Jamiat Kheir Dan Al-Irsyad: Kajian Komunitas Arab Dalam Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX Di Jakarta
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176 Jamiat Kheir dan Al-Irsyad: Kajian Komunitas Arab dalam Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX di Jakarta Abdul Wahid Hasyim Pauzan Haryono Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Universitas Islam 45 Jakarta, Indonesia Bekasi, Jawa Barat [email protected] [email protected] Abstrak Sejak abad 18 Orang Arab telah berbondong-bondong mendatangi tanah Batavia karena dianggap tempat yang memesona dan menjanjikan. Sejak itu pula orang Arab telah menjadi salah satu bagian multikulturalisme di Jakarta. Mereka berkecimpung dalam berbagai aspek kehidupan dan mencoba berbaur dengan orang Pribumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran komunitas Arab di Jakarta dalam modernisasi Pendidikan Islam di awal abad XX di Jakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan melakukan wawancara, observasi dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Observasi, dengan mengunjungi langsung sekolah-sekolah yang dimiliki oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al-Irsyad; Dokumentasi dengan mengamati naskah-naskah pendirian awal sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang-orang Arab telah memainkan peran yang cukup penting dalam pendidikan Islam di Jakarta. Mereka bersumbangsih besar dalam modernisasi pendidikan Islam di Jakarta pada awal abad 20, melalui dua organisasi yang didirikannya di Jakarta, Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. Mereka mengabdikan diri dalam pendidikan Islam dan mencetuskan konsep baru sistem pendidikan Islam di Jakarta. Kata kunci: Al-Irsyad; Jami’at Kheir; modernisasi pendidikan Islam; orang Arab ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------- Abstract Since the 18th century Arab People had come to the land of Batavia because it was considered a charming and promising place. Since then, Arab People have become a part of multiculturalism in Jakarta. They are involved in various aspects of life and try to blend in with the Indigenous people. This study aims to analyze the role of the Arab community in Jakarta in the modernization of Islamic Education in the early XX century in Jakarta. The method used in this study was qualitative by conducting interviews, observation and documentation. Interviews were conducted with prominent figures of Jami'at Kheir and Al-Irshad; observation, by visiting schools directly owned by the Jami'at Kheir and Al-Irshad organizations; documentation by observing manuscripts of the early establishment of the Jami'at Kheir and Al-Irshad schools. The Arab People had also played a significant role in Islamic education in Jakarta. They contributed greatly to the modernization of Islamic education in Jakarta in the early 20th century, through the two organizations was founded in Jakarta, Jami'at Kheir and Al-Irshad. They devoted themselves to Islamic education and sparked a new concept of the Islamic education system in Jakarta. Keywords: Al-Irshad; Arab people; Jami'at Kheir; modernization of Islamic education 163 Ahmad Wahid Hasyim & Pauzan Haryono, Jamiat Kheir dan Al-Irsyad ... A. Pendahuluan karena Batavia laksana primadona yang Orang Arab di Nusantara telah menjadi sasaran para pujangga cinta. memainkan peran penting dalam berbagai Tercatat pada tahun 1859-1890 jumlah aspek kehidupan, baik ekonomi, orang Arab di Batavia mencapai 1662 keagamaan dan politik maupun orang,4 jumlah ini lebih besar dari pada pendidikan. Motivasi kedatangannya di jumlah populasi di wilayah lainnya. Nusantara, terdapat banyak pendapat. Sampai pada abad 19 arus migrasi terus Mulai dari menyebarkan agama Islam dan berlanjut dan jumlahnya semakin berdagang sampai lari dari kejaran tentara membeludak. Untuk mengatasi peledakan Bani Umayyah.1 Namun, menurut L.W.C jumlah populasi orang Arab di Batavia van Den Berg salah seorang penasihat pemerintah kolonial mulai melakukan gubernur Hindia Belanda, bahwa pembatasan migran Arab. Snouck kehadiran orang-orang Arab di Nusantara menegaskan “Seandainya undang-undang sekedar mencari ‘’Cincin Nabi kita tidak membatasi kebebasan bergerak Sulaiman’’ atau mencari peruntungan. orang Hadramaut, migran mereka pastilah 5 Singkatnya motif kedatangan mereka lebih banyak dari sekarang.” menurut Berg adalah Ekonomi. Ia Orang Arab di Jakarta statusnya menegaskan bahwa Islamisasi bukan disamakan dengan orang Bengali atau menjadi agenda utama dari kedatangan Kojah (sebutan untuk orang-orang India orang-orang Arab asal Hadramaut.2 atau Asia Selatan yang tinggal di Jakarta). Memang tidak dapat dipungkiri bahwa Oleh pemerintah Belanda mereka sebagian besar orang-orang Arab ditempatkan di Pekojan dan Hadramaut yang datang ke Nusantara Krukut.6.Namun, pada masa selanjutya merupakan orang-orang Arab yang tidak orang-orang Arab tidak lagi tergolong mapan. Kebanyakan kalangan berkonsentrasi di dua wilayah tersebut, orang-orang Arab yang mapan menetap di tetapi menyebar ke daerah-daerah lain Hadramaut. Kegersangan tanah air di seperti Condet dan Tanah Abang. Hadramaut juga menjadi motivasi mereka Orang Arab di Batavia telah berhasil mencari peruntungan di luar tanah air. berbaur dengan masyarakat pribumi, Arus Migrasi orang-orang Arab secara tidak pernah terjadi konflik antara besar-besaran terjadi pada abad 18.3 Aceh pribumi Batavia dengan Orang Arab. menjadi pintu masuk pertama, kemudian Mereka memiliki kedudukan yang cukup tersebar ke seluruh pelosok Nusantara, penting, menyandang gelar ulama atau mulai dari Aceh, Palembang, Batavia, tokoh agama, sehingga perannnya sangat Pekalongan, Cirebon, Tegal, Surabaya sentral. Mereka juga memiliki kharisma dan Pontianak sampai bebe-rapa wilayah yang tinggi, terutama orang Arab lainnya yang tergolong wilayah pesisir golongan Sayyid dan Habib.7 Bahkan dan Urban. ketika meninggal, kuburan mereka tak Orang Arab di Batavia menjadi sepi dari penziarah yang mengalap berkah. komunitas terbesar dari koloni-koloni Melihat berbagai fakta di atas, dapat Arab lainnya. Hal ini tidak mengherankan dikatakan bahwa peran orang Arab di 1 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, 4 Atjeh, 96. 21; Al-Hadad, Sejarah Masuknya Islam Di Timur 5 Hurgronje, Kumpulan Karya Snouck Hurgronje. Jauh. 6 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, 2 van Den Berg, Orang Arab Di Nusantara, 113; 101. Jacobsen, Hadrami Arabs in Present-Day 7 Al-Masyur, Sejarah Silsilah Dan Gelar Indonesia an Indonesia-Oriented Group with an Keturunan Nabi Muhammad SAW Di Indonesia, Arab Signature, 7–18. Singapura, Malaysia, Timur Tengah, India Dan 3 Atjeh, Sekitar Masuknya Islam Di Indonesia, Afrika, 268–70. 100. 164 Buletin Al-Turas Vol. 25 No. 2 November 2019, hal. 163-176 Nusantara khususnya di Batavia atau pendapat, berdagang, menyebarkan Jakarta cukup besar, terutama dalam agama dan lari dari kejaran tentara Bani bidang ekonomi, keagamaan dan Umawiyyah. Tetapi yang jelas orang pendidikan Islam. Khusus yang terakhir Arab telah memainkan perannya dalam bahkan menjadi basis tetap eksisnya berbagai aspek kehidupan di Nusantara orang-orang Arab dalam memodernisasi sejak abad ke13. Banyak ulama berdarah pendidikan Islam di Indonesia. Oleh Arab diangkat menjadi penasehat karena itu, dalam tulisan ini akan dikaji kerajaan, bahkan sebagai raja. Hamid Al- secara mendalam tentang peran orang Gadri membenarkan pendapat bahwa Arab dalam Pendidikan Islam di Jakarta orang-orang Arab telah berperan aktif 10 pada awal abad 20, yang direpresentasikan dalam pecaturan politik kesultanan. dalam pendirian lembaga pendidikan Orang Arab asal Hadramaut telah Islam, padahal sebelumnya, pendidikan menginjakkan kaikinya di Jakarta sejak Islam di Nusantara selalu dikaitkan abad 18 M Jakarta sebagai sebuah wilayah dengan pesantren, surau dan masjid. pesisir dan pelabuhan yang ramai menjadi Sekarang, mereka modernisasi dalam daya tarik tersendiri bagi orang-orang bentuk Madrasah,8 yang meliputi aspek Arab untuk menyambangi Jakarta. infrastruktur dan kurikulum. Motif Sebagian besar mereka adalah kaum mereka adalah berkhidmat dalam dunia Adam dan berprofesi sebagai pedagang. pendidikan Islam di Jakarta, melalui Jarang ditemukan orang Arab wanita ikut Jami’at Kheir dan Al-Irsyad. pergi mengembara. Kaum wanita hanya menetap di tanah airnya di Hadramaut. B. Metode Oleh karena itu, banyak orang Arab yang Metode yang digunakan dalam datang ke Jakarta akhirnya menikah penelitian ini adalah kualitatif dengan dengan wanita peribumi dan melahirkan melakukan wawancara, observasi dan peranakan-peranakan Indo-Arab. Jarang dokumentasi. Wawancara dilakukan sekali wanita Arab dan peranakan Arab kepada tokoh-tokoh-tokoh Jami’at Kheir menikah dengan pribumi. Hal ini karena dan Al-Irsyad yang ada di wilayah DKI orang- orang Arab menganut sistem Jakarta; Observasi, dengan mengunjungi patrilineal, yakni garis keturunan langsung sekolah-sekolah yang dimiliki berdasarkan darah laki-laki. Tradisi ini oleh organisasi Jami’at Kheir dan Al- mendarah kuat di Masyarakat Arab Irsyad di Jakarta; Dokumentasi dengan Jakarta di mana mereka enggan mengamati naskah-naskah pendirian awal menikahkan anak perempuannya kepada sekolah Jami’at Kheir dan Al-Irsyad yang laki-laki di luar golongan mereka. Karena ada di kantor pusat kedua organisasi apabila wanita Arab menikah dengan laki- tersebut. laki non Arab maka terputus nasab atau tali kekeluargaannya. Hal ini lumrah C. Temuan dan Pembahasan terjadi terutama di kalangan sayyid dan Identitas Orang Arab di Jakarta habib. Orang Arab datang ke Jakarta Orang Arab di Jakarta terdiri