POLITIK PENGUATAN INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI ISLAM (Telaah Historis Transformasi FA-UII Ke PTAIN Era Menteri Agama K.H. A. )

Darul Abror

STAIAI As-Shiddiqiyah Lempuing Jaya OKI Sumsel E-mail: [email protected] Abstract the regime, in ways thatt ar are more adaptive and This study aims to devevelop scientific prioritize stability and inteinterests all groups by treasures on the focus of educacational political reflecting competitive, comompromise, cooperative studies that are not yet familiariliar in Indonesia, and tassammuh and tawassusuth processes to reduce especially regarding the politics of strengthening conflict between groups withith the aim of obtaining Islamic education institutions Era of the Minister of alternative solutions. Religion K.H.A. Wahid Hasyim IndIndonesia that has never been studied by anyone,e, so this study Keywords: Politics, Islamamic Higher Education, becomes important to study. ThThis study uses "Interest Groups Theory" whichich has been K.H.A. Wahid Hasyim. incorporated in The Politics of Education Association (PEA) as an analysis knknife so that it is Abstrak relevant to the context of the ddiscussion. The Penelitian ini bertujuan untuk method in this study uses the quaualitative method mengembangkan khazanahah ilmiah pada fokus "Library Research" with an educacational political kajian politik pendidikan yayang belum familier di approach with historical style.le. Whereas in Indonesia khususnya tentantang Politik penguatan collecting data obtained do documumentation study institusi pendidikan tingi Islaslam Era Menteri Agama and interview, and data analysis tectechnique used by K.H.A. Wahid Hasyim InIndonesia yang belum qualitative circular analysis technique by pernah ditelitioleh siapapunpun,sehingga kajian ini describing, classifying and combininining. In this study menjadi penting untuk dditeliti. Penelitian ini there were two important findindings. First, the menggunakan “Interest GrGroups Theory” yang emergence of a program of strengthngthening Islamic sudah tergabung dalam Thehe Politics of Education higher education institutions in IndIndonesia on the Association (PEA) sebagaagai pisau analisisnya basis of the construction of internarnal and external sehingga relevan dengan konteks factors was the existence of the "B"Balance Motive" pembahasan.Metode dalamlam penelitian ini praxis by using a rational and spirspiritual approach menggunakan metode kualitatif “Library which was emphasized in the concecept and practice, Reseach”dengan pendekatantan politik pendidikan namely the balance between scienience and piety, dengan corak historisris.Sedangkan dalam between logic and morality, betweeeen religious and pengumpulan data diperoeroleh melakukanstudi public education, both must complemlement each other dokumentasi dan wawancarcara, dan teknik analisa which is confirmed through the politiclitical program of data yang digunakan dendengan teknik analisis his institutional notion which is to establish a kualitatif melingkar ddengan memerikan, "complete Islamic University andd library" which menggolongkan dan mmenggabungkan.Dalam makes PTAIN a modern embryoo of civilization penelitian ini teradapatt ddua temuan penting, under the control of the Ministrytry Religion. The Pertama, munculnya progragram penguatan institusi second finding, in practice, is the inteinteraction pattern pendidikan tinggi Islam di Indonesia atas dasar used by the era of the Minister off RReligion of K.H. konstruksi faktor internal dadan eksternalnya adalah A. Wahid Hasyim in the processs o of strengthening adanya praksis “Motiftif Imbang ” dengan Islamic higher education institutionsns in Indonesia is menggunakan pendekatan rasrasional dengan spiritual an interaction pattern of "A"Accommodative yang ditegaskan dalam kokonsep dan praksisnya, Compromistic Associative", namelyely the pattern of yakni adanya keseimbabangan antara ilmu interaction that has an indicationtion of "balanced" pengetahuan dan taqwa, antantara logika dan akhlak, synthesis with secular groups, evenven training with antara pendidikan agama d dan umum, keduanya

 harus saling melengkapi yang diteitegaskan melalui pemangku kebijakan pendndidikan Islam, yakni program politik gagasan institusiotusionalnya yakni “Kementerian Agama”. mendirikan “Universitas Islam lelengkap beserta Di era Menteri AgAgama K.H. A. Wahid perpustkaannya” yang nondikotomtomik, sehingga Hasyim memang memilikiki realitas sejarah yang menjadikan PTAIN sebagai embmbrio peradaban modern di bawah kontrol Kemenenterian Agama. jauh dijangkau oleh kaum a atau masyarakat awam Temuan kedua, pada praksisnya,a, pola interaksi pada umumnya.Permasalahahan yang mendasar di yang digunakan era Menteri Agamaa K.H. A. Wahid eranya adalah pada masa penpenjajahan Belanda yang Hasyim dalam proses penguguatan institusi memperkuat basis kolonianialsiasi sosial, politik pendidikan tinggi Islam di Indonesnesia adalah pola maupun ideologisnya.Salahlah satu peninggalan interaksi “Asosiatif Akomodatif sejarah yang paling bernernilai negatif adalah Kompromistis”yakni polainteraksisi yang memiliki peninggalan “Dikotomi ilmumu pengetahuan” antara indikasi sintesis “imbang” denengan golongan sekuler, bahkan bergaining denganan rezim, dengan pengetahuan Islam denganan pengetahuan umum. cara yang lebih adaptif serta mmemprioritaskan Praksis dikotomi ilmu pengengetahuan di Indonesia stabilitas dan kepentingan semua gogolongan dengan sengaja didesain oleh keloelompok “Barat” untuk refleksi proses yangkompetitif,titif, kompromistis, memperkuat basis ideologis yang kooperatif, dantassammuhsertatawtawassuth untuk berkesinambungan sehinggaga memiliki implikasi mengurangi konflikantar groupss dengan tujuan negatif terhadap persatuan babangsa, dengan harapan mendapatkan solusi alternatif. adanya sekulerisasi sosio-id-ideologis melalui jalur Kata Kunci: Politik, Pendidikanan Tinggi Islam, “pendidikan”, khususnya padpada institusi pen didikan K.H.A. Wahid Hasyim. Islam di Indonesia, sehinggaga keberpihakan “Barat” lebih kental dan berpengaruhuh secara kontinyu. Pendidikan Islam di Indodonesia era orde Hal di atas dapatpat dilihat dari politik lama mengalami suatu prosesses politik dan penjajah Belanda pada wakaktu itu, usaha yang pendidikan dengan kompleksitass ddinamika yang dilakukan penjajah dengan ddua hal, yakni kedalam berimplikasi positif maupun negatiftif. Positifnya hal dan keluar, kedalam dengngan cara menghalangi itu menjadi spirit bagi bangsa untuktuk lebih asosiatif pikiran-pikiran modern ddalam Islam dengan dengan jiwa nasionalismenya, ddemikian pula mempertahankan yang kolot-lot-kolot, kemudian yang dengan halnegatifnya, adanyaya signifikansi keluar dengan mengenalkanan dunia terpelajar akan diskriminasi pendidikan pada tujutujuan dan esensi gambaran jelek pada Islam,, ssehingga enggan untuk pendidikan oleh penjajah Belanda.Haa.Hal ini tentunya ke Islam, dengan kata lainn ppenjajahan tidak hanya dapat dipahami secara kompleksks dengan multi dengan cara lahiriyah, melainlainkan dengan batiniyah, faktornya dalam fakta-fakta hishistoris.Sehingga maka penjajahan kebudayaaaan adalah yang paling perkembangan pendidikan Islam bisa dikatakan penting, hal ini sesuai dengangan yang diutarakan oleh terhambat sekaligus tertantang dalamlam penguatannya ahli pikir penjajah, C. Snououck Hurgronje, dengan khususnya dalam aspek pendidikaikan di pesantren tegas bahwa “memasukkann ppendidikan barat pada lebih-lebih di perguruan tinggii Islamnya. Di rakyat, nanti dengan sendiriirinya ia akan menjauhi pesantren, para Kyai sebelumlumnya memang pendidikannya yang dulu,lu, artinya pendidikan mengkhawatirkan pendidikan mododel Eropa yang Islam,“makin lama mamakin jauh dengan lebih menekankan pengembangan rarasionalitas ilmu Islam”.(Atjeh, 930-931). pengetahuan dan sikap duniawi yanyang dinilai dapat Sesuai historis di atas, terdapat dua melunturkan budi luhur bangsa Indodonesia, sehingga point dasar bagi penelitneliti dengan mencoba mereka memperkuat terlebih ddahulu tradisi merenung dan deep analislisys nilai-nilai historis pendidikan pesantren dalam rangkaka menjaga budi yang perlu dijelaskan dadalam sudut pandang luhur bangsa. (Dhofier, 2011,1, 168).Dengan yang lebih signifikan,n, yakni fokus pada demikian, besarnya harapan umamat Islam untuk memperoleh pendidikan yang nonon-diskriminatif penguatan institusi pendidindidikan tinggi Islam di nilai-nilai dengan menjaga etika kkemanusiaannya Indonesia era Menteri AgAgama K.H.A Wahid yang tentunya harapan itu tercurcurahkan kepada Hasyim. Maka setidaknyanya ada tiga peristiwa

