasional. Selain pertengahan dekad 1990-an seperti itu, mata pelajaran teknikal seperti pembelajaran secara kontekstual, Lukisan Kejuruteraan dan Teknologi Tech-prep, pengintegrasian antara Kejuruteraan ditawarkan di 15 buah akademik dan vokasional, Time Sector Sekolah Berasrama Penuh, 24 buah Privatisation, meningkatkan hubungan sekolah kawalan/utama, dan beberapa antara sekolah dan industri, program sekolah menengah akademik terpilih Sekolah-ke-Kerjaya, penubuhan kolej (KPM, 1997 dan 1998). komuniti, dan universiti teknikal Jabatan Pendidikan Teknikal pula (Mustapha & Abdullah, 2000). Beberapa melalui tema “Lonjakan Berganda” buah Sekolah Menengah Teknik dan telah menggubal Pelan Tindakan Politeknik telah diubahsuai bagi pelajar- Peningkatan Pengeluaran Tenaga pelajar berkeperluan khas (special needs Manusia Teknikal bertujuan untuk learners) untuk diberi latihan teknikal meningkatkan keluaran juruteknik dan dan vokasional berdasarkan kepada jurutera menjelang tahun 2020 dengan keupayaan pelajar dengan memasukkan menggunakan satu strategi terancang aspek urus diri, kemahiran hidup, yang radikal bagi menjuruskan latihan vokasional, komunikasi, dan IT pelajar ke bidang teknikal semasa di atau Information Technology (Mustapha, sekolah menengah lagi. Pelan ini juga 2002). Dalam Rancangan Malaysia ke-8, melibatkan pengembangan Sekolah beberapa buah sekolah teknik khas Menengah Teknik dan Politeknik. dibina bagi tujuan yang sama. Sehubungan itu, pengembangan Pada 9 Januari 2012, Pelan sekolah menengah teknik dan politeknik Transformasi Pendidikan Vokasional dilaksanakan melalui penstrukturan telah dilancarkan oleh Muhyiddin

67 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

Yassin, Timbalan Perdana Menteri Pendidikan Kejuruan Sebelum dan merangkap Menteri Pelajaran Malaysia. Selepas Kemerdekaan di Indonesia Pelan Transformasi Pendidikan Sebelum merdeka, pendidikan tidak Vokasional ini merangkumi lima formal di Indonesia diselenggarakan strategi utama, lima inisiatif, serta 11 oleh kelompok keagamaan: Hindu, tindakan bagi meningkatkan kompetesi Buddha, dan Islam. Penjajahan Portugis lulusan vokasional serta melonjakkan berlaku pada abad ke-16 diikuti oleh pendidikan vokasional agar setaraf Belanda atau VOC (Vereneegde Oost- dengan negara maju. Indische Compagnie). Sekolah pertama Serentak dengan itu, sebanyak didirikan oleh Portugis di Maluku pada 15 sekolah menengah vokasional di tahun 1536. Belanda pula mendirikan setiap negeri dinaik-taraf menjadi Kolej sekolah pertama 70 tahun kemudian Vokasional berkuatkuasa tahun 2012. di Ambon (1607). Ketika VOC dibubar Melalui pelan transformasi tersebut, pada akhir abad ke-18, pemerintah pendidikan vokasional di negara Hindia Belanda meneruskan pendirian Malaysia tidak lagi dianggap sebagai sekolah-sekolah (Djojonegoro, 1995). kelas kedua, sebaliknya ia menuju ke Sejarah pendidikan kejuruan arah konsep pendidikan untuk semua (sekolah vokasional) di Indonesia dengan berasaskan program bercorak bermula dengan tertubuhnya Ambacht berbasis kompetensi dengan jalinan School van Soerabaja pada 1853. Ini industri yang mantap, sebagaimana bermakna sekolah vokasional dibuka yang dilaksanakan di negara-negara 317 tahun setelah sekolah pertama maju. didirikan oleh Portugis dan 246 tahun Untuk memperkasa Pendidikan setelah sekolah pertama didirikan Teknikal dan Vokasional, Kementerian oleh Belanda. Menjelang berakhirnya Pelajaran akan mengambil lebih 10,000 kekuasaan Belanda pada tahun orang guru secara berperingkat- 1940-an, terdapat sekitar 88 sekolah peringkat menjelang akhir 2015. kejuruan di Indonesia dengan 13,230 Guru vokasional dan kemahiran pelajar, umumnya dalam bidang baru yang diikitiraf akan diambil dari pertukangan, teknik, dan pertanian pasaran terbuka, seperti pusat latihan (Supriadi, 2002). kemahiran tinggi dan universiti teknikal Sejak kemerdekaan (1945) hingga awam untuk memastikan pelajar sekarang, pendidikan vokasional mendapat pendidikan vokasional dan (kejuruan) berkembang pesat di kemahiran yang berkualiti. Indonesia. Ketika ini terdapat sekitar Usaha kerajaan ini dijangka akan 4,200 Sekolah Menengah Kejuruan dapat meningkatkan peratusan (SMK) dengan pelajar seramai 2.1 juta pelajar aliran teknikal dan vokasional atau 35% dari jumlah populasi pelajar daripada 10 peratus kepada 20 menengah (Supriadi, 2002). Struktur peratus menjelang tahun 2015. pendidikan di Indonesia adalah sebagai Aspirasi transformasi ini adalah untuk berikut: Sekolah Dasar (Rendah) membuka laluan ke arah melahirkan selama 6 tahun, diikuti dengan 3 tahun modal insan yang relevan dengan pendidikan lanjutan tingkat pertama, keperluan semasa serta mampu dan 3 tahun pendidikan lanjutan menghadapi saingan global. Jika tingkat atas. Selepas itu, pelajar berjaya, ini akan menguatkan konsep boleh memilih sama ada bekerja atau 1Malaysia yang ingin mewujud negara- sambung pengajian ke PT (Perguruan bangsa dengan identiti Malaysia Maju Tinggi) atau IPT (Institusi Pengajian yang berdaya saing untuk mencapai Tinggi). Sejak tahun 1990-an, kerajaan aspirasi Wawasan 2020 (MOE Malaysia, Indonesia melancar Program WAJAR 1993; dan KPM, 1999). DIKDAS (Wajib Belajar Pendidikan

68 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Jadual 1: Jumlah Pekerja Indonesia mengikut Tahap Pendidikan (%)

No Tahap Pendidikan 1980 1985 1987 1994 1. Tidak bersekolah 29.48 21.32 16.94 3.13 2. Sekolah Dasar 37.51 33.92 24.15 25.75 3. Tidak Tamat SD (Sekolah Dasar) 21.26 27.41 34.43 33.87 4. Tamat SMP (Sekolah Menengah Pertama) 4.02 5.79 7.62 10.79 5. Tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) 2.47 4.04 5.79 7.08 6. Tamat SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) 3.28 4.77 6.4 6.35 7. Tamat Diploma 0.43 0.78 1.19 1.51 8. Tamat Universitas 0.38 1.54 0.77 1.54 Sumber: Sensus Penduduk (1980) dan Sensus Penduduk (1995) dalam Dedi Supriadi (2002).

Dasar) 9 tahun, yang dicanangkan sejak banyak SMK swasta. Pendidikan di bulan Mei 1994, bagi meningkatkan SMK berlangsung selama 3 tahun kualiti modal insan Indonesia penuh; disamping itu, terdapat SMK (Wiriaatmadja, 2002). Pembangunan yang berlangsung selama Pada peringkat pendidikan 4 tahun. Pelajar SMK pada umumnya menengah atas, terdapat dua aliran: berada pada kelompok usia 16-19 aliran akademik dan aliran vokasional tahun. Meskipun demikian, beberapa (kejuruan). Pendidikan akademik SMK juga menyelenggarakan kursus- (umum) dilaksanakan melalui Sekolah kursus non-formal bagi kelompok di Menengah Atas (SMA), sebelumnya luar usia tersebut. dikenali sebagai Sekolah Menengah Sistem yang dihuraikan di atas Umum (SMU) pada tahun 1990- berada dalam lingkup tanggungjawab an. Pendidikan vokasional yang Kemdikbud RI (Kementerian Pendidikan dilaksanakan melalui Sekolah dan Kebudayaan Republik Indonesia). Menengah Kejuruan (SMK). Setiap Dalam Kemdikbud RI tersebut, pada SMK mempunyai program pendidikan tahun 1990-an namanya Depdikbud yang khusus. Dua kelompok SMK (Departemen Pendidikan dan yang terbesar adalah SMEA (Sekolah Kebudayaan), terdapat empat Direktorat Menengah Ekonomi Atas) dengan Jenderal. Salah satunya adalah bidang pengkhususan perdagangan/ Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar ekonomi dan STM (Sekolah dan Menengah (Ditjen Dikdasmen). Teknik Menengah) dengan bidang Di bawah Ditjen Dikdasmen terdapat pengkhususan keteknikan seperti Direktorat Pendidikan Menengah automotif, binaan bangunan, mesin, Kejuruan (Dit Dikmenjur) yang elektrik, dan lain-lain. bertanggungjawab terhadap pengelolaan Jumlah pelajar SMEA adalah 50% sekitar 700 SMK Negeri dan 3,000 SMK dan STM 38% dari jumlah pelajar SMK Swasta (statistik tahun 1995 dalam di Indonesia. Selebihnya, 12% adalah Supriadi, 2002). pelajar SMK dalam bidang-bidang lain Satu direktorat lainnya, iaitu seperti perhotelan, tekstil, dan seni Direktorat Sekolah Swasta, mempunyai lain-lain (Supriadi, 2002). Pada tahun tugas menyelenggarakan pendidikan 1995, jumlah pelajar SMK mencapai sekolah swasta, termasuk di dalamnya sekitar 1.57 juta, dengan lebih 69% sekitar 3,000 SMK Swasta. Beberapa pelajar di SMK Swasta (Supriadi, 2002). jabatan pemerintah lainnya juga Berbeza dengan pendidikan menengah melaksanakan program-progaram kejuruan di Malaysia yang mana latihan. Departmen Tenaga Kerja hampir keseluruhannya milik kerajaan (Depnaker) mempunyai lebih 150 pusat sepenuhnya. Di Indonesia, terdapat latihan yang disebut Balai Latihan

69 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

Kerja (BLK). BLK disediakan untuk para sektor informal masih penting dalam pencari kerja baru, termasuk pelajar menyediakan peluang pekerjaan lepasan sekolah yang belum bekerja. bagi lepasan sekolah menengah Jadual 1 di bawah menunjukan jumlah yang semakin meningkat jumlahnya. pekerja Indonesia mengikut tahap Sekalipun keperluan tenaga kerja di pendidikan. sektor pertanian semakin menurun, daya serap tenaga kerja pada sektor ini Pendidikan Sistem Ganda (PSG) masih merupakan yang terbesar. Sistem ini merupakan inovasi dalam Oleh itu, keperluan untuk program SMK (Sekolah Menengah meningkatkan kualiti dan kuantiti Kejuruan), di mana pelajar menjalani produk-produk pertanian untuk latihan industri di perusahaan pasaran dalam negeri dan eksport atau industri yang merupakan semakin kritikal. Meningkatnya sebahagian dari proses pengajaran dan persaingan, samada global mahupun pembelajaran di SMK (Supriadi, 2002). regional yang akan dihadapi oleh PSG atau Pendidikan Sistem Ganda ini Indonesia, memerlukan tahap adalah berdasarkan kepada model dual keterampilan kejuruan yang tinggi system yang dipraktekkan di Jerman. kualitinya. Industri-industri yang ingin Dalam sistem PSG di Indonesia, pelajar mendapatkan sijil ISO (International SMK menjalankan latihan praktikal di Standart Organization) sebagai industri selama beberapa bulan. Tujuan sebahagian dari kehendak pasaran PSG adalah untuk menjadikan sistem dunia, memerlukan latihan-latihan yang pendidikan kejuruan lebih relevan mengintegrasikan sistem pembaikan dengan dunia pekerjaan dan sekali gus berterusan atau continuous quality mengaitkan SMK dengan industri di improvement. wilayah sekitarnya. Indonesia akan memasuki era Pendidikan Kejuruan untuk Masa perdagangan bebas AFTA (ASEAN Depan Indonesia Free Trade Area), APEC (Asia-Pacific Berdasarkan konsep Link & Match Economic Cooperation), dan WTO (World yang diperkenalkan oleh Depdikbud Trade Organization). Oleh kerana itu, RI (Departemen Pendidikan dan sistem pendidikan dan pihak industri Kebudayaan Republik Indonesia) pada dituntut untuk melakukan perubahan; tahun 1990-an, pihak sekolah dan kalau tidak, maka mereka akan industri perlu berganding bahu untuk ketinggalan. Untuk terus bersaing, menjalin kerjasama supaya graduan Indonesia memerlukan latihan dan yang dihasilkan mempunyai kompetensi latihan semula (re-training), khususnya yang diperlukan oleh pihak industri. dalam peningkatan keterampilan para Pembiayaan operasional terbesar yang pekerja yang merupakan bahagian dilakukan oleh kerajaan Indonesia integral penstrukturan semula industri. dalam pendidikan kejuruan adalah Walaupun telah ada peningkatan pada sistem SMK (Sekolah Menengah pendidikan secara nyata pada akhir Kejuruan). abad ke-20, keadaan pada tahun 1994 Selanjutnya, Pusat-pusat menunjukan bahawa 62.75% dari Pengembangan Penataan Guru (PPPG) jumlah pekerja Indonesia mempunyai mempunyai peranan penting dalam tahap pendidikan yang tidak lebih mendukung sistem SMK. Sistem SMK dari Sekolah Dasar (Rendah) 6 tahun, memiliki sekitar 500,000 siswa SMK bahkan sekitar 25% tidak tamat Negeri (Kebangsaan) dan sekitar 1.3 juta Sekolah Dasar (Supriadi, 2002). siswa SMK Swasta. Keadaan sekolah- Meskipun pertumbuhan relatif sekolah swasta pula bervariasi, dari sektor formal melebihi sektor informal, yang memiliki peralatan yang cukup

70 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kepada sekolah yang menggunakan masing. peralatan pinjaman atau yang tidak PT AHM mengatakan bahawa dengan memiliki peralatan amali sama sekali. bantuan motorsikal ini perusahaan Justeru, terdapat SMK yang tidak berharap dapat berkontribusi dalam mampu memberikan keterampilan yang meningkatkan kualiti pendidikan, sesuai dengan standard minimum yang terutama yang terkait dengan dituntut oleh industri. teknologi di bidang otomotif roda dua. Kerjasama yang dijalin dengan Keterampilan para siswa diharapkan industri bukan hanya dalam kerangka akan meningkat sesuai dengan pelaksanaan PSG (Pendidikan Sistem perkembangan teknologi terkini di Ganda) tetapi untuk mendorong industri otomotif. Bantuan motorsikal SMK supaya dapat mengembangkan sebagai sarana praktik ini mendapat kemampuan masing-masing dalam sambutan yang baik dari SMK kerana ia memberikan pengalaman kerja kepada mampu meningkatkan kemahiran para pelajar-pelajar melalui program siswanya, terutama untuk membaiki latihan industri. Tujuan utama dari motorsikal jenis Honda (Media strategi tersebut adalah supaya Indonesia, 23/12/2011). SMK mempunyai inovasi dalam Kementerian Pendidikan dan melaksanakan latihan dan mampu Kebudayaan RI (Republik Indonesia), memasuki kegiatan-kegiatan komersial. melalui Direktorat Pendidikan Tidak ada peraturan yang melarang Menengah Kejuruan, saat ini giat kegiatan ini, bahkan telah ada beberapa mempromosikan SMK sebagai alternatif contoh bagaimana SMK yang boleh pendidikan menengah yang mampu mengimplementasikan kegiatan- menghasilkan lulusan teknikal. kegiatan komersial dengan baik. Selain disumbangkan untuk SMK, PT Untuk itu, diperlukan pengembangan AHM juga menyumbangkan sebagian staf SMK agar mereka mengenalpasti motorsikal untuk penelitian dan peluang yang ada, sehingga dapat pengembangan pengetahuan otomotif mengembangkan pemikiran-pemikiran di beberapa Institutsi Perguruan yang baik untuk mendukungnya. PPPG- Tinggi, seperti: UGM (Universiti PPPG kejuruan juga boleh memainkan Gadjah Mada) di Yogyakarta, UNDIP peranan penting dalam menyelenggara, (Universiti Diponegoro) di Semarang, melatih, serta menyediakan ITS (Institut Teknologi Sepuluh modul-modul keusahawanan November) di Surabaya, dan ITB (Djojonegoro,1995). (Institut Teknologi Bandung). Motorsikal Pada 23 Disember 2011, akhbar yang disumbangkan mewakili jenis Media Indonesia di Jakarta melaporkan motorsikal Honda yang dijual di bahawa PT (Perusahaan Terbatas) Astra Indonesia saat ini, iaitu jenis motor Honda Motor (AHM) telah memberi sport, cub, dan skutik (Media Indonesia, bantuan sebanyak 89 unit motorsikal 23/12/2011). (sepeda motor), termasuk di antaranya Dengan adanya program ini, PT bantuan 59 unit motorsikal Honda ke AHM dan kalangan pendidikan telah beberapa Sekolah Menengah Kejuruan menjalankan skema link and match (SMK) bidang otomotif di Sumatra, yang dulu, pada tahun 1990-an, Jawa, dan Kalimantan. Penyerahan pernah dicanangkan oleh kerajaan bantuan 59 unit motorsikal tersebut Indonesia, dalam hal ini Kementerian dilakukan di Plant I AHM – Sunter, Pedidikan dan Kebudayaan, yang mana Jakarta Utara, pada 17 November antara dunia industri dan pendidikan 2011. Ini secara langsung kepada para membentuk keterkaitan yang sama- Pengetua Sekolah (Kepala Sekolah) atau sama menguntungkan. wakilnya untuk dibawa ke SMK masing- Dari segi kualiti program SMK, dua

