ALINEA ::: JURNAL BAHASA SASTRA DAN PENGAJARAN

P-ISSN: 2301 – 6345 I E-ISSN: 2614-7599

http://jurnal.unsur.ac.id/ajbsi

INTERTEKSTUAL DEKONSTRUKTIF NOVEL LAMBUNG MANGKURAT ATAS HIKAYAT BANJAR DAN TUTUR CANDI

Dewi Alfianti & Ahsani Taqwiem Universitas Lambung Mangkurat,

______Abstrak : Riwayat artikel: Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui interteksualitas dan dekonstruksi novel “Lambung Mangkurat”, dan dua hipogramnya, “Hikayat Banjar” dan “Tutur Dikirim: 6 Desember 2019 Candi”. Penelitian dilakukan menggunakan analisis intertekstual model Julia Direvisi: 6 Januari 2020 Kristeva dan dekonstruksi Jaqcues Derrida. Hasil analisis menunjukkan ada Diterima: 8 Februari 2020 sejumlah perbedaan pada bagian jalan cerita dan penokohan. Pada novel tidak Diterbitkan: 30 April 2020 ada hal-hal gaib, berbeda dengan dalam kedua hipogram. Tokoh Lambung Mangkurat dan Junjung Buih dalam novel diberi atribut serba sempurna sementara di dalam novel muncul dengan segala kekurangan dan kelemahan sebagaiman manusia biasa yang memiliki ambisi, kelemahan, dan ketakutana ______yang di dalam dua hipogram tidak ada. Di dalam novel Lambung Mangkurat Katakunci: diceritakan berhasil menjadi Raja Nagara Dipa berkat bantuan Gajah Mada, juga dicerita terjadi pemberontakan Kerajaan Kuripan yang di dua hipogram dekonstruktif tidak. Perbedaan ini terjadi sebagai upaya pengarang untuk menafsirkan ulang intertekstual dan memaknai kembali cerita Lambung Mangkurat dalam perspektif yang lebih Lambung Mangkurat sesuai dengan zamannya.

Abstract: This paper aims to find out the intertexuality and deconstruction of the novel ______"Lambung Mangkurat", and two hypograms, "Hikayat Banjar" and "Tutur Alamat surat Candi". The study was conducted using intertextual analysis of Julia Kristeva's model and Jaqcues Derrida's deconstruction. The analysis shows that there are [email protected] a number of differences in the part of the storyline and characterizations. In the novel there are no supernatural things, different from the two hipograms. The gastric characters of Mangkurat and Junjung Buih in the novel are given all- round attributes while in the novel appear with all the shortcomings and weaknesses as an ordinary human being who has ambition, weakness, and fear which in his two hypotheses do not exist. In the novel Lambung Mangkurat is said to have succeeded in becoming Raja Nagara Dipa with the help of Gajah Mada, there was also a story of a revolt of the Kingdom of Kuripan which in two hypograms did not. This difference occurs as the author's attempt to reinterpret and reinterpret the story of Lambung Mangkurat in a perspective that is more appropriate to the era.

PENDAHULUAN menghubungkan apa yang sedang dia baca dengan sesuatu yang mungkin pernah dibaca, Dalam kehidupan sehari-hari, manusia didengar, atau dilihatnya di suatu waktu di sering melakukan tindak asosiatif dengan masa lampau. Pada akhirnya, pembahasan menghubungkan satu hal dengan hal lainnya, sederhana tentang asosiasi ini kemudian bisa termasuk menghubungkan satu teks dengan berkembang menjadi sesuatu yang lebih teks lainnya. Asosiasi berkaitan dengan kompleks karena ketika membahas satu teks pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dan (lisan atau tulisan) kita mungkin akan dihubungkan dengan apa yang sedang di- membahas jalinan-jalinan asosiatif antara teks identifikasi saat ini. Terkait dengan teks, itu dengan teks-teks lainnya. kemampuan asosiatif inilah yang memung- kinkan seorang penulis dan pembaca teks 2 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15

Saat mendengar cerita rakyat dan atau Dalam khazanah kesusastraan Melayu, mitos “” di Sumatera Barat, sejumlah manuskrip mengenai kesultanan “Sitanggang” di Malaka, dan “Raden Banjar di Tenggara (hari ini meli- Pengantin” di Kalimantan Selatan, misalnya, puti Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan besar kemungkinan pembaca akan menyim- Tengah dan Timur) telah ditulis pada abad ke- pulkan keterkaitan antara ketiganya karena ada 19, di antaranya adalah Hikayat Banjar dan kemiripan struktur dan isi ceritanya yaitu Tutur Candi yang menceritakan asal mula tentang anak durhaka yang dikutuk menjadi kerajaan Banjar di wilayah Kalimantan batu. Asosiasi tentu tidak salah, karena cerita Tenggara dan perkembangannya. Keduanya itu secara lisan lahir dan dituturkan di satu diduga sebagai hipogram dari novel Lambung tempat lalu menyebar dan mengalami penye- Mangkurat yang ditulis oleh Randu Alamsyah suaian dengan kebudayaan di wilayah sebaran beberapa ratus tahun setelahnya. Novel yang barunya hingga melahirkan cerita-cerita lain terbit pada tahun 2018 ini diterbitkan oleh yang sangat mirip. Laksana, grup Diva Press dan didistribusikan secara nasional. Contoh keterkaitan ketiga teks (lisan) di atas yang secara asosiatif dimaknai sebagai Novel Lambung Mangkurat memiliki cerita-cerita yang sangat mirip itu dapat dimensi yang sama dengan novel-novel lain dijelaskan dengan intertekstualitas. Dalam yang berbicara tentang sejarah (atau mitos) pandangan interteksual, dunia teks adalah raja dan penguasa pada masa kerajaan Hindu- dunia ketika teks-teks (lisan atau tertulis) Budha, seperti novel Gajah Mada karya saling terhubung, bertalian, pengaruh-meme- Langit Kresna Hadi, Senopati Pamungkas ngaruhi satu dengan yang lainnya. Tidak ada karya Arswendo Atmowiloto, atau Arok Dedes teks yang hadir dari ruang hampa tanpa karya Pramoedya Ananta Toer. Ia novel yang pengaruh apapun dari teks-teks sebelumnya. berangkat dari cerita perpaduan mitos dan Terhadap teks pendahulunya (hipogram), teks sejarah Nusantara jauh sebelum negara yang hadir kemudian senantiasa memberikan dibentuk. Cerita-cerita yang telah geliat baru, pemaknaan baru, dan bentuk baru. lekat selama berabad-abad dengan pemahaman Hal ini terjadi karena teks lahir dalam kurun masyarakat tentang bagaimana nenek mo- yang lebih kemudian daripada hipogram, yangnya di masa lalu, kejayaan dan berada dalam lintasan pengalaman dunia yang keruntuhan mereka. Cerita yang membentuk lebih kompleks dari hipogramnya itu. teks identitas bangsa kita hari ini. selanjutnya itu bisa menjadi penguat, pe- nyanggah, atau bahkan perusak hipogramnya. Bagi masyarakat Banjar sendiri, cerita Dalam posisi ini, teks baru itu men- Hikayat Banjar adalah cerita mistis dan sakral dekonstruksi hipogramnya. mengenai asal usul mereka. Eksistensi mereka berawal dari cerita ini, dan dari cerita inilah Kaitan antara intertekstualitas dan de- identitas urang Banjar dibentuk. Karena konstruksi menjadi tak terelakkan karena dianggap berkaitan dengan hikayat yang peristiwa pengaruh mempengaruhi antara menceritakan asal muasal kerajaan Banjar, hipogram dan teks selanjutnya selalu terjadi novel Lambung Mangkurat juga pernah secara dekonstruktif. Tidak ada teks selan- dibedah di Universitas Lambung Mangkurat, jutnya yang sama persis dengan hipogramnya. Banjarmasin, oleh sejarawan Helius Teks yang hadir belakangan ini akan Sjamsuddin dalam konteks komparasi kese- memainkan peranannya baik sebagai penguat, jarahan dengan buku-buku hipogramnya. opisisi, atau bahkan perusak hipogramnya. OLeh karena itu, menarik untuk melihat Tulisan berikut ini akan membicarakan bagaimana sebuah teks mendekonstruksi intertekstualitas novel Lambung Mangkurat terhadap hipogramnya. terhadap Hikayat Banjar dan Tutur Candi serta akan membahas bagaimana novel Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 3

