Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Di Desa Songan
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Pura Tampurhyang Sebagai Pusat Kawitan Catur Sanak Di Desa Songan. (Sebagai Sumber Belajar Sejarah Di SMA) Jero Kadek Mudiarta, Dra. Desak Made Oka Purnawati M.Hum, Dr. I Made Pageh M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {[email protected], [email protected], [email protected]}@Undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Songan, Kintamani, Bangli, Bali (2) Aspek-aspek yang bisa di implementasikan sebagai sumber belajar sejarah di SMA. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan langkah-langkah: (1) penentuan lokasi penelitian, (2) penentuan informan, (3) pengumpulan data, (4) teknik penjaminan keaslian data (tringulasi data, tringulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak diawali dengan kedatangan Mpu Semeru datang ke Tampurhyang dan melahirkan seorang putra yang dikenal Mpu Kamareka. Dari Mpu Kamareka menurunkan dua orang putra buncing (Mpu Gnijaya Mahireng dan Ni Ayu Cemeng), kemudian menikah dengan saudara, dari pernikahan tersebut menurunkan lima orang putra, empat laki-laki dan seorang putri yaitu: Mpu Kayu Ireng, Mpu Made Celagi, Mpu Nyoman Tarunyan, Mpu Kayuan, dan Ni Ayu Kayu Selem. Kemudian tempat bersemayamnya Mpu Kamareka dijadikan sebuah pura yang dikenal dengan Pura Tampurhyang yang merupakan pusat Kawitan Sang Catur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan) dan Bali Mula. (2) Aspek-aspek yang dimiliki oleh Pura Tampurhyang yang dapat diimplementasikan sebagai sumber belajar sejarah lokal di SMA yaitu: (a) aspek historis, (b) aspek arsitektur dari Pura Tampurhyang. Kata Kunci : Pura Tampurhyang, Sumber Belajar Sejarah Abstract This research aims to solve problems related to research objectives: (1) The history of Pura Tampurhyang become the center of Kawitan Catur Sanak in Songan Village, Kintamani, Bangli, Bali (2) Aspects that can be implemented from the results of this study as a source of learning history in high school. This research is a type of qualitative research, with steps: (1) determination of research location; (2) determination of informants; (3) data collection; (4) Data authentication assurance techniques (Triangulation of data, Tringulation method); (5) data analysis technique. The results showed that: (1) The history of Pura Tampurhyang became the center of Kawitan Catur Sanak due to the arrival of Mpu Semeru came to Tampurhyang and made a son known Mpu Kamareka. From Mpu Kamareka bring down two son buncing (Mpu Gnijaya Mahireng dan Ni Ayu Cemeng), Then married to a sister, the marriage was down to five sons, four men and a daughter namely: Mpu Kayu Ireng, Mpu Made Celagi, Mpu Nyoman Tarunyan, Mpu Kayuan, and Ni Ayu Kayu Selem. Then place bersemayamnya Mpu Kamareka made a temple known as Pura Tampurhyang which is the center of Kawitan Sang Chatur Sanak (Kayu Selem, Celagi, Tarunyan, Kayuan) and Bali Mula; (2) Aspects of Tampurhyang temple that can be implemented as a source of learning local history in high school that is: (a) Historical aspect (b) Architectural aspects of Pura Tampurhyang Keywords: Tampurhyang tample, Learning Resources History PENDAHULUAN Bali merupakan salah satu provinsi unik yaitu Pura Penataran Agung di Indonesia yang dikenal dengan Tampurhyang. sebutan pulau seribu pura. Di Provinsi Pura yang ada di Bali salah Bali terdapat 8 kabupaten dan 1 kota satunya adalah Pura Kawitan madya diantaranya: Badung, Tabanan, (Ped`harman) sama halnya dengan Buleleng, Karangasem, Klungkung, Pura Pasek. Pura Pasek yang berdiri Bangli, Gianyar, Jembrana dan Kota sendiri seperti Pasek Trunyan, Pasek Madya Denpasar. Mayoritas penduduk Kayu Selem, Pasek Celagi, dan Pasek Bali memiliki kepercayaan Hindu. Kayuan merupakan bagian dari Tempat suci umat Hindu adalah pura. kelompok Pasek Bali Mula. Dan juga Istilah pura berasal dari kata ada Pasek Gelgel, Pasek Badak, Pasek Sansekerta yaitu “pur” yang artinya Padang Subadra, dan Pura tempat yang dikelilingi tembok (Wiana, Tampurhyang itu adalah kawitan yang 2007 : 8). Secara konseptual pura merupakan asal-usul klan di Bali. Pura adalah tempat suci untuk melakukan Tampurhyang mempunyai keunikan persembahyangan atau menghaturkan tersendiri berbeda dengan Soroh Pasek persembahan sebagai sujud bhakti Sapta Resi yang ada di Bali, Pura umat kepada Ida Sang Hyang Widhi Penataran Agung Tampurhyang bukan Wasa dan juga Bhatara-Bhatari hanya mempunyai satu kawitan (Widana, 2002: 47). melainkan sebagai pusat Kawitan Catur Ditinjau dari segi karakternya, pura Sanak yang ada di daerah bintang di Bali dapat dibedakan menjadi empat Danu Batur. kelompok yaitu: Pura Kahyangan Jagat, Salah satu upaya yang dapat