 yang melatar belakangi kondisi sosio-politik tampaknya memiliki kekeinginan menjadikan yang relevan pada penelitiann inini, khususnya alumninya sebagai pelanjutt aajaran Hindu dan ajaran atas implikasi negatif kolonialisakolonialisasilisasi pendidikan Budha, sehingga menggugaugah hati K.H. Wahid yang “Dikotomik” di IndoneIndonesia.ndonesia. Pertama, Hasyim untuk mendirikan PPerguruan Tinggi Islam Negeri.(Suryanegara, Ahmadad Mansur, 2016, 288). Adanya spirit yang tinggi dadari golongan Peneliti lebih memahami mmakna filosofisnya dari nasionalis sekuler dalam prosprosesoses penguatan rengkarnasi sebagai prosesms menghidupkan kembali paradigma dan kemajuan bangsbangsangsa yang lebih unsur-unsur kejayaan sepeeperti era sebelumnya dikotomik atau yang lebih tepatt dedengan bahasa sehingga statment tersebutt di anggap lebih berpihak sekuler model Barat yang bebelum relevan pada model kemajuan Hindu-du-Budha atau lebih tepat paradigmanya dengan identitass kkeislaman dan menjauh dari nilai-nilai syari’ari’at Islam. kebangsaan Indonesia, khuskhususnyahususnya bagi Bahkan yang lebiebih mendapat sorotan kelompok nasionalis agamis. DimDimanaimana golongan tajam dari peneliti adaladalah adanya implikasi nasionalis agamis mayoritas masimasihasih dikungkung negatif ideologis dari golgolongan sekuler yang oleh perasaan tinggi dan lemalemahnyamahnya logika, mengiginkan Kementeriarian Agama di era sedangkan golongan sekulerr telah mapan Menteri Agama K.H. A.. Wahid Hasyim agar dengan cara pandangnya yangng dididukung oleh dihapuskan dengan menggenggabungkan urusan keberpihakan sistem pemerintahapemerintahanhan saat itu. pendidikan pada kemententerian pendidikan dan Tentu hal di atas menjadii sasalah satu alasan kebudayaan saja.“Kemententerian Agama yang di yang mendasar bagi kelompok nasnasionalis agamis era tersebut memangang masih mendapat memiliki keinginan besar untuuntukntuk mendirikan serangan tajam dari keloelompok sekuler untuk Univeritas Islam yang tentunya secasecaraecara politik tidak membubarkan Kementeriarian Agama”. (Mastuki, terlepas atas keberhasilan dari kelomkelompoklompok nasionalis HS. 1997. 137-140). AAdapun tokoh yang “Sekuler”.Budairy dan Zawawi (2(2009, hal. 248- menggugat Kementerianian Agama adalah 249) mengemukakan bahwa,“dalamlam hal ini, kaum nasionalis sekuler telah mampupu menggolkan Rasuna Said dan Sirajjudjjudin Abbas, Cs yang berdirinya Universitas Gajah MaMadaada (UGM) di menghendaki dibubarkarkannya Departemen Yogyakarta yang mulai digagas sejsejak 17 Februari Agama dan Departemenn Penerangan dengan 1946 dan tepatnya pada 16 Desemb Desembermber 1949 UGM alasan bahwa “kedua dedeparteman ini tidak diresmikan di Yogyakarta.Pada wakwaktuaktu yang sama, efisien, dan lebih merupaupakan ajang rebutan K.H. A. Wahid Hasyim sebagaii MMenteri Agama partai-partai tertentu sajaaja jika departemen itu RIS juga menghadiri pada acara pe peresmian UGM dikuasai oleh partai tertertentu saja (Masyumi – tersebut, tentunya hal ini sebagai refrefleksi nilai-nilai NU) yang pada waktu itutu dikuasai oleh Partai tasammuh antar sesama golongan.. SSalah satu bukti PNI”.(Puslitbang Kehidupdupan Beragama dan argument dari ketua UGM yang memembuat K.H. A. Penelitian dan Pengengembangan Agama, Wahid Hasyim terbangkitkan adalaadalahalah ketika Prof. Sardjito menyatakan bahwa :“Leta“LetakLetak Universitas 1980/1981, 47-48).Tentuntunya peristiwa di atas Gajah Mada diantara Candi PrPrambanan dan menjadikan tugas beratat bagi Kementerian Borobudur, maka Universitass Gajah Mada Agama era Menteri Agamgama K.H. A. Wahid haruslah kelak menjelmalkan rekarnrekarnasiarnasi Prambanan Hasyim untuk membendundung gerakan-gerakan dan Borobudur”.(Suryanegara, AhAhmad Mansur, sekuler yang memiliki “sa“sanad ideologis” jelas 2016, 287). Mendengar isi pidatoto tersebut, maka dari Belanda, yakni Sekuleulerisme. kemudian Menteri Agama RIS KH.A. Wahid Latar historisris Kedua,adanya Hasyim berupaya semaksimsemaksimalimal mungkin kecenderungan rezim membberikan perhatian lebih merencanakan dan mendirikan UnUniversitas Islam terhadap golongan sekulerdardalam aspek pendidikan beserta perpustakaannya. (Yusufsuf dkk, 2017, tinggi khususnya UGM danan salah satu Univrsitas 67)Pada esensinya komentar PProf. Sardjito peninggalan sosio-ideologisgis Belanda, yakni UI.

3 Sesuai apa yang katakan oleh Mastustuki (2010, 258) umat Islam dengan kondisii bbanyaknya alumni yang yang mengemukakanbahwa “Padaa paruh pertama sudah menyelesaikan di sekoekolah atau madrasah di tahun 1950, upaya pemerintah dii lelevel perguruan pesantren. Kedua, semakinakin besarnya peranan tinggi terkonsentrasi pada pengengembangan dua lulusan universitas sekulerr mmodel Barat di tengah universitas pada pengembangan ddua universitas masyarakat Indonesia denganan sendirinya menantang yang telah ada sebelumnya, yakyakni Universitas umat Islam untuk berpikirikir menyediakan sistem Gadjah Mada (UGM) dan Universiversitas Indonesia pendidikan tinggi bagi geneenerasi mudanya.Hal ini (UI)–dahulu milik Belanda.Padaa 19 Desember juga didukung oleh Nor Hududa bahwa kasus adanya 1949 Fakultas yang berpencar disadisatukan menjadi peraturan di Universitas IsIslam Indonesia (UII) UGM. Sementara UI dirintis olehleh Belanda pada tentang tolak ukur baku yayang dikehendaki bagi tahun 1940-an dimaksudkan untuntuk menyatukan pendidikan matrikulasi yangng memiliki arti kursus semua perguruan tinggi yang aada seperti di persiapan bagi para muurid madrasah harus Surabaya, Bandung, Bogor dll, danan melalui dekrit ditutup.(Huda, Nor. 2012015, 330).Permasalah pendidikan tinggi 1946 dikembanmbangkan menjadi mendasar di atas tidak bisaa ddianggap remeh dalam beberapa Universitas yang dimulailai ddari UI Jakarta aspek politik, sosial, pendidikidikan dan ideoligi bangsa 1950, Universitas Erlangga 195954, Universitas Indonesia. Sehingga impmplikasi dari praksis Hasanuddin Makassar 1956, ITB 191959, IPB 1963, “Sekulerisme” di atas tentuntunya menjadi tantangan dan IKIP Jakarta 1964. Sebebaliknya, fokus besar era Menteri Agama K.K.H.A. Wahid Hasyim perhatian terhadap pendidikan tinggggi Islam yang di untuk berpikir dan bertindtindak maksimal dalam naungi di bawah Kemententerian Agama penguatan sistem pendidikanan khususnya pendidikan memungkinkan juga belum terfikirkikirkan oleh rezim tinggi Islam yang nondikotomtomik dan berkebangsaan saat itu. di Indonesia.Walaupun dengengan tantangan di atas, Hal ini tentunya atas powerer yang dominan K.H. A. Wahid Hasyim mememiliki keinginan yang di era pasca kemerdekaaan. Salah sasatunya kekuatan kuat agar para santrii tidak lebih rendah kelompok sosialis dan sekuler sepererti sultan syahrir kedudukannya dalam masyasyarakat daripada kaum dan Amir Saifudin yyang lebih barat.(Atjeh, H. Aboebakar,r, 22015, 171). mendominasi.(Suryanegara, Ahmadad Mansur, 2016, Selain permasalahanhan di atas, juga terdapat 289). Maka dengan sistem parlearlemen tersebut tantangan besar dalam internternal umat Islam sendiri memungkinkan Rezim Soekarkarno memiliki atas hasil dari Konferensisi meja Bundar (KMB) kecenderungan lebih kepada kelomlompok nasionalis Internasional di Den Haagag Belanda tahun 1949 “sekuler”, salah satunya fokus perherhatiannya lebih yang menjadikan Indonesiasia dengan dua perdana terhadap pendidikan UGM dann UI (tinggalan menteri, yakni perdanaa manteri Republik belanda) daripada institusi pendidikidikan Islam atau Indoenesia Serikat (RIS) Muuhammad Hatta dengan Pesantren, karena sistem parlemlemen merupakan Menteri Agamanya K.H. AA. Wahid Hasyim dan sebuah sistem pemerintahan yangang parlemennya Perdana Menteri Republik InIndonesia (RI) A. Halim memiliki peranan penting dalamm pemerintahan, dengan Menteri Agamamanya K.H. Faqih dalam hal ini parlemen memilikii wewewenang dalam Usman.Tentu sesuatu yangng tidak mudah untuk mengangkat perdana menteri danan parlemen pun dijalani, sehingga denganan kebijakan di atas, dapat menjatuhkan pemerintahan, yayaitu dengan cara berdampak secara politis dii iinternal perkembangan mengeluarkan semacam mosi tidakk ppercaya. bangsa Indonesia tidak dinainamis, khususnya bagi Latar historis ketiga, Adadanya kebutuhan Umat Islam. Menurut K.H. A. Wahid Hasyim, mendesak bagi umat Islam dengengan banyaknya dualisme kementerian memamang menjadi hambatan alumni Madrasah dan Pesantrentren yang belum tersendiri dengan dua perperdana menteri, salah terakomodir pada pendidikan tinggigi umum maupun satunya dalam pelaksanaanaan program penguatan UII sendiri. Hal ini seirama dengangan Nata (2001, pendidikan tinggi Islam yanyang telah dicanangkan, 231-233), yang mengemukakanbahahwa dua alasan yakni Pendirian “Universitasitas Islam”, untuk itu yang mendasari terbentuknya peperguruan tinggi beliau berupaya ada satuu kesatuan kementerian Islam (PTI) adalah pertama; adadanya kebutuhan agama dengan melakukanan konsolidasi efektif

