KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Tahun 2020 ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini adalah tahapan terakhir di dalam melakukan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 yang berisikan latar belakang, dasar hukum, maksud, tujuan, dan sasaran, ruang lingkup pekerjaan sampai dengan keluaran yang akan dihasilkan pada pekerjaan ini. Selain itu pada laporan ini juga akan dijabarkan mengenai pendekatan studi, gambaran umum wilayah, metodologi yang gunakan, rencana kerja yang akan dilakukan selama berlangsungnya pekerjaan ini. Kemudian pada dua bab terakhir menjabarkan hasil analisis serta kesimpulan.

Atas dukungan dan kerjasama dari semua pihak, khususnya team teknis/supervisi, serta instansi-instansi teknis terkait, dan pihak lainnya, kami ucapkan terimakasih. Semoga laporan ini dapat dijadikan bahan kerja selanjutnya, dan bermanfaat bagi kita semua.

Pangandaran, 2020

Tim Penyusun

i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... ii DAFTAR TABEL ...... v DAFTAR GAMBAR ...... xi

BAB I PENDAHULUAN ...... I-1 1.1. Latar Belakang ...... I-1 1.2. Maksud, Tujuan dan Saran ...... I-2 1.2.1. Maksud ...... I-2 1.2.2. Tujuan ...... I-2 1.2.3. Sasaran ...... I-2 1.3. Dasar Hukum ...... I-3 1.4. Jangka Waktu Pelaksanaan ...... I-4 1.5. Ruang Lingkup ...... I-4 1.6. Keluaran ...... I-5 1.7. Sistematika Penulisan ...... I-6 BAB II PENDEKATAN STUDI ...... II-1 2.1. Pendekatan Teknis ...... II-1 2.2. Peran Pemerintah Dalam Pembangunan...... II-2 2.3. Kebijakan Fiskal Daerah ...... II-3 2.4. Peran Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah ...... II-4 2.5. Peran Pajak Dan Retribusi Daerah Dalam Mendukung Pembiayaan Daerah ...... II-7 2.6. Optimalisasi Pajak Dan Retribusi Daerah Dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah...... II-9 2.7. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ...... II-10 2.8. Pajak ...... II-16 2.8.1. Definisi Pajak ...... II-16 2.8.2. Perkembangan Perpajakan Daerah ...... II-17 2.8.3. Konsep Pajak...... II-18 2.8.4. Kegunaan Pajak ...... II-21 2.8.5. Prinsip Dasar Evaluasi Pajak Daerah ...... II-23 2.8.6. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan Pemungutannya...... II-25 2.8.7. Asas Pemungutan Pajak ...... II-26 2.8.8. Tinjauan Pajak dari Berbagai Aspek ...... II-29 2.8.9. Fungsi Pajak ...... II-32

ii

2.9. RETRIBUSI DAERAH ...... II-33 BAB III GAMBARAN UMUM ...... III-1 3.1. Landasan Pembentukan Kabupaten Pangandaran ...... III-1 3.2. Informasi Kondisi Umum Daerah ...... III-3 3.2.1. Kondisi Geografi ...... III-3 3.2.2. Kondisi Topografi ...... III-5 3.2.3. Kondisi Geologi ...... III-8 3.2.4. Kondisi Hidrologi ...... III-10 3.2.5. Kondisi Tanah ...... III-12 3.2.6. Kondisi Klimatologi ...... III-13 3.2.7. Kondisi Pengunaan Lahan ...... III-14 3.2.8. Kondisi Rawan Bencana ...... III-16 3.3. Kondisi Demografi ...... III-17 3.3.1. Jumlah Penduduk ...... III-17 3.3.2. Kepadatan Penduduk ...... III-18 3.3.3. Komposisi Penduduk ...... III-19 3.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan ...... III-22 3.3.5. Jumlah Penduduk yang Bekerja ...... III-22 3.3.6. Ketenagakerjaan ...... III-25 3.4. Potensi Ekonomi...... III-26 3.4.1. Pariwisata ...... III-26 3.4.2. Pertanian ...... III-31 3.4.3. Peternakan ...... III-37 3.4.4. Perikanan ...... III-38 3.4.5. Kehutanan ...... III-43 3.4.6. Potensi Industri ...... III-44 3.4.7. Potensi Perdagangan ...... III-44 3.4.8. Koperasi ...... III-45 3.4.9. UMKM ...... III-46 3.4.10. Pasar ...... III-47 3.5. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran ...... III-47 BAB IV METODOLOGI DAN RENCANA KERJA ...... VI-1 4.1. Metodologi ...... VI-1 4.1.1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data ...... VI-1 4.1.2. Tahap Penataan dan Pengolahan Data ...... VI-2 4.1.3. Tahap Penyajian dan Analisis/Interpretasi Data ...... VI-3

iii

4.2. Rencana Kerja ...... VI-4 4.2.1. Pelaporan ...... VI-6 BAB V PEMBAHASAN ...... V-1 5.1. Pajak Daerah ...... V-1 5.1.1. Objek Pajak ...... V-2 5.1.2. Jenis Pajak untuk Tiap Kecamatan ...... V-6 5.1.3. Jenis Pajak untuk Tiap Kecamatan dan Tiap Desa ...... V-11 5.2. Retribusi Daerah ...... V-22 5.3. Potensi dan Proyeksi ...... V-23 5.3.1. Potensi dan Proyeksi Pajak Daerah ...... V-24 5.3.2. Potensi dan Proyeksi Retribusi Daerah ...... V-26 5.3.3. Potensi dan Proyeksi Pendapatan Asli Daerah ...... V-28 5.4. Strategi dan Rencana Aksi ...... V-29 BAB VI KESIMPULAN ...... VI-1

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Administratif Kecamatan di Kabupaten Pangandaran...... III-4

Tabel 3.2 Kondisi Topografi Kabupaten Pangandaran ...... III-5

Tabel 3.3 Kondisi Kemiringan Lereng Kabupaten Pangandaran ...... III-6

Tabel 3.4 Jenis Batuan di Kabupaten Pangandaran ...... III-9

Tabel 3.5 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Pangandaran ...... III-10

Tabel 3.6 Jenis Tanah di Kabupaten Pangandaran ...... III-13

Tabel 3.7 Penggunaan Lahan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-15

Tabel 3.8 Luasan Potensi Gempa di Kabupaten Pangandaran ...... III-16

Tabel 3.9 Luasan Potensi Tsunami di Kabupaten Pangandaran ...... III-16

Tabel 3.10 Luasan Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Pangandaran...... III-17

Tabel 3.11 Luasan Potensi Bencana Banjir di Kabupaten Pangandaran ...... III-17

Tabel 3.12 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Jumlah KK di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-18

Tabel 3.13 Persentase Penyebaran Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019...... III-18

Tabel 3.14 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019...... III-19

Tabel 3.15 Struktur Usia Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-20

Tabel 3.16 Angka Beban Ketergantungan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-21

Tabel 3.17 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pangandaran 2019 ...... III-22

Tabel 3.18 Data Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pangandaran Tahun 2019...... III-23

Tabel 3.19 Angka Pengangguran Kabupaten Pangandaran ...... III-25

Tabel 3.20 Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Pangandaran Tahun 2017-2020 ...... III-25

Tabel 3.21 Jumlah Lapangan Kerja Kabupaten Pangandaran Tahun 2017-2020 ...... III-26

v

Tabel 3.22 Gini Ratio Kabupaten Pangandaran ...... III-26

Tabel 3.23 Kawasan Pariwisata dan Sebaran Daya Tarik Wisata Kabupaten Pangandaran . III-27

Tabel 3.24 Jumlah dan Jenis Daya Tarik Wisata Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-29

Tabel 3.25 Jumlah dan Jenis Akomodasi di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-30

Tabel 3.26 Jenis dan Jumlah Restoran di Kabupaten Pangandaran 2016-2020 ...... III-30

Tabel 3.27 Usaha Penyelenggara Kegiatan Hiburan, Rekreasi, dan MICE di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 ...... III-30

Tabel 3.28 Usaha Jasa Biro dan Agen Perjalanan Wisata dan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 ...... III-31

Tabel 3.29 Fasilitas Wisata di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 ...... III-31

Tabel 3.30 Kelembagaan Pariwisata di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 ...... III-31

Tabel 3.31 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Padi Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... III-33

Tabel 3.32 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Palawija di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 ...... III-33

Tabel 3.33 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Biofarmaka Kabupaten Pangandaran Tahun 2018–2019 ...... III-34

Tabel 3.34 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Sayuran Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... III-35

Tabel 3.35 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Pangandaran Tahun 2018–2019 ...... III-35

Tabel 3.36 Populasi Ternak Besar di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... III-37

Tabel 3.37 Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... III-37

Tabel 3.38 Produksi Ternak Besar dan Ternak Unggas di Kabupaten Pangandaran ...... III-37

Tabel 3.39 Produksi Ikan Tangkap (Ikan Laut) Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... III-39

Tabel 3.40 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Payau Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019...... III-40

Tabel 3. 41 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Laut Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 ...... III-41

vi

Tabel 3.42 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2019...... III-41

Tabel 3.43 Jumlah Produksi Ikan Dari Perairan Umum Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019...... III-42

Tabel 3.44 Perkembangan Produksi Ikan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 ... III-42

Tabel 3.45 Data Komoditas Ekspor Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... III-45

Tabel 3.46 Data Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota, Jumlah Modal Usaha dan Sisa Hasil Usaha Koperasi Tahun 2018-2019 di Kabupaten Pangandaran ...... III-45

Tabel 3.47 Data Jumlah Pasar Kabupaten, Jumlah Pasar Desa, Jumlah Minimarket Tahun 2018- 2019 di Kabupaten Pangandaran ...... III-47

Tabel 3.48 Pendapatan Daerah dan PAD Kabupaten Pangandaran ...... III-48

Tabel 3.49 Pendapatan Daerah dan PAD Kabupaten Pangandaran ...... III-48

Tabel 3.50 Pendapatan Pajak dan Retribusi Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 ...... III-49

Tabel 3.51 Persentase Pendapatan Tiap Jenis Pajak Terhadap Pendapatan Pajak Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 ...... III-49

Tabel 3.52 Persentase Tiap Jenis Retribusi Terhadap Pendapatan Retribusi Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 ...... III-50

Tabel 4.1 Jadwal pelaksanaan Pekerjaan ...... VI-6

Tabel 5.1 Jumlah Objek Pajak Aktif dan Tidak Aktif di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 ...... V-2

Tabel 5.2 Jumlah Objek Pajak Berdasarkan Status di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ... V-3

Tabel 5.3 Jumlah Objek Pajak dan Status Objek Pajak Per Kecamatan dan Per Desa di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... V-3

Tabel 5.4 Jumlah Objek Pajak yang Melakukan Transaksi pada Masa Tahun Pajak 2019 Per Kecamatan dan Per Desa di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 ...... V-5

Tabel 5.5 Realisasi Pajak Hotel Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-6

Tabel 5.6 Realisasi Pajak Restoran Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-7

Tabel 5.7 Realisasi Pajak Hiburan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-8

vii

Tabel 5.8 Realisasi Pajak Reklame Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-8

Tabel 5.9 Realisasi Pajak Penerangan Jalan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-9

Tabel 5.10 Realisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-9

Tabel 5.11 Realisasi Pajak Parkir Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-10

Tabel 5.12 Realisasi Pajak Air Tanah Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-10

Tabel 5.13 Realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah) ...... V-11

Tabel 5.14 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-11

Tabel 5.15 Tabel Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan ...... V-12

Tabel 5.16 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-12

Tabel 5.17 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan ...... V-13

Tabel 5.18 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-13

Tabel 5.19 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-14

Tabel 5.20 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-14

Tabel 5.21 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-15

Tabel 5.22 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-16

Tabel 5.23 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-16

viii

Tabel 5.24 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-17

Tabel 5.25 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-18

Tabel 5.26 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-18

Tabel 5.27 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-19

Tabel 5.28 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-19

Tabel 5.29 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-20

Tabel 5.30 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan ...... V-20

Tabel 5.31 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) ...... V-21

Tabel 5.32 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan ...... V-21

Tabel 5.33 Realisasi Retribusi Jasa Umum Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah) ...... V-22

Tabel 5.34 Tabel Realisasi Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah) ...... V-23

Tabel 5.35 Realisasi Retribusi Perizinan Tertentu Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah) ...... V-23

Tabel 5.36 Proyeksi Moderat Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020- 2023 (Rupiah) ...... V-24

Tabel 5.37 Proyeksi Optimis Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020- 2023 (Rupiah) ...... V-25

Tabel 5.38 Proyeksi Moderat Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020- 2023 (Rupiah) ...... V-26

Tabel 5.39 Tabel Proyeksi Optimis Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020-2023 (Rupiah) ...... V-27

ix

Tabel 5.40 Tabel Proyeksi Moderat dan Optimis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020-2023 (Rupiah) ...... V-28

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Peta Batas Administratif Kabupaten Pangandaran ...... III-4 Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Pangandaran ...... III-5 Gambar 3. 2 Peta Topografi Kabupaten Pangandaran ...... III-7 Gambar 3. 3 Peta Topografi Kabupaten Pangandaran ...... III-8 Gambar 3. 4 Jenis Batuan di Kabupaten Pangandaran ...... III-9 Gambar 3. 5 Peta Geologi Kabupaten Pangandaran ...... III-10 Gambar 3. 6 Peta DAS Kabupaten Pangandaran ...... III-12 Gambar 3. 7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Pangandaran ...... III-13 Gambar 3. 8 Peta Curah Hujan Kabupaten Pangadaran ...... III-14 Gambar 3. 9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Pangandaran ...... III-15 Gambar 4. 1 Tahapan Pelaksanaan Penyusunan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 ...... IV-4

xi

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan, keluaran sampai dengan penjabaran mengenai sistematika penulisan laporan akhir.

1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan kepada KAK, Pelaksanaan otonomi daerah berimplikasi pada diberikannya kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah, baik dalam urusan pemerintahan maupun dalam pengelolaan pembangunan. Kewenangan yang luas ini selain memberikan kesempatan dan tanggung jawab bagi Pemerintah Daerah dalam mengelola potensi dan sumberdaya untuk mengembangkan daerahnya secara mandiri juga berimplikasi pada tuntutan untuk meningkatkan kemampuan kelembagaan, SDM, dan keuangan daerah.

Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah dan dalam rangka pembiayaan pembangunan daerah, sumber-sumber pendanaan pelaksanaan Pemerintahan Daerah meliputi: Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman Daerah, dan Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Dalam konteks penyelenggaraan dan pembiayaan pembangunan, maka sebagaimana halnya dengan daerah-daerah lainnya, Pemerintah Kabupaten Pangandaran dituntut untuk mengelola dan meningkatkan kinerja PAD sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan. Sejauh ini, upaya peningkatan PAD melalui sumber pendapatan secara konvensional masih sangat diandalkan oleh Pemerintah Kabupaten Pangandaran khususnya pada sektor Pajak dan Retribusi Daerah.

Salah satu kewenangan daerah untuk mengali dan mengembangkan PAD dari sumber Pajak dan Retribusi diatur dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. Kabupaten Pangandaran memiliki posisi geografis yang strategis dan secara ekonomis sangat menguntungkan bagi perkembangan kota. Selain itu, dalam konstelasi regional Kabupaten Pangandaran memiliki peran penting. Peran dan fungsi tersebut telah menjadi salah satu faktor stimulan berkembangnya kegiatan pembangunan di Kabupaten Pangandaran. Berpijak pada kondisi tersebut, maka

I-1

Pemerintah Kabupaten Pangandaran berupaya terus untuk dapat memanfaatkan potensi sumber daya dan peluang geografis yang dimilikinya sehingga diharapkan berimplikasi pada upaya peningkatan kinerja PAD terutama dari sektor Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Pemerintah Kabupaten Pangandaran memandang perlu untuk menggali dan menggembangkan potensi Pajak dan Retribusi Daerah baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi. Seiring dengan upaya penggalian potensi Pajak dan Retribusi Daerah, maka diperlukan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran. Kegiatan ini diharapkan mampu menyajikan informasi potensi (jumlah, kapasitas, dan pola sebaran) objek Pajak dan Retribusi Daerah secara akurat dan aktual sehingga dapat mempermudah dan memperlancar upaya untuk meningkatkan kinerja penerimaan Pajak dan Retribusi Daerah khususnya serta PAD pada umumnya.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SARAN Maksud, Tujuan dan Sasaran dalam kegiatan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 adalah sebagai berikut :

1.2.1. Maksud Kegiatan ini diselenggarakan atas dasar kebutuhan data yang akurat mengenai potensi sumber-sumber pajak daerah di Kabupaten Pangandaran.

1.2.2. Tujuan Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran ditujukan untuk membentuk suatu basis data potensi pendapatan asli daerah, antara lain meliputi pajak dan retribusi daerah dalam rangka meningkatkan kinerja dan kontribusi sektor pajak dan retribusi daerah terhadap pos PAD melalui penggalian potensi dan pengembangan (intensifikasi dan ekstensifikasi) terhadap potensi objek pajak dan retribusi daerah.

1.2.3. Sasaran Sasaran yang perlu dicapai dalam Kegiatan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 Kabupaten Pangandaran diantaranya :

1) Tersusunnya Basis data mengenai kondisi (jumlah, kapasitas, dan pola sebaran) potensi dan peluang pengembangan potensi pajak dan retibusi daerah yang memuat informasi tentang: Objek pajak dan subjek pajak.

2) Tersusunnya Strategi dan rencana aksi dalam rangka penggalian dan pengembangan (intensifikasi dan ekstensifikasi) potensi objek pajak dan retribusi daerah.

I-2

3) Tersusunnya Informasi yang memuat informasi dan pemetaan tentang: Basis data objek pajak dan retribusi daerah, serta potensi pajak dan retribusi daerah.

4) Tersusunnya Proyeksi PAD untuk 3 tahun mendatang.

1.3. DASAR HUKUM Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 Kabupaten Pangandaran mengacu kepada:

1) Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

2) Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

3) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 Tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah;

4) Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2016 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah;

5) Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pemberian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

6) Peraturan Pemerintah No. 91 Tahun 2010 tentang Jenis Pajak Daerah yang Dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak;

7) Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah;

8) Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

9) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 45 Tahun 2016 tentang Pajak Hotel;

10) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 46 Tahun 2016 tentang Pajak Restoran;

11) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 47 Tahun 2016 tentang Pajak Reklame;

12) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 48 Tahun 2016 tentang Pajak Hiburan;

13) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 49 Tahun 2016 tentang Pajak Penerangan Jalan;

14) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 1 Tahun 2018 Tentang Pajak Parkir;

15) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 2 Tahun 2018 tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;

16) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 2 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan di Tepi Jalan Umum;

I-3

17) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 3 Tahun 2016 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga;

18) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 4 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Pasar;

19) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 5 Tahun 2016 tentang Retribusi Izin Usaha Perikanan;

20) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 6 Tahun 2016 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan;

21) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 8 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan;

22) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 14 Tahun 2016 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah;

23) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 32 Tahun 2016 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

24) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 34 Tahun 2016 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

25) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 35 Tahun 2016 tentang Retribusi Terminal;

26) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 36 Tahun 2016 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir;

27) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 37 Tahun 2016 tentang Retribusi Izin Trayek;

28) Peraturan Daerah Kabupaten Pangandaran No. 38 Tahun 2016 tentang Retribusi Tempat Pelelangan.

1.4. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN Jangka waktu pelaksanaan kegiatan ini diperkirakan 90 (Sembilan Puluh) hari kalender.

1.5. RUANG LINGKUP Berikut adalah penjabaran mengenai lingkup kegiatanya:

a. Lingkup Administratif Lingkup wilayah dalam rangka pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran adalah wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Pangandaran.

I-4

b. Lingkup Substansi Lingkup Substansi dalam rangka pelaksanaan Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran, yaitu: Pengumpulan data potensi PAD; Perumusan konsep pengembangan basis data; dan Pemetaan potensi PAD.

1.6. KELUARAN Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan pelaporan diantaranya sebagai berikut:

1. Laporan Pendahuluan Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, yang didalamnya memuat: pemahaman terhadap KAK (Kerangka Acuan Kerja), rencana kerja dan metoda pelaksanaan, deskripsi awal target/sasaran wilayah dan pekerjaan. Laporan diserahkan setelah melaksanakan 30% pekerjaan atau selambatnya pada hari ke 15 pelaksanaan pekerjaan.

2. Laporan Draft Akhir Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, yang didalamnya memuat peraturan daerah yang berhubungan dengan pajak penerimaan daerah khususnya Pajak Reklame dan Pajak Parkir; yaitu data eksisting potensi sumber-sumber pendapatan daerah yang bersumber dari pajak reklame dan pajak parkir; kondisi eksisting objek sumber-sumber PAD yang bersumber dari pajak reklame dan pajak parkir; serta hasil analisis dan proyeksi PAD yang bersumber dari pajak reklame dan pajak parkir. Laporan diserahkan setelah melaksanakan 80% pekerjaan dan dilakukan pemaparan kepada stakeholder terkait, yang diserahkan selambatnya pada hari ke 75 pelaksanaan pekerjaan.

3. Laporan Akhir Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar, yang didalamnya substansi sesuai hasil penyempurnaan dari laporan draft akhir. Laporan diserahkan setelah melaksanakan 100% pekerjaan pada hari ke 90 pelaksanaan pekerjaan.

4. Soft Copy Softcopy dibuat sebanyak 5 (lima) buah dalam bentuk Digital Disk (CD) untuk masing-masing laporan, dengan total 15 (lima belas) digital disk (CD), dalam bentuk ketikan naskah dan lampiran seluruh laporan dalam bentuk PDF dan MSWord.

I-5

1.7. SISTEMATIKA PENULISAN Laporan Akhir merupakan tahap kedua dari Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran. Adapun bab ini terdiri dari 6 bab diantaranya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan, keluaran sampai dengan penjabaran mengenai sistematika penulisan laporan khir.

BAB II PENDEKATAN STUDI Bab ini berisi mengenai pendekatan studi yang digunakan dalam Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran.

BAB III GAMBARAN UMUM Pada bab ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum wilayah yang menjadi ruang lingkup pekerjaan, adapun didalamnya meliputi kondisi geografis, demografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

BAB IV METODOLOGI DAN RENCANA KERJA Dalam bab ini menjabarkan metodologi penelitian yang digunakan selama proses dilakukannya kegiatan ini, serta pada bab ini juga akan dijabarkan mengenai rencana kerja yang akan dilakukan pada pekerjaan ini. BAB V PEMBAHASAN Bagian ini membahas hasil pengolahan data terkait dengan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Pangandaran BAB VI KESIMPULAN Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan dari hasil Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran.

I-6

BAB II PENDEKATAN STUDI Bab ini berisi mengenai pendekatan studi yang digunakan dalam Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran.

2.1. PENDEKATAN TEKNIS Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan beberapa pendekatan, yang lebih lanjut dapat dikembangkan, sebagai berikut:

1. Pendekatan Normatif Pelaksanaan pekerjaan ini dilakukan dengan mengacu pada dokumen-dokumen yang saat ini digunakan oleh Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pangandaran serta data- data lain yang dapt diperoleh dari OPD terkait di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Pangandaran, termasuk seluruh peraturan perundang-undangan yang terkait.

2. Pendekatan Partisipatif Proses penyusunan dilakukan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan di lingkup Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pangandaran, melalui serangkaian perolehan informasi dan data, serta asumsi-asumsi berdasarkan hasil pikir dan pendapat para pemangku jabatan maupun pelaksana tugas harian dalam pelaksanaan pengelolaan pajak daerah dan Retribusi Daerah, termasuk dari sumber-sumber lain.

3. Pendekatan Fasilitatif Pendekatan fasilitatif adalah dengan memberikan proses pendampingan kepada tim teknis yang dibentuk oleh pemilik pekerjaan, maupun rapat-rapat pembahasan guna mengoptimalisasi hasil pekerjaan, maupun aktivitas lainnya terkait dengar pendapat dengan pihak lain di luar lingkup Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pangandaran.

4. Pendekatan Teknis Akademis (Desk Study) Proses penyusunan dilakukan dengan menggunakan metodologi dan alat analisis yang dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis dalam melakukan pengujian maupun perhitungan dari proses analisis data, termasuk didalamnya proses identifikasi, analisa maupun dalam pelaksanaan pengambilan kesepakatan. Pendekatan teknis juga dilakukan dengan proses perbandingan atas beberapa data-data realisasi penerimaan pajak dan retribusi daerah yang dihitung secara statistik, serta analisis terkait keterkaitan atas variabel-variabel hasil identifikasi.

II-1

2.2. PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN Peran pemerintah dalam perekonomian dalam rangka pelaksanaan pembangunan bukan hanya berusaha membelanjakan berbagai penerimaan yang sudah didapat dari sistem perpajakan yang ada, akan tetapi lebih jauh dari hal tersebut. Terkadang pemerintah harus berupaya untuk memperbaiki berjalannya institusi atau “rule of the game” yang ada dalam perekonomian, sehingga bisa menjamin peran institusi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Salah satu upaya pemerintah dalam pengembangan institusi adalah berusaha agar mekanisme pasar bisa tetap menjadi salah satu faktor utama yang mendorong berbagai aktivitas kegiatan masyarakat yang pada akhirnya nanti bisa meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

Oleh sebab itu dalam literatur ekonomi publik, peran/fungsi pemerintah di bidang ekonomi bisa dibedakan dalam tiga jenis, yaitu:

1. Fungsi alokasi. Fungsi ini selalu dikaitkan dengan peran pemerintah dalam mengatasi kegagalan pasar dan eksternalitas yang terjadi dalam pembangunan. Tujuan utama dari fungsi ini adalah bagaimana pemerintah melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya berupaya untuk membuat agar alokasi sumberdaya perekonomian bisa berjalan secara efisien. 2. Fungsi distribusi. Fungsi ini selalu dikaitkan dengan upaya-upaya pemerintah dalam berusaha untuk mewujudkan keadilan dalam pembangunan. Salah satu bentuk keadilan pembangunan adalah terciptanya distribusi pendapatan yang lebih merata diantara masyarakatnya. Walaupun mekanisme telah berfungsi dengan baik, namun tetap saja sebagian orang menganggapnya tidak adil. Oleh karenanya sistem perpajakan (sistem penerimaan) yang diterapkan oleh pemerintah ditujukan untuk menciptakan adanya rasa keadilan bagi masyarakat. 3. Fungsi stabilisasi. Tugas pemerintah dalam berusaha untuk mewujudkan tujuan makro ekonomi – pertumbuhan ekonomi yang tinggi, stabilitas harga, dan mengatasi masalah pengangguran – bisa dilakukan melalui dua paket kebijakan ekonomi yaitu Kebijakan Fiskal dan Moneter.

Musgrave & Musgrave (1993) mendeteksi dua faktor kemungkinan dari ketiga fungsi pemerintah di atas. Menurut mereka, fungsi stabilitas secara umum lebih baik jika dijalankan oleh pemerintah pusat (sentralistik), sedangkan fungsi alokatif dan distributif lebih baik dijalankan oleh pemerintah daerah. Hanya saja fungsi distributif ini lebik baik jika dijalankan oleh pemerintah pusat, sebab didalamnya ada unsur keadilan nasional harus dicapai.

Terkait dengan fungsi stabilitas, jika bidang ini didesentalisasikan akan menjadi chaos terhadap sistem pemerintahan dan pengelolaan ekonomi daerah. Tidak menutup kemungkinan masing-masing daerah menetapkan instrumen fiskal dan moneter yang berbeda. Jika itu dilakukan maka masyarakat secara keseluruhan akan dirugikan. Atau dalam konteks pertahanan kemanan,

II-2

apabila fungsi ini diserahkan kepada daerah, maka setiap daerah memiliki standar dan prosedur sistem pengamanan yang berbeda. Sedangkan fungsi distribusi, meskipun hal ini baiknya dijalankan oleh pemerintah daerah, namun demikian kapasitas dan potensi setiap daerah yang ada di berbeda-beda, sehingga fungsi distributif lebih baik dijalankan oleh pusat agar terjadi distribusi sumber daya yang adil.

Ketiga fungsi di atas menjadi faktor acuan pembagian kewenangan pemerintah pusat dan daerah. Oleh sebab itu, dalam UU Otonomi Daerah, yang terkait dengan pembagian kewenangan. Kewenangan pemerintah pusat hanya meliputi bidang pertahanan keamanan, agama, fiskal dan moneter serta peradilan. Bidang-bidang ini jika dikaitkan dengan pengadaan barang publik (public good), tingkat eksternalitasnya sangat tinggi, maka ia menjadi kewenangan pemerintah pusat. Sementara kewenangan pemerintah daerah, cakupannya di luar kewenangan dari pemerintah pusat yang disebutkan di atas.

2.3. KEBIJAKAN FISKAL DAERAH Kebijakan negara adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur aktivitas pemerintahannya untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Kebijakan negara dibidang ekonomi dapat dibedakan kedalam dua hal yaitu kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal merupakan pilihan pemerintah yang terkait dengan tingkat pengeluaran dan pendapatan pemerintah. Kebijakan fiskal di daerah ditujukan untuk:

1. Menganalisis pengaruh penerimaan dan pengeluaran daerah bagi: a. Perbaikan kondisi perekonomian, b. Penurunan tingkat pengangguran, dan c. Kestabilan harga (Inflasi) 2. Dalam konteks perencanaan pembangunan ekonomi, rancangan kebijakan fiskal diarahkan untuk : a. Pengembangan aspek ekonomi (seperti; pendapatan per kapita, pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran dan stabilisasi ekonomi) b. Peningkatan aspek sosial (seperti, pemerataan, pendidikan & kesehatan)

Dalam penerapannya kebijakan fiskal dibagi kedalam dua bagian, yaitu kebijakan fiskal dalam penerimaan dan kebijakan fiskal dalam pengeluaran. Kebijakan fiskal dalam hal penerimaan pemerintah adalah suatu cara untuk mengukur mobilisasi sumber dana domestik, dengan instrumen utamanya perpajakan dan retribusi. Sedangkan dalam hal pengeluaran kebijakan fiskal ditunjukan untuk meningkatkan efektivitas belanja pemerintah agar dapat mendorong peningkatan kondisi ekonomi (peningkatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan pengangguran, dan stabilitas harga). Perkembangan besarnya penerimaan dan pengeluaran pemerintah dapat dilihat pada Anggara Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

II-3

Berdasarkan UU No. 32/2004, tingkatan pemerintahan di Indonesia hanya dibagi kedalam 2 tingkatan yaitu Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Berkaitan dengan pembahasan kebijakan fiskal, tingkatan-tingkatan pemerintahan tersebut menggambarkan adanya pembagian tanggungjawab fiskal diantara berbagai tingkatan pemerintahan (sistem ini kemudian dikenal sebagai fiscal federalism) dan sekaligus menggambarkan adanya hubungan fiskal diantara berbagai tingkatan pemerintahan tersebut.

2.4. PERAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH Pembangunan merupakan suatu proses multidimensi, dimana pelaksanaan pembangunan selalu berusaha untuk melakukan pengorganisasian kembali (re-organization) dan juga pengorientasian kembali (re-orientation) dari sitem sosial dan ekonomi secara keseluruhan (Todaro, 2008). Pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu pemerintahan ditujukan untuk mencapai suatu kondisi tertentu, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Secara umum terdapat 3 tujuan pembangunan yang dilaksanakan pada semua tingkatan pemerintahan, baik pusat maupun daerah. Adapun ketiga tujuan pembangunan yang dimaksud tersebut diataranya adalah:

1. Meningkatkan ketersediaan dan peningkatan pada distribusi kebutuhan dasar yang diperlukan oleh seluruh lapisan masyarakat, baik berupa makanan, kesehatan, pendidikan, perumahan, hingga keamanan dan perlindungan masyarakat. 2. Memperbaiki standar kehidupan masyarakat baik berupa peningkatan pada pendapatan masyarakat, penyediaan kesempatan kerja yang semakin luas kepada masyarakat, penyediaan fasilitas pendidikan dan kesehatan yang lebih baik pada masyarakat, hingga penyedian akses kehidupan sosial yang lebih baik bagi masyarakat. 3. Tujuan terakhir dari pelaksanaan pembangunan bagi masyarakat adalah bagaimana – melalui pelaksanaan pembangunan tersebut – pemerintah bisa mengupayakan adanya perluasan bagi ketersediaan didalam pilihan-pilihan sosial dan pilihan-pilihan ekonomi masyarakatnya.

Keberhasilan pembangunan akan sangat terkait dengan rumusan tujuan dan fokus dari pembangunan itu sendiri. Amartya Sen (2000) mengatakan bahwa pembangunan harus dilihat dari sisi proses memperluas kebebasan masyarakat untuk mencapai kebahagiannya, sehingga fokus utama dari pembangunan adalah bagaimana menciptakan kebebasan manusia (Amartya Sen, Development As Freedom, 2000). Pembangunan tidak semata-mata ditujukan untuk mencapai pertumbuhan yang tinggi dalam pendapatan nasional atau daerah, ataupun dalam kenaikan pertumbuhan pendapatan perkapita. Pembangunan juga tidak hanya memfokuskan pada terjadinya proses industrialisasi, dan adanya kemajuan dalam teknologi atau juga dalam modernisasi sosial. Kesemua itu memang diperlukan dalam pembangunan, akan tetapi bukan tujuan atau fokus utama dalam pembangunan itu sendiri.

II-4

Pembangunan yang sesungguhnya membutuhkan upaya-upaya yang serius dari seluruh lapisan yang ada (baik masyarakat, pemerintah maupun sektor swasta) untuk berupaya menyingkirkan sumber-sumber utama penyebab ketidakbebasan yang berakibat pada kemandegan pembangunan itu sendiri, seperti kemiskinan, keterbatasan kesempatan berusaha (economic oppurtunity), kekurangan dalam fasilitas publik, dan rendahnya partisipasi politik masyarakat serta kurangnya inisiatif masyarakat. Sehingga pada akhirnya, dengan pembangunan akan terjadi berbagai perubahan yang mendasar, baik pada kehidupan ekonomi, sosial budaya, maupun dalam kelembagaan/institusi. Pembangunanlah yang menyebabkan terjadinya perbedaan diantara negara-negara yang ada didunia ini. Pembangunan yang berhasil telah mengantarkan daerah menjadi daerah yang maju (developed region) dan sebaliknya keterlambatan dalam pembangunan menjadikan daerah tersebut tetap sebagai daerah yang terbelakang (under developed region).

Memasuki dasawarsa 1990-an, United Nations Development Program (UNDP) mengadopsi suatu paradigma baru mengenai pembangunan, yaitu yang disebut dengan Paradigma Pembangunan Manusia. Berbeda dengan paradigma pembangunan sebelumnya, yang menekankan pertumbuhan ekonomi dan menempatkan pendapatan (dalam konteks pembangnan di daerah biasanya diukur dengan PDRB) sebagai ukuran pencapaian pembangunan, maka konsep Paradigma Pembangunan Manusia dapat dianggap sebagai suatu konsep yang lebih komprehensif. Paradigma baru ini memperhitungkan ukuran pencapaian pembangunan manusia, disamping ukuran pencapaian pertumbuhan ekonomi.

Paradigma pembangunan manusia ini memiliki 4 (empat) pilar pokok (UNDP, 1995:12), dimana ke-empat pilar pokok ini dapat menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia seutuhnya. Secara ringkas 4 (empat) pilar pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Produktivitas (productivity) Peningkatan produktivitas penduduk menjadi kebutuhan yang utama dan menjadi salah satu bagian terpenting didalam proses peningkatan kualitas hidup. Produktivitas memerlukan investasi pada manusia, serta suatu keadaan makroekonomi yang memungkinkan penduduk untuk mengembangkan dirinya secara maksimal.

2. Pemerataan (equity) Penduduk harus memiliki kesempatan yang sama untuk mendapat akses terhadap semua sumberdaya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapuskan, sehingga penduduk dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.

II-5

3. Kesinambungan (sustainability) Akses terhadap sumber daya ekonomi dan sosial hendaknya harus terus berlanjut tidak hanya untuk generasi sekarang saja, akan tetapi diharapkan akses tersebut dapat dinikmati juga untuk generasi-generasi yang akan datang.

4. Pemberdayaan (empowerment) Konsep yang komprehensif dari pemberdayaan dalam paradigma ini berarti penduduk dapat melaksanakan pilihan-pilihan sesuai dengan keinginannya. Hali ini berarti kebebasan bagi penduduk untuk menentukan keputusan-keputusan bagi kehidupannya. Tidak lain, ini sejalan dengan desentralisasi dan peran aktif dari masyarakat madani untuk ikut berpartisipasi dalam membuat dan mengimplementasikan berbagai kebijakan.

Konsep pembangunan dengan Paradigma Pembangunan Manusia ini kemudian di adopsi oleh PBB dalam satu indikator yang kemudian disebut sebagai Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Untuk kemudian indikator IPM ini dijadikan sebagai dasar penilaian keberhasilan pelaksanaan pembangunan di seluruh tingkatan pemerintahan secara internasional.

Pada dasawarsa 2000-an PBB juga telah mencanangkan secara internasional apa yang disebut dengan Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs). Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada bulan September 2000 menghadirkan 189 negara anggota PBB, yang sebagian besar diwakili oleh kepala pemerintahan, sepakat untuk mengadopsi Deklarasi Milenium. Deklarasi ini menghimpun komitmen para pemimpin dunia yang tidak pernah ada sebelumnya untuk menangani isu perdamaian, keamanan, pembangunan, hak asasi dan kebebasan fundamental dalam satu paket. Dalam konteks inilah, negara-negara anggota PBB kemudian mengadopsi Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals/MDGs). MDGs menempatkan pembangunan manusia sebagai fokus utama pembangunan, MDGs didasarkan pada konsensus dan kemitraan global, sambil menekankan tanggung jawab negara berkembang untuk melaksanakan pekerjaan rumah mereka – sedangkan negara maju berkewajiban mendukung upaya tersebut.

Setiap tujuan pada MDGs memiliki satu atau beberapa target pencapaiannya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam MDGs ada 8 buah dengan berbagi targetnya, sebagai berikut:

1. Tujuan Pertama, Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Adapun berbagai target yang hendak dicapai adalah (1) Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah $ 1 perhari menjadi setengahnya antara 1990 – 2015, (2) Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi setengahnya hingga tahun 2015 – dibandingkan dengan kondisi kelaparan yang ada di tahun 1990.

II-6

2. Tujuan Kedua, Mencapai pendidikan dasar untuk semua. Untuk mencapai tujuan tersebut telah ditetapkan target utama yaitu menjamin bahwa sampai dengan tahun 2015, semua anak, dimanapun baik laki-laki dan perempuan, dapat menyelesaikan sekolah dasar (primary schooling).

3. Tujuan Ketiga, Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Target utama dari tujuan ketiga adalah menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada tahun 2005, dan di semua jenjang pendidikan tidak lebih dari tahun 2015.

4. Tujuan Keempat, Menurunkan angka kematian anak. Target pencapaian tujuan keempat ini adalah menurunkan Angka Kematian Balita sebesar dua-pertiganya, hingga tahun 2015 - dibandingkan dengan kondisi kematian balita yang ada di tahun 1990.

5. Tujuan Kelima, Meningkatkan kesehatan ibu. Indikator tujuan kelima yaitu berusaha menurunkan angka kematian ibu sebesar tiga-perempatnya hingga tahun 2015 dari kondisi kematian bayi yang ada di tahun 1990.

6. Tujuan Keenam, Memerangi HIV/AIDS, malaria dan penyakit menular lainnya. Target pencapaian tujuan ini diantaranya adalah (1) Mengendalikan penyebaran HIV/AIDS dan mulai menurunnya jumlah kasus baru pada tahun 2015, dan (2) Mengendalikan penyakit malaria dan mulai menurunnya jumlah kasus malaria dan penyakit lainnya pada tahun 2015.

7. Tujuan ketujuh, Memastikan kelestarian lingkungan hidup. Adapun beberapa target yang hendak dicapai dari tujuan ini adalah (1) Memadukan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan dengan kebijakan dan program nasional serta mengembalikan sumber daya lingkungan yang hilang, (2) Penurunan sebesar separuh, proporsi penduduk tanpa akses terhadap sumber air minum yang aman dan berkelanjutan serta fasilitas sanitasi dasar pada 2015, serta (3) Mencapai perbaikan yang berarti dalam kehidupan penduduk miskin di pemukiman kumuh pada tahun 2020.

8. Tujuan Kedelapan, Membangun kemitraan global untuk pembangunan.

2.5. PERAN PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM MENDUKUNG PEMBIAYAAN DAERAH Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu bentuk peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan sumber pendapatan daerah yang penting untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

Permasalahan yang dihadapi oleh daerah pada umumnya dalam kaitan penggalian sumber-sumber pajak daerah dan retribusi daerah, yang merupakan salah satu komponen dari

II-7

PAD, adalah belum memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan. Untuk mengantisipasi desentralisasi dan proses otonomi daerah, tampaknya pungutan pajak dan retribusi daerah masih belum dapat diandalkan oleh daerah sebagai sumber pembiayaan desentralisasi. Keadaan ini diperlihatkan dalam suatu studi yang pernah dilakukan bahwa banyak permasalahan yang terjadi di daerah berkaitan dengan penggalian dan peningkatan PAD, terutama hal ini disebabkan oleh :

1. Relatif rendahnya basis pajak dan retribusi daerah Berdasarkan UU No.34 Tahun 2000 daerah Kabupaten/Kota dimungkinkan untuk menetapkan jenis pajak dan retribusi baru. Namun, melihat kriteria pengadaan pajak baru sangat ketat, khususnya kriteria pajak daerah tidak boleh tumpang tindih dengan Pajak Pusat dan Pajak Propinsi, diperkirakan daerah memiliki basis pungutan yang relatif rendah dan terbatas, serta sifatnya bervariasi antar daerah. Rendahnya basis pajak ini bagi sementara daerah berarti memperkecil kemampuan manuver keuangan daerah dalam menghadapi krisis ekonomi.

2. Perannya yang tergolong kecil dalam total penerimaan daerah Sebagian besar penerimaan daerah masih berasal dari bantuan pusat. Dari segi upaya pemungutan pajak, banyaknya bantuan dan subsidi ini mengurangi “usaha” daerah dalam pemungutan PAD-nya, dan lebih mengandalkan kemampuan “negosiasi” daerah terhadap pusat untuk memperoleh tambahan bantuan.

3. Kemampuan administrasi pemungutan di daerah yang masih rendah Hal ini mengakibatkan bahwa pemungutan pajak cenderung dibebani oleh biaya pungut yang besar. PAD masih tergolong memiliki tingkat buoyancy yang rendah. Salah satu sebabnya adalah diterapkan sistem “target” dalam pungutan daerah. Sebagai akibatnya, beberapa daerah lebih condong memenuhi target tersebut, walaupun dari sisi pertumbuhan ekonomi sebenarnya pemasukkan pajak dan retribusi daerah dapat melampaui target yang ditetapkan.

4. Kemampuan perencanaan dan pengawasan keuangan yang lemah Hal ini mengakibatkan kebocoran-kebocoran yang sangat berarti bagi daerah. Selama ini, peranan PAD dalam membiayai kebutuhan pengeluaran daerah sangat kecil dan bervariasi antar daerah yaitu kurang dari 10% hingga 50%. Sebagian besar daerah Propinsi hanya dapat membiayai kebutuhan pengeluarannya kurang dari 10%5. Variasi dalam penerimaan ini diperparah lagi dengan sistem bagi hasil (bagi hasil didasarkan pada daerah penghasil sehingga hanya menguntungkan daerah tertentu). Demikian pula, distribusi pajak antar daerah juga sangat timpang karena basis pajak antar daerah sangat bervariasi (ratio PAD tertinggi dengan terendah mencapai 600). Peranan pajak dan retribusi daerah dalam pembiayaan yang sangat rendah dan bervariasi juga terjadi karena adanya perbedaan yang sangat besar dalam jumlah

II-8

penduduk, keadaan geografis (berdampak pada biaya yang relatif mahal), dan kemampuan masyarakat, sehingga mengakibatkan biaya penyediaan pelayanan kepada masyarakat sangat bervariasi. Tidak signifikannya peran PAD dalam anggaran daerah tidak lepas dari ‘sistem tax assignment’ di Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada Pemerintah Pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial (yang tentunya dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu), seperti: pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan bea masuk. Kenyataan selama ini menunjukkan bahwa distribusi kewenangan perpajakan antara daerah dan pusat sangat timpang, yaitu jumlah penerimaan pajak yang dipungut oleh daerah hanya sebesar 3,39% dari total penerimaan pajak (Pajak Pusat dan Pajak Daerah. Ketimpangan dalam penguasaaan sumber-sumber penerimaan pajak tersebut memberikan petunjuk bahwa perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di Indonesia dari sisi revenue assignment masih terlalu ”sentralistis”.

2.6. OPTIMALISASI PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM RANGKA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH Ciri utama yang menunjukkan suatu daerah otonom mampu berotonomi yaitu terletak pada kemampuan keuangan daerah. Artinya, daerah otonom harus memiliki kewenangan dan kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri, mengelola dan menggunakan keuangan sendiri yang cukup memadai untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerahnya. Ketergantungan kepada bantuan Pusat harus seminimal mungkin, sehingga PAD khususnya pajak dan retribusi daerah harus menjadi bagian sumber keuangan terbesar, yang didukung oleh kebijakan perimbangan keuangan Pusat dan Daerah sebagai prasyarat mendasar dalam sistem pemerintahan negara. Berkaitan dengan hal tersebut, optimalisasi sumber-sumber PAD perlu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan intensifikasi dan ekstensifikasi subyek dan obyek pendapatan. Dalam jangka pendek kegiatan yang paling mudah dan dapat segera dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi terhadap obyek atau sumber pendapatan daerah yang sudah ada terutama melalui pemanfaatan teknologi informasi. Dengan melakukan efektivitas dan efisiensi sumber atau obyek pendapatan daerah, maka akan meningkatkan produktivitas PAD tanpa harus melakukan perluasan sumber atau obyek pendapatan baru yang memerlukan studi, proses dan waktu yang panjang. Dukungan teknologi informasi secara terpadu guna mengintensifkan pajak mutlak diperlukan karena sistem pemungutan pajak yang dilaksanakan selama ini cenderung tidak optimal. Masalah ini tercermin pada sistem dan prosedur pemungutan yang masih konvensional dan masih banyaknya sistem berjalan secara parsial, sehingga besar kemungkinan informasi yang disampaikan tidak konsisten, versi data yang berbeda dan data tidak up-to-date. Permasalahan pada sistem pemungutan pajak cukup banyak, misalnya : baik dalam hal data wajib pajak/retribusi, penetapan jumlah pajak, jumlah tagihan pajak dan target pemenuhan pajak yang tidak optimal.

II-9

Jenis pungutan seperti retribusi mempunyai pengertian lain dibanding dengan pajak. Retribusi pada umumnya mempunyai hubungan langsung dengan kembalinya prestasi, karena pembayaran tersebut ditunjukkan semata-mata untuk mendapatkan suatu prestasi dari pemerintah, misalnya pembayaran uang kuliah, karcis masuk terminal, kartu langganan.

Pungututan retribusi di Indonesia didasarkan pada Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang pajak daerah dan retribusi daerah. Dalam pasal 1 angka 26 Undang-undang dimaksud menyebutkan bahwa retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

Untuk tata cara pemungutannya, retribusi tidak dapat di borongkan dan retribusi dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Retribusi Daerah atau dokumen yang dipersamakan. Pelaksanaan penagihannya dapat dipaksakan.

Dalam hal wajib Retribusi tertentu kepada mereka tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi, berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan Surat Tagihan Retribusi Daerah (STRD).

2.7. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) Pendapatan asli daerah adalah salah dari sumber pendapatan daerah.Yang dimaksud Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber pendapatan di dalam wilayahnya sendiri. Pendapatan Asli Daerah tersebut dipungut berdasarkan peraturan daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

Pajak Daerah merupakan sumber keuangan pokok bagi Daerah disamping retribusi Daerah. Pengertian pajak secara umum telah diajukan oleh para ahli, misalnya Rochmat Sumitro (1988) yang merumuskannya sebagai berikut :

Pajak ialah iuran rakyat kepada kas negara (peralihan kekayaan dari sektor partikelir ke sektor pemerintahan) berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal (tegen prestatie) untuk membiayai pengeluaran umum (publike uitgaven), dan yang digunakan sebagai alat pencegah atau pendorong untuk mencapai tujuan yang ada di luar bidang keuangan. Pendapat ini kemudian disempurnakan kembali oleh ahli yang sama sebagai berikut:

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada Kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

II-10

Pendapat lain diajukan oleh Soemohamidjaja, sebagai berikut :

Pajak ialah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang, jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.

Menurut Halim (2004:67), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah”. Menurut Kadjatmiko (2002:77), Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah “penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Menurut Halim dan Nasir (2006:44), Pendapatan Asli Daerah adalah “pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

Dari pendapat tersebut di atas terlihat bahwa ciri mendasar pajak adalah :

1. Pajak dipungut oleh negara berdasarkan kekuatan undang-undang dan/ atau peraturan hukum lainnya;

2. Pajak dipungut tanpa adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;

3. Hasil pungutan pajak digunakan untuk menutup pengeluaran Negara dan sisanya-apabila masih ada digunakan untuk investasi;

4. Pajak disamping sebagai sumber keuangan Negara (budgetair), juga berfungsi sebagai pengatur (regulair). (Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, 1988).

Mengenai pengertian Pajak Daerah dapat ditelusuri dari pendapat ahli di bawah ini :

Rochmat Sumitro merumuskan Pajak Daerah sebagai berikut : ‘Pajak lokal atau pajak daerah ialah pajak yang dipungut oleh Daerah-daerah swatantra, seperti Provinsi, Kotapraja, Kabupaten dan sebagainya’. Sedangkan Siagian merumuskannya sebagai, “pajak Negara yang diserahkan kepada Daerah dan dinyatakan sebagai pajak Daerah dengan Undang-undang”.

Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak daerah adalah pajak Negara yang diserahkan kepada daerah untuk dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.

Sedangkan ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan sebagai berikut :

1. Pajak daerah berasal dari pajak Negara yang diserahkan kepada daerah sebagai pajak daerah;

2. Penyerahan dilakukan berdasarkan undang-undang;

II-11

3. Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undang-undang dan/ atau peraturan hukum lainnya;

4. Hasil pungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan urusan-urusan rumah tangga daerah atau untuk membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik. (Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia,1988).

Klasifikasi PAD yang terbaru berdasakan Permendagri 13/2006 adalah terdiri dari: pajak daerah retibusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Menurut Halim (2004:67) Pendapatan asli Daerah dipisahkan menjadi empat pendapatan, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan, lain-lain PAD yang sah. Klasifikasi PAD yang dinyatakan oleh oleh halim adalah sesuai dengan klasifikasi Kepmendagri 29/2002.

Sumber-sumber dari pendapatan asli daerah akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut:

1. Pajak Daerah Menurut Marihot. P. Siahaan (2005:7) pajak daerah adalah pungutan dari masyarakat oleh Negara (pemerintah) berdasarkan uang- uang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontraprestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya untuk membiayai pengeluaran Negara dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau kelompok tanpa imbalan lansung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.

Dengan demikian, pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan peraturan daerah (Perda), yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Karena pemerintah daerah di Indonesia terbagi menjadi dua, yaitu pemerintah provinsi dan pemerintah kotaupaten/kota, pajak daerah di Indonesia dewasa ini juga dibagi menjadi dua, yaitu pajak provinsi dan pajak kotaupaten/kota.

Jenis Pajak provinsi terdiri atas: a. Pajak Kendaraan Bermotor; b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;

II-12

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; d. Pajak Air Permukaan; dan e. Pajak Rokok.

Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas: a. Pajak Hotel; b. Pajak Restoran; c. Pajak Hiburan; d. Pajak Reklame; e. Pajak Penerangan Jalan; f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g. Pajak Parkir; h. Pajak Air Tanah; i. Pajak Sarang Burung Walet; j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

Dari pengertian pajak daerah tersebut diatas maka dapat diartikan bahwa pemungutan pajak daerah merupakan wewenang daerah yang diatur dalam undang-undang tentang Pokok- Pokok Pemerintahan Daerah dan Hasilnya digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah itu sendiri.

2. Retribusi Daerah Menurut Yani (2002:55) ”Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah untuk kepentingan pribadi atau badan”.

3. Perusahaan Daerah Sumber Pendapatan Asli Daerah selanjutnya adalah perusahaan daerah. Dalam hal ini laba perusahaan daerahlah yang diharapkan sebagai sumber pemasukan bagi daerah. Oleh sebab itu, dalam batas-batas tertentu pengelolaan perusahaan daerah haruslah bersifat profesional dan harus tetap berpegang pada prinsip ekonomi secara umum, yakni efisiensi.

Pengertian Perusahaan Daerah adalah “suatu badan usaha yang dibentuk oleh daerah untuk memperkembangkan perekonomian daerah dan untuk menambah penghasilan daerah” (Riwu Kaho, Josef, 1988). Dari pengertian ini tergambar dua fungsi pokok perusahaan daerah, yakni sebagai dinamisator perekonomian daerah yang berarti harus mampu memberikan rangsangan/stimulus bagi berkembangnya perekonomian daerah dan sebagai penghasil pendapatan daerah. Ini berarti perusahaan daerah harus mampu memberikan manfaat ekonomis sehingga terjadi keuntungan yang dapat disetorkan ke kas daerah.

II-13

Walaupun perusahaan daerah merupakan salah satu komponen yang diharapkan dapat memberikan kontribusinya bagi pendapatan daerah, tapi sifat utama dari perusahaan daerah bukanlah berorientasi pada profit (keuntungan), akan tetapi justru dalam memberikan jasa dan menyelenggarakan kemanfaatan umum. Dengan perkataan lain, perusahaan daerah menjalankan fungsi ganda yang harus tetap terjamin keseimbangannya, yakni fungsi sosial dan fungsi ekonomi.

Dengan demikian tidak berarti bahwa perusahaan daerah tidak dapat memberikan kontribusi maksimal bagi ketangguhan keuangan daerah. Pemenuhan fungsi sosial oleh perusahaan daerah dan keharusan untuk mendapat keuntungan yang memungkinkan perusahaan daerah dapat memberikan sumbangan bagi pendapatan daerah, bukanlah dua pilihan dikotomis yang saling bertolak belakang. Artinya bahwa pemenuhan fungsi sosial perusahaan daerah dapat berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonominya sebagai badan ekonomi yang bertujuan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Hal ini dapat berjalan apabila profesionalisme dalam pengelolaannya dapat diwujudkan.

Sekalipun perusahaan daerah diharapkan menjadi penopang kas daerah, tapi dalam kenyataannya daerah-daerah tetap dihadapkan pada berbagai masalah dalam usahanya untuk mendayagunakan sektor ini sebagai sumber pendapatannya.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Sumber pendapatan daerah lainnya adalah dinas-dinas daerah serta pendapatan-pendapatan lainnya yang diperoleh secara sah oleh Pemerintah Daerah.

Dinas-dinas daerah sebagai unsur pelaksana Pemerintah Daerah, sekalipun tugas dan fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan terhadap masyarakat tanpa terlalu memperhitungkan untung-rugi, tapi dalam batas-batas tertentu dapat didayagunakan dan bertindak sebagai organisasi ekonomi yang memberikan pelayanan jasa dengan imbalan sehingga dapat menambah Pendapatan Asli Daerahnya.

Dalam prakteknya, lewat pemberian jasa misalnya pembinaan dan pengawasan pasar grosir, pertokoan, dan sebagainya, tetap dapat menghasilkan manfaat ekonomi bagi daerah. Dan disinilah diharapkan menjadi sumber pemasukan bagi Kas Daerah.

Sekalipun dinas-dinas daerah telah ditempatkan sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah, tapi tidak berarti sumbangan riil yang diberikan sektor ini cukup besar untuk menopang keuangan daerah pada umumnya. Karena dalam kenyataannya, sektor ini hanya sedikit lebih baik dibandingkan sektor Perusahaan Daerah dalam memberikan kontribusinya bagi Pendapatan Asli Daerah.

II-14

Menurut Halim (2004:69) ”Pendapatan ini merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”.

Menurut Halim (2004:69) jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut;1) hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) penerimaan jasa giro, 3) penerimaan bunga deposit, 4) denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah”.

Menurut Peraturan Pemerintah No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Daerah, Lain-Lain PAD yang sah meliputi: a. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, b. Jasa giro, c. Pendapatan bunga, d. Keuntungan selisih nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, dan e. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah-tangganya adalah kemampuan self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Ini berarti, dalam penyelenggaraan urusan rumah-tangganya, daerah membutuhkan dana atau uang.

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan ini, Pamudji menegaskan :

Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan Dan keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah- tangganya sendiri (Pamudji, Pembinaan Perkotaan di Indonesia, Jakarta, 1980).

Untuk dapat memiliki keuangan yang memadai dengan sendirinya daerah membutuhkan sumber keuangan yang cukup pula. Dalam hal ini daerah dapat memperolehnya melalui beberapa cara, yakni: a. Pemerintah Daerah dapat mengumpulkan dana dari pajak Daerah yang sudah direstui oleh Pemerintah Pusat; b. Pemerintah Daerah dapat melakukan pinjaman dari pihak ketiga, pasar uang atau Bank atau melalui Pemerintah Pusat; c. ikut ambil bagian dalam pendapatan pajak sentral yang dipungut Daerah, misalnya sekian persen dari pendapatan sentral tersebut;

II-15

d. Pemerintah Daerah dapat menambah tarif pajak sentral tertentu, misalnya pajak kekayaan atau pajak pendapatan; e. Pemerintah Daerah dapat menerima bantuan atau subsidi dari Pemerintah Pusat.

Menurut UU No.22/1999; dinyatakan bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dan DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) dibiayai atas beban APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah). Selanjutnya dalam pasal 79 UU No.22/1999 dan juga pada pasal 3 dan 4 UU No.25/1999 telah digariskan bahwa sumber pendapatan daerah dalam APBD untuk pelaksanaan desentralisasi terdiri atas:

a. Pendapatan asli daerah, yaitu: 1.) hasil pajak daerah; 2.) hasil retribusi daerah; 3.) hasil perusahaan milik daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah;

a. Dana perimbangan; b. Pinjaman daerah; serta c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

2.8. PAJAK 2.8.1. Definisi Pajak Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual. Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

Salah satu usaha mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau Negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna untuk kepentingan bersama.

Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh P.J.A. Andiani (1991:2) yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso Brotodiharjo dalam buku”Pengantar ilmu hukum pajak”

“Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluran umum berhubung dengan tugas Negara yang menyelenggarakan pemerintahan”.Dalam defenisi tersebut

II-16

lebih memfokuskan pada fungsi budgeter dari pajak,sedangkan pajak masih mempunyai fungsi lain yaitu fungsi mengatur.Sedangkan menurut Rachmat Soemitro (1990) dalam bukunya ”Dasar- dasar hukum pajak dan pajak pendapatan” menyatakan: Pajak adalah iuran pajak kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat disahkan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah:

1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaanya yang sifatnya dapat dipaksakan. 2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah. 3. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah. 4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang biladari pemasukanya masih mendapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 5. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter, yaitu mengatur.

2.8.2. Perkembangan Perpajakan Daerah Kebijakan otonomi daerah berdasarkan UU No. 12 tahun 2008 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah merupakan kelanjutan dan penyempurnaan dari diberlakukannya UU No. 33 tahun 2004 dalam peran strategis desentralisasi fiskal. Peran diperlukan karena adanya :

1. Kesulitan anggaran pusat Sejak didera krisis ekonomi pada tahun 1997, yang mengakibatkan membengkaknya utang pemerintah, maka rancangan APBN Indonesia sangat terbatas karena harus mencicil hutan dan pokok pinjaman. Hal ini berdampak pada alokasi anggaran perimbangan bagi pemerintah daerah menjadi lebih sedikit.

2. Tekanan dari Daerah “kaya” Sejalan dengan reformasi disegala bidang, maka daerah yang memiliki sumberdaya yang berlimpah menginginkan alokasi yang lebih besar, sementara itu pemerintah pusat sebagai pengelola, harus memikirkan juga daerah yang tidak memiliki potensi, untuk keseimbangan.

3. Reformasi dalam pemerintahan: transparansi dan akuntabilitas Dengan ditetapkannya Undang-undang Nomor No. 28 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang berasal dari pendapatan

II-17

asli daerah, khususnya yang bersumber dari Pajak Daerah perlu ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan di daerah dapat terwujud.

Untuk meningkatkan pelaksanaan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan perekonomian di daerah, diperlukan penyediaan sumber-sumber pendapatan asli daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut, antara lain, dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan dan penambahan jenis pajak, serta pemberian keleluasaan bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor Pajak Daerah melalui Undang- undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009.

Penetapan Pajak daerah harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Pajak yang mendorong redistribusi pendapatan berada di tangan pusat 2. Pajak yang mendorong stabilisasi ekonomi berada dalam wewenang pusat 3. Pajak yang memiliki basis tidak merata harus dikuasai pusat 4. Pajak faktor produksi yang bergerak harus dalam kewenangan pusat. 5. Pajak yang memiliki basis tempat tinggal dapat dimiliki oleh pemerintah daerah. 6. Pajak yang berkaitan dengan manfaat pelayanan dapat dikelola oleh daerah sejauh adminstrasi mendukung.

2.8.3. Konsep Pajak Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah kemampuan mengatur bidang keuangan. Faktor keuangan merupakan faktor esensial mengukur tingkat daerah dalam melaksanakan otonominya. Hal itu berarti urusan penyelenggaraan urusan rumah tangganya, daerah memerlukan dana (Caiden, 1982 ; 54).

Sehubungan dengan pentingnya posisi keuangan daerah, S. Pamudji (1980, 61) menegaskan bahwa Pemerintah Daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya seperti retribusi yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan.

Dalam upaya menyederhanakan jenis pajak dan retribusi, Undang-undang ini menetapkan jenis-jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut Daerah. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan daerah dari sumber pajak dan retribusi, mengingat penetapan pajak dan retribusi yang dapat dipungut daerah berdasarkan Undang-undang ini didasarkan pada potensinya yang cukup besar. Dengan penyederhanaan ini, sekaligus daerah diharapkan akan

II-18

mampu menutup hilangnya penerimaan yang berasal dari pajak dan retribusi yang kurang potensial. Jadi diharapkan bahwa Pemerintah Daerah lebih menitik beratkan pada pajak dan retribusi yang potensial saja. Undang-undang Otonomi Daerah Nomor 12 Tahun 2008, tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah, Pajak dan Retribusi merupakan sumber pendapatan daerah untuk pelaksanaan otonominya.

Penggalian sumber-sumber keuangan daerah khususnya yang berasal dari pajak daerah pada dasarnya perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu : (i) dasar pengenaan pajak dan (ii) tarif pajak. Pemerintah Daerah cenderung untuk menggunakan tarif yang tinggi agar diperoleh total penerimaan pajak daerah yang maksimal. Pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi, secara teoritis tidak selalu menghasilkan total penerimaan maksimum. Hal ini tergantung pada respons wajib pajak, permintaan dan penawaran barang yang dikenakan tarif pajak lebih tinggi. Formulasi model ini dikenal sebagai Model Leviathan.

Dengan asumsi bahwa biaya administrasi perpajakan dianggap tidak signifikan dan ceteris-paribus level pelayanan publik yang dibiayai dari penerimaan pajak, dan hanya kegiatan ekonomi saja yang dipengaruhi oleh besaran pajak, maka hubungan antara tarif pajak proporsional atas basis pajak tertentu. Bentuk kurva (“Laffer”) yang berbentuk parabola menghadap sumbu Y (tarif pajak), menghasilkan Total Penerimaan Pajak Maksimum yang ditentukan oleh kemampuan wajib pajak untuk menghindari beban pajak baik legal maupun illegal dengan mengubah “economic behavior” dari wajib pajak. Kondisi ini juga mengasumsikan bahwa penyesuaian wajib pajak terhadap pengenaan tarif pajak tertentu adalah independent terhadap jenis pajak dan tarif pajak lainnya. Model Leviathan akan mencapai total penerimaan pajak maksimum (T*) pada tarif t*. Pada tarif t*, menunjukkan bukanlah tarif tertinggi, tetapi dapat dicapai total penerimaan pajak maksimum. Pada kondisi ini dikenal sebagai Revenue Maximizing Tax Rate. Model Leviathan ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa peningkatan penerimaan pajak daerah tidak harus dicapai dengan mengenakan tarif pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan pengenaan tarif pajak yang lebih rendah dikombinasikan dengan struktur pajak yang meminimalkan penghindaran pajak dan respon harga dan kuantitas barang terhadap pengenaan pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total Penerimaan Maksimum. Model Leviathan ini dapat dikembangkan untuk menganalisis hubungan lebih lanjut antara tarif dan dasar pengenaan pajak untuk mencapai Total Penerimaan Pajak Maksimal.

Secara umum, upaya yang perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam rangka meningkatkan pendapatan daerah melalui optimalisasi intensifikasi pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, antara lain dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

1. Memperluas basis penerimaan

II-19

Tindakan yang dilakukan untuk memperluas basis penerimaan yang dapat dipungut oleh daerah, yang dalam perhitungan ekonomi dianggap potensial, antara lain yaitu mengidentifikasi pembayar pajak baru/potensial dan jumlah pembayar pajak, memperbaiki basis data objek, memperbaiki penilaian, menghitung kapasitas penerimaan dari setiap jenis pungutan.

2. Memperkuat proses pemungutan Upaya yang dilakukan dalam memperkuat proses pemungutan, yaitu antara lain mempercepat penyusunan Perda, mengubah tarif, khususnya tarif retribusi dan peningkatan SDM.

3. Meningkatkan pengawasan Hal ini dapat ditingkatkan yaitu antara lain dengan melakukan pemeriksaan secara dadakan dan berkala, memperbaiki proses pengawasan, menerapkan sanksi terhadap penunggak pajak dan sanksi terhadap pihak fiskus, serta meningkatkan pembayaran pajak dan pelayanan yang diberikan oleh daerah.

4. Meningkatkan efisiensi administrasi dan menekan biaya pemungutan Tindakan yang dilakukan oleh daerah yaitu antara lain memperbaiki prosedur administrasi pajak melalui penyederhanaan administrasi pajak, meningkatkan efisiensi pemungutan dari setiap jenis pemungutan.

5. Meningkatkan kapasitas penerimaan melalui perencanaan yang lebih baik Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di daerah. Selanjutnya, ekstensifikasi perpajakan juga dapat dilakukan, yaitu melalui kebijaksanaan Pemerintah untuk memberikan kewenangan perpajakan yang lebih besar kepada daerah pada masa mendatang. Untuk itu, perlu adanya perubahan dalam sistem perpajakan Indonesia sendiri melalui sistem pembagian langsung atau beberapa basis pajak Pemerintah Pusat yang lebih tepat dipungut oleh daerah

2.8.4. Kegunaan Pajak Tujuan utama dilakukannya pungutan pajak pada dasarnya adalah agar pemeritah dapat menyediakan barang sosial untuk dapat dinikmati bersama oleh seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Barang sosial ini bagaimanapun harus disediakan oleh pemerintah, karena swasta selalu berusaha untuk memperoleh kentungan dari jasa yang mereka sediakan. Barang sosial ini juga diusahakan kepentingannya untuk kelancaran penyelenggaran kegiatan swasta juga.

Pemanfaatan pajak menurut Todaro (1985 : 189) terbagi dalam beberapa versi yang dapat dikelompokkan menjadi :

II-20

1. Tujuan Pemerataan (Redistribution of Income); Dalam hal ini seluruh usaha pemerintah diarahkan untuk memperoleh suatu tingkat pemerataan pendapatan masyarakat dengan mengabaikan masalah pertumbuhan. Jadi pengembangan sektor ekonomi yang dipacu adalah sektor yang dapat memberikan tingkat pemerataan yang tinggi pada masyarakat, seperti misalnya sektor pertanian.

2. Tujuan Pertumbuhan (Growth) Dalam hal ini usaha pemerintah lebih mengarah pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhatikan pemerataan pendapatannya. Jadi pengembangan sektor ekonomi yang dipacu adalah sektor yang dapat memberikan tingkat pertumbuhan yang tinggi.

Tinjauan yang berhubungan dengan kesejahteraan maksimum masyarakat secara teoritis susah dicapai karena bagaimanapun kedudukan antar individu tersebut dalam masyarakat tidaklah sama. Maka untuk itu dibuat rumusan berupa suatu kriteria umum, yang lebih dikenal dengan kriteria egalitarian. Tujuan utamanya adalah :

1. Keadilan Menurut pandangan kemanusiaan, bahwa setiap individu memiliki nilai yang sama. Menurut Marx, 'setiap orang harus menyumbangkan sesuatu sesuai dengan kemampuannya dan menerima sesuatu sesuai dengan kebutuhannya'. Jadi karena kebutuhan setiap orang berbeda- beda, maka untuk mencapai distribusi yang egalitarian yang dibedakan hanya tujuannya saja.

2. Memaksimumkan Pendapatan Terendah Rarwls, membolehkan terjadinya ketidakadilan dengan syarat dapat meningkatkan pendapatan golongan masyarakat yang berpendapatan terendah.

Syarat-syarat suatu pendapatan berupa pajak daerah dapat dipungut adalah :

1. Syarat Umum (Penjelasan UU No. 34 tahun 2000) a. Kecukupan dan elastisitas Dapat menghasilkan efek sosial ekonomis yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

b. Keadilan Beban pengeluaran pemerintah harus dipikul oleh semua golongan dalam masyarakat secara: 1.) Vertikal (progresif, dimana daerah yang berpendapatan rendah memperoleh alokasi dana yang lebih besar dari daerah yang berpendapatan tinggi);

2.) Horizontal (Daerah yang mempunyai pendapatan sama memperoleh alokasi dana yang sama) dan;

3.) Geografis (terdapat keadilan yang merata antar daerah : wilayah barat dan timur sama).

II-21

a. Kemampuan administratif: setiap daerah diharapkan dapat mengelola dana ini agar sampai pada tujuan utama program). b. Kesepakatan politis: setiap daerah penerima mendapat dukungan politis untuk penggunaan Pendapatan Asli Daerah ini agar dapat mencapai target yang diharapkan. 2. Syarat Khusus (Penjelasan UU No. 34 tahun 2000) a. Wilayah kerja Wilayah kerja administratif harus jelas dalam pelaksanaan kegiatan pungutan pajak. b. Dasar pengenaan Pungutan pajak harus memenuhi kriteria penerimaan dan dapat menjelaskan hasil akhir program yang diharapkan, c. Tanggal mulai dan berakhirnya Program kerja yang pungutan pajak harus ditetapkan untuk mempermudah analisis hasil program serta kontrol pelaksanaan dan biaya program, d. Masa berlakunya Harus ditetapkan waktu dan jadwal pelaksanaan program pungutan pajak, e. Nama, proyek, obyek yang dikerjakan serta subyek yang akan mendapatkan program pungutan pajak harus jelas, f. Menjaga kelestarian lingkungan diharapkan selalu menyertai program pungutan pajak dan retibusi, g. Tata cara pungutan pajak dan retibusi harus sesuai dengan tata cara dan peraturan yang berlaku, h. Potensi sosial ekonominya dapat dihitung dan sesuai dengan pungutan pajak dan atau program yang dijalankan, i. Memperhatikan aspek keadilan dan pemeratan bagi masyarakat serta mempertimbangkan dan kemampuan masyarakat dalam pungutan pajak.

2.8.5. Prinsip Dasar Evaluasi Pajak Daerah Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda, diupayakan tidak berbenturan dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai), karena hal tersebut akan menimbulkan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam UU No.34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana diubah dengan UU No.28 Tahun 2009, dimana dinyatakan dala Pasal 2 ayat (4) yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak daerah bukan merupakan objek pajak pusat.

II-22

Sementara itu, apabila kita perhatikan sistem perpajakan yang dianut oleh banyak negara di dunia, maka prinsip-prinsip umum perpajakan daerah yang baik pada umumnya tetap sama, yaitu harus memenuhi kriteria umum tentang perpajakan daerah sebagai berikut:

1. Prinsip memberikan pendapatan yang cukup dan elastis, artinya dapat mudah naik turun mengikuti naik/turunnya tingkat pendapatan masyarakat.

2. Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan kelompok masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak.

3. Administrasi yang fleksibel artinya sederhana, mudah dihitung, pelayanan memuaskan bagi si wajib pajak.

4. secara politis dapat diterima oleh masyarakat, sehingga timbul motivasi dan kesadaran pribadi untuk membayar pajak.

5. Non-distorsi terhadap perekonomian: implikasi pajak atau pungutan yang hanya menimbulkan pengaruh minimal terhadap perekonomian. Pada dasarnya setiap pajak atau pungutan akan menimbulkan suatu beban baik bagi konsumen maupun produsen. Jangan sampai suatu pajak atau pungutan menimbulkan beban tambahan (extra burden) yang berlebihan, sehingga akan merugikan masyarakat secara menyeluruh (dead-weight loss).

Untuk mempertahankan prinsip-prinsip tersebut, maka perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri dimaksud, khususnya yang terjadi di banyak negara sedang berkembang, adalah sebagai berikut:

1. pajak daerah secara ekonomis dapat dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar dibandingkan ongkos pemungutannya.

2. relatif stabil, artinya penerimaan pajaknya tidak berfluktuasi terlalu besar, kadang-kadang meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam.

3. tax basenya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit) dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).

a. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka pemberian kewenangan untuk mengadakan pemungutan pajak selain mempertimbangkan kriteria-kriteria perpajakan yang berlaku secara umum, seyogyanya, juga harus mempertimbangkan ketepatan suatu pajak sebagai pajak daerah. Pajak daerah yang baik merupakan pajak yang akan mendukung pemberian kewenangan kepada daerah dalam rangka pembiayaan desentralisasi. Untuk itu, Pemerintah Daerah dalam melakukan pungutan pajak harus tetap “menempatkan” sesuai dengan fungsinya.

II-23

Setiap jenis pungutan yang dilaksanakan oleh pemerintah, harus dapat dipertanggung jawabkan kepada publik. Tanggung jawab tersebut memiliki beberapa indikator yang harus dapat dipenuhi (Machud Sidik dalam Strategi Meningkatkan Kemampuan Keuangan Daerah tahun 2002), menyatakan perlunya:

1. Akuntabilitas pemerintahan daerah

2. Hubungan jelas antara manfaat dan Pajak

3. Meminimumkan distorsi ekonomi

4. Meminimumkan kesenjangan antar daerah dan peningkatan efisiensi

5. Realibilitas dan Stabilitas basis Pajak

6. Bagi hasil Pajak memberikan “implicit insurance”

7. Kemampuan administrasi perpajakan daerah.

Selama pungutan pajak itu dapat dipertanggung jawabkan, maka dibutuhkan evaluasi yang terus menerus untuk menjamin efisiensi dan efektivitasnya. Bentuk evaluasi yang dilakukan berupa :

1. kesederhanaan administrasi

2. Stabilitas basis Pajak

3. Mengurangi disparitas antar daerah

4. Non-distorsi

5. Manfaat Pajak

6. Akuntabilitas

7. Biaya pemungutan lebih rendah dari penerimaan Pajak

8. Efek spillover harus diperhitungkan

9. Kebebasan terbatas dalam memobilisasi dana daerah.

2.8.6. Pembagian Pajak Menurut Golongan, Sifat dan Pemungutannya. Pajak dapat dikelompokkan ke dalam berbagai kelompok:

II-24

1. Menurut golongan a. Pajak langsung adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung wajib pajak yang bersangkutan. Sebagai contoh Pajak Penghasilan b. Pajak tidak langsung adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan ke pihak lain. Sebagai contoh pajak pertambahan nilai. 2. Menurut sifat Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri- ciri prinsip: a. Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan padasubjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajib pajak. Contoh: Pajak penghasilan b. Pajak objektif adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajib pajak. Contoh: pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah 3. Menurut Pemungutan dan Pengelolaannya a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh: Pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, pajak bumi dan bangunan, dan bea materai. b. Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Contoh: Pajak reklame, Pajak hiburan.

2.8.7. Asas Pemungutan Pajak Untuk mencapai tujuan pemungutan pajak perlu memegang teguh asas- asas pemungutan dalam memilih alternative pemungutannya. Sehingga terdapat keserasiaan pemungutan pajak dengan tujuan dan asas yang masih diperlukan lagi yaitu pemahaman atas perlakuan pajak tertentu. Asas-asas pemungutan pajak sebagaimana dikemukakan oleh Adam Smith dalam bukunya An inquiri the nature of cause the wealth of nations menyatakan bahwa pemungutan pajak hendaknya didasarkan pada :

1. Equality Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan kepada orang pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima. Adil maksudnya bahwa setiap Wajib Pajak menyumbangkan uang untuk pengeluaran pemerintah sebanding dengan kepentingan dan manfaat yang diminta.

II-25

2. Certainty Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu, Wajib Pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak yang terutang, kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.

3. Convenience Kapan wajib pajak itu harus membayar pajak sebaiknya sesuai dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak sebagai contoh saat wajib pajak memperoleh penghasilan. Sistem pemungutan ini disebut Pay as you earn.

4. Economy Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminim mungkin, demikian pula beban yang dipikul wajib pajak.

Asas keadilan dalam prinsip perundang-undangan perpajakan maupun dalam hal pelaksanaannya harus dipegang teguh, walaupun keadilan itu sangat relative. Menurut Richard A. Musgrave dan Peggy B. Musgrave dalam buku public finance in theory and practice terdapat dua macam asas keadilan pemungutan pajak, yaitu :

1. Benefit Principle Dalam system perpajakan yang adil,setiap wajib pajak harus membayar pajak sejalan dengan manfaat yang dinikmatinya dari pemerintah. Pendekatan ini disebut Revenue and Expenditure Approach.

2. Ability Principle Dalam pendekatan ini menyarankan agar pajak dibebankan kepada wajib pajak atas dasar kemampuan membayar.

Asas pemungutan lainnya juga dikemukakan oleh Jhon F. Due dalam buku Government Finance, An Economic Analisys yaitu The Natural Principle yang bermakna bahwa pajak itu harus netral artinya tidak mempengaruhi pilihan masyarakat untuk mengkonsumsi atau memproduksi barang. Terlihat bahwa asas ini bertujuan untuk menjaga agar pemungutan pajak tidak mengganggu kemajuan ekonomi.

Asas pemungutan pajak dapat pula dibagi dalam :

1. Asas menurut Falsafah Hukum Hukum Pajak harus berdasarkan keadilan. Selanjutnya keadilan ini sebagai asas pemungutan pajak untuk menyatakan keadilan kepada hak negara untuk memungut pajak, muncul beberapa teori dasar, yaitu:

II-26

a. Teori Asuransi Dalam perjajian asuransi diperlukan pembayaran premi. Premi tersebut dimaksudkan sebagai pembayaran atas usaha melindungi orang dari segala kepentingannya, misalnya keselamatan atau keamanan harta bendanya. Teori asuransi ini menyamakan pembayaran premi dengan pembayaran pajak. Walaupun kenyataanya menyatakan premi tersebut tidaklah tepat.

b. Teori Kepentingan Pada teori kepentingan ini memperhatikan beban pajak yang harus dipungut dari masyarakat, pembebanan ini harus didasarkan pada kepentingan setiap orang pada tugas pemerintah termasuk perlindungan jiwa dan hartanya. Oleh karena itu, pengeluaran negara untuk melindungi dibebankan pada masyarakat.

c. Teori Gaya Pikul Teori ini mengandung maksud bahwa dasar keadilan pemungutan pajak terletak dalam jasa-jasa yang diberikan oleh negara kepada masyarakat berupa perlindungan jiwa dan harta bendanya. Oleh karena itu, untuk kepentingan perlindungan maka masyarakat akan membayar pajak menurut gaya pikul sesorang.

d. Teori Bakti Teori bakti ini disebut juga teori kewajiban pajak mutlak. Teori ini berdasarkan pada negara mempunyai hak mutlak untuk memungut pajak. Di lain pihak, masyarakat menyadari bahwa pembayaran pajak sebagai suatu kewajiban untuk membuktikan tanda baktinya terhadap negara. Dengan demikian dasar hukum pajak terletak pada hubungan masyarakat dan negara.

e. Teori Asas Daya Beli Dalam teori ini mendasarkan bahwa penyelenggaran kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak yang bukan kepentingan individu atau negara, sehingga lebih menitik beratkan pada fungsi mengatur.

2. Asas Yuridis Untuk menyatakan suatu keadilan hukum pajak harus memberikan jaminan hukum kepada negara atau warganya. Oleh karena itu, pemungutan pajak harus di dasarkan pada undang- undang. Landasan hukum pemungutan pajak di Indonesia adalah pasal 23A Amandemen Undang-undang Dasar 1945.

3. Asas Ekonomi Seperti pada uraian sebelumnya, pajak mempunyai fungsi regular dan fungsi budgeter. Asas ekonomi ini lebih menekankan pada pemikiran bahwa negara menghendaki agar kehidupan

II-27

ekonomi masyarakat agar terus meningkat. Untuk itu, pemungutan pajak harus diupayakan tidak menghambat kelancaran ekonomi sehingga tidak terganggu.

4. Asas Pemungutan Pajak Lainnya Terdapat tiga asas yang digunakan untuk memungut pajak dalam pajak penghasilan, yaitu :

a. Asas tempat tinggal Negara-negara mempunyai hak untuk memungut atas penghasilan wajib pajak berdasarkan tempat tinggal wajib pajak. Wajib pajak yang bertempat tinggal di Indonesia dikenai pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh, yang berasal dari Indonesia atau berasal dari luar negeri (Pasal 4 Undang-undang Pajak Penghasilan).

b. Asas Kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan suatu negara. Asas ini diberlakukan kepada setiap orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia untuk membayar pajak.

c. Asas Sumber Negara mempunyai hak untuk memungut pajak atas penghasilan yang bersumber pada suatu negara yang memungut pajak. Dengan demikian wajib pajak menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia dikenakan pajak di Indonesia tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak.

2.8.8. Tinjauan Pajak dari Berbagai Aspek Masalah perpajakan tidaklah sesederhana hanya sekedar menyerahkan sebagian penghasilan atau kekayaan seseorang kepada negara, tetapi coraknya terlihat bermacam-macam tergantung kepada pendekatannya. Dalam hal ini pajak dapat didekati atau ditinjau dari berbagai aspek.

1. Aspek Ekonomi Dari sudut pandang ekonomi, pajak merupakan penerimaan negara yang digunakan untuk mengerahkan kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Pajak sebagai motor penggerak kehidupan ekonomi masyarakat.

Meskipun kehidupan ekonomi sebagian besar dijalankan dengan mengandalkan mekanisme pasar bebas, mekanisme tadi tidak akan berjalan apabila tidak ada pemerintah. Untuk menjalankan roda pemerintahan yang mampu menggerakkan secara efektif mekanisme pasar bebas pemerintah memerlukan pajak dari masyarakat.

Pelayanan yang diberikan pemerintah merupakan kepentinga umum (public utilities) untuk kepuasan bersama, sehingga pajak yang mengalir dari masyarakat akhirnya kembali lagi untuk masyarakat. Hal ini erat kaitanya dengan kebijakan ekonomi yang mengarah kepada dukungan kenaikan pendapatan masyarakat melalui distribusi pendapatan.

II-28

Prasarana ekonomi tersebut erat kaitanya dengan pertumbuhan ekonomi. Tanpa pertumbuhan ekonomi, negara tidak dapat meningkatkan kesejahteran warganya. Demikian pula, tanpa jarak serta tanpa kesadaran masyarakat membayar pajak, pemerintah tidak dapat meningkatkan prasarana ekonominya. Untuk itu diperlukan usah\a mengerahkan dana-dana investasi yang bersumber pada tabungan masyarakat, tabungan pemerintah serta penerimaan devisa yang berasal dari eksport dan jasa. Pengerahan dana-dana investasi tersebut harus ditingkatkan dengan cepat, sehingga bantuan luar negeri semakin berkurang.

2. Aspek Hukum Pajak merupakan masalah keungan negara. Dasar yang digunakan pemerintah untuk mengatur masalah keuangan negara yaitu Pasal 23A Amandemen UUD 1945 (Pajak dan pungutan lainyang bersifat memaksa untuk keperkuan negara diatur dengan undang- undang).Meskipun UUD 1945 (sebelum amandemen) sudah berlaku sejak negara merdeka (diganti antara tahun1950 sampai 1959, kemudian diperlakukan kembali dengan dekrit presiden 1959) Undang-undang pajak masih menggunakan produk undang-undang zaman kolonial belanda sampai pembaharuan perpajakan selesai tahun 1983. Undang- undang kolonial yang pada saat itu adalah Aturan Bea Meterai 1932, Ordonansi Pajak Perseroan 1925, Ordonansi Pajak kekayaan 1932, dan Ordonansi pajak pendapatan 1944.

Dalam rangka reformasi perpajakan nasional, pemerintah bersama-sama dengan DPR berhasil melahirkan undang-undang perpajakan yang baru, yaitu Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan umum dan tata cara Perpajakan, Undang-undang Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, Undang-undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah, Undang-undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan, Undang-undang Nomor 13 tentang Bea Materai. Di dalam undang-undang di atas terdapat pula aspek hukum dengan mencantumkan sanksi-sanksi hukum apabila wajib pajak lalai atau dengan sengaja tidak menunaikan kewajiban membayar pajak.

Selanjutnya dilakukan pembaharuan kembali pada tahun 1994 dan pada tahun 1997 terdapat pula undang-undang baru yang dilahirkan. Pada tahun 1997elah melahirkan yaitu Undang- undang Nomor 17 tahun 1997 tentang badan penyelesaian sengketa pajak, undang-undang Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah, undang-undang no 19 tahun 1997 tentang Penagihan

Pajak dengan Surat Paksa, dan undang-undang Nomor 20 tahun 1997 bea perolehan Hak atas tanah dan bangunan. Dalam era reformasi ini telah dilakukan pula pembaharuan terhadap undang-undang perpajakan meliputi: Undang-undang nomor 16 tahun 2000 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan, Undang- undang nomor 17 tahun 2000 tentang

II-29

Pajak penghasilan, Undang-undang nomor 18 tahun 2000 tentang Pajak Pertambahan nilai dan pajak pajak penjualan atas barang mewah, Undang-undang 19 tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan surat paksa dan undang-undang nomor 20 tahun 2000 tentang Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan Undang-undang nomor 208 tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi. Keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan diharapkan pemerintah dapat menegakkan law enforcement di bidang perpajakan.

3. Aspek Keuangan Pendekatan dari aspek keuangan ini tercakup dalm aspek ekonomi hanya lebih menitikberatkan pada aspek keuangan.Pajak dipandang bagian uang sangat penting dalam penerimaan negara.Jika dilihat dari penerimaan negara, kondisi keuangan negara tidak lagi semata-mata dari penerimaan negara berupa minyak dan gas bumi, tetapi lebih berupaya untuk menjadikan pajak sebagai primadona penerimaan negara. Oleh karena itu, struktur penerimaan negara sudah bergeser dalam beberapa dasawarsa terakhir ini. Salah satu sumber dana untuk pembiayaan pembangunan yaitu tabungan pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri dan pengeluaran rutin.

Alat ukur yang digunakan sebagai sebagai indikator efektif dan produktif pemungutan pajak yaitu fungsinya pengumpulan penerimaan negara berupa pajak. Kecenderungan umum dengan semakin maju suatu sistem pajak suatu negara, akan semakin tinggi tax ratio. Tax ratio yatu perbadingan antara penerimaan pajak dan jumlah produk domestik bruto (PDB) di Indonesia.

4. Aspek Sosiologi Pada aspek sosiologi ini bahwa pajak ditinjau dari segi masyarakat yaitu yang menyangkut akibat atau dampak terhadap masyarakat atas pungutan dan hasil apakah yang dapat disampaikan kepada masyarakat.

Jelas bahwa pajak sebagai sumber penerimaan negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan juga digunakan untuk membiayai pembangunan. Berarti, dengan pembangunan ini dibiayai masyarakat. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana yang dihimpun berasal dari rakyat (private saving) masyarakat atau berasal dari pemerintah (public saving).

Dengan demikian, terlihat bahwa dari pajak sasaran yang disetujui adalah memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat secara merata dengan melakukan pembangunan di berbagai sektor.

II-30

2.8.9. Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Penerimaan (Budgeteir) Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran- pengeluaran pemerintah. Sebagai contoh yaitu dimasukkannya pajak dalam APBD sebagai penerimaan dalam negeri.

2. Fungsi Mengatur( Reguler) Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi. Sebagai contoh: yaitu dikenakanya pajak yang lebih tinggi terhadap minuman keras, dapat ditekan. Demikian pula dengan barang mewah.

Menurut Teresa Ter-Minassian (1997), beberapa kriteria dan pertimbangan yang diperlukan dalam pemberian kewenangan perpajakan kepada tingkat Pemerintahan Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota, yaitu :

1. Pajak yang dimaksudkan untuk tujuan stabilisasi ekonomi dan cocok untuk tujuan distribusi pendapatan seharusnya tetap menjadi tanggung jawab Pemerintah Pusat.

2. Basis pajak yang diserahkan kepada daerah seharusnya tidak terlalu “mobile”. pajak daerah yang sangat “mobile” akan mendorong pembayar pajak merelokasi usahanya dari daerah yang beban pajaknya tinggi ke daerah yang beban pajaknya rendah. Sebaliknya, basis pajak yang tidak terlalu “mobile” akan mempermudah daerah untuk menetapkan tarip pajak yang berbeda sebagai cerminan dari kemampuan masyarakat. Untuk alasan ini pajak komsumsi di banyak negara yang diserahkan kepada daerah hanya karena pertimbangan wilayah daerah yang cukup luas. Dengan demikian, basis pajak yang “mobile” merupakan persyaratan utama untuk mempertahankan di tingkat pemerintah yang lebih tinggi (Pusat/Propinsi).

3. Basis pajak yang distribusinya sangat timpang antar daerah, seharusnya diserahkan kepada Pemerintah Pusat.

4. Pajak daerah seharusnya “visible”, dalam arti bahwa pajak seharusnya jelas bagi pembayar pajak daerah, objek dan subjek pajak dan besarnya pajak terutang dapat dengan mudah dihitung sehingga dapat mendorong akuntabilitas daerah.

5. Pajak daerah seharusnya tidak dapat dibebankan kepada penduduk daerah lain, karena akan memperlemah hubungan antar pembayar pajak dengan pelayanan yang diterima (pajak adalah fungsi dari pelayanan).

II-31

6. Pajak daerah seharusnya dapat menjadi sumber penerimaan yang memadai untuk menghindari ketimpangan fiskal vertikal yang besar. Hasil penerimaan, idealnya, harus elastis sepanjang waktu dan seharusnya tidak terlalu berfluktuasi.

7. Pajak yang diserahkan kepada daerah seharusnya relatif mudah di administrasikan atau dengan kata lain perlu pertimbangan efisiensi secara ekonomi berkaitan dengan kebutuhan data, seperti identifikasi jumlah pembayar pajak, penegakkan hukum (law-enforcement) dan komputerisasi.

8. Pajak dan retribusi berdasarkan prinsip manfaat dapat digunakan secukupnya pada semua tingkat pemerintahan, namun penyerahan kewenangan pemungutannya kepada daerah akan tepat sepanjang manfaatnya dapat dilokalisir bagi pembayar pajak lokal.

2.9. RETRIBUSI DAERAH Sumber pendapatan daerah yang penting lainnya adalah retribusi daerah. Pengertian retribusi secara umum adalah “pembayaran-pembayaran kepada Negara yang dilakukan oleh mereka yang menggunakan jasa-jasa Negara”. Atau merupakan iuran kepada Pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari Pemerintah, dia tidak dikenakan iuran itu.

Dari pendapat-pendapat di atas terlihat bahwa ciri-ciri mendasar dari retribusi adalah :

1. Retribusi dipungut oleh Negara;

2. Dalam pemungutan terdapat paksaan secara ekonomis;

3. Adanya kontra prestasi yang secara langsung dapat ditunjuk;

4. Retribusi dikenakan pada setiap orang/badan yang menggunakan/ mengenyam jasa-jasa yang disiapkan Negara.

(Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, 1988).

Sedangkan Panitia Nasrun merumuskan pengertian retribusi daerah sebagai berikut : Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran pemakaian atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan daerah baik langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian dari uraian di atas dapat disimpulkan ciri-ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :

1. Retribusi dipungut oleh daerah;

2. Dalam pemungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat ditunjuk;

II-32

3. Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau mengenyam jasa yang disediakan daerah. (Riwu Kaho, Josef, Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik Indonesia, 1988).

Secara umum keunggulan utama sektor retribusi atas sektor pajak adalah karena pemungutan retribusi berdasarkan pada kontraprestasi, dimana tidak ditentukan secara limitatif seperti halnya sektor pajak. Pembatas utama bagi sektor retribusi adalah terletak pada ada atau tidaknya jasa yang disediakan Pemerintah Daerah. Oleh sebab itu, sebenarnya Pemerintah Daerah dapat saja mengusahakan retribusi selama ia dapat menyediakan jasa untuk itu.

Dengan demikian tidak mengherankan jika dalam kenyataannya, daerah-daerah menyelenggarakan retribusi jauh lebih banyak daripada jumlah yang telah diserahkan kepada mereka.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah jenis pendapatan retribusi untuk kotaupaten /kota meliputi objek pendapatan berikut:

Jenis Retribusi Umum sebagai berikut:

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan;

2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan;

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil;

4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat;

5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum;

6. Retribusi Pelayanan Pasar;

7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor;

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran;

9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta;

10. Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus;

11. Retribusi Pengolahan Limbah Cair;

12. Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang;

13. Retribusi Pelayanan Pendidikan; dan

14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi.

II-33

BAB III GAMBARAN UMUM

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai gambaran umum wilayah yang menjadi ruang lingkup pekerjaan, adapun didalamnya meliputi kondisi geografis, demografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

3.1. LANDASAN PEMBENTUKAN KABUPATEN PANGANDARAN Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2012 tentang Pembentukan Kabupaten Pangandaran di Provinsi Jawa Barat disebutkan bahwa pembentukan Kabupaten Pangandaran dilatarbelakangi oleh adanya kendala yang dihadapi oleh Kabupaten Ciamis. Sebelum Kabupaten Pangandaran menjadi Daerah Otonomi Baru dan masih bergabung di dalam Kabupaten Ciamis ditemui kendala yaitu rendahnya kapasitas pelayanan yang dikarenakan kondisi geografis dan kondisi yang wilayah yang berbeda-beda diantara kecamatan- kecamatan. Diantara kecamatan-kecamatan di Kabupaten Ciamis yang menghadapi kondisi geografis terberat adalah kecamatan-kecamatan di bagian selatan Ciamis yakni Kecamatan Pangandaran, Kecamatan Padaherang, Kecamatan Mangunjaya, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Sidamulih, Kecamatan Cigugur, Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cimerak, dan Kecamatan Langkaplancar, keseluruhan kecamatan ini mengalami ketidakefektifan dalam masalah pelayanan publik.

Secara umum berdasarkan tingkat kesejahteraan penduduk, permasalahan kesejahteraan penduduk relatif terfokus di daerah Kabupaten Ciamis bagian utara, bila dibandingkan dengan Ciamis bagian selatan. Sementara PDRB perkapita non-migas di Ciamis Selatan relatif lebih tinggi daripada di Ciamis utara dan tengah. Dengan luas wilayah dan besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Ciamis, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat belum sepenuhnya terakomodir. Kondisi demikian perlu diatasi dengan memperpendek rentang kendali pemerintahan melalui pembentukan daerah otonom baru sehingga pelayanan publik dapat ditingkatkan guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya dengan memperhatikan aspirasi masyarakat yang dituangkan dalam:

1. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor: 3 Tahun 2009 tanggal 6 Februari 2009 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Pangandaran Sebagai Pemekaran Dari Kabupaten Ciamis; 2. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor: 188.4/Kep.1/DPRD/2011 tanggal 11 Januari 2011 tentang Perubahan Pasal 2 Keputusan DPRD Kabupaten Ciamis Nomor 3 Tahun 2009 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Pangandaran Sebagai Pemekaran Dari Kabupaten Ciamis;

III-1

3. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor: 188.4/Kep.17/DPRD/2010 tanggal 22 Juni 2010 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Ciamis Terhadap Pemberian Hibah Untuk Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pemberian Dukungan Dana Untuk Pilkada Pertama Kali di Calon Kabupaten Pangandaran; 4. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor: 188.4/Kep.19/DPRD/2010 tanggal 28 Juni 2010 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Ciamis Terhadap Penyerahan Aset Yang Akan Dilimpahkan ke Calon Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pangandaran; 5. Keputusan Bupati Ciamis Nomor 135/Kpts.47-Huk/2009 tanggal 13 Februari 2009 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Pangandaran Sebagai Pemekaran dari Kabupaten Ciamis; 6. Nota Kesepakatan Antara Pemerintah Kabupaten Ciamis Nomor: 181/12-HUK/2010 dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 181/2/DPRD/2010 tanggal 22 Juni 2010 tentang Persetujuan DPRD Kabupaten Ciamis Terhadap Pemberian Hibah Untuk Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pemberian Dukungan Dana Untuk Pilkada Pertama Kali di Calon Kabupaten Pangandaran; 7. Berita Acara Antara Pemerintah Kabupaten Ciamis Nomor: 181/21-HUK/2010 dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 181/3/DPRD/2010 tanggal 28 Juni 2010 tentang Penyerahan Aset Yang Akan Dilimpahkan ke Calon Daerah Otonom Baru (DOB) Kabupaten Pangandaran; 8. Keputusan Bupati Ciamis Nomor: 135/Kpts.338-Huk/2010 tanggal 29 Juni 2010 tentang Besaran Hibah Untuk Penyelenggaraan Pemerintahan dan Dukungan Dana Untuk Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Pertama Kali di Calon Kabupaten Pangandaran; 9. Keputusan Bupati Ciamis Nomor: 135/Kpts.339-Huk/2010 tanggal 29 Juni 2010 tentang Daftar Aset, Personil, Dokumen dan Hutang Piutang Kabupaten Ciamis Yang Akan Diserahkan ke Calon Daerah Otonomi Baru Kabupaten Pangandaran; 10. Keputusan Bupati Ciamis Nomor: 135/Kpts.340-Huk/2010 tanggal 29 Juni 2010 tentang Rincian Cakupan Wilayah Calon Kabupaten Pangandaran; 11. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor: 135/Kep.DPRD- 19/2009 tanggal 28 Agustus 2009 tentang Persetujuan Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Terhadap Pemekaran Kabupaten Ciamis; 12. Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor: 135/Kep.DPRD- 23/2010 tanggal 29 November 2010 tentang Perubahan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 135/Kep.DPRD-19/2009 tentang Persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Barat Terhadap Pemekaran Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Ciamis;

III-2

13. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 130/Kep.1503-Otdaksm/2009 tanggal 12 Oktober 2009 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 130/Kep.1503- Otdaksm/2009 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Pangandaran; dan 14. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor: 130/Kep.942-Otdaksm/2010 tanggal 30 Juni 2010 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 130/Kep.1503- Otdaksm/2009 tentang Persetujuan Pembentukan Calon Kabupaten Pangandaran.

Berdasarkan hal tersebut, telah dilakukan kajian secara mendalam dan menyeluruh mengenai kelayakan pembentukan daerah dan berkesimpulan bahwa perlu dibentuk Kabupaten Pangandaran. Pembentukan Kabupaten Pangandaran yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Ciamis terdiri atas 10 (sepuluh) kecamatan, yaitu Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang, Kecamatan Cimerak, Kecamatan Cigugur, Kecamatan Langkaplancar, Kecamatan Mangunjaya, Kecamatan Padaherang, Kecamatan Kalipucang, Kecamatan Pangandaran, dan Kecamatan Sidamulih. Kabupaten Pangandaran memiliki luas wilayah keseluruhan ±1.010 km2 dengan jumlah penduduk ±426.171 jiwa pada tahun 2011 dan 92 (sembilan puluh dua) desa/kelurahan. Dengan terbentuknya Kabupaten Pangandaran sebagai daerah otonom, Pemerintah Provinsi Jawa Barat berkewajiban membantu dan memfasilitasi terbentuknya kelembagaan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Perangkat Daerah yang efisien dan efektif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan, serta membantu dan memfasilitasi pemindahan personel, pengalihan aset dan dokumen untuk kepentingan penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan publik dan mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pangandaran. Dalam melaksanakan otonomi daerah, Kabupaten Pangandaran perlu melakukan berbagai upaya peningkatan kemampuan ekonomi, penyiapan sarana dan prasarana pemerintahan, pemberdayaan, dan peningkatan sumber daya manusia, serta pengelolaan sumber daya alam sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3.2. INFORMASI KONDISI UMUM DAERAH 3.2.1. Kondisi Geografi Kabupaten Pangandaran merupakan kabupaten hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Ciamis di Provinsi Jawa Barat yang baru ditetapkan pada tahun 2012 berdasarkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2012. Kabupaten Pangandaran terletak di bagian selatan Provinsi Jawa Barat, dan berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah (Kabupaten Cilacap).

Kabupaten Pangandaran memiliki Ibu Kota Kabupaten di Kecamatan Parigi, dengan cakupan wilayah terdiri atas 10 Kecamatan dan 93 Desa. Luas wilayah Kabupaten Pangandaran kurang lebih 1.011,04 Km2, dengan distribusi luasan untuk masing-masing kecamatan seperti terlihat pada tabel berikut :

III-3

Tabel 3. 1 Luas Administratif Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Luas Wilayah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah No Kecamatan (Km2) Desa Dusun RW RT 1 Parigi 98,04 10 53 122 399 2 Cijulang 93,16 7 38 90 253 3 Cimerak 118,18 11 51 99 357 4 Cigugur 97,29 7 39 64 200 5 Langkaplancar 177,19 15 66 115 413 6 Mangunjaya 32,78 5 28 47 233 7 Padaherang 118,87 14 60 142 442 8 Kalipucang 136,78 9 29 80 290 9 Pangandaran 60,77 8 33 89 343 10 Sidamulih 77,98 7 33 67 258 Jumlah 1.011,04 93 430 915 3.188 Sumber: LKPJ Kab. Pangandaran, 2019

Berdasarkan letak astronomis, Kabupaten Pangandaran terletak pada 108°8’0” sampai dengan 108°50’0” Bujur Timur dan 7°24’0” sampai dengan 7°54’20” Lintang Selatan. Sedangkan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2012, batas administratif wilayah Kabupaten Pangandaran adalah sebagai berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Ciulu, Desa Pasawahan, Desa Cikupa Kecamatan Banjarsari, Desa Sidarahayu Kecamatan Purwadadi, Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis dan Desa Citalahab Kecamatan Karangjaya, Desa Cisarua Kecamatan Cineam Kabupaten Tasikmalaya;

2. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tambaksari, Desa Sidanegara, Desa Rejamulya Kecamatan Kedungreja, Desa Sidamukti, Desa Patimuan, Desa Rawaapu, Desa Cinyawang, Desa Purwodadi Kecamatan Patimuan Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah;

3. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia; dan

4. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Neglasari, Desa Tawang, Desa Panca Wangi, Desa Mekarsari Kecamatan Pancatengah, Desa Cimanuk Kecamatan Cikalong, Desa Mulyasari Kecamatan Salopa Kabupaten Tasikmalaya.

Secara lebih detail, berikut adalah peta batas administratif Kabupaten Pangandaran yang menunjukkan batas Kabupaten dan batas Kecamatan.

III-4

Gambar 3. 1 Peta Administrasi Kabupaten Pangandaran

Sumber : Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 203

3.2.2. Kondisi Topografi Kabupaten Pangandaran berada pada ketinggian antara 0 - 700 m di atas permukaan laut (dpl). Elevasi Kabupaten Pangandaran cenderung semakin tinggi dari arah selatan ke utara kecuali bagian barat pesisir yang wilayahnya perbukitan karst. Kondisi masing-masing kecamatan tercantum dalam tabel 3.2 di bawah ini.

Tabel 3. 2 Kondisi Topografi Kabupaten Pangandaran No Kecamatan Kondisi Tofografi Kabupaten Pangandaran 1 Cimerak • Kondisi geografis: bagian selatan dominan pesisir bertebing curam dan ke bagian utara merupakan perbukitan kapur. • Ketinggian: 3-80 mdpl dengan daerah dataran rendah atau pantai. 2 Cijulang • Merupakan kecamatan yang berada di daerah pesisir pantai. • Ketinggian: 2-185 mdpl dengan daerah dataran rendah/pantai. 3 Cigugur • Wilayah ini merupakan daerah bukan pesisir melainkan perbukitan dan dataran tinggi. • Ketinggian wilayah di Kecamatan Cigugur relatif sama antara 200-500 mdpl. 4 Langkaplancar • Wilayah ini merupakan dataran tertinggi di Kabupaten Pangandaran. • Ketinggian wilayah di Kecamatan Langkaplancar relatif samaantara 400-1.000 mdpl. 5 Parigi • Ketinggian wilayah bervariasi antara 5-500 mdpl • Desa yang berada di dataran rendah yakni Desa Parigi, Karangjaladri, Cibenda, Karangbenda dan Ciliang. 6 Sidamulih • Merupakan kecamatan yang berada di daerah pesisir pantai. • Ketinggian: 3-250 mdpl dengan daerah dataran tingginya yakni Desa Kersaratu dan Kalijati.

III-5

No Kecamatan Kondisi Tofografi Kabupaten Pangandaran 7 Pangandaran • Merupakan daerah pesisir pantai, merupakan ODTW Nasional dan memiliki Cagar Alam yang dilindungi. • Ketinggian: 3-500 mdpl. 8 Kalipucang • Ketinggian wilayah bervariasi antara 2-400 mdpl, dengan desa yang berada di dataran tinggi yakni Desa Ciparakan (400 mdpl) dan Emplak (160 mdpl). • Daerah lainnya merupakan dataran rendah berkisar antara 2-8 mdpl. 9 Padaherang • Wilayah ini bukan pesisir. • Ketinggian wilayah di Kecamatan Padaherang bervariasi antara 13-600 mdpl. • Daerah yang berada di dataran tinggi yakni Desa Panyutran (600 mdpl) dan Bojongsari (245 mdpl). • Sedangkan daerah lainnya merupakan dataran yang realtif sama berkisar antara 13-24 mdpl. 10 Mangunjaya • Wilayah ini merupakan daerah bukan pesisir. • Ketinggian wilayah di Kecamatan Mangunjaya relatif sama antara 13-17 mdpl. Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

Jika dilihat dari kondisi atau tingkat kemiringan lerengnya, Kabupaten Pangandaran memiliki kemiringan lereng yang bervariasi antara 0% hingga lebih dari 40%. Kemiringan lereng yang besar terdapat di daerah perbukitan dan terdapat gawir sesar di bagian tengah timur Kabupaten Pangandaran yang memanjang arah tenggara-barat laut sehingga kemiringan lerengnya sangat curam. Kondisi masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 3 Kondisi Kemiringan Lereng Kabupaten Pangandaran No Kecamatan Kondisi Topografi Kab. Pangandaran 1 Cimerak • Kemiringan lereng merata pada hampir semua desa dengan Kemiringan lereng sekitar 5% - 15%. 2 Cijulang • Kemiringan lereng merata pada hampir semua desa dengan Kemiringan lereng sekitar 5% - 15%. • Sebagian kecil wilayah di Desa Kertayasa dan Margacinta memiliki kemiringan lereng 15% - 25%. 3 Cigugur • Kemiringan lereng bervariasi antara 5% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian kecil Desa Harumandala dan Pagerbumi. 4 Langkaplancar • Kemiringan lereng bervariasi antara 5% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan Kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian besar Desa Jayasari, Pangkalan, Bojongkondang, Bangunjaya, Langkaplancar, dan Cimanggu. 5 Parigi • Kemiringan lereng bervariasi antara 2% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan Kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian kecil Desa Selasari. 6 Sidamulih • Kemiringan lereng bervariasi antara 2% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian kecil Desa Kalijati, Sidamulih, dan Kersaratu. 7 Pangandaran • Kemiringan lereng bervariasi antara 2% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian kecil Desa Pagergunung dan Sukahurip. 8 Kalipucang • Kemiringan lereng bervariasi antara 5% - lebih dari 40%. • Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40% terdapat di sebagian kecil wilayah Desa Putrapinggan. 9 Padeherang • Kemiringan lereng bervariasi antara 0% - 40%. • Wilayah pada bagian timur jalan provinsi hampir merata memiliki kemiringan lereng 0% - 8%.

III-6

No Kecamatan Kondisi Topografi Kab. Pangandaran • Wilayah pada bagian barat jalan provinsi memiliki Kemiringan lereng yang bervariasi antara 8% - lebih dari 40%. 10 Mangunjaya • Kemiringan lereng merata hampir pada seluruh desa dengan kisaran kemiringan lereng antara 0% - 5%. Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

Wilayah dengan kemiringan lereng >40% perlu pertahankan tanaman tegakan nya, karena jika ditebang akan berpotensi menimbulkan bencana longsor apabila tidak dikelola dengan baik. Gambaran sebaran topografi dan kemiringan lereng di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Sebagai gambaran topografi dan kemiringan lereng wilayah Kabupaten Pangandaran, dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 2 Peta Topografi Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

III-7

Gambar 3. 3 Peta Topografi Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

3.2.3. Kondisi Geologi Menurut kondisi geologinya, Kabupaten Pangandaran merupakan daratan yang terbentuk pada periode tersier kecuali pada pantai yang landai merupakan daratan baru yang terbentuk akibat endapan laut yang berumur holosen. Kontrol struktur geologi sangat kuat di daerah ini. Di bagian tengah - timur terdapat patahan yang memanjang sepanjang perbukitan dengan arah tenggara - barat laut. Di daerah ini juga banyak dijumpai adanya lipatan-lipatan batuan sehingga kontrol geologi sangat berperan besar di Kabupaten Pangandaran yang mengakibatkan daerah ini rawan gempa.

Satuan geologi yang terdapat di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat dalam lingkungan tertentu, diantaranya:

1. Satuan Geologi Lingkungan Dataran: Satuan berupa dataran dengan kemiringan lereng < 5%. Ketinggian antara 0-50 m di atas permukaan air laut. Melampar di pesisir pantai antara Pangandaran – Parigi - Cijulang dan Kalipucang.

2. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Terjal: Kemiringan lereng >25%, ketinggian antara 100 - 700 m di atas permukaan laut, tersusun oleh breksi, batu pasir, batuan beku, batu gamping, dan tufa. Melampar dibagian tengah memanjang kearah Barat Daya Tenggara dan sebagian kecil di Bukit Pananjung membagi dua bagian zona pemisah air. Yang paling banyak di jumpai yaitu di Kecamatan Langkaplancar.

III-8

a. Perbukitan Terjal Padaherang-Kalipucang 1) Tanah lapukan berupa lempung pasiran-kerikilan, pasir lempungan, tebal berkisar antara 10-50 cm, daya dukung sedang- tinggi, agak kompak-kompak, permeabilitas sedang, porositas sedang. Muka air tanah berkisar antara 3-10 m, debit sumur gali <5 l/detik. Mata air debit <10 l/detik. Kualitas air tanah baik, jernih, tidak bau, warna air agak kekuningan. 2) Longsoran mudah terjadi pada bukit terjal daya dukung tinggi kompa dan keras. Peruntukan ruang sebaiknya untuk pengembangan hutan produksi dan yang lebih baik adalah untuk hutan lindung atau sebagai konservasi lahan yang berfungsi sebagai daerah resapan air dan baik pula untuk pengembangan komoditas perkebunan tanaman keras atau tanaman tahunan sebagai penguat tanah yang akan mengurangi gerakan tanah. Jalur jalan Kalipucang - Pangandaran bertumpu pada batuan yang kurang stabil. Sumber bahan galian terdiri atas batu belah lempung sebagai bahan bata merah, tras, dan tanah urug serta batu kapur.

b. Perbukitan Terjal Pananjung Saat ini merupakan cagar alam dan hutan lindung untuk kepentingan pelestarian alam sekaligus sebagai obyek wisata. Fungsi kawasan lindung sangat baik yang berfungsi sebagai daerah resapan.

3. Satuan Geologi Lingkungan Perbukitan Karst (Batu Gamping): Merupakan morfologi yang khas batu gamping, batu gamping pasiran, permukaan kasar dan kemiringan lereng curam. Morfologi ini melampar cukup luas di sekitar Pangandaran-Cujulang-Parigi hingga Cimerak dan meluas ke utara yaitu Padaherang-Kalipucang, dan penting sebagai daerah resapan. Debit air mata air >50 l/detik. Tanah lapukan umumnya berupa lempung berkerikil yang sangat subur untuk budidaya pertanian pada lahan ering. Ketebalan umumnya <1 m daya dukung sedang sampai dengan tinggi. Badan jalan yang bertumpu pada batuan ini sering terjadi jalan yang amblas, karena jenis batuan ini sangat labil. Adapun jenis batuan di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gambar 3. 4 Jenis Batuan di Kabupaten Pangandaran No Jenis Batuan Luas (Ha) 1 Batu Gamping Neogen (Mio - Plio) 1.649,77 2 Batu Gamping Oligo - Miosen 35.296,43 3 Batuan Gunungapi Oligo - Miosen 37.349,30 4 Batuan Sedimen Neogen (Mio - Plio) 6.869,57 5 Batuan Sedimen Oligo - Miosen 11.800,95 6 Batuan Sedimen Plio - Plistosen 20.358,12 Grand Total 113.324,15 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038 dan KBAK-ESDM

III-9

Gambar 3. 5 Peta Geologi Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

3.2.4. Kondisi Hidrologi Kabupaten Pangandaran dilalui oleh satu sungai besar, yaitu sungai Citanduy yang merupakan muara bagi beberapa sungai kecil dengan muara terakhir sungai Citanduy ini adalah Sagara Anakan. Sungai Citanduy ini mengalir dari Panumbangan sampai Kalipucang.

Kabupaten Pangandaran berada dalam 2 Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciwulan- Cilaki, dan DAS Citanduy. Luasan masing-masing DAS yang tercakup dalam wilayah Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 3. 4 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kabupaten Pangandaran No Nama DAS Luas (Ha) 1 DAS Ciwulan – Cilaki 91.250,39 2 DAS Citanduy 22.074,72 Grand Total 113.325,11 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038 Hidrologi di Kabupaten Pangandaran dibedakan dalam 2 estimasi produktivitas air tanah, yaitu: 1. Akuifer dengan aliran melalui celahan dan ruang antar butir. Akuifer dengan produktivitas air sangat tinggi dengan kedalaman 10 meter terdapat pada fisiografi perbukitan bergelombang (lereng 15-40%). Komposisi litologi merupakan vulkan yang terdiri dari breksi

III-10

gunung berapi, lava dan tufa, batu pasir, pasir tufaan, batu lanau, batu lempung sisipan lignit dan konglomerat. Akuifer ini terdapat di Kecamatan Pangandaran dan Parigi.

2. Akuifer dengan aliran melalui celahan, rekahan dan saluran. Akuifer ini terdapat dengan produktivitas sangat besar mencapai 10-100 liter/detik. Terdapat pada fisiografi datar bergelombang dengan komposisi litologi alivium terdiri dari lempung, lanau, pasir dan kerikil. Penyebarannya terdapat di Kecamatan Cijulang dan Cimerak.

Air tanah dangkal di Kabupaten Pangandaran di kawasan pantai berasal langsung dari peresapan air hujan. Muka air tanah sangat bervariasi berkisar antara 2-9 m, pH berkisar antara 6-9 menunjukkan angka yang cukup tinggi. Mata air banyak dijumpai di daerah kaki bukit di daerah batu gamping dan breksi vulkanik. Debit mata air bervariasi diantara 0,2 liter/detik hingga 20 liter/detik bahkan ada juga yang mencapai 100 liter/detik. Mata air di sekitar Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Parigi sudah dimanfaatkan oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat sekitar.

Kabupaten Pangandaran memiliki sumber air baku (mata air) yang merupakan milik Pemerintah Daerah yaitu:

1. Mata air Kalisodong yang terdapat di Desa Selasari Kecamatan Parigi, Debit 105,0 C/det; 2. Mata air Guha Hawu yang terdapat di Desa Selasari Kecamatan Parigi, Debit 7,5 C/det; 3. Mata air Madasari yang terdapat di Desa Masawah Kecamatan Cimerak, Debit 7,5 C/det; 4. Mata air Cijumleng yang terdapat di Desa Cikalong Kecamatan Sidamulih, Debit 32,5 C/det.

Peta sebaran Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdapat di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

III-11

Gambar 3. 6 Peta DAS Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

3.2.5. Kondisi Tanah Pada Kabupaten Pangandaran terdapat 4 jenis tanah yang berbeda, antara lain alluvial, brown forest, latosol, dan podsol merah kuning. Tanah alluvial merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami perkembangan, berasal dari bahan induk aluvium, tekstur beraneka ragam, belum terbentuk struktur, konsistensi dalam keadaan basah lekat. Penyebarannya di daerah dataran aluvial sungai, dataran aluvial pantai dan daerah cekungan (depresi).

Jenis tanah brown forest merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan profil, solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam, kandungan organik tinggi, tekstur geluh berdebu, struktur remah, konsistensi gembur dan bersifat licin berminyak (smeary), dan peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu atau tuff vulkanik.

Jenis tanah latosol telah berkembang atau terjadi diferensiasi horizon, kedalaman dalam, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, konsistensi gembur hingga agak teguh, warna coklat merah hingga kuning. Penyebarannya di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300- 1000 meter, batuan induk dari tuff, material vulkanik, breksi batuan beku intrusi.

III-12

Jenis tanah podsol merah kuning merupakan tanah mineral yang telah berkembang, solum (kedalaman) dalam, tekstur lempung hingga berpasir, struktur gumpal, konsistensi lekat, bersifat agak asam (pH kurang dari 5.5), kesuburan rendah hingga sedang, dan peka erosi. Tanah tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih dari 2.500 mm/tahun.

Luasan jenis tanah di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 5 Jenis Tanah di Kabupaten Pangandaran No Jenis Tanah Luas (Ha) 1 Alluvial 17.789,60 2 Brown Forest 26.458,61 3 Latosol 25.848,21 4 Podsol Merah Kuning 43.228,93 Grand Total 113.325,35 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2038

Gambar 3. 7 Peta Jenis Tanah Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2038

3.2.6. Kondisi Klimatologi Secara umum Kabupaten Pangandaran beriklim tropis dengan 2 musim yaitu musim kemarau (musim timur) dan musim penghujan (musim barat) dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 1.647 mm, kelembapan udara antara 85-89% dengan suhu 20-30⁰C. Musim timur dan musim barat secara langsung akan mempengaruhi musim penangkapan ikan di perairan

III-13

Pangandaran. Musim timur terjadi pada bulan Mei sampai Oktober, dimana pada saat musim ini laut tidak berombak besar dan perairan dalam keadaan tenang, sehingga operasi penangkapan ikan di laut tidak terganggu. Musim barat terjadi pada bulan November sampai April, dimana pada saat musim ini banyak sebagian nelayan tidak melakukan operasi penangkapan ikan di laut karena kondisi laut dengan ombak yang besar dan curah hujan yang relatif banyak. Secara umum lokasi perencanaan termasuk dalam kawasan beriklim tropis basah yang ditandai dengan pergerakan matahari di garis isotherm sepanjang tahun dengan panjang hari selama 12 jam.

Peta sebaran curah hujan Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. 8 Peta Curah Hujan Kabupaten Pangadaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2038

3.2.7. Kondisi Pengunaan Lahan Penggunaan lahan di Kabupaten Pangandaran sangat bervariatif, karena Kabupaten Pangandaran merupakan Kabupaten yang cukup ramai perkembangan penduduknya. Penggunaan lahan terbesar yaitu penggunaan untuk lahan hutan rakyat yaitu seluas 30.202,04 Ha atau 20,10% kedua untuk lahan kebun yaitu seluas kurang lebih 24.917 ha atau sekitar 16,58% yang berikutnya penggunaan untuk lahan pekarangan dan bangunan seluas 24.678 Ha atau sekitar 16,42% dari total penggunaan lahan di Kabupaten Pangandaran. Untuk lebih rinci penggunaan lahan di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

III-14

Tabel 3. 6 Penggunaan Lahan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) 1 Irigasi teknis 9.651,00 2 Irigasi setengah teknis 3.578,98 3 Irigasi sederhana PU 1.950,00 4 Irigasi sederhana Non PU 5 Tadah hujan 8.906,00 6 Pasang surut 9,00 7 Lebak 607,00 8 Rawa - 9 Pekarangan dan bangunan 24.678,00 10 Tegal/kebun/ladang/huma 24.917,00 11 Penggembalaan/padang rumput 1.758,00 12 Sementara tidak diusahakan 9.031,00 13 Hutan Rakyat 30.202,04 14 Hutan Negara 17.047,56 15 Hutan Mangrove 310,00 16 Perkebunan negara/swasta 4.342,35 17 Rawa yang ditanamai - 18 Tambak - 19 Kolam/empang 13.272,00 20 Lain-lain - Grand Total 150.259,93 Sumber: LKPJ Kab. Pangandaran, 2019 Gambar 3. 9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Pangandaran

Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2038

III-15

3.2.8. Kondisi Rawan Bencana Kabupaten Pangandaran merupakan wilayah yang rawan terhadap kejadian bencana alam. Kejadian bencana alam sering terjadi di sebagian besar wilayah Kabupaten Pangandaran. Beberapa jenis bencana alam yang sering terjadi di Kabupaten Pangandaran antara lain tsunami, gempa bumi, longsor, dan banjir. Tsunami rawan terjadi karena wilayah selatan Kabupaten Pangandaran berbatasan langsung dengan Samudera Hindia, sementara banjir sering terjadi karena wilayah Kabupaten Pangandaran dilewati sungai besar dengan debit air yang cukup tinggi. Gempa bumi juga rawan terjadi karena terdapat patahan-patahan di wilayah Kabupaten Pangandaran, sementara bencana longsor dapat terjadi akibat jenis tanah yang memang rawan dan kelerengan terjal di beberapa tempat di Kabupaten Pangandaran.

1. Rawan Bencana Gempa Bumi Tektonik dan Tsunami Di bagian tengah-timur Pangandaran terdapat patahan yang memanjang sepanjang perbukitan dengan arah tenggara-barat laut. Di daerah ini juga banyak dijumpai adanya lipatan-lipatan batuan sehingga kontrol geologi sangat berperan besar di Kabupaten Pangandaran yang mengakibatkan daerah ini rawan gempa. Letak Kabupaten Pangandaran yang rawan gempa dan berbatasan langsung dengan laut mengakibatkan Kabupaten Pangandaran juga sangan rawan terkena bencana tsunami. Pantai Pangandaran yang berbentuk teluk dan memanjang dengan kemiringan lereng yang landai menjadi semacam “kantung tsunami” sehingga kawasan pesisirnya rawan bencana tsunami. Berikut adalah luasan wilayah Kabupaten Pangandaran yang rawan gempa dan tsunami.

Tabel 3. 7 Luasan Potensi Gempa di Kabupaten Pangandaran No Kerawanan Gempa Luas (Ha) 1 MMI. VII – VIII 84.879,54 2 MMI. > VII 28.445,56 Grand Total 113.325,10 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038 Tabel 3. 8 Luasan Potensi Tsunami di Kabupaten Pangandaran No Kerawanan Tsunami Luas (Ha) 1 Zona Rawan Rendah Total 691,25 2 Zona Rawan Menengah Total 1.148,45 3 Zona Rawan Tinggi Total 1.425,42 Grand Total 3.265,12 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

2. Rawan Bencana Gerakan Tanah Kondisi tanah yang tidak stabil dan kemiringan lereng yang besar mengakibatkan daerah perbukitan Pangandaran rawan bencana gerakan tanah. Curah hujan tinggi serta alih fungsi lahan di daerah perbukitan juga menjadi faktor penyebab meningkatnya potensi gerakan tanah. Daerah perbukitan dengan kemiringan lereng yang besar sebaiknya dikelola dan

III-16

dikonservasi dengan baik. Dengan adanya kawasan-kawasan yang rawan gerakan tanah, berarti lahan permukiman harus berada pada tingkat kemiringan lereng yang rendah. Potensi gerakan tanah di Kabupaten Pangandaran dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. 9 Luasan Potensi Gerakan Tanah di Kabupaten Pangandaran No Kerawanan Gerakan Tanah Luas (Ha) 1 Sangat Rendah 25.774,32 2 Rendah 51.309,74 3 Menengah 34.519,48 4 Tinggi 1.721,57 Grand Total 113.325,11 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

3. Rawan Bencana Banjir Wilayah Kabupaten Pangandaran yang berupa dataran rendah merupakan hasil proses pengendapan material laut dan sungai sehingga sesuai kodrat alam, daerah yang dekat dengan sungai merupakan daerah dataran banjir yang selalu tergenang jika debit air sungai meningkat. Dataran banjir ini adalah daerah yang cukup subur namun tidak dapat dikembangkan secara maksimal. Berikut adalah luasan wilayah Kabupaten Pangandaran yang rawan banjir. Tabel 3. 10 Luasan Potensi Bencana Banjir di Kabupaten Pangandaran No Kerawanan Banjir Luas (Ha) 1 Tidak Rawan Banjir 95.144,98 2 Rawan Banjir 18.180,35 Grand Total 113.325,33 Sumber: Materi Teknis RTRW Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2038

3.3. KONDISI DEMOGRAFI 3.3.1. Jumlah Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 yaitu 422.615 jiwa. Dari jumlah tersebut proporsi penduduk laki-laki dan perempuan terlihat hampir seimbang yaitu 211.220 dan 211.395 jiwa. Berdasarkan kepadatan penduduknya yang merupakan jumlah penduduk dibandingkan dengan luas wilayah, kecamatan yang paling padat adalah di Kecamatan Pangandaran dengan kepadatan 941,90 jiwa/km2, sedangkan kecamatan dengan kepadatan terendah adalah Kecamatan Cigugur dengan kepadatan 233,53 jiwa/km2.

Berdasarkan KK, jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Padaherang dengan KK sebanyak 24.239 KK, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kecamatan Cigugur dengan KK sebanyak 8.056 KK. Kecamatan Parigi sebagai ibukota kabupaten memiliki penduduk dengan KK sebanyak 16.911 KK. Pada tabel berikut dapat dilihat jumlah penduduk, kepadatan, dan jumlah KK di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019.

III-17

Tabel 3. 11 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, Kepadatan, dan Jumlah KK di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Luas Penduduk Penduduk Total Jumlah No Kecamatan (Km2) Laki-Laki Perempuan Penduduk KK 1 Parigi 98,04 22.234 22.931 45.165 16.911 2 Cijulang 93,16 13.685 14.316 28.001 10.802 3 Cimerak 118,18 24.233 24.228 48.461 17.248 4 Cigugur 97,29 11.502 11.218 22.720 8.056 5 Langkaplancar 177,19 25.930 25.230 51.160 17.567 6 Mangunjaya 32,78 16.503 16.483 32.986 11.448 7 Padaherang 118,87 34.525 34.579 69.104 24.239 8 Kalipucang 136,78 19.364 19.271 38.635 13.499 9 Pangandaran 60,77 28.737 28.502 57.239 19.469 10 Sidamulih 77,98 14.507 14.637 29.144 10.808 Jumlah 1.011,04 187.883 211.395 422.615 150.047 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

3.3.2. Kepadatan Penduduk Tingkat kepadatan penduduk ini dihitung dengan cara membagi jumlah penduduk dengan luas wilayah, pada Tahun 2019, penyebaran penduduk Kabupaten Pangandaran bervariasi antar Kecamatan, mulai dari yang terendah sebesar 233,53 jiwa per kilometer persegi yaitu di Kecamatan Cigugur yang luas wilayahnya 97,29 kilometer persegi, dan kepadatan penduduk terendah kedua yaitu Kecamatan Langkaplancar dengan tingkat kepadatan 288,73 jiwa per kilometer persegi. Sedangkan kepadatan penduduk tertinggi yaitu di Kecamatan Pangandaran dengan kepadatan 941,90 jiwa per kilometer persegi, dan tertinggi kedua yaitu di Kecamatan Padaherang dengan kepadatan 581,34 jiwa per kilometer persegi dari luas wilayah 118,87 kilometer persegi dengan jumlah penduduk sebanyak 69.104 jiwa. Berikut ini gambaran luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk Kabupaten Pangandaran Tahun 2019.

Tabel 3. 12 Persentase Penyebaran Penduduk Per-Kecamatan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Luas Wilayah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk No Kecamatan (Km2) (Jiwa) (Jiwa) 1 Parigi 98,04 45.165 460,68 2 Cijulang 93,16 28.001 300,57 3 Cimerak 118,18 48.461 410,06 4 Cigugur 97,29 22.720 233,53 5 Langkaplancar 177,19 51.160 288,73 6 Mangunjaya 32,78 32.986 1006,28 7 Padaherang 118,87 69.104 581,34 8 Kalipucang 136,78 38.635 282,46 9 Pangandaran 60,77 57.239 941,90 10 Sidamulih 77,98 29.144 373,74 Jumlah 1.011,04 422.615 418,00 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

Jumlah penduduk Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 mengalami pertumbuhan sebesar 50 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah dari tahun ketahun pada akhirnya akan memperluas lahan hunian dan mengurangi lahan usaha bagi penduduk itu sendiri. Indikator ini dapat ditunjukkan dari kepadatan penduduk

III-18

Kabupaten Pangandaran yaitu dari 413 orang/km2 pada tahun 2018 menjadi 418 orang/km2 pada tahun 2019.

3.3.3. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk juga dapat dilihat dari perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perbandingan tersebut didefinisikan sebagai rasio jenis kelamin atau sex rasio. Untuk lebih jelasnya nilai perbandingan sex rasio penduduk Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 seperti pada tabel di bawah.

Tabel 3. 13 Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 No Kecamatan Laki-laki Perempuan Rasio Jenis Kelamin 1 Parigi 22.234 22.931 96,96 2 Cijulang 13.685 14.316 95,59 3 Cimerak 24.233 24.228 100,02 4 Cigugur 11.502 11.218 102,53 5 Langkaplancar 25.930 25.230 102,77 6 Mangunjaya 16.503 16.483 100,12 7 Padaherang 34.525 34.579 99,84 8 Kalipucang 19.364 19.271 100,48 9 Pangandaran 28.737 28.502 100,82 10 Sidamulih 14.507 14.637 99,11 Jumlah 211.220 211.395 99,92 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin ini sangat penting artinya untuk melihat keseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan. Ketidakseimbangan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan akan mempengaruhi kondisi dari sosial dan ekonomi rumah tangga serta keberlangsungan reproduksi. Rasio jenis kelamin di Kabupaten Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 adalah 99,92 persen. Artinya jumlah penduduk laki- laki di Kabupaten Pangandaran lebih sedikit dari penduduk perempuan walaupun perbedaannya sangat sedikit sekali yaitu sekitar 175 orang.

Apabila ditinjau dari tingkat kepadatan penduduk pada setiap Kecamatan, maka konsentrasi penduduk paling banyak terpusat di Kecamatan Padaherang, Pangandaran, Langkaplancar, Cimerak dan Parigi. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa daerah tersebut memiliki nilai strategis ekonomi yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangandaran. Dari indikator kepadatan penduduk tersebut dapat menunjukkan bentuk penyebaran penduduk, apakah tersebar merata atau tidak, yang dapat dijadikan sebagai gambaran kemampuan daerah dalam memberikan daya dukung berupa sarana atau prasarana dan daya tampung terhadap penduduk.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran dan kepadatan penduduk diantaranya :

III-19

1. Faktor fisiografis, bahwa penduduk selalu memilih tempat tinggal yang baik, strategis, tanah subur, relief baik, cukup air dan daerah aman. 2. Faktor biologi, karena adanya perbedaan tingkat kematian, tingkat kelahiran dan angka perkawinan. 3. Faktor kebudayaan dan teknologi, bahwa daerah yang masyarakatnya maju, pola berfikirnya bagus, dan keadaan pembangunan fisiknya maju, maka akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan daerah terbelakang.

Permasalahan lain terkait dengan kependudukan yaitu, masalah urbanisasi yang menyebabkan penduduk perkotaan terus bertambah sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Intensitas mobilitas penduduk yang semakin tinggi tentu saja akan menuntut jaringan prasarana yang semakin baik dan luas yang dapat berdampak secara jangka panjang terhadap perubahan sosial budaya masyarakat. Dalam pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan adanya keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan untuk mengantisipasi meningkatnya urbanisasi, diantaranya melalui peningkatan pembangunan infrastruktur perdesaan. Penduduk merupakan objek sasaran pembangunan sekaligus sebagai subjek pelaku pembangunan yang turut berperan dalam menentukan arah dan keberhasilan pembangunan. Potensi dan tantangan pembangunan daerah turut ditentukan oleh keadaan riil kependudukan dan sumber daya alam yang dimiliki daerah. Oleh karenanya pembangunan daerah harus menempatkan penduduk sebagai titik sentral dari seluruh kebijakan pembangunan yang dilakukan. Komposisi jumlah penduduk berdasarkan struktur usia mulai dari usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun ke atas, komposisi ini menggambarkan angka beban ketergantungan (dependency ratio), hal tersebut dapat menggambarkan makin banyak jumlah penduduk yang produktif makin rendah angka ketergantungannya dan sebaliknya. Untuk lebih jelasnya angka komposisi penduduk di Kabupaten Pangandaran tahun 2019 seperti pada tabel berikut :

Tabel 3. 14 Struktur Usia Penduduk Menurut Jenis Kelamin Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Laki – laki Perempuan Jumlah No Struktur Usia (jiwa) (jiwa) (jiwa) 1 00 - 04 12.408 11.576 23.984 2 05 – 09 16.896 15.394 32.290 3 10 – 14 17.130 16.216 33.346 4 15 – 19 15.196 14.623 29.819 5 20 – 24 16.718 16.156 32.874 6 25 – 29 15.780 14.953 30.733 7 30 – 34 14.139 13.960 28.099 8 35 – 39 14.857 15.184 30.041 9 40 – 44 13.985 15.200 29.185 10 45 – 49 15.046 16.235 31.281 11 50 – 54 14.424 15.839 30.263

III-20

Laki – laki Perempuan Jumlah No Struktur Usia (jiwa) (jiwa) (jiwa) 12 55 – 59 13.283 14.085 27.368 13 60 – 64 10.715 10.734 21.449 14 65- 69 8.735 8.209 16.944 15 70 – 74 5.060 5.464 10.524 16 >75 6.848 7.567 14.415 Jumlah 211.220 211.395 422.615 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan di antaranya terlihat pada komposisi penduduk menurut umur yang tercermin dengan semakin rendahnya proporsi penduduk usia tidak produktif (kelompok umur 0-14 tahun dan kelompok umur 65 ke atas) yang berarti semakin rendahnya angka beban ketergantungan (dependency ratio) karena semakin kecil angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya serta mengembangkan kemampuan pada segala bidang.

Tabel di bawah ini menyajikan angka beban ketergantungan penduduk. jumlah penduduk usia produktif Kabupaten Pangandaran 291.112 orang setara

68,88 persen, sedangkan usia tidak produktif 131.503 orang atau setara 31,12 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Pangandaran.

Tabel 3. 15 Angka Beban Ketergantungan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Usia Usia Tidak Produktif Dependency No Jenis Kelamin Produktif Ratio (15 – 64) 0 - 14 65 + 1 Laki-laki 144.143 46.434 20.643 46,43 2 Perempuan 146.969 43.186 21.240 43,18 Laki-laki + 291.112 89.620 41.883 45,17 Perempuan Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Tampak angka beban tanggungan telah kurang dari 50%. Hal ini berarti telah memasuki periode bonus demografi. Bila bonus demografi dimanfaatkan secara baik maka akan membuka window of opportunity. Kesempatan untuk mempercepat roda ekonomi menjadi lebih besar karena berlimpahnya penduduk usia produktif. Namun, bila periode bonus demografi tersebut tidak termanfaatkan maka bukan window of opportunity yang diperoleh tetapi yang ada bencana sosial. Tingkat pengangguran, kemiskinan dan kriminalitas bisa jadi meningkat. Bonus demografi yang disertai pembangunan manusia akan memberi dampak besar bagi kemajuan daerah. Usia produktif secara bersama- sama menggerakkan roda ekonomi. Hal ini dapat berdampak pada pengangguran berkurang dan pertumbuhan ekonomi meningkat. Pada akhirnya, bonus demografi dan produktivitas penduduk diharapkan mampu membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

III-21

Tersedianya lapangan kerja akan mencegah sumber daya manusia berpendidikan tinggi mencari dan pindah ke Kabupaten lain. Semakin banyak sumber daya manusia berkualitas tinggal di daerahnya maka keberhasilan pembangunan manusia semakin kentara. Terkait dengan besarnya angka ketergantungan akan mengurangi keluasan pilihan bagi usia produktif untuk meningkatkan kualitas dirinya. Hal ini tentunya akan berpengaruh terhadap turun dan naiknya angka IPM.

3.3.4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Tingkat pendidikan penduduk suatu daerah akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan Indikator Pembangunan Manusia (IPM) suatu daerah, makin banyak jumlah penduduk yang bersekolah dan menamatkan pendidikannya maka akan mendongkrak nilai IPM suatu daerah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah struktur pendidikan

penduduk Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019.

Tabel 3. 16 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kabupaten Pangandaran 2019 Blm Tidak/ Tamat SD/ SLTP/ SLTA/ No Kecamatan Belum D I,II D III S-1 S-2 S-3 Jumlah SD/ Sederajat Sederajat Sederajat Sekolah Sederajat 1 Parigi 8.810 3.141 17.739 7.039 6.040 343 379 1.547 121 6 45.165 2 Cijulang 6.221 1.723 10.885 4.246 3.576 182 233 864 68 3 28.001 3 Cimerak 10.965 3.191 22.869 7.072 3.400 133 141 655 35 0 48.461 4 Cigugur 5.173 1.734 10.579 3.065 1.621 106 62 368 11 1 22.720 5 Langkaplancar 8.937 4.717 23.635 9.591 3.241 189 102 713 35 0 51.160 6 Mangunjaya 6.966 2.066 14.207 5.632 3.220 131 172 560 30 2 32.986 7 Padaherang 17.447 4.732 28.119 10.815 6.148 226 338 1.208 66 5 69.104 8 Kalipucang 9.106 2.752 16.514 5.754 3.595 104 163 607 35 5 38.635 9 Pangandaran 13.909 4.081 18.825 9.359 8.869 270 441 1.379 99 7 57.239 10 Sidamulih 6.588 2.226 12.820 3.720 2.891 118 176 571 31 3 29.144 Jumlah 94.122 30.363 176.192 66.293 42.601 1.802 2.207 8.472 531 32 422.615 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Berdasarkan tabel di atas jumlah penduduk Kabupaten Pangandaran yang telah menamatkan pendidikan sampai jengjang pendidikan strata 1, 2 dan 3 sebanyak 9.035 orang atau setara dengan 2,13% dari jumlah penduduk Kabupaten Pangandaran, tingkat Diploma sebesar 0,95%, SLTA/Sederajat sebesar 15,68% dan SLTP/Sederajat sebesar 41,69% dan SD/Sederajat sebesar 7,18%. Hal tersebut menggambarkan tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Pangandaran mulai meningkat jika dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tidak/belum sekolah sebanyak 94.122 orang atau 22,27%.

3.3.5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Dalam bidang ketenagakerjaan merupakan aspek yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia, karena mencakup dimensi ekonomi dan sosial. Setiap upaya pembangunan, selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan berusaha, sehingga penduduk dapat memperoleh manfaat langsung dari pembangunan. Salah satu sasaran utama pembangunan adalah terciptanya lapangan kerja baru dalam jumlah dan kualitas yang memadai untuk dapat menyerap tambahan

III-22

angkatan kerja yang memasuki pasar kerja setiap tahun, sehingga angka pengangguran dapat dikurangi dengan semakin banyaknya angka pengangguran yang tersalurkan pada lapangan kerja yang tersedia.

Dalam bidang ketenagakerjaan, indikator kesempatan kerja (demand for labour) merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan /lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja. Kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Sementara itu, angkatan kerja (labour force) didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif sebagai sumber daya manusia. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat menyerap pertambahan angkatan kerja.

Tabel 3. 17 Data Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Jumlah Orang No Jenis Perkerjaan Jumlah Persentase (%) Laki-Laki Perempuan 1 Belum/Tidak Bekerja 70.697 59.255 129.952 30,75 2 Mengurus Rumah Tangga 35 87.974 88.009 20,82 3 Pelajar/Mahasiswa 15.011 12.602 27.613 6,53 4 Pensiunan 1.601 763 2.364 0,56 5 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 2.305 1.704 4.009 0,95 6 Tentara Nasional Indonesia 141 2 143 0,03 7 (TNI) 203 4 207 0,05 8 Kepolisian RI (POLRI) 1.854 1.265 3.119 0,74 9 Perdagangan 43.638 24.286 67.924 16,07 10 Petani/Pekebun 76 18 94 0,02 11 Peternak 2.334 33 2.367 0,56 12 Nelayan/Perikanan 117 13 130 0,03 13 Industri 28 4 32 0,01 14 Konstruksi 161 161 0,04 15 Transportasi 5.518 2.070 7.588 1,80 16 Karyawan Swasta 336 42 378 0,09 17 Karyawan BUMN 52 20 72 0,02 18 Karyawan BUMD 1.239 1.487 2.726 0,65 19 Karyawan Honorer 12.919 2.031 14.950 3,54 20 Buruh Tani/Perkebunan 15.109 6.925 22.034 5,21 21 Buruh Nelayan/Perikanan 896 47 943 0,22 22 Buruh Peternakan 61 20 81 0,02 23 Pembantu Rumah Tangga 5 389 394 0,09 24 Tukang Cukur 34 34 0,01 25 Tukang Listrik 25 1 26 0,01 26 Tukang Batu 152 2 154 0,04 27 Tukang Kayu 672 672 0,16 28 Tukang Sol Sepatu 9 1 10 0,00 29 Tukang Las/Pandai Besi 90 1 91 0,02 30 Tukang Jahit 481 331 812 0,19 31 Tukang Gigi 5 5 0,00 32 Penata Rias 3 41 44 0,01

III-23

Jumlah Orang No Jenis Perkerjaan Jumlah Persentase (%) Laki-Laki Perempuan 33 Penata Busana 2 2 0,00 34 Penata Rambut 6 7 13 0,00 35 Mekanik 330 1 331 0,08 36 Seniman 60 17 77 0,02 37 Tabib 6 6 0,00 38 Paraji 1 74 75 0,02 39 Perancang Busana 2 2 0,00 40 Penterjemah 4 1 5 0,00 41 Imam Masjid 118 118 0,03 42 Pendeta 2 1 3 0,00 43 Wartawan 16 16 0,00 44 Ustadz/Mubaligh 279 41 320 0,08 45 Juru Masak 1 7 8 0,00 46 Bupati 1 1 0,00 47 Wakil Bupati 1 1 0,00 48 Anggota DPRD Prov. 3 3 0,00 49 Anggota DPRD Kab./Kota 25 5 30 0,01 50 Dosen 15 11 26 0,01 51 Guru 383 560 943 0,22 52 Pengacara 3 3 0,00 53 Notaris 2 1 3 0,00 54 Arsitek 4 4 0,00 55 Akuntan 1 1 0,00 56 Konsultan 10 3 13 0,00 57 Dokter 24 26 50 0,01 58 Bidan 198 198 0,05 59 Perawat 59 71 130 0,03 60 Apoteker 6 9 15 0,00 61 Penyiar Radio 1 2 3 0,00 62 Pelaut 47 47 0,01 63 Peneliti 4 4 0,00 64 Sopir 1.250 1 1.251 0,30 65 Pialang 4 1 5 0,00 66 Paranormal 3 3 0,00 67 Pedagang 3.180 2.769 5.949 1,41 68 Perangkat Desa 956 178 1.134 0,27 69 Kepala Desa 67 3 70 0,02 70 Wiraswasta 28.516 6.050 34.566 8,18 71 Pekerjaan Lainnya 23 25 48 0,01 Jumlah 211.220 211.395 422.615 100,00 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Masih relatif tingginya jumlah yang belum dan atau tidak bekerja mengindikasikan bahwa usia yang masih belum siap bekerja (anak-anak) dan angkatan kerja yang cukup besar kurang lebih sebesar 30,75% dari total penduduk Kabupaten Pangandaran. Hal tersebut menggambarkan yang masuk pada usia kerja masih belum terserap secara maksimal oleh sektor-sektor produksi, sebagai akibat lapangan pekerjaan yang masih kurang dan tingkat kompetensi angkatan kerja yang masih rendah. Oleh karenanya, upaya peningkatan kualitas SDM bagi penduduk menjadi mutlak terus difungsikan, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Karena investasi pada “human capital” ini diharapkan dapat meningkatkan kondisi perekonomian di Kabupaten Pangandaran.

Peningkatan kompetensi, produktivitas dan daya saing tenaga kerja terus harus dilakukan sebagai upaya penanggulangan pengangguran di Kabupaten Pangandaran. Berbagai upaya yang

III-24

telah dilakukan diantaranya pemberian pelatihan terhadap pencari kerja untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja.

Perluasan kesempatan kerja masih tetap menjadi perhatian pemerintah daerah, diantaranya melalui kegiatan pemberian kerja sementara di desa (padat karya) dan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri.

3.3.6. Ketenagakerjaan 1. Angka Pengangguran Angka pengangguran Kabupaten Pangandaran, selama 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2017 data pengangguran menurut dinas tenaga kerja, industri dan transmigrasi Kabupaten Pangandaran sebesar 984 jiwa. Turun di tahun 2018 menjadi sebesar 896 jiwa. Kemudian turun lagi di tahun 2019 menjadi 848 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3. 18 Angka Pengangguran Kabupaten Pangandaran Uraian 2017 2018 2019 Data Pengangguran (jiwa) 984 896 848 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Industri dan Transmigrasi Kab. Pangandaran, 2020 2. Jumlah Pencari Kerja Jumlah pencari kerja Kabupaten Pangandaran, selama 4 tahun terakhir mengalami fluktuatif. Pada tahun 2017 data jumlah pencari kerja menurut dinas tenaga kerja, industri dan transmigrasi Kabupaten Pangandaran sebesar 2747 jiwa. Kemudian turun pada tahun 2018 menjadi 2578 jiwa. Kemudian naik di tahun 2019 menjadi 3086. Lalu turun kembali di tahun 2020 menjadi 305. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3. 19 Jumlah Pencari Kerja Kabupaten Pangandaran Tahun 2017-2020 Uraian 2017 2018 2019 2020 Data Pencari Kerja (jiwa) 2747 2578 3086 305 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Industri dan Transmigrasi Kab. Pangandaran, 2020 3. Lapangan kerja Jumlah data lapangan kerja Kabupaten Pangandaran, selama 4 tahun terakhir mengalami kenaikan. Pada tahun 2017 jumlah data lapangan kerja menurut dinas tenaga kerja, industri dan transmigrasi Kabupaten Pangandaran sebanyak 268. Kemudia naik di tahun 2018 menjadi 298. Lalu naik lagi di tahun berikutnya sebesar 348 dan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan di tahun 2020. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabrl di bawah ini.

III-25

Tabel 3. 20 Jumlah Lapangan Kerja Kabupaten Pangandaran Tahun 2017-2020 Uraian 2017 2018 2019 2020 Data Lapangan Kerja 268 298 348 348 Sumber: Dinas Tenaga Kerja, Industri dan Transmigrasi Kab. Pangandaran, 2020 4. Gini Ratio Rasio Gini atau koefisien adalah alat mengukur derajat ketidakmerataan distribusi penduduk. Kabupaten Pangandaran memiliki angka gini ratio yang fluktuatif. Pada tahun 2013 gini ratio Kabupaten Pangandaran menurut Data Perkembangan IPM sebesar 0,33. Tahun 2014 turun menjadi 0,31. Kemudian naik di tahun 2015 menjadi 0,358. Lalu turun di tahun 2016 menjadi 0,337. Kemudian naik lagi sebesar 0,34 di tahun 2018 dan tidak mengalami kenaikan maupun penurunan di tahun 2019. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 3. 21 Gini Ratio Kabupaten Pangandaran Jenis Indikator 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 Gini Ratio 0,33 0,31 0,358 0,337 0,352 0,34 0,34 Sumber: Data Perkembangan IPM tahun 2013 - 2019

3.4. POTENSI EKONOMI Berikut adalah potensi ekonomi Kabupaten Pangandaran yang terdiri dari beberapa sektor utama. 3.4.1. Pariwisata Daya Tarik Wisata yang ada di Kabupaten Pangandaran dapat dibagi kedalam tiga kategori:

1. Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya yang memperlihatkan kekhasan lokal dari kehidupan keseharian masyarakat Kabupaten Pangandaran, yang diantaranya adalah Batu Kalde yang bertempat di Cagar Alam Pangandaran, Gua Panggung berada di objek wisata Cagar Alam Pangandaran dan Sembah Agung di Desa Batukaras Kecamatan Cijulang;

2. Objek dan Daya Tarik Wisata Alam yang merupakan objek wisata berbasis pantai dan cagar alam yang diantaranya adalah Karang Nini, Lembah Putri, Karapyak, Palatar Agung, Pangandaran, Karang Tirta, Batu Hiu, Batu Karas, Madasari dan Keusik Luhur;

3. Objek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus yang merupakan objek wisata yang dibuat secara khusus untuk menunjang minat-minat tertentu yang diantaranya adalah objek wisata sungai Citumang, Karang Nini, Gua Donan, Wisata Cukang Taneuh/Green Canyon dan Curug Jambe serta Cagar Alam Pananjung.

Sebaran daya tarik wisata pada masing-masing Kawasan Pariwisata di Kabupaten Pangandaran sesuai dengan Perda RIPPARDA adalah sebagai berikut:

III-26

Tabel 3. 22 Kawasan Pariwisata dan Sebaran Daya Tarik Wisata Kabupaten Pangandaran Sebaran Daya Tarik Wisata Kawasan Pariwisata Sub Pembangunan No Daya Tarik Wisata Daya Tarik Wisata Daya Tarik Kab. Pangandaran Kawasan Alam Budaya Wisata Buatan I Kawasan Strategis 1) Kawasan Wisata Pantai 1) Pantai Barat 1) Desa Wisata Pembangunan Pangandaran dan Pangandaran Babakan Pariwisata Sekitarnya 2) Pantai Timur Pangandaran Kabupaten 3) Kawasan Taman Pangandaran dan Wisata Alam Sekitarnya Pananjung 4) Kawasan Mangrove Bulak Setra 5) Kawasan Pantai Cikembulan 2) Kawasan Wisata Curug 1) Air Terjun (Curug) Bojong dan Sekitarnya Bojong 2) Air Terjun (Curug) Jambe Enum 3) Sungai Pingit 4) Gua Bojong Lekor 5) Gua Badak Paeh

3) Kawasan Wisata Karang 1) Pantai Karang Tirta 1) Desa Wisata Tirta-Cikalong dan 2) Air Terjun (Curug) Cikalong Sekitarnya Pule 3) Air Terjun (Curug) Luhur 4) Gua Macan 5) Gua Sodong Panjang 4) Kawasan Wisata Pantai 1) Pantai Batu Hiu 1) Desa Wisata 1) Penangkaran Batu Hiu- Citumang- 2) Gua Lanang Selasari Penyu Batu Hiu Santirah dan Sekitarnya 3) Gua Regregan (Santirah) 4) Sungai Citumang 5) Gua Jogjogan 6) Gua Sienjang Lawang 7) Sungai Ciwayang 8) Air Terjun Curug Tonjong 5) Kawasan Margacinta dan 1) Sungai Cijulang 1) Kampung Seni 1) Sirkuit Sekitarnya 2) Gua Muara Badud Motorcross Bengang 2) Padepokan Seni Jaya 3) Kawasan Sunda Jenggala 2) Agrowisata Mangrove Manik Margacinta Margacinta 3) Saung Angklung Mang Koko 6) Kawasan Cukang 1) Green Canyon 1) Agrowisata Taneuh- Pondok Patra (Cukang Taneuh) Pondok Patra dan Sekitarnya 2) Green Coral (Curug Taringgul) 3) Pemandian Mata Air Cikalungkung 4) Sungai Muara Cibodas

III-27

Sebaran Daya Tarik Wisata Kawasan Pariwisata Sub Pembangunan No Daya Tarik Wisata Daya Tarik Wisata Daya Tarik Kab. Pangandaran Kawasan Alam Budaya Wisata Buatan 3) Gua Patra 5) Pemandian Mata Air Sodong Gebos 6) Gua Kolor 7) Gua Bagong 7) Kawasan Pantai 1) Pantai Batukaras Batukaras dan Sekitarnya 2) Hutan Mangrove Batukaras 3) Danau Situ Cisamping II Kawasan 1) Kawasan Karang Nini- 1) Pantai Karang 1) Terowongan Pembangunan Majingklak dan Sekitarnya Nini Wihelmina Pariwisata 2) Pantai Lembah Kalipucang- Putri Mangunjaya dan 3) Pantai Karapyak Sekitarnya 4) Pantai Solok Timun 5) Pantai Palatar Agung 6) Kawasan Muara dan Mangrove Pantai Majingklak 2) Kawasan Sungai 1) Sungai Jogjogan 1) Makam Syech 1) Home Industri Jogjogan- Kedung Wuluh 2) Gua Muchtar Jus Honje dan Sekitarnya Cipalungpung 2) Situs Gedeng 2) Agrowisata 3) Air Terjun Curug Mataram Kaliki Permai Bunton 3) Situs Jagapati 4) Curug Leutik 4) Situs Dayang Tonjong Sumbi 5) Mata Air Panas 5) Situs Lingga Pemandian Kencana Kedung Wuluh 6) Situs Astana Budha 7) Makam Eyang K.H Santarudin 8) Makam Mbah Layung Mangkunag ara 9) Makam Syech Abdullah Ciayam 10) Situs Batu Majapahit 11) Tugu Pangeling- Eling III Kawasan 1) Kawasan Gunung 1) Gunung Singkup 1) Patilasan Syech Pembangunan Singkup- Parang dan 2) Gunung Parang Abdul Hamid Pariwisata Sekitarnya 3) Air Terjun Curug Langkaplancar- Bilik Cigugur dan Sekitarnya

III-28

Sebaran Daya Tarik Wisata Kawasan Pariwisata Sub Pembangunan No Daya Tarik Wisata Daya Tarik Wisata Daya Tarik Kab. Pangandaran Kawasan Alam Budaya Wisata Buatan 2) Kawasan Pasir Bentang- 1) Panorama Pasir Cipatahunan dan Bentang Sekitarnya 2) Sungai Muara Cijalu 3) Hutan Gunung Haur 4) Sungai Leuwi Kerti 5) Air Terjun Curug Leuwi Leutak 6) Air Terjun Curug Dendeng 7) Hutan Pagar Bumi IV Kawasan 1) Kawasan Pantai 1) Pantai Madasari 1) Danau D'J Pembangunan Madasari dan Sekitarnya 2) Pantai Legok Jawa 2) Pacuan Kuda Pariwisata Cimerak 3) Gua Cirawun Madasari dan Sekitarnya 2) Kawasan Pantai 1) Pantai Ciparanti Ciparanti- Keusik Luhur 2) Pantai Cikaracak dan Sekitarnya 3) Pantai Muara Gatah 4) Pantai Keusik Luhur 5) Air Terjun Curug Sawer Sumber: RIPPARDA Kabupaten Pangandaran, 2018-2025

Adapun aktivitas wisata yang diselenggarakan di Kabupaten Pangandaran cukup beragam, dimana diagendakan berbagai kegiatan kepariwisataan seperti Nyuguh, Hajat Bumi, Upacara Adat, Gelar Budaya Tatar, Pentas Wayang Golek, Kreatifitas Seni, Upacara Adat Merlawu, Pentas Seni Hiburan Hari Raya, Hajat Laut, Ronggeng Gunung dan Kontes Burung Berkicau.

Kemudian berdasarkan data Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran terdapat rincian jumlah daya tarik wisata yang telah diperbaharui yaitu berdasarkan data pada tahun 2019. Untuk data lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 23 Jumlah dan Jenis Daya Tarik Wisata Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Daya Tarik Wisata No Kecamatan Jumlah Alam Buatan Budaya 1 Pangandaran 16 5 9 30 2 Parigi 45 1 6 52 3 Cijulang 10 7 3 20 4 Langkaplancar 7 0 4 11 5 Cigugur 11 1 3 15 6 Cimerak 29 1 2 32 7 Kalipucang 25 3 12 40 8 Padaherang 4 2 9 15 9 Mangunjaya 1 0 5 6 10 Sidamulih 8 1 2 11 Jumlah 156 21 55 232 Sumber: Disparbud Kab. Pangadaran, 2020

III-29

Berdasarkan tabel di atas terlihat jumlah daya tarik wisata di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 berjumlah 232 daya tarik wisata yang tersebar di sepuluh kecamatan dengan mayoritas daya tarik wisata alam. Penyebaran daya tarik terbanyak terdapat di Kecamatan Parigi dengan 52 daya tarik wisata.

Untuk menunjang kepariwisataan di Kabupaten Pangandaran tersedia sarana akomodasi atau penginapan yang tersebar dari mulai memasuki wilayah Kabupaten Pangandaran. Pada Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran terdapat 392 akomodasi, yang terdiri dari Hotel kelas bintang ada 11 unit, dan non bintang sebanyak 237 unit, pondok wisata sebanyak 135 unit, dan 9 bumi perkemahan dengan ketersediaan masih banyak terpusat di Kecamatan Pangandaran yang memang sudah sangat terkenal di Indonesia bahkan mancanegara. Berikut adalah tabel jumlah akomodasi di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 berdasarkan jenisnya.

Tabel 3. 24 Jumlah dan Jenis Akomodasi di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 No Jenis Akomodasi Jumlah 1 Hotel Bintang 11 2 Hotel Non Bintang 237 3 Pondok Wisata 135 4 Bumi Perkemahan 9 Jumlah 392 Sumber: Disparbud Kab. Pangadaran, 2020 Selain itu produk wisata yang menjadi bagian dari Kepariwisataan Kabupaten Pangandaran adalah fasilitas penyedia makanan dan minuman berupa rumah makan/restoran/café. Berdasarkan data dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pangandaran Jumlah restoran di Kabupaten Pangandaran Pada Tahun 2019 adalah 248, yang terbagi kedalam beberapa jenis diantaranya 204 rumah makan, 1 bar rumah minum, dan 43 cafe.

Tabel 3. 25 Jenis dan Jumlah Restoran di Kabupaten Pangandaran 2016-2020 No Jenis Restoran 2016 2017 2018 2019 2020 1 Rumah Makan N/A N/A N/A 204 N/A 2 Bar Rumah Minum N/A N/A N/A 1 N/A 3 Cafe N/A N/A N/A 43 N/A Jumlah N/A N/A N/A 248 N/A Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pangandaran, 2020 Produk wisata lainnya yang juga menjadi bagian dari kepariwisataan Kabupaten Pangandaran adalah Usaha Penyelenggara Kegiatan Hiburan dan Rekreasi. Adapun diantaranya adalah sebagai berikut:

Tabel 3. 26 Usaha Penyelenggara Kegiatan Hiburan, Rekreasi, dan MICE di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 No Jenis Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 1 Karaoke N/A N/A N/A 4 N/A 2 MICE N/A N/A N/A 10 N/A Jumlah N/A N/A N/A 14 N/A Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pangandaran, 2020

III-30

Untuk mempermudah kegiatan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Pangandaran terdapat usaha jasa biro dan agen perjalanan wisata dilengkapi dengan pramuwisata, berikut adalah data usaha biro dan agen perjalanan wisata serta pramuwisata yang ada di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019.

Tabel 3. 27 Usaha Jasa Biro dan Agen Perjalanan Wisata dan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 No Jenis Usaha 2016 2017 2018 2019 2020 1 Biro Perjalanan Wisata N/A N/A N/A 3 N/A 2 Agen Perjalanan Wisata N/A N/A N/A 27 N/A 3 Daftar Anggota Pramuwisata Baru HPI DPC N/A N/A N/A 131 129 Kabupaten Pangandaran Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pangandaran, 2020 Berikut adalah tabel fasilitas wisata yang terdapat di Kabupaten Pangandaran, guna mendukung aktivitas wisata.

Tabel 3. 28 Fasilitas Wisata di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 No Jenis Fasilitas Wisata 2016 2017 2018 2019 2020 1 Gazebo N/A N/A N/A 40 N/A 2 Toilet N/A N/A N/A 24 N/A 3 Lampu Taman N/A N/A N/A 445 N/A 4 Loket/Ticketing N/A N/A N/A 8 N/A 5 Tempat Parkir N/A N/A N/A 500 m2 N/A 6 Pedestrian N/A N/A N/A 2076 m2 N/A 7 Usaha Jasa Pariwisata Boogie/Ban Batukaras N/A N/A N/A 23 N/A 8 Angkutan Sungai Dan Danau Wisata N/A N/A N/A 90 N/A 9 Data Pemilik Perahu Pesiar N/A N/A N/A 238 N/A Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pangandaran, 2020 Kemudian terdapat juga kelembagaan yang terkait langsung dengan aktivitas wisata di Kabupaten Pangandaran, diantaranya sebagai berikut:

Tabel 3. 29 Kelembagaan Pariwisata di Kabupaten Pangandaran Tahun 2016-2020 No Uraian 2016 2017 2018 2019 2020 1 Data Pengurus OKWP (Organisasi Kuda Wisata N/A N/A N/A 65 N/A Pangandaran) 2 Pengelola Gua N/A N/A N/A 28 N/A 3 Pengelola Museum N/A N/A N/A 1 N/A Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Pangandaran, 2020

3.4.2. Pertanian Kabupaten Pangandaran masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penggerak perekonomian masyarakat, terlihat dari kontribusi sektor ini terhadap perekonomian, yaitu masih sebagai penyumbang tertinggi. Pada tahun 2019 kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 27,07% lebih tinggi bila dibandingkan dengan sektor lainnya, sektor ini telah berperan besar dalam pembangunan Kabupaten Pangandaran, baik peran langsung terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), penyediaan lapangan kerja, sumber

III-31

pendapatan masyarakat, dan penciptaan ketahanan pangan, maupun peran tidak langsung melalui penciptaan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan subsektor dan sektor lainnya.

Pada sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan), beberapa komoditas dapat dikategorikan sebagai komoditi unggulan dan prospektif untuk dikembangkan. Saat ini pengembangan agribisnis komoditas unggulan muncul menjadi salah satu alternatif peluang investasi dalam pembangunan sektor pertanian. Mengemuka nya fenomena tersebut dalam konteks perencanaan wilayah dan otonomi daerah, terjadi karena pendekatan tersebut yang diyakini dan telah teruji sebagai model yang layak dikembangkan menuju pertanian yang tangguh, khususnya dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat petani, serta peningkatan pendapatan asli daerah.

Sasaran pembangunan pertanian Kabupaten Pangandaran ditetapkan berdasarkan program revitalisasi pertanian, meliputi kegiatan peningkatan ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan peningkatan kesejahteraan petani. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah adanya usaha di sektor hulu usaha tani (on farm), hilir (off farm) dan usaha penunjang lainnya, peningkatan pertumbuhan PDRB kategori pertanian, peningkatan ekspor produk pertanian segar maupun olahan, peningkatan kapasitas dan posisi tawar petani, penguatan kelembagaan petani, peningkatan akses petani terhadap sumber daya produktif, dan peningkatan pendapatan petani.

1. Komoditas Tanaman Pangan dan Hortikultura a. Komoditi Padi Sawah dan Padi Gogo Beras merupakan komoditas strategis yang berperan penting dalam perekonomian dan ketahanan pangan nasional, dan menjadi basis utama dalam revitalisasi pertanian kedepan. Sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, kebutuhan akan beras di Kabupaten Pangandaran diprediksi akan terus meningkat, sedangkan produksi padi pada tahun 2019 mencapai 199.351.273 ton atau mengalami peningkatan sekitar 2.049,343 ton atau setara dengan 1,03% apabila dibandingkan dengan produksi padi tahun 2018 yaitu sebesar 197.301.930 ton, terjadinya peningkatan produksi padi dampak dari peningkatan produktivitas persatuan luas panen dan peningkatan adanya luas panen, sehingga berdampak pada jumlah produksi yang dihasilkan. Walaupun jika dilihat dari luas tanam pada tahun 2019 terjadi penurunan karena adanya pergeseran musim penghujan sehingga satu musim tanam para petani tidak bisa melakukan penanaman. Hal tersebut dampak dari penerapan teknologi budidaya yang diaplikasikan oleh para petani dan kelompok tani padi di wilayah sentra padi.

III-32

Tabel 3. 30 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Padi Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 Tahun 2018 No Komoditi L. Tanam (Ha) L. Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1 Padi Sawah 14.775 31.699 62,10 196.865.740 2 Padi Gogo 1.164 114,29 38,17 436.190 Jumlah 15.939 31.812,29 100,27 197.301.930 Tahun 2019 No Komoditi L. Tanam (Ha) L. Panen (Ha) Produktivitas (Kw/Ha) Produksi (Ton) 1 Padi Sawah 18.446 31.603 62,33 196.979,698 2 Padi Gogo 531 498 47,62 2.371,575 Jumlah 18.977 32.101 62,10 199.351,273 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 b. Komoditi Palawija Ditinjau dari sumber daya lahan dan ketersediaan teknologi, Kabupaten Pangandaran sebenarnya cukup berpeluang untuk meningkatkan produksi palawija. Karena potensi lahan Kabupaten Pangandaran cukup luas untuk pengembangan komoditi tersebut terutama pada lahan kering.

Kebijakan yang diperlukan dalam pengembangan agribisnis palawija adalah kebijakan pengembangan insentif investasi, kelembagaan keuangan dan permodalan, peningkatan dukungan teknologi yang siap diterapkan di lapangan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, kelembagaan agribisnis, dukungan pemasaran, serta dukungan peraturan dan perundang-undangan.

Tabel 3. 31 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Palawija di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 Produktivitas Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) No Komoditi (Kw/Ha) 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 1 Jagung 1.031,00 541,00 1.031,00 597,00 62,63 59,66 6.457,61 3.561,61 2 Ubi Kayu 66,00 58,00 66,00 74,00 133,05 131,88 878,11 975,90 3 Ubi Jalar 46,00 34,00 46,00 36,00 123,41 122,97 567,70 442,69 4 Kacang Tanah 99,00 227,00 99,00 206,00 22,13 20,22 219,10 416,50 5 Kedelai 2.565,00 224,00 2.565,00 117,00 15,21 14,80 3.901,70 173,13 6 Kacang Hijau 389,00 173,00 389,00 73,00 13,04 11,27 507,19 82,28 Jumlah 4.196,00 1.257,00 4.196,00 1.103,00 29,87 51,24 12.531,41 5.652,11 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

c. Komoditi Biofarmaka Prospek pengembangan komoditas biofarmaka di Kabupaten Pangandaran khususnya untuk komoditas Jahe, Laos, Kencur, Kunyit, dan Kapulaga cukup potensial untuk dikembangkan mengingat ketersediaan sumberdaya lahan yang cukup luas, iklim yang cocok, teknologi yang tersedia, serta sumber daya manusia yang cukup terampil dalam budidaya komoditas tersebut. Disamping itu, pasar komoditas tersebut masih terbuka lebar.

III-33

Realisasi produksi komoditas biofarmaka yang ada di Kabupaten Pangandaran tahun 2019 mencapai 3.958,96 ton, apabila dibandingkan dengan realisasi tahun 2018 sebesar 197,59 ton, terjadi peningkatan sebesar 3.761,38 ton.

Tabel 3. 32 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Biofarmaka Kabupaten Pangandaran Tahun 2018–2019 Luas Panen Produktivitas Luas Tanam (Ha) Produksi (Ton) No Komoditi (Ha) (Kw/Ha) 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 1 Jahe 25,07 41,31 24,07 26,29 37,70 120,917 90,762 317,881 2 Laos/Lengkuas 0,85 10,48 0,84 4,66 124,93 179,039 10,478 83,359 3 Kencur 1,48 16,63 1,43 5,33 90,43 116,216 12,944 61,886 4 Kunyit 2,29 13,87 2,27 5,17 84,40 162,052 19,144 83,700 5 Lempuyang 0,02 0,08 0,02 0,02 96,67 125,000 0,145 0,250 6 Temulawak 0,04 0,31 0,04 0,10 80,00 163,158 0,320 1,550 7 Temuireng ------8 Temukunci ------9 Dlingo/Dringo ------10 Kapulaga 89,34 1.859,63 0,58 316,82 1.034,40 107,547 60,254 3.407,337 11 Mengkudu/Pace*) 0,19 0,20 0,06 0,02 50,00 - 0,300 3,000 12 Mahkota Dewa *) 0,05 0,32 0,01 - 1.400,00 - 1,400 - 13 Keji Beling 0,10 - 0,10 - 34,00 - 0,340 - 14 Sambiloto ------15 Lidah Buaya 0,30 - 0,30 - 50,00 - 1,500 - Jumlah 119,73 1.942,83 29,72 358,39 120,917 197,59 3.958,96 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 d. Komoditas Sayuran Komoditas sayuran yang mayoritas dibudidayakan oleh petani di Kabupaten Pangandaran adalah sayuran dataran rendah yang mempunyai nilai ekonomis cukup tinggi. Beberapa sayuran yang teridentifikasi sebagai komoditas banyak diusahakan oleh para petani adalah cabe merah, cabe rawit, tomat, kacang panjang, kangkung, buncis dan mentimun. Sedangkan komoditas sayuran lainnya belum menjadi prioritas, namun sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Beberapa daerah sentra produksi utama tanaman sayuran adalah Kecamatan Langkaplancar, Parigi, Kalipucang, Padaherang, Mangunjaya dan Cimerak.

Realisasi produksi sayuran tahun 2019 sebesar 2.736,50 ton, dari luas panen seluas 4.276,00 ha, dan jika dibandingkan dengan total produksi sayuran tahun 2018 terjadi peningkatan sebesar 1.388,10 ton dari total produksi 1.348,40 ton pada tahun 2018.

III-34

Tabel 3. 33 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Sayuran Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 Produktivitas Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) No Komoditi (Kw/Ha) 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 1 Bawang Merah 2,00 5,00 2,00 2,00 5,00 57,50 11,50 11,50 2 Bawang Putih ------3 Bawang Daun 15,00 45,00 15,00 18,00 14,27 44,78 80,60 80,60 4 Kentang - 2,00 - 1,00 - 100,00 10,00 10,00 5 Kubis 3,00 2,00 3,00 1,00 16,67 70,00 7,00 7,00 6 Kembang Kol ------7 Petsai/Sawi 15,00 16,00 15,00 9,00 21,93 58,11 52,30 52,30 8 Wortel ------9 Lobak ------10 Kacang Merah 6,00 - 6,00 - 5,83 - - - 11 Kacang Panjang 57,00 56,00 31,00 25,00 36,13 23,40 58,50 58,50 12 Cabai Besar 82,00 203,00 37,00 51,00 25,38 64,18 327,30 327,30 13 Cabai Rawit 61,00 69,00 21,00 14,00 36,81 69,86 97,80 97,80 14 Paprika ------15 Jamur*) 1.226,00 .030,00 1.090,00 4.030,00 4,40 3,01 1.212,00 1.212,00 16 Tomat 9,00 23,00 7,00 6,00 19,71 134,00 80,40 80,40 17 Terung 30,00 64,00 13,00 22,00 92,08 80,77 177,70 177,70 18 Buncis 8,00 44,00 8,00 16,00 3,63 50,25 80,40 80,40 19 Ketimun 77,00 141,00 51,00 46,00 40,29 91,91 422,80 422,80 20 Labu Siam ------21 Kangkung 43,00 51,00 30,00 23,00 28,00 51,39 118,20 118,20 22 Bayam 10,00 13,00 10,00 12,00 12,00 - - - 23 Melon 2,00 - 1,00 - 510,00 - - - 24 Semangka 6,00 - 3,00 - 110,00 - - - Jumlah 1.652,00 10.764,00 1.343,00 4.276,00 1.348,40 2.736,50 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 e. Komoditi Buah-Buahan Kabupaten Pangandaran mempunyai potensi keragaman agroklimat yang sesuai untuk pengembangan berbagai jenis komoditas hortikultura, terutama komoditas buah-buahan, salah satu diantaranya adalah komoditas alpukat, durian, duku, pisang, sawo, manga, manggis, jengkol dan petai. Komoditas tersebut menjadi komoditas yang diunggulkan di Kabupaten Pangandaran karena dari sisi agroklimat Kabupaten Pangandaran sangat cocok untuk pengembangan komoditas tersebut, bahkan komoditas ini bisa dijadikan oleh-oleh para wisatawan. Walaupun produksi maupun luas panennya komoditas tersebut sifatnya tidak stabil.

Tabel 3. 34 Perkembangan Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Komoditas Buah-Buahan Kabupaten Pangandaran Tahun 2018–2019 Tambah Tanam Tanaman Panen (pohon/ Produktivitas Produksi (Ton) No Komoditi (pohon/rumpun) rumpun) (Kw/pohon) 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 1 Alpukat 11.349,00 45.181,00 4.295,00 8.566,00 1,05 0,46 449,20 397,10 2 Belimbing 936,00 3.624,00 - 339,00 - 0,51 0,80 17,30 3 Duku/Langsat 17.960,00 71.253,00 3.188,00 9.829,00 2,93 0,62 935,10 606,70 4 Durian 92.746,00 372.743,00 16.327,00 29.452,00 2,05 0,52 3.339,00 1.538,30

III-35

Tambah Tanam Tanaman Panen (pohon/ Produktivitas Produksi (Ton) No Komoditi (pohon/rumpun) rumpun) (Kw/pohon) 2018 2019 2018 2019 2018 2019 2018 2019 5 Jambu Biji 10.506,00 39.137,00 626,00 3.783,00 1,14 0,18 71,40 69,40 6 Jambu Air 6.843,00 26.069,00 1.298,00 1.557,00 0,47 0,22 61,00 34,60 Jeruk Siam/ 7 31.389,00 124.508,00 2.084,00 6.670,00 3,07 0,17 639,30 115,80 Keprok 8 Jeruk Besar 935,00 3.367,00 26,00 70,00 1,35 0,27 3,50 1,90 9 Mangga 68.814,00 274.328,00 9.165,00 25.740,00 1,10 0,48 1.005,90 1.229,10 10 Manggis 70.098,00 286.676,00 14.071,00 32.299,00 1,53 0,54 2.150,00 1.735,60 Nangka/ 11 7.728,00 30.856,00 1.689,00 4.573,00 0,90 0,33 152,00 152,90 Cempedak 12 Nenas*) 22.101,00 79.976,00 2.817,00 12.533,00 0,11 0,01 30,20 16,80 13 Pepaya 20.211,00 77.434,00 6.986,00 16.539,00 0,84 0,11 587,30 175,40 14 Pisang*) 1.844.125,00 6.789.505,00 287.788,00 976.747,00 0,40 0,10 11.573,90 9.903,20 15 Rambutan 25.197,00 100.286,00 4.860,00 7.062,00 1,27 0,49 618,70 345,80 16 Salak*) 57.528,00 203.509,00 699,00 1.604,00 0,33 0,09 23,00 14,00 17 Sawo 131.449,00 523.778,00 72.066,00 181.511,00 0,56 0,20 4.019,00 3.577,30 Markisa/ 18 ------Konyal 19 Sirsak 3.802,00 16.108,00 873,00 1.158,00 0,59 0,24 51,90 27,40 20 Sukun 5.410,00 19.575,00 1.462,00 1.290,00 0,72 0,32 105,80 41,60 21 Apel ------22 Anggur ------23 Melinjo 4.173,00 16.505,00 635,00 458,00 0,56 0,28 35,60 12,60 24 Petai 221.417,00 885.558,00 17.252,00 58.960,00 1,23 0,31 2.124,50 1.823,70 25 Jengkol 139.438,00 557.205,00 4.585,00 12.080,00 0,94 0,38 430,80 464,50 Jumlah 2.794.155,00 10.547.281,00 452.792,00 1.392.820,00 28.407,90 22.301,00 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Berdasarkan tabel di atas terdapat produksi total terdapat penurunan namun ada beberapa komoditas yang meningkat dengan diantaranya:

1) Produksi padi dikatakan berhasil karena capaianya sebesar 99,28%, kendala yang dihadapi adalah pergeseran jadwal tanam serentak dari bulan September ke bulan November dan Desember sehingga panen padi dilaksanakan pada bulan Maret dan April tahun 2019; 2) Capaian produksi tanaman kedelai menurun, karena adanya perubahan jadwal tanaman padi yang berubah akibatnya pelaksanaan tanaman kedelai jadi bergeser bahkan sampai tidak ada pelaksanaan penanaman kedelai. Selain pergeseran masa tanam, ada beberapa wilayah yang kesulitan dalam hal pengadaan benih kedelai sehingga masa tanam tidak sesuai dengan jadwal; 3) Sebaran tanaman kapulaga dibawah tegakan hutan cukup luas yaitu seluas 1.859,63 Ha, saat musim panen mengalami kenaikan yang cukup signifikan ditambah kondisi kemarau yang panjang sehingga ada kenaikan kapulaga dari 3.407,34 Ton, dibanding tahun lalu yang hanya 61,455 Ton;

III-36

4) Tanaman cabai mulai menjadi tanaman pokok bagi petani sayur pada umumnya di Kabupaten Pangandaran, sehingga adanya peningkatan produksi 231,52 To, dari tahun lalu 95,778 Ton;

Permintaan pasar dan kenaikan harga yang lumayan bagus, tanaman buncis menjadi naik produksinya di tahun 2019. Namun perlu adanya perlakuan khusus dalam ketersediaan air maupun teknis dan kebiasaan petani sayur dalam melakukan penanaman sayuran secara umum sehingga dapat mempertahankan produksi hasil tanaman sayur.

3.4.3. Peternakan Kabupaten Pangandaran juga memiliki potensi pengembangan peternakan, yaitu diantaranya: 1) Ternak Besar (Sapi, Kerbau, Kuda, Domba, kambing dan Kelinci), 2) Ternak Unggas berupa Ayam Buras, Ayam Ras Petelur, Ayam Ras Pedaging, Itik dan Puyuh. Salah satu ternak unggulan di Kabupaten Pangandaran yang paling berpotensi untuk dikembangkan antara lain adalah domba, kambing, sapi potong, ayam buras, ayam pedaging dan ayam petelur. Berikut diuraikan data jumlah ternak berdasarkan kelas dan jenis ternak.

Tabel 3. 35 Populasi Ternak Besar di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 Populasi No Jenis Ternak Peningkatan/Penurunan (Ekor) 2018 2019 1 Sapi 17.386 17.639,00 253 2 Kerbau 446 372,00 -74 3 Kambing 14.956 13.786,00 -1.170 4 Domba 29.893 28.174,00 -1.719 5 Kuda 135 157,00 22 6 Kelinci 3.523 1.483,00 -2.040 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

Tabel 3. 36 Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 Populasi Peningkatan/Penurunan No Jenis Ternak 2018 2019 (Ekor) 1 Ayam Buras 385.576 385.140 -436 2 Ayam Ras Pedaging 505.176 250.100 -255.076 3 Ayam Ras Petelur 172.172 335.164 162.992 4 Itik 33.925 27.922 -6.003 5 Puyuh 6.862 13.605 6.743 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

Tabel 3. 37 Produksi Ternak Besar dan Ternak Unggas di Kabupaten Pangandaran Jumlah (Ton) Peningkatan No Jenis Produksi Satuan 2018 2019 / Penurunan(Ton) 1 Daging Sapi Ton 746,673 747,393 0,72 2 Daging Kambing Ton 16,626 8,795 -7,831 3 Daging Domba Ton 94,954 53,023 -41,931 4 Daging Ayam Buras Ton 428,410 395,514 -32,896 5 Daging Ayam Petelur Ton 425,301 315,246 -110,06 6 Daging Ayam Pedaging Ton 1.546,006 1.967,287 421,281 7 Daging Itik Ton 28,420 21,801 -6,619 8 Daging Puyuh Ton 1,551 2,503 0,952 9 Telur Ayam Buras Ton 236,468 826,045 589,577 10 Telur Ayam Ras Ton 415,619 383,280 -32,339

III-37

Jumlah (Ton) Peningkatan No Jenis Produksi Satuan 2018 2019 / Penurunan(Ton) 11 Telur Itik Ton 221,881 182,562 -39,319 12 Telur Puyuh Ton 11,918 23,028 11,11 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Berdasarkan tabel diatas terdapat komoditi peternakan yang mengalami kenaikan dan penurunan/tidak memenuhi target produksi, ada beberapa faktor penyebab dari peningkatan dan tidak tercapainya target produksi pada komoditi peternakan di tahun 2019. Penyebab penurunan produksi dan peningkatan dari komoditi peternakan antara lain sebagai berikut:

a) Adanya program Upsus Siwab, penambahan populasi meningkat dengan bertambahnya kelahiran, namum pemotongan ternak bertambah dibandingkan dengan tahun sebelumnya terutama pada saat hari raya kurban (data pemotongan), pengeluaran ternak bertambah karena musim kemarau yang panjang, ketersediaan rumput sebagai pakan ternak sangat terbatas; b) Penjualan kambing meningkat karena kurang tersedianya HMT (karena musim kemarau panjang); c) Penurunan pemotongan kambing terutama pada saat hari raya idul adha, beralih ke sapi dan domba, adanya updating parameter pemotongan unregister domba dan kambing; d) Populasi ayam pedaging meningkat mencapai 27,25% dari tahun lalu dengan produksi 1.967,29% Ton, disebabkan karena Kabupaten Pangandaran sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat shingga kebutuhan konsumsi ayam pedaging meningkat; e) Populasi ayam petelur menurun karena adanya afkir, updating parameter produksi telur; f) Adanya peternak baru yang mencoba ke budidaya puyuh.

3.4.4. Perikanan Walaupun Kabupaten Pangandaran mempunyai garis pantai yang panjang kurang lebih 91 km, lahan laut yang cukup luas dan kekayaan ikan laut yang berlimpah tetapi masyarakat Kabupaten Pangandaran tidak tergantung kepada laut saja, dan masyarakat Kabupaten Pangandaran tidak melupakan potensi budidaya perikanan. Masyarakat Pangandaran menggali potensi air payau dengan membangun tambak-tambak ikan air tawar dan perairan umum. Potensi perikanan air tawar tetap dilakukan dengan mengusahakan budidaya ikan air tawar yang bahkan memiliki luas sangat besar jika dibandingkan dengan usaha perikanan tambak.

Produksi ikan tangkapan hasil nelayan di laut sangat tergantung kepada kondisi alam dan cuaca sehingga produksi ikan mengalami siklus musiman bukan hanya disebabkan kemampuan nelayan untuk melaut faktor gangguan cuaca seperti badai dan gelombang pasang yang akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan para nelayan untuk beraktivitas ke laut dan akan berdampak pada hasil tangkapan ikan (produksi). Jumlah produksi hasil perikanan budidaya dan ikan tangkap pada tahun 2018-2019 yaitu sebagai berikut.

III-38

1. Produksi Ikan Tangkap Produksi ikan tangkap yaitu hasil tangkapan para nelayan dilaut dengan beraneka ragam jenis ikan seperti pada tabel di bawah:

Tabel 3. 38 Produksi Ikan Tangkap (Ikan Laut) Kabupaten Pangandaran Tahun 2018-2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Dogol 210,39 11.895.960.998,00 101,22 7.538.140.550,00 2 Jerbung 69,12 10.595.269.921,00 68,29 10.334.296.307,00 3 Lobster 8,10 968.379.721,00 7,25 1.101.904.740,00 4 Kakap merah 20,07 877.110.930,00 24,12 1.941.995.665,00 5 Kerapu 9,00 501.069.830,00 4,43 216.261.960,00 6 Cucut 9,97 188.670.350,00 8,00 153.311.300,00 7 Bawal Putih 16,59 1.358.921.880,00 10,02 979.014.980,00 8 Bawal Hitam 72,79 6.225.095.600,00 60,17 7.646.861.285,00 9 Tenggiri 119,33 4.392.951.655,00 116,23 6.214.142.240,00 10 Layur 344,52 10.575.598.404,00 365,00 10.828.040.653,00 11 Tongkol 59,88 2.326.703.423,00 55,71 1.214.081.000,00 12 Kembung 352,27 3.907.972.625,00 381,12 4.510.177.680,00 13 Tiga Waja 167,39 2.981.402.850,00 170,79 2.018.431.550,00 14 Krosok 136,46 4.975.905.750,00 66,30 1.856.006.900,00 15 Ekor kuning 60,22 1.582.675.270,00 36,04 727.984.410,00 16 Golok-golok 47,61 348.959.700,00 125,50 1.087.266.180,00 17 Layaran 42,19 1.007.813.535,00 21,87 300.249.600,00 18 Bloso 29,91 373.140.890,00 20,75 179.682.315,00 19 Manyung 37,47 718.683.990,00 24,41 467.981.080,00 20 Selar 7,61 28.442.520,00 5,63 18.158.950,00 21 Cumi-cumi 4,65 145.272.140,00 18,30 859.902.840,00 22 Alu - alu - - 1,76 29.958.880,00 23 Bandeng - - 0,08 1.107.500,00 24 Bangbangan - - 12,89 572.808.580,00 25 Baronang - - 0,04 660.560,00 26 Belanak - - 45,86 7.350.611.015,00 27 Bentong - - 0,35 10.301.250,00 28 Cakalang - - 0,42 9.830.400,00 29 Campur - - 381,50 3.133.821.418,00 30 Caroang - - 5,12 58.492.665,00 31 Grit - - 19,93 768.584.450,00 32 Gulamah - - 14,18 1.345.729.730,00 33 Gurita - - 4,36 149.375.050,00 34 Jangilus - - 0,21 4.757.050,00 35 Japuh - - 25,80 241.947.980,00 36 Jarong - - 0,68 14.446.060,00 37 Julung-Julung - - 0,15 2.456.300,00 38 Kacangan - - 16,84 278.763.080,00 39 Kakapasan - - 4,56 99.827.650,00 40 Kembung Banyar - - 1,56 19.652.750,00 41 Kepiting - - 0,02 664.500,00 42 Krosok - - 66,30 1.856.006.900,00 43 Kudi - - 0,02 255.500,00 44 Kue Petek - - 18,38 569.768.820,00 45 Kuniran - - 0,04 1.429.000,00 46 Kurau - - 11,87 351.427.873,00

III-39

Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 47 Layang - - 11,98 25.518.350,00 48 Lemadang - - 0,25 4.115.750,00 49 Lemuru/Trongtong - - 7,93 231.440.405,00 50 Lendra - - 1,92 32.748.200,00 51 Pari - - 21,78 307.999.790,00 52 Pedang - - 5,28 76.784.830,00 53 Peperek - - 3,70 39.765.890,00 54 Rajungan - - 11,95 519.998.470,00 55 Rebon - - 138,78 1.636.075.150,00 56 Remang - - 1,40 26.126.200,00 57 Selar - - 5,63 18.158.950,00 58 Setuhuk - - 0,24 3.926.400,00 59 Mata Besar - - 3,79 14.152.620,00 60 Sotong - - 0,06 1.358.500,00 61 Talang - talang - - 3,96 55.304.810,00 62 Tiger - - 0,24 65.655.925,00 63 Udang Jerbung - - 68,29 10.334.296.307,00 64 Ikan Lainnya 513,89 6.322.260.112,00 - - Jumlah 2.339,43 72.298.262.094,00 2.471,23 78.251.647.436,00 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 2. Produksi Ikan Budidaya Tambak/Air Payau Produksi Ikan Budidaya Tambak/ Air Payau di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar 18,76 ton. Adapun jumlah produksi dan nilai produksi secara detail dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 39 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Payau Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Nila 1,54 37.750.000,00 - - 2 Bandeng 0,60 18.000.000,00 2,02 116.750.000 3 Udang Vaname 72,07 5.025.068.000,00 88,11 6.411.900.000 4 Kakap Putih - - 1,04 78.800.000 5 Kerapu - - 1,50 105.000.000 6 Kepiting - - 0,30 25.500.000 Jumlah 74,21 5.080.818.000,00 92,97 6.737.950.000 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 3. Produksi Ikan Budidaya Air Laut Berikut merupakan data mengenai jumlah produksi ikan budidaya air laut di Kabupaten Pangandaran tahun 2018-2019. Pada data tersebut terlihat adanya penurunan jumlah produksi. Untuk data lebih detail dapat dilihat pada tabel.

III-40

Tabel 3. 40 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Laut Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Kerapu 9,22 872.950.000,00 2,76 257.800.000 2 Bawal Bintang - - 1,54 105.150.000 Jumlah 9,22 872.950.000,00 4,30 362.950.000 Sumber: LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Menurunnya nilai produksi ikan budidaya laut pada tahun 2019 karena di sebabkan beberapa faktor, faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya nilai produksi yaitu:

1) Pada tahun 2019 terjadi kekurangan ketersediaan benih di wilayah Kabupaten Pangandaran, sedangkan pada tahun 2018 ketersediaan benih lebih banyak di bandingkan tahun 2019; 2) Pasokan benih hanya mengandalkan dari bantuan pemerintah; 3) Kondisi perairan pada tahun 2019 terjadi gelombang atau arus yang cukup besar yang menyebabkan kematian ikan yang di pelihara, sedangkan tahun 2018 gelombang atau arus laut tidak begitu besar sehingga ikan yang di pelihara tidak mengalami kematian; 4) Kualitas air laut yang menurun; 5) Serangan hama dan penyakit pada ikan yang di pelihara; 6) Sarana dan prasarana yang ada di tahun 2019 kurang ideal jika di bandingkan dengan sarana dan prasarana di tahun 2018.

4. Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Produksi ikan budidaya air tawar di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 terlihat mengalami kenaikan sebesar 72,23 ton dari jumlah produksi tahun 2018. Untuk rincian jenis ikan, jumlah produksi, dan nilai produksi mengenai ikan budidaya air tawar di Kabupaten Pangandaran tahun 2018-2019 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 41 Jumlah Produksi Ikan Budidaya Air Tawar Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 - 2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Gurame 15,17 565.443.000,00 8,26 335.269.000 2 Mas - - 2.37 63.510.000 3 Tawes - - 2,02 53.100.000 4 Nila 24,76 573.271.000,00 81,55 2.040.025.000 5 Lele Lokal 24,28 361.550.000,00 3,84 96.003.000 6 Lele Sangkuriang - - 56,39 884.867.000 7 Nilem - - 4,59 137.460.000 8 Udang Galah - - 1,97 120.500.000 9 Patin - - 0,06 901.080.000 10 Bawal - - 0,55 16.500.000 11 Ikan Lainya 25,21 861.155.000,00 - - Jumlah 89,42 2.361.419.000,00 161,65 3.748.162.080 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019

III-41

5. Produksi Ikan Perairan Umum (Sungai) Jumlah Produksi ikan perairan umum (sungai) di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 mencapai 27,69 ton. Jumlah tersebut mengalami peningkatan sebesar 22,36 ton dari jumlah produksi pada tahun 2018 yang berjumlah 5,33 ton.

Tabel 3. 42 Jumlah Produksi Ikan Dari Perairan Umum Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Udang Sungai 0,36 14.240.000,00 3,86 360.850.000 2 Caung 0,16 3.270.000,00 1,76 35.220.000 3 Gabel 0,13 2.500.000,00 - - 4 Mujaer 1,29 19.312.500,00 2,45 49.150.000 5 Gabus 0,49 12.312.500,00 1,71 51.420.000 6 Nilem 1,11 22.260.000,00 1,77 35.460.000 7 Tawes - - 5,10 102.020.000 8 Kakap - - 0,40 15.640.000 9 Keting - - 0,46 4.660.000 10 Sili - - 0,36 5.660.000 11 Lubang - - 0,22 17,212.000 12 Lukas - - 1,30 22.023.000 13 Terusan - - 0,02 940.000 14 Betik - - 2,74 19.208.000 15 Ikan Lainnya 1,79 35.880.000,00 5,32 97.970.000 Jumlah 5,33 109.775.000,00 27,69 817.474.000 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Dari beberapa tabel di atas menggambarkan bahwa produksi ikan di Kabupaten Pangandaran selama tahun 2019 masih didominasi oleh hasil produksi ikan tangkap di laut, menggambarkan potensi laut di Kabupaten Pangandaran yang memiliki panjang pantai kurang lebih 91 km, sehingga potensi laut sangat dominan. Untuk lebih jelas tabel di bawah rangkuman produksi ikan selama tahun 2018-2019 di Kabupaten Pangandaran. Tabel 3. 43 Perkembangan Produksi Ikan di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018 – 2019 Tahun 2018 Tahun 2019 No Jenis Ikan Produksi Nilai Produksi Produksi Nilai Produksi (Ton) (Rp) (Ton) (Rp) 1 Ikan Budidaya 172,85 8.315.187.000,00 258,94 14.215.612.080,00 - Budidaya Air Tawar 89,42 2.361.419.000,00 161,65 3.748.162.080,00 - Budidaya Air Payau 74,21 5.080.818.000,00 92,97 6.737.950.000,00 - Budidaya Air Laut 9,22 872.950.000,00 4,32 3.729.500.000 2 Ikan Tangkap (Laut) 2.339,43 72.298.262.094,00 2.471,23 78.251.647.436,00 Produksi Perairan Umum 5,33 109.775.000,00 27,69 817.474.000,00 Jumlah 2.565,60 80.723.224.094,00 2.757,86 93.284.733.516,00 Sumber : LKPJ Kabupaten Pangandaran, 2019 Dari tabel di atas menggambarkan bahwa produksi ikan tangkap hasil laut produksinya masih mendominasi. Karena penyediaan sarana dan prasarana perikanan budidaya, baru memiliki Balai Benih Ikan (BBI) yang ada di Kecamatan Cimerak. Sedangkan sarana perikanan tangkap hasil laut yang berada di Kabupaten Pangandaran meliputi: a. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bojongsalawe berada di Kecamatan Parigi;

III-42

b. TPI Pangandaran berada di Kecamatan Pangandaran; c. TPI Batukaras berada di Kecamatan Cijulang; d. TPI Madasari berada di Kecamatan Cimerak; e. TPI Muaragatah berada di Kecamatan Cimerak; f. TPI Palatar Agung berada di Kecamatan Kalipucang; g. TPI Ciawitali berada di Kecamatan Kalipucang; h. TPI Majingklak berada di Kecamatan Kalipucang; i. TPI Nusawiru berada di Kecamatan Cijulang; j. TPI Legokjawa berada di Kecamatan Cimerak; k. Hatchery Skala Rumah Tangga (HSRT) dan Unit Pembenihan Rakyat (UPR) milik masyarakat; l. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Cikidang.

3.4.5. Kehutanan Kewenangan pengelolaan kawasan/bidang kehutanan terutama dalam kebijakan pengelolaan kawasan hutan merupakan tanggungjawab atau kewenangan pemerintah provinsi Jawa Barat, namun Kabupaten Pangandaran mempunyai potensi lahan kawasan hutan yang cukup luas, dari luas kawasan hutan yang ada di Kabupaten Pangandaran seluas 47.562,60 Ha yang terdiri dari :

1. Luas kawasan Hutan Negara meliputi areal seluas 17.047,56 Ha terdiri dari Hutan Produksi seluas 16.558,62 Ha yang dikelola Perum Perhutani KPH Ciamis, hutan Konservasi Cagar Alam dan Suaka Margasatwa Pananjung Pangandaran yang dikelola Balai Besar BKSDA- Jawa Barat seluas 488,94 Ha yang terdiri dari Cagar alam Pananjung (darat) sesuai SK. Nomor 44/Menhut-II/2010 yaitu seluas 454,62 Ha dan Taman Wisata Alam Pananjung Pangandaran seluas 34,32 Ha.

2. Hutan Rakyat seluas 30.202,04 Ha yang tersebar di 10 kecamatan dengan potensi produksi kayu sebesar 304.292 m3 dengan rata-rata produksi per kecamatan lebih kurang 30.429,29 m3/kecamatan. Dengan demikian populasi tegakan pada lahan milik yang biasa disebut Hutan Rakyat menjadi sumber utama penghasil kayu khususnya sengon dan mahoni (rimba) untuk memenuhi kebutuhan akan bahan baku yang dewasa ini semakin besar.

3. Hutan Mangrove dengan luas kurang lebih 310 Ha di Kabupaten Pangandaran tersebar di 6 (enam) kecamatan pesisir pantai merupakan kawasan andalan Pangandaran yakni kawasan hutan mangrove dengan kegiatan pengembangan pariwisata dan bisnis kelautan.

Kabupaten Pangandaran mempunyai lahan tegalan milik masyarakat yang cukup luas dan layak untuk ditanami tanaman kayu-kayuan. Populasi (tegakan) tanaman kayu-kayuan pada lahan milik masyarakat yang biasa disebut dengan "Hutan Rakyat" diharapkan menjadi sumber

III-43

utama penghasil kayu yang berkelanjutan, mengingat Hutan Negara yang mempunyai fungsi produksi sudah semakin terbatas untuk dapat menyuplai kebutuhan hasil hutan berupa kayu. Kebijakan hutan kemasyarakatan (social forestry) dalam bentuk sistem Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM).

Sedangkan lahan kritis yang di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2018, dimana luas tahun 2018 seluas 7.231,04 Ha menjadi 5.940,39 Ha pada tahun 2019. Dan Dinas Kehutanan Provinsi Jawa Barat melalui Cabang Dinas Kehutanan Wilayah VII bersama masyarakat telah melakukan upaya konservasi lahan kritis seluas 835,91 Ha atau sebanyak 707.946 pohon kayu- kayuan/tegakan.

3.4.6. Potensi Industri Peranan sektor industri yang merupakan sektor andalan Jawa Barat, yang diarahkan untuk pengembangan agroindustri, yaitu mengolah potensi sumberdaya alam yang dimiliki khususnya sektor pertanian, kelautan, perikanan dan kehutanan.

Peningkatan jumlah usaha industri tersebut masih didominasi oleh industri skala rumah tangga berupa olahan bahan makanan, kerajinan dan aneka bahan bangunan serta konveksi. Dukungan Pemerintah terhadap pengrajin berupa bantuan mesin dan penguasaan teknologi serta pembinaan keterampilan pengrajin berupa diklat-diklat teknologi produksi, sehingga memberi dampak pada peningkatan kapasitas industri serta peningkatan penyerapan tenaga kerja yang terampil. Namun sejauh ini industri yang ada baru sebatas industri menengah dan kecil. sedangkan industri besar sampai saat ini masih belum ada. Adapun jumlah industri menengah sampai tahun 2019 sudah mencapai 4.181 unit meningkat sebanyak 106 unit dari 4.075 unit pada tahun 2018. Dan industri kecil pada tahun 2019 mengalami penurunan sebanyak 107 unit dari 952 unit pada tahun 2018 menjadi 845 unit pada tahun 2019. Dari jumlah tersebut masih bergerak pada bidang makanan olahan sebanyak 980 unit dan kerajinan sebanyak 750 unit. Langkah- langkah yang telah dilakukan untuk meningkatkan nilai produksi antara lain melalukan pelatihan, bimbingan dan penyuluhan pada kelompok-kelompok industri baik industri agro maupun non agro misalnya: dalam pengemasan produk, pembinaan GMP (Good Manufacturing Practise), memberikan bantuan peralatan baik dari pemerintah pusat maupun dari pemerintah daerah.

3.4.7. Potensi Perdagangan Perkembangan usaha ekspor ditandai dengan keragaman komoditas dan nilai ekspor. Jenis komoditas yang diekspor dari wilayah Kabupaten Pangandaran masih didominasi oleh produk komoditas pertanian dan perkebunan.

III-44

Tabel 3. 44 Data Komoditas Ekspor Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 Tahun 2019 Negara Tujuan No Komoditas Ekspor Volume (Ton) Nilai (Rp) 1 Santan Tepung/Coconut Powder 55 Ton 4.460.471.294,00 China, Australia, US 2 Kelapa Parut/Desiccated Coconut 434 Ton 4.707.765.000,00 Brazil, Russia 3 Santan Cair/Coconut Cream 1.418 Ton 32.511.311.481,00 US, Canada, Usa, New Zeland, China, Japan, Hongkong 4 Air Kelapa/Coconut Water 469 Ton 5.375.770.852,00 US, German, Korea, Japan 5 Cocopeat 604,8 Ton 1.602.720.000,00 Jepang 6 Gula Semut 600 Ton 10.800.000,00 7 Manggis 75 Ton 375.000.000,00 Hongkong 8 Jus Honje - - Jumlah 59.833.038.627,00 Sumber : DPMPTSP KUMKM dan Perdagangan, 2019

Pada tahun 2019 komoditas manggis volume ekspornya meningkat tetapi nilai jualnya menurun dengan alasan terjadi panen manggis di Thailand pada waktu yang sama dimana Thailand merupakan pemasok ekspor manggis ke negara-negara Tiongkok termasuk Hongkong. Untuk produksi Jus honje hanya untuk konsumsi dalam negeri tidak melalukan ekspor dikarenakan kurangnya bahan baku dan sulitnya mengurus perijinan ekspor.

Ditopang oleh sarana perdagangan berupa pasar tradisional dan pasar desa serta mini market/toserba yang ada di setiap kecamatan. Di tengah pelaksanaan otonomi daerah dan menyongsong diberlakukannya ACFTA (Asean China Free Trade Area), Kabupaten Pangandaran menghadapi berbagai masalah yang harus segera ditangani baik dalam jangka pendek, menengah maupun jangka panjang. Permasalahan yang masih nampak menonjol antara lain sistem perdagangan belum berjalan secara optimal, yang tercermin dari pola aliran barang dari Kabupaten Pangandaran masih berkisar di seputar lokal, Jawa Barat dan luar Jawa Barat, walaupun ada sebagian produk yang sudah di ekspor.

3.4.8. Koperasi Koperasi saat ini sudah cukup memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pangandaran dan apabila dilihat dari kegiatan usahanya maka koperasi telah menyentuh seluruh bidang perekonomian di masyarakat, namun demikian kita masih harus menaruh perhatian yang sangat besar dalam pemberdayaan dan pembangunan koperasi. Adapun jumlah koperasi yang ada seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 3. 45 Data Jumlah Koperasi, Jumlah Anggota, Jumlah Modal Usaha dan Sisa Hasil Usaha Koperasi Tahun 2018-2019 di Kabupaten Pangandaran Periode Tahun No Uraian 2017 2018 2019 1 Jumlah Koperasi 203 208 212 2 Koperasi Aktif 62 68 72 3 Koperasi Tidak Aktif 141 140 140 4 Jumlah Anggota 8.257 8.319 7.500 5 Modal Usaha 93.018.010.552 98.878.563.508,00 112.695.635.095,99 6 Sisa Hasil Usaha 1.109.234.479 2.347.310.090,00 2.503.891.113,27 Sumber: Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM, 2019

III-45

Dari tabel diatas dapat meberikan gambaran positif, ada peningkatan mulai dari jumlah koperasi aktif, jumlah anggota, jumlah modal usaha maupun sisa hasil usahanya. Hal ini mencerminkan tingkat kesadaran anggota untuk menjalankan koperasi yang mereka dirikan, sehingga masih perlu pembinaan dan penyuluhan tentang manfaat berkoperasi.

Pemberdayaan Koperasi memerlukan kepekaan Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasi berbagai permasalahan yang dihadapi masyarakat, Lembaga Koperasi dan merumuskan kebijakan secara terintegrasi dan akuntabel yang dapat diterima secara baik oleh masyarakat dan Lembaga Koperasi. Permasalahan yang masih nampak dalam pengelolaan Koperasi antara lain :

1. Masih rendahnya SDM pengelola Koperasi; 2. Sulitnya untuk mengakses permodalan dari pihak lembaga keuangan; 3. Belum adanya regulasi peraturan yang melindungi terhadap usaha-usaha yang telah berhasil dikelola oleh Koperasi misalnya di bidang pertanian; 4. Kelembagaan Koperasi yang masih bersifat konpensional; 5. Akses pemasaran yang belum berdaya saing; 6. Rendahnya jumlah pengelola koperasi yang bersetifikat.

3.4.9. UMKM Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memberikan peranan yang cukup signifikan dalam memberdayakan ekonomi kerakyatan di Kabupaten Pangandaran. Program dan kegiatan yang menunjang keberhasilan pencapaian Kinerja antara lain:

1. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif UMKM; 2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha bagi UMKM; 3. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

Pada hakekatnya sistem ekonomi kerakyatan yang perlu diwujudkan adalah sistem yang memungkinkan seluruh potensi masyarakat memperoleh kesempatan yang sama untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui berbagai kegiatan ekonomi. Dengan demikian, diantara berbagai skala usaha tidak ada yang dirugikan bahkan dapat bermitra usaha secara lebih efektif dan saling menguntungkan. Dalam rangka menciptakan kesetaraan usaha, dilakukan langkah- langkah yang mendorong dan mendukung pelaku ekonomi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).

Permasalahan yang dihadapi oleh para pengusaha kecil dan menengah untuk lebih mengembangkan usahanya diantaranya adalah:

1. Kurangnya wawasan tentang manajemen usaha kecil; 2. Kurangnya informasi peluang pasar;

III-46

3. Kurangnya wawasan untuk mengakses permodalan.

Sejauh ini UMKM yang ada di Kabupaten Pangandaran pada tahun 2019 mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari 10.882 unit pada tahun 2018 menjadi 11.419 unit pada tahun 2019, maka terjadi peningkatan sebanyak 537 unit (4,93%), kegiatan UMKM yang ada pada umumnya bergerak pada komoditas gula merah, produk olahan makanan, kerajinan dan perdagangan.

3.4.10. Pasar Pasar yang ada di daerah menjadi kewenangan pembinaannya oleh Dinas Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Pangandaran, adapun jumlah pasar kabupaten, pasar desa dan minimarket periode tahun 2018-2019 sebagai berikut:

Tabel 3. 46 Data Jumlah Pasar Kabupaten, Jumlah Pasar Desa, Jumlah Minimarket Tahun 2018- 2019 di Kabupaten Pangandaran Periode Tahun No Uraian Keterangan 2018 (unit) 2019 (unit) 1 Pasar Kabupaten 3 3 Jumlah Kios 968 1.381 Jumlah Pedagang 542 1.973 2 Pasar Desa 23 23 Jumlah Kios 802 748 Jumlah Pedagang 559 679 3 Minimarket 51 51 Sumber : DPMPTSP KUMKM dan Perdagangan, 2019

3.5. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN PANGANDARAN Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran berasal dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain PAD yang sah.

Pendapatan daerah dan PAD Kabupaten Pangandaran dalam rentang waktu 2015-2019 mengalami rata-rata pertumbuhan sebesar 9,46%. Terlihat dari tahun ke tahunnya mengalami peningkatan secara terus menerus, dengan besaran peningkatan yang fluktuatif. Adapun sumber untuk Pendapatan dan PAD Kabupaten Pangandaran paling besar di dapat dari pajak daerah.

Berdasarkan data Pendapatan dan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran terlihat adanya persentase Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran terhadap Pendapatan pada tahun 2015-2019 yang menunjukan besaran persentase yang fluktuatif pada setiap tahunnya, yaitu mulai dari 6,31% pada tahun 2015 hingga mencapai 7,82% pada tahun 2019. Untuk data lebih rinci mengenai pendapatan dan PAD Kabupaten Pangandaran tahun 2015-2019 dapat dilihat pada tabel berikut ini.

III-47

Tabel 3. 47 Pendapatan Daerah dan PAD Kabupaten Pangandaran Rata-Rata 2015 2016 2017 2018 2019 NO Uraian Pertumbuhan Rp Rp Rp Rp Rp % 1 PENDAPATAN 1,022,690,525,425.00 928,041,399,889.00 1,264,692,835,455.00 1,137,226,589,729.50 1,467,933,718,866.00 9.46 1.1. Pendapatan Asli 64,520,606,508.00 66,385,348,153.00 83,591,302,088.00 111,217,120,145.00 114,815,713,231.00 9.46 Daerah 1.1.1. Pajak daerah 28,298,843,322.00 29,249,250,499.00 36,829,508,887.00 52,932,788,971.00 53,923,967,341.00 9.19 1.1.2. Retribusi daerah 23,703,767,574.00 10,034,701,782.00 28,546,301,743.00 36,875,710,049.00 35,887,478,953.00 10.93 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang ------dipisahkan 1.1.4. Lain-lain PAD yang 12,517,995,612.00 27,101,395,872.00 18,215,491,458.00 21,408,621,125.00 25,004,266,937.00 18.88 sah Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran, 2015-2019

Tabel 3. 48 Pendapatan Daerah dan PAD Kabupaten Pangandaran 2015 2016 2017 2018 2019 NO Uraian Rp. 1 Pendapatan 1,022,690,525,425.00 928,041,399,889.00 1,264,692,835,455.00 1,137,226,589,729.50 1,467,933,718,866.00 2 Pendapatan Asli 64,520,606,508.00 66,385,348,153.00 83,591,302,088.00 111,217,120,145.00 114,815,713,231.00 Daerah % PAD Terhadap Pendapatan 6.31 7.15 6.61 9.78 7.82 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran, 2015-2019

III-48

Pendapatan pajak dan retribusi Kabupaten Pangandaran pada tahun 2015 sampai dengan 2019 mayoritas terlihat adanya peningkatan pada setiap tahunnya. Kemudian besaran persentase pajak terhadap PAD Kabupaten Pangandaran tergolong besar karena mencapai lebih dari 40% setiap tahunnya. Begitupun dengan persentase retribusi terhadap PAD Kabupaten Pangandaran dalam kurun waktu tersebut cukup tinggi yang setiap tahunnya mencapai lebih dari 30%. Adapun persentase pajak dan retribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran tahun 2015-2019 secara rinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 3. 49 Pendapatan Pajak dan Retribusi Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 Pendapatan PAD Pendapatan Persen Pajak thd Persen Retribusi thd Tahun Retribusi (rupiah) Pajak (rupiah) PAD PAD (rupiah) 2015 64,520,606,508 28,298,843,322 43.86 23,703,767,574 36.74 2016 66,385,348,153 29,249,250,499 44.06 10,034,701,782 15.12 2017 83,591,302,088 36,829,508,887 44.06 28,546,301,743 34.15 2018 111,217,120,145 52,932,788,971 47.59 36,875,710,049 33.16 2019 114,815,713,231 53,923,967,341 46.97 35,887,478,953 31.26 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran, 2015-2019

Kemudian jika dilihat berdasarkan jenis pajak, persentase pendapatan pajak tertinggi berasal dari 3 (tiga) jenis pajak, yaitu Pajak Penerangan Jalan, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan yang ketiga adalah pajak yang berasal dari Hotel. Untuk melihat data lebih detail mengenai persentase pendapatan per jenis pajak.

Tabel 3. 50 Persentase Pendapatan Tiap Jenis Pajak Terhadap Pendapatan Pajak Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 Jenis Pajak Daerah 2015 2016 2017 2018 2019 Pajak Hotel 17.11 20.34 21.13 22.27 20.60 Pajak Restoran 6.19 6.52 6.80 8.65 9.31 Pajak Hiburan 0.09 0.46 0.28 0.26 0.35 Pajak Reklame 2.19 2.65 1.85 1.29 2.53 Pajak Penerangan Jalan 32.13 33.95 33.95 25.70 25.79 Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C 0.14 0.12 0.09 0.09 0.12 Pajak Parkir 0.04 0.07 0.05 0.03 0.08 Pajak Air Bawah Tanah 0.30 0.24 0.21 0.29 0.29 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 27.00 28.55 24.93 29.28 29.77 Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan 14.81 7.09 10.70 12.14 11.16 Bangunan (BPHTB) Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran, 2015-2019

III-49

Berdasarkan data pada tabel berikut terlihat persentase tiap jenis retribusi terhadap pendapatan retribusi, yang dalam kurun waktu 5 tahun terakhir dari tahun 2015-2019 persentase tertinggi didapatkan dari jenis retribusi jasa usaha untuk tahun 2016-2019, sedangkan pada tahun 2015 retribusi daerah paling besar berasal dari retribusi jasa umum. Untuk melihat persentase retribusi berdasarkan jenisnya terhadap retribusi daerah dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 51 Persentase Tiap Jenis Retribusi Terhadap Pendapatan Retribusi Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 Retribusi Daerah 2015 2016 2017 2018 2019 Retribusi Jasa Umum 54.84 16.07 20.53 23.10 29.53 Retribusi Jasa Usaha 39.65 74.42 65.24 66.91 65.14 Retribusi Perizinan Tertentu 5.51 9.51 14.24 9.99 5.33 Sumber: Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Pangandaran, 2015-2019

III-50

BAB IV METODOLOGI DAN RENCANA KERJA Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan pendahuluan, adapun dalam bab ini menjabarkan metodologi penelitian yang digunakan selama proses dilakukannya kegiatan ini, serta pada bab ini juga akan dijabarkan mengenai rencana kerja yang akan dilakukan pada pekerjaan ini.

4.1. METODOLOGI Metoda yang digunakan dalam penyusunan laporan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 ini adalah dengan menggunakan dua pendekatan yakni pendekatan deskriptif kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Metoda kualitatif digunakan untuk mengidentifikasi potensi-potensi ekonomi di Kabupaten Pangandaran, sedangkan metoda kuantitatif digunakan untuk menghitung proyeksi Penanaman Modal Daerah Kabupaten Pangandaran. Data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder.

Adapun kegiatan – kegiatan dalam upaya mendukung metodologi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

4.1.1. Tahap Persiapan dan Pengumpulan Data 1. Tahap Persiapan Kegiatan di tahap persiapan ini dibagi kedalam empat tahapan, yaitu:

a. Mobilisasi personil dan koordinasi tim kerja, Meliputi kegiatan penyiapan tenaga ahli dan kegiatan koordinasi/diskusi antara tenaga ahli yang terlibat dalam tim kerja konsultan. Tenaga ahli yang akan dilibatkan harus memenuhi kriteria yang sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pekerjaan (bidang keahlian, kualifikasi personil, dan pengalaman kerja). Penentuan personil yang akan dilibatkan dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat efesiensi dan efektifitas kerja yang dapat diberikan, sehingga proses pelaksanaan pekerjaan dapat berlangsung secara efektif dan efesien.

Pada tahap awal, kegiatan koordinasi tim kerja konsultan bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara matang dan rinci, berkaitan dengan proses pekerjaan yang akan dilakukan, Kegiatan ini meliputi penyusunan organisasi kerja, penyusunan rencana kerja, pembagian kerja, serta kebutuhan fasilitas pendukung yang diperlukan bagi kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Pada tahap selanjutnya kegiatan koordinasi dan diskusi tim kerja akan dilakukan secara berkelanjutan (selama proses pelaksanaan pekerjaan berlangsung), untuk memperoleh kesepakatan-kesepakatan yang diperlukan.

b. Penajaman Metode dan Rencana Kerja, Kegiatan ini bertujuan untuk menajamkan rencana/metodologi penanganan pekerjaan, sebagai suatu pegangan yang harus

IV-1

ditaati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam proses pelaksanaan pekerjaan ini. Rumusan rencana kerja ini secara garis besar meliputi detail kegiatan dan jadwal pelaksanaan pekerjaan, pelibatan dan jadwal penugasan tenaga ahli, serta keluaran pekerjaan yang harus dihasilkan.

c. Inventarisasi Data dan Informasi Awal, yang dilakukan guna memahami ketersediaan data pra-survei lokasi. Dilakukan dengan cara menggali berbagai informasi yang terkait dengan kondisi kawasan wilayah studi khususnya yang terkait dengan pekerjaan Survei Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran.

d. Kajian Literatur dan Kebijakan PAD, yang merupakan tindak lanjut dari tahapan pertama,terutama dalam kaitannya dengan literatur pekerjaan Survei Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran.

2. Pengumpulan Data Di dalam pelaksanaannya, surveior melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

Pertama, pengumpulan data-data sekunder mengenai tingkat pertumbuhan pajak dan retribusi sebagai penunjang PAD dari masing-masing Unit Kerja Penghasil. Selain itu, dilakukan pula pengumpulan data sekunder dari berbagai lembaga atau instansi yang berkaitan secara langsung atau tidak langsung, sebagai data potensi sekunder pembanding.

Kedua, observasi dan survei primer lapangan, mengenai kondisi potensi yang sesungguhnya dari masing-masing obyek pajak dan retribusi Daerah yang diteliti.

Ketiga, depth interview yaitu terhadap masing-masing Unit Kerja Penghasil mengenai berbagai aspek dalam proses pelaksanaan pungutan yang dilakukan oleh Unit Kerja Penghasil. Selain itu, selain data pembanding, dilakukan pula depth interview terhadap wajib pajak mengenai berbagai aspek dalam proses pelaksanaan pembayaran pungutan pajak yang mereka lakukan selama ini.

Keempat, pengkompilasian data hasil survei kuantitatif ke dalam soft file (Excel).

4.1.2. Tahap Penataan dan Pengolahan Data Desain Kebutuhan Studi dan Survei, untuk memperoleh informasi yang akan digunakan dalam menganalisis aspek-aspek Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran Selain itu juga dilakukan kegiatan penyiapan survei lapangan, mengetahui data eksisting dan kondisi Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Pangandaran.

Jenis data yang dibutuhkan adalah data sekunder yang ditata dari berbagai jenis data yang dibutuhkan dalam pekerjaan ini kemudian diolah, antara lain:

IV-2

1. Inventarisasi dan pengkajian Peraturan Daerah, Peraturan Pemerintah Pusat dan kebijakan-kebijakan daerah yang berkaitan dengan pendapatan daerah, termasuk Rencana Strategis (Renstra), Arah Kebijakan Umum (AKU), Rencana Pembangunan Jangka Panjang/Menengah serta perencanaar strategis pembangunan daerah dan strategi pencapaiannya

2. Pengumpulan data kondisi makro maupun mikroekonomi sumber-sumber pendapatan daerah saat ini (eksisting) meliputi antara lain jenis-jenis pendapatan asli daerah, kondisi ekonomi daerah (PDRB), serta kondisi wilayah Kabupaten Pangandaran atau struktur dan perkembangan perekonomian daerah dan pendapatan perkapita

3. Analisa informasi data mengenai pendapatan daerah baik primer maupun sekunder

4. Membandingkan PAD Kabupaten Pangandaran yang diperoleh saat ini dengan daerah lain yang kondisi geografis, politis, sumberdaya alam, kependudukan, perekonomian dan sosial budayanya relatif sama

5. Perkiraan potensi pos-pos PAD yang belum tergali dan/atau yang belum teroptimalkan sebagai usulan awal

4.1.3. Tahap Penyajian dan Analisis/Interpretasi Data Setelah mempelajari dan mengevaluasi data/informasi yang telah diperoleh, yang berkaitan dengan pekerjaan ini seperti yang telah diuraikan tersebut diatas, maka langkah selanjutnya adalah:

1. Teridentifikasi Potensi Sumber-sumber Pendapatan Daerah Hasil kajian terhadap kondisi eksisting diidentifikasikan dalam bentuk data potensi sumber-sumber PAD dan dilakukan analisis secara kuantitatif dan kualitatif. Semua hasil analisis kuantitatif di atas akan dibahas secara kualitatif dengan menggunakan tabulasi dan diuraikan secara deskriptif untuk menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi. Selanjutnya data-data hasil identifikasi dan analisisnya dipresentasikan sebagai fact finding dihadapan Tim Teknis dan stakeholder terkait untuk mendapat masukan dan kesamaan pandang tentang potensi sumber-sumber pendapatan daerah.

2. Survei Kondisi Ekonomis Objek Sumber PAD Survei yang dilakukan di beberapa lokasi di Kabupaten Pangandaran yang bertujuan untuk memperoleh bahan masukan bagi perencanaan PAD yang akan datang dan bahan pembanding bagi PAD yang sudah ada (eksisting). Dan bahan-bahan yang ada kemudian diolah dan dianalisis untuk dibuat dalam bentuk laporan. Laporan dari hasil survei antara lain : a. Laporan hasil survei terhadap kondisi PAD Kabupaten/Kota yang ada.

IV-3

b. Laporan hasil survei terhadap kondisi sumber keuangan daerah Kabupaten/Kota yang ada.

Penyusunan Inventarisasi Sumber-Sumber Pendapatan Asli Daerah Melakukan identifikasi, inventarisasi dan kajian terhadap sumber-sumber pendapatan daerah dari berbagai aspek penting seperti ekonomis dan keuangan dalam rangka menciptakan suatu sistem informasi inventarisasi (database) pendapatan daerah yang dapat secara akurat memberikan gambaran menyeluruh mengenai data potensi pajak daerah, retribusi daerah maupun pungutan-pungutan lainnya sehingga dapat diketahui seberapa besar sebenamya potensi pendapatan di Kabupaten Pangandaran yang dapat digali dan dikembangkan serta dikelola secara profesional.

4.2. RENCANA KERJA Dengan mempertimbangkan materi hasil penyusunan yang harus dicapai, maka secara garis besar tahapan pelaksanaan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 secara sistematis sebagai berikut:

Gambar 4. 1 Tahapan Pelaksanaan Penyusunan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020

• Proses Administrasi Kesepakatan lingkup dan keluaran • Pengumpulan studi literatur, data/informasi awal Kegiatan • Pengembangan metode pendekatan, kerangka berpikir

Kajian Literatur dan Peraturan Perundang- undangan

Laporan Pendahuluan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran

Laporan Draft Final Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran

Laporan Akhir (Final) Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran

IV-4

Pekerjaan Kegiatan Penyusunan Database dan Pemetaan Potensi PAD Kabupaten Pangandaran Tahun 2020 ini mencakup tahap-tahap pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan dan Pengkajian Awal Tahap persiapan merupakan pekerjaan awal yang dilakukan meliputi pengumpulan data awal yang berhubungan dengan wilayah penelitian, dan akan digunakan sebagai bahan literatur awal. Pada tahap ini juga dilakukan penyusunan rancangan pelaksanaan pekerjaan yang meliputi identifikasi permasalahan awal, metode dan kerangka konsep analisis, instrumen studi, serta rencana kerja.

2. Penyusunan Laporan Pendahuluan Laporan pendahuluan merupakan laporan pertama yang disusun dalam pekerjaan ini dan berisikan rancangan pelaksanaan pekerjaan

3. Kunjungan Lapangan (Survei) Kunjungan lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap tentang wilayah studi. Dalam kunjungan lapangan ini dilakukan survei primer dan sekunder ke instansi-instansi terkait, dan juga melakukan wawancara yang berpedoman pada instrumen studi yang telah disiapkan.

4. Pengolahan Data Kegiatan pengolahan data dilakukan dalam rangka mengkompilasi data yang diperoleh dari hasil kunjungan lapangan sehingga diperoleh gambaran wilayah, dan selanjutnya digunakan dalam proses analisis yang meliputi berbagai komponen Penanaman Modal.

5. Analisis Data Kegiatan analisis data yang dilakukan meliputi potensi-potensi Penanaman Modal.

6. Penyusunan Rancangan Laporan Akhir Laporan akhir sementara berisikan hasil keseluruhan pekerjaan yang akan didiskusikan dengan berbagai pihak terkait untuk penyempurnaan.

7. Penyusunan Laporan Akhir Laporan akhir merupakan laporan tahap akhir yang berisi penyempurnaan laporan akhir sementara berdasarkan hasil diskusi, disertai dengan buku ringkasan. Laporan ini juga disediakan dalam bentuk electronic copy (CD).

IV-5

Tabel 4. 1 Jadwal pelaksanaan Pekerjaan

4.2.1. Pelaporan Dalam kegiatan ini terdiri atas 3 (tiga) Laporan, yakni; 1. Laporan Pendahuluan (Inception report) berisi : a. Latar Belakang, Maksud dan Tujuan, Sasaran, Ruang Lingkup Kegiatan; b. Pendekatan dan metodologi yang akan digunakan dalam pelaksanaan kagiatan; c. Mobilisasi tenaga ahli dan tenaga pendukung lainya; d. Rencana kerja rinci dan jadwal pelaksanaan pekerjaan yang akan menjadi acuan dalam keseluruhan rangkaian pelaksanaan kegiatan; e. Laporan dibuat sebanyak 5 (Lima) buku dan CD Softcopy Laporan sebanyak 5 (lima) keping. 2. Draft Laporan Akhir (Draft Final Report) a. Rekapitulasi dari hasil pendataan data primer; b. Gambaran Umum wilayah kajian; c. Informasi tentang potensi-potensi sumber pajak daerah, isu-isu dan permasalahan yang terkait dengan penerimaan pajak daerah; d. Rumusan arah kebijakan dalam penerapan pajak daerah; e. Kesimpulan dan Rekomendasi; f. Laporan dibuat sebanyak 5 (lima) buku dan CD Softcopy Laporan sebanyak 5 (lima) keping. 3. Laporan Akhir (Final Report) berisi :

IV-6

BAB I PENDAHULUAN Yang berisi latar belakang, dasar hukum, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup pekerjaan, jangka waktu pelaksanaan, keluaran sampai dengan penjabaran mengenai sistematika penulisan laporan draft akhir.

BAB II PENDEKATAN STUDI Yang berisi pendekatan studi yang digunakan dalam Pekerjaan Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Pangandaran.

BAB III GAMBARAN UMUM Yang berisi gambaran umum wilayah yang menjadi ruang lingkup pekerjaan, adapun didalamnya meliputi kondisi geografis, demografis, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

BAB IV METODOLOGI DAN RENCANA KERJA Yang berisi metodologi penelitian yang digunakan selama proses dilakukannya kegiatan ini, serta pada bab ini juga akan dijabarkan mengenai rencana kerja yang akan dilakukan pada pekerjaan ini. BAB V PEMBAHASAN Yang berisi hasil pengolahan data terkait dengan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Pangandaran BAB VI KESIMPULAN Yang berisi kesimpulan dari hasil Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran.

IV-7

BAB V PEMBAHASAN

Bagian ini membahas hasil pengolahan data terkait dengan pajak dan retribusi daerah Kabupaten Pangandaran.

Bagian pajak terdiri dari 10 jenis pajak dari 11 pajak daerah yang menjadi kewenangan wilayah pemerintah daerah kabupaten/kota. Satu jenis pajak daerah yang tidak masuk adalah pajak Sarang Burung Walet.

Dari 10 jenis pajak daerah di Kabupaten Pangandaran yang dibuat perhitungannya, terdapat dua jenis pajak yang perhitungannya mengacu pada tingkat kabupaten atau tidak diperlihatkan pada tiap kecamatan. Kedua pajak ini adalah Pajak Penerangan Jalan dan Pajak Bumi dan Bangunan. Kedua jenis pajak ini walaupun muncul hanya di Kecamatan Pangandaran mengacu pada kantor pelayanan yang ada di wilayah Kecamatan Pangandaran.

Retribusi dijelaskan melalui tiga jenis retribusi daerah yang ditunjukkan pada komponen retribusi daerah yang ada di Kabupaten Pangandaran. Karena pelayanan dari retribusi mengacu pada SKPD terkait, maka retribusi tidak ditunjukkan per wilayah dan hanya menunjukkan nilai perolehan retribusi dari tiap jenis retribusi.

Proyeksi dari tiap jenis pajak dan retribusi dilakukan untuk memberikan gambaran atas kapasitas dan potensi dari tiap jenis pajak dan retribusi, sehingga dapat diperkirakan berapa nilai Pendapatan Asli Daerah (PAD). Proyeksi dilakukan dengan asumsi perekonomian berjalan seperti keadaan normal atau Business as Usual yang dibuat dua skenario. Skenario pertama adalah Moderat dan kedua adalah Optimis.

Bagian terakhir adalah penjelasan atas strategi untuk peningkatan pendapatan dari pajak dan retribusi. Strategi mencakup beberapa aksi yang bisa dilakukan untuk dapat mengoptimalkan pendapatan pajak dan retribusi tanpa membuat perekonomian menjadi terkontraksi.

5.1. PAJAK DAERAH Pemetaan pajak dilakukan untuk melihat gambaran atas potensi eksisting dari berbagai jenis pajak yang ditunjukkan berdasarkan tingkat desa di tiap kecamatan. Dua pendekatan yang dilakukan adalah menunjukkan gambaran atas berapa besar objek pajak dan subjek pajak dari tiap desa dan tiap kecamatan di Kabupaten Pangandaran.

Data yang digunakan adalah realisasi pendapatan pajak daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2019 untuk masa pajak tahun 2019, dimana yang menjadi dasar bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang pada tahun 2019. Tahun ini digunakan

V-1

karena sebagai data terakhir yang paling terkini untuk menjadi dasar atas gambaran objek dan subjek pajak di Kabupaten Pangandaran.

5.1.1. Objek Pajak Jumlah Objek Pajak di Kabupaten Pangandaran berdasarkan Status Aktif mengalami peningkatan dari tahun 2018 sebanyak 472 objek pajak menjadi 505 objek pajak atau naik sebesar 7%. Terjadi penurunan untuk objek pajak tidak aktif dari tahun 2018 ke tahun 2019 sebesar 66,67% yang menunjukkan peningkatan partisipasi masyarakat dalam membayar pajak atau sadar untuk mendaftarkan sebagai objek pajak.

Tabel berikut menunjukkan jumlah dari objek pajak yang aktif dan tidak aktif di setiap kecamatan di Kabupaten Pangandaran tahun 2018 dan tahun 2019. Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan dengan jumlah objek pajak Aktif terbanyak yaitu sebesar 60,4% pada tahun 2018 dan turun menjadi 57,43% pada tahun 2019. Penurunan persentase di Kecamatan Pangandaran, akibat naiknya jumlah Objek Pajak di Kecamatan Cijulang yang melebihi kenaikan Objek Pajak di Kecamatan Pangandaran. Kecamatan- kecamatan lainnya, walaupun ada perubahan jumlah objek pajak tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan perubahan yang ada di Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Cijulang.

Tabel 5. 1 Jumlah Objek Pajak Aktif dan Tidak Aktif di Kabupaten Pangandaran Tahun 2018- 2019

Aktif Tidak Aktif Jumlah Kecamatan 2018 2019 2018 2019 2018 2019 Cigugur 5 5 0 0 5 5 Cijulang 69 98 7 1 76 99 Cimerak 10 9 0 0 10 9 Kalipucang 31 30 2 0 33 30 Langkaplancar 7 7 0 0 7 7 Mangunjaya 3 2 0 0 3 2 Padaherang 13 15 0 0 13 15 Pangandaran 285 290 3 3 288 293 Parigi 39 38 0 0 39 38 Sidamulih 10 11 0 0 10 11 Jumlah 472 505 12 4 484 509 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel berikut menunjukkan status objek pajak yang lengkap untuk tahun 2019. Jumlah objek pajak Aktif mencapai 94,22% dari total objek pajak. Objek pajak yang Tutup dan Tutup Sementara mencapai 4,66%, cukup besar sebagai potensi yang hilang dari pendapatan pajak daerah. Kecamatan Pangandaran mempunyai jumlah dan persentase besar untuk objek pajak yang ada dalam status Tutup dan Tutup Sementara yang mencapai 5%. Hal ini menjadi

V-2

perhatian penting untuk mengembalikan potensi ekonomi dari pajak sekaligus memberikan pendampingan atas objek pajak yang Tutup dan Tutup Sementara.

Tabel 5. 2 Jumlah Objek Pajak Berdasarkan Status di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019

Double Naik Tidak Tutup Kecamatan Aktif Tutup Jumlah Name Kelas Aktif Sementara Cigugur 5 - - - - - 5 Cijulang 98 - - - 4 2 104 Cimerak 10 - - - - - 10 Kalipucang 32 - - - 1 1 34 Langkaplancar 7 - - - - - 7 Mangunjaya 2 - - - 1 - 3 Padaherang 15 - - - - - 15 Pangandaran 285 1 1 4 12 3 306 Parigi 40 - - - 1 - 41 Sidamulih 11 - - - - - 11 Jumlah 505 1 1 4 19 6 536 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Jumlah objek pajak tiap desa dari masing-masing kecamatan di Kabupaten Pangandaran ditunjukkan pada tabel berikut. Kecamatan Mangunjaya mempunyai hanya satu desa yang mempunyai objek pajak, di lain pihak Kecamatan Parigi mempunyai 9 desa dari 10 desa yang ada di Kecamatan Parigi yang memiliki objek pajak. Selain kecamatan Parigi, Kecamatan Kalipucang merupakan kecamatan dengan tingkat persentase terbesar dari desa yang mempunyai objek pajak daerah di wilayahnya. Terdapat 6 desa dari 9 desa yang ada di Kecamatan Kalipucang mempunyai objek pajak daerah. Wilayah ketiga terbesar adalah Kecamatan Pangandaran. Dari 8 desa yang ada 5 desa mempunyai sumber objek pajak dan merupakan kecamatan dengan jumlah objek pajak daerah terbanyak di Kabupaten Pangandaran.

Tabel 5. 3 Jumlah Objek Pajak dan Status Objek Pajak Per Kecamatan dan Per Desa di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019

Double Naik Tidak Tutup Kecamatan/Desa Aktif Tutup Jumlah Name Kelas Aktif Sementara Cigugur 5 - - - - - 5 Bunisari 1 - - - - - 1 Cimindi 4 - - - - - 4 Cijulang 98 - - - 4 2 104 Batukaras 65 - - - - 1 66 Cijulang 18 - - - - - 18 Kertayasa 12 - - - 4 - 16 Kondang Jajar 2 - - - - 1 3 Margacinta 1 - - - - - 1 Cimerak 10 - - - - - 10 Batumalang 2 - - - - - 2 Cimerak 5 - - - - - 5 Legokjawa 1 - - - - - 1

V-3

Double Naik Tidak Tutup Kecamatan/Desa Aktif Tutup Jumlah Name Kelas Aktif Sementara Masawah 1 - - - - - 1 Sukajaya 1 - - - - - 1 Kalipucang 32 - - - 1 1 34 Bagolo 16 - - - - - 16 Banjarharja 2 - - - - 1 3 Emplak 2 - - - - - 2 Kalipucang 6 - - - 1 - 7 Putrapinggan 4 - - - - - 4 Tunggilis 2 - - - - - 2 Langkaplancar 7 - - - - - 7 Bangunjaya 4 - - - - - 4 Cimanggu 1 - - - - - 1 Jayasari 2 - - - - - 2 Mangunjaya 2 - - - 1 - 3 Mangunjaya 2 - - - 1 - 3 Padaherang 15 - - - - - 15 Bojongsari 1 - - - - - 1 Ciganjeng 3 - - - - - 3 Karangmulya 1 - - - - - 1 Kedungwuluh 1 - - - - - 1 Padaherang 8 - - - - - 8 Sindangwangi 1 - - - - - 1 Pangandaran 285 1 1 4 12 3 306 Babakan 7 - - - 1 - 8 Pananjung 83 - - - 3 - 86 Pangandaran 159 - - - 5 1 165 Sidomulyo 1 - - - - - 1 Wonoharjo 35 1 1 4 3 2 46 Parigi 40 - - - 1 - 41 Bojong 2 - - - - - 2 Cibenda 5 - - - - - 5 Ciliang 10 - - - 1 - 11 Cintakarya 1 - - - - - 1 Cintaratu 4 - - - - - 4 Karangbenda 1 - - - - - 1 Karangjaladri 4 - - - - - 4 Parigi 12 - - - - - 12 Selasari 1 - - - - - 1 Sidamulih 11 - - - - - 11 Cikembulan 4 - - - - - 4 Pejaten 1 - - - - - 1 Sidamulih 3 - - - - - 3 Sukaresik 3 - - - - - 3 TOTAL 505 1 1 4 19 6 536 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel yang ditunjukkan pada berikut ini memberikan gambaran yang sangat berbeda dengan tabel sebelumnya mengenai jumlah objek pajak per desa. Data pada tabel di bawah diambil dari objek pajak yang melakukan transaksi pada masa pajak tahun 2019. Terdapat objek

V-4

pajak di semua desa di setiap kecamatan di Kabupaten Pangandaran. Kecamatan Pangandaran tetap merupakan kecamatan dengan jumlah objek pajak terbesar atau 39,6% dari total objek pajak yang bayar sebanyak 16.057. Jumlah objek pajak terbesar kedua adalah di Kecamatan Parigi sebanyak 19,7% dan Kecamatan Cijulang 12,4%. Hal ini menggambarkan adanya perbedaan antara data Objek pajak berdasarkan registrasi dengan data objek pajak yang melakukan pembayaran pajak daerah untuk tiap jenis pajak di Kabupaten Pangandaran.

Tabel 5. 4 Jumlah Objek Pajak yang Melakukan Transaksi pada Masa Tahun Pajak 2019 Per Kecamatan dan Per Desa di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019

Jumlah OP Jumlah OP Kec. Desa Kec. Desa (Bayar Ms. Pj. 2019) (Bayar Ms. Pj. 2019)

CIGUGUR 450 MANGUNJAYA 207 DS. BUNISARI 15 DS. JANGRAGA 26 DS. CAMPAKA 45 DS. KERTAJAYA 19 DS. CIGUGUR 152 DS. MANGUNJAYA 121 DS. CIMINDI 150 DS. SINDANGJAYA 8 DS. HARUMANDALA 23 DS. SUKAMAJU 33

DS. KERTAJAYA C 6 PADAHERANG 855

DS. PAGERBUMI 59 DS. BOJONGSARI 46

CIJULANG 1988 DS. CIBOGO 19 DS. BATUKARAS 604 DS. CIGANJENG 102 DS. CIAKAR 49 DS. KARANGMULYA 17 DS. CIBANTEN 13 DS. KARANGPAWITAN 44 DS. CIJULANG 896 DS. KARANGSARI 15 DS. KERTAYASA 139 DS. KEDUNGWULUH 61 DS. KONDANGJAJAR 211 DS. MARUYUNGSARI 63 DS. MARGACINTA 76 DS. PADAHERANG 283

CIMERAK 610 DS. PALEDAH 16 DS. BATUMALANG 24 DS. PANYUTRAN 3 DS. CIMERAK 164 DS. PASIRGEULIS 7 DS. CIPARANTI 19 DS. SINDANGWANGI 139 DS. KERTAHARJA 14 DS. SUKANAGARA 40

DS. KERTAMUKTI 28 PANGANDARAN 6363 DS. LEGOKJAWA 131 DS. BABAKAN 426 DS. LIMUSGEDE 52 DS. PAGERGUNUNG 50 DS. MASAWAH 27 DS. PANANJUNG 1804 DS. MEKARSARI 34 DS. PANGANDARAN 3413 DS. SINDANGSARI 44 DS. PURBAHAYU 26 DS. SUKAJAYA 73 DS. SIDOMULYO 79

KALIPUCANG 1104 DS. SUKAHURIP 34

DS. BAGOLO 285 DS. WONOHARJO 531

DS. BANJARHARJA 73 PARIGI 3164 DS. CIBULUH 25 DS. BOJONG P 84 DS. CIPARAKAN 13 DS. CIBENDA 270 DS. EMPLAK 45 DS. CILIANG 163 DS. KALIPUCANG 354 DS. CINTAKARYA 121 DS. PAMOTAN 40 DS. CINTARATU 247

V-5

Jumlah OP Jumlah OP Kec. Desa Kec. Desa (Bayar Ms. Pj. 2019) (Bayar Ms. Pj. 2019) DS. PUTRAPINGGAN 173 DS. KARANGBENDA 698 DS. TUNGGILIS 96 DS. KARANGJALADRI 306

LANGKAPLANCAR 477 DS. PARAKANMANGGU 30 DS. BANGUNJAYA 86 DS. PARIGI 1147 DS. BANGUNKARYA 26 DS. SELASARI 98 SIDAM DS. BOJONG L 9 ULIH 839 DS. BOJONGKONDANG 21 DS. CIKALONG 17 DS. BUNGURAYA 12 DS. CIKEMBULAN 249 DS. CIMANGGU 37 DS. KALIJATI 21 DS. CISARUA 17 DS. KERSARATU 19 DS. JADIKARYA 56 DS. PEJATEN 156 DS. JADIMULYA 36 DS. SIDAMULIH 222 DS. JAYASARI 22 DS. SUKARESIK 155

DS. KARANGKAMIRI 24 DS. LANGKAPLANCAR 79 DS. MEKARWANGI 11 DS. PANGKALAN 1 DS. SUKAMULYA 40 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 5.1.2. Jenis Pajak untuk Tiap Kecamatan Bagian ini menjelaskan pemetaan dari tiap jenis pajak yang dibayarkan pada masa pajak tahun 2019 untuk tiap kecamatan dan tiap jenis pajak. Tiap jenis pajak dirinci dari masing- masing komponen untuk tiap jenis pajak, sehingga bisa tergambar kecamatan mana yang mempunyai potensi untuk tiap jenis pajak dan masing-masing komponennya di Kabupaten Pangandaran.

Tabel berikut menunjukkan Pajak Hotel yang dirinci berdasarkan COTTAGE, Hotel MELATI 1, Hotel MELATI 2, Hotel MELATI 3 dan WISMA PARIWISATA. Terdapat lima kecamatan yang tidak mempunyai objek pajak hotel, sehingga angka peroleh pendapatan pajak hotelnya kosong. Kecamatan Pangandaran mendominasi perolehan pajak Hotel yang mencapai 96% dari total pendapatan pajak hotel Kabupaten Pangandaran pada masa pajak tahun 2019. Kecamatan Cijulang cukup besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya, yaitu mencapai 3,27%. Jenis Hotel yang paling banyak menyumbang pajak Hotel adalah pada jenis Hotel MELATI 3 yang mencapai 83,4% dari total pendapatan pajak Hotel pada masa pajak Tahun 2019.

Tabel 5. 5 Realisasi Pajak Hotel Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Melati Wisma Kecamatan Cottage Pajak Hotel 1 2 3 Pariwisata Cigugur ------Cijulang 3,500,000 273,714,124 - - 27,526,092 304,740,216 Cimerak ------

V-6

Melati Wisma Kecamatan Cottage Pajak Hotel 1 2 3 Pariwisata Kalipucang 505,000 - - - 14,107,000 14,612,000 Langkaplancar ------Mangunjaya ------Padaherang ------Pangandaran 30,855,000 229,926,777 724,896,285 7,780,439,436 208,663,643 8,974,781,141 Parigi 30,124,538 1,100,000 - 2,670,000 2,370,000 36,264,538 Sidamulih - - - - 2,320,000 2,320,000 Jumlah 64,984,538 504,740,901 724,896,285 7,783,109,436 254,986,735 9,332,717,895 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Untuk Pajak Restoran, dibagi kedalam CAFÉ, KANTIN, KATERING, RUMAH MAKAN dan RESTORAN. Seperti untuk Pajak Hotel, Pajak Restoran paling banyak diperoleh di Kecamatan Pangandaran sebesar 66,34%. Kecamatan Parigi juga menunjukkan tingkat yang dominan sebesar 15,5%. Hal ini karena banyaknya perkantoran yang ada di wilayah Kecamatan Parigi. Untuk dilihat dari jenis Pajak Restoran, RUMAH MAKAN merupakan jenis yang paling banyak menyumbang pajak Restoran sebesar 40,84%. Jenis KATERING dan RESTORAN merupakan jenis pajak yang cukup dominan dalam menyumbang pajak restoran di Kabupaten Pangandaran.

Tabel 5. 6 Realisasi Pajak Restoran Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Rumah Kecamatan Cafe Kantin Katering Restoran Pajak Restoran Makan Cigugur - 900,000 41,422,557 495,000 - 42,817,557 Cijulang 668,680 4,650,000 140,828,511 23,253,206 - 169,400,397 Cimerak - 1,375,000 77,970,336 2,140,000 - 81,485,336 Kalipucang - 4,620,000 60,394,653 14,092,100 - 79,106,753 Langkaplancar - 1,445,000 72,841,955 - - 74,286,955 Mangunjaya - 440,000 44,274,519 - - 44,714,519 Padaherang - 6,816,000 139,619,428 4,900,000 - 151,335,428 Pangandaran 20,496,000 13,790,569 187,438,343 1,725,510,913 1,001,894,281 2,949,130,106 Parigi - 8,315,000 619,618,427 13,985,000 46,943,765 688,862,192 Sidamulih - 3,675,000 129,408,171 31,434,940 - 164,518,111 Jumlah 21,164,680 46,026,569 1,513,816,900 1,815,811,159 1,048,838,046 4,445,657,354 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Pajak Hiburan didominasi di Kecamatan Pangandaran (94,3%) dan untuk jenis PAGELARAN KESENIAN/MUSIK/TARI/BUSANA/KORSEL (98,17%). Hal ini menunjukkan peran pajak Hiburan yang paling dominan adalah jenis pajak PAGELARAN KESENIAN/MUSIK/TARI/BUSANA/KORSEL. Tempat pertunjukkan/pagelaran terlihat lebih sering dilakukan di Kecamatan Pangandaran dan banyak kecamatan lain yang tidak menyelenggarakan sehingga tidak memberikan pemasukkan pada pajak daerah.

V-7

Tabel 5. 7 Realisasi Pajak Hiburan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Balap Pagelaran Kecamatan Kendaraan Ketangkasan Kesenian/Musik/Tari/ Total Bermotor Busana/Korsel Cigugur - - - - Cijulang 1,000,000 500,000 300,000 1,800,000 Cimerak - - - - Kalipucang - - 200,000 200,000 Langkaplancar 550,000 - - 550,000 Mangunjaya - - - - Padaherang - - - - Pangandaran 1,000,000 - 176,299,117 177,299,117 Parigi 400,000 - - 400,000 Sidamulih - - - - Jumlah 2,950,000 500,000 176,799,117 180,249,117 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Reklame Kain, merupakan jenis pajak Reklame yang banyak digunakan, sehingga memberikan pendapatan yang besar bagi pendapatan pajak daerah. Jenis pajak ini memberikan sampai 70,35% pada tahun 2019 dan sisanya sebesar 29,65% disumbang oleh jenis pajak dari REKLAME PAPAN/BILLBOARD/VIDEOTRON/MEGATRON. Kecamatan Pangandaran merupakan tempat reklame terbesar, walaupun cukup merata sisanya di sembilan kecamatan yang lain dibandingkan dengan pajak lainnya. Kecamatan- kecamatan dengan destinasi wisata terkenal dan tempat keramaian berupa tempat pemerintahan dan pusat aktivitas ekonomi di Kabupaten Pangandaran menunjukkan pendapatan reklame yang terbesar, seperti Kecamatan Parigi, Kecamatan Cijulang dan Kecamatan Kalipucang.

Tabel 5. 8 Realisasi Pajak Reklame Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Reklame Reklame Kecamatan Pajak Reklame Kain Papan/Billboard/Videotron/Megatron Cigugur 2,457,811 34,000 2,491,811 Cijulang 37,890,894 15,548,600 53,439,494 Cimerak 14,953,176 2,977,544 17,930,720 Kalipucang 36,270,941 21,491,269 57,762,210 Langkaplancar 8,807,940 434,086 9,242,026 Mangunjaya - 413,086 413,086 Padaherang 16,310,990 8,946,294 25,257,284 Pangandaran 125,096,087 55,104,215 180,200,302 Parigi 55,353,877 21,988,147 77,342,024 Sidamulih 29,986,645 10,923,964 40,910,609 Jumlah 327,128,361 137,861,205 464,989,566 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-8

Hasil realisasi pendapatan pajak dari Penerangan Jalan, hanya muncul di Kecamatan Pangandaran. Hal ini karena PLN Cabang Kabupaten Pangandaran ada di Kecamatan Pangandaran. Tidak ada data yang didapatkan untuk menunjukkan perolehan pendapatan pajak penerangan jalan berdasarkan wilayah kecamatan atau desa.

Tabel 5. 9 Realisasi Pajak Penerangan Jalan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Kecamatan Pajak Penerangan Jalan Cigugur - Cijulang - Cimerak - Kalipucang - Langkaplancar - Mangunjaya - Padaherang - Pangandaran 13,905,309,828 Parigi - Sidamulih - Jumlah 13,905,309,828 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan hanya terdapat data untuk Andesit dan Batu Kapur, walaupun di data APBD muncul Pasir dan Tanah Liat tetapi tidak dirinci berdasarkan kecamatan dan pedesaan. Berdasarkan tabel berikut, Pajak dari Andesit merupakan pendapatan pajak terbesar walaupun nilainya tidak signifikan dibandingkan dengan jenis pajak lainnya. Tidak semua kecamatan mempunyai tambang, sehingga tidak memberikan sumbangan pajak daerah dari jenis pajak ini.

Tabel 5. 10 Realisasi Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Pajak Mineral Kecamatan Andesit Batu Kapur Bukan Logam Dan Batuan Cigugur - - - Cijulang - - - Cimerak 45,587,500 - 45,587,500 Kalipucang 1,100,000 3,550,000 4,650,000 Langkaplancar - - - Mangunjaya - - - Padaherang 8,678,500 - 8,678,500 Pangandaran - - - Parigi - - - Sidamulih - - - Jumlah 55,366,000 3,550,000 58,916,000 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-9

Pajak Parkir merupakan pajak yang diambil dari para pengelola parkir. Pendapatan pajak parkir cukup tersebar di semua kecamatan. Besar kecilnya pendapatan parkir tergantung dari banyaknya pengelola parkir dan tingginya aktivitas ekonomi di masing-masing kecamatan. Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan dengan tingkat pendapatan pajak parkir terbesar. Kecamatan Langkaplancar menunjukkan jumlah pendapatan pajak parkir terbesar kedua, dimana untuk jenis pajak lainnya tergolong rendah. Hal ini menunjukkan peran dari aktivitas masyarakat yang besar tidak seperti pajak hotel dan restoran yang tergantung dari banyaknya destinasi wisata yang ada di tiap kecamatan.

Tabel 5. 11 Realisasi Pajak Parkir Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Kecamatan Pajak Parkir Cigugur 1,479,900 Cijulang 4,309,000 Cimerak 1,293,000 Kalipucang 3,042,000 Langkaplancar 4,941,000 Mangunjaya 300,000 Padaherang 1,692,000 Pangandaran 14,631,830 Parigi 4,843,220 Sidamulih 1,078,980 Jumlah 37,610,930 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Jumlah pendapatan pajak Air Tanah lebih banyak disumbang di wilayah Kecamatan Pangandaran yang mencapai 39,5%, Kecamatan Cimerak 22,6% dan Kecamatan Sidamulih 25,83%. Hampir 99% pendapatan pajak air tanah hanya disumbang oleh tiga kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Pangandaran. Empat kecamatan bahkan tidak memberikan sumbangan sama sekali, artinya tidak ada objek pajak untuk Pajak Air Tanah di masing-masing kecamatan.

Tabel 5. 12 Realisasi Pajak Air Tanah Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Kecamatan Pajak Air Tanah Cigugur - Cijulang 551,830 Cimerak 41,490,030 Kalipucang 352,444 Langkaplancar - Mangunjaya - Padaherang - Pangandaran 48,834,160

V-10

Kecamatan Pajak Air Tanah Parigi 366,960 Sidamulih 31,905,104 Jumlah 123,500,528 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Pendapatan pajak dari Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak yang didapat dari transaksi jual beli tanah dan bangunan. Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan pusat aktivitas pariwisata di Kabupaten Pangandaran, sehingga terlihat nilai dari pendapatan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan terbesar, atau 42,46%. Kecamatan Parigi juga menunjukkan nilai yang terbesar kedua, dimana terdapat pusat pemerintahan daerah Kabupaten Pangandaran. Hal ini karena nilai transaksi akan sangat terpengaruh oleh harga jual, dimana semakin ramai tempatnya akan semakin tinggi harganya, sehingga nilai pajak juga besar.

Tabel 5. 13 Realisasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Per Kecamatan Masa Pajak Tahun 2019 di Kabupaten Pangandaran (Rupiah)

Kecamatan BPHTB Cigugur 10,240,250 Cijulang 585,601,250 Cimerak 85,556,190 Kalipucang 471,655,000 Langkaplancar 26,697,900 Mangunjaya 34,250,000 Padaherang 48,948,350 Pangandaran 2,552,745,379 Parigi 1,416,887,850 Sidamulih 780,231,833 Jumlah 6,012,814,002 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 5.1.3. Jenis Pajak untuk Tiap Kecamatan dan Tiap Desa Bagian ini menjelaskan hubungan jenis pajak pendapatan daerah dengan wilayah perdesaan dari tiap kecamatan. Tabel berikut menunjukkan di Kecamatan CIgugur yang didominasi oleh perolehan dari pajak Restoran sebesar 75%. Terdapat dua desa dominan dalam menyumbang pajak daerah, dimana memberikan sampai 80,81%. Kedua desa tersebut adalah Desa Cigugur dan Desa Cimindi.

V-11

Tabel 5. 14 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Ds. Ds. Ds. Ds. Jenis Pajak Bunisari Campaka Cigugur Cimindi Pajak Hotel - - - - Pajak Restoran 550,000 2,758,500 21,869,990 10,002,900 Pajak Hiburan - - - - Pajak Reklame - - 2,457,811 34,000 Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - Pajak Parkir - - 249,900 1,230,000 Pajak Air Tanah - - - - Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - - - - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan - - - 10,240,250 Total 550,000 2,758,500 24,577,701 21,507,150 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel 5. 15 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cigugur Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan

Jenis Pajak Ds. Harumandala Ds. Kertajaya C Ds. Pagerbumi Total Pajak Hotel - - - - Pajak Restoran 4,117,100 815,267 2,703,800 42,817,557 Pajak Hiburan - - - - Pajak Reklame - - - 2,491,811 Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan - - - - Logam dan Batuan Pajak Parkir - - - 1,479,900 Pajak Air Tanah - - - - Pajak Bumi dan Bangunan - - - - Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas - - - 10,240,250 Tanah dan Bangunan Total 4,117,100 815,267 2,703,800 57,029,518 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Kecamatan Cijulang mempunyai potensi pajak besar di Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan yang mencapai 52,29%, pajak hotel dan pajak restoran keduanya menyetor pajak daerah sebanyak 42,34%. Dari total pendapatan tersebut, Desa Batukaras mendominasi sebesar 70,69% dan disusul Desa Cijulang yang mencapai 19,85%.

Tabel 5. 16 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Desa Ds. Batukaras Ds. Ciakar Ds. Cibanten Ds. Cijulang Pajak Hotel 303,340,216 - - 1,400,000 Pajak Restoran 31,178,586 3,497,900 444,050 115,865,924 Pajak Hiburan 1,500,000 - - 300,000

V-12

Desa Ds. Batukaras Ds. Ciakar Ds. Cibanten Ds. Cijulang Pajak Reklame 17,504,796 - - 14,064,020 Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - Pajak Parkir 150,000 - - 3,528,900 Pajak Air Tanah 533,760 - - 18,070 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - - - - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 437,355,450 2,670,000 13,200,000 87,140,000 Total 791,562,808 6,167,900 13,644,050 222,316,914 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel 5. 17 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cijulang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan

Jenis Pajak Ds. Kertayasa Ds. Kondangjajar Ds. Margacinta Total Pajak Hotel - - - 304,740,216 Pajak Restoran 3,095,612 10,460,350 4,857,975 169,400,397 Pajak Hiburan - - - 1,800,000 Pajak Reklame 13,415,790 8,454,888 - 53,439,494 Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan - - - - Logam dan Batuan Pajak Parkir - 630,100 - 4,309,000 Pajak Air Tanah - - - 551,830 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan - - - - dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas 4,400,000 38,335,800 2,500,000 585,601,250 Tanah dan Bangunan Total 20,911,402 57,881,138 7,357,975 1,119,842,187 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Kecamatan Cimerak paling banyak menyumbang pajak Restoran dan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Desa Sukajaya merupakan desa dengan tingkat pendapatan pajak terbesar yang disusul oleh Desa Legokjawa yang mempunyai persentase pendapatan pajak yang mirip di sekitar 24-25%. Pajak dari Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan sumber pajak yang cukup besar di Kecamatan Cimerak. Pajak ini mencapai 16,68% dari total penerimaan pajak dari kecamatan Cimerak.

Tabel 5. 18 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Desa Jenis Pajak Ciparant Kertaharj Kertamukt Batumalang Cimerak Legokjawa i a i Pajak Hotel ------25,723,52 3,493,00 3,956,175 3,453,500 3,140,100 13,106,990 Pajak Restoran 1 0 Pajak Hiburan ------Pajak Reklame 2,870,897 2,442,969 - - - 12,616,854

V-13

Desa Jenis Pajak Ciparant Kertaharj Kertamukt Batumalang Cimerak Legokjawa i a i Pajak Penerangan ------Jalan Pajak Mineral Bukan - - - - - 27,800,000 Logam dan Batuan Pajak Parkir - 531,000 - - - 762,000 Pajak Air Tanah ------Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan ------dan Perkotaan Bea Perolehan Hak 1,212,00 atas Tanah dan 3,750,000 9,260,000 52,000 29,310,000 11,645,800 0 Bangunan 37,957,49 4,705,00 10,577,072 3,505,500 32,450,100 65,931,644 Total 0 0 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel 5. 19 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan

Desa Jenis Pajak Total Limusgede Masawah Mekarsari Sindangsari Sukajaya Pajak Hotel ------Pajak Restoran 4,744,300 4,999,600 3,657,000 5,300,000 9,911,150 81,485,336 Pajak Hiburan ------Pajak Reklame - - - - - 17,930,720 Pajak Penerangan Jalan ------Pajak Mineral Bukan 17,787,500 - - - - 45,587,500 Logam dan Batuan Pajak Parkir - - - - - 1,293,000 Pajak Air Tanah - - - - 41,490,030 41,490,030 Pajak Bumi dan Bangunan ------Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas - 5,505,000 500,000 6,100,000 18,221,390 85,556,190 Tanah dan Bangunan Total 22,531,800 10,504,600 4,157,000 11,400,000 69,622,570 273,342,776 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Profil dari pajak daerah di Kecamatan Kalipucang mirip dengan yang di Kecamatan Cimerak, didominasi oleh pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan pajak Restoran. Hanya saja Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tidak cukup berarti di kecamatan Kalipucang. Desa Putrapinggan merupakan desa yang mempunyai pendapatan pajak daerah terbesar yang mencapai 42,34%, disusul oleh desa Kalipucang yang mencapai 33,43%.

Tabel 5. 20 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Desa Jenis Pajak Bagolo Banjarharja Cibuluh Ciparakan Emplak Pajak Hotel 13,982,000 - - - -

V-14

Desa Jenis Pajak Bagolo Banjarharja Cibuluh Ciparakan Emplak Pajak Restoran 2,503,500 6,673,400 1,339,500 2,419,100 1,386,540 Pajak Hiburan - - - - - Pajak Reklame 19,615,876 1,203,711 - - 2,863,135 Pajak Penerangan Jalan - - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan - 2,250,000 350,000 - - Batuan Pajak Parkir - - - - - Pajak Air Tanah - - - - - Pajak Bumi dan Bangunan - - - - - Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas Tanah 53,662,500 640,000 700,000 14,280,000 1,500,000 dan Bangunan Total 89,763,876 10,767,111 2,389,500 16,699,100 5,749,675 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel 5. 21 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan

Desa Jenis Pajak Total Kalipucang Pamotan Putrapinggan Tunggilis Pajak Hotel - - 630,000 - 14,612,000 Pajak Restoran 37,156,363 6,661,200 11,922,500 9,044,650 79,106,753 Pajak Hiburan 200,000 - - - 200,000 Pajak Reklame 25,835,030 - 7,005,200 1,239,258 57,762,210 Pajak Penerangan Jalan - - - - - Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan 700,000 - 1,350,000 - 4,650,000 Pajak Parkir 2,661,000 - - 381,000 3,042,000 Pajak Air Tanah - - 352,444 - 352,444 Pajak Bumi Dan Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan - - - - - Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan 144,525,000 2,850,000 246,062,500 7,435,000 471,655,000 Total 211,077,393 9,511,200 267,322,644 18,099,908 631,380,407 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Pajak Restoran mendominasi perolehan di Kecamatan Langkaplancar yang mencapai 60,16%. Desa yang paling banyak memberikan pendapatan pajak daerah adalah Desa Langkaplancar sendiri dan Desa Cisarua. Kecamatan ini merupakan kecamatan dengan 15 desa, sehingga pendapatan dari setiap jenis pajak cukup tersebar di semua desa di Kecamatan Langkaplancar.

V-15

Tabel 5. 22 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) Desa Jenis Pajak Bangunjaya Bangunkarya Bojong L Bojongkondang Bunguraya Cimanggu Cisarua Jadikarya Pajak Hotel ------Pajak Restoran 5,633,050 2,991,000 1,211,900 3,722,902 5,459,400 3,231,250 3,710,000 6,807,980 Pajak Hiburan ------300,000 Pajak Reklame 21,000 ------Pajak Penerangan Jalan ------Pajak Mineral Bukan Pajak Logam dan Batuan ------Pajak Parkir 4,710,000 ------Pajak Air Tanah ------Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ------Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 5,290,400 - - 3,125,000 - - 13,000,000 1,182,500 Total 15,654,450 2,991,000 1,211,900 6,847,902 5,459,400 3,231,250 16,710,000 8,290,480 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Tabel 5. 23 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Langkaplancar Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan Desa Jenis Pajak Total Jadimulya Jayasari Karangkamiri Langkaplancar Mekarwangi Pangkalan Sukamulya Pajak Hotel ------Pajak Restoran 5,363,000 3,359,300 9,333,674 16,778,090 3,551,227 - 3,134,182 74,286,955 Pajak Hiburan - 7,767,025 - - - 250,000 - 8,317,025 Pajak Reklame - - - 8,807,940 413,086 - - 9,242,026 Pajak Penerangan Jalan ------Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ------Pajak Parkir - - 231,000 - - - - 4,941,000 Pajak Air Tanah ------Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ------Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 4,100,000 ------26,697,900 Total 9,463,000 11,126,325 9,564,674 25,586,030 3,964,313 250,000 3,134,182 123,484,906 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 V-16

Pendapatan pajak daerah dari Pajak Restoran dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan mencapai 99,11% dari total pendapatan pajak daerah di Kecamatan Mangunjaya. Desa Mangunjaya merupakan desa yang menyumbang 50,53% dari total pendapatan pajak daerah. Hal ini menunjukkan persebaran aktivitas ekonomi yang belum merata di wilayah desa-desa di kecamatan Mangunjaya.

Tabel 5. 24 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Mangunjaya Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Ds. Ds. Ds. Ds. Ds. Desa Total Jangraga Kertajaya Mangunjaya Sindangjaya Sukamaju Pajak Hotel ------Pajak Restoran 1,254,236 6,071,500 29,796,783 3,705,750 3,886,250 44,714,519 Pajak Hiburan ------Pajak Reklame - - 413,086 - - 413,086 Pajak Penerangan ------Jalan Pajak Mineral Bukan Logam ------dan Batuan Pajak Parkir - - 300,000 - - 300,000 Pajak Air ------Tanah Pajak Bumi dan Bangunan ------Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas - 1,000,000 9,750,000 12,750,000 10,750,000 34,250,000 Tanah dan Bangunan Total 1,254,236 7,071,500 40,259,869 16,455,750 14,636,250 79,677,605 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Profil derah kecamatan untuk jenis pendapatan pajak daerah di Kecamatan Padaherang sama dengan di Kecamatan Mangunjaya. Pajak Restoran mendominasi sebesar 64,15% dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan sebesar 20,75%. Desa yang paling banyak menyumbang pendapatan pajak daerah adalah Desa Padaherang sendiri yang merupakan ibu kota dari Kecamatan Padaherang.

V-17

Tabel 5. 25 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Desa Jenis Pajak Bojongsari Cibogo Ciganjeng Karangmulya Karangpawitan Karangsari Kedungwuluh Maruyungsari Hotel ------Restoran 4,413,500 1,759,000 5,139,200 1,896,000 16,496,220 806,500 5,230,072 6,304,500 Hiburan ------Reklame - - 2,062,500 - - - 2,116,798 - Penerangan Jalan ------Mineral Bukan Logam dan Batuan ------Parkir - - 300,000 - 420,000 - 360,000 - Air Tanah ------Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ------Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 2,400,000 - 3,454,850 1,300,000 6,283,500 4,100,000 - 7,000,000 Total 6,813,500 1,759,000 10,956,550 3,196,000 23,199,720 4,906,500 7,706,870 13,304,500 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Tabel 5. 26 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan

Jenis Pajak Ds. Padaherang Ds. Paledah Ds. Panyutran Ds. Pasirgeulis Ds. Sindangwangi Ds. Sukanagara Total Hotel ------Restoran 61,015,433 1,350,560 463,500 1,133,500 35,234,600 10,092,843 151,335,428 Hiburan ------Reklame 19,598,103 - - 240,625 1,239,258 - 25,257,284 Penerangan Jalan ------Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - 8,678,500 - 8,678,500 Parkir 612,000 - - - - - 1,692,000 Air Tanah ------Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan ------Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 10,050,000 2,360,000 2,000,000 - 10,000,000 - 48,948,350 Total 91,275,536 3,710,560 2,463,500 1,374,125 55,152,358 10,092,843 235,911,562 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-18

Kecamatan Pangandaran agak berbeda dengan kecamatan lainnya karena terdapat Pajak Penerangan Jalan. Untuk analisis yang sama dengan kecamatan lainnya kita hilangkan dulu Pajak Penerangan Jalan dari Kecamatan Pangandaran. Hasilnya adalah pajak Hotel mendominasi pendapatan pajak daerah yang mencapai 60,24% dan pajak Restoran sebesar 19,8%. Desa yang paling banyak menyumbang adalah Desa Pangandaran sebesar 67,63% dimana jika masuk pajak penerangan jalan akan muncul Desa Babakan sebagai penyumbang besar pajak daerah di Kecamatan Pangandaran.

Tabel 5. 27 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Jenis Pajak Ds. Babakan Ds. Pagergunung Ds. Pananjung Ds. Pangandaran Ds. Purbahayu Pajak Hotel 320,000 - 1,564,285,086 7,397,243,955 - Pajak Restoran 192,564,201 6,440,700 626,141,044 1,949,766,563 4,105,300 Pajak Hiburan - - 96,841,547 72,621,770 - Pajak Reklame 36,121,018 - 66,236,628 73,317,011 - Pajak Penerangan Jalan 13,905,309,828 - - - - Pajak Mineral Bukan - - - - - Logam dan Batuan Pajak Parkir 1,297,800 - 9,534,900 1,928,230 - Pajak Air Tanah 262,710 - 16,959,950 22,135,484 - Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan - - - - - dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas 175,696,450 4,085,000 899,630,486 558,748,114 24,250,000 Tanah dan Bangunan Total 14,311,572,007 10,525,700 3,279,629,641 10,075,761,127 28,355,300 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Tabel 5. 28 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan

Jenis Pajak Ds. Sidomulyo Ds. Sukahurip Ds. Wonoharjo Total Pajak Hotel - - 12,932,100 8,974,781,141 Pajak Restoran 9,139,060 8,076,067 152,897,171 2,949,130,106 Pajak Hiburan - - 7,835,800 177,299,117 Pajak Reklame - - 4,525,645 180,200,302 Pajak Penerangan Jalan - - - 13,905,309,828 Pajak Mineral Bukan Logam Dan - - - - Batuan Pajak Parkir - - 1,870,900 14,631,830 Pajak Air Tanah - - 9,476,016 48,834,160 Pajak Bumi Dan Bangunan - - - - Perdesaan Dan Perkotaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah - 12,698,700 877,636,629 2,552,745,379 Dan Bangunan Total 9,139,060 20,774,767 1,067,174,261 28,802,931,863 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-19

Kecamatan Parigi menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi. Hal ini terlihat aktivitas jual beli tanah dan bangunan yang cukup tinggi sehingga memberikan kontribusi terbesar untuk pajak daerah sebesar 63,68% untuk Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Desa Karangjaladri merupakan desa yang menyumbang pendapatan pajak terbesar yang mencapai 30,29%.

Tabel 5. 29 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Ds. Ds. Jenis Pajak Ds. Bojong P Ds. Cibenda Ds. Ciliang Ds. Cintaratu Cintakarya Karangbenda Pajak Hotel 30,124,538 - 3,470,000 - - 1,810,000 Pajak Restoran 4,323,540 8,532,500 52,995,485 9,847,900 18,271,000 134,431,163 Pajak Hiburan ------Pajak Reklame - 18,911,691 1,994,336 202,125 - 15,244,185 Pajak Penerangan Jalan ------Pajak Mineral Bukan ------Logam dan Batuan Pajak Parkir - 2,215,700 - 168,000 63,000 559,020 Pajak Air Tanah ------Pajak Bumi dan Bangunan ------Perdesaan dan Perkotaan Bea Perolehan Hak atas 5,075,000 202,160,250 - 61,325,000 353,807,500 13,750,000 Tanah dan Bangunan Total 39,523,078 231,820,141 58,459,821 71,543,025 372,141,500 165,794,368 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Tabel 5. 30 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah) , Lanjutan

Desa Jenis Pajak Total Karangjaladri Parakanmanggu Parigi Selasari Pajak Hotel - - 860,000 - 36,264,538 Pajak Restoran 13,622,232 3,824,173 418,699,599 24,314,600 688,862,192 Pajak Hiburan - 400,000 - - 400,000 Pajak Reklame 13,364,774 - 26,423,988 1,200,925 77,342,024 Pajak Penerangan Jalan - - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - - Pajak Parkir 607,200 - 1,230,300 - 4,843,220 Pajak Air Tanah 366,960 - - - 366,960 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - - - - - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 646,088,500 3,000,000 58,381,600 73,300,000 1,416,887,850 Total 674,049,666 7,224,173 505,595,487 98,815,525 2,224,966,784 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-20

Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan pajak yang terbesar dalam menyumbang pendapatan daerah dari pajak di Kecamatan Sidamulih sebesar 76,42%. Pajak Restoran merupakan kedua terbesar sekaligus dominan kedua, yaitu 16,11% dan sisanya di bawah 5%. Desa Cikembulan merupakan desa terbesar untuk pendapatan daerah dan kedua adalah desa Pejaten, dimana kedua desa tersebut telah menyumbang akumulatif sebesar 81,67%.

Tabel 5. 31 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah)

Desa Jenis Pajak Cikalong Cikembulan Kalijati Kersaratu Pajak Hotel - 2,320,000 - - Pajak Restoran 5,970,500 58,492,719 2,661,126 4,540,400 Pajak Hiburan - - - - Pajak Reklame - 21,341,369 - - Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - Pajak Parkir - 531,000 - - Pajak Air Tanah - - - - Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - - - - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan - 420,535,000 750,000 960,000 Total 5,970,500 503,220,088 3,411,126 5,500,400 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Tabel 5. 32 Realisasi Tiap Jenis Pajak Per Desa di Kecamatan Sidamulih Kabupaten Pangandaran Masa Pajak Tahun 2019 (Rupiah), Lanjutan

Desa Desa Total Pejaten Sidamulih Sukaresik Pajak Hotel - - - 2,320,000 Pajak Restoran 45,047,318 35,395,648 12,410,400 164,518,111 Pajak Hiburan - - - - Pajak Reklame - 413,086 19,156,154 40,910,609 Pajak Penerangan Jalan - - - - Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan - - - - Pajak Parkir 498,000 49,980 - 1,078,980 Pajak Air Tanah - - 31,905,104 31,905,104 Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan - - - - Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan 285,022,000 10,385,500 62,579,333 780,231,833 Total 330,567,318 46,244,214 126,050,991 1,020,964,637 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-21

5.2. RETRIBUSI DAERAH Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau Badan. Objek Retribusi terdiri dari tiga bagian yaitu Jasa Umum, Jasa Usaha dan Perizinan tertentu

Pada bagian ini data retribusi untuk tiap objek retribusi mengacu pada Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Pangandaran periode 1 Januari s.d 31 Desember 2019.

Jenis Retribusi Jasa Umum terlihat pada tabel berikut, diman perkembangan pendapatan retribusi untuk tiap jenis Retribusi Jasa Umum mengalami peningkatan sekitar 5 kali lipat pada tahun 2019 terhadap tahun 2015. Tahun 2018 menunjukkan tingkat realisasi retribusi yang melejit jauh dari tahun yang lainnya, atau meningkat 4 kali lipat dari tahun sebelumnya. Retribusi terbesar didapat dari pelayanan Kesehatan-Puskesma yang mencapai 66,03% dari total pendapatan retribusi Jasa Umum di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019. Retribusi Pelayanan Kesehatan-Puskesman ini sempat di bawah retribusi persampahan sampai dengan tahun 2016, baru tahun 2017 menjadi pendapatan retribusi Jasa Umum terbesar.

Tabel 5. 33 Realisasi Retribusi Jasa Umum Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 Retribusi Jasa Umum 2,039,825,000 1,327,210,700 5,528,399,900 20,711,823,062 10,598,877,331 Retribusi Pelayanan Kesehatan - Puskesmas 813,089,000 55,457,000 3,080,962,500 10,598,877,331 6,998,868,231 Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan 957,442,900 925,683,500 1,933,662,100 6,998,868,231 2,933,514,500 Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan 49,093,500 58,031,000 31,380,000 2,933,514,500 180,563,000 Umum Retribusi Pelayanan Pasar - Kios 220,199,600 288,039,200 482,395,300 180,563,000 485,931,600 Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

Untuk Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Tempat Pariwisata mendominasi pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran, yang mencapai 79% pada tahun 2019. Hal ini sejalan dengan Kabupaten Pangandaran sebagai kabupaten pariwisata. Banyaknya wisatawan yang datang ke Kabupaten Pangandaran memberikan pendapatan pada retribusi Pariwisata yang besar. Retribusi Tempat Pelelangan Ikan merupakan terbesar kedua yang mencapai 11,72%. Hal ini juga sejalan dengan pantai Pangandaran yang juga memproduksi ikan dari para nelayan.

V-22

Tabel 5. 34 Realisasi Retribusi Jasa Usaha Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 Retribusi Jasa Usaha 9,310,719,680 7,422,277,170 22,010,800,760 23,377,038,947 23,377,038,947 Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah - 13,818,000 24,741,000 350,000,000 70,065,000 70,065,000 Sewa Alat Berat Retribusi Tempat 2,633,106,330 1,177,142,320 2,400,770,760 2,739,599,947 2,739,599,947 Pelelangan Ikan Retribusi Terminal - Tempat Parkir untuk 78,811,800 99,641,700 157,500,000 74,955,000 74,955,000 Kendaraan Penumpang dan Bis Umum Retribusi Tempat 533,195,000 384,139,000 2,097,280,000 2,015,286,000 2,015,286,000 Khusus Parkir Retribusi Tempat 6,047,910,550 5,732,038,150 17,000,000,000 18,472,858,000 18,472,858,000 Pariwisata Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan 3,878,000 4,575,000 5,250,000 4,275,000 4,275,000 Kakus Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Retribusi Jasa Khusus didominasi oleh Retribusi Izin Mendirikan Bangunan yang mencapai 81,74% dari total pendapatan retribusi tahun 2019. Retribusi untuk pengendalian menara telekomunikasi menunjukkan peningkatan dari tahun 2018 dan memberikan pendapatan retribusi yang terbesar kedua bagi pemerintah daerah Kabupaten Pangandaran.

Tabel 5. 35 Realisasi Retribusi Perizinan Tertentu Kabupaten Pangandaran Tahun 2015-2019 (Rupiah)

2015 2016 2017 2018 2019 Retribusi Perizinan Tertentu 1,056,771,3 653,285,63 3,377,537,1 3,477,828,5 1,911,562,6 69 9 28 10 75 Retribusi Izin Mendirikan 651,365,63 3,024,282,68 1,911,562,67 1,562,565,83 783,433,979 Bangunan 9 8 5 5 Retribusi Pemberian Izin 1,562,565,83 273,337,390 1,920,000 3,000,000 3,700,000 Trayek 5 Retribusi Pengendalian - - 350,254,440 3,700,000 345,296,840 Menara Telekomunikasi Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 5.3. POTENSI DAN PROYEKSI Potensi dari tiap jenis pajak dan jenis retribusi dilakukan proyeksi sampai dengan tahun 2023. Beberapa asumsi dilakukan untuk melakukan proyeksi, karena data yang tidak terlalu panjang secara urutan waktu dan volatilitas yang tinggi terutama untuk pendapatan retribusi. Beberapa asumsi yang dilakukan adalah:

1. Titik taksiran/proyeksi adalah tahun 2019 sebagai data paling terkini. Hal ini mengingat data tahun-tahun sebelumnya dianggap masih belum mapan, sebagai waktu transisi Kabupaten Pangandaran berpisah dari Kabupaten Ciamis.

V-23

2. Penambahan dari tiap tahun tergantung dari pola data, yang dimodelkan dengan pemodelan peramalan time series yang sesuai dengan pola data, yaitu Tren Linier dan Tren kuadrat. 3. Hasil peramalan memperhitungkan pergerakan data berdasarkan rasio tiap jenis pajak dan retribusi yang terjadi pada tahun 2019.. 4. Dilakukan dua skenario berupa Moderat dan Optimis yang memberikan angka proyeksi yang lebih besar.

5.3.1. Potensi dan Proyeksi Pajak Daerah Proyeksi Pajak Daerah untuk tiap jenis pajak daerah di Kabupaten Pangandaran terlihat pada tabel berikut. Pendapatan Pajak Daerah mencapai 56,3 milyar rupiah pada tahun 2023 pada skenario Moderat. Jumlah Pajak terbesar berdasarkan proyeksi masih tetap pada Pajak Bumi dan Bangunan baru oleh pajak Penerangan Jalan, masing-masing 30,48% dan 25,1% pada tahun 2023. Pajak Hotel dan Restoran, untuk Kabupaten Pangandaran ada 20,35% dan 9,72% pada tahun 2023. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5. 36 Proyeksi Moderat Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020- 2023 (Rupiah)

2019 2020 2021 2022 2023 Pajak Daerah 53,923,967,341 54,525,641,087 55,127,014,834 55,728,388,580 56,329,762,326 Pajak Hotel 11,107,545,475 11,196,417,295 11,285,289,116 11,374,160,936 11,463,032,756 Hotel Melati Tiga 9,185,644,956 9,260,750,969 9,335,856,981 9,410,962,994 9,486,069,006 Hotel Melati Dua 853,293,523 855,964,580 858,635,637 861,306,694 863,977,751 Hotel Melati Satu 636,390,186 639,466,166 642,542,146 645,618,126 648,694,106 Pajak Hotel / Cottage 100,242,362 102,436,934 104,631,506 106,826,077 109,020,649 Wisma Pariwisata 331,974,448 337,798,647 343,622,846 349,447,045 355,271,244 Pajak Restoran 5,021,564,810 5,134,454,955 5,247,345,100 5,360,235,244 5,473,125,389 Restoran 1,172,659,843 1,225,379,784 1,278,099,725 1,330,819,666 1,383,539,607 Rumah Makan 2,191,749,831 2,235,316,397 2,278,882,963 2,322,449,529 2,366,016,095 Café 25,762,080 25,819,532 25,876,983 25,934,435 25,991,887 Kantin 55,041,969 59,128,105 63,214,241 67,300,377 71,386,513 Katering 1,576,351,087 1,588,811,137 1,601,271,187 1,613,731,237 1,626,191,287 Pajak Hiburan 188,522,736 190,346,688 191,870,641 193,394,593 194,918,545 Pagelaran 185,072,736 186,461,027 187,849,319 189,237,610 190,625,902 Kesenian/Musik/Tari/Busana Pacuan Kuda 0 400,000 500,000 600,000 700,000 Balap Kendaraan Bermotor 2,950,000 2,982,804 3,015,607 3,048,411 3,081,215 Permainan Ketangkasan 500,000 502,857 505,714 508,571 511,429 Pajak Reklame 1,363,554,410 1,375,532,926 1,387,511,441 1,399,489,957 1,411,468,473 Reklame Papan/Bill 1,008,845,879 1,018,068,870 1,027,291,861 1,036,514,853 1,045,737,844 Board/Videotron/Megatron Reklame Kain 354,708,531 357,464,056 360,219,580 362,975,105 365,730,629 Pajak Penerangan Jalan 13,905,309,828 13,963,936,445 14,022,563,062 14,081,189,679 14,139,816,296 Pajak Pengambilan Bahan Galian 64,836,000 69,802,470 74,768,939 79,735,409 84,701,879 Golongan C Batu Kapur 4,000,000 4,209,559 4,419,118 4,628,676 4,838,235 Granit/Andesit 60,836,000 65,592,911 70,349,822 75,106,733 79,863,644 Pajak Parkir 40,924,930 41,463,119 42,001,309 42,539,498 43,077,688 Pajak Air Bawah Tanah 158,878,950 161,822,068 164,765,186 167,708,303 170,651,421 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 16,052,953,800 16,332,649,119 16,612,344,438 16,892,039,758 17,171,735,077

V-24

2019 2020 2021 2022 2023 Pajak Daerah 53,923,967,341 54,525,641,087 55,127,014,834 55,728,388,580 56,329,762,326 Pajak Bea Perolehan Hak atas 6,019,876,402 6,059,216,002 6,098,555,602 6,137,895,202 6,177,234,802 Tanah dan Bangunan (BPHTB) Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Untuk skenario Optimis, pada dasarnya sama dengan skenario Moderat hanya parameter deviasi data ditambah. Pergerakan pajak Bumi dan Bangunan mengalami kenaikan persentase sekitar 1%, karena pembayaran para objek pajak yang lebih baik. Demikian pula pajak Restoran meningkat, karena jumlah wisatawan yang lebih banyak yang banyak melakukan wisata kuliner daripada menginap di Hotel. Demikian juga dengan pajak Penerangan jalan meningkat persentasenya sebagai bertambahnya pelanggan baru dan meningkatnya pemakaian listrik.

Tabel 5. 37Proyeksi Optimis Pendapatan Pajak Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020- 2023 (Rupiah)

2019 2020 2021 2022 2023 Pajak Daerah 53,923,967,341 55,471,355,304 57,018,294,034 58,565,230,467 60,112,164,947 Pajak Hotel 11,107,545,475 11,332,546,838 11,557,548,200 11,782,549,563 12,007,550,926 Hotel Melati Tiga 9,185,644,956 9,379,504,001 9,573,363,047 9,767,222,092 9,961,081,137 Hotel Melati Dua 853,293,523 860,187,892 867,082,260 873,976,629 880,870,998 Hotel Melati Satu 636,390,186 644,329,718 652,269,249 660,208,781 668,148,313 Pajak Hotel / Cottage 100,242,362 101,517,713 102,793,064 104,068,415 105,343,765 Wisma Pariwisata 331,974,448 347,007,514 362,040,580 377,073,646 392,106,712 Pajak Restoran 5,021,564,810 5,312,949,946 5,604,335,083 5,895,720,219 6,187,105,355 Restoran 1,172,659,843 1,308,737,330 1,444,814,817 1,580,892,304 1,716,969,790 Rumah Makan 2,191,749,831 2,304,201,186 2,416,652,542 2,529,103,897 2,641,555,252 Café 25,762,080 25,910,371 26,058,662 26,206,953 26,355,244 Kantin 55,041,969 65,588,853 76,135,737 86,682,622 97,229,506 Katering 1,576,351,087 1,608,512,206 1,640,673,325 1,672,834,444 1,704,995,563 Pajak Hiburan 188,522,736 192,663,627 196,355,286 200,044,648 203,732,056 Pagelaran 185,072,736 188,656,109 192,239,482 195,822,854 199,406,227 Kesenian/Musik/Tari/Busana Pacuan Kuda 0 464,550 479,867 492,887 503,954 Balap Kendaraan Bermotor 2,950,000 3,034,671 3,119,342 3,204,013 3,288,684 Permainan Ketangkasan 500,000 508,298 516,596 524,893 533,191 Pajak Reklame 1,363,554,410 1,394,472,622 1,425,390,834 1,456,309,046 1,487,227,258 Reklame Papan/Bill 1,008,845,879 1,032,651,700 1,056,457,520 1,080,263,341 1,104,069,162 Board/Videotron/Megatron Reklame Kain 354,708,531 361,820,922 368,933,314 376,045,705 383,158,097 Pajak Penerangan Jalan 13,905,309,828 14,056,633,266 14,207,956,703 14,359,280,141 14,510,603,579 Pajak Pengambilan Bahan Galian 64,836,000 76,995,767 89,155,535 101,315,302 113,475,069 Golongan C Batu Kapur 4,000,000 4,646,518 5,293,036 5,939,554 6,586,072 Granit/Andesit 60,836,000 72,349,249 83,862,498 95,375,748 106,888,997 Pajak Parkir 40,924,930 42,314,072 43,703,213 45,092,355 46,481,497 Pajak Air Bawah Tanah 158,878,950 166,475,546 174,072,141 181,668,737 189,265,333 Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 16,052,953,800 16,774,886,249 17,496,818,698 18,218,751,147 18,940,683,596 Pajak Bea Perolehan Hak atas 6,019,876,402 6,121,417,371 6,222,958,340 6,324,499,309 6,426,040,278 Tanah dan Bangunan (BPHTB) Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

V-25

5.3.2. Potensi dan Proyeksi Retribusi Daerah Proyeksi untuk pendapatan dari Retribusi daerah dilakukan sampai dengan tahun 2023. Pendapatan retribusi terbesar masih mengacu pada Retribusi Jasa Usaha yang mencapai 64,27% pada tahun 2023. Pendapatan total retribusi untuk ketiga jenis retribusi mencapai 40,8 milyar rupiah pada tahun 2023 atau meningkat sebesar 14% dari tahun 2019 dengan skenario Moderat. Untuk lebih jelas angka proyeksi pada Skenario Moderat dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. 38 Proyeksi Moderat Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020-2023 (Rupiah)

Hasil Retribusi 2019 2020 2021 2022 2023 Daerah 35,887,478,953 37,122,567,873 38,357,656,792 39,592,745,712 40,827,834,632 Retribusi Jasa 10,598,877,331 11,113,511,920 11,628,146,510 12,142,781,099 12,657,415,688 Umum Retribusi Pelayanan 6,998,868,231 7,250,575,343 7,502,282,456 7,753,989,568 8,005,696,681 Kesehatan - Puskesmas Retribusi Pelayanan 2,933,514,500 3,075,633,287 3,217,752,074 3,359,870,861 3,501,989,648 Persampahan Kebersihan Retribusi Pelayanan 180,563,000 297,360,683 414,158,366 530,956,049 647,753,732 Parkir Di Tepi Jalan Umum Retribusi Pelayanan 485,931,600 489,942,607 493,953,614 497,964,621 501,975,628 Pasar - Kios Retribusi Jasa 23,377,038,947 24,092,924,364 24,808,809,781 25,524,695,198 26,240,580,615 Usaha Retribusi Pemakaian Kekayaan 70,065,000 73,742,614 77,420,229 81,097,843 84,775,458 Daerah - Sewa Alat Berat Retribusi Tempat 2,739,599,947 2,757,848,851 2,776,097,755 2,794,346,659 2,812,595,563 Pelelangan Ikan Retribusi Terminal - Tempat Parkir 74,955,000 75,635,253 76,315,505 76,995,758 77,676,010 Kendaraan Penumpang dan Bis Umum Retribusi Tempat Khusus 2,015,286,000 2,115,224,184 2,215,162,368 2,315,100,552 2,415,038,736 Parkir Retribusi Tempat 18,472,858,000 19,066,196,576 19,659,535,152 20,252,873,728 20,846,212,304 Pariwisata Retribusi 4,275,000 4,276,886 4,278,773 4,280,659 4,282,545 Penyediaan

V-26

Hasil Retribusi 2019 2020 2021 2022 2023 Daerah 35,887,478,953 37,122,567,873 38,357,656,792 39,592,745,712 40,827,834,632 dan/atau Penyedotan Kakus Retribusi Perizinan 1,911,562,675 1,916,131,588 1,920,700,502 1,925,269,415 1,929,838,328 Tertentu Retribusi Izin Mendirikan 1,562,565,835 1,565,355,849.52 1568145864 1570935879 1573725893 Bangunan Retribusi Pemberian Izin 3,700,000 4,259,600.71 4819201.417 5378802.125 5938402.833 Trayek Retribusi Pengendalian 345,296,840 346,516,138.05 347735436.1 348954734.2 350174032.2 Menara Telekomunikasi Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 Proyeksi dengan skenario Optimis dilakukan untuk pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran sampai dengan tahun 2023. Pada skenario ini terdapat perbedaan pendapatan total retribusi sebesar Rp 486.405.741 pada tahun 2023. Perkembangan ini menunjukkan Business as Usual pada pelayanan retribusi di Kabupaten Pangandaran. Rasio dari tiap jenis retribusi untuk skenario Optimis juga tidak mencerminkan perbedaan yang signifikan jika dibandingkan dengan skenario Moderat.

Tabel 5. 39 Proyeksi Optimis Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020-2023 (Rupiah)

Hasil Retribusi 2019 2020 2021 2022 2023 Daerah 35,887,478,953 37,608,973,613 38,844,062,533 40,079,151,453 41,314,240,373 Retribusi Jasa Umum 10,598,877,331 11,316,939,103 11,831,573,693 12,346,208,282 12,860,842,872 Retribusi Pelayanan Kesehatan - 6,998,868,231 7,350,071,316 7,601,778,428 7,853,485,540 8,105,192,653 Puskesmas Retribusi Pelayanan Persampahan 2,933,514,500 3,131,810,670 3,273,929,457 3,416,048,244 3,558,167,031 Kebersihan Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi 180,563,000 343,529,021 460,326,704 577,124,387 693,922,070 Jalan Umum Retribusi Pelayanan 485,931,600 491,528,097 495,539,104 499,550,111 503,561,118 Pasar - Kios Retribusi Jasa Usaha 23,377,038,947 24,375,902,922 25,091,788,339 25,807,673,756 26,523,559,173 Retribusi Pemakaian 70,065,000 75,196,319 78,873,934 82,551,548 86,229,163 Kekayaan Daerah - Sewa Alat Berat Retribusi Tempat 2,739,599,947 2,765,062,364 2,783,311,267 2,801,560,171 2,819,809,075 Pelelangan Ikan Retribusi Terminal - Tempat Parkir 74,955,000 75,904,146 76,584,399 77,264,651 77,944,904 untuk Kendaraan

V-27

Hasil Retribusi 2019 2020 2021 2022 2023 Daerah 35,887,478,953 37,608,973,613 38,844,062,533 40,079,151,453 41,314,240,373 Penumpang dan Bis Umum Retribusi Tempat 2,015,286,000 2,154,728,220 2,254,666,404 2,354,604,587 2,454,542,771 Khusus Parkir Retribusi Tempat 18,472,858,000 19,300,734,241 19,894,072,817 20,487,411,393 21,080,749,969 Pariwisata Retribusi Penyediaan 4,275,000 4,277,632 4,279,518 4,281,404 4,283,291 dan/atau Penyedotan Kakus Retribusi Perizinan 1,911,562,675 1,916,131,588 1,920,700,502 1,925,269,415 1,929,838,328 Tertentu Retribusi Izin Mendirikan 1,562,565,835 1,566,458,700 1,569,248,714 1,572,038,729 1,574,828,743 Bangunan Retribusi Pemberian Izin 3,700,000 4,480,802 5,040,403 5,600,004 6,159,604 Trayek Retribusi Pengendalian 345,296,840 346,998,108 348,217,406 349,436,704 350,656,002 Menara Telekomunikasi Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020

5.3.3. Potensi dan Proyeksi Pendapatan Asli Daerah Proyeksi Pendapatan Asli Daerah berdasarkan hasil proyeksi untuk Pendapatan Pajak Daerah dan Pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran sampai dengan tahun 2023. Komponen ketiga dari Pendapatan Asli Daerah, yaitu Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah dilakukan proyeksi sendiri dengan mempertimbangkan pola data dan asumsi perekonomian eksternal.

Pendapatan Asli Daerah Kabupaten (PAD) Pangandaran tumbuh 2% pada tahun 2020 dan tumbuh 3,29% pada tahun 2023 atau meningkat sebesar 14,6 milyar rupiah dari tahun 2019 untuk skenario Moderat. Pada Skenario Optimis PAD meningkat 4,25% pada tahun 2020 dan meningkat 3,01% pada tahun 2023 dengan peningkatan sebesar 16,4 milyar rupiah dari tahun 2019. Untuk lebih jelas proyeksi dari masing-masing komponen PAD dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 5. 40 Proyeksi Moderat dan Optimis Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran Tahun 2020-2023 (Rupiah)

PROYEKSI 2019 2020 2021 2022 2023 MODERAT PENDAPATAN ASLI 114,815,713,231 117,044,551,226 121,168,555,263 125,292,559,300 129,416,563,338 DAERAH Pendapatan Pajak 53,923,967,341 54,525,641,087 55,127,014,833.51 55,728,388,579.76 56,329,762,326.01 Daerah Hasil Retribusi Daerah 35,887,478,953 37,122,567,873 38,357,656,792 39,592,745,712 40,827,834,632 Lain-lain Pendapatan 25,004,266,937 25,396,342,266 27,683,883,637 29,971,425,009 32,258,966,380 Asli Daerah yang Sah

V-28

PROYEKSI 2019 2020 2021 2022 2023 OPTIMIS PENDAPATAN 114,815,713,231 119,690,657,268 123,525,137,369 127,359,615,174 131,194,091,025 ASLI DAERAH Pendapatan Pajak 53,923,967,341 55,471,355,304 57,018,294,034 58,565,230,467 60,112,164,947 Daerah Hasil Retribusi 35,887,478,953 37,608,973,613 37,608,973,613 37,608,973,613 37,608,973,613 Daerah Lain-lain Pendapatan 25,004,266,937 26,610,328,350 28,897,869,722 31,185,411,093 33,472,952,465 Asli Daerah yang Sah Sumber: BPKD Kabupaten Pangandaran (diolah), 2020 5.4. STRATEGI DAN RENCANA AKSI Strategi peningkatan pendapatan pajak dan retribusi daerah di Kabupaten Pangandaran memerlukan beberapa aksi yang dilakukan. Poin utama dalam peningkatan pajak daerah ini adalah pada peningkatan jumlah objek pajak dan subjek pajak serta manajemen pemungutan pajak dan retribusi yang lebih optimal. Beberapa strategi yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Strategi Pendataan Ulang Terhadap Wajib Pajak Salah satu strategi dalam rangka peningkatan pajak daerah melalui ekstensifikasi, adalah pendataan kembali wajib pajak daerah yang telah ada, sehingga data tentang potensi pajak daerah yang ada selalu data yang terbaru. Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu; a. Mendata wajib pajak yang sudah terdaftar secara serempak diseluruh kabupaten Lampung Barat; dan b. Mendata secara kontinyu melalui petugas pemungut dengan memonitoring objek pajak yang belum terdata.

2. Strategi Adanya Kerjasama Dengan Pihak Swasta/LSM Dalam Pengelolaan Maupun Pemungutan Pajak Daerah, Pajak daerah merupakan salah satu sumber penerimaan pendapatan asli daerah, kabupaten Pangandaran, tetapi untuk mengoptimalkan penerimaan pajak daerah haruslah terkoordinir dengan baik mengingat sangat kompleksnya jenis pajak daerah dan luasnya cakupan wajib pajak dan objek pajak yang tersebar di 10 kecamatan.

3. Strategi Pembenahan Manajemen Pengelolaan Pajak Daerah Berkaitan Bidang Pendataan dan Pendaftaran pada Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pangandaran dapat menerapkan sistem prosedur perpajakan dengan baik, dari mulai pendaftaran dan pendataan, penetapan, penyetoran, pembukuan dan penagihan. Hal ini terutama berkaitan dengan:

V-29

a. Melakukan pendataan potensi pajak daerah secara terpadu dengan melibatkan aparatur bidang Penagihan dan Keberatan yang bertanggung jawab dalam pemungutan pajak daerah, sehingga akan diperoleh data yang lebih akurat. b. Menerapkan secara konsisten kebutuhan sumber daya manusia (pegawai) yang disesuaikan dengan beban kerja yang harus dilaksanakan oleh BPKD, baik yang menyangkut kebutuhan yang bersifat kuantitas maupun kualitas yang dibutuhkan demi lancarnya pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya. c. Menyediakan sarana parasarana yang benar-benar dibutuhkan oleh pegawai yang ada di Bidang Bidang Pendataan dan Pendaftaran didalam pengelolaan pajak daerah maupun di lapangan sebagai sarana pendukung dan penunjang pekerjaan sehingga memperoleh motivasi dalam menyelesaikan tugas-tugas secara mudah, tepat waktu dan tepat sasaran, seperti sistem komputerisasi on-line, sarana transportasi dan insentif. d. Senantiasa melakukan pembinaan dan memberi arahan kepada pegawai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sesuai peraturan yang berlaku. e. Senantiasa mendorong dan memberi kesempatan kepada pegawai untuk meningkatkan kualitas dan kemampuannya guna menunjang pelaksanaan pekerjaannya, seperti melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, mengikuti bimbingan teknis/kursus/pelatihan teknis. f. Melakukan penegasan sanksi yang bersifat teguran, tertulis, maupun tindakan kepada pegawai maupun kepada wajib pajak yang melakukan pelanggaran dan penyelewengan agar peraturan benar- benar dapat ditegakkan sebagaimana mestinya.

4. Strategi Memperluas Tax -Base Pajak Daerah Secara garis besar upaya peningkatan pajak daerah dapat dibedakan menjadi upaya ekstensifikasi dan intensifikasi pajak dan retribusi daerah tanpa menghilangkan asas efisiensi dalam bidang usaha dan tetap memperhatikan pelayanan yang optimal kepada masyarakat. Hal ini dilakukan melalui: a. Penambahan pajak/retribusi baru dengan menemukan wajib objek pajak/retribusi baru; b. Menciptakan pajak-pajak/retribusi baru, atau memperluas ruang lingkup pajak/retribusi yang ada. c. Memberi masukan kepada pihak legislatif mengenai pembaharuan perda pajak daerah yang disesuaikan dengan kondisi sosial- ekonomi masyarakat yang ada dan penekanan kepada obyek pajak daerah yang belum digali oleh pemerintah daerah, seperti Pajak parkir dan Pakak Restoran dan Pajak Air Tanah.

V-30

5. Strategi Optimalisasi Komputerisasi Penerimaan Daerah Melakukan komputerisasi dan penggunaan aplikasi atas semua proses pendataan dan pemungutan pajak. Cara ini dilakukan untuk memudah memantau perkembangan pemungutan dan selalu mendapat data yang paling terkini. Selain itu, proses evaluasi menjadi lebih mudah dilakukan.

V-31

BAB VI KESIMPULAN

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai kesimpulan dari hasil Penyusunan Basis Data dan Pemetaan Potensi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pangandaran.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan berbagai data profil sampai dengan strategi yang dapat dilakukan dalam peningkatan pajak dan retribusi daerah adalah sebagai berikut:

1. Penurunan persentase di Kecamatan Pangandaran, akibat naiknya jumlah Objek Pajak di Kecamatan Cijulang yang melebihi kenaikan Objek Pajak di Kecamatan Pangandaran.

2. Objek pajak yang Tutup dan Tutup Sementara mencapai 4,66%, cukup besar sebagai potensi yang hilang dari pendapatan pajak daerah.

3. Sebaran objek pajak di tiap desa yang sangat heterogen dan berkumpul di Kecamatan Pangandaran dan Cijulang.

4. Adanya perbedaan antara data Objek pajak berdasarkan registrasi dengan data objek pajak yang melakukan pembayaran pajak daerah untuk tiap jenis pajak di Kabupaten Pangandaran.

5. Kecamatan Pangandaran mendominasi perolehan pajak Hotel yang mencapai 96% dari total pendapatan pajak hotel Kabupaten Pangandaran pada masa pajak tahun 2019.

6. Jenis Hotel yang paling banyak menyumbang pajak Hotel adalah pada jenis Hotel MELATI TIGA yang mencapai 83,4% dari total pendapatan pajak Hotel pada masa pajak Tahun 2019.

7. RUMAH MAKAN merupakan jenis yang paling banyak menyumbang pajak Restoran sebesar 40,84%.

8. Pajak Hiburan didominasi di Kecamatan Pangandaran (94,3%) dan untuk jenis PAGELARAN KESENIAN/MUSIK/TARI/BUSANA/KORSEL (98,17%).

9. Reklame Kain, merupakan jenis pajak Reklame yang banyak digunakan, sehingga memberikan pendapatan yang besar bagi pendapatan pajak daerah.

10. Kecamatan Langkaplancar menunjukkan jumlah pendapatan pajak parkir terbesar kedua, dimana untuk jenis pajak lainnya tergolong rendah.

11. Hampir 99% pendapatan pajak air tanah hanya disumbang oleh tiga kecamatan dari 10 kecamatan yang ada di Kabupaten Pangandaran, yaitu Kecamatan Pangandaran yang mencapai 39,5%, Kecamatan Cimerak 22,6% dan Kecamatan Sidamulih 25,83%.

VI-1

12. Kecamatan Pangandaran merupakan kecamatan pusat aktivitas pariwisata di Kabupaten Pangandaran, sehingga terlihat nilai dari pendapatan pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan merupakan terbesar

13. Desa terbanyak menyumbang untuk setiap kecamatan adalah desa Cigugur di Kecamatan Cigugur, Desa Batukaras di Kecamatan Cijulang, Desa Sukajaya di Kecamatan Cimerak, Desa Putrapinggan di Kecamatan kalipucang, Desa Langkaplancar di Kecamatan Langkaplancar, Desa Mangunjaya di Kecamatan Mangunjaya, Desa Padaherang di Kecamatan Padaherang, Desa Pangandaran di Kecamatan Pangandaran, Desa Karangjaladri di Kecamatan Parigi dan Desa Cikembulan di Kecamatan Sidamulih.

14. Retribusi terbesar didapat dari pelayanan Kesehatan-Puskesma yang mencapai 66,03% dari total pendapatan retribusi Jasa Umum di Kabupaten Pangandaran Tahun 2019.

15. Retribusi Tempat Pariwisata mendominasi pendapatan Retribusi Daerah Kabupaten Pangandaran, yang mencapai 79% pada tahun 2019.

16. Proyeksi dilakukan dengan menggunakan dua skenario, yaitu Moderat dan Optimis. Pergerakan data proyeksi lebih ditekankan pada asumsi Business as Usual, tanpa adanya intervensi khusus dari pemerintah.

VI-2 LAMPIRAN

Lampiran 1. Nama Objek Pajak di Kecamatan Cigugur Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DS. BUNISARI KEC. CIGUGUR KAB. 1 CIBUNUT Bunisari AKTIF PANGANDARAN DS. CIMINDI KEC. CIGUGUR KAB. 2 AAN Cimindi AKTIF PANGANDARAN JLN. CIMINDI RT/RW DS. CIMINDI KEC. 3 CIWAYANG PERMAI Cimindi AKTIF CIGUGUR KAB. PANGANDARAN JL. CIMINDI RT/RW DS. CIMINDI KEC.CIGUGUR 4 SPN BURIAL Cimindi AKTIF KAB. PANGANDARAN 5 TEH IDA Cimindi DS. CIMINDI KEC. CIGUGUR AKTIF

Lampiran 2. Nama Objek Pajak di Kecamatan Cijulang Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 DESA 1 AGUS HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DS BATUKARAS KEC 2 BALEKARANG Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN LEGOK PARI DESA BATUKARAS 3 BATU NEBENG HOMESTAY Batukaras AKTIF KECAMATAN CIJULANG DS BATUKARAS KEC 4 BATUKARAS SUN RISE Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN JLN. BATUKARAS RT/RW 5 BAYVIEW Batukaras DS.BATUKARAS AKTIF KEC.CIJULANG KAB. PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 6 BINTANG BUNGALAU Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGNANDARAN DS BATUKARAS KEC 7 BINTANG LABUAN Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 8 BK Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DESA BATU KARAS 9 BOBER RIVER Batukaras AKTIF KEC CIJULANG DS BATUKARAS KEC 10 BONSAI Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 11 BUANA HOMESTAY Batukaras AKTIF BATUKARAS CIJULANG DESA BATUKARAS 12 BUMI PERKEMAHAN Batukaras AKTIF KEC. CIJULANG JL PANTAI INDAH 13 EL HAYYA Batukaras BATUKARAS AKTIF CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 012 RW 006 DUSUN 14 FAJAR HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG NAGRONG RT 35 RW 15 GADUNG VIEW Batukaras 15 BATUKARAS, AKTIF CIJULANG DS BATUKARAS KEC 16 H. AMAZON Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATKARAS KEC 17 H. BEACH CORRER Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 18 H. CAHAYA BINTANG Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DS BATUKARAS KEC 19 H. JELAJAH Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 20 H. LAUT BIRU Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGDARAN DS BATUKARAS KEC 21 H. THE KOKOM Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 22 H.SHANE JOSE RESORT Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 23 H.THE ERMAJAS PAVILION Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 DUSUN 24 HOMESTAY 2R Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG GENTANG PARAKAN RT 03 RW 05 DESA 25 HOMESTAY DE JARWO HOUSE Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DUSUN SANGHIANGKALANG RT 36 RW 03 DESA 26 HOMESTAY GREEN SKY Batukaras AKTIF BATUKARAS KECAMATAN CIJULANG DUSUN BATUKARAS DESA BATUKARAS 27 HOMESTAY PONDOK IMPIAN Batukaras KECAMATAN AKTIF CIJULANG PANGANDARAN DUSUN SANGHIANGKALANG RT 36 RW 03 DESA 28 HOMESTAY PONDOK KANARI Batukaras AKTIF BATUKARAS KECAMATAN CIJULANG DUSUN SANGHIANGKALANG RT 36 RW 03 DESA 29 HOMESTAY RAGHA Batukaras AKTIF BATUKARAS KECAMATAN CIJULANAG DUSUN SANGHIANGKALANG RT 04 RW 02 DESA 30 HOMESTAY SADATI Batukaras AKTIF BATUKARAS KECAMATAN CIJULANG DUSUN SANGHIANGKALANG RT 36 RW 03 DESA 31 HOMESTAY SUSAN Batukaras AKTIF BATUKARAS KECAMATAN CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 11 RW 05 32 HOMESTAY TIRTA RAHARJA Batukaras AKTIF BATUKARAS CIJULANG NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DESA BATUKARAS 33 HOTEL SEDERHANA Batukaras AKTIF KEC. CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 07 RW 04 DESA 34 IBU DEWI HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 07 RW 04 DESA 35 IBU SUGIARTI HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 07 RW 04 DUSUN 36 ISAK HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DS BATUKARAS KEC 37 COVE Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGNDARAN DS. BATUKARAS KEC. 38 JESVA Batukaras AKTIF CIJULANG BATUKARAS NO. 35 DS. BATUKARAS KEC. 39 KALARAS COTTAGE Batukaras AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN JL. BATUKARAS RT/RW DS. 40 KANG AYI Batukaras BATUKARAS KEC. AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 41 LUKY LUKE Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 42 MARANTI Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 43 NANA R SURYANA Batukaras AKTIF BATUKARAS CIJULANG DS BATUKARAS KEC 44 NAYLLA Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 45 PENG.MINARASA Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 037 RW 04 DESA 46 PIPIT HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG DS BATUKARAS KEC 47 PONDOK COET Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 48 PONDOK PUTRI Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 DESA 49 PONDOK RIVANA Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS BATUKARAS RT 07 RW 04 DESA 50 PONDOK SAKINAH Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG LEGOK PARI DESA BATUKARAS 51 PRILLY HOMESTAY Batukaras AKTIF KECAMATAN CIJULANG DUSUN BATUKARAS RT 37 RW 04 DESA 52 RIZAL HOMESTAY Batukaras BATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG Jl. BATUKARAS KEC. 53 RM.SEDERHANA Batukaras CIJULANG KAB. AKTIF PANGANDARAN JL PANTAI BATUKARAS DUSUN 54 SALT CAFÉ Batukaras BATUKARAS DESA AKTIF BATUKARAS KEC CIJULANG DS BATUKARAS KEC 55 SINDANG ASIH BATUKARAS Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 56 TERATAI Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGNANDARAN DS BATUKARAS KEC 57 THE REEF Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 58 VIILLA MONYET Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DUSUN BATUKARAS RT 07 RW 04 DESA 59 VILLA CIBURIAL Batukaras ATUKARAS AKTIF KECAMATAN CIJULANG JL PANTAI INDAH BATUKARAS RT/RW 60 VILLA DAHON Batukaras 13/05 DESA AKTIF BATUKARAS KEC CIJULANG BLOK KANARI 61 VILLA KANARI Batukaras AKTIF SANGHIANGKALANG DUSUN SANGHIANG KALANG DESA BATUKARAS 62 VILLA THE BEACH HOUSE Batukaras AKTIF KECAMATAN CIJULANG PANGANDARAN BATUKARAS RT 07 63 VILLA VINKY Batukaras AKTIF RW 04 BATUKARAS JALAN LEGOK SARI RT 37 RW 04 64 WOLU HOMESTAY Batukaras AKTIF BATUKARAS CIJULANG DS BATUKARAS KEC 65 WOODEN HOUSE Batukaras CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN DS BATUKARAS KEC 66 RIVERSAIDER Batukaras CIJULANG KAB TUTUP SEMENTARA PANGNDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DESA CIJULANG 67 BASO MASMOE Cijulang KECAMATAN AKTIF CIJULANG JALAN PANTAI INNDAH 159 RT 06 RW 68 BILL HOMESTAY Cijulang 03 DESA CIJULANG AKTIF KECAMATAN BATUKARAS DESA CIJULANG 69 EDAH Cijulang KECAMATAN AKTIF CIJULANG DESA CIJULANG 70 EJEN Cijulang KECAMATAN AKTIF CIJULANG DESA CIJULANG KECAMATAN 71 ELIN Cijulang CIJULANG AKTIF KABUPATEN PANGANDARAN JL. CIJULANG RT/RW DS. CIJULANG KEC. 72 IBU ADE Cijulang AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DUSUN KALENWADAS RT/RW 002/008 73 KANTIN MINI Cijulang AKTIF DESA.CIJULANG KEC. CIJULANG KAB.PANGANDARAN DUSUN HAURSEAH RT/RW 006/003 DESA 74 MUTYA Cijulang CIJULANG KEC AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DESA CIJULANG 75 PANGHEGAR Cijulang KECAMATAN AKTIF CIJULANG JLN. CIJULANG RT/RW DS. 76 RM BANYU SAGARA Cijulang CIJULANG KEC. AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DUSUN HAURSEAH 77 RM.DAPOER KAMPOENG Cijulang DESA CIJULANG KEC. AKTIF CIJULANG DS. CIJULANG KEC, 78 RM.TIRTA BAHARI Cijulang CIJULANG KAB. AKTIF PANGANDARAN DESA CIJULANG KEC. 79 SOTO TEH NUR Cijulang AKTIF CIJULANG DS CIJULANG KEC 80 TIRTA BAHARI Cijulang CIJULANG KAB AKTIF PANGANDARAN JL CIJULANG NO 265 DS CIJULANG KEC 81 TUGU Cijulang AKTIF CIJULANG KAB PANGANDARAN JL. CIJULANG RT/RW DS. CIJULANG KEC 82 UTI Cijulang AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DS. CIJULANG KEC. 83 WN BOSIH Cijulang AKTIF CIJULANG NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DESA CIJULANG 84 WN. TUGU Cijulang KECAMATAN AKTIF CIJULANG DESA KERTAYASA 85 CIPTARASA Kertayasa AKTIF KEC. CIJULANG DESA KERTAYASA 86 CURUG DAGO Kertayasa KECAMATAN AKTIF CIJULANG DS. KERTAYASA 87 IBU ASIH Kertayasa KECAMATAN AKTIF CIJULANG DESA KERTAYASA 88 INTAN Kertayasa AKTIF KEC. CIJULANG DESA KERTAYASA KECAMATAN 89 LESEHAN GREEN CANYON Kertayasa CIJULANG AKTIF KABUPATEN PANGANDARAN DS. KERTAYASA KEC. 90 LISNA Kertayasa AKTIF CIJULANG DS. KERTAYASA KEC. 91 NENDEN Kertayasa AKTIF CIJULANG DS. KERTAYASA KEC. 92 RONI Kertayasa AKTIF CIJULANG DESA KERTAYASA 93 SANGRILA Kertayasa AKTIF KEC. CIJULANG DSN BUGEL RT/RW 003/002 DS. 94 SARASA Kertayasa KERTAYASA KEC. AKTIF CIJULANG KAB. PANGANDARAN DS. KERTAYASA KEC. 95 WIWIN Kertayasa AKTIF CIJULANG DS. KERTAYASA KEC. 96 WN.SEDERHANA Kertayasa AKTIF CIJULANG DS. KERTAYASA KEC. 97 BU AAS Kertayasa TUTUP CIJULANG DESA KERTAYASA 98 LILIS Kertayasa TUTUP KEC CIJULANG DESA KERTAYASA 99 MITRA BAHARI Kertayasa TUTUP KEC. CIJULANG DS. KERTAYASA KEC. 100 YENI Kertayasa TUTUP CIJULANG DS. KONDANGJAJAR 101 BASO GAPLEK Kondang Jajar AKTIF KEC. CIJULANG DESA 102 BASO URAT ABANG Kondang Jajar KONDANGJAJAR AKTIF KEC. CIJULANG JLN.CIJULANG RT/RW DS. 103 BRAWIJAYA 2 Kondang Jajar KONDANG JAJAR TUTUP SEMENTARA KEC. CIJULANG KAB. PANGANDARAN DSN. MARGACINTA 104 PANIISAN Margacinta AKTIF KEC. CIJULANG 105 GRAND AQUARIUM A - NAIK KELAS