71 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara strategi telah diusulkan. Pertama, yang dimilikinya dalam pengembangan pengembangan kesepakatan kerja kurikulum dan pedagogi, PPPG juga (performance agreement) di SMK. boleh membantu SMK dalam melatih Kesepakatan kerja disusun oleh SMK pihak pentadbiran dan sekali gus sebagai dasar dalam menetapkan menjadi penggerak dalam perbaikan sasaran program untuk tahun kualiti SMK. PPPG harus terus berikutnya. Kesepakatan tersebut mengembangkan peranannya dalam selanjutnya dimusyawarahkan dengan pengurusan, kepimpinan, menyediakan Majlis Sekolah dan pihak-pihak lain prasarana, dan kurikulum SMK. yang berkenaan. Dalam kesepakatan Pada setiap kali pembicaraan tentang ini, SMK menetapkan sasaran untuk masalah guru SMK selalu terungkap PSG (Pendidikan Sistem Ganda), tentang kesukaran mendapatkan program latihan yang baru, peningkatan guru yang baik. Guru SMK umumnya kualiti yang akan dicapai, hubungan tidak memiliki pengalaman industri dengan pihak industri, dan seterusnya. yang cukup, pada hal pengalaman itu Pada tahap awal, PPPG diharapkan diperlukan untuk menaikkan kredibiliti dapat mengembangkan model program pendidikan kejuruan. Dari program dan memasyarakatkannya sudut lain, gaji dan kesejahteraan guru dengan maksud agar pengelola SMK, disebutkan sebagai masalah utama. masyarakat yang berkaitan, dan pihak Gaji yang kecil, prasarana yang tidak yang bertanggung jawab terhadap mencukupi, dan persekitaran pekerjaan pendidikan menengah kejuruan di yang tidak kodusif disebut sebagai daerah mampu menyusun sendiri beberapa faktor yang boleh menjejaskan agenda pengembangan program yang prestasi guru dan akhirnya kualiti SMK diperlukan. Kedua, dengan bantuan itu sendiri. PPPG, SMK harus dapat merancang Salah satu cadangan yang boleh peningkatan dan pengendalian kualiti dilaksanakan oleh pemerintah ialah sekolah dan pelajar. Secara berstruktur, dengan meletakkan syarat bahawa proses ini boleh menggunakan Total kontrak projek-projek pemerintah Performance Management (TPM) dan hanya diberikan kepada industri yang benchmarking (Supriadi, 2002). bersedia membantu program SMK. Cara Dalam kertas ini digunakan istilah lain ialah memberikan penghargaan best practices yang mencakupi seluruh kepada pihak industri yang terlibat usaha peningkatan mutu SMK. dalam PSG. Cukai (levy) nasional Pilihan indikator yang tepat untuk bagi perusahaan yang menggajikan peningkatan dan pengendalian kualiti orang asing juga boleh dikenakan. perlu mendapat kesepakatan bersama. Contohnya, untuk setiap tenaga asing Pendekatan ini, secara umumnya, ada yang diambil bekerja, pihak majikan beberapa kelebihan. Di antaranya: wajib menyumbang US100 setiap bulan (1) memberikan tanggungjawab kepada pemerintah sebagai sumbangan peningkatan kualiti terus kepada dana latihan. Contoh lain adalah sistem SMK dan stafnya; serta (2) para levy and grant yang dilaksanakan di pengelola SMK menggunakan cara- Jawa Timur. Ada perbezaan pendapat cara yang diterapkan oleh industri di tentang keberkesanan dan kecekapan sekelilingnya. Dengan demikian, sekolah dalam memanafaatkan dana yang dan industri akan menggunakan terkumpul bila dilihat dari hasil bahasa dan pendekatan yang sama keluarannya (Supriadi, 2002). (Djojonegoro, 1995). Salah satu cara untuk meningkatkan PPPG tidak hanya sekadar kebolehpasaran graduan SMK menggubal program bagi latihan guru. adalah dengan menetapkan standard Dengan pengalaman dan kepakaran kompetensi (competency standards)

72 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 sebagai asas untuk merancang Pihak swasta dan majikan bukan sahaja kurikulum dan latihan. Dengan di receiving end, tetapi sama-sama cara yang sama, penyelenggaraan terlibat dalam memberi latihan yang keterampilan kompetensi peringkat diperlukan. nasional dan antarabangsa sangat Aspirasi transformasi pendidikan penting dalam meningkatkan martabat kejuruan, samada di Malaysia mahupun latihan kejuruan, sekali gus untuk di Indonesia, adalah untuk membuka mendorong generasi muda agar laluan ke arah melahirkan modal selalu berorientasi pada wawasan insan yang relevan dengan keperluan kualiti. Penyertaan Indonesia dalam semasa serta mampu menghadapi sistem piawaian antarabangsa dapat saingan global. Jika berjaya, ini akan memperkenalkan generasi muda mewujud negara-bangsa dengan identiti Indonesia kepada cara dan etika kerja Nusantara yang berdaya saing untuk bangsa-bangsa lain, dan diharapkan maju ke masa hadapan (Razaq Ahmad akan dapat meningkatkan kesedaran & Suwirta, 2007). mereka tentang kepentingan kualiti.

Kesimpulan Bibliografi Di Malaysia, pendidikan kejuruan sebelum merdeka (1957) menonjolkan Abdul Raof, Abdul Rahman. (1996). “Genocide: imej pertanian dan kemahiran teknikal Terkuburnya Sekolah Vokasional”. Manuskrip yang bersifat manual untuk melatih Tidak Diterbitkan. Berita dalam akhbar Media Indonesia. Jakarta: pelajar Melayu bagi mengisi jawatan 23 Disember 2011. di jabatan-jabatan di bawah negeri- Djojonegoro, Wardiman. (1995). Lima Puluh negeri Melayu Bersekutu. Selepas Tahun Pendidikan Indonesia, 1945-1995. kemerdekaan, pendidikan kejuruan Jakarta: Departemen Pendidikan dan di Malaysia terus berkembang Kebudayaan RI [Republik Indonesia]. FMS [Federated Malay State]. (1932). Annual dan beberapa pembaharuan telah Report of the Education.Kuala Lumpur: dilaksanakan untuk meningkatkan imej Federated Malay State. pendidikan kejuruan. Di Indonesia, FOM [Federation of Malaya]. (1948). Annual perkembangan yang hampir sama Report on Education. Kuala Lumpur: Federation of Malaya. berlaku, namun perbezaan yang ketara FOM [Federation of Malaya]. (1950). Annual adalah dari segi pembiayaan pendidikan Report on Education. Kuala Lumpur: kejuruan (vokasional) di peringkat Federation of Malaya. menengah di mana terdapat banyak FOM [Federation of Malaya]. (1951). Barnes sekolah kejuruan swasta di Indonesia Report. Kuala Lumpur: Federation of Malaya. FOM [Federation of Malaya]. (1955). Annual jika dibandingkan dengan di Malaysia. Report on Education. Kuala Lumpur: Terdapat konsep-konsep baru dalam Federation of Malaya. pendidikan kejuruan, seperti Time FOM [Federation of Malaya]. (1960). Rahman Sector Privatisation dan Kolej Vokasional Talib Report. Kuala Lumpur: Federation of Malaya. di Malaysia, serta Link and Match KPM [Kementerian Pelajaran Malaysia]. (1956). serta PSG (Pendidikan Sistem Ganda) Penyata Jawatankuasa Pelajaran 1956. Kuala di Indonesia. Namun konsep-konsep Lumpur: Kementerian Pelajaran Malaysia. tersebut belum dapat diterjemahkan KPM [Kementerian Pelajaran Malaysia]. (1979). dalam bentuk yang optima kerana Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengkaji Pelaksanaan Dasar Pelajaran 1979. Kuala beberapa kekangan. Kerjasama antara Lumpur: Kementerian Pelajaran Malaysia. sekolah dan pihak swasta perlu KPM [Kementerian Pelajaran Malaysia]. (1981). diaktakan. Pihak industri swasta juga Laporan Jawatankuasa Kabinet Mengenai mesti mengambil social responsibility Pelaksanaan Dasar Pelajaran 1981. Kuala Lumpur: Kementerian Pelajaran Malaysia. dalam memberi latihan industri seperti KPM [Kementerian Pelajaran Malaysia]. (1986). yang diamalkan di negara Jerman. Pendidikan di Malaysia. Kuala Lumpur:

73 RAMLEE MUSTAPHA, Sejarah Pendidikan Kejuruan di Nusantara

Bahagian Perancangan & Penyelidikan Mustapha, Ramlee. (2002). “Technical and Pelajaran, Kementerian Pelajaran Malaysia. Vocational Education for All: The Case of KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. (1995). Special Needs Students in Technical Higher Laporan Tahunan 1995. Kuala Lumpur: Education in Malaysia” dalam Proceedings of Kementerian Pelajaran Malaysia. the International Conference on Education for KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. (1996). All. Bangi: Fakulti Pendidikan UKM [Universiti Laporan Tahunan 1996. Kuala Lumpur: Kebangsaan Malaysia]. Kementerian Pelajaran Malaysia. Mustapha, Ramlee & Abu Abdullah. (2002). KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. (1997). “School-to-Work and Vocational Training Laporan Tahunan 1997. Kuala Lumpur: in Malaysia” dalam International Journal of Kementerian Pelajaran Malaysia. Vocational Education and Training, 8, ms.69- KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. (1998). 88. Laporan Tahunan 1998. Kuala Lumpur: Razaq Ahmad, Abdul & Andi Suwirta. (2007). Kementerian Pelajaran Malaysia. Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. Malaysia dan Indonesia. Bandung dan Bangi: (1999a). Dasar Pendidikan Kebangsaan. Kuala Historia Utama Press dan Penerbit UKM Lumpur: Kementerian Pelajaran Malaysia. [Universiti Kebangsaan Malaysia]. KPM [Kementerian Pendidikan Malaysia]. Supriadi, Dedi. (2002). Sejarah Pendidikan (1999b). Laporan Tahunan 1999. Kuala Teknik dan Kejuruan di Indonesia. Jakarta: Lumpur: Kementerian Pelajaran Malaysia. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah MOE [Ministery of Education] Malaysia. (1978). Kejuruan. Major Trend in Educational Development, Wiriaatmadja, Rochiati. (2002). Pendidikan 1976-1978. Kuala Lumpur: Planning & Sejarah di Indonesia: Perspektif Lokal, Research Division. Nasional, dan Global. Bandung: Historia MOE [Ministery of Education] Malaysia. (1993). Utama Press. Education in Malaysia. Kuala Lumpur: Educational Planning & Research Division.

74 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia: Dari Berani Berpengetahuan hingga Takut Berpengetahuan

Daya Negri Wijaya

Ikhtisar: Pemuda adalah pondasi negara yang memberikan banyak solusi untuk menanggulangi berbagai masalah yang ada di negeri ini, tetapi secara tidak langsung masalah tersebut juga muncul dari mereka sendiri. Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang membuat pemuda menjadi pembuat masalah atau menjadi penyelesai masalah tersebut. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan tingkat pengetahuan yang dimiliki sehingga juga menciptakan mentalitas yang berbeda-beda. Mentalitas terdiri dari gagasan-gagasan dan karakter yang mengontrol perilaku manusia. Artikel ini akan berfokus pada perkembangan mentalitas pemuda yang selalu ingin tahu atau belajar di masa pergerakan nasional Indonesia (1908-1945) dan mentalitas pemuda yang takut berpengetahuan di era Reformasi (1998 – sekarang). Secara singkat, pemuda memiliki kesadaran untuk bangkit hanya karena adanya bahaya dalam kolonialisme secara fisik, tetapi mereka tidak menyadari lebih berbahayanya penjajahan pengetahuan daripada penjajahan secara fisik. Kata kunci: Generasi muda, mentalitas, pendidikan, kekuasaan, gerakan nasional, era reformasi, dan Indonesia.

Abstract: Young men/women as a root of nation have given many solutions to solve problems in this country, but indirectly the problems that appear are occurring because of their selves. Education is the main factor in creating the young man/women to be a problem maker for the nation or a solve maker for the nation. The distinction exists because the differences level of knowledge between one and another so that to make someone has different mentality. Mentality consists of ideas and character that controled their actions. This paper will focus on young men/women mentality that really want to learn everything in the Indonesian national movement era (1908-1945) and the young men/women mentality that is fear to learn many knowledges in the Reform era (1998 – recently). In brief, young men/women have awareness to awake because of the dangerous sign in term of physically colonialism, but they do not realize the more dangerous of colonialiasm in term of knowledge than it. Key word: Young men/women, mentality, education, power, national movement, reform era, and Indonesia.

Pendahuluan dunia melalui proses rasional yang Manusia dalam pandangan kaum mengedepankan kebebasan dalam idealis tidak lebih dari sekedar rasio, berpikir. yakni akal pikiran yang bersarang Manusia dapat menguasai dunia dalam nalar dan jiwa manusia. jika nalar dan jiwanya tidak terikat Segala aktivitas manusia dipengaruhi oleh manusia, ataupun alam, sehingga oleh rasio yang menjadi penguasa dengan kebebasan berpikir itu manusia

Daya Negri Wijaya adalah Mahasiswa pada Program M.A. (Master of Arts) dalam bidang Sejarah di UOS (University of Sunderland) di Inggris. Untuk kepentingan akademis, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: dayawijaya15@ yahoo.com

75 DAYA NEGRI WIJAYA, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia dapat menjadi penguasa dunia. G.W.F. biasanya menjadi kaum oposisi Hegel (2007), seorang filsuf kenamaan terhadap ketidakadilan dan penderitaan asal Jerman, menambahkan bahwa yang ditimbulkan penguasa – kini sejarah merupakan perkembangan ide/ menjadi golongan yang memiliki akal di dalam waktu yang memakai pemikiran yang mengerikan, dalam arti prinsip dialektika. mengedepankan kepentingan pribadi G.W.F. Hegel memulai perjalanan tanpa melihat penderitaan rakyat. roh dari dunia Timur yang dianggapnya Bahkan, E. Prasetyo (2008) lebih buas sebagai cerminan roh objektif bahwa mengungkapkan bahwa pemuda di manusia Timur belum memiliki era global ini lebih mengedepankan kebebasan berpikir karena pikiran urusan cara untuk menaikkan gajinya, manusia masih terikat oleh alam. mendapatkan fasilitas yang mewah, Kemudian, G.W.F. Hegel melihat dunia dan secara bertahap menjual aset Yunani-Romawi kuno sebagai cerminan negara. Bangsa ini merindukan pemuda roh subjektif karena manusia pada yang hidup pada era 1960-an dan masa itu masih terikat oleh manusia era 1990-an yang berani menentang lainnya dalam episode perbudakan yang ketidakadilan dan berpihak pada begitu marak terjadi dalam kehidupan kebenaran serta kesejahteraan rakyat. masyarakat, dan perjalanan roh M. Hatta (1966) memiliki gagasan berakhir mutlak ketika G.W.F. Hegel bahwa hanya pemuda yang sanggup menjelaskan tentang dunia Jerman mengubah tatanan sosial yang yang dianggapnya sebagai representasi membungkus ketidakadilan, karena dari roh absolut karena dengan pemuda masih murni jiwanya dan semangat Protestan, manusia dapat ingin melihat pelaksanaan kebijakan memiliki kebebasan berpikir tanpa pemerintah secara jujur seperti yang terikat oleh alam ataupun manusia telah dijanjikan pada rakyat; dan lainnya (Hegel, 2007). pemuda dalam status mahasiswa pada Kebebasan dalam berpikir, sebagai universitas dididik untuk berpikir karakter dari zaman modern pada abad secara ilmiah. Berpikir ilmiah, yang ke-18 M (Masehi), telah mewabah ke berarti berpikir dengan bermuara pada seluruh penjuru dunia bukan hanya pencarian kebenaran, maka wajar jika dipengaruhi oleh pikiran G.W.F. mahasiswa yang begitu peka terhadap Hegel tetapi juga pikiran dari Karl keburukan praktek politik dalam Marx. Karl Marx, walaupun berbeda sejarah Indonesia. Pemuda merupakan pandangan dengan G.W.F. Hegel, manusia yang bertanggung jawab di mengungkapkan bahwa manusia masa yang akan datang. Masa yang untuk mencapai kebebasan yang hakiki akan datang adalah masanya pemuda harus menguasai alat-alat produksi sekarang. atau yang dimaksud adalah faktor Pemuda sebagai penyangga negara ekonomi. Segala bentuk penindasan ini telah memberikan banyak solusi dan konflik merupakan sesuatu yang terhadap permasalahan bangsa, tetapi menjadi karakter perjalanan materi secara tidak langsung permasalahan di dalam waktu sehingga manusia, yang mengemuka ini terjadi karena dalam menjalani kehidupan, perlu pemuda itu sendiri. Pendidikan menjadi menerapkan prinsip revolusioner, faktor utama yang menciptakan pemuda yakni berani mengubah dunia setelah menjadi pembuat masalah bagi negara manusia mengubah dirinya sendiri dan pembuat solusi bagi permasalahan menjadi lebih baik, walaupun melalui bangsa. M. Lubis (2001) menguatkan proses pertentangan atau konflik di bahwa pendidikan memegang peranan dalam masyarakat (dalam Ramly, 2000). penting dalam menciptakan mentalitas Sementara itu, pemuda – yang atau sikap-sikap negatif yang menjelma

