Prosiding Seminar Nasional

Prosiding Seminar Nasional

PROSIDING SEMINAR NASIONAL Diselenggarakan oleh Jurusan PBSI FBS UNY pada 26 November 2015 BAHASA, SASTRA, DAN KEKUASAAN Undang-undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2 : 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72 : 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan per­­buatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Editor: Maman Suryaman Kusmarwanti Dwi Budiyanto Desain sampul: Dwi Budiyanto Tata letak: Gapura Omah Desain Diterbitkan oleh: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Perpustakaan nasional, Katalog Dalam Terbitan (KDT) Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Yogyakarta: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta Cetakan 1, Nopember 2015 xiv + 474 hlm; 15 x 23 cm ISBN: 978-602-74971-0-8 KATA PENGANTAR DEKAN Assalamualaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan puja syukur kita panjatkan pada Tuhan YME karena cinta kasihNya kita bisa bersemuka, bertukar pikiran pada forum yang penting ini dalam keadaan sehat walafiat. Dulu kita berpikir bahwa karya sastra adalah cerminan dan refleksi realitas. Kemudian kita mengerti bahwa karya sastra memiliki kekuatan yang dahsyat untuk mempengaruhi dan bahkan mencipta realitas. Language and literature has the power to create reality. Hal yang dulunya tampak tidak mungkin kita ubah karena telah mengakar kuat di dalam kultur budaya kita, seperti ketidakadilan kelas dan gender bisa berangsur berubah karena kontribusi diskursus yang mengada dalam teks-teks terutama karya-karya sastra. Karya sastra menjadi teks penting yang mampu mengubah realitas karena diciptakan secara luar biasa sehingga dapat menginspirasi menggerakkan hati dan pikiran manusia. Karya sastra yang inspiratif mampu mengubah ideologi yang tampak sangat kuat sekalipun. Seminar Bahasa, Sastra dan Kekuasaan ini merupakan seminar yang penting karena di bumi Nusantara ini kedahsyatan bahasa dan sastra dan kemampuannya untuk mengubah realitad belum dilihat dengan seksama. Terbukti pendidikan bahasa dan sastra belum menempati dan ditempatkan pada posisi dominan dan penting dalam pendidikan kita. Saya mengajak civita academica FBS UNY dan teman-teman dari manapun untuk bersatu padu memperjuangkan pemahaman yang baik dan benar terhadap hal ini sehingga kita memiliki kebijakan bahasa dan sastra yang tepat. Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | v Saya berterima kasih kepada Jurusan PBSI yang telah menggagas dan mengawal seminar ini. Semoga dari seminar ini lahir pikiran-pikiran penting yang mampu meluruskan kebijakan dan langkah konkrit kita dalam memperbaiki kualitas bangsa melalui pendidikan bahasa dan sastra. Selamat berseminar. Wassalamualaikum Wr Wb. Dekan FBS UNY Widyastuti Purbani vi | Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan KATA PENGANTAR Bahasa dan kesusastraan pada hakikatnya merupakan salah satu produk peradaban dan budaya masyarakat suatu bangsa. Oleh karenanya, eksistensinya tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor yang ada dalam masyarakat suatu bangsa, termasuk kekuasaan. Sejarah bahasa dan sastra Indonesia juga telah membuktikan hal tersebut. Pilihan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara dalam yang pertama kali dicetuskan dalam peristiwa Sumpah pemuda, 28 Oktober 1928 dan kemudian dikukuhkan dalam UU RI Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan menunjukkan adanya hubungan yang tak terpiosahkan antara eksistensi bahasa dengan kekuasaan. Karya sastra, sebagai karya seni yang bermediakan bahasa, tentu juga tidak akan lepas dari kekuasaan. Dengan mempertimbangkan bahasa yang digunakan sebagai media karya, maka sejarah sastra Indonesia pun tidak akan terlepas dari kekuasaan. Dalam hal ini pengakuan dan perkembangan sastra akan selalui berkaitan dengan kekuasaan. Pada periode tertentu, dengan alasan politik kekuasaan karya sastra dilarang dipublikasikan dan dibaca masyarakat. Sebagai gantinya, muncul gerakan untuk menerbitkan karya sastra tertentu yang dianggap bermanfaat bahkan mendukung kekuasaan tertentu. Berbagai tulisan yang terangkum dalam buku berjudul Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan ini merupakan hasil dari penelitian, pengkajian, dan refleksi dari para peneliti dan akademisi yang memiliki perhatian terhadap persoalan bahasa, sastra, dan kekuasaan, khususnya dalam konteks nasional (Indonesia), lokal, maupun dunia. Kajian yang menjelaskan hubungan antara bahasa dan kekuasaan antara lain dapat dibaca dari Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | vii tulisan yang berjudul “Bahasa dan Mentalitas Kebangkitan” (Yudi Latif), “Bahasa dalam Bingkai Kekuasaan” (Teguh Setiawan), “Struktur Mikro Pencintraan Politik