Bangunan Bersejarah Tionghoa Di Jakarta Dan Bogor Dalam Upaya Konservasinya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Bangunan Bersejarah Tionghoa Di Jakarta Dan Bogor Dalam Upaya Konservasinya Bangunan Bersejarah Tionghoa di Jakarta dan Bogor Dalam Upaya Konservasinya Sri Rachmayantia, Amarena Nediaria, Nicholas Rafaelitob aJurusan Desain Interior, School of Design, Bina Nusantara University, Jakarta Barat 11480, Indonesia bKecapi Batara, Jakarta Barat -11470, Indonesia Corresponding email: [email protected] Abstract: Chinese houses in Indonesia are already endangered, and it is one of our valuable heritages. China town in Jakarta and Bogor are supposed to be interesting place to visit and potential to become tourist destination. The architecture of these Chinese houses has the details that generally shown to public about the owner. This research was held by the Kecapi Batara and the Bina Nusantara University’s student from Interior Design Department whom joined as a junior researcher. One of its objectives is to conserve the heritage building in Indonesia. The purpose of this research is to collect all the available data of the remaining Chinese heritage building in Indonesia. The study started with literature study and followed by interviewing the family or the owner of these heritage buildings around Jakarta and Bogor. This research was conducted in three Chinese heritage buildings that have been previously studied with interesting story behind the buildings. Therefore being involved in this research, students will be able to experience the research methodology and gain more knowledge about the history of Chinese heritage buildings around Jakarta and Bogor. Keywords: Chinese, Heritage, Architecture, History, Research Abstrak: Bangunan bersejarah Tionghoa di Indonesia saat ini terancam punah, dan ini meru- pakan salah satu dari peninggalan yang berharga. Pecinan di wilayah Jakarta dan Bogor seharusnya menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi sekaligus potensial untuk menjadi tujuan bagi turis mancanegara. Arsitektur dari bangunan Cina memiliki detil yang umumnya menunjukan kepada masyarakat sekitar tentang status dari pemiliknya. Penelitian ini diseleng- garakan oleh Kecapi Batara – Komunitas Pecinta dan Pemerhati Bangunan Tua Nusantara dimana mahasiswa Bina Nusantara University dari jurusan Desain Interior sebagai peserta program magang terlibat sebagai peneliti junior. Salah satu misi Kecapi Batara adalah untuk melestarikan bangunan peninggalan di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk men- gumpulkan data yang tersedia terkait dengan warisan bangunan Cina di Indonesia. Penelitian dimulai dengan menggunakan studi literatur dan wawancara kepada keluarga ataupun pemilik 65 aksen Volume 1 Nomor 2 April 2016 dari bangunan tua di wilayah Jakarta dan Bogor. Tulisan ini berisi data dari beberapa bangunan tua Cina yang telah selesai diteliti didukung oleh sejarah terkait dengan bangunan. Dengan terlibat dalam penelitian ini, mahasiswa mendapatkan pengalaman dalam menerapkan metode penelitian, dan mendapatkan wawasan yang lebih, terkait dengan bangunan Cina bersejarah khususnya di wilayah Jakarta dan Bogor. Kata kunci: Tionghoa, Warisan, Arsitektur, Sejarah, Penelitian PENDAHULUAN abad ke-15, masyarakat Tiongkok mulai tinggal Latar Belakang secara berkelompok dan membentuk pecinan, Bangunan bersejarah Tionghoa di Indonesia hal ini kemudian diatur oleh pihak Pemerintah merupakan peninggalan dari pemukiman Cina Kolonial Belanda yang tidak mau terganggu den- (Pecinan) yang diperkirakan sudah ada di Pulau gan mengeluarkan peraturan pembatasan pemu- Jawa sejak zaman Kerajaan Majapahit (1294- kiman Wijkenstelsel. 