Prosiding Seminar Nasional

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Prosiding Seminar Nasional PROSIDING SEMINAR NASIONAL Diselenggarakan oleh Jurusan PBSI FBS UNY pada 26 November 2015 BAHASA, SASTRA, DAN KEKUASAAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 : 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 : 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan per­­buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Editor: Maman Suryaman Kusmarwanti Dwi Budiyanto Desain sampul: Dwi Budiyanto Tata letak: Gapura Omah Desain Diterbitkan oleh: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Perpustakaan nasional, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Yogyakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Cetakan 1, Nopember 2015 xiv + 474 hlm; 15 x 23 cm ISBN: 978-602-74971-0-8 KATA PENGANTAR DEKAN Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan puja syukur kita panjatkan pada Tuhan YME karena cinta kasihNya kita bisa bersemuka, bertukar pikiran pada forum yang penting ini dalam keadaan sehat walafiat. Dulu kita berpikir bahwa karya sastra adalah cerminan dan refleksi realitas. Kemudian kita mengerti bahwa karya sastra memiliki kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi dan bahkan mencipta realitas. Language and literature has the power to create reality. Hal yang dulunya tampak tidak mungkin kita ubah karena telah mengakar kuat di dalam kultur budaya kita, seperti ketidakadilan kelas dan gender bisa berangsur berubah karena kontribusi diskursus yang mengada dalam teks-teks terutama karya-karya sastra. Karya sastra menjadi teks penting yang mampu mengubah realitas karena diciptakan secara luar biasa sehingga dapat menginspirasi menggerakkan hati dan pikiran manusia. Karya sastra yang inspiratif mampu mengubah ideologi yang tampak sangat kuat sekalipun. Seminar Bahasa, Sastra dan Kekuasaan ini merupakan seminar yang penting karena di bumi Nusantara ini kedahsyatan bahasa dan sastra dan kemampuannya untuk mengubah realitad belum dilihat dengan seksama. Terbukti pendidikan bahasa dan sastra belum menempati dan ditempatkan pada posisi dominan dan penting dalam pendidikan kita. Saya mengajak civita academica FBS UNY dan teman-teman dari manapun untuk bersatu padu memperjuangkan pemahaman yang baik dan benar terhadap hal ini sehingga kita memiliki kebijakan bahasa dan sastra yang tepat. Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | v Saya berterima kasih kepada Jurusan PBSI yang telah menggagas dan mengawal seminar ini. Semoga dari seminar ini lahir pikiran-pikiran penting yang mampu meluruskan kebijakan dan langkah konkrit kita dalam memperbaiki kualitas bangsa melalui pendidikan bahasa dan sastra. Selamat berseminar. Wassalamualaikum Wr Wb. Dekan FBS UNY Widyastuti Purbani vi | Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan KATA PENGANTAR Bahasa dan kesusastraan pada hakikatnya merupakan salah satu produk peradaban dan budaya masyarakat suatu bangsa. Oleh karenanya, eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor yang ada dalam masyarakat suatu bangsa, termasuk kekuasaan. Sejarah bahasa dan sastra Indonesia juga telah membuktikan hal tersebut. Pilihan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara dalam yang pertama kali dicetuskan dalam peristiwa Sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 dan kemudian dikukuhkan dalam UU RI Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan menunjukkan adanya hubungan yang tak terpiosahkan antara eksistensi bahasa dengan kekuasaan. Karya sastra, sebagai karya seni yang bermediakan bahasa, tentu juga tidak akan lepas dari kekuasaan. Dengan mempertimbangkan bahasa yang digunakan sebagai media karya, maka sejarah sastra Indonesia pun tidak akan terlepas dari kekuasaan. Dalam hal ini pengakuan dan perkembangan sastra akan selalui berkaitan dengan kekuasaan. Pada periode tertentu, dengan alasan politik kekuasaan karya sastra dilarang dipublikasikan dan dibaca masyarakat. Sebagai gantinya, muncul gerakan untuk menerbitkan karya sastra tertentu yang dianggap bermanfaat bahkan mendukung kekuasaan tertentu. Berbagai tulisan yang terangkum dalam buku berjudul Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan ini merupakan hasil dari penelitian, pengkajian, dan refleksi dari para peneliti dan akademisi yang memiliki perhatian terhadap persoalan bahasa, sastra, dan kekuasaan, khususnya dalam konteks nasional (Indonesia), lokal, maupun dunia. Kajian yang menjelaskan hubungan antara bahasa dan kekuasaan antara