di Media Massa” (Afdhal Kusumanegara), “Bahasa Hegemoni Para Penguasa” (Diana Mayasari), “Analisis Pragmatik Bahasa Sandi dalam Wacana Korupsi” (Israr Nuryadi), “Bahasa dan Realitas Kelas Menengah” (Dwi Budiyanto), “Pembentukan Kesadaran Multikultural Melalui Bahasa Komedi: Studi Wacana Kritis Stand Up Commedy di Indonesia” (Ari Kusmiatun), juga “Wacana Gosip sebagai Strategi Hegemoni” (Tadkiroatun Musfiroh). Hubungan antara bahasa (Indonesia) dengan kekuasaan juga tampak pada praktik pembelajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) sebagai konsekuensi dari globalisasi. Hal ini tampak pada tulisan berjudul “Pendidikan Bahasa Indonesia di Era Globalisasi: Permasalahan dan Solusi” (Jimat Susilo), “Bahasa dan Negara: Pengajaran Bahasa Indonesia dalam Kerangka 65 Tahun Hubungan Dipomatik Indonesia-Tiongkok” (Sudaryanto), “Pengembangan Materi membaca BIPA yang Terintegrasi Kearifan Lokal sebagai Jembatan Komunikasi Antarnegara” (Layli Nurlita dan Siti fathonah),dan “Pengkajian Bidang-bidang Kesalahan Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai B-2 Merupakan Suatu Upaya Peneguhan Posisi Strategi Pengembangan Bahasa Indonesia” (Eko Suroso). Hubungan antara sastra dengan kekuasaan tampak pada “Sastra dan Kekuasaan” (Suminto A. Sayuti), “Menggugat Kuasa Patriarki Melalui Sastra Feminis” (Wiyatmi), “Karya Sastra sebagai Praktik Konstelasi Kekuasaan Simbolis dan Kekuasaan Struktural Objektif” (Ali Nuke Affandy), “Bahasa, Wacana, dan Kekuasaan dalam Konstruksi G30S” (Yoseph Yapi Taum), “Intimidasi Kuasa Kultural terhadap Perempuan dalam Cerpen Indonesia: sebuah Analisis Mitos Kecantikan” (La Ode Gusman Nasiru), “Kekuasaan dalam Novel Stardust Karya Neil Gaiman” (Rahmawati zi), “Membaca Gerwani dalam Cerpen Indonesia” (Else Liliani), “Sastra sebagai Alat Mengritisi Kekuasaan di Indonesia: Tinjauan dari Masa ke Masa” (Esti Ismawati), “Sastra dan Kekuassn di Era Orde Baru” (Suroso),dan “Representasi Penguasa Orde Baru dalam lakon Wayang Bambang Indra Gentholet Takon Bapa” (Kusmarwanti). Berbagai tulisan tersebut secara kritis menjelaskan adanya hubungan yang tak terpisahkan antara berbagai fenomena yang terjadi dalam masyarakat dan bangsa dengan kekuasaan yang ada, seperti digambarkan dan disuarakan, bahkan juga diteriakkan melalui karya-karya sastra. Dari sejumlah tulisan yang ada dalam buku ini, tampak bahwa karya-karya sastra yang ditulis oleh sastrawan ada yang secara tidak langsung meneguhkan kekuasaan, tetapi ada pula yang berada dalam posisi kritis terhadap kekuasaan. Tulisan-tulisan ini menjadi bahan diskusi dalam Seminar Nasional viii | Prosiding Seminar Nasional Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan yang diselenggarakan oleh Program Studi Sastra Indonesia, bersama dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia S1 dan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Pasca Sarjana S2 Universitas Negeri Yogyakarta pada 26 November 2015. Melalui forum akademik seperti ini, diharapkan akan terjadi tegur sapa ilmiah di antara para peneliti, dosen, mahasiswa, dan pemerhati bahasa dan sastra dari berbagai perruguruan tinggi dan lembaga penelitian di Indonesia. Selain itu, upaya untuk mendokumentasikan dan menerbitkan sejumlah tulisan dalam sebuah buku merupakan hal yang pantas mendapatkan apresiasi. Bagi masyarakat pembaca, termasuk pembaca dari generasi yang akan datang, semoga buku ini mampu menjadi saksi sejarah bahwa eksistensi dan perkembangan bahasa dan sastra dalam konteks lokal, nasional, maupun global senantiasa berjalan seiring dan berseberangan dengan sejarah kekuasaan manusia. Yogyakarta, 26 November 2015 Tim Editor Bahasa, Sastra, dan Kekuasaan | ix DAFTAR ISI Kata Pengantar Dekan ~ v Kata Pengantar ~ vii Bagian Pertama BAHASA, SASTRA, DAN KEKUASAAN : Sebuah Perbincangan Awal Bahasa dan Mentalitas Kebangkitan ~ 3 Yudi Latif Sastra dan Kekuasaan ~ 24 Prof. Dr. Suminto A. Sayuti Menggugat Kuasa Patriarki Melalui Sastra Feminis

View Full Text

Details

  • File Type
    pdf
  • Upload Time
    -
  • Content Languages
    English
  • Upload User
    Anonymous/Not logged-in
  • File Pages
    489 Page
  • File Size
    -

Download

Channel Download Status
Express Download Enable

Copyright

We respect the copyrights and intellectual property rights of all users. All uploaded documents are either original works of the uploader or authorized works of the rightful owners.

  • Not to be reproduced or distributed without explicit permission.
  • Not used for commercial purposes outside of approved use cases.
  • Not used to infringe on the rights of the original creators.
  • If you believe any content infringes your copyright, please contact us immediately.

Support

For help with questions, suggestions, or problems, please contact us