Peran Etnis Tionghoa Pada Masa Pergerakan Nasional
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
PERAN ETNIS TIONGHOA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL: KAJIAN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Hendra Kurniawan Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Sanata Dharma Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT This research was aimed to describe the role of the Chinese community during the Indonesia’s national movement, to design the way of learning history in the senior high school, and to elaborate the importance of studying the role of the Chinese community during Indonesia’s national movement for the younger generation. This research uses historical and qualitative descriptive method using literature. The result shows that (1) Chinese community took importance roles in national struggling during Indonesia’s national movement; (2) The study of the Chinese community’s roles in the Indonesia’s national movement can be integrated into the way of learning history in senior high school; (3) Studying the roles of the Chinese community during the Indonesia’s national movement can develop the harmony in social life. Keywords: Tionghoa, pergerakan nasional, pembelajaran sejarah. 1. PENDAHULUAN Indonesiaan-nya rendah, dituduh memihak Belanda, dan hanya mementingkan keselamatan diri sendiri. Masyarakat Indonesia memiliki struktur yang Pemikiran seperti ini perlu diluruskan dengan unik. Nasikun (1984: 30) menyebutkan secara mengungkap berbagai peran dan keterlibatan etnis horizontal, masyarakat Indonesia memiliki kesatuan- Tionghoa dalam sejarah nasional Indonesia. kesatuan sosial atas dasar ikatan primordial, seperti Sejarah masyarakat Tionghoa jarang diangkat suku, agama, adat, daerah, hingga hubungan darah. atau hanya memiliki porsi kecil dalam konteks sejarah Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia nasional. Padahal orang Tionghoa tersebar dan dapat ditandai dengan adanya perbedaan antara lapisan atas ditemui di setiap kota dari Sabang sampai Merauke. dengan lapisan bawah. J.S. Furnivall dalam M.D. La Meskipun sama halnya dengan orang asing lain yang Ode (2012: 1) juga mengungkapkan bahwa datang ke Indonesia, seperti Arab, India, dan Eropa, masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang namun orang Tionghoa jumlahnya yang paling banyak majemuk (plural societies). Keanekaragaman ini dan paling dulu datang. Tidak sedikit orang Tionghoa apabila tidak disikapi secara bijak akan melahirkan yang menikah dengan wanita pribumi dan memiliki perbedaan kepentingan yang berujung pada konflik keturunan sehingga menganggap Indonesia menjadi dan perpecahan. tanah tumpah darahnya. Salah satu keberagaman suku yang ada di Dalam penelitian ini dipaparkan mengenai peran Indonesia yaitu keberadaan etnis Tionghoa yang etnis Tionghoa pada masa pergerakan nasional di awal sudah berabad-abad menjadi bagian dari bangsa ini. abad 20. Selain itu dirumuskan pula rancangan Sayangnya Tionghoa seringkali dianggap sebagai pengintegrasiannya dalam pembelajaran sejarah di kelompok yang apolitik dan asosial. Selain akibat SMA mengacu pada Kurikulum 2013. Dengan kebijakan kolonial Belanda yang masih membekas, mempelajari materi ini, maka peserta didik dapat juga didorong oleh perlakuan diskriminatif pemerintah semakin menyadari kenyataan akan kemajemukan Orde Baru. Tionghoa dianggap tidak memiliki peran bangsa yang bermuara pada penanaman sikap menghargai dalam sejarah nasional, rasa nasionalisme ke- nilai-nilai multikultural dan menumbuhkembangkan 19 Jurnal Penelitian. Volume 18, No. 1, November 2014, hlm. 19-28 rasa toleransi. Kajian ini juga dapat mendukung upaya Keppres Nomor 12 Tahun 2014 yang memulihkan penulisan sejarah nasional untuk menuju ke arah kembali sebutan Republik Rakyat Tiongkok untuk integrasi bangsa. menyebut negara Republik Rakyat Cina dan Tionghoa Tujuan penelitian ini yaitu (1) memaparkan untuk menyebut orang atau komunitas Cina di peran Tionghoa dalam pergerakan nasional Indonesia Indonesia. pada awal abad 20; (2) menghasilkan rancangan Menurut Benny G. Setiono (2008: 21), orang pembelajaran sejarah untuk tingkat SMA dengan Tionghoa mulai berdatangan ke Nusantara pada abad materi peran Tionghoa pada masa pergerakan ke-9, zaman Dinasti Tang. Mereka datang untuk nasional Indonesia; dan (3) mengetahui arti penting mencari penghidupan yang lebih baik dengan jalan mempelajari peran Tionghoa dalam sejarah berdagang atau bertani. Menurut banyak ahli, salah pergerakan nasional Indonesia. Manfaat penelitian ini satunya Prof. Kong Yuanzhi (2005: 1-12), sebagian antara lain (1) memberi masukan bagi guru dalam besar bangsa Indonesia berasal dari daerah Yunnan di mengembangkan materi pembelajaran sejarah Tiongkok barat daya. Dari sinilah terjadi penyebaran khususnya mengenai Tionghoa; (2) setelah orang yang disebut Melayu Prasejarah yaitu