76 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 menjadi setiap karakter manusia dalam statistik dan ekonomi, lebih Indonesia. dipahaminya dalam pembagian Walaupun sistem dan struktur umur, yakni 15-25 tahun sehingga sosial juga berperan dalam penciptaan pemuda merupakan manusia berumur mentalitas tersebut, tetapi pendidikan 15-25 tahun. Walaupun konsep tetap menjadi sumber utama pemuda yang ditinjau dari segi umur terbentuknya karakter setiap manusia, seringkali dikacaukan dengan konsep baik yang memiliki mentalitas positif “remaja”, tetapi D.E. Hamachek maupun negatif. Perbedaan mentalitas (1980) mengungkapkan bahwa remaja positif dan negatif ini terjadi karena adalah konsep yang merujuk pada tingkat pengetahuan yang berbeda pertumbuhan fisik dan perkembangan antara satu pemuda dengan pemuda emosi serta intelektual pada anak laki- yang lain. Penguasaan tentang suatu laki dan anak perempuan, sehingga pengetahuan membuat seseorang dapatlah disimpulkan bahwa pemuda memiliki kebiasaan atau mentalitas merupakan anak laki-laki yang berumur yang berbeda. Tulisan ini akan 15-25 tahun jika ditinjau dari segi menguraikan bagaimana mentalitas umur. pemuda secara umum, perbandingan Perspektif sosiologis dan historis lebih mentalitas antara pemuda yang menekankan pada nilai subjektifnya, begitu berani mencari pengetahuan yakni kepemudaan dirumuskan di era pergerakan dan pemuda yang berdasarkan tanggapan masyarakat begitu takut dalam berpengetahuan dan kesamaan pengalaman sejarah. di era reformasi, serta gagasan dalam A. Mappiare (1982) mencatat bahwa membentuk pemuda yang bermental dalam perjalanan sejarah, Indonesia tangguh. disusun di atas jerih payah bahkan pengorbanan jiwa beberapa pemuda Mentalitas Pemuda: Nalar dan Jiwa tempo dulu. Bahkan pada masa Orde para Darah Muda Baru (1965-1998), dalam REPELITA Pemuda, sebagai konsep dalam ilmu (Rencana Pembangunan Lima Tahun) sosial, tidak akan mudah dipahami III, pemerintah meletakkan pemuda bila memandang konsep ini dari satu (yang hampir seluruhnya adalah remaja) disiplin ilmu saja, karena sebuah sebagai kader penerus perjuangan konsep dalam ilmu sosial akan bisa bangsa dan pembangunan nasional. dimengerti bila disertai dengan konteks Berbagai pendekatan di atas telah yang mencakupnya. Berawal dari hal membuat pemuda menjadi lebih jelas ini maka konsep pemuda akan lebih untuk dipahami, termasuk didalamnya mudah dipahami jika dipandang psikologi yang memperkirakan periode dalam berbagai disiplin ilmu sosial. T. pertumbuhan kepribadian yang sangat Abdullah (1974) mengungkapkan bahwa erat pula hubungannya dengan latar pemuda atau generasi muda adalah belakang kebudayaan. konsep-konsep yang sering diberati oleh Mentalitas pemuda, menurut nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan H.A.R. Tilaar (1974), ternyata begitu karena keduanya bukanlah semata- dipengaruhi oleh aspek pendidikan. mata istilah ilmiah tetapi sering lebih H.A.R. Tilaar memandang bahwa merupakan pengertian ideologis atau pemuda bukanlah kajian baru dalam kultural yang tercermin dalam istilah sejarah. Hal ini terbukti dari masa “pemuda harapan bangsa”, “pemuda Yunani Kuno dimana terdapat kasus pemilik masa depan”, dan “pemuda seorang filsuf, Socrates, yang dituduh penerus bangsa”. merusak jiwa pemuda yang masih Pemuda dalam pandangan rawan sehingga dianggap berbahaya kependudukan, yang terpantul bagi tata hidup masyarakat. Ajaran-

77 DAYA NEGRI WIJAYA, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia ajaran Socrates dianggap racun bagi Lapisan ini penuh dengan dinamisme, jiwa pemuda yang masih labil sehingga vitalisme, dan heroisme. Kenyataan mudah diselewengkan. telah menunjukkan bahwa sedikitnya Pemuda, jika dilihat dari pendekatan empat tahap perjuangan bangsa pedagogis dan psikologis, ditandai oleh Indonesia di dalam waktu lebih dari satu sifat yang begitu identik dengan setengah abad ini yang kini menjadi pemberontak, berani tetapi pendek akal, tonggak-tonggak sejarah perjuangan dinamik tetapi seringkali melanggar kemerdekaan dan kebahagiaan bangsa norma, dan penuh gairah tetapi Indonesia. Tonggak-tonggak tersebut seringkali berbuat yang aneh-aneh. dibangun oleh para pemuda Indonesia Pendek kata, pemuda dan kepemudaan mulai dari angkatan perintis sampai merupakan suatu yang romantik. dengan angkatan penegak keadilan A. Mappiere (1982:37-41), lebih dan kebenaran pada saat ini. Angkatan lanjut, mengungkapkan bahwa muda telah membuktikan diri mereka mentalitas pemuda, terutama dalam sebagai angkatan pembangun. umur 18-22 tahun, terbagi dalam Angkatan inilah yang memperoleh empat kategori, yakni: pola sikap, kepercayaan dan menjadi sumber pola perasaan, pola pikir, dan pola harapan dari segenap bangsa Indonesia. perilaku yang nampak. Pandangan seorang pemuda cenderung lebih stabil Berani Berpengetahuan: Mentalitas karena mereka lebih mantap atau Pemuda di Era Pergerakan tidak mudah berubah pendirian akibat Era pergerakan nasional (1908- adanya rayuan atau propaganda. Hasil 1945) ditandai oleh mulai sadarnya dari kondisi ini adalah pemuda yang penduduk Bumiputra, atau yang lebih dapat menyesuaikan diri dalam disebut sejarawan sebagai “kaum banyak aspek kehidupan. Pemuda, terpelajar”, pada masa pemerintah selanjutnya, juga memiliki mentalitas kolonial Hindia Belanda yang tengah yang lebih realistik, yakni mulai menilai menjalankan Politik Ethis. Politik diri sebagaimana adanya, menghargai Ethis merupakan sebuah kebijakan miliknya, keluarganya, orang-orang lain dari pemerintah Belanda untuk seperti keadaan sesungguhnya sehingga menyejahterakan masyarakat Indonesia membuat timbulnya rasa puas, melalui program migrasi, irigrasi, dan menjauhkan mereka dari rasa kecewa. edukasi (Ricklefs, 1992). Kebijakan yang Mentalitas pemuda yang lebih dilakukan oleh pemerintah kolonial matang daripada periode sebelumnya Belanda ini ternyata jauh panggang dari terlihat dalam menghadapi sebuah api, yang sebelumnya bertujuan untuk masalah. Kematangan ini ditunjukkan memajukan dan meningkatkan taraf dengan usaha pemecahan masalah- hidup rakyat Indonesia akan tetapi di masalah yang dihadapi, baik dengan lapangan, pelaksanaan pendidikan lebih caranya sendiri maupun dengan banyak bertujuan untuk kepentingan diskusi-diskusi dengan teman sebaya kolonial Belanda sendiri, serta untuk mereka. Ketika para pemuda memiliki pengembangan modal kaum pengusaha kemampuan dalam menghadapi suatu dan kaum kapitalis asing yang makin permasalahan, mereka akan memiliki banyak ditanamkan di Indonesia. ketenangan jiwa yang menghantarkan Pemerintah kolonial Belanda yang pada seorang pemuda dengan makin intensif dan makin meluas kepribadian tangguh. kekuasaannya di seluruh wilayah Pemuda merupakan lapisan Indonesia dan pengelolaan usaha-usaha terpenting dalam perjuangan bangsa bangsa asing yang makin meningkat yang sedikitnya berjumlah 30% dari menuntut pula tersedianya pegawai- jumlah seluruh manusia Indonesia. pegawai dan pekerja-pekerja yang

78 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 terampil dan berpendidikan. Sagimun (1989) mengungkapkan Pendidikan dan pengajaran yang bahwa cara yang diterapkan oleh diselenggarakan oleh pemerintah Belanda dalam mencerdaskan rakyat kolonial Belanda tetap disesuaikan ini tidak sampai pada sasaran dan dengan politik penjajahan Belanda, membuat kecewa masyarakat pada yakni membiarkan rakyat Indonesia umumnya. Orang Indonesia, terutama yang dijajahnya tetap bodoh kaum terpelajar, kemudian mendirikan dan terbelakang. Pemerintah berbagai sekolah swasta. Di sinilah kolonial Belanda membuka dan mulai muncul pendidikan Islam yang menyelenggarakan sekolah-sekolah, telah mengakar kuat dalam pendidikan terutama untuk kepentingan di Nusantara, seperti: Muhammadiyah, penjajahan Belanda sendiri. Mereka Nahdlatul Ulama, INS (Indonesische sangat membutuhkan tenaga-tenaga Nationaal School) Kayu Tanam, dan yang terampil dan terdidik untuk Taman Siswa sebagai batu loncatan membantu mereka menjalankan roda dalam memperjuangkan kemerdekaan pemerintahan dan birokrasi kolonial (Razaq Ahmad & Suwirta, 2007). mereka dalam usaha meluaskan dan Belanda begitu menyadari jika memantapkan kekuasaan kolonial. sekolah swasta yang berdiri itu Itulah pendorong terkuat dan tujuan akan mengguncangkan sendi-sendi utama dari penyelenggaraan pendidikan kekuasaan kolonial di Indonesia. dan pengajaran yang dijalankan Murid-murid yang berada di sekolah– oleh kaum penjajah Belanda. Rakyat sekolah swasta itu, yang didirikan hanya diajar sekedar dapat membaca, dan dikelola oleh kaum pergerakan menulis, dan berhitung dalam rangka nasional Indonesia, dididik untuk pelaksanaan pemerintahan kolonial menjadi manusia yang berjiwa nasional, Belanda. bersemangat patriot, serta menentang Kaum penjajah Belanda justru penjajahan asing. Oleh karena itu, berusaha dengan sekuat tenaga agar laju perkembangan sekolah swasta ini bangsa Indonesia tidak menjadi bangsa harus dihambat sekuat tenaga yang yang cerdas dan maju serta sadar terbukti dengan munculnya Wilden akan harga dirinya sebagai bangsa. Schoolen Ordonantie (Undang-Undang Hal ini pasti akan menjadi bumerang Sekolah Liar) yang membatasi ruang yang justru mengancam kelangsungan gerak sekolah swasta tersebut. Selain hidup dan kepentingan pemerintah munculnya pelarangan bagi aktifnya kolonial Belanda. Bahkan sebaliknya, sekolah-sekolah swasta tersebut, kaum penjajah Belanda berusaha ternyata penyelenggaraan pendidikan di sedapat mungkin agar bangsa Indonesia era pergerakan penuh dengan suasana tetap menjadi bangsa yang bodoh dan diskriminasi (Sagimun, 1989). terbelakang sehingga mudah dijajah Hariyono (2011) lebih lanjut dan diperintah serta dikendalikan. menjelaskan bahwa “anak pergerakan” Sebaliknya juga, jika bangsa Indonesia (sebutannya untuk para pemuda di era tetap menjadi bangsa yang cerdas dan pergerakan) berubah kesadarannya pandai serta maju, apalagi jikalau dalam memandang dunia ketika bangsa Indonesia sadar akan harga berjumpa dengan pendidikan modern dirinya sebagai bangsa, maka kaum yang mengedepankan baca dan tulis penjajah Belanda akan mendapat sebagai iklim akademis. Mereka mulai kesulitan dan tantangan yang berat berpikiran terbuka dan mencoba dalam menjalankan penjajahannya. mempelajari apapun tentang dunia Bangsa Indonesia pasti tidak akan mau (Barat). Anak pergerakan begitu diperintah, apalagi ditindas dan diperas menghargai waktu demi kemajuan secara sewenang-wenang. bangsa. Penghargaan ini membawa

79 DAYA NEGRI WIJAYA, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia pemuda berada pada jiwa kompromis yang berpengetahuan luas. Mereka yang mau bekerja di pemerintah tidak hanya mempelajari pengetahuan kolonial Belanda di satu sisi; sedangkan yang terkait dengan disiplin ilmu yang di sisi lain, bagi pemuda yang dipelajari, melainkan juga berusaha mengetahui kebobrokan pendidikan mengetahui ilmu pengetahuan yang kolonial memilih untuk melakukan terkait dengan kemasyarakatan, perlawanan. politik, ekonomi, dan budaya. Kemana- Mereka bersikap kritis terhadap mana, mereka selalu membaca buku. sistem kehidupan masyarakat dan Bahkan diantara mereka di penjara pun negara kolonial. Perkenalan anak- terus membaca dan menulis. Mental anak pergerakan dengan pendidikan intelektual organik telah melekat pada modern mampu mengubah sikap anak-anak pergerakan, bukan sebuah mental mereka. Kalangan terdidik kebetulan kalau polemik di antara sudah banyak yang meninggalkan mereka penuh diwarnai oleh pemikiran budaya aslinya yang cenderung mistik- yang cerdas dan beringas. animistik. Mereka menjadi sosok Pendidikan pada masa kolonial yang lebih ilmiah-rasional. Rasa ingin Belanda merupakan cerminan dari tahu mereka mendorong mereka pendidikan liberalis yang mencoba banyak membaca dan belajar tentang membuka wawasan siswa untuk berbagai ilmu pengetahuan, termasuk mengetahui pengetahuan di luar apa pengetahuan tentang perlakuan tidak yang mereka ketahui. Salah satu ciri adil oleh penguasa yang zalim. yang menonjol dari pendidikan ini Pengetahuan yang diperoleh adalah penguasaan multi-bahasa, membuat mereka sadar bahwa bangsa sehingga dengan penguasaan multi- ini telah terjajah. Mereka selain terus bahasa ini mereka dapat menguasai melawan kolonialisme dan feodalisme, berbagai wawasan global yang telah mereka juga berusaha mengubah sikap mengemuka di dunia dan menyadarkan mental masyarakat. Usaha mengubah masyarakat agar tidak terlampau sikap mental masyarakat di Nusantara ketinggalan dengan kecenderungan untuk aktif berpikir dan memiliki dunia global. kepercayaan diri dilakukan oleh anak- N. Soyomukti (2010) mengungkapkan anak pergerakan. Mentalitas inlander bahwa output dari pendidikan liberalis yang ditandai dengan sikap inferior, adalah pribadi yang memiliki cita-cita terutama terhadap bangsa asing, ingin untuk mengangkat individu menjadi dihilangkan oleh para pemuda. Anak- pemilik dunia secara otonom dan anak pergerakan ini, mulai dari Wahidin membebaskan diri dari penghalang yang Sudirohusodo, Tjipto Mangunkusumo, memasung kebebasan individu untuk Tjokroaminoto, Suwardi Suryaningrat, mengekspresikan diri sebagai manusia. Tan Malaka, Soekarno, Mohamad Hatta, Lebih lanjut N. Soyomukti menjelaskan Sutan Sjahrir, dan yang lain, terus mentalitas pemuda yang secara umum berusaha membongkar kesadaran palsu menjadi hasil dari pendidikan liberalis. masyarakat Nusantara. Pertama, mentalitas pemuda yang Sikap progresif-revolusioner lebih rasional merupakan mentalitas yang ditunjukkan oleh kebiasaan mereka percaya bahwa dunia memiliki struktur yang mempelajari berbagai hal-hal yang rasional, yang dapat dipahami yang baru. Zaman kemajuan menuntut secara logis. Keteraturan dunia bisa pengetahuan. Mereka yang tidak dipahami lewat deliberalisasi pikiran mengikuti perkembangan pengetahuan dan pencarian kritis terus-menerus. tidak akan dapat terlibat dalam arus Kedua, mentalitas pemuda yang bebas sejarah kemajuan. Sebagian besar dalam berpikir dan berpendapat. anak-anak pergerakan menjadi sosok Ketiga, mentalitas pemuda yang

