Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

IMPLEMENTASI TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI SECARA TERPADU MELALUI ELABORASI KONSEP PERAMPIAN PURA KEHEN BANGLI- 1)

Sang Putu Kaler Surata2), I Ketut Arnawa2), I Ketut Widnyana2), I Dewa Nyoman Raka2) I Made Maduriana3)1) Program Ipteks bagi Wilayah tahun kedua;2) Universitas Mahasaraswati Denpasar; 3) IKIP Saraswati Tabanan-Bali. Email: [email protected]

Ringkasan eksekutif

Tujuan kegiatan ipteks bagi wilayah (IbW) tahap III di Kelurahan Cempaga dan Kubu Bangli adalah mengimplementasikan model Tri Dharma Perguruan Tinggisecara terintegrasi (community service and research-based learning). Teori jejaring kerja pura subak, konsep ekopedagogi, dan model pembelajaran lintas budaya menjadi sumber inspirasi dan elaborasi (penggalian, pendalaman, pengkajian, ekstrapolasi dan implementasi) kegiatan tersebut. Fokus utama adalah konsep perampian(jejaring kerja)Pura Kehen dengan 32 pura lain yang tersebar pada 4 Kelurahan dan 4 Desa di sekitar Kota Bangli. Kegiatan yang dilaksanakan Juni sampai Desember 2013 menggunakan metode pelatihan, pendampingan, pelibatan, dan sosialisasi. Luaran IbW berupa buku perampian Pura Kehen, sekaa teruna(karang taruna) yang terlatih menabuh gong semar pegulingan dan seni tarisakral Calonarang Tantri, kesatuan tafsir puja astawa (mantra pemujaan) di Pura Kehen, prasasti batu dengan aksara Bali di Pura Kehen, dan buku ajar untuk siswa yang mengintegrasikan antara hasil penelitian Partnership Engagement for Enhanced in Research (PEER-USAID), dan IbW. Model ini menunjukkan bahwa Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat dilaksanakan secara terpadu dalam bentuk kegiatan yang kecil, lokal tetapi aksi nyata. Kata kunci: jejaring kerja pura, ekopedagogi, pedagogi lintas budaya, elaborasi, dan aksi nyata.

PENDAHULUAN engagement), dan institusi (institutional Sampai saat ini kegiatan pengabdian engagement) dapat tercapai. kepada masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh Tulisan ini memaparkan kegiatan ipteks berbagai perguruan, cenderung belum bagi wilayah (IbW) sebagai implementasi terintegrasi denganbidang pendidikan dan model TDP secara terpadu. Konsep perampian penelitian. Bahkan pada banyak kasus, kegiatan (jejaring kerja) Pura Kehen digunakan sebagai PkM perguruan tinggi justru menyerupai studi kasus dalam merancang model, melalui kegiatan PkM yang dilakukan oleh institusi lain, kegiatan berskala kecil, memanfaatkan termasuk jenjang pendidikan yang lebih rendah: keunggulan kearifan tradisional, dan bersifat bersifat tentatif, seremonial, tidak ada umpan- aksi yang nyata. balik, dan kurang berkelanjutan. Padahal Tri Dharma Perguruan Tinggi (TDP) seharusnya SUMBER INSPIRASI dilaksanakan secara terpadu sebagai cerminan Sumber inspirasi kegiatan adalah teori jejaring kesatuan fungsi dari ketiga pilar perguruan kerja pura subak, konsep ekopedagogi, dan tinggi tersebut. Apalagi dalam Undang-undang model pembelajaran lintas budaya. Teori Nomor 12 tahun 2012 (tentang pendidikan jejaring kerja pura subak mengungkapkan tinggi),menyebutkan PkM dilaksanakan bahwa rangkaian pura subak yang saling terkait berdasarkan penalaran dan hasil penelitian. satu dan yang lain, bukan hanya berfungsi Dengan demikian, dibutuhkan rancang bangun sebagai sarana ritual, tetapi memiliki peranan PkM perguruan tinggi yang terpadu dengan praktis dalam pengelolaan kawasan secara bidang pendidikan dan penelitian terpadu (Lansing, 2006, 2007), Ekopedagogi sehinggaprinsip pelibatan individu (personality adalah prinsip pendidikan yang mengarah pada engagement), masyarakat (community literasi ekologi, literasi budaya, dan literasi