Proto diimplementasikan dalam pembelajaran di sekolah, Melayu dan Deutro Melayu sehingga ada jalinan maka diharapkan dapat menumbuhkan sikap toleransi hubungan darah antara orang Tionghoa dengan dan saling menghargai; (3) mendorong sekolah lebih sebagian besar suku bangsa yang ada di Indonesia mengembangkan semangat penghargaan terhadap (Benny G. Setiono, 2008: 13). Masalah asli-tidak asli, keberagaman demi terciptanya masyarakat yang pribumi-nonpribumi sangat tidak relevan untuk harmonis dan cinta damai; dan (4) sebagai usulan bagi dipersoalkan dan menjadi sangat kabur. Secara pemerintah dalam pengembangan kurikulum sejarah. antropologis, semua penduduk Indonesia saat ini sebenarnya bukan asli dari Indonesia. Bedanya hanya soal waktu leluhurnya mulai berdatangan ke Nusantara. 2. KAJIAN TEORI (Benny G. Setiono, 2008: 16) Choirul Mahfud (2013: 50) mengemukakan 2.1 Etnis Tionghoa bahwa orang Tionghoa yang sudah menyatakan diri Istilah Tionghoa dan Tiongkok berasal dari menjadi Warga Negara Indonesia (WNI) secara bahasa Kanton, salah satu bahasa yang digunakan oleh otomatis masuk ke dalam masyarakat Indonesia. Etnis orang Tionghoa di Indonesia. Tionghoa artinya orang Tionghoa setara dengan suku atau etnis lainnya yang Cina dan Tiongkok artinya negara Cina. Pada masa turut membentuk Negara Kesatuan Republik Orde Baru digunakan istilah Cina untuk menyebut Indonesia (NKRI). Benny G. Setiono (2008: 41) Tionghoa di Indonesia. Penggunaan istilah ini menyebut masyarakat Tionghoa telah menjadi produk diputuskan dalam pertemuan perwira-perwira tinggi sejarah. Jumlahnya puluhan juta orang, belum ABRI di Bandung pasca Peristiwa 1965 yang diduga termasuk kelompok peranakan yaitu hasil kawin melibatkan komunis Tiongkok. Istilah Cina dulu campur antara Tionghoa dengan pribumi. Menurut digunakan pada masa kolonial untuk merendahkan dan Leo Suryadinata (1986: 20), kaum peranakan telah menghina orang Tionghoa. Penggunaan istilah Cina berakulturasi ke dalam masyarakat setempat dan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapuskan hubungannya dengan Tiongkok sangat tipis. perasaan superior dan inferior antara Tionghoa dengan pribumi (Choirul Mahfud, 2013: 51). 2.2 Pergerakan Nasional Indonesia Penggunaan istilah Cina disahkan melalui Surat A.K. Pringgodigdo (1994: vi) menjelaskan istilah Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/ pergerakan nasional Indonesia meliputi segala macam Pres.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Kebijakan ini aksi yang dilakukan melalui organisasi modern ke arah menimbulkan dampak psikososial dan diskriminatif perbaikan hidup untuk bangsa Indonesia karena tidak dalam relasi sosial yang dialami masyarakat Tionghoa puas dengan keadaan masyarakat yang ada. selama puluhan tahun. Pandangan dan perlakuan Pergerakan nasional Indonesia dihitung dari mulai diskriminatif jelas melanggar prinsip hak asasi manusia berdirinya Boedi Oetomo tanggal 20 Mei 1908. dan bertentangan dengan UUD 1945. Pada masa Pergerakan bukan hanya pada soal aksi politik secara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono keluarlah menyeluruh, namun juga mengandung bagian-bagian 20 Hendra Kurniawan, Peran Etnis Tionghoa pada Masa Pergerakan Nasional: Kajian .... dari unsur ekonomi, kebudayaan, keagamaan, menjelaskan sejarah sebagai hasil dari usaha untuk pendidikan, wanita, dan pemuda. Dari segi merekam, melukiskan, dan menerangkan peristiwa kewilayahan, bukan saja untuk kepentingan bangsa masa lalu. seluruhnya, namun juga meliputi bagian-bagian dari Aman (2011: 31-32, 35) menjelaskan bahwa bangsa, seperti Jawa, Sumatera, Indonesia Timur, dan sejarah dapat menanamkan kesadaran persatuan, sebagainya. Pergerakan bukan hanya kelompok persaudaraan, dan solidaritas untuk menjadi perekat radikal, namun juga gerakan yang bersifat kooperatif. bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi Pergerakan tidak hanya golongan kebangsaan tetapi bangsa, sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang juga meliputi gerakan keagamaan, marxis, dan berguna mengatasi krisis multidimensional dalam komunitas lainnya. kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sejarah tidak Menurut Benedict Anderson (2001: 8), bangsa semata-mata memberi pengetahuan, fakta, dan atau nasion adalah komunitas yang terbayang karena kronologi. Pembelajaran sejarah memiliki tugas utama para anggotanya tidak mengenal sebagian besar menanamkan semangat berbangsa dan bertanah air anggota lain, tidak bertatap muka, bahkan tidak dalam rangka character building peserta didik. Di mendengar tentang anggota yang lain itu, namun di samping itu, pembelajaran sejarah juga berguna untuk benak setiap anggota bangsa itu hidup sebuah membangkitkan kesadaran (emphatic awareness) bayangan tentang kebersamaan mereka. Sartono peserta didik, yakni sikap simpati dan toleransi yang Kartodirdjo (1995: 4) juga mengungkapkan konsep