<<

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

Jamiat Kheir dan Al-Irsyad: Kajian Komunitas Arab dalam Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX di

Abdul Pauzan Haryono Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Universitas Islam 45 Jakarta, Bekasi, Jawa Barat [email protected] [email protected]

Abstrak Sejak abad 18 Orang Arab telah berbondong-bondong mendatangi tanah Batavia karena dianggap tempat yang memesona dan menjanjikan. Sejak itu pula orang Arab telah menjadi salah satu bagian multikulturalisme di Jakarta. Mereka berkecimpung dalam berbagai aspek kehidupan dan mencoba berbaur dengan orang Pribumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komunitas Arab di Jakarta dalam modernisasi Pendidikan Islam di awal abad XX di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Observasi, dengan mengunjungi langsung sekolah-sekolah yang dimiliki oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Dokumentasi dengan mengamati naskah-naskah pendirian awal sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Arab telah memainkan peran yang cukup penting dalam pendidikan Islam di Jakarta. Mereka bersumbangsih besar dalam modernisasi pendidikan Islam di Jakarta pada awal abad 20, melalui dua organisasi yang didirikannya di Jakarta, Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. Mereka mengabdikan diri dalam pendidikan Islam dan mencetuskan konsep baru sistem pendidikan Islam di Jakarta. Kata kunci: Al-Irsyad; Jami’at Kheir; modernisasi pendidikan Islam; orang Arab ------Abstract Since the 18th century Arab People had come to the land of Batavia because it was considered a charming and promising place. Since then, Arab People have become a part of multiculturalism in Jakarta. They are involved in various aspects of life and try to blend in with the Indigenous people. This study aims to analyze the role of the Arab community in Jakarta in the modernization of Islamic Education in the early XX century in Jakarta. The method used in this study was qualitative by conducting interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with prominent figures of Jami'at Kheir and Al-Irshad; observation, by visiting schools directly owned by the Jami'at Kheir and Al-Irshad organizations; documentation by observing manuscripts of the early establishment of the Jami'at Kheir and Al-Irshad schools. The Arab People had also played a significant role in Islamic education in Jakarta. They contributed greatly to the modernization of Islamic education in Jakarta in the early 20th century, through the two organizations was founded in Jakarta, Jami'at Kheir and Al-Irshad. They devoted themselves to Islamic education and sparked a new concept of the Islamic education system in Jakarta. Keywords: Al-Irshad; Arab people; Jami'at Kheir; modernization of Islamic education

163

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, dan Al-Irsyad ...

A. Pendahuluan karena Batavia laksana primadona yang Orang Arab di Nusantara telah menjadi sasaran para pujangga cinta. memainkan peran penting dalam berbagai Tercatat pada tahun 1859-1890 jumlah aspek kehidupan, baik ekonomi, orang Arab di Batavia mencapai 1662 keagamaan dan politik maupun orang,4 jumlah ini lebih besar dari pada pendidikan. Motivasi kedatangannya di jumlah populasi di wilayah lainnya. Nusantara, terdapat banyak pendapat. Sampai pada abad 19 arus migrasi terus Mulai dari menyebarkan agama Islam dan berlanjut dan jumlahnya semakin berdagang sampai lari dari kejaran tentara membeludak. Untuk mengatasi peledakan Bani Umayyah.1 Namun, menurut L.W.C jumlah populasi orang Arab di Batavia van Den Berg salah seorang penasihat pemerintah kolonial mulai melakukan gubernur Hindia Belanda, bahwa pembatasan migran Arab. Snouck kehadiran orang-orang Arab di Nusantara menegaskan “Seandainya undang-undang sekedar mencari ‘’Cincin Nabi kita tidak membatasi kebebasan bergerak Sulaiman’’ atau mencari peruntungan. orang Hadramaut, migran mereka pastilah 5 Singkatnya motif kedatangan mereka lebih banyak dari sekarang.” menurut Berg adalah Ekonomi. Ia Orang Arab di Jakarta statusnya menegaskan bahwa Islamisasi bukan disamakan dengan orang Bengali atau menjadi agenda utama dari kedatangan Kojah (sebutan untuk orang-orang India orang-orang Arab asal Hadramaut.2 atau Asia Selatan yang tinggal di Jakarta). Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Oleh pemerintah Belanda mereka sebagian besar orang-orang Arab ditempatkan di Pekojan dan Hadramaut yang datang ke Nusantara Krukut.6.Namun, pada masa selanjutya merupakan orang-orang Arab yang tidak orang-orang Arab tidak lagi tergolong mapan. Kebanyakan kalangan berkonsentrasi di dua wilayah tersebut, orang-orang Arab yang mapan menetap di tetapi menyebar ke daerah-daerah lain Hadramaut. Kegersangan tanah air di seperti Condet dan Tanah Abang. Hadramaut juga menjadi motivasi mereka Orang Arab di Batavia telah berhasil mencari peruntungan di luar tanah air. berbaur dengan masyarakat pribumi, Arus Migrasi orang-orang Arab secara tidak pernah terjadi konflik antara besar-besaran terjadi pada abad 18.3 Aceh pribumi Batavia dengan Orang Arab. menjadi pintu masuk pertama, kemudian Mereka memiliki kedudukan yang cukup tersebar ke seluruh pelosok Nusantara, penting, menyandang gelar atau mulai dari Aceh, Palembang, Batavia, tokoh agama, sehingga perannnya sangat , , , sentral. Mereka juga memiliki kharisma dan Pontianak sampai bebe-rapa wilayah yang tinggi, terutama orang Arab lainnya yang tergolong wilayah pesisir golongan dan .7 Bahkan dan Urban. ketika meninggal, kuburan mereka tak Orang Arab di Batavia menjadi sepi dari penziarah yang mengalap berkah. komunitas terbesar dari koloni-koloni Melihat berbagai fakta di atas, dapat Arab lainnya. Hal ini tidak mengherankan dikatakan bahwa peran orang Arab di

1 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, 4 Atjeh, 96. 21; Al-Hadad, Sejarah Masuknya Islam Di Timur 5 Hurgronje, Kumpulan Karya Snouck Hurgronje. Jauh. 6 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, 2 van Den Berg, Orang Arab Di Nusantara, 113; 101. Jacobsen, Hadrami Arabs in Present-Day 7 Al-Masyur, Sejarah Silsilah Dan Gelar Indonesia an Indonesia-Oriented Group with an Keturunan Nabi SAW Di Indonesia, Arab Signature, 7–18. Singapura, , Timur Tengah, India Dan 3 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, Afrika, 268–70. 100.