80 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 bertanggung jawab. Masyarakat sering sebelumnya, terutama dari bagaimana mengidentifikasikan kebebasan dengan pendidikan tersebut dilaksanakan keliaran, padahal liberalisme adalah (Tilaar, 2008). Pendidikan di era kebebasan dengan penuh tanggung Reformasi ini belum membebaskan jawab. Keempat, mentalitas pemuda pikiran murid untuk berimajinasi. yang adil, yakni kepercayaan terhadap Contoh yang nyata adalah bagaimana keadilan adalah nilai moral yang harus pendidikan Indonesia dengan dijunjung tinggi. Keadilan bukan berarti adanya ujian nasional yang menilai mengorbankan hak seseorang demi kemampuan siswa dalam memahami membela hak yang lain. Keadilan adalah materi dinilai dengan menggunakan pemberian kesempatan kepada setiap soal pilihan ganda? Hal ini tentu saja individu untuk bersaing dan menggapai tidak mengajarkan siswa untuk berpikir hak-haknya. Kelima, mentalitas pemuda kritis, apalagi berpikir secara radikal. yang toleran, yakni mampu menerima Pendidikan di era Reformasi lebih dan menghormati pandangan atau ditekankan pada konsepsi ekonomi tindakan orang lain (Soyomukti, 2010). “orang miskin dilarang sekolah”, karena Pemahaman masa lalu tentang hanya bagi mereka yang memiliki sejarah pergerakan yang didalamnya uang yang dapat sekolah, terutama terangkum kisah dari Soekarno, hingga tingkat perguruan tinggi Mohammad Natsir, Semaoen, dan (Prasetyo, 2004). Keadaan ini tentu saja tokoh lainnya yang hidup di zaman berdampak pada mentalitas pemuda yang penuh dengan gejolak. Dalam yang begitu takut berpengetahuan, atau usia muda, mereka menapak karier mereka cenderung bersikap pragmatis sebagai tokoh pergerakan. Soekarno dalam memecahkan suatu persoalan; dalam usia dua puluhan tahun telah terutama agar bisa lulus, mereka tidak menjadi pemimpin; dan Mohammad perlu belajar dan membaca buku tetapi Natsir menjadi ulama pejuang yang cukup dengan menggunakan teknologi melahirkan banyak karya. Mereka (internet). Mereka bisa mengumpulkan telah melukis wajah bangsa ini dengan tugas yang seharusnya didapat setelah tinta kehormatan. Melalui mereka, melihat (tanpa membaca) wacana dalam maka kebebasan, kedaulatan, dan internet. Bagi mereka, pendidikan kemerdekaan bangsa ini diperjuangkan. hanya bermanfaat untuk memperoleh Pemuda, atau anak muda era ijazah dan dengan ijazah mereka dapat pergerakan, begitu layak dijadikan memperoleh pekerjaan. Ijazah memang teladan bagi generasi sekarang, bukan suatu yang penting, tetapi akan lebih karena perjuangan mereka secara nyata baik jika hal itu dibarengi dengan tetapi juga mentalitas yang mereka pemahaman materi yang mantap. miliki bermanfaat dalam membangun Dalam konteks ini tidaklah adil kehidupan bangsa agar lebih baik di dan humanis jika membandingkan masa depan. pemuda di era pergerakan nasional (1908-1945) dengan pemuda di era Takut Berpengetahuan: Mentalitas Reformasi (1998 – sekarang) dalam Pemuda di Era Reformasi cakupan usia yang sama. Tetapi akan Reformasi merupakan suatu era lebih proporsional jika dalam uraian ini dimana terjadi perubahan tatanan sosial difokuskan pada mentalitas mahasiswa budaya yang begitu besar. Masyarakat sebagai representasi dari pemuda di era mulai menyuarakan kebebasan berpikir Reformasi. dan berbicara dengan tiadanya batasan Mentalitas mahasiswa secara dalam publikasi surat kabar dan buku- umum ada dua, yaitu: (1) mahasiswa buku cetak. Banyak anggapan bahwa kupu-kupu, dan (2) mahasiswa sejati. era Reformasi tidak lebih baik dari era Mahasiswa kupu-kupu adalah mereka

81 DAYA NEGRI WIJAYA, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia yang tidak tahu akan arti “mahasiswa” tidak ada satu tugaspun yang akan yang sebenarnya. Sedangkan selesai. mahasiswa sejati adalah mereka Tantangan dan tekanan yang lain yang tahu akan amanahnya seagai adalah dari ibu kos yang setiap hari pelopor perubahan dan pergerakan. banyak bicara untuk menarik uang Dengan kedua karakteristik ini dapat kos. Hal itu lumrah karena mahasiswa dianalogikan dimana posisi mahasiswa adakalanya telat membayar uang yang formalitas dan mahasiswa yang kos karena kiriman uang dari orang bermentalitas revolusioner. tua yang terlambat. Mahasiswa Kaum muda (mahasiswa) masa harus pandai untuk berbicara dan kini kurang berpotensi sebagai agen bernegosiasi agar dapat meluluhkan perubahan atau pembaruan, sebab hati ibu kos. Tantangan dan tekanan mereka berjuang penuh pamrih. Hal yang ketiga adalah dari orang tua ini berdampak pada target obsesi dimana mereka berharap agar anaknya pragmatisme tak tercapai, yang muncul cepat lulus dan dapat bekerja. Mereka justru menyumpah-serapahi para berharap ketika pension, anak-anaknya pemimpin. Semakin lama, Sumpah sebagai mahasiswa sudah bekerja. Pemuda tahun 1928 seolah-olah Dari banyak tantangan dan tekanan berubah menjadi “Sampah Pemuda”. itu akan ditambah lagi beban dari Itu terefleksi dari pudarnya nilai- seorang pacar. Hal itu membuat nilai dan karakter kebangsaan serta banyak mahasiswa menjadi stress dan lunturnya idealisme, moralitas, bahkan kuliahpun banyak yang terbengkalai. spiritualitas para pemuda, termasuk Tidak jelas akankah ketika mereka mahasiswa di dalamnya. lulus, mereka akan mendapt kerja, Mahasiswa seharusnya merupakan karena sekarang pun kepandaian para pemikir yang mempunyai seperti tidak berguna ketika tengah kemampuan secara pengetahuan untuk bertemu dengan kekuatan uang (Anwar, belajar atau mengetahui sesuatu. 1981; Tama, 2011; dan Yakusa, 2012). Mahasiswa umumnya merupakan Di sini mentalitas mahasiswa harapan daripada para orang tua agar mulai terbentuk. Ketika mereka kuat mereka menjadi orang yang berhasil mengahadapi berbagai tantangan dan sukses. Mahasiswa di sini dapat dan tekanan tersebut, mereka akan dihubungkan dengan mentalitas karena menjadi mahasiswa yang bermental dapat dilihat kuatnya tantangan dan baik. Akan tetapi ketika mereka tidak tekanan mental yang harus diterima kuat, mereka akan menjadi mahasiswa oleh mahasiswa selama mengikuti bergelar SG (Sarjana Google) dimana perkuliahan ataupun dalam kehidupan mereka hanya berorientasi pada google sehari-hari. untuk menyelesaikan tugas-tugas Dalam dunia perkuliahan tentu mereka. Selain itu mental mahasiswa tantangan dan tekanan datang dari juga menjadi mental copas atau copy para dosen pengajar yang begitu banyak paste. Mahasiswa yang mempunyai memberikan beban berupa materi dan mental tersebut dikarenakan kebutuhan tugas yang banyak dan sulit, sehingga mereka, ataupun efisiensi waktu, yang para mahasiswa menjadi tertantang dan mereka harapkan. tertekan dalam segi mental dan juga Hal inilah yang menjadi sebab fisik. Ketika tugas mulai menumpuk, mendasar mengapa ketika mahasiswa mereka biasanya harus menyelesaikan yang telah lulus tidak mempunyai setiap malam seperti kerja lembur. kompetensi dengan memenuhi standar Bagi mereka, dengan tugas yang begitu yang diharapkan. Maka, jangan heran banyak, mereka harus pandai untuk pula ketika mereka menjadi wakil mengatur waktu; kalau tidak, maka rakyat, misalnya, mereka pun akan

82 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 membawa mentalitas tersebut untuk kehidupan. Hal ini wajar karena mengatur negara agar efisien dan sejarah dianggap sebagai nasehat praktis, sebuah semboyan kosong yang yang memerahkan telinga mereka dan akan terus berkembang selama belum menganggapnya sebagai bunga tidur, ada pembenahan yang mendasar dalam atau bahkan mereka tidak mengerti bidang pendidikan (Tilaar, 2008). sama sekali tentang sejarah. Pemuda (mahasiswa) di era Para pemuda di era pergerakan Reformasi telah merasakan betapa nasional Indonesia (1908-1945) teknologi informasi sangat mengikat telah melihat sejarah sebagai cermin dan mempengaruhi pemikiran dalam berbuat dan bertingkah- manusia. Terlihat pikiran manusia laku dimasa depan sehingga mereka tidak bisa dilepaskan dari teknologi dapat menciptakan kehidupan yang informasi, terutama internet, HP lebih baik, yang kini dinikmati oleh (Hand Phone), dan FB (Face Book). Hal masyarakat Indonesia. Pemuda masa ini mengakibatkan mereka memiliki kini cenderung meremehkan segala kedangkalan dalam berpikir secara sesuatu dan menganggap pengetahuan mendalam, ataupun berpikir secara sebagai sesuatu yang tidak penting reflektif, untuk membuat pemikiran dalam membangun bangsa ini. Pemuda yang inspiratif dan membangun negara di masa kini tentu harus berbenah diri ini (Gagu, 2012). sebelum mereka bertemu dengan masa Negara memang tidak bisa depan yang tidak pasti. membatasi lajunya perkembangan teknologi informasi sehingga yang dapat dilakukan oleh negara Bibliografi adalah menganjurkan para pemuda (mahasiswa) sebagai generasi penerus Abdullah, T. [ed]. (1974). Pemuda & Perubahan untuk menggunakan teknologi Sosial. Jakarta: Penerbit LP3ES [Lembaga informasi secara bijak, yakni dapat Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi & Sosial]. menggunakannya sesuai dengan Anwar, Yozar. (1981). Angkatan 66: Sebuah kebutuhan pemuda. Hal ini akan Catatan Harian Mahasiswa. Jakarta: Penerbit berdampak bahwa penggunaan Sinar Harapan. teknologi informasi dapat menunjang Gagu, Obeth. (2012). “Dampak Negatif Face kemampuan berpikir kritis para Book Terhadap Kehidupan Mahasiswa” dalam http://obethgag.blogspot.com/2012/12/ pemuda. Penggunaan teknologi simpulan-by-obeth-gagu-dampak-negatif.html informasi secara bijak ini dapat [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember diimplementasikan dalam proses 2012]. pembelajaran sebagai muatan puncak Hamachek, D.E. (1980). “Psychology and Development of the Adolescent Self” dalam dari pendidikan. Penerapan model J.F. Adams [ed]. Understanding Adolescence: pemebelajaran kooperatif, pembelajaran Current Developments in Adolescent mandiri, ataupun pembelajaran Psychology. Boston: Allyn and Bacon, Inc. campuran kiranya dapat membuat Hariyono. (2011). Demokrasi Radikal: Blue Print mentalitas pemuda, bukan hanya Demokrasi Pendiri Bangsa. Malang: Penerbit Lintas Kata. mahasiswa tetapi juga siswa, lebih baik Hatta, M. (1966). Peranan Pemuda: Menudju daripada output yang ada selama masa Indonesia Merdeka, Indonesia Adil dan Reformasi ini (Tilaar, 2008). Makmur. Bandung: Penerbit Angkasa. Hegel, G.W.F. (2007). Filsafat Sejarah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, Terjemahan. Kesimpulan Lubis, M. (2001). Manusia Indonesia: Sebuah Pemuda masa kini, di era Reformasi Pertanggungjawaban. Jakarta: Penerbit YOI (1998 – sekarang), tidak begitu [Yayasan Obor Indonesia]. menyadari bahwa sejarah itu sesuatu Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: yang sangat penting dalam menjalani Penerbit Usaha Nasional.

83 DAYA NEGRI WIJAYA, Mentalitas Pemuda pada Masa Pergerakan dan Masa Reformasi di Indonesia

Prasetyo, E. (2004). Orang Miskin Dilarang Tama, Novian Budi. (2011). “Kehidupan Sekolah. Yogyakarta: Resist Book. Mahasiswa di Tempat Kos” dalam http:// Prasetyo, E. (2008). Minggir: Waktunya Gerakan novian25.blogspot.com/2011/12/makalah- Muda Memimpin. Yogyakarta: Resist Book. kehidupan-mahasiswa-di-tempat.html Ramly, A.W. (2000). Peta Pemikiran Karl Marx. [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember Yogyakarta: Penerbit LKiS. 2012]. Razaq Ahmad, Abdul & Andi Suwirta. (2007). Tilaar, H.A.R. (1974). “Tinjauan Pedagogis Sejarah dan Pendidikan Sejarah: Perspektif Mengenai Pemuda: Suatu Pendekatan Malaysia dan Indonesia. Bandung dan Bangi: Ekosferis” dalam T. Abdullah [ed]. Pemuda Historia Utama Press dan Penerbit UKM & Perubahan Sosial. Jakarta: Penerbit [Universiti Kebangsaan Malaysia]. LP3ES [Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Ricklefs, M.C. (1992). Sejarah Indonesia Modern. Penerangan Ekonomi & Sosial]. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Tilaar, H.A.R. (2008). Beberapa Agenda Reformasi Terjemahan. Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad Sagimun. (1989). Peranan Pemuda: Dari Sumpah 21. Jakarta: Penerbit Tera Indonesia. Pemuda sampai Proklamasi. Jakarta: PT Bina Yakusa, Jaka. (2012). “Penantian Pergerakan Aksara. Mahasiswa yang Tak Semu” dalam http:// Soyomukti, N. (2010). Teori-teori Pendidikan. jakayakusa09.blogspot.com/2012/03/ Yogyakarta: Penerbit Ar-Ruzz Media. penantian-pergerakan-mahasiswa-yang- tak.html?zx=f850ca801fdea114 [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember 2012].

84 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Indonesia dan Masalah Perbatasan: Beberapa Masalah dalam Perkembangan Daerah Tapal Batas sebagai Bagian Perekonomian Nasional dari Perspektif Sejarah

Yuda B. Tangkilisan

Ikhtisar: Dalam perkembangan sejarah, perbatasan menjadi penting karena berkenaan dengan ruang tinggal. Aspek ruang pula mengacu pada sumber daya ekonomi yang menjadi arus utama bagi kehidupan masyarakat atau bangsa. Indonesia memiliki rentangan garis perbatasan yang sangat panjang dengan sejumlah negeri tetangga. Salah satu permasalahan utama kawasan perbatasan adalah ketimpangan perkembangan ekonomi dengan wilayah negeri tetangga, termasuk di kawasan perbatasan maritim. Kajian awal ini mencoba menyibak permasalahan yang ada dan menawarkan beberapa pemikiran untuk pengembangan kawasan perbatasan bahari. Penggalian potensi kemaritiman dan pengembangan sarana transportasi laut dapat menjadi pendorong perkembangan daerah yang berada di kawasan seperti itu. Sarana perhubungan juga memegang peranan penting dalam melancarkan lalu-lintas angkutan dalam berbagai kegiatan masyarakat. Aspek- aspek perhubungan yang disoroti adalah seperti pelayaran rakyat dan penerbangan perintis. Kedua sarana ini berhubungan langsung dengan pemberdayaan masyarakat luas. Kata kunci: Perbatasan, bahari, perkembangan ekonomi, transportasi laut, dan ekonomi bahari.