Lambung Mangkurat mendekonstruksi dua Kedua kajian postruktural ini dibahas hipogramnya, Hikayat Banjar dan Tutur secara terpisah, padahal keduanya memiliki Candi. relevansi. Keduanya sama-sama membicara- kan lebih dari satu teks dan hubungan antara Kajian intertekstualitas dan dekonstruksi keduanya. Salah satu artikel jurnal yang merupakan kajian yang lazim dalam po- mengaitkan antara dua kajian ini adalah artikel struktural sebagai sebuah respon pada fokus berjudul Dekonstruksi Struktur Penceritaan pembacaan teks yang hanya melihat struktr dalam Novel Arok-Dedes: Kajian Intertekstual internal teks sastra. Kedua pendekatan ini (Purwanti). Meski sama-sama membahas melihat teks pada relevansinya dengan teks kaitan antarteks dengan pendekatan interteks lain baik dalam hubungan pengaruh-meme- dekonstruksi, tulisan yang berjudul Interteks ngaruhi teks tersebut dengan teks lainnya Dekonstruktif Novel Lambung Mangkurat atas maupun usaha teks untuk membangun ulang Hikayat Banjar dan Tutur Candi ini memiliki pemahaman berbeda terhadap teks lain. kebaruan terutama pada obyek tulisan, dan pada dimensi teks yang merupakan perpaduan Secara terpisah, dua kajian ini telah teks sastra kontempirer dan klasik. menjadi pendekatan yang cukup mapan dan banyak digunakan dalam memahami dan Intertekstual dan Dekonstruksi menguraikan sebuah teks sastra. Untuk kajian intertekstual misalnya, ada sejumlah penelitian Intertekstual adalah pandangan yang teks sastra yang menggunakan pendekatan ini, melihat teks tidak sebagai teks an sich , tetapi misalnya artikel ilmiah berjudul Kajian In- teks ditarik dalam hubungannya dengan teks- tertekstual Sang Pemimpi Karya Andrea teks lainnya. Teks dibuat dari apa yang disebut Hirata dan Mengejar-ngejar Mimpi Karya teksualitas budaya atau sosial. Dalam hal ini, Dedi Padiku (Yaumi), atau dalam bentuk tesis, teks bukan ihwal individual atau objek karya Asep Supriadi yang berjudul Trans- terisolasi, tapi lebih dari itu, ia adalah formasi Nilai-Nilai Ajaran Islam dalam Ayat- perpaduan tekstualitas budaya. Teks individual Ayat Cinta Karya Habiburrahman el Shirazy, dan teks budaya berasal dari material yang Kajian Interteks (Supriadi). Kedua tulisan itu sama dan tidak bisa dipisahkan satu sama lain. menggunakan interteksual sebegai pendekat- Sebuah teks tak bisa dilepaskan dari teks-teks an, mereka membandingkan dua teks untuk lainnya -teks-teks lain ini termasuk material melihat bagaimana pengaruh masing-masing yang sifatnya abstrak: ide, gagasan, ideologi, teks terhadap teks lainnya. kebudayaan, dan lainnya. Teks tak bisa dipisahkan dari lingkungan kebudayaan atau Sementara itu, kajian tentang dekonstruksi tekstualitas sosial di mana mereka dibentuk. contohnya dapat dilihat dari beberapa tulisan Semua teks mengandung struktur ideologis, artikel jurnal berikut, Analisis Dekonstruksi dan ekspresi perjuangan sosial, (Allen). Tokoh Tekeshi dan Mitsusaburo dalam Novel Silent Cry Karya Kenzaburo Oe Perspektif Pemahaman tentang keterkaitan antarteks Jaqcues Derrida (Ghofur); Dekonstuksi Pat- inilah yang menjadi dasar pendekatan inter- riarki Khaled Hosseini dalam Novel A tekstualitas dalam karya sastra. Pendekatan Thousand Splendid Sun (Suciati), dan intertekstual menganggap bahwa suatu teks Dekonstruksi Budaya Kekuasan dalam Novel tidak berdiri sendiri tapi terkait dan relevan Ca Bau Kan Karya Remy Silado (Asmarani). dengan teks-teks lain. Ada dua alasan yang Masalah yang dibahas dalam tulisan-tulisan ini melatarbelakanginya, (1) pengarang sebagai adalah bagaimana bagian novel, entah itu pembuat teks adalah pembaca teks-teks lain. tokoh, latar, atau cerita, mendekonstruksi Dalam membaca teks ia menggunakan ru- tatanan yang sudah lazim. jukan, dan atau mengutip, (2) teks tersedia melalui proses pencarian materi yang hendak ditulis, (Rokhmansyah). Menurut Julia 4 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15

Kristeva, penggagas intertekstual, pengarang lalu memberikan tafsiran baru yang mungkin tidak orisinal dan tidak menciptakan hal berbeda dari penafsiran yang sudah lumrah orisinal apapun dari pemikirannya kecuali mengenai hipogram itu. di sinilah proses memadukan teks-teks yang sudah ada, (Elmo menghancurkan dan menata kembali itu Raj). berlangsung.

Dalam hubungan antarteks ini ada tiga Dekonstruksi pada hakikatnya merupakan tipe intertekstual (Jacobmeyer; Fitzsimmons) suatu cara membaca sebuah teks yang 2013) yaitu (1) obligatory intertextuality : in- menumbangkan anggapan (walaupun itu ha- tertekstual yang terjadi ketika pengarang nya secara implisit) bahwa sebuah teks sengaja melibatkan perbandingan atau asosiasi memiliki landasan, dalam sistem bahasa yang antara dua teks atau lebih di mana ketika tidak berlaku, untuk menegaskan struktur, keutuhan, memahami asosiasi ini atau ketika tidak dan makna yang telah menentu, mampu menemukan hubungan, pemahaman (Nurgiyantoro). Dengan demikian stabilitas pembaca akan teks itu tidak memadai; (2) teks dengan maknanya yang pasti dan mapan optional intertextuality : hubungan yang ada tak dapat dipertahankan, apalagi sampai tidak terlalu berpengaruh terhadap masing- ratusan tahun. Perlu pembacaan ulang dari masing teks, terjadi tapi tidak esensial. masa ke masa untuk bisa menemukan titik- Meskipun ada, hubungan itu cenderung sedikit titik penyesuaiannya, bahkan jika diperlukan saja memengaruhi teks. Kebutuhan pengarang membongkar teks (dalam rangka merapikan- menggunakan interteks ini sekadar menghar- nya kembali) untuk mendapatkan pemaknaan gai pengarang ‘aslinya’ atau menghargai yang lebih sesuai dengan masanya. siapapun yang membaca teks sebelumnya. Pembacaan terhadap hipogram (teks sebe- Dekonstruksi adalah pengingat kita pada lumnya) tidak diperlukan dalam memaknai hubungan etimologi antara krisis dan kritik, teks selanjutnya; (3) accidental intertextuality : Ini adalah perwujudan fakta bahwa bagian ketika pembaca kadang menghubungkan ‘radikal’ dari penafsiran harus selalu menang sebuah teks dnegan teks lain, praktik budaya, melawan batas dari hal-hal yang tampak tidak pengalaman pribadi, tanpa memengaruhi teks jelas/ samar. Dekonstruksi bekerja di batas aslinya. Interteks ini sangat bergantung pada yang memusingkan, mencurigai segala yang pengetahuan pembaca atas teks sebelumnya. telah diterima dengan mapan oleh bahasa, pengalaman, dan kemungkinan-kemungkinan Dalam intertekstual dikenal istilah hipo- normal dari komunikasi manusia. Dekon- gram/ prior text yaitu teks-teks (kesastraan) struksi adalah antitesis dari yang mungkin yang dijadikan dasar penulisan bagi teks yang berterima dalam konsep dan nilai tradisional. kemudian. Wujud hipogram mungkin berupa Dekonstruksi sebagai bagian dari pos- penerusan konvensi, sesuatu yang telah struktural menolak ide struktural bahwa bereksistensi, penyimpangan dan pemberon- makna atau rasa secara objektif ada di dalam takan konvensi, pemutarbalikan esensi dan teks, (Norris). amanat dari teks-teks sebelumnya, (Nurgiyantoro). METODE