164

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

Nusantara khususnya di Batavia atau pendapat, berdagang, menyebarkan Jakarta cukup besar, terutama dalam agama dan lari dari kejaran tentara Bani bidang ekonomi, keagamaan dan Umawiyyah. Tetapi yang jelas orang pendidikan Islam. Khusus yang terakhir Arab telah memainkan perannya dalam bahkan menjadi basis tetap eksisnya berbagai aspek kehidupan di Nusantara orang-orang Arab dalam memodernisasi sejak abad ke13. Banyak ulama berdarah pendidikan Islam di Indonesia. Oleh Arab diangkat menjadi penasehat karena itu, dalam tulisan ini akan dikaji kerajaan, bahkan sebagai raja. Hamid Al- secara mendalam tentang peran orang Gadri membenarkan pendapat bahwa Arab dalam Pendidikan Islam di Jakarta orang-orang Arab telah berperan aktif 10 pada awal abad 20, yang direpresentasikan dalam pecaturan politik kesultanan. dalam pendirian lembaga pendidikan Orang Arab asal Hadramaut telah Islam, padahal sebelumnya, pendidikan menginjakkan kaikinya di Jakarta sejak Islam di Nusantara selalu dikaitkan abad 18 M Jakarta sebagai sebuah wilayah dengan , dan masjid. pesisir dan pelabuhan yang ramai menjadi Sekarang, mereka modernisasi dalam daya tarik tersendiri bagi orang-orang bentuk Madrasah,8 yang meliputi aspek Arab untuk menyambangi Jakarta. infrastruktur dan kurikulum. Motif Sebagian besar mereka adalah kaum mereka adalah berkhidmat dalam dunia Adam dan berprofesi sebagai pedagang. pendidikan Islam di Jakarta, melalui Jarang ditemukan orang Arab wanita ikut Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. pergi mengembara. Kaum wanita hanya menetap di tanah airnya di Hadramaut. B. Metode Oleh karena itu, banyak orang Arab yang Metode yang digunakan dalam datang ke Jakarta akhirnya menikah penelitian ini adalah kualitatif dengan dengan wanita peribumi dan melahirkan melakukan wawancara, observasi dan peranakan-peranakan Indo-Arab. Jarang dokumentasi. Wawancara dilakukan sekali wanita Arab dan peranakan Arab kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir menikah dengan pribumi. Hal ini karena dan Al-Irsyad yang ada di wilayah DKI orang- orang Arab menganut sistem Jakarta; Observasi, dengan mengunjungi patrilineal, yakni garis keturunan langsung sekolah-sekolah yang dimiliki berdasarkan darah laki-laki. Tradisi ini oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al- mendarah kuat di Masyarakat Arab Irsyad di Jakarta; Dokumentasi dengan Jakarta di mana mereka enggan mengamati naskah-naskah pendirian awal menikahkan anak perempuannya kepada sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad yang laki-laki di luar golongan mereka. Karena ada di kantor pusat kedua organisasi apabila wanita Arab menikah dengan laki- tersebut. laki non Arab maka terputus nasab atau tali kekeluargaannya. Hal ini lumrah C. Temuan dan Pembahasan terjadi terutama di kalangan sayyid dan Identitas Orang Arab di Jakarta habib. Orang Arab datang ke Jakarta Orang Arab di Jakarta terdiri dari kebanyakan berasal dari Hadramaut atau golongan golongan Sayyid dan non Arab Selatan (sekarang Yaman) atau biasa Sayyid. Golongan Sayyid merupakan disebut Arab-Hadrami.9 Motif orang Arab keturunan Husain, cucu Nabi kedatangannya terdapat beberapa

8 Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekata 9 van Den Berg, Orang Arab Di Nusantara, 113– Historis Teoritis Dan Praktis, 158–59; Suwinto, 22. Sejarah Sosial Pendidikan Islam, 214–15. 10 Algadri, Islam Dan Keturunan Arab Dan Pemberontakan Melawan Belanda, 103–4.

165

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

Muhammad.11 Namun, Habib juga berasal dari kara rabb yang berarti tumbuh menjadi sebutan populer orang Arab dan berkembang. Ta’adib berasal dari kata Jakarta. Status Habib tak bedanya dengan addaba yang berati mendidik, sedangkan Sayyid dalam garis keturunan. Orang ta’lim berasal dari kata a’lama yang Arab penyandang gelar Habib juga berarti ilmu pengetahuan, atau menurut mengklaim dirinya sebagai keturunan Rasyid Ridha sebagai transmisi ilmu Muhammad. Sedangkan golongan Non- pengetahuan. Muhammad Fadhil al- Sayyid merupakan orang Arab yang tidak Jamaly menegaskan pendidikan Islam memiliki pertalian darah dengan Nabi adalah upaya mengembangkan, Muhammad. mendorong dan mengajak peserta didik Identitas Ke-Sayyidan bukan tidak hidup dinamis dengan berdasarkan pada penting bagi masyarakat Arab di Jakarta, nilai-nilai yang tinggi dan mulia, sehingga karena bisa menjadi sistem kasta.Orang terbentuk peribadi peserta didik yang Arab golongan Sayyid mendapat lebih sempurna baik yang berkaitan penghormatan yang berlebih dibanding dengan potensi akal dan perasaan, maupun 13 dengan golongan Arab Non-Sayyid. perbuatan. Menurut Deliar Noor, orang Arab Non Institusi pendidikan Islam di Indonesia Sayyid harus mentaqbil atau mencium terdiri dari pesantren, masjid dan surau. tangan orang Arab golongan Sayyid Lembaga-lembaga tersebut menjadi apabila mereka berpapasan. Hal itu pelopor awal berdirinya lembaga dilakukan sebagai penghormatan.12 pendidikan Islam di Indonesia. Seiring Identitas golongan Arab tersebut sempat perkembangan zaman, muncul lembaga menjadi perdebatan panas pada awal abad pendidikan Islam yang sealur dengan arus 20 antara golongan Sayyid dan Non modernisasi, seperti madrasah yang Sayyid, sehingga menimbulkan menjadi pioner lembaga pendidikan Islam perpecahan di kalangan mereka. Tetapi, yang dirintis oleh orang-orang Arab di saat ini perdebatan itu sudah tidak terlalu Jakarta. Di Jalan KH. Mas Mansyur, santer terdengar, meskipun kharisma dan Tanah Abang, Jakarta, terpampang kokoh pengkultusan golongan Sayyid masih sebuah bangunan berwarna kuning terjadi hingga sekarang. Identitas ke- bertuliskan Jami’at Kheir. Bangunan Araban memang cukup penting, meski tersebut menjadi saksi perjuangan orang mereka telah memilih Indonesia sebagai Arab di Jakarta dalam mengabdikan Tanah Airnya. dirinya pada dunia pendidikan Islam. Al-Jami’yat Al-Khairiyyah merupa- Al-Jami’at Al-Khairiyyah: Wujud kan organisasi masyarakatan yang Pengabdian Masyarakat Arab didirikan oleh orang Arab, sebagai wadah dalam Pendidikan Islam di Jakarta kaum Muslimin di Jakarta. Meskipun pada Pendidikan merupakan sebuah kenyataannya organiasi ini didominasi kegiatan mentransferkan ilmu oleh orang Arab golongan Sayyid yang pengetahuan yang bertujuan cukup mapan, tetapi dalam bidang mencerdaskan masyarakat. Dalam Islam, ekonomi, sebagian waktunya disisihkan Pendidikan disebut dengan Tarbiyah, untuk mengabdi kepada masyarakat Ta’dib dan Ta’lim, dimana ketiganya melalui organisasi yang dipimpin oleh memiliki definisi yang berbeda. Tarbiyah Sayid Muhammad Al-Fachir bin

