Taksonomi Ekoleksikon Peunajoh Aceh: Kajian Ekolinguistik
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
TAKSONOMI EKOLEKSIKON PEUNAJOH ACEH: KAJIAN EKOLINGUISTIK DISERTASI Oleh ZURRIYATI A. JALIL NIM: 138107005 PROGRAM DOKTOR (S3) LINGUISTIK FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara TAKSONOMI EKOLEKSIKON PEUNAJOH ACEH: KAJIAN EKOLINGUISTIK DISERTASI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar doktor dalam Program Doktor Linguistik pada Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara di bawah pimpinan Rektor Universitas Sumatera Utara Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. Oleh ZURRIYATI A. JALIL NIM: 138107005 Program Doktor (S3) Linguistik FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2019 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Telah diuji pada Ujian Disertasi Terbuka (Promosi) Tanggal: 25 Januari 2019 PANITIA PENGUJI DISERTASI Pemimpin Sidang: Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum. (Rektor USU) Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A. Ph.D. (USU Medan) Anggota : Dr. Dwi Widayati, M.Hum. (USU Medan) Dr. Gustianingsih, M.Hum. (USU Medan) Dr. Eddy Setia, M.Ed.TESP. (USU Medan) Dr. Mulyadi, M.Hum. (USU Medan) Dr. Bahagia Tarigan, M.A (USU Medan) Dr. Faridah, M.Hum (UINSU Medan) Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Penelitian ini mengkaji makanan tradisional Aceh (Peunajoh Aceh). Tujuannya adalah (i) mengidentifikasikan taksonomi ekoleksikon pada peunajoh Aceh; (ii) mendeskripsikan persepsi masyarakat Aceh terhadap peunajoh Aceh; (iii) menjelaskan kebertahanan bahasa dan budaya peunajoh Aceh. Untuk itu, telah dipilih 60 makanan khas Aceh yang dijadikan sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dengan dua pendekatan, yaitu kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif dipakai untuk menganalisis data taksanomi ekoleksikon, sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan untuk menganalisis data persepsi dan pemertahanan bahasa. Datanya diperoleh melalui studi dokumen, observasi, wawancara dan kuesioner dengan melibatkan 100 orang informen atau responden. Hasil penelitian menunjukkan taksonomi leksikon dan ekoleksikon terdiri dari taksonomi hiponimi, meronimi, dan sinonimi. Selanjutnya taksonomi leksikon meliputi Timphan, Bu, Bada, Ubi, Ruti, Kueh, Peunajoh Ie Sierap, Boh, Adee, Peunajoh Raya, Bhoi, dan Nyab. Sedangkan taksonomi ekoleksikon terdiri dari biotik dan abiotik taksonomi ekoleksikon biotik dari tumbuh-tumbuhan, yaitu: (1) bibi-bijian; (2) Umbi-umbian; (3) Palma; (4) Rumput-rumputan; (5) Daun-daunan; (6) Buahan-buahan; (7) Fungi. Sedangkan taksanomi ekoleksikon hewan, yaitu: telor ayam dan telor bebek. Adapun taksonomi ekoleksikon abiotik adalah kapur, air dan garam. Gambaran ini sekaligus menjelaskan bahwa tidak ada peunajoh Aceh yang terbuat dari biota laut dan daging hewan. Kemudian persepsi masyarakat Aceh terhadap setiap peunajoh Aceh berbeda untuk setiap kategori usia informen. Sebagiannya masih dikenal baik oleh orang dewasa, orang tua dan lansia, namun terdapat sebagian peunajoh Aceh sudah kurang diperhatikan, seperti kipang kacang. Selanjutnya kebertahanan bahasa yang berkaitan dengan peunajoh Aceh berdasarkan persepsi mereka menunjukkan kue-kue yang namaya berleksikon langsung dari wujud dasar bahannya, seperti bada pisang dan bu leukat dapat dikategorikan pada level aman. Selain itu, yang berada pada level aman adalah kue-kue yang sering dimanfaatkan untuk peristiwa budaya dan acara seremonial, seperti timphan. Sementara kue yang namanya berleksikon atas dasar bentuk ekologi, seperti bada reuteuk sangat kurang dikenal atau dapat dikategorikan pada level sangat kritis. Kata Kunci: Taksanomi, Ekoleksikon, Peunajoh Aceh, Kebertahanan, dan Ekologi i Universitas Sumatera Utara ABSTRACT This research studies about Peunajoh Aceh (Acehnese traditional cuisine). It is aimed to (i) identify the taxonomy of ecolexicon in peunajoh Aceh; (ii) describe the perception of Acehnese people towards peunajoh Aceh; and (iii) explain the language and culture sustainability of peunajoh Aceh. Therefore, 60 Acehnese characteristic foods were used as the research object. This research used qualitative and quantitative approaches. Qualitative approach was used to analyze the data of ecolexicon taxonomy; while quantitative approach was used to analyze the data of perception and language sustainability. These data were collected through document study, observation, interviews, and questionnaires which involved 100 informants or respondents. The results of the research demonstrated that the lexicon and ecolexicon taxonomy found consisted of hyponymy, meronymy, and synonym. The lexicon taxonomy included Timphan, Bu, Bada, Ubi, Ruti, Kueh, eunajoh Ie Sterap, Boh, Adee, Peunajoh Raya, Bhoi, and Nyab. Meanwhile, thr