25

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

teknologi (Kahn, 2008). Sedangkan model secara partisipatif dengan melibatkan beberapa pembelajaran lintas budaya merupakan strategi pemuda setempat untuk melakukan wawancara belajar dengan meniadakan sekat pembatas dan mengambil foto 32 pura yang tersebar pada antargenerasi, disiplin ilmu, lokal, regional dan 4 kelurahan, dan 4 desa di sekitar Kota Bangli. nasional (Surata et al., 2013, Surata, 2013a,b). Mereka juga dilibatkan secara aktif dalam Berdasarkan inspirasi di atas, disusun penyusunan naskah buku. Pendampingan dan kegiatan PkM dengan fokus pada elaborasi pelatihan gong semar pegulingan dan kesenian konsep perampian (jejaring kerja) Pura Kehen Calonarang Tantri melibatkan ratusan sekaa Bangli, dengan asumsi bahwa konsep jejaring teruna dari Banjar Pande Bangli. Tim IbW kerja pura di Bali bukan hanya berlaku bagi mendatangkan seorang pelatih gong dan pura subak, tetapi terdapat pada berbagai pura seorang pelatih tari dalam melatih sekaa teruna yang lain, termasuk Pura Kehen Bangli. tersebut. Penyusunan kesatuan tafsir puja Elaborasi berarti kegiatan menggali, memahami, astawa dilakukan dengan penelusuran berbagai mengesktrapolasi, dan memanfaatkan secara pustaka terkait dengan Pura Kehen, diskusi mendetail melalui kepedulian yang mendalam. dengan pemuka adat, dan lokakarya kesatuan Elaborasi dikembangkan dengan menggunakan tafsir dengan mendatangkan lima pendeta yang prinsip ekopedagogi, dan pembelajaran lintas dianggap memiliki kemampuan dalam budaya. memahami prasasti dan tafsir mantra pemujaan Tujuan kegiatan IbW tahap III (IbWIII) berdasarkan prasasti tersebut. Pembuatan menyusun buku perampian untuk prasasti batu dilakukan dengan mendatangkan disosialisaikan kepada generasi muda, material batu dari Pulau Jawa dan undagi (ahli) memfasilitasi sarasehan kesatuan tafsir puja yang menulis Aksara Bali pada batu dari Desa astawa (mantra pemujaan), mendampingi Manukaya Gianyar. Penyusunan buku lanskap pelatihan dan pementasan kesenian sakral budaya dilakukan oleh ketua tim dengan Calonarang Tantri, membangun prasasti batu mengintegrasikan hasil kegiatan penelitian yang dengan tulisan Aksara Bali sebagai sebagai didanai dari hibah kompetitif Partnership identitas dan menambah keunikan Pura Kehen, Engagement for Enhanced in Research (PEER- dan menyusun buku untuk mengintegrasikan USAID), dan kegiatan IbW tahap I dan II. kegiatan IbW (pengabdian) dalam satu unit TDP. KARYA UTAMA DAN ULASAN KARYA UTAMA METODE Buku Perampian (Jejaring Kerja) Pura Kegiatan IbWIII berlangsung selama tujuh Kehen bulan (Juni-Desember 2013) di sekitar Pura Buku perampain Pura Kehen merupakan buku Kehen Bangli, sekitar 45 kilometer timur laut tipis dengan tebal 50 halaman, dan dilengkapi Kota Denpasar. Pura tersebut berlokasi di kaki dengan berbagai foto berkualitas, yang diambil Bukit Bangli, dan berada tepat pada perbatasan oleh seorang fotografer muda asal kawasan antara Kelurahan Cempaga dan Kelurahan setempat. Buku ini mendeskrepsikan secara Kubu, Kabupaten Bangli. Berdasarkan prasasti singkat 32 pura yang termasuk dalam konsep dan berbagai peninggalan sejarah Pura Kehen perampian (jejaring kerja) Pura Kehen (Gambar termasuk pura kuno yang telah dibangun lebih 1, kiri). Pura perampian terbentang dari Pura dari 2500 tahun lalu(ribuan tahun sebelum Bukit Panakan di Kelurahan Kubu (bagian Agama Hindu masuk ke Bali). Arstitektur pura utara) sampai Pura Bukit Jati di Desa Guliang yang berundak-undak dengan candi gelung (sisi selatan), dari Pura Taman Sari di Desa (pintu masuk) besar dengan ratusan tangga yang Sidembunut (Timur) sampai Pura Bukit dihiasi dengan ratusan patung menjadikan pura Demulih di Desa Demulih (barat).Salah satu ini sebagai salah satu obyek wisata unggulan di pura terkenal yang mendapat banyak kunjungan Kabupaten Bangli. dari Umat Hindu untuk melakukan upacara Kegiatan IbW menggunakan berbagai melukat (membersihkan diri lahir dan batin) metode. Penyusunan buku perampian dilakukan adalah Pura Sudamala, berlokasi di dasar Tukad 26