11 Shahab, “Sistim Kekerabatan Sebagai 12 Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia Katalisator Peran Ulama Keturunan Arab Di 1900-1942, 72. Jakarta,” 127; Aljunied, “The Genealogy of the 13 Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekata Hadhrami Arabs in - the ’Alawi Historis Teoritis Dan Praktis, 31–32. Family,” 2–4.

166

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

Abdurrahman Al-Mahsyur, Sayid Jami’at Kheir merupakan presentasi Muhammad bin Abdul bin Sjihab, Sayid pengabdian orang-orang Arab di Jakarta Idrus bin Ahmad bin Sjihab, dan Sayid terhadap pendidikan Islam. Hemat penulis 14 Sjehan bin Sjihab. Jami’at Kheir lah yang memplopori Awalnya Jami’at Kheir didirikan modernisasi pendidikan Islam di Jakarta secara diam-diam di Pekojan pada tahun kala itu. Karena sebelumnya lembaga 1901. Pada mulanya jamiat Kheir tidak pendidikan Islam erat kaitannya dengan berfokus sebgai lembaga pendidikan lembaga-lembaga pendidikan tradisional, namun lebih kepada organisasi sosial.15 seperti Masjid, Surau, dan Pesantren. Karena pada masa itu pemerintah kolonial Namun orang-orang Arab melalui Jamiat melarang umat Islam untuk mendirikan Kheir memberikan warna baru terhadap lembaga pendidikan kecuali lembaga pendidikan Islam di Indonesia khususnya pendidikan normatif. Namun berkat di Jakarta dalam bentuk Madrasah. perjuangan keras para tokoh Jamiat Kheir Meskipun Jami’at Kheir berada di Jakarta berhasil meyakinkan pemerintah kolonial namun murid-muridnya banya yang bahwa organisasi Jami’at Kheir hanya berasal dari luar Jakarta seperti dari berfokus pada dunia pendidikan dan tak Karawang, Bogor, Tangerang, Banten, sedikitpun menyentuh ranah politik.16 dan Purwakarta banyak mereka yang Karena yang ditakutkan oleh pemerintah berminat karena banyak dari mereka yang kolonial adalah organisasi Islam menjadi sekolah tanpa dipungut biaya. wadah penentang pemerintah dan pemicu Madrasah yang di pelopori oleh Jami’at pemberontakan. Namun memang terdapat Kheir merupakan pola lembaga niat pemerintah Kolonial yang menurut pendidikan baru yang berbeda dengan penulis tidak fair terhadap umat Islam kala lembaga pendidikan tradisional lainnya. itu, yakni cenderung melokalkan Islam Bila pada pendidikan tradisional, kiat pada ranah keagamaan saja. Sehingga mengenal sistem pendidikan seperti daya kritis dan intelektualitas umat Islam halaqoh, sorogan, wetonan, dan tidak berkembang, karena hanya sebagainya. Namun orang-orang Arab bergumul pada ranah agama yang sifatnya Jakarta mempunyai sistem yang berbeda, normatif. Akhirnya niat dan usaha dari yakni sistem klasikal. Sistem klasikal para tokoh Jami’at Kheir itu diwujudkan merupakan sistem pendidikan yang oleh Pemerintah Belanda dengan di menggunakan tingkatan-tingkatan kelas sahkannya Jami’at Kheir pada 17 Juni dengan kemampuan murid yang berbeda, 1905. Setahun setelah disahkan oleh dimana murid dikelompokan dalam kelas pemerintah keresidenan akhirnya Jami’at berdasarkan usia. Tidak sampai disitu, jika Kheir mengubah anggaran dasarnya yang dilihat dari kurikulumnya, Madrasah tidak dijelaskan bahwa Jamiat Kheir bermaksud sepenuhnya menerapkan mata pelajaran mendirikan lembaga pendidikan beserta Islam layaknnya yang diterapkan pada sistem pengajarannya. Akhirnya sejak 24 pendidikan Islam tradisional. Namun Oktober 1906 Jamiat Kheir berdiri sebagai kurikulum madrasah yang digunakan oleh lembaga pendidikan Islam. Namun baru Jami’at Kheir ialah memadukan mata pada tahun 1909 berdiri sekolah Jami’at pelajaran Islam dengan mata pelajaran 17 18 Kheir di Pekojan. umum. Ilmu bumi, Sejarah dan ilmu

14 Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 17 “Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 1900-1942. Nabi Sulaiman.” 15 “Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 18 Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia Nabi Sulaiman,” 40. 1900-1942, 69. 16 “Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin Nabi Sulaiman,” 41.