3 dengan Hatta selaku perdana mententeri RIS dan A. tegaskan oleh Azra dan Ummam, (1998, 91) bahwa Halim selaku perdana menteri RI ununtuk membentuk “pada masa kementerian aagama K.H.A. Wahid Negara kesatuandengan menyenyatukan dua Hasyim,berupaya dengan ggagasan konstruktifnya kementerian dan melebur menjadii ssatu. (Azra dan dengan tujuan menyeimbangngkan ilmu pengetahuan Umam, 1998, 83). umum dan agama denganan dasar taqwa dalam Sehingga Deliar Noer,r, (1987, 197) pandangan Islam yang tidatidak mungkin dijauhkan mengemukakan bahwa “percaturturan politik di dan harus sama-sama cukcukup lengkap sebagai Indonesia pada tahun 1950-an.SalSalah satu faktor syarat hidup”.Tentunyaa tujuannya untuk utamanya adalah bukan lagi padaa fafaktor keamanan membangun jiwa bangsaa Indonesia agar bisa “kemerdekaan” dan lainnyaya, melainka n berpikir maju, modern dan moderat yang sejauhmana kedekatan para pemimppemimpin partai dilandaskan pada spirit keagagamaan yang tinggi. politik dengan presiden dan tentaratara serta dengan Untuk itu, sesuatuatu yang menggelitik para pemimpin partai lain”.ParPartisipasi rezim peneliti dalam kajian ini adaadalah mengapa program memang tidak bisa dihindarkann dengan sistem penguatan pendidikan tinggigi Islam di Indonesia itu parlementernya, akan tetapii faktor relasi muncul di era Menteri AgAgama K.H. A. Wahid intrinsiknya dan trakrecordnya tentuntu juga menjadi Hasyim? dan Bagaimanaa pola interaksi sosio- pertimbangan dan lebih penting. HaHal ini sesuai apa politik dalam penguatan pendendidikan tinggi Islam di yang dikatakan oleh Harry J. BeBenda(1957, 313 Indonesia era Menteri AgaAgama K.H. A. Wahid )bahwa “pengaruh tokoh sentrall ppesantren K.H. Hasyim tersebut?, sehingggga mampu mencapai Hasyim Asy’ari dalam hal ini sebsebagai pembuka tujuan pendidikan yang non-dikotomikpadahal jalan kompromi antara Indonesiaia JJepang, dengan beliau secara “formalitas”te”tercatat dalam sejarah kondisi yang sudah tua, tentunyaa ssecara eksplisit belum pernah mengenyamam pendidikan formal rekomendasi terhadap puterateranya dalam seperti tokoh-tokoh lain sesemasanya, akan tetapi mengembangkan pola dan prosess p politik Nasional mampu memformalisasikanan institusi pendidikan kepada K.H. Wahid Hasyim, tentuntunya K.H. Wahid tinggi Islam di Indonesia dendengan cara yang ilegan, Hasyim sendiri memiliki pengaruhruh yang sangat kosmopolit berbasis persaudaudaraan. Tentu kajian ini penting terhadap Islam di Indonesiasia”.Sampai pada penting dan bernilai serta menenarik untuk hal diteliti. dijadikannya sebagai Menteri AgaAgama, bukannya tanpa pertimbangan, melainkan atas tingginya Metode Penelitian spiritnya di era revolusi saat itu.DemDemikan Azra dan Penelitian ini bersifrsifat kajian kepustakaan Umam (1998, 89) mengemukakanan bahwa “Tahun (Library Research)denganan pendekatan politik 1945-1950 merupakan periode kekesatuan dalam pendidikanyang bercoraorak historis, perjuangan, sedangkan dalam tahtahun 1950-1955 sehinggapenelitian ini mmerupakan penelitian adalah perebutan partai-partai dalaalam memperoleh kualitatif. Menurut CreCresswell, (2014,4-5), kekuasaan, dan era Menteri Agamama K.H. A. Wahid mengemukakan bahwa penelitian kualitatif Hasyim sebagai Menteri era KoKonsolidasi dan merupakan metode-metodee untuk mengeksplorasi Pembelaan eksistensi Kementeriann AAgama”. dan memahami makna olehh ssejumlah individu atau Disisilainatas realitas permrmasalahan sosio- sekelompok orang dianggapap berasal dari masalah politik di atas, K.H. A. Wahid HaHasyim memiliki sosial atau kemanuasiaanan.Dalam konteks ini cita-cita tinggi agar bangsa Indondonesia memiliki sebagaimana dikemukakann Bakker dan Zubair identitas yang khas dengan mensitensitesiskan antara masalah yang dikaji termrmasuk dalam kategori pengetahuan agama dan umum, ilmilmu pengetahuan materi kefilsafatan dengagan model penelitian dan taqwa, antara logika dan akhakhlak, keduanya historis-faktual mengenai perperan tokoh.(Bakker dan harus saling melengkapidan telah diteditegaskan dalam Zubair, 1994, 61), Disisilailain, Metode kualitatif program Kementerian Agamaa RIS untuk berusaha memahami dan meenafsirkan makna suatu “mendirikan Universitas lengngkap beserta peristiwa interaksi tingkah lalaku manusia terkadang perpustakaannya”. Sesuai dengagan apa yang perspektif berdasarkan peneneliti sendiri.(Gunawan,

