Analisis Framing Robert N Entman Dan Character
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
JURNAL CHARACTER ASSASSINATION PADA KASUS HOAKS RATNA SARUMPAET (Analisis Framing Robert N Entman dan Character Assassination dalam Pemberitaan Politik Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet pada Portal Berita Kompas.com dan Republika.co.id Periode Oktober 2018) Disusun Sebagai Syarat Untu Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Oleh: Irma Santika Nugroho D0215056 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2019 CHARACTER ASSASSINATION PADA KASUS HOAKS RATNA SARUMPAET (Analisis Framing Robert N Entman dan Character Assassination dalam Pemberitaan Politik Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet pada Portal Berita Kompas.com dan Republika.co.id Periode Oktober 2018) Irma Santika Nugroho Sri Herwindya Baskara Wijaya Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Human Rights activist and artist, Ratna Sarumpaet was arrested by the police for spreading false news about her persecution by certain individuals. The lie of the persecution of Ratna Sarumpaet was to cover up that Ratna had carried out plastic surgery that she did not want to show to the public. Her issue was in the media spotlight because she was also the National Campaigner for the presidential and vice-presidential candidate, Prabowo-Sandiaga. The story of the persecution of Ratna Sarumpaet is controversial because the case Ratna Sarumpaet hoax is full of political interests between the two camps of Jokowi- Ma'ruf and Prabowo-Sandiaga. The main objective of this research is to analyze the online media Kompas.com and Republika.co.id in framing the political news of the Ratna Sarumpaet case. Besides, the author is also interested in the study of political communication of character assassination built by the two media in the case. Framing analysis is used to analyze the framing of the news of the Hoax Ratna Sarumpaet Case Issue which was built by Kompas.com and Republika.co.id in the October 2018 period. This research is a descriptive study with a qualitative approach. The data analysis technique used was Robert N Entman's framing analysis with structural analysis: Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgment, and Treatment Recommendation. The research findings show that the selection of issues in the Ratna Sarumpaet hoax case in Kompas.com in the form of the hoax case did not affect Prabowo's camp. Meanwhile, Republika.co.id selected the issue that Ratna Sarumpaet's hoax was detrimental to the Prabowo-Sandiaga camp. Meanwhile, the act of character assassination can be seen from the news of the two media that cornered Ratna Sarumpaet and did not allow Ratna to argue after she admitted her mistake. Both media focused on political issues involving two candidate pairs of vice-presidential candidates and the legal process of Ratna Sarumpaet. Keywords: Framing Analysis, Ratna Sarumpaet Hoax, Character Assassination Pendahuluan Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) dan juga seorang Seniman, Ratna Sarumpaet ditangkap terkait penyebaran hoaks (hoax) bahwa dirinya dianiaya. Ratna Sarumpaet yang juga merupakan Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) dari pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut dua, Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno. Ratna Sarumpaet mengaku bahwa dirinya dianiaya hingga babak belur di bagian wajah oleh sekelompok orang tak dikenal di Bandung. Mendengar kabar tersebut, Prabowo langsung bertemu dengan Ratna Sarumpaet dan menggelar jumpa pers di kediamannya di Kertanegara. Saat itu, Prabowo yakin ada motif politik di balik penganiayaan yang dialami Ratna. Keyakinan Prabowo tersebut muncul karena tidak ada barang berharga maupun uang Ratna yang hilang pasca-penganiayaan. Selain itu, kata Prabowo, Ratna sempat mengaku ada kalimat ancaman yang dilontarkan oleh pelaku terkait sikap politiknya. (Asril, 2018) Prabowo juga menyebut kasus yang dialami Ratna sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). (CNNIndonesia, 2018) Berangkat dari situlah aktivis Ratna Sarumpaet pun membuat pengakuan bahwa dirinya berbohong telah dianiaya orang. Ratna mengakui membiarkan kebohongan itu. Ia juga berpikir untuk mengembangkan cerita bohong tentang penganiayaan. Saat bertemu dengan koleganya, dan elite politik Prabowo Subianto, Ratna masih membiarkan kebohongannya tersebut. Ratna pun meminta maaf atas kebohongan yang ia buat tersebut. Pada kasus ini Ratna Sarumpaet dianggap telah melanggar Undang-Undang ITE Pasal 28 ayat 2 dengan ancaman 10 tahun penjara karena telah melakukan pembohongan publik tentang penganiayaannya. Sebelum kasus hoaks Ratna Sarumpaet menjadi viral, Ratna pernah berdebat dengan Luhut Binsar Pandjaitan (Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman) mengenai pencarian korban KM Sinar Bangun (kapal yang