PENGARUH BERITA-BERITA RATNA SARUMPAET DI TELEVISI TERHADAP MINAT MEMILIH DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2019 DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU

SKRIPSI

AMALINA DARAYANI P.

150904113

Public Relations

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI MEDAN 2019

Universitas Sumatera Utara LEMBAR PERSETUJUAN

Skirpsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Amalina Darayani Pulungan NIM : 150904113 Judul Skripsi : Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019 Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU.

Dosen Pembimbing, Ketua Program Studi,

Dr. H.Sakhyan Asmara MSP Dra. Dwi Kurniawati, M,Si. Ph. D NIP.1955609171984031001 NIP.196505241989032001

Dekan

Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si NIP.197409302005011002

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh : Nama :Amalina Darayani Pulungan NIM : 150904113 Program Studi :Ilmu Komunikasi Judul Skripsi :Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan di terima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji : ( )

Penguji Utama : ( )

Ditetapkan di : Medan

Tanggal : April 2019

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya cantumkan sumbernya dengan benar. Jika dikemudian hari saya terbukti melakukan pelanggaran (plagiat) maka saya bersedia diproses sesuai dengan hukum yang berlaku.

Nama : Amalina Darayani Pulungan

NIM : 150904113

Tanda Tangan :

Tanggal :

Universitas Sumatera Utara

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bahwah ini : Nama : Amalina Darayani Pulungan NIM : 150904113 Departemen : Ilmu Komunikasi Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : “Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU” Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/memformat-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan Pada Tanggal : April 2019

Yang menyatakan

(Amalina Darayani Pulungan)

Universitas Sumatera Utara KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, serta memberikan kesehatan, kekuatan, dan kesabaran kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan umat ke jalan yang lurus. Skripsi ini diberi judul “Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019 Di Kalangan Mahasiswa FISIP USU”, guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orang tua penulis Ir. B. Pulungan dan Khairida Nasution, atas segala kasih sayang, doa yang tidak pernah putus, pengorbanan, dukungan, serta pengertian yang sangat besar. Terima kasih juga penulis ucapkan untuk kakak dan abang-abang penulis, atas segala pengertian, dukungan, dan hiburan selama ini kepada penulis.

Proses penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bimbingan, saran, serta masukan dari Bapak Dr. H. Sakhyan Asmara, MSP, sebagai dosen pembimbing, mudah-mudahan Allah SWT akan mencatat ini semua sebagai amalan yang terus mengalir dan juga bagi dosen-dosen penulis yang lain.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis juga banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak berupa dukungan moril, materil, spritual, maupun administrasi. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, terutama :

1. Bapak Dr. Mulyanto Amin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumater Utara. 2. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M.Si, Ph. D selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi.

vi

Universitas Sumatera Utara

3. Ibu Emilia Ramadhani, S.Sos, M.A selaku Sekertaris Departemen Ilmu Komunikasi dan selaku dosen penasehat akademik penulis, yang telah memberi bantuan kepada penulis serta yang selalu memberikan motivasi selama masa perkuliahan. 4. Bapak Dr. H. Sakhyan Asmara, MSP, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, masukan, dan saran yang berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Kepada seluruh Dosen dan Staff Departemen Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan. Terkhusus kepada kak maya dan kak yanti yang selalu membantu penulis dalam proses administrasi. 6. Kepada kakak dan abang-abang penulis yang selalu mendukung dan memotivasi penulis dalam berbagai hal, Putra Adriananda Pulungan, Mira Astriana Pulungan, Harry Maulana Pulungan, dan Rizky Hermawan Pulungan. 7. Kepada Muhammad Fadhil, Nurul A. Andara, Rima Andriyani Br. Mangunsong, Rizky F. Alby S. Pelawi, Dask Lady, Alfi Syahri Lubis, Sely Fitri Aritonang, Yudhistira S. Virgiawan, Maya Wandani, Fadhlan Habibi Nasution, Bunga Nabilah, Donny Putra Nugraha Handoyo, Immanuel Bukit yang selalu mengisi masa-masa perkuliahan penulis dengan canda tawa, memberikan masukan ketika penulis memiliki masalah, dan memberikan pengalaman yang menarik di masa perkuliahan penulis. Semoga kita semua bisa sukses dimasa depan dan dapat terus berkumpul. 8. Kepada Yasmin Nabilah yang telah menjadi teman penulis dari awal perkuliahan sampai saat ini yang selalu memberikan dukungan selama masa perkuliahan. 9. Kepada Farra Aulia dan Retno Apriani yang selalu mendukung, membantu, dan menjadi pendengar semua keluh kesah penulis dari awal pengerjaan skripsi hingga selesai. 10. Kepada Noha, Citra, Tita, Fio yang sudah membantu penulis dalam proses pengerjaan skripsi ini.

vii

Universitas Sumatera Utara

11. Kepada BPH dan anggota MIKAT (Minat dan Bakat) yang telah mempercayakan penulis menjadi bagian dari divisinya. Dimana mengajarkan kepada penulis arti sebuah tanggung jawab. 12. Kepada seluruh teman-teman ilmu komunikasi 2015 yang telah banyak membantu penulis selama masa perkuliahan. 13. Kepada 96 responden yang telah membantu penulis untuk bisa menyelesaikan penelitian ini.

Sebagai manusia yang penuh dengan kekurangan, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna baik isi maupun bahasanya. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis menerima setiap saran dan kritik yang membangun bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya. Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, 22 Maret 2019

Penulis,

Amalina Darayani Pulungan

NIM : 150904113

viii

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU”. Tujuan Penelitian untuk mengetahui tingkat kepedulian mahasiswa mengikuti perkembangan berita Ratna Sarumpaet, tingkat minat mahasiswa memilih Prabowo Subianto, dan seberapa besar pengaruh berita- berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 . Teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini Komunikasi, Komunikasi Massa, Televisi sebagai media massa, Efek Komunikasi Massa, Minat Memilih, Berita, Partisipasi Politik, dan Komunikasi Politik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang memiliki tujuan untuk mencari hubungan antara berita-berita Ratna Sarumpaet di Televisi dengan minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019. Jumlah populasi dalam penelitian ini 2243 orang, penentuan sampel menggunakan rumus Taro Yumane dengan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90% sehingga diperoleh sampel sebanyak 96 orang. Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan Purposive Proportional Random Sampling dan Accidental Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan angket dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang dilakukan adalah analisis tabel tunggal, analisis tabel silang dan uji korelasi menggunakan rumus Pearson Product Moment melalui aplikasi SPSS 22. Hasil uji hipotesis menunjukkan Ha diterima dan Ho ditolak, yang berarti terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Kata kunci: Berita Ratna Sarumpaet, Prabowo Subianto, Pemilihan Presiden.

ix

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

This title of this research is "The Influence of Ratna Sarumpaet's News on Television Against the Interest in Choosing Prabowo Subianto in the 2019 Presidential Election among USU's FISIP Students". The aim of this research is to determine the level of students concern following the development of Ratna Sarumpaet's news, the level of interest of students choosing Prabowo Subianto, and how great is the influence of Ratna Sarumpaet's news had on television against the interest in choosing Prabowo Subianto in the 2019 Presidential Election. Theories considered relevant to this research are Communication, Mass Communication, Television as mass media, Effects of Mass Communication, Interest in Choosing, News, Political Participation, and Political Communication. The method used in this research is correlational which aims to find the relation between the news of Ratna Sarumpaet on Television with the interest in choosing Prabowo Subianto in the 2019 Presidential Election. The number of population in this research is 2243 people, sample determination is by using Taro Yumane formula with 10% precision and 90% confidence level so that a sample of 96 people are obtained. The sampling determination technique in this research uses purposive proportional random sampling and accidental random sampling. Data collection techniques carried out in this research are by using questionnaires and literature studies. Data analysis techniques used are single table analysis, cross table analysis and correlation test by using Pearson Product Moment formula through SPSS 22 application. Hypothesis test results show that Ha is accepted while Ho is rejected, which means there are influences of news from Ratna Sarumpaet on television against the interest in choosing Prabowo Subianto in the 2019 Presidential Election among students of the Faculty of Social and Political Sciences, University of .

Keywords: Ratna Sarumpaet News, Prabowo Subianto, Presidential Election.

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...... iv LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...... v KATA PENGANTAR ...... vi ABSTRAK...... ix ABSTRACT...... x DAFTAR ISI ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... xiv DAFTAR TABEL...... xv DAFTAR LAMPIRAN ...... xvii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 1.1 Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2 Rumusan Masalah ...... 4 1.4 Batasan Masalah ...... 4 1.4 Tujuan Penelitian ...... 4 1.5 Manfaat penelitian ...... 5 BAB II URAIAN TEORITIS ...... 6 2.1 Kerangka Teori ...... 6 2.1.1 Komunikasi ...... 6 2.1.1.1 Proses Komunikasi ...... 7 2.1.1.2 Faktor-faktor Penunjang Komunikasi Efektif ...... 8 2.1.2 Komunikasi Massa ...... 9 2.1.3 Televisi sebagai media massa ...... 11 2.1.4 Efek Komunikasi Massa ...... 12 2.1.5 Pengertian Pengaruh ...... 13 2.1.6 Minat memilih...... 13 2.1.7 Berita ...... 16 2.1.7.1 Jenis Berita ...... 17

xi

Universitas Sumatera Utara

2.1.7.2 Kriteria Umum Nilai Berita ...... 17 2.1.8 Partisipasi Politik ...... 19 2.1.9 Komunikasi Politik ...... 20 2.1.9.1 Komunikator Politik ...... 22 2.1.9.2 Pesan Dalam Komunikasi Politik ...... 27 2.2 Kerangka Konsep ...... 32 2.3 Variabel Operasional ...... 33 2.4 Definisi Operasional ...... 34 2.5 Hipotesis ...... 36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...... 38 3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...... 38 3.1.1 Sejarah ringkas FISIP USU ...... 38 3.1.2 Keadaan Dosen dan Mahasiswa FISIP USU ...... 40 3.2 Metode Penelitian ...... 40 3.3 Populasi dan Sampel...... 41 3.3.1 Populasi ...... 41 3.3.2 Sampel ...... 42 3.3.2.1 Jumlah Sampel ...... 42 3.3.2.2 Distribusi Sampel ...... 43 3.4 Teknik Penarikan Sampel ...... 43 3.5 Teknik Pengumpulan Data ...... 44 3.5.1 Studi Kepustakaan (Library Reasearch)...... 44 3.5.2 Kuesioner ...... 44 3.5.3 Keabsahan Data ...... 45 3.5.3.1 Uji Validitas ...... 45 3.5.3.2 Uji Reliabilitas ...... 45 3.6 Teknik Analisis Data ...... 46 3.6.1 Analisis Tabel Tunggal ...... 46 3.6.2 Analisis Tabel Silang ...... 46 3.6.3 Uji Hipotesis...... 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 49 4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data ...... 49

xii

Universitas Sumatera Utara

4.1.1 Studi Kepustakaan (Library Reasearch)...... 49 4.1.2 Kuesioner ...... 49 4.2 Proses Penelitian ...... 49 4.3 Pengolahan Data ...... 50 4.4 Analisis Tabel Tunggal...... 51 4.4.1 Karakteristik Responden ...... 52 4.4.2 Tentang Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi ...... 58 4.4.3 Tingkat Minat Responden Memilih Prabowo Subianto ...... 69 4.5 Analisis Tabel Silang ...... 73 4.6 Uji Validitas & Reliabilitas ...... 82 4.7 Uji Hipotesis ...... 84 4.7.1 Uji t ...... 85 4.7.2 Uji Pearson Product Moment ...... 86 4.8 Pembahasan ...... 88 BAB V SIMPULAN DAN SARAN ...... 94 5.1 Simpulan ...... 94 5.2 Saran ...... 95 5.2.1 Saran Responden Penelitian...... 95 5.2.2 Saran Dalam Kaitan Akademis ...... 95 5.2.3 Saran Dalam Kaitan Praktis ...... 95 DAFTAR PUSTAKA ...... 96

xiii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1 Hubungan antara lambang, interpretasi, dan makna 30

2.2 Model Teoritis 33

xiv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1 Variabel Oprasional 34

3.1 Tabel Mahasiswa FISIP USU Stambuk 2015-2017 42

3.2 Distribusi Sampel 44

4.1 Usia Responden 53

4.2 Jenis Kelamin Responden 54

4.3 Agama Responden 54

4.4 Angkatan Responden 55

4.5 Suku Responden 56

4.6 Jurusan Responden 57

4.7 Aktivitas Organisasi Responden 58

Jawaban Responden Tentang Tingkat Faktual Berita Ratna 4.8 60 Sarumpaet Di Televisi

Jawaban Responden Tentang Tingkat Aktualitas Berita Ratna 4.9 61 Sarumpaet Di Televisi

Jawaban Responden Tentang Tingkat Akurat Berita Ratna 4.10 62 Sarumpaet Di Televisi

xv

Universitas Sumatera Utara

Jawaban Responden Tentang Kelengkapan Isi Berita Ratna 4.11 64 Sarumpaet Di Televisi Jawaban Responden Tentang Tingkat Relevansi Berita Ratna 4.12 65 Sarumpaet Di Televisi Jawaban Responden Tentang Tingkat Keseimbangan Berita Ratna 4.13 66 Sarumpaet Di Televisi

Jawaban Responden Tentang Tingkat Dampak Pemberitaan Ratna 4.14 67 Sarumpaet Di Televisi

Jawaban Responden Tentang Frekuensi Responden Mengikuti 4.15 68 Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Tingkat Rata-Rata Jawaban Responden Tentang Keadaan Berita 4.16 69 Ratna Sarumpaet Di Televisi Tingkat Perhatian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai 4.17 70 Calon Presiden Tingkat Pengertian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai 4.18 71 Calon Presiden Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Prabowo Subianto 4.19 72 Sebagai Calon Presiden

Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Prabowo Subianto 4.20 73 Sebagai Calon Presiden

Rata-Rata Tingkat Minat Responden Memilih Prabowo Subianto 4.21 74 Sebagai Calon Presiden

Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi 4.22 Dengan Tingkat Perhatian Responden Terhadap Prabowo Subianto 75 Sebagai Calon Presiden Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi 4.23 Dengan Tingkat Pengertian Responden Terhadap Prabowo Subianto 77 Sebagai Calon Presiden Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi 4.24 Dengan Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Prabowo 79 Subianto Sebagai Calon Presiden Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi 4.25 Dengan Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Prabowo 81 Subianto Sebagai Calon Presiden Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi 4.26 Dengan Minat Responden Memilih Prabowo Subianto Sebagai 83 Calon Presiden

xvi

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

Kuesioner Penelitian

Foltron Cobol

Tabel Data SPSS t Tabel

Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

Biodata Penulis

xvii

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu. Jabatan-jabatan tersebut beraneka-ragam, mulai dari presiden, wakil rakyat di berbagai tingkat pemerintahan, sampai kepala desa. Peran sentral Pemilu ini terlihat sebagai perwujudan kedaulatan rakyat, maka dalam konstitusi negara UUD 1945 Pasal 1 ayat (2) memberikan jaminan bahwa Pemilu adalah salah satunya cara untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Artinya, Pemilu merupakan pranata wajib dalam pelaksanaan kedaulatan rakyat dan konstitusi memberikan arah dan mengatur tentang prinsip-prinsip dasar Pemilu yang akan dilaksanakan (Soerya, 2013). Pasal 6A UUD 1945 setelah perubahan, menyatakan bahwa: 1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat; 2) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilihan umum sebelum pelaksanaan pemilihan umum; 3) Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang mendapatkan suara lebih dari lima puluh persen dari jumlah suara dalam pemilihan umum dengan sedikitnya dua puluh persen suara di setiap provinsi yang tersebar di lebih dari setengah jumlah provinsi di Indonesia, dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden; 4) Dalam hal ini tidak ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden terpilih, dua pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak pertama dan kedua dalam pemilihan umum dipilih oleh rakyat secara langsung dan pasangan yang memperoleh suara rakyat terbanyak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden; 5) Tata cara pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lebih lanjut diatur dalam undang-undang (jdih.pom.go.id/uud1945). Berdasarkan ketentuan Pasal 6A UUD 1945 setelah perubahan di atas, dalam hubungannya dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden Dan Wakil Presiden, yang substansinya mengatur mengenai sistem electoral law, electoral process, dan law enforcement. Sistem

1 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 2

electoral law, yang meliputi sistem pemilu Presiden dan Wakil Presiden, pembagian daerah pemilihan, metode pencalonan, metode pemberian suara, metode penentuan pemenang/ penetapan calon terpilih dengan aplikasi sistem pemilu yang digunakan. Electoral process, mengatur mengenai organisasi dan peserta pemilu, dan tahapan penyelenggaraan pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sedangkan, law enforcement khusus mengenai pengawasan pemilu dan penegakan hukum. Hal ini sulit mencerminkan ke arah Pemilu Presiden dan Wakil Presiden berdasarkan sistem Presidensil dengan dukungan suara mayoritas pilihan rakyat (Prasetyoningsih, 2014). Menjelang Pemilihan Presiden 2019 terdapat dua kandidat yang mencalonkan diri sebagai capres dan cawapres, yaitu Joko Widodo dan KH Ma’ruf Amin serta Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Pemilihan ini menjadi pemilihan Presiden langsung keempat di Indonesia. Hingar-bingar pilpres semakin muncul di permukaan, dengan ditandai berbagai macam manuver politik yang dilakukan oleh setiap pasangan calon. Seperti banyaknya spanduk dari pasangan kandidat yang bertebaran, membeli segmentasi di media massa, blusukan ke kantung-kantung pemilih dengan tujuan meraup simpati dan dukungan politik dari warga. Pada bulan oktober tahun 2018 silam terdapat berita mengenai kasus Ratna Sarumpaet. Ratna Sarumpaet adalah salah satu aktivis dari Tim Sukses Prabowo- Sandi pada Pemilu Presiden 2019 yang dimana kasusnya tentang penganiyayaan Ratna Sarumpaet. Kabar Ratna Sarumpaet dianiaya pertama sekali beredar melalui Facebook yang diunggah oleh Swary Utami Dewi pada tanggal 2 Oktober 2018, namun unggahan tersebut telah dihapus. Kabar tersebut menyebar lewat Twitter dari sejumlah tokoh politik. Salah satunya Rachel Maryam dan Fadli Zon selaku wakil ketua umum Partai Gerindra yang menegaskan Ratna Sarumpaet mengalami penganiayaan dan dikeroyok dua sampai tiga orang. Ketua umum Partai Gerindra sekaligus calon Presiden 2019 Prabowo Subianto turut memberikan pernyataan mengenai kabar dikeroyoknya Ratna Sarumpaet pada Rabu malam, 3 Oktober 2018. Saat itu, Prabowo sempat mengatakan bahwa tindakan terhadap Ratna adalah tindakan represif dan melanggar hak asasi manusia. Prabowo bahkan ingin bertemu dengan Kapolri

2

Universitas Sumatera Utara 3

Jenderal Tito Karnavian untuk membicarakan mengenai dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet di . Pihak kepolisian melakukan penyelidikan dan mendapat tiga laporan mengenai penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet. Berdasarkan hasil penyelidikan Ratna diketahui tidak dirawat di 23 rumah sakit dan tidak melapor ke 28 Polsek di Bandung dalam kurun waktu 28 September - 02 Oktober 2018. Tanggal 21 September Ratna diketahui tidak berada di Bandung tetapi berada di rumah sakit Bina Estetika di Menteng Pusat. Direktur Tindak Pidana Umum Polda Metro Jaya Kombes Nico Afinta mengatakan Ratna telah melakukan pemesanan pada 20 September 2018 dan tinggal hingga 24 September. Polisi juga menemukan sejumlah bukti berupa transaksi dari rekening Ratna ke klinik tersebut. Setelah pihak kepolisian melakukan konfrensi pers mengenai tidak terbuktinya terkait kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet di televisi. Tidak lama kemudian Ratna juga melakukan konfrensi pers bahwa tidak terjadi penganiayaan terhadap dirinya. Akibat dari pemberitaan tersebut banyak masyarakat yang mempertanyakan eksistensi Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Dapat dilihat dari lingkaran survei indonesia (LSI) Denny JA yang menyatakan kasus ratna sarumpaet berdampak negatif kepada pemilihan umum presiden 2019 sebesar 57,2 % responden pernah mendengar penganiayaan ratna sarumpaet, 38,7 % tidak pernah mendengar dan 4,1% tidak ada menjawab. Saat ditanya apakah kasus hoax Ratna Sarumpaet membuat mendukung, sama saja atau lebih tidak mendukung capres, responden memberikan jawaban beragam. Sebanyak 25 % menyatakan lebih mendukung Jokowi, 48,8 % sama saja, 6,6 % lebih tidak mendukung, dan 19,6 % tidak menjawab. Sementara untuk Prabowo, 11,6 % responden menyatakan lebih mendukung, 49,8 % sama saja, 17,9 % lebih tidak mendukung dan 20,7 % tidak menjawab (Kompas.com). Sedangkan survei Alvara Research Center memperlihatkan bahwa kasus Ratna Sarumpaet berpengaruh terhadap ke sejumlah pemilih di pemilihan umum presiden 2019 sebesar 66,6 % pemilih Jokowi Ma’ruf menyatakan kubu Prabowo Sandiaga bertanggung jawab atas kasus Ratna Sarumpaet, 31,5 % pemilih Prabowo Sandiaga menyatakan kubu Prabowo-Sandiaga bertanggung jawab atas

3

Universitas Sumatera Utara 4

kasus Ratna Sarumpaet. Di Sumatera saat ditanya apakah kasus Ratna Sarumpaet membuat mendukung Prabowo-Sandi atau mendukung Jokowi-Ma’ruf, responden memberikan jawaban beragam. Sebanyak 44,6 % mendukung Prabowo-Sandi, 40 % mendukung Jokowi-Ma’ruf, 15,4 % belum memutuskan (pikiran-rakyat.com). Berdasarkan femomena diatas maka peneliti merasa tertarik melakukan penelitian mengenai “Pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet ditelevisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2019 di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet ditelevisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU ?”