3 2014, 80). Pendekatan dalam penelitianelitian ini adalah rentangan luas bahan tertulistulis dan fisik termasuk pendekatan politik pendidikan, khkhususnya pada catatan umum atau arsip. KaKarena kajian ini secara prosesnya penguatan pendidikanan tinggi Islam garis besar banyak berkaitanitan dengan proses politik dengan telaah historis politis yyang bersifat pendidikan di era menterii aagama Wahid Hasyim deskriptif pada transformasi Fakultasltas Agama UII ke maka sumber primernya adalaalah dokumen, rekaman- PTAIN di era menteri AgAgama Wahid rekaman kuantitas (Quantitatiftitatif Records ), kesaksian Hasyim.Kajian sejarah merupakakan kajian yang (Oral Testimonies), dan Relicelics.(Sanjaya, 2013, 116- mengungkapkan fakta-fakta itu mmenjadi karya 117). Sehingga denganan demikian, dapat ilmiah yang bermakna. dalam kkonteks politik diungkapkan dengan jelas dan akurat tentang proses pendidikan, tentunya membahas mamanuver-manuver penguatan pendidikan tinggigi Islam di Indonesia era kepentingan dan kekuatan antar keloelompok dan antar Menteri Agama K.H. A. Wahahid Hasyim khususnya kekuatan, maka dalam kontekss iini sebenarnya pada transformasi Fakultass AgAgama UII Ke PTAIN. sangat relevan jika dalam penelitialitian historis ini Dalam hal ini tentunya pepertelaan-pertelaan pada juga bisa jadi membahas tentantang fakta-fakta, suatu konferensi, tulisan K.H. A. Wahid Hasyim, peristiwa dan kasus. (Cresswell, 22009, 20), yang teman serta lawan politiknylitiknya yang samasa, seta terjadi di era itu. buku sejarah hidup Wahidid Hasyim dan karangan Sukardi, (2014, 18), mmengemukakan tersiar yang disusun olehleh Aboe Bakar Atjeh penelitian semacam ini secarara umum dapat tentunya juga bisa menjadiadi sumber primer pad dilakukan dengan empat langkah,, yyakni heuristik, penelitian ini, karena beliauliau adalah satu-satunya kritik, interpretasi dan historiografi.Hefi.Heuristik adalah penulis yang memahamii dan mengerti serta langkah pengumpulan dan pembuburuan berbagai mengumpulkan karya-karyarya K.H. A. Wahid sumber data sejarah melaluii ppelacakan atas Hasyim sekaligus tokoh yanyang hidup di masa itu berbagai dokumen sejarah, situsitus sejarah, dan khsusnya fokus pada kajiaajian pendidikan tinggi wawancara dengan orang-orang tertertentu. Langkah Islam, dan yang terpentingting lagi adalah beliau kritik adalah upaya peneliti untukk mmengkritisi dan merupakan salah satu timm yang disusun sesuai menguji sumber dan data sejaraarah yang sudah peraturan Menteri Agamaa ((PMA) NO. 4 Tahun dikumpulkan. Dalam hal ini penelitieliti sejarah harus 1954 tentang panitia penyususun riwayat hidup dan melakukan kritik ekstern dan kritikritik intern.Kritik karangan tersiar K.H. A. Wahahid Hasyim. Ekstern dilakukan untuk mengujiuji keaslian atau Dengan demikian,, lalayak jika buku tersebut otentitas sumber sejarah da membmbedakan antara menjadi dokumen primemer dalam penelitian sumber sejarah yang asli dengan ya yang palsu.kritik ini.Selain itu, Atjeh jugaa hhidup semasa dengan intern dilakuukan unutk mengujiji validitas data Wahid Hasyim sebagai bibidang penerbitan era sejarah. Kritik ekstern dan interntern menghasilkan menteri agama RIS Wahiahid Hasyim.Sedangkan fakta sebagai data yang telah terserseleksi. Langkah sumber sekunder adalah karkarya-karya dan tulisan- Interpretasi adalah upaya ppeneliti untuk tulisan yang relevan dan menendukung kajian ini, hal menafsirkan-berdasarkan perspektifktif tertentu-fakta ini dari beberapa buku rujujukan yang penting dan sejarah sebelum dan selama proseoses rekonstruksi mutakhir, serta di akui secaraara ilmiah, salah satunya fakta ietu menjadi bentuk dan struktruktur yang logis. adalah pada karya Azumamardi Azra dan Saiful Langkah historiografi adalah memenuliskan hasil Umam tentang Menteri-Meenteri Agama Biografi penafsiran di atas menjadi tulisan ataatau karya sejarah Sosial Politik dan beberapapa penelitian lain yang yang utuh dan bermutu.(Sukardi,i, 2014, 18-19), relevan. Serta buku-buku tenttentang politik pendidikan Analisis ini bersifat deskriptif, yaknakni analisis yang dan hasil penelitian sertata jjurnal yang berkaitan berupaya memaparkan fakta-faktakta sejarah apa dengan penilitian penulis. adanya tetapi juga berangkat dariari kajian sejarah Mengingat penelielitian ini bersifat yang sudah ada sebelumnya. kepustakaan dengan mengengumpulkan dokumen Menurut M. Sirozi,i, (2004, 99), terkait yang berkaitan dengangan kebijakan pendidikan mengemukakan dokumen sesunggngguhnya adalah tingginya, strategi, rencancana dan dampaknya. sumber data yang siap pakai,i, dalam bentuk Suharsimi mendefinisikanan bahwa, metode

3 dokumentasi yaitu mencari data memengenai hal-hal kebijakan tentang urgensii pependidikan tinggi Islam variabel yang berupa catatan, transknskip buku, surat Negeri di bawah Kementerianian Agama saat itu. kabar, majalah, prasasti, notulenlen rapat, legger, Kajian ini dirancancang untuk memberikan agenda, dan sebagainya.(a.((Arikunto,274), uraian analisis deskriptiftif dengan memaparkan Dokumenter adalah informasi yangng disimpan atau fakta-fakta sejarah apa adanynya tetapi berangkat dari didokumentasikan sebagai bahanan dokumenter, kajian sejarah yang sudahh ada sebelumnya serta bahan dokumenter antaralain, (a)) OtoOtobiografi, (b) atas urutan sejarah di era MMenteri Agama Wahid Surat-surat pribadi, (c) Kliping,g, (d) Dokumen Hasyim dalam Mentranformamasi pendidikan Tinggi Pemerintah maupun swasta, (e) Cererita Roman dan Islam di Indonesia, Jugaa akan dijelaskan pola cerita rakyat, (f) Data diserver dan flashdisk, (g) hubungan antara kementerterian agama RIS Era data tersimpan di Wib site, dll.(ll.(Bungin, 125). Wahid Hasyim dengan era mmenteri RI agama Fakih Sanjaya (2013,116), juga mmengemukakkan Usman, sampai pada prosesses ratifikasi peraturan dokumen adalah segala macam yanang mengandung pemerintah No. 34 Tahun 191950, karena hal tersebut informasi baik di tulis maupun dii cetacetak.Penyusunan adalah bagian representastasi kebijakan dalam data dengan menggunakan bibliogliografi fungsional pengembangan pendidikanan tinggi Islam dengan adalah menyusun, mengedit dann m mengklasifikasi transformasi Fakultas AgamAgama Universitas Islam data sesuai fungsinya untukmasing-masing Indonesia (UII) menjadi PTPTAIN di Yogyakarta. permasalahan. Sementara yanang dimaksud Dikatan dengan cara lebihih sederhana, kajian ini bibliografi final adalah memilih,, mmereduksi, dan mencakup usaha untuk meengembangkan laporan menyajikan data sesuai karakteristiktik permasalahan, historis politis mengenai menengapa ide itu muncul di hingga terkumpul dan secara final.al.Data dokumen era Menteri Agama Wahiahid Hasyim dan pola terutama merupakan sumber yang babagus untuk studi interaksnya dalam proses terstersebut. kasus kualitatif karena mereka bisbisa mengadakan Kajian politik pendndidikan ini lebih pada penyeledikan dalam konteks mmasalah yang kajian proses kebijakan itu ddirumuskan, bagaimana diselidiki.(M. Sirozi, 2004, 99). sesungguhnya kebijakan dii bubuat, yakni tindakan apa Pemahaman penulis mengengenai penguatan yang dilakukan berbagai pelapelakunya.kajian ini juga transformasi fakultas agama UII kee PPTAIN Menteri dirancang untuk menggambabarkan dan menganalisis Agama Wahid Hasyim dalam prproses formulasi ranah dan proses transformasasi pendidikan tinggi di kebijakan tersebut bersifat popolitis. Forwad Indonesia, menjajaki keterkakaitan nilai, kepentingan menyatakan “setiap analisis serserius mengenai dan sumber daya manusiaia d di era Menteri Agama pertanyaan tentang kebijakan umumum dengan cepat Wahid Hasyim. Dan kajiann inini juga bisa dijelaskan meluas menjadi pembahasan tentantang politik pada sebagai kajian isi kebijakaakan karena kajian ini umumnya dan masyarakat secara kekeseluruhan” (M. berfokus pada preferensi kepkepentingan era Menteri Sirozi, (2004, 8).M. Sirozi jugaga menambahkan Agama Wahid Hasyim. Selaelain itu kajian ini juga bahwa kajian politik pendidikan bubukan merupakan dijelaskan suatu analisis aadvokasi (pembelaan) kajian konsep pendidikan Islam,, atau kebijakan proses. pendidikan Islam atau pada ideoloologis pendidikan Adapun analisis dadata pada penelitian ini Islam, bahkan bukan pula kajiann ini merupakan dengan analisis historis yangng bersifat politis di era kajian politik Islam, tapi yang benanar adalah kajian Menteri Agama K.H. Wahidid Hasyim, maka analisis tentang proses politik M. Sirozi, (2(2004, 8). Dalam data dilakukan dengan bebeeberapa tahap, pertama, penguatan pendidikan tinggi Islamm di era Menteri mengklasifikasikan data tetentang proses politik Agama K.H. A. Wahid Hasyim dalaalam transformasi penguatan pendidikan tingtinggi Islamera Menteri Fakultas UII ke PTAIN pada tahunhun 1949-1952 di Agama Wahid Hasyim, sehehingga diketahui mana Indonesia. Komunikasi dan konsonsolidasi di era proses yang lebih tepat dadalam sejarah. Kedua, Menteri Agama RIS Wahid HaHasyim dengan menginterpresentasikaninforformasi yang ada, baik Menteri Agama RI Faqih Usman telatelah meyakinkan dalam strategi dan evaluasisi politik pendidikan era kepada rezim dalam memberikanan pertimbangan Menteri Agama Wahid Hasysyim. Ketiga, melakukan