167

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

berhitung juga turut menjadi warna baru mendirikan perpustakaan di Tanah Abang. terhadap kurikulum madrasah yang Dalam perpustakaan ini banyak koleksi diterapkan Jami’at Kheir. Sehinga yang buku, surat kabar, dan majalah. Menurut menjadi titik tekan bukan lagi hafalan, Aboebakar Atjeh dalam Kebangkitan akan tetapi daya kritis siswa. Bahasa Dunia Baru Islam di Indonesia, di perantara yang digunakan Jami’at Kheir perpustakaan inilah KH adalah bahasa Indonesia dan bahasa seorang pendiri mulai 19 Melayu. mengenal buku-buku dan majalah Untuk meningkatkan mutu pendidikan bernafaskan pembaruan Islam. Islam, sejak tahun 1907 Jami’at Kheir Menurut Deliar Noor, sejak berdirinya banyak memanggil para guru yang berasal sampai pada tahun 1915 Jami’at Kheir dari dalam dan luar Indonesia. Guru-guru tetap merupakan organisasi kecil. yang berasal dari daerah diantaranya guru Organisasi ini berkembang sangat lambat. yang berasal dari Padang yakni Haji Tercatat pada tahun 1915 Jamiat Kheir Muhammad Mansur, ia dipanggil karena hanya memiliki 1000 orang Anggota. keahliannya dalam bahasa melayu dan Selain itu Jami’at Kheir juga enggan kedalamannya dalam memahami agama membuka cabang, sekalipun para Islam. Selain itu Jami’at Kheir juga alumninnya membuka sekolah namun mendatangkan Al-Hasjimy yang berasal manajemennya tidak satu atap dengan dari Tunis, Ialah yang digadang-gadang Jami’at Kheir yang ada di Tanah Abang. sebagai pelopor gerakan kepanduan pertama di Indonesia. Hasjimy merupakan Tahun Perpecahan salah satu tokoh Tunis yang vokal dan Para guru yang didatangkan dari Timur kerap kali melakukan pemberontakan Tengah oleh Jami’at Kheir pada masa kepada kolonial Perancis. kemudian laksana menjadi buah Selain itu pada tahun 1911 Jamiat simalakama bagi orang-orang Sayid yang Kheir mengundang guru-guru yang peranannya cukup mendominasi di berasal dari negeri-negeri Arab untuk Jami’at Kheir. Syaikh Soorkati adalah bergabung dengan Jamiat Kheir. orang yang selalu mengajarkan persamaan Diantaranya Syaikh Ahmad Soorkati dari derajat kepada para murid-muridnya. , Syaikh Muhammad Thaib dari Sehingga ia sangat menentang keras Maroko, dan Syaikh Muhammad Abdul pentakziman (penghormatan) yang Hamid dari Mekkah.20 Tokoh-tokoh yang berlebihan kepada golongan Sayid. Hal diundang oleh Jami’at Kheir untuk inilah yang menurut Deliar Noor menjadi mengajar dan mengembangkan lembaga akar perpecahan diantara orang-orang 21 pendidikan kebanyakan merupakan Arab di Jakarta. kalangan modernis yang banyak Seperti yang telah penulis sebutkan terinspirasi dari Jamaludin Al-Afghani pada bagian sebelumnya orang-orang dan Muhammad Abduh di Mesir. Seperti Sayid di Jakarta mendapat kedudukan yang penulis singgung diatas, ketika yang lebih tinggi dari orang Arab Non mereka mengajar, bukan lagi hafalan Sayid. Sehingga wajib bagi mereka yang yang menjadi titik tekan, layaknya tradisi bukan golongan non Sayid atau pribumi pembelajaran orang-orang Arab klasik, bersikap hormat pada mereka. Hal ini namun lebih menekankan kepada daya dikarenakan mereka merasa bahwa kritis siswa dan pengertian. mereka memeiliki garis keturunan suci Selanjutnya Jami’at Kheir sampai nabi Muhammad. Namun pada mengembangkan sayapnya dengan masa selanjutnya orang-orang Arab yang

19 Noor, 69. 21 Noor, 70. 20 Noor, 69.

168

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

bukan golongan Sayid mampu menyaingi tidak meninggikan salah satu golongan. kepandaian dan peran orang Arab Selanjutnya Surkati juga mengatakan golongan Sayid sehingga meeka merasa bahwa Nabi Muhammad sesungguhnya sederajat dengan golongan Sayid. Jadi tidak menurunkan nasabnya. Karena tidak ada alasan bagi mereka golongan sistem masyarakat Arab yang partilinier non Sayid untuk melakukan menyebabkan nasab nabi Muhammad penghormatan yang berlebih kepada tidak di turunkan. Kita mengetahui bahwa golongan Sayid karena secara keilmuan Nabi Muhammad tidak memiliki anak mereka sederajat. laki-laki yang memungkinkan Kemudian akar perpecahan dipicu oleh menurunkan nasab Nabi Muhammad. beberapa peristiwa yang semakin Singkatnya Fatimah meskipun anak nabi memperbesar keretakkan antara orang Muhammad tidak menurunkan nasab Nabi Arab golongan Sayid dan Non Sayid. Muahammad. Karena Nasab hanya Pendapat golongan non Sayid yang men- diturunkan pada anak laki-laki. sederajatkan diri mereka dengan Sayid Perbedaan prinsip yang mendasar mendapat dukungan dari Rasyid Ridha hingga menimbulkan perpecahan melalui fatwanya di Majalah Al-Manar, akhirnya diwujudkan dalam pembentukan bahwa hukum seorang Syarifah (golongan organisasi saingan. Umar Manggus Sayid perempuan) menikah dengan orang bersama sahabat-sahabatnya mendirikan yang bukan keturunan sayid adalah jaiz organisasi saingan yang bernama Jami’at 22 (boleh). al-Islam wal Irsyad al-Arabia atau yang Suatu kejadian lain yang memicu sering disebut Al-Irsyad. Organisasi ini ketegangan antar Sayid dan non Sayid pun sama seperti Jami’at Kheir, yakni adalah ketika Syeikh Umar Manggus sama-sama bergerak dalam dunia salah seorang Kapten Arab di Jakarta tidak pendidikan. Pendirian organisasi ini lebih mau melakukan taqbil (mencium tangan) disebabkan karena ketidakpuasan Syeikh kepada seorang Sayid bernama Umar bin Manggus dan sahabat-sahabatnya Salim Alatas.23 Hal ini kemudian memicu terhadap Jami’at Kheir, dan kekesalannya ketegangan di antara orang Arab, yang terhadap pemikiran para Sayid yang akhirnya menyebabkan perpecahan di menurutnya dinilai kaku. antara mereka. Akar perpecahan ini semakin menjadi ketika Surkati Al-Irsyad Al-Islamiyyah dan memberikan fatwa bahwa boleh seorang Surkati: Babak Baru Kelanjutan Syarifah menikah dengan laki-laki diluar Perkembangan Pendidikan Islam di golongan Sayid. Kasus ini terjadi pada Jakarta seorang Syarifah di Solo yang tinggal Berdirinya Al-Irsyad sebagai lembaga bersama orang Cina.24 Menanggapi fatwa pendidikan Islam saingan bukan berarti Surkati, orang-orang golongan Sayid menenggelamkan induknya yakni Jami’at merasa murka. Menurut Surkati tidak Kheir. Jami’at Kheir tetap tumbuh heran apabila kaum sayid merasa geram, menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam karena hal itu dapat menghancurkan yang Modern. Namun Jami’at Kheir kehormatan golongan sayid. enggan membuka cabang di berbagai Tujuan Syaikh Surkati tidak lain hanya daerah, walaupun kondisinya ingin terciptanya persamaan derajat antar memungkinkan. Sekalipun Jami’at Kheir golongan sayid dan non Sayid. Sehingga tidak membuka cabangnya diberbagai

22 Kesheh, Kebangkitan Hadhrami Di Indonesia, 24 Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar 18. Teologi Dan Politik, 96–97. 23 Noor, Gerakan Modern Islam Di Indonesia 1900-1942, 72.