Abstract: In historical development, boundary is critical matter due to related to living space. The aspect of space also concentrates to economical resources that become the mainstream for soiety as well as national life. Indonesia has a very long boundary line with several neighbor countries. One of the main problems of boundary areas is the unequal economic condition with the neighbor countries, including in the maritime boundary areas. This preliminary study tries to unveil the existing issues and offers some thoughts to develop those areas. The exploration of martime potentates and the developing of sea transportation facilities are able to be a push factor of the provincial growth in such areas. Transportation also plays an important role in developing public traffics. Such modes of transportation are traditional shipping and pioneer aviation. Those two have a direct link to the development of common people. Key word: Boundaries, maritime, economic growth, sea transportation, and maritime economics.

Pendahuluan boundaries dan frontiers. Perbatasan telah lama menjadi Dalam lingkup yang pertama, bagian dalam perkembangan kehidupan perbatasan adalah garis demarkasi politik. Perselisihan antar bangsa kerap yang memisahkan wilayah antar terjadi karena masalah perbatasan, negara. Frontier, yang sering digunakan yang juga tidak jarang berujung pada sebagai padanan istilah “perbatasan”, perang. Istilah “perbatasan” memiliki sebenarnya lebih merujuk pada dua cakupan pengertian. Dalam bahasa jalur (zones) yang membentang dan Inggris, perbatasan disebut sebagai memisahan dua wilayah negara.

Dr. Yuda B. Tangkilisan adalah Dosen Senior di Departemen Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Jawa Barat, Indonesia. Alamat emel: [email protected]

85 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan

Padanan istilah frontier antara lain (penguasa). Selanjutnya, hubungan adalah foreland, borderland, atau march kekuasaan ini dilegitimasikan dalam (Hornby, Cowie & Gimson, 1986; dan konsepsi manunggaling kawula lan gusti Suroyo, 2005). atau kebersatuan antara rakyat dan Konsep perbatasan berkaitan erat penguasa. dengan gagasan kekuasaan dalam Prof. Dr. Susanto Zuhdi, pakar Ilmu konteks budaya. Dalam perkembangan Sejarah dari UI (Universitas Indonesia), sejarah dan budaya Eropa, perbatasan menyatakan sebagai berikut: menjadi penting karena berkenaan dengan ruang tinggal (living space), Membahas kaitan antara keadaan atau dalam bahasa Jerman disebut geografi dengan wilayah kekuasaan kerajaan di Indonesia pada masa lampau, lebensraum. Aspek ruang mengacu pada dengan sumber lokal, tidaklah mudah. sumber daya ekonomi yang menjadi Sumber lokal tidak menerangkan batas- penyangga kehidupan masyarakat atau batas wilayah kekuasaan secara jelas. bangsa. Membicarakan konsep wilayah di kerajaan tradisional Asia Tenggara, pada umumnya Gagasan kekuasaan bangsa-bangsa tidak dapat dipisahkan dari penduduk. Barat menempatkan perbatasan sebagai Di kerajaan agraris Jawa, misalnya, bagian dari jangkauan kewenangan wilayah kekuasaan tidak ada artinya dan kepemilikan dalam wujud yang jika konsep cacah dilepaskan. Pulau- tegas berupa tanda-tanda. Oleh karena pulau dan perairan yang merupakan wilayah kekuasaan bagi kerajaan maritim itu, wujud perbatasan terdiri atas seperti Buton, juga tidak berguna batas alam dan buatan. Batas alam tanpa penduduk yang mendiaminya. berbentuk seperti sungai, bukit, pohon, Berdasarkan historiografi tradisional, dan lainnya; sedangkan batas buatan Ajonga dan Kanturuna, pulau-pulau yang dinyatakan sebagai wilayah kerajaan (artifisial) seperti pagar, dinding, dan Buton berhubungan dengan konsep sebagainya. penduduk (Zuhdi, 2010:75-76). Konsep perbatasan pada kebanyakan masyarakat Timur, seperti di Selanjutnya, garis perbatasan Nusantara, tidak setegas seperti pada adalah suatu bidang vertikal melalui tradisi politik Barat (Eropa). Berbeda permukaan tanah, lapisan bawah dengan lingkup kekuasaan Barat yang tanah, dan udara. Garis ini membatasi menekankan penguasaan wilayah kegiatan-kegiatan yang berlangsung seperti tanah (Krooss & Gilbert, 1972); dalam cakupannya. Bentangan di kekuasaan Jawa, misalnya, seperti sekitar garis perbatasan merupakan yang dikaji oleh beberapa pakar budaya wilayah perbatasan. Lalu, berdasarkan Jawa (Geertz, 1960; dan Anderson, morfologi, perbatasan terdiri atas: (1) 1972), lebih mementingkan kesetiaan Fisiografi, yang memiliki unsur alam pengikut (manusia) sehingga disebutkan berupa pegunungan, sungai, perairan, sistem cacah, lungguh, atau appanage dan daerah terbuka; (2) Anthropo- yang berkaitan dengan privileges geografi, yang menurut pemisah (hak istimewa) kelompok elite, bukan berdasarkan bahasa dan etnik; dan (3) pemberian suatu daerah (lahan), Geometri, yang mengikuti garis imajiner melainkan sejumlah penduduk yang berupa garis-garis Bujur dan Lintang dipandang sebagai tenaga kerja. (Hanita, 2002:45-46). Oleh karena itu, perbatasan dalam Perbatasan memiliki landasan resmi kekuasaan Jawa tidak diwujudkan hukum internasional yang diakui dan dalam tanda-tanda tertentu, alamiah disyahkan oleh PBB (Persatuan Bangsa- atau artifisial, tetapi pengakuan dan Bangsa) yang dilakukan, baik secara kesetiaan kawula (rakyat). Wujudnya bilateral maupun multilateral. Oleh adalah pemberian upeti atau sejenis karena itu, perbatasan memberikan pajak dari kawula kepada gusti konsekuensi dan implikasi bagi

86 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 kepemilikan (properti), kedaulatan, disatukan dengan garis pengikat yang hukum, dan kewarganegaraan untuk diambil dari titik-titik terluar dalam bangsa dan negara. Kedaulatan negara jarak tersebut. di tataran internasional berada pada Sebelumnya, fondasi hukum perbatasan. Apalagi, tidak jarang, perbatasan adalah peraturan daerah perbatasan mengandung peninggalan masa kolonial Hindia kekayaan sumber daya alam, sehingga Belanda tahun 1939, yang mengatur mengundang klaim dan bahkan laut territorial membentang dalam pencaplokan wilayah yang memerlukan jarak 3 mil dari garis pantai. penyelesaian diplomatik. Namun, Peraturan itu adalah Territoriale Zee tidak jarang ketika jalur perundingan en Maritieme Kringen Ordonantie menemui jalan buntu, konflik 1939 dalam Staatsblad 1939 no.422 bersenjata menjadi cara yang ditempuh (Kusumaatmadja, 1978). untuk mengakhiri persoalan.1 Untuk memperoleh pengakuan internasional, langkah diplomatik Keadaan Perbatasan Indonesia dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Ketika mengumandangkan Deklarasi itu kemudian memperoleh proklamasi kemerdekaan dan dukungan dan penolakan. Inggris dan menyusun konstitusi, Bapak-bapak Amerika Serikat termasuk kelompok Pendiri (the Founding Fathers) bangsa yang keras menolak pernyataan Indonesia tidak menentukan secara Indonesia tersebut, bersama sekutu- jelas batas wilayah untuk negara baru sekutu keduanya seperti Australia, itu. Dalam UUD (Undang-Undang Belanda, Perancis, dan Selandia Baru. Dasar) 1945 hanya tercantum wilayah Dukungan diperoleh, antara lain, dari yang merdeka adalah wilayah Hindia Filipina, Equador, dan Yugoslavia. Belanda dahulu. Secara politik, Mengatur masalah territorial ini, pengambilalihan wilayah itu terikat Peraturan Pemerintah Pengganti pada hukum-hukum yang dibuat Undang-undang (Perpu) nomor 4 sebelumnya. Setelah itu tidak ada tahun 1960 dan nomor 8 tahun 1962 usaha nyata untuk menentukan batas dikeluarkan. Dalam proses ini, konsep wilayah Indonesia secara geografis. Wawasan Nusantara dan Tanah-Air mulai Pada tahun 1957, pemerintah digulirkan (Kusumaatmadja, 1978). Indonesia mendeklarasikan diri sebagai Setelah itu, penentuan batas wilayah negara kepulauan, dalam istilah negara Indonesia memasuki arena archipelagic state, dengan batas-batas internasional untuk memperoleh yang jelas.2 Peristiwa itu dikenal sebagai pengesahan. Setelah melakukan Deklarasi Djuanda. Batas wilayah pendekatan, lobi, dan persuasi, Indonesia adalah sejauh 12 mil dari batas wilayah negara kepulauan garis pantai pulau-pulaunya yang itu memperoleh pengakuan dan pengesahan pada Konferensi Hukum 1Versi awal tulisan ini merupakan makalah dalam Seminar Sejarah di Kabupaten Karimun, Provinsi Laut Perserikatan Bangsa-Bangsa Kepulauan Riau, yang diselenggarakan oleh Balai (United Nation Conference on the Law of Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Tanjung Pinang bekerjasama dengan Kementerian Kebudayaan the Sea) pada tahun 1982. dan Pariwisata, pada tanggal 6 November 2010. Walau demikian, penentuan batas 2Istilah archipelago, sebagai rujukan kepulauan, yang tegas harus melalui perundingan ditinjau kembali oleh pakar Sejarah Bahari atau Maritim Indonesia yang dipelopori Prof. Dr. Adrian dengan negara-negara yang terkait. B. Lapian. Tampaknya ada pergeseran esensi dari Republik Indonesia memiliki batas maksud Deklarasi itu, selain di sekitar ketidaksesuaian wilayah dengan 10 negara tetangga. pemakaian istilah. Para pakar itu mengganti prinsip “negara kepulauan” menjadi “negara bahari” sehingga Batas geografi itu meliputi daratan Indonesia adalah laut yang ditaburi oleh pulau-pulau. dan perairan. Sejumlah perjanjian Lihat, selanjutnya, Susanto Zuhdi (2006a); dan Singgih Tri Sulistyono (2009). perbatasan telah dilakukan dengan

87 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan beberapa negara tetangga. Namun, Pangkalan Brandan yang merupakan masih banyak perjanjian belum dibuat tempat eksplorasi minyak bumi. dengan mereka. Beberapa perjanjian Sementara daerah lainnya tidak lebih yang sempat dibuat, antara lain, dengan merupakan daerah pinggiran sebagai Malaysia (1969), Muang Thai (1971), bagian dari daerah administratif yang Singapura (1973), India (1974), dan harus mendukung kegiatan ekonomi Australia (1973). itu. Di bidang perdagangan laut, Selain upaya politik dan diplomasi hegemoni kolonialisme tampak jelas, internasional yang harus digalakkan, terutama setelah pendirian perusahaan persoalan yang berkaitan dengan pelayaran KPM (Koninklijke Paketvaart daerah perbatasan, antara lain, Maatschappij) yang “meminggirkan” adalah perkembangan ekonomi. pelayaran Nusantara, termasuk Latar belakang sejarah Indonesia pelayaran dan perdagangan Melayu memperlihatkan adanya keterputusan (Sulistiyono, 2003). perkembangan ekonomi di beberapa Selanjutnya, peninggalan kolonial daerah. Kedatangan perusahaan memperlihatkan pembagian dan dagang Belanda, VOC (Vereneegde Oost- pemisahaan jaringan pelayaran, Indische Compagnie), ke Nusantara perdagangan, politik, dan budaya di yang menerapkan politik perang dan beberapa kawasan, seperti Kalimantan, monopoli dalam kiprah perdagangannya Nusa Tenggara Timur, dan Kepulauan memberikan pengaruh besar terhadap Riau, yang barangkali di masa itu perekonomian di beberapa tempat. Riau sebagai kawasan Selat Malaka. Kawasan Selat Malaka, yang mulai Di wilayah-wilayah ini, dua kekuatan mengalami kemunduran perdagangan kolonialisme menegakkan dan sejak penaklukan Malaka oleh Portugis membagi daerah kekuasaan melalui pada tahun 1511, memasuki stagnasi perjanjian-perjanjian yang melahirkan pada saat VOC muncul. Pedagang garis serta wilayah perbatasan. Alam Melayu mengalami persaingan hebat budaya Melayu di Sumatera, terutama dari VOC dan kapal-kapal asing lainnya, di kepulauan Riau dan Kalimantan, terutama Inggris. Menurut Susanto terbelah menjadi dua berdasarkan Zuhdi, dunia maritim Asia Tenggara kekuasaan kolonial tersebut (Asnan, ketika itu menghadapi kapitalisme 2008). dan imperialisme yang membatasi Masa modern, dalam artian sejak ruang gerak kehidupannya. Juga ia pasca Perang Dunia II (1939-1945) menyebut adanya “Budaya Selat”, yang yang melahirkan bangsa dan negara- memasukan kawasan Kepulauan Riau negara baru, melanjutkan pemisahan sebagai bagiannya (Zuhdi, 2006). ini. Ranah budaya Melayu menjadi milik Kemudian, kolonialisme Hindia tiga bangsa yang sering disebut sebagai Belanda tidak mengubah keadaan “serumpun”. Namun, perkembangan selain memperpanjang kemandegan mutakhir memperlihatkan bahwa negeri ekonomi itu. Politik Rust en Orde tetangga Malaysia giat mengembangkan yang menekankan sektor perkebunan diri sebagai “pusat budaya Melayu”. dan kemudian pertambangan, Sementara budaya Melayu, yang sebagai primadona ekonomi, semakin jelas-jelas memberikan kontribusi besar menjadikan beberapa daerah sebagai pada pembentukan bangsa dan budaya periferi terhadap suatu pusat Indonesia di masa Pergerakan Nasional pertumbuhan (center of growth). (1908-1945) sebagaimana tampak Di daerah Riau, misalnya, pusat pada akar dan perkembangan bahasa pertumbuhan berada di Bangka, dengan Indonesia yang menjadi bagian ikrar pertambangan timah; Sumatera Timur persatuan ketika Sumpah Pemuda (28 dengan perkebunan; dan kemudian Oktober 1928), dalam kazanah budaya

88 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 nasional tampaknya tidak memberikan tidak lagi dipahami dalam kerangka sumbangsih yang mendalam, jika tidak pendekatan keamanan dan hukum ingin mengatakan terpinggirkan (Asnan, semata. Persoalan yang lebih relevan 2008). adalah masalah perkembangan Kemudian, dalam perkembangan ekonomi. Ketahanan dan integrasi politik, kawasan perbatasan melahirkan nasional di tingkat daerah berkaitan dan mengembangkan persoalan erat dengan kemajuan ekonomi. masing-masing. Daerah perbatasan Pembangunan daerah memperoleh memperlihatkan gejala dan keadaan perhatian yang lebih baik pada masa keterbelakangan (terutama secara Orde Baru (1966-1998). Namun, ekonomi), keterabaian (seperti dari orientasi kebijakan pembangunan pemerintah pusat), dan keterpencilan yang sentralistik dan konsentris (yang berkaitan dengan keadaan menyebabkan pertumbuhan ekonomi prasarana dan sarana perhubungan). antar daerah menjadi tidak seimbang. Suatu kearifan diperlukan dalam Sejumlah daerah masih berada pada memandang, memahami, dan keadaan tertinggal dibandingkan daerah memperlakukan daerah ini. lainnya, terutama daerah di pulau Oleh karena itu, dari perspektif Jawa. Clifford Geertz dan pakar Sejarah sejarah tampak jelas bahwa ketika Ekonomi Indonesia lainnya memakai jaringan komunikasi antar tempat kerangka penjelasan Indonesia Dalam belum terintegrasi dan sentralistik, (pulau Jawa dan Madura) dan Luar daerah-daerah “perbatasan” merupakan (daerah lainnya), yang telah digunakan pusat, atau bagian dalam lingkup pada masa penjajahan Hindia geografis masing-masing, bukan Belanda (dalam Lindblad ed., 2002). perbatasan. Seperti yang diuraikan Ketidakmerataan ini tidak sempat bahwa kolonialisme menjadikan diperbaiki selama masa Orde Baru. daerah-daerah itu sebagai pinggiran Otonomi daerah merupakan langkah atau perbatasan. Oleh karena itu, awal untuk membenahi perekonomian pemahaman tentang daerah perbatasan daerah yang sempat terabaikan seyogyanya ditempatkan pada konteks pada masa Orde Baru tersebut. dan proporsi yang sesuai (Zuhdi, 2006b). Dalam kebijakan desentralisasi dan Masalah utama dalam menelaah dekonsentrasi yang lebih luas ini, daerah perbatasan terletak pada proses pemerintah dan masyarakat daerah integrasi nasional. Daerah perbatasan menyongsong kesempatan ekonomi memiliki sifat yang rentan terhadap yang terbuka, baik di tingkat regional, pengaruh yang datang dari negeri nasional, maupun internasional. Dalam tetangga, sehingga menimbulkan cakrawala kebijakan nasional ini, faktor-faktor disintegratif dan benih- daerah diharapkan mengambil prakarsa benih separatisme. Apalagi, daerah dan melihat peluang yang membentang ini merupakan kawasan terdepan untuk meraih kemajuan sebagai bagian yang rawan penyeludupan dan dari pembangunan nasional. tindakan subversif lainnya. Memang, Keunggulan daerah menjadi kunci persoalan yang disampaikan ini masih dalam persaingan meraih kemajuan memperlihatkan sudut pandang dari ini. Keunggulan daerah merentang kaca mata pusat dan pendekatan yang dari kekayaan SDA (Sumber Daya legalistik. Alam), kualitas SDM (Sumber Daya Pendekatan mutakhir menunjukkan Manusia) hingga kesiapan infrastruktur bahwa kegiatan yang illegal itu memiliki yang dimiliki. Comparative dan akar kesejarahan dan latar belakang competitive advantages bertalian erat budaya setempat. Oleh karena itu, dengan persoalan entrepreneurship persoalan di daerah perbatasan (kewirausahaan). Infrastruktur,