1.3 Batasan Masalah Untuk membatasi penelitian ini, peneliti menetapkan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Masalah yang diteliti dibatasi pada berita-berita Ratna Sarumpaet di Televisi yang ditonton responden sebagai objek penelitian. 2. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa aktif FISIP USU angkatan 2015 - 2017 yang mengetahui berita mengenai Ratna Sarumpaet.

1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini ialah : 1. Untuk mengetahui tingkat kepedulian mahasiswa mengikuti perkembangan berita Ratna Sarumpaet di Televisi. 2. Untuk mengetahui tingkat minat mahasiswa memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan FISIP USU. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU.

4

Universitas Sumatera Utara 5

1.5 Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat dalam penelitian ini adalah : 1. Secara Akademis, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat terhadap perkembangan pengetahuan dalam bidang Ilmu Komunikasi, memperluas bahan penelitian dan menjadi sumber referensi di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi di bidang Ilmu Komunikasi yang berkaitan dengan Komunikasi Politik. 3. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana pengaruh berita Ratna Sarumpaet terhadap minat pemilih Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019 dan juga menjadi referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan di bidang Ilmu Komunikasi, terutama bagi peneliti dengan tema sama yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang.

5

Universitas Sumatera Utara

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004:6). Adapun kerangka teori yang relevan dengan penelitian ini adalah :

2.1.1 Komunikasi Komunikasi sebuah ilmu yang luas, meliputi segala aspek kehidupan manusia. Intinya manusia tidak bisa hidup tanpa komunikasi, manusia harus hidup berinteraksi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. “Komunikasi berlangsung apabila antara orang – orang yang terlibat terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan” (Effendy, 2007 : 4). Jelasnya jika seseorang mengerti tentang sesuatu yang dinyatakan orang lain kepadanya maka komunikasi berlangsung efektif dan komunikatif. Sebaliknya jika ia tidak mengerti, komunikasi tidak efektif dan tidak berlangsung. Untuk tegasnya komunikasi berarti proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan. Jika dianalisis pesan komunikasi terdiri dari dua aspek, pertama isi pesan (the content of the message), kedua lambang (symbol). Konkretnya isi pesan itu adalah pikiran atau perasaan, lambang adalah bahasa (Effendy, 2007 : 28). Dengan demikian, komunikasi merupakan suatu keadaan yang terjadi kapan saja dalam konteks interaksi antar manusia, sebagai reaksi terhadap pesan yang disampaikan. Berfungsi dalam rangka transaksi simbolik, pertukaran isi

6 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 7

pesan melalui pikiran atau perasaan yang disampaikan dengan bahasa. Akan tetapi secara umum, bahasa digunakan dalam proses pertukaran informasi antar mereka yang terlibat di dalam komunikasi.

2.1.1.1 Proses Komunikasi Effendy dalam bukunya Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, menjelaskan proses komunikasi dari dua tahap, yaitu: a. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pesan dan atau perasaan kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang atau simbol berupa bahasa, kial, syarat, gambar, warna dan lain sebagainya, yang secara langsung mampu ”menerjemahkan” pikiran, perasaan komunikator kepada komunikan. Bahasa yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah jelas karena bahasalah yang paling mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Berkat kemampuan bahasa, maka kita dapat mempelajari ilmu pengetahuan sejak ditampilkan oleh Aristoteles, Plato, dan Socrates, dapat menjadi manusia yang beradap dan berbudaya, dan dapat memperkirakan apa yang akan terjadi pada tahun, decade, bahkan abad yang akan datang. Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa. Akan tetapi tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. b. Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua, setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua yang seringa digunakan dalam komunikasi. Karena proses komunikasi sekunder

7

Universitas Sumatera Utara 8

ini merupakan sambungan dari komunikasi primer untuk menembus dimensi ruang dan waktu, maka dalam menata lambang-lambang untuk memformulasikan isi pesan komunikasi, komunikator harus memperhitungkan ciri-ciri atau sifat-sifat media yang akan digunakan. Penentuan media yang akan dipergunakan sebagai hasil pilihan dari sekian banyak alternatif perlu didasari pertimbangan mengenai siapa komunikan yang akan dituju.

2.1.1.2 Faktor-faktor Penunjang Komunikasi Efektif Proses penyampaian pesan secara efektif, yakni perancangan sistem penyampaian pesan sangat dibutuhkan guna mencapai kesamaan makna antara komunikator dan komunikan, termasuk mengemas pesan yang efektif. Upaya tersebut dilakukan guna mencapai komunikasi yang diinginkan, bagaimana komunikator yakni pemerintah dalam penelitian ini mampu memotivasi diri khalayak agar mengurangi merokok sampai pada tindakan berhenti merokok karena berbahaya bagi kesehatan. R. Wayne Pace mengemukakan tentang tujuan utama dengan cara bagaimana komunikasi yang efektif dapat dicapai meliputi: 1. Memastikan bahwa komunikan mengerti pesan yang diterimanya (to secure understanding); 2. Pembinan pengertian (to establish acceptance); 3. Kegiatan dimotivasikan (to motivate action). (Effendy, 2007 : 32)

Wilbur Schramm (Effendy, 2007 : 41) menampilkan apa yang ia sebut sebagai “the condition of success of communication”, kondisi tersebut dirumuskan menunjukkan keadaan sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan untuk menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

8

Universitas Sumatera Utara 9

4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.

Jadi bilamana kita mengadakan kegiatan komunikasi, itu artinya kita mencoba untuk membentuk persamaan dengan orang lain yakni kita mencoba membagi infomasi, ide, atau suatu sikap, agar saling mengerti (communis). Pada prinsipnya komunikasi itu adalah mempersamakan pandangan antara yang menyampaikan pesan dengan yang menerima pesan, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar suatu pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Sederhananya, semakin mengerti khayalak tentang pesan yang disampaikan, maka semakin efektif isi pesan yang dikomunikasikan tentu dengan pertimbangan yang memungkinkan melalui proses pertukaran informasi mempersempit atau bahkan berupaya menghilangkan pesan yang dapat menimbulkan beragam pengertian di dalam diri anggota komunikasi, hingga arah pengertian dan pemahaman dapat dicapai secara maksimal dalam pertukaran pesan.

2.1.2 Komunikasi Massa Komunikasi massa, merujuk pada pendapat Tan dan Wright, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran (media) dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal saling berjauhan (berpencar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Elvinaro, 2004 : 5). Sumber komunikasi massa bukanlah individu, melainkan suatu organisasi formal (Quail, 2003 : 33). Organisasi yang mengirimkan pesan disebut dengan komunikator, secara profesional menyampaikan pesan kepada khalayak. Pesan yang disampaikan melalui komunikasi massa tidak menimbulkan kesan unik atau kecenderungan untuk menjadikan keadaan subjektif, tidak beraneka ragam dan cenderung dapat diperhitungkan. Dalam komunikasi massa, pesan yang disampaikan kepada khalayak diproses, distandarisasi dan selalu diperbanyak. Pesan di dalam komunikasi massa

9

Universitas Sumatera Utara 10

merupakan produk dan komuditi yang memiliki nilai tukar secara acuan simbolik yang mengandung nilai kegunaan (Quail, 2003 : 44). Komunikasi massa dilihat dari kegiatan komunikasi, adalah: kegiatan komunikasi yang ditujukan kepada orang banyak yang tidak dikenal (bersifat anonim) (Susanto, 2002 : 2). Selain itu sifat lain dari komunikasi massa adalah bahwa komunikan adalah heterogen (beragam), dari latar belakang budaya, latar belakang ekonomi, latar belakang pendidikan dan lain sebagainya. Siapa yang menjadi sasaran pesan yang dikomunikasikan melalui media massa menjadi pertimbangan penting, karena faktor ini akan menentukan sikap sebagai respon seorang individu atau sekelompok individu, yang selanjutnya disebut massa. Massa dalam konteks komunikasi massa sangat tergantung pemaknaan yang diberikan kepada hal itu, termasuk mengenai berapa banyaknya jumlah khalayak yang disebut sebagai massa. Blumer mengartikan massa seperti yang dikutip dalam Mc.Quail, adalah: kolektivitas yang kita temukan dalam kehidupan sosial, khususnya kelompok, kerumunan dan publik. Selanjutnya, Wright menyebutkan pengertian komunikasi massa sebagai: jenis khusus dari komunikasi sosial yang melibatkan berbagai kondisi pengoperasian, terutama sifat khalayak, sifat bentuk komunikasi dan sifat komunikatornya. (Quail, 2003 : 32). Melihat beberapa definisi yang ada, bahwa komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi sosial dengan memperhitungkan keadaan terutama sifat khalayak, melalui saluran komunikasi massa seperti media cetak dan media elektronik, khusus dalam penelitian ini media yang dimaksud adalah televisi sebagai media elektronik. Massa dalam komunikasi massa merupakan tujuan yang hendak dijangkau melalui pesan-pesan tersebut. Massa bukanlah merupakan individu yang pasif, memiliki latar belakang budaya, latar belakang ekonomi, latar belakang politik serta nilai-nilai yang membawa kepada tindakan selektif terhadap pemilihan kebutuhan pesan yang mereka butuhkan. Oleh karena itu pesan yang disampaikan secara terlembaga harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh dan secermat mungkin kebutuhankebutuhan masyarakat yang dituju. Dengan memenuhi fungsi pemenuhan kebutuhan kognitif, berupa peneguhan informasi, pengetahuan pengetahuan, dan peneguhan pemahaman mengenai lingkungan

10

Universitas Sumatera Utara 11

sosial, selanjutnya dalam memenuhi kebutuhan afektif, berupa peneguhan nilai kelayakan, kesenangan, dan emosional.

2.1.3 Televisi Sebagai Media Massa Televisi sebuah media telekomunikasi terkenal yang berfungsi sebagai penerima siaran gambar bergerak beserta suara, baik itu yang monokrom (hitam- putih) maupun berwarna. Kata "televisi" merupakan gabungan dari kata tele "jauh" dari bahasa Yunani dan visio ("penglihatan") dari bahasa Latin, sehingga televisi dapat diartikan sebagai “alat komunikasi jarak jauh yang menggunakan media visual/penglihatan.” (wikipedia) Pada tahun 1884, Paul Gottlieb Nipkow, seorang mahasiswa 23 tahun di Jerman, mematenkan sistem televisi elektromekanik yang menggunakan cakram Nipkow, sebuah cakram berputar dengan serangkaian lubang yang disusun secara spiral ke pusat cakaram yang digunakan dalam proses perasteran. (Morrisan, 2008: 6) Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu masih terhitung sebagai siaran percobaan. Siaran resmi TVRI baru dimulai 24 Agustus 1962 pukul 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Glora Bung Karno. (Milla Day, 2004: 16) Pada dasarnya televisi mempunyasi sifat sebagai berikut, dapat didengar dan dilihat bila ada siaran, dapat dilihat dan didengar kembali bila diputar kembali, daya rangsang sangat tinggi, elektris, harga relatif mahal, daya jangkau besar. (Morrisan, 2008: 11) Adapun dampak yang ditimbulkan dari media televisi adalah sebagai berikut: (Wawan, 1996:100) 1. Dampak kognitif, yaitu kemampuan seorang individu atau pemirsa menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. Contoh, acara kuis di televisi. 2. Dampak peniruan, yaitu pemirsa dihadapkan pada trendi aktual yang ditayangkan televisi. Contoh, model pakaian, model rambut, dari bintang televisi yang kemudian digandrungi atau ditiru secara fisik.

11

Universitas Sumatera Utara 12

3. Dampak prilaku, yakni proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari. Contoh, tayangan Rahasia Ilahi yang mengimplementasikan kehidupan religi bagi masyarakat.

Dari teori ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, media massa secara pasti dapat mempengaruhi pemikiran dan tindakan khalayak. Media membentuk opini publik untuk membawanya kepada perubahan.

2.1.4 Efek Komunikasi Massa Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul pada sasaran komunikasi. Menurut Steven M. Chaffe (BettySoemirat, dalam Karlinah, dkk. 1999) efek media massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama adalah efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri. Pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri kahalayak komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasan, dan perilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak (individu, kelompok, organisasi, masyarakat, atua bangsa) yang dikenai efek komunikasi massa. a. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. b. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan sekadar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. c. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan.

12

Universitas Sumatera Utara 13

2.1.5 Pengertian Pengaruh Pengaruh merupakan efek yang terjadi setelah dilakukannya proses penerimaan pesan sehingga terjadilah proses perubahan baik pengetahuan, pendapat, maupun sikap. Suatu pengaruh dikatakan berhasil apabila terjadi sebuah perubahan pada si penerima pesan seperti apa yang telah disampaikan dalam makna sebuah pesan. Menurut Stuart dalam Hafied Cangara (2002:163) pengaruh atau efek ialah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Sedangkan menurut Hafied Cangara (2002:163) pengaruh adalah salah satu elemen dalam komunikasi yang sangat penting untuk mengetahui berhasil tidaknya komunikasi yang kita inginkan”. Pengaruh dapat dikatakan mengena jika perubahan (P) yang terjadi pada penerima sama dengan tujuan (T) yang diinginkan oleh komunikator.Pengaruh dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku. Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam bentuk perubahan persepsi dan perubahan pendapat. Adapun yang dimaksud dengan perubahan sikap ialah adanya perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisir dalam bentuk prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu objek baik yang terdapat di dalam maupun diluar dirinya. Perubahan perilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan. Antara perubahan sikap dan perilaku terdapat hubungan yang erat, sebab perubahan perilaku biasanya didahului oleh perubahan sikap. Tetapi dalam hal tertentu, bisa juga perubahan sikap didahului oleh perubahan perilaku. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh adalah perbedaan apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan sebelum dan setelah menerima pesan sehingga terjadi perubahan pada diri individu baik pengetahuan, sikap maupun perilaku.

2.1.6 Minat Memilih Minat merupakan kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya hasrat untuk melakukan kegiatan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu yang telah menarik perhatiannya (Effendy, 2007 : 103).

13

Universitas Sumatera Utara 14

Minat dan sikap sangat erat hubungannya, dan kedua hal tersebut merupakan dasar dalam mengambil keputusan. Minat akan timbul apabila disertai dengan unsur-unsur sebagai berikut: 1. Terjadinya sesuatu hal yang menarik. 2. Terdapatnya kontras, yakni hal yang menonjol yang membedakan sesuatu dengan hal lain, sehingga apa yang menonjol itu menimbulkan perhatian. 3. Adanya harapan mendapatkan keuntungan atau mungkin gangguan dari hal yang dimaksud. (Effendy, 2003 : 70).

Minat sebagai perilaku manusia, dikemukakan Bandura (dalam Sumartono, 2002 : 49) mengatakan bahwa sebagian besar perilaku manusia dipelajari melalui pengamatannya pada model dan melalui hasil pengamatannya tersebut, seseorang dapat memperoleh suatu ide, informasi, dan petunjuk mengenai bagaimana berperilaku. Minat muncul karena adanya stimulus (S) motif yang menimbulkan motivasi. Motif mendorong seseorang untuk mencari kepuasan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ada di dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan lingkungan sekitar. Perhatian terhadap suatu hal akan melahirkan minat, dengan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya akan membangun pengertian dan pemahaman sehingga mencapai penerimaan sebagai perubahan sikap yang menggambarkan respons (R) di dalam diri akibat terpaan berita Ratna Sarumpaet di televisi yang disebarkan secara luas. Mempelajari tentang minat sebagai perilaku manusia setidaknya kita dihadapkan pada tiga asumsi pokok seperti yang dikemukakan oleh Sumartono (2002 : 49), yakni: 1. Asumsi yang menyatakan bahwa perilaku manusia dianggap seperti suatu mesin yang saling bergantung antara satu sama lain sehingga stimulus (S) dari satu bagian akan menimbulkan respon (R) pada bagian lainnya. 2. Asumsi yang menyatakan bahwa manusia pada dasarnya bersifat hedonistic, berupaya mencari kesenangan dan menghindari kesulitan, sehingga manusia selalu berusaha memperbanyak pendapatannya dan mengurangi kekurangannya.

14

Universitas Sumatera Utara 15

3. Asumsi yang menyatakan bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku itu dapat dipelajari dan dapat dihasilkan, maka ia dapat dikendalikan.

Menurut Winardi (dalam Sumartono, 2002 : 97), tahapan timbulnya minat di dalam diri individu bergerak dari keadaan sikap mental individu berhubungan erat dengan konsep diri meliputi lima tahapan, yakni: 1. Tahapan Timbulnya Kesadaran Pada tahapan ini, individu (pemilih) mendapatkan informasi. Mereka mengerti tentang berita politik. Akan tetapi sikap khalayak bersifat netral, sehingga mereka tidak mengejar informasi lebih lanjut. Jelas kiranya mereka belum berkeinginan untuk menentukan pilihan, dengan perkataan lain mereka tidak melihat berita Ratna Sarumpaet tersebut sebagai alat untuk memenuhi informasi politik. 2. Tahapan Timbulnya Minat Kesadaran akan menimbulkan minat di dalam diri pribadi. Khalayak kini mulai mengetahui bahwa dengan berita Ratna Sarumpaet mampu memenuhi infromasi yang membantu mereka memecahkan kebimbangan atau memberikan manfaat kejiwaan. Para khalayak secara individu atau lebih besar lagi berkelompok menyamakan keinginan mereka, mulai memikirkan isi pesan yang disampaikan yang memenuhi kebutuhan aspirasi politik mereka. Pada tahapan timbulnya minat ini khalayak pemilih mulai mengumpulkan secara aktif informasi-informasi yang mereka butuhkan. 3. Tahapan Timbulnya Keinginan Pada tahapan timbulnya keinginan, khalayak pemilih mulai yakin bahwa mereka memiliki keinginan dan mereka menyukai Parpol tertentu, demikian rupa hingga mereka ingin memberikan suara mereka sebagai wujud keterwakilan di dalam parlemen. 4. Tahapan Dilakukannya Tindakan-Tindakan Apabila keinginan khalayak pemilih sudah cukup kuat, maka mereka mengambil keputusan untuk menggunakan hak pilihnya dan tidak berupaya untuk menangguhkan aktivitas politik mereka.

15

Universitas Sumatera Utara 16

5. Tahapan Timbulnya Reaksi Perilaku pasca pemilihan adalah penting. Apakah pilihan mereka mampu memberikan kepuasan. Terlepas dari hasil apa yang muncul, hal tersebut akan mempengaruhi perilaku mereka saat berikutnya mereka merasakan stimulus yang sama.

Secara kondisional, perilaku pemilih dipengaruhi banyak faktor yang pada intinya dibagi dalam tiga tahapan, yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan proses pengambilan keputusan dari khalayak (Sumartono, 2002 : 100).