169

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

daerah, akan tetapi alumni-alaumninya merubah kekakuan pemikiran para Sayid. ada pula yang mendirikan sekolah-sekolah Sebagai buktinya adalah para orang Arab Islam diberbagai wilayah di pulau Jawa, golongan Sayid mengambil kesimpulan namun secara manajemen sekolah- bahwa Surkatilah penyebab dari sekolah yang dibuka oleh alumni Jami’at perpecahan orang-orang Arab di Jakarta. Kheir tidak terhubung dengan pusatnya di Al-Irsyad pada masa kemudian Jakarta. Hanya sistem pendidikannya saja memang bisa dikatakan lebih maju dari yang mengadopsi sistem pendidikan Jami’at Kheir. Hal ini tidak terlepas dari Jami’at Kheir. peranan Syaikh Surkati yang menjadi Al-Irsyad atau lengkapnya Jami’yat al- aktor sentral dalam pergerakan organisasi Islah wal Irsyad al-Islamiyyah merupakan ini. Dibanding dengan Jami’at Kheir Al- lembaga pendidikan Islam yang didirikan Irsyad tidak segan membuka dabang- oleh orang-orang Arab non-Sayid yang cabang sekolahnya diberbagai plosok dipelopori oleh Kapten Arab Syaikh Umar Nusantara. Seperti di Tegal, Pekalongan, Manggus bersama beberapa sahabatnya, Cirebon, Bumi Ayu, dan Surabaya.26 Saleh bin Ubeid Abdad, Saleh bin Salim Dengan didirikannya cabang-cabang Al- Masjhabi, Salim bin Umar Balfas, Irsyad diberbagai wilayah menjadi tolok Abdullah Harharah, dan Umar bin Saleh ukur kebesaran organisasi ini. Kurikulum bin Nahdi. Berdirinya lembaga ini lebih Al-Irsyad memang tidak jauh berbeda karena disebabkan oleh ketidakpuasan dengan yang diterapkan oleh Jami’at Syaikh Manggus dengan Jami’at Kheir Kheir dan sitem pendidikannyapun yang dinilainnya kaku dalam menyikapi terbilang sudah modern. Namun Surkati berbagai persoalan. Pendirian lembaga ini juga kerap kali mendesain kurikulum Al- baru mendapat legitimasi dari pemerintah Irsyad meskipun basis nya tidak berbeda kolonial Belanda pada 11 Agustus 1915.25 jauh dengan Jami’at Kheir. Jami’atAl- Al-Irsyad didirikan karena semata-mata Irsyad layaknya Jami’at Kheir dalam ingin mengabdi dalam dunia pendidikan. kurikulumnya juga memadukan ilmu-ilmu Maka dari itu pada anggaran dasarnya umum dengan ilmu agama. Memang kalau pendidikan menjadi agenda utama dalam dibilang lebih berkembang dari pada pergerakan organisasi ini. Jami’at Kheir memang pantas disandang Hemat penulis pendirian Al-Irsyad oleh Al-Irsyad, dengan ke fleksibelan para menjadi babak baru semakin lebarnya tokohnya, Al-Irsyad layak dikatakan perpecahan dikalangan masyarakat Arab. penerus perkembangan pendidikan Islam Karena tidak bisa dipungkiri bahwa latar meskipun Jami’at Kheir juga tetap eksis belakang pendirian organisasi ini lebih dalam dunia pendidikan Islam. dikarenakan sentimen yang terjadi antar Sayid dan non Sayid. Meskipun Motif Pengabdian Orang-Orang sebenarnya organisasi ini juga bertujuan Arab Dunia Pendidikan Islam untuk menghimpun orang-orang Arab non Indonesia Sayid yang mempunyai kredibilitas dalam Dua organisasi Islam Arab yang diatas dunia pendidikan. Syaikh Surkati yang telah menunjukkan kiprahnya dalam dunia memiliki peranan besar dalam Al-Irsyad pendidikan Islam di Jakarta. Jami’at Kheir pun sebenarnya menyesali pendirian Al- berperan sebagai keran pembuka mengalir Irsyad dikarenakan hal itu akan derasnya perkembangan pendidikan Islam memperparah pertikaian yang terjadi antar di Jakarta, kemudian harus pecah kongsi golongan Sayid dan non Sayid. Namun karena perbedaan yang prinsipil antar bertahan di Jami’at Kheirpun tidak akan golongan Sayid dan non Sayid, akhirnya

25 Khalimi, 73. 26 Khalimi, 75.

170

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

munculah Al-Irsyad sebagai lembaga yang bersifat normatif atau terbatas pendidikan saingan. Namun meskipun pengetahuan keislaman. Tidak ada sistem bersaing kedua organisasi yang bergerak dan fasilitas yang memadai. Selain dalam ranah yang sama ini telah terbatas pada pengajian-pengajian di menunjukan kedewasaannya dengan masjid pesantren juga masih menjadi bersikap profesional dalam bidang lebaga pendidikan yang cukup banyak pendidikan. Keduanya sama-sama peminatnya namun tak ubahnya seperti berkembang namun mengalami pengkajian keilmuan di masjid-masjid signinifikansi yang berbeda. Akan tetapi hal-hal yang diajarkan bersifat normatif terlepas dari itu mereka semua yang dan memiliki kencenderungan kepada, tergabung dalam kedua organisasi tersebut sementara kebutuhan dunia luput dari telah mengabdi dan bersumbangsi besar pengajaran di lembaga-lembaga dalam per-kembangan pendidikan Islam keislaman tersebut. Maka dari itu Snouck di Jakarta kala itu. memberikan nasihat kepada Gubernur Tidak bisa dipungkiri memang mereka Hindia Belanda kala itu untuk memfokuskan agenda pendidikan mereka membiarkan saja para umat Islam yang untuk anak-anak Arab yang tidak menuntut ilmu-ilmu agama, karena terakomodir dalam sekolah-sekolah pengkajian-pengkajian keagamaan yang pemerintah Kolonial. Namun pada masa dilakukan kala itu tidak berpotensi selanjutnya hemat penulis kedua menimbulkan pemberontakan terhadap organisasi ini menjadi basis pendidikan pemerintah kolonial Selain itu lembaga Islam bagi kalangan pribumi pula. Karena pendidikan yang diselenggarakan oleh target peserta didiknya telah berbaur, yang pemerintah kolonial terkenal sangat sebelumnya orang Arab menjadi fokus diskriminatif. Sekolah-sekolah tersebut utama, namun pada kelanjutannya orang- hanya mengakomodir anak-anak pejabat orang Pribumi juga ikut menikmati kolonial, dan kalangan bangsawan. manisnya sistem pendidikan Islam yang Disamping itu orang-orang Arab di dipelopori oleh orang-orang Arab. Peran- Jakarta juga enggan memasukkan anak- peran inilah yang menurut penulis perlu anak mereka ke sekolah-sekolah yang diapresiasi, karena sulit seharusnya bagi diselenggarakan pemerintah kolonial, orang yang non-pribumi seperti orang- karena dinilai mengajarkan agama orang Arab mengabdikan diri pada tanah Kristen. air yang bukan menjadi tempat Melihat betapa pentingnya pendidikan kelahirannya. Maka dari itu pada bagian sebagai media perkembangan intelektual ini penulis akan mencoba mencari motif- para generasi mudanya, orang Arab motif yang mendasari pengabdian orang- terketuk hatinya untuk mendirikan orang Arab di Jakarta dalam dunia lembaga pendidikan Islam yang dapat pendidikan Islam. mengakomodir para generasi muda mereka agar kelak menjadi generasi yang Kebutuhan Penyediaan Layanan kritis. Meski awalnya mereka harus Pendidikan bersikap kucing-kucingan dengan Memang tidak bisa di pungkiri bahwa pemerintah Kolonial dengan menjadikan pengabdian orang Arab dalam dunia Jami’at Kheir sebagai lembaga yang pendidikan lebih karena penyediaan bergerak dalam bidang sosial, namun layanan pendidikan bagi anak-anak setahun setelah itu mereka mendapat mereka. Karena pada masa sebelum perizinan untuk menyelenggarakan berdirinya Jami’at Kheir, lembaga lembaga pendidikan. Meski Jami’at Kheir pendidikan Islam di Jakarta hanya sebatas didominasi oleh orang Arab Sayyid pengajian-pengajian di masjid-masjid namun sekolah ini tidak

171

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

mendiskriminasikan ras dan asal usul dunia-dunia Islam menjadi sasaran anggotanya.27 Jami’at Kheir bukan pembodohan kaum imprealisme Barat. sekolah agama yang absolut, namun sudah Maka dari itu hadirnya Al-Manar menganut sistem pendidikan yang sebagai sebuah yang mempresentasikan modern. Dengan sistem klasikal berupa pemikiran pembaharuan terutama oleh penggunaan jenjang kelas, meja, kursi, Abduh dan Ridha laksana lentera dikala dan papan tulis. Selain itu dalam hal gelap. Pemikirannya banyak kurikulum Jami’at Kheir juga tidak hanya mempengaruhi berdirinya gerakan- mengajarkan pelajaran agama namun gerakan modern yang berambisi pelajaran-pelajaran umum seperti sejarah, melapaskan diri dari cengkraman berhitung dan ilmu bumi masuk kedalam penjajah. Selain itu ide-ide . pembaharuan daftar mata pelajaran yang mereka yang diimplementasikan kedalam majalah ajarkan. Maka dari itu melalui Jami’at Al-Manar menjadi gairah tersendiri bagi Kheir orang-orang Arab mampu umat Islam untuk bergegas memperbaiki mempelopori modernisme pendidikan kondisi mereka. Islam di Jakarta kala itu. Pendidikan menjadi media yang cukup aman untuk mentransferkan pemikian- Pengaruh Gerakan Pembaharuan di pemikiran pembaharuan. Ketimbang Timur Tengah berbicara di mimbar dengan penuh energi Pembaharuan yang dilakukan oleh para yang menimbulkan kecurigaan tokoh-tokoh Islam di Timur Tengah pemerintah Kolonial. Seperti layaknya Al- berdampak langsung terhadap Islam di Afghani yang menginspirasikan Abduh Indonesia. Muhammad Abduh dan Rasyid melalui dunia pendidikan di Al-Azhar. Ridha lah yang banyak menginspirasi Melalui Al-Azharlah ide-ide tumbuhnya gerakan-gerakan modernis di pembaharuan Islam di tebarkan oleh Al- Indonesia. Majalah Al-Manar menjadi Afghani. Abduh menjadi murid yang jembatan yang menghubungi gairah paling mengagumi gagasan sang gurunya, kebangkitan Islam di Timur Tengah sehingga setelah perkuliahan menjadi sampai ke Indonesia. Pada abad 19 tokoh- motivasi tersendiri untuk mengikuti jejak tokoh Muslim yang mengerti bahasa Arab gurunya dalam dunia pembaharuan Islam. sudah dapat membaca hasil pemikiran Orang Arab di Jakarta memang tidak Abduh dan Ridha melalui majalah Al- menjadikan pendidikan sebagi agenda Manar seperti Dahlan, Surkati, dan tokoh- awal dalam pengembaraannya di tanah tokoh Jami’at Kheir. Nusantara. Namun pada kemudian hari Dunia Islam mulai bangkit setelah mereka sadar bahwa pendidikan menjadi terpuruk dalam kancah pemikiran dan hal penting dalam proses perkembangan ilmu pengetahuan selepas runtuhnya intelektual mereka. Sebelumnya mereka Abbasiah. Sebelum munculnya gerakan memang telah melakukan pola-pola pembaharuan yang pertama kali di plopori pendidikan tradisional, seperti pengajian oleh Jamaluddin Al-Afghani umat Islam di masjid-masjid atau melalui dakwah terjerembab dalam lubang kejumudan mereka di mimbar. Namun nampaknya yang berkepanjangan. Sehingga tak ada cara tersebut tidak mampu daya dan upaya bagi mereka untuk bangkit membangkitkan daya kritis. Karena apa dan mengembangkan diri. Pemikiran umat yang menjadi bahan ceramahan mereka Islam kaku dan taklid28 tidak memiliki hanya bersifat normatis terbatas pada daya kritis. Maka dari itu mudahlah bagi permasalah keagamaan saja. Sedangkan tuntutan zaman menghadapkan Islam pada

