PERAN GEUCHIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT GAMPONG (STUDI DI GAMPONG PEUKAN LANGSA KECAMATAN LANGSA KOTA, KOTA LANGSA)

TESIS

Oleh

RIZKI MAULANA 137024018/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERAN GEUCHIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT GAMPONG (STUDI DI GAMPONG PEUKAN LANGSA KECAMATAN LANGSA KOTA, KOTA LANGSA)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh RIZKI MAULANA 137024018/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Judul Tesis : PERAN GEUCHIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT GAMPONG (STUDI DI GAMPONG PEUKAN LANGSA KECAMATAN LANGSA KOTA, KOTA LANGSA) Nama Mahasiswa : Rizki Maulana Nomor Pokok : 137024018 Program Studi : Magister Studi Pembangunan

Menyetujui : Komisi Pembimbing

(Prof. Subhilhar, P.hD) (M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)

Tanggal lulus : 13 Agustus 2015

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Telah diuji pada

Tanggal: 13 Agustus 2015

PANITIA PENGUJI :

Ketua : Prof. Subhilhar, Ph.D Anggota : 1. Muhammad Arifin Nasution, S.Sos, MSP 2. Warjio, MA, Ph.D 3. Drs. Bengkel Ginting, M.Si 4. Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERNYATAAN

PERAN GEUCHIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT GAMPONG (STUDI DI GAMPONG PEUKAN LANGSA KECAMATAN LANGSA KOTA, KOTA LANGSA)

TESIS

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelas Magister Studi Pembangunan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara adalah benar hasil karya penulis sendiri. Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan Tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah. Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Agustus 2015 Penulis,

Rizki Maulana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERAN GEUCHIK DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF MASYARAKAT GAMPONG (STUDI DI GAMPONG PEUKAN LANGSA KECAMATAN LANGSA KOTA, KOTA LANGSA)

ABSTRAK

Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan paradigma yang memposisikan masyarakat sebagai sumber daya pelaku pembangunan dalam penyusunan rencana pembangunan. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong dibutuhkan kepemimpinan lokal yang cakap, aspiratif, berwawasan kedepan, dan diterima oleh masyarakat. Peran Geuchik sebagai pemimpin gampong sangat menentukan keberhasilan perencanaan pembangunan partisipatif, semua harapan dan tanggung jawab diarahkan kepadanya menuju pembangunan gampong yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana peran Geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yaitu suatu kajian dengan memanfaatkan data-data yang diperoleh melalui observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Hasil penelitian ditemukan bahwa peran Geuchik sebagai pemimpin gampong dalam upaya untuk mendorong masyarakat dalam perencanaan pembangunan partisipatif: (1) membangun koordinasi dengan perangkat-perangkat gampong, (2) sosialisasi dan komunikasi publik, (3) melakukan pendekatan persuasif terhadap warga dan tokoh masyarakat gampong, dan (4) sebagai motivator, fasilitator, dan mediator masyarakat gampong. Kendala dan masalah Geuchik dalam perannya untuk mendorong partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong: (1) kurangnya kesadaran masyarakat gampong, (2) tidak sepenuhnya perangkat gampong aktif, dan (3) kurangnya intensitas pertemuan ditingkat dusun.

Kata Kunci: Peran Geuchik, Perencanaan Pembangunan Partisipatif, Masyarakat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GEUCHIK ROLE IN COMMUNITY DEVELOPMENT PLANNING PARTICIPATORY GAMPONG (STUDY IN GAMPONG PEUKAN LANGSA DISTRICT LANGSA CITY, TOWN LANGSA)

ABSTRACT

Participatory development planning is a paradigm that positions the community as a resource development actors in the preparation of development plans. To increase community participation in village development planning needed local leadership capable, aspirational, insightful fore, and accepted by society. Geuchik role as village leaders determine the success of participatory development planning, all of the expectations and responsibilities directed him towards a better development of the village. This study aimed to obtain a picture of how the Geuchik role in participatory development planning of village communities Peukan Langsa District of Langsa City, Langsa. This study used a qualitative descriptive study utilizing data obtained through observation, interview, and literature study. Research found that Geuchik role as village leaders in an effort to encourage the community in participatory development planning: (1) establish coordination with the devices village, (2) dissemination and public communication, (3) persuasive approach towards citizens and public figures gampong and (4) as a motivator, facilitator and mediator village communities. Constraints and problems Geuchik in its role to encourage community participation in village development planning: (1) lack of public awareness gampong, (2) do not entirely gampung active, and (3) the lack of intensity village level meetings.

Keywords: Role Geuchik, Participatory Development Planning, Community

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Subhilhar, Ph.D, selaku Pj. Rektor Universitas Sumatera Utara dan selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini. 2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA., selaku Ketua Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara dan selaku Komisi Pembanding dalam penulisan tesis ini. 4. Bapak Prof. Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si., selaku Sekretaris Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 5. Bapak Muhammad Arifin Nasution, S.Sos., MSP., selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. 6. Bapak Warjio, MA., Ph.D dan Bapak Drs. Bengkel Ginting, M.Si., selaku Komisi Pembanding atas saran dan kritik yang diberikan. 7. Bapak Syarifuddin, Z selaku Geuchik Gampong Peukan Langsa dan menjadi tokoh penting dalam penulisan tesis ini. 8. Bambang Nurdiansyah, SE selaku Ketua Tim Perencana Gampong (TPG) Peukan Langsa yang telah banyak membantu dalam penulisan tesis ini. 9. Segenap aparatur Pemerintah Gampong Peukan Langsa dan masyarakat gampong Peukan Langsa atas kerja samanya dalam penulisan tesis ini. 10. Ayahanda Subki, SE dan Ibunda Elita Sari, S.Pd 11. Adik-adikku Rajib Muammar, S.ST., Ridha Mawaddah, S.Ked., dan Raul Muttaqin.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 12. Seluruh sahabat-sahabat angkatan 27 (Dua Puluh Tujuh) Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara. 13. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan wawasan akademik yang sangat bermanfaat bagi penulis. 14. Seluruh staf dan pegawai Program Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis. 15. Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memilik kekurangan dan jauh dari sempurna. Namun harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat kepada seluruh pembaca. Semoga kiranya Allah SWT memberkati kita semua. Amin.

Medan, Agustus 2015 Penulis

Rizki Maulana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : RIZKI MAULANA Tempat/Tgl, Lahir : Langsa, 8 November 1988 Alamat : Jl. H. Agus Salim Gp. Blang Kota Langsa - Jenis Kelamin : Laki-Laki Status : Belum Kawin Agama : Islam Kewarganegaraan : Hoby : Membaca & Diskusi Pekerjaan : Staf Pengajar Universitas Islam Tamiang No. HP : 085261456988 email : [email protected]

PENDIDIKAN FORMAL

1995 – 2001 : Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Langsa 2001 – 2004 : Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Langsa 2004 – 2007 : Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Langsa 2007 – 2011 : Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Islam Sumatera Utara (FISIP UISU) Medan 2013 – 2015 : Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ORGANISASI

2014 - 2015 : Pelajar Islam Indonesia (PII) Perguruan Tinggi

Kota Langsa 2015 - 2016 : Gerakan Pemuda (GP) ANSOR Kota Langsa 2014 - 2016 : Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kota Langsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ...... i ABSTRACT ...... ii KATA PENGANTAR ...... iii RIWAYAT HIDUP ...... v DAFTAR ISI ...... vii DAFTAR TABEL ...... ix DAFTAR GAMBAR ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi

BAB I : P E N D A H U L U A ...... 1 1.1. Latar Belakang Masalah ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 9 1.3. Batasan Masalah...... 9 1.4. Tujuan Penelitian ...... 9 1.5. Manfaat Penelitian ...... 10

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA ...... 11 2.1. Perencanaan ...... 11 2.2. Perencanaan Pembangunan ...... 15 2.3. Partisipasi ...... 18 2.4. Perencanaan Partisipatif ...... 24 2.5. Perencanaan Pembangunan dalam UU No.25/2004 ...... 29 2.6. Peran Aktor dalam Perencanaan Pembangunan ...... 33 2.7. Pemberdayaan Masyarakat ...... 39 2.8. Gampong ...... 45 2.9. Geuchik/keuchik ...... 52 2.10. Penelitian Terdahulu ...... 56

BAB III : METODELOGI PENELITIAN ...... 61 3.1. Jenis Penelitian ...... 61 3.2. Definisi Konsep ...... 61 3.3. Informan ...... 62 3.4. Teknik Pengumpulan Data ...... 63

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3.5. Teknik Analisis Data ...... 64 3.6. Lokasi Penelitian ...... 65

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN ...... 67 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ...... 67 4.1.1. Asal Usul Gampong Peukan Langsa ...... 67 4.1.2. Sejarah Pemerintahan Gampong Peukan Langsa ...... 67 4.1.3. Letak Geografis Gampong Peukan Langsa ...... 68 4.1.4. Kondisi Fisik Dasar Gampong Peukan Langsa ...... 69 4.1.5. Kondisi Demografis Gampong Peukan Langsa ...... 69 4.1.6. Kondisi Sosial Ekonomi Gampong Peukan Langsa ...... 70 4.1.7. Potensi Masyarakat Berdasarkan Latar Pendidikan ...... 71 4.1.8. Pemerintah Gampong Peukan Langsa ...... 72 4.1.9. Visi Misi Gampong Peukan Langsa ...... 75 4.2. Hasil Penelitian ...... 76 4.2.1. Data Identitas Informan ...... 77 4.2.2. Hasil Wawancara ...... 78 4.3. Pembahasan ...... 93 4.3.1. Perencanaan Pembangunan Partisipatif ...... 94 4.3.2. Mekanisme Penyusunan RPJMG Peukan Langsa .... 96 4.3.3. Peran Geuchik Dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa ... 104 4.3.4. Kendala dan Masalah Dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa ...... 123

BAB V : P E N U T U P ...... 133 5.1. Kesimpulan ...... 133 5.2. Saran ...... 134

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR PUSTAKA ...... 136

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1 Komposisi Penduduk Menurut Usia ...... 69

4.2 Jenis Mata Pencaharian ...... 71

4.3 Latar Belakang Pendidikan Masyarakat Gampong ...... 72

4.4 Susunan Pemerintah Gampong Peukan Langsa ...... 73

4.5 Identitas Informan ...... 77

4.6 Daftar Nama Tim Perencana Gampong Peukan Langsa ...... 97

4.7 Identifikasi Pelaku Pembangunan ...... 99

4.8 Analisa Pelaku Pembangunan ...... 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1 Tahapan Perencanaan Partisipatif...... 28

4.1 Struktur Pemerintah Gampong Peukan Langsa ...... 74

4.2 Struktur Tuha Peut Gampong Peukan Langsa ...... 74

4.3 Struktur Imum Gampong Peukan Langsa ...... 75

4.4 Mekanisme Penyusunan RPJMG Peukan Langsa ...... 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1 : Himbauan Geuchik Gampong Peukan Langsa ......

2 : Surat Izin Penelitian ......

3 : Surat Pemberitahuan Selesai Penelitian ......

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting dalam kontek pembangunan nasional karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional.

Sekitar 65% penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan. Oleh karena itu pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumber daya manusia yang ada didesa sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi.

Pembangunan masyarakat desa adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, serta dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa berdasarkan kemampuan dan potensi sumberdaya mereka melalui peningkatan kualitas hidup, ketrampilan dan prakarsa masyarakat. Pembangunan desa mempunyai makna membangun masyarakat pedesaan dengan mengutamakan pada aspek kebutuhan masyarakat.

Oleh sebab itu semakin disadari bahwa proses penyusunan perencanaan pembangunan desa, keterlibatan masyarakat secara langsung pada setiap tahapan pembangunan di desa mulai dari proses penyusunan rencana, pelaksanaan, dan tindak lanjut pembangunan merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan itu sendiri (Adisasmita, 2006 : 4).

1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penentuan program pembangunan oleh masyarakat yang bersangkutan merupakan bentuk perencanaan dari bawah, dari akar rumput atau sering disebut bottom-up planning. Peningkatan partisipasi masyarakat merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat (sosial empowering) secara nyata dan terarah.

Perencanaan pembangunan desa dengan menggunakan pendekatan partisipatif masyarakat adalah sangat tepat dan relevan. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa merupakan aktualisasi dari kepedulian, kesediaan, dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan terlibat serta berkontribusi terhadap implementasi program-program yang dilaksanakan didaerahnya.

Pada waktu dahulu, perencanaan pembangunan partisipatif melalui pertemuan dan kesepakatan warga desa sering hanya menjadi kegiatan ceremonial yang sifatnya hanya formalitas. Dan hanya menghasilkan rumusan program yang merupakan daftar keinginan sebagaian kelompok orang, bukan sebagai kebutuhan banyak orang, sehingga menimbulkan kekecewaan masyarakat desa. Pada waktu sekarang, perencanaan pembangunan partisipatif dalam menyusun program harus dilakukan melalui analisis permasalahan, analisis potensi, dan analisis kepentingan kelompok dalam masyarakat, dengan menggunakan kriteria yang terukur, sehingga menghasilkan rumusan program pembangunan yang benar- benar dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Jadi perencanaan pembangunan dilakukan secara bottom-up (dari lapisan masyarakat grass root) dan menerapkan pendekatan partisipatif yang melibatkan warga masyarakat desa dalam segenap proses pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan pemanfaatan hasil-hasilnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perencanaan pembangunan partisipatif merupakan paradigma yang relevan. Masyarakat sebagai sumber daya pelaku pembangunan disuatu desa harus diberdayakan dalam penyusunan rencana/program pembangunan, karena mereka adalah yang paling mengetahui berbagai persoalan yang dihadapi, potensi yang dimiliki, dan kebutuhan menurut kelompok-kelompok dalam masyarakat desa.

Perencanaan pembangunan pembangunan secara partisipatif diperlukan karena memberikan manfaat sekurang-kurangnya, yakni:

a. Anggota masyarakat mampu secara kritis menilai lingkungan sosial

ekonominya dan mampu mengidentifikasikan bidang-bidang atau sektor-

sektor yang perlu dilakukan perbaikan, dengan demikian diketahui arah

masa depan mereka.

b. Anggota masyarakat dapat berperan dalam perencanaan masa depan

masyarakatnya tanpa memerlukan bantuan para pakar atau instansi

perencanaan pembangunan dari luar daerah pedesaan.

c. Masyarakat dapat menghimpun sumberdaya dan sumberdana dari

kalangan anggota masyarakat untuk mewujudkan tujuan yang dikehendaki

masyarakat.

Jadi, dengan partisipasi masyarakat, perencanaan pembangunan diupayakan menjadi terarah, artinya rencana atau program pembangunan yang disusun itu adalah sesuai dengan yang dibutuhkan oleh masyarakat, berarti dalam penyusunan rencana/program pembangunan dilakukan penentuan prioritas (urutan berdasar bersar kecilnya tingkat kepentingan), dengan demikian pelaksanaan

(implementasi) program pembangunan akan terlaksana pula secara efektif dan efisien.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dengan penyusunan perencanaan pembangunan yang terarah dan serasi dengan kebutuhan masyarakat dan pelaksanaan program pembangunan secara efektif dan efisien, berarti distribusi dan alokasi faktor-faktor produksi dapat dilaksanakan secara optimal, demikian pula pencapaian sasaran peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, perluasan lapangan kerja (pengurangan pengangguran), berkembangnya kegiatan lokal baru, peningkatan pendidikan dan kesehatan masyarakat, peningkatan swadaya dengan partsipasi masyarakat akan tercapai secara optimal (Abe, 2002).

Untuk meningkatkan partisipasi dan keswadayaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa dibutuhkan:

a. Kepemimpinan lokal (local leadership) yang aspiratif kebawah dan

berwawasan kedepan pada pembangunan berkelanjutan.

b. Sosialisasi, pendampingan dan penguatan lembaga pedesaan (ekonomi dan

sosial)

Perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat pedesaan ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di desa, sehingga prakarsa dan kreativitas anggota masyarakat menjadi semakin berkembang dan tingkat kesadaran semakin tinggi.

Keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respon masyarakat terhadap pembangunan yaitu partisipasi masyarakat.

Maka untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dibutuhkan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat (capable and accep-able local leadership) yang mampu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern

(Adisasmita, 2002 : 41).

Maka oleh sebab itu, keberhasilan perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh peran kepala desa/lurah sebagai pemimpin desa yang mampu bersinergi, cakap, aspiratif, dan berwawasan kedepan menuju pembangunan desa yang lebih baik

Kondisi dan lingkungan kerja dimana kepala desa itu bekerja adalah berbeda-beda, maka pola kepemimpinannya pun dapat berbeda-beda pula. Pola kepemimpinan alternatif yang paling sesuai, yang paling cocok akan mempunyai ciri atau karakter tersendiri, ada yang bersifat tegas, ada yang bersifat lembut, ada pula kombinasi (bersifat tegas diaman diperlukan dan bersifat lembut untuk hal- hal tertentu). Jadi, kepala desa sebagai kepemimpinan lokal (local leadership) sangat menentukan, semua harapan keberhasilan diarahkan kepadanya, tetapi tanggung jawabnya diletakkan juga padanya (Adisasmita, 2002 : 130).

Desa di Aceh disebut dengan Gampong, sedangkan pemerintahannya disebut dengan Pemerintahan Gampong yang dipimpin oleh seorang

Keuchik/Geucik.

Pemerintahan Gampong adalah penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah gampong yaitu Keuchik/Geucik, Teungku Imum

Meunasah, beserta Perangkat Gampong dan Badan Permusyawaratan Gampong yang disebut Tuha Peut Gampong. Dalam melaksanakan tugasnya keuchik/geucik dibantu perangkat gampong yang terdiri atas sekretaris gampong dan perangkat gampong lainnya. Pemerintah gampong ini berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tentang Gampong di Aceh dijelaskan pada Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh

Sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) di ganti dengan Undang –

Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh (UUPA) yang semakin memperkuat keberadaan kekhasan pemerintahan gampong (desa) di Aceh.

Kota Langsa tentang Pemerintahan Gampong diatur dalam Qanun Nomor

6 Tahun 2010, yang merupakan penjabaran dari Qanun Provinsi NAD Nomor 5

Tahun 2003 yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006

Tentang Pemerintahan Aceh.

Berdasarkan Bab IV pasal 8 Qanun Kota Langsa no. 6 tahun 2010 tentang

Pemerintahan Gampong, Geuchik mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan penataan adat gampong berlandaskan Syari’at Islam. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1), Geuchik mempunyai wewenang:

a. Memimpin penyelenggaraan pemerintahan gampong berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama Tuha Peuet Gampong;

b. Mengajukan Rancangan Qanun Gampong;

c. Menetapkan Qanun Gampong (reusam) yang telah mendapat persetujuan

Tuha Peuet Gampong;

d. Menyusun dan mengajukan rancangan Qanun Gampong tentang APBG

untuk dibahas dan mendapat persetujuan bersama Tuha Peuet Gampong;

e. menyusun RPJMG dan RKPG melalui musyawarah perencanaan

pembangunan gampong;

f. Melaksanakan RPJMG dan RKPG yang telah ditetapkan;

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA g. Membina perekonomian gampong dan mengoordinasikan pembangunan

gampong secara partisipatif;

h. Pemegang kekuasan pengelolaan keuangan gampong;

i. Mewakili gampongnya diluar dan didalam pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan

j. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

Gampong Peukan Langsa merupakan salah satu gampong yang berada di kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa. Gampong Peukan Langsa adalah gampong perkotaan yang berada di pusat Kota Langsa. Penataan kehidupan masyarakat gampong maupun pemerintahan gampong dipimpin oleh Keuchik/Geucik selaku pimpinan pemerintahan gampong untuk menjalankan roda pemerintahan gampong. Dalam penyelengaraan pemerintahan gampong, Geuchik Gampong

Peukan Langsa bekerja berdasarkan Qanun Kota Langsa no. 6 tahun 2010 tentang

Pemerintahan Gampong. Menyusun, merencanakan, dan melaksanakan kebijakan- kebijakan pembangunan gampong dan kebijakan lainnya adalah tugas utama seorang geuchik dalam memajukan dan memberikan keadaan yang lebih baik di gampong. Maka perlu partisipatif masyarakat gampong dalam mendiskusikan, merencanakan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ada di gampong dalam rangka menuju kemajuan gampong. Akan tetapi disatu sisi, Gampong

Peukan Langsa adalah gampong yang notabenenya gampong perkotaan. Dinamika kehidupan masyarakat gampong lebih didominasi oleh kesibukan-kesibukan pribadi masyarakat gampongnya dalam mencari rezeki sehingga tingkat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA partisipatif masyarakat gampong dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan gampong tidak maksimal. Seharusnya dalam merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan gampong sangat dibutuhkan partisipatif masyarakat gampong menuju kemajuan gampong Peukan Langsa.

Dalam penjelasan Qanun Kota Langsa N. 6 tahun 2010 tersebut, maka seyogyanya geuchik harus mampu berbuat dan menganyomi masyarakat gampong dalam rangka peningkatan partisipatif masyarakat dalam pengembangan dan pembangunan gampong. Peran geuchik untuk kemajuan gampong adalah pangkuan utama masyarakat menuju gampong yang lebih baik. Oleh sebab itu dianggap perlu, geuchik semestinya membuka partisipasi masyarakat gampong dalam merumuskan dan merencanakan berbagai hal kepentingan gampong baik program pembangunan gampong dan sebagainya. Dengan demikian diharapkan

Geuchik dapat berperan dalam mendorong masyarakat untuk menghasilkan suatu rencana dalam merumuskan dan menentukan kebijakan pembangunan gampong dan kebijakan-kebijakan berbagai hal lainnya untuk kemajuan gampong.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti berniat melakukan penelitian dengan mengajukan judul tesis yaitu, “Peran Geuchik Dalam

Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong (Studi di

Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa)”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu:

a. Bagaimana peran Geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif

masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

b. Apa kendala dan masalah dalam perencanaan pembangunan partisipatif

masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian akan difokuskan pada masalah peran Geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong dalam proses penjabaran visi-misi gampong menjadi rumusan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG).

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dapat diterangkan sebagai berikut:

a. Untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana peran geuchik dalam

perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat Gampong Peukan

Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

b. Untuk mengetahui bagaimana perencanaan pembangunan partisipatif

masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota

Langsa.

1.5. Manfaat Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik untuk diri saya sendiri maupun kepada orang lain yang berkepentingan dengan penelitian ini.

Adapun manfaat penelitian yang diharapkan dari penelitian adalah:

a. Bagi Penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan serta

mengembangkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah,

serta melatih penulis dalam menerapkan teori-teori yang telah diperoleh

selama perkuliahan di Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera

Utara.

b. Bagi Pemerintah Gampong Peukan Langsa, penelitian ini diharapkan dapat

menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kota Langsa

tentang peran geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif

masyarakat gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota

Langsa.

c. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera

Utara, akan melengkapi ragam penelitian yang telah dibuta oleh para

mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi bahan bacaan

dan referensi dari satu karya ilmiah.

BAB II

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perencanaan

Secara umum perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancanan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Menurut Waterson (dalam Conyers,

1994 : 4) pada hakekatnya perencanaan adalah usaha yang secara sadar terorganisasi dan terus menerus dilakukan guna memilih alternatif terbaik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan J Nehru (Ibid,

1994: 4) menyatakan bahwa perencanaan adalah suatu bentuk latihan intelejensia guna mengolah fakta serta situasi bagaimana adanya dan mencari jalan keluar guna memecahkan masalah.

Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistematis kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu

(Tjokromidjojo, 1998 : 12).

Menurut Wrihatnolo (2006 : 39), perencanaan merupakan:

a. Himpunan asumsi untuk mencapai tujuan. Perencanaan adalah pemilihan

dan menghubungkan fakta-fakta, membuat akan asumsi-asumsi yang

berkaitan dengan masa yang datang dengan menggambarkan dan

merumuskan kegiatan-kegiatan tertentu yang diyakini diperlukan untuk

mencapai hasil tertentu.

b. Seleksi tujuan. Perencanaan adalah proses dasar yang kita gunakan untuk

memilih tujuan-tujuan dan menguraikan bagaimana cara pencapaiannya.

c. Pemilihan alternatif dan alokasi sumber daya. Perencanaan adalah

pemilihan alternatif atau pengalokasian berbagai sumber daya yang

tersedia. 11

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Rasionalitas. Perencanaan adalah pemikiran rasional berdasarkan fakta-

fakta dan atau perkiraan yang mendekat (estimate) sebagai persiapan untuk

melaksanakan tindakan-tindakan kemudian.

e. Proses penentuan masa depan. Perencanaan adalah keseluruhan proses

pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang dikerjakan di masa

yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.

Weterston (dalam Conyers, 1994 : 4) menyatakan perencanaan sebagai penerapan yang rasional dari pengetahuan manusia terhadap proses pencapaian keputusan yang bertindak sebagai dasar perilaku manusia. Sedangkan menurut

Friedman (dalam Tarigan, 2002 : 4) perencanaan adalah cara berpikir mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi, untuk menghasilkan sesuatu di masa depan.

Friedman melihat perencanaan memerlukan pemikiran yang mendalam dan melibatkan banyak pihak sehingga hasil yang diperoleh dan cara memperoleh hasil itu dapat diterima banyak pihak. Hal ini berarti perencanaan sosial dan ekonomi harus memperhatikan aspirasi masyarakat dan melibatkan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Tjokroamidjojo (1998 : 12) mengemukakan alasan dilakukannya perencanaan sebagai berikut :

a. Dilihat dari segi suatu alat atau cara untuk mencapai tujuan, alasan

dilakukannya perencanaan adalah :

1. Dengan adanya perencanaan diharapkan terdapatnya suatu pengarahan

kegiatan, adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang

ditujukan kepada pencapaian tujuan-tujuan pembangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Dengan adanya perencanaan, maka dilakukan suatu perkiraan

(forecasting) terhadap hal-hal dalam masa pelaksanaan yang akan dilalui.

3. Dengan perencanaan memberikan kesempatan untuk memilih berbagai

alternatif tentang cara yang terbaik atau kesempatan untuk memilih

kombinasi terbaik.

4. Dengan perencanaan dilakukan penyusunan skala prioritas memilih

urutan-urutan pentingnya suatu tujuan, sasaran maupun kegiatan usahanya.

5. Dengan adanya rencana, maka akan ada suatu alat pengukur atau standar

untuk mengadakan pengawasan/evaluasi.

b. Dari segi ekonomi, maka perencanaan dilakukan untuk:

1. Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas

secara efektif dan efesien.

2. Perkembangan ekonomi yang tetap, atau pertumbuhan ekonomi yang

secara terus-menerus meningkat.

3. Stabilitas ekonomi.

Jadi, perencanaan berfungsi sebagai alat untuk memilih, merencanakan untuk masa yang akan datang, cara untuk mengalokasikan sumber daya serta alat untuk mencapai sasaran, dan apabila dikaitkan dengan pembangunan yang hasilnya diharapkan dapat menjawab semua permasalahan, memenuhi kebutuhan masyarakat, berdaya guna dan berhasil guna, serta mencapai tujuan yang diinginkan. Sedangkan pembangunan dalam perencanaan itu merupakan suatu proses kearah yang lebih baik melalui apa yang dilakukan secara terencana.

