Pers Tionghoa Dan Dinamika Pergerakan Nasional Di Indonesia, 1900 – 1942
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional di Indonesia, 1900 – 1942 Ahmad Kosasih Ikhtisar: Bisa dikatakan bahwa pers membentuk sejarah dan sejarah juga membentuk pers itu sendiri. Pers berperan dalam menyampaikan berbagai informasi tentang peristiwa di sebuah negara-bangsa. Ia sebagai alat komunikasi, penyampai ide, dan buah pikiran seseorang atau kelompok tertentu kepada orang atau kelompok lain. Pers, khususnya surat kabar, merupakan fenomena penting pada masa pergerakan nasional di Indonesia. Pers pergerakan terdiri dari pers Belanda, pers Tionghoa, dan pers Bumiputera. Khusus tentang pers Tionghoa, secara umum dipandang mampu memberi inspirasi bagi perkembangan kesadaran berbangsa di kalangan warga keturunan Tionghoa di Hindia Belanda (Indonesia sekarang). Pers Tionghoa pun berpotensi membangkitkan kesadaran kolektif, yang menjurus kepada upaya membangkitkan kesadaran kaum Tionghoa tentang arti pentingnya “nasionalisme”. Karenanya melalui pers, keterlibatan etnis Tionghoa kedalam dinamika pergerakan nasional Indonesia secara sadar telah menjadi bagian dari masyarakat Indonesia yang terus bergerak dalam mencari dan menemukan jati dirinya sebagai bangsa Indonesia. Kata kunci: Pers, surat kabar, etnik Tionghoa, nasionalisme Indonesia, dan sejarah pergerakan nasional. Abstract: It can be said that press creates the history and, vice versa, history creates the press. Press has a role in delivering various informations about the events in a nation-state. It is as communication tool, the conveyor of one’s or particular group’s idea or thought to other. Press, especially newspaper, is an important phenomenon in the period of national movement in Indonesia. The press concerned with national movement in that era was that of Dutch, Chinese, and “Bumiputera” (Indonesian people). Specifically for Chinese press, it is generally assumed to be able to give inspiration for the development of national awareness among Chinese descendants in Dutch East Indies (Indonesia nowadays). The Chinese press is also potential in inspiring collective awareness that leads to the effort of generating Chinese people awareness about the importance meaning of “nationalism”. Therefore, by press, the involvement of Chinese ethnic in Indonesia national movement dynamic has consciously been a part of Indonesia society that continually moves in searching and finding its identity as Indonesia nation. Key word: Press, newspaper, Chinese ethnic, Indonesia nationalism, and the history of national movement. Pendahuluan sejarah membentuk pers itu sendiri. Pers mempunyai pengaruh besar Pers berperan dalam menyampaikan dalam sejarah pergerakan nasional berbagai informasi tentang peristiwa di Indonesia. Bisa dikatakan bahwa yang terjadi di sebuah negara-bangsa. pers membentuk sejarah dan sekaligus Ia sebagai alat komunikasi, penyampai Ahmad Kosasih, M.Pd. adalah Dosen pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas IPPS (Ilmu Pendidikan Pengetahuan Sosial), Universitas Indraprasta PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), Jalan Nangka No.58C Tanjung Barat, Jagakarsa, Jakarta Selatan 12530, Indonesia. Alamat e-mail: [email protected] 41 AHMAD KOSASIH, Pers Tionghoa dan Dinamika Pergerakan Nasional ide, dan buah pikiran seseorang atau 1910) mulai bermunculan. kelompok tertentu kepada orang atau Dalam hal ini, komunitas Tionghoa kelompok lain, baik dalam jumlah yang di Hindia Belanda dianggap paling terbatas maupun dalam jangkauan mampu dalam mengembangkan tidak terbatas. industri persuratkabaran. Ini dengan Karenanya, pers di masa pergerakan alasan bahwa kondisi keuangan nasional Indonesia tidak lepas mereka lebih baik ketimbang kondisi dari kondisi sosial-politik yang yang dihadapi orang-orang pribumi menempatkan pers pada sub-sistem Indonesia. Bahkan, beberapa surat masyarakat kolonial, yang berfungsi kabar terbitan orang China ini oplahnya memberikan penggambaran tentang melampaui oplah surat kabar Belanda. realitas kehidupan masyarakat dari Patut dicatat bahwa dalam struktur berbagai aspek kehidupan. Pers di masyarakat Hindia Belanda terdiri dari sini, dengan demikian, telah membuka orang-orang Belanda, orang-orang Indo, pikiran rakyat dan sekaligus sebagai China, dan Bumiputra (Suryadinata, alat propaganda dalam arus pergerakan 1986). Jadi, wajar jika surat kabar yang (Rahzen, 2007). Semuanya itu secara diterbitkan sesuai dengan pangsa pasar bersamaan mendukung gerakan rakyat dari kelompok ini jauh lebih luas. untuk berpartisipasi dalam pergerakan Dekade 1920-an, kalangan Tionghoa nasional (Surjomihardjo & Suryadinata, peranakan di Indonesia menerbitkan 1980). sejumlah surat kabar lagi, antara lain: Sejarah persuratkabaran di Bing Seng (Jakarta, 