lain dapat dibaca dari Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | vii tulisan yang berjudul “Bahasa dan Mentalitas Kebangkitan” (Yudi Latif), “Bahasa dalam Bingkai Kekuasaan” (Teguh Setiawan), “Struktur Mikro Pencintraan Politik di Media Massa” (Afdhal Kusumanegara), “Bahasa Hegemoni Para Penguasa” (Diana Mayasari), “Analisis Pragmatik Bahasa Sandi dalam Wacana Korupsi” (Israr Nuryadi), “Bahasa dan Realitas Kelas Menengah” (Dwi Budiyanto), “Pembentukan Kesadaran Multikultural Melalui Bahasa Komedi: Studi Wacana Kritis Stand Up Commedy di Indonesia” (Ari Kusmiatun), juga “Wacana Gosip sebagai Strategi Hegemoni” (Tadkiroatun Musfiroh). Hubungan antara bahasa (Indonesia) dengan kekuasaan juga tampak pada praktik pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai konsekuensi dari globalisasi. Hal ini tampak pada tulisan berjudul “Pendidikan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi: Permasalahan dan Solusi” (Jimat Susilo), “Bahasa dan Negara: Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Kerangka 65 Tahun Hubungan Dipomatik Indonesia-Tiongkok” (Sudaryanto), “Pengembangan Materi membaca BIPA yang Terintegrasi Kearifan Lokal sebagai Jembatan Komunikasi Antarnegara” (Layli Nurlita dan Siti fathonah),dan “Pengkajian Bidang-bidang Kesalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai B-2 Merupakan Suatu Upaya Peneguhan Posisi Strategi Pengembangan Bahasa Indonesia” (Eko Suroso). Hubungan antara sastra dengan kekuasaan tampak pada “Sastra dan Kekuasaan” (Suminto A. Sayuti), “Menggugat Kuasa Patriarki Melalui Sastra Feminis” (Wiyatmi), “Karya Sastra sebagai Praktik Konstelasi Kekuasaan Simbolis dan Kekuasaan Struktural Objektif” (Ali Nuke Affandy), “Bahasa, Wacana, dan Kekuasaan dalam Konstruksi G30S” (Yoseph Yapi Taum), “Intimidasi Kuasa Kultural terhadap Perempuan dalam Cerpen Indonesia: sebuah Analisis Mitos Kecantikan” (La Ode Gusman Nasiru), “Kekuasaan dalam Novel Stardust Karya Neil Gaiman” (Rahmawati zi), “Membaca Gerwani dalam Cerpen Indonesia” (Else Liliani), “Sastra sebagai Alat Mengritisi Kekuasaan di Indonesia: Tinjauan dari Masa ke Masa” (Esti Ismawati), “Sastra dan Kekuassn di Era Orde Baru” (Suroso),dan “Representasi Penguasa Orde Baru dalam lakon Wayang Bambang Indra Gentholet Takon Bapa” (Kusmarwanti). Berbagai tulisan tersebut secara kritis menjelaskan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa dengan kekuasaan yang ada, seperti digambarkan dan disuarakan, bahkan juga diteriakkan melalui karya-karya sastra. Dari sejumlah tulisan yang ada dalam buku ini, tampak bahwa karya-karya sastra yang ditulis oleh sastrawan ada yang secara tidak langsung meneguhkan kekuasaan, tetapi ada pula yang berada dalam posisi kritis terhadap kekuasaan. Tulisan-tulisan ini menjadi bahan diskusi dalam Seminar Nasional viii | Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Indonesia, bersama dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia S1 dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pasca Sarjana S2 Universitas Negeri Yogyakarta pada 26 November 2015. Melalui forum akademik seperti ini, diharapkan akan terjadi tegur sapa ilmiah di antara para peneliti, dosen, mahasiswa, dan pemerhati bahasa dan sastra dari berbagai perruguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia. Selain itu, upaya untuk mendokumentasikan dan menerbitkan sejumlah tulisan dalam sebuah buku merupakan hal yang pantas mendapatkan apresiasi. Bagi masyarakat pembaca, termasuk pembaca dari generasi yang akan datang, semoga buku ini mampu menjadi saksi sejarah bahwa eksistensi dan perkembangan bahasa dan sastra dalam konteks lokal, nasional, maupun global senantiasa berjalan seiring dan berseberangan dengan sejarah kekuasaan manusia. Yogyakarta, 26 November 2015 Tim Editor Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | ix DAFTAR ISI Kata Pengantar Dekan ~ v Kata Pengantar ~ vii Bagian Pertama BAHASA, SASTRA, DAN KEKUASAAN : Sebuah Perbincangan Awal Bahasa dan Mentalitas Kebangkitan ~ 3 Yudi Latif Sastra dan Kekuasaan ~ 24 Prof. Dr. Suminto A. Sayuti Menggugat Kuasa Patriarki Melalui Sastra Feminis
Recommended publications
  • Phd Thesis Tamara Aberle
