Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol Tradisional Khas

Legal Protection towards Indonesian Traditional Alcoholic Beverages

Cita Yustisia Serfiyani,* Iswi Hariyani,** Citi Rahmati Serfiyani*** *Fakultas Hukum Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, Jalan Dukuh Kupang XXV/54, Surabaya, **Fakultas Hukum Universitas Jember, Jalan Kalimantan 37 Jember, ***Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Jalan Airlangga 4-6 Surabaya Email: [email protected]

Naskah diterima: 27 Juni 2020 Naskah direvisi: 28 September 2020 Naskah diterbitkan: 1 November 2020 Abstract Traditional alcoholic beverages have existed in Indonesian culture and society for various purposes. Its existence has been influenced by the concoction of alcoholic beverages which adversely affects the traditional alcoholic beverages’ image. These beverages are actually Intellectual Property Rights, IPR-based products of cultural heritage with indications of origin that have characteristics so that they cannot be compared to other countries’ alcoholic beverages, even though current regulations still regulate the opposite. This paper examines the legal protection of Indonesian traditional alcoholic beverages which are also adapted to their characteristics and the influence of Indonesian legal culture on these traditional alcoholic beverages. This research is a normative study with statutory, conceptual, and comparative approach method with South Korea and France as a comparison. Prudent and objective legal protection from the point of view of IPR for traditional alcoholic beverages is expected to develop positive aspects while still anticipating negative ones. This study concludes that Indonesian traditional alcoholic beverages that fulfill 3 unique characteristics can be protected as intangible cultural heritage (public property) or an indication of origin (belongs to local communities), although what is more appropriate now is an indication of origin so that the Government needs to adjust the regulatory design, especially at the national level, according to the indication of origin. Keywords: traditional alcohol beverages; cultural heritage; indication of origin

Abstrak Minuman alkohol tradisional telah ada di budaya masyarakat Indonesia dengan berbagai tujuan peruntukan. Perkembangan eksistensinya dipengaruhi oleh minuman beralkohol racikan yang memberi pengaruh buruk ke citra alkohol tradisional. Minuman alkohol tradisional sesungguhnya merupakan produk berbasis kekayaan intelektual di bidang warisan budaya dan indikasi asal yang memiliki karakteristik sehingga tidak dapat disamakan dengan minuman beralkohol lainnya, meskipun regulasi yang ada saat ini masih mengatur sebaliknya. Tulisan ini meneliti mengenai pelindungan hukum minuman alkohol tradisional khas Indonesia yang disesuaikan pula dengan karakteristiknya dan pengaruh budaya hukum masyarakat Indonesia terhadap minuman alkohol tradisional tersebut. Penelitian ini merupakan penelitian normatif dengan metode pendekatan perundang-undangan, pendekatan konseptual, serta pendekatan perbandingan dengan Korea Selatan dan Prancis. Pelindungan hukum yang bijak dan objektif dari sudut pandang Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) terhadap minuman alkohol tradisional diharapkan dapat mengembangkan aspek positif dengan tetap mengantisipasi aspek negatifnya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa minuman alkohol tradisional khas Indonesia yang memenuhi 3 karakteristik khusus dapat dilindungi sebagai warisan budaya tak benda (milik publik) ataupun indikasi asal (milik masyarakat lokal) walaupun yang lebih tepat untuk diterapkan saat ini adalah indikasi asal sehingga Pemerintah perlu menyesuaikan perancangan regulasi di tingkat pusat sesuai indikasi asal. Kata kunci: minuman alkohol tradisional; warisan budaya; indikasi asal

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 267 I. Pendahuluan alkohol tradisional hanya untuk kegiatan budaya Minuman alkohol tradisional telah menjadi dan agama di masyarakat adat setempat tanpa bagian dalam kehidupan sebagian masyarakat memberi peluang bagi produk minuman alkohol Indonesia di berbagai wilayah nusantara sejak tradisional untuk diproduksi guna manfaat lain dahulu kala. Minuman alkohol tradisional yang lebih luas seperti ikon pariwisata, oleh- khas Indonesia seperti arak Bali, ballo, moke, oleh dan lainnya sebagian bagian dari warisan dan lainnya secara historis tidak hanya sekedar budaya turun temurun. minuman yang mengandung kadar alkohol Peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat tertentu namun memiliki peran serta nilai seringkali masih terjadi ketidaksinkronan (value) dalam kehidupan masyarakat adat antara regulasi, masyarakat dan aparat penegak sejak dahulu kala mulai dari ritual keagamaan, hukum dalam penegakan hukum. Tujuan ritual adat istiadat, dan simbol dalam hukum hanya dapat dicapai dengan pelaksanaan kegiatan kehidupan sehari-hari. Minuman ini aturan hukum yang sejalan dengan tujuan dipergunakan sebagaimana mestinya dengan hukum tersebut. Tujuan hukum terkandung pembatasan-pembatasan oleh masyarakat adat dalam aturan hukum tertulis, namun bukan yang bersangkutan. berarti tujuan hukum yang tidak dituangkan Dalam perkembangannya, hadir pula dalam aturan hukum tertulis seperti ketertiban produk minuman alkohol impor yang masuk umum, keadilan, kepastian hukum dan asas- ke Indonesia dan mendominasi pasar alkohol asas hukum lain menjadi tidak sama pentingnya. saat ini serta beredar pula minuman alkohol Aturan hukum yang bertentangan dengan racikan atau oplosan yang berbahaya namun penegakan hukum dan penindakan hukum dijual bebas secara ilegal. Kehadiran minuman terhadap semua jenis minuman beralkohol alkohol jenis ini melonggarkan pembatasan termasuk minuman alkohol tradisional khas konsumsi minuman alkohol di Indonesia Indonesia dapat menimbulkan permasalahan dan mempengaruhi citra minuman alkohol hukum. tradisional yang sudah lebih dulu hadir di Mengkaji mengenai minuman alkohol budaya masyarakat Indonesia sejak ratusan tradisional merupakan isu sensitif dan cenderung bahkan ribuan tahun lalu. kontroversial mengingat minuman beralkohol, Upaya pemerintah dalam mengatur dan terlepas tradisional ataupun non tradisional, membatasi peredaran minuman beralkohol termasuk ke dalam kategori produk haram melalui dasar hukum yang ada saat ini di dimana Indonesia merupakan negara dengan antaranya Peraturan Menteri Perdagangan mayoritas penduduk muslim. Padahal, penilaian Nomor 6 Tahun 2015 tentang Perubahan seseorang terhadap minuman alkohol tradisional Kedua Atas Peraturan Menteri Perdagangan sesungguhnya tergantung dari sudut pandang Nomor 20 Tahun 2014 tentang Pengendalian yang dipilih. Apabila kajian hukum dilakukan dan Pengawasan Terhadap Pengadaan, dari sudut pandang ilmu hukum pelindungan Peredaran dan Penjualan Minuman Beralkohol konsumen misalnya, maka peredaran alkohol (Permendag No. 6/2015) serta Peraturan tradisional diperbolehkan untuk memenuhi Presiden No. 74 Tahun 2013 tentang kebutuhan konsumen non muslim, kecuali Pengendalian dan Pengawasan Minuman untuk produk alkohol tradisional yang belum Beralkohol (Peraturan Presiden No. 74/2013) memiliki legalitas. Begitu pula saat kajian yang masih tampak menyamaratakan perlakuan hukum dilakukan dari sudut pandang ilmu antara minuman alkohol impor, racikan dan hukum Islam jelas alkohol tradisional tergolong tradisional. Pelarangan ini akan diperkuat pula produk haram bagi umat muslim. Kajian akan dengan dirumuskannya Rancangan Undang- menjadi berbeda apabila ditinjau dari sudut Undang (RUU) tentang Larangan Minuman pandang budaya hukum dan Hak atas Kekayaan Beralkohol yang memosisikan pemanfaatan Intelektual (HKI). Berdasarkan sudut pandang

268 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 HKI, minuman alkohol tradisional hendaknya sudut pandang maupun kontradiksi yang dipandang sebagai produk yang mengandung tercermin dari penyusunan dasar hukum tentang unsur HKI. Oleh sebab itu, perlu dikaji lebih minuman alkohol tradisional di Indonesia lanjut tentang eksistensi minuman alkohol yang masih tidak sejalan dengan karakteristik tradisional untuk menentukan keberadaannya minuman alkohol tradisional. Hal ini diperumit di ranah HKI. Negara-negara lain di dunia pula dengan adanya kontroversi agama dan etika seperti Korea Selatan, Jepang, Brasil, Prancis, dalam pengaruh budaya hukum masyarakat Skandinavia, China dan lain-lain tidak hanya Indonesia terhadap keberadaan minuman sekedar minuman yang berisiko buruk namun alkohol tradisional dalam konteks halal dan menganggap minuman alkohol tradisional haram suatu produk. Obyektifitas berpikir khas negara mereka sebagai produk berbasis diperlukan dalam menimbang keseimbangan HKI, baik sebagai bagian dari intangible cultural antara dampak positif dan negatif dari minuman heritage (warisan budaya tak benda) dan ada alkohol tradisional sebagai entitas yang tidak pula yang menganggapnya sebagai bagian dari dapat disamakan dengan produk minuman indikasi asal. Adapun penelitian ini akan lebih beralkohol jenis lain. fokus kepada pelindungan hukum minuman Belum ada penelitian yang secara khusus alkohol tradisional di Korea Selatan dan Prancis mengkaji pelindungan hukum terhadap sebagai perbandingan. minuman alkohol tradisional khas Indonesia Perlu ditinjau pula hubungan antara dikaitkan dengan aspek kekayaan intelektual budaya hukum masyarakat sebagai bagian dan aspek hukum lain yang bersinggungan. dari sub sistem hukum selain materi hukum Oleh sebab itu, dapat dipastikan bahwa dan struktur hukum terhadap pelestarian penelitian ini memiliki aspek kebaruan (novelty). minuman alkohol tradisional yang dapat Sementara itu, ada juga beberapa tulisan lain menjadi penyebab terhambatnya pelindungan sebelumnya mengenai aspek hukum minuman hukum alkohol tradisional meskipun ia dapat beralkohol namun tidak terlalu relevan untuk digolongkan ke dalam produk berbasis HKI tulisan ini karena bukan membahas minuman yang berpotensi mendukung berkembangnya alkohol tradisional khas Indonesia secara sektor pariwisata daerah. Negara-negara spesifik dan tidak membahas aspek kekayaan lain di dunia telah mampu memanfaatkan intelektual, melainkan hanya membahas minuman alkohol tradisional sebagai daya penegakan hukum terhadap konsumsi seluruh tarik pariwisata dan memberikan pelindungan produk minuman beralkohol secara umum. hukum terhadap minuman alkohol tradisional Beberapa penulisan terkait di antaranya adalah dalam konteks pelindungan hukum produk penelitian yang berjudul “Permasalahan dari kekayaan intelektual, sedangkan Indonesia segi hukum tentang Alkoholisme” di Indonesia masih terhambat oleh regulasi yang melarang oleh Kevin A. Lomban, penelitian tersebut peredaran seluruh minuman beralkohol mengkaji mengenai faktor penyebab dan tanpa terkecuali. Meskipun salah satu daerah dampak perilaku peminum minuman keras di Indonesia yakni Bali telah mempelopori dan lebih menitikberatkan terhadap hubungan langkah pelindungan hukum terhadap arak perilaku dengan tindak pidana kekerasan dan Bali sebagai komoditas pariwisata walaupun pengelolaan penanggulangannya.1 Selanjutnya Pemerintah Indonesia masih belum memberikan adalah penelitian yang berjudul “Menyoal pengecualian larangan terhadap minuman Pengaturan Konsumsi Minuman Beralkohol di alkohol tradisional. Indonesia” oleh Tri Rini Puji Lestari, mengkaji Obyektifitas kajian sangat perlu untuk mengenai gambaran sosial terhadap konsumsi dikedepankan dalam memahami dan mengkaji penelitian ini, terlepas dari masih adanya 1 Kevin A. Lombon, “Permasalahan dan Segi Hukum tentang Alkoholisme di Indonesia”, Lex Crimen, Vol. III, kontradiksi atau pertentangan dari berbagai No. 1, 2014, hal. 141-150.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 269 minuman beralkohol di Indonesia secara umum melindungi minuman alkohol tradisional di untuk menentukan rumusan aturan ke depan kedua negara tersebut. terkait pembatasan konsumsinya.2 Penelitian ini mengkaji dan meneliti III. Karakteristik Minuman Alkohol permasalahan mengenai pengaturan Tradisional Khas Indonesia pelindungan hukum terhadap minuman Pengertian alkohol dari aspek sains, adalah alkohol tradisional khas Indonesia apabila bahan alami yang dihasilkan dari proses fermentasi disesuaikan dengan karakteristik dan pengaruh yang banyak ditemui dalam bentuk bir, anggur, budaya hukum masyarakat Indonesia terhadap spiritus dan sebagainya. Minuman berakohol minuman alkohol tradisional tersebut. Penelitian berdasarkan cara pembuatannya dapat digolongkan ini bertujuan menciptakan konsep pelindungan menjadi 2 bagian yaitu produk hasil fermentasi yang hukum yang tepat untuk diterapkan dalam dikonsumsi langsung dan produk hasil fermentasi rangka legalitas minuman alkohol tradisional yang didistilasi lebih dahulu sebelum dikonsumsi.5 yang disesuaikan dengan karakteristiknya dan Pembatasan terhadap autentikasi alkohol tetap mengutamakan kepentingan masyarakat tradisional dari segi proses/metode pembuatan lokal. dan kearifan lokal menjadi penentu dalam meluruskan paradigma masyarakat tentang II. Metode Penelitian eksistensi dan legalitas minuman alkohol Penelitian hukum ini bersifat yuridis tradisional. Penerapan pembatasan terhadap normatif.3 Metode penelitian yang digunakan produk yang dapat dikategorikan ke dalam terdiri dari 3 (tiga) metode yakni metode alkohol tradisional dan produk minuman alkohol pendekatan perundang-undangan (statute yang tidak dapat dikategorikan ke dalamnya, perlu approach), pendekatan konsep (conceptual untuk ditegaskan lebih rinci guna menghindari approach) dan pendekatan perbandingan kesalahan penafsiran. Pembatasan dan penentuan (comparative approach)4. Metode pendekatan karakteristik minuman alkohol tradisional perundang-undangan dilakukan dengan disesuaikan dengan identitasnya sebagai produk mengkaji sumber hukum primer di antaranya indikasi asal. Alkohol tradisional berbeda dengan UU Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek alkohol hasil pabrik dan harus dibedakan pula dan Indikasi Geografis (UU No. 20/2016), dengan produk alkohol yang mengaku sebagai Peraturan Presiden No. 74/2013, Permendag alkohol tradisional padahal sejatinya tidak lebih No. 6/2015 beserta bahan hukum sekunder dari produk hasil oplosan atau racikan yang tidak terkait pengaturan minuman beralkohol sesuai dengan standar mutu tertentu. dan minuman alkohol tradisional. Metode Pembatasan atau karakteristik pertama konseptual dilakukan dengan mengkaji dari adalah dari segi metode produksi. Alkohol sumber doktrin dan pendapat ahli hukum tradisional tidak terbuat dari persilangan atau terkait minuman alkohol tradisional. Metode percampuran unsur kimiawi layaknya alkohol pendekatan perbandingan akan dilakukan produksi pabrik. Secara garis besar terdapat 2 dengan negara Korea Selatan dan Prancis (dua) metode pembuatan minuman tradisional dalam hal membandingkan beberapa regulasi beralkohol yakni fermentasi dan distilasi dengan dari negara tersebut yang mengatur mengenai kadar alkohol tertentu.6 Berarti, minuman minuman alkohol tradisional sebagai bentuk 5 Ansory Rahman dalam Shinta Soraya Santi, “Pembuatan keterlibatan peran pemerintah dalam Alkohol dengan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete oleh Khamir Sacharomices Cerevesiae”, Jurnal Penelitian 2 Tri Rini Puji Lestari, “Menyoal Pengaturan Konsumsi Ilmu Teknik, Vol. 8, No. 2, 2008, hal. 104-111. Minuman Beralkohol di Indonesia”, Jurnal Aspirasi, Vol. 6 Despande Gopikhrisna, et. al., “Overview of Continuous 7, No. 2, 2016, hal. 127-141. Alcohol Fermentation and Multipressure Distillation 3 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Technology”, Proceeding The South African Sugar Kencana Prenada Media Group, 2011, hal. 35. Technology Association, 76, 2002. 4 Ibid, hal. 93.

270 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 alkohol yang tidak diproses lewat kedua metode distilasi merupakan cara yang paling mudah tersebut dan melebihi ambang batas kandungan dioperasikan dan efisien untuk larutan yang alkohol dari hasil kedua metode tersebut tidak terdiri dari komponen-komponen yang berbeda dapat dikatakan sebagai minuman alkohol suhu didihnya.9 Contoh produk minuman hasil tradisional yang diproduksi dengan kelayakan distilasi adalah tuak, arak, anding, sopi, dan prosedur. moke. Umumnya, minuman beralkohol khas Metode fermentasi adalah proses natural Indonesia tersebut dihasilkan dari beragam yang melibatkan mikroorganisme seperti ragi fermentasi buah-buahan atau tumbuhan yang dan bakteri baik, untuk mengubah karbohidrat hidup di Indonesia. (pati dan gula), menjadi alkohol atau asam. Karakteristik kedua adalah dari segi adanya Proses fermentasi makanan akan menghasilkan warisan pengetahuan yang diberikan secara pertumbuhan bakteri baik probiotik. Dalam turun temurun di kelompok atau masyarakat pembentukan alkohol melalui proses fermentasi daerah tertentu. Hal ini tentu menjadi pembeda yang meliputi tahapan pengolahan bahan baku, tegas antara minuman alkohol tradisional sterilisasi bahan, pembibitan khamir, dan tersebut dengan minuman alkohol oplosan tahap penyempurnaan fermentasi, terdapat dalam negeri. Contohnya, ballo dari Provinsi peran mikroorganisme dalam memfermentasi Sulawesi Selatan yang dibuat dari getah pohon karbohidrat, dapat membentuk flokulasi dan lontar dengan proses fermentasi dan harus sedimentasi, gennya tidak mudah bermutasi, disajikan di cangkir bambu rasa manisnya osmotolerans dan cepat beregenerasi7. tetap terasa dan tingkat alkohol yang relatif Metode fermentasi bahan-bahan rendah. Begitu pula dengan moke dari Nusa alami dapat menghasilkan minuman yang Tenggara Timur (NTT). Cara pembuatan mengandung alkohol seperti baram dan tuak moke diterapkan secara baku sesuai warisan (Indonesia), makgeolli (Korea Selatan), sake pengetahuan tradisional yang diberikan secara (Jepang), wine (Prancis) ataupun alkohol sangat turun temurun hanya di antara masyarakat yang rendah dan aman yakni legen (Indonesia) dan lahir dan tinggal menetap di Flores. Swansrai teh kombucha (Jepang). Kadar alkohol pada dari Papua juga telah turun temurun disajikan minuman dan makanan yang dihasilkan dari oleh masyarakat adat Papua, walaupun tingkat proses fermentasi yang benar berkisar antara alkoholnya tinggi.10 minimum 3% dan maksimum 18%, lebih Karakteristik ketiga adalah dari segi adanya rendah daripada minuman hasil distilasi.8 unsur nilai budaya dan manfaat tertentu Metode fermentasi sesungguhnya tidak hanya yang juga diwariskan secara turun temurun. dapat menghasilkan minuman alkohol namun Misalnya seperti yang telah disinggung di atas juga makanan yang mengandung alkohol dalam mengenai penggunaan swansrai untuk simbol kadar sangat rendah dan aman seperti , penyambutan tamu. Contohnya, moke sebagai tape (Indonesia) atau kimchi (Korea Selatan), minuman alkohol tradisional dari Flores, NTT. maupun makanan yang tidak mengandung Moke telah ratusan tahun menjadi simbol alkohol seperti keju dan sour cream. pergaulan di Flores. Bahan baku moke diperoleh Metode distilasi biasanya ditempuh apabila langsung dari tandan dan dibiarkan berhari- ingin meningkatkan kadar alkohol dalam hari melalui proses fermentasi. Bagi rakyat produk hasil fermentasi sebelumnya yang NTT, Moke merupakan simbol kekeluargaan setelah didistilasi untuk memisahkan etanol dari dan penghormatan. Meski demikian, mereka campuran etanol maka kadarnya meningkat tidak pernah memaksa para tamu untuk hinga minimum 29% dan maksimum 50%, meminumnya karena mereka akan bertanya

7 Aprilia Yasinta Retnaningtyas, et. al., “Studi Awal Proses 9 Ibid. Fermentasi pada Desain Pabrik Bioethanol dari Molasses”, 10 Taqyuddin, “Tradition of Drinking Arak”, Proceeding The Jurnal Teknik ITS, Vol. 6, No. 1, 2017, hal. 123-125. 7th International Symposium of Jurnal Antropologi Universitas 8 Shinta Soraya Santi, Op. Cit. Indonesia, 2019.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 271 terlebih dahulu pada sang tamu apakah mereka secara turun temurun dari masyarakat daerah berkenan atau tidak mengkonsumsi moke. tersebut. Oleh sebab itu, sangatlah penting Kehadiran moke menjadi pertanda bahwa tuan untuk membedakan dan mengklasifikasikan rumah begitu menghargai sang tamu. Begitu produk minuman alkohol buatan dalam pula dengan ballo, swansrai, arak Bali dan masih negeri yang memang benar-benar minuman banyak lagi. alkohol tradisional dan yang tidak termasuk di Produk alkohol buatan dalam negeri yang dalamnya. Pengklasifikasian dapat didasarkan tidak memenuhi ketiga unsur pembatasan pada ketiga unsur karakteristik yakni unsur dalam hal metode produksi dan nilai atau unsur metode pembuatan, unsur warisan pengetahuan budaya di dalamnya tidak layak dikategorikan turun temurun dan unsur nilai budaya untuk sebagai produk alkohol tradisional khas menentukan karateristik minuman alkohol Indonesia yang dapat dilindungi. Contohnya, tradisional. di Yogyakarta ada beberapa varian minuman alkohol hasil fermentasi buah (jeruk, markisa, IV. Pengaruh Budaya Hukum Masyarakat salak pondoh) bernama pondoh, ada pula Indonesia terhadap Pelestarian Minuman minuman dengan nama lapen. Patut diketahui Alkohol Tradisional Khas Indonesia bahwa lapen yang sesungguhnya merupakan Budaya hukum masyarakat Indonesia, materi singkatan atau akronim dari kata “langsung hukum dan struktur hukum merupakan bagian dari pening” bukanlah minuman tradisional atau keseluruhan sistem hukum.11 Budaya hukum yang khas dari Yogyakarta. Lapen merupakan produk baik akan berdampak kepada materi hukum dan alkohol hasil racikan tanpa harus mematuhi struktur hukum yang baik, begitu pula sebaliknya. warisan ilmu turun temurun tentang resep Adapun budaya hukum masyarakat suatu wilayah pembuatan minuman alkohol tradisional. tidak sama dengan masyarakat di wilayah lain. 12 Racikan dalam lapen bahkan dapat berasal dari Budaya hukum dan kesadaran masyarakat dalam bahan apapun sesuka kehendak pembuat dan penerapan aturan hukum juga dapat dipengaruhi tidak ada kontrol sama sekali terhadap kualitas oleh keyakinan masyarakat yang sudah tumbuh dan keamanan bahan baku serta kadar alkohol sejak masyarakat tradisional yang masih yang dikandung melampaui batas sehingga menganggap bahwa pembuat hukum adalah menyebabkan korban sakit, gangguan kesadaran dewa (God).13 Keyakinan masyarakat tradisional akut maupun meninggal akibat meminum itu tertuang dalam kearifan lokal. Kearifan lokal lapen yang dikira merupakan minuman alkohol (local wisdom) merupakan pengetahuan yang tradisional khas Indonesia tersebut. ditemukan atau diperoleh secara informal dari Ada pula minuman alkohol dari daerah masyarakat lokal melalui akumulasi dari praktik pulau Jawa bernama cukrik yang tidak dapat dan pemahaman terhadap alam dan budaya dikategorikan sebagai minuman alkohol sekitar. Kearifan lokal merupakan modal utama tradisional walaupun dibuat secara homemade masyarakat dalam membangun jati diri bangsa oleh masyarakat Jawa karena bahan bakunya tanpa merusak tatanan sosial dibangun dalam melibatkan unsur spiritus yang berbahaya, struktur sosial masyarakat.14 bukan alkohol alami yang diperoleh dari hasil Indonesia memiliki beragam kearifan fermentasi dan distilasi berdasarkan warisan lokal yang sampai saat ini masih dihormati pengetahuan leluhur. Cara pembuatan lapen dan cukrik sangat melenceng jauh dari pembuatan 11 Lawrence M. Friedman, The Legal System: A Social Science minuman alkohol tradisional dari proses Perspective, New York: Russell Sage Foundation , 1975, hal. 14 dan 15. fermentasi dan distilasi yang masih aman untuk 12 Ibid, hal. 199. dikonsumsi, tidak adanya nilai budaya yang 13 Ibid, hal. 204. dikandung serta tidak diterapkannya warisan 14 Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian, ilmu membuat minuman alkohol tradisional Pembangunan Pertanian Wilayah Berbasis Kearifan Lokal dan Kemitraan, IAARD Press, Jakarta, 2017, hal. 9.

272 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 dan bertahan di tengah masyarakat. selain membawa beras dan dupa. Arak bali Mempertahankan kearifan lokal di tengah digunakan untuk tetabuhan atau persembahan benturan budaya asing dan kemajuan teknologi kepada Bhuta Kala. Hanya saja, sejak dahulu di era disrupsi ini menjadi tantangan tersendiri kala tradisi minum minuman alkohol tradisional bagi bangsa Indonesia. Kearifan lokal dapat bagi masyarakat Bali juga memang sudah ada15, berupa pandangan atau filosofi hidup hingga dan hal ini tentunya dilakukan oleh mereka cara manusia melakukan kegiatan hidup sehari- yang berusia dewasa dan tidak menganut hari dari masa ke masa. Semisal, kearifan lokal agama tertentu yang melarang umat-Nya untuk yang dikenal dengan nama sasi mengajarkan mengkonsumsi alkohol. manusia untuk memuliakan alam dan Kebiasaan-kebiasan tersebut mungkin mencegahnya dari kerusakan lingkungan serta terdengar aneh di telinga masyarakat modern melarang manusia mengambil sumber daya yang telah mengenal agama dan jauh dari aliran alam tertentu karena dipercaya dapat merusak kepercayaan animisme dan dinamisme oleh keseimbangan alam. Sasi dilambangkan dengan masyarakat adat. Namun, bukan berarti hal ini janur kuning yang dianyam ke batang kayu atau dapat dilupakan atau dianggap tidak pernah pohon tergatung obyek yang akan dilindungi. ada atau sengaja dihapuskan dengan alasan Sasi menjadi bentuk kearifan lokal terhadap tidak sesuai dengan norma agama dan norma upaya konservasi sumber daya alam di kawasan hukum yang berlaku saat ini. Kearifan lokal dan Raja Ampat. Pelanggaran terhadap sasi dapat budaya tetap harus dihargai dan dilestarikan berakibat pada pemberian sanksi dalam hukum sebagai bagian dari warisan budaya bangsa adat. yang dapat memberikan dampak positif apabila Masih banyak lagi bentuk kearifan lokal dikelola dengan benar dan bijak sehingga tidak lainnya yang dalam pelaksanaannya diiringi menyimpang dari nilai asal. Justru karena selama dengan ritual atau perayaan. Dalam beberapa ini tidak ada pelindungan hukum yang jelas dan agenda ritual dan perayaan oleh masyarakat bijak terhadap minuman alkohol tradisional Indonesia zaman dulu, pelibatan terhadap yang memahami posisinya sebagai bagian dari minuman tradisional yang mengandung alkohol warisan budaya dan produk indikasi asal maka sudah menjadi hal yang lumrah. Alkohol rentan terjadi penyimpangan penggunaan tradisional menjadi bagian dari formalitas adat dalam prakteknya. Akibatnya, bahan baku dan istiadat untuk kepentingan ritual, perayaan kadar alkohol tidak terawasi ketat sehingga hingga sekedar menyambut tamu. Contohnya, dapat membuat kehilangan kesadaran dan ballo adalah minuman alkohol tradisional yang menewaskan penggunanya secara masif melalui dalam sejarahnya menjadi minuman jamuan produk minuman alkohol tradisional yang kerajaan di Tana Toraja. Dinamakan ballo dioplos dengan bahan-bahan berbahaya dan karena minuman ini terbuat dari ballo tala atau dikonsumsi secara bebas oleh segala usia. Inilah pohon lontar. Ada pula sopi dan arak Bali. Sopi pentingnya pelindungan minuman alkohol biasanya disajikan pada ritual-ritual dan upacara tradisional sebagai bagian dari warisan budaya adat. Arak Bali apabila dikaji secara historis dan kearifan lokal sehingga Pemerintah dapat bukan diciptakan untuk membuat mabuk menindak peredaran produk oplosan yang penggunanya, melainkan untuk persembahan menyimpang dari karakteristik minuman kepada para dewa. Minuman keras dalam alkohol tradisional, bukannya melarang seluruh masyarakat Bali sebenarnya merupakan bagian peredaran minuman yang mengandung alkohol dari tradisi kuno yang wajib ada dalam setiap dari kadar 1% ke atas tanpa tebang pilih. ritual agama Hindu. Arak bali juga menjadi Perlakuan yang adil terhadap minuman salah satu “aba-abaan” atau oleh-oleh dari alkohol tradisional telah diterapkan oleh warga yang dibawa kerumah warga lain yang sedang melaksanakan ritual upacara agama 15 Di Bali ada istilah metuakan yang artinya adalah kegiatan minum tuak di warung tuak di desa.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 273 Korea Selatan dan Prancis. Soju, sul, munbaeju, turut andil dalam mengawasi kualitas dan gyeongju dan gwasilju merupakan minuman keautentikan alkohol tradisional yang beredar. alkohol tradisional khas Korea yang telah Kemudian dilanjutkan dengan munbaeju yang diproklamirkan sebagai warisan budaya tak dinyatakan masuk ke daftar important intangible benda. Lembaga “Administrasi Warisan cultural heritage sejak tahun 1986. Sul pada zaman Budaya” di Korea Selatan (Cultural Heritage dahulu kala digunakan dalam ritual keagamaan Administration) sebagai lembaga negara yang sebagai minuman persembahan kepada para bertugas memelihara dan mempromosikan dewa agar menjawab doa-doa dan memberikan warisan budaya Korea Selatan bahkan peruntungan nasib baik, sul digunakan pula saat menempatkannya ke dalam posisi yang penting perayaan masa panen di kehidupan masyarakat atau important intangible cultural heritage di agraris di Korea Selatan. Sedangkan soju telah negara Korea Selatan16. menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Kesadaran Pemerintah Korea Selatan Korea Selatan sejak zaman Dinasti Joseon. Soju untuk mulai mengembangkan minuman alkohol berkembang dalam beberapa versi yakni takju tradisional bermula sejak tahun 1970-an, (daerah selatan) dan yakju (daerah tengah) pengaturan pada saat itu sudah menganggap sebagai obat tradisional.21 minuman-minuman alkohol tradisional Korea Prancis juga merupakan negara yang berada di bawah ranah indikasi asal dan indikasi melindungi minuman alkohol tradisional geografis,17 karena dianggap sebagai bagian dari mereka sebagai indikasi asal dan warisan identitas lokal (local identity).18 Pelindungan budaya tak benda yang telah tercatat di hukum ditujukan untuk melindungi petani the UNESCO Representative List of the Intangible lokal dan produsen lokal salah satunya dengan Cultural Heritage of Humanity. Wine beserta vine- mewajibkan pasar mendistribusikan soju hasil ecosystem yang diatur sebagai bagian dari indikasi petani dan produsen lokal dengan kadar alkohol asal (protected designation of origin).22Indikasi harus di bawah 30% demi keamanan konsumsi.19 geografis di Prancis antara lain diatur di the Paris Kadar alkohol ini kemudian diperlonggar Convention for the Protection of Industrial Property sejak terbitnya Liquor Tax Act of South Korea, of 1883. Dalam perkembangan selanjutnya, meskipun kadar alkohol produk yang beredar wine kemudian diatur sebagai produk warisan tetap berkisar di bawah 35%, contohnya kwahaju budaya (cultural heritage) sejak terbitnya Act No. dan samhaeju di angka 3,1-13,9% atau sokokju, 2014-1170 tahun 2014 tentang Farming, Forest baikhaju dan hosanchun di angka 10,9-23%.20 and Alimentation Framework (de l’agriculture, de Forum khusus bernama the Korean Alcohol l’alimentation, de la peche maritime et de la foret) and Liquor Industry Association (KALIA) juga yang melengkapi aturan di chapter V, Part VI of Book VI of the Rural and Maritime Fishing Code by 16 Daniel Tudor, Korea, The Impossible Country, Vermont: Section L. 665-6 yang di dalamnya menyatakan Tuttle Publishing, 2012. 17 Sungtak Hong, Jinhwa Chung, “Product Variety as a bahwa wine, produk hasil vine-ecosystem dan Barrier to Entry: Evidence from the Post-Deregulation vitikultural termasuk dari ciders (ekstrak apel) Korean Soju Market”, 2017, available at SSRN: https:// dan perries (ekstrak pir), serta minuman dan ssrn.com/abstract=3497496, diakses tanggal 17 Mei bir yang berasal dari tradisi lokal adalah bagian 2020. 18 Jay Pil Choi, et al., “Local Identity and Persistent dari warisan budaya dan ilmu gastronomi yang Leadership in Market Share Dynamics: Evidence from dilindungi oleh hukum Perancis. Deregulation in the Korean Soju Industry”, Korean Sementara itu, sejak tahun 2015, champagne Economic Review, Vol. 29, No. 2, 2013, hal. 267-304. dari Prancis diakui sebagai warisan budaya 19 Ibid. 20 Kim In Ho, et. al., “Comparison of Fermentation 21 Ibid. Characteristics of Korean Traditional Alcoholic Beverages 22 Teresa de Noronha vaz, Peter Nijkamp, Traditional Food Prepared by Different Brewing Methods and Their Quality Production and Rural Sustainable Development: A European Changes after Aging”, Journal of the Korean Society of Food Challenge (1st edition), London: Routledge Publisher, Culture, Vol. 11, Issue 4, 1996, hal. 497-506. 2009, hal. 256.