1527 M). Masyarakat Tiongkok datang ke wilayah Asia Tenggara sampai ke Nusantara sekitar abad Istilah Tionghoa adalah istilah Indonesia untuk ke-5, dan baru setelah abad ke-10 mulai mem- menyebut imigran dari Tiongkok yang sudah ber- bangun pemukiman. Pada masa itulah masyara- mukim di Indonesia. Orang-orang Tiongkok yang kat ini mulai membuat bangunan menetap untuk pergi merantau disebut juga Tionghoa Perantau- rumah tinggal, rumah toko, dan juga tempat iba- an (Hoakiau). Selain itu, di pemerintahan kolonial dah untuk sembahyang (Nas, 2009). Belanda juga memiliki dua sebutan untuk orang- orang Tionghoa, yaitu Tionghoa Totok dan Tiong- Tujuan awal dari kedatangan masyarakat Tiong- hoa Peranakan. Tionghoa Totok adalah sebutan kok ini adalah untuk mengembara dan berda- untuk orang Tionghoa yang berdarah murni, asli gang. Pada periode awal kedatangan imigran berdatang dari Tiongkok, atau ayah dan ibunya Tiongkok ini pemukiman yang dibangun tidak masih darah murni Tiongkok. Sedangkan Tiong- menggunakan material yang tahan lama, se- hoa Peranakan adalah istilah untuk menyebut ke- hingga jenis pemukiman di masa ini sudah tidak turunan imigran Tiongkok yang lahir sejak abad- dapat dijumpai lagi. Baru kemudian pada sekitar 15 dan sudah menetap di Nusantara. Biasanya 66 Rachmayanti, Nediari, Rafaelito : Bangunan Bersejarah Tionghoa di Jakarta dan Bogor Dalam Upaya Konservasinya orang-orang Tionghoa peranakan sudah memiliki mentasian bangunan tersebut untuk diajukan ke- darah masyarakat setempat (Suryadinata, 2002). pada Pemerintah Indonesia dalam hal ini secara khusus Pemerintah Daerah agar dapat melaku- Salah satu peninggalan bersejarah dari masyarakat kan konservasi secara menyeluruh tidak hanya Tionghoa di Nusantara adalah di bidang arsitektur dalan bentuk bangunannya saja namun juga se- yang tampak pada bangunan rumah tinggal, rumah jarah yang mengiringinya. toko serta tempat ibadah. Sebagian besar masih bergaya Tiongkok Selatan, namun banyak yang Dengan dilakukannya konservasi terhadap ba- sudah tampak adanya penggabungan dengan gaya ngunan bersejarah Tionghoa ini diharapkan lokal. Gaya yang sudah mulai berakulturasi ini dise- gene rasi di masa mendatang masih dapat me- but juga dengan gaya peranakan. nikmati keindahan dari arsitektur bergaya pera- nakan, yang merupakan identitas budaya ma- Walaupun daerah pecinan itu masih ditinggali syarakat Tionghoa di Indonesia bahkan dapat dengan orang-orang keturunan Tionghoa, na- menjadi destinasi wisatawan mancanegara yang mun identitas dengan wujud arsitektur Tionghoa layak untuk dikomersialkan. sudah hampir tidak terlihat di daerah tersebut. Saat ini hanya sedikit sekali orang-orang yang Rumusan Masalah masih peduli dengan sejarah dan berusaha un- Keberadaan bangunan bersejarah Tionghoa di tuk melestarikan. Hanya sebagian kecil orang Pecinan Jakarta dan Bogor saat ini sudah teran- yang sadar akan pentingnya konservasi ban- cam punah. Kondisi sosial politik di Indonesia gunan lama, padahal jika budaya tidak dile- telah menyebabkan bangunan tua ini terabaikan, starikan akhirnya akan hilang seutuhnya dan padahal saat ini keberadaan masyarakat Tiong- digantikan dengan kebudayaan baru yang se- hoa telah menjadi bagian dari keragaman budaya benarnya bukan milik kita. Indonesia. Namun kondisi di atas membuat akar budaya masyarakat Tionghoa di Indonesia sema- Dalam hal ini, para pemerhati dan pecinta bangu- kin pudar dan salah satu peninggalan yang perlu nan bersejarah di Indonesia telah bergabung se- dipertahankan adalah bangunan tua dengan pe- jak tahun 2012 dalam sebuah Komunitas Kecapi ngaruh arsitektur Tionghoa. Dalam penelitian ini Batara yang merupakan sebuah Komunitas Pe- ada beberapa permasalahan yang perlu didata cinta dan Pemerhati Bangunan Tua Nusantara. lebih lanjut yaitu: Komunitas ini memiliki perhatian khusus dalam 1. Adanya perubahan fungsi bangunan berseja- menggali potensi bangunan bersejarah Tionghoa rah Tionghoa saat ini di masyarakat dengan melakukan penyusuran kembali sejarah 2. Bagaimana