2.1.7 Berita Berita menjadi informasi paling banyak yang yang diperoleh masyarakat. Walaupun jumlah berita yang dinikmati oleh masyarakat begitu banyak, ternyata tidak mudah memberikan definisi tentang berita, bahkan menurut Dekan Fakultas Jurnalistik dari Missouri University, Amerika Serikat mengatakan, memberikan batasan atau definisi berita sulit karena mencakup banyak factor dan variabel (Assegaff, dalam buku Mondry, 2008:132). Batasan yang diberikan tokoh-tokoh lain, yang dikutip oleh Assegaff antara lain sebagai berikut: (dalam Skripsi Winda, 2012) a. Menurut M. Lyle Spencer, berita merupakan kenyataan dan ide yang benar dan dapat menarik perhatian sebagian besar pembaca. b. Menurut Willard C. Bleyer, berita adalah sesuatu yang termasa dipilih wartawan untuk dimuat di surat kabar karena ia dapat menarik dan mempunyai makna bagi pembaca surat kabar atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca media cetak tersebut. c. Menurut William S. Maulsby, berita dapat didefinisikan sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut. d. Menurut Eric C. Hepwood, berita adalah laporan pertama dari kejadian penting dan dapat menarik perhatian umum.

16

Universitas Sumatera Utara 17

2.1.7.1 Jenis Berita 1. Straight News: Laporan lagnsung mengenai suatu peristiwa. Berita jenis ini biasanya ditulis dengan memulai unsur-unsru 5W1H (What, Who, Where, When, Why and How). 2. Depth News Report: Laporang yang menghimpun informasi dan fakta-fakta mengenai peristiwa itu sendiri sebagai informasi tambahan untuk informasi tersebut. 3. Comprehensive News: Laporan tentang fakta yang bersifat meyeluruh ditinjau dari berbagai aspek. 4. Interpretative News: Berita interpretative biasanya memfokuskan sebuah isu, masalah atau peristiwa kontroversial. Namun demikian, fokus laporan beritanya masih berbicara mengenai fakta yang terbukti bukan opini. 5. Feature Story: Peneliti Feature mencari fakta untuk menarik perhatian pembaca. Peneliti feature menyajikan suatau pengalaman pembaca yang lebih bergantung pada gaya penelitian dan humor daripada pentingnya informasi yang disajikan. 6. Depth Reporting: Pelaporan jurnalistik yang bersifat mendalam, tajam, lengkap dan utuh tentang suatu fenomenal atau actual. 7. Investigative Reporting: Berita jenis ini bisanya memusatkan pada sejumlah masalah dan kontroversi. Dalam laporan investigative, para wartawan melakukan penyelidikan untuk memperoleh fakta yang tersembunyi demi tujuan. 8. Editorial Writing: pikiran sebuah institusi yang diuji di depan sidang pendapat umum. Editorial adalah penyajian fakta dan opini yang menafsirkan berita- berita yang penting dan mempengaruhi pendapat umum.

2.1.7.2 Kriteria Umum Nilai Berita Kriteria umum nilai berita merupakan acuan yang dapat digunakan oleh jurnalis, yakni para reporter dan editor, untuk memutuskan fakta yang pantas dijadikan berita dan memilih mana yang lebih baik. Kriteria umum nilai berita menunjuk kepada sembilah hal, yaitu:

17

Universitas Sumatera Utara 18

1. Keluarbiasaan (Unusualness) Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Oleh karena itu semakin besar suatu peristiwa, semakin besar nilai berita yang ditimbulkannya. Nilai berita peristiwa luar biasa dapat dilihat dari 5 aspek: lokasi peristiwa, waktu peristiwa, jumlah korban, daya kejut peristiwa, dan dampak yang ditimbulkan peristiwa tersebut. 2. Kebaruan (Newness) Berita adalah semua apa yang terbaru atau apa saja yang disebut hasil karya terbaru. Oleh karena itu, semua hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita. 3. Akibat (impact) Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. 4. Aktual (Timeliness) Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Berita adalah apa yang terjadi hari ini, apa yang masih belum diketahui tentang apa yang akan terjadi hari ini, atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini tersebut mengandung informasi penting dan berarti. 5. Kedekatan (Proximity) Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti.Kedekatan geografis dan kedekatan psikologis. Kedekatan geografis menunjuk pada suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal. Kedekatan Psikologis lebih banyak ditentukan oleh tingkat keterikatan pikiran, perasaan dan kejiwaan seseorang dengan suatu objek peristiwa. 6. Informasi (Information) Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah segala sesuatu yang menghilangkan ketidakpastian. 7. Konflik (Conflict) Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik dan pertentangan, merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak pernah habis.

18

Universitas Sumatera Utara 19

8. Orang Penting (Prominence) Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figure publik. Orang-orang penting, orang-orang terkemuka, di mana pun selalu membuat berita. 9. Ketertarikan Manusiawi (Human Interest) Suatu peristiwa terkadang tidak menimbulkan efek berarti pada seseorang, sekelompok orang, atau bahkan pada masyarakat, tetapi telah menimbulkan getaran pada suasana hati, suasana kejiwaan, dan alam perasaannya. 10.Kejutan (Surprising) Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, diluar dugaan, tidak direncanakan, diluar perhitungan, tidak diketahui sebelumnya.

2.1.8 Partisipasi Politik Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting dalam demokrasi. Keputusan politik yanag dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah mempengaruhi kehidupan warga masyarakat maka warga masyarakat berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik. Partisipsi politik juga diartikan sebagai keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut, memmpengaruhi hidupnya. Kegiatan warga negara biasa ini pada dasarnya dibagi dua, yaitu: 1. Mempengaruhi isi kebijakan umum 2. Ikut menentukan pembuat dan pelaksanaan keputusan politik

Kegiatan yang dikategorikan partisipasi politik adalah : 1. Partai politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam berupa sikap dan orientasi. 2. Kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk kedalam pengertian ini kegiatan mengajukan alternative kebijakan umum, alternative pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung atau menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.

19

Universitas Sumatera Utara 20

3. Kegiatan yang berhasil (efektif) maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termsuk dalam konsep partaisipasi politik. 4. Kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 5. Kegiatan memmpengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar (konvensional) dan tidak berupa kekerasan seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi, menulis surat, atau dengan cara-cara tidak wajar seperti demonstrasi.

Partisipasi politik dapat dilihat dari berbagai sisi. Sebagai suatu kegiatan, partisipasi politik dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Partisipasi aktif , mencakupi kegiatan warga negara mengajukan usul mengenai suatu kebijakan umum, mengajukan alternatif kebijakan umum yang berbeda dengan kebijakan pemerintah, mengajukan kritikan dan saran perbaikan untuk meluruskan kebijaksanaan, membayar pajak, dan ikut serta dalam kegiatan pemilihan pimpinan pemerintahan. 2. Partisipasi pasif, berupa kegiatan mentaati peraturan/perintah, menerima dan melaksanakan begitu saja setiap keputusan pemerintah.

2.1.9 Komunikasi Politik Kajian komunikasi politik pada awalnya berakar pada ilmu politik, meskipun penamaan lebih banyak dikenal dengan istilah propaganda. Ini dimulai pada tahun 1922 dengan penelitian dari Ferdinand Tonnies dan Walter Lippmann yang menliti tentang opini publik pada masyarakat, kemudian dilanjutkan oleh Bagehot, Maine, Byrce, dan Graha Wallas di Inggris yang menelaah peranan pers dan pembentukan opini publik. Bahkan ketika Harold D. Lasswell menulis disertasi doctor tentang Propaganda Technique in the World War. Komunikasi Politik menurut Dahlan (dalam Cangara, 2009:32-35) ialah satu bidang atau disiplin yang menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang bersifat politik mempunyai akibat politik, atau berpengaruh terhadap perilaku politik. Maka jika bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang- lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari

20

Universitas Sumatera Utara 21

seseorang atau kelompok kepada orang lain, dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. Faktor paling penting dalam komunikasi politik terletak pada isi pesan yang bermuatan politik. Dan hal ini juga yang membedakannya dengan disiplin komunikasi lainnya dalam studi ilmu komunikasi. Sebab politik, seperti halnya komunikasi, adalah proses. Dan komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan yang dimaksud disini bukanlah dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol, seperti kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs (dalam Nimmo, 2005:8) mengatakan dengan cara sederhana, politik adalah pembicaraan, atau lebih tepat, kegiatan politik adalah berbicara. Ia menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang. Isi pesan yang sarat dengan muatan nilai-nilai politik ini kemudian juga turut memberi andil besar dalam menentukan arah dari beragam tujuan komunikasi politik itu sendiri. Mulai dari sekadar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan opini publik, dan bisa pula untuk mengendalikan pendapat atau tuduhan lawan politik. Dan senada dengan tujuan itu, sekaligus sebagai tahap pendukung dalam proses pencapaiannya , terdapat beberapa fungsi yang terkait dengan pembuatan dan pelaksanaan kebijakan pemerintah yang tak lain merupakan fungsi komunikasi politik itu sendiri, yang antara lain : 1. Fungsi Artikulasi Kepentingan Proses mengolah aspirasi masyarakat yang bercorak ragam untuk disaring dan dirumuskan dalam bentuk rumusan yang teratur. 2. Fungsi Agregasi Kepentingan Penggabungan berbagai kepentingan yang sama atau hampir sama untuk disatukan dalam rumusan kebijakan lebih lanjut.

21

Universitas Sumatera Utara 22

3. Fungsi Pembuat Kebijakan Dijalankan oleh lembaga legislatif melalui berbagai hak yang dimiliki lembaga ini (inisiatif, angket, budget, interplasi, dan amandemen) lewat kerjasama dengan lembaga eksekutif. 4. Fungsi Penerapan Kebijakan Dijalankan lembaga eksekutif beserta jajaran birokrasinya, yang tidak hanya sekedar pembuatan rincian dan pedoman pelaksanaan peraturan, tapi juga perlu membeberkan penafsiran atas aturan tersebut agar mudah dipahami dan dilaksanakan warga negara. 5. Fungsi Penghakiman Kebijakan Membuat keputusan dan menetapkan solusi terhadap pertikaian atau persengketaan yang menyangkut persoalan peraturan, pelanggaran peraturan, dan penegasan fakta-fakta yang perlu mendapatkan keadilan (Ardial, 2009:40- 44).

Terkait dengan kajian dan penelitian komunikasi politik, ilmuwan politik Harold Lasswell (dalam Nimmo, 2005:13). melahirkan model penelitian yang menunjukkan pada model analisis, yakni “siapa, berkata apa, kepada siapa, melalui saluran apa, dan bagaimana efeknya.” Dengan rumusan itu, Dan Nimmo melakukan analisis tentang komunikasi politik yang menjadi ruang lingkup dalam rangka paradigma atau perspektif mekanistis. Ruang lingkup analisis tersebut mencakup : 1. Analisis sumber / komunikator politik (siapa) 2. Analisis isi/pesan (berkata apa) 3. Analisis khalayak (kepada siapa) 4. Analisis media (melalui saluran apa) 5. Khalayak politik (kepada siapa) Dan efek politik (bagaimana efeknya)

2.1.9.1 Komunikator Politik Dalam setting politik, siapa pun dapat menjadi komunikator politik. Proses opinikomunikasi begitu serba mencakup sehingga setiap orang di antara kita sekurang-kurangnya berpotensi untuk menjadi komunikator politik. Namun, fokus kita pada pembahasan teori ini tidak begitu luas. Sebab kenyataannya relatif

22

Universitas Sumatera Utara 23

sedikit orang yang melakukan komunikasi politik secara tetap berkesinambungan. Mereka yang sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik, mereka adalah pemimpin dalam proses opini. Para komunikator politik ini, dibandingkan dengan warga Negara pada umumnya, ditanggapi dengan lebih bersungguhsungguh bila mereka berbicara dan berbuat. Komunikator politik ini memainkan peran sosial yang utama, terutama dalam proses opini publik. Untuk memahami sifat dan karakter komunikator politik ini, kita dapat melakukannya sesuai anjuran Leonard W. Doob (dalam Nimmo, 2005:30), bahwa jelas komunikator atau para komunikator harus diidentifikasi dan kedudukan mereka dalam masyarakat harus ditetapkan. Berdasarkan hal itu, kita dapat mengidentifikasinya dengan tiga kategori, yakni politikus yang bertindak sebagai komunikator politik, komunikator professional dalam politik, dan aktivis atau komunikator paruh waktu (part-time). a. Politikus Sebagai Komunikator Politik Orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah harus dan memang berkomunikasi tentang politik. kita menamakan calon atau pemegang jabatan ini politikus. Aspek utama pekerjaan mereka adalah melayani beragam tujuan dengan berkomunikasi. Meskipun begitu, menurut Daniel Katz pemimpin politik mengerahkan pengaruhnya ke dua arah, yakni mempengaruhi alokasi ganjaran dan mengubah struktur sosial yang ada atau mencegah perubahan demikian. Dalam kewenangannya yang pertama politikus itu berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok atau langganan. Pesan-pesan politikus itu mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan kelompok. Artinya, komunikator politik mewakili kepentingan kelompok. Sebaliknya, politikus yang bertindak sebagai ideolog tidak begitu terpusat perhatiannya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan. Ia lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas, mengusahakan reformasi, dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Ideolog itu terutama berkomunikasi untuk membelokkan mereka kepada suatu tujuan, bukan mewakili kepentingan mereka dalam gelanggang tawar- menawar dan mencari kompromi.

23

Universitas Sumatera Utara 24

Katz membedakan wakil partisan dan ideolog, tetapi bila dipandang sebagai komunikator politik, perbedaan itu hanya dalam derajatnya, bukan dalam jenisnya. Kedua tipe politikus itu mempengaruhi orang lain, yakni mereka bertindak dengan tujuan mempengaruhi opini orang lain. Wakil partisan itu mengejar perubahan atau mencegah perubahan opini dengan tawar-menawar agar keadaannya menguntungkan bagi semua pihak. Ideolog mempengaruhi bukan dengan mengendalikan situasi agar menguntungkan semua kepentingan, melainkan dengan menetapkan kepentingan yang bertentangan dan atau netral dan dengan meyakinkan orang kepada satu cara berpikir. Wakil adalah makelar yang membujuk orang lain agar ikut dan setuju, sedangkan ideolog adalah pesilat lidah yang menawarkan gagasan yang lebih baik. b. Profesional Sebagai Komunikator Politik Komunikator profesional adalah peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang sedikitnya mempunyai dua dimensi utama. Yakni munculnya media massa yang melintasi batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah, dan kelas untuk meningkatkan kesadaran identitas nasional. Dan juga perkembangan serta-merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, radio komunitas, dll) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Baik media massa maupun media khusus mengandalkan pembentukan dan pengelolaan lambang-lambang dan khalayak khusus. Di sini masuklah komunikator profesional, yang mengendalikan keterampilan yang khas dalam mengolah symbol-simbol dan yang memanfaatkan keterampilan ini untuk menempa mata rantai yang menghubungkan orang-orang yang jelas perbedaannya atau kelompok-kelompok yang diibedakan. Menurut James Carey, seorang komunikator profesional adalah seorang makelar simbol, orang yang menterjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda tetapi menarik dan dapat dimengerti. Komunikator profesional menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas mana pun dengan khalayak umum, secara

24

Universitas Sumatera Utara 25

horizontal ia menghubungkan dua komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang sama. Maka komunikator profesional adalah manipulator dan makelar simbol yang menghubungkan para pemimpin satu sama lain dan dengan para pengikut. Akan tetapi menurut Carey, yang sangat membedakan karakteristik komunikator professional adalah bahwa pesan yang dihasilkannya tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri. Komunikator profesional di bawah desakan atau tuntutan yang dibebankan oleh khalayak lain dan sumber asal. Seperti dalam politikus yang terbagi atas wakil partisan dan ideolog, komunikator profesional juga dibagi berdasarkan tekanan, yang mencakup jurnalis dan promotor. Kita mengenal jurnalis sebagai orang yang berkaitan dengan media berita dalam hal pengumpulan, persiapan, penyajian, dan penyebaran laporan mengenai peristiwa-peristiwa. Yang diantaranya meliputi, reporter, redaktur, koordinator berita, pengarah berita. Hingga pemimpin redaksi yang bekerja pada koran, radio, televisi, dll. Sebagai komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang menghubungkan sumber berita dengan khalayak. Mereka bisa mengatur para pemimpin pemerintah untuk berbicara satu sama lain, menghubungkan para pemimpin dengan publik umum, menghubungkan publik umum dengan para pemimpin, dan membantu menempatkan masalah dan peristiwa pada agenda diskusi publik. Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu. Yang termasuk ke dalam promoter adalah agen publisitas tokoh masyarakat yang penting, personel hubungan masyarakat pada organisasi swasta atau pemerintah, pejabat informasi publik pada jawatan pemerintah, sekretaris pers kepresidenan, personel periklanan perusahaan, manajer kampanye, dan pengarah publisitas kandidat politik, yang bekerja untuk kepentingan kandidat politik dan tokoh masyarakat lainnya, asisten administratif anggota legislatif, dan semua jenis makelar simbol lainnya. Jurnalis dan promoter berbeda satu sama lain dalam tingkat hal-hal tertentu. Sejauh mana masing-masing mempunyai kewajiban utama untuk mendukung kepentingan sumber berita ketimbang menyingkap informasi yang

25

Universitas Sumatera Utara 26

dibutuhkan publik. Dan sejauh mana jurnalis atau promotor lebih bergantung pada sumber atau khalayak bagi kehidupan profesional. c. Aktivis Sebagai Komunikator Politik Tipe komunikator yang ketiga menurut Leonard W. Doob (Nimmo,2001) adalah aktivis. Apa yang disebut aktivis adalah mereka yang terlibat baik dalam politik maupun komunikasi dan memiliki keahlian tentang itu, tetapi mereka tidak menggantungkan nafkahnya pada kedua bidang itu. Para aktivis ini tidak jarang justru sangat berpengaruh terhadap pandangan politik jaringan sosialnya, seperti yang dilaporkan oleh penelitian Lazarsfeld dan teman-teman yang menemukan bahwa para pemuka pendapat mempunyai peran yang sangat penting dalam perubahan sikap. Mereka ini terbagi atas juru bicara kelompok kepentingan dan pemuka pendapat (opinion leader). Pertama, juru bicara bagi kelompok kepentingan atau organisasi. Pada umumnya, orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah, dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Juru bicara ini biasanya juga bukan professional dalam komunikasi. Namun, ia cukup terlibat baik dalam politik maupun dalam komunikasi sehingga dapat disebut aktivis politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik. Ia berbicara untuk kepentingan yang terorganisasi merupakan peran yang serupa dengan peran politikus yang menjadi wakil partisan, yang mewakili tuntutan keanggotaan suatu organisasi dan tawar-menawar untuk pemeriksaan yang menguntungkan. Dalam hal lain juru bicara ini sama dengan jurnalis, yaitu melaporkan keputusan dan kebijakan pemerintah kepada anggota suatu organisasi. Kedua, jaringan interpersonal mencakup komunikator politik utama, yakni pemuka pendapat. Banyak warga negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis (seperti memilih calon), meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka, apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya atau untuk memperkuat putusan yang telah dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka pendapat. Mereka sangat mempengaruhi keputusan orang lain, seperti politikus ideologis dan promotor professional, mereka meyakinkan orang lain kepada cara berpikir

26

Universitas Sumatera Utara 27

mereka. Selain memberikan petunjuk, pemuka pendapat meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam arus komunikasi dua tahap ini, gagasan sering mengalir dari media massa kepada pemuka pendapat, lalu menuju kepada bagian penduduk yang kurang aktif. Banyak studi yang membenarkan pentingnya kepemimpinan pendapat melalui komunikasi interpersonal sebagai alat untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang penting (Nimmo, 2005:30-38).

2.1.9.2 Pesan Dalam Komunikasi Politik Pesan dalam kegiatan komunikasi membawa informasi yang disampaikan oleh komunikator. Pesan selain membawa informasi juga memberikan makna kepada siapa saja yang menginterpretasikannya. Pesan merupakan konten atau isi dari kegiatan komunikasi secara umum, termasuk komunikasi politik. Pesan dalam komunikasi politik digunakan dalam praktik sejarahnya sebagai peluru untuk mempengaruhi atau mempersuasi komunikan atau khalayak yang menjadi sasaran dalam kegiatan komunikasi politik. komunikasi persuasi bahkan tidak hanya tergantung pada kekuatan komunikator yang menyampaikan, tetapi pada kedahsyatan isi atau konten pesan disampaikan untuk mempengaruhi khalayaknya. Aristoteles (dalam Subiakto & Ida, 2012:40), yang melahirkan teori tentang retorika politik, menjelaskan ada tiga elemen dasar dalam komunikasi sebenarnya. Pertama, yang disebut dengan communication ideology atau penyampaian nilai-nilai atau ideologi yang disampaikan oleh komunikator. Kedua, disebut dengan emotional quality atau perasaan emosional yang dimiliki oleh khalayak pada saat komunikasi terjadi. Ketiga, yang membawa pesan komunikasi bermakna adalah core argument atau argumentasi intinya. Maka, jelas dari yang dijelaskan oleh Aristoteles di atas bahwa pesan komunikasi mempunyai power atau kekuatan untuk menyampaikan keinginan, nilai, ideologi, pemikiran, opini, dan sebagainya dari para peserta komunikasi, terutama dalam komunikasi persuasi untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk berperilaku sesuai dengan keinginan komunikator.

