ISSN 2086-910x Volume 09 No 02 Juli 2018 KORIDOR

JURNAL ARSITEKTUR & PERKOTAAN

Diterbitkan oleh : Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara JURNAL ARSITEKTUR DAN PERKOTAAN oridor K ISSN 2086 – 910X

PENANGGUNG JAWAB Dekan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

PEMIMPIN REDAKSI Nurlisa Ginting, Ir, M.Sc, PhD, IPM

KETUA DEWAN REDAKSI Dwira Nirfalini Aulia, Dr, Ir, M.Sc, IPM

DEWAN EDITOR Nawawiy Loebis, Prof, Ir, M.Phil, PhD Beny O.Y Marpaung, ST, MT, PhD, IPM Achmad Delianur Nasution, Dr, ST, MT

PENYUNTING AHLI Hilma Tamiami Fachruddin, ST, M.Sc, PhD Amy Marisa, ST, M.Sc, PhD

PELAKSANA TEKNIS, DESAIN, DAN TATA LETAK SEKRETARIAT Novi Yanthi Sri Agustina

ALAMAT PENERBIT Program Studi Magister Teknik Arsitektur Gedung J7 Fakultas Teknik Jalan Perpustakaan Kampus USU Universitas Sumatera Utara Medan 20155 Telp/Fax. 061-8219525 E-mail: [email protected]; [email protected] Website: http://mta.usu.ac.id

DITERBITKAN OLEH Program Studi Magister Teknik Arsitektur Universitas Sumatera Utara Medan JURNAL ARSITEKTUR DAN PERKOTAAN oridor Volume 09 Nomor 02, Juli 2018 K ISSN 2086 – 910X DAFTAR ISI

KARAKTER FASAD SUATU KELOMPOK BANGUNAN RUKO CINA MELAYU PADA 1-7 KORIDOR JALAN JAMIN GINTING PANCUR BATU Almira Raissa, Beny O.Y Marpaung

KAJIAN BENTUK ARSITEKTUR SHOPHOUSE SEBAGAI HASIL ADAPTASI BUDAYA 9-15 IMIGRAN TIONGHOA DI KOTA BANDUNG Andrie Irawan Kartamihardja

PERUBAHAN RUANG SAKRAL WILAYAH KUTA, BALI 17-20 Ari Djatmiko, Zulphiniar Priyandhoko

PERENCANAAN RUANG KAWASAN PESISIR BERDASARKAN DAYA DUKUNG DAN 21-33 KEARIFAN LOKAL Aris Subagiyo, Nyoman Trisna Kurniawan, Adipandang Yudono

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA BANGUNAN 35-43 PERKANTORAN BUKITTINGGI Studi Kasus: Kantor Bersama DPKAD, Bapedda, Kesbangpolinmas, dan BAZ di Bukittinggi Aulia Azmi, Imam Faisal Pane

KONSERVASI ARSITEKTUR RUMOH 45-51 Azhar Abdullah Arif

KEMANFAATAN RUANG UTAMA PADA MASJID AGUNG ISLAMIC CENTER KOTA 53-58 LHOKSEUMAWE Bambang Karsono, Julaihi Wahid, Irma Yunita Sari

SENSATOPIA 59-66 J.F Bobby Saragih

Demolition: Tantangan Pelestarian Arsitektur Kawasan Kesawan Medan 67-73 Dwi Lindarto Hadinugroho

PERGESERAN POLA RUANG PADA KARO SIWALUH JABU 75-81 Studi Kasus: Desa Budaya Lingga, Karo, Sumatera Utara Farida Ulfa, Imam Faisal Pane

NILAI MASJID JAMI KALI PASIR SEBAGAI SEBUAH BANGUNAN CAGAR BUDAYA: 83-94 PENGAMATAN SEORANG PEJALAN KAKI Feby Hendola HIDUP MARADEKA DALAM TATA RUANG RUMAH BUGIS 95-103 Hartawan Madeali

KAJIAN GEOMETRI HUNIAN MASA LAMPAU 105-113 Studi Kasus: Lamban Pesagi di Pekon Kenali Kabupaten Lampung Barat Iwan Muraman Ibnu