Pura Kahyangan Desa, Pura Swagina, dilakukan untuk melestarikan Pura dan Pura Kawitan. Pura Kawitan adalah Tampurhyang di Desa Songan, tempat pemujaan roh suci leluhur dari Kintamani, Bangli, Bali yaitu dengan umat Hindu yang memiliki ikatan “wit” memasukan Pura Tampurhyang ini atau leluhur berdasarkan garis sebagai sumber pembelajaran sejarah keturunan. Jadi Pura Kawitan ini di sekolah Khususnya sember bersifat spesifik atau mengkhusus pembelajaran sejarah di SMA dalam sebagai tempat pemujaan umat Hindu kurukulum 2013. Karena selama ini yang mempunyai ikatan darah sesuai pembelajaran sejarah hanya berkutat dengan garis keturunan. Contoh-contoh pada buku-buku dan objek-objek pura yang termasuk ke dalam sejarah yang ada di Jawa saja, belum kelompok Pura Kawitan antara lain: pernah menjelaskan tentang sejarah Sanggah/Merajan, Pura Ibu, Dadia, lokal yang ada disekitar sekolah salah Pedharman, dan sejenisnya. satunya adalah pura. Setelah Bangli sebagai salah satu perubahan kurikulum dari KTSP ke kabupaten di Provinsi Bali juga banyak kurikulum 2013 peristiwa- memiliki pura, baik yang berada di peristiwa/sumber-sumber sejarah lokal tengah-tengah ibu kota kabupaten, mulai dijadikan sebagai sumber belajar maupun yang berada di masing-masing sejarah lokal. Pura Tampurhyang ini Desa Pakraman. Di lihat dari segi pura memiliki potensi yang sangat bagus yang terdapat di Desa Pakraman yaitu untuk dijadikan sebagai sumber ada Pura Kayangan Tiga, Pura pembelajaran oleh para guru, murid Fungsional seperti Pura Subak, Pura khususnya guru mata pelajaran sejarah Kawitan dan pura-pura yang lainnya. di SMA dalam pengembangan sumber Desa Pakraman Songan terdapat Pura belajar pada sejarah peminatan/sejarah Kahyangan Tiga seperti Pura Desa, local. Pura Puseh, Pura Dalem. Selain itu di Kajian tentang pura sebagai Desa Songan terdapat satu pura yang sumber belajar sudah banyak dilakukan. Kajian tersebut antara lain “ Pura Kehen di Desa Pakraman Tampurhyang sebagai pusat kawitan Cempaga, Bangli, Bali ( Sejarah, Catur sanak di Desa Songan, sehingga Struktur, dan Fungsinya sebagai peneliti termotivasi ingin mengkaji Sumber Belajar Sejarah)” yang ditulis tentang pura Tampurhyang dengan oleh Karmini (2013). Tulisan ini judul: “ Pura Tampurhyang Sebagai membahas tentang sejarah, struktur Pusat Kawitan Catur Sanak di Desa Pura Kehen di Desa Cempaga, Bangli, Songan, Kintamani, Bangli, Bali, Bali dan Fungsinya sebagai sumber (Sejarah, dan Potensinya Sebagai belajar sejarah. Tulisan dari Sukarsana Sumber Belajar Sejarah di SMA)”. (2013) yang berjudul “Pura Gunung Lebah di Desa Pakraman Ubud, Berdasarkan latar belakang di Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, atas, maka dapat dirumuskan Struktur, dan Potensinya sebagai beberaparumusan masalah yaitu: Sunber Pembelajaran Sejarah)” juga 1. Mengapa Pura Tampurhyang mengkaji tentang sejarah Pura Gunung dijadikan Pusat Kawitan Catur Lebah, struktur dari pura tersebut serta Sanak di Desa Songan, Kintamani, petensinya sebagai sumber Bangli, Bali? pembelajaran sejarah. Tulisan Edi 2. Aspek-aspek apa saja yang bisa (2009) mengkaji tentang “Pura Gunung diimplementasikan dari hasil Raung Di Desa Taro, Tegalalang, penelitian ini sebagai sumber Gianyar, Bali (Tinjauan Sejarah, belajar sejarah di SMA? Struktur, dan Fungsi Pura)” skripsi ini membahas tentang keunikan dari pura Adapun tujuan yang ingin dicapai ini yaitu letak pelinggihnya di Timur dalam penelitian ini adalah sebagai menghadap ke Barat sesuai dengan berikut: letak dari Gunung Raung di Jawa Timur 1. Untuk mengetahui Pura yang berbeda dengan Pura-Pura pada Tampurhyang dijadikan pusat umumnya di Bali, disamping itu pura ini Kawitan Catur Sanak di Desa memiliki empat jalan masuk sesuai Songan, Kintamani, Bangli, Bali. dengan arah mata angin, yaitu dari 2. Untuk Mengetahui Aspek-aspek barat, timur, selatan, dan utara. Skripsi apa saja yang bisa di berjudul “Pura Dalem Balingkang di implementasikan dari hasil Desa Pinggan, Kecamatan Kintamani, penelitian ini sebagai sumber Kabupaten Bangli (Kajian Tentang belajar sejarah di SMA. Sejarah, Struktur dan Fungasi Pura)” Oleh Darma (2010), skripsi ini Manfaat penelitian erat kaitannya membahas tentang keunikan Pura dengan tujuan dan manfaat dari hasil Dalem Balingkang yang merupakan penelitian. Manfaat ini dapat perpaduan antara kebudayaan Hindu diklarifikasikan menjadi dua segi yaitu dan Cina. Selain itu dijelaskan secara teoritis dan secara praktis. mengenai sejarah, struktur dan fungsi 1. Secara Teoretis Pura Dalem Balingkang yang ada di Secara teoritis, hasil penelitian Desa Pinggan Kabupaten Bangli. ini diharapkan memiliki manfaat Dari beberapa penelitian- untuk memperluas wawasan penelitian sejenis tersebut, terdapat keberadaan