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

Sangsang, sekitar tiga kilometer barat laut kota Sarasehan Tafsir Prasasti &Puja Astawa Bangli. di Pura Kehen Konsep perampian merupakan satu Prasasti di Pura Kehen, terdiri atas Prasasti kearifan tradisional masyarakat Bangli Kehen A, B, dan C (Gedong Kertia, 1981). mengkoordinasikan kawasan menjadi satu unit Prasasti Kehen A merupakan prasasti kelima di kesatuan. Pura perampian berfungsi sebagai Bali yang berangka tahun, setelah Prasasti pura jajar kemiri(jejaring kerja pura) yang Sukawana, Bebetin, Trunyan A, dan Trunyan B. memperkuat peranan Pura Kehen sebagai pura Prasasti Kehen A berangka Isaka 804 (Tahun kahyangan jagat Bangli. Jajar kemiri berarti 883 Masehi) ditulis dengan Aksara Bali Kuno, seperti isi juringan dari daging buah kemiri, bukan Huruf Sansekerta (seperti yang sering yang tidak bisa dipisahkan antara satu dan yang ditulis oleh beberapa ahli). Dalam Prasasti lain. Konsep perampian atau jajar kemiri Kehen disebutkan istilah Hyang Api (Dewa merupakan implementasi dari Tri Hita Karana Api), Hyang Tanda (Dewa Air), dan Hyang (filsafat Hindu Bali) dengan memposisikan Karimama (Dewa Angin). Kata —Hyang“ kawasan tersebut sebagai satu kesatuan merupakan istilah Bali Kuno untuk sebutan spiritual, sosial dan ekologi (Lansing& de Vet, —pura“. Adanya ketiga dewa tersebut 2012). memperkuat bukti bahwa Pura Kehen sudah menjadi tempat persembahyangan sejak jaman Pelatihan —Semar Bali Kuno (Bali sebelum memperoleh pengaruh Peguliangan“, dan Pementasan Kerajaan ). Pada saat itu, yang —Calonarang Tantri disembah adalah dewa yang dianggap Calonarang Tantri merupakan kesenian mempengaruhi langsung kehidupan mereka sakral yang hanya dipentaskan tiga tahun sekali (api, air, dan udara). Dengan begitu puja astawa di Pura Kehen, dan setahun sekali di di Pura Kehen mengarah kepada Tuhan Yang perempatan jalan utama Kota Bangli, yang Mahaesa dalam manifestasi sebagai ketiga dewa berlokasi di sebelah utara Banjar Adat Pande tersebut (Ida Pedanda Wayahan Bun, Bangli. Calonarang Tantri berkisah tentang pers.comm., 24 Nopember 2013). peperangan abadi dharma (kebenaran) melawan Diperkirakan tempat persembahyangan adharma (kejahatan). Keunikan dari ceritera pertama terletak di puncak bukit Bangli Tantri adalah memvisualisasikan berbagai (sekarang menjadi Pura Hyang Ukir). Pada binatang yang bisa berbicara sebagaimana kawasan itu terdapat kumpulan batu besar yang layaknya manusia. ditata secara teratur. Batu tersebut bukan Sejak puluhan tahun Calonarang Tantri berfungsi sebagai agnihorta (persembahyangan tidak pernah dipentaskan lagi, karena sekaa dengan sarana api suci), seperti yang sering teruna (generasi muda) tidak berminat disebutkan oleh berbagai kalangan. Hal itu menekuni kesenian tersebut. Di samping sulit, disebabkan pada bagian tengah batu tidak kesenian tersebut juga jarang dipentaskan. Hal terdapat cekungan untuk agnihorta. Batu yang itu menyebabkan minat sekaa teruna untuk ditata demikian merupakan ciri khas tempat menekuni seni budaya Calonarang Tantri makin persembahyangan dari orang Austronesia menurun. Sejak 2011 (IbW tahap I) seni sakral (termasuk nenek-moyang dari sebagian besar ini dibangkitkan, dan pada 2012 (IbW tahap II) orang Bali sekarang). telah dipentaskan di Pura Kehen (Surata dkk, in Adanya tempat persembahyangan di bagian press). Awal 2013 pengemong pura puncak Bukit Bangli, mencerminkan peran memperoleh bantuan gong semar pegulingan sentral Bukit Bangli bagi Kabupaten Bangli. melalui dana Bansos seorang anggota DPRD Dengan demikian seharusnya pelestarian Bali. Tim IbW memfasilitasi pelatihan dan kawasan tersebut perlu diperhatikan. Pemkab pementasan Calonarang Tantri yang diiringi Bangli tidak cukup hanya memberikan bantuan gong semar pegulingan pada akhir Juni 2013 pada upacara keagamaan di Pura Kehen, namun (IbWIII) (Gambar 1, tengah). yang tidak kalah penting adalah membuat dan menegakkan aturan agar kawasan sekitar Bukit 27