upaya konservasi bangunan ber- pada bangunan bersejarah Tionghoa, pendoku- sejarah Tionghoa di Jakarta dan Bogor 67 aksen Volume 1 Nomor 2 April 2016 Tujuan dan Sasaran makaya di Bogor, Jawa Barat. Gereja Maria de Melakukan pendataan untuk bangunan tua Tion- Fatima dan bangunan Chandranaya di Jakarta, ghoa di wilayah Pecinan Jakarta yaitu Gereja telah masuk daftar bangunan yang dilindungi. Maria de Fatima dan bangunan Candranaya di Sementara untuk Vihara Dharmakaya di Bogor, wilayah Glodok, serta Vihara Dharmakaya di ja- belum terdata khusus sebagai bangunan cagar lan Siliwangi, Bogor – Jawa Barat. Sasaran dari budaya, namun wilayah Siliwangi sudah masuk penelitian yang dilakukan adalah menelusuri dalam wilayah yang memiliki bangunan berseja- kembali bangunan bersejarah Tionghoa di Ja- rah yang perlu dipertahankan. karta dan Bogor agar dapat dilakukan konservasi terhadap bangunan tersebut. Kajian Literatur Bangunan bersejarah Tionghoa di Indonesia me- Manfaat Penelitian miliki arsitektur yang unik. Hal ini terjadi karena 1. Bagi Pemerintah DKI Jakarta dan Pemerin- adanya perpaduan budaya yang tampak pada tah Daerah Bogor, Jawa Barat penelitian ini bentuk arsitekturnya. Indonesia sudah menjadi menghasilkan pendataan bangunan Tionghoa negara yang memiliki beragam budaya dan akul- di Indonesia untuk melengkapi sejarah dari turasinya bahkan sebelum Nusantara menjadi bangunan dengan arsitektur Tionghoa seba- sebuah negara Republik. Sejak abad ke-5, Nu-­­ gai peninggalan bersejarah yang perlu diles- s­­a ntara sudah didatangi oleh para pedagang dari tarikan keberadaannya sebagai bagian dari berbagai wilayah. Bahkan sejak saat itu Nusan- akar budaya masyarakat Indonesia. tara sudah terkenal dengan kekayaan alamnya 2. Bagi keilmuan, penelitian ini dapat memper- oleh wilayah-wilayah yang berdekatan. Salah luas wawasan dalam hal arsitektur bangunan satu pendatang yang bermigrasi ke nusantara Tionghoa yang berkembang di wilayah Jakarta adalah suku Cina dan suku Arab. dan Bogor yang dapat dimanfaatkan sebagai dasar penelitian dengan objek sejenis. Arsitektur Cina diperkenalkan
Recommended publications
  • Denys Lombard and Claudine Salmon
    Is l a m a n d C h in e s e n e s s Denys Lombard and Claudine Salmon It is worth pausing for a moment to consider the relationships that were able to exist between the expansion of Islam in the East Indies and the simultaneous formation of "Chinese" communities. These two phenomena are usually presented in opposition to one another and it is pointless here to insist on the numerous conflicting accounts, past and present.* 1 Nevertheless, properly considered, it quickly becomes apparent that this is a question of two parallel developments which had their origins in the urban environment, and which contributed to a large extent to the creation of "middle class" merchants, all driven by the same spirit of enterprise even though they were in lively competition with one another. Rather than insisting once more on the divergences which some would maintain are fundamental—going as far as to assert, against all the evidence, that the Chinese "could not imagine marrying outside their own nation," and that they remain unassimilable—we would like here to draw the reader's attention to a certain number of long-standing facts which allow a reversal of perspective. Chinese Muslims and the Local Urban Mutation of the 14th-15th Centuries No doubt the problem arose along with the first signs of the great urban transformation of the 15th century. The fundamental text is that of the Chinese (Muslim) Ma Huan, who accompanied the famous Admiral Zheng He on his fourth expedition in the South Seas (1413-1415), and reported at the time of their passage through East Java that the population was made up of natives, Muslims (Huihui), as well as Chinese (Tangren) many of whom were Muslims.