27

Universitas Sumatera Utara 28

Pesan merupakan inti dari komunikasi politik. Pesan bisa negatif atau positif tergantung dari persepsi dan pemaknaan yang muncul dari khalayak yang menerima dan memaknai pesan komunikasi yang disampaikan. a. Pembicaraan Sebagai Pesan Politik Dalam politik terdapat begitu banyak pembicaraan, sehingga seolah-olah pembicaraan itu adalah politik. Perhatikan saja betapa pentingnya pembicaraan dalam kehidupan sehari-hari para politikus, baik pejabat maupun calon pejabat. Kebanyakan di antara kita mengenal presiden atau pejabat lainnya lewat pembicaraannya (dalam konferensi pers, pidato, pernyataan tertulis, dsb) atau karena orang lain membicarakan tentang dia. Para jurnalis menelaah setiap katanya untuk mencari nuansa, sindiran, atau petunjuk tentang apa yang akan terjadi. Melimpahnya wacana politik bukanlah satu-satunya penyebab politik dikira sama dengan pembicaraan. Pembicaraan mencakup jauh lebih banyak daripada kegiatan verbal lisan atau tertulis. Orang berbicara satu sama lain bahkan jika tak sepatah kata pun yang diucapkan. Dalam pembicaraan politik tersebut, poin intinya terletak pada proses negosiasi politik. Negosiasi politik ini bertujuan mencapai pengertian bersama di antara pihak-pihak tentang apa makna syarat-syarat persetujuan yang diterima. Mereka berharap menciptakan pengharapan bersama mengenai bagaimana pihak-pihak akan bertindak terhadap satu sama lain di masa mendatang. Negosiasi melibatkan orang-orang yang saling mempengaruhi pengharapan masing-masing. Menurut David V.J Bell (dalam Nimmo, 2005:75), terdapat tiga jenis pembicaraan yang mempunyai kepentingan politik yang pasti dan jelas sekali politis: 1. Pertama, pembicaraan kekuasaan yang mempengaruhi orang lain dengan ancaman atau janji. Bentuknya yang khas adalah, “jika anda melakukan X, saya akan melakukan Y.” di sini “X” adalah sikap orang lain yang diinginkan oleh pembicara, “Y” adalah maksud yang dinyatakan untuk memberikan lebih banyak (janji) atau lebih sedikit (ancaman) kenikmatan atas sesuatu bila sikap itu dilakukan. Kunci pembicaraan kekuasaan ialah bahwa “saya” mempunyai cukup kemampuan untuk mendukung janji

28

Universitas Sumatera Utara 29

maupun ancaman, dan bahwa yang lain mengira bahwa pemilik kekuasaan itu akan melakukannya. 2. Kedua, pembicaraan pengaruh terjadi tanpa saksi-saksi seperti itu, “jika anda melakukan X. anda akan melakukan (merasa, mengalami, dsb) Y.” Janji, ancaman, penyuapan, dan pemerasan adalah alat tukar pada komunikasi kekuatan. Sedangkan pada komunikasi pengaruh alat-alat itu diganti dengan nasihat, dorongan, permintaan, dan peringatan. Seperti ditunjukkan oleh Bell, hubungan kekuasaan berdasar pada kemampuan memanipulasi sanksi positif atau negatif, namun pada pemberi pengaruh (karena prestise dan reputasinya) dengan berhasil memanipulasikan persepsi atau pengaharapan orang lain terhadap kemungkinan mendapat untung atau rugi. 3. Ketiga, pembicaraan autoritas yakni pemberian perintah. Syarat-syarat tidak ada, dan pernyataan autoritas adalah, “lakukan X” atau “dilarang melakukan X.” Yang dianggap sebagai penguasa sah adalah suara autoritas dan memiliki hak untuk dipatuhi. Sumber-sumber pengesahan itu, dengan demikian sumber-sumber autoritas sangat berbeda-beda. Misalnya seperti keyakinan religius atas sifat-sifat penguasa, penguasa adat, kedudukan resmi, dll. Apa pun sumbernya, pembicaraan autoritas lebih merupakan bentuk perintah daripada bentuk bersyarat (contingent) yang merupakan ciri khas kekuasaan dan pengaruh.

Jadi, pembicaraan itu penting bagi politik, dan jika dipandang secara luas, politik adalah pembicaraan. Yakni pembicaraan yang berkembang tentang kekuasaan, pengaruh, dan autoritas. Pembicaraan dengan perbendaharaan kata yang terus-menerus berkembang dan yang kita ingin menelaahnya secara lebih rinci. b. Simbol dan Bahasa Dalam Pembicaraan Politik Pembicaraan politik adalah kegiatan simbolik. Hal ini berarti pembicaraan politik adalah kegiatan simbolik berarti mengatakan bahwa kata-kata atau lambang dalam wacana politik tidak memiliki makna intrinsic yang independen dari proses berpikir mereka yang menggunakannya.

29

Universitas Sumatera Utara 30

Bahwa berbagai komunikator politik turut berdiskusi dengan menggunakan kata- kata yang sama untuk menunjukkan hal-hal yang sama merupakan masalah. Agar hal itu terjadi, pembicaraan politik harus menjadi pertukaran apa yang oleh George Herbert Mead disebut lambang-lambang berarti (signifikan). Bagi Mead (Nimmo, 2005:80), berpikir selalu melibatkan lambang. Lambang mana pun adalah lambang signifikan jika ia mengakibatkan tanggapan yang sama pada orang lain yang dikumpulkannya di dalam diri pemikir. Maka lambang signifikan adalah lambang dengan makna atau pengertian bersama bagi semua pihak dalam percakapan. Makna bersama, seperti telah kita katakan, tidak ditentukan. Sebab makna dan tanggapan terhadap suatu lambang tidak sama bagi setiap orang. Lambang signifikan tidak ada sebelum percakapan, tetapi muncul melalui pengambilan peran bersama, suatu proses interaksi sosial. Jadi, lambang signifikan yang menghasilkan perbendaharaan kata politik bersama tumbuh dari negosiasi dan renegosiasi para komunikator politik yang berkesinambungan. Melalui penyusunan sosial lambang-lambang signifikan, pembicaraan politik menyajikan seluruh bidang diskusi bersama yang memelihara dan memperbesar peluang bagi orang-orang untuk melakukan pembicaraan di massa depan yang ditujukan untuk menyesuaikan kepentingan mereka yang berbeda-beda.

Interpretasi Melambangkan Mengacu kepada (hubungan langsung) (hubungan langsung yang lain)

Lambang Rujukan

Mewakili (hubungan tak langsung yang dipertalikan) Gambar 2.1 Hubungan antara lambang, interpretasi, dan makna Sumber : Nimmo, 2005:80

30

Universitas Sumatera Utara 31

Dengan demikian maka kegiatan simbolik terdiri atas orang-orang yang menyusun makna dan tanggapan bersama terhadap perwujudan lambang-lambang referensial dan kondensasi dalam bentuk kata-kata, gambar, dan perilaku. Dengan mengatakan bahwa makna dan tanggapan itu berasal dari pengambilan peran bersama, kita meminta perhatian kepada suatu fungsi lambang yang penting, yaitu bahwa lambang merangsang orang untuk memainkan peran dalam proses komunikasi politik. Sementara di sisi lain, jika lambang adalah kata-kata dari pembicaraan politik, maka bahasa adalah permainan kata dari wacana itu. Meski para sarjana memilik pendapat yang berbeda dalam hal definisi, tetapi ada konsensus bahwa bahasa adalah suatu sistem komunikasi yang : 1. Tersusun dari kombinasi lambang-lambang signifikan (tanda dengan makna dan tanggapan bersama bagi orang-orang) di dalamnya, 2. Signifikansi lambang-lambang itu lebih penting daripada situasi langsung tempat bahasa itu digunakan, dan 3. Lambang-lambang itu digabungkan menurut peraturan tertentu.

Bahasa sebagai lambang menjadi katalisator dunia subjektif yang di dalamnya ketidakpastian diterangkan dan penyebab tindakan yang tepat menjadi jelas karena setiap lambang memadatkan dan mengatur ulang perasaan, ingatan, persepsi, dan emosi, suatu penstrukturan yang berbeda-beda menurut situasi sosial orang. Kata- kata dan permainan kata tidak hanya memberi nama kepada objek, kata juga menempatkan objek tertentu ke dalam kelas objek, dengan demikian memberikan bimbingan untuk memandang, membandingkan, mempertimbangkan, dan menilai. Terdapat dua jenis bahasa, yakni bahasa verbal dan nonverbal. Apa yang telah kita bicarakan terkait bahasa verbal berlaku juga bagi bahasa nonverbal. Bahasa verbal adalah diskursif, yaitu lambang-lambang yang menyusunnya (kata, frasa, notasi matematis, sandi, titik-titik pada peta, dan hal-hal serupa) yang membantu kita berpikir cermat, membuat pernyataan harfiah, dan merekam informasi. Ada sifat kognitif yang kuat tentang bahasa-bahasa diskursif (verbal) tersebut. Bahasa nonverbal adalah nondiskursif, ia membantu mengungkapkan hal-hal yang sukar dipikirkan secara cermat (fantasi, kasih sayang, emosi, nuansa halus, misteri, perasaan) yang sukar dinyatakan dengan cara yang lugas.

31

Universitas Sumatera Utara 32

Dalam memikirkan bahasa verbal dan nonverbal ada dua hal yang harus diingat. Pertama, komunikasi baik verbal maupun nonverbal adalah kegiatan, apakah itu kata yang diucapkan, jeda, anggukan kepala, atau ekspresi lain. Dia adalah tindakan yang apabila terjadi di depan orang lain yang mengamatinya, tindakan itu diinterpretasikan. Kedua, mengenai modus wacana nonverbal, bahwa kedudukan, ekspresi, atau gerakan tidak pernah membawakan makna dengan sendirinya atau tentang dirinya sendiri. Tetapi, sebagai kegiatan simbolik masing- masing memperoleh makna dari konteks tempat ia terjadi dan tanggapan orang terhadapnya, tepat seperti pesan-pesan yang disampaikan secara verbal, baik lisan maupun tulisan (Nimmo, 2005:82-84).

2.2 Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah tahapan dimana peneliti dapat menggambarkan rancangan dan strategi penelitian ini akan di jalankan. Dalam proses penyusunan kerangka konsep akan menuntut penelitian dalam menentukan hipotesis (Nawawi,2005:40). Agar konsep-konsep dapat di teliti secara empiris maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas (X) Variabel X adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel independen (terikat) atau dengan kata lain variabel x adalah variabel yang mempengaruhi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah berita-berita Ratna Sarumpaet di Televisi. 2. Variabel terikat (Y) Variabel Y adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada di mana kemunculannya di pengaruhi dan di tentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU.

32

Universitas Sumatera Utara 33

Variabel X Variabel Y

Berita-berita Ratna Sarumpaet Minat memilih Prabowo Subianto diTelevisi. dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU. Indikator : Indikator :

- Faktual - Perhatian - Aktual - Pengertian - Keakuratan - Pemahaman - Kelengkapan Isi Berita - Penerimaan - Relevansi (nilai berita)

- Keseimbangan - Dampak - Frekuensi

Variabel Z (Variabel Kontrol) Karakteristik Responden - Usia - Jenis Kelamin

- Agama

- Angkatan - Suku - Jurusan - Aktivitas Organisasi

Gambar 2.2 Model Teoritis

2.3 Variabel Operasional Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka dibuat operasional variabel yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut:

33

Universitas Sumatera Utara 34

Tabel 2.1 Variabel Oprasional Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X) a. Faktual Berita-berita Ratna Sarumpaet b. Aktual diTelevisi. c. Keakuratan d. Kelengkapan isi berita e. Relevansi (nilai berita) f. Keseimbangan g. Dampak h. Frekuensi 2. Variabel Terikat (Y) a. Perhatian terhadap berita Ratna Minat memilih Prabowo Sarumpaet Subianto dalam Pemilihan b. Mengerti berita Ratna Presiden 2019 di kalangan Sarumpaet mahasiswa FISIP USU. c. Pemahaman terhadap berita Ratna Sarumpaet d. Menerima berita Ratna Sarumpaet 3. Karakteristik Responden a. Usia b. Jenis Kelamin c. Agama d. Angkatan e. Suku f. Jurusan g. Aktivitas Organisasi

2.4 Definisi Operasional Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengukuran variabeel-variabel maka akan dibuat definisi operasional. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah:

34

Universitas Sumatera Utara 35

A. Variabel bebas (X), yaitu Berita-berita Ratna Sarumpaet diTelevisi: 1. Faktual (Factualness),berita Ratna Sarumpaet di Televisi terdapat Maint- point (apakah ada pencampuran antara fakta dan opini), nilai informasi (kedalaman berita), kemudahan untuk dipahami (readability),dapat tidaknya dikonfirmasi dengan sumber berita (checkability). 2. Aktual, berita Ratna Sarumpaet di Televisi sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dengan opini sebelumnya sehingga opini tersebut mengandung informasi penting dan berarti. 3. Keakuratan (Accuracy), verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber berita, dan akurasi penyajian di dalam berita Ratna Sarumpaet di Televisi. 4. Kelengkapan isi berita (Completeness), berita Ratna Sarumpaet di Televisi mencakup 5W+1H (What, Who, Where, Why, When, and How) 5. Relevansi (Relevance), berkaitan dengan nilai berita. 6. Keseimbangan (Balance) Ada atau tidak ada “Source Bias” (penampilan satu sisi dalam penampilan, seperti ketidakseimbangan sumber berita), ada atau tidak ada “Slant” (kecenderungan/berita miring), dan ketidakseimbangan di dalam berita Ratna Sarumpaet di Televisi. 7. Dampak, akibat dari pemberitaan Ratna Sarumpaet. 8. Frekuensi, seberapa sering berita Ratna Sarumpaet ditayangkan di televisi.

B. Variabel Terikat (Y), yaitu Minat Memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU : 1. Perhatian, tingkat keingintahuan yang besar terhadap Prabowo Subianto di televisi dengan kekuatan audio dan visual menumbuhkan rasa ingin melihat berita Prabowo Subianto di televisi. 2. Pengertian audiens, mengerti tentang Prabowo Subianto hingga mampu menciptakan keinginan untuk memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019. 3. Pemahaman, memahami pemberitaan Prabowo Subianto yang ditayangkan di televisi. Hingga mampu melihat suatu kejadian dari berbagai sudut pandang.

35

Universitas Sumatera Utara 36

4. Penerimaan terhadap Prabowo Subianto, menerima dan mencoba bersimpati kepada Prabowo Subianto atas pemberitaan ditelevisi.

C. Karakteristik Responden 1. Usia, yaitu umur responden. 2. Jenis Kelamin, yaitu penggolongan jenis kelamin responden yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. 3. Agama, yaitu aliran kepercayaan yang di anut responden. 4. Angkatan, yaitu tahun masuk responden sebagai mahasiswa/i. 5. Suku, yaitu kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lain berdasarkan kesadaran akan identitas perbedaan kebudayaan,khususnya bahasa. 6. Jurusan, yaitu bagian dari suatu fakultas yang bertanggung jawab untuk mengelola dan mengembangkan suatu bidang studi. 7. Aktivitas organisasi, yaitu keaktifan responden mengikuti organisasi di kampus.

2.5 Hipotesis Hipotesis adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau belum sempurna, sehingga perlu disempurnakan dengan membuktikan kebenaran hipotesis tersebut melalui penelitian. Hipotesis membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan, baik sebagai objek penelitian maupun dalam pengumpulan data (Bungin,2001:75). Hipotesis yang akan diajukan dalam penelitan ini adalah Ho:Tidak terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di Televisi terhadap minat pemilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU. Ha : Terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di Televisi terhadap minat pemilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU.

36

Universitas Sumatera Utara

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, jalan Dr. Sofyan Nomor 1 Kampus USU Padang Bulan, Medan 20115.

3.1.1 Sejarah Ringkas FISIP USU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU) berdiri sejak tahun 1982 berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 1982 dan menjadi fakultas yang ke-9 (kesembilan) di lingkungan Universitas Sumatera Utara. FISIP USU merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam aktivitas mencerdaskan kehidupan bangsa, menguatkan suasana demokrasi, dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan FISIP USU di Provinsi Sumatera Utara memberikan sumbangan pemikiran bagi kemajuan daerah yang dikenal sangat multikultural. Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi sebagai tugas utama, FISIP USU telah melakukan kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat khususnya kepada masyarakat di Provinsi Sumatera Utara dan provinsi tetangganya. Meskipun tidak sedikit layanan pendidikan yang diberikan FISIP USU dirasakan oleh putra-putri terbaik dari seluruh provinsi di Indonesia. Kegiatan Tri Dharma Perguruan Tinggi menjadi ciri khas FISIP USU dalam merancang program dan produk berupa hasil penelitian yang dipublikasikan, model pembelajaran yang diterapkan, dan pengabdian masyarakat yang diadaptasikan. FISIP USU menyebutnya sebagai Tri Dharma untuk Negeri yang memberikan kontribusi pemantapan demokrasi dan kesejahteraan rakyat. Prioritas utama dari kegiatan Tri Dharma yang dilakukan FISIP USU sejak 1980 telah mengalami berbagai perkembangan terutama terkait program studi dan sumber daya manusia (SDM) untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Bermula dari Jurusan Pengetahuan Masyarakat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, setahun kemudian diubah menjadi Jurusan Pengetahuan Masyarakat,

37 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 38

kemudian Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial (IIS). Pada tahun 1982, Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial resmi menjadi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, dengan menggunakan gedung perkuliahan di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Sumatera Utara. Pada awalnya (1980/1981), FISIP-USU hanya membuka dua jurusan, yaitu 1) Jurusan Ilmu Administrasi Negara; dan 2) Jurusan Ilmu Komunikasi. Pembukaan dua jurusan ini tentunya didasarkan pada pertimbangan kedua jurusan tersebut sesuai dengan kebutuhan masyarakat, pembangunan daerah, dan ketersediaan staf pengajar (dosen). Tahun Ajaran 1983/1984, FISIP USU membuka dua jurusan baru yaitu 1) Jurusan Sosiologi; dan 2) Jurusan Kesejahteraan Sosial; serta menerima perpindahan Jurusan Antropologi dari Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara. Sesuai dengan SK Mendikbud RI No. 0535/0/83 Tahun 1983 tentang jenis dan jumlah jurusan pada fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara, FISIP USU mempunyai 6 (enam) jurusan, yaitu: 1) Jurusan Sosiologi, 2) Jurusan Kesejahteraan Sosial, 3) Jurusan Antropologi Sosial, 4) Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial, 5) Jurusan Ilmu Komunikasi, 6) Jurusan Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). 7) Jurusan MKDU kemudian diserahkan pengelolaannya di luar FISIP USU dengan pertimbangan bahwa jurusan tersebut bukan disiplin Ilmu yang berdiri sendiri, melainkan mengelola mata kuliah yang termasuk pada kelompok Mata Kuliah Dasar Umum.

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan masyarakat, pemerintah daerah dan didukung oleh ketersediaan staf pengajar, FISIP USU kembali membuka Program Studi D3 Administrasi Perpajakan, pada Tahun 1996 dengan SK Dikti No. 105/Dikti/Kep/1996 tanggal 18 April 1996 dan membuka program S1 Program Studi Ilmu Politik dengan SK Dikti No. 108/Dikti/Kep/2001 tanggal 30 April 2001. Tahun 2009 FISIP USU membuka Program Studi Administrasi Bisnis dengan SK Rektor USU No. 920/H5.1.R/SK/PRS/2009, tanggal 11 Mei 2009.