PEMETAAN RAGAM HIAS ACEH DALAM KAJIAN GEOGRAFI BUDAYA DAN 115-126 ETNOGRAFI T. Junaidi, Mufti Riyani

MEMPERTAHANKAN IDENTITAS LOKAL MELALUI PENGELOLAAN 127-133 LORONG-LORONG DI ALUN-ALUN Made Algo Ellais Firlando, Wiyatiningsih

PERKEMBANGAN WACANA IDENTITAS ARSITEKTUR DALAM JURNAL-JURNAL 135-142 ARSITEKTUR DI AWAL ABAD XX DI HINDIA BELANDA Mahatmanto

PEREMAJAAN FASAD ARSITEKTUR RUKO PECINAN UNTUK MEMPERKUAT CITRA 143-147 VISUAL PADA KORIDOR SEI RAMPAH Dwira Nirfalini Aulia, Marisa Hajrina

ADAPTASI ARSITEKTUR TRADISIONAL BALI PADA TEMPAT-TEMPAT KOMUNAL DI 149-158 DESA BALINURAGA, KALIANDA, LAMPUNG SELATAN Monika Ata, Agus S. Ekomadyo

KAJIAN POLA TATANAN KEHIDUPAN DI KABUYUTAN TRUSMI, CIREBON 159-165 Sintia Dewi Wulanningrum

URBAN ARCHITECTURE AS A TRANSFORMATION OF IDENTITY. 167-172 A Study Case From Pekanbaru City, Indonesia Yohannes Firzal

BANGUNAN BERSEJARAH DI KAWASAN KESAWAN DAN LAPANGAN MERDEKA 173-182 MENDUKUNG AKTIVITAS PENGEMBANGAN WILAYAH DI KOTA MEDAN Yuanita FD Sidabutar, Sirojuzilam, Suwardi, Rujiman

KAJIAN PENGARUH KEKUASAAN PEMERINTAH ERA POSKOLONIALTERHADAP 183-191 ARSITEKTUR DI MEDAN Nadia Winny Silaban, Julyana L. F. Nainggolan, Imam Faisal Pane

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “Koridor” adalah jurnal ilmiah dalam bidang arsitektur serta ilmu-ilmu terapannya dalam bidang-bidang: perancangan arsitektur, perancangan tapak dan lingkungan, perkotaan dan permukiman, teknologi bangunan, serta teori dan kritik arsitektur.

Bagi penulis yang berminat memasukkan tulisan dalam jurnal ini harap merujuk pada ketentuan dan format penulisan pada bagian dalam sampul belakang.

Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “Koridor” diterbitkan oleh Program Magister Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, dengan frekuensi penerbitan dua kali (nomor) untuk setiap tahun (volume).

Ide maupun opini yang tertuang dalam tulisan yang dimuat di jurnal ini merupakan murni berasal dari penulis, dan sama sekali tidak mencerminkan pandangan, kebijakan, maupun keyakinan dari anggota Dewan Redaksi, penyunting maupun Program Magister Teknik Arsitektur USU sebagai institusi penerbit.

Jurnal ini dapat dilihat secara online di alamat : http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Panduan Penulisan Jurnal dapat diakses secara online di alamat: mta.usu.ac.id PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA Aulia Azmi BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Imam Faisal Pane

PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Studi Kasus: Kantor Bersama DPKAD, Bapedda, Kesbangpolinmas, dan BAZ di Bukittinggi

Aulia Azmi1, Imam Faisal Pane2 Departemen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara Email: [email protected], [email protected]