    Socially-engaged theatre performances in contemporary Indonesia Tamara Alexandra Aberle Royal Holloway, University of London PhD Thesis 1 Declaration of Authorship I, Tamara Alexandra Aberle, hereby declare that this thesis and the work presented in it is entirely my own. Where I have consulted the work of others, this is always clearly stated. Signed: ______________________ Date: ________________________ 2 Abstract This thesis argues that performances of contemporary theatre in Indonesia are socially- engaged, actively creating, defining and challenging the socio-political environment, and that theatre practitioners are important members of a vibrant civil society who contribute and feel actively committed to democratic processes. Following an initial chapter about the history of modern theatre from the late 19th century until the fall of President Suharto in 1998, the four core chapters centre on four different aspects of contemporary Indonesian socio-politics: historical memory and trauma, violence and human rights, environmentalism, and social transition. Each of these chapters is preceded by an introduction about the wider historical and socio-political context of its respective discourse and is followed by an analysis of selected plays. Chapter 2 focuses on historical trauma and memory, and relates the work of two theatre artists, Papermoon Puppet Theatre and Agus Nur Amal (a.k.a. PM Toh), to processes seeking truth and reconciliation in Indonesia in the post-Suharto era. Chapter 3, on violence and human rights, discusses the works of Ratna Sarumpaet and B. Verry Handayani, with a specific focus on human trafficking, sexual exploitation, and labour migration. Chapter 4 discusses environmentalism on the contemporary stage. It investigates the nature of environmental art festivals in Indonesia, taking Teater Payung Hitam’s 2008 International Water Festival as an example.
    [Show full text]
  • Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019 Di Kalangan Mahasiswa Fisip Usu
    PENGARUH BERITA-BERITA RATNA SARUMPAET DI TELEVISI TERHADAP MINAT MEMILIH PRABOWO SUBIANTO DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2019 DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU SKRIPSI AMALINA DARAYANI P. 150904113 Public Relations UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN Skirpsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Amalina Darayani Pulungan NIM : 150904113 Judul Skripsi : Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019 Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi, Dr. H.Sakhyan Asmara MSP Dra. Dwi Kurniawati, M,Si. Ph. D NIP.1955609171984031001 NIP.196505241989032001 Dekan Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP.197409302005011002 Universitas Sumatera Utara HALAMAN PENGESAHAN Skripsi ini diajukan oleh : Nama :Amalina Darayani Pulungan NIM : 150904113 Program Studi :Ilmu Komunikasi Judul Skripsi :Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan di terima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Majelis Penguji Ketua Penguji : ( ) Penguji : ( ) Penguji Utama : ( ) Ditetapkan di : Medan Tanggal : April 2019 Universitas Sumatera Utara HALAMAN PERNYATAAN
    [Show full text]
  • Analisis Framing Robert N Entman Dan Character
    JURNAL CHARACTER ASSASSINATION PADA KASUS HOAKS RATNA SARUMPAET (Analisis Framing Robert N Entman dan Character Assassination dalam Pemberitaan Politik Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet pada Portal Berita Kompas.com dan Republika.co.id Periode Oktober 2018) Disusun Sebagai Syarat Untu Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Oleh: Irma Santika Nugroho D0215056 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019 CHARACTER ASSASSINATION PADA KASUS HOAKS RATNA SARUMPAET (Analisis Framing Robert N Entman dan Character Assassination dalam Pemberitaan Politik Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet pada Portal Berita Kompas.com dan Republika.co.id Periode Oktober 2018) Irma Santika Nugroho Sri Herwindya Baskara Wijaya Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Human Rights activist and artist, Ratna Sarumpaet was arrested by the police for spreading false news about her persecution by certain individuals. The lie of the persecution of Ratna Sarumpaet was to cover up that Ratna had carried out plastic surgery that she did not want to show to the public. Her issue was in the media spotlight because she was also the National Campaigner for the presidential and vice-presidential candidate, Prabowo-Sandiaga. The story of the persecution of Ratna Sarumpaet is controversial because the case Ratna Sarumpaet hoax is full of political interests between the two camps of Jokowi- Ma'ruf and Prabowo-Sandiaga. The main objective of this research is to analyze the online media Kompas.com and Republika.co.id in framing the political news of the Ratna Sarumpaet case.