27 Khalimi, 68. 28 Ensiklopedi Islam, 5:48.

172

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

dunia modern yang cenderung memaksa Jami’at Kheir dari sinilah ide-ide umat Islam untuk mengikuti pencerahan Dahlan semakin matang. perkembangan tersebut. Maka dari itu Namun amat disayangkan koleksi-koleksi transfer keilmuan melalui lembaga perpustakaan tersebut kini sulit dilacak pendidikan dinilai tepat untuk keberadaannya. membangkitkan daya berfikir kritis umat Syaikh Surkati sebagai orang nomor Islam. satu di Al-Irsyad juga banyak Para Jama’ah Haji yang pulang dari menginspirasi para tokoh-tokoh Islam Mekkah juga berperan dalam maupun nasional di Indonesia. Surkati perkembangan gerakan pembaharuan di sangat akrab dengan tokoh-tokoh Indonesia. Baik bagi mereka orang Arab pembaharuan di Indonesia seperti Ahmad yang berpulang kampung untuk berhaji Dahlan, dan A. Hasan. Dari rahim Al- maupun pribumi yang memang sengaja Irsyad juga banyak menghasilkan orang- mengunjungi Mekkah. Dua kota suci orang besar seperti Yunus Anis, Hasbi Mekkah dan Madinah kala itu turut Asiddiqi, Umar Hubeis, Kahar Muzakkir, berperan dalam penyebaran ide-ide Muhammad Rasjidi dan beberapa tokoh pembaharuan. Setelah berpulang dari haji besar lain.30 Namun tidak seperti halnya mereka mengajarkan ide-ide lembaga-lembaga pendidikan Islam yang pembaharuan di wilayah mereka masing- di pelopori oleh NU dan Muhammadiyah, masing dengan modifikasi yang lembaga-lembaga pendidikan Islam yang disesuaikan dengan kultur setempat. Sejak di dirikan oleh orang Arab seakan hilang tahun 1869 ketika terusan Suez mulai taringnnya dan sunyi dari hingar bingar. dibuka jumlah jama’ah haji haji semakin Bukan berarti mati, mereka tetap ada bertambah setiap tahunnya.29 Hal ini pula namun tidak sebesar NU dan yang kemudian menjadi perhatian Muhammadiyah. Padahal jika kita pemerintah Kolonial karena khawatir mengulas kembali, berdirinya organisasi melalui jama’ah haji ide-ide pembaharuan dan lembaga pendidikan Orang Arab dan Pan Islamisme (sebuah ide yang sezaman dengan berdirinya organisasi digaungkan Sultan Abdul Hamid II yang seperti NU dan Muhammadiyah, bahkan bertujuan menyatukan umat Islam di bisa dikatakan mereka selangkah lebih berbagai belahan dunia di bawah naungan awal. Namun pada kemudian hari Jami’at khilafah) akan semakin tersebar ke Kheir dan Al-Irsyad nampakanya kurang Indonesia. Dan nyatanya ide-ide akrab ditelingan masayarakat Indonesia. pembaharuan itu mampu menyelusup dan Hal itulah yang menjadi masalah yang memberikan andil pada perkembangan menarik untuk dijadikan kajian pendidikan di Indonesia kala itu. selanjutnya. Jami’at Kheir sebagai lembaga Hilangnya Hingar-Bingar pendidikan Islam yang memplopori Kebesaran Lembaga Pendidikan berdirinya madrasah kini tetap bersikukuh Islam Orang Arab berfokus pada pusatnya di Tanah Abang. Pada masa awal berdirinya lembaga- Seperti kritik yang diungkapkan oleh lembaga pendidikan Islam yang didirikan Muhammad Husain Haikal yang oleh Orang Arab di Jakarta banyak mengatakan bahwa kemandekkan dan bersumbangsih pada perkembangan kebekuan orang-orang Sayidlah yang gerakan pembaharuan Islam di Indonesia. membuat Jami’at Kheir seakan berjalan Seperti halnya Ahmad Dahlan yang juga banyak menimba ilmu dari perpustakaan

29 Suminto, Politik Islam Hidia Belanda, 93. 30 Khalimi, Ormas-Ormas Islam . Sejarah, Akar Teologi Dan Politik, 77.

173

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

ditempat.31 Mereka enggan membuka telah memiliki 5 pesantren pada tahun lebih banyak cabang. Padahal jika Jami’at 1996. Selanjutnya Al-Irsyad juga banyak Kheir membuka diri dan berani membuka memberi beasiswa kepada siswa-siswanya cabang oragnisasi ini akan menjadi yang berprestasi untuk melanjutkan 34 oganisasi yang cukup besar dan lebih pendidikan ke Sudan. dikenal masyarakat. Namun pada tahun Namun terlepas dari itu semua kini 1920 Jami’at Kheir mendirikan Rabithah keberadaan mereka yang memiliki Alawiyah, yakni organisasi sekelas Al- sumbangsih besar nampaknya masih Irsyad yang membawahi lembaga- belum juga akrab ditelinga masayarakat lembaga yang dahulunya didirikan oleh Islam Indonesia. Jika Jami’at Kheir Jami’at Kheir. mungkin sangat akrab di telinga Lain Jami’at Kheir, lain pula Al-Irsyad. masyarakat Tanah Abang. Kehadirannya Sejak selesainnya periode cukup berpengaruh bagi masayarakat pada tahun 1942 Al-Irsyad seakan sekitar. Tidak hanya orang Arab, Jami’at terkatung-katung tak tau kemana akan Kheir juga banyak menghasilkan guru- berlabuh. Kebesarannya seakan ikut guru agama pribumi yang cukup terkubur bersama dengan wafatnya sang berpengaruh. Namun kebesarannya hanya tokoh besarnya. Sejak 1942 Al-Irsyad sampai tingkat lokal, tidak nasional. tidak santer terdengar perkembangannya. Begitupun Al-Irsyad, di pusatnya Namun sejak Muktamar ke 36 di diwilayah Keramat Raya Jakarta Pusat, Pekalongan pada tahun 1996, Al-Irsyad Al-Irsyad juga kurang dikenal oleh warga 35 berusaha bangkit dan kembali bergairah disekitarnya. meneruskan cita-cita Surkati. Pendidikan Namun yang perlu ditegaskan dalam masih menjadi agenda utama Al-Irsyad, hal ini adalah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad sama seperti cita-cita Surkati yakni bukan hanya diperuntukan untuk Orang berkhidmat pada dunia Pendidikan, hal ini Arab. Mereka tidak eksklusif malah ditegaskan oleh Geys Ammar salah membuka diri untuk siapa saja yang ingin seorang pimpinan pusat Al-Irsyad mengabdi. Anggapa yang kerap kali periode.32 Sebenarnya Al-Irsyad telah muncul dikalangan masyarakat Indonesia berusaha bangkit sejak Muktamar ke 28 di adalah bahwa organisasi yang didirikan Tegal. Dengan melakukan pengkaderan oleh orang Arab ini hanya mewadahi guru-guru yang berkualitas untuk sekolah- orang-orang Arab di Nusantara dan sekolah Al-Irsyad. peranakannya, padahal hal itu jelas tidak Sejak itu Al-Irsyad terus bangkit dan benar. Hal ini tertera pada anggaran dasar berkembang. Sampai memunculkan Al-Irsyad. Kemudian oleh Geys Ammar program yang prestisius yakni mendirikan pada Mukatamar Al-Irsyad ke 36, lembaga pendidikan dan layanan ditegaskan kembali bahwa Al-Irsyad 33 36 kesehatan di Timur Timor. Selain itu Al- terbuka untuk siapa saja. Irsyad juga memperbanyak cabangnya, Jika kita melihat lulusan-lulusannya dari yang sebelumnya hanya 15 di seluruh banyak orang-orang pribumi berpengaruh Indonesia, kini sudah terdapat 150 Cabang dilahirkan dari kedua organisasi ini. dan memilki 100 buah sekolah. Dari Ekslusifitas kedua organisasi pendidikan Taman Kanak-kanak, Raudathul Qur’an, ini adalah hasil propaganda pemerintah SMP dan SMU, bahka Al-Irsyad juga Kolonial yang mengebiri agar kedua

31 “Orang Arab Di Nusantara. Mencari Cincin 34 “Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.” Nabi Sulaiman,” 40. 35 “Bukan Hanya Untuk Arab.” 32 “Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.” 36 “Bukan Hanya Untuk Arab.” 33 “Sederhana ‘Hiburannya’ Hanya Deru Helikopter Menag.”

