Politik Peng Pendidikan Ting Politik Penguatan Institusi
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
POLITIK PENGUATAN INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI ISLAM INDONESIA (Telaah Historis Transformasi FA-UII Ke PTAIN Era Menteri Agama K.H. A. Wahid Hasyim) Darul Abror STAIAI As-Shiddiqiyah Lempuing Jaya OKI Sumsel E-mail: [email protected] Abstract the regime, in ways thatt arear more adaptive and This study aims to devevelop scientific prioritize stability and inteinterests all groups by treasures on the focus of educacational political reflecting competitive, comompromise, cooperative studies that are not yet familiariliar in Indonesia, and tassammuh and tawassusuth processes to reduce especially regarding the politics of strengthening conflict between groups withith the aim of obtaining Islamic education institutions Era of the Minister of alternative solutions. Religion K.H.A. Wahid Hasyim IndIndonesia that has never been studied by anyone,e, so this study Keywords: Politics, Islamamic Higher Education, becomes important to study. ThThis study uses "Interest Groups Theory" whichich has been K.H.A. Wahid Hasyim. incorporated in The Politics of Education Association (PEA) as an analysis knknife so that it is Abstrak relevant to the context of the ddiscussion. The Penelitian ini bertujuan untuk method in this study uses the quaualitative method mengembangkan khazanahah ilmiah pada fokus "Library Research" with an educacational political kajian politik pendidikan yayang belum familier di approach with historical style.le. Whereas in Indonesia khususnya tentantang Politik penguatan collecting data obtained do documumentation study institusi pendidikan tingi Islaslam Era Menteri Agama and interview, and data analysis tectechnique used by K.H.A. Wahid Hasyim InIndonesia yang belum qualitative circular analysis technique by pernah ditelitioleh siapapunpun,sehingga kajian ini describing, classifying and combininining. In this study menjadi penting untuk dditeliti. Penelitian ini there were two important findindings. First, the menggunakan “Interest GrGroups Theory” yang emergence of a program of strengthngthening Islamic sudah tergabung dalam Thehe Politics of Education higher education institutions in IndIndonesia on the Association (PEA) sebagaagai pisau analisisnya basis of the construction of internarnal and external sehingga relevan dengan konteks factors was the existence of the "B"Balance Motive" pembahasan.Metode dalamlam penelitian ini praxis by using a rational and spirspiritual approach menggunakan metode kualitatif “Library which was emphasized in the concecept and practice, Reseach”dengan pendekatantan politik pendidikan namely the balance between scienience and piety, dengan corak historisris.Sedangkan dalam between logic and morality, betweeeen religious and pengumpulan data diperoeroleh melakukanstudi public education, both must complemlement each other dokumentasi dan wawancarcara, dan teknik analisa which is confirmed through the politiclitical program of data yang digunakan dendengan teknik analisis his institutional notion which is to establish a kualitatif melingkar ddengan memerikan, "complete Islamic University andd library" which menggolongkan dan mmenggabungkan.Dalam makes PTAIN a modern embryoo of civilization penelitian ini teradapatt ddua temuan penting, under the control of the Ministrytry Religion. The Pertama, munculnya progragram penguatan institusi second finding, in practice, is the inteinteraction pattern pendidikan tinggi Islam di Indonesia atas dasar used by the era of the Minister off RReligion of K.H. konstruksi faktor internal dadan eksternalnya adalah A. Wahid Hasyim in the processs oof strengthening adanya praksis “Motiftif Imbang” dengan Islamic higher education institutionsns in Indonesia is menggunakan pendekatan rasrasional dengan spiritual an interaction pattern of "A"Accommodative yang ditegaskan dalam kokonsep dan praksisnya, Compromistic Associative", namelyely the pattern of yakni adanya keseimbabangan antara ilmu interaction that has an indicationtion of "balanced" pengetahuan dan taqwa, antantara logika dan akhlak, synthesis with secular groups, evenven training with antara pendidikan agama ddan umum, keduanya harus saling melengkapi yang diteitegaskan melalui pemangku kebijakan pendndidikan Islam, yakni program politik gagasan institusiotusionalnya yakni “Kementerian Agama”. mendirikan “Universitas Islam lelengkap beserta Di era Menteri AgamaAg K.H. A. Wahid perpustkaannya” yang nondikotomtomik, sehingga Hasyim memang memilikiki realitas sejarah yang menjadikan PTAIN sebagai embmbrio peradaban modern di bawah kontrol Kemenenterian Agama. jauh dijangkau oleh kaum ataua masyarakat awam Temuan kedua, pada praksisnya,a, pola interaksi pada umumnya.Permasalahahan yang mendasar di yang digunakan era