    [Show full text]
  • PDF Hosted at the Radboud Repository of the Radboud University Nijmegen
    PDF hosted at the Radboud Repository of the Radboud University Nijmegen The following full text is a publisher's version. For additional information about this publication click this link. https://repository.ubn.ru.nl/handle/2066/234441 Please be advised that this information was generated on 2021-09-30 and may be subject to change. Dealing with the Dark Past: The Prospect of the Settlement of the 1965-1966 Events in Indonesia Manunggal Kusuma Wardaya DEALING WITH THE DARK PAST: THE PROSPECT OF THE SETTLEMENT OF THE 1965-1966 EVENTS IN INDONESIA Dealing with the Dark Past: The Prospect of the Settlement of the 1965-1966 Events in Indonesia Proefschrift ter verkrijging van de graad van doctor aan de Radboud Universiteit Nijmegen op gezag van de rector magnificus prof. dr. J.H.J.M. van Krieken, volgens besluit van het college van decanen in het openbaar ter verdedigen op woensdag 23 juni 2021 om 10:30 uur precies door Manunggal Kusuma Wardaya geboren op 24 maart 1975 te Surakarta, Indonesië Promotor: Prof. mr. P.H.P.H.M.C. van Kempen Copromotor: Dr. L.G.H. Bakker (Universiteit van Amsterdam) Manuscriptcommissie: Prof. mr. C.J.H. Jansen (voorzitter) Prof. mr. dr. A.W. Bedner (Universiteit Leiden) Prof. mr. Y. Buruma All rights reserved. No parts of this publication may be reproduced in any ma- terial form (including photocopying or storing in any medium by electronic means and whether or not transiently or incidentally to some other use of this publication) without the written permission of the copyright owner(s). Appli- cations for the copyright owner’s permission to reproduce any part of this pub- lication should be addressed to the publisher.
    [Show full text]
  • Komodifikasi Konten Berita Hoaks Ratna Sarumpaet Pada Media Online Kompas.Com
    KOMODIFIKASI KONTEN BERITA HOAKS RATNA SARUMPAET PADA MEDIA ONLINE KOMPAS.COM Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Mutia Regina Saura NIM: 11150510000165 PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M PERNYATAAN Yang bertandatangan di bawah ini: Nama : Mutia Regina Saura NIM : 11150510000165 Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Komodifikasi Konten Berita Hoaks Ratna Sarumpaet Pada Media Online Kompas.com adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunannya. Adapun kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber kutipannya dalam skripsi. Saya bersedia melakukan proses yang semestinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku jika ternyata skripsi ini sebagian atau keseluruhan merupakan plagiat dari karya orang lain. Demikian pernyataan ini dibuat untuk digunakan seperlunya. Jakarta, Januari 2020 Mutia Regina Saura 11150510000165 ABSTRAK Mutia Regina Saura (11150510000165) Komodifikasi Konten Berita Hoaks Ratna Sarumpaet Pada Media Online Kompas.com Munculnya berita penganiayaan yang terjadi pada aktivis serta artis senior Ratna Sarumpaet ditengah masa kampanye Pemilihan Presiden (pilpres) 2019 menghebohkan media massa serta media online di Indonesia. Berita ini semakin trending dengan adanya pengakuan dari Ratna bahwa berita penganiayaan terhadap dirinya ada hoaks atau hasil karangan dirinya sendiri. Dari penjabaran di atas, peneliti ingin mengetahui apakah ada komodifikasi konten dan relasi kuasa terhadap pernyataan pengakuan hoaks penganiayaan pada Ratna Sarumpaet di Kompas.com. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi bagaimana komodifikasi konten dalam berita pernyataan hoaks penganiayaan pada Ratna Sarumpaet di media online Kompas.com serta framing dalam berita tersebut dan relasi kuasa dalam kasus pemberitaan Ratna.