3 analisis, yakni implikasinya atastas serangkaian ragam, dan kejanggalan di dalam data lalu tentang Proses Formulasi KebKebijakan politik semuanya dikumpulkan bersarsama. pendidikan Tinggi era Menterii AgAgama Wahid Ketiga langkah ini bersifat deskriptif dan Hasyim. Sehingga menjadi pentingting bahwa untuk interpretatif, semuanya dimaksudkan untuk memberikan satu pola analisis papada kajian ini. memberikan pemerian analialitik tentang data yang Analisis memusatkan perhatiann makna pada relevan bagi proses pperumusan kebijakan pemahaman dan pengertianmereka akan pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Pemaparan keterlibatan mereka. Semua data yyang relevan di data di atas sebagai ssekumpulan informasi analisis dan disampaikan dengangan kata atau tersusun, dan memberberikan kemungkinan gambar.Oleh sebab itu analisis in bebersifat kualitatif. memberikan kesimpulann dan pengambilan Ini mengikuti proses melingkar denengan melibatkan tindakan.(Gunawan, 211).HaHal ini penting dilakukan proses memerikan, menggolongkgkan dan antar untuk meingkatkan pemahamaman kasus dan sebagai hubungan, seperti yang disampaikanan ey, (M. Sirozi, acuan mengambil tindakan beberdasarkan analisis dan 2004, 111). pemahaman sajian datapeneneliti.Dalam penelitian Langkah “memerikan” dalam proses kualitatif, penyajian data bbisa dilakukan dalam melingkar ini mencakup laporan y yang tuntas dan bentuk uraian singkat, babagan, hubungan antar komprehensif mengenai kononteks, proses kategori, flowchart dan sesejenisnya. (Sugiyono, keterlibatan di Era Menteri Agamaa Wahid Hasyim 341)Sehingga dengan langngkah tersebut penting dalam proses transformasi Fakultastas Agama UII ke disusunnya laporan dari sububstansi kajian ini yang PTAIN. Ketiga aspek di atas tidtidak dinyatakan memungkinkan menghasilkilkan teori yang bisa dengan sesederhana mungkin, melaelainkan dengan digunakan di era kontomtomprer dengan tetap semaksimal mungkin yang mencancakup informasi berdasarkan sejarah dan pengngembangan tersebut. deskriptif tentang konteks kegiatantan, niat, tujuan, strategi, cara yang mengatur dardari era Menteri Kajian teori Agama Wahid Hasyim serta dampakak dari prosesnya Kajian penelitian ini lebih difokuskan pada tersebut. Konteks ditempatkan untuktuk menempatkan politik penguatan institusii pependidikan tinggi Islam kegiatan dan menjangkau latarr sosial tempat dengan menilisik lebih jauhuh tentang faktor-faktor kegiatan terjadi dan waktu terjarjadinya. Di era munculnya program penguauatan pendidikan tinggi Menteri Agama Wahid Hasyim dipakai untuk islam era menteri agamaa Wahid Hasyim, dan menjelaskan bagaimana merekaka merumuskan sekaligus pola interaksi yangng digunakan era menteri situasinya, dan apa motivasiasinya yang agama Wahid Hasyim dalamlam penguatan pendidikan menggerakkan kegiatan tersebut,but, sejauhmana tinggi islam di Indonesia.ia. Untuk memperoleh proses kegiatannya dan apa tutujuannya serta dataini, secara teoritik dipeiperlukan kerangka teori bagaimana cara mereka berinrinteraksi untuk yang menjadi pisau analisisis sekaligus menyangkut mempertahankan atau mengugubah kegiatan/ hal-hal yang di anggap dodominan dalam kajian programnya. politik pendidikan Islam. Langkah menggolongkan ddalam siklus ini Maka secara teoritisitis penulis menggunakan dalah proses konseptual yang dipakakai untuk menilai teori yang sudah layak danan baku dalam konteks karakteristik data dan kemudian mmemasukkannya kajian politik pendidikan. SeSesuai dengan M. Sirozi, kenatar berbagai data. Dan untuk dadapat fokus pada (2013, 41-42) yang membmbidangi dalam fokus analisis diperoleh dengan bebeeberapa sumber, kajian ini, beliau menyarankankan bagi para peneliti kesimpulan dari data, pertanyayaan penelitian, yang berminat fokus pada kakajian politik pendidikan subtansi, kebijakan dan masalahlah teoritik dan secara konseptual untuktuk mempelajari dan imajinasi, intuisi dan pengetahuauan sebelumnya. menggunakan teori yang telahlah tergabung dalam The Kemudian langkah akhirnirnya adalah Politics of Education AssAssociation (PEA) agar menghubungkan, dilakukan dengngan memeriksa kerangka konseptual dalam ppenelitian tersebut lebih penyimpangan atau sesuatu yangg kurang sesuai, tepat, terarah dan akuntabtabel secara konseptual, salah satunya yang meenurut penulis tepat

3 digunakansebagai Grand Theoryy dalam konteks Nasional, yakni adanya im penelitian ini adalah Interest Groupup Theory (Teori atas kebijakan Konferensi M Kelompok Kepentingan) yang dikemikembangkan oleh Den Haag, Belanda de Bentley. (M. Sirozi, 2013, 41-45)) dualisme Perdana menteri da Menurut perspektif teoteori kelompok yakni Menteri Agama Repu kepentingan, politik pendidikann adalah sistem di Jakarta (RIS) dengan K.H. kelompok kepentingan yang kkompleks dan sebagai menteri Agamanya d berubah-ubah (complex, changingging systems of sebagai Perdana Menterinya interest groups), bentuk-bentuk plupluralisme yang Republik Indonesia (RI) yan sedang berjalan (forms pluralismeme at work ), yang tahun 1946 pasca kemerde satu sama lain saling usil (fussinssing) dan saling Agamanya yan menjatuhkan (tumbling), ketiketika mereka Masjkur dengan Perdana m meredefinisikan isu-isu terkait ddan mengambil Sehingga hal tersebut m langkah-langkah untuk merapatt pa pada kelompok- terhadap lambannya pr kelompok simpatisan lain. Merekaka satu sama lain pendidikan tinggi Islam di sering bertarung untuk mendapatkatkan kebijakan- pada proses penyusunan kebijakan dan program-programm yang mereka kebijakan Pendidikan Tingg inginkan. M. Sirozi, (2013, 5). KareKarena itu menurut sudah menjadi bagian ren Bentley, teori kelompok kepentingtingan merupakan Agama (RIS) K.H. Abdul Wa kajian esensial tentang pendekataatan representasi Untuk itu karena teo kepentingan dengan mempertahanknkan kepentingan dengan konteks masalahnya, satu kelompok dengan tetapp melihat dan teori kelompok kepentingan mempertimbangkan kepentingtingan-kepentingan pendidikan perlu memperha kelompok lain. pokok, pertama struktur k Interest Group Theory (Te(Teori Kelompok yang berubah-ubah, kedua, p Kepentingan) yang disingkat dengangan TKK dalam berubah-ubah, dan ketiga, in tulisan ini yang dikembangkann oleh Bentley ubah. M. Sirozi, (2013, 47 (1908:214) menjelaskan bagian eseesensial dari teori penulis hidangkan dalam ben kelompok kepentingan adalah “Therhere is no way to mudah dipahami substansi get hold of one group interest excexcept in terms of penelitian ini, adapun skem others” (tidak ada cara untuk mmempertahankan Group Theory dapat dilihat d kepentingan satu kelompok kecualili dengan melihat kepentingan kelompok-kelompok lalain). M. Sirozi, (1) Struktur Kelompok Kepen (2013, 46). Pertarungan kelomlompok-kelompok ubah kepentingan cenderung tidak dalamlam format saling menutupi, tetapi dalam format salialing memahami, menyesuaikan atau kompromi. Untuntuk itu, asumsi penulis, Interest Group Theory mererupakan kajian Interest Group yang lebih dominan pada proproses eksistensi Theory kepentingan kelompok dedengan tetap memperhatikan dan memempertimbangkan kepentingan kelompok lain melaluilui kkompromi yang Gambar 1.Interest Gr transparan yang juga memahami dan menyesuaikan kapasitas dan kondisi masing-masinging. (2) Program yang berubah-u Pada implementasinya, IInterest Group (3) Interaksi yang berubah-ub Theory dalam fokus kajian politiolitik pendidikan peneliti lebih pada aspek permasasalahan tingkat Hal ini sesuai denga Interest Group Theory b Nasionalis Agamis dan Nasionalislis Sekuler pada keturunan dari Brawijaya VI yang terkenal dengan masa itu, adakah kesesuain antantara teori yang sikap yang koopeatif “g“gotog royong” dan digunakan oleh penulis dengan prosroses yang terjadi tasammuh“toleransi”. pada era menteri Agama Wahidid Hasyim dalam Menurut Atjeh (2012015, 47), telah tercatat transformasi fakultas UII ke PTAPTAIN, sehingga dalam sejarah bahwa Jokoo T Tingkir atau Pangeran relevan atau tidaknya teori itu yayang ingin lebih Adiwidjaya merupakan sultaltan pertama di Padjang peneliti gali secara mendalam padaa kkajian ini, untuk yang tepatnya berada di daeraerah Jawa Tengah yang itu penting dijelaskan secarara proporsional memiliki guru salah satusatunya adalah Sunan komponen-komponennya teori InInterest Group Kalijogo. Salah satu pola ststrategi yang dilakukan Theory sebagai pisau analisis ppeneliti dalam dalam memperkuat masa kekerajaan sebagai Sultan konteks fokus kajian peneliti, yaknini pada penguatan adalah dengan lebih mengakoakomodir potensi-potensi pendidikan tinggi Islam dalam proseoses transformasi pemuda yang cakap dan pa pandai untuk dijadikan Fakultas Agama UII ke PTAIN. sebagai bagian keluarga kkeraton, baik sebagai menantu atau sebagai ananggota keraton yang Hasil dan Diskusi memiliki posisi strategis.. SSelain itu, Pangeran Dalam penelitian ini adaa beberapa hasil Adiwidjaya juga mengajaajarkan kepada anak- yang telah didiskusikan dengan paraara ahlinya, salah anaknya untuk selalu menjenjaga kekerabatan dan satunya ahli kajian politik pendidikaikan di Indonesia kerukunan dengan lebih “toletoleran” dalam mensikapi adalah M. Sirozi, kemudian Gus SSholudin Wahid setiap permasalahan sosiall yyang ada di kesultanan selaku putra Wahid Hasyim, kememudian Pejabat maupun di luar kesultanan.. WWide Priyambono Giri Kementerian Agama Jakarta, seserta dokumen- (2012, 58-65) mengemukakkakan dalam jurnalnya, dokumen klasik di tiga kota besar,r, Kota Jombang, bahwa salah satu sikap toleraleran yang ada pada jiwa Yogyakarta dan Jakarta. Unutk ituu ddalam kajian ini Jaka Tingkir (Pangeran Adidiwijaya) adalah ketika dibahas tentang dua pembahasanan yang relevan ada permasalahan dengan p perampok atau begal, dengan fokus kajian politik pendiddidikan, pertama yaitu sikap dan tindakankan yang menghargai fokus akan membahas alasa-la-lasan mendasar perbedaan dan mempununyai toleransi dan munculnya program penguatan instistitusi pendidikan kesempatan memperbaiki k kesalahan orang lain. tinggi Islam itu ada di era Menteriri AgAgama K.H. A. Adiwijaya pernah menyamampaikan “Gegedhuge Wahid Hasyim, dan kedua fokus memembahas tentang begal, aku ora bakal ngukuukum kowe sauger kowe pola interaksi sosio politik yangg dilakukan oleh sabalamu gelem mertobatt lalan ora mbaleni maneh Menteri Agama K.H. A. Wahidid Hasyim dalam tumindakmu sing nista iki.”i.”((Ketuanya begal, saya penguatan intitusi pendidikan tintinggi Islam di tidak tahu namamu. Tapapi saya tidak akan Indonesia.Adapun pembahasannyaa ssesuai di bawah menghukummu asal kalian sesemua mau bertobat dan ini. tidak mengulangi lagi tindtindakanmu yang tercela ini).Unsur nilai budi pekertiti mmengembangkan sikap 1. Munculnya Program Penguatatan Institusi PTI toleransi adalah saat merekaka (para perampok) tidak era Menteri Agama K.H. A. WaWahid Hasyim dibunuh/dihukum oleh Jakaka Tingkir jika mau Sesuai denagn fakta-faktakta sejarah, ide bertobat di jalan yang lurus.s. program penguatan istitusi pendidikidikan tinggi Islam Kedua,Kuatnya mmotif Intrinsik ini di Indonesia era Menteri Agama K.K.H. A. Wahid merupakan tingginya kememauan dan perhatian Hasyim karena adadua faktorr penting, yakni Wahid Hasyim terhadap pependidikan dengan ala Pertama faktor internal dan keduaa ffaktor eksternal. otodidaknya.Ketiga, Wahidid Hasyim juga piawai Faktor Internal dari Menteri Agamaa K.H. A. Wahid dalam berorganisasi baikaik organisasi sosial, Hasyim sendiri, yakni Pertama,, aadanya genitas pendidikan maupun politik.. HHal ini dibuktikan atas karebet yang katuranggan, dimaksaksudkan adanya dasar fakta sejarah bahwa M Menteri Agama Wahid silsilah keturunan keratin yaknii ““Pangeran” dari Hasyim juga kerap menengajak anak-anaknya pangeran Adiwijaya (Raja Pajanjang) atau biasa bekunjung kerumah tokoh-to-tokoh politik yang lain, disebut Jaka Tingkir atau mas karearebet yang masih Soebardjo selaku tokoh PPartai Islam, Tokoh

3 Masyumi, Muhammad Natsir dan Prawoto Keenam, Wahid Hasyim jugjuga terkenal cakap dan mangkusasmito, selain itu juga sersering berkunjung dapat diterima oleh semuaua golongan di eranya, ke tokoh yang berbeda paham, mismisal Muhammad sehingga sangat memungkngkinkan jika di era Yamin dan Mr dari ppartai Nasional Kementerian Agama Wahahid Hasyim mampu Indonesia. tokoh politik nasionall memang kerap meletakkan pondasi “embrio”io” peradaban modern di singgah di rumah Wahid, sehinggaga Gus Sholudin Indonesia melalui gagasannnnya unutk mendirikan mengatakan“sampai-sampai temanman saya saat itu “Universitas Islam” di bawahah Kementerian Agama bilang, kalau ayam di rumahmumu bisa ngomong, walaupun yang berdiri adaladalah PTAIN di bawah pasti dia ikut ngomongin politik..(Nu(Nugroho, 2011, Kementerian Agama. 36).Nugroho (2011, 36). Juguga melakukan Sedangkan faktor ekekternalnya, terdiri dari waeancara dengan Aisyah “Putrii ke empat Wahid pertama faktor Sosiologisgis, antaralain adanya Hasyim: Aisyah jua mengatakan ““Bapak hendak kecemburuan sosial berdirinirinya UGM, lemahnya menunjukkan kepada kami, ia tidak pernah logika golongan mayoritasitas muslim, dan adanya membeda-bedakan orang”, imbuhuh Aisyah.Maka kecenderungan kelompok “s“sekuler” yang menjauh dengan pengalaman organisasi dann ppolitiknya yang dari syariat. Salah satsatu bukti argument dari lebih dari 25 pengalaman organisnisasi selama ia ketua UGM yang membuatt KK.H. A. Wahid Hasyim hidup menjadi penting untuk di jadikan suri terbangkitkan adalah ketiketika Prof. Sardjito tauladan dalam berkiprah dalam penendidikan dengan menyatakan bahwa :“Letaetak Universitas Gajah tetap menjaga dan memperkuat nilaiilai toleransi antar Mada di antara Candi Prambambanan dan Borobudur, sesama, baik dengan lawlawan maupun maka Universitas Gajah MMada haruslah kelak kawan.Keempat,adanya kecenderurungan berpikir menjelmalkan rekarnasisi prambanan dan Nasionalis modern yang moderatt uuntuk menjawab Borobudur”. (Suryanegagara, 2016, 691). kebutuhan sosiologis masyarakatt ddi era tersebut Mendengar isi pidato tersersebut, maka kemudian dengan tetap mengedepankanan progresifitas Menteri Agama RIS KH. A. Wahid Hasyim landasan.Hal ini terlihat dengan ggagasan Wahid berupaya semaksimal mungkngkin merencanakan dan Hasyim memiliki keinginan yang kkuat agar “para mendirikan Universitasitas Islam beserta santri tidak lebih rendah keduduudukannya dalam Perpustakaannya. Yusuf, dk,k, (2017, 67). masyarakat daripada kaum barat”at”. Atjeh (2015, Kedua, adanya pengngaruh partisipasi Rezim 171).Tentunya hal ini menjadii bbagian praksis dengan memberikan pilihann trtransformasi FA-UII ke politik ideologisnya atas dasarsar diskriminasi PTAIN yang dikuatkan olehh PP. No. 34 tahun 1950 sekaligus implikasi pendidikan oleoleh kolonial di tentang pendirian PTAIN.N.KKetiga, adanya faktor Indonesia saat itu, sehingga upaupaya penguatan politik yakni, adanya waktaktu yang cukup lama, sumber daya manusianyapun tetaptap dimulai dari menguatnya reaksi golongangan nasionalis agamis aspek pendidikan. yang didukung atas keterliblibatan masyumi dengan Kelima,Luasnya pengetagetahuan yang reaksi kooperatif dari goloolongan nasionalisdan moderat.Hal ini terlihat ketika berkerkali-kali Wahid agamis. Hal ini seiramaa dari hasil wawancara Hasyim menegaskan pentingnya ilmilmu pengetahuan, dengan Gus Sholahudin Wahahid (Jombang, 7 April atau dalam bahasa Wahid, LoLogika. Dengan 2018), Salah satu putra dardari K.H. Abdul Wahid mengutip hadits “Tidak ada agamaama bagi orang Hasyim, terkait dengan ide atatau program penguatan yang tidak berakal”. Azra dan Ummam (1992, 90), pendidikan tinggi Islam dii InIndonesia itu muncul di bahwa Wahid Hasyim pernah mengngatakan; “dalam era Menteri Agama Waahid Hasyim, beliau Islam,.. logika adalah pokok yangang penting bagi memberikan jawaban duaa hal, “ pertama mbah menentukan benar atau salah suatuatu hal atau stau Wahid Hasyim punya keskesempatan yang lama kejadian atau suatu peristiwa yangng menurut logika menjadi menteri agama, sebeebenarnya ndak lama ya, tidak dapat diterima, di dalamm aanggapan Islam cuma jika dilihat dari sistestem pada waktu itu ya tidak bisa juga diterima. …Islamm tidtidak mengakui lumayan lama, tiga kabineinet, cukup panjang lah segala yang tidak tunduk padada logika” . Dan usia 3 tahun, sehingga punynya banyak waktu untuk