    [Show full text]
  • Prominent Chinese During the Rise of a Colonial City Medan 1890-1942
    PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 ISBN: 978-94-6375-447-7 Lay-out & Printing: Ridderprint B.V. © 2019 D.A. Buiskool All rights reserved. No part of this thesis may be reproduced,stored in a retrieval system, or transmitted in any form or by any means without prior written permission of the author. Cover photo: Chinese festive gate in Kesawan, Medan 1923, on the occasion of the 25th coronation jubilee of Queen Wilhelmina of the Netherlands. Photo collection D.A. Buiskool PROMINENT CHINESE DURING THE RISE OF A COLONIAL CITY MEDAN 1890-1942 PROMINENTE CHINEZEN TIJDENS DE OPKOMST VAN EEN KOLONIALE STAD MEDAN 1890-1942 (met een samenvatting in het Nederlands) Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Universiteit Utrecht op gezag van de rector magnificus, prof. dr. H.R.B.M. Kummeling, ingevolge het besluit van het college voor promoties in het openbaar te verdedigen op maandag 11 november 2019 des middags te 4.15 uur door Dirk Aedsge Buiskool geboren op 8 februari 1957 te Hoogezand Sappemeer 3 Promotor: Prof. Dr. G.J. Knaap 4 Believe me, it is so. The beginning, and not the middle, is the right starting point. ’T is with a kopeck, and with a kopeck only, that a man must begin.1 1 Gogol, Nikol ai Dead Souls Translated by C. J. Hogarth, University of Adelaide: 2014: Chapter III. 5 6 TABLE OF CONTENTS ACKNOWLEDGMENTS 13 INTRODUCTION 15 CHAPTER 1 EAST SUMATRA. THE FORMATION OF A PLANTATION ECONOMY. 29 1. East Sumatra: Historical Overview 32 1.1 East Sumatra until circa 1870 32 1.2 From Tobacco to Oil and Rubber 34 1.3 Migrant workers 38 1.4 Frontier society 43 1.5 Labour conditions on the plantations 44 1.6 Van den Brand’s manifesto 47 1.7 Labour inspection 48 Summary 50 CHAPTER 2 THE CITY OF MEDAN.
    [Show full text]
  • Peran Etnis Tionghoa Pada Masa Pergerakan Nasional
    PERAN ETNIS TIONGHOA PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL: KAJIAN PENGEMBANGAN MATERI PEMBELAJARAN SEJARAH DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Hendra Kurniawan Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Sanata Dharma Alamat korespondensi: Jl. Affandi Mrican Tromol Pos 29 Yogyakarta Email: [email protected] ABSTRACT This research was aimed to describe the role of the Chinese community during the Indonesia’s national movement, to design the way of learning history in the senior high school, and to elaborate the importance of studying the role of the Chinese community during Indonesia’s national movement for the younger generation. This research uses historical and qualitative descriptive method using literature. The result shows that (1) Chinese community took importance roles in national struggling during Indonesia’s national movement; (2) The study of the Chinese community’s roles in the Indonesia’s national movement can be integrated into the way of learning history in senior high school; (3) Studying the roles of the Chinese community during the Indonesia’s national movement can develop the harmony in social life. Keywords: Tionghoa, pergerakan nasional, pembelajaran sejarah. 1. PENDAHULUAN Indonesiaan-nya rendah, dituduh memihak Belanda, dan hanya mementingkan keselamatan diri sendiri. Masyarakat Indonesia memiliki struktur yang Pemikiran seperti ini perlu diluruskan dengan unik. Nasikun (1984: 30) menyebutkan secara mengungkap berbagai peran dan keterlibatan etnis horizontal, masyarakat Indonesia memiliki kesatuan- Tionghoa dalam sejarah nasional Indonesia. kesatuan sosial atas dasar ikatan primordial, seperti Sejarah masyarakat Tionghoa jarang diangkat suku, agama, adat, daerah, hingga hubungan darah. atau hanya memiliki porsi kecil dalam konteks sejarah Secara vertikal, struktur masyarakat Indonesia nasional. Padahal orang Tionghoa tersebar dan dapat ditandai dengan adanya perbedaan antara lapisan atas ditemui di setiap kota dari Sabang sampai Merauke.
    [Show full text]
  • CANDRA NAYA ANTARA KEJAYAAN MASA LALU DAN KENYATAAN SEKARANG (Hasil Penelitian Tahun 1994- 1998)
    DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 31, No. 2, Desember 2003: 88-101 CANDRA NAYA ANTARA KEJAYAAN MASA LALU DAN KENYATAAN SEKARANG (Hasil Penelitian tahun 1994- 1998) Naniek Widayati Staf Pengajar Jurusan Arsitektur – Universitas Tarumanagara Jakarta ABSTRAK Kedamaian bangunan kuno Candra Naya akhir-akhir ini terusik oleh adanya polemik, baik dari media cetak maupun elektronik. Hal ini terjadi karena adanya sebuah pernyataan yang dibuat oleh pemiliknya, yaitu PT Bumi Perkasa Permai kepada sebuah paguyuban Indonesia-Cina. Masalahnya adalah bahwa paguyuban tersebut berniat mendirikan sebuah museum Indonesia-Cina di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) dan ingin mengajukan permohonan untuk memindahkan bangunan Candra Naya tersebut ke TMII, yang nantinya direncanakan untuk menjadi bagian dari bangunan museum tersebut. Tulisan ini berisi informasi, melalui proses pengamatan lapangan yang dibuat pada tahun-tahun yang lalu. Sifat dari tulisan ini adalah netral dan tidak memihak pada siapapun. Terima kasih pada PT Bumi Perkasa Permai yang telah memberikan kepada saya kesempatan untuk meneliti bangunan konservasi tersebut. Isi dari tulisan ini meliputi sejarah serta data proses perjalanan gedung tersebut. Juga usaha konservasi yang sudah dibuat, sampai krisis tahun 1998. Sesudah itu usaha tersebut terhenti. Kata kunci: Candra Naya, Bangunan Kuno, Arsitektur Cina di Indonesia. ABSTRACT The peacefulness of Candra Naya ancient building has lately begun to be disturbed again because of many kinds of polemics on printed and electronic media as well as on millis. This happens because there is a present decision made by the owner, namely PT Bumi Perkasa Permai to Indonesian Chinese Fund. It happens that at present this Fund wants to build Indonesian Chinese Museum at TMII (Mini Beautiful Indonesian Park) and that Fund makes a request that it is allowed to move the Candra Naya building to TMII so that it can be a part of the Museum building.
    [Show full text]
  • Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia As Vanishing Landmarks
    Archipel Études interdisciplinaires sur le monde insulindien 92 | 2016 Chinese Deathscapes in Insulindia Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) Anciens cimetières d’Indonésie comme jalons d’un passé en voie de disparition ( XVIIe-XXe s.) Claudine Salmon Electronic version URL: http://journals.openedition.org/archipel/282 DOI: 10.4000/archipel.282 ISSN: 2104-3655 Publisher Association Archipel Printed version Date of publication: 15 October 2016 Number of pages: 23-61 ISBN: 978-2-910513-75-7 ISSN: 0044-8613 Electronic reference Claudine Salmon, « Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) », Archipel [Online], 92 | 2016, Online since 01 May 2017, connection on 01 May 2019. URL : http://journals.openedition.org/archipel/282 ; DOI : 10.4000/archipel.282 Association Archipel CLAUDINE SALMON1 Ancient Chinese Cemeteries of Indonesia as Vanishing Landmarks of the Past (17th-20th c.) 人遗骨之身,人本体封葬窀, 或生或沒一体至亲. 能用人. We are the product of the bones of our ancestors whose remains are buried under tumuli; alive or dead we all are cognates. If we can’t protect the graves or our forefathers what’s the point of having descendants?2 Chinese settlements in Indonesia may be traced back to the 15th century, and are rather well documented for the 17th century onwards, thanks to European and Chinese sources. However, much less is known regarding the burial grounds of these former communities.3 Apart from the tomb of the seagoing merchant and irst Captain So Beng Kong 苏鸣岗 (ca. 1580-1644, native to Tong’an , Fujian) (Plate 1),4 1.