Dalam konteks teks baru yang menjadi Pendekatan yang dipakai dalam penelitian respon atas hipogramnya inilah, intertekstual ini adalah pendekatan kualitatif. Dengan kemudian dikaitkan dengan konsep dekon- pendekatan ini, analisis data dilakukan dengan struksi, karena sebagai bentuk respon, teks menggunakan konstruksi penelitian kualitatif. selanjutnya cenderung membongkar makna Pendekatan ini diarahkan pada latar dan yang sudah mapan dipahami atas hipo- individu secara holistik (utuh). Pengumpulan gramnya. Pengarang teks selanjutnya, sadar data dilakukan dengan memilah data yang atau tidak, menafsirkan kembali hipogramnya sesuai dengan penelitian. Data yang sesuai Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 5

dengan kepentingan penelitian akan disisihkan Sementara itu, Resensi 2 berangkat dari dari yang tidak relevan. Data yang sudah periwayatan lisan ke lisan dengan cerita yang dipilah kemudian dideskripsikan, dan berkembang di kalangan rakyat biasa. Resensi ditafsirkan. 2 bahkan diidentifikasi sebagai tuturan cerita yang disampaikan pada pertunjukan Sumber data pada penelitian adalah tiga Abdul Muluk. Oleh para ahli filologi, Resensi teks, (1) novel Lambung Mangkurat yang 2 cenderung diabaikan karena sifatnya yang ditulis oleh Randu Alamsyah, diterbitkan bertele-tele dan terlalu fantastis, tetapi se- pertama kali tahun 2016 oleh Laksana, (2) orang pribumi, guru sekolah Gubermen Hikayat Banjar karya J.J. Rass, diterbitkan bernama Mohammad Seman, menyalinnya tahun 1990 ke dalam bahasa Melayu Malaysia, dari lisan ke tulisan dengan huruf Arab ditulis oleh Siti Hawa Salleh, diterbitkan Melayu pada tahun 1937. Manuskrip inilah Percetakan dewan Bahasa dan Sastra yang disebut Resensi 2 dan di kemudian hari Malaysia, (3) Tutur Candi , ditulis kembali lebih dikenal sebagai Tutur Candi. oleh Muhammad Idwar Saleh tahun 1986. Diterbitkan oleh Balai Pustaka bekerjasama Hikayat Banjar dengan Perpustakaan Nasional. Data dalam penelitian ini adalah kata dan kalimat dari Hikayat Banjar ditulis oleh Johannes ketiga teks di atas yang berhubungan relevan Jacobus Rass (J.J. Rass), seorang filolog dengan kajian interteksual dekonstruktif. berkebangsaan Belanda. Buku ini ditulis dalam Bahasa Inggris dengan judul Hikajat HASIL DAN PEMBAHASAN Bandjar, A Study in Malay Historiography dan diterbitkan tahun 1968 di Belanda. Tahun Pendokumentasian narasi tentang asal 1990, Hikajat Bandjar diterjemahkan ke mula dan perkembangan Kerajaan Banjar di dalam Bahasa Melayu Malaysia dengan judul Kalimantan Tenggara yang awalnya berupa Hikayat Banjar dengan penerjemah Siti Hawa tuturan lisan telah dimulai oleh cendikiawan Salleh. keraton Banjar. Disebutkan dalam buku Hikayat Banjar , sejak awal abad ke-19 cerita Hikayat Banjar berasal dari berbagai ini telah pula menarik perhatian banyak manuskrip di era kolonial Belanda yang secara sarjana Eropa. Periwayatan dan sumber yang khusus membicarakan tentang asal mula dan berbeda-beda menyebabkan cerita ini memi- perkembangan kerajaan Banjar dan Kota- liki dua arus besar cerita dengan judul masing- waringin. Manuskrip itu ditulis dalam Bahasa masing: Resensi 1 dan Resensi 2. Melayu Banjar. Beberapa manuskrip men- campur bahasa Melayu Banjar dengan bahasa Resensi 1 dianggap lebih ‘akademis’ Jawa. Sebagian ditulis dengan aksara latin, karena berasal dari periwayatan terus menerus sebagiannya dengan aksara Arab Melayu. dari manuskrip ke manuskrip. Resensi 1 lebih Manuskrip-manuskrip itu lantas dibandingkan bersifat istana-sentris karena dibuat untuk dan dikombinasikan untuk bisa saling meleng- melegitimasi kekuasaan kerajaan Banjar dan kapi naskah yang ditulis oleh J.J. Rass ini. kali pertama pendokumentasiannya ke dalam manuskrip berbahasa Banjar huruf Arab Hikayat Banjar dibagi ke dalam 12 Melayu dilakukan oleh kalangan keraton episode yang secara berturut-turut menceri- Banjar. Dari periwayatan tulis kalangan istana takan mengenai asal mula kerajaan Banjar, yang menggunakan bahasa Banjar dan huruf yaitu Negara Dipa (Keraton I), dilanjutkan Arab Melayu inilah, ahli filologi Belanda dan masa Negara Daha (Keraton II), dilanjutkan Inggris di masa Stamford menyalinnya ke masa kerajaan Bandarmasih (Keraton III) dalam bahasa Inggris/Belanda dengan huruf sampai masa kerajaan Martapura (Keraton latin. IV). Masa yang tercatat memiliki bukti-bukti sejarah dimulai sejak masa kerajaan 6 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15

Bandarmasih dengan raja pertamanya Sultan lalu kembali ke Kalimantan dan mengambil Surianysah, sedangkan sebelum masa ini, tahtanya dari Ibunya. Raden Sekar Sungsang bukti-bukti sejarah hanya sebatas lokasi ini kemudian bergelar Maharaja Sari Kabu- reruntuhan Candi Agung (istana kerajaan awal rungan. Ia memindahkan pusat keraton dari Negara Dipa), selebihnya masih berada di Nagara Dipa ke Nagara Daha. Di masa ini wilayah mitos dan perdebatan (Rass). Lambung Mangkurat meninggal digantikan Aria Taranggana. Secara singkat dapat diceritakan: bagian Keraton I meliputi episode 1-7. Berisi cerita Episode 10-11 adalah permulaan Keraton awal mula pelayaran Ampu Jatmika ke Banua III yaitu Kerajaan Bandarmasih. Episode ini Hujung Tanah, sesampainya di sana ia menceritakan Raden Samudra, cicit Maharaja bermukim lalu membangun negeri baru Sari Kaburungan. Raden Samudra ditunjuk bernama Nagara-Dipa (Tanah Bercahaya). sebagai pewaris tahta oleh kakeknya dan itu Ampu Jatmika kemudian memerintahkan membuat pamannya, Pangeran Tumenggung kepada bawahannya untuk membuat patung murka dan berniat membunuhnya. Raden sebagai pengganti raja dan ratu karena ia Samudra melarikan diri sampai di daerah sendiri bukan berasal dari kasta raja sehingga Muara Kuin, Bandarmasih. Patih Masih, merasa tak berhak menjadi raja. Saat ia sakit ia penguasa setempat yang mengetahui silsilah menyampaikan hal yang sama pada dua dan keutamaannya, mengangkat Raden putranya, Ampu Mandastana dan Lambung Samudra menjadi raja di wilayah Bandar- Mangkurat agar tidak bercita-cita menjadi raja masih. Pangeran Tumanggung menyerang dan menyuruh mereka bertapa untuk mencari Raden Samudra tetapi berhasil dikalahkan. raja baru. Lambung Mangkurat berhasil Raden Samudra meminta bantuan kesultanan mendapatkan Putri Junjung Buih melalui Demak. Bantuan diberikan jika Raden pertapaannya lalau mengangkat sang putri Samudra dan seluruh rakyatnya bersedia menjadi raja di kerajaan Nagara Dipa. Kelak, masuk Islam. Syarat itu disetujui, dan Raden Lambung Mangkurat membunuh dua kepo- Samudra berganti gelar menjadi Sultan nakannya, Bangbang Sukmaraga dan Suryanullah atau Sultan Suriansyah. Bangbang Patmaraga karena ia melihat ada indikasi Sang Raja Putri mulai jatuh cinta pada Episode 12 yang merupakan episode mereka. terakhir dalam Hikayat Banjar ini menceritakan tentang anak keturunan Sultan Agar Raja Putri Junjung Buih segera Suriansyah, yaitu Sultan Rahmatullah, kemu- mendapatkan suami, Lambung Mangkurat dian anaknya, Sultan Mustainullah (Marhum lantas mendatangi raja untuk Panambahan). Akibat dibom Belanda, meminta putra yang didapatkannya dari Marhum Panambahan memindahkan kerajaan pertapaan menjadi suami Raja Putri Junjung ke Martapura sehingga mengawali fase Buih. Setelah tiga hari pemujaan, muncullah Keraton IV di Martapura. Raden Putera yang bergelar Suryanata. Di akhir episode 7, Raja Putri Junjung Buih menikah dengan Raden Suryanata sehingga Tutur Candi tertasbihkanlah pasangan penguasa Nagara Cerita Tutur Candi sejalan dengan Dipa, Maharaja Suryanata dan Ratu Junjung Hikayat Banjar , tetapi hanya terdiri dari 11 Buih. episode saja (Saleh). Tutur Candi tidak membahas fase Keraton IV. Bagian tiap-tiap Episode 8-9 merupakan bagian Keraton II, episode Tutur Candi serupa saja dengan yang banyak menceritakan tentang cucu dari Hikayat Banjar hanya saja dengan versi yang Maharaja Suryanata dan Ratu Junjung Buih, lebih panjang dan berbelit-belit, banyak yaitu Raden Sekar Sungsang yang hilang saat disisipi hal-hal fantastis, tetapi pada bagian- masih kecil, mengembara ke Jawa saat remaja bagian tertentu, melengkapi kekurangan Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 7