    [Show full text]
  • The End of Suharto
    Tapol bulletin no,147, July 1998 This is the Published version of the following publication UNSPECIFIED (1998) Tapol bulletin no,147, July 1998. Tapol bulletin (147). pp. 1-28. ISSN 1356-1154 The publisher’s official version can be found at Note that access to this version may require subscription. Downloaded from VU Research Repository https://vuir.vu.edu.au/25993/ ISSN 1356-1154 The Indonesia Human Rights Campaign TAPOL Bulletin No. 147 July 1998 The end of Suharto 21 May 1998 will go down in world history as the day when the bloody and despotic rule ofSuharto came to an end. His 32-year rule made him Asia's longest ruler after World War IL He broke many other world records, as a mass killer and human rights violator. In 196511966 he was responsible for the slaughtt:r of at least half a million people and the incarceration of more than 1.2 million. He is also respon{iible for the deaths of 200,000 East Timorese, a third of the population, one of the worst . acts ofgenocide this century. Ignoring the blood-letting that accompanied his seizure of In the last two years, other forms of social unrest took power, the western powers fell over themselves to wel­ hold: assaults on local police, fury against the privileges come Suharto. He had crushed the world's largest commu­ nist party outside the Soviet bloc and grabbed power from From the editors: We apologise for the late arrival of President Sukarno who was seen by many in the West as a this issue.
    [Show full text]
  • Double Identities in Dorce's Comedies
    Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 173 (2017) 181–207 bki brill.com/bki Double Identities in Dorce’s Comedies Negotiating Gender and Class in New Order Indonesian Cinema Ben Murtagh* soas University of London [email protected] Abstract Dorce Gamalama is one of Indonesian television’s best-known celebrities. She first rose to fame in the 1980s and her career is very much based on her public profile as a transsexual woman. This article focuses on Dorce’s performance of gender and class in two films: Dorce ketemu jodoh (Dorce meets her match, 1990) and Dorce sok akrab (Dorce up close, 1989). In Dorce ketemu jodoh, Dorce represents herself as a woman, albeit one who is unlike other women, and who is confident enough in her gender identity not to shy away from gender playfulness. In Dorce sok akrab, Dorce’s character encapsulates the possibility for upward social mobility as an integral aspect of New Order development ideology, though it is a mobility which strongly resists notions of Westernization and elitism, and is instead firmly rooted in local forms of cultural identity. * Earlier versions of this article were presented at the Indonesian Film Workshop held at the Royal Asiatic Society, London, in October 2013 and as part of the Centre for Gender Studies Seminar Series at soas, University of London, in December 2015. I would like to thank a number of friends and colleagues whose help has been invaluable in the process of researching and writing this article: Nia and all her team at Sinematek, for their help in finding the various documents referred to in this article; Irham and Arief, who patiently watched Dorce sok akrab and Dorce ketemu jodoh with me—their comments on Indonesian humour and explanation of certain jokes were invaluable; Bart Govaert and Veni Oktavyani, for assisting with Dutch translations; Rachel Dwyer, for explaining a scene from the Hindi film Milan; Rachel Harrison, for her useful feedback on an earlier draft of this article; and Soe Tjen Marching, for double checking translations.