Perencanaan adalah suatu proses atau kegiatan dalam rangka menyusun rencana kegiatan. Perencanaan dapat dibagi dalam beberapa jenis yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Perencanaan Komprehensif

Perencanaan komprehensif atau perencanaan agregatif, meliputi perencanaan semua aspek secara holistik mengikutsertakan model – model pertumbuhan yang memproyeksikan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi seperti pendapatan nasional, pengeluaran pemerintah, konsumsi, tabungan, investasi, impor, ekspor, kesempatan kerja, jumlah permintaan, jumlah penawaran, tingkat bunga, perpajakan. Sasarannya meliputi sektor pemerintah dan swasta (Kunarjo, 1996: 11).

b. Perencanaan Parsial

Perencanaan ini dimulai secara bagian per bagian melalui pembangunan proyek-proyek. Investasi pada proyek kadang – kadang sulit dihubungkan dengan perencanaan komprehensif. Biasanya ditujukan untuk menanggulangi sasaran jangka pendek, misalkan meningkatkan ekspor atau penanggulangan bencana alam (Kunarjo, 1996: 12).

c. Perencanaan dari atas ke bawah (top down planning)

Yang disebut “atas” disini dapat berarti Pemerintah Pusat atau unit

Perencanaan Nasional atau dapat juga berarti perencanaan makro. Sebaliknya yang disebut “bawah” dapat berarti Pemerintah Daerah/ Departemen atau dapat juga berarti perencanaan mikro. Perencanaan ini adalah sistem perencanaan yang sasarannya ditetapkan dari tingkat nasional secara sentralistik atau dalam tingkat makro kemudian setelah itu dijabarkan ke dalam sasaran mikro atau dalam perencanaan tingkat daerah. Kelemahannya adalah bahwa model ini menciptakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA program atau proyek – proyek yang tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam menentukan pilihan program proyek.

d. Perencanaan dari bawah ke atas (bottom up planning)

Perencanaan tingkat mikro, baik proyek dan program biasanya dilaksanakan untuk menunjang sasaran perencanaan makro. Dengan demikian rencana pembiayaan untuk pelaksanaan perencanaan mikro seharusnya konsisten dengan pencapaian sasaran makro. Pada perencanaan ini, proyek – proyek yang diusulkan biasanya terdiri atas proyek – proyek yang telah dinilai dan dianggap sesuai.

Kelebihan dari sistem ini adalah bahwa karena ada partisipasi dari masyarakat maka rencana akan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat dan akan didukung dalam implementasinya. Masyarakat ikut bertanggung jawab dan akan merasa memiliki. Perencanaannya mempunyai potensi untuk dapat meningkatkan kesejahteraan (Kunarjo, 1996: 13).

2.2. Perencanaan Pembangunan

Perencanaan pembangunan merupakan perencanaan yang bertujuan untuk memperbaiki penggunaan berbagai sumber daya publik yang tersedia dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumber-sumber daya swasta secara bertanggung jawab demi kepentingan pembangunan masyarakat secara menyeluruh (Kuncoro, 2004 : 15).

Tjokroamidjojo (1998 : 12) mendefenisikan perencanaan pembangunan sebagai suatu pengarahan penggunaan sumber-sumber pembangunan termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sumber-sumber ekonomi yang terbatas adanya untuk mencapai tujuan keadaan sosial ekonomi yang lebih baik secara lebih efisien dan efektif.

Perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik (material) maupun nonfisik (mental dan spiritual), dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik (Riyadi, 2005 : 7).

Berdasarkan asas dan tujuan pembangunan maka diperlukan suatu proses perencanaan yang mampu mengakomodasikannya. Pengertian proses perencanaan pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara rasional yang menghasilkan suatu atau beberapa kebijakan yang dapat dijadikan pedoman dalam pembangunan yang akan dilakukan.

Ciri-ciri dan tujuan perencanaan pembangunan (Tjokroamidjojo, 1998 :

49) yaitu:

a. Mencapai perkembangan sosial ekonomi yang tetap

b. Meningkatkan pendapatan perkapita.

c. Mengadakan perubahan struktur ekonomi.

d. Perluasan kesempatan kerja.

e. Pemerataan pembangunan (distributive justice).

f. Pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat.

g. Kemandirian pembangunan.

h. Stabilitas ekonomi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam suatu perencanaan pembangunan terdapat berbagai unsur-unsur pokok. Secara umum unsur-unsur pokok yang terdapat dalam perencanaan pembangunan adalah:

a. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan.

b. Perkiraan sumber-sumber pembangunan.

c. Adanya kerangka rencana.

d. Uraian tentang kerangka kebijaksanaan yang konsisten.

e. Program investasi.

f. Administrasi

Semua unsur diatas harus diperhatikan dalam suatu perencanaan pembangunan. Perlu diterangkan secara jelas tentang kebijaksanaan dasar dari rencana pembangunan tersebut, misalnya mengenai tujuan, arah, dan prioritas- prioritas pembangunan yang dilaksanakan. Kemudian perlu adanya kerangka rencana sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan tadi. Juga perlu diperhatikan tentang perkiraan sumber-sumber pembangunan yang dapat dimanfaatkan. Kebijaksanaan yang konsisten perlu ada, supaya tidak terjadi keraguan atau kesalahpahaman dalam melaksanakan rencana pembangunan tersebut.

Perencanaan pembangunan menurut Nasution (2008 : 105) merupakan suatu tahapan awal dalam proses pembangunan. Sebagai tahap awal, maka perencanaan pembangunan akan menjadi bahan pedoman atau acuan dasar bagi pelaksana pembangunan (action plan) dan dapat ditetapkan (aplikatif). Lebih lanjut Riyadi dan Bratakusumah (2004 : 6) mengemukakan bahwa perencanaan pembangunan merupakan suatu tahap awal proses pembangunan. Sebagai tahapan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA awal, maka perencanaan pembangunan merupakan pedoman/acuan/dasar bagi pelaksana kegiatan pembangunan. Karena perencanaan pembangunan hendaknya bersifat implementatif (dapat melaksanakan) dan aplikatif (dapat diterapkan), serta perlu disusun dalam suatu perencanaan strategis dalam arti tidak terlalu mengatur, penting, mendesak dan mampu mangatasi kehidupan masyarakat luas, sekaligus mampu mengantisipasi tuntutan perubahan internal dan eksternal, serta disusun berdasarkan fakta riil di lapangan.

Proses perencanaan di Indonesia dilakukan dengan pendekatan secara Top

Down dan Bottom Up. Pengertian Top Down dalam hal ini yaitu perencanaan memperhatikan kebijakan Pemerintah Pusat yang dapat dipedomani dalam proses perencanaan. Sedangkan Bottom Up dalam hal ini yaitu, perencanaan memperhatikan aspirasi dari masyarakat dalam proses perencanaan (Mas’oed,

1994 : 50).

2.3. Partisipasi

Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara- negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di-interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff (1997 : 20), bahwa:

“Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan (perspective).

Keterlibatan masyarakat dalam mengimplementasikan roses pembuatan program, serta keputusan dan dalam menikmati keuntungan-keuntungan dari program program, suatu tersebut. Keterlibatan masyarakat proses aktif , dimana rakyat dalam dari mengevaluasi Suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen (1999 : 64), berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu :

a. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa

ikut serta dalam pengambilan keputusan.

b. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang

atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan

kebebasannya untuk melakukan hal itu.

c. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan

staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar

supaya memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial.

d. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan

yang ditentukannya sendiri.

e. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri,

kehidupan dan lingkungan mereka.

Menurut Sastropoetro (1988 : 51), definisi partisipasi yang dikutip dari beberapa ahli, sebagai berikut :

a. Gordon Allport, menyatakan bahwa Partisipasi keterlibatan ego atau diri

sendiri/pribadi/personalitas (kejiwaan) lebih dari pada hanya

jasmaniah/fisik saja.

b. Keith Davis, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan mental dan

emosional yang mendorong untuk memberi sumbangan kepada tujuan /

cita-cita kelompok dan turut bertanggung jawab terhadapnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Achmadi, menyatakan Partisipasi dalam bentuk swadaya gotong-royong

merupakan modal utama. “Swadaya Kelompok masyarakat adalah

kemampuan dari yang dengan kesadaran dan inisiatif suatu Sendiri

mengadakan ikhtiar pemenuhan kebutuhan.

d. Santoso S. Hamidjoyo, menyatakan Partisipasi berarti turut memikul

beban pembangunan, menerima kembali hasil pembangunan dan

bertanggung jawab terhadapnya, dan terwujudnya kreativitas dan oto-

aktivitas.

e. Alastraire White, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan komuniti

setempat secara aktif dalam pengambilan keputusan atau pelaksanaannya

terhadap proyek-proyek pembangunan.

f. Santoso Sastropoetro, menyatakan Partisipasi adalah keterlibatan spontan

dalam kesadaran disertai tanggung jawab terhadap kepentingan kelompok

untuk mencapai tujuan bersama.

g. Daryono, SH, menyatakan partisipasi berarti keterlibatan dalam Proses

Pengambilan keputusan, menentukan kebutuhan, menentukan tujuan dari

prioritas, dalam rangka mengeksploitasikan sumber-sumber potensial

dalam pembangunan.

Kemudian, menurut Oakley (1991 : 1-10) mengartikan partisipasi kedalam tiga bentuk, yaitu :

a. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari

partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari

masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek

pembangunan.

b. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang

panjang diantara para praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai

instrumen yang fundamental bahwa bagi partisipasi, namun dapat

dikemukakan perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat

bentuk organisasional sebagai sarana bagi partisipasi, seperti organisasi-

organisasi yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan dibentuk

sebagai hasil dari adanya proses partisipasi. Selanjutnya dalam

melaksanakan partisipasi masyarakat dapat melakukannya melalui

beberapa dimensi, yaitu :

1. Sumbangan pikiran (ide atau gagasan).

2. Sumbangan materi (dana, barang, alat).

3. Sumbangan tenaga (bekerja atau memberi kerja).

4. Memanfaatkan/melaksanakan pelayanan pembangunan.

c. Partisipasi sebagai pemberdayaan, partisipasi merupakan latihan

pemberdayaan bagi masyarakat desa, meskipun sulit untuk didefenisikan,

akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan

keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk memutuskan dan

ikut terlibat dalam pembangunan.

Moeljarto (1986 : 136), mengartikan partisipasi sebagai pernyataan mental secara emosional seseorang dalam suatu situasi kelompok yang mendorong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka menyumbangkan daya pikir dan perasaan mereka bagi tercapainya tujuan organisasi dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap organisasi tersebut.

Kemudian seperti yang dikutip Ndraha (1987 : 102), Nelson (Bryant dan

White) menyebut dua macam partisipasi, yaitu : “partisipasi antar sesama warga atau anggota suatu perkumpulan yang dinamakannya partisipasi horizontal dan partisipasi yang dilakukan oleh bawahan dengan atasan , atau antar klien dengan patron atau antar masyarakat sebagai suatu keseluruhan dengan pemerintah yang diberi nama partisipasi vertikal”.

Menurut DFID, manfaat pendekatan partisipatif yaitu:

a. Perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek akan lebih sesuai

dengan kondisi nyata (sosio-ekonomi, budaya, wacana, latar belakang

masyarakat) serta kebutuhan/masalah yang dihadapi semua oleh pihak

yang terlibat didalamnya serta sumberdaya yang tersedia, sehingga

pelaksanaan kegiatan lebih bersifat terdesentralisasi dan unik untuk setiap

lokasi.

b. Menimbulkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari berbagai pihak

terkait yang terlibat baik dalam perencanaan maupun dalam pelaksanan

program sehingga hasil kegiatan atau program lebih berkelanjutan dan

langgeng.

c. Memberdayakan semua pihak (stakeholder) yang terlibat karena adanya

keterlibatan aktif dalam proses khususnya dalam proses pengambilan

keputusan dan tanggung jawab yang dipikulnya.

d. Pelaksanaan kegiatan lebih objektif dan fleksibel sesuai dengan kondisi

nyata yang dihadapi berdasarkan sudut pandang yang berbeda.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA e. Timbulnya transparansi karena adanya kebutuhan distribusi informasi dan

kewenangan dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan cepat.

f. Pelaksanaan proyek atau program lebih terfokus dan berorientasi kepada

permasalahan masyarakat.

Kemungkinan muncul masyarakat yang tidak mau mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu program, hal itu disebabkan oleh beberapa hal:

a. Masyarakat tidak diikutsertakan sejak penyusunan rancangan.

b. Masyarakat kurang diberikan kesempatan, peluang dan penghargaan

terhadap partisipasi yang layak diberikannya.

c. Pemeran atau pelaku partisipasi dicurigai akan mengambil keuntungan

pada proses kegiatan pembangunan.

d. Tingkat kehidupan dan penghidupan masyarakat yang terbatas, sehingga

tidak mampu memberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan

pembangunan.

e. Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi

(Herbowo, 2001 : 79)

2.4. Perencanaan Partisipatif

Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan semua

(rakyat) dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi yang bertujuan untuk mencapai kondisi yang diinginkan,. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Abe

(2002 : 81) sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya

melibatkan kepentingan rakyat, dan dalam prosesnya melibatkan rakyat

(baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan dan cara harus

dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat

dan bila dirumuskan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sulit

dipastikan bahwa rumusan akan berpihak pada rakyat”.

Hal senada juga disampaikan oleh Wicaksono dan Sugiarto (dalam

Wijaya, 2003:16) ”usaha yang dilakukan masyarakat untuk memecahkan masalah yang dihadapi agar mencapai kondisi yang diharapkan berdasarkan kebutuhan dan kemampuan masyarakat secara mandiri.

Dari pengertian tersebut bahwa perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang melibatkan semua (rakyat) dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi yang tujuannya untuk memperoleh kondisi yang diharapkan, meciptakan aspirasi dan rasa memiliki .

Diana Conyers (1994 : 154) ada 3 (tiga) alasan mengapa partisipasi masyarakat mempunyai sifat penting adalah sebagai berikut :

a. Partisipasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi

mengenai kondisi, kebutuhan dan sikap masyarakat setempat yang tanpa

kehadirannya program-program pembangunan akan gagal.

b. Masyarakat akan lebih mempercayai program pembangunan jika merasa

dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaanya, karena mereka akan

lebih mengetahui seluk beluk program tersebut dan akan mempunyai rasa

memiliki terhadap program tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam

pembangunan masyarakat sendiri.

Kemudian Wicaksono dan Sugiarto (dalam Wijaya, 2001 : 25), lebih lanjut mengemukakan ciri-ciri perencanaan partisipatif sebagai berikut :

a. Terfokus pada kepentingan masyarakat. Perencanaan program berdasarkan

pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi masyarakat. Perencanaan

disipakan dengan memperhatikan aspirasi masyrakat yang memenuhi

sikap saling percaya dan terbuka.

b. Partisipatoris (keterlibatan). Setiap masyarakat melalui forum pertemuan,

memperoleh peluang yang sama dalam sumbangan pemikiran tanpa

dihambat oleh kemampuan bicara, waktu dan tempat.

c. Dinamis. Perencanaan mencerminkan kepentingan dan kebutuhan semua

pihak dan Proses perencanaan berlangsung secara berkelanjutan dan

proaktif.

d. Sinergitas. Perencanaan harus menjamin keterlibatan semua pihak, Selalu

menekankan kerjasama antar wilayah administrasi dan geografi, dan setiap

rencana yang akan dibangun sedapat mungkin mejadi kelengkapan yang

sudah ada, sedang atau dibangun serta memperhatikan interaksi yang

terjadi diantara stakeholder

e. Legalitas. Perencanaan pembangunan dilaksanakan dengan mengacu pada

semua peraturan yang berlaku, Menjunjung etika dan tata nilai masyrakat,

Tidak memberikan peluang bagi penyalahgunaan wewenang dan

kekuasaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA f. Fisibilitas (Realistis). Perencanaan harus bersifat spesifik, terukur, dapat

dijalankan, dan mempertimbangkan waktu.

Kemudian menurut Samsura (2003 : 2) menjelaskan kriteria-kriteria dari perencanaan partisipatif sebagai berikut :

a. Adanya pelibatan seluruh stakeholder.

b. Adanya upaya pembangunan institusi masyarakat yang kuat dan

legitimate.

c. Adanya proses politik melalui upaya negoisasi atau urun rembuk yang

pada akhirnya mengarah pada pembentukan kesepakatan bersama

(collective agreement)

d. Adanya usaha pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan pembelajaran

kolektif yang merupakan bagi dari proses demokratisasi.

Hal senada juga disampaikan Abe (2005 : 90) dengan adanya pelibatan masyarakat secara langsung dalam perencanaan, maka mempunyai dampak positif dalam perencanaan partisipatif, yaitu :

a. Terhindar dari terjadinya manipulasi, keterlibatan masyrakat akan

memperjelas apa yang sebenarnya dikehendaki masyrakat.

b. Memberi nilai tambah pada legitimasi rumusan perencanaan, semakin

banyak jumlah mereka yang terlibat akan semakin baik.

c. Meningkatkan kesadaran dan keterampilan poltik masyarakat.

Perencanaan partisipatif titik fokusnya adalah keterlibatan masyarakat, bahwa perencanaan partisipatif merupakan perencanaaan lahir dari bawah (bottom up) bukan lahir atas (top-down). Jadi perencanaan partisipatif adalah perencanaan yang disusun dari bawah (bottom up).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam proses perencanaan partisipatif, antara lain:

a. Perencanaan partisipatif harus didasarkan dengan kebutuhan masyarakat.

b. Sebagian besar masyarakat atau kelompok terlibat dalam pengambilan

keputusan dan prosesnya. Termasuk yang terabaikan kalau berminat dan

akan dipengaruhi oleh hasil perencanaan.

c. Tujuan dari perencanaan tersebut harus lebih cenderung kepada

kemandirian masyarakat dan pada ketergantungan pada pihak lain.

d. Manfaat dari hasil perencanaan berkelanjutan dan bukan hanya sesaat.

e. Menggunakan bahan/sumber daya lokal sejauh mungkin.

f. Tidak merugikan orang lain yang tidak terlibat dalam prosesnya.

Perencanaan partisipatif dapat dimulai dari penjajagan kebutuhan/permasalahan dan potensi sampai dengan penentuan dan perumusan tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu proses perencanaan partisipatif terdiri dari beberapa langkah, yaitu:

a. Identifikasi masalah, potensi dan peluang.

b. Prioritaskan masalah, potensi dan peluang.

c. Menganalisa masalah, potensi dan peluang.

d. Menentukan pemecahan terhadap masalah tersebut.

e. Membuat suatu perencanaan untuk melaksanakan kegiatan pemecahan

untuk menghindari masalahnya.

Adapun ciri-ciri perencanaan partisipatif antara lain, yaitu:

a. Adanya hubungan yang erat antara masyarakat dengan kelembagaan

secara terus-menerus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Masyarakat atau kelompok masyarakat diberi kesempatan untuk

menyatakan permasalahan yang dihadapi dan gagasan-gagasan sebagai

masukan berharga.

c. Proses berlangsungnya berdasarkan kemampuan warga masyarakat itu

sendiri.

d. Warga masyarakat berperan penting dalam setiap keputusan.

e. Warga masyarakat mendapat manfaat dari hasil pelaksanaan perencanaan

(Herbowo, 2001: 78)

Sumber: Rahardjo Adisasmita, Membangun Desa Partisipatif (2006 : 40)

Gambar 2.1. Tahapan Perencanaan Partisipatif dapat digambarkan 2.5. Perencanaan Pembangunan dalam UU NO. 25/ 2004

Dalam undang-undang No. 25 Tahun 2004, Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional didefinisikan sebagai satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencna pembangunan dalam jangka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA panjang, jangka menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

UU No 25 Tahun 2004 ini mempunyai tujuan yang sangat luas, yaitu untuk:

a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antardaerah,

antar-ruang, antarwaktu, antarfungsi pemerintah maupun antara Pusat dan

Daerah;

c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

pelaksanaan, dan pengawasan; mengoptimalkan partisipasi masyarakat;

dan

d. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya secara efisien, efektif,

berkeadilan, dan berkelanjutan (Pasal 2).

Dalam UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional, dijelaskan tentang pendekatan-pendekatan dalam proses perencanaan yaitu:

a. Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan presiden/kepala daerah

adalah proses penyusunan rencana, karena rakyat memilih menentukan

pilihannya berdasarkan program-program pembangunan yang ditawarkan

masing-masing calon presiden/kepala daerah. Oleh karena itu rencana

pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda pembangunan yang

ditawarkan presiden/kepala daerah pada saat kampanye ke dalam rencana

pembangunan jangka menengah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan

menggunakan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau

satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu.

c. Perencanaan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan

melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan.

Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan

rasa memiliki.

d. Sedangkan pendekatan atas-bawah/top-down dan bawah-atas/bottom-up

dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana

hasil proses atas-bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah

yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota,

kecamatan dan desa.

Perencanaan pembangunan berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 terdiri dari empat (4) tahapan, yakni:

a. Penyusunan rencana

Dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari empat langkah yaitu penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat teknokratik, menyeluruh dan terukur, masing- masing institusi pemerintah menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana pembangunan yang telah disiapkan, melibatkan masyarakat (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang dihasilkan masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah perencanaan pembangunan dan yang terakhir adalah penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Penetapan rencana

Penetapan rencana untuk menetapkan landasan hukum bagi rencana pembangunan yang dihasilkan pada tahap penyusunan rencana.

c. Pengendalian pelaksanaan rencana.

Pengendalian pelaksanaan rencana pembangunan dimaksudkan untuk menjamin tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan yang tertuang dalam rencana melalui kegiatan-kegiatan koreksi dan penyesuaian selama pelaksanaan rencana tersebut oleh pimpinan Kementerian/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat

Daerah.

d. Evaluasi pelaksanaan rencana

Evaluasi pelaksanaan rencana adalah bagian dari kegiatan perencanaan pembangunan yang secara sistematis mengumpulkan dan menganalisis data dan informasi untuk menilai pencapaian sasaran, tujuan dan kinerja pembangunan.

Evaluasi ini dilaksanakan berdasarkan indicator dan sasaran kinerja yang tercantum dalam dokumen rencana pembangunan. Indicator dan sasaran kinerja mencakup masukan (input), keluaran (output), hasil (result), manfaat (benefit) dan dampak (impact).

Dan dalam UU No. 25 Tahun 2004 ada beberapa ruang lingkup perencanaan pembangunan baik secara nasional maupun daerah, yaitu :

a. rencana pembangunan jangka panjang;

b. rencana pembangunan jangka menengah; dan

c. rencana pembangunan tahunan.

Secara nasional, RPJP Nasional merupakan penjabaran dari tujuan dibentuknya pernerintahan Negara Indonesia yang tercanturn dalarn Pembukaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam bentuk visi, misi, dan arah pernbangunan Nasional. Sedangkan RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Nasional.

Adapun RPJM Nasional merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Presiden yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Nasional, yang memuat strategi pembangunan nasional, kebijakan umum, program

Kementerian/Lembaga dan lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dan lintas kewilayahan, serta kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal dalam rencana kerja yang berupa kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala

Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan

RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas

Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

RKP merupakan penjabaran dari RPJM Nasional, memuat prioritas pembangunan, rancangan kerangka ekonomi makro yang mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program

Kementerian/Lembaga, lintas Kementerian/Lembaga, kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif, serta RKPD merupakan penjabaran dari RPJM Daerah dan mengacu pada RKP, memuat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA rancangan kerangka ekonomi Daerah, prioritas pembangunan Daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pernerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

2.6. Peran Aktor dalam Perencanaan Pembangunan

Peranan menurut Jack C. Plano, mengemukakan yaitu seperangkat pelaku yang diharapkan dari seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam suatu kelompok social. Elite menurut Lipset dan Solari (2001), dengan mengutip posisi di puncak struktur-struktur sosial terpenting yaitu dalam bidang ekonomi, pemerintahan, aparat kemiliteran, politik, agama, pengajaran dan pekerjaan- pekerjaan bebas.

Dikotomi dunia perencanaan dan dunia politik merupakan isu yang telah lama diperdebatkan oleh para hali perencana. Perdebatan itu terjadi seputar dua paradigma yang menyatakan bahwa perencanaan adalah proses non-politis dan non-partisan. Sedangkan paradigma yang lain menyatakan bahwa perencanaan amat erat kaitannya dengan kepentingan, aktor, dan proses politik yang terjadi didalam lembaga publik. Pendekatan politis dalam dunia perencanaan sudah saatnya untuk diungkapkan sebagai usaha perencana dalam memahami realita politik dalam proses perencanaan yang terjadi di masyarakat.

John Friedman (1989) menyatakan sebuah permasalahan dalam memahami relasi perencanaan dan politik dan menaruhnya dalam konteks teori adalah ambivalensi perencanaan terhadap power.

Pendekatan yang konvensional terhadap proses perencanaan yang mengutamakan proses penyusunan dokumen semata akan memberikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keleluasaan kepada para politisi dengan membekali mereka sebuah buku ajaib guna merasuk dalam pertemuan politik atau konsultasi dengan para donor.

Argumen yang dibangun oleh para perencana akan menjadi asumsi bagi para politisi sebagai alat kepentingan yang mereka miliki, yang notabene identik dengan kepentingan pragmatis. Perencana tidak jarang menyerahkan “nasib” hasil perencanaan yang dihasilkan kepada politisi. Sehingga, bias antara tujuan perencanaan dengan produk perencanaan setelah melewati proses politik bisa sangat berbeda.

Dalam memahami power sebagai sebuah bagian dari perencanaan, maka kita harus dapat menaruh sebuah titik tolak, yaitu peran power dalam sebuah proses perencanaan ialah proses dalam mempengaruhi keputusan publik yang dibuat dan produk perencanaan yang dihasilkan. Proses perencanaan akan selalu menjadi sebuah proses dalam mempengaruhi alternatif-alternatif yang mungkin diambil dalam penataan ruang sebuah kota atau wilayah.

Luke (1974) mengungkapkan konsepsi kekuasaan sebagai sebuah kepentingan dalam berusaha memenuhi kepentingan rakyat dengan menguasai atau menghindari oposisinya. Dahl (1986) mengungkapkan kekuasaan sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi seseorang untuk mengerjakan sesuatu yang bilamana tanpa itu maka ia takkan mengerjakannya. Flyvbjerg (2002) memberikan definisi power sebagai “the ability or capacity to perform or act effectivelly, including the situation where not to act is most effective”

Diding (2001), menjelaskan peran masyarakat yang berbeda-beda untuk tiap bentuk tradisi perencanaan. Peran tersebut sedikit banyak dipengaruhi oleh peran negara sebagai wadah entitas dalam tradisi perencanaan tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Demokrasi yang terjadi di Indonesia membawa sebuah perubahan besar dalam paradigma perencanaan pembangunan. Perencanaan yang pada awalnya sebuah proses teknis ekonomis yang berasal dari rezim penguasa bergeser menjadi sebuah proses partisiapasi yang menuntut pelibatan serta akses yang sama dalam melakukan intervensi untuk memutuskan sebuah kebijakan yang terkait dengan kepentingan publik.

Maka demikian paradigama perencanaan tersebut sudah membuka ruang publik untuk kelompok-kelompok kepentingan dalam menyalurkan aspirasi dengan tingkat political power yang diperhitungkan dan bukan sekedar penggembira semata. Kelompok-kelompok kepentingan mulai memutuskan keterlibatannya dalam usaha-usaha yang menyangkut kepentingan publik.

Pengawasan, pemberian usulan konsep, sampai pada demonstrasi telah menjadi praktek yang umum dari sebuah proses politik dalam perumusan kebijakan pembangunan. Hal ini dilakukan dalam usaha untuk memperbesar pengaruh dan kekuatan politik, sehingga dapat mempengaruhi secara signifikan kebijakan pembangunan yang dibuat.

Ketika perencanaan dipandang sebagai sebuah alat dan metode dalam pengambilan keputusan dan tindakan publik, maka sudah sewajarnya dipahami akan adanya dimensi politik dalam perencanaan (Astuti dan Mirmasari, 2002).

Dimensi politik dalam perumusan kebijakan pembangunan merupakan sebuah hal yang tidak dapat dipisahkan dari proses perencanaan sebagai sebuah tindakan yang rasional dan ilmiah.