ABSTRAK

Rumah gadang merupakan salah satu ekspresi Arsitektur tradisional Minangkabau yang mampu mencerminkan kebijakan.penggunaan bahasa arsitektural masyarakat etnis tersebut. menjadi simbol kebesaran dari sebuah kaum, karena selain sebagai rumah tinggal rumah gadang juga menjadi tempat berkumpulnya seluruh keluarga seperti rapat keluarga, upacara adat, dan lain-lain. Seiring berkembangnya waktu dan kemajuan zaman, nilai dari arsitektur vernakular Minangkabau mulai ditinggalkan oleh warganya. Dampaknya bentuk keaslian rumah gadang semakin memudar dan tidak dikenali lagi. Namun, di samping itu banyak juga pihak yang tetap mempertahankan nilai rumah gadang dengan menerapkan beberapa aspek keaslian dari rumah gadang itu sendiri ke bangunan modern. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk arsitektur tradisional minangkabau, dan untuk mengetahui apa saja bentuk penerapan arsitektur tradisional minangkabau pada gedung perkantoran Bukittinggi dari segi bentuk fisik. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan melihat berbagai sumber penelitian arsitektur tradisional minangkabau melalui observasi dan melihat berbagai sumber pustaka. Penelitian ini menunjukan bahwa terjadi penerapan bentuk-bentuk arsitektur tradisional minangkabau pada gedung kantor Bersama DPKAD, Bapedda, Kesbangpolinmas, dan BAZ di Bukittinggi seperti atap bergonjong dan bentuk bangunan persegi simetris yang memanjang.

Kata Kunci: Rumah Gadang, Arsitektur, Tradisional.

PENDAHULUAN tradisi, tempat melaksanakan seremonial adat seperti kematian, kelahiran, perkawinan, Arsitektur Tradisional Minangkabau mendirikan kebesaran adat, tempat mufakat dan Arsitektur rumah tradisional lainsebagainya. Perbandingan ruang tempat Minangkabau merupakan simbol budaya bagi tidur dengan ruangan umum adalah 1/3 untuk masyarakat suku Minang, Rumah Gadang itulah ruangan tidur dan 2/3 untuk kepentingan umum. namanya, yang mempunyai arti Gadang = Perbandingan ini memberi makna bahwa Besar. Besar dalam hal ini bukanlah hal fisik kepentingan umum lebih diutamakan dari tetapi lebih dari itu, Besar dalam pengertian kepentingan pribadi. Pembagian ruang dalam fungsi dan peranannya yang berkaitan dengan rumah gadang (Gambar 1): adat. Selain sebagai tempat tinggal Rumah 1. Public Area, yaitu ruang tamu. gadang juga berfungsi untuk melastarikan adat 2. Semi Private, yaitu ruang peralihan seperti budaya di dalam lingkungan keluarga mereka. bandua yang terdapat didepan kamar tidur Ukuran pada rumah gadang bervariasi serta anjuang (ruang khusus) yang terdapat tergantung dari banyaknya penghuni rumah pada bagian ujung-ujung rumah gadang tersebut. Kebanyakan rumah gadang yang dapat kita temukan pada beberapa mempunyai jumlah ruangan yang ganjil. Selain jenis rumah gadang. berfungsi sebagai tempat tinggal, fungsi rumah gadang adalah sebagai tempat kegiatan adat dan

35 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 35-43

3. Private Area, kamar tidur, jumlah kamar berdasarkan kepada jumlah anak gadis yang dimiliki oleh sipemilik rumah. 4. Service Area, Dapur. Gambar 2. Atap Gonjong dan Tanduk Kerbau Sumber: Gemala, 2010:42

b. Pucuk rebung (bakal bambu), karena bagi masyarakat Minangkabau rebung merupakanbahan makanan adat yang selalu ada saat upacara-upacara adat. Selain itu, bambu dianggap tumbuhan yang sangat penting dalam konstruksi tradisional (Ismael, 2007:52) (Gambar Gambar 1. Bagian Rumah Gadang 3). Wujud fisik rumah gadang secara keseluruhan yang terbagi atas kaki badan dan kepala yang pada dasarnya terbentuk dari geometri-geometri sederhana. Denah rumah gadang sangat sederhana yaitu persegi panjang dengan pembagian ruang yang juga sederhana, Gambar 3. Atap Gonjong dan Pucuk Rebung massa badan bangunan juga sederhana dengan Sumber: Gemala, 2010:4 hanya menerapkan geometri-geometri dalam kaidah bidang planar. Denah dan massa badan c. Alam Minangkabau yang berbukit, bangunan pada dasarnya merupakan simbol dari terdiri dari punggungan dan landaian hal yang lebih bersifat non-fisik seperti cara (Ismael, 2010:52) (Gambar 4). hidup dan kepercayaan. Cara hidup masyarakat Minangkabau yang dipengaruhi oleh sistem genealogis matrilineal yang mereka anut dimana posisi kaum perempuan dalam masyarakat dianggap penting, kepercayaan yang mereka Gambar 4. Garis Lengkung Landaian dan anut yaitu agama Islam yang mempengaruhi Punggungan yang Menyiratkan Alam batasan ruang antara perempuan dan laki-laki, Minangkabau yang Berbukit yang kesemuanya mempunyai penjelasan yang Sumber: Gemala, 2010:43 amat panjang dan rumit, tergambar dalam denah yang sederhana ini. 2. Bentuk bangunan yang menyerupai 1. Bentuk atap gonjong trapesium terbalik merupakan representasi Ide atau pemikiran yang mendasari bentuk dari kapal atau perahu layar. Hal ini atap gonjong (Gambar 1) antara lain: merupakan kenangan terkait asal-usul nenek moyang orang Minangkabau yang dianggap berasal dari rombongan Iskandar Zulkarnaen yang berlayar dengan kapal dari daerah asalnya dan kemudian Gambar 2. Atap Gonjong terdampar di dataran Minangkabau. (Ismael, 2007:52). a. Tanduk kerbau, karena kerbau merupakan hewan yang dianggap Ragam Jenis Rumah Gadang sangat erat kaitannya dengan sejarah 1. Gajah Maharam kemenangan masyarakat Minangkabau Model bangunan Gajah Maharam dalam adu kerbau melawan pendatang bergonjong empat yang ada di Sehiliran yang ingin menduduki wilayah mereka. Batang Bengkaweh atau kawasan Lareh (Ismael, 2007:52) (Gambar 2). Nan Panjang, dianggap bentuk asal bangunan tradisi Minangkabau. Bangunan ini ada di Pariangan Padang Panjang, Kab. Tanah Datar dan kawasan lainnya. Ciri

36 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA Aulia Azmi BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Imam Faisal Pane

bangunan ini adalah pengakhiran pada kiri dan kanan bangunan yang lurus dan tidak diakhiri dengan anjung (anjuang) (Gambar 5).

Gambar 7. Rumah Gadang Surambi Sumber: Maulana Abdullah

Gambar 5. Rumah Gadang Gajah Maharam Sumber: Maulana Abdullah

2. Gonjong Ampek Sibak Baju Gonjong Ampek Sibak Baju RA suku Koto, Dt.Tampang, di Koto Pisang (koto Kaciak), desa Pariangan, 5 ruang. Perhatikan dua gonjong yang ditengah, pengakhiran pada dua gonjong bagian tengah adalah dalam Gambar 8. Rumah Gadang Surambi Aceh bentuk garis sibak baju, bentuk dasarnya Bagonjong Duo adalah bangunan Gajah Maharam (Gambar Sumber: Maulana Abdullah 6). Ornamen dan Makna pada Rumah Gadang Tiap-tiap ukiran mempunyai makna dan maksud tersendiri. Hal itu juga berhubungan dengan tempat diletakkannya ukiran tersebut. Berikut adalah arti dari beberapa buah ukiran (Gambar 9): 1. Aka Bapilin (akar berpilin). Artinya bahwa tindakan orang Minangkabau tidak ada yang sia-sia, semuanya harus ada maksud Gambar 6. Rumah Gadang Gonjong Ampek Sibak dan tujuan. Oleh karena itu tidak boleh Baju putus asa, karena manusia sudah dibekali Sumber: Maulana Abdullah dengan akal pikiran untuk memikirkan segala sesuatu yang berguna untuk 3. Surambi Aceh Bagonjong Ciek dan Duo hidupnya. Asal bangunan serambi ini muncul dari 2. Kaluak paku (gulungan pucuk pakis muda). kebutuhan penerima tamu yang bukan Ukiran ini melambangkan tanggung jawab orang minang (kolonial) yg tidak seorang mamak terhadap kemenakan di diperbolehkan (tabu) masuk ke dalam rumah orang tua, juga sebagai ayah di rumah adat/gadang (Gambar7). Bangunan rumah istri. Istano Rajo Balun memiliki serambi depan dengan dua gonjong, sejajar dengan bangunan (Gambar 8).

Gambar 9. Ornamen Kaluak Paku Kacang Balimbiang Sumber: Nusyirwan, 1979:40

37 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 35-43

3. Bungo mantimun (bunga mentimun). 8. Limpapeh (lipas besar). Ukiran ini Ukiran ini menggambarkan bahwa menggambarkan bila dalam sebuah rumah sesuatunya itu harus dibiarkan berkembang adat terdapat anak gadis yang cantik, maka sesuai dengan kodratnya. kepadanya diberi nama julukan limpapeh. 4. Singo Mandongkak jo Takuak Kacang Goreng (daun kacang goreng). Ukiran ini 9. Ramo-ramo (kupu-kupu). Ukiran ini menggambarkan bahwa segala sesuatu menggambarkan tentang pusaka yang terdapat di alam memiliki tanda-tanda Minangkabau yang tetap, tidak berubah dari yang menunjukkan keadaan alam itu dahulu sampai sekarang, walaupun para sendiri (Gambar 10). pendukungnya sudah silih berganti. Pusaka Minangkabau yang dimaksudkan adalah adat Minangkabau. 10. Sikumbang manih. Ukiran ini bermakna kemeriahan, keramahan, dan kesopanan. Gambar 10. Ornamen Singo Mandongkak jo 11. Aka cino. Ukiran ini bermakna kehaluasan Takuak Kacang Goreng dan keserasian. Sumber: Nusyirwan, 1979:40 5. Siriah gadang (daun sirih). Ukiran ini HASIL DAN PEMBAHASAN menggambarkan konsep-konsep dalam sistem sosial orang Minangkabau (Gambar Wujud Fisik Rumah Gadang Secara 11). umum tipe rumah gadang terbagi 2 (dua) tipe berdasarkan kelarasan, yaitu Kelarasan Koto Piliang dan Kelarasan Bodi Chaniago yang memiliki sistem pemerintahan yang berbeda. Hal tersebut juga mempengaruhi bentuk rumah gadang masing-masing kelarasan (Gambar 14). Gambar 11. Ornamen Siriah Gadang Pada rumah gadang laras koto piliang Sumber: Nusyirwan, 1979:40 pada kedua ujung bangunan terdapat anjungan 6. Itiak pulang patang (itik pulang sore). yang mana lantainya lebih tinggi dari lantai Ukiran ini menggambarkan kehidupan yang bangunan sekitarnya. Anjungan merupakan santai sesudah berusaha dan bekerja tempat tetua adat tertinggi duduk sebagaimana system kepemimpinan yang dianut oleh Koto seharian untuk memenuhi kebutuhan Piliang merupakan sitem yang otoriter. hidupnya. Bermakna keteraturan, ketertiban Sedangkan pada Laras Bodi Caniago yang dan kedisiplinan. menganut paham demokratis, lantai rumah gadang dibuat datar sejajar dengan lantai bagian rumah yang lain. Gambar 12. Ornamen Itiak Pulang Patang Sumber: Nusyirwan, 1979:40

7. Kuciang lalok jo Saik Galamai (kucing tidur). Ukiran ini menggambarkan keadaan orang yang malas seperti kucing tidur (a) (Gambar 13).

(b) Gambar 13. Ornamen Kuciang lalok jo Saik Gambar 14. Tipe rumah gadang Minang kabau (a) Laras Koto Piliang (b) Laras Bodi Caniago Galamai Sumber: google.com Sumber: Nusyirwan, 1979 : 40 38 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA Aulia Azmi BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Imam Faisal Pane

1. Orientasi bangunan Setiap jenis rumah gadang memiliki pintu Rumah gadang terdiri dari beberapa lanjar, masuk utama yang berbeda-beda. Ada yang yaitu ruang yang membujur dari depan ke terletak di tengan pada bagian depan, ada belakang. Ruang ini merupak ruang tengah yang terletak pada bagian pinggir depan, dan yang berfungsi untuk tempat berkumpul ada yang memiliki pintu masuk dari samping kaumseperti, rapat kaum, musywarah, rumah. Hal tersebut tergantuang dari makan bersama, dll (Gambar 16). kelarasan yang dianut oleh pemilik rumah gadang (Gambar 15).