informasi yang ada pada Hikayat Banjar . puncak cerita berada pada islamisasi kerajaan Beberapa pengembangan atau informasi di bawah Sultan Suriansyah oleh Demak, penting yang terdapat dalam Tutur Candi sementara bagi Tutur Candi , itu justru bagian sebenarnya membantu pembaca untuk akhir cerita. Hal ini menunjukkan bahwa memahami keseluruhan narasi kerajaan Banjar Hikayat Banjar Resensi 1 dibuat di masa –terutama di bagian-bagian awal. keraton Islam di Banjarmasin (keraton III) sementara Tutur Candi Resensi 2 diduga Misalnya saja, pada episode 1 di Hikayat merupakan satu teks fungsional keraton Banjar tidak diceritakan mengenai latar Negara-Daha yang bersifat kehinduan, dan belakang keluarga Ampu Jatmika, tetapi tetap dijaga dan digunakan dalam pementasan Tutur Candi mengulasnya panjang lebar, wayang Abdul Muluk yang bernuansa non- termasuk memasukkan tokoh-tokoh popular Islami. dalam Islam seperti Sultan Iskandar dan Nabi (Hadir) Khidir sebagai bagian silsilah keluarga Novel Lambung Mangkurat Ampu Jatmika. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Islam sudah terasa di awal Novel Lambung Mangkurat ditulis pada pembentukan kerajaan Banjar jauh sebelum tahun 2016, ratusan tahun setelah hipo- kesepakatan dengan Demak untuk meng- gramnya, Hikayat Banjar dan Tutur Candi islamisasi kerajaan Banjar dilakukan. Kete- lahir dari lisan para pencerita. Dalam rangan tambahan juga didapatkan dalam Tutur pengantarnya, secara gamblang, Randu Candi di episode ke-2, yaitu munculnya nama Alamsyah menjelaskan keterkaitan novel ini Kuripan sebagai penguasa lokal di wilayah dengan Hikayat Banjar . Lambung Mangkurat Banua Hujung tanah sebelum Ampu Jatmika adalah salah satu tokoh sentral di masa-masa datang. Selain penambahan-penambahan, awal berdirinya Nagara-Dipa, cikal bakal dalam Tutur Candi juga ditemukan perbedaan kerajaan Banjar (Alamsyah). Dalam Hikayat dalam penjelasan silsilah anak keturunan Banjar dan Tutur Candi , tokoh ini hadir dari Maharaja Suryanata dan Ratu Junjung Buih. episode 1 di masa Ampu Jatmika hingga episode 9 di masa Raden Sekar Sungsang J.J. Rass (1993:75) menjelaskan perbe- (Maharaja Sari Kaburungan). daan mendasar dalam Hikayat Banjar dan

Tutur Candi terletak pada (1) gaya bercerita, Novel ini sendiri memiliki jalan cerita Hikayat Banjar lebih ringkas sedangkan Tutur yang berbeda dari Hikayat Banjar dan Tutur Candi bertele-tele dan mengandung lebih Candi. Cerita diawali kondisi yang cukup banyak hal-hal ajaib di luar akal (Rass kacau pasca menghilangnya Ampu Mandas- menyebutnya versi yang diromantiskan); (2) tana. Salah satu bawahan utama Ampu pada dasarnya Hikayat Banjar Resensi 1 Mandastana, Arya Megasari bermaksud naik adalah teks keraton yang dibuat di lingkungan tahta menggantikan Ampu mandastana. Di keraton untuk melegitimasi kekuasaan pihak lain pihak, Lambung Mangkurat selaku putra keraton, sedangkan Tutur Candi adalah teks Ampu Jatmika juga merasa berhak atas tahta. wayang yang beredar secara luas di Dalam usahanya untuk meraih tahta itu, masyarakat melalui pertunjukan teater rakyat Lambung Mangkurat bertemu dengan Abdul Muluk. Dengan titik tekannya masing- Mayang, seorang perempuan jelita yang masing, Hikayat Banjar lebih banyak berisi merupakan anggota komplotan pemberontak keterangan tentang tata kerja organisasi dan dari sisa-sisa kerajaan Tanjungpura yang adat istana seperti cara bersikap, berpakaian, pernah berkuasa di Banua Hujung Tanah dan dan penjelasan tentang lambang dan status bermaksud merebut kembali kekuasaan itu sosial. dari tangan Nagara Dipa. Hikayat Banjar Resensi 1 bertujuan menegakkan silsilah kerajaan Banjar dari awal Melalui perantaraan Mayang, Lambung hingga Sultan Suriansyah. Bagi Resensi 1 Mangkurat bertemu Patih Singabarung, 8 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15 seorang patih dari kerajaan Kuripan. Kerajaan Lambung Mangkurat mencintai Mayang yang redup kiprahnya setelah Nagara Dipa yang sekarang bernama Putri Junjung Buih. berkembang pesat. Lambung Mangkurat Sehingga ketika Putri Junjung Buih dekat bersepakat dengan Patih Singabarung untuk dengan Sukmaraga, keponakan Lambung menyingkirkan Arya Megasari dalam sebuah Mangkurat yang lain, hal itu melukainya. serangan mendadak. Dalam serangan itu Arya Bertepatan dengan itu, Gajah Mada kembali Megasari berhasil dibunuh, tetapi alih-alih bermaksud mengambil alih sebagian wilayah menyerahkan Nagara Dipa ke tangan Patih Nagara Dipa. Mengantisipasi itu, Lambung Singabarung, Lambung Mangkurat justru Mangkurat memunculkan ide untuk bekerja sama dengan komplotan Nusadipura mengawinkan Putri Junjung Buih dengan pimpinan Mayang untuk membunuh Patih Pangeran dari Majapahit agar Nagara Dipa Singabarung dan menyingkirkan pasukannya. tetap aman. Hal itu memicu Sukmaraga untuk membunuh dirinya sendiri karena tidak terima Lambung Mangkurat mengharapkan pe- kekasih hatinya menikah dengan orang lain. nasbihannya sebagai raja, tetapi masa itu tak kunjung datang. Menjelang penobatan Orang tua Sukmaraga sekaligus kakak Lambung Mangkurat, Gajah Mada datang ke Lambung Mangkurat, Ampu Mandastana dan Nagara Dipa. Saat pulang, Gajah Mada istrinya yang terlampau sedih kehilangan meninggalkan sejumlah pasukan yang diper- kedua anaknya pun menyusul membunuh bantukan untuk melawan sisa-sisa tentara dirinya. Gajah Mada yang terseret suramnya Kuripan. Lambung Mangkurat yang khawatir suasana pasca bunuh diri tiga anggota akan sepak terjang pasukan Majapahit itu keluarga kerajaan itu akhirnya surut justru menyiapkan sebuah taktik untuk keinginannya menguasai Nagara Dipa dan menghancurkan sisa-sisa tentara Kuripan memutuskan pulang. Di akhir cerita, Lambung sekaligus membunuh seluruh pasukan bantuan Mangkurat digambarkan benar-benar sendiri. Gajah Mada. Putri Junjung Buih menolaknya ikut serta dalam perjalanan ke negeri Champa sementara Setelah peristiwa berdarah itu mereda, urusan negeri diserahkan pada Jampang Sasak, Lambung Mangkurat masih merencanakan salah satu menterinya. penasbihannya sebagai raja, tetapi ia justru menemukan batu sandungan, yaitu kepona- Intertekstual Novel Lambung Mangkurat kannya, Patmaraga, yang semakin naik pamor terhadap Hikayat Banjar dan Tutur Candi dan tampak mengincar tahta. Pada satu titik, usaha pemberontakan dilakukan Patmaraga Sebagai teks yang menjadikan Hikayat dan kelompok pendukungnya melawan Banjar dan Tutur Candi sebagai hipogramnya, Lambung Mangkurat, tetapi usaha itu kandas intertekstual yang dialami novel Lambung dan vonis mati dijatuhkan pada Patmaraga dan Mangkurat pada Hikayat Banjar dan Tutur kelompoknya. Setelah perenungan yang cukup Candi dikategorikan sebagai intertekstual lama, akhirnya Lambung Mangkurat urung obligatori (obligatory intertextuality) karena menghukum mati Patmaraga tetapi meng- pemahaman atas tokoh-tokoh, alur, dan latar asingkannya. Dalam pengasingan, seseorang pada novel tidak akan memadai tanpa membunuh Patmaraga, Lambung Mangkurat mengetahui dan memahami Hikayat Banjar mengira itu Mayang dan komplotannya. atau Tutur Candi sebagai hipogramnya. Tetapi saaat dikonfrontasi, Mayang menolak Pemahaman terhadap hipogram kelak juga tuduhan itu. Yang mengejutkan dari semuanya sangat menentukan proses menemukan bentuk adalah tiba-tiba saja Lambung Mangkurat dekonstruksi yang dilakukan novel Lambung meminta Mayang menjadi ratu di Nagara Mangkurat terhadap Hikayat Banjar dan Tutur Dipa. Candi. Jika kita tidak membaca Hikayat Banjar dan Tutur Candi , kita tidak akan tahu bahwa novel tersebut mendekonstruksi tokoh Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 9