3 memikirkan banyak hal. Kedua, Pak wahid hasyim memainkan “kartu” perjuanangan .(Azra dan Umam, punya perhatian untuk mendirikaikan PTAIN itu, 1998, 102).Komitmennya tentang persaudaraan artinya PTAIN itu diperlukan untuuntuk memajukan menurut Menteri Agama K.K.H. A. Wahid Hasyim umat Islam di Indonesia kedepan,an, saya fikir itu (1950,5)pada tulisannya “S“Sikap dan semangat yang paling awal ya”.Untuk itu maka penting bergolong-golong itu di daldalam lingkungan tanah bahwa masa yang cukup dalam ““posisi politik” air kita, apabila diterus-us-teruskan tentu akan Kementerian, menjadikan Wahidid Hasyim lebih berakibat rusaknja kemurniarnian persaudaraan kita mudah untuk mengorganisir prprogram-program sebangsa”. Ini tentunya jujuga salah satu aspek konstruktif berbasis kebangsaann dan keuamatn implikas dari penanaman idideologi ayahnya K.H. tersebut. Hasyim Asy’ari tentang pentientingnya kerjasama dan Faktor eksternal keempeempat adalah persaudaraan. (Misrawai, 201013, 238-240). adanyapengaruh dan keterlibatann tokoh, secara Pola interaksi Keduedua, yaknipola interaksi ideologis tebangun oleh tokoh sesentralnya yakni asosiatif akomodatif era MeMenteri Agama K.H. A. K.H. Hasyim Asy’ari yang respoponsif atas fakta Wahid Hasyim terlihat adaadanya equilibrium atas sosial, kemudian K.H. Fakihih Usman yang gagasan dan ekspektasi “U“Universitas Islam” nya koopertaif selaku Menteri Agamaa RRI Yogyakarta, walaupun belum terlaksanaa dengan realitas sosial dan K.H. Maskur yang selaelalu membantu atas kemajuan kelompokok “Sekuler” dengan pelaksanaan program era Kemenenterian Wahid landasan sikap “Tasammuhmmuh” yang tinggi. Dalam Hasyim dan bijak ketika setiapp menyelesaikan konteks pendidikan, Mententeri Agama K.H. A. permasalahan-permasalahan. Tentutu hal ini menjadi Menteri Agama K.H. A. WaWahid Hasyim (1950, 4) bagian motvasi eksternal bagi Wahidhid Hasyim dalam juga menyampaikan pidpidatonya “pendidikan mengaktualisasikan program dann gagasannya di ketimuran tidaklah dimaknaknakan sederhana, yaitu eranya. suat pendidikan yang didasaasarkan atas anggapan- anggapan orang timur, adatat istiadat, bahasa timur, 2. Pola Interaksi sosio-politikik era Menteri pendidikan timur lebih ddari hal itu, ialah Agama K.H. A. Wahid Hasyimim pendidikan yang didasarkankan atas filsafat timur, Adapun pola interaksi dadalam penguatan filsafat kerohanian”.Selainin itu, Nugroho (2017, institusi pendidikan tinggi Islam di Indonesia era 51) juga mengemukakann bahwa “ Insting Gus Menteri Agama Wahid Hasyim adada beberapa pola Wahid Bagus, “Jika adaa k kader yang dianggap interaksi, antaralain;Pertama, ppola interaksi bagus, dia dekati dan masuksuk lingkaran inti,imbuh asosiatif kooperatif, dimaksudkankan bahwa era Muchit Muzadi”.(Hasil wwawancara Nugroho Menteri Agama K.H. A. Wahid HaHasyim memiliki dengan Muchit Muzadi (s(salah satu alumni di karakteristik kooperatif dengan siasiapapun dengan pondok pesantren Tebu IrIreng yang merupakan tujuan untuk menyatukan pepersepsi-persepsi santri dari K.H. A. Wahahid Hasyim sekaligus kelompok, baik kelompok Mayoritaritas, Sekuler dan sesepuh pesantren Tebu IreIreng).Dengan demikian Minoritas. Penulis berasumsi bahbahwa kooperasi jelas, bahwa pola interaksiksinya lebih akomodatif dalam penerimaan PTAIN di eraa M Menteri Agama progresif yang sesuai dengannann kebutuhan di eranya. K.H. A. Wahid Hasyim merupakakan sikap yang Pola interaksiKetigtiga, di Era Menteri lebih kooptatif.walaupun prosesnyanya juga koalitif Agama K.H.A. Wahid HasHasyim dalam penguatan dengan struktur kelompok lain danan terlihat sekilas pendidikan tingginya adaadalah pola disosiatif bargaining dengan rezim. Hal ini tentunya juga kompetitif, pola interaksi disdisosiatif kompetetif ini tercermin dalam kepribadian Mententeri Agama K.H. dimaksudkan adanya proseses kompetesi yang lebih A. Wahid Hasyimsendiri. Salah satuatunya pernyataan bersifat kulturalistik edukatif,tif, yakni atas berdirinya dari Isa Al-Anshary, salah seoreorang pimpinan UGM yang di asumsikan sebebagai representasi spirit persatuan Islam (PERSIS) saat itu,, ““Wahid Hasyim gagasan “kolonialisme”” untuk dikotomik adalah sosok pemimpin yang tenatenang dan dapat pengetahuan dari pengetahuauan agama dengan tetap menyatukan berbagai aspirasi.si. Dia adalah atas pondasi kepentingan kebebangsaan dan keumatan organisatoris ulung, pandai ddan bijaksana dengan tidak ada aspek “kekkekerasan”. Hal ini jelas

 dibuktikan pada permasalahan ““sentimenisme” satu upayanya adalah ddengan menempatkan golongan di eranya agar tidak terlallalu menjalur dan pengetahuan yang tidak boboleh dikungkung oleh melebar, masyarakat butuh pemamahaman secara perasaan keagamaan yanyang sempit. Kedua, kompleks, maka juga diperjelaslas oleh Wahid perguruan tinggi Islam negegeri ini sebagai media Hasyim ketika membuka Pendidikaikan Tinggi Islam dalam memandang pengetahtahuan dari sudut logika di Yogyakarta. Adapun pidato peresresmian PTAIN di dan rasionalitas yang titinggi dengan tetap Yogyakarta Wahid Hasyim (202011, 141-142), menundukkan politik padaa ilmu, sehingga tujua mengemukakan; “PTAIN yang dirdiresmikan pada politik lebih pada nilai-nilailai “Kemaslahatan dan hari ini, mungkin timbul pertanyanyaan disebabkan Kemanusiaan” dan bbukan “kekuasaan”. dugaan, seoalah-olah PTAIN ini bagbagi agama Islam Ketiga,Menteri Agama Wahidahid Hasyim menegaskan yang merupakan usaha dari Kemenmenterian Agama, kembali adanya syaratt mutlak yang harus ada maksud melebihkan golongangan Islam dan bersanding, yakni Ilmu penpengetahuan dan taqwa, mengurangi harga golongan agamama lainnya, yang karena kedua unsur inilahilah sehingga kehidupan sebenarnya tidaklah demikian. BBagi golongan masyarakat lebih berkemembang dengan tetap Islam sekolah agama yang yang memengajarkan dan berkarakter atau berkepribadiaadian yang baik. Menteri memelihara pendidikan agama dengan dasar Agama K.H. A. Wahid HasyisyimHasyim menegaskan pengetahuan betul-betul bernilailai Universitas bahwa “Kemajuan otak yangang tidak disertai dengan belumlah ada di Indonesia, sedangng bagi golongan kemajuan budipekerti yangg bbaik atau taqwa, telah yang lain sudah ada sekolah tinggtinggi teologi yang menyebabkan nilai dan panpandangan manusia jadi dapat dibanggakan dan membuahkakan cerdik pandai berubah banyak, bukannyaya ke atas, melaikan ke bagi kepentingan masyarakatt ddan Negara”. bawah, hingga suatu kejakejahatan kecil seperti Tentunya hal ini salah satu bentuktuk ekspektasinya merusakkan jiwa atau nyawawa seseorang, di anggap terhadap eksistensi Kementeriann Agama untuk perbuatan jahat, tetapi memerusakkan jiwa atau memiliki “Universitas Islam”m”mandiri, dan nyawa atau bangsa dengangan cara damai kepada setidaknya PTAIN lah yang memunungkinkan di era seluruh negeri, di anggap sesebagai pahlawan yang tersebut untuk menjadi cangkok dadan modal utama berharga atau mendapatpat nama baik yang untuk mengukuhkan menjadi UnUniversitas pada tinggi”.(Atjeh, 2015, 881-882882) masa berikutnya. Maka hal inii dijadikan oelh Kelima, salah satuatu tujuan dan harapan Menteri Agama Wahid Hasyim ssebagai embrio beliau Menteri Agamaa K.H. A. Wahid yang kompetitif dengan Universitasitas lalain yang hanya HasyimHasyim dalam peresmesmian perguruan tinggi lebih fokus pada teologi dan pendidikidikan “Umum”. islam adalah agar terlahirir insan yang cerdik, Atjeh, (2015,878) mengememukakan bahwa pandai, berilmu agama dann umum serta bertaqwa spirit Pidato di atas yang disamampaikan dengan kepada Allah swt. Jika haraprapan dan tujuan tersebut landasan keagamaan dan kenegaraaraan dengan tema dapat di akomodir sampai sesekarang, tentunya tidak “Perguruan Tinggi Islam Negeri”i” ini merupakan akan terjadi perselisihann yang mengakibatkan pidato yang diucapkan pada pepembukaan dan kekerasan dan ketidak adildilan. Akan tetapi jika penyerahan PTAIN (perguruanTingginggi Agama Islam berasumsi realitas hari ini,i, ssudah tepat setidaknya Negeri) di Yogyakarta pada 26 SSeptember 1951 apa yang dikhawatirkan olehleh Menteri Agama K.H. yang kemudian diterbitkan pada MMimbar Agama A. Wahid HasyimHasyimim benar-benar terjadi, November, 1951. Pada pidatonya beberisi ini dengan yakni pertimbangan politiklitik lebih atas dari pada beberapa point penting, antaralaralain; pertama, pertimbangan ilmu pengetaetahuan, sehingga ilmu perguruan tinggi agama Islam nenegeri didirikan pengetahuan menjadi pelayayan hawa nafsu. Hal ini sebagai jawaban atas sumber daya mmanusia islam di tentunya yang menjadi proboblem serius pendidikan Indonesia yang masih lemah ddan lambat di di Indonesia.Maka dalam kokonteks politik, menjadi Indonesia, kedua, beliau juga meneenegaskan adanya penting bahwa ilmu benanar-benar mandiri dari perbedaan falsafah hidup yang digdigunakan antara politik, sehingga mampu mmemberikan nilai-nilai islam Indonesia dengan islam dii nenegeri lain, salah

4 keadilan, kemanusiaan dan kesejaheheraan bagi umat B.J. Boland.(1985). The StStrunggle Of Islam In di Indonesia, khususnya umat islam.m. Modern Indonesia.sia. Trj.Jakarta: PT. Grafitri Pers. Kesimpulan Bakker dan Zubair.(1r.(1994). Metodologi Berdasarkan hasil perolehanhan dokumen dan Penelitian Filsafat. Yogyakarta: wawancara, terdapat duaa konstruksi Kanisius. findingpenting.Pertama, munculnulnya program Bungin, Burhan. (2007).Peneenelitian Kualitatif.Jakarta:Prenrenada Media Group. penguatan institusi pendidikan tintinggi Islam di Cresswell, John W. (2010010). Reseach Design” Indonesia era Menteri Agama K.K.H. A. Wahid Qualitative, Quantuantitative, and Mixed Hasyim adalah adanya praksis “MMotif Imbang” MethodsApproachehes, Thir Edition. antara faktor internal dan eksterternalnya, antara Yogyakarta: Pustaktaka Pelajar. permasalahan dengan cita-cita yanang direfleksikan Dewanto, Nugroho, (20112011). “ Menteri Agama dengan menggunakan pendekatantan rasional dan Wahid Hasyim untuntuk Republic dari spiritual, yang ditegaskan dalam konkonsepsinya yakni Tebuireng”, Ibid.d. TTempo, Jakarta : hlm. adanya pengetahuan dan taqwa”,, kkeduanya harus 36. saling melengkapi yang ditegaitegaskan melalui Dhofier, Zamakhsyari. (201111). Tradisi Pesantren : program politik gagasan institusionional “Universitas Studi Pandangan HidHidup Kyai dan Visinya Islam” yang nondiktomis, sehiehingga PTAIN Mengenai Masa Depan Indonesia . dijadikan sebagai embrio formalislisasi pendidikan Jakarta:LP3ES. Giri, Wide Priyambono.,“NilaNilai Budi Pekerti Dalam tinggi Islam di bawah kntrol Kementeenterian Agama. Cerbung Jaka Tingkirkir Karya Ambarwati, Temuan kedua, sesuesuai konstruksi Majalah Djaka Lodandang Edisi 17 Sampai 25 beberapa pola interkasi yang ada ddi eranya, maka Tahun 2012” E-Jurnarnal Program Studi pola interaksi yang digunakan eraa MMenteri Agama Pendidikan Bahasa dadan Sastra K.H. A. Wahid Hasyim dalam proproses penguatan Jawa_Universitas Muuhammadiyah institusi pendidikan tinggi Islamm di Indonesia Purworejo.,Vol. / 088 / No. 02 / Maret 2016, adalah pola interaksi “Asosiatifiatif Akomodatif hal.58-65. Kompromistis”,merupakan prosess interaksi yang Gunawan, Imam.(2014).). Metode Penelitian Kualitatif; Teoriri dan Metode .Jakarta: memiliki indikasi yang imbang dedengan golongan Bumi Aksara. sekuler “bahkan Bergaining denganan Rezim” dengan Hasyim, A. Wahid. ((1950). Pendidikan cara yang lebih adaptif serta mmemprioritaskan Ketuhanan. Mimbabar Agama, Majalah stabilitas dan kepentingan semua gogolongan dengan resmi yang terterbit berkala dari sikap yang kompromistis, tastassammuh dan Kementerian Agagama Jilid I.No.56. tawassuth untuk mengurangi pertententangan dengan Jakarta. Kementeriarian Agama. hal.4. tujuan mendapatkan solusi altelternatif dengan ------, (1951950) “Latihan Lapar menjadikan “persatuan” sebagai refrefleksi nilai-nilai untuk Kebahagahagaian Hidup dan berbangsa dan pancasilais. Perdamaian Duniunia” Djakarta: Penjiaran kementeranteraian Agama,. P.5. Daftar Pustaka ------, (20112011). Mengapa Saya Arikunto, Suharsimi.(2013).). “Prosedur Memilih Nahdlatultul Ulama (Kumpulan Penelitian; Suatu Pendekaekatan Praktik ”, tulisan Wahidd Hasyim dengan Jakarta: Rineka Cipta. pengantar dari putputranya Sholahuddin Atjeh, H. Abubakar. (2015)..SeSejarah Hidup Wahid). Jakarta: MiMizan. K.H. Abdul Wahid Hasjasjim. Jombang: M. Sirozi, “Politics of Educatiocational Policy Tebu Ireng. 47, Production in Indonenesia: A Case Study of Azra dan Umam. (1998).MeMenteri-Menteri the Roles of Muslimlim LLeaders in the leaders Agama RI Biografografi Sosial- in the Establishmentnt oof the Number 2 Act of Politik.Jakarta: INIS dan PPIM Depag 1989”.Disertasi (Ausustralia: Monast RI. University). 2004

4 ------.(2010). Politik Pendidikan dinamika hubungan antarantara kepentingan kekuasaan dan praktikk ppenyelenggaan pendidikan.Jakarta: PTT RRaja Grafindo Persada. ------. (2013). Konteks dan kerangka konseptualPolitik Pendidikan.Palembang:Noer Fikri Offset. Misrawi, (2013).Hadratussyaiyaikh Hasyim Asy’ari Moderasi, KeKeumatan dan kebangsaan. Jakarta. BuBuku Kompas. Hal.238-240. Nata, Abudin. (2014). Sejarah PenPendidikan Islam. Jakarta: Prenada Media Groupoup. ------. (2001). Sejarahah Pertumbuhan Dan Perkembangan Lembambaga-Lembaga Pendidikan Islam Di Indondonesia. Jakarta: Grasindo. Noer, Deliar. (1987). Partai Islam di Pentasi Nasional 1945-1965. JaJakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. ------. (1983). Administrnistrasi Islam Di Indonesia Edisi Baru.u. Jakarta: CV. Rajawali Pers. Sanjaya, Wina.(2013)Metodeode Penelitian Pendidikan; Jenis, MMetode dan Prosedur”. Jakarta: PrPrenda Media Group. Sugiyono. (2003). Metodeode Penelitian Pendidikan; Pendekatanatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sukardi, Ismail. (2014). MadrMadrasah dan Pergolakan Sosial Politik di Keresidenan Palembang,bang, 1925-1942 . Yogyakarta: CV. Idea Sejaejahtera. Suryanegara, Ahmad Mansur.ur. (2016). Api Sejarah, Mahakaryaa Perjuangan Ulama dan Santri dalamlam menegakkan Negara Kesatuan Repubpublik Indonesia Jilid kedua. Bandung: SSurya Dinasti. Hal. 287. Yusuf dkk.(2017). Kaleidoskopop Kementerian Agama Republik Indonesinesia 1946-2016, Jejak Langkah dari Masalalu. Jakarta:Puslitbang Lekturktur, Khazanah Keagamaan, dan Manajemen Organisasi Balitbang dan Diklat Kementerian Agama.. hal. 667.

4