(a) Gambar 16. Ilustrasi Denah Rumah Gadang Sumber: google.com

3. Bentuk Atap dan Jumlah Gonjong Bentuk atap rumah gadang memiliki bentuk yang unik,yaitu melengkung dan runcing pada ujungnya. Bentuknya menyerupai (b) seperti tanduk kerbau yang menjadi filosofi bentuk atap itu sendiri. Setiap jenis rumah gadang memiliki jumlah gonjong yang berbeda-beda sesuai besar rumah gadang dan status pemilik rumah gadang (Gambar 17).

(c) Gambar 15. Ilustrasi Pintu Masuk Utama Rumah Gadang: (a) Dari Depan, (b) Dari Depan Dengan Serambi, (c) Dari Samping Depan Sumber: google.com

2. Denah Secara umum rumah gadang memiliki denah persegi panjang yang simetris. Ruangannya selebar dari tiang satu ke tiang berikutnya. Tiang –tiang yang berdiri akan membentuk ruang. Biasanya rumah gadang Gambar 17. Jumlah Gonjong Rumah Gadang terdiri dari jumlah ruang yang ganjil, dimulai dari 3 ruang, 5 ruang, 7 ruang dan seterusnya.

39 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 35-43

Wujud Fisik Bangunan Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ

Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ terletak pada Jalan Jend. Sudirman yang merupakan jalan utama di Kota Bukittinggi. Kantor ini dulunya berfungsi sebagai kantor Walikota sebelum akhirnya pindah ke gedung baru yang ada di daerah Gulai Bancah. Sekarng merupakan kantor bersama yang terdiri dari 4 dinas dan badan yang menjalankan fungsi kepemerintahan di Bukittinggi (Gambar 18).

Gambar 20. Foto Suasana Gedung Kantor Atas: Tampak Depan; Bawah: Tampak Samping

2. Denah Bangunan yang berbentuk huruf L ini memiliki jumlah lantai yang berbeda. Pada satu bagian yang terpanjang dan lurus ke belakang memiliki 3 lantai. Sedangkan pada bagian yang terpendek hanya terdiri dari 1 lantai (Gambar 21). Gambar 18. Citra Satelit Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ Sumbert: google earth 2017

1. Orientasi bangunan Bangunan ini memiliki bentuk ruang seperti huruf L yang mana pada bagian terpanjangnya lurus ke belakang. Pada bagian terpendek bangunan merupakan tempat pintu masuk utama kantor yang menghadap ke jalan jend. Sudirman. Selain itu juga terdapat pintu pada bagian samping bangunan, namun bukan menjadi pintu masuk utama (Gambar 19, dan 20).

Gambar 21. Denah Lantai 1 Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ

Bangunan ini memiliki bagian layout denah yang simetris dan memanjang, namun tidak memiliki lanjar seperti halnya yang terdapat pada rumah gadang. Denah dibuat sesuai kebutuhan kantor seperti lobi, ruangan kerja bagi karyawan, dan toilet Gambar 19. Tampak Bangunan Kantor Bersama (Gambar 22). DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ Atas: Tampak Depan; Bawah: Tampak Samping

40 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA Aulia Azmi BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Imam Faisal Pane

3. Bentuk Atap dan Jumlah Gonjong Bangunan kantor yang terdiri dari 3 massa bangunan ini juga memiliki gonjong pada masing-masing atapnya. Bangunan yang terdiri 3 lantai memiliki 4 gonjong, pada pintu masuk terdapat 1 gonjong, dan pada sisi bangunan lainnya memiliki 4 gonjong. Sehingga pada penampakannya gedung kantor ini terlihat seperti banyak gonjong yang terdiri dari beberapa bangunan (Gambar (a) (b) 23-24, dan Tabel 1). Gambar 22. Denah Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ (a) Lantai 2; dan (b) Lantai 3