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

Bangli tidak berubah fungsi, apalagi jika pemerintahan kabupaten. Yang menjadi raja digunakan untuk fungsi yang berlawanan saat itu adalah raja wilayah Bali(bukan hanya dengan makna kesucian kawasan. Hasil Kabupaten Bangli). Revisi ulang tahun Bangli sarasehan lain adalah mengenai ulang tahun seharusnya mengarah kepada sejarah Kerajaan Kota Bangli, yang mengacu pada Prasasti C Bangli yang sekarang menjadi wilayah Pura Kehen (Caka 1126 atau 1205 Masehi), Kabupaten Bangli. Dengan begitu, umur yaitu ketika era Raja Bali yang ke-18 (Bethara Kabupaten Bangli jauh lebih muda dibanding Guru Sri Adhikunti Kentana). Pada prasasti itu, angka yang tertulis dalam Prasasti Kehen C. hanya disebut pakraman (setingkat desa), belum

Gambar 1. Lokasi 32 pura dalam buku perampian Pura Kehen (kiri), sekaa teruna latihan gong semar pegulingan (tengah), narasumber dan peserta sarasehan kesatuan tafsir puja astawa Pura Kehen (kanan).

Buku Lanskap Budaya: Integrasi dirangkum dalam konsep ekopedagogi: literasi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat ekologi, literasi budaya, dan literasi teknologi Buku lanskap budaya subak (dicetak (Kahn, 2008, Surata, 2012). Pada saat ini buku 3000 eksemplar oleh Unmas Press) merupakan sedang disebarkan kepada guru dan siswa di buku ajar yang terutama ditujukan kepada Bali melalui teknik membaca buku secara kritis siswa, guru, dan mahasiswa calon guru. Buku dan kreatif. Diharapkan pada akhir tahun 2014, tersebut memuat berbagai kegiatan penelitian minimal menghasilkan lima skripsi (S1) tentang (terutama yang didanai dari hibah PEER- berbagai pembelajaran kritis dan kreatif USAID), dan PkM (IbW tahap I dan II), yang berbasis buku tersebut.

Gambar 2. Isi buku lanskap budaya subak: terintegrasi dengan IbW tahap 1 (kiri), dan tahap II (kanan) . Prasasti Batu dalam Aksara Bali menyesuaikan dengan candi gelung dan teras Prasasti batu bertuliskan Aksara Bali berundak-undak yang terletak di halaman luar dimaksudkan untuk memberikan identitas khas, Pura Kehen (Gambar 3). Dengan begitu selain dan unik yang memberikan informasi sekaligus khas, unik dan bernilai sejarah, prasasti juga juga melestarikan aksara sesuai dengan yang diharapkan menambah nilai sakral dan estetika tertulis pada prasasti. Prasasti batu dibuat Pura Kehen.

28

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

Gambar 3. Prasasti batu di jaba sisi Pura Kehen (kiri), tulisan aksara Bali pada prasasti batu (kanan)

Prasasti yang terbuat dari batu utuh seberat pelibatan individu (personality engagement), lebih dari dua ton bertuliskan aksara Bali masyarakat (community empowerment), dan sebagai berikut: institusi (institusional empowerment). —Pura Kehen. Linggih Ida Bethara Hyang Keberhasilan model di atas tergantung pada Tanda“ seberapa jauh kegiatan TDP dapat dilakukan secara terintegrasi. Karena itu, PkM seharusnya — Icaka jeladi long bujage“ mengacu pada bidang pendidikan dan Artinya Pura Kehen sebagai tempat berstana penelitian, sebagaimana juga kedua dharma Hyang Tanda (Tuhan Yang Maha Esa dalam tersebut memanfaatkan PkM sebagai referensi. manifestasi beliau sebagai dewa air). Kata Implementasi TDP seharusnya membentuk —isaka“ berarti tahun menurut kalender Bali, siklus yang saling berhubungan, dan saling atau 79 tahun di belakang kalender Masehi. memperkuat antara ketiga dharma tersebut. Kata —jeladi“ berarti 4 (empat), —long“ berarti 0 Bukan sebaliknya, dilaksanakan secara linier, (nol), dan —bujage berarti (8) delapan. Jika yang terpisah dan tidak saling berhubungan ketiga angka itu digabung maka diperoleh Isaka . 408. Namun bukan berarti Pura Kehen sudah UCAPAN TERIMA KASIH berdiri sejak Isaka 408 atau Tahun 487 Masehi. Hibah IbWIII berasal dari DIPA DP2M Dikti Sebagai aksara Bali Kuno istilah jeladi, long, Kemdikbud 2013. Sedangkan dana pendamping bujage harus dibaca mulai dari kanan ke kiri berasal dari Balai Konservasi Budaya, atau sama dengan membaca tulisan dalam Pemerintah Propinsi Bali (melalui bantuan Bahasa Arab. Ketiga kata itu dibaca sebagai sosial bidang kebudayaan). Buku Lanskap bujage, long, jeladi atau 804(Jro Gede Kehen, Budaya Subak didanai dari Hibah PEER- pers. comm, 27 Desember 2013). Dengan USAID. Ucapan terima kasih disampaikan demikian Pura Kehen sudah berdiri sejak Isaka kepada mahasiswa, pemuka agama, tokoh adat, 804 (Tahun 883 Masehi), seperti yang tertulis dan masyarakat di Kelurahan Cempaga & Kubu dalam Prasasti Kehen A. yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. KESIMPULAN Elaborasi konsep perampian Pura Kehen DAFTAR PUSTAKA menunjukkan bahwa PkM dapat dilaksanakan secara terintegrasi dengan bidang penelitian, Gedong Kertia, Singaraja. 1981. Salinan prasasti perunggu Pura Kehen dalam dan pembelajaran (community-service and Bahasa dan Bahasa Bali. research-based learning). Berbagai teori Kahn, R. (2008). From Education for tentang kearifan tradisional yang Sustainable Development to Ecopedagogy: dikembangkan oleh pakar asing perlu Sustaining Capitalism or Sustaining Life? Green Theory & Praxis: The Journal of diimplementasikan dalam bentuk yang Ecopedagogy Volume 4 (1), diakses dari sederhana, lokal tetapi nyata. Pada satu sisi hal http://antiochla.academia.edu/ecopedagogy, pada 19 Mei 2012. itu dapat memudahkan pemahaman tentang aspek sains dalam kearifan tradisional. Pada sisi Lansing, J. S., & de Vet, T. A. (2012). The functional role of Balinese Water Temples: yang lain, implementasi dapat mendorong 29

Majalah Aplikasi Ipteks NGAYAH : Volume 5, Nomor 1, Juli 2014 ISSN: 2087-118X

A response to critics. Human Ecology, 40, Surata, S. P. K. (2013b). Incorporating Bali‘s 453-467. Subak into Primary and Secondary School Lansing, J. S. (2006). Perfect Order: Curriculum. Poster yang dipresentasikan Recognizing Complexity in Bali. Princeton: dalam the Asia Regional PEER Science Princeton University Press. Participants‘ Conference in Bangkok. Lansing, J. S. (2007). Priests and Hosted by the National Academies, USA Programmers: Technologies of Power in Thailand, 30 Sep- 4 Oct 2013. the EngineeredLandscape of Bali. 2nd Edit. Princeton: Princeton University Press. Surata, S.P.K. (2013c). Surata, S.P.K. (2013). Surata, S. P. K., Jayantini, I. G. A. R., Lansing, Lanskap Budaya Subak: Belajar dari Masa J. S. (2013). Sustainable Learning: Lalu untuk Membangun Masa Depan. Encourage Teacher Training in Denpasar: Unmas Press. Incorporating Traditional Knowledge into Surata, S.P.K., Arnawa, I K., Widnyana, I K., Modern Science. Makalah yang Raka I D.N, & Maduriana, I M. —Ngayah“: dipresentasikan dalam The International Pelibatan mahasiswa calon guru dalam Conference on Education and Research. implementasi ipteks bagi wilayah berbasis Hosted by the Seoul National University, pendidikan untuk pembangunan Seoul 16-19 October 2013. berkelanjutan, dan pariwisata budaya. Surata, S.P.K. (2013a). Pembelajaran Lintas Jurnal Aplikasi Ipteks —Ngayah“ (in press). Budaya: Penggunaan Subak sebagai Model —Ecopedagogy“. Paper yang dipresentasikan pada Kongres Kebudayaan Bali ke-2 di Inna Bali Beach Hotel, Sanur Denpasar, 24-25 Sept2013.

.

30