serta jalan cerita Hikayat Banjar dan Tutur Jatmika hingga menjelma menjadi sebuah Candi. Tanpa memahami dengan baik Hikayat kerajaan, maka novel Lambung Mangkurat Banjar dan Tutur Candi , kita akan sulit melewati bagian itu dan langsung masuk pada mengetahui posisi tokoh-tokoh seperti cerita di mana Arya Megasari bermaksud Lambung Mangkurat, Ampu Jatmika, dan mengambil alih tahta sepeninggal Ampu Putri Junjung Buih dalam kultur urang Banjar. Jatmika. Arya Megasari dalam Hikayat Banjar dan Tutur Candi memiliki versi nama lain Keterjalinan mendalam antara novel yaitu Aria Magatsari, merupakan hulubalang Lambung Mangkurat dengan dua hipo- keluarga Ampu Jatmika. Ia membantu Ampu gramnya terdapat dalam jalan cerita dan Jatmika menundukkan wilayah Batang tokoh-tokohnya. Dua unsur intrinsik ini adalah Tabalung, Batang Balangan, dan Batang Petak penanda paling subtantif yang membuat ketiga sekaligus memerintah di wilayah itu mewakili teks ini saling terhubung. Ampu Jatmika. Dalam dua hipogramnya, Arya Megasari digambarkan sebagai bawahan raja Intertekstualitas Jalan Cerita yang setia, dan tidak memainkan intrik apapun untuk dapat berkuasa. Sangat berbeda dengan Keterkaitan jalan cerita antara novel novel Lambung Mangkurat yang memosisikan Lambung Mangkurat dengan Hikayat Banjar Arya Megasari vis a vis dengan Lambung dan Tutur Candi hanya meliputi satu bagian Mangkurat karena sama-sama menghendaki saja dari banyak bagian-bagian dalam kedua tahta. hipogram itu. Cerita pada novel Lambung Mangkurat hanya berpusat pada masa-masa Keinginan Lambung Mangkurat atas tahta awal pembentukan Kerajaan Banjar yaitu Nagara Dipa juga merupakan hal lain yang ketika Ampu Jatmika menemukan Banua membedakan novel Lambung Mangkurat ini Hujung Tanah lalu mendirikan kerajaan dengan dua hipogramnya. Keinginan Negara Dipa sampai masa pemerintahan Putri Lambung Mangkurat untuk berkuasa adalah Junjung Buih. Ini periode yang sangat singkat pusat dari cerita dalam novel. Hal itulah yang dari bentangan periode Hikayat Banjar dan menyebabkannya berkonflik dengan Arya Tutur Candi yang panjang. Magatsari, Patmaraga, Patih Singabarung, dan Mayang (Putri Junjung Buih). Tetapi , dalam Terdapat sejumlah perbedaan dalam jalan dua hipogramnya, Lambung Mangkurat justru cerita antara novel Lambung Mangkurat dan tidak memiliki ambisi itu sama sekali. Dalam dua hipogramnya. Novel Lambung Mangkurat Hikayat Banjar disebutkan bahwa Lambung tampak jelas cenderung mengikuti alur cerita Mangkurat meyakini apa yang disampaikan yang dibuat versi Hikayat Banjar daripada ayahnya, Ampu Jatmika bahwa asal mereka Tutur Candi . Diawali dengan narasi singkat bukan dari kalangan raja dan janganlah keberangkatan kapal Ampu Jatmika menuju hendak menjadi raja karena akan membuat Banua Hujung Tanah, dan mengabaikan awal mereka binasa. Lambung Mangkurat dan cerita Hikayat Banjar sendiri yang dimulai kakaknya, Ampu Mandastana justru diminta dari masa pemerintahan Saudagar Mang- ayahnya bertapa untuk menemukan (secara kubumi, ayah Ampu Jatmika, di wilayah gaib) penguasa baru untuk Nagara Dipa. Keling (Kediri). Dan sama sekali meng- abaikan versi yang lebih berbelit-belit dari Lambung Mangkurat mengamini dengan Tutur Candi yang memulai cerita bahkan sejak tegas sabda itu, sehingga ketika ayahnya tetua negeri Keling yang mistis, Nabi Khidir. wafat, ia dan Ampu Mandastana meminta kerajaan dikelola oleh Aria Magatsari dan Jika Hikayat Banjar dan apalagi, Tutur Tumanggung Tatah Jiwa. Mari kita cermati Candi menjelaskan dengan rinci proses kutipan berikut, pengkondisian dan pembangunan Banua Kata Ampu Mandastana dan Lambu Hujung Tanah yang ditemukan oleh Ampu Mangkurat: “Hai Aria Magatsari dan 10 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15

Tumanggung Tatah Jiwa dan segala baginda berdua bertitah kepada Patih menteri, adapun segala astilah tahta Lawu dan Patih Dulu menyuruh perintah kerajaan itu jangan lagi himpunkan sekalian isinya negeri berubah seperti astilah tahta ayahku Candi Agung dan Kuripan, karena dahulu itu. Maka segala perintah di aku ada mendengar suara, jangan lagi dalam negeri ini kuserahkan jahat- kita menyembah berhala sebab baiknya pada Aria Magatsari dengan meadakan putus cerita turun temurun Tumanggung Tatah Jiwa.” Maka raja, maka baiklah kita mencari raja sekaliannya mereka itu sembahnya sama manusia, maka Patih Lawu pun menjunjung sabda: “Tuanku, hamba segera menghimpunkan seperti perin- tiada anggan.” Kata Ampu Man- tah itu, (Saleh:70). dastana dan Lambu Mangkurat: “Aku jangan lagi diganang-ganang, kerana Dalam dua hipogram, jelas tidak muncul aku mengerjakan seperti pesan konflik perebutan kekuasaan. Konflik hanya ayahku itu.” Sudah demikian orang dimunculkan di dalam novel. sekalian masing-masing pulang ke rumahnya, (Rass) . Di dalam novel juga diceritakan, keingin- an Lambung Mangkurat untuk merebut tahta Terjemah : Kata Ampu Mandastana dari Arya Megasari menuntunnya untuk dan Lambu Mangkurat: “Hai Aria bekerja sama dengan kerajaan Kuripan di Magatsari dan Tumanggung Tatah bawah pimpinan Patih Singabarung. Kerajaan Jiwa dan segala menteri, adapun Kuripan di dalam novel digambarkan sebagai segala urusan tahta perintah kerajaan kerajaan kecil yang menjadi terpinggirkan itu jangan lagi berubah seperti urusan setelah Nagara Dipa menjadi kerajaan besar. di masa tahta ayahku dahulu itu. Rajanya dikalahkan dan rakyatnya menepi ke Maka segala perintah di dalam negeri daerah pinggiran. Ada dendam yang lama ini kuserahkan jahat-baiknya pada dipendam rakyat Kuripan terhadap Nagara Aria Magatsari dan Tumanggung Dipa. Pada hipogramnya, hal ini tak pernah Tatah Jiwa.” Maka mereka semua terjadi. Bagi rakyat Kuripan, berintegrasi di menyahut: “Tuanku, hamba tiada bawah pemerintahan Nagara Dipa adalah enggan.” Kata Ampu Mandastana dan sebuah kebahagiaan. Lambu Mangkurat: “Aku jangan lagi dikenang, karena aku mengerjakan Perbedaan lainnya yang terasa mencolok pesan ayahku itu.” Setelahnya orang- antara novel Lambung Mangkurat dengan dua orang pulang ke rumahnya, (Rass). hipogramnya adalah ketiadaan hal-hal magis. Dalam Hikayat Banjar dan terlebih, Tutur Sementara itu dalam Tutur Candi, Lambu Candi , hal-hal magis dan ajaib adalah bagian Jayawanagiri (Ampu Mandastana) dan Lambu tak terpisahkan dari cerita. Setiap bagian cerita (Lambung) Mangkurat secara otomatis men- memiliki hal-hal magisnya. Puncak kemagisan jadi raja menggantikan ayahnya mereka yang cerita dalam Hikayat Banjar dan Tutur Candi mangkat. Meski demikian, mereka justru adalah proses pemunculan Putri Junjung Buih. berlomba-lomba mencari raja baru ketika Putri Junjung Buih diceritakan muncul dari suatu hari mereka mendengar suara gaib gumpalan buih putih besar di atas sungai, dan memerintahkan mereka membuang berhala tidak mau keluar kecuali hari itu juga sesembahan dan mencari raja baru. dibuatkan untuknya sebuah istana bertiangkan bambu berbintik dari gunung batu Piring, dan Maka haripun sianglah maka baginda juga dibuatkan kain tenun yang dibuat dayang- kedua itu dengan segera menyuruh dayang istana. Dalam novel, keajaiban himpunkan segala menteri punggawa pemunculan Putri Junjung Buih sama sekali habis terhimpun semuanya, maka tidak tampak. Mayang sebagai ketua Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 11

komplotan Nusadipura menghadang Lambung menurunkan putra putri penerus Nagara Dipa. Mangkurat di atas sebuah kapal, dan ketika ia Berbeda dengan novel Lambung Mangkurat di meniti titian turun dari kapal, ombak di sekitar mana akhirnya Putri Junjung Buih urung kapal menerpanya. Imaji ini oleh Lambung menikah lalu melakukan perjalanan ke negeri Mangkurat membuatnya menjuluki Mayang Champa. sebagai Putri Junjung Buih. Intertekstualitas Tokoh Hal lain yang sama sekali tidak muncul di Hikayat Banjar dan Tutur Candi adalah cerita Dalam novel Lambung Mangkurat , tokoh- tentang kedatangan Gajah Mada ke Nagara tokoh utamanya memiliki karakter yang jauh Dipa. Dalam novel, kedatangan Gajah Mada berbeda dari dua hipogramnya. dan armada lautnya merupakan bagian plot utama, tanpa kedatangan Gajah Mada, cerita (1) Lambung Mangkurat akan sulit bergulir karena dengan kedatangan Secara fisik Lambung Mangkurat di kali pertama Gajah Mada yang kemudian dalam novel awalnya digambarkan sebagai pulang lalu meninggalkan pasukan untuk lelaki yang penuh kekurangan. Hal itu dapat membantu, Lambung Mangkurat terpikir dilihat dari petikan berikut, untuk segera menyerang Kuripan dan meng- hancurkan sisa pasukan mereka, dan karena … Dia bertubuh gempal, cenderung kedatangan kali kedua Gaja Mada yang ingin gendut. Wajahnya kemerahan seperti menganeksasi Nagara Dipa, Lambung mereka yang biasa banyak meng- Mengkurat berinisiatif mengawinkan Putri habiskan waktu menenggak arak. Junjung Buih dengan pangeran dari Majapahit. Kepalanya besar dengan dahi lebar Hal yang kemudian memicu peristiwa bunuh memperlihatkan batas rambutnya diri Sukmaraga. Memasukkan tokoh Gajah yang menipis dengan cepat. Dia tak Mada yang memiliki cerita dan dunianya menyanggul rambut belakangnya sendiri merupakan suatu anomali. Masuknya yang panjang, yang sedikit menutupi Gajah Mada ke dalam cerita ini merupakan anting yang sedang tren masa itu. sesuatu yang out of imagination dalam kognisi Matanya dalam dengan cekungan sosial urang Banjar . Meski demikian , hal ini yang kelak kuketahui dari cara menunjukkan adalah bahwa daripada menun- hidupnya yang sangat jarang jukkan kuatnya pengaruh Majapahit (baca: menikmati tidur panjang di malam jawa) secara tersirat seperti dalam dua hari karena jika tak larut dalam buku- hipogramnya, novel Lambung Mangkurat bukunya, dia mabuk dalam arak- justru lebih vulgar menyatakan bahwa araknya, (Alamsyah:29). pengaruh itu demikian nyata, hadir dalam rupa seorang Gajah Mada. Kekurangan fisik di sana sini ini, kemudian berubah saat Lambung Mangkurat Hal terakhir yang juga merupakan mulai berlatih fisik dalam persiapan untuk perbedaan substantif dari novel Lambung mewujudkan keinginan kuatnya merebut tahta. Mangkurat terhadap dua hipogramnya adalah Tubuhnya mulai berotot dan lentur, menjelma penolakan jalan cerita pada novel untuk benar- menjadi bayangan ideal tentang Lambung benar mengawinkan Putri Junjung Buih Mangkurat yang dibayangkan pembaca saat dengan pangeran putra raja Majapahit. Dalam membaca Hikayat Banjar dan Tutur Candi. Hikayat Banjar dan Tutur Candi , Lambung Mangkurat mendatangi raja Majapahit untuk Lambung Mangkurat juga digambarkan meminta putra yang dimiliki raja yang sebagai orang yang ambisius, sangat berhasrat didapatkannya dari prosesi pertapaan. Dialah akan tahta. Sejak awal novel, ia diceritakan Raden Putra yang kelak bergelar Maharaja ingin menjadi raja di Nagara Dipa, dan ber- Suryanata. Mereka akhirnya menikah dan usaha mewujudkan itu dengan menyingkirkan 12 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15

Patih Arya Megasari. Lambung Mangkurat semata agar ia tak harus mengabdi sebagai juga seorang politisi sejati. Pengarang meng- bawahan pada dua keponakannya. Tak lebih gambarkannya sebagai kadal yang pernuh dari itu. warna: kerap berubah-ubah, acap kali licik tak berperikemanusiaan, disiplin, keras, manipu- Di Tutur Candi , Lambung Mangkurat latif, (Alamsyah, 2018: 224). Ia memasang diangkat menjadi raja bersama saudaranya, jebakan untuk membunuh Arya Megasari Lambu Jayawanagiri (Ampu Mandastana) sekaligus menyingkirkan Patih Singabarung. menggantikan ayahnya dan kelak menye- Ia juga berhasil membunuh seluruh pasukan rahkan tahta itu sukarela kepada Pustri Majapahit yang ditinggalkan Gajah Mada di Junjung Buih setelah sebuah suara meng- Nagara Dipa tanpa diketahui Gajah Mada. Ia ingatkannya. Lambung Mangkurat digambar- juga berhasil menyingkirkan Patmaraga yang kan sebagai raja yang terlalu adil, dan juga mengincar tahta, dan menggunakan taktik masyhur, sabar, dan murah hati pada ingin mengawinkan Putri Junjung Buih rakyatnya, (Saleh:53). dengan pangeran dari Majapahit agar sang putri tak lagi bersama Sukmaraga. (2) Putri junjung Buih