    [Show full text]
  • ME 3-7-2013 Met Illustraties
    Cover Page The handle http://hdl.handle.net/1887/21954 holds various files of this Leiden University dissertation. Author: Erkelens, Monique Title: The decline of the Chinese Council of Batavia: the loss of prestige and authority of the traditional elite amongst the Chinese community from the end of the nineteenth century until 1942 Issue Date: 2013-10-15 THE DECLINE OF THE CHINESE COUNCIL OF BATAVIA Cover photo: Major Khouw Kim An and Captain Tio Tek Soen, 1908 Source: Private collection of L. N. Goei Cover design by Uji Nugroho THE DECLINE OF THE CHINESE COUNCIL OF BATAVIA: THE LOSS OF PRESTIGE AND AUTHORITY OF THE TRADITIONAL ELITE AMONGST THE CHINESE COMMUNITY FROM THE END OF THE NINETEENTH CENTURY UNTIL 1942 PROEFSCHRIFT ter verkrijging van de graad van Doctor aan de Universiteit Leiden, op gezag van Rector Magnificus prof. mr. dr. C.J.J.M. Stolker, volgens besluit van het College voor Promoties te verdedigen op dinsdag 15 oktober 2013 klokke 15.00 door Monique Erkelens geboren te Rotterdam in 1981 Promotiecommissie Promotor: Prof. dr. J. L. Blussé van Oud-Alblas Co-promotor: Dr. L. M. Douw Overige leden: Prof. dr. W.L. Idema Prof. dr. J. J. L. Gommans Prof. dr. K. J. P. F. M. Jeurgens Prof. dr. H. Schulte Nordholt Prof. dr. C. van Dijk Prof. dr. Nie Dening (Xiamen University, P. R. China) Dr. J. Th. Lindblad CONTENTS Acknowledgements 8 List of illustrations 11 List of abbreviations 13 Glossary 15 Introduction 23 Chapter 1: Batavia and Chinese settlement 48 1.1 Modern Chinese emigration to the Nanyang and early structures of ethnic
    [Show full text]
  • Sejarah Dan Fiksi Dalam Dua Novel Karya Kwee Tek Hoay: Sebuah Tinjauan Sastra Sejarah
    SEJARAH DAN FIKSI DALAM DUA NOVEL KARYA KWEE TEK HOAY: SEBUAH TINJAUAN SASTRA SEJARAH THE HISTORY AND FICTION IN TWO NOVELS BY KWEE TEK HOAY: A HISTORICAL LITERATURE STUDY Irna Gayatri D. Ardiansyah Gopher Indonesia Graha Induk KUD Lantai 2, Jalan Warung Buncit Raya No. 18--20, Jakarta Pos-el: [email protected] Abstract This research aims at analyzing the history and fiction in two novels by Kwee Tek Hoay. The researcher searches for some information from library and website resources to support this research. Specifically, the researcher searches for library resources containing information about the literature of Chinese Malay. The researcher analyzes Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa and Berkahnya Malaise by using qualitative method. Bassically, the two novels present the history, i.e. Malaise event on Berkahnya Malaise and the origin of Hwee Koan community movement on Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa. However, there is a fiction appeared from author’s idea on the two novels. The idea comes in the form of communication presented between literature and the readers. Keywords: history, fiction, Kwee Tek Hoay literature, Chinese Malay literature Abstrak Tulisan ini akan menguraikan sejarah dan fiksi dalam dua novel karya Kwee Tek Hoay. Penulis mencari berbagai informasi dari berbagai sumber pustaka dan sumber dalam jaringan untuk mendukung penelitian ini. Secara lebih khusus, penulis mencari sumber pustaka yang menyajikan informasi seputar kesusastraan Melayu Tionghoa. Penulis menganalisis Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa dan Berkahnya Malaise dengan menggunakan metode penelitian kualitatif. Kedua novel tersebut pada dasarnya memang menyajikan sejarah, yaitu peristiwa malaise dalam Berkahnya Malaise dan asal mula dibentuknya perkumpulan atau pergerakan Tionghoa Hwee Koan dalam Atsal Mulahnya Timbul Pergerakan Tionghoa.
    [Show full text]
  • B3 Rumah Mayor Tionghoa Di Jakarta
    . I ' • -. ' , -' ,"--:: .. ·~ .. ~ #, .:.:...» .. ·f· . ... -' .. -~-··. · ~ .:. I' ·.-- _....___~··· ...,W·- _-.. .. Ill Ill Ill II NANIEK WIDAYATI PRIYOMARSONO ________________________ ............ Rumah Mayor Tionghoa di Jakarta (Pascapemugaran) Man sion of Th e Tionglz oa Major in Jakarta (Post Conservation) Penulis A uthor Taniek Widayati Priyomarsono Dibantu Staffs Team Lita Amelia Professional Team Cetakan Pertama First Published Juni 2008 Cetakan Kedua Second Published Oktober 2018 Penerjemah Bahasa Inggris English Translation Satya Duhita and Naniek Widayati Priyomarsono Editor Bahasa Inggris English Co-Editor Djauhari Sumintardj a Editor Bahasa Indonesia Indonesian Co-Editor Dali Santun Naga - -- - - · --~~---------------------------=~~-------, Perancang & Ilustrasi Sampul Lat{out & Cover Illustrations CAC Creative Group Penerbit Publisher Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara ISBN 978-602-50838-1-5 Redaksi: Kampus 1 UNT AR . Gedung K lantai 8 Jl. S. Parman nomor 1. Jakarta Barat 11440 Telp +6221.56958718 Email: [email protected] Distributor Tunggal: Naniek Widayati Priyomarsono Jurusan Arsitektur. Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara Ka mpus 1 UNT AR. Ged u ng K lantai 8 Jl. S. Parman nomor 1. Jakarta Barat 11440 Telp +6221.56958718 Buku Kedua. Cetakan Pertama. Oktober 2019 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak buku ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit. SURAT PE ~ ~ Dalam rangka ~ QJOOia!l :i :>eon; Undang Nomor 28 Ta/lun 2!l1< Cota.
    [Show full text]
  • Dr Oen Boen Ing Patriot Doctor, Social Activist, and Doctor of the Poor
    PB Wacana Vol. 18 No. 2 (2017) WacanaRavando Vol. Lie18 ,No. Dr Oen2 (2017): Boen 455-484 Ing 455 Dr Oen Boen Ing Patriot doctor, social activist, and doctor of the poor Ravando Lie ABSTRACT This article examines the efforts and achievements of Oen Boen Ing, a Tionghoa doctor, to improve the quality of health of the poorer inhabitants of Surakarta. Dr Oen played an important role in five different periods: Dutch colonialism, the Japanese occupation, the Indonesian revolution, Soekarno’s regime, and Suharto’s New Order. Known for being a benevolent doctor, activist, and patriot of the revolution during his life-time, Dr Oen also gave medical assistance to the needy, which famously earned him the accolade of “doctor of the poor”. During the Indonesian revolution, Dr Oen assisted the Student Soldiers (Tentara Pelajar) and afterwards was appointed the member of Supreme Advisory Council (Dewan Pertimbangan Agung/DPA) by Soekarno in 1949. As a benevolent doctor and activist, Dr Oen is remembered for founding the Panti Kosala Hospital which was renamed to perpetuate his name on 30 October 1983, exactly a year after his passing. When he died, thousands of peoples gathered to pay their final respects to the doctor. He was honoured with a ceremony conducted in the Mangkunegaran Palace. Dr Oen’s name will be eternally respected, especially in Surakarta. KEYWORDS Oen Boen Ing; social doctor; Tionghoa; Mangkunegaran; Panti Kosala. INTRODUCTION1 Thousands of people flocked towards the Panti Kosala Hospital at Kandangsapi, Surakarta on 31 October 1982. Jalan Brigjend Katamso was already crammed with a sea of people.
    [Show full text]
  • Dr Oen Boen Ing Patriot Doctor, Social Activist, and Doctor of the Poor
    WacanaRavando Vol. Lie18 ,No. Dr Oen2 (2017): Boen 455-484 Ing 455 Dr Oen Boen Ing Patriot doctor, social activist, and doctor of the poor Ravando Lie ABSTRACT This article examines the efforts and achievements of Oen Boen Ing, a Tionghoa doctor, to improve the quality of health of the poorer inhabitants of Surakarta. Dr Oen played an important role in five different periods: Dutch colonialism, the Japanese occupation, the Indonesian revolution, Soekarno’s regime, and Suharto’s New Order. Known for being a benevolent doctor, activist, and patriot of the revolution during his life-time, Dr Oen also gave medical assistance to the needy, which famously earned him the accolade of “doctor of the poor”. During the Indonesian revolution, Dr Oen assisted the Student Soldiers (Tentara Pelajar) and afterwards was appointed the member of Supreme Advisory Council (Dewan Pertimbangan Agung/DPA) by Soekarno in 1949. As a benevolent doctor and activist, Dr Oen is remembered for founding the Panti Kosala Hospital which was renamed to perpetuate his name on 30 October 1983, exactly a year after his passing. When he died, thousands of peoples gathered to pay their final respects to the doctor. He was honoured with a ceremony conducted in the Mangkunegaran Palace. Dr Oen’s name will be eternally respected, especially in Surakarta. KEYWORDS Oen Boen Ing; social doctor; Tionghoa; Mangkunegaran; Panti Kosala. INTRODUCTION1 Thousands of people flocked towards the Panti Kosala Hospital at Kandangsapi, Surakarta on 31 October 1982. Jalan Brigjend Katamso was already crammed with a sea of people. They had been gathering since early 1 The biography of Dr Oen (Ravando Lie 2017) will be launched by Penerbit Buku Kompas in Solo on 3 March 2017.
    [Show full text]
  • Uva-DARE (Digital Academic Repository)
    UvA-DARE (Digital Academic Repository) Van koelies, klontongs en kapiteins : het beeld van de Chinezen in Indisch- Nederlands literair proza 1880-1950 Dharmowijono, W. Publication date 2009 Link to publication Citation for published version (APA): Dharmowijono, W. (2009). Van koelies, klontongs en kapiteins : het beeld van de Chinezen in Indisch-Nederlands literair proza 1880-1950. General rights It is not permitted to download or to forward/distribute the text or part of it without the consent of the author(s) and/or copyright holder(s), other than for strictly personal, individual use, unless the work is under an open content license (like Creative Commons). Disclaimer/Complaints regulations If you believe that digital publication of certain material infringes any of your rights or (privacy) interests, please let the Library know, stating your reasons. In case of a legitimate complaint, the Library will make the material inaccessible and/or remove it from the website. Please Ask the Library: https://uba.uva.nl/en/contact, or a letter to: Library of the University of Amsterdam, Secretariat, Singel 425, 1012 WP Amsterdam, The Netherlands. You will be contacted as soon as possible. UvA-DARE is a service provided by the library of the University of Amsterdam (https://dare.uva.nl) Download date:02 Oct 2021 Inleiding 1. INLEIDING Het is dit jaar honderd jaar geleden dat mijn moeder werd geboren. In Pangkalpinang op het eiland Bangka, een plaats die ik nu beter ken uit verhandelingen en romans dan van de verhalen van mijn moeder. Een plaats waar ik gebracht ben door mijn moeder, die mij aan haar moeder wilde laten zien.
    [Show full text]
  • Insider Collection Intercontinental Jakarta Pondok Indah New
    INSIDER COLLECTION WELCOME TO THE JAKARTA INSIDER COLLECTION Truly memorable meetings and events with authentic local flavor – that is the inspiration behind the InterContinental Insider Collection. Our global network of hotels and resorts paired with our local knowledge and expertise, giving planners guaranteed choice, range and depth to add to any meetings or conferences. Tailored to each occasion, ranging from interactive o-site team-building activities to stimulating local speakers, also the opportunity for delegates to contribute to projects that benefit the surrounding community and environment. The options are limitless, the local knowledge is rich, the service is professional and impeccable, the delegate’s experience is enriching and rewarding every time. Sample some of our wonderful Jakarta experiences yourself. 1 of 3 INTRODUCTION | LOCATIONS | SPEAKERS | COMMUNITY | INTERACTIONS | BREAKS | CONTACT US InterContinental Jakarta Pondok Indah Jl. Metro Pondok Indah Kav. IV TA | Jakarta 12310 | Indonesia Go to www.intercontinental.com/meetings or click here to contact us INSIDER COLLECTION INSIDER LOCATIONS Choose an InterContinental venue for your event and a world of possibilities will open up. As locals, your hotel team holds the key to a side of locality hidden from tourists. What and who they know gives you an exclusive mix of authentic venues and experiences to play with. INSIDER SPEAKERS Bring your event to life with an inspirational speaker – someone who can really strike a chord with your delegates and enrich their experience beyond measure. Fascinating and engaging, motivating Insider Speakers range from celebrities and cultural experts to sporting heroes. Whatever their passion is, they all have a local connection and you will discover that their unique insights and local know-how will make your event memorable.
    [Show full text]