Lampiran 3. Nama Objek Pajak di Kecamatan Cimerak Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL. BATUMALANG RT/RW DS. BATUMALANG 1 BRAWIJAYA Batumalang AKTIF KEC. CIMERAK KAB. PANGANDARAN DUSUN GADOG RT/RW 002/001 DESA. 2 CIBEUREUM Batumalang BATUMALANG KEC. CIMERAK KAB. AKTIF PANGANDARAN DS. CIMERAK KEC. CIMERAK KAB. 3 BASO MAIN Cimerak AKTIF PANGANDARAN 4 BASO RATMAN Cimerak DESA CIMERAK KECAMATAN CIMERAK AKTIF DS. CIMERAK KEC. CIMERAK KAB. 5 BASO SUTRISNO Cimerak AKTIF PANGANDARAN JL.CIMERAK RT/RW DS. CIMERAK KEC. 6 DEDEH Cimerak AKTIF CIMERAK KAB. PANGANDARAN 7 EUIS Cimerak DESA CIMERAK KEC. CIMERAK AKTIF 8 RM DJ Legokjawa DESA LEGOKJAWA KEC CIMERAK AKTIF JL. MASAWAH RT/RW DS. MASAWAH KEC. 9 CIBINGUNG II Masawah AKTIF CIMERAK KAB PANGANDARAN DUSUN BULAK RT 06 RW 04 10 KEDAI IKAN AJAY Sukajaya AKTIF SUKAJAYA, CIMERAK

Lampiran 4. Nama Objek Pajak di Kecamatan Kalipucang Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 1 JOYAN'S Bagolo DESA BAGOLO KEC AKTIF KALIPUCANG 2 PONDOK BALEBAT BAGOLO Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 3 PONDOK BELA ROSA Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF BAGOLO 4 PONDOK KALAPA JANGKUNG Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 5 PONDOK KARANG Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 6 PONDOK MANDIRI BAGOLO Bagolo PANTAI KARAPYAK AKTIF DS. BAGOLO KEC. KALIPUCANG 7 PONDOK MELATI BAGOLO Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 8 PONDOK MUSTIKA ASIH Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 9 PONDOK PANGHEGAR Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 10 PONDOK PANINEUNGAN Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 11 PONDOK PURNAMA bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 12 PONDOK SAHABAT BAGOLO Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 13 PONDOK SINAR LAUT Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 14 PONDOK WARU Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 15 PONDOK WISATA KARAPYAK Bagolo DS. BAGOLO KEC. AKTIF KALIPUCANG 16 VILLA BAGOLO SETI Bagolo JL. PANTAI AKTIF KARAPYAK DSN. BAGOLO KOLOT DS. BAGOLO KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 17 DUA PUTRI KPC Banjarharja DSN. SINDANG SARI AKTIF RT/RW 07/08 DS. BANJARHARJA KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 18 KATAPANG Banjarharja JL. RAYA AKTIF PANGANDARAN DESA BANJARHARJA KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 19 IIS Banjarharja JL. RAYA TUTUP SEMENTARA PANGANDARAN DESA BANJARHARJA KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 20 NURAENI Emplak JL. EMPLAK DESA AKTIF EMPLAK KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 21 SAUNG RANGGON Emplak JL. CIBADAK RT/RW AKTIF DS. EMPLAK KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 22 BRONGKOS Kalipucang DS. KALIPUCANG AKTIF KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 23 KALAPA JANGKUNG 2 Kalipucang BAGOLO KOLOT AKTIF KALIPUCANG RT 13 RW 02 24 SATE USMAN Kalipucang DS. KALIPUCANG AKTIF KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 25 TEH NYAI Kalipucang DS. KALIPUCANG AKTIF KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 26 WN. 24 Kalipucang SA. KALIPUCANG AKTIF KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 27 WN.TANJUNG Kalipucang DS. KALIPUCANG AKTIF KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 28 RIZKY Kalipucang DS. KALIPUCANG TUTUP KEC. KALIPUCANG KAB. PANGANDARAN 29 ATLANTIK Putrapinggan Jl. PUTRAPINGGAN AKTIF KEC. KALIPUCANG 30 LOKAMANIS Putrapinggan JL. RAYA AKTIF PANGANDARAN DESA. PUTRAPINGGAN KEC. KALIPUCANG 31 SAPUTRA Putrapinggan JL. RAYA AKTIF PANGANDARAN DESA PUTRAPINGGAN KEC. KALIPUCANG 32 SARI MELATI 3 Putrapinggan JL PANGANDARAN AKTIF DESA PUTRAPINGAN 33 BETTY 2 Tunggilis DESA TUNGGILIS AKTIF KEC. KALIPUCANG 34 TEH ANAH Tunggilis DS. TUNGGILIS KEC. AKTIF KALIPUCANG

Lampiran 5. Nama Objek Pajak di Kecamatan Langkaplancar Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DS. BANGUNJAYA KEC. 1 ILHAM/ELIN Bangunjaya LANGKAPLANCAR KAB. AKTIF PANGANDARAN DESA BANGUNJAYA KEC. 2 KARTINI Bangunjaya AKTIF LANGKAPLANCAR DS. BANGUNJAYA KEC. 3 NORMA PUTRI Bangunjaya LANGKAPLANCAR KAB. AKTIF PANGANDARAN DS. BANGUNJAYA KEC. 4 SEBLAK Bangunjaya AKTIF LANGKAPLANCAR 5 MULYA JAYA Cimanggu DS. CIMANGGU KEC. LANGKAPLANCAR AKTIF DESA JAYASARI KECAMATAN 6 BAROKAH Jayasari AKTIF LANGKAPLANCAR 7 CURBLIK Jayasari DS. JAYASARI KEC. LANGKAPLANCAR AKTIF

Lampiran 6. Nama Objek Pajak di Kecamatan Mangunjaya Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 1 IBU JARIAH Mangunjaya DS. MANGUNJAYA KEC. MANGUNJAYA AKTIF DUSUN GIMBAL DESA MANGUNJAYA 2 SOTO SIRENG Mangunjaya AKTIF KEC.MANGUNJAYA KAB.PANGANDARAN 3 GONZALES Mangunjaya MANGUNJAYA TUTUP

Lampiran 7. Nama Objek Pajak di Kecamatan Padaherang Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL. RAYA BABAKAN NO 279 1 RM. TUAH SAKATO Bojongsari AKTIF BOJONGSARI RT/RW 001/001 DESA CIGANJENG, KEC 2 BETTY I Ciganjeng AKTIF PADAHERANG JLN. RAYA PANGANDARAN RT/RW DS. CIGANJENG 3 GRENDEL Ciganjeng AKTIF KEC.PADAHERANG KAB. PANGANDARAN JLN. RAYA PANGANDARAN RT/RW DS. CIGANJENG 4 LIPOSOS Ciganjeng AKTIF KEC.PADAHERANG KAB. PANGANDARAN Ds. KARANGMULYA KEC. 5 FAMILY SEAFOOD Karangmulya AKTIF PADAHERANG DS. KEDUNGWULUH KEC. 6 CEMARA Kedungwuluh AKTIF PADAHERANG 7 BASO MANG DEDI Padaherang PADAHERANG AKTIF DS. PADAHERANG KEC. 8 BASO PESAT Padaherang PADAHERANG KAB. AKTIF PANGANDARAN DESA PADAHERANG KEC. 9 KOSIM Padaherang AKTIF PADAHERANG DESA PADAHERANG 10 MM Padaherang AKTIF KEC.PADAHERANG JLN. PADAHERANG RT/RW DS. PADAHERANG KEC. 11 PASIR IPIS Padaherang AKTIF PADAHERANG KAB. PANGANDARAN DS. PADAHERANG KEC. 12 SARI RASA B Padaherang PADAHERANG KAB. AKTIF PANGANDARAN 13 WN, SIDAT / RM. HENY SAID Padaherang PADAHERANG AKTIF DS. PADAHERANG KEC. 14 WR BAROKAH Padaherang PADAHERANG KAB. AKTIF PANGANDARAN DS. SINDANGWANGI KEC. 15 DEDEU Sindangwangi AKTIF PADAHERANG

Lampiran 8. Nama Objek Pajak di Kecamatan Pangandaran Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL.RAYA 1 KARYA BAHARI 2 Babakan PANGANDARAN DESA AKTIF BABAKAN JL. BABAKAN DESA BABAKAN KEC. 2 NN Babakan AKTIF PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN JL BABAKAN 3 OWEN RESTO Babakan PANGANDARAN AKTIF CIAMIS DSN. KARANGGEDANG RM. PRINGSEWU 4 Babakan DESA. BABAKAN KEC. AKTIF PANGANDARAN PANGANDARAN JL RAYA BABAKAN DUSUN KALAPA TIGA 5 RM.212 Babakan DESA BABAKAN KEC AKTIF PANGANDRAN KAB PANGANDARAN. JLN. BOJONG JATI NO. 26 RT/RW DS. 6 WARUNG JAMBU Babakan AKTIF BABAKAN KEC/KAB. PANGANDARAN JL.RAYA 7 YAN'S SEAFOOD Babakan PANGANDARAN DESA AKTIF BABAKAN Jl. Raya Banjar - 8 RM. RODA BARU 37 Babakan Pangandaran, Babakan, TUTUP Kec. Pangandaran JL. KIDANG PANANJUNG NO 181 9 A&R RESTO & CAFÉ Pananjung AKTIF DS/KEC. PANGANDARAN DS. PANANJUNG KEC. 10 ABAD BARU Pananjung AKTIF PANGANDARAN JL. MERDEKA DESA 11 ACC 1 Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN DS. PANANJUNG 12 ALAMANDA Pananjung AKTIF KEC.PANGANDARAN JL.PAMUGARAN DS 13 ARGALOKA Pananjung AKTIF PANANJUNG JL BULAK LAUT 14 ARNAWA RESTO Pananjung AKTIF PANGANDARAN DS. PANANJUNG KEC. 15 AYAM BAKAR SELERA NYONYA Pananjung PANGANDARAN KAB. AKTIF PANGANDARAN JALAN MERDEKA NO AYAM GEPREK JUARA 136 RT 07 RW 01 16 Pananjung AKTIF PANGANDARAN PANANJUNG PANGANDARAN TOLLGATTE PANGANDARAN RUKO 17 AYAM GEPREK PAK NDUT Pananjung CARITA NO.57 DESA. AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN JL. RAYA CIJULANG RT/RW 002/003 DS. 18 BAKMI BU SASTRO Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN DESA PANANJUNG 19 BAMBO HOUSE Pananjung AKTIF KEC.PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DESA PANANJUNG 20 BERKAH WALUYO/SEAFOOD Pananjung AKTIF /KEC PANGANDARAN JLN. BULAK LAUT 21 BULAK LAUT Pananjung PAMUGARAN AKTIF PANGANDARAN JL. PAMUGARAN 22 BUMI KAHURIPAN Pananjung AKTIF DS.PANANJUNG JL.PAMUGARAN DESA 23 CENTURY Pananjung PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN BOULEVARD DESA. 24 DESI CATERING Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN JL.PAMUGARAN DESA 25 GRAND MUTIARA Pananjung PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN DESA PANANJUNG 26 GRAND TIRTA Pananjung AKTIF KEC. PANGANDARAN DUSUN KEDUNGREJO 27 GRIYA MINA MANDIRI Pananjung AKTIF RT/RW 001/003 JL PAMUGARAN 28 HAWAI Pananjung AKTIF PANGANDARAN JL. BULAK LAUT KEC. 29 HOLIDAY Pananjung AKTIF PANGANDRAN JL. BULAK LAUT RT. 05 30 HOLIDAY INN Pananjung AKTIF RW. O5 DESA PANANJUNG 31 IN OUT CORNER Pananjung AKTIF KEC. PANGANDARAN DESA PANANJUNG 32 KAMBOJA Pananjung AKTIF KEC.PANGANDARAN DUSUN BOJONGJATI RT/RW 001/004 DESA. 33 KEDAI KRING GO Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN GANG KARANGSARI 34 Pananjung AKTIF DESA. PANANJUNG DUSUN. KARANGSARI DESA PANANJUNG 35 LAMONGAN SEAFOOD Pananjung AKTIF KEC. PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN DESA PANANJUNG 36 LEMBAYUNG SENJA Pananjung AKTIF KEC. PANGANDARAN GANG BBC 37 LOGGI Pananjung KARANGSARI DS. AKTIF PANANJUNG JL PAMUGARAN DESA PANANJUNG KEC 38 MALABAR Pananjung PANGANDARAN KAB AKTIF PANGANDARAN KODE POS 46396 JL PAMUGARAN 39 MELIA BEACH Pananjung AKTIF PANGANDARAN 40 MELINDA Pananjung JL. BARU BULAK LAUT AKTIF JL.PAMUGARAN DESA 41 MENARA LAUT Pananjung PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN DESA PANANJUNG 42 MIE AYAM AKUR Pananjung AKTIF KEC.PANGANDARAN DS. PANANJUNG KEC. 43 MINI TIGA HOMESTAY Pananjung AKTIF PANGANDARAN JL KIDANG 44 OCEAN CAFÉ SUN INN Pananjung PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL PAMUGARAN 45 OCEAN MENARA LAUT Pananjung AKTIF PANANJUNG 46 P. MAMAH JAMBAL Pananjung PANGANDARAN AKTIF KOMPLEK PASAR WISATA DESA 47 PADANG JAYA 2 Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN JLN. PAMUGARAN DS. 48 PALUVI Pananjung AKTIF PANANJUNG JLN.BULAK LAUT NO 29 RT/RW DESA 49 PAN Pananjung PANANJUNG AKTIF KECAMATAN: PANGANDARAN JLN. PAMUGARAN 50 PANTAI SARI Pananjung DESA PANANJUNG AKTIF KEC. PANGANDARAN JL. PAMUGARAN DS. 51 PARAHYANGAN Pananjung AKTIF PANANJUNG JALAN 52 PASANGGRAHAN CAFE Pananjung AKTIF PASANGGRAHAN DESA PANANJUNG 53 PONDOK ALLINIS Pananjung KECAMATAN AKTIF PANGANDARAN 54 PONDOK BBC Pananjung DS. PANANJUNG AKTIF DS.PANANJUNG 55 PONDOK CAMPINA Pananjung AKTIF PANGANDARAN JL.BARU BULAK LAUT 56 PONDOK DAUN Pananjung AKTIF DS PANANJUNG DESA PANANJUNG 57 PONDOK GALANG Pananjung AKTIF KEC.PANGANDARAN GANG KARANGSARI 58 PONDOK HANJUANG Pananjung AKTIF DS. PANANJUNG 59 PONDOK INDAH Pananjung JL. PAMUGARAN AKTIF GANG KARANGSARI 60 PONDOK KADAKA Pananjung AKTIF DS. PANANJUNG GANG KARANGSARI 61 PONDOK KENANGA Pananjung AKTIF DS. PANANJUNG 62 PONDOK LUVI ANIKA Pananjung PANGANDARAN AKTIF GANG KARANGSARI 63 PONDOK MANDIRI Pananjung AKTIF DS. PANANJUNG GANG KARANGSSARI 64 PONDOK MELATI Pananjung AKTIF DESA PANANJUNG JL. BULAK LAUT DUSUN KARANGSARI PONDOK PANGHEGAR 65 Pananjung RT.001/RW.002 DESA AKTIF PANGANDARAN PANANJUNG KEC. PANGANDARAN 66 PONDOK RIZKI Pananjung JL.PAMUGARAN AKTIF 67 PONDOK SAFIR Pananjung DESA PANANJUNG AKTIF 68 PONDOK SAHABAT Pananjung DS. PANANJUNG AKTIF DESA PANANJUNG 69 PONDOK SIMPATI Pananjung AKTIF PANGANDARAN JLN.PAMUGARAN RT 06 70 PONDOK SISI LAUT Pananjung RW 02 PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN DSN KARANGSARI RT/RW 004/002 DS. 71 PT. FAST FOOD INDONESIA (KFC) Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 72 PURI ALAM Pananjung JL. BARU BULAK LAUT AKTIF GANG KARANGSARI 73 PURI ASRI Pananjung AKTIF DESA PANANJUNG GANG BBC 74 PURI SAKURA Pananjung KARANGSARI DS. AKTIF PANANJUNG JL BULAK LAUT DESA 75 RELAX / SANTAI Pananjung AKTIF PANANJUNG JL. PAMUGARAN BULAK LAUT DS. 76 RELINO Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN DS. PANANJUNG KEC. 77 RINJANI HOME STAY Pananjung AKTIF PANGANDARAN 78 RM. MERGOSARI Pananjung JL RUKO CARITA NO 22 AKTIF RUKO GRAND PANGANDARAN BLOK CARITA C16 & C17 DS. 79 RM. SERBA SAMBEL Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN KABUPATEN PANGANDARAN JL. KIDANG PANANJUNG NO. 414 80 SAGO Pananjung AKTIF DESA PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL PAMUGARAN 81 SANDAAN 1 Pananjung BULAK AKTIF LAUT.PANGANDARAN JL. MERDEKA DESA 82 SARI RASA Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. BARU BULAK LAUT 83 SETIA JAYA Pananjung AKTIF DESA PANANJUNG DESA PANANJUNG 84 SINAR PAGI Pananjung AKTIF KEC. PANGANDARAN JL. BULAK LAUT DESA. 85 SULIGARWANGI 2 Pananjung PANANJUNG KEC. AKTIF PANGANDARAN JL PAMUGARAN DS 86 SURYA PESONA Pananjung AKTIF PANANJUNG JL. PAMUGARAN Ds. 87 SURYA PESONA BEACH Pananjung AKTIF PANANJUNG JL. MERDEKA RT/RW 01/03 DESA 88 TUTUR Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN JL.PAMUGARAN DESA 89 UNI BEACH Pananjung PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN TOL GATE BOULEVARD PANGANDARAN DS. 90 WARUNG SATE HAJI AGUS Pananjung AKTIF PANANJUNG KEC. PANGANDARAN 91 WISMA MELATI Pananjung GANG KARANGSARI AKTIF JL. KIDANG PANANJUNG DESA. 92 CHICKEN SUMO Pananjung TUTUP PANANJUNG KEC. PANGANDARAN DUSUN PANANJUNG DESA PANN 93 INN OUT CAFÉ Pananjung TUTUP PANANJUNG KECAMATAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS PANGANDARAN KABUPATEN PANGANDARAN

DS. PANANJUNG KEC. 94 RILEX KULINER Pananjung PANGANDARAN KAB. TUTUP PANGANDARAN JL.E.JAGA LAUTAN 95 A C I P Pangandaran AKTIF DESA PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 96 ADEM AYEM Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN JL. PARAPAT NO 503 97 AHLEN Pangandaran DS./KEC. AKTIF PANGANDARAN JLN. KIDANG PANANJUNG NO.24 RT/RW: 02/06 .DESA: 98 BAHAGIA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN, KECAMATAN : PANGANDARAN JL.SUMARDI DS 99 BAHTERA JAYA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JLN. KALEN BUAYA 100 BALEBAT Pangandaran AKTIF NO. 16 PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS. 101 BALEBAT INDAH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS. 102 BANYU ASIH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JALAN KALEN BUAYA NO 30 DESA 103 BANYU ASIH 2 Pangandaran PANGANDARAN AKTIF KECAMATAN PANGANDARAN JLN. KIDANG PANANJUNG DS. 104 BASO PODOMORO Pangandaran PANGANDARAN AKTIF KEC/KAB. PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS. 105 BERDIKARI Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PAMUGARAN DS 106 BINTANG JELITA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PAMUGARAN DS 107 BINTANG LAUT Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA 108 BLUE ORCHID Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 109 BP UNANG LESMANA Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN 110 BRIGHT HOTEL Pangandaran JLN. PANTAI TIMUR AKTIF JL.PANTAI BARAT DESA PANGANDARAN 111 BUMI NUSANTARA Pangandaran KEC PANGANDARAN AKTIF KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 JLN. PRAMUKA DS. 112 CAHAYA SENTOSA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. E. JAGA LAUTAN 113 CFC Pangandaran DESA. PANGANDARAN AKTIF KEC. PANGANDARAN JL.PANTAI BARAT 114 CHRISTY Pangandaran AKTIF DESA PANGANDARAN JALAN PRAMUKA 115 CITRA 2 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JLN. KIDANG 116 CROWN Pangandaran AKTIF PANANJUNG DESA PANGANDARAN 117 DAUD Pangandaran KECAMATAN AKTIF PANGANDARAN DS. PANGANDARAN 118 DE IBEL Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN JLN. KOMPLEK PASAR 119 DITHA 1 Pangandaran IKAN DS. AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 120 DUA PUTRI Pangandaran KEC. PANGANDARAN AKTIF KAB. PANGANDARAN JALAN SUMARDI DESA 121 DYANT RAHAYU Pangandaran PANGANDARAN KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS. 122 ELHAZ 76 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KALEN BUAYA 123 EMERALD Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS 124 FANNY BEACH INN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.KALEN BUAYA NO.15 125 FIRMAN JAYA Pangandaran AKTIF DS.PANGANDARAN JL KALEN BUAYA NO.17A DESA PANGANDARAN 126 FORTUNA Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN KAB.PANGANDARAN KODE POS :46396 JL. KALEN BUAYA DS. 127 GALUH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI BARAT NO.47 DESA PANGANDARAN KEC 128 GRAND AQUARIUM Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 JL. PRAMUKA NO. 01 129 GRAND PACIFIC Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KALEN BUAYA DESA 130 GUNA MEKAR Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA 131 GUNUNG JATI 1 Pangandaran AKTIF DESA PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 132 GUSBI Pangandaran KECAMATAN AKTIF PANGANDARAN JL KIDANG PANANJUNG NO.198 DESA PANGANDARAN 133 H. D'BILZ Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN KAB.PANGANDARAN KODE POS : 46396 JL.KIDANG 134 H. SUN RISE ANITA Pangandaran PANANJUNG DS AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 135 H.SETIA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALENBUAYA 136 HIKMAT JAYA Pangandaran DESA/KEC. AKTIF PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 137 HIKMAT JAYA PUTRA Pangandaran JL. KALEN BUAYA AKTIF JL PANTAI BARAT NO.91 DESA 138 HORISON Pangandaran PANGANDARAN KEC AKTIF PANGANDARAN KAB PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DESA 139 IBU IYOS/SARIMBIT Pangandaran AKTIF PANGANDARAN 140 INDAH SAVANA Pangandaran PANGANDARAN AKTIF JL. PRAMUKA DS./KEC. 141 INN OUT Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KALEN BUAYA NO.90 DESA PANGANDARAN 142 JENG RATU HOTEL Pangandaran KEC PANGANDARAN AKTIF KAB.PANGANDARAN KODE POS 46396 JL. KALEN BUAYA DS. 143 KALBU 21 Pangandaran PANGANDARAN KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. KALENBUAYA 144 KALBU 27 Pangandaran DESA/KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA DS. 145 KARANG MAS Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL PAMUGARAN DS 146 KARANGSARI 1 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. BULAK LAUT DS 147 KARANGSARI 2 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.KOMPLEK PASAR 148 KARYA BAHARI 1 Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 149 KELASAN JAYA Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN JALAN PRAMUKA DESA 150 KEMBAR MAS 1 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL PANTAI BARAT NO.43 DESA PANGANDARAN KEC 151 KEMBAR MAS 2 Pangandaran AKTIF PANGANDARN KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 JL.KOMPLEK PASAR 152 KIDANG MAS PUTRA Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI BARAT NO.21 DESA PANGANDARAN KEC 153 KRISNA BEACH I Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KAB.PANGANDARAN KODE POS 46396 JL.PRAMUKA - 154 KRISNA BEACH II Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.KOMPLEK PASAR 155 LAKSANA Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL E JAGA LAUTAN NO 17-18 DESA PANGANDARAN KEC 156 LAUT BIRU RESORT HOTEL Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL. PRAMUKA NO 503 157 LOSMEN AZHAR Pangandaran DS./KEC.PANGANDAR AKTIF AN JL.SUMARDI DS 158 LOSMEN BANDUNG Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL PANTAI BARAT 159 MALABAR/HORISON Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 160 MASA KINI Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN DESA/KEC. 161 MAYASI RESTO Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KIDANG PANANJUNG 162 MEGA LAUT Pangandaran PANGANDARAN DESA AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL.PRAMUKA DESA 163 MEKAR SARI Pangandaran PANGANDARAN AKTIF KEC.PANGANDARAN 164 MINASARI SEAFOOD Pangandaran PANGANDARAN AKTIF 165 MUGIBIS Pangandaran JL. PANTAI BARAT AKTIF JL KALEN BUAYA 166 MUSTIKA RATU Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALENBUAYA 167 MUTIARA Pangandaran DESA/KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. BULAK LAUT DS 168 MUTIARA SELATAN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DESA 169 MUTYAS Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.KIDANG 170 NICKY Pangandaran PANANJUNG DS AKTIF PANGANDARAN JL.PASARNGGRAHA DS 171 NUGRAHA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. PRAMUKA PANGANDARAN DESA 172 NUSA INDAH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL.PANTAI BARAT NO.46 DESA 173 NYIUR INDAH BEACH Pangandaran PANGANDARAN KEC AKTIF PANGANDARAN KAB PANGANDARAN JL BULAK LAUT NO.49 174 NYIUR RESORT HOTEL Pangandaran AKTIF PANGANDARAN PANGANDARAN BARAT DS. 175 P. IBU DARSIH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL. PANTAI BARAT PANGANDARAN DESA 176 PADANG JAYA 1 Pangandaran PANGANDARAN KEC. AKTIF PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN JLN. KIDANG PANANJUNG DESA 177 PAMORDIAN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 178 PANORAMA Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL.KIDANG PANANJUNG NO.151 DESA PANGANDARAN 179 PANTAI INDAH Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN KAB PANGANDARAN KODE POS : 46396 JALAN KIDANG PANANJUNG DESA 180 PANTAI JAYA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL.HANJATAN PANTAI 181 PANTAI SRI RAHAYU Pangandaran TIMUR NO.6 AKTIF PANGANDARAN JALAN PANTAI BARAT PANGANDARAN 182 PECEL LELE LAMONGAN Pangandaran AKTIF KECAMATAN PANGANDARAN JL. PESANGGRAHAN 183 PELANGI Pangandaran DESA PANGANDARAN AKTIF KEC. PANGANDARAN JL.PRAMUKA NO 663, RT/RW 003/005, DS.PANGANDARAN, 184 PENGINAPAN RJM Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN, KAB./KOTA PANGANDARAN JLN. PAMUGARAN 67 185 PONDOK (AR) Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DS 186 PONDOK ASRI 1 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KIDANG 187 PONDOK ASRI 2 Pangandaran PANANJUNG DS. AKTIF PANGANDARAN JL KALEN BUAYA DESA 188 PONDOK KARNIA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 189 PONDOK KARYA AYU Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN JLN.KIDANG PANANJUNG 144, RT/RW 003/004, 190 PONDOK KIDANG Pangandaran AKTIF DS.PANGANDARAN, KEC.PANGANDARAN, KAB.PANGANDARAN. JL. KALEN BUAYA 191 PONDOK NABILA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA. PANGANDARAN 192 PONDOK NELAYAN Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN JL. PANTAI BARAT 193 PONDOK RAFLESIA Pangandaran DESA. PANGANDARAN AKTIF KEC. PANGANDARAN PANTAI TIMUR 194 PONDOK TULIP Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL PANTAI BARAT 195 PONDOK WULAN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.PASANGRAHAN 196 PUJASERA / GRAND NANJUNG Pangandaran AKTIF DESA PANGANDARAN JLN. KALEN BUAYA DS. 197 PURI RENGGANIS Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KOMPLEK PASAR 198 PUTRA SAUYUNAN Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 199 RAHAYU Pangandaran AKTIF PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL.PANTAI TIMUR DS 200 RASA SAYANG Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KIDANNG 201 RASA SAYANG Pangandaran PANANJUNG DESA AKTIF PANGANDARAN JL KOMPLEK PASAR 202 RISMA RASA Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL. KIDANG PANANJUNG DESA 203 RM. CILACAP Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC.PANGANDARAN JL KIDANG 204 RM. GALUNGGUNG 1 Pangandaran PANANJUNG DESA AKTIF PANGANDARAN JL KIDANG PANANJUNG DESA 205 RM. GALUNGGUNG 2 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KAB PANGANDARAN JL. KIDANG PANANJUNG DS. 206 RM. GOR PAJAJARAN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DESA 207 RM. KARYA BAHARI 3 Pangandaran PANGANDARAN AKTIF KEC.PANGANDARAN JL. KOPLEK PASAR 208 RM. TANJINA Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DESA 209 RM.IBU SURMAN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KIDANG 210 ROSE INN Pangandaran AKTIF PANANJUNG NO 181 JL. KALEN BUAYA DS. 211 SAFARI INN Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KIDANG 212 SALUYU Pangandaran PANANJUNG DS. AKTIF PANGANDARAN PANTAI BARAT DS. 213 SALUYU 2 Pangandaran PANGANDARAN KEC. AKTIF PANGANDARAN JL.PANTAI BARAT DS 214 SAMI BHAKTI Pangandaran AKTIF PANGANDARAN 215 SANDAAN 2 Pangandaran JLN. PANTAI BARAT AKTIF JL.PANTAI BARAT NO.45 PANGANDARAN RT/RW 02/01 216 SAPUTRA Pangandaran KEL/DESA: AKTIF PANGANDARAN KECAMATAN: PANGANDARAN JL.PASARNGGRAHAN 217 SARI HARUM Pangandaran AKTIF DS PANGANDARAN JL KOMPLEK PASAR 218 SARI MELATI 1 Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL PANTAI TIMUR 219 SARI MELATI 2 Pangandaran AKTIF DESA PANGANDARAN DS. PANGANDARAN 220 SARI RASA SEAFOOD Pangandaran KEC/KAB. AKTIF PANGANDARAN JL. PANTAI BARAT NO. 221 SAWARGI Pangandaran AKTIF 7 DS PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL. BULAK LAUT RT/RW DS. 222 SEANG KONAN Pangandaran PANGANDARAN AKTIF KEC./KAB. PANGANDARAN JLN. KIDANG 223 SETIA Pangandaran AKTIF PANANJUNG JALAN PRAMUKA PANGANDARAN DESA 224 SINAR RAHAYU 1 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN KEC. PANGANDARAN 225 SINAR RAHAYU 2 Pangandaran JL. SUMARDI AKTIF 226 SINAR RAHAYU 3 Pangandaran JLN. PRAMUKA NO.91 AKTIF JLN. PRAMUKA NO. DS. PANGANDARAN 227 SINAR RAHAYU 4 Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARN KAB. PANGANDARAN 228 SINAR RAHAYU PUTRI Pangandaran LJN PRAMUKA AKTIF 229 SINAR RAHAYU TIMUR Pangandaran JLN. PANTAI TIMUR AKTIF JL. PANTAI TIMUR DS. 230 SINDANG ASIH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 231 SINDANGSARI Pangandaran AKTIF KEC.PANGANDARAN JL SUMARDI NO.26 DESA PANGANDARAN 232 SOFIA BEACH Pangandaran KEC PANGANDARAN AKTIF KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 DESA /KEC 233 SUARA OMBAK Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 234 SUKA ASIH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 235 SUKA ENDAH Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 236 SUKA MELANG Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JLN. SUMARDI DS 237 SULIGARWANGI 1 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JLN. SUMARDI DS. 238 SULIGARWANGI 3 Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL KIDANG 239 SUN IN PANGANDARAN Pangandaran PANANJUNG NO 199 AKTIF PANGANDARAN. JL KIDANG 240 SUN RISE Pangandaran PANANJUNG DESA AKTIF PANGANDARAN JL.KIDANG 241 SUN RISE BEACH Pangandaran PANANJUNG AKTIF PANGANDARAN JALAN PANTAI BARAT 242 SUN SET BEACH Pangandaran DESA PANGANDARAN AKTIF KEC. PANGANDARAN JL. E. JAGA LAUTAN 243 SURYA ALAM Pangandaran NO. 3 DS. AKTIF PANGANDARAN JL.PAMUGARAN BULAK LAUT DESA SURYA KENCANA SEASIDE PANGANDARAN 244 Pangandaran AKTIF HOTEL KEC.PANGANDARAN KAB PANGANDARAN KODE POS 46396 NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS JL KALEN BUAYA DESA 245 SUSAN GUEST HOUSE Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS/KEC. 246 THE AMERTA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.BULAK LAUT NO.12 247 THE ARNAWA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL. KALEN BUAYA 248 TOPAN Pangandaran DS/KEC. AKTIF PANGANDARAN JL.KOMPLEK PASAR 249 TUNAS REJEKI Pangandaran IKAN DESA AKTIF PANGANDARAN JL. PAMUGARAN 250 VILLA FAMILIA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN JL.BULAK LAUT DS 251 WIDURI Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS. PANGANDARAN 252 WN.SALERO MANDE Pangandaran AKTIF KEC. PANGANDARAN JL.PANTAI TIMUR DS 253 YOKIMA Pangandaran AKTIF PANGANDARAN DS/KEC.PANGANDARA 254 DAPUR LINGLING Pangandaran TUTUP N DESA PANGANDARAN 255 IBU SARI Pangandaran KECAMATAN TUTUP PANGANDARAN JL.KOMPLEK PASAR 256 MITRA BAHARI PND Pangandaran IKAN DESA TUTUP PANGANDARAN JL KOMPLEK PASAR 257 SARI MELATI 4 Pangandaran IKAN DESA TUTUP PANGANDARAN DESA PANGANDARAN 258 SUNSET CORNER Pangandaran TUTUP KEC. PANGANDARAN JL SUMARDI RT/RW 001/005 DESA TUTUP 259 KARYA MUKTI Pangandaran PANGANDARAN KEC. SEMENTARA PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN 260 BAKAR IKAN BALONG SIDAT Sidomulyo SIDOMULYO AKTIF JL. PAMUGARAN DS. 261 BAMBO CAFÉ & RESTO Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN JL. PAMUGARAN DS. 262 BAMBOO RESTO Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN 263 BP WAGI Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF JL PAMUGARAN DESA 264 D'ICHA SEAFOOD Wonoharjo WONOHARJO KEC AKTIF PANGANDARAN JL. PAMUGARAN KAMPUNG TURIS 265 FATAMORGANA RESTO Wonoharjo AKTIF DESA. WONOHARJO KEC. PANGANDARAN JL PAMUGARAN DESA 266 GRAND TIRTA 2 Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN JLN.PAMUGARAN RT 02 RW 17 DESA 267 HOTEL BENSON'S Wonoharjo WONOHARJO AKTIF KECAMATAN PANGANDARAN JL. PAMUGARAN 268 JACKO MANTA BEACH BAR Wonoharjo AKTIF KAMPUNG TURIS DESA NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS WONOHARJO KEC. PANGANDARAN JL. PAMUGARAN DS. 269 JALOZ Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN JLN. PAMUGARAN KAMPUNG TURIS 270 JAYA KITCHEN Wonoharjo AKTIF DESA. WONOHARJO KEC. PANGANDARAN DESA 271 KIDANG MAS PUTRA 2 Wonoharjo WONOHARJO/PAMUG AKTIF ARAN PANTAI BARAT NO.333 272 LAGOON BEER HOUSE Wonoharjo DUSUN PADASUKA RT AKTIF 02 RW 17 DS.WONOHARJO 273 LOSMEN ROMEO Wonoharjo AKTIF KEC.PANGANDARAN JLN. PAMUGARAN KAMPUNG TURIS 274 MUNGIL Wonoharjo AKTIF DESA. WONOHARJO KEC. PANGANDARAN JL. PAMUGARAN NO 7 KAMPUNG TURIS DS. 275 NUMBER ONE RESTO Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN 276 PONDOK DEWI Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF DESA WONOHARJO 277 PONDOK IDAMAN Wonoharjo AKTIF KEC.PANGANDARAN 278 PONDOK IDOLA Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF PAMUGARAN RT/RW 01/17 DS. WONOHARJO 279 PONDOK LINGGAWASTU Wonoharjo AKTIF KEC. PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN JLN.PAMUGARAN RT 02 280 PONDOK MANGIR Wonoharjo RW 07 WONOHARJO AKTIF PANGANDARAN 281 PONDOK NANKENZ Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF 282 PONDOK PUTRI Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF JLN.PAMUGARAN RT 02 RW 17 DESA 283 PONDOK SUNDAWA Wonoharjo WONOHARJO AKTIF KECAMATAN PANGANDARAN 284 PONDOK UGA Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF 285 PONDOK WAYANG Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF JL PAMUGARAN DESA 286 RISMA SEAFOOD Wonoharjo AKTIF WONOHARJO JLN. SIDOMULYO DS. 287 RM. AZWAN PUTRA Wonoharjo WONOHARJO KEC. AKTIF PANGANDARAN DESA WONOHARJO 288 RM. LAKSANA 2 Wonoharjo AKTIF PAMUGARAN JL PAMUGARAN DESA WONOHARJO KEC 289 RM. TIRTA BAHARI 2 Wonoharjo AKTIF PANGANDARAN (KAMPUNG TURIS) JLN. PAMUGARAN 290 SAGARA BAR AND RESTO Wonoharjo DESA. WONOHARJO AKTIF KEC. PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DESA 291 SARI MELATI 5 Wonoharjo WONOHARJO/PAMUG AKTIF ARAN 292 SURYA INDAH Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF DSN. KEDUNGREJO RT/RW 001/003 293 THE OCY Wonoharjo WONOHARJO AKTIF KEC/KAB.PANGANDAR AN 294 TIANA Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF 295 WISMA GRASIA Wonoharjo PANGANDARAN AKTIF 296 RM.KARTINI Wonoharjo - DOUBLE NAME 297 MEGA LAUT A Wonoharjo - NAIK KELAS 298 DOCHI Wonoharjo - TIDAK AKTIF 299 IBU ISAH Wonoharjo - TIDAK AKTIF 300 LAMONGAN 1 Wonoharjo - TIDAK AKTIF 301 LAMONGAN 2 Wonoharjo - TIDAK AKTIF 302 CIKAL Wonoharjo PANGANDARAN TUTUP JL PAMUGARAN DESA 303 MINASARI SEAFOOD A Wonoharjo WONOHARJO KEC. TUTUP PANGANDARAN DSN. WONOHARJO DS. PANANJUNG KEC. 304 RM. THYSSA Wonoharjo TUTUP PANGANDARAN KAB. PANGANDARAN TUTUP 305 APRILIA Wonoharjo PANGANDARAN SEMENTARA TUTUP 306 PONDOK LIBRA Wonoharjo PANGANDARAN SEMENTARA

Lampiran 9. Nama Objek Pajak di Kecamatan Parigi Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 1 HAU ECOLODGES CITUMANG Bojong DESA BOJONG KEC. PARIGI AKTIF DSN. BOJONG RT/RW DS. 2 SAUNG PANYINDANGAN Bojong BOJONG KEC. PARIGI KAB. AKTIF PANGANDARAN DUSUN SUCEN DESA 3 ABHANA CAKE Cibenda AKTIF CIBENDA KEC. PARIGI JLN.CIBENDA RT/RW DS. 4 NINEUNG Cibenda CIBENDA KEC. PAGIRI KAB, AKTIF PANGANDARAN 5 NUSARASA Cibenda DESA CIBENDA KEC. PARIGI AKTIF JL. RAYA CITUMANG KM 1 BUDI ASIH PARIGI DESA 6 PARI CITUMANG Cibenda AKTIF CIBENDA KEC. PARIGI KAB. PANGANDARAN JLN. CIBENDA RT/RW 7 TUJUH ENAM Cibenda DCIBENDA KEC.PARIGI KAB. AKTIF PANGANDARAN 8 BASO MANG GAJEL Ciliang DS. CILIANG KEC. PARIGI AKTIF 9 FLAMBOYAN Ciliang DESA CILIANG KEC.PARIGI AKTIF 10 HARAPAN JAYA Ciliang DS. CILIANG KEC. PARIGI AKTIF JL. RAYA PARIGI RT/RW 11 HOME STAY RESTO 28 Ciliang 001/003 DESA CILIANG AKTIF KECAMATAN PARIGI 12 PONDOK BUNGA Ciliang DS. CILIANG KEC. PARIGI AKTIF 13 PONDOK KENANGAN Ciliang DESA. CILIANG KEC. PARIGI AKTIF 14 PONDOK PANGESTU Ciliang DESA CILIANG KEC.PARIGI AKTIF DS CILIANG KEC PARIGI KAB 15 PONDOK PELANGI Ciliang AKTIF PANGANDARAN DS CILIANG KEC PARIGI KAB 16 PONDOK WIDIA Ciliang AKTIF PANGANDARAN DUSUN. GIRIJAYA RT/RW 002/004 DESA. CILIANG KEC. 17 RM. BALE HANJUANG Ciliang AKTIF PARIGI KABUPATEN. PANGANDARAN JLN. CILIANG RT/RW 18 HM Ciliang DS.CILIANG KEC.PARIGI TUTUP KAB. PANGANDARAN DS. CINTAKARYA KEC. 19 LENGKENG Cintakarya PARIGI KAB. AKTIF PANGANDARAN JL. CINTARATU RT/RW DS. 20 CILEMPAY Cintaratu CINTARATU KEC. PARIGI AKTIF KAB PANGANDARAN DESA CINTARATU KEC. 21 PANYINDANGAN / NURSAH Cintaratu AKTIF PARIGI DUSUN BONTOS RT/RW 01/09 22 RM. SAUNG TALUPUH Cintaratu AKTIF DS.CINTARATU KEC.PARIGI 23 SELERA KURING Cintaratu DESA CINTARATU AKTIF DESA KARANGBENDA 24 BASO SUWARNO/MAS JANGKUNG Karangbenda AKTIF KECAMATAN PARIGI DESA KARANGJALADRI 25 BASO MALPINAS Karangjaladri AKTIF KECAMATAN PARIGI JL. PANTAI BOJONGSALAWE 26 RM. SIMPANG TIGA Karangjaladri DS. KARANGJALADRI KEC. AKTIF PARIGI DS.KALANGJALADRI KEC. 27 RUMPUN PADI Karangjaladri AKTIF PARIGI KEB.PANGANDARAN NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS DSN. BOJONGSALAWE, RT/RW 012/005 DS. 28 SAUNG BALONG Karangjaladri KARANGJALADRI KEC. AKTIF PARIGI KAB. PANGANDARAN 29 ABAH Parigi DS. PARIGI KEC. PARIGI AKTIF 30 BUBUR AYAM Parigi DS. PARIGI KEC. PARIGI AKTIF 31 CACAN Parigi DESA PARIGI KEC. PARIGI AKTIF 32 D'RESTO PARIGI Parigi DESA PARIGI KEC. PARIGI AKTIF DS. PARIGI KEC. PARIGI KAB. 33 LATANSA Parigi AKTIF PANGANDARAN 34 MA AWAT Parigi DESA PARIGI KEC. PARIGI AKTIF DESA PARIGI KECAMATAN 35 RESSI CATERING Parigi PARIGI KABUPATEN AKTIF PANGANDARAN DS. PARIGI KEC. PARIGI KAB, 36 RM IBU HJ. CIJANTUNG Parigi AKTIF PANGANDARAN JLN PARIGI RT/RW DS. 37 RM SAUNG SAWAH Parigi PARIGI KEC. PARIGI KAB. AKTIF PANGANDARAN DUSUN PARIGI RT 03 RW 01 38 RM. DOEYENK Parigi DESA PARIGI KECAMATAN AKTIF PARIGI KABUPATEN 39 RM.ANUGRAH PRATAMA Parigi DS. PARIGI KEC. PARIGI AKTIF JLN. PARIGI KEC. PARIGI 40 SELERA Parigi AKTIF KAB. PANGANDARAN 41 PASIR GARUT Selasari DESA SELASARI KEC. PARIGI AKTIF

Lampiran 10. Nama Objek Pajak di Kecamatan Sidamulih Per Desa dan Status Tahun 2019

NO NAMA DESA ALAMAT OP STATUS 1 BASO SOLO Cikembulan DS. CIKEMBULAN KEC. SIDAMULIH AKTIF 2 BRILO PIZZA Cikembulan DESA CIKEMBULAN KEC.SIDAMULIH AKTIF JLN. PAMUGARAN RT/RW. DS. 3 MIRASA / GENAH RASA Cikembulan CIKEMBULAN KEC.SIDAMULIH AKTIF KAB.PANGANDARAN 4 PONDOK PUTRI DEWI Cikembulan DS. CIKEMBULAN KEC. SIDAMULIH AKTIF JL. PAJATEN DESA PAJATEN KEC. 5 SIMPANG TIGA II Pejaten AKTIF SIDAMULIH KAB. PANGANDARAN 6 ENGKUS Sidamulih DS. SIDAMULIH KEC. SIDAMULIH AKTIF DESA SIDAMULIH KECAMATAN 7 KERSEM Sidamulih AKTIF SIDAMULIH 8 WN. H. IIK Sidamulih DS. SIDAMULIH KEC. SIDAMULIH AKTIF DESA SUKARESIK KECAMATAN 9 MAMAH AI Sukaresik AKTIF SIDAMULIH DESA SUKARESIK KECAMATAN 10 WN.SARI ASIH Sukaresik AKTIF SIDAMULIH DSN. CIPARI RT/RW 01/01 DS. SUKARESIK 11 WR.SASAK Sukaresik AKTIF KEC.SIDAMULIH KAB. PANGANDARAN