Didalam pelaksanaannya sering sulit menggariskan antara apa yang disebut formulasi kebijaksanaan dan apa yang disebut perencanaan, terutama

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sekali jika hal ini dipandang dari sudut para perencana. Kenyataannya pengambilan kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh para politisi dari pada oleh para perencana. Meskipun keputusan tersebut akan didasarkan pada informasi dan alternatif yang diajukan oleh staf perencana (Conyers, 1991 : 33).

Few (2001) menyatakan bahwa karakteristik kekuasaan dalam melakukan intervensi dibentuk oleh motif, sumberdaya, dan taktik. Pernyataan ini menjelaskan sebuah arena politik dan keterkaitan antar sebuah hasil perencanaan dengan proses politik yang terjadi dalam sebuah arena politik.

Kebijaksanaan pembangunan membutuhkan pemahaman mengenai istilah dan konsep-konsep yang digunakan dan bagaimana kesemua ini dapat berubah menurut waktu dengan berbagai penafsiran yang berbeda oleh para pemegang kekuasaan dan kelompok kepentingan di tingkat nasional dan wilayah.

Sebenarnya kebijaksanaan mewakili ideologi untuk membuat pertanyaan- pertanyaan politik selain menjadi alat pemerintah pada saat ini mencoba menyelesaikan masalah-masalah sosial ekonomi. Bagaimanapun adalah penting bagi kita untuk menganalisa cara-cara bagaimana kebijaksanaan dilaksanakan serta pengaruhnya, karena suatu pemahaman mengenai cara pelaksanaan pembangunan biasanya lebih banyak menggambarkan sikap serta kepentingan sosiopolitik dari pemegang kekuasaan dan kelompok-kelompok kepentingan yang dapat memberikan suatu dokumen perencanaan pembangunan. Ini memang menimbulkan masalah yang rumit untuk membedakan antara akibat-akibat yang direncanakan dari kebijaksanaan itu dengan akibat-akibat yang tidak direncanakan

(Long, 1987 : 249).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam pengkajian antropologi, pendekatan orientasi pelaku pada perencanaan pembangunan membutuhkan suatu pemahaman mengenai kerangka- kerangka struktur dan ideologi yang membatasi tindakan masyarakat desa. Selain itu juga memusatkan kepada proses yang melaluinya individu-individu dan kelompok-kelompok tertentu mengembangkan cara-cara untuk menghadapi wilayah yang sedang berubah. Hal ini membawa kepada pertimbangan yang lebih mendalam ke atas jaringan-jaringan perhubungan antara yang terlibat, pengkajian atas jaringan-jaringan sosial dan peralihan antara individu dan suatu gambaran mengenai bagaimana katagori para petani dan pengusaha tertentu memcoba memberi pengesahan kepada keputusan-keputusan serta tindakan-tindakan mereka dengan menggunakan nilai-nilai dan ideologi.

Implikasi utama analisa ini ialah bahwa penekanan pada kebutuhan untuk melihat kepentingan pembangunan dan perubahan ekonomi dari perspektif pelaku-pelaku atau penerima-penerimanya, dari “bawah” bukan dari atas. Ini juga memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk menghubungkan proses-proses dan kepentingan-kepentingan ini di tingkat lokal dengan struktur-struktur nasional, karena ia melihat petani dan pengusahan setempat sebagai unsur yang aktif dalam proses yang memungkinkan berlakunya transformasi pedesaan dan memberikan kemungkinan kepada kelompok-kelompok yang berada diwilayah mempengaruhinya baik secara langsung maupun tidak langsung, arah dan hasil pembangunan serta kebijaksanaan nasional.

Ini menunjukkan bahwa pendekatan yang berorientasi kepada pelaku

(aktor) kemungkinan mempunyai fungsi yang lebih besar di dalam pengkajian pembangunan pedesaan seandainya pendekatan-pendekatan itu dimanfaatkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepada kelompok-kelompok sosial yang analisasnya hanya didalam satu wilayah bukan semata-mata berada dalam kontek komunitas lokal. Dengan demikian seorang dapat memisahkan berbagai strategi ekonomi dan politik serta perspektif- perspektif mengenai perubahan dari sudut pandangan para pelaku dalam lingkungan sosial yang berbeda didalam struktur ekonomi atau geografis wilayah itu (Long, 1987 : 259).

Dengan itu, perencanaan pembangunan dapat memusatkan perhatian keatas kelompok-kelompok dan individu-individu tertentu yang mengontrol titik penting hubungan struktur sosio-ekonomi wilayah dan menggambarkan kegiatan- kegiatan ekonomi yang bersifat diferen ditingkat keluarga, pekerjaan, dan kelompok sosial. Pendekatan seperti itu bertujuan untuk mengkombinasikan tingkat analisa dan mikro selain memberikan perhatian yang sama besarnya ke atas pola-pola kerja sama dan pengontrolan secara vertikal dan horizontal.

Aspek kedua adalah mengenai jenis-jenis organisasi dan agen-agen pembangunan yang diwujudkan untuk melaksanakan program yang khusus dan berkaitan dengan sifat hubungan mereka kepada badan-badan pemerintah pusat dan lokal. Dan rangkaian masalah ketiga adalah yang berkaitan dengan masalah yang menentukan objektivitas secara tepat serta usaha untuk mensukseskan berbagai kebijaksanaan khusus serta mendokumentasikan akibat-akibat yang direncanakan dan yang tidak di rencanakan dari kebijaksanaan pembangunan pedesaan (Long, 1987 : 261).

2.7. Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Sumodiningrat (2001) paradigma pembangunan secara keseluruhan sejak Repelita IV bergeser kearah tercapainya pembangunan yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berpusat pada manusia ( people centered development ). Pelaksanaan paradigma tersebut harus dituangkan dalam kebijaksanaan baru pembangunan nasional yang mensyaratkan adanya upaya-upaya perpihakan dan pemberdayaan yang luas dalam masyarakat. Pembangunan yang berpusat pada manusia juga di jelaskan

oleh Handrianto (1996), bahwa pendekatan pembangunan yang bertumpu pada masyarakat (individu/kelompok) merupakan suatu pola pendekatan yang mendahulukan masyarakat sebagai pelaku utama (subyek) pembangunan didasarkan pada aspirasi, kepentingan/kebutuhan, kemampuan dan upaya masyarakat.

Selanjutnya Sumodiningrat (2001), menyatakan pemberdayaan masyarakat sebagai upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan diri mereka masing-masing. Lebih lanjut Kartasasmita

(1996), menyatakan bahwa memberdayakan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan atau dengan kata lain memberdayakan masyarakat adalah memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dari pendapat diatas maka dapat di simpulkan bahwa pemberdayaan adalah suatu upaya untuk memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk menentukan pilihan kegiatan yang paling sesusai bagi kemajuan diri mereka masing-masing.

Upaya untuk memandirikan masyarakat melalui perwujudan potensi untuk menetukan pilihan kegiatan yang paling sesuai juga di tegaskan oleh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Siswanto (1997), yang menyatakan bahwa secara empirik, banyak studi menunjukan bahwa masyarakat lebih mampu mengindentifikasi, menilai dan memformulasikan permasalahannya baik fisik, sosial kultur maupun ekonomi dan kesehatan lingkungan, membangun visi dan aspirasi dan kemudian memprioritaskan, intervensi, merencana, mengelola, memonitor dan bahkan memilih tehnologi yang tepat.

Upaya untuk memampukan dan memandirikan masyarakat juga di tegaskan oleh Merriam (1985), yang mengemukakan bahwa pemberdayaan mengandung dua pegertian yaitu:

a. Upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pelaksanaan

berbagai kebijakan dan program-program pembangunan, agar kondisi

kehidupan masyarakat mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan.

b. Memberikan kekuasaan, mengalihkan kekuasaan atau mendelegasikan

otoritas kepada masyarakat agar masyarakat memiliki kemandirian dalam

pengambilan keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya

secara mandiri.

Dari pendapat-pendapat diatas maka dapat di artikan bahwa pemberdayaan merupakan pendekatan pembangunan yang mengutamakan

masyarakat sebagai pelaku utama proses pembangunan dengan cara

meningkatkan kemampuannya dan memberikan kewenangan dalam mengambil keputusan dalam rangka membangun diri dan lingkungannya secara mandiri.

Menurut Setiawan (2003), terdapat lima variabel penting dalam pembangunan masyarakat, antara lain :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Inisiatif; Siapa yang mempunyai prakarsa ? Inisiatif pembengunan dapat

keluar dari komunitas maupun dari luar komunitas. Idealnya inisiatif

tersebut selalu keluar dari dalam komunitas. Meskipun demikian, inisiatif

dapat datang dari luar komunitas, sejauh komunitas tersebut setuju.

b. Tujuan; Bagaimana tujuan dirumuskan ? Tujuan seaiknya dirumuskan

oleh komunitas itu sendiri dan benar-benar merupakan tujuan mereka.

c. Sumberdaya; Lokal atau luar ? Idealnya, pembangunan masyarakat yang

benar akan memanfaatkan seoptimal mungkin sumberdaya lokal. Hal ini

akan mengurangi ketergantungan komunitas terhadap pihak luar.

Meskipun demikian, pada prakteknya hal ini tidak selalu mudah.

d. Proses; Bagaimana kontrol komunitas ? Diharapkan masyarakat

mempunyai kontrol yang sepenuhnya mulai dari perumusan masalah,

usulan kebijakan,implementasi serta evaluasi.

e. Output; Untuk siapa ? Diharapkan masyarakat akan mendapatkan output

yang maksimal dari proses pembangunan tersebut.

Berdasarkan variabel – veriabel tersebut, selanjutnya menurut Setiawan

(2003) terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kesuksesan dan kegagalan pembangunan masyarakat. Faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua katagori yakni faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Faktor internal merupakan faktor dari dalam komunitas yang berpengaruh dalam program pembangunan masyarakat. Hal ini meliputi empat hal, yakni: sejarah komunitas, berkaitan dengan struktur dan kapasitas organisasi, terkait

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan sumberdaya yang dimiliki komunitas, dan berkaitan dengan kepemimpinan dalam komunitas itu sendiri.

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar komunitas yang berpengaruh terhadap pembangunan masyarakat. Hal ini meliputi dua aspek, yakni, menyangkut sistem sosial politik makro dimana komunitas berada, dan berkaitan dengan ada atau tidaknya agen-agen perantara yang dapat menjadi penghubung antara komunitas dengan dunia atau pihak-pihak luar.

Elemen dasar proses pemberdayaan masyarakat adalah: partispasi dan mobilisasi sosial (social mobilisation). Disebabkan lemahnya pendidikan, ekonomi dan segala kekurangan yang dimiliki, penduduk miskin secara umum tidak dapat diharapkan dapat mengorganisir diri mereka tanpa bantuan dari luar.

Hal yang sangat esensial dari partisipasi dan mobilisasi sosial ini adalah membangun kesadaran akan pentingnya mereka menjadi agen perubahan sosial.

Partisipasi telah banyak ditafsirkan orang. Berbagai penafsiran itu antara lain sebagai berikut:

a. Dalam kaitannya dengan pembangunan pedesaan, partisipasi berarti

melibatkan rakyat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan

program, pembagian manfaat dan keterlibatan mereka dalam upaya

evaluasi program (Cohen dan Uphoff, 1977).

b. Partisipasi adalah dikaitkan dengan upaya terorganisir untuk meningkatkan

kontrol terhadap sumberdaya dan lembaga-lembaga pembuat kebijakan

(Pearse dan Stifel, 1979).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA c. Partisipasi masyarakat adalah proses aktif yang dilakukan untuk

mempengaruhi corak dan pelakanaan proyek-proyek pembangunan oleh

masyarakat atas dasar pandangan yang menguntungkan bagi perbaikan

kehidupan mereka, peningkatan pendapatan, perkembangan individu, dan

keswadayaan atau nilai-nilai lain yang mereka hargai (Paul, 1987). d. Partisipasi dapat diartikan sebagai proses pemberdayaan kelompok

masyarakat yang tertinggal dan terpinggirkan. Pandangan ini didasarkan

pada pengakuan atas perbedaan-perbedaan dalam kekuatan ekonomi dan

politik diantara kelompok-kelompok dan klas sosial yang berbeda.

Partisipasi dalam hal ini merupakan kreasi dari organisasi-organisasi

kelompok miskin yang demokratis, independen dan mandiri (Ghai,

1990). e. Pembangunan yang partisipatif mencirikan kerjasama (partnership) yang

didasarkan atas dialog diantara para pelaku, dimana semua agenda disusun

bersama, dan pandangan lokal serta pangalaman-pengalaman asli

dihormati dan di perjuangkan. Ini lebih merupakan negosiasi dari sekedar

dominasi dari kekuatan eksternal yang menyusun agenda proyek.

Sehingga rakyat menjadi pelaku dan tidak sekedar penerima manfaat

(OECD, 1994). f. Partisipasi adalah sebuah proses dimana stakeholders mempengaruhi dan

mengontrol inisiatif pembangunan, pengambilan keputusan dan

sumberdaya yang berpengaruh terhadap kehidupan mereka (World Bank,

1994).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari penafsiran atas partisipasi tersebut, dapatlah di simpulkan bahwa situasi partisipatif akan dapat terjadi bila:

a. Manipulasi dapat dihindari dengan menjauhkan proses indoktrinasi dari

yang kuat kepada yang lemah.

b. Stakeholders menginformasikan hak-haknya, tanggungjawabnya serta

pandangan-pandangannya.

c. Ada komunikasi timbal balik dimana stakehoilder mempunyai kesempatan

untuk menyatakan perhatian dan pikirannya sungguhpun tidak mesti

pikiran mereka akan digunakan

d. Stakeholder berinteraksi untuk saling memahami untuk membangun

konsensus melalui proses negosiasi.

e. Pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif.

f. Adanya pemahaman dan pembagian resiko diantara stakeholders.

g. Adanya kerjasama (Partnership) untuk mencapai tujuan bersama.

h. Pengelolaan bersama (Self-management) diantara stakeholders (diadopsi

dari UNCDF, 1996).

Untuk melaksanakan proses pemberdayaan, hal-hal yang perlu diperhatikan, adalah:

a. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang jelas mengenai konsep

pemberdayaan.

b. Konsep pemberdayaan mengasumsikan adanya perubahan dalam budaya,

termasuk di dalamnya budaya organisasi dan perusahaan,

c. Pemimpin, kaum birokrat, manajer, harus memiliki kesadaran dalam

dirinya, bahwa dalam implementasi dari konsep-konsep pemberdayaan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pada akhirnya akan terjadi perubahan peran, yang berimbas pada peran

mereka mungkin berkurang.

d. Individu, kelompok, dan masyarakat luas, harus siap merubah dirinya dan

menghilangkan pengkondisian mental, hambatan mental, dan kenyamanan

yang ada dalam diri mereka.

e. Proses pemberdayaan bukan suatu pendekatan yang seketika, namun

membutuhkan waktu dan energi dalam pendekatannya, karena

pemberdayaan bertujuan menangkap pikiran dan hati orang, sehingga hal

itu sangat sulit ketika dalam proses pemberdayaan menghadapi kondisi

keprihatinan, kecemasan dan adanya perasaan takut dari orang-orang akan

kehilangan pekerjaannya.

2.8. Gampong

Gampong dalam konsep hukum adalah kesatuan unit masyarakat hukum adat yang bersifat teritorial. Juga bisa berarti suatu persekutuan masyarakat hukum adat terkecil di Aceh. Dari aspek struktur fisik, gampong merupakan pola pemukiman yang didalamnya terletak rumah (umah, rumoh), blang (persawahan), lampoh atau seunebok (perkebunan), padang (tanah terbuka), dan glee (rimba atau hutan). Gampong juga merupakan organisasi sosial yang dilengkapi dengan struktur kepemimpinan dan perangkat dengan fungsi yang sesuai dengan kontek sosial, ekonomi, dan politik tertentu (M. Syarif, 2005 : 12).

Gampong yang telah berubah nama menjadi desa pada masa pemerintahan

Orde Baru adalah wilayah teriorial tingkat terendah di Aceh. Mengangkat gampong sebagai unit pemerintahanan terendah dalam pemerintahan Aceh pasca

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MoU Helsinki adalah salah satu usaha untuk mengembalikan gampong sebagai unit komunalisme asli masyarakat Aceh. Gampong disini nantiny diharapkan tidak saja hanya sebatas sebagai sarana interaksi masyarakat ditingkat terendah tetapi fungsi-fungsi yang selama ini melekat dalam diri gampong dapat ditumbuhkan kembali. Bagaimana pengendalian sosial yang efektif dan sejalan dengan kehidupan sekarang lewat peran geuchik, proses pemerintahan yang demokratis lewat berfungsinya lembaga-lembaga ditingkat gampong (geuchik, imuem meunasah, dan tuha peut) dan ujung pengharapan adalah agar terwujudnya gampong yang tidak hanya sebagai objek kekuasaan dari tingkat atas (Afadlal, dkk. 2008 : 45).

Gampong dalam Aceh inti sebagai wilayah terendah dalam sejarah struktur pemerintahan kerajaan Aceh dijalankan oleh tiga pilar yaitu keuchik/geuchik, imam/teungku meunasah dan ureueng tuha. Keuchik atau father of gampong bersama wakilnya yang dikenal dengan istilah “waki” menjalankan tugas uleebalang ditingkat gampong untuk mengawasi dan mengurusi yang menajdi tanggung jawabnya. Teungku meunasah atau mother of gampong menjalankan seluruh urusan yang berkaitan dengan bidang keagamaan mengajari anak-anak dan masyarakat mengaji al-quran maupun memimpin masyarakat shalat di meunasah. Kepemimpinan keuchik dan imam/teungku meunasah dalam gampong adalah dwi tunggal dimana hal ini merupakan cerminan dipakainya hukum agama dan hukum adat dalam konsep kekuasaan di Aceh. Ureueng tuha atau orang tua adalah representasi dari masyarakat gampong sebagai lembaga pertimbangan dan penasehat geuchik dalam menjalankan kekuasaannya. Ureueng tuha atau tuha peut biasanya terdiri dari 4 (empat) orang yang terdiri dari pemuda

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA yang belum menikah, orang kaya, orang pandai, dan ahli agama. Tuha peut ini layaknya sebuah DPR-nya desa. Keanggotaan tidak mengenal jenis kelamin tetapi keberadaan wanita tidak lazim. Jika menyangkut permasalahan yang berat maka keberadaan tuha peut digandakan menjadi tuha lapan. Biasanya, orang-orang yang duduk dalam kepengurusan ini adalah orang-orang yang berpengalaman, berkelakuan baik dan berpengetahuan luas dalam masalah adat dalam gampong

(Afadlal, dkk. 2008 : 76).

Pemerintahan Gampong adalah penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah gampong yaitu Keuchik, Teungku Imum Meunasah, beserta Perangkat Gampong dan Tuha Peut Gampong. Pemerintah gampong ini berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong (Jafar Edi, 2013).

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2006 tentang

Pemerintahan Aceh, sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun

2001 tentang Pemerintah Aceh merupakan undang-undang yang selain memberikan keuntungan yang cukup luas kepada pemerintah Aceh dalam hal mengurus dan membangun daerah yang sesuai dengan aspirasi dan sumber daya yang ada. Undang-undang ini juga memberikan kesempatan kepada Pemerintah

Aceh untuk menghidupkan dan memajukan lembaga adat yang terdapat dalam kehidupan masyarakat Aceh.

Salah satu bentuk lembaga pemerintah yang mendapat perhatian khusus yakni pemerintahan terendah yang dikenal di Aceh dengan sebutan Gampong.

Dalam Pasal 1 angka 20 UU No. 11 tahun 2006 disebutkan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ”Gampong atau nama lain adalah kesatuan masyarakat hukum yang berada

di bawah mukim dan dipimpin oleh geuchik atau nama lain yang berhak

menyelenggara urusan rumah tangga sendiri”.

Ketentuan yang mengatur gampong dan perangkatnya dalam Undang- undang Nomor 11 Tahun 2006 diatur dalam Pasal-pasal 115, 116 dan 117.

Keberadaan Gampong itu sendiri dipimpin oleh seorang Geuchik atau

Kepala Desa yang berkedudukan sebagai Kepala Badan Eksekutif sebagaimana ditegaskan dalam Qanun No. 5 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Gampong.

Dalam pasal 11 Qanun tersebut ditegaskan ”Geuchik adalah kepala badan eksekutif Gampong dalam penyelenggaraan pemerintahan Gampong. Geuchik dipilih langsung oleh penduduk Gampong melalui pemilihan yang demokratis, bebas, rahasia serta dilaksanakan secara jujur dan adil.

Aceh adalah provinsi yang merupakan kesatuan masyarakat hukum yang bersifat istimewa dan diberi kewenangan khusus untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia berdasarkan UUD 1945. Qanun Kota Langsa Nomor 6 Tahun

2010 Tentang Pemerintahan Gampong yang merupakan penjabaran dari Qanun Provinsi NAD Nomor 5 Tahun 2003. Qanun ini masih berlaku sampai sekarang sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 11 Tahun

2006 Tentang Pemerintahan Aceh.

Berdasarkan Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010 tentang Pemerintahan

Gampong, setiap gampong mempunyai kewenangan untuk mengatur, mengurus dan bertanggung jawab atas urusan pemerintahan, urusan adat dan urusan Syari’at

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Islam serta kepentingan masyarakat setempat. Kewenangan tersebut menyangkut kewenangan atas aturan-aturan yang sudah ada di gampong dan ketentuan adat- istiadat.

Oleh sebab itu pemerintahan desa (gampong) harus ada struktur kepemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan dalam masyarakat tertentu. Desa yang otonom akan memberi ruang yang luas pada perencanaan pembangunan yang merupakan kebutuhannya nyata masyarakat dan tidak banyak terbebani oleh program-program kerja dari berbagai instansi dan pemerintah. Apabila otonomi desa-desa benar benar terwujud, maka tidak akan terjadi urbanisasi tenaga kerja potensial ke kota untuk mencari lapangan kerja/pekerjaan di berbagai sektor informal. Potensi lain yang perlu dikembangkan dan diberdayakan adalah kelembagaan. Kelembagaan yang ada di desa tidak perlu di seragamkan pada setiap desa.

Suatu hal yang penting bahwa lembaga sosial merupakan wadah aspirasi masyarakat yang menjadi pendorong dinamika masyarakat desa, lembagalembaga sosial yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan budaya (adat istiadat setempat dan termasuk bagaimana mengelola lembaga lembaga desa). Setelah melihat lembaga pemerintahan desa yang mempunyai peranan yang sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong, Keuchik beserta Perangkat Gampong dan Tuha Peuet harus menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.

Khusus untuk Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, sejak keluarnya Undang- undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi

Daerah Istimewa Aceh telah memberi peluang untuk menyusun struktur

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemerintahan menurut ketentuan adat di dalam masyarakat Aceh. Begitu pula dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2001 Tentang

Pedoman Umum Peraturan Mengenai Desa telah membuka peluang untuk kembalinya struktur Pemerintahan Desa berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui oleh Pemerintahan Nasional dan di dalam wilayah kabupaten.

Dampak dari pemberlakuan UU No. 5 Tahun 1979 Tentang Pemerintahan

Desa juga dirasakan oleh masyarakat Aceh di mana sebelumnya ada Keuchik yang memiliki otoritas mengurus dan menyelesaikan berbagai persoalan pemerintahan menurut adat, Teungku Imuem Meunasah berkompeten menangani persoalan di bidang keagamaan. Sedangkan sebutan untuk desa disebut dengan Gampong. Dan apabila ada persoalan di sebuah gampong langsung diselesaikan secara internal di dalam Gampong. Sedangkan pada saat pemberlakuan Undang-undang Nomor 5

Tahun 1979, jabatan Teungku Imuem meunasah dihilangkan dari kelembagaan formal menjadi informal. Dan terjadinya penyeragaman sebutan desa di seluruh

Indonesia (ATA, 2012).

Demikian juga halnya lembaga Tuha Peuet Gampong yang menyamai fungsi sebagai Lembaga Perwakilan dihapus dan diganti menjadi Lembaga

Musyawarah Desa atau disebut LMD. Dalam kenyataannya LMD juga tidak mendapat peran yang maksimal. Sehubungan dengan perjalanan ketatanegaraan

Republik Indonesia yang menempatkan Aceh sebagai satuan pemerintahan daerah yang bersifat istimewa dan khusus, terkait dengan karakter khas sejarah perjuangan masyarakat Aceh memiliki ketahanan dan daya juang yang tinggi.

Pengakuan negara atas keistimewaan dan kekhususan daerah Aceh terakhir

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diberikan melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan

Aceh (LN 2006 No. 62, TLN 4633). Undang-undang Pemerintahan Aceh ini tidak terlepas dari Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara

Pemerintah Aceh dan Gerakan Aceh Merdeka yang ditandatangani pada tanggal

15 Agustus 2005 dan merupakan suatu bentuk rekonsiliasi secara bermartabat menuju pembangunan sosial, ekonomi, serta politik di Aceh secara berkelanjutan.

Sebelum keluarnya Undang-undang Pemerintahan Aceh ini telah diberlakukan

Undang- undang No. 18 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi

Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sedangkan untuk Kota Langsa telah mengeluarkan Qanun Kota Langsa Nomor 6 Tahun 2010

Tentang Pemerintahan Gampong yang merupakan penjabaran dari Pasal 41

Qanun Provinsi NAD Nomor 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong.

Qanun tersebut dimaksudkan untuk menata Pemerintahan Gampong yang salah satunya bertujuan untuk pembangunan masyarakat di Gampong.

Gampong mempunyai tugas menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan, menata masyarakat dan meningkatkan pelaksanaan syari’at Islam. Oleh sebab itu, pembangunan masyarakat gampong sangat terkait dengan struktur dari pemerintahan gampong dalam menjalankan penyelenggaraan pemerintahannya. Ada kewenangan khusus yang harus di akui Dalam

Pemerintahan Aceh yaitu susunan lembaga pemerintahan wilayah Provinsi NAD yang terdiri dari Kabupaten/Sagoe dan Kota/ Banda. Wilayah kabupaten dan kota ini terdiri lagi atas Kecamatan/Sagoe Cut yang terdiri dari Mukim-mukim.

Sedangkan mukim terdiri lagi dari beberapa gampong (Jafar Edi, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Qanun Kota Langsa Nomor 6 Tahun 2010 mengartikan Gampong sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah dan langsung berada di bawah Mukim yang mempunyai wilayah tertentu, dipimpin oleh Keuchik serta berhak menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri”. Sedangkan T. Djuned mengemukakan bahwa Gampong dalam arti fisik merupakan sebuah kesatuan wilayah yang meliputi tempat hunian, blang, padang dan hutan.

Maka berdasarkan uraian diatas, dapat di simpulkan bahwa gampong adalah pemerintahan terkecil di dalam struktur pemerintahan di Aceh. Oleh sebab itu di dalam gampong berlangsungnya tatanan roda pemerintahan baik secara administratif dan kebijakan gampong. Program-program kebijakan pembangunan gampong dilaksanakan dalam rangka untuk peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan masyarakat gampong menuju kemajuan gampong.

Secara ideal kelembagaan gampong adalah suatu perwujudan cita-cita sosial, yang meskipun tetap berada dalam struktur negara yang hirarkis, tetapi mempunyai keleluasaan untuk mempraktikkan otonomi, demokratisasi dan desentralisasi sesuai dengan spirit dari Undang-Undang Pemerintahan Aceh.

2.9. Geuchik/keuchik

Geuchik adalah orang yang memimpin sebuah desa (gampong) atau disebut juga kepala desa. Sebutan ini hanya digunakan di Provinsi Aceh yang menganut sistem pemerintahan lokal Aceh (Jafar Edi, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berdasarkan Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010, pengangkatan

Geuchik dilakukan melalui pemilihan langsa yang laksanakan oleh masyarakat gampong. Masa jabatan Geuchik 1 periode adalah 6 (enam) tahun.