174

Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176

organisasi ini tidak berkembang, sehingga mereka telah bersumbangsih besar dalam memunculkan sentimen di kalangan perkembangan pendidikan Islam di pribumi dan masyarakat Arab. Namun Indonesia. Telah banyak lahir tokoh-tokoh pada perkembangan selanjutnya, Jami’at besar dari rahim kedua lembaga ini. Maka Kheir dan Al-Irsyad mampu membuktikan dari itu apresiasi besar nampaknya pantas diri bahwa mereka tidak hanya diberikan kepada kedua lembaga ini yang mengabdikan diri pada golongan Arab telah mengabdikan dirinya kepada bangsa semata, namun kehadiran mereka untuk Indonesia. Karena telah ditegaskan bahwa mengabdikan diri kepada tanah air mereka hadir bukan untuk golongan, mereka, Indonesia tercinta ini. melainkan untuk bangsa Indonesia. Maka dari itu perlu nampaknya bagi D. Kesimpulan kita untuk mengangkat perjuangan dan Orang Arab telah lama memainkan karya mereka. Sehingga kehadiran mereka peran dalam perkembangan pendidikan tetap akrab di telinga masyarakat dan tidak Islam di Jakarta. Dengan wujud dua lenyap seiring perkembangan zaman. organisasi besar, yakni Jami’at Kheir dan Karena tidak dapat dipungkiri bahwa Al-Irsyad orang-orang Arab mengabdikan merekalah yang memulai zaman baru dirinya pada dunia pendidikan Islam di pendidikan Islam di Jakarta. Jakarta. Motif mereka tidak berlebihan, yakni hanya menyediakan layanan Daftar Pustaka pendidikan bagi orang-orang Islam di Algadri, Hamid. Islam Dan Keturunan Jakarta. Mungkin lebih tepatnya Arab Dan Pemberontakan munculnya organisasi yang memusatkan Melawan Belanda. : perhatian pada pendidikan Islam ini Mizan, 1996. adalah hasil reaksi tidak terakomodirnya Al-Hadad, Al-Habib Alwi bin Thahir. hak mereka oleh pemerintah Kolonial Sejarah Masuknya Islam Di dalam mendapatkan pendidikan yang Timur Jauh. Jakarta: Lentera, layak. Kita mengetahui bahwa pemerintah 2001. Kolonial sangat memilah-milah peserta “Al-Irrsyad Terbuka Untuk Siapa Saja.” didik yang boleh masuk kedalam lembaga Republika, October 26, 1996. pendidikannya. Kebanyakan dari mereka Aljunied, Zahra. “The Genealogy of the yang tergabung adalah aristokrat dan Hadhrami Arabs in Southeast kalangan bangsawan. Jadi penyediaan Asia - the ’Alawi Family.” layanan pendidikan menjadi sangat perlu , 2013. bagi muslim pribumi dan Arab di Jakarta. Al-Masyur, Idrus Alwi. Sejarah Silsilah Selain itu inspirasi dari para pembaharu Dan Gelar Keturunan Nabi di timur tengah yang mana ide-ide mereka Muhammad SAW Di Indonesia, tersampaikan oleh dua majalah yakni Al- Singapura, Malaysia, Timur Manar dan Urwatul Wusta. Ide-ide Tengah, India Dan Afrika. mereka memberikan penyegaran bagi Jakarta: Saraz Publishing, 2010. kaum muslimin, khususnya orang-orang Atjeh, Abu Bakar. Sekitar Masuknya Arab yang berada di Jakarta. Mereka Islam Di Indonesia. Solo: bangkit melalui dunia pedidikan Islam Ramadhani, 1985. dengan memperkenalkan Madrasah “Bukan Hanya Untuk Arab.” Kompas, sebagai brand baru lembaga pendidikan Oktober 1996. Islam di Indonesia khusunya di Jakarta. Den Berg, L.W.C. van. Orang Arab Di Meski citra kedua lembaga besar ini Nusantara. Jakarta: Komunitas tidak sebesar NU dan Muhammadiyah, Bambu, 2010. namun kita perlu ingat bahwa kehadiran

175

Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ...

Ensiklopedi Islam. Vol. 5. Jakarta: Noor, Deliar. Gerakan Modern Islam Di Pt. Ichtiar Baru van Hoeve, 1999. Indonesia 1900-1942. Jakarta: Hurgronje, Cristian Snouck. Kumpulan LP3ES, 1985. Karya Snouck Hurgronje. Vol. “Orang Arab Di Nusantara. Mencari IX. Jakarta: INIS, 1993. Cincin Nabi Sulaiman.” Historia, Jacobsen, Frode F. Hadrami Arabs in 2014. Present-Day Indonesia an “Sederhana ‘Hiburannya’ Hanya Deru Indonesia-Oriented Group with Helikopter Menag.” Jawa Pos, an Arab Signature. USA: October 28, 1996. Routledge, 2009. Shahab, Yasmine Zaki. “Sistim Kesheh, Natalie Mobini. Kebangkitan Kekerabatan Sebagai Katalisator Hadhrami Di Indonesia. Peran Ulama Keturunan Arab Di Translated by Ita Mutiara and Jakarta.” Antropologi Indonesia 29, no. 2 (n.d.): 123–41. Andri. Jakarta: Akbar, 2007. https://doi.org/10.7454/ai.v29i2.3 Khalimi. Ormas-Ormas Islam . Sejarah, 532. Akar Teologi Dan Politik. Jakarta: Gaung Persada Pers, 2010. Suminto, Aqib. Politik Islam Hidia Nizar, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam Belanda. Jakarta: LP3ES, 1986. Pendekata Historis Teoritis Dan Suwinto. Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008. Praktis. Jakarta: Ciputat Pers, 2002.

176