Mengawal-Demokrasi-Pengalaman
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
MENGAWAL DEMOKRASI Pengalaman Jaringan Demokrasi Aceh dan RUUPA Tim Penulis Salemba Tengah Diterbitkan atas kerja sama 2007 Mengawal Demokrasi Pengalaman Jaringan Demokrasi Aceh dan RUUPA Cetakan Pertama, 2007 xvi - 198, 15 x 21 cm ISBN: ............................. Penulis : Tim Salemba Tengah Pengantar : Yappika Otto Syamsuddin Ishak Tata Letak: Moelanka Cover : Moelanka Diterbitkan oleh: Yappika Jl. Pedati Raya No. 20, RT 007/09, Jakarta Timur 13350, Phone: +62-21-8191623, Fax: +62-21-85905262, +62-21-8500670, e-mail: [email protected] Buku ini diterbitkan atas dukungan CIDA Buku ini di dedikasikan kepada seluruh elemen gerakan masyarakat sipil di Aceh Pengatar Penerbit Belajar Demokrasi Dari Aceh ceh, dengan situasi konfliknya yang panjang, pernah membuat kita marah dan menangis ketika menyaksikan kekerasan yang Aterjadi secara sistematik telah menyebabkan harkat dan martabat kemanusiaan di Aceh berada pada titik yang paling rendah. Aceh pun, dengan perjalanannya yang panjang menuju perdamaian yang penuh liku, pernah membuat kita lega ketika terjadi beberapa kali pembicaraan untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung dalam hitungan puluhan tahun itu. Dan sekali lagi, kita pun merasa penuh harap bercampur was-was ketika terjadi nota kesepakatan damai di Helsinski. Penuh harap karena kita menginginkan kesepakatan Helsinski ini benar-benar menjadi akhir dari konflik Aceh, menyusul beberapa skema penyelesaian konflik sebelumnya yang tidak pernah berujung pada kondisi damai yang sesungguhnya. Beberapa skema penyelesaian konflik yang digagas sebelumnya justru berakhir dengan meningkatnya eskalasi konflik, baik dalam bentuk perang argumen para pihak maupun perang bersenjata yang terus menambah jatuhnya korban jiwa dan harta. Kita was-was karena khawatir perjanjian Helsinki akan terperosok pada lubang yang sama, seperti yang pernah terjadi pada inisiatif-inisiatif perdamaian sebelumnya. Seperti kita ketahui, perjanjian Helsinski harus ditindaklanjuti dengan pembuatan Undang-undang Pemerintahan Aceh (UUPA) sebagai aktualisasi dari kompromi-kompromi yang dihasilkan di meja perundingan. Kandungan UUPA akan menjadi cermin untuk melihat komitmen para pihak melaksanakan apa yang sudah disepakati. Pasal- pasal yang terkandung di dalam UUPA akan memberi bukti nyata apakah setiap pihak memandang perjanjian Helsinski sebagai niat tulus berdamai atau sekedar janji politik. Kandungan UUPA yang jauh menyimpang dari kesepakatan-kesepakatan Helsinski niscaya akan meruntuhkan semangat perdamaian yang telah tumbuh. Berbasiskan pada cara pandang seperti itulah maka aktivis-aktivis masyarakat sipil menggagas inisiatif untuk mengawal proses-proses penyusunan UUPA. Inisiatif ini bukan tanpa tantangan, karena warisan konflik masih membayang di kalangan masyarakat sipil. Pada masa konflik berlangsung, rasa curiga, syak-wasangka dan berbagai penilaian minor satu pihak kepada pihak lain memang berkembang dan membesar. Kalangan mahasiswa curiga dengan LSM, LSM tidak nyaman berinteraksi dengan perguruan tinggi, perguruan tinggi memandang sebelah mata kalangan tokoh agama, tokoh agama sinis terhadap kelompok masyarakat adat, kalangan masyarakat adat tidak respek terhadap mahasiswa, dan berbagai prejudice lainnya yang saling silang diantara komponen masyarakat sipil yang satu kepada komponen masyarakat sipil lainnya. Belum lagi bagaimana tingginya kecurigaan kalangan masyarakat sipil terhadap partai politik yang selama ini dianggap selalu menelikung kepentingan masyarakat untuk keuntungan kelompoknya. Tantangan ini coba diatasi dengan membangun komunikasi yang intensif diikuti dengan pelibatan berbagai komponen dalam keseluruhan tahap kegiatan, mulai dari menyusun target-target yang harus dicapai hingga strategi-strategi yang akan digunakan, termasuk jika terjadi perubahan-perubahan yang harus dilakukan di tengah jalan. Bukan berarti persoalan kemudian menjadi lancar, friksi-friksi tetap saja ada. Bagaimana pun bekerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki pikiran, cara pandang dan persepsi berbeda bukanlah hal yang mudah dilakukan. Namun semua itu harus dikelola dan bagaimana menjadikan keragaman pandangan yang ada sebagai iv sebuah kekayaan dan kekuatan bersama, sehingga berakhir pada kesepakatan-kesepakatan yang diterima secara sadar, tanpa paksaan dan dominasi. Proses pengawalan penyusunan UUPA kemudian bergulir sebagai momentum yang mengkonsolidasikan berbagai komponen masyarakat sipil, baik di wilayah Aceh sendiri maupun berbagai organisasi masyarakat sipil di Jakarta yang mendukung advokasi UUPA ini. Seluruh liku-liku proses dan pengalaman yang terjadi dalam pengawalan penyusunan UUPA inilah yang diuraikan dalam buku ini. Dari sini kita bisa belajar bahwa perjuangan tidak bisa dilakukan sendiri. Penyatuan seluruh elemen gerakan dan strategi gerakan dari yang mobilisasi massa sampai pada tingkat lobby menjadi faktor penting keberhasilan gerakan mengawal UUPA ini. Kitapun dapat menarik pelajaran bahwa konflik sebesar apapun bisa selesai jika ada keinginan untuk menyelesaikannya secara demokratis; baik seperti yang terlihat dalam proses penyelesaian konflik Aceh, maupun penyelesaian konflik-konflik antar komponen masyarakat sipil pada saat mengawal proses penyusunan UUPA. Semoga buku ini dapat memberikan semangat kepada berbagai gerakan advokasi untuk tidak pernah lelah dan berhenti mengawal demokrasi, termasuk mengawal demokrasi di Aceh paska pengesahan UUPA. Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada tim penulis dari Salemba Tengah; Bung Fay (Hilmar Farid), Bung Wilson dan Bung Rinto serta semua pihak yang telah membantu penerbitan buku ini. Lili Hasanuddin Direktur Yappika v Daftar Isi Pengantar Penerbit........................................................... iii Daftar Isi ....................................................................... vii Kata Pengantar................................................................. xi Bab 1 Pendahuluan ........................................................ 3 Bab 2 Jalan Berliku Menuju Perdamaian........................ 11 Jatuhnya Soeharto dan Perundingan Damai ........... 14 Diplomasi Saudagar Menuju Perdamaian .............. 18 Lahirnya Memorandum of Understanding .............. 27 Sembilan Butir Penting MoU Helsinki..................... 30 Bab 3 Aceh Menyambut Kesepakatan Damai ................ 35 Demobilisasi Gerakan Aceh Merdeka ..................... 39 GAM Menanggapi RUUPA...................................... 39 Gerakan Mahasiswa Menanggapi RUUPA .............. 41 Mahasiswa Aceh Dalam Perubahan ....................... 43 Mahasiswa Dalam Aksi ......................................... 45 Gerakan Perempuan Mengawal RUUPA ................. 49 Perempuan Aceh Berpolitik .................................... 50 Memastikan RUUPA Berpihak pada Perempuan ..... 50 Sentral Informasi Referendum Aceh (SIRA)............. 54 Petisi Rakyat Aceh ................................................. 55 Ulama dan RUUPA................................................. 58 Ulama dan Politik .................................................. 59 RUUPA dan Konsolidasi Gerakan Masyarakat Sipil ....................................................................... 61 Bab 4 Masalah Aceh dan Silang Sengkarut Politik Jakarta .................................................................. 65 Pansus RUUPA DPR ............................................... 69 Forum Bersama ..................................................... 72 Partai dan Tokoh Politik ......................................... 74 PDI Perjuangan...................................................... 75 Presiden Megawati Perpanjang Darurat Militer ...... 77 Partai Golongan Karya ........................................... 79 Partai Kebangkitan Bangsa .................................... 80 Partai Amanat Nasional ......................................... 82 Partai Persatuan Pembangunan ............................. 83 Partai Keadilan Sejahtera ....................................... 83 Reaksi Tentara Nasional Indonesia ........................ 84 Purnawirawan TNI-Polri Menolak Kesepahaman RI-GAM ................................................................. 87 Amerika Serikat ..................................................... 91 viii Bab 5 Jaringan Demokrasi Aceh Sebuah Anatomi ......... 97 Pembagian Kerja dan Struktur ............................... 100 Pembagian Tugas Tim Substansi ............................ 100 Menangani RUUPA ................................................ 103 1. Pembagian Kewenangan .................................. 104 2. Perekonomian.................................................. 104 3. Keuangan ........................................................ 105 4. Calon Independen ........................................... 106 5. Partai Politik Lokal ........................................... 106 6. Pengadilan Hak Asasi Manusia ........................ 108 7. Pendidikan dan Kesehatan ............................... 109 8. Syari’at Islam .................................................. 110 Beberapa Pasal Kunci RUUPA ................................ 111 JDA dan Para Aktor Politik ..................................... 115 Hubungan dengan GAM ........................................ 115 Hubungan dengan Gerakan Mahasiswa Aceh ........ 116 Hubungan dengan Gerakan Perempuan ................. 118 Hubungan dengan Media ...................................... 121 Strategi dan Taktik................................................. 122 Bab 6 Strategi Arus Bawah ............................................... 129 Konsultasi