89 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan beserta sarana perhubungan, menjadi cerdik dalam memanfaatkan celah-celah jembatan dan wadah kegiatan konsepsi laut bebas (freedom of the seas) yang dianut negara-negara besar. Apalagi serta perkembangan ekonomi yang doktrin ini diikuti oleh falsafah pasar didorong oleh faktor-faktor tersebut bebas (free market). Adanya pembuatan (Nelson, 1977). Dalam pembicaraan perjanjian internasional secara bilateral ini pembatasan diberikan pada kedua dan multilateral diperlukan untuk aspek, yakni: kewirausahaan dan menjamin kedaulatan (dalam Sukmawati & Tangkilisan, 2012:326). faktor perhubungan menjadi perhatian dalam upaya mendorong perkembangan Selanjutnya, Hartarto Sastrosoenarto ekonomi daerah perbatasan.3 juga menyatakan sebagai berikut:

Membangun Daerah Maritim Secara ekonomi, kedaulatan atas wilayah Perbatasan laut bertalian erat dengan konsep Zona Dalam sudut pandang NKRI Ekonomi Eksklusif (ZEE). Sejalan dengan (Negara Kesatuan Republik Indonesia), perkembangan teknologi, potensi bawah laut mulai diketahui dan bermanfaat daerah perbatasan adalah beranda besar untuk kesejahteraan bangsa. terdepan negeri, yang nilai strategis Potensi perikanan laut Indonesia telah dan signifikannya tidak kalah dengan lama disadari dan diolah, namun belum daerah lainnya. Indonesia adalah dikelola lebih lanjut untuk memberikan negeri bahari yang memiliki sejumlah manfaat yang lebih besar. Oleh karena itu, perlu diambil langkah-langkah untuk perbatasan laut dengan negeri tetangga. menertibkan perusahaan asing yang Tentang negeri maritim ini, Hartarto bergerak di bidang penangkapan ikan Sastrosoenarto,4 Menteri Perindustrian laut agar Indonesia mendapat manfaat pada masa pemerintah Orde Baru lebih besar. Kandungan minyak, gas, dan mineral bawah laut juga telah tahun 1980/1990-an, menyatakan diketahui. Sayangnya, selama ini potensi sebagai berikut: itu lebih banyak dikerjakan oleh pihak asing yang memiliki teknologi dan [...] sebagai negara maritim, Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal harus mempertahankan dan menegakkan untuk pengembangan industri di dalam kedaulatan atas laut dan perairan negeri (dalam Sukmawati & Tangkilisan, miliknya. Berkaitan dengan letaknya 2012:326). yang strategis untuk jalur pelayaran antarbenua dan samudera, kedaulatan ini Pengembangan potensi ekonomi menjadi penting. Indonesia harus jeli dan maritim tersebut mencakup

3Pembangunan kawasan perbatasan menjadi pendayagunaan sumber daya hayatinya. agenda berbagai lembaga dan instansi pemerintah, Malahan dengan skema pohon industri, mulai dari BAPPENAS (Badan Perancang Pembangunan air laut menyimpan manfaat yang luar Nasional) hingga Kementerian terkait. BAPPENAS memiliki Sub Direktorat Kawasan Khusus Perbatasan biasa untuk dikembangkan lebih lanjut yang memiliki program untuk kawasan tersebut; untuk kesejahteraan bangsa. Kawasan dan Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah maritim juga menyimpan potensi pada tahun 2002, melalui Ditjen (Direktorat Jenderal) Penataan Ruang, sempat membuat Strategi dan non-hayati seperti pengembangan Konsepsi Pengembangan Kawasan Perbatasan Negara. sebuah tempat rekreasi yang berkaitan Keduanya merupakan contoh yang meninggalkan banyak perencanaan serupa di instansi lainnya, dengan kepariwisataan, olahraga air, termasuk sejumlah LSM (Lembaga Swadaya hingga kesenian bahari. Kesemua ini Masyarakat) yang menaruh perhatian pada masalah memerlukan suatu kehendak politik tersebut. 4Hartarto Sastrosoenarto adalah mantan (political will) dari pemangku kebijakan Menteri sejak masa puncak Orde Baru hingga awal negara (Sastrosoenarto, 2006). Reformasi (1984 hingga 1999) yang masih menyimpan Berkenan dengan perbatasan udara, keprihatinan dan harapan untuk Indonesia yang maju pada masa mendatang, sebagaimana yang tampak menurut Hartarto Sastrosoenarto, ada pada karya dan pemikirannya. Lihat, selanjutnya, suatu persoalan yang perlu segera Hartarto Sastrosoenarto (2006); Carmelia Sukmawati & Yuda B. Tangkilisan (2012); dan Yuda B. Tangkilisan diselesaikan dengan negeri tetangga. (2012). Ia menyatakan bahwa kedaulatan

90 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 atas penguasaan udara pun harus mendorong kesadaran dan kebanggaan dilakukan. Khusus kedaulatan udara sebagai bangsa bahari (Ali, 2012 dan atas Provinsi Kepulauan Riau perlu 2013). Langkah selanjutnya, berbekal diselesaikan dengan pemerintah kesadaran dan kebanggaan itu, adalah Singapura, karena Indonesia telah lama pengembangan budaya maritim. mempunyai kemampuan teknis untuk Budaya maritim akan mendorong melaksanakan program pengaturan dinamika masyarakat, terutama yang lalu-lintas udara (Sastrosoenarto, 2006; berada di kawasan terpencil dan dan Sukmawati & Tangkilisan, 2012). perbatasan, agar mampu mengelola Sebagai negeri maritim, peranan dan mendayagunakan sumber daya angkutan laut tentunya sangat penting. alam yang melimpah dengan berbekal Sehubungan dengan itu, Hartarto ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Sastrosoenarto mengungkapkan Dalam tingkat yang paling tinggi, kembali pandangannya sebagai berikut: budaya maritim mampu menggerakan industri maritim yang merupakan motor Peranan perhubungan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. mobilitas manusia dan pengangkutan Dengan begitu, ketahanan ekonomi barang di negara kita amatlah penting. Mobilitas ini mencakup kepentingan yang tercipta berbalut budaya maritim ekonomi, pariwisata, dan juga mencari merupakan perisai untuk pengaruh dan pendidikan yang lebih baik, maupun intervensi yang mungkin merasuk dari untuk keperluan pribadi lainnya. Karena luar membawa niat destruktifnya ke itu perlu terus didorong transportasi di berbagai daerah seperti Kalimantan, Indonesia. Dengan sendirinya, sistem Maluku, NTT (Nusa Tenggara Timur), dan pertahanan nasional memperoleh NTB (Nusa Tenggara Barat). Pemerintah dukungan dan keterlibatan penuh dari dapat memberikan insentif fiskal bagi seluruh lapisan masyarakat, termasuk perusahaan penerbangan dan perkapalan yang berada di berbagai pelosok tanah untuk mengangkut penumpang dan barang-barang untuk daerah-daerah air. Pelayaran rakyat merupakan salah tersebut. Sedangkan untuk daerah satu unsur pendorong yang mampu terpencil, misalnya daerah pedalaman mencapai tujuan itu (Sianturi, 2007). Kalimantan, Papua, dan Nias, tetap perlu dipertahankan angkutan perintis. Pemerintah dapat segera menangani hal Pelayaran Rakyat tersebut di atas dengan menawarkan Pelayaran nasional, terutama peluang ini kepada pihak swasta perusahaan besar dan sedang, sempat (Sastrosoenarto, 2006:131-132). berjaya dalam melayani jasa angkutan laut sejak pengakuan kedaulatan negara Kajian tentang sejarah maritim telah Indonesia (1949) hingga terbit kebijakan dirintis dan dikembangkan oleh Adrian pembesituaan dan pemotongan kapal- B. Lapian (1987, 1991, 2008, dan kapal yang dianggap tidak laik melaut. 2009), yang dilanjutkan oleh Richard Z. Kebijakan ini menurunkan jumlah Leirissa (1994), Singgih Tri Sulistiyono kapal yang sebelumnya beroperasi. (2003), Susanto Zuhdi (2010), dan Oleh karena permodalan yang kurang lainnya. Deklarasi Djuanda tahun mantap dan prosedur peminjaman yang 1957 memantapkan Indonesia sebagai tidak mudah, pelayaran nasional tidak negara maritim (Kusumaatmadja, dapat segera meremajakan armada 1978). Oleh karena itu, pengembangan perkapalannya (TP, 2009). sejarah maritim menjadi penting dan Sementara, armada pelayaran sangat relevan untuk menggali potensi rakyat tidak tersentuh oleh kebijakan dan sumber daya nasional untuk itu. Malahan, pangsa angkutan kemajuan bangsa secara keseluruhan. mereka tidak bertambah besar seperti Historiografi sejarah maritim mampu mengambil-alih peranan pelayaran menumbuhkan, memupuk, dan nasional skala sedang dan besar,

91 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan karena daya angkut yang terbatas dan mengingat gerbang persaingan global teknologi pelayaran yang sederhana. telah terkuak dan mau tidak mau harus Juga mereka menghadapi persaingan dihadapi berikut segala resikonya. dari pelayaran perintis, yang menjadi Fokus perhatian mengarah pada kebijakan angkutan laut pemerintah pelayaran rakyat di daerah perbatasan Indonesia sejak tahun 1950-an. dan tertinggal, seperti Kepulauan Riau Sinergi dan kemitraan yang (Kepri). Walau penyebutan “tertinggal” diharapkan tumbuh dan berkembang masih harus diuji dengan statistik di antara keduanya tidak selalu terjadi perekonomian daerah tersebut. dan berjalan harmonis. Oleh karena Kepulauan Riau, yang dibentuk itu, pengusaha pelayaran rakyat sulit beberapa tahun lalu, telah lama terbuka untuk berkembang menjadi pengusaha terhadap kedatangan kapal-kapal dari perkapalan tingkat menengah, apalagi berbagai tempat dan manca-negara, perusahaan besar. Lagi pula, mereka seiring dengan kejayaan kerajaan tidak memperoleh perhatian pemerintah pesisir dan pelabuhan seperti Malaka, yang semestinya dalam pembangunan Aceh, dan Singapura. Sumber daya sistem transportasi laut nasional yang alam provinsi ini sangat luar biasa, efisien, tangguh, dan berkelanjutan. mulai dari bahan tambang hingga Menghadapi era perdagangan bebas, hasil maritim. Pelayaran di provinsi mereka menghadapi kemungkinan ini berada di tengah-tengah tarikan persaingan baru dengan penghapusan dua pusat perdagangan, yakni Batavia kebijakan cabotage. Kapal-kapal asing (yang kemudian menjadi Jakarta dalam menjadi leluasa untuk masuk ke lingkup nasional) dan Singapura (pada jalur pelayaran rakyat yang perlahan tataran internasional). Penyelundupan namun pasti akan menggerogoti yang kerap terjadi di perairan provinsi keuntungan yang sudah semakin antara lain melibatkan pelayaran menurun. Oleh karena itu, langkah- rakyat. Tentunya, kegiatan ini harus langkah penanggulangan harus segera dicegah dengan memberikan jalan dilakukan sebelum terlambat dan keluar, berupa pemberian bantuan, mereka semakin terpuruk, untuk fasilitas, hingga pelatihan yang tidak dapat bangkit kembali dalam dibutuhkan. waktu lama. Penanggulangan itu Selanjutnya, pelayaran nasional tidak hanya berupa kebijakan dan harus mampu bangkit agar segera keterlibatan pemerintah, pusat dan bersiap-siap menghadapi persaingan daerah, melainkan juga terlebih penting global dalam lingkup perdagangan bagaimana mendorong semangat dan bebas. Pelayaran nasional, yang mana daya berusaha mereka agar tegar dalam pelayaran rakyat menjadi bagiannya, menghadapi tantangan (Tangkilisan, merupakan aset strategis dalam 2010). membangun pertahanan nasional, Adalah sangat menarik untuk terutama di daerah perbatasan yang mempelajari permasalahan yang memiliki kawasan maritim. Pelayaran dihadapi oleh pelayaran rakyat dari rakyat dapat menjalankan fungsi zaman ke zaman dalam rangka itu demi kepentingan nasional dan menemukan simpul yang menjadi kedaulatan Negara Kesatuan Republik duduk perkara dan jalan keluarnya di Indonesia (NKRI). masa lampau sebagai solusi bagi masa Pelayaran rakyat tidak hanya penting kini. Kerangka pikir yang melandasi dalam melayani angkutan tradisional tujuan ini adalah upaya untuk tetapi juga membuka banyak lapangan membangkitkan pelayaran nasional kerja. Secara langsung, armada yang telah lama terpuruk. Keadaan ini pelayaran rakyat menyerap pelaut dan tidak dapat dibiarkan berlama-lama karyawan perusahaan, walau dalam

92 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 jumlah yang terbatas. Lalu, kegiatannya Tangkilisan, 2011:66). mendorong kesibukan di pelabuhan yang melibatkan beragam pekerja, Penerbangan Perintis mulai dari kuli angkut hingga angkutan Keadaan geografi Indonesia darat. yang sedemikian beragam, mulai Pelayaran rakyat menghubungkan dari perairan hingga pegunungan, sejumlah tempat yang jaraknya relatif mempengaruhi keadaan daerahnya. tidak berjauhan. Dalam lintas angkutan Banyak daerah masih belum terbuka, itu, jalinan komunikasi antar tempat atau terpencil, dan sulit dijangkau. terbentuk dan membuka ruang saling Seperti, misalnya, banyak tempat kesepahaman antar etnik dan budaya. pemukiman penduduk sulit untuk Apabila di masa lampau, zaman dijangkau oleh moda angkutan darat, kolonial Belanda, pelayaran KPM oleh karena keadaan alamnya berupa (Koninklijke Paketvaart Maatschappij) dataran tinggi, lereng, dan hutan lebat menimbulkan dampak sampingan sehingga pembangunan sarana jalan berupa jalinan komunikasi antar raya menghadapi medan yang berat penduduk kolonial yang menghasilkan dan berbiaya tinggi, beserta dampak kesadaran bersama, untuk selanjutnya lingkungan yang rentan (Tangkilisan & berkembang menjadi rasa cinta tanah- Pradjoko, 2009). air, pelayaran rakyat pun menyambung Selanjutnya, pulau Kalimantan dan memelihara jalinan interaksi yang memiliki topografi berupa sungai, dalam pembinaan integrasi nasional rawa, dan hutan lebat memiliki tingkat (Sulistiyono, 2008). Rasa kebersamaan kesulitan pembangunan sarana dan cinta tanah-air lebih penting dari angkutan jalan raya yang kurang lebih sekedar pembinaan teritorial yang serupa. Sementara, pulau ini memiliki dilandaskan pada kekuatan militer, garis perbatasan yang panjang dengan untuk mempertahankan kesatuan dan negari tetangga, Malaysia dan Brunei persatuan bangsa dalam kerangka Darussalam. Juga tingkat kesejahteraan NKRI. antara penduduk di wilayah perbatasan Pembinaan integrasi nasional dibandingkan negeri tetangga sangat tidak dapat lagi hanya bertumpu tidak seimbang. Penduduk perbatasan pada penanaman nilai-nilai atau Indonesia masih berada dalam tingkat ideologi dan dengan pendekatan perkembangan yang tertinggal, bahkan keamanan. Perkembangan global sebagian mereka bergantung pada dewasa ini memperlihatkan bahwa pasokan dari negeri tetangga untuk pemberdayaan masyarakat dan memenuhi kebutuhan hidup sehari- perkembangan ekonomi memainkan hari. Keadaan wilayah perbatasan di peranan penting dalam pembinaan daerah-daerah lainnya dalam konteks itu. Pelayaran rakyat, sebagai salah tertentu memperlihatkan permasalahan satu pelaku ekonomi di daerah-daerah yang tidak jauh berbeda (Jinca & Raga, terpencil dan perbatasan, mampu 2008). memainkan peran penting dalam Di tengah-tengah keterbatasan proses pembinaan integrasi nasional. moda transportasi darat dan laut, Namun, pemahaman mengenai peran pilihan lainnya adalah angkutan udara. strategis pelayaran rakyat dalam Memang, pembangunan angkutan menggerakan perekonomian di daerah udara mampu memenuhi kebutuhan dan mendorong proses integrasi masyarakat dalam melakukan segala nasional belum dipahami secara meluas kegiatan mereka, terutama lintas di masyarakat, termasuk di kalangan daerah. Sesungguhnya, sejarah pengambil keputusan, baik di tingkat angkutan udara nasional telah bermula pusat maupun di daerah (Wibowo & sejak masa perjuangan kemerdekaan