Tetapi , ia juga penuh dengan kelemahan. Pembaca tidak mengenal Putri Junjung Lemah saat jatuh cinta. Ia jatuh cinta pada Buih dalam novel Lambung Mengkurat Mayang yang kelak menjadi Putri Junjung sebelum bab dua puluh satu. Sebelumnya dia Buih. Ia bahkan rela melepas ambisinya bernama Mayang. Sebagai Mayang, putri menjadi raja dan menyerahkan kekuasaan itu Junjung Buih jauh dari apa yang digambarkan pada Mayang karena sejak awal memang hal Hikayat Banjar dan Tutur Candi . Di Hikayat itu yang diinginkan Mayang atas Nagara Dipa. Banjar dan Tutur Candi, putri Junjung Buih Ia juga begitu penuh penyesalan dengan benar-benar menunjukkan keagungannya. Ia tindakan bunuh diri Sukmaraga, kakaknya, putri yang muncul dengan cara mistis, Ampu Mandastana, dan iparnya. Ia juga memberikan permintaan-permintaan mistis, menyesali terbunuhnya Patmaraga di peng- lalu tiba-tiba memimpin Nagara Dipa. Ia asingan setelah sebelumnya urung membunuh menolak ketika diminta bersuami karena Patmaraga yang melakukan makar. Pengarang menaruh hati pada Patmaraga sekaligus menggambarkannya sebagai lelaki yang Sukmaraga, tetapi akhirnya bersedia dengan kesepian dan memahami bahwa jalan sepi itu syarat suaminya berasal dari anak hasil memang merupakan takdirnya. pertapaan juga seperti dirinya. Mari kita lihat kutipan berikut, Sementara itu, dalam Hikayat Banjar , … “Baiklah Tuan Puteri bersuami Lambung Mangkurat digambarkan sebagai jua, boleh didengar orang sudah anak raja yang tidak memiliki ketertarikan bersuami.” Maka sahut tuan puteri, terhadap istana dan tahta ayahnya. Ia dan “Maulah hamba bersuami kalau anak saudaranya, Ampu Mandastana hanya ber- orang baoleh bertapa jua.” Maka main, berburu, mencari ikan, atau memainkan sahut Lambu Mangkurat, “Terlalu barang-barang lain kesukaannya (Rass:235). Ia amat susah karena tiada ada orang mematuhi wasiat ayahnya untuk mencari raja mendengar orang yang baoleh anak baru, dan ketika Putri Junjung Buih berkuasa oleh bertapa,” maka sahut tuan puteri, ia mengabdikan dirinya untuk menjadi “Hai Bapakku, adalah ia,” maka kata pembantu raja yang setia. Tak sekalipun Lambu Mangkurat, “Dimanakah digambarkan kondisi emosional Lambung adanya?” Maka katanya tuan puteri, Mangkurat, kecuali bahwa ia sangat “Karena yang beranak itu raja berkhidmat untuk penguasa Nagara Dipa. Majapahit baoleh ia bertapa maka Lambung Mangkurat memang diceritakan itulah aku mau.” Maka kata ratu membunuh kedua keponakannya, tetapi Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 13

Kuripan (Lambu Mangkurat –pen), Dekonstruksi Novel Lambung Mangkurat “Baiklah,” (Saleh:79) terhadap Hikayat Banjar dan Tutur Candi

Dari kutipan tersebut, tampak watak Ketika pada bab satu novel langsung ningrat Puteri Junjung Buih yang tidak mau masuk pada suasana yang kurang kondusif di menikah kecuali dengan calon suami yang tengah masayarakat akibat suasana keraton sama mistisnya dengan dirinya. Puteri Junjung yang diliputi tajamnya aroma perebutan tahta, Buih dalam dua hipogram, Hikayat Banjar dan maka ini menjadi usaha pertama pengarang Tutur Candi menjadi representasi kaum elit untuk mendekonstruksi cerita Hikayat Banjar/ negeri yang tampil dengan segala kebesaran Tutur Candi . Pengarang ingin menyampaikan dan keagungannya. Berbeda sekali dengan bahwa perebutan dan kehausan personal yang Mayang, yang merupakan pemimpin komplot- terlibat untuk bisa berkuasa adalah bagian tak an Nusadipura. Komplotan ini adalah para terpisahkan dari sebuah mekanisme kekuasa- pemberontak garis keras yang menuntut an. Setua umur peradaban manusia, prosesi haknya atas kepemimpinan. Mayang digam- jalannya kekuasaan tak pernah benar-benar barkan politis, keras dan penuh intrik untuk berjalan langgeng. Pertarungan untuk mem- bisa mencapai tujuannya. Ia sama manipulatif perebutkannya akan selalu ada sebagai dan liciknya dengan Lambung Mangkurat. Ia perwujudan watak dasar manusia. membunuh Patih Singabarung untuk men- ciptakan satu kondisi mental di mana Pengarang menolak kondisi ideal dan Lambung Mangkurat akan merasa berhutang lurus yang ditawarkan dua hipogramnya dalam padanya. Dan ketika berkuasa, pada akhirnya, proses penciptaan dan pembangunan kerajaan ia tak segan-segan mengabaikan Lambung Nagara Dipa di mana Ampu Jatmika datang Mangkurat yang telah dengan rela meng- dengan kemegahannya, menaklukkan semua antarkannya menjadi penguasa Nagara Dipa. wilayah di Banua Hujung Tanah tanpa perlawanan sedikitpun, bahkan kerajaan Setelah mengetahui intertekstualitas novel Kuripan yang sudah lebih dahulu ada, rajanya Lambung Mangkurat terhadap dua hipo- dengan sukarela menyerahkan wilayah kera- gramnya, tampak sejumlah perbedaan dari hal- jaan dan berintegrasi ke dalam Nagara Dipa. hal yang sejalan antara ketiga teks, muncullah Setelah Ampu Jatmika mangkat, anak-anaknya pertanyaan, mengapa perbedaan-perbedaan itu bertapa mencari raja baru. Pengarang novel terjadi? Mengapa pengarang novel tidak Lambung Mangkurat seolah menyatakan, tak membiarkan saja ceritanya selaras dengan dua ada hal semacam itu. Pengarang lalu hipogramnya, mengapa sebagian justru menawarkan cerita yang lebih masuk akal dan mendistorsi -jika tidak bisa dikatakan sesuai dengan logika zaman, bahwa perebutan merusak- cerita yang sudah mapan selama tahta terjadi setelah ketiadaan Ampu Jatmika ratusan tahun? dengan dua simbol golongan yang biasanya sangat berkepentingan untuk memegang Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa tampuk kekuasaan, royal family dan military novel Lambung Mangkurat telah mendekon- force. Pengarang juga menyuguhkan cerita struksi dua hipogramnya. Dekonstruksi dalam bahwa dalam usaha menegakkan kekuasaan di hal ini mengacu pada usaha untuk membaca banua Hujung Tanah, Nagara Dipa jelas lalu menuliskan kembali cerita tentang mendapatkan resistensi dari penguasa yang Hikayat Banjar/ Tutur Candi dan menge- mereka taklukkan, yaitu kerajaan Kuripan, dan luarkannya dari kondisi mapan yang selama komplotan Nusadipura yang merupakan jejak ratusan tahun ini melingkupinya. Novel kekuasaan yang jauh lebih tua, kerajaan Lambung Mangkurat mencoba mereproduksi Tanjungpura. interpretasi cerita Hikayat Banjar/ Tutur Candi yang sakral dalam dimensi yang lebih Hasrat berkuasa yang menjadi ruh cerita profan tetapi justru lebih manusiawi. dalam novel Ini adalah sebuah respon 14 Alinea, Jurnal Bahasa, Sastra, dan Pengajaran Volume 9, (1) April 2020, hal. 1-15 pembacaan ulang, bahwa sedianya politik dan sebagai cerita fantastis yang rentan menim- kekuasaan bukan perkara sederhana hitam bulkan keragu-raguan, tetapi cenderung putih yang mereduksi ambisi dan keserakahan melihat itu sebagai drama politik biasa. Tetapi seperti Lambung Mangkurat versi Hikayat di sisi lain, masih banyak juga masyarakat Banjar dan Tutur candi yang ketika diminta yang hidup dalam alam romantisme ke- orang tuanya agar jangan berkuasa, maka sakralan lama ini. Mereka akan membaca dan surutlah keinginannya untuk berkuasa. Bukan menerima Hikayat Banjar/ Tutur Candi pula dunia di mana seorang bawahan tidak lengkap dengan semua keajaiban dan memiliki hasrat untuk naik ke puncak kemuskilannya. Kelompok ini tidak cocok, kekuasaan seperti Aria Magatsari. Dalam dan justru berpeluang merisistensi novel novel Lambung Mangkurat, politik adalah seni Lambung Mangkurat . (untuk) berkuasa, bukan hanya amanah yang harus diemban selurus-lurusnya. Novel ini juga telah merefleksikan pan- dangan non-jawa yang menolak untuk tunduk Novel Lambung Mangkurat juga coba terhadap jawa sebagai penguasa. Berbeda dari membaca dan menuliskan ulang mengenai hipogramnya (terutama Hikayat Banjar ) yang rimbunnya hal-hal gaib dalam dua hipo- cenderung menasbihkan diri sebagai sub- gramnya, menjadi nihil sama sekali. Tokoh ordinat jawa di mana mereka berpakaian dan dan peristiwa dalam novel diturunkan beradat-istiadat seperti orang-orang Majapahit, derajatnya dari magis, fantastis dan ajaib novel Lambung Mangkurat terang-terangan menjadi tokoh dan peristiwa yang masuk menunjukkan usaha jawa untuk mengokupasi dalam akal manusia. Hal-hal yang awalnya Nagara Dipa. Alih-alih membiarkannya, magis, dirasionalisasi oleh pengarang novel, Lambung Mangkurat justru membunuhi pasu- termasuk bagian paling masyhur dari Hikayat kan yang ditinggalkan untuk membantunya, Banjar/Tutur candi yaitu keluarnya Putri dan di akhir cerita, putri Junjung Buih tak Junjung Buih secara mistis dari buih sebagai menikah dengan pangeran Majapatih mana- manifestasi tapa Lambung Mangkurat mencari pun. raja baru untuk Nagara Dipa. Bagian itu dibuat sedemikian rupa hingga masuk akal. Pada akhirnya kita akan melihat bahwa pengarang novel merombak hampir keseluruh- Penurunan derajat pada level kemanusi- an cerita ini, hanya menyisakan nama tokoh, aan ini juga dilakukan pengarang pada tokoh- dan plot utama: Lambung Mangkurat mene- tokoh utamanya, Lambung Mangkurat dan mukan raja untuk Nagara Dipa dan menjadi Putri Junjung Buih. Penggambaran fisik patih di bawah raja, membunuh kepona- Lambung Mangkurat dan Putri Junjung Buih kannya, dan mencoba mencarikan jodoh untuk yang awalnya kurang ideal dan sifatnya yang putri, yaitu pangeran Majapatih. Tetapi jauh dari kesempurnaan merupakan bentuk karakter tokoh, dan jalan cerita telah dekonstruksi novel ini atas dua hipogramnya. didekonstruksi sebagai bentuk pemaknaan Pengarang ingin membawa cerita yang begitu ulang terhadap dua hipogramnya. sakral dalam tradisi tutur masyarakat Banjar ke dalam dimensi yang lebih bisa diterima zaman. Sebagian manusia Indonesia hari ini PENUTUP telah dimasuki kesakralan baru berwujud Dari paparan di atas dapat disimpulkan kecenderungan mewaspadai kebenaran karena bahwa novel Lambung Mangkurat karya sudah sering terperdaya oleh berbagai bentuk Randu Alamsyah memiliki relevansi dengan kebenaran, akan sulit menerima cerita-cerita dua teks lainnya yaitu Hikayat Banjar dan yang sejak awal sudah terasa kemuskilannya. Tutur Candi . Novel Lambung Mangkurat Orang-orang semacam ini cocok membaca adalah hipogram atau teks yang dipengaruhi novel Lambung Mangkurat , yang akan melihat oleh kedua teks tersebut. Intertekstualitas peristiwa demi peristiwa dalam novel bukan novel Lambung Mangkurat pada Hikayat Dewi Alfianti & Ahsani T.: Intertekstual Dekonstruktif …. 15