    [Show full text]
  • Indonesian Politics in Crisis
    Indonesian Politics in Crisis NORDIC INSTITUTE OF ASIAN STUDIES Recent and forthcoming studies of contemporary Asia Børge Bakken (ed.): Migration in China Sven Cederroth: Basket Case or Poverty Alleviation? Bangladesh Approaches the Twenty-First Century Dang Phong and Melanie Beresford: Authority Relations and Economic Decision-Making in Vietnam Mason C. Hoadley (ed.): Southeast Asian-Centred Economies or Economics? Ruth McVey (ed.): Money and Power in Provincial Thailand Cecilia Milwertz: Beijing Women Organizing for Change Elisabeth Özdalga: The Veiling Issue, Official Secularism and Popular Islam in Modern Turkey Erik Paul: Australia in Southeast Asia. Regionalisation and Democracy Ian Reader: A Poisonous Cocktail? Aum Shinrikyo’s Path to Violence Robert Thörlind: Development, Decentralization and Democracy. Exploring Social Capital and Politicization in the Bengal Region INDONESIAN POLITICS IN CRISIS The Long Fall of Suharto 1996–98 Stefan Eklöf NIAS Nordic Institute of Asian Studies Studies in Contemporary Asia series, no. 1 (series editor: Robert Cribb, University of Queensland) First published 1999 by NIAS Publishing Nordic Institute of Asian Studies (NIAS) Leifsgade 33, 2300 Copenhagen S, Denmark Tel: (+45) 3254 8844 • Fax: (+45) 3296 2530 E-mail: [email protected] Online: http://nias.ku.dk/books/ Typesetting by the Nordic Institute of Asian Studies Printed and bound in Great Britain by TJ International Limited, Padstow, Cornwall © Stefan Eklöf 1999 British Library Catalogue in Publication Data Eklof, Stefan Indonesian politics
    [Show full text]
  • Leading Playwright Arrested
    Tapol bulletin no, 146, April 1998 This is the Published version of the following publication UNSPECIFIED (1998) Tapol bulletin no, 146, April 1998. Tapol bulletin (146). pp. 1-24. ISSN 1356-1154 The publisher’s official version can be found at Note that access to this version may require subscription. Downloaded from VU Research Repository https://vuir.vu.edu.au/25994/ ISSN 1356-1154 The Indonesia Human Rights Campaign T APOL Bulletin No. 146 April 1998 Leading playwright arrested One of Indonesia's best-loved playwrights and actresses, Ratna Sarumpaet, was arrested along with her daughter and seven others, as a People's Summit was being held on the outskirts of Jakarta to coincide with Suharto's re-appointment for a seventh term as president. The arrests came as the climax of hundreds of arrests in Alexios Soria Tjahaja Torno, a human rights lawyer, Jakarta and across the country to prevent pro-democracy who was present at the event in his capacity as a lawyer, to activists from taking to the streets to protest against the re­ help others in case of arrest. enthronement of the dictator who has ruled Indonesia for Wira, a human rights aCtivist. 32 years. Joel Thaher, act1v1st and member of Ratna The People's Summit had hardly got underway when a Sarumpaet's theatrical group. large force of police encircled the area and made a beeline for Ratna Sarompaet, actress and playwright. As co­ Aspar Patoros. ordinator of SIAGA, a ginger group supporting opposition Hendri Hermawan, a journali~t from Larnpung, South leaders Megawati Sukarnoputri and Amien Rais, she was Sumatra.
    [Show full text]
  • Chap. 12 to Reader
    Tink A pi: Harry Roesli, M usic, and Politics in Bandung, Indonesia Adam D. Tyson' On June 5, 2009, a memorial concert was held at the Institute of Technology in Bandung (Institut Teknologi Bandung, hereafter ITB). Celebrated was the lifework of Djauhar Zaharsjah Fahrudin Roesli, popularly known as Harry Roesli. Harry Roesli was considered to be at the forefront of the so-called tradisi baru, or "new tradition," of Indonesian artists committed to experimentation with traditional culture in order to address contemporary society.1 2 For a variety of reasons, however, Roesli did not enjoy the level of popular success that other tradisi baru artists achieved, particularly playwright Willibrordus Surendra Broto Rendra (hereafter W. S. Rendra), director Putu Wijaya, novelist Remy Sylado, and musicians Guruh Soekarno Putra, Franki Raden, Leo Kristi, Slamet Abdul Syukur, Jack Lesmana, Nano Suratno, and, later, Iwan Gunawan.3 1 "Titik Api" in my title is borrowed from the name of one of Roesli's music albums and can be translated "Point of Fire." My sincere gratitude is expressed to the Roesli family for their patience and generosity in providing me access to the Harry Roesli archive, as well as their willingness to discuss with me many of the finer points regarding his artistic career. I am also grateful to Michael Bodden, Barbara Hatley, Indra Ridwan, R. Anderson Sutton, Jeremy Wallach, and Andrew N. Weintraub for their critical comments on earlier versions of this article, which has been significantly improved as a result of their insights and notes. With that said, any remaining shortcomings are solely my responsibility.