93 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan dan pengakuan kedaulatan Indonesia banyak menimbulkan kerugian. Namun (1945-1949). Pada tahun 1949, pelayanan jasa angkutan nasional tidak selalu bertumpu pada pertimbangan misalnya, sebuah perusahaan ekonomi. Pertimbangan politik dan juga penerbangan komersial didirikan. budaya tidak dapat diabaikan. Hal yang Namun oleh karena pengaruh keadaan tidak kalah penting adalah perwujudan di tanah-air, wilayah operasinya komunikasi dan transportasi antar-daerah berada di Birma (Myanmar sekarang). di tanah air yang semakin lancar dengan adanya penerbangan perintis, termasuk Pengelolaan perusahaan yang baik antara pusat dan daerah. Selain itu, aspek memungkinkannya untuk melakukan strategi pertahanan tidak boleh dilupakan, penambahan armada penerbangan, karena melalui jaringan penerbangan ini, yang pada saat pembubarannya, aset daerah-daerah perbatasan dan terpencil menjadi terawasi dan merupakan bagian itu diserahkan kepada pemerintah dari komunikasi nasional […]. Dewasa Birma (Tangkilisan, 2011). ini, penerbangan perintis masih menjadi Segera setelah pengakuan andalan. Setelah lebih dari 60 tahun kedaulatan, pengaturan angkutan merdeka (Angkasa, No.3, XXV, 1975:7). udara nasional dilakukan untuk kepentingan membangun suatu bangsa Juga perhatikan kutipan langsung dan negara baru. Sesuai dengan berikut ini: ketentuan Perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar), suatu perusahaan Dewasa ini, penerbangan perintis masih menjadi andalan. Setelah lebih patungan penerbangan nasional, dari 60 tahun merdeka, masih banyak antara KLM (Koninklijke Luchtvaart daerah yang belum terjangkau jaringan Maatschappij) dan pemerintah Republik perhubungan nasional. Pertumbuhan dan Indonesia, dibentuk yang diberi nama perkembangan ekonomi yang tidak merata, terutama setelah krisis moneter yang Garuda Indonesian Airways (GIA). melanda, menjadikan pembangunan suatu Namun kebijakan pemerintah tidak jaringan nasional sebagai sesuatu yang hanya berhenti pada upaya ini. sangat penting dan mendesak. Apalagi Setelah pendirian perusahaan di daerah-daerah perbatasan, godaan penerbangan komersial berikutnya, perbedaan kemajuan ekonomi dari negeri tetangga harus diatasi, sehingga tidak berdasarkan Peraturan Pemerintah menimbulkan anggapan terabaikan yang Nomor 19 Tahun 1962, pada dapat mengganggu ikatan persatuan dan tanggal 6 September 1962, dan yang kesatuan nasional. Pembangunan jaringan dinamakan Merpati Nusantara Airlines dan sarana transportasi, terutama angkutan udara karena fungsinya yang (MNA), kebijakan yang berkaitan strategis dan segera, menjadi prioritas dengan pembangunan daerah utama (Tangkilisan & Pradjoko, 2009:103). terpencil dicanangkan. Bermula dari gagasan membuat “Jembatan Udara Signifikansi masalah dirgantara Kalimantan”, yang sebagaimana dalam konteks negeri bahari, dan disebutkan memiliki keadaan alam keterkaitannya dengan sistem angkutan yang sulit untuk dijangkau, pada nasional, memberikan gambaran bahwa tahun 1962, MNA diberi tugas untuk kenyataan sebagai negeri bahari, melaksanakan penerbangan perintis. Indonesia tidak serta-merta menjadikan Signifikansi penerbangan perintis sarana perhubungan laut yang utama tampak pada kutipan sebagai berikut: dan satu-satunya. Kemajuan teknologi memungkinkan pengembangan Pelayanan angkutan udara lainnya yang angkutan udara yang bisa jadi lebih tidak kalah penting dan menyangkut pembinaan integrasi bangsa serta efisien dan efektif dalam melayani integritas wilayah adalah penerbangan tempat-tempat yang terpisah oleh laut. perintis. Pelayaran angkutan ini tidak Demikian pula seharusnya pola memberikan keuntungan, malahan pikir tentang penyeliaan, penjagaan, dari penghitungan ekonomi lebih serta pembangunan keamanan

94 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 dan perbatasan maritim. Tumpuan Pemahaman dari sudut pandang kekuatan tidak harus membangun sejarah diharapkan mampu menyokong suatu armada laut yang besar, yang pencapaian maksud tersebut. Juga tentu saja memerlukan biaya tidak berbagai pemikiran dari tokoh-tokoh sedikit. Mungkin yang dapat menjadi yang pernah mengisi perjalanan dan pertimbangan adalah sistem pertahanan kelangsungan bangsa dan negara ini, terpadu yang melibatkan pembangunan tampaknya perlu digali dan digalakkan kekuatan udara. Dalam pada itu, agar tidak tertinggal oleh waktu, kebesaran, keluasan, dan potensi laut sehingga wacana dan pengetahuan akan kelihatan lebih jelas apabila dilihat yang penting, perlu, dan bermanfaat dari atas, daripada dari daratan, seperti besar tidak menghilang tanpa disadari. dari bukit dan pantai (Tangkilisan, Bangsa yang besar adalah bangsa 2010:125; dan Tangkilisan, 2011:409- yang menghargai jasa pahlawan- 422). pahlawannya.

Kesimpulan Masalah perbatasan tidak hanya Bibliografi berada dalam lingkup wilayah kedaulatan, tetapi juga merupakan Ali, Ismail. (2012). “Culturing Maritime Elements suatu pola pikir (mindset), terutama in Malay Proverbs: A Preliminary Observation” berkenaan dengan keterpencilan dan dalam TAWARIKH: International Journal for Historical Studies, Vol.4(1), hlm.21-36. keterbelakangan. Dalam perspektif Ali, Ismail. (2013). “The Teaching and Learning Tanah-Air, semua daerah adalah of Maritime History in Strengthening the pusat dan tidak ada daerah atau National Identity in Malaysia-Indonesia: kawasan pinggiran. Namun, Indonesia Challenges and Future”. Makalah dalam tidak mengenal struktur pusat dan Seminar Internasional tentang Sejarah dan Pendidikan Sejarah di Kampus UVRI daerah sebagai ikatan sub-ordinasi, [Universitas Veteran Republik Indonesia], melainkan sebagai suatu kesatuan yang Makassar, Sulawesi Selatan, pada tanggal 19- mencerminkan delegasi dan pembagian 21 Mei. kekuasaan dalam mengelola bangsa Anderson, Benedict R.O’G. (1972). The Concept of Power in Javanese Culture. Ithaca, New York: dan negara yang memiliki bentangan Cornell University Press. wilayah yang sedemikian luas untuk Angkasa [majalah], No.3, XXV, 1975, di Jakarta. mencapai tujuan bersama, seperti Asnan, Gusti. (2008). “Pusat – Pinggiran Dunia kesejahteraan yang merata. Melayu di Nusantara: Dahulu dan Sekarang” Aspek-aspek yang dibahas dalam dalam SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, Vol.1(1), tulisan singkat ini masih perlu hlm.13-26. dikembangkan dan diperdalam dari Geertz, Clifford. (1960). The Religion of Java. New berbagai sumber dan kerangka sudut York: The Free Press Glencoe. pandang interdisipliner. Memang, Hanita, Margaretha. (2002). “Strategi Pertahanan di Wilayah Perbatasan dengan Negara karya ini lebih dimaksudkan sebagai Tetangga dalam Perspektif Ketahanan kajian awal dalam mengeksplorasi Nasional: Studi Kasus Daerah Perbatasan permasalahan untuk dikembangkan di Kalimantan, Papua, dan Timor Barat”. lebih lanjut dalam forum diskusi Disertasi Doktor Tidak Diterbitkan. Jakarta: dialogis dan konstruktif. Permasalahan Program Studi Kajian Stratejik Ketahanan Nasional, Pascasarjana UI [Universitas daerah merupakan permasalahan Indonesia]. bersama dalam konteks bertanah-air Hornby, A.S., A.P. Cowie & A.C. Gimson. (1986). satu. Perjumpaan intelektual akan lebih Oxford Advanced Learner’s Dictionary of memperkaya pemahaman mengenai Current English: Regularly Updated. Oxford: Oxford University Press. dimensi perkembangan tanah-air Jinca, M. Yamin & Paulus Raga. (2008). dalam segala kompleksitas dan “Kondisi Layanan Angkutan Laut Perintis di keunggulannya. Daerah Tertinggal” dalam Warta Penelitian

95 YUDA B. TANGKILISAN, Indonesia dan Masalah Perbatasan

Perhubungan, Vol.20, No.11. Sulistiyono, Singgih Tri. (2008). “Sejarah Maritim Krooss, Herman E. & Charles Gilbert. (1972). Nusantara: Perkembangan dan Prospeknya”. American Business History. Englewood Cliff, Makalah dalam Seminar Arkeologi Maritim di NJ: Prentice-Hall, Inc. Kampus UI [Universitas Indonesia], Depok, Kusumaatmadja, Mochtar. (1978). Bunga Rampai pada tanggal 15 Februari. Hukum Laut. Jakarta: Bina Cipta. Suroyo, A.M. Djuliati. (2005). “Problems of Lapian, Adrian B. (1987). “Kebudayaan Bahari Sources and Methods in Indonesian Maritim di Kawasan Laut Sulawesi”. Makalah dalam History” dalam HISTORIA: Jurnal Pendidikan Seminar Kebaharian ASEAN, diselenggarakan Sejarah, Vol.VI, No.11 [Juni]. oleh LIPI [Lembaga Ilmu Pengetahuan Tangkilisan, Yuda B. & Didik Pradjoko. (2009). Indonesia] di Museum Nasional, Jakarta, “Peranan Penerbangan Perintis dalam Indonesia. Integrasi Nasional dan Perkembangan Lapian, Adrian B. (1991). “Sejarah Nusantara, Ekonomi di Kalimantan Barat, Nusa Tenggara Sejarah Bahari”. Naskah Pidato Pengukuhan Timur, dan Papua”. Laporan Penelitian Tidak Guru Besar Ilmu Sejarah di Fakultas Sastra Diterbitkan. Depok: Hibah Strategis Nasional UI (Universitas Indonesia), Kampus UI Depok, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Jawa Barat, Indonesia. UI [Universitas Indonesia]. Lapian, Adrian B. (2008). Pelayaran dan Tangkilisan, Yuda B. (2010). “Laut di Antara Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17. Berkah dan Kutukan” dalam Prisma: Majalah Jakarta: Komunitas Bambu. Pemikiran Sosial-Ekonomi, Vol.29, No.1 Lapian, Adrian B. (2009). Orang Laut, Bajak Laut, [Januari], hlm.119-125. Raja Laut. Jakarta: Komunitas Bambu. Tangkilisan, Yuda B. (2011). “Penerbangan Leirissa, Richard Z. (1994). Halmahera Timur dan Perintis dalam Integrasi Nasional dan Raja Jailolo: Pergolakan Sekitar Laut Seram Perkembangan Ekonomi Kawasan Awal Abad 19. Jakarta: Balai Pustaka. Persisir: Suatu Kajian Awal” dalam Dyah Lindblad, J. Thomas [ed]. (2002). Fondasi Historis R. Sudibyakto & Raditya Jati Hisbaron Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka [eds]. Prosiding Seminar Perubahan Iklim di Pelajar & Pusat Studi Sosial Asia Tenggara. Indonesia: Mitigasi dan Strategi Adaptasi dari Nelson, Robert E. (1977). ”Entrepreneurship Tinjauan Multidisiplin. Yogyakarta: Sekolah Education in Developing Countries” dalam Pascasarjana UGM [Universitas Gadjah Asian Survey, Vol.17, No.9 [September], Mada], hlm.409-422. hlm.880-885. Tangkilisan, Yuda B. (2012). “The Impossible Sastrosoenarto, Hartarto. (2006). Industrialisasi is Possible: Hartarto Sastrosoenarto and serta Pembangunan Sektor Pertanian dan Industrialization in Indonesia, 1983-1993” Jasa Menuju Visi Indonesia 2030. Jakarta: dalam TAWARIKH: International Journal for Gramedia Pustaka Utama. Historical Studies, Vol.4(1), hlm.83-102. Sianturi, Eddy M.T. (2007). “Pemberdayaan TP [Tim Penyusun]. (2009). “Sejarah Departemen Armada Pelayaran Rakyat Guna Mendukung Perhubungan: Dinamika Transportasi di Optimalisasi Penyelenggaraan Pertahanan Indonesia dari Masa ke Masa”. Laporan Negara: Studi Kasus Pelabuhan Sunda Penelitian Tidak Diterbitkan. Jakarta: Badan Kelapa” dalam http://buletinlitbang.de[han. Penelitian dan Pengembangan Dephub go.index.asp?vnomor=20&mnorutisi=7 RI [Departemen Perhubungan Republik [diakses di Jakarta, Indonesia: 27 Desember Indonesia]. 2012]. Wibowo, Priyanto & Yuda B. Tangkilisan. (2011). Sukmawati, Carmelia & Yuda B. Tangkilisan. “Pelayaran Rakyat dalam Integrasi Nasional (2012). Perjalanan, Pemikiran, dan Karya dan Perkembangan Ekonomi Kepulauan Riau Hartarto Sastrosoenarto: Menteri Perindustrian dan Maluku Utara, 1950-2010”. Laporan 1983-1993, Menteri Koordinator 1993-1999. Penelitian Tidak Diterbitkan. Depok: Hibah Jakarta: Yayasan Pidi. Riset Strategis Nasional UI [Universitas Sulistiyono, Singgih Tri. (2003). The Java Sea Indonesia]. Network: Patterns in the Development of Zuhdi, Susanto. (2006a). “Laut, Sungai, dan Interregional Shipping and Trade in the Process Perkembangan Peradaban Dunia Maritim of Economic Integration in Indonesia, 1870s- Asia Tenggara, Indonesia, dan Metodologi 1970s. Leiden, Netherlands: Leiden University Strukturis”. Makalah dalam Konferensi Press. Nasional Sejarah VIII di Jakarta. Sulistiyono, Singgih Tri. (2006). “Laut Jawa Zuhdi, Susanto. (2006b). “Mengapa Bukan Pulau sebagai Faktor Integratif Wilayah Indonesia: Terdepan?” dalam surat kabar Kompas. Sebuah Refleksi Historis tentang Periode Jakarta: 5 September. Kolonial Belanda”. Makalah dalam Diskusi Zuhdi, Susanto. (2010). Sejarah Buton yang Arung Sejarah Bahari I, Jakarta-Surabaya, Terabaikan: Labu Rope Labu Wana. Jakarta: pada tanggal 24 Juli. Rajawali Pers.