38

Universitas Sumatera Utara 39

Selain Program S1 dan D3, FISIP USU juga telah membuka Program S2 Program Studi Studi Pembangunan tahun 2009 dengan SK Rektor USU No.17019/H5.1.R/SK/SPB/2009, serta Program Studi S2 Ilmu Komunikasi tahun 2011 dengan SK Rektor USU No.980/H5.1.R/SK/PRS/2011, dan Program Studi S2 Sosiologi dengan SK Rektor USU No.2356/UN5.1.R/SK/PRS/2011. Setelah itu, di tahun yang sama FISIP USU juga membuka Program Studi S3Studi Pembangunan dengan SK Rektor USU No.3122/UN5.1.R/SK/PRS/2011 tanggal 31 Desember 2011.Pembukaan program studi sejak tahun 2005 dilakukan seiring dengan perubahan statuta Universitas Sumatera Utara menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) dan sejak tahun 2016 USU menjadi PTN-BH yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2014 Tentang Statuta Universitas Sumatera Utara. Tahun 2015 berdiri Program Studi S2 Ilmu Politik yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara No: 1427/UN5.1.R/SK/PRS/2015 tanggal 03 September 2015. Saat ini FISIP USU mengelola 13 Program Studi yaitu Program Diploma 1) Perpajakan, Program Sajana 1) Ilmu Administrasi Publik, 2) Ilmu Komunikasi, 3) Ilmu Kesejahteraan Sosial, 4) Sosiologi 5) Antropologi, 6) Ilmu Politik, 7) Ilmu Administrasi Bisnis, Program Magister 1) Studi Pembangunan, 2) Ilmu Komunikasi, 3) Sosiologi, 4) IlmuPolitik.

39

Universitas Sumatera Utara 40

3.1.2 Keadaan Dosen dan Mahasiswa FISIP USU Program rutin yang menjadi prioritas FISIP USU yaitu menghasilkan alumni yang memiliki kualifikasi akademik dan praktik bidang ilmu sosial dan politik, memiliki kekuatan daya saing dan mampu meningkatkan kualitas staf pengajar serta tenaga kependidikan yang profesional. Layanan pendidikan FISIP USU selalu diukur dengan capaian kinerja penelitian, publikasi, dan pengabdian masyarakat, pertambahan persentase dosen dengan kualifikasi pendidikan S3 dan guru besar (professor) bidang ilmu sosial dan politik. Adapun jumlah mahasiswa yang ada di FISIP USU yaitu sebanyak 3.815 mahasiswa aktif dan jumlah Dosen yang mengajar di FISIP USU ada sebanyak 108 Dosen Pengajar.

3.2 Metode Penelitian Untuk menjawab rumusan masalah penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasional, untuk melihat pengaruh serta derajat hubungan diantara variabel yang diteliti. Menurut Kriyantono (2010:56) secara umum riset kuantitatif mempunyai ciri yaitu : 1) Hubungan riset dengan subjek juah. Periset menganggap bahwa realitas terpisah dari dan ada di luar dirinya, karena itu harus ada jarak supaya bisa objektf. 2) Riset bertujuan untuk menguji hipotesis atau teori, mendukung atau menolak teori. Data hanya sebagai sarana konformasi teori atau teori dibuktikan dengan data. Bila dalam analisis ditemukan penolakan terhadap hipotesis atau teori, biasanya periset tidak langsung menolak hipotesis atau teori tersebut melainkan di uji terlebih dahulu. 3) Riset harus dapat di generalisasikan, karena menuntut sampel yang representative dan seluruh populasi, operasional konsep serta alat ukur yang valid dan realiable. 4) Prosedur riset nasional-empiris, artinya riset berangkat dari konsep-atau teori inilah yang akan dibuktikan dengan data yang dikumpulkan dilapangan.

40

Universitas Sumatera Utara 41

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2001: 101). Menurut Sugiyono (Kriyantono, 2010 : 151) populasi sebagai wilayah generalisasi terdiri dari objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan periset untuk dipelajari, kemudian ditarik suatu kesimpulan.

Tabel 3.1 Tabel Mahasiswa FISIP USU Stambuk 2015-2017

Agama Departemen Jumlah Persentase Islam Kristen katolik Hindu Budha Ilmu 251 91 14 1 4 361 16 Komunikasi Antropologi 116 94 10 0 0 220 10 Administrasi 266 145 22 1 4 438 20 Bisnis Administrasi 274 133 18 1 0 426 19 Publik Kesejahteraan 142 99 11 0 0 252 11 Sosial Ilmu Politik 147 131 21 0 1 300 13 Sosiologi 138 97 11 0 0 246 11 Total 2243 100

Sumber : Data diolah, 2019

Jumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatra Utara stambuk 2015 – 2017 sebesar 2243.

41

Universitas Sumatera Utara 42

3.3.2 Sampel Menurut Bulaeng (2004: 131) sampel merupakan sekelompok yang terseleksi dari populasi besar dan sampel itu hendaknya mewakili populasinya. Sampel harus memenuhi unsur representatif atau mewakili dari seluruh sifat-sifat populasi. Sampel yang representatif bisa diartikan bahwa sampel tersebut mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional atau memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih, sehingga dapat mewakili keadaan sebenarnya dalam keseluruhan populasi (Kriyantono, 2010: 150). Sampel adalah bagian dari terselaksinya populasi yang menjadi subjek penelitian. Sampel adalah wakil semua unit strata dan sebagiannya yang ada di dalam populasi (Bungin,2001:104).

3.3.2.1 Jumlah Sampel Berdasarkan data yang sudah di peroleh maka peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%, yakni sebagai berikut :

n =

Keterangan: N = Jumlah Populasi n = Sampel d = presisi tingkat kesalahan(10%) 1 = konstanta

Berdasarkan data yang di peroleh, maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak.

42

Universitas Sumatera Utara 43

3.3.2.2 Distribusi Sampel Setelah melihat hasil diatas, maka sampel yang dibutuhkan di dalam penelitian ini sebanyak 96 orang.

Tabel 3.2 Distribusi Sampel

Sampel di Penarika Jurusan Persentase setiap Islam Kristen Katolik Hindu Budha n Sampel progra m studi Ilmu 16 x 96 15 9 5 1 0 0 Komunikasi

Antropologi 10 x 96 10 6 3 1 0 0

Administrasi 20 x 96 19 11 6 1 0 1 Bisnis

Administrasi 19 x 96 18 10 6 1 1 0 Publik

Kesejahteraan 11 x 96 11 6 4 1 0 0 Sosial

Ilmu Politik 13 x 96 12 7 4 1 0 0

Sosiologi 11 x 96 11 6 4 1 0 0

Sumber : Data diolah, 2019

3.4 Teknik Penarikan Sampel Adapun teknik penarikan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

43

Universitas Sumatera Utara 44

1. Purposive Proportional Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang berdasarkan atas adanya tujuan tertentu. Purposive sampling menurut Sugiyono adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2017 : 68). Kriteria dari sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa aktif stambuk 2015 sampai 2017 yang mengetahui berita Ratna Sarumpaet. 2. Accidental Random Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan memilih siapa saja yang kebetulan dijumpai untuk dijadikan sampel (Kriyantono, 2010: 156). Untuk memudahkan peneliti dalam memperoleh sampel maka mahasiswa yang di pilih adalah mahasiswa yang bersedia mengisi daftar kuesioner dan yang mudah untuk di jumpai yang sesuai dengan kriteria responden yang sudah di tentukan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh hasil yang seoptimal mungkin dan juga melengkapi bahan-bahan yang diperlukan,maka salah satu cara yang ditempuh oleh peneliti adalah dengan melakukan penelitian (Reasearch). Dan usaha untuk memperoleh fakta-fakta dalam penelitian peneliti mempergunakan metode pengumpulan data secara ilmiah sebagai berikut, antara lain:

3.5.1 Studi Kepustakaan (Library Reasearch) Dalam metode ini peneliti melakukan penelitian melalui literature, karya- karya ilmiah dan buku referensi yang relevan dengan permasalahan penelitian. Serta untuk memperoleh landasan teoritis sebagai bahan perbandingan terhadap data yang diperoleh dari penelitian di lapangan. Penelitian kepustakaan merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan menelaah teori – teori, pendapat serta pokok – pokok pikiran yang ada dalam media cetak, khususnya buku- buku yang menunjang dan relevan dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian.

3.5.2 Kuesioner Kuesioner sering juga disebut dengan angket. Dalam penelitian ini peneliti akan menyebarkan kuesioner kepada para responden untuk dijawab. Kuesioner

44

Universitas Sumatera Utara 45

diberikan kepada Mahasiswa/i Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk memperoleh informasi atau data mengenai pengaruh berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019.

3.5.3 Keabsahan Data 3.5.3.1 Uji Validitas Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2017:121). Untuk menguji validitas pada tiap-tiap item, yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Koefisien korelasi yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan standar validasi yang berlaku. Menurut Sugiyono (2017:134): a. Jika r hitung ≥ r tabel, maka item instrumen dinyatakan valid b. Jika r hitung ≤ r tabel, maka item instrumen dinyatakan tidak valid

Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS 22. Teknik pengujian yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap apa yang ingin diungkap.

3.5.3.2 Uji Reliabilitas Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability, yaitu alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Ghozali : 2009). Meskipun reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan,

45

Universitas Sumatera Utara 46

keterhandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya namun ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas dalam penelitian ini peneliti menggunakan cronbach’s alpha (ɑ) yang peneliti kutip dari Eti Rochaety (2007:54) dengan menggunakan software SPSS. Pemberian interpretasi terhadap reliabilitas variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha (ɑ) lebih dari 0,6. Pada pengujian reliabilitas peneliti menggunakan SPSS 22.

3.6 Teknik Analisis Data Teknik analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipresentasikan (Singarimbun, 2011: 263). Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap analisa,yaitu:

3.6.1 Analisis Tabel Tunggal Analisis tabel silang adalah suatu analisa yang dilakukan dengan membagi–bagikan variabel penelitian ke dalam kategori–kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa data yang terdiri dari dua kolom yaitu kolom sejumlah frekuensi dan kolom presentasi untuk setiap kategori (Singarimbun, 2011:266).

3.6.2 Analisis Tabel Silang Analisi tabel silang adalah teknik yang digunakan untuk menganalisa dan mengetahui variabel yang satu memiliki hubungan dengan variabel lainnya, sehingga dapat diketahui apakah variabel tersebut bernilai positif dan negatif (Singarimbun, 2011:273). Adapun variabel yang akan disilangkan ialah antara rata-rata jawaban responden tentang berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi dan indikator minat memilih Prabowo Subianto dalam pemilihan Presiden 2019.

3.6.3 Uji Hipotesis Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Untuk menguji signifikasi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk semua

46

Universitas Sumatera Utara 47

populasi. Uji t digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam uji ini, hipotesis yang dapat diambil yaitu :

Ho = Berita Ratna Sarumpaet di televisi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat memilih Prabowo. Ha = Berita Ratna Sarumpaet di televisi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat memilih Prabowo.

Harga “ t hitung ” ini diperoleh dari tabel Coefficients yang selanjutnya harga t hitung tersebut dibandingkan dengan harga t table. Hal ini bertujuan untuk uji hipotesis. Jika harga t hitung >t table, maka isyaratnya Ho ditolak dan H1 diterima. Jika t hitung

t = √

Keterangan : t = nilai thitung n = jumlah sampel

= nilai koefisien korelasi

Untuk menguji tingkat signifikan korelasi, maka digunakan tabel pada signifikan 0.05 sebagai berikut : a) Pengujian pada tingkat signifikansi 0,05 maka berdasarkan nilai signifikansi, Jika nilai signifikansi (sig.) ≤ 0,05 maka Ho ditolak. Jika nilai signifikansi (sig.) > 0,05 maka Ho diterima. b) Pengujian berdasarkan nilai t Jika nilai t hitung > t tabel maka Ho ditolak. Jika nilai t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima.

47

Universitas Sumatera Utara 48

Mengambil kesimpulan : Bilai t hitung > t tabel, maka hubungan x dan y adalah signifikan. Bila t hitung < t tabel, maka hubungan x dan y adalah tidak signifikan.

Langkah selanjutnya menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka digunakan rumus Pearson Product Moment Rumus yang dipergunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut :

r = nΣxy – (Σx) (Σy) . √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

Keterangan : n = Banyaknya Pasangan data X dan Y Σx = Total Jumlah dari Variabel X Σy = Total Jumlah dari Variabel Y Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Selanjutnya untuk menilai derajat hubungan digunakan skala Guildford atau Koefisien asosiasi sebagai berikut : < 0,20 : hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 – 0.39 : hubungan rendah tapi pasti 0,40 – 0,70 : hubungan cukup berarti 0,71 – 0,90 : hubungan yang tinggi, kuat >0,90 : hubungan yang sangat tinggi, kuat sekali

48

Universitas Sumatera Utara

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data Adapun beberapa tahapan penelitian yang peneliti lewati dalam pengumpulan data, tahapan tersebut sebagai berikut :

4.1.1 Studi Kepustakaan (Library Reasearch) Studi kepustakaan merupakan usaha peneliti untuk mengumpulkan informasi yang relevan untuk mendukung penelitian. Informasi tersebut peneliti peroleh dari buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian, jurnal, internet, skripsi terdahulu yang mirip dengan penelitian peneliti, serta sumber bacaan lainnya yang mendukung penelitian.

1.1.2 Kuesioner Untuk pengumpulan data hasil penelitian peneliti menggunakan kuesioner. Pertanyaan di dalam kuesioner disusun secara lebih sistematis agar responden dapat dengan mudah menjawab pertanyaan. Sebelum menyebar kuesioner kepada 96 calon responden, peneliti melihat jadwal kuliah mahasiswa FISIP USU terlebih dahulu agar dapat dengan mudah bertemu dengan calon responden. Penyebaran kuesioner penelitian ini dilakukan pada tanggal 19 Februari – 22 Februari 2019. Di saat proses pengisian kuesioner, peneliti selalu mendampingi responden. Pada umumnya responden tidak mengalami kesulitan didalam proses pengisian kuesioner yang berjumlah 26 pertanyaan.

4.2 Proses Penelitian

Penelitian ini memilih mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik sebagai responden karena peneliti ingin melihat pendapat mahasiswa terkait kasus Ratna Sarumpaet yang menyeret nama Prabowo Subianto. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Proportional Random Sampling dan Accidental Random Sampling, peneliti menggunakan Taro Yamane dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% sebagai teknik

49 Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara 50

penarikan sampel. Dari rumus tersebut didapatkan jumlah sampel dari penelitian ini adalah 96 orang. Proses penelitian dilakukan kurang lebih 4 hari lamanya, terhitung dari 19 Februari 2019 – 22 Februari 2019. Peneliti mendatangi setiap departemen yang ada di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik . Ketika peneliti sudah mendapatkan responden, peneliti terlebih dahulu memperkenalkan diri dan menanyakan kesediaan waktu responden untuk mengisi kuesioner. Peneliti juga menjelaskan beberapa hal singkat yang berhubungan dengan kuesioner tersebut seperti tata cara pengisian dan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin masih belum dipahami oleh responden. Terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh peneliti selama melaksanakan penelitian dilapangan,beberapa responden yang tidak memperhatikan tata cara pengisian kuesioner, beberapa yang terlihat seperti terbebani dengan menjadi responden penelitian, serta sulitnya mencari responden angkatan 2015 dikarenakan mereka sudah tidak memiliki jadwal kuliah lagi. Selain menyebarkan kuesioner, peneliti juga melakukan wawancara untuk memperkaya hasil penelitian. Walaupun wawancara yang dilakukan bukan wawancara mendalam, akan tetapi peneliti mendapatkan banyak informasi tambahan dari hasil wawancara tersebut. Selama melakukan penelitian di lapangan, peneliti memperoleh data-data yang mendukung penelitian ini karena kuesioner dan wawancara berisikan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan pengaruh berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019.

4.3 Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data kuesioner yang diberikan kepada 96 responden. Berikut ini beberapa tahapan pengolahan data antara lain :

1. Penomoran Kuesioner Penomoran kuesioner berfungsi sebagai pengenal, yang mana lembar kuesioner yang telah diisi diberikan nomor yang dimulai dari 01 sampai dengan 96.

50

Universitas Sumatera Utara 51

2. Editing Editing adalah proses yang dilakukan dengan mengoreksi dan memeriksa kembali seluruh jawaban dari responden. Hal ini bertujuan untuk memperjelas setiap jawaban yang diberikan responden dan menghindari terjadinya menghindari terjadinya kesalahan pengisian data ke dalam kotak skor.

3. Coding Coding adalah proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak kode yang tersedia dalam kuesioner dalam bentuk angka. 4. Inventarisasi Variabel Data mentah yang telah diperoleh, diolah dan kemudian dimasukkan ke dalam lembar Formula Translation Cobol (FC) sehingga memuat seluruh data ke dalam satu tabel.

5. Tabulasi Data Tahap ini adalah proses pemindahan data dari Formula Translation Cobol (FC) ke dalam tabel tunggal dan tabel silang dan kemudian data dianalisis melalui deskripsi teks.

6. Uji Hipotesis Uji hipotesis penelitian ini menggunakan uji pearson product moment, dengan alat bantu software SPSS 22 dan untuk menilai derajat hubungan variabel X dan variabel Y digunakan skala Guildford.

4.4 Analisis Tabel Tunggal Dalam penelitian ini dikumpulkan data primer untuk mengetahui “ Pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden 2019” melalui penyebaran kuesioner kepada 96 responden yang menjadi sampel penelitian. Pada penelitian ini, data responden dijelaskan melalui table tunggal. Analisis table tunggal dilakukan melalui penyusunan table frekuensi, yaitu dengan memasukkan data- data yang diperoleh dari kuesioner ke dalam kerangka table yang telah disiapkan, kemudian dianalisis sesuai dengan jawaban yang ada. Tabel frekuensi disusun

51

Universitas Sumatera Utara 52

menurut kategori tertentu sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam kuesioner.

4.4.1 Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan identitas responden yang mengisi kuesioner sebagai sampel dalam penelitian ini. Karakteristik responden digunakan untuk mengetahui latar belakang dari para responden. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi nama, usia, jenis kelamin, agama, angkatan, suku, jurusan dan aktivitas organisasi. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1 sampai dengan tabel 4.7.

Tabel 4.1 Usia Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. 19 Tahun 24 25

2. 20 Tahun 23 24

3. 21 Tahun 24 25

4. 22 Tahun 25 26

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

Pada tabel 4.1 menunjukkan dari 96 responden terdapat 24 responden atau yang setara dengan 25 % berusia 19 tahun, selanjutnya 23 responden atau yang setara dengan 24 % berusia 20 tahun, selain itu 24 responden atau yang setara dengan 25 % berusia 21 tahun, dan 25 responden atau yang setara dengan 26 % berusia 22 tahun.

52

Universitas Sumatera Utara 53

Tabel 4.2 Jenis Kelamin Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Laki- Laki 51 53

2. Perempuan 45 47

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

Tabel 4.2 menunjukkan dari 96 responden terdapat 51 responden atau yang setara dengan 53 % berjenis kelamin laki-laki dan 45 responden atau yang setara dengan 47 % berjenis kelamin perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jenis kelamin perempuan, yang mana jumlah tersebut sesuai dengan kenyataan yang terjadi di lapangan saat sedang melangsungkan pembagian kuesioner dimana responden laki-laki lebih mudah dijumpai dan lebih bersedia untuk meluangkan waktu dalam pengisian kuesioner penelitian.

Tabel 4.3 Agama Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Islam 55 57

2. Protestan 32 33

3. Katolik 7 7

4. Hindu 1 1

5. Budha 1 1

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

53

Universitas Sumatera Utara 54

Tabel 4.3 menunjukan dari 96 responden terdapat 55 responden atau yang berarti setara dengan 57 % beragama Islam, 32 responden atau yang berarti setara dengan 33 % beragama Protestan, 7 responden atau yang berarti setara dengan 7 % bergama Katolik, 1 responden atau yang berarti setara dengan 1 % beragama Hindu, dan 1 responden atau yang berarti setara dengan 1 % beragama Budha. Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa responden terbesar berasal dari mahasiswa yang beragama Islam, hal ini ditetapkan dari hasil perhitungan yang sudah lebih dahulu dilakukan oleh peneliti.

Tabel 4.4 Angkatan Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. 2015 30 31

2. 2016 34 35

3. 2017 32 33

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

Pada tabel 4.4 menunjukan dari 96 responden terdapat 30 responden atau yang setara dengan 31 % mahasiswa angkatan 2015, selanjutnya 34 responden atau yang setara dengan 35 % mahasiswa angkatan 2016, dan 32 responden atau yang setara dengan 33 % mahasiswa angkatan 2017.