    [Show full text]
  • Economic Crisis Spells Doom for Suharto
    Tapol bulletin no, 145, February 1998 This is the Published version of the following publication UNSPECIFIED (1998) Tapol bulletin no, 145, February 1998. Tapol bulletin (145). pp. 1-24. ISSN 1356-1154 The publisher’s official version can be found at Note that access to this version may require subscription. Downloaded from VU Research Repository https://vuir.vu.edu.au/25995/ ISSN 1356-1154 The Indonesia Human Rights Campaign TAPOL Bulletin No. 145 February 1998 Economic crisis spells doom for Suharto Since seizing power in 1965 after one of the bloodiest massacres this century, Suharto has succeeded in staying in power for more than thirty years thanks to a system of brutal repression. Economic de­ velopment became the basis for the regime's claim to legitimacy, at the same time transforming the Suharto clan into one of the world's wealthiest families. But economic disaster has now brought the regime to the brink of collapse. The man who should have been crushed by the weight bled, the weight of debt denominated in dollars forced of world opinion for presiding over the massacre of up to a thousands of businesses into virtual bankruptcy, laying off million people in 1965/65, for the genocidal invasion and hundreds of thousands of people. Malaysia was also se­ occupation of East Timor, for the 1984 Tanjung Priok mas­ verely hit but the next major victim was South Korea sacre of Muslims and numerous other mass slayings and where the chaebol or conglomerates were also weighed for brutal military operations in West Papua and Aceh, will down by a mountain of debt.
    [Show full text]
  • Peksimida Dan Menyambut Peksiminas Tahun 2016
    MENYIAPKAN PEKSIMIDA JAWA TENGAH MENUJU PEKSIMINAS 2016 Oleh: Darsono Pengda BPSMI Jawa Tengah Disampaikan pada Rakor Paguyuban WR/PR 3 Jawa Tengah, Hotel Elana Solo, 28-30 April 2016 TEMA KEGIATAN Peksiminas 2016: “Melalui Peksiminas XIII Tahun 2016 Kita Tingkatkan Kecintaan Seni Budaya Daerah” Peksimida Jateng 2016: “Kecintaan Seni Budaya Daerah, Memajuan Peradaban” VISI MAHASISWA INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF TUJUAN 1. Meningkatkan kegiatan ekstra kurikuler kemahasiswaan di perguruan tinggi melalui pembinaan minat, bakat dan kemampuan para mahasiswa, khususnya di bidang seni. 2. Meningkatkan dan mengembangkan apresiasi seni di kalangan mahasiswa untuk memperkaya seni budaya bangsa Indonesia yang dapat memperkuat daya saing bangsa 3. Menanamkan nilai - nilai Karakter bangsa bagi kalangan mahasiswa melalui seni dan budaya untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air bangsa Indonesia. 4. Menjalin kerjasama antara mahasiswa dari berbagai daerah untuk mempererat rasa persaudaraan, dalam rangka menumbuhkembangkan 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD’45, Bhineka tunggal ika, dan NKRI. 3 SASARAN 1. Sebagai ajang penentuan mahasiswa yang mempunyai prestasi di bidang seni untuk menampilkan kemampuannya sebagai duta bangsa ke luar negeri 2. Terjalinnya kerjasama antar mahasiswa di Indonesia maupun dengan mahasiswa dari Negara Lain 4 TARGET JAWA TENGAH JUARA UMUM 5 WAKTU DAN TEMPAT 1. Peksiminas diselenggarakan 2 (dua) tahun sekali. 2. Waktu penyelenggaraan Peksiminas ditentukan pada saat Munas atau Rakernas BPSMI. 3. Tahun 2016: hasil FGD Panitia Peksiminas, Dewan Juri, dan Belmawa Dikti tgl 17-18 Maret 2016. PELAKSANAAN PEKSIMINAS TGL 20-26 SPETEMBER 2016. di UHO. 4. PEKSIMIDA JAWA TENGAH 2016 DILAKSANAKAN TANGGAL 25-30 Juli 2016 6 DAFTAR PRESTASI PENGPROV JATENG KE TH PERG.TINGGI TEMPAT PRESTASI 1 1991 Pengprov.
    [Show full text]