96 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Info-susurgalur-tainment

SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan. Jurnal ini pertama kali diterbitkan pada tanggal 20 Mei 2008, bersamaan dengan Hari Kebangkitan Nasional di Indonesia. Sejak edisi Mei 2009, jurnal SOSIOHUMANIKA diterbitkan oleh ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia) di Bandung. Untuk informasi lanjut, silahkan kunjungi website kami di: www. sosiohumanika-jpssk.com dan www.aspensi.com Alamat e-mail: [email protected] dan [email protected]

97 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Telah terbit EDUCARE: International Journal for Educational Studies. Jurnal ini diterbitkan setiap bulan Agustus dan Februari. Sejak pertama kali terbit, tanggal 17 Agustus 2008, jurnal ini merupakan hasil kerjasama antara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMP (Universitas Muhammadiyah Purwokerto) di Jawa Tengah dengan Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia (ASPENSI) di Bandung. Untuk berlangganan dan informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website kami di: www. educare-ijes.com dan www.aspensi.com; atau hubungi e-mail kami di: [email protected] dan [email protected]

98 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Telah terbit TAWARIKH: International Journal for Historical Studies. Jurnal ini diterbitkan sejak tanggal 28 Oktober 2009 dan selalu terbit setiap bulan Oktober dan April. Sejak edisi April 2012, jurnal ini diterbitkan atas kerjasama antara Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UVRI (Universitas Veteran Republik Indonesia) di Makassar, Sulawesi Selatan dengan Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia (ASPENSI) di Bandung, Jawa Barat. Bagi yang ingin berlangganan dan informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website kami di: www.tawarikh-journal.com dan www. aspensi.com; atau hubungi e-mail kami di: [email protected] dan [email protected]

99 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Telah terbit ATIKAN: Jurnal Kajian Pendidikan. Jurnal ini pertama kali diterbitkan sejak tanggal 1 Juni 2011 dan selalu terbit setiap bulan Juni dan Desember. Sejak edisi Juni 2012, jurnal ini diterbitkan atas kerjasama antara Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSUR (Universitas Suryakancana) di Cianjur dengan Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia (ASPENSI) di Bandung. Bagi yang ingin berlangganan dan informasi lebih lanjut, silahkan kunjungi website kami di: www.atikan-jurnal.com dan www.aspensi.com; atau hubungi langsung e-mail kami di: [email protected] dan aspensi@ yahoo.com

100 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Indeks Pengarang

Abdul Raof, Abdul Rahma. 67, 73. Mappiere, A. 78, 83. Adam, Ahmat. 50-53, 55, 59. Miskawaih, Ibn. 19-20, 26. Ali, Ismail. 27-40, 91, 95. Mundy, Ridney. 38-39. Anwar, Yozar. 82-83. Mustapha, Ramlee. 61-74. Appel, George N. 38-39. Aprim, Red. 4-6, 8, 10. Nelson, Robert E. 90, 96. Arifin, Bey. 15, 18, 25. Nichol, Robert. 33, 39. Asnan, Gusti. 88-89, 95. Nigel, Heyward. 29, 39. Nodia, Ghia. 47, 60. Brakel, L.F. 19, 26. Browen, D.E. 32, 39. Omar, Asmah. 31, 39. Budiharto, Sutrisno. 42, 59. Ongkili, J.P. 28, 39.

Cooper, Glen M. 4, 10. Pollard, Elizabeth. 34, 39. Prasetyo, E. 76, 84. Daeng Materu, M.S. 47, 59. Purnama, Feri. 44, 60. Devi, Shinta. 49, 59. Djahiri, A. Kosasih. 19, 26. Razaq Ahmad, Abdul & Andi Suwirta. 73-74. Djojonegoro, Wardiman. 68, 71-73. Rahmadi, F. 44-45, 60. Delisle, Jean. 2, 7, 10. Ramly, A.W. 84. Dickson, M.J. 34-35, 39. Rawlins, Joan. 29-30, 33, 36, 40. Ricklefs, M.C. 78, 84. Esten, Mursal. 19, 22-23, 26. Robson, S.O. 19, 26. Rubbin, A.P. 30, 40. Fisher, H. 21, 26. Rutter, Owen. 29, 40. Forest, Thomas. 28-29, 39. Sagimun. 79, 84. Gagu, Obeth. 83. Sandin, Benedict. 28, 34-35, 40. Geertz, Clifford. 86, 95. Sianturi, Eddy M.T. 91, 96. Gomes, Edwin H. 29, 39. Singh, Ranjit. 31-32, 40. Gutas, Dimitri. 1, 9-10. Soyomukti, N. 80-81, 84. Sukisman, W.D. 57, 60. Hamachek, D.E. 77, 83. Supriadi, Dedi. 68-70, 72, 74. Hanita, Margaretha. 86, 95. Suryadinata, Leo. 42-43, 48-50, 56-57, 60. Hatta, M. 76, 83. Sutrisno, Sulastin. 13, 26. Hayes, John Richard. 3, 5-7, 10. Heryanto, Ariel. 13, 26. Tama, Novian Budi. 82, 84. Hunt, J. 28, 39. Tangkilisan, Yuda B. 85-96. Tarling, Nicholas. 34, 40. Ikram, Achadiati. 16, 26. Tate, D.J.M. 30, 32, 35-36, 38, 40. Taufik, I. 42, 60. Jinca, M. Yamin & Paulus Raga. 93, 95. Teeuw, A. 13, 18-19, 22-23, 26. Joe Lan, Nio. 48, 51, 59. Tilaar, H.A.R. 77, 81, 83-84. Jusuf, Jumsari. 16-24, 26. Toer, Pamoedya Ananta. 54, 60. Jusuf, Tedy. 48, 59. Umberan, Musni et al. 16-24, 26. Keppel, Henry. 37, 39. Khallikan, Ibn. 6, 10. Warren, James Francis. 28-30, 35-36, 40. Koentjaraningrat. 21, 26. Wibowo, P. & Y.B. Tangkilisan. 93, 96. Kohn, Hans. 47, 60. Wijaya, Daya Negri. 75-84. Kosasih, Ahmad. 41-60. Winstedt, Sir Richard. 18, 20, 26. Kosasih, E. 11-26. Wiriaatmadja, Rochiati. 69, 74. Kusumaatmadja, Mochtar. 87, 91, 96. Wright, Leigh R. 28, 40. Lapian, A.B. 28, 39, 91, 96. Yakusa, Jaka. 82, 84. Leirissa, Richard Z. 91, 96. Lesmana, Maman. 1-10. Zakhir, Marouane. 2-3, 9-10. Lubis, M. 76, 83. Zuhdi, Susanto. 86-89, 91, 96.

101 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013

Indeks Subjek

Age of the pirate. 28. Maktab Teknik. 64-65. Al-Qur’an dan Al-Hadist. 15, 18. Malaikat Jibril. 17-18. Allah SWT. 14-15, 17, 20, 25. Medan Prijaji. 44, 51. Ambacht School van Soerabaja. 68. Mentalitas pemuda. 75, 77-83. Anak pergerakan. 79-80. Asia Tenggara. 11, 27-30, 33, 35-36, 47. Nabi Muhammad SAW. 1-2, 18, 21, 25. Nahdlatul Ulama. 79. Bahasa Arab. 1-5, 7, 9. Netherlands East Indies. 62. Balai Latihan Kerja. 70. Nilai-nilai moral. 11, 24-25. Balangingi. 27-29, 35-36. Nusantara. 28, 47, 61-62, 73. Bayt al-Hikmah. 5, 8. Bintang Hindia. 53. Orde Baru. 89-90. Bumiputera. 41-42, 46, 49, 59. Osamu Seirei. 58. Otonomi daerah. 89. Center of growth. 88. Overseas Higher Education. 63. Chung Hwa Hui. 43. Critical Days. 7. Pendidikan Sistem Ganda. 62, 71-73. Penerbangan perintis. 93-95. Daulat Ra’jat. 46. Perburuan hamba. 27, 29, 33-35. Dayak Laut. 27-29, 31-39. Pergerakan nasional. 78-81, 83. Deklarasi Djuanda. 87, 91. Pers Tionghoa. 41-43, 51-59. Departemen Tenaga Kerja. 69. Rabbul Izati. 18. Era Reformasi. 75, 77, 81-83. Raja di Laut. 27-28. Eropa Barat. 47. Rang Undang-Undang. 66. Etnik China. 43, 47. Revolusi Tiongkok. 45. Europeesch Lagere School. 54. Sarawak. 27-28, 31-39. Fikiran Ra’jat. 46. Sastera Melayu Islam.12, 14-16. Filipina. 27, 38. Sejarah maritim. 27, 39. Founding Fathers. 87. Sekolah Menengah Kejuruan. 61, 69-73. Frontier. 85-86. Sijil Pelajaran Malaysia. 66. Soeara Publiek. 54, 56. Garuda Indonesian Airways. 94. Subhanahu Wa-Ta’ala. 14, 25. Golongan peranakan. 49, 51. Tanah-Air. 87. Hak Azasi Manusia. 12. Time Sector Privatisation. 62, 67, 73. Hermeneutica. 7. Timur Asing. 45. Hero bangsa Melayu. 38. Tiong Hoa Hwee Koan. 43, 50, 52, 55. Hikayat Raja Khaibar. 11, 16-24. Transformasi Pendidikan Vokasional. 67. Hunayn bin Ishaq. 1, 3-8. Ummayah. 1-3. Indo-Eropa. 43. Universiti Gadjah Mada. 71. Indonesia Merdeka. 46. United Kingdom. 63. Iranun. 27-30, 38. Unsur latar. 20-22.

Jabatan Kerja Awam. 62. Vereneegde Oost-Indische Compagine. 88. James Brooke. 33-34, 36-39. Vocational Teachers’ Training Centre. 64.

Khalifah Al-Makmun. 3-5, 8-9. Wajar Dikdas 9 Tahun. 68-69. Ki Hajar Dewantara. 14. Wawasan Nusantara. 87. King of the Seas. 27-.28 Wawasan 2020. 68. Wazir Berempat. 32. Lanun. 27-28, 30-39. Wijken stelsel. 55. Lingua franca. 45, 51. Wilden Schoolen Ordonantie. 79. Link and Match. 62, 70-71, 73. Lonjakan berganda. 67. Yohana ibn al-Batriq. 9. Lower Certificate of Education. 65. Yunani-Romawi. 76-77.

102 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah. Jurnal ini diterbitkan pertama kali pada tanggal 24 Maret 2013, bersamaan dengan peringatan hari BLA (Bandung Lautan Api). Sejak edisi pertama, jurnal ini diterbitkan oleh ASPENSI (Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia) di Bandung. Pihak ASPENSI mengundang lembaga lain untuk bekerjasama dalam penerbitan jurnal ini.

SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah. Jurnal ini diperuntukkan bagi para sejarawan, pendidik, dan peminat sejarah di Indonesia dan di Asia Tenggara untuk menyebarkan berbagai hasil penelitian, gagasan dan pemikiran kritis, serta pengalaman menarik di bidang kesejarahan dan pendidikan sejarah, serta disiplin ilmu lain yang masih ada hubung-kaitnya dengan kajian sejarah dan pendidikan sejarah.

SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah. Jurnal ini diterbitkan dengan ISSN 2302-5808 dan berusaha menjaga keberkalaannya agar bisa terbit setiap bulan Maret dan September. Jurnal ini selain diterbitkan secara konvensional dengan versi cetak juga didiseminasikan secara online melalui website jurnal di: www.susurgalur-jurnal.com

SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah. Jurnal ini dikelola secara profesional dan independen, dengan Dewan Redaksi dan Mitra Bebestari dari para sejarawan dan ahli pendidikan sejarah yang berasal dari Perguruan Tinggi berbagai Negara, sebagai berikut:

Ketua Redaksi: Andi Suwirta, M.Hum. (ASPENSI, Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia, Bandung)

Sekretaris Redaksi: Sri R. Rosdianti, M.M.Pd. (ASPENSI, Asosiasi Sarjana Pendidikan Sejarah Indonesia, Bandung)

Redaksi Pelaksana: Linda Sunarti, M.Hum. (UI, Universitas Indonesia, Depok) Dr. Eko Supraptono (SMAN, Sekolah Menengah Atas Negeri, I Banjarsari, Lebak, Banten, Indonesia)

Mitra Bebestari Edisi Maret: Prof. Datuk Dr. Qasim Ahmad (UiTM, Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Malaysia) Prof. Dr. Haji Awg Asbol bin Haji Mail (UBD, Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan) Prof. Dr. Robert Cribb (ANU, Australian National University, Canberra) Prof. Dr. Gusti Asnan (UNAND, Universitas Andalas, Padang, Indonesia)

Mitra Bebestari Edisi September: Prof. Dr. Ismail Ali (UMS, Universiti Malaysia Sabah, Kota Kinabalu) Prof. Dr. Iik Arifin Mansurnoor (UBD, Universiti Brunei Darussalam, Bandar Seri Begawan) Prof. Dr. Mikihiro Moriyama (NU, Nagoya University, Jepang) Prof. Dr. A. Rasyid Asba (UNHAS, Universitas Hasanuddin, Makassar, Indonesia)

Sekretariat Redaksi: Suci Noor Anisa Putri Rahayudianti (UPI, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung)

Alamat Redaksi: Sekretariat ASPENSI, Komp Vijaya Kusuma B-11 No.16 Cipadung, Bandung 40164, Jawa Barat, Indonesia. Phone/fax: +6222 7837741. Mobile: +6281 221 78018. E-mail: [email protected] dan [email protected]

Copy Right [C] by ASPENSI (Association of Indonesian Scholars of History Education) in Bandung. All rights reserved. No part of this publication may be reproduced or distributed in any form or by any means, or stored in a database or retrieval system, without prior written permission from the publisher. Tata-Cara Penulisan dalam SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah

Ada 12 (duabelas) hal yang harus diperhatikan oleh penulis yang ingin agar tulisannya bisa dimuat dalam jurnal SUSURGALUR, sebagai berikut:

1. Tulisan yang dimuat dalam jurnal SUSURGALUR harus merupakan karya asli, belum pernah diterbitkan, dan bukan pula merupakan hasil plagiat, yang ditunjukkan oleh pernyataan secara tertulis dari penulisnya sendiri. 2. Tulisan merupakan hasil penelitian, pemikiran, atau kajian analitis-kritis di bidang sejarah dan/atau pendidikan sejarah, serta bidang lainnya yang masih ada hubung-kaitnya dengan kajian sejarah dan/ atau pendidikan sejarah. 3. Tulisan boleh menggunakan BINA (Bahasa Indonesia) atau BM (Bahasa Melayu), dengan disertai Abstrak dalam BI (Bahasa Inggris). 4. Tulisan dibuat antara 20-30 halaman, satu spasi, dengan huruf Bookman Old Style, dan besarnya huruf 11. 5. Tulisan dilengkapi dengan Biodata dan Foto Penulis, terutama pekerjaan sekarang, alamat kantor/ rumah secara lengkap untuk surat-menyurat, dan alamat e-mail. 6. Tulisan hendaknya disusun dengan sistematika sebagai berikut: Judul (ringkas, padat, dan menarik) Nama Penulis (maksimal 3 orang) Abstrak (dalam bahasa nasional dan internasional) Pendahuluan Sub Judul Sub Judul Sub Judul (sesuaikan dengan keperluan) Kesimpulan (termasuk rekomendasi dan saran) Bibliografi (berisi kepustakaan yang dirujuk dalam uraian). 7. Tata-cara pengutipan dalam uraian dan penulisan dalam Bibliografi adalah sebagai berikut: Pengutipan: “Dalam analisisnya, Andi Suwirta (2010:34) mengatakan …” atau “Menurut Qasim Ahmad (2012:95), penulisan sejarah adalah …”. Penulisan dari jurnal: Suwirta, Andi. (2010). “Dua Negara-Bangsa Melihat Masa Lalunya” dalam SOSIOHUMANIKA: Jurnal Pendidikan Sains Sosial dan Kemanusiaan, 4(2), hlm.25-36. Penulisan dari buku: Ahmad, Qasim. (2009). Sejarah dan Pensejarahan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka. Sumber dari internet dan wawancara: Harap disebutkan tempat dan tanggal akses dan wawancara dilakukan. 8. Tulisan dikirim paling lambat 2 (dua) bulan sebelum bulan penerbitan (Maret dan September) ditujukan kepada alamat redaksi SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah. Tulisan hendaknya dikirimkan melalui e-mail dengan alamat: [email protected] dan [email protected] 9. Tulisan yang masuk akan direviu dan dinilai oleh pihak Redaksi dan Mitra Bebestari Jurnal SUSURGALUR. Kepastian tulisan apakah akan diterima untuk diterbitkan atau ditolak untuk diterbitkan juga akan diberitahukan secara tertulis melalui e-mail. 10. Tulisan yang dimuat dan penulisnya memberikan kontribusi untuk penerbitan, setiap penulis akan mendapatkan: 2 (dua) eksemplar jurnal cetak dan 3 (tiga) eksemplar jurnal cetak lepas, serta Abstrak, Artikel Lengkap dalam PDF, dan Foto Penulis akan dipajang dalam website jurnal di: www.susurgalur- jurnal.com 11. Tulisan yang dimuat dan penulisnya tidak berkontribusi, hanya akan dipajang dalam website jurnal SUSURGALUR. Mengenai besarnya jumlah kontribusi akan ditentukan oleh pihak Redaksi. 12. Sedangkan tulisan yang tidak dimuat tidak dikembalikan, kecuali atas permintaan secara tertulis melalui e-mail oleh penulisnya sendiri.

Tulisan yang dimuat dalam SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah tidak menggambarkan pandangan dan sikap pihak Redaksi. Pihak Redaksi hanya mereviu, menilai, mengedit, dan menerbitkan tulisan tersebut agar bisa dibaca oleh masyarakat luas. Tulisan tersebut, termasuk data, fakta, dan interpretasi di dalamnya, merupakan pandangan dari penulisnya sendiri.