karam di Danau Toba) pada tanggal 2 Juli 2018. Pada kejadian itu Luhut terlibat adu argumen dengan pegiat sosial Ratna Sarumpaet yang menolak usul penghentian pencarian korban tenggelam kapal nahas itu. Ratna menyatakan tidak puas dengan sikap pemerintah yang hendak menghentikan pencarian korban KM Sinar Bangun, dalam operasi yang sudah digelar selama 15 hari. (Putranto, 2018). Selanjutnya Ratna ditunjuk sebagai Juru Kampanye Nasional (Jurkamnas) pasangan Prabowo-Sandiaga pada Pilpres 2019 dan dalam pelaksanaannya Ia diberhentikan dari tim sukses setelah melakukan pembohongan publik (hoaks) bahwa dirinya dianiaya. Hoaks atau hoax atau kabar palsu saat ini masih menjadi masalah penting dalam masyarakat Indonesia, ditambah lagi menjelang Pemilu. Penggunaan media online sedang berkembang pesat di Indonesia ditengah pemahaman masyarakat akan pentingnya literasi media. Berdasarkan Survey Hoax Masyarakat Telematika Indonesia, Hoax diibuat dengan sengaja (by intention), kerap digunakan sebagai alat untuk mempengaruhi opini publik dan menjadi marak karena ada factor stimulan (Sosial, Politik, SARA dan Pemerintahan). (Mastel.id, 2019) Aspek kajian penelitian kasus hoaks Ratna Sarumpaet masuk dalam ranah komunikasi politik. Dari kasus hoaks yang menimpa Ratna Sarumpaet terdapat hipotesa adanya upaya kubu Jokowi-Ma’ruf untuk menjatuhkan lawannya (Prabowo-Sandiaga) atau sebaliknya, ada upaya kubu Prabowo-Sandiaga untuk mendongkrak popularitas timnya melalui kasus hoaks Ratna Sarumpaet. Penulis tergerak untuk menyusun penelitian analisis framing pada pemberitaan politik Kompas.com dan Republika.co.id pada kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada Oktober 2018. Tujuannya, penulis ingin membuktikan apakah kedua media tersebut melakukan pembunuhan karakter atau character assassination pada Ratna Sarumpaet. Dipilihnya Kompas.com dan Republika.co.id tak lepas dari popularitas media mainstream di Indonesia. Adanya indikasi pemberitaan yang mengarah pada character assassination mendorong penulis untuk menguji pemberitaan politik pada kedua media tersebut dengan menggunakan analisis framing model Robert N. Entman. Analisis framing menggunakan empat elemen utama yakni, Define Problem, Diagnose Causes, Make Moral Judgement, dan Treatment Recommendation. Berdasarkan dari keempat elemen tersebut, penulis ingin menemukan bagaimana kedua media memberitakan tentang kasus hoaks Ratna Sarumpaet dengan indikator pembingkaian media terkait kepentingan politik. Selain itu, penulis ingin menemukan adakah unsur character assassination atau pembunuhan karakter pada kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada kedua media tersebut dengan tujuh metode pembunuhan karakter oleh Martijn Icks. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, rumusan masalah yang hendak peneliti angkat adalah: 1. Bagaimana media Kompas.com dan Republika.co.id membingkai pemberitaan politik kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada periode Oktober 2018? 2. Bagaimana kajian komunikasi politik character assassination pada kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada media online Kompas.com dan Republika.co.id? Kajian Pustaka 1. Komunikasi Politik Komunikasi politik merupakan persilangan antara ilmu politik dan ilmu komunikasi. Pembahasan kajian ini berkutat pada proses penyampaian pesan melalui media yang juga bersifat politis. Komunikasi politik diindikasikan dengan adanya pertarungan antarberbagai kepentingan yang muncul dalam tindakan politik (Soyomukti, 2013: 1). Komunikasi politik menjadi sub-disiplin ilmu berpijak pada dua disiplin ilmu: Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik (Pawito, 2009: 16). McQuail (1992: 472-473) mendefinisikan komunikasi politik merupakan semua proses penyampaian informasi – termasuk fakta, pendapat-pendapat, keyakinan-keyakinan dan seterusnya, pertukaran dan pencarian tentang itu semua dilakukan oleh para partisipan dalam konteks kegiatan politik yang lebih bersifat melembaga (Pawito, 2009: 2). Terlepas dari definsi diatas, Menurut (Arifin, 2011: 125-137) komunikasi politik meliputi berbagai kegiatan politik yang diterapkan oleh komunikator politik kepada komunikannya, antara lain: a. Retorika Politik: Retorika (seni berbicara) merupakan seni menyusun argumentasi dan pembuatan naskah pidato, karena retorika berkaitan dengan persuasi. b. Agitasi Politik, yakni suatu upaya untuk menggerakkan massa dengan lisan dan tulisan, dengan cara merangsangsang dan membangkitkan emosi khalayak. c. Propaganda Politik: propaganda merupakan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara terencana dan sistematik, untuk menggunakan sugesti (mempermainkan emosi), untuk tujuan memengaruhi seseorang atau sekelompok orang, khalayak atau komunitas yang lebih besar (bangsa) agar melaksanakan atau menganut suatu ide (ideologi, gagasan sampai sikap), atau kegiatan tertentu dengan kesadarannya