274 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 tak benda oleh Prancis dan telah diakui pula Union Wine Regulations yang mengatur jumlah secara global oleh UNESCO sebagai warisan maksimal produksi wine karena dikuatirkan sejak abad 17 dan mulai diindustrialisasi sejak dapat mengurangi mutu produk, ketentuan abad 19.23 Champagne dari Prancis merupakan label, klasifikasi produk dan batas kadar alkohol salah satu produk unggulan negara tersebut yang diijinkan. Pelindungan terhadap minuman untuk ekspor. Sebelum resmi dilindungi alkohol tradisional tetap harus diimbangi dengan sebagai warisan budaya tak benda, champagne upaya pembatasan demi mengurangi dampak dilindungi dengan menggunakan konsep negatif. Pembatasan produksi minuman alkohol indikasi geografis. Pembuatan champagne tradisional harus disesuaikan dengan ketiga diwajibkan mengikuti metode yang disebut karakteristik pada sub bab sebelumnya. Di dengan istilah Metode Champenoise dan sesuai samping itu, pengaturan mengenai batas usia, dengan standar Comite Interprofessionel du Vin konsumen seperti apa yang berhak mengkonsumsi, de Champagne (CIVC) sehingga kualitas produk tujuan produksi massal serta pembatasan hal-hal dan legalitas label champagne asli Prancis dapat berbahaya dari alkohol tradisional juga menjadi dipertanggungjawabkan terhadap konsumen. hal yang wajib untuk diterapkan sebagaiman CIVC adalah lembaga atau komite yang telah diterapkan oleh Korea Selatan melalui perkumpulan petani anggur dan produsen lembaga Cultural Heritage Administration dan champagne dari berbagai daerah di Prancis.24 Prancis melalui CIVC. Wewenang CIVC bahkan meliputi wewenang Minuman alkohol tradisional di Indonesia penyusunan aturan pengelolaan champagne dan digunakan dalam banyak hal, misalnya untuk minuman alkohol tradisional sejenis lainnya dari menghangatkan tubuh bagi petani atau nelayan, Prancis mulai dari tahap vitikultur yakni tahap syarat upacara adat, obat, , dan solidaritas budidaya anggur, produksi secara fermentasi sosial. Minuman tersebut juga disajikan dalam hingga pemasaran anggur yang sesuai standar upacara khusus atau momen spesial seperti ketat untuk menjaga kestabilan kualitas produk menjamu tamu kehormatan. Minuman alkohol wine yang dipasarkan di internasional. Contoh menjadi bagian dari budaya kehidupan masyarakat penerapan pengawasan standar kualitas yakni sehari-hari. Minuman alkohol tradisional saat ini anggur jenis chardonnay, pinot noir dan pinot memang masih menjadi bagian dari adat dan meunier yang menjadi bahan baku pembuatan masih berlaku kontrol sosial. Namun, minuman champagne. Upaya standarisasi keamanan juga alkohol juga telah menggalami pergeseran nilai diperkuat di benua Eropa sejak adanya European dari sakral menjadi sebaliknya justru ketika ia Union Rules dan Council Regulation (EC) mulai diatur oleh dasar hukum yang dibuat oleh No. 510/2006 of 20 March 2006 on the Protection Pemerintah NKRI, sementara ketika dahulu of geographical indications and designations of origin kala pengaturannya masih tunduk pada konsep for agricultural products and foodstuffs.25 Ada pula kearifan lokal, kontrol sosial terhadap minuman The Common Agricultural Policy dan European alkohol tradisional lebih terjaga. Itulah mengapa alangkah baiknya jika aturan hukum ke 23 Fabrice Thuriot, “Effects of fthe World Heritage Label in Champagne Region”, Wine Tourism Destination depannya melibatkan unsur kearifan lokal yang Management and Marketing: Theory and Cases, Springer akan menjembatani dan memilah dampak positif Publisher, 2019, hal. 135-138. serta negatif minuman alkohol tradisional. 24 Marion Demossier, Wine Drinking Culture in France : A Budaya lokal menjadi isu penting yang National Myth or a Modern Passion?, Wales: University of Wales Press, 2010, hal. 55. turut mempengaruhi perkembangan produk 25 Adriano Profeta, et. al., “Protected Geographical indikasi asal dan indikasi geografis.26 Budaya Indications and Designations of Origin: An Overview of the Status Quo and the Development of the Use 26 Irene Calboli, “Geographical Indications between Trade, of Regulation (EC) 510/06 in Europe, With Special Development, Culture, and Marketing: Framing a Fair(er) Consideration of the German Situation”, Journal of System of Protection in the Global Economy?”, Faculty of International Food and Agribusiness Marketing, Vol. 22, Law, Texas A&M University, 2017, https://scholarship. Issue 1-2, 2010, hal. 179-198. law.tamu.edu/facscholar/919, diakses tanggal 21 Mei 2020.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 275 di Indonesia mengalami perkembangan seiring diterima dalam rangka mengurangi risiko yang masuknya pengaruh budaya asing dan agama ke berbahaya. Status minuman alkohol tradisional Indonesia. Perubahan-perubahan yang terjadi sebagai produk yang bertentangan dengan dalam sejarah masyarakat Indonesia inilah yang norma hukum dan norma agama juga harus menjadi salah satu faktor penyebab bergesernya diterima dengan obyektif. Produk hukum yang stigma masyarakat terhadap esensi dari dibuat untuk membatasi ataupun melindungi minuman alkohol tradisional. Dalam konteks minuman alkohol tradisional pun pada sosiologis, budaya diartikan sebagai seperangkat akhirnya sangat ditentukan oleh budaya hukum nilai, kaidah, norma masyarakat yang menjadi yang berupa nilai, pandangan serta sikap dari pedoman berpikir, berperilaku, bertindak masyarakat di wilayah tersebut pada khususnya dalam kehidupan sehari-hari. Konsep budaya dan masyarakat Indonesia pada umumnya. sebagai konsep kehidupan sosial merujuk pada Jika budaya hukum diabaikan, maka dapat perilaku terhadap setiap hal yang dihasilkan dipastikan akan terjadi kegagalan dari aturan baik meliputi kebiasaan, keyakinan, seni hingga hukum. Jadi, antara budaya hukum dan aturan artefak melalui penurunan dari generasi satu hukum memiliki keterlibatan dalam mencapai ke generasi berikutnya.27 Sementara itu, dalam tujuan hukum yang dicita-citakan. konteks budaya pengertian budaya hukum Minuman alkohol tradisional sebagai produk dimaksud dapat diperluas menjadi seperangkat indikasi asal yang berhak untuk dimiliki oleh gagasan dan norma yang menjadi pedoman masyarakat wilayah yang bersangkutan secara perilaku sesuai yang diharapkan oleh sebagian komunal (merek komunal). Keterlibatannya besar warga masyarakat setempat. Budaya dalam sejarah tradisi masyarakat Indonesia hukum masyarakat merupakan seperangkat nilai sebagai bagian dari kearifan lokal dan warisan dan norma yang terinternalisasi ke dalam alam budaya layak untuk dipertimbangkan dalam kesadaran secara turun temurun dan berfungsi rumusan dasar hukum yang mengatur mengenai sebagai pedoman yang menghubungkan antara minuman beralkohol di Indonesia. peraturan-peraturan hukum pada tataran teori Frederick Karl Von Savigny beranggapan dan tataran praktek.28 bahwa hukum juga bersumber dari adat istiadat, Hal yang harus dilakukan terlebih dahulu kebiasaan dan kemauan masyarakat atau dengan sebelum merancang dasar hukum baru adalah kata lain rakyat yang membuat dan melahirkan meluruskan stigma masyarakat terhadap citra hukum.30 Hukum harus mampu memenuhi minuman alkohol tradisional dan menelaah tuntutan kesejahteraan sosial sekaligus keadilan konsep pelindungan hukum yang tepat sosial bagi masyarakat. Asas pelindungan untuk diterapkan dengan mengesampingkan dan asas kepastian hukum memang harus kontroversi di bidang hukum, agama dan etika. diutamakan dalam hal ini, yang dimaksud asas Masyarakat Indonesia secara sosial budaya pelindungan adalah bahwa pengaturan mengenai memiliki pro dan kontra terhadap kehadiran larangan minuman beralkohol harus dapat indikasi geografis dan indikasi asal.29 Hal menertibkan, memberikan kepastian hukum dan ini nampaknya berlaku pula pada minuman melindungi masyarakat (subyek) dari dampak alkohol tradisional. Fakta bahwa produk negatif minuman beralkohol yang berbahaya minuman beralkohol memiliki banyak dampak sebagai prioritas di atas pelindungan terhadap negatif merupakan fakta yang tetap harus produk minuman alkohol tradisional (obyek), bukan terhadap seluruh minuman alkohol 27 Ade Saptomo, Budaya Hukum & Kearifan Lokal, Jakarta: tanpa terkecuali. Mencampuradukkan dan FHUP Press, 2019, hal. 2 & 5. 28 Ibid., hal. 39. menyamaratakan minuman alkohol tradisional 29 Isnani, “Identifikasi dan Pemanfaatan Indikasi Geografis 30 Frederick Karl von Savigny dikutip tidak langsung oleh dan Indikasi Asal Melalui Program Pembinaan Pada Antonius Cahyadi, “Hukum Rakyat ala Frederich Karl Masyarakat”, Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia, Vo. 2, Von Savigny”, Jurnal Hukum & Pembangunan, Vol. 35, No. 1, 2019, hal. 39-45. No. 4, 2005, hal. 386-406.

276 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 dengan minuman alkohol racikan dan minuman bersama-sama, namun belum dicatatkan alkohol bermerek yang diproduksi pabrik tentu secara resmi di Direktorat Jenderal Kekayaan dapat menyebabkan sesat pikir (logical fallacy) Intelektual (Ditjen KI). Hak indikasi asal dalam memberikan pelindungan hukum yang merupakan bagian dari hak merek yang adil bagi minuman alkohol tradisional serta dalam dapat dimiliki oleh sebuah komunitas atau upaya memanfaatkan dampak positifnya secara sekelompok masyarakat di daerah tertentu semaksimal mungkin dengan tetap meminimalisir yang terbukti telah dapat menghasilkan dan dampak negatifnya. Sesat pikir adalah proses memelihara produk khas daerah tersebut. penalaran atau argumensi yang sebenarnya tidak Indikasi asal dilindungi secara deklaratif sebagai logis, salah arah dan menyesatkan disebabkan tanda yang menunjukkan asal suatu barang dan karena pemaksaan prinsip-prinsip logika tanpa atau jasa yang benar dan nyata dipakai dalam memperhatikan relevansinya. Sesat pikir terjadi kegiatan perdagangan.32Hak indikasi geografis karena kekeliruan menalar dan keyakinan merupakan bentuk selanjutnya dari hak indikasi yang salah akibat subyektifitas terhadap asal yang telah dicatatkan dan didaftarkan suatu permasalahan. Oleh sebab itu, salah secara resmi di Ditjen KI. satu upaya yang juga dapat dilakukan dalam Pelindungan indikasi asal mencakup meningkatkan budaya hukum dan kesadaran produk pertanian dan makanan yang diproses hukum masyarakat untuk meluruskan stigma, dan diproduksi di kawasan geografis tertentu berwawasan luas, menghindari terjadinya sesat menggunakan cara pembuatan yang diakui pikir dan berkesadaran hukum adalah melalui di wilayah tersebut. Minimal harus ada satu sosialiasi regulasi guna mematuhi dan mentaati tahap (tahap produksi, atau tahap pemrosesan hukum yang berlaku.31 atau tahap pemasakan ataupun seluruhnya) berlangsung di kawasan geografis yang V. Bentuk Pelindungan Hukum yang Tepat bersangkutan serta harus ada jaminan terhadap untuk Diterapkan terhadap Minuman sifat tradisional, baik dalam komposisi atau Alkohol Tradisional di Indonesia cara produksi dari daerah tersebut. Contoh Membahas mengenai pelindungan pelindungan indikasi asal yang mudah ditemui hukum terhadap produk alkohol tradisional antara lain keju, cuka tradisional, roti, buah, berarti berbicara mengenai statusnya sebagai masakan, makanan dan minuman obyek hukum. Di negara-negara lain, alkohol tradisional, serta sayuran yang merupakan khas tradisional termasuk ke dalam produk sebuah daerah. yang dilindungi sebagai obyek indikasi asal Warisan budaya (cultural heritage) tentunya maupun indikasi geografis, serta ada pula yang berbeda dengan indikasi asal. HKI berdasarkan menggolongkannya ke dalam warisan budaya kepemilikan dapat digolongkan menjadi tiga (cultural heritage) sebagai warisan pengetahuan yakni : (a) HKI yang dapat dimiliki oleh privat, mengenai cara atau proses pembuatan alkohol (b) HKI yang dapat dimiliki oleh publik, (c) tradisional tersebut yang diwariskan secara HKI yang dapat dimiliki oleh komunitas. turun temurun untuk menjaga autentifikasinya. Warisan budaya tergolong jenis HKI yang Di Indonesia sendiri, apabila kita mengkaji dapat dimiliki oleh publik (public domain).33 alkohol tradisional dari sudut pandang HKI Kepemilikannya oleh seluruh masyarakat suatu maka perlu dikaji lebih dahulu mengenai negara melalui atas nama Pemerintah sehingga rumusan konsep indikasi asal maupun indikasi pembagian manfaatnya (benefit sharing) secara geografis serta warisan budaya itu sendiri. luas. Adapun indikasi asal dan indikasi geografis Indikasi asal dimiliki secara komunal oleh 32 masyarakat daerah/ wilayah tertentu secara Pasal 63 UU No. 20 Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis. 33 Barbara T. Hoffman, Art and Cultural Heritage : Law Policy 31 Jawardi, “Strategi Pengembangan Budaya Hukum”, Jurnal and Practice, Cambridge : Cambridge University Press, Penelitian Hukum De Jure, Vol. 16, No. 1, 2016, hal. 77-93. 2006, hal. 17.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 277 tergolong jenis HKI yang dapat dimiliki oleh maupun sebagai produk indikasi asal, hal komunitas. ini juga berlaku di negara-negara lain selain Warisan budaya terdiri atas warisan Indonesia seperti yang telah dijabarkan di budaya benda (tangible cultural heritage) dan atas. Namun, patut dipahami bahwa minuman warisan budaya tak benda (intangible cultural alkohol tradisional merupakan produk indikasi heritage). Warisan budaya benda perlu dijaga asal sebagai identitas merek yang dimiliki oleh keaslian bendanya karena pewarisannya berupa masyarakat daerah tertentu namun belum ada bendanya,34 sedangkan warisan budaya tak tujuan yang mendesak untuk mendaftarkan benda adalah warisan budaya peninggalan masa minuman alkohol tradisional suatu daerah lalu yang masih dapat direproduksi ulang oleh tertentu menjadi warisan budaya tak benda masyarakat masa kini dan umumnya berbentuk dari Indonesia yang terdaftar, baik yang pengetahuan tradisional, ekspresi budaya lokal terdaftar di Kemendikbud (nasional) maupun dan sumber daya genetika. Warisan budaya terdaftar di UNESCO (internasional). Skema tak benda meliputi segala praktik, representasi, pelindungan hukum indikasi asal lebih cocok ekspresi, pengetahuan, keterampilan serta alat- untuk diterapkan dan diperkuat saat ini alat, ruang-ruang budaya yang diakui oleh dalam upaya melindungi identitas sekaligus masyarakat sebagai bagian dari warisan budaya meningkatkan nilai jual produk minuman tak benda mereka. Contoh warisan budaya tak alkohol tradisional. Skema pelindungan indikasi benda berupa pengetahuan tradisional (traditional asal dan indikasi geografis lebih tepat untuk knowledge) yakni teknik pembuatan tempe, diterapkan di Indonesia saat ini agar petani , , , batik, keris dan lain-lain. dan produsen lokal dari daerah asal dapat Begitu pula pada minuman alkohol tradisional berfokus mengembangkan manfaat ekonomis yang diwariskan adalah cara pembuatannya, atas produk minuman alkohol tradisional sesuai bukan bendanya. Warisan budaya tak benda ciri khas daerah masing-masing. Apabila di ada yang terdaftar dan tidak terdaftar. Warisan kemudian hari minuman alkohol tradisional budaya tak benda yang terdaftar pun memiliki sebagai indikasi asal maupun indikasi geografis 2 (dua) versi. Pertama, terdaftar secara sebagai milik komunal tersebut akan dilindungi internasional di Representative List of the Intangible sebagai warisan budaya tak benda maka Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO. kepemilikannya menjadi diperkuat karena hak Kedua, terdaftar secara nasional di Kementerian kepemilikannya menjadi milik negara (negara Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai right holder), tidak lagi dimiliki oleh saja. Warisan budaya tak benda diatur pula di masyarakat daerah asal secara komunal saja. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Namun permasalahan berikutnya yaitu Nomor 106 Tahun 2013 tentang Warisan peningkatan status alkohol tradisional dari Budaya Tak Benda Indonesia khususnya Pasal indikasi asal ke indikasi geografis bukanlah hal 3. Keberadaan minuman alkohol tradisional yang mudah saat ini. Ditambah lagi dengan dapat dikategorikan ke dalam bentuk warisan kedudukan alkohol tradisional sebagai obyek budaya tak benda berupa pengetahuan dan hukum tidak hanya dipandang dari sudut kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta pandang HKI saja, namun juga menjadi dalam Pasal 3 huruf d karena sesungguhnya yang diskursus penting dalam konteks Hukum diwariskan secara turun temurun adalah cara Pelindungan Konsumen sebagai produk berefek pembuatannya. samping dan berbahaya serta dalam konteks Minuman alkohol tradisional dapat Hukum Islam sebagai produk non halal, apalagi termasuk ke dalam warisan budaya tak benda sekarang tengah didorong upaya sertifikasi produk makanan dan minuman berlabel halal 34 Michele Trimarchi, “Regulation, Integration and oleh BPOM dan Majelis Ulama Indonesia Sustainabilit in the Cultural Sector”, International Journal of Heritage Studies, Vol. 10, Issue 5, 2004, hal. 401-415. (MUI) sejak diterbitkannya UU Nomor 33

278 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal dan dari Sumatera Utara menggunakan tambahan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2019 buah-buahan kering sedangkan tuak dari tentang Peraturan Pelaksana UU Nomor 33 Lombok ditambahkan rempah-rempah sehingga Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal. sekaligus berfungsi menghangatkan tubuh. Dasar hukum tersebut sebenarnya hanya berlaku Pemerintah dalam memberikan pelindungan bagi produk yang sejak awal memproklamirkan hukum bagi warga negaranya, berkewajiban produknya sebagai produk halal namun belum melindungi hak setiap individu dengan memiliki bukti sertifikasi sehingga diwajibkan menyelaraskannya terhadap hubungan nilai- adanya pengurusan sertifikasi dan label halal. nilai atau kaidah-kaidah yang menjelma dalam Produk alkohol tradisional memang sejak sikap dan tindakan manusia sehari-hari demi awal tidak tergolong dalam produk pangan yang ketertiban dalam pergaulan hidup masyarakat. dimaksud dalam aturan hukum tersebut karena Perlindungan hukum dapat diberikan secara sedari awal tidak pernah mengklaim produknya preventif maupun represif35. Perlindungan sebagai produk halal sehingga ia tidak memiliki hukum preventif diberikan oleh pemerintah kewajiban untuk mematuhi dan menempelkan melalui regulasi guna mencegah terjadinya logo halal pada produknya. Namun, alkohol pelanggaran dan kejahatan. Perlindungan tradisional tetap harus bergelut dengan hukum represif diberikan oleh pemerintah stigma masyarakat yang sudah terlanjur ada guna menertibkan pelanggaran dan kejahatan mengenai dampak negatif alkohol tradisional yang terjadi dengan mekanisme sanksi, hingga melupakan peluang dampak positif. denda, penjara hingga hukuman tambahan. Stigma tersebut juga menyamaratakan produk Perlindungan hukum yang dibahas pada sub minuman alkohol lain termasuk alkohol oplosan bab ini lebih berfokus kepada perlindungan yang berbahaya bagi tubuh dan tidak diproduksi hukum represif khususnya terhadap peraturan dengan standar tertentu. Pencampuran konsep perundang-undangan yang mengatur tentang berpikir yang keliru ini rupanya menjadi latar minuman alkohol tradisional. belakang penegak hukum dalam menyusun Dewasa ini, dasar hukum tentang dasar hukum yang bersinggungan dengan penjualan minuman beralkohol yakni minuman alkohol tradisional yang sudah ada Permendag No. 6/2015 dengan pengaturan maupun yang akan ada yakni RUU tentang yang masih diseragamkan tanpa mengindahkan Larangan Minuman Beralkohol. karakteristik minuman alkohol tradisional. Konsep pelindungan hukum ini tentunya Permendag No. 6/2015 tidak efektif dalam tidak boleh diterapkan terhadap minuman membatasi konsumsi alkohol dan justru berefek alkohol tradisional yang kadar alkoholnya samping pada semakin sulitnya konsumen yang terlalu tinggi dan tidak memenuhi karakteristik, memang membutuhkan dan memenuhi syarat contohnya produk cap tikus, ciu, lapen, cukrik untuk memperoleh produk alkohol legal dan yang tidak layak untuk dilindungi karena dampak berijin edar. Di saat bersamaan, Permendag negatifnya jauh lebih besar dibandingkan No. 6/2015 ini juga tidak mampu menahan dampak positif yang dapat dikembangkan peredaran produk alkohol ilegal. Oleh sebab dengan tujuan pariwisata dan ekspor misalnya. itu, Pemerintah melalui DPR saat ini tengah Sementara itu, minuman alkohol tradisional berupaya menyusun RUU tentang Larangan yang memenuhi karakteristik dan memiliki Minuman Beralkohol. kadar alkohol wajar seperti tuak misalnya, layak RUU tentang Larangan Minuman dikategorikan sebagai produk yang dilindungi Beralkohol ini ke depannya akan melarang oleh indikasi asal. Kadar alkohol pada tuak setiap orang memproduksi minuman berkisar antara 8% dan berasal dari bahan baku beralkohol golongan A (kadar alkohol 1-5%), gula aren meskipun tiap daerah menambahkan varian bahan baku pendukung, misalnya tuak 35 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya: Bina Ilmu, 1987, hal. 4-5.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 279 golongan B (kadar alkohol 5-20%), golongan C Minuman alkohol tradisional merupakan (20-55%), baik minuman beralkohol tradisional, produk berbasis HKI khususnya di bidang dan minuman beralkohol campuran atau indikasi asal dan indikasi geografis. Obyek racikan. Rumusan ketentuan tersebut tampak indikasi asal dan maupun indikasi geografis mencampuradukkan produk minuman alkohol sama-sama memiliki nilai ekonomis bukan tradisional dengan minuman alkohol campuran/ karena kedudukannya sebagai aset kekayaan racikan/ oplosan dan minuman alkohol yang intelektual yang dihasilkan individu seperti dijual bebas mulai dari kadar alkohol 5%-55% halnya dalam merek melainkan karena adanya hanya berdasarkan hitungan kadar alkoholnya, faktor lingkungan geografis yang memberikan tanpa memperhatikan aspek historis dan ciri khusus pada produk yang dihasilkan di satu karakteristik dari produk minuman alkohol wilayah tertentu. Indikasi asal dilindungi tanpa tradisional. Hal ini dapat ditinjau dari definisi melalui kewajiban pendaftaran (deklaratif) minuman beralkohol di Pasal 1 angka 1 yang sedangkan indikasi geografis melalui kewajiban menyamaratakan seluruh minuman beralkohol pendaftaran (konstitutif)36. ke dalam satu definisi, yakni : Indikasi geografis menurut Pasal 1 angka “Minuman beralkohol adalah minuman yang 6 f UU No. 20/2016 merupakan tanda yang mengandung etanol (C2 H5OH) yang diproses menunjukkan daerah asal barang dan/atau dari bahan hasil pertanian yang mengandung produk yang karena faktor lingkungan geografis karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi termasuk faktor alam, faktor manusia atau atau fermentasi tanpa destilasi, baik 2 dengan cara kombinasi dari kedua nya mampu memberikan memberikan perlakuan terlebih dahulu atau tidak, reputasi, kualitas, dan karakteristik di barang menambahkan bahan lain atau tidak, maupun dan/atau produk yang dihasilkan. Tanda yang yang diproses dengan cara mencampur konsentrat digunakan sebagai pembeda berupa label yang dengan etanol atau dengan cara pengenceran dilekatkan pada barang yang memuat nama minuman mengandung etanol”. daerah atau wilayah, kata, gambar, huruf, Selanjutnya, Pasal 3 RUU tentang Larangan ataupun kombinasinya. Tanda yang sudah Minuman Beralkohol mengatur bahwa tujuan tergolong indikasi geografis tidak boleh diklaim dari RUU ini salah satunya adalah untuk sebagai merek milik privat baik oleh individu melindungi masyarakat dari dampak negatif ataupun badan hukum lain selain pemilik dan yang ditimbulkan oleh minuman beralkohol pemakai hak indikasi geografis. serta menumbuhkan kesadaran masyarakat Indikasi asal maupun indikasi geografis mengenai bahaya minuman beralkohol. Hal sebagai jenis merek yang dimiliki oleh kelompok ini harusnya dimaknai bahwa tidak semua tertentu sehingga hanya berhak dimiliki oleh aspek dari minuman alkohol otomatis memiliki kalangan masyarakat di daerah tersebut atau dampak negatif secara mutlak, utamanya dengan kata lain hanya produk-produk asli dari minuman alkohol tradisional yang harus wilayah tersebut yang diperbolehkan untuk dipandang dari beragam sudut pandang. dijual dengan mencantumkan nama wilayah Di samping kadar alkohol yang terdapat di tersebut. Contohnya, hanya masyarakat daerah dalamnya, produk minuman alkohol tradisional pulau Bali yang berhak untuk memproduksi memiliki nilai (value) yang dapat bermanfaat dan menjual langsung produk arak Bali asalkan sebagai produk khas Indonesia dan menunjang benar-benar dibuat sesuai resep turun temurun bidang pariwisata dalam negeri. Oleh sebab itu, dan memenuhi ketiga unsur karakteristik alangkah baiknya jika dilakukan pengayaan selama arak Bali tergolong sebagai produk dan penerapan perlakuan yang berbeda antara indikasi asal. Memberikan pelindungan indikasi minuman alkohol tradisional dengan minuman 36 Candra Irawan, “Protection of Traditional Knowledge: A alkohol jenis lain seperti minuman alkohol Perspective on Intellectual Property Law in Indonesia”, racikan dan minuman alkohol produksi pabrik. Journal of World Intellectual Property Right, John Wiley and Son Ltd, Vol. 20, Issue 1-2, March 2017, hal. 63.

280 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 asal terhadap minuman alkohol tradisional, tujuan yang terkait dengan sektor pariwisata apalagi indikasi geografis, diharapkan dapat dan diproduksi dalam kadar alkohol yang meniadakan produksi minuman racikan yang lebih rendah dengan persentase yang dapat mengaku sebagai minuman alkohol tradisional ditentukan kemudian. Adapun dinas terkait seperti arak Bali. Walaupun sayangnya masih yang dimaksud disini tidak cukup hanya ditemukan pula produk minuman alkohol melibatkan Kementerian Perdagangan yang mengaku sebagai arak bali namun dioplos melainkan juga Kementerian Pariwisata dan dengan obat nyamuk dan ethanol. Hal serupa Ekonomi Kreatif apabila problem ini dikaji dari juga terjadi pada jenis minuman alkohol sudut pandang minuman alkohol tradisional tradisional lainnya. sebagai aset kekayaan intelektual bangsa. Indonesia saat ini memiliki forum bernama RUU tentang Larangan Minuman Forum Petani dan Produsen Minuman Beralkohol mengatur agar minuman alkohol Berfermentasi Indonesia (FPPPMBI atau jenis apapun diluar kategori level alkohol A, FP3MBI) yang menaungi kelompok-kelompok B & C tetap tidak boleh diedarkan. Makna petani dan produsen minuman beralkohol aturan tersebut dapat ditafsirkan bahwa, khususnya fermentasi dari seluruh wilayah pertama, minuman alkohol tradisional masih di Indonesia. Minuman alkohol tradisional disamaratakan dengan minuman alkohol memiliki potensi di pasar ekspor sebagai produk racikan atau oplosan. Kedua, minuman alkohol khas Indonesia. Justru para kelompok tani dan tradisional dengan kandungan alkohol di bawah kelompok produsen yang tergabung di FPPPMBI 1% (diluar kategori A) tetap dilarang edar. tersebut perlu mendapatkan pembinaan dari Oleh sebab itu, terkait penyesuaian terhadap pemerintah melalui Dinas Pariwisata dan pengklasifikasian alkohol yang kini masih diatur Ekonomi Kreatif mengenai pemasaran dan secara sama rata ke dalam 3 kategori A, B dan ekspor produk minuman alkohol tradisional C sesuai tingkat kandungan alkohol yakni A khas daerah tertentu, pelatihan dari Dinas (1-5%), B (5-20%), C (20-55%)37, maka patut Perdagangan mengenai cara memproduksi dan dilakukan penyesuaian pula terhadap produk pengemasan sesuai dengan standarisasi industri minuman alkohol tradisional yang ditengarai agar produksi minuman alkohol tradisional masih mengandung alkohol di level C yang memiliki nilai tambah yang lebih serta pelatihan lebih berisiko dibandingkan level A dan B. dari Ditjen KI mengenai pelindungan indikasi Penjelasan Pasal 4 huruf A RUU tentang asal dan indikasi geografis. Di samping itu, perlu Larangan Minuman Beralkohol juga telah pula adanya kegiatan sosialisasi dan edukasi memberikan penjabaran yang keliru mengenai kepada masyarakat dari segala usia tentang definisi dan cakupan minuman alkohol minuman beralkohol seperti batas tolerasi tradisional yang benar. Penjelasan Pasal 4 huruf tubuh seseorang mengkonsumsi minuman, dan A RUU tersebut hanya menjabarkan bahwa siapa yang bisa mengkonsumsinya. yang dimaksud dengan minuman alkohol Apabila pemerintah dan masyarakat telah tradisional hanyalah minuman mengandung mampu menyikapi kedudukan minuman alkohol yang dihasilkan dari pengolahan yang alkohol tradisional sebagai indikasi asal, maka berasal dari pohon kelapa, enau atau racikan selanjutnya langkah kompromi untuk mencapai lainnya padahal makna sebenarnya lebih jalan tengah menjadi cara yang lebih tepat untuk luas dari itu. Bahan baku minuman alkohol ditempuh dibandingkan langsung melarang tradisional tidak terbatas itu saja namun juga dan mematikan produksi minuman alkohol mengandung unsur karakteristik lain seperti tradisional. Kompromi antara pemerintah cq yang sudah dijabarkan di sub bab sebelumnya dinas terkait dapat mengusahakan tercapainya yakni metode pembuatannya harus jelas titik temu semisal tetap memperbolehkan dilakukan melalui fermentasi bahan baku produksi minuman alkohol tradisional untuk 37 Pasal 4 RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 281 alami ataukah dilanjutkan pula dengan metode geografis, tentunya dengan cara didaftarkan ke distilasi setelah fermentasi, harus menerapkan Ditjen KI oleh masyarakat setempat. Indikasi metode pembuatan yang diperoleh dari warisan geografis dilindungi selama terjaganya reputasi, pengetahuan turun temurun dari masyarakat kualitas, dan karakteristik yang menjadi dasar di wilayah tersebut, serta harus jelas mengenai diberikannya pelindungan indikasi geografis adanya nilai budaya yang terkandung dalam pada suatu barang sehingga peredaran produk penggunaan minuman tersebut dari masa ke indikasi geografis tidak mungkin dilakukan masa baik untuk simbol tradisi keagamaan secara sembarangan sehingga akan sangat ataupun dalam budaya masyarakat setempat membantu dalam menjaga keberlangsungan sehari-hari. Karakteristik muatan nilai budaya identitas minuman alkohol tradisional sesuai telah dikandung secara implisit dalam Pasal 8 pembatasan karakteristik. Langkah ini akan RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol lebih bijak dan bermanfaat dalam melindungi namun pengaturan karakteristik pertama minuman alkohol tradisional secara legal karena dan ketiga sebagai keseluruhan karakteristik membiarkan minuman alkohol tradisional belum dimuat dalam RUU tersebut serta tidak mendapatkan pelindungan hukum yang tetap diterapkan pembatasan peredaran untuk jelas, menghapuskan keberadaannya dan kepentingan di luar ketentuan Pasal 8 tersebut. mengkategorikannya sebagai produk ilegal Pelarangan yang direncanakan akan justru akan memposisikan minuman alkohol diatur oleh RUU tentang Larangan Minuman tradisional layaknya seperti produk oplosan Beralkohol ini meliputi pula larangan menjual ilegal. ke luar negeri atau ekspor. RUU tentang Pelindungan hukum yang dirancang Larangan Minuman Beralkohol ini meskipun untuk mengembangkan minuman alkohol sekilas tampak lebih lunak pada substansi Pasal tradisional di Indonesia tentunya masih jauh 8 yang memperbolehkan penggunaan alkohol dari penerapan negara-negara maju di dunia. tradisional untuk tujuan kepentingan adat, Walaupun bukan berarti mustahil karena ritual keagamaan, wisatawan, farmasi, dan produk arak Bali misalnya, produk arak Bali tempat-tempat yang diizinkan oleh peraturan merek “Dewi Sri” pernah menjadi komoditas perundang-undangan. Namun apabila ekspor ke Jepang karena menerapkan proses, dikaitkan dengan substansi di pasal-pasal alat dan bahan baku yang sesuai standar, lain yang melarang seluruh bentuk minuman walaupun saat ini penerapannya terkendala. alkohol secara sama rata tersebut maka peluang Pemerintah Daerah Provinsi Bali juga telah minuman alkohol tradisional untuk menjadi menerbitkan Peraturan Gubernur Provinsi Bali produk indikasi asal apalagi indikasi geografis Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola yang dapat dijual dan diekspor tetap terbatas. Minuman Fermentasi dan/atau Distilasi Khas RUU ini juga tidak menjelaskan secara detail Bali dengan tujuan menertibkan standar maksud kepentingan wisatawan, apakah kualitas arak Bali, mendorong ekspor arak Bali, sebagai simbol atau ikon wisata ataukah boleh menghimbau sektor pariwisata dan perhotelan diperjualbelikan sebagai produk yang berkaitan di Bali untuk mengutamakan penjualan produk dengan ikon wisata tersebut misalnya dalam arak Bali di tempat usahanya serta mengurangi bentuk produk cindera mata dan produk yang impor minuman beralkohol dari luar negeri baik di ekspor ke luar negeri sebagai produk khas dari jenis tradisional maupun non tradisional. Indonesia yang tentunya akan membutuhkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 1 Tahun jumlah produksi tidak sedikit. 2020 yang terdiri dari 9 bab dan 19 pasal ini Kedudukan minuman alkohol tradisional lengkap mengatur pelindungan, pemeliharaan, sebagai produk indikasi asal selanjutnya dapat pemanfaatan, kemitraan usaha, promosi dan ditingkatkan kekuatan pelindungan hukumnya branding, pembinaan dan pengawasan, peran menjadi produk yang dilindungi sebagai indikasi serta masyarakat, sanksi administratif, dan

282 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 pendanaan demi keberpihakan terhadap sebagai negara asal.40 Tindakan tersebut selain minuman alkohol tradisional khas Bali. termasuk pelanggaran terhadap indikasi asal Peraturan daerah ini bertujuan memanfaatkan juga termasuk ke dalam modus perbuatan minuman alkohol tradisional secara ekonomis curang dalam persaingan usaha tidak sehat.41 sekaligus memberikan pemberdayaan terhadap Di samping itu, sertifikasi dan buku panduan perajin bahan baku minuman fermentasi dan/ produk indikasi geografis yang ada justru atau destilasi khas Bali, mewujudkan tata kelola akan mampu menghindarkan dari pembuatan bahan baku, produksi, distribusi, pengendalian, minuman alkohol racikan non standarisasi dan pengawasan oleh Pemerintah Provinsi yang mendompleng nama minuman alkohol Bali untuk mencegah timbulnya produk tradisional daerah tertentu sehingga otomatis oplosan dengan tetap melibatkan peran desa dapat memberikan keamanan lebih terhadap adat untuk penggunaan di acara khusus yang konsumen atas produk yang tidak sesuai standar bersifat non ekonomis. Mengenai produksi indikasi geografis alias produk palsu dan produk dan peredaran untuk tujuan ekonomi seperti ilegal. Apabila terjadi pelanggaran-pelanggaran komoditas ekspor, oleh-oleh, simbol pariwisata terhadap produk indikasi geografis maka dapat dan sejenisnya akan melibatkan peran Koperasi diajukan gugatan ganti rugi dan penghentian untuk peredarannya. Contohnya, hingga kini kegiatan pemanfaatan serta melaporkan ada 2 (dua) kelompok produsen di daerah pelanggaran tersebut kepada aparat penegak Buleleng dan Karangasem yang bekerjasama hukum.42 dengan koperasi. Manfaat yang akan diperoleh dalam Langkah tersebut dapat diikuti oleh petani perkembangan produksi minuman alkohol bahan baku arak Bali agar dapat menghasilkan tradisional secara legal sebagai produk indikasi produk sesuai standar sehingga image branding geografis adalah memperjelas identifikasi produknya pun dapat diperkuat. Dukungan produk dan menetapkan standar produksi di Pemerintah kepada arak Bali sebagai produk antara para pemangku kepentingan indikasi indikasi asal maupun indikasi geografis juga geografis; menghindari praktek persaingan diperlukan disini. Indikasi geografis tidak curang, memberikan pelindungan terhadap hanya bernilai ekonomis namun juga memuat konsumen dari penyalahgunaan reputasi nilai budaya, kebangsaan dan negara.38 Nilai indikasi geografis; menjamin standar mutu ekonomis indikasi geografis diperoleh dari produk asli sekaligus memperjelas perbedaan ciri, kualitas dan reputasi.39 Sertifikasi indikasi antara minuman alkohol tradisional dengan geografis akan memberikan manfaat bagi minuman alkohol racikan dan lainnya; masyarakat penghasil komoditas maupun membina petani dan produsen lokal minuman konsumen yang mengkonsumsi komoditas alkohol tradisional; meningkatkan jumlah minuman alkohol tradisional. produksi dan memfokuskan target pemasaran Alasan utama pentingnya sistem sebagai produk penunjang industri pariwisata pelindungan indikasi geografis karena sering baik di dalam negeri maupun untuk tujuan terjadi produk ditanam atau diproduksi di ekspor; membentuk standarisasi biaya negara lain dengan menggunakan Indikasi produksi; mewujudkan standar kualitas dan (tanda) seolah-olah berasal dari negara tersebut 40 Hendra Djaja, “Perlindungan Indikasi Geografis Pada 38 Candra Irawan, “Pendaftaran Indikasi Geografis sebagai Produk Lokal dalam Sistem Perdagangan Internasional”, Instrumen Perlindungan Hukum dan Peningkatan Daya Jurnal Cakrawala Hukum, Vol. 18, No. 2, Desember 2013, Saing Produk Daerah di Indonesia”, Prosiding Seminar hal. 136-144. Nasional Multi Disiplin Ilmu UNISBANK Ke-3, 2017, hal. 41 Jorge Larson, Relevance of Geographical Indications 358-366. and Designations of Origin for the Sustainable Use of 39 Winda Risna Yessiningrum, “Perlindungan Hukum Genetic Resources, Rome: Global Facilitation Unit for Indikasi Geografis sebagai Bagian dari Hak Kekayaan Underutilized Species, 2007, hal. 2. Intelektual”, Jurnal IUS Kajian Hukum dan Keadilan, Vol. 42 Pasal 101 dan 102 UU No. 20 Tahun 2016 menganut 3, No. 1, 2015, hal. 42-53. sistem delik aduan.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 283 harga jual yang wajar; mengembangkan citra serta berbahaya untuk dikonsumsi. Peningkatan merek dibenak konsumen; serta yang tak kalah kapasitas produksi alkohol nantinya harus pentingnya adalah melestarikan pengetahuan diawasi ketat peruntukkannya dan melibatkan tradisional yang diwariskan turun temurun. peran pemberian izin serta pengawasan oleh Dalam upaya menyukseskan pelindungan pemerintah daerah setempat. minuman alkohol tradisional sebagai indikasi Mengenai substansi yang terkandung di asal dan indikasi geografis perlu adanya Permendag No. 6/2015 dan Peraturan Presiden pendataan oleh Dinas Perindustrian dan No. 74/2013 yang masih mencampuradukkan Perdagangan di wilayah masing-masing untuk produk minuman alkohol tradisional dengan memperoleh data akurat mengenai daftar para produk minuman alkohol lainnya, ditambah produsen dan petani lokal yang merangkap lagi dengan adanya RUU tentang Larangan sebagai produsen. Hal ini berpengaruh terhadap Minuman Beralkohol yang tidak memberikan kepastian adanya ekosistem (petani, produsen, perlakuan khusus terhadap minuman alkohol supplier, distributor) yang siap dan matang tradisional sebagai produk indikasi asal dan untuk dibantu pertumbuhannya serta kepastian warisan budaya tak benda maka minuman hukum terkait legalitas edar dan keamanan alkohol tradisional di Indonesia ke depannya konsumsi termasuk batas kandungan Alcohol by akan semakin tidak mendapatkan pelindungan Volume (ABV). yang adil. Minuman alkohol tradisional selama Sementara itu, dari segi kelengkapan tidak dipandang sebagai produk indikasi asal legalitas terhadap penjual, pengedar dan yang memiliki karakteristik khusus maka tidak distributor minuman alkohol tradisional yang dapat didaftarkan sebagai indikasi geografis. sudah dilindungi sebagai produk indikasi Permohonan indikasi geografis tidak dapat asal maupun indikasi geografis pun patut didaftar jika bertentangan dengan ideologi dipertimbangkan untuk memiliki izin edar negara, peraturan perundang-undangan, yang diterbitkan oleh Badan Pengawas Obat moralitas, agama, kesusilaan, dan ketertiban dan Makanan (BPOM) serta Surat Izin Usaha umum. Eksistensi minuman alkohol tradisional Perdagangan Minuman Beralkohol (SIUP- akan hilang karena belum ada kesadaran MB). Kelengkapan legalitas akan mempemudah pemerintah dan masyarakat untuk memandang peredaran minuman alkohol tradisional. produk ini dari sudut pandang pelindungan Provinsi Bali, begitu juga daerah lain di hukum atas HKI khususnya di bidang merek dan Indonesia, masih tergolong daerah negatif indikasi geografis. Di samping itu, apabila ada investasi untuk pembukaan industri di bidang pemerintah daerah yang memiliki visi berbeda alkohol sesuai Peraturan Presiden Nomor 44 dengan pemerintah pusat dalam mengatur Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha minuman alkohol tradisional khas daerahnya yang Tertutup dan Bidang Usaha yang Terbuka maka sesungguhnya peraturan daerah tersebut dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal bertentangan secara hierarkis dengan Peraturan atau DNI. Oleh sebab itu, perlu dituntut langkah diatasnya seperti Permendag No. 6/2015 dan Pemerintah untuk melonggarkan pembatasan Peraturan Presiden No. 74/2013 berdasarkan terhadap sektor produksi alkohol dari daftar asas lex superiori derogat legi inferiori. negatif investasi apabila minuman alkohol Peraturan pemerintah pusat baik dalam tradisional ke depannya dapat berkembang bentuk Peraturan Pemerintah, Peraturan dan membutuhkan produk lebih banyak Presiden, Peraturan Menteri terkait maupun untuk tujuan ekspor. Langkah ini juga dapat RUU tentang Larangan Minuman Beralkohol mengurangi jumlah impor bahan baku alkohol ke depannya harus mempertimbangkan aspek untuk kepentingan kesehatan dan kecantikan kearifan lokal terhadap minuman alkohol termasuk produk minuman beralkohol dan tradisional sebagai warisan budaya tak benda penyelundupan alkohol yang tidak sesuai syarat dan memandangnya dari sudut pandang produk

284 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 yang dapat dilindungi dengan indikasi asal dalam khas Indonesia sehingga harus dibedakan ruang lingkup HKI. Pemerintah pusat harus perlakuannya dengan minuman alkohol mampu menjembatani perbedaan visi masing- racikan, impor, maupun non tradisional. masing daerah dalam menyikapi minuman khas Minuman alkohol tradisional khas Indonesia tradisional sebagai produk berbasis HKI yang berhak untuk mendapatkan pelindungan dapat dilindungi dengan skema indikasi asal hukum secara adil dan objektif, oleh sebab sebagai merek komunal. itu Pemerintah hendaknya mengakomodir kepentingan dan budaya masyarakat lokal VI. Penutup dalam mengatur mengenai minuman alkohol A. Simpulan tradisional dalam mendorong dampak positif Minuman alkohol tradisional khas yang dapat dihasilkan serta meminimalisir Indonesia dapat dilindungi dengan mekanisme dampak negatif yang ditimbulkan. Pelindungan warisan budaya tak benda sebagai aset HKI indikasi asal yang akan diterapkan terhadap milik publik suatu negara ataupun produk minuman alkohol tradisional hendaknya indikasi asal sebagai aset HKI milik komunal di masa depan dapat ditingkatkan menjadi suatu masyarakat. Aturan hukum di tingkat indikasi geografis demi memperkuat identitas, pusat pun harus sejalan dengan aturan legalitas dan kontrol kualitas produk minuman hukum di tingkat daerah sehingga tidak alkohol tradisional. terjadi kontradiksi penegakan hukum dan inkonsistensi penerapan aturan hukum antara pusat dan daerah. Pelindungan hukum yang lebih tepat untuk diterapkan saat ini adalah Daftar Pustaka pelindungan indikasi asal yang dimiliki oleh masyarakat setempat secara komunal agar lebih mengoptimalkan pengembangan produk khas masing-masing daerah. Budaya hukum Jurnal masyarakat Indonesia sebagai bagian dari Anggraeni, Nita. “Perlindungan Terhadap keseluruhan sistem hukum yang berlaku di Indikasi Geografis (Produk yang disertai Indonesia berpengaruh terhadap pelestarian Nama Tempat) dalam Kerangka Hukum minuman alkohol tradisional khas Indonesia Nasional dan Hukum Internasional”. Jurnal sebagai bagian dari kearifan lokal masyarakat Mazahib Pemikiran Hukum Islam. Vol. 12. setempat yang dipengaruhi pula oleh norma No. 2. Desember 2013. agama, norma kesopanan dan norma hukum Cahyadi, Antonius. “Hukum Rakyat ala sehingga pelindungan hukumnya saat ini masih Frederich Karl Von Savigny”. Jurnal Hukum bersifat subyektif. & Pembangunan. Vol. 35. No. 4. 2005.

B. Saran Choi, Jay Pil et al. “Local Identity and Persistent Penyusunan regulasi di tingkat pusat Leadership in Market Share Dynamics: mengenai produksi dan peredaran minuman Evidence from Deregulation in the Korean alkohol tradisional hendaknya memposisikan Soju Industry”. Korean Economic Review. minuman alkohol tradisional sebagai produk Vol. 29. No. 2. 2013. dengan karakteristik khusus yang terdiri atas 3 Djaja, Hendra. “Perlindungan Indikasi (tiga) unsur yakni teknik pembuatan, informasi Geografis Pada Produk Lokal dalam pembuatan berdasarkan ilmu pengetahuan Sistem Perdagangan Internasional”. yang diberikan secara turun temurun serta Jurnal Cakrawala Hukum. Vol. 18. No. 2. mengandung unsur budaya lokal untuk Desember 2013. mempertahankan ciri khasnya sebagai produk

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 285 Ho, Kim In et. al. “Comparison of Fermentation Trimarchi, Michele. “Regulation, Integration Characteristics of Korean Traditional and Sustainability in the Cultural Sector”. Alcoholic Beverages Prepared by Different International Journal of Heritage Studies. Vol. Brewing Methods and Their Quality 10. Issue 5. 2004. Changes after Aging”. Journal of the Korean Yessiningrum, Winda Risna. “Perlindungan Society of Food Culture. Vol. 11. Issue 4. Hukum Indikasi Geografis sebagai Bagian 1996. dari Hak Kekayaan Intelektual”. Jurnal IUS Irawan, Candra. “Protection of Traditional Kajian Hukum dan Keadilan. Vol. 3. No. 1. Knowledge: A Perspective on Intellectual 2015. Property Law in Indonesia”. Journal of World Intellectual Property Right. John Wiley and Buku Son Ltd. Vol. 20. Issue 1-2. March 2017. Badan Litbang Pertanian Kementerian Isnani. “Identifikasi dan Pemanfaatan Indikasi Pertanian. Pembangunan Pertanian Wilayah Geografis dan Indikasi Asal Melalui Berbasis Kearifan Lokal dan Kemitraan. Program Pembinaan Pada Masyarakat”. Jakarta : IAARD Press. 2017. Jurnal Pengabdian Hukum Indonesia. Vol. 2. Demossier, Marion. Wine Drinking Culture No. 1. 2019. in France : A National Myth or a Modern Jawardi. “Strategi Pengembangan Budaya Passion ?. Wales : University of Wales Press. Hukum”. Jurnal Penelitian Hukum De Jure. 2010. Vol. 16. No. 1. 2016. Friedman, Lawrence M. The Legal System : Lestari, Tri Rini Puji, “Menyoal Pengaturan A Social Science Perspective. New York : Konsumsi Minuman Beralkohol di Russell Sage Foundation. 1975. Indonesia”. Jurnal Aspirasi. Vol. 7. No. 2. Hadjon, Philipus M. Perlindungan Hukum Bagi 2016. Rakyat di Indonesia. Surabaya : Bina Ilmu, Lombon, Kevin A. “Permasalahan dan Segi 1987. Hukum tentang Alkoholisme di Indonesia”. Hoffman, Barbara T. Art and Cultural Heritage: Lex Crimen. Vol. III. No. 1. 2014. Law Policy and Practice. Cambridge : Profeta, Adriano et. al. “Protected Geographical Cambridge University Press, 2006. Indications and Designations of Origin: Larson, Jorge. Relevance of Geographical An Overview of the Status Quo and the Indications and Designations of Origin for the Development of the Use of Regulation Sustainable Use of Genetic Resources. Rome (EC) 510/06 in Europe, With Special : Global Facilitation Unit for Underutilized Consideration of the German Situation”. Species, 2007. Journal of International Food and Agribusiness Saptomo, Ade. Budaya Hukum & Kearifan Marketing. Vol. 22. Issue 1-2. 2010. Lokal. Jakarta : FHUP Press, 2019. Retnaningtyas, Aprilia Yasinta, et. al. “Studi Thuriot, Fabrice. Effects of fthe World Heritage Awal Proses Fermentasi pada Desain Pabrik Label in Champagne Region. Springer Bioethanol dari Molasses”. Jurnal Teknik Publisher: Wine Tourism Destination ITS. Vol. 6. No. 1. 2017. Management and Marketing: Theory and Santi, Shinta Soraya. “Pembuatan Alkohol Cases. 2019. dengan Proses Fermentasi Buah Jambu Mete Tudor, Daniel. Korea, The Impossible Country. oleh Khamir Sacharomices Cerevesiae”. Vermont : Tuttle Publishing, 2012. Jurnal Penelitian Ilmu Teknik. Vol. 8. No. 2. 2008.

286 NEGARA HUKUM: Vol. 11, No. 2, November 2020 Vaz, Teresa de Noronha, Peter Nijkamp. Irawan, Candra. “Pendaftaran Indikasi Geografis Traditional Food Production and Rural sebagai Instrumen Perlindungan Hukum dan Sustainable Development : A European Peningkatan Daya Saing Produk Daerah di Challenge (1st edition). London : Routledge Indonesia”. Prosiding Seminar Nasional Multi Publisher. 2009. Disiplin Ilmu UNISBANK Ke-3. 2017. Taqyuddin. “Tradition of Drinking Arak”. Prosiding Proceeding The 7th International Symposium Gopikhrisna, Despande, et. al. “Overview of of Jurnal Antropologi Universitas Indonesia. Continuous Alcohol Fermentation and 2019. Multipressure Distillation Technology”. Proceeding South African Sugar Technology Makalah th Association 76 . 2002. Calboli, Irene. “Geographical Indications Hong, Sungtak, Jinhwa Chung. “Product between Trade, Development, Culture, Variety as a Barrier to Entry : Evidence and Marketing: Framing a Fair(er) System from the Post-Deregulation Korean Soju of Protection in the Global Economy?”. Market”. Prosiding. 2017. SSRN: https:// Faculty of Law Texas A&M University. ssrn.com/abstract=3497496. diakses 2017. https://scholarship.law.tamu.edu/ tanggal 17 Mei 2020. facscholar/919. diakses tanggal 21 Mei 2020.

CITA YUSTISIA SERFIYANI, dkk.: Pelindungan Hukum terhadap Minuman Alkohol... 287