54

Universitas Sumatera Utara 55

Tabel 4.5 Suku Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. 5 5

2. 36 38

3. Nias 4 4

4. Melayu 15 16

5. Sunda 6 6

6. Banjar 2 2

7. Jawa 13 14

8. Minang 12 13

9. Betawi 3 3

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

Pada tabel 4.5 dapat dilihat 96 responden yang diambil dari 7 jurusan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik memiliki suku yang berbeda-beda. Data yang diperoleh menunjukkan sebesar 5 responden atau yang setara dengan 5 % berasal dari suku Aceh, 36 responden atau yang setara dengan 38 % berasal dari suku Batak, 4 responden atau yang setara dengan 4 % berasal dari suku Nias, 15 responden atau yang setara dengan 16 % berasal dari suku Melayu, 6 responden atau yang setara dengan 6 % berasal dari suku Sunda, 2 responden atau yang setara dengan 2 % berasal dari suku Banjar, 13 reponden atau yang setara dengan 14 % berasal dari suku Jawa, 12 responden atau yang setara dengan 13 % berasal dari suku Minang, dan 3 responden atau yang setara dengan 3 % berasal dari suku Betawi.

55

Universitas Sumatera Utara 56

Tabel 4.6 Jurusan Responden

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Ilmu Komunikasi 15 16

2. Antropologi 10 10

3. Administrasi Bisnis 19 20

4. Administrasi Publik 18 19

5. Kesejahteraan Sosial 11 11

6. Ilmu Politik 12 13

7. Sosiologi 11 11

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

Pada tabel 4.6 menunjukkan 15 responden atau yang setara dengan 16 % dari 96 responden berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi, 10 responden atau yang setara dengan 10 % berasal dari jurusan Antropologi, 19 responden atau yang setara dengan 20 % berasal dari jurusan Administrasi Bisnis, 18 responden atau yang setara dengan 19 % berasal dari jurusan Administrasi Publik, 11 responden atau yang setara dengan 11 % berasal dari jurusan Kesejahteraan Sosial, 12 responden atau yang setara dengan 13 % berasal dari jurusan Ilmu Politik, dan 11 responden atau yang setara dengan 11 % berasal dari jurusan Sosiologi. Sebelumnya jumlah responden disetiap jurusan sudah ditentukan melalui teknik penarikan sampel.

56

Universitas Sumatera Utara 57

Tabel 4.7 Aktivitas Organisasi Responden

Persentase No. Keterangan Frekuensi (%)

1. UKMI As-Siyasah FISIP USU 4 4

2. GMNI 3 3

3. IMKA FISIP 2 2

4. IMIKS 4 4

5. PIJAR 4 4

6. IMASI 5 5

7. KSE 3 3

8. IMAJINASI 7 7

9. HMD 1 1

10. IMDIAN 1 1

11. HIMA 1 1

12. IMADIP 1 1

13. IMIKI 1 1

14. IMAS 1 1

15. KDAS 1 1

16. HMI 7 7

17. HIMALA USU 3 3

18. Political Entrepreneurship 2 2

19 Tidak memiliki Organisasi 45 47

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner Identitas Responden) n=96 (100%)

57

Universitas Sumatera Utara 58

Dari tabel 4.7 dapat dilihat dari 96 responden terdapat 45 responden yang berarti sama dengan 45 % yang tidak memiliki organisasi, 7 responden yang berarti sama dengan 7 % tergabung dalam organisasi IMAJINASI, 7 responden yang berarti sama dengan 7 % tergabung dalam organisasi HMI, 5 responden yang berarti sama dengan 5 % tergabung dalam organisasi IMASI, 4 responden yang berarti sama dengan 4 % tergabung dalam organisasi UKMI As-Siyasah FISIP, 4 responden yang berarti sama dengan 4 % tergabung dalam organisasi IMIKS, 4 responden yang berarti sama dengan 4 % tergabung dalam organisasi PIJAR, 3 responden yang berarti sama dengan 3 % tergabung dalam organisasi HIMALA USU, 3 responden yang berarti sama dengan 3 % tergabung dalam organisasi KSE, 2 responden yang berarti sama dengan 2 % tergabung dalam organisasi Political Entrepreneurship, 2 responden yang berarti sama dengan 2 % tergabung dalam organisasi IMKA FISIP, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi HMD, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi IMDIAN, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi HIMA, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi IMADIP, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi IMIKI, 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi IMAS, dan 1 responden yang berarti sama dengan 1 % tergabung dalam organisasi KDAS.

4.4.2 Jawaban Responden Tentang Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi Dalam penelitian ini terdapat 8 indikator untuk mengetahui dan melihat bagaimana pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi menurut 96 responden. Adapun 8 indikator tersebut meliputi Faktual, Aktual, Keakuratan, Kelengkapan isi berita, Relevansi, Keseimbangan, Akibat, dan Frekuensi. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 4.8 sampai dengan tabel 4.16.

58

Universitas Sumatera Utara 59

Tabel 4.8 Jawaban Responden Tentang Tingkat Faktual Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Faktual 7 7

2. Faktual 38 40

3. Kurang Faktual 39 41

4. Tidak Faktual 9 9

5. Sangat Tidak Faktual 3 3

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 5) n=96 (100%)

Hasil penelitian pada tabel 4.8 menunjukan terdapat 7 responden atau yang setara dengan 7 % dari 96 responden menjawab berita Ratna Sarumpaet di televisi sangat faktual. 38 responden atau yang setara dengan 40 % menjawab faktual, 39 responden atau yang setara dengan 41 % menjawab kurang faktual, 9 responden atau yang setara dengan 9% menjawab tidak faktual. 3 responden atau yang setara dengan 3 % menjawab sangat tidak faktual. Seperti yang terlihat diatas selisih antara faktual dan kurang faktual sangat sedikit, yang mana hanya sebesar 1 %. Mereka yang menjawab kurang faktual berpendapat jika pemberitaan Ratna Sarumpaet yang ditayangkan di televisi kurang memiliki nilai informasi, terkadang kurang mudah dipahami, dan diantara pencampuran fakta dan opini yang ada lebih banyak terdapat opini di dalam pemberitaan tersebut.

59

Universitas Sumatera Utara 60

Tabel 4.9 Jawaban Responden Tentang Tingkat Aktualitas Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Aktual 8 8,33

2. Aktual 45 46,87

3. Kurang Aktual 35 36,45

4. Tidak Aktual 6 6,25

5. Sangat Tidak Aktual 2 2,08

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 6) n=96 (100%)

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.9 dapat dilihat mayoritas mahasiswa setuju kalau berita Ratna Sarumpaet yang ditayangkan ditelevisi aktual. Dimana aktual berarti berita atau kasus tersebut sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau adanya opini berupa pandangan dan penilaian yang berbeda dari setiap orang. Opini disini dapat dikatakan pandangan yang mengandung informasi penting dan berarti. Pertama, terdapat 8 responden atau yang setara dengan 8 % menjawab bahwasannya pemberitaan yang ditayangkan dapat dikategorikan kedalam berita yang sangat aktual. Yang mana mereka sangat setuju kalau berita mengenai Ratna Sarumpaet dibicarakan banyak orang serta disetiap pembicaraan mengenai pemberitaan tersebut terdapat pandangan dan penilaian berbeda yang mengandung informasi penting dan berarti. Kedua, 45 responden atau yang setara dengan 47 % beranggapan berita Ratna Sarumpaet yang ditayangkan termasuk ke dalam berita aktual. Mereka mengatakan setiap berkumpul hal yang selalu dibicarakan ialah berita hoax yang disebarkan Ratna Sarumpaet, dan juga mereka selalu bertukar pandangan mengenai perkembangan kasus ini. Ketiga, sebesar 35 responden atau yang setara dengan 36 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet

60

Universitas Sumatera Utara 61

yang ditayangkan kurang aktual. Dimana mereka merasa saat berita itu muncul terdapat berita lain yang lebih membuat mereka tertarik, namun tidak dapat dipungkiri akibat ditayangkannya berita tersebut secara terus menerus sehingga membuat fokus masyarakat beralih melihat kasus Ratna Sarumpaet. Tetapi bagi responden yang memilih kurang aktual, mereka beranggapan berita Ratna Sarumpaet tidak dapat mengubah fokus mereka dari berita yang saat itu mereka anggap penting untuk dilihat. Namun terdapat pula 6 responden atau yang setara dengan 6 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet yang ditayangkan tidak aktual. Mereka mengatakan hal ini dapat dilihat dari pemberitaan yang kurang memiliki nilai berita, dan tanggapan atau opini yang didengar dari orang terdekat yang membicarakan itu tidak mengandung informasi yang penting ataupun berarti. Dan terdapat 2 responden atau yang setara dengan 2 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet yang ditayangkan sangat tidak aktual. Mereka beranggapan karena berita tersebut tidak memiliki informasi yang penting.

Tabel 4.10 Jawaban Responden Tentang Tingkat Akurat Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Akurat 10 10,41

2. Akurat 42 43,75

3. Kurang Akurat 41 42,70

4. Tidak Akurat 2 2,08

5. Sangat Tidak Akurat 1 1,04

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 7) n=96 (100%)

61

Universitas Sumatera Utara 62

Tabel 4.10 menunjukkan mayoritas mahasiswa setuju bahwasannya penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sudah akurat, meskipun selisih dengan mahasiswa yang menjawab kurang akurat tidak terlalu jauh yaitu sebesar 1,05 %. Dimana terdapat 10 responden atau yang setara dengan 10,41 % menjawab penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat akurat. Mereka mengatakan selain karena fakta yang sudah terverifikasi dan sumber berita yang jelas, akurasi penyajian berita yang ditayangkan di setiap program berita sudah tepat. Selanjutnya terdapat 42 responden yang setara dengan 43,75 % menjawab penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet akurat. Menurut mereka hal ini dapat dilihat dari setiap fakta yang mereka tampilkan sudah terverifikasi dan sumber berita yang media tayangkan sangat jelas. Selanjutnya 41 responden atau yang setara dengan 42,70 % menjawab penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang akurat. Yang mana masih terdapat di beberapa media yang menayangkan pemberitaan Ratna Sarumpaet tidak memiliki sumber berita yang jelas. Selain itu terdapat 2 responden atau yang setara dengan 2,08% menjawab penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet tidak akurat. Yang mana beberapa faktanya belum terverifikasi, sumber beritanya tidak jelas, dan akurasi penyajian beritanya tidak tepat. Dan yang terakhir terdapat 1 responden atau yang setara dengan 1,04 % menjawab penyajian pemberitaan Ratna Sarumpaet sangat tidak akurat. Mereka mengatakan sudah dapat dipastikan setiap televisi sebelum menayangkan sesuatu pasti terlebih dahulu memverifikasi fakta yang ada, tetapi tetap saja tidak dapat kita pungkiri bahwasannya fakta tersebut dapat berubah sesuai dengan kebijakan (idealisme) medianya sehingga terkesan berat sebelah.

62

Universitas Sumatera Utara 63

Tabel 4.11 Jawaban Responden Tentang Kelengkapan Isi Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju - -

2. Setuju 42 43,75

3. Kurang Setuju 53 55,20

4. Tidak Setuju 1 1,04

5. Sangat Tidak Setuju - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 8,9, & 10) n=96 (100%)

Tabel 4.11 menunjukkan terdapat 42 responden atau yang setara dengan 43,75 % dari 96 responden menjawab setuju kalau isi pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sudah lengkap. Yang dimaksud dengan kelengkapan isi berita disini, didalam berita tersebut mampu menjelaskan apa yang terjadi, siapa saja orang yang bertanggung jawab akan kasus tersebut, dimana kejadiannya, kenapa kejadian itu terjadi, kapan kasus itu terjadi, dan bagaimana bisa terjadi kasus tersebut. Selanjutnya terdapat 53 responden atau yang setara dengan 55,20 % menjawab kurang setuju isi pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi lengkap. Mereka berpendapat sering melihat pemberitaan Ratna Sarumpaet yang ditayangkan hanya memberikan informasi siapa saja orang yang bertanggung jawab akan kasus tersebut, kapan kasus itu terjadi, dan bagaimana bisa terjadi kasus tersebut. Ataupun media tersebut memberitahu apa yang terjadi, siapa saja orang yang bertanggung jawab akan kasus tersebut, dimana kejadiannya, kenapa kejadian itu terjadi, kapan kasus itu terjadi tetapi tidak memberikan informasi tentang bagaimana kasus tersebut bisa terjadi. Selain itu 1 responden atau yang

63

Universitas Sumatera Utara 64

setara dengan 1,04% menjawab tidak setuju isi pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi lengkap.

Tabel 4.12 Jawaban Responden Tentang Tingkat Relevansi Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Relevan 2 2,08

2. Relevan 48 50

3. Kurang Relevan 38 39,58

4. Tidak Relevan 8 8,33

5. Sangat Tidak Relevan - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 11 &12) n=96 (100%)

Tabel 4.12 menunjukkan mayoritas responden menganggap pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi relevan. Relevan disini dapat diartikan sebagai pemberitaan yang penting atau sebuah kasus yang memiliki nilai berita untuk diberitahukan kepada khalayak ramai. Dari 96 responden terdapat 2 responden atau yang setara dengan 2,08 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat relevan. 48 responden atau yang setara dengan 50 % menjawab relevan, mereka berpendapat berita Ratna Sarumpaet perlu diberitahukan kepada khalayak ramai untuk dijadikan pembelajaran dan memberitahu untuk tidak menelan bulat bulat seluruh informasi yang didengar, karena saat ini sudah banyak berita yang tersebar tanpa mengetahui kebenarannya. 38 responden atau yang setara dengan 39,58 % menjawab kurang relevan, menurut mengatakan masyarakat memang seharusnya mengetahui berita tersebut agar dapat dijadikan pembelajaran. Namun berita tersebut tidak seharusnya menjadi headline dan terus

64

Universitas Sumatera Utara 65

menerus tayang sampai berbulan bulan di setiap program berita, sehingga berita lainnya tertutupi dengan kasus Ratna Sarumpaet. 8 responden atau yang setara dengan 8,33 % menjawab tidak relevan, mereka merasa kasus seperti ini tidak perlu dibesar-besarkan karena tidak terlalu penting. Saat ini telah banyak tersebar berita hoax namun tidak ada satu pun yang aware akan itu. Tetapi karena Ratna Sarumpaet seorang aktivis dari Badan Pemenangan Nasional (BPN) calon pasangan Presiden nomor urut dua, maka seluruh media memberitakan dan membesar-besarkan kasus tersebut.

Tabel 4.13 Jawaban Responden Tentang Tingkat Keseimbangan Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Setuju 10 10,41

2. Setuju 53 55,20

3. Kurang Setuju 27 28,12

4. Tidak Setuju 6 6,25

5. Sangat Tidak Setuju - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 13 &14) n=96 (100%)

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13 dapat dilihat mayoritas responden mengatakan setuju tidak terdapat keseimbangan di dalam pemberitaan Ratna Sarumpaet di Televisi. Keseimbangan dalam penelitian ini dilihat dari ada atau tidaknya penampilan satu sisi seperti ketidakseimbangan sumber berita, dan ada atau tidaknya kecenderungan berita miring seperti ketidakseimbangan isi berita. 10 responden atau yang setara dengan 10,41 % menjawab sangat setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penayangan kasus Ratna

65

Universitas Sumatera Utara 66

Sarumpaet. 53 responden atau yang setara dengan 55,20 % menjawab setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penayangan kasus Ratna Sarumpaet. Menurut mereka ketidakseimbangan sumber berita sendiri dapat dilihat dari yang menjadi narasumber pemberitaan tidak seimbang antara pendukung Ratna Sarumpaet dan yang tidak mendukung beliau. Sedangkan jika dilihat dari ketidakseimbangan isi berita, mereka berpendapat yang menjadi isi berita tidak seimbang antara berita yang mendukung pendapat Ratna Sarumpaet dengan berita yang tidak mendukung. 27 responden atau yang setara dengan 28,12 % menjawab kurang setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penanyangan kasus Ratna Sarumpaet. Mereka berpendapat ketidakseimbangan ini hanya dirasakan bagi pendukung calon pasangan Presiden nomor urut dua saja, karena sejauh ini setiap mereka melihat pemberitaan tidak terlihat ketidakseimbangan yang terjadi. Dan 6 responden atau yang setara dengan 6,25 % menjawab tidak setuju, mereka merasa tidak ada ketidakseimbangan yang terjadi baik dari sumber berita ataupun isi berita. Mereka berpendapat media menayangkan pemberitaan Ratna Sarumpaet dengan sebenar-benarnya tanpa memihak. Tabel 4.14 Jawaban Responden Tentang Tingkat Dampak Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Berdampak 12 12,5

2. Berdampak 41 42,70

3. Kurang Berdampak 29 30,20

4. Tidak Berdampak 13 13,54

5. Sangat Tidak Berdampak 1 1,04

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 15) n=96 (100%)

66

Universitas Sumatera Utara 67

Hasil penelitian pada tabel 4.14 menunjukan 12 responden atau yang setara dengan 12,5 % dari 96 responden menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat berdampak. 41 responden atau yang setara dengan 42,70 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi berdampak. 29 responden atau yang setara dengan 30,20 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang berdampak. 13 responden atau yang setara dengan 13,54 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi tidak berdampak. Dan 1 responden atau yang setara dengan 1,04 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat tidak berdampak. Dapat dilihat mayoritas responden menjawab berdampak, mereka mengatakan dampak dari pemberitaan tersebut bukan hanya kepada dirinya saja melainkan melibatkan orang-orang disekitarnya.

Tabel 4.15 Jawaban Responden Tentang Frekuensi Responden Mengikuti Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Sering 5 5,20

2. Sering 37 38,54

3. Jarang 32 33,33

4. Sangat Jarang 22 22,91

5. Tidak Pernah - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 16 & 17) n=96 (100%)

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.15 menunjukkan dari 96 responden terdapat 5 responden atau yang setara dengan 5,20 % menjawab sangat sering mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Waktu yang mereka gunakan untuk mengikuti perkembangan berita tersebut lebih dari 3 bulan. 37

67

Universitas Sumatera Utara 68

responden atau yang setara dengan 38,54 % menjawab sering mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Mereka mengatakan melihat berita tersebut dalam kurun waktu 3 bulan. 32 responden atau yang setara dengan 33,33 % menjawab jarang mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Mereka mengatakan melihat berita tersebut dalam jangka waktu 1 – 2 minggu. Dan juga terdapat 22 responden atau yang setara dengan 22,91 % menjawab sangat jarang mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Namun, dalam kurun waktu 3 - 4 minggu mereka masih menonton pemberitaan tersebut meskipun sekali-sekali.

Tabel 4.16 Tingkat Rata-Rata Jawaban Responden Tentang Keadaan Berita Ratna Sarumpaet Di Televisi

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Positif - -

2. Positif 41 42,70

3. Kurang Positif 53 55,20

4. Negatif 2 2,08

5. Sangat Negatif - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 1 s/d 17) n=96 (100%)

Berdasarkan pada tabel 4.16 diatas menunjukkan data tingkat rata-rata jawaban responden tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi. Dari 96 responden terdapat 41 responden atau yang setara dengan 42,70 % menjawab memiliki pandangan positif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi. Selanjutnya terdapat 53 responden atau yang setara dengan 55,20 % menjawab memiliki pandangan kurang positif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di

68

Universitas Sumatera Utara 69

televisi. Dan 2 responden atau yang setara dengan 2,08 % menjawab memiliki pandangan negatif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi.

4.4.3 Jawaban Responden Tentang Tingkat Minat Responden Memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di Kalangan Mahasiswa FISIP USU Tahapan timbulnya minat di dalam diri individu bergerak dari keadaan sikap mental individu. Variabel Y dalam penelitian ini ialah minat memilih mahasiswa kepada Prabowo Subianto setelah melihat pemberitaan Ratna Sarumpaet. Minat memilih sendiri terdiri dari Perhatian, Pengertian, Pemahaman, dan Penerimaan.

Tabel 4.17 Tingkat Perhatian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden 2019

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Tinggi Perhatian 3 3,12

2. Tinggi Perhatian 43 44,79

3. Sedang Perhatian 42 43,75

4. Rendah Perhatian 8 8,33

5. Sangat Rendah Perhatian - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 18 &19) n=96 (100%)

Tabel 4.17 menunjukan sebanyak 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan memiliki tingkat perhatian sangat tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Kemudian terdapat 43 responden atau yang setara dengan 44,79 % menyatakan memiliki tingkat perhatian yang tinggi

69

Universitas Sumatera Utara 70

terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Selanjutnya terdapat 42 responden atau yang setara 43,75 % menyatakan memiliki perhatian sedang terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Selain itu juga terdapat 8 responden atau yang setara dengan 8,33 % menyatakan memiliki perhatian yang rendah. Dari hasil diatas menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, meskipun selisih dengan mahasiswa yang menyatakan memiliki perhatian yang sedang tidak terlalu jauh yaitu sebesar 1,04 %.