1922); Keng Po Hindia Belanda (sekarang Indonesia), (Jakarta, 1923); Sin Jit Po (Surabaya, berdasarkan penerbitan dan 1924); Soeara Poebliek (Soerabaya, kepemilikannya, dibagi menjadi: (1) 1925); dan Sin Bin (Bandung, 1925). surat kabar Hindia Belanda, yang Pada dekade 1930-an, surat kabar umumnya berbahasa Belanda dan Tionghoa makin bertambah banyak diterbitkan serta dikelola oleh orang- akibat pengaruh perang anti Jepang. orang Belanda; (2) surat kabar Tionghoa Namun, surat kabar Tionghoa yang berbahasa Cina-Mandarin atau peranakan tidak semuanya anti-Jepang, Melayu-Tionghoa, yang dikelola orang- seperti yang ditunjukkan oleh surat orang China, baik peranakan maupun kabar Mata Hari di Semarang dan Hong totok; serta (3) surat kabar Bumiputra, Po di Jakarta (Suryadinata, 1986). termasuk surat kabar daerah, yang Berbeda dengan surat kabar Belanda, berbahasa Melayu, Arab, Daerah, kelahiran surat kabar Tionghoa dan belakangan berbahasa Indonesia yang dimotori oleh orang-orang (Soebagio, 1977; dan Taufik, 1977). China itu pada awal penerbitannya dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sosial Mengenai Surat Kabar Tionghoa dan ekonomi (Budiharto, 2005). Secara Dengan mengikuti jejak orang-orang sosial, sebagaimana diketahui, bahwa Indo-Eropa, komunitas Tionghoa juga pemerintah Hindia Belanda mengatur menerbitkan beberapa surat kabar, masyarakatnya berdasarkan ras, yang diawali dengan diterbitkannya keturunan, dan status hukum Belanda. surat kabar Li Po di Sukabumi, Orang Eropa atau orang-orang yang Jawa Barat (Jusuf, 2000). Tak lama dipersamakan status hukumnya dengan kemudian, sejumlah surat kabar orang Eropa menduduki posisi sosial lainnya seperti Pewarta Soerabaia istimewa. Sedangkan ras Tionghoa (Surabaya, 1902); Warna Warta (China) pada mulanya dipersamakan (Semarang, 1902); Chabar Perniagaan kedudukannya dengan orang Pribumi (Jakarta, 1903); Djawa Tengah (Indonesia). Hak-hak dari tiap golongan (Semarang, 1909); dan Sin Po (Jakarta, tersebut dibedakan berdasarkan 42 SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013 ketetapan undang-undang yang dibuat Jit Po (Soebagio, 1981). oleh pemerintah kolonial Belanda Namun, jika dilihat dari dimensi (Suryadinata, 1986). politis yang dipantulkan oleh surat Orang Tionghoa, dengan kabar Tionghoa, setidaknya bisa dibagi demikian, dianggap lebih rendah dalam tiga aliran, yakni: kelompok kedudukannya dari orang Eropa Sin Po, kelompok Chung Hwa Hui, dan mendapat perlakukan yang dan kelompok Indonesiers atau orang tidak adil, sehingga menyinggung Indonesia. Kelompok Sin Po menolak perasaan mereka. Kekecewaan orang kewarganegaraan Belanda dan Tionghoa itu diperkuat lagi oleh politik menghendaki tumbuhnya nasionalisme pendidikan kolonial Belanda yang Tiongkok. Sementara kelompok Chung tidak memberikan kesempatan bagi Hwa Hui cenderung pro-Belanda anak-anak Tionghoa untuk masuk tapi masih ingin mempertahankan sekolah Belanda. Hal ini mendorong identitas etnis Chinanya. Sedang golongan Tionghoa berupaya untuk kelompok Indonesiers tetap ingin mendirikan sekolah swasta untuk mempertahankan identitas etnik China, anak-anak mereka. Semangat ini tapi secara politik ingin berasimilasi terutama didorong oleh sebuah dengan masyarakat lokal dan bersedia perkumpulan Tiong Hoa Hwee Koan berjuang untuk kemerdekaan Indonesia (THHK) di Batavia (sekarang Jakarta). (Thiam Tjing, 2008). Berdasarkan catatan, pendirian Berangkat dari penggambaran di organisasi ini memang bertujuan untuk atas, fenomena tentang sejarah pers mengenalkan kembali adat-istiadat Tionghoa, dalam konteks dinamika orang-orang Tionghoa sesuai dengan pergerakan nasional di Indonesia, ajaran Khonghucu, serta memperluas menimbulkan pertanyaan lebih pengenalan budaya, huruf, dan bahasa jauh tentang kedekatan hubungan Tionghoa di kalangan anak-anak pers Tionghoa dalam memberikan mereka (PPB, 1952; dan THHK, 1953). sumbangan bagi perkembangan dan Selain pengembangan dalam bidang kebangkitan nasionalisme dan dinamika pendidikan, orang-orang China di pergerakan yang domotori oleh para Hindia Belanda, sejak awal abad ke- jurnalis keturunan Tionghoa. Dalam 20 banyak memberikan perhatian tulisan ini, penulis bermaksud untuk pada perkembangan percetakan surat mengungkap kejelasan peran pers kabar, termasuk upaya mereka dalam Tionghoa itu sendiri di tengah arus mengedepankan semangat jurnalistik pergerakan nasional di Indonesia. di kalangan kaum terdidik China. Dari segi redaksional dan susunan staf Tinjauan Teoritis: Mengenai perusahaan, surat kabar Tionghoa Fungsi dan Kedudukan Pers dalam semula menggunakan tenaga dari Masyarakat orang-orang Indo-Eropa, seperti Menurut UU (Undang-Undang) Nomor yang dilakukan surat kabar Chabar 40 tahun 1999 mengenai “Ketentuan Perniagaan dan Sin Po pada awal tentang Pers”, terutama pada pasal terbitnya.