Gambar 23. Bentuk Atap dan Jumlah Gonjong Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ

Gambar 24. Foto Atap Gonjong pada Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ

41 Jurnal Arsitektur dan Perkotaan “KORIDOR” vol. 09 no. 02, JULI 2018 35-43

Tabel 1. Tabulasi Penerapan Arsitektur Tradisional Minangkabau pada Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Kesbangpolinmas dan BAZ Unsur Kantor Bersama Dpkad, Arsitektur Rumah Gadang Bodi No Rumah Gadang Koto Piliang Bappeda, Kesbangpolinmas Tradiosional/ Caniago dan Baz Bangunan

Pada bagian tambahan dari Pintu masuk pada bagian tengan sisi paling bangunan. Terdapat pintu masuk 1 Pada bagian samping utama depan pada bagian samping. Namun bukan menjadi pintu utama

2 Anjungan v - - Tidak menggunakan pola ruang Berjumlah ganjil Berjumlah ganjil (3,5,7)yang seperti rumah gadang. Ruang 3 Ruang (3,5,7)yang memanjang memanjang ke samping dibentuk berdasarkan kebutuhan ke samping kantor. Terdapat 3 massa bangunan:

1. Bangunan berlantai 3 memiliki jumlah gonjong 4 Jumlah Tergantung besar 2. Bangunan yang menjadi 4 Tergantung besar ruangan Gonjong ruangan lobi / pintu masuk utama memiliki 1 gonjong 3. Bangunan (kantor DPKAD) memiliki 4 gonjong - Berbentuk huruf L 5 Denah Persegi panjang simetris Persegi panjang simetris - Memiliki 3 lantai Tidak menggunakan sistem 6 Jumlah lanjar 2 atau 3 2 atau 3 lanjar

KESIMPULAN rumah gadang yang didirikan dan status pemilik rumah. Berdasarkan sistem kepemimpinan yang Penerapan arsitektur tradisional pada ada di Minangkabau yakni Kelarasan Koto bangunan Kantor Bersama DPKAD, Bappeda, Piliang dan Kelarasan Bodi Caniago, rumah Kesbangpolinmas dan BAZ hanya terdapat pada gadang terbagi atas 2 tipe yaitu: (1) Rumah atap yang memiliki gonjong. Gadang Baanjuang (Kelarasan Koto Piliang); dan (2) Rumah Gadang Indak Baanjuang (Kelarasan Bodi Caniago). DAFTAR PUSTAKA Rumah gadang memiliki denah yang berbentuk persegi panjang yang simetris yang Dinapradipta, Asri (2006) Materi Perkuliahan terdiri dari ruang dan lanjar, di mana ruang Arsitektur Nusantara. Surabaya: adalah bagian memanjang ke samping yang Pascasarjana Arsitektur ITS. dibentuk oleh tiang-tiang tinggi berjumlah ganjil (3,5,7,dst) sedangkan lanjar adalah bagian yang Gemala (2010) Arsitektur Vernakular dibentuk oleh tiang dari depan ke belakang Minangkabau. Jakarta: Departemen rumah. Lanjar biasanya terdiri dari 2-4 bagian. Arsitektur FT UI. Jumlah gonjong setiap rumah gadang berbeda-beda, hal tersebut tergantung dari besar

42 PENERAPAN ARSITEKTUR TRADISIONAL MINANGKABAU PADA Aulia Azmi BANGUNAN PERKANTORAN BUKITTINGGI Imam Faisal Pane

Ismael, Sudirman (2007) Arsitektur Tradisional Minangkabau: Nilai-Nilai Budaya Dalam Arsitektur Rumah Adat. Padang: Bung Hatta University Press.

Nazir, M. (1988) Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia

Nursyirwan dkk. (1979) Arsitektur Minangkabau [laporan KKL]. Bandung: ITB.

Prijotomo, Josef (2004) Arsitektur Nusantara Menuju Keniscayaan. Surabaya: Wastu Lanas Grafika.

Sugiyono (2008) Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Syamsidar, B.A. (1991) Arsitektur Tradisional Daerah Sumatra Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

43