Tabel 4.18 Tingkat Pengertian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden 2019

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Pengertian 10 10,41

2. Pengertian 55 57,29

3. Kurang Pengertian 28 29,16

4. Tidak Pengertian 3 3,12

5. Sangat Tidak Pengertian - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 20 &21) n=96 (100%)

Tabel 4.18 menunjukan mayoritas mahasiswa yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki tingkat pengertian yang tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Dimana terdapat 10 responden atau yang setara dengan 10,41 % menyatakan memiliki tingkat pengertian yang sangat tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 55 responden atau yang setara dengan 57,29 % menyatakan memiliki tingkat pengertian yang tinggi terhadap

70

Universitas Sumatera Utara 71

Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 28 responden atau yang setara dengan 29,16 % menyatakan memiliki tingkat pengertian yang kurang terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Dan 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan tidak memiliki perhatian terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden.

Tabel 4.19 Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden 2019

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Memahami 7 7,29

2. Memahami 54 56,25

3. Kurang Memahami 32 33,33

4. Tidak Memahami 3 3,12

5. Sangat Tidak Memahami - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 22 &23) n=96 (100%)

Tabel 4.19 menunjukan 7 responden atau yang setara dengan 7,29 % dari 96 responden menyatakan sangat memahami terlibatnya Prabwo Subianto dalam pemberitaan Ratna Sarumpaet. 54 responden atau yang setara dengan 56,25 % menyatakan memahami tidakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. 32 responden atau yang setara dengan 33,33 % menyatakan kurang memahami tindakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan tidak memahami tindakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. Dari hasil penelitian diatas didapatkan mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

71

Universitas Sumatera Utara 72

yang menjadi responden dalam penelitian ini memahami tindakan Prabowo Subianto di dalam kasus Ratna Sarumpaet.

Tabel 4.20 Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden 2019

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Menerima 6 6,25

2. Menerima 34 35,41

3. Kurang Menerima 45 46,87

4. Tidak Menerima 8 8,33

5. Sangat Tidak Menerima 3 3,12

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 24,25 & 26) n=96 (100%)

Berdasarkan hasil penelitian pada data tabel 4.20 terdapat 6 responden atau yang setara dengan 6,25 % menyatakan sangat menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 34 responden atau yang setara dengan 35,41 % menyatakan menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 45 responden atau yang setara dengan 46,87 % menyatakan kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 8 responden atau yang setara dengan 8,33 % menyatakan tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan sangat tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Hasil diatas menunjukkan mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang menjadi responden penelitian ini menyatakan kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden.

72

Universitas Sumatera Utara 73

Tabel 4.21 Rata-Rata Tingkat Minat Responden Memilih Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden 2019

No. Keterangan Frekuensi Persentase (%)

1. Sangat Tinggi - -

2. Tinggi 40 41,66

3. Sedang 50 52,08

4. Rendah 6 6,25

5. Sangat Rendah - -

Total 96 100

(Sumber : Kuesioner No. 18 s/d 26) n=96 (100%)

Hasil penelitan pada tabel 4.21 menunjukkan data rata-rata tingkat minat responden memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Dari keseluruhan 96 responden terdapat 40 responden atau yang setara dengan 41,66 % menyatakan memiliki minat yang tinggi memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Kemudian terdapat 50 responden atau yang setara dengan 52,08 % menyatakan memiliki minat yang sedang memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2019. Dan terdapat 6 responden 6,25 % yang memiliki minat yang rendah memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang.

4.5 Analisis Tabel Silang Analisis tabel silang bertujuan untuk melihat pengaruh Berita-Berita Ratna Sarumpaet di Televisi terhadap Minat Memilih Prabowo Subianto Dalam Pemilihan Presiden di Kalangan Mahasiswa FISIP USU. Adapun variabel yang

73

Universitas Sumatera Utara 74

disilangkan ialah rata-rata jawaban responden tentang keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi, tingkat perhatian responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, tingkat pengertian responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, tingkat pemahaman responden terhadap Prabowo Suianto sebagai calon Presiden, tingkat penerimaan responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden dan rata-rata tingkat minat responden memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Dimana peneliti dapat mengetahui jika variabel tersebut bersifat positif atau negatif. Hasil dari analisa tabel silang tersebut, dipaparkan pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.22 Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Dengan Tingkat Perhatian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden Tahun 2019

Tingkat Perhatian Responden Terhadap Prabowo Subianto Keadaan Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019 Pemberitaan Sangat Sangat Ratna Tinggi Sedang Rendah Total % Tinggi Rendah Sarumpaet Perhatian Perhatian Perhatian Perhatian Perhatian Di Televisi Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Sangat ------Positif

Positif 3 7,31 23 56,09 13 31,70 2 4,87 - - 41 100

Kurang - - 20 37,73 27 50,94 6 11,32 - - 53 100 Positif

Negatif - - - - 2 100 - - - - 2 100

Sangat ------Negatif (Sumber : Kuesioner No.1-16 & No.18-19) n=96 (100%)

74

Universitas Sumatera Utara 75

Tabel 4.22 memperlihatkan hubungan anatara keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan tingkat perhatian responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 56,09 % yang menyatakan memiliki tingkat perhatian yang tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Kemudian dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 50,94 % yang menyatakan memiliki tingkat perhatian yang sedang terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dan juga dari 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, semuanya menyatakan memiliki tingkat perhatian yang sedang kepada Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019.

75

Universitas Sumatera Utara 76

Tabel 4.23 Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Dengan Tingkat Pengertian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilhan Presiden Tahun 2019

Tingkat Pengertian Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Keadaan Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019 Pemberitaan Sangat Sangat Ratna Tinggi Sedang Rendah Total % Tinggi Rendah Sarumpaet Pengertian Pengertian Pengertian Pengertian Pengertian Di Televisi Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Sangat ------Positif

Positif 5 12,19 28 68,29 8 19,51 - - - - 41 100

Kurang 5 9,43 27 50,94 19 35,84 2 3,77 - - 53 100 Positif

Negatif - - - - 1 50 1 50 - - 2 100

Sangat ------Negatif (Sumber : Kuesioner No. 1-17 & No,.20-21) n=96 (100%)

Hasil penelitian pada tabel 4.23 memperlihatkan hubungan antara keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan tingkat pengertian responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden 2019. Dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 68,29 % yang menyatakan memiliki tingkat pengertian yang tinggi terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Kemudian dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 50,94 % yang menyatakan memiliki tingkat pengertian yang sedang terhadap

76

Universitas Sumatera Utara 77

Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dan juga dari 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, terdapat 1 responden menyatakan memiliki tingkat pengertian yang sedang kepada Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019 dan 1 responden menyatakan memiliki tingkat pengertian yang rendah kepada Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019.

Tabel 4.24 Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Dengan Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019

Tingkat Pemahaman Responden Terhadap Prabowo Subianto

Keadaan Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019 Pemberitaan Sangat Ratna Sangat Kurang Tidak Tidak Total % Memahami Sarumpaet Di Memahami Memahami Memahami Memaha Televisi mi Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Sangat ------Positif

Positif 5 12,19 20 48,78 16 39,02 - - - - 41 100

Kurang 2 3,77 34 64,15 16 30,18 1 1,88 - - 53 100 Positif

Negatif ------2 100 - - 2 100

Sangat ------Negatif (Sumber : Kuesioner No. 1-17 & 22-23) n=96 (100%)

77

Universitas Sumatera Utara 78

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.24 memperlihatkan hubungan antara keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan tingkat pemahaman responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 48,78 % yang memahami Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Selanjutnya dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 64,15% yang memahami Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dan dari 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, semuanya menyatakan tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan

78

Universitas Sumatera Utara 79

Tabel 4.25 Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Dengan Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019

Tingkat Penerimaan Responden Terhadap Prabowo Subianto Keadaan Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019 Pemberitaan Sangat Ratna Sangat Kurang Tidak Total % Menerima Tidak Sarumpaet Di Menerima Menerima Menerima Menerima Televisi Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Sangat ------Positif

Positif 4 9,75 13 31,70 21 51,21 2 4,87 1 2,43 41 100

Kurang 2 3,77 21 39,62 24 45,28 4 7,54 2 3,77 53 100 Positif

Negatif ------2 100 - - 2 100

Sangat ------Negatif (Sumber : Kuesioner No. 1-17 & 24-26) n=96 (100%)

Hasil penelitian pada tabel 4.25 memperlihatkan hubungan keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan tingkat penerimaan responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dapat dilihat dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 51,21 % yang kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Yang mana dapat diartikan postif pun keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi tetapi belum tentu responden menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019 mendatang.

79

Universitas Sumatera Utara 80

Selanjutnya dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 45,28 % yang kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dan sebanyak 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, semuanya menyatakan tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Jadi didapatkan hasil kecilnya hubungan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan tingkat penerimaan responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019, dikarenakan positif pun keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi tetapi responden bukan menerima tetapi malah kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019.

80

Universitas Sumatera Utara 81

Tabel 4.26 Hubungan Keadaan Pemberitaan Ratna Sarumpaet Di Televisi Dengan Minat Responden Memilih Prabowo Subianto Sebagai Calon Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019

Keadaan Minat Responden Memilih Prabowo Subianto Sebagai Calon Pemberitaan Presiden Pada Pemilihan Presiden Tahun 2019 Ratna Sangat Sangat Total % Tinggi Sedang Rendah Sarumpaet Di Tinggi Rendah Televisi Jlh % Jlh % Jlh % Jlh % Jlh %

Sangat ------Positif

Positif - - 21 51,21 20 48,79 - - - - 41 100

Kurang - - 19 35,84 30 56,60 4 7,54 - - 53 100 Positif

Negatif ------2 100 - - 2 100

Sangat ------Negatif (Sumber : Kuesioner No. 1-17 & No. 18-26) n=96 (100%)

Tabel 4.26 memperlihatkan hubungan antara keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan minat responden memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 51,21 % yang minatnya tinggi memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden Tahun 2019. Selain itu dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 56,60 % yang minatnya sedang memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden Tahun 2019. Dan sebanyak 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan

81

Universitas Sumatera Utara 82

pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, semuanya menyatakan minatnya rendah memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019 mendatang. Dari analisis hubungan diatas dapat disimpulkan bahwa berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden tahun 2019.

4.6 Uji Validitas & Reliabilitas Sebelum peneliti melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu menyampaikan hasil uji validitas & reliabilitas. Uji validitas & reliabilitas dilakukan dengan membagikan angket kepada 30 orang diluar sampel penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengukur apakah instrumen penelitian yakni berupa daftar pertanyaan valid atau tidak valid, handal atau tidak handal. Dari hasil perhitungan terhadap 30 orang yang dijadikan subjek untuk uji validitas & uji reliabilitas, maka diperoleh hasil uji validitas sebagai berikut :

Tabel 4.27 Uji Validitas

r r Indikator Hitung Tabel Sig Keterangan Berita Ratna Sarumpaet 1 0,467 0,306 0,005 Valid Berita Ratna Sarumpaet 2 0,715 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 3 0,736 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 4 0,703 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 5 0,533 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 6 0,548 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 7 0,473 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 8 0,588 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 9 0,665 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 10 0,664 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 11 0,506 0,306 0,002 Valid Berita Ratna Sarumpaet 12 0,538 0,306 0,001 Valid Berita Ratna Sarumpaet 13 0,527 0,306 0,001 Valid Berita Ratna Sarumpaet 14 0,594 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 15 0,818 0,306 0,000 Valid Berita Ratna Sarumpaet 16 0,667 0,306 0,000 Valid

82

Universitas Sumatera Utara 83

Berita Ratna Sarumpaet 17 0,721 0,306 0,000 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 1 0,353 0,306 0,028 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 2 0,624 0,306 0,000 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 3 0,540 0,306 0,001 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 4 0,531 0,306 0,001 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 5 0,519 0,306 0,002 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto6 0,582 0,306 0,000 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 7 0,645 0,306 0,000 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 8 0,726 0,306 0,000 Valid Minat Memilih Prabowo Subianto 9 0,638 0,306 0,000 Valid Rata-Rata 0,601 0,306 0,001 Valid

Dari hasil uji validitas pada tabel 4.27 diperoleh informasi bahwa tidak ada satu pun item pertanyaan yang hasilnya berada sama atau lebih kecil dari r tabel. Pada uji validitas variabel X dan Y didapatlan hasil uji korelasi > dari uji r tabel, dimana nilainya jika dilihat dari rata-rata pada variabel X dan variabel Y yaitu 0,601 > 0,306. Sedangkan pada uji signifikasi rata-rata keduanya menunjukkan nilai < 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pertanyaan yang diajukan kepada responden adalah valid. Sedangkan untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini, peneliti menggunakan cronbach’s alpha (ɑ) yang peneliti kutip dari Eti Rochaety (2007:54) dengan menggunakan software SPSS. Pemberian interpretasi terhadap reliabilitas variabel dapat dikatakan reliabel jika nilai cronbach’s alpha (ɑ) lebih dari 0,6. Adapun hasil uji reliabilitas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 4.28 Uji Reliabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.891 26

83

Universitas Sumatera Utara 84

Pada uji reliabilitas pada tabel 4.28 diperoleh nilai sebesar 0,891, yang artinya nilai cronbach’s alpha (ɑ) lebih dari 0,6. Dengan hasil tersebut didapatkan bahwa setiap item dalam pertanyaan bersifat reliabel atau handal.

4.7 Uji Hipotesis Uji hipotesis yaitu pengujian data dan statistik untuk mengetahui data hipotesis yang diajukan dapat diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini meliputi variabel (X) yaitu berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi dan variabel (Y) yaitu minat memilih Prabowo Subianto dalam pemiihan Presiden 2019. Adapun uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara yaitu uji signifikasi hubungan melalui uji “t hitung” dan uji Pearson Product Moment untuk menguji tingkat hubungan antara dua variabel yang dikorelasikan, serta menggunakan skala Guildford untuk menilai derajat hubungan.

4.6.1 Uji t Uji t digunakan menguji signifikasi hubungan, yaitu apakah hubungan yang ditemukan itu berlaku untuk semua populasi. Uji t berfungsi untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Dalam uji ini, hipotesis yang dapat diambil yaitu :

H0 = Berita Ratna Sarumpaet di televisi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat memilih Prabowo. Ha = Berita Ratna Sarumpaet di televisi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap minat memilih Prabowo.

Harga “ t hitung ” ini diperoleh dari tabel Coefficients yang selanjutnya harga t hitung tersebut dibandingkan dengan harga t table. Hal ini bertujuan untuk uji hipotesis. Jika harga t hitung >t table, maka isyaratnya Ho ditolak dan Ha diterima. Jika t hitung

√ t = √

84

Universitas Sumatera Utara 85

Keterangan: t = nilai thitung n = jumlah sampel r = nilai koefisien korelasi

Dari data penelitian diketahui : n = 96 = 0,172

t = √ √

t = √ √

t = √

t = √

t = √

t =

t = 1,689

Berdasarkan hasil dari uji t hitung diatas memperlihatkan bahwa t hitung bernilai 1,689 sedangkan nilai t tabel 1,661 sehingga dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel maka hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU.

4.6.2 Uji Pearson Product Moment

85

Universitas Sumatera Utara 86

Untuk menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka digunakan rumus Pearson Product Moment. Rumus yang digunakan untuk menghitung adalah sebagai berikut :

r = nΣxy – (Σx) (Σy) . √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2}

Keterangan : n = Banyaknya Pasangan data X dan Y Σx = Total Jumlah dari Variabel X Σy = Total Jumlah dari Variabel Y Σx2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel X Σy2= Kuadrat dari Total Jumlah Variabel Y Σxy= Hasil Perkalian dari Total Jumlah Variabel X dan Variabel Y

Dari data penelitian diketahui : n = 96 Σx = 5602 Σy = 2942 Σx2= 331088 Σy2= 91496 Σxy= 172084

r = nΣxy – (Σx) (Σy) √{nΣx² – (Σx)²} {nΣy2 – (Σy)2} r = 96 (172084) – (5602) (2942) √{96 (331088) – (5602)²} {96 (91496) – (2942)2} r = 16520064 – 16481084 √{31784448 – 31382404} {8783616 – 8655364}

86

Universitas Sumatera Utara 87

r = 38980 √{402044} {128252}

r = 38980 √51562947088

r = 38980 227074,76

r = 0,172

Berdasarkan hasil dari uji Pearson Product Moment diatas memperlihatkan r sebesar 0,17. Selanjutnya untuk menilai derajat hubungan digunakan skala Guildford atau Koefisien asosiasi sebagai berikut :

Nilai Skala Keterangan Nilai < 0,20 hubungan rendah sekali, lemah sekali 0,20 – 0.39 hubungan rendah tapi pasti 0,40 – 0,70 hubungan cukup berarti 0,71 – 0,90 hubungan yang tinggi, kuat hubungan yang sangat tinggi, kuat >0,90 sekali

Berdasarkan hasil dari uji korelasi Pearson Product Moment pada tabel 4.26 diatas dapat dilihat besar korelasi koefisien Perason Product Moment adalah 0,17. Dengan demikian dapat dikatakan pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa FISIP USU menunjukkan derajat hubungan yang rendah sekali.

4.7 Pembahasan

87

Universitas Sumatera Utara 88

William S. Maulsby mendefinisikan berita sebagai suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi, yang menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut (Assegaff, dalam buku Mondry, 2008:132). Berita Ratna Sarumpaet di televisi dapat dikatakan suatu komunikasi politik. Dimana kita dapat menelaah perilaku dan kegiatan komunikasi yang terdapat dalam pemberitaan Ratna Sarumpaet. Berita tersebut mempunyai akibat atau pengaruh terhadap perilaku politik. Maka jika bertolak dari konsep komunikasi dan konsep politik, pengertian komunikasi politik dapat dirumuskan sebagai suatu proses pengoperan lambang-lambang atau simbol-simbol komunikasi yang berisi pesan-pesan politik dari seseorang atau kelompok kepada orang lain, dengan tujuan untuk membuka wawasan atau cara berpikir, serta mempengaruhi sikap dan tingkah laku khalayak yang menjadi target politik. Faktor paling penting dalam komunikasi politik terletak pada isi pesan yang bermuatan politik. Komunikasi politik melibatkan pembicaraan. Pembicaraan yang dimaksud disini bukanlah dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol, seperti kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai, dan pakaian. Ilmuwan politik Mark Roelofs (dalam Nimmo, 2005:8) mengatakan dengan cara sederhana, “politik adalah pembicaraan, atau lebih tepat, kegiatan politik adalah berbicara.” Ia menekankan bahwa politik tidak hanya pembicaraan, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, “hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang.” Isi pesan yang sarat dengan muatan nilai-nilai politik ini kemudian juga turut memberi andil besar dalam menentukan arah dari beragam tujuan komunikasi politik itu sendiri. Mulai dari sekadar penyampaian informasi politik, pembentukan citra politik, pembentukan opini publik, dan bisa pula untuk mengendalikan pendapat atau tuduhan lawan politik. Dan senada dengan tujuan itu, sekaligus sebagai tahap pendukung dalam proses pencapaiannya.