ecolexicon taxonomy consisted of biotic and abiotic taxonomy; biotic ecolexicon consisted of plants, such as: (1) seeds; (2) tubers; (3) palms; (4) grass; (5) leaves; (6) Fruits; and (7) Fungus. The abiotic ecolexicon taxonomy consisted of kapur, water, and salt. This description also explains that no peunajoh Aceh is made of marine biota and meat. The perception of the Acehnese toward peunajoh Aceh differs in each age category of the informants. Some cuisines were still well-known by the adults, older people and senior citizens, but some of peunajoh Aceh were less noticed, such as kipang kacang. The language sustainability related to peunajoh Aceh, according to the perception of the Acehnese, demonstrated that cakes which lexicon of their names were derived from their raw materials such as bada pisang and bu leukat were categorized into safe level. In addition, the cakes in safe level were frequently used in cultural and ceremonial events, such as timphan. The cakes which lexicon of their names were based on forms of ecology, such as bada reuteuk, were less known or categorized into critical level. Keywords: Taxonomy, Ecolexicon, Peunajoh Aceh, Sustainability, and Ecolinguistics ii Universitas Sumatera Utara UCAPAN TERIMA KASIH Bismillaahirrahmaanirraahiim Alhamdulillah, puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya disertasi ini dapat penulis selesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ibunda penulis, Rukmini, yang begitu mulia dan sederhana, yang jasanya tak pernah bisa dibalas dengan apapun yang penulis lakukan. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang, dianugerahkan kesehatan, dan diampuni kesalahan dan dosa yang pernah ibunda lakukan. Berikutnya terima kasih kepada ayahanda Alm. A. Jalil yang telah berjuang hidup untuk kemaslahatan anak-anaknya semasa hidupnya, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa mengampuni dosa-dosanya, melapangkan kuburannya, dan di sediakan surga yang indah sebagai tempat terakhirnya. Terima kasih kepada ayah mertua penulis yang senantiasa ikhlas memberikan perhatian, doa, dan dukungan moril terhadap penulis. Terima kasih yang tidak terhingga kepada suami tercinta, Suadi, yang senantiasa memberikan bantuan, memberikan motivasi, semangat, dan rasa cinta kasihnya. Dalam penyelesaian disertasi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan moril dan materil dari berbagai pihak, oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara; 2. Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S. selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara; 3. Dr. Budi Agustono, M.S.selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara; 4. Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP selaku Ketua Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara dan Dr. Mulyadi, M.Hum. selaku Sekretaris Program Studi Linguistik Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi dalam penyelesaian disertasi ini; 5. Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D. selaku Promotor, Dr. Dwi Widayati, M.Hum., dan Dr. Gustianingsih, M.Hum. selaku ko-Promotor yang senantiasa memberi motivasi dan bimbingan, mengoreksi dan memberikan kritik serta saran yang membangun untuk penyempurnaan disertasi ini; 6. Dr. Eddy Setia, M.Ed., Dr. Mulyadi, M.Hum, Dr Bahagia Tarigan, M.A. dan Dr. Faridah, M.Hum. selaku seluruh dewan penguji yang memberikan koreksi, saran dan penilaian demi kesempurnaan disertasi ini; 7. Prof. Bahren Umar Siregar, Ph.D., Prof. Dr. Aron MekoMbete, Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D., Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., Prof. Amrin iii Universitas Sumatera Utara Saragih, M.A., Ph.D., Dr. Eddy Setia, M.Ed., TESP, Dr. Mulyadi, M.Hum., Dr. Rustam Amir Effendi, M.A., Dr. Dwi Widayati, M.Hum., Dr. Gustianingsih, M.Hum., Dr. Nurlela, M.Hum., Dr. Irawati Kahar, M.Hum., Dr. T. Syarfina, M.Hum., dan Dr. T. Thyrhaya Zein, MA., yang telah memberi ilmunya selama pendidikan S3; 8. Dr. H. Hafifuddin, M.Ag. selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Lhokseumawe yang telah memberikan izin dan motivasi untuk mengikuti dan menyelesaikan program S3; 9. Dr. Zulfikar Ali Butto, M.A. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumaweyang telah mendukung penulis untuk menyelesaikan studi; 10. Bapak dan ibu dosen FTIK IAIN Lhokseumawe pada umumnya dan Jurusan Tadris Bahasa Inggris dan MPI khususnya, yang selalu memberi dukungan dan motivasi untuk penyelesaian studi; 11. Fitriah, S.Ag., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Lhokseumawe yang telah memberi motivasi untuk penyelesaian disertasi ini; 12. Bapak Sofyan Arianto, M.Pd. yang teleh memberikan perhatian dan merekomendasikan penulis untuk mengikuti studi S3 pada saat beliau menjabat sebagai Ketua Jurusan Tarbiyah STAIN Malikussaleh