Menteri Agamaa K.H. A. Wahid eranya adalah pada masa penjajahanpen Belanda yang Hasyim dalam proses penguguatan institusi memperkuat basis kolonianialsiasi sosial, politik pendidikan tinggi Islam di Indonesnesia adalah pola maupun ideologisnya.Salahlah satu peninggalan interaksi “Asosiatif Akomodatif sejarah yang paling bernernilai negatif adalah Kompromistis”yakni polainteraksisi yang memiliki peninggalan “Dikotomi ilmumu pengetahuan” antara indikasi sintesis “imbang” denengan golongan sekuler, bahkan bergaining denganan rezim, dengan pengetahuan Islam denganan pengetahuan umum. cara yang lebih adaptif serta mmemprioritaskan Praksis dikotomi ilmu pengengetahuan di Indonesia stabilitas dan kepentingan semua gogolongan dengan sengaja didesain oleh keloelompok “Barat” untuk refleksi proses yangkompetitif,titif, kompromistis, memperkuat basis ideologis yang kooperatif, dantassammuhsertatawtawassuth untuk berkesinambungan sehinggaga memiliki implikasi mengurangi konflikantar groupss dengan tujuan negatif terhadap persatuan babangsa, dengan harapan mendapatkan solusi alternatif. adanya sekulerisasi sosio-id-ideologis melalui jalur Kata Kunci: Politik, Pendidikanan Tinggi Islam, “pendidikan”, khususnya padpada institusi pen didikan K.H.A. Wahid Hasyim. Islam di Indonesia, sehinggaga keberpihakan “Barat” lebih kental dan berpengaruhuh secara kontinyu. Pendidikan Islam di Indodonesia era orde Hal di atas dapatpat dilihat dari politik lama mengalami suatu prosesses politik dan penjajah Belanda pada wakaktu itu, usaha yang pendidikan dengan kompleksitass ddinamika yang dilakukan penjajah dengan ddua hal, yakni kedalam berimplikasi positif maupun negatiftif. Positifnya hal dan keluar, kedalam dengngan cara menghalangi itu menjadi spirit bagi bangsa untuktuk lebih asosiatif pikiran-pikiran modern ddalam Islam dengan dengan jiwa nasionalismenya, ddemikian pula mempertahankan yang kolot-lot-kolot, kemudian yang dengan halnegatifnya, adanyaya signifikansi keluar dengan mengenalkanan dunia terpelajar akan diskriminasi pendidikan pada tujutujuan dan esensi gambaran jelek pada Islam,, sehinggas enggan untuk pendidikan oleh penjajah Belanda.Haa.Hal ini tentunya ke Islam, dengan kata lainn penjajahanp tidak hanya dapat dipahami secara kompleksks dengan multi dengan cara lahiriyah, melainlainkan dengan batiniyah, faktornya dalam fakta-fakta hishistoris.Sehingga maka penjajahan kebudayaaaan adalah yang paling perkembangan pendidikan Islam bisa dikatakan penting, hal ini sesuai dengangan yang diutarakan oleh terhambat sekaligus tertantang dalamlam penguatannya ahli pikir penjajah, C. Snououck Hurgronje, dengan khususnya dalam aspek pendidikaikan di pesantren tegas bahwa “memasukkann pendidikanp barat pada lebih-lebih di perguruan tinggii Islamnya. Di rakyat, nanti dengan sendiriirinya ia akan menjauhi pesantren, para Kyai sebelumlumnya memang pendidikannya yang dulu,lu, artinya pendidikan mengkhawatirkan pendidikan mododel Eropa yang Islam,“makin lama mamakin jauh dengan lebih menekankan pengembangan rarasionalitas ilmu Islam”.(Atjeh, 930-931). pengetahuan dan sikap duniawi yanyang dinilai dapat Sesuai historis di atas, terdapat dua melunturkan budi luhur bangsa Indodonesia, sehingga point dasar bagi penelitneliti dengan mencoba mereka memperkuat terlebih ddahulu tradisi merenung dan deep analislisys nilai-nilai historis pendidikan pesantren dalam rangkaka menjaga budi yang perlu dijelaskan dalamda sudut pandang luhur bangsa. (Dhofier, 2011,1, 168).Dengan yang lebih signifikan,n, yakni fokus pada demikian, besarnya harapan umamat Islam untuk memperoleh pendidikan yang nonon-diskriminatif penguatan institusi pendidindidikan tinggi Islam di nilai-nilai dengan menjaga etika kkemanusiaannya Indonesia era Menteri AgAgama K.H.A Wahid yang tentunya harapan itu tercurcurahkan kepada Hasyim. Maka setidaknyanya ada tiga peristiwa yang melatar belakangi kondisi sosio-politik tampaknya memiliki kekeinginan menjadikan yang relevan pada penelitiann inini, khususnya alumninya sebagai pelanjutt ajarana Hindu dan ajaran atas implikasi negatif kolonialisakolonialisasilisasi pendidikan Budha, sehingga menggugaugah hati K.H. Wahid yang “Dikotomik” di IndoneIndonesia.ndonesia. Pertama, Hasyim untuk mendirikan PPerguruan Tinggi Islam Negeri.(Suryanegara, Ahmadad Mansur, 2016, 288). Adanya spirit yang tinggi dadari golongan Peneliti lebih memahami maknam filosofisnya dari nasionalis sekuler dalam prosprosesoses penguatan rengkarnasi sebagai prosesms menghidupkan kembali paradigma dan kemajuan bangsbangsangsa yang lebih unsur-unsur kejayaan sepeeperti era sebelumnya dikotomik atau yang lebih tepatt dedengan bahasa sehingga statment tersebutt di anggap lebih berpihak sekuler model Barat yang bebelum relevan pada model kemajuan Hindu-du-Budha atau lebih tepat paradigmanya dengan identitass kkeislaman dan menjauh dari nilai-nilai