Banjar dan Tutur Candi dikategorikan sebagai yang sebelumnya sangat terasa dalam Hikayat intertekstual obligatori (obligatory intertextu- Banjar dan Titur Candi . ality) karena pemahaman atas tokoh-tokoh, alur, dan latar pada novel tidak akan memadai Selanjutnya, diharapkan penelitian inter- tanpa mengetahui dan memahami Hikayat teksual dekonstruktif ini dapat terus ber- Banjar atau Tutur Candi sebagai hipo- kembang sebagai model penelitian teks gramnya. postruktural, sehingga pembaca tidak hanya melihat satu teks berhubungan dengan teks Terkait Hikayat Banjar dan Tutur Candi, lain, tapi bisa melihat bagaimana hubungan novel Lambung Mangkurat melakukan tersebut berjalan termasuk perubahan- dekonstruksi atas kedua teks tersebut. perubahan apa yang mungkin terjadi pada teks Dekonstruksi dilakukan dengan jalan kemudian atas teks sebelumnya. mengubah jalan cerita, mengubah karakter tokoh, dan meniadakan hal-hal gaib dan ajaib

DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, R. Lambung Mangkurat . Laksana, 2018. Allen, G. Intertextuality . Routledge, 2000. Asmarani, RE. “Dekonstruksi Budaya Kekuasaan Dalam Ca Bau Kan Karya Remy Silado.” Sabda: Jurnal Kajian Kebudayaan , vol. 10, 2017, pp. 1–10. Elmo Raj, P. P. “Text/Texts: Interrogativy Julia Kristeva’s Concept of Intertextuality.” Research Journal of Humanities and Social Science , vol. 3, no., 2015, pp. 77–80. Fitzsimmons, J. “Romantic and Contemporary Poetry Reading.” Retrieved from CQ University E- Course , 2013, http://moodle.eqo.edu.au. Ghofur, A. “Analisis Dekonstruksi Tokoh Takeshi Dan Mitsusaburo Dalam Novel Silent Cry Karya Kenzaburo Oe Perspektif Jacques Derrida.” Jurnal Oktara, 1 , vol. 1, 2014, pp. 57–76. Jacobmeyer, H. “Ever After: A Study in Intertextuality.” Retrieved from Carl Hanser Verlag , 1998, http://webdoc.sub.gegd.de/edoc/ia/eese/artic98/jacobm/88_89.html. Norris, C. Deconstruction, Theory and Practice . Routledge, 2004. Nurgiyantoro, Burhan. Teori Pengkajian Fiksi . Gadjah Mada University Press, 2015. Purwanti. “Dekonstruksi Struktural Penceritaan Dalam Novel Arok-Dedes: Kajian Intertekstual.” Jurnal Avatisme , vol. 20, 2017, pp. 190–210. Rass, J. J. Hikayat Banjar (Trans) . Edited by Siti Hawa Saleh, Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1968. Rokhmansyah, A. Studi Dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra . Graha Ilmu, 2014. Saleh, M. I. Tutur Candi . Balai Pustaka & Perpustakaan Nasional, 1986. Suciati, E. “Dekonstruksi Patriarki Khaled Hossaeni Dalam Novel ‘A Thousand Splended Sun.’” Jurnal Diglossia , vol. 9, 2017, pp. 1–10. Supriadi, S. Transformasi Nilai-Nilai Ajaran Islam Dalam “Ayat-Ayat Cinta” Karya Habiburrahman El- Shirazy, Kajian Interteks . Universitas Diponegoro, 2006. Yaumi, Sarach. “Kajian Intertekstual ‘Sang Pemimpi’ Karya Andrea Hirata Dan ‘Mengejar-Ngejar Mimpi’ Karya Dedi Padiku.” Jurnal Tekstual , vol. 17, 2019, pp. 1–6.