88

Universitas Sumatera Utara 89

Minat memilih muncul karena adanya stimulus (S) motif yang menimbulkan motivasi. Motif mendorong seseorang untuk mencari kepuasan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang ada di dalam dirinya dibandingkan dengan keadaan lingkungan sekitar. Perhatian terhadap suatu hal akan melahirkan minat, dengan informasi dan pengetahuan yang dimilikinya akan membangun pengertian dan pemahaman sehingga mencapai penerimaan sebagai perubahan sikap yang menggambarkan respons (R) di dalam diri akibat terpaan berita Ratna Sarumpaet di televisi yang disebarkan secara luas. Bulan Oktober 2018 Indonesia digemparkan dengan penyebaran berita hoax yang dilakukan seorang aktivis Ratna Sarumpaet. Ratna Sarumpaet sendiri terkenal sebagai seorang yang jujur, kritis, dan pemberani. Maka dari itu ketika kabar Ratna Sarumpaet dianiaya pertama sekali beredar melalui Facebook yang diunggah oleh Swary Utami Dewi dan kabar tersebut menyebar lewat Twitter dari sejumlah tokoh politik. Salah satunya Rachel Maryam dan Fadli Zon selaku wakil ketua umum Partai Gerindra yang menegaskan Ratna Sarumpaet mengalami penganiayaan dan dikeroyok dua sampai tiga orang. Prabowo Subianto langsung mengambil tindakan dengan menggelar konferensi pers dan mengatakan bahwa tindakan terhadap Ratna adalah tindakan represif dan melanggar hak asasi manusia. Prabowo bahkan ingin bertemu dengan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk membicarakan mengenai dugaan penganiayaan yang dialami Ratna Sarumpaet di Bandung. Jika dilihat dari tingkat dampak pemberitaan Ratna Sarumpaet. Dimana mayoritas mahasiswa atau responden penelitian ini setuju pemberitaan Ratna Sarumpaet memiliki dampak kepada orang-orang disekitarnya. Dapat dilihat 12 responden atau yang setara dengan 12,5 % dari 96 responden menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat berdampak. 41 responden atau yang setara dengan 42,70 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi berdampak. 29 responden atau yang setara dengan 30,20 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang berdampak. 13 responden atau yang setara dengan 13,54 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi tidak berdampak. Dan 1 responden atau yang setara dengan 1,04 % menjawab pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat tidak berdampak.

89

Universitas Sumatera Utara 90

Lalu jika dilihat dari tingkat penerimaan responden terhadap Prabowo Subianto sebagai calon Presiden menunjukkan 7 responden atau yang setara dengan 7,2 9% dari 96 responden menyatakan sangat memahami terlibatnya Prabwo Subianto dalam pemberitaan Ratna Sarumpaet. 54 responden atau yang setara dengan 56,25 % menyatakan memahami tidakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. 32 responden atau yang setara dengan 33,33 % menyatakan kurang memahami tindakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan tidak memahami tindakan Prabwo Subianto dalam kasus Ratna Sarumpaet. Dari hasil analisis tabel tunggal didapatkan mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang menjadi responden dalam penelitian ini memahami tindakan Prabowo Subianto di dalam kasus Ratna Sarumpaet. Selanjutnya dilihat dari tingkat frekuensi responden mengikuti pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi sangat beragam, dimana dari 96 responden terdapat 5 responden atau yang setara dengan 5,20 % menjawab sangat sering mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Waktu yang mereka gunakan untuk mengikuti perkembangan berita tersebut lebih dari 3 bulan. 37 responden atau yang setara dengan 38,54 % menjawab sering mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Mereka mengatakan melihat berita tersebut dalam kurun waktu 3 bulan. 32 responden atau yang setara dengan 33,33 % menjawab jarang mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Mereka mengatakan melihat berita tersebut dalam jangka waktu 1 – 2 minggu. Dan juga terdapat 22 responden atau yang setara dengan 22,91 % menjawab sangat jarang mengikuti pemberitaan terkait kasus Ratna Sarumpaet. Namun, dalam kurun waktu 3 - 4 minggu mereka masih menonton pemberitaan tersebut meskipun sekali-sekali. Sedangkan jika dilihat dari segi tingkat faktual pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi, 7 responden atau yang setara dengan 7 % dari 96 responden menjawab berita Ratna Sarumpaet di televisi sangat faktual. 38 responden atau yang setara dengan 40 % menjawab faktual, 39 responden atau yang setara dengan 41 % menjawab kurang faktual, 9 responden atau yang setara dengan 9 % menjawab tidak faktual. 3 responden atau yang setara dengan 3 % menjawab

90

Universitas Sumatera Utara 91

sangat tidak faktual. Seperti yang terlihat diatas selisih antara faktual dan kurang faktual sangat sedikit, yang mana hanya sebesar 1 %. Mereka yang menjawab kurang faktual berpendapat jika pemberitaan Ratna Sarumpaet yang ditayangkan di televisi kurang memiliki nilai informasi, terkadang kurang mudah dipahami, dan diantara pencampuran fakta dan opini yang ada lebih banyak terdapat opini di dalam pemberitaan tersebut. Selain itu jika dilihat dari segi keseimbangan sumber dan isi berita sebesar 10 responden atau yang setara dengan 10,41 % menjawab sangat setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penayangan kasus Ratna Sarumpaet. 53 responden atau yang setara dengan 55,20 % menjawab setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penayangan kasus Ratna Sarumpaet. Menurut mereka ketidakseimbangan sumber berita sendiri dapat dilihat dari yang menjadi narasumber pemberitaan tidak seimbang antara pendukung Ratna Sarumpaet dan yang tidak mendukung beliau. Sedangkan jika dilihat dari ketidakseimbangan isi berita, mereka berpendapat yang menjadi isi berita tidak seimbang antara berita yang mendukung pendapat Ratna Sarumpaet dengan berita yang tidak mendukung. 27 responden atau yang setara dengan 28,12 % menjawab kurang setuju terdapat ketidakseimbangan sumber dan isi berita dalam setiap penanyangan kasus Ratna Sarumpaet. Mereka berpendapat ketidakseimbangan ini hanya dirasakan bagi pendukung calon pasangan Presiden nomor urut dua saja, karena sejauh ini setiap mereka melihat pemberitaan tidak terlihat ketidakseimbangan yang terjadi. Dan 6 responden atau yang setara dengan 6,25 % menjawab tidak setuju, mereka merasa tidak ada ketidakseimbangan yang terjadi baik dari sumber berita ataupun isi berita. Mereka berpendapat media menayangkan pemberitaan Ratna Sarumpaet dengan sebenar-benarnya tanpa memihak. Sedangkan jika dilihat dari tingkat penerimaan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara kepada Prabowo Subianto sebesar 6 responden atau yang setara dengan 6,25 % menyatakan sangat menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 34 responden atau yang setara dengan 35,41 % menyatakan menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 45 responden atau yang setara dengan 46,87 % menyatakan kurang menerima

91

Universitas Sumatera Utara 92

Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 8 responden atau yang setara dengan 8,33 % menyatakan tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. 3 responden atau yang setara dengan 3,12 % menyatakan sangat tidak menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Hasil diatas menunjukkan mayoritas mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang menjadi responden penelitian ini menyatakan kurang menerima Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Tingkat penerimaan disini peneliti lihat dari rasa simpati dan minat memilih Prabowo Subianto setelah beliau terseret pemberitaan Ratna Sarumapet. Untuk memperkuat analisis tabel tunggal, peneliti juga melakukan analisis tabel silang antara hubungan keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi dengan minat responden memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019. Dari 41 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi positif terdapat 51,21 % yang minatnya tinggi memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden Tahun 2019. Selain itu dari 53 responden yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi kurang positif terdapat 56,60 % yang minatnya sedang memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden Tahun 2019. Dan sebanyak 2 responden atau yang setara dengan 100% yang menyatakan bahwa keadaan pemberitaaan Ratna Sarumpaet di televisi negatif, semuanya menyatakan minatnya rendah memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada pemilihan Presiden tahun 2019 mendatang. Dari analisis hubungan diatas dapat disimpulkan bahwa berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden tahun 2019. Setelah melakukan analisis data melalui tabel tunggal dan tabel silang maka selanjutnya data dianalisis menggunakan uji t dan pearson product moment untuk menguji hipotesis yang diajukan terhadap pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan pengelolahan data melaui SPSS 22, dilakukan pengujian hipotesis melalui uji t dan uji Pearson Product Moment. Bedasarkan perhitungan

92

Universitas Sumatera Utara 93

uji t didapatkan nilai t hitung sebesar 1,689 sedangkan nilai t tabel sebesar 1,661. Maka didapatkan hasil t hitung > t tabel yang berarti hipotesis Ho ditolak dan hipotesis Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam Pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Sedangkan untuk menguji tingkat hubungan antara kedua variabel yang dikorelasikan, maka digunakan rumus Pearson Product Moment. Didapatkan hasil Pearson Product Moment sebesar 0,172 yang mana menunjukkan derajat hubungan yang rendah sekali antara berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi terhadap minat memilih Prabowo Subianto dalam pemilihan Presiden 2019 di kalangan mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

93

Universitas Sumatera Utara

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa sebesar 41 responden atau yang setara dengan 42,70% menjawab memiliki pandangan positif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi. Selanjutnya terdapat 53 responden atau yang setara dengan 55,20% menjawab memiliki pandangan kurang positif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi. Dan 2 responden atau yang setara dengan 2,08% menjawab memiliki pandangan negatif tentang keadaan berita Ratna Sarumpaet di televisi. 2. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat minat mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara memilih Prabowo Subianto menunjukkan sebesar 40 responden atau yang setara dengan 41,66% menyatakan memiliki minat yang tinggi memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden. Kemudian terdapat 50 responden atau yang setara dengan 52,08% menyatakan memiliki minat yang sedang memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2019. Dan terdapat 6 responden 6,25% yang memiliki minat yang rendah memilih Prabowo Subianto sebagai calon Presiden pada Pemilihan Presiden 2019 mendatang. 3. Berdasarkan hasil penelitian, besar pengaruh yang tercipta antara variabel independen dan variabel dependen, dimana dari hasil uji Pearson Product Moment didapatkan hasil sebesar 0,17 yang menunjukkan hubungan yang rendah sekali anatara pengaruh berita-berita Ratna Sarumpaet di televisi dengan minat memilih Prabowo Subianto dalam pemilihan Presiden 2019 dikalangan mahasiswa FISIP USU.

94 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 95

5.2 Saran 5.2.1 Saran Responden Penelitian Berkaitan dengan permasalahan penelitian ini, saat ini sedang marak-maraknya penyebaran berita hoax di Indonesia. Sudah sepatutnya kita lebih berhati-hati lagi menerima segala informasi yang masuk. Meskipun informasi tersebut kita dapat dari orang terdekat ataupun yang kita percayai, kita tetap harus mengkonfirmasi informasi tersebut kepada sumbernya langsung. Dengan adanya kasus Ratna Sarumpaet ini, diharapkan bisa dijadikan pembelajaran agar kedepannya kejadian seperti ini tidak terulang lagi.

5.2.2 Saran Dalam Kaitan Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi yang menghadirkan pemikiran baru, memperluas wawasan, ilmu pengetahuan, dan bisa menambah sumbangsi ilmu dalam bidang ilmu komunikasi. Diharapkan juga agar penelitian selanjutnya dapat menggunakan sudut pandang yang berbeda, sehingga terciptanya keragaman dalam penelitian.

5.2.3 Saran Dalam Kaitan Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbagan bagi tim sukses pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno agar bisa meningkatkan citra diri positif Prabowo-Sandi sehingga masyarakat lebih percaya lagi kepada pasangan calon Presiden nomor urut dua tersebut. Kepada peneliti selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan yang dilakukan peneliti, direkomendasikan untuk memperluas kajian dalam penelitian terutama yang berhubungan dengan permasalahan pemberitaan, penerimaan, dan kepercayaan.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

DAFTAR REFERENSI

Buku :

Ardianto, Elvinaro. 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Susanto, Astrid. 2002. Komunikasi Massa I. Bandung: Bina Cipta. Bulaeng, Andi. 2004. Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. ANDI. Yogyakarta. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Cangara, Hafied. 2009. Komunikasi Politik. Jakarta: PT. Raja Grafindoo Persada. Cangara, Hafied. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Day, Mila. 2004. Buku Pintar Televisi. Jakarta: Trilogos Denis, McQuail. 2003. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Penerbit Erlangga. Effendy, Onong Uchjana. 2007. Ilmu Komunikasi Teori Dan Pratek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ida, Rachmah dan Henry Subiakto. 2012. Kominikasi Politik, Media, dan Demokrasi. Jakarta: Kencana. Jonathan, Sarwono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. Karlinah, dkk. 1999. Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka. Kriyantono, Rachmat. 2010. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta Karlinah, Siti, Betty Soemirat dan Lukiati Komala. 1999. Komunikasi Massa. Jakarta: Universitas Terbuka. Mondry. 2008. Pemahaman Teori dan Praktik Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia. Morissan, M. A. 2008. Manajemen Media Penyiara: Strategi Mengelola Radio & Televisi. Jakarta: Kencana Predana Media Group.

96 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 97

Nimmo, Dan. 2005. Komunikasi Politik : Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nimmo, DAN, 2001. Komunikasi Politik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rochaety, Ety, dan Ratih Tresnati, Latief. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis dengan Aplikasi SPSS. Jakarta : Mitra Wacana Media. Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan : Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke 17. Bandung: Alfabeta

Skripsi : Marpaung, Winda Astrid. 2012. Pemberitaan Nazaruddin dan Tingkat Kepercayaan Masyarakat Kepada Partai Demokrat. Medan, Universitas Sumatera Utara.

Jurnal : H.M Soerya, R. 2013. Pemilihan Kepala Daerah Dalam Demokrasi Electoral. Jurnal Masalah-Masalah Hukum, 43(3), 356. Prasetyoningsih, N. 2014. Dampak Pemilihan Umum Serentak Bagi Pembangunan Demokrasi Indonesia. Jurnal Media Hukum, 21(2), 244.

Website : Diakses melalui www.fisipusu.ac.id. Diakses pada 24 November 2018, pukul 00.38 WIB. Kompas.com, (2018). Survei LSI: Pasca Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Elektabilitas Prabowo-Sandiaga Turun 1 Persen. Diakses melalui https://nasional.kompas.com/read/2018/10/23/15002051/survei-lsi-pasca- kasus hoaks-ratna-elektabilitas-prabowo-sandiaga-turun-1. Diakses pada 23 Oktober 2018, pukul 21.30 WIB. Pikiran-rakyat.com, (2018) Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet Berdampak pada Pilihan di Pilpres 2019. Diakses melalui https://www.pikiran-

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 98

rakyat.com/nasional/2018/11/06/kasus-hoaks-ratna-sarumpaet- berdampak-pada-pilihan-di-pilpres-2019-432809. Diakses pada 06 November 2018, pukul 23.00 WIB. Wikipedia, (2018) Televisi. Diakses melalui https://id.wikipedia.org/wiki/Televisi. Diakses pada 06 November 2018, pukul 23.30 WIB.

Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

KUESIONER PENELITIAN

PENGARUH BERITA-BERITA RATNA SARUMPAET DI TELEVISI

TERHADAP MINAT MEMILIH PRABOWO SUBIANTO DALAM PEMILIHAN PRESIDEN 2019

DI KALANGAN MAHASISWA FISIP USU

Nomor Responden

Petunjuk Pengisian Kuesioner:

1. Jawab pertanyaan di bawah ini dengan benar dan jujur.

2. Berikan tanda (X) atau lingkaran pada jawaban yang paling benar

3. Nomor Responden dan kotak kode yang ada disebelah kanan mohon untuk tidak diisi.

4. Terimakasih atas kesediaan waktu dan jawabannya.

5. Selamat menjawab.

I. Identitas Responden

Nama : Umur :

Universitas Sumatera Utara

Jenis Kelamin : □ Pria □ Wanita Agama : Suku : Angkatan : Jurusan : Aktivitas Organisasi :

II. Independen Variabel

1. Apakah anda mengetahui siapa Ratna Sarumpaet? a. Sangat tahu b. Tahu c. Ragu-ragu d. Kurang tahu e. Tidak tahu

2. Apakah anda mengetahui berita Ratna Sarumpaet di Televisi? a. Sangat Tahu b. Tahu c. Ragu-ragu d. Kurang Tahu e. Tidak Tahu

3. Apakah anda aktif mengikuti perkembangan berita Ratna Sarumpaet di Televisi? a. Sangat aktif b. Aktif c. Cukup aktif d. Kurang aktif e. Tidak Aktif

4. Di stasiun televisi mana anda menonton berita Ratna Sarumpaet? a. Metro tv b. TV One c. Net tv d. Inews tv e. Dll ( )

5. Apakah pemberitaan Ratna Sarumpaet di Televisi faktual?

Universitas Sumatera Utara

a. Sangat Faktual b. Faktula c. Kurang Faktual d. Tidak Faktual e. Sangat Tidak Faktual

6. Apakah pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi termasuk kedalam berita aktual? a. Sangat Aktual b. Aktual c. Kurang Aktual d. Tidak Aktual e. Sangat Tidak Aktual

7. Apakah keakuratan penyajian berita Ratna Sarumpaet di televisi sudah tepat? a. Sangat Akurat b. Akurat c. Kurang Akurat d. Tidak Akurat e. Sangat Tidak Akurat

8. Apakah anda mengetahui kapan kasus Ratna Sarumpaet terjadi? a. Sangat Tahu b. Tahu c. Kurang Tahu d. Tidak Tahu e. Sangat Tidak Tahu

9. Apakah anda mengetahui bagaimana berlangsungnya kasus Ratna Sarumpaet? a. Sangat Mengetahui b. Mengetahui c. Kurang Mengetahui d. Tidak Mengetahui e. Sangat Tidak Mengetahui

Universitas Sumatera Utara

10. Apakah anda setuju berita Ratna Sarumpaet di televisi mencakup 5W+1H? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju

11. Apakah isi pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi penting? a. Sangat penting b. Penting c. Kurang penting d. Tidak penting e. Sangat Tidak Penting

12. Apakah kasus Ratna Sarumpaet memiliki relevansi (nilai berita)? a. Sangat Relevan

b. Relevan c. Kurang Relevan d. Tidak Relevan e. Sangat Tidak Relevan

13. Apakah anda setuju terdapat ketidakseimbangan sumber berita dalam kasus Ratna Sarumpaet? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju

14. Apakah anda setuju terdapat ketidakseimbangan isi berita dalam kasus Ratna Sarumpaet? a. Sangat Setuju b. Setuju c. Kurang Setuju d. Tidak Setuju e. Sangat Tidak Setuju

Universitas Sumatera Utara

15. Apakah anda setuju pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi menggangu kepercayaan masyarakat kepada Prabowo Subianto dalam PILPRES 2019? a. Sangat setuju b. Setuju c. Kurang setuju d. Tidak setuju e. Sangat Tidak Setuju

16. Seberapa sering anda menonton berita Ratna Sarumpaet di televisi? a. Sangat sering b. Sering c. Jarang d. Sangat Jarang e. Tidak Pernah

17. Berapa lama waktu yang anda gunakan untuk menonton berita Ratna Sarumpaet di televisi? a. > 3 bulan b. 3 bulan c. 2 bulan d. 3-4 minggu e. 1-2 minggu

III. Dependen Variabel

18. Apakah anda tertarik kepada Prabowo Subianto? a. Sangat tertarik b. Tertarik c. Kurang tertarik d. Tidak tertarik e. Sangat Tidak Tertarik

19. Apakah anda memberikan perhatian kepada Prabowo Subianto setelah ia terseret pemberitaan Ratna Sarumpaet? a. Sangat Perhatian b. Perhatian

Universitas Sumatera Utara

c. Kurang Perhatian d. Tidak Perhatian e. Sangat Tidak Perhatian

20. Apakah anda mengerti mengapa nama Prabowo Subianto ikut termasuk dalam pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi? a. Sangat Mengerti b. Mengerti c. Kurang Mengerti d. Tidak Mengerti e. Sangat Tidak Mengerti

21. Apakah anda mengerti mengapa Prabowo Subianto melakukan konferensi pers untuk Ratna Sarumpaet? a. Sangat Mengerti b. Mengerti c. Kurang Mengerti d. Tidak Mengerti e. Sangat Tidak Mengerti

22. Apakah anda memahami mengapa Prabowo Subianto ikut masuk kedalam pemberitaan Ratna Saumpaet? a. Sangat Memahami b. Memahami c. Kurang Memahami d. Tidak Memahami e. Sangat Tidak Memahami

23. Apakah anda mampu melihat nama Prabowo Subianto yang masuk kedalam pemberitaan Ratna Sarumpaet dari sudut pandang yang berbeda? a. Sangat Mampu b. Mampu c. Kurang Mampu d. Tidak Mampu e. Sangat Tidak Mampu

24. Setelah melihat pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi, apakah anda dapat menerima Prabowo Subianto? a. Sangat Menerima b. Menerima

Universitas Sumatera Utara

c. Kurang Menerima d. Tidak Menerima e. Sangat Tidak Menerima

25. Setelah melihat pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi, apakah anda dapat bersimpati kepada Prabowo Subianto? a. Sangat Bersimpati b. Bersimpati c. Kurang Bersimpati d. Tidak Bersimpati e. Sangat Tidak Bersimpati

26. Setelah melihat pemberitaan Ratna Sarumpaet di televisi, apakah anda berminat mendukung Prabowo Subianto? a. Sangat Berminat b. Berminat c. Kurang Berminat d. Tidak Berminat e. Sangat Tidak Berminat

Universitas Sumatera Utara