Geuchik mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan penataan adat gampong berlandaskan

Syari’at Islam. Dalam melaksanakan tugas nya Geuchik mempunyai wewenang:

a. memimpin penyelenggaraan pemerintahan gampong berdasarkan

kebijakan yang ditetapkan bersama Tuha Peuet Gampong;

b. mengajukan Rancangan Qanun Gampong;

c. menetapkan Qanun Gampong yang telah mendapat persetujuan Tuha

Peuet Gampong;

d. menyusun dan mengajukan rancangan Qanun Gampong tentang APBG

untuk dibahas dan mendapat persetujuan bersama Tuha Peuet Gampong;

e. menyusun RPJMG dan RKPG melalui musyawarah perencanaan

pembangunan gampong;

f. melaksanakan RPJMG dan RKPG yang telah ditetapkan;

g. membina perekonomian gampong dan mengoordinasikan pembangunan

gampong secara partisipatif;

h. pemegang kekuasan pengelolaan keuangan gampong;

i. mewakili gampongnya diluar dan didalam pengadilan dan dapat menunjuk

kuasa hukum untuk mewakilinya sesuai dengan peraturan perundang-

undangan; dan

j. melaksanakan wewenang lain sesuai dengan peraturan perundang-

undangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dan disamping itu juga Geuchik mempunyai kewajiban yaitu: melaksanakan Syariat Islam, memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia; meningkatkan kesejahteraan masyarakat; memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat; melaksanakan kehidupan demokrasi melaksanakan prinsip tata pemerintahan gampong yang bersih dan bebas dari kolusi, korupsi dan nepotisme, menjalin hubungan kerja dengan seluruh mitra kerja pemerintahan; menaati dan menegakkan seluruh peraturan perundang-undangan; menyelenggarakan administrasi pemerintahan gampong yang baik; melaksanakan dan mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan gampong; melaksanakan urusan yang menjadi kewenangan gampong; mendamaikan perselisihan masyarakat di gampong; mengembangkan ekonomi masyarakat di gampong, membina, melestarikan dan melaksanakan nilai-nilai sosial, seni budaya, adat, dan adat istiadat berlandaskan Syari’at Islam; memberdayakan masyarakat, lembaga kemasyarakatan dan lembaga adat di gampong; mengembangkan potensi sumber daya alam dan melestarikan lingkungan hidup; dan membuat nota tugas kepada sekretaris gampong apabila Geuchik menjalankan tugas luar atau perjalanan dinas.

Keuchik/Geuchik, dalam pelaksanaan urusan Pemerintahan Gampong, mempunyai kedudukan serta tugas dan fungsi sebagai alat Pemerintahan

Gampong dan unit pelaksanaan dalam Gampong. Hal ini sebagaimana yang telah disebutkan di atas yaitu menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri, menjalankan urusan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA serta menumbuhkan dan mengembangkan semangat kerja sama dalam masyarakat sebagai wujud pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan Gampong.

Dengan demikian Keuchik/Geuchik sebagai pimpinan masyarakat tentu mempunyai kewajiban untuk membina dan mengarahkan masyarakatnya kepada usaha-usaha untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan. Selain itu, segala kegiatan yang dilaksanakan oleh Keuchik juga harus dimusyawarahkan terlebih dahulu dengan Tuha Peuet Gampong, karena

Tuha Peuet menjalankan tugas konsultatif dalam segala urusan pemerintahan dan hukum kepada Keuchik baik diminta maupun tidak diminta. Untuk itu, sebagai

Badan Perwakilan Gampong, Tuha Peuet dibentuk untuk menjadi wahana dalam mewujudkan demokrasi, keterbukaan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.

Lebih lanjut dalam pemerintahan Gampong, Geuchik juga berfungsi sebagai menjadi hakim perdamaian antar penduduk dalam Gampong dibantu oleh

Imuem Meunasah dan Tuha Peut Gampong. Oleh karena itu dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Geuchik wajib bersikap adil, tegas, arif dan bijaksana.

Kendatipun demikian penting mengenai kedudukan dan fungsi Geuchik, namun pada kenyataannya fungsi dan tugas Geuchik belum berjalan sebagaimana seharusnya seperti halnya tugas Keuchik sebagai hakim perdamaian antar penduduk, memajukan perekonomian masyarakat dan memelihara kelestarian lingkungan hidup.

Maka oleh sebab itu, sejatinya geuchik harus mampu membina hubungan yang baik terhadap masyarakat gampong. Sehingga dengan berlangsungnya simbiosis mutualisme antara geuchik dengan masyarakat gampong maka secara langsung tingkat partisipasi masyarakat gampong dalam merencanakan,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mendiskusikan, merumuskan, dan melaksanakan program-program pembangunan gampong dapat terlaksana dengan baik. Disini perlu adanya peran geuchik dalam melakukan pendekatan dan kebijakan terhadap masyarakat sehingga perencanaan partisipatif masyarakat gampong terlaksana didalam roda pemerintahan gampong

(Taqwaddin, 2009).

2.10. Penelitian Terdahulu

Masyarakat sebagai salah satu subsistem suatu desa seharusnya dilibatkan dalam proses pembangunan di desa. Keterlibatan itu dimulai dari tahap perencanaan pembangunan, pelaksanaan hingga tahap evaluasi hasil pembangunan. Tanpa adanya keterlibatan masyarakat maka hasil dari pembangunan belum tentu menjawab kebutuhan masyarakat dan belum tercapainya kesejahteraan masyarakat. Peran serta masyarakat merupakan faktor penting dalam pembangunan desa. Peran serta masyarakat yang tinggi dapat mewujudkan tujuan dari pembangunan secara berdaya guna dan berhasil guna

(Suhardiman, 2013).

Miftahus Surus dalam penelitiannya yang berjudul Peran Kepemimpinan

Kepala Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan

Program Pembangunan di Desa Rejoagung Ploso Jombang tahun 2013 menjelaskan bahwa Kepemimpinan Kepala Desa merupakan faktor penting untuk menentukan kemajuan desa yang menjadi tanggung jawabnya, tetapi seorang

Kepala Desa juga tidak mungkin melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya untuk menjadikan desa semakin maju tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari masyarakat, untuk itu kepemimpinan dan juga partisipasi dari masyarakat harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA berjalan secara seiring dan sejalan agar tercipta suasana yang kondusif dan harmonis sehingga tujuan dan cita-cita untuk menjadikan desa semakin baik akan bisa terwujud.

Penyelenggaraan pemerintahan desa bertugas dan berkewajiban terhadap seluruh kegiatan pemerintahan desa adalah Kepala Desa. Adapun tugas dan kewajiban Kepala Desa adalah salah satunya memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa. Oleh karena itu Kepala Desa dalam menyelenggarakan pemerintahan tidak mungkin dilakukan sendiri, Kepala Desa juga perlu partisipasi dari semua lapisan masyarakat untuk ikut mensukseskan program pembangunan yang ada di desa. Peran Kepala Desa sangat diperlukan dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program-program desa. Dan upaya Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat desa salah satunya ditunjukkan dengan cara pendekatan terhadap warga.

Figur seorang pemimpin juga harus bisa memberikan kesan yang positif kepada warganya dan bukan hanya pencitraan ketika menjelang pemilihan umum saja, tetapi memang benar-benar loyalitas dan juga mampu memimpin dengan baik, karena faktor subyektifitas masih sangat mungkin terjadi. Dengan adanya kesan yang positif dari masyarakat maka akan lebih mudah proses interaksi dan juga komunikasi antar semua lapisan masyarakat semakin bisa berjalan dengan baik sehingga terciptanya suatu kondisi yang harmonis dan dengan sendirinya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap program desa bisa terwujud (Miftahus Surur, 2013).

Hermansyah dalam eJournal Pemerintahan Integratif, Peran Kepala Desa

Dalam Pelaksanaan Pembangunan menjelaskan Peran Kepala Desa dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pelaksanaan pembangunan Desa yaitu a. Peran Kepala Desa sebagai motivator, pendorong, penggerak atau seseorang yang memberikan motivasi untuk mencapai suatu tujuan agar pelaksanaan pembangunan berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Kepala Desa selalu memberikan motivasi serta masukan-masukan dan dukungan dengan memberi semangat kepada aparatur pemerintah di Kantor Desa, selain dari pada itu Kepala Desa adalah seorang pemimpin yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi kepada masyarakat Desa. Dalam pelaksanaan pembangunan yang sedang berjalan peran dari seorang kepala desa harus bisa memberikan kepuasan serta pelayanan yang baik bagi masyarakat desa, dengan adanya kewenangan yang dimiliki sebagai pimpinan pemerintahan di desa. Kepala desa tidak sekedar memfasilitasi masyarakat dengan pembangunan fisik tetapi juga melalui pembinaan mental dan spiritual. b. Peran Kepala Desa sebagai fasilitator, bahwa Kepala Desa menjalankan perannya sebagai fasilitator dalam hal memfasilitasi atau melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembangunan. c. Kepala Desa sebagai mediator, yaitu yang menentukan keberhasilan setiap program dan rancangan pembangunan yang telah di rencanakan oleh karena itu peran kepala desa sebagai mediator harus dapat dilaksanakan dengan baik (Hermansyah, 2015).

Adanya peran aktif atau partisipasi dari masyarakat merupakan bentuk konsep pembanguan daerah dengan cara pemberdayaan masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat merupakan sebuah konsep pembangunan menuju kesejahteraan masyarakat yang melibatkan nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigma baru pembangunan, yakni bersifat people centred,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA participatory, empowering, and sustainable (Chambers dalam Huraerah, 2008, h.

81).

Disinilah letak Lurah berperan dengan penggunaan kewenangannya sebagai pemimpin. Melalui kesan formal yang melekat sebagai seorang pemimpin. Selain bertugas secara adminitratif dan memberikan pelayanan umum beserta kelengkapan infrastukturnya, Lurah sebagai pemimpin dalam menjalankan amanat UU. 32 tahun 2004, mempunyai tugas dalam pemberdayaan masyarakat

(pasal 127 ayat 3).

Dalam melaksanakan program pembangunan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif, Kelurahan tidak bekerja sendirian, melainkan bersama

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan. Dalam perannya terhadap partisipasi pemberdayaan masyarakat, lurah berinisiatif melalui langkah persuasi dalam menyampaikan informasi seputar Kelurahan dengan melakukan komunikasi publik melalui sarana pertemuan warga. Sarana yang sering digunakan oleh Lurah seperti Masjid dimana lurah sering diminta menjadi penceramah pada kegiatan shalat Jum’at. Selain Masjid saran yang perkumpulan warga seperti tahlilan juga menjadi sarana penyampaian informasi kepada masyarakat. Lurah mencoba membangun kepercayaan kepada masyarakat dengan cara selalu mendatangi setiap undangan dari masyarakat. Dan adapun faktor penghambat yang dimiliki lurah dalam peran membangun pembangunan daerah di

Kelurahan meliputi kurangnya intensitas pertemuan pada tingkat RW, tidak sepenuhnya pengurus LPMK aktif, dan primordial Kepemimpinan Lurah (Aji

Budiono, 2013).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dan dalam kontek perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong terhadap penyusunan Rencana Jangka Menengah Gampong (RPJMG), keterlibatan elemen masyarakat dalam proses perumusan dan kebijakan pembangunan gampong adalah unsur penting yang harus diwujudkan. Maka demikian, Geuchik harus berperan dalam mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan gampong, sebab implementasi pembangunan harus mampu mengakomodir dan menjawab masalah dan kebutuhan masyarakat.

M. Arifin, Nst dalam Tesis Perencanaan Pembangunan Partisipatif, Studi

Penyusunan RPJMD Kota Medan 2006-2010 mengatakan, Perencanaan

Pembangunan Partisipatif, dalam konteks multi stakeholder dalam penyusunan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) harus terdapat keterlibatan pemerintah, dewan perwakilan rakyat daerah dan unsur masyarakat yang merupakan akumulasi organisasi sosial, agama, ekonomi dan budaya serta organisasi profesi yang ada, serta keterlibatan perguruan tinggi dan media massa.

Penyusunan Rencana Pembangunan Menengah Daerah dilakukan setelah mendengarkan Visi-Misi dari Kepala Daerah. Dengan demikian Penyusunan

RPJMD tidak terlepas dari komitmen politik Kepala Daerah dalam merencanakan pembangunan daerah (M. Arifin Nst, 2007).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif karena motede ini lebih sesuai bila berhadapan langsung dengan kenyataan dilapangan. Maka metode jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana peran geuchik dalam perencanaan partisipatif masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

3.2. Definisi Konsep

Defenisi konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan Partisipatif adalah perencanaan yang dalam tujuannya

melibatkan kepentingan masyarakat, dan dalam prosesnya melibatkan

masyarakat (baik secara langsung maupun tidak langsung), tujuan dan cara

yang harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk

kepentingan masyarakat dan bila dirumuskan tanpa melibatkan

masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusan akan berpihak

pada masyarakat, begitu pula yang terjadi pada Gampong Peukan Langsa

Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

b. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya untuk memandirikan masyarakat

lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki untuk

menentukan pilihan kegiatan yang paling sesuai bagi kemajuan diri

61

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mereka masing-masing pada Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa

Kota, Kota Langsa.

c. Geuchik adalah orang yang memimpin sebuah gampong yang bertugas

menyelenggarakan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan dan peningkatan pelaksanaan Syariat Islam di Gampong

Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

3.4. Informan

Informan sangat diperlukan untuk memperoleh data dan informasi dalam penelitian kualitatif. Dalam penelitian ini yang dijadikan informan adalah pihak- pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini, yaitu

a. Geuchik Gampong Peukan Langsa yaitu Bapak Syarifudin. Z adalah

pemimpin di gampong tersebut dalam menjalankan pemerintahan

gampong dan juga merupakan pelaku utama dalam penelitian.

b. Tim Perencana Gampong (TPG) yaitu Bambang Nurdiansyah, SE karena

adalah tim yang dibentuk oleh Geuchik melalui musyawarah perangkat

gampong untuk menyusun rencana pembangunan gampong yaitu RPJMG,

RKPG, dan APBG.

c. Tuha Peuet yaitu Bapak Sulaiman, Imum Meunasah yaitu Tgk. Ridwan

Ghafi, S.Ag, Kepala Dusun yaitu Bapak Usman Bakir, dan Pemuda

Gampong yaitu Farid Wajdi karena merupakan aparatur yang membantu

geuchik dalam menjalankan pemerintahan gampong sehingga dapat

menjadi sumber data dalam penelitian.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA d. Tokoh Masyarakat yaitu Bapak Na’ar Bahrum, PKK Gampong Ny. Cut

Siti Zahara, dan perwakilan masyarakat yaitu Ibu Merlyn dan Alvin Kinski

Uni adalah warga yang bertempat tinggal di gampong Peukan Langsa

sehingga keterlibatan mereka dalam penelitian menjadi informasi penting

terhadap hasil penelitian.

Sebagaimana yang dikatakan Spradley (1982), informan yang baik adalah informan yang pernah atau sedang terlibat dengan kegiatan atau masalah yang dikaji.

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut, yaitu:

1. Pengamatan/Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara sistematis

dan langsung terhadap kejadian dan prilaku ke lokasi penelitian yaitu

Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa untuk

mengetahui dan mendapatkan data tentang bagaimana peran geuchik

dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong.

2. Wawancara/Interviews, dilakukan untuk mendapatkan informasi dalam

penelitian melalui percakapan yang intensif dengan Geuchik yaitu Bapak

Syarifuddin. Z, Tim Perencana Gampong yaitu Bambang Nurdiansyah,

SE, Perangkat Gampong yaitu Bapak Sulaiman, Bapak Usman Bakir, Tgk.

Ridwan Ghafi, S.Ag dan Ny. Cut Siti Zahara, Pemuda Gampong yaitu

Farid Wajdi, dan perwakilan masyarakat Gampong Peukan Langsa yaitu

Bapak Na’ar Bahrum, Ibu Merlyn, dan Alvin Kinski Uni.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Studi Kepustakaan dilakukan dengan menghimpun data yang relevan

mengenai masalah yang diteliti berupa referensi catatan, dokumen, buku,

surat kabar, makalah, jurnal, karya tulis ilmiah dan laporan literatur

lainnya baik secara tertulis maupun elektronik yang diperlukan dalam

penelitian.

3.6. Teknik Analisis Data

Sesuai dengan jenis penelitian, yaitu kualitatif deskriptif, maka setelah data terkumpul, proses selanjutnya adalah penyederhanaan data yang diperoleh untuk dapat dipahami dan diinterpretasikan yang pada hakekatnya merupakan upaya peneliti untuk mencari jawaban atas permasalahan yang telah dirumuskan.

Analisis kualitatif bermakna sebagai suatu pengertian analisis yang didasarkan pada argumen logika. Namun materi argumentasi didasarkan pada data yang diperoleh melalui kegiatan teknik perolehan data. Baik studi lapangan maupun studi kepustakaan, didalam mengalisisnya tidak berdasarkan pada perhitungan-perhitungan kuantitatif, tetapi pada kemampuan nalar peneliti dalam menghubung-hubungkan fakta, data dan informasi. Kemudian data yang diperoleh akan disusun secara sistematis pada tiap kategori. Kecenderungan masing-masing kategori akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

Dengan demikian, untuk menganalisis penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data/Informasi: yaitu wawancara dan observasi

lapangan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Reduksi: yaitu memilih informasi mana yang sesuai dan tidak sesuai

dengan masalah penelitian.

3. Penyajian: yaitu setelah informasi dipilih maka disajikan dapat dalam

bentuk tabel, ataupun uraian penjelasan.

4. Tahap akhir: yaitu menarik kesimpulan (Miles & Huberman,

1992:18).

3.7. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Gampong Peukan Langsa Kecamatan

Langsa Kota, Kota Langsa - Propinsi Aceh.

Pemilihan Gampong Peukan Langsa sebagai lokasi penelitian sebab gampong ini merupakan gampong perkotaan yang berada di pusat Kota Langsa.

Menyusun, merencanakan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan pembangunan gampong dan kebijakan lainnya adalah tugas utama seorang geuchik dalam memajukan dan memberikan keadaan yang lebih baik di gampong. Maka perlu partisipasi masyarakat gampong dalam mendiskusikan, merencanakan, dan melaksanakan kebijakan-kebijakan yang ada di gampong dalam rangka menuju kemajuan gampong. Akan tetapi disatu sisi, Gampong Peukan Langsa notabenenya adalah gampong perkotaan, dinamika kehidupan masyarakat gampong lebih didominasi oleh kesibukan-kesibukan pribadi masyarakat gampongnya dalam mencari rezeki sehingga tingkat partisipasi masyarakat gampong dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan gampong kurang maksimal. Seharusnya dalam merencanakan, merumuskan, dan melaksanakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kebijakan-kebijakan gampong sangat dibutuhkan partisipatif masyarakat gampong menuju kemajuan gampong Peukan Langsa.

Peran geuchik untuk kemajuan gampong adalah indikator penting menuju gampong yang lebih baik. Maka di anggap perlu, geuchik semestinya membuka partisipasi masyarakat gampong dalam merumuskan dan merencanakan berbagai hal kepentingan gampong baik program pembangunan gampong dan sebagainya.

Dengan demikian diharapkan Geuchik dapat berperan dalam mengajak masyarakat untuk menghasilkan suatu rencana dalam merumuskan dan menentukan kebijakan pembangunan gampong dan kebijakan-kebijakan berbagai hal lainnya untuk kemajuan gampong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Asal Usul Gampong Peukan Langsa

Pada dasarnya gampong Peukan Langsa memang daerah pertokoan.

Awalnya hanya toko yang terbuat dari kayu semipermanen. Selama berjalannya waktu semua telah menjadi pertokoan yang permanen. Gampong Peukan Langsa adalah merupakan lokasi yang sangat strategis. Letak nya tepat di pusat Kota

Langsa. Segala macam aktivitas masyarakat Kota Langsa berpusat di Gampong

Peukan Langsa. Gampong Peukan Langsa terdiri dari berbagai macam etnis.

Mayoritas penduduk nya adalah etnis Tionghoa yang sejak jaman dahulu telah menetap di Gampong Peukan Langsa.

4.1.2. Sejarah Pemerintahan Gampong Peukan Langsa

Sebelum terbentuknya Gampong Peukan Langsa adalah merupakan

Kelurahan Peukan Langsa. Namun sejak tahun 2010 Kelurahan Peukan Langsa berubah sistem pemerintahan menjadi Gampong Peukan Langsa.

Sistem pemerintahan Gampong Peukan Langsa berazaskan umum penyelenggaraan pemerintah yang baik yaitu: azas keislamam, azas kepastian hukum, azas kepentingan umum, pada pola adat/kebudayaan dan peraturan formal yang sudah bersifat umum, pemerintahan Gampong dipimpin oleh seorang

Geuchik dan dibantu oleh Kepala Dusun. Imum Mukim memiliki peranan yang cukup kuat dalam tatanan pemerintahan Gampong, yaitu sebagai penasehat baik

67 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dalam penetapan sebuah kebijakan ditingkat pemerintahan Gampong dan dalam memutuskan sebuah putusan hukum adat.

Tuha Peut menjadi bagian lembaga penasehat Gampong, Tuha Peut juga sangat berperan dan berwenang dalam memberi pertimbangan terhadap pengambilan keputusan-keputusan Gampong, memantau kinerja dan kebijakan yang diambil oleh Geuchik. Imum Meunasah/Imum Gampong berperan mengorganisasikan kegiatan-kegiatan keagamaan.

4.1.3. Letal Geografis Gampong Peukan Langsa

Gampong Peukan Langsa merupakan gampong yang terletak di tengah- tengah pusat Kecamatan Langsa Kota dengan luas wilayah 2 km persegi, adapun batas-batas gampong Peukan Langsa adalah sebagai berikut :

Utara : Dengan Gampong Teungoh

Selatan : Dengan Gampong Daulat

Timur : Dengan Gampong Blang Seunibong

Barat : Dengan Gampong PB Blang Pase

Jumlah dusun yang ada di Gampong Peukan Langsa terdiri atas 5 (Lima) dusun yaitu :

1. Dusun Teuku Umar

2. Dusun Iskandar Muda

3. Dusun Blok A

4. Dusun Blok B

5. Dusun Blok C

4.1.4. Kondisi Fisik Dasar Gampong Peukan Langsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kondisi fisik dasar gampong dari Gampong Peukan Langsa dapat kita lihat dari segi pemanfaatan lahan, Gampong Peukan Langsa dengan luasnya 2 km persegi, dalam pemanfaatan lahan dikelompokkan ke dalam 2 (dua) bagian yaitu :

Perumahan/pemukiman : 1 km persegi

Pertokoan : 1 km persegi

Bentuk permukaan jalan utama antar Gampong yang melalui Gampong

Peukan Langsa sudah cukup bagus dengan sudah teraspal

4.4.5. Kondisi Demografis Gampong Peukan Langsa

Jumlah penduduk Gampong Peukan Langsa pada akhir tahun 2014 mencapai 1.011 jiwa, dengan komposisi penduduk laki-laki sejumlah 558 jiwa dan perempuan sejumlah 453 jiwa, yang secara keseluruhan mencakup dalam 288

Kepala Keluarga (KK) yang tersebar dalam 5 (Lima) dusun, yaitu Dusun Teuku

Umar, Dusun Iskandar Muda, Dusun Blok A, Dusun Blok B, dan Dusun Blok C.

Tabel 4.1 Komposisi Penduduk menurut Usia

Jumlah Penduduk Jenis Kelamin No Jumlah menurut Usia P L 1. 0 - 6 tahun 31 27 58 2. 6 - 18 tahun 89 59 148 3. 18 - 56 tahun 297 449 746 4. Diatas 56 tahun 36 23 59 J u m l a h 1.011 Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

Orbitrasi (jarak Gampong dengan pusat Kecamatan)

1. Jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan : 500 m

2. Jarak dari Ibu Kota Kota Langsa : 500 m

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

4.1.6. Kondisi Sosial Ekonomi Gampong Peukan Langsa

Gampong Peukan Langsa merupakan Gampong yang berada dekat dengan

Ibukota. Warga Gampong Peukan Langsa memiliki banyak sektor usaha ekonomi, misalnya : usaha warung kopi, jual beli sembako/kelontong, usaha peternakan, usaha menjahit, usaha kue kering/basah. Dan beberapa masyarakat yang bekerja sebagai PNS, swasta, pengusaha, dan pedagang.

Tabel 4.2. Jenis Mata Pencarian

Jenis Kelamin No Mata Pencaharian Jumlah P L

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 1 Belum bekerja 0 0 0 2 Buruh harian lepas 0 0 0 3 Buruh tani 0 0 0 4 Bidan swasta 1 0 1 5 Ibu rumah tangga 211 0 211 6 Karyawan perusahaan pemerintah 0 1 1 7 Karyawan swasta 6 5 11 8 Pelajar 64 75 139 9 Nelayan 0 0 0 10 Pedagang barang kelontong 0 0 0 11 Pegawai Negeri Sipil 1 5 6 12 Wiraswasta 166 432 598 13 Perangkat desa 3 13 16 14 Montir 0 15 15 15 Petani 0 0 0 16 TNI 0 0 0 17 Pedagang keliling 0 0 0 18 Purnawirawan/pensiunan 0 0 0 19 Juru Masak 0 0 0 20 Karyawan Honorer 0 0 0 21 POLRI 0 0 0 22 Pemuka Agama 0 6 6 23 Sopir 0 0 0 24 Tidak Mempunyai Pekerjaan Tetap 0 0 0 25 Tukang Batu 0 0 0 26 Tukang Cukur 0 1 1 27 Tukang Jahit 1 5 6 28 Tukang Kayu 0 0 0 29 Tukang Kue 0 0 0 30 Wartawan 0 0 0 J u m l a h 1.011 Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

Gampong Peukan Langsa merupakan Gampong yang berada dekat dengan

Ibukota Kota Langsa yang membuat perekonomian menjadi mudah dengan dekatnya Ibukota Kota Langsa membuat masyarakat dapat menjadi pelaku ekonomi itu sendiri, karena sebagian masyarakat ada yang menjadi pedagang di pasar-pasar, membuka toko, serta bekerja di sektor jasa dan sebagai karyawan swasta juga ada Pegawai Negeri Sipil baik di Pemerintahan dan pendidikan.

4.1.7. Potensi Masyarakat berdasarkan Latar Pendidikan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Latar belakang pendidikan masyarakat Gampong Peukan Langsa beraneka ragam, berikut data yang telah terkumpul :

Tabel 4.3. Latar Belakang Pendidikan masyarakat Gampong

No. Pendidikan Jumlah Orang 1. Belum masuk Tk/ kelompok bermain 56 2. Sedang D-2/sederajat - 3. Sedang D-3/sederajat 38 4. Sedang S-1/sederajat 59 5. Sedang SLTA/sederajat 56 6. Sedang SLTP/sederajat 24 7. Tamat D-2/sederajat - 8. Tamat D-3/sederajat 16 9. Tamat S-1/sederajat 72 10. Tamat SD/sederajat 32 11. Tamat SLTA/sederajat 478 12. Tamat SLTP/sederajat 175 13. Tidak pernah sekolah - 14. Tidak tamat SD/sederajat 5 Total 1.011 Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

4.1.8. Pemerintah Gampong Peukan

Langsa

Pemerintahan gampong Peukan Langsa sebagai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Gampong dan Tuha Peut

Gampong Peukan Langsa memiliki struktur Pemerintahan Gampong yang sudah berjalan selama ini, hal tersebut sebagaimana tercantum dalam tabel berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Tabel 4.4. Susunan Pemerintah Gampong Peukan Langsa

Aparatur No Pemerintahan Nama Tugas yang Dijalankan Ket. Gampong 1. Tuha Peut Sulaiman Mengkoordinir Lembaga Tuha Peut Ketua Jurlie Wakil Ketua Mengurus kegiatan administrasi dan Ibnu Abbas, SE Sekretaris kesekretariatan Tuha Peut Yuswar, SE Anggota Mualifin, SE Anggota Menjalankan penyelenggaraan 2. Geuchik Syarifuddin, Z Pemerintah Gampong Tgk. Ridwan Mengurus kegiatan keagamaan tingkat 3. Imum Gampong Ghafi, Sag gampong Kaur Membantu geuchik dalam mengurus 4. Pipi Agustina Pemerintahan kegiatan bidang pemerintahan Kaur Membantu geuchik, mengumpul, 5. Munawir S.Sos.I Kesejahteraan mengelola bidang kesejahteraan sosial Membantu geuchik dalam mengelola 6. Kaur Keuangan Juliana keuangan gampong Membantu geuchik melakukan urusan Bambang rumah tangga, melaksanakan rapat- 7. Kaur Umum Nurdiansyah rapat dan melakukan penyimpanan arsip gampong. Kaur Membantu geuchik dalam mengelola 8. Aida Fitri Pembangunan dan melaksanakan pembangunan Membantu geuchik dalam Kepala Dusun Niswan Surya 9. penyelenggaraan pemerintahan dan Teuku Umar Putra pembangunan ditingkat dusun. Membantu geuchik dalam Kepala Dusun 10. Usman Bakir penyelenggaraan pemerintahan dan Iskandar Muda pembangunan ditingkat dusun. Membantu geuchik dalam Kepala Dusun 11. Abdul Manaf penyelenggaraan pemerintahan dan Blok A pembangunan ditingkat dusun. Membantu geuchik dalam Kepala Dusun 12. Azhar penyelenggaraan pemerintahan dan Blok B pembangunan ditingkat dusun. Membantu geuchik dalam Kepala Dusun 13. H. Jamhur penyelenggaraan pemerintahan dan Blok C pembangunan ditingkat dusun. Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

KEPALA DUSUN

LING. TEUKU UMAR LING. ISKANDAR MUDA LINGKUNGAN BLOK A NISWAN SURYA PUTRA USMAN BAKIR ABDUL MANAF

LINGKUNGAN BLOK B LINGKUNGAN BLOK C AZHAR H. JAMHUR

Sumber: Data Gampong Peukan Langsa 2010

Gambar 4.1. Struktur Pemerintah Gampong Peukan Langsa

Sumber: Data Gampong Peukan Langsa 2010

Gambar 4.2. Struktur Tuha Peut Gampong Peukan Langsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Sumber: Data Gampong Peukan Langsa 2010

Gambar 4.3. Struktur Imum Gampong Peukan Langsa

4.1.9. Visi Misi Gampong Peukan

Langsa

Berdasarkan cita-cita bidang untuk program 5 (lima) tahun yang akan datang yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Menengah Gampong Peukan

Langsa tahun 2014-2019. Gampong Peukan Langsa telah merumuskan Visi dan

Misi untuk jangka 5 (lima) tahun.

VISI Gampong Peukan Langsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ”MEWUJUDKAN MASYARAKAT YANG DAMAI, RELIGIUS,

MELESTARIKAN ADAT ISTIADAT DAN PENINGKATAN PELAYANAN

PUBLIK OLEH PEMERINTAHAN GAMPONG”

Visi dimaksud dijabarkan dalam Misi Pembangunan Gampong Peukan

Langsa:

MISI Gampong Peukan Langsa

1. Penyelenggaraan pemerintah gampong yang bersih, amanah dan transparan

serta berorientasi pada optimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis iman dan takwa.

3. Menggalakkan kembali adat istiadat yang ada dalam masyarakat.

4. Menggerakkan kegiatan kepemudaan dalam bidang keagamaan dan olah

raga.

5. Mewujudkan lingkungan masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur.

4.2. Hasil Penelitian

Pada bagian ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh melalui penelitian di lapangan untuk kemudian dianalisis berdasarkan teori yang ada. Data diperoleh dari hasil wawancara dengan informan-informan dalam penelitian ini.

Adapun permasalahan utama yang hendak disajikan adalah bagaimana Peran

Geuchik Dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong

Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa, yaitu khususnya tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA proses perencanaan pembangunan partisipatif dari Visi – Misi Gampong menjadi

rumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Peukan

Langsa.

4.2.1. Data Identitas Informan

Sesuai dengan rancangan penelitian, telah ditetapkan jumlah informan

yang akan dilakukan wawancara adalah sebanyak 8 (delapan) orang. Kedelapan

orang yang ditetapkan sebagai informan dalam penelitian ini dibagi dalam dua

bagian, yaitu key informan yaitu Geuchik Gampong dan Tim Perencana

Gampong, sedangkan informan utama adalah Tuha Peut, Imum Gampong, Kepala

Dusun, Ketua Pemuda Gampong, tokoh masyarakat dan perwakilan masyarakat,

serta PKK Gampong yaitu orang yang memiliki kedudukan tertentu karena

dianggap dapat menjawab segala sesuatu yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini.

Identitas informan yang menjadi sumber informasi dan data dalam

penelitian ini yaitu:

Tabel 4.5. Identitas Informan

Tingkat Jenis No Nama Kedudukan Umur Pendidikan Kelamin Ket. 1. Syarifuddin. Z Geuchik 54 SMA Lk 2. Bambang Nurdiansyah, SE Tim 29 Sarjana Lk Key Perencana Informan Gampong 3. Sulaiman Tuha Peut 53 SMA Lk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gampong 4. Tgk. Ridwan Ghafi, S.Ag Imum 57 Sarjana Lk Gampong 5. Usman Bakir Kepala 53 SMA Lk Informan Dusun Utama 6. Farid Wajdi Pemuda 29 SMA Lk Gampong 7. Na’ar Bahrum Tokoh 50 SMA Lk Masyarakat 8. Ny. Cut Siti Zahara PKK 38 SMA Pr Gampong 9. Merlyn Masyarakat 34 SMA Pr 10. Alvin Kinski Uni Masyarakat 35 SMA Lk 4.2.2. Hasil Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mendapatkan informasi dari para

informan tentang Peran Geuchik dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Masyarakat Gampong Peukan Langsa. Tipe wawancara yang dipilih oleh penulis

adalah tipe wawancara berstruktur, dimana sebelum memulai wawancara terlebih

dahulu penulis menyusun daftar pertanyaan yang diajukan. Pertanyaan-pertanyaan

yang disusun berhubungan dengan Peran Geuchik dalam Perencanaan

Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa. Namun, di

dalam prosesnya tidak menutup kemungkinan akan munculnya pertanyaan-

pertanyaan baru yang dapat menggali informasi lebih dalam dari para informan.

Perencanaan pembangunan merupakan suatu proses perumusan alternatif-

alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada fakta-fakta yang akan

digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan/aktivitas

kemasyarakatan, baik yang bersifat fisik maupun nonfisik, dalam rangka mencapai

tujuan yang lebih baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Perencanaan partisipatif merupakan perencanaan yang melibatkan semua

(rakyat) dalam rangka memecahkan masalah yang dihadapi yang bertujuan untuk mencapai kondisi yang diinginkan. Tujuan dan cara harus dipandang sebagai satu kesatuan. Suatu tujuan untuk kepentingan rakyat dan bila dirumuskan tanpa melibatkan masyarakat, maka akan sulit dipastikan bahwa rumusan akan berpihak pada rakyat.

Partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat.

Sehubungan dengan hal tersebut maka penulis mewawancarai Geuchik

Gampong Peukan Langsa yaitu Bapak Syarifuddin, Z sebagai pemimpin pemerintahan gampong mengenai partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa.

“Menurut Bapak perencanaan pembangunan partisipatif itu seperti apa?” beliau menjawab:

”Perencanaan pembangunan partisipatif yaitu suatu proses perencanaan dengan melibatkan warga masyarakat dalam merumuskan program-program pembangunan untuk mencapai tujuan yang lebih baik”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015) Jika demikian, “Bagaimana perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa Pak?”

“Perencanaan pembangunaan partisipatif di gampong Peukan Langsa diwujudkan melalui proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG), yang penyusunan tersebut dilaksanakan melalui Tim Perencana Gampong (TPG) dengan melibatkan perangkat gampong, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA tokoh masyarakat gampong yang bertujuan agar rumusan tersebut menghasilkan program pembangunan yang sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat gampong, sesuai dengan penjabaran visi-misi gampong Peukan Langsa. Dan rumusan tersebut akan dibahas dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Gampong untuk menjadi sebuah dokumen rencana pembangunan gampong”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Kemudian penulis lanjut bertanya,”Bagaimanakah partisipasi masyarakat gampong Peukan Langsa terhadap perencanaan pembangunan gampong dalam proses penyusunan RPJMG?”

“Partisipasi masyarakat di gampong Peukan Langsa masih tergolong rendah, sebab masyarakat lebih disibukkan dengan aktivitas mencari rezekinya sehingga yang terlibat aktif dalam perencanaan pembangunan gampong orangnya itu-itu aja. Yaitu para perangkat gampong dan perangkat-perangkatnya, sedangkan dari masyarakat sendiri saya lihat kurang berpartisipasi dalam perumusan RPJMG Peukan Langsa yang telah dilakukan oleh TPG. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Dan penulis kembali bertanya, ”Seberapa pentingnya partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG?”

“Tentu partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan, makanya TPG bertugas untuk mengadakan musyawarah dengan masyarakat, sebab keterlibatan aktif masyarakat pada proses perumusan RPJMG merupakan bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Sebab pembangunan yang akan diimplementasikan nantinya bukan hanya bagian dari kepentingan kelompok tertentu saja tetapi adalah pembangunan yaang merupakan kebutuhan semua masyarakat gampong. Jadi dengan adanya keterlibatan masyarakat secara langsung terjalinnya kerjasama antara pemerintah gampong dan masyarakat sebagai subjek dan objek pembangunan yang menghasilkan suatu rumusan program sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa. Untuk itulah dibutuhkan partisipasi masyarakat gampong ditahap pembangunan khususnya dimulai dari proses penyusunan RPJMG ini untuk menentukan apa yang menjadi prioritas utama perencanaan pembangunan gampong.” (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Jawaban diatas menjelaskan bahwa masyarakat gampong kurang berpartisipasi aktif dalam proses penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa. Sebenarnya partisipasi masyarakat sangat menentukan kelancaran pembangunan di gampong. Selanjutnya penulis lanjut bertanya,”Apakah Bapak sebagai Geuchik ikut menggerakkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Gampong Peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG?”

“Iya ikut, saya selaku pemimpin pemerintah gampong ikut dalam meningkatkan partisipasi masyarakat, bagaimana masyarakat gampong bisa bersemangat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong kalau seandainya saya sendiri tidak ikut aktif dalam menggerakkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG Peukan Langsa sebagai rencana pembangunan gampong”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Lalu, Bagaimana peran Bapak dalam perencanaan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa proses penyusunan RPJMG?

“Menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong adalah salah satu peran saya sebagai pemimpin pemerintah gampong. Tidak hanya saya sendiri, saya juga melakukaan koordinasi dengan perangkat gampong lainnya dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa. Saya, TPG, dan perangkat gampong berperan untuk memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat tentang proses penyusunan RPJMG gampong sebagai rencana pembangunan dengan harapan masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG tersebut” (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015) Dan selanjutnya saya bertanya, Peran seperti apa yang Bapak lakukan sebagai Geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat

Gampong Peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG?

“Saya katakan bahwa penyelenggara pemerintahan gampong bertugas dan berkewajiban terhadap seluruh kegiatan pemerintahan gampong. Peran geuchik sangat diperlukan dalam hal peningkatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program- program pembangunan gampong. Sebagai pemimpin pemerintah gampong saya mempunyai tugas dan wewenang yang merupakan tanggung jawab saya untuk menciptakan perencanaan pembangunan yang partisipatif dalam menyusun RPJMG Peukan Langsa. Saya melakukan pemberitahuan kepada masyarakat gampong melalui Kepala-Kepala Dusun untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang penyusunan RPJMG, dan selanjutnya saya melakukan koordinasi perangkat-perangkat gampong lainnya dan melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat terkait untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam perumusan penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh TPG, selanjutnya rumusan RPJMG tersebut akan dibahas untuk disepakati sebagai dokumen rencana pembangunan gampong dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Gampong Peukan Langsa”. Intinya saya harus berperan sebagai motivator, fasilitator, dan mediator untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong” (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Dari penjelasan diatas diatas menerangkan bahwa betapa pentingnya partisipasi masyarakat dalam merumuskan perencanaan pembangunan gampong, sehingga program-program yang direncanakan dalam pembangunan gampong sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Dan juga hal tersebut sudah dipahami betul oleh Geuchik dan perangkat-perangkat gampong Peukan Langsa yang mereka juga telah berperan aktif dan berupaya dalam mewujudkan partisipasi masyarakat dalam merumuskan perencanaan pembangunan gampong khususnya pada penyusunan RPJMG yang merupakan program yang telah ditanggung jawabkan oleh Tim Perencana Gampong (TPG) dalam menjaring aspirasi masyarakat. Akan tetapi saya kembali bertanya kepada Bapak Geuchik

Gampong Peukan Langsa, “Jika demikian mengapa masyarakat enggan ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG?”

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Masyarakat gampong tidak terlalu peduli terhadap penyusunan rencana pembangunan gampong. Masyarakat lebih mementingkan pekerjaan sehari-hari ketimbang berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG. Karena kondisi gampong Peukan Langsa yang terletak di Pusat Kota Langsa dan masyarakat gampong hampir rata-rata berprofesi sebagai pedagang maka mereka lebih disibukkan dengan aktivitas mereka. Dan juga kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut terlibat dalam membangun gampong”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Selama Bapak memimpin gampong Peukan Langsa, apa kendala ataupun hambatan dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong

Peukan Langsa terhadap proses penyusunan RPJMG?

“Jika menyangkut kendala dan hambatan, yang sangat mempengaruhi adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan gampong. Kondisi ini mengakibatkan jika ada pertemuan dan sosialisasi tentang perencanaan pembangunan gampong, kehadiran masyarakat kurang. Dan lagi kurangnya pertemuan rutin warga di tingkat dusun, seperti pengajian malam jumat, atau pertemuan rutinitas lain yang dapat menjadi media masyarakat untuk terlibat membicarakan pembangunan gampong. Maka memang keaktifan masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong kurang maksimal sehingga ini yang mengakibatkan proses penyusunan RPJMG secara partisipatif kurang berjalan dengan baik”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Jadi, apa harapan Bapak sebenarnya atas partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan di Gampong Peukan Langsa terhadap proses penyusunan RPJMG?

“Harapan saya sederhana, kami sangat mengharapkan masyarakat terdorong untuk berpartisipasi aktif tentang kondisi gampong, khususnya menyangkut pembangunan gampong. Sebab masukan- masukan, gagasan, pikiran tentang pembangunan apa yaang lahir dari masyarakat gampong juga sikap kritis masyarakat terhadap perencanaan pembangunan sangat menentukan pembangunan gampong Peukan Langsa kedepan”. (Wawancara dengan Bapak Geuchik. Selasa, 23 April 2015)

Dari penjelasan wawancara dengan Bapak Geuchik diatas terlihat bahwa

Geuchik dalam melaksanakan fungsinya sudah berusaha semaksimal mungkin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA untuk berperan dalam menciptakan perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong. Akan tetapi implementasinya belum terlaksana dengan baik ini dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pembangunan gampong, dan ditambah lagi memang masyarakat lebih disibukkan dengan aktivitasnya masing-masing.

Dalam perencanaan pembangunan gampong tidak mungkin dapat tercapai dengan maksimal tanpa adanya partisipasi masyarakat gampong. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh masyarakat itu sendiri, sehingga memungkinkan tumbuhnya partisipasi masyarakat dalam proses penyusunan perencanaan dan pelaksanaannnya. Di sisi lain pembangunan gampong yang dibangun juga akan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan tanggung jawab dari masyarakat itu sendiri. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perencanaan pembangunan gampong akan dapat mengenai sasaran apabila masyarakat benar-benar terlibat dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim Perencana Gampong (TPG) sebagai rencana pembangunan yang akan dilaksanakan.

Setelah penulis melakukan wawancara dengan Bapak Geuchik, selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan Tim Perencana Gampong (TPG) yaitu

Bambang Nurdiansyah, yang juga merupakan sebagai informan kunci dalam penelitian ini yang dianggap kompenten mengetahui tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa.

Pertama penulis bertanya Bagaimana proses penyusunan Rencana Jangka

Menengah Gampong (RPJMG) Peukan Langsa?

“Proses penyusunan RPJMG Peukan Langsa diawali dengan pembentukan Tim Perencana Gampong oleh Geuchik melalui rapat kesepakatan dengan perangkat-perangkat gampong Peukan Langsa. Setelah TPG terbentuk maka kami bertugas untuk menjaring

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA aspirasi masyarakat dengan mengadakan musyawarah dengan masyarakat untuk mengetahui dan mendengarkan langsung persoalan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menjadi bahan dasar penyusunan RPJMG yang akan disaring sesuai dengan kajian misi visi Geuchik untuk disusun menjadi draf RPJMG yang akan dibahas pada Musyawarah Rencana Pembangunan Gampong”. (Wawancara dengan TPG. Sabtu, 25 April 2015)

Dan kembali penulis bertanya “Bagaimana partisipasi masyarakat gampong terhadap perencanaan pembangunan gampong peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG”?

“Partisipasi masyarakat di gampong Peukan Langsa dalam proses perencanaan pembangunan ada, tetapi kurang maksimal atau tingkatnya tergolong rendah. Ini dikarenakan kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa yang memang lebih mementingkan aktivitasnya sehari-hari. Ini dibuktikan dengan kurangnya kehadiran masyarakat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk mengetahui aspirasi masyarakat gampong dalam proses penyusunan RPJMG”. (Wawancara dengan TPG. Sabtu, 25 April 2015)

Jika demikian kondisinya, menurut Bapak apakah Geuchik selaku pemimpin gampong melakukan cara untuk mendorong masyarakat ikut berpartisipasi?

“Iya, Geuchik selaku pemimpin gampong tentunnya melakukan cara agar bagaimana partisipasi masyarakat aktif. Pertama dengan rapat koordinasi dengan seluruh perangkat gampong seperti Tuha Peut, Imum Gampong, dan Kepala Dusun. Untuk selanjutnya perangkat-perangkat gampong melakukan mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam perencanaan pembangunan demi kemajuan gampong. Namun masyarakat disini kurang peduli dengan kegiatan seperti ini karena adanya kepentingan-kepentingan lain bagi masyarakat.” (Wawancara dengan TPG. Sabtu, 25 April 2015)

Selanjutnya penulis kembali bertanya, Bagaimana peran Geuchik dalam perencanaan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa proses penyusunan

RPJMG?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Geuchik dalam perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG, melakukakan pendekatan persuasif kepada tokoh masyarakat dan pemuda gampong untuk mendorong masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan, dan mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartsipasi dalam perencanaan pembangunan gampong itu lahir. Jadi Geuchik dalam posisi tersebut lebih berperan sebagai fungsionalis gampong untuk memotivasi masyarakat, menjadi katalisator masyarakat, dan sebagai fasilitator masyarakat dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunanan yang disepakati pada Musyawarah Rencana Pembangunan Gampong”. (Wawancara dengan TPG. Sabtu, 25 April 2015)

Bapak Sulaiman yaitu Tuha Peut Gampong Peukan Langsa tentang pertanyaan diatas mengatakan, bahwa:

“Geuchik dalam upayanya untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan sudah berperan. Bapak Geuchik melakukan rapat koordinasi dengan kami Tuha Peut Gampong dan perangkat-perangkat gampong lainnya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang proses penyusunan RPJMG secara partisipatif. Akan tetapi kurangnya kesadarannya masyarakat mengakibatkan minimnya keterlibatan masyarakat dalam musyawarah yang buat oleh TPG untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG”. (Wawancara dengan Tuha Peut. Senin, 27 April 2015)

Pertanyaan diatas juga dijawab oleh Bapak Tgk. Ridwan Ghafi, S.Ag yaitu

Imum Gampong Peukan Langsa, yang menyebutkan:

“Geuchik sudah cukup berperan dalam peningkatan partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan gampong. Selain dengan melakukan rapat koordinasi dengan kami (perangkat- perangkat gampong) untuk mengadakan rapat sosialisasi kepada masyarakat, Pak Geuchik juga menghimbau masyarakat dengan memberikan pengumuman dan pengarahan pada moment-moment setelah sholat di Mesjid dan tahlilan warga sehingga informasi kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan diterima masyarakat. Jadi harapannya masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong”. (Wawancara dengan Imum Gampong. Rabu, 29 April 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Selanjutnya, Bapak Usman Bakir yaitu Kepala Dusun Iskandar Muda

Gampong Peukan Langsa menambahkan:

“Selaku pemimpin Pemerintah Gampong, Pak Geuchik telah berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong, khususnya kami kepala- kepala dusun gampong Peukan Langsa, pada saat akan penyusunan RPJMG, Pak Geuchik memerintah kepala-kepala dusun untuk turut berpartisipasi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat di setiap dusun gampong Peukan Langsa agar masyarakat menerima informasi tersebut dan ikut berpartisipasi dalam musyawarah penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG. Dan juga, sosialisasi kepada masyarakat dusun juga turut di adakan dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong sehingga kesadaraan masyarakat untuk berpatisipasi terhadap pembangunan gampong berjalan”. (Wawancara dengan Kepala Dusun. Sabtu, 2 Mei 2015)

Untuk meningkatkan rasa kesadaran dan tanggung jawab ini masyarakat akan pentingnya pembangunan gampong maka Geuchik selaku pemimpin pemerintah gampong juga harus berperan aktif dalam melakukan koordinasi kepada perangkat-perangkat gampong sehingga penyampaian informasi tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong diketahui oleh masyarakat, dan diharapkan kesadaran masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong dapat berjalan.

Selanjutnya penulis kembali bertanya, “Apakah kendala ataupun hambatan dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan

Langsa terhadap proses penyusunan RPJMG?

Bambang Nurdiansyah yaitu Tim Perencana Gampong (TPG) menjawab:

“Kurangnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunan menjadi persoalan utama. Pertimbangan mereka

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan lebih mengutamakan aktivitas profesinya sehari-sehari memang tidak bisa kami larang dan hindari karena memang kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa di Pusat Pasar Langsa menjadikan demikian sehingga kehadiran masyarakat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG kurang. Ditambah lagi dengan tidak semua perangkat gampong aktif untuk menjalankan fungsinya dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penting partisipasi masyarakat gampong dalam perencanaan pembangunan. Jadi hal inilah yang mengakibatkan tidak maksimalnya partisipasi masyarakat gampong dalam penyusunan RPJMG Peukan Langsa”. (Wawancara dengan TPG. Sabtu, 25 April 2015)

Bapak Sulaiman (Tuha Peut Gampong) juga mengatakan, yaitu:

“Kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam perencanaan pembangunan menjadi persoalan. Kesibukan masyarakat yang lebih fokus pada aktivitas sehari-hari adalah alasannya, sehingga dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk mendengarkan dan menjaring aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG kurang dihadiri oleh masyarakat”. (Wawancara dengan Tuha Peut. Senin, 27 April 2015)

Ditambah dengan jawaban Bapak Usman Bakir yaitu Kepala Dusun

Iskandar Muda tentang kendala dan hambatan dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa:

“Memang benar, kesibukan masyarakat menjadi hal utama sehingga masyarakat kurang aktif dalam terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong. Kesibukan mereka tersebut mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam pembangunan gampong. Dan juga untuk ditingkat dusun, akibat kesibukan masyarakat tersebut jarang sekali ada pertemuan yang bersifat rutin didusun sebagai media untuk bercerita dan berdiskusi membicarakan pembangunan gampong. Ini merupakan hal yang tidak bisa dielakkan dalam permasalahan ini”. (Wawancara dengan Kepala Dusun. Sabtu, 2 Mei 2015)

Dalam proses penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunan gampong yang dilakukan oleh Tim Perencana Gampong (TPG) memang perlu melibatkan masyarakat dalam penetapan kebijakan pembangunan nantinya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Karena dengan melibatkan masyarakat dapat membantu pemerintah gampong dalam memajukan program gampong. Keterlibatan masyarakat dalam pembangunan sangat berguna dimana hal ini dapat meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab masyarakat terhadap pembangunan.

Untuk melihat kenyataan yang terjadi dilapangan, yaitu apakah Geuchik benar-benar berperan terhadap perencanaan pembangunan partsipatif masyarakat gampong dalam penyusunan RPJMG, penulis mengadakan wawancara langsung dengan salah satu Tokoh Masyarakat gampong Peukan Langsa yaitu Bapak Na’ar

Bahrum, dengan menanyakan:

“Bagaimana partisipasi masyarakat gampong terhadap perencanaan pembangunan gampong peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG? Lalu beliau menjawab:

“Partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong ada, tapi kurang. Kendalanya adanya pada masyarakat itu sendiri, dimana hanya sedikit masyarakat yang terlibat pada musyawarah yang dibuat oleh TPG dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong yang nanti akan menjadi kebijakan pembangunan gampong. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari- hari untuk mencari nafkah”. (Wawancara dengan Tokoh Masyarakat. Senin, 4 Mei 2015)

Hal tersebut di atas juga di iyakan oleh Farid Wajdi yaitu Pemuda

Gampong Peukan Langsa, ia menambahkan:

“Masyarakat tidak terlalu peduli terhadap perencanaan pembangunan gampong. Mereka lebih mementingkan pekerjaan sehari-hari ketimbang terlibat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong di musyawarah yang dibuat oleh TPG. Ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut membangun gampongnya. Dan terlebih lagi perangkat gampong tidak sepenuhnya mensosialisasikannya kepada masyarakat”. (Wawancara dengan Pemuda Gampong. Kamis, 7 Mei 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kemudian, pernyataan ini juga diperjelas oleh Ny. Cut Siti Zahara yaitu

PKK Gampong Peukan Langsa, beliau mengatakan:

“Menurut saya, masyarakat itu sendiri yang kurang berminat untuk berpartisipasi terhadap perencanaan pembangunan gampong dalam penyusunan RPJMG di musyawarah yang dibuat oleh TPG. Kalau dari pemerintah sendiri sebelum dilakukan musyawarah, perangkat gampong sudah terlebih dahulu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang akan penyusunan RPJMG, tetapi masyarakat merasa mereka tidak penting dalam merencanakan pembangunan di gampong”. (Wawancara dengan PKK Gampong. Sabtu, 9 Mei 2015)

Kemudian penulis lanjut bertanya, bagaimana peran Geuchik dalam menggerakkan masyarakat terhadap perencanaan partisipatif masyarakat gampong

Peukan Langsa dalam proses penyusunan RPJMG?

Bapak Na’ar Bahrum menjelaskan:

“Bapak Geuchik sebagai pemimpin gampong selalu mengajak masyarakat untuk mengikuti rapat penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG sebagai rencana pembangunan gampong. Pertama sekali sebelum mengajak masyarakat, terlebih dahulu Bapak Geuchik melakukan pendekatan persuasif kepada tokoh-tokoh masyarakat gampong dan setelah itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat gampong, dengan dilakukannya pendekatan dan sosialisasi harapannya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi mereka dapat meningkatkan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Namun harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dimana hanya sedikit masyarakat yang mau terlibat aktif dalam proses perencanaan pembangunan gampong.” (Wawancara dengan Tokoh Masyarakat. Senin, 4 Mei 2015)

Dan juga Farid Wajdi, pemuda gampong Peukan Langsa menambahkan:

“Upaya Bapak Geuchik dalam berperan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sudah dilakukan. Seperti khususnya dikalangan pemuda, Bapak Geuchik mengadakan pertemuan khusus dengan pemuda gampong dan sering menghadiri acara- acara anak muda gampong untuk memberikan informasi dan membicarakan serta mensosialisasikan tentang penting partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong. Pak Geuchik juga mencoba untuk memposisikan diri untuk memotivasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemuda agar pemuda-pemuda gampong terlibat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong”. (Wawancara dengan Pemuda Gampong. Kamis, 7 Mei 2015)

Selanjutnya Ny. Cut Siti Zahara juga mengatakan:

“Memang Bapak Geuchik telah berperan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi kemajuan gampong, menghadiri pada acara- acara PKK gampong seperti arisan dan pengajian, dan melakukan pendekatan-pendekatan persuasif terhadap elemen penting gampong dan mengadakan rapat. Namun masyarakat disini kurang peduli dengan kegiatan seperti ini karena adanya kepentingan- kepentingan lain bagi masyarakat”. (Wawancara dengan PKK Gampong. Sabtu, 9 Mei 2015)

Terakhir penulis bertanya, jadi dengan demikian Apa harapan masyarakat kepada Pemerintah Gampong terhadap perencanaan pembangunan dalam proses penyusunan RPJMG? Na’ar Bahrum menjawab:

“Ya sebagai masukan buat pemerintah gampong yang terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong harapannya mengadakan rapat tidak pada waktu masyarakat lagi beraktifitas atau mengerjakan pekerjaan sehari-hari, karena hal ini sangat mempengaruhi tingkat keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan pembangunan gampong. Sebab kita ketahui bahwa keterlibatan masyarakat sangat penting, karena hal ini mempengaruhi tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan di gampong Peukan Langsa ini”. (Wawancara dengan Tokoh Masyarakat. Senin, 4 Mei 2015)

Dan Farid Wajdi sebagai Pemuda Gampong juga menambahkan:

“Biar bagaimanapun kondisinya, kami berharap Bapak Geuchik tetap membangun komunikasi dan koordinasi kepada masyarakat tentang hal-hal apa saja yang akan dilakukan di gampong Peukan Langsa. Jadi setidaknya kami walaupun nantinya tidak bisa turut andil terlibat untuk berpartisipasi dalam pembangunan gampong, tetapi kami minimal mendapatkan informasi tentang pembangunan gampong kami. Jadi secara tidak langsung kami juga mempunyai rasa tanggung jawab dan kesadaran atas kemajuan gampong Peukan Langsa”. (Wawancara dengan Pemuda Gampong. Kamis, 7 Mei 2015)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ibu PKK, Ny. Cut Siti Zahara juga turut berpesan kepada Pemerintah

Gampong:

“Harapan kami kepada Bapak Geuchik dan perangkat-perangkat gampong lainnya tetap membangun komunikasi kepada elemen masyarakat gampong semua tentang informasi berkembang di gampong Peukan Langsa, khususnya tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong. Sebab walau cendrung kondisi apatis masyarakat gampong Peukan Langsa hari ini masih terjadi, akan tetapi sodoran motivasi, fasilitasi, dan mediasi yang Bapak Geuchik lakukan kepada masyarakat tentang pentingnya partsipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong akan menjadi benih kesadaran masyarakat untuk berbuat menuju kemajuan gampong Peukan Langsa”. (Wawancara dengan PKK Gampong. Sabtu, 9 Mei 2015)

Untuk memperoleh informasi akar rumput yang lebih jelas tentang mengapa masyarakat gampong Peukan Langsa kurang berpartisipasi terhadap perencanaan pembangunan gampong dalam menyusun RPJMG, penulis kembali melakukan wawancara dengan Ibu Merlin, beliau mengatakan:

“Hari-hari pekerjaan saya adalah berjualan dengan membuka toko maka saya disibukkan dengan aktivitas kami, sehingga saya jarang dapat berpartisipasi dalam kegiatan di gampong Peukan Langsa baik itu kegiatan tentang perencanaan pembangunan gampong dalam menyusun RPJMG maupun kegiatan-kegiatan gampong lainnya. Bagi saya terpenting adalah saya dapat tinggal di gampong ini dengan nyaman dalam kami berjualan dan terlayani apabila ada urusan dengan kantor Geuchik, dan sejauh ini kami mengalami kondisi tersebut”. (Wawancara dengan masyarakat. Senin, 13 Juli 2015)

Pernyataan selanjutnya juga disampaikan oleh Alvin Kinski Uni, beliau mengatakan:

“Saya bukannya tidak mau datang pada kegiatan-kegiatan di gampong, tetapi waktu yang membuat saya tidak bisa berpartisipasi di gampong. Karena aktivitas saya adalah jualan, jadi waktu saya selalu disibukkan dengan kepentingan pribadi saya. Karena gampong Peukan Langsa berada di pusat kota, jadi masyarakatnya rata-rata disibukkan dengan aktivitasnya membuka toko, sehingga kurang dapat berpartisipasi di kegiatan-kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA gampong. Dan kalau saya pribadi, saya mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Gampong Peukan Langsa, sebab walaupun kami jarang aktif dalam kegiatan gampong, tetapi Geuchik melalui aparatnya memberitahukan kepada masyarakat tentang informasi tentang gampong, sehingga walaupun kami tidak hadir, masyarakat setidaknya mengetahui apa yang akan dilakukan di gampong. (Wawancara dengan masyarakat. Selasa, 14 Juli 2014)

Rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat gampong akan muncul apabila pemerintah gampong dapat kerap melakukan suatu hal atau dapat menyerap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Untuk itu keterlibatan masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong yang akan menjadi kebijakan pembangunan gampong nanti adalah sangat penting demi kemajuan Gampong Peukan Langsa kedepan.

Apapun alasan yang muncul yang membuat implementasi pendekatan partisipatif kepada masyarakat adalah karena pemahaman yang salah mengenai konsep partisipasi. Pemahaman yang benar mengenai konsep partisipasi dari warga masyarakat maupun para birokrat pemerintah di dalam melibatkan masyarakat pada akhirnya akan menjadi pintu masuk dalam setiap proses pembangunan. Di dalam benak mereka, harus tertanam bahwa partisipasi adalah kunci keberhasilan pembangunan. Jika selama ini partisipasi masyarakat dalam pembangunan lebih banyak dikaitkan dengan suatu kewajiban, maka sudah saatnya untuk menambahkan hak pada peran. Menambah hak pada peran sangat cocok sesuai model Participatory Rural Appraisal dalam perencanaan pembangunan masyarakat.

4.3. Pembahasan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dari seluruh data yang telah disediakan yang diperoleh selama penelitian, baik melalui studi kepustakaan dan hasil wawancara dengan Geuchik Gampong dan Tim Perencana Gampong (TPG) sebagai informan kunci, dan wawancara dengan Tuha Peut Gampong, Imum Gampong, Kepala Dusun, Ketua Pemuda

Gampong, Tokoh Masyarakat, PKK Gampong, dan perwakilan masyarakat sebagai informan utama, maka akan dilakukan analisa terhadap setiap data dan fakta-fakta yang telah didapat melalui interpretasi dan penguraian masalah- masalah yang terjadi tentang Peran Geuchik dalam Perencanaan Pembangunan

Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota

Langsa khususnya tentang proses perencanaan pembangunan partisipatif dari

Visi-Misi Gampong menjadi rumusan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Gampong (RPJMG) Peukan Langsa.

4.3.1. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Salah satu pola pendekatan perencanaan pembangunan yang kini sedang dikembangkan adalah perencanaan pembangunan partisipatif. Sebuah langkah positif yang patut dikembangkan lebih lanjut, apalagi hal seperti itu masih dalam taraf pembelajaran yang tentu saja disana-sini terdapat kelemahan baik dalam tataran konsep maupun implementasinya di masyarakat.

Perencanaan pembangunan partisipatif menurut informan adalah keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan tanpa mendapatkan imbalan apapun. Pola pendekatan perencanaan pembangunan yang melibatkan peran serta masyarakat pada umumnya bukan saja sebagai objek tetapi sekaligus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagai subjek pembangunan, sehingga nuansa yang dikembangkan dalam perencanaan pembangunan benar-benar dari bawah (bottom-up apporoach).

Selain dengan amanat yang diemban dalam UU No. 32 tahun 2004, perencanaan pembangunan dan pelaksaaannya harus berorientasi kebawah dan melibatkan masyarakat luas, melalui pemberian wewenang perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di tingkat daerah. Dengan cara lain pemerintah makin mampu menyerap aspirasi masyarakat banyak, sehingga pembangunan yang dilaksanakan dapat memberdayakan dan memenuhi kebutuhan rakyat banyak.

UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Nasional juga menjelaskan pendekatan dalam proses perencanaan pembangunan yaitu perencanaan pembangunan dilakukan dengan pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan terhadap pembangunan. Pelibatan mereka adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Dan sedangkan pendekatan atas-bawah/top-down dan bawah-atas/bottom-up dalam perencanaan dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas- bawah dan bawah-atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa (gampong).

Dan juga UU No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan dijabarkan dengan Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010 menjelaskan pemerintahan gampong yang dipimpin oleh Geuchik mempunyai tugas dan wewenang untuk menyusun RPJMG dan RKPG melalui musyawarah perencanaan pembangunan gampong, melaksanakan RPJMG dan RKPG yang telah ditetapkan, dan membina perekonomian gampong dan mengoordinasikan pembangunan gampong secara partisipatif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Maka oleh sebab itu, masyarakat harus menjadi pelaku dalam pembangunan, masyarakat perlu dibina dan dipersiapkan untuk dapat merumuskan sendiri permasalahan yang dihadapi, merencanakan langkah-langkah yang diperlukan, melaksanakan rencana yang telah diprogramkan, menikmati produk yang dihasilkan dan melestarikan program yang telah dirumuskan dan dilaksanakan.

Geuchik Gampong Peukan Langsa, Syarifuddin, Z mengatakan bahwa:

“Salah satu untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat adalah melalui pembangunan. Oleh karena itu, partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan dalam perencanaan pembangunan gampong agar nantinya hasil dari pembangunan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Sebab tanpa adanya partisipasi masyarakat, pembangunan di gampong tidak akan berjalan, juga tidak akan menjawab kebutuhan masyarakat dalam kebijakan pembangunannya”.

Penjelasan Geuchik Gampong tersebut sejalan dengan konsep teori perencanaan pembangunan partisipatif yaitu bahwa perencanaan pembangunan merupakan proses penyusunan langkah-langkah yang akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah, untuk menjawab kebutuhan masyarakat. Perencanaan tersebut dapat dipandang sebagai rumusan mengenai aspirasi masyarakat untuk mencapai kehidupan baru yang lebih baik (Abe, 2005 : 71).

4.3.2. Mekanisme Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Peukan Langsa

Bab II Pasal 2 Qanun Gampong Peukan Langsa No. 2 Tahun 2014 tentang tata cara penyusunan dan penetapan RPJM Gampong, menerangkan yaitu:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA a. Dalam menyusun rancangan RPJMG, Pemerintah Gampong harus

memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspirasi yang berkembang di

masyarakat yang diwadahi oleh Tim Perencanaan Gampong;

b. Setelah menerima rancangan RPJMG, Pemerintahan Gampong

melaksanakan Musrenbang Gampong untuk mendengarkan penjelasan

Geuchik tentang perencanaan pembangunan Gampong;

c. Setelah dilakukan Musrenbang-Gampong maka pemerintahan Gampong

menyelenggarakan rapat paripurna yang dihadiri oleh Tuha Peut Gampong

dan Pemerintah Gampong serta Tim Perencanaan Gampong dan Lembaga

Kemasyarakatan dalam acara penetapan persetujuan Tuha Peut atas

Rancangan RPJMG menjadi RPJMG yang dituangkan dalam Qanun

Gampong; dan

d. Setelah mendapat persetujuan Pemerintahan Gampong maka Geuchik

menetapkan RPJMG, serta memerintahkan Keurani Gampong atau Kepala

Urusan yang ditunjuk untuk mengundangkannya dalam lembaran

Gampong.

Sesuai dengan qanun tersebut mekanisme penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Gampong (RPJMG) diawali dengan

Pembentukan Tim Penyusun. Sebelum pelaksanaan penyusunan RPJMG, RKPG dan APBG dilaksanakan Gampong Peukan Langsa, terlebih dahulu tim pendamping Kecamatan mengadakan sosialisasi kepada para perangkat Gampong.

Sosialisasi program penyusunan RPJMG, RKPG dan APBG ini dilakukan dengan cara memberitahu selapis kepada Keuchik, setelah itu Geuchik membentuk Tim

Perencana Gampong (TPG).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pembentukan Tim Perencanaan Gampong dilakukan pada tanggal 6 Mei

2014 berdasarkan hasil musyawarah Perangkat Gampong, maka terpilihlah beberapa orang yang akan menjadi tim Perencanaan Gampong yang sudah di SK kan oleh Geuchik Gampong Peukan Langsa dengan Nomor : 03/V/SK/2014.

Tabel 4.6. Daftar Nama Tim Perencanaan Gampong Peukan Langsa

Pendidikan Ket No Nama Jabatan Terakhir Tuha Lapan 1 Bambang Nurdiansyah Ketua Tim S1 Gampong Bendahara 2 Juliana Bendahara S1 Gampong PKK 3 Aida Fitri Anggota S1 Gampong Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

Dalam melaksanakan proses penyusunan RPJMG Tim Perencanaan

Gampong Peukan Langsa berdasarkan kesepakatan tim menyusun tahapan- tahapan kerja tim, hal ini disusun untuk adanya efektifitas penggunaan waktu dan kesesuaian pencapaian target dari Pemerintah Kota Langsa dalam hal proses penyusunan RPJMG, RKPG dan APBG. Tahapan kerja tim disusun mengacu kepada tahapan kerja yang sudah disusun oleh Pemerintah Kota Langsa. Adapun tahapan kerja tim perencanaan Gampong Peukan Langsa adalah sebagai berikut :

1. Penjaringan aspirasi masyarakat dengan menyebarkan kotak-kotak

aspirasi/saran yang ditempatkan di Meunasah dan kantor geuchik, metode

ini digunakan untuk masyarakat yang ingin menyampaikan usulan

maupun aspirasi untuk pembangunan gampong Peukan Langsa dengan

menyediakan form isian aspirasi/usulan.

2. Mengadakan musyawarah dengan masyarakat di meunasah untuk

mengetahui mengenai permalahan yang ada di gampong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Mengumpulkan kepala dusun dan pihak-pihak yang berperan dalam

masyarakat untuk mengetahui permasalahan yang ada di wilayahnya

masing-masing.

4. Mengumpulkan data base gampong (penduduk, kesejahteraan, pendidikan,

kesehatan, potensi dan struktur pemerintahan).

5. Melakukan identifikasi dan analisa Pelaku Pembangunan Gampong.

6. Menyusun dan menganalisa peta kerawanan (kesejahteraan,

pengangguran, pendidikan, kesehatan).

7. Menggali sejarah gampong (asal usul gampong, sejarah pemerintahan dan

pembangunan).

8. Memfasilitasi Musyawarah Perencanaan Gampong (Musrenbang

Gampong) untuk pemetaan masalah gampong, analisa tindakan

pemecahan masalah dan skenario pembangunan gampong (pembidangan

kegiatan cita-cita bidang dan menyusun langkah-langkah kegiatan).

9. Penyusunan draft RPJMG.

10. Penyusunan rancangan draft Qanun Gampong tentang RPJMG dan Draft

Keputusan Geuchik tentang RPJMG.

11. Uji publik dan konsultasi RPJMG.

12. Pengesahan RPJMG dan Musyawarah Penyusunan RKPG.

13. Penyusunan RAPBG.

Sebelum dilakukan Analisa Pelaku Pembangunan terlebih dahulu dilakukan identifikasi pelaku pembangunan.

Tabel 4.7. Identifikasi Pelaku Pembangunan

PEMERINTAHAN NON PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

• Geuchik • Dermawan • Kepala Urusan • Organisasi Pemuda • Kepala Dusun • PKK • Tuha Peut • BKM • Imum Gampong • Dhuafa

Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

Tabel 4.8. Analisa Pelaku Pembangunan Gampong

KEPENTINGAN VARIABEL TINGGI RENDAH • Geuchik • Keurani • Keurani Cut • Dermawan TINGGI Gampong • Ketua Pemuda Gampong • Peutua Duson • Tuha Peut • Cerdik Pandai • Imum Gampong PENGARUH

Kaum RENDAH PKK Marginal

Sumber: RPJM Gampong Peukan Langsa 2014-2019

Keterangan:

1. Kepentingan Tinggi dan Pengaruh Tinggi, wajib dijaga keikutsertaannya

dalam proses Pembangunan Gampong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Kepentingan Tinggi dan Pengaruh Rendah, wajib diberdayakan dalam proses

Pembangunan Gampong dan harus disadarkan/ditingkatkan kapasitasnya

untuk ikut serta dalam proses pembangunan.

Secara garis besar, aktivitas mekanisme penyusunan RPJMG Peukan

Langsa dapat di gambarkan sebagai berikut:

T im Perencana Kajian Visi-Misi Kajian Masalah & Gampong Potensi Gampong

Mu srenbang Sosialisasi & Penajaman Penyusunan draft Jangka Menengah Uji Publik draft Substansi Awal RPJMG Gampong RPJMG Gambar 4.4. Mekanisme Penyusunan RPJM Gampong Peukan Langsa Pembentukan Tim Perencanaan Pembangunan Gampong dilakukan pada

tanggal 6 Mei 2014 berdasarkan hasil musyawarah Perangkat Gampong, maka

terpilihlah beberapa orang yang akan menjadi tim Perencanaan Gampong yang

sudah di SK kan oleh Geuchik Gampong Peukan Langsa dengan Nomor:

03/V/SK/2014

Kajian terhadap Visi Misi diambil dari dokumen visi dan misi Geuchik

Gampong Peukan Langsa terpilih serta mempertimbangkan kondisi di Gampong

Peukan Langsa, yaitu visi ”Mewujudkan Masyarakat Yang Damai, Religius,

Melestarikan Adat Istiadat Dan Peningkatan Pelayanan Publik oleh

Pemerintahan Gampong”. Dan misi Gampong Peukan Langsa:

a. Penyelenggaraan pemerintah gampong yang bersih, amanah dan

transparan serta berorientasi pada optimalisasi pelayanan kepada

masyarakat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA b. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berbasis iman dan

taqwa.

c. Menggalakkan kembali adat istiadat yang ada dalam masyarakat.

d. Menggerakkan kegiatan kepemudaan dalam bidang keagamaan dan olah

raga.

e. Mewujudkan lingkungan masyarakat yang bersih, aman, tertib dan teratur.

Profil Gampong disusun dengan menggunakan form yang diberikan oleh

Pemerintah Daerah. Setelah itu Tim Perencana Pembangunan Gampong melakukan kajian masalah dan potensi gampong dengan mewawancarai beberapa masyarakat gampong yang paham terhadap pembangunan sebagai dasar informasi dan data untuk menyusun draf awal RPJMG Peukan Langsa.

Setelah itu, tim Perencana Gampong mengadakan rapat pertemuan dengan perangkat gampong, tokoh masyarakat, dan warga gampong untuk mensosialisasikan dan membahas draft awal penyusunan RPJMG dan uji publik dalam rangka untuk melahirkan prioritas program pembangunan dengan pendekatan perencanaan pembangunan secara partisipatif.

Setelah pertemuan tersebut menghasilkan dan mengesahkan program indikatif pembangunan beserta prioritas-prioritasnya dalam penajaman substansi program pembangunan, draft RPJMG tersebut kemudian di bawa ke Musyawarah

Rencana Pembangunan (Musrenbang) Gampong untuk disahkan oleh Geuchik dan

Tuha Peut Gampong sebagai Qanun Gampong.

Penjelasan diatas sesuai dengan hasil wawancara yang dikatakan oleh

Bambang Nurdiansyah yaitu Tim Perencana Gampong, bahwa:

“Proses penyusunan RPJMG Peukan Langsa diawali dengan pembentukan Tim Perencana Gampong oleh Geuchik melalui rapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesepakatan dengan perangkat-perangkat gampong Peukan Langsa. Setelah TPG terbentuk maka kami bertugas untuk menjaring aspirasi masyarakat dengan mengadakan musyawarah dengan masyarakat untuk mengetahui dan mendengarkan langsung persoalan dan kebutuhan-kebutuhan masyarakat yang menjadi bahan dasar penyusunan RPJMG yang akan disaring sesuai dengan kajian misi visi Geuchik untuk disusun menjadi draf RPJMG yang akan dibahas pada Musyawarah Rencana Pembangunan Gampong”.

Kondisi diatas sesuai dengan yang dijelaskan oleh M. Arifin, Nst (dalam

Tesis Perencanaan Pembangunan Partisipatif, studi penyusunan RPJMD Kota

Medan 2006-2010), yaitu Penyusunan Rencana Pembangunan Menengah Daerah dilakukan setelah mendengarkan Visi-Misi dari Kepala Daerah. Dengan demikian

Penyusunan RPJMD tidak terlepas dari komitmen politik Kepala Daerah dalam merencanakan pembangunan daerah. Perencanaan Pembangunan Partisipatif, dalam konteks multi stakeholder dalam penyusunan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah (RPJM) harus terdapat keterlibatan pemerintah, dewan perwakilan rakyat daerah dan unsur masyarakat yang merupakan akumulasi organisasi sosial, agama, ekonomi dan budaya serta organisasi profesi yang ada, serta keterlibatan perguruan tinggi dan media massa (M. Arifin Nst, 2007).

Akan tetapi, proses perencanaan pembangunan partisipatif dalam penyusunan RPJMG yang telah dilakukan tersebut, kondisi dilapangan tidak sepenuh berjalan secara maksimal. Ini disebabkan oleh masyarakat gampong

Peukan Langsa kurang berpartisipasi dan masih tergolong rendah keterlibatannya dalam rangkaian proses kegiatan tersebut sehingga yang terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong dalam menyusun RPJMG orangnya itu-itu aja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Ini diperjelas dengan pernyataan Bapak Syarifuddin.Z, yaitu Geuchik

Peukan Langsa, bahwa:

“Partisipasi masyarakat di gampong Peukan Langsa masih tergolong rendah, sebab masyarakat lebih disibukkan dengan aktivitas mencari rezekinya sehingga yang terlibat aktif dalam penyusunan RPJMG orangnya itu-itu aja. Yaitu para perangkat gampong dan perangkat-perangkatnya, sedangkan dari masyarakat sendiri saya lihat kurang berpartisipasi dalam perumusan RPJMG Peukan Langsa”.

Dan ditambah dengan penjelasan Bambang Nurdiansyah, yaitu Tim

Perencana Gampong Peukan Langsa, bahwa:

“Partisipasi masyarakat di gampong Peukan Langsa dalam proses perencanaan pembangunan ada, tetapi kurang maksimal atau tingkatnya tergolong rendah. Ini dikarenakan kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa yang memang lebih mementingkan aktivitasnya sehari-hari. Ini dibuktikan dengan kurangnya kehadiran masyarakat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk mengetahui aspirasi masyarakat gampong dalam proses penyusunan RPJMG”. Penjelasan Bapak Geuchik dan Tim Perencana Gampong (TPG) Peukan

Langsa sesuai dengan yang dikatakan oleh Herbowo (2001 : 79), yaitu kemungkinan muncul masyarakat yang tidak mau mendukung dan tidak mau berpartisipasi dalam suatu program disebabkan oleh beberapa hal:

f. Tingkat kehidupan dan penghidupan masyarakat yang terbatas, sehingga

tidak mampu memberikan hasil yang diharapkan dalam pelaksanaan

pembangunan.

g. Tata nilai dan adat budaya masyarakat yang masih perlu dibenahi.

4.3.3. Peran Geuchik dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Soekanto (2003 : 243) peran adalah aspek dinamis kedudukan

(status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan. Setiap orang memiliki macam - macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidup. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat dalam menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal yaitu:

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat

seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan rangkaian

peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan

masyarakat.

b. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu

dalam masyarakat dalam organisasi.

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku yang penting bagi struktur

sosial masyarakat

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal.

Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.

Geuchik sebagai pimpinan masyarakat gampong mempunyai kewajiban untuk membina dan mengarahkan masyarakatnya kepada usaha-usaha untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan gampong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Wewenang geuchik tentang perencanaan pembangunan partisipatif diterangkan dalam Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010, yaitu Geuchik berwenang untuk menyusun RPJMG dan RKPG melalui musyawarah perencanaan pembangunan gampong, melaksanakan RPJMG dan RKPG yang telah ditetapkan, dan membina perekonomian gampong dan mengoordinasikan pembangunan gampong secara partisipatif.

Geuchik harus mampu membina hubungan yang baik terhadap masyarakat gampong. Maka dengan berlangsungnya simbiosis mutualisme antara geuchik dengan masyarakat gampong maka secara langsung tingkat partisipasi masyarakat gampong dalam merencanakan, mendiskusikan, merumuskan, dan melaksanakan program-program pembangunan gampong dapat terlaksana dengan baik. Disini perlu adanya peran geuchik dalam melakukan pendekatan dan kebijakan terhadap masyarakat sehingga perencanaan partisipatif masyarakat gampong terlaksana didalam roda pemerintahan gampong.

Norman Long (1987 : 259) juga mengatakan, perencanaan pembangunan yang menunjukkan dengan pendekatan berorientasi kepada pelaku (aktor) kemungkinan mempunyai fungsi yang lebih besar di dalam pengkajian pembangunan pedesaan, seandainya pendekatan-pendekatan itu dimanfaatkan kepada kelompok-kelompok sosial yang analisasnya hanya didalam satu wilayah bukan semata-mata berada dalam kontek komunitas lokal. Dengan demikian seorang dapat memisahkan berbagai strategi ekonomi dan politik serta perspektif- perspektif mengenai perubahan dari sudut pandangan para pelaku dalam lingkungan sosial yang berbeda didalam struktur ekonomi atau geografis wilayah itu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh sebab itu, Geuchik sebagai pemimpin gampong Peukan dalam perencanaan pembangunan partisipatif khususnya dalam penyusunan RPJMG sejatinya harus dan telah berperan dalam mendorong masyarakat gampong untuk berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong. Kendati memang partisipasi masyarakat gampong Peukan Langsa terhadap perencanaan pembangunan masih kurang.

Ini terbukti dari penuturan Tim Perencana Gampong (TPG) Peukan

Langsa, Bambang Nurdiansyah, bahwa:

“Partisipasi masyarakat di gampong Peukan Langsa dalam proses perencanaan pembangunan ada, tetapi kurang maksimal atau tingkatnya tergolong rendah. Ini dikarenakan kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa yang memang lebih mementingkan aktivitasnya sehari-hari. Ini dibuktikan dengan kurangnya kehadiran masyarakat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk mengetahui aspirasi masyarakat gampong dalam proses penyusunan RPJMG”. “Geuchik dalam perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG, melakukan pendekatan persuasif kepada tokoh masyarakat dan pemuda gampong untuk mendorong masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan, dan mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartsipasi dalam perencanaan pembangunan gampong itu lahir.

Bapak Na’ar Bahrum sebagai Tokoh Masyarakat Gampong juga menjelaskan:

“Bapak Geuchik sebagai pemimpin gampong selalu mengajak masyarakat untuk mengikuti rapat penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG sebagai rencana pembangunan gampong. Pertama sekali sebelum mengajak masyarakat, terlebih dahulu Bapak Geuchik melakukan pendekatan persuasif kepada tokoh-tokoh masyarakat gampong dan setelah itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat gampong, dengan dilakukannya pendekatan dan sosialisasi harapannya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi mereka dapat meningkatkan dan mendorong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Namun harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dimana hanya sedikit masyarakat yang mau terlibat aktif dalam proses perencanaan pembangunan gampong.”

Penjelasan diatas sejalan dengan teori yang di ungkapkan oleh Adisasmita

(2006 : 41) yaitu keberhasilan pembangunan dalam masyarakat tidak selalu ditentukan oleh tersedianya sumberdana keuangan, tetapi lebih banyak dipengaruhi oleh peran serta dan respon masyarakat terhadap pembangunan yaitu partisipasi masyarakat. Maka untuk mencapai keberhasilan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan dibutuhkan kepemimpinan lokal yang cakap, berwibawa dan diterima oleh masyarakat (capable and accep-able local leadership) yang mampu mensinergikan tradisi sosial budaya dengan proses manajemen modern.

Peran Geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa, yaitu:

1. Membangun Koordinasi dengan perangkat-perangkat gampong

Dalam Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010 tentang pemerintahan

Gampong menerangkan bahwa Geuchik dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya dibantu perangkat-perangkat gampong. Sebagai pemimpin

Gampong yang bertugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, kemasyarakatan, dan penataan adat gampong berlandaskan Syari’at Islam dibantu

Tuha Peut Gampong, Sekretaris Gampong, Imum Gampong, Kepala Dusun, dan

Kepala-Kepala Urusan di pemerintahan gampong Peukan Langsa.

Tuha Peut Gampong berfungsi sebagai Lembaga

Permusyawaratan/Penasehat Gampong dalam pelaksanaan pemerintah Gampong.

Sekretaris gampong berfungsi sebagai perangkat gampong yang mengurusi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perihal administrasi roda pemerintahan gampong. Imum Gampong berfungsi sebagai pemimpin gampong untuk urusan-urusan keagamaan di gampong. Kepala

Dusun berfungsi sebagai kepala pemerintahan gampong untuk di dusun-dusun gampong. Dan Kepala Urusan berfungsi sebagai pembantu geuchik dan sekretaris gampong dalam menjalankan roda pemerintahan gampong.

Baik itu juga tugas dan wewenang Geuchik untuk menyelenggarakan perencanaan pembangunan secara partisipatif masyarakat gampong, geuchik juga bekerja dengan dibantu oleh para perangkat-perangkat gampong. Dalam hal ini geuchik berperan melakukan koordinasi-koordinasi dengan perangkat-perangkat gampong dalam upaya untuk mendorong dan menggerakkkan masyarakat gampong untuk berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong Peukan Langsa.

Koordinasi ini dilakukan geuchik agar perangkat-perangkat gampong menjalankan fungsinya masing-masing untuk menghimbau masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong sehingga diharapkan masyarakat menerima informasi ini dan menimbulkan kesadaran untuk ikut berpartisipasi terhadap perencanaan pembangunan gampong.

Maka oleh sebab itu, Hubungan kerja sama yang baik antara pemerintah gampong secara langsung dapat meningkatkan partisipasi masyarakat gampong dalam merencanakan, mendiskusikan, merumuskan, dan melaksanakan program- program pembangunan gampong dapat terlaksana dengan baik.

Penjelasan diatas sesuai dengan pernyataan Bapak Syarifuddin, Z yaitu

Geuchik Peukan Langsa, bahwa:

“Menggerakkan masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong adalah salah satu peran saya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebagai pemimpin pemerintah gampong. Tidak hanya saya sendiri, saya juga melakukaan koordinasi dengan perangkat gampong lainnya dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa. Saya, TPG, dan perangkat gampong berperan untuk memberikan sosialisasi terlebih dahulu kepada masyarakat tentang proses penyusunan RPJMG gampong sebagai rencana pembangunan dengan harapan masyarakat akan ikut berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG tersebut” “Saya katakan bahwa penyelenggara pemerintahan gampong bertugas dan berkewajiban terhadap seluruh kegiatan pemerintahan gampong. Peran geuchik sangat diperlukan dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program- program pembangunan gampong. Sebagai pemimpin pemerintah gampong saya mempunyai tugas dan wewenang yang merupakan tanggung jawab saya untuk menciptakan perencanaan pembangunan yang partisipatif dalam menyusun RPJMG Peukan Langsa. Saya melakukan pemberitahuan kepada masyarakat gampong melalui Kepala-Kepala Dusun untuk menyampaikan kepada masyarakat tentang penyusunan RPJMG, dan selanjutnya saya melakukan koordinasi perangkat-perangkat gampong lainnya dan melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat terkait untuk menggerakkan masyarakat agar berpartisipasi dalam perumusan penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh TPG, selanjutnya rumusan RPJMG tersebut akan dibahas untuk disepakati sebagai dokumen rencana pembangunan gampong dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Gampong Peukan Langsa”.

Pernyataan ini juga dipertegas oleh Bapak Sulaiman, yaitu Tuha Peut

Gampong, bahwa:

“Geuchik dalam upayanya untuk mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan sudah berperan. Bapak Geuchik melakukan rapat koordinasi dengan kami Tuha Peut Gampong dan perangkat-perangkat gampong lainnya untuk mensosialisasikan kepada masyarakat tentang proses penyusunan RPJMG secara partisipatif. Akan tetapi kurangnya kesadarannya masyarakat mengakibatkan minimnya keterlibatan masyarakat dalam musyawarah yang buat oleh TPG untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG”.

Serta Bapak Usman Bakir selaku Kepala Dusun Iskandar Muda juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu:

“Selaku pemimpin Pemerintah Gampong, Pak Geuchik telah berupaya untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perencanaan pembangunan gampong, khususnya kami kepala- kepala dusun gampong Peukan Langsa, pada saat akan penyusunan RPJMG, Pak Geuchik memerintah kepala-kepala dusun untuk turut berpartisipasi dan menyampaikan informasi kepada masyarakat di setiap dusun gampong Peukan Langsa agar masyarakat menerima informasi tersebut dan ikut berpartisipasi dalam musyawarah penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG. Dan juga, sosialisasi kepada masyarakat dusun juga turut di adakan dengan maksud untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong sehingga kesadaraan masyarakat untuk berpatisipasi terhadap pembangunan gampong berjalan”.

Penjelasan diatas sesuai dengan teori yang di katakan oleh Adisasmita

(2006 : 128) tentang Kepemimpinan Kepala Desa dalam membangun desa partisipatif yaitu menghindari “mengerjakan semua itu sendiri”. Pemimpin yang berhasil itu menyadari bahwa mereka itu mereka tidak mengetahui semuanya, sebagai manusia biasa, mereka memiliki pengetahuan dan kemampuan terbatas.

Pemimpin yang berhasil harus mau mendelegasikan kepada bawahan dan mampu menyusun indikator (tolak ukur) untuk mengukur kinerja pencapaian sasaran atau tujuan yang telah disepakati.

Dan juga kondisi diatas sesuai dengan teori Mc. Kinsey (dalam

Adisasmita, 2006 : 126) tentang 7 (tujuh) Faktor Keberhasilan Kepala Desa dalam memimpin desanya secara efektif, yang 2 (dua) dari 7 (tujuh) faktor tersebut adalah “Staff dan Superordinate”.

Staff yaitu bagaimana para aparat desa membantu para manager (Kepala

Desa) dalam melaksanakan tugasnya dengan membentuk suatu tim manajemen

(aparat desa) yang berkemampuan. Dan Superordinate yaitu nilai-nilai diluar jangkaun meliputi sasaran dan tujuan yang telah (disepakati) dalam kelangsungan menjalankan tugasnya. Hal ini disebarkan kepada aparat pemerintah desa dan masyarakat pedesaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Sosialisasi dan Komunikasi Publik

Penjelasan sebelumnya telah diterangkan bahwasanya geuchik dalam perannya untuk menggerakkan masyarakat gampong Peukan Langsa agar turut berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim Perencana

Gampong (TPG) sebagai perencanaan pembangunan gampong melakukan koordinasi dengan perangkat-perangkat gampong dan melaksanakan sosialisasi agar kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi mereka dalam perencanaan pembangunan gampong tercipta.

Dengan adanya sosialisasi kepada masyarakat gampong terkait perihal perencanaan. Setidaknya masyarakat paham mengenai pentingnya partisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong. Dalam hal sosialisasi, Geuchik dan perangkat gampong langsung memberitahukan kepada masyarakat gampong agar semua masyarakat bisa mengetahui dan bisa datang pada acara yang diselenggarakan.

Dan selain itu juga, geuchik kerap mengoptimalkan pertemuan-pertemuan warga untuk melakukan komunikasi publik kepada masyarakat. Dengan memberikan himbauan dan wejangan kepada masyarakat pada moment-moment pertemuan masyarakat, diharapkan informasi tentang perencanaan pembangunan gampong yang perlu adanya partisipasi masyarakat dapat diterima oleh masyarakat gampong.

Harol D. Laswell menyatakan dalam mengkaji politik masyarakat tidak terlepas dari adanya kekuasaan, kekayaan, penghormatan, kesehatan, kejujuran, keterampilan, pendidikan dan kasih sayang (Budiarjo, 2008 : 18). Harold D.

Laswell dalam bukunnya politics who gets, what, when, how secara esensi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA mengartikan politik adalah kekuasaan, terutama kekuasaan untuk menentukan kebijakan publik (Budiarjo, 2008 : 73).

Syarifuddin. Z sebagai geuchik gampong berinisiatif melalui langkah persuasi dalam menyampaikan informasi seputar gampong melalui sarana pertemuan warga. Sarana yang sering digunakan oleh geuchik seperti Masjid.

Selain mesjid perkumpulan warga lain seperti tahlilan, kegiatan pemuda gampong, dan acara PKK gampong juga menjadi sarana penyampaian informasi kepada masyarakat gampong Peukan Langsa. Geuchik mencoba membangun kepercayaan kepada masyarakat dengan melakukan komunikasi publik dilingkungan masyarakat gampong.

Penjelasan diatas sesuai berdasarkan pernyataan Tgk. Ridwan Ghafi, S.Ag selaku Imum Gampong, bahwa:

“Geuchik sudah cukup berperan dalam peningkatan partisipasi masyarakat terhadap perencanaan pembangunan gampong. Selain dengan melakukan rapat koordinasi dengan kami (perangkat- perangkat gampong) untuk mengadakan rapat sosialisasi kepada masyarakat, Pak Geuchik juga menghimbau masyarakat dengan memberikan pengumuman dan pengarahan pada moment-moment setelah sholat di Mesjid dan tahlilan warga sehingga informasi kepada masyarakat untuk turut berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan diterima masyarakat. Harapannya masyarakat turut aktif berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong”.

Dan juga hal serupa juga diungkapkan oleh Farid Wajdi yaitu pemuda gampong Peukan Langsa:

“Upaya Bapak Geuchik dalam berperan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sudah dilakukan. Seperti khususnya dikalangan pemuda, Bapak Geuchik mengadakan pertemuan khusus dengan pemuda gampong dan sering menghadiri acara- acara anak muda gampong untuk memberikan informasi dan membicarakan serta mensosialisasikan tentang penting partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong. Pak Geuchik juga mencoba untuk memposisikan diri untuk memotivasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pemuda agar pemuda-pemuda gampong terlibat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong”.

Selanjutnya Ibu PKK gampong, Ny. Cut Siti Zahara juga menambahkah:

“Memang Bapak Geuchik telah berperan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi kemajuan gampong, yaitu menghadiri pada acara-acara PKK gampong seperti arisan dan pengajian.

Peran geuchik dengan melakukan sosialisasi dan komunikasi publik dengan masyarakat adalah sesuai dengan yang dikatakan oleh Adisasmita (2006 :

129), tentang kepemimpinan desa. Kepemimpinan desa (leadership) adalah kemampuan memimpin, mengorganisasi, atau menggerakkan orang-orang yang dipimpinnya untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pemimpin yang ulung dan berhasil baik, idealnya memiliki beberapa karakter atau ciri yang salah satunya adalah “Selalu bergaul dengan banyak orang”.

Penjelasan diatas juga dipertegas dengan teori yang dinyatakan oleh

Robert Chambers (1996 : 34) dalam Participatory Rural Appraisal (Memahami

Desa Secara Partisipatif) yaitu Komunikasi rilek dan bersifat kekeluargaan.

Menyeimbangkan bias, rileks dan tidak tergesa-gesa, mendengarkan dan bukan menggurui, tidak memaksakan dan mencari masyarakat yang lebih miskin, kehadiran orang luar hendaknya masuk dalam proses diskusi sebagai anggota.

Oleh karena itu, komunikasi yang ada harus bersifat kekeluargaan.

Pernyataan diatas juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Aji Budiono (2013), bahwa dalam melaksanakan program pembangunan pemberdayaan masyarakat secara partisipatif lurah berinisiatif melalui langkah persuasi dalam menyampaikan informasi seputar Kelurahan dengan melakukan komunikasi publik melalui sarana pertemuan warga. Lurah mencoba membangun

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kepercayaan kepada masyarakat dengan cara selalu mendatangi setiap undangan dari masyarakat.

Pemimpin yang efektif jarang dipandang sebagai orang yang jauh dan menyendiri. Tetapi melakukan komunikasi publik yang luas, sehingga dapat memberikan pesan dan kesan mendasar dan instruksi yang terarah yang mudah dimengerti kepada bawahannya dan masyarakat yang di pimpin. Serta menciptakan iklim yang mendukung dalam rangka membentuk sikap masyarakat.

3. Pendekatan Persuasif terhadap tokoh dan warga masyarakat

Perlu adanya pendekatan untuk mengajak masyarakat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan gampong. Mendekati tokoh-tokoh masyarakat dengan silaturrahmi secara informal (cara yang paling biasa dilakukan) atau pada forum- forum formal maupun informal. Mendekati tokoh masyarakat akan memudahkan geuchik membangun komitmen dan kepercayaan, serta menjadi modal untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam perencanaan pembangunan gampong.

Melalui pendekatan persuasif, geuchik mencoba untuk membangun komitmen dan kepercayaan pada isu yang menyangkut tentang pentingnya masyarakat turut terlibat dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim

Perencana Gampong (TPG) sebagai rencana pembangunan gampong.

Membangun komitmen adalah menjadikan isu tersebut sebagai ‘isu bersama’, bukan isu perangkat gampong atau isu elit gampong saja. Membangun komitmen

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dilakukan secara perlahan, sedikit-demi-sedikit, dengan memberikan pemahaman bahwa partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan penting bagi gampong.

Komitmen akan susah dibangun tanpa kepercayaan. Oleh sebab itu, penting bagi geuchik melalui pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat menciptakan kepercayaan masyarakat tentang informasi yang disampaikan sehingga kesadaran masyarakat untuk ingin terlibat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong dapat terlaksana seperti yang diharapkan.

Penjelasan diatas sesuai berdasarkan yang disampaikan oleh Bapak Na’ar

Bahrum selaku Tokoh Masyarakat Gampong, bahwa:

“Bapak Geuchik sebagai pemimpin gampong selalu mengajak masyarakat untuk mengikuti rapat penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG sebagai rencana pembangunan gampong. Pertama sekali sebelum mengajak masyarakat, terlebih dahulu Bapak Geuchik melakukan pendekatan persuasif kepada tokoh-tokoh masyarakat gampong dan setelah itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat gampong, dengan dilakukannya pendekatan dan sosialisasi harapannya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi mereka dapat meningkatkan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan”.

Ny. Cut Siti Zahara, yaitu dari PKK Gampong juga mengungkapkan hal yang serupa:

“Memang Bapak Geuchik telah berperan untuk mensosialisasikan kepada masyarakat akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan demi kemajuan gampong, menghadiri pada acara- acara PKK gampong seperti arisan dan pengajian, dan melakukan pendekatan-pendekatan persuasif terhadap elemen penting gampong dan mengadakan rapat. Namun masyarakat disini kurang peduli dengan kegiatan seperti ini karena adanya kepentingan- kepentingan lain bagi masyarakat”.

Tim Perencana Gampong (TPG), Bambang Nurdiansyah juga mengungkapkan hal serupa:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA “Geuchik dalam perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG, melakukakan pendekatan persuasif kepada tokoh masyarakat dan pemuda gampong untuk mendorong masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan, dan mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartsipasi dalam perencanaan pembangunan gampong itu lahir.

Peran Geuchik dengan melakukan pendekatan persuasif terhadap tokoh- tokoh masyarakat gampong serupa dengan penjelasan yang dikatakan oleh

Rahardjo Adisasmita pada bukunya yang berjudul Membangun Desa Partisipatif.

Ciri-ciri dasar yang berkaitan dengan keberhasilan pembangunan desa partisipatif, antara lain salah satunya adalah faktor kemampuan kepemimpinan desa dan respon masyarakat yang dipimpinnya.

Kepemimpinan desa yang diperlukan adalah pemimpin yang persuasif, akomodatif, dan dinamis antisipatif. Persuasif dimaksudkan untuk membujuk, meyakinkan, dan mengajak anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Akomodatif berarti memiliki kemampuan untuk menyesuaikan, mendamaikan dan menampung berbagai keinginan masyarakat, sehingga dapat dimanfaatkan dan diarahkan untuk melakukan partisipasi pembangunan pedesaan. Dinamis antisipatif dimaksudkan sebagai kemampuan menggerakkan kekuatan dan kemampuan masyarakat melaksanakan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan pada masa depan. Kepemimpinan desa yang persuasif, akomodatif, dan dinamis antisipatif merupakan kemampuan kepemimpinan yang sangat relevan dengan kondisi pada dewasa ini yang reformatif, demokratis, transparansi, dan akuntabilitas (Adisasmita, 2006 : 136).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Kondisi diatas juga sesuai dengan yang dijelaskan oleh Robert Chambers

(1987 : 262) dalam bukunya Pembangunan Desa (Mulai Dari Belakang) yaitu

Duduk bersama, Bertanya, dan Mendengarkan yang merupakan sikap maupun metode belajar. Proses belajar terbalik dapat mencakup banyak aspek kehidupan dan mengambil bentuk yang beragam. Pendekatan ini bermaksud untuk mengumpulkan pendapat dan saling merangsang pemikiran dalam kelompok kecil dalam masyarakat.

Penjelasan diatas juga sesuai dengan hasil penelitian Miftahus Surur

(2013), yaitu Peran Kepala Desa sangat diperlukan dalam hal peningkatan kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam program-program desa. Dan upaya Kepala Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat desa salah satunya ditunjukkan dengan cara pendekatan terhadap warga. Figur seorang pemimpin juga harus bisa memberikan kesan yang positif kepada warganya dan bukan hanya pencitraan ketika menjelang pemilihan umum saja, tetapi memang benar-benar loyalitas dan juga mampu memimpin dengan baik, karena faktor subyektifitas masih sangat mungkin terjadi. Dengan adanya kesan yang positif dari masyarakat maka akan lebih mudah proses interaksi dan juga komunikasi antar semua lapisan masyarakat semakin bisa berjalan dengan baik sehingga terciptanya suatu kondisi yang harmonis dan dengan sendirinya kesadaran masyarakat untuk ikut berpartisipasi terhadap program desa bisa terwujud.

4. Sebagai Motivator, Fasilitator, dan Mediator masyarakat

Motivator adalah pendorong, penggerak atau seseorang yang memberikan motivasi demi mencapai suatu tujuan yang menjadi harapan untuk dicapai dalam pembangunan. Kepemimpinan desa pada hakekatnya harus mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kemampuan untuk memunculkan kegairahan masyarakat untuk bisa berpartisipasi dalam pembangunan. Kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat merupakan faktor yang sangat menentukan pembangunan yang ada di daerah kekuasaanya.

Demikian juga kedudukan geuchik sebagai kepala pemerintahan gampong bertanggung jawab terhadap terselenggaranya pemerintahan dalam pembangunan masyarakat gampong.

Kepala desa harus menyadari dan memahami dipastikan upaya pembangunan akan tercapai melalui inspirasi-inspirasi kepemimpinan kepala desanya untuk bekerja secara bersama-sama, bertindak mencapai tujuan pembangunan yang direncanakan dan didalam hal ini yang dipimpin akan mengalami proses pengembangan kepemimpinan sehingga kelak mereka akan menjadi pemimpin yang handal.

Pembangunan desa pada hakikatnya kepala desa dapat memposisikan diri sebagai Fasilitator yaitu seseorang yang membantu sekelompok orang memahami tujuan bersama dan membantu membuat rencana guna mencapai tujuan tersebut.

Kepala desa memiliki suatu hak istimewa dalam menentukan perkembangan wilayahnya seperti memberikan atau mewujudkan pelayanan yang baik bagi masyarakatnya dalam hal memfasilitasi atau melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembangunan yang berlangsung seperti merancang pembangunan dan aturan-aturan yang menjadi rambu-rambu kehidupan masyarakat desa yang membawa dampak positif terhadap kemajuan desa.

Dan juga kepala desa harus berperan sebagai seorang mediator yang sangat menentukan keberhasilan setiap program dan rancangan pembangunan yang telah direncanakan. Oleh karena itu fungsi ini harus bisa dilaksanakan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA diimplimentasikan oleh seorang Kepala Desa sebagai perantara menjadi seorang yang tanggap terhadap permasalahan yang timbul di daerah kekuasaannya mencakup pembangunan baik yang berupa fisik maupun non fisik, dan Kepala

Desa bisa memediasi dan mencari solusi dalam setiap permasalahan yang ada di desanya.

Hasil analisis penelitian ini telah menggambarkan bahwa Syarifuddin.Z sebagai yang geuchik memimpin gampong Peukan Langsa telah berupaya untuk memposisikan diri sebagai motivator, fasilitator, dan mediator masyarakat gampong untuk mengajak dan mendorong masyarakat gampong Peukan Langsa berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG dilakukan oleh Tim Perencana

Gampong (TPG) sebagai rencana pembangunan gampong. Permasalahan yang dialami gampong Peukan Langsa yang sudah disebutkan sebelumnya bahwa memang partisipasi masyarakat gampong ini ada, akan tetapi kurang dan tidak maksimal sebab masyarakat gampong lebih disibukkan dengan aktivitas sehari- harinya dan juga kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi mereka pada perencanaan pembangunan gampong. Maka oleh sebab itu, geuchik berupaya untuk memotivasi dan menfasilitasi masyarakat agar mereka mau dan terlibat dalam penyusunan RPJMG, juga berperan sebagai mediator antara masyarakat dan Tim Perencana Gampong (TPG) dalam menengahi persoalan- persoalan masyarakat yang mengakibatkan masyarakat enggan terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa.

Penjelasan ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Farid Wajdi, Pemuda

Gampong Peukan Langsa, yaitu:

“Upaya Bapak Geuchik dalam berperan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat sudah dilakukan. Seperti khususnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dikalangan pemuda, Pak Geuchik juga mencoba untuk memposisikan diri untuk memotivasi pemuda agar pemuda- pemuda gampong terlibat dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan Tim Perencana Gampong sebagai rencana pembangunan gampong”.

Dan juga Bambang Nurdiansyah selaku Tim Perencana Gampong (TPG) menyampaikan demikian, yaitu:

“Geuchik dalam perannya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong dengan mengajak langsung masyarakat untuk ikut dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG, melakukakan pendekatan persuasif kepada tokoh masyarakat dan pemuda gampong untuk mendorong masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan, dan mengadakan sosialisasi tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat, sehingga kesadaran masyarakat untuk berpartsipasi dalam perencanaan pembangunan gampong itu lahir. Jadi Geuchik dalam posisi tersebut lebih berperan sebagai fungsionalis gampong untuk memotivasi masyarakat, menjadi katalisator masyarakat, dan sebagai fasilitator masyarakat dalam upaya meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunanan yang disepakati pada Musyawarah Rencana Pembangunan Gampong”.

Selanjutnya, PKK Gampong Ny. Cut Siti Zahara mengatakan hal yang serupa tentang ini:

“Harapan kami kepada Bapak Geuchik dan perangkat-perangkat gampong lainnya tetap membangun komunikasi kepada elemen masyarakat gampong semua tentang informasi berkembang di gampong Peukan Langsa, khususnya tentang partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong. Sebab walau cendrung kondisi apatis masyarakat gampong Peukan Langsa hari ini masih terjadi. Sodoran motivasi, fasilitasi, dan mediasi yang Bapak Geuchik lakukan kepada masyarakat tentang pentingnya partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan gampong akan menjadi benih kesadaran masyarakat untuk berbuat menuju kemajuan gampong Peukan Langsa”.

Hasil penelitian diatas tentang peran Geuchik sebagai motivator, fasilitator, dan mediator dalam menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong selaras yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dijelaskan oleh Sudarwan Danim dalam bukunya yang berjudul Motivasi,

Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. Seorang individu dalam menerapkan peran sebagai pemimpin dalam organisasi dapat mempengaruhi moral, kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja, dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan ketrampilan kepemimpinan dalam pengarahan adalah faktor penting efektivitas manager. Bila organisasi dapat mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personal dan memberikan umpan balik kepada para pegawai tentang pelaksana kerja mereka. Dihampir semua organisasi yang ada, pegawai merupakan asset yang wajib mereka jaga. Salah satu pendekatan dalam upaya meningkatkan kinerja pegawai tersebut dapat dilakukan melalui praktek kepemimpinan atau gaya kepemimpinan yang handal dan motivasi prestasi yang tinggi dan terarah. Setiap pemimpin pasa dasarnya memiliki memiliki prilaku yang berbeda dalam memimpin para pengikutnya, prilaku para pemimpin itu disebut dengan gaya kepemimpinan. Kepemimpinan mempunyai hubungan sangat penting dalam perkembangan.

Pernyataan diatas juga sesuai dengan hasil penelitian Hermansyah (2015), yaitu Kepala Desa selalu memberikan motivasi serta masukan-masukan dan dukungan dengan memberi semangat kepada aparatur pemerintah di Kantor Desa, selain dari pada itu Kepala Desa adalah seorang pemimpin yang mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi kepada masyarakat Desa. Kepala desa tidak sekedar memfasilitasi masyarakat dengan pembangunan fisik tetapi juga melalui pembinaan mental dan spiritual. Kepala Desa menjalankan perannya sebagai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA fasilitator dalam hal memfasilitasi atau melengkapi kebutuhan yang diperlukan dalam proses pembangunan. dan Kepala Desa menentukan keberhasilan setiap program dan rancangan pembangunan yang telah di rencanakan oleh karena itu peran kepala desa sebagai mediator harus dapat dilaksanakan dengan baik.

Conyers (1991 : 169) menyatakan sudah lama dikenal orang bahwa pemerintah lokal mempunyai fungsi sebagai “pendidik” bagi demokrasi.

Pemerintah lokal bersifat edukatif atau mendidik bagi pemilik yang diwajibkan menyuarakan pilihannya berkaitan dengan isu-isu yang sangat mereka kenal dengan baik, juga bersifat mendidik bagi para anggota dewan yang bisa mengambil pengalaman mengenai seni kepemimpinan yang bertanggung jawab tanpa harus ada sifat konfrontasi terhadap isu-isu yang berada diluar jangkauan mereka (Hicks, 1961 : 4).

Kondisi dan lingkungan kerja kepala desa itu bekerja adalah berbeda-beda, maka pola kepemimpinannyapun dapat berbeda-beda. Pola kepemimpinan alternatif yang paling sesuai, yang paling cocok akan mempunyai ciri atau karakter tersendiri, ada yang bersifat tegas, ada yang bersifat lembut, ada pula kombinasi (bersifat tegas dimana diperlukan dan bersifat lembut untuk hal-hal tertentu). Jadi kepala desa sebagai pemimpin lokal (local leadership) sangat menentukan, semua harapan keberhasilan diarahkan padanya, tetapi tanggung jawabnya diletakkan juga padanya (Adisasmita 2006 : 130).

4.3.4. Kendala dan Masalah dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Alasan ketidakmampuan masyarakat untuk ikut serta dalam proses perencanaan suaru program pembangunan seringkali menjadi sarana justifikasi bagi pembuat kebijakan untuk tidak mengikutsertakan masyarakat dalam tahapan tersebut. Kondisi ini pada gilirannya akan membentuk kriteria nilai tersendiri yang menjustifikasi mekanisme formulasi implementasi ataupun evaluasi yang menjadi virus yang berbahaya bagi proses demokratisasi dalam pembangunan. Hal ini akan mengakibatkan masuknya unsur subyektifitas dari penguasa di dalam menentukan formulasi suatu kebijakan.

Di sisi lain, implementasi pendekatan partisipatif juga sering terhambat oleh faktor kapasitas organisasi. Keberhasilan setiap upaya untuk meningkatkan mutu para pelaksana, mutu perencanaan desentralisasi serta program pembangunan masyarakat yang efektif akan tergantung dari sebuah struktur organisasi yang efektif. Pembentukan struktur semacam itu membutuhkan waktu, biaya dan pengorganisasian yang cukup lama. Dengan demikian, implementasi pendekatan partisipatif justru terkesan menjadi sebuah persoalan yang kurang efisien baik dari sisi waktu, biaya maupun tenaga.

Dapat disimpulkan bahwa walaupun partisipasi merupakan suatu faktor yang sangat dibutuhkan karena berbagai alasan yang ada, namun belum ada cara yang mudah dan sederhana untuk mendapatkannya. Walau demikian masalah- masalah tersebut harus dihadapi dalam perencanaan pembangunaan agar proses perencanaan secara partisipatif diharapkan agar tetap tercipta.

Berdasarkan dari uraian hasil penelitian melalui wawancara mengenai peran geuchik terhadap perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim Perencana

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Gampong (TPG) tidak terlepas dari berbagai kendala ataupun masalah. Kendala itu meliputi rendahnya kesadaran masyarakat gampong untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong, tidak semua perangkat gampong aktif untuk mengajak masyarakat terlibat dalam perencanaan pembangunan, dan kurangnya intensitas pertemuan masyarakat pada tingkat dusun.

Kondisi diatas sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Geuchik

Gampong Peukan Langsa mengenai kendala dan masalah perencanaan pembangunan secara partisipatif di gampong Peukan Langsa:

“Jika menyangkut kendala dan hambatan, yang sangat mempengaruhi adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan gampong. Kondisi ini mengakibatkan jika ada pertemuan dan sosialisasi tentang perencanaan pembangunan gampong, kehadiran masyarakat kurang. Dan lagi kurangnya pertemuan rutin warga di tingkat dusun, seperti pengajian malam jumat, atau pertemuan rutinitas lain yang dapat menjadi media masyarakat untuk terlibat membicarakan pembangunan gampong. Maka memang keaktifan masyarakat untuk terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong kurang maksimal, ini yang mengakibatkan proses penyusunan RPJMG secara partisipatif kurang berjalan dengan baik”.

Kendala dan masalah dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong Peukan Langsa, yaitu:

1. Rendahnya Kesadaran Masyarakat

Rendahnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam perencanaan pembangunan gampong menjadi masalah utama pada penelitian ini. Meskipun pada hakekatnya Syarifuddin, Z yaitu geuchik gampong

Peukan Langsa telah berupaya untuk menggerakkan masyarakat agar turut terlibat dalam penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim Perencana Gampong (TPG) sebagai dokumen perencanaan pembangunan gampong, tetapi kenyataannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA keinginan masyarakat untuk terlibat aktif dalam proses perencanaan tersebut kurang maksimal.

Kenyataan ini sesuai yang dikatakan oleh Bapak Na’ar Bahrum (tokoh masyarakat) gampong Peukan Langsa, bahwa:

“Partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong ada, tapi kurang. Kendalanya adanya pada masyarakat itu sendiri, dimana hanya sedikit masyarakat yang terlibat pada musyawarah yang dibuat oleh TPG dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong yang nanti akan menjadi kebijakan pembangunan gampong. Hal ini dikarenakan banyak masyarakat yang disibukkan dengan pekerjaan sehari- hari untuk mencari nafkah”. “Bapak Geuchik sebagai pemimpin gampong selalu mengajak masyarakat untuk mengikuti rapat penyusunan RPJMG yang dibuat oleh TPG sebagai rencana pembangunan gampong. Pertama sekali sebelum mengajak masyarakat, terlebih dahulu Bapak Geuchik melakukan pendekatan persuasif kepada tokoh-tokoh masyarakat gampong dan setelah itu melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi masyarakat gampong, dengan dilakukannya pendekatan dan sosialisasi harapannya kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan bagi mereka dapat meningkatkan dan mendorong keikutsertaan masyarakat dalam perencanaan pembangunan. Namun harapan tersebut tidak sesuai dengan kenyataan dimana hanya sedikit masyarakat yang mau terlibat aktif dalam proses perencanaan pembangunan gampong.”

Hasil wawancara dengan Merlin yaitu masyarakat Gampong Peukan

Langsa juga menyatakan hal yang serupa, yaitu:

“Hari-hari pekerjaan saya adalah berjualan dengan membuka toko maka saya disibukkan dengan aktivitas kami, sehingga saya jarang dapat berpartisipasi dalam kegiatan di gampong Peukan Langsa baik itu kegiatan tentang perencanaan pembangunan gampong dalam menyusun RPJMG maupun kegiatan-kegiatan gampong lainnya. Bagi saya terpenting adalah saya dapat tinggal di gampong ini dengan nyaman dalam kami berjualan dan terlayani apabila ada urusan dengan kantor Geuchik, dan sejauh ini kami mengalami kondisi tersebut”.

Kondisi diatas sesuai yang dijelaskan oleh Diana Conyers (1991 : 186), yaitu sifat penduduk yang apatis dan kurang tertarik pada masalah lokal dinegara-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA negara berkembang ternyata merupakan sumber frustasi yang tiada henti-hentinya bagi para perencana, politisi, dan pemimpin komunitas. Studi mengenai keberhasilan dan kegagalan dalam partisipasi masyarakat menyimpulkan bahwa ada dua faktor yang benar-benar penting dalam menentukan apakah masyarakat benar-benar ingin terlibat dalam suatu perencanaan atau tidak.

Faktor pertama yaitu hasil keterlibatan masyarakat itu sendiri. Nyata sekali bahwa masyarakat tidak akan berpartisipasi atas kemauan sendiri atau dengan antusias yang tinggi dalam kegiatan perencanaan kalau mereka merasa bahwa partisipasi mereka dalam perencanaan tersebut tidak mempunyai pengaruh pada rencana akhir. Dan faktor lain yang juga terlihat jelas yaitu bahwa masyarakat merasa eggan berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan yang tidak menarik minat mereka atau aktivitas yang tidak mempunyai pengaruh langsung yang dapat mereka rasakan.

Sebagai contoh sebagai salah satu alasan kuat terhadap kurangnya dukungan bagi pemerintahan setempat diberbagai negara ialah bahwa sebagian besar hal-hal yang diskusikan dipertemuan pemerintah setempat hanyalah masalah-masalah sampingan bagi sebagian besar anggota masyarakat. Tentunya sebagian masalah itu ialah kurangnya kesadaran masyarakat, bahwa program atau proyek pembangunan yang disusulkan akan turut juga mempengaruhi masyarakat umum. Kesadaran ini sering muncul bila keadaan sudah terlambat.

Sayangnya keadaan semacam ini sering membuat frustasi para perencana dan pejabat setempat yang merasa bahwa masyarakat hanya membuang-buang waktu mereka dengan hal-hal yang remeh sedangkan masih banyak masalah penting lainnya yang harus ditanggulangi. Dampaknya, hal ini berarti para

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA perencana dan pejabat harus mampu menyesuaikan diri mengenai apa yang penting dan apa yang tidak penting, dan bukannya apa yang harus melibatkan partisipasi masyarakat setempat (Conyers dan Simpson, 1978).

2. Tidak Sepenuhnya Perangkat Gampong Aktif

Meskipun geuchik dalam perannya untuk mendorong partisipasi masyarakat gampong terhadap penyusunan RPJMG yang dilakukan oleh Tim

Perencana Gampong (TPG) sebagai dokumen perencanaan pembangunan membangun koordinasi dengan perangkat-perangkat gampong. Akan tetapi kenyataannya tidak semua perangkat gampong aktif dalam menjalankan fungsi dan tugasnya. Harapan sebenarnya adalah dengan adanya koordinasi dengan perangkat gampong, aparatur gampong dapat memainkan perannya untuk mensosialisasikan dan memberikan informasi kepada masyarakat tentang esensi perencanaan partisipatif masyarakat dalam pembangunan gampong. Oleh dengan demikian sedikit banyak masyarakat gampong mengetahui tentang proses perencanaan yang dilakukan secara partisipatif. Tetapi dengan tidak sepenuhnya perangkat gampong aktif dalam menjalankan fungsi dan perannya, hasil yang diharapkan juga tidak seperti yang diharapkan. Partisipasi masyarakat gampong

Peukan Langsa dalam perencanaan pembangunan gampong ada, tetapi kurang maksimal karena kurangnya sosialisasi dari perangkat gampong.

Kondisi ini berdasarkan hasil wawancara yang dikatakan oleh Bambang

Nurdiansyah (Tim Perencana Gampong), bahwa:

“Kurangnya kesadaran dari masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam penyusunan RPJMG sebagai perencanaan pembangunan menjadi persoalan utama. Pertimbangan mereka dengan lebih mengutamakan aktivitas profesinya sehari-sehari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA memang tidak bisa kami larang dan hindari karena memang kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa di Pusat Pasar Langsa menjadikan demikian, sehingga kehadiran masyarakat dalam musyawarah yang dibuat oleh TPG untuk menjaring aspirasi masyarakat dalam proses penyusunan RPJMG kurang. Ditambah lagi dengan tidak semua perangkat gampong aktif untuk menjalankan fungsinya dan mensosialisasikan kepada masyarakat tentang penting partisipasi masyarakat gampong dalam perencanaan pembangunan. Jadi hal inilah yang mengakibatkan tidak maksimalnya partisipasi masyarakat gampong dalam penyusunan RPJMG Peukan Langsa”.

Dan juga sesuai hasil wawancara dengan Farid Wajdi (Pemuda Gampong

Peukan Langsa), yaitu:

“Masyarakat tidak terlalu peduli terhadap perencanaan pembangunan gampong. Mereka lebih mementingkan pekerjaan sehari-hari ketimbang terlibat dalam penyusunan RPJMG sebagai rencana pembangunan gampong di musyawarah yang dibuat oleh TPG. Ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat untuk ikut membangun gampongnya. Dan terlebih lagi perangkat gampong tidak sepenuhnya mensosialisasikannya kepada masyarakat”.

Sesuai dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah

Aceh menerangkan Gampong mempunyai pemerintahan yang disebut dengan

Pemerintahan Gampong yang dipimpin oleh seorang Keuchik/Geuchik.

Pemerintahan Gampong adalah penyelenggara pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintah gampong yaitu Keuchik/Geuchik, Teungku Imum Meunasah, beserta Perangkat Gampong dan Tuha Peut Gampong. Pemerintah gampong ini berperan dalam penyelenggaraan pemerintahan gampong. Qanun Kota Langsa

No. 6 tahun 2010 yang merupakan amanat dari UU. No. 11 tahun 2006 juga menerangkan secara jelas bahwa Geuchik dalam menyelengarakan pemerintahan gampong, urusan adat, pembangunan, dan syariat Islam dibantu oleh perangkat- perangkat gampongnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Maka oleh sebab itu, jika tidak sepenuhnya perangkat gampong aktif dalam menjalankan tugas dan fungsi dalam urusan pemerintahan gampong, secara langsung menjadi hambatan dan kendala bagi geuchik untuk berperan dalam menyelenggarakan pemerintahan gampong yang baik sebab tupoksi perangkatnya kurang maksimal berlangsung dengan baik.

Kondisi diatas sesuai dengan hasil penelitian yang diungkapkan oleh Aji

Budiono (2013), yaitu faktor penghambat yang dimiliki lurah dalam peran membangun pembangunan daerah di Kelurahan meliputi kurangnya intensitas pertemuan pada tingkat RW, tidak sepenuhnya aparatur pengurus lembaga kelurahan aktif, dan primordial Kepemimpinan Lurah.

3. Kurangnya Intensitas Pertemuan di Tingkat Dusun

Upaya melibatkan masyarakat dalam pembangunan melalui Partipacy

Rural Apprasial pada dasarnya harus dimulai dari bawah yaitu melalui forum- forum warga baik yang berbasis pada komunitas atau kelembagaan seperti kelompok pengajian, kelompok yasinan, kelompok tahlilan, kelompok petani, kelompok arisan dan lain sebagainya maupun yang berbasis pada administratif seperti forum dasa wisma, RT, RW, LKKMD, rembug desa dan sebagainya.

Mereka diajak untuk membicarakan berbagai persoalan yang terkait dengan kehidupan kesehariannya. Institusi-institusi semacam itu, sebenarnya dapat dijadikan sebagai wahana pembelajaran perilaku demokrasi yang efektif. Hal ini bisa dilakukan dengan lebih mengefektifkan fungsi forum-forum tersebut tidak sekedar sebagai sarana untuk melakukan penyuluhan dan sosialisasi kebijakan pemerintah, tetapi harus dimanf aatkan untuk membicarakan berbagai isu yang terkait dengan kehidupan meraka. Warga masyarakat yang berkumpul melalui

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA forum-forum itu diminta pendapatnya mengenai persoalan tersebut dan solusi yang mereka tawarkan untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan. Mekanisme seperti ini yang akan membuat masyarakat terbiasa untuk selalu mem- bicarakan kepentingan bersama (Muslim, 2007).

Forum-forum masyarakat ini yang seharusnya dijadikan sebagai institusi- institusi pada level bawah dan harus ditempatkan sebagai basis perencanaan pembangunan dari bawah. Melalui forum-forum ini, warga masyarakat dapat merumuskan aspirasi pembangunan yang kemudian dibawa ke institusi di tingkat desa (Badan Perwakilan Desa sebagai lembaga legislatif) kemudian ke tingkat kecamatan dan seterusnya. Setelah ditetapkan sebagai program pemerintah kemudian diturunkan lagi ke tingkat bawah untuk dijalankan oleh masyarakat pembuat perencanaan tersebut. Dengan demikian prinsip bottom up dapat berjalan dengan baik dan proses, pelaksanaan serta hasil pembangunan dapat dinikmati oleh masyarakat (Chambers, 1996 : 36)

Maka kurangnya intensitas pertemuan masyarakat di tingkat dusun merupakan salah satu kendala dan masalah peran geuchik terhadap perncanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong dalam menyusun RPJMG Peukan

Langsa yang dilakukan oleh Tim Perencana Gampong (TPG). Pertemuan yang selayaknya dapat menjadi media ataupun sarana untuk berdiskusi dan bercerita tentang perkembangan khususnya pembangunan gampong, tetapi tidak tercipta sebagaimana mestinya. Akibat kurangnya intensitas pertemuan masyarakat ditingkat dusun, mempengaruhi alur komunikasi masyarakat gampong untuk berinteraksi yang menciptakan nuansa perhatian masyarakat untuk berpikir dan berbuat kepada gampongnya. Memang kesibukan dan aktivitas sehari-hari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA masyarakat menjadi alasan utama mengapa masyarakat kurang dalam pertemuan- pertemuan ditingkat dusun. Hal yang tidak dapat kita hindari tersebut secara tidak langsung mengakibatkan perhatian masyarakat terhadap perencanaan pembangunan gampong tidak berjalan dengan baik.

Hal ini berdasarkan hasil penelitian melalui wawancara yang diuangkapkan oleh Bapak Usman Bakir (Kepala Dusun Iskandar Muda), yaitu,

“Memang benar, kesibukan masyarakat menjadi hal utama sehingga masyarakat kurang aktif dalam terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong. Kesibukan mereka tersebut mengakibatkan kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya partisipasi mereka dalam pembangunan gampong. Dan juga untuk ditingkat dusun, akibat kesibukan masyarakat tersebut jarang sekali ada pertemuan yang bersifat rutin didusun sebagai media untuk bercerita dan berdiskusi membicarakan pembangunan gampong. Ini merupakan hal yang tidak bisa dielakkan dalam permasalahan ini”.

Hal serupa juga dikatakan oleh Alvin Kinski Uni dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti, bahwa:

“Saya bukannya tidak mau datang pada kegiatan-kegiatan di gampong, tetapi waktu yang membuat saya tidak bisa berpartisipasi di gampong. Karena aktivitas saya adalah jualan, jadi waktu saya selalu disibukkan dengan kepentingan pribadi saya. Karena gampong Peukan Langsa berada di pusat kota, jadi masyarakatnya rata-rata disibukkan dengan aktivitasnya membuka toko, sehingga kurang dapat berpartisipasi di kegiatan-kegiatan gampong. Dan kalau saya pribadi, saya mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh Pemerintah Gampong Peukan Langsa, sebab walaupun kami jarang aktif dalam kegiatan gampong, tetapi Geuchik melalui aparatnya memberitahukan kepada masyarakat tentang informasi tentang gampong, sehingga walaupun kami tidak hadir, masyarakat setidaknya mengetahui apa yang akan dilakukan di gampong”.

Kondisi diatas selaras dengan pernyataan bahwa terdapat faktor yang dapat menghambat atau menjadi ancaman terhadap partisipasi masyarakat, antara lain salah satunya adalah sifat malas, apatis, masa bodoh dan tidak mau melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA pembaharuan melalui sarana pertemuan sebagai rembug desa atau diskusi kelompok terfokus (focus group discussios) untuk membicarakan atau memdiskusikan program pembangunan yang akan dirumuskan (Adisasmita,

2006:135).

Kurangnya intensitas pertemuan di tingkat dusun sebagai kendala peran geuchik dalam perencanaan pembangunan partisipatif masyarakat gampong sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aji Budiono (2013) bahwa, kurangnnya pertemuan pada tingkat RW adalah salah satu faktor penghambat

peran kepemimpinan lurah dalam pembangunan daerah.

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Partisipasi masyaraka gampong Peukan Langsa dalam proses penyusunan

RPJMG sebagai perencanaan pembangunan gampong kurang, sebab

kondisi masyarakat gampong Peukan Langsa lebih mementingkan

kesibukan aktivitas pekerjaannya sehari-hari.

2. Geuchik sebagai pemimpin gampong dalam upaya untuk mendorong

masyarakat terlibat dalam penyusunan RPJMG Peukan Langsa sebagai

perencanaan pembangunan secara partisipatif telah berperan, yaitu

diantaranya adalah membangun koordinasi dengan perangkat-perangkat

gampong, sosialisasi dan komunikasi publik, melakukan pendekatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA persuasif dengan tokoh masyarakat gampong, dan menjadi sebagai

motivator, fasilitator, dan mediator masyarakat gampong agar masyarakat

ingin terlibat dalam perencanaan pembangunan gampong Peukan Langsa.

3. Kendala dan masalah Geuchik dalam upaya perannya untuk mendorong

partisipasi masyarakat dalam penyusunan RPJMG sebagai perencanaan

pembangunan gampong, yaitu diantaranya adalah Kurangnya kesadaran

masyarakat gampong, Tidak sepenuhnya perangkat gampong aktif, dan

Kurangnya intensitas pertemuan ditingkat dusun.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dan disimpulkan, 133 maka disusunlah beberapa saran atau rekomendasi kebijakan Peran

Geuchik dalam Perencanaan Pembangunan Partisipatif Masyarakat

Gampong Peukan Langsa Kecamatan Langsa Kota, Kota Langsa adalah

sebagai berikut:

1. Geuchik sebagai pemimpin Gampong Peukan Langsa dan seluruh

perangkat-perangkatnya harus melakukan sosialisasi dan komunikasi yang

lebih mendalam kepada masyarakat gampong tentang perencanaan

pembangunan partisipatif dalam proses penyusunan RPJMG sehingga

masyarakat menyadari akan pentingnya keterlibatan merekan dalam

perencanaan pembangunan gampong dan mau berpartisipasi untuk ke

depannya

2. Pemerintah gampong sering mengadakan pertemuan dengan tiap-tiap

masyarakat untuk mendiskusikan perencanaan pembangunan gampong

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dengan waktu yang disepakti oleh masyarakat yang tidak bertabarakan

dengan waktu saat masyarakat bekerja. Sebab salah satu alasan masyarakat

gampong enggan terlibat dalam pertemuan yang membahas tentang

perencanaan pembangunan gampong karena alasan pekerjaan.

3. Kepada masyarakat Gampong Peukan Langsa, penulis juga menghimbau

bahwa pembangunan gampong bukan saja tanggung jawab Pemerintah

Gampong Peukan Langsa tetapi juga tanggung jawab semua lapisan

masyarakat. Oleh sebab itu, komitmen anggota masyarakat terhadap

perencanaan pembangunan partisipatif yang kuat, rasa kebersamaan,

kesadaran, dan keikhlasan anggota masyarakat yang tinggi adalah faktor

kekuatan dalam menumbuhkan partisipasi masyarakat yang akan

menentukan sukses atau tidaknya pembangunan yang akan dilaksanakan di

gampong.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, Rahardjo. 2006, Membangun Desa Partisipatif. Graha Ilmu, Makassar.

Abe, Alexander. 2002. Perencanaan Daerah Partisipatif. Pondok Edukasi, Solo.

Conyers, Diana. 1994. Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga. cetakan ketiga. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Penerjemah: Drs. Susetiawan, S.U.

Long, Norman. 1987. Sosiologi Pembangunan Pedesaan. PT. Bina Aksara, Jakarta. Diterjemahkan oleh: Tim Penerjemah Bina Aksara.

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT.Remaja Rosdakarya, Bandung.

Creswell, W John. 2013. Research Desaign: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Bintoro, Tjokroamidjojo. 1978. Pengantar Administrasi Pembangunan. LP3ES, Jakarta

Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Jakarta, Bappenas. Mikkelsen, Britha. 1999. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Tjahja Djajadiningrat, dkk. 2003. Akses Peran Serta Masyarakat: Lebih Jauh Memahami Community Development. ICSD, Jakarta

Chambers, Robert. 1987, Pembangunan Desa: Mulai Dari Belakang. LP3ES. Jakarta.

Kartini, Kartono, 1994. Pemimpin dan Kepemimpinan. PT. Raja Grafindo Perkasa, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Chambers, Robert. 1996. Participatory Rural Appraisal (Memahami Desa Secara Partisipatif), Terjemahan Y. Sukoco. Kanisius, Yogyakarta.

Koentjaraningrat, 2004. Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mardikanto, Totok cs. 2012. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Alfabeta, Bandung.

Oakley, Peter, et al. 1991. Projects With People, The Practice Of Participation in Rural Development. Geneva : International Labour Office.

Riyadi dan Bratakusumah, DS. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah, PT.136 Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius, Yogyakarta.

Friedman, Marilyn M. Pengertian Peran Defenisi Menurut Para Ahli, Konsep, Struktur (1992) Family Nursing.Theory & practice. 3/E. Debora Ina R.L. (1998) ( alih bahasa) Jakarta : EGC

Budiardjo Miriam, Prof. 2003. Dasar-Dasar Ilmu Politik, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Soekanto, Soerjono.1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Rajawali, Jakarta.

Soedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Mandar Maju, Bandung.

Prasadja, Buddy. 1986. Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinan. Rajawali, Jakarta

Bungin, Burhan. 2001. Metode Penelitian Sosial. Airlangga, Surabaya.

Suharyadi dan Purwanto SK, 2004, Metodologi Penelitian, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta, Jakarta.

Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi, Kepemimpinan, dan Efektivitas Kelompok. PT. Rineke Cipta, Jakarta

Suharyadi dan Purwanto SK. 2004. Metodologi Penelitian. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Afadlal, dkk. 2008. Runtuhnya Gampong di Aceh. P2P-LIPI, Jakarta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Syarif, Sanusi M. 2005. Gampong dan Mukim di Aceh Menuju Rekonstruksi Pasca Tsunami. Pustaka Latin, Bogor.

Elkana Catur Hardiansah, Peran Perencanan dalam Era Demokratisasi Perencanaan: Kasus Perencanaan Jalan Dago-Lembang. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol.16/No.2, Agustus 2005. hlm. 41-63

Hermansyah, Peran Kepala Desa Dalam Pelaksanaan Pembangunan Kecamatan Tana Lia Kabupaten Tana Tidung (Studi Kasus Di Desa Tanah Merah Dan Desa Sambungan). eJournal Pemerintahan Integratif, 3 (2), 2015: 351-362 ISSN 0000-0000, ejournal.pin.or.id © Copyright 2015

Aziz Muslim, Pendekatan Partisipatif Dalam Pemberdayaan Masyarakat. Aplikasia. Jurnal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VIII, No.2 Desember 2007: 89-103

Setiawan, Bakti, 2003, Pembangunan Masyarakat dan Perencanaan Partisipatif, Konsep Dasar dan Faktor-Faktor Kesuksesan, Makalah pada Pelatihan Participatory Planning, MPKD UGM Bekerjasama dengan Bali Urban Infrastructure Programme (BUIP).

Ahmad Rizky Mardhatillah Umar. Mendorong Perencanaan Desa Partisipatif Pengalaman Pendampingan Penyusunan RPJM Desa di Desa Demen, Kulon Progo, DIY.. Makalah untuk disampaikan pada Forum Sarasehan Nasional Sosial Kemasyarakatan, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Surabaya, 2 Februari 2013.

Peran Tokoh Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Suatu Studi di Desa Naha Kec. Tabuka Utara Kab. Sangihe), Oleh: Erich S.P. Manolang

Edi M. Jafar. Sistem Pemerintahan Mukim dan Gampong di Aceh. Artikel Sejarah Aceh, 12 Desember 2013

Taqwaddin. 2009. Gampong sebagai Basis Perdamaian. Makalah disampaikan pada acara Lokakarya Perumusan Metode Penerapan Nilai-Nilai Kearifan Lokal untuk mewujudkan perdaiman berkelanjutan di Aceh, diselenggarakan oleh JAPPP dan Badan Reintegrasi Aceh (BRA), , 31 Januari 2009

Sejarah Gampong (Desa) di Aceh. 2012. Aceh Tourism Agency. www.acehtourismagency.blogspot.com

Miftahus Surur. 2013. Peran Kepemimpinan Kepala Desa Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Program Pembangunan Desa (Studi Kasus Di Desa Rejoagung Ploso Jombang) [Skripsi]. Jombang: STKIP PGRI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Aji Budiono. 2013. Peran Kepemipinan Lurah Dalam Pembangunan Daerah Melalui Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) (Studi Analisis Partisipasi Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Merjosari Kota Malang Tahun 2013) [Skripsi]. Malang: Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Poltik Universitas Brawijaya.

Suhardiman. 2013. Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Di Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal [Skripsi]. Medan: Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

M. Arifin Nasution. 2007. Perencanaan Pembangunan Partisipatif (Studi Tentang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun 2006-2010) [Tesis]. Medan: Magister Studi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Wahyuningsih Herbowo. Agustus 2000 - Oktober 2001. Revitalisasi kawasan pariwisata melalui pendekatan perencanaan partisipatif (Studi kasus daerah Sanur, Bali), Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia.

Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Nasional

Undang-Undang. No. 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintah Daerah

Undang-Undang No. 11 Tahun 2006 Tentang Pemerintahan Aceh

Qanun Kota Langsa No. 6 Tahun 2010 Tentang Pemerintahan Gampong

Qanun Gampong Peukan Langsa No. 2 Tahun 2014 Tentang Rencana Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Tahun 2014-2019

Dokumen Rencana Jangka Menengah Gampong (RPJMG